4/5/2017
SIMAK - UI
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI POLIKTENIK IMIGRASI
Fratasik Hippy | 2017
Contents I.
Model-model Pembelajaran Bahasa ................................................................................................ 2 A.
Belajar dan Pembelajaran ............................................................................................................. 2
B.
Pengajaran Bahasa Inggris ........................................................................................................... 5
C.
Pedagogy dan Andragogy ........................................................................................................... 10
D.
Pengajaran Berpusat Pada Siswa (Student-Centered Learning / SCL) ................................ 11
II.
Politeknik Imigrasi ........................................................................................................................ 14
A.
Sekilas Tentang Politeknik Imgirasi ........................................................................................... 14
B.
Sistem Pendidikan ........................................................................................................................ 15
C.
Pengajaran .................................................................................................................................... 15
III. Student-Centered Learning (SCL) pada Pengajaran Mata Kuliah Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi .................................................................................................................................... 17 IV.
V.
Kesimpulan dan Saran ................................................................................................................. 20
A.
Kesimpulan .................................................................................................................................... 20
B.
Saran .............................................................................................................................................. 20 DAFTAR BACAAN .............................................................................................................................. 21
1|Model Pembelajaran Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi
I.
Model-model Pembelajaran Bahasa A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Prof. Dr. Anisah Basleman, M.Si pada bukunya, “Teori Belajar Orang Dewasa” (2011: 7) menuliskan beberapa pengertian belajar; antara lain: a. Burton 1 (1962: 13), “Learning is a change in the individual due to interaction of that individual and his environment, which fills a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment”, belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan
dan
menjadikannya
lebih
mampu
melestarikan
lingkungannya secara memadai. Pada definisi itu terlihat ada kata-kata kunci yang mencirikan tingkah laku individu dalam belajar, yaitu perubahan, interaksi, dan lingkungan. b. Travers 1 (1977: 6) mendefinisikan “Learning .... involves a relatively permanent change in behavior as a result of exposure to conditions in the environment”, belajar mencakup perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku sebagai akibat dari penyingkapan terhadap kondisi dan lingkungan. Kata kunci yang tertera dalam definisi, yaitu kata perubahan, tingkah laku dan lingkungan. c. Menurut Gagne (1977: 3), “Learning is a change in human disposition or capability, which persist over a period of time, and which is not simply ascribable to process of growth”, belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi (watak) atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung selama suatu jagnka waktu dan tidak sekadar menganggapnya proses pertumbuhan. Kata kunci dalam definisi ialah perubahan, watak, dan waktu. Jenis perubahan
yang
demikian
itu
disebut
‘belajar’,
yakni
mengejawantahkan diri sebagai hasil perubahan tingkah laku. Jadi, 2|Model Pembelajaran Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi
belajar dapat dilihat dengan membandingkan tingkah laku yang terjadi sebelum individu berada dalam situasi belajar dan tingkah laku yang dapat ditunjukkannya setelah ia diberi perlakuan. Perubahan itu berupa
peningkatan
kemampuan
dalam
bentuk
penampilan
(performances). Hasil belajar juga menunjukkan adanya perubahan watak, sikap, minat dan nilai. Perubahan hendaknya bersifat permanen dan dapat disimpan di dalam ingatan selama mungkin. Perubahan
hendaknya
dibedakan
dengan
perubahan
akibat
pertumbuhan, seperti tinggi atau perkembangan otot sebagai hasi latihan (exercise). d. Dahama dan Bhatnagar (1980: 150) mengatakan “any change of behavior which takes place as a result of experience may be called learning�,
belajar
ialah
setiap
perubahan
tingkah
laku
yang
berlangsung sebagai hasil dari pengalaman. Menurut mereka, pengalaman belajar adalah reaksi mental dan fisik terhadap penglihatan, pendengaran, dan perbuatan mengenai sesuatu yang dipelajari dan dengan reaksi mental itu seseorang memperoleh pengertian dan pemahaman yang bermanfaat dalam pemecahan masalah baru. Belajar hanya bisa berlangsung apabila wagra belajar bereaksi terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Dengan kata lain, warga hendaknya aktif belajar. e. Apps (1979: 159-160) mengajukan lima cara mendefinisikan belajar: 1) Dari sudut pandang disiplin mental klasik, “Learning is training the mind and accumulating knowledge. It is an inner development process that focused on such powers as imagination, memory, will, and reason.� Belajar adalah pelatihan dan pengumpulan pengetahuan. Belajar merupakan suatu proses pengembangan batin yang berpusat pada daya seperti imajinasi, ingatan, kehendak dan nalar. Kata
kunci
dalam
definisi
ini
ialah
pikiran
pengumpulan pengetahuan dan proses pengembangan.
3|Model Pembelajaran Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi
(mind),
2) Dari sudut teori pengembangan, “Learning as a process of individual
development”,
belajar
adalah
suatu
proses
pengembangan individu. Kata kuncinya adalah proses pengembangan. Belajar, menurut batasan ini merupakan kegiatan yang diindivdualisasi secara sungguh-sungguh, mencakup perasaan, ataupun fakta. Karena
manusia
berkembang
sepanjang
hayat,
menurut
pandangan ini manusia mengalami berbagai macam kebutuhan yang berfungsi memotivasi belajar 3) Mereka yang mendukung persepsi teori belajar melihat “Learning as a dynamic process where by one forms a collection or aggregate of learning that never remain fixed”, belajar adalah suatu proses yang dinamis untuk membentuk waktu kumpulan pengetahuan yang tidak pernah utuh dan tidak berubah. Kata kuncinya ialah proses dinamis dan pengumpulan pengetahuan. Batasan ini sebenarnya mengandung cacat karena kata yang didefinisikan, yaitu ‘learning’ digunakan pula untuk menjelaskan ‘learning’. (Mungkin salah cetak: learning seharusnya knowlede, pen). Menurut penganut teori ini, proses belajar berarti menghubungkan gagasan baru dengan fakta yang telah ada dalam pikiran. 4) Dari sudut pandang penganut behaviourisme, “learning is a chance in behaviour”, belajar yaitu suatu perubahan tingkah laku. Kata kuncinya ialah perubahan dan tingkah laku. Belajar dari perubahan dalam tingkah laku dikendalikan oleh lingkungan yang berasal dari luar diri warga belajar. Dari sudut pandang penganjur teori Gelstalt medan, “Learning as the development of insights resulting from the person’s interaction with his or her environment”, belajar sebagai pengembangan wawasan
yang
dihasilkan
dari
interaksi
orang
lingkungannya.
4|Model Pembelajaran Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi
dengan
Kata kuncinya ialah wawasan, interaksi, dan lingkungan. Interaksi atau pengalaman dalam batasan ini biasanya dicirikan sebagai pemecahan masalah. 2. Pengertian Pembelajaran Prof. Dr. Anisah Basleman, M.Si dan Prof. Dr. Syamsu Mappa dalam
buku
mereka,
Teori
Belajar
Orang
Dewasa
(2011:
14)
menyebutkan bahwa pembelajaran bisa digunakan untuk menyatakan hasil,
proses,
atau
fungsi.
Jika
pembelajaran
digunakan
untuk
menyatakan hasil, maka tekanannya diletakkan pada hasil pengalaman. Jika penekanannya pada pernyataan proses, ketika suatu menerangkan apa yang terjadi ketika suatu pengalaman pembelajaran berlangsung; biasanya proses itu untuk memenuhi kebutuhan mencapai tujuan. Jika istilah pembelajaran digunakan untuk menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya diletakkan pada aspek-aspek penting tertentu (seperti motivasi) yang diyakini bisa membantu menghasilkan belajar. Smith, R. M. 1 (1982: 34) berpendapat bahwa pembelajaran tidak dapat didefinisikan dengan tepat karena istilah tersebut dapat digunakan dalam banyak hal. Pembelajaran digunakan untuk menujukkan: (1) pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu, (2) penyuluhan dan penjelasan mengenai arti pengalaman seseorang, atau (3) suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi yang relevan dengan masalah.
B. Pengajaran Bahasa Inggris 1. ELT (English Language Training) Dalam penyelenggaraannya, ELT dibagi dalam beberapa jenis dilihat dari faktor sosial, ekonomi, dan teknologi komunikasi, antara lain; a. English as a Foreign Language (EFL) – Pengajaran bahasa Inggris di negara non-pengguna Bahasa Inggris.
5|Model Pembelajaran Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi
b. English as a Second Language (ESL) – Pengajaran bahasa Inggris terhadap selain penutur asli bahasa Inggris di negara pengguna Bahasa Inggris. c. English for Young Learners (EYL) – Pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa tambahan terhadap anak kecil, beranjak remaja dan remaja. d. English for Specific Purpose (ESP) – Pengajaran bahasa Inggris untuk tujuan pekerjaan tertentu seperti untuk bidang medis dan bisnis. e. English fo Academic Purpose (EAP) – Pangajaran bahasa Inggris bagi yang ingin melanjutkan pendidikan akademik. f. Content and Language Integrated Learning (CLIL) – Pengajaran bahasa Inggris pada program silang-kurikulum di mana materi pengajaran program tersebut digabungkan dengan bahasa Inggris pada waktu yang bersamaan – Jo McDonough (2013: 4). McDonough (2013: 6) menggambarkan metode pengajaran bahasa Inggris sebagai berikut: Learners Context
Implementation of goals
Educational Setting Syllabus Construction
Materials, Classroom, Method (Lesson, tests, ... )
Pada diagram di atas, dalam pencapaian tujuan yang berujung pada penyusunan silabus yang tepat dan pemilihan metode pengajaran dan materi yang sesuai , McDonough menekankan dua aspek penting yakni; ‘learners’ dan ‘educational setting’. Pada aspek learners, sangat penting untuk mengetahui ragam karakter yang dimiliki peserta didik. Langkah ini disebut dengan
mapping atau pemetaan. Pemetaan sangat berguna dalam
merencanakan keputusan dan spesifikasi tujuan pembelajaran, seperti contoh, pengajar akan mengetahui seberapa fasih artikulasi siswa didik sehingga jumlah pembicara native yang akan dihadirkan dapat diukur dan diseuaikan.
Pemetaan
juga
akan
memudahkan
pengajar
6|Model Pembelajaran Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi
untuk
mengidentifikasi karakter para siswa didik sehingga pengajar adapat menakar sejauh apa metode yang diterapkan dapat berhasil, misalnya, pengajar akan lebih sering menjelaskan materi di kelas dengan teknologi visual atau melalui pendekatan bahasa tubuh yang tepat. Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan adalah: a) Usia dan minat (ages and interests): akan sangat mempengaruhi topik dan aktifitas pembelajaran yang dipilih, seperti kesesuaian games dan
role play. b) Tingkat kecakapan dalam bahasa Inggris (level of English proficiency): sangat penting untuk mengetahui tingkat kecakapan para peserta didik yang beragam dan mencocokkannya dengan materi yang diberikan. c) Bakat (aptitude): talenta termasuk faktor yang mendukung suksesnya pembelajaran siswa didik. Bakat tidak selalu berbanding lurus dengan kepintaran bahkan tidak terkait sama sekali. Oleh karena itu penting memahami bakat terpendam apa yang dimiliki oleh siswa didik. d) Bahasa ibu (mother tongue): hal ini akan mempengaruhi terutama dalam grammar dan vocabulary. e) Tingkatan pendidikan dan akademik (academic and educational level) : membantu menentukan muatan topik dan kedalaman materi pada bahan ajar. f) Sikap terhadap pembelajaran (attitude to learning): sikap terhadap guru, sekolah dan kepada bahasa yang dipelajari. g) Motivasi (motivation): motivasi adalah faktor yang paling mendasar dan dapat mempengaruhi keseluruhan faktor di atas h) Alasan untuk belajar (reasons for learning): tidak mudah untuk mengidentifikasi hal ini,
biasanya siswa didik pada kelompok usia
sekolah (maksimal SMA) tidak terlalu mementingkan hal ini. Analisis akan faktor ini akan dibutuhkan pada siswa didik kelompok usia dewasa. i) Gaya belajar yang diinginkan (preferred learning styles): hal ini akan membantu dalam menilai metode mana yang paling tepat. 7|Model Pembelajaran Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi
Selain learners, faktor setting menjadi kunci tercapainya tujuan pembelajaran pada diagram di atas tadi. McDonough (2013: 6) menjelaskan bahwa setting adalah keseluruhan lingkungan pembelajaran dan pengajaran. Dengan kata lain, setting akan menentukan apakah tujuan program pembelajaran bahasa, yang berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa didik, akan benar-benar mungkin dan realistik. Pada beberapa keadaan, hal tersebut akan sangat menentukan dalam meletakkan dasar pada pencapaian tujuan tertentu. Pada kasus tertentu, misalnya, pada negara yang menganut sistem politik dan keagamaan tunggal, setting pendidikannya merupakan sebuah ekpresi dari ideologi yang dianut tersebut. Berikut ini adalah beberapa faktor lingkungan, yang dapat digabungkan dengan
berbagai
tingkat
kemanfaatan,
yang
akan
mempengaruhi
perencanaan pengajaran, desain silabus, pemilihan materi dan sumbernya, serta ketepatan metode yang diterapkan. a) Peran bahasa Inggris di negaranya (the role of English in the
