suara desa edisi III-April 2012

Page 1

SUARA DESA MAJALAH BULANAN

EDISI 03

15 APRIL - 15 MEI 2012

Desa Sejahtera, Negara Berjaya

Bidan Bank Sampah Menantang Maut di Watu Bonang Jalan Rusak Ekonomi Cekak

BKD HARUS KE SELURUH DESA!

Hak Desa yang Diabaikan www.suaradesa.com

Drs Usman Edisi Robiul 03 15 April - 15 Mei 2012

SUARA DESA

1


Spirit Jawa Timur

B

angsa besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Jawa Timur adala bumi yang subur bagi tumbuhnya para pahlawan yang menginspirasi kemerdekaan dan mewarnai arah perjalanan negeri ini. Pikiran hebat dan perilaku luhur mereka menjadi teladan generasi berikutnya. Tak ada salahnya menoleh kisah para pejuang untuk kembali menemukan cita-cita dan spirit negeri ini didirikan. Mereka adalah inspirator pembebasan bagi jiwa dan hati yang terbelenggu.

Ir Soekarno

Populer dipanggil Bung Karno. Lahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo, di Surabaya,, 6 Juni 1901. Presiden pertama Indonesia 1945–1966. Memainkan peranan penting membebaskan bangsa dan negara dari penjajahan Belanda. Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama Mohammad Hatta.

Raden Haji Omar Said Cokroaminoto Dilahirkan 6 Agustus 1882, di Ponorogo dan meninggal pada 17 Desember 1934 di Yogjakarta. Ketua Sarekat Islam (SI) yang awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Berjasa dalam meningkatkan kesadaran dan nasionalisme bangsa. Kiprahnya mengilhami generasi sesudahnya, dan guru dari Bung Karno (nasionalis), Muso (komunis), Kartosuwiryo (Islam).

Dr. Soetomo Dilahirkan pada 30 Juli 1888 di Nganjuk dan meninggal di Surabaya, 30 Mei 1938. Karir dokternya di Semarang, Tuban, Lubuk Pakam, dan Malang. Ia juga wartawan dan memimpin beberapa surat kabar. Pendiri dan Ketua Budi Utomo, organisasi modem pertama di Indonesia, pada 20 Mei 1908, yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

KH Moh. Hasyim Asy’ari Lahir di Jombang, 10 April 1875 dan meninggal 25 Juli 1947dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang). Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang berarti Kebangkitan Ulama pada 31 Januari 1926 untuk melawan kolonialisme Belanda. Saat NU menjadi organisasi massa Islam terbesar di Indonesia.

Soekarni Lahir di Blitar, 14 Juli 1916 dan meninggal di Jakarta, 7 Mei 1971. Tokoh muda pejuang kemerdekaan Indonesia. Aktor utama penculikan SoekarnoHatta dalam Peristiwa Rengasdengklok untuk proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Memimpin Comite Van Aksi (panitia gerak cepat) untuk menyebarkan kabar kemerdekaan ke seluruh Indonesia.

Soetomo Akrab dipanggil Bung Tomo. Lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920 – meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981. Pahlawan membangkitkan semangat rakyat melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

2

SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


6-13

INDEKS

SUARA DESA

DESA SEJAHTERA, NEGARA BERJAYA

FOKUS

Pembina /Penasehat : R.H. Dwi Putranto Sulaksono

* * * *

Salurkan BKD ke seluruh desa di Jatim APBD belum pro rakyat Provinsi lain lebih transparan BKD untuk meningkatkan infrastruktur pedesaan * Itu hak desa, masih diabaikan provinsi * Tulus mengalir sampai jauh

Pemimpin Umum : Samari (Ketua AKD Jatim) Pemimpin Redaksi : Budi Harminto Dewan Redaksi : R.H. Dwi Putranto Sulaksono, Samari, Moch. Moezamil, Tulus Setyo Utomo, Sugeng Budiyono, Budi Harminto, Nur Fakih, M. F. Tony, G.S. Sutanto

14-18 SUARA IJEN

* Gerabah Tegaldlimo nyaris mendunia * Aroma tape sampai Mekah

19-24 SUARA SEMERU

* Jalan rusak ekonomi cekak * Kadimin sisa kejayaan kompor Singosari

40-43

* Kafe dilarang kafe disayang * Mebel Bojonegoro buatan Jepara * Dog..Dog...Dog...Jadilah Batik Gedog

25-30 SUARA BRANTAS

* Rest area pundi baru di Puhsarang * Ditemukan Gua Kristal di Nganjuk

34-39 SUARA WILIS

* Pembuat brem belum rasakan manisnya * Pelajar di Ponorogo nekad seberangi sungai

SUARA PANTURA

44-48

SUARA AREK

* Kepatihan menuju Desa Purbakala * Manisnya gula merah Penompa

49-53

SUARA MADURA

* Kades di Madura siap kerahkan massa * Batik Madura berkibar dari Desa Klampar

56-59

SOROTAN

* Peluang terbuka melalui Pansus RUU Desa * AKD Jatim tetap optimistis sampai akhir

SaSa...Santai Saja Salurkan BKD ke seluruh desa di Jatim Ah, terbanyak ke elit politik

BKD untuk peningkatan infrastruktur pedesaan Gak cukup, Pakde .... ! Kawin sirri nikmatnya untuk semua APBD nikmatnya bagi pejabat

:

Setengah halaman

:

Seperempat halaman

:

Harga eceran Langganan satu tahun

: :

www.suaradesa.com

Rp Rp Rp Rp Rp Rp

Kontributor : M. Jazuli (Pacitan), N Suseno (Ponorogo), Jaelono (Madiun), Kusnindar (Ngawi), Sono Keling (Magetan), Rebo (Trenggalek), Ashrori (Tulungagung), Madini (Kediri), Pitoyo (Blitar), Edi Santoso (Nganjuk), Robiul Usman (Jombang), Madra’i (Mojokerto), Anang Suhari (Sidoarjo), Elok Dwi Cahyono (Pasuruan), Saifullah Mahdi (Gresik), Nugroho LA (Lamongan), Sudiono (Bojonegoro), Mashyuri (Tuban), Didik GS (Malang), Hernanto S (Batu), Poniran (Probolinggo), Sanan (Lumajang), Umami (Situbondo), Hanafi (Bondowoso), Sugeng Budiyono (Jember), Agus Tarmidi (Banyuwangi). Rofik (Bangkalan), Ahmad (Sampang), Saiful (Pamekasan), Moh. Farqi (Sumenep).

Sekretaris Redaksi : GS. Santo, Reza Pahlevi

Rakyat Blitar gugat Pakde Aku tunggu di pengadilan, Le !

TARIF IKLAN

Reporter : T. Huda (Banyuwangi), Fatur Hadi (Situbondo), Syamsu Sahal (Bondowoso), M. Hasan (Jember), Taufik (Malang), Ali Machmudi (Lumajang), Fathoni (Pasuruan), Achmad Faiz (Probolinggo), A. Joned (Kota Batu), Sujiwo (Kediri), Hendra Yunantoro (Blitar), A. Moefat (Nganjuk), Sakti Prawira (Tulungagung), M. Yusuf (Trenggalek), S. Prawiro (Madiun), Maksum Chairi (Magetan), Sumarsono (Ponorogo), Abdi Manab (Pacitan), Dodik Hendra (Gresik), G Susanto (Sidoarjo), Irfan Bachmid (Mojokerto), Nurul (Jombang), Abdul “Willy” Barry (Tuban), M. Mustika (Lamongan), Zaenal C.M. (Bojonegoro), Fatkul Amin (Bangkalan), Aminullah (Pamekasan ), Kasiono (Sampang), Alan Nuari (Sumenep).

Pemimpin Perusahaan : Budi Harminto

Di Ngawi banyak gedung SD tak layak Lihat saja sampai ambruk

Satu halaman

Redaktur Pelaksana : Nur Fakih, MF. Tony, GS. Santo

Pracetak : Tatik AS, S. Rini

5.000.000 3.000.000 3.000.000 2.000.000 2.000.000 1.000.000

(berwarna) (hitam putih) (berwarna) (hitam putih) (berwarna) (hitam putih)

Rp 15.000/eksemplar Rp 150.000 (termasuk ongkos kirim)

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

Foto Cover: Bendahara AKD Jatim Tulus Setyo Utomo, SSos

Alamat Redaksi: Kantor AKD Jatim Komplek Pasar Wisata Juanda Blok D-1 Desa Pabean Sedati, Sidoarjo. Telp. 031-8679999 Email:editor@suaradesa.com www.suaradesa.com www.akdjatim.com Diterbitkan oleh: Asosiasi Kepala Desa Jawa Timur

SUARA DESA

3


Nasib Penjaga Sekolah

SAYA adalah penjaga sekolah SDN Sumberejo Kidul, Kec. Sukosewu, Kab. Bojonegoro. Saya merasakan selama ini nasib penjaga sekolah kurang mendapatkan perhatian yang serius, baik dari dinas pendidikan, kabupaten dan propinsi. Saya ingin pemerintah memperhatikan dan memperhitungkan nasib penjaga sekolah dengan meningkatkan kesejahteraan dan mengangkatnya menjadi PNS. Di zaman Presiden Sukarno dulu nasib penjaga sekolah diperhatikan dengan baik dan secara turun temurun. Namun sekarang setelah zaman sudah maju malah tidak ada sentuhan terhadap nasib mereka, bahkan gajinya Rp 75 ribu sebulan. Menjaga sekolah itu taruhannya nyawa. Tolong pemerintah, mulai dari pusat, provinsi, dan kabupaten, betul-betul memperhatikan nasib mereka. Patmuji, SDN Sumberejokidul, Sukosewu, Bojonegoro

UNEG

UNEG

Tolong bangun jembatan di samping Jembatan Tambong bekas rel kereta, karena apabila ada dua kendaraan besar bertemu sering menimbulkan kemacetan parah. Saya malu, masak kalah dengan jalan Jember ke Lumajang. Tunjukkan taring Banyuwangi. Jangan diam, pro aktif dong Pak Bupati, masak cuma tambal sulam. kalau bisa tiap minggu kirim surat untuk nota perbaikan, kalau propinsi gak ada dana, bangun sendiri kan kita kayaaaa...katanya siihh. Ir. Djoyowirady, Kota Banyuwangi

Atap Sekolah Dimakan Rayap

KAMI keluarga guru SDN Sengguruh

Kec. Kepanjen ingin menyampaikan uneg-uneg, bahwa sekolah kami tempati terdiri dari bangunan tradisional empat lokal dan Inpres asbes (gelombang) tujuh lokal, serta satu ruang guru satu ruang kepala sekolah. Kami laporkan empat ruang tradisional rusak berat karena atapnya dimakan rayap. Kami mohon dengan hormat kepada Bapak Bupati dengan kerendahan hati untuk mengadakan croscek kebenarannya dan segera ada realisasi rehabilitasi. Sebab sudah sangat membahayakan anak-anak dan proses belajar mengajar. Atas perhatian dan tanggapannya kami sampaikan terima kasih. Suprapto, S.Pd, SDN Sengguruh, Kec. Kepanjen, Malang

Prihatin Jalan Banyuwangi

SAYA sebagai pengguna jalan, sangat prihatin dengan kondisi jalan nasional di Banyuwangi. Lihat saja jalan provinsi dari Banyuwangi ke Rogojampi kurang mendapat perhatian serius. Tingkat kerusakan sangat parah, sehingga risiko kecelakaannya juga sangat tinggi. Saya melihat kerusakan parah di daerah Kabat dan Jembatan Tambong. Lalu jalan di Kalibaru dan Glenmore, serta sekitar perkebunan Falcon.

4

SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Salam dari Desa

Rumput Tetangga Memang Lebih Hijau Sejahteralah Desaku ! Sungguh tak percaya, ketika BPS Jatim merilis bahwa nilai tukar petani (NTP) Jawa Timur masih di bawah Jawa Tengah dan DI Yogjakarta. Bahkan pada akhir tahun 2011 NTP Jatim 102,74, sedangkan Jateng 106,14 dan DIY 116,13. Lalu Februari 2012, NTP Jatim turun 0,18 persen, Jateng turun 0,05 persen dan DIY 0,10 persen. Indeks NTP menyatakan tingkat kemampuan tukar atas barang-barang (produk) yang dihasilkan petani di desa terhadap barang/jasa yang dibutuhkan untuk rumah tangga dan keperluan proses produksi pertanian. Dus, konsep NTP menggambarkan pula tingkat kesejahteraan petani. Didorong rasa penasaran dan tak percaya itulah, pada awal hingga medio Maret 2012 lalu, saya bersama redaktur Suara Desa M. Fathoni jajah desa milang kori untuk melihat ‘rumput tetangga’ di Jateng dan DIY. Dari Ponorogo naik turun ke wilayah Wonogiri untuk menyusuri desadesa di Purwantoro, Slogohimo, Jatisrono, Sidoharjo, dan sekitarnya, sebelum masuk ibukota kabupaten. Dari Wonogiri masuk wilayah Wuryantoro, Eromoko, dan Pracimantoro, lalu masuk ke DIY melalui desa-desa di wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Kami berdua juga sempat mendaki desa-desa di gununggunung pantai selatan. Semalam di Yogjakarta, esoknya menyusuri wilayah Kabupaten Kulonprogo, Bantul, dan Sleman. Minggu berikutnya, kali ini berempat, saya bersama M. Fathoni, Nur Fakih, yang juga redaktur Suara Desa, dan driver Munif menyisir Jawa Tengah dari arah Jawa Barat. Usai menghadiri perayaan ulang tahun Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono di Puncak, Kab. Bogor, kami melihat desa-desa mulai dari Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, hingga Banjar. Dari Banjar, masuk wilayah Cilacap, lalu ke daerah Banyumas dan Purwokerto, menyusuri kaki Gunung Sundoro dan Gunung Sumbing di wilayah Kabupaten Purbalingga. Kemudian masuk ke desa-desa di Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Temangggung. Terakhir membelah kaki Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu di wilayah Kabupaten Magelang dan Salatiga. Karena kepekatan malam dan guyuran hujan, rencana rute Salatiga-Sragen lewat Karanggede (Boyolali) lalu Gemolong terpaksa dibatalkan. Rasanya jajah desa milangkori kali ini cukup untuk memberikan penilaian awal, mengapa nilai tukar petani di DIY dan Jawa Tengah lebih baik dari Jawa Timur. Ya, infrastruktur dan pertanian DIY harus diakui jauh lebih baik. Sleman dan Bantul adalah kabupaten teladan untuk urusan tersebut. Itu bisa dimengerti, DIY merupakan daerah tujuan wisata dan di sana banyak www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

kaum intelektual kritis. Tekanan pada DIY dalam mensejahterakan diri jauh lebih besar, baik secara internal maupun eksternal. Dulu Wonogiri (Jateng) dan Gunung Kidul (DIY) dikenal sebagai daerah miskin dan tandus. Anggapan itu harus ditanggalkan. Betapa tidak? Sulit menemukan jalan yang buruk, berlobang menganga dan gronjalgronjal di wilayah itu. Bus-bus bagus dari arah Jakarta hilir mudik di Purwantoro dan sekitarnya. Demikian pula jalan-jalan mulus di ‘jalur desa’ mulai Banyumas, lalu Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggang, Magelang, hingga Salatiga. Infrastruktur jalan yang baik adalah cermin perputaran ekonomi yang baik pula di wilayah itu. Wakidi, seorang pedagang di Purbalingga mengungkapkan, sekarang ini banyak orang dari desa datang ke kota untuk belanja atau sekedar jalan-jalan. Hadi, seorang petani di Temanggung mengungkapkan, karena jalan yang baik dan mulus para pembeli langsung datang sendiri ke tempatnya. Lima tahun lebih saya menyusuri desa-desa di 29 kabupaten di Jawa Timur. Saya bisa menangkap perbedaan antara satu desa yang satu dengan desa yang lain. Rumah, jalan di desa, dan cara bicara masyarakat desa bisa mengukur tingkat kesejahteraan sebuah desa. Meski hati marah, saya harus mengakui “rumput tetangga Jawa Tengah memang lebih hijau”. Orang-orang desa di sana mudah gemuyu. Saya pun segera mengoreksi isi hati, yakni kebanggaan harus berpijak pada nilai-nilai kebaikan dan kepedulian untuk membangun kehidupan sesama. Akhirnya saya menerima kenyataan, bahwa Jawa Tengah memang lebih baik. Laporan Indonesia Corruption Watch (ICW) pada Minggu, 5 Februari 2012 menyebutkan, Jawa Timur merupakan provinsi terkorup di Indonesia pada tahun 2011. Korupsi di Jatim mencapai 33 kasus, NTT 32 kasus, dan NAD 31 kasus. ICW tidak merinci jumlah kerugian dari prestasi itu. Saya juga harus legowo setelah melihat file Perayaan Agustusan 2011 tingkat nasional, bahwa Jawa Timur tidak masuk hitungan sebagai provinsi terbaik. Urutan tiga besar, tetap ada nama Jawa Tengah, bertengger di bawah Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Bahkan Jawa Timur tidak tercantum dalam tujuh besar. Ketua AKD Jatim Drs. H. Samari pun menegaskan, kalau ingin Jawa Timur lebih baik, maka paradigma pembangunan harus berlandaskan desa. Bangunlah desa dan berdayakan masyarakat desa. Gerojok anggaran pembangunan ke desa. Buktikan APBN maupun APBD benar-benar untuk rakyat di desa. (Budi Harminto)

SUARA DESA

5


Jalan desa yang rusak parah butuh segera penanganan pemerintah.

