Pedoman Pelatihan Kader Komunitas

Page 1

PANDUAN PELATIHAN

KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN & KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

MARET 2007 This publication was produced by Development Alternatives, Inc. for review by the United States Agency for International Development under Contract No. 497-M-00-05-00005-00


Kredit Foto: Bertha Ulina Nababan/ ESP Sumatra Utara Ibu-ibu asyik berdiskusi sebagai bagian dari pelatihan kader posyandu di Medan, Sumatra Utara.


PANDUAN PELATIHAN KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

Title:

Program, activity, or project number: Strategic objective number: Sponsoring USAID office and contract number:

Komunikasi untuk Perubahan Perilaku di seputar Kesehatan dan Kebersihan Untuk Kader Masyarakat Environmental Services Program, DAI Project Number: 5300201. SO No. 2, Higher Quality Basic Human Services Utilized (BHS). USAID/Indonesia, Contract number: 497-M-00-05-00005-00.

Contractor name:

DAI.

Date of publication:

March 2007



TABLE OF CONTENTS KATA PENGANTAR ................................................................................................................III 1.

PENDAHULUAN............................................................................................................... 1

2.

KURIKULUM PELATIHAN KADER................................................................................ 2 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 2.11.

BINA SUASANA DAN PENYUSUNAN HARAPAN ......................................................................................2 PRE TESTING ........................................................................................................................................... 11 MITOS TENTANG KESEHATAN .............................................................................................................. 12 KONSEP BERSIH ...................................................................................................................................... 13 TRANSMISI FECAL ORAL ........................................................................................................................ 15 PENDALAMAN 4 TRANSMITER KUMAN DARI FECES KE MANUSIA ...................................................... 17 PENGANTAR KOMUNIKASI EFEKTIF ...................................................................................................... 21 PENGANTAR KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU ............................................................................. 23 KOMUNIKASI EFEKTIF UNTUK PERUBAHAN PERILAKU ........................................................................ 25 POST TEST ............................................................................................................................................... 31 RENCANA TINDAK LANJUT ................................................................................................................... 32 U

U



KATA PENGANTAR Perilaku bersih atau higienis adalah kunci dari upaya peningkatan kesehatan keluarga, khususnya terkait dengan penurunan angka diare. Pada umumnya, masyarakat sudah memahami pentingnya perilaku yang bersih atau higienis agar supaya dapat menghindarkan diri dari berbagai penyakit. Namun demikian pada tingkat menjalankan pemahaman itu masih terlihat kesenjangan yang besar dalam menerapkan perilaku bersih ini dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga perlu ada pendekatan sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku bersih dan higienis dari masyarakat. Kader adalah tulang punggung di masyarakat dalam mendorong terjadinya perubahan. Ada banyak sekali kader pada tingkatan ini, seperti misalnya kader Posyandu, kader PKK, kader lingkungan dan lain sebagainya. Para kader ini sudah mengenali masyarakatnya dengan baik, memahami kondisi yang ada dan mampu berinteraksi dengan sesame warga masyarakat dan dipercaya oleh warga. Melihat hal ini maka ESP dalam upayanya untuk menurunkan prevalensi diare pada anak dibawah umur 3 tahun melalui peningkatan perilaku bersih, khususnya diseputar cuci tangan pakai sabun, pengelolaan sampah, pengelolaan air untuk minum, perlindungan sumber air maupun sanitasi; perlu untuk melibatkan para kader yang tersedia di masyarakatnya. Khususnya terkait dengan pendekatan ESP untuk memberdayakan komunitas agar mampu untuk menyelesaikan persoalannya sendiri. Pelatihan untuk kader dimaksudkan untuk memberikan pemahaman akan pentingnya perilaku sehat dipraktekkan secara terus menerus dalam keluarga dan masyarakat agar dapat menunjang peningkatan kualitas kesehatan khususnya penurunan angka diare. Pelatihan ini juga memberi ketrampilan untuk berkomunikasi secara efektif untuk menyampaikan pesanpesan tentang hidup bersih, higienis dan sehat yang pada gilirannya membawa perubahan pada perilaku masyarakat terkait dengan cuci tangan pakai sabun, sampah, air dan sanitasi.



1. PENDAHULUAN Environmental Services Program (ESP) adalah sebuah program dilakukan selama dalam periode lima tahun dan didanai oleh United States Agency for International Development (USAID). Program ini dilaksanakan oleh Development Alternatives, Inc. (DAI). ESP bermitra dengan pemerintah, pihak swasta, LSM, kelompok masyarakat dan pihak-pihak lain untuk mendukung terwujudnya peningkatan kesehatan masyarakat melalui peningkatan pengelolaan sumberdaya air dan perluasan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi. Program ini mulai dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai September 2009. Kegiatan ESP difokuskan di 6 wilayah utama program yaitu Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah/Yogyakarta, Jawa Barat/DKI Jakarta. ESP juga mempunyai program dengan skala yang lebih kecil di Padang (Sumatera Barat), Balikpapan (Kalimantan Timur), Manado (Sulawesi Utara), dan Manokwari dan Jayapura (Papua). ESP menjadi salah satu bagian dari Kantor USAID Indonesia yang mendukung terwujudnya tujuan strategis: Pelayanan Dasar Masyarakat/Basic Human Services (BHS) Strategic Objective (SO), yang terfokus pada keterkaitan antara kesehatan dan lingkungan yang berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Kegiatan-kegiatan USAID/BHS mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dasar masyarakat yaitu air, makanan/nutrisi dan kesehatan, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Beberapa program lain yang berada di bawah BHS yang juga menjadi mitra dari ESP adalah Program Pelayanan Kesehatan/Health Services Program (HSP), Program Aman Tirta/Safe Water Systems (SWS) dan Program Ketahanan Pangan dan Nutrisi/Food Security and Nutrition (FSN) yang dilaksanakan dengan bekerja sama dengan beberapa LSM Internasional. Selain itu, Program ESP juga bekerja sama erat dengan program-program relevan lainnya dari sasaran-sasaran Strategis USAID, seperti Local Governance Support Program (LGSP, Program Dukungan Tata Kelola Pemerintah Lokal), the Decentralized Basic Education Programs (DBE 1, 2 & 3, Program Pendidikan Dasar Terdesentralisasi), dan the Aceh Technical Assistance Recovery Program (A-TARP, Program Bantuan Teknis Pemulihan Aceh). Selain itu, ESP juga bekerja secara erat dengan program regional USAID, Eco Asia, yang berbasis di Bangkok, Thailand, dan melayani Indonesia selain juga banyak negara Asia lainnya. Salah satu program yang merupakan salah satu elemen penting ESP adalah dukungan program penguatan masyarakat. Pendekatan yang digunakan oleh ESP dalam rangka penguatan masyarakat adalah melalui kegiatan Sekolah Lapangan ESP dimana pendekatan ini akan menjadi “pintu masuk� utama untuk pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat dalam rangka menjamin keberlanjutan program. Salah satu aspek yang dikembangkan oleh ESP adalah perubahan perilaku higinitas masyarakat dalam rangka penurunan angka diare. Untuk itu dikembangkan materi pelatihan untuk kader komunitas yang akan mendukung penguatan pemahaman masyarakat yang mengarah pada perubahan perilaku higinitas. Materi yang dikembangkan ini terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama adalah materi yang terkait dengan peningkatan hidup bersih atau higienis seperti cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan sampah serta sanitasi dan perlindungan sumber air. Bagian kedua adalah materi yang terkait dengan peningkatan ketrampilan berkomunikasi yang efektif untuk membantu terjadinya perubahan perilaku diseputar perilaku bersih dan higienis tersebut. Diharapkan bahwa melalui pelatihan ini, kader akan paham tentang hidup bersih dan higienis serta mampu mengkomunikasikan pemahamannya itu kepada masyarakat dimana ia tinggal.



KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2. KURIKULUM PELATIHAN KADER 2.1. BINA SUASANA DAN PENYUSUNAN HARAPAN Tujuan: 1. Membantu kelompok untuk membentuk dirinya. 2. Membantu partisipan untuk mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan/menyimak dan menganalisa komunikasi serta berkolaborasi Waktu yang diperlukan: 1-2 jam Materi yang diperlukan: 1. Kertas flip chart 2. Spidol berwarna-warni Peserta: terbagi dalam 4 kelompok Pembagian sesi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Ice Breaker: Permainan memberi nama Harapan Membuat Garis Lurus Membuat aturan main Meluruskan benang kusut Belajar Mendengarkan Bahasa tubuh Malaikat Penolong Berjalan Bersama

PENGANTAR 1. Mintalah kelompok untuk duduk dalam satu lingkaran, kalau mungkin duduklah dilantai. Semua orang harus berada pada level yang sama termasuk juga fasilitator. 2. Fasilitator memperkenalkan diri dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan para peserta dan sekali lagi meminta komitmen mereka untuk mengikuti seluruh proses pelatihan. Karena setiap sesi berkaitan erat dengan sesi lainnya dan untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh, para peserta harus mengikuti seluruh proses pelatihan. Hal ini akan memudahkan semua orang untuk berinteraksi karena semuanya mengetahui apa yang terjadi. 3. Bila ada peserta yang datang hanya untuk sebagian pelatihan maka hal itu akan menyulitkan peserta lainnya. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

2


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

PERMAINAN MEMBERI NAMA Waktu: 15 menit Tujuan: Sebagai pencair suasana. Agar fasilitator mengenal nama para partisipan, dan supaya semua peserta bisa mulai berbicara dan tertawa bersama. Penjelasan: Setiap peserta diminta untuk memperkenalkan dirinya kepada kelompok dengan menggunaka ‘ajektif’ yang sama bunyinya dengan nama dirinya; misalnya Ina Imut, Impian Indah, Fantastik Feri, atau Gatot Gede. Langkah-langkah: 1. Jelaskan bahwa fasilitator ingin mengenal dengan baik nama dari semua peserta karena akan bekerja bersama untuk beberapa hari kedepan. Fasilitator juga ingin tahu hal-hal istimewa apa saja yang dimiliki oleh masing-masing peserta. 2. Mulailah dengan menanyakan ’ajektif’ yang seirama bunyinya dengan nama mereka masing-masing. Jelaskan bahwa ini bukanlah sebuah kompetisi sehingga kalau ada yang belum mendapatkan ’ajektif’ untuk namanya bisa dibantu oleh temannya sesama peserta. Kemudian mintalah para peserta untuk memikirkan sesuatu yang istimewa tentang diri mereka. 3. Mulailah permainan ini dengan memperkenalkan diri sendiri sebagai fasilitator, misalnya: saya, Toro Tentrem dan saya senang bercanda atau saya, Slamet Sentosa dan saya pandai bermain gamelan. Pilihan ’ajektif’ yang lucu atau ceria akan membuat orang tertawa! 4. Kemudian bergilir meminta para peserta untuk memperkenalkan diri dengan nama ’ajektifnya’ nama hal apa yang mereka sukai/istimewa dari dirinya. Catatan: Bila seseorang tidak dapat menemukan nama ’ajektif’ untuk dirinya, ada kemungkinan ia adalah seorang yang pemalu, harap diperhatikan karena mungkin ia perlu diberi perhatian khusus pada sesi-sesi selanjutnya. Untuk sesi ini, bantulah dengan memberi ’ajektif’ yang menyenangkan untuk namanya dan ajaklah peserta lain untuk membantu juga. Sebagian orang ada yang tidak nyaman memberi pujian atau mengatakan apa yang istimewa tentang dirinya. Berilah pujian dan dukungan yang cukup sepanjang pelatihan ini untuk mereka yang terlihat malu-malu.

HARAPAN Waktu: 15 menit Tujuan: Memberi kesempatan kepada para peserta untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya tentang pelatihan ini. Hal ini akan membantu fasilitator untuk mendapatkan gambaran tentang pemahaman mereka dan juga meluruskan pemahaman yang keliru. Penjelasan: Setiap peserta diminta untuk menyebutkan satu harapan dan satu keraguan mereka terhadap pelatihan ini. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

3


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

Langkah-langkah: 1. Jelaskan lepada para peserta bahwa ádalah sangat baik dan berguna bagi fasilitator untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh para peserta tentang pelatihan ini. 2. Mulailah dengan berdiri atau duduk dalam lingkaran, dari orang yang berada disebelah kiri fasilitator untuk mengungkapkan satu hal yang mereka harapkan dari pelatihan ini dan yang mereka ragukan/takutkan. Mereka sebaiknya didorong untuk mengekspresikan dengan berkata “Saya berharap bahwa dengan pelatihan ini…..” dan juga “Yang saya khawatirkan dari pelatihan ini………” 3. Jangan membuat komentar apapun tentang harapan dan keraguan/kekhawatiran mereka ini. Umpan balik dan diskusi: 1. Estela semua orang mengungkapkan harapan dan kekhawatirannya, fasilitator baru memberikan komentar. Bila harapan yang disampaikan tidak dapat dicapai melalui pelatihan ini maka fasilitator harus langsung menjelaskan pada desempatan ini. Kemudian fasilitator memberikan pemahaman tentang kekhawtiran mereka dan bahwa hal tersebut akan dicoba untuk diatasi bersama. 2. Mintalah setiap orang untuk mengingat harapan dan kekhawatirannya, bila perlu dituliskan pada kertas meta plan, sehingga pada akhir pelatihan dapat kembali divas bersama.

MEMBUAT GARIS LURUS Waktu: 15 menit Tujuan: Membantu partisipan untuk menyelami makna dari kerjasama dan dukungan kelompok. Penjelasan: Peserta diminta untuk secara bergantian berjalan pada satu garis lurus menyeberangi ruangan pelatihan dengan mata tertutup. Pertama harus dilakukan sendiri tanpa ada bantuan dan arahan, kemudian yang kedua dengan dorongan kelompok dan arahan yang membantu dan memberi semangat. Langkah-langkah: 1. Siapkan penutup mata, bisa menggunakan sapu tangan atau scarf/selendang. 2. Mintalah satu orang untuk menjadi relawan untuk berjalan dengan mata tertutup mengikuti garis yang membelah ruangan. Tutup matanya kemudian putarlah badannya beberapa kali sebelum meminta ia berjalan di garis lurus yang membelah ruangan menuju kepada satu titik yang disetujui bersama diujung ruangan pada sisi yang berseberangan. 3. Perintahkan lepada kelompok untuk tidak bersuara sama sekali, mereka juga tidak boleh menyentuh orang tersebut. 4. Setelah orang yang ditutup matanya ini sampai diseberang ruangan, mintalah ia untuk membuka penutup matanya. Kemudian mintalah orang tersebut untuk melihat sejauh mana ia telah melenceng dari tujuan yang seharusnya. 5. Kemudian tanyakan apa yang dia rasakan ketika berjalan tadi dan tidak ada komentar sedikitpun dari teman-temannya. 6. Selanjutnya mintalah dia untuk menutup kembali matanya dan mengulangi permainan tadi, namun kali ini dengan arahan dan dukungan dari kelompok tanpa ada sentuhan. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

4


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

Setelah itu ulangi lagi, kali ini peserta yang lain boleh menyentuh dan memberi arahan dengan sentuhan dan juga berbicara kepadanya. 7. Setelah semua ini dilakukan, ulangi apa yang dilakukan di tahap 4 dan 5 diatas. 8. Bila ada waktu, ulangi lagi seluruh proses ini dengan relawan yang lain. Umpan Balik dan Diskusi: Fasilitator perlu menjelaskan bahwa permainan ini bukanlah sebuah kompetisi, tetapi upaya untuk mengeksplorasi keuntungan dari kerjasama didalam kelompok bila dibandingkan dengan melakukannya sendiri; dan juga pentingnya factor ‘mendengarkan’ orang lain.

MEMBUAT ATURAN MAIN Waktu: 15 menit Tujuan: Mendapatkan persetujuan aturan main yang diberlakukan selama proses pelatihan. Alat yang dibutuhkan: Kertas flip chart, dan spidol/marker. Penjelasan: Doronglah setiap anggota kelompok/peserta untuk melakukan curah pendapat tentang aturan main yang mereka inginkan bagi pelatihan ini. Langkah-langkah: 1. Jelaskan kepada peserta bahwa ini adalah kesempatan mereka untuk belajar bersama, sehingga agar mereka dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya maka perlu dibuat aturan main yang disepakati bersama. Bila terlihat agak ragu, fasilitator dapat mengusulkan isu-nya, misalnya ketepatan waktu, menghargai orang lain, tidak menghakimi, dan seterusnya. 2. Letakan satu lembar kertas flipchart ditengah lingkaran dilantai kemudian mintalah setiap peserta untuk menyampaikan idenya. Bila semua orang setuju dengan ide tersebut, mintalah orang yang memberi ide tersebut untuk menggambarkan ide tersebut dalam bentuk simbal yang dapat menjelaskan ide itu. Pada awalnya akan sulit tetapi dengan dukungan kelompok maka dapat dibuatkan simbol yang merepresentasi ide tersebut. Fasilitator dapat mengusulkan ide untuk digunakan sebagai simbol, misalnya untuk ketepatan waktu bisa menggunakan gambar matahari atau jam dinding, menghargai orang lain disimbolkan dengan gambar wajah yang tersenyum, dan sebagainya. 3. Setelah aturan main yang mereka usulkan digambar pada flip chart, mintalah seluruh peserta untuk melihatnya sekali lagi untuk dikomentari sebelum disetujui bersama. 4. Setelah disetujui berilah penugasan untuk memastikan bahwa mereka semua menjalankan peraturan tersebut. Beberapa orang secara bergantian memastikan bahwa setiap aturan dipatuhi, misalnya satu orang bertugas untuk masalah ketepatan waktu, satu orang bertugas untuk memastikan bahwa para peserta saling menghargai pendapat peserta lainnya, dan seterusnya. Catatan: Ini mungkin kali pertama seseorang diminta untuk menggambarkan ide dalam bentuk simbol/gambar sehingga perlu banyak dukungan dan pujian saat mereka menggambarkan ide ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

5


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

tersebut. Penting untuk mengingatkan mereka bahwa tidak perlu gambar yang indah. Yang penting adalah semuanya memahami apa arti dari gambar/simbol tersebut.

MELURUSKAN BENANG KUSUT Waktu: 15 menit Tujuan: Memperlihatkan dengan cara yang menyenangkan bahwa yang paling dapat menyelesaikan masalah adalah orang yang mempunyai masalah itu sendiri. Penjelasan: Dua anggota kelompok mencoba memberikan pengarahan kepada kelompoknya bagaimana caranya mereka menyelesaikan persoalannya. Hal ini sangat sulit. Langkah-langkah: 1. Mintalah dua orang yang bersedia untuk menjadi �petugas kesehatan� dan persilahkan mereka untuk meninggalkan ruangan sampai dipanggil kembali. 2. Mintalah pada kelompok untuk membentuk sebuah lingkaran besar dengan berpegangan tangan. Kemudian, minta mereka untuk berpegang tangan dengan erat, lingkaran yang dibuat haruslah menjadi seperti simpul tali yang sulit untuk dibuka. Ingatkan kelompok untuk jangan sampai melepaskan pegangan tangannya hanya karena diminta oleh petugas kesehatan tanpa diberi penjelasan ataupun pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. 3. Panggil kembali para relawan yang diminta menjadi petugas kesehatan, minta mereka memasuki ruangan dengan meletakkan tangannya dibelakang tubuhnya. 4. Mintalah para petugas kesehatan untuk memberikan instruksi kepada kelompok untuk melepaskan ’ikatan’ tangannya tetapi hanya dengan menggunakan perintah verbal, lakukan selama 2-3 menit, para petugas kesehatan boleh mengelilingi lingkaran tetapi tidak boleh menyentuh siapapun. 5. Kita akan menemukan bahwa para petugas kesehatan ini akan bergerak diseputar kelompok dan mungkin merubah sedikit posisi dari orang-orang yang ada didalamnya tetapi tidak dapat membuka simpulnya. Setelah 3 menit, mintalah kelompok untuk berhenti. 6. Mintalah kelompok untuk melepaskan tangannya, kemudian mintalah mereka untuk membentuk lingkaran baru, kali ini dengan mengikutsertakan para petugas kesehatan dan juga fasilitator. Sekarang semuanya akan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran yang besar. 7. Sekarang buatlah simpul baru, kemudian bersama-sama membuka simpul tersebut, mintalah satu peserta untuk menghitung waktunya, tidak dibutuhkan waktu lebih dari 20 detik untuk membuka simpul ini. Umpan balik dan diskusi: 1. Permainan ini memperlihatkan pada kita semua bahwa orang luar tidak bisa mencarikan solusi untuk permasalahan masyarakat kita sendiri. Sebaliknya, masyarakat sendirilah yang dapat mencari jalan keluar bagi permasalahannya. Umumnya, mereka hanya membutuhkan sedikit saran dan dorongan dari pihak luar untuk memperoleh hasil yang luar biasa. 2. Anjurkan kepada para peserta untuk menghubungkan permainan ini dengan kehidupan mereka sehari-hari dengan cara menanyakan kepada mereka, kapan ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

6


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

mereka merasa pernah mengalami hal seperti ini; misalnya dalam hubungannya dengan orang tua mereka, sekolah, organisasi, dan sebagainya.

BELAJAR MENDENGARKAN Waktu: 20 menit Tujuan: Membantu peserta untuk memahami pentingnya memiliki kemampuan untuk mendengarkan orang lain agar mampu berkomunikasi dengan baik. Penjelasan: Peserta diminta untuk bekerja secara berpasangan, bergantian saling berbicara. Saat satu orang bicara yang lainnya mendengarkan apa yang dikatakan, kemudian berhenti mendengarkan. Selanjutnya akan dibahas dalam kelompok besar/pleno. Langkah-langkah: 1. Jelaskan kepada para peserta bahwa kita akan banyak saling mendengarkan selama pelatihan ini. Dalam sub-sesi ini kita akan bersama-sama melihat dan mempelajari ketrampilan untuk menjadi pendengar yang baik. 2. Jelaskan apa yang harus dilakukan oleh para peserta. Mereka diminta untuk mencari pasangan masing-masing untuk bekerja bersama. Salah seorang akan mulai dengan mencoba menjelaskan kepada orang lainnya tentang satu peristiwa yang membuatnya merasa sangat bahagia. Yang mendengarkan tidak boleh berkomentar sepatah katapun tetapi harus berkonsentrasi untuk mendengarkan apa yang dikatakan. Setelah beberapa saat, fasilitator akan meminta pada orang yang sedang mendengarkan cerita untuk berhenti mendengarkan cerita temannya. Pada tahap ini, sang pencerita tetap melanjutkan ceritanya tentang pengalaman membahagiakannya itu tetapi sang pendengar harus berhenti mendengarkan sama sekali. Dia dapat menoleh kekirikanan, menguap, bersiul, atau melakukan apa saja yang bukan mendengarkan cerita temannya. Setelah beberapa menit, fasilitator akan menghentikan permainan ini dan meminta keduanya untuk bertukar peran dan mengulangi kembali seluruh proses ini dari awal. Sang pencerita menjadi pendengar dan sebaliknya. 3. Setelah semua peserta memahami cara bermainnya, maka fasilitator akan memberi aba-aba ’mulai’ dan peserta akan duduk bersama pasangannya dan memulai permainan ini. Fasilitator akan memberi waktu 2 menit untuk masing-masing bagian permainan, sehingga total waktu yang dibutuhkan adalah 8 menit. Umpan balik dan diskusi: 1. Tanyakan pada peserta apa yang mereka rasakan sebagai pencerita, bandingkan antara memiliki pendengar yang menyimak cerita mereka dan saat pendengar tidak peduli. 2. Kemudian bandingkan dengan saat mereka sendiri menjadi pendengar yang baik dan pendengar yang buruk. 3. Mintalah peserta untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dengan menjadi pendengar yang baik sesuai dengan pengalaman mereka saat melakukan permainan ini; dan juga ciri dari pendengar yang buruk. Tanyakan pada peserta, dengan cara bagaimana lagi kita berkomunikasi selain melalui bahasa percakapan. Bila sesorang menyebutkan bahasa tubuh, jelaskan bahwa bila kita menyadari bahasa tubuh kita sendiri maka kita dapat merubahnya bila diperlukan untuk mengkomunikasikan berbagai perasaan kepada orang-orang disekitar kita. Hal ini akan kita bahas berikut ini. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

7


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

BAHASA TUBUH Waktu: 20 menit Tujuan: Membantu peserta memahami lebih jauh tentang peran dari bahasa tubuh dalam hubungan antar manusia. Penjelasan: Melalui permainan peran, peserta diminta untuk mendemonstrasikan bagaimana bahasa tubuh mampu membantu memberikan pemahaman atas apa yang ingin dikomunikasikan tanpa ada penjelasan kata-kata. Langkah-langkah: 1. Mintalah peserta untuk membagi diri dalam pasangan, bekerjalah dengan peserta lain yang belum pernah bekerja dengan mereka sebelumnya. Setiap pasangan harus memikirkan sebuah percakapan yang pernah dilakukan oleh salah seorang dari mereka, yang kemudian menjadi pertikaian pendapat. Hal ini bisa saja pertengkaran dengan pasangannya, atau teman, mereka boleh memilih. Pertama, pasangan ini harus memperjelas karakter mereka dan hubungan mereka melalui cara diperagakan, bukan diucapkan atau ’mime’. Kemudian, mereka juga harus memperagakan pertikaian pendapat yang sudah disepakati diawal permainan ini dalam bentuk ’mime’, hanya boleh menggunakan gerak tubuh dan ekspresi wajah tetapi tanpa kata-kata. 2. Beri masing-masing pasangan waktu 2 menit untuk mempersiapkan diri, kemudian mintalah semua orang untuk kembali duduk dalam lingkaran. Pilihlah, satu pasangan yang ceritanya cukup jelas, kemudian minta mereka untuk memperagakannya ditengah lingkaran agar dapat disaksikan oleh semua orang. 3. Mintalah penonton untuk menjelaskan cerita yang diperagakan oleh pasangan ini. Tidak harus mengetahui rincian cerita, tetapi lebih pada memperlihatkan betapa mudahnya untuk menebak cerita yang terjadi hanya dari melihat bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh mereka. 4. Lanjutkan dengan pasangan lainnya dengan cerita yang lebih sulit, lanjutkan dengan pasangan lain bila waktu memungkinkan. 5. Ajaklah para peserta untuk berdiskusi tentang bentuk-bentuk emosi yang bisa dikomunikasikan melalui bahasa tubuh: misalnya kemarahan, kesedihan, sukacita, kenikmatan, kekuasaan, dll sambil memperagakan berbagai bentuk emosi tersebut. 6. Tunjukan pula bagaimana perbedaan cara kita menatap orang lain serta posisi sosial dalam masyrarakat dapat memberi perbedaan besar dalam cara kita berkomunikasi; juga adanya perbedaan ’kekuasaan’ misalnya guru berdiri sementara murid harus duduk, orang yang lebih tua duduk di kursi sementara yang muda berdiri atau duduk dibawah – mintalah peserta untuk memberikan contoh lainnya berdasarkan pengalaman mereka. 7. Selesaikan sub-sesi ini dengan mengajak peserta untuk berpikir tentang cara mereka menggunakan bahasa tubuhnya untuk menyatakan sesuatu antara satu sama lain selama pelatihan ini. Mintalah mereka untuk memikirkan bagaimana mereka akan menggunakan bahasa tubuhnya secara berbeda pada konteks yang berbeda pula untuk menyampaikan pesan tertentu.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

8


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

Umpan balik dan diskusi: Doronglah peserta untuk lebih memahami bahwa kita dapat berkomunikasi dan ’mendengarkan’ dengan menggunakan tubuh kita sama seperti kata-kata. Jelaskan bagaimana sebagian bahasa tubuh dapat mengkomunikasikan sesuatu secara agresif dan penuh kekuatan, dan ada juga yang menunjukkan kehangatan dan persahabatan, sementara ada pula bahasa tubuh yang memperlihatkan kepasrahan dan kelemahan. Pada dasarnya, kita berbicara banyak melalui tubuh kita!

MALAIKAT PENOLONG Waktu: 15 menit Tujuan: Memberi dukungan bagi setiap peserta selama proses pelatihan. Penjelasan: Setiap orang diberi tanggung jawab untuk mendampingi satu orang lainnya dalam kelompok pelatihan ini Langkah-langkah: 1. Mintalah semua peserta untuk berdiri membentuk lingkaran dan berpegangan tangan. Fasilitator berdiri ditengah lingkaran. 2. Kemudian mintalah semua orang untuk melepaskan tangannya dan menghadap kekanan. Ini berarti bahwa setiap orang akan memunggungi orang lainnya. 3. Berikutnya, jelaskan bahwa dalam pelatihan seperti ini adalah penting untuk saling tolong menolong, sehingga fasilitator akan mengusulkan untuk setiap orang menjadi ’malaikat penolong’ dari orang yang berdiri didepannya dalam lingkaran ini. Dengan cara seperti ini, setiap orang akan memiliki sesorang yang akan memperhatikan dia demikian juga setiap orang akan memperhatian orang lainnya. 4. Selanjutnya, mintalah semua peserta untuk menghadap kembali ketengah lingkaran. Jelaskan bahwa peran dari ’malaikat penolong’ adalah untuk memberi perhatian kepada orang yang tadi berada didepannya, dengan cara menanyakan pada orang tersebut pada setiap akhir sesi, bagaimana keadaan orang tersebut dan apakah semua berjalan lancar. Pengaturan semacam ini akan membuat orang merasa bahwa kalau ada sesi yang sulit, mereka selalu bisa mencari dukungan. Hal ini juga penting untuk membuat setiap orang merasa bahwa mereka memiliki sesuatu yang dapat diberikan dan berguna bagi orang lain. Sehingga diharapkan bahwa hal ini akan membangun ikatan hubungan yang saling mendukung diantara para peserta. 5. Terakhir, tanyakan apakah ada pertanyaan tentang permainan ini sebelum kita memasuki tahap terakhir sesi ini.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

9


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

BERJALAN BERSAMA Waktu: 15 menit Tujuan: Mengakhiri sesi awal, ’winding down exercise’ Penjelasan: Setiap peserta diminta untuk menyebutkan satu hal buruk dan satu hal baik dari kelompoknya masing-masing. Langkah-langkah: 1. Jelaskan bahwa waktu untuk sesi pertama sudah hamper selesai dan kita akan tutup dengan me-review apa saja yang telah kita lakukan. 2. Tambahkan bahwa dalam sesi berikutnya kita sudah akan mulai dengan mengupas

3.

4. 5. 6.

permasalahan yang terjadi disekeliling kita yang menyangkut kesehatan dan kebersihan diri kita dan keluarga. Dan bagaimana menciptakan kondisi ideal bagi lingkungan kita. Tanyakan pada para peserta apakah ada lagu daerah atau cerita rakyat yang mereka sukai yang ingin dibagikan dengan teman-teman lainnya, yang menggambarkan ketentraman dan kesejahteraan lingkungan masyarakat. Semua peserta berdiri dalam lingkaran yang rapat. Mintalah pada orang pertama disebelah kiri fasilitator untuk merentangkan tangan kanannya kedalam lingkaran dan menyebutkan satu hal yang dia anggap sulit tentang keseluruhan sesi pertama ini dan juga sesuatu hal baik atau baru yang ia pelajari. Mintalah mereka untuk menggunakan kalimat: “Saya tidak suka ketika…..” dilanjutkan dengan “Saya sangat senang ketika……” Dilanjutkan dengan orang disebelahnya sampai semua selesai menyatakan pikirannya dan semua lengan kanan terentang kedalam lingkaran. Tutuplah sesi dengan mengatakan bahwa tangan-tangan ini melambangkan kekuatan kita sebagai sebuah kelompok. Terakhir, ingatkan setiap orang akan perannya sebagai “malaikat penolong”.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

10


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.2. PRE TESTING Latar Belakang: Peserta pelatihan merupakan sekumpulan orang yang sangat heterogen, termasuk latar belakang pendidikan formal maupun informal. Dibutuhkan sebuah metode yang bisa memudahkan fasilitator dalam melihat perbedaan tersebut khususnya tentang pengetahuan peserta terhadap konsep bersih. Tujuan: 1. Melihat pengetahuan awal peserta tentang isu konsep bersih. 2. Sebagai bahan kajian pengukur peserta sehingga bisa diketahui isu apa saja yang harus diperdalam. Keluaran: Peserta menjawab dan mempunyai nilai terhadap test yang dilakukan. Pokok Bahasan: Tujuan dari pre-test Bahan dan Alat: Pertanyaan pre-test Metode: Mengisi test Waktu: 30 menit sesi kelas. Langkah-langkah: 1. Jelaskan kepada pserta maksud dari pre-test. 2. Tekankan tentang kejujuran sehingga tidak perlu melihat jawaban peserta lainnya, dan bahwa tidak ada jawaban yang salah. 3. Tekankan kepada peserta bahwa hasil pre-test hanya akan digunakan oleh fasilitator agar informasi yang disampaikan sebagaimana yang diharapkan oleh peserta, berdasarkan hasil pre-test. 4. Bagi lembar pre-test

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

11


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.3. MITOS TENTANG KESEHATAN Latar Belakang: Mitos adalah keadaan atau kepercayaan yang beredar dan diyakini oleh masyarakat namun tidak diketahui sumbernya dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Mitos banyak beredar di tengah masyarakat sehingga membiaskan fakta, tidak jarang masyarakat lebih mempercayai mitos daripada fakta sesungguhnya. Hal ini menyulitkan program penguatan kapasitas jika mitos yang beredar tidak dibahas dengan tuntas. Tujuan: Membantu peserta memahami mitos tentang kesehatan yang beredar di tengah masyarakat dan menyulitkan peningkatan pengetahuan yang dilakukan bersama. Keluaran: Peserta mampu menjelaskan keadaan atau kepercayaan yang beredar di tengah lingkungannya dan bisa memberikan jawaban berdasarkan fakta yang benar. Pokok Bahasan: Keadaan maupun kepercayaan yang diketahui dan beredar di tengah masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan maupun lingkungan. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan dan spidol. Metode: Curah pendapat Waktu: 45 menit . Langkah-langkah: 1. Fasilitator membuka dengan menanyakan kepada peserta apakah ada di antara peserta yang anaknya mencret-mencret. 2. Selanjutnya tanyakan kepada peserta apa yang biasa di lakukan jika anaknya mencretmencret. Tanyakan juga pendapat peserta tentang hubungan mencret tersebut dengan keadaan atau situasi tertentu. 3. Lempar kembali jawaban peserta satu kepada keserta lainnya dan tanyakan apakah kepercayaan tersebut juga di percaya oleh peserta lainnya. 4. Tanyakan apakah semua peserta setuju. Jika semua setuju, explore jawaban-jawaban yang disampaikan peserta. Jika ada peserta yang tidak setuju, explore jawaban peserta tersebut. 5. Bagi peserta menjadi kelompok dengan anggota 5-6 orang. 6. Masing-masing kelompok mendiskusikan keadaan atau informasi lain yang beredar di tengah masyarakat baik yang mereka percayai atau tidak. 7. Minta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan mintalah kelompok yang lain memberikan masukan atau koreksi.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

12


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.4. KONSEP BERSIH Latar Belakang: Konsep Bersih memberikan pemahaman tentang bagaimana kuman berpindah dari lingkungan pemukiman dan alam sekitar terutama kotoran manusia/feses kembali kedalam tubuh manusia. Konsep ini digali dari pemahaman masyarakat terhadap pengetahuan yang sudah ada berdasar pada pengalaman. Tujuan: Membantu peserta memahami perjalanan kuman, bakteri atau virus dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungannya. Keluaran: Peserta mampu menjelaskan kondisi lingkungan pemukiman terutama hal-hal kurang baik yang dapat berdampak pada penyakit dan persebarannya. Peserta menggali sendiri proses pemahaman lingkungan pemukiman yang dapat menimbulkan penyakit tersebut melalui pengamatan dan pencatatan. Selanjutnya, peserta mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Pokok Bahasan: Pengamatan dan pencatatan lingkungan pemukiman yang dapat menyebabkan penyakit dan pengetahuan masyarakat terhadap hubungan antara lingkungan dan penyakit. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol dan catatan pengamatan. Waktu: 60 menit Langkah-langkah: A.

Penugasan (dilakukan pada sesi sebelum konsep bersih) 1. Bagi peserta dengan jumlah anggota 5-6 orang. 2. Mintalah peserta melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap apa saja yang berada di lingkungan dan pemukiman yang dapat menimbulkan penyakit.

B. Diskusi hasil pengamatan 1. Mintalah peserta mendiskusikan hasil pengamatan dengan setiap kelompok mempresentasikan catatan pengamatan. 2. Mintalah peserta untuk a. Membuat daftar berdasar yang paling potensial sebagai sumber penyakit b. Mintalah peserta membuat daftar bagaimana kuman dari sumber penyakit tersebut bisa sampai ke manusia. 3. Buatlah diskusi pleno untuk menyimpulkan apa saja yang paling berpotensi menjadi sumber penyakit dan bagaimana persebarannya. Panduan Pengamatan dan Pencatatan ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

13


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

No

Kegiatan pengamatan

1

Semua yang berada di lingkungan sekitar rumah dan pemukiman yang dapat menyebabkan penyakit

2

Apa saja yang dapat memperluas persebaran penyebab penyakit

3

Bagaimana persebaran itu dapat terjadi

Catatan hasil pengamatan

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

Hal yang paling menarik dari pengamatan

14


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.5. TRANSMISI FECAL ORAL Modul: Siklus perpindahan mikro organis ke manusia

MODUL: SIKLUS PERPINDAHAN MIKRO ORGANIS KE MANUSIA

Latar Belakang: Transmisi Kuman memberikan pemahaman tentang bagaimana kuman berpindah dari kotoran manusia/feses dan kembali kedalam tubuh manusia. Tujuan: Membantu peserta memahami perjalanan kuman dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungannya. 1. Memahami transmisi mikro organis dari kotoran manusia ke mulut dan perut. 2. Memahami perilaku bersih untuk memutus mata rantai transmisi kuman 3. Memahami pentingnya perilaku bersih terhadap kesehatan diri, keluarga dan mesyarakat. Keluaran: Peserta mengerti akan arti dari ’bersih’ dan bahwa meskipun terlihat sederhana, pemahaman yang benar akan hal ini dapat mencegah terjadinya penyakit. Peserta mengalami sendiri melalui proses observasi diri dan lingkungan sehingga dihararapkan dapat mengembangkan sendiri ”konsep bersih” bagi dirinya dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

15


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

Pokok Bahasan: Diagram perpindahan kuman melalui air, tanah, lalat dan tangan. Berikut penjelasan tentang bagaimana caranya memotong jalur perpindahan kuman tersebut. Hal-hal apa saja yang dapat membantu atau menghambat seseorang untuk memahami dan menerapkan ’konsep bersih’ ini pada dirinya, keluarga maupun lingkungannya – membahas hasil pengalaman observasi diri dan lingkungan. Bagaimana menemukan cara-cara yang sederhana untuk menjelaskan ’konsep bersih’ bagi diri sendiri maupun orang lain. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan warna (minimal 4 warna untuk merepresentasi ke 4 cara perpindahan kuman), potongan-potongan gambar transmisi kuman dari tinja ke manusia, spidol, lakban. Waktu: 90 menit Langkah-langkah: 1. Tanyakan pada peserta apa yang menjadi sumber penyakit dan apa saja yang menjadi ‘pemindah’ sumber penyakit ke manusia. (berkaitan dengan materi konsep bersih) 2. Tanyakan pada peserta gambar-gambar yang sudah disiapkan untuk menyamakan persepsi. 3. Bagi peserta dalam kelompok kecil terdiri dari 5-6 orang dan mintalah peserta menyusun gambar-gambar menjadi gambar yang saling berhubungan sebab akibat. Gunakan kertas dalam bentuk anak panah untuk menghubungkan antar gambar. 4. Hasil diskusi kelompok disampaikan dalam diskusi pleno agar terjadi dialog interaktif antar kelompok. Kemudian simpulkan susunan gambar yang benar. 5. Dari kesimpulan gambar yang sudah benar, minta peserta untuk mebuat langkah/cara memutus perpindahan sumber penyakit ke manusia. Minta peserta mendiskusikannya dalam kelompok seperti no 4. 6. Minta peserta kembali diskusi pleno dan buat kesimpulan cara memutus perpindahan sumber penyakit ke manusia yang benar. 7. Mintalah peserta membuat rumusan atau kesimpulan tentang konsep bersih.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

16


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.6. PENDALAMAN 4 TRANSMITER KUMAN DARI FECES KE MANUSIA 2.6.1. TANGAN Latar Belakang: Curtiss dan Raincorns menyimpulkan bahwa tangan merupakan pembawa utama kuman/bakteri yang berada di tinja manusia kembali ke manusia. Peran tangan terhadap persebaran kuman bisa mencapai 47%, sehingga bila peran tangan dapat dikendalikan otomatis dapat mencegah terjadinya penyakit diare sampai 47%. Tujuan: Membantu peserta memahami perjalanan kuman, bakteri atau virus dari tinja kembali ke manusia melalui tangan. Keluaran: Peserta mampu menjelaskan peran tangan sebagai penyebar utama bakteri terutama e coli dari tinja ke manusia. Selanjutnya peserta memahami bahwa cuci tangan dengan sabun dan pada 5 waktu penting untuk mencegah manusia terkontaminasi kuman melalui tangan. Pokok Bahasan: Peran tangan sebagai penyebar utama bakteri e coli penyebab diare serta penyakit lain yang berhubungan dengan buruknya kualitas lingkungan. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, sarana cuci tangan, nasi steril, plastik transparan steril, dan catatan pengamatan. Waktu: 45 menit . Langkah-langkah: 1. Bagi peserta dengan jumlah anggota 5-6 orang. 2. Mintalah peserta mendiskusikan apa saja yang dilakukan tangan dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Bagi topic diskusi menjadi tangan dan kotoran serta tangan dan kebersihan. 3. Mintalah peserta menghubungkan antara kegiatan tangan dengan kotoran dan kegiatan tangan dengan kebersihan. 4. Mintalah peserta mendiskusikan cuci tangan sebagai salah satu kegiatan penting. 5. Mintalah peserta membuat daftar kapan saja perlu dilakukan cuci tangan dan menyusun dalam prioritas dari yang paling penting. 6. Mintalah peserta melakukan demo cuci tangan pakai sabun di tempat yang sudah disediakan 7. Mintalah peserta melakukan percobaan dengan menempelkan tangan yang belum dicuci dan tangan yang sudah dicuci pada nasi selanjutnya bungkus nasi tersebut dalam plastik steril. Tunggu hingga 24 jam atau lebih apakah ada perbedaan antara keduanya. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

17


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.6.2. LALAT Latar Belakang: Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat agraris yang dipaksa hidup dalam kultur industri sehingga perilaku yang ditunjukan adalah perilaku di mana masyarakat masih menganggap daya dukung alam masih kuat (Kuntowijoyo,1996). Kutipan di atas adalah refleksi perilaku masyarakat khususnya perlakuan terhadap sampah yang masih tidak baik. Sampah bagi sebagian besar masyarakat kita adalah benda yang semetinya segera dienyahkan dari pandangan, celakanya, sampah tersebut dibuang tidak pada tempat yang benar sehingga menimbulkan masalah baru. Tujuan: • • •

Membantu peserta memahami jenis-jenis sampah yang biasa ditemukan di pemukiman Membantu peserta memahami bahaya pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan Membantu peserta menemukan manfaat sampah dan cara pengelolannya.

Keluaran: Peserta mampu menjelaskan jenis-jenis sampah, dampak buruk sampah, manfaat sampah dan pengelolaannya. Pokok Bahasan: Memperkenalkan peserta terhadap konsep 3 R (reduce, reuse, recycle) dalam kehidupan sehari-hari. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, lembar pengamatan, plastik tempat sampah, gunting, lem, dan kertas warna. Waktu: 30 menit. Langkah-langkah: 1. Bagi peserta dengan jumlah anggota 5-6 orang. 2. Mintalah peserta mendiskusikan jenis-jenis sampah yang mereka ketahui dan mencari contoh dari setiap jenis sampah di sekitar lokasi pelatihan. 3. Mintalah peserta mengelompokkan sampah-sampah yang sudah dikumpulkan berdasarkan dampak buruk dan manfaatnya. 4. Berilah peserta perlengkapan seperti gunting, lem, cutter, kertas warna-warni dan lain-lain untuk membuat benda-benda dari sampah yang dikumpulkan. 5. Mintalah setiap kelompok menjelaskan no 1 sampai dengan no 4 dalam diskusi pleno 6. Buatlah kesimpulan bersama berkaitan dengan materi pengelolaan sampah mengacu pada sampah yang bisa dikurangi, digunakan kembali dan didaur ulang.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

18


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.6.3. AIR Latar Belakang: Air merupaka salah satu media persebaran bakteri e coli penyebab diare yang bersumber dari tinja manusia. Secara tidak langsung, air menyebarkan e coli secara masif ke pemukiman dan masuk ke ruang keluarga. Tujuan: Membantu peserta memahami perjalanan kuman melalui air dan membuat langkah-langkah mengamankan air dari e coli. Keluaran: Peserta mampu menjelaskan peran air sebagai salah satu penyebar bakteri e coli dan membuat pencegahanya melalui merebus air secara benar, klorinasi dan pemanasan matahari. Pokok Bahasan: Peran air sebagai penyebar bakteri e coli penyebab diare serta penyakit lain yang berhubungan dengan buruknya kualitas lingkungan. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, dan air minum. Waktu: 30 menit. Langkah-langkah: 1. Ambil satu gelas air, tanyakan pada peserta bagaimana air itu bisa sampai di meja dan siap diminum. 2. Bagi peserta menjadi kelompok dengan anggota 5-6 orang. 3. Diskusikan perjalanan air tersebut dan fokuskan pada apa yang potensial bisa berada dalam air termasuk yang tidak terlihat. 4. Tanyakan bagaimana peserta bisa tahu adanya mahkluk yang tidak terlihat di dalam air. 5. Tanyakan bagaimana biasanya peserta memperlakukan air agar aman untuk diminum. 6. Tanyakan pada peserta cara lain mendapatkan air agar aman untuk diminum selain direbus 7. Demo Air Rahmat

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

19


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.6.4. JAMBAN Latar Belakang: Bila nengacu pada data yang dikeluarkan BPS 2004 semestinya tidak begitu pelik persoalan sanitasi di Indonesia. 80,45 % masyarakat perkotaan sudah memiliki toilet dan tangki septik, sedang 57,26% masyarakat pedesaan sudah memiliki toilet baik tradisional maupun sudah memenuhi standar kesehatan. Persoalannya adalah data tersebut berbanding terbalik dengan outbreak penyakit akibat buruknya kualitas lingkungan dan sanitasi seperti diare, dan dysentri. Hal yang perlu digarisbawahi adalah adanya kesenjangan antara data dan masih tingginya angka mortalitas dan morbiditas diare. Tujuan: Membantu peserta memahami dampak buruk dari perilaku BAB yang tidak di jamban yang sesuai standar kesehatan. Keluaran: Peserta mampu menjelaskan perilaku BAB yang tidak ramah terhadap lingkungan dan perilaku yang tidak menyebabkan persebaran bakteri e coli. Pokok Bahasan: Peran tinja sebagai sumber utama bakteri e coli penyebab diare serta penyakit lain yang berhubungan dengan buruknya kualitas lingkungan. Bahan dan Alat: Flip chart, meta plan, spidol, gambar perilaku baik dan perilaku bruk berkaitan dengan BAB dan catatan pengamatan. Waktu: 30 menit. Langkah-langkah: 1. Bagi peserta dengan jumlah anggota 5-6 orang. 2. Mintalah peserta mendiskusikan gambar-gambar yang sudah disiapkan berdasar pada perilaku baik dan perilaku buruk. Mulai dengan pertanyaan ’kenapa disebut buruk dan yang lain disebut baik’ 3. Buatlah dikusi pleno untuk memfasilitasi antar kelompok saling berbagi pemahaman tentang perilaku baik dan buruk. 4. Elaborasi diskusi perilaku baik dan buruk menuju perilaku sahari-hari

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

20


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.7. PENGANTAR KOMUNIKASI EFEKTIF Definisi: Komunikasi adalah sebuah proses dimana pesan disampaikan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya melalui jalur yang tepat dan untuk mendapatkan tanggapan. Beberapa elemen penting dalam komunikasi adalah • • • • •

Pesan Pengirim pesan Jalur komunikasi Penerima Tanggapan/umpan balik

PESAN PENERIMA

PENGIRIM TANGGAPAN

Berdasarkan penjelasan diatas maka agar supaya komunikasi dapat berlangsung dengan efektif maka: • • • • •

Pesan haruslah jelas, padat, factual, sederhana dan sesuai kebutuhan saat itu. Pengirim pesan harus mengirimkan pesan dengan atau kepada tujuan yang jelas/spesifik Jalur komunikasi yang digunakan haruslah efektif dan dapat diterima serta digunakan atau mudah diakses oleh penerima pesan. Penerima pesan harus dapat membaca dan memahami pesan serta diterima dan dipahami sesuai dengan maksud pesan tersebut. Tanggapan adalah apa yang direspon oleh penerima pesan. Tanggapan dapat berbentuk verbal maupun non-verbal dan harus diikuti oleh perubahan perilaku yang positif dari target atau si penerima pesan. Apabila hal ini tidak terjadi maka pesan tersebut tidak mempunyai makna bagi si penerima.

Cara-cara berkomunikasi: Verbal, adalah pertukaran ide atau pemikiran melalui kata-kata, misalnya pembicara antara satu orang kepada orang lainnya atau satu orang kepada sekelompok orang, pembicaraan perorangan dalam kelompok. Non-verbal, adalah pertukaran ide atau pemikiran melalui tulisan, dan juga bahasa tubuh seperti gerak tubuh, ekspresi anggota tubuh lainnya, raut wajah dan memberi tanda/signs. Komunikator yang baik menggunakan kedua bentuk atau cara berkomunikasi ini, baik verbal maupun non-verbal secara bersamaan untuk mendapatkan hasil yang efektif. Bila sesorang berbicara, maka ia akan menggunakan ilustrasi atau mempertegas maksud kata-katanya dengan menggunakan tanda, ekspresi wajah, gerak tubuh atau gambar. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

21


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

Ciri-ciri komunikator yang baik: • • • • • • • • • • •

Antusias Percaya diri Tenang dan santai Berbicara dengan irama yang mudah diikuti dan jelas Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sesuai dengan kondisi setempat Memberi pengarahan dan instruksi yang jelas Jujur Menggunakan bahasa yang positif Selalu mempertahankan kontak mata Menyiapkan materi yang efektif Menggunakan contoh-contoh yang tepat

Hambatan terhadap Komunikasi Efektif Hambatan Personal • Pemahaman yang kurang terhadap materi dan juga peserta/partisipan yang hadir, hal ini seringkali disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau kurang tepat. • Sikap komunikator yang negatif dapat memberi dampak pada pesan yang ingin disampaikan, sikap yang negatif seringkali disebabkan oleh kurangnya empati (pemahaman akan orang lain) atau prasangka (cenderung menghakimi). • Perbedaan usia antara pengirim dan penerima pesan dapat juga menjadi hambatan. • Bahasa tubuh yang cenderung negatif, baik itu ekspresi maupun gerak dan intonasi suara yang kurang tepat. Hambatan Sosial-Budaya • Termasuk didalamnya adalah latar belakang agama dan budaya yang mungkin dapat menggangu komunikasi • Perbedaan jenis kelamin, ada kelompok masyarakat yang cenderung lebih senang untuk berkomunikasi dengan sesama jenisnya. • Perbedaan bahasa Hambatan Logistik • Pemilihan waktu yang salah dapat memberi dampak pada penyampaian informasi kepada orang lain. • Tempat pertemuan yang kurang tepat dapat mempengaruhi jalannya kegiatan, salah satu contohnya adalah pengaturan tempat duduk, fentilasi udara maupun pencahayaan (lampu). • Alat bantu komunikasi yang kurang atau tidak tepat dapat mempengaruhi komunikator dalam berkomunikasi dengan yang lainnya.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

22


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.8. PENGANTAR KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU Definisi: Komunikasi untuk Perubahan Perilaku (KPP) adalah strategy utama dalam upaya komunikasi kesehatan atau lebih dikenal sebagai promosi kesehatan. KPP adalah sebuah proses dimana informasi dan ketrampilan dibagi dan disebarluaskan kepada masyarakat dan secara khusus ditujukan kepada kelompok tertentu dengan harapan untuk mempengaruhi mereka agar supaya mau mengadopsi perilaku atau sikap tertentu atau melibatkan mereka dalam upaya perilaku sehat (health seeking behavior). Tahapan perubahan perilaku Tahapan Perubahan Perilaku

Apa yang harus dilakukan

Tidak Tahu

Memberikan informasi dasar

Tahu

Doronglah mereka untuk mengadopsi langkah yang positif dan berikan contoh dan pilihan perilaku sehat

Mulai tergerak untuk lebih memahami

Beritahu pada mereka apa yang harus dilakukan dan manfaatnya bagi mereka

Paham

Motivasi mereka untuk mulai bertindak, misalnya cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting

Termotivasi untuk berubah

Tunjukan hasil positif dari perubahan yang terjadi dan doronglah mereka untuk meneruskan perilaku baru tersebut

Siap untuk berubah

Ingatkan mereka akan hasil positif yang telah mereka peroleh

Mencoba dan mengukur perilaku baru

Beri kesempatan untuk mempertanyakan kesulitan dalam mempertahankan perilaku baru serta cobaan yang muncul, doronglah mereka dalam mempertahankan perilaku baru tersebut

Mempertahankan perubahan perilaku/menjadi advokator

Selalu mendorong mereka dengan mengatakan bahwa mereka telah melakukan hal yang tepat. Dorong mereka untuk mulai membicarakan manfaat perubahan ini dengan orang lain.

Cara menyampaikan KPP Ada berbagai cara untuk mengkomunikasikan informasi yang bertujuan untuk merubah perilaku, antara lain melalui: • Diskusi kelompok • Bermain peran • Ceramah • Kesenian: drama, puisi • Presentasi audio-visual: film, iklan layanan masyarakat • Pertemuan tatap muka • Demonstrasi ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

23


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

Ketika bekerja dengan orang dewasa adalah penting sekali untuk menggunakan berbagai pendekatan. Kita juga harus mengingat apa yang ingin dihasilkan dari satu pertemuan sehingga bisa menyesuaikannya dengan pendekatan yang tepat untuk menghasilkan keluaran tersebut. Seringkali, kita memerlukan beberapa strategi untuk mencapai tujuan kita. Dalam memberi informasi yang bertujuan untuk merubah perilaku, fasilitator perlu: • Bersikap antusias • Tenang dan santai • Menggunakan bahasa yang mudah dan sesuai • Memberi arahan dan bimbingan yang jelas • Berbicara dengan suara yang dapat didengar semua orang • Mempresentasikan materi dengan tempo/irama yang baik dan sesuai dengan penerimaan orang • Memberi informasi yang tepat dan akurat • Memberi informasi yang diminati oleh orang yang hadir • Mempresentasikan informasi yang tertata dengan baik: jelas, mudah untuk dimengerti, dan selalu dapat menjelaskan informasi yang sulit menjadi gampang dipahami • Menunjukkan percaya diri • Menggunakan materi komunikasi dengan baik • Mendengarkan tanggapan kelompok dan memberi tanggapan balik secara tepat • Mendapat perhatian penuh dari kelompok, dan mendorong agar mereka berpartisi secara aktif • Membuat orang merasa nyaman • Membuat lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi • Berbicara sedikit tetapi banyak bertanya • Menghargai pendapat yang baik dari kelompok.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

24


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.9. KOMUNIKASI EFEKTIF UNTUK PERUBAHAN PERILAKU Mendengarkan orang lain adalah keahlian yang kurang mendapat nilai!! Sebagian besar orang beranggapan bahwa mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan melalui berbicara. Namun demikian, orang yang berhasil, sebagian besar dari mereka lebih memilih untuk mendengarkan orang lain daripada mereka sendiri yang berbicara. Bila mereka bicara, umumnya mereka akan banyak bertanya untuk belajar lebih banyak. Agar supaya kita mampu untuk mengajak orang lain berpartisipasi dalam kegiatan kita dalam mengadvokasi perubahan perilaku, maka kita harus bisa berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Untuk berkomunikasi dengan efektif, kita harus mampu menyampaikan pesan kita dengan cara yang benar dimana pendengar/penerima pesan mampu memahami dan mengerti pesan tersebut. Demikian pula sebaliknya, kita harus mampu memahami apa yang disampaikan orang lain kepada kita. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang baik adalah sebuah tantangan. Akan lebih baik apabila semua orang yang terlibat mampu menyampaikan pesan dengan baik dan juga mendengarkan serta menyimak apa yang disampaikan orang lainnya. Sehingga dengan demikian, ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keahlian semua orang dapat dibagi dan digunakan bersama untuk tujuan bersama. Tujuan: Peserta mampu mengidentifikasi dan mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi efektif. Waktu yang diperlukan: 2 jam Pembagian sesi: 1. Pengantar komunikasi 2. Komunikasi efektif 3. Praktek ketrampilan komunikasi

PENGANTAR KOMUNIKASI Waktu: 15 menit Tujuan: Memberi gambaran bahwa komunikasi yang efektif dapat dipelajari dan kemudian memberi kesempatan kepada peserta untuk mempraktekan ketrampilan berkomunikasi. Proses: 1. Mulailah sesi dengan membuat presentasi singkat tentang komunikasi efektif, poin penting yang harus disampaikan dalam presentasi singkat ini termasuk: • mendengarkan orang lain seringkali tidak dinilai sebagai ketrampilan yang perlu dikembangkan ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

25


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

• •

agar dapat berhasil mengajak orang untuk merubah perilaku diperlukan ketrampilan komunikasi efektif mengembangkan ketrampilan berkomunikasi adalah sebuah tantangan

2. Dengan menggunakan diagram elemen komunikasi, jelaskanlah hal-hal berikut ini: • setiap bentuk komunikasi selalu memiliki unsur pengirim dan penerima pesan • komunikasi antara pengirim dan penerima adalah proses dua arah • seringkali pesan yang disampaikan oleh pengirim tidak dimengerti oleh penerima pesan, mengapa? • pesan yang disampaikan oleh pengirim dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan dan apa yang diyakini oleh diri si pengirim, demikian juga bagaimana pesan diterima akan dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan dan keyakinan si penerima pesan • pesan juga dapat dipengaruhi oleh bagaimana pesan itu disampaikan: nada bicara, pemilihan kata, kondisi fisik, sikap terhadap pengirim pesan, perasaan pengirim pesan terhadap penerima pesan dan juga situasi saat itu – semua hal ini menjadi faktor yang mengganggu pengiriman pesan • pada saat yang sama harus dilihat pula faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah penerimaan pesan, termasuk disini adalah minat terhadap pesan, perasaan atau sikap terhadap pengirim pesan, kondisi fisik dan waktu dimana pesan tersebut disampaikan • komunikasi dapat dibuat efektif dengan mengadopsi strategi yang dapat mengurangi atau menghilangkan gangguan, strategi yang diterapkan termasuk penggunaan pertanyaan terbuka untuk membantu menjelaskan makna pesan, penggunaan beberapa jalur komunikasi untuk memperjelas pesan dan maknanya, penggunaan bahasa yang sederhana, memberi informasi yang secukupnya untuk menghindari kebingungan, dan penggunaan kalimat yang mudah dimengerti.

KOMUNIKASI EFEKTIF Waktu: 30 menit Tujuan: Memberi kesempatan bagi peserta untuk mempraktekkan cara berkomunikasi yang efektif melalui proses bermain peran. Penjelasan: Mulailah sesi ini dengan 2 skenario permainan peran yang sederhana untuk memperkuat pemahaman tentang komunikasi efektif. Permainan peran yang pertama mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang tidak efektif. Permainan peran yang kedua mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang efektif. Catatan untuk fasilitator: Pilihlah beberapa peserta untuk bermain peran. Ambil waktu untuk menetapkan situasi yang ingin ditampilkan dan peran apa yang masing-masing mainkan. Gunakan situasi yang sama untuk kedua permainan. Topik bisa bervariasi dan menggunakan situasi yang dialami oleh para peserta. Proses: 1. Setiap permainan peran hanya perlu waktu 1-2 menit, tidak diperlukan pengantar permainan. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

26


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2. Pada permainan peran yang pertama, kedua pemeran mendemonstrasikan ketrampilan mendengarkan dan berbicara yang sangat lemah, contohnya: • Nada marah atau ’ngeyel’ • Menyela pembicara • Kurang/tidak ada kontak mata • Sikap dan nada bicara yang kasar • Bahasa tubuh yang lemah (cara duduk yang menjauh dari lawan bicara, tangan yang dibiarkan menggantung disisi tubuh) dan • Kurang kejelasan dalam mengekspresikan pendapat/pandangan 3. Pada permainan peran yang kedua, kedua pemeran mendemonstrasikan ketrampilan mendengarkan dan berbicara dengan baik, contohnya: • Melakukan kontak mata • Nada suara yang baik • Bahasa tubuh yang positif (duduk tegak, menaggukkan kepala sebagai tanda menyimak pembicaraan) • Mengulangi apa yang dikatakan oleh pembicara • Tidak menyela • Menanyakan kejelasan 4. Curah pendapat: saat permainan peran telah selesai, mintalah peserta untuk menuliskan apa yang mereka amati dari permainan peran diatas, berikan perhatian khusus pada penggunaan bahasa, cara berkomunikasi, bahasa tubuh dan lainnya. Beri catatan khusus pada perilaku yang dianggap dapat mengurangi atau menambah rasa percaya diantara kedua belah pihak. 5. Tuliskan hasil curah pendapat tersebut dalam format dibawah ini: Teknik Komunikasi Efektif Pengirim

Penerima

6. Mintalah peserta untuk memberi perhatian khusus pada peserta yang mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang baik dan jelaskan perilaku yang dapat menolong seseorang untuk menyampaikan pesan yang jelas. Tuliskan pendapat mereka pada kolom ”Pengirim”. Catatan untuk fasilitator: Bila perlu, berikan stimulasi pada peserta dengan mengajukan pertanyaan dibawah ini: • Apakah pengirim pesan melihat langsung kepada penerima pesan? Apakah terjadi kontak mata? • Apakah pengirim pesan menggunakan nada bicara yang baik, tidak ada kemarahan atau ”ngeyel”? • Apakah pengirim pesan memilih kata-katanya dengan baik, menggunakan kalimat singkat dan berbicara dengan jelas? • Apakah pengirim pesan menghindari komentar yang kasar dan perilaku yang tidak tepat? ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

27


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

Apakah pengirim pesan menggunakan bahasa tubuh yang sesuai?

7. Selanjutnya mintalah peserta untuk menjelaskan apa yang dilakukan oleh penerima pesan untuk memastikan bahwa ia menerima pesan dengan benar tanpa gangguan/distorsi. Tuliskan pengamatannya pada kolom ”Penerima”. Catatan untuk fasilitator: Bila diperlukan, berikan stimulasi pada peserta dengan mengajukan pertanyaan dibawah ini: • Apakah penerima pesan melihat langsung kepada pembicara? • Apakah penerima pesan memotong pembicaraan dari si pembicara? • Apakah penerima pesan menggunakan bahasa tubuh yang sesuai? Misalnya, menganggukkan kepala tanda setuju. • Apakah penerima pesan meminta penjelasan? • Apakah penerima mengulangi pesan dari pengirim dengan kata-katanya sendiri, sebagai tanda bahwa ia memahami pesan yang disampaikan.

MEMPRAKTEKKAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI Waktu: 1 jam 15 menit Tujuan: Membantu peserta untuk mendalami dan memahami kegunaan dari ketrampilan berkomunikasi melalui proses bermain peran. Penjelasan: Setelah peserta mampu mengidentifikasi beberapa ketrampilan komunikasi yang efektif, mereka akan mempraktekkan dan mengamati ketrampilan ini melalui permainan peran. Dalam setiap komunikasi, pengirim dan penerima pesan terlibat dalam proses pertukaran informasi. Seperti telah diperlihatkan pada model komunikasi yang telah dibahas diatas, cara kita mengirim dan menerima informasi dipengaruhi oleh persepsi dan pengalaman masingmasing orang atau gangguan/distorsi. Persepsi setiap orang seringkali bervariasi dan mengarah pada kesalahpahaman atau bahkan konflik. Permainan peran berikut ini akan membedakan peran dari pengirim (orang yang memulai komunikasi pada satu situasi) dan penerima (atau pendengar). Langkah-langkah: 1. Bagilah peserta dalam kelompok yang terdiri dari 3 orang dan berikan satu lembar pengamatan dari masing masing skenarion (3 skenario) berikut ketiga skenarionya. (Handout Lembar Pengamatan) 2. Jelaskan petunjuk berikut ini: • Ada tiga peran peran pada setiap skenario – pembicara, pendengar dan pengamat. Ketiga peran ini dirotasikan didalam masing-masing kelompok sehingga setiap orang mendapatkan giliran untuk memainkan ketiga peran tersebut. • Sebelum memulai setiap permainan peran untuk setiap skenario, pemeran pengamat harus membacakan peran dari ’penerima’ dan ’pengirim’ pesan, sedangkan pemeran ’penerima’ dan ’pengirim’ hanya membaca bagian perannya masing-masing • Sebelum memulai permainan, berikan waktu 1-2 menit untuk persiapan • Pengamat mengamati proses permainan peran secara seksama dengan menggunakan lembar onservasi (Handout Lembar Pengamatan) untuk memberi tanda pada ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

28


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

ketrampilan komunikasi yang efektif dan tidak efektif yang diperlihatkan oleh pengirim dan penerima pesan. • Setiap skenario dimainkan dalam 10 menit. • Setelah selesai setiap skenario, pengamat menyampaikan hasil pengamatannya kepada pengirim dan penerima pesan, proses ini berlangsung selama 5 menit. 3. Setelah ketiga skenario dimainkan secara bergantian peran, maka fasilitator memimpin diskusi tentang hasil pengamatan dari para pengamatan. Gunakanlah pertanyaanpertanyaan dibawah ini untuk mengarahkan diskusi: • Skenario manakah yang paling sulit untuk dimainkan dan mengapa? • Perilaku apakah yang paling sering muncul dalam pengamatan? • Jika ada, bagaimanakah gender dan budaya mempengaruhi pertukaran informasi? • Apa yang kamu pelajari tentang gaya/cara kamu berkomunikasi? • Apakah implikasi dari proses belajar tentang komunikasi pada kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tempat (posyandu, PKK, sekolah, karang taruna), khususnya terkait dengan norma-norma sosial yang berlaku. Handouts: SKENARIO

SKENARIO 1 Situasi di Posyandu, kader sedang berbicara dengan seorang ibu yang memiliki 2 orang anak balita berumur 1 dan 3 tahun, keduanya datang bersama sang ibu untuk ditimbang. Timbangan anak bungsu si Ibu yang berusia 1 tahun menurun hampir sebanyak kurang lebih 1 kg sejak penimbangan terakhir pada bulan sebelumnya. Ibu memberitahukan kepada kader bahwa anaknya sudah 2 hari ini mengalami diare karena giginya baru tubuh. Kader berupaya untuk menjelaskan kepada ibu bahwa anaknya menderita diare bukan karena tumbuh gigi tetapi lebih terkait pada perilaku bersih yang diterapkan ibu. Si Ibu berkeras bahwa sama seperti anak pertamanya dulu yang juga mengalami diare saat tumbuh gigi dan bukan karena hal lainnya.

SKENARIO 2 Situasi pada pertemuan antara kader dan kepala desa untuk mendapatkan dukungan bagi pelaksanaan program ‘perilaku bersih’ di desa. Kader menjelaskan bahwa rencanananya adalah untuk melatih 30 anggota masyarakat/kader dari berbagai selama 3 hari, termasuk didalamnya adalah guru, PKK, Karang Taruna, dan para kader Posyandu. Rencananya mereka akan dilatih tentang perilaku bersih yaitu bagaimana perilaku kita dapat membawa kuman penyakit masuk ke tubuh manusia dan menyebabkan penyakit. Sehabis pelatihan ini diharapkan para kader terlatih akan dapat melakukan penyuluhan dan pendampingan di kelompok dan tempatnya masing-masing. Kepala desa diharapkan untuk mendukung kegiatan ini mengingat situasi kebersihan lingkungan desa dan angka diare pada balita yang cukup tinggi di desa ini. Beliau juga diharapkan turut memilih siapa saja calon kader yang akan diikutsertakan dalam pelatihan 3 hari ini. Kepala desa menganggap bahwa tidak perlu untuk melakukan program khusus dan juga pelatihan untuk perilaku bersih, cukup dengan melanjutkan berbagai kegiatan yang sudah ada di masing-masing tempat seperti PKK, Posyandu dan sekolah. Kader berusaha untuk meyakinkan kepala desa dengan memberikan informasi tentang manfaat dari kegiatan ini dan kondisi kebersihan serta kesehatan masyarakat desa, juga pentingnya dukungan kepala desa agar bersama-sama mereka bias memperbaiki keadaan ini.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

29


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

SKENARIO 3 Situasi pada pertemuan dengan ketua Komite Sekolah. Guru yang sudah mendapat pelatihan perilaku bersih bersama kader desa lainnya mencoba memberikan pemahaman kepada komite sekolah untuk mendukung program sekolah bersih dan hijau diterapkan di sekolah di desa ini. Guru menjelaskan tentang pentingnya pembiasaan perilaku bersih dan sehat pada anak sekolah sehingga mereka bias menerapkan hidup yang lebih sehat dan juga menularkan informasi dan kebiasaan ini di rumah mereka masing-masing. Ketua Komite Sekolah beranggapan bahwa murid-murid sudah memiliki terlalu banyak pelajaran di sekolah sehingga tidak perlu membebani mereka dengan mata pelajaran tambahan seperti perilaku sehat ini. Menurut beliau, perilaku sehat adalah tugas orang tua untuk mengajarkan kepada anaknya dan bukan kewajiban sekolah. Handouts: Lembar Pengamatan untuk Permainan Peran Gunakanlah lembar ini untuk mencatat pengamatan observer/pengamat tentang teknik komunikasi yang digunakan selama bermain peran. Berikan contoh dan catatan yang spesifik tentang ketrampilan melakukan komunikasi yang efektif dan tidak efektif seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya (misalnya: bahasa tubuh yang baik/kurang baik, nada bicara yang tepat/kurang tepat, penggunaan kata yang suportif/tidak suportif, dan sebagainya). Ketrampilan Komunikasi yang efektif

Ketrampilan Komunikasi yang tidak efektif

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

30


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.10. POST TEST Latar Belakang: Post test merupakan satu rangkaian metode dengan pre-test, jika pre-test dilakukan di depan sebelum pelatihan berlangsung, pro-test dilakukan di akhir pelatihan untuk melihat sejauh mana peningkatan pengetahuan peserta setelah menerima materi pelatihan. Namun demikian dukungan terus menerus terhadap peserta tetap diharapkan, apalagi jika peserta pelatihan akan menjadi ujung tombak agen perubahan di komunitasnya. Kekurangan dalam pelatihan bisa di akomodasi dalam pertemuan lanjutan. Tujuan: Mengetahui sejauh mana peserta menangkap materi pelatihan. Keluaran: Peserta menjawab dan mempunyai nilai terhadap test yang dilakukan. Pokok Bahasan: Tujuan dari post-test Bahan dan Alat: Pertanyaan post-test Metode: Mengisi test Waktu: 30 menit . Langkah-langkah: 1. Jelaskan kepada pserta maksud dari post-test. 2. Tekankan tentang kejujuran sehingga tidak perlu melihat jawaban peserta lainnya, dan bahwa tidak ada jawaban yang salah. 3. Tekankan kepada peserta bahwa hasil post-test hanya akan digunakan oleh fasilitator untuk memperbaiki materi pelatihan dan cara memfasilitasi dalam pelatihan agar menjadi lebih baik. 4. Bagi lembar post-test

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

31


KOMUNIKASI UNTUK PERUBAHAN PERILAKU DI SEPUTAR KESEHATAN DAN KEBERSIHAN UNTUK KADER MASYARAKAT

2.11. RENCANA TINDAK LANJUT Peserta membuat Rencana Kerja untuk masing-masing komunitasnya atas dasar apa yang dipelajari selama pelatihan. Rencana ini kemudian akan dibicarakan di tempatnya masingmasing sebelum di finalkan untuk ditindaklanjuti.

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID

32



ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM Ratu Plaza Building, 17th. Fl. Jl. Jend. Sudirman No. 9 Jakarta 10270 Indonesia Tel. +62-21-720-9594 Fax. +62-21-720-4546 www.esp.or.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.