MAJALAH STUDIO 148
Oktober-November 2017
Studio 148
Pemilik Karya Alfhy Zulfa Nooraida Bagus Wahyu Saputro Cittadhi Astridewi Nirmala Dea Sekar Dwi Atmaningrum Fauziah Prabarini Glabella Ersyara Ramadhani Iqbal Nurhidayat Lois Nuur Fatimah Susilowati Ovy Permata Nurkamalina Prananda Fadhlul Husna Prayogi Nusa Bakti Rachmat Wibowo Riza Larenahadi Satriyo Ryan Pratama Tamarindus Indica Aris Mulyono
Editor & Layout Fauziah Prabarini
MAJALAH STUDIO 148
Oktober-November 2017
KATA PENGANTAR
Pada awalnya, arsitektur adalah sebuah pilihan utama bagi sebagian dari kami, tapi bisa jadi arsitektur hanyalah sebuah pilihan iseng saat itu untuk sebagian lainnya. Tetapi pada akhirnya, arsitektur adalah sebuah jalan terbaik yang diberikan Allah SWT untuk kami lewati, untuk kami pelajari dari inti hingga kulit luarnya, dan untuk kami selesaikan misinya agar bisa menuju ke perjalanan selanjutnya. Misi dan tanggungjawab kami disini, Arsitektur UNS, telah selesai. Tidak hanya ilmu dan pengalaman, tetapi kami juga mendapatkan teman-teman dan keluarga baru disini. Bukan hanya menimba ilmu dan mempelajari tentang apa dan bagaimana arsitektur, tetapi kami juga mendapatkan banyak ilmu diluar ruang kuliah yang semoga akan bermanfaat untuk perjalanan selanjutnya. Terimakasih kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala kemudahan dan nikmat lainnya selama di Arsitektur UNS; kepada orang tua dan keluarga kami atas dukungan yang tiada henti; kepada Bapak/Ibu Dosen atas ilmu dan pengalamannya, atas nasehat dan kritik membangun agar kami semakin baik kedepannya; dan kepada teman-teman terbaik, keluarga baru kami di Arsitektur UNS atas banyak bantuannya, atas banyak halnya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Inilah persembahan dari kami, sebuah majalah hasil karya Tugas Akhir Periode Studio 148 (OktoberNovember 2017). Semoga dapat menjadi inspirasi untuk periode-periode selanjutnya. Akhir kata, kami mohon maaf apabila selama menjalankan misi dan tanggungjawab di Arsitektur UNS banyak melakukan kesalahan baik tutur kata atau perilaku. Mohon doa dan restunya agar perjalanan kami selanjutnya selalu diberi kelancaran dan kemudahan. Semoga sukses untukku, untukmu, untuk kita semua!
Surakarta, Januari 2018 a.n. Mahasiswa Studio 148,
Fauziah Prabarini
01
02
01
03
06
08
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS I
REDESAIN PASAR PANGGUNGREJO SURAKARTA
18
20
22
26
PUSAT EKSHIBISI
PUSAT KONSEVASI RAWA PENING
AKADEMI SEPAK BOLA
SEKOLAH KREATIF
36
38
40
42
PONDOK PESANTREN AGRIBISNIS
STUDIO PENGEMBANGAN MOBILE GAME
REDESAIN TEMPAT PELELANGAN IKAN
PROFIL PESERTA STUDIO 148
DAFTAR ISI
10
12
14
16
TAMAN KESENIAN ANAK
SMP ALAM LEBAH PUTIH
GALERI KEBUDAYAAN MAGELANG
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
28
30
32
34
REDESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR TIPE B
GELANGGANG OLAHRAGA
PENGEMBANGAN PANTAI NAMPU sebagai DESTINASI WISATA
MUSEUM KULINER NUSANTARA
03
04
Architecture is about trying to make the world a little bit more like our dreams
Bjarke Ingels
05
picture by Fahry Triza Nugraha
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Ir. Sumaryoto, M.T. Ir. Suparno, M.T.
referensi (buku)
LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS I
lokasi objek
Jalan Tentara Pelajar, Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah
luas lahan 2
di Kutoarjo dengan Pendekatan Defensible Space
28,000 m
oleh: Alfi Zulfa Nooraida Dalam buku Design Out Crime (Colquhoun, 1996), terdapat 4 aspek Defensible Space oleh Oscar Newman yaitu:
USER TERRITORIALITY (Kewilayahan)
Keamanan daerah sebagian ditentukan dengan berdampingan lokasi yang strategis dari fasilitas komunal (umum) yang intensif.
Penggunaan penghalang nyata atau simbolis, dapat dibedakan menjadi zona yang dapat dikelola oleh pengguna. Penting terdapat pengelompokan ruang dari yang ruang privat (mudah dikelola) ke ruang publik (sulit untuk dikelola).
KUTOARJO, PURWOREJO,JAWA TENGAH
SURVEILLANCE (Pengawasan)
ELA
NG ENE LI MJAR
AP
TAPAK
Luas: 2.8 Hektar
KA
BUILDING IMAGE (Citra Bangunan)
TAR TEN
PERMUKIMAN
JL.
AN
KIM MU PER
PERMUKIMAN
PU SMP RW N 1 OR 3 EJ O
JUXTAPOSITION WITH OTHER FACILITIES (Berdampingan dengan Fasilitas Lain)
KAMAR KAMAR
KAMAR
KAMAR BLOK HUNIAN STRAPSEL
U
KAMAR
SDN 2 KATERBAN PERMUKIMAN
KAMAR
KAMAR
KAMAR
BLOK HUNIAN PRIA
KAMAR
KAMAR
AREA PEMBINAAN
KAMAR
KAMAR
KAMAR
BLOK HUNIAN WANITA
KAMAR
AREA KANTOR
PENZONINGAN DEFENSIBLE SPACE MENURUT OSCAR NEWMAN
KAMAR
PENERAPAN PENZONINGAN DEFENSIBLE SPACE PADA LPKA
PEMILIHAN TAPAK
06
Creating Defensible Space (Oscar Newman) Design Out Crime: Creating Safe and Sustainable Communities (Ian Colquhoun)
SMK INSTITUT INDONESIA KUTOARJO
Tapak berada dekat dengan fasilitas umum (lingkungan sekolah) sebagai pengawasan alami, dan berada dalam lingkungan bangunan sekolah. Sehingga dapat menguatkan kesan bahwa bangunan LPKA, merupakan bangunan pembinaan/ pendidikan.
Fasad LPKA Kelas I
PENERAPAN DEFENSIBLE SPACE DALAM BANGUNAN 1
GI ING N/ NT NIA T/ A U S H IVA WA R EA A AR NA P PENG ZO NA NG ZO N/ DA AA LIK/ AN SE N 1 I B B U AS PEM MIP AW EA SE NG ARZONAA PE N ZO H DA / 9 7 EN OR NT IK/ AN R A S L K 1 6 EA PUB WA AR NA NGA ZO A PE N 4 ZO 5
1 HUNIAN LAKI-LAKI 12 HUNIAN PEREMPUAN 13 GAZEBO 1
12
1 1 1
1 POS JAGA ATAS 1
1
12
1 1
13 12
1 12
13 1
1
10
2
3 2
1 6 4
3
Kelas Penggunaan bentuk U yang dimodifikasi untuk memudahkan pengawasan. BANGUNAN PEMBINAAN
BANGUNAN HUNIAN
BANGUNAN STRAPSEL (BLOK HUKUMAN/ PENGASINGAN)
TRANSFORMASI MASSA
1 1 DAPUR 12 2 MASJID 1 3 CHAPEL 5 7 4 WIHARA 5 LAPANGAN FUTSAL 11 6 LAHAN PERIKANAN 8 7 LAHAN PERKEBUNAN 8 LAHAN PETERNAKAN 9 PEMBINAAN PENDIDIKAN 1 1 10 LAPANGAN BASKET+VOLI 11 PEMBINAAN KETRAMPILAN 12 STRAPSEL (PENGASINGAN) LAKI-LAKI 13 STRAPSEL (PENGASINGAN) PEREMPUAN 1 AULA 2 KLINIK 3 KANTOR 4 GARASI 5 RUANG UTILITAS
13
Penggunaan pintu dan jendela kaca pada kelas untuk memudahkan pengawasan.
6 AREA KUNJUNGAN
MEJA BELAJAR
SEKAT PEMBATAS TERITORIAL
LEMARI PENYIMPANAN
Setiap tempat tidur diberi pembatas teritorial, sebagai zona yang dapat dikelola pribadi. PINTU & JENDELA PADA STRAPSEL
Pintu dan Jendela hunian menggunakan pintu teralis besi yang digunakan dirumah secara umum. Sehingga mengurangi kesan didalam penjara.
Inner Court Hunian
PINTU & JENDELA PADA HUNIAN
Penataan tempat tidur ditata secara linear untuk mempermudah pengawasan.
Interior Kamar Hunian
07
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan;
Ir. Musyawaroh, M.T. Dr. Eng. Kusumaningdyah N.H, S.T, M.T.
referensi (buku)
08
REDESAIN PASAR PANGGUNGREJO SURAKARTA dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku
Arsitektur dan Perilaku Manusia (Laurens, 2004) Arsitektur, Lingkungan, dan Perilaku (Setiawan, 2010) Post-Occupancy Evaluation (Preiser dkk, 1988)
lokasi objek
Jalan Jl. Surya Utama / Jl. Ki Hajar Dewantara, Kecamatan Jebres, Surakarta
luas lahan 2 5.847 m
oleh: Bagus Wahyu Saputro
P
asar Panggungrejo merupakan pasar tradisional yang dibangun pada tahun 20082009 untuk memberi wadah bagi pedagang yang terus bertumbuh tak tertata di lingkungan sekitar Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Upaya pembangunan pasar sebagai wadah relokasi pedagang berjalan kurang optimal, terlihat dari penurunan jumlah kios pada tahun 2010 yang berjumlah 201 tersisa menjadi 25 kios aktif pada tahun 2014. Lokasi Pasar Panggungrejo yang berdekatan dengan ramainya aktivitas mahasiswa tidak mampu mengangkat kegiatan jual-beli dalam pasar. Banyaknya kios maupun ruang berdagang yang kosong membuat kondisi Pasar Panggungrejo tidak lagi menguntungkan, justru berpotensi merugikan keuangan dan pengembangan perdagangan daerah. Penurunan drastis dalam aktivitas jual beli pasar ini memiliki banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Persaingan bisnis dengan pasar modern yang kian menjamur di Surakarta bukan saja masalah dari penurunan performa bangunan Pasar Panggungrejo. Permasalah pada performa bangunan ditelisik melalui pengamatan arsitektural dan sosial. Dalam pengamatan arsitektural, didapati kondisi ruang dan sirkulasi pada Pasar Panggungrejo belum memenuhi SNI Pasar Rakyat. dimensi ruang yang tidak memenuhi standar ini mengakibatkan banyak tempat usaha mengintervensi sirkulasi pasar sehingga menimbulkan kesan kumuh dan tidak tertata. selain itu, pasar Panggungrejo juga tidak tampak memiliki keunikan yang menjadi identitas pasar tradisional. Pada pengamatan sosial menunjukkan kegiatan interaksi ekonomi yang terjadi di pasar Panggungrejo tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari minimnya pemenuhan wadah kegiatan pengguna terutama mahasiswa sebagai sasaran utama konsumen pasar. Redesain Pasar Panggungrejo yang diusulkan yaitu dapat beradaptasi secara dinamis menyesuaikan kebutuhan berbagai pengguna baik pedagang maupun konsumen mahasiswa berdasar perilaku masing-masing kelompok. Ruang secara fleksibel menjawab kebutuhan respon bermacam kegiatan menjadi berbagai jenis unit ruang usaha serta memberi wadah sosial berupa kantong-kantong komunal. peningkatan daya saing pasar tradisional melalui kenyamanan berbelanja serta bangunan yang unik memberikan karakter pasar yang lebih segar namun tetap kontekstual terhadap lingkungan sekitar.
Lobi
Los Dagang
Ruang Komunal
PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU DALAM BANGUNAN FLEKSIBILITAS RUANG
2m 3m
3m
2m 3m
2m 2m
papan nama
rolling doors
rel ruang transisi modul panel partisi kios-sirkulasi partisi
KEMUDAHAN AKSES
MODUL NODE (CHECK POINT)
papan etalase ruang transisi lemari papan nama troli los-sirkulasi bumbu nama
papan etalase etalase ruang transisi papan nama troli los-sirkulasi menu
PLAFON PENGARAH
TANDA BATAS JALUR
tanaman indoor karet kebo/ papan pengumuman/ produk promosi
09
kayu ulin lapisan penutup dek rangka penahan
modul dek
INTERAKTIF VISUAL
2m
1m
BANGUNAN TROPIS
Leveling Komponen Atap
Bird Eye
palet bekas
kayu parquete
KONTEKSTUALITAS
Bukaan Lebar
Aksen Budaya Lokal
PENGARAH VISUAL
Aksen Lokal Mengalami Pembaharuan
Kios Dagang
Figur
Latar
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan;
Dr. Titis S Pitana, S.T, M.Trop.Arch Ir. Gunawan, M.Si
referensi (buku)
Gagasan, Bentuk dan Arsitektur: Prinsip-prinsip Perancangan dalam Arsitektur Kontemporer (Aris K.) A Critical Hisstory of Contemporary Architecture (Haddad, E.G. & David Rifkind) Petungan: Sistem Ukuran dalam Arsitektur Jawa (Prijotomo)
TAMAN KESENIAN ANAK 10
lokasi objek
di Surakarta
Jalan Adi Sucipto, Karangasem, Kecamatan Laweyan, Surakarta
luas lahan 2
dengan Pendekatan Arsitektur Jawa Kontemporer
15,051 m
oleh: Cittadhi Astridewi Nirmala
T
aman Kesenian Anak merupakan sebuah area hijau yang cukup luas guna mewadahi aktivitas seni anak-anak secara khusus dan masyarakat secara umum dalam berbagai aktivitas dan kegiatan penunjang lain yang mempengaruhi fungsi area sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan apresiasi seni. Taman Kesenian Anak tidak hanya dinikmati oleh anak-anak yang mengikuti pelatihan saja, tetapi juga masyarakat yang tertarik untuk mengajak anak-anaknya belajar, bermain dan menikmati pengalaman dalam bereksplorasi seni budaya Jawa yang terus berkembang di kota Surakarta. Sehingga melalui wadah ini, masyarakat memiliki area untuk berwisata sekaligus mengenalkan seni dan budaya Jawa ke anak-anak. Tujuan Taman Kesenian Anak adalah untuk mewadahi para pegiat seni khususnya anak-anak di kota Surakarta dan sekitarnya yang selama ini belum memiliki tempat permanen untuk belajar budaya, berkesenian, bermain dan berkolaborasi bersama di satu tempat eksplorasi yang kekinian namun tetap memiliki ciri khas budaya lokal. Penerapan Arsitektur Jawa Kontemporer dalam Taman Kesenian Anak bertujuan untuk memberikan nuansa yang lebih segar dan kekinian. Gaya kombinasi lokal yang dapat diterima oleh anak-anak dan lingkungan masyarakat akan memunculkan sebuah kesan tampilan yang menyelaraskan antara esensi wadah (kebudayaan Jawa) dengan objek yang diwadahi (anakanak ekspresif). Hal ini dituangkan dalam pola sirkulasi yang bebas terarah, menyediakan ruang gerak yang cukup bagi anak dalam tampilan ruang yang terbuka, pengolahan bentuk bangunan serta pemilihan warna dan material yang mampu memberikan ketertarikan dan kenyamanan bagi anak.
Interior Ruang Galeri Seni
Interior Ruang Museum
Perspektif Area Pertunjukan
PENERAPAN ARSITEKTUR JAWA KONTEMPORER DALAM BANGUNAN Dalam proses perancangan, Arsitektur Jawa kontemporer memiliki kriteria-kriteria desain, yaitu; (1) bangunan adalah pemancar ingatan, simbol yang dapat diartikan pesan, makna dan kehendak; (2) rancangan merupakan hasil transformasi dari bentuk nyata, terutama dalam karakter atap; (3) penekanan bentuk ruang sesuai dengan karakternya, dimana kesadaran terhadap ruang adalah hal penting (Aris K., 1993:65). Penerapan Arsitektur Jawa kontemporer pada perancangan Taman Kesenian Anak digunakan pada pengolahan fisik bangunan yang mampu menciptakan nuansa untuk menunjang interaksi dan pengetahuan seni anak serta para pengunjung. Penerapan Arsitektur Jawa kontemporer dijelaskan dalam 3 poin analisis perancangan, yaitu sebagai berikut.
1. Pengolahan Tapak
2. Pengolahan Tata Massa dan Bentuk Bangunan
1.1. Analisis pencapaian, view dan orientasi bangunan
11 Untuk orientasi, mengoptimalkan ekspos bangunan ke arah jalan Adi Sucipto dan menampilkan bentuk ekspresif melalui pengolahan bentuk fasad bangunan. Untuk penzoningan, pada area Utara ditempatkan kelompok bersifat publik. 1.2. Analisis klimatologi
Tatanan massa bersumber dari tatanan rumah Joglo yang fungsinya disesuaikan dengan fungsi tiap kelompok bangunan dan didapati pola linear sebagai wujud dari konsep alur yang bebas dan terarah. Bentuk bangunan yang atraktif seperti pada atap bangunan merupakan hasil dari gubahan bentuk Gunungan dan Kebenan yang mempresentasikan nuansa Jawa kontemporer.
3. Penerapan Warna dan Material Bangunan
Respon bangunan terhadap keleluasaan pergerakan angin, pengolahan sinar matahari dan penanggulangan kebisingan diperoleh dari analisis kondisi pada lokasi tapak.
Tampak
Perspektif
Pemilihan warna pada bangunan disesuaikan dengan fungsi kelompok bangunan. Pada eksterior bangunan dipilih tiga warna dasar yaitu warna merah yang memberikan kesan gembira dan semangat, kuning yang mendorong anak aktif berkreasi dan warna biru yang memberikan kesan santai dan menyenangkan. Aplikasi warna yang lembut dan beragam juga diaplikasikan pada interior ruang kelompok pembinaan seni untuk memberikan kesan ceria, kreatif dan nyaman bagi anak. Sedangkan pada interior area kunjungan wisata dan pertunjukan, warna alami dan material alam diaplikasikan untuk memberikan kesan etnik dan hangat saat menikmati tiap sudut ruang.
Gazebo dan Ruang Terbuka
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Ir. Gunawan, M.Si Sri Yuliani, S.T, M.AppSc.
referensi (buku)
Arsitektur Tropis (Tri Harso Karyono) Estetika Visual Iklim Tropis Lembab (Prasasto Satwiko)
SMP ALAM LEBAH PUTIH 12
lokasi objek
Jalan Sawo, Kecamatan Argomulyo, Salatiga
di Salatiga dengan Pendekatan Arsitektur Tropis
luas lahan 2 11,387 m
oleh: Dea Sekar Dwi Atmaningrum
S
MP Alam Lebah Putih merupakan sekolah alam lanjutan dari jenjang Sekolah Dasar yang berada di Kota Salatiga. Awal mula sekolah alam ini direncanakan yaitu berdasarkan dari isu bahwa banyak siswa-siswa Sekolah Alam Lebah Putih yang ingin melanjutkan ke jenjang SMP dengan model pembelajaran yang bertema alam. SMP Alam Lebah Putih berlokasi di Kota Salatiga, salah satu kota tropis yang ada di Jawa Tengah, Indonesia. Berdasarkan kondisi morfologis dan geografisnya, kota tersebut termasuk ke dalam wilayah iklim tropis lembab. Oleh karenanya untuk mewujudkan suatu sekolah alam yang mampu memperhatikan kondisi iklim disekitarnya, dipilih menggunakan pendekatan arsitektur tropis. Berdasarkan teori dari Tri Harso Karyono, secara sederhana pengertian arsitektur tropis yaitu suatu karya arsitektur yang dirancang untuk memodifikasi iklim tropis luar yang kurang nyaman menjadi iklim dalam bangunan yang lebih nyaman. Tingkat kenyamanan tersebut diukur melalui tercapainya kenyamana termal. Beberapa faktor iklim dapat berpengaruh terhadap kenyamanan termal dalam suatu bangunan, faktorfaktor tersebut yaitu temperatur udara, radiasi matahari, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Selain keempat faktor di atas, terdapat satu hal lagi yang berpengaruh cukup besar pada bangunan tropis, yaitu pemanfaatan potensi vegetasi setempat. Berdasarkan dari teori tersebut, maka SMP Alam Lebah Putih direncanakan mampu tanggap terhadap iklim dan menciptakan iklim dalam bangunan yang memberikan rasa nyaman pada penggunanya. Apabila kenyamanan dalam bangunan dapat dicapai, maka produktivitas pengguna di dalamnya juga akan meningkat
Saung Diskusi Outdoor
Area Ruang Kelas
Tampak Depan SMP Alam Lebah Putih
PENERAPAN ARSITEKTUR TROPIS DALAM BANGUNAN Penerapan prinsip arsitektur tropis dalam bangunan SMP Alam Lebah Putih dapat terlihat pada aspek tampilan bangunan, orientasi bangunan, dan material yang digunakan. Ketiga aspek tersebut akan dipengaruhi oleh kondisi iklim setempat, yaitu radiasi matahari, kecepatan angin, serta kelembaban udara. Aspek tampilan bangunan berpengaruh pada tata massa bangunan dan bentuk dari bangunan SMP Alam Lebah Putih. Tata massa bangunan yang diterapkan pada bangunan SMP Alam Lebah Putih yaitu tata massa secara menyebar dengan massa terpisah-pisah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan masuknya cahaya matahari ke dalam setiap ruang serta memperlanacar aliran udara di dalamnya, sehingga penggunaan pencahayaan dan penghawaan buatan pada siang hari dapat diminimalkan. Bentuk dari massa bangunan SMP Alam Lebah Putih yaitu ramping dan beratap miring dengan bentuk peruangan sederhana. Hal ini juga bertujuan untuk memudahkan masuknya cahaya alami ke dalam bangunan serta memperlancar aliran udara di dalamnya. Atap miring pada bangunan memiliki tujuan untuk memperlancar aliran air hujan serta memberikan ruang di bawah atap, sehingga panas dalam ruang di bawahnya dapat dikurangi. Penentuan orientasi pada bangunan SMP Alam Lebah Putih dipengaruhi oleh aspek pencahayaan dan aliran udara dalam tapak. Berdasarkan arah peredaran matahari pada tapak, maka dapat ditentukan arah orientasi pada massa-massa bangunan SMP Alam Lebah Putih didominasi ke arah utara dan selatan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi panas matahari yang bersifat menyengat dari arah timur dan barat yang masuk ke dalam bangunan. Selain itu hal ini juga berpengaruh pada peletakan bukaan pada setiap massa bangunan. Bukaan yang berukuran lebar dapat diletakkan pada sisi utara dan selatan bangunan, sehingga potensi cahaya matahari dapat dimasukkan tanpa harus memasukkan panas berlebih. Arah orientasi bangunan juga dipengaruhi oleh aliran udara pada tapak. Arah angin yang masuk ke dalam tapak berasal dari sisi utara dan selatan, dengan memberikan orientasi bangunan ke arah tersebut dan meletakkan bukaan-bukaan yang cukup lebar, maka aliran udara alami dapat masuk ke dalam bangunan secara leluasa. Hal ini akan menciptakan sistem ventilasi silang di dalam tiap ruang, sehingga kelembaban dalam ruang-ruang tersebut dapat dikurangi. Pemanfaatan potensipotensi alam tersebut bertujuan untuk menciptakan kenyamana di dalam bangunan serta untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi alam yang tersedia. Hal tersebut sesuai dengan model pembelajaran alam yang diterapkan pada sekolah alam tersebut. Potensi alam yang dapat dimanfaatkan pada bangunan SMP Alam Lebah Putih tidak hanya potensi berupa pencahayaan dan penghawaan alami saja, namun terdapat juga potensi material-material alam yang dapat dimanfaatkan. Material yang digunakan dalam bangunan tropis juga dapat mempengaruhi kondisi iklim buatan dalam bangunan tersebut. Material yang umum digunakan pada bangunan tropis yaitu material alam dan material yang memiliki ketebalan dan warna tertentu. Material alam berupa kayu, bambu, dan batu alam dimasukkan ke dalam desain bangunan SMP Alam Lebah Putih guna menghadirkan kesan alami pada bangunan. Material kayu dimanfaatkan sebagai material struktur pada massa bangunan ruang kelas dan gazebo, material bambu dimanfaatkan untuk dinding dan secondary skin, dan material batu alam digunakan sebagai pelapis dinding eksterior. Tampilan material berupa beton yang digunakan pada bangunan akan dibiarkan terekspos, hal ini bertujuan untuk memberikan kesan alami. Untuk lantai kayu pada massa bangunan ruang kelas dan aula memanfaatka material turunan berupa fiber cement board motif kayu, hal ini bertujuan supaya lantai tetap awet meski terpapar oleh udara luar. Selain memanfaatkan material-material alam, pemanfaatan vegetasi sebagai secondary skin juga diterapkan pada bangunan SMP Alam Lebah Putih. Secondary skin berupa tanaman rambat ini diadakan pada massa bangunan perpustakaan lantai dua dan mushola. Secondary skin berupa tanaman dipilih karena sifat tanaman yang memberikan efek sejuk dengan tidak meneruskan radiasi matahari ke dalam bangunan serta guna meningkatkan pasokan okisgen di dalam kawasan SMP Alam Lebah Putih. Bangunan yang mampu beradaptasi terhadap iklim diharapkan mampu memberikan kenyamanan sehingga produktivitas pengguna dapat meningkat
Interior Aula
Interior Perpustakaan Lantai 2
13
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Dr. Ir. Hardiyati, M.T. Ir. Rachmadi Nugroho, M.T.
referensi (buku)
GALERI KEBUDAYAAN MAGELANG 14
Atmospheres - Architectural Environment and Surrounding Objects (Peter Zumthor)
di Magelang (menerapkan Teori Atmosfer Peter Zumthor)
lokasi objek
Jalan Mayor Kusen No.8, Paremono, Magelang
luas lahan2 16,367.68 m
oleh: Fauziah Prabarini
M
agelang merupakan sebuah wilayah yang strategis baik secara jalur ekonomi maupun geografis, serta salah satu kota/kabupaten di Jawa Tengah yang menjadi tujuan wisatawan. Candi Borobudur merupakan destinasi wisata utama wisatawan ketika berkunjung ke Magelang, yang keberadaannya memberikan dampak positif terhadap eksplorasi dan perkembangan kebudayaan di lingkungan sekitarnya. Faktanya, kebudayaan yang ada tidak sebanding dengan sarana untuk mengenalkannya. Oleh karena itu, galeri kebudayaan merupakan suatu wadah yang berfungsi untuk mewadahi hasil karya seniman lokal Magelang dan mengenalkan Kebudayaan Magelang dalam waktu yang singkat. Salah satu tuntutan penting galeri adalah penciptaan atmosfer (suasana). Peter Zumthor dalam setiap proses desain selalu menggunakan pendekatan secara tidak kasat mata, yakni 'pengalaman sensori' terhadap setiap objek arsitektural rancangannya yang dijabarkan menjadi sembilan aspek, yaitu;(1) The body of architecture, (2) Material compatibility, (3) The sound of a space, (4) The temperature of a space, (5) Between composure and seduction, (6) Surrounding objects, (7) Tension between interior and exterior, (8) Levels of intimacy, (9) The light on things.
Area Pameran Outdoor
Interior Area Pameran Tetap
Area Pameran Outdoor
PENERAPAN TEORI ATMOSFER PETER ZUMTHOR DALAM BANGUNAN Teori Atmosfer Peter Zumthor sebenarnya dapat diterapkan di setiap poin perancangan dalam Galeri Kebudayaan Magelang, dan setiap aspek dari teori tersebut sebenarnya mempunyai caranya masing-masing untuk menciptakan atmosfer dalam suatu bangunan. Atmosfer yang diciptakan juga dapat berbeda-beda tergantung bagaimana penerapannya dalam bangunan.
1. Pengolahan Sirkulasi pada Bangunan
2. Penggunaan Material pada Bangunan
Sirkulasi pada Galeri Kebudayaan Magelang dibedakan menjadi dua, yaitu sirkulasi luar (untuk kendaraan) dan sirkulasi dalam (untuk pengguna Galeri Kebudayaan Magelang). Aspek atmosfer Peter Zumthor pada pengolahan sirkulasi menerapkan aspek surrounding objects, tension between interior and exterior, dan levels of intimacy. Aspek surrounding objects diterapkan pada sirkulasi kendaraan untuk pengunjung dan pengelola yang mengelilingi tapak agar pengguna dapat menikmati view disekeliling tapak.
Penggunaan material pada Galeri Kebudayaan Magelang menerapkan aspek material compatibility dan the temperature of space.
15
Aspek atmosfer Peter Zumthor tension between interior and exterior dan levels of intimacy diterapkan pada pola sirkulasi dalam, khususnya untuk pengunjung Galeri Kebudayaan Magelang. Penggunaan material keseluruhan pada galeri adalah sebagai berikut: Ô ŞẀ ȚVÚŞÜËYŞŬUË Digunakan Batu candi Kayu Kaca
Perspektif Mata Burung Galeri Kebudayaan Magelang
Aplikasi pada Bangunan
Suasana yang Ditimbulkan
Sebagian penutup dinding interior dan eksterior
Ciri khas Magelang, sederhana, alami
Kisi‐kisi ruang di tiap area dalam galeri Fasad pada tiap area dalam galeri, sebagai bukaan
Hangat, alami Fleksibel, mampu memaksimalkan pencahayaan alami,
Baja ringan
Struktur atap bangunan
Kokoh
Granit berwarna terang Air
Penutup lantai
Luas, lapang
Lansekap galeri
Mereduksi panas, kesan dingin, tenang, dan menyenangkan
Tanaman hijau
Lansekap galeri
Asri, natural
Tangga menuju area pameran tetap
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Ir. Ahmad Farkhan, M.T Ir. Leny Pramesti, M.T
referensi (buku)
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK 16
Health Impact of Healing Environment (Djikstra, 2005)
lokasi objek
Jalan Laksamana Adi Sucipto, Laweyan, Kota Surakarta
di Surakarta dengan
luas lahan 2
Pendekatan Arsitektur Healing Environment
7,500 m
oleh: Glabella Ersyara Ramadhani
R
umah Sakit Ibu dan Anak adalah sebuah fasilitas kesehatan khusus yang diperuntukkan untuk para ibu hamil, wanita yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi, dan anak-anak di bawah umur 18 tahun. Menurut Depaartemen Kesehatan Indonesia tahun 2014, angka kematian ibu dan anak di Indonesia tingginya bisa mencapai 400 jiwa per tahun. Hal itu menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di Indonesia masih tergolong kurang. Ditambah lagi dengan program PONEK (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif) yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh pemerintah. Program tersebut guna membantu menangani pasien ibu dan anak yang sifatnya emergency agar dapat lebih tertangani dengan baik dan selamat. Masyarakat di kota Solo juga semakin menuntut untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas seperti di kota lain di Indonesia. Hal-hal tersebut menjadi alasan mendasar mengapa diperlukannya Rumah Sakit Ibu dan Anak di kota Solo ini. Sedangkan, untuk mengurangi angka kematian dan mempercepat penyembuhan pasien pada saat berada di Rumah Sakit, tentunya dibutuhkan sebuah suasana dan ruang yang mendukung. Maka dari itu, akan digunakan Physical Outcome Theory (Djikstra, 2009) yang berasal dari turunan konsep Healing Environment. Healing Environment itu sendiri adalah sebuah penciptaan suasana ruang yang sedemikian rupa guna untuk mempercepat proses penyembuhan pasien dan untuk membuat pasien merasa lebih nyaman berada di fasilitas tersebut (Djikstra,2009). Sedangkan dalam Healing Environment itu sendiri terdapat teori Physical Outcome, yaitu teori yang bertujuan untuk menyembuhkan pasien di rumah sakit secara jasmani dan rohaninya juga. Teori tersebut memiliki beberapa aspek yaitu : Light, Noise, Nature, Fresh Air dan Psychologycal Aspect.
Selasar yang menghubungkan antar bangunan
Healing Garden Rooftop
Healing Garden Lantai Dasar
PENERAPAN ARSITEKTUR HEALING ENVIRONMENT DALAM BANGUNAN Langkah yang dilakukan adalah menerapkan aspek-aspek yang terdapat dalam Physical Outcome Theory pada setiap bagian bangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Surakarta ini. Berikut adalah aspek apa saja yang diterapkan pada bagian-bagian bangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Surakarta ini: 1. Nature 2. Fresh Air 3. Noise 4. Light 5. Psychologycal Aspect : Warna, Karya Seni, Aroma, View Kemudian, berikut ini adalah bagan yang menunjukkan implementasi bagian bangunan mana yang menjadi tempat diterapkankannya aspek-aspek Physical Outcome Theory didalam Rumah Sakit Ibu dan Anak :
Interior
Eksterior
UGD
Healing Garden Lantai Dasar
Penerimaan (lobby) Rawat jalan (poliklinik)
Healing Garden Rooftop
Rawat inap Ruang melahirkan
Berikut adalah penerapan aspek-aspeknya ke dalam ruang-ruang tersebut : a. Nature (Alam) Nature yang dimaksud disini adalah alam sekitar site yang dapat bersifat alami dan buatan. Aspek Nature ini diterapkan pada Healing Garden yang berada di lantai dasar dan rooftop bangunan. Healing Garden ini sendiri adalah taman yang dapat digunakan sebagai sarana rekreasi dan penyembuhani untuk pasien, guna menyegarkan jasmani dan rohani mereka.
Ruang Rawat Inap VIP
b. Fresh Air (Udara Segar) Udara segar yang dimaksud adalah udara alami dan buatan yang berada di sekitar dan didalam bangunan. Udara buatan didalam bangunan didapat dari pemasangan air conditioner didalam ruang. Sedangkan, udara alami didapat dari vegetasi-vegetasi yang ditanam di sekitar site dan didalam site. Vegetasi ini sendiri banyak terdapat di Healing Garden Area, sehingga diharapkan vegetasi ini dapat membantu meredakan polusi udara yang didapat dari jalan raya di selatan site. c. Noise (Suara/Kebisingan) Kebisingan yang terdapat di sekitar site, harus dapat diredam dengan baik oleh vegetasi-vegetasi yang ada di dalam site. Vegetasi yang dapat meredam kebisingan contohnya adalah pohon yang memiliki tajuk yang tebal dan daun rindang, seperti pohon jati emas dan bambu jepang. Selain vegetasi yang ada didalam site, pemasangan pintu dan jendela yang benar kerapatannya, juga dapat membantu meredam kebisingan dari dalam maupun luar bangunan. Selain itu, tembok yang tebal dan diberi peredam suara juga berguna untuk meredam kebisingan yang tingkatnya tinggi d. Light (Cahaya) Cahaya yang dimaksud adalah cahaya alami (yang berasal dari cahaya matahari) dan cahaya buatan yang berasal dari lampu lampu yang dipasang dalam interior maupun eksterior bangunan. Guna mendapatkan cahaya alami yang maksimal, maka diperbanyaklah bukaan bukaan pada setiap ruang, agar setiap ruang mendapatkan cahaya alami yang cukup. Selain itu, bukaan pada tiap ruang juga nantinya berguna untuk penghawaan alami (cross ventilation). e. Psychologycal Aspect (Aspek Psikologis) Aspek psikologi yang diterapkan pada bangunan adalah aspek warna, instalasi seni, aroma dan view. Tidak semua aspek akan berhasil diterapkan pada 1 ruang penuh, namun sekiranya dalam 1 ruangan, terdapat setidaknya salah satu aspek psikologis yang disebutkan diatas tadi.
Poliklinik
17
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan;
Ofita Purwani, S.T, M.T, Ph.D Ir. Samsudi, M.T.
referensi (buku) Space Syntax (Prof. Bill Hillier)
PUSAT EKSHIBISI 18
lokasi objek
Kawasan SCBD Sudirman. Jakarta Selatan
di Jakarta
luas lahan 2 46,754 m
oleh: Iqbal Nurhidayat Pusat Ekshibisi di Jakarta, LATAR BELAKANG Perkembangan Industri Kreatif
Program Perkembangan Industri Pameran Pemerintah
BEKRAF
Peningkatan PDB
ekonomi
PERMASALAHAN “Meningkatkan Sumber Daya produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat untuk berkarya
Perspektif Pusat Ekshibisi Interaksi Fenomena Ekshibisi
Memberikan Inspirasi Positif
Komunikasi
Antara Pengunjung dan Partisipan
KONSEP
Perspektif Pusat Ekshibisi
Perspektif Mata Burung
PENERAPAN TEORI SPACE SYNTAX DALAM BANGUNAN CONNECTIVITY SPACE SYNTAX
INTEGRITY
J-GRAPH
PROGRAM RUANG
INTELLIGIBILITY
Servis
19
Control Room
Gudang
Loading Docks Servis
Plaza
Hall
Tiket
Exhibition Utilitas Hall
Fasilitas Pameran
Ruang Rapat
Foodcourt
Retail
Guest Room
Ruang Registrasi
Ruang Administrasi
Ruang Eksekutif
Ruang Kesekretariatan
Café
Servis
Siteplan
Tampak
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan;
Ir. Suparno, M.T. Dr. Eng. Kusumaningdyah N.H, S.T, M.T
referensi (buku)
PUSAT KONSERVASI RAWA PENING 20
dengan Pendekatan Ekologi
Arsitektur Ekologis (Heinz Frick) Principles and practice of ecological design (Shu-Yang)
lokasi objek
Asinan, Kabupaten Semarang
luas lahan2
di Kabupaten Semarang
58.000 m
oleh: Lois
R
awa Pening termasuk 15 danau alam di Indonesia yang harus diselamatkan karena sebagian besar permukaan perairan dipenuhi enceng gondok. Ruang bagi masyarakat lokal yang memanfaatkan sumber daya alam danau tidak tertata rapi. Daerah tersebut dicemari sampah warung apung dan populasi enceng gondok. Selain itu, ruang penelitian dan edukasi/pelatihan belum dibangun. Oleh karena itu, pembangunan konservasi perairan Rawa Pening perlu dilakukan. Kawasan konservasi perairan dikelompokkan menjadi tiga yaitu zona inti (penelitian dan edukasi/pelatihan), pemanfaatan sumber daya, dan pengelolaan. Akan tetapi, fasilitas yang sudah terbangun masih belum memadai. Perancangan pusat konservasi Rawa Pening dihasilkan melalui metode penelitian deskriptif korelasi, yang menekankan pada pencarian data dan hubungan terhadap variabel lain (kajian teori). Perumusan masalah yaitu pengolahan lansekap, elemen bangunan (bentuk massa, struktur, material), serta sistem utilitas. Pencarian data secara rinci dilakukan di lapangan dan literatur. Kemudian data dianalisis melalui teori pendekatan ekologi menjadi desain arsitektural. Penerapan ekologi diwujudkan dalam pengolahan lansekap daratan (taman ekologis dan vegetasi filtrasi) dan perairan (tempat pemancingan, karamba, dermaga, kolam laboratorium); desain elemen bangunan berupa penataan massa (berdasarkan fungsi, kegiatan,respon iklim), penggunaan material lokal, struktur apung dan pondasi tiang pancang cerucuk; serta sistem utilitas menggunakan mesin filtrasi air rawa, biofilter anaerob aerob, dan biogas (enceng gondok dan sampah organik).
Perspektif Lansekap Daratan dan Perairan (dibatasi jalur kereta api wisata)
Perspektif Aula dan Kelas Besar
Ruang Kelas Kecil R. Kelas Besar & Aula Warung Apung Lab. Perairan Rest Area R. Pengelola Tempat Parkir Kolam Laboratorium Area Enceng Gondok R. Servis & Penunjang Fasilitas Jembatan Dermaga Perahu Area Keramba
Potongan Kawasan Pusat Konservasi Rawa Pening
PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGI DALAM BANGUNAN Pengolahan lansekap Prinsip ekologi pertama dalam pengolahan lansekap kawasan adalah meniru ekosistem alami yang dicirikan dalam pola keanekaragaman hayati. Kekayaan lansekap yang telah menjadi dasar pertimbangan perancangan pusat konservasi yang peduli terhadap lingkungan semula. Ekosistem tersebut harus tetap menjadi bagian dalam perancangan. Prinsip kedua pengolahan lansyaitu melindungi lingkungan dengan memperbaiki model ekosistem perairan yang rusak. Lansekap perairan terdiri atas tempat pemancingan, karamba, dan kolam laboratorium dengan enceng gondok. Taman ekologis di tepi rawa ditambahkan untuk memperbaiki kualitas tanah (lahan sawah pasang surut). Vegetasi lokal dimanfaatkan sebagai komponen bangunan (material dinding) dan filtrasi kandungan tanah (pohon sengon) dan udara (pohon mahoni). Desain elemen bangunan (struktur, material, tata massa dan tampilan bangunan) Terdapat beberapa prinsip ekologis yang akan diterapkan pada tata massa dan tampilan bangunan yaitu bentuk bangunan lokal/tradisional atau organik yang ada di sekitar site dan kenyamanan ruang yang meresponi kondisi lingkungan (arah angin, view, utilitas, kegiatan user). Penggunaan bahan baku ekologis berasal dari sumber alam lokal dan mengutamakan penggunaan bahan yang dapat diperbaharui. Struktur bangunan harus memiliki daya tahan terhadap lingkungan setempat/perairan rawa. 0 Orientasi bangunan dimiringkan 45 untuk menyesuaikan arah angin rawa (dari selatan) dan memberi bukaan (bagian utara) untuk kenyamanan ruang secara maksimal. Material lokal (bambu, kayu sengon, enceng gondok, dan alang-alang) digunakan pada tampilan bangunan. Struktur bangunan yang dipilih adalah tahan lama terhadap kondisi di sekitar danau. Pondasi darat menggunakan tiang pancang cerucuk bambu. Pondasi perairan menggunakan Foam EPS (Expanded Polystyrene). Struktur kolom menggunakan beton. Struktur atap menggunakan kayu. Pemilihan tampilan bangunan menggunakan bentuk organik yang berasal dari padi di sekitar site dengan bentuk lengkung. Kemudian beberapa variasi bentuk lengkung dan material lokal dirancang untuk dinding bangunan. Setiap massa bangunan dalam kawasan pusat konservasi mempunyai tujuan tertentu meliputi kegiatan user, view, dan arah angin rawa. Sistem utilitas bangunan (air dan listrik) Prinsip ekologi yang digunakan adalah sistem perubahan energi untuk dimanfaatkan, pemanfaatan energi dengan bahan baku lokal, dan penggunaan sistem daur ulang energi . Sistem filtrasi air bersih menggunakan mesin filtrasi air menjadi air toilet, dapur, dan laboratorium. Air limbah black water (dari toilet) dan grey water (dari cucian dan wastafel) dimasukkan ke dalam mesin biofilter anaerob aerob. Keunggulan sistem ini adalah biaya operasional yang murah, pengelolaan yang mudah, dapat menurunkan senyawa nitrogen dan fosfor sehingga tidak membuat eutrofikasi / pencemaran perairan. Hasil filtrasi air limbah dapat dijadikan sebagai air siram tanaman. Selain menggunakan PLN, sumber energi listrik alternatif menggunakan enceng gondok dan tenaga surya. Kedua potensi tersebut dipilih karena mudah didapatkan dan dapat diperbaharui. Sampah organik dan enceng gondok dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas. Mesin biogas dapat mengubah enceng gondok dan sampah organik menjadi pupuk, energi mekanik (listrik AC/DC), dan energi panas (LPG dan bahan bakar perahu). Selain itu, cahaya matahari yang bersinar cukup banyak di daerah tropis. Potensi tersebut dapat dijadikan sebagai sumber listrik alternatif melalui solar system. Listrik yang dihasilkan akan digabungkan dengan listrik dari biogas (enceng gondok dan sampah organik) serta jaringan PLN. Wireless cctv digunakan untuk sistem keamanan kawasan dan wireless speaker. Keunggulan perangkat nirkabel adalah kemudahan pemasangan instalasi, hemat energi, dan biaya pemeliharaan bangunan.
bagian yang menyambung dengan deck apung
Tangga spiral
Jembatan
Material Kayu Sengon Bukaan atap
Cafetaria
KELAS BESAR / AULA
ilustrasi bukaan atap Arah Angin
Solar Panel
Sirkulasi udara dari bukaan atas masuk ke ruangan yang luas / dibatasi dinding lalu ke luar melalui jendela
Dinding lengkung Bukaan Atap Dinding Full Jendela
bangunan terbuka, memberi kesan ringan = sesuai diletakkan pada tepi rawa
Selasar Lebar
LOBBY & OFFICE
selasar lebar untuk sirkulasi pelajar
Lavatory, Kitchen, Biofilter R.
