4 minute read

HOUSING DEVELOPMENT IN JAPAN

Next Article
INCLUSION IN

INCLUSION IN

Perkembangan perumahan di Jepang tidak terlepas dari perang dunia ke-2, dimana pada masa perang tersebut kota-kota di Jepang banyak yang mengalami kehancuran, hal ini berdampak pada kekurangan perumahan yang pada saat itu mencapai 4,2 juta secara nasional. Pada saat itu pembangunan kembali industri menjadi prioritas utama Kementrian Perdagangan dan Industri Internasional Jepang, yang mana bertujuan untuk memelihara pertumbuhan ekonomi dan industri. Pada rentang tahun 1952 - 1970, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, dimana nilai GNP (Gross National Product) Jepang mencapai puncaknya, pertumbuhan ekonomi yang pesat ini memicu terjadinya proses urbanisasi yang pesat pula, yang mana fenomena ini berimplikasi pada kepadatan ekstrim di kota-kota industri dan perluasan area suburban atau pinggiran yang tidak terkendali. Kondisi ini menghasilkan krisis perumahan yang semakin buruk, kota-kota menjadi penuh sesak, perumahan yang ada mengalami degradasi, ditambah lagi polusi dari industri yang ada mengganggu penduduk kota dengan krisis lingkungan yang menyebabkan penyakit bahkan kematian. Melihat permasalahan yang terjadi, pemerintah lokal pada akhirnya mengalihkan fokus pada krisis perumahan dengan mendirikan Japan Housing Coorporation (JHC) pada 1955, hingga pada akhirnya JHC mulai merevolusi tempat tinggal pada periode pasca perang melalui pembangunan perumahan dan pembangunan kota-kota baru (new town) di, upaya ini dinilai berhasil dalam mengatasi permasalahan kritis perumahan di Jepang (Hauk, M. L., 2015).

Sejak tahun 2004 Japan Housing Coorporation (JHC) berubah nama menjadi The Urban Renaissance (UR)Agency yang tetap berfokus pada penyediaan perumahan. Sudah banyak kompleks hunian terjangkau yang dibangun oleh UR, salah satunya ialah danchi¸yang merupakan public housing terjangkau berupa bangunan yang biasanya terdiri dari 5 lantai, danchi mengakomodasi kebutuhan tempat tinggal akibat adanya pertumbuhan populasi terutama untuk penduduk yang bekerja dengan rentang umur 30-40 tahun yang sudah berkeluarga. (Nordin, N., & Nakamura, H., 2018). Berdasarkan hasil diskusi saat kegiatan webinar dengan narasumber mahasiswa Indonesia yang tinggal di Jepang, Negara Jepang sudah menerapkan pembangunan perumahan inklusif dimana biaya yang di tawarkan untuk hunian sangat beragam, banyak hunian vertikal dengan biaya yang terjangkau, sehingga setiap kalangan penduduk memiiki kesempatan yang sama untuk mengeluarkan biaya hunian sesuai dengan kemampuannya. Negara Jepang juga memberikan fasilitas hunian untuk penduduk lansia dan tunawisma, dimana terdapat program pemerintah setempat yang ditujukan kepada tunawisma untuk mendapatkan apartemen gratis dengan periode pendaftaran tertentu yang dapat diikuti oleh tunawisma. Selain itu, keberadaan danchi juga menjadi salah satu contoh hunian yang terjangkau dengan biaya sewa yang lebih murah, tidak ada key money dan tidak ada renewal fees, kebanyakan danchi juga sudah dirancang tahan terhadap gempa. Danchi menjadi salah pilihan hunian publik terjangkau, banyak lansia yang memilih tinggal di danchi Pembangunan hunian terjangkau dan inklusif di Negara Jepang ditujukan untuk memberikan akses hunian yang layak pada seluruh kalangan penduduk.

Advertisement

HOUSING INCLUSION IN DEVELOPED SUBURBAN : BAGAIMANA PENERAPAN INCLUSIVE HOUSING DI TAMA NEW TOWN?

Tama New Town merupakan salah satu kota baru (new town) yang dibangun sebagai respon atas terjadinya fenomena urbanisasi dan urban sparwl serta fenomena krisis perumahan di Kota Tokyo dengan menyediakan ratusan ribu perumahan di daerah suburban Tama New Town melingkupi 4 kota madya yaitu Kota Tama, Kota Hachioji, Kota Machida, dan Kota Inagi. Public Housing di Tama New Tow disediakan oleh tiga instansi lokal utama yaitu The Tokyo Metropolitan Government, The Tokyo Metropolitan Housing Supply Corporation, and the Urban Development Corporation yang menyediakan tempat tinggal berupa hunian rental, condominium , apartement dan danchi. Sejak 1971 mulai di tempati, Taman New Town terus berupaya untuk mewujudkan kawasan yang memberikan kenyamanan terbaik bagi masyarakat dari semua kelompok umur untuk hidup, seperti halnya merenovasi kompleks perumahan yang sudah tua hingga terus meningkatkan fasilitas umum. Berikut merupakan penerapan perumahan inklusif di Tama New Town di beberapa distrik perumahan yang ada :

Brillia Tama New Town memiliki total 1.249 apartemen yang berada pada 7 bangunan. Brillia Tama New Town dirancang secara khusus dengan berbagai fasilitas pendukung untuk memberikan kenyamanan untuk tinggal untuk semua penghuninya teramasuk lansia dan anak-anak. Fasilitas-fasilitas pendukung tersebut diantaranya ialah : medical and nursing care, fasilitas bebas hambatan bagi pengguna kursi roda/ kereta dorong, childrens’s center, ruang perkumpulan komunitas, tempat budidaya tanaman.

Di Minawi Osawa terdapat beberapa program pembangunan dan perbaikan kompleks hunian seperti pada kompleks hunian Nakayama, Hyakusa dan Belle Colline. Urban Renaissance (UR) berkerja sama dengan Muji (perusahaan asal Jepang yang memiliki fokus pada desain dam gaya hidup minimalis) untuk melakukan pembangunan dan perbaikan pada beberapa bangunan apartemen yang sudah tua menjadi bangunan yang di desain dengan gaya minimalis. (Boontharm, D., 2019). sehingga bangunan dengan hunian yang sudah tua direnovasi menjadi hunian dengan gaya dan kualitas yang lebih layak dan ideal. Selain itu, adanya perbaikan atau renovasi pada kompleks hunian juga ditujukan agar penduduk dapat mendapatkan rumah yang lebih terjangkau.

Sumber : Bureau of Urban Development Tokyo Metropolitan Government, 2020

Adanya pemberlakuan rekonstruksi pada Suwa Danchi karena sudah mengalami penuaan dan perbaikan pada kerusakan yang ada pada bangunan. Perbaikan yang dilakukan termasuk penambahan fasilitas-fasilitas pendukung untuk lansia dan disabilitas, seperti penambahan elevator dan fasili- tas yang ramah terhadap pengguna kursi roda. Pembangunan pada Suwa Danchi juga memanfaatkan bangunan bekas pendidikan seperti banguan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar, hal ini merupakan bentuk adaptasi dalam menghadapi fenomena penuaan penduduk di Tama New Town.

Tama New Town sendiri memiliki beberapa target capaian dalam pembangunan perumahan di tahun 2040, yaitu melakuman pembangunan kembali dan renovasi kompleks perumahan yang sudah tua dan kondominium seiring pengembangan wilayah setempat, sehingga nantinya dapat memberikan pelayanan hunian untuk penduduknya dapat tinggal di hunian yang layak dan nyaman.

Penutup

Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan ialah untuk mencapai keadilan dan peningkatan kesejahteraan serta kualitas hidup manusia, dimana salah satu upaya dalam mencapainya ialah dengan penyediaan hunian yang layak untuk semua kalangan penduduk. Dengan adanya perbaikan dan penyediaan hunian yang layak akhirnya dapat berdampak baik pada pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, dengan demikian perumahan atau hunian yang layak dapat dianggap sebagai kebutuhan dasar penduduk di suatu kota. Pembangunan perumahan yang inklusif merupakan salah satu kunci penting dalam mencapai sustainable cities and communities yang merupakan salah satu tujuan dalam pembangunan berkelanjutan. Adapun pembangunan perumahan yang terjangkau menjadi penting dikarenakan dengan adanya perumahan terjangkau maka akan menciptakan masyarakat yang inklusif dan kota yang berkelanjutan, yang mana pada saat yang sama hal ini juga dapat berperan dalam peningkatan perekonomian penduduk

Jepang dapat menjadi salah satu contoh negara yang berhasil dalam menyediakan perumahan inklusif bagi penduduknya, dimana pemerintah Jepang maupun pihak swasta yang terlibat dalam pembangunan dapat memberikan kesempatan pada semua kalangan penduduk untuk mendapatkan akses pada hunian yang layak, dilihat dari pilihan hunian untuk berbagai kalangan penduduk yang disediakan Di Indonesia sendiri, perumahan inklusif masih belum diterapkan secara menyeluruh, hal ini dapat dilihat oleh tingkat ketimpangan sosial yang masih tinggi dan masih banyak terdapatnya permukiman kumuh dan liar di banyak daerah bahkan di kota-kota besar. Selain itu orientasi masyarakat untuk memiliki rumah tapak (landed house) juga dapat menghambat perpindahan masyarakat dalam beralih kepada vertical housing. Sebuah tantangan besar bagi pemerintah Indonesia dalam menyediakan hunian untuk yang dapat diakses oleh berbagai kalangan penduduk yang mana dilengkapi oleh fasilitas-fasilitas pendukung guna menunjang kegiatan penduduknya.

This article is from: