LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM PDAM KABUPATEN MALANG
AUGUST 2006 This publication was produced by Development Alternatives, Inc. for review by the United States Agency for International Development under Contract No. 497-M-00-05-00005-00
Kredit foto: ESP Jawa Timur. Kegiatan pada saat pelatihan teknis penyediaan air minum - PDAM Kabupaten Malang sedang berlangsung.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM PDAM KABUPATEN MALANG
Title:
Laporan Pelatihan Teknis Penyediaan Air Minum PDAM Kabupaten Malang
Program, activity, or project number:
Environmental Services Program,
DAI Project Number: 5300201. Strategic objective number:
SO No. 2, Higher Quality Basic Human Services Utilized (BHS).
Sponsoring USAID office and contract number:
USAID/Indonesia,
Contract number:
497-M-00-05-00005-00.
Contractor name:
DAI.
ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
II
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...............................................................................................................................III PREFACE....................................................................................................................................IV KATA PENGANTAR .................................................................................................................V 1.
RENCANA PELATIHAN .................................................................................................. 1 1.1. 1.2. 1.3.
2.
PELAKSANAAN PELATIHAN ........................................................................................ 3 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7.
3.
MATERI DAN METODA PELATIHAN..............................................................................................1 JADWAL DAN PEMBAGIAN KELOMPOK PELATIHAN .............................................................1 LOKASI DAN JADWAL PELATIHAN ...............................................................................................2 UMUM.......................................................................................................................................................3 SESI PENYAMPAIAN MATERI PELATIHAN.....................................................................................3 SESI TANYA JAWAB .............................................................................................................................3 STUDI KASUS .........................................................................................................................................4 PELATIHAN SOFTWARE ANALISA HIDROLIKA PERPIPAAN..................................................4 EXERCISE DENGAN MEMBERIKAN CONTOH SOAL................................................................5 EVALUASI PADA AKHIR PELATIHAN .............................................................................................5
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 11 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7.
PEMBAGIAN KELOMPOK PESERTA PELATIHAN ..................................................................................... 12 MODUL 1 PELATIHAN TINGKAT UNIT ................................................................................................... 14 MODUL 2 PELATIHAN TINGKAT UNIT ................................................................................................... 32 MODUL PELATIHAN TINGKAT PUSAT .................................................................................................... 47 SOAL DAN JAWABAN UNTUK EVALUASI TINGKAT UNIT ...................................................................... 71 SOAL DAN JAWABAN UNTUK EVALUASI TINGKAT PUSAT.................................................................... 76 HASIL EVALUASI ...................................................................................................................................... 80
PREFACE The Environmental Services Program (ESP) is a fifty-eight month program funded by the United States Agency for International Development (USAID) and implemented under the leadership of Development Alternatives, Inc. (DAI). ESP works with government, private sector, NGOs, community groups and other stakeholders to improve the management of water sources and broaden the distribution of safe water to urban dwellers by strengthening watershed management and delivery of key environmental services, including clean water, sanitation, and solid waste management in Indonesia. ESP activities are focused on five High Priority Integrated Provinces: North Sumatra, West Sumatra, East Java, West Java/DKI Jakarta, and Aceh and some imperative area; Balikpapan, Manado, Manokwari and Jayapura. In conjuction with one of the aims of USAID - ESP to improve the performance of PDAM and to increase the access of the communities to the water supply, USAID-ESP supported PDAM Malang District to conduct field survey, evaluation, and recommend the program required by PDAM to improve the performance of IKK units at Malang District in order to improve the services to the communities. One of the fact finding that need to be follow up was the requirement to have training of technical aspect to improve the capability of PDAM technical staffs, either staffs of central office or staffs of IKK units office. The requirement of the training was expressed by PDAM staffs as well during the discussion and field survey with ESP team. After some preparations, technical training of water supply system at PDAM Malang Distrcit was conducted during 6 (six) weeks, starting from 24 April until 31 May 2006, attended by 147 participants, divided to be 6 (six) groups, which 5 (five) groups consist of technical staffs from 23 IKK units and 1 (one) group consist of technical persons from all technical division at central office.
KATA PENGANTAR Program Jasa Lingkungan (Environmental Services Program - ESP) merupakan program selama 58 bulan yang dibiayai oleh United States Agency for International Development (USAID) dan di laksanakan oleh Development Alternatives, Inc. (DAI). ESP bekerja sama dengan Pemerintah, sektor swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, kelompok masyarakat dan stakeholder lainnya untuk meningkatkan manajemen sumber air baku dan meningkatkan pelayanan distribusi air bersih ke masyarakat perkotaan pada khususnya dengan memperkuat manajemen watershed dan pelayanan jasa lingkungan, termasuk air bersih, sanitasi dan manajemen persampahan di Indonesia. Kegiatan USAID - ESP dilaksanakan di propinsipropinsi Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah/Yogyakarta dan Aceh serta di beberapa kota imperative yaitu Balikpapan, Manado, Manokwari dan Jayapura. Sesuai dengan salah satu tujuan dari USAID - ESP untuk meningkatkan kinerja PDAM dan memperluas akses masyarakat ke air bersih, USAID-ESP memberikan dukungan ke PDAM Kabupaten Malang dengan melakukan survey lapangan, evaluasi, rekomendasi dan indikasi kebutuhan program yang diperlukan oleh PDAM dalam meningkatkan kinerja unit-unit IKK di Kabupaten Malang dalam memberikan dan meningkatkan pelayanan air minum ke masyarakat. Salah satu temuan yang perlu dan dapat segera di tindak lanjuti dari kegiatan ini adalah perlu adanya pelatihan kegiatan teknis untuk meningkatkan kemampuan karyawan PDAM Kabupaten Malang, baik yang ada di kantor Pusat maupun yang ada di kantor-kantor unit IKK. Kebutuhan pelatihan ini juga dikemukakan oleh staff dari unit-unit kerja IKK maupun kantor pusat PDAM pada saat dilakukan diskusi dan pengamatan lapangan dengan tim ESP. Setelah melalui beberapa tahap persiapan, kegiatan Pelatihan Teknis Sistem Penyediaan Air Minum di PDAM Kab. Malang dilaksanakan selama 6 (enam) minggu mulai dari tanggal 24 April sampai dengan 31 Mei 2006, diikuti oleh 147 peserta, dan dilaksanakan dalam 6 (enam) kelompok, yaitu 5 (lima) kelompok yang mewakili bagian teknik di 23 unit kerja PDAM, dan 1 (satu) kelompok terdiri dari seluruh karyawan di bagian teknik PDAM pusat.
1. RENCANA PELATIHAN 1.1. MATERI DAN METODA PELATIHAN Materi pelatihan yang diberikan terdiri dari : •
Materi sistem penyediaan air minum (Sistem PAM)
•
Materi mekanikal & elektrikal (ME), khususnya yang berkaitan dengan pompa
•
Pelatihan software penunjang analisa hidrolika perpipaan − Loop Distribution Network, Ver. 5.00, 1985 Pelatihan di tingkat unit kerja − EPANET Version 2,0, The U.S. EPA, 2000 Pelatihan di tingkat pusat
Metoda pelatihan adalah dengan memberikan penjelasan materi, pembahasan studi kasus di unit terkait dan tanya jawab di dalam kelas. Khusus untuk pelatihan software analisa hidrolika, dilanjutkan dengan praktek langsung di komputer. Pada akhir pelatihan dilakukan evaluasi terhadap peserta pelatihan untuk melihat tingkat pemahaman terhadap materi yang diberikan. Untuk jelasnya modul pelatihan untuk unit IKK dapat dilihat pada lampiran 4.2 dan lampiran 4.3., sedangkan lampiran 4.4. memperlihatkan modul pelatihan untuk tingkat pusat.
1.2. JADWAL DAN PEMBAGIAN KELOMPOK PELATIHAN Peserta pelatihan adalah 147 karyawan PDAM Kab. Malang pada bidang teknis, baik yang bekerja di kantor pusat PDAM maupun di unit-unit IKK, yang terdiri dari : •
Unit IKK o 5 Kepala Unit o 15 Kepala Seksi Teknik o 14 Kepala Seksi Perawatan Meter o 7 Kepala Sub Seksi Teknik o 7 Kepala Sub Seksi Perawatan Meter o 78 Staff
•
Kantor Pusat o 6 Kepala bagian/SPI o 8 Kepala Seksi o 9 Staff
Mengingat banyaknya peserta pelatihan dan berasal dari semua unit IKK yang ada, maka agar pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan secara effektif, effisien dan tepat sasaran, peserta pelatihan dibagi menjadi 6 (enam) kelompok pelatihan. Lima kelompok di tingkat unit kerja IKK dengan jumlah peserta rata-rata 25 orang tiap kelompok dan 1 (satu) kelompok di tingkat pusat dengan jumlah peserta 23 orang. Pembagian kelompok pelatihan dapat dilihat pada lampiran 3.1.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
1.3. LOKASI DAN JADWAL PELATIHAN Pelatihan diadakan di kantor pusat PDAM Kabupaten Malang, dan untuk tidak mengganggu kegiatan operasi dan pemeliharaan rutin, maka pelatihan untuk tiap kelompok diadakan 3 hari dalam satu minggu, yaitu mulai hari rabu sampai dengan hari Jumat, dimulai jam 12.30 sampai dengan sore hari seperti terlihat pada jadwal dibawah ini Jadwal Pelatihan Tiap Kelompok Hari ke 1 − 12.30 – 14.30 : Pembekalan Materi PAM 1 − 14.30 – 15.30 : Istirahat − 15.30 – 17.30 : Pembekalan Materi ME Hari ke 2 − 12.30 – 14.30 : Pembekalan Materi PAM 2 − 14.30 – 15.30 : Istirahat − 15.30 – 17.30 : Pembekalan Materi ME (lanjutan) Hari ke 3 (untuk tingkat unit) − 12.30 – 14.30 : Pelatihan Software Loop Distribution Network − 14.30 – 15.30 : Istirahat − 15.30 – 17.30 : Exercise Hari ke 3 (untuk tingkat pusat) − 10.00 – 12.00 : Pelatihan Softwarepanet ver. 2 − 12.00 – 12.30 : Istirahat − 12.30 – 14.30 : Pengenalan GIS & Remote sensing − 14.30 – 15.30 : Istirahat − 15.30 – 17.30 : Exercise Jadwal pelatihan untuk tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1: Jadwal Pelatihan Kelompok Jumlah
Hari 1
Hari 2
Hari 3
25
24-04-06
25-04-06
26-04-06
Unit
25
01-05-06
02-05-06
03-05-06
III
Unit
25
08-05-06
09-05-06
10-05-06
4
IV
Unit
25
15-05-06
16-05-06
17-05-06
5
V
Unit
25
22-05-06
23-05-06
24-05-06
5
VI
Pusat
22
29-05-06
30-05-06
31-05-06
No
Kelompok
Tingkat
1
I
Unit
2
II
3
Total
Peserta
147
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
2
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
2. PELAKSANAAN PELATIHAN 2.1. UMUM Dalam pelaksanaan pelatihan, teknis penyampaian materi yang diberikan untuk masing-masing kelompok tersusun atas : • Penyampaian materi • Sesi tanya jawab • Studi kasus yang terdapat di unit kerja • Pelatihan software analisa hidrolika perpipaan • Exercise, dengan memberikan contoh soal • Evaluasi di akhir pelatihan Selama berjalannya pelatihan untuk 6 kelompok ini para peserta terlihat cukup antusias dan merasa senang karena mendapatkan wawasan/ pengetahuan yang baru bagi mereka. Hal ini sangat terasa ,terutama oleh kelompok peserta yang berasal dari unit kerja IKK.
2.2. SESI PENYAMPAIAN MATERI PELATIHAN Materi pelatihan yang disampaikan meliputi : •
Materi yang disampaikan secara umum - Pendahuluan - Persyaratan sistem dilihat dari segi kuantitas dan segi kualitas - Sistem penyediaan air minum - Sistem sumber - Sistem transmisi - Sistem distribusi - Sistem pengolahan
•
Materi yang disampaikan secara detil - Perhitungan debit air - Faktor fluktuasi pemakaian air - Hidrolika perpipaan - Perhitungan reservoar distribusi
•
Materi mekanikal & elektrikal
2.3. SESI TANYA JAWAB Umumnya pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh peserta pelatihan pada sesi tanya jawab adalah yang berkaitan dengan : • Pola jaringan distribusi • Kebutuhan dan fungsi valve (gate valve) dalam jaringan distribusi • Cara menentukan diameter pipa • Cara menentukan kebutuhan head pompa ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
3
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
• • • • • • • •
Keterkaitan antara debit aliran, diameter pipa, dan jumlah pelanggan Cara mengetahui kebutuhan air yang harus disuplai PDAM kepada pelanggan Teknik pengukuran debit sumber air Hal-hal yang berkaitan dengan tekanan air dalam aliran perpipaan Hal-hal yang berkaitan dengan masalah udara yang terperangkap dalam jaringan pipa, baik pada pipa transmisi maupun distribusi Kehilangan tekanan akibat adanya penggunaan jenis-jenis accessories pipa Cara penentuan kebutuhan BPT (bak pelepas tekan) Terjadinya off pelayanan pada saat jam puncak di beberapa blok pelayanan
2.4. STUDI KASUS Peserta pelatihan yang mengutarakan/ menyampaikan kasus-kasus atau permasalahan yang terdapat di unit kerjanya masing-masing, dan dibahas dalam sesi ini adalah sebagai berikut : 1. Unit Kepanjen Permasalahan kekurangan air pada sat jam puncak di reservoar distribusi 2. Unit Jabung Permasalahannya udara yang terperangkap dalam pipa sehingga menyebabkan titiktitik kritis tekanan di beberapa lokasi pelayanan 3. Unit Tajinan Perbedaan elevasi antara sumber air dan daerah pelayanan tidak terlalu tinggi sehingga volume air yang dapat didistribusikan tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan/ sambungan rumah yang ada 4. Unit Ngajum Debit aliran dari sumber yang diharapkan mengalir ke reservoar distribusi tidak sesuai yang diharapkan (lebih kecil) 5. Unit Sawojajar Penggabungan 2 sistem dari 2 sumber yang berbeda, yang semula diharapkan memberikan tambahan debit dan tekanan untuk satu lokasi pelayanan, ternyata kenyataannya memberikan hasil sebaliknya
2.5. PELATIHAN SOFTWARE ANALISA HIDROLIKA PERPIPAAN Software/ program komputer yang diajarkan adalah Loop Distribution Network, Ver. 5,0 yang merupakan freeware dengan teknik pemakaian yang cukup sederhana. Program Loop ini diberikan pada kelompok dari unit kerja IKK. Sedangkan kelompok pusat mendapatkan pelatihan program EPANET Ver. 2,0 yang memiliki kemampuan analisa yang lebih akurat. Materi pengajaran meliputi : • Cara penempatan program dalam komputer agar dapat difungsikan • Fungsi dan penggunaan tombol-tombol dalam program • Cara melakukan input data • Cara melakukan running atau memproses data yang sudah diinput • Cara melakukan simulasi program Metoda pengajaran ini dilakukan dengan memberikan contoh ilustrasi sistem perpipaan sederhana yang langsung dipraktekkan kedalam program komputer. Ada perwakilan dari ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
4
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
peserta yang langsung mencoba pada komputer yang disiapkan oleh panitia. Namun, selama berjalannya pelatihan, komputer yang disiapkan hanya berjumlah 1 (satu) unit untuk kelompok unit kerja IKK dan 3 (tiga) unit untuk kelompok pusat. Keterbatasan sarana komputer ini mengharuskan peserta yang lain tidak memiliki kesempatan untuk mencoba langsung materi software hidrolika. Kendala yang ada adalah menyangkut kemampuan dasar pemakaian komputer dari para peserta yang berasal dari kelompok unit kerja. Selama ini prasarana komputer yang ada di unit-unit kerja PDAM sangat minim dimana tidak semua unit kerja memiliki komputer, sehingga tidak semua peserta pelatihan memiliki dasar-dasar pemakaian komputer.
2.6. EXERCISE DENGAN MEMBERIKAN CONTOH SOAL Sebelum materi pelatihan disampaikan, peserta diberikan suatu permasalahan yang harus dipecahkan. Umumnya permasalahan ini dijawab oleh peserta berdasarkan intuisi, perkiraan, atau standar kebiasaan mereka hasil dari pengalaman lapangan. Secara umum jawaban yang diberikan oleh mereka biasanya berbeda-beda karena tidak adanya acuan teknis yang menjadi dasar pemecahan masalah. Setelah itu dibagikan soal yang harus dihitung dengan formula perhitungan yang telah diajarkan. Dari hasil perhitungan ini, peserta pelatihan bisa membandingkan dan belajar dari hasil yang dibuat berdasarkan perkiraan / kebiasaan mereka dan hasil yang benar menurut perhitungan. Dalam pelatihan ini juga diberikan contoh soal yang harus dipecahkan dengan bantuan program komputer, yang bertujuan untuk memudahkan pemahaman mereka dalam menggunakan program tersebut.
2.7. EVALUASI PADA AKHIR PELATIHAN Untuk melihat pemahaman pserta pelatihan akan materi yang diberikan, maka pada hari terakhir pelatihan, dilakukan evaluasi terhadap semua materi yang telah disampaikan. Peserta diharuskan mengerjakan sejumlah soal dalam waktu tertentu. Soal evaluasi ini dibuat untuk 2 kelompok, yaitu soal evaluasi untuk peserta dari unit IKK dan soal evaluasi untuk peserta dari kantor pusat. Lampiran 4.5. memperlihatkan soal evaluasi dan jawabannya untuk peserta dari unit IKK, sedangkan lampiran 4.6. memperlihatkan soal evaluasi dan jawabannya untuk peserta dari kantor pusat. Adapun nilai hasil evaluasi dapat dilihat pada tabel 2 sampai dengan tabel 10, dan dari tabel ini dapat dilihat masih banyak peserta pelatihan yang mendapat nilai dibawah nilai 55. Hasil evaluasi untuk tiap unit IKK dan untuk kantor pusat dapat dilihat pada lampiran 4.7. Tabel 2: Nilai Evaluasi Pelatihan Kepala Unit IKK 1 2 3 4 5
Unit
Nama
Bululawang Gondanglegi Jabung Ampelgading S. Manjing W.
M. Ikhwan SAB. Titik Sukarti Sulasmani Lismono Sama'i
L/P
Nilai
L P P L L
nihil 87 77 68 59
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
5
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Tabel 3: Nilai Evaluasi Pelatihan Kasi Teknik IKK No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Unit
Nama
Dau Pakis Poncokusumo Bululawang Gondanglegi Singosari Karangploso Turen Kepanjen Sawojajar Tajinan Dampit Lawang Tumpang Ngajum
Setyo Pudji Santosa Agus Yudo W. Suharyanto Nurul Umam Suparno Sunarno Sihanta Dasari Dono Setya Yulianto Sugeng Basuki Jarot Siswanto Rasidi Slamet Riyadi Samsu
L/P
Nilai
L L L L L L L L L L L L L L L
75 72 65 63 60 60 59 55 48 47 44 42 39 25 22
Tabel 4: Nilai Evaluasi Pelatihan Kasi Was Meter IKK No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Unit
Nama
Lawang Kepanjen Bululawang Poncokusumo Gondanglegi Dau Pakis Sawojajar Pakisaji Tajinan Tumpang Turen Karangploso Ngajum
Yudhi Santoso Pitoyo Bambang S. Joko Hadi Raminto Saiful Rohman Selamin Didik Heru C. Budi Suhartono Sutrisna Wiji Hartono Hermanto P. Isa Anshori Nanang Bambang Puji
L/P
Nilai
L L L L L L L L L L L L L L
78 66 63 63 60 47 45 45 40 40 40 27 25 17
Tabel 1 Nilai Evaluasi Pelatihan Kasubsi Teknik IKK No
Unit
Nama
L/P
Nilai
1
Donomulyo
Buari
L
60
2
S. Manjing W.
Bambang K.
L
55
3
Ampelgading
Edi Harianto
L
41
4
Pujon
Supriadi
L
41
5
Bantur
Purwantyo Hadi
L
35
6
Jabung
Sulianto
L
35
7
Ngantang
Sugeng Hariyanto
L
26
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
6
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Tabel 2 Nilai Evaluasi Pelatihan Kasubsi Was Meter IKK No 1 2 3 4 5 6 7
Unit Donomulyo S. Manjing W. Ampelgading Jabung Bantur Ngantang Pujon
Nama Puguh Wiyono Idris Budiono Sulaiman Kullu Supadi Nasiono Prapto Supeno
L/P
Nilai
L L L L L L L
86 82 53 46 22 sakit sakit
Tabel 3 Nilai Evaluasi Pelatihan Staff IKK No
Unit
Nama
L/P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Singosari Singosari Bululawang Pakis Lawang Sawojajar Pakis Gondanglegi Lawang Tumpang Pakisaji Karangploso Pakisaji Kepanjen Kepanjen Kepanjen Lawang Singosari Karangploso Ngajum Tumpang Turen Kepanjen Singosari Tumpang Bululawang Gondanglegi Lawang Poncokusumo Sawojajar Bantur Kepanjen Lawang Karangploso Bululawang Dau Lawang Lawang Singosari
Ifdul Mustofa Kusno Hariyanto Sugeng Hadi S. Wahyu Kusdhartono Hariyasaka Ismu Hadi Zuhdi Marsudi Sufiar Andry Basuki A. Basori Zainuri Agus Risoni Imam Suprapto Budi Winarno Wahyuidi Mulyadi Sumari Strihnanto Achmad Zainuddin Teguh Budianto Bagus Joko S. Rusli Suprapto Sutrisno Agus Siswanto Tri Iswahyono Murjianto Rosin Hendro Wibisono Soehariawan A. M. Fathurrohman Ongko Wicaksono Tri Wijoko Mardianto Muhardi Catur Y. Didik Effendy Ahmad Shofii Sipon Kuswandoko Ahmad Wasis M.
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
Nilai
No
Unit
Nama
L/P
96 95 90 89 86 85 82 80 80 80 79 76 76 74 74 74 74 73 70 70 70 69 67 67 67 65 65 65 65 65 64 64 64 62 60 60 60 60 60
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Dau Dau Gondanglegi Pakis Pakisaji Poncokusumo Poncokusumo Tumpang S. Manjing W. Jabung Ampelgading Sawojajar Ngajum Pakis Singosari Bululawang Gondanglegi Karangploso Gondanglegi Poncokusumo Dampit Jabung Pakis Dampit Dampit Turen Pujon Tajinan Sawojajar Tajinan Tajinan Ngajum Dampit Ngajum Donomulyo Karangploso Ngantang Pakisaji Pakisaji
Anang Wicaksono Sunarso Kholiq Budi Hariyanto Eko Hadi Isnarno Sapto Sulih Darminto Rizqi Fitrian Arfin Muryanto Tarmuji R. Raffael Sulaimansyah Edy Cahyantono Samsul Sahri Yoyok Suyatno Budi Santoso Achmad Dahlan Barokah Jumain Bejo Dermo L. M. Chairil G.S. M. Mursalin Supardi Widayat Nanang Mudji Rahardjo Yoyok Heru P. Subagyo Bambang Puspito Sokik Rupoko Kaseri Nurtjahja S. Mulyono Miseri Joko Susilo Murianto Sunardi Sardi Hernowo Abdul Majid Suwoto Sunarto Pujiono
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
Nilai 59 58 58 56 56 56 56 56 55 54 53 53 51 51 51 50 48 48 44 42 41 39 39 38 37 37 35 34 33 31 28 27 24 23 22 20 20 18 13
L L L
7
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Tabel 4 Nilai Evaluasi Pelatihan Kepala Bagian Kantor Pusat No
Bagian
Nama
L/P
Nilai
1
Perencanaan
M. Haris Fadillah
L
80
2
Transmisi
Hari Suyanto
L
75
3
Distribusi
Bambang Waskito
L
61
4
Peralatan
Miroso Rahardjo
L
58
5
Produksi
Machfudz
L
57
6
SPI
Haryanto N.
L
56
Tabel 5 Nilai Evaluasi Kepala Seksi – Kantor Pusat No
Seksi
Nama
L/P
Nilai
1
Perencanaan
Bambang Hartoyo
L
75
2
Bangunan Dalam
Agus Widodo
L
75
3
Laborat
Lilik Sulistyowati
P
70
4
Pengembangan
Agus Prasmono
L
63
5
Gudang
Winarso Drajat
L
62
6
Perawatan
Cacuk Rudi Entak
L
57
7
Penelitian
Mukhdor
L
55
8
Workshop
Setyohadi
L
35
Tabel 6 Nilai Evaluasi Staff – Kantor Pusat No
1
Bagian
Produksi
Nama
L/P
Ivan Ardianto
L
Nilai
64
2
Distribusi
Florentina
P
64
3
Peralatan
Ardian Puspitasari
P
57
4
Perencanaan
Arief Susandhi
L
55
5
Peralatan
Nur Handoko
L
42
6
Peralatan
Heru Widodo
L
40
7
Peralatan
Syafii
L
40
8
Perencanaan
Siti Haniah
P
37
9
Perencanaan
Syamsul Anam
L
36
Atas permintaan Direktur PDAM Kab. Malang, hasil lembar jawaban dari para peserta pelatihan kelompok pusat yang telah diberi penilaian sesuai dengan bobot nilai soal, diserahkan kepada Panitia Pelaksana Pelatihan dari PDAM Kab. Malang.
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
8
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
9
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
10
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
3. LAMPIRAN • Pembagian Kelompok Peserta Pelatihan • Modul 1 Pelatihan Tingkat Unit IKK • Modul 2 Pelatihan Tingkat Unit IKK • Modul Pelatihan Tingkat Pusat • Soal dan Jawaban Untuk Evaluasi Tingkat Unit • Soal dan Jawaban Untuk Evaluasi Tingkat Pusat • Hasil Evaluasi
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.CO.ID
11
3.1. PEMBAGIAN KELOMPOK PESERTA PELATIHAN Kelompok I No
Unit Kerja
Jumlah Peserta
Jabatan
1 2 3 4 5 6
Pakisaji Kepanjen Jabung Gandanglegi Bantur Donomulyo
5 5 4 5 3 3
Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff
Total
25
Kelompok II No
Unit Kerja
Jumlah Peserta
Jabatan
1 2 3 4 5
Pakis Sawojajar Tumpang Ngajum Pncokusumo
5 5 5 6 4
Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff
Total
25
Kelompok III No
Unit Kerja
Jumlah Peserta
Jabatan
1 2 3 4 5 6
Bululawang Tajinan Turen Dampit S. Manjing A,pelgading
5 5 4 5 3 3
Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff
Total
25
Kelompok IV No
Unit Kerja
Jumlah Peserta
Jabatan
1 2 3 4 5 6
Ngantang Lawang Singosari Karangploso Dau Pujon
3 5 5 5 4 3
Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff Kasie Teknik + Staff
Total
25
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Kelompok V No
Unit Kerja
Jumlah Peserta
Jabatan
1
Lawang
4
Ka Unit + Staff
2
Singosari
2
Ka Unit + Staff
3
Karangploso
2
Ka Unit + Staff
4
Dau
1
Ka Unit
5
Pakishaji
2
Ka Unit + Staff
6
Kepanjen
2
Ka Unit + Staff
7
Gindanglegi
2
Ka Unit + Staff
8
Pakis
2
Ka Unit + Staff
9
Sawojajar
1
Ka Unit
10
Tumpang
1
Ka Unit
11
Poncokusumo
2
Ka Unit + Staff
12
Bululawang
1
Ka Unit
13
Jabung
1
Ka Unit
14
S. Manjing
1
Ka Unit
15
Ampelgading
1
Ka Unit
Total
25
Kelompok VI No
Pusat
Jumlah Peserta
Jabatan
1
Bagian Perencanaan
6
Kabag +Kasie + Staff
2
Bagian Produksi
3
Kabag +Kasie + Staff
3
Bagian Transmisi
3
Kabag +Kasie
4
Bagian Distribusi
3
Kabag +Kasie + Staff
5
Bagian Peralatan
7
Kabag +Kasie + Staff
Total
22
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
3.2. MODUL 1 PELATIHAN TINGKAT UNIT
MODUL PELATIHAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM [ BAGIAN KE-1 ] DI PDAM KABUPATEN MALANG
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
I
PENDAHULUAN
Air merupakan komponen alam yang tidak terpisahkan dari kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Sebagian besar tubuh manusia (80%) terdiri atas air, yang antara lain berfungsi sebagai pelarut, pengangkut, penjaga kestabilan suhu tubuh, dll. Selain untuk mempertahankan hidup, manusia juga membutuhkan air untuk menjaga kesehatan dan kegiatan sosial ekonomi lainnya, misalnya sebagai sumber energi, irigasi, transportasi, dll. Akan tetapi, air juga dapat merugikan manusia, antara lain jika kualitasnya tidak baik, misalnya mengandung vektor penyakit. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan air secara terpadu agar air tetap tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan dengan kualitas yang memenuhi persyaratan. Adapun tujuan pengadaan suatu sistem penyediaan air minum/ air bersih adalah untuk memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat, sehingga mereka dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang membutuhkan air. Dengan demikian masyarakat dapat hidup secara higienis dan taraf kesehatan masyarakat akan meningkat. Penggunaan air oleh masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut : 1. kebutuhan air untuk domestik (penyediaan makanan dan minuman, mandi, mencuci, menggelontor kotoran, dll). 2. kebutuhan air untuk non-domestik, yang terdiri dari : - kebutuhan air untuk industri - kebutuhan air untuk aktivitas perkotaan a. kebutuhan air untuk aktivitas komersial (pasar, pertokoan, hotel, dll) b. kebutuhan air untuk aktivitas sosial (rumah yatim, rumah jompo, tempat ibadah) c. kebutuhan air untuk institusi (sekolah, gedung pertemuan, kantor) d. kebutuhan air untuk kesehatan e. kebutuhan air untuk rekreasi dan olah raga f. kebutuhan air untuk sarana dan prasarana transportasi g. kebutuhan air untuk kepentingan umum (penyiraman jalan, taman, penggelontoran saluran kota, dll) h. cadangan untuk pemadam kebakaran Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, air yang dihasilkan suatu sistem PAM (Penyediaan Air Minum) harus memenuhi beberapa persyaratan : 1. Dari segi kuantitas Kuantitas air yang disediakan harus mampu memenuhi seluruh aktivitas masyarakat yang membutuhkan air bersih tersebut. 2. Dari segi kualitas Kualitas air yang disediakan harus memenuhi standar kualitas air minum/ bersih yang berlaku. Parameter-parameter yang ada dalam standar tersebut meliputi parameter fisik, kimia, dan biologis. Standar kulaitas air minum yang digunakan di Indonesia antara lain yang dikeluarkan oleh MENKLH, oleh Gubernur KDH Tk. I. 3. Dari segi Kontinuitas Air harus tersedia setiap saat di tempat-tempat air tersebut diperlukan. 4. dari segi ekonomis harga air tersebut harus dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Dari berbagai penggunaan air yang telah disebutkan diatas, dapat diperhatikan bahwa umumnya tiap penggunaan tersebut memerlukan air dengan kualitas air minum. Beberapa penggunaan memerlukan air dengan kualitas yang lebih tinggi (misalnya binatu, industri tertentu) dan sebaliknya, ada juga penggunaan yang tidak memerlukan air dengan kualitas air minum (penyiraman jalan, taman). Untuk penggunaan yang memerlukan air dengan standar yang lebih ketat, perusahaan/ instansi yang bersangkutan dapat melakukan pengolahan tambahan. Sedangkan untuk penyiraman jalan, cadangan pemadam kebakaran, misalnya, tetap menggunakan air minum/ bersih tersebut, karena pemberlakuan dua sistem memerlukan biaya yang besar. Untuk mengetahui kuantitas air minum yang harus disediakan suatu sistem PAM, harus diketahui besarnya kebutuhan daerah yang dilayani dan tingkat pelayanan. Besarnya kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh : 1. Faktor sosial dan ekonomi, antara lain populasi, besarnya kota, iklim, tingkat hidup, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dll. 2. Faktor teknis atau keadaan sistem, antara lain kualitas dan kuantitas air, tekanan, harga, pemakaian meter, fasilitas sewer, dll.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
II 2.1.
PERSYARATAN SISTEM SEGI KUANTITAS & SEGI KUALITAS
ASPEK KUANTITAS
Penyediaan air dalam jumlah yang cukup baik untuk kepentingan domestik ataupun kegiatan lainnya tidak hanya mempunyai arti terpenuhinya permintaan dan kebutuhan itu sendiri, akan tetapi lebih jauh dari itu akan mendukung kemungkinan terbentuknya pola hidup masyarakat yang hygienis. Bahkan penggunaan air untuk tujuan kesehatan itu pada dasarnya adalah merupakan alasan utama pengembangan suatu sistem penyediaan air minum. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan karena kaitannya dengan jumlah air yang dibutuhkan oleh suatu komunitas masyarakat dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
2.2.
PEMAKAIAN AIR
Pemakaian dan kebutuhan adalah dua kata yang hampir sama dalam penggunaannya, tetapi sedikitnya mempunyai arti yang berbeda. Pemakaian air bertitik tolak dari jumlah air yang terpakai dari sistem yang ada, bagaimanapun keadaannya. Pemakaian air dapat terbatas oleh karena terbatasnya air yang tersedia pada sistem yang dipunyai, yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Pemakaian air perkapita dapat bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : tergantung dari tingkat hidup, pendidikan, dan tingkat ekonomi masyarakat. Sebagai bahan perbandingan dapat dilihat pola pemakaian di Inggris raya (Great Britain) bervariasi mulai kurang dari 20 liter/orang perhari untuk komunitas kecil sampai lebih dari 400 liter per orang perhari di kota-kota besar. Begitu pula dengan pola pemakaian di Amerika Serikat antara 150 – 1.050 liter/orang/hari, di Australia antara 180 – 290 liter/orang/hari, di Eropa antara 50 – 320 liter/orang/hari, dan di daerah tropik antara 80 – 185 liter/orang/hari. Sedangkan di Indonesia sendiri, menurut standar dari DPU Dirjen Cipta Karya, 1994, kisarannya antara 60 – 190 liter/orang/hari. Pemakaian di atas tidak terbatas pada penggunaan air untuk keperluan domestik, tetapi juga untuk keperluan industri, dan keperluan perkotaan. Pemakaian air pada daerah-daerah yang dominan penggunaan domestik, cenderung pemakaian air rendah, sedangkan kota-kota industri pemakaian air perkapita menunjukan angka-angka jauh lebih tinggi. Perlu pula dikemukakan bahwa perbedaan pemakaian domestik dan industri jauh lebih besar daripada variasi yang disebabkan oleh perbedaan tingkat hidup, kebiasaan ataupun fasilitas sistem yang dipunyai.
2.3.
KEBUTUHAN AIR
Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pemakaian air.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil, berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah, dan peralatan lainnya, adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan plumbing yang dipunyai. Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan kebutuhan air, dimana penyebabnya adalah adanya pengembangan sistem (sumber dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup masyarakat. Di lain pihak, dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian.
2.4.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN AIR
Pemakaian atau kebutuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti telah disinggung pada uraian terdahulu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian/kebutuhan itu dapat dibedakan atas 2 hal, yaitu : 1. Faktor-faktor sosial dan ekonomi, antara lain : populasi, besarnya kota, iklim, tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi, dan lain-lainnya. 2. Faktor teknis, yaitu keadaan sistem mandiri, antara lain mengenai kualitas dan kuantitas air, tekanan, harga, pemakaian meter, sewer facilities, dan lain-lainnya. Pengaruh dari faktor-faktor yang pertama dapat terlihat dari pertambahan kebutuhan dan pemakaian air dari tahun demi tahun dari suatu komunitas dan besarnya tergantung dari kualitas atau tingkat dari perkembangan sosial ekonomi itu sendiri. Pengaruh dari faktor teknis lebih mudah dialami dan pada tabel 2.1 dapat dilihat gambaran data kuantitatif tentang besarnya pengaruh tersebut. Pada umumnya masalah tidak adanya meter atau kurang bekerjanya dengan baik meter air pada sambungan-sambungan rumah atau lainnya merupakan sumber kehilangan air di Indonesia, yang besarnya rata-rata lebih dari 30% dari air yang dihasilkan. Harga yang terlalu murah cenderung untuk memberikan kemungkinan pemakaian air yang boros oleh para konsumen. Tabel 2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan FAKTOR
PENGARUH DALAM %
Tekanan
± 10
Kualitas air
± 5
Harga air
± 20
Tidak, adanya fasilitas sewerage
± 10
Tidak ada meter
± 20 – 100
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
2.5.
FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR
Pemakaian air tidak sama antara satu jam dengan jam lainnya, begitu pula antara satu hari dengan hari lainnya dalam satu bulan dan antara satu bulan dengan bulan yang lainnya dalam satu tahun. Perbedaan pemakaian per jam terjadi oleh karena terjadinya perbedaan aktivitas penggunaan air dalam satu hari oleh suatu masyarakat (community). Faktor yang sama juga menyebabkan perbedaan pemakaian harian. Perbedaan pemakaian bulanan dalam satu tahun lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan hidup dan keadaan iklim di suatu bagian bumi ini, seperti pada negara-negara dengan 4 musim setahunnya. Ada 4 (empat) macam pengertian tentang fluktuasi pemakaian air ini : a. Pemakaian sehari rata-rata : - pemakaian rata-rata dalam sehari - pemakaian setahun dibagi 365 hari b. Pemakaian sehari terbanyak (debit maksimum harian) : - pemakaian terbanyak pada suatu hari dalam satu tahun c. Pemakaian sejam rata-rata : - pemakaian rata-rata dalam satu jam, pemakaian satu hari dibagi 24 jam d. Pemakaian sejam terbanyak (debit maksimum perjam atau debit puncak) : - pemakaian sejam terbesar pada suatu jam dalam satu hari dilihat dari segi iklim, maka untuk daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia, perbedaan antara faktor maksimum perhari cenderung lebih kecil dari negara-negara yang mempunyai 4 musim, oleh karena temperatur dari hari ke hari dalam satu tahun hampir tidak berbeda walaupun ada musim hujan dan musim kemarau. Sebaliknya untuk faktor maksimum perjam, di Indonesia lebih besar dari negara 4 musim, oleh karena pemakaian air pagi dan sore hari pada umumnya tetap tinggi, dibandingkan negaranegara yang mempunyai 4 musim, dimana aktifitas pemakaian air hanya terbatas siang hari yang lebih merata, akibat perbedaan yang besar antara suhu di siang hari dengan malam harinya. Faktor pemakaian jam puncak juga dipengaruhi oleh besarnya populasi. Faktor pemakaian puncak lebih besar pada komunitas yang kecil dari pada komunitas besar, karena secara statistik kemungkinan pemakaian yang bersamaan pada suatu waktu tertentu persentasenya akan lebih besar pada populasi yang kecil.
2.6.
ASPEK KUALITAS
Untuk menjamin bahwa air minum suatu sistem penyediaan air minum adalah aman, hygienis, dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfektir para pemakai air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitas. Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga harus menarik rasa dan baunya. Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas penyediaan air minum (sumber, jaringan distribusi) harus bebas dari kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Di Indonesia persyaratan kualitas air minum didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/XI/1990 tanggal 3 September 1990 mengenai standar air bersih, yang kemudian diperbaharui melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 mengenai standar air minum.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Kualitas air bisa ditunjukan oleh tiga karakteristik yaitu karakteristik fisik, kimia dan biologi. 1. Persyaratan Fisik Kualitas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata-mata dengan pertimbangan segi kesehatan, akan tetapi juga menyangkut soal kenyamanan dan dapat diterimanya oleh masyarakat pemakai air dan mungkin pula menyangkut segi estetika. 2.
Persyaratan Kimiawi
Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman, atau tidak membahayakan kesehatan dalam penggunaannya di industri serta tidak menimbulkan kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air minumnya sendiri. Walaupun demikian ada beberapa unsur tertentu, sebaliknya diperlukan/diharapkan kehadirannya untuk penciptaan suatu kondisi air minum yang dapat mencegah sesuatu penyakit atau kondisi kualitas yang menguntungkan. Dalam hubungannya dengan masalah diatas, pada dasarnya unsur-unsur kimiawi dibedakan atas 4 golongan, sebagai berikut : (i) unsur-unsur yang bersifat racun (ii) unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu keseahatan (iii) unsur-unsur yang dapat menimbukan gangguan pada sistem ataupun pada penggunaannya untuk keperluan atau aktivitas manusia (iv) unsur-unsur yang merupakan indikator pengotoran
3.
Persyaratan Bakteriologis
Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah bakteri pada umumnya dan bakteri atau kuman-kuman penyakit dan bakteri golongan coli khususnya. Beberapa standar menentukan pula frekwensi pemeriksaan bakteriologis berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani, baik untuk air yang diolah ataupun air yang tidak mengalami pengolahan.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
III I.
SISTEM PAM (PENYEDIAAN AIR MINUM)
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM INDIVIDUAL DAN KOMUNITAS
Dilihat dari sudut bentuk dan tekniknya, sistem penyediaan air minum dapat dibedakan atas 2 macam sistem : a.
Penyediaan air minum individual (Individual water supply system / Rural water supply system) Adalah sistem untuk penggunaan individual dan untuk pelayanan terbatas. Sistem bentuk ini pada umumnya sangat sederhana mulai dari sistem yang hanya terdiri dari satu sumur atau satu sumber saja sebagai sistem, seperti halnya sumur-sumur yang digunakan dalam satu rumah tangga. Sampai pada suatu sistem yang apabila dilihat dari komponennya lengkap, namun merupakan sistem yang kecil baik dalam bentuk maupun kapasitasnya dan untuk pelayanan terbatas; terbatas untuk suatu lingkungan/ komplek perumahan tertentu ataupun suatu industri tertentu. Sistem penyediaan air minum yang dipunyai oleh suatu komplek instalasi perminyakan dapat digolongkan katergori ini.
b.
Penyediaan air minum komunitas atau perkotaan (Community/Municipality water supply system / Public water supply system) Adalah suatu sistem untuk komunitas atau kota, dan untuk pelayanan yang menyeluruh, berikut keperluan domestik, perkotaan maupun industri. Sistem ini pada umumnya merupakan sistem yang mempunyai kelengkapan komponen yang menyeluruh dan kadang-kadang sangat kompleks, baik dilihat dari sudut teknik maupun sifat pelayanannya. Dapat berupa sistem yang mempergunakan satu atau lebih sumber, melayani satu atau beberapa komunitas dan dengan pelayanan yang berbedabeda pula.
II.
KOMPOSISI SISTEM
Komposisi dari suatu sistem penyediaan air minum dapat terdiri dari sebagian atau keseluruhan dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu : 1. Sistem sumber, dengan atau tanpa bangunan pengolahan air minum 2. Sistem transmisi 3. Sistem Distribusi Sistem yang sederhana seperti individual sistem mungkin hanya terdiri dari satu komponen saja, yakni sumur sebagai sumber dan selamanya terus dipergunakan. Suatu City Water System pada umumnya mempunyai komponen yang lengkap kecuali untuk beberapa kemungkinan dan keadaan yang sangat spesifik.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
2.1. Sumber (Collection works) Sumber dapat terdiri dari sumber air dan sistem pengambilan/ pengumpulan (collection works) saja ataupun dapat pula dilengkapi suatu sistem pengolahan (purification/ treatment works). Jenis sumber air yang biasa digunakan adalah : - Air hujan (rain water) : Dengan : - atap + cistern (individual) - daerah tangkapan + reservoir (community) Air permukaan (surface water) : - sungai - waduk (artificial reservoir) - Air tanah (ground water) : - mata air (spring) - sumuran (well) - pipa pengambilan (infiltration gallery) Problem engineering yang berkaitan dengan hal ini adalah kualitas dan kuantitas sumber, yang menentukan besarnya pengambilan yang dapat dilakukan, caranya memerlukan pengolahan atau tidak, dan lain sebagainya. 2.2.
Transmisi = sistem saluran pembawa = transmission works = transportation works
Masalah dan lingkup sistem yang termasuk dari sistem saluran pembawa ini adalah sbb: a. Sistem transportasi untuk : - Air baku, dari sistem pengumpulan sampai bangunan pengolahan air minum; open channel, pipe line - Air bersih, dari sumber yang sudah memenuhi syarat kualitas atau dari bangunan pengolahan air minum sampai reservoir distribusi; pipe line untuk menghindarkan kontaminasi dan pengotoran b. Cara pengangkutan : - gravitasi - pemompaan c. Kapasitas yang akan diangkut d. Perletakan dan penempatan (site, location problem) e. Peralatan dan perlengkapan (Appurtenances & Accessories) 2.3. Distribusi (distribution works) Sistem distribusi terdiri dari suatu reservoir (storage tank) dan pipa distribusi (piping system). Reservoir, dapat merupakan tangki pada permukaan tanah (ground tank) ataupun tangki di atas kaki (elevated tank) baik untuk sistem gravitasi maupun pemompaan. Suatu reservoir mempunyai tiga fungsi : 1. Penyimpanan (storage) untuk : - melayani fluktuasi pemakaian per jam - cadangan air untuk pemadam kebakaran - pelayanan dalam keadaan emergency, diakibatkan oleh terputusnya sumber, transmisi, ataupun terjadinya kerusakan atau gangguan pada bangunan pengolahan air, dll. 2. Pemerataan aliran dan tekanan (equilizing) akibat variasi pemakaian di dalam daerah distribusi.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
3.
Sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan dalam daerah distribusi.
Sistem perpipaan distribusi adalah sistem yang mampu membagikan air pada setiap konsumen dengan berbagai cara, baik dalam bentuk sambungan langsung rumah (house connection) ataupun sambungan melalui kran-kran umum (public tap). Dalam pengembangan sistem, masalah/ problem pokok yang harus menjadi perhatian adalah : 1. Masalah sistem perpipaan distribusi (distribution net works) - sistem lingkaran, tertutup (circle, gridiran pattern) - sistem cabang (branching pattern) 2. Sistem zoning, pembagian sistem distribusi atas zone-zone distribusi, tergantung dari pertimbangan atas dua hal : - Luas kota, menyangkut pertimbangan efisiensi dan kelancaran pelayanan - Perbedaan elevasi kota; dibedakan atas zone-zone distribusi apabila terdapat perbedaan elevasi antara bagian kota yang satu dengan lainnya setinggi Âą 60 m. 3. Sistem pengaliran : - Sistem gravitasi - Sistem pemompaan - Sistem gravitasi dan pemompaan 4. Masalah teknis & Engineering : - Kapasitas sistem - Perhitungan engineering - Konstruksi - Peralatan perlengkapan - Bahan pipa
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
IV
SISTEM SUMBER
Terdapat beberapa sumber air yang dapat digunakan dalam suatu sistem PAM. Sumbersumber tersebut antara lain : a. air hujan b. air permukaan : sungai, danau, waduk c. air tanah : mata air, sumuran
masing-masing sumber air tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang berbeda. Pemilihan sumber yang akan digunakan bergantung pada sumber air yang ada (terdekat), kuantitas yang dibutuhkan, juga kontinuitas dari sumber tersebut. Untuk melayani kebutuhan sebuah kota, misalnya, dapat digunakan satu sumber saja ataupun dibantu oleh sumber yang lain. Adapun pemilihan sumber yang akan digunakan akan mempengaruhi perencanaan sistem sumber air minum tersebut (intake dan pengolahan). Air Hujan (meteorologi water) Pada hakekatnya air hujan memiliki kualitas yang baik, namun hal ini akan sangat tergantung pada kualitas atmosfir di suatu wilayah. Air hujan yang jatuh (presipitasi) akan melewati lapisan atmosfir sebelum sampai ke bumi/daratan. Proses jatuhnya air ini kemudian akan melarutkan kandungan-kandungan pencemar di udara, seperti CO2, SO2, CO, NOx, dll. Jadi, jika kualitas atmosfir baik maka kualitas air hujan juga akan baik, dan begitu pula sebaliknya. Secara kuantitas, kapasitas air hujan akan tergantung pada tingginya curah hujan dan sistem penangkap yang direncanakan. Sedangkan kontinuitasnya sangat dipengaruhi oleh pola iklim setempat dan regional. Air hujan jarang digunakan untuk suplai air bersih suatu komunitas, hanya digunakan untuk lingkup yang kecil. Air hujan digunakan bila tidak ada lagi sumber air yang dapat digunakan seperti di daerah padang pasir atau daerah yang sangat sulit air. Air hujan umumnya dikumpulkan dari atap dan disimpan dalam bak atau reservoir untuk penggunaan domestik. Air hujan mempunyai kualitas yang cukup baik, namun mempunyai nilai pH yang rendah dan tidak mengandung mineral. Dari segi bakteriologis relatif lebih bersih tergantung wadah penampungannya. Air Permukaan (surface water) Air permukaan adalah hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan lain sebagainya. Air permukaan terbagi atas : ƒ Sungai ƒ Danau atau waduk ƒ Air laut
Air permukaan merupakan air yang berasal dari sungai, danau dan laut, zat yang ada pada air permukaan tergantung batas atau lapisan air (watershed). Pada air permukaan ditemukan kotoran seperti tanah liat, mineral organik alga, bakteri dan protozoa
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
dalam bentuk suspensi dan kaloid. Gas terlarut seperti oksigen, nitrogen, karbondioksida, metan, hidrogen sulfida. Mungkin juga mengandung material organik, amoniak, asam organik, klorida, nitrat dan nitrit. Air permukaan sampai sekarang masih menjadi alternatif yang paling mungkin untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Kapasitasnya yang cukup besar mampu menjamin kuantitas air yang dibutuhkan serta kontinuitas alirannya. Walaupun secara kualitas sumber air ini masih jauh dibawah kualitas air tanah, namun upaya untuk meminimalkan tingkat pencemaran pada badan air permukaan, masih layak untuk dikaji secara mendalam, sehingga investasi pada instalasi pengolahan dapat ditekan. Air Tanah (ground water) Air Tanah terbagi atas : ƒ Air Tanah Dangkal Air tanah dangkal ini terdapat pada kedalaman tanah kecil dari 15 meter sebagai air sumur untuk air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik, kuantitas tergantung pada musim. ƒ
Air Tanah Dalam Terdapat setelah lapisan kedap air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam dilakukan dengan pengeboran. Kuantitas air tanah dalam cukup besar dan stabil tidak tergantung musim. Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik daripada air tanah dangkal.