Salurkan BKD ke Seluruh Desa FOKU

S

Asosiasi Kepala Desa Jawa Timur (AKD Jatim) mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyalurkan Bantuan Keuangan Desa (BKD) secara menyeluruh dan merata setiap tahun. Meski jumlah desa di Jatim sebanyak 7.721 desa, BKD hanya disalurkan kepada 1.400 desa dengan nilai bantuan Rp 60 juta yang disalurkan melalui kas desa. Padahal UU 32/2004 dan PP 72/2005 mengisyaratkan harus disalurkan melalui kas desa setiap tahun. Terlebih lagi APBD Jatim pada tahun 2012 mencapai Rp 12 triliun dinilai sangat cukup untuk mengucurkan ‘hanya’ Rp 60 juta bagi seluruh desa. Total angka itu tidak sampai Rp 600 miliar (5 persen) dari APBD. Karena ‘pelit’ mengucurkan anggaran BKD maupun ke desa itulah, para kepala desa dan beberapa anggota DPRD Jatim menilai, bahwa slogan ‘APBD untuk Rakyat’ hanya omong kosong. Benarkah? Berikut ini fokus laporan Suara Desa, yang dirangkum dari berbagai laporan oleh Mohammad Fathoni.

6

SUARA DESA

“M

as, mbok ya tolong Jambepawon diusahakan dapat BKD. Itu untuk rabat jalan ke rumah Ribut dan Pak Karji, agar mereka mudah mengirim susu,” kata Gianto, Kades Jambepawon, Kec. Doko, Kab. Blitar, kepada Budi Harminto, wartawan Suara Desa. Sebelumnya, beberapa kepala desa juga menyampaikan keinginan serupa. Misalnya, Jatmiko, Kades Tambaksari, Kec. Puwodadi, Pasuruan, meminta dicarikan dana BKD untuk menambah dana rehab kantor desa. Demikian juga Nanang Sudarmawan, Kades Pucuk, Kec. Dawarblandong, Mojokerto, minta tolong ‘dicarikan’ BKD. Tidak hanya Gianto, Jatmiko, dan Nanang Sudarmawan, beberapa kades juga menelepon dan mengharapkan hal serupa. Sepertinya mereka paham, bahwa BKD adalah hak pemerintahan desa. Lagi-lagi Suara Desa menegaskan, hanya bisa membantu lewat pemProf. Dr. M. Mas’ud Said beritaan terhadap keluhan maupun keinginan mereka. Ketua AKD Jatim Drs. H. Samari mengungkapkan, seharusnya BKD diberikan kepada desa setiap tahun. Hal itu mengacu pada UU 32/2004 dan PP 72/2005. Samari pun bisa memaklumi, kewww.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


tika Gubernur Jatim H. Soekarwo mengungkapkan uang provinsi tidak cukup. Namun ketika mengetahui APBD Jatim mencapai Rp 12 triliun pada tahun 2012 ini, Samari mempertanyakan alasan tersebut di atas. Menurut Kades Jrebeng ini, Pemerintah Provinsi harus terbuka dan transparan terhadap alokasi dan penggunaan APBD untuk rakyat. Hal senada juga disampaikan Prof. Dr. M. Mas’ud Said, asisten staf khusus presiden bidang otonomi daerah dan pembangunan daerah. Banyak UU atau peraturan pemerintah ditetapkan, tapi tidak dijalankan. Atau, kalau dilaksanakan “bolong-bolong” dan tidak menyeluruh. Mas’ud sangat setuju anggaran ke desa harus diberikan secara rutin dan ditingkatkan tiap tahun. Menurutnya, selama ini yang terjadi, pemanfaatan anggaran belum sepenuhnya tepat sasaran, terutama dalam mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran, pendidikan, kesehatan, maupun infrastruktur yang ada d i pedesaan. “Kalau aturannya sudah ada, harus dilaksanakan, meski jumlahnya belum maksimal dan sesuai harapan kepala desa,” ujar Guru Besar Unmuh Malang ini. Lantas bapak empat anak ini menunjuk alokasi anggaran yang tidak tepat sasaran, seperti program nampang dan mem baik-

Drs. H. Samari

Moch. Moezamil, SSos

baikkan diri sendiri. Menurutnya, pemerintahan itu dikatakan baik, kalau rakyat merasakan manfaatnya dan akhirnya menilai baik. Mas’ud pun mengkritik pemasangan gambar besar para bupati maupun gubernur. Demikian juga pemasangan iklan pariwara yang berlebihan di media massa. Lalu kegiatankegiatan seremonial, seperti peringatan harihari tertentu maupun peringatan ulang tahun

www.suaradesa.com Edisi Edisi 03 03 15 15 April April -- 15 15 Mei Mei 2012 2012 www.suaradesa.com

atau hari jadi. “Kegiatan itu jelas memakan dana yang sangat besar. Bandingkan jika dimanfaatkan untuk membangun jalanjalan yang berlubang maupun rumahrumah fakir miskin yang reyot,” ujar doktor Ilmu Kebijakan Publik ini. Sementara Sekretaris AKD Jatim Moch. Moezamil, S.Sos menilai alokasi dana ke desa yang sudah berjalan selama ini dinilai masih kurang dan belum bisa dinikmati seluruh desa setiap tahun. Menurutnya, program 1.400 desa yang mendapat kucuran dana dari Pemprov Jatim setiap tahun tidak sesuai dengan keinginan semula Pakde Karwo (Gubernur Dr H Soekarwo). Padahal, semula dari sekitar 8.000-an desa di Jatim semuanya akan mendapat kucuran dana setiap tahun. Menurut Kades Bono, Kec. Boyolangu, Tulungagung ini, dengan kucuran dana setiap tahun hanya untuk 1.400 desa, maka praktis dapat dipastikan dalam lima tahun kepemimpinan Gubernur Soekarwo setiap desa hanya dapat satu kali kucuran dana. Dicontohkan, di Kab Tulungagung yang mempunyai 257 desa, kucuran dana desa setiap tahun diberikan untuk 40-50 desa. Jadi tidak semua desa langsung sekaligus menerima setiap tahun. Pada tahun pertama di Tulungagung yang mendapat dana dari Pemprov Jatim hanya 40-50 desa. Kemudian tahun kedua 40-50 desa lainnya. Begitu pun tahun berikutnya. Karena itu, pengurus AKD Jatim akan memperjuangkan agar kucuran dana dari Pemprov Jatim dapat setiap tahun. “Kami sudah membahas masalah ini di AKD Jatim, dan ini persoalan serius yang harus mendapat perhatian Pemprov, sebagaimana yang dipersyaratkan di Peraturan Pemerintah (PP) No. 72/2005,” kata Moezamil. Apalagi dalam kalkulasi Moezamil, APBD Jatim yang mencapai Rp 12,2 triliun adalah sangat besar, kalau hanya untuk memberi dana desa Rp 60 juta atau Rp 100 juta setiap tahun tidaklah sulit. Jumlahnya hanya sekitar Rp 430 miliar hingga Rp 750 miliar. Apalagi janji Pakde Karwo saat kampanye selalu menegaskan bahwa APBD untuk rakyat. (tni)

SUARA DESA DESA SUARA

77


Belum Pro Rakyat KARENA tidak banyak yang dikucurkan ke desa itulah, kalangan DPRD Jatim juga tak bisa diam. Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPRD Jatim Badrut Tamam menilai jargon ‘APBD untuk Rakyat’ ternyata omong kosong. Ia menilai APBD Jawa Timur Tahun 2012 mendatang tidak berpihak kepada rakyat miskin. Terbukti, dari Rp 12 triliun dana APBD Jatim, yang pro rakyat, khususnya pengentasan kemiskinan hanya dialokasikan 3,2 persen. Badrut Tamam Dari total anggaran Rp 12.214.783.359.822,00 Pemprov Jatim hanya mengalokasikan untuk penurunan tingkat kemiskinan sebesar 3,26% atau Rp 398.631.272.283,00. Bila anggaran pengentasan kemiskinan itu dibagi dengan jumlah warga miskin di Jatim yang mencapai 12,1 juta jiwa, kata Badrut, maka satu orang warga miskin hanya akan mendapat jaminan Rp 110 sampai 120 ribu tiap bulan. APBD Jatim, termasuk rancangan APBD Jatim 2012, yang sempat dievaluasi Kementerian Dalam Negeri dalam berkas bernomor 903-836 Tahun 2011 tentang Hasil Evaluasi APBD Tahun 2012. Pertama, Gubernur Jatim belum menyambut dengan benar UU Pendidikan yang mewajibkan minimal 20% dari kekuatan APBD. “Kedua, pengentasan kemiskinan masih kecil sekali, dengan gambaran per keluarga miskin dalam menerima dana Jamkesmas tidak sampai Rp 2 juta/ bulan,” kata Badrut Taman. Ketiga, soal infrastruktur dan koordinasi. Bahwa Pemprop Jatim belum konsisten untuk memperkuat dan merealisasi infrastruktur. Hal ini sesuai laporan Kemendagri yang hanya ploting 10,84% saja dari kekuatan APBD Jatim yang hampir sebesar Rp 12,5 triliun. Khusus terkait infrastruktur yang bersifat tambal sulam di lapangan itu, terbukti oleh fakta atas lemahnya koordinasi dan sinkronisasi. Sehingga masih ada jalan rusak, jembatan rusak dan banjir masing-masing mengepung berbagai wilayah,” tutur Badrut. Anggota Fraksi PDIP Suharti, S.Psi, MM menilai pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan belum memberikan hasil yang menggembirakan. Program tersebut masih bersifat seremonial dan program-program charity. Belum menunjukkan niat luhur dan kesungguhan mengatasi kemiskinan dan kesengsaraan rakyat Jatim. (tni)

Provinsi Lain Lebih Transparan BANTUAN Keuangan Desa (BKD), sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 72/2005 tentang Desa, ternyata sudah berjalan di beberapa propinsi di Jawa sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan kucuran dana BKD dari Pemerintah Propinsi itu, tidak hanya diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur, termasuk juga untuk insentif para kepala desa. Di propinsi Jawa Tengah, misalnya, dana BKD disalurkan sejak 2009. Masing-masing desa mendapat kucuran dana sebesar Rp 100 juta. Rinciannya, pada tahun 2009 disalurkan sebesar Rp 35 miliar untuk 350 desa, tahun 2010 sebesar Rp 47,5 miliar untuk 475 desa dan direncanakan tahun 2012 ini sebanyak 1.776 desa, sehingga tuntas seluruhnya. Selain dana BKD, pada 2011 Pemprov Jateng juga memberikan bantuan keuangan untuk sarana perkantoran kepada 7.807 desa. Masing-masing sebesar Rp 39,035 miliar atau Rp 5 juta/desa, untuk sarana prasarana kearsipan 2.350 desa sebesar Rp 4,7 miliar atau Rp 2 juta/ desa, dan bantuan untuk bidang kesehatan sebesar Rp 7,5 miliar kepada 500 desa atau masing-masing sebesar Rp 15 juta. Dengan demikian Pemprov Jateng pada tahun lalu saja telah memberikan tambahan bantuan keuangan untuk desa-desa di Jateng sebesar Rp 98,735 miliar.

bawean.net

Warga Desa Telukjatidawang, Kec. Tambak, Pulau Bawean yang sampai saat ini belum menyeluruh teraliri Listrik dan telepon.

8 8

SUARA DESA SUARA DESA

www.suaradesa.com www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012 Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


FOKU

S

Sama dengan Propinsi Jateng, Propinsi Banten juga telah memberi bantuan keuangan desa kepada pemerintahan desa/kelurahan. Besarannya, Rp 50 juta untuk kelurahan dan Rp 52,25 juta untuk desa. Bantuan tersebut diberikan kepada seluruh desa dan kelurahan di Provinsi Banten yang berjumlah 1.273. Dana BKD itu alokasinya untuk peningkatan kinerja kepala desa/lurah, kelembagaan desa dan pembangunan fisik. Khusus untuk insentif peningkatan kinerja kepala desa dan lurah, Pemerintah Propinsi memberi masingmasing Rp 2 juta per bulan. Insentif itu diberikan secara langsung selama setahun dengan total nilai Rp 24 juta selama 2011. Salah satu pertimbangan mengapa para kepala desa memperoleh insentif adalah karena selama ini para sekretaris desa sudah mendapatkan gaji tetap, sedangkan para kepala desa tidak memperoleh gaji tetap. Karena itu, melalui insentif yang diberikan kepada para kepala desa diharapkan bisa meningkatkan kinerja pembangunan di desa. Terlebih kepala desa adalah sebagai ujung tombak pemerintahan. Sedangkan sisa BKD diharapkan untuk pembangunan fisik di masingmasing desa di luar yang sudah didanai pemerintah, semisal program PNPM Mandiri atau program lainnya yang mendapat kucuran dana dari pemerintah pusat maupun daerah. Gonjang-ganjing Berbeda dengan Propinsi Jateng dan Banten yang pengucuran dana BKD-nya berjalan lancar dan transparan, di Jatim justru diduga sarat permainan dan terjadi gonjang ganjing. Malah di beberapa daerah ada dugaan dana BKD dimainkan. Padahal, anggaran sebesar Rp 60 juta itu sudah jelas peruntukannya, yakni untuk pembangunan jalan lingkungan dan rumah hijau. Bahkan ada dugaan, bantuan keuangan desa tahun anggaran 2011 tidak ada realisasinya di lapangan alias fiktif. Dugaan adanya permainan dana BKD di Jatim itu seakan dibenarkan para kepala desa. Supai, Kepala Desa Pandanmulyo, Kec. Tajinan, Kabupaten Malang, misalnya, mengaku tidak per-

beritadaerah.com

Sejumlah warga miskin pulang dari mengisi gabah di sawah Desa Susukanrejo, Ke. Pohjentrek, Pasuruan.

nah tahu jika ada dana BKD dari Propinsi. Sampai sekarang pun, ia tidak pernah diberi tahu Pemkab Malang terkait dana BKD, juga belum pernah menerima bantuan dari Pemprov. Padahal, desanya sangat membutuhkan dana stimulan seperti BKD. “Terus terang saya tidak tahu sama sekali kalau ada program BKD dari Pemprov. Sejauh ini, desa saya juga belum pernah mendapat bantuan dana BKD. Makanya, saya heran katanya seluruh desa di Jatim mendapat jatah, tapi sudah tiga tahun lebih kok desa saya tidak pernah dijawil atau diberitahu,� kata Supai yang juga Koordinator Kecamatan AKD Tajinan, yang diamini beberapa kepala desa di Tajinan. Pernyataan para kepala desa di Kabupaten Malang itu seakan digarisbawahi Bupati Bondowoso Drs H Amin Said Husni. Ia mengatakan, sepengetahuannya dana BKD dari Provinsi Jawa Timur itu sudah dihentikan sejak 2010. Padahal, dana BKD dari Pemerintah Propinsi itu sebenarnya sangat dibutuhkan pemerintahan desa. “Selain berguna untuk meningkatkan infrastruktur desa, sekaligus sebagai sarana pendidikan pemerintahan desa dalam menentukan skala prioritas penggunaan dana tersebut,� katanya. Jadi, tambahnya lagi, dana seperti ini seharusnya ditingkatkan bukan malah dihentikan. Kalaupun ada kelemahan atau kekurangan di sana sini dalam pelaksanannya, seharusnya diperbaiki. Karena itu, perlu juga dilakukan evaluasi

www.suaradesa.com www.suaradesa.com Edisi Edisi 03 03 15 15 April April -- 15 15 Mei Mei 2012 2012

secara menyeluruh agar aspek legalitas dari program tersebut lebih menjamin dalam pelaksanaannya. Suprayitno SH, Kabiro Administrasi Pemerintahan Pemprov Jatim selaku penanggungjawab penyaluran BKD, seperti dilansir media online mengatakan Pemprov Jatim telah mengalokasikan bantuan keuangan desa untuk 7.721 desa se-Jatim. Setiap desa diproyeksikan mendapat jatah sekitar Rp 60 juta. Tetapi, tidak semua desa akan mendapatkan bantuan sebesar itu karena tergantung teritorial (kondisi) desa bersangkutan. Ada desa yang menerima lebih dari Rp 60 juta atau bahkan di bawah Rp 60 juta. Rinciannya, Rp 55 juta untuk pembangunan infrastruktur dan Rp 5 juta untuk program rumah hijau. Infrastruktur itu misalnya pavingisasi jalan, pengadaan saluran air atau sanitasi. Sedang, rumah hijau bisa diwujudkan dalam bentuk tanaman pertanian untuk keperluan keluarga. Ia mengatakan, secara teknis bantuan keuangan desa baru bisa dicairkan jika masing-masing kepala desa (kades) telah mengajukan proposalnya ke Pemprov Jatim. Proposal itu diajukan melalui Bappeko/Bappekab setempat kemudian diverifikasi Bappeprov. Jika usulan itu disetujui Bappeprov, selanjutnya Biro Administrasi Pemerintahan mengeluarkan SPMU (Surat Perintah Mencairkan Uang) ke Badan Keuangan dan Pengelolaan Aset Daerah. Dari situ kemudian uang langsung dicairkan ke rekening masing-masing desa. (roziki, tahar)

SUARA SUARA DESA DESA

99


Tingkatkan Infrastruktur Pedesaan

FOKU

S

SEBELUMNYA pada tahun 2011 Pemprov Jatim mengucurkan Bantuan Keuangan Desa (BKD) sekitar Rp 75 miliar untuk 1.550 desa. Setiap desa, terutama desa terpencil, akan mendapat bantuan sebesar Rp 60 juta. Kucuran bantuan ini utamanya diharapkan untuk pembangunan infrastruktur pedesaan, seperti pembangunan jalan dan pengadaan air bersih. Suprayitno SH, Kabiro Administrasi Pemerintahan Pemprov Jatim mengungkapkan, pihaknya sebenarnya telah mengalokasikan bantuan keuangan desa untuk 7.721 desa se Jatim. Setiap desa diproyeksikan mendapat jatah sekitar Rp 60 juta. Tetapi, tidak semua desa akan mendapatkan bantuan sebesar itu karena tergantung terorial (kondisi) desa bersangkutan. Menurut Suprayitno, bisa saja ada desa yang menerima lebih dari Rp 60 juta atau bahkan di bawah Rp 60 juta. Rinciannya, Rp 55 juta untuk pembangunan infrastruktur dan Rp 5 juta untuk progam rumah hijau. Infrastruktur itu misalnya pavingisasi jalan, pe-

10 SUARA DESA DESA 10 SUARA

ngadaan saluran air atau sanitasi. Sedang, rumah hijau bisa diwujudkan dalam bentuk tanaman pertanian untuk keperluan keluarga. Pada tahun 2011 disalurkan dana sebesar Rp 75 miliar untuk 1.250 desa. Penyaluran tahun ini sedikit di bawah tahun 2010 yang mencapai 1.550 desa dengan anggaran Rp 93 miliar. Secara teknis, bantuan keuangan desa baru bisa dicairkan jika masing-masing kepala desa (kades) telah mengajukan proposalnya ke Pemprov Jatim. Proposal itu diajukan melalui Bappeko/Bappekab setempat kemudian diverifikasi Bappeprov. Jika usulan itu disetujui Bappeprov, selanjutnya Biro Administrasi Pemerintahan mengeluarkan SPMU (Surat Perintah Mencairkan Uang) ke Badan Keuangan dan Pengelolaan Aset Daerah. Dari situ kemudian uang langsung dicairkan ke rekening masingmasing desa. “APBD untuk rakyat, salah satunya dalam bentuk kas bantuan desa ini. Targetnya, 2013 seluruh desa sudah mendapatkan haknya. Sebab, 2014 konsentrasi diarahkan ke pemilihan gubernur,’’ kata Suprayitno. Sekdaprov Jatim Rasiyo mengungkapkan, pemberian bantuan keuangan desa adalah sebagai bentuk

implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Karena itu Pemprov Jatim melakukan pembinaan dan pengawasan melakukan upaya-upaya percepatan akselerasi pembangunan pedesaan sesuai dalam skala prioritas RPJM memberikan bantuan keuangan desa di Jatim. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 17 tahun 2011 dan Nomor 28 Tahun 2011 di tiap desa menerima bantuan keuangan sebesar Rp 60 Juta. Sebelum pemberian bantuan keuangan desa kata Rasiyo, Pemprov Jatim bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk melakukan pendataan. Metode pendataan berdasar by name by addres. Dengan demikian bantuan tersebut diharapkan tepat sasaran dan dapat dirasakan masyarakat miskin. Peruntukannya terbagi Rp 5 juta untuk pelaksanaan rumah hijau dan sisanya sebesar Rp 55 juta untuk bantuan akselerasi pembangunan infrastruktur pedesaan. Beberapa kabupaten yang menerima BKD tersebut di antaranya, Kabupaten Trenggalek sebanyak 27 desa. Bantuan sebesar Rp 60 juta/desa digunakan untuk percepatan akselerasi pembangunan pedesaan. Sedangkan di Lamongan sekitar 40 desa di 23 kecamatan juga mendapatkan BKD untuk peningkatan infrastruktur desa sebesar Rp 60 juta tiap desa. Kabid Pemerintahan Bapeda setempat, Kusnul membenarkan adanya pencairan dana tersebut. Menurut dia, dana sebesar itu untuk pengembangan dan peningkatan insfrastruktur desa dan pendirian rumah hijau yang dikelola PKK desa. Sementara pada Kabupaten Pamekasan mengusulkan ke Pemprov Jatim agar 86 desa mendapatkan bantuan keuangan desa pada tahun 2012. Kepala Bapepda Pamekasan Budi Iriyanto mengatakan, desa-desa yang diusulkan tersebut merupakan sisa desa yang belum mendapat bantuan pada tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2011 lalu, Pamekasan mendapat jatah 33 desa, masing-masing desa mendapat kucuran anggaran 60 juta rupiah. (tni)

www.suaradesa.com www.suaradesa.com Edisi Edisi03 03 15 15April April--15 15Mei Mei2012 2012


PROFIL

Tulus Mengalir sampai Jauh SALURKAN ! Itulah pendapat singkat Bendahara AKD Jatim Tulus Setyo Utomo, S.Sos (44), ketika disinggung Bantuan Keuangan Desa (BKD). Saat didesak lebih jauh, ia kembali berkata, “Ya harus disalurkan ke seluruh desa di Jawa

Tulus benar. BKD merupakan hak pemerintahan desa yang harus diterima dari Pemerintah Provinsi setiap tahun sekali, sesuai anggaran yang berlaku dalam sistem ketatanegaraan di republik ini. Hal itu seperti Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah kabupaten yang diterima seluruh desa di tiap-tiap kabupaten. Menurut Tulus, aturan BKD harus disalurkan ke seluruh desa ternyata tidak banyak diketahui para kepala desa. Itu bisa dimaklumi, karena kepala desa memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari tingkat pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. “Hal itulah menjadi tugas AKD Jatim untuk memberitahukan kepada seluruh kepala desa di Jawa Timur,” ujar Kades Bandungrejo, Kec. Plumpang, Tuban ini. Meskipun demikian, Tulus berpendapat, sebaiknya para kepala desa juga harus menggali sumber dana desa dari potensi di desa masing-masing. Diakui atau tidak, anggaran pemerintah sangat terbatas dan juga diperuntukkan kebutuhan yang lain. Apalagi dalam sistem dan iklim perpolitikan seperti sekarang ini, banyak kepentingan yang bisa membatasi gerak bupati, gubernur, atau presiden. Lalu Tulus menceritakan perjalanan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) “Sekar Padi” menyedot air Bengawan Solo, untuk dibudi harminto/suara desa alirkan ke sawah-sawah di Bendahara AKD Jatim Tulus Setyo Utomo, S.Sos Desa Bandungrejo dan sekitarnya. Bermula dari banTimur.” tuan pemerintah berupa dua jenset pompa “Kalau tidak, sama saja melanggar air dan pipa pada tahun 1993, ‘badan aturan atau hukum, wong soal BKD itu usaha’ itu pada tahun 2011 lalu mampu sudah ditetapkan dalam UU 32/2004 menghasilkan padi sebanyak 374.727 kg dan dipertegas dalam PP 72/2005,”ujar dengan nilai sekitar Rp 1,465 miliar. mantan Koordinator Presidium AKD Hasil panen itu dipotong 10 persen Jatim ini, tanpa ekspresi. untuk biaya operasional. Lalu dari yang www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

90 persen itu, 14 persen di antaranya diberikan untuk HIPPA. Dengan konsep itu para petani duduk manis, dan seluruh urusan digarap para pengurus dan pekerja HIPPA Sekar Padi. Saat ini jangkauan luas lahan yang dialiri tidak hanya Desa Bandungrejo, tapi beberapa desa di sekitarnya, seperti Desa Klotok (20 Ha), Sambungrejo (7 Ha), Plumpang (8 Ha), dan Desa Magersari (5 Ha). Sebelumnya pada tahun 1993, sawah-sawah di Desa Bandungrejo hanya panen sekali di musim hujan. Sedangkan pada musim kemarau kering kerontang meski berdekatan dengan Bengawan Solo. Namun sejak adanya HIPPA di Desa Bandungrejo dan Desa Klotok, desa-desa lainnya di wilayah Kec. Plumpang ramerame mendirikan HIPPA. Dengan adanya HIPPA itu pemerintah desasangatdiuntungkan.Selainmenambah penghasilan para petani dan menyediakan lapangan kerja, keuntungannya juga masuk kas pemerintahan desa (4 persen) dan juga ada dana jasa kehormatan yang bisa dinikmati perangkat desa (4 persen). HIPPA juga menyumbangkan 15 persen bagi pembangunan desa dan 4 persen untuk sosial. Sejarah berdirinya HIPPA tidak lepas dari upaya Joko Sehrowardi (Kades sebelumnya) dan para anggota LMD pada 19 tahun lalu. Yakni, ketika mereka mencari solusi agar sawah-sawah di Desa Bandungrejo bisa ditanami pada musim kemarau. Pada awal berdirinya, pemerintah desa terlibat penuh dalam berbagai urusan, termasuk mengeluarkan biaya operasional. Di masa pemerintahan Tulus, HIPPA “Sekar Padi” mengalami perkembangan pesat. Belasan pipa besi ukuran besar berjajar di tepi Bengawan Solo dan siap menyalurkan air ke puluhan hektar sawah. Tidak jauh dari jejeran pipa terdapat dua tangki plus belasan drum berisi bahan bakar solar. Obsesi Tulus adalah HIPPA Sekar Padi mengalirkan air Bengawan Solo tidak sebatas pada sawah-sawah di tiga desa sekitar Desa Bandungrejo, tapi jauh melewati batas-batas kecamatan dan kabupaten. Ya, seperti lagu Bengawan Solo, Tulus ingin mengalir sampai jauh. Meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan petani di desa-desa. (bdh)

SUARA DESA

11


WAWANCARA

Drs Robiul Usman, Kades Pagerwojo

BKD, Hak Desa yang Diabaikan!

D

alam Undang-Undang 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan lebih spesifik lagi dalam Peraturan Pemerintah (PP) 72/2005 tentang Desa disebutkan, salah satu sumber pendapatan desa adalah berupa Bantuan Keuangan Desa (BK). Bantuan keuangan itu di luar Alokasi Dana Desa (ADD), seperti yang selama ini sudah berjalan. Bahkan secara tegas disebutkan, bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota itu disalurkan melalui kas desa. Itu artinya, ada kewajiban dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten setiap tahunnya memberi bantuan keuangan secara langsung ke desa yang disalurkan melalui APBDesa. Bantuan keuangan ini, dalam kaitannya dengan pelaksanaan urusan pemerintahan. Namun, meski dasar hukum bantuan keu-

Bagaimana Anda melihat Pelaksanaan UU 32/2004 khususnya PP 72/2005 tentang Desa ? Masih jauh dari harapan. Banyak hakhak desa yang diabaikan pemerintah, meski dalam UU 32 maupun PP 72 secara tegas diatur. Malah ada kesan, Pemerintah, terutama Pemerintah Propinsi seperti menutup mata akan hak-hak yang harusnya diterimakan ke desa. Bisa memberi contoh ? Misalnya, bantuan keuangan untuk desa (BKD). Dalam pasal 68 Peraturan Pemerintah nomor 72/2005 tentang Desa disebutkan, sumber pendapatan desa

12 SUARA DESA

itu terdiri atas : Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/ Kota paling sedikit 10% untuk desa dan dari retribusi Kab/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa (ADD)

angan desa itu sudah ada –yakni PP 72/2005--, dalam pelaksanaannya tetap tidak semulus yang diharapkan para kepala desa. Malah ada kesan, Pemerintah terutama Pemerintah Propinsi mengabaikan amanat UU tersebut. Terbukti sampai sekarang, yang namanya bantuan keuangan, baik dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, belum pernah dikucurkan. Berkaitan dengan Bantuan Keuangan Desa (BKD) ini, Suara Desa berbincang dengan Drs Robiul Usman, Kepala Desa Pagerwojo, Kec. Perak Jombang, Wakil Sekretaris AKD Jawa Timur. Bapak empat anak yang sudah dua periode memimpin desanya ini, menyampaikan pokokpokok pikirannya berkaitan dengan BKD. Terlebih ia adalah salah satu saksi sejarah bagaimana penguasa Pemerintah Propinsi Jawa Timur ‘menjanjikan’ anggaran untuk rakyat, termasuk mengucurkan bantuan keuangan untuk desa pada saat kampanye tempo dulu.

Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Selanjutnya dalam ayat 2 disebutkan, bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf d disalurkan melalui kas desa. Itu artinya, bantuan keuangan desa itu harusnya diterima desa setiap tahun tunai dan disalurkan melalui APBDesa. Kenyataannya, sejak peraturan itu diundangkan sampai sekarang belum per-

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


nah desa menerima kucuran baik dari pemerintah apalagi Pemerintah Propinsi. Bukankah ada alokasi dana desa (ADD) yang diterima desa setiap tahun? Itu berbeda klausulnya. Kalau ADD jelas sumbernya, yakni bagian dari desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima melalui Kabupaten. Peruntukannya juga jelas, yakni 30% untuk biaya aparat dan administrasi sisanya 70% untuk biaya publik dan pemberdayaan. Sedangkan bantuan keuangan desa sebagaimana diatur dalam pasal 68 ayat 1 huruf d, adalah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan desa. Karena itu, harusnya bantuan keuangan dari pemerintah, Pemerintah Propinsi atau Pemerintah Kabupaten diterimakan setiap tahun juga. Ironisnya, sampai sekarang ini samasekali tidak ada yang mengucurkan. Okelah pemerintah kabupaten sudah terbebani dengan ADD, demikian juga pemerintah pusat sudah menyalurkan DAU. Tapi kalau Pemerintah Propinsi, memberi bantuan apa untuk desa. Lagi pula, buat apa anggaran Pemerintah Propinsi Jawa Timur yang nilainya sekitar Rp 12 triliun kalau tidak disalurkan ke desa. Kalaupun setiap desa diberi bantuan keuangan desa (BKD) rata-rata Rp 100 juta per tahun –sesuai janji gubernur kepada para kepala desa pada saat pencalonan--, Pemerintah Propinsi juga tidak akan kekurangan. Paling setahun anggaran propinsi hanya kecuil sekitar Rp 700 miliar. Tapi, manfaatnya jauh lebih besar. Menurut Anda, mengapa Pemerintah Propinsi mengabaikan memberi bantuan keuangan desa ? Saya tidak mengerti mengapa Pemerintah Propinsi mengabaikan ‘kewajibannya’. Tapi saya melihat pendekatan penguasa Pemerintah Propinsi yang sekarang ini memang cenderung politis. Artinya, hampir semua kegiatan, program yang dijalankan cenderung sudah dipolitisasi daripada memikirkan kesejahteraan masyarakat desa. Salah satu indikatornya adalah pendekatan pembangunan yang sekarang dilakukan cenderung untuk kepentingan www.suaradesa.com

Robiul Usman bersama Djazuli (kanan) di ruang kerja Pembina AKD Jatim RH. Dwi Putranto Sulaksono di Jakarta.

sih diajak rembugan untuk program-program ke desa. Melalui Asosiasi Kepala Desa (AKD), Pemerintah Propinsi masih memberi porsi peran kepala desa dalam menentukan program-program di Jawa Timur. Jadi, ada semangat kebersamaan untuk membangun desa di Jawa Timur. Sekarang, nuansanya sudah jauh berbeda. Bahkan penguasa Pemerintah Propinsi sekarang sudah lupa dengan janjinya pada saat kampanye dulu. Padahal, di depan kepala desa ia menjanjikan akan memberi bantuan keuangan per desa Rp 100 juta melalui APBD. Kenyataannya, tidak terealisasi sampai sekaDATA PRIBADI : rang. n ma Us l Kalaupun ada desa yang biu Ro : Drs. 1968 Nama men dapat kucuran dana, nilaiang, 8 November mb Jo : Perak JomTempat, tgl lahir Pagerwojo, Kec. nya jauh dari yang dijanjikan, : Kepala Desa Jabatan yakni hanya sekitar Rp 60 jubang r 1993 (S1) Sospol Unda na rja ta. Sa n: Ba hir geri Pendidikan Terak ijah (Guru SMA Ne Itu pun informasi dari te: Saidatul Chod Istri darkedungmulyo) man-teman kepala desa, ) i Falafi (11 : 1. Fatih Alaud desa yang mendapat bantranto (7) Anak 2. Fachrizal Dwi Pu tuan dibatasi hanya 1.400 dlifa (5,5) 3. Fara Cahya Na ) desa selama lima tahun kelan bu (13 di ulu Ma 4. Mohamad Fadil kuasannya. Karena itu, apa asi nis ga Or yang dijanjikan penguasa n ma ala Peng 1990 cab Perak 1986 dalam kampanyenya dulu, g 1. Ketua IPNU An ran ka mni MAN 1996 - se sekarang ini hanya isapan 2. Ketua Forum Alu 99 C Perak 1996 - 19 cinta Pe t ka ara jempol. sy Ma n 3. Ketua Ansor PA (Geraka mpita Nusantara karang se 09 Semangat untuk mense20 4. Fungsionaris Ge ur Tim sa) Propinsi Jawa Pembangunan De jahterakan masyarakat desa 10 20 06 20 DP Jombang 5. Bendahara AK dan anggaran untuk rakyat, 14 20 10 20 g an Jomb - 2009 6. Sekretaris AKDP ternyata hanya sebuah Jawa Timur 2004 merintahan AKD 13 7. Koordinator Pe - 20 09 mimpi. (***) 20 ur Tim wa AKD Ja pencitraan penguasa. Program-programnya banyak dilaksanakan atau diberikan melalui partai atau kelompokkelompok tertentu, sehingga ada kesan sekarang ini mereka lagi berbaik-baik dan berbagi dengan partai politik. Pemerintah Propinsi sekarang ini tidak pernah lagi melibatkan kepala desa, yang dulunya sebagai salah satu pendukung utamanya. Kebijakan Pemerintah Propinsi ini bertolak belakang dengan penguasa era Pemerintahan Propinsi sebelumnya, di mana kepala desa ma-

8. Wakil Sekretaris

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

SUARA DESA

13


SUARA IJEN

Sinyal dari Tiga Gunung

G

UNUNG Ijen, Gunung Lamongan (Lemongan), hingga Gunung Semeru, memberi sinyal menebar bencana. Aktivitas tiga gunung itu menggeliat hingga membuat warga di punggung dan kaki gunung cemas. Geliat Gunung Lamongan membuat sejumlah rumah warga di Desa Sumberpetung, Kecamatan Ranuyoso, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami keretakan akibat gempa tektonik lokal yang memiliki ketinggian 1.668 meter dari permukaan laut (mpdl). “Memang benar, ada lima rumah warga di Desa Sumberpetung dindingnya retak ringan akibat gempa Gunung Lamongan,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Hariyanto. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Gunung Lamongan naik dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II) sejak 9 Maret 2012 pukul 13.00 WIB karena aktivitas gunung api tersebut meningkat. Hariyanto menuturkan, pihak BPBD Lumajang menerima laporan aktivitas Gunung Lamongan dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Lamongan di Gunung Meja, Desa Tamansari, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, setiap hari. “Saya mengimbau warga di lereng Gunung Lamongan tetap waspada terhadap peningkatan status waspada Gunung Lamongan, namun warga tidak perlu panik,” katanya. Kepala PPGA Lamongan, Susanto, mengatakan dinding rumah warga yang retak ringan di Desa Sumberpetung merupakan dampak dari gempa tektonik lokal Gunung Lamongan yang sering terjadi sejak status gunung api tersebut

14 SUARA DESA

dinaikkan menjadi waspada. Sesuai rekomendasi PVMBG, lanjut dia, warga di sekitar Gunung Lamongan tidak diperbolehkan mendekati kawah yang ada di puncak dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif. Status Gunung Ijen sebelumnya juga sudah dinaikkan dari waspada (level II) menjadi siaga (level III). Gunung yang berada di 3 (tiga) kabupaten ini mengalami peningkatan status pada 12 Maret

2012 pada pukul 00.00 WIB. Hanya selang 33 hari saja sejak status gunung tersebut kembali pada siaga (level III). Berdasarkan pantauan di pos PGA Licin, terdapat asap solfatara berwarna putih tebal dengan tinggi sekitar 200 meter dengan tekanan sedang sampai kuat. Selain itu juga terdapat bau belerang dengan intensitas sedang serta terpantau suhu air danau kawah pada kedalaman 5 meter adalah 42,7° C. Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas gunung tersebut antara lain aliran gas racun, aliran awan panas, lumpur panas, aliran lava, hujan abu lebat dan lahar letusan yang dapat berupa air sangat asam serta lontaran batu pijar. Untuk itu PVMBG dan BPBD setempmelakukan pemantauan secara

intensif guna melakukan evaluasi kegiatan Gunung Ijen. Maka PVMBG meminta warga waspada akan kemungkinan meletusnya gunung tersebut. Selain itu warga, pendaki dan penambang belerang diimbau tidak mendekat dan melakukan kegiatan di radius 1,5 km dari kawah aktif. Warga juga diminta selalu mengikuti perkembangan informasi dari pemerintah setempat, agar dapat meminimalisasi korban bilamana terjadi letusan. Peningkatan status vulkanik juga terjadi pada gunung berapi lain di wilayah Kabupaten Lumajang, yakni Gunung Semeru yang naik dari status Waspada menjadi Siaga. Hal itu semakin memperpanjang kegiatan status siaga darurat kebencanaan di Kota Pisang ini. Perpanjangan status siaga darurat bencana ini, sesuai instruksi dari Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar, di mana siaga darurat diperpanjang dari 22 Maret sampai 9 April mendatang. ‘‘Siaga darurat bencana banjir dan longsor juga diperpanjang sampai 9 April mendatang. Karena, saat ini cuaca masih ekstrem dengan angin kencang disertai hujan lebat hingga memicu banyaknya pohon tumbang,’’ kata Masdar. Khusus wilayah Kawasan Rawan Bencana Gunung Lemongan sejauh ini belum dibuat peta kontijensi bencana. ‘‘Saya sudah menginstruksikan agar BPBD Kabupaten Lumajang segera melakukan koordinasi dengan BNPB dan PVMBG untuk membuat peta kontijensi bencana di Gunung Lemongan. Karena, saya menilai Gunung Lemongan sangat berbahaya ketika terjadi erupsi,’’ papar Masdar. (gus)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

P

Gerabah Tegaldlimo Nyaris Mendunia

erajin gerabah di Dusun Sumberdadi Desa Tegaldlimo, Kec. Tegaldlimo, Banyuwangi nyaris mendunia, kalau saja Samsuri masih hidup. Bapak dua anak ini, memiliki talenta tinggi bidang gerabah, apalagi sejak kecil dia hidup di lingkungan masyarakat pembuat gerabah ditambah ilmu teknik pembuatan gerabah yang diperoleh selama mengikuti pendidikan dan pelatihan di Kasongan, Yogaya dan Bali. Ilmunya ditularkan kepada tetangganya yang setiap hari hanya membuat gerabah secara tradisional. Bentuk kendi, cobek, gentong adalah produk warga desa yang dibuat sejak kakek dan nenek moyang warga Sumberdadi. Meskipun sudah terampil, namun pendapatan warga tetap tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari, padahal di daerah lain, seperti Kasongan, justru warganya makmur karena gerabah. ”Banyak warga desa yang saat ini diajari bapak, tetapi setelah suami saya meninggal sudah tidak ada lagi yang menekuni seni gerabah ini,” ujar Boinah (55) istri Samsuri. Dalam satu desa ini, semua penduduknya adalah perajin gerabah. Setiap musim kering, rumah warga penuh dengan cobek, kendil, gentong dan produk tanah lainnya. ”Ini adalah pekerjaan utama warga desa, apalagi jika musim panas tiba,” ujarnya. Usaha untuk meningkatkan keahlian warga desa ini diawali Samsuri yang membuat motif, disain dan bentuk yang beragam sesuai dengan perkembangan seni gerabah baik di Bali, Jakarta, Surabaya maupun Yogyakarta. Gerabah di tangan Samsuri lebih cantik, indah penuh ornamen bunga, hewan maupun garis-garis yang menghiasainya.

www.suaradesa.com

Banyuwangi

Kualitasnya juga semakin dijaga, selain lebih tebal, proses pembakarannya juga semakin bagus begitu pula dengan ukurannya sangat bervariasi. “Seluruh warga desa di sini menggunakan tanah liat menjadi gerabah, tetapi hanya suami dan saya sendiri yang membuat gerabah dengan model dan bentuk yang dikembangkan sesuai tuntutan pasar gerabah,” ujar Boinah. Namun sesaat Samsuri mengajari warga desa untuk meningkatkan kreatifitasnya, jutsru dia meninggal ketika gerabah ini sudah masuk ke pasaran yang luas. Boinah mengakui, berkat ilmu yang diajarkan suaminya, dia bisa membuat gerabah dengan model, disain, ukuran yang lebih indah dan menarik. ”Saya tidak pernah belajar, tetapi suami saya dengan sabar mengajari saya sehingga gerabah yang saya buat ini jauh berbeda dengan buatan warga lain,” ujarnya. Gerabah Boinah, bisa dipakai vas bunga, gentong kecil dan besar. Di bagian luar dindingnya juga sudah dihiasi dengan ornamen yang cukup bagus dengan bentuk yang beragam, mulai dari ornamen bunga, ular naga, tokek, katak, anjing, kambing, kelinci dan lainnya, sehingga dengan kreasi barunya itu, harga gabah produk Sumberdadi naik daun dari berharga ribuan menjadi puluhan sampai ratusan ribu. Meski sudah dihargai tinggi, di kalangan kolektor gerabah, produk Sumberdadi ini masih lebih murah dibanding dari daerah lain yang mejadi sentral gerabah. Gentong besar setinggi 1,70 meter berdiamter 1 meter hanya dijual Rp 100 ribu, begitu pula vas

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

bunga setinggi 1 meter berornamen hewan naga hanya dijual Rp 75 ribu/buah. Menurut Boinah, dalam sepuluh hari dia mampu membuat 15 gerabah ukuran besar dan dalam satu bulan dia sudah bisa mengirim satu truk gerabah ukuran kecil dan besar ke Bali. Beberapa pedagang gerabah dari kota lainnya juga sering memborong produksinya. ”Tetapi pada musim penghujan ini, produksinya tidak sebanyak musim panas, karena proses pembakarannya sulit kalau ada hujan,” ujarnya. Perempuan yang sudah menjanda 2 tahun ini mengakui, gerabahnya tidak bisa berkembang sesuai permintaan pasar, karena dia tidak memiliki ketrampilan bidang finishingnya. Teknik pengecatan dan jenis cat yang digunakan tidak dikuasasi dengan baik, sehingga produk gerabahnya dijual setengah jadi dan para pembeli di Bali yang akan memperoleh untung besar setelah gerabah itu diberi warna yang lebih artistik. Gerabah Tegaldlimo saat ini sudah mulai ditinggal perajinnya. Anak-anak Boinah tidak satu juga yang mau mewarisi ilmu dan ketrampilan membuat gerabah, begitu pula anak-anak desa lainnya. Anakanak muda desa ini lebih suka bekerja di sektor lain, seperti merantau, menjadi buruh tani, atau buruh di kota dibanding harus menjadi pengrajin gerabah. ”Mereka menganggap gerabah tidak lagi memberi harapan hidup yang lebih baik,” tutur Boinah. Kondisi ini didukung sikap pemerintah yang sudah menutup mata terhadap kerajinan gerabah yang tinggal menunggu waktunya untuk mati. Bantuan pelatihan tidak pernah diberikan, apalagi bantuan pinjaman yang sudah bertahun-tahun tidak pernah diluncurkan untuk menambah modal perajin gerabah. “Kalau tidak segera diatasi, gerabah desa ini akan musnah, sebab tidak ada lagi yang mau mengerjakannya. Saat ini masih bisa dilihat banyak gerabah di rumah-rumah karena masih ada kaum perempuan tuanya, tetapi sebentar lagi, jika mereka sudah meninggal dapat dipastikan kerajinan gabah ini juga turut dikubur oleh zaman,” jelas Boinah.(yib)

SUARA DESA

15


Suara

Kaya Sirtu dan Limbah laut

D

ESA Klatakan Kec. Kendit Kab. Situbondo dengan luas 1.745,6 hektare serta jumlah penduduk 5.200 jiwa menyimpan banyak potensi alam yang bisa memberi masa depan cerah bagi warganya. Salah satunya penambangan pasir dan batu (sirtu). Bahkan, desa yang wilayah baratnya berbatasan dengan Desa Pasir Putih, Kecamatan Bungatan, ini disebutsebut sebagai salah satu penghasil sirtu terbesar di Kabupaten Situbondo. Selain itu, desa yang mempunyai garis pantai memanjang dari barat-timur hingga ke pantai Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, sejauh sekitar 10 km itu juga mempunyai potensi di bidang perikanan, utamanya budidaya ikan kerapu, baik kerapu tikus, kerapu macan, serta kakap. Hal itu bisa dibuktikan dengan banyaknya keramba atau rumah ikan di Pantai Klatakan. Hingga kini ada sekitar 10 keramba yang terpasang di sepanjang pantai desa yang wilayah lautnya berbatasan langsung dengan Selat Madura itu. Sayangnya, potensi besar seperti pengembangan budidaya dari ber-

bagai jenis ikan tersebut tidak dapat dinikmati oleh masyarakat pesisir pantai Desa Klatakan. Ya sejumlah keramba itu diketahui milik para investor yang menanamkan modalnya untuk budidaya ikan. Mereka kebanyakan orang luar desa. Ironisnya lagi, meski sejumlah keramba di sepanjang pantai Desa Klatakan milik para investor luar desa bahkan luar Situbondo, namun Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Pemkab Situbondo terkesan tutup mata. “Seharusnya diupayakan bagaimana warga desa bisa menjadi pemilik dari keramba-keramba itu. Jadi butuh bantuan pemkab, agar kami bisa berdaya,” kata seorang warga nelayan. Selain berprofesi sebagai nelayan, sebagian besar masyarakat di Pesisir Utara Desa Klatakan juga mempunyai usaha membuat kerajinan dari bahan baku limbah kulit kerang. Bahkan, saat ini kerajinan yang dibuat para perajin di Kampung Pesiri Utara, Desa Klatakan, itu banyak diminati oleh para wisatawan asing yang sedang berkunjung ke Pulau Bali. “Hasil produksi kerajinan kerang yang dibuat dengan berbagai bentuk

Situbondo

Penambangan pasir.

hiasan oleh warga pesisir itu saat ini banyak diminati para turis asing. Karena hasil produksi kerajinan warga saya itu langsung dikirim ke Pulau Bali. Kerajinan itu menjadi ciri khas desa kami sehingga diharapkan menambah kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan limbah dari hasil laut itu menjadikan kami bangga pada warga desa,” kata Yoyok Hermanto (44), Kepala Desa (Kades) Klatakan. (Fatur)

Hibahkan Tanah demi Pendidikan Warga PRIA ini baru menjabat satu periode sebagai Kepala Desa (Kades) Klatakan, Kecamatan Kendit, Kab. Situbondo. Namun Kades Yoyok Hermanto yang terpilih dalam pemilihan kepala desa (Pilkades) tahun 2007 lalu dengan visi dan misi “Maju Bersama Sejahterakan Masyarakat” ini sudah memiliki banyak prestasi yang cukup bagus dalam memimpin desanya. Bahkan tahun 2008 lalu Desa Klatakan meraih juara II dalam ajang lomba desa tingkat Kabupaten Situbondo. Untuk mewujudkan visi dan misi mulia tersebut pria kelahiran 26 Januari 1972 itu ingin menjadikan masyarakat Desa Klatakan agar sehat dan cerdas. Selain itu juga mampu Kades Klatakan Yoyok Hermanto

16 SUARA DESA

memberdayakan potensi alam yang ada. Hal itu dengan harapan agar masyarakat desanya bisa sejahtera. Untuk itu Yoyok mempunyai program untuk menjadikan lahan kering seluas 50 hektare yang berlokasi di Dusun Gundil itu agar menjadi tanah yang produktif. Caranya dengan melakukan pengeboran air di lahan tegalan tersebut. Program itu akan dilaksanakan pada tahun 2012 ini. Selain itu dia juga memberi pendidikan politik warganya dengan cara memberikan kesadaran akan hak-haknya sebagai warga negara. Menuntut hak bukan barang tabu di negeri ini, khususnya bila di lakukan

dengan cara elegan. Tapi dia juga menunjukkan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Untuk mewujudkan program mencerdaskan rakyatnya dia juga fokus pada para pemuda di desanya. Misalnya agar para siswa tidak terlalu jauh untuk menempuh pendidikan SLTA di kota, pihaknya menghibahkan tanah seluas 2 hektare di Dusun Gundil kepada Pemkab Situbondo agar di areal tanah itu dibangun gedung SMA Negeri 1 Kendit. “Karena selama ini sebagian masyarakat tidak mampu memilih tidak melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Itu pun karena faktor ekonomi akibat tidak mampu membiayai transportasi anaknya setiap hari ke Kota Situbondo. Untuk itu pembangunan sekolah SMA Negeri 1 rencananya akan dibangun pada tahun 2012 ini. Saya kira ini sangat mendesak,” pungkas Yoyok Hermanto. (Fatur)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

Aroma Tape Sampai Makkah

S

EMUA orang tahu Bondowoso merupakan kota tape. Penganan yang terbuat dari singkong produksi Bondowoso terkenal sangat manis. Karena itu banyak orang yang berkunjung ke kota ini selalu membawa oleh-oleh tape khas tersebut. Bahkan, kadang kala warga juga menjual tape ini tak hanya dalam wilayah Bondowoso saja melainkan juga sampai ke sejumlah kota lain di Jatim. Misalnya di jalanan, toko, atau pasar di Sidoarjo dan Surabaya banyak ditemui penjual tape Bondowoso. Bukan hanya di dalam negeri, ternyata tape ini juga cukup digemari warga asing. Beberapa negara kini menjadi importir makanan berbahan dasar singkong tersebut. Di antaranya Malaysia, Singapura, dan Arab Saudi. Salah seorang pengusaha tape Bondowoso, Lita Lidiana, mengaku sering kebanjiran pesanan dari Makkah, Arab Saudi, khususnya saat musim haji. Dengan dibantu 25 pekerja, Lita mengolah hingga 1 ton singkong setiap hari. Bisnis tape bagi Lita cukup menjanjikan. Omset dari pasar lokal Bondowoso saja mencapai Rp 2 juta per hari. Belum lagi pesanan dari luar kota, seperti Situbondo, Surabaya, Bandung, dan Jakarta . Menurut Lita, dia membuat variasi tape untuk menarik minat pelanggan membeli kuliner produksinya. Baik dalam kemasan maupun jenis tape. Ada yang dikemas dengan besek, bambu, dan kotak karton. Seluruh tape dibungkus dulu dengan daun pisang untuk memunculkan aroma menggugah selera. “Lebih sedap aromanya,� katanya. Harga tape relatif terjangkau. Jenis tape bakar dengan berat 1,5 ons dihargai Rp 700 per bungkus. Sedangkan tape kemasan bambu per ikat terdiri dari 5 besek dibadrol Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu. Namun, usaha Lita kini terkendala melambungnya harga bahan-bahan pokok. Lita mengaku omzetnya menurun karena daya beli rendah. Ia berharap pemerintah bisa membantu www.suaradesa.com

memberi pinjaman lunak agar tape semakin eksis di pasar internasional. Lezatnya Tape Bakar Khusus tape bakar aromanya sangat menggugah selera. Misalnya tape bakar yang diproduksi di rumah Nomor 31 Jalan Panglima Sudirman, Bondowoso, Jawa Timur. Saat di rumah ini tengah diproses tape bakar dalam wadah dua baskom raksasa, aromanya sungguh nikmat. Namun ini belum seberapa dibanding lezatnya tape bakar yang dibuat di sana. Untuk membuat tape bakar yang lezat, bahannya harus tape yang manis. Agar tidak mengganggu saat digigit, bagian tengah tape harus disisihkan. Tape lantas dapat diisi dengan gula merah, selai buah, serta coklat. Tape isi gula merah adalah yang paling disukai orang. Agar menambah selera, tape lalu dioleskan mentega dan selanjutnya dibungkus daun pisang. Tape kemudian dibakar. Agar aromanya tetap sedap tape dibakar ja-

Bondowoso

ngan menggunakan minyak tanah, tetapi memakai kayu arang. Dengan begini, kelezatan tape bakar tidak akan tercemar bau minyak tanah. Untuk membakar tape diperlukan kesabaran. Tape harus dibolak-baik secara telaten di bara api. Usai dibakar, tape kemudian dibungkus daun bertuliskan tape bakar agar tidak dikira lemper atau pepes ikan. Dari setengah kuintal tape, jadi 500 bungkus tape bakar yang siap ditawarkan dengan harga Rp 1.000 per buah. Tapi harus cepat dikonsumsi. Sebab kemasan tape bakar hanya bisa bertahan paling lama empat hari kalau tidak mau yang busuk. (gus)

Aroma tape Bondowoso juga melanglang sampai ke Makkah.

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

SUARA DESA

17


Suara

Jember

KEGIATAN pelatihan bagi perangkat desa di Desa Darsono, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.

Warga Bangun Pos Pol Setara Mapolsek

D

esa aman warga tentram dan pembangunan pun berjalan lancar. Sebaliknya, jika desa penuh dengan tindak pidana kriminal, warganya pun sulit mencari nafkah dengan tenang, sehingga keamanan dan ketertiban masyarakat perlu dijaga bersama termasuk melibatkan aparat kepolisian di desa. Budi S. Kepala Desa (Kades) Wonoasri Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember, tidak main-main mewujudkan kamtibmas di desanya. Perangkat desa tidak cukup mengajak warganya untuk membantu aparat kepolisian mewujudkan desa yang aman tetapi petugas pun dihadirkan ke desa untuk turut menjaga stabilitas keamanan di desanya. Itu sebabnya, kades tidak tanggungtanggung yakni mengajak warga untuk bahu-membahu membangun gedung kantor Pos Polisi (Pos Pol) di Desa Wonoasri. Pos Polisi yang dibangun dengan dana swadaya murni masyarakat ini, menempati lahan milik ahli waris Pak Wardi yang memberikan secara sukarela kepada masyarakat un-

18 SUARA DESA

tuk pembangunan pos pol. Gedung sederhana tetapi dilengkapi pelbagai kebutuhan operasional ini telah diserahterimakan penggunaannya kepada Polres Jember beberapa waktu lalu, bahkan Kapolres Jember, yang saat itu dijabat AKBP Samudi, SIk telah meresmikan penggunaannya. Bentuk bangunan yang setara Polsek itu di dalam ruangan terlihat lengkap, terdapat sejumlah ruang penjagaan, ruang penyidikan, ruang sel, musala dan toilet. ”Waduh Pos Pol swadaya ini luar biasa. Kami sudah mengecek sendiri ternyata fasilitas ruangan setara kantor Polsek,” ujar Kapolres Jember, AKBP Jayadi SIk, saat mengunjungi Pos Pol Wonoasri. Kepala Desa Wonoasri Budi S, menjelaskan bahwa ini adalah amanah masyarakat kepada kita semua terutama pihak kepolisian. Tentunya, kami ingin menjadikan Desa Wonoasri lebih aman. Pembangunan Pos Pol ini adalah niat warga guna membantu kamtibmas, yang tujuannya dengan adanya Pos Pol agar mempermudah dan memperlacar pelayanan warga. ”Ini yang perlu dipahami warga, ketika muncul pemahaman yang berbeda di kemudian hari.

Saya sebagai kepala desa meminta kepada warga agar saling menjaga Pos Pol tersebut,” ulasnya. Dalam peresmian tersebut, sejumlah tokoh masyarakat desa dan kecamatan hadir memenuhi kursi undangan. ”Gagasan ini muncul usai ada kunjungan Kapolres ke desa kita. Dari situlah, kami bersama kades yang lain berembug untuk mendirikan Pos Pol,” jelas Kades Wonasri, Budi S. Warga sendiri sangat senang dan bahagia terwujudnya Pos Pol ini. Selama ini warga yang butuh pelayanan polisi untuk mendatangi Polsek Ambulu dan Tempurejo menempuh jarak 18 kilometer. ”Kalau sekarang ini sudah tidak harus jauh-jauh ke Ambulu dan Tempurejo. Tentu adanya Pos Pol ini sangat membantu warga,” tambah Budi. Sekedar diketahui pembangunan Pos Pol ini sangat singkat hanya memerlukan sekitar tiga bulan saja, dan saat ini sudah diresmikan. “Ya dari hasil rebugan kami, terus kordinasi dengan bapak Kapolres, lalu kita bangun dan sekarang sudah diresmikan, ya kurang lebih tiga bulanlah bangunan Pos Pol jadi,” ujar Budi. (ali, lim)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


SUARA SEMERU

W

ARGA Malang dan Batu masih mengeluhkan jalanjalan yang rusak. Untuk wilayah Kabupaten Malang, misalnya, dari total 1.668 kilometer (km) panjang jalan raya, 333 km di antaranya rusak. Pemkab Malang hanya bisa melakukan perbaikan berkala guna merawat jalan rusak itu dengan anggaran Rp 8 miliar pada 2012 ini. “Banyak aspal jalan berlubang. Kami hanya bisa memberikan perawatan secara berkala setiap tahun,” kata Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Malang, Mochammad

badan jalan yang berlubang atau rusak. “Pada tahun ini kami juga berencana menambah lagi tiga unit mobil multi fungsi. Selanjutnya, akan kami sebar di sejumlah wilayah yang terjangkau,” katanya. Secara terpisah, anggota Komisi D DPRD Kabupaten Malang, Abdul Rahman, mengatakan, jalan raya paling banyak kerusakannya ada di wilayah Malang Selatan. Kondisi itu dianggap bisa membahayakan aktivitas masyarakat. “Harusnya ada evaluasi rutin tiap tahun, sehingga kerusakan jalan bisa ditekan seminim mungkin,” katanya. Menurut dia, jalan rusak itu nyaris di titik yang sama setiap tahunnya. Hal itu harus ada solusi se-

Anwar. Dikatakan, anggaran tahun ini dianggap masih minim. Butuh dana lebih besar lagi agar perbaikan jalan rusak itu bisa lebih maksimal. Selain jalan raya kabupaten, jalan kecamatan juga banyak yang rusak. Yakni mencapai 6.902 kilometer. Tingkat kerusakannya sekitar 20% atau sepanjang 1.380 kilometer. “Anggaran terbatas membuat kami tidak bisa maksimal dalam memberikan perawatan jalan. Karena itu kami mencoba solusi lain untuk meminimalisir potensi kerusakan jalan setiap tahun,” papar Anwar. Pada tahun lalu, sambung dia, Pemkab melakukan pengadaan sebuah mobil multi fungsi senilai Rp 1,056 miliar. Mobil ini untuk program perbaikan jalan yakni melaksanakan pengaspalan

hingga perekonomian masyarakat bisa terbantu dengan kondisi jalan yang bagus. “Kalau jalannya bagus, saya yakin juga bisa mendukung aktivitas perekonomian masyarakat,” katanya. Ya jalan rusak ekonomi pun jadi “cekak” (penghasilan berkurang). Misalnya di Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Warga yang kesal pernah menanam pohon di jalan aspal, yang kebetulan berlubang dengan diameter cukup besar. Tapi aksi itu tak berlangsung lama, sebab Camat Karangploso, Suroto, cepat turun tangan. Penanaman pohon itu sebagai bentuk protes rusaknya ruas jalan di kawasan Tawangargo, sekitar 500 meter dari permukiman. Titik terakhir berada di depan Sumber Air Sumbersari, dekat per-

Jalan Rusak Ekonomi Cekak

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

batasan Kabupaten Malang-Kota Batu. Mahfud, warga Desa Tawangargo, mengatakan, aksi warga saat itu diketahui aparatur pemerintahan sehingga Camat Karangploso Suroto memerintahkan agar blokade jalan kembali dibuka. Pohon yang ditanam dibersihkan kembali oleh warga. ”Camat juga memerintahkan agar jalan yang berlubang diurug dengan tanah,” katanya. Jalan rusak itu sebenarnya sudah terjadi mulai dari Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso. Apalagi medan jalan naik membuat air hujan leluasa meluber. Kerusakan jalan di Karangploso berbanding terbalik dengan kondisi jalan di Kota Batu. Di Desa Giripurno yang berbatasan dengan Desa Tawangargo, jalannya mulus. Aspal mulai terkelupas ketika masuk wilayah Kabupaten Malang, yang dibatasi oleh jurang susuh. Padahal jalur tersebut menjadi jalan alternatif, ketika jalan utama menuju Kota Batu dipenuhi antrean kendaraan. Namun tak semua jalan di Kota Batu mulus. Bahkan jalan yang baru saja diaspal di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, tahun lalu sempat rusak berat. Padahal jalan ini merupakan salah satu jalan alternatif yang menghubungkan Kota Batu dengan Jalan Raya Mojorejo atau Jalan Raya Pendem. Kurang lebih kerusakan terjadi sepanjang 3 kilometer di sana sini dipenuhi lubang. Namun, tahun 2012 ini Pemkot Batu mengaku lebih serius meningkatkan kesejahteraan masyarakat Batu dengan pembangunan fasiltas dan alat transportasi di desa-desa. Agenda tersebut akan berjalan dengan baik karena APBD Kota Batu mengalami kenaikan sebesar Rp 11 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 450 miliar. “Tahun 2012 tahun terakhir masa kepemimpinan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko dan wakilnya Budiono. Jadi semangat kita, membantu pemerintah untuk memperbaiki kualitas jalan, terutama jalan pedesaan yang sudah banyak yang berlubang,” kata Sekkota Batu, Widodo. Karena itu, lanjut Widodo, Dinas Pengairan dan Bina Marga yang berkaitan dengan pembangunan dan pemeliharaan jalan mendapatkan dana sebesar Rp 35 miliar. Menurut ia, anggaran tersebut akan digunakan untuk memperbaiki infrastruktur jalan, jembatan dan drainase. (gus)

SUARA DESA

19


Suara

Kadimin Sisa Kejayaan Kompor Gas Singosari

I

ngat nasi jangan melupakan alat pemasaknya. Puluhan tahun, sebelum harga minyak melonjaklonjak, kompor berbahan bakar minyak gas menjadi pilihan pertama masyarakat. Desa Tamanharjo, Kec.Singosari, Malang adalah produsen kompor minyak gas terbesar yang kini hanya menyisahkan seorang pekerja bernama Kadimin. Dia tetap bertahan di dalam ‘’bengkel kerjanya’’, karena memang tidak memiliki ketrampilan lain selain membuat kompor minyak gas. Kedua tangannya masih cekatan diajak mencari nafkah dengan menggunting seng, memukul-mukulnya sampai membentuk pola yang diinginkan, termasuk mematri potonganpotongan seng agar terlihat rapi dan kompor tidak bocor. Kadimin adalah salah satu penduduk desa Tamanharjo, Dusun Demangan yang terkena imbas dari kebijakan pemerintah pusat. Dia bertutur dulunya sebelum pemerintah menerapkan kebijakan kenaikan BBM dan konversi gas elpiji, satu minggu bisa memproduksi 200-300 kompor gas. “Dulu tahun 2000-an, saat jaya-jayanya usaha pembuatan kompor minyak dan perkakas rumah tangga ini, saya bisa memenuhi 200-300 permintaan tiap minggunya. Bahkan saya bisa me-

20 SUARA DESA

miliki sampai 18 pekerja di tempat ini,” tutur Kadimin sambil melihat sekeliling “bengkel kerjanya” tersebut. Usaha bapak dua anak ini melorot terus saat pemerintah menerapkan kebijakan kenaikan BBM tahun 2005. Ketika itu pesanan kompor dan perkakas-perkakas rumah tangga lain berkurang. Dia merasa usaha kompor minyak yang digelutinya memasuki masa suram, namun waktu itu dia masih optimis. Disusul pada tahun 2007 pemerintah pusat menerapkan konversi minyak tanah ke elpiji yang secara pelan tapi pasti membuat usahanya mati. Para pekerjanya menjadi pengangguran dan banyak juga yang beralih profesi. “Saya itu nggak menuntut apaapa. Saya sudah pernah menikmati kesuksesan dari usaha ini. Kata dokter kan penyakit itu diawali dari pikiran, ya makanya, saya bekerja dengan santai dan tanpa membebani pikiran terlalu berat. Saya terima saja,” kata Kadimin sambil tersenyum. Ketika ditanya apa pernah dapat bantuan alat-alat ataupun pelatihan dari desa ataupun dari pihak-pihak lain, pria tua yang kelihatan masih segar ini berujar, “Saya nggak pernah minta. Bantuan atau pelatihan langsung ke saya sampai saat ini belum ada, tapi kalau bantuan alat pernah dapat dari UNM (Universitas Negeri Malang) yang diwakili Pak Romli, namun akhirnya saya jual alat itu, ya buat kebutuhan anak sekolah daripada saya pinjam sana sini. Pernah sebenarnya ada di desa itu ke_ lompok usaha pembuatan timba dari bahan ban, tapi beberapa waktu kemudian juga akhirnya bubar karena kalah bersaing dengan penjual timba dari plastik, saya sendiri tidak ikut kelompok usaha itu, ya kerja seadanya gini aja mas yang penting bisa makan,” tuturnya. Kesederhanaan dan ketegaran Kadimin sendiri tampak selama Suara Desa mewawancarainya. Dengan senyum dan sesekali tertawa terbahak-bahak, pria ini tampak tidak sedikit pun menyiratkan kesedihan di raut mukanya. Dia menceritakan tentang kronologi usahanya, dari saat berjaya sampai ambruk dengan nada suara yang tenang dan ceria. Paling mengharukan adalah

Malang

Kadimin masih bertahan dengan produksi kompor gas.

saat dia mengatakan bahwa senyampang anak-anaknya menginginkan untuk bisa sekolah dan mendapat pendidikan, Kadimin akan menyanggupi untuk menyekolahkan mereka. “Anak-anak harus tetap sekolah. Selama saya mampu dan mereka juga berkeinginan kuat untuk sekolah, jalan itu pasti ada. Ya meskipun itu harus gali lubang, tutup lubang,” ungkapnya sambil tertawa terbahak-bahak. Ditanya tentang harapan untuk pemerintah desa dan kabupaten, Kadimin enggan untuk memberikan pesan. Dia mengatakan tidak minta apa-apa lagi dan akan menjalani hidup dengan bekerja seadanya. Saat ini Kadimin bekerja mereparasi perkakas-perkakas rumah tangga misal wajan, dandang, dan beberapa perkakas lainnya. “Sudah, saya nggak minta apa-apa lagi, nggak perlu dijadikan beban. Penyakit itu lho mas bersumber dari pikiran, saya sih santai saja mas. Toh Alhamdulillah anak saya sekarang sudah lulus kuliah dan bekerja meskipun hanya sukwan di SD dekat sini, ” kata Pak Kadimin dengan kembali tersenyum. Saat akan meninggalkan rumah itu pun, wartawan majalah Suara Desa ini masih bisa melihat Kadimin melanjutkan pekerjaan memperbaiki perkakas dengan penuh senyum. Tampak pada tubuh yang renta itu senyum penuh keikhlasan dalam menjalani pekerjaannya. Kadimin menjadi segelintir penduduk desa yang masih tetap bisa tersenyum dan ceria di tengah terpuruknya negeri ini oleh para koruptor. (ziq)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

Bertanam Organik Lebih Menjanjikan

L

umpuh diserang bawang putih impor, pendapatan petani Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu melorot tajam. Bawang putih yang pernah menjadi produk unggulan desa itu lambat laun ditinggalkan, warga desa bertekad mengembangkan pertanian organik yang pada era digital ini mulai digemari masyarakat perkotaan karena lebih menyehatkan untuk dikonsumsi. “Saat ini Torongrejo berusaha menjadi desa pusat pertanian organik Artinya semua bibit, pupuk, dan obat-obatan menggunakan bahan organik. Gagasan ini berawal dari Gapoktan yang kemudian didukung Pemkot Batu yang memberi bantuan mulai dari pupuk, bibit, obat-obatan dan teknik pola tanamnya,” kata Kepala Desa Torongrejo, Kateni Warno Raharjo ketika dijumpai di kantornya. Tanah desa tergolong subur, penduduknya yang tersebar di tiga dusun; Krajan, Klerek, maupun Ngukir menggantungkan hidupnya dari bercocoktanam. Sebagai daerah pertanian, kata Kateni desanya pernah menjadi sentra bawang putih. Namun setelah keluar kebijakan impor bawang putih pada 1998, produk primadona warga desanya kalah bersaing, selain dari sisi harga juga kualitas. Hal itu memaksa warga desa yang tergabung dalam Gapoktan mencari pola tanam yang belum dilirik petani lain. Program pendidikan dan pelatihan budi daya pertanian organik yang diselenggarakan Dinas Pertanian Pemkot Batu menarik minat warga desa untuk mengembangkan pertanian organik ini. ”Kita mengusulkan ke Pemkot Batu agar pertanian organik ini dipusatkan di Desa Torongrejo dan usulan itu disetujui bahkan Walikota Batu melaunching desa ini sebagai pusat pertanian organik pada Desember 2011 lalu,” ungkap Sutejo, Ketua Gapoktan Torongrejo.

www.suaradesa.com

Awalnya, pengurus Gapoktan kesulitan mencari lahan seluas 10 hektar yang harus disedikan agar program ini bisa terwujud. Namun berkat dukungan warga desa, lahan seluas 10 hektar berhasil dikumpulkan setelah 50 orang pemilik lahan bersatu padu untuk mensukseskan budidaya pertanian organik

Tanaman organik yang siap dikembangkan warga Desa Torongrejo.

