1 STRATEGI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN LABORATORIUM SKILL SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN KOMPETENSI MENOLONG PERSALINAN DI PENDIDIKAN KESEHATAN (KEBIDANAN) (THE OPTIMIZING STRATEGY OF LEARNING LABORATORY SKILL TO INCREASE THE COMPETENCE OF CONFINEMENTS IN HEALTH EDUCATION) Afnani Toyibah1*), Rudi Hamarno2) 1,2)
Staf Pengajar Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang Jl. Ijen 77 C Malang ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di pendidikan kebidanan sebagai upaya untuk mendiskripsikan strategi optimalisasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi pertolongan persalinan di lahan praktek. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis kebijakan empiris dan normatif. Tehnik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Wawancara dilakukan pada 9 informan, dokumen diperoleh dari informan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Observasi dilakukan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan dan kondisi laboratorium di pendidikan kebidanan. Tehnik analisis data menggunakan analisis data deskriptif menurut Miles Huberman dan analisa SWOT. Hasil penelitian meliputi alasan dilakukan optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan adalah pencapaian kompetensi mahasiswa saat ini setelah dilakukan praktikum masih kurang terampil disebabkan pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan pendidikan kebidanan masih belum optimal. Substansi pembelajaran yang perlu dioptimalkan dalam pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di pendidikan kebidanan meliputi perencanaan, pelaksanaan, sistem evaluasi dan supporting system pembelajaran laboratprium. Dari penemuan di atas maka dapat disusun strategi optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan dengan menyusun perencanaan pembelajaran yang sistematis, pelaksanaan laboratorium skill harus sekuensial, evaluasi dilaksanakan berbasis kinerja mahasiswa dan peningkatan supporting system yang memengaruhi proses pembelajaran laboratorium. Kata kunci: strategi optimalisasi, pembelajaran laboratorium skill, kompetensi pertolongan persalinan. ABSTRACT This research is accomplished to find the best drawing of skill laboratory learning in coping of confinements as the effort of learning optimality so that it is able to increase the competence of
2 nursery help in work field. Research design uses descriptive qualitative method based on empiric and normative approach. Sampling technique uses interviewing, documentation and observing. The interviewing is done to 9 informants so that it can get the document which deals with the research problems. Observation is done toward the process of laboratory learning skill in coping confinement and laboratory condition in Malang nursery program. Data analysis uses descriptive based on Miles Huberman and SWOT analysis. Research results are the reason why we need to optimize laboratory learning skill in coping a confinement since it is not applied optimally for students, learning substance which need to be optimized are unsystematic planning which has not showed a specific purpose, implementation system, evaluation and schedule, the sequence of learning laboratory skill, evaluation system which bases on student’s work, worst supporting system. The optimizing strategy of learning laboratory skill are it should have a systematic plan such as having an purpose explanation, schedule arrangement, method arrangement and procedures base on the accepted schedule, the laboratory skill application should be sequence based on the practice guidance, the evaluation should base on student’s work , raw input needs to be measured since supporting system really influence the learning process. Keywords: optimizing strategy, lab learning skill, confinement competence. LATAR BELAKANG Pendidikan kebidanan merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bidang pendidikan kesehatan diharapkan mampu mencetak lulusan yang kompeten dan dapat membantu memecahkan masalah kesehatan di masyarakat dengan pendekatan ilmiah. Menurut standar pendidikan yang ada sekarang ini, lulusan diploma kebidanan dapat dikategorikan sebagai tenaga profesional disebabkan pendidikan vokasi kebidanan yang tertinggi di Indonesia baru tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk membantu menekan angka kematian ibu dan anak di Indonesia yang masih tinggi. Dengan bertambahnya tenaga yang berpendidikan profesional diharapkan prevalensi kematian ibu dan anak dapat menurun. Berdasarkan data yang didapat, setelah dilakukan evaluasi pada bulan April 2007 (terhadap pencapaian target menolong persalinan mahasiswa program studi kebidanan Malang tingkat III saat praktek di lahan) dari 80 mahasiswa hanya 30% yang sudah memperoleh sebanyak 25 persalinan ke atas, sedangkan 70% masih belum mencapai angka tersebut. Pencapaian target persalinan merupakan syarat bagi mahasiswa untuk mengikuti ujian tahap III. Sehingga baru 24 mahasiswa yang dapat mengikuti ujian tahap III. Penyebab dari lambatnya pencapaian target menolong persalinan oleh mahasiswa disebabkan karena mereka masih belum lulus dalam pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. Banyak mahasiswa yang mengikuti pembelajaran tersebut yang belum tuntas, sehingga harus mundur kesempatan untuk menolong persalinan di lahan praktek. Penyelenggaraan
pendidikan
didasarkan
pada
kurikulum
yang
berorientasi
pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta pengembangan profesi. Kurikulum ini
3 disusun dengan mengacu pada kompetensi inti bidan Indonesia yang ditetapkan oleh ikatan bidan Indonesia (IBI) dan pusat pendidikan tenaga kesehatan tahun 2002 yang telah dikelompokan menjadi 5 kelompok kompetensi dan dijabarkan dalam tujuan pendidikan disesuaikan dengan kelompok mata kuliah yang diatur dalam surat keputuan Mendiknas 232/U/2000. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (McAshan, 1981). Pada sistem pendidikan tinggi para lulusan dituntut mempunyai kemampuan untuk menerapkan materi yang sudah dipelajari di lapangan atau menggunakannya untuk mendalami materi lebih lanjut. Tuntutan kompetensi ini dapat diwujudkan apabila pembelajar melakukan belajar sendiri secara langsung sampai memahami apa yang dipelajarinya. Kegiatan laboratorium akan membawa pembelajar kepada pembentukan suatu sikap, keterampilan, kemampuan bekerja sama, dan kreativitas dalam menerima pengetahuan. Dengan melaksanakan kegiatan laboratorium yang baik dan sesuai dengan prosedur dan tata tertib laboratorium, maka hal tersebut secara tidak langsung dapat menunjang pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Pada kurikulum D III kebidanan mata kuliah asuhan kebidanan II (persalinan) diberikan sebanyak 3 SKS (1 teori, 2 praktik). Praktik sebanyak 2 SKS masih belum cukup untuk menyiapkan mahasiswa agar kompeten menolong persalinan di lahan praktek. Pendidikan kebidanan membuat kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan pada semua mahasiswa yang telah lulus mata kuliah asuhan kebidanan II. Pembelajaran laboratorium skill yang merupakan suatu solusi ini telah dilaksanakan sejak 5 tahun yang lalu, sampai saat ini belum pernah dilakukan pengkajian untuk memberi umpan balik model pembelajaran laboratorium skill terhadap pencapaian kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu penelitian ini akan mengoptimalisasikan pembelajaran laboratorium skill sebagai upaya peningkatan kompetensi pertolongan persalinan di lahan praktek. Dalam penelitian ini akan mengkaji secara dalam alasan dilakukan optimalisasi, substansi apa yang harus dioptimalisasi, dengan cara mengkaji secara detail tentang pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan, kemudian dilanjutkan mendiskripsikan strategi optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. METODE Jenis penelitian termasuk dalam deskriptif kualitatif dengan menggunakan desain pendekatan analisis kebijakan empiris dan normatif. Pendekatan studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Mendeskripsikan alasan, substansi, strategi dilakukan optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di program studi kebidanan Poltekes Malang. Setelah dilakukan tehnik sampling dengan menggunakan snowball sampling didapatkan jumlah sample sebanyak 9 orang informan dengan karakteristik: 1) informan dalam penelitian ini
4 adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi secara aktual tentang pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di program studi kebidanan Malang; 2) informan dalam penelitian ini terdiri atas dosen pembimbing laboratorium kompetensi menolong pesalinan, koordinator laboratorium, mahasiswa tingkat III, ketua program studi, pembimbing lahan praktek mahasiswa tingkat III baik rumah sakit dan bidan praktek swasta (BPS). Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap pertama peneliti melakukan wawancara mulai tanggal 25 Pebruari sampai dengan 24 Maret 2008 yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di program studi kebidanan Malang dan alasan dilakukan optimalisasi. Pada tahap kedua dilaksanakan setelah semua data wawancara, observasi dan dokumentasi diperoleh. Pada tahap ini peneliti melaksanakan diskusi sebanyak 2 kali yang dilaksanakan pada tanggal 3 dan 7 April 2008 bersama dengan ketua program studi kebidanan Malang dan 3 dosen pembimbing yang bertujuan untuk mendiskripsikan bentuk optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. Penelitian dilaksanakan di program studi kebidanan Malang, karena institusi ini dianggap representatif (mewakili) dari institusi kebidanan yang ada di Kota Malang. Pertimbangan ini berdasarkan lama berdirinya, status institusi, status akreditasi, dan fasilitas yang dimiliki. Metode pengumpulan data dalam penelitian diperoleh dengan cara: 1) observasi partisipatif dengan ikut serta dalam pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan; 2) pendokumentasian terhadap dokumen-dokumen yang memuat data terkait dengan pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill meliputi: silabus, SAP, penuntun belajar, jadual kegiatan, presensi kehadiran, pencapaian kompetensi mahasiswa dan kurilkulum; 3) wawancara mendalam untuk mengetahui persiapan mahasiswa sebelum melaksanakan laboratorium. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan analisis dengan memakai analisis data deskriptif menurut Miles dan Huberman (1992), kemudian mendeskripsikan mengenai bagaimana bentuk optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan menggunakan analisis SWOT dan dilanjutkan dengan focus group discussion (FGD) dengan dosen pembimbing dan ketua program studi kebidanan untuk mendeskripsikan bentuk optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa Temuan Berdasarkan Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, Dan Supporting System 1. Perencanaan a. Belum adanya pedoman praktikum. b. Belum adanya silabus praktikum pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. c. Belum adanya satuan acara pembelajaran (SAP) untuk laboratorium skill menolong persalinan.
5 d. Jadual kegiatan laboratorium dengan menggunakan sistem kontrak atau kesepakatan antara dosen dengan mahasiswa, sehingga rencana menjadi tidak jelas kapan selesainya apalagi ditambah kesibukan para dosen. e. Proses peminjaman alat untuk persiapan laboratorium sering menemui kendala karena dosen yang melayani kadang masih mengajar atau ada tugas yang lain. f.
Bahan ajar khusus untuk pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan belum ada.
2. Pelaksanaan a. Ada dosen pembimbing yang bila mahasiswa lupa atau salah disuruh mencari sendiri atau belajar lagi, sehingga proses bimbingan laboratorium tidak tuntas. b. Prosedur praktikum yang diterapkan tidak menggambarkan untuk menyiapkan mahasiswa secara pengetahuan dan skill secara optimal. 3. Evaluasi a. Pedoman evaluasi belum ada. b. Cara penilaian untuk menentukan mahasiswa kompeten masih belum optimal karena tidak menggunakan skor minimal yang harus dicapai setelah selesai praktek, tetapi skor berdasarkan tiap item dalam langkah prosedur yaitu mendapatkan skor 3. c. Sistem evaluasi yang belum jelas, sehingga setiap dosen sistemnya bisa berbeda-beda. d. Belum adanya sistem remedial. 4. Supporting System a. Pretest belum ada, sehingga belum dapat mengukur kemampuan mahasiswa yang akan masuk pembelajaran laboratorium. b. Jumlah SKS yang ada dalam kurikulum tidak cukup untuk melakukan pembelajaran laboratorium sampai mahasiswa kompeten. c. Kualitas dosen yang beragam serta jumlah dosen yang tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa. d. Jumlah peralatan untuk pertolongan persalinan yang belum mencukupi. e. Ruang laboratorium kurang luas. f.
