BLIND TEST IHEAC 2012 Seri 6 : Free For All Amplification System
PRODUCT INFO 6 Loudspeaker Nirkabel
www.audiovideo-indonesia.com
HOME ELECTRONIC ENTERTAINMENT
EDISI 13 / THN. III / 2013
REVIEW
Pre -amp Surround Dari Outlaw Audio Vermouth Black Curse Speaker Wires Cambridge DAC Magic Plus Darbee Darblet DVP-5000
HI END
Music by Design Sound Gallery MK. Levinson Kim Tjeng Hansen
EDISI 13 / THN. III / 2013 Pulau Jawa : Rp 30.000 Luar Pulau Jawa : Rp 32.000
LOUDSPEAKER NIRKABEL
McIntosh Dynaudio Mission Boulder XR-100 805 XEO 5 SX4
Focal Pioneer Powerbird 2.1 XW-SMA4-K
Polytron PNH-2010
QED Performance Audio 2
Shopping Guide : 232 Produk Audio video
ďż˝
Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi Redaksi Sekretaris Redaksi Kontributor
Tjandra Ghozalli Budi Santoso David Susilo, Doharto Simatupang Dita Nursari Sie Kek Chung, Malion, Didik.Wa, Boyke, Herwin, Tony Susanto, Wiyono.
Grafis Manajer Iklan Ir. Tjandra Ghozalli Ir Pemimpin Umum
Email: aziz_avi@yahoo.com
BACA GRATIS www.audiovideo-indonesia.com Atau melalui SCOOP. Compatible dengan iPad, Galaxy, laptop, tablet dan PC.
A. Aziz Telp: 08161131936 / 021-33066836
Pimpinan HRD dan Keuangan
Majalah Audio Video on line & on time dapat dibaca gratis (free) melalui :
Cecep
Fotografer Alamat Redaksi
Ridwan Candra A. Riff Syarifudin, Fajar Sutrisno Jl. Pulo Buaran III F5 BPSP-Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur 13930 Telp: (021) 4619502 Fax: (021) 46826450
Penerbit
PT Audiomedia Nusantara Raya
Pres Dir
Mario Alisjahbana
Pres Kom
Milyanti Yani
Komisaris
Lukmanul Hakim Adham
Group Media
TERNYATA DUNIA AUDIO MASIH BERNAFAS
D
ari kunjungan saya ke IHEAC Show 2012 yang berlangsung di hotel Sultan, 7 – 9 Nopember silam, ternyata dunia audio high end Indonesia (Jakarta khususnya) masih bernafas alias masih hidup. Sekitar 9 function room dan 45 kamar hotel terisi produk audio high end. Padahal ini belum semua pemain audio berpartisipasi di IHEAC Show 2012. Artinya masih banyak pemain audio yang masih bernafas kehidupan di luar sana. Memang kalau dilihat dari jumlah kepemilikan mobil yang bertambah 10% per tiap tahun, Apakah hal serupa terjadi di dunia audio? Walau cuma separuhnya atau seperempat saja? Saya yakin kalau hal tersebut berlaku juga di dunia audio high end. Ingat negara
kita diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi setelah China di tahun 2013 yang baru kita tapaki ini. Lihat pula banyak pembeli produk audio di Singapura berasal dari Indonesia. Tanpa kehadiran pembeli tajir dari Indonesia maka diprediksi penjualan produk audio high end di Singapura hanya separuhnya saja!! Indonesia termasuk negara potensial buyer – ini terlihat pula di IHEAC Show ada sejumlah partisipan dari Singapura dan Thailand. ikut buka kamar, menandakan kalau negara Indonesia turut diperhitungkan oleh penjaja audio high end mancanegara.. Akhir kata kami ucapkan Selama Tahun Baru 2013, semoga di tahun ini kehidupan dunia audio high end kita semakin marak.
audio video 4 Edisi 13/2013
contents
7 NEW PRODUCT
38 HIEND 1
Sweet Fashion, Sweet Sound
Krell S-350, Dynaudio New Focus 160, Tangen Alio,
42 HIEND 2
Lantangnya Suara Sang Pangeran
46 HIEND 3 Akurat dan Silent
8 PRODUCT INFO
50 HIEND 4
38
Memindahkan Butongpay ke Hotel Sultan
Marmitek Boom Boom 150, Marmitek Speaker Anywhere 200, Loudspeaker Wireless C2G 24 GX-Duo, Marmitek Speaker Anywhere 352, Jambox , Marmitek Anywhere 400
54 HIEND 5
Kecil Namun Pedas
10 THEME
Tren Loudspeaker Nirkabel
42
57 DIY
Laporan Grand Prix DIY Audio Blind Test IHEAC 2012
60 REVIEW CD
R Kelly, Of Monster And Men Milos Karadaglic, Cody Simson, Yannick Bovy, The Script, Usher, The Killers, Mika, No Doubt Swedish House Mafia, Green Day
14 REVIEW
Outlaw Model 975, Vermouth Black, Cambridge DAC, Darbee DVP-5000,
22 TEST
Dynaudio Xeo5, Pioneer XW-SMA4-K, McIntosh XR-100, Mission SX4, Boulder 805, Focal Powerbird 2.1, Polytron PNH-2010, QED Performance Audio2
46 64 SHOPPING GUIDE
50
TV, HTiB, Camcorder, Micro Compo, Blu-ray, Proyektor
Juni 2011 13/2013 audio video 6 Edisi
PENULIS
Budi Santoso
Krell S-350 merupakan CD / DVD Player dengan desain yang menampilkan komponen kelas stateof-the-art, dimana opsional video yang memberikan kontrol pemrosesan video dengan performa 1080p. S-350A menerapkan standar tinggi terbaru dengan kinerja compact disc untuk pemain highend, selain untuk sistem home theater. Dengan menggabungkan mekanik transport slot TEAC yang canggih, maka kompatibel dengan CD-DA, CDROM, DVD-Video, DVD-ROM, DVD-R, DVD + R,
DVD-RW, DVD + RW), belum lagi dengan sirkuit digital kelas premium serta sebuah sirkuit analog, Krell dirancang anti-jitter, ditambah power supply canggih dengan kemampuan linearitas tinggi , maka S-350A memberikan kinerja tak tertandingi, sehingga menjadi CD player yang ideal untuk pecinta musik yang serius.
Dynaudio New Focus 160 Dynaudio yang dipuji sebagai penghasil loudspeaker yang sangat baik dan kompak, kali ini meluncurkan seri Focus 160 yang juga menjadi contoh yang baik untuk pujian tersebut. Model ini merupakan salah satu yang paling kompak dikelasnya, dimana menggabungkan tweeter kubah yang legendaris ala Dynaudio dengan topologi yang saat ini memiliki lapisan presisi jauh lebih baik, termasuk mid / woofer MSP ditingkatkan dan dilengkapi dengan jenis kumparan suara model baru yang menampilkan Kapton hitam dengan frame aluminium die-cast yang kokoh.
Tangen Alio
NEW PRODUCT
Krell S-350
Inilah salah satu varian sistem stereo dengan speaker tunggal yang menawarkan fitur untuk dapat diaplikasikan banyak sumber, yaitu Tangen Alio, dimana dimensinya berukuran kecil dan dapat ditempatkan secara fleksibel. Tapi jangan tertipu oleh dimensi yang sederhana, karena Alio walau dengan speaker tunggal, karena mampu menghadirkan suara yang biasanya digunakan untuk radio yang jauh lebih besar dengan menerapkan unit driver speaker 3.5 “ yang terletak di bagian atas kabinet. Perangkat ini menawarkan solusi sederhana untuk menampilkan musik di ruang Anda hanya dengan cukup menghubungkan iPod atau iPhone melalui fasilitas docking di bagian atas perangkat. Wajar jika komponen ini mendapatkan sertifikasi sebagai produk “Made for iPhone�.
audio video 7 Edisi 13/2013
Marmitek Boom Boom 150 Loudspeaker portable stereo 150 menggunakan Bluetooth dengan kualitas suara bagus, terintegrasi dengan dua driver 3 Watts dan tabung bass. Seluruhnya terkemas dalam satu kabinet seukuran mangkuk dengan baterei bisa diisi ulang. Kompatibel dengan handphone atau PC tablet.
Marmitek Speaker Anywhere 200 Ini adalah loudspeaker yang boleh dibawa ke mana saja sekeliling rumah Anda. Solusi ideal untuk menyimak musik di kamar mandi, dapur, dan tempat tidur. Terdiri dari dua loudspeaker bermutu tinggi, 2 jalur dan dilengkapi dengan tombol Bass Boost untuk ekstra bass yang lebih membahana.
PESIFIKASI: • Bluetooth Frequency: 2.402-2.480Ghz • Bluetooth version: V2.1+EDR. class II • Support multiple pair: up to 8 devices • Output: 2 x 3W max • Signal to Noise ratio: >80dB • Distortion: <10% • Battery Li-ion: 900mAh • Charging time: 3-4 hours • Playback time: 4-8 hours • Standy time: up to 140 hours • Range: up to 10m • Size: 80 x 80 x 74mm
SPESIFIKASI: • Transmission Mode: UHF stereo • Frequency: 863 MHz, PLL • Range: Up to 100m free field, up to 30m through walls and ceilings • Power Transmitter: DC 12V 200mA adapter (included) • Power Speaker: DC 12V 500mA adapter (included) or 6 X ‘AA’ size Alkaline batteries (not included) • User time on batteries (Alkaline): ± 25 - 50 hours for typical use (volume and bass boost dependent) • Frequency Response: 30Hz - 11KHz • Distortion: 1.5% • S/N Ratio: 55dB (typical) • Channel Separation: 30dB (Typical) • Output Power: 2 x 3.5W (RMS) • Dimensions Transmitter: 45 x Ø 110 mm • Dimensions Speaker: 230 x Ø 107 mm
Jambox
Jambox tidak lain dari nama perangkat audio hifi portabel yang memakai driver yang bermutu tinggi, Menggunakan driver loudspeaker kubah yang berbidang frekuensi luas mulai dari bass dan treble cukup diproduk oleh sebuah driver kubah. Cara bekerjanya bersama bass radiator menciptakan nuansa musik yang lengkap. Bayangkan ada satu pertunjukkan musik konser berasal dari benda seluas telapan tangan Anda. Tersedia beraneka warna, pas untuk kawula muda.
audio video 8 Edisi 13/2013
Marmitek Speaker Anywhere 352
Marmitek Anywhere 400
Sebuah loudspeaker yang kebal cuaca sehingga bisa diletakkan di dalam atau di luar rumah, kemanapun yang anda inginkan. Sudah memiliki sertifikat IPX3 yang menyatakan loudspeaker ini kebal kecipratan air, cocok untuk taman dan kamar mandi! SPESIFIKASI: • Transmission Mode: UHF Stereo • Carrier Frequency: 863 MHz, PLL • Power Transmitter: 100-240VAC 50/60Hz, DC adapter (included) • Power Speakers: 6 X ‘AA’ size batteries (not included) or 100240VAC 50/60Hz, DC adapter (included) • Frequency Response: 50Hz - 10KHz • Operation Distance: Up to 100m free field, up to 30m through walls and ceilings • Output Power: 2 x 4,5W (RMS) • Waterproof: IPX3 (rainwater proof) • Distortion: <1% • S/N Ratio: 65dB (typical) • Auto switch ON/OFF: YES • Auto tuning function: YES • Dimensions Transmitter: 100x100x37mm • Dimensions Speaker: 200x200x210mm
Loudspeaker ini memungkinkan Anda menyimak musik di mana saja yang anda suka. Di dalam atau di luar rumah. Penyebaran suaranya ke segala arah, dua jalur dengan driver berkualitas tinggi. Menyebarkan suara 360 derajat sebening kristal. Mengantongi sertifikat IPX3 yang kebal kecipratan air hujan. Loudspeaker ini cocok untuk pemakaian di dalam dan di luar bangunan. Harga dan kualitasnya bersaing hebat. SPESIFIKASI: • Transmission Mode: UHF stereo • Transmission Frequency: 863 MHz • Range: Up to 100m free field, up to 30m through walls and ceilings • Waterproof IPX3 (rainwater proof) • Power Transmitter DC 12V 200mA • Power Speaker 6 X ‘D’ size Alkaline batteries (not included) or DC 9V 1.2mA adapter (included) • Power supply remote control 2x ‘AAA’ Alkaline batteries • Frequency Response 20Hz - 20KHz • Distortion 1% • S/N Ratio 65dB (typical) • Channel Separation 50dB (Typical) • Output Power 2 x 12W (5W RMS) • Dimensions Transmitter 100x100x37mm • Dimensions Speaker 282x200x200mm
Loudspeaker Wireless C2G 24 GX-Duo.
Menggunakan RF 2.4 GHz cocok untuk dalam dan luar rumah dengan remote dan dual power transmitter SPESIFIKASI: • SRS WOW provides deep, rich bass and creates a 3D surround effect to provide a superior audio experience • 2 Compact weather-resistant speakers is powered by 2.4GHz technology, which guarantees a strong, clear signal up to 150FT away • The system transmitter supports all types audio inputs including RCA inputs for home theater receivers, MP3 players, computers, iPods, iPhones, and iPads. • Package Includes: 1 RF Transmitter, 2 RF Speaker, 1 Remote Control, 1 AC Adapter for Transmitter, 1 AC Adapter for Speaker, 1 RCA to RCA Cable, 1 3.5mm to 6.3mm (1/4””) adapter plug and User Manual
audio video 9 Edisi 13/2013
PENULIS
THEMA
Budi Santoso
TREN LOUDSPEAKER NIRKABEL O Ketika kita membicarakan tentang Wi-Fi (wireless Fidelity) maka yang ada dalam benak kita tentunya sesuatu hanya yang bisa membuat kita ber-internet-an ria dengan memanfaatkan jaringan Hotspot yang ada tapi sebenarnya WiFi dapat digunakan untuk bermacam kegunaan, termasuk bisa dihubungkan dengan alat elektronik yang sudah support wireless sehingga membuat kita dapat melakukan akses antar perangkat tanpa menggunakan kabel.
I
stilah Wi-Fi saat ini mungkin sudah tidak asing di telinga kita, namun tidak ada salahnya untuk mengenal lebih jauh tentang teknologi yang memanfaatkan frekuensi tinggi sebagai media data akses tersebut . Wi Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, yang memiliki pengertian yaitu standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks - WLAN) yang didasari pada spesiďŹ kasi IEEE 802.11. Standar terbaru memiliki spesiďŹ kasi 802.11a atau b, seperti 802.11 g, saat ini sedang dalam penyusunan, spesiďŹ kasi terbaru tersebut menawarkan banyak peningkatan mulai dari luas cakupan yang lebih jauh hingga kecepatan transfernya. Wireless Fidelity menerapkan koneksi tanpa kabel seperti handphone dengan mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat dan aman. WiFi tidak hanya dapat digunakan untuk mengakses internet, WiFi juga dapat digunakan untuk membuat jaringan tanpa kabel untuk transfer data audio video.
13/2013 audio video 10 Edisi 13
BERIKUT BERBAGAI MACAM KEGUNAAN WIFI DIANTARANYA ADALAH 1. Mensinkronisasi telepon seluler Anda dengan PC tanpa USB Misalnya jenis hp android dan iPhone melalui fasilitas menu wirless dan jaringan maka terdapat pilihan untuk fasilitas Wi Fi. 2. Mengubah Smartphone menjadi remote control Aplikasi remote memungkinkan iTunes dan Apple TV harus dikendalikan menggunakan iPhone, iPod touch, atau iPad melalui jaringan Wi-Fi. Dengan fasilitas tersebut maka Android Anda akan berubah menjadi remote control untuk komputer serta piranti lain yang sudah support Wi Fi. 3. Mentransfer foto dari kamera digital Kartu Eye-Fi adalah merupakan jenis kartu memori nirkabel. Ini pada dasarnya adalah persis seperti kartu SDHC - tetapi dengan manfaat yang fantastis ketika kamera sedang dalam jangkauan jaringan tertentu, foto dan video akan tertransfer ke komputer/laptop
LOUDSPEASKER NIRKABEL
Sampai saat ini jenis loudspeaker nirkabel menggunakan Bluetooth sebagai media penghubung masih banyak beredar, namun Bluetooth memiliki keterbatasan dalam kecepatan data transfer, sehingga koneksi WiďŹ akan menggantikan Bluetooth yang biasa kita temui di sebuah speaker wireless. Hadirnya teknologi Wi Fi yang diterapkan pada mesin reproduksi seperti loudspeaker memang untuk mengurangi proses instalasi dengan menggunakan kabel yang terkesan semrawut, apalagi jika hubungan antar perangkat yang berada di ruang lain yang tentunya akan diperlukan kabel yang panjang. Sebagai media penghubung peralatan audio rumah modern, menggunakn kabel melalui dinding rumah adalah memakan waktu dan berantakan.
Hadirnya teknologi Wi Fi yang diterapkan pada mesin reproduksi seperti loudspeaker memang untuk mengurangi proses instalasi dengan menggunakan kabel yang terkesan semrawut, apalagi jika hubungan antar perangkat yang berada di ruang lain yang tentunya akan diperlukan kabel yang panjang.
4. Streaming film ke TV Wi-fi memiliki potensi untuk menjadi hiburan masa depan, melalui Media server dapat streaming video melalui Wi-Fi untuk setiap HTPC lainnya, Xbox / Playstation-diaktifkan TV di rumah. Ada sejumlah sistem operasi, aplikasi, dan protokol untuk mendapatkan film secara nirkabel dari satu perangkat ke perangkat lainnya. 5. Streaming audio ke speaker Penggemar Apple memiliki pilihan terbaik untuk bermain musik mereka (pada speaker ada) di rumah mereka, sebagai Apple AirPort Express router adalah yang merupakan kit untuk streaming musik ke loudspeaker. 7. Share file dengan komputer lain Penyedia penyimpanan file online - seperti Dropbox memungkinkan foto, dokumen, dan video mana saja dan berbagi dengan mudah menggunakan jaringan Wi-Fi jika kedua pengguna memiliki account Dropbox. Ini merupakan metode (dan lebih aman) alternatif daripada menggunakan â&#x20AC;&#x2DC;shared folderâ&#x20AC;&#x2122;. 9. Untuk keamanan Aplikasi seperti Find My iPhone menggunakan Wi-Fi untuk mencari iPhone Anda jika lupa meletakannya atau ketika dicuri. Keberadaan perangkat dapat dipantau melalui Wi-Fi. Sampai saat ini, kemungkinan masih banyak kegunaan Wi-Fi yang belum kita ketahui, karena teknologi ini terus dikembangkan dan ditingkatkan kapabilitasnya agar memiliki performa yang lebih baik.
audio video 11 Edisi 13/2013
PENULIS
THEMA
Budi Santoso
Kabel yang diletakkan di bawah karpet juga membuat tersandung, begitu juga dengan kabel yang membentang di sepanjang langit-langit atau dinding hanya merusak pemandangan. Jika Anda memiliki sistem home theater dengan 7 unitspeaker dan subwoofer, maka setidaknya diperlukan kabel yang bersliwetan lebih dari 20 meter. Dengan memanfaatkan jaringan nirkabel seperti Wi Fi, maka ada dua implementasi speaker nirkabel yang umum, keduanya memiliki desain yang mirip, tetapi menggunakan media sinyal transportasi yang berbeda. Sebuah perangkat pemancar melekat pada koneksi speaker pada sumber audio, dan perangkat penerima melekat, atau termasuk dalam speaker untuk ditempatkan jarak jauh. Kebanyakan speaker nirkabel dijual dengan paket dengan pemancar (transmitter). Seperti halnya dengan menggunakan kabel, maka semakin jauh penerima (receiver) loudspeaker dari pemancar, semakin besar kemungkinan terjadinya distorsi. Ini adalah masalah hukum ďŹ sika, dan tidak dapat dihindari.
WIRELESS
Sinyal wireless merupakan sinyal gelombang elektromagnetis yang dapat berjalan tanpa media tetapi melalui ruang hampa atau media seperti udara. Karena tidak dibutuhkan media ďŹ sik sebagai perantara, maka hal
ini akan sangat menguntungkan pada saat membangun jaringan pada daerah atau area yang luas. Pada sebuah jaringan yang sederhana, sering kita dengar istilah WaveLAN seperti diwarnet-warnet. WaveLAN merupakan sarana komunikasi dengan menggunakan wireless. Wi-Fi (Wireless-Fidelity) atau jaringan tanpa kabel, sering disebut dengan jaringan 802.11 karena standar yang biasanya digunakan adalah IEEE802.11. Keuntungan menggunakan jenis jaringan seperti ini adalah tanpa menggunakan medium seperti kabel, kita sudah dapat membangun atau melakukan koneksi ke sebuah jaringan. Jika sebelumnya kita mengenal medium kabel koaksial atau kabel UTP yang sering digunakan dalam membangun sebuah jaringan komputer, maka pada saat ini orang lebih suka menggunakan sistem wireless karena kemudahan dalam konďŹ gurasi dan penggunaannya. Penggunaan angka 802.11 (standar wireless network) dibuat oleh IEEE(Institute of Electrical and Electronics Engineers). Penggunaan notasi a, b dan g menunjukan versi yang berbeda dalam standar 802.11. Versi yang pertama diluncurkan adalah 802.11b beroperasi pada 2.4 Ghz dan kecepatan 11 Mbps. Kemudian dilanjutkan dengan versi 802.11a dengan beroperasi pada 5 Ghz dan kecepatan 54 Mbps. Versi yang terakhir adalah 802.11g adalah campuran diantara kedua versi sebelumnya, beroperasi pada 2.4 Ghz dan kecepatan 54 Mbps. Pada dasarnya, sistem yang digunakan pada jaringan WiFi adalah analogi dengan HT(Handie-talkie). Alat ini dapat mengirim dan menerima sinyal radio. Suara yang dikirimkan akan diterima oleh microphone dan di-enkode-kan menjadi frekuensi radio dan ditransmisikan oleh antena. Pada alat yang lain sinyal radio tersebut di terima oleh antena dan men-dekode-kan sinyal radio tersebut sehingga dapat didengar melalui speaker.
audio video 12 Edisi 13/2013
KENAPA WI FI LEBIH TERKENAL ?
Memang banyak teknologi wireless yang ada, namun kenapa justru Wi Fi lebih mendapat tempat dan terkenal? Ini disebabkan karena teknologi yang di usung oleh Wi Fi lebih mudah, murah dan punya kecepatan transfer data cukup mumpuni (untuk protocol W iFi 802.11g bisa sampai 54 Mbs) dibandingkan teknologi Nirkabel yang lain. IrDA punya kelemahan kecepatan data yang hanya sampai 115.2 KB/sec dan juga hanya untuk transfer antar satu perangkat dengan keterbatasan jarak (1-100 cm). Bluetooth sebenarnya cukup bagus hanya saja jangkuan sinyalnya hanya sampai 100 meter saja dan juga rawan tersusupi malware (ini karena perangkat bluetooh terusterusan melakukan hubungan dengan perangkat didekatnya walaupun tidak melakukan transfer data, kelemahan ini juga di Inggris sana digunakan oleh pencuri untuk mendeteksi Laptop yang tersimpan dimobil begitu ada hubungan dengan bluetooth laptop pencuri tahu bahwa dimobil tersebut tersimpan Laptop). Jadi sekarang kita tahu bukan hanya Wi Fi saja yang termasuk Teknologi Nirkabel tapi masih banyak yang lain dan mungkin suatu saat Wi Fi akan tergantikan dengan teknologi yang baru dan lebih baik contohnya WiMAX. Hadirnya loudspeaker nirkabel yang saat mulai banyak diluncurkan oleh berbagai produsen ternama dunia, tentunya bukan tanpa pertimbangan, karena teknologi wireless yang ada saat ini memang sudah mampu menunjang sistem audio tanpa menggunakan kabel.a
Memang banyak teknologi wireless yang ada, namun kenapa justru Wi Fi lebih mendapat tempat dan terkenal? Ini disebabkan karena teknologi yang di usung oleh Wi Fi lebih mudah, murah dan punya kecepatan transfer data cukup mumpuni (untuk protocol W iFi 802.11g bisa sampai 54 Mbs) dibandingkan teknologi Nirkabel yang lain.
audio video 13 Edisi 13/2013
PENULIS
REVIEW
David Susilo
PRE-AMP / PROCESSOR SURROUND BARU DARI OUTLAW AUDIO Outlaw Audio merupakan produsen kecil audio macam SHM Project dimasa jayanya. Mumpung saya sedang getol menulis artikel soal perusahaan kecil / start-up, dan kebeltulan Outlaw baru saja meluncurkan Pre/Pro Outlaw 975, maka produk ini juga saya uji coba untuk edisi Audio Video bulan ini.
S
udah beberapa tahun ini perusahaan Outlaw Audio sedang kembang kempis karena berbagai hal teknis dan politis. Awalnya Outlaw sudah menyiapkan processor seharga $1,500 tetapi karena modal yang terbatas, akhirnya mereka hanya mampu meluncurkan prepro tipe 975 yang seharga $550. Banyak sekali jalan pintas yang diambil oleh Outlaw 975 ini. Antara lain adalah HDMI input yang hanya ada empat, tidak ada Phono Input untuk turntable, tidak ada Room Correction sama sekali (contoh room correction antara lain adalah Advanced MCACC, YPAO, ARC, Lyngdorf, Audyssey), dan penggunaan video upscaler dan DAC yang tidak jelas. Belum apa-apa saya sudah kecewa dengan fitur yang ada. Jadi apakah alat ini masih pantas dibeli? Terus terang tidak terlalu banyak orang yang memerlukan lebih dari empat HDMI inputs. Alat yang biasa digunakan paling hanya CableTV, Media Player, Blu-ray Player (meskipun bagi saya tidak cukup karena saya menggunakan dua CableTV, dan dua Blu-ray Players serta camcorder HD yang memerlukan total 6 HDMI inputs). Juga meskipun saya menggunakan Phono Pre-amp yang ada di Receiver Anthem MRX-700 dan Pioneer LX-82, kalau memang penggemar turntable sungguhan, biasanya sang pengguna sudah memiliki pre-amp sendiri. Terlepas dari kekurangan diatas, ada beberapa kelebihan
pre/pro Outlaw 975 ini. Pertama adalah sistim crossover yang independen dimana setiap speaker bisa memiliki crossover sendiri. Biasanya diberbagai receiver dan banyak pre/pro, pilihan yang ada hanyalah full-range (tanpa crossover) atau satu titik crossover untuk semua speaker yang ada. Bagaimana bila speaker utama “turun” hingga 40 Hz, speaker center mentok di 80 Hz, speaker samping di 50 Hz dan speaker belakang di 60 Hz? Untuk pre/pro maupun receiver rata-rata, kita harus memilih titik crossover tertinggi (dalam contoh ini adalah 80 Hz) dan sisanya dilarikan ke subwoofer. Hal ini membuat subwoofer tidak bisa bekerja secara optimal karena suara dari 7 kanal dicampur aduk menjadi 1 kanal sehingga membuat suara bass hanya muncul dari subwoofer yang buntutnya membuat subwoofer menjadi kurang (atau malah, tidak) gesit. Dengan sistim yang digunakan Outlaw 975, setiap speaker bisa diatur crossover point-nya masing-masing. Jadi kita bisa meng-setting titik crossover sebagaimana seharusnya tergantung response asli masing-masing speaker dan hanya frekuensi sisa-nya yang dikirim ke subwoofer. Hal ini membuat respon subwoofer menjadi jauh lebih gesit dan akurat. Dengan fitur penting yang satu ini, suara yang dihasilkan Outlaw 975 menjadi sangat musikal dan “sopan” tapi tetap berdinamika tinggi dengan respons transient yang gesit.
audio video 14 Edisi 13/2013
SPESIFIKASI
Kelebihan lainnya adalah reproduksi digital to analog yang sangat bersih dan nyaris mirip analog total. Sesuatu hal yang hampir mustahil dengan harga semurah ini. Tidak perlu lagi menggunakan satu sistem hanya untuk sistim dua kanal dan satu sistem untuk multi-kanal. Cukup menggunakan satu pre/pro ini, kedua keperluan sudah terpenuhi. Tapi bagaimana dengan fitur lainnya? Yah, untuk pre-pro seharga $549, bisa dimaafkan lah. Perlu tambahan HDMI input dan perlu upscaler yang baik? Tinggal tambah DVD Edge Green seharga $500-an. Perlu DAC yang lebih baik? Tinggal beli Cambridge Audio DAC Magic Plus seharga $500-an. Tapi kalau tidak perlu ya tidak perlu tambah uang. Anggaplah alat ini menjadi alat modular seperti di tahun ’80-an di masa jayanya sistem komponen terpisah. Untuk pertama kalinya saya tidak bisa memutuskan apakah alat ini pantas saya rekomendasikan atau tidak, karena value dari alat ini sangatlah subjektif. Mahal tapi murah, murah tapi mahal tergantung kebutuhan. Tapi setidaknya dengan harga yang sedikit lebih murah dari pre/pro rata-rata, kita bisa memilih DAC apa yang mau kita gunakan maupun video processor apa yang mau kita gunakan.a
• Dolby TrueHD, Dolby Digital Plus, and Dolby Digital decoding*; DTS-HD Master Audio, DTS-HD HighResolution Audio and DTS decoding • Dolby Pro Logic IIz, Dolby Pro Logic IIx, and Dolby Pro Logic II* and DTS NEO:6** processing • Performance Matched Op Amps in the Critical Path • High-Definition Video Scaling w/full Bypass • Quadruple Crossover Control (Separate settings for Front L/R, Center, Surround L/R, Surround Back L/R) • Lip Synch Delay • On Screen Display (via HDMI only) • 32-Bit CS-497024 Crystal Processor • 192 kHz 24-bit DAC’s for all channels
Tampilan Belakang Prosessor Outlaw
audio video 15 Edisi 13/2013
• 4 HDMI Inputs • HDMI Output with ARC • 7.1 RCA pre-amp outputs • Front height-channel outputs • 4 Digital Inputs (2 coaxial, 2 optical) • 2 Component Video Inputs • 2 Composite and 2 S-Video Inputs • 5 Analog Audio Inputs • High performance tuner • Direct access station tuning via remote control • 12-Volt Trigger • Channel Level Memory • Aluminum Front Panel • Dimensions (HxWxD): 2.8” x 16.9” x 9.5” • Weight: 8.27 lbs.
PENULIS
REVIEW
David Susilo
VERMOUTH BLACK CURSE SPEAKER WIRES
Dua bulan yang lalu saya menulis bahwa kita sebagai bangsa harus mampu mengalahkan bangsa lain dibidang audio video. Ternyata tulisan ini ditanggapi oleh Vermouth Cables yang berpusat di Bali. Untuk pertama kalinya dalam karir saya menulis dari 1992 saya ditantang untuk mereview kabel. Belum pernah ada perusahaan kabel manapun juga, baik Ultralink, Kimber Kable, XLO atau apapun juga berani langsung minta alamat saya dan langsung mengirimkan kabelnya untuk diuji coba!
B
elum seminggu, kabel tersebut sudah tiba di rumah saya via EMS dan tanpa sabar saya membuka kotak pengiriman dan didalamnya tampak sepasang kabel Vermouth sepanjang tiga meter dengan kepala Banana dengan kemasan yang sangat anggun dan professional setara dengan seri kelas atas dari XLO yang seharga dikisaran US$1,000 untuk panjang yang sama. Padahal harganya dibawah separuhnya! Jadi dari segi penampilan, sama sekali tidak kalah dengan kabel dari Amerika dan total lebih rapih dan professional dari kabel China yang paling terkenal di kalangan audiophile US/ Canada bermerek Choseal. Tapi bagaimanapun juga, yang penting adalah kualitas suaranya tentu. Mau seindah apapun kalau suaranya bagai kaleng kerupuk tentu tidak ada gunanya sama sekali. Kabel yang menjadi referensi di Home Theater saya adalah Ultralink Ambiance II. Saat saya membeli kabel tersebut harganya ada dikisaran $600-an. Saya juga memiliki kabel Choseal kelas paling atas yang tersedia di Canada (tipe L-1501) yang meski harganya dikisaran $300-an, akhirnya hanya menjadi kabel speaker di kamar anak saya karena suaranya agak kasar dan kadang nyelekit (anak saya hanya menggunakan CD dan ampliďŹ er NAD entry level dengan speaker Andrew Jones dan selalu diputar dengan volume rendah sehingga kekasaran suara kabel tersebut tidak terlalu terasa).
Untuk pengujian ini, seperti biasa saya gunakan CD Player Pioneer PD-D9, DAC Cambridge Audio DAC Magic Plus (lihat hasil uji coba di edisi yang sama), Musical Fidelity X10 version 3 Tube Buffer, Receiver Anthem MRX700 dengan 2 kanal stereo diampliďŹ kasi dengan Parasound A23 dengan speaker referensi saya yang sudah uzur, PSB Century 300i. Setelah kabel speaker di break-in dengan CD break-in yang didesain oleh studio pribadi saya bekerja sama dengan IsoTek dan Densen selama 80 jam (ekuivalen dengan
audio video 16 Edisi 13/2013
menyalakan musik biasa selama 400 jam), saya memulai uji coba. Track 8 dari CD Charice rilisan Warner USA merupakan test track yang all-in-one. Dari suara bisikan, desahan nafas, reverberasi ruang serta multi-tap echo; hingga gebrakan orchestral hit serta jeritan nada tinggi yang dinyanyikan Charice semua terekam dengan sempurna (CD Charice versi Asia dan Australia tidak patut digunakan sebagai bahan referensi karena menggunakan mix yang berbeda dan ada beberapa bagian yang berdistorsi digital). Saya beruntung sekali karena pada sesi mixdown lagu tersebut, mastering akhirnya dilakukan di Kanada dimana saya diundang oleh “suhu” saya (David Foster) untuk mengikuti proses masteringnya dimana beliau juga menggunakan amplifier Parasound A21 dan pre-amp Anthem meskipun speaker yang beliau gunakan adalah B&W 800. Tapi setidaknya saya jadi tahu persis seperti apa seharusnya suara rekaman tersebut. Untuk membiasakan telinga saya dengan referensi dirumah, saya putar lagu ini beberapa kali dengan sistim referensi yang saya terakan diatas. Setelah biasa dengan referensi suara yang saya dengar, saya langsung ubah menggunakan switcher dan menggunakan kabel Vermouth Black Curse yang hand-made di Bali ini. Hasilnya? WOW! WOW! WOW! WOW! WOW!
Tidak saya sangka kabel ini bisa menyaingi Ultralink Ambiance II yang saya jadikan referensi! Untuk sebagian besar lagu, kabel Vermouth ini tidak berbeda dengan kabel Ultralink (tapi HARUS diingat bahwa kabel Ultralink yang saya gunakan harganya diatas dua kali lipat harga Vermouth; PLUS kabel Vermouth tampak lebih cantik dan anggun pula). Tetapi sebagian kecil ada perbedaan dan perbedaannya sangatlah nyata dan positif. Multitap echo yang di mix dengan QSound memiliki imaging yang sedikit lebih menyempit tetapi titik lokalisasinya lebih terasa. Dulu saya hanya bisa menyatakan “suara multitap-nya ada di sekitar daerah sini dan sekitar daerah sana”, sekarang saya bisa menunjukkan dengan persis “suara multitap-nya ada dititik sini dan dititik sana”. Jadi tidak mengawang-awang lagi dan sangat bisa di pin-point. Begitu pula dengan reverberasi rekaman yang dulu rasanya sudah sangat baik dengan menggunakan kabel Ultralink, setelah diganti dengan Vermouth, reverberasi rekaman terasa lebih dimensional dan diruangan 10-ft x 16-ft, suara reverberasinya lebih terdengar natural (padahal reverberasinya adalah reverberasi dari Lexicon PCM 96 Surround alias sekedar Virtual Surround) Begini saja, anak saya yang sudah terbiasa mendengarkan lagu Charice itu karena selalu saya gunakan untuk menguji coba berbagai peralatan bisa mengira bahwa saya menyalakan surround processor. Saya sendiri sampai akhirnya mengira bahwa saya yang salah setting Anthem MRX-700, instead memilih 2-channel stereo mungkin tidak sengaja saya memilih Dolby Pro Logic II Music. Ternyata tidak. Memang yang saya pilih hanya 2-channel stereo. Salut sekali saya dengan kabel ini! Kepada Pak Hendry, terima kasih untuk karya Anda... dan maaf, saya tidak akan mengembalikan kabel Bapak karena kabel Vermouth Black Curse ini sekarang menjadi kabel referensi saya. Goodbye Ultralink Ambiance II, hello Vermouth Black Curse !!!!a
Jalinan shielding kabel Vermouth yang dikemas eksklusif
audio video 17 Edisi 13/2013
PENULIS
REVIEW
David Susilo
CAMBRIDGE DAC MAGIC PLUS Beberapa dekade yang lalu, majalah Audio Video (dulu AUVI dibawah naungan SHM) “memperkenalkan” saya dengan Digital to Analog Converter (DAC) merek Wadia. Suara DAC Wadia itusangat saya sukai hingga ketika saya membuka studio rekaman di awal ’90-an saya menggunakan Wadia sebagai DAC. Dari hasil mengkorek isi perut Wadia, saya temukan bahwa chip yang digunakan adalah keluaran Wolfson dan sejak itu saya condong memilih DAC (merek apapun juga) yang berbasis Wolfson.
S
etelah menggunakan Wadia DAC, saya pernah gunakan Apple iPod generasi pertama yang juga menggunakan Wolfson DAC, begitu pula receiver Pioneer SC-25, CD player Pioneer PD-D9, Blu-ray player Pioneer BDP-LX91 serta CD player terbaru saya, NAD C546 BEE. Semuanya menggunakan DAC Wolfson terutama chip 8740 dan 8741. Ketika saya mendengar ada DAC yang harganya hanya dikisaran $500-an, yaitu Cambridge Audio DAC Magic, langsung saya uji coba dan saya sangat menyukainya... eh ternyata isi perutnya lagi-lagi Wolfson chip! Sekarang Cambridge Audio meluncurkan versi baru dari DAC Magic yang bernama DAC Magic Plus. Karena penasaran, saya meminjam alat ini dari toko rekan saya di Canada. Dengan hanya membedakan model terdahulu (DAC Magic) dengan sekarang (DAC Magic PLUS), saya mengira perbedaannya tidak akan banyak. Ternyata saya salah besar. Meskipun bila saya matikan sistim upsampling di kedua alat ini (versi lama lawan versi baru) suaranya terdengar tak berbeda, hasil upsampling DAC Magic Plus ini betul-betul “PLUS”!! Ketika mendengar rekaman CD biasa dari Chris Botti, lengkingan trompet yang dimainkan terdengar sangat
berbeda. DAC Magic yang biasa memang tidak terasa celanya sama sekali... sampai saya mendengar hasil upsampling DAC Magic Plus. Setelah mendengarkan beberapa lagu dengan DAC Magic Plus dengan upsampling mode dinyalakan, ketika saya kembali mendengarkan lagu yang sama menggunakan DAC Magic yang versi “kuno”, terasa kasar suaranya. Ini bukan berarti DAC yang lama itu buruk. DAC yang lama membuat rekaman biasa menjadi bagaikan rekaman SACD, sedangkan DAC Magic Plus membuat rekaman yang sama menjadi seperti mendengarkan liveshow. Perbedaan penting lainnya berada pada headphone output. DAC Magic terdahulu tidak memiliki headphone output sedangkan yang sekarang ada satu colokan 1/8-inci yang mampu meng-handle headphone “biasa” dengan impedansi 32 Ohm hingga headphone ribbon dengan impedansi 600 Ohm !!!. Saya hanya memiliki koleksi headphone macam PSB M4U2, Sony MDR-V600 serta Focal Spirit One, semua dengan harga dibawah $400, tetapi hasil yang saya dengar jauh lebih baik daripada headphone pre-amp manapun yang pernah saya coba seharga dikisaran $500-an. Terlebih lagi, karena saya bisa menggunakan DAC Magic Plus juga sebagai pre-amp, saya bisa mencolok-
audio video 18 Edisi 13/2013
SPESIFIKASI
kan jalur XLR langsung ke amplifier Parasound A23 dan dengan kabel speaker Vermouth Black Curse (baca uji coba kabel speaker ini di edisi yang sama) secara langsung. Lagi-lagi suara terdengar lebih hidup. Hanya satu problema dari DAC Magic Plus ini... saya sekarang harus melego DAC Magic generasi pertama milik saya untuk membeli DAC Magic Plus.
• Chip DAC ganda Wolfson WM8740 24bit DACs dengan konfigurasi dual differential serta dual-mono sehingga tidak mungkin terjadi crosstalk sama sekali • Upsampling input apapun ke resolusi 24-bit/384kHz dari Anagram Technologies ATF2 • Digital Preamp mode sehingga alat ini, kalau mau, bisa digunakan sebagai pre-amp dan langsung dihubungkan ke power amplifier ataupun ke speaker aktif • 24-bit/96kHz driverless USB Audio 1.0 • 24-bit/192kHz USB Audio 2.0 dengan ASIO serta kernel streaming modes
audio video 19 Edisi 13/2013
• Transfer data dengan sistim Asynchronous USB yang bebas jitter • 3 pilihan digital filter: linear phase, minimum phase, dan steep • Balanced XLR audio output dan RCA output • 2 input 24 bit (optical atau coaxial S/PDIF) • External input untuk receiver Bluetooth BT100 (harus dibeli terpisah) • Support akan format apt-X Bluetooth CODEC (Lossless Bluetooth) serta Bluetooth standar biasa (SBC/A2DP)
PENULIS
REVIEW
David Susilo
DARBEE DARBLET DVP-5000, VIDEO PROCESSOR UNTUK KHALAYAK RAMAI Dari dulu jaman SHM Project saya paling hobi menguji coba berbagai peralatan “kerajinan tangan” atau peranglat audio video dari perusahaan yang relatif kecil. Hal ini disebabkan karena biasanya saya mendapat banyak kejutan yang bersifat positif dari perusahaan-perusahaan “mini” tersebut.
K
arena belakangan ini saya banyak berkutat di studio mastering Technicolor, saya secara literal menemukan alat baru yang bermerek Darbee dengan model Darblet DVP-5000. Alat ini ukurannya sekitar dua kotak rokok, bebahan plastik dengan beberapa chip video keluaran Analog Devices yang bisa diprogram ulang. Kalau dilihat dari penampilan, alat ini kelihatannya murahan, tidak meyakinkan, dan tidak pantas berada di studio papan atas seperti Technicolor. Akibat rasa penasaran saya, saya dikenalkan oleh Paul Routhier dari Technicolor Canada ke pemilik perusahaan Darbee, yaitu Paul Darbee. Langsung dalam pembicaraan via telpon yang pertama, beliau menawarkan sebuah Darbee Darblet DVP-5000 untuk diuji coba. Jarang nih ada perusahaan yang malah menantang agar produknya diuji coba. Tentunya tantangan ini saya terima dengan tangan terbuka. Hanya dua hari kemudian, saya menerima paket kilat dari Paul Darbee via Fedex yang berisi kemasan DVP-5000. Aduh, Maaak, kemasannya buruk sekali. Seperti mainan dan sangat tidak professional. Dengan ragu-ragu saya colokkan DVP-5000 ini diantara keluaran receiver Anthem MRX-700 dan proyektor Panasonic PT-AE7000U. Setelah pemanasan proyektor selama setengah jam, saya mulai memainkan blu-ray Abraham Lincoln Vampire
Hunter versi 2D dari pemutar cakram blu-ray Pioneer Elite BDP-62FD, saya lihat biasa-biasa saja. Gambar tajam, nyaris seperti 3D. Saya ganti filmnya dengan Madagascar 3: Europe Most Wanted juga biasa-biasa saja. Setelah beberapa saat, saya mulai memainkan DVP-5000 tersebut, dan saya baru tersadar bahw ternyata selama ini DVP-5000 itu ternyata dalam posisi ON, dan ketika saya pindah ke posisi OFF, sangat terasa gambarnya menjadi agak kabur seperti kurang fokus dan warna kurang keluar. Tadinya saya menyalahkan alat ini mengira bahwa DvP-5000 ini malah merusak gambar. Tetapi setelah mencoba kembali mencolokkan keluaran dari Anthem MRX700 langsung ke PAnasonic PT-AE7000U, baru saya sadar bahwa yang saya rasa buram dan warna kurang menonjol justru merupakan sinyal aslinya. Alat ini benar-benar memberi efek kontras yang lebih tinggi, saturasi warna yang lebih dalam dan efek resolusi yang lebih tinggi. Saya malah lebih penasaran lagi ingin tahu apakah alat ini merubah warna dan titik-titik kalibrasi lainnya. Ternyata menggunakan THX Calibration Disc, Disney WoW, serta pattern generator dari Sencore, alat ini tidak merubah titik kalibrasi manapun juga. Entah persisnya rahasia dapur apa yang digunakan oleh Darbee Darblet DVP-5000 ini, tetapi bila saya bandingkan blu-ray dengan master-nya yang tidak
audio video 20 Edisi 13/2013
Dengan Proses Darbee
Tanpa Proses Darbee dikompresi sama sekali, resolusi warna dan kontras tidak kelihatan bedanya sama sekali. Sedangkan blu ray (tanpa Darbee Darblet DVP-5000) bila dibandingkan dengan master yang tanpa kompresi terlihat kusam dan tidak memiliki hitam yang cukup kelam. Alat ini membuat digital video rumahan macam blu-ray, .mkv, cable TV, lebih kelihatan seperti analog. Terutama bila digunakan dengan settingan HD 55% (settingan bisa dipilih antara HD, GAME, POP dengan value dari 0% hingga 120%) Lebih asiknya lagi melalui rekan saya di Technicolor, saya bisa minta (bayar tambahan tentunya) agar alat ini diprogram dengan software yang khusus untuk merek display tertentu. Sementara ini Technicolor memiliki software untuk versi Panasonic, Sony, JVC, Samsung, LG, dan Vivitek. Dengan begitu, semua anak perusahaan JVC (misalnya Anthem, DreamVision) juga bisa mendapatkan software khususnya. Anak perusahaan Vivitek, yaitu Runco juga bisa sharing program software yang sama. Darbee Darblet DVP-5000 bisa dipesan via Amazon. com seharga US$350 plus ongkos kirim dan kalau mau diprogram secara spesifik, bisa saya bantu dari Canada. (Nota: saya BUKAN penjual Darbee dan saya TIDAK
memiliki afiliasi apapun dengan Darbee). Berapa bagusnya Darbee processor ini? Well, buntutnya saya beli empat buah untuk masing-masing TV dan proyektor dirumah plus hampir 24 klien saya sudah membeli atau sedang menunggu kedatangan Darbee Darblet DVP-5000 untuk proyektor dan TV mereka.a
SPESIFIKASI • Blu-ray, XBox 360, PlayStation 3, Cable, Mobile
• • • • • • • • • •
HiDef, Gaming, Full Pop viewing modes Upgradeable after purchase HDMI 1.4 Compliant, works with 3D One HDMI input, one HDMI output Buttons: Darbee, Up, Down, Menu LEDs: Video, Power (dimmable) On screen menu to access controls Infrared remote control included 5v power supply included 2.5” x 4” x .75”, 3 oz.
audio video 21 Edisi 13/2013
PENULIS
DYNAUDIO XEO 5
LOUDSPEAKER WIRELESS KELAS HIGH END Dalam perjalanan sejarahnya, nama Dynaudio memang sudah tidak asing lagi di kalangan Audiophile sebagai salah satu produsen loudspeaker asal Denmark. Sejak tahun 1977 Dynaudio telah menghasilkan berbagai seri speaker yang disajikan bagi sistem hi ďŹ sampai high end, kali ini Dynaudio meluncurkan produk spektakuler berupa loudspeaker aktif nirkabel.
TEST
Budi Santoso
T
ren loudspeaker wireless (tanpa kabel) memang sedang marak saat ini, terbukti dengan banyaknya jenis produk yang diluncurkan di pasaran, termasuk produk keluaran Dynaudio seri XEO yang merupakan jenis Wireless Speaker. Kali ini kami mencoba loudspeaker Dynaudio XEO 5 yang merupakan jenis speaker nirkabel, selain seri Xeo 3 yang juga menerapkan teknologi sejenis. XEO 5 dikemas dalam kotak speaker model ďŹ&#x201A;oorstanding yang setiap unitnya telah mengadopsi teknologi Wi Fi dengan builtin modul penerima memanfaatkan sinyal 2,4 Ghz. Walau loudspeaker Dynaudio XEO 5 tidak menggunakan kabel koneksi untuk sinyal audio, namun bukan berarti semuanya tanpa kabel, dimana kelistrikannya tetap menggunakan kabel power sebagai sumber daya listriknya, karena di dalam setiap unit XEO 5 telah dilengkapi ampliďŹ er yang didukung oleh modul receiver. Soal tampilan, XEO 5 ternyata tidak berbeda jauh dengan kebanyakan jenis speaker pasif pada umumnya, hanya saja pada salah satu titik di bagian bafel depan terdapat sebuah Infra Red sebagai penerima sinyal untuk remote kontrol. Dan jika Anda melihat bagian belakangnya, maka akan ditemukan panel khusus yang terdapat tombol power, switch Left-Right, dan switch Room. Melihat switch Left-Right di atas, XEO 5
audio video 22 Edisi 13/2013
D k i y Setiap Speaker built-in amplifier + Receiver dapat difungsikan sebagai speaker kanan atau kiri, bahkan sebagai mono speaker, begitu juga dengan switch Room, yang memungkinkan XEO 5 dapat diaplikasikan dalam ruang yang saling berbeda, sehingga konsepnya mirip dengan multiroom pada jenis amplifier. Untuk mengaktifkan XEO 5 memang diperlukan pasangan berupa transmitter yang berbentuk modul, dimana dari sini setiap mesin source dapat dihubungkan dengan berbagai jenis masukan, baik dari model komposit RCA, mini jack, Toslink (optik digital), maupun port USB, dimana pemancar “Transmitter”, ternyala dapat dibeli secara terpisah, PENGUJIAN Dalam pengujian XEO 5, kami menggunakan sumber masukan dari media player dengan koneksi USB, diman sebelumnya transmitter disinkronisasi terlebih dahulu melalui pilihan switching A, B atau C yang disamakan pada loudspeakernya. Disini proses link secara otomatis sudah terjalin, sehingga ketika diputarkan lagu-lagu dari format MP3, maka langsung direspon secara baik.
Untuk menghasilkan efek stereo, maka setiap loudspeaker disetting pada mode Left dan Right, sedangkan konfigurasi switching dipilih sama-sama pada mode A. Hasilnya memang cukup mengagumkan, dimana proses transmisi dari modul source berjalan mulus. Kualitas suara yang dihasilkan XEO 5 ternyata tidak meleset dari dugaan kami, dimana dari sinyal dengan format MP3 tidak mengalami kesulitan, bahkan untuk menjalankan format Wav yang memiliki data trasnsfer yang besar pun mampu dilakukan dengan baik, tak terjadi lag maupun perubahan kualitas, sehingga kita seolah diajak untuk mendengarkan music menggunakan kabel speaker. Dari hasil pengujian ini, terbukti bahwa Dynaudio XEO5 tetap mengutamakan kualitas suara, walau telah mengadopsi teknologi terbaru yang memanfaatkan jaringan Wi Fi yang memang mampu melakukan transfer data kapasitas besar. Apakah Anda ingin menghubungkan dengan PC Anda,, TV, CD player, atau bahkan pemutar piringan hitam. Melalui mini-jack atau jack RCA (analog), USB port atau Toslink (digital), maka akan disajikan musik sampai 24 bit dan 48 kHz yang diterima dan dalam “kualitas CD”, resolusi16-bit yang ditransmisikan pada 2,4 GHz.a
SPESIFIKASI • • • • • • • • •
Tanggapan frekuensi : 36 Hz – 22 kHz Konsumsi daya : 4 – 76 W Konsumsi daya standby : 0.6 W (network active) Power rating : Woofer: 50 W, Tweeter: 50 W Power supply : 100 - 230 V Bobot : 16.7 kg Dimensi (W x H x D) : 170 x 922 x 260/275 mm Finishes : White Piano Lacquer Black Piano Lacquer Modul wireless dari mesin source
audio video 23 Edisi 13/2013
PENULIS
TEST
Budi Santoso
PIONEER XW-SMA4-K LOUDSPEAKER NIRKABEL DLNA AIRPLAY Memasuki era nirkabel menjadi kabar baik bagi pecinta musik, karena berarti saat ini orang sudah dapat menikmati musik dari manapun Anda berada, yang tentunya tidak lagi menggunakan kabel, seperti halnya smartphone yang telah menjadi salah satu piranti nirkabel dalam kehidupan sehari-hari.
P
erkembangan teknologi nirkabel yang mengalami kemajuan pesat, memang memacu para produsen elektronik untuk menciptakan produk-produk dengan memanfaatkan jalur frekuensi, seperti gelombang RF yang diaplikasikan sebagai media pembawa sinyal audio. Mungkin hanya masalah waktu, sebelum diperkenalkannya jenis speaker dengan konektifitas Wi-Fi, dan kemudian dikenal sebagai Wireless Speaker. Kali ini lab Avi kedatangan produk buatan Pioneer berupa loudspeaker tanpa kabel seri XW-SMA4-K yang dirancang khusus sebagai penguat suara untuk menikmati musik dari berbagai sumber melalui koneksi
wireless. Kita tahu dalam dunia nirkabel, ada banyak cara untuk menghubungkan dan memainkan lagu, seperti cara revolusioner menikmati musik menggunakan teknologi AirPlay ® yang dibuat kompatibel dengan piranti seperti iPhone, iPad, iPod touch, atau menjalankan iTunes Bagi pengguna Android System, jangan khawatir, Pioneer XW-SMA4-K juga dapat diakses menggunakan fasilitas Wi- Fi yang disediakan, sehingga dapat saling berinteraksi, terutama menggunakan software AllShare, termasuk fasilitas HTC Connect ™ , dimana secara nirkabel dapat melakuakn streaming musik favorit Anda langsung dari ponsel HTC. Dengan menyandang sertifikasi DLNA
audio video 24 Edisi 13/2013
1.5, maka XW-SMA4-K dapat berhubungan mulus ke semua perangkat yang telah mengadopsi DLNA lainnya. Soal tampilan, Pioneer XW-SMA4-K dikemas sebagai sistem loudspeaker aktif yang casingnya disaput warna hitam glossy, dimana drivernya dilindungi oleh grill kokoh, namun kesan yang didapat produk yang satu ini memang tersirat minimalis. Tidak ada panel kontrol berupa tombol-tombol yang menonjol, karena semuanya terintegrasi dalam sebuah Capacitive Touch Control Panel, yaitu tombol sentuh yang sangat peka saat jari kita menunjuk pada salah satu menu yang ada di bagian bawah driver Jika melirik bagian belakang loudspeaker, maka akan terlihat jalur LAN untuk koneksi dengan perangkat komputer serta port USB untuk koneksi dengan perangkat iPhone, iPad, maupun iPod. Di bagian lain, terdapat masukan power catu daya, yang dalam hal ini XWSMA4-K dilengkapi adaptor 2 Ampere dengan keluaran 15 Volt DC. Bahkan untuk dapat menangkap sinyal audio dari perangkat nirkabel, loudspeaker ini juga dilengkapi dengan receiver yang diperkuat dengan antena. PENGUJIAN Untuk membuktikan kemampuan dari Pioneer XWSMA4-K dalam melakukan akses tanpa kabel, maka kami langsung mencoba dengan menggunakan Tablet berbasis Android yang sebelum telah kami install terlebih dahulu software AllShare. Proses pengaktifan dari Pioneer XW-SMA4-K setelah power menyala, maka dengan menekan tombol Network Setup/ Wireless Direct yang letaknya ada di belakang loudspeaker selama kurang lebih 3 detik sampai proses booting kembali. Dimana indikator “Network” lampu led warna ungu akan menyala konstan. Dari sini, berarti perangkat siap “berhubungan” dengan perangkat Tablet Android. Untuk koneksi dengan Pioneer XWSMA4-K, maka setting Wi Fi kami aktifkan
sampai keluar hasil scanning “WirelessDirect:21DA2F” . Dari sini kemudian telah terjalin koneksi, dimana saat kami coba memutar lagu-lagu dari tablet, maka langsung diakses XW-SMA4-K, dengan baik, suara loudspeaker beroperasi dengan baik. Ini membuktikan sistem nirkabel berjalan mulus tanpa hambatan. Kualitas suara yang dihasilkan XW-SMA4-K ternyata juga tergolong memenuhi kriteria hi fi, tonal balance yang dihasilkan dari musik dapat direpro dengan baik, bahkan kualitas bas dari built-in subwoofer juga mampu dihasilkan dengan solid.a
SPESIFIKASI • Sound Tuning and Driver Design by Pioneer’s Chief Speaker Engineer, Andrew Jones • Speakers: 3 Way (3” Mid-Range x 2, 1” Tweeter x 2, 4” Subwoofer x 1) • Bass-Reflex Port (Rear) • Sound Effect (EQ, DRC, Loudness) • BassEnhance Sound Technology for Dynamic Bass • Built-in Subwoofer • Digital Audio from iPod/iPhone/iPad via USB with Battery Charging • Quick and Easy Network Setup with the Push of a Button • Capacitance Controls • Remote Control • USB • AUX-In • LAN • AirPlay Wireless Streaming • HTC Connect™ • DLNA Certified™ 1.5 (DMR) • Wi-Fi® Certified • Wireless Direct • Power Requirements: 100-240 V • Dimensions (W x H x D): 14-3/16 x 8-5/16 x 6-11/16 inches (360 x 210 x 169 mm) • Weight: 11 lbs. (5 kg)
Berbagai koneksi XW-SMA4_K, dari LAN, USB serta masukan AUX-IN
audio video 25 Edisi 13/2013
PENULIS
MCINTOSH XR-100 LOUDSPEAKER HIGH END YANG KONTEMPORER
TEST
Budi Santoso
McIntosh sebagai brand legendaris asal Amrik memang sudah banyak meluncurkan produk berkelas yang masuk dalam jajaran perangkat high end, terutama perangkat amplifier.
N
amun kali ini McIntosh meluncurkan produk berupa loudspeaker yang dirancang cukup unik, yaitu seri XR-100. Walau lebih banyak didominasi produk jenis amplifier yang masuk di Indonesia, namun McIntosh cukup banyak varian loudspeaker yang ditawarkan, termasuk salah satunya adalah seri XR-100. Untuk Seri XR-100, merupakan jenis loudspeaker model floorstanding yang dikemas dengan model kotak ala tower yang finishingnya terlihat elegan, dimana balutan laquer mengkilap mencitrakan sebuah produk berkelas. Jika melihat tampilan dari XR-100, maka hampir semua permukaan bafel depan tertutup oleh driver. Pada bagian bawah, terlihat 4 unit driver woofer 6 inci yang tersusun rapi dari bawah ke tengah, sedangkan pada bagian atasnya tersusun pula 8 unit Inverted Titanium Dome Midrange dan 2 unit Inverted Titanium Dome Tweeter berukuran 2 inci, serta sebuah Titanium Dome 3/4 inci yang kesemuanya membentuk pola konsentris.
PENGUJIAN
Saat pengujian yang dilakukan di salah satu ruang hotel Sultan, Jakarta pada saat berlangsungnya pameran High End, kami menggunakan beberapa perangkat penunjang, diantaranya SACD/CD player McIntosh MCD301, Preamplifier McIntosh C50, dan power amplifier McIntosh MC601. Kalau dilihat dari sistem penunjangnya, memang dirasakan sangat tepat, selain masih satu brand, dukungan penguat daya dari amplifier yang sebesar 300 watt per kanal ideal untuk menghandel loudspeaker McIntosh
audio video 26 Edisi 13/2013
XR-100 yang direkomendasi untuk daya 75 - 600 watt. Pada pengujian awal, kami mencoba menggunakan format CD dari album CD Klassik Punktgenau, yang berisikan orkestra musik klasik. Dari hasil uji dengar ini, karakter suara yang ditampilkan XR-100 memang tidak meleset dari bayangan kami, dimana detil instrumen dapat disajikan dengan baik, bahkan dengan ritme musik klasik yang kadang mendayu-dayu kadang enerjik, ternyata dapat direspon secara akurat, sehingga dinamika musik dapat direproduksi tanpa distorsi. Ketika diuji menggunakan album CD dari Chie Ayado yang memiliki karakter vokal unik, hasilnya juga memuaskan, dimana bobot vokal terasa ajeg di tengah apitan sepasang loudspeaker McIntosh XR-100. Walau agak sedikit jongkok, namun bakat dari XR-100 tidak diragukan lagi, karena mampu berkarakter luwes. Maklum produk yang satu ini belum seratus persen melalui masa break-in, tapi panorama panggung yang ditampilkan sudah mengesankan efek 3D yang mumpuni, bahkan kami yakin jika pedestal bawaan XR-100 dipasangkan, maka performanya akan lebih optimal.a
Multi driver XR-100 yang terdiri dari midrange dan tweeter
Pada pengujian awal, kami mencoba menggunakan format CD dari album CD Klassik Punktgenau, yang berisikan orkestra musik klasik. Dari hasil uji dengar ini, karakter suara yang ditampilkan XR-100 memang tidak meleset dari bayangan kami, dimana detil instrumen dapat disajikan dengan baik, bahkan dengan ritme musik klasik yang kadang mendayu-dayu kadang enerjik, ternyata dapat direspon secara akurat, sehingga dinamika musik dapat direproduksi tanpa distorsi. SPESIFIKASI • • • • •
Logo Mc Intosh yang dapat menyala melalui jalur listrik yang disediakan
• • • • • •
Sistem speaker : Ported 4-Way Floor Standing Impedansi Nominal : 8 ohms Power Rating : 75 - 600 watt Woofer : (4) 6” Cast Frame, LDHP, Poly Cone Midrange : (8) 2” Inverted Titanium Dome Midrange, (2) 2” Inverted Titanium Dome Tweeter Tweeter : (1) 3/4” Titanium Dome Tanggapan frekuensi : 30Hz-45kHz SPL, 2.8V/1m : 87dB Crossover : 300Hz, 2kHz, 8kHz Dimensi (W x H x D) : 20.3cm x 129.5cm x 46.9cm Bobot : 31.1 kg
audio video 27 Edisi 13/2013
PENULIS
MISSION SX4
LOUDSPEAKER BERSUARA DETIL Dalam memilih loudspeaker, memang diperlukan kejelian untuk dapat menghasilkan sistem audio yang mampu menghadirkan karakter suara sealami mungkin, selain disesuaikan dengan budget, namun yang lebih penting adalah kualitas suara menjadi prioritas utama.
TEST
Budi Santoso
M
ission sebagai salah satu produsen loudspeaker asal Inggris dengan varian yang lumayan banyak, tentunya tidak boleh dipandang sebelah mata, apalagi dengan seri yang satu ini, yaitu seri SX4 dengan fitur yang didukung oleh teknologi terkini, dimana kali ini tim Avi akan mencobanya. Jika melihat tampiannya, Mission SX4 memang tak berbeda jauh dengan “kakak” nya SX5, hanya yang membedakan adalah jumlah driver basnya serta ukuran tingginya yang sedikit lebih pendek, dimana keduanya dirancang sebagai loudspeaker model floorstanding, sedangkan disain secara keseluruhan mirip, dengan memadu unsur lengkungan di bagian belakang kabinet, walau tidak selengkung seri Elegante. Untuk finishingnya menggunakan lapisan kayu, terkesan alami, yang diklaim dilem dan dipres pada suhu tinggi selama 48 jam, sehingga menghasilkan kabinet dengan sifat akustik sempurna untuk kerja driver. SX4 yang menggunakan konsep speaker sistem 3-jalur
audio video 28 Edisi 13/2013
Koneksi binding-post yang elegan
ini, selain didukung oleh dua buah driver bas 160 mm, sebuah driver mid/bas 160 mm yang keduanya berkonus aluminium serta sebuah driver tweeter 25 mm Titanium Dome, juga didukung oleh crossover berteknologi terbaru “Perfect Phase”, dimana setiap model dirancang khusus untuk dapat bekerja dengan baik dalam berbagai penempatan loudspeaker. Khsusud Mission seri SX ini menjanjikan sebuah jenis driver terbaru yang mampu meningkatkan tingkat musikalitas, yang diharapkan mampu menampilkan suara yang seimbang dan terintegrasi dengan Trebel Waveguide untuk mengoptimalkan dispersi suara, sehingga diperoleh kualitas sonik yang mumpuni untuk dimanapun pendengar duduk.
SPESIFIKASI • • • • • • • • •
Tipe Kotak Speaker : Bass-Reflex Sistem speaker : 3-jalur Crossover : 500Hz/2.5kHz Tanggapan frekuensi : 55Hz - 40kHz Sensitivitas : 90 dB Impedansi : 8 Ohm Rekomendasi Amplifier : 60 - 200 watt Dimensi : 1016 x 261 x 365 (mm) Bobot : 27 kg
PENGUJIAN Untuk pengujian Mission SX4, kami mencoba langsung di butik British Audio yang ada di salah satu gerai yang ada di kawasan Mangga Dua Mall – Jakarta. Dan sebagai sarana pendukung, terlihat jajaran perangkat yang terdiri dari mesin CD player AudioLab seri 8200CD dan integrated amplifier AudioLab seri 8200A telah disiapkan. Dengan rekomendasi daya amplifier berkisar 60 – 200 watt dari SX4, maka sistem penunjangnya memang dapat diandalkan. Pada pengujian awal, kami mencoba menggunakan CD musik bergenre pop, dimana alunan musik lengkap, termasuk repro vokal. Hasilnya memang cukup mengagumkan, untuk ukuran loudspeaker yang belum memasuki masa break-in, kami anggap SX4 mampu menampilkan karakter suara detil yang baik, dimana tingkat musikalitasnya tergolong tinggi, sehingga bunyi instrumen musik terdengar alami, walah untuk nada bas masih terasa kurang rendah, tapi tonal balance kami anggap sudah baik. Untuk penampilan karakter vocal, SX4 memberi hasil reproduksi yang juga memiliki bobot, sehingga kontur suara penyanyi terdengar jelas dan bersih, bahkan ketika kami coba memutar salah satu CD reference Audiophile, efek panorama panggung (staging) dapat dihadirkan dengan kedalaman yang baik, hanya saja karena ruang British Audio yang berjejal dengan perangkat lain, cukup mempengaruhi lebar panggung, namun kami yakin kalau Mission SX4 akan mampu menghasilkan efek yang lebih luas untuk ruang yang lebih besar.a
Perangkat pendukung pengujian Mission SX4 buatan Audiolab
audio video 29 Edisi 13/2013
PENULIS
TEST
Budi Santoso
BOULDER 805 MONO POWERAMPLIFIER KELAS HIGH END Untuk sebuah sistem audio kelas high end, idealnya memang diperlukan penguat daya atau Amplifier yang mampu menyalurkan frekuensi audio tanpa cacat dan hanya berfungsi menguatkan sinyal saja tanpa merubah bentuk sinyal aslinya, wajar saja kalau amplifier jenis tabung banyak dikonsumsi para Audiophile untuk keperluan tersebut di atas. Namun amplifier yang akan diuji kali ini memang jenis amplifier solidstate, namun dirancang sebagai penguat daya kelas A, yang juga direkomendasi para punggawa audio.
J
ika melihat tampilan power amplifier Boulder 805. memang tekesan gagah, dimana balutan casing kokoh yang menutupi sirkuit dirancang dengan bahan aluminium tebal, yang sekaligus merupakan elemen pembuang panas dari komponen transistor penguat akhir.
Boulder 805 dirancang sebagai penguat daya mono, sehingga untuk memainkan sistem stereo dibutuhkan dua unit yang membentuk amplifier dual mono terpisah. Dimana setiap unit power amplifier mampu menghasilkan daya keluaran sebesar 200 watt. Untuk pengoperasiannya, Boulder 805 tergolong mudah, karena hanya terdapat
audio video 30 Edisi 13/2013
satu tombol power untuk menyalakannya, sedangkan jika Anda mengamati pada bagian panel belakang, maka hanya terdapat jalur masukan model Balanced saja, yang tentunya merupakan pertimbangan Boulder untuk meminimalisir gangguan magnetik maupun RF (radio frequency) Untuk jalur keluaran loudspeaker, maka setiap unit Boulder 805 disediakan sepasang terminal baut model skop yang hanya memungkinkan kabel speaker dijepit, dan proses pengencangannya hanya menggunakan tangan dan tidak direkomendasi menggunakan jenis banana-plug. Pada bagian lain, terdapat konektor Boulder Link yang kompatibel dengan perangkat preamplifier buatan Boulder, dimana semua informasi dari power amplifier ini dapat terkontrol secara akurat, misalnya jika amplifer mengalami clipping, maka informasi akan tertampil di layar LCD yang ada di preamplifier.
Dari hasil pengujian ini, membuktikan bahwa performa dari NAD C356BEE memang tidak diragukan lagi, karena memiliki reproduksi bass sangat enerjik. Bunyi petikan bass stabil dan besar dan memberi hentakan pada bass drum dan tom yang gesit, diman performa amplifier tetap dalam kendali walau sempat kami geber.
PENGUJIAN
Pada saat pengujian, kami menggunakan mesin source Cary Audio, preamplifier Boulder 1010, serta didukung oleh sepasang loudspeaker Vienna Acoustic Klimpt. Ini merupakan perpaduan komponen yang kami rasakan serasi untuk menghasilkan sistem audio kelas high end yang dapat di geber. Dengan hasil kolaborasi di atas, memang tidak meleset dugaan kami, karena dapat diperoleh performa suara yang mampu memberikan panorama panggung yang megah, sehingga sajian musik yang kami coba dari album Chai Ching, tidak saja memberi kehangatan olah vokalnya, tapi juga memberi kualitas audio yang dinamis, dan tentunya tidak kedodoran, bahkan tingkat kegesitannya jelas tidak mungkin diperoleh dari amplifier jenis tabung Walau Boulder 805 dirancang dengan sirkuit solidstate, kami tidak merasakan aroma digital, karena mampu menampilkan bobot vokal yang tebal dengan tingkat musikalitas yang natural, bahkansehingga kami simpulkan jika kualitas mid-bas sampai hi tetap nyaman di telinga. Dari hasil pengujian ini, membuktikan bahwa performa dari NAD C356BEE memang tidak diragukan lagi, karena memiliki reproduksi bass sangat enerjik. Bunyi petikan bass stabil dan besar dan memberi hentakan pada bass drum dan tom yang gesit, diman performa amplifier tetap dalam kendali walau sempat kami geber. Jika Anda ingin mencari sebuah amplifier yang mampu diandalkan dalam mengontrol loudspeaker dengan tingkat akurasi yang tinggi, NAD C356BEE patut dilirik, karena amplifier ini ini juga ditopang oleh kekuatan daya amplifier yang tidak kedodoran atau kehabisan nafas, bahkan kami yakin amplifier ini masih tetap anteng untuk mendrive loudspeaker berukuran besar.a
Jalur koneksi Boulder 805 pada panel belakang
SPESIFIKASI • • • • • • • • •
Daya keluaran : 2 x 80 watt Tanggapan frekuensi : 20Hz-20kHz THD : 0.005% rasio S/N : 101 dB Kanal separasi : 80dB Crosstalk : 80dB Dimensi : 435x131x337 mm Bobot : 8,7 kg; Kontak : Audio 2000
Desain rangkaian sirkuit Boulder 805 yang padat
audio video 31 Edisi 13/2013
PENULIS
TEST
Budi Santoso
FOCAL POWERBIRD 2.1
LOUDSPEAKER SUPER MULTIMEDIA YANG BERBOBOT Jika Anda menginginkan sistem stereo yang simple namun bertenaga, maka produk besutan Focal kali ini memang tidak salah pilih, bahkan dengan desainlifestyle-nya sangat cocok bagi kalangan muda yang ada di pemukiman apartemen.
D
ari tampilannya, produk Focal yang diberi inisial Powerbird 2.1 ini memang tersusun atas sepasang speaker satelit Bird yang dipadu dengan sebuah modul subwoofer aktif Powerbird, sehingga membentuk sistem audio 2.1 kanal. Bahkan Powerbird 2.1 sepertinya direkomendasikan sebagai mesin reproduksi suara bagi sistem multimedia player. Dukungan sepasang driver satelit sistem dua-
jalur dengan desain casing loudspeaker berbentuk semi-oval, terkesan manis. Sedangkan untuk modul subwoofernya sendiri terkesan â&#x20AC;&#x153;nyamarâ&#x20AC;?, karena tergabung dalam kotak mirip ampliďŹ er, dimana letak driver sub-nya menghadap ke bawah. Selain ditunjang oleh jalur masukan analog model RCA dan mini-jack, Powerbird 2.1 juga menyediakan jalur masukan digital, baik koaksial maupun optical, yang memungkinkan untuk berkolaborasi dengan
audio video 32 Edisi 13/2013
berbagai jenis mesin source digital. Fitur lain yang tidak kalah menarik dari Powerbird 2.1 adalah satelit-nya yang dapat diaplikasikan menggunakan wall, ceiling maupun table mounting, sehingga tergolong fleksibel soal penempatannya. Selain itu, dengan dukugan Kleer® wireless HD receiver yang diadopsi mesin ini, maka dapat pula diaplikasikan menggunakan sistem wireless untuk iPod®, Iphone®, serta iPad®.
PENGUJIAN
Saat pengujian, kami mencoba dengan unit tablet dengan keluaran analog mini-jack to RCA untuk memutar beberapa musik format MP3. Dimana pengoperasian dari Focal Powerbird 2.1 kami rasakan tidak terlalu rumit, seperti kita menggunakan loudspeaker multimedia untuk komputer. Dari hasil pengujian ini, terbukti kalau reproduksi suara
Driver sub yang terintegrasi dengan modul Powerbird
SPESIFIKASI Powerbird • Tipe : Stereo amplifier/active subwoofer • Standard finishing : Black or white • Driver : 6-1/2” (16.5cm) paper cone woofer • Tanggapan frekuensi (+or-3dB) : 42Hz – 120Hz • Low frequency point : 35Hz • Fitur Subwoofer : Integrated wireless Kleer® receiver Infrared remote control Wall fixing system Pre-set active crossover for Little Bird/Bird/Super Bird Phase inverter Bass level setting 2 digital inputs / 3 analog inputs Autopower • Rekomendasi amplifier : Amplifier 2 x 35W + 80W • Dimensi(HxWxD) : 105 x 430 x 349mm • Bobot : 6.8kg
dari Powerbird 2.1 tidak berbeda jauh dengan mendengar komponen Midi Hi Fi yang memiliki bobot yang baik, apalagi dengan pengaturan gain kontrol khusus bas yang ada di unit subwoofer, maka dihasilkan tonal balance yang tidak kalah dengan sistem stereo kelas hi fi. Karakter bas yang dihasilkan juga patut diacungi jempol, karena efek nada rendah yang dihasilkan terdengar lembut namun bertenaga, sehingga ketika kami coba dengan beberapa musik jazz, terdengar bunyi betotan bas gitar yang solid dan pulen, sehingga terkesan dinamis. Begitu juga dengan speaker satelitnya yang ukurannya tidak lebih besar dari mangkuk bakso, memiliki karakter suara yang tegas, dimana setiap bunyi instrumen musik dapat disalurkan dengan baik, termasuk repro vokal yang tidak tipis, sehingga untuk mendengar musik pop maupun rock, Powerbird 2.1 tidak diragukan lagi.a
Bird : • Tipe : Compact 2-way sealed speaker • Driver : 51/2” (14cm) Polyflex cone midbass Aluminum dome tweeter • Tanggapan frekuensi (+or-3dB) : 70Hz – 25kHz • Sensitivitas : 89dB • Impedansi : 8 Ohms • Crossover : 2500Hz • Rekomendasi amplifer : 15 – 100W • Dimensi : Tulipe: 283 x 166 x 181mm Cocotte: 274 x 221 x 205mm • Bobot : 2.1kg
audio video 33 Edisi 13/2013
PENULIS
TEST
Budi Santoso
POLYTRON PNH-2010
MINIMAX DENGAN ULTRA PERFORMA AUDIO Polytron sebagai salah satu produsen lokal memang selalu meluncurkan produk-produk inovatif, bahkan dari tahun ke tahun selalu ada saja yang dihasilkan, termasuk produk dengan lisensi Minimax, baik dari jenis TV LCD sampai pada mesin player kelas hi ďŹ yang kali ini akan kami coba.
D
ari salah satu produk Polytron yang masuk dalam jajaran komponen Minimax ini memang didisain dengan konsep lifestyle, ini dapat terlihat dari bentuk casingnya yang dibuat minimalis namun bersahaja., dimana headunitnya diapit oleh sepasang loudspeaker model kubus. Walau begitu loudspeaker ini dikemas menggunakan konsep sistem 3-jalur. Walau sekilas mirip dengan midi kompo, namun mesin playernyan dibuat lebih simpel, terutama untuk pemutar DVD yang dibuat model slot loading, ditambah denagn jalur masukan USB yang disiapkan untuk mampu mengakses memori ďŹ&#x201A;ash dengan format MP3, sehingga layaknya perangkat multimedia player. Sebagai indikator, Polytron PNH-2010 dilengkapi dengan layar LED berukuran cukup besar, yang dapat menampilkan informasi saat mesin player diaktifkan,
audio video 34 Edisi 13/2013
sedangkan disampinnya terdapat tombol-tombol pengatur model soft touch yang dapat menjalankan semua fungsi player. PENGUJIAN Untuk pengujian Polytron PNH-2010 kami mencoba dengan menggunakan player DVD musik dari konser Rod Stewart melalui fasilitas player model slot loading. Dari hasil uji dengar musik berirama pop ini, dapati sajian musik yang nyaman di dengar telinga bahkan untuk komponen seukuran mini kompo kualiatas di atas rata-rata di kelas hi-fi. Memang tidak bisa dipungkiri jika karakter suara, khusus musik yang biasanya didominasi dengan setelan EQ dengan kurva yang ekstrim, tapi kali ini mesin Minimax yang bersaput warna putih ini terkesan lebih flat, dengan karakter bas yang pulen. Bahkan ketika kami putarkan lagu-lagu yang lebih dinamis berformat MP3 melalui fasilitas port USB dengan media flashdisk, hasilnya memang tidak diragukan, dimana kualitas bas yang dihasilkan memberi sentilan bas yang bulat dan solid, sehingga nada-nada dari setiap instrumen musik perkusi terdengar natural. Dari hasil pengujian secara keseluruhan, Polytron PNH2010 tidak saja didukung oleh penampilannya yang anggun, tapi lebih dari itu menjadi mesin reproduksi suara yang mampu menghadirkan musik kelas hi fi yang tentunya akan nyaman di dengar.a
SPESIFIKASI • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Power Source : AC 100 - 240, 50/60Hz FM Tuner : Yes Frequency Range : 88-108 MHz Channel Memory : 30 Preset Equalizer : 6 modes Frequency Response : 20 - 20.000 Hz Audio Power Output : 2 x 30 Watt RMS Speaker System : 3 Ways Woofer : 4” size, 2”voice coil, High Power Mid Tweeter : 1.5” Size, High Clarity Audio Output : Yes Video Output : Yes Speaker Output : Yes Earphone Output : Yes- Coaxial Digital Output : Yes Subwoofer Output : Yes Audio Input : Yes Alarm : Yes Docking Station : Yes USB MP3 : Yes Copy to USB : Yes DVD Player : Yes CD Player : Yes Dimension (mm): : W x D x H Product Dimension (mm): : 387x154x140 Weight (Kg) : 5.0 Stuffing 40FT HC (units): : 3684
Sebagai indikator, Polytron PNH-2010 dilengkapi dengan layar LED berukuran cukup besar, yang dapat menampilkan informasi saat mesin player diaktifkan, sedangkan disampinnya terdapat tombol-tombol pengatur model soft touch yang dapat menjalankan semua fungsi player.
Polytron PNH-2010 yang dipajang saat pameran di Hotel Sultan
audio video 35 Edisi 13/2013
PENULIS
TEST
Budi Santoso
QED PERFORMANCE AUDIO 2 INTERKONEK YANG BERNUANSA DAN TRANSPARAN
Kabel interkonek dalam sajian musik high end memang cukup memegang peran penting untuk menyalurkan suara audio yang memiliki kualitas, sehingga dalam pemilihan kabel interkonek sering menjadi sangat kritis, agar mendapatkan kesesuaian sistem hingga hasil akhir yang diinginkan.
audio video 36 Edisi 13/2013
N
ama QED dalam dunia audio memang sudah tidak asing lagi, terutama sebagai salah satu produsen kabel berkelas asal Inggris yang sejak didirikan tahun 1973 telah memiliki reputasi baik. Banyaknya seri kabel yang diluncurkan, tentunya memiliki pertimbangan, baik budget maupun karakter, seperti kali ini yang akan diuji dari seri Performance Audio 2, QED Performance Audio 2 merupakan salah satu jenis kabel yang dirancang khusus untuk sistem audio high end dengan spesifikasi yang didukung oleh material pilihan, berupa tembaga dengan spesifikasi 99.999% oxygen free, sehingga tingkat kepadatannya terbilang sempurna. Sebagai brand yang sudah dikenal para Audiophile, QED didukung oleh tampilan sangat rapi, termasuk dari penampang sekaligus pelindung kabel yang kokoh namun fleksibel, sehingga memiliki kelenturan yang baik, dimana kali ini berupa kabel interkonek model RCA panjang 3 meter. PENGUJIAN Dalam review kali ini, kami juga sempat mencoba kabel QED Performance Audio
2 dengan perangkat audio, seperti CD player dan amplifier Audiolab dari seri 8200 yang berkolaborasi dengan loudspeaker buatan Mission seri Elegante E83. Dari hasil uji dengar dengan kabel interkonek standar, kami dapati karakter suara yang dihadirkan mampu mereproduksi bunyi instrumen musik yang memiliki nuansa kenyamanan di telinga, sehingga detil suara tersalur sempurna, walau bobot vokal agak kurang tebal, mungkin karena kabel ini memang belum break-in, dimana diharapkan akan lebih luwes nantinya, tapi kontrol suara, baik tonal balance terjaga dengan baik.a
Dari hasil uji dengar dengan kabel interkonek standar, kami dapati karakter suara yang dihadirkan mampu mereproduksi bunyi instrumen musik yang memiliki nuansa kenyamanan di telinga, sehingga detil suara tersalur sempurna, walau bobot vokal agak kurang tebal, mungkin karena kabel ini memang belum break-in, dimana diharapkan akan lebih luwes nantinya, tapi kontrol suara, baik tonal balance terjaga dengan baik. SPESIFIKASI • 99.999% oxygen free copper conductors. • Symmetrical twisted pair geometry. • Triple screened (single magnetic and dual electrical)for enhanced signal integrity. • 24K gold plated RCA connectors. • Precision engineered plug with integrated grip. • Length 3m
Konstruksi kabel interkonek QED yang rapi
audio video 37 Edisi 13/2013
PENULIS
HI END
Tjandra Ghozalli
SWEET FASHION, SWEET SOUND
Bertempat di Fuction Room hotel Sultan, terletak kamar dari Musik By Design (MBD) – dalam rangka IHEAC Show 2012.
K
ali ini MBD menggelar seperangkat audio high end yang terdiri dari :
• • • • • • •
Disc Player DAC Preamp Power amp Loudspeaker Power strip Cable
: NAD M-50 : NAD M-51 : Boulder 1010 : Boulder 1060 : Vienna Acoustics Klimt, The Music : Furutech : Wire World Cables
Kebetulan kami berjumpa dengan bung Henri Juwono – juragan dari Music By Design yang sengaja datang dari kantor pusat Surabaya ke Jakarta demi memamerkan perangkat audio high end khusus penggemar audio Jakarta. Oleh karena luas Function Room lebih besar dari kamar hotel Sultan yang imut, maka dapat dipastikan reproduksi suara terutama bass lebih bagus lagi. Perangkat elektronik Boulder dikenal sebagai produk audio high end Amerika Serikat yang masih asli alias perawan. Bukan “made in
audio video 38 Edisi 13/2013
DISC PLAYER : NAD M-50
• • • • • • • • • • • • • • • •
Plays digital music from both Network and Compact Disc Wireless (wi-fi) and Ethernet Inputs Automatic ripping of CD to M52 Digital Music Vault Real time playback of CDs Decodes FLAC, ALAC, MP3, WMA, AAC, Ogg SPDIF Outputs; AES/EBU, Coaxial, Optical HDMI Output USB Output (mass storage mode) USB Inputs, 1 front (host), 1 rear (device) RS-232 for external controlIR In/Out 12V Trigger In/Out IR Remote Control 4 line graphic VFD display Software defined product with upgrade path Dimensions (W x H x D) 435 x 115 x 303 mm Net weight: 13.7 kg
DAC : NAD M-51
China” this is original “made in USA” wow! Perangkat Boulder ini dipasangkan dengan loudspeaker Vienna Acoustics buatan Austria – negara kelahiran “The Sound of Music”, anda ingat bukan nyanyian yang dibawakan oleh Julie Andrew? Film ini pernah bertahan satu tahun di Jakarta Theater karena lagu lagunya yang ciamik dan pemandangan negara Austria yang indah. Makanya Vienna Acoustics dapat dipastikan akan kemusikalan suaranya. Semuanya ini diasupi oleh CD player NAD “made in Taiwan”. Hey! Jangan pandang enteng Taiwan. Negara imut ini memiliki audiophile yang jumlahnya tidak kurang dari audiophile ASEAN digabung jadi satu!! Supaya suaranya “clean” maka dipakai penapis dan penyetabil tegangan listrik Furutech. Ngomong ngmong soal Power Conditioner banyak yang menganggap sepele. Padahal ini adalah yang utama karena selain sumber sinyal dibutuhkan pula sumber daya yang berkualitas. Bila anda menggunakan switch A/B untuk memilih catu daya maka akan terasa benar perbedaannya. Ketika menggunakan catu daya A (langsung dari jala jala tanpa conditioner) dibandingkan dengan catu daya B (melewati power
Rated Distortion (THD+N with AES 17 filter) <0.0005% (0dBFS) IMD Distortion 0.0001% Signal/Noise Ratio <-125dB (ref. 0dBFS 2V out) Channel Separation >-115dB (ref. 0dBFS Volume -1dB) Sample Rate 32kHz to 192kHz (USB and digital S/PDIF) Frequency Response ±0.5dB (ref. 20Hz - 96kHz sample rate) Output Level 2V (ref. input 0dBFS) INPUT XLR - AES/EBU SPDIF Coaxial x 1 Optical x 1 HDMI x 2 (stereo only) USB Audio Codec 2.0: asynchronous 24/192 support
audio video 39 Edisi 13/2013
OUTPUT HDMI Video Out (3D video pass through) Analogue Unbalanced Balanced 47 ohms 110 ohms GENERAL AC Supply 100-240V AC ~ 50/60Hz Standby Power <0.5W Idle Power 16W Unit Dimension (WxHxD) - Gross* 435 x 78 x 296mm 17 1/8 x 3 1/8 x 11 11/16 inches** Net Weight 5.8kg (12.8lb) Shipping Weight 9.8kg (21.6lb)
PENULIS
HI END
Tjandra Ghozalli
conditioner) maka pada posisi A musik tersimak kurang detail, pada posisi B musik lebih detail. Demikian pula pada posisi A bunyi antara instrumen musik kurang terpisah sedang pada posisi B bunyi instrumen musik lebih terpisah, berdiri satu per satu, eksis geto loh.
PREAMP BOULDER 1010
UJI DENGAR
Kami memakai sejumlah lagu di antaranya “My Funny Valentine” yang dibawakan oleh Pieces of The Dream untuk mengevaluasi karakter suara reproduksi dari perangkat ini. Dari pemantauan sesaat kami ketahui bahwa racikan perangkat MBD ini menghasilkan suara reproduksi yang “sweet” yang halus mulus. Vokal tersimak lantang dengan sibilans tidak menusuk telinga. Juga sapuan kecer (simbal) terasa airy yang halus tapi punya jati diri. Bass tersimak pulen seperti beras Cianjur – terasa kibasannya yang empuk. Well ramuan karya MBD asyik untuk membawakan lagu lagu klasik atau drama seperti “The Sound of Music” yang indah itu. Namun untuk musik Jazz yang gesit seperti yang dilantunkan oleh Chie Ayado juga mantap – sistem ini mampu mengikuti gejolak permainan piano dan vokal Chie yang meledak ledak dalam lagunya “My Way”. Tidak percaya? Silahkan mengunjungi show roomnya. a
VIENNA ACOUSTICS KLIMT
• System type : 3-way system, employing integrated subwoofers • Frequency response : 22 - 100.000 Hz • Bass drivers : 3 x 9" Vienna Acoustics Spidercones, manufactured by Eton Germany • Midrange Coax driver : 1 x 7" Vienna Acoustics Flat-Spider, 1 x 1" , handcoated vented neodymmagnet powered silk dome, manufactured by Eton Germany
• ANALOG INPUTS : 3 Balanced Line, 1 MC/MM Phono • OUTPUTS : 2 Balanced Main, 1 Record • PHONO : Hi(MC) / Lo(MM) Gain Selection • VOLUME : 100 dB range in 0.5 dB steps • MAX GAIN : 20 dB Line, 80 dB MC Phono • MAX OUTPUT : 14.0 Vrms • CLIP TO NOISE : 118 dB
• FREQ RESPONSE : +0, - 0.03 dB, 20 Hz to 20 kHz • THD+N, 2V OUT : 0.0015% , 20 Hz to 20 kHz • SYSTEM : Boulderlink to Power Amps • SIZE : 18.0 wide, 5.75 high, 15.85 deep (in.) • WEIGHT : 35, Shipping: 49 Pounds • POWER : 120 VAC, 50 60 Hz, 75 W
POWER AMP BOULDER 1060
• Supertweeter : 0,5" Murata • Sensitivity : 91 dB • Impedance : 4 ohms • Recommended power : amplifiers from 50 to 500 watts • Weight per speaker : 180 Ibs. / 82 kg • Dimensions (WxHxD) : 10.75 x 50.98 x 24.80 inches 273 x 1295 x 630 mm
• THD at Continuous Power, 20 to 2KHz : 0.001% • THD at Continuous Power, at 20KHz : 0.005% • Continuous Power, 8 Ω : 300 W • Continuous Power, 4 Ω : 300 W • Continuous Power, 2 Ω : 300 W • Peak Power, 8 Ω : 300 W • Peak Power, 4 Ω : 600 W • Peak Power, 2 Ω : 1200 W • Magnitude Response, 20 to 20KHz : +0.00, -0.04 dB • Magnitude Response, -3 dB at : 0.015Hz, 150kHz • Voltage Gain : 26dB • Signal to Noise Ratio (re: 500W/8Ω) : -127dB, unweighted, 20 to 22kHz
audio video 40 Edisi 13/2013
• Input Impedance : Balanced: 100KΩ, Unbalanced: 50KΩ • Common Mode Rejection (Balanced only) : 60Hz: 90dB, 10kHz: 70dB • Inputs : 3-pin Balanced • Output Connectors : 2 sets of 6 mm / .250 inch thumbscrews • Crosstalk, L to R or R to L : Greater than 120dB • Size, Inches, W X H X D : 18.0W x 9.5H x 22.25D (including connectors, add 7 inches for power connector and cord) • Power Requirements : 120, 220-240 VAC 100, 200 VAC (Japan Version) 50-60 Hz, 240 W nominal, 3000 W at maximum output
PENULIS
HI END
Tjandra Ghozalli
LANTANGNYA SUARA SANG PANGERAN
Selama tiga hari berturut-turut kami beranjangsana ke sejumlah kamar peserta pameran IHEAC Show 2012.
S
alah satu di antaranya kamar Hansen sang pangeran yang bersuara lantang dan diageni oleh bung Surja Sutantio. Bung yang satu ini memilikishow room, terletak di kawasan Cempaka Putih. Adapun perangkat yang diperagakan di dalam kamar adalah: • • • • • • • •
Loudspeaker Turntable Phono stage Pre amplifier Power amplifier CD transport DAC & server Perkabelan
: Hansen The Prince E : Dr.Feickert Analogue : Croft Phono : Ayon Orbis : Karan Acoustics Power KAM 900 : Ayon CD-T : Ayon S5 : Kaplon Cable
Saya mulai mengenal produk Hansen ketika mengunjungi pameran akbar CES 2007 di Alexis Ressort – Las Vegas (jangan salah tanggap bukan Alexis yang di jalan Lodan lho he..he..). Ketika itu saya langsung bertemu dengan Lars Hansen CEO dari Hansen Loudspeaker. Sebelum mendirikan Hansen Loudspeaker, Lars menjabat pres dir dari Dahlquist yang juga pabrikan loudspeaker. Karya Dahlquist yang terkenal adalah DQ-10 sebuah rancangan loudspeaker yang posisi tiap driver tidak satu baffle tetapi multi baffle supaya didapat acoustic centre yang satu bidang (linear phase). Nah kembali ke Lars, ketika itu dia haus sekali akan promosi dari produknya Hansen Loudspeaker yang baru seumur jagung. Dia meminta saya supaya menyimak dengan teliti dan membuat
audio video 42 Edisi 13/2013
PH. Antara lain diambil dari PH (piringan hitam) Dafos. Album Dafos berupa rekaman PH Direct to Disc berisikan permainan beberapa alat perkusi seperti karakas, tambur, bedug dan lain lain.
AYON ORBIS
• Bezeichnung: Ayon Orbis • Gerätetyp: Röhren Vorstufe • Class of Operation: Pure Class A, Triode • Tube Complement Line: 4x 6H30 • Tube Complement Power Supply: 4x 6X4 • Maximum Output (at 1 khz ): 20V rms • S/N ratio: > 98 dB • Input Impedance: 100kOhm • Output Impedance: 30 Ohm
laporannya di majalah Audio Video (Indonesia). Harry Pearson seorang peliput produk audio high end dari majalah Absolute Sound adalah kawan dekat Lars Hansen. Banyak review yang dibuat oleh Harry untuk mempromosikan produk Lars., sehingga dalam waktu singkat loudspeaker Hansen dikenal oleh kalangan audiophile internasional. Kembali ke hotel Sultan, saya dijamu oleh bung Surya akan beberapa permainan dari album
audio video 43 Edisi 13/2013
• Frequency Response / Line: 5Hz - 150kHz • Harmonic Distortion (at 1V ) Line: < 0.01% • Input: 4x Line RCA, 2x XLR, 1x Tape • Output: 2x RCA, 1x XLR, 1x Tape • AC Regenerator: Nein • Frequency: 60 • Voltage: 230 • Dimensions Pre (WxDxH) cm: 50x45x11 cm • Weight (Pre & Power Supply): 28 kg
PENULIS
HI END
Tjandra Ghozalli
Karena Direct to Disc maka lonjakan bidang dinamikanya ciamik sekali. Ternyata perangkat racikan bung Surya, terutama loudspeaker Hansen The Prince E mampu mengikuti gejolak dinamika dari musik Dafos tanpa terkesan kedodoran. Lonjakan dinamika direpro bagus sekali tanpa tersimak sedikitpun “kehabisan nafas”. Bentuk kabinet loudspeaker Hansen umumnya meliuk liuk,
AYON CD-T
HANSEN THE PRINCE E
GENERAL • Time Coherent • Dispersion Coherent • Frequency Response: 21hz to 23,000hz +/-2db • Sensitivity: 87db • Nominal Impedance: 6 Ohms • True Dynamic • Tonal Accurate TECHNOLOGY • Engineered, designed, and manufactured by Hansen Audio • Sound wave diffraction distortion elimination technology • Acoustically inert
• CD-Transport: Ayon CD-T • Gerätetyp: CD-Laufwerk (Transport) • Upsamling: 192kHz / 24 bit • CD-Transport: Philips CD-Pro 2 • Röhrenbestückung - S/ PDIF Ausgangsstufe: 1x 6H14 • Dynamik: > 120dB
TERMINAL CONNECTIONS • High current pole terminal • Decreased transition resistance WEIGHT - 285lbs. (In
Crate) SIZE • Height: 41 inches • Width: 14 inches • Depth: 20 inches FINISHES- LUXURY LEATHER (ANIMAL FREE) • Hansen Audio Luxury Leather - Black • Hansen Audio Luxury Leather - Stone • Hansen Audio Luxury Leather - Terra Cotta
• Jitter: 1ps • Digital output: S/PDIF (RCA), I2S, AES/EBU, BNC, TosLink • S/N Verhältnis: > 120 dB • Frequenzgang: 20Hz 20kHz • Fernbedienung: Yes • Abmessungen (BxTxH) cm: 48x39x12 cm • Gewicht: 14 kg
ini untuk menciptakan posisi linear phase, sehingga ada yang menamakannya “monster lumpur”. Pada nomor “Dry Sounds of the Desert” nyata sekali kebagusan reproduksi tata suara racikan Surya. Diputarkan pula permainan YES dalam nomornya “Lonely Heart”, disini tersimak roaring guitar listrik demikian galaknya. Kami berkesimpulan kalau loudspeaker karya Lars Hansen jago di bidang imaging dan dynamic. Imagingnya bagus seakan para pemain musik dan penyanyi eksis berada di depan pendengar. Selain itu bidang dinamikanya cukup lebar dan keakuratan nada intrument musik terjaga keasliannya. Tanpa terasa hampir satu jam kami menyimak musik di kamar Surya, padahal masih banyak kamar yang harus disambangi , maka kamipun minta undur diri. Selamat berpameran pak! a
Ternyata perangkat racikan bung Surya, terutama loudspeaker Hansen The Prince E mampu mengikuti gejolak dinamika dari musik Dafos tanpa terkesan kedodoran. Lonjakan dinamika direpro bagus sekali tanpa tersimak sedikitpun “kehabisan nafas”. Bentuk kabinet loudspeaker Hansen umumnya meliuk liuk, ini untuk menciptakan posisi linear phase, sehingga ada yang menamakannya “monster lumpur”.
audio video 44 Edisi 13/2013
PENULIS
HI END
Tjandra Ghozalli
AKURAT DAN SILENT
Masih comotan dari pameran IHEAC Show 2012. Kami menyempatkan diri mengunjungi kamar Mk Levinson dan Revel yang dinaungi oleh butik Play. Adapun perangkat yang dipakai untuk ruang ini adalah: • • • • • •
CD Player Pre Amplifier Power Amplifier Power Conditioner Perkabelan Loudspeaker
: Mk. Levinson 512 : Mk. Levinson 326S : Mk. Levinson 531 H (mono) : Torus : Siltech : Revel Ultima Studio 2
Sehari sebelumnya kami berjumpa dengan bung Jones Prabowo juragan pemilik butik Play yang kini tampak bugar karena mengikuti senam kebugaran Ade Ray. Menurut bung Jones pameran ini sangat berguna untuk memperke-
nalkan produk audio hi-end ke kaula muda agar supaya hobi audio tetap langgeng. Kembali ke kamar demo, merek Mk.Levinson adalah salah satu merek kondang dari Amerika Serikat yang tetap bertahan hingga kini. Pernah pindah tangan dari Mk.Levinson ke Mk. Glazier dan kini diambil alih oleh Harman Groups International. Keunggulan produk audio Mk.Levinson adalah level desah yang rendah dan keakuratan suara. Oleh sebab itu di rangkaian audio Mk.Levinson ada begitu banyak filter desah yang dibuang ke casis (ground). Malah dahulu setiap rangkaian pre pre amp yang peka dishield dengan kotak logam (sangkar Farady) supaya gangguan desah dan RF tereduksi dan tidak mengotori sinyal audio. Loudspeaker Revel berada di
audio video 46 Edisi 13/2013
MK. LEVINSON 326S
DESCRIPTION: Two-channel, solid-state line preamplifier with remote control, optional phono stage, 3 pairs balanced inputs on XLRs, 4 pairs single-ended inputs on RCAs, 1 pair balanced main outputs on XLRs, 1 pair single-ended main outputs on RCAs, 2 pairs record outputs on RCAs, communication connections on 8-pin modular RJ-45 jacks, IR input and trigger output on 3.5mm phone jacks, and RS-232 on 6-pin RJ-11 jack. Maximum voltage gain: 0, 6, 12, or 18dB, individually selectable for each line input. Volume-control range: 80.0dB. Gain resolution: 0.1dB steps above 23.0 on display (–57dB), 1.0dB steps below 23.0 on display (–57dB). Frequency response: 10Hz–40kHz, ±0.2dB. Input overload: 1.6V on XLR, 800mV on RCA (18dB gain setting); 3.3V on XLR, 1.6V on RCA (12dB gain); 6.6V on XLR, 3.3V on RCA (6dB gain); 13.2V on XLR, 6.6V on RCA (0dB gain). Input impedance: 100k ohms. Output impedance: <50 ohms. THD+N: <0.001%. Channel separation, any input to any output, input terminated: >90dB. Residual noise, 20Hz–20kHz, input terminated: <–94dBV. Power consumption: 50W maximum. DIMENSIONS: 17.75” (451mm) W by 2.915” (74mm) H by 14.05” (357mm) D. Shipping weight: 30 lbs (14kg).
MK. LEVINSON 531 H (MONO)
bawah naungan Harman Groups juga jadi satu grup dengan Mk.Levinson.
UJI DENGAR
Kebetulan mereka baru beli dari kamar sebelah (kamar Audiophile) CD Album “Stereo Test Records”. Kami memilih nomor pertama “Monochrome”. Sungguh nomor ini dibuat untuk menguji kemampuan perangkat audio mulai dari infra bass hingga ultra treble. Gebukan tambur dan petikan dawai bass betot direpro oleh perangkat ini penuh detail. Kami merasakan “membal”nya kulit tambur yang dipukul bertalu talu. Diperlukan ketajaman detail reproduksi suara sehingga lenturnya kulit tambur terasa di telinga. Diputarkan juga nomor Days of Wine and Roses sebuah permainan musik jazz yang eunak teunan dipakai mengilik telinga. Bagaimana kalau untuk vokal wanita? Untuk itu diputar “I have the Filling” yang dibawakan oleh Agustine. Wow,, vokal Agustine tersimak hangat berkarakter dengan sibilans tidak menerjang telinga dan bunyi bass betot ada detail tidak hanya duung duung
• • • • • • • •
Design: Fully-Differential Monoblock Power Amplifier Power Output : 300 Watts RMS into 8 Ohms MFR: 10 Hz – 20 kHz ± 0.5 dB THD: 0.5% Input impedance: 60 kOhms (Balanced), 30 kOhms (Unbalanced) S/N: >85 db at 2.83V Inputs: Balanced XLR and Unbalanced RCA Control: One Ethernet 10 Base-T port, One 3.5mm trigger input and One 3.5mm plug trigger output • Dimensions: 7.65” H x 17.75” W x 19.83” D • Weight: 52.5 Pounds/eac
audio video 47 Edisi 13/2013
PENULIS
HI END
Tjandra Ghozalli
REVEL ULTIMA STUDIO 2 DESCRIPTION: Three-way bottom-ported, floor-standing loudspeaker. Drive-units: 1” beryllium-dome tweeter in waveguide front plate, 5.5” inverted titanium-dome midrange driver, two 8” inverted titanium-dome woofers. Crossover frequencies: 230Hz, 2kHz. Anechoic frequency response: 32Hz–45kHz, –3dB. Frequency response on axis: 33Hz– 20kHz, ±1dB. In-room response relative to target response: 31Hz–18kHz, ±0.5dB. Low-frequency extension: –10dB at 21Hz, –6dB at 25Hz, –3dB at 32Hz. Impedance: 6 ohms nominal, 3.7 ohms minimum. Sensitivity: 88.7dB/2.83V/m (2 pi anechoic). DIMENSIONS: 46.25” (1175mm) H by 13.75” (349mm) W by 20.5” (521mm) D, all including nonremovable base. Shipping weight: 140 lbs (63.5kg).
semata. Kami berkesimpulan kalau kombinasi perangkat ini layak mendapat award “Golden Sound” dalam kategori tonal balance dan detail suara - jika diambil sampling dari seluruh perangkat peserta lain. Sekali lagi keakuratan suara dan kebersihan suara adalah sales point dari kombinasi perangkat buatan Mk.Levinson dan Revel yang kami tengah simak ini. Ditemani pak Yanto dari Kardian Audio, kami masih betah menguji perangkat ini hampir setengah jam. Lalu kami diputarkan nomor Hindinaa – disini kami jumpai reproduksi vokal tenggorokan yang teramat low (infra bass). Bunyi trumpet diperkaya vibrasi seperti pertunjukkan live music yang tidak polos begitu saja. Well pilihan kami kali ini memang tepat. Bagi mereka yang menyukai keakuratan suara dalam arti kata mikro detail tidak terbuang percuma melainkan terangkat ke atas sehingga menjadi nyata, sebaiknya anda lirik pasangan ini. a
Wow,, vokal Agustine tersimak hangat berkarakter dengan sibilans tidak menerjang telinga dan bunyi bass betot ada detail tidak hanya duung duung semata. Kami berkesimpulan kalau kombinasi perangkat ini termasuk katagori “Golden Sound” dalam hal tonal balance dan detail suara jika diambil sampling dari seluruh perangkat peserta lain.
audio video 48 Edisi 13/2013
PENULIS Tjandra Ghozalli
HI END
MEMINDAHKAN BUTONGPAY KE HOTEL SULTAN Ini sungguhan bukan pelambi, kalau Karta Jaya mampu memindahkan nuansa Bu Tong Pay asal Tiongkok sana ke ruang Asean 1 lantai dasar hotel Sultan seluas 7 x 7 meter persegi!! Kejadiannya berlangsung ketika IHEAC mengadakan show audio high end.
B
ung Kartono Ali yang lebih akrab dipanggil Kim Ceng memang menurunkan seluruh kepunsuan (ilmu) nya di ruang Asean 1. Inilah persenjataan yang diturunkan:
• DPI Digital Projection Titan Reference 3D - Dual lamp 3 chip DLP projector • Stewart SNDQ 140 -Reflection 3D cinemascope screen ( screen format 21 : 9 ) • ISCO III L - Anamorphic lens • Cineslide - Anamorphic motorized lens slider • Oppo BDP 103 - Network bluray player • Lumagen Radiance XE - 3D video processor • Darbee DVP 5000 - 3D video enhancher • Real D - Active 3D glasses • Kaleidescape M500 - BD player • Kaleidescape M700 - BD Disc Vault • Kaleidescape M5000 - Movie / Music Server • Denon AVP 1 - Surround processor • Denon POA 1 - Multi channel power amplifier • Dreambox DM 7020HD - Digital HD Satellite Receiver • Procella Audio LF 815 - Active full range L,C,R speaker x 3 • Procella Audio P 8 - Passive surround / back speaker x 7 • Procella Audio P 18 - Active subwoofer x 1 • Procella Audio P 15 - Active subwoofer x 2
Wow, perangkat senilai Rp 3 miliar ini disajikan melulu untuk mengilik kuping dan mengusap mata anda!! Karta Jaya memang dikenal sebagai salah satu perusahaan yang mengkhususkan diri di bidang home theater kelas wahid. Karya karyanya layak dijadikan acuan bagi calon pemilik home theater. Kedepannya, kami berencana akan bekerja sama untuk meliput karya karya spektakuler bung Kim Ceng juragan pemilik Karta Jaya di sejumlah rumah kliennya.
VIDEO
Pusat kebagusan gambar terletak pada sang jantung perangkat home theater yakni projektor video DPI Titan Reference 3D yang memiliki kerapatan WIJXGA 1920 x 1080 pixel dengan perbandingan kontras 20.000. Ditambah pemakaian 3 keping LCD-LED dengan jumlah lumen yang tinggi. Suatu karakteristik yang sangat menarik bukan? Dengan pemakaian lensa Anamorphic ISCO IIIL yang akan meningkatkan efisiensi penggunaan pixel dari media rekam. Sebagai source asli digunakan Blu-ray player Oppo BDP 103 yang telah mendapat pengakuan
audio video 50 Edisi 13/2013
keindahan gambarnya oleh videophile mancanegara. Dan dipakai pula Kaleidescape M5000 Movie/Music server dan Kaleidescape M500 sebagai pemoles gambar supaya semakin bagus.
AUDIO
Bagaimana dengan kualitas suaranya? Jangan khawatir Karta Jaya mengeluarkan jurus mumpuninya, berupa Denon AVP-1 Surround Processor dan Denon POA-1 Multi Channel Power AmpliďŹ er. Dikombinasikan dengan loudspeaker 9.1 buatan Procella. Untuk hajatan kali ini, bung
audio video 51 Edisi 13/2013
PENULIS
HI END
Tjandra Ghozalli
Kim Ceng memutar album Blu-ray “Wu Dang” (perguruan silat Bu Tong). Yang disutradarai oleh Patrick Leung yang pernah merilis “Blade of Kings” sebuah film aksi yang meraih sejumlah piala penghargaan di manca negara. Film ini dikemas dalam balutan tata suara DTS Master. Sehingga cocok sekali antara kualitas gambar dan suaranya – sama sama mumpuni.
dan Lumagen Radiance XE – 3D video processor. Membuat kualitas gambar tayangan video semakin membaik. Misalnya pada pinggiran (tepi) wajah artis sangat nyata tidak blur. Padahal di bioskop tepian gambar sering kurang tajam. Perbandingan
KALEIDESCAPE M500
LEBIH BAGUS DARI BIOSKOP
Memang benar dengan memakai layar Steward berkepekaan cahaya tinggi, maka kualitas gambar yang disajikan oleh perangkat racikan Kim Ceng ini sungguh memesona. Lebih bagus dari kualitas gambar bioskop untuk ukuran layar yang sama. Kebagusan ini berasal dari kualitas gambar master yang full digital dari hulu ke hilir.- apalagi dipakai Video Processor Darbee DVP 5000-3D enhancer
OPPO BDP 103
POWER
AUDIO OUTPUTS
• 100-240 V, 50-60 Hz universal input • 38 W typical consumption (30 W standby, 43 W max)
• HDMI • Digital coaxial (RCA connector) • Digital optical (TosLink connector) • Analog stereo (RCA connectors)
ENVIRONMENTAL
• • • • •
Blu-ray: Yes Wi-Fi Compatibility: Yes DLNA: Yes USB Ports: 3 Online Content Services: Netflix, Hulu Plus, Vudu, Pandora, YouTube, Picasa • Web Browser: Yes • Smartphone/Tablet Control: Ye
• Operating: 41 to 95°F (5 to 35°C) • Storage: -4 to 140°F (-20 to 60°C) • Relative humidity: 20% to 80% non-condensing • Maximum operating altitude: 10,000 ft (3000 m) • Heat output: 150 BTU/hr (43 W) max • Airflow: 7 CFM (12 m³/hr) DISC MEDIA
DARBEE DVP 5000
• Blu-ray Disc, BD-R, BD-RE • DVD, DVD-R, DVD-RW, DVD+R, DVD+RW • CD Audio, CD-R, CD-RW • DualDisc BLU-RAY DISC
• BD-Live • Profile 2.0 VIDEO OUTPUTS
• Blu-ray, XBox 360, PlayStation 3, Cable, Mobile
• • • • • • • • • •
HiDef, Gaming, Full Pop viewing modes Upgradeable after purchase HDMI 1.4 Compliant, works with 3D One HDMI input, one HDMI output Buttons: Darbee, Up, Down, Menu LEDs: Video, Power (dimmable) On screen menu to access controls Infrared remote control included 5v power supply included 2.5” x 4” x .75”, 3 oz.
• HDMI • Component YPbPr (RCA connectors) • S-Video • Composite (RCA connector) VIDEO OUTPUTS
• HDMI • Component YPbPr (RCA connectors) • S-Video • Composite (RCA connector)
audio video 52 Edisi 13/2013
AUDIO FORMATS
• Bitstream pass-through of Dolby TrueHD and DTS-HD Master Audio • Dolby Digital • DTS Digital Surround • MPEG Audio • PCM USB PORT
USB 2.0 (type A) to optional Modular Disc Vault NETWORK
100Base-TX/1000Base-T Ethernet (RJ45 connector) CONTROL
• Kaleidescape Remote included • Front-panel IR receiver window • IR input (1/8 in. mini-plug) • RS-232 control port (DB-9 male) DIMENSIONS: 17.5 in. ×
1.7 in. × 13.8 in. (44.5 cm × 4.3 cm × 35.0 cm) without side panels 1 rack unit (rack ears included) WEIGHT: 10 lb (4.6 kg)
kontras cukup nyaman di mata dalam arti gradasi di balik bayangan objek masih terlihat jelas. Soal suara pun tergolong wahid. Dengan menggunakan dua subwoofer didapati gebukan infra low yang solid. Pemakaian dua subwoofer ada plus minus. Kalau perletakannya salah, maka bukan gebukan tambah solid malah tambah loyo. Ibarat anda minum Viagra dua tablet bukan tambah tegar malah tambah teklok. Begitupun dengan pemakaian subwoofer tidak boleh asal asalan. Sungguh kami puas dengan sajian gambar dan suara karya bung Kim Ceng. Bravo bung! a
PROCELLA AUDIO P 8
PROCELLA AUDIO P 18
Frequency response -3dB 18Hz Max SPL @ 50Hz 133dB Components Dual, Long-throw 18”, 100mm voice coil in 205 litre sealed box DSP section 28/56 bit ADI Sigma DSP settings Four user selectable: Free standing - Against wall - In corner - In baffle wall Amplifier 700W + 700W Line Input voltage 100250V, 40-80Hz Connectivity Balanced XLR, with RCA input adaptor Construction Heavily braced MDF. Studio vinyl finish as standard. Dimensions: (mm) WxHxD 1050x650x360mm 41.3x25.6x14.2” Packaging (mm) WxHxD 1200x625x800mm 47.2x24.6x31.5” Net Weight 100.0Kg/220.5Lbs Shipping weight 115.0Kg/254Lbs (On pallet) In the box Loudspeaker, Power Cord, XLR-RCA adapter, Damper feet and Installation guide Build and assembly Sweden, 100% QC testing
• Impedance : 8 Ohms nominal Above 12 Ohms in working range,phase angles less than 30 degrees • Power handling : Continuous : 250 Watt, Peak : 1,000 Watt • Sensitivity : 1m/1W 92dB • Maximum SPL : free-standing 116dB continuous, 122dB peak; in baffle wall 122dB continuous, 128dB peak ; • Frequency response : -3dB points 80Hz and 20kHz • Dispersion pattern : -6dB Constant directivity;80°H x 50°V from 1.5kHz • Crossover : 4th Order Linkwitz-Reilly 1.6 KHz, BSC • Components : Midrange : 8” high output driver with 40mmvoice coil in 15 litre sealed box ; High Frequency :1.5” driver with a Polyester diaphragm on elliptical constant directivity wave guide • Connectivity : Gold plated binding posts • Construction : Void free MDF internally cross braced Studio vinyl finish as standard • Dimensions : HxWxD 16.125” x 17.7” x 7.875 / 5.4” (7° tilt), 410 x 450 x 200 / 138 mm (7° tilt) • Shipping Carton : HxWxD 19.75” x 23.5”x 12”, 500 x 600 x 305 mm • Net weight : 34.2 Lbs / 15.5 Kg • Shipping weight : 37.7 Lbs / 17.1 Kg • Included : Wall mount bracket • Assembly : Sweden; 100% QC testing
Memang benar dengan memakai layar Steward berkepekaan cahaya tinggi, maka kualitas gambar yang disajikan oleh perangkat racikan Kim Ceng ini sungguh memesona. Lebih bagus dari kualitas gambar bioskop untuk ukuran layar yang sama. Kebagusan ini berasal dari kualitas gambar master yang full digital dari hulu ke hilir.- apalagi dipakai Video Processor Darbee DVP 5000-3D enhancer dan Lumagen Radiance XE – 3D video processor. audio video 53 Edisi 13/2013
PENULIS
HI END
Tjandra Ghozalli
KECIL NAMUN PEDAS
Sering kali perangkat kecil yang sanggup menciptakan efek besar – kita beri julukan “cabe rawit” atau “David (Daud)”. Nah kedua julukan ini terasa tepat bagi produk Cyrus (aseli buatan Inggris).
B
ulan silam Simon Bicknell (manajer ekspor Cyrus) datang ke Sound Gallery di jalan Alteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Sehubungan dengan hal tersebut kami diundang oleh bung Christo sang juragan untuk mewawancarai beliau. Sekitar pukul 11.00 kami tiba di Sound Gallery dan terlihat di sound room lantai dasar Simon tengah memberikan work shop singkat bagi para staf penjual Sound Gallery. Simon masih muda usianya baru 39 tahun memiliki satu putri dan satu putra, tinggal di dekat Cambridge, pabrik Cyrus. Dua belas tahun silam Mission pecah menjadi Mission dan Cyrus. Sejak saat itu Cyrus menapak bisnis sendiri, independent dari Mission. Kini Mission hanya
memproduk loudspeaker sedang Cyrus hanya memproduk barang elektronik. Yang menjadi benang merah bahwa mereka satu keturunan cuma ukuran perangkat elektronik yang tampak mukanya mungil hanya T x L X D = 73 x 215 x 360 mm seperti produk Mission dahulu kala, ketika masih memproduk barang elektronik. Cyrus ini terkemas dalam casis aluminium cor universal yang lumayan tebal sehingga menyatu dengan heat sink. Ada tiga serial produk Cyrus; X Series yang paling canggih dengan amplifier berdaya besar, mutu suara tertinggi. Serial di bawahnya adalah 8 Series menggunakan rangkaian advance hasil rekayasa X Series dengan budjet lebih murah. Dan serial di bawahnya lagi 6 Series yang sirkit dasarnya serupa dengan 8 Series namun
audio video 54 Edisi 13/2013
CYRUS CDXT SE2
• • • • • • • • •
Coaxial Digital output - SPDIF via RCA phono jack socket Output voltage - 500mV pk-pk Output impedance - 75 Ω Optical Digital output - SPDIF via Toslink transmitter Clock Jitter - <70pS Power Consumption - 7.5W Weight - 3.5 Kg Dimensions - (H x W x D) 78 x 215 x 360 (mm) Finish - Quartz Silver or Brushed Black
CYRUS XPD
dengan komponen lebih ekonomis. Pada kunjungan kali ini telah disiapkan menu racikan: • • • • •
CD Player Preamplifier Power Amp Power Supply Interconnect & speaker
• Loudspeaker • Rack
: Cyrus CDXT SE2 : Cyrus Xpd : Cyrus Mono X200 (x2) : Cyrua PSX-R : A-Zen Silver Reference RCA Cable Stealth Indra RCA A-Zen Epoch Banana : Living Voice 1BX R2 : Mark 2
Ada sejumlah album CD dihadapan kami antara lain “Laura Fygi in Latin”, “Bob James Trio – Take It From The Top”, Andrea Bocelli “Besame Mucho”, dan Akong “Yong Ka San”. Semula racikan X Series ini memakai loudspeaker PMC Fact-3 (sebelum digantikan Living Voice IBX R2) dan kami dapati bunyi sibilance “s”, “z” dari vokal penyanyi yang galak, menusuk telinga sehingga kami kurang nyaman. Atas saran saya dan Samuel, maka loudspeaker ini diganti
• • • • • • • • • • •
Distortion - 0.002%, 1kHz Frequency Response - -3 dB, 0.1Hz and 500kHz Input sensitivity - 500mV Input impedance - 40kOhm (RCA). Output voltage - 1V (Pre out) S/N Ratio - 108dBA (ref. 40W) Channel Balance - ±0.2dB (0dB to -63dB) Volume control accuracy - ±0.1dB (0dB to -63dB) Dimensions (H x W x D) - 73 x 215 x 360 (mm) Weight - 4.0kg Finish - Quartz silver or Brushed Black
audio video 55 Edisi 13/2013
PENULIS
HI END
Tjandra Ghozalli
Dari seluruh uji dengar ini kami mengambil kesimpulan kalau perangkat racikan Samuel ini memiliki keunggulan di bidang dinamika yang hidup dan lonjakan transient yang gesit.
Simon, Tjandra dan Christo
VIENNA ACOUSTICS KLIMT
• Output Power (Continuous) 8Ohm, 150Wrms • THD+N @2/3 full power (20Hz-20kHz 8Ù) <0.05%, (1kHz 8Ohm) <0.004% • Frequency Response (-3dB) 0.1Hz-300kHz • S/N Ratio (Ref. 150W / 8Ohm) 114dBA • WxHxD: 215 x 75 x 365mm • Weight : 5.5kg • Quartz Silver or Brushed Black • Cyrus Audio 2 year warranty
VIENNA ACOUSTICS KLIMT
• Load regulation - ±35.5V 0.2% full power when connected to a Cyrus Integrated amplifier • Load regulation - ±21V 0.001% @ 20VA • Line regulation - 0.2% at full output load • Noise - <40 V rm • Dimensions - (H x W x D) 73 x 215 x 360 (mm) • Weight - 6kg • Finish - Silver and Brushed Black
dengan kelas yang lebih sebanding dengan Cyrus X Series yakni Living Voice IBX R2. Dalam nomornya Quizas, Quizas, Quizas, Laura Fygi bernyanyi lantang dan kami tidak mendapati serangan sibilans yang tajam tapi normal normal saja. Namun apakah sibilans yang redup ini akan menyebabkan bunyi cymbalnya loyo? Untuk itu kami putar album Bon James Trio “Billy Boy” - dan kami mendapati permainan jazz paten dari Bob James dan kamerad yang hangat. Gebukan cymbalnya tersimak tajam dan bening jadi kekhawatiran kami akan cymbal yang loyo tidak terbukti. Selanjutnya kami putar album CD berisi suara emas Andrea Bocelli dalam nomornya “Besame Mucho”, sebuah lagu kesukaan kami. Vokal Andrea direpro dengan ketebalan yang wajar, tidak terlalu berat atau ringan.. Yang bagus adalah tanggapan transien dan bidang dinamika dari perangkat ini yang meletup hangat, membuat bunyi bunyian perkusi menjadi semakin hidup. Disamping lonjakan vokal yang hangat seakan kita berhadapan penyanyi “live” di dalam sebuah cafe atau club. Kami menikmati sajian ini hingga tandas sembari ditemani cemilan “kroket”. Simon Bicknell memuji kelezatan kroket tersebut. “Good taste croceet”, ujar Simon yang tahu kalau kroket itu makanan asal Belanda. Lalu Sam membawa sebuah album jadul produk Taiwan, “Yong Ka San” yang dipopulerkan di Indonesia oleh bung Lukman Venture.. “Bagaimana pak, kita putar?” tanya Samuel. “Ok!” ujar saya. Sebetulnya saya tak paham bahasa yang dilantunkan oleh Akong si penyanyi “Yong Ka San” barangkali ini bahasa Konghu. Tapi rekamannya boleh mendapat acungan dua jempol, berkarakter dan hangat. Saya dan Sam menikmati sajian lagu Akong hingga selesai. Dari seluruh uji dengar ini kami mengambil kesimpulan kalau perangkat racikan Samuel ini memiliki keunggulan di bidang dinamika yang hidup dan lonjakan transient yang gesit. Sesuatu yang sulit didapat dari produk lain. Kami juga berprediksi kalau produk Cyrus itu “welcome” bagi nyonya rumah karena bentuknya imut dan necis. Keempat unit perangkat elektronik ini tersusun dalam satu rak bergaya futuristik Mark-2 yang dirancang khusus bagi produk Cyrus. a
audio video 56 Edisi 13/2013
LAPORAN GRAND PRIX DIY AUDIO BLIND TEST IHEAC 2012
PENULIS Budiarto
SERI 6 : FREE FOR ALL AMPLIFICATION SYSTEM
BERIKUT PERANGKAT PESERTA KALI INI ADALAH : 1.Amplifier 211 SE milik Budiarto (2) Dengan driver 6SN7 dan rectifier RGN 2004, bekerja pada tegangan 800 Volt dengan menggunakan OT local,Tabung VT4C GE, pernah menjuarai Blind Test Big Triode IHEAC 2011. 2.Amplifier Mosfet milik Asep RA. Asep RA menjelaskan bahwa amplifiernya didalamnya hanya ada satu modul dari ILP Electronic Mosfet yang lama. “Kebetulan saya hanya menambah step error. Biasanya orang mengistilahkannya dengan step attenuator (yang ini step error-nya 0.5 dB ).Saya lepaskan dari TOA yang untuk professional. Ternyata begitu first click, saya rasakan enak. Flatnya pun jauh lebih dapat dan tonal balance-nya pun bagus”kata Asep RA.. Tidak ada Black Gate disini amplifier ini pernah menjuarai Blind Test Solid State Power Amplifier seri3.
3.Amplifier 300B Single Ended milik Heriman. Amplifier 300B single ended dengan regulator U52 dan driver E 2010. “Ini saya rangkai sehingga menjadi sebuah power amplifier yang oke punya”kata Heri. Power amplifier ini pernah menyabet juara 2 kategori Best Sound serta juara kategori People Choice dalam ajang Blind Test yang pernah diadakan IHEAC.
DIY
M
emasuki seri ke 6 atau terakhir Grand Prix DIY Audio Blind Test IHEAC 2012 seolaholah menjadi ajang final bagi 3 orang peserta penguasa klasemen sementara, yaitu bung Asep (12 Point), Budiarto (10 point) dan bung Heriman (9 point) yang mana sudah tidak mungkin terkejar oleh peserta peraih pont lainnya, seperti bung Wibowo (3 point) dan Om Abing (1 pont). Seri 6 ini mengambil Thema : Free For All Amplification System dimana panitia hanya menyediakan input source dan speaker saja. Ajang ini digelar bersamaan dengan IHEAC Show 2012 sehingga menambah semarak pagelaran IHEAC Show 2012. Dengan dominasi ke 3 peserta pengumpul point teratas, membuat peserta lain yang biasanya berpartisipasi, kali ini hanya datang sebagai penonton kecuali bung Fabianto dan bung Danny. Sehingga peserta kali ini terbatas rbatas hanya 5 peserta dengan 6 perangkat. Setelah melalui persiapan yang panjang dan melelahkan , akhirnya acara dapat dimulai sekitar pukul 19:00 setelah sesi seminar berakhir. Beruntung persiapan yang cukup melelahkan terbayar dengan hadirnya beberapa “bidadari” yang ikut membantu pelaksanaan Blind Test. Untuk Blind Test seri 6 kali ini, pihak panitia mendaulat penghobi audio senior bertelinga Platinum untuk menjadi juri, yaknii Ir. Harjono (desainer speaker telur Transpeak), Mr. Nadjib Hermanto,bung Yacob Aulia dan Ketua IHEAC Tjahjo D, disamping para penghobi audio senior lainnya sebagai penilai non juri.
4.Amplifier 2A3 SE milik Budiarto (1) Power Amplifier 2A3 Single Ended ini dipasangkan dengan Pre Amp #27 yang pernah meraih juara 1 Blind Test Tube Pre Amp tahun 2011. Menggunakan tabung 2A3 RCA dan driver 6SL7 Sylvania dan OT buatan local.
5.Amplifier Hybrid Gainclone milik Danny 5.Amp Koesoemadinata. Koeso Danny Dann Koesoemadinata penghobi fotografi ini ternyata terny juga hobi merakit dan mengoprek. Kali ini dia menurunkan amplifier gainclone solid soli state yang dibuatnya pada tahun 2005 lalu. lal Danny menyebut, untuk front-nya memakai tube 6SN7 yang dibuat menjadi m dual du mono. Tahun 2010 lalu dia bongkar dan diubahnya. Tahun 2012 ini barulah d dijadikan seperti ini. Danny mengakui dijad ‘toys’nya ini memang telah mengalami ‘toy upgrade berkali-kali. “Dari gainclone upgr sederhana hingga menjadi yang bagusan seder sedikit. sedik Tahun 2012 ini digabung sehingga menjadi hybrid. Prestasi? Tidak jelas ”kata Danny. ” 6.Amplifi 6.Amp er Gainclone LM 3886 milik Fabianto Fabian Sebastian. Fabianto Sebastian yang baru saja menjadi pembicara di seminar pameran, membawa power solid state Gainclone LM 3886, dengan input attenuator memakai resistor. Power supplainya simetris dengan choke untuk tabung. Seperti biasa, kriteria penilaian adalah : Tonal Balance, Imaging dan Staging, Detail & Naturalness serta Involevment & Musicality.Sedangkan Angka penilaian berada pada rentang 70 hingga 80. Berbeda dengan Blind Test biasanya, kali ini peserta diundi 2 kali. Untuk lagu pertama diundi baik identitas maupun urutan memainkan perangkat dan untuk lagu kedua diundi lagi. Hal ini untuk mengurangi pengaruh juri pada lagu pertama terhadap lagu kedua, mengingat perbedaan karakter lagu yang akan dimainkan.
audio video 57 Edisi 13/2013
JALANNYA BLIND TEST
PENULIS
DIY
Budiarto
memilih amplifier 300B milik Heriman sebagai yang terbaik dengan nilai 77.50, Akhirnya pada lagu 1 ini amplifier 2A3 SE milik Budiarto tampil sebagai yang terbaik dengan Total Nilai 77.38 dikuti amplifier milik Fabianto ditempat ke 2 dengan nilai 76.94dan amplifier milik Asep RA ditempat ke3 dengan nilai 76.75 Hasil selengkapnya penilaian juri untuk lagu pertama adalah sbb :
Lagu 1 : New York-New York ( Jeremy Monteiro Trio ) Pada lagu 1 ini terjadi pertarungan yang ketat diantara para peserta, 2 orang Juri yaitu Ir. Harjono dan Mr Najib memilih amplifier 2A3 SE milik Budiarto sebagai yang terbaik dengan nilai 78 dan 77. Juri Tjahjo D. memilih amplifier Mosfet milik Asep RA sebagai yang terbaik dengan nilai 78.75. Dan juri Jacob Aulia
Perangkat / Juri
Najib H.
Ir. Harjono
Perangkat A (Fabianto)
76.75
77.50
Perangkat B (Budiarto 1) 77.00 Perangkat C (Asep R)
Jacob A.
Rata-rata Peringkat
78.50
75.00
76.94
2
78.00
77.25
77.25
77.38
1
76.75
77.00
78.75
74.50
76.75
3
Perangkat D (Budiarto 2) 76.00
77.00
73.75
74.75
75.38
5
Perangkat E (Danny)
72.50
75.00
70.00
75.50
73.25
6
Perangkat F (Heriman)
74.50
77.25
76.75
77.50
76.50
4
Lagu 2 : Once In A While ( Chantal Chamberland ) Babak berikutnya yang memainkan lagu Once In A While ( Chantal Chamberland ). Benar saja terjadi perubahan yang significant penilaian para juri terhadap perangkat peserta. Hanya juri Najib yang masih konsisten memilih amplifier 2A3 SE milik Budiarto sebagai yang terbaik dengan nilai 76.50, sedangkan juri lainnya semua berpaling ke lain hati. Ir Harjono kali ini memilih amplifier bung Asep R dan amplifier 211 SE milik Budiarto sebagai yang terbaik dengan nilai sama 75.75. Juri Tjahjo juga berpaling, kali ini memilih amplifier milik Fabianto sebagai yang terbaik dengan nilai 78.75. Dan juri Jacob A.juga beralih memilih
Perangkat / Juri
Najib H.
Ir. Harjono
Perangkat A (Danny)
71.50
Perangkat B (Heriman)
75.50
Perangkat C (Fabianto)
Tjahjo D.
amplifier bung Asep RA. sebagai yang terbaik dengan nilai 77.25. Sayang sekali amplifier 2A3 milik Budiarto menjadi peringkat terbawah oleh juri Tjahyo D. dan Jacob A. dengan nilai masing-masing 72.50 dan 72.25 sehingga mengurangi nilai total secara keseluruhan secara significant. Dengan dipilih oleh 2 juri,alhasil amplifier milik bung Asep R berhasil keluar sebagai yang terbaik di babak ini dengan nilai 76.44, diikuti amplifier Fabianto dan amplifier bung Heriman dengan nilai 75.56 dan 74.81. Hasil selengkapnya penilaian juri untuk lagu kedua adalah sbb :
Tjahjo D.
Jacob A.
Rata-rata Peringkat
73.00
72.75
74.25
72.88
6
75.50
74.25
74.00
74.81
3
76.25
74.25
78.75
73.00
75.56
2
Perangkat D (Budiarto 1) 76.50
75.00
72.50
72.25
74.06
5
Perangkat E (Budiarto 2) 74.00
75.75
73.50
75.00
74.56
4
Perangkat F (Asep R)
75.75
78.50
77.25
74.25
Setelah dijumlahkan penilaian lagu pertama dan kedua, akhirnya amplifier bung Asep RA berhasil keluar sebagai Juara I dengan total nilai 153.19 diikuti amplifier
76.44
1
Fabianto dengan nilai 152.50 dan amplifier Budiarto 1 dengan nilai 151.44.
Perangkat
lagu 1
lagu 2
Total
Peringkat akhir
Fabianto
76.94
75.56
152.50
Juara 2
Budiarto 1
77.38
74.06
151.44
Juara 3
Aser R.
76.75
76.44
153.19
Juara 1
Budiarto 2
75.38
74.56
149.94
Juara 5
Danny
73.25
72.88
146.13
Juara 6
Heriman
76.50
74.81
151.31
Juara 4
audio video 58 Edisi 13/2013
Dengan menjuarai seri 6 ini, maka Asep RA mendapat tambahan point Grand Prix 4 point, Fabianto mendapat 2 point dan Budiarto 1 point.
Tjahjo ( ketua umum IHEAC ) memberikan plakat juara 1 kepada Asep
Tjahjo memberikan plakat juara 2 kepada Budi
KLASEMEN AKHIR GRAND PRIX DIY AUDIO BLIND TEST IHEAC 2012 SBB : 1.Asep R 16 Point 2.Budiarto 11 Point 3.Heriman 9 Point 4.Wibowo 3 Point 5.Fabianto 2 Point 6.Abing Wijaya 1 Point Dengan demikian setelah melalui perjuangan marathon selama tahun 2012, dalam mengikuti Grand Prix DIY Audio Blind Test IHEAC 2012, akhirnya Asep RA. berhasil menjadi Juara Umum I, diikuti Budiarto sebagai Juara Umum II dan Heriman Juara Umum III. Selain itu untuk Penilaian kategori Non Juri, yang dinilai oleh 3 orang penonton, hasilnya adalah: AmpliďŹ er milik Asep RA berhasil meraih People Choice Award dan AmpliďŹ er milik Heriman meraih Best Design Award. Juara pada seri 6 ini mendapatkan hadiah dari Sponsor Vermouth Audio berupa Vermouth Blackcurse Speaker Cable untuk juara 1 dan Vermouth Red Velvet Interconnect.
Tjahjo memberikan hadiah juara 3 kepada Heriman
audio video 59 Edisi 13/2013
Selamat kepada para juara dan terima kasih kepada seluruh peserta, Grand Prix DIY Audio Blind Test IHEAC 2012 atas partisipasinya. Sampai jumpa pada Blind Test 2013 !!!a
R Kelly
REVIEW CD by: Andre
P Awal dari 3 Gebrakan Green Day
D
i panggung musik rock dunia nama Green Day adalah sebuah fenomenal. Band yang pada awalnya sempat diremehkan tiba-tiba menjadi raksasa di panggung musik dunia. Lirik yang lantang dan musik yang tanpa basabasi membuat band beraliran Pop Punk ini langsung populer. Apalagi saat debut major lebel-nya ‘Dookie’ (1994) berhasil terjual hingga 10 juta copy hanya di kawasan US saja, belum lagi di seluruh dunia. Bahkan dengan album tersebut, band yang berasal dari East Bay, California, ini diganjar penghargaan sekelas Grammy untuk kategori ‘Best Rock Album’. Kontroversi lirik dan musik yang lugas, Green Day seakan menjawab kejenuhan publik musik dunia akan hal yang bersifat mainstream. Hal ini sangat terlihat saat album American Idiot dirilis (2004), di mana mereka di ganjar penghargaan Grammy untuk kategori ‘Record of The Year’. Dan, meraih penghargaan menjadi langganan bagi band ini setiap merilis album. Termasuk di album terakhir mereka 21st Century Breakdown (2009) yang juga mendapat penghargaan kedua kalinya untuk kategori ‘Best Rock Album’. Band yang sudah mulai eksis sejak tahun 1987 ini sudah menghasilkan 9 buah album. Dan sepertinya produktivitas mereka masih terus berlangsung. Kali ini mereka memberi gebrakan dengan merilis trilogi album di sisa tahun 2012. Dimulai dengan trilogi yang pertama ini, “Uno”. Tidak hanya memberikan gebrakan, akan tetapi Green Day tampil dengan formasi terbaru. Selain Billie Joe Amstrong (vokal, gitar), Mike Dirnt (bass, backing vocal), Tre Cool (drum), dan additional player mereka selama 13 tahun (kini resmi menjadi personil tetap), Jason White (gitar, backing vokal) Masih tampil dengan musik pop-punk yang lugas, tapi masih easy listening. Simak saja hits-nya “Oh Love” yang tampil simpel dengan medium tempo walaupun didominasi sound distortif. Lagu ini tipikal lagu rock yang memang mudah dicerna, lagu yang menjadi ciri mereka selama ini. Atau lagu “Kill The DJ” yang juga masih tampil catchy, akan tetapi mengambil sound vintage dengan sedikit nuansa dance yang menarik. Atau jika Anda ingin mereka memainkan tempo cepat dengan nuansa punk yang kuat, bisa simak “Let Yourself Go”. Tidak hanya beat yang tebal, tapi juga full distorsi yang dimunculkan sepanjang lagu. Karakter musiknya tetap tegas, lugas, enerjik dengan syair yang emosional. Lagu yang mampu memberikan penyeimbang sebagai band pop punk yang masih berbahaya.a
Title : Write Me Back Genre : R&B, Soul
emilik suara emas asal Chicago ini sepertinya sukses membuat penggemarnya rela menunggu kemunculan di album terbarunya. Penyanyi bernama lengkap Robert Sylvester Kelly ini termasuk salah satu penyanyi sekaligus produser dan songwriter yang produktif di sepanjang kariernya. Sejak awal tahun ‘90-an sudah 12 album dirilis, termasuk album ini. Mengawali album ini dengan “Love Is”, mengambil nuansa klasik dengan sedikit aura disco yang dikemas dengan nuansa orkestrasi yang megah dan menawan. Sedangkan hits-nya, “Shaer My Love”, masih menampilkan nuansa disco dengan balutan orkestrasi. Karakter vintage dengan nuansa disco dan dance klasik yang cukup mendominasi atau dijadikan image di album terbarunya ini. Tapi wajib disimak juga lagu “One Step Closer”, R&B dengan balutan blues yang menarik. Di lagu yang tampil dengan iringan minimalis, Anda bisa menikmati eksplorasi suara emasnya yang selama ini menjadi selling point di sepanjang kariernya. R. Kelly cukup berani mengambil nuansa klasik di tengah maraknya musik yang bernuansa digital. Tapi karakter vokalnya cukup mendukung untuk itu. Sugesti: membayangkan nuansa broadway, untuk menikmati akhir pekan di musim penghujan.a
Of Monster And Men
T
Title : My Head Is Animal Genre : Indie Rock, Folk Rock
ermasuk pendatang baru di panggung musik dunia, akan tetapi band asal Iceland ini mampu membuat panggung musik dunia untuk meiliriknya. Tentu saja dengan ramuan musiknya yang unik, percampuran dari indie rock, folk, dan pop. Debut dari band berawak Nanna Bryndis Hilmarsdóttir (vokal, gitar), Ragnar “Raggi” Þórhallsson (gitar, vokal), Brynjar Leifsson (gitar), Arnar Rósenkranz Hilmarsson (drum), Árni Guðjónsson (piano, accordion), Kristján Páll Kristjánsson (bass), dan Ragnhildur Gunnarsdóttir (trumpet) ini memang menyajikan konsep musik yang berani. Hits-nya “Litle Talk” menawarkan musik yang awalnya didominasi permainan akustik gitar, akan tetapi berbagai efek sound di belakang, termasuk nuansa distorsi gitar yang mendukung, menjadikan musik mereka bernuansa indei rock yang lebar. Mereka tidak segan-segan memasukan berbagai elemen sound dalam aransemennya. Atau lagu pembuka “Dirty Paw” yang menampilkan nuansa folk yang dipandu dengan karakter rock yang gahar dan lebar. Perpaduan vokal, balutan sound keyboard, dan distorsi gitar membuat lagu ini terasa cukup anthem, lebar dan berenergi. Atau “Mountain Sound” yang tampil dengan indie rock yang lebih easy listening. Kelebihan band ini, cukup jeli mengolah berbagai efek sound yang mampu menampilkan nuansa musik yang kaya. Sugesti: melakukan eksperimen atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan ringan yang sempat tertunda.a
Milos Karadaglic
M
Title : Latino Genre : Classical Guitar
usisi asal Montenegro ini adalah musisi jebolan Royal Academy of Music (London). Ia adalah musisi classical guitar yang namanya sudah mulai dikenal di pentas dunia dengan permainan gitar akustiknya. Mulai memainkan akustik gitar sejak usia 8 tahun dan sukses men-cover lagu-lagu hits dengan permainan gitarnya yang cukup ciamik. Latino ini adalah albumnya ke dua yang sudah diedarkan secara internasional. Seperti title albumnya, lagu-lagu yang ditampilkan di album ini mengambil nuansa musik latin. Misalnya di lagu pembuka “Libertanggo”, permainan akustik gitarnya dibalut dengan nuansa orkestrasi. Justru di lagu “Un Sueno la Floresta’’ Anda akan bisa menikmati kepiawaian musisi ini bermain solo akustik gitar. Sebuah lagu musik klasik yang bisa dimainkannya dengan ciamik hanya dengan akustik gitarnya. Atau lagu “Oblivion”, memadukan string section dengan permainan akustik gitarnya. Jika Anda pecinta musik klasik, apalagi permainan akustik gitar, sepertinya Milos bisa menghadirkan sebuah konser tunggal di rumah Anda. Sugesti: musik pengantar lelah, untuk bersantai setelah melewati aktivitas berat dan melelahkan sepanjang hari.a
audio video 60 Edisi 13/2013
Cody Simpson
P
Title : Paradise Genre : Pop, R7B
enyanyi, musisi, dan juga merambah ke dunia aktor. Satu lagi talenta yang lahir dari social network, saat membawakan lagu-lagu cover version dan di-posting ke youtube, membawa Cody Simpson dari Australia ke Amerika. Apalagi memiliki segudang bakat, tidak hanya bernyanyi tapi juga songwriter, musisi, dan dancer. Menampilkan nuansa pop ringan dengan menonjolkan karakter vokal seraknya. Seperti hits “Got Me Good” yang menampilkan pop R&B yang ringan dengan dominasi permainan akustik gitar, walaupun memilih bet digital yang lebih modern. Di lagu “Wish U Where Here” feat Becky G berbeda dengan lagu di atas. Kali ini mengikuti tren musik kekinian. Menampilkan pop-dance yang enerjik dengan balutan nuansa techno dan digital pada aransemennya. Tidak hanya itu, di lagu “Gentleman” menampilkan pop yang catchy dengan dominasi permainan akustik gitar, serta balutan musik yang juga didominasi aransemen bernuansa akustik. Debutnya memang bermain di ranah mainstream, akan tetapi banyak penggunaan gitar akustik membuat tampil sedikit beda. Walaupun musik yang disajikan cenderung ringan. Sugesti: melewati berbagai kegiatan, tanpa harus dihadapkan dengan beban pikiran dengan musik yang bernuansa ringan.a
P
Yannick Bovy
B
Title : Better Man Genre : Pop Jazz, Swing
anyak yang menyamakan penyanyi muda asal Belgia ini mirip dengan Michael Buble. Apalagi karakter musik yang dimainkannya memang tidak jauh beda dengan penyanyi senior tersebut, pop jazz dan swing. Dan ternyata hal tersebut tidak ditampik oleh penyanyi ini. Apalagi banyak lagu yang senada ditampilkan di debutnya ini. Simak saja lagu “Theoritical Love” yang menawarkan pop-jazz yang dikemas dengan aransemen big band yang lebar. Karakter vokal dan musik serta dandanannya memang mengingatkan pada karakter Michael Buble. Yannick Bovy juga membawakan lagu cover version yang dikemas dengan sentuhan pop-jazz atau swing yang lebar. Seperti lagu pembukan “All My Loving” yang dipopulerkan The Beatles, dibawakan dengan aransemen yang lebih lebar, lengkap dengan brush section sebagai blocking, walaupun disisipi dengan nuansa musik yang lebih modern. Lagu ini terkesan dinamis dan enerjik. Lagu “Better Man” dibawakan dalam balutan pop swung yang lebih modern, tapi masih menggunakan orkestrasi sebagai blocking. Termasuk lagu fenomenal “Fly Me To The Moon” yang dibawakan dengan karakter swing klasik yang menawan. Tidak mengherankan jika aksinya memang disejajarkan dengan Michale Buble. Sugesti: saat merayakan sesuatu sambil menikmati nuansa nostalgia di tengah keramaian perkotaan yang modern.a
The Script
B
Menikmati Kontroversi Terbaru Pink
Title : #3 Genre : Pop Rock
and asal Dublin, Ireland, ini mencoba melebarkan konsep bermusiknya di albumnya yang ke-3. Rupanya band berawak Danny O’Donoghue (vokal), Mark Sheehan (gitar), dan Glen Power (drum) ini tidak ingin melakukan pengulangan dari kedua album sebelumnya, walaupun band ini masih memilih nuansa british sebagai basic musiknya. Lagu pembuka “Good Oi’ Day” yang tampil dengan kemasan modern dengan setuhan beat yang berkarakter digital. Permainan gitar yang bernuansa british masih memiliki benang merah dengan aksi mereka terdahulu. Nuansa modern sound kembali mereka usung di “Hall Of Fame”, apalagi mereka berkolaborasi dengan Will I Am. Bahkan lagunya memang berkarakter Rap. Penjelajahan musikal yang cukup berani dengan aransemen yang kuat dan berkarakter dengan imbuhan orkestrasi. Akan tetapi mereka tidak benar-benar menghilangkan ciri bermusik mereka selama ini. Di lagu berkarakter ballad, “Six Degrees of Separation”, yang menampilkan musik yang kaya nuansa. Karakter british sound masih menjadikan lagu ini lekat dengan image mereka. Musikalitas mereka di album ini lebih eksploratif, tapi mereka masih mempertahankan ciri sukses di karya mereka. Melakukan hal yang fresh, membuat mereka semakin mematangkan karier di panggung musik dunia. Sugesti: mengisi waktu luang di sela rutinitas panjang, atau berusaha meningkatkan mood kembali untuk melanjutkan aktivitas.a
enyanyi sekaligus aktris bernama asli Alecia Beth More ini tidak terlepas dari kontroversi di sepanjang kariernya. Terutama liriknya yang hadir dengan kritik sosial yang berani. Walaupun sebenarnya lirik-lirik yang ditulisnya membangun sebuah semangat. Tapi itulah Pink, menyatakan pendapat lewat cara bermusiknya. Bahkan keberaniannya sudah dimulai sejak awal kariernya. Namanya mulai meroket sejak album keduanya, Missundaztood (2001), dirilis dengan hits-nya “Get The Party Started”. Keberaniannya dalam menulis lirik sudah terlihat sejak saat itu. Penyanyi ini pun sudah menjual puluhan juta copy albumnya di seluruh dunia. Bahkan berhasil menggondol 3 penghargaan sekelas grammy, 2 penghargaan Brit Award, dan 5 penghargaan MTV Video Music Award. Dan, oleh Billboard Magazine dinobatkan sebagai ‘The Number One Pop Musician of the Decade’. Dan oleh VH1 dinobatkan si urutan ke-10 di kategori ‘100 Greatest Women in Music’. Ternyata kontroversinya di panggung musik dunia memang sejajar dengan prestasi yang berhasil diraihnya. Walaupun berkarier selama 17 tahun, penyanyi asal Pennsylvania, USA, ini masih tetap lantang dalam menuliskan lirik. Termasuk di album terbarunya ini. Albumnya yang ke-6 ini langsung saja menjadi album nomor satu di beberapa negara di Eropa dan Asutralia. Album ini tampil dengan beberapa karakter musik yang beragam. Hits-nya, ‘Blow Me (One Last Kiss)’, ini tampil dengan pop-dance yang enerjik dengan sedikit sound rock. Tapi tetap saja Pink melakukan eksplorasi vokal, walaupun tipikal lagunya adalah pop yang easy listening. Atau lagu “Try” yang juga dijadikan hits-nya, menampilkan rock-ballad. Berbeda dengan lagu di atas, lagu ini tampil dengan konsep band dengan berbagai efek sound yang bernuansa. Termasuk distorsi gitar yang terkesan lebih gahar. Lepas dari karakternya yang melekat selama ini, justru lagu ini menjadi lagu yang wajib disimak di album ini. Menampilkan lagu ballad “Just Give Me A Reason” feat Lily Rose Cooper. Didominasi permainan akustik piano, dan kemudian menampilkan beat digital yang terkesan anthem. Eksplorasi vokalnya yang melengking tinggi beradu dengan vokal Lily Rose Cooper menjadi sajian yang ciamik. Berkolaborasi juga dengan Rapper Eminen di “Here Comes the Weekend” yang menampilkan nuansa sound yang dark, lengkap dengan permainan efek sound yang eksploratif, dan didukung penggunaan analog drum yang membuat lagu ini terasa lebar dan berenergi. Kontroversi terbaru penyanyi ini tetap menarik untuk dinikmati.a
audio video 61 Edisi 13/2013
REVIEW CD by: Andre
Usher
U Christmas, Christina Perri
sher bisa jadi adalah salah satu icon di industri pop Amerika. Penyanyi, songwriter, dancer, sekaligus aktor ini masih mampu menunjukkan kekuatannya di panggung hiburan musik dunia. Sejak awal kemunculannya di pertengahan tahun ‘90-an, Usher terhitung sebagai penyanyi yang cukup produktif, banyak hits yang memang sudah berhasil dimunculkan. Kelebihan penyanyi asal Texas ini memang mampu beradaptasi dengan tren musik yang bergulir, seperti di albumnya yang ke-7 ini. Mengawali dengan “Can’t Stop Won’t Stop” yang menampilkan nuansa dance-elektronik yang kuat dengan aroma beat digital yang enerjik. Atau lagu “Climax” yang menawarkan aliran senada. Karakter musik yang memang menjadi tren beberapa waktu terakhir. “Climax” adalah hits yang menampilkan nuansa R&B yang kuat, tapi dengan aransemen sound digital yang terkesan dark, akan tetapi lebar dan dinamis. Di lagu ini, sepertinya Usher total mengeksplorasi vokal R&B-nya. “Numb” lagu pop dance yang enerjik, walaupun berkarakter simple tapi memiliki sound dan aransemen yang lebar, inovatif, dan enerjik. Sugesti: pilihan untuk meningkatkan mood saat week end di musim hujan. a
S
yara pemilik nama lengkap Christina Judith Perri ini memang cukup memikat hati. Di awal kemunculannya langsung sukses membius panggung musik dunia dengan hitsnya seperti “Jar or Heart” yang terangkum di debut albumnya, Lovestrong (2011). Debut inilah yang sukses memuluskan kariernya. Tidak hanya tampil sebagai penyanyi, tapi juga musisi sekaligus songwriter. Lagu hits-hits di debutnya adalah buah karyanya sendiri. Penyanyi yang sempat berduet dengan Jason Mraz di lagu “Distance” ini seakan muncul menjadi idola baru di panggung pop dunia. Bahkan penyanyi asal Philadelphia ini sempat mampir dan menggelar konser di Indonesia tahun 2012. Momen Christmas ternyata menjadi salah satu momen musikalitas dan kariernya. Christina Perri pun merilis album bernuansa Christmas. Memainkan beberapa lagu pop bernuansa Christmas atau lagu standar Christmas, yang dikemas dengan nuansa pop yang chatchy dan tentunya menawan. Simak saja lagu pembukanya, “Something About December”, yang menampilkan konsep pop yang apik. Sebenarnya diaransemen tidak terlalu rumit, tapi blocking orkestrasi dan dominasi permainan akustik piano membuat lagu ini mampu membawa ke nuansa tenang dan damai. Apalagi karakter vokalnya yang terkesan “empuk”, mampu membawakannya dengan cukup baik. Atau lagu “Please Come Home For Christmas” yang dibawakan dengan nuansa blues dengan balutan jazzy yang lebar. Dengan berbagai ornamen sound yang inovatif, lagu ini pun tidak kalah cantiknya dengan penampilan penyanyi ini. Christina Perri pun bereksplorasi dengan olah vokalnya. Atau saat membawakan lagu Christmas standart, “Ave Maria”. Hanya diiringi dengan akustik gitar beradu dengan suara tinggi vokalnya, justru tidak terkesan berat, apalagi ada choir sebagai blocking. Lagu pesan perdamaian “Happy Xmas (War Is Over)” dibawakan dengan karakter folk. Aransemennya yang lebar memperkuat pesan moral di lagu ini. Album yang sepertinya menjadi pilihan wajib bagi yang merayakan Christmas. a
Title : Looking 4 Myself Genre : R&B, Pop Dance, Hip Hop
The Killers
S
Title : Battle Born Genre : Alternative Rock
empat diisukan bubar saat album-album terakhirnya dinilai kandas di pasar. Apalagi saat sang vokalis, akhirnya, meluncurkan debut solonya. Band asal Nevada, Las Vegas, ini kenyataannya cuma menggebrak di awal kariernya. Akan tetapi band yang aktif sejak awal tahun 2000-an ini malah membuktikan bahwa mereka akan berusaha eksis di panggung musik dunia. Walaupun termasuk lambat tapi pasti, akhirnya dirilislah albumnya yang ke-4 ini. Kali ini Brandon Flowers (vokal), Dave Keuning (gitar), Mark Stoermer (bass), dan Ronnie Vannucci, Jr (drum) masih menawarkan alternative rock yang bernuansa. “Flesh n Bone” seperti pas dipilih sebagai pembuka, musiknya yang cenderung tidak simple dengan permainan efek sound modern yang luas dan lebar. Hitsnya (“Runaway”) tampil dengan layer sound yang juga cukup luas, walaupun lagu ini tampil lebih simple dan easy listening. Kekuatan synhtesizer sebagai pembangun nuansa memang menjadi andalan di kedua lagu ini. Mereka juga menampilkan lagu berkarakter ballad “Miss Atomic Bomb”, tampil lebih anthem dengan perjalanan nada dan aransemen yang dinamis, termasuk pembangunan atmosfernya. Sugesti: pilihan melawan atau mengatasi kepengatan yang datang di saat yang tepat, misalnya di tengah malam dengan memutar frekuensi yang kuat.a
Mika
P
Title : The Origin of Love Genre : Pop, Glam Rock
enyanyi flamboyan berdarah Palestina ini rupanya memiliki jenjang karier yang cukup stabil. Debutnya adalah yang paling menentukan langkahnya di pentas dunia. Pemilik nama lengkap Michael Holbrook Penniman, Jr. ini memberikan warna tersendiri di jagad musik pop dunia, dengan lagu-lagunya yang terkesan ceria dan glamour. Tidak mengherankan jika Mika diganjar berbagai penghargaan bergengsi, seperti World Music Award atau BRIT Award untuk debutnya tersebut. Ini merupakan albumnya yang ke-3, Mika kembali mengusung nuansa musik yang menyenangkan. Simak seperti hitsnya, “Celebrate”, yang menampilkan pop dengan nuansa musik disco walaupun menggunakan beberapa karakter sound yang modern. Atau lagu “Emily” yang kali ini tampil dengan nuansa pop ceria, dengan aransemen musik digital yang modern. Termasuk lagu yang sebenarnya berkarakter ballad, “Overated”, yang masih mampu menampilkan nuansa ceria, walaupun didominasi permainan akustik piano. Lagu ini diaransemen cukup lebar, karakter vokal falsetonya mampu memberi emosional di lagu ini. Sugesti: seperti salah satu hitsnya, menjadi pilihan yang pas saat merayakan sesuatu.a
audio video 62 Edisi 13/2013
Swedish House Mafia
N
Title : Until Now Genre : House, Electro
ama group elektronik asal Swedia ini tiba-tiba saja popular di kalangan pencinta dance/ elektronik music. Group berawak DJ dan Produser, Axwell, Steve Angello, dan Sebastian Ingrosso ini termasuk muka baru di panggung musik dunia, khususnya penganut dance music. Akan tetapi mereka sukses meluncurkan single yang sangat digemari, yang secara otomasi mendongkrak popularitas mereka. Album ini sendiri merupakan kumpulan dari hits band ini yang juga diambil dari debutnya, dengan judul yang sama yang dirilis 2010 lalu. Mengawali dengan “Greyhound” sebuah lagu progresif dengan nuansa elektronik yang lebar dan kaya akan ramuan sound. Lagu yang sepertinya menjadi acuan untuk berbagai club. Lagu yang membuat mereka tiba-tiba melonjak popularitasnya adalah “Don’t You Worry Child”, yang berkolaborasi dengan John Martin yang mengisi vokal. Tidak hanya menampilkan nuansa dance dengan sajian musik progresif yang enerjik, kelebihan lagu ini bisa juga membuat sing-a-long. Apalagi dengan pemangunan atmosfer yang cukup kaya. Trio ini sepertinya cukup sukses dalam memberikan nuansa yang megah dari aransemen maupun pilihan sound. Bahkan untuk lagu “Atom” yang menampilkan nuansa sound yang lebih dark tapi menghentak. Sugesti: musim hujan membuat Jakarta macet, pilih album ini dengan frekuensi yang tinggi untuk melawannya.a
Green Day
B
Title : Idos! Genre : Pop Punk
ukti kreativitas memuncak dari band fenomenal asal California dibuktikan di penghujung tahun ini. Album ini merupakan album kedua dari trilogi album yang dirilisnya di penghujung tahun 2012 ini. Tampil dengan formasi baru, Billie Joe Amstrong (vokal/ gitar), Mike Dirnt (bass/backing vocal), Tre Cool (drum), dan additional player mereka selama 13 tahun yang kini resmi menjadi personil tetap, Jason White (gitar, backing vokal), mereka tampak semakin solid dan berbahaya. Mengandalkan “F**K Time” untuk membisingkan telinga dengan ramuan yang menghentak, dengan punk full distorsi yang dibalut sedikit nuansa pop. Nuansanya lebih oldschool, dari sound sampai konsep aransemennya. Atau lagu yang terkesan “lebih sopan” yang menampilkan pop-punk yang mampu membuat bergoyang, “Stray Heart”. Sebagai lagu yang ringan, Anda akan masih menyaksikan energinya dari pilihan sound yang berani, kasar, dan cenderung powerful. Bahkan saat menampilkan lagu ballad “Amy” yang hanya diiringi permainan gitar, tapi masih memilih karakter distorsi untuk soundnya, terkesan oldschool dengan nuansa yang minimalis. Rupanya tidak seluruh lagu ditampilkan dengan kekuatan rock yang gahar. Green Day cukup berani bereksplorasi dengan rock yang dimainkan. Sugesti: masalah tak kunjung kelar, pekerjaan yang menumpuk, atau memikirkan sebuah jalan keluar, putar lagu ini dengan volume sedang.a
No Doubt
S
Title : Push and Shove Genre : Pop Punk, Ska Punk, Alternative Rock
empat vakum bahkan diisukan bubar saat sang vokalis berkonsentrasi untuk proyek solonya, justru band asal California yang sudah eksis sejak awal tahun ‘90-an ini malah bisa membuktikan sebagai band yang solid. Setelah lebih dari satu dekade tidak membuat album, band berawak Gwen Stefani (vokal), Tom Dumont (gitar, keyboard), Tony Kanal (bass), dan Andrian Young (drum), akhirnya berkumpul kembali dan lahirlah albumnya yang ke-6. Masih menampilkan nuansa alternative rock, tapi rupanya mereka up to date pada tren musik saat ini. Terkesan lebih modern walau nuansa rock-nya masih kuat. Hitsnya, “Settle Down”, menampilkan nuansa rock ceria dengan aransemen simple dan materi “gampang”, seperti ciri mereka selama ini. Berhasil menohok dengan sedikit ramuan dance modern yang enerjik. Atau lagu “Looking Hot” menampilkan rock dengan sentuhan new wave, lagu ini malah tampil sangat modern. Atau “Push and Shove” yang menampilkan ska punk, tapi dengan ramuan dance musik yang “menghalalkan” sound digital. Rupanya solo sang vokalis banyak memberikan pengaruh di arah bermusik band ini. Modern, dengan nuansa dance dan new wave, walaupun sound gahar dan distortif masih diperdengarkan. Sugesti: jangan pikirkan apapun, nikmati dan bergembiralah, apalagi untuk mengisi kekosongan aktivitas.a
Akustik Manis Depapepe
D
uo akustik Miura “Depa” Takuya dan Tokuoka “Pepe” Yoshinari ternyata mampu menarik hati pecinta musik di tanah air. Bagaimana tidak, duo Depapepe bukan sekali tampil di Indonesia. Seperti di ajang Java Jazz lalu, aksi mereka memang sangat diminati. Terlihat dengan membeludaknya pengunjung yang ingin menyaksikan duo yang membawakan karakter chill out yang nyaman dari permainan akustik gitarnya. Mengawali kariernya di komunitas indie pada awal tahun 2000an. Akan tetapi aksi mereka dengan cepat membuat Sony Music menarik mereka untuk bergabung. Akhirnya diluncurkanlah debut Mayor-nya, Lets Go!!! (2005). Walaupun musik mereka termasuk segmented, tapi rupanya mereka memiliki penggemar yang terus berkembang. Bahkan karier mereka pelan tapi pasti, dan semakin eksis. Konsep musik akustik dengan sentuhan musik pop dan chill out menjadi ciri sekaligus image yang membuat mereka cepat digemari. Kali ini, album terbaru mereka, Acoustic & Dining, resmi dirilis di Indonesia, adalah album mayornya yang ke-10. Dihitung dari mulainya mereka terjun di industri musik, Depapepe termasuk group yang cukup produktif. Album ini diawali dengan “Union”, yang menampilkan aransemen full akustik. Selain permainan akustik gitar dari kedua personilnya, lagu ini diiringi dengan berbagai permainan perkusi. Ragam pilihan perkusi dan pilihan berbagai sound tambahan membuat lagu ini terdengar sangat lebar, megah, dan sekaligus bernuansa. Walaupun nuansa chill out tetap menjadi acuan. Lagu “Memories” feat Coba tetap dengan pilihan aransemen dan sound yang serupa dengan lagu di atas. Akan tetapi mereka tampil dengan nuansa musik latin yang nyaman. Tidak hanya mengaransemen dengan nuansa akustik, di lagu “Share My World” feat Sin (from Singular), mereka manampilkan konsep band utuh, walaupun nuansa akustiknya masih kental. Kali ini mereka mengaransemen dengan pendekatan musik pop. Atau lagu “Always” yang diaransemen dengan nuansa Fusion. Kali ini tidak hanya menampilkan band utuh, tapi termasuk vokal. Depapepe tampaknya mampu membuktikan bahwa dengan gitar akustik, mereka mampu berbuat banyak hal. Termasuk bisa menampilkan nuansa musik yang beragam. Sisi aransemen dan pilihan sound yang inovatif merupakan salah satu penentunya. a
audio video 63 Edisi 13/2013
Doharto
Seluruh Produk di Jual di Indonesia
PENULIS
������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� �������
SHOPPING GUIDE TV PLASMA PRODUK K
HARGA
Changhong PT42890,42”,3D,Full Stereo,Full HD,1.920x1.080p,3 HDMI, PC input,USB, Optical output, Changhong PT50890,50”,3D,Full Stereo,Full HD,1.920x1.080p,3 HDMI, PC input,USB, Optical output, LG 42PA4500,42”,Full Stereo,1366X768p,Dynamic Contrast,PC input, HDMI,USB, LG 50PA4500,50”,Full Stereo,1366X768p,Dynamic Contrast,PC input, HDMI,USB, Panasonic TH-P42X10,42”,Full Stereo,PiP(1 tuner),PC input,DVD input,HDMI, Panasonic TH-P42X30,Smart TV,42”,Full Stereo,1024X768p,LAN, Card Reader,PC input, 3 HDMI,USB, Panasonic TH-P50X30,Smart TV,50”,Full Stereo,1024X768p,LAN, Card Reader,PC input, 3 HDMI,USB, Samsung PS-64E8000,64”,3D,Full HD 1.920x1.080p,Tru Surround, 3D Sound, Dolby Digital Plus,Tru Surround HD,20w 10% RMS,600Hz, Wireless LAN,PC input,3 HDMI,3 USB, Samsung PS-51E490,51”,3D,Full Stereo,Full HD 1.920x1.080p,Tru Surround, 2 HDMI, DNIe, Dolby Digital Plus,Tru Surround HD,20w 10% RMS,600Hz,PC input,USB,
Rp 4.000 Rp 7.600
PRODUK
Rp 7.800 Rp 4.850 Rp 5.100 Rp 8.550
Rp 46.900 Rp 9.600
HARGA Rp 1.600 Rp 14.000 Rp 1.700 Rp 2.800
Rp 8.000 Rp 12.050
Rp 1.790
Polytron PLD55D603,55”,Full Stereo,1920x1080p,Sub Woofer, Brightness 360cd/m2, Contrast 4000:1,Response Time 5.5ms, Power Cons. 150w,Sub Woofer,HDMI,USB,PC input,
Rp 20.000
Polytron PLD46D603,46”,Full Stereo,1920x1080p,Sub Woofer, Brightness 360cd/m2, Contrast 4000:1,Response Time 6.5ms, Power Cons. 135w,Sub Woofer,HDMI,USB,PC input,
Rp 13.000
Samsung UA22ES5000,22”,Full Stereo,1920ix1080p,Tru Surround, 6w 10% RMS, PiP (1 tuner),PC input,1 HDMI,1 USB,
Rp 1.600
Samsung UA40ES5600,Smart TV,40”,Full Stereo,1920ix1080p,120Hz, Wireless LAN, PC input,HDMI,3 USB,
Rp 8.000
Semua harga yang ditampilkan dalam Ribuan Rupiah
Rp 8.000 Rp 1.050 Rp 1.700 Rp 2.770 Rp 5.850 Rp 16.000
TV LCD 40‰ - 49‰ PRODUK
Rp 12.100 Rp 1.780 Rp 3.050 Rp 3.000 Rp 1.660 Rp 2.100 Rp 3.000 Rp 5.900 Rp 14.300 Rp 25.000 Rp 21.000
HARGA
Konka KL42QS80,42”,Full Stereo,PC input,HDMI,USB, LG 42CS460,42”,Full HD 1920x1080p,Full Stereo, PC input, Contrast Ratio 80.000:1, HDMI,DVD input,USB, LG 42LK410,42”,Full Stereo,1920x1080p,PC input,2 HDMI,USB, Panasonic TH-L42U30,42”,Full Stereo,Full HD 1920x1080p, DVD input, Contrast 20.000:1, LAN,Tru Surround,Card reader,PiP,PC input,3 HDMI,USB, Polytron PLM-42M11,42”,Full Stereo,Full HD 1920X1080p, Contrast ratio 100.000:1, 35w 10% RMS,Power Cons. 210W, Brightness 500cd/m2,Times Response 5mm,2 HDMI,USB,XBR, Samsung LA-40D550,40”,Full Stereo,Full HD 1920X1080p,PiP (1), PC input,4 HDMI, USB, Samsung LA-46D550,46”,Full Stereo,Full HD 1920X1080p,PiP (1), PC input,4 HDMI, USB, Sharp LC40M500,40”,Full Stereo,Tru Surround,PC input,DVD input,HDMI, Sharp LC40M550,40”,Full Stereo,Full HD,Tru Surround,20w 10% RMS,PC input,HDMI, Sony KLV-40BX450,40”,Full Stereo,Full HD 1920x1080p,HDMI, PC input,USB, Sony KLV-46BX450,46”,Full Stereo,Full HD 1920x1080p,HDMI, PC input,USB, Toshiba 40PB10,40”,Full Stereo,Full HD,Contrast 50.000:1, 20w 10% RMS,HDMI, PC input,USB,Tru Surround, Toshiba 40PB20,40”,Full Stereo,Full HD,Contrast 50.000:1, 20w 10% RMS,HDMI, Power Cons. 155w,PC input,USB,Tru Surround,
Rp 4.400 Rp 5.550 Rp 6.100 Rp 5.850
Rp 5.150 Rp 5.500 Rp 8.750 Rp 5.550 Rp 6.900 Rp 5.000 Rp 7.500 Rp 4.950 Rp 4.950
TV LCD 32‰
Rp 5.900
Polytron PLD24D300,24”,Full Stereo,1920x1080p,Sub Woofer, Brightness 300cd/m2, Contrast 1000:1,9w 10% RMS, Response Time 5m/s,1 HDMI,USB,PC input,
Samsung UA46ES5600,Smart TV,46”,Full Stereo,1920ix1080p,120Hz, Wireless LAN, PC input,HDMI,3 USB, Sanken SLE-24U,24”,Full Stereo,1366x768p,contrast 1000:1, Power Cons. 35w,USB, PC input,HDMI, Sharp LC32LE240,32”,Full Stereo,Full HD 1920ix1080p,Tru Surround, PC input,HDMI, USB, Sharp LC32LE340,32”,Full Stereo,Full HD 1920ix1080p,Tru Surround, Power Cons.60w, PC input,HDMI,USB, Sharp LC22LE420,22”,Full Stereo,Full HD 1920ix1080p,Tru Surround, Power Cons.28w, 6w 10% RMS,PC input,2 HDMI,S-Video in, Sony KLV-24EX430,24”, Full Stereo,1366x768p,HDMI,PC input,USB, Sony KLV-32EX330,32”,Full Stereo,1920ix1080p,Smart Phone Ready, HDMI, PC input, USB, Sony KLV-40EX430,40”,Full Stereo,1920ix1080p,HDMI, PC input,USB, Sony KDL-40EX720,40”,3D,Smart TV,Full Stereo,1920ix1080p, 4 HDMI, Internet TV,LAN,X-Reality,WiFi,PC input,USB, Sony KDL-55EX720,55”,3D,Smart TV,Full Stereo,1920ix1080p, 4 HDMI, Internet TV,LAN,X-Reality,WiFi,PC input,USB, Sony KDL-46EX720,46”,3D,Smart TV,Full Stereo,1920ix1080p, 4 HDMI, Internet TV,LAN,X-Reality,WiFi,PC input,USB,
HARGA
Rp 4.500
TV LED Changhong LE24913,24”,Full Stereo,Full HD 1920X1080p,2 HDMI, PC input,USB, DVD input, Konka LED47IS988,47”,3D,Full Stereo,1920x1080p,Tru Surround, DVD input,PC input, HDMI,USB, LG 22LS2100,22”,Full Stereo,1366x768p,Tru Surround, Response Time 5ms,Contrast ratio 50.000:1,,PC Input,HDMI,USB, LG 32LS3110,32”,Full Stereo,1366x768p,Tru Surround, Contrast ratio 1.000.000:1, Response Time 10ms,PC input,HDMI,USB, Panasonic THL39EM5G,39”,Full Stereo,1920x1080p,Tru Surround, HDMI,USB,PC input, Panasonic THL42E30G,42”,Full Stereo,1920x1080p,Tru Surround,100Hz, Power Cons. 140w,DVD input,3 HDMI,USB,PC input, Panasonic THL42ET5G,42”,3D,Full Stereo,1920x1080p,Tru Surround, WiFi,4 HDMI, USB,PC input,
PRODUK Sony KDL-32EX720 KDL-32EX720,32”,3D,Smart TV,Full Stereo,1920ix1080p, 4 HDMI, Internet TV,LAN,X-R TV,LAN,X-Reality,WiFi,PC input,USB, Toshiba 19HV15,19” 19HV15,19”,Full Stereo,1368x768p,Contrast 8.400:1, Power Cons. 22w,HD 22w,HDMI, PC input,USB, Toshiba 23PB201,23 23PB201,23”,Full Stereo,1920ix1080p, DVD input,HDMI, PC input,USB, Powe Power Bass Boster, Toshiba 32PB200,32 32PB200,32”,Full Stereo,1366x768p, DVD input,HDMI, PC input USB Powe input,USB, Power Bass Bost,Power Cons. 56w, Toshiba 40PB200,40”,Full Stereo,1920ix1080p, DVD input,HDMI, PC input,USB, Power Bass Bost, Toshiba 40TL20,40”,3D,Full Stereo,1920ix1080p,4 HDMI,PC input,USB,
PRODUK Changhong LT32716,32”,1920x1080p,Full Stereo,PC input,3 HDMI,USB,Swivel, LG 32LD310,32”,1366x768p,Full Stereo,Contrast 30.000:1, Contrast 30.000:1, Time Response 5.2ms,PC input,HDMI,DVD input, LG 32LK310,32”,1366x768p,Contrast 60.000:1,Full Stereo, PC input,HDMI, LG 32LK311,32”,1366x768p,Contrast 60.000:1,Full Stereo, PC input, 2 HDMI,USB, Power Cons. 120w, Panasonic TH-L32U30,32”,Full Stereo,Full HD 1920x1080p, Tru Surround, PC input,1 HDMI,USB,WiFi,LAN, Panasonic TH-L32C22,32”,Full Stereo,Tru Surround,1366x768p, Card Reader, DVD input,PC input,1 HDMI,Long Panel Life up to 60.000 jam, Panasonic TH-L32C30,32”,Full Stereo,Full HD 1920x1080p,Tru Surround, PC input,1 HDMI,USB,WiFi,LAN, Polytron PLM 32M11,32”,Full Stereo,1366x768p,Contrast 50.000:1, 35w 10% RMS, Brightness 450cd/m2,Ultra XBR,Time response 8 ms, Power Cons. 135w,2 HDMI,USB,PC input, Polytron PLM 32B21,32”,Full Stereo,Full HD,Contrast 30.000:1,PiP, Power Cons.150w, Ultra XBR,30w 10% RMS,,Brightness 450cd/m2, Time response 8 ms,HDMI,USB,PC input, Samsung LA-32D403,32”,Full Stereo,Tru Surround,1366x768p, 20w 10% RMS, PC input,HDMI,DNIe, Samsung LA-32D450,32”,Full Stereo,Tru Surround,Full HD 1920x1080p, 20w 10% RMS, PC input,HDMI,DNIe, Samsung LA-32D451,32”,Full Stereo,Tru Surround,Full HD 1920x1080p, 20w 10% RMS, DVD input,PC input,HDMI,DNIe, Sony KLV-32BX35,32”,Full Stereo,1366x768p,PC input,HDMI, Sony KLV-32BX320,32”,Full Stereo,1366x768p,PC input,HDMI, Sony KLV-32BX311,32”,Full Stereo,1366x768p,PC input,HDMI, Sharp LC-32M4071,32”,Full Stereo,1366x768p,Power Cons. 102w, Tru Surround, PC input,HDMI, Sharp LC-32M400,32”,Full Stereo,1366x768p,PC input,HDMI,USB,Tru Surround, Toshiba 32PB1,32”,Full Stereo,1366x768p,Contrast 50.000:1, DVD input,HDMI,PC input,USB,Tru Surround, Toshiba 32PB2,32”,Full Stereo,1366x768p,Contrast 50.000:1, DVD input,HDMI,PC input,USB,Tru Surround, Toshiba 32PB20,32”,Full Stereo,1366x768p,Contrast 50.000:1, 20w 10% RMS, HDMI,PC input,USB,Tru Surround,
=Penurunan Harga
audio video 64 Edisi 13/2013
HARGA Rp 2.200 Rp 2.750 Rp 2.530 Rp 2.600 Rp 2.750 Rp 2.450 Rp 3.100
Rp 2.850
Rp 2.600 Rp 2.470 Rp 2.900 Rp 3.050 Rp 2.650 Rp 3.000 Rp 2.600 Rp 2.630 Rp 2.450 Rp 2.450 Rp 2.450 Rp 2.600
HARGA Rp 1.550 Rp 1.535 Rp 1.450 Rp 1.425 Rp 1.485 Rp 1.375 Rp 1.400 Rp 1.555 Rp 1.320 Rp 1.600 Rp 1.800
Rp 1.600
Rp 1.600
Rp 1.700 Rp 1.355 Rp 1.475 Rp 2.000 Rp 2.275 Rp 1.370 Rp 1.500 Rp 1.650 Rp 1.050 Rp 1.500 Rp 1.700 Rp 1.600
HTiB PRODUK
HARGA
LG LH-HT305SU,1 DVD,DivX,6 Speaker,300w 10% RMS,DVD output, Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,USB,HDMI, LG LH-HT356SD,1 DVD,DivX,6 Speaker,330w 10% RMS,DVD output, Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,USB,HDMI, LG LH-HT503PH,1 DVD,DivX,6 Speaker with 2 floorstanding, 500w 10% RMS, DVD output,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,USB,HDMI, LG LH-HT554,1 DVD,DivX,6 Speaker with 4 floorstanding, 500w 10% RMS, DVD output,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,USB, LG DH-6320,1 Bluray,3D,6 Speaker with 4 floorstanding,Bass Blast, 850w 10% RMS, Full HD,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,USB,HDMI, LG BH-6320,1 Bluray,3D,6 Speaker with 4 floorstanding,Bass Blast, 850w 10% RMS, Full HD,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,USB,HDMI, LG DH-7620T,1 Blu-ray,6 Speaker wireless with 4 floorstanding, 5.1 ch, Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,HDMI,USB, LG DH-6520T,1 DVD,6 Speaker wireless with 4 floorstanding, 5.1 ch, Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,HDMI,USB, LG DH-6320H,1 DVD,6 Speaker wireless with 4 floorstanding, 5.1 ch, Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,Sound Output 850w 10% RMS, External HDD,HDMI,USB, Panasonic SC-XH10,1 DVD,DivX,6 Speaker,DTS,Dolby AC3,dts, 330w 10% RMS,USB, HDMI. Panasonic SC-XH20,1 DVD,DivX,6 Speaker,DTS,Dolby AC3,dts, 330w 10% RMS,USB, HDMI. Panasonic SC-XH50,1 DVD,DivX,6 Speaker,DTS,Dolby AC3,dts,HDMI,USB, Panasonic SA-BT230,1 Bluray,DivX,6 Speaker,DVD output,DTS, Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,USB, Panasonic SC-XH55,1 DVD,DivX,6 Speaker with 2 floorstanding, Dolby AC3, dts,Dolby Prologic II,USB,HDMI, Panasonic SC-XH70,1 DVD,DivX,6 Speaker,DTS,Dolby AC3,dts,HDMI,USB,
Semua harga yang ditampilkan dalam Ribuan Rupiah
Rp 1.560 Rp 1.450 Rp 2.895 Rp 3.115 Rp 2.500 Rp 4.500 Rp 3.460 Rp 2.850
Rp 2.800 Rp 1.150 Rp 1.150 Rp 1.650 Rp 1.220 Rp 2.550 Rp 1.650
Rp 2.450 Rp 1.595 Rp 1.650 Rp 3.100 Rp 1.705 Rp 2.950 Rp 2.450 Rp 2.890 Rp 3.950
Pioneer HTZ-808,1 DVD,6 Speaker with 4 Floorstanding,Ready for iPod, Dolby AC3, dts,Dolby Prologic II,HDMI,
Rp 8.500
Polytron PHT138,1 DVD,DivX,6 Speaker, DVD output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,80w 10% RMS,Power Cons.98w,HDMI,USB,
Rp 1.000
Polytron PHT158,1 DVD,DivX,6 Speaker, DVD output,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II, Rp 1.500 Polytron PHT160,1 DVD,DivX,6 Speaker, DVD output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II, 110w 10% RMS,Power Cons. 110w,HDMI,USB Rp 1.750 Polytron PHT169,1 DVD,DivX,6 Speaker, DVD output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II, 80w 10% RMS,Power Cons. 110w,USB Rp 1.650 Polytron PHT170,1 DVD,DivX,6 Speaker, DVD output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II, 200w 10% RMS,USB,HDMI,Bluetooth, Rp 1.825 Polytron XL1210,1 DVD,DivX,6 Speaker, DVD output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II, USB,HDMI, Rp 1.250 Polytron PHT500,1 DVD,DivX,6 Speaker,DVD output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II, USB,HDMI, Rp 1.310 Polytron PHT920,1 DVD,6 Speaker with 4 Floorstanding,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II, 130w 10% RMS,USB,HDMI,Bluetooth, Rp 2.200 Samsung HT-ES455K,1 DVD,6 Speaker with 2 Floorstanding,5.1ch, 1.000w 10% RMS, Power Bass,DVD output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,67 w Power Cons.,HDMI,USB, Rp 2.750 Samsung HT-E453,1 DVD,6 Speaker with 2 Floorstanding,5.1ch, Power Bass,Dolby AC3, dts,Dolby Prologic II,1.000w 10% RMS,HDMI,USB, Rp 2.400 Samsung HT-E3550,1 Blu-ray,3D,6 Speaker with 4 Floorstanding,5.1ch, Power Bass, Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,500w 10% RMS, Power Cons. 67.5w,HDMI,USB, Rp 3.800 Samsung HT-E353HK,1 DVD,6 Speaker with 2 Floorstanding,5.1ch, Power Bass, Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,330w 10% RMS,HDMI,USB, Rp 1.950 Samsung HT-E350K,1 DVD,6 Speaker,5.1ch,Power Bass,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II, 330w 10% RMS,HDMI,USB, Rp 1.450 Samsung HT-E455HK,1 DVD,6 Speaker with 4 Floorstanding,5.1ch, Power Bass, Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,HDMI,USB, Rp 3.100 Sharp HTCN-390DVW,1 DVD,1080p Up-scale,6 Speaker,DVD output, Dolby AC3,dts, 210w 10% RMS,Dolby Prologic II,HDMI,USB, Rp 1.500 Sharp HTCN-603DVWL,1 DVD,1080p Up-scale,6 Speaker with 4 Floorstanding, 600w 10% RMS,DVD output,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,HDMI,USB, Rp 3.100 Sharp HTCN-790DVW,1 DVD,1080p Up-scale,6 Speaker with 4 Floorstanding, 210w 10% RMS,DVD output,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,HDMI,USB, Rp 3.500 Sharp HTCN-1203DVW,1 DVD,1080p Up-scale,6 Speaker with 2 Floorstanding, USB, Sound Output 1200w 10% RMS,DVD output,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,HDMI, Rp 3.800 Sony DAV-TZ140,1 DVD,DivX,6 Speaker,30w 10% RMS,Dolby Prologic II,HDMI, Rp 1.480 Sony DAV-TZ200,1 DVD,DivX,6 Speaker,DVD output,500w 10% RMS, Dolby Prologic II, Rp 2.650 Sony DAV-TZ135,1 DVD,DivX,6 Speaker,DVD output,350w 10% RMS, Dolby AC3, Dolby Prologic II,USB, Rp 1.400 Sony DAV-TZ715,1 DVD,6 Speaker with 4 Floorstanding,Dolby AC3, Dolby Prologic II,HDMI,USB, Rp 2.500 Sony DAV-DZ640,1 DVD,6 Speaker with 4 Floorstanding,Dolby AC3, Dolby Prologic II,HDMI,USB, Rp 3.000 Sony DAV-DZ840,1 DVD,6 Speaker with 4 Floorstanding, 1.000w 10% RMS,Dolby AC3, Dolby Prologic II,HDMI,USB, Rp 4.000 Sony BDV-E985,1 Bluray,3D,6 Speaker with 4 Floorstanding,Dolby AC3, 3D Surround, Dolby Prologic II,HDMI,USB, Rp 9.000 Sony BDV-E590,1 Bluray,3D,6 Speaker with 4 Floorstanding,Dolby AC3, 3D Surround, Dolby Prologic II,HDMI,USB, Rp 4.200 Sony BDV-E690,1 Bluray,3D,6 Speaker with 4 Floorstanding,Dolby AC3, 3D Surround, Dolby Prologic II,Sound Output 1000w 10% RMS,HDMI, USB,Wireless LAN, Rp 4.500 Sony BDV-N990,1 Bluray,3D,6 Speaker with 4 Floorstanding,Dolby AC3, 3D Surround, Dolby Prologic II,WiFi Built-in,HDMI,USB,iPod Dock, Rp 7.350
=Penurunan Harga
audio video 65 Edisi 13/2013
Seluruh Produk di Jual di Indonesia
Changhong LT24699,24”,Full Stereo,Full HD 1920X1080p, Contrast 100.000:1, Brightness 500cd/m2,HDMI,PC input,USB, Changhong LT19699,19”,AV Stereo,1366x768p,PiP,HDMI,PC input, Changhong LT24799,24”,Full Stereo,Full HD 1920X1080p, Contrast 100.000:1, Brightness 500cd/m2,2 HDMI,PC input,USB, LG M2241A,22”,Full Stereo,Full HD,Contrast ratio 50.000:1,PC input,HDMI,USB, LG 22LK230,22”,Full Stereo,1366x768p,Response Time 5ms, Turbo Sound, 20w 10% RMS,USB,HDMI, Konka 24NS62,24”,Full Stereo,1366x768p,HDMI,1 HDMI,S-Video input, LG RT-22LK311,22”,1366x768p,Contrast 40.000:1,1 Speaker, USB, PC input, Power Cons. 43w, LG M-227WAP,22”,Full Stereo,1366x768p,1 HDMI,PC input,DVD input, LG M-197WAP,19”,Full Stereo,1366x768p,1 HDMI,PC input,DVD input, LG RT-22CS410,22”,1366x768p,USB,PC input, Polytron PLM 24T33,24”,Full Stereo,Full HD,Active Speaker, Picture Freeze,2 HDMI,USB,PC input, Polytron PLM 24M60,24”,Full Stereo,Full HD,Contrast 40.000:1, Brightness 300cd/m2, Picture Freeze,6w 10% RMS,Time response 5 ms, Power Cons. 55W,2 HDMI,USB,PC input, Polytron PLM 24M61,24”,Full Stereo,Full HD,Contrast 40.000:1, Brightness 300cd/m2, Picture Freeze,6w 10% RMS,Time response 5 ms, Power Cons. 55W,2 HDMI,USB,PC input, Polytron PLM 24B33,24”,1366x768p,Contrast 40.000:1, Brightness 250cd/m2, Picture Freeze,6w 10% RMS, Time response 8.5 ms,Power Cons. 44w,1 HDMI,USB,PC input, Samsung LA-19D400,19”,Full Stereo,1366x768p,85w Power Cons.,HDMI,USB,PC input, Samsung LA-22D400,22”,Full Stereo,1366x768p,85w Power Cons., 6w 10% RMS, HDMI,USB,PC input, Samsung LA-26D400,26”,Full Stereo,1366x768p,85w Power Cons.,HDMI,USB,PC input, Samsung LA-22D5000,22”,Full Stereo,Full HD,Tru Surround, 4 HDMI, Brightness 500cd/m Response Times:8ms,PiP (1 tuner),20w 10% RMS,2 USB,PC input, Sanyo 19K40,19”,Full Stereo,1366x768p,DVD input,HDMI,PC input, Sanyo 24K50,24”,Full Stereo,1366x768p,DVD input,HDMI,PC input, Sharp LC-22L10,22”,Full Stereo,1366x768p,HDMI,PC input,10w 10% RMS, Toshiba 19HV15,19”,Full Stereo,Contrast 8400:1,1366x768p,HDMI,PC input,USB, Toshiba 24HV10,24”,Full Stereo,1366x768p,USB input,1 HDMI,PC input, Toshiba 24PB1,24”,Full Stereo,1366x768p,Contrast ratio 20.000:1, USB input,1 HDMI,PC input, Toshiba 24PB2,24”,Full Stereo,1366x768p,Contrast ratio 20.000:1, USB input,1 HDMI,PC input,
HARGA Doharto
PRODUK
Panasonic SC-XH75,1 DVD,DivX,6 Speaker with 2 floorstanding, Dolby AC3, dts,Dolby Prologic II,USB,HDMI, Philips HTS2500,1 DVD,DivX,6 Speaker,DVD output,DTS,Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II,USB,300w 10% RMS, Philips HTS3181,1 DVD,DivX,6 Speaker,DVD output,DTS,Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II,USB,300w 10% RMS, Philips HTS3276,1 DVD,DivX,6 Speaker with 2 Floorstanding, DVD output, DTS,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,HDMI,USB, Philips HTS3510,1 DVD,6 Speaker,DVD output,DTS,Dolby AC3,dts, 300w 10% RMS, Dolby Prologic II,HDMI, Philips HTS3530,1 DVD,DivX,6 Speaker with 2 Floorstanding, HDMI, 600w 10% RMS, DVD output,DTS,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,USB, Pioneer HTZ-121,1 DVD,6 Speaker,DVD output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,HDMI, Pioneer HTZ-181,1 DVD,6 Speaker,DVD output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,HDMI, 350w 10% RMS, Pioneer HTZ-202,1 DVD,6 Speaker with 4 Floorstanding,DVD output, Dolby AC3, dts,Dolby Prologic II,HDMI,
PENULIS
PRODUK
TV LCD 19‰ - 24‰
Doharto
Seluruh Produk di Jual di Indonesia
PENULIS
������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� �������
PRODUK
BLU-RAY PLAYER PRODUK
HARGA
Changhong BD-3101,Dolby Stereo,DTS,USB,HDMI, LG RH388,Dolby True HD Support,HDMI,USB Port, LG BP120,Dolby True HD Support,USB Port, LG BP620,Dolby True HD Support,USB Port, LG BD550,Dolby True HD Support,External HDD Playback,USB Port, LG BD560,Dolby True HD Support,USB Port, LG BD570,Dolby True HD Support,USB Port, LG BD620,3D,Dolby True HD Support,External HDD Playback,USB Port,HDMI, LG BD660,3D,Dolby True HD Support,DLNA,External HDD Playback,USB Port, Panasonic DMP-BD45,Dolby True HD Support,USB Port, Panasonic DMP-BD75,Dolby True HD Support,USB Port, Panasonic DMP-BDT220,Dolby True HD Support,USB Port, Pioneer DV-430V,Dolby True HD Support,USB Port, Pioneer BDP-330,Dolby True HD Support,USB Port, Samsung BD-E5300,Dolby Digital Plus, DTS-HD Bitstream Output,Divx,DivX HD, Samsung BD-E5500,3D,Dolby HD Digital Plus,WiFi,USB, Sharp BD-AMS10,3D,Video Streaming,3 HDMI ver. 1.3a,2 USB,Tru Surround,Simplink, Sharp BD-HP25,3D,Video Streaming,3 HDMI ver. 1.3a,USB,Tru Surround,Simplink, Sony BDP-S190,internet video streaming,Dolby True HD,USB, Sony BDP-S380,internet video streaming,WiFi,Dolby True HD,Wireless,USB, Sony BDP-S470,internet video streaming,WiFi,Dolby True HD,
Rp 900 Rp 2.400 Rp 980 Rp 3.300 Rp 1.100 Rp 1.765 Rp 2.000 Rp 1.050 Rp 2.500 Rp 1.000 Rp 1.200 Rp 1.950 Rp 1.225 Rp 1.900 Rp 950 Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 2.790 Rp 1.400 Rp 1.700 Rp 2.300
CAMCORDER PRODUK
HARGA
MEDIA REKAM : HARD DISK DRIVE Brica DV-500Z,Zoom, LCD 3.5”,Full HD 1920x1080i,Still Picture 15 MP,SD Card, Rp 2.100 JVC GZ-HM445,Zoom 40/200,LCD 2.7”,Full HD 1920x1080i,SD Card, Built-in HDD, Digital Camera,HDMI,USB, Rp 5.300 JVC GZ-MG630,Zoom 40/200,LCD 2.7”,SD Card,Built-in HDD 60 GB, Digital Camera,HDMI,USB, Rp 2.400 SONY HDR-PJ600VE,Zoom:12/160,LCD 3.0”,Full HD,Built-in Projector, Exmor R CMOS Censor,20.4MP Still Picture,26.8mm Wide Angle, HDD 220GB,Memory Stick,SD Card,405gr Rp 13.200 SONY HDR-PJ50VE,Zoom:12/150,LCD 3.0”,Full HD,Built-in Projector, Exmor R CMOS Censor,7.1MP Still Picture,Built-in GPS Receiver, HDD 220GB,Memory Stick,SD Card,400gr Rp 12.300 Sony DCR-XR100,Zoom:10/120,LCD 2.7”,Full HD,HDD 80GB, Exmor R CMOS Censor, Carl Zeiss,4.0MP Still Picture,330gr, Rp 6.000 Sony DCR-XR160,Zoom:30/350,LCD 3.0”,Full HD,HDD 160GB, 350gr, Exmor R CMOS Censor, 3.3MP Still Picture,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM, Rp 5.800 Sony DCR-XR260,Zoom:30/350,LCD 3.0”,Full HD,HDD 160GB, 355gr, Exmor R CMOS Censor, 8.9MP Still Picture,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM, Rp 6.800 Sony DCR-XR350,Zoom:12/160,LCD 2.7”,Full HD,HDD 160GB,380gr, Exmor R CMOS Censor, 7.1MP Still Picture,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM, Rp 10.000 Sony DCR-XR550,Zoom:10/120,LCD 3.5”,Full HD,HDD 240GB, Exmor R CMOS Censor, 12.0MP Still Picture,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM,500gr, Rp 13.600 MEDIA REKAM : KARTU MEMORI BenQ DV M21,Zoom : 5/..,Full HD,LCD 3.0”,SD Card,HDMI, Rp 1.500 Brica DV-500Z,Zoom : ../1200,Full HD,3.5”,SD Card,Digital Camera 16MP, Rp 2.000 Brica DV-170Z,Zoom : 20/…,Full HD,3.0”,SD Card,Digital Camera 16MP, Rp 1.600 Canon HFR26,Zoom : 28/..,Full HD 1920x1080i,CMOS Censor,SDHC Card Slot, Dynamic Image Stabilizer,Digital Camera,LCD 3.0”,32GB Built-in HDD,HDMI,USB, Rp 5.750 Canon FS405,Zoom : 41/.., LCD 2.7”,SDHC Card Slot, Dynamic Image Stabilizer, Digital Camera, Rp 1.900 Canon FS46,Zoom : 37/..,Digital Camera,LCD 2.7”,Stereo Condenser Microphone Rp 3.000 JVC GZ-MS95,Zoom 35/..,LCD 2.7”,Digital Camera,Dual Memory, Rp 2.265 JVC GZ-E245,Zoom 40/200,LCD 3.0”,Digital Camera,Dual Memory, 16 GB Internal Memory, Rp 3.200 JVC GZ-E205,Zoom 40/200,LCD 3.0”,Digital Camera,Dual Memory,16 GB Internal Rp 3.000 JVC GZ-E10,Zoom 40/200,LCD 2.7”,Full HD,Digital Camera,SD Card, Rp 2.450 JVC GZ-HM30,Zoom 40/200,LCD 2.7”,Digital Camera,SD Card Slot,HDMI, Rp 2.425 JVC GZ-HM445,Zoom 40/200,LCD 2.7”,Digital Camera,Full HD,LED Light.,SD Card Slot, Rp 3.370 JVC GZ-HM650,Zoom 40/200,LCD 2.7”,Digital Camera,Full HD,SD Card Slot, Rp 5.700 Panasonic SDR-S15,Zoom 10/..,LCD 2.7”,Digital Camera,1.5m’ water proof,SD Card, Rp 2.970 PanasonicHDC-SD40,Zoom 16.8/..,LCD2.7”,FullHD,DigitalCamera2.1MP,SDCard,Berat169gr Rp 4.000 Panasonic HDC-SD80,Zoom 37/..,LCD 2.7”,Full HD,SD Card,3.0MP Still Picture, Rp 5.700 Panasonic SDR-TD76,Zoom 78/..,LCD 2.7”,8GB Internal Memory,SD Card, Rp 2.000 Panasonic HC-V10,Zoom 63/..,LCD 2.7”,HD Ready,SD Card,31.6mm Wide Angle, Rp 3.000 Sony DCR-PJ5E,Zoom:57/1800,LCD 2.7”,Carl Zeiss Lenses,Built-in Projector, Exmor R CMOS Censor,Full HD,HDMI,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM,230gr, Rp 3.050 SONY HDR-PJ580VE,Zoom:12/160,LCD 3.0”,Full HD,Built-in Projector, Exmor R CMOS Censor,20.4MP Still Picture,26.8mm Wide Angle, Internal Memory 32GB,Memory Stick,SD Card,345gr Rp 11.400
Semua harga yang ditampilkan dalam Ribuan Rupiah
HARGA
Sony HDR-PJ10,Zoom:30/350,LCD 3.0”,Full HD,Built-in Projector,CMOS Censor, 3.3MP Still Picture,16GB Internal Memory,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM,310gr, Rp 7.100 Sony HDR-PJ30,Zoom:12/160,LCD 3.0”,Full HD,Built-in Projector,CMOS Censor, 7.1MP Still Picture,32GB Internal Memory,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM,314gr, Rp 10.300 Sony HDR-PJ260,Zoom:30/350,LCD 3.0”,Full HD,Built-in Projector,CMOS Censor, 8.9MP Still Picture,16GB Internal Memory,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM,320gr, Rp 7.800 Sony HDR-CX12,Zoom:12/150,LCD 2.7”,Full HD,Exmor R CMOS Censor, 5.1 Surround, Carl Zeiss,Digital Camera 10.2MP,SD Card, Memory Stick Pro DuoTM,370gr, Rp 8.000 Sony HDR-CX100,Zoom:10/120,LCD 2.7”,Full HD,Exmor R CMOS Censor, Carl Zeiss,Digital Camera 4.0MP,8GB Internal Memory, Memory Stick Pro DuoTM,280gr, Rp 4.700 Sony HDR-CX130,Zoom:30/350,LCD 3.0”,Full HD,Exmor R CMOS Censor, Digital Camera 3.3MP,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM,250gr, Rp 5.250 Sony HDR-CX210,Zoom:25/300,LCD 2.7”,Full HD,Exmor R CMOS Censor, Carl Zeiss,Digital Camera 5.3MP,8GB Internal Memory,SD Card, Memory Stick Pro DuoTM,175gr, Rp 4.900 Sony HDR-CX350,Zoom:12/160,LCD 2.7”,Full HD,Exmor R CMOS Censor, Digital Camera 7.1MP,32GB Internal Memory,SD Card, Memory Stick Pro DuoTM,310gr, Rp 9.600 Sony HDR-CX550,Zoom:10/120,LCD 3.5”,Full HD,Built-in GPS Receiver, CMOS Censor, Digital Camera 12.0MP,64GB Internal Memory,SD Card, Memory Stick Pro DuoTM,310gr, Rp 12.700 Sony HDR-TD10,Zoom:12/160,3D,LCD 3.5”,Full HD, Double Exmor R CMOS Censor, 5.1 ch Surround,7.1MP Still Picture, 64GB Internal Memory,SD Card,Memory Stick Pro DuoTM,630gr, Rp 12.700 Sony DCR-SX20,Zoom:50/2000,LCD 2.7”,Carl Zeiss Lenses, Pro-HG DuoTM,Memory Stick Pro DuoTM Rp 2.160 Sony DCR-SX21,Zoom:57/1800,LCD 2.7”,Face Detection, 195gr, LED Video Light,SD Card Slot, Pro-HG DuoTM,Memory Stick Pro DuoTM, Rp 1.900 Sony DCR-SX60,Zoom:60/2000,LCD 2.7”,Carl Zeiss Lenses,Berat:240gr, Digital Camera 0.3 MP,16 GB Built-in Flash Memory,Pro-HG DuoTM, Memory Stick Pro DuoTM Rp 4.060 Sony DCR-SX83,Zoom:25/300,LCD 2.7”,3.1MP Still Picture,SD Card Slot, Exmor R CMOS Censeor,Carl Zeiss,16GB Internal Memory,Pro-HG DuoTM, Memory Stick Pro DuoTM,210gr, Rp 4.850 Toshiba X100,Zoom:10/10,LCD 3.0”,Digital Camera,4 GB Built-in Flash Memory, Full HD,Digital Camera 10 MP,SD Card Slot,HDMI, Rp 2.050
MICRO COMPO PRODUK LG XB-12,1 DVD,DivX,FM radio, LG FB-166,1 DVD,FM radio,iPod/iPhone Dock,Bass Blast, Audio Output 160w 10% RMS, Vertical 3D Sound,USB,HDMI, Panasonic SC-HC37,1 CD,MP3,FM Radio,Wall Mountable,USB, Panasonic SC-HC27,FM Radio,Wall Mountable,iPod Dock,USB, Philips DCD-132,1 DVD,FM radio,20w 10% RMS,Dinamic Bass boost,iPod Dock,USB,
HARGA Rp 1.025 Rp 2.180 Rp 1.700 Rp 1.400 Rp 1.900
Philips MCD-122,1 DVD,FM radio,40w 10% RMS,Dinamic Bass boost, Dolby Digital,USB,Rp 1.500 Philips MCD-170,1 DVD,DivX,FM radio,Dinamic Bass boost, USB, Automatic Recording Level, Audio Output 400w PMPO,Power Cons. 180w, Rp 1.500 Philips MCD-183/98,1 DVD,DivX,FM radio,Dinamic Bass boost,100w 10% RMS,USB, Rp 1.700 Philips MCD-909,1 DVD,MP3,FM radio,Dinamic Bass boost,USB,
Rp 6.500
Polytron XL-1100,1 DVD,Single Deck,FM tuner,Bass Boster,Surround, 60w 10% RMS, USB,Blutooth,
Rp 1.295
Polytron PNH-2100,1 DVD,FM tuner,USB,Docking for Didital Player, Powerfull Bass,30w 10% RMS,Sub Woofer Out,
Rp 2.000
Polytron PNH-2101,1 DVD,FM tuner,USB,Docking for Didital Player, Powerfull Bass,30w 10% RMS,Sub Woofer Out,
Rp 2.250
Polytron PNH-2201,1 DVD,FM tuner,USB,Docking for Didital Player, XBR Bass Booster, 60w 10% RMS,Blutooth,Sub Woofer Out,
Rp 3.000
Samsung MMC-330D,DVD Player,120w 10% RMS,CD Ripping, Power Bass, 2 way speaker,FM Tuner,
Rp 1.320
Samsung MMC-430D,DVD player,Single Deck,FM Tuner,120w 10% RMS, Power Bass, CD Ripping,2 way speaker,Cradle for iPod,HDMI,USB, Rp 1.750 Sanyo DC-PT88,DVD Player,FM Tuner,Bass X’pander,Single Deck,Tru Surround,USB,
Rp 1.375
Sony CMT-DX400,DVD player,Single Deck,FM Tuner,50w 10% RMS, Direct for iPod & , iPhone
Rp 2.000
Yamaha MCR-040,
Rp 3.400
Yamaha TSX-112,CD Player,FM Tuner,Sound Output 30w 10% RMS, Dock iPod/iPhone, USB,
Rp 3.750
=Penurunan Harga
audio video 66 Edisi 13/2013