Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Gambar Sampul: Pengukuran debit air oleh masyarakat Foto: ESP
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Penulis Utama:
Alifah Sri Lestari
Kontributor tulisan:
Aditiajaya Hendriana Dharmawan Elis Sutika Widyaningsih Dina Kartika Sari Ristina Aprillia Ratih Astati Dewi
Chief Editor:
Reed Merrill
Editor Bahasa:
Ardita Caesari
Tata Letak:
Pryatin Mulyo Santoso
KATA PENGANTAR
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP merupakan salah satu komponen penting program ESP. Kegiatan ini menyajikan prestasi dan hasil program dalam sebuah laporan monitoring dan evaluasi yang bersifat kuantitatif melalui beberapa laporan rutin ESP. Penulisan buku ini berdasarkan pengalaman ESP bersama mitranya. Menyebarkan lebih jauh rekaman pengalaman ini kepada program pembangunan sejenis ESP, organisasi mitra, donor maupun kelompok masyarakat lain akan turut mendukung upaya keberlanjutan program di tengah masyarakat. Semoga buku ini dapat memberikan inspirasi dan menggugah pembaca untuk melaksanakan programprogram penguatan dan pemberdayaan masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan. Dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada semua pihak: Tim ESP yang memberikan kontribusi penulisan, kelompok masyarakat yang telah memberikan informasi terkait kegiatan ini serta pihak-pihak lain yang telah memberikan sumbangan, sarannya dan dukungannya sehingga buku ini dapat selesai.
Desember 2009 Tim Penulis
iii
pH air, salah satu indicator kualitas mata air yang diukur oleh kelompok masyarakat
RINGKASAN EKSEKUTIF
Environmental Services Program (ESP) – USAID mendorong tercapainya kesehatan yang lebih baik melalui perbaikan pengelolaan sumber daya air dan perluasan akses untuk memperoleh layanan sanitasi dan air bersih. Untuk mencapai tujuan ini, ESP bekerja bersama masyarakat melakukan monitoring kualitas air. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat mengetahui kondisi sumber air yang akan menunjang upaya masyarakat untuk melestarikan sumber airnya. Monitoring dan Evaluasi Partisipatif adalah kegiatan penting untuk memaparkan dampak yang dirasakan masyarakat penerima manfaat kegiatan ESP. Dampak ini terwujud melalui perubahan-perubahan yang terjadi di tingkat masyarakat yang mempengaruhi perbaikan hidup masyarakatnya. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini untuk mendorong keberlanjutan kegiatan ESP di tingkat masyarakat. Setelah program ESP selesai, berbagai kegiatan di tingkat masyarakat akan diserahkan kepada masyarakat agar mereka dapat melanjutkan kegiatannya bersama para pemangku kepentingan yang telah mendukung masyarakat, sehingga upaya memperbaiki pengelolaan sumber daya air, penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dapat terus bergulir.
v
Buku ini terdiri dari 3 bagian yang mengupas segala informasi seputar pelaksanaan kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif. Berikut rincian masing-masing bagian: • Bagian 1: Pengertian kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif , tujuan, kegiatan, serta pendekatan dan manfaat kegiatan ini. • Bagian II: Uraian masing-masing kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif yang pernah dilakukan ESP, meliputi: 1) Kaji Dampak oleh Masyarakat Desa, 2) Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat, 3) Studi Longitudinal ESP, dan 4) Monitoring Diare. • Bagian III: Panduan penyelenggaraan kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif. Pada Bagian ini hanya diuraikan tentang panduan pelaksanaan Kaji Dampak oleh Masyarakat Desa dan Monitoring Kualitas Air oleh Masyakarat. Dua kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif yang lain tidak dituliskan panduan pelaksanaannya karena karena sudah pernah dipublikasikan pada dokumentasi ESP lainnya. Buku ini sangat mudah dibaca dan dipelajari oleh mitra ESP yang ingin melakukan pelaksanan monitoring dan evaluasi partisipatif bersama masyarakat dampingannya untuk lebih mempertajam pencapaian hasil program yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
v
DAFTAR ISI
vii
PENDAHULUAN
1
PENGERTIAN MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM
4
TUJUAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF ESP
7
PENDEKATAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF ESP
8
MANFAAT KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF ESP
10
KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF ESP Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Desa Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat Studi Longitudinal ESP Monitoring Diare
11 11 17 25 37
PANDUAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF ESP Panduan Penyelenggaraan Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Pengertian Kaji Dampak oleh Masyarakat Identifikasi Kegiatan yang Pernah Dilakukan oleh Masyarakat Jenis Perubahan, Ukuran dan Buktinya Pencarian Bukti untuk Melihat Adanya Perubahan di Tingkat Masyarakat Analisa Kecenderungan untuk Perubahan yang Terjadi Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Program Pendokumentasian Hasil Kaji Dampak oleh Masyarakat
42 42 43 44 45 47 48 50 51
Environmental Services Program www.esp.or.id
vii
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Panduan Penyelenggaraan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat Pendahuluan Pengukuran Debit air Pengukuran Kekeruhan Air Pengukuran Kandungan Bahan Organik dalam Air Pengukuran Kandungan Garam dalam Air Pengukuran Kandungan Zat Besi dalam Air Pengukuran pH Pengukuran Kualitas Air dengan Indikator Biologi
viii
52 52 53 58 62 65 67 70 73
Environmental Services Program www.esp.or.id
PENDAHULUAN
Program Layanan Jasa Lingkungan adalah program selama enam puluh empat bulan yang didanai oleh United States Agency for Internasional Development (USAID) dan dilaksanakan di bawah koordinasi Development Alternatives, Inc (DAI). ESP bekerja sama dengan pemerintah, sektor swasta, LSM, kelompok masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya untuk memperbaiki pengelolaan sumber daya air dan memperluas distribusi air yang aman dengan cara perbaikan pengelolaan daerah aliran air sungai dan penyediaan jasa lingkungan penting, termasuk pasokan air bersih, penampungan serta pengolahan air limbah dan pengelolaan limbah padat. Kegiatan ESP dipusatkan pada sejumlah Provinsi Utama (High Priority Integrated Province - HPP), yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah/ DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. ESP mendukung kegiatan dalam tiga bidang yang saling berkaitan berikut ini: • Meningkatkan kesehatan dengan memperluas jangkauan layanan sanitasi dan air bersih; • Memperbaiki pengelolaan daerah aliran sungai;dan • Meningkatkan produktivitas air. Mulai akhir tahun 2008, ESP juga memberikan bantuan teknis melalui program Tambahan Aceh Papua (Aceh Papua Add-On), yaitu kerja sama dengan pemerintahan Provinsi Aceh dan Papua untuk memadukan pelestarian hutan dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, dengan pengembangan mata pencaharian yang berpihak pada
1
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
rakyat miskin. Selain itu, dengan disokong Pemerintah Belanda, ESP juga memberikan dukungan kepada program penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat di 3 kota di Indonesia Timur, yaitu Ambon, Jayapura, dan Manado. Program ESP menyediakan bantuan teknis dan pelayanan yang terkait guna memenuhi Tujuan Strategis No. 2 USAID yakni Layanan Kebutuhan Dasar Manusia dengan Kualitas yang Lebih Tinggi (Higher Quality Basic Human Services Utilized - BHS). BHS memusatkan perhatian pada interaksi saling bergantung antara lingkungan dan kesehatan serta dampaknya terhadap tingkat kesehatan masyarakat. Untuk mencapai hal ini, USAID akan meningkatkan akses dan pemanfaatan dari layananlayanan pokok dalam bidang lingkungan dan kesehatan, khususnya bagi masyarakat yang kurang terlayani atau sama sekali belum merasakan layanan tersebut.
Sasaran-sasaran Program ESP ESP membina kerja sama dengan Pemerintah Indonesia, sektor swasta, LSM, kelompok masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya untuk memperbaiki pengelolaan daerah aliran sungai dan layanan pokok lingkungan melalui empat tujuan yang saling berhubungan: 1. Memperkuat kapasitas masyarakat, pemerintah, sektor swasta, institusi lokal, dan LSM dalam mendukung perluasan layanan pokok lingkungan melalui peningkatan pengelolaan sumber daya air dan kawasan yang dilindungi; 2. Memperluas kesempatan bagi masyarakat, LSM, sektor swasta dan universitas untuk berperan serta secara lebih efektif dalam pengelolaan sumber daya air lokal dan pemenuhan layanan pokok lingkungan; 3. Memperkokoh pelestarian keanekaragaman hayati melalui peningkatan pemahaman dan penghargaan terhadap keterkaitan antara kawasan lindung dan kawasan hutan serta pemenuhan layanan pokok lingkungan; dan 4. Meningkatkan kesehatan dan mata pencaharian penduduk Indonesia melalui perbaikan serta perluasan akses terhadap layanan pokok lingkungan (yakni air, penampungan dan pengolahan air limbah, serta pengolahan limbah padat) dengan memanfaatkan teknologi yang tepat, pendanaan yang inovatif, praktek-praktek terbaik yang berkelanjutan secara lingkungan dan kegiatan berorientasi pasar yang berkelanjutan. Yang menjadi inti pengikat bagi program-program di atas adalah pendekatan terkoordinasi, kolaboratif dan terpadu dengan melibatkan semua program dari Basic Human Services Offices (Kantor Layanan Kebutuhan Dasar Manusia) USAID. Agar program-program BHS bisa lebih berhasil dan berdampak efektif, telah dilakukan banyak upaya untuk mencapai sinergi setinggi mungkin antara program-program ini. ESP memiliki komitmen untuk bekerja sama dengan erat dan bekerja paralel dengan program BHS lain yang terkait antara lain – namun
2
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
tidak terbatas pada – program tersebut di bawah ini: 1. Program Layanan Jasa Kesehatan (Health Services Program – HSP) 2. Proyek Pengendalian Influenza Unggas Berbasis Masyarakat (Community-Based Influenza Control – CBAIC) 3. Program Aman Tirta (Safe Water Systems – SWS) 4. Program Bantuan Konservasi Orangutan (Orangutan Conservation Support Program – OCSP) Untuk mendukung dan melihat perkembangan pencapaian hasil dan dampak kegiatan serta mewujudkan visi dan misi program, ESP mengembangkan program Monitoring dan Evaluasi. Kegiatan monitoring dan Eealuasi merupakan salah satu komponen penting yang terkait dengan pengelolaan program yang efektif. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi ESP umumnya dilakukan secara internal oleh Tim ESP dengan melibatkan mitra utama program dan sangat terkait dengan sistem monitoring yang telah ditetapkan oleh USAID sebagai donor dari program ESP. Sasaran (target) dan hasil (outcome) program telah disesuaikan dengan kerangka acuan program yang telah ditetapkan oleh USAID dalam dokumen program.
Environmental Services Program www.esp.or.id
3
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
PENGERTIAN MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM Definisi kegiatan monitoring kegiatan program adalah penilaian yang terus menerus terhadap fungsi kegiatankegiatan program, jadwal pelaksanaan dan penggunaan input program oleh kelompok sasaran. Monitoring adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dan menjadi bagian penting dari pengelolaan program yang baik. Kegiatan monitoring dapat dilakukan melalui pengumpulan dan analisis informasi secara teratur. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara internal untuk menilai beberapa hal misalnya: • Apakah input yang ada sudah digunakan sesuai dengan yang direncanakan • Apa dan bagaimana kegiatan dilaksanakan • Apakah output yang dihasilkan sesuai dengan yang telah direncanakan. Tujuan khusus kegiatan monitoring adalah melihat efisiensi program. Sumber data yang penting untuk monitoring adalah ’alat verifikasi’’ pada kegiatan dan output. Pada umumnya, sumber data ini adalah dokumen internal seperti: laporan bulanan/triwulan, catatan kerja dan perjalanan, catatan pelatihan, notulen rapat dan sebagainya. Kegiatan kaji ulang (review) juga salah satu bentuk monitoring yang lebih penting dan dilakukan dalam frekuensi yang lebih rendah yaitu sekali setahun, pada akhir suatu tahapan, atau pada akhir kegiatan.
4
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Kegiatan monitoring dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: • Monitoring melalui kunjungan lapangan (field visit) • Monitoring melalui laporan kemajuan yang diperoleh dari laporan dari masingmasing komponen program tentang pencapaian target dan pelaksanaan kemajuan kegiatan. Definisi kegiatan evaluasi adalah penilaian berkala terhadap relevansi, penampilan, efisiensi dan dampak program tentang waktu, daerah atau populasi. Sedangkan interprestasinya secara umum sering kali diartikan sebagai kaji ulang. Pengertian ini banyak digunakan oleh organisasi pengelola program. Namun sering juga dijumpai bahwa beberapa organisasi menggunakannya dalam pengertian yang lebih ketat sebagai penilaian yang komprehensif terhadap keluaran dan dampak program, khususnya untuk melihat apa sumbangan program ini terhadap pencapaian tujuan sasaran maupun munculnya perubahan-perubahan yang memberikan manfaat kepada mitra program. Kegiatan evaluasi biasanya dilakukan baik oleh orang dalam maupun orang luar untuk membantu pihak terkait dan penentu kebijakan belajar dan menerapkan hasil pembelajaran yang bisa dipetik dalam pelaksanaan program. Kegiatan evaluasi biasanya terfokus pada penilaian terkait dampak dan keberlanjutan. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada beberapa fase pelaksanaan program yaitu pada saat: • Perencanaan • Kegiatan program sedang berjalan • Kegiatan program selesai dilaksanakan • Kegiatan sudah berfungsi Kegiatan evaluasi berbeda dengan kegiatan monitoring, tapi relatif mirip. Keduanya merupakan alat pengelolaan program. Pada kegiatan monitoring, informasi untuk mengetahui kemajuan menyesuaikan dengan informasi awal yang telah disepakati dalam rencana program dan jadwal rutin kegiatan. Ketika terjadi tidaksesuaian antara kenyataan di lapangan dengan rencana, maka harus melakukan identifikasi dan perbaikan Kegiatan evaluasi biasanya “mengandung cerita/kisah” dari kegiatan monitoring. Kegiatan monitoring rutin dan kaji ulang akan mempermudah proses kegiatan evaluasi karena kegiatan evaluasi memanfaatkan hasil kegiatan monitoring. Kegiatan evaluasi biasanya menambahkan informasi yang digali dari sumber selain internal program serta dapat pula memanfaatkan informasi yang muncul pada kegiatan kaji ulang.Fokus evaluasi biasanya relatif spesifik yaitu mengenai efektifitas dan dampak yang disebabkan oleh pelaksanaan program. Hasil evaluasi biasanya akan menjadi landasan untuk membangun kegiatan program mendatang.
Environmental Services Program www.esp.or.id
5
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Dalam konteks ESP, definisi monitoring dan evaluasi di atas, ESP melakukan dua jenis kegiatan monitoring dan evaluasi: a) Monitoring dan Evaluasi Kuantitaif Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kuantitatif ESP merupakan kegiatan pelaporan pencapaian hasil program secara kuantitatif yang disesuaikan dengan dokumen Rencana Monitoring Program ESP (Performance Monitoring Plan/(PMP). Hasil monitoring ini dilaporkan pada pelaporan rutin ESP kepada USAID sebagai pemberi dana untuk pelaksaaan program. Isi laporan monitoring kuantitatif ini adalah pencapaian hasil program yang sesuai dengan indikator keberhasilan program yang telah ditetapkan oleh USAID b) Monitoring dan Evaluasi Kualitatif Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kualitatif lebih difokuskan untuk menyampaikan perkembangan, hasil dan dampak program ESP yang disajikan dalam bentuk uraian cerita terkait perkembangan, hasil dan dampak program. Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan yaitu Longitudinal Study dan Sepuluh Menit Monitoring untuk Kejadian Diare. Kedua kegiatan ini dilakukan secara berkala di lokasi program yang telah dipilih dan biasanya dilakukan di propinsi utama ESP. Selain itu beberapa tim ESP juga telah melakukan kegiatan rintisan yang dapat digolongkan menjadi Monitoring dan Evaluasi Kualitatif. Kegiatan ini hanya dilakukan oleh Tim ESP yang ingin melihat perkembangan, hasil dan dampak kegiatan ESP dengan lebih rinci. Contoh kegiatan rintisan ini adalah Kaji Dampak Kegiatan Masyarakat Desa Partisipatif dan Monitoring Kualitas Air secara Kualitatif oleh Masyarakat. Fokus dan tujuan utama dari keseluruhan kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kualitatif adalah untuk melihat hasil dan dampak program yang langsung didengar dan dimunculkan oleh mitra ESP, yaitu pihak-pihak yang mendapatkan manfaat langsung dari pelaksanaan program ESP, antara lainwakil masyarakat serta beberapa lembaga mitra baik pemerintah maupun non-pemerintah. Buku ini akan lebih banyak memaparkan kegiatan monitoring dan evaluasi yang bersifat partisipatif, bukan yang bersifat kuantitatif. Pengertian partisipatif adalah melibatkan masyarakat secara intensif dalam pelaksanaan kegiatannya. ESP berharap pendekatan dan metode ini akan membantu mengungkapkan secara langsung berbagai dampak kegiatan ESP terhadap kehidupan masyarakat.
6
Environmental Services Program www.esp.or.id
TUJUAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF ESP Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP dilakukan bersama-sama dengan mitra ESP dan mempunyai tujuan berikut: 1. Memperbaiki kemampuan masyarakat dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan mereka, 2. Sebagai sarana memperkuat jaringan masyarakat, khususnya mereka yang berada dalam satu kawasan sub DAS atau wilayah prioritas ESP, 3. Memastikan keberlanjutan pelaksanaan program oleh masyarakat di masa depan.
7
PENDEKATAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF ESP
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP menggunakan metode yang menekankan munculnya proses belajar oleh masyarakat terhadap beberapa kegiatan terkait Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP. ESP berharap melalui kegiatan-kegiatan ini, akan muncul cerita-cerita menarik dari mitra ESP yang menyuarakan perasaan dan pengalaman mitra ESP terhadap berbagai perubahan yang terjadi dalam hidup dan lingkungan mereka akibat kegiatan ESP. Dengan demikian proses belajar yang terjadi akan menjadi landasan yang kuat untuk mendukung keberlanjutan program di tingkat masyarakat. Metode atau pendekatan partisipatif melibatkan para mitra ESP untuk terjun langsung dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif. Dengan demikian, mereka merasa memiliki kegiatan ini dan menangguhkan komitmen untuk mengembangkan program kegiatan menjadi lebih baik lagi.
8
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Masyarakat terlibat langsung dan aktif melakukan Monitoring Kualitas Air di Sub-DAS Cikapundung, Jawa Barat
Environmental Services Program www.esp.or.id
9
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
MANFAAT KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF ESP
1. Mendokumentasikan perubahan program secara nyata agar dapat dimanfaatkan sebagai alat advokasi untuk melanjutkan kegiatan program. Suara-suara mitra ESP yang menceritakan tentang perubahan di tingkat masyarakat terdokumentasikan dengan baik dalam bentuk laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP. Laporan ini berisi cerita-cerita langsung dari mitra ESP tentang keberhasilan dan perubahan yang terjadi dalam diri mereka, keluarga maupun wilayahnya berkat kegiatan ESP. Kelak laporan ini dapat digunakan oleh masyarakat untuk menyulut ketertarikan pihak-pihak lain agar mendukung kegiatan mitra ESP untuk memastikan keberlanjutan program ESP . 2. Mendukung perubahan perilaku masyarakat untuk keluarga yang lebih sehat Salah satu kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP yang dilakukan adalah khusus untuk mendukung terwujudnya perubahan perilaku higinitas masyarakat yang akan mendorong status kesehatan keluarga yang lebih baik, yaitu kegiatan Sepuluh Menit Monitoring untuk Penurunan Kejadian Diare. 3. Mendorong perbaikan kualitas lingkungan Sumber Daya Alam (SDA) dan perikehidupan masyarakat Melalui kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ini, mitra ESP akan melihat sejauh mana kegiatan yang sTudah dilakukan ini memberikan dampak terhadap perbaikan lingkungan SDA di sekitar mereka serta perikehidupan masyarakat. Setelah melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi partisipatif, mitra ESP akan menyusun rencana baru untuk mengatasi masalah yang dianggap perlu dibenahi. Dengan demikian, jika proses evaluasi dan aksi lanjutan dapat terus-menerus dilakukan, maka kegiatan program akan terus bergulir.
10
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF ESP
Bab berikut ini menguraikan secara rinci beberapa kegiatan Monitoring dan Evaluasi ESPyang bersifat kualitatif. Uraian rinci dari setiap kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP di bawah ini meliputi pengertian kegiatan, tujuan, hasil yang diharapkan dan beberapa contohnya. Panduan penyelenggaraan kegiatan yang dipaparkan pada bab berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab 7. Kegiatan Monitoring dan Evalusai Partisipatif ESP yang bersifat Kualitatif adalah: a) Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Desa b) Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat c) Studi Longitudinal d) Monitoring Diare
Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Desa Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Desa dilakukan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang langsung dijalankankan oleh kelompok masyarakat untuk melihat dampak yang terjadi terhadap perikehidupan masyarakat di sebuah lokasi program ESP. Kegiatan ini dilakukan dalam kurun waktu tertentu setelah program ESP pertama kali dilaksanakan di lokasi tersebut. Masyarakat akan menilai dan mengidentifikasi keberhasilan yang mereka rasakan dan mendokumentasikannya sebagai bahan promosi kepada para pemangku kepentingan. Upaya ini akan menggalang lebih banyak dukungan bagi program yang direncanakan oleh masyarakat.
Environmental Services Program www.esp.or.id
11
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Salah satu anggota masyarakat di Desa Doulu, Kabupaten Karo, Sumatera Utara sedang mengindentifikasi hal-hal dan informasi penting yang akan diamati sebagai dampak dari kegiatan masyarakat di desanya.
Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Desa terkadang dikaitkan dengan pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) ESP atau kegiatan di tingkat masyarakat yang lainnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh kelompok masyarakat yang didampingi oleh Pemandu Desa atau Penggerak Desa. Terkait dengan pelaksanaan SL ESP, kegiatan Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Desa ini bertujuan untuk melihat rencana aksi pengelolaan daerah aliran air yang telah dihasilkan selama proses SL ESP. Selain itu proses Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Desa juga akan mengamati bagaimana aksi-aksi nyata yang dilakukan langsung oleh masyarakat bisa berhasil dan bermanfaat bagi masyarakat di wilayah tersebut. Tujuan Tujuan dari kegiatan Kaji Dampak Program Masyarakat Desa adalah: 1. Untuk merenungkan kegiatan aksi tingkat kelompok desa guna menyempurnakan kegiatan di masa mendatang, termasuk kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan atas kerjasama/bantuan dari pihak lain (pemerintah maupun non pemerintah)
12
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
2. Untuk menguatkan organisasi kelompok dan penataan program kelompok 3. Untuk mempelajari hasil dan dampak program yang dirasakan oleh warga masyarakat sebagai akibat pelaksanaan kegiatan ESP di wilayah ini. 4. Untuk mengenalkan metode Tata Ruang Desa sebagai tindak lanjut Sekolah Lapangan Hasil yang Diharapkan 1. Memperoleh informasi yang terkait dengan perkembangan pelaksanaan kegiatan di lokasi, serta situasi dan kondisinya sesuai kriteria keberhasilan yang disusun oleh masyarakat, 2. Memperoleh fakta tentang perubahan dan dampak program yang muncul di tingkat masyarakat, 3. Peta tematik tata ruang desa dan informasi berbagai kegiatan yang sudah dilaksanakan 4. Mendapatkan data tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada sebagai bahan untuk menentukan strategi kegiatan di masa mendatang. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan serta hasil yang telah ditetapkan terhadap kegiatan Kaji Dampak Program Masyarakat Desa, dilakukan beberapa kali pertemuan dengan kelompok masyarakat untuk menyepakati beberapa hal, yaitu: • Penentuan indikator perubahan atau kesuksesan menurut masyarakat • Hal-hal yang akan dievaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan • Penulisan cerita-cerita pengalaman berdasarkan kegiatan yang sudah dilakukan oleh kelompok masyarakat Hasil Kegiatan Kegiatan Kaji Dampak Masyarakat pada program ESP dilaksanakan di dua lokasi percontohan yang yaitu Propinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara sesuai dengan minat dari kelompok masyarakat yang ingin mengetahui lebih lanjut dampak kegiatannya setelah pelaksanaan Sekolah Lapangan ESP. Di propinsi Jawa Barat, kegiatan ini dilakukan di 10 desa di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi Jawa Barat. Sedangkan di propoinsi Sumatera Utara telah dilakukan di 7 desa di kawasan Sibolangit, kabupaten Deli Serdang dan sub DAS Lau Petani di kabupaten Karo. Kegiatan tersebut di atas telah menjadikan masyarakat mampu melakukan monitoring terhadap hasil kegiatan mereka sendiri. Jika kegiatan ini telah dilakukan berulang-ulang dan dipresentasikan di forum jaringan masyarakat, maka diharapkan akan mendorong kelompok masyarakat lain untuk melakukan kegiatan yang sama. Dengan demikian, akan menyebabkan makin banyaknya kelompok masyarakat yang mampu melakukan monitoring dan evaluasi sendiri terhadap kegiatan di desanya.
Environmental Services Program www.esp.or.id
13
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Pak Eson dari Mekarwangi, Lembang – Jawa Barat. Desa Mekarwangi adalah lokasi kegiatan dimana Sekolah Lapangan ESP (SL ESP) pernah dilakukan. Desa ini terletak di sub-DAS Cikpaundung, Propinsi Jawa Barat. Kegiatan Kaji Dampak Program oleh Masyarakat yang dilakukan di desa Mekarwangi berlangsung setelah dua tahun masyarakat melakukan kegiatan bersama ESP. Pak Eson, warga desa Mekarwangi, aktif memandu proses kegiatan Kaji Dampak Masyarakat di desanya, telah membukakan matanya akan keberhasilan kegiatan kelompok mereka selama ini. Kegiatan sekolah lapangan telah menunjukkan bahwa kelompok masyarakat paham betul situasi dan kondisi desa mereka serta memiliki sehingga komitmen dan rencana untuk memperbaiki situasi dan kondisi mereka dapat ditindak lanjuti. Sebagai suatu kelompok, mereka kemudian melakukan monitoring dan evaluasi bersama untuk melihat sejauh mana kegiatan dapat dinyatakan berhasil jika dihadapkan dengan rencana yang mereka susun pada awal kegiatan. “Saya baru sadar bahwa perubahan telah terjadi di mayarakat. Dulu mereka tidak mau menanam tanaman keras di lahan sayurnya, namun setelah mengikuti kegiatan ESP, mereka sadar bahwa menanam pohon telah memberikan manfaat yang cukup besar untuk ekosistem lahan dan kebunnya. Perubahan ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka tak sadar, pohon tersebut sudah tumbuh melebihi tinggi badan mereka. Akibatnya, kebun mereka tak lagi gersang. Kondisi ini membuat lahan sayur mereka menjadi lebih subur dan menyimpan air lebih banyak, sehingga desa mereka tidak lagi kekurangan air.�
Pak Eson sedang memandu diskusi saat melakukan kegiatan Kaji Dampak di desa Mekarwangi, Lembang, Jawa Barat
14
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Kaji Dampak Masyarakat di desa Mekarwangi menghasilkan tulisan masyarakat dan peta perbaikan tata ruang desa. Anggota kelompok SL Desa Mekarwangi telah menyebarkan tulisan tersebut pada acara-acara desa, sedangkan peta tata ruang desa telah disampaikan melalui acara presentasi kepada pemerintah desa. Anggota kelompok SL berharap, acara presentasi peta tata ruang desa akan mendorong perbaikan pengelolaan sumber daya air di desa Mekarwangi yang menjadi bagian dari kawasan Sub-DAS Cikapundung. Suara dari Doulu, Sumatera Utara. Masyarakarakat desa Doulu berkisah tentang dampak yang mereka rasakan dari berbagai kegiatan bersama ESP di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Tuahta Ginting (Penanggungjawab kunci rumah bibit-Doulu) “Saya sangat bersyukur dengan kegiatan pembibitan, karena sebelumnya tidak ada di kampung kami. Keuntungan yang kami dapat adalah bertambahnya ilmu kami tentang pembibitan dan kami jadi tahun lebih banyak cara menyambung tanaman. Tapi sayang, rumah bibit kami tidak dikelola secara maksimal. Harapan saya, rumah bibit tersebut bisa dikelola lebih maksimal.” Devi br. Purba, (Murid kelas VI SD Inpres-Doulu) “Sekarang aku selalu cuci tanganku sebelum makan. Kucuci pakai sabun dulu sebelum pegang makananku. Dulu ada kakak-kakak yang datang ke sekolahku, kami diajarkan cara mencuci tangan. Cucinya pakai air dan sabun, supaya kuman ditangan mati semua. Kami juga diajarkan lagu cuci tangan. Aku suka nyanyikan lagu itu. Lagu sama gayanya lucu. Aku juga suka baju kaosnya.” Pintan Purba (Petani) “Setelah diberitahu istri saya tentang pemilahan sampah, antara organik dan non organik, maka saya menyediakan 3 wadah sampah, yaitu; sampah kering, sampah basah dan sampah plastik. Sampah basah saya bawa ke sawah, saya buat menjadi kompos.” Der Purba (Petani) “Sudah setahun ini saya memakai kompos padat dan kompos cair. Sebelum memakai dan membuat kompos sendiri, saya harus mengeluarkan biaya tinggi untuk membeli pupuk kandang. Setelah saya pelajari cara membuat kompos, maka biaya untuk pembelian pupuk kandang jadi berkurang. Sehingga saya banyak menghemat biaya dalam bercocok tanam.” Nahta br. Tarigan (Petani) “Saya menggunakan obat hama nabati sejak 3 bulan yang lalu, waktu menanam daun bawang. Obat itu saya buat sendiri, pakai serai, jahe dan kunyit. Bahannya nggak susah dapatnya, semua ada di dapur saya. Hasil panen saya lumayan bagus.”
Environmental Services Program www.esp.or.id
15
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Bapak Taufik Purba dan anggota masyarakat desa Doulu dengan bangga menunjukkan hasil tanaman tomatnya yang ditanam dengan menggunakan pupuk kompos dan pestisida nabati buatan mereka sendiri.
M.Taufiq Purba, (Kordinator Forum ERSINALSAL1 Lembah Sibayak) “Kalau berbicara tentang ERSINALSAL memang ada keuntungan dan menjanjikan perubahan untuk Lembah Sibayak, kalau ERSINALSAL dan programnya dikelola dengan benar. Saya mengakui, terbentuknya forum ERSINALSAL menambah pengetahuan kami tentang berorganisasi dan berjaringan serta menambah kepedulian kami terhadap lembah ini. Saya pribadi sangat mengharapkan suksesnya program-program ERSINALSAL. Dengan jalannya ERSINALSAL akan memberikan dampak dan perubahan yang besar bagi masyarakat Lembah Sibayak dan lingkungannya.�
ERSINALSAL adalah forum masyarakat yang terbentuk setelah pelaksanaan Sekolah Lapangan ESP di Kawasan Lembah Sibayak. Forum ini beranggotakan wakil-wakil masyarakat dari xxx desa di kawasan Lembah Sibayak, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
1
16
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
MONITORING KUALITAS AIR OLEH MASYARAKAT Monitoring kualitas air oleh masyarakat adalah upaya memantau kondisi air yang mereka gunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kegiatan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat ini berlangsung rutin di desa. Kegiatan monitoring ini menggunakan metode sederhana, peralatan pemantauan kualitas air dapat dibuat oleh masyarakat di kampungnya sendiri dan tetap memberikan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian masyarakat dapat terus memantauan kualitas airnya. Kegiatan Monitoring Kualitas Air Partisipatif adalah mengukur kualitas air secara kualitatif karena menggunakan peralatan sederhana. Melalui kegiatan ini, masyarakat dapat melihat keadaan dan kualitas sumber air di desanya. Jika pengukuran kualitatif tersebut mendapatkan hasil yang mengarah pada penurunan kualitas air, maka masyarakat dapat bekerja sama dengan pihak lain yang memiliki fasilitas dan alat pengukuran yang lebih akurat untuk memastikan kualitas airn secara kuantitatif. Hasil kegiatan monitoring tersebut diharapkan bisa digunakan oleh kelompok masyarakat sebagai alat komunikasi dengan anggota masyarakat agar dapat lebih berupaya menjaga kawasan sumber airnya. Dalam konteks yang lebih luas, hasil monitoring ini bisa dimanfaatkan sebagai alat advokasi kepada para pemangku kepentingan untuk selalu mendukung upaya-upaya masyarakat untuk memperbaiki lingkungan sumber daya air di desa mereka. Selain itu, kegiatan ini juga dapat mendorong masyarakat untuk secara mandiri menentukan langkah terbaik demi menjaga sumber air mereka agar kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik . Tujuan Masyarakat yang memahami kondisi sumber air di lingkungannya akan mampu mengambil keputusan secara mandiri untuk melestarikan dan menjaga sumber daya airnya. Mereka akan mempunyai landasan yang kuat untuk menjaga sumber air sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pelestarian kawasan sumber daya air, melalui kegiatan akan memperkuat jaringan masyarakat antar desa dalam pengelolaan sumber daya air. Secara lebih spesifik, tujuan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat adalah: • Mengetahui debit air dari waktu ke waktu • Mengetahui kualitas sumber daya air secara kualitatif • Mengetahui kemungkinan munculnya dampak pencemaran sumber air • Sebagai “alarm” status kualitas sumber air di wilayah desanya • Sebagai alat komunikasi baik di tingkat desa maupun jaringan masyarakat antar desa Environmental Services Program www.esp.or.id
17
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Pentingnya Melakukan Kegiatan Monitoring Kualitas Air oleh masyarakat Monitoring kualitas air oleh masyarakat menjadi penting karena sumber daya air adalah sumber daya alam yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk melangsungkan kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, maka sumber air perlu dilestarikan. Penggunaan sumber daya air yang terus-menerus dapat mengurangi kualitas dan kuantitas air. Kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 907/MENKES/2002, terdiri dari tiga elemen, yaitu: 1. Akses dan kuantitas Air Bersih, terdiri dari: kecukupan kebutuhan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan kelancaran suplai air untuk kebutuhan hidup sehari-hari dari PDAM. 2. Kualitas Air Bersih, terdiri dari bau, warna, kekeruhan dan rasa 3. Sarana/fasilitas Penyediaan Air Bersih, terdiri dari kualitas pemasangan pipa tersier (dari jaringan ke rumah) dan meteran air yang berfungsi Monitoring kualitas air oleh masyarakat melihat 5 indikator kualitatif dan 2 indikator kuantitatif yang berdasarkan pada ketetapan standard kualitas air minum seperti yang ditetapkan Permenkes di atas. Indikator kualitas air yang akan dilihat adalah sebagai berikut:
No
Indikator
1 2 3 4 5 6
Debit Air Kekeruhan Air Kandungan Bakteri Pengurai dalam Air Kandungan Garam dalam Air Kandungan Zat Besi dalam Air Pengukuran pH Penggunaan Indikator Biologi untuk Melihat Kualitas Air
7
Jenis Indikator Kualitatif Kuantitatif v v v v v v v
Hasil yang Diharapkan • Masyarakat paham dan tahu kondisi kualitas sumber daya airnya di desanya • Masyarakat mampu mendokumentasikan hasil monitoring kualitas airnya sebagai bahan untuk proses penyadaran masyarakat di desanya. • Masyarakat mampu mengkomunikasikan dan menyebarakan hasil Monitoring Kualitas Air Partisipatif oleh masyarakat di desa masing-masing • Masyarakat melakukan kerjasama dengan para pihak terkait jika menemukan hasil monitoring kualitas air yang membutuhkan penanganan dan dukungan lebih lanjut dari para pemangku kepentingan.
18
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Kegiatan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat Kegiatan percontohanMonitoring Kualitas Air oleh Masyarakat difokuskan untuk mengembangkan metode dan sistem monitoring kualitas air yang kualitatif oleh masyarakat. Kegiatan Monitoring kualitas air oleh masyarakat menggunakan alatsederhana yang dapat dibuat oleh masyarakat sendiri. Ada 10 kelompok masyarakat dari 10 desa di SubDAS Cikapundung danPORTAB (Persatuan Organisasi Rakyat Tatar Alam Bandung), forum masyarakat setempat yang mendukung pelaksanaan kegiatan percontohan ini. Kegiatan Pilot Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: 1. Penulisan Panduan Pelatihan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat Kegiatan penulisan panduan untuk pelatihan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat ini dilakukan oleh Tim ESP yang membicarakannya dengan PORTAB dan K3A, sebuah LSM di Bandung, Jawa Barat untuk menyempurnakan panduan sebelum digunakan dalam pelatihan. 2. Pelatihan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat untuk Wakil Masyarakat Fokus pelatihan ini adalah bersama-sama mempelajari beberapa metode yang dipakai untuk pelaksanaan monitoring kualitas air di tingkat desa oleh kelompok masyarakat. Metode ini terdiri dari metode pengambilan data dan analisisnya. Pelatihan ini dilakukan di Kecamatan Lembang selama 3 hari dan diikuti 20 orang wakil masyarakat dari 10 desa di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Tim ESP adalah fasilitator pelatihan ini, serta ada beberapa narasumber dari LSM dan BPLHD untuk memperkuat materi teknis terkait pengukuran kualitatif beberapa indikator kualitas air.
Bapak Didi dari BPLHD memberikan petunjuk tentang indicator biologi untuk melihat kualitas air pada pelaksanaan pelatihan monitoring kualitas air partisipatif.
Environmental Services Program www.esp.or.id
19
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
3. Pelaksanaan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat di tingkat desa Monitoring kualitas air oleh masyarakat di tingkat desa dilakukan dengan pengambilan data kualitas air di beberapa titik lokasi yang telah ditentukan. Pemilihan titik-titik lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan lokasi-lokasi strategis hulu-hilir desa yang juga mewakili lokasi strategis dalam satu kesatuan wilayah kelola (misalnya Sub-DAS Cikapundung). Pada setiap desa akan dipilih beberapa titik mata air, sungai, sumur, tali air dan wilayah strategis lainnya. Kegiatan monitoring ini dilakukan sekali dalam setiap bulannya. Setelah pengambilan data kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisa data hasil pengamatan. Hasil analisa ini kemudian disajikan kepada seluruh anggota kelompok pada saat pertemuan rutin kelompok. Penyampaian hasil ini menggambarkan kondisi kualitatif dari kualitas sumber air di desa mereka pada saat kegiatan monitoring dilakukan. Di tingkat kawasan, hasil kegiatan monitoring ini kemudian akan disatukan dengan desa lain untuk melihat kondisi kualitatif dari kualitas air dari satu kesatuan wilayah kelola sub-DAS Cikapundung.
Mengukur dan menganalisa kekeruhan air secara bersama-sama untuk mengetahui kelayakan air yang mereka konsumsi
20
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Contoh penyajian data hasil monitoring air yang dilakukan oleh kelompok masyarakat.
4. Pendokumentasian Hasil Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat Pengalaman melaksanakan kegiatan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat di tingkat desa telah didokumentasikan oleh kelompok masyarakat untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hasil monitoring ini ternyata bisa menjadi dasar bagi penyusunan rencana kerja masyarakat untuk pengelolaan kawasannya menjadi lebih baik. Penyusunan hasil monitoring ini dilakukan bersama-sama dengan wakil masyarakat dari 10 desa melalui kegiatan lokakarya dan hasilnya ini disajikan pada Seminar Masyarakat untuk Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat. Ada beberapa hasil yang menarik dari seminar ini, yaitu hasil monitoring menjadi topik pembahasan untuk merenugnkan keadaan kualitas air di wilayah kelola mereka. Hal ini telah memunculkan kesadaran bersama untuk menjaga dan memelihara wilayah kelola mereka. Seminar ini juga dihadiri para pemangku kepentingan di tingkat kabupaten. Kehadiran mereka makin meningkatkan dukungan terhadap kelompok masyarakat yang melakukan upaya-upaya konservasi untuk sumber daya air di wilayah kelola mereka.
21
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Metode apung yang digunakan oleh masyarakat untuk mengukur debit air sungai
22
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat Menjadi Pemicu Warga untuk Makin Peduli Menjaga Lingkungannya Sekolah lapangan (SL) yang dilaksanakan ESP selama ini membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya ketersedian air di desanya, baik dari segi volume serta kondisi air itu sendiri. Kelompok SL di Desa Wangunharja mencoba melakukan monitoring kualitas air secara partisipatif untuk melihat kondisi air desanya dari mulai air masuk sampai keluar dari desa tersebut secara rutin. Mereka mengukur debit air(mata air dan sungai), kekeruhan, kandungan besi, kadar garam, pH (keasaman), bakteri pembusuk, dan indikator biologis. Hasil pengukuran awal sebanyak 3 kali tersebut dianalisa dan disimpulkan oleh kelompok. Mereka memperoleh gambaran kondisi air di lingkungannya sangat buruk karena dari debit mata air dan sungai Masyarakat semakin peduli dengan lingkungannya menurun, kekeruhan terjadi, juga kandungan dan bersama-sama terlibat dalam monitoring air bakterinya sangat banyak. Menurut kelompok SL selama ini masyarakat Wangunharja banyak melakukan kegiatan keseharian yang mengganggu kondisi dan ketersedian air di desanya. Kegiatan tersebut antara lain hutan lindung tanaman berkurang, petani sayuran kurang menanam tanaman tegakan di kebunnya, kebiasaan petani mengolah lahan tidak berdasar kaidah konservasi (terasering), peternak membuang limbahnya ke sungai, masyarakat melakukan BAB di sungai, dan pemakaian pestisida yang tinggi. Kelompok SL kemudian menyampaikan hasil pengukuran kualitas airdi balai desa dan mengundang tokoh-tokoh desa. Masyarakat luas kemudian mendapat kejelasan tentang monitoring kualitas air oleh dan dampak dari kondisi tersebut. Hasil monitoring kualitas air ini membuat masyarakat Wangunharja bisa melihat kondisi air di desanya, serta memahami bahwa kegiatan-kegiatan mereka menggangu lingkungannya. Bpk. Entar Sutarya, Sekdes Wangunharja, memaparkan, “Hasil monitoring kualitas`air ini hendaknya disosialisasikan kepada mayarakat luas di Wangunharja agar dijadikan sebagai peringatan untuk semakin lebih peduli menjaga lingkungan sekitar terutama kondisi airnya‌â€?
Environmental Services Program www.esp.or.id
23
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Masyarakat Cikole Ukur Kualitas Mata Air Sendiri Cikole adalah salah satu desa di Sub DAS Cikapundung yang kekurangan air bersih. Sekitar 8 titik mata air di desa ini tidak mencukupi kebutuhan air bersih ketika musim kemarau. Melalui sekolah lapangan, masyarakat mendapatkan kesempatan mempelajari segala potensi dan permasalahan lingkungan yang ada. Di samping itu, masyarakat desa ini pun mendapatkan berbagai pengetahuan melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya monitoring kualitas air. Monitoring air yang dilakukan secara sederhana di desa Cikole dilakukan oleh kelompok CIKAL (Cikole Kampung Lestari). Pemantauan air dilakukan antara lain di mata air, sungai dan limbah rumah tangga sebanyak dua kali seminggu. Kegiatan pemantauan ini telah memberikan dampak positif terhadap kelompok CIKAL karena mereka menjadi sadar untuk melakukan kegiatan pemantauan secara rutin, sehingga jika ada permasalahan di sumber air mereka dapat diketahui lebih awal. Di Kampung Ciana, kelompok CIKAL memantau air di satu titik mata air, sungai dan limbah rumah tangga. Melalui 3 kali pengukuran, kelompok CIKAL mengetahui bahwa debit mata air terus menurun. Tercatat, pada pengukuran pertama 2,32 lt/dtk, pengukuran kedua 0,44 lt/ dtk, dan pada pengukuran ketiga 0,39 lt/dtk. Melihat indikator biologis yang ada, kondisi sungai setempat masuk dalam kategori buruk. Anggota kelompok CIKAL mengukur debit air yang ada di desanya
24
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
STUDI LONGITUDINAL ESP ESP selama ini telah bekerja dengan beberapa institusi pemerintah, LSM, universitas, kelompok masyarakat dan pihak swasta serta media. Mengingat kegiatan ini telah dilaksanakan secara intensif bersama masyarakat, maka penting bagi ESP untuk mendokumentasikan hasil monitoring dampak kegiatannya. Studi Longitudinal ESP dilakukan untuk melengkapi kegiatan Monitoring dan Evaluasi. Studi ini adalah salah satu alat yang digunakan untuk menunjukkan perkembangan program secara kualitatif, khususnya dampak program terhadap kehidupan masyarakat secara langsung. Studi ini dilakukan di beberapa lokasi terpilih di masing-masing propinsi utama ESP. Pelaporan-pelaporan studi longitudinal ESP menceritakan perkembangan dan hasil program serta perubahan yang terjadi di tempat yang sama pada kurun waktu yang berbeda. Dengan demikian kita akan mendapatkan hasil pengamatan di tempat yang sama pada periode waktu yang berbeda sehingga kita dapat melihat perubahan yang terjadi di lokasi tersebut, terutama yang terkait dengan perbaikan kondisi lingkungan atau perikehidupan masyarakat di lokasi tersebut. Pemaparan hasil ini bisa dilakukan dalam bentuk tulisan cerita dengan berbagai bentuk yaitu fokus kepada sebuah kasus yang menarik yang muncul pada periode tertentu, cerita tentang local champaion (penggerak masyarakat setempat), profil kegiatan yang menarik atau bentuk-bentuk perubahan foto yang bisa dibandingkan dari kondisi sebelum terjadinya perubahan dengan setelah terjadi perubahan. Untuk penulisan laporan studi longitudinal ESP ini pada awalnya dilakukan oleh Tim ESP, namun diharapkan beberapa waktu berikutnya anggota masyarakat di lokasi studi yang telah dipilih bisa mulai terlibat dalam proses pendokumentasian dampak kegiatan. Lebih jauh lagi,wakil masyarakat setempat juga dapat menuliskan langsung cerita yang dialami di wilayahnya, sedangkan tim ESP lebih berperan dalam mendampingi proses penulisan. Rangkaian proses ini mengharapkan terjadinya sebuah proses belajar, sehingga kegiatankegiatan pelatihan untuk Studi Longitudinal ESP dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melakukan monitoring dan evaluasi masyarakat secara mandiri. Kemampuan mereka melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi secara mandiri akan mendorong masyarakat untuk terus merencanakan kelanjutan kegiatan mereka baik dengan dukungan ESP dan pihak-pihak lain. Proses penulisan Studi Longitudinal ESP ini juga dapat dikaitkan dengan kegiatan Kaji Dampak Program Masyarakat. Cerita dari hasil dari kegiatan kaji dampak ini jika dilakukan di wilayah yang telah terpilih pada Studi Longitudinal dapat dituliskan oleh wakil masyarakat menjadi laporan studi ini. Kegiatan Studi Longitudinal ini juga dapat dikaitkan dengan kegiatan di tingkat masyarakat yang sudah dimulai sebelumnya, seperti misalnya melihat Environmental Services Program www.esp.or.id
25
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
dampak Sekolah Lapangan ESP atau program-program berbasis masyarakat yang lain. Melalui cara ini diharapkan cerita Studi Longitudinal ESP ini akan ditulis berdasarkan bahan dan cerita dari kegiatan yang ada di tingkat masyarakat. Selain itu keuntungannya adalah masyarakat akan terlibat langsung dengan penulisan cerita ini sehingga di masa depan, proses ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat dalam melakukan monitoring dan evaluasi kegiatannya. Di sisi lain, masyarakat akan mampu mengidentifikasi sendiri pencapaian hasil kegiatan dan dampak dari kegaitan yang sudah dilakukan terhadap perubahan hidup yang mereka alami. Hal ini akan memunculkan peningkatan kapasitas masyarakat serta rasa percaya diri kelompok masyarakat dalam melaksanakan kegiatannya, sehingga masyarakat akan yakin mampu melanjutkan programnya sendiri di masa mendatang. Tujuan Studi Longitudinal ESP • Mendokumentasikan perkembangan dan dampak kegiatan ESP • Memantau perkembangan pencapaian data secara reguler di lokasi yang sama • Mendokumentasikan perkembangan dan dampak program sehingga dapat digunakan untuk memperkuat dan mendukung kegiatan masyarakat • Menggunakan hasil studi ini untuk mendukung kegiatan advokasi masyarakat untuk mendorong perubahan kebijakan setempat Hasil yang Diharapkan • Peta atau sketsa wilayah yang berisi beberapa informasi penting, seperti misalnya permasalahan yang dihadapi masyarakat, profil tokoh atau keluarga, hasil kegiatan • Studi kasus terkait dengan isu penting yang muncul di lokasi tersebut baik dalam bentuk cerita sukses maupun tulisan hasil pembelajaran • Film dan foto dokumentasi terhadap perubahan yang muncul • Cerita dalam bentuk berita Hasil-hasil tersebut dapat diperoleh melalui beberapa metode yang bisa dilakukan, antara lain penggalian informasi lewat pertemuan kelompok, wawancara khusus dengan tokoh, keluarga maupun mitra penting, pengamatan langsung di lapangan dan pengambilan foto dari titik dan lokasi yang sama untuk menunjukkan perubahan yang muncul. Hasil Pendokumentasian Kegiatan Studi Longitudinal ESP Hasil Pendokumentasian Kegiatan Studi Longitudinal ESP dirangkum dalam satu bentuk laporan yang merupakan kumpulan cerita-cerita tentang dampak program ESP. Sampai saat ini ESP telah menghasilkan 4 laporan hasil Studi Longitudinal ESP. Setiap pelaporan mempunyai fokus dan tema tertentu, misalnya: • Laporan 1: Profil Lokasi Studi Longitudinal
26
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
• Laporan 2: Profil champion (tokoh penggerak masyarakat) • Laporan 3: Ungkapan masyarakat tentang dampak ESP terhadap kehidupan mereka • Laporan 4: Potret kondisi sebelum dan sesudah program ESP. Di bawah ini akan disajikan satu contoh rangkaian laporan hasil Studi Longitudinal ESP yang berasal dari Kelurahan Wonokromo, Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur. Laporan lengkap kegiatan ini dapat dilihat pada laporan 1 sampai 4 Studi Longitudinal ESP.
Laporan 1: Profil Kelurahan Wonokromo, Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur Wonokromo merupakan salah satu kelurahan di Surabaya dengan tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Sebagian besar penduduknya memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah. Data per Agustus 2005 menunjukkan Wonokromo dihuni oleh 7.741 KK dengan jumlah penduduk, 39.713 jiwa. Wonokromo mempunyai 8 RW dan 96 RT, dengan 72 posyandu dan 3.740 Balita. Pusat pos PIN yang dimiliki sebanyak 71 pos PIN. Menurut Eko Sutrasno, Lurah Wonokromo, tingkat pendapatan perkapita, kebersihan dan tingkat kesehatan yang rendah terbanyak berada di RW VI dan VII. Sehingga tim Kesehatan dan Higinitas ESP memilih kedua RW tersebut sebagai area intervensi. Kedua RW VI dan VII berdekatan secara geografis hanya dipisahkan oleh jalan, selain itu RW VII berada di pinggiran sungai Kalimas. Kalimas merupakan anak sungai Brantas yang pecah di Mojokerto, sedangkan pecahan yang lain mengalir di Sidoarjo dan dikenal sebagai sungai Porong. Wilayah ini merupakan “wilayah integrasi” ESP karena beberapa mitra USAID, seperti HSP (Health Services Program) dan SWS (Safe Water System) atau Program Aman Tirta, bekerja sama dengan ESP dalam pelaksanaan program-programnya. Tidak hanya mitra USAID tetapi lembaga lain seperti Uli Peduli – Unilever, KOMPOS dan Plan International juga mendukung pelaksanaan program di wilayah ini. ESP melakukan survai awal di RW VI dan VII dan mendapatkan gambaran sebagai berikut: RW VI (berdasarkan data Agustus 2006), dihuni oleh 1.027 KK atau 4.672 jiwa dengan 325 balita yang terdiri dari: • Umur 0 – 12 bulan sebanyak 50 batita • Umur 13 – 36 bulan sebanyak 150 batita • Umur 37 – 60 bulan sebanyak 125 balita. Sedangkan RW VII dihuni oleh 1.359 atau 6.212 jiwa dengan 560 balita, yaitu: • Umur 0 – 12 bulan sebanyak 109 batita • Umur 13 – 36 bulan sebanyak 248 batita • Umur 37 – 60 bulan sebanyak 203 balita
Environmental Services Program www.esp.or.id
27
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Terdapat 4 TK dan 5 SD di wilayah RW VI dan VII. Sebagai bagian dari survai awal di Kelurahan Wonokromo, ESP telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) pada tanggal 21 Juli 2005 di RW VII untuk mengidentifikasi perilaku higinitas dari masyarakat setempat sebelum ESP melakukan kegiatannya. Kegiatan ini diikuti oleh 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan sebagai responden. Beberapa perilaku yang bisa dipantau antara lain adalah: • Responden laki-laki tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan, kalaupun mencuci tangan hanya dengan mengunakan air. • Responden perempuan sudah melakukan cuci tangan meskipun tidak rutin dengan sabun dan masih mengeringkannya dengan apapun yang bisa dijangkau, misalnya baju maupun gorden. • Responden laki-laki masih mengatakan sering BAB di sungai atau, untuk BAB balitanya, jika malam hari kadang cukup dibungkus plastik dan dibuang ke sungai. • Kedua responden baik perempuan maupun laki-laki mengatakan sering membuang sampah ke sungai.
Kondisi anak sungai yang melintas di wilayah Kelurahan Wonokromo sebelum ESP bekerja di wilayah ini (kiri) dan setelah satu tahun ESP bekerja di wilayah ini (kanan).
Sebelum melaksanakan program di Wonokromo, ESP melakukan pertemuan pendahuluan untuk menyusun rencana aksi kelompok. Enam bulan kemudian diikuti dengan pelaksanaan program kampanye cuci tangan pakai sabun di kedua RW tersebut. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain: 1. Kegiatan pada Kelompok PKK dan Posyandu: • Pertemuan rutin dengan kader posyandu • Pertemuan rapatPKK • Pertemuan pengurus PKK dan kader posyandu • Sosialisasi perilaku hidpu bersih dan sehat di taman posyandu
28
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
2. Kegiatan pada sekolah dengan guru dan murid: • Pertemuan rutin dengan guru • Berbagi cerita • Jum’at bersih • Penyuluhan dan demonstrasi cuci tangan dalam kelas • Panggung Boneka 3. Kegiatan dengan Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama: • Pertemuan dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dengan tim penyuluh ESP • Pertemuan dengan guru TPA dan Guru Mengaji • Pengajian rutin Bapak • Sosialisasi Sholat Jum’at • Pengajian rutin ibu 4. Kegiatan dengan Kelompok Karang Taruna: • Pertemuan dengan perwakilan karang taruna tiap RT • Pertemuan dengan anggota karang taruna tiap RT • Berbagi cerita Program pendahuluan melalui kegiatan-kegiatan tersebut di atas diakhiri dengan aksi bersama melalui lomba menulis cerita untuk panggung boneka. Pemenang cerita dari lomba ini kemudian ditampilkan melalui pertunjukan panggung boneka oleh siswa SD.
Laporan 2: Profil Ibu Narti, Salah Satu Tokoh Penggerak Masyarakat di Kelurahan Wonokromo, Kota Surabaya untuk Program Penghijauan dan Pengelolaan Sampah
Rumah Menjadi Indah dengan Bayam Jepang Berkat Pemilahan Sampah Halaman rumahnya relatif luas dibandingkan dengan rumah tetangganya, meskipun rumahnya terletak di salah satu gang kecil di Wonokromo Tengah. Setiap orang yang melewatinya pasti tak segan untuk memandang rumah mungilnya untuk beberapa saat. Hal ini dikarenakan rumahnya sangat rindang dan unik karena dipenuhi berpuluh-puluh tanaman, bahkan halamannya beratapkan tanaman bayam jepang. Siapa yang mengira kalau 6 bulan yang lalu, tak satupun tanaman menghiasi halaman rumahnya.
Environmental Services Program www.esp.or.id
29
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
”Awalnya saya membawa bayam jepang dari Kelurahan Rawajati di Jakarta, bersamaan dengan kegiatan studi banding tentang pengolahan sampah dan penghijauan” terang Ibu Narti, si pemilik rumah. Ibu Narti merupakan satu dari lima orang warga Wonokromo yang beruntung karena dipilih menjadi kader lingkungan teraktif dalam pemilahan dan pengolahan sampah dan mendapatkan kesempatan melakukan Studi Banding ke Rawajati dan Banjarsari Jakarta atas dukungan ESP. Selain Warga Wonokromo, dalam program ini turut serta Ibu Retno Willis Affandi, yang merupakan wakil Ketua Tim Penggerak PKK yang juga istri dari Wakil Walikota Surabaya, Bapak Arief Affandi, disertai perwakilan dari Bappeko, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Surabaya. ”Saya hanya membawa 2 batang bayam jepang sepanjang 30 cm, setibanya di rumah langsung saya tanam” lanjutnya. Beruntung Ibu Narti memiliki suami yang sangat mendukung kegiatannya dengan membuatkan rangkaian kawat untuk merambatkan bayam jepang. Hasilnya, kini rumah Ibu Narti dipenuhi dengan bayam jepang. Selain dapat merindangkan rumah, tak jarang bayam jepang ini dipetik oleh Ibu Narti untuk disajikan
Rumah Hijau: Ibu Narti bersama Ibu Rokhayah berteduh di salah satu sudut rumahnya
30
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
sebagai hidangan makan pagi atau malam bagi keluarganya. Bayam jepang ini sehat untuk dimakan karena menggunakan kompos yang dibuat sendiri dengan keranjang sakti Takakura dari sampah dapur yang dihasilkan dirumah Ibu Narti. Ibu Narti tak hanya menanam bayam jepang, namun juga jenis tanaman yang lain seperti labu putih, mangga, srikaya, bunga kana, suko dan jenis tanaman TOGA (mahkota dewa, patah tulang, lidah buaya cincau, daun merah, jinten, ginseng, benahong, dan lain-lain) yang sebagian didapat tanpa mengeluarkan uang. Saat ini rumah Ibu Narti lebih menyerupai toko bunga ketimbang rumah tinggal. Bahkan hawa panas di kota Surabaya tak berlaku di rumah Ibu Narti. �Setiap bangun pagi, badan langsung enak karena menghirup udara yang segar dan memandang hijaunya halaman rumah saya� jawab Ibu Narti ketika ditanya tentang keuntungan melakukan penghijauan di rumahnya. Setiap ada tamu yang mengunjungi RW VI Kelurahan Wonokromo, selalu diajak warga untuk mampir ke rumah Ibu Narti. Hampir semua orang tak percaya bahwa sebelumnya Ibu Narti tidak pernah menghijaukan rumahnya karena alasan banyaknya unggas dan anak kecil di kampungnya yang sering merusak tanaman. Kini alasan apapun tak akan menghalangi niat Ibu Narti untuk terus menghijaukan rumahnya. Ibu Narti hanya sebagian kecil dari warga Wonokromo yang sedang rajin menghijaukan kampungnya. Semua ini diawali dari keterlibatannya sebagai kader lingkungan di RW VI Wonokromo tempat dia mulai melakukan pemilahan sampah lalu menjual sampah kering ke pengepul dan menjadikan sampah basah menjadi kompos. Ibu Narti mengenal pemilahan sampah setelah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh ESP bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya, Universitas Negeri Surabaya, Unilever Indonesia dan beberapa LSM lokal. Berbagai aktivitas menyusul pelatihan tersebut, seperti monitoring dan pengembangan kapasitas sebagai rangkaian program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat yang dilaksanakan oleh ESP- Jawa Timur. Melalui program ini, telah terbentuk 37 kader di lingkungan RW VI Kelurahan Wonokromo dan Ibu Narti termasuk kader yang aktif karena telah berhasil mengajak 25 KK dari 55 KK di RT-nya untuk berpartisipasi dalam pemilahan sampah. Sejak bulan oktober 2005, proses pemilahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat bisa mengurangi volume sampah sebanyak 1,5-2m3/hari. Sementara dari hasil penjualan sampah kering bisa menghasilkan sekitar Rp. 1.660.000 (total yang dijual sekitar 3.945kg). Saat ini sekitar 270 KK (27% dari total masyarakat) ikut berpartisipasi dalam pemilahan sampah dari rumah. Kini warga Wonokromo mulai dapat memanfaatkan kompos yang dihasilkan dengan melakukan penghijauan karena terinspirasi dari Kelurahan Rawajati Jakarta yang setiap jengkal areanya dipenuhi dengan tanaman. Kalau mereka bisa, mengapa warga Wonokromo tidak? (Ristina Aprillia dan Ratih Astati Dewi, ESP Surabaya/Jawa Timur).
Environmental Services Program www.esp.or.id
31
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Laporan 3: Potret Perubahan Nyata di Kelurahan Wonokromo, Kota Surabaya Kelompok masyarakat di wilayah ini telah dilatih untuk melakukan kajian terhadap dampak dan perubahan nyata kondisi masyarakatnya dengan adanya program ESP. Hasil dari kajian ini adalah sebagai berikut: Aspek Perubahan
Kondisi Nyata adanya Perubahan di tingkat Masyarakat
Perubahan nyata terkait sumber daya alam
• Kondisi sungai menjadi lebih bersih
Perubahan terkait sumber daya manusia
• Ibu-ibu menjadi tahu bagaimana cara memilah sampah dan melakukan daur ulang • Menurunnya angka diare pada siswa SD • Menurunnya angka diare pada balita di RW 6 dan 7 • Meningkatnya pengetahuan ibu-ibu untuk membuat kompos • Cuci tangan pakai sabun kini menjadi salah satu kurikulum di sekolah
Perubahan terkait sumber daya sosial
• Wonokromo memenangkan berbagai lomba yang terkait dengan kebersihan lingkungan dan persampahan • Kelompok kader sampah mampu membuat barang bermanfaat dari hasil daur ulang sampah
Perubahan terkait sumber daya ekonomi
• Meningkatnya penjualan sampah kering hasil daur ulang
Perubahan terkait sumber daya fisik
• Kondisi perkampungan mulai bersih dan hijau • Adanya fasilitas cuci tangan pakai sabun dan persampahan • Menurunnya volume sampah di wonokromo
32
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Potret Perubahan Nyata di Wonokromo Wonokromo merupakan salah satu kelurahan di Surabaya dengan tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Karena jumlah penduduk yang terlalu padat sehingga menyebabkan banyaknya permasalahan yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Masalah seputar lingkungan dan air bersih yang dihadapi adalah masih adanya warga yang buang air besar di sungai, membuang sampah sembarangan dan sebagian warga masih kesulitan memperoleh air bersih. Permasalahan-permasalahan seperti ini yang akhirnya membuat ESP mendatangi kelurahan Wonokromo pada Juli 2005. Hal pertama yang ESP lakukan terhadap masyarakat di kelurahan Wonokromo adalah memberikan pengetahuan masyarakat tentang kondisi mereka terkait akses air bersih dan sanitasi. Survei awal menunjukan adanya permasalahan cukup serius terkait dengan kesehatan masyarakat khususnya kejadian diare akibat buruknya kondisi sanitasi dan akses air bersih. Salah satu kegiatan terkait dengan akses air bersih adalah memperkenalkan pemakaian Air Rahmat (larutan klorin untuk membunuh kuman-kuman dalam air yang tercemar), dengan demikian mereka tidak perlu memasak air minum lagi sehingga dalam seminggu warga bisa menghemat uangnya hingga Rp. 8.000 rupiah. Selain itu ESP juga mensosialisasikan program terkait masalah sampah dengan menumbuhkan kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempatnya hingga mengajarkan cara pengolahan sampah organik dan non organik. Berkat sosialisasi ini , warga sudah bisa mengolah sampah rumah tangga yang hasilnya mereka jual untuk menambah pemasukkan. Selain itu volume sampah yang diangkut tukang sampah di kelurahan ini juga ikut berkurang. Setelah menjalankan beberapa kegiatan terkait dengan perbaikan sanitasi dan akses air bersih kini kelurahan Wonokromo sudah menjadi lebih bersih, angka penderita diare berkurang dan telah berhasil memenangkan beberapa perlombaan yang bertemakan pemanfaatan produk daur ulang sejak tahun 2008 sampai sekarang selalu menjadi juara utama (juara I, II atau III) diantaranya dalam perlombaan jingle lingkungan, fashion show dengan menggunakan aksesoris daur ulang, lomba produk-produk daur ulang dan lomba penghijauan. Kondisi kampong di RT 2, RW 06, Kelurawan Wonokromo sebelum dan sesudah ESP Bekerja. Sebelum ESP (kiri), suasana kampong panas dan gersang karena belum banyak penghijauan sedangkan sesudah ESP (kanan), mulai digalakkan gerakan penghijauan melalui penanaman tanaman di pot, sehingga kampung menjadi lebih asri. Environmental Services Program www.esp.or.id
33
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah
SD Aisyah merupakan salah satu SD yang berada di Wonokromo. SD Aisyah ikut terlibat dalam program CTPS (cuci tangan pakai sabun) yang diadakan ESP, kini CTPS menjadi salah satu kurikulum yang para guru ajarkan di sekolah. Berikut ungkapan Ibu Eni guru kelas V SD Aisyah. ”Sekolah kami sudah terbiasa mengadakan kegiatan Senin bersih. Sebab kami berharap dengan adanya kegiatan ini anak-anak dapat menjaga kebersihan dengan baik minimal satu minggu sekali yaitu bersih diri bersih lingkungan”. Panggung boneka, media yang digunakan
untuk mempromosikan Cuci Tangan Pakai ”Setelah ESP mendatangi sekolah kami, kami Sabun di SD Aisyah, Wonokromo, Surabaya ikut bergabung dalam program ESP yaitu, cuci tangan pakai sabun, ternyata masih banyak yang belum kita ketahui termasuk mengapa kita harus mencuci tangan pakai sabun, padahal menggunakan air saja sudah bersih, kecuali masih bau, maka kita perlu pakai sabun. Setelah mendapat wawasan dari ESP kami menjadi paham dan menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan cara memasukkan program tersebut ke dalam pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan. Contohnya pelajaran IPA kelas III tentang penyakit menular dan tidak menular”.
”Selain itu sekolah kami sekarang juga sedang merintis program penghijauan. Tujuan kami agar sekolah kami menjadi asri dan murid mempunyai semangat belajar yang tinggi”.
Laporan 4: Potret Perubahan Fasilitas Pengelolaan Sampah di Kelurahan Wonokromo, Kota Surabaya (Kondisi Sebelum dan Sesudah) Laporan Studi Longitudinal ESP kali ini mengambil pokok bahasan perbandingan kondisi sebelum dan sesudah dari salah satu fasilitas pengelolaan sampah kering. Fasilitas ini dibangun secara swadaya oleh kelompok masyarakat dari hasil memilah sampah.
34
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Rumah Sampah Kering, Sebuah Kebanggaan dari Masyarakat Kelurahan Wonokromo Setelah 3 tahun ESP bekerja bersama-sama masyarakat di Kelurahan Wonokromo, sudah banyak hasil yang dicapai. Dimulai dengan pelatihan untuk 33 kader lingkungan, sekarang telah ada 516 keluarga yang melaksanakan pemilahan sampah di rumahnya masing-masing. Gang di kampung Wonokromo terlihat bersih dan hijau. Masyarakat di kampung ini juga sadar akan pentingnya kesehatan yang diwujudkan melalui kebiasaan praktek cuci tangan pakai sabun. Saat ini, masyarakat Kelurahan Wonokromo telah memiliki sebuah rumah kecil untuk melakukan kegiatan pengumpulan sampah kering dan sekaligus menyimpan sampah kering yang telah dikumpulkan. Rumah ini diberi nama Rumah Sampah Kering. Setiap Hari Sabtu, masyarakat membawa sampah kering yang telah dikumpulkan di rumah masing-masing ke Rumah Sampah Kering yang berukuran 3 x 4m. Setelah sampah kering terkumpul, para kader lingkungan kemudian bekerja untuk memilah-milah sesuai dengan jenisnya, misalnya kertas, bungkus mi instan, bungkus shampoo, bungkus sabun cair, kaleng, dan lain-lain. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pembuatan barang bermanfaat dari sampah kering misalnya tas tangan dan tas belanja. Kegiatan daur ulang sampah dilakukan para kader lingkungan di wilayah ini. Tas tangan dan berbagai jenis tas plastik lainnya yang diproduksi oleh kader Wonokromo cukup terkenal di Surabaya. Ketua PKK Kota Surabaya yang juga isteri Walikota Surabaya selalu memesan tas-tas ini dari kader Wonokromo untuk dihadiahkan bagi tamutamu resmi yang berkunjung ke Kota Surabaya. Telah banyak orang berkunjung ke Wonokromo untuk belajar memisah sampah dan sekaligus mendaur ulang sampah kering. Mereka juga belajar bagaimana kader Wonokromo bekerja untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap kebersihan lingkungannya. Dari 33 kader lingkungan yang ada di Kelurahan Wonokromo, terdapat 12 kader yang menjadi pelatih kegiatan daur ulang sampah dan pengelolaan sampah padat lainnya. Sampai saat ini mereka telah melatih 80 orang dari Kota Malang dan Kota Batu untuk melakukan daur ulang sampah kering. Mereka juga secara aktif telah melakukan kunjungan ke beberapa tempat di wilayah Kota Surabaya untuk mempromosikan daur ulang sampah dan memberikan pelatihan pembuatan barang-barang berguna dari sampah kering. Selain melakukan daur ulang sampah para kader lingkungan di wilayah Kelurahan Wonokromo juga melakukan kegiatan pembuatan kompos rumah tangga. Pembuatan kompos rumah tangga ini dilakukan dengan menggunakan keranjang ajaib �Takakura“. Keranjang ini telah dirancang sedemikian rupa dan diberikan kompos aktif untuk merangsang proses pengomposan dari sampah organik sisa makanan rumah tangga.
Environmental Services Program www.esp.or.id
35
Kondisi Rumah Sampah Kering yang baru dibangun dan sempat terhenti karena masyarakat perlu mengumpulan dana untuk melanjutkan pembangunan Rumah Sampah Kering (kiri) Rumah Sampah Kering yang sudah selesai dibangun dan siap digunakan untuk mengumpulkan sampah kering yang dikumpulkan warga RW VI Kelurahan Wonokromo di setiap minggunya (kanan)
Kompos yang dihasilkan dari keranjang Takakura ini dimanfaatkan untuk kegiatan penghijauan di kampung. Oleh karena itu, saat ini Kampung Wonokromo terlihat bersih dan hijau berkat program yang dipromosikan oleh kader lingkungan ini. Ibu Eli, salah satu kader lingkungan di wilayah ini menyatakan, �Pada awalnya tidak mudah bagi kami kader lingkungan untuk mengajak masyarakat mengelola sampah dan melakukan penghijauan karena mereka menganggap sudah ada orang lain yang mengurus sampah. Tapi kami, kader lingkungan memulainya dengan memberikan contoh penerapan pemilahan sampah, pembuatan kompos dan melakukan penghijauan di rumah kami masing-masing. Dengan didukung sosialisasi program melalui kegiatan kampanye, baik di posyandu, pertemuan PKK dan pertemuan rutin warga, kami terus menerus mempromosikan kegiatan ini agar warga mengikuti langkah para kader. Sekarang mereka telah merasakan manfaatnya, gang-gang menjadi bersih, warga menjadi sering kerja bakti untuk kebersihan lingkungan dan yang lebih penting lagi, anak-anak mereka menjadi lebih sehat karena kejadian diare jarang terjadi.“ Terkait dengan program sanitasi, saat ini ESP sedang mendukung pembangunan satu sitem sanitasi berbasis masyarakat di RW 6, Kelurahan Wonokromo. Direncanakan sistem sanitasi ini akan menjangkau dan memberikan manfaat untuk 60 rumah tangga. ESP membantu pembuatan desain teknisnya, sedangkan lokasinya ditentukan bersama antara masyarakat, Tim ESP dan para pihak. ESP juga membantu proses pendampingan masyarakatnya untuk pengelolaan dan pemeliharaan sistem tersebut. Pembangunan fasilitas sanitasi ini dibiayai melalui program kemitraan antara ESP dan Perum Jasa Tirta dengan perbandingan 50%:50%.
36
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
MONITORING DIARE Sebagaimana tujuan dari Program Jasa Lingkungan/Environmental Services Program (ESP) yaitu mendorong tercapainya kesehatan masyarakat yang lebih baik melalui perbaikan pengelolaan sumberdaya air dan perluasan akses masyarakat untuk memperoleh layanan sanitasi dan air bersih, salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang terkait dengan penyediaan air bersih adalah diare, khususnya untuk anak di bawah usia tiga tahun. Sebagaimana yang kita ketahui, diare merupakan penyakit terbesar ketiga yang menyebabkan kematian bayi di bawah tiga tahun. Salah satu program yang dikembangkan oleh ESP untuk mewujudkan peningkatan kesehatan masyarakat adalah Program Bersih, Sehat dan Hijau. Demi meningkatkan kesehatan masyarakat terutama angka kejadian diare, maka diperlukan upaya memantau perkembangan kegiatan yang berdampak langsung pada penurunan angka diare. Kegiatan monitoring diare dilakukan melalui survei terhadap beberapa rumah tangga terpilih yang memiliki bayi di bawah 3 tahun. Kegiatan survei ini dilakukan untuk melihat dampak langsung penerapan perilaku bersih dan sehat terhadap penurunan angka diare. Kegiatan survei ini disebut dengan Sepuluh Menit Monitoring. Kegiatan ini diharapkan akan menjadi pemantauan berkala (setiap 6 bulan sekali) yang dilakukan secara langsung oleh kader masyarakar untuk melihat aspek kesehatan dan higinitas yang merupakan penyumbang utama kondisi diare pada anak dibawah umur 3 tahun. Survei Sepuluh Menit Monitoring menggunakan sebuah kuesioner yang dirancang secara sederhana (terlampir) sehingga mudah dipahami dan digunakan oleh kader masyarakat. Selain pengambilan data, proses analisa datanya juga akan dilakukan oleh kader masyarakat. Tujuan Kegiatan Survei Sepuluh Menit Monitoring a. Untuk melihat penurunan angka diare pada anak di bawah umur 3 tahun secara berkala (setiap 6 bulan sekali) di tingkat masyarakat b. Untuk melihat manfaat dan efektifitas kegiatan Program Bersih, Sehat dan Hijau yang dilakukan di sebuah lokasi tertentu mampu menyumbang upaya penurunan angka diare pada anak di bawah tiga tahun c. Untuk menentukan strategi yang tepat dalam membantu masyarakat menurunkan angka diare pada anak di bawah umur 3 tahun. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Survei Sepuluh Menit Monitoring Kegiatan pengambilan data untuk survei “Sepuluh Menit Monitoring� ini dilakukan secara berkala setiap enam bulan sekali. Setelah pengambilan data oleh kader masyarakat akan dilanjutkan dengan analisa data survei yang juga dilakukan oleh kader masyarakat.
Environmental Services Program www.esp.or.id
37
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Survei Sepuluh Menit Monitoring Kegiatan survei “Sepuluh Menit Monitoring” dilaksanakan di lokasi terpilih, yaitulokasi kegiatan Program Bersih, Sehat dan Hijau atau program lain yang dilakukan oleh kelompok masyarakat, khususnya yang terkait dengan penyediaan air bersih, dan peningkatan kesehatan serta higinitas. Pelaksana Kegiatan Survei Sepuluh Menit Monitoring Ada beberapa pihak yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan survei “Sepuluh Menit Monitoring”, yaitu: • Pewawancara/interviewer: Kader posyandu yang telah dilatih dalam proses kegiatan dan pengambilan data survei “Sepuluh Menit Monitoring” • Responden: 30-50 rumah tangga yang memiliki anak di bawah tiga tahun (batita) atau kira-kira 10% dari total rumah tangga yang mempunyai anak di bawah tiga tahun (batita) di dusun/RW tersebut. Responden diutamakan berasal dari satu kelompok posyandu atau dari dusun/RW yang sama untuk mempermudah proses pengambilan data. Jika kegiatan Program Bersih, Sehat dan Hijau dilaksanakan di wilayah desa/ kelurahan, maka pemilihan responden bisa dilakukan dari dusun/RW terlibat kegaitan program yang berada di wilayah desa/kelurahan tersebut. Jumlah responden dari masing-masing dusun/RW bisa dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah batita di dusun/RW tersebut. • Penganalisa Data: Analisa data hasil survei ini dilakukan oleh kader masyarakat yang sudah dilatih untuk melakukan analisa data survei. Kader masyarakat hendaknya menyesuaikan data yang dianalisa dengan fokus kegiatan terkait Program Bersih, Sehat dan Hijau yang akan diukur dan dilihat tingkat keberhasilan dan perkembangannya. Hasil analisa data dapat digunakan oleh kader masyarakat untuk melakukan perbaikan kegiatan yang terkait dengan penyediaan air bersih, dan peningkatan kesehatan serta higinitas. Hasil analisa data ini juga dapat dipresentasikan oleh kepada para pihak di tingkat desa/kelurahan untuk mendapatkan dukungan dari para pihak terhadap kegiatan masyarakat di bidang penyediaan air bersih dan peningkatan kesehatan serta higinitas. Kegiatan Survei Sepuluh Menit Monitoring Tahapan kegiatan analisa data hasil Survei Sepuluh Menit Monitoring dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu: a. Pelatihan kader masyarakat untuk menggunakan alat analisa Sebelum kader masyarakat melakukan proses analisa, kader masyarakat akan mendapatkan pelatihan tentang bagaimana cara menggunakan alat analisa sederhana ini. Pelatihan akan dilakukan dengan menggunakan data kuesioner dari beberapa survei yang telah dilakukan. Pelatihan diikuti oleh kader masyarakat yang biasa mengambil data untuk Survsi Sepuluh Menit Monitoring dan beberapa kader masyarakat lain. ESP akan menjadi fasilitator untuk pelaksanaan pelatihan ini. 38
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
b. Proses analisa data hasil Survei Sepuluh Menit Monitoring Kegiatan menganalisa data hasil Survei Sepuluh Menit Monitoring dilakukan oleh kader masyarakat yang telah dilatih menggunakan alat ini. Proses analisa ini akan dilakukan segera setelah kegiatan pengambilan data melalui survei rumah tangga. Beberapa kader masyarakat yang tergabung dalam kelompok kader masyarakat akan berkumpul dan bersama-sama menghitung data yang telah dikumpulkan serta melakukan analisis terhadap hasil penghitungan dari perilaku kunci yang telah ditetapkan. c. Presentasi Hasil Survei Sepuluh Menit Monitoring Hasil penghitungan dan analisis datanya kemudian akan dipresentasikan kepada anggota kelompok masyarakat yang telah melakukan kegiatan Program Bersih, Sehat dan Hijau. Melalui presentasi ini diharapkan akan muncul diskusi tentang evaluasi pelaksanaan program selama ini serta disepakatinya upaya peningkatan praktek perilaku kunci bersih, sehat dan hijau di antara seluruh anggota kelompok serta masyarakat yang lebih luas.
Wawancara yang dilakukan dari rumah ke rumah untuk ibu rumah tangga yang memiliki bayi di bawah 3 tahun untuk memonitor kejadian diare dilakukan di beberapa lokasi ESP. Wawancara ini dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali.
Hasil survei ini juga bisa dipresentasikan kepada para pihak yang ada di wilayah mereka. Tujuan presentasi adalah menggalang dukungan terhadap kelanjutan Program Bersih, Sehat dan Hijau di masa mendatang di wilayah masing-masing. Para pemangku kepentingan yang dilibatkan dalam presentasi ini adalah lembaga atau kelompok yang selama ini menjadi mitra dalam melaksanakan kegiatan Program Bersih, Sehat dan Hijau, yaitu kelompok posyandu di sekitarnya, Kepada Dusun/Ketua RW, Kepala Desa/ Lurah, puskesmas, bidan desa, penyuluh kesehatan, dinas kebersihan lingkungan, dll. Pelaksanaan presentasi hasil survei ini bisa dilakukan setelah kegiatan rutin kelompok masyarakatstentang peningkatan kesehatan dan perilaku hidup bersih atau mengambil waktu khusus sesuai kesepakatan bersama.
Environmental Services Program www.esp.or.id
39
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Hasil Kegiatan Survei Sepuluh Menit Monitoring Sampai saat ini, ESP telah melakukan 5 kali Survei Sepuluh Menit Monitoring di 5 propinsi. Survei ini dilakukan dengan mewawancarai responden tetap. Pada awalnya, survei telah mewawancarai 913 responden dari 36 lokasi survei di 15 kota dan kabupaten di 5 propinsi utama ESP. Survei ini pertama kali dilakukan pada bulan Februari 2007 kemudian berturutturut dilakukan pada bulan November 2007, April 2008, November 2008 dan Maret 2009. Saat ini jumlah responden yang tersisa adalah 767 responden. Ada sekitar 146 responden yang dinyatakan gugur karena mereka pindah dari lokasi survay atau salah satu balita atau ibunya meninggal dunia. Pada bulan Agustus 2009, ESP melakukan survei yang sama di lokasi pembanding, tempat ESP belum pernah melakukan kegiatan promosi perilaku hidup bersih dan sehat. Survei di lokasi pembanding dilakukan di 13 lokasi di 12 kota dan kabupaten di 5 propinsi utama. Survei ini bertujuan melihat sejauh mana efektifitas kegiatan promosi perilaku hidup bersih dan sehat memberikan dampak terhadap penurunan angka kejadian diare. Jumlah responden yang diambil dari wilayah pembanding ini hampir sama, yaitu 884 responden. Responden diwawancarai dengan menggunakan alat yang sama dengan yang dilakukan di lokasi Survei Sepuluh Menit Montitoring.
40
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Hasil survei ini menunjukkan bahwa secara nasional terjadi penurunan angka diare dari waktu ke waktu di lokasi program ESP. Pada survei terakhir tingkat kejadian diare sudah mencapai 7.7%. Grafik di bawah ini menunjukkan penurunan angka diare yang terjadi di lokasi program. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan promosi perilaku hidup bersih dan sehat di wilayah ESP telah memberikan dampak yang positif terhadap penurunan angka kejadian diare. Hal ini diperkuat dengan hasil survei di lokasi pembanding, yang menunjukkan angka diare di lokasi tersebut menunjukkan persentase yang cukup tinggi yaitu 16.1%. Penurunan angka diare pada survei terakhir terjadi karena adanya peningkatan jumlah rumah tangga yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, khususnya pada empat perilaku, yaitu: cuci tangan pakai sabun, penanganan kotoran anak, penanganan sampah dan pemurnian air minum. Hasil urvai terakhir mencatat bahwa 90% rumah tangga mempraktekkan cuci tangan pakai sabun dengan benar, 57% rumah tangga melakukan penanganan kotoran anak dengan baik dan benar, 49.9% rumah tangga melakukan penanganan sampah dengan baik dan 100% rumah tangga mempraktekkan pemurnian air minum. Hasil survei ini juga menghasilkan informasi bahwa 28.2% rumah tangga telah mengadopsi empat perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu: cuci tangan pakai sabun, penanganan kotoran anak secara aman, penanganan sampah secara benar dan pemurnian air minum.
Environmental Services Program www.esp.or.id
41
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Bab ini akan menjelaskan cara menyelenggarakan kegiatan Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP. Panduan penyelenggaraan kegiatan Studi Longitudinal ESP dan Monitoring Diare tidak akan dituliskan pada bagian ini karena hasil kegiatan ini dilakukan lewat penulisan cerita perkembangan program oleh staf ESP dan mitra ESP. Sedangkan panduan penyelenggaraan kegiatan Monitoring Diare sudah pernah ditulis sebelumnya. Panduan Penyelenggaraan ini dapat dibaca pada Panduan Pelatihan Lader Posyandu untuk Kegiatan Sepuluh Menit Monitoring. Pada buku ini akan dituliskan panduan penyelenggaraan dari 2 kegiatan monitoring dan evaluasi partisipatif ESP, yaitu: 1. Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Desa 2. Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat
Panduan Penyelenggaraan Kaji Dampak Program oleh Masyarakat Kegiatan Kaji Dampak oleh Masyarakat ini terdiri dari beberapa tahapan atau sesi, yaitu: 1. Pengertian Kaji Dampak oleh Masyarakat 2. Identifikasi Kegiatan yang Pernah Dilakukan oleh Masyarakat 3. Jenis Perubahan, Ukuran dan Buktinya 4. Pencarian Bukti untuk Melihat Adanya Perubahan di Tingkat Masyarakat 5. Analisa Kecenderungan untuk Perubahan yang Terjadi 6. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Program 7. Pendokumentasian Hasil Kaji Dampak oleh Masyarakat
42
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Setiap kegiatan di atas akan diuraikan menjadi beberapa bagian yaitu: latar belakang, tujuan, keluaran, pokok bahasan, waktu, bahan dan alat, dan langkah-langkah. Di bawah ini akan diuraikan masing-masing tahapan atau sesi di atas sesuai dengan kerangka tersebut.
Pengertian Kaji Dampak oleh Masyarakat LATAR BELAKANG Kaji Dampak oleh Masyarakat sangat diperlukan dalam pelaksanaan sebuah program kegiatan. Kegiatan ini akan sangat membantu pelaksana kegiatan memahami perkembangan program kegiatan yang dilakukan. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, perlu dibangun pemahaman yang sama tentang pengertian monitoring dan evaluasi partisipatif antar pelaksana program. Kaji Dampak oleh Masyarakat secara langsung akan sangat membantu masyarakat mengetahui kondisi dan perkembangan di lingkungannya. Dengan demikian secara mandiri mereka akan menentukan langkah terbaik sesuai dengan yang diperlukan oleh masyarakatnya untuk meningkatkan penghidupannya dalam rangka mewujudkan kesehateraan masyarakat TUJUAN Sesi ini membantu peserta memahami pengertian dan maksud Kaji Dampak yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bagian yang penting dari pelaksanaan sebuah kegiatan. Selain itu dimaksudkan juga untuk mengetahui manfaat dan pentingnya Kaji Dampak oleh Masyarakat sebagai bagian dari upaya peningkatan peri kehidupan masyarakat. Dengan mengetahui kegiatan ini, masyarakat dapat melaksanakan kegiatan kaji dampak secara mandiri yang akan membantu masyarakat untuk melihat perkembangan yang dicapai serta menentukan strategi di masa mendatang. KELUARAN • Peserta mampu menjelaskan arti dan maksud dari “kaji dampakâ€?, dengan demikian akan memudahkan peserta untuk melaksanakan kegiatan ini di daerahnya masingmasing. • Peserta mampu menjelaskan manfaat dan pentingnya kegiatan Kaji Dampak oleh Masyarakat. Dengan kemampuan ini, akan memudahkan peserta untuk melaksanakan proses kegiatan ini bersama anggota masyarakatnya. POKOK BAHASAN Diskusi umum untuk membangun pengertian bersama tentang arti dan maksud Kaji Dampak oleh Masyarakat WAKTU: 30 menit
Environmental Services Program www.esp.or.id
43
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
BAHAN DAN ALAT 1. Kertas Koran 2. Spidol 3. Lakban kertas LANGKAH-LANGKAH 1. Secara curah pendapat, pemandu mengajak peserta untuk memberikan arti dari katakata “Kaji� dan “dampak�. Pemandu mencatat ungkapan peserta dalam kertas Koran. 2. Pemandu mengklarifikasi dan mengajak diskusi peserta untuk menyepakati arti dan makna dari pengertian Kaji Dampak oleh Masyarakat. 3. Pemandu membuat kesimpulan sementara tentang arti dari Kaji Dampak oleh Masyarakat dan menempelkan hasil diskusi di dinding kelas dan untuk ditambahkan oleh peserta jika dalam diskusi-diskusi berikutnya akan muncul tambahan-tambahan lain. 4. Pemandu membagi setiap peserta dengan 1 kartu dan meminta kepada peserta untuk menuliskan manfaat melakukan kegiatan kaji dampak ini. 5. Pemandu membagi setiap peserta dengan 1 kartu dan meminta kepada peserta untuk menuliskan alasan mengapa Kaji Dampak oleh Masyarakat penting untuk dilakukan oleh masyarakat. 6. Pemandu menempelkan jawaban-jawaban peserta di depan dan mengelompokkan jawaban-jawaban yang sama menjadi satu. 7. Pemandu membagikan satu kartu lagi untuk memberikan kesempatan kepada peserta menuliskan sekali lagi jika ada hal-hal yang ingin ditulis lagi. 8. Pemandu mengajak peserta bersama-sama untuk melihat hal-hal penting yang terkait dengan Kaji Dampak oleh Masyarakat. 9. Pemandu menempelkan hasil diskusi dan kesepakatan peserta terhadap sessi ini di dinding untuk penjadi bahan diskusi dari sessi-sessi selanjutnya.
Identifikasi Kegiatan yang Pernah Dilakukan oleh Masyarakat LATAR BELAKANG Salah satu kegiatan di tingkat masyarakat yang pernah dilakukan oleh ESP adalah Sekolah Lapangan (SL ESP). Kegiatan ini telah dilakukan di masing-masing desa yang merupakan sarana untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan SL ESP dapat diikuti oleh beberapa kegiatan lainnya untuk membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan masyarakat terkait persoalan sumber daya air, penyediaan sarana air bersih dan sanitasi. Di perkotaan, kegiatan yang menjadi pintu masuk program penguatan masyarakat mungkin berbeda dengan yang ada di pedesaan.
44
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
TUJUAN Peserta dapat menyebutkan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan masyarakat yang berkaitan dengan isu ESP sejak kegiatan ESP pertama kali dilakukan baik oleh masyarakat secara langsung maupun yang bekerjasama dengan pihak lain. KELUARAN Daftar macam dan ragam kegiatan yang ada di desanya yang sesuai dengan isu ESP. POKOK BAHASAN Diskusi umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat yang didukung ESP sejak masuknya ESP di desa ini sampai saat pertemuan kegiatan kaji dampak dilakukan. WAKTU: 1 jam BAHAN DAN ALAT 1. Kertas Koran 2. Spidol 3. Lakban kertas LANGKAH-LANGKAH 1. Pemandu menanyakan kepada peserta kapan kegiatan ESP pertama kali dilakukan bersama masyarakat di desanya serta isu-isu ESP apa saja. 2. Pemandu membantu membuat daftar kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat/ desa. 3. Pemandu membantu mengelompokkan kegiatan-kegiatan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tema-tema kegiatan ESP, misalnya terkait program konservasi, Desa Bersih Hijau, sanitasi dan kelompok kegiatan lainnya. 4. Pemandu mengajak diskusi bersama untuk membahas hasil sesi ini.
Jenis Perubahan, Ukuran dan Buktinya LATAR BELAKANG Sebelum masyarakt melakukan Kaji Dampak oleh Masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan yang sedang dilakukan, perlu menentukan point-point penting apa yang akan dilihat hasil dan perkembangannya. Tujuan dari penentuan point-point penting ini adalah untuk mendapatkan fokus pengamatan masyarakat terhadap hal-hal yang ingin dilihat kemajuannnya, dengan demikian dampak yang muncul dan yang ingin disampaikan kepada anggota masyarakatnya akan lebih jelas. Selain itu akan memudahkan kelompok masyarakat untuk mengambil data dan informasi selama proses kegiatan Kaji Dampak oleh Masyarakat.
Environmental Services Program www.esp.or.id
45
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
TUJUAN Untuk menentukan prioritas informasi dan data yang akan diambil dalam periode ini sekaligus untuk menentukan metode yang akan digunakan untuk pengambilan data.. KELUARAN Terkumpulnya pokok bahasan penting dari data yang akan digali di lapangan yang dilengkapi dengan metode pengambilan data serta proses pengambilan datanya. POKOK BAHASAN Diskusi kelompok berdasarkan kelompok isu yang ingin diamati perkembangan dan pencapaian hasilnya. Diskusi ini digunakan untuk menentukan dan menyepakati pokok bahasan penting dari data dan informasi yang akan diambil selama dalam proses Kaji Dampak oleh Masyarakat. WAKTU: 1 jam BAHAN DAN ALAT 1. Kartu yang terdiri dari warna yang berbeda (jika diperlukan, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan) 2. Kertas Koran 3. Spidol 4. Lakban kertas LANGKAH-LANGKAH 1. Sebelum masuk ke dalam sesi ini, pemandu dapat mengajak peserta untuk memainkan sebuah permainan yang dapat membantu peserta memahami proses penentuan prioritas, misalnya permainan “Berbaris�. 2. Pemandu mengajak peserta untuk membentuk kelompok kecil sesuai dengan kelompok isu yang telah disepakati bersama. 3. Di setiap diskusi kelompok kecil, peserta mengidentifikasi hal-hal apa saja yang penting untuk dilihat dalam rangka kaji dampak sesuai dengan isunya masing-masing. Setelah itu kemudian masing-masing kelompok mendaftar cara untuk mendapatkan informasi/hal-hal penting tersebut. Jawaban-jawaban peserta dituliskan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini: No
Hal-hal Yang Penting untuk Dilihat
Cara mendapatkan informasi
1 2 3 4 5
46
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
4. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dari masing-masing kelompoknya. Pemandu mengajak peserta lain untuk mengklarifikasi hal-hal dalam rangka memperjelas pokok bahasan yang muncul. Pastikan agar diskusi tidak mengarah pada mempertanyakan atau menyangkal ungkapan-ungkapan karena sesi ini sifatnya simulasi dan akan sangat tergantung dari keadaan nyata dari masing-masing program. 5. Pemandu menyimpulkan sesi dengan menyimpulkan cara-cara yang bisa dipakai untuk melihat hal-hal penting terkait Kaji Dampak oleh Masyarakat.
Pencarian Bukti untuk Melihat Adanya Perubahan di Tingkat Masyarakat LATAR BELAKANG Setiap kegiatan masyarakat yang telah dilakukan tentu ada salah satu contoh atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Contoh atau bukti tersebut melalui pemetaan secara partisipatif. Peta secara sederhana diterjemahkan sebagai gambar wilayah dimana informasi diletakkan dalam bentuk simbol-simbol. Sebagai media informasi, peta dimanfaatkan untuk membantu pengambilan keputusan. Peta yang akan dibuat oleh masyarakat lebih merupakan sarana untuk membantu proses diskusi pemahaman kondisi wilayah dan mengetahui perkembangan dan perubahan kondisi sebelum dan sesudah adanya kegiatan Sekolah Lapangan sebagai pintu masuk kegiatan di masyarakat. Dengan demikian, peta bukan sekedar merupakan hasil dari diskusi tetapi lebih dari itu yaitu bagian dari proses diskusi dalam pencarian bukti kegiatan yang telah dilakukan. Meskipun foto merupakan gambar yang diam, tetapi jika dicermati foto akan menjadi dinamis untuk bercerita tentang kondisi yang ada. Proses pengambilan foto merupakan penghargaan dari seseorang terhadap kondisi atau kejadian yang ada di depan dia. Dengan demikian proses pengambilan foto dapat digunakan untuk membangun cara pandang dan respon seseorang terhadap kondisi yang dialami. TUJUAN Untuk mendiskusikan proses pencarian bukti dalam rangka melihat perubahan yang terjadi di tingkat masyarakat. Pencarian bukti ini dilakukan melalui proses pembuatan peta dan pengambilan foto sebagai sarana pemahaman masyarakat dalam pencarian bukti yang diperlukan. Secara sederhana, peserta dapat mengambil keputusan di mana mereka telah dan akan melakukan kegiatan. KELUARAN Proses pencarian bukti telah disepakati oleh anggota masyarakat. Selain itu peserta juga menyepakati simbol-simbol maupun foto untuk yang akan digunakan untuk melihat
Environmental Services Program www.esp.or.id
47
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
perubahan yang telah terjadi di tingkat masyarakat. POKOK BAHASAN Diskusi kelompok berdasarkan kelompok isu yang ingin diamati perkembangan dan pencapaian hasilnya. Diskusi ini digunakan untuk menentukan dan menyepakati proses yang akan diambil serta menentukan point-point, simbol-simbol maupun foto untuk yang akan digunakan selama dalam proses Kaji Dampak oleh Masyarakat Desa. WAKTU: 1 jam BAHAN DAN ALAT 1. Kertas Plano 2. Spidol 3. Metaplan 4. Gunting / cutter 5. Peta transek SLA LANGKAH-LANGKAH 1. Pemandu menjelaskan tujuan sesi ini yang terdiri dari mengapa bukti mesti dicari, hasilnya akan dituangkan dalam bentuk apa? Apakah peta yang dilengkapi dengan foto dan simbol dapat digunakan?. 2. Pemandu mengajak peserta bagaimana proses mendapatkan bukti-bukti perubahan. Tabel yang sudah diisi sebelumnya dapat digunakan kembali dan dilanjutkan dengan ditambahkan diskusi tentang proses pencarian bukti-bukti perubahan. 3. Peserta diajak pemandu untuk melihat kambali peta desa yang pernah dibuat, misalnya waktu SL ESP atau jika belum pernah peserta bisa membuat peta wilayah mereka. 4. Pemandu mengajak peserta untuk menggunakan peta dalam meletakkan bukti-bukti perubahan masyarakat. Peta ini dapat dilengkapi dengan foto-foto, angka maupun simbol-simbol yang untuk menunjukkan adanya perubahan. Misalnya simbol rumah untuk menggambarkan perkembangan jumlah rumah yang melakukan pemilahan sampah, dan lain-lain. 5. Pemandu mengajak peserta untuk membagi peran dalam mencari bukti-bukti perubahan di tingkat masyarakat.
Analisa Kecenderungan untuk Perubahan yang Terjadi LATAR BELAKANG Dalam perjalanan hidup sebuah masyarakat, pasti ada perubahan. Perubahan tersebut mungkin sangat dipengaruhi oleh suatu kejadian tertentu yang memberi kesan khusus
48
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
masyarakat. Perubahan-perubahan yang telah dilakukan masyarakat dan dibuktikan dengan peta, foto, dan cerita dari seseorang atau beberapa orang dapat digunakan sebagai bukti yang nyata dan dapat dilihat dan dipahami semua orang. Setelah bukti-bukti ini didapatkan kemudian perlu dilakukan analisa terhadap kecenderungan terjadinya perubahan, apakah menjadi lebih baik atau tidak. TUJUAN Untuk melakukan analisa terhadap perubahan-perubahan yang telah teridentifikasi. Diharapkan kegiatan ini dapat membantu menilai seberapa besar kepedulian masyarakat dalam menanggapi sebuah perubahan. Hasil dari proses kaji urai kecenderungan masyarakat tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun sebuah rencana aktivitas masyarakat. KELUARAN Masyarakat dapat meletakkan bukti-bukti berupa foto, cerita, dan bukti lainya di peta yang telah dibuat dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati. POKOK BAHASAN Diskusi kelompok untuk membahas analisa kecenderungan dari perubahan-perubahan yang telah berdasarkan kelompok isu yang ingin diamati perkembangan dan pencapaian hasilnya. Diskusi ini digunakan untuk membantu memfokuskan perubahan yang paling berdampak terhadap kehidupan masyarakat. WAKTU: 1 jam BAHAN DAN ALAT 1. Kertas Plano 2. Spidol 3. Metaplan 4. Gunting / cutter 5. Peta desa 6. Foto LANGKAH-LANGKAH 1. Peserta mempersiapkan peta yang telah dibuat, beserta foto-foto yang bisa menunjukkan adanya perubahan di tingkat masyarakat. Selain itu juga dapat disiapkan hasil tulisan cerita dari beberapa anggota masyarakat. 2. Diskusi kelompok untuk meletakkan simbol- simbol yang dapat menunjukkan adanya perubahan yang terjadi di tingkat masyarakat. Jika diperlukan peserta dapat menambah simbol-simbol yang lain.
Environmental Services Program www.esp.or.id
49
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
3. Masing-masing kelompok isu menjelaskan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Presentasi ini difokuskan untuk menyampaikan jenis perubahan, ukuran perubahan, bukti perubahan dan keterangan perubahan
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Program LATAR BELAKANG Kelompok masyarakat yang telah melakukan kegiatan kaji dampak ini tentunya ingin mengetahui seperti apa hasilnya. Hasil dari kegiatan ini akan lebih baik bila diagendakan untuk mengetahui nilai dari kegiatan itu sendiri, sehingga masyarakat dapat mengetahui kekurangan apa yang ada dan secara partisipatif dapat menemukan cara – cara menuju perbaikan yang tentunya pencapaian itu harus ada target waktu untuk pelaksanaannya. TUJUAN Untuk mendiskusikan hasil kegiatan kaji dampak sekaligus menentukan bagaimana memperbaiki kegiatan yang telah dilakukan. KELUARAN Masyarakat mengetahui semua jenis kegiatan telah dilaksanakan, mengetahui kegiatan apa yang perlu diperbaiki dan mengetahui bagaimana cara memperbaikinya. POKOK BAHASAN Diskusi kelompok berdasarkan kelompok isu yang ingin diamati perkembangan dan pencapaian hasilnya. Diskusi ini digunakan untuk menentukan dan menyepakati hal –hal yang baik, yang perlu diperbaiki dan cara mencapainya. WAKTU: 1 jam BAHAN DAN ALAT 1. Kertas Plano 2. Spidol 3. Metaplan 4. Penggaris LANGKAH-LANGKAH 1. Pemandu mengajak peserta untuk mendiskusikan hasil perubahan sekaligus menentukan memberikan beberapa kegiatan yang perlu diperbaiki serta gagasan untuk cara memperbaikinya.
50
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
2. Jawaban-jawaban peserta dituliskan dalam bentuk table seperti di bawah ini: No
Apa yang sudah Baik (perubahan yang ada)
Apa yang Perlu diperbaiki
Cara Memperbaiki
Pendokumentasian Hasil Kaji Dampak oleh Masyarakat LATAR BELAKANG Kelompok masyarakat yang telah melakukan kegiatan kaji dampak perlu melakukan merekam atau mendokumentasikan hasil kegiatan untuk digunakan sebagai sarana promosi kepada pihak-pihak lain. Melalui dokumentasi ini, masyarakat bisa mendapatkan dukungan dari pihak lain serta akan melanjutkan kembali kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Pemangku kepentingan yang diharapkan mendukung keberlanjutan pelaksanaan kegiatan bisa dimulai dari para pihak yang ada di tingkat desa. Dukungan untuk keberlanjutan program ini bisa juga didapatkan dari kelompok masyarakat sendiri. TUJUAN Untuk mendiskusikan proses pembuatan pendokumentasian hasil kegiatan kaji dampak ini. KELUARAN Dokumentasi hasil kaji dampak telah dibuat oleh masyarakat dan siap digunakan untuk dipromosikan dan dipresentasikan kepada para pihak yang bisa mendukung kegiatan masyarakat. POKOK BAHASAN Diskusi pleno untuk menyepakati bentuk-bentuk dokumentasi yang akan dibuat. WAKTU: 1 jam BAHAN DAN ALAT 1. Spidol 2. Metaplan 3. Kertas Plano 4. Penggaris
Environmental Services Program www.esp.or.id
51
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LANGKAH-LANGKAH 1. Pemandu mengajak peserta untuk mendiskusikan bentuk-bentuk dokumentasi terhadap hasil kegiatan kaji dampak ini. Bentuk-bentuk dokumentasi biasanya dapat berbentuk: - Peta desa yang dilengkapi dengan foto dan simbol-simbol perubahan - Tulisan cerita singkat masyarakat - Foto sebelum dan sesudah - Profil perubahan wilayah - Profil tokoh penggerak masyarakat - Dan lain-lain 2. Pemandu mengajak peserta untuk membagi peran siapa akan membuat apa dan menyepakati pertemuan selanjutnya untuk mengumpulkan hasil dokumentasi 3. Pemandu mengajak peserta untuk mendiskusikan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh anggota masyarakat untuk mempromosikan kasil kaji dampak ini 4. Pemandu mengajak peserta untuk menyepakati rencana promosi hasil kaji dampak kegiatan ini.
Panduan Penyelenggaraan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat Pendahuluan Keseluruhan bagian ini akan menjelaskan secara rinci proses-proses pelaksanaan Monitoring kualitas air oleh masyarakat. Proses kegiatan ini didasarkan pada pengalaman Tim ESP Jawa Barat dalam melaksanakan kegiatan ini. Kegiatan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat yang dimaksud adalah kegiatan pengambilan data melalui pengukuran beberapa indikator kualitas air dengan menggunakan alat-alat sederhana. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang kegiatan Monitoring Kualitas Air oleh Masyarakat. Setiap kegiatan akan diuraikan latar belakang, tujuan, metode, alat yang digunakan, langkah-langkah pengambilan data. Selain itu juga ditambahkan beberapa catatan penting terkait dengan indikator yang akan diukur atau terkait dengan kegiatan yang dilakukan. Pada setiap kegiatan juga disertai dengan formulir-formulir yang digunakan untuk mencatata data hasil pengamatan kualitas air. Beberapa kegiatan Monitoring kualitas air oleh masyarakat yang dijelaskan adalah: • Pengukuran debit air • Pengukuran kekeruhan air
52
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
• • • • •
Pengukuran kandungan bahan organik dalam air Pengukuran kandungan garam dalam air Pengukuran kandungan zat besi dalam air Pengukuran pH air Pengukuran kualitas air dengan indikator biologi
Pengukuran Debit air LATAR BELAKANG Debit air sangat terkait dengan kuantitas air. Seringkali debit air ini dijadikan sebagai indikator untuk menentukan ketersediaan air yang ada di wilayah desanya. Fenomena umum yang biasanya terjadi adalah pada musim hujan debit air meningkat sedangkan pada musim kemarau debit air akan berkurang. Untuk menguji apakah fenomena tersebut masih berlaku, masyarakat perlu melakukan monitoring debit air untuk membuktikan, apakah ketersediaan air untuk masyarakat masih akan mencukupi kebutuhan atau tidak. TUJUAN Untuk mengetahui kondisi dan perkembangan debit air di beberapa sumber air masyarakat di desa dengan menggunakan alat sederhana yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat. METODE PENGUKURAN DEBIT AIR Ada beberapa cara pengukuran debit air. Pemilihan cara pengukuran ditentukan oleh jenis sumber air yang akan diukur. a. Pengukuran Debit Mata Air (Metode Tampung) Pengukuran dengan metode ini dilakukan terhadap sumber mata air yang tidak menyebar dan bisa dibentuk menjadi sebuah terjunan. Alat-alat yang diperlukan dalam pengukuran debit dengan metode ini: 1) Alat tampung, misalnya air kemasan untuk volume 1,5 liter atau alat tampung lain semacam ember/baskom yang ukuran 5 liter atau 10 liter dan lain-lain yang telah diketahui volumenya (perhitungan volume bisa dilakukan dengan menghitung rata-rata luas lingkaran atas dan bawah ember dikalikan ketinggiannya, atau dengan cara mengisi air ke dalam ember dengan mempergunakan air kemasan ukuran 1.5 liter). 2) Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji) yang dilengkapi dengan stop watch 3) Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran yang dilakukan (pengukuran sebaiknya dilakukan berulang-ulang paling tidak 5 kali untuk mengoreksi pengukuran sebelumnya) Environmental Services Program www.esp.or.id
53
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Langkah-langkah pengukuran debit dengan metode ini adalah: 1) Siapkan alat penampung (ember/baskonm) yang volume tampungya diketahui ( V volume penampung). 2) Bersihkan lokasi di sekitar sumber air untuk memudahkan kegiatan pengukuran 3) Bentuk aliran air sebagai pancuran atau terjunan (untuk memudahkan biasa dibentuk dengan bambu, potongan pipa dan lain-lain) 4) Diperlukan 3 orang untuk melakukan pengukuran, Satu orang memegang botol air kemasan atau ember yang dipergunakan untuk pengukuran, satu orang lain bertugas mengoperasikan stop watch dan orang ketiga melakukan pencatatan. 5) Pelaksanaan pengukuran dapat dimulai jika ketiga orang tersebut sudah siap semuanya, proses start (mulai) diawali dengan aba-aba dari orang yang memegang stop watch pada saat penampungan air dimulai, dan finish (selesai) jika ember sudah terisi penuh, kemudian waktu yang diperlukan dari mulai penampungan sampai terisi penuh waktunya (T) dicatat dalam form pengukuran sampai 5 kali pengukuran. Cara ini dilakukan beberapa kali untuk mencari rata-ratanya (T rata-rata). b. Pengukuran Debit Air Permukaan (Metode Apung) Metoda ini menggunakan alat bantu suatu benda ringan yang bisa terapung untuk mengetahui kecepatan air yang diukur dalam satu aliran terbuka dan dilakukan pada sumber air yang membentuk aliran yang seragam (uniform). Pengukuran dilakukan dengan cara menghanyutkan benda terapung dari suatu titik tertentu kemudian dibiarkan mengalir mengikuti kecepatan aliran sampai batas titik tertentu sehingga diketahui waktu tempuh yang diperlukan oleh benda terapung tersebut pada bentang jarak yang ditentukan. Waktu inilah yang Peralatan Pengukuran Debit Air Permukaan digunakan sebagai data survai. Demi akurasi (Metode Apung) pengukuran harus dilakukan beberapa kali. Alat-alat yang diperlukan dalam pengukuran debit air dengan metode Apung: 1) Bola ping-pong atau bisa diganti dengan benda lain yang ringan (kayu kering, gabus, dan lain-lain). 2) Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji) yang dilengkapi dengan stop watch 3) Alat ukur panjang (meteran atau tali plastik yang kemudian diukur panjangnya dengan meteran)
54
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Langkah-langkah pengukuran: Pilih bagian aliran yang tenang dan seragam, hindari aliran yang memiliki pusaran air 1) Tentukan dulu panjang saluran/lintasan (P) sungainya dan batasi titik awal dan akhirnya (karena panjang lintasan harus tetap). Catat dalam form pengukuran yang tersedia 2) Bersihkan bagian aliran tersebut dan bentuklah menjadi aliran yang lurus dengan penampang aliran yang memiliki kedalaman yang relatif sama . 3) Bagilah panjang lintasan/saluran menjadi beberapa bagian, ukur lebar sungai (L) dan kedalamannya (H) beberapa sebanyak 5 kali dan hitung rata-ratanya. Catat dalam formulir pengukuran yang tersedia 4) Hitung luas penampang (A) rata-rata (A rata-rata) seperti dalam formulir pengukuran yang tersedia. 5) Carilah beberapa benda apung yang dapat mengalir mengikuti aliran air dan tidak terpengaruh angin 6) Lepaskan benda terapung pada titik awal lintasan (0 meter) bersamaan dengan menekan stop watch (tanda start) dan tekan kembali stop watch (tanda stop) pada titik akhir lintasan dan hitung waktunya (T) sebanyak 5 kali dan catat waktu tempuh lintaran rata-ratanya. Catat dalam form pengukuran yang tersedia 7) Kemudian hitung kecepatannya (v) sesuai dengan form yang disediakan. 8) Hitung Debit air (Q) yang mengalirnya sesuai rumus yang disediakan di formulir pengukuran.
Catatan: • Debit air terkait dengan ketersediaan air baku. Jika debit air makin lama makin berkurang, ini bisa menjadi indikator atau tanda bahwa ketersediaan air kita berkurang. • Ketersediaan air bersih sangat diperlukan untuk mendukung kebutuhan hidup manusia seharihari. • Berkurangnya ketersediaan air bersih akan berdampak buruk terhadap kehidupan manusia karena memang manusia membutuhkan air untuk kebutuhan hidupnya.
Environmental Services Program www.esp.or.id
55
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN DEBIT AIR Metode Tampung Tanggal Pengukuran : Nama Sumber Air Kampung : Desa : Kecamatan : Kabupaten :
:
Penghitungan Waktu Waktu (T) ( detik)
Pengukuran P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah Rata-rata
Volume Penampung (V) (Liter) (*) 10 10 10 10 10
(*) Volume penampung harus tetap dan sudah diketahui, jika belum diketahui harus diukur terlebih dahulu
T rata-rata =
ΣT Jumlah pengukuran
Penghitungan Debit Air Q =
56
V
( liter)
T rata-rata
(detik)
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN DEBIT AIR Metode Air Permukaan Tanggal Pengukuran Nama Sumber Air Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
: : : : : :
Penghitungan Luas Penampang (A) Lebar (L)
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Jumlah Rata-rata A
Kedalaman H1
= L rata-rata x H rata-rata
H2
H3 Jumlah Rata-rata
H rata-rata
(m2)
Penghitungan Kecepatan (v) Panjang lintasan Pengukuran (P) : ____________ meter (panjang lintasan ini harus tetap)
Waktu Pengukuran (T) (detik)
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 Pengukuran 4 Pengukuran 5 Jumlah Rata-rata
Environmental Services Program www.esp.or.id
v =
P T rata-rata
m/detik
Perhitungan Debit Air yang Mengalir (Q) Q= V x A (m3/det) Q = V x A x 1000 (L/det) Q = _________________ (L/det)
57
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Pengukuran Kekeruhan Air LATAR BELAKANG Kekeruhan air terkait dengan kelayakan air untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Kelayakan penggunaan ini baik untuk air yang akan dikonsumsi maupun dipergunakan untuk mendukung kegiatan hidup masyarkat sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, mencuci peralatan, dll. Kekeruhan akan sangat terkait dengan kualitas air khususnya seberapa jauh air terkontaminasi dengan bahan padat sehingga ini akan menentukan apakah air tersebut layak digunakan atau tidak. TUJUAN Untuk mengetahui kondisi kekeruhan air di beberapa sumber air masyarakat di desanya masing-masing dengan menggunakan alat sederhana yang bisa disiapkan sendiri oleh masyarakat. METODE PENGUKURAN KEKERUHAN AIR Ada dua metode untuk melakukan pengukuran kekeruhan air yaitu menggunakan Metode Saringan dan Metode Pengendapan. I. Metode Saringan Bahan dan Alat •• Kertas saring •• Botol kecil 3 buah
Langkah-langkah 1. Pemeriksanaan warna •• Masukkan sample air kedalam botol •• Saring sebagian air dengan kertas saring •• Amati hasil penyaringan, secara umum dapat diklasifikasikan Hasil Penyaringan Jernih dan bersih (bening) Kekuning-kuningan atau agak coklat Kuning Tua atau coklat
58
Peralatan Pengukuran Kekeruhan Air (Metode Saringan)
Warna Tidak berwarna Sedikit berwarna Air berwarna
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
2. Pemeriksaan Kekeruhan Selanjutnya amati sisa sampel air yang terdapat dalam botol, klasifikasi kekeruhan secara umum: Hasil Pengamatan
Kekeruhan
Jernih dan bersih (bening) Sedikit keruh tetapi masih dapat dilihat menembus botol Sangat keruh
Kecil Sedang Tinggi
II. Metode Pengendapan Bahan dan Alat •• Gelas bening •• Penggaris
Langkah-langkah 1. Masukkan sampel (contoh) air yang diambil dari beberapa sumber air ke dalam gelas bening yang telah diberikan tanda “asal sumber air” Peralatan Pengukuran Kekeruhan Air (Metode Pengendapan) 2. Biarkan air tersebut beberapa jam agar bahan yang tercampur pada air dapat mengendap di bagian bawah gelas. 3. Amati setiap jam air dalam gelas-gelas tersebut. Setelah kira-kira 3 jam ukur tebal endapan yang berada di bagian bawah gelas. (catat dalam form pengukuran yang tersedia) 4. Ambil kesimpulan hasil pengukuran. Makin tebal endapan, makin jelek kualiats airnya.
Catatan: • Material endapan yang membuat air menjadi keruh dalam air merupakan tempat menempelnya bakteri, dengan demikian air yang mengandung endapan tinggi akan berpotensi menangkap bakteri. Dengan makin meningkatnya konsentrasi bakteri dalam air, maka akan menyebabkan air menjadi tercemar dan tidak layak diminum. •
Dari aspek kesehatan, jika air yang tercemar bakteri dikonsumsi oleh manusia sebagai air minum akan akan menyebabkan manusia menderita diare. Jika air ini terpapar terus menerus pada kulit manusia maka dapat menyebabkan munculnya penyakit kulit pada manusia.
•
Jika dikaitkan dengan aspek ekonomi dan lingkungan, air dengan tingkat kekeruhan tinggi akan berpengaruh terhadap perekonomian manusia, dimana usaha pembibitan dan pemeliharaan ikan akan sulit dikembangkan karena banyak jenis ikan yang tidak bisa hidup di air yang keruh.
•
Dari aspek ekologis air dengan tingkat kekeruhan yang tinggi akan mengurangi penetrasi (penembusan) sinar matahari ke habitat air. Hal ini akan menyebabkan jaring-jaring makanan menjadi terputus.
Environmental Services Program www.esp.or.id
59
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN KEKERUHAN AIR Metode Endapan Tanggal Pengukuran Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
No
: : : : :
Sumber Air
Kondisi Endapan (jenis dan warna endapan)
Tebal Endapan (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
60
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN KEKERUHAN AIR Metode Saringan Tanggal Pengukuran Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
: : : : : Kondisi Setelah Penyaringan
Kondisi Awal No
Sumber Air Kekeruhan
Endapan di saringan
Warna air
Warna air
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Environmental Services Program www.esp.or.id
61
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Pengukuran Kandungan Bahan Organik dalam Air LATAR BELAKANG Bahan organik yang terkandung dalam air yang akan dikonsumsi oleh manusia seringkali merupakan bahan organik berbahaya, misalnya air yang terkontaminasi dengan E-coli akan menyebabkan diare. Dari hasil pengujian ini nantinya akan didapatkan hasil ada tidaknya kandungan bahan organik dalam sumber air minum yang ada di wilayah desa masingmasing. TUJUAN Untuk mengetahui adanya kandungan bahan organik pada beberapa sumber air, khususnya yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Pengukuran ini akan menggunakan alat sederhana yang bisa disiapkan sendiri oleh masyarakat. BAHAN DAN ALAT •• Botol bekas air mineral yang masih lengkap dengan tutupnya •• Tetes tebu atau gula •• Sendok LANGKAH-LANGKAH 1. Ambil sample air dari berbagai sumber air minum yang ada di desa masing-masing. Untuk kontrol, ambil air comberan atau Peralatan Pengukuran Kandungan Bahan air lain yang jelas mengandung bahan Organik dalam Air (Bakteri Pembusuk) organik semisal E-coli. 2. Masukkan air tersebut ke dalam botol air mineral. Tambahkan tetes tebu atau gula. Aduk secara merata. Cium bau campuran air dan gula tersebut. Ingat-ingat bau yang ada dari setiap botol. (catat bau yang dirasakan dalam formulir yang tersedia) 3. Tutup botol tersebut dan diamkan kira-kira 3 hari. Setelah 3 hari buka botol tersebut dan cium bau yang muncul dari masing-masing botol. Kalau memungkinkan pengecekan bau ini dilakukan oleh orang yang sama agar dapat membandingkan bau air dalam botol 3 hari sebelumnya dengan 3 hari setelah botol ditutup. 4. Catat hasil pengamatan untuk setiap botol dengan kategori: bau sekali, bau, sedikit berbau, tidak berbau. Makin bau air dalam botol menunjukkan makin tinggi kandungan bahan organik dalam air tersebut. Bau yang muncul ini biasanya bau menyengat sebagai akibat dari adanya reaksi kimia yang muncul antara gula dengan bahan organik yang terkandung di dalam air.
62
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Catatan: • Bakteri yang mengkontaminasi sumber air minum kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Manusia dapat menjadi sakit jika meminum air yang terkontaminasi ini. Salah satu penyakit yang dapat ditimbulkan oleh adanya bakteri pembusuk dalam air ini adalah diare. •
Penyakit diare yang khususnya menyerang anak-anak di bawah tiga tahun akan sangat berbahanya dan dapat berakibat fatal mengingat jumlah cairan dalam tubuh anak-anak masih sedikit. Namun kejadian diare pada orang dewasa juga harus diwaspadai karena dari diare ini akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), kejadian ini pun akan sangat mengganggu aktifitas orang dewasa dan kemungkinan juga dapat berakibat fatal
•
Dari aspek ekonomi, air yang banyak terkontaminasi dengan bakteri pembusuk akan menyebabkan terjadinya kompetisi kebutuhan oksigen di dalam air antara bakteri pembusuk dengan makhluk hidup yang ada di dalam air. Salah satu makhluk hidup di dalam air yang berkompetisi untuk mendapatkan oksigen dengan bakteri pembusuk ini adalah ikan. Ikan sangat terkait dengan aspek perekonomian masyarakat. Jika air di kolam ikan terkontaminasi dengan bakteri, maka akan menurunkan tingkat kelayakan ikan untuk hidup. Hal ini akan mempengaruhi tingkat perekonomian manusia. Salah satu contoh yang ada adalah mengapa ikan mas bisa dipelihara di kolam yang airnya mengalir karena kolam dengan air yang �diam� akan berpotensi mendatangkan bakteri, sehingga ikan mas tidak dapat hidup karena terjadi kompetisi oksigen di dalam air.
Environmental Services Program www.esp.or.id
63
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN KANDUNGAN BAKTERI PEMBUSUK DALAM AIR Tanggal Pengukuran Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
: : : : :
Kondisi Awal No
Kondisi Setelah
Sumber Air Bau
Warna
Bau
Warna
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
64
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Pengukuran Kandungan Garam dalam Air LATAR BELAKANG Ketersediaan alat pengukur untuk mengetahui kadar “garam” yang terkandung dalam air, sangatlah mahal harganya. Sehingga perlu kita menggali kemampuan peserta untuk menemukan alat sederhana, yang mudah dibuat, dan mampu digunakan untuk keperluan tersebut. Dengan adanya kegiatan ini mudah-mudahan peserta dapat terpicu guna menemukan hal-hal baru untuk keperluan pengukuran kualitas air dengan alat secara yang sederhana.
TUJUAN Untuk meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dalam hal mengukur kadar kandungan “garam” yang terdapat dalam air termasuk penyiapkan peralatan sederhana yang digunakan untuk pengukuran indikator ini.
BAHAN DAN ALAT •• Lampu pijar •• Dudukan lampu •• Kabel NGK, •• Papan •• Stop kontak LANGKAH-LANGKAH: 1. Gunakan 2 air gelas aqua sebagai indikator untuk mengukurnya kadar “garam”. Dimana Peralatan Pengukuran Kandungan Garam dalam Air 1 gelas aqua yang betul murni/tidak dikasih “garam” dan 1 gelas aqua lagi yang di beri “garam”. Celupkan ujung paku dari alat pengukur yang tekah dibuat pada air di dalam gelas. Catat seberapa jauh terang nyala lampu tersebut. (Gelas 1 dan 2 menjadi indikator kandungan “garam” yang rendah dan paling tinggi) 2. Untuk menguji kondisi air yang berasal dari desa kita, ambil air yang berasal dari berbagai sumber air di desa kita kemudian bandingkan dengan kedua air tersebut (air mineral dan air garam) untuk membandingkan kondisi sumber air di desa mereka. Semakin terang nyala lampu pijar, semakin tinggi kandungan garam yang ada dalam air tersebut.
Catatan: • Air yang mengandung kadar ”garam” yang tinggi akan menurunkan semua indikator kualitas air. Oleh sebab itu mengapa air laut tidak dapat dijadikan sebagai sumber air minum karena di dalam air laut mengandung kadar “garam” yang tinggi. •
“garam” di dalam air dapat menurunkan kondisi oksigen di dalam air, sehingga dari aspek ekonomi khususnya para peternak ikan air tawar akan mempengaruhi produksi ikan air tawarnya.
Environmental Services Program www.esp.or.id
65
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN KANDUNGAN GARAM DALAM AIR Tanggal Pengukuran Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
No
: : : : :
Hasil Pengamatan Nyala Lampu (Mati, Redup, Sedang, Terang, Sangat Terang)
Sumber Air
1
2
3
4
5
66
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Pengukuran Kandungan Zat Besi dalam Air LATAR BELAKANG Ketersediaan alat pengukur untuk mengetahui kadar kandungan zat besi yang terkandung dalam air sangatlah mahal harganya. Untuk itu perlu kita menggali kemampuan peserta dalam menemukan alat sederhana, yang mudah dibuat, dan mampu digunakan untuk keperluan tersebut. Dengan adanya kegiatan ini mudah-mudahan peserta dapat terpicu guna menemukan hal-hal baru untuk keperluan pengukuran kualitas air khususnya dalam melihat kadar kandungan zat besi dalam air dengan alat secara sederhana.
TUJUAN Untuk meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dalam hal mengukur kadar kandungan zat besi yang terdapat dalam air.
METODE PENGUKURAN 1. Metode Kain Bahan dan Alat: •• Gelas •• Kain putih •• Karet gelang Langkah-langkah 1. Carilah air dari beberapa sumber air Peralatan Pengukuran Kandungan Zat Besi yang berbeda (yang ingin diukur dalam Air (metode Kain) kadar zat besinya). 2. Selanjutnya pasanglah selembar kain putih ke gelas dan ikat dengan menggunakan karet gelang. 3. Lalu teteskan air yang telah diambil dari berbagai sumber tersebut ke permukaan kain di atas gelas. 4. Lalu biarkan sampai mengering. 5. Catatlah perubahan apa yang terjadi di permukaan kain yang telah di teteskan air tersebut. Makin banyak bekas noda kuning, makin banyak kandungan besi dalam air tersebut.
Environmental Services Program www.esp.or.id
67
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
2. Metode Gelas Bahan dan Alat: Gelas Langkah-langkah: 1. Carilah air dari beberapa sumber air yang berbeda (yang ingin diukur kadar zat besinya). 2. Selanjutnya masukkan air dari sumber yang berbeda ke dalam gelas, tandai masing-masing gelas dengan informasi asal sumber air. Peralatan Pengukuran Kandungan Zat Besi dalam Air (metode Gelas) 3. Biarkan air-air tersebut di dalam gelas dalam keadaan terbuka 1-2 hari. 4. Setelah 1-2 hari amati apa yang muncul di permukaan air di dalam gelas. Catat kondisi permukaan air dari masing-masing gelas. Jika terlihat adanya lapisan tipis berwarna putih berkilau, berarti air ini mengandung besi. Makin tebal lapisan putihnya, maka makin tinggi kandungan zat besinya. Amati perbedaannya di masing-masing gelas.
Catatan: • Air yang mengandung kadar besi akan juga menurunkan indikator kualitas air minum yang layak dikonsumsi. Keterkaitan kadar besi dengan keasaaman air adalah jika pH (keasaman) air turun biasanya kadar besinya meningkat. Kadar besi dalam air juga seringkali dijadikan indikator adanya mineral Mangan (Ma), jika air tercemar Mangan maka sudah pasti kandungan besinya tinggi. Oleh karena itu jika air mempunyai kadar besi tinggi patut dicurigai mengandung kadar Mangan. Mangan (Ma) adalah salah satu jenis logam berat berbahaya bagi manusia.
68
•
Terkait dengan aspek kesehatan, kadar besi yang tinggi akan berdampak buruk terhadap pencernaan manusia. Selain itu dapat menyebabkan gangguan kulit, yaitu bercak kulit (burik) jika manusia banyak menggunakan air dengan kadar zat besi tinggi untuk keperluan mandi dan kegiatan lainnya sehari-hari.
•
Terkait dengan aspek ekonomi, air dengan kadar besi yang tinggi jika digunakan untuk mencuci pakaian akan menyebabkan pakaian kita menjadi lebih cepat berwarna kuning. Selain itu kadar besi dalam air ini bersifat korosif terhadap peralatan yang terbuat dari logam, misalnya panci, pipa air, dll. Hal ini akan menyebabkan peralatn tersebut menjadi cepat rusak dan membutuhkan dana untuk memperbaikinya.
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN KANDUNGAN BESI DALAM AIR Tanggal Pengukuran Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
No
: : : : :
Sumber Air
Hasil Pengamatan
1
2
3
4
5
6
7
Environmental Services Program www.esp.or.id
69
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Pengukuran pH LATAR BELAKANG Semakin tinggi kandungan ion H+ dalam air dapat dimanifestasikan sebagai tingginya keasaman dalam air tersebut, dan sebaliknya semakin rendah tingkat keasaman maka semakin tinggi tingkat kebasaan (kandungan ion OH-) dalam air. Tingkat keasaman dan kebasaan air ditunjukan dalam angka 1 – 14, dengan angka 7 sebagai kondisi netral. Artinya apabila nilai keasaman menunjukan angka 1 artinya tingkat keasaman tinggi (atau sebaliknya kebasaan sangat rendah) sehingga angka 14 berarti tingkat kebasaan tinggi (tetapi tingkat keasaman sangat rendah). Menurut PP nomor 82 tahun 2001 bahwa untuk sumber air baku bagi air bersih maka tingkat pH yang diperbolehkan berkisar angka 6 – 9, kurang dari 6 atau lebih dari 9 dinyatakan tidak layak untuk menjadi air baku air bersih. TUJUAN Untuk mengetahui tingkat keasaman air (pH) yang terdapat dalam sumber air masyarakat di desanya masing-masing. BAHAN DAN ALAT: •• Kertas Lakmus •• Gelas LANGKAH-LANGKAH: 1. Ambil air yang diambil dari beberapa sumber air minum di masing-masing desa dan masukkan ke dalam gelas yang terpisah. 2. Masukan kertas lakmus ke dalam air yang akan diuji kemudian angkat. Peralatan Pengukuran pH 3. Keringkan kertas lakmus dan lihat di indikatornya untuk menentukan nilai tingkat keasaman air tersebut. 4. Ambil kesimpulan tentang kondisi kualitas air di desa kita masing-masing.
70
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Catatan • Air yang layak diminum adalah air yang memiliki pH netral. Air dengan pH rendah maupun pH tinggi tidak layak untuk diminum. •
Terkait dengan aspek kesehatan, air dengan pH tinggi maupun pH rendah tidak bagus untuk pencernaan karena dapat menyebabkan beberapa jenis penyakit yaitu misalnya diare, kontraksi otot lambung, kerusakan gigi dan penyakit kulit (kulit menjadi licin). air dengan pH tinggi maupun pH rendah ini dapat juga melarutkan logam-logam berat yang berbahaya bagi tubuh manusia.
•
Terkait dengan aspek ekonomi, air dengan pH tinggi maupun pH rendah ini bersifat korosif terhadap peralatan yang terbuat dari logam, misalnya panci, pipa air, dll. Karena Hal ini akan menyebabkan peralatan tersebut menjadi cepat rusak dan membutuhkan dana untuk memperbaikinya. Air dengan pH rendah dan pH tinggi ini jika digunakan untuk mencuci pakaian juga akan merusak pakaian, sehingga membutuhkan dana untuk lebih sering membeli pakaian.
Environmental Services Program www.esp.or.id
71
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN pH DALAM AIR Tanggal Pengukuran Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
No
: : : : : HASIL PENGAMATAN pH
Sumber Air
Pengamatan 1
Pengamatan 2
Pengamatan 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
72
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Pengukuran Kualitas Air dengan Indikator Biologi LATAR BELAKANG Di alam ini ada beberapa spesies hewan air yang sangat rentan terhadap kualitas air yang buruk (terkontaminasi dengan berbagai kontaminan) atau justru ada beberapa spesies hewan air yang sangat tahan terhadap kualitas air yang buruk. Spesies-spesies ini akan memberitahukan kepada kita tentang kualitas air yang ada di sumber-sumber air di desa kita seberapa jauh sumber air tersebut layak digunakan atau tidak. BAHAN DAN ALAT: •• Saringan ikan kecil •• Kaca pembesar •• Nampan plastik •• Pinset LANGKAH-LANGKAH: 1. Tentukan sumber air yang akan diambil samplenya. Peralatan Pengukuran dengan Indikator Biologi 2. Langsung datang ke sumber air (sungai, mata air, selokan, dll) 3. Ambil beberapa binatang-binatang kecil/ganggang yang ada di sumber air itu dengan saringan ikan. 4. Coba teliti dan lihat binatang /ganggang yang didapat kalau terlalu kecil pakai kaca pembesar. 5. Kemudian lihat dalam table yang ada, binatang yang didapat jenis/namanya apa dan kemudian lihat di indikatornya ada warna dikotaknya dimana menandakan kondisi kualitas` air tersebut. Biru : sangat baik Hijau : Baik Merah : Buruk Hitam : sangat buruk
Environmental Services Program www.esp.or.id
73
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
Beberapa anggota kelompok melakukan monitoring kualitas air di sungai sekitar tempat tinggal mereka menggunakan peralatan indikator biologi
74
Environmental Services Program www.esp.or.id
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ESP
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN KUALITAS AIR DENGAN INDIKATOR BIOLOGI Tanggal Pengukuran Musim Jam Cuaca Jenis Sumber Air Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
: : : : : : : : : HASIL PENGAMATAN UKURAN
No
1
Titik Pengamatan
Jenis Binatang yang Hidup
Kondisi (tuliskan warna atau ciri khas)
2
3
4
5
Kesimpulan Hasil Pengamatan:
Environmental Services Program www.esp.or.id
75
Environmental Services Program www.esp.or.id