Zat-zat yang dapat ditemukan pada air tanah tergantung karateristik lapisan tanah. Air bisa mengandung tanah liat, alumunim, oksida besi, silika dan fungi dalam bentuk suspensi dan koloid. Zat terlarut seperti bikarbonate, karbonat, klorida, sulfat, nitrat, besi sulfat, sodium klorida dan komponen mangan. Selain itu ada istilah lain yang disebut mata air, yaitu jenis air tanah yang muncul dengan sendirinya ke permukaan tanah. Karakteristik dari mata air : a. Kualitas Air tanah mempunyai kualitas yang paling baik dibandingkan sumber air lainnya. Sebagian besar termasuk Golongan A, yakni air yang dapat langsung diminum. Pengolahan yang mungkin diperlukan adalah proses desinfeksi, agar air tersebut tetap memenuhi syarat bakteriologis saat tiba di tangan konsumen. Sisanya termasuk Golongan B, yakni air baku air minum yang memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Akan tetapi pengolahan yang diperlukan tidak sekompleks air permukaan, umumnya terbatas pada penurunan kadar mineral, misalnya Fe, Mn, Ca, Mg, yang terdapat didalamnya. b. Kuantitas Air tanah tersedia dalam jumlah yang terbatas, sehingga hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan daerah layanan yang kecil ataupun sebagai suplemen bagi sumber lainnya. c. Kontinuitas Kontinuitas mata air terjamin hanya jika tata guna lahan di sekitarnya baik dan pengambilannya tidak melampaui kapasitas pengisian (recharge) minimumnya. Jika tata guna lahan di sekitarnya telah rusak, maka kapasitas yang tersedia sangat dipengaruhi oleh musim. Sebelum menentukan sumber air baku yang dimanfaatkan perlu dilakukan analisa teknis dan ekonomis dari semua sumber air baku yang potensial untuk dimanfaatkan. Karena hal ini akan mempengaruhi langkah selanjutnya yang harus dilakukan pada sumber air baku tersebut.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Apakah akan dilakukan pengolahan lengkap atau pengolahan sederhana saja. Selain itu juga harus mempertimbangkan kontinuitas aliran sumber selama musim kemarau. Bangunan penyadap air secara teknis disesuaikan dengan sumber air baku baik berupa mata air, danau, atau sungai. Lokasi dan elevasi sumber akan menentukan cara pengaliran apakah secara gravitasi atau perlu pompa, Dari segi jarak, sumber yang akan dimanfaatkan juga harus dipertimbangkan karena ini akan menyangkut aspek finansial yang harus disediakan.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
V
SISTEM TRANSMISI
Sistem transmisi berfungsi menyalurkan air dari sumber ke daerah distribusi. Air yang ditransmisikan dapat berupa air baku atau air bersih, bergantung pada kualitas air sumber dan letak bangunan pengolahan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan alternatif jalur pipa transmisi adalah : a. Untuk menghemat penggunaan pipa, jarak yang ditempuh diusahakan tidak terlalu jauh. b.
Untuk pengaliran secara gravitasi, energi pengaliran yang tersedia sepanjang jalur menjadi sangat penting. Oleh karena itu, keadaan muka tanah (kontur) harus diperhatikan, selain untuk menghindari pekerjaan penggalian dan penimbunan yang terlalu banyak, juga untuk menghindari penggunaan perlengkapan pipa yang terlalu banyak.
c.
Tekanan yang dialami pipa, baik internal maupun eksternal tidak boleh melampaui tekanan maksimum yang dapat diterima pipa. Tekanan internal dipengaruhi penempatan pipa terhadap garis taraf hidrolis (HGL) sedangkan tekanan eksternal dipengaruhi, misalnya, oleh dalamnya penimbunan, tekanan dari aktifitas di permukaan tanah (kendaraan, bangunan).
Jalur pipa transmisi yang terpilih dari alternatif yang tersedia harus memenuhi syarat hidrolis pengaliran dan paling ekonomis, baik dari konstruksi maupun pemeliharaan. Bentuk saluran transmisi dapat berupa saluran alamiah atau buatan, baik tertutup maupun terbuka. Jika terbuka harus dipertimbangkan kemungkinan gangguan lingkungan terhadap keamanan saluran tersebut. Atau juga kemungkinan tidak terpenuhinya syarat garis taraf hidrolis (HGL).
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
VI
SISTEM DISTRIBUSI
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem PAM (Penyediaan Air Minum) yang memerlukan investasi terbesar, sekitar (60 – 70) % dari investasi total. Dalam perencanaan suatu sistem distribusi, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi : • Air yang sampai kepada masyarakat yang dilayani harus berada dalam kondisi yang memenuhi standar kualitas. • Kuantitas air yang dialirkan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilayani setiap waktu. • Kebocoran sistem harus ditekan seminimal mungkin dengan menggunakan pipa yang bermutu baik serta perlengkapan pipa yang seefisien dan seefektif mungkin. • Tekanan yang cukup untuk pengaliran hingga titik kritis terjauh, minimal 1,5 atm pada titik kritis tersebut. Sistem distribusi terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Sistem Makro Sistem ini disebut juga sistem jaringan pipa hantar atau feeder, yang terdiri dari: - Primary feeder - Secondary feeder b. Sistem Mikro Sistem ini merupakan sistem jaringan pipa pelayanan, yang terdiri dari : - Small distribution main (pipa pelayanan utama) - Service line and service pipe (house connection) Pembagian sistem distribusi seperti di atas bertujuan untuk mengisolasi bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri sehingga diperoleh keuntungan sebagai berikut : • Mudah dalam mengoperasikan debit yang mengalir • Setiap daerah pelayanan memiliki sisa tekan yang relatif sama, karena sisa tekan dalam jaringan tersebut seimbang • Mudah melakukan perbaikan jika ada kerusakan pada jaringan pipa • Pengontrolan losses dengan cara mengisolasi sistem yang akan dikontrol • Memudahkan pengembangan sistem, tanpa harus mengganti seluruh sistem yang ada Pipa-pipa yang digunakan dalam sistem distribusi adalah : a. Pipa Induk Pipa induk merupakan pipa distribusi pada jaringan terluar, yang menghubungkan blok-blok pelayanan dalam kota serta reservoir ke seluruh jaringan utama. Pipa ini tidak dapat dipakai untuk melayani penyadapan (tapping) langsung ke rumah-rumah. Pipa induk harus mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap tekanan (internal). b. Pipa Cabang Pipa cabang digunakan untuk menyadap air langsung dari pipa induk kemudian mengalirkannya ke suatu blok pelayanan. Kualitas pipa cabang sebaiknya sama dengan pipa induk. Pipa ini berhubungan dengan pipa service, sehingga diameternya ditentukan dari banyaknya pipa service yang masuk (berhubungan) dengan pipa cabang tersebut. c. Pipa Service
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Pipa service merupakan pipa yang melayani konsumen langsung ke rumah-rumah. Pipa ini berhubungan dengan pipa cabang dan mengalirkan air ke rumah-rumah. Diameter pipa service ditentukan dari pemakaian air setiap rumah. Dalam perencanaan jalur perpipaan distribusi, harus dipenuhi syarat hidrolis pengaliran dan diusahakan untuk mencapai kondisi optimum pada beberapa point berikut : 1. pemakaian energi dalam pengoperasian seminimal mungkin. 2. mudah dalam pemasangan, pemeliharaan, dan pengoperasiannya, misalnya dengan menempatkannya di tepi jalan umum. 3. ekonomis, dalam hal jumlah pipa, diameter pipa, dan panjang pipa. Terdapat dua pola dari sistem distribusi, yaitu : a. Sistem Cabang/ Tree/ Branch/ Dead End Pada sistem ini, pipa induk dihubungkan dengan beberapa pipa sekunder, kemudian dihubungkan dengan beberapa pipa sub induk yang akan langsung dihubungkan dengan pipapipa service. Ciri-ciri sistem ini adalah : - Mempunyai satu arah aliran - Gradasi ukuran pipa terlihat jelas - Perhitungan diameter pipa relatif lebih mudah - Aliran berakhir pada suatu titik mati - Kurang dapat diandalkan untuk memenuhi beban puncak, beban emergency, ataupun keadaan emergency - Seluruh sistem yang merupakan kelanjutan dari bagian tertentu akan terganggu jika ada kerusakan di bagian tersebut - Kemungkinan pengembangannya sulit - Sering digunakan pada daerah pelayanan dengan kemiringan satu arah dan cukup curam b.
Sistem Lingkaran/ Loop Pada sistem ini, pipa induk dan pipa sekunder membentuk kerangka utama yang saling berhubungan untuk membagi air ke titik-titik suplai utama (junction point) dan draw-off lainnya. Titik-titik pengambilan ditentukan berdasarkan konsentrasi beban dan jaraknya tidak boleh terlalu dekat untuk menghindari penurunan tekanan yang terlalu besar (minimal 300 m). Ciri-ciri sistem ini adalah : - Arah aliran dapat berubah-ubah - Gradasi ukuran pipa tidak terlihat jelas - Perhitungan diameter pipa lebih kompleks - Aliran membentuk lingkaran - Lebih dapat diandalkan dalam memenuhi beban puncak, beban emergency, ataupun keadaan emergency - Tidak seluruh sistem terganggu jika terjadi kerusakan di suatu tempat, karena daerah kerusakan dapat dilokalisir - Kemungkinan pengembangannya lebih besar
VII
SISTEM PENGOLAHAN
Pada umumnya pengolahan lengkap diperlukan jika menggunakan sumber air permukaan yang tingkat kekeruhannya sangat tinggi. Unit pengolahan tersebut biasanya terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Pembubuhan desinfektan harus dilakukan baik air dengan kekeruhan tinggi maupun rendah. Jika kekeruhan air baku sangat tinggi, maka unit pengolahan bisa dilengkapi dengan unit Pra sedimentasi. Untuk sumber air dari mata air biasanya dibutuhkan pengolahan yang sederhana seperti pembubuhan soda untuk menurunkan kesadahan, aerasi dan filtrasi untuk menurunkan kadar Fe yang tinggi, atau juga pembubuhan desinfektan untuk membunuh kuman. Berikut ini akan diuraikan secara berurutan inti pengolahan. 1. Pra Sedimentasi Unit pengolahan ini ditujukan untuk menyisihkan partikel-partikel diskrit, yaitu partikel yang akan mengendap dengan sendirinya, karena adanya gaya berat partikel, tanpa ada pengaruh dari luar. Unit ini dibutuhkan terutama jika air bakunya memiliki kekeruhan yang tinggi, dimana hal ini sering terjadi pada musim hujan. 2. Koagulasi koagulasi adalah proses pembubuhan koagulan ke dalam air baku dengan tujuan : - mengurangi kekeruhan zat organik – anorganik - mengurangi warna - mengurangi bakteri - mengurangi algae/plankton - mengurangi rasa dan bau - mengurangi fosfat (nutrient bagi algae) reduksi material organik bersifat polianionik dengan menggunakan koagulan kationik yang mengandung muatan berlawanan terutama terjadi dengan cara netralisasi muatan. 3. Flokulasi Penambahan koagulan ke dalam air baku yang akan diolah ditujukan untuk memperoleh terbentuknya flok sebagai akibat gabungan dari koloid-koloid yang ada dalam air baku tersebut dengan koagulan. Pembentukan flok ini akan berlangsung dengan baik andaikata saat penambahan bahan koagulan ke dalam air disertai proses pengadukan cepat (rapid mixing) yang dilanjutkan dengan pengadukan lambat (slow mixing). Pengadukan dilakukan di dalam bak yang dilengkapi dengan pengaduk (agitator) yang berfungsi untuk mendispersikan secara seragam bahan koagulan sehingga terjadi kontak yang cukup antara koagulan dengan partikel-partikel tersuspensi. Selanjutnya akan terbentuk flok yang stabil yang mudah mengendap. Peralatan yang digunakan untuk pengaduk cepat dan pengaduk lambat ini berupa : • pengaduk mekanik seperti paddle • pengaduk pneumatik
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
• kolam baffle (hidraulic) 4. Sedimentasi Bak ini ditujukan untuk mengendapkan flokulen yang telah terbentuk pada proses koagulasi – flokulasi. Bentuk bak pengendap bisa dibuat dalam bentuk persegi panjang (rectangular), bujur sangkar (square), atau bundar (circular). Yang perlu diperhatikan dalam merancang bak pengendap adalah : • Zone inlet : harus dibuat agar bisa membagi aliran secara merata ke seluruh bagian bak pengendap. • Zone pengendapan : pada zone ini partikel tersuspensi dapat bergerak turun dengan bebas dan baik. • Zone outlet : guna mengumpulkan air yang bebas flok dari seluruh bagian bak. • Zone lumpur : tempat akumulasi zat padat / kotoran hasil pengendapan, dimana endapan harus dapat dibuang dengan baik pada periode tertentu agar tidak terjadi pembusukan atau pemadatan lumpur. 5. Filtrasi (saringan pasir cepat) Adalah unit pengolah air permukaan yang menggunakan proses penyaringan melalui media tertentu, guna memisahkan partikel-partikel padat dengan pengaliran cepat. Media yang biasa digunakan adalah pasir dengan diameter dan ketebalan tertentu. Adapun tipe pengoperasiannya adalah konstan head atau konstan debit/rate. 6. Desinfeksi Proses desinfeksi yang dilakukan terhadap air minum bertujuan untuk memperoleh air minum yang aman untuk diproduksi dengan cara membunuh mikroorganisme atau bakteri penyebab penyakit. Desinfeksi ini bisa dilakukan dengan beberapa metoda, namun yang biasa dilakukan untuk pengolahan air minum adalah khlorinasi dengan penambahan kaporit. Penambahan kaporit ini disamping berfungsi sebagai desinfektan, ia juga dapat berperan sebagai penetralisir bau dan warna dalam air.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
3.3. MODUL 2 PELATIHAN TINGKAT UNIT
MODUL PELATIHAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM [ BAGIAN KE-2 ] DI PDAM KABUPATEN MALANG
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
I
PERHITUNGAN DEBIT AIR
Metoda Pengukuran 1. Pengukuran langsung Dengan jalan mengukur volume atau berat cairan yang melalui suatu penampang dalam interval waktu tertentu 2. Pengukuran tidak langsung Dengan mengukur kecepatan dan luas penampang di beberapa penampang saluran Perumusan Debit Aliran
Q=
V t
dimana : Q = debit aliran (m3/dt) V = volume air dalam interval waktu tertentu (m3) t = waktu (dt) atau Q=vxA dimana : Q v A
= = =
debit aliran (m3/dt) kecepatan aliran (m/dt) luas penampang aliran (m2)
Besarnya debit aliran selain dinyatakan dalam satuan m3/dt juga dalam liter/detik. 1 m3/dt = 1.000 dm3/dt = 1.000 l/dt
Teknik Pengukuran ƒ Pengukuran Langsung
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
dilakukan dengan cara mengalirkan air kedalam suatu wadah (misal : ember) yang telah diketahui volumenya (V) dalam waktu tertentu (t). maka besarnya debit adalah :
Q=
V t
Contoh : Wadah/ ember dengan volume 20 liter dapat terisi penuh oleh air selama 40 detik. Maka besarnya debit aliran adalah ? Jawab : V = 20 liter t = 40 detik
Q=
V t
Q = 20 liter / 40 detik = 0,5 l/dt ƒ
Pengukuran Tidak Langsung Pengukuran kecepatan memegang peranan penting dalam pengukuran aliran tidak langsung. 1) Mengukur jarak dan waktu dari suatu benda yang ikut mengalir di permukaan cairan
Maka besarnya debit adalah : Q=vx
A
dengan nilai v dan A didapat dari :
v=
S t
dan A=lx
d
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
dimana : S = jarak yang ditempuh benda dari titik 1 ke titik 2 (meter) t = waktu yang dibutuhkan benda untuk bergerak dari titik 1 ke titik 2 (detik) l = lebar saluran (meter) d = kedalaman air pada saluran (meter) Contoh : Suatu benda diapungkan di permukaan saluran di titik 1 dan bergerak mencapai titik 2 yang jaraknya 10 meter dengan waktu selama 10 detik. Penampang saluran memiliki ukuran panjang 1 meter dan lebar 30 centimeter, seperti pada gambar di bawah ini. Hitung debit aliran air tersebut!
Jawab : S = 10 m t = 10 dt
v=
S t
v = 10 m / 10 dt = 1 m/dt p = 1m l = 30 cm = 0,3 m A=px
l
A = 1 m x 0,3 m = 0,3 m2 Besarnya debit aliran : Q=vx A Q = 1 m/dt x 0,3 m2 = 0,3 m3/dt = 300 l/dt 2) Penggunaan peralatan pengukur − Pipa pitot − Current meter
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
3) Pelimpah ambang tajam berbentuk segitiga dikenal dengan alat ukur Thomson
digunakan untuk debit kecil, Q ≤ 5 l/dt Besarnya debit aliran dihitung dengan rumus : Q = 1,38 x H2,5
(satuan SI)
dimana : Q = debit aliran H = tinggi air diatas ambang 4) Pelimpah ambang tajam berbentuk trapesium dikenal dengan alat ukur Cipoletti pelimpah ambang tajam berbentuk trapesium dengan kemiringan 4 vertikal berbanding 1 horizontal digunakan untuk debit yang lebih besar
Besarnya debit aliran dihitung dengan rumus : Q = 1,85 x L x H3/2
dimana : Q = L = H =
debit aliran lebar dasar ambang tinggi air diatas ambang
(satuan SI)
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
II
FAKTOR FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR
Debit Air yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan Sistem PAM 1. 2. 3.
Qrata (l/dt) Qmaks (l/dt)
= Pemakaian air satu tahun dibagi 365 hari = Pemakaian per hari yang terbanyak dalam 1 tahun = Qrata x fm fm = faktor maksimum harian Qpeak (l/dt) = Pemakaian per jam yang terbanyak dalam 1 hari = Qrata x fp fp = faktor maksimum per jam atau faktor peak Perhitungan dimensi bangunan Instalasi pengolahan Menggunakan debit maksimum Perhitungan dimensi pipa transmisi
Perhitungan dimensi pipa distribusi
Menggunakan debit puncak
Nilai Fluktuasi Pemakainan Air
Menurut Prof. Ir. KRT. Mertonegoro Fm = ( 1 s/d 1,25 ) Fp = ( 1 s/d 2,5 ) Menurut hasil riset IDRC Singapura (International Development Research Centre) Untuk daerah perkotaan Fm = ( 1,1 s/d 2 ) Fp = ( 1,3 s/d 2,5 ) Menurut DPU Dirjen Cipta Karya, 1994 Fm = ( 1,1 s/d 1,7 ) Fp = ( 1,5 s/d 3,5 )
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
III
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR
Perhitungan kebutuhan air dihitung berdasarkan pada : 1. Kebutuhan air domestik 2. Kebutuhan air non domestik 3. Tingkat kehilangan air
1. Kebutuhan Air Domestik Tabel 3.1 Pengelompokkan Kebutuhan Air Berdasarkan Kategori Kota
KATEGORI
BENTUK DAERAH
BATASAN PENDUDUK (JIWA)
KEBUTUHAN AIR (L/O/H)
I
Kota Metropolitan
> 1.000.000
190
II
Kota Besar
500.000 – 100.000
170
III
Kota Sedang
100.000 – 500.000
150
IV
Kota Kecil
20.000 – 100.000
130
V
IKK
3.000 – 20.000
100
VI
Pedesaan
< 3.000
60
SUMBER : DPU DIRJEN CIPTA KARYA, 1994
Untuk Sistem PAM di unit kerja PDAM Kab. Malang maka dapat dikategorikan sebagai Sistem IKK sehingga menggunakan satuan kebutuhan air sebesar 100 liter/orang/hari.
2. Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Sistem IKK, kebutuhan air non domestik sebesar (15 – 20) % dari kebutuhan air domestik (berdasarkan standar PU Cipta Karya, 1994).
3. Tingkat Kehilangan Air Tingkat kehilangan air ini berbeda-beda untuk setiap daerah. Namun, untuk suatu Sistem PAM yang direncanakan akan dibangun baru maka dapat menggunakan perkiraan tingkat kehilangan air sebesar (10 – 30) % dari kebutuhan air domestik dan non domestik.
4. Kebutuhan Air Total Kebutuhan air total dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik, dan tingkat kehilangan air. Kebutuhan air ini merupakan debit air rata-rata.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Contoh perhitungan kebutuhan air minum Dalam suatu wilayah pelayanan PDAM di Ibukota Kecamatan X ada permintaan calon pelanggan sebanyak 1.000 KK (kepala keluarga) untuk dapat dilayani kebutuhan air minumnya. Direncanakan pemenuhan kebutuhan air minum ini akan dilayani PDAM melalui sambungan rumah (SR) dengan pelayanan 24 jam dalam 1 harinya. Hitunglah perkiraan debit air/ kebutuhan air rata-rata yang harus disuplai oleh PDAM! Pembahasan Diketahui :
calon pelanggan = 1.000 SR Jam pelayanan = 24 jam/ hari Debit air rata-rata ?
Ditanyakan : Jawab : Debit air rata-rata 1.
= kebutuhan air domestik + kebutuhan air non domestik + tingkat kehilangan air
Perhitungan kebutuhan air domestik − Hitung jumlah orang dari 1.000 SR Asumsi 1 SR = 5 orang Maka : 1.000 SR = 1.000 x 5 orang = 5.000 orang − Gunakan satuan kebutuhan air = 100 liter/orang /hari − Hitung kebutuhan air domestik Q (domestik) = 100 liter/orang/hari x 5.000 orang = 500.000 liter/hari = 500.000 liter/detik 86.400 = 5,79 liter/detik
2.
Perhitungan kebutuhan air non domestik − Tentukan besarnya kebutuhan air non domestik Kebutuhan air non domestik = 20% x kebutuhan air domestik − Hitung kebutuhan air non domestik Q (non domestik) = 20% x 5,79 liter/detik = 1,16 liter/detik
3.
Perhitungan kebutuhan air domestik dan non domestik − Hitung kebutuhan air domestik dan non domestik Q (domestik + non domestik) = Q (domestik) + Q (non domestik) = ( 5,79 + 1,16 ) liter/detik = 6,95 liter/detik
4.
Perhitungan tingkat kehilangan air − Perkirakan besarnya tingkat kehilangan air Q (hilang air) = 20% x Q (domestik + non domestik) − Hitung kehilangan air Q (hilang air) = 20% x 6,95 liter/detik = 1,39 liter/detik
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
5.
Perhitungan kebutuhan air total â&#x2C6;&#x2019; Kebutuhan air total merupakan debit rata-rata yang besarnya adalah : Q (rata) = Q (domestik) + Q (non domestik) + Q (hilang air) = ( 5,79 + 1,16 + 1,39 ) liter/detik = 8,34 liter/detik
Kesimpulan
: Untuk memenuhi kebutuhan air minum sebanyak 1.000 kepala keluarga melalui sambungan rumah (SR) diperlukan debit rata-rata sebesar 8,34 liter/detik.
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
IV
HIDROLIKA PERPIPAAN
Hukum Kontinuitas Debit yang masuk pada suatu penampang sama dengan debit yang keluar dari penampang tersebut.
A2 v2 v1 A1 Q1 = Q2
A1 x v1 = A2 x v2
Garis Energi Aliran Perpipaan Air Minum
Pa an
L
nj g
Pi pa ∆h = ∆hmayor + ∆hminor ∆h = ∆hmayor = ∆hminor =
hilang tekan total mayor losses, akibat gesekan aliran air dengan dinding pipa minor losses, akibat adanya fitting dan accessories pipa
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
∆hmayor
Akibat gesekan aliran air dengan dinding pipa
∆hminor
Akibat adanya fitting dan accessories pipa
∆h
Mayor Losses ∆hmayor dapat dicari nilainya dengan perumusan : Formula Darcy Weisbach : L v2
hf = f
d 2g
dimana : hf f L d v g
= = = = = =
mayor losses berdasarkan formula D-W faktor gesekan (friction factor) panjang pipa diameter pipa kecepatan aliran gaya gravitasi
Atau dengan perumusan / Formula Hazen William Q = 0,2785 x C x d2,63 x S0,54
............ Formula Hazen William
dimana S adalah slope energi yang nilainya adalah =
Dhmayor
L
dengan mengganti nilai S maka formula Hazen William ini dapat dirubah menjadi sebagai berikut : 1 Q 0,54 x L Δhmayor= 0,2785 x C x d2,63
,
dimana : ∆hmayor Q C d L
= = = = =
mayor losses berdasarkan formula H-W debit aliran koefisien kekasaran pipa diameter pipa panjang pipa
Berdasarkan formula Darcy Weisbach dan Hazen William maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai kehilangan tekan akibat aliran air dalam pipa, yaitu : ∆hmayor ∼ L semakin panjang pipa semakin besar terjadinya hilang tekan ∆hmayor ∼ 1/d semakin besar diameter pipa semakin kecil hilang tekan semakin kecil diameter pipa semakin besar hilang tekan ∆hmayor ∼ v semakin tinggi kecepatan aliran dalam pipa semakin besar hilang tekan semakin besar debit air semakin besar hilang tekan ∆hmayor ∼ Q
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Koefisien kekasaran pipa ( C ) – Hazen William Beberapa nilai kekasaran pipa untuk jenis-jenis pipa tertentu, yaitu :
Material
Nilai C Pipa baru
Pipa lama
130 - 140 120 140 - 150 140 - 150 110
110 100 120 - 130 130 100
Cast Iron Galvanized Iron Plastic/ PVC Steel Pipe (pipa baja) ACP
Minor Losses ∆hminor dapat dicari nilainya dengan perumusan :
Dhminor = k
v2 2g
k adalah koefisien minor losses, dimana nilai K untuk beberapa jenis fitting/ accessories dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Jenis fitting/accessories
Nilai K
Gate Valve (terbuka penuh)
0,2
Check Valve (terbuka penuh)
2,5
Standard Tee (aliran lurus)
0,6
Standard Tee (aliran melalui cabang)
1,8
Tapping
0,6
Minor Losses yang disebabkan akibat adanya perubahan penampang saluran a).
Pelebaran tiba-tiba
Δhminor= b).
V2 − V1 2g
2
Sambungan dan tikungan • dengan model sambungan
Dhminor = K
v2 2g
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Nilai K seperti yang tertera pada tabel berikut ini : α K
•
5o
10o
15o
30o
45o
60o
90o
0,02
0,04
0,05
0,15
0,28
0,55
1,2
dengan model sambungan
Dhminor = Kb
v2 2g
Nilai K seperti yang tertera pada tabel berikut ini : r/d
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kb
0,3
0,16
0,12
0,11
0,09
0,09
0,08
0,08
0,08
c).
d).
Perubahan dari pipa ke reservoir
Penyempitan tiba-tiba
Dhminor = Kc
v22 2g
Dhminor = K
v12 2g
K=
d1 d2
1−
2
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Nilai Kc dapat dilihat pada tabel berikut ini : d1/d2
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1,1
1
Kc
0,45
0,43
0,42
0,4
0,37
0,28
0,01
0
e).
Perubahan dari reservoir ke pipa
Dhminor = Kc
v22 2g
Koefisien kontraksi (Kc) tergantung dari bentuk penampang dari pemasukan :
Reservoir
Kc = 0,2
Kc = 0,5 + 0,3 cos α + 0,2 cos2α
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
V
RESERVOAR DISTRIBUSI
Reservoar adalah tempat cadangan air. Dalam suatu sistem distribusi, reservoar mempunyai 3 fungsi pokok, yaitu : 1. Sebagai tempat penyimpanan untuk : a. Melayani fluktuasi pemakaian per jam b. Cadangan air untuk pemadam kebakaran c. Pelayanan dalam keadaan emergency, diakibatkan oleh terputusnya sumber, transmisi, terjadinya kerusakan atau gangguan pada bangunan pengolahan air, dll. 2. Sebagai pemerata aliran (equalizing flow) dan pemerata tekanan (equalizing pressure) akibat variasi pemakaian di daerah distribusi 3. Sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan pada daerah distribusi Berdasarkan konstruksinya terdapat dua jenis reservoar, yaitu : a. Ground Tank Merupakan reservoar yang terletak pada permukaan tanah. Reservoar jenis ini kapasitasnya dapat dibuat tidak terbatas dan konstruksinya lebih mudah. b. Elevated Tank Merupakan reservoar yang terletak di atas kaki. Reservoar jenis ini kapasitasnya terbatas serta konstruksinya lebih sulit. Berdasarkan tekanan atau hidrolika, terdapat dua jenis reservoar, yaitu : a. Reservoar tinggi, yaitu reservoar yang pengalirannya dilakukan secara gravitasi. Reservoar jenis ini dapat berupa reservoar di atas kaki (elevated tank) ataupun reservoar pada permukaan tanah (ground tank) yang terletak pada tempat dengan ketinggian tertentu dari daerah distribusi. b. Reservoar rendah, yaitu reservoar yang pengalirannya dilakukan dengan pompa. Reservoar jenis ini umumnya berupa ground tank yang terletak pada tempat dengan ketinggian nyaris datar dengan daerah distribusi, sehingga tidak mempunyai energi pengaliran yang cukup untuk pengaliran secara gravitasi. Volume Reservoar Distribusi Volume reservoar ditentukan berdasarkan fluktuasi pemakaian air selama 24 jam dalam 1 hari. Namun untuk mudahnya, perhitungan reservoar distribusi dapat mengacu kepada standar PU Cipta Karya, yaitu :
VRes = ( 15% â&#x20AC;&#x201C; 20% ) x kebutuhan maksimum/hari
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
3.4. MODUL PELATIHAN TINGKAT PUSAT
KHUSUS KELOMPOK PUSAT
MODUL PELATIHAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM [ RINGKASAN ] DI PDAM KABUPATEN MALANG
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
I
PENDAHULUAN
Sasaran pengadaan suatu sistem penyediaan air minum (Sistem PAM) adalah : masyarakat dapat hidup secara higienis taraf kesehatan masyarakat akan meningkat Air yang dihasilkan suatu sistem PAM (Penyediaan Air Minum) harus memenuhi beberapa persyaratan : 1. Dari segi kuantitas Kuantitas air yang disediakan harus mampu memenuhi seluruh aktivitas masyarakat yang membutuhkan air bersih tersebut. 2. Dari segi kualitas Kualitas air yang disediakan harus memenuhi standar kualitas air minum yang berlaku. Parameter-parameter yang ada dalam standar tersebut meliputi parameter fisik, kimia, biologis & radioaktivitas. Di Indonesia persyaratan kualitas air minum didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/XI/1990 tanggal 3 September 1990 mengenai standar air bersih, yang kemudian diperbaharui melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 mengenai standar air minum. 3. Dari segi Kontinuitas Air harus tersedia setiap saat di tempat-tempat air tersebut diperlukan. 4. dari segi ekonomis harga air tersebut harus dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.
ASPEK KUANTITAS Pemakaian Air Pemakaian air dapat terbatas oleh karena terbatasnya air yang tersedia pada sistem yang dipunyai, yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Pemakaian air perkapita dapat bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : tergantung dari tingkat hidup, pendidikan, dan tingkat ekonomi masyarakat. Sebagai bahan perbandingan dapat dilihat beberapa pola pemakaian air : Inggris raya (Great Britain) kurang dari 20 liter/orang/hari sampai lebih dari 400 liter/orang/hari Amerika Serikat 150 – 1.050 liter/orang/hari Australia 180 – 290 liter/orang/hari Eropa 50 – 320 liter/orang/hari daerah tropik 80 – 185 liter/orang/hari Indonesia ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
menurut standar dari DPU Dirjen Cipta Karya, 1994, kisarannya antara 60 â&#x20AC;&#x201C; 190 liter/orang/hari. Kebutuhan Air Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pemakaian air. Fluktuasi Pemakaian Air Fluktuasi pemakaian air yang perlu diketahui : a. Pemakaian sehari rata-rata : - pemakaian rata-rata dalam sehari - pemakaian setahun dibagi 365 hari b. Pemakaian sehari terbanyak (debit hari maksimum) : - pemakaian terbanyak pada suatu hari dalam satu tahun c. Pemakaian sejam terbanyak (debit puncak) : - pemakaian sejam terbesar pada suatu jam dalam satu hari
ASPEK KUALITAS Kualitas air bisa ditunjukan oleh karakteristik fisik, kimia, biologi & radioaktivitas. 4. Persyaratan Fisik Kualitas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata-mata dengan pertimbangan segi kesehatan, akan tetapi juga menyangkut soal kenyamanan dan dapat diterimanya oleh masyarakat pemakai air dan mungkin pula menyangkut segi estetika. 5.
Persyaratan Kimiawi
Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman, atau tidak membahayakan kesehatan dalam penggunaannya di industri serta tidak menimbulkan kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air minumnya sendiri. Walaupun demikian ada beberapa unsur tertentu, sebaliknya diperlukan/diharapkan kehadirannya untuk penciptaan suatu kondisi air minum yang dapat mencegah sesuatu penyakit atau kondisi kualitas yang menguntungkan. Dalam hubungannya dengan masalah diatas, pada dasarnya unsur-unsur kimiawi dibedakan atas 4 golongan, sebagai berikut : (v) unsur-unsur yang bersifat racun (vi) unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu kesehatan (vii) unsur-unsur yang dapat menimbukan gangguan pada sistem ataupun pada penggunaannya untuk keperluan atau aktivitas manusia (viii) unsur-unsur yang merupakan indikator pengotoran
6.
Persyaratan Bakteriologis
Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah bakteri pada umumnya dan bakteri atau kuman-kuman penyakit serta bakteri golongan coli khususnya. Beberapa standar menentukan pula frekwensi pemeriksaan bakteriologis berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani, baik untuk air yang diolah ataupun air yang tidak mengalami pengolahan.
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
II
SISTEM PAM (PENYEDIAAN AIR MINUM)
KOMPOSISI SISTEM Komposisi dari suatu sistem penyediaan air minum dapat terdiri dari sebagian atau keseluruhan dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu : 4. Sistem sumber, dengan atau tanpa bangunan pengolahan air minum 5. Sistem transmisi 6. Sistem distribusi 1. Sumber (Collection works) Sumber dapat terdiri dari sumber air dan sistem pengambilan/ pengumpulan (collection works) saja ataupun dapat pula dilengkapi suatu sistem pengolahan (purification/ treatment works). Problem engineering yang berkaitan dengan sistem sumber adalah : − kualitas sumber, memerlukan pengolahan atau tidak. − kuantitas sumber, yang menentukan besarnya pengambilan yang dapat dilakukan. − Kontinuitas sumber, keterkaitan dengan daerah hulu, tata guna lahan, dan daerah resapan. − Teknik pengambilan, melalui pembuatan bangunan sadap. 2. Transmisi = sistem saluran pembawa = transmission works = transportation works Masalah dan lingkup sistem yang termasuk dari sistem transmisi adalah : f. Sistem transportasi untuk : - Air baku, dari sistem pengumpulan sampai bangunan pengolahan air minum. ( open channel, pipe line) - Air minum, dari sumber yang sudah memenuhi syarat kualitas atau dari bangunan pengolahan air minum sampai reservoir distribusi. (pipe line untuk menghindarkan kontaminasi dan pengotoran) g. Cara pengangkutan : - gravitasi - pemompaan h. Kapasitas yang akan diangkut i. Perletakan dan penempatan (site, location problem) j. Peralatan dan perlengkapan (Appurtenances & Accessories) 3. Distribusi (distribution works) Sistem distribusi terdiri dari suatu reservoir (storage tank) dan pipa distribusi (piping system).
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Dalam pengembangan sistem, masalah/ problem pokok yang harus menjadi perhatian adalah : 5. Masalah sistem perpipaan distribusi (distribution net works) - sistem lingkaran, tertutup (circle, gridiran pattern) - sistem cabang (branching pattern) 6. Sistem zoning, pembagian sistem distribusi atas zone-zone distribusi, tergantung dari pertimbangan atas dua hal : - Luas kota, menyangkut pertimbangan efisiensi dan kelancaran pelayanan - Perbedaan elevasi kota 7. Sistem pengaliran : - Sistem gravitasi - Sistem pemompaan - Sistem gravitasi dan pemompaan 8. Masalah teknis & Engineering : - Kapasitas sistem - Perhitungan engineering - Konstruksi - Peralatan perlengkapan - Bahan pipa
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
III
SISTEM SUMBER
Beberapa jenis sumber air yang bisa digunakan dalam Sistem PAM : a. air hujan b. air permukaan a. sungai b. danau/ waduk c. air laut c. air tanah d. air tanah dangkal e. air tanah dalam
BANGUNAN PROTEKSI MATA AIR (BPMA) PENDAHULUAN Mata air dapat didefinisikan sebagai tempat dimana terjadi air mengalir keluar dari air tanah. Umumnya mata air ditemukan di daerah pegunungan atau perbukitan.
Tempat-tempat terbaik dalam mencari mata air adalah pada tebing bukit yang miring dan lembah-lembah sungai. Lajur tetumbuhan yang hijau pada suatu jalur/ tempat tertentu dalam suatu daerah kering dapat menunjukkan kemungkinan adanya mata air atau alur rembesan air dalam tanah. Air dari mata air yang terlindung baik, umumnya langsung dapat dipergunakan untuk keperluan air rumah tangga tanpa diolah. Namun perlu diketahui kemungkinan terjadinya pencemaran-pencemaran oleh akibat perubahan-perubahan lapisan tanah sekitarnya, tata guna lahan di daerah hulu aliran tadah hujan, serta rusaknya perlindungan. Pengaruh musim hujan dapat mempengaruhi fluktuasi debit dan kecepatan aliran, dimana air cepat menjadi besar dan berubah menjadi keruh. Sehingga mata air dapat dikatergorikan baik, jika pengaruh hujan sangat lambat datangnya kedalam mata air atau terjadinya perubahan debit relatif sama, kecepatan rembesan air tanah tanpa mengangkut suspensi tanah masuk kedalam mata air. Jenis-jenis mata air adalah sebagai berikut : 1. Mata air gravitasi : a. Mata air bertekanan gravitasi (Gravity depression spring) b. Mata air pelimpahan gravitasi (Gravity overflow spring) 2. Mata air artesis : a. Mata air bertekanan artesis (Artesian depression spring) b. Mata air celahan artesis (Artesion fissure spring) c. Mata air pelimpahan artesis (Artesion overflow spring)
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
PERTIMBANGAN DASAR Mata air yang terpilih untuk penyediaan air masyarakat perlu diberi bangunan penutup untuk pencegahan gangguan-gangguan pencemaran. Bangunannya sering disebut “BANGUNAN PROTEKSI MATA AIR” (BPMA). Disamping itu, BPMA tidak boleh mengganggu kelestarian debit aliran air dalam mata air yang sudah turun-temurun keberadaannya. Dari BPMA dipasang instalasi perpipaan untuk mengalirkan air ke konsumen (daerah pelayanan). Hal yang sangat penting dari BPMA dan perlu diperhatikan benar-benar adalah Proteksi saniter, yaitu pengamanan untuk mencegah air sumber (mata air) dalam bentuk bangunan sadap.
BANGUNAN PROTEKSI MATA AIR Bangunan Proteksi Mata Air (BPMA) dalam bahasa Belanda disebut BRON CAPTERING merupakan Bangunan Sadap Mata Air (Tapping Spring Water Structure). Selain bangunan penutup, perlu dilengkapi dengan “SALURAN PENGALIHAN LIMPASAN PERMUKAAN” (Surface Run-off Diversion Ditch) untuk mencegah pencemar-pencemar yang hanyut/ larut dalam air limpasan permukaan dari bagian daerah tadah hujan sebelah atas BPMA, masuk kedalam bangunan tersebut. Jarak saluran pengalih air limpasan permukaan terhadap titik masuknya air kedalam BPMA adalah sebagai berikut : 1. Jika pencemar terdiri dari bahan organik murni, jarak (L) yang dianjurkan adalah paling sedikit 11 meter. Dan lebih baik 50 meter. 2. Jika pencemar terdiri dari bahan kimia anorganik, jarak (L) yang dianjurkan adalah paling sedikit 95 meter. Dan yang lebih baik antara (300-500) meter. Daerah yang diproteksi perlu diberi pagar untuk mencegah masuknya orang-orang atau binatang-binatang pemberi kontaminan/ kotoran. Di bagian atas tapak mata air, yaitu pada batas daerah yang diproteksi, harus dibuat parit drainase sekelilingnya untuk mengalihkan aliran air permukaan yang mungkin membawa cemaran-cemaran. Parit dibuat kedap, dengan pasangan (lining) yang kuat, agar aliran permukaan yang mungkin cemar tersebut tidak merembes sampai ke mulut pemasukan di Broncaptering Adapun bagian-bagian dalam bangunan sadap mata air umumnya terdiri atas 3 ruangan, yaitu : 1. Ruangan/ bak untuk pengumpulan air yang baru keluar dari mata air. Aliran keluaran ini sering menderu dan bergolak, sehingga bak pengumpulan ini juga berfungsi sebagai bak golakan, yang besar volumenya didekati dengan persamaan: V = td x Q rata-rata mata air ≥ 1.000 liter dimana : V = volume bak pengumpul (liter) yang besarnya dianjurkan paling sedikit 1.000 L ( 1 m3 ) td = waktu detensi, dianjurkan antara ( 3 – 10 ) menit jika debit kecil maka td dipilih yang besar, dan sebaliknya Q = debit mata air rata-rata sepanjang tahun (l/dt) dengan fluktuasi relatif kecil. untuk mata air dengan fluktuasi debit relatif besar, perlu pertimbangan khusus. 2. Ruangan/ bak penampungan air untuk dikeluarkan dari broncaptering, yang dapat disebut bak discharge. ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Volume bak discharge (Vbd) dapat dicari dengan ketentuan, jika : a. Sebagai penyadapan untuk transmisi, besar volume bak dapat didekati dengan persamaan seperti diatas, tetapi dengan batasan : Vbd = td x Q hari maksimum dimana : Vbd = volume bak discharge (liter) td = waktu detensi, ( 3 â&#x20AC;&#x201C; 5 ) menit Q = debit hari maksimum penyadapan transmisi (l/dt) b. Sebagai penyadapan untuk distribusi langsung ke konsumen, maka besarnya bak discharge sama dengan volume reservoir distribusi. Vbd = Volume Reservoar distribusi Pengaliran air dari bak golakan ke bak discharge diukur dengan alat ukur Thomson atau Cipoletti (sesuai dengan besarnya debit mata air). 3. Ruangan perpipaan (piping galery) atau ruangan operasi, dimana disitu ada pipa-pipa penguras, pipa discharge, semuanya lengkap dengan peralatannya, yaitu stop valve, meter air, dan sebagainya. Di ruangan ini perlu dipasang manhole agar orang bisa masuk saat perlu dilakukan perawatan/ pemeliharaan.
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
IV
SISTEM TRANSMISI
Sistem transmisi berfungsi menyalurkan air dari sumber ke daerah distribusi. Air yang ditransmisikan dapat berupa air baku atau air bersih, bergantung pada kualitas air sumber dan letak bangunan pengolahan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan alternatif jalur pipa transmisi adalah : a. Untuk menghemat penggunaan pipa, jarak yang ditempuh diusahakan tidak terlalu jauh. b. Untuk pengaliran secara gravitasi, energi pengaliran yang tersedia sepanjang jalur menjadi sangat penting. Oleh karena itu, keadaan muka tanah (kontur) harus diperhatikan, selain untuk menghindari pekerjaan penggalian dan penimbunan yang terlalu banyak, juga untuk menghindari penggunaan perlengkapan pipa yang terlalu banyak. c. Tekanan yang dialami pipa, baik internal maupun eksternal tidak boleh melampaui tekanan maksimum yang dapat diterima pipa. Tekanan internal dipengaruhi penempatan pipa terhadap garis taraf hidrolis (HGL) sedangkan tekanan eksternal dipengaruhi, misalnya, oleh dalamnya penimbunan, tekanan dari aktifitas di permukaan tanah (kendaraan, bangunan). Jalur pipa transmisi yang terpilih dari alternatif yang tersedia harus memenuhi syarat hidrolis pengaliran dan paling ekonomis, baik dari konstruksi maupun pemeliharaan. Bentuk saluran transmisi dapat berupa saluran alamiah atau buatan, baik tertutup maupun terbuka. Jika terbuka harus dipertimbangkan kemungkinan gangguan lingkungan terhadap keamanan saluran tersebut. Atau juga kemungkinan tidak terpenuhinya syarat garis taraf hidrolis (HGL).
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
V
SISTEM DISTRIBUSI
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem PAM (Penyediaan Air Minum) yang memerlukan investasi terbesar, sekitar (60 – 70) % dari investasi total. Dalam perencanaan suatu sistem distribusi, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi : • Air yang sampai kepada masyarakat yang dilayani harus berada dalam kondisi yang memenuhi standar kualitas. • Kuantitas air yang dialirkan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilayani setiap waktu. • Kebocoran sistem harus ditekan seminimal mungkin dengan menggunakan pipa yang bermutu baik serta perlengkapan pipa yang seefisien dan seefektif mungkin. • Tekanan yang cukup untuk pengaliran hingga titik kritis terjauh, minimal 1,5 atm pada titik kritis tersebut. Sistem distribusi terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Sistem Makro Sistem ini disebut juga sistem jaringan pipa hantar atau feeder, yang terdiri dari: - Primary feeder - Secondary feeder b. Sistem Mikro Sistem ini merupakan sistem jaringan pipa pelayanan, yang terdiri dari : - Small distribution main (pipa pelayanan utama) - Service line and service pipe (house connection) Pembagian sistem distribusi seperti di atas bertujuan untuk mengisolasi bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri sehingga diperoleh keuntungan sebagai berikut : • Mudah dalam mengoperasikan debit yang mengalir • Setiap daerah pelayanan memiliki sisa tekan yang relatif sama, karena sisa tekan dalam jaringan tersebut seimbang • Mudah melakukan perbaikan jika ada kerusakan pada jaringan pipa • Pengontrolan losses dengan cara mengisolasi sistem yang akan dikontrol • Memudahkan pengembangan sistem, tanpa harus mengganti seluruh sistem yang ada Pipa-pipa yang digunakan dalam sistem distribusi adalah : a. Pipa Induk Pipa induk merupakan pipa distribusi pada jaringan terluar, yang menghubungkan blokblok pelayanan dalam kota serta reservoir ke seluruh jaringan utama. Pipa ini tidak dapat dipakai untuk melayani penyadapan (tapping) langsung ke rumah-rumah. Pipa induk harus mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap tekanan (internal). b. Pipa Cabang Pipa cabang digunakan untuk menyadap air langsung dari pipa induk kemudian mengalirkannya ke suatu blok pelayanan. Kualitas pipa cabang sebaiknya sama dengan pipa induk. Pipa ini berhubungan dengan pipa service, sehingga diameternya ditentukan dari banyaknya pipa service yang masuk (berhubungan) dengan pipa cabang tersebut. ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
c. Pipa Service Pipa service merupakan pipa yang melayani konsumen langsung ke rumah-rumah. Pipa ini berhubungan dengan pipa cabang dan mengalirkan air ke rumah-rumah. Diameter pipa service ditentukan dari pemakaian air setiap rumah. Dalam perencanaan jalur perpipaan distribusi, harus dipenuhi syarat hidrolis pengaliran dan diusahakan untuk mencapai kondisi optimum pada beberapa point berikut : 1. pemakaian energi dalam pengoperasian seminimal mungkin. 2. mudah dalam pemasangan, pemeliharaan, dan pengoperasiannya, misalnya dengan menempatkannya di tepi jalan umum. 3. ekonomis, dalam hal jumlah pipa, diameter pipa, dan panjang pipa. Terdapat dua pola dari sistem distribusi, yaitu : a. Sistem Cabang/ Tree/ Branch/ Dead End b. Sistem Lingkaran/ Loop
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
VI
FAKTOR FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR
Debit Air yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan Sistem PAM 4. Qrata (l/dt) = Pemakaian air satu tahun dibagi 365 hari = Pemakaian per hari yang terbanyak dalam 1 tahun 5. Qmaks (l/dt) = Qrata x fm fm = faktor maksimum harian = Pemakaian per jam yang terbanyak dalam 1 hari 6. Qpeak (l/dt) = Qrata x fp fp = faktor maksimum per jam atau faktor puncak atau faktor peak
Perhitungan dimensi bangunan Instalasi pengolahan Menggunakan debit maksimum Perhitungan dimensi pipa transmisi
Perhitungan dimensi pipa distribusi
Menggunakan debit puncak
Nilai Fluktuasi Pemakainan Air
Menurut Prof. Ir. KRT. Mertonegoro Fm = ( 1 s/d 1,25 ) Fp = ( 1 s/d 2,5 ) Menurut hasil riset IDRC Singapura (International Development Research Centre) Untuk daerah perkotaan Fm = ( 1,1 s/d 2 ) Fp = ( 1,3 s/d 2,5 ) Menurut DPU Dirjen Cipta Karya, 1994 Fm = ( 1,1 s/d 1,7 ) Fp = ( 1,5 s/d 3,5 )
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
VII
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR
Perhitungan kebutuhan air dihitung berdasarkan pada : 4. Kebutuhan air domestik 5. Kebutuhan air non domestik 6. Tingkat kehilangan air
5. Kebutuhan Air Domestik Tabel 3.1 Pengelompokkan Kebutuhan Air Berdasarkan Kategori Kota
KATEGORI
BENTUK DAERAH
BATASAN PENDUDUK (JIWA)
KEBUTUHAN AIR (L/O/H)
I
Kota Metropolitan
> 1.000.000
190
II
Kota Besar
500.000 – 100.000
170
III
Kota Sedang
100.000 – 500.000
150
IV
Kota Kecil
20.000 – 100.000
130
V
IKK
3.000 – 20.000
100
VI
Pedesaan
< 3.000
60
SUMBER : DPU DIRJEN CIPTA KARYA, 1994
Untuk Sistem PAM di unit kerja PDAM Kab. Malang maka dapat dikategorikan sebagai Sistem IKK sehingga menggunakan satuan kebutuhan air sebesar 100 liter/orang/hari.
6. Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Sistem IKK, kebutuhan air non domestik sebesar (15 – 20) % dari kebutuhan air domestik (berdasarkan standar PU Cipta Karya, 1994).
7. Tingkat Kehilangan Air Tingkat kehilangan air ini berbeda-beda untuk setiap daerah. Namun, untuk suatu Sistem PAM yang direncanakan akan dibangun baru maka dapat menggunakan perkiraan tingkat kehilangan air sebesar (10 – 30) % dari kebutuhan air domestik dan non domestik.
8. Kebutuhan Air Total Kebutuhan air total dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik, dan tingkat kehilangan air. Kebutuhan air ini merupakan debit air rata-rata.
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Contoh perhitungan kebutuhan air minum Dalam suatu wilayah pelayanan PDAM di Ibukota Kecamatan X ada permintaan calon pelanggan sebanyak 1.000 KK (kepala keluarga) untuk dapat dilayani kebutuhan air minumnya. Direncanakan pemenuhan kebutuhan air minum ini akan dilayani PDAM melalui sambungan rumah (SR) dengan pelayanan 24 jam dalam 1 harinya. Hitunglah perkiraan debit air/ kebutuhan air rata-rata yang harus disuplai oleh PDAM! Pembahasan Diketahui :
calon pelanggan = 1.000 SR Jam pelayanan = 24 jam/ hari Debit air rata-rata ?
Ditanyakan : Jawab : Debit air rata-rata
= kebutuhan air domestik + kebutuhan air non domestik + tingkat kehilangan air
1. Perhitungan kebutuhan air domestik − Hitung jumlah orang dari 1.000 SR Asumsi 1 SR = 5 orang Maka : 1.000 SR = 1.000 x 5 orang = 5.000 orang − Gunakan satuan kebutuhan air = 100 liter/orang /hari − Hitung kebutuhan air domestik Q (domestik) = 100 liter/orang/hari x 5.000 orang = 500.000 liter/hari = 500.000 liter/detik 86.400 = 5,79 liter/detik 2. Perhitungan kebutuhan air non domestik − Tentukan besarnya kebutuhan air non domestik Kebutuhan air non domestik = 20% x kebutuhan air domestik − Hitung kebutuhan air non domestik Q (non domestik) = 20% x 5,79 liter/detik = 1,16 liter/detik 3. Perhitungan kebutuhan air domestik dan non domestik − Hitung kebutuhan air domestik dan non domestik Q (domestik + non domestik) = Q (domestik) + Q (non domestik) = ( 5,79 + 1,16 ) liter/detik = 6,95 liter/detik 4. Perhitungan tingkat kehilangan air − Perkirakan besarnya tingkat kehilangan air Q (hilang air) = 20% x Q (domestik + non domestik) − Hitung kehilangan air Q (hilang air) = 20% x 6,95 liter/detik = 1,39 liter/detik
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
5. Perhitungan kebutuhan air total â&#x2C6;&#x2019; Kebutuhan air total merupakan debit rata-rata yang besarnya adalah : Q (rata) = Q (domestik) + Q (non domestik) + Q (hilang air) = ( 5,79 + 1,16 + 1,39 ) liter/detik = 8,34 liter/detik Kesimpulan
: Untuk memenuhi kebutuhan air minum sebanyak 1.000 kepala keluarga melalui sambungan rumah (SR) diperlukan debit rata-rata sebesar 8,34 liter/detik.
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
VIII
HIDROLIKA PERPIPAAN
Hukum Kontinuitas Debit yang masuk pada suatu penampang sama dengan debit yang keluar dari penampang tersebut.
A2 v2 v1 A1 Q1 = Q2
A1 x v1 = A2 x v2
Garis Energi Aliran Perpipaan Air Minum
Pa an
L
nj g
Pi pa ∆h = ∆hmayor + ∆hminor ∆h = ∆hmayor = ∆hminor =
hilang tekan total mayor losses, akibat gesekan aliran air dengan dinding pipa minor losses, akibat adanya fitting dan accessories pipa
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
∆hmayor
Akibat gesekan aliran air dengan dinding pipa
∆hminor
Akibat adanya fitting dan accessories pipa
∆h
Mayor Losses ∆hmayor dapat dicari nilainya dengan perumusan : Formula Darcy Weisbach : L v2
hf = f
d 2g
dimana : hf f L d v g
= = = = = =
mayor losses berdasarkan formula D-W faktor gesekan (friction factor) panjang pipa diameter pipa kecepatan aliran gaya gravitasi
Atau dengan perumusan / Formula Hazen William Q = 0,2785 x C x d2,63 x S0,54
............ Formula Hazen William
dimana S adalah slope energi yang nilainya adalah =
Dhmayor
L
dengan mengganti nilai S maka formula Hazen William ini dapat dirubah menjadi sebagai berikut : 1 Q 0,54 x L Δhmayor= 0,2785 x C x d2,63
,
dimana : ∆hmayor Q C d L
= = = = =
mayor losses berdasarkan formula H-W debit aliran koefisien kekasaran pipa diameter pipa panjang pipa
Berdasarkan formula Darcy Weisbach dan Hazen William maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai kehilangan tekan akibat aliran air dalam pipa, yaitu : ∆hmayor ∼ L semakin panjang pipa semakin besar terjadinya hilang tekan ∆hmayor ∼ 1/d semakin besar diameter pipa semakin kecil hilang tekan semakin kecil diameter pipa semakin besar hilang tekan ∆hmayor ∼ v semakin tinggi kecepatan aliran dalam pipa semakin besar hilang tekan ∆hmayor ∼ Q semakin besar debit air semakin besar hilang tekan ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Koefisien kekasaran pipa ( C ) – Hazen William Beberapa nilai kekasaran pipa untuk jenis-jenis pipa tertentu, yaitu :
Material
Nilai C Pipa baru
Pipa lama
130 - 140 120 140 - 150 140 - 150 110
110 100 120 - 130 130 100
Cast Iron Galvanized Iron Plastic/ PVC Steel Pipe (pipa baja) ACP
Minor Losses ∆hminor dapat dicari nilainya dengan perumusan :
Dhminor = k
v2 2g
k adalah koefisien minor losses, dimana nilai K untuk beberapa jenis fitting/ accessories dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Jenis fitting/accessories
Nilai K
Gate Valve (terbuka penuh)
0,2
Check Valve (terbuka penuh)
2,5
Standard Tee (aliran lurus)
0,6
Standard Tee (aliran melalui cabang)
1,8
Tapping
0,6
Minor Losses yang disebabkan akibat adanya perubahan penampang saluran f).
Pelebaran tiba-tiba
Δhminor= g).
V2 − V1 2g
2
Sambungan dan tikungan • dengan model sambungan
Dhminor = K
v2 2g
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Nilai K seperti yang tertera pada tabel berikut ini : α K
•
5o
10o
15o
30o
45o
60o
90o
0,02
0,04
0,05
0,15
0,28
0,55
1,2
dengan model sambungan
Dhminor = Kb
v2 2g
Nilai K seperti yang tertera pada tabel berikut ini : r/d
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kb
0,3
0,16
0,12
0,11
0,09
0,09
0,08
0,08
0,08
h).
i).
Perubahan dari pipa ke reservoir
Dhminor = K
v12 2g
K=
d1 d2
Penyempitan tiba-tiba
Dhminor = Kc
v22 2g
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
1−
2
LAPORAN PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM - PDAM KABUPATEN MALANG
Nilai Kc dapat dilihat pada tabel berikut ini : d1/d2
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1,1
1
Kc
0,45
0,43
0,42
0,4
0,37
0,28
0,01
0
j).
Perubahan dari reservoir ke pipa
Dhminor = Kc
v22 2g
Koefisien kontraksi (Kc) tergantung dari bentuk penampang dari pemasukan :
Reservoir
Kc = 0,2
Kc = 0,5 + 0,3 cos α + 0,2 cos2α
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
IX
RESERVOAR DISTRIBUSI
Reservoar adalah tempat cadangan air. Dalam suatu sistem distribusi, reservoar mempunyai 3 fungsi pokok, yaitu : 1. Sebagai tempat penyimpanan untuk : c. Melayani fluktuasi pemakaian per jam d. Pelayanan dalam keadaan emergency, diakibatkan oleh terputusnya sumber, transmisi, terjadinya kerusakan atau gangguan pada bangunan pengolahan air, dll. 2. Sebagai pemerata aliran (equalizing flow) dan pemerata tekanan (equalizing pressure) akibat variasi pemakaian di daerah distribusi 3. Sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan pada daerah distribusi Berdasarkan konstruksinya terdapat dua jenis reservoar, yaitu : a. Ground Tank Merupakan reservoar yang terletak pada permukaan tanah. Reservoar jenis ini kapasitasnya dapat dibuat tidak terbatas dan konstruksinya lebih mudah. b. Elevated Tank Merupakan reservoar yang terletak di atas kaki. Reservoar jenis ini kapasitasnya terbatas serta konstruksinya lebih sulit. Berdasarkan tekanan atau hidrolika, terdapat dua jenis reservoar, yaitu : a. Reservoar tinggi, yaitu reservoar yang pengalirannya dilakukan secara gravitasi. Reservoar jenis ini dapat berupa reservoar di atas kaki (elevated tank) ataupun reservoar pada permukaan tanah (ground tank) yang terletak pada tempat dengan ketinggian tertentu dari daerah distribusi. b. Reservoar rendah, yaitu reservoar yang pengalirannya dilakukan dengan pompa. Reservoar jenis ini umumnya berupa ground tank yang terletak pada tempat dengan ketinggian nyaris datar dengan daerah distribusi, sehingga tidak mempunyai energi pengaliran yang cukup untuk pengaliran secara gravitasi.
VOLUME RESERVOAR DISTRIBUSI Perhitungan berdasarkan fluktuasi pemakaian air harian Volume reservoar ditentukan berdasarkan fluktuasi pemakaian air selama 24 jam dalam 1 hari, atau dengan kata lain dalam menentukan volume reservoar diperlukan data : Â&#x192; Fluktuasi serta banyaknya pemakaian air harian Untuk menghitung volume reservoar dapat digunakan cara grafis (kurva distribusi dan kurva kumulatif) dan cara matematis. Kedua cara tersebut memerlukan asumsi awal sebagai berikut : a. diasumsikan suplai air kontinyu selama 24 jam dengan kapasitas maksimum. Sehingga suplai air tiap jam adalah sebesar : 100% / 24 = 4,17% b. besarnya pemakaian air didasarkan atas fluktuasi pemakaian air harian
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
Volume reservoar dihitung berdasarkan perbedaan antara suplai dengan demand (pemakaian air), yaitu : Vres = [ ∑(+) + ∑(-) ] x Q x 86400 2 dimana
:
- di negara 4 musim, Q yang digunakan adalah Qmaks/hari - di Indonesia (negara tropis), Q yang digunakan adalah Qrata-rata
Perhitungan berdasarkan Standar PU Cipta Karya Perhitungan reservoar distribusi dapat juga mengacu kepada standar PU Cipta Karya, yaitu : VRes = ( 15% – 20% ) x kebutuhan maksimum/hari
CONTOH PERHITUNGAN TABEL R.1 CONTOH DATA DEBIT AIR SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM NO
KEBUTUHAN AIR
NOTASI
FAKTOR FLUKTUASI
BESARAN(L/DT)
1 2 3
Debit rata-rata Debit hari maksimum Debit puncak
Qrata Qmaks Qpeak
1.2 1.8
10 12 18
TABEL R.2 FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR HARIAN JAM
FLUKTUASI ( x Qrata )
00.00 - 01.00 01.00 - 02.00 02.00 - 03.00 03.00 - 04.00 04.00 - 05.00 05.00 - 06.00 06.00 - 07.00 07.00 - 08.00 08.00 - 09.00 09.00 - 10.00 10.00 - 11.00 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 13.00 - 14.00 14.00 - 15.00 15.00 - 16.00 16.00 - 17.00 17.00 - 18.00 18.00 - 19.00 19.00 - 20.00 20.00 - 21.00 21.00 - 22.00 22.00 - 23.00 23.00 - 24.00 ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
0.10 0.20 0.30 0.50 0.70 0.90 1.60 1.80 1.70 1.50 1.10 1.30 1.30 1.50 1.30 1.50 1.80 1.60 1.00 0.90 0.70 0.50 0.20 0.10
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
PERHITUNGAN VOLUME RESERVOAR BERDASARKAN FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR JAM
FLUKTUASI ( x Qrata )
00.00 - 01.00 01.00 - 02.00 02.00 - 03.00 03.00 - 04.00 04.00 - 05.00 05.00 - 06.00 06.00 - 07.00 07.00 - 08.00 08.00 - 09.00 09.00 - 10.00 10.00 - 11.00 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 13.00 - 14.00 14.00 - 15.00 15.00 - 16.00 16.00 - 17.00 17.00 - 18.00 18.00 - 19.00 19.00 - 20.00 20.00 - 21.00 21.00 - 22.00 22.00 - 23.00 23.00 - 24.00 TOTAL
0.1 0.2 0.3 0.5 0.7 0.9 1.6 1.8 1.7 1.5 1.1 1.3 1.3 1.5 1.3 1.5 1.8 1.6 1 0.9 0.7 0.5 0.2 0.1
SUPPLY AIR (%)
PEMAKAIAN AIR (%)
SELISIH ( % ) PLUS
4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17
0.42 0.83 1.25 2.08 2.92 3.75 6.67 7.50 7.08 6.25 4.58 5.42 5.42 6.25 5.42 6.25 7.50 6.67 4.17 3.75 2.92 2.08 0.83 0.42
3.75 3.33 2.92 2.08 1.25 0.42 0.42 1.25 2.08 3.33 3.75
2.50 3.33 2.92 2.08 0.42 1.25 1.25 2.08 1.25 2.08 3.33 2.50 -
100.00
100.42
24.58
25.00
Vres = [ ∑(+) + ∑(-) ] x Q x 86400 2
Q rata-rata VOLUME RESERVOAR
MINUS
= = =
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
10 0.01 214.20
l/dt m3/dt m3
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
PERHITUNGAN VOLUME RESERVOAR BERDASARKAN STANDAR PU CIPTA KARYA VOLUME
Q maks
=
(15% - 20%) X KEBUTUHAN MAKS./HARI
=
12
l/dt
=
0.012
Kebutuhan maksimum/hari
=
1,036.80
m3
VOLUME RESERVOAR
=
207.36
m3
m3/dt
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
3.5. SOAL DAN JAWABAN UNTUK EVALUASI TINGKAT UNIT SOAL EVALUASI KELOMPOK UNIT KERJA 1.
Untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat, suatu Sistem PAM (Penyediaan Air Minum) harus memenuhi beberapa persyaratan, apa saja & Jelaskan!
2.
Sistem PAM umumnya terdiri dari sistem apa saja? Jelaskan!
3.
Sebutkan fungsi dari reservoir distribusi yang anda ketahui!
4.
Pipa distribusi induk dengan diameter 200 mm (8”) mengalirkan air dengan debit 20 l/dt. Berapakah kecepatan aliran dalam pipa tersebut? Bantuan rumus
5.
:
Luas lingkaran (A) = ¼ π d2 Q=vxA dapat digunakan nilai π = 3,14
Sebuah sungai kecil diukur debit airnya oleh PDAM dengan menggunakan alat ukur Thomson (pelimpah ambang tajam berbentuk segitiga). Berdasarkan pengukuran, terukur tinggi muka air diatas ambang sebesar 20 cm. Berapakah debit sungai tersebut?
6.
Selama pengaliran air dalam perpipaan air minum, akan terjadi kehilangan tekanan/ energi. Hilang tekan ini berupa mayor losses dan minor losses. Jelaskan apa itu mayor losses dan apa itu minor losses!
7.
Sebuah kecamatan di Kab. Malang, kebutuhan air penduduknya dilayani dengan sistem perpipaan PDAM. Debit air rata-rata di jaringan pipa sebesar 10 l/dt. a) Berapa debit maksimum harian (Qmaks)? Jika faktor maksimum harian (fm) = 1,2 b) Berapa debit puncak (Qpeak)? Jika faktor puncaknya (fp) = 1,7 c) Berapa kebutuhan volume reservoir distribusi? Note :
diasumsikan bahwa sistem beroperasi selama 24 jam
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
8.
A
+ 40 m
L = 2 km
+ 20 m B Dalam upaya melakukan pengembangan sistem, PDAM akan membangun jaringan pipa transmisi baru dari lokasi mata air di titik A sampai ke lokasi ground reservoir di titik B. Direncanakan debit air yang akan dialirkan sebesar 20 l/dt. Pipa transmisi yang akan dibangun sepanjang 2 km dengan menggunakan pipa PVC. Beda elevasi antara titik A dan titik B sebesar 20 m, dan diharapkan sisa tekan di titik B minimal 2 m. Berapakah diameter pipa transmisi yang dibutuhkan? Bantuan rumus •
:
Formula Hazen William
Q = 0, 2785 ‰C ‰d2,63 ‰S0,54
d = • •
Q 0,2785 x C x S0,54 ,
1 2,63
Nilai C (koefisien kekasaran pipa) untuk pipa PVC = 140 ∆h = beda elevasi sisa tekan
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
S=
Dh
L
KUNCI JAWABAN EVALUASI KELOMPOK UNIT KERJA 1.
Suatu sistem PAM harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. Aspek kuantitas kuantitas air yang disediakan harus mampu memenuhi seluruh aktivitas masyarakat yang membutuhkan air bersih tersebut. 2. Aspek kualitas kualitas air yang disediakan harus memenuhi standar kualitas air minum yang berlaku, yaitu Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002. 3. Aspek kontinuitas air harus tersedia setiap saat di tempat-tempat air tersebut diperlukan. 4. Aspek ekonomis harga air tersebut harus dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.
2.
Sistem PAM umumnya terdiri dari sebagian atau keseluruhan dari 3 komponen sistem, yaitu : 1) Sistem sumber Adalah sistem yang menyangkut sumber air baku yang digunakan (air hujan, air permukaan, air tanah), bangunan penangkap air, bak pengumpul. Pada sistem sumber ini, jika air bakunya kurang baik bisa dilengkapi dengan unit pengolahan air, namun bila kualitas air bakunya baik (misalnya dari mata air) maka hanya perlu klorinasi tanpa unit pengolahan. 2) Sistem transmisi Biasa dikenal juga dengan sistem saluran pembawa yang berfungsi menyalurkan air dari sumber ke daerah distribusi. Air yang ditransmisikan dapat berupa air baku ataupun air bersih/ minum, bergantung pada kualitas air sumber dan letak bangunan pengolahan. Secara umum pipa transmisi dimulai dari lokasi sumber/ pengolahan sampai ke lokasi reservoir. 3) Sistem distribusi Sistem distribusi terdiri dari suatu reservoir distribusi dan pipa distribusi (piping system). Pipa distribusi umumnya terdiri dari pipa induk, pipa cabang dan pipa service. Sistem distribusi inilah yang akan menyampaikan/ menyalurkan air sampai ke pelanggan.
3.
Fungsi reservoir distribusi adalah : 1. Sebagai tempat penyimpanan untuk : Â&#x192; Melayani fluktuasi pemakaian per jam Â&#x192; Pelayanan dalam keadaan emergency, diakibatkan oleh terputusnya sumber, transmisi, terjadinya kerusakan atau gangguan pada bangunan pengolahan air, dll. 2. Sebagai pemerata aliran (equalizing flow) dan pemerata tekanan (equalizing pressure) akibat variasi pemakaian di daerah distribusi 3. Sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan pada daerah distribusi
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
4.
Diketahui :
Pipa distribusi induk diameter (d) = 200 mm Q = 20 l/dt kecepatan aliran dalam pipa (v)
Ditanyakan : Jawab : d = 200 mm = 0,2 m Q = 20 l/dt = 0,02 m3/dt A = ¼ π d2 = ¼ x 3,14 x 0,22 m2 = 0,0314 m2 Q = vxA Î v = Q/A = 0,02 / 0,0314 m/dt = 0,64 m/dt Maka : kecepatan aliran dalam pipa adalah 0,64 m/dt 5.
Diketahui :
Alat ukur Thomson H = 20 cm debit (Q) sungai tersebut
Ditanyakan : Jawab : H = 20 cm = 0,2 m Q = 1,38 x H2,5 m3/dt = 1,38 x 0,22,5 m3/dt = 0,02469 m3/dt = 24,69 l/dt Maka : debit sungai terukur sebesar 24,69 l/dt 6.
Yang dimaksud dengan mayor losses dan minor losses adalah sebagai berikut : • Mayor losses adalah hilang tekan yang terjadi akibat adanya gesekan aliran air dengan dinding pipa. • Minor losses adalah hilang tekan yang terjadi akibat adanya fitting dan accessories pipa.
7.
Diketahui : Qrata = 10 l/dt a). Qmaks = fm x Qrata = 1,2 x 10 l/dt = 12 l/dt = 1,7 x 10 l/dt = 17 l/dt b). Qpeak = fp x Qrata c). Vres = (15 – 20) % x kebutuhan air maksimum per hari dimana : Kebutuhan air maksimum per hari = 12 l/dt x 86.400 dt = 1.036.800 liter = 1.036,8 m3 Untuk persen kebutuhan = 15 % Vres = 15% x 1.036,8 m3 = 155,52 m3 ≈ 160 m3 Untuk persen kebutuhan = 20 % Vres = 20% x 1.036,8 m3 = 207,36 m3 ≈ 210 m3
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
8.
Diketahui :
+ 40 m
A Q = 20 l/dt
Pipa PVC L = 2 km Ditanyakan : diameter pipa (d) Jawab : Q = 20 l/dt = 0,02 m3/dt C = 140 S = ∆h / L Î ∆h = beda elevasi = 20 2 m = 18 m S = 18 / 2000 = 0,009
RH = 2 m
+ 20 m B sisa tekan
diameter pipa yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut :
d= d=
1 Q 2,63 0, 2785 x C x S0,54 0, 02 x 0, 2785 140 x 0, 0090,54
1 2,63 d d
= 0,1476 m = 147,6 mm
Pipa yang ada di pasaran adalah 150 mm (6”) Maka : diameter pipa transmisi yang dibutuhkan adalah PVC dia. 150 mm
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM â&#x20AC;&#x201C; PDAM KABUPATEN MALANG
3.6. SOAL DAN JAWABAN UNTUK EVALUASI TINGKAT PUSAT SOAL EVALUASI KELOMPOK PUSAT 1.
Sistem PAM yang ada di Unit Donomulyo salah satunya menggunakan air baku dari mata air Sumber Beji. Treatment/ pengolahan yang dilakukan adalah klorinasi, namun tidak dilakukan secara rutin. Bangunan penangkap air (broncaptering) yang dibangun nampak seperti pada foto sumber (diperlihatkan pada layar presentasi). Akibatnya terjadi penurunan kualitas air yang didistribusikan. Bagaimana cara penanganan seperti ini agar air yang didistribusikan memiliki kualitas yang dapat terjamin dari pengotoran zat pencemar? sehingga pelanggan di unit tersebut dapat/ layak menggunakan air minumnya.
2.
Mata air Anyes digunakan sebagai sumber air baku bagi PDAM Kab. Malang Unit Dampit. Sistem PAM dari Sumber Anyes ini tidak memiliki jalur pipa transmisi. Atau dengan kata lain, air dari sumber langsung didistribusikan ke pelanggan. Untuk menangkap mata air ini telah dibuat broncaptering dengan volume 25 m3 (diperlihatkan pada layar presentasi). Permasalahan yang muncul di daerah pelayanan adalah seringnya terjadi penurunan kuantitas (jumlah air) yang sampai ke pelanggan, terutama saat-saat jam puncak. Adapun kapasitas produksi (debit rata-rata) di sistem ini sebesar 6,83 l/dt. Bagaimana cara memecahkan permasalahan ini? terutama yang berkaitan dengan dimensi broncaptering! Note : Pemecahan permasalahan yang diusulkan harus disertai dengan alasan/ argumen teknis
3.
PDAM Kab. Malang memiliki 23 unit kerja yang masing-masingnya terdiri dari satu sistem PAM atau lebih. Selama ini banyak daerah pelayanan di jalur pipa distribusi yang mengalami penurunan jumlah air atau bahkan â&#x20AC;&#x153;off pelayananâ&#x20AC;? pada saat-saat jam puncak. Menurut anda, apa penyebab permasalahan ini? Kemudian apa alternatif yang bisa anda berikan untuk mengatasi masalah ini? Note : Mungkin saja masing-masing unit kerja/ Sistem PAM berbeda-beda penyebabnya, dan silahkan itu semua dijabarkan!
4.
Data fluktuasi pemakaian air harian dalam 24 jam sangat diperlukan oleh PDAM untuk melakukan perencanaan desain Sistem PAM, mengevaluasi kondisi eksisting jaringan pipa, dan melakukan strategi pengembangan pelayanan. Saat ini data tersebut belum dimiliki oleh PDAM Kab. Malang. Bagaimana langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan/ memperoleh data-data tersebut?
5.
PDAM Kab. Malang memiliki 3 sistem yang menggunakan pengolahan air berupa Saringan Pasir Lambat (SPL). Saat ini media pasir yang digunakan adalah pasir kali. Media pasir ini kurang optimal digunakan dalam proses SPL. Jelaskan, kenapa hal itu kurang optimal? Bagaimana cara mengatasi hal ini agar pengolahan SPL menjadi lebih optimal?
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
KUNCI JAWABAN EVALUASI KELOMPOK PUSAT 1.
Sumber air baku yang digunakan adalah mata air. Air dari mata air yang terlindung baik, umumnya dapat langsung dipergunakan untuk keperluan air minum rumah tangga tanpa diolah. Namun untuk lebih menjamin kualitas air terbebas dari kandungan mikroorganisme yang bersifat patogen pada saat air sampai ke pelanggan, biasanya dilakukan pembubuhan desinfektan berupa klorinasi. Untuk kasus di Donomulyo (mata air Sumber Beji), bangunan penangkap airnya (broncaptering) tidak didesain sebagai bangunan penangkap dan pelindung yang baik, sehingga terjadi interaksi antara mata air yang keluar dengan aktivitas lingkungan sekitar, seperti masuknya sampah, kotoran, dan dedaunan yang membusuk. Dimana hal ini akan memberikan dampak pengotoran/ pencemaran organik air. Pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas mata air. Keberadaan mata air yang berlokasi di tengah-tengah sawah juga cukup rentan akan terjadinya pencemaran dari zat-zat kimia yang biasa digunakan petani untuk aktivitasnya pada lahan persawahan. Untuk menangani masalah ini maka dapat dilakukan beberapa langkah, sebagai berikut : 1) Pembuatan saluran pengalihan limpasan permukaan di bagian hulu mata air yang jaraknya minimal 95 m untuk mencegah kemungkinan pencemaran bahan kimia anorganik dari aktivitas petani di lahan persawahan. 2) Pembuatan pagar pengaman di sekeliling mata air untuk mencegah masuknya orang-orang atau binatang-binatang pemberi kontaminan/ kotoran. 3) Pembuatan parit drainase sekeliling. 4) Merehabilitasi bangunan broncaptring menjadi bangunan penangkap dan pelindung mata air yang baik, dengan cara : − dibuat tertutup dengan pemberian ventilasi − bangunan ini terdiri dari : bak golakan (untuk pengumpulan air yang baru keluar dari mata air) bak discharge (sebagai bak penampungan air untuk dikeluarkan dari broncaptering) yang volumenya disesuaikan menurut kriteria desain yang ada ruang perpipaan/ ruang operasi 5) Melakukan proses klorinasi secara rutin sesuai dengan dosis klor yang dibutuhkan (menyisakan 0,2 – 0,5 mg/l sisa klor pada jaringan distribusi terjauh). 6) Melakukan pemeliharaan secara berkala, seperti pembersihan, pengurasan, dan pengontrolan.
2.
Terjadinya penurunan kuantitas (jumlah air) yang sampai ke pelanggan, terutama saatsaat jam puncak, bisa diakibatkan karena : 1. Jumlah air/ kuantitas air yang didistribusikan kurang dari kebutuhan pelanggan yang ada. 2. Air yang didistribusikan tidak memiliki sisa tekan (head) yang cukup pada jaringan pipa distribusi yang ada. Namun, jika permasalahannya dikaitkan dengan dimensi broncaptering yang ada, maka dapat kita analisa sebagai berikut : Sistem PAM dari Sumber Anyes ini tidak memiliki jalur pipa transmisi, sehingga volume bak penampung pada broncaptering harus sebesar perhitungan volume reservoar distribusi. Untuk Qrata = 6,83 l/dt, maka kebutuhan volume bak penampung ( Vbd ) pada broncaptering dapat dihitung : Vbd = (15 – 20)% x kebutuhan maksimum per hari
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
diasumsikan : • fm (faktor maksimum) = 1,2 maka : Qmaks = 1,2 x 6,83 l/dt = 8,196 l/dt Kebutuhan maksimum/hari = 8,196 l/dt x 86.400 dt = 708.134,4 l = 708,1344 m3 Untuk persen kebutuhan = 15 % Vbd = 15% x 708,1344 m3 = 106,22 m3 ≈ 110 m3 Untuk persen kebutuhan = 20 % Vbd = 20% x 708,1344 m3 = 141,63 m3 ≈ 150 m3 Berdasarkan perhitungan ini maka dibutuhkan volume broncaptering minimal sebesar ± 110 m3, sedangkan yang ada sekarang hanya 25 m3. Sehingga untuk menangani masalah ini perlu dilakukan perubahan volume broncaptering minimal menjadi 110 m3. 3.
Hal-hal yang mungkin menjadi penyebab atas permasalahan : “banyak daerah pelayanan di jalur pipa distribusi yang mengalami penurunan jumlah air atau bahkan ‘off pelayanan’ pada saat-saat jam puncak” adalah : Dimensi pipa distribusi yang terpasang tidak memperhitungkan debit puncak. Tidak dilakukannya pengukuran elevasi secara tepat pada jalur-jalur penempatan pipa transmisi & distribusi sehingga hasil analisa hidrolik perpipaan memberikan hasil yang kurang akurat. Dampaknya : − penentuan diameter pipa kurang tepat − kapasitas air yang mengalir pada sistem secara ril berbeda dengan hasil perhitungan yang direncanakan Banyak dilakukannya tapping-tapping sambungan rumah (SR) pada pipa distribusi induk dan distribusi cabang, sehingga banyak menyebabkan terjadinya hilang tekan. Banyaknya pelanggan tidak disesuaikan dengan kapasitas sistem yang ada. Volume reservoar distribusi ukurannya kurang besar (tidak sesuai kebutuhan). Adanya kehilangan air yang cukup tinggi. Belum tertibnya meterisasi pelanggan. Cara mengatasi masalah ini : 1) Melakukan data ulang terhadap jalur-jalur pipa distribusi yang meliputi : elevasi, panjang pipa, diameter pipa & jenis pipa sebagai input data yang akurat untuk melakukan analisa jaringan eksisting. 2) Melakukan perbesaran diameter pada jalur-jalur tertentu yang disesuaikan dengan hasil analisa jaringan. 3) Penertiban tapping-tapping SR yang langsung dari pipa distribusi induk dan distribusi cabang. Sebagai solusinya bisa dibuatkan/ dipasang pipa pelayanan tambahan untuk penempatan pipa-pipa tapping tadi.
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
4) Melakukan perbesaran volume reservoar distribusi sesuai dengan kebutuhan yang sesungguhnya (berdasarkan hitungan teknis). 5) Melakukan usaha penurunan tingkat kebocoran air melalui pendekatan teknis & non teknis. 6) Penertiban meterisasi di semua pelanggan untuk menghindari pemakaian air yang kurang terkontrol pada sebagian pelanggan. 4.
Cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh data fluktuasi pemakaian air harian : 1) Dengan menggunakan meter induk − lakukan pemasangan meter induk pada pipa outlet di reservoar distribusi. − lakukan pencatatan terhadap kubikasi air (banyaknya air) yang terukur di meter induk setiap 1 jam 1 x selama 24 jam. Perhitungan dimulai dari jam 00.00 s/d 24.00. − dari pencatatan kubikasi meter induk ini kemudian ditentukan kubikasi untuk tiap satu jam pengamatan. − dari 24 jam pengamatan ini kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan angka rata-rata. − perbandingan pengukuran tiap jam terhadap angka rata-rata inilah yang merupakan angka fluktuasi pemakaian air harian. 2) Dengan menggunakan alat ultrasonic flow meter (yang dimiliki PDAM) − lakukan pengukuran debit setiap 1 jam 1 x selama 24 jam. Perhitungan dimulai dari antara jam 00.00 – 01.00 s/d 23.00 – 24.00. − dari 24 jam pengamatan ini kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan angka debit rata-rata. − perbandingan pengukuran tiap jam terhadap angka debit rata-rata inilah yang merupakan angka fluktuasi pemakaian air harian.
5.
Proses yang terjadi pada Saringan Pasir Lambat (SPL) dalam pengolahan air baku adalah : 1) Proses Fisik berupa penyaringan partikel-partikel air yang ukurannya lebih besar dari pori-pori antar butir media pasir, sehingga partikel tersebut tertahan pada media. 2) Proses Kimia Melalui pengikatan partikel-partikel dalam air oleh media pasir pada seluruh luas permukaan butir. Ikatan ini berupa ikatan kimia, dan terjadi karena adanya perbedaan muatan listrik/ ion antara partikel-partikel dalam air dengan butir media pasir. 3) Proses Biologis Melalui proses penguraian materi organik yang dilakukan oleh mikroorganisme pada lapisan biologis yang terbentuk diatas media pasir. Berdasarkan karakteristik pengolahan yang terjadi pada media pasir, maka penggunaan pasir kali dalam SPL ini memberikan hasil yang kurang optimal, karena daya ikat dari permukaan butiran media ini terhadap partikel-partikel dalam air kurang efektif, sehingga proses kimia yang diharapkan berjalan baik ternyata tidak terjadi dengan semestinya. Untuk mengatasi hal ini, maka media pasir kali sebaiknya diganti dengan jenis pasir antrasit atau pasir kuarsa. Dari hasil penelitian dan pengalaman praktek, pasir jenis ini memberikan hasil yang lebih optimal karena ketiga proses pengolahan (fisik, kimia & biologis) terjadi dengan baik.
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
3.7. HASIL EVALUASI
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
PELATIHAN TEKNIS PENYEDIAAN AIR MINUM – PDAM KABUPATEN MALANG
ENVIRONMENTAL SERVICE PROGRAM WWW.ESP.OR.ID
ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM Ratu Plaza Building, 17th. Fl. Jl. Jend. Sudirman No. 9 Jakarta 10270 Indonesia Tel. +62-21-720-9594 Fax. +62-21-720-4546 www.esp.or.id