6 minute read
A Conversation Over Tea with Ibu Omi Komaria Nurcholish Madjid
Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A. atau yang kerap disapa Cak Nur merupakan seorang cendekiawan dan budayawan Indonesia. Beliau lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939. Perjuangan dan kisah beliau tercatat dalam tinta sejarah Indonesia sebagai pahlawan bangsa Indonesia. Lalu, seperti apakah sosok beliau dan perjuangannya selama ini. Semua telah terangkum oleh sosok pendamping beliau semasa hidupnya, yaitu Ibu Omi Komaria Nurcholish Madjid.
"Dari gaya bicara yang lantang, beliau memberikan kesan damai dan tenteram,” ucap Bu Omi sambil mengingat masa saat bersama dengan Cak Nur. Tidak hanya itu, Bu Omi juga menjelaskan bahwa beliau merupakan orang yang senang bersenda gurau. Dari gurauan beliau, di sanalah Bu Omi mulai mengenal sosok seperti apa beliau. Dari hal-hal kecil kisah pertemuan pertama yang terjadi, seperti membeli buku-buku berbahasa Jawa di pasar loak, makan di tempat yang tidak terlalu mewah, dan selalu bersumbangsih kepada yang tidak mampu. "Saya menyimpulkan bahwa beliau merupakan seseorang yang sederhana dan perhatian pada orang yang kurang mampu." Ucap Bu Omi.
Advertisement
Selain itu, pada masa perkenalan menggunakan bahasa Indonesia yang santun dan halus. Setelah menikah banyak kerabat Cak Nur yang datang, saat itu merupakan pelajaran baru untuk Bu Omi menerima perbedaan. Bu Omi yang berasal dari Jawa Tengah berbicara menggunakan dialek bahasa Jawa yang berbeda dengan Cak Nur yang berasal dari Jawa Tmur. Saat pertama kali Cak Nur berbicara kepada Bu Omi menggunakan dialek bahasa Jawa Timur, Bu Omi terkejut. Akan tetapi, dari sanalah Bu Omi belajar keberagaman yang sebenarnya. Dari beliau pun Bu Omi belajar keberagaman lewat organisasi-organisasi keagamaan yang beliau gerakan sendiri, bukan untuk mencari perbedaan melainkan untuk memperkuat hubungan.
Kenangan keluarga bersama beliau tentunya tidak dapat terlupakan. Terlebih lagi, masa-masa manis menghabiskan waktu bersama. Di samping itu, kenangan tak terlupakan semasa hidup beliau adalah saat ia menghabiskan hari dengan kegiatan bercocok tanam. Mulai dari tanaman, seperti mangga hingga jambu ia tanam. Dari sana pun Bu Omi belajar sesuatu dari beliau.
Beliau berkata, “Bu, tanaman ini juga bisa berbicara. Dalam arti tanaman ini juga memiliki perasaan yang sama layaknya manusia yang ingin dirawat dan dan dihargai sehingga tidak dirusak,” ucap Bu Omi. Dari sana Bu Omi belajar untuk menghargai segala apa pun tak terkecuali tanaman sekalipun. Bu Omi menjelaskan bahwa semasa hidupnya Cak Nur merupakan sosok yang teguh dalam memegang prinsip dan seseorang yang tegas. Memegang prinsip berarti tidak akan keluar dari jalan yang seharusnya. Ia tak akan melakukan tindakan korupsi sekecil apa pun dan selalu tegas untuk menolak tindakan yang salah. Dari kebersihan dan tetap berada pada jalan yang benar, iapun disegani dan dihormati banyak orang.
Pada saat Cak Nur ditetapkan sebagai pahlawan bangsa oleh pemerintah, keluarga dan Cak Nur sendiri tidak mengetahui hal itu. Julukan pahlawan bukan dari keluarga ataupun beliau sendiri melainkan dari masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, Bu Omi berkata bahwa selama ini beliau hanya melakukan hal yang memang seharusnya dikerjakan di dunia ini. Ia hanya mengerjakan apa yang ia pelajari dalam agama, bahwa kita sebagai manusia harus berbuat sebaik-baiknya kepada orang di dunia ini untuk bekal di akhirat nanti. Dari landasan itu dan hasil benih yang Cak Nur tanam, dari sana pemerintah memberikan apresiasi kepada Cak Nur. "Kami pun, menerimanya dengan perasaan syukur dan senang," Ucap Bu Omi.
Pemberian penghargaan dalam bentuk Bintang Jasa Mahaputera oleh pemerintah untuk Cak Nur bukanlah pemberian semata melainkan merupakan bentuk perjuangan yang telah Cak Nur lakukan untuk bangsa Indonesia sanggatlah besar. Dimulai pada tahun 70-an, Cak Nur mengungkapkan gagasan 'Islam Yes, Partai Islam No'. Hal itu disebabkan adanya perbedaan paham sebagian masyarakat untuk membentuk partai yang berlabelkan agama. Dari situ Cak Nur mengusulkan gagasan tersebut. Di samping itu, beliau juga mengambil peran pada peristiwa 1998 yang saat itu kondisi Indonesia sedang kacau oleh krisis kepemimpinan karena masyarakat tidak percaya lagi kepada pemerintah waktu itu. Ia dipanggil untuk dimintai saran oleh Presiden Soeharto di dalam situasi masyarakat dan pemerintah yang tidak sejalan. Namun, Cak Nur melakukan itu bukan semata ingin terlibat dalam ranah pemerintah melainkan ia peduli pada nasib negara Indonesia pada saat itu dan sebagai simbol orang yang dipercaya kenetralannya oleh pemerintah dan masyarakat. Ia pun maju untuk ikut memberikan solusi.
“Sebelum terbentuk dan melaksanakan tugas, Cak Nur mengungkapkan kepada Presiden Soeharto dan pentingginya bahwa setelah selesai, sembilan orang yang terlibat dalam ini jangan diberikan jabatan apa pun oleh pemerintah kepada kami. Hal tersebut demi menjaga kenetralan kami agar dapat dipercaya masyarakat dan dapat diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan konflik yang semakin parah, yang pada akhirnya akan merugikan bangsa Indonesia," ucap Bu Omi menjelaskan kisah Cak Nur dulu saat mengambil peran dalam peristiwa 1998 memberi solusi jalan terbaik.
Setelah melakukan kebaikan pada negara pun, prinsip hidup Cak Nur diuji. Bu Omi bercerita bahwa pernah suatu ketika ada seseorang yang memberikan uang pada keluarga mereka. Orang itu mengatakan bahwa uang ini cukup untuk menghidupi ibu dan sekeluarga seumur hidup.
"Saya bilang ke orang itu bahwa selama ini kami hidup berkecukupan, kami tidak memerlekukan uang itu," Tolak Bu Omi kala itu saat diberikan titipan berupa uang. "Dari sana saya bercerita pada beliau atas kejadian itu. Beliau pun berkata bahwa uang yang diberikan padanya bukanlah semata-mata tanda terima kasih melainkan suatu bentuk suap. Dari sana beliau menegaskan bahwa dia tidak akan melakukan hal itu."
"Tentu beliau tidak melakukan hal tersebut karena memang nantinya menguntungkan untuk kami tapi mencelakakan orang lain," ucap Bu Omi.
Tidak hanya teguh memegang prinsip, tetapi Bu Omi mengenal Cak Nur sebagai seseorang yang menjunjung tinggi konsep pluralisme. Pluralisme merupakan bentuk dari penghargaan tinggi keberagaman, menghargai, dan memahami keberagaman suku, agama, serta budaya dengan hati yang tulus. Keberagaman itu merupakan perekat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Konsep itu harus ditanamkan sejak kecil dengan bergaul dan berteman dengan suku dan agama lain. Itu semua merupakan sesuatu yang selama ini Cak Nur perjuangkan.
"Perbedaan itu harus disyukuri. Di samping itu, perbedaan itu adalah alat untuk memajukan bangsa ini. Perbedaan harusnya tidak menjadi suatu hal yang membuat kita terpecah belah," Pesan Bu Omi untuk bangsa Indonesia.
Bu Omi juga menegaskan bahwa kita harus tetap saling menghargai walau pemikiran setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, Bu Omi berkata bahwa diskusi itu penting. Di samping itu, Bu Omi juga memberikan pesan pada kita bahwa orang Indonesia itu harus berlatih mendengarkan orang lain dalam wujud saling menghormati satu sama lain. Jika Bu Omi menjelaskan sosok Cak Nur pada kita, saya dapat menyimpulkan bahwa Cak Nur dengan latar belakang ilmu pengetahuan dan pendidikannya, dia dapat berkarya dengan caranya sendiri tanpa pamrih dengan akhlakul karimah (akhlak yang baik)maka patutlah sebagai anak bangsa yang lahir di zamannya beliau mendapat gelar walaupun keluarga tidak berharap tetapi sudah tepat negara memberikan penghargaan kepada anak bangsa yang bisa berdiri tegak dengan adil menyatukan kedamaian di tengah-tengah krisis kepercayaan adan perbedaan peradaban. Bu Omi hanya ingin memberikan pesan pada penerus anak bangsa Indonesia, murid-murid Global Sevilla untuk memegang teguh semboyan Global Sevilla yaitu, "Giving, compassion and self-control". "Giving" yang berarti memberikan perhatian kepada sekeliling kita dengan cara saling membantu satu sama lain, "compassion" yang berarti semangat atau dorongan untuk melaksanakan giving dengan perilaku kita yang care terhadap sekeliling kita dan "self-control" yang berarti pengendalian diri terhadap perbedaan apa pun walau dalam bentuk perbedaan pendapat kita harus menghormati. "Pesan saya untuk anda generasi muda adalah jadilah pionir pluralisme yang menjunjung keberagaman dan menjadi pribadi yang utuh, Utuh dalam arti sehat lahir dan batin." Pesan Bu Omi untuk generasi muda Indonesia.