Suasana saat proses berlangsung kurang nyaman karena mahasiswa dan dosen masih merasa gerah selain sering terganggu bila saat belajar bersamaan dengan aktivitas pemotongan rumput yang suaranya keras sehingga terdengar berisik.
g. Tidak adanya tenaga khusus yang menangani laboratorium sehingga mengganggu proses peminjaman dan pengembalian alat. Alasan Dilakukan Optimalisasi Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Hal ini sesuai dengan analisis data dan menghasilkan 3 alasan optimalisasi pembelajaran sebagai berikut:
6 1. Pencapaian kompetensi mahasiswa saat ini setelah dilakukan praktikum masih kurang terampil. 2. Pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa, hal ini dikarenakan untuk mencapai agar mahasiswa kompeten maka harus terampil dalam menolong persalinan didasari oleh pengetahuan yang cukup. 3. Pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di program studi kebidanan Malang masih belum maksimal, karena walaupun sudah dilaksanakan masih banyak mahasiswa yang kurang kompeten dan selama ini belum ada pedoman yang jelas. Substansi Pembelajaran Yang Perlu Dioptimalkan Perencanaan Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Perencanaan yang dibuat pada pembelajaran laboratorium skill tidak sistematis. Perencanaan belum mengambarkan tujuan, sistem pelaksanaan, evaluasi dan jadual yang jelas. Pada perencanaan hanya menfokuskan pada persiapan prosedur yang harus dikuasi oleh mahasiswa. Hal ini berakibat dengan tidak adanya perencanaan yang jelas maka pelaksanaan pembelajaran tidak jelas arahnya. Pada perencanaan seharusnya sudah dibuat dengan baik, karena perencanaan merupakan pijakan awal melakukan suatu kegiatan. Di dalam perencanaan sudah dibuat tujuan pembelajaran, alur pelaksanaan yang harus diikuti oleh mahasiswa, sistem evaluasi mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dan bagi mahasiswa yang harus mengulang. Jadual juga harus dipersiapkan agar jelas kapan dan berapa lama mahasiswa akan melakukan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. Konsep di atas dapat dibuktikan dengan paparan berikut, setelah dilakukan analisis data dapat diperoleh pada tabel 1. Tabel 1. Perencanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan No
Komponen Perencanaan
Keterangan
1.
Pedoman praktikum
Tidak ada
2.
Silabus praktikum
Tidak ada
3.
Rencana pelaksanaan praktikum (RPP)
Tidak ada
4.
Bahan ajar
Tidak ada
5.
Penuntun belajar
Ada
6.
Cheklist
Ada
7.
Presensi dosen dan mahasiswa
Ada
Selain itu kesimpulan lain yang diperoleh adalah:
7 1. Jadual kegiatan laboratorium dengan sistem kontrak atau kesepakatan dosen dan mahasiswa sehingga hal ini rencana menjadi tidak jelas kapan selesainya apalagi ditambah kesibukan para dosen. 2. Proses peminjaman alat untuk persiapan laboratorium sering menemui kendala karena dosen yang melayani kadang masih mengajar atau ada tugas yang lain. 3. Peminjaman alat sudah dilakukan oleh mahasiswa dan dosen yang akan membimbing, sehingga dapat dikontrol bila alat yang diperlukan kurang atau hilang. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh beberapa dosen pembimbing antara lain: �Persiapan jadual tidak mengikuti jadual kuliah tetapi terlebih dahulu kontrak antara pembimbing dan mahasiswa. Bahan ajar ada tetapi bahan ajar dari mata kuliah di kelas, penuntun belajar ada dalam bentuk cheklist. Persiapan alat oleh mahasiswa baru dicek oleh dosen. Presensi dosen dan mahasiswa sudah disiapkan. Untuk silabus praktikum, pedoman praktikum dan SAP selama ini tidak ada�. (dosen C, 26-2-2008) �Persiapan pelaksanaan tidak ada jadual khusus, sehingga pembelajaran terlebih dahulu diawali kontrak antara dosen dan mahasiswa. Dalam pembelajaran laboratorium untuk silabus, satuan acara pembelajaran dan pedoman praktikum selama ini tidak ada. Yang disiapkan sebelumnya hanya penuntun belajar atau cheklist, bahan ajarpun memakai yang diperoleh dari pembelajaran di kelas untuk khusus bahan ajar laboratorium menolong persalinan tidak ada. Daftar hadir dosen dan mahasiswa sudah tersedia�. (dosen B, 26-2-2008) Hal ini juga sesuai yang dikatakan oleh mahasiswa H, yang mengatakan: �Rencana pelaksanaan belum jelas karena jadual yang pasti belum ada, jadual pelaksanaan laboratorium terlebih dahulu kontrak antara pembimbing dan mahasiswa, karena dosen sibuk. Persiapan yang ada hanya penuntun belajar, cheklist dan bahan ajar ada tetapi bahan ajar dari mata kuliah di kelas. Persiapan alat oleh mahasiswa baru dicek oleh dosen. Presensi dosen dan mahasiswa sudah disiapkan. Untuk silabus praktikum, pedoman praktikum dan SAP selama ini tidak ada. Pada proses peminjaman alat kadang tidak ada karena alat sudah dipinjam oleh kelompok lain atau petugas yang melayani tidak ada karena tidak ada tenaga khusus laboratorium selama ini petugasnya dari dosen. (Mahasiswa H, 19-3-2008) Pelaksanaan Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan tidak sekuens karena belum ada alur yang jelas. Pelaksanaan langsung pada inti kegiatan tanpa ada persiapan yang matang dari