Arah Angin
sebagian besar ruang tertutup untuk servis Service, MEE
Bukaan Atap Dinding Full Jendela
LABORATORIUM
Massa Bangunan pada Pusat Konservasi Rawa Pening
Struktur Pangggung Arah Angin
Sistem Utilitas Air dan Listrik
21
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan;
Ir. Gunawan, M.Si Ummul Mustaqimah, S.T, M.T.
referensi (buku)
Space for Children: The Built Environment and Children Development (Weinstein and David)
AKADEMI SEPAK BOLA 22
lokasi objek
Jalan Kepuhsari, Maguwoharjo, Sleman
di Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku
luas lahan2 28,655.6 m
oleh: Nuur Fatimah Susilowati
A
kademi Sepak Bola di Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku mewadahi kegiatan pendidikan dan pembinaan sepak bola usia muda guna mendukung usaha pengembangan sepak bola nasional. Akademi Sepak Bola ini memiliki lima zona berdasarkan jenis kegiatan, yaitu zona pengelola, zona pendidikan formal, zona fasilitas kesehatan, zona latihan, dan zona asrama. Pendekatan arsitektur perilaku dalam bangunan Akademi Sepak Bola diterapkan melalui perancangan sesuai dengan karakteristrik pengguna terutama siswa yang berada dalam empat kategori usia, yakni U-12, U-14, U-16, dan U-18. Masingmasing kategori usia mempunyai kurikulum berbeda yang sudah ditetapkan oleh PSSI. Kurikulum tersebut menjadi pedoman jenis kegiatan pada tiap kategori usia, yang kemudian menentukan kebutuhan wadah kegiatan.
Bangunan Pengelola
Terdapat empat prinsip utama pada arsitektur perilaku, yaitu Mencerminkan fungsi bangunan Mewadahi aktivitas pengguna dengan nyaman Memenuhi nilai estetika Memerhatikan kondisi dan perilaku pengguna Ruang Kelas
Tampak Depan
PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU DALAM BANGUNAN 1. Bangunan Pengelola 2. Bangunan Pendidikan 3. Klinik 4. Lapangan Utama 5. Lapangan Latihan 6. Asrama Siswa 7. Kolam Renang 8. Lapangan Indoor
Lapangan besar dan lapangan kecil sebagai fasilitas latihan siswa sesuai kategori usia
7
Lokasi
8
5 4
2
Memaksimalkan pencahayaan alami untuk kenyamanan pada saat latihan di dalam ruangan
6
31
23 Tangga di bangunan klinik diletakkan dekat pintu masuk agar sirkulasi vertikal tidak mengganggu privasi ruang perawatan di lantai bawah
Penerapan bentuk segi enam yang diambil dari motif bola sepak sebagai fasad bangunan
Lapangan Indoor
1
Ruang kelas formal memiliki layout grid dengan orientasi ke depan kelas. Ruang kelas materi sepak bola mempunyai layout cluster yang lebih flexible sesuai karakter pengguna kategori usia junior (U-12 dan U-14) dan aktivitas yang dilakukan berupa diskusi kelompok.
Pemisahan asrama siswa junior dan senior agar tidak terjadi bullying dikarenakan siswa mempunyai karakteristik yang berbeda sesuai umur
Ruang Ganti Pemain
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Ir. Ana Hardiana, M.T. Ir. Leny Pramesti, M.T.
referensi (buku)
SEKOLAH KREATIF 24
di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku
Spaces for Children: The Built Environment and Child Development Carol S. Weinsten & Thomas G. David
lokasi objek
Jalan Sindoro Raya, Mojosongo, Jebres,Surakarta
luas lahan 2 21,897 m
oleh: Ovy Permata Nurkamalina
S
ekolah Kreatif di Surakarta merupakan wadah pendidikan dalam jenjang pendidikan anak usia dini (Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak) dan jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) yang berfokus pada pengembangan kreativitas anak melalui metode pembelajaran dan lingkungan pembelajaran kreatif yang dikembangkan di sekolah. Selain mewadahi kegiatan pembelajaran, sekolah kreatif juga mewadahi serangkaian kegiatan menghasilkan karya cipta untuk memberikan kesempatan kepada anak mencurahkan diri dalam kegiatan kreatif, memberikan tempat yang bersifat aman untuk mengekspresikan gagasan, serta memberikan dorongan untuk bereksplorasi dan berkreasi mengembangkan potensi dirinya. Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi, yang mampu memahami dan mewadahi perilaku-perilaku manusia Ruang Kelas SMP yang ditangkap dari berbagai macam perilaku, baik itu perilaku pencipta, pemakai, pengamat, maupun perilaku alam sekitarnya. Prinsip-prinsip desain arsitektur perilaku yang diterapkan dalam sekolah kreatif ini adalah : a. Memperhatikan kondisi dan perilaku pengguna b. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan, yaitu dengan cara mencerminkan fungsi bangunan, menunjukkan skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmati, dan menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan. c. M e w a d a h i a k t i v i t a s p e n g g u n a d e n g a n n y a m a n d a n menyenangkan d. Memenuhi nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk Penerapan arsitektur perilaku diharapkan dapat menciptakan ruang yang sesuai dengan kebutuhan, karakter, dan perilaku anak pada masing-masing jenjang pendidikan. Ruang Lukis
Tampak Depan Sekolah Kreatif
PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU DALAM BANGUNAN Prinsip-prinsip desain arsitektur perilaku diterapkan dalam mengolah zona kegiatan, gubahan massa, serta tampilan dalam dan luar bangunan. Berikut penerapan prinsip-prinsip desain arsitektur perilaku dalam bangunan: PERGERAKAN ANAK RUANG Dalam mengolah peletakan dan pencapaian zona kegiatan, prinsip BERMAIN KELAS desain arsitektur perilaku yang diterapkan adalah memperhatikan RUANG ZONA KEGIATAN BERMAIN kondisi dan perilaku pengguna terutama anak pada masing-masing jenjang usia pendidikan. KELAS RUANG Penerapan prinsip desain tersebut adalah membagi zona KREATIVITAS pembelajaran dalam dua zona, yaitu zona pendidikan anak usia dini dan DROP OFF DROP OFF AREA zona pendidikan dasar. Pembagian ini berdasar pertimbangan AREA kebutuhan, kondisi, dan perilaku anak yang berbeda pada masingmasing jenjang. Selain itu, prinsip desain juga diterapkan pada pencapaian masing-masing zona dimana masing-masing zona memiliki area drop off sendiri untuk memudahkan pengguna mencapai bangunan. Dalam proses gubahan massa, prinsip desain arsitektur perilaku yang diterapkan adalah mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan, yaitu dengan cara mencerminkan fungsi bangunan, menunjukkan skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmati, dan menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan, mampu mewadahi aktivitas pengguna dengan nyaman dan menyenangkan, serta memenuhi nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk. Fungsi sekolah kreatif dicerminkan melalui pemilihan bentuk dasar massa yang memiliki karakter sesuai dengan fungsi sekolah dan sesuai dengan kondisi dan perilaku anak, sedangkan skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmati dicapai dengan mengolah ketinggian ruang berdasar pertimbangan tinggi badan anak. Untuk pegolahan tampilan dalam dan luar bangunan, prinsip desain yang diterapkan adalah mampu mewadahi aktivitas pengguna dengan nyaman dan menyenangkan, serta memenuhi nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk.Prinsip tersebut dicapai dengan penggunaan warna yang memiliki karakter sesuai dengan karakter anak dan karakter ruang yang ingin dicapai. Semangat
Ramah
Intelek
Alam
Aman, nyaman, akrab, aktif, kreatif, terbuka
Perspektif Sekolah Kreatif
Air
Kekuatan
Tanah
Tenang, aman, nyaman, terbuka
Ruang Bermain Indoor
Kemurnian
Bersih dan tenang
25
Perspektif Utama IGD
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Sri Yuliani, S.T., M.AppSc. Ir. Ahmad Farkhan, M.T.
referensi (buku)
26
REDESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR TIPE B
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B Th 2012
lokasi objek
Jalan Tidar no. 30A, Kota Magelang
luas lahan 2
Kota Magelang
23.475 m
oleh: Prananda Fadhlul Husna
T
ugas Akhir ini mengambil kasus redesain terhadap bangunan rumah sakit umum daerah dengan tipe B di Kota Magelang. RSUD Tidar Kota Magelang terus melakukan peningkatan kualitas perlu adanya standarisasi pengakuan terhadap rumah sakit yang dilakukan oleh Lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh kementrian. Kondisi saat ini di RSUD Tidar Kota Magelang adalah RSUD bertipe B jika dikaitkan dengan standar Pedoman Teknis Rumah Sakit tahun 2012 masih banyak permasalahan yang terjadi di RSUD Tidar Kota Magelang. Seperti drop-off UGD yang terpisah dengan area lainnya. Selasar Poliklinik yang belum terpisah antara pengunjung dan pegawai RS. Area parkir yang belum memenuhi kriteria. Keadaan yang tidak nyaman dapat membuat pasien atau user di dalam rumah sakit menjadi stress. Stres yang terjadi pada pasien dapat menekan sistem imun sehingga mengakibatkan pasien memerlukan waktu perawatan yang lebih lama dan bahkan dapat mempercepat terjadinya komplikasi penyakit selama perawatan (Dani, 2004 dalam Haryndia, 2011: 125). Maka dari itu perlu dilakukan redesain sehingga dapat mengurangi dampak yang tidak diinginkan.
Perspektif Rawat Inap Kelas VIP
Perspektif Ruang Tunggu Poliklinik
Perspektif Eksterior Rumah Sakit
PENERAPAN PERATURAN PERMENKES TTG RUMAH SAKIT TH 2012 DALAM BANGUNAN Dalam meredesain bangunan Rumah Sakit Umum Daerah Tidar di Kota Magelang diterapkan peraturan Permenkes tentang Rumah Sakit tahun 2012 untuk menjadi pedoman dalam desain. Hal-hal yang diterapkan pada bangunan antara lain:
3. Penambahan dan pembagian area parkir menurut kebutuhan. Parkir area pemulasaran jenazah Parkir area Poliklinik
1. Pemisahan jalur antara petugas RS dengan pengunjung/ pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang.
Parkir area rawat inap dan Petugas RS
4. Modul toilet untuk semua kelompok ruang yang ramah untuk semua pengunjung dan kaum disabilitas. Dan modul untuk Kamar rawat inap dengan berbeda tingkat kelas. Sirkulasi Petugas
Sirkulasi Pasien
2. Pemisahan Jalur Sirkulasi menuju IGD dan menuju IRI dari pintu masuk dan Area Drop-off dapat menampung 4 mobil
Sirkulasi ke IRI (rawat inap) Sirkulasi ke IGD (gawat darurat)
RUANG INAP KELAS II
DENAH TOILET
Sirkulasi ke IGD (gawat darurat)
RUANG INAP KELAS I DAN VIP
Perspektif Kamar Inap Kelas I
Perspektif Kamar Inap Kelas II
27
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Ir. Samsudi, M.T. Ir. Hadi Setyawan, M.T.
referensi (buku)
Poetics of Architecture: Theory of Design (Anthony C Antoniades)
GELANGGANG OLAHRAGA 28
lokasi objek
Jalan H.M. Sarbini, Kebumen
di Kebumen dengan Pendekatan Arsitektur Metafora
luas lahan
85,689.904 m2
oleh: Prayogi Nusa Bakti
R
ancang bangun karya arsitektur salah satunya melalui pendekatan arsitektur metafora. Objek yang dirancang dengan pendekatan metafora adalah Gelanggang Olahraga di Kebumen. Gelanggang olahraga merupakan wadah kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas olahraga. Gelanggang olahraga dirancang bertujuan untuk pelatihan, pembinaan dan kompetisi pertandingan olahraga agar dapat mencapai prestasi. Rasa semangat merupakan salah satu kunci penting untuk mencapai prestasi dalam olahraga. Semangat dapat ditimbulkan dari suasana linkungan disekitarnya misalnya sarana dan prasarana olahraga yang representatif. Sarana dan prasarana olahraga representative yang mampu memberikan suasana semangat kepada atlet dalam bertanding adalah memberikan pesan makna semangat itu sendiri ke dalam bentuk bangunan. Metafora merupakan sebuah gaya Bahasa yang fungsinya menganalogikan dari suatu fenomena pada kehidupan ke dalam sebuah kata dan digunakan untuk berkomunikasi terhadap orang lain. Arsitektur juga merupakan sebuah komunikasi yang berupa visual. Oleh karena itu, metafora dapat diaplikasikan kedalam sebuah bentuk karya arsitektur sehingga makna dari sebuah kesemangatan dapat dipindahkan dalam bentuk bangunan Gelanggang Olahraga di Kebumen. Pemilihan metafora merupakan pendekatan perancangan yang merupakan karakteristik dari kegiatan yang akan berlangsung. Gelanggang Olahragan akan memunculkan ekspresi atau karakter dari sebuah simbol dan aktivitas olahraga dengan tujuan untuk mencapai prestasi ke dalam gubahan setiap elemen bangunan.
Perspektif Stadion
Perspektif GOR
Lapangan Outdoor
Tampak Lapangan pada Stadion
PENERAPAN ARSITEKTUR METAFORA DALAM BANGUNAN Gelanggang olahraga yang akan dirancang haruslah memiliki strategi desain. Stategi desain untuk objek rancang bangun adalah memetaforakan gerak dan sifat olahraga secara langsung. Setelah menemukan strategi desain untuk objek rancang bangun tersebut selanjutnya ditemukan adanya permasalahan desain. Permasalahan desain massa bangunan gelanggang olahraga akan diselesaikan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Jenis data yang akan dikumpulkan dan dianalisis berupa data primer yang didapatkan dari tinjauan pustaka literature terkait teori metafora. Setelah data primer terkumpul, tahap selanjutnya adalah meninjau data tersebut dan menerapkan teori metafora tersebut ke dalam fasad bangunan gelanggang olahraga di kebumen dengan cara seperti berikut: a)Mencari sifat-sifat olahraga yang berhubungan dengan symbol semangat. b)Mencari ide-ide abstrak dari sifat-sifat olahraga yang dinamis, kuat, kecepatan, keuletan dan kekompakan. c)Menganalogikan ide-ide abstak kedalam bentuk yang konkret. d)Mengaplikasikan bentuk konkret kedalam massa dan ornamentasi bangunan.
29
Lobby Studio
Ramp Penonton pada Stadion
Entrance Pantai
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan;
Ir. Made Suastika, M.T., M.M. Dr. Ir. Wiwik Setyaningsih, M.T.
referensi (buku)
PENGEMBANGAN PANTAI NAMPU 30
sebagai Destinasi Wisata dengan Pendekatan Ekokultur di Wonogiri
Heinz Frick- Dasar-dasar Arsitektur Ekologi Koentjaraningrat-Sejarah Teori Antropologi
lokasi objek
Dusun Dringo, Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri
luas lahan
80.000 mm2
oleh: Rachmat Wibowo
D
estinasi wisata adalah suatu kawasan khusus yang dipilih oleh wisatawan ,yang mana dapat menetap selama jangka waktu yang ditentukan. Sebuah destinasi wisata yang sebaiknya mempunyai daya tarik khusus sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Pantai Nampu merupakan pantai yang berada di Desa Dringo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Pantai ini mempunyai jarak sekitar kurang lebih 70 KM kearah selatan dari pusat kota Wonogiri. Pantai Nampu mempunyai potensi yang menarik antara lain dengan pasir putih,bersih serta pemandangan alam yang indah serta belum banyak dijamah oleh orang, kawasan sekitar pantai adalah berbukit dan tebing dengan view pantai, dan karang serta kondisi eksisting yang masih bagus.
Kantor Pengelola
Melihat dari potensi yang ada maka pantai Nampu layak untuk dikembangkan dengan menyediakan fasilitas yang berkaitan dengan pantai dalam bentuk coastal park(school diving ,fishing and sailing, parasailing), performing,penginapan dan berbagai kuliner khas laut setempat. Pendekatan ekokultur arsitektur dipilih adalah karena pengembangan pariwisata tidak bisa terjadi begitu saja melainkan memerlukan jangka waktu yang panjang. Pengembangan wisata dengan proyeksi 5-10 tahun ke depan, dengan pendekatan eko kultur diharapkan dapat mempertahankan kondisi pantai dari kerusakan yang berarti dan juga kultur yang ada tidak tergeserkan oleh perkembangan jaman.
Hanging Garden
Area Persewaan Motorboat
PENERAPAN EKOKULTUR DALAM BANGUNAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN Penerapan pada atap bangunan adalah dengan penggunaan material ijuk daun kelapa sebagai atap bangunan karena daun kelapa tersedia banyak di sekitar kawasan pantai dan juga penerapan genting tanah liat sebagai penutup atap bangunan.
PEMANFAATAN ENERGI ALAM DENGAN BUKAAN LEBAR DAN PEMANFAATAN SOLAR CELL Pemanfaatan iklim dalam desain bangunan diterapkan pada bangunan cottage yaitu dengan memanfaatkan penghawaan dan pencahayaan alami sebagai respon terhadap iklim. Pada bangunan cottage menerapkan sistem ventilasi silang untuk memaksimalkan penghawaan yang masuk ke dalam bangunan dan menggunakan bukaan yang lebar untuk memaksimalkan pencahayaan Pemanfaatan energi alam sebagai energy cadangan dalam desain adalah dengan memanfaatkan energy matahari sebagai sumber energi listrik cadangan sesuai dengan prinsip arsitektur ekologis
Penggunaan dinding batu bata ekspos sebagai estetika dan struktur atap kayu.
31
PENGGUNAAN BENTUK RUMAH JAWA SEBAGAI IDENTITAS KULTUR Mayoritas bangunan yang ada adalah bangunan dengan bentuk rumah Jawa. Pemilihan bentuk bangunan harus sesuai dengan kultur atau budaya masayarakat setempat, oleh karena itu bentuk bangunan Jawa berupa bentuk rumah panggang pe dan rumah kampung digunakan sebagai aplikasi bentuk desain pada perancangan.
Situasi
Cottage
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Tri Joko Daryanti, S.T., M.T. Ir. Hari Yuliarso, M.T.
referensi (buku)
MUSEUM KULINER NUSANTARA 32
dengan Pendekatan Arsitektur Regionalisme
Regionalism within Modernism (Suha Ozkan) Indonesia Heritage: Architecture (Gunawan Tjahjono)
lokasi objek Jalan Sultan Agung, Pakualaman, Kota Yogyakarta
luas lahan 2
di Yogyakarta
10.197 m
oleh: Riza Larenahadi
M
useum Kuliner Nusantara di Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Regionalisme merupakan tempat untuk menyimpan dan memamerkan benda-benda sejarah kuliner di Indonesia yang bertujuan untuk pelestarian dan edukasi bagi masyarakat luas sehingga masyarakat dapat mengetahui hal-hal tentang kuliner nusantara baik dari segi objek maupun nilai-nilainya dengan gaya arsitektur yang modern namun dapat membawa suasana lokalitas nusantara.
Background Kekayaan kuliner Indonesia yang sangat tinggi baik wujud maupun nilai
Plaza
Masyarakat kurang mengenal sejarah kuliner Indonesia Kuliner tertentu dapat langka atau hilang karena beberapa faktor (budaya, bisnis, pemikiran) Masyarakat kurang menghargai kuliner lokal akibat globalisasi Masyarakat kurang mengenal nilai budaya dalam kuliner Indonesia
Concept Pendekatan yang digunakan adalah arsitektur regionalisme modern. dengan menggunakan pendekatan ini maka bangunan akan lebih memiliki karakter lokalitas namun dapat terlihat modern secara desain sehingga dapat terus mengikuti zaman. Selain itu pendekatan ini juga menjawab rencana induk DIY tentang pariwisata berwawasan budaya. merespon klimatik dan geografi
penggunaan teknologi sesuai perkembangan zaman
ekspresi, fungsi dan bentuk abstrak program ruang atau non abstrak sesuai mengadaptasi perkembangan arsitektur lokal zaman
Ruang Pameran PROBLEM Program Ruang Bentuk Masa Tampilan Bangunan Struktur Penghawaan dan pencahayaan
REGIONALISM Mengadaptasi arsitektur lokal Merespon klimatik dan geografi Penggunaan teknologi
CONCEPT Zonasi bangunan mengadaptasi ars. jawa Bentuk mengadaptasi arsitektur nusantara Penggunaan material ekspresi natural Penggunaan struktur grid Memaksimalkan penghawaan dan pencahayaan alami
Lobby
Restaurant
PENERAPAN ARSITEKTUR REGIONALISME DALAM BANGUNAN Penerapan arsitektur regionalisme modern pada perancangan tampilan museum kuliner nusantara di Yogyakarta digunakan pada pengolahan bentuk massa, pengolahan pengolahan tampilan fasad, pengolahan material dan pengolahan warna. Pengolahan Bentuk Massa Arsitektur nusantara merupakan arsitektur tradisional indonesia yang sangat beragam berdasarkan kekhasan daerahdaerah di Indonesia namun terdapat beberapa kesamaan yang akan menjadi ciri umum arsitektur nusantara. Menurut Gunawan (2002), ciri umum yang terapat pada arsitektur nusantara adalah bentuk panggung dan pemanjangan bumbungan atap. Kedua ciri umum tersebut menjadi dasar pengolahan bentuk pada bangunan museum kuliner nusantara. Penerapan bentuk panggung diterapkan pada bangunan utama dan bangunan penerima. Penerapan bentuk panggung tidak hanya dibuat untuk meninggikan bangunan tetapi juga difungsikan sebagai ruang terbuka untuk plaza dan pendopo. Ciri umum arsitektur nusantara lainnya yakni pemanjangan bumbungan atap diterapkan pada semua bangunan. Pengolahan Tampilan Fasad Pengolahan fasad menjadi sangat penting karena fasad merupakan muka bangunan dan akan mencerminkan fungsi bangunan atau massa. Fasad masing-masing massa bangunan dibuat berbeda karena memiliki fungsi yang berbeda. Bangunan utama terkesan solid dengan bukaan sedikit karena fungsi ruang sebagai museum yang memiliki perlakuan ruang khusus yaitu tidak boleh terdapat cahaya matahari berlebih dan harus memiliki suhu ruang yang stabil. Bentuk bukaan pada 33 bangunan utama mengadaptasi dari bentuk anyaman bambu yang masih banyak digunakan pada budaya kuliner di nusantara. Tampilan bangunan penerima bersifat terbuka dengan bukaan jendela yang besar dan lebar pada bagian depan. Selain itu tangga memutar yang terlihat dinamis juga dapat lebih menarik perhatian orang. Tampilan bangunan pendukung sedikit tertutup dengan adanya secondaryskin yang terbuat dari susunan batu bata berlubang yang berfungsi sebagai filter cahaya, udara dan panas matahari. Pengolahan Material dan Warna Material bangunan pada bangunan museum kuliner nusantara mengadaptasi dari material-material yang digunakan pada arsitektur nusantara dengan kombinasi material modern. Material-material yang digunakan didominasi material yang bersifat alami seperti beton, batu, bata, kayu. Sedangkan material bersifat modern seperti kaca dan besi hanya digunakan pada bukaan jendela, pintu, railing dan rangka. Konsep warna pada museum ini adalah memunculkan warna-warna alami dari material tersebut atau raw material sehingga dari material-material tersebut hanya di-coating untuk pengawetan kecuali pada besi yang dicat hitam untuk mencegah karat. pengolahan atap pelana
skylight
pengolahan atap pelana
skylight
pengolahan atap pelana
skylight
sekat kotak�kotak kayu
bukaan lebar
secondaryskin susunan bata
motif anyaman bambu bentuk candi bentar
beton
batu alam
kayu
batu bata
besi hollow
kaca
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Ir. Maya Andria N, M.Eng Ir. Samsudi, M.T.
referensi (buku)
PONDOK PESANTREN AGRIBISNIS 34
di Karanganyar dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Heinz Frick, F. B. (2007). Dasar-dasar arsitektur ekologis.
lokasi objek
Jalan raya Grompol – Jambangan desa Kedung Jeruk, Mojogedang, Karanganyar
luas lahan 2
± 53.787 m ²
oleh: Satrio Ryan Pratama
P
ondok pesantren agribisnis di Karanganyar dengan pendekatan arsitektur ekologis merupakan sebuah lembaga pendidikan berbentuk pondok pesantren yang memiliki metode pendidikan pondok pesantren modern dengan menerapkan kurikulum standar dari pemerintah, yang dipadukan dengan pendidikan keterampilan agibisnis. Pondok memiliki fasilitas yang representatif sesuai dengan fungsi dan tujuan pendirian. Lokasi pondok berada di Karanganayar sebagai perwujudan atas berkembangnya pendidikan di area Solo raya. Wujud fisik area pondok akan menerapkan prinsip-prinsip arsitektur ekologis sesuai dengan konsep pendekatan bangunan. Visi Sebagai lembaga pendidikan dan dakwah agama islam dengan berlandaskan ideologi islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Mencetak manusia seutuhnya yang diwujudkan dalam penerapan Masjid nilai-nillai keislaman dalam segala bidang serta memiliki keterampilan agribisnis yang terampil dan berdaya saing serta dapat mengaplikasikan nilai-nilai ekologi. Misi Membentuk generasi muda islam yang unggul menuju terbentuknya islam yang bermanfaat bagi seluruh alam Mendidik generasi muda islam berdasarkan konsep pendidikan islam secara terstuktur,sistematis dan berkesinambungan Mendididik generasi muda islam yang memiliki jiwa melindungi, menyebarkan, menegakan dan mengamalkan ajaran islam secara menyeluruh Mendidik generasi muda islam yang memiliki budipekerti yang luhur, sehat rohani, sehat jasmani dan berketerampilan Mendididik generasi muda islam yang memiliki keterampilan agribisnis yang aplikatif Auditorium
Perspektif Kawasan
PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS DALAM BANGUNAN Penerapan sistem utilitas ekologis pada pesantren agribisnis menerapkan prinsip energy efficiency and conservation (efisiensi dan konservasi energi) dan water coservation (konservasi air). Seperti yang terlihat pada gambar 1,bangunan pesantren agribisnis memanfaatkan energi matahari sebagai sumber energi listrik alternatif pada bangunan hal ini, merupakan penerapan prinsip efisiensi dan konservasi energi yang diterapkan pada bangunan. Pemilihan energi surya pada pesantren agribisnis ini dilandasi oleh fakta bahwa tapak dari bangunan berada di Indonesia merupakan negara yang berada di garis khatulistiwa. Pada wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa, cahaya matahari bersinar sepanjang tahun hal ini merupakan suatu potensi untuk pemanfaatan energi matahari. Listrik yang dihasilkan panel surya dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik utama pada bangunan. Listrik dari PLN dan genset hanya digunakan apabila bangunan memerlukan daya berlebih. Sinar matahari diserap melalau panel surya yang berada pada atap bangunan kemudian dikonversi menjadi listrik dan disimpan pada baterai yang berada di langit-langit bangunan. Panel Surya
ĤMǾÒŌŊMŌ Ĩ I Í
Solar charge controller
Trafo
Bahan bakar
Baterai
Meteran
Genset
Inverter
Panel Singkron
Panel mandiri
Ė ÒǾOÞÓMŌ
Panel Utama
Jatuh di tanah
Jatuh di atap
Meresap ke tanah
Talang air
Jatuh di perkerasan
35 Selokan
Sub panel asrama
Sub panel kel. R. pembelajaran
Sub panel kel. R. publik
Distribusi
Distribusi
Distribusi
Tandor air hujan Distribusi
Sumur resapan
Gambar 1 Gambar 2 Pemanfaatan energi matahari Pemanfaatan air hujan Penerapan prinsip konservasi air pada bangunan pesantren agribisnis dapat terlihat seperti pada gambar 2. Bentuk atapa banguanan yang mengarah miring kebagian dalam bangunan (atap bangunan berbentuk seperti mangkung) bertujuan untuk menampung air hujan pada suatu titik. Setelah air hujan terkumpul kemudian air hujan akan ditampung pada penampungan air yang berada dibawah atap. Air hujan dari penampungan kemudian dialirkan melelui jaringan distribusi untuk dimanfaatkan sebagai air wudhu, air siram kamar mandi dan air siram tanaman. Penerapan prinsip konservasi air pada bangunan pesantren agribisnis dapat terlihat seperti pada gambar 2. Bentuk atapa banguanan yang mengarah miring kebagian dalam bangunan (atap bangunan berbentuk seperti mangkung) bertujuan untuk menampung air hujan pada suatu titik. Setelah air hujan terkumpul kemudian air hujan akan ditampung pada penampungan air yang berada dibawah atap. Air hujan dari penampungan kemudian dialirkan melelui jaringan distribusi untuk dimanfaatkan sebagai air wudhu, air siram kamar mandi dan air siram tanaman.
Perspektif Kawasan
Ruang Lab. Komputer
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Tri Joko Daryanti, S.T., M.T. Ir. Maya Andria N, M.T.
referensi (buku)
36
Poetic of Architecture: Theory of Design (Anthony C. Antoniades)
STUDIO PENGEMBANGAN MOBILE GAME
lokasi objek
Jalan Magor Utomo No.3, Gowongan, Kecamatan Jetis, Yogyakarta
luas lahan 2
di Yogyakarta
10,048 m
oleh: Tamarindus Indica
S
tudio Pengembangan Mobile Game adalah sebuah tempat yang mewadahi kegiatan mobile game developer dari fase prototyping sampai perilisan yang berlokasi di Kota Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih sebagai lokasi tapak karena mempunyai komunitas pengembangan video game terbanyak kedua menurut data Kemenkominfo. Tampilan bangunan studio pengembangan mobile game diupayakan semaksimal mungkin dapat merepresentasikan sifat interaktif dan dinamis dari sebuah mobile game. Teori metafora dipilih untuk mengiaskan sifat-sifat tersebut ke dalam bentuk massa dan ornamentasi bangunan.
Ruang Non Produksi
Ruang Kolaborasi
Ruang Rekaman
Kantin
Lounge
PENERAPAN ARSITEKTUR METAFORA DALAM BANGUNAN Pembentukan tampilan Studio Pengembangan Mobile Game di Yogyakarta didasarkan pada teori gabungan antara metafora abstrak dan metafora konkret. Jenis metafora ini menjadikan benda konkret sebagai kiasan dari ide abstrak, lalu dikiaskan lagi menjadi bentuk massa yang arsitektural. Metafora abstrak diambil dari dua sifat mobile game, yaitu Sifat Interaktif dan Sifat Dinamis. Dari kata kunci interaktif dan dinamis tersebut akan dikiaskan menjadi sebuah benda konkret dengan proses sebagai berikut: a) Sifat Interaktif, berarti sebuah mobile game memerlukan suatu media/perantara interaksi atau aktivitas sebagai salah satu elemen inti interaksi. Pada sebuah mobile game ada tiga aspek interaksi yang merupakan ide abstrak dari sifat interaktif, yaitu: Permainan sebagai obyek interaksi, Manusia sebagai pelaku interaksi, dan Mobile Device sebagai media interaksi. Pengiasan ide abstrak sifat interaktif menjadi benda konkret, yaitu: Ide “Manusia sebagai Pelaku Interaksi” dikiaskan menjadi bentuk massa “tangan manusia”, ide “Mobile Device sebagai Media Interaksi” dikiaskan menjadi bentuk massa “smartphone atau tablet”, dan ide “Permainan sebagai obyek interaksi” dikiaskan menjadi bentuk massa “Tangan manusia yang memegang smartphone atau tablet seolah sedang bermain mobile game.” Dari pengiasan ide-ide abstrak dari sifat interaktif Mobile Game tersebut ke dalam bentuk konkret, bentuk tampilan bangunan yang akan dirancang akan merepresentasikan mobile device yang umum, yaitu ponsel pintar atau smartphone yang sedang 37 dipegang secara landscape oleh kedua tangan manusia, seolah tangan tersebut sedang bermain sebuah mobile game yang ada pada smartphone. b) Sifat Dinamis, berarti sebuah mobile game memiliki jenjang level yang bertingkat dengan aturan yang berbeda tiap jenjang, selain itu semakin lama tingkat kesulitan dari permainan akan semakin bertambah seiring meningkatnya jenjang. Maka, diperlukan suatu mekanisme peraturan permainan yang berubah-ubah agar permainan terasa variatif. Pada sebuah mobile game ada tiga aspek yang merupakan ide abstrak dari sifat dinamis, yaitu: jenjang level yang bertingkat dan mekanisme permainan yang berbah-ubah atau bervariasi. Pengiasan ide abstrak sifat dinamis menjadi benda konkret, yaitu: Ide “Jenjang level yang bertingkat” dikiaskan menjadi “Massa bangunan yang bertingkat-tingkat” dan ide “mekanisme permainan yang berubah-ubah atau bervariasi” dikiaskan menjadi “Massa Bangunan tidak statis”. Dari pengiasan ide-ide abstrak dari sifat dinamis Mobile Game tersebut ke dalam bentuk konkret, bentuk Tampilan bangunan yang akan dirancang akan mempunyai massa yang bertingkat-tingkat dan tidak statis.
SEPUTAR KARYA: berkolaborasi dengan; Ir. Samsudi, M.T. Sri Yuliani, S.T, M.App.Sc
referensi (buku)
REDESAIN TEMPAT PELELANGAN IKAN 38
Seri Eko-Arsitektur 1: Dasar-Dasar Eko Arsitektur (Heinz Frick) Metoda Perancangan Arsitektur Ekologi (Sri Yuliani)
lokasi objek
Jalan Belanak 10C, Kelurahan Tegalsari,, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal
di Kota Tegal
luas lahan 2
dengan Pendekatan Eco-Architecture
25,000 m
oleh: Aris Mulyono
A
laminya kawasan pesisir di sepanjang pantai Kota Tegal adalah kawasan hutan mangrove yang subur dengan kekayaan hasil laut yang melimpah. Masyarakat pesisir Kota Tegal sangat diuntungkan dari kondisi alam ini, yang kemudian menjadikan kegitan perikanan menjadi kegitan utama perekonomian di wilayah pesisir Kota Tegal. Namun yang terlupakan oleh masyarakat adalah fakta bahwa hasil alam yang melimpah, hasil dari terjaganya keberlangsungan ekosistem. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kepedulian dalam menjaga kelestarian alam pantai, khususnya laut dan kawasan pesisir (coastal zone), berdampak pada kerusakan ekosistem alam, seperti berkurangnya tanaman mangrove dan tercemarnya air laut dan sungai yang menjadi habitat dan tempat berkembangbiaknya ikan sehingga menyebabkan berkurang pula hasil alam, khususnya perikanan. Redesain TPI adalah suatu upaya untuk memperbaiki kondisi berkegiatan saat ini, mengingat pentingnya peranan TPI sebagai wadah kegitan perikanan masyarakat Kota Tegal. Selain itu TPI juga memberikan dampak yang sangat besar bagi keberlangsungan ekosistem pesisir. Untuk mendapatkan hasil redesain yang ideal sebagai penyelesaian permasalahan yang ada, maka dipilihlah prinsip-prinsip ekologi sebagai strategi desain dalam pemecahan masalah. Aspek dan prinsip ekologi yang digunakan terfokus pada penyelesaian masalah yang paling dirasakan di lingkungan TPI, seperti (1) kerusakan alam, (2) permasalahan utilitas, (3) permasalahan struktur, fasad, dan tampilan, dan (4) pemilihan bahan bangunan. Berikut ini merupakan analisis dan penjelasannya.
Pedestrian
Area Pemancingan
Restaurant dan Foodcourt
PENERAPAN ECO-ARCHITECTURE DALAM BANGUNAN Pemulihan Alam Pemulihan atau konservasi dalam konteks ini adalah upaya untuk memulihkan keberlangsungan ekosistem, khususnya ekosistem laut dan daratan pesisir (coastal zone). TPI yang berada ditepi laut berkemungkinan menimbulkan pencemaran secara langsung, baik pencemaran air maupun pencemaran udara. Air kotor yang berbau tidak sedap ketika disalurkan secara langsung ke laut dapat menyebabkan air laut dan air tanah menjadi tidak higienis. Belum lagi tanaman laut seperti mangrove yang dulu tumbuh subur, dan sekarang sudah sangat jauh berkurang. Padahal peran tanaman ini sangatlah penting untuk mencegah abrasi pantai. Dalam perencanaannya, redesain TPI yang baru akan memperbaiki kerusakan ini dengan penanaman kembali pohon mangrove di pantai sekitar TPI sebagai upaya penyelamatan ekosistem laut, untuk mencegah abrasi atau pengurangan garis pantai akibat ombak serta tempat berkembangbiaknya ikan. Selain itu pemanfaatan lahan kosong sebagai ruang tata hijau (RTH) yang berupa pohon seperti kelapa, palm, dan tanaman perdu sebagai penyejuk . Utilitas Berkelanjutan Sanitasi menjadi masalah utama di Tempat Pelelangan Ikan. Disamping perlunya perilaku dan kesadaran untuk menjaga kebersihan kita dapat mengusahakan dengan perencanaan sanitasi yang lebih baik untuk mengurangi limbah cair yang bersifat organik, yang menjadikan tempat ini memiliki aroma yang tidak sedap. Aroma yang tidak sedap ini adalah zat-zat limbah sisa dari pengolahan ikan seperti usus ikan, kepala ikan dan kulit-kulit ikan dari hasil pemotongan dan fillet. Kemudian bahan-bahan ini mengalami penguraian atau pembusukan tanpa henti karena kegiatan ini terus berlangsung setiap hari. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi pembusukan ini adalah dengan memanfaatkan sisa-sisa limbah organik ini menjadi barang yang bernilai ekonomis yaitu dengan menjadikannnya pupuk organik yang berbentuk cair. Untuk itu kita perlu menyediakan suatu fasilitas penampungan sisa-sisa bahan organik ini untuk dijadikan pupuk. Responsif Terhadap Iklim Responsif adalah pemanfaatan atau pendayagunaan iklim dan kondisi tapak secara maksimal untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan melalui pengamatan dan penelitian. Salah satu hasil respon adalah dengan menentukan orientasi bangunan ke arah utara dan selatan, sebagai upaya memanfaatkan sinar matahari secara maksimal sehingga bagian dalam bangunan tidak terpapar matahari secara langsung, namun dapat memanfaatkannnya dengan membuat lubang-lubang yang dapat menjadi pencahayaan alami. Struktur pada bangunan TPI ini mempertimbangkan aspek lokasi yang berada ditepi laut, yang rentan atau rawan dari abrasi laut. Maka usaha untuk mencegahnya adalah dengan memilih sistem struktur yang tepat untuk bagian dermaga yaitu struktur sheetpile. Yang perlu diperhatikan adalah pemilihan bahan untuk struktur bangunan. Penggunaan dak beton dan kayu dirasa lebih cocok untuk struktur daerah pantai. Selain bebas dari karat penggunaan material bahan kayu memiliki sifat ekologis dimana kayu cukup mudah dibudidayakan dan dapat digunakan kembali (reuse). Material Bangunan Ekologis Banyak material ekologis yang dapat diterapkan pada bangunan tepi pantai, misalnya kayu. Kayu adalah salah satu material ekologis karena dapat dibudidayakan kembali. Selain menggunakan kayu baru, dapat juga memanfaatkan kayu-kayu dari kapal bekas. Penggunaaan kayu bekas kapal adalah salah satu upaya penerapan ekologis yaitu dengan penggunaan kembali (reuse). Dengan penggunaan kembali kita dapat menghindari pemborosan sumberdaya. Warna-warna cerah pudar yang khas pada kayu kapal bekas dapat menjadi semacam identitas yang khas dengan kebaharian. Penggunaan kayu bekas kapal sebagai material secondary skin pada bangunan TPI dapat menjadi identitas kebahariannya sebagai “Tegal Kota Bahari�.
Pendopo
Jetty
39
40
picture by Fahry Triza Nugraha
it always seems impossible until it’s done
Nelson Mandela
41
01 ALFI ZULFA NOORAIDA Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I di Kutoarjo dengan Pendekatan Defensible Space Jalan Veteran No. 54 Purwokerto +62 8132 7319 069 alfhy_zulfa@gmail.com
02
42
BAGUS WAHYU SAPUTRO Redesain Pasar Panggungrejo Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Pelaku Jalan Baung IV No.78 001/03 Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan +62 8778 1294 083 bagus.wahyu8@gmail.com
03
CITTADHI ASTRIDEWI NIRMALA Taman Kesenian Anak di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Jawa Kontemporer Jalan Letjend Sutoyo Griya Ahsani No.05 02/12 Genengan Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta +62 8132 7744 152 cittadhiasla@gmail.com
04 DEA SEKAR DWI ATMANINGRUM SMP Alam Lebah Putih di Salatiga dengan Pendekatan Arsitektur Tropis Perum Telaga Mukti II Blok I7/8 03/09, Tingkir, Salatiga +62 8564 0537 510 deasekar95@gmail.com
PROFIL STUDIO 148
05 FAUZIAH PRABARINI Galeri Kebudayaan Magelang Jalan Dahlia No. 22 09/03,Mertoyudan Magelang +62 8572 8543 790 uzpraba@yahoo.com
06
GLABELLA ERSYARA RAMADHANI Rumah Sakit Ibu dan Anak di Surakarta dengan Pendekatan Healing Environment Perumahan Fajar Indah Permata Blok AE 3/No.2 - Solo +62 8138 0988 022 bella.ersya@gmail.com
07 IQBAL NURHIDAYAT Pusat Ekshibisi di Jakarta Jalan Locomotif No.68 01/05 Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, Bekasi +62 8131 7665 242 Iqbal.nurhidayat@yahoo.co.id
08 LOIS Pusat Konservasi Rawa Pening dengan Pendekatan Ekologi di Kabupaten Semarang Jalan Slamet Riyadi 21 Bawen, Kabupaten Semarang +62 8564 0639 119 lois.ldp8@gmail.com
43
09 NUUR FATIMAH SUSILOWATI Akademi Sepak Bola di Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Jalan Batanghari No. B-37 Nogotirto III, Sleman +62 8224 2205 485 mellamofatimah@hotmail.com
10 OVY PERMATA NURKAMALINA Sekolah Kreatif di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Jalan Gunung Slamet No.2 Talang Baru, Banaran, Solo 57193 + 62 8564 2072 908 ovypermata94@gmail.com
11
44
PRANANDA FADHLUL HUSNA Redesain Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Tipe B Kota Magelang Griya Banjar Permai Jl. Gemilang VII No.7 004/012, Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang 56172 +62 8564 3515 050 / +62 8132 7293 366 pranandafh@gmail.com
12 PRAYOGI NUSA BAKTI Gelanggang Olahraga di Kebumen dengan Pendekatan Arsitektur Metafora Klapasawit 02/06 Bulu Pesantren, Kebumen +62 8783 6167 272 nusabakti.fernandes@gmail.com
13 RACHMAT WIBOWO Pengembangan Pantai Nampu sebagai Destinasi Wisata dengan Pendekatan Ekokultur di Wonogiri Ngadipiro 02/09 Jatisrono, Wonogiri +62 8132 9739 757 Rachmat100@gmail.com
PROFIL STUDIO 148
14 RIZA LARENAHADI Museum Kuliner Nusantara dengan Pendekatan Arsitektur Regionalisme di Yogyakarta Graha Naya Permata 2 B6 Pekuncen, Wiradesa, Pekalongan +62 8776 4641 204 larenahadi@gmail.com
15
SATRIO RYAN PRATAMA Pondol Pesantren Agribisnis di Karanganyar dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis Kost Mulya ARTHA Gg. Guruh III No.35 +62 8123 6195 252 satrioryanpratama@gmail.com
16 TAMARINDUS INDICA Studio Pengembangan Mobile Game di Yogyakarta Perumahan Dinas PG PS Madukismo no. 6, Bantul, Yogyakarta +62 8213 6077 780 marveltam33@gmail.com
17
ARIS MULYONO Redesain Tempat Pelelangan Ikan di Kota Tegal dengan Pendekatan Eco-Architecture Jalan Ki Ageng Tirtayasa 34B, Kelurahan Tunon 04/01, Tegal Selatan, Tegal +62 8570 0087 767 arisgotim@gmail.com
45
46
terimakasih!
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret