Majalah Pearl 025

Page 1

Pearl

December 2014 - Januari 2015 Pearl Magazine | 25th Edition

Shaped by the Hands of God

ENTERTAINING VS. HOSPITALITY Apa perbedaan antara menyenangkan tamu dengan ramah terhadap tamu?

HOSPITALITY FOR INTROVERT Menjadi tuan rumah yang baik bagi seorang introvert bukan hal yang mustahil KICKING HOSPITALITY OUT OF THE KITCHEN Haruskah kita mengikuti teladan Maria atau Marta?

Practicing Hospitality Image source http://all-free-download.com/free-photos/invitation_table_sharing_236179.html



Grace Suryani


PRACTICINGHOSPITALITY |PEARLEDISI25


IN THIS ISSUE

20 26 32 36 44

The Heart of Hospitality

Entertaining Vs. Hospitality

Practicing Christian Hospitality

Mewakili Kristus Menunjukkan Kemurahan

Bringing Hospitality Next Door

To Have and Not To Hold

No More Christmas Christian

52 62 70 80 90

Hospitality for Introverts

Hospitality Enriches Family Life

Hospitality When Your Hands are Full

104 114 116 Kicking Hospitality out of The Kitchen

Book Review: Everyone Communicates Few Connect

Meet A Sister: Melissa Halim

#025 #025(Dec (Dec2014-Jan 2014-Jan 2015) 2015) || Practicing Practicing Hospitality Hospitality


The TEAM Single

Vision Membangun generasi wanita yang menjalankan fungsinya sebagai wanita sejati, berkarakter Kristus dan mau dibentuk menjadi indah di mata Bapa dan sesama. Mission Menyediakan bacaan rohani yang biblical, practical dan sesuai dengan pergumulan generasi wanita Indonesia.

Viryani Kho Editor in chief

• Loves all things autumn • Meaningful, one-on-one conversations • Smell of the grass after the rain • Sharing about an answered prayer • Looking at snowflakes • The sounds of children laughter • Having tea time with loved ones • www.gabriellanie.blogspot.com

Mekar A. Pradipta Executive assistance

• Old fashioned • Books and literature • Countryside adventurer • Walking under the drizzle • Talking to dogs • Blowing out dandelions • Speculaas and camomile tea • All kinds of berries • Anything vintage and romantic • www.penaditanganbapa.blogspot.com

Felisia Devi

Executive assistance

• The eldest from 4 sister • Treasure simple things • Quality time • Miss perfectionist • Enjoy learning something new • Love reading and writing • Adventure and nature • Acts than words • www.felhis.blogspot.com www.majalahpearl.com


Alphaomega Pulcherima Rambang Public Relations

• Sanguin melancholic • Loves reading, writing, singing and watching good movies • Introvert Sensing Feeling Judging • Simple person • A planner but sometimes being very spontaneous • www.megasthought.blogspot.com

Eunike Santosa Creative Director

• Adores the smell after rain • A cuppa hot camomile tea • Reading devotional woman books • Spending solitude quality time with Father • Listening to Christian music (any genre) • Would like to travel around Europe • Sleepover with bestiee • www.yukinike.blogspot.com

Grace Suryani Features editors

• Wife of Steven Halim• Mother of Jane Angelina Halim • Loves to read • Eat Indonesian food • Playing piano • Spending time with family • Blue pink white red •

Febe Soehardjo Web Coordinator

• Like any kind of green tea • like the smell of rain • and to see rainbow(s) after • spring is my fav season • like all pastel colors, especially pink • do not like chocolate • love children and babies • would like to go sailing and stargazing in ocean • 1 Thessalonians 5: 16-18 • #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


THE

DELLA

MELISSA

MICHELLE

A girl who lives under His unfailing love and glory • studying Psychology • loving arts, dancing, sports • falling for ice creams • did I mention arts? Photography? Graphic Design? Painting? Sketching? :) • a mix of both introvert and extrovert • my best friends would say I am weird

Ordinary girl with extraordinary life for Jesus is in my life • Love to design • Love art&craft • love to have quality time with my lovely family and friends • Enjoy to write my diary and listening music. • like to learn something new.•

• sweet • keychain collector • chocolate lovers forever • drink like a camel • enjoy anime, manga, and artbooks • don't accept any form of durian • God is good •

REBECCA

Ecclesiastes 3:11 www.majalahpearl.com

HALIM

melissahalim.blogspot.com psalm 23

WIRNATA

be.net/mielru3 John 1:3


Designers

RILIANA

VERI

VEIBRINE

Love rainbow color • Love drawing, painting, art and craft • Love milk tea with sweet snack • Calm and always smile • Have Passion for Jesus •

• A rabbit • An introvert • Can’t live without dessert • Would love to travel to every corner of this earth to discover amazing things that God had created • Love love love love kids •

• Calm but loud sometime • Love white and soft colors • Bread, Chocolate and ice cream • Love beautiful scenery • Learning from others life• Live in Grace of God•

HALIM

Timothy 1:12

EDEN

1 Corinthians 10:31

CLARASIA

Isaiah 43:1-4

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality ace


The

Contributors Anita Bong | Writer Lahir 26 tahun lalu di Surabaya dan lulusan dari Universitas Kristen Petra jurusan Desain Komunikasi Visual. Saat ini bekerja sebagai Illustrator casual game dan tertanam di Gereja Mawar Sharon Surabaya. Seorang pencari Tuhan, pecinta makanan, dan kutu seni. Jika ingin mendengar ocehannya silahkan berkunjung ke InfiniteImaji.blogspot.com

Christine natalia | Writer Lulusan STIKOM LSPR jurusan Mass Communication ini lahir pada 14 Oktober 1991. Memiliki passion di dunia writing sejak 2009, dan memulai perjalanan menulisnya justru ketika putus cinta. Satu hal yang ia percaya, God can turn all things into good for those who love Him and live according to His purpose. You can check out her writings here 'storyaboutteen.blogspot.com' be blessed!

Glory Ekasari | Writer

Alumni dari desain komunikasi visual Universitas Pelita Harapan, dan saat ini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di salah satu sekolah theologia di Jakarta. Ia melayani Tuhan dalam bidang musik dan pemberitaan firman. Kerinduannya adalah supaya pembaca diberkati lewat artikel yang ia tulis dalam majalah ini. Pelayanan lain yang ditekuninya secara pribadi adalah blogging, dapat dibaca di http://gloryekasari.wordpress.com.

Lia Soc | Writer Lia lahir di jakarta, 30 tahun yang lalu. Sekarang berdomisili di Thailand bersama suami dan ketiga anaknya. Kerinduannya adalah menjadi " a simple christian with a BIG impact ". www.majalahpearl.com


Leticia Seviraneta | Writer Leticia lahir di Jakarta 24 tahun yang lalu. Kerinduannya adalah untuk membangun heaven on earth melalui hubungan pernikahan dan keluarga yang memuliakan Tuhan. Ia rindu setiap individu, baik pria maupun wanita dapat bertumbuh menjadi pribadi yang beriman teguh kepada Tuhan dan bersinar seperti bintang di tengah dunia ini. Ia rindu setiap rumah tangga didirikan dibangun di atas hikmat dan takut akan Tuhan. Leticia sangat passionate dengan pembelajaran Firman Tuhan, ballet, dan musik. Melayani dalam pengajaran Alkitab dan blogging yang dapat dibaca di http://faithhopeandlove23.blogspot.com.

Marcella Flaorenzia | Writer

Lahir di Jakarta pada tanggal 9 Maret 1986 dan lahir baru di usia 12 tahun. Telah menyelesaikan pendidikan S1 (Sarjana Theologi) pada tahun 2007 dan saat ini ia melayani sebagai seorang Youth Pastor di gereja JKI Galilea, Jakarta serta membuka sebuah tempat bimbingan belajar anak yang diberi nama "Little Candles". Ia juga penulis buku R4J (Radical For Jesus), The Matter of Heart dan S.H.E (Single, Happy, Excellent)."

Megawati Widjaja | Editor Lahir di Medan pada tanggal 22 Maret 1969, besar di Jakarta dan berdomisili di Singapore sejak Maret 2008. Menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamat pribadi sejak SMA 1. Saat ini pelayanan sebagai pengurus di Komisi Wanita GPBB, dan anggota paduan suara. Berharap bisa membawa berkat bagi orang lain melalui peran sebagai ibu rumah tangga dan pelayan Tuhan dimanapun ditempatkan.

Poppy Noviana | Writer Poppy lahir di Jakarta, 24 tahun yang lalu. Berdomisili di Tangerang. Terpanggil untuk melayani di sebuah church community for children yaitu King’s Kid, Gereja Methodist Anugerah dan saat ini telah menyelesaikan S2 nya dalam bidang teknik tahun 2013. Menulis merupakan bagian penting dalam hidupnya, karena merupakan jalan baginya untuk menjadi dampak positive bagi sesama agar semua mengakui how great is our GOD!

Yunie Sutanto | Writer

Yunie, sesuai namanya terlahir di bulan Juni di kota Solo, 30 tahun yang lalu. Saat ini menetap di Jakarta,telah menikah sejak tahun 2005 dan dikaruniai dua orang anak (6 tahun dan 2 tahun). Membaca buku dan menulis jadi passion buat ibu yg punya prinsip hidup "Segala sesuatu seijin Tuhan, tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini." #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

CHARACTER DEVELOPMENT

Practicing Hospitality Girls, jumpa lagi di pojok Character Development! Majalah Pearl bulan ini mengangkat tema Practicing Hospitality Ini adalah edisi terakhir dari pojok Character Development. Tahun depan kita akan punya rubrik baru yang tidak kalah menarik untuk kalian. :D

Hospitality VS Loneliness (RAMAH VS PENYENDIRI) definisi: Dengan ceria dan sukarela berbagi makanan, minuman, tempat berlindung, percakapan maupun waktu dengan orang lain.

www.majalahpearl.com





01 Roma 12:13

BIBLE

reading

PLAN

1 Raja-raja

17:7-24

www.majalahpearl.com

Matius 4:31

07

08

Markus 10:13-16

Lukas 7:36-50

13

14

Roma 12:3

25

02

1 Timotius 3:2

19

20

Lukas 10:5-16

Kejadian 18:1-22

26

27

Galatia 5:22-23

Efesus 4:32


03

04

05

06

Lukas 10:38-42

Roma 12:10

Mazmur 28:3

Kisah 28:2

09

10

11

12

Imamat 9:34

Lukas 10:25-37

Amsal 14:31

Ibrani 13:1-2

15

16

17

18

1 Timotius 5:1-16

Lukas 5:29

Lukas 14:12-14

Matius 10:9-11

21

22

23

24

Roma 12:20

Amsal 19:17

1 Yohanes 4:19

Galatia 2:10

28

29

30

31

Amsal 31:20

Ibrani 13:16

Titus 3:2

Lukas 14:11

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


01

02

Kolose 3:23-24

1 Petrus 4:9

BIBLE

07

08

PLAN

Titus 3:2

1 Korintus 4:13

13

14

2 Raja-Raja

4:8-37

Markus 8:1-4

19

20

Kisah 16:13-15

Kejadian 24:15-20

26

27

Filipi 4:5

Matius 5:16

reading

25 Galatia 6:2

www.majalahpearl.com


03

04

05

06

Amsal 15:26

2 Korintus 10:1

1 Tesalonika 2:7

2 Timotius 2:24

09

10

11

12

Yosua 2:1-24

Rut 2:1-23

1 Samuel 25:2-24

2 Raja-Raja

15

16

17

18

Matius 9:13-15

Kisah 4:32-37

Roma 16:1

Kisah 9:36

21

22

23

24

Lukas 10:25-37

Lukas 10:38-42

Kejadian 19:1-29

Kejadian 18:1-8

28

29

30

31

Kolose 4:10-20

1 Tesalonika

Ibrani 13:1

1 Petrus 1:22

5:12-15

4:1-7

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality 2014) | Spilling Grace


Devotional ARTI HOSPITALITY Apa yang terlintas pertama kali saat mendengar kata hospitality. Bukankah hospitality adalah salah satu mata kuliah jurusan perhotelan? Benar, tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Tapi apa arti hospitality menurut kebenaran Injil? Hospitality (hospitalitas) adalah terjemahan dari kata benda Latin hospitium (atau kata sifatnya hospitalis), yang berasal dari kata hospes, yang artinya “tamu” atau “tuan rumah”. Kata ini juga dipengaruhi oleh kata

The

Heart of

Hospitality written by Felisia Devi

designed by michelle wirnata

www.majalahpearl.com


Yunani xenos, yang artinya menyambut orang asing atau melakukan penyambutan terhadap orang lain. (Michele Hershberger). Hospitality bisa diartikan sebagai keramahtamahan, wujud nyata dari ungkapan kehangatan seseorang dalam menerima orang lain, disertai rasa hormat, serta hubungan persahabatan dan persaudaraan kepada orang lain, terutama kepada tamu yang datang. Hospitality yang kita temui di restoran, hotel, atau tempat jamuan lain, mungkin ya mereka memang melakukan penyambutan dengan

H

ospitality bukan sekedar tentang apa yang kelihatan, bukan juga tentang penyambutan yang sempurna, tapi lebih kepada melakukan secara hati.

excellent, tapi apakah mereka benar-benar mengerti dan melakukannya dengan sungguh-sungguh? Hospitality bukan sekedar tentang apa yang kelihatan, bukan juga tentang penyambutan yang sempurna, tapi lebih kepada melakukan secara hati. Kenapa hati? Karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Penyambutan, penerimaan orang lain yang mengalir dari hati kita yang tulus, akan sangat terasa berbeda dan sampai juga ke hati yang menerimanya, dan mengandung pesan bahwa kita menerima mereka. Dahulu, Tuhan memerintah orang Israel agar memperlakukan orang asing seperti orang Israel asli, bahkan dikasihi seperti diri sendiri. Allah ingin orang Israel ingat bahwa merekapun dulu adalah orang asing di Tanah Mesir (Imamat 19:34). Dalam konsteks saat ini, orang asing yang kita temui seharusnya diperlalukan seperti keluarga, dan dikasihi seperti diri kita sendiri. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional MENGAPA KITA PERLU MELAKUKAN HOSPITALITY? Hospitality harusnya mengalir secara alami dan didasarkan kasih Yesus kepada kita, karena Dia telah mengasihi kita terlebih dahulu (1 Yohanes 4:19). Kasih inilah yang kita salurkan melalui keramahtamahan kepada orang di sekitar kita. Inti dari injil juga adalah hospitality. Sejak lahir kita sudah berada dalam permusuhan dengan Allah karena dosa, dan kita pun tidak mampu menyelamatkan diri dari hal ini. Tapi Allah mengutus Yesus untuk menebus dosa kita bagi yang percaya kepada-Nya, serta membuat tempat bagi kita dalam kerajaan-Nya. Kemurahan dan keramahan-Nya mengembalikan hubungan kita dengan Dia, dan Yesus adalah hadiah yang paling besar dalam sejarah, yang membuat kita ada sampai detik ini. Jadi ketika kita melakukan hospitality, www.majalahpearl.com

J

adi ketika kita melakukan hospitality, kita sedang mencerminkan cinta-Nya, mengundang orang lain untuk melihat Tuhan melalui diri kita. kita sedang mencerminkan cinta-Nya, mengundang orang lain untuk melihat Tuhan melalui diri kita. Yesus juga memberi contoh tentang melakukan hospitality, dimana Yesus mengajarkan serta melakukan kehambaan kepada para murid lewat tindakan membasuh kaki para murid-Nya (Yohanes 13:1-16). Karena Yesus sendiri datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Kita, sebagai pengikut Kristus yang mempunyai tujuan hidup untuk semakin serupa dengan diri-Nya, melakukan keramahtamahan seperti yang Yesus lakukan sudah merupakan hal yang wajar dilakukan.


APA DAN KEPADA SIAPA SAJA YANG PERLU DIBERIKAN KERAMAHTAMAHAN? Ada banyak kesempatan dalam kehidupan sehari-hari kita untuk mempraktekkan hal ini: - Ditengah keluarga kita : membantu pekerjaan rumah ibu, melayani ayah, dan menolong kakak atau adik dalam mengerjakan tugas. - Melayani suami dan anak-anak bagi yang sudah menikah dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. - Memberikan bantuan kepada saudara atau keluarga lainnya, misalnya dengan mengadakan jamuan atau tumpangan bagi mereka yang sedang singgah ke kota kita. - Menjamu para tetangga samping kanan kiri depan rumah kita, mungkin dengan menjadi tuan rumah dalam pertemuan lingkungan atau sejenisnya. - Menolong rekan-rekan kerja yang membutuhkan, dengan mengajari dan

membagi ilmu yang kita punya. - Membantu saudara seiman lainnya dalam pelayanan atau hal lain, misal membantu pekerjaan misionaris dengan melakukan kunjungan. - Memenuhi kebutuhan dasar orang lain khususnya masyarakat miskin tanpa mengharapkan pembayaran (Prov. 19:17), dengan menyumbang pakaian yang masih layak atau berbagi harta benda. - Memperlakukan para pemberi jasa (supir taksi, pramuniaga, pelayan restoran dsb) dengan baik. Mengucapkan tolong dan terima kasih dengan sopan ketika berinteraksi dengan mereka.