country): apakah bahasa Inggris adalah alat komunikasi utama atau mata kuliah utama pada kurikulum nasional, atau kata lain, merupakan bahasa asing pertama (first foreign languange) atau tidak. Hal ini berkaitan dengan lingkungan bahasa di mana bahasa Inggris digunakan dalam percakapan di luar kelas atau tidak. b) Peran bahasa Inggris di sekolah (the role of English in the school): terdapat di kurikulum c) Guru/pengajar (the teacher): status, latar pendidikan, bahasa ibu, sikap terhadap profesi guru, pengalaman, dan harapan dari seorang pribadi guru. d) Manajemen dan administrasi (management and administration): pengendalian
dan
pengaturan
terhadap
urusan
kepegawaian,
keuangan, alokasi sumber dana, dsb. e) Sumber yang tersedia (resources available): buku, materi audio-visual (kaset dan video software dan hardware), laboratorium, komputer, fasilitas reprografik. Desain dan pilihan materi pengajaran akan
8|Model Pembelajaran Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi
dipengaruhi oleh ketersediaan sumber-sumber karena kapasitas mengajar secara efektif melintasi f) Anggota Pendukung (support personnel): administrator, sekretaris, teknisi dan peran dan bantuan spesifik mereka terhadap staf pengajar. g) Jumlah siswa didik (The Number of Pupils): jumlah siswa didik akan berpengaruh terhadap total durasi waktu pengajaran. Di semua tempat di seluruh dunia, permasalahan jumlah siswa didik yang terlalu banyak dalam satu kelas adalah masalah yang selalu dihadapi. h) Waktu
(time)
yang
tersedia
baik
dalam
periodik
tahunan
(longitudinal) dan periodik mingguan (intensif dan ekstensif). i) Lingkungan fisik (physical environment): lingkungan bangunan, faktor kebisingan, keluwesan denah kursi dan meja, ukuran ruang kelas yang sesuai dengan jumlah peserta didiknya, pengaturan suhu ruangan, dan lain-lain. j) Lingkungan sosial-budaya (the socio-cultural environment): hal ini sering menentukan kesesuaian metode dan materi. k) Jenis ujian yang dipakai (the types of tests used) dan metode penilaian terhadap para siswa: prosedur penilaian bisa bersifat formal/informal dan subyektif. Terkadang juga penilaian tersebut bersifat external, seperti ujian nasional, dan internal terhadap lembaga pendidikan dan mata kuliahnya. l) Peraturan yang mengatur pemantauan dan evaluasi (procedures for
monitoring and evaluating) program pelatihan bahasa itu sendiri. Pengendalian dan evaluasi ini dapat dilakukan oleh ‘para petinggi’ atau siapapun yang disepakati oleh pihak kampus dan pihak pengajar.
9|Model Pembelajaran Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi
C. Pedagogy dan Andragogy Dalam pembelajaran, ada dua jenis metodologi menurut Knowles (1980);
pedagogy dan andragogy.
ANDRAGOGY
PEDAGOGY
Dari gambar di atas sekilas dapat dipahami perbedaan antara metode
pedagogy dan andragogy. Pedagogy adalah metode konservatif, di mana guru adalah sentral dan pemberi sedangkan murid adalah penerima. Penguasaan dan penyampaian materi oleh guru kepada siswa menjadi elemen penting dalam model ini sehingga istilah “guru adalah sumber ilmu” dikenal sebagai prinsip utama dalam konsep ini. Tugas guru adalah menyampaikan (to deliver) ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya. Guru merupakan
sumber
belajar
sehingga
pencarian
dan
pengambilan
pengetahuan dari sesama siswa tidak akan berlaku dalam kelas. Model ini menciptakan komunikasi satu arah, yaitu antara guru dan murid saja, di mana guru akan menyampaikan pelajaran, siswa bertanya kemudian guru akan menjawab sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Berbeda dengan pedagoy, andragogy mengacu pada konsep “dari, oleh, dan untuk peserta didik” sehingga peran sumber belajar (guru, pelatih, tutor, fasilitator) bertindak sebagai orang yang memberikan “bimbingan, dorongan, evaluasi serta arahan” untuk memastikan peserta dapat berkembang sesuai 10 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki. Jika pedagogy berfokus pada metode guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan terhadap siswa yang bergantung pada metode dan pemahaman guru saja, andragogy berfokus pada kebebasan, mandiri, dan/atau komunikasi yang aktif di antara siswa dan guru. Pada konsep pedagogy, guru mengendalikan pengalaman belajar para siswa, dan apa yang diajarkan hanya berdasarkan kurikulum kaku, sedangkan pada andragogy, para siswa mengendalikan sebagian besar pengalaman belajar mereka dan termotivasi untuk belajar dan bahkan terlibat secara aktif dalam proses belajar di dalam kelas. Oleh karena itu,
pedagogy lebih sesuai jika digunakan di dalam kelas anak-anak, sedangkan kelas orang dewasa akan lebih tepat jika digunakan metode andragogy.
D. Pengajaran Berpusat Pada Siswa (Student-Centered Learning / SCL) 1. Pengertian SCL Menurut Rodolfo dkk (2001: 2), SCL adalah sistem pembelajaran yang menjadikan murid sebagai inti jantungnya. SCL menjembatani partisipasi aktif dan pencarian pengetahuan secara lebih mandiri dari siswa, serta berusaha menanamkan terhadap mereka akan menyenangkannya proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Jadi, SCL dapat diterapkan di semua tipe aktivitas pembelajaran. SCL berkaitan erat dengan metodologi belajar yang membantu siswa didik mengembangkan sikap, kepanjangan daya akal, dan keterampilan yang dibutuhkan mereka untuk menjadi pembelajar yang kekal, strategis dan motifatif, serta mempunyai keinginan dan kemampuan belajar di luar ruangan kelas dengan keterampilan dalam menemukan ilmu pengetahuan baru dan juga rasa tanggungjawab terhadap proses belajar itu sendiri. Tujuan SCL dapat dicapai hanya dengan menyadari bahwa belajar adalah
proses
bersama
oleh
guru
dan
murid.
Bukan
bermaksud
mengenyampingkan peran guru seperti pada model pedagogy, namun dengan menerapkan metode perkuliahan dan pengajaran lainnya di kelas, 11 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
guru dapat menyajikan cara belajar yang sesuai dengan materi yang tepat sekaligus
dapat
disampaikan
berperan
dengan
baik
sebagai akan
“pembentuk�. menjelma
Perkuliahan,
menjadi
alat
jika untuk
mengembangkan pemikiran kritis dalam senantiasa menjaga motivasi belajar para siswa. Melalui diskusi kelas, guru dapat mengarahkan materi ke ihwal yang diminati oleh para siswa untuk terus menggali materi kuliah di luar kelas baik melalui penelitian lapangan maupun pustaka. Para siswa harus menyadari bahwa komunikasi yang terjadi antara mereka dan guru di dalam kelas hanyalah salah satu dari sekian banyak cara mendapatkan ilmu pengetahuan, sedangakan di luar sana pengetahuan akan lebih banyak lagi didapatkan. Pada saat yang sama, mereka juga harus dituntut untuk menghargai nilai interaksi yang terjadi di dalam kelas. SCL tidak mengarahkan siswa untuk mengabaikan pentingnya aktivitasi belajar di dalam ruangan kelas, namun SCL akan mendorong guru untuk mencoba metode belajar yang lain dengan tidak mengecilkan efektifitas pemberian materi di dalam kelas. SCL juga tidak mengecilkan kemampuan, kecakapan dan kekuasaan guru, namun lebih menuntut kreatifitas, perencanaan yang lebih matang, fleksibilitas dan kepanjangan daya akal. Menurut Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta, Dede Rosyada (2015), SCL merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang kini populer di kalangan praktisi pendidikan di dunia. SCL dipercaya efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran guna meraih hasil belajar mahasiswa secara optimal. Hal ini sesuai dengan filosofi belajar, bahwa belajar merupakan kegiatan memperoleh pengetahuan baru di mana siswa dapat meningkatkan
sikap
dan
perilakunya
seiring
dengan
banyaknya
pengetahuan yang diperoleh. Beliau menambahkan, Angele Attard dan tim dari Education International (EI) dan European Students Union berpendapat bahwa proses belajar terbaik adalah dengan melibatkan para mahasiswa untuk mempelajari materi pelajaran secara aktif. Di saat yang sama, dosen juga lebih berperan dalam memfasilitasi para mahasiswanya belajar. Fasilitas tersebut seperti menugaskan
melaksanakan
riset,
memberi
mereka
peluang
12 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
untuk
mempresentasikan hasil kajian, berdiskusi dengan peer group, dan belajar menyimpulkan hasil diskusinya. Angele Attard membuat perbandingan hasil capaian hasil belajar tersebut seperti dideskripsikan dalam diagram berikut. LEARNING PYRAMID Lecture (5%)
AVERAGE RETENTION RATE
Reading (10%) Audio-visual (20%)
TRADITIONAL
Demonstration (30%)
PASSIVE
DIFFERENTIATED
Discussion (50%)
ACTIVE
Practice by Doing (75%) Teach Others (90%)
Dari diagram di atas, penelitian Attard dan timnya membuktikan bahwa penyampaian materi melalui ceramah (lecture) hanya memiliki efektifitas 5%, dengan kata lain, penerimaan (retention) siswa hanya sebesar persentase tersebut. Di samping itu, pengajaran melalui membaca hanya memiliki nilai 10%, audio-visual 20% dan demonstrasi/peragaan sebesar 30%. Jika diperhatikan, empat metode tersebut bahkan tidak mencapai angka retensi setengah (50%). Mengapa demikian? Karena semua cara tersebut tidak melibatkan siswa sebagai bagian dari knowledge seeking. Berapa banyak kita lihat sebagian besar guru masih menggunakan gabungan dari empat metode ini; ceramah, membaca, presentasi (audiovisual), dan peragaan, namun ternyata apa yang diterima dan dipahami oleh siswa tidak mencapai setengah dari keseluruhan materi yang diberikan. Oleh karena itu, Attard dan tim menggolongkan keempat cara ini dengan kategori passive dan traditional. Adapun suasana pembelajaran kelas yang melibatkan peran siswa memperoleh nilai retensi yang jauh lebih tinggi; diskusi (50%), practice by
doing (75%), dan teach others (90%). Dede Rosyada (2015) menjelaskan 13 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
bahwa persentase pencapaian demikian jauh ketika diterapkan model belajar aktif melalui diskusi, praktik, atau mengajar orang lain. Pencapaian paling rendah dicatatkan metode diskusi 50%, sedangkan praktek dan mengajar yang lain mencatatkan persentase hasil belajar yang lebih tinggi. Pengajaran metode terakhir dilakukan dengan menjelaskan informasi pengetahuan yang dipelajarinya pada peer group-nya dengan saling bertanya, berdialog, berdiskusi atau bahkan berdebat. Dengan demikian, pembelajaran berbasis mahasiswa (SCL) saat ini sangat direkomendasikan agar mahasiswa mampu meraih hasil belajar yang maksimal. Yang harus digarisbawahi dari SCL ini adalah keuntungan yang akan didapatkan baik oleh siswa maupun oleh guru. Dalam perguruan tinggi, mahasiswa dan dosen akan sama-sama belajar secara aktif. Dalam SCL, mahasiswa akan dituntuk untuk aktif melakukan eksplorasi bahan-bahan yang terkait dengan materi pembelajaran dengan menggunakan segala media baik perpustakaan maupun digital bahkantermasuk gadget serta aktif dalam mendiskusikan materi tersebut di kelas. Sedangkan dosen harus aktif mendampingi proses belajar, mengarahkan diskusi agar tidak melenceng jauh dan tetap on the track, meluruskan kesalahan pada diskusi tersebut jika ada, serta menyimpulkan materi dari seluruh proses belajar yang terjadi. Dalam SCL, keaktifan siswa tidak lantas menjadikan guru menjadi lebih santai, namun sebaliknya, guru menjadi lebih aktif untuk belajar bersama para siswa sehingga hubungan antara guru dan siswa akan terbangun.
II.
Politeknik Imigrasi A. Sekilas Tentang Politeknik Imgirasi Politeknik Imigrasi (POLTEKIM) adalah suatu pendidikan tinggi kedinasan di lingkungan kementerian
Hukum dan
HAM yang menyelenggarakan
pendidikan profesional kedinasan, terutama diarahkan pada penerapan keahlian, dan ilmu pengetahuan di bidang keimigrasian. 14 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
POLTEKIM memiliki visi yakni menjadikan SDM (Sumber Daya Manusia) Imigrasi yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Sedangkan misinya adalah menanamkan nilai-nilai kejuangan
sehingga
terbentuk
sikap
pembiasaan
untuk
beribadah,
berakhlak mulia, belajar terus menerus, berkarya, bermanfaat, bersahaja, dan bersih hati. Visi dan Misi POLTEKIM tersebut diarahkan dalam rangka mencapai
tujuan
pembentukan
yaitu
mencetak
kader
pimpinan
di
lingkungan Direktorat Jendral Imigrasi dan Kementerian Hukum dan HAM RI masa depan dimana lulusannya kelak akan ditempatkan di seluruh kantor imigrasi di Indonesia dan atau di perwakilan imigrasi di luar negeri.
B. Sistem Pendidikan Proses pendidikan di Politeknik Imigrasi setara dengan Diploma IV, yaitu berlangsung selama empat tahun. Proses ini diawali dengan latihan dasar kesamaptaan, yaitu rangkaian kegiatan yang ditujukan buat pembentukan dasar mental, fisik, dan kedisiplinan para calon “taruna� (sebutan untuk siswa didik di lingkungan Politeknik Imigrasi). Pelatihan pendidikan dasar tersebut berlangsung selama 30 hari dengan supervisi langsung dari Korps Marinir yang merupakan salah satu komando primer TNI Angkatan Laut atau juga dari Korps Brimbo (Brigade Mobil) Kepolisian Republik Indonesia.
C. Pengajaran Pengajaran, merupakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan tujuan memperoleh, memperluas, dan memperdalam ilmu dan pengetahuan Politeknikk. Bentuknya dapat berupa kuliah, ceramah, atau instruksi. Metode pedagogi ini menitikberatkan aspek kecerdasan dan kemampuan intelektual. Pendidikan yang didapat oleh para taruna meliputi Mata Kuliah Dasar Umum, Mata Kuliah Dasar Khusus, Mata kuliah Keahlian dan Mata Kuliah Keterampilan untuk bidang ilmu hukum, sosial dan tentunya materi teknis Keimigrasian. Di bidang ini taruna diajarkan untuk bisa belajar baik secara perorangan maupun berkelompok. Dengan kerjasama yang baik diantara anggota kelompok belajar itu, tentunya dapat meningkatkan wawasan dan
15 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
menambah
pengetahuan
para
taruna
serta
mempermudah
proses
transformasi ilmu. Setiap tahunnya, taruna Politeknik Imigrasi melakukan kegiatan praktek di lapangan, baik di kantor-kantor imigrasi ataupun Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Tahap I yang dilakukan pada akhir semester II ialah Praktik Pengenalan Lapangan, disingkat PPL. Tahap II yang dilakukan pada akhir semester IV ialah Praktik Kerja Lapangan, disingkat PKL. Tahap III yang dilakukan pada akhir semester VII ialah Kuliah Kerja Nyata, disingkat KKN. Hal ini merupakan suatu langkah penting yang harus dilaksanakan oleh taruna Politeknik Imigrasi sebagai awal bagi taruna untuk mengenal dunia pekerjaan yang akan digeluti di masa yang akan datang. Di setiap awal dari semester baru, dilaksanakan acara yudisium yaitu peresmian bagi taruna untuk melangkah menuju semester yang baru. Disini disebutkan taruna-taruna yang berprestasi dan masuk ke dalam peringkat 10 terbaik. Hal ini menjadi suatu dorongan dan motivator bagi taruna yang lain agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya di semester yang akan datang. Akhir dari masa pendidikan di bidang pengajaran ini adalah dengan diadakannya sidang Skripsi bagi taruna tingkat 4. Di dalam sidang ini, taruna wajib memaparkan hasil tulisan yang telah dibuat dan mempertahankan pendapatnya di hadapan tim dosen penguji. Hal ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat bagi kelulusan taruna dari Politeknik Imigrasi sehingga kemudian bisa diwisuda untuk menjadi seorang Pejabat Imigrasi.
16 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
III. Student-Centered
Learning (SCL) pada Pengajaran Mata
Kuliah Bahasa Inggris di Politeknik Imigrasi Sebagai lembaga pendidikan pencetak
kader pejabat imigrasi di
Indonesia, POLTEKIM menanggung beban tangggung jawab vital dalam membekali para taruna dengan kemampuan bahasa asing yang cakap, terutama bahasa Inggris. Dalam pelaksanaan tugas keimigrasian di lapangan, seorang petugas imigrasi tidak akan pernah bisa lepas dari penggunaan bahasa Inggris. Hal tersebut sangat disadari oleh para petinggi di lingkungan Politeknik Imigrasi sehingga pembekalan bahasa Inggris segera diwujudkan melalui kurikulum politeknik. POLTEKIM memasukkan 16 Satuan Kredit Semester (SKS) selama empat tahun yang dibagi dalam lima mata kuliah Bahasa Inggris yang terdapat pada tiap semester perkuliahan. Sejak semester kedua, mata kuliah Bahasa Inggris sudah diberikan dengan standar kompetensinya adalah tercapainya kemampuan dasar taruna dalam menggunakan bahasa Inggris terutama keterampilan berbicara (speaking), mendengar (listening), menulis (writing), dan membaca (reading) dalam bahasa Inggris keimigrasian. Para taruna juga dituntut untuk dapat menguasai kosakata (vocabulary) dan jargon (term) keimigrasian dalam bahasa Inggris. Dalam kurikulum POLTEKIM, terdapat beberapa metode pengajaran yang digunakan terutama pada mata kuliah Bahasa Inggris. Metode tersebut beragam mulai dari group-work, spelling, drilling, roleplay, audio-visual program, video-
assisted program dan sebagainya. Penggunaan metode ini digunakan secara berbeda dan bervariasi sesuai materi pokok yang diajarkan dan indikator keberhasilan yang ingin dicapai. Sumber belajar yang digunakan antara lain: undang-undang terkait, diktat bahasa Inggris keimgirasian dan artikel terkait keimigrasian bersumber dari website maupun online document. Berikut adalah sampel silabus mata kuliah Bahasa Inggris II POLTEKIM yang diajarkan pada taruna semester III.
17 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
18 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
Dalam silabus di atas, dapat disimpulkan sementara bahwa SCL sangat dapat diterapkan pada mata kuliah Bahasa Inggris Politeknik Imigrasi mengingat terdapat beberapa faktor pendukung kegiatan tersebut, antara lain; role play,
team based learning, project based learning, pair work dan group work. Kegiatan-kegiatan ini sangat mendukung pelaksanaan SCL bahkan merupakan bagian dari model pembelajaran itu sendiri. Orientasi pembelajaran SCL menitikberatkan pada inovasi, pembelajaran aktif, kolaborasi, pengembangan ilmu, penilaian yang kreatif, dll. Kegiatan-kegiatan di atas tadi adalah kegiatan yang sangat berpusat pada orientasi pembelajaran SCL. Silabus pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris di Poltekim juga sangat membantu dalam meningkatkan tingkat retensi taruna dalam penerimaan materi. Sebagaimana yang telah digambarkan dalam pyramid of learning sebelumnya bahwa pada area ‘aktif’ terdapat tiga aktivitas inti; diskusi, praktek, dan mengajarkan orang lain. Group work dan pair work adalah sarana yang sangat tepat untuk mendukung aktivitas ‘diskusi’ dan ‘praktek’ di mana dalam piramida pembelajaran masing-masing memiliki persentase 50% dan 70%. Sedangkan teaching others dapat sangat dimungkinkan terjadi walaupun dalam skala kecil dalam bentuk pair work. Dalam pairwork, pada materi vocabulary
building, para taruna akan disuruh menghapal kosakata dengan jumlah tertentu dan mereka akan saling mengajarkan dan menguji hafalan kosakata tersebut secara berpasang-pasangan. Cara ini akan sangat efektif karena mereka akan dapat mengingat dengan baik kosakata yang mereka ajarkan dan ujikan kepada pasangan kelompok tersebut.
19 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
SCL yang terdapat pada silabus mata kuliah bahasa Inggris Politeknik Imigrasi tentunya membutuhkan komitmen dan kretifititas dosen pengajar agar tidak terpaku pada satu inovasi namun terus menerus melakukan inovasi. SCL merupakan metode yang sangat tepat diterapkan pada pengajaran mata kuliah bahasa Inggris, bahkan untuk semua mata kuliah di Politeknik Imigrasi. SCL adalah cara pengajaran yang sangat tepat untuk menghilangkan kebosanan di dalam kelas yang akan mengubah kelas dari ruang yang membosankan menjadi ruangan yang penuh dengan semangat belajar yang tinggi.
IV.
Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Student Centered Learning sangat dapat diterapkan pada pengajaran mata kuliah bahasa Inggris Politeknik Imgirasi berdasarkan sampel silabus yang ada. Student Centered Learning adalah metode yang sangat tepat untuk dilaksanakan karena akan banyak manfaat yang akan didapatkan oleh para taruna untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang sangat pesat yang menuntut banyak inovasi dan wawasan pengetahuan yang luas.
B. Saran Pembelajaran SCL semoga dapat diterapkan juga pada semua mata kuliah yang ada di Politeknik Imigrasi sehingga tidak akan ada lagi momok kelas yang menakutkan karena dosennya yang “killer� atau membosankan karena dosennya yang lebih banyak mendikte. Pembelajaran SCL juga diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas taruna pada setiap lini tugas dan fungsinya di sekolah sehingga dapat diterapkan dengan baik di lapangan pekerjaan nantinya.
20 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i
V.
DAFTAR BACAAN Book Anisah Basleman et al., Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Online Journals and Articles Angele Attard et al. Student Centered Learning: An Insight Into Theory And Practice. Bucharest: European Student’s Union, 2010, accessed April 27, 2017, http://media.ehea.info/file/ESU/07/4/2010T4SCL_An_Insight_Into_Theory_And_Practice_565074.pdf Dede Rosyada, Student Centered Learning, accessed April 12, 2017, https://www.academia.edu/12895767/Student_Centered_Learning_SCL_ Dwi Purnomo et al., Modul Student Centered Learning. Bandung: Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Universitas Padjajaran, 2013, accessed April 27, 2017, http://issuu.com/dwiindrapurnomo/docs/modul_scl_2013__warna__uk_ed Rodolfo P. Ang et al. Elements of Student-Centered Learning, Office Of Research And Publication Loyola School Areneo de Manila University, accessed April 20, 2017, http://www.ateneo.edu/sites/default/files/Elements%20of%20Student%2 0Centered%20Learning_2012.pdf
21 | M o d e l P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n g g r i s d i P o l i t e k n i k I m i g r a s i