TRITON JAS MERAH
Kontributor Agus Suryadi Rifki Ferdie Nursalam Putri Nanda Aulia Deris El Shaddai C Venno Akbar Fathurrochman Randy Firsta Ritonga A.R. Khairun Nisa’ Fatimah Yasmin Azzahra firmannara
SALAM REDAKSI Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan majalah TRITON JASMERAH ini. Tidak lupa kami juga berterima kasih kepada segala pihak yang terlibat dalam pembuatan majalah ini. Dalam pidato HUT NKRI pada tahun 1966, Presiden pertama kita, Ir. Soekarno berkata “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.”Begitulah sebuah kutipan singkat dari Bung Karno yang membakar seluruh rakyat Indonesia. Dari pidato Bung Karno tersebut, kami divisi ekstrakampus dan kelaumnian tersinspirasi untuk mencari informasi mengenai para senior kami di himpunan, selain itu, dalam momentum 1 dekade HMO”TRITON”ITB ini, kami rasa menjadi momentum yang tepat untuk mengingat kembali perjalanan senior kami di himpunan. Dengan adanya majalah ini, kami berharap anggota biasa HMO ”TRITON” ITB dapat mengetahui kegiatan-kegiatan himpunan terdahulu dari beberapa alumni yang telah kami wawancara. Selain itu, terdapat pula pesan dari mereka yang kami sampaikan melaluli majalah ini. Terimakasih dan selamat membaca. HMO TRITON ! HMO TRITON ! H M O TRTION TRITON TRITON !
TRITON JAS MERAH
Assalamualaikum Wr. Wb Genap 10 tahun HMO “TRITON” ITB berdiri sejak 19 September 2008 dengan semangat keilmuan dan kemahasiswaannya. 10 tahun juga HMO “TRITON” ITB berusaha membentuk jati dirinya baik dari segi identitas, nilai-nilai, dan karya. Tidak dapat dipungkiri massa HMO “TRITON” ITB memiliki andil besar dalam penyempurnaan himpunan hingga bisa berdiri seperti saat ini. Kerja keras dan kerjasama massa HMO “TRITON” ITB dari tahun ke tahunlah kunci dari kesuksesan himpunan. Tiap tahun HMO “TRITON” ITB memiliki masalah dan kendala yang berbeda-beda. Kesan dan pesan dari tiap-tiap stakeholder himpunan pada massanya dinilai sebagai suatu hal yang penting sebagai penurunan nilai kepada stakeholder himpunan selanjutnya sebagai bahan evaluasi dan motivasi. Jika diibaratkan sebagai seorang manusia, 10 tahun adalah umur saat massa kanak-kanak, pembentukan nilai sangat intens dan vital pada masa ini. Begitupula dengan himpunan ini, dasar-dasar, nilainilai, dan pembentukan identitaslah kunci dari 10 tahun ini. Transfer ilmu antar angkatan merupakan salah satu cara agar identitas otentik HMO “TRITON” ITB tidak bergeser. Harapannya, dengan adanya majalah ini, selain menjalin silaturahmi antar angkatan di HMO “TRITON” ITB kesan-pesan alumni dapat dijadikan bahan kontemplasi bagi stakeholder himpunan selanjutnya. Agar HMO “TRITON” ITB semakin kuat bagaikan ombak dan Tangguh bagaikan karang. HMO TRITON ! TRITON! TRITON Wassalamualaikum Wr. Wb. Haekal Yusril Faizin TRITON 16-040
Apa itu Oseanografi? Mungkin beberapa orang masih asing dengan istilah Oseanografi. Tetapi hampir sebagian besar orang akan menebak bahwa Oseanografi berkaitan dengan lautan karena terdapat kata “osean� yang berarti laut. dan memang benar bahwa, Oseanografi adalah salah satu cabang ilmu bumi yang khusus memelajari samudra atau lautan. Meski memelajari lautan, Oseanografi berbeda dengan Ilmu Kelautan. Dalam Oseanografi semua aspek/bidang dipelajari, secara umum terdapat empat aspek utama yang dipelajari yaitu Oseanografi Fisis, Kimia, Biologi, dan Geologi. Tidak hanya keempat aspek tersebut, ilmu-ilmu lain jga sangat dibutuhkan oleh seorang Oseanografer untuk memelajari lebih dalam tentang Oseanografi, oleh karena itu Oseanografi dapat disebut sebaga multidisiplin ilmu. Oseanografi fisis berkaitan dengan proses-proses fisika seperti bagaiman arus pasang surut, gelombang laut serta interaksi antara lau dengan atmosefer. Dalam aspek kimia, proses yang ditinjau yaitu seperti bagaimana proses terlarutnya zat-zat di laut dan bagaimana dampaknya terhadap lautan. Proses kimia akan sangat memengaruhi karakteristik air di laut yang nantinya juga dapat berdampak ke dalam aspek biologi. Perubahan karakteristik air akibat proses kimia akan memengaruhi kehidupan biota-biota laut. Sedangkan Oseanografi Geologi memelajari proses-proses geologi yang terjadi di dasar laut seperti pemekaran dasar laut akibat aktivitas tektonik bumi, gempa di dasar laut, gunung api bawah laut dan lain sebagainya. Memelajari dan memahami proses-proses yang terjadi di laut menjadi sangat penting karena bumi sendiri terdiri hampir sebagian besar dari lautan, alasan lain yaitu lautan sangat berperan penting dalam pengaturan iklim di bumi. Interaksi laut dan atmosfer menjadi pegatur utama perubahan iklim di bumi.