K

etika Anda memberi perjamuan, mengundang orang miskin, cacat, orang lumpuh, buta, dan Anda akan diberkati. - Lukas 14:13 #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

D

engan melayani orang lain berarti kita melayani Kristus dan kita membantu penyebaran kebenaran Allah. Dalam Alkitab, kata Yunani asli untuk hospitality adalah Philoxenia, yang berarti mengasihi orang lain (Rom. 12:13). Banyak contoh dalam Alkitab dalam mempraktekkan hospitality, yang intinya kita menghormati Allah ketika kita baik kepada yang membutuhkan (Amsal 14:31; 19:17), memberi tumpangan (Ibr 13: 1-2; 1 Tim 3: 2), memperhatikan janda serta anak yatim ( 1 Tim 5: 1-16), ‘menjamu’ orang kafir (Lukas 5:29), orang miskin dan membutuhkan (Lukas 14: 12-14), misionaris (Mat 10: 9-11; Lukas 10: 5-16), orang asing, imigran, pengungsi (Kej 18: 1 -22), dan bahkan musuh (Rom 12:20) seolah-olah mereka adalah keluarga kita sendiri. www.majalahpearl.com

Arti dari semua yang bisa kita lakukan menurut Alkitab sebenarnya tentang pengorbanan, kita rela berkorban untuk memenuhi kebutuhan orang lain, keluar dari area nyaman, dan tidak berusaha untuk mengesankan orang lain. Bukan hanya kepada sesama orang Kristen, tetapi juga kepada orang asing lain yang membutuhkan. Seperti kata Yesus, "Ketika Anda memberi perjamuan, mengundang orang miskin, cacat, orang lumpuh, buta, dan Anda akan diberkati" (Lukas 14:13). Kristus juga mengajarkan kita di perintah kedua dari dua hukum utama, yaitu mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Matius 22:39). Dia juga menekankan hal yang sama pada perumpamaan tentang orang Samaria yang baik. Ia mengajarkan kepada kita bahwa "sesama" tidak ada hubungannya dengan aspek geografi, kewarganegaraan, atau ras. Dimanapun dan kapanpun orang membutuhkan kita, kita bisa siap melakukan sesuatu seperti Kristus menunjukkan belas kasihan. Ini adalah inti dari hospitality. Dalam Injil Matius, Yesus membahas perilaku ramah dari orang-orang yang akan mewarisi


kerajaan: " Sebab pada waktu Aku lapar, kalian memberi Aku makan, dan pada waktu Aku haus, kalian memberi Aku minum. Aku seorang asing, kalian menerima Aku di rumahmu. Aku tidak berpakaian, kalian memberikan Aku pakaian. Aku sakit, kalian merawat Aku. Aku dipenjarakan, kalian menolong Aku."(Matius 25: 34-36). Hospitality merupakan bagian penting dari pelayanan Kristen (Roma 12:13; 1 Petrus 4: 9). Dengan melayani orang lain berarti kita melayani Kristus (Matius 25:40) dan kita membantu penyebaran kebenaran Allah (3 Yohanes 5-8). Masih banyak contoh lainnya yang bisa dipraktekkan. Sebagai wanita yang diberi kepekaan sebagai kelebihan kita, gunakan kepekaan itu untuk bisa mengerti siapa dan hal apa yang bisa perlu dilakukan. Lakukan keramahantamahan dengan tujuan memperkenalkan atau mewujudkan Allah kepada orang lain, terutama bagi mereka yang belum mengenal Kristus. Kita tidak tahu dampak keramahtamahan yang bisa kita

lakukan, tapi pasti sangat bermanfaat dan tidak sia-sia, karena dilakukan juga untuk tujuan memperluas kerajaan Allah. Seperti dalam pelayanan yang Yesus lakukan bersama murid-muridNya, mereka tergantung pada kebaikan orang lain dari tempat-tempat yang mereka kunjungi (Matius 10 : 9-10). Demikian juga dengan pelayanan para rasul dalam memberikatakan Injil (Kis 2:44-45; 28:7). Jadi lakukan bantuan atau keramahan yang bisa kita lakukan, selama ada dan masih bisa kita lakukan, apalagi jika Tuhan yang sudah menggerakkan. (Amsal 3:28).

I

a memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. - Amsal 31:20 #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

www.majalahpearl.com


ENTER T A I N I N G Vs

HOSPI T I

A T

L Y

WRITTEN BY FELISIA DEVI DESIGNED BY MCHELLE WIRNATA

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

S

eringkali, ketika kita berbicara tentang keramahan (hospitality), kita mungkin berpikir itu seperti sedang memberikan ‘hiburan’ (entertaining). Ehmm, sekilas mungkin hampir sama, tapi sebenarnya jika kita telusuri lebih dalam, kedua hal tersebut mempunyai arti yang sangat berbeda. Yuk, secara singkat kita lihat perbedaannya.

Dari definisinya sendiri, dua kata ini menjelaskan hal yang berbeda.

TO ENTERTAIN: untuk mendapatkan perhatian dengan menampilkan sesuatu yang berkesan. HOSPITALITY: bermurah hati untuk menerima orang lain (asing).

(Sumber : Wikipedia dengan penerjemahan dan rangkuman sendiri) Yang satu untuk mendapatkan perhatian, yang satu untuk memberikan perhatian, beda banget?! Dasar perbedaan besar diantara keduanya juga tentang fokus kita www.majalahpearl.com

dalam melakukan keramahan. Hospitality dilakukan dengan fokus kepada Tuhan, entertaining berpusat pada orang termasuk diri sendiri. Hospitality dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan, atas dasar kasih-Nya, untuk menyenangkan-Nya dan memegahkan kemuliaan nama-Nya (Roma 11:36), sedangkan entertaining dilakukan untuk kepentingan diri atau menyenangkan orang lain.

APAPUN JUGA YANG KAMU PERBUAT, PERBUATLAH DENGAN SEGENAP HATIMU SEPERTI UNTUK TUHAN DAN BUKAN UNTUK MANUSIA. KOLOSE 3:23

Tujuan juga membedakan apakah kita melakukan hospitality atau entertaining. Sebelum melakukan keramahan, masing-masing kita bisa mengecek apa dasar motivasi kita dalam melakukan itu. Untuk nilai diri saya kah, ada sesuatu yang ingin kita dapatkan, atau memang kita benar-benar tulus mau melakukannya tanpa mengharapkan balasan atau respon yang sesuai harapan kita? Contoh nyata yang sering banyak


kita temui, suatu perusahaan yang berhubungan dengan proyek tertentu, biasanya akan melakukan service atau entertain untuk memberi kesan bahwa dia layak dipilih untuk memenangkan proyek atau sekedar balas jasa. Hal ini tentu sangat bertolak belakang, karena hospitality dilakukan tanpa mengharapkan imbalan, karena imbalannya sudah dibayar lunas oleh darah Yesus. Malah sebenarnya kita memang harusnya melakukan itu karena kita sudah berhutang kebaikan pada Tuhan. See, entertaining ada apa-apanya, bukan apa adanya.

HOSPITALITY MENURUT ALKITAB ADALAH CURAHAN RAHMAT DAN KARUNIA KEPADA ORANG LAIN TANPA MENGHARAPKAN BALASAN , TETAPI ENTERTAINING DILAKUKAN KARENA ADA UNSUR YANG MELAKUKAN MENDAPATKAN BALASAN ATAU KEUNTUNGAN ATAS APA YANG AKAN/TELAH DILAKUKANNYA.

Hiburan menurut dunia adalah perbudakan yang mengerikan, karena sumbernya adalah kebanggaan

manusia, menuntut kesempurnaan, untuk mengesankan. Sebaliknya, hospitality menurut Alkitab adalah kebebasan yang membebaskan diri anda untuk berekspresi dari hati. Entertaining mengatakan, "Saya ingin untuk membuat Anda berkesan dengan rumah yang cantik, dekorasi pintar saya, masakan yang enak." Hospitality, bagaimanapun, berusaha untuk melayani dengan apa yang ada, dan yang terbaik yang dipunyai, bukan memaksakan diri dengan apa yang tidak dia punyai. Kalo menuntut kesempurnaan kaya gini, yang udah emak-emak bisa pusing duluan sebelum melakukan hospitality, karena sepertinya pekerjaan seorang ibu rumah tangga itu segudang, belum lagi jika bekerja dan mempunyai anak yang masih kecil-kecil. Pernah saya sedang berkunjung ke teman yang baru saja saya kenal, kebetulan rumahnya sangat sederhana sekali dan jauh dari kemewahan, tapi ada statement dari dia yang sangat berkesan buat saya, “Rumah besar mewah belum tentu didatangi banyak orang seperti rumah saya, jika tuan rumah tidak welcome, sedangkan rumah sereyot apapun jika sang tuan rumah welcome akan banyak dikunjungi orang.� Wow, simple, tapi dalam dan benar banget tuh kata-kata. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

HOSPITALITY MENGAJARKAN BAHWA SELAIN MEMPERSIAPKAN RUMAH KITA, KITA JUGA HARUS MEMPERSIAPKAN HATI KITA UNTUK MELAYANI MEREKA YANG DATANG.

Dalam melakukannya juga terdapat perbedaan, entertaining dilakukan dengan segala kemampuan, kepintaran usaha kita tanpa melibatkan Tuhan, sedangkan hospitality harus berdasar dan bergantung pada kasih Tuhan dan dilakukan dengan hati dan hikmat Tuhan. Misal, kalian tidak hanya melayani untuk apa yang keliatan saja (urusan perut atau fasilitas), tapi juga mendoakan mereka yang kita jamu. Dalam pelayanan saya pernah terjebak dalam memberikan kesempurnaan dibanding menjaga hati saya tetap terjaga. Yang penting saya melakukan tepat sesuai yang seharusnya, tidak memikirkan hati

www.majalahpearl.com


saya sendiri yang juga capek, apalagi hati orang lain. Kesannya memang all do my best, tapi ternyata saya mengejar ‘kesempurnaan’ yang tidak bisa saya lakukan dengan kekuatan saya sendiri. Dan bersyukurnya karena beberapa momen dan teguran dari pemimpin, membuat saya sadar

bahwa saya bukan sedang melakukan hospitality yang benar, tapi sedang entertaining. Hospitality bukan sesuatu untuk dihafal, tapi untuk dipraktekkan tidak bersungut-sungut, mengeluh atau memikirkan reward (1 Pet 4:. 9).

ENTERTAINING

HOSPITALITY

Fokus: diri sendiri

Fokus: Tuhan

Saya ingin terlihat baik

Saya mau Yesus terlihat dan dimuliakan

Untuk menyenangkan orang lain

Untuk menyenangkan Tuhan

Mementingkan penampilan luar

Mementingkan hati

Kesombongan

Kerendahan hati

Dengan kekuatan, usaha dan kemampuan sendiri

Dengan hikmat dan kekuatan dari-Nya

Ada apa-apanya (keuntungan)

Apa adanya (tidak mengharapkan imbalan)

Untuk membuat orang lain terkesan

Untuk melayani

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

Practicing

Christian Hospitality Written by Anita Bong Design by Veibrine Clarasia

K

etika pertama kali mendapatkan tema tentang hospitality, hal pertama yang muncul di pikiranku adalah gereja tempat aku tertanam. Ketika aku melihat para pelayan Tuhan yang melayani di area itu, aku merasakan sebuah atmosfer yang berbeda. Entah kenapa ketika aku melihat mereka, aku selalu merasa tenang dan damai karena para pelayan tampak begitu ramah dengan senyum yang mengembang di wajah mereka. Bukan hal mudah karena mereka bersentuhan langsung dengan para tamu yang berkunjung ke gereja kami. Walau capek, mereka tetap harus tersenyum. Ketika ada masalah, mereka tetap harus bisa melayani para tamu tanpa panik. Sejujurnya, aku kagum dengan mereka. Aku mulai berpikir, aku ingin membawa hadirat Tuhan yang sama ketika aku menyambut setiap orang yang Tuhan izinkan datang ke rumahku atau kemanapun aku pergi. Ada sebuah cerita yang muncul dibenakku ketika aku berdoa tentang hal ini. Cerita tentang Maria dan Marta yang menyambut Kristus di rumah mereka.

www.majalahpearl.com


Image Source http://2.bp.blogspot.com/-3wTAaA9ee60/Ug-dB-VVbuI/AAAAAAAABI0/UmdAWMzj1g4/s400/maryatchristsfeet.jpg

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Lukas 10: 38-42) #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single Selama ini kita menganggap ayat di atas berbicara tentang pelayanan tapi bukankah Maria dan Marta juga sedang menyambut Kristus di rumah mereka? Itu berarti Tuhan sedang mengatakan keramahan seperti apa yang Dia inginkan dari mereka yang melayani Dia dan melayani sesama mereka.

penampilan kita acak kadut lalu mengaku bahwa yang penting adalah keramahan. Maria, sebelum dia menyambut Kristus yang menjadi tamu, aku yakin dia sudah membereskan rumahnya dengan baik. Setidaknya tidak tertulis bahwa rumah Maria dan Marta seperti kapal pecah.

Ketika aku dipercayakan untuk merawat sebuah rumah dan saat ada tamu yang berkunjung ke rumahku, hal pertama yang kupikirkan adalah: “Lantainya sudah bersih atau belum?” “Sudah ada makanan di atas meja atau belum?” “Debunya sudah dibersihkan?” “Gimana dengan taman?” “Penampilanku udah oke?” Dan sebagainya…

Maria, di atas segala persiapannya untuk menyambut Kristus, dia memilih untuk membangun hubungan dengan Dia yaitu dengan duduk dan mendengar.

Hmm… mirip dengan seseorang dari cerita di atas bukan? Ketika menerima Kristus, Marta sibuk mempersiapkan rumahnya. Dia memasak, bersih-bersih, menyediakan handuk hangat dan lain-lain. Pada akhirnya, Marta kehilangan sesuatu yang menjadi makna hospitality yang sebenarnya yaitu membagikan kasih dengan siapapun yang Tuhan utus ke dalam rumah kita untuk kita layani. Bukan, ini bukan berarti kita membiarkan rumah kita berantakan, www.majalahpearl.com

Sederhana bukan? Loh, jadi hospitality bukan hanya kalau ada tamu yang berkunjung ke rumah? Hmm... kalau dengan pengertian seperti itu… aku rasa tidak harus. Kita bisa kemanapun sambil membawa kasih dan keramahan. Kita bisa mendengar siapapun yang butuh didengar, menyampaikan kasih Kristus kepada siapapun yang membutuhkan, melayani mereka yang ingin rasa aman bahkan di luar batasan tembok rumah kita, namun bila kita diizinkan untuk melayani mereka di dalam zona kita mengapa kita tidak memberikan yang lebih lagi? Menyediakan makanan, pakaian dan tempat perlindungan bagi siapapun yang membutuhkan.


Kadang-kadang hal yang sederhana justru menyentuh hati dengan cara yang paling berkesan.

Image Source http://www.magic4walls.com/wp-content/uploads/2014/02/interior-style-wall-window-space-frames-design.jpg

Mulai saat ini biarlah kita sama-sama belajar dari cara Maria menerima Kristus dalam rumahnya. Bukan dengan memamerkan apa yang bisa dia sediakan namun dengan melakukan hal sederhana menjadi teman berbagi dan tempat untuk mencurahkan isi hati serta menyatakan kasih Tuhan.

Biarlah kemanapun kita pergi, kita menawarkan kasih yang dibutuhkan oleh dunia, kasih yang hanya berasal dari Kristus dan lebih dari itu, biarlah rumah kita menjadi tempat dimana para jiwa yang tersesat menemukan Juru Selamat mereka lewat perbuatan kita. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


httpwww.thedailybeast.comarticles20140302son-of-god-why-do-jesus-movies-always-suck.html

Single

“People killing, people dying Children hurt, you hear them crying Can you practice what you preach? Would you turn the other cheek?� www.majalahpearl.com


Mewakili

Kristus Menunjukkan

Kemurahan Hati By: Glory Ekasari Design: Evellyne

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single Walaupun tidak ada kata “Christian” atau “Christ” dalam lagu yang dipopulerkan oleh Black Eyed Peas dan Justin Timberlake itu, dua baris terakhir yang saya kutip jelas-jelas ditujukan pada orang-orang Kristen. Bisa khotbah, bisa praktek nggak? Katanya kasih; kalau pipi kanan ditampar, mau memberi pipi kiri nggak? Saya sering membaca di internet komentar orang yang berbunyi, “Faith in humanity restored.” Biasanya komentar itu muncul setelah melihat foto-foto yang menunjukkan bahwa manusia bisa bermurah hati dan berbelas kasihan satu sama lain atau bahkan terhadap binatang. Setelah melihat begitu banyak kekerasan, hati yang dingin, kejahatan brutal, dan orang-orang yang begitu kesepian hingga mereka memilih mencabut nyawa sendiri, dunia yang rusak oleh dosa ini haus akan kasih. Begitu hausnya, hingga membaca post tentang orang yang murah hati di Facebook pun bisa membuat orang meneteskan air mata haru.

www.majalahpearl.com

Di akhir tahun ini, kita memperingati Natal, karunia terbesar yang Tuhan berikan bagi kita karena belas kasihan-Nya bagi kita. Kita bersyukur karena Tuhan bukan hanya memberi perintah pada kita, tapi juga memberi teladan. Saya mengutip ayat yang mungkin adalah ayat paling terkenal dari Alkitab— Yohanes 3:16, sebagai pokok bahasan dalam artikel ini.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”


“Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa.” Saya suka kata “supaya” dalam kalimat di atas. Saya mengalami fase dalam hidup saya dimana saya adalah musuh Allah. Saya sengaja melawan Dia, saya langgar firmanNya, saya hidup sekehendak hati saya sendiri. Setelah saya bertobat, saya mulai memahami bagaimana Tuhan memandang saya ketika itu: Saya adalah musuh-Nya—musuh yang membutuhkan belas kasihanNya. Saya memusuhi Dia, tapi Dialah satu-satunya yang bisa menolong saya. Menembus semua kejahatan dan pemberontakan saya, Dia melihat ke dalam hati saya dan melihat adanya kebutuhan akan Dia.

Beberapa tahun yang lalu ketika saya bekerja kantoran, ada seorang rekan kerja yang terkenal sebagai public enemy. Karena sifatnya yang judes, cara bicaranya yang blak-blakan, dan pandangannya yang negatif tentang segala sesuatu, dia tidak disukai orang (saya juga tidak suka). Tapi suatu kali kami sama-sama naik bus, dan sepanjang perjalanan yang singkat itu dia bercerita sedikit tentang dirinya. Ketika itu hati saya tergerak dengan belas kasihan, dan Tuhan menyadarkan saya bahwa ternyata dia ini orang biasa, yang butuh dikasihi dan didengarkan. “Hurting people will hurt others,” kata orang. Mereka yang paling “antik” justru adalah orang-orang yang paling membutuhkan kasih.

httpjesuschrist.lds.orgresourceslang=eng

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

Tuhan telah menunjukkan bagaimana Ia membuka hati-Nya untuk kita, musuh-musuh-Nya. Kasih-Nya bukanlah random shot, tapi kasih yang tepat sasaran, yang sesuai dengan kebutuhan kita. Menjelang Natal tahun ini, marilah kita meminta Tuhan memberi kita penglihatan seperti Dia, untuk melihat kebutuhan orang-orang di sekeliling kita. Setiap bentuk kasih yang kita berikan bagi orang lain dimulai dari sini.

Karena kita bukan Tuhan, kita tidak bisa menimbulkan kasih dari diri kita sendiri. Tapi solusi Alkitab untuk kekurangan kita ini sangat jelas: “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” Seperti Daud, kita bisa berkata, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!” Seperti Paulus, kita bisa berkata, “Kristus Yesus datang untuk menyelamatkan “Karena begitu besar orang berdosa; dan di antara mereka, akulah yang paling berdosa.” Bila kasih Allah akan dunia kita sudah mengalami kasih yang ini.” menyelamatkan itu, kita bisa mengasihi orang lain dengan kasih Tuhan. Saya sempat berpikir mengapa ayat ini Seorang misionaris yang bekerja diawali dengan kalimat di atas. Penyebab di India meminta seorang warga datangnya Juruselamat ke dunia ini bukanlah karena dunia ini menarik; bukan setempat untuk tinggal dengan dia karena orangnya baik-baik; bukan karena dan mengajarinya bahasa lokal. ada keuntungan yang akan didapat Tuhan “Tidak, tuan,” tolak warga itu. Misionaris itu berusaha meyakinkan bila dunia ini diselamatkan; tapi semataorang itu dan menjelaskan bahwa mata karena begitu besar kasih-Nya kepada dunia ini. Tuhan tidak perlu alasan ia bukan mau mengajarkan agama kepada orang itu, tapi hanya ingin untuk mengasihi kita, karena Dialah belajar bahasa. Orang itu menjawab alasannya. lagi, “Tidak tuan. Tidak mungkin saya tinggal bersama tuan dan tidak menjadi Kristen.” www.majalahpearl.com


httpjesuschrist.lds.orgwho-is-jesus-christlang=eng

Demikianlah semestinya orang lain melihat kita: Tidak mungkin saya bergaul dengan dia dan tidak mengalami kasih Kristus.

“Sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.” Ratusan tahun sebelum Yesus lahir, nabi Yesaya telah bernubuat, bukan hanya tentang kelahiran-Nya dan karya-Nya, tapi juga penderitaanNya dan kematian-Nya yang kejam. “Mengasihi adalah memberi,” demikianlah kita ketahui. Ketika Tuhan mengasihi kita, Dia tahu resikonya. Dia tahu bahwa Dia harus mengorbankan sesuatu yang berharga; dan Dia bahkan mengorbankan yang paling berharga, yaitu Anak-Nya.

Kita tidak bisa mengasihi tanpa memberikan sesuatu. Dan kita hanya bisa memberikan apa yang kita punya. Tuhan bertanya kepada Musa, “Apa yang ada di tanganmu?” Musa menjawab, “Tongkat,” dan Tuhan melakukan hal yang besar dengan tongkat sederhana itu. Di tengah lima ribu orang yang perlu makanan, Tuhan bertanya pada murid-muridNya, “Apa yang kamu punya?” “Lima roti dan dua ikan,” kata mereka, dan Ia membuat mujizat dengan sedikit makanan itu. Tentang Saulus, Ananias berkata, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.” Tapi Tuhan menjawab, “Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.”

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single Puluhan tahun yang lalu di Amerika Serikat, seorang pegawai toko melihat seorang wanita paruh baya yang kehujanan di trotoar. Ia segera menolong ibu itu, mengajaknya berteduh di dalam toko, memberikan handuk untuk mengeringkan diri, dan sedikit suguhan untuk menghangatkan badan. Ketika hujan berhenti, sang ibu mengucapkan terima kasih dan meninggalkan toko. Beberapa hari kemudian datanglah sebuah surat beserta pemberian yang mahal untuk pegawai toko itu. Dalam surat itu tertulis: “Beberapa waktu lalu suami saya meninggal dunia, dan malam ketika hujan itu hati saya dingin dan kesepian. Tanpa diduga, seorang asing menunjukkan keramahtamahan yang menghangatkan hati saya. Terima kasih. Mohon terimalah hadiah ini. Dari Ny. Nat King Cole.” Apapun yang kita punya: waktu, tenaga, uang, keahlian, bisa kita gunakan untuk mengasihi orang lain. Kenyataannya, tidak ada orang yang terlalu miskin sampai ia tidak bisa memberikan apa-apa. Ketika dunia yang gelap seperti pekatnya kegelapan malam, yang hambar dan tawar hati, kepada siapa mereka berpaling? Tuhan Yesus memberi jawaban, “Kamulah garam dunia. Kamulah terang dunia.” www.majalahpearl.com

Ya, mereka akan melihat kepada kita, orang-orang Kristen. Secara otomatis mata mereka yang ada dalam kegelapan akan mencari terang, dan hati mereka yang tawar akan mencari garam. Maka wajarlah bila ketika belas kasihan tidak terlihat di manamana, mereka akan bertanya, “Mana orang Kristen?” Karena kitalah yang ditempatkan Kristus di dunia ini untuk mewakili-Nya. Memang itulah kehendak Tuhan: Kita adalah contoh bagi dunia, bagaimana seharusnya seorang manusia hidup seturut gambar dan rupa Allah. Tidak semua kita bisa berkhotbah atau mengajar, tapi setiap kita bisa menunjukkan kemurahan kepada orang lain, seperti Tuhan telah menunjukkan kasih-Nya kepada kita.


httpwww.vangviet.comtagwonderful-christmas-time-mp3

Selamat Natal, selamat menjadi berkat!

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


cook5**rrr)kdio`m`no)^jh*kdi*/04--1/4.--0401114*


S

cook5**rrr)kdio`m`no)^jh*kdi*/14++22/3112./.,3/*

`]p\c o`jmd cd`m\mfd t\ib o`mf`i\g' O`jmd H\ngjr h`ibpibf\kf\i ]\cr\ h\ipnd\ h`hdgdfd f`]popc\i _\n\m t\ib o`m_dmd _\md ]`]`m\k\ odibf\o\i' _\md t\ib m`i_\c f` f`]popc\i odibf\o odibbd t\dop 5 f`]popc\i {ndjgjbd' m\n\ \h\i' f\ndc n\t\ib' k`ibc\mb\\i' _\i \fop\gdn\nd _dmd) H\ipnd\ epb\ h`mpk\f\i h\fcgpf njnd\g t\ib n`g\gp cd_pk ]`m_\hkdib\i' ]`mnjnd\gdn\nd' _\i h`h]popcf\i n\op n\h\ g\di) Gdc\o n\e\ f`k\_\ f`cd_pk\i fdo\ n`c\md(c\md' t\ib npf\ h`hdgdfd fjhpido\n k`mn`fpop\i n`g bmpk \o\p fjhpido\n g\di \o\n _\n\m np\op f`n\h\\i t\ib h`it\opf\i fdo\ _`ib\i jm\ib g\di) Gdc\o n\e\ f`k\_\ f`cd_pk\i fdo\ n`c\md(c\md' t\ib npf\ h`hdgdfd fjhpido\n k`mn`fpop\i n`g bmpk \o\p fjhpido\n g\di \o\n _\n\m np\op f`n\h\\i t\ib h`it\opf\i fdo\ _`ib\i jm\ib g\di) O\kd k`mo\it\\iit\' n`g\h\ fdo\ cd_pk ]`mk\_\i\i _`ib\i jm\ib g\di np_\cf\c fdo\ h`ie\_d njnjf t\ib h`ibb\h]\mf\i \i\f o`m\ib n\\o ]`m\_\ _d n\i\: N

p_\cf\c ndf\k _\i k`mdg\fp fdo\ h`ibb\h]\mf\i nd\k\ H`g\fpf\i cjnkdo\gdot \_\g\c n\g\c n\op ndf\k t\ib ]dn\ fdo\ g\fpf\i piopf h`it\o\f\i _\i h`h]`mdo\f\i f`]`i\m\i dop' h\md fdo\ pg\n g`]dc e\pc g\bd c\g h`i\mdf did)<gg\c t\ib fdo\ n`h]\c: H`hkm\fo`ff\i cjnkdo\gdot o`mit\o\ od_\f hp_\c' \k\f\c f\hp n`opep _`ib\i k`mit\o\\i did: Chhh))) hpibfdi \_\ ]`]`m\k\ jm\ib t\ib h`ib\^pibf\i o\ib\i' o\kd f`it\o\\iit\ piopf h`g\fpf\i cjnkdo\gdot od_\f _dhpg\d _\md h`h]\g\n f`]\df\i jm\ib g\di' \o\p h`ipibbp hjh`i o`mo`iop _`ib\i k`no\ \o\p n`f`_\m h`h]\bdf\i c\_d\c t\ib h`i\mdf piopf n\p_\m\ \o\p o`o\ibb\ _d gdibfpib\i n`fdo\m fdo\) =\^\\i f\gd did _dc\m\kf\i _\k\o h`h]pf\ k\i_\ib\i fdo\ ]\cr\ ^pfpk hp_\c piopf h`hkm\fo`ff\i cjnkdo\gdot _dh\i\kpi fdo\ ]`m\_\ _\i _`ib\i nd\k\ n\e\ t\ib fdo\ o`hpd' t\ib k`iodib fdo\ h\p h`g\odc _dmd piopf _\k\o h`g\fpf\iit\ _\g\h f`bd\o\i fdo\ n`c\md(c\md)


“

Apakah yang orang lain pikirkan tentang sikapku selama ini? Apakah rasa yang mereka tangkap dalam setiap sikap tingkah laku dalam hidupku?

�


5:@-8-4 4-@5 E-:3 9-9<A 91:3-?545 ;>-:3 8-5: @-:<- 91:35:35:7-: 59.-8-:

18-6->8-4 A:@A7 81.54 <17- -@-? 71.A@A4-: ;>-:3 8-5: 05?175@->9A 0-: 719-9<A-:9A A:@A7 91:;8;:3:E-

1>A?-4-8-4 A:@A7 919.1>57-: CA6A0 7-?549A @-:<- 715:35:-: A:@A7 05<A65

1>?57-< @1>.A7- @1>4-0-< <1>.10--: E-:3 -0- ?145:33- 919.-:@A 75@- A:@A7 0-<-@ 91:1>59- 71.1>-0--: ;>-:3 -?5:3 05 85:37A:3-: ?175@-> 75@- @-:<- 91>19147-::E-

5:@-8-4 717A-@-: 0->5 &A4-: -3-> 75@- 0-<-@ 91:0-4A8A7-: 71<1:@5:3-: ;>-:3 8-5: 0->5 <-0- 71<1:@5:3-: <>5.-05


&1@-<5 41:0-78-4 7-9A >-9-4 ?1;>-:3 @1>4-0-< E-:3 8-5: <1:A4 7-?54 91?>- 0-: ?-85:3 91:3-9<A:5 ?1.-3-59-:- 88-4 05 0-8-9 >5?@A? @18-4 91:3-9<A:5 7-9A

Efesus 4: 32 Piopf h`hpg\d km\fodf did' fdo\ _\k\o h`hpg\d _\md c\g t\ib n`_`mc\i\) =\b\dh\i\ edf\ _dhpg\d _\md gdibfpib\i fdo\ t\dop o`o\ibb\ o`m_`f\o _\md mph\c fdo\ odibb\g: D_` t\ib ^pfpk m`g`q\i ]pf\i piopf _dg\fpf\i: =`]`m\k\ c\g n`_`mc\i\ t\ib _\k\o fdo\ hpg\d g\fpf\i hdn\git\5


cook5**rrr)r`mi\odq`)jmb*Pkgj\_`_*N`sp\g*Np]Ojkd^n*__]0,33`(_^23(/\+0(\3^_(.0._333_3`^-)EKB cook5**rrr)kdio`m`no)^jh*kdi*/-4,24+.4/1.+1./,0* cook5**rrr)kdio`m`no)^jh*kdi*32.43+/344.0/4/,.* cook5**rrr)kdio`m`no)^jh*kdi*/1430-,2.0423241+2*


cook5**rrr)kdio`m`no)^jh*kdi*/0///,/,31-+,.0-4/*

Od_\f ]`mc`iod c\it\ _dndop' i\hpi np]no\ind t\ib o`mk`iodib _\md n`hp\ k`mdc\g t\ib np_\c fdo\ ]\c\n _d\o\n ]`ma\`_\c piopf h`hpi^pgf\i np\op k`mo\it\\i ]`n\m ]\bd o`o\ibb\(o`o\ibb\ fdo\) F`i\k\ k`mo\it\\i ]`n\m: N`]`gphit\ h\md fdo\ m`ipibf\i ]`mn\h\ k`mo\it\\i ]`mdfpo did' \k\ ]`_\it\ kmd]\_d t\ib h`h`gpf \b\h\ Fmdno`i _`ib\i od_\f: O`iopit\ kmd]\_d o`mn`]po t\fdi ]\cr\ cd_pkit\ np_\c _dn`g\h\of\i jg`c f`h\od\i Opc\i T`npn _d f\tp n\gd] _\i np_\c h`i`mdh\(It\ n`]\b\d Epmp N`g\h\o kmd]\_dit\) I\hpi _\g\h fjio`fn \modf`g did' \k\ \modit\ edf\ gdibfpib\i njnd\g n`fdo\m fdo\ ]`gph h`m\n\f\i k`m]`_\\iit\' f\m`i\ ]`gph o`m\n\ _\g\h opopm f\o\ fdo\' ]`gph o`mgdc\o _\md odi_\f\i fdo\ _\i ]`gph o`m^`mhdi _\md ^\m\ fdo\ h`m`nkji gdibfpib\i _dn`fdo\m:

-7- 6-C-.-: -@-? <1>@-:E--: .1?-> E-:3 059-7?A07-: 05-@-? -0-8-4 7-<-: @1@-:33-9A .5?- 919<1>@-:E-7-: @1:@-:3

Nd\k\ _dmdhp t\ib ]`bdop m\h\c did ? F`i\k\ f\hp ]dn\ ]`bdop h`ib\ndcd h`m`f\ n`]\b\d o`o\ibb\it\ _do`ib\c(o`ib\c ndf\k _dibdi t\ib h`m`f\ opiepf\i ? ?\i \fcdmit\ nd\k\f\i Opc\i t\ib f\hp n`h]\c n`g\h\ did ? H`ib\k\ ndf\khp ]`bdop ]`m]`_\ _\md kmd]\_d k\_\ phphit\ ?


cook5**rrr)kdio`m`no)^jh*kdi*/04--1/4.--040130+*


Single

Hospitality FOR

INTROVERT Written by Christine Natalia Designed by Febe

www.majalahpearl.com


P

ernahkah kalian memiliki masa dimana kalian lebih memilih untuk diam di kamar (sambil membaca novel, menonton TV) daripada harus bertemu dengan orang-orang (meskipun orang itu teman-teman Anda sendiri)? Saya sering. Bagi kalian yang introvert, seperti saya, kalian mungkin juga sering mengalami hal ini. Hospitality dan introvert, dua hal yang sangat bertentangan. Hospitality adalah sebuah keramahan dan introvert adalah kepribadian yang tidak begitu relevan dengan kata ramah. Saya dulu pernah mau masuk jurusan hospitality ketika kuliah, namun ketika orang mengingatkan saya bahwa kuliah hospitality kemungkinan besar setelah lulus akan bekerja di hotel, dimana mengharuskan banyak senyum dan beramah-tamah, membuat keinginan saya masuk jurusan tersebut agak menciut. Orang-orang yang belum mengenal saya terlalu dekat akan menyebutkan bahwa saya orang yang jutek dan galak (sedikit banyak, memang benar), jadi menurut saya jurusan hospitality tidak begitu cocok untuk saya pilih. Hampir semua hasil tes kepribadian yang saya ikuti menyatakan bahwa saya adalah seorang ekstrovert. Namun, pada kenyataannya saya tidak se-ekstrovert itu ketika harus berhadapan dengan banyak orang, khususnya orang-orang baru. Saya akan dengan mudah berbasa-basi dengan banyak orang, namun hanya akan betah mengobrol dengan beberapa orang saja. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

hospitality?

Ketika saya sedang asik membaca berita di internet mengenai hospitality, pandangan saya tertuju kepada satu artikel yang menyatakan bahwa makna hospitality sesungguhnya yakni ‘receiving people’, menerima orang lain. Saya yakin menerima disini berarti bukan sekedar menerima, namun orang yang kita terima harus merasa diterima. Tumbuh besar di sebuah keluarga yang sudah mengenal Tuhan sejak saya lahir, membuat saya terbiasa dengan komunitas sel yang sering diadakan secara bergilir, salah satunya di rumah saya. Otomatis ada banyak orang-orang yang hadir dan banyak diantaranya yang tidak saya kenal, hal ini cenderung akan membuat saya mengurung diri masuk ke kamar untuk menghindari keharusan berbasa-basi dengan banyak orang yang saya tidak kenal. Beranjak dewasa, bukan lagi teman dari orangtua saya yang hadir, tapi

saya sendiri mempunyai komunitas sel dimana hari tertentu temanteman saya akan datang kerumah dan berkumpul bersama. Hal ini tidak mungkin saya hindari karena mereka teman saya dan ya, saya harus menjadi tuan rumah yang baik bagi mereka, tetapi disisi lain hal tersebut dapat menjadi sebuah kesulitan tersendiri bagi saya. Tapi beberapa teman baik saya tahu ketika mereka ke rumah saya, mereka dapat menikmatinya seperti rumah mereka sendiri, itu berarti saya tidak akan sering menawarkan minuman atau makanan, jika mereka mau, ya mereka tinggal meminta, itu prinsip saya. Di pelayanan pun begitu, saya bukan tipikal orang yang gampang berkenalan dengan si ini dan si itu dan dalam sekejap terjadi obrolan yang serius. Beberapa orang jelas memiliki karunia ini, ketika mereka memulai percakapan, entah bagaimana caranya orang

“..orang yang kita terima harus merasa diterima.� www.majalahpearl.com

Photo source: http://all-free-download.com/free-photos/fine_home_interior_picture_3_167628.html

Sebenarnya apa arti dari


yang baru ia kenal akan merasa nyaman dan bercerita banyak hal meskipun mereka baru bertemu. Sedangkan saya jelas bukan orang yang memiliki karunia tersebut. Namun seiring dengan saya melayani, saya menyadari betapa pentingnya kita melatih diri kita untuk memiliki kemampuan hospitality yang baik. Garis bawahi, melatih. Beberapa orang diberi karunia hospitality dan beberapa tidak. Bukan berarti

kita yang merasa tidak memiliki karunia hospitality lantas diam saja dan menganggap itu bukan tanggung jawab saya. Sebagai tuan rumah dalam pelayanan dan tuan rumah dalam kehidupan sehari-hari pada akhirnya saya menyadari betapa pentingnya menyambut tamu yang sedang berkunjung ke rumah kita, bukan hanya sekedar menyambut, namun benar-benar menerima, melayani dengan sepenuh hati.

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

5

Ada hal yang saya sadari, berkaitan dengan hospitality ini:

Practice it

Bantulah dalam kekurangan orangorang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! (Roma 12:13)

www.majalahpearl.com

Dikatakan dalam 2 versi bahasa tersebut, usahakanlah / practice yang artinya memang harus dilatih. Jika ada teman yang membutuhkan tempat menginap, cobalah menawarkan rumahmu jika memungkinkan. Jika kamu melihat ada orang yang sendirian di komunitas dimana kamu berada, coba hampiri dan mulailah percakapan. Mungkin akan terasa aneh dan canggung di awal, tapi tidak ada salahnya untuk dicoba bukan?

.html 85409 e_1 cak

Share with the Lord’s people who are in need. Practice hospitality. (Romans 12:13)

y_ da th

Naluri keramahtamahan ini tidak muncul begitu saja, khususnya bagi mereka yang introvert, karena keramahtamahan bisa dikatakan sulit dilakukan bagi orang yang lebih suka menyendiri dibandingkan bersosialisasi dengan orang lain. Namun, Paulus mengatakan dalam kitab Roma 12:13 bahwa usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan dan dalam bahasa Inggris versi NIV dikatakan practice hospitality.

Photo so u rce :h ttp :/

1

d.com/free-photos nloa /se w o rvi -d e ng e r _b f llir a /


2

Dengan ‘menjamu’, Anda akan ‘dijamu’ Pernahkah kalian melakukan sesuatu dengan tujuan untuk memberkati orang tersebut, namun berbalik menjadi Anda yang merasa diberkati dengan orang tersebut. Istilah diatas mempunyai makna serupa. Saya beberapa kali memulai percakapan dengan seseorang yang sebelumnya tidak saya kenal dan percakapan basa-basi tersebut menjadi percakapan yang sangat menarik dan malah sangat memberkati saya lewat berbagai kisah hidupnya. Seperti kisah janda yang memberikan sisa tepung yang ia miliki untuk memberi makan nabi Elia (1 Raja-raja 17:7-24), ia malah

diberkati secara luar biasa dan mengalami mujizat yang hebat karena ketaatan dan kemurahan hatinya. Bahkan lebih dari pada itu, ketika anak dari janda ini sakit keras sampai bahkan tidak bernafas, Tuhan menyembuhkan anaknya secara sempurna. Double grace! Janganlah menahan-nahan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain dengan anggapan kita akan kekurangan, hukum Kristus mengatakan apa yang kita tabur akan kita tuai berkali-kali lipat. Begitu pula yang akan terjadi jika kita menabur kebaikan, keramahtamahan, dan kemurahan hati.

“Janganlah menahan-nahan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain dengan anggapan kita akan kekurangan, hukum Kristus mengatakan apa yang kita tabur akan kita tuai berkali-kali lipat.”

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

3

Pertemanan yang baru akan terbentuk Semua persahabatan dimulai dari pertemanan dan semua pertemanan dimulai dari sebuah percakapan singkat yang dilakukan orang-orang yang belum mengenal satu sama lain. Hospitality bukan hanya berarti memberikan tumpangan untuk seseorang menginap, namun hospitality juga mencakup memulai percakapan dengan orang yang sedang sendiri. Jika kamu melihat seseorang sedang sendirian mulai saat ini, cobalah untuk memulai percakapan dan lihat kejutan apa yang akan kamu dapatkan. Beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan pergi ke Bangkok, sendirian. Iya, sendirian! Pertama saya sudah was-was karena saya pergi dengan tour yang sebagian besar adalah ibu-ibu dan sejujurnya saya agak malas untuk bergaul dengan ibuibu jika sedang pergi keluar negeri begitu. :p Saya sudah mempersiapkan diri bahwa saya akan sendirian disana, saya sudah membawa buku untuk dibaca dan juga tongsis jika tidak ada yang bisa diminta tolong untuk memfoto saya. Sungguh diluar dugaan,

www.majalahpearl.com

ternyata saya bertemu satu anak perempuan seusia saya yang juga sendirian. Saya memberanikan diri untuk menyapa anak itu duluan serta berbasa-basi sejenak, dan ternyata dia juga sendirian di tour ini. Akhirnya kami main dan asik berdua selama perjalanan tour yang mayoritas orangtua ini, apalagi setelah mengetahui bahwa ternyata ia sama-sama anak Tuhan, kami saling bercerita tentang pekerjaan Tuhan yang dahsyat dalam hidup kami masing-masing. Sungguh kisah yang sangat memberkati saya! Sembari ia bercerita panjang dan lebar, saya sungguh takjub melihat apa yang bisa terjadi setelah kata ‘Hai!’. Saya membayangkan apa jadinya jika waktu itu saya memilih untuk cuek, tidak mau berkenalan dan berbaur dengan this-stranger-happen-to-be-friend ini. Bukan hanya pertemanan biasa yang saya dapatkan, namun pertemanan yang bisa saling membangun dalam kerohanian masing-masing.


Photo source: http://stock-clip.com/video-footage/platon

4

Berbuah Roh Dalam kitab Galatia 5:22-23 tertulis bahwa buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Seiring dengan Anda melatih hospitality dalam menjamu orang lain di rumah Anda, menjadi tuan rumah dalam berbagai kegiatan, memulai percakapan dengan orang-orang baru, akan membuat Anda bertumbuh dan menghasilkan buah-buah Roh khususnya kasih, sukacita, kemurahan dan kelemahlembutan dan tidak menutup kemungkinan Anda akan menghasilkan buahbuah Roh yang lain. Tidak percaya? Cobalah menjadi tuan rumah yang baik, ketika salah satu tamu yang Anda undang ternyata jorok dan menyebalkan, dan ketika Anda berhasil menahan

“Semua persahabatan dimulai dari pertemanan dan semua pertemanan dimulai dari sebuah percakapan singkat yang dilakukan orang-orang yang belum mengenal satu sama lain.�

emosi dan menangani orang tersebut dengan baik, bukankah Anda sedang berbuah kesabaran dan penguasaan diri? Jika Anda menjadi pendengar yang baik dan tulus untuk teman Anda yang sedang larut dalam kesedihan yang sangat dalam, bukankah Anda sedang berbuah kasih? #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Single

5

Less of you Satu hal yang harus kita tanamkan dalam benak dan cara berpikir kita, jika kita seorang introvert, berhenti untuk terlalu banyak berpikir dalam hal berbuat baik ‘kalau saya begini, begitu....’, ‘saya tidak bisa karena saya...’. Jika kita mau melatih hospitality kita, berhenti untuk memikirkan diri kita sendiri. Berhenti untuk memusingkan apa yang menjadi kepentingan, kebutuhan, keinginan kita. Berhenti untuk memikirkan efek apa yang akan Anda dapatkan, apa yang orang katakan tentang kita, berhenti untuk, menjadi egois. Banyak orang tidak berani berbuat apa-apa, tidak mau melakukan apa-apa bagi orang lain karena ia terlalu sibuk memikirkan apa yang menjadi hak dan keinginannya. Jadi mulai sekarang, tidak seharusnya lagi kita menggunakan alasan kepribadian kita seorang introvert untuk menolak menjadi tuan rumah dalam sebuah persekutuan, menolak menjadi

www.majalahpearl.com

tim usher dalam sebuah pelayanan, menolak menjadi mentor di sebuah kegiatan gereja dan menolak berbagai tawaran hanya karena kita berpikir kita tidak cukup lihai dalam beramahtamah dengan orang lain. Melatih diri untuk dapat lebih banyak bergaul, memulai percakapan, bahkan menjadi tuan rumah dalam kegiatan-kegiatan bukan berarti kita sedang dan harus berusaha merubah kepribadian kita dari introvert menjadi ekstrovert. Kita hanya sedang melatih keramahtamahan seperti yang Paulus ajarkan dalam kitab Roma dan lihatlah keajaiban apa yang akan memukau kita. Do not neglect to show hospitality to strangers, for thereby some have entertained angels unawares. (Hebrew 13:2 – ESV)

***


“Banyak orang tidak berani berbuat apa-apa, tidak mau melakukan apaapa bagi orang lain karena ia terlalu sibuk memikirkan apa yang menjadi hak dan keinginannya.�

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Marriage

HOSPITALITY Enriches

Family Life Written by Sarah Eliana Designed by Veibrine Clarasia

Sebagai orang tua, seringkali kita melihat hospitality sebagai suatu ketidaknyamanan. Ketika ada orang yang butuh bantuan, terkadang kita ragu untuk membantu, terutama saat kita sendiri pun sedang sibuk atau sedang berada dalam situasi yang kurang leluasa. Bagi saya, menulis artikel ini bukanlah sesuatu yang mudah karena saya sebetulnya masih sangat jauh dari mendekati sempurna dalam hal menerapkan hospitality. Tapi saya mau mengajak kita semua untuk bersama-sama belajar dari Firman Tuhan, terutama dalam hubungan antara hospitality dan kehidupan berkeluarga. www.majalahpearl.com


http://www.magic4walls.com/wp-content/uploads/2014/01/drink-coffee-capichino-capuchino-art-red-cup-dish-.jpg

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Marriage Terkait dengan topik ini, Roma 12:13 mengatakan,

Tahukah teman-teman bahwa Amsal 31:20 mengatakan:

When God’s people are in need, be ready to help them. Always be eager to practice hospitality.

She opens her hand to the poor and reaches out her hands to the needy.

Perintah Tuhan bagi kita adalah untuk mempraktekkan hospitality dengan bersukacita. Tapi harus diakui mempraktekkan hospitality itu bukan sesuatu yang mudah. Sebagai wanita Kristen, tentu kita seringkali berkata bahwa kita ingin menjadi seperti wanita bijak seperti dalam Amsal 31.

“Hanya wanita yang penuh sukacitalah yang bisa memberikan tangannya kepada yang tertindas, dan mengulurkan tangannya kepada yang miskin!”

www.majalahpearl.com

Wah! Ternyata wanita Amsal 31 adalah wanita yang mempraktekkan hospitality! Dia bukan hanya seorang istri dan ibu yang baik bagi suami dan anak-anaknya, tapi juga seorang wanita yang penuh kasih, kemurahan, kebaikan dan sukacita! Hanya wanita yang penuh sukacitalah yang bisa memberikan tangannya kepada yang tertindas, dan mengulurkan tangannya kepada yang miskin! Ladies, perhatikan ayat di atas dengan baik. Ayat ini mengatakan ia mengulurkan tangannya kepada yang miskin. Ia tidak hanya duduk menunggu orang yang membutuhkan datang meminta bantuan kepadanya, tapi ia dengan aktif mencari dan mengulurkan tangannya kepada mereka yang membutuhkan! Kebaikan dan kemurahannya dirasakan oleh orang banyak, bahkan mereka yang jauh darinya sekalipun. Kebaikan dan kemurahannya menjadi ”korban” yang harum bagi nama Tuhan (dan suaminya).


Image Source http://goo.gl/iRm4S5

Ibrani 13:16 mengatakan,

Do not forget to do good and to share with others, for with such sacrifices God is pleased. Wah ‌ ladies, ternyata ketika kita mempraktekkan hospitality, ia akan menjadi korban bakaran yang harum dan menyenangkan hati Tuhan!

ketika kita berdoa seperti itu Tuhan pasti memberikan kesempatan untuk belajar cara mempraktekkan hospitality.

Roma 12:13, Amsal 31:20 dan Ibrani 13:16 merupakan ayat-ayat yang Tuhan berikan kepada saya di akhir tahun 2013 yang lalu, dan saya minta Tuhan untuk mengajar tentang arti mempraktekkan hospitality. Doa yang �berbahaya� karena

Sama seperti kita minta Tuhan untuk mengajarkan kita untuk bersabar atau mengasihi dengan lebih sungguh, Tuhan tidak akan memberikan hal itu secara otomatis melalui peristiwa dan situasi yang akan mengetes kesabaran dan kasih kita. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Marriage Well, diawal tahun 2014, salah satu teman sekelas saya yang berasal dari negara lain kehabisan uang dan tidak punya tempat tinggal, bahkan untuk makan pun ia tidak punya uang. Disinilah Roh Kudus berkata kepadaku, ”Here’s your chance to practice hospitality!”. Wah, teman-teman… perasaan saya bercampur aduk. Di satu pihak ada rasa senang Tuhan berikan kesempatan untuk belajar dan bertumbuh menjadi semakin serupa-Nya, tapi di lain

www.majalahpearl.com

pihak, ”Aduh Tuhan, sampai kapan dia bakal tinggal bersama kami??” Tuhan tidak berikan jawaban kepada kami berapa lama teman itu akan tinggal bersama kami. Namun saya bersyukur punya suami yang sangat cinta Tuhan dan rindu untuk hidup memuliakan nama-Nya. Dia tidak berkeluh kesah dan dengan senang hati menerima teman sekelas ini di rumah kami. Teman saya ini seorang pria, dan saya rasa suamisuami lain tidak akan dengan begitu murah hati membuka pintu

rumahnya bagi pria lain yang merupakan teman istrinya. Tapi, di sinilah saya justru belajar banyak dari suami. Dengan segala kerendah-hatian dia melayani temanku. Setiap malam mereka berdiskusi tentang Firman Tuhan, mereka bermain musik bersama memuji Tuhan, dan anak kami selalu bergabung dengan mereka, baik sekedar mendengarkan diskusi mereka atau ikut memuji Tuhan bersama. Kalau mau jujur, keuangan kami menjadi menurun dengan cukup drastis dengan


bertambahnya seorang pria dewasa dalam keluarga kami. Tapi, suami tidak pernah mengeluh walaupun dia adalah satu-satunya yang mencari nafkah dalam keluarga kami. Temanku tinggal bersama kami selama 7 bulan, dan selama 7 bulan ini saya belajar banyak dari suami. Namun yang paling mengagetkan adalah‌ saya justru belajar banyak dari anak yang baru berumur 3 tahun. Setiap hari anak kami selalu ikut sibuk melayani teman saya. Ia akan ikut sibuk menyiapkan meja

makan saat kami mau makan bersama. Saat teman saya tidur, ia tidak berlari-lari ke sana kemari, ia justru memberitahu kami untuk tidak ribut karena ada tamu yang sedang tidur :) Ketika ada tamu yang tinggal di rumah untuk jangka waktu panjang seperti itu, tentu hal pertama yang kita khawatirkan adalah menipisnya tabungan, kehilangan privacy, dan lain-lain. Tapi, tahukah teman- teman bahwa selama 7 bulan itu kami justru merasa diberkati? Dari teman ini kami Image Source http://goo.gl/FbxDcg

belajar tentang iman, bagaimana dia menaruh harapan kepada Tuhan di saat ia kesusahan. Sebagai orang tua, saya belajar banyak ketika melihat seorang teman mendoakan anak saya yang terjatuh dan menangis kesakitan. Anak saya pun tentu belajar banyak dari teman ini karena ia selalu berbicara tentang Tuhan dengannya. Teman-teman, sesungguhnya apa yang telah kami �korbankan� selama 7 bulan, baik dalam bentuk finansial, waktu, makanan, dan lain-lain, tidaklah seberapa dibanding berkat yang kami dapat melalui hadirnya teman kami ini.

We have learned that hospitality truly does enriches family life.

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Marriage Teman-teman, Firman Tuhan dengan jelas berkata,

Show hospitality to one another without grumbling. (1 Peter 4:9) Ketika kita mempraktekkan hospitality dengan sukacita dan tanpa bersungutsungut, tanpa kita sadari anak kita telah belajar beberapa hal dari kita, yaitu: Mereka belajar untuk mempraktekkan buah roh yaitu kasih, sukacita, kemurahan, dan kebaikan. Ketika mereka melihat orang tua mereka membuka pintu rumah dan pintu hati mereka bagi orangorang yang membutuhkan, mereka belajar bagaimana mempraktekkan buah-buah roh dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak hanya mendengar ”teori” dari orang tua mereka, tapi juga melihat secara langsung indahnya buah-buah roh tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

1

Mereka belajar bahwa mempraktekkan kebaikan adalah a habit and a lifestyle. Mereka belajar bahwa berbuat baik kepada orang lain bukanlah sesuatu yang dilakukan kalau sedang ”mood” atau saat ada hari spesial seperti hari natal, dan lain-lain. Being hospitable is a daily lifestyle.

2

www.majalahpearl.com

Mereka belajar untuk selalu fokus kepada Yesus. Ketika kita sebagai orang tua melihat hospitality sebagai bentuk untuk share hidup dan Tuhan kita dengan orang lain. Ketika kita sebagai orang tua melepaskan fokus kita kepada hal-hal yang kurang penting seperti betapa bersihnya rumah kita, piring dan gelas apa yang harus dipakai, makanan apa yang harus disuguhkan, dan lain-lain… maka anak kita pun belajar bahwa fokus dari hospitality kita adalah Yesus. Kita mempraktekkan hospitality karena kita mengasihi Tuhan. We practice hospitality because we want to share ourselves and our Lord’s love with others.

3

4

Mereka belajar bahwa ”changing the world” means making a difference in one person’s life.


Akhir kata, mari kita bersama-sama belajar untuk mempraktekkan hospitality. Percayalah, ada banyak berkat yang justru kita dapat ketika kita membuka hidup bagi orang lain. Yang pasti, anak kita akan belajar banyak hal positif saat mereka melihat orang tua mereka dengan sungguh- sungguh menaati Firman Tuhan.

Whatever you do, work heartily, as for the Lord and not for men, knowing that from the Lord you will receive the inheritance as your reward. You are serving the Lord Christ. (Colossians 3 : 23 – 24)

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Parenting

Hospitality When Your Hands Are Full:

- Practicing Hospitality with the Whole Family Written by: Lia Stoltzfuz

License All rights reserved by Toni F.

Designed by: Eunike Santosa

www.majalahpearl.com


K

itab Roma 12:13 dalam versi bahasa Inggris mengatakan “Practice hospitality.“ Perintah Tuhan ini berlaku untuk siapa saja, ngga ada perkecualian. Kita harus taat dan justru mencari kesempatan untuk melakukannya. Kali ini saya mau share tentang melakukan hospitality di rumah bersama keluarga, terutama dengan anak-anak. Saya punya tiga anak berumur tiga, dua dan satu tahun. Busy mom? Absolutely! Tapi kondisi yang ada ngga boleh jadi ‘dalih’ untuk ngga jadi pelaku Firman. Justru kita harus menerima tantangan itu dengan anugerah Tuhan. Saya ngga bilang saya sudah ahli banget soal ini, sama sekali ngga. I’m still on my journey but yes, practice makes better. Suami saya sangat suka ‘mengundang’ orang datang ke rumah untuk makan dan ‘ngobrol-ngobrol’. Awalnya saya stress karena saya pun baru benar-benar belajar memasak sejak saya menikah. Ngga pede rasanya masak

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


homemade meals buat orang, belum lagi kurang canggih dalam pengaturan menu dan porsi sehingga kadang masak terlalu banyak L Tapi itu 4,5 tahun yang lalu. Sekarang saya mengalami pertumbuhan dalam area ini, khususnya ketika saya mengerti esensi dari hospitality dan pentingnya mempraktekkan hal tersebut. Saya mulai bisa enjoy dan menyukai waktuwaktu ketika menjamu tamu untuk makan malam di rumah kami. Esensi dari hospitality adalah membagikan kasih Allah dan berkatNya dengan melayani orang lain, bukan mencoba mengesankan mereka dengan rumah yang bagus, dekorasi yang menarik atau makanan yang enak. Makanan dan sajian adalah salah satu bagian saja. Memang hal itu cukup penting, tapi yang terlebih penting adalah hati kita yang siap untuk menyambut dan memberkati orang. Sekarang ini jujur saja saya melihat the art of hospitality sudah mulai ditinggalkan, terutama oleh gereja-gereja di Asia. Kebanyakan orang mikir praktisnya aja, ajak orang makan di restoran dan ‘traktir’ mereka. Tentu itu gak salah, tapi mengundang orang ke rumah kita tentu memiliki kesan tersendiri, khususnya karena itu berarti kita mengundang mereka masuk ke hidup kita dan kita bisa punya ‘private place’ untuk ngobrol tentang kasih Tuhan, berbagi kesaksian, bercerita tentang pergumulan dan bahkan berdoa bersama. www.majalahpearl.com

License Some rights reserved by Maga Soto

Parenting


Esensi dari hospitality adalah membagikan kasih Allah dan berkat-Nya dengan melayani orang lain. Ada beberapa keuntungan yang kita

dapatkan ketika mempraktekkan hospitality seperti yang diperintahkan Tuhan:

• Tuhan dipermuliakan dan disukakan lewat

ketaatan kita terhadap Firman dan perintahNya. • Orang yang kita undang bisa merasa special karena dia (atau mereka) tahu bahwa kita benarbenar menyediakan waktu bersama mereka, untuk menyiapkan makanan dan menyambut mereka. • Kita belajar berbagi, ngga egois dan hidup buat diri sendiri. Hospitality needs efforts. Tapi kita bisa belajar peka terhadap pimpinan Roh Kudus ketika ngobrol-ngobrol dan membangun hubungan dengan orang lain. • Anak-anak kita pun (sekalipun masih kecil) dapat memperoleh banyak keuntungan dengan melihat keteladanan orangtua yang menjadi pelaku firman, mendapatkan contoh bagaimana menyambut tamu, melayani tamu dan berinteraksi dalam percakapan. Bukan hanya itu saja, anak juga belajar untuk peka dengan kebutuhan oranglain, belajar mendengarkan cerita kesaksian orang dan belajar menguasai diri. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Parenting

Berikut beberapa tips yang menolong saya untuk mempraktekkan hospirality bersama keluarga:

1

Buat kesepakatan suami-istri untuk merencanakan terlebih dahulu.

Suami istri perlu membuat kesepakatan untuk berdiskusi dahulu tentang kapan akan mengundang orang datang, khususnya untuk makan malam. Intinya adalah, tidak mengundang orang secara mendadak, walaupun pada kenyataannya kami selalu mau berusaha welcome orang yang datang bertamu ke rumah kami secara mendadak. Hehehe… Disini sering sekali yang seperti itu, tapi kami buat batasan untuk tidak mengundang orang lebih dari sekali seminggu dan sebulan maksimal dua kali. Batasan harus jelas dan disepakati bersama.

www.majalahpearl.com

2

Rencanakan menu hidangan sesuai dengan:

• Anggaran Bagikan apa yang kita miliki. Jangan ‘puyeng’ sama apa yang ngga ada. Kalo bisa kasih makan daging-dagingan, it’s good, kalo ngga ya ngga papa. Kalo ngga bisa menyajikan tiga macam hidangan utama dan bisanya cuma satu macam, it’s okay too :) Yang terpenting adalah kita memberikan yang terbaik sesuai kapasitas kita. • Tamu Dalam penyusunan menu, ada beberapa hal yang kita bisa pertimbangkan: tamu kita beragama apa, vegetarian atau tidak, berasal dari ras/suku apa. Latar belakan ini berkaitan ‘selera’ mereka, misalnya seberapa jauh tamu kita bisa ‘mentolerir’ rasa pedas/asin/asam/ manis dan adakah masakan dari culture mereka bisa masak. Usahakan ada satu macam masakan yang cukup ‘familiar’ dengan selera lidah tamu kita. Contohnya, kalo kami kedatangan tamu bule, saya biasanya bikin western meals yang ada mashed potatoes atau salad atau pasta, dan tentunya dengan dessert. Kalo tamu kami orang Thailand, saya masaknya yang ‘berani’, yang super pedes dan asem-asem, huehehehe. Kalo tamu kami orang Chinese, yah chinese food lah. By adjusting our meals to our guest’s taste, they will feel (more) special. Usahakan agar tamu kita merasa disambut dan merasa special.


• Kemampuan, waktu dan energi. Pilihlah menu yang sederhana alias ngga ‘ribet’ proses memasaknya dan usahakan yang bisa dimasak sebelumnya. Penting sekali untuk kita gak sampe kelelahan mempersiapkan masakan sehingga kita malah jadi ngga punya energi buat senyum, ramah-tamah, ngobrol dan kehilangan waktu dengan anak-anak. Jangan coba resep atau menu baru, lebih baik kita memilih masakan yang kita sudah pernah coba sebelumnya dan terbukti enak :) Selain itu, ngga semua masakan harus dibuat sendiri, bisa saja ada satu macam dish yang kita beli. Contohnya, karena tidak punya oven dan malas goreng-goreng, beli ayam panggang dari restoran tapi makanan pendampingnya dibikin sendiri. License Some rights reserved by Maga Soto

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Parenting

3

Time management

Cook ahead, work ahead. Ini akan memudahkan supaya pas di hari H gak ‘kisruh’. Ini yang sering saya lakukan, baik ketika menghidangkan western meals maupun asian meals. Misalnya seperti ini,

Pilihlah menu yang sederhana alias ngga ‘ribet’ proses memasaknya dan usahakan yang bisa dimasak sebelumnya.

Western meals: mashed potatoes, BBQ chicken, salad, red beans, apple pie. - H-2 : ayam dibersihkan dan di-marinade lalu diungkep di kulkas , kacang merah direndam semalaman dan dimasak dengan api kecil selama 2 jam lalu diberi bumbu, setelah matang dan dingin simpan di kulkas. - H-1 : membuat apple pie. - Hari H : tinggal kupas kentang dan bikin mashed potatoes, potong-potong selada, tomat, timun dan bahan salad lain, rebus telur dan panggang ayam. Asian meals: Nasi, cashew nut chicken, capcay, krupuk udang, asinan timun, buah potong - H-1 : goreng kerupuk udang dan masukkan ke stoples. Setelah itu potong-potong ketimun, bikin kuah asinan dan masukin ke stoples. - H-2 : potong-potong sayuran buat capcay, masukkan ke plastik Ziploc, potong-potong dada ayam dan dibumbui, lalu masukin ke plastik Ziploc - Pas hari H tinggal masak nasi, bikin cashew nut chicken dan capcay lalu potong-potong buah :) Dengan mengatur dan ‘menyicil’ masakan dari 2-3 hari sebelumnya seperti ini, kita jadi lebih bisa enjoy our guests J dan tentunya ngga bikin anak rewel karena mamanya ‘menghilang’ di dapur sekian jam lamanya.

www.majalahpearl.com


4

Libatkan anak-anak.

• Libatkan

anak dalam proses

mempersiapkan makanan.

Ajak mereka antusias terlibat untuk melayani orang lain. Temukan hal-hal sederhana yang anak bisa bantu lakukan di dapur, seperti mengupas telur rebus untuk salad, memotong kol, menghancurkan kentang rebus untuk mashed potatoes, memotong kacang panjang dan lain-lain. • Libatkan anak dalam proses menyambut tamu. Persiapkan anak2 sebelum tamu datang dengan menjelaskan kepada mereka tentang tamu yang akan datang dan apa yang harus dilakukan. Misalnya, nanti bapak A dan ibu B akan datang, mereka punya 3 anak, jangan lupa senyum, say hi/shake hands/salam dalam bahasa thai/cium tangan untuk tamu yang beragama Muslim dan bersikap ramah yah. Yang lucunya anak sulung kami suka memperkenalkan diri, “Hai, nama saya Timmy, ini Tia, yang itu rafa. Ini daddy dan ini mama.“, sambil menunjuk kami satu persatu.

• Libatkan anak-anak untuk melayani. Ajak anak membantu, menawarkan minuman atau kue-kue kecil. Mereka juga bisa membantu kita mengatur meja makan, seperti menaruh taplak meja makan, piring, gelas dan sendok, tentunya setiap tugas membantu pekerjaan disesuaikan dengan usia mereka. • Jangan lupa bahwa anak kita sedang belajar, berikan ruang untuk kesalahan dan jangan lelah mengajari mereka. Ada beberapa kebiasaan yang bisa dilatih seperti - Menyambut tamu dengan ucapan, “Halo, selamat datang. Welcome to our house, we are waiting for you.“ atau mengucapkan terima kasih ketika tamu mau pulang, “Thank you for coming. Come again sometimes”. - Mengantar tamu ke pintu saat mereka akan pulang, melambaikan tangan, memberikan pelukan, atau bersalaman dengan tamu. - Mengajak anak yang datang bertamu untuk bermain bersama dan memperhatikan kebutuhannya. - Bermain dengan tenang. - Mendengarkan tamu bercerita.

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


5

Parenting

Berikanlah makan anak kita sebelum tamu datang.

Kadang saya kasih anak-anak makan sebelum tamu datang atau bahkan saya juga makan duluan, huehehe, sehingga nanti pas jam makan malam, saya bisa fokus melayani tamu tanpa harus menahan perihnya perut dangdutan. Anak-anak juga bisa makan yang simplesimple dulu supaya ngga gelisah, karena kadang kami harus menyesuaikan waktu makan malam kami yang biasanya cukup sore pada jam 17.30 menjadi waktu yang disepakati bersama dengan tamu.

6

Usahakan selalu ada cemilan ringan, the atau kopi di rumah.

Ada tamu-tamu yang datang mendadak atau ‘sekedar mampir’, alangkah baiknya kalau kita bisa menyuguhkan sesuatu, cemilan sederhana dengan secangkir teh manis hangat ataupun kopi dan biscuit. Tapi kalau sampai tidak ada pun, yang paling penting adalah welcoming heart and listening ears yang selalu siap untuk melayani :)

www.majalahpearl.com

7

Go an “extra mile” (Matius 4:31 )

Lakukan sesuatu hal sederhana yang membuat tamu merasa special seperti: # Memberikan hadiah sederhana seperti stiker untuk anakanak mereka, buah untuk dibawa pulang, homemade cookies yang dihias cantik dengan pita dengan kartu kecil berisi kata-kata penyemangat, atau bisa juga puding dalam gelas. # Kirim sms/bbm/whatsapp/email di keesokan harinya yang berisi katakata penguatan atau ucapan terima kasih tanda kamu menghargai mereka dan menikmati waktu yang dihabiskan bersama.

8

Make your house ready for the guests.

Bersihkan lantai, sapu dan pel hingga bersih, nyalakan lilin, pasang musik instrumental dengan volume kecil. Kita juga bisa mempersiapkan ‘mainan’ dan buku-buku yang bisa dinikmati anak-anak (anak-anak kita dan juga anak-anak yang datang bertamu). Usahakan jangan terlalu banyak mainan, 1-3 macam mainan dan 3-5 buku sudah cukup. Simpan mainan favorit anak kita dan mainan yang hanya bisa dimainkan secara individual. Usahakan pilih mainan yang bisa dimainkan secara berkelompok, seperti candy-land, lego, blocks, mobil-mobilan dan masak-masakan.


God is glorified through our imperfect life and through our weaknesses. Hospitality is an opportunity share God’s love together with our husband, and to teach how to love and care for people and to impart a serving spirit to our kids. Jadi, meskipun banyak tantangannya, jangan hindari hal tersebut. God is glorified through our imperfect life and through our weaknesses, He will show His strength and pour out His grace out to us so then we can reach out to bless people and share His love. Selamat menjadi pelaku firman, selamat belajar dan melayani :) Pelayanan bukan hanya di gereja tapi bisa di rumah kita sendiri. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

Not & To Hold To Have

Written by Sarah Eliana | Designed by Eunike Santosa Jadi host itu repot, betul? Betul sekaliii!! Ada orang yang sukaaaa sekali ditamuin orang. Orang-orang model begini paling ngga bisa kalo rumahnya sepi, selalu harus mengundang orang untuk datang ke rumah. Ada juga orang-orang seperti aku yang love my peace and quiet time. Kalo ada yang mau dateng‌ Wah!! Mulai deh pusing. Jadi, untuk orang seperti aku yang tidak suka menjadi tuan rumah, menulis tentang hospitality betul-betul nge-jleb di hati. Kenapa? www.majalahpearl.com

Karena tema ini adalah sesuatu yang menjadi pergumulanku sehari-hari. Well, jika begitu, mudah-mudah dengan merenungi dan menulis tentang hal ini, nantinya aku juga bisa mempraktekkan apa yang ditulis di sini. Banyak orang mungkin berpikir kalau Firman Tuhan jarang sekali berbicara tentang hospitality, tapi sebetulnya Firman Tuhan membahas tentang hospitality secara blak - blakan. Pertama, mari kita lihat di Ibrani 13:2


Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat - malaikat.

Kadang, kita susah melakukan hospitality karena kita merasa sangat memiliki terhadap rumah kita. Kita menganggap rumah sebagai suatu private zone yang sebaiknya tidak dijamah oleh orang-orang dari ’dunia luar’. Misalnya begini, saat Tuhan perintahkan aku untuk melayani orang lain dengan apa yang aku

License All rights reserved by Kup Kup Land

Baca ayat ini jadi inget si Abraham yang sedang duduk-duduk di bawah pohon dan melihat tiga orang asing. Tanpa keraguan, Abraham langsung menjamu mereka, dan ternyata tiga orang itu adalah malaikat, bahkan salah satu dari mereka adalah Tuhan! Kalau aku sih jangankan menjamu orang asing, say hi aja ngga pernah.

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional miliki, aku sering enggan karena aku tidak mau kehilangan barang-barang kepunyaanku yang berharga, dan termasuk didalamnya adalah waktu dan kenyamanan. Tapi, Tuhan mau aku ubah pikiran itu. Logikanya begini, kita semua setuju kan bahwa semua hal yang kita miliki datangnya dari Tuhan? Ya! Nah, kalo semua yang kita punya itu datangnya dari Tuhan, kita juga harus pakai apa yang kita punya itu untuk memuliakan Tuhan. Kita pakai hidup kita untuk melayani Tuhan, untuk memuliakan nama Tuhan, karena kita tahu hidup kita itu dari Tuhan. Nah, begitu juga dengan rumah kita. Rumah kita datang dari siapa? ”Dari hasil kerja keras dong, Sarah.”. Benar, tapi, kita bisa kerja keras itu karena Tuhan berikan tenaga dan kesehatan untuk bangun tiap pagi, untuk kerja. Kita bisa berpikir saat bekerja juga karena Tuhan berikan otak yang berfungsi dengan baik. Tanpa campur tangan Tuhan dalam menjalankan tubuh kita dengan baik, mana mungkin kita bisa bekerja tiap hari? So, kesimpulannya, apa yang kita hasilkan dari kerja keras itu datangnya dari Tuhan. Kalo datang dari Tuhan, berarti juga harus dipakai untuk memuliakan Tuhan. Tuhan banyak mengajar aku tentang hal ini, dan aku belajar untuk melihat rumahku tidak hanya sebagai tempat aku berlindung, tapi juga bisa dipakai Tuhan untuk menjadi www.majalahpearl.com

tempat berlindung bagi orang lain! Jadi inget cerita Corrie Ten Boom dan keluarganya yang membuka rumah mereka untuk orang-orang keturunan Israel di jaman Hitler. Jika aku berada dalam posisi seperti itu, apakah aku cukup berani untuk maju, membuka pintu rumahku sebagai tempat berlindung bagi mereka yang membutuhkan? (tapi tolong jangan ekstrim, menjadikan ini alasan untuk nyembunyiin kriminal yang lagi dicari2 polisi ya, hehehe). Anyway, mungkin saat ini tidak ada hal yang seekstrim seperti jaman Hitler, tapi percaya atau tidak masih banyak orang- orang yang butuh a place of refuge, misalnya: orang sakit, hamba Tuhan, atau mereka yang sedang dalam perjalanan. Sama seperti rumah itu adalah tempat kita tiap hari belajar tentang Tuhan, tempat di mana kita mengajar anak-anak kita tentang Tuhan Yesus, rumah kita juga harus bisa menjadi tempat penginjilan. Waktu ada tamu datang, apa yang mereka lihat? Apakah mereka melihat keluarga yang takut akan Allah? Apakah mereka melihat Tuhan sebagai kepala keluarga? Apakah mereka melihat Kristus dalam segala sesuatu? Pertanyaan - pertanyaan yang sangat penting sebenernya, jauh lebih penting dari ”Nanti mau bawa tamu aku jalan ke mana ya?”, atau ”Ntar masak apa ya buat tamu


aku?�. Sesungguhnya hal terpenting ketika ada tamu menumpang di rumah kita justru adalah apakah kita menunjukkan Kristus atau tidak. Of course, banyak dari tamu kita yang datang karena mereka mau jalanjalan, tapi lebih penting bagi kita untuk membangun hubungan dengan mereka. Ngga sekedar jadi tour guide doang, tapi menjadi seorang teman untuk mereka. Kembali lagi ke kisah Abraham ketika menyambut tamu-tamunya. Kita pasti tahu kalau di akhir kunjungan itu, Abraham mendapatkan berkat

Apa yang kita hasilkan dari kerja keras itu datangnya dari Tuhan. Kalo datang dari Tuhan, berarti juga harus dipakai untuk memuliakan Tuhan. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional berupa janji mengenai keturunan. Tapi, tentu saja, maksud Tuhan di sini bukan memberi tumpangan supaya kita dapat berkat. Bagaimanapun, motivasi kita saat memberi tumpangan itu penting banget. Tuhan melihat apa yang ada dihati kita, kan? Kita harus ingat bahwa saat kita melakukan sesuatu, itu karena kita mau dengardengaran, karena kita mau menaati Firman dan perintah Tuhan, termasuk juga saat kita memberikan hospitality. Tuhan perintahkan kita untuk memberi tumpangan, maka marilah kita lakukan hal itu untuk menaati Firman-Nya dan supaya kita memuliakan Nama-Nya. Jujur aja, kalo aku pribadi, dulu waktu ada tamu yang mau dateng, pasti yang pertama kali aku sibukin adalah: bersih-bersih!! Pokoknya

www.majalahpearl.com

musti kinclong clong! Haha… Dan yang kedua, aku bikin menu! Pokoknya harus masak yang enakenak. Tapi, kembali lagi ’ditusuk’ sama Firman Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

*jleb jleb jleb* Kenapa? Well, yang kebaca di otak aku adalah ’apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, apalagi untuk diri sendiri’. Jadi mikir lagi, kenapa aku bersih-bersih sampe super kinclong? Kenapa aku bikin


menu dengan masakan enak-enak? Apa motivasinya? Supaya tamunya comfortable tinggal di rumah bersih‌ Kasian dong tamu dateng kalo rumahnya kotor. Supaya tamunya betul-betul menikmati waktu mereka dengan makanan enak-enak. Ngga salah kan? Ngga, ngga banget! Tapi kalo aku betul-betul mau jujur, alasan aku yang sebenarnyanya waktu aku bersih-bersih dan masak enak adalah

karena aku mau membuat kesan yang baik ke tamu. See, dibalik semua yang keliatan bagus, ada sesuatu yang jelek: motivasi yang ngga bener. Aku mau supaya tamutamu aku ngeliat aku sebagai istri yang baik, aku jago masak, dll dll dll. ME. ME. ME! Selfish motivation! So, sekarang aku betul-betul harus bisa dengan rendah hati minta Tuhan untuk ubah motivasi menjadi sesuatu yang sesuai dengan Kolose 3 : 23. Ya bukan berarti kalo ada tamu datang jangan bersih-bersih dan masak-masak. Intinya adalah, jangan jadi kayak Marta, karena mau mengesankan sang tamu malah jadi lupa membangun hubungan dengan dia. Akan lebih bijak adalah, kalo ada tamu datang, kita tetap bersihbersih dan masa-masak, tapi jangan lupa menjadi teman untuk tamu aku. Waktu masak, buatlah masakan enak yang memungkinkan kita masih punya waktu untuk ngobrol dengan tamu, bukan masak yang super lezat tapi tamunya jadi bengong sendiri nungguin kita masak. Nah, masalahnya walaupun kita udah tahu prinsip-prinsip ini, tetap aja kita mengganggap hosting itu repot dan bikin capek. Kadang kita udah stress duluan mikirin ritme hidup yang bakal berubah. Paling ngga, itu yang terjadi kalau aku akan punya tamu. Aku bisa merasa ngga nyaman karena aku ngga bisa lagi berbuat sesuka hati di rumah. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

Itu toh panggilan hidup kita, to serve and not to be served.

Kalo udah stress gitu, biasanya apa yang aku lakukan? Aku protes ke suami. ”Duh, mau ngapain dia disini sampe 10 hari??”, ”Duhhh… Aku pusing ntar masak apa yah?”, ”Lagi winter begini mau bawa dia ke mana?? Dingiinnnnn”, dan masih banyak lagi protes yang lain. Tapi di 1 Petrus 4:9, Tuhan ingetin aku lagi: Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut - sungut

www.majalahpearl.com

Jleb! Jleb! Biarpun tamunya ngga tau aku udah pusing duluan, udah bersungut-sungut, tapi the most important person knows: JESUS! ’maaaffff, Tuhan’ Aku akhirnya belajar kalau mau ada tamu, menjadi tuan rumah bagi orang itu bukan beban, tapi pelayanan. Itu toh panggilan hidup kita, to serve and not to be served. Kalo aku melihat ini sebagai pelayanan, aku akan belajar untuk ngga bersungut-sungut, dan aku akan melakukan dengan penuh sukacita. Aku senang, tamu pun senang, dan


terutama: Tuhan senang. =) Nah, sekarang let’s talk about practicality. Tenaga, waktu, uang: hal-hal yang sering kita anggap kepunyaan kita, dan susah dibagikan kepada orang lain. =D Bagaimana kalau kita memiliki keterbatasan dengan ketiga hal itu? Penting banget kita sebagai tuan rumah untuk berkomunikasi dengan tamu kita, seakan-akan mereka keluarga. Ada baiknya keterbatasan ini dikomunikasikan dengan tamu. Bayangin, kalau sama keluarga kan kita biasanya lebih jujur… Ngga ada salahnya kok menyampaikan hal ini. Misalnya, habis jalan-jalan dan kita capek buat masak, kita bisa bilang, ”Maaf ya, tapi aku capek banget, ngga papa kan kita makan yang gampang aja?”. Kalau disampaikan dengan baik, tamu biasanya pengertian kok. Lagipula, masakan yang gampang bukan berarti ngga enak kok. Sekarang soal waktu. Waktu tamu mau datang, sampaikan apakah memang waktu kedatangan mereka sesuai dengan jadwal kita. Soalnya kalau bentrok dan kita ngga bisa nemenin mereka di rumah, bagaimana kita bisa menjalin hubungan? Demikian juga soal keterbatasan keuangan. Banyak yang menganggap jadi tuan rumah itu harus menanggung semuanya.

Tapi, kalau memang kondisi tidak memungkinkan, sampaikan dengan bijaksana, misalnya ”Maaf ya, kayanya kita belum bisa bawa jalanjalan ke tempat yang mahal. Tapi kita akan tetep jalan-jalan kok, cuman ya itu, mungkin ngga ke tempat-tempat mewah-mewah.” Yang jadi masalah, kita sebagai orang Asia kadang-kadang sungkan banget buat ngomongin hal kaya gini. Jadinya, biar ngga ada uang pun, kita paksain untuk menjamu tamu ke tempat yang mahal, makan di tempat mahal, dan lainlain. Tapi begitu tamu udah pergi, kita pusing sendiri. Padahal belum tentu lho tamu kita mengharapkan hal itu. Yang ada biasanya justru kita yang mau memberikan kesan yang sangat baik ke tamu, jadinya kita melakukan hal-hal yang sebenarnya di luar kemampuan kita.

We all should learn that hosting is not entertaining.

We all should learn that hosting is not entertaining. Kalo entertaining itu kita lebih fokus ke penampakan luar, memberikan kesan kepada tamu, sementara hosting lebih fokus kepada tamu itu sendiri. Contohnya begini, kalo entertaining, kit menghabiskan tiga jam di dapur buat masak makanan super mewah, terus waktu makan kita pake piring, gelas, sendok, #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional garpu paling bagus yang kita punya. Nah, kalo hosting, kita melayani tamu sebagai bagian dari keluarga, sesuai kebiasaan-kebiasaan yang memang dilakukan di rumah. Kita menyajikan makanan yang memang menjadi menu sehari-hari, yummy homemade food yang gampang tapi heart-warming, and kita ngga fokus ke peralatan makan yang mewah, tapi lebih ke percakapan yang deep dan meaningful. Atmosfernya beda lho antara entertaining dan hosting. Entertaining pastinya lebih capek karena kita cenderung mengusahakan sesuatu, sementara kalau hosting kita bisa jadi diri sendiri, lebih rileks dan lebih bersahabat. Hosting is about experience, not impression. =D Trus kalo ada tamu yang super rese gimana? Well, aku rasa Firman Tuhan tetap sama: Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat - malaikat.

Aku pernah kedatengan tamu yang bener-bener super duper rese, sampe suamiku yang ekstra sabar dibikin sakit kepala. Jujur, setelah ketemu tamu kayak gini ada pikiran kalau kita mau lebih hati-hati menerima orang ke rumah, tapi Firman www.majalahpearl.com

Tuhan mengingatkan, ”Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang”. Dalam versi bahasa Inggris, istilah yang dipakai untuk ’orang’ adalah ’strangers’. Artinya, Firman Tuhan bilang jangan cuman kasih tumpangan ke teman-teman doang, tapi juga ke orang asing. Namanya orang asing kan bisa aja kita belum terlalu kenal, belum tahu dia rese apa ngga. Toh Firman Tuhan ngga bilang ”Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang asalkan orangnya gak rese”. Tuhan cuman bilang ”Jangan lupa kasih tumpangan ke orang,” titik. Yah, kalau aku, walaupun awalnya trauma dengan tamu yang kurang menyenangan, aku belajar buat terus menunjukkan kasih ke semua orang, termasuk mereka yang ngga tahu diri, bahkan terutama dengan mereka yang tidak tahu diri. Nah, sekarang, siap menjadi host yang baik? Miliki motivasi yang benar, lakukan dengan sukacita dan tidak bersungut-sungut, fokus untuk membangun hubungan dengan tamu. Jangan berhenti memberi tumpangan. Kalo ada yang rese, justru ini salah satu kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih Allah yang tanpa syarat. Siapa tahu justru dengan kasih yang kita tunjukkan, mereka belajar sesuatu dan mengalami perubahan hidup?


Toh Firman Tuhan ngga bilang ”Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang asalkan orangnya gak rese”. Tuhan cuman bilang ”Jangan lupa kasih tumpangan ke orang,” titik.

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

License Some rights reserved by Chris_J www.majalahpearl.com


No More Christmas

Christians W r i t ten

by

A lph aomega P ulcher im a R a mba ng

D esigned

by

E unik e S a n tosa

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional Sudah menjadi kebiasaan di daerah asal saya (Palangkaraya), momen Lebaran dan Natal menjadi momen bersilaturahmi dengan orang lain. Jika di hari raya Lebaran, saudara kita yang muslim membuka pintu

Ngga tahu tuh siapa, dari mana, anak siapa, tinggal dimana, tahu-tahu memasuki rumah kita, berkenalan, mengobrol bersama, menikmati makanan bersama, berbagi cerita dan tertawa bersama. rumah selebar-lebarnya, demikian juga saat Natal, mereka yang beragama Kristen bergantian melakukan hal tersebut. Pada hari itu, pintu-pintu yang selama ini tertutup, TERBUKA LEBAR, dari pagi hingga malam hari. Sang tuan rumah menyediakan rumahnya, waktunya, uang dan tenaganya bagi orang lain. Tetangga, teman dan kerabat yang biasanya memiliki kesibukan masing-masing di hari lain, tiba-tiba muncul di rumah kita, menyediakan waktunya secara khusus untuk berkunjung. Tak jarang, di jam istirahat siang pun, sang empunya rumah tidak dapat menutup pintunya karena tamu terus berdatangan. Tamu yang datang pun sering kali bukan orang yang kita kenal, alias orang asing. Serius. Ngga tahu tuh siapa, dari mana, anak siapa, tinggal dimana, tahutahu memasuki rumah kita, berkenalan, mengobrol bersama, menikmati makanan bersama, berbagi cerita dan tertawa bersama. www.majalahpearl.com


License Some rights reserved by Simon Davison

Saat kuliah, saya baru menyadari kalau apa yang kami lakukan merupakan sesuatu yang istimewa, rupanya di daerah lain hal ini tidak terjadi, kalau pun ada acara bersilaturahmi di momen-momen serupa, yang datang hanya orang yang dikenal, entah saudara, teman, tetangga, dan rekan kerja. Saat saya menceritakan apa yang kami lakukan di daerah saya, teman dari daerah #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional lain malah keheranan mendengar kami membuka pintu rumah untuk orang asing. Apa itu tidak menjadi momen yang canggung, demikian pertanyaan mereka. Dan saya menggeleng kepala kuat-kuat. Yang kami rasakan adalah, itu menjadi momen bagi kami untuk berbagi. Momen yang menyenangkan. Momen untuk berbagi kasih. Sayang, hanya berlangsung setahun sekali. Bagaimana jika ternyata kita semua bisa melakukan hal yang sama setiap harinya? Tidak hanya pada hari Natal, ternyata kita bisa bersikap ramah dan membuka rumah kita bagi orang lain (yang bahkan tidak kita kenal) pada hari lain ^^ Dan melampaui dari sekedar membuka pintu rumah kita, ternyata kita dapat membuka hati kita bagi orang lain. SETIAP HARI. Mengasihi mereka dengan cara-cara sederhana yang menunjukkan bagaimana Allah mengasihi mereka. “Ah, merepotkan. Lagipula ngapain sih melakukan itu? Setiap hari lagiiii‌ ^^ Lah, bukannya itu perintah Tuhan? “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan

segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.� Lukas 10:25

Seperti surat Allah yang terbuka, setiap hari kita memiliki kesempatan www.majalahpearl.com

Bukankah san orang lain dapat yang hidup di


ngat indah jika t melihat Yesus i dalam kita?

mencerminkan kasih-Nya dengan menjangkau orang lain, mengundang mereka untuk melihat Tuhan yang sebenarnya melalui sikap hati, perkataan dan perbuatan kita. Allah kita adalah Allah yang hangat looo‌ Dia penuh kasih dan penuh perhatian pada orang lain. Dia peduli. Dia penuh belas kasihan. Kebaikan dan kemurahanNya dirasakan mereka yang ada di sekeliling-Nya. Bukankah sangat indah jika orang lain dapat melihat Yesus yang hidup di dalam kita? Membuka hati bagi orang lain dan mempersilakan mereka mulai memasukinya bukanlah hal yang mudah, apalagi jika setiap harinya kita terbiasa bersikap tidak peduli pada orang lain. Jika membuka rumah kita setahun sekali pada hari Natal saja memerlukan usaha dan pengorbanan, apalagi membukanya setiap hari bagi orang lain. Mengundang orang lain masuk dalam hidup kita berarti membuka hati bagi orang lain dengan menunjukkan kepedulian dan kasih. Selalu sulit di awal-awal, namun jika hal tersebut telah menjadi gaya hidup, lambat laun akan menjadi mudah, setiap hari kita dapat melakukannya tanpa merasa terbeban. Bagaimana caranya menjadikan hal ini (membuka rumah dan hati kita bagi orang lain) sebagai gaya hidup?

License Some rights reserved by photojenni #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

1

License Some rights reserved by photojenni

Mengambil Inisiatif

Berinisiatif berarti membuka pintu bahkan sebelum orang lain mengetuk, memberikan undangan terucapkan maupun tidak terucapkan bagi orang lain untuk masuk ke dalam rumah dan hati kita tanpa kita tahu apakah undangan tersebut akan bersambut atau tidak. Undangan tersebut dapat berupa senyuman dan anggukan, menolong orang www.majalahpearl.com


License Some rights reserved by Bring Back Words

Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. (Roma 12:10) lain tanpa diminta dan berbagai hal kecil yang menunjukkan kita bersedia menawarkan keramahan. Bahkan pembicaraan sederhana dengan seseorang dapat menunjukkan kepedulian kita. Menawarkan makanan yang kita miliki untuk seseorang yang tidak kita kenal pun dapat menjadi cara untuk membuka perbincangan, hal yang mungkin tidak pernah kita sadari sebelumnya. Saat kita memiliki inisiatif memulai percakapan dengan orang lain, kita sedang mengetuk hatinya dan kita dapat mulai bertamu menawarkan kasih dan keramahan Kristus kepadanya. Mulailah tersenyum lebih dahulu kepada orang lain. Mulailah menanyakan kabar seseorang bukan sekedar basa-basi, tapi dengan kesungguhan. Mulailah tertarik pada kehidupan seseorang dan menaruh perhatian. Mulailah berinisiatif! #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional Janganlah menyeret aku bersama-sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang melakukan kejahatan, yang

ramah dengan

teman-temannya,

tetapi yang hatinya penuh kejahatan.

(Mazmur28:3)

2

Memiliki hati yang tulus

Kita bisa mengucapkan perkataan yang ramah namun tanpa ketulusan. Kita selalu dapat berpurapura mengundang orang lain memasuki hidup kita melalui perkataan, namun jika kita tidak dengan tulus melakukannya, wooo‌ hati-hati, orang lain dapat merasakan bila kita tidak tulus. Dan bagaimana kita bisa menawarkan kasih Kristus bagi orang lain jika mereka merasakan kita tidak benar-benar peduli dan hanya berpura-pura saja?

License Some rights reserved by whiper

www.majalahpearl.com


3

License Some rights reserved by whiper

Peduli terhadap Kebutuhan Orang Lain

Penduduk pulau itu sangat ramah terhadap kami. Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ karena telah mulai hujan dan hawanya dingin. (Kisah Para Rasul 28:2)

Respon kita akan kebutuhan orang lain sudah jelas menunjukkan keramahan dan kasih yang nyata. Melampaui segala perkataan, kita memilih bertindak, dan ini akan membuka hati orang bagi kita. Siapa sih yang tidak akan mau membuka hatinya pada orang yang sudah jelas peduli padanya, ngga cuma omong doang. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

4

License Some rights reserved by Lima Pix

Menjadi orang yang mudah didekati Jika ingin menjadi orang yang mudah didekati, kita harus belajar dari teladan Yesus yang sudah jelas ramah dan mudah didekati. Semua orang dari berbagai kalangan dapat berada di dekatnya, tidak peduli anak kecil atau orang dewasa, tidak peduli apa pekerjaannya, nelayan, pelacur, pemungut cukai, raja, pembesar-pembesar, hampir semua orang dapat mendekatinya dengan mudah. Yesus tidak pernah membatasi pergaulannya, Ia memilih bergaul dengan semua orang. Dan kebanyakan orang menyukai-Nya \(“,)/ Berikut beberapa hal yang membuat Yesus mudah didekati, Dia:

www.majalahpearl.com


• Tidak membeda-bedakan orang, semua sama di mata-Nya Saat murid-muridnya menghalangi anak kecil yang ingin datang pada-Nya, Yesus membuka tangan dan hatinya lebar-lebar bagi anak kecil tersebut, Ia memberkati mereka (Markus 10:13-16). Jelas kan kalau Yesus mudah didekati? Seandainya Yesus orang yang kaku, yang jarang senyum, yang ngga pedulian, kemungkinan besar anakanak takut mendekati Dia, tapi ngga tuh. Ia menyukai semua orang yang mau datang pada-Nya, besar atau kecil, tua atau muda, Ia mengasihi mereka semua tanpa memandang rupa. Dia dengan leluasa berbaur dengan banyak orang, berjalan bersama mereka, mengajar mereka, makan bersama mereka, menyembuhkan dan mengautkan mereka. • Tidak menghakimi orang lain Saat orang lain mencemooh seorang wanita yang berzinah, Ia mengulurkan tangannya dan menerimanya (Lukas 7:36-50). Jika kita bersikap menghakimi orang lain, ini akan menghalangi kita untuk mendekat dan didekati oleh orang lain. Karena tidak ada orang yang merasa nyaman berada di sekeliling orang yang suka menghakimi orang lain. Orang lain tidak akan mau membuka hatinya pada seseorang yang punya kecenderungan suka menghakimi orang lain. Orang-orang yang dibebani perasaan bersalah perlu merasa leluasa untuk menghampiri orang-orang yang dapat membantu mereka memulihkan hubungan dengan Allah!

Yesus tidak pernah membatasi pergaulannya, Ia memilih bergaul dengan semua orang.

• Lemah lembut dan rendah hati Kelemahlembutan dan kerendahan hati Yesus membuat orang lain betah berada di dekat Yesus. Ya iyalah, siapa yang tahan berlama-berlama berada dekat dengan seseorang yang kasar dan sombong. Yesus menunjukkan kelemahlembutan bukanlah kelemahan. Dibutuhkan kekuatan untuk memperlakukan orang lain dengan lemah lembut setiap saat. Yesus lemah lembut dan rendah hati, ini membuat-Nya mudah didekati orang lain. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional Tuhan juga meminta kita untuk menawarkan kasih dan keramahan bagi orang-orang yang bahkan tidak kita kenal dekat. Di zaman Perjanjian Lama, Tuhan memerintahkan orang Israel mengasihi orang asing yang tinggal bersama mereka. Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu. (Imamat 19:34) Kasihilah dia (orang asing yang tinggal padamu) seperti dirimu sendiri, ‌

Tuhan ingin menawarkan kasih dan keramahanNya kepada mereka melalui kita. Pertanyaannya, maukah kita?

Sama seperti orang Israel diminta mengasihi orang asing yang tinggal pada mereka , Tuhan ingin kita mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri (Matius 22:39). Jika dalam kitab Imamat, orang Israel diminta Tuhan untuk mengasihi orang asing maka dalam perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:25-37) Yesus memberikan perumpamaan yang indah tentang siapa sebenarnya sesama kita. Sesama kita bukan hanya orang yang kita kenal. Ini tentang mengasihi orang yang bahkan = kita kenal dekat. Mereka yang bukan bagian dari komunitas kita. Bahkan mungkin saja mereka yang tidak kita tahu namanya. Orang asing ini bisa saja sopir angkot yang angkotnya kita naiki hari ini, atau sesama pengguna angkot, atau penjual buah langganan kita yang bahkan namanya pun tidak kita kenal, atau penjual martabak yang baru hari ini kita beli martabaknya, dan masih banyak orang lain yang kita jumpai setiap harinya, yang Tuhan minta untuk kita kasihi. Tuhan ingin menawarkan kasih dan keramahan-Nya kepada mereka melalui kita. Pertanyaannya, maukah kita? Saat Tuhan berkata pada orang Israel: “Akulah TUHAN, Allahmu� setelah memerintahkan mereka mengasihi orang asing yang tinggal bersama mereka, Dia ingin mengingatkan bahwa Dia telah bermurah hati dan berbuat

www.majalahpearl.com


baik kepada orang Israel seumur hidup mereka, bahkan saat mereka menjadi orang asing di Mesir. Dia ingin orang Israel meniru teladan-Nya yang ngga pernah berhenti berbuat baik. Bahkan sebelum mereka mengenal dan mengasihi Dia, Ia telah menunjukkan kasih-Nya. Perintah yang sama juga berlaku bagi kita, Tuhan ingin kita memperlakukan orang dengan kasih dan keramahan yang berasal dari-Nya. Setiap perbuatan baik dan keramahan yang diberikan pada orang lain dapat menjadi sarana orang lain memuliakan Allah kita. Sudah menjadi hal biasa jika kita bersikap ramah dan membuka hati bagi orang yang kita kasihi dan kita kenal baik. Tapi Tuhan mau memberikan pemisahan dan membedakan umat kepunyaan-Nya dan yang bukan. Umat kepunyaan-Nya akan dikenal karena mereka mengasihi orang lain bahkan orang asing karena Tuhan Allah-nya. Karena Allah kita adalah KASIH, maka Ia mau kasih-Nya setiap saat memancar dari kita, umat kepunyaan-Nya. Bukan hanya pada saat Natal, atau pada saat-saat tertentu. Ia mau kita membuka hati kita dan menawarkan kasih-Nya setiap saat bagi orang-orang yang kita temui, hanya karena Dia, oleh Dia dan untuk Dia. License Some rights reserved by photojenni

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

Kicking

Hospitality

www.majalahpearl.com


Out of

The Kitchen Written by Yunie Sutanto Designed by Eunike Santosa

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

All Images License All rights reserved by The Little Squirrel

M

enurut kamus Thayer, kata hospitality yang muncul di perjanjian baru memakai kata dalam bahasa Yunani Φιλονεξία (philonexia), yang artinya love to strangers (kasih terhadap orang asing). Menyambut orang di kediaman kita adalah sebuah kesempatan untuk bisa melayani orang tersebut. Being hospitable is an act that every Christian should

www.majalahpearl.com

practice and can (yes, we can!) learn to practice. Sesuai dengan Matius 25:40b yang mengatakan bahwa “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk


Being hospitable is an Act that every Christian should Practice & Can (Yes, we can!) Learn to Practice.

Aku”. Bagaimana kehendak Tuhan mengenai kasih terhadap orang asing ini? Mari kita simak kisah kakak beradik Maria dan Marta yang tinggal di kota Betania saat mereka menyambut tamu-tamu seperti dicatat di kitab Lukas: Lukas 10:38-42 (penekanan ditambahkan) Ketika Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan

dan terus mendengarkan perkataanNya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Marta dan Maria menerima Yesus di rumah mereka. Marta hanyut dalam “kesibukan hospitality”-nya, melayani keperluan-keperluan para tamu: memasak, menyediakan minuman, mengisi kembali gelas yang kosong, mondar-mandir menyeka ceceran makanan, menyediakan baskom untuk cuci kaki dan handuknya, dan tak terhitung detail kesibukan lainnya bagi seorang tuan rumah! #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

It’s not merely about providing best food, best room, best comforts, or best service in all areas to our guests and guests of honor. Yah… namanya juga tuan rumah ya? Tamunya pun Tamu Agung, Yesus Kristus sang Mesias yang begitu dikagumi. Pasti Marta ingin memberi pelayanan yang terbaik bagi tamutamu yang datang! Bagaimana dengan Maria, saudara Marta? Maria malahan leyehleyeh duduk dekat kaki Yesus, mendengarkan perkataan-Nya. Maria pun tuan rumah, tapi kok nyantai balai begini ya? Marta yang gemes karena banyaknya kerjaan lantas protes kepada Yesus, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Marta udah gemes soalnya saudaranya ini ngga tahu diri banget. Ibaratnya, udah dikasih kode, bahasa isyarat, udah tulis spanduk “NEEDS HELP in the Kitchen”, tapi tetap aja Maria ngga sadar dan asik banget mendengarkan Yesus! Ketika pada akhirnya Marta mengadukan kelakuan Maria kepada Yesus, Yesus justru memberikan respon yang menarik. Yesus menjawab Marta, “Marta, Marta, engkau kuatir www.majalahpearl.com

dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Wow! Marta serasa tertampar kali ya, kok Maria malah dibelain Yesus? Bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya, apa itu


maksudnya? Marta yang sibuk justru dianggap kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara! Yup, dari sini kita bisa belajar bahwa melakukan hospitality bukan sekedar

melakukan sesuatu untuk melayani orang lain. It’s not merely about providing best food, best room, best comforts, or best service in all areas to our guests and guests of honor. Bagian yang terbaik dari hospitality adalah ketika kita menyediakan diri kita untuk menjalin hubungan dengan orang asing, saat hati kita menyambutnya dengan kehangatan kasih Kristus. Let Him be magnified in our hospitable efforts. Maria tidak pusing dengan kesempurnaan melayani tamu-tamunya, rumah yang tidak terlalu rapi, makanan yang sekedarnya, yang penting tamunya sedang bicara dan Maria mendengarkan dengan sepenuh hati! #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional

Bagaimana dengan kita?

Sesuai dengan judul artikel ini, let’s kick hospitality out of the kitchen! Mari melihat hospitality sebagai kesempatan untuk membuat tamu kita merasakan Allah dan bahkan bertemu denganNya melalui pelayanan kita. Kalo hanya makan enak, duduk nyaman, jokes ringan, apa bedanya dengan entertaining client atau calon customer di pemasaran? Ralph Waldo Emerson pernah mengatakan bahwa hospitality adalah api kecil, sedikit makanan dan banyak diam. Benar sekali! Banyak diam! Karena kita mendengarkan tamuwww.majalahpearl.com

tamu kita, kita benar-benar mengambil waktu untuk menjalin hubungan dengan mereka. Tindakan ini bukan lagi tentang kita, tapi tentang Allah dan tentang orang yang kita layani. Inilah mengapa Maria memilih untuk duduk diam di kaki Yesus, dia mendengarkankan, dia memilih untuk


fokus dan tidak terganggu dengan hal-hal yang remeh. Saat ada tamu (baca: orang asing) yang Tuhan ijinkan menginterupsi rutinitas kita, bagaimana kita berupaya untuk menunjukkan kasihNya pada orang asing tersebut? Ingat kisah orang Samaria yang baik hati? Sebuah perumpamaan yang Yesus pakai untuk menjelaskan tentang ketulusan hati yang mau peduli dan mengasihi orang asing yang tak dikenal. Kalau skenario itu muncul didepan mata kita, apakah kita tampil seperti orang Samaria itu? Atau buru-buru pergi seperti imam dan orang Lewi yang berlalu pergi tanpa peduli? Mat 25:35-36 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.

Apakah kita tampil seperti orang Samaria itu? Atau buru-buru pergi seperti imam dan orang Lewi yang berlalu pergi tanpa peduli? #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Devotional Kebutuhan fisik orang asing tersebut dilayani, perut yang lapar kita beri makanan hingga kenyang, rasa haus disuguhi minuman, pakaiannya yang koyak diganti, dan luka-lukanya diobati. Namun tidak berhenti disitu saja. Banyak hal-hal sederana yang bisa kita lakukan untuk untuk mempraktekkan kasih terhadap orang asing. Misalnya, bagi yang mengendarai kendaraan pribadi, adalah suatu kehormatan kalau bisa melayani dengan kendaraan kita bukan? Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat Ibrani 13:2 Bantulah dalam kekurangan orangorang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! Roma 12:13 Jangan malas atau segan memberi tumpangan, sebab dengan demikian kita juga sedang mempraktekkan hospitability (kasih terhadap orang asing).

Contoh lain, saat ada teman yang mau curhat via bbm atau whatsapp di tengah malam dan hati kita memang tergerak oleh kasih-Nya, why not take time to listen n pray for her? Ada banyak cara membuat hospitality tidak hanya dipraktekkan di dapur. Well, bahkan kalau kita belum pandai memasa, atau kita tidak punya dapur karena tinggal di kosan, kita bisa tetap mempraktekkan “kitchen� hospitability. Kita tetap bisa mengundang orang dan memesan makanan atau mengambil waktu untuk mentraktir mereka di restoran yang terjangkau. Sebuah peribahasa Yunani berkata : In hospitability, the chief thing is the good will. Yeay! Yang penting asal ada niat baik mau menjamu, pasti banyak jalan menuju kesana! Yang penting kita sungguh-sungguh menginvestasikan waktu kita untuk fokus pada kehidupan orang lain. Marilah kita dengan tak jemu-jemu berbuat baik dan mengijinkan orang asing disekitar kita merasakan Yesus lewat kehidupan kita!

In hospitability, the chief thing is the good will. www.majalahpearl.com


#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Book Review

Everyone Communicates Few Connect –JOHN C. MAXWELL Book Review by Leticia Seviraneta Designed by Michelle Wirnata

Kita mungkin seringkali tidak menyadari bahwa keefektifan kita dalam melayani sesama sangat ditentukan oleh seberapa pandai kita membangun hubungan dengan mereka. Hal ini tidak hanya berlaku di dalam dunia pelayanan, melainkan dalam pekerjaan, hubungan keluarga, dan segala aspek kehidupan kita. Banyak orang mungkin berkomunikasi satu dengan yang lain, namun ternyata hanya sedikit yang www.majalahpearl.com

benar-benar mampu membangun hubungan yang berarti dengan sesamanya. Apa yang dimaksud dengan membangun hubungan di sini? Kita dapat dikatakan berhasil membangun hubungan yang berarti bila kita dapat mengalihkan fokus dari diri kita sendiri kepada orang lain. Orang lain bernilai di mata kita. It’s no longer about me, it’s about others. Kehidupan mereka menjadi menarik untuk kita ketahui. Jadi


segala percakapan yang kita lakukan dengan orang tersebut dapat benar-benar menjadi jembatan sekaligus gerbang menuju keintiman emosional yang lebih dalam lagi.

dan ketidakpedulian kita.

Nah, kemampuan membangun hubungan dengan baik merupakan sebuah skill yang harus dilatih. Tidak ada dari kita yang lahir ke dunia Ketika kita mampu mengalihkan fokus dengan sifat selfless, tidak egois. kepada sesama, kita akan secara Kebalikannya, justru kecenderungan otomatis berada di posisi memberi, kita adalah untuk bertindak bukan mengambil. Kita menjadi mementingkan diri sendiri. Namun pemberi kasih dan bukan pengambil sekarang, ketika kita sadar bahwa kasih. Hal ini akan memperbesar membangun hubungan dengan sesama pengaruh kita dalam kehidupan merupakan hal yang perlu untuk orang-orang yang menerima dari kita. dilakukan, kita membuka pintu untuk Mereka akan senang berada bersama menjadikan skill tersebut milik kita kita karena kita menghargai (wow!). Di dalam buku ini, John C. keberadaan mereka. Maxwell membahas sangat detail, step-by-step, bagaimana kita dapat Selain ego, kesibukan kita seringkali belajar membangun hubungan juga menjadi tembok penghalang kita one-on-one, in group, dan bahkan di untuk membangun hubungan dengan depan audience yang banyak. sesama. We are busy, busy, and busy, Bukankah menarik ketika kehidupan until we forget to slow down. Kita tidak kita menarik orang-orang untuk dapat menaruh perhatian kepada mengenal Tuhan pada akhirnya sesama apalagi kepada orang asing bila melalui kepedulian yang kita berikan? kita sendiri hidupnya bergerak terlalu cepat seperti dengungan lebah. Jadi, People like people who like them. Mari kita harus dapat menyesuaikan langkah kita belajar untuk menghargai kita dengan orang lain. Memang hal ini keberadaan orang-orang di sekitar dapat sangat melelahkan (terutama kita, belajar peduli akan kehidupan bagi teman-teman yang terbiasa mereka, belajar memahami sudut melakukan segala sesuatu dengan pandang orang lain. Bila kita melatih cepat). Namun hal ini sangat perlu skill ini secara konsisten, percayalah karena tanpa kita slow down, kita tidak hubungan kita dengan sesama akan dapat membangun hubungan yang jauh lebih baik, kita akan semakin berarti. Lalu dijelaskan juga ada lagi efektif dalam menjadi perwakilan penghalang lainnya dalam connect Yesus di dunia ini! Amin! Benar-benar dengan sesama seperti kesombongan buku yang penting untuk dibaca, girls! #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Meet A Sister:

Hai teman-teman, kalo selama ini kita udah ngobrol sama penulis, sekarang kita mau kenalan juga dengan tim desain.

www.majalahpearl.com

MELISS

HAL Design by Evellyne


SA

LIM

Pearl bersyukur banget buat setiap graphic designer yang sudah Tuhan kirimkan buat melayani di Pearl. Mereka adalah orang-orang yang sangat berkomitmen untuk Tuhan. Nah, salah satu designer kita yang sudah setia melayani selama hampir 3 tahun adalah Melissa Halim. Yuk, kita kenal dia lebih lanjut. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Hi Jeng Melissa, hehehe.. Boleh bagikan sedikit tentang biodata dirimu? Supaya pembacapembaca kita bisa kenalan denganmu. :P

Saya lahir di Jakarta, 30 Oktober 1990. Anak pertama dari dua bersaudara. Alumni DKV Binus. Firstly, Kenapa kamu pilih belajar design?

Dari SMA kelas satu aku udah tertarik sama desain dan memutuskan untuk kuliah DKV nantinya. Kenapa pilih design? Karena aku suka. Menurut aku design itu fun, utak atik warna, bentuk dan typo terus menjadi sesuatu yang indah, enak dilihat. Hehe... Gimana ceritanya kamu bisa ikut melayani di Pearl dan mengapa kamu mau melayani di Pearl?

Awalnya aku baca dari blog siapa gitu, lupa... Aku suka baca blog dari beberapa teman di Pearl ini, kenal Pearl juga dari blog mereka. Di blog itu aku liat ada iklan Pearl yang lagi cari designer, langsung deh aku lihat majalah Pearl, aku baca isi2nya bagus banget, jadi berkat buat aku, dan aku jadi pengen gabung juga. www.majalahpearl.com


Kesan apa yang didapat selama melayani di Pearl? Aku kagum sih sama majalah Pearl, karena kita dari berbeda-beda asal, bahkan aku belum pernah ketemuan sama team Pearl, selama ini cuma ngobrol via dunia maya, tapi Tuhan bisa gabungin kita kompak untuk bisa melayani di majalah Pearl. Aku juga seneng bisa melakukan hal yang aku suka dan bisa jadi berkat lewat majalah Pearl ini. Apa harapan/mimpimu untuk Pearl ke depannya? Harapan aku sih majalah PEARL semakin berkembang dan menjadi berkat buat banyak orang, terutama para wanita. Terus ada acara-acara ketemuan Pearl seperti retret kemarin, seminar atau hal lainnya, yang bikin kita lebih akrab lagi selain lewat dunia maya. Selain melayani di Pearl, apa aja sih kesibukanmu?

Sekarang ini bekerja sebagai graphic designer di Label Ideas ‘N Co. Selain itu juga desainer untuk majalah IKAN (Majalah Indo di Beijing), dan melayani di GBI Renewal. #025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Setelah prolog tadi, sekarang let’s get serious! (jeng jeng jeng. . . .) Bagaimana kisah perjumpaanmu dengan Kristus dan kapan terjadinya yah? Aku dan keluargaku dulu bukan agama Kristen. Pertama kali ke gereja tujuan dari ortuku adalah supaya nilai agama di sekolah jadi bagus. Dari situ aku dan mama ke gereja. Aku sekolah minggu, sampai akhirnya pas SMP ketemu sama teman yang akhirnya jadi teman rohani sampai sekarang, kita belajar banyak hal sama-sama. Pas SMA aku mulai aktif di YOUTH dan disitu aku makin jatuh cinta sama Tuhan dan makin bertumbuh dalam-Nya. Sampai saat ini banyak proses yang aku alami yang buat aku makin kenal dan bertumbuh dalam Tuhan. Keluargaku sekarang semuanya sudah Kristen. Setelah bertemu secara pribadi dengan Kristus, apa saja perubahan-perubahan yang telah kamu alami? Karakter aku dan cara berpikir aku berubah menjadi lebih positif. Respon aku terhadap suatu masalah juga berubah. Setelah kenal Tuhan aku merasa hidup aku lebih berarti dan bermakna. Dimana pun dan dengan siapa pun aku ditempatkan pasti ada maksud Tuhan didalamnya. Aku tidak menyesal akan masa lalu, karna aku tahu Tuhan turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan buat aku. He is good all the time. He always gives the best! www.majalahpearl.com


Bagimu, Kristus adalah … ? The LORD is my shepherd; I shall not want. Ga perlu kuatir sama hidup ini karena ada Kristus yang selalu setia, selalu memimpin ke jalan yang benar, dan memenuhi segala kebutuhan aku. Nah, biasanya sebagai cewek, daku kan kepo nih.. (*ehem*) Dirimu masih single atau sudah dobel yak? Hihihihihi, kalo dah dobel, boleh ceritain dikit ga nih “story” nya? Wkwkwk.. Hahaha... Sekarang ini sudah dobel. Kita ketemunya di Beijing. Sama-sama pelayanan bareng di BICF IC (gereja Indonesia di Beijing), setelah balik Indo pertemanan kita masih berlanjut sampai akhirnya jadian deh. Kriteria-kriteria apa saja yang kamu cari dari seorang pria? Ohohohoho… Yang paling penting buat aku. He loves God, his family and me :D

Makasih Mel untuk sharing-nya dan pelayananmu di Pearl! ^^ God bless!

Lastly, Ada pesan-pesan untuk para pembaca di rumah depan layar monitor? Hehehe.. Tetap setia jadi pembaca PEARL, dan terlebih lagi tetap setia sama Tuhan. Jangan pernah puas sama hubungan mu dengan Tuhan sekarang. Terus mengenal dan bertumbuh dalam Tuhan. Enjoy your journey with God.

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


How to

Get

Connected on Facebook

http://www.facebook.com/majalahpearl

on Blogger

http://www.majalahpearl.com

Subscribe to our newsletter!

https://www.facebook.com/majalahpearl/ app_100265896690345

www.majalahpearl.com

Follow US!


1.

Yuk, ikutan aktif di Majalah Pearl!

Kirim surat pendek berisi saran, kritik, ide atau encouragement (tidak lebih dari 10 kalimat) untuk redaksi pearl. Suratmu ini nantinya akan dimuat di rubrik “surat pembaca.”

2.

Kirim kesaksianmu untuk dimuat di rubrik “kesaksian.” Khusus untuk rubrik kesaksian ini kami memberikan tema khusus yang berbeda di setiap edisi.

3.

Have some questions? Kirimkan pertanyaanmu yang akan dijawab oleh beberapa anggota tim redaksi Pearl.

Mari saksikan kebaikan Tuhan dalam hidupmu :) kami mengundang teman-teman untuk mengirimkan kesaksian dengan tema “Practicing Hospitality.” As women, one of our responsibilities is to be hospitable. This edition talks about how we can learn to be gracious hosts.

Sejak menerima Tuhan, apakah ada hal-hal baru (karakter, kebiasaan hidup) yang Tuhan tanamkan dalam hidupmu? Apa perubahan terbesar yang kamu alami sejak menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat yang kekal? Layangkan kesaksianmu ke majalahpearl@gmail.com (kesaksian tidak lebih dari 1 halaman kertas A4 please, Thanks!)

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


Kami sedang mencari penulis untuk bergabung bersama dengan tim, dengan kriteria-kriteria berikut ini:

1. 2. 3.

Cinta Tuhan Yesus sepenuh hati.

Mau berkomitmen dan berdedikasi melayani dalam bidang literasi. Punya kerinduan agar wanita-wanita Indonesia lainnya merasakan kasih Kristus.

4. 5.

Mau menulis berdasarkan Alkitab.

Bersedia untuk menulis tanpa imbalan karena Majalah Pearl adalah majalah non-profit.

Jika ada yang terpanggil, silakan mengirim email kepada kami majalahpearl@gmail.com. Dan dalam email kalian, mohon jelaskan serta cantumkan:

www.majalahpearl.com

Looking for WRITERS

* Biodata diri dan foto terbaru. * Bagaimana kalian akhirnya percaya dan terima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat kalian. * Alasan mengapa kalian ingin bergabung dalam tim penulis ini. * Bidang apakah biasa ditulis oleh kalian, serta bagian yang kalian bersedia tulis untuk kontribusi di Pearl? Devotion/ single life/ marriage life/ parenting/ social and politics/ economy/ bible reading/ book review/ pelayanan misi/ karuniakarunia/ sekolah minggu/ musik rohani/ peperangan roh/ pelayanan ke rumah sakit/ perjamuan kudus/ karir/ etc. * Buat contoh tulisan kalian tentang God’s love dan beberapa referensi tulisan kalian.


Looking for GRAPHIC DESIGNER and WEBSITE DESIGNER

Please help us spread the news :) Currently we are looking graphic designer and website who are willing to use their talents, their time, and their creativity to serve the Lord. So if you are the person or you have any friends who love designing, please introduce this!

Please send your sample of artworks to majalahpearl@gmail.com. And please kindly CC to viryani.kho@majalahpearl.co m. Each designer will design about two or three article maximum. One article is about 2spread of A4. Which means the total you will be designing is approximately 4-6 spread of A4 with the maximum time period 1week. And the website designer will help us to maintain our website :) Let’s inspire others through your design :) And Pearl magazine is free online magazine; we work willingly for God not for the money. To God be the glory :D

So, tertarik?

Yuukk buruan gabuuunggg!

#025 (Dec 2014-Jan 2015) | Practicing Hospitality


“Share with the Lord’s people who are in need. Practice hospitality.” (Romans 12:13)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.