Sejarah Estetika
Abdul
Abdul
Merupakan pengembangan istilah Yunani
1. Aistonomai (menindra,mempresepsi, merasakan dengan indera)
2. Aesthetis (penginderaan, pengamatan)
3. Aestheticos (hal-hal yang berkaitan dengan penginderaan)
4. Aesthetica (ilmu tentang nilai penginderaan)
Secara etimologis estetika berasal dari kata Yunani: Aistetika yang berarti halhal yang dapat dicerap dengan panca indra, atau Aisthesis yang berarti
pencerapan panca indra/sense perception, (The Liang Gie, 1976, hlm.15).
Namun pengertian estetika umumnya sendiri adalah cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai keindahan/hal yang indah, yang terdapat di alam dan seni.
Estetika sebagai ilmu tentang seni dan keindahan pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762), seorang filsuf Jerman. Walaupun pembahasan estetika sebagai ilmu baru dimulai pada abad ke 17 namun pemikiran tentang keindahan dan seni sudah ada dari sejak zaman Yunani Kuno.
➢ estetika sebagai suatu bidang khusus
➢ Secara etimologi suatu bidang khusus
➢ pengetahuan yang berkaitan dengan objek yang dapat diamati dan merangsang indera, khususnya karya seni
➢ KEINDAHAN DALAM ARTI LUAS: Keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual
➢ KEINDAHAN DALAM ARTI ESTETIKA MURNI: Pengalaman estetis dari
seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya
➢ KEINDAHAN DALAM ARTI TERBATAS: Menyangkut benda-benda yang dicerap dengan penglihatan (keindahan bentuk, warna secara kasat mata)
Periode Estetika Tokoh Penting
Estetika klasik Graeco-Roman
Plato (428-348 SM), Aristoteles (384-322 SM), Horatius (65-8 SM), Plotinus (204-269 M)
Estetika abad pertengahan
St. Agustinus (353-430), Thomas Aquinas (1225-1275)
Estetika renaisans Ficino (1433-1499), Alberti (1409-1472)
Estetika pencerahan
Estetika romantik
Estetika positivism dan naturalism
Earl of Shaftesbury (1671-1713), Hutcheson (16941746), David Hume (1711-1776), Alexander Gottlieb
Baumgarten, Immanuel Kant (1724-1804)
Friedrich Schiller, Friedrich Schleiermacher, Wolfgang von Goethe
Herbert Spencer, Grant Allen (Kaum Fisiologis), Hyppolyte Taine, Gustaf Theodor Fechner, Ernst
Grosse
Estetika abad ke-20
Estetika kontemporer
Edward Bullough, Jerome Stolnitz, Virgil Aldrich, Benedetto Croce, George Santayana, John Dewey
Clive Bell, Susanne K. Langler, Collingwood, Morris
Weitz
Menurut Plato, sumber rasa keindahan adalah cinta kasih, karena ada kecintaan maka kita manusia selalu ingin kembali menikmati apa yang telah dicintainya itu. Rasa cinta pada manusia bukan hanya tertuju pada keindahan, tetapi juga kebaikan (moral) dan kebenaran (ilmu pengetahuan).
Rasa cinta pada keindahan timbul karena manusia sendiri telah belajar hal yang dicintainya itu. Pendidikan menjadi proses tertanamnya rasa cinta pada keindahan dan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manusia dididik untuk mencintai keindahan nyata yang tunggal, seperti tubuhnya sendiri, tubuh seorang manusia.
2. Kemudian dididik untuk mencintai keindahan tubuh yang lain, sehingga tertanam hakikat keindahan tubuh manusia.
3. Keindahan tubuh yang bersifat rohaniah lebih luhur daripada keindahan tubuh yang bersifat jasmani.
4. Keindahan rohaniah dapat menuntun manusia mencintai segala sesuatu lainnya yang bersifat rohani, misalnya ilmu pengetahuan.
5. Pada akhirnya manusia harus dapat menangkap ide keindahan itu sendiri tanpa kaitan dengan sifat jasmaninya itu sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat keindahan yang melekat pada benda dan ada juga keindahan yang berada di luar benda itu sendiri. Keindahan pada benda/objek merupakan ilusi dari keindahan yang sebenarnya. Ada bentuk indah yang abadi, sedangkan keindahan benda di dunia fisik hanyalah tiruan dari ide keindahan yang abadi itu sendiri, keindahan bersifat transendental/transcendental. Ada keindahan yang sederhana dan ada keindaan yang kompleks.