“Setelah diteken perjanjian hitam di atas putih, maka bantuan diberikan secara simbolis langsung kepada 50 petani tersebut oleh pemkot Batu pada Desember 2011 kemarin,” ujarnya. Ditanya tentang komoditas apa saja yang ditanamkan pada lahan pertanian organik itu, ketua Gapoktan Torongrejo ini menyatakan, “Ada empat komoditas utama, yaitu jagung manis, bawang prei, brungkul, dan bawah merah. Bantuan yang diberikan pemkot Batu juga sudah termasuk benih empat komoditas

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

Batu

ini ditambah pupuk organik baik cair maupun padat, dan pestisida nabati”. Sutejo juga menambahkan harga jual produk pertanian organik lebih mahal dibanding produk pertanian berasal dari anorganik. Itu sebabnya, produk organik harus diberi label dari Dinas Pertanian Jatim agar terjamin keasliannya. Namun untuk mendapatkan produk bersertifikat, harus mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan Dinas Pertanian Propinsi Jatim. Setelah melalui uji laboratorium, Dinas Pertanian mengeluarkan sertifikat untuk menentukan produk pertanian organik berlabel prima 1, prima 2 dan prima 3. SOP yang diterbitkan Dinas Pertanian Propinsi Jatim tahun 2009 menetapkan beberapa tahapan yang harus dilakukan, antara lain; pemilihan lokasi, penentuan waktu tanam, penyiapan benih, penyiapan lahan. Selain itu juga ditentukan pola penanaman, pemupukan, pengairan, penyiangan dan pembumbunan, penentuan saat panen, panen, pasca-panen sampai pada pengemasan dan pendistribusian. “Jika sudah dapat label prima itu, insya Allah untuk pemasaran dan hasil penjualan produk pertanian organik itu pasti jauh lebih berlipat ganda dibandingkan dengan hasil pertanian kimia” tuturnya. Sutejo juga menambahkan dirinya mewakili kelompok tani mengharapkan pemkot dan pemdes untuk meningkatkan potensi pertanian organik di Desa Torongrejo. “Harapan kami, untuk pemkot dan Dinas Pertanian hendaknya membentuk koperasi pertanian untuk menampung hasil pertanian Kota Batu umumnya dan Desa Torongrejo khususnya. Sedangkan untuk Pemdes Torongrejo, hendaknya membantu dalam hal fasilitasi pendidikan/pelatihan pertanian bagi masyarakat umumnya dan kelompok tani di Torongrejo khususnya,” tutur Ketua Gapoktan desa Torongrejo yang ramah ini. (ziq)

SUARA DESA

21


Suara

Kawin Siri Nikmatnya untuk Semua

K

awin Siri yang marak di wilayah Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan potret sosial masyarakat miskin. Akibat kemiskinan terjadi kepatuhan buta yang membuat kaum wanita pasrah diri untuk kawin atau dikawinkan dengan sistem kontrak. Kawin siri sah secara agama, tetapi belum diakui sebagai perkawinan yang sah sesuai hukum tatanegara. Meski kawin sirri secara faktul merugikan kaum perempuan, bagi masyarakat Rembang dianggap sebagai kebenaran budaya yang tumbuh subur seakan menjadi tradisi yang terpelihara dengan cara yang sistimatis. Rusna (40) warga Dusun Krajan, Desa Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan telah enam kali menikah. Kendati demikian, Rusna tidak pernah memiliki akta nikah, karena pernikahannya dilaksanakan secara siri. Setelah ditinggal para suaminya sebelumnya yang berasal dari luar Pasuruan atau warga sekitar menyebutnya “tamu”, Rusna kemudian nikah siri lagi dengan Karim, warga kampung sendiri sampai kini. Rusna mengaku mau melakukan nikah siri berulang kali karena pertimbangan ekonomi, sehingga begitu ditinggal oleh suami-suami sebelumnya, langsung nikah siri lagi dengan pria lain. Celakanya, meski nikah siri yang dijalani Rusna atas pertimbangan eko-

22 SUARA DESA

nomi, kondisi ekonomi perempuan yang kini beranak satu itu tak pernah beranjak dari kemiskinan. Bahkan kondisi ekonomi suaminya yang menikahi siri terakhir juga sangat memprihatinkan. Koordinator Yayasan ICDHRE Pasuruan, Ali Sodikin menyebutkan, di Kabupaten Pasuruan kini terdapat 4.741 pasangan yang telah menikah, tapi tidak tercatat secara hukum negara. Dari jumlah tersebut terbesar di Kecamatan Rembang yang dikenal sebagai kawasaan nikah siri di Kabupaten Pasuruan. Ali Sodikin menyebut, angka tersebut sifatnya dinamis, karena tidak semua pernikahan siri bisa terpantau. Budiantoro (54) Seorang perantara kawin siri menuturkan, proses perkawinan seumur jagung ini telah melibatkan banyak pihak yang semuanya memiliki peran dan fungsi yang saling terkait dan mejadi sebuah jaringan kerja yang massive. Kelompok masyarakat pencari wanita, misalnya, akan bekerja setelah ada order dari makelar, dan ustadz yang bertugas melaksanakan pernikahan siri pasti membutuhkan saksi-saksi. Keluarga perempuan juga membutuhkan sekelompok orang yang berperan sebagai tamu undangan akad nikah. “Secara otomatis, banyak pihak yang mendapat keuntungan secara finansial dari pernikahan siri ini. Tidak hanya orang tua dan anak perempuannya,

Pasuruan

tetapi masyarakat yang masuk dalam jaringan kerja kawin siri ini juga turut menikmati hasilnya. Ini salah satu faktor kawin siri ini sangat merakyat di Rembang,” ujarnya. Awal munculnya kawin siri ini adalah, seorang pemuda yang mendatangi seorang kiai untuk minta dikawinkan. Sang kiai mencari orang tua yang memiliki anak perempuan yang belum menikah. Orang tua yang setuju anaknya dinikahkan akan menyerahkan foto sang gadis. ”Setelah melihat foto gadis dan pemuda tadi menyetujui maka dilaksanakanlah pernikahan siri,” jelasnya. Acara pernikahan pun cukup hanya mengundang para tetangga-tetangga terbatas kedua belah pihak. Karena dipandang sebuah proses yang gampang dan murah maka berita gembira tentang perkawinan ini pun dimanfaatkan oleh pihak tertentu dengan mendatangkan lelaki dari luar desa. “Kawin siri pun bergeser menjadi kawin kontrak,” ujarnya. Biaya yang dibutuhkan untuk kawin siri, tidak semahal nikah biljahri (nikah terang-terangan), sebab tidak ada biaya pesta. Seorang lelaki hanya mengeluarkan biaya proses akad nikah dan mahar. ”Untuk biaya proses akad nikah dibutuhkan dana sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta lebih, sementara maharnya tergantung status perempuannya. Tentu mahar seorang perempuan yang masih gadis berbeda dengan yang sudah menjanda atau sudah pernah menikah,” katanya. Fenomena kawin siri ini, Pemkab Pasuruan mengusahakan agar terkikis melalui program pembangunan yang digelontorkan di desa-desa di wilayah Rembang, termasuk diadakannya nikah massal. Namun masyarakat belum juga bergerak untuk meninggalkannya, sebab pembangunan faktor pendidikan di wilayah ini masih belum mampu mengubah prilaku masyarakat. Mayoritas warga masih berfikir bahwa pendidikan agama adalah yang paling penting. Karena kondisi ekonomi masyarakat menyebabkan kaum wanita hanya tamat madrasah, bahkan masih banyak yang tidak tamat. Masyarakat beranggapan anak-anak bisa membaca dan menulis sudah cukup, sehingga para gadis mereka segera dinikahkan di bawah umur (16 tahun). (toni)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

Probolinggo

tambak udang bernama PT Permata Citra Nusa telah dibangun. Tukang dan kulinya berasal dari desa setempat. Hingga kini pembangunan pabrik tersebut telah rampung 50 persen. Walaupun pembangunannya belum selesai, pabrik telah beroperasi. Karena Hamsun mendorong kesepakatan agar merekrut tenaga kerja dari desa setempat, sedikitnya 35% dari total penduduk, terutama pemuda, telah bekerja di tambak udang tersebut. Mulai dari bagian pakan, sekuriti, waker, bagian gudang listrik, genset, kantor dan kuli proyek. “Saya benar-benar bersyukur bisa bermanfaat bagi masyarakat. Biasanya banyak warga yang datang ke rumah atau kantor untuk dibantu dicarikan pekerjaan, sekarang sudah tak ada lagi,” katanya kepada Suara Desa.

MOHAMMAD HAMSUN

M

ohammad Hamsun dikenal selalu mandiri. Pria ini tak ingin bersandar pada orang lain. Sebab bersandar pada orang lain baginya hanya menimbulkan kekecewaan saja. Sebaliknya berusaha sendiri dan bersandar pada Tuhan, niscaya apa yang diharapkan bisa tercapai. Prinsip itulah yang dipegang teguh oleh Hamsun, Kepala Desa Asembakor, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Dan benar, andai saja kades yang sudah menjabat hampir tiga tahun ini bersandar kepada orang lain—dalam hal ini kepada pemerintah— tak mungkin warganya yang berjumlah 2.023 penduduk terangkat dari garis kemiskinan, di mana 50 % warga berprofesi buruh tani dan sisanya nelayan. Ketika baru menjabat kades, Hamsun dihadapkan pada kenyataan melaratnya taraf hidup warganya. Pekerjaan tak mapan warganya membuat mereka tergolong miskin. Apalagi, anak-anak mereka banyak pengangguran karena tak mengenyam pendidikan tinggi dan minimnya lapangan pekerjaan. Hamsun pun memikirkan masa depan rakyatnya itu hingga seakan kepalanya pecah. Ia kemudian menghubungi www.suaradesa.com

para koleganya yang tersebar hingga luar kota . Singkat kata, pria kelahiran Probolinggo, 27 Juni 1966 ini, bertemu dengan pengusaha pembenihan udang dari Taiwan yang memiliki pabrik di Besuki bernama Hung Meng Yu. PT TIKU nama pabriknya. Pengusaha tersebut terus didekati oleh Hamsun. Tentu saja niatnya bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk warganya. Dia sendirian, melobi Hung Meng Yu agar membuka perusahaan tambak ikan di Desa Asembakor, yang merupakan daerah pesisir. Tak mudah merayu pengusaha tersebut. Segala jurus dikerahkan oleh Hamsun, baik Dewa Mabuk hingga Kunyuk Melempar Buah. Tapi kemudian usahanya membuahkan hasil. Hung Meng Yu akhirnya luluh dan mempertimbangkan rayuan Hamsun. Setelah dilakukan survei hingga tiga kali, sang pengusaha sanggup dan berkenan mendirikan pabrik di Asembakor. Proses pendiriannya pun tak mudah. Sebab, lahan seluas 54 hektare yang ingin dibangun pabrik merupakan aset negara. Hamsun dan si pengusaha tadi harus melobi mati-matian ke Kantor Lelang Negara di Surabaya. Hasilnya, keduanya sukses. Dan, tepat setahun lalu, pabrik

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

Lerai Perseteruan Warga Dibangunnya pabrik di Asembakor bukan berarti desa yang dipimpin Hamsun terbebas dari masalah sosial. Daerah pesisir yang panas karena dekat dengan pantai, turut mencetak karakter warganya menjadi temperamental. Hamsun mengatakan, dirinya terpaksa sering turun ke rumah warganya yang terlibat perseteruan. Mulai dari perkelahian antar warga hanya garagara persoalan sepele, hingga sedikitsedikit melapor polisi. Emosi warga desa setempat, kata Hamsun, kemungkinan disebabkan hawa panas daerah pesisir. Kasus terbaru yang menggegerkan warga setempat, ada seorang warga main tuduh tetangganya mencuri pisang. Padahal, tuduhan itu tanpa dilengkapi bukti dan saksi. Bahkan, warga yang merasa kehilangan pisang tersebut, melaporkan tetangganya ke polisi. Warga setempat pun heboh dengan kedatangan polisi. Tapi kasus sosial itu tak membuat Hamsun patah arang. Seperti telah dia alami sebelumnya, hanya satu cara yang dia gunakan melerai perseteruan antarwarganya: turun ke bawah. Hamsun berusaha menyelesaikan konflik antara kedua belah pihak, sambil menggunakan pendekatan sosial dan agama. “Saya berikan mereka kesadaran, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Tetangga pasti butuh tetangga lainnya. Sesekali saya berikan mereka kesadaran bahwa Indonesia adalah negara hukum. Ada KUHP yang mengatur agar manusia tidak seenaknya bersikap. Hak asasi dibatasi oleh hak orang lain,” jelasnya. (faisol)

SUARA DESA

23


Suara

D

esa Jatiroto Kecamatan Jatiroto Kabupaten Lumajang terbilang unik. Desa paling timur yang berbatasan dengan Desa Yosorati Kabupaten Jember ini sekilas tampak megah karena selain terletak di Kota Kecamatan Jatiroto, ada pula Pabrik Gula (PG) Jatiroto, serta ruko-ruko mentereng dan pasar tradisional yang cukup bagus yang juga milik PG, ternyata kondisinya sangat memprihatinkan. Desa ini dalam melayani masyarakat masih mengalami banyak keterbatasan, di antaranya belum adanya kantor desa serta sejumlah kelengkapan desa lain. “Saat ini kantor desa kita masih numpang mas, di bangunan yang dulu bekas Puskesmas,” ujar Kades Jatiroto, Nujum. Nujum berharap Pemkab Lumajang juga memperhatikan nasib Desa Jatiroto ini. “Desa kita berdiri tahun 2007, pecahan dari Desa Kaliboto

Lor, sejak awal berdiri hingga saat ini masih numpang mas kantor kita, karena untuk membangun kantor desa kita belum ada biaya,” ujarnya. Dan meski sudah sekitar lima tahun desa tersebut berdiri hingga kini belum ada perhatian dari Pemkab Lumajang. “Tolong mas dibantu ya agar Pemkab Lumajang mau membantu kami, atau Pemprov juga. Ini agar kita segera memiliki kantor desa,” ujar Nujum. Sekadar diketahui, di Desa Jatiroto sebagian besar lahan milik PG Jatiroto serta banyak tanah HGU yang tentunya bukan milik atau aset desa. Sehingga keberadaan desa tersebut dari luar tampak megah tapi sangat memprihatinkan. “Kita kelihatanya aja desa yang megah tapi sampeyan tahu sendiri seperti apa kondisi kita. Tapi meskipun kami mengalami segala keterbatasan, tetap melayani masyarakat dengan sepenuh hati,”

ujar Kades. Ketua BPD Jatiroto, Porbono, juga mengakui jika Desa Jatiroto hingga saat ini belum ada sentuhan dari Pemkab Lumajang. Untuk itu pihaknya berharap agar Pemkab Lumajang memperhatikan kondisi desa tersebut. “Paling tidak kita diperhatikan, karena kita baru lima tahun pisah dengan desa induk. Jadi kami belum bisa membangun fasilitas desa tanpa bantuan pemkab,” katanya. (ali)

menanyakan ke Pemkab tapi setiap kali ke Bagian Pemdes selalu hanya diberi janji. Bahkan berkali-kali dibohongi dengan dalih disuruh membuat surat pengajuan dulu. “Saya sampai tiga kali membuat surat pengajuan, tapi hingga saat ini tidak ada respon sama sekali,” ujar Porbono. “Setiap pergantian Kabag Pemdes saya tanyakan dan selalu minta surat pengajuan, terus sampai kapan saya di bohongi. Padahal sekarang sudah 4 kali ganti Kabag Pemdes, apa sekarang saya juga harus membuat surat pengajuan lagi,” katanya, kesal. Padahal BPD sangat membutuhkan

kendaraan tersebut sebagai sarana kerja dan inventaris, mengingat wilayah Desa Jatiroto cukup luas dan memiliki 12.000 penduduk, yang terbagi dalam 4 Dusun, 14 RW dan 65 RT. Di lain pihak Desa Jatiroto juga ingin mengembangkan desa tersebut dengan membuat pasar tradisional sendiri, mengingat pasar yang ada adalah milik PG Jatiroto sehingga pendapatan tidak masuk ke Pemkab Lumajang. “Dengan kita membuat pasar desa, kami berharap pendapatan bisa meningkat, sehingga kami mendapat tambahan penghasilan dari pasar tersebut, akan tetapi itu masih sebatas rencana sebab modal belum ada. Ya kami juga berharap kepada pemkab maupun pemprov mau membantu kami,” katanya. Untuk itu pihaknya berharap agar Pemkab Lumajang benar-benar memperhatikan nasib Desa Jatiroto. “Karena tanpa bantuan dari Pemkab Lumajang tentunya desa ini sulit untuk berkembang,” ujarnya. (ali)

KADES Jatiroto Nujum dan Ketua BPD Porbono.

BPD Jatiroto bisa jadi satu-satunya di Lumajang yang tidak memiliki inventaris sepeda motor. Padahal seluruh BPD di Kabupaten Lumajang memiliki inventaris sepeda motor yang merupakan pemberian Pemkab Lumajang. “Lha ya itu mas, kenapa dengan desa kita ini kok pemkab gak mau memperhatikan sama sekali. Padahal BPD lain se-kabupaten Lumajang dapat inventaris sepeda motor, tapi kita malah gak dapat,” ujar Ketua BPD Lumajang Porbono. Padahal sudah berkali-kali Purbono

24 SUARA DESA

Lumajang

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Surat Keputusan (SK) Gubernur Jatim Soekarwo Nomor 188/133/KPTS/013/2012 yang menyatakan Gunung Kelud masuk wilayah Kabupaten Kediri berbuntut panjang. Warga Blitar menggugat SK Gubernur tersebut dengan mengepung Kantor Gubernur di Jalan Pahlawan Surabaya, Senin (19/3).

R

ibuan warga Kabupaten Blitar itu marah.Massa yang mengatasnamakan “Blitar Bumi Bung Karno Menggugat” itu melakukan aksi demonstrasi sebab menilai Gubernur Soekarwo telah melukai hati rakyat Blitar. Aksi massa ini sempat membuat kewalahan petugas keamanan dari Polrestabes Surabaya sebab menjelang akhir aksi, massa sempat marah dan berusaha menerobos masuk ke kantor Gubernur Jatim. Kesal karena dihambat barikade po-

lisi, massa akhirnya melakukan aksi dorong dan melempar polisi dengan gelas air mineral serta telur busuk yang sengaja disiapkan oleh mereka. Sebagai wujud penolakan mereka terhadap SK Gubernur tersebut, massa aksi yang datang menggunakan sekitar 135 kendaraan ini juga membawa kepala kerbau bule. Mereka juga mengenakan pekaian serba hitam dan menggelar aksi kesenian asal Blitar sebagai bukti kepri-

hatinan terhadap keputusan yang dikeluarkan Gubernur Jatim itu. Mereka juga membentangkan berbagai poster yang intinya meminta pada Gubernur Jatim Soekarwo agar mencabut SK dan mengembalikan Gunung Kelud masuk wilayah Kabupaten Blitar. “Keputusan Gubernur Jatim Soekarwo itu telah melukai masyarakat Blitar. Secara kultural, Gunung Kelud sudah milik rakyat Blitar. Berdasarkan 16 peta sejak tahun 1840, Gunung Kelud juga masuk wilayah Blitar. Keputusan yang dikeluarkan Gubernur itu tidak sah, karena hanya berdasarkan peta 1869 dan peta satelit saja,” ujar salah satu koordinator aksi, Totok Siswanto. Selain itu, massa juga mendesak Gubernur agar meminta maaf kepada masyarakat Blitar karena telah melukai hati mereka. Bahkan massa juga meminta Gubernur Soekarwo mundur dari jabatannya bila tidak bisa mengurus masalah ini. Lebih tegas lagi, Totok mengatakan, masyarakat Blitar siap melakukan langkah apa pun untuk membela Gunung Kelud agar kembali menjadi milik Blitar. Dua Solusi Selanjutnya beberapa perwakilan massa aksi sempat diterima Gubernur Jatim Soekarwo untuk menyampaikan aspirasi mereka. Dalam pertemuan tersebut Pakde Karwo—panggilan Soekarwo— menawarkan dua solusi. Yakni, Pemkab Blitar bisa mengugat SK Gubernur ke PTUN, atau Gu-

www.suaradesa.com www.suaradesa.com Edisi Edisi 03 03 15 15 April April -- 15 15 Mei Mei 2012 2012

bernur akan memfasilitasi Pemkab Blitar bertemu dengan Dirjen Pemerintahan Umum (Ditjenpum) Depdagri, selaku Lembaga Pemerintah yang bertugas mengatur batas wilayah serta Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosutarnal). Hal itu karena dalam membuat SK tersebut, Soekarwo mengaku, telah melakukan 12 kali Rapat Koordinasi dan penelitian mulai tahun 2008 hingga 2011. Gubernur juga melibatkan seluruh pihak untuk menentukan batas wilayah Gunung Kelud, seperti Bakosurtanal, Bupati Kediri, Bupati Blitar, Tim Penegasan Batas Pusat, Tim Penegasan Batas Provinsi, Tim Penegasan Batas Daerah Kabupaten Kediri, Tim Penegasan Batas Daerah Kabupaten Blitar, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jatim, Bakesbangpol, Bappeda, dan Biro Hukum Setdaprov Jatim. “Jika Blitar ingin bersabar, kami siap memfasilitasi pertemuan antara Pemkab Blitar dengan Pemerintah Pusat. Dengan pertemuan nanti, Pemkab Blitar dapat menyampaikan aspirasinya secara langsung serta mendapat penjelasan yang lebih detail mengenai permasalahan batas wilayah Gunung Kelud,” kata Pakde Karwo, berdalih. Kartika Hidayati, anggota Komisi A DPRD Jatim menegaskan, seharusnya Gubernur melakukan dialog dengan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. Sehingga tidak menjadikan konflik berkepanjangan antara kedua daerah. (hyuan)

SUARA SUARA DESA DESA

25 25


Suara

Siapa Peduli Desa Bencana?

D

Kondisi jalan di Desa Sumberasri lereng Gunung Kelud arah Blitar.

EBU beterbangan akibat lalu lalang truk pengangkut tebu di jalanan aspal satu satunya di Desa Sumberasri. Maklum sebagian besar kawasan desa ini merupakan perkebunan tebu yang menjadi mata pencaharian utama sekitar 7 ribu warga desa. Kepala Desa Sumberasri, Endro Busono, menjelaskan, saat ini desanya tidak memiliki fasilitas untuk tanggap bencana letusan gunung. Satu-satunya hanya dengan cara manual, melihat ke puncak bukit setiap kali gunung yang terkenal aktif itu memperlihatkan gejala meletus. “Ya hanya naik ke bukit yang agak tinggi di Dusun Gambar untuk memantau aktifitas gunung,” katanya saat dijumpai Suara Desa di kediamannya, kemarin. Endro mengatakan, sejarah letusan Gunung Kelud pada abad ke-20, tercatat meletus pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Masyarakat sekitar sangat hafal pola letusan yang terjadi di Gunung Kelud sebab setidaknya sik-

Blitar

lus 15 tahunan bagi letusan gunung ini akan terjadi lagi. Dijelaskan Endro, minimnya fasilitas ini dapat dilihat dari tidak adanya jalur penunjuk evakuasi. Di daerahnya juga tidak terdapat selter untuk penampungan pengungsi berupa bangunan - bangunan bungker bawah tanah untuk mengantisipasi luncuran awan panas. Ditambah lagi tidak adanya pos - pos kesehatan untuk memberikan pertolongan pertama warga. “Desa Sumberasri jelas daerah bahaya, sebab ketika mengungsi ke arah selatan maka akan dihadang kali Mladak sebagai jalur pembuangan lava panas gunung. Jika mengungsi ke utara maka mendekatkan pada potensi sapuan awan panas gunung Kelud,” tutur Endro. Untuk itu dia meminta agar pemerintah peduli pada nasib warga Sumberasri. Sebab, selama ini dia menilai pemerintah hanya peduli saat gunung Kelud aktivitasnya meningkat. Namun ketika tidak ada aktivitas pemerintah seakan tidak peduli. Bahkan pelatihan untuk tanggap bencana letusan juga tidak dilakukan pemerintah. (hyuan)

Sejengkal Tanah Pun Tak Boleh Hilang untuk membuat akses jalan menuDPRD Kabupaten Blitar bersikap ju puncak Kelud. “Jangan hanya tegas. Polemik Gunung Kelud tidak karena kita belum membangun boleh berujung hilangnya sejengkal jalan menuju puncak maka Kelud tanah yang menjadi milik Kabupaten diklaim milik daerah lain yang teBlitar dan beralih menjadi milik daerlah membangun akses jalan. Saat ah lain. Karena itu wajar DPRD Bliini kami tengah mengalokasikan tar gusar atas terbitnya SK Gubernur anggaran untuk jalur menuju Jatim Soekarwo Nomor 188/133/ puncak Kelud,” terang politisi KPTS/013/2012 yang memenangkan asal PDIP ini. Pemkab Kediri sebagai pemilik GuDia mengakui jika Pemkab Kenung Kelud. diri telah menggelontorkan angKetua DPRD Kabupaten Blitar, garan untuk membangun kawasan Guntur Wahono, mengatakan, sejarah wisata Gunung Kelud, tapi itu menGunung Kelud sejak zaman dulu samjadi hak Pemkab Kediri, sepanjang pai saat ini tetap milik rakyat Blitar. areal pembangunan yang saat ini diJika saat ini muncul SK yang menyalakukan oleh Pemkab Kediri masih takan Gunung Kelud milik daerah lain, kata dia, hal itu jelas pengingkaran Guntur Wahono saat meninjau Gunung Kelud tahun 2007 berada di batas wilayah tanah milik silam sesaat setelah muncul anakan gunung tersebut. Pemkab Kediri. sejarah. Catatan sejarah soal Gunung Kelud tetap menjadi milik warga BliSedang Pemkab Blitar sendiri sudah Kelud menjadi wilayah Blitar bisa ditar. Sedang bila selama ini Pemkab Blimelakukan pembangunan infrastruklihat di banyak literatur, termasuk cerita tar dipandang belum memaksimalkan tur, sarana dan prasarana, khususnya - cerita rakyat yang selalu mengiringi kepembangunan jalur menuju puncak jalan yang mengakses ke Gunung Keberadaan Gunung Kelud menjadi milik Kelud, maka itu sebagai satu persepsi lud. Juga sudah disediakan anggaran warga Blitar. yang keliru. Sebab saat ini Pemkab yang cukup untuk memoles kawasan Karena itu, DPRD Kab. Blitar akan Blitar telah mengalokasikan anggaran Kelud. (adv) terus melakukan upaya agar Gunung

26 SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

Kediri

Rest Area

Pundi Baru Puhsarang

P

emkab Kediri patut berbangga hati. Itu disebabkan, sebagian besar desa di daerah ini telah memiliki Badan Usaha Milik Desa yang dikelola secara profesional untuk membiayai kebutuhan operasional desa selain sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan warga. Beragam jenis unit usaha didirikan sesuai dengan potensi yang dimiliki desa. Kreatifitas dan kejelian perangkat desa membaca peluang ekonomi lokal sangat dibutuhkan agar unit usaha yang didirikan benar-benar bisa hidup dan mampu menghidupi masyarakat maupun desa . Pasar desa, misalnya, merupakan sumber keuangan yang sangat potensial untuk menambah pundi-pundi kas desa. Begitu pula pembangunan gedung serbaguna yang bisa disewakan untuk berbagai kepentingan, seperti resepsi, dan pembangunan rest area yang berdiri di lokasi obyek wisata atau di pinggir jalan raya. Rest area baik milik Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar maupun milik Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, meskipun tidak sebaik rest area di jalan tol atau yang dikelola pengusaha besar, telah terbukti mampu menaikkan pendapatan warga sekaligus meningkatkan pendapatan asli desa. Berbagai produk desa, mulai cindera mata, makanan khas daerah dan lainnya cukup laris dibeli wisatawan, sehingga keuntungannya mampu memakmurkan desa. Rest Area di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, terletak di depan pintu masuk ke kawasan wisata Gunung Kelud. Di sini, berderet warung-warung yang dibangun oleh desa untuk disewakan kepada warganya yang berjualan aneka makanan khas dan cindera www.suaradesa.com

mata hasil karya warga sendiri dan sebagian lagi diperoleh dari kiriman warga desa lain. Sedangkan di kawasan wisata religi di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, saat ini juga sedang dibangun rest area di atas tanah kas desa di seberang Balai Desa Puhsarang. Rest Area yang berjarak sekitar 300 meter sebelum masuk kawasan wisata religi Gereja Tua Puhsarang tersebut dirancang untuk bisa digunakan beristirahat bagi pengunjung sambil menikmati makananminuman dan bisa membeli oleh-oleh lainnya. Suroso, Kepala Desa Puhsarang, mengatakan pembangunan rest area yang di dalamnya juga dibangun tempat berjualan makanan-minuman dan cindera mata itu, nantinya akan dikelola desa. Pengelola rest area itu mensyaratkan pedagang yang berjualan adalah warganya sendiri. ”Tentu saja warga harus membayar uang sewa, tetapi tetap tidak akan memberatkannya, sebab tujuan utamanya adalah memberi kesempatan warga untuk berwiswasta,” kata kades. Suroso cukup jeli membaca peluang ekonomi yang berada di desanya. Pengunjung obyek wisata di sekitar Desa Puhsarang setiap hari melimpah apalagi pada hari libur. Sebagian besar wisatawan itu memerlukan rest area untuk melepaskan lelah sambil minum dan makan serta melihat beragam cindera mata yang dijajakan pedagang. Menurut Suroso hal inilah yang memotivasi dirinya serta perangkat desa untuk mengembangkan potensi ekonomi desa. Desa Puhsarang sering dijadikan tempat pemberhentian pengunjung ob-

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

muji/suara desa Suroso, Kades Puhsarang.

yek wisata Air Terjun Besuki dan Air Terjun Dholo. Selain itu, di desa ini terdapat Gereja tua Puhsarang sendiri. “Melihat banyak pengunjung yang berhenti yang kebetulan juga di depan Balai Desa itu ada Masjid dan tanah lapangan, maka berdasarkan rapat desa, akhirnya diputuskan untuk membangun rest area,” ujarnya. Menurut dia, berdasarkan perhitungan, pembangunan rest area itu menguntungkan, sehingga pihak pemdes bersedia mengeluarkan dananya untuk membiayai berdirinya stand-stand semi permanen dan sarana lainnya. “Hasil sewa stand itu akan dimasukkan ke dalam kas desa sementara para pedagang juga akan memperoleh untung yang bisa dipakai sendiri,” tuturnya. Apa saja yang dijajakan di warung desa ini ? Suroso menjelaskan, para pedagang menjual makanan desa seperti tiwul, nasi pecel, soto, bermacam jenis kripik dan tentunya juga akan dijajakan barang-barang yang bercirikan kedaerahan. Pendapatan asli Desa Puhsarang, juga diperoleh dari bagi hasil penarikan retribusi parkir di Kawasan Wisata Gereja Puhsarang dan Goa Maria Louders dari Pemkab Kediri. Dari hasil sewa warung dan pemberian bagi hasil retribusi parkir tersebut, Desa mendapatkan tambahan dana untuk biaya operasional sehari-hari. “Meski tidak terlalu besar, kami berharap dengan unit usaha yang sudah berdiri ini kelak desa ini bisa menjadi desa mandiri,” katanya. (muji harjito)

SUARA DESA

27


Suara

Nganjuk

mannya hingga 20 meter dari permukaan tanah. Ruang di dalam goa juga cukup lebar, dan diperkirakan bisa menampung hingga 50 orang. Selain itu, goa tersebut memiliki lorong bercabang menuju ke berbagai arah. Salah satu lorong yang berhasil ditelusuri warga memiliki panjang hingga 100 meter dan itu pun belum sampai putus. “Kemungkinan lorong tersebut masih panjang. Kami putuskan untuk menghentikan penelusuran karena kesulitan

Ditemukan Goa Kristal

S

Goa Kristal di Nganjuk.

udah lebih dari sepekan, warga di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dihebohkan dengan penemuan goa alam di sebuah hutan di lereng Gunung Lengko. Warga heboh karena di dalam goa tersebut terdapat banyak bebatuan yang berkilauan layaknya batu permata. Tak hanya itu, jika dipukul batubatu tersebut menghasilkan bunyi seperti gamelan. Warga silih berganti terus berdatangan ke lereng Gunung Lengko di Desa Sambikerep, Kecamatan Rejoso, Nganjuk. Jika masuk ke dalam goa yang berukuran sekira lima kali enam meter ini, pengunjung akan dibuat takjub dengan keindahan batu stalaktit dan stalaknit. Apalagi, bebatuan ini berkilauan layaknya batu permata. Kepala Desa Sambikerep, Haryono mengatakan, goa terdiri dari dua ruang dan dua lorong. Namun belum ada warga yang berani memasuki lorong-lorong tersebut. Pasalnya, pengunjung akan kesulitan bernapas saat memasuki lorong. Maklum, kandungan oksigen di dalamnya sangat rendah sehingga dibutuhkan alat bantu tabung oksigen. Haryono menuturkan goa ini ditemukan kali pertama oleh Nyamat (45), warga Desa Sambikerep, saat mencari batu-batu antik. Saat Nyamat menggali, muncul suara dengung dari dalam tanah. Setelah terus digali ternyata di bawah tanah tersebut terdapat goa. Pihak desa telah melaporkan temuan ini ke dinas dan instansi terkait agar di-

28 SUARA DESA

tindaklanjuti. Berdasarkan cerita sesepuh desa, tutur Haryono, goa ini diperkirakan bukan goa baru, namun goa lama yang sudah berusia ratusan tahun. Para sesepuh desa menyebutnya dengan nama Goa Harimau. Konon dahulu banyak harimau di hutan Longko yang menjadikan goa itu sebagai rumah. Namun karena faktor alam dan lokasinya yang sulit dijangkau, goa itu tak pernah dijamah hingga tertutup tanah dan menghilang. Sejauh ini belum ada rencana dari pemerintah setempat untuk menjadikan goa tersebut sebagai objek wisata. Goa yang baru ditemukan itu berada di tengah hutan yang masuk wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Tamanan di Desa Sambikerep, Kecamatan Rejoso, Nganjuk. Goa yang ditemukan Nyamat itu cukup dalam, diperkirakan kedala-

bernafas,” ucap Agus. Nyamat ditemui terpisah menceritakan penemuan goa yang banyak ditemukan batu ‘kristal’. Awalnya ia mengaku bermimpi bertemu dengan seorang perempuan yang membawa batu kristal dan ditempatkan di sebuah galian batu kapur yang digali olehnya di kawasan hutan tersebut. “Setelah bangun tidur saya berusaha menerjemahkan mimpi tersebut, dan ternyata itu galian yang saya buat untuk mencari batu kapur,” katanya. Pascamimpi, Nyamat semakin penasaran, hingga ia terus menggali batu itu. Cangkul yang ia gunakan akhirnya menyentuh batu di dinding gua. “Ketika batu itu saya ambil, ternyata di bawahnya ada lubang yang mengeluarkan angin cukup kencang. Saya terus lanjutkan penggalian, dan ternyata lubang itu pintu masuk ke dalam goa,” tandasnya. (an,tni)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

S

JEMBATAN Selomanding putus total.

elain Jembatan Tompe dan Selomanding, jembatan di Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, juga rusak parah tergerus arus air. Hal itu membuat warga serta anak-anak sekolah harus menantang maut bila hendak menuju ke sekolahan mereka untuk belajar. Betapa tidak, mereka harus melalui jembatan darurat yang kondisinya rapuh. Jembatan itu terbuat dari kayu dan bambu yang diikat dengan tali temali. Para siswa itu melintasi jembatan ini secara perlahan agar tidak terpeleset atau untuk menghindari ambruk, saat mereka pergi ke sekolah. Selain itu ratusan warga juga menjadi terisolasi sebab jembatan satu-satunya yang menghubungkan desa ini dengan dunia luar runtuh tergerus arus air sungai. “ Para siswa pergi atupun pulang sekolah terpaksa melewati jembatan darurat ini. Memang sangat membahayakan keselamatan mereka tapi bagaimana lagi, lha wong adanya jembatan ini. Jembatan itu runtuh setelah tidak kuat menahan gerusan air sungai,” kata Suratman, warga setempat. Satu keluarga, kata dia, terpaksa mengungsi karena rumah mereka letaknya hanya lima meter dari jembatan tersebut. Mereka khawatir ikut menjadi korban seperti jembatan tersebut. Sementara jembatan penghubung dua desa utama, yang runtuh pada bulan Desember 2010, hingga kini juga belum diperbaiki. Anehnya, sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Trenggalek belum mengupayakan apa pun untuk memperbaiki jembatan tersebut. Namun demikian, warga tetap optimistis, Pemkab akan membangun

www.suaradesa.com

Trenggalek

jembatan di desa mereka. “Ya saya harap segera dibangun saja, tapi terserah pemkab. Mungkin banyak jembatan lain yang juga harus dibangun, sehingga kami harus bersabar menunggu, tapi kasihan anak-anak itu bila pergi atau pulang sekolah,” katanya. Sejumlah jembatan di Trenggalek memang rusak. Misalnya Jembatan Tompe. Menurut Kepala Desa Tegaren, Heri Supriyanto, Jembatan Tompe rusak sejak tahun 2009 lalu. Untuk sementara telah dibuatkan jembatan darurat dari bambu oleh masyarakat setempat secara bergotong royong. Jembatan yang menghubungkan Desa Tegaren dengan Desa Dermosari dan Desa Winong ini dirasa perlu perhatian khusus, karena di Desa Tegaren terdapat embung yang dapat menampung air bersih untuk keperluan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, Bupati Trenggalek Mulyadi WR meminta kepada Kepala Dinas Binamarga untuk merencanakan pembangunan kembali jembatan Tompe. Kalau memungkinkan direncanakan pada perubahan APBD tahun ini,

tapi bila tidak memungkinkan harus diprioritaskan pada tahun mendatang. “Kalau suatu saat ada kerusakan pada Embung Tegaren, sedangkan Jembatan Tompe belum diperbaiki, maka akan menyulitkan dalam mobilisasi material dan peralatan untuik perbaikan,” ungkap Bupati kala bersama rombongan meninjau kondisi jembatan itu 16 Januari 2012 lalu. Jembatan putus juga berada di Dusun Selomanding Desa Winong. Menurut Kepala Desa Winong, Sukaji, jembatan yang menghubungkan Desa Winong dengan Desa Tegaren tersebut putus pada tanggal 9 Januari 2012 lalu. Akibatnya sekitar 83 KK terisolir dan harus memutar dengan jarak yang lebih jauh bila ingin menuju keluar dari Dusun Selomanding. Untuk itu Bupati juga berharap agar Kepala Dinas Binamarga dan Pengairan, Camat Tugu dan Kepala Desa setempat bahu membahu membuat jembatan darurat, sehingga perjalanan anak sekolah dan roda perekonomian tidak terganggu. (gus)

BUPATI Mulyadi WR dan Camat Tugu di atas Jembatan Darurat Tompe.

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

SUARA DESA

29


Suara

Bersih Desanya, Kuat Ekonominya

D

esa sehat harus memiliki lingkungan bersih. Tetapi bagi Desa Beji Kecamatan Boyolangu Tulungagung, itu saja tidak cukup, sebab tanpa ada dukungan ekonomi yang kuat, warga desa sulit meraih hidup sehat lahir dan batin. Desa Beji berbatasan dengan Ibu Kota Kecamatan, Boyolangu. Jumlah penduduknya mencapai 6.900 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 3.444 jiwa dan perempuan sebanyak 3.466 jiwa. Warga desanya sangat dinamis dan memiliki semangat kerja tinggi. Lihatlah, hampir di setiap rumah penduduk, berdiri beragam unit usaha produktif yang dikelola untuk memenuhi pelbagai kebutuhan rumah tangganya. Dalam bidang pertanian, Beji dikenal sebagai wilayah penghasil tebu dan polowijo. Budidaya ikan hias dan ikan konsumsi seperti ikan gurame dan lele merupakan hasil perikanan unggulan desa yang patut dibanggakan. Usaha home industry yang dikembangkannya juga cukup variatif. Bermacam-macam makanan kecil atau camilan sudah berkembang sejak lama begitu pula minuman kesehatan yang terbuat dari bahan-bahan herbal berupa jamu gendong yang menyehatkan peminumnya. Sementara bidang fashion, warga cukup kreatif memproduksi hasil konfeksi, semisal, pakaian dalam, pakaian alat sholat (rukuh), kaos olahraga, baju anak-anak serta seragam sekolah. Usaha sablon juga semarak, karena dibutuhkan untuk memenuhi

30 SUARA DESA

pemesan yang menginginkan gambar dan tulisan di atas baju dan kaos. Desa Beji yang dikepalai H. Karyanto ini kendati belum begitu pesat perkembangannya, sudah dapat dikatagorikan desa maju. Terbukti Desa Beji merupakan satu-satunya desa yang memiliki Puskesmas Pembantu sebagai cabang dari induknya yang berada di Ibukota Kecamatan Boyolangu. keberadaan Bidan Desa Hjj.Sri Hartini juga sangat membantu warga masyarakat tidak hanya warga Desa Beji saja melainkan sudah menjangkau ke warga dari desa lain. Di mana jika ada masyarakat yang akan melahirkan, bidan desa sangat berperan untuk membantu proses kelahiran tersebut. Kendati bidan yang satu ini sudah pensiun, namun rasa handarbeni sebagai bidan desa masih terus melekat di masyarakat, terbukti sampai saat ini masih aktif bahkan telah mendirikan rumah klinik (rumah bersalin) di rumahnya. Desa juga memiliki aset kekayaan, berupa kios sebanyak 24 buah yang berdiri di pinggir Stadion Beta, Desa Beji. Deretan kios itu dijadikan sarana usaha warga desa. Setiap pedagang diwajibkan membayar angsuran untuk membeli stan yang berstatus hak pakai sampai 20 tahun. Sebenarnya masih banyak potensi di Desa Beji ini, tetapi masih belum menjadi hak otoritas Desa. “Keberadaan pasar burung dan pasar hewan, misalnya, kendati kedua pa-

Tulungagung

sar ini berada di Desa Beji namun pengelola dan setoran retribusinya masih disedot oleh Pemerintah Kabupaten, sehingga desa tidak sepenuhnya menerima perolehan dana dari pengelolaan dua pasar itu,� kata Sekdes Drs. Juli Kristianto. Menurut Juli Kristianto Desa Beji, pihaknya akan berusaha keras untuk menggali semua potensi ekonomi desa. Dukungan ADD (Alokasi Dana Desa) sebesar Rp. 67 juta per tahun dititikberatkan pada pembangunan jalan desa sebagai sarana transportasi masyarakat sekaligus dimanfaatkan untuk memperlancar distribusi barang-barang produksi desa ke luar daerah. Disebutkan dengan kekuatan ekonomi yang terus tumbuh di desa, semua komponen di desa ini juga berhasil mengantarkan Pemukiman Warga Perumahan Villa Satwika RW IV Dusun Krajan sebagai juara 1 Kampoeng Bersih se-Kabupaten Tulungagung pada tahun 2010. Tim Penilai Pemkab Tulungagung memberi nilai tertinggi pada kampung ini berkat kesadaran warga yang ikut membudayakan hidup sehat. Misalnya, jika membuang sampah harus pada tempatnya. Kemudian sampah yang telah dibuang tersebut oleh warga dikelola menjadi kompos. Setelah berbentuk kompos yang berupa cairan dikembalikan kepada warga yang membutuhkan untuk tanaman di sekitar rumahnya. �Budaya bersih itu sudah semakin memasyarakat, sehingga selain desa ini kuat secara ekonomi juga memiliki budaya yang baik,� ujar sekdes. (sak)

Sekdes Drs. Juli Kristianto. www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Menjernihkan Air dengan Buah Kelor

P

usat-pusat pengolahan air perkotaan atau municipal water treatment dengan skala besar mengolah air dengan cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (coagulants) ke dalam air kotor yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel-partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang lebih besar lalu me-ngendap. Baru kemudian air di bagian atas yang bersih dipisahkan untuk digunakan keperluan sehari-hari. Namun demikian, zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di

ringa oleifera). Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang sudah menyebar ke mana-mana ke seluruh kawasan tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor dengan daun yang kecilkecil. Penjernihan air

Cara penggunaannya, biji kelor dibiarkan sampai matang atau tua di pohon dan baru dipanen setelah kering. Sayap bijinya yang ringan serta kulit bijinya mudah dipisahkan se-

seberapa jauh kotoran yang terdapat di dalamnya. Untuk menangani air sebanyak 20 liter (1 jeriken), diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml). Tambahkan sedikit air bersih ke dalam bubuk biji sehingga menjadi pasta. Letakkan pasta tersebut ke dalam botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya satu cup (200 ml) lagi air bersih, lalu kocok selama lima menit hingga campur sempurna. Dengan cara tersebut, terjadilah proses aktivitasi senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor. Saringlah larutan yang telah tercampur dengan koagulan biji kelor tersebut melalui kain kasa dan filtratnya dimasukkan ke dalam air 20 liter (jeriken) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kemudian diaduk secara pelan-pelan selama 10-15 menit. Selama pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam mengendap ke dasar air. Setelah satu jam, air bersihnya dapat diisap keluar untuk keperluan keluarga.

Efisiensi proses

berbagai daerah terpencil. Andaipun ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat setempat. Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah penggunaan koagulan alami dari tanaman di sekitar kita. Penelitian dari The Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi koagulan dari tepung biji tanaman kelor (mo-

hingga meninggalkan biji yang putih. Bila terlalu kering di pohon, polong biji akan pecah dan bijinya dapat melayang “terbang� ke mana-mana. Biji tak berkulit tersebut kemudian dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk biji Moringa. Jumlah bubuk biji moringa atau kelor yang diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung pada

www.suaradesa.com Edisi Edisi0303 1515April April- 15 - 15Mei Mei2012 2012 www.suaradesa.com

Proses pembersihan tersebut menurut hasil penelitian yang telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak 90-99,9% yang melekat pada partikel-partikel padat, sekaligus menjernihkan air, yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum masyarakat setempat. Namun demikian, beberapa mikroba patogen masih ada peluang tetap berada di dalam air yang tidak sempat terendapkan, khususnya bila air awalnya telah tercemar secara berat. Idealnya bagi kebutuhan air minum yang pantas, pemurnian lebih lanjut masih perlu dilakukan, baik dengan cara memasak atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang sederhana. (tni, berbagai sumber)

SUARADESA DESA 31 31 SUARA


LENSA DESA

Dibangun pada 1887, Jembatan Kanal di atas Sungai Kalibaru ini tetap kokoh menghubungkan Desa Blok Agung dan Desa Barurejo, Kec. Siliragung, Kab. Banyuwangi. Tiap hari ratusan orang, baik dengan sepeda motor melewati jembatan kalan yang memiliki panjang hampir 50 meter, lebar 1 meter dan tebal 1 meter.

32 SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


SUARA Desa/Budi Harminto

ANGGOTA DPR RI Chairuman Foto-foto budi harminto, m. fathoni Harahap dan Ketua AKD Jatim Samari mengikuti acara Dialog Khusus, Perjuangan AKD Jatim menggolkan di Stasiun JTV Surabaya, 30 Januari UU Desa melalui lobi dan dialog di 2012. DPR RI, Jakarta, Rabu, 14 Maret 2012. Diantaranya mengirimkan tim kecil untuk berdialog dengan Ketua Pansus DPR RI Akhmad Muqowam dari F-PPP (atas), Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso, anggota Pansus Arif Wibowo dari F-PDIP.

Ketua AKD Jatim Samari didampingi bendahara Tulus Setyo Utomo dan Anang Suhari (pengurus AKD Sidoarjo) berdialog dengan pengusaha nasional Hashim Djojohadikusumo, sesaat sebelum acara Cangkrukan di Stasiun JTV Surabaya, Minggu, 30 Oktober 2011.

Ketua AKD Jatim Samari diwawancarai wartawan di ruangan sidang wakil ketua DPR RI. Sekretaris AKD Moch. Moezamil memeriksa berkas yang akan diserahkan Pansus RUU Desa.

Rapat pengurus harian AKD Jatim disebuah rumah makan di Gresik, 6 Maret 2012.

Pimpinan AKD Jatim menghadiri dialog RUU Desa dengan tim asistensi Pemprov Jatim, di Surabaya, 22 Februari 2012. Ketua AKD Jatim Samari melantik pengurus AKD Gresik Periode 20122017 yang dipimpin Bambang Adi Pranoto, di Kantor Pemkab Gresik, Selasa, 6 Maret 2012.

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

Asisten staf khusus presiden bidang otonomi dan pembangunan daerah Prof. M. Mas’ud Said beersama Ketua AKD Jatim Samari dan Sekretaris Moch. Moezamil menjadi narasumber acara dialog khusus “Urgensi Anggaran Negara bagi Pembangunan Desa di Stasiun JTV Surabaya, Sabtu, 10 Maret 2012.

SUARA DESA

33


SUARA WILIS

Nasionalisme Perajin Reog

K

ESENIAN reog tak hanya milik warga Ponorogo semata tapi sudah menasional. Bahkan mendunia. Karena itu grup reog dan perajin reog tak hanya banyak ditemui di Ponorogo tapi juga daerah di sekitarnya seperti Kediri, Tulungagung, atau Madiun. Malah sampai pula di Bojonegoro. Salah seorang perajin reog Ponorogo, Eko Yudo (42), warga Kelurahan Tambak Bayan, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo, mengatakan, jumlah perajin reog ada puluhan orang. Selama ini perajin reog Ponorogo selain memenuhi permintaan beberapa daerah di dalam negeri, juga mengirim ke luar negeri, seperti Malaysia dan Suriname. Sarbani (45) perajin reog Ponorogo lain, mengatakan, rata-rata mereka mengekspor dadak merak setiap tiga bulan sekali ke Malaysia. Jumlahnya tidak pasti. Kadang-kadang tiga sampai empat unit senilai Rp 75 juta sampai Rp 90 juta. Setiap unit kerajinan reog itu terdiri atas dadak merak, barong, dan topeng. Menurut Sarbani, bila hanya beli dadak meraknya saja per unit dijual dengan harga Rp 8 juta. Sedang mengenai bahan baku ada yang terbuat dari bulu burung merak sintetis. Hal itu karena bulu merak asli sulit ditemukan. Soal bulu merak sintetis ini dia mengaku memperolehnya dari India dan sebagian dari wilayah Sumatera Selatan dengan harga sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per kotak. Kesenian reog merupakan ciri khas dari Kabupaten Ponorogo, sehingga sudah selayaknya dilestarikan dengan cara apa pun. Nah untuk bersaing di pasaran, perajin reog Ponorogo mulai membuat alternatif lain tidak hanya membuat kerajinan reog Ponorogo yang berasal dari bahan kayu namun membuat suatu inovasi dengan memakai bahan dasar tepung gipsum. Peralihan ini dirasa sangat

34 SUARA DESA

Perajin memasangkan bulu merak reog di Desa Ngampel, Balong, Ponorogo.

menguntungkan karena mudah pembuatannya, ekonomis, dan juga mampu bersaing di pasaran. Apalagi bila pesanan banyak dari negeri tetangga seperti Malaysia. Namun, para perajin reog sempat gusar pada negeri jiran Malaysia yang telah mengklaim kesenian reog sebagai miliknya. Saat itu, sekitar tahun 2007 ketika pro-kontra terjadi, para perajin pun mengancam menghentikan ekspor dadak merak ke negeri jiran. “Kami juga meminta agar pemerintah tegas menghadapi persoalan ini. Jangan sampai warisan budaya kesenian reog asli Ponorogo diambil alih Malaysia,” kata Sarbani, kala itu. Ya, itu sebentuk nasionalisme para perajin reog Ponorogo. “Ini harga diri, soal budaya, dan juga soal ekonomi,” kata Sulis, warga Ponorogo. Pemkab Ponorogo juga turun tangan. Pemkab lalu menelusuri gambar reog yang ditampilkan dalam website Kementerian Kebudayaan, Kesenian, & Warisan Malaysia yakni http://www.heritage.gov.my, hasilnya gambar itu asli buatan perajin reog asli Ponorogo. Yakni buatan Pak Molok, salah satu perajin reog di Ponorogo. Saat itu perajin menyoal gambar reog yang bertuliskan Malaysia . Selain itu, banyak cerita yang ditampilkan

dalam tarian Barongan mirip dengan cerita yang ada di tarian reog Ponorogo. Pemerintah Kabupaten Ponorogo sendiri telah mendaftarkan tarian reog Ponorogo sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo tercatat dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Seperti halnya di Ponorogo, kesenian reog juga berkembang di wilayah Kabupaten Kediri. Salah satu kesenian reog yang ada di Kabupaten Kediri adalah Grup Reog Ki Ageng dari Desa Gringging, Kecamatan Grogol dan Reog Singo Manggolo dari Dusun Tanjunganom Desa Tunge Kec. Wates. Selain itu juga di Bojonegoro dan daerah lain di Jawa Tengah. Perajin reog asal Bojonegoro, Pujianto, warga Karangrejo, Kelurahan Karangpacar, Kecamatan Kota Bojonegoro, malah mengaku kerap mendapat orderan membuat alat kesenian untuk reog Ponorogo dari orang Jawa Tengah. ‘’Saat ini ordernya kebanyakan dari luar kota,” katanya. Pelanggannya berasal dari Lasem, Rembang, dan Pati, Jawa Tengah. ‘’Kalau orang Bojonegoro, kebanyakan pesan topeng biasa,” ujar pria yang biasa dipanggil Penceng itu. (gus)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

Magetan

Sentra Kerajinan Kulit di Jalan Sawo

P

emasaran produk kerajinan kulit di Magetan bertambah luas. Pembelinya tidak hanya datang dari kota-kota besar di P Jawa, sebab pedagang dari P Kalimantan, P Sumatra, Irian Jaya juga mengantri untuk memborong produk khas Magetan ini, sehingga banyak perajin kewalahan memenuhi permintaan pasar. Dari pantauan reporter Suara Desa, perajin kulit di Magetan tersebar di beberapa tempat, seperti di Desa Ringin Agung, Desa Njejeruk, Desa Selosari , Desa Sumberdukun, Desa Tulung, dan Desa Nitikan. Selain desa tersebut, perajin juga melebar ke Desa Campur Sari dan di Kelurahan Magetan serta Kelurahan Kauman. ”Maraknya perajin kulit ