Kasih Tak Sampai

Page 1



Saat-saat yang indah bersama dirimu yang lalu. Pergi bersama kenangan kelam yang terkubur dalam. Dirimu yang pergi dengan keadaan hati tergores miris terasa mati. Bukan hanya dirimu, aku pun merasakannya. Hati yang membuat tubuh ini meninggalkan kegigihan akan harap yang pernah terucap. Hati yang melawan kerasnya ego untuk saling memiliki hingga kau pun lepas dari angan yang aku dambakan. Jujur saja, aku lesuh mendengar kabar bahwasanya dirimu lekas pergi. Hati kian rapuh dirundung kegelisahan yang meluluh. Mengapa dirimu lekas pergi? Pergi tanpa syarat yang membuat urat menaruh harap tak akurat. 1


Sang surya saja pergi dengan syarat membawa senja menuju barat. Dulu ketika kita saling berbagi kisah, dirimu sangatlah antusias menjabarkan seluk beluk aktifitas dalam rutinitasmu. Dirimu selalu menantikan hari dimana kita saling menyapa dikehidupan yang nyata. Membayangkan bertemu denganmu saja membuat akal tak karuan, apalagi bisa berpapasan denganmu, bisa-bisa akal kerasukan. Tak hanya menyapa, berbicara dengan obrolan konyolmu membuat aku tertawa lepas tanpa tahu batas. Pembicaraan yang membuat waktu terasa sempit seakan dunia milik kita yang selalu diapit. Waktu yang takkan pernah terulang untuk bisa dikenang. Jalan bersamamu adalah hal yang munutup lari agar dirimu tak mudah lelah dan 2


napas tak terengah-engah. Jalan yang membuat kebersamaan semakin terasa bahwa nuansa kebahagiaan terlihat oleh pandangan. Jalan melintasi sekitar kota yang menjadi saksi bahwa kita pernah berbagi. Entah berbagi kebahagiaan atau kepahitan, entah berbagi masalah atau solusi, entah berbagi kisah atau sekedar celoteh, entah berbagi keinginan atau keenggaan. Intinya, berbagi untuk bisa menyempatkan waktu bertemu. Hal yang sulit untuk menawarkan kesempatan untuk bisa bersama karena masing-masing dari kita memiliki kesibukkan tersendiri. Dirimu yang meyakinkan bahwa pergi adalah keputusan akhir sekaligus mengkahiri kisah yang pernah kita buat. Dirimu yang pergi dengan alasan “aku sedang ingin menyendiri.� Lalu, untuk apa selama ini kita bersama? Apa hanya untuk berbagi kesendirian masing-masing dan aku hanya dijadikan tempat untuk penantian akan 3


seseorang yang lain? Aku masih memiliki perasaan dimana rasa sakit yang teramat pilu jika hal itu benar adanya. Hal yang lebih menyakitkan dibanding harus berjalan bersama tanpa tahu isi hati masing-masing akan perasaan yang sama. Hal yang sangat ironi ketika hati yang pernah menjadi satu kemudian terurai. Hal yang membuat raga melepas daya akan sesuatu yang siap untuk pergi. Hal yang dengan mudahnya merenggut kenangan manis serta pahit yang kian surut. Hal yang menawarkan kesepian untuk siap diajarkan. Hal yang menyimpulkan bahwa aku tidak siap untuk melepas angan yang tak terbatas— bersamamu. Saat sang lailah tiba, kesendirian yang membuat sunyi semakin lengkap. Melengkapi seluruh kegundahan hati yang terus saja membenam. Sampai sang lailah heran mengapa aku nampak tak ceria seperti 4


sedia kala. Sang purnama pun terkejut bahwa aku termenung melamun di keramaian malam yang menggebu. Betapa hati yang terbaluti rasa kebersamaan yang pernah tergambarkan. Menjabarkan kembali kisah yang pernah ada kemudian tiada. Bisakah kau bertahan tanpa paksaan? Hati ini tertindas akan sesuatu yang ingin lepas. Dirimu yang melalap habis impian yang pernah kita buat dengan susah payah. Dirimu yang senang berharap kemudian lenyap. Dirimu yang pergi begitu cepat tanpa tahu waktu yang tepat. Melambaikan kebanggaan dalam kebersamaan. Menanti jawaban tanpa harapan. Jawaban yang pasti masih sama untuk lekas pergi tanpa menanti. Sejenak aku merenungi mengapa dirimu yakin untuk pergi, apakah aku membuat dia merasa tak nyaman sehingga enggan untuk bersama? Ya, mungkin aku 5


terlalu berharap tanpa do’a yang terucap. Meluapkan rasa yang tak seharusnya aku perbuat. Membuat senandung tangis akan luka hati yang sedang saya tepis. Andai saja kau dapat merasakan rasa yang sedang aku emban, apakah kau mampu tuk melaluinya? Di sekitar langit yang biru, desir debu memenuhi kalbu yang tiada tuju. Terik matahari yang memikat hati tuk terus melekat pada diri yang tak lagi dekat. Pagi tanpa tempat untuk berbagi karena dia telah pergi. Melunasi semua janji sebelum semua terjadi. Wahai jiwa yang hadir dalam tubuh yang lemah nan rapuh, lepas lah semua amarah yang membuat tindakanmu tak terarah. Jangan memutuskan sesuatu di saat amarah menguasai, tenanglah hingga kau dapat berpikir jernih untuk meraih keputusan. Dan janganlah mengumbar janji di saat bahagia hadir karena kita suka lupa apa yang sudah kita lewati. 6


Keseharian masih tetap aku jalani walau hanya ilusi yang mengisi. Ilusi yang nampak jelita namun penuh derita. Gemuruh orang-orang di sekitar membuat aku ikhtiar untuk dapat mengejar sesuatu yang ku kejar. Namun, apalah daya mengejar dirimu yang kian pudar bagai hujan yang menghapus jejak setelah dipijak. Hati yang pernah terpautkan kemudian dihancurkan. Aku pun segera bergerak diam-diam menelan rasa sakit agar tidak terungkit. Dibalik diam ada sesuatu yang dipendam entah agar orang lain tidak mengetahuinya atau agar terlihat baik-baik saja. Kesempatan yang merupakan peluang untuk terus berjuang tak kunjung datang. Aku berharap kesempatan itu datang sesegera mungkin, tapi kenyataan memang menyakitkan. Tak ada kesempatan yang datang. Aku terlalu percaya bahwa 7


kesempatan itu akan datang sampai aku lupa bahwa yang terlalu akan segera berlalu. Menitik beratkan kesempatan pada seseorang yang telah menyatakan bahwa dirinya akan merantau dengan kesendirian. Melupakan sejenak bahwa dirimu telah beranjak yang kini terpaut oleh jarak. Merehatkan tubuh dari segala butuh akan dirimu. Meninggalkan segala kepedulian dengan mengayun kebencian. Walau aku tahu benci itu tidak dibenarkan, aku hanya berpura-pura merasa benci agar tidak dicurigai. Berpura-pura akan membuat diriku lupa kalau aku sedang berpura-pura, hingga nantinya aku dapat melupakan dirimu yang akan berlalu. Mengesampingkan pikiranku akan hadirmu disela-sela kesepianku untuk tetap menunggu. Menunggu ketidakpastian yang tergambar dengan jelas yang membuat

8


perasaan menjadi hambar. Membuatku jenuh akan dirimu yang kini jauh. Aku akan terus berjuang tanpa henti untuk hati yang sedang terobati. Berhenti ditengah perjuangan tuk mencapai cita bukanlah sebuah berita melainkan derita. Susah payah ku berjuang untuk bertahan, namun dirimu selalu mematahkan. Bukannya aku menyerah dalam situasi yang rumit ini, hanya saja aku harus mengikhlaskan dirimu yang memang belum tepat untuk diriku saat ini. Waktu yang tidak singkat untuk merelakan sebuah kepergian akan kenangan, waktu yang takkan kembali akan sesuatu yang pernah terjadi, waktu yang tak mampu ku beli agar dirimu datang kembali. Aku akan selalu berdiri tegap atas semua masalah yang hinggap, tak terkecuali masalah hati. Aku tak pandai dalam merawat luka, setidaknya aku pandai dalam kepurapuraan agar terlihat suka dikala duka. 9


Apalagi melihat dirimu sedang bersama seseorang yang baru yang membuat saya iri akan masa lalu. Padahal dirimu sendiri yang bilang bahwa kau hanya ingin menyendiri, tapi kenyataan berkata lain. Mungkin dirimu bosan melihat diriku yang penuh harap, jadi kau pergi dengan alasan tuk menyendiri. Aku takkan pernah kecewa atas apa yang telah aku pilih dulu, termasuk memilihmu untuk berbagi bersama di kala dulu. Mungkin saja, aku hanya terburu-buru dalam menentukan pilihan dan kebetulan pilihanku jatuh pada dirimu. Sebenarnya aku yang salah memilih atau aku yang memang tidak tepat untuk dirimu? Saya tak pernah menyangka bahwa kita akan seasing ini. Seolah semuanya tak pernah ada kisah juga cerita. Padahal dulu kita pernah sama-sama meneguk apa itu kebahagiaan dalam kebersamaan. Mungkin memang saat ini kaulah yang benar-benar 10


berhasil melepaskan diri ini. Dan perlahanlahan meniadakan diri ini di tiap harimu. Sampai akhirnya, satu hal tentang diriku yang pernah kau simpan sudah lupa pada halhal baru dari sosok yang bukan lagi diriku. Kita berakhir dan aku mendapati diri ini yang mulai tersingkir. Hidup kembali menjalankan durasinya dengan bersikeras kembali menata luka bahwa yang sudah hancur mungkin tak bisa lagi sama. Namun, izinkan aku setelah ini kita masih bertegur sapa. Berbicara layaknya teman sebaya atau mungkin menjadi dua orang yang sudah berhasil berdamai dari luka lama. Kini ragamu tak lagi di sisi karena kau memilih untuk pergi. Namun, jiwa ini memang tak tahu diri yang masih saja terjebak rindu seorang diri. Aku rindu pada masa lalu yang kini hanya membuat pilu. Dahulu jika rindu itu datang, aku hanya tinggal menghubungimu lalu ku ajak kau 11


untuk bertemu. Sekarang rasanya tak tahu malu bila kembali menghubungimu. Jiwaku memilih mengistirahatkan sendu dan menyimpan rindu yang sejatinya enggan untuk mengaku. Aku sedang mencoba menghapus bayangmu dari anganku dan menyimpan pilu yang terkubur dalam kalbu. Aku rasa sudah waktunya untuk berhenti, melupakan semua yang terjadi. Aku berpikir bahwa sudah tak ada alasan lagi bagi diriku untuk tetap disini. Jujur saja, aku kalah dalam hal meninggalkan dan melupakan. Kenyataan yang datang belum bisa aku akui. Sebab biar bagaimana pun kau pernah melengkapi harihari di setiap langkah ini. Menjadi seseorang yang ditempatkan di segala rasa. Sekarang, kaulah yang semakin jauh terlihat bahagia. Melanjutkan apa yang pernah kau impikan kau raih bersama dia yang kini selalu ada di waktumu yang penuh cerita. 12


Biar ini menjadi akhir bagiku. Akhir yang dalam kenyataannya satu langkah ini sudah tak berhak ada di depanmu lagi. Satu genggaman ini sudah tak kuasa lagi tuk menjangkau jemarimu. Kita berakhir dari apa yang tak pernah terpikir. Bahagiaku adalah tentang bagaimana kau mampu mendapatkan yang lebih baik dariku. Kini saatnya aku mengistirahatkan hati dan membiasakan diri untuk bisa sendiri. Belajar bagaimana menyikapi sesuatu yang telah pergi. Mengajarkan diri ini bagaimana harus sabar dalam menanti. Hingga kelak seseorang akan tiba menghampiri untuk mencoba mendekap hati dan menghidupkan kembali hati yang telah mati. Sekarang aku akan sering melihatmu dari kejauhan jarak pandang yang sedikit membuat ku merasa tenang di kala dirimu senang walau bukan dengan diriku. Kuharap dia dapat menjagamu lebih baik dari diriku 13


sebelumnya. Tertawalah hingga kau lupa pernah ada rasa sakit yang kau dapat. Suatu saat kau akan terganggu dengan kehadiranku yang semu, membuatmu gelisah karena pernah berpisah. Salam dariku untuk dirimu yang akan merindukan sesuatu yang pernah kau jatuhkan.

14


Di Bawah Naungan Sinar Rembulan, Pikirku Terhanyut Dalam Sebuah Kenangan


Aku adalah apa yang telah diberikan Tuhan dan dirimu adalah apa yang Tuhan telah ciptakan untuk singgah sejenak. Seperti paradigma yang menjelaskan bahwa tiada yang abadi di dunia ini. Semua hal yang berkaitan antara aku dan dirimu hanyalah sebatas kenangan yang tak mampu tuk dilupakan begitu juga tak mampu untuk dilanjutkan. Tuhan memang adil, menciptakan aku yang tabiatnya keras kepala sedangkan kamu lemah lembut. Tuhan pun sangat baik karena pernah mempertemukan kita untuk lebih jauh saling mengenal. Tuhan pun Maha Penyayang, yang menyayangi semua makhluk tanpa terkecuali. Dia tidak ingin melihat hambanya terluka lebih dalam. Oleh 15


karena itu, Dia mematahkan hati segera sebelum semua semakin terluka. Tuhan memberikan banyak harapan kepada tiap manusia, namun manusia berpaling dari harap yang mutlak kepada harap yang semu—manusia. Harapan adalah hal yang pasti dimiliki tiap manusia dan karena harapan manusia menjadi gigih untuk terus berjuang memenuhi harapanharapannya, begitupun diriku. Aku tahu, aku bukanlah apa yang menjadi harapmu, namun harap ku adalah bisa bersamamu. Dalam kenyataanya, bila diriku terus memaksakan ingin bersamamu itu hanyalah ketidakberdayaan hati yang takkan siap menerima siapa aku. Tuhan memberikan waktu 24 jam dalam sehari. Mungkin itu terasa lama bagi kalian. Namun, bagiku itu adalah waktu yang teramat singkat. Waktu yang aku buang entah dengan percuma hanya untuk memikirkan 16


dirimu, walau aku tahu kau tidak sebaliknya. Memang memikirkan hal yang kita tahu bahwa hal tersebut tidak memikirkan kita kembali adalah hal sia-sia. Namun belajarlah dari situ, belajar untuk mengetahui perasaan orang lain di luar sana. Mungkin diluar sana ada seseorang yang sedang memikirkan kita, namun tanpa sadar selalu kita abaikan. Tuhan memberikan mata untuk melihat, itu adalah isyarat bahwa aku adalah salah satu diantara orang-orang yang mampu memandang raut senyum di wajahmu. Andai saja aku bisa menjadi matamu, aku ingin tahu lebih dalam bagaimana perasaanmu ketika dirimu memandang diriku. Tuhan pun memberikan kaki untuk melangkah, itu adalah isyarat bahwa aku harus terus melangkah sejauh apapun jika diriku menginginkan dirimu. Bisa kamu bayangkan bagaimana seseorang yang terus melangkah untuk mendapatkan sesuatu, tapi ia tidak tahu dengan apa ia menggapainya? Oleh karenya 17


Tuhan memberikan tangan yang siap untuk meraih apa yang telah ia capai dari ribuan langkah. Ternyata langkah yang telah aku tempuh begitu jauhnya hanya mendapatkan bayangan semu dari dirimu. Dirimu yang sudah berada jauh di ujung jalan bersama dengan orang yang telah kau pilih. Memilih adalah sebuah hak dan dipilih adalah suatu kesempatan yang sangat berharga dalam hidup yang jarang kita dapatkan. Jadi, berbahagialah bagi orang yang telah dipilih dan bagi orang yang memilih jagalah komitmen dengan apa yang telah ditetapkannya. Tuhan membagi waktu menjadi empat dalam sehari, yaitu pagi, siang, sore,dan malam. Dia memberikan kesempatan bagi manusia untuk memohon pada-Nya tiap saat, namun ada waktu tertentu dimana kita meminta pasti akan terpenuhi, 18


salah satunya adalah di sepertiga malam. Waktu yang diibaratkan seperti anak panah yang terlepas dari busurnya dan tepat pada sasarannya. Pada waktu yang mulia tersebut , aku adukan kepada Tuhan keluh kesah yang telah aku lalui. Bukan aku berniat jahat, aku hanya “menikung di sepertiga malam.� Mungkin kalimat ini asing bagi kalian, kalimat yang memiliki arti “bermunajat kepada Tuhan untuk bisa bersama dengan seseorang yang kita cintai dimana orang yang kita cintai itu sedang bersama orang lain.� Aku tidak tahu bagaimana cara mendekatinya kecuali dengan mendekatkan diri kepada-Mu. Tuhan mampu dengan mudahnya membolak balikan hati manusia. Hati yang tadinya enggan untuk menerima seseorang, sedikit demi sedikit hati itu terbuka untuk menerima orang tersebut. Dan kadang, hati yang sudah teguh pada pendiriannya bisa

19


juga berubah untuk siap meninggalkan keteguhannya. Jangan pernah kecewa ataupun menyesal atas apa yang telah kita pilih. Mungkin pilihan yang telah kita tentukan merupakan indikasi dari Tuhan. Terimalah dengan lapang dada, sebab dengan menerima kita tahu bahwa rasa syukur telah kita gapai. Tuhan tak selamanya memberikan hal-hal yang kita inginkan begitu cepat terpenuhi, ada saat dimana Tuhan lebih tahu waktu yang tepat untuk kita mendapatkan hal-hal yang kita inginkan. Jadi bersabarlah dengan rasa syukur yang kan menjadikanmu sebagai insan yang penuh dengan keberkahan. Setiap hubungan akan memiliki akhir, entah berakhir dengan bahagia atau pahit. Setidaknya aku pernah merasakan bagaimana mencintai dengan tulus walau tidak berakhir mulus. Setidaknya aku pernah berusaha walaupun pernah tersisihkan. Setidaknya aku 20


paham akan mengikhlaskan orang yang tak sempat mengucap kata pamit. Setidaknya aku paham akan komitmen yang pernah disepakati untuk terus bersama dalam kondisi sesulit apapun. Setidaknya aku paham akan kesetiaan pada suatu pilihan dengan segala pertanggungjawaban entah untuk tetap bertahan atau memilih untuk lekas pergi. Hingga suatu hari aku tersadar bahwa dirimu pantas untuk mendapatkan orang yang lebih tepat untukmu, entah orang yang lebih baik atau alunan cerita hidupmu yang akan menjadi lebih baik. Bukan yang sempurna karena ketika dirimu mencari yang sempurna kau akan kehilangan seseorang yang terbaik dalam hidupmu. Suatu saat, entah kapan dirimu akan merasakan bagian yang akan kau sadari bahwa ada sesuatu yang telah menghilang. Tuhan memberikan rasa di dalam lubuk hati manusia, salah satunya ialah rasa 21


cinta. Rasa yang sulit untuk dipaparkan melalui lisan maupun tulisan, rasa yang tak sanggup pula untuk dijelaskan melalui tindakan, rasa yang hanya dapat dirasakan seorang individu yang kecil dengan rasa cinta yang begitu besar. Rasa yang sering kali kita perdebatkan, apakah itu sesuatu yang harus kita nikmati atau justru kita sesali. Rasa yang tumbuh karena kebiasaan, rasa yang tumbuh karena kenyamanan, rasa yang tumbuh karena kepedulian, rasa yang tumbuh entah darimana yang membuat jantung berdegup hebatnya ketika sesuatu yang kita cintai muncul dihadapan kita. Hati yang terisi dengan rasa cinta membuat kita sulit untuk menata hati. Apalagi hati yang pernah hancur disebabkan rasa cinta. Jika ada salah satu bagian yang pernah menyatu kemudian hilang, apakah sesuatu yang tadinya utuh nampak seperti semula? Ya, ada ruang kosong yang ditinggalkan oleh rasa cinta di dalam hati. 22


Yang membuat banyak kesempatan untuk siapa saja menempatkan diri dalam bagian yang belum terisi. Jangan menutup diri karena kegigihan untuk terus berharap bersama dia—orang yang sudah pergi. Dia hanyalah kerikil di dalam hidup, yang sering kali membuat tersandung kemudian lupa akan dunia baru untuk masa depan. Singkirkanlah kerikil-kerikil yang menghambat dalam perjalanan panjang, jadikan kerikil itu sebagai acuan untuk bisa memilih siapa yang pantas untuk dipilih. Jangan mengedepankan ego untuk memilih, kedepankanlah iman serta taat pada-Nya. Tuhan yang mengatur segala sesuatu terhadap diriku. Aku hanya tidak ingin menjadi ikan yang telah mati di sungai, yang hanya terbawa oleh derasnya air sungai. Aku percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik kepada tiap manusia. Oleh 23


karena itu, jika sesuatu itu memang untukku, sesulit apapun jalannya, sejauh apapun jaraknya, sesulit apapun rintangannya, pasti dia akan menjadi milikku. Namun, jika sesuatu itu memang bukan untukku, sekeras apapun aku mencoba, sedekat apapun aku bersamanya, semudah apapun melewati rintangannya, itu tidak akan pernah menjadi milikku karena memang bukan hakku untuk memilikinya.

24


Ratusan Bayangan Telah Singgah, Hanya Kamu Yang Tak Dapat Ku Sanggah


Begitu elok nan rupawan bentang alam yang ada di dunia ini. Membuatku terpaku seakan dunia hanya untuk diriku. Alam yang dihiasi dengan jutaan pohon, hamparan laut yang luas yang membuat ribuan pasang mata terpana melihat keindahan alam yang tersedia. Mata yang disuguhkan oleh mutiara yang bertaburan— wanita. Alam yang luas akan terasa hampa tanpa ketiadaan seorang wanita dan dia adalah salah satunya. Ketika aku memandang gemerlapnya malam dengan ditemani oleh bintang yang terhampar di langit yang jauh, aku merasa ada sesuatu yang hilang diantara hamparan bintang di langit sana. Gemintang yang terasa aneh dengan rupa yang tak biasa. Ternyata 25


ada salah satu bintang yang jatuh ke bumi tanpa ku sadari dan itu adalah dia. Dia yang tak tahu berasal darimana, dia yang datang tanpa kehendak diriku, dan dia yang tiba-tiba membuatku merasakan hal yang pernah aku rasakan sebelumnya. Ketika menikmati senja di tepi pantai, bayangan matahari yang akan meninggalkan bumi nampak di tengah laut yang kilau. Sang surya siap untuk tenggelam meninggalkan bumi yang kelam. Menjemput mesra ketenangan malam yang sunyi. Menyempurnakan datangnya malam dengan keindahan senja diakhir. Namun, ada satu bayangan yang membuatku terpaku keheranan. Bayangan yang menjadi sebuah teka-teki di dalam senja, bayangan yang menyerupai seorang wanita. Apakah mungkin itu dia? Asumsi yang pertama aku jabarkan karena aku sangat berharap bisa bertemu dengannya. Akan kah swastamita

26


menjadi saksi bahwasanya dia akan hadir saat senja mulai menyingsing. Ketika aku sedang menanti fajar, banyak embun yang menemani diriku di tengah dinginnya udara. Udara yang membuat banyak orang terlelap di dalam mimpi. Mereka lupa akan datangnya matahari yang sebelumnya beranjak pergi di kala senja menghampiri. Hembusan udara yang mengisi hati yang terimpit rasa hampa. Di tengah hempasan angin yang membuat kulit tak sanggup untuk melindungi tubuh, ada angin yang tersisip begitu dinginnya hingga membuat kakiku tak mampu menopang tubuh ini. Angin yang berasal dari kejauhan jarak pandang. Hati yang memandang bahwa dia berada jauh disana dimana angin itu berasal. Semoga arunika selalu mengikuti kemana dia pergi , lekas membisikan padaku bahwa dia sedang

27


berjalan menelusuri hati yang tak kunjung dia dapati. Ketika kaki aku gunakan untuk mendaki gunung, langkah demi langkah aku tempuh untuk bisa mencapai puncak yang dituju. Langkah-langkah yang tidak hanya dalam sehari untuk bisa menduduki puncak. Langkah keberanian untuk melawan rasa takut akan ketinggian, langkah maju yang siap untuk meninggalkan tempat di bawah sana, langkah yang mengharuskan kaki menjadi lebih kuat menapaki zona yang terjal. Kaki yang akan menginjakkan jejak di atas puncak gunung yang akan aku daki. Mata yang akan melihat dunia dari atas, mata yang akan memandang awan begitu dekat, mata yang terbuka untuk siap melihat perjuangan yang penuh letih untuk bisa mencapai titik puncak dan mata yang belum mampu melihat dia dari ketinggian. 28


Ketika aku menjelajahi hutan belantara banyak jenis pohon dan spresies hewan. Kicauan burung terdengar oleh seluruh penduduk hutan. Desiran angin yang membuat banyak pohon menari-nari. Aku menarik kesimpulan bahwa pohon memiliki filosofi. Dimana akar mampu menopang pohon yang besar, mengisyaratkan bahwa diriku yang kecil harus mampu menyelesaikan masalah sebesar apapun. Dimana batang menjadi tempat goresan tulisan manusia, mengisyaratkan bahwa aku harus mau menerima pesan serta saran dari siapa saja. Dimana daun tak pernah marah bahkan rela untuk gugur karena tiupan angin, mengisyaratkan bahwa aku harus ikhlas tentang apapun yang sudah terlewati dan akan terjadi. Dimana buah yang jatuh karena manusia yang rakus, mengisyartkan bahwa aku harus tetap berbuat baik kepada orang yang telah melakukan kejahatan terhadap 29


diriku. Jika aku tidak sanggup, setidaknya aku tidak akan berbuat jelek kepada orang yang berbuat baik kepadaku. Apakah aku bisa menjadi filosofi pohon? Setidaknya aku ingin menjadi salah satu diantara yang lainnya. Sama seperti yang aku inginkan untuk bisa menjadi salah satu orang yang berarti bagi dia. Walau aku tahu, dia entah dimana dan sedang apa. Ketika aku mencoba untuk mengelilingi bumi dengan berlayar di laut lepas, banyak ombak yang tidak senang dengan kehadiran kapal yang aku tumpangi. Mereka saling berlomba satu sama lain untuk dapat menjatuhkan kapal yang sedang aku tumpangi. Mereka tidak senang dengan sesuatu yang asing hadir di dalam siklus mereka. Aku mencoba untuk bertahan di tengah ombak samudra yang meriuk-riuk untuk tetap sampai pada tujuan. Hal itu yang membuat banyak manusia tidak mampu bertahan di keramaian ombak yang memiliki 30


angan untuk bisa menyingkirkan hal-hal yang asing. Gelapnya malam membuat perjalanan semakin terasa berat di kala mata tak mampu memandang dengan jelas serta alunan ombak yang membuat hati merasa gundah. Memang untuk mencapai sesuatu yang dituju tidak lah mudah, banyak hal-hal baru yang akan menghambat dalam perjalanan menuju tempat yang dituju. Sama halnya untuk bisa bertemu dengan dia, banyak hal-hal yang membuatku belum mampu untuk melihat siapa dia. Di kala yang mengharuskan aku bisa bertemu dengannya, sampai sampai saat ini waktu belum memberikan kesempatan kepada diriku untuk bisa bertemu dengannya. Ketika hujan membasahi bumi dengan jumlah debit air yang banyak , bumi terasa lebih segar. Hujan yang membawa sejuta kenangan manis dan pahit dimana banyak memori yang harus terbuka dengan 31


sendirinya. Hujan yang mengingatkan bahwa raga harus menepi ke suatu tempat yang mampu menjaga raga untuk tetap bisa terjaga. Hujan yang mampu menyingkirkan kedudukan matahari di bumi walau hanya sejenak. Hujan yang menghadirkan kejenuhan dengan kebimbangan akal untuk melakukan aktifitas yang terbatas. Hujan yang meninggalkan jejak di bumi dengan kelembapannya. Hujan yang tak lupa untuk menghadirkan pelangi yang membuat manusia merasa tentram dengan keindahan alam yang disediakan oleh Sang Pencipta. Hujan yang jauh-jauh datang dari langit untuk para penduduk bumi, tapi mereka malah menghindar mencari tempat agar mereka dapat terjaga. Aku hanya merasa, mungkinkah hujan tersinggung dengan sikap manusia? Hujan memang mebuat orang merasa sulit untuk melakukan aktifitasnya dan hujan membuat orang enggan beranjak 32


pergi dari rumah yang telah menyediakan kenyamanan. Namun, hujan membuat sebagian manusia merasa beruntung, termasuk diriku. Aku merasa beruntung dengan hadirnya hujan, ia dapat menghapus jejak yang pernah aku tapaki di bumi ini agar aku mampu menunggu kapan redanya hujan dan kemudian melanjutkan langkah setelahnya. Hujan tidak datang begitu saja, ia memberikan kode dengan mengajak awan mendung untuk berkontribusi dalam proses hujan. Dia pun sama, tidak datang begitu saja. Pasti ada alasan yang nantinya akan dia jelaskan mengapa dia hadir, entah hanya untuk bertemu denganku atau jalan bersama untuk membuat jejak baru setelah hujan berhenti. Yang aku yakini saat ini, hujan membuatku lekas menemukan dia. Jaga diri baik-baik bagi dia dimana pun berada, hujan membuat orang lemah kemudian sakit. Jadi, jaga kondisi agar terlihat baik-baik saja. 33


Ragamu sangatlah berarti bagi orang yang nantinya akan bersamamu. Ketika aku menelusuri lereng bukit yang curam, membuat kaki gemetar akan tanah yang aku pijak. Akan kah tanah ini mampu bertahan dari keramaian langkah yang tiada henti? Lereng gunung yang mengharuskan diriku lebih berhati-hati dalam melangkah. Jika tidak, tanah akan membawa ku ke dasar jurang yang dalam. Lereng gunung yang membuat pandangan terhalang oleh tebalnya kabut yang tak semenjana. Dia yang membuat kaki ku tak kenal rasa takut tuk melangkah kemana pun. Kaki seperti memiliki renjana yang mengharuskan langkah tetap terjaga. Langkah yang tak ku mengerti ingin kemana ia berhenti. Mungkin saja langkah ini tertuju pada dia yang keberadaannya masih disembunyikan oleh bumi.

34


Penciptaan yang sangat sempurna membuat manusia terpana akan indahnya alam semesta. Menikmati tiap detik nuansa alam tanpa berkutik, mengulik sejuta ekspektasi akan ragam budaya yang berprestasi. Menuangkan mimpi ke arah langit yang cerah, yang memberi kehangatan serta ketulusan disetiap perjalanan. Alam yang memberi kuasa atas asa yang tidak biasa. Membuatku sadar bahwa di alam ini masih banyak angan yang harus aku pegang. Anganku saat ini, bisa bertemu dengan dia.

35


Jika Kamu Itu Malam, Aku Akan Tidur Di Siang Hari Agar Selalu Terjaga Saat Bersamamu


Kini aku telah pergi meninggalkan kota dimana aku dilahirkan dan juga dibesarkan. Kota yang menyimpan banyak kenangan di masa silam. Kota yang menjadikan diriku manusia yang lemah karena cinta. Cinta yang menimbulkan derita serta nestapa. Kenangan yang tak selayaknya untuk dikenang. Waktunya aku bangkit, bukan untuk masa yang selalu ku ungkit. Melepaskan semua masalah di kota tempat aku menempuh pendidikan yaitu Bumi Siliwangi. Tempat yang sangat jauh berbeda dari tempatku berasal. Tempat yang membuat diriku semakin yakin untuk bisa hidup 36


menyendiri tanpa kisah setelah berpisah. Tempat yang menyuguhkan udara yang begitu sejuk untuk terus dijenguk. Tempat yang membuatku lupa kalau aku pernah terluka. Tempat yang menghadirkan temanteman baru yang akan menemani untuk terus maju. Tempat yang membuatku merasa bahwa dia berada tak jauh, apakah ini sebuah isyarat kedatangannya segera tiba? Hari pertama dimana aku menjalani rutinitasku sebagai mahasiswa di kampus tercinta. Memasuki ruang kelas yang sudah dipenuhi oleh teman-teman satu jurusanku. Mereka datang lebih awal untuk bisa saling menyapa dan kenal. Aku hanya bisa diam merasa sunyi di keramainan yang menemani. Mulut yang hanya bisa terkatup serupa mawar yang menguncup. Aku sedikit pemalu bila diawal pertemuan dengan orangorang yang baru aku kenal, apalagi baru pertama untuk menyapa.

37


Lambat laun, perasaan sunyi yang menemani berubah menjadi gelak tawa. Tawa yang membawa jiwa atas kesenangan hati yang tak terkira. Beruntung sekali bisa mengenal orang-orang baru yang ternyata tak sekaku saat mokaku. Berada dalam kelas yang terdiri dari berbagai macam suku,budaya, dan bahasa. Aku kira berkomunikasi dengan mereka akan sangat sulit karena masing-masing dari kami memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Namun, kami mengerti bahwa kami tak akan menyatu jika tidak ada bahasa pemersatu— Bahasa Indonesia. Perasaan setelah ditinggal oleh kepergiannya sudah mulai larut. Mencoba membuka hati tuk seseorang yang baru. Mungkin dulu aku berpikir, bahwa orang yang dulu takkan tergantikan. Meskipun sudah berlalu, aku enggan tuk melepas perasaan yang pernah ada. Menaruh perasaan ini dalam lubuk hati yang terdalam. 38


Mengunci semua pintu agar rasa ini tak hilang dan takkan tergantikan. Namun nyatanya, waktu terus berjalan. Aku bisa untuk kembali mencari seseorang yang tepat, mungkin memang bukan seperti yang dulu. Namun, orang baru pun memiliki cara untuk memahami dengan cara yang baru pula. Di keramaian yang dipandang, mata tertuju pada satu sudut pandang. Penglihatan yang tak terbantahkan atas apa yang telah didapatkan. Mendapat firasat bahwa dia akan segera merapat. Entah cepat atau lambat, bagiku dia adalah orang yang tepat. Orang yang kembali membuka ruang hati yang pernah terisi oleh seseorang yang telah pergi. Berani manaruh asa yang tak biasa, asa yang nantinya takkan pernah binasa. Aku mengucap syukur sebab bumi telah menampakkan apa yang telah disembunyikan. Mengizinkan diriku bisa melihat orang yang sempat terbenam dalam 39


teka-teki yang membenam. Menyingkirkan hambatan yang menjadi penghalang untuk senantiasa berpandangan. Diantara milyaran manusia, ratusan negara, beberapa benua, raga kita bersinggungan pada satu titik yang sama. Menerima fakta bahwa kehadirannya telah nyata. Sebuah awal dari petualangan kata-kata, pemikiran serta perasaan yang nantinya akan beradu antara mulut, pemikiran, dan hati. Dia yang membuatku kembali menemukan semesta. Aku dipertemukan dengan dia dalam keadaan sabar penuh ikhlas. Menuai berjuta kerinduan pada hujan yang menunggu datangnya pelangi. Malam yang hinggap setelah senja reda pada waktu yang berbeda. Malam yang sendu aku berdiskusi dengan sunyi dan pilu. Dengan malu-malu aku katakan bahwa aku sedang menunggu. Menanti tuk sesuatu yang berarti. Gelap belum usai, saat-saat yang berarti akan segera berhenti dalam sunyi nan pilu yang menanti. 40


Cahaya matahari akan segera muncul di ufuk timur yang akan menyita seluruh gelap yang sedang aku nikmati. Pagi membuka hari untuk berbagi dalam kesejukkan sang bayu seperti bunga yang takkan pernah layu. Duduk termenung menanti kabar dan tak bisa lagi tuk bersabar. Keresahan yang mulai menjalar akan harap bahwa kabar segera datang sebelum fajar. Harap yang tertinggal akan rindu yang menjadi candu. Meski tak semanis madu, kata rindu bukanlah hal yang tabu. Dia yang membuatku rindu, rindu akan hal yang belum aku kenal dengan yakin. Rindu akan seseorang yang mampu membuatku tersenyum tanpa alasan ketika mata melirik pada sudut pandangnya. Harapan kembali seperti semula yang membuatku menjadi gila. Dikala hati terasa hampa, bayanganmu terasa menyapa. 41


Mengingat senyum manismu, membuatku selalu ingin bertemu. Bertemu tuk saling melantunkan celotehan yang tak bisa dipatahkan. Memutar memori saat sendiri yang tersimpan di dalam sanubari. Hari dimana kau tiada, membuat hari-hari terasa berbeda. Dirimu datang dengan penuh energi yang membuatku kembali berarti. Menepi tuk meretas segala sepi dalam mimpi. Melihatmu saja membuatku tak karuan, apalagi berbicara dengan sedikit canda yang ada membuat rasa semakin tak dapat dicerna. Entah mengapa, aku merindukanmu. Apapun yang aku lakukan, aku terus saja memikirkan tentang dirimu. Aku hanya takut ini adalah rasa ketertarikan yang sementara. Tertarik kepada sesuatu yang baru. Semoga saja tidak seperti itu. Jika pagi datang, ingin rasanya aku melihat terbit senyummu. Hendak menatap bola mata berwarna coklat yang indah. 42


Memandang tiap sudut wajahmu yang selalu membuat jantung ini terus saja berdebar. Ingin rasanya menikmati selalu sarapan terbaikku yaitu dirimu. Jika siang merangkak naik, kau akan menjadi tempat dimana aku dapat melepas rasa penat. Menjadi pohon teduh yang membuat energi kembali penuh. Jika senja perlahan mulai turun, aku akan kembali pada cahaya jingga yang akan mengajakmu menikmati situasi langit sedang menelan surya. Lantas aku akan jatuh pada bahu yang siap disandarkan dan berkata bahwa dirimu adalah bagian dalam hidupku yang sempurna. Jika malam tiba, aku sangat menginginkanmu hadir disini. Menjadi selimut paling hangat untuk dapat memecahkan kebekuan dalam hati. Mendekap diri ini yang entah sudah berapa kali terlukai dan terbengkalai. Aku hanya ingin selalu bisa bersamamu, menatap raut wajah yang indah. 43


Aku takut akan jatuh cinta pada saat yang belum tepat. Takut akan hati yang nantinya tersakiti. Aku ingin menggenggammu lebih erat dalam do’a yang senantiasa dipanjatkan. Mendekapmu dalam hangatnya ketulusan. Aku selalu meminta pada-Nya agar sang lailah senantiasa memastikan jika dirimu baik-baik saja disana. Sampai sang bintang berkedip memberi isyarat bahwa kau sudah tertidur lelap. Dan saat itulah ketenangan jiwaku membaik. Untukmu, tetap dalam posisi yang sama. Dimana diriku akan selalu melihatmu dan mengetahui keadaanmu. Melihat dari kejauhan mata, namun terlantun dalam setiap do’a yang tertata. Tetaplah bersama dalam tempat dimana kita berpapas. Aku tak ingin perasaan yang aku miliki malah membuatku keluar dari batas. Jika memang kita adalah 44


apa yang telah dituliskan dalam Lauh Mahfuzh, aku takkan khawatir tentang dirimu. Aku hanya akan merindu dengan do’a yang membuatku termangu. Aku tak mau kehadiran perasaan terlibat dalam perbincangan yang sudah membuatku nyaman. Aku takut kau akan canggung dengan kehadiran perasaan yang tak kau ketahui. Aku takut kau akan lari menjauh sekiranya dirimu tahu ada perasaan yang menyatu dalam raga yang terjaga. Akan aku biarkan perasaan ini mengalir bersama aktifitas yang bergulir. Suatu saat perasaan ini akan menunjukkan kehebatannya yang berani diam untuk sesuatu yang dipendam. Siapa dirimu? dirimu hanyalah satu perasaan yang menyatu di hati dan melebur dalam benakku. Perasaan yang tanpa kau sadari sudah membuat hati seseorang berdebar. Dirimu telah merubah arah angin seperti Tuhan punya rencana lain. Aku hanya 45


seorang pandir yang telah kau gubah menjadi perindu mahir. Izinkan aku untuk sekedar melihat bibirmu merinaikan sepatah aksara agar hati tak seperti dipenjara. Menggugah keterbatasan yang selama ini telah menjajahi wawasan akan dirimu pada saat berpapasan. Siang dan malam terus saja silih berganti, tapi aku tetap memilih tuk menanti. Kedatangan yang selalu dinanti seperti seekor burung merpati. Lebih baik menanti dari pada mengejar dengan tindakan yang tak dimengerti. Pada akhirnya, menanti akan menjadi cara yang paling diminati bagi mereka yang terus menikmati kehidupan yang berarti. Mencintai adalah tugas yang berat. Tugas pertama dalam mencintai adalah mendengarkan. Mendengarkan sesuatu yang tak terucap. Hanya mampu diam menelan perasaan yang membenam. Aku hanya ingin mencintai dia dengan jalan yang benar karena 46


diriku memiliki titah agar hati tak lagi patah. Dan hal tersulit dalam mencintai adalah bisa meleburkan seluruh perasaan yang kita miliki kepada seseorang yang kita cintai, namun tak sebaliknya.

47


Selalu Ada Kebahagian Tersendiri Yang Terselip Saat Melihatmu Bahagia


Hati mulai tergerak untuk terus merangkak dalam teka-teki yang belum terungkap. Rasa penasaran yang semakin menjadi-jadi terhadap dia yang baru aku kenal. Aku harus melewati rintangan untuk melawan rasa takut dalam memulai percakapan dengan dia. Kelemahanku dalam berkenalan adalah malu tuk memulai. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu ketakutan akan berubah menjadi rasa syukur. Sebelumnya aku hanya bisa memandang dia dibalik ketakutan yang mengiringi. Hanya berangan bisa bercengkrama dengan dia di bab sebelumnya. 48


Berusaha mengurangi ketidakpastian yang menjulur tanpa jalur yang tak terukur. Meminta agar diri ini tak gugup saat berhadapan dengan dia. Tidak ingin hati ini redup karena terus saja berdegup. Menyusuri seluk-beluk tentang dia yang terus saja mengusik lubuk. Menggoda keinginan tuk terus bertanya seputar dia kepada teman di sekitar. Memutar akal untuk dapat berhubungan tanpa menyisihkan pandangan. Menilai diri dalam rangkaian hubungan yang terpadu. Menghadapi tantangan yang terus saja membuatku menepi akan hati yang sudah lama sepi. Aku hanya orang lugu yang tak mampu mengangkat dagu karena terlalu belagu. Menundukan pandangan agar perasaan terus tersimpan aman dalam benak. Menutup semua kemungkinan terkait perasaan yang terselubung bagai udara di dalam tabung. 49


Tak peduli saat masanya telah tiba. Penantian dalam titik tempuh yang begitu menjarak mulai terlihat sisi terdekat. Tenggat waktu kini mulai membuat hati terenggut. Seperti halnya menaiki bus. Yang datang tak selalu sama seperti yang diharapkan dan saat yang diharapkan datang, ada saja rintangan yang menghalanginya. Untuk bisa menjadi sesuatu yang berarti dalam hidup seseorang, buatlah nuansa yang membawa asa seperti terbang ke angkasa. Bukan untuk dijatuhkan, melainkan untuk bisa dipandang dari kejauhan. Dalam menanti bus, bukan hanya menunggu yang diajarkan. Aku belajar bahwa saat bus tiba, aku harus memutuskan untuk menaikinya atau tidak. Jika bus itu meninggalkanku, lantas aku akan mengejar bus itu. Bagiku kau adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada diriku. Betapa bersyukurnya aku pada Tuhan karena telah 50


mengirim dirimu sebagai anugerah. Tak perlu mempelajari atau mengetahui apa yang tidak kau mengerti, cukup dalam posisi yang sama dimana aku akan selalu bisa bersamamu walau ku tak tahu apa isi hatimu. Tak usah menghiraukan diriku karena aku akan terlihat baik-baik saja. Aku juga tak perlu tahu bagaimana perasaanmu terhadapku. Bisa bertemu dan melihatmu tertawa sudah cukup bagiku untuk bisa menjadi manusia paling beruntung di muka bumi ini. Hari ke hari membuat diriku yakin akan dirimu. Apalagi setelah aku sedikit memastikan dengan bertanya kepada orangorang di sekitarmu tentang dirimu. Kata mereka dirimu sangat baik, lugu, kalem, pintar dan bagiku kau adalah nirmala. Nirmalamu membuat sebagian hidupku kembali berwarna bagai pelangi yang datang setelah hujan menghilang. Bayangan dirimu

51


selalu nampak dalam benak yang membuat akal tak kuasa untuk jinak. Ketika aku bersamamu entah kau menyadarinya atau tidak, aku selalu berkeinginan untuk terus berada dekat dengan dirimu. Aku selalu mencuri waktu dan kesempatan yang ada saat berada dekat dengan dirimu agar raga ini tak terpaut oleh jarak. Selalu menoleh diam-diam tanpa kau sadari. Rasanya ingin sekali menginvestasikan waktu untuk terus dekat denganmu. Menatap wajah yang indah membuat hati tak lagi resah ataupun gelisah. Pertama kali aku melihatmu ketika kau berada di kantin. Saat itu mataku benarbenar dibuat terpana oleh parasmu yang memalingkan pandangan dari seluruh orang yang berdatangan. Dan saat itu, aku mengetahui siapa namamu. Memunculkan keberanian untuk bertanya adalah hal yang tidak mudah. Ketertarikan yang membuat 52


keberanian datang tanpa terpikirkan. Dan akhirnya aku dapat mengenal orang yang sudah membuatku terpana yaitu dirimu. Saat itu langkah kaki tak tahu harus kemana. Ingin tetap diam dalam ruang yang sama bersama dia. Rasanya ingin sekali bisa terus melekat dengan jarak yang dekat. Tak ingin pandangan teralihkan dengan keadaan. Hanya sekedar menikmati momen yang sebentar. Kadang waktu yang belum tepat untuk bisa lebih jauh mengenal dengan diri masing-masing. Mungkin ini adalah saat yang tepat dimana aku ingin mengungkapkan rasa yang sudah terpendam lama dalam hati yang selalu diam. Ya, aku menyukai dia. Entah alasan apa yang membuatku suka tanpa kuasa. Rasa cinta bukan hadir karena kita yang memilih. Rasa tersebut hadir sebagai anugerah dari Tuhan.

53


Pernah kah kita berpikir kenapa kita bisa menyukai seseorang yang pada kenyataanya ada yang lebih dibanding orang yang kita sukai? Jawabannya karena kita tak kuasa menerima anugerah yang diberikan Tuhan terhadap diri kita kepada siapa kita mencintai. Aku senantiasa menikmati anugerah yang membuat hati akan terus tearah. Tak peduli pada masa-masa yang menyulitkan dalam kehidupan. Aku memilih segala sesuatu sendiri. Hanya beberapa yang tak kuasa untukku pilih, yaitu kepada siapa aku jatuh hati. Selalu mencoba memilih yang terbaik namun hasil begitu buruk. Dan diriku yakin ini adalah yang terbaik untuk bisa bersama dia. Dia yang membuat rindu menjadi hal yang tidak tabu. Rindu yang mengekang diri ini menjadi candu. Rindu yang hanya tersampaikan lewat serinai aksara dan derai 54


suara. Rindu yang curang membuat akal tak berkutik. Rindu terus bertambah, tapi aku tidak tahu bagaimana cara mencegahnya apalagi menguranginya. Rindu yang selalu mengarah padamu. Tersusun rapih sehingga menjadi kesatuan rindu yang padu. Aku tidak ingin terlalu cepat menamai gelisah menjadi rindu. Rindu itu masalah jarak dan waktu. Meskipun yang tewas adalah waktu, yang kalah tetaplah diriku. Perkara rindu yang sering kali bertamu, rindu yang sudah menggebu dan tak tentu. Perkara dirimu yang telah mengetuk pintu hatiku, yang telah membuat degup di jantungku tanpa perasaannya yang tidak pernah kutahu. Rindu dan dirimu itu bagai candu, selalu saja beradu. Kamu dan rindu itu telah menyatu, seakan hati ini dijajah oleh dirimu bercampurkan rindu. Lalu, apakah mengobati rindu harus dengan cara bertemu? Kataku, bila tak ada 55


waktu, cukup ku temui dirimu dalam seuntaian do’aku. Karena rindu bukan tentang sendu, pilu, dan juga haru. Rindu itu tentang belajar menunggu dan menghargai waktu. Ya, sesederhana itulah rindu bagi diriku. Mengambil keputusan untuk kepantasan. Melukiskan sebuah fenomena tentang dirimu yang membuatku untuk terus memantaskan diri agar dirimu merasa bangga dengan kehadiraku. Kehadiran yang tak direncanakan yang menitikberatkan pada garis yang telah ditakdirkan. Aku merasa kurang bila dibandingkan dengan laki-laki diluar sana. Apakah aku pantas mencintai dirimu yang memiliki paras rupawan? Sedangkan diriku hanya orang biasa yang sudah lama memendam perasaan yang telah lama diam. Terbelenggu oleh ketakutan akan perasaan yang tak dibenarkan. Andai saja kehadiranku 56


dapat memalingkan duniamu. Kita tak hanya sebatas tatap menatap. Bisa saja rasa yang telah lama mengendap memilih tuk menetap. Merasa senang hanya dengan melihat parasmu dari kejauhan. Menciptakan nalar untuk bisa berbagi celoteh yang membuat mata tak ingin menoleh. Mengajarkan rasa ikhlas untuk perasaan yang tak terbalas. Menuai keinginan yang hanya sebuah angan. Tak perlu terang, cukup ada dan tak kunjung padam. Aku masih diam termangu menanti dirimu yang tak kunjung datang bertamu. Aku harap ini hanya sebuah firasat yang terlintas kilat. Nyatanya firasat ini benar adanya. Semakin aku mendalami dirimu, semakin aku tahu bahwa aku hanya terbawa oleh suasana yang melekat karena jarak yang begitu dekat. Kau orang yang murah senyum kepada siapa saja, lalu mengapa aku menganggap bahwa senyummu itu 57


menunjukkan adanya respon. Kau orang yang begitu baik, lalu mengapa aku menganggap dirimu telah menunjukkan timbal balik tentang perasaanku yang tak sempat diucap. Mungkin memang benar bahwa perasaanku lebih baik diam. Menganalisa tentang apa yang sedang kau rasa. Rasanya tak ingin mengusik rasa yang ada pada dirimu. Ingin membiarkan perasaanmu terbuka untuk siapa saja yang dapat membuatmu tersenyum lebar. Ingin rasanya mengunci hati karena perasaan yang tiada henti. Tak ingin pula seluk beluk hati dimasuki oleh dirimu. Aku benar-benar takut akan rasa yang aku miliki ini hanya membuatmu tak nyaman. Apakah aku salah lagi dalam mencintai? Aku benar-benar menyukai dirimu. Ingin rasanya memilikimu walau itu hanya sebatas mimpi belaka. Tak ingin pula 58


orang lain memilikimu. Aku harus sadar dimana posisiku berada. Aku hanya seorang mahasiswa rantau yang memiliki keinginan lebih dari perantauan. Aku tak ingin menggenggammu terlalu erat. Aku takut dirimu akan melarat dengan firasat ya ng membuat dahaga terasa serat. Izinkan aku merangkulmu melalui do’a. Menyampaikan rasa melalui aksara. Menjelaskan rindu melalui jiwa. Dan mengambil hatimu melalui Dia.Cinta tak perlu untuk dinampakkan. Biarkan sang bayu menyapa melalui salam. Sehingga bisiknya terdengar lirih meredam seperti auman serigala malam. Termangu diriku dalam hari menanti. Tidak merasa risau untuk menyendiri. Hanya berupaya untuk terus memperbaiki diri. Hingga kelak kau akan datang untuk menghampiri. Aku tak ingin menjadi seperti duri dalam bunga. Sama halnya dengan 59


kehadiranku terhadapmu. Aku tak ingin perasaanku terhadapmu menjadi duri yang akan menyakitimu. Lebih baik aku menunggu waktu yang tepat agar perasaan ini bisa diungkap. Bukan masalah takut, melainkan masalah mengorbankan perasaan untuk menjaga perasaan yang lainnya. Suatu saat, aku ataupun dirimu akan merasakan sakit karena sebuah perasaan. Dari diriku, aku tak mampu mendeskripsikan rasa sakit dalam rangkaian kata karena perasaan itu benar-benar dirasakan oleh hati, sedangkan apa yang dirasakan oleh hati tak dapat tersentuh oleh logika ataupun serinai kalimat yang tersurat. Kau tahu es batu? Jika kau genggam erat-erat, es batu pun akan mencair oleh waktu. Tak kuasa aku untuk menghentikan waktu. Tak kuasa pula untuk memperpanjang waktu. Aku hanya bisa memanfaatkan waktu yang ada. Semoga waktu yang akan 60


mempertemukan perasaanku yang telah lama diam dengan perasaanmu yang sedang aku kulik. Semoga kamu tetap menjadi alasan mengapa aku tersenyum tanpa alasan.

61


Setiap Orang Mempunyai Hobinya Masing-Masing, Merindukanmu Ialah Hobi Baruku


Di dunia ini tak ada yang abadi yang ada hanya sekedar mengabdi. Termasuk kesedihan dan patah hati bukanlah hal yang abadi. Aku hidup di dunia nyata yang penuh isi bukan hidup dalam dunia fiksi yang penuh dengan imajinasi. Ekspektasiku terlalu berlebih hingga jiwa tak mampu untuk berekspresi. Terlalu tinggi untuk sesuatu yang membuat diri ini sepi lagi. Tak pernah terlintas bahwa dia memiliki batas. Batas hubungan yang hanya menamai sebagai teman, tanpa ada perasaan. Aku akan mulai menepi untuk lebih menjaga diri. Seseorang hadir dengan alasan masing-masing termasuk

62


dirimu. Dirimu hadir hanya untuk mewarnai bukan untuk menemani. Tak mampu melawan kegundahan untuk bisa melakukan perubahan. Jika memang dirimu memiliki tambatan hati lain, melangkahlah pada tujuanmu. Aku tak ingin menghentikan langkah kebahagiaan orang yang aku cintai. Tertegun anggun dalam sesak di dada menuai memori yang kelam. Hanya sebatas perasaan yang tak terbalas, itu bukanlah apa-apa. Diri ini yang salah terlalu beranggapan dirimu memiliki rasa yang sama. Maafkan diri ini yang telah mengusik perasaan yang seharusnya tertahan. Malam yang mengenang akan senyum yang membayang. Senyum manismu menyulam hingga aku pun tenggelam. Pada batas waktu tertentu, aku pun diasingkan oleh rindu kemudian ditikam oleh sendu. Ketidakpedulian dalam tatapmu mengusir diri ini jadi semu. Mundur perlahan untuk 63


bisa melupakan. Kesunyiaan mulai hinggap untuk tidak terlalu berharap. Malam yang sunyi menemani hati yang kian sepi. Mencurahkan keluh kesah pada malam yang menyimpan sejuta kisah. Biarlah ia menjadi teman untuk bercerita. Di penghujung malam yang gelap aku terlelap. Namun, bayangan dirimu selalu saja menyapa membuat akal tak bisa lupa. Membuat diri ini terasa terusik dalam sepi. Sepi kian menemani dibalutan keramaian. Jiwa-jiwa dipertemukan, tapi tidak ada yang menyatukan. Jiwa-jiwa terus saja sepi tak berisi seperti hidup dalam dunia fiksi yang tak berarti. Biarlah jiwa sapi ini berdiri sendiri tanpa ada yang menemani. Malam yang sunyi pun tak sudi untuk terus menemani sepi ini. Hampa dengan meratapi elegi yang terus membumi hingga ditelan sepi. Tak ada satu pun yang peduli.

64


Aku mendamba dirimu tanpa mengukur siapa diri ini. Alat ukur pun tahu aku tak sepantasnya untuk mendamba dirimu. Dirimu begitu sempurna untuk aku yang jauh dari kata sempurna. Jujur saja, aku akan mengambil langkah mundur untuk diri yang tak bisa diukur. Sekeras apapun aku mencoba, aku akan kalah oleh rasa ketidakpercayaan diri ini. Aku hanyalah manusia yang juga merasakan luka. Luka yang tergores akibat ego yang protes. Karena cinta yang tak berserih membuatku merasakan perih. Dalam sepi, aku menulis dan menuangkan keluh kesah yang terlukis. Berharap dapat terobati untuk hati yang sedang terkikis. Meramu diksi untuk menyeleksi agar ampas tak ikut mengisi. Menjadi murni yang terus menemani membuatku terbebani. Dalam hening aku tertegun membayangkan kisah yang mengalun, seakan bersembunyi dibalik sunyi. 65


Pada serinai aksara ini, aku titipkan seberkas rindu yang tidak kau ketahui. Semoga hal ini dapat mengantar diriku dalam mimipimu sebentar saja agar rindu ini tak hilang. Hanya ingin menyematkan sedikit rindu kepada dirimu wahai pembawa rindu. Tak kuasa diri ini membendung rindu sendirian dalam keyakinan. Aku hanya sedikit berbagi rindu kepadamu agar beban rindu berkurang. Disini aku masih mendiksikan apa-apa yang membuatku berpaling. Biarpun hanya tubuh yang dibaluti rasa rindu sedang tertunduk. Aku ingin bercerita pada senja karena selalu larut dalam cahayanya. Cahaya jingga yang akan pergi dengan rasa ikhlas. Biarlah hari ini berkelana dalam sendu berimajinasi dalam rindu mengusik hati yang kelabu. Dirimu adalah pembawa rindu yang membawa syair penuh rindu. Jiwa ini berusaha untuk terus menunggu dengan

66


termangu. Siapa tahu kau akan datang di suatu waktu. Aku memang terlihat diam dalam masalah perasaan, namun aku jauh memperhatikanmu. Aku pikir lugu itu sederhana, sesederhana aku mengagumi dirimu. Mungkin aku masih harus memendam rasa lebih dalam. Ujung penantian yang selalu diyakini akan datang seolah-olah tak kunjung menghampiri. Mungkin dirimu masih betah berdiam ditempatmu. Aku muak dengan waktu yang tidak tepat. Dada semakin sesak menahan rasa yang hampir meledak. Bahkan sampai keputusan untuk berhenti datang menghampiri, bibir ini masih saja bungkam tak karuan. Rindu yang terlanjur berkarat, seakan tak mampu untuk diutarakan. Mungkin ini perjuangan untuk terus menanti

67


tiada henti. Namun, aku menyadari bahwa menanti membuat diri ini merugi. Kau terlalu sempurna untuk tiap langkah yang telah aku habiskan untuk berkelana. Kau terlalu hebat yang membuat diri ini tak lagi lekat untuk terus dekat. Kau terlalu jauh untuk tiap usaha yang telah dicapai dengan susah payah. Aku lelah untuk terus menelaah tentang dirimu. Menerkanerka adakah diriku disetiap celah hatimu. Jika memang tidak, anggap saja itu bukan suatu masalah. Jika benar, aku harap kau mengerti bahwa caramu mencintai itu salah. Jika tak diutarakan, maka tiada pula perubahan. Percayalah, takkan ada manusia yang paham akan isi do’a seseorang jika tidak disuarakan. Aku bukan cenayang yang dapat tahu bagaimana perasaanmu hanya dengan menerawang.

68


Diam dalam sepi bukan berarti tak memperhatikan. Ada sebab aku tak mendekat dan memberitahu karena aku takut kau merasa terganggu. Diam dalam sepi pun bukan berarti tak mencintai. Ada sebab aku tak melakukan semuanya lewat perlakuan karena yang aku tahu dalam mencintai bukanlah melalui ucapan, tetapi lewat do’a yang senantiasa dilantunkan. Diam dalam sepi yang terus menerus bukan berarti aku tak peduli. Ada sebab aku menyembunyikan hal itu karena ada hal yang tak selamanya harus dijabarkan. Sesungguhnya aku peduli, memperhatikan semua yang telah kau lalui. Namun, aku teramat malu untuk mengakui karena takut bukan aku yang kamu cintai. Satu hal yang pasti adalah yang diam dalam sepi adalah seseorang yang paling tahu bagaimana mencintai tanpa melukai. Meski tak dapat ku pungkiri hati ini sering kali tersakiti. 69


Aku pikir, denganmu semua akan baik-baik saja. Aku pernah kecewa atas nama luka yang tak terkira. Lalu kamu datang dalam hidupku seolah-olah mengobati hati hingga aku lupa pernah begitu terlukai. Ternyata aku salah, sekali lagi ini membuat hati jadi resah. Kamu hanya ingin sekedar dekat, namun aku terlalu berharap untuk bisa menetap. Kesalahan ada pada diri ini sekali lagi. Mengapa aku terlalu mudah dalam mencintai setelah terlukai? Sempat terlintas dalam ruang akal untuk menanyakan perihal perasaanmu terhadapku. Sikapmu yang telah membuat diri ini jatuh dalam cinta yang belum sempat untuk bercerita. Sebenarnya kau anggap diri ini apa? Sebelum perasaan ini terlalu dalam, bisakah kau menjelaskan perasaanmu terhadap diriku? Aku memang tak mengerti

70


harus mulai dari mana untuk memantapkan hati untuk dirimu yang belum pasti. Raga ini memang bernyawa, namun jiwa terlanjur tuk mencinta. Hati lagi-lagi meluruh terjebak dalam sepi yang membuat hati kian runtuh. Hati yang terus saja terusik hingga gundah membuatku menyerah. Suasana hati terlanjur menghitam yang membuat alunan cerita menjadi kelam. Ada beberapa hal yang tak bisa ku jelaskan, misalnya bertahan pada hubungan yang tidak bisa diharpakan. Hadir dan menemani seseorang ketika hatinya tak terisi oleh siapapun. Namun, aku sadar kelak yang kamu pilih bukanlah diriku. Mungkin beberapa kali terasa menyakitkan, tapi juga takkan mudah untuk pergi begitu saja karena aku sudah terlanjur mencintaimu. Merelakan diriku menjadi

71


payungmu ketika hujan dan saat mentari datang aku pun terlupakan. Aku benar-benar tak merencanakan akan jatuh hati padamu, segalanya mengalir begitu saja. Aku yang merasa nyaman saat berbagi celoteh, perhatian-perhatian kecil yang kau berikan kepadaku, dan semua hal yang mulai terasa menyenangkan jika semua hal kamu yang melakukan. Ya, perasaan itu datang tanpa sengaja. Tak ada yang tahu bahwa setiap tatap yang aku gunakan adalah untuk meyimpan sebuah harap yang begitu besar. Bahkan, kau tidak pernah menyadari itu walau hanya sedikit. Bahwa pada tiap inci percakapan antara kau dan aku tersimpan sebuah rasa yang tak bisa aku tunjukkan. Pada akhirnya, aku hanya memilih untuk bisu. Diam dengan sepenggal harap yang terus saja menggantung, melangkah dengan 72


jiwa yang sering kali tertaut, tapi tak pernah bertanya tentang perasaan masing-masing. Diri ini menantikan pernyataan tentang perasaanmu terhadapku. Aku yang mencintaimu dalam tatap tanpa ada kata yang dapat terucap. Selalu ingin mendobrak rasa, tapi aku takut kau merasa terdesak. Malam akan terus terasa sunyi, bahkan tak ada hembusan angin yang dapat ku rasakan serta tak ada rindu yang terbalaskan. Padahal rindu ini sudah tak tahu diri, seandainya kamu mengetahui bahwa rindu ini sulit terkendali. Hanya angan-angan bodoh yang penuh dengan harapan tentang ketidakpastian. Hanya sekedar omong kosong belaka yang keluar gelagapan. Dan aku masih harus berteman dengan kesunyian. Sedari awal aku memang tahu bahwa kita tak sanggup menyamakan jalan. Perasaanku kali ini dibenarkan, memang diriku yang tidak sepadan denganmu. Aku 73


yang terlalu kecil bagimu, kau seperti bintang di langit raya sana, sedangkan aku hanya butiran debu di bumi yang mudah terbawa oleh hempasan angin. Rasanya aku hanya sebagai kata-kata yang terlewatkan di bagian kolom ruang hatimu. Selalu ku kirim pesan, namun selalu saja kau hindari. Aku masih berdiri disini, bahkan aku tak pernah untuk bersembunyi. Tapi entah mengapa, aku merasa bahwa eksistensiku tak pernah kau sadari. Barangkali kamu mengira aku ini hanyalah delusi. Hanya sebatas bayang-bayang yang tak pasti yang senantiasa kamu lewatkan tanpa sedikit pun peduli. Saat kau menatap kedua bola mataku, seolah waktu terhenti dan menjebakku pada situasi yang tak menentu. Namun nyatanya, tatapmu hanya menjadi penenang sementara ketika harapku jatuh terbengkalai pada ketidakpastian yang menyiksa ini. Senyuman 74


yang menunjukan lekuk bibir seolah menunjukkan kepastian mutlak tentang perasaannya terhadapku. Namun nyatanya, senyum yang ada padanya hanyalah simbol ketulusan hati dalam berteman—tidak melebihi konteks teman dalam cakupan apapun. Saat ia mampu menenangkan pikiranku dengan segala ucapan yang terlontar, aku merasa ia datang sebagai pelangi setelah hujan menghujam. Namun nyatanya, segala perlakuan dia hanyalah bentuk kasih dalam pertemanan. Seharusnya aku lebih paham tentang pelangi yang akan datang setelah hujan pergi, namun ia takkan singgah selamanya untuk menemani. Begitupun dengan dirinya. Seharusnya, sejak lama aku menyadari bahwa ada sebuah kejanggalan dari cerita cintaku kali ini. Karena disini, hanya aku yang menjadi sosok yang 75


mencintai. Hanya aku saja yang menjadi sosok penarik perhatianmu sesaat, walau tak pernah mencapai kata berhasil. Terdiam dan membisu sambil menyimpan perasaan adalah sebuah pencapaian terbesarku dalam kisah ini.

76


Aku Takut Bahwa Ada Cinta Yang Tak Terbalas, Ada Cinta Yang Akhirnya Tak Mungkin Selaras


Angan adalah proses beripikir yang dipengaruhi oleh harapan-harapan terhadap kenyataan yang logis. Apakah angan terhadap dirimu termasuk sesuatu yang logis? Yang sering kali membuat jiwa ini terasa miris. Sering kali aku meragu harus kemana aku melangkah tuk maju, terkadang kau beri harapan yang justru membuatku merasa jauh dari angan. Terasa pedih hati ini jika ternyata hanya aku yang terbawa oleh perasaan. Angin bertiup ke arah sang penghidupan tentang keberadaanmu yang terus menjadi teka-teki akankah dirimu menetap dalam harapan. Ingin rasanya 77


menikmati panorama di pagi hari saat pesanmu tiba untuk menyapa, seakan aku merasakan sejuknya alam damai yang indah. Hatiku yang dulu seperti awan hitam yang menyelimuti, namun anganku padamu merubah awan hitam itu menjadi awan cerah yang indah dan menjadi langit biru yang menakjubkan. Saat sang surya berhasil menerobos langit dengan cahaya, merubah hari menjadi terang. Ada celah-celah yang menjadi semburat pada langit-langit yang dahulu gelap. Saat itu, aku sedang menikmati angan yang terbayang, perihal sejauh mana aku mencintai dirimu dan mampu memperjuangkanmu. Aku bisa dengan leluasa memainkan peran dengan sangat apik saat bersamamu walau aku tahu itu hanya sekedar angan. Hadirmu menggiringku untuk mengecup pagi hari dengan penuh warna, 78


mewarnai setiap awal kehidupanku saat aku terbangun dari tidur yang lelap. Sebab selama ini aku hanya terus tumbuh pada diri yang diselimuti dengan gelap, dengan udara yang terlalu dingin. Saat itu, hidupku hanya mengenai malam, bulan dan bintang. Malam yang selalu menjadi tempat bisu dimana aku menceritakan betapa bahagianya aku bisa menemukan orang seperti dirimu. Aku sangat takut untuk merengkuh pagi dengan cahayanya yang telah menerobos masuk. Aku hanya menyadari diri ini mencintai suasana malam itu yang membuatku selalu nyaman pada suasana yang itu-itu saja. Membuatku tak ingin merasakan suasana baru selain malam itu. Malam sunyi yang terus berbisik padaku akan perasaan yang selalu ku pendam tanpa pernah terucap. Dan semenjak hari itu, aku jatuh. Benar-benar jatuh pada suasana pagi yang 79


membuatku terpengaruh untuk tumbuh di dalamnya, hal itu bisa terjadi karena satu alasan yaitu hadirmu disana. Dengan semua warna dan cahaya, aku dapat melihat segalanya yang belum pernah aku ketahui saat malam. Hadirmu benar-benar menyisipkan angan yang selalu ku buat saat malam tiba. Ingin rasanya menikmati secangkir teh bersamamu di pagi hari dengan ditemani cahaya sang surya yang membuat hariku terasa lebih terang. Bersamamu aku mulai tumbuh pada hari-hariku. Pada pagi hari hingga malam hari lalu kembali lagi ke pagi hari dan begitupun seterusnya. Hingga aku sadar bahwa mencintaimu, rasaku takkan pernah habis. Jangan pernah beranjak dari tempat hadirmu, aku akan selalu menemani di setiap hadirmu. Aku adalah kalimat utama dan dirimu adalah kalimat-kalimat penjelas dalam setiap 80


paragrafnya yang kemudian menjadi sebuah cerita yang padu. Kamu adalah diksi dari puisi-puisi perihal hati yang telah menjerumuskanku untuk menulis. Kamu adalah komplemen dari frasa yang berbunyi “Aku rindu�. Kamu adalah majas yang melengkapi keindahan sajak-sajak tentang cinta. Kamu adalah lawan kata dari “berduka� karena kamu adalah sebab dari segala bahagia yang ku rasa. Buatku, kamu selalu menjadi teoriteori dalam pelajaran mencintai. Teori yang sering kali sulit untuk kupahami meski telah kupelajari berkali-kali. Kamu adalah fajar yang menyejukkan suasana pagi. Kamu adalah senja yang menjadikan angkasa raya berwarna jingga yang begitu indah. Jika aku adalah semesta, maka kamu adalah semua yang ada di dalamnya. Kau sebagai pengisi jiwaku yang hampa.

81


Aku masih sering bersenandung rindu tentang dirimu. Sesekali aku menunggumu datang pula, siapa tahu kau datang menjemputku dan berbagi setangkup rindu yang sudah tak kuasa ku bendung. Rasanya tubuh ini ingin memeluk seutuh tubuh, tubuh yang dengan sabar menunggu dirimu yang belum mengumbar kepastian. Yang sering kali membuat tubuhku luruh dalam segala bentuk keresahaan dalam dada dan jiwa. Ketika aku menatap bola matamu, aku seakan menemukan bentuk rumah. Tempat dimana aku harus pulang dan mengakhiri segala penantian juga pencarianku selama ini. Bagiku kamu adalah orang yang tepat. Aku tahu, aku tak tepat untuk menerka, setidaknya aku yakin atas pendirianku bahwa kau memang tepat untukku.

82


Hari-hari berlalu, aku mulai terbiasa dengan keseharianmu. Rasa kagumku semakin bertambah, namun rasa kagumku itu terus kusembunyikan diam-diam, dalamdalam, melalaui do’a-do’a nan syahdu. Anganku tak henti kupanjatkan, ditemani dengan sajadah yang menjadi tumpuan. Ku ucapkan semua yang tak sempat terucap, serinai do’a yang terus kubisikkan dan berharap semesta akan mengaminkannya. Aku tidak takut untuk menjatuhkan hatiku padamu karena aku tahu kamu akan selalu berada disana. Menadahkan kedua tangannya untuk merengkuhku, tanpa sedikit pun mempunyai angan untuk menorehkan luka. Dia bukan seperti orang-orang di luar sana yang hanya memainkan sebuah perasaan. Aku yakin dia tahu betapa sulitnya menjahit luka yang menganga. Aku tidak mudah terbuai dengan perkataan manis yang terlontar begitu saja 83


karena aku tahu kata-kata manis tidak mencerminkan perasaan seseorang padamu. Mereka hanyalah omongan belaka bak angin yang akan membawamu terbang ke langit, kemudian hanya menunggu untuk dihempaskan kembali ke bumi. Aku tidak akan lagi jauh mengembara ke dalam hutan hatinya. Sebab aku benar-benar telah tersesat dalam alunan sajak dan senandungnya. Aku kebingungan mencari jalan pulang pada kebahagiaan yang kuciptakan sendiri. Aku tidak takut untuk bertahan. Sebab, mencoba bertahan adalah tindakan yang hanya memiliki dua kemungkinan, yaitu dilukai atau terlukai. Aku tidak akan pernah lelah berangan untuk membuka hatiku untukmu. Membiarkan segala tentang dirimu menyeruak ke dalam jiwaku. Aku tidak takut untuk patah hati. Sebab dengan patah hatilah aku mengerti rasanya terbuang dan tersungkur setelah memberikan seluruh hatiku hanya untuk memperjuangkanmu. 84


Aku tahu bahwa seberapa sakit rasanya ketika hati hancur dan kembali utuh kemudian siap untuk membuka dan melangkah ke depan. Dan aku menentukan pilihanku padamu, hatiku yang sempat terlukai kini menemukan penawar luka yang mampu meredakan rasa sakit sebelumnya. Aku percaya bahwa takdirlah yang mempertemukan kita, namun aku masih bertanya pada takdir, apakah kau akan menetap untukku? Menjatuhkan hatiku padamu sudah kupikir berulang kali. Tidak ada yang keliru dengan hal itu, walaupun ampas bubuk tetap terbawa yang membuatku tak ingin lepas dari suasana. Menjatuhkan hatiku padamu sudah kupertimbangkan ribuan kali. Tak ada yang salah dengan hal itu, meskipun aku hanya menjadi kawan berbincang saat kau lelah. Menjatuhkan hati padamu adalah mengenai pilihan. Menyatakan atau 85


menikmati dalam diam. Pilihan kedualah yang kemudian menjadi keputusanku. Tidak ada perubahan sedikitpun. Semuanya masih berjalan dalam batas kewajaran. Menjatuhkan hati padamu tak pernah menjadi beban bagiku, meskipun membakar dalam senyap tetap kupeluk erat baranya hingga lenyap. Menjatuhkan hati padamu tak pernah kuminta balasan darimu. Kusimpan rapat-rapat agar kau tak tahu. Kubalur dalam do’a agar menjadi rahasia antara aku dan Dia. menjatuhkan hati padamu tak pernah reda yang membuatku tak ada jeda. Mataku telah menemukanmu, mengenalimu sebagai sosok yang telah mengisi celah hatiku dan dirimu menjadi tempat anganku bersemayam. Kamu yang membuatku berani kembali jatuh cinta dan mengizinkanku mendampingi beberapa kisahmu. Kau sebagai sosok yang aku izinkan bertakhta di megahnya hati dan rasaku. 86


Aku berada dalam sebuah garis dimana aku ingin berangan, namun tak terbalas. Ingin rasanya menggenggam, namun tak sanggup. Entah energiku yang tak sanggup menembus lapisan orbitmu atau memang konfigurasimu yang telah stabil. Rinduku tak selalu berlabuh, rasaku tak kunjung terbalas. Entah karena kamu yang menundanya atau memang sekedar harapan yang tak berisi. Kumohon bimbing aku menuju gelombang nan nyata, bukan sekedar hembusan angin yang tak kukenal goresannya. Berilah aku kepastian nan absolut agar semuanya tak lantas menjadi nisbi. Biarkanlah aku memasuki celah-celah hatimu, menanamkan rasa beratasnamakan cinta. Izinkan aku membaginya denganmu dalam sebuah ikatan, sebab kamu adalah kebahagiaan yang selalu ku semogakan.

87


Pintu adalah gerbang hatimu yang senantiasa kuketuk dan selalu kutunggu. Biar aku tahu jika kamu membuka pintu sewaktuwaktu untuk diriku. Sekat adalah pembatas yang rapat dari nuranimu yang selalu kupindai lekat agar aku tahu hal apakah yang dapat membuatmu lumat. Jendela adalah jalan udara dalam jiwa, milikmu yang jarang terbuka namun selalu kuperiksa agar suatu waktu aku dapat menerobos melewatinya. Betapa aku dibuat begitu bahagianya jika aku berhasil menerobos pintu, sekat, dan juga jendela. Mungkin aku akan terlena hingga mata tak ingin terbuka, padahal sesungguhnya aku di hatimu bukan untuk waktu yang lama. Mungkin aku hanya sebatas tamu, bukan penghuni tetap di hatimu. Namun sungguh ada hal yang harus kamu tahu, aku akan terus menyimpan rasa ini di dalam hatiku. Biarkan rasa ini 88


bersenyawa di relung hati, menemani hari demi hari, menyelinap dalam sepi. Aku tidak akan membiarkan rasa ini lepas karena bagiku ada hal yang lebih sulit yaitu bersikeras untuk menghilangkan perasaanku padamu. Apa yang sudah tertanam begitu dalam tak mudah untuk dihilangkan, rasa itu seakan membatu dan sering kali menjadi rindu. Aku ingin sedikit bercerita tentang salah satu kejadian romantis di alam semesta, yaitu tentang bumi dan hujan. Banyak hal yang aku pelajari dari mereka berdua. Bumi adalah tempat dimana kaki berpijak, berdiri, berjalan, berlarian, bahkan melakukan aktivitas lainnya. Apakah kau tahu tentang bumi? Ya, betapa bumi mencintai sang hujan, ia tak ingin kasihnya jatuh begitu saja tanpa tempat landasan. Maka ia rela menopangnya, sendirian.

89


Dengan sepenuh hati, hujan menjatuhkan dirinya tanpa ragu. Tak pernah memikirkan seberapa sakit ia rasakan untuk jatuh asal ia jatuh di atas bumi. Sebab, hujan tak mampu setiap saat menghampiri bumi. Hujan tak ingin menyakitinya, bahkan tak ingin sebagian wilayah dari bumi tenggelam karena dirinya. “Aku selalu menunggu saat dimana Tuhan mempertemukan kita, walau hanya sekedar bertegur sapa. Selama kamu menerima egoisnya diriku dan menjadi landasan bagi pasrahnya aku, aku rela meleburkan diriku bersama rindu-rindu yang tersimpan, denganmu.� Kata hujan. “Aku selalu menunggu saat dimana Tuhan mempertemukan kita. Biarkan semuanya berjalan sesuai dengan rencanaNya. Aku selamanya siap menjadi tempat landasmu dan akan ku dekap tiap titik air

90


yang kau jatuhkan padaku. Aku mencintaimu disetiap sakit yang kurasa.� Kata bumi. Aku memang pengecut, hanya mampu berangan tanpa ada ucapan. Mengaharapkan pada tiap-tiap rasa yang belum tahu akan terajut atau tidak. Namun tetap saja sesentipun rasa ini tak surut. Hingga sunyi memperkenalkanku pada malam. Ia tak sekedar menyimpan gulita, tapi kekuatan do’a terletak pada saat sepertiga malam. Ia memberikanku nasihat bahwa tak usah repot-repot mencintai dan umbar rasa sana-sini. Kita punya Dia yang Maha Membolak-balikan hati. Sejauh apapun kamu pergi yang kelak bersamaku pasti akan kembali. Aku tidak ingin sepenuhnya menyandarkan diriku padamu. Aku akan belajar bagaimana berdiri kokoh di atas 91


kakiku sendiri, supaya kelak aku tidak harus jatuh tersungkur ketika suatu saat kau harus pergi meninggalkanku. Maafkan aku bila aku telah lancang mencintaimu. -C-

92



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.