Sejarah Oseanografi ITB Jurusan Oseanografi di perguruan tinggi di Indonesia sangat jarang ditemui, hanya ada dua universitas yang memiliki jurusan ini, salah satunya adalah Institut Teknologi Bandung. Di ITB jurusan Oseanografi berada di bawah Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian. Prodi Oseanografi di ITB dapat dikatakan sebagai jurusan yang masih relatif baru jika dibandingkan dengan prodi lainnya. Penyelenggaraan pendidikan Oseanografi diawali dengan dibentuknya Departemen Geofisikan dan Meeorologi (GM) ITB pada tahun 1961 yang saat itu bernama Departemen Meteorologi dan Geofisika (MG) yang berada di bawah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Awalnya hanya dua bidang studi yang dipelajari di departemen MG, tahun 1971 bidang studi yang dipelajari menjadi Geofisika, Meteorologi, dan Oseanografi. Seiring berjalannya waktu, yang awalnya hanya berupa Kelompok Bidang Keahlian (KBK) berubah menjadi Program Studi (PS) Geofisika pada tahun 1996 yang kemudian disusul dengan PS Meteorologi dan PS Oseanografi pada tahun 1998. Sejak pembentukan PS ini maka kurikulum di departemen GM hanya ada satu kurikulum bersama, sedangkan mata kuliah yang terkait dengan bidang studi dijadikan sebagai mata kuliah pilihan. Pada tahun 1999 dibentuk fakultas baru yang dinamakan Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (FIKTM) yang merupakan gabungan departemen GM dari FMIPA dengan Fakultas Teknologi Mineral (FTM). Tak berhenti sampai disana, pada tahun 2007 muncul ide pemekaran FIKTM karena spectrum ilmu kebumian yang lebar dan memunculkan dikotomi sains (science) dan teknik (engineering). FIKTM terbagi menajdi dua yaitu Fakultas Teknik Pertambangn dan Perminyakan (FTTM) dan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), pembagian ini disertai dengan pemindahan program studi Teknik Geodesi dan Geomatika dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ke FITB. Dengan demikian terbentuklah program studi Oseanografi secara resmi pada tahun 2008 yang berada di bawah Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)
liki program studi nya sendiri dan keberadaannya di Departmen Geofisika Meteorologi itu tidak menunjukan jati diri dari Oseanografi itu sendiri. Untuk awalnya sendiri, pada saat tahun 2005 itu jumlah dari Oseanografi itu sebanyak 15 orang saja, dan dilanjutkan oleh kepengurusan angkatan 2006 dengan Ketua Himpunan (Kahim) nya yaitu Kak Odit.
Agung Eka SaputrA Berbicara mengenai sejarah dari Himpunan Mahasiswa Oseanografi HMO “TRITON” ITB sebagai salah satu himpunan yang masih berusia muda di kampus Institut Teknologi Bandung merupakan sebuah hal yang tidak diketahui pasti oleh Kak Agung sendiri kebenarannya, hanya saja hal – hal tersebut kebanyakan didapat melalui orang - orang yang mewariskan segala nilai – nilai dan pengetahuannya kepada beliau. Berdasarkan sejarahnya, menurut Kak Agung, HMO “TRITON” ITB ini merupakan pecahan dari HMGM (Himpunan Mahasiswa Geofisika dan Meteorologi) yang terdiri dari 3 jurusan yaitu Geofisika, Meteorologi, dan Oseanografi. Ketiga jurusan tersebut bernaung dalam sebuah departemen yaitu Departemen Geofisika dan Meteorologi. Lalu departemen ini mengalami perpecahan pada tahun 2008 yang membuat jurusan Oseanografi ini berdiri sendiri sampai membuat himpunan nya sendiri dengan Ketua Himpunan (Kahim) pertamanya itu dari jurusan Oseanografi angkatan 2005. Kak Agung menjelaskan bahwa asal mula perpecahan tersebut terjadi karena khususnya Oseanografi ini sudah memitriton jas merah
Dari jaman dulu HMO itu banyak sekali yang bisa bermain sepak bola, sampai mengalami berbagai cerita perselisihan dengan himpunan - himpunan lain akibat fanatisme yang dirasakan sangat besar. Dari mulai jaman kepengurusan tahun 2005, dari himpunan Oseanografi ini sudah mulai mengajukan pembuatan jaket himpunan baru dan akhirnya pada tahun 2007 masa kepengurusan Ketua Himpunan (Kahim) nya yaitu Kak Reyno yang secara resmi mengawali sebuah sejarah jaket himpunan baru yang sampai saat ini menjadi identitas HMO “TRITON” ITB. Di kepengurusan tahun 2007 ini juga menurut Kak Agung menjadi salah satu ujung tombak Oseanografi mulai membaik, dimana pada saat Kak Agung mulai masuk himpunan jaman kepengurusan tahun 2007 itu pertama kalinya diadakan acara POSEIDON, yang saat itu bintang tamunya sangat special yaitu SMASH. Salah satu boyband Indonesia yang cukup terkenal dan memang saat itu masih baru naik daun sehingga tarif yang dipasang pun tidak terlalu besar, dan dampaknya kepada keberjalanan acara tersebut sangat meriah sekali hingga Lapangan Basket ITB serta Lapangan Cinta pun penuh dengan masyarakat umum yang hadir. Kak Agung bercerita bahwa saat dulu jaman beliau masih baru di himpunan itu segala senioritas masih sangat tinggi, terutama pengalaman yang paling beliau ingat adalah saat setelah beliau di lantik mendapatkan jaket himpunan itu malamnya sudah janjian dengan kakak tingkat nya bahkan sudah membeli tiket nonton juga untuk nonton bareng di bioskop, namun para alumni – alumni membuyarkan keinginan tersebut karena harus mengikuti lagi segala proses kaderisasi dari Departemen GM. Serta sempat juga pada saat dulu jaman proses arak – arakan wisuda yang mempermasalahkan warna jaket himpunan yang berwarna biru muda
untuk dipakai karena kebetulan wisudawan – wisudawati yang lulus itu salah satu pencetus proses pembuatan jaket himpunan oseanografi yang berwarna biru muda tersebut dengan lama rapat nya pun hingga 30 jam. Budaya – budaya lama itu pada saat jaman Kak Agung masih sangat kental sekali, menurut beliau bahkan jaman angkatan dia, hearing – hearing calon ketua himpunan itu bisa sampai jam 4:30 WIB (Subuh). Karena yang menjadi salah satu faktor hal – hal tersebut juga akibat dari pihak prodi itu juga tidak tindakan apapun padahal mereka semua itu alumni kebanyakannya. Menurut beliau juga mnegatakan bahwa jeleknya Oseanografi berpisah sendiri itu karena hanya ingin terlihat keren ingin membuktikan bahwa Oseanografi bisa berdiri sendiri padahal seharusnya baiknya lebih baik menginduk kepada HMGM itu sendiri. Dulu Kak Agung ini sempat mengalami menjadi korlap pada saat diksar jaman kritis – kritis nya Oseanografi mau berpisah dari HMGM, dan itu sangat terasa melelahkan dan membingungkan, karena menurut perkataan Kak Odit pun ini Oseanografi itu ingin berdiri sendiri tapi hanya ngoomong nya doang. Dilema antara mau Oseanografi banget atau mau Geofisika Meteorologi banget. Namun diangkatan Kak Agung sendiri itu mereka bakal mengikuti saja kemanapun itu, walaupun angkatan atas dari Kak Agung itu terbagi menjadi 2 pihak yang sebenarnya apabila orang yang istilah kata lain Geofisika Meteorologi banget itu udah lulus dari kampus ITB mungkin lebih tenang keadaan nya. Salah satu hal yang membuat proses berpisah nya Oseanografi dari HMGM ini juga adalah factor alumni yang memang Oseanografi belum mempunyai alumni, dan apabila mau mengikuti jejak alumni GM pun kan kita sebagai anggota dari jurusan Oseanografi, hal itu yang menjadi perdebatan besar. Namun dari semua hal itu kita sebagai Oseanografi juga jangan sampai membenci itu GM karena ya masing – masing itu harus mempunyai tujuan, harus mepunyai identitas yang bisa membedakan dengan himpunan lain dengan nilai – nilai baik yang bisa diturunkan secara turun temurun tanpa harus ada saling menjelekkan.
Salah satu hal yang dilakukan oleh angkatan Kak Agung dulu itu pas pertama kali megang HMO itu memperkenalkan HMO ini ke masyarakat luas, dulu sempet keliling Bandung bahkan sampai jaman diksar itu membuat acara seperti running man agar bisa dikenal oleh masyarakakt Bandung, namun emang semua itu susah tapi ya ayo dijalankan. Saat megang himpunan, dulu angkatan Kak Agung ini menjalankan acara Poseidon dan berdasarkan pengalamannya memegang acara besar tersebut beliau berpesan jangan membahas segala hal yang terlalu berat terlalu jauh hal yang tidak semestinya oleh Oseanografi ini tau. Karena kalua hal tersebut masih susah untuk dijangkau, kenapa kita harus berfikir sejauh itu. Salah satu pesan dari Kak Agung juga adalah tetap jaga hubungan baik dan silaturrahmi dengan alumni – alumn dari Oseanografi ini, mau ngobrol apapun itu ya silahkan agar disaat datang ke himpunan itu kita kenal. Jaman Kak Agung dulu sempat merasakan dimana LPJ BP itu tidak diterima hanya karena salah satu anggota yang tidak hadir dalam suatu kegiatan itu mempertanyakan isi dari kegiatan acara tersebut yang dalam kata lain kurang baik, dan akhirnya mau tidak mau harus mengadakan LPJ lanjutan yang sisi baiknya adalah Kak Agung dan bahkan ketua himpunan nya saat itu Kak Hary Gembira tidak marah atau bahkan memaki orang yang menggagalkan LPJ tersebut. Berbicara mengenai kegiatan survei yang kabarnya tahun ini akan di Cirebon, membuat Kak Agung teringat pada saat angkatan beliau pelantikan itu tempatnya di Cirebon, dan dulu itu pelantikan itu berbarengan dengan kegiatan dari mata kuliah Pendahuluan Oseanografi. Dari jaman dulu memang himpunan ini tuh sangat rumit, namun intinya bagaimana kita semua bisa membuat hal tersebut tidak menjadi rumit dan bagimana cara kita mencari solusi akan hal – hal yang rumit tersebut.
Siapa yang tak kenal dengan Kak Aradea? Bagi kalian yang mengikuti acara puncak POSEIDON 2018 pasti sudah mengetahui Kak Aradea karena di acara ini beliau menjadi moderator dalam sesi seminar. Kak Aradea adalah alumni OseanografiITB angkatan 2001, dimana pada tahun tersebut himpunan mahasiswa Oseanografi masih tergabung ke dalam HMGM (Himpunan Mahasiswa Geofisika dan Meteorologi). Lalu bagaimana sih himpunan mahasiswa saat itu? Beliau bercerita, selama di HMGM tidak begitu aktif dan tidak masuk ke dalam Badan Pengurus Himpunan. Meskipun tidak terlibat dalam BP himpunan, Kak Aradea terlibat di beberapa kegiatan yang dilakukan himpunan seperti Beach Clean Up yang diadakan oleh Kang Aam (OS ’98) yang saat itu menjabat sebagai ketua himpunan. Selain itu, beliau pernah menjadi bendahara/ danus konser musik HMGM, survey lapangan pre-ekskursi ke Batu Karas dan ekskursi ke Pulau Untung Jawa untuk peserta OS ’01 dan OS ’02. Setelah lulus dari prodi Oseanografi, Kak Aradea sampai saat ini tetap fokus di bidang Oseanografi khususnya aplikasi pemodelan numeric untuk permasalahan-permasalahan yang berkaotan dengan laut. Tidak hanya itu, Kak Aradea juga sibuk bekerja sama dengan berbagai pihak dan kolega melakukan penelitian dan pengembangan produk. Produk yang dihasilkan antara lain multiscale operational forecast system di wilayah perairan Indonesia, resource assessment energi arus pasut dan dampaknya terhadap lingkungan serta pemodelan tumpahan minyak. Bagi Kak Aradea semua kesibukannya tersebut sangat menarik sehingga beliau tidak bosan dan terus bersemangat untuk mengembangkan berbagai macam produk lainnya sehingga bermanfaat bagi Indonesia terutama dalam bidang Oseanografi. Ada pengalaman menarik bagi Kak Aradea saat kuliah yaitu saat mengikuti kegiatan ekskursi ke Pulau Untung Jawa. Dalam setiap kegiatan ekskursi pasti diperlukan berbagai persiapan terutama kebutuhan logistik. Dalam kegiatan ekskursi tersebut diperlukan berbagai macam alat yang dipinjam dari prodi lain seperti teodolit yang dipinjam dari prodi Geodesi dan anemometer dari prodi Meteorologi. Seperti kita ketahui bahwa triton jas merah
aradea ramadhan H. alat-alat dari Meteorologi cukup sensitive sehingga harus berhati-hati dalam penggunannya. Sayangnya, saat kegiatan ekskursi berlangsung terjadi hal yang tidak terduga, Kak Aradea tidak sengaja menduduki salah satu alat hingga alat tersebut bengkok dan hampir patah. Pak Otang yang sengaja ikut ekskursi karena khawatir dengan alat itu, hampir menangis karena marah ketika mengetahui alat yang tidak sengaja diduduki olej Kak Aradea hampir patah. Wah kebayangkan seberapa mahal dan sensitivenya alat tersebut hingga membuat Pak Otang hampr menangis. Tetapi setelah kesulitan pasti ada kemudahan, setelah ekskursi berakhir Kak Aradea dan Kak Bram berusaha memperbaiki alat yang rusak tersebut. Setelah berkeliling di sepanjang Jl. ABC akhirnya alat tersebut dapat diperbaiki meskipun tidak 100% kembali seperti semula. Dari berbagai pengalaman yang diperoleh selama kuliah dan berorganisasi di himpunan ada beberapa hal yang bias diperoleh Kak Aradea. Hal yang paling berkesan adalah ketika mengalami keterbatasan atau kondisi yang tidak ideal justru mendatangkan kreativitas.
suk prodi Oseanografi, namun karena diawal sudah memilih oseanografi jadi harus bertanggung jawab sama pilihan yang udah pilih sebelumnya. Beranjak ke ceria ketika di himpunan, Bang Yoga mengaku merasa sangat mumet ketika menjadi Badan Pengurus, karena ketika Bang Yoga menjabat uang sempat hilang sehingga cukup pusing karena target jadi tidak tercapai. Setelah lulus, Bang Yoga melanjutkan studinya di MBA ITB dan kerja di GOPAY. Bagi bang Yoga sendiri kalo di Oseanografi itu gabisa untuk mengajarkan ilmunya ke orang lain, tapi setidaknya dapet mindsetnya dari ilmu itu sendiri. Misalnya, dia menyukai fortran karena suka programming tapi karena dari sisi fisikanya kurang suka maka Cuma bisa ambil dari runutan berpikirnya aja. Bang Yoga juga berpikir, selama kita kuliah dengan maksimal 144 sks, didunia pekerjaan ga akan kepake semuanya.
chaula yoga p. Kegiatan perkuliahan di Oseanografi tentunya memiliki banyak kenangan bagi Bang Yoga, diantaranya pada mata kuliah Pak Dadang bias sekelas sama angkatan yang jauh lebih tua. “Jadi dari sisi akademik sendiri udah ketahuan dari awal masuk bahwa ilmu oseanografi itu sendiri susah, meski ditahun selanjutnya aku juga ngerasain ngulang matkul itu” ujar Bang Yoga. Meskpiun ilmu yang sulit, salah satu hal yang buat Bang Yoga bertahan adalah himpunan. Salah satu pentingnya himpunan dalam sisi akademik adalah seperti belajar bareng dimana asisten sendiri dari kakak tingkat dan diskusi sangat sering dilakukan di himpunan, jadi fungsi temen-temen di himpunan itu sih salah satunya. Masuk ke prodi Oseanografi adalah pilihan Bang Yoga sendiri, awalnya ketika SBMPTN memilih FITB karena banyak kegiatan jalan-jalannya. Kemudian memilih Oseanografi karena ingin seeing jalan-jalan ke laut. “Terus aku karena lautnya juga, ya biology oceanography kece gitu, tapi sewaktu masuk ose ternyata fisika semua” ucap Bang Yoga. Akibat hal tersebut, Bang Yoga mengaku menyesal di awal ma-
Tapi ambil mindsetnya kayak gimana. Dengan contoh, di ose bakal merasa ditekan dan ditekan oleh dosen untuk mengerjakan tugas dan lainnya, misal ambil contoh semester 5 dengan 5 praktikum dan jadwal yang padet, output yang didapat emang tidak akan membuat menjadi suka dengan jurusan ose itu sendiri, tapi setidaknya bisa membuat kita siap untuk menghadapi tekanan dalam dunia pekerjaan. “Oseanografi ITB sangat mahal dari sisi analisisnya, tapi Indonesia belum bisa membayar orang semahal itu untuk analisis doang. Karena data laut yang dibutuhkan ga sedalam itu, dan rata-rata orang lebih memilih untuk membayar oang lain yang lebih murah. “ Bang Yoga. Baginya banyak yang bisa dibanggakan dari mempelejari ilmu Oseanografi. Salah satunya adalah dari segi analisis, cara berpikir karena di ose sendiri sangat diajarkan flowchart untuk memecahkan masalah. “Terkadang kita punya ilmu, tapi orang tidak percaya dengan ilmu yang kita punya. Jadi solusinya harus banyak cari kerja sama jurusan lain, intinya kita harus punya ilmu lain buat ngerjual ilmu oseanografi itu sendiri” Bang Yoga.
Reyno Rivelino Duta M. Dibandingkan dengan himpunan mahasiswa program studi lain yang ada di ITB, HMO “TRITON” ITB masih terbilang cukup muda. Lalu bagaimana pendapat salah satu alumni Oseanografi ITB yang merintis berdirinya himpunan ini? Reyno Rivelino Duta adalah salah satu alumni Oseanografi angkatan 2007. Sebagai salah satu angkatan yang merintis berdirinya himpunan mahasiswa Oseanografi, menurut Kak Reyno dahulu himpunan ini masih seperti “piyik” (anak ayam). Karena masih merintis, maka masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan system himpunan yang mengikuti budaya-budaya dari HMGM (Himpunan Mahasiswa Geofisika dan Meteorologi). Dulu, disampaikan bahwa program kerja terbesar dari suatu himpunan adalah kaderisasi anggota baru himpunan atau yang saat ini lebih dikenal dengan Pendidikan Dasar (Diksar). Hal ini bukan tanpa alasan, karena dalam keberjalanan proker ini melibatka banyak elemen seprti massa himpunan (badan pengurus himpunan) hingga mahasiswa yang sudah bergelar “swasta”. Lalu bagaimana perancangan konsep dan materi dari proker Diksar? Secara umum untuk triton jas merah
menentukan konsep yang akan digunakan dalam himpunan tidak jauh berbeda dengan himpunan pada umumnya. Pertama pasti selalu diawali dengan penentuan ketua himpunan. Setelah itu akan disusun materi yang harus melalui tahap audiensi kepada BPA dan tak lupa juga kepada kakak-kakak swasta. Wah mendengar kata-kata “swasta” sebagian besar orang pasti sudah membayangkan diskusi dan kajian yang sangat sengit ya, tapi tenang audiensi ini hanya dilakukan satu kali. Dalam keberjalan konsep dan materi yang telah dibuat, BPA dan swasta selalu mengawasi dan mengontrol keberjalanan Diksar. Sehingga dalam keberjalanannya akan dilakukan audiensi sebelum melakukan pertemuan dengan calon anggota himpunan. Seiring berjalannya waktu tentu saja muncul ide dan inovasi untuk mengembangkan himpunan kea rah yang lebih baik. Himpunan mulai menonjolkan nilai kekeluargaan daripada hanya menggembleng bidang akademik atau keprofesian saja. Dari sana dibentuklah proker besar lainnya, yaitu POSEIDON. Tidak berhenti di POSEIDON, proker Ekskursi Besar juga men-
jadi salah satu inovasi dalam himpunan. Kedua proker ini tergolong ke dalam proker besar himpunan karena dalam keberjalanannya melibatkan banyak elemen. Selanjutnya, bagaimana sih ceritanya Kak Reyno bias masuk prodi Oseanografi? Kak Reyno berecrita kalau sebenarnya Oseanografi adalah pilihan kedua saat pengisian kuesioner jurusan. Pada saat itu di FITB baru terdiri dari tiga jurusan saja, yaitu Oseanografi, Meteorologi dan Teknok Geologi, sedangkan Teknik Geodesi dan Geomatika masih berada di bawah naungan FTSL. Dan tentu saja saat itu jurusan Teknik Geologi masih menjadi jurusan yang sangat diincar. Wah, apakah Kak Reyno menyesal masuk di jurusan Oseanografi? Bagi kak Reyno tidak da perasaan menyesal, biasa saja, dan senang-senang saja di jurusan Oseanografi. Alasan utamanya adalah, di jurusan ini ia masih bias “mbolang� atau jalan-jalan kesana-kemari. Dan memang terbukti bahwa di jurusan Oseanografi kita akan sering pergi ke laut atau minimal ke daerah pantai, tapi bukan untuk main-main ya, tujuannya
tentu untuk mendukung proses pembelajaran di program studi Oseanografi engingat objek kajian utama kita adalah tentang laut. Saat ini Kak Reyno masih sering berada di kampus untuk mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan remote sensing, geothermal¸dan geologi juga. Tidak hanya itu, Kak Reyno juga mengerjakan beberapa proyek yang berkaitan dengan kajian Geosains dan kajian social terkait pengembangan panas bumi.
Leonardus Martin Berbicara tentang Himpunan Mahasiswa Oseanografi kala itu, bagi Ka Martin yang pada saat itu masih tidak tahu arah kedepannya mau menjadi himpunan seperti apa. Karena HMO sendiri saat itu masih termasuk dalam himpunan termuda dan masih dibawah naungan HMGM di Institut Teknologi Bandung. Namun, seiring berjalannya waktu, HMO semakin jelas dan semakin berkembang kearah yang lebih baik terutama dalam bidang yang berhubungan dengan lautnya. HMO secara pribadi, bagi ka Martin ialah tempat untuk ia di tempa dan tempatnya untuk berkembang. Dalam hal ini, positifnya dalam berhimpun di HMO bisa belajar banyak, belajar bagaimana caranya untuk berorganisasi, belajar untuk mengembangkan diri, dapat terlihat juga berbagai karakter orang-orang yang dijumpai. Tetapi bagi Ka Martin sendiri ada yang lebih terasa dari positifnya berhimpun, yaitu bagaimana caranya kita bisa berpikir logic dan cepat dalam mengambil keputusan. Karena hal ini mau diakuin atau tidak, orang yang berkecimpung di himpunan atau sebuah organisasi akan merasakan efek positifnya nanti. Berbicara dari sisi triton jas merah
Oseanografinya, ka Martin sendiri sempat merasa menyesal karena merasa tidak sesuai dengan harapan baik dari segi pembelajarannya atau ga kebayang setelah lulus nanti mau ngapain atau kerja apa. Tapi ka Martin sendiri berprinsip bahwa life must goes on , dan ambil hikmahnya aja. Baginya, kuliah di jurusan Oseanografi itu jadi pengalaman yang susah untuk didapatkan di jurusan lain. Karena orang yang belajar di jurusan Oseanografi itu udah belajar sesuatu yang ga normal. Ia menganggap, kapan lagi ada orang yang mau dengan sengaja belajar tentang gelombang, arus, pasangsurut, dkk. Jika dibayangkan dengan orang teknik mau masuk dunia bisnis, pasti mereka akan belajar masalah ekonominya juga, tapi sebaliknya kalo ada orang bisnis sangat jarang atau bahkan dapat dikatakan minim sekali yang dengan sengaja belajar ilmu Oseanografi. Itu merupakan suatu nilai positif dalam hidup, yaitu memiliki ilmu yang kebanyakan orang lain gapunya. Dalam hal ini, ilmu Oseanografi dapat dibanggakan, karena ga semua orang bisa mengerti ilmu itu. “. Kalo dibayangin orang-orang di kampus saya yang S2 dan S3 jurusan Ocean Engineering, belum ten-
tu mengerti masalah Oseanografi. Dan kita yang setara S1 udah bisa segitu udah sangat hebat’ – Ka Martin. Namun, selain dari ilmunya, yang bisa dibanggain dari jurusan Oseanografinya adalah dari sisi kekeluargaannya, karena jurusan ini jurusan yang bisa dibilang sedikit orang-orangnya dan relative dalam setahun Cuma 40-an, yang pada akhirnya bisa dengan mudah deket satu sama lain, dan bisa menemukan suatu keluarga baru di lingkungan yang baru. Ka Martin merupakan alumni Oseanografi dan ia masuk di tahun 2010, kini kesibukannya adalah mengerjakan thesis karena tahun depan (tahun 2019, bulan maret) harus lulus. Setelah lulus ka Martin melanjutkan studinya di universitas Zhejiang, di China lebih tepatnya di kota Zhousan. Baginya perbedaan antara Oseanografi di ITB dan di Zhejian University adalah lebih banyak memodelkan kalo di Zhejian University, meski jenjang S2 tapi mirip-mirip sama S1 di ITB, lalu di Zhejian University lebih sering ke labnya dari pada ekskursi ke lapangan seperti di ITB. Kalo urusan menyelam, orang di Zhejian University tidak diperkenalkan ilmu selam seperti di ITB, dan
lebih sering ambil sampel dan data kemudian di olah dan di modelkan. Bagi ka Martin sendiri kesan kuliah S2 di China sebagai orang Indonesia yang tinggal di Negeri Orang seperti pulang kampung karena kebetulan ka Martin sendiri orang China. Awalnya pernah ngerasa aneh dan tidak terbiasa, dimulai dari makanan sehari-haro, gaya hidup, dll. Namun, Ka Martin percaya bahwa kemampuan adaptasi orang Indonesia itu cepat, dan rata-rata tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi hingga akhirnya cukup enjoy. “Disini orang bisa merasakan apa yang ga orang lain rasakan. Dateng ke China , and you will amaze by this country. “ ujarnya.
Yunaldi Angga Putra Himpunan Mahasiswa Oseanografi ‘TRITON� ITB di mata Ka Angga merupakan himpunan yang banyak membawa hal positif, meski pada tahun pertama dirinya di Oseanografi belum menjadi anak “himpunan banget�, karena pada saat itu ia lebih sering dan aktif di unit. Namun, pada tahun selanjutnya ka Annga lebih aktif di himpunan dan sempat menjabat di bp pada saat itu, Menurutnya saat itu keadaan himpunan sangat nyaman, orang-orang dihimpunan sangat menyenangkan dan saat menjabat menjadi Kadiv Kominfo lebih sering berinteraksi dengan senior dan junior, terutama teman-teman seangkatan. Baginya hal yang paling mengesankan di himpunan sendiri adalah ketika sednag berlangsung rapat namun massa himpunan sibuk mengerjakan laporan praktikum. Berbicara jauh tentang himpunan, salah satu alasan Ka Angga memilih jurusan Oseanografi sendiri adalah karena menyukai bidang fisika, hal itu yang membuat ia tertarik untuk memilih jurusan Oseanografi ketimbang jurusan lain. Ka Angga sendiri merupakan alumni dari Oseanografi dan kala itu masuk pada tahun 2011. Saat ini ia bekerja dan tinggal di Australia. Ia bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang constructions and agribusiness. Meski saat ini pekerjaannya itu tidak ada sangkut pautnya dengan bidang Oseanografi, namun hal itu tidak membuat ia berhenti untuk berkembang. triton jas merah
Gillang Noor N. G. Bang Gillang bercerita mengenai kondisi himpunan ketika pertama kali masuk, menurutnya, karena jumlah anggotanya yang sedikit jadi lebih gampang buat kenal sampe ke angkatan-angkatan atas, dan berhubung umur HMO masih muda, bila dlihat secara keorganisasian HMO masih dalam tahap pembelajaran. Orang-orang di dalamnya lebih interest ke hal-hal yang bersifat fun dibanding tentang keilmuan atau keorganisasiannya itu sendiri. Kalo hubungan dengan awal-awal masuk HMO sih engga terlalu bergaul sama swasta, cuma semenjak masuk PPK gue malah lumayan sering maing/ngobrol bareng 2009 (terutama Agung dkk) Kemudian Bang Gillang juga berpendapat bahwa perlunya kita menegakkan keilmuan kita lebih serius lagi, apalagi melihat sekarang udah ada IA OS dan banyak alumni yang sepertinya mau (terutama yang jadi peneliti pemerintah) jika diajak berkolaborasi kearah keilmuan. Sedikit ceria mengenai Diksar juga, Bang Gillang sendiri memiliki pandangan capain diksarnya kebanyakan emang kurang mengena secara fundamental dan cederung masih pake metode yang sama triton jas merah
tiap tahunnya. Tapi itu juga ada kaitannya sama waktu diksar yang terbatas dan pemahaman diksar yang memang hanya sebagai pintu awal sebelum masuk ke himpunan. Sebagai mantan senator, tentunya Bang Gillang menjadi garda terdepan dalam penyampaian aspirasi di kongres. Menurut Bang Gillang, pandangan massa kampur ke HMO yang bisa disebut sebagai himpunan muda biasa saja. Selain itu Bang Gillang merasa menjadi senator adalah hal yang berkesan selama berkegiatan di himpunan. Karena banyak yang bisa diambil hikmahnya dari segi apapun. Selain itu Bang Gillang juga sangat rindu PPK tempatnya mengerjakan tugas akhir. Bang Gillang mengaku selain memang tertarik dengan gelombang, juga sudah dekat dengan Pak Hamzah sejak awal masuk oseanografi, ditambah karena dosen walinya juga. Harapan Bang Gillang untuk HMO kedepannya Semoga semakin menggema di seantero kampus dan bisa jadi rujukan buat himpunan-himpunan mahasiswa yang berhubungan sama laut di Indonesia.
Karina aprilia s. Berbicara sedikit mengenai sejarah HMGM, tentunya Bu Alin salah satu orang yang tepat untuk menceritakan sejarahnya. Ketika Bu Alin masuk pada tahun 2003 jurusan oseanografi masih bergabung dengan HMGM. Ketika jaman Bu Alin, kahim HMGMnya adalah Hengki dari jurusan meteorology, dan saat itu Bu Alin menjabat sebagai sekjen di tahun 2005. Di tengah kepengurusan, HMGM pecah. Karena pada saat itu ada pemilihan rektor baru di Teknik Geofisika dan saat itu Teknik Geofisika dilebur jadi hilang, sehingga himpunanya jadi lepas dari HMGM, dan pada saat itu bukan FITB atau FTTM tapi sebutannya FIKTM. Selain itu juga salah satu pecahnya HMGM itu karena dapet tekanan dari ITB sendiri, karena biasanya himpunan itu berada dibawah prodi sendiri dan pada saat itu kaprodi untuk oseanografi adalah Bu Nining, dan memang kondisinya sangat membingungkan saat itu sehingga kelanjutannya sempet tidak jelas. Kemudian Bu Alin bercerita pada tahun 1999 sebenernya banyak mahasiswa yang ingin buat himpunan sendiri untuk oseanografi, oleh karena itu beberapa mahasiswa di awal tahun 2000an
banyak yang non himpunan karena ada juga yang di KMO. Awal ingin pisah sempat bingung siapa yang menjadi kahimnya, banyak juga tekanan dari swasta yang emang mereka anak HMGM. Mereka sebagai swasta agak keberatan untuk berpisahnya himpunan HMGM ini, tapi kalo dipikir lagi secara logis yang mau gimana lagi udah gabisa satu himpunan, jadi lebih baik himpunan bubar aja misahin diri. Jadi intinya pada masa angkatan Bu Alin adalah masa peralihan ketika HMGM bubar dan himpunan mahasiswa Oseanografi membuat himpunan sendiri. Bu Alin sendiri mengaku sejarah pisahnya HMO dari HMGM itu bermula dari angkatannya, tapi mulai adanya AD/ART setelah angkatannya lulus. “Mungkin cerita yang secara turun temurun dari kakak tingkat agak berbeda, karena ya angkatan saya sendiri yang merasakan perpecahan HMGM. Mungkin puncak pisahnya di tahun 2010, kayak ospek dan lain-lainnya udah pisah� ujar Bu Alin.
Saat Kak Dzorfi baru memasuki dunia Kuliah di ITB (pada masa TPB), awalnya tertarik buat masuk Teknik Geologi. Tapi dengan IP yang belum cukup buat masuk jurusan tersebut maka Kak Dzorfi memilih untuk masuk Oseanografi karena kuliah di Oseanografi yang dipandangnya sangat asik di lapangan. Dimulai dari Snorkle Diving, Scuba Diving, dan sebagainya. Pandangan Kak Dzorfi mengenai Himpunan Mahasiswa Oseanografi “TRITON” ITB ini adalah himpunan yang muda banget terbentuk karena dari sejarah singkatnya yang dulunya terpecah dari HMGM (Himpunan Mahasiswa Geofisika dan Meteorologi) yang terdiri dari 3 jurusan yaitu Geofisika, Meteorologi, dan Oseanografi. Meskipun Himpunan ini lebih muda dibandingkan Himpunan lain, Kak Dzorfi sendiri banyak mendapatkan pelajaran-pelajaran berharga disini. Seperti waktu jaman Pendidikan Dasar, Magang dan Staff di Himpunan, dan sebagainya. Pelajaran yang didapat dari Kak Dzorfi dimulai saat Pendidikan Dasar (Diksar) HMO ”TRITON” ITB. Saat itu awalnya Kak Dzorfi merasa bahwa sangat malas untuk mengikuti hal-hal seperti triton jas merah
itu. Karena saat itu sistem nya harus ada Penanggung Jawab dari masing-masing anggotanya, maka akhirnya Kak Dzorfi terpaksa harus menerima Tanggung Jawab sebagai PJ Senam. Lalu, Ka Dzorfi bertanggung jawab menjadi PJ Senam dengan melakukan gerakan yang tidak mengikuti Internet. Menariknya saat Kak Dzorfi mendapatkan status Anggota Biasa Himpunan Mahasiswa Oseanografi “TRITON” ITB, Kak Dzorfi mendapatkan nomor anggota 062 (dua terbawah gabungan mete dan ose). Saat Kak Dzorfi menjadi Anggota Biasa HMO “TRITON” ITB, awalnya Kak Dzorfi magang di Divisi Olahraga dibawah Kak Aris pada kahim masa Handyra. Lalu saat proses magang selesai, Kak Dzorfi memilih dua divisi yaitu pilihan satu kesenatoran dan pilihan dua intrakampus. Lalu, Kak Dzorfi terpilih menjadi staff intrakampus. Sedangkan Kak Choky memilih pilihan pertama Intrakampus dan pilihan kedua kesenatoran. Menariknya Kak Choky terpilih di Kesenatoran. Kak Dzorfi merasa diterima di intrakampus karena Kak Dzorfi merasa orang yang malas sehingga tidak cocok di kesenatoran. Saat memasuki
Dzorfi Bardani Nufus Badan Pengurus Angkatan 2012, Kak Choky terpilih menjadi Ketua Himpunan melalui Musyawarah. Kak Dzorfi saat itu memutuskan untuk menjadi Ketua Diksar. Alasan mau menjadi Ketua Diksar karena dia ingin melakukan perubahan dari segi budaya dan sistematikanya dan di diksar sebelumnya Kak Dzorfi menjadi Danlap. Saat itu Hearing Ketua Diksar menglahkan dua calon lainnya yaitu Kak Ian dan Kak Ai. Pendidikan Dasar yang diketuai oleh Kak Dzorfi sendiri sempat mengalami masalah yang fatal. Dimulai dari Masalah dengan Dosen Wali Bu Mutiara saat itu yang tidak memperbolehkan Kak Dzorfi untuk menjadi Ketua Diksar. Akan tetapi masalah itu mendapat jalan keluarnya. Yaitu dengan membuat surat secara tertulis dengan Kak Choky sebagai ketuanya. Akan tetapi soal eksekusi seperti rapat atau di lapangannya Kak Dzorfi yang mengurusinya. Lalu ada masalah Lembaga Kemahasiswaan yang mengizinkan Ospek Jurusan di ITB hanya 5 hari. Kak Dzorfi bersama Mamet saat itu Kak Jotet sangat bingung mengurusi masalah ini karena waktu 5 hari yang tidak cukup untuk memberi materi kepa-
da peserta diksarnya. Sehingga Diksar yang dipegang oleh Kak Dzorfi dianggap menjadi evaluasi kedepannya agar perubahan yang dibawa bisa cukup dalam waktu 5 hari. Sesudah menjadi Ketua Diksar, Kak Dzorfi menyudahi perjalanannya menjadi Kader Himpunan. Menurutnya saat itu, Himpunan sebagai tempat bernaung. Memperbanyak ngobrol, tawa bercanda, dan main game bersama yang lain di Himpunan. Akhirnya setelah Kak Dzorfi lulus, Kak Dzorfi bekerja Jakarta di daerah Tamrin di perusahaan PT. Cakrawala Mega Indah, perusahaannya itu anak dari AAP Sinar Mas sebagai Tenaga Admistrasi. Pesan dari Kak Dzorfi sendiri yaitu jangan pernah menyesal untuk bergaul bersama temanteman di Himpunan. Karena teman-teman disini walaupun bodoh-bodoh tetapi banyak yang bisa membantu dari segi akademik dan sebagainya dan membuatnya bahagia bisa bersama HMO “TRITON� ITB.
Haidar Asyraffauzan W. (Acop) Waktu masa awal memasuki Kampus Gajah sebelumnya Kak Acop berminat di Jurusan Astronomi dan pilihan keduanya FITB. Lalu, mendapatkan pilihan kedua di FITB. Saat di FITB, awalnya Kak Acop memilih Jurusan Oseanografi karena kalau masuk Teknik Geologi takut merasa paling bodoh, kalo Meteorologi terlihat lebih susah, dan di Teknik Geodesi ga suka dengan osjurnya. Kak Acop memilih Oseanografi karena suka berenang dan suka air. Saat memasuki jurusan Oseanografi, awalnya Kak Acop orang yang males buat ikut Diksar Tetapi saat baru menjadi Anggota Biasa di HMO “TRITON” ITB, Kak Acop merasa menyesal males di Diksar karena gak tau apa-apa tentang HMO”TRITON” ITB dan hanya tau angkatannya saja. Lalu, semester 4 kak Acop mulai sering ke Himpunan. Di Himpunan merasa terbantu banget akademiknya karena di Himpunan teman-teman nya sesuai dengan profesi nya mastriton jas merah
ing-masing. Walaupun Jurusan Oseanografi dianggapnya ga terlalu sulit dengan mengartikan kata Oseanografi Fisis tapi realitanya susah di Oseanografi. Jadi Kak Acop merasa terbantu di Akademiknya contoh tiba-tiba script udah dikasih teman angkatan. Pandangan Kak Acop tentang HMO “TRITON” ITB yaitu kalo di Himpunan merasa orang-orangnya rame-rame. Seperti merokok bareng, ramerame main di Himpunan, Main bola dan lain-lain. Bisa dibilang juga di HMO “TRITON” ITB ini orangnya dikit jadi bisa saling kenal dan bareng-bareng dimana pun. Kesibukan Kak Acop saat ini yaitu masih mencari kerja. Karena kerjanya masih ga tetap, seperti ikut proyekan dan selagi Kak Acop bisa dan dipanggil pasti diambil semua. Contohnya nurunin ADCP, terus survey PCO_2. Proyekannya masih di bidang Oseanografi, tapi pernah sekali juga proyekannya menyimpang dari bidang Oseanografi
yaitu jadi tourguide. Tapi karena lingkungan Kak Acop adalah lingkungan Oseanografi, jadi biasanya kalo dapet proyekan pasti yang berhubungan dengan Oseanografi. Ada juga proyek dari dosen, biasanya dari Bu Susan sama Pa Ayi. Sebelumnya, Kak Acop sekarang sedang berminat melanjutkan Studi S2 di Luar Negeri karena Kak Acop kurang berminat untuk Fasttrack. S2 di Luar Negeri seperti Australia, Jepang, Amerika, pokoknya di Eropa. Sebenernya di Australia sama Jepang udah dicoba, tapi belum rezeki karena kemarin kendalanya beasiswa yang diprioritaskan ke yang lebih tua. Pesan Motivasi dari Kak Acop sendiri khususnya buat angkatan 2017 yaitu hidup itu pilihan dan kalian sendiri yang nentuin pilihan untuk masuk Oseanografi ITB dan percaya aja ada rencana Tuhan pasti ada yang baik. Intinya kalau udah masuk Oseanografi jalankan dengan ikhlas.
Agung Christy Rado Togaraja S. Ka Agung kini melanjutkan pendidkan S2nya di Belanda, jurusan Dredging engineering. Dredging engineering itu adalah rekalmasi dan pengerukan. contohnya seperti bagaimana pipa dibawah laut jika ditaruh tidak bergeser seperti ditanam itu perlu diperhitungkan agar tidak bergeser pipanya. Ini juga melibatkan ilmu dari teknik sipil bahkan teknik mesin. Kata Ka Agung, harus mempelajari tipe tipe soal ose, karena sangat berguna. Dengan kuliah yang padat membuat terbiasa untuk kedepannya. Menurut ka agung, yang himpunan harus ajarkan itu adalah soal nasionalisme bukan fanatisme. Contohnya jika ada seminar internasional tapi kita lebih mementingkan himpunan, nah itu yang harus dihindari. Tapi bukan berarti tanggung jawab terhadap him-
punan harus ditinggalkan. Alangkah lebih baiknya development itu mulai dari awal, baca aja dulu paper dari sekarang. Ilmu pengetahuan itu soal puzzle, apapun yang kita kerjakan nanti akan berkontribusi terhadap puzzle itu. Puzzle itu jika sudah tersusun berarti pekerjaan itu sudah terpecahkan. Alasan S2 tersebut karena penasaran engineering itu seperti apa. Dan awalnya pengennya kelautan. Di PPI ka Agung mengembangkan dan menjadikan wadah sains dan teknologi pagi para anggotanya dan menanamkan nilai kekeluargaan karena jika menanamkan nilai fanatisme maka tujuan tersebut tidak akan tercapai. Latar Belakang Jadi ketua PPI? Awalnya dulu mau jadi ketua himpunan, tetapi memilih mundur karena harus memban-
tu orang tua. Lalu, ingin juga berkecimprung di dunia politik sehingga bisa di mulai dari sini. Dihimpunan harus dituntut disiplin, dimulai dari disiplin mengenai barang- barang atau fasilitas di ose, karena alat- alat ose mahal, jadi harus ditanamkan rasa disiplin. HImpunan yang ditanami itu nasionalisme. Dan harus ditanami juga jika orang2 yang akan masuk himpunan itu memiliki pola pikir yang konstruktif bukan kritis. Kritis belum tentu konstruktif dan solutif tetapi konstruktif itu sudah pasti kritis. Menurut ka Agung, himpunan harus menyesuaikan dengan karakter anggotanya. Himpunan harus punya target untuk beberapa tahun kedepan. Selama dihimpuanan harus bertindak professional, lakukan apa yang seharusnya dilakukan.
gesta maulana h. Dalam penjelasannya mengenai hal – hal yang berkaitan dengan himpunan, Kak Gesta menyataka bahwa HMO ini merupakan sebuah bagian dari keluarga besar yang beliau miliki. Kak Gesta bercerita bahwa beliau dari jaman SMP itu sudah snagat cinta dengan yang Namanya HMO “TRITON” ITB. Karena mulai jaman SMP Kak Gesta ini sudah mencari tahu hal – hal yang berkaitan dengan Oseanografi dan memang cita – citanya sudah besar ingin masuk ke ITB dari sejak dulu. Beliau selalu mencari – cari informasi tentang Oseanografi dan ITB itu sendiri dan hingga akhirnya beliau memutuskan dari semenjak sebelum masuk ITB sudah menginginkan untuk menjadi Ketua Himpunan (KAHIM) HMO “TRITON” ITB. Dalam perjalanan nya, saat beliau masuk ITB beliau sudah berambisi untuk bisa di Oseanografi, dan saat masuk jurusan Oseanografi pun beliau menempuh jalur – jalur yang biasanya menguntungkan atau menjadi nilai tambah untuk bisa menjadi seorang ketua himpunan di HMO. Yaitu dengan aktif di OSKM sebagai panitriton jas merah
tia keamanan, dan juga menjadi mamet (materi metode) di DIKSAR HMO “TRITON” ITB. Jalan – jalan yang ditempuh oleh Kak Gesta itu memang tidak sia – sia sehingga akhirnya beliau bisa menjadi ketua himpunan HMO “TRITON” ITB. Dulu memang sempat mencari – cari tim sukses hearing – hearing yang membuat itu semua menjadi seru untuk dijalani menurut beliau. Pesan beliau bagi HMO terutama di 10 tahun HMO “TRITON” ITB adalah semoga HMO ini bisa menjalin hubungan lebih baik lagi dengan para alumni dan juga internalnya, dan bisa semkain baik dalam berbagagi aspek dan apabila ada pertanyaan – pertanyaan mengenai himpunan ataupun Oseanorafi itu sendiri bisa ditanyakan kepada Kak Gesta.
galeri temu alum 3 Novemb
triton jas merah
mni oseanografi ber 2018
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.� -Ir. Soearno