Panduan Lapangan Materi Higinitas dan Lingkungan untuk SL ESP

Page 1

PANDUAN LAPANGAN

MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

MARCH 2007 This publication was produced by Development Alternatives, Inc. for review by the United States Agency for International Development under Contract No. 497-M-00-05-00005-00


Kredit Foto: Aditiajaya/ESP Jawa Barat. Diskusi Kelompok Materi Siklus Perpindahan Kuman ke Tubuh Manusia dalam Sekolah Lapangan ESP di Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, kabupaten bandung, Jawa barat.


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

Title:

Program, activity, or project number: Strategic objective number: Sponsoring USAID office and contract number:

Panduan Lapangan Materi Higinitas dan Lingkungan untuk Sekolah Lapangan ESP

Environmental Services Program, DAI Project Number: 5300201. SO No. 2, Higher Quality Basic Human Services Utilized (BHS). USAID/Indonesia, Contract number: 497-M-00-05-00005-00.

Contractor name:

DAI.

Date of publication:

March 2007



TABLE OF CONTENTS KATA PENGANTAR ................................................................................................................. II 1.

PENDAHULUAN............................................................................................................... 1

2.

MATERI HIGINITAS SELAMA PROSES SLA DI SEKOLAH LAPANGAN ESP ....... 3

3. MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK MEMPERKUAT AKSI RINTISAN DI SEKOLAH LAPANGAN .................................................................................. 8 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.

PENTINGNYA CUCI TANGAN PAKAI SABUN.............................................................................................8 PENGELOLAAN SAMPAH ......................................................................................................................... 11 AIR MINUM AMAN ................................................................................................................................... 13 PENGGUNAAN SANITASI ........................................................................................................................ 16 PERLINDUNGAN SUMBER AIR/TANAM POHON ..................................................................................... 18



KATA PENGANTAR Aspek perubahan perilaku higinitas masyarakat menjadi salah satu komponen penting ESP yang dikembangkan sebagai salah satu kegiatan di tingkat masyarakat. Perubahan perilaku higinitas ini diharapkan akan mendukung peningkatan kualitas kesehatan masyarakat yang terkait dengan ketersediaan air bersih. Dimana dengan peningkatan pelayanan ketersediaan air bersih, maka ini akan menjadi salah satu strategi untuk pengurangan kejadian diare. Berbagai pendekatan digunakan untuk mencapai tujuan ini, salah satu diantaranya adalah melalui kegiatan Sekolah Lapangan ESP. Pemahaman masyarakat terhadap konsep bersih dan peningkatan perilaku higinitas perlu disosialisasikan di tingkat masyarakat. Untuk itu, melihat bahwa program Sekolah Lapangan adalah salah satu pendekatan yang efektif untuk memperkuat masyarakat, maka dikembangkan beberapa materi tentang higinitas yang dilaksanakan di Sekolah Lapangan ESP. Penerapan materi higinitas dalam Sekolah Lapangan ini diharapkan akan memperkuat pemahaman masyarakat agar masyarakat mampu melihat lebih jelas permasalahan yang muncul terkait dengan higinitas. Dengan demikian akan membantu masyarakat menentukan upaya perbaikan dalam rangka menyelesaikan permasalahan higinitas yang mereka hadapi. Pengembangan materi higinitas dalam sekolah lapangan ESP disajikan dalam dua tahap, yaitu tahap awal Sekolah Lapangan ESP dan tahap aksi rintisan. Pada tahap awal Sekolah Lapangan, ditujukan untuk memperikan pemahaman dasar tentang konsep bersih yang terkait dengan pengelolaan air bersih dan sanitasi sebagai salah tema pokok. Dengan adanya pemahaman yang kuat terhadap peningkatan higinitas di awal proses Sekolah Lapangan maka akan memperkuat proses analisa kajian awal tentang kondisi ekosistem air di wilayahnya, khususnya untuk melihat persoalan terkait higinitas. Di tahap lanjutan dari Sekolah Lapangan ESP ini, masyarakat akan melakukan aksi rintisan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Penyelesaian masalah ini akan dituangkan dalam rencana kerja kelompok Sekolah Lapangan. Beberapa pilihan materi terkait higinitas disajikan untuk memperkuat Aksi Rintisan masyarakat.



1. PENDAHULUAN Environmental Services Program (ESP) adalah sebuah program dilakukan selama dalam periode lima tahun dan didanai oleh United States Agency for International Development (USAID). Program ini dilaksanakan oleh Development Alternatives, Inc. (DAI). ESP bermitra dengan pemerintah, pihak swasta, LSM, kelompok masyarakat dan pihak-pihak lain untuk mendukung terwujudnya peningkatan kesehatan masyarakat melalui peningkatan pengelolaan sumberdaya air dan perluasan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi. Program ini mulai dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai September 2009. Kegiatan ESP difokuskan di 6 wilayah utama program yaitu Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah/Yogyakarta, Jawa Barat/DKI Jakarta. ESP juga mempunyai program dengan skala yang lebih kecil di Padang (Sumatera Barat), Balikpapan (Kalimantan Timur), Manado (Sulawesi Utara), dan Manokwari dan Jayapura (Papua). ESP menjadi salah satu bagian dari Kantor USAID Indonesia yang mendukung terwujudnya tujuan strategis: Pelayanan Dasar Masyarakat/Basic Human Services (BHS) Strategic Objective (SO), yang terfokus pada keterkaitan antara kesehatan dan lingkungan yang berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Kegiatan-kegiatan USAID/BHS mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dasar masyarakat yaitu air, makanan/nutrisi dan kesehatan, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Beberapa program lain yang berada di bawah BHS yang juga menjadi mitra dari ESP adalah Program Pelayanan Kesehatan/Health Services Program (HSP), Program Aman Tirta/Safe Water Systems (SWS) dan Program Ketahanan Pangan dan Nutrisi/Food Security and Nutrition (FSN) yang dilaksanakan dengan bekerja sama dengan beberapa LSM Internasional. Selain itu, Program ESP juga bekerja sama erat dengan program-program relevan lainnya dari SasaranSasaran Strategis USAID, seperti Local Governance Support Program (LGSP, Program Dukungan Tata Kelola Pemerintah Lokal), the Decentralized Basic Education Programs (DBE 1, 2 & 3, Program Pendidikan Dasar Terdesentralisasi), dan the Aceh Technical Assistance Recovery Program (A-TARP, Program Bantuan Teknis Pemulihan Aceh). Selain itu, ESP juga bekerja secara erat dengan program regional USAID, Eco Asia, yang berbasis di Bangkok, Thailand, dan melayani Indonesia selain juga banyak negara Asia lainnya. Salah satu program yang merupakan salah satu elemen penting ESP adalah dukungan program penguatan masyarakat. Pendekatan yang digunakan oleh ESP dalam rangka penguatan masyarakat adalah melalui kegiatan Sekolah Lapangan ESP dimana pendekatan ini akan menjadi “pintu masuk� utama untuk pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat dalam rangka menjamin keberlanjutan program. Salah satu aspek yang dikembangkan oleh ESP adalah perubahan perilaku higinitas masyarakat dalam rangka penurunan angka diare. Untuk itu dikembangkan materi pelatihan di Sekolah Lapangan ESP dalam rangka mendukung penguatan pemahaman masyarakat yang mengarah pada perubahan perilaku higinitas. Materi yang dikembangkan ini terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama diusulkan untuk dilaksanakan di awal tahap SLA (Sustainable Livelihood Assessment) untuk mempertajam pengamatan dan pemahaman masyarakat terkait issue higinitas terkait kesehatan dan ekosistem air. Sedangkan bagian kedua adalah materi-materi pilihan yang bisa digunakan untuk fase Aksi Rintisan, dimana materi-materi ini merupakan menu-menu pilihan yang bisa


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

dilaksanakan sesuai dengan permasalahan utama yang muncul di masing-masing kelompok Sekolah Lapangan ESP. Materi ini bisa digunakan untuk memperdalam pemahaman isu dan persoalan terkait higinitas dan perbaikan lingkungan. Dalam setiap panduan lapangan disediakan “catatan untuk pemandu” yang bisa dijadikan referensi bagi pemandu dalam rangka lebih memperkuat pemahaman materi ini.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

2


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

2. MATERI HIGINITAS SELAMA PROSES SLA DI SEKOLAH LAPANGAN ESP Panduan Lapangan: Siklus perpindahan mikro organis ke manusia Penghalang Penyebaran

WC Tradisional WC Leher Angsa

Mencuci dan Menutup Pemurnian dan Penyimpanan

Cuci Tangan

Source: EHP,1999. Preventing Child Diarrheal Disease: Options for Action

Latar Belakang: Konsep bersih memberikan pemahaman tentang bagaimana kuman berpindah dari lingkungan pemukiman dan alam sekitar terutama kotoran manusia/feses dan kembali kedalam tubuh manusia. Konsep ini digali dari pemahaman masyarakat terhadap pengetahuan yang sudah ada berdasarkan pengalaman.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

3


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

Tujuan: 1. Membantu peserta memahami perjalanan kuman dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungannya. 2. Memperkenalkan faktor-faktor yang mendukung untuk memahami konsep bersih, yang dimulai dari lingkungan di sekitarnya 3. Memahami transmisi mikro organis dari kotoran manusia ke mulut dan perut. 4. Memahami perilaku bersih untuk memutus mata rantai transmisi kuman 5. Memahami pentingnya perilaku bersih terhadap kesehatan diri, keluarga dan mesyarakat.

Keluaran: Peserta mengerti akan arti dari ’bersih’ dan bahwa meskipun terlihat sederhana, pemahaman yang benar akan hal ini dapat mencegah terjadinya penyakit. Peserta mengalami sendiri melalui proses observasi diri dan lingkungan sehingga dihararapkan dapat mengembangkan sendiri ”konsep bersih” bagi dirinya dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok Bahasan: Diagram perpindahan kuman melalui air, tanah, lalat dan tangan. Berikut penjelasan tentang bagaimana caranya memotong jalur perpindahan kuman tersebut. Hal-hal apa saja yang dapat membantu atau menghambat seseorang untuk memahami dan menerapkan ’konsep bersih’ ini pada dirinya, keluarga maupun lingkungannya – membahas hasil pengalaman observasi diri dan lingkungan. Bagaimana menemukan cara-cara yang sederhana untuk menjelaskan ’konsep bersih’ bagi diri sendiri maupun orang lain. Materi konsep bersih terbagi menjadi tiga bagian sebagai berikut: 1. Pengamatan Lingkungan Sekitar 2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan konsep bersih 3. Pemahaman konsep bersih

Tahapan Kegiatan: 1. Tahap I: Pengamatan Lingkungan Sekitar Kegiatan ini difokuskan untuk mengajak peserta melihat di lingkungan sekitarnya terhadap hal-hal yang terkait dengan hidup bersih. Salah satunya adalah menemukan hal-hal yang menyebabkan munculnya penyakit. •

Bahan dan Alat: Format pengamatan, buku kecil dan alat tulis.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

4


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

Waktu: sessi ini disarankan untuk dilakukan di bagian awal dari periode Sekolah Lapangan ESP, yaitu setelah sessi Pemahaman Daerah Aliran Air (DAA). Setelah rangkaian sessi DAA selesai, pemandu mengambil waktu 5-10 menit untuk memberikan pengantar sebelum pengamatan lingkungan dilakukan.

Langkah-langkah: a.

Penugasan Pengamatan Lingkungan Sekitar (dilakukan setelah sesi DAA, sebelum peserta pulang ke rumah) -

Mintalah peserta melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap apa saja yang berada di lingkungan dan pemukiman yang dapat menimbulkan penyakit dengan menggunakan format yang sudah disediakan.

No 1

-

Kegiatan pengamatan/Pertanyaan kunci pengamatan

Catatan hasil pengamatan

Semua yang berada di lingkungan sekitar rumah dan pemukiman yang dapat menyebabkan penyakit

Minta peserta membawa hasil pengamatan pada pertemuan berikutnya.

II. Tahap II: Faktor-faktor yang berkaitan dengan konsep bersih Kegiatan di tahap II difokuskan untuk mengajak peserta mengenal hal-hal yang terkait dengan konsep bersih. Diskusi dalam tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya dimana akan dimulai dengan mendiskusikan hasil pengamatan peserta yang kemudian dilanjutkan dengan tahap selanjutnya. •

Bahan dan Alat: Flip chart, spidol, gunting, dan selotipe

Waktu: 90 menit. Sessi ini disarankan dilakukan di minggu awal Sekolah Lapangan ESP yaitu di pertemuan berikutnya setelah sessi DAA. Sessi ini disarankan dilakukan di awal sessi sebelum masuk ke materi berikutnya setelah membahas materi DAA.

Langkah-langkah: 1. Mintalah peserta mendiskusikan hasil pengamatan dengan setiap kelompok mempresentasikan catatan pengamatan. 2. Mintalah peserta untuk kembali dalam kelompok dan mendiskusikan: a. Membuat daftar berdasar yang paling potensial sebagai sumber penyakit. b. Mintalah peserta membuat daftar bagaimana kuman dari sumber penyakit tersebut bisa sampai ke manusia.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

5


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

3. Buatlah diskusi pleno untuk menyimpulkan apa saja yang paling berpotensi menjadi sumber penyakit dan bagaimana persebarannya, kerucutkan pada kotoran manusia, tangan, air, tanah, lalat, makanan dan manusia. Bila kotoran manusia tidak muncul dalam diskusi, analogkan dengan kotoran apa saja yang muncul dalam diskusi, misalnya kotoran ayam ke kotoran manusia. III. Tahap III: Transmisi kuman dari kotoran/feces ke manusia Di tahap ketiga ini, fokus kegiatan adalah mempelajari transmisi kuman dalam rangka mewujudkan konsep bersih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. •

Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, gunting, selotipe, dan gambar fecaloral transmission.

Waktu: 150 menit

Langkah-langkah: 1. Pemandu mengajak peserta untuk melihat hasil sessi sebelumnya, yaitu memfokuskan pada sumber penyakit dan apa saja yang menjadi ‘pemindah’ sumber penyakit ke manusia. 2. Dari hasil ini, pemandu mengajak peserta untuk menuangkan dalam bentuk gambar –gambar yang sudah disiapkan. Pemandu melanjutkan sessi untuk menyamakan persepsi dengan peserta terhadap gambar-gambar yang sudah disiapkan. 3. Bagi peserta menjadi empat kelompok kecil dan mintalah peserta menyusun gambar-gambar bagaimana hubungan antar gambar tersebut. Setiap kelompok mendapatkan satu set gambar dengan satu pemindah kuman. Gunakan kertas dalam bentuk anak panah untuk menghubungkan antar gambar. Tugas diskusi kelompok kecil adalah 1) membuat hubungan antar gambar yang ada; b) bagaimana memutus mata rantai pemindah kuman ke manusia. 4. Hasil diskusi kelompok disampaikan dalam diskusi pleno agar terjadi dialog interaktif antar kelompok. Kemudian simpulkan susunan gambar yang benar dari setiap kelompok. 5. Minta kembali kelompok menyusun dan mendiskusikan gambar dengan 4 pemindah kuman, berdasar pada susunan gambar diskusi sebelumnya dengan empat pemindah kuman digabungkan. 6. Dari gambar yang sudah benar, minta peserta untuk mebuat langkah/cara memutus perpindahan sumber penyakit ke manusia. 7. Minta peserta kembali diskusi pleno dan buat kesimpulan cara memutus perpindahan sumber penyakit ke manusia yang benar. 8. Mintalah peserta membuat rumusan atau kesimpulan tentang konsep bersih.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

6


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

9. Dari rangkaian gambar yang disusun, penyakit apa yang bisa ditimbulkan. Kerucutkan diskusi pada diare sebagai penyakit yang disebabkan kotoran manusia. 10. Di akhir sessi, buatlah sebuah praktek dengan menggunakan 2 kantong plastik nasi yang baru masak. Tempelkan tangan yang sudah dicuci dengan sabun pada satu bungkus plastik nasi kemudian tutup nasi tersebut dengan rapat. Pada kantong plastik yang lain, tempelkan tangan yang tidak dicuci dengan sabun dan tutup dengan rapat. Minta peserta untuk mengamati percobaan ini. Pengamatan dilakukan setelah 36 jam (1,5 hari), minta peserta untuk mencatat hasil pengamatan dan melaporkan hasilnya pada pertemuan berikutnya.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

7



PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

3. MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK MEMPERKUAT AKSI RINTISAN DI SEKOLAH LAPANGAN 3.1.

PENTINGNYA CUCI TANGAN PAKAI SABUN

Latar Belakang: Curtiss dan Raincorns menyimpulkan bahwa tangan merupakan pembawa utama kuman/bakteri yang berada di tinja manusia kembali ke manusia. Peran tangan terhadap persebaran kuman bisa mencapai 47%, sehingga bila peran tangan dapat dikendalikan otomatis dapat mencegah terjadinya penyakit diare sampai 47%. Tujuan: Membantu peserta memahami perjalanan kuman, bakteri atau virus dari tinja kembali ke manusia melalui tangan. Keluaran: Peserta mampu menjelaskan peran tangan sebagai penyebar utama bakteri terutama e coli dari tinja ke manusia. Selanjutnya peserta memahami bahwa cuci tangan dengan sabun dan pada 5 waktu penting untuk mencegah manusia terkontaminasi kuman melalui tangan. Pokok Bahasan: Peran tangan sebagai penyebar utama bakteri e coli penyebab diare serta penyakit lain yang berhubungan dengan buruknya kualitas lingkungan. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, sarana cuci tangan, nasi steril, plastik transparan steril, dan catatan pengamatan. Waktu: 45 menit sesi kelas. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

8


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

Langkah-langkah: 1.

Bagi peserta dengan jumlah anggota 5-6 orang.

2.

Mintalah peserta mendiskusikan apa saja yang dilakukan tangan dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Bagi topic diskusi menjadi tangan dan kotoran serta tangan dan kebersihan.

Catatan untuk Pemandu: •

Tangan dan kotoran adalah kegiatan yang menyebabkan tangan menjadi kotor.

•

Tangan dan kebersihan adalah kegiatan yang membuat tangan menjadi bersih.

3.

Mintalah peserta menghubungkan antara kegiatan tangan dengan kotoran dan kegiatan tangan dengan kebersihan.

4.

Mintalah peserta mendiskusikan cuci tangan sebagai salah satu kegiatan penting.

5.

Mintalah peserta membuat daftar kapan saja perlu dilakukan cuci tangan dan menyusun dalam prioritas dari yang paling penting.

Catatan untuk Pemandu: Lima waktu yang disarankan untuk cuci tangan adalah: 1. sebelum makan, 2. setelah buang air besar (BAB), 3. sebelum memegang bayi, 4. setelah menceboki anak, 5. sebelum menyiapkan makanan. 6.

Mintalah peserta merumuskan cara cuci tangan yang benar.

Catatan untuk Pemandu: Cara Cuci tangan yang benar adalah: 1. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan dengan sabun secara merata, jangan lupakan sela-sela jari. 2. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir 3. Keringkan tangan dengan lap kain yang kering. 4. Mintalah peserta melakukan demo cuci tangan pakai sabun di tempat yang sudah disediakan. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

9


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

Catatan untuk Pemandu: Pemandu bisa menggunakan pamflet cuci tangan – diare yang bisa dibagikan kepada peserta Sekolah Lapangan untuk bahan bacaan. Catatan teknis terkait cuci tangan pakai sabun dan diare: Tujuan cuci tangan dengan sabun adalah menghilangkan kotoran dan debu yang melekat di permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (sumber� Panduan Pencegahan Infeksi-STARH). Cuci tangan Adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit di kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air yang mengalir. Mengapa tangan? Karena tangan adalah organ tubuh yang paling banyak digunakan untuk berinteraksi dan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: bersalaman, menyuapi anak saat makan, menceboki, mencuci pakaian mapun piring, dll. Mengapa mengunakan sabun? Karena sabun mengandung diterjen dan antiseptik yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu membuang kotoran, debu, dan mikroorganisme sementara dari kedua belah tangan, juga membunuh atau menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme (Panduan Pencegahan Infeksi-STARH).

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

10


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

3.2.

PENGELOLAAN SAMPAH

Latar Belakang: Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat agraris yang dipaksa hidup dalam kultur industri sehingga perilaku yang ditunjukan adalah perilaku di mana masyarakat masih menganggap daya dukung alam masih kuat (Kuntowijoyo,1996). Kutipan di atas adalah refleksi perilaku masyarakat khususnya perlakuan terhadap sampah yang masih tidak baik. Sampah bagi sebagian besar masyarakat kita adalah benda yang semetinya segera dienyahkan dari pandangan, celakanya, sampah tersebut dibuang tidak pada tempat yang benar sehingga menimbulkan masalah baru. Tujuan: •

Membantu peserta memahami jenis-jenis sampah yang biasa ditemukan di pemukiman

•

Membantu peserta memahami hubungan sampah dengan diare melalui lalat

Keluaran: Peserta mampu menjelaskan hubungan sampah dengan diare melalui media lalat yang menjadikan sampah sebagai tempat beranak pinak. Pokok Bahasan: Dalam panduang ini dibahas dua hal, yaitu: 1. Memahami hubungan sampah, lalat dan diare 2. Memperkenalkan peserta terhadap pengelolaan sampah dengan konsep 3 R (reduce, reuse, recycle) dalam kehidupan sehari-hari. Catatan: pokok bahasan kedua bisa disampaikan kepada peserta Sekolah Lapangan, apabila dalam aksi rintisannya, kelompok SL tersebut mempunyai masalah utama terkait sampah sehingga aksi rintisannya akan diutamakan kepada persoalan sampah. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, lembar pengamatan, dan plastik tempat sampah. Waktu: 45 menit sesi kelas untuk masing-masing pokok bahasan. Langkah-langkah: Pokok Bahasan 1: Memahami Hubungan Sampah, Lalat dan Diare 1. Bagi peserta dengan jumlah anggota 5-6 orang. 2. Mintalah peserta mendiskusikan dimana saja lalat biasanya banyak ditemukan dan hinggap. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

11


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

3. Mintalah peserta mendiskusikan apa saja yang dapat terjadi pada manusia bila lalat hinggap pada makanan yang dimakan manusia. 4. Mintalah peserta mendiskusikan bagaimana mengatasi populasi lalat. 5. Mintalah peserta membuat kesimpulan hubungan sampah, lalat dan diare. Pokok Bahasan II: Memperkenalkan peserta terhadap pengelolaan sampah dengan konsep 3 R (reduce, reuse, recycle) dalam kehidupan sehari-hari 1. Bagi peserta dengan jumlah anggota 5-6 orang. 2. Mintalah peserta mendiskusikan hal-hal sebagai berikut: a. sumber-sumber sampah/dari mana saja sampah di rumah mereka berasal dan diskusikan jenis sampah tersebut (Apakah termasuk basah atau kering). b. Dari jenis-jenis sampah ini, apa dampak sampah dan manfaatnya c. Jika kelompok di desa mereka mempunyai masalah sampah apa yang ingin mereka lakukan? (List jenis-jenis kegiatan yang ingin mereka lakukan) 3. Minta mereka mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing 4. Pemandu menyimpulkan hasil presentasi dan mengajak peserta untuk menindak lanjuti kegiatan yang ingin dilakukan. Dasar pengambilan kesimpulan adalah prinsip 3R (lihat catatan pemandu di bawah ini)

Catatan untuk Pemandu: a. Prinsip 3R adalah Reduce (mengurangi), Re-use (menggunakan kembali), and Recycle (mendaur ulang) b. Jenis-jenis alternatif kegiatan pengelulaan sampah yang berprinsip 3R: •

Pembersihan tempat pembuangan sampah secara berkala di lingkungan sekitar

Pemilahan sampah (sampah basah dan sampah kering)

Komposting skala RT

Pemanfaatan sampah kering untuk menjadi barang lain yang bermanfaat

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

12


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

3.3.

AIR MINUM AMAN

Latar Belakang: Air merupaka salah satu media persebaran bakteri e coli penyebab diare yang bersumber dari tinja manusia. Secara tidak langsung, air menyebarkan e coli secara masif ke pemukiman dan masuk ke ruang keluarga. Tujuan: Membantu peserta memahami perjalanan kuman melalui air dan membuat langkah-langkah mengamankan air dari e coli. Keluaran: Peserta mampu menjelaskan peran air sebagai salah satu penyebar bakteri e coli dan membuat pencegahanya melalui merebus air secara benar, klorinasi dan pemanasan matahari. Pokok Bahasan: Peran air sebagai penyebar bakteri e coli penyebab diare serta penyakit lain yang berhubungan dengan buruknya kualitas lingkungan. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, air minum dan air rahmat. Waktu: 45 menit sesi kelas. Langkah-langkah: 1. Ambil satu gelas air, tanyakan pada peserta bagaimana air itu bisa sampai di meja dan siap diminum. 2. Bagi peserta menjadi kelompok dengan anggota 5-6 orang. 3. Diskusikan perjalanan air tersebut dan fokuskan pada peserta apa yang biasanya dilakukan sebelum air diminum. 4. Tanyakan kenapa peserta perlu malakukan kegiatan no 3 sebelum air diminum.. 5. Tanyakan apakah peserta mengenal cara lain selain yang mereka ketahui saat ini.. 6. Diskusikan hasil kelompok dalam diskusi pleno. 7. Mintalah peserta membuat kesimpulan atas materi air minum aman. 8. Lakukan demo Air Rahmat

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

13


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

Catatan untuk Pemandu: Jika dalam membahas pertanyaan nomor 3, muncul jawaban ”merebus air”, maka ajak peserta untuk menyimpulkan beberapa hal, yaitu: Cara merebus air yang benar adalah: a. Tunggu 3 – 5 menit setelah air mendidih b. Dinginkan tanpa membuka wadah yang digunakan untuk merebus Cara yang benar menyimpan air yang siap diminum: a. Simpan dalam wadah tertutup b. Mencuci/membersihkan wadah penyimpanan air secara reguler (baik wadah air panas ataupun dingin) Catatan teknis terkait Air Minum Aman: Air adalah bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa membutuhkan sekitar 55 60 % berat badan terdiri dari air, anak-anak sekitar 65 % sedangkan bayi sekitar 80 %. Kebutuhan manusia akan air sangatlah kompleks antara lain untuk masak, mandi, mencuci dll. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air sekitar 60 – 120 liter per hari. Sedangkan di negara berkembang termasuk Indonesia tiap orang memerlukan 30 – 60 liter per hari. Diantara kegunaan air di atas, salah satu yang sangat penting adalah ”Kebutuhan Untuk Minum”. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Syarat-syarat air minum yang sehat yaitu: 1. Secara Fisik. persyaratan fisik adalah bening (tak berwarna), tidak berasa dan biasanya suhu air berada dibawah suhu udara di luarnya. 2. Secara Bakteriologis. Air minum yang sehat adalah air yag bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen. 3. Secara Kimia. Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan kimia yang terdapat dalam air antara lain:

Jenis Bahan

Kadar yang dibenarkan (mg/liter)

Fluor (F)

1 – 1,5

Chlor (Cl)

250

Arsen (As)

0,05

Tembaga (Cu)

1,0

Besi (Fe)

0,3

Zat Organik

10

Ph (Keasaman)

6,5 – 9,0

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

14


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

Air minum yang berasal dari mata air, sumur dan PDAM adalah sumber air yang dapat diterima sebagai air yang sehat, dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas, asalkan tidak tercemar oleh kotoran baik yang berasal dari manusia maupun hewan (Sumber: Ilmu Kesehatan Masyarakat by Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo) Karena air merupaka salah satu media persebaran bakteri e-coli penyebab diare yang bersumber dari kotoran/tinja manusia. Secara tidak langsung, air menyebarkan e-coli secara masif ke pemukiman dan masuk ke ruang keluarga. Ada berbagai macam cara pengolahan air minum secara sederhana, yaitu : 1. Dengan Cara Merebus 2. Menjemur/Pemanasan Matahari (Sodis) 3. Klorinase (Misalnya dengan Air Rahmat)

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

15


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

3.4.

PENGGUNAAN SANITASI

Latar Belakang: Bila nengacu pada data yang dikeluarkan BPS 2004 semestinya tidak begitu pelik persoalan sanitasi di Indonesia. 80,45 % masyarakat perkotaan sudah memiliki toilet dan tangki septik, sedang 57,26% masyarakat pedesaan sudah memiliki toilet baik tradisional maupun sudah memenuhi standar kesehatan. Persoalannya adalah data tersebut berbanding terbalik dengan outbreak penyakit akibat buruknya kualitas lingkungan dan sanitasi seperti diare, dan dysentri. Hal yang perlu digarisbawahi adalah adanya kesenjangan antara data dan masih tingginya angka mortalitas dan morbiditas diare. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, maka masalah pembuangan kotoran manusia semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 330 gram, dan menghasilkan air seni 970 gram. Bila penduduk Indonesia dewasa saat ini berjumlah 200 juta, maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton) (Sumber: Ilmu Kesehatan Masyarakat by Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, apalagi BAB sembarangan maka penyakit yang disebabkan oleh tinja manusia terutama diare, akan meningkat tajam. Tujuan: Membantu peserta memahami dampak buruk dari perilaku BAB yang tidak di jamban yang sesuai standar kesehatan. Keluaran: Peserta mampu menjelaskan perilaku BAB yang tidak ramah terhadap lingkungan dan perilaku yang tidak menyebabkan persebaran bakteri e coli. Pokok Bahasan: Peran tinja sebagai sumber utama bakteri e coli penyebab diare serta penyakit lain yang berhubungan dengan buruknya kualitas lingkungan. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, gambar perilaku baik dan perilaku bruk berkaitan dengan BAB dan catatan pengamatan. Waktu: 45 menit sesi kelas.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

16


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

Langkah-langkah: 1. Bagi peserta dengan jumlah anggota 5-6 orang. 2. Mintalah peserta mendiskusikan gambar-gambar yang sudah disiapkan berdasar pada perilaku baik dan perilaku buruk. Mulai dengan pertanyaan ’kenapa disebut buruk dan yang lain disebut baik’ 3. Buatlah dikusi pleno untuk memfasilitasi antar kelompok saling berbagi pemahaman tentang perilaku baik dan buruk. 4. Mintalah peserta menghubungkan perilaku baik dan perilaku buruk dengan penyakit terutama diare. 5. Mintalah peserta mendiskusikan jamban yang baik dan siapa yang bertanggung jawab merawat jamban tersebut. 6. Mintalah peserta membuat kesimpulan materi sanitasi.

Catatan untuk Pemandu: Gambar yang digunakan dalam diskusi kelompok menggunakan gambar yang dipakai dalam formative research tentang perilaku baik dan perilaku buruk yang disiapkan dalam lampiran panduan ini.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

17


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

3.5.

PERLINDUNGAN SUMBER AIR/TANAM POHON

Latar Belakang: Pohon atau tanaman merupakan bagian kecil dari apa yang disebut paru-paru alam. Tanaman memberikan udara segar setiap saat tanpa pamrih kepada mahkluk lain. Celakanya, masyarakat banyak memahami pohon hanya bermanfaat ekonomis tanpa melihat keuntungan yang lebih besar. Tujuan: Membantu peserta memahami fungsi pohon secara langsung melalui kesejukan yang didapatkan dan manfaat lain yang tidak secara langsung dirasakan seperti sebagai penangkap dan penahan air. Keluaran: Peserta mampu memahami manfaat pohon dalam kehidupan sehari-hari. Pokok Bahasan: Pohon sebagai paru-paru alam yang memberikan oksigen dengan udara sejuk dan segar. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, dan lembar cerita. Waktu: 45 menit sesi kelas. Langkah-langkah: 1. Bagi kelompok dengan anggota 5-6 orang 2. Bagikan sebuah cerita kepada setiap kelompok. Tanyakan kepada peserta: a. Pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita tersebut. b. Bagaimana pendapat peserta terhadap karakter ketiga cucu Mamang Kuraya c. Mintalah kelompok membuat kesimpulan atas cerita tersebut. d. Mintalah peserta merefleksikan kelompok mereka termasuk dalam kategori cucu Mamang Kuraya yang mana. 3. Buatlah diskusi pleno untuk berbagi hasil diskusi masing-masing kelompok. Elaborasi diskusi dari manfaat langsung pohon sampai dengan penahan air. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

18


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

4. Diskusikan nilai-nilai yang ada di masyarakat atau yang pernah ada berkaitan dengan kearifan lokal dengan tanam pohon atau perlindungan hutan/mata air

Catatan untuk pemandu: Beberapa pertanyaan yang bisa memacu diskusi manfaat pohon a. Apa manfaat yang bisa langsung bisa dirasakan bagi manusia b. Apa manfaat pohon bagi lingkungan di sekitar kita c. Apa yang terjadi di sekitar kita tidak ada pohon d. Apa yang harus dilakukan agar masyarakat mendapatkan manfaat dari pohon

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

19


PANDUAN LAPANGAN MATERI HIGINITAS DAN LINGKUNGAN UNTUK SEKOLAH LAPANGAN ESP

Cerita Kasus Mamang Kuraya dan Tiga Cucunya Mamang Kuraya tinggal bersama ketiga cucunya di Desa Suka Senyum di pinggir Sungai Caik Tiris di Kaki Gunung Damai. Desa tempat Mamang Kuraya tinggal berhawa kurang sejuk meski berada di pengunungan dan tidak begitu jauh dari hutan. Sungai tidak memberikan cukup air di musim kemarau dan menggelontorkan air bah yang sangat keruh di musim penghujan. Suatu malam, Mamang Kuraya mengumpulkan ketiga cucunya untuk mengajak mereka bermusyawarah tentang kondisi Desa Suka Senyum. Ia bercerita bahwa di waktu Mamang Kuraya masih kecil udara Desa Suka Senyum sangat sejuk, air jernih dengan ikan berlimpah, dan musim kemarau masyarakat tidak kekurangan air. Ia suka sekali bermain petak umpet di rerimbunan pohon dan tertidur di bawahnya. Mamang Kuraya kemudian meminta ketiga cucunya untuk mengatasi persoalan tersebut tanpa memberikan arahan. Dia hanya berpesan, sebelum meninggal ingin melihat Desa Suka Senyum kembali seperti masa kecilnya. Singkat cerita ketiga cucunya memberikan jawaban atas permintaan kakeknya. Asep: ’Kakek, bila itu yang diinginkan saya menyarankan kita pindah ke Desa Masih Segar. Di sana Kakek bisa merasakan kesejukan alam dan kita tidak perlu repot dengan desa kita’. Ujang: ’Kakek, kita tidak perlu pindah rumah kalau hanya menginginkan udara sejuk. Nanti kita beli mesin pendingin ruangan saja, air kita beli dari kota dan sesekali kita bertamasya ke Hutan Wisata. Iman: ’Kakek, untuk memenuhi permintaan kakek, aku hanya akan mulai menanam pohon di halaman rumah dan tanah yang kita miliki. Aku juga akan menanam pohon di mana dulu hutan berada sambil mengajak tetanggatetangga kita melakukan hal yang sama’

Catatan untuk pemandu: Nama desa, orang dan bahasa yang ada dalam cerita disarankan untuk disesuaikan dengan sosio kultural wilayah setempat.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

20



ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM Ratu Plaza Building, 17th. Fl. Jl. Jend. Sudirman No. 9 Jakarta 10270 Indonesia Tel. +62-21-720-9594 Fax. +62-21-720-4546 www.esp.or.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.