8 dosen pembimbing, mahasiswa, proses dan evaluasi. Pembelajaran yang baik harus dilaksanakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa. Sebelum pelaksanaan harus sudah ada persiapan baik dari dosen dan mahasiswa. Konsep ini tidak sesuai dengan pendapat Dunkin dan Biddle (Majid Abdul, 2007) yang menyatakan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran harus banyak faktor yang diperhatikan tidak langsung pada inti kegiatan, melainkan persiapan mahasiswa, dosen pembimbing dan metode dan media yang digunakan selama proses pembelajaran. Selain itu berdasarkan wawancara dan observasi setelah dilakukan uji analisis data didapatkan bahwa: 1. Sebelum pelaksanaan kegiatan mahasiswa disuruh untuk belajar secara mandiri tanpa ada yang mendampingi sehingga mahasiswa akan kesulitan bila perlu bimbingan. 2. Metode yang digunakan demonstrasi dan bed-side teaching, sehingga mahasiswa akan lebih jelas dengan prosedur yang dipelajari. 3. Ada dosen pembimbing yang bila mahasiswa lupa atau salah disuruh mencari sendiri atau belajar lagi, sehingga proses bimbingan laboratorium tidak tuntas. 4. Prosedur praktikum yang diterapkan tidak menggambarkan untuk menyiapkan mahasiswa secara pengetahuan dan skill secara optimal. Hal ini sesuai dengan jawaban para informan baik dari dosen maupun mahasiswa antara lain: �Dalam pelaksanaan pembelajaran laboratorium dosen akan mendemonstrasikan terlebih dahulu bagaimana cara menolong persalinan baru setelah itu mahasiswa memraktekkan satu persatu dengan didampingi pembimbing, bila mahasiwa mengalami kesulitan maka dosen akan membimbing dan membetulkan sampai 60 langkah selesai. Dosen menggunakan metode bed-side teaching. Alat yang digunakan dalam pembelajaran sudah memadai�. (Dosen B, 25-2-2008) Sedangkan mahasiswa mengatakan: �Dalam pelaksanaan mahasiswa melakukan praktek 60 langkah, kalau salah kadang dibetulkan atau cari sendiri. Bila di tengah-tengah salah fatal berhenti dan disuruh belajar lagi. Menurut saya lebih baik dibetulkan karena masih proses bimbingan di laboratorium. Metode yang digunakan oleh dosen demonstrasi dan bed-side teaching�. (Mahasiswa I, 24-3-2008) Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti saat proses pelaksanaan pembelajaran diperoleh bahwa dosen melakukan review dengan mahasiswa tentang materi pertolongan persalinan,
9 kemudian dilanjutkan dosen demonstrasi, setelah itu mahasiswa praktek dan dosen mengamati berdasarkan cheklist yang ada, bila mahasiswa lupa atau salah dibimbing. Metode yang digunakan demonstrasi dan bed-side teaching. Evaluasi Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Di Program Studi Kebidanan Malang Evaluasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan berbasis kinerja mahasiswa. Pendekatan yang digunakan PAP berdasarkan penuntun belajar dengan skor minimal tiap item 3. Alur sistem evaluasi belum jelas yang harus diikuti oleh mahasiswa. Hal ini tampak pada hasil analisa data di bawah ini: 1. Dalam evaluasi menggunakan PAP berdasarkan penuntun belajar (cheklist) sehingga bila mahasiswa tidak mencapai patokan tersebut tidak lulus, sehingga mahasiswa akan memiliki minimal kemampuan yang sama. 2. Pedoman evaluasi belum ada. 3. Cara penilaian untuk menentukan mahasiswa kompeten masih belum optimal karena tidak menggunakan skor minimal yang harus dicapai setelah selesai praktek tetapi skor berdasarkan tiap item dalam langkah prosedur yaitu mendapatkan skor 3. 4. Sistem evaluasi yang belum jelas, sehingga setiap dosen sistemnya bisa berbeda-beda. 5. Belum adanya sistem remedial, sehingga mengakibatkan banyak mahasiswa saat praktek tidak dapat menolong persalinan di lahan karena belum lulus. Hal ini sesuai dengan jawaban para informan, antara lain mengatakan: �Evaluasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan laboratorium. Panduan berupa cheklist, bila tiap item mencapai skor 3 mahasiswa dinyatakan lulus, bila belum lulus harus mengulang tetapi waktunya tidak jelas, hal ini mengakibatkan saat mahasiswa harus praktek dalam kondisi belum lulus APN dan konsekwensinya mahasiswa tidak dapat menolong persalinan di lahan praktek. Sistem evaluasi belum jelas disebabkan pedoman evaluasi selama ini tidak ada. Sistem remedial tidak ada�. (Dosen C, 26-2-2008) �Tidak ada sistem yang jelas karena belum ada pedoman evaluasi. Evaluasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan laboratorium. Panduan berupa cheklist, dengan pendekatan PAP bila tiap item mencapai skor 2/3 mahasiswa dinyatakan lulus, bila belum lulus harus mengulang tetapi, untuk mengulang perlu kontrak waktu lagi. Sistem remedial tidak ada�. (Mahasiswa I, 24-3-2008) Gambaran Supporting System Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Di Program Studi Kebidanan Malang
10 Pada supporting system lebih menekankan pada sarana, prasarana dan lingkungan dalam laboratorium. Pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan tidak menyiapkan secara optimal bagi raw input, hal ini tampak tidak adanya pre-test bagi mahasiswa yang akan mengikuti pembelajaran laboratorium. Sedangkan untuk instrumental input dan environmental input sudah cukup memadai. Keadaan supporting system tersebut ditemukan berdasarkan wawancara, observasi dan dokumen yang dimiliki adalah sebagai berikut: 1. Tata letak laboratorium yang sudah didesain hampir sama dengan ruang bersalin di lahan praktek. 2. Sarana prasarana yang menunjang pembelajaran yang sudah mendukung. 3. Media yang tersedia sudah baik. 4. Salah satu dosen pembimbing ada yang merupakan pelatih APN tingkat propinsi. 5. Pre-test masih belum dilaksanakan, sehingga belum dapat mengukur kemampuan mahasiswa yang akan masuk pembelajaran laboratorium. 6. Jumlah SKS yang ada dalam kurikulum tidak cukup untuk melakukan pembelajaran laboratorium sampai mahasiswa kompeten. 7. Kualitas dosen yang beragam serta jumlah dosen yang tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa. 8. Jumlah peralatan untuk pertolongan persalinan yang belum mencukupi. 9. Ruang laboratorium kurang luas. 10. Suasana saat proses berlangsung kurang nyaman karena mahasiswa dan dosen masih merasa gerah selain sering terganggu bila saat belajar bersamaan dengan aktivitas pemotongan rumput yang suaranya keras sehingga terdengar berisik. 11. Tidak adanya tenaga khusus yang menangani laboratorium sehingga mengganggu proses peminjaman dan pengembalian alat. Strategi Optimalisasi Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Di Program Studi Kebidanan Poltekkes Malang Upaya untuk melakukan optimalisasi pembelajaran peneliti menggunakan pendekatan analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris dan normatif.
Pada penelitian ini akan didapatkan strategi
optimalisasi dengan diawali melakukan analisa SWOT sehingga diperoleh kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Berdasarkan temuan tersebut akan diketahui masalah yang terjadi dan selanjutnya akan dicari pemecahan masalah. Bentuk strategi optimalisasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran, sehingga tujuan meningkatkan kompetensi mahasiswa dapat tercapai. Hasil Analisa SWOT Tentang Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Di Program Studi Kebidanan Poltekkes Malang Kekuatan:
11 1. Kurikulum D III Kebidanan tahun 2002, kompetensi bidan Indonesia pusat pendidikan tenaga kesehatan Depkes RI, GBPP kurikulum DIII Kebidanan. 2. Sudah adanya penuntun belajar, cheklist menolong persalinan dan presensi dosen dan mahasiswa. 3. Peminjaman alat sudah dilakukan oleh mahasiswa dan dosen yang akan membimbing, sehingga dapat dikontrol bila alat yang diperlukan kurang atau hilang. 4. Metode yang digunakan demonstrasi dan bed-side teaching. 5. Evaluasi menggunakan PAP berdasarkan cheklist. 6. Memiliki ruang laboratorium dengan tata letak laboratorium. 7. Sarana prasarana yang menunjang pembelajaran yang sudah mendukung. 8. Media yang tersedia sudah baik. 9. Memiliki dosen pembimbing yang merupakan pelatih APN tingkat propinsi. Kelemahan: 1. Pedoman praktikum dan pedoman evaluasi belum ada. 2. Dosen pembimbing tidak membuat silabus praktikum pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan, satuan acara pembelajaran (SAP) untuk laboratorium skill menolong persalinan dan bahan ajar khusus untuk pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. 3. Jadual kegiatan laboratorium dengan sistem kontrak atau kesepakatan dosen dan mahasiswa, hal ini menjadikan rencana menjadi tidak jelas kapan selesainya apalagi ditambah kesibukan para dosen. 4. Proses peminjaman alat untuk persiapan laboratorium sering menemui kendala karena dosen yang melayani kadang masih mengajar atau ada tugas yang lain. 5. Ada dosen pembimbing yang bila mahasiswa lupa atau salah disuruh mencari sendiri atau belajar lagi, sehingga proses bimbingan laboratorium tidak tuntas. 6. Prosedur praktikum yang diterapkan tidak menggambarkan untuk menyiapkan mahasiswa secara pengetahuan dan skill secara optimal. 7. Cara penilaian untuk menentukan mahasiswa kompeten masih belum optimal karena tidak menggunakan skor minimal yang harus dicapai setelah selesai praktek tetapi skor berdasarkan tiap item dalam langkah prosedur yaitu mendapatkan skor 3. 8. Belum adanya sistem remedial. 9. Pre-test belum ada, sehingga belum dapat mengukur kemampuan mahasiswa yang akan masuk pembelajaran laboratorium. 10. Jumlah SKS yang ada dalam kurikulum tidak cukup untuk melakukan pembelajaran laboratorium sampai mahasiswa kompeten. 11. Kualitas dosen yang beragam serta jumlah dosen yang tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa. 12. Jumlah peralatan untuk pertolongan persalinan yang belum mencukupi. 13. Ruang laboratorium kurang luas.
12 14. Suasana saat proses berlangsung kurang nyaman karena mahasiswa dan dosen masih merasa gerah selain sering terganggu bila saat belajar bersamaan dengan aktivitas pemotongan rumput yang suaranya keras sehingga terdengar berisik. 15. Tidak adanya tenaga khusus yang menangani laboratorium sehingga mengganggu proses peminjaman dan pengembalian alat. Peluang Atau Kesempatan (Berani Berubah): 1. Membuat pedoman praktikum dan evaluasi. 2. Penanggung jawab laboratorium skill menolong persalinan menyiapkan silabus praktikum. 3. Dosen membuat SAP atau RPP (rencana program pembelajaran) setiap kali tatap muka. 4. Jadual praktikum tidak menggunakan sistem kontrak harus sudah dibuat di awal semester. 5. Dalam proses pembelajaran jam pratikum tidak dipakai untuk ceramah. 6. Laboratorium ditangani oleh tenaga khusus. 7. Memperbaiki sistem pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. 8. Sebelum praktikum ada pre-test. 9. Perlu ada sistem remedial. 10. Mengusulkan dana untuk pengadaan alat-alat laboratorium dan perbaikan laboratorium buku perpustakaan, internet dan sarana prasarana. 11. Menambah dosen yang mempunyai latar belakang bidan. 12. Melakukan persamaaan persepsi antara pembimbing dengan nara sumber dosen pembimbing yang menjadi pelatih APN tingkat propinsi. 13. Mengusulkan pada institusi agar aktivitas pemotongan rumput tidak dilakukan saat proses pembelajaran. 14. Pelaksanaan pembelajaran tidak tergantung jumlah SKS dalam kurikulum tetapi harus ditambah di luar jam perkuliahan. Ancaman Atau Hambatan Atau Tantangan: 1. Banyaknya berdiri pendidikan DIII Kebidanan Malang sehingga persaingan untuk mencari pertolongan persalinan di lahan praktek semakin ketat. 2. Pengusulan dana yang birokrasinya cukup panjang dimana ditujukan pada direktorat selain itu dana ada bantuan dari negara dan uang SPP dari mahasiswa juga dimasukan ke negara sehingga dalam pelaksanaanya merupakan hambatan karena birokrasi yang sulit dan adanya subsidi silang kejurusan lain seperti kejurusan keperawatan dan gizi. 3. Lahan praktek kurang representatif karena latar belakang pendidikan sebagian masih di bawahnya yang dibimbing. 4. Manajemen sekolah terutama tenaga administrasi masih sangat kurang karena tidak ada pengangkatan pegawai.
13 5. Lahan praktek terbatas, jumlah dosen dan tenaga administrasi kurang. Strategi Optimalisasi Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Berdasarkan diskusi yang dilaksanakan sebanyak 2 kali pada tanggal 3 dan 7 April 2008 oleh peneliti bersama dengan ketua program studi kebidanan Malang dan 3 dosen pembimbing disepakati optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan supporting system sebagai berikut: Perencanaan Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Sesuai dengan pendapat William H. Newman menyatakan bahwa perencaanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari (Majid Abdul, 2007). Dalam perencanaan harus sistematis, dimana diawali dengan pembuatan silabus praktikum. Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar (Majid Abdul, 2007). Silabus menjawab komponen kompetensi apa yang akan dikembangkan pada mahasiswa, bagaimana cara mengembangkannya dan bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi sudah dikuasai mahasiswa. Dengan melihat pendapat di atas dan hasil diskusi dengan para dosen pembimbing maka dalam perencanaan perlu disiapkan sebagai berikut: 1. Pedoman praktikum yang berisi tentang: a. Pendahuluan yang berisi tentang dasar teori kegiatan praktikum. b. Tujuan praktikum yang memuat kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa. c. Penyiapan alat dan bahan yang akan dipakai dalam kegiatan praktikum. d. Langkah-langkah atau prosedur menolong persalinan. e. Prosedur praktikum yaitu alur yang harus diikuti oleh mahasiswa dalam pembelajaran praktikum. f.
Evaluasi praktikum
2. Silabus praktikum. 3. Rencana pelaksanaan praktikum. 4. Jadwal kegiatan pembelajaran praktikum. 5. Pedoman evaluasi yang berisi tentang: a. Pedoman pelaksanaan. b. Pedoman penilaian. c. Instrumen evaluasi. d. Bahan ajar praktikum. 6. Penuntun belajar praktikum.
14 7. Cheklist menolong persalinan. 8. Presensi kehadiran untuk dosen pembimbing dan mahasiswa. Pelaksanaan Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan. Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan mahasiswa. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle (Majid Abdul, 2007)
bahwa proses pembelajaran berada dalam 4 variabel
interaksi yaitu: 1) variabel pertanda berupa pendidik; 2) variabel konteks berupa peserta didik; 3) variabel proses; 4) variabel produk. Pelaksanaan laboratorium skill harus sekuential, bagaimana alur dan proses yang akan diikuti oleh mahasiswa jelas. Prasyarat atau kemampuan yang harus dikuasai mahasiswa diperoleh secara bertahap. Pada bagan berikut ini akan menggambarkan alur pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan: Prosedur Praktikum Penjelasan pelaksanaan laboratorium 1
alat
Asistensi praktikum (2) 2 Preparasi bahan dan alat (3)
Pre-test (4) Remedial (7) Praktikum (5)
Evaluasi (6)
Tidak lulus
Evaluasi
Laboratorium berikutnya
Lulus
15
Gambar 1. Bagan alur pelaksanaan praktikum bagi mahasiwa Keterangan: 1. Penjelasan pelaksanaan praktikum Pada kegiatan ini semua dosen pembimbing, asisten dan mahasiswa yang akan mengikuti pembelajaran harus hadir. Penanggung jawab laboratorium skill akan memberikan penjelasan tentang pelaksanaan pembelajarn secara lengkap. 2. Asistensi Mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti pre-requisite test yang bertujuan untuk menentukan apakah mahasiswa mempunyai latar belakang dan persiapan yang sesuai terhadap topik yang akan dipraktekkan. Sebelumnya asisten memberikan rambu-rambu yang akan diujikan. Mahasiswa juga melakukan latihan pra kegiatan laboratorium. Dalam pelaksanaannya mahasiswa didampingi oleh asisten. Asisten perlu membuat dokumen sebagai bukti bahwa mahasiswa telah lulus dalam asistensi kemudian asisten melaporkan pada dosen pembimbing dengan menyerahkan bukti fisik kegiatan tersebut. Sistem koreksi menggunakan peer evaluation. Bila mahasiswa tidak lulus maka mahasiswa diberi tugas penguatan untuk penguasaan konsep. Dosen pembimbing berhak untuk mengecek dengan metode sampling terhadap kemampuan dari mahasiswa. 3. Preparasi bahan dan alat Sebelum praktikum mahasiswa harus belajar menyiapkan bahan dan alat yang digunakan untuk praktikum menolong persalinan minimal 2 hari sebelum pelaksanaan. Saat peminjaman perlu dilengkapi dengan dengan bon peminjaman. 4. Pre-test Pre-test merupakan bagian dari pre assesment yang merupakan uji awal terhadap kemampuan mahasiswa (Nursalam, 2007). Tes tulis yang bertujuan untuk mengukur kemampuan mahasiswa secara knowledge atau pengetahuan, prosedur pertolongan persalinan dan alat bahan yang akan digunakan. Mahasiswa harus lulus minimal nilai yang dicapai 75, bila tidak lulus mahasiswa harus mengulang pre-test tersebut. 5. Praktikum Mahasiswa mengikuti praktikum menolong persalinan pada panthom di laboratorium, selama proses dibimbing oleh dosen. Praktikum bisa dilakukan berulang-ulang sampai mahasiswa kompeten dan siap dilakukan evaluasi. Pembimbing dalam praktikum merupakan hal penting demi terlaksananya pengalaman belajar bagi mahasiswa. Penerapan berbagai metode pembelajaran memungkinkan mahasiswa dapat menyelesaikan tugas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 6. Evaluasi
16 Evaluasi terhadap mahasiswa dilakukan untuk menilai kompetensi mahasiswa. Penilaian melalui unjuk kerja dan dinilai berdasarkan cheklist. Bila dinyatakan belum kompetensi atau gagal maka langsung dilakukan remedial. 7. Remedial Remedial dilaksanakan 1-3 hari setelah praktikum. Mahasiswa diberi kesempatan remedial sebanyak 2 kali. Bila tetap belum lulus pekan remedial menghadapi ujian tahap II. Evaluasi Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Evaluasi dilaksanakan berbasis pada kinerja atau unjuk kerja. Evaluasi bertujuan untuk menilai hasil pencapaian tujuan pembelajaran praktikum yang telah dilakukan, dan evaluasi terhadap kemampuan peserta didik. Pelaksanaan harus jelas, maka perlu didukung dengan adanya pedoman evaluasi, pedoman penilaian dan instrumen evaluasi. Pedoman Pelaksanaan Meliputi: 1. Mahasiswa telah mengikuti kegiatan praktikum. 2. Evaluasi dilaksanakan sesuai kesepakatan instruktur dan mahasiswa. 3. Bila belum lulus harus mengikuti remedial. 4. Kesempatan remedial diberikan sebanyak 2 kali. 5. Pelaksanaan remedial dilaksanakan 1-3 hari setelah evaluasi praktikum. 6. Bila remedial 2 kali belum lulus maka mahasiswa diikutkan pekan remedial. Pedoman Penilaian Yang Digunakan: 1. Penilaian menggunakan pendekatan PAP. 2. Batas nilai minimal dinyatakan lulus 75 dengan catatan langkah yang kritikal harus mendapatkan skor 3. 3. Nilai diperoleh dengan rumus: Skor = Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal Instrumen Evaluasi Untuk mengevaluasi kemampuan laboratorium mahasiswa dalam menolong persalinan normal menggunakan metode observasi dengan mahasiswa melakukan unjuk kerja dengan menggunakan cheklist. Supporting System Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan Faktor pendukung yang perlu diperhatikan antara lain adalah: 1. Raw input, mahasiswa perlu dilakukan pre-test terlebih dahulu untuk mempersiapkan prior knowledge mahasiswa.
17 2. Instrumental input, yang tersedia harus proportional, harus mempertimbangkan jumlah mahasiswa yang ada. a. Pelaksanaan pembelajaran laboratorium diluar jam kuliah. b. Rasio dosen dan mahaiswa 1 : 7. c. Dosen pembimbing sudah mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal (APN). d. Rasio alat-alat laboratorium dan mahasiswa 1 : 7. e. Ada tenaga khusus yang menangani laboratorium. 3. Environmental input, harus kondusif, meliputi lingkungan di dalam dan di luar ruang laboratorium. Hal ini dapat diciptakan dengan cara sebagai berikut: a. Tata letak laboratorium didesain seperti ruang bersalin. b. Suasana harus tenang dan kondusif. c. Ruangan laboratorium dipasang AC. d. Aktifitas di luar laboratorium yang mengganggu kegiatan dilaksanakan saat tidak ada proses pembelajaran. e. Ruangan ventilasi cukup. f.
Gudang penyimpan alat tidak lembab.
g. Uji fungsi alat dilakukan secara berkala. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pemaparan data dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Alasan dilakukan optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di progran studi kebidanan Malang adalah pencapaian kompetensi mahasiswa saat ini setelah dilakukan praktikum masih kurang terampil disebabkan pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di progran studi kebidanan Malang masih belum optimal dan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa. 2. Substansi pembelajaran yang perlu dioptimalkan dalam pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di progran studi kebidanan Malang meliputi: a. Perencanaan yang dibuat pada pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan masih belum sistematis karena belum mengambarkan tujuan, sistem pelaksanaan, evaluasi dan jadwal yang jelas. Pada perencanaan hanya menfokuskan pada persiapan prosedur yang harus dikuasi oleh mahasiswa. b. Pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan belum sekuen karena belum ada alur yang jelas. Pelaksanaan langsung pada inti kegiatan tanpa ada persiapan yang matang dari dosen pembimbing, mahasiswa, proses dan evaluasi. c. Sistem evaluasi berbasis kinerja mahasiswa.
18 d. Supporting system, pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan tidak menyiapkan secara optimal bagi raw input, hal ini tampak tidak adanya pre-test atau persiapan secara matang bagi mahasiswa yang akan mengikuti pembelajaran laboratorium. 3. Strategi optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan di progran studi kebidanan Malang diawali dengan melakukan analisa SWOT dari pelaksanaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. Dari analisa tersebut diperoleh temuan-temuan masalah utama dari substansi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan supporting system. Strategi selanjutnya melakukan FGD dengan kepala progran studi dan dosen pembimbing untuk mencari bentuk optimalisasi dari pembelajaran tersebut. Dari strategi tersebut juga dibuat buku Pengelolaan Pembelajaran Laboratorium Skill Menolong Persalinan. Inti dari bentuk strategi optimalisasi tersebut meliputi: a. Perencanaan harus sistematis yaitu mengandung penjelasan dari tujuan, penentuan program, penentuan metode dan prosedur berdasarkan jadual yang telah ditentukan. b. Pelaksanaan laboratorium skill harus sekuential yaitu bagaimana proses atau alur jelas yang akan diikuti oleh mahasiswa berdasarkan pedoman praktikum yang telah dibuat sebelumnya. c. Evaluasi dilaksanakan berbasis kinerja mahasiswa yaitu untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran, sehingga pelaksanaannya harus jelas perlu didukung pedoman evaluasi, pedoman penilaian dan instrumen evaluasi. d. Supporting system merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terhadap proses pembelajaran, sehingga raw input perlu diukur prior knowledge yang dimiliki, instrumental input harus proportional dan environmental input harus kondusif. Saran yang dapat direkomendasikan kepada: 1) peneliti, disarankan untuk menyusun buku yang bertema tentang pengelolaan pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan berdasarkan hasil penelitian; 2) pendidikan kesehatan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengevaluasi dan memperbaiki pembelajaran laboratorium skill. Sebagai masukan dalam perbaikan pembelajaran laboratorium kompetensi sebagai bentuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi pada pendidikan kesehatan; 3) penelitian selanjutnya, melakukan uji coba terhadap hasil penelitian meliputi efektifitas, efisiensi dan fleksibilitas dari optimalisasi pembelajaran laboratorium skill menolong persalinan. DAFTAR PUSTAKA Ali, L. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Angela, N. 2004. Introduksi Skills Lab. Jogjakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Anggoro, B., dkk. 2005. Prosedur Operasi Standar (SOP: Standar Operating Procedures) Laboratorium Program Strata-1. Departemen Pendidikan Nasional.
19 Bogdan, H.R., & Biklen, S.K. 1992. Qualitative Research For Education: An Introduction To Theory And Methods. New York: The Macmilian Publishing Company. CEHP-BPK FK UGM. 2004. Training Of Instructors. Jogjakarta: FK UGM. Danim, S. 2000. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Kesehatan. 2005. Standar Pembelajaran Praktek Kebidanan. Jakarta: Pusdiknakes. Departemen Kesehatan RI. 2002. Kurikulum Nasional Pendidikan Diploma III Kebidanan. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penilaian Pencapaian Kompetensi Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta: Badan PPSDM-Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2006. Panduan Akademik Politeknik Kesehatan Malang. Malang: Politeknik Kesehatan Malang. DJanali, S. 2005. Kurikulum Program Studi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dun, W.N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gajahmada Unuversity. JNPK-KR. 2002. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kamdi, W. 2007. Pengembangan Silabus Dan Penilaian Pembelajaran Pada Pendidikan Kebidanan. Makalah Disajikan Pada Seminar Lokakarya Pengembangan Kurikulum Dan Penilaian Pembelajaran Program Diploma IV Bidan Pendidik. Program Studi Kebidanan Poltekkes Malang. Tanggal 14-15 Februari 2007. Malang: Program Studi Kebidanan. Politeknik Kesehatan Malang. Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1994. Qualitative Data Analysis. Second Edition. California: SAGE Publications. Moleong, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Muhadjir, N. 2000. Kebijakan Dan Perencanaan Sosial: Pengembangan Sumber Daya Manusia. Edisi I. Yogyakarta: Rake Sarasin. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik Dan Implementasi. Bandung: Rosda Karya. Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 2. Salemba Medika. Pannen, P., dkk. 2001. Kontruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka. Punaji Setyosari. 2005. Rancangan Pembelajaran. Malang: Universitas Malang Press. Saifuddin., dkk. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP. Sam, M.C. 2005. Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: ALFABETA. Suparno, P. 1997. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
20 Suryadi, A., & Tilaar. H.A.R. 1994. Analisis Kebijakan Pendidikan, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya offset. Widodo. 2007. Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing. Zuriah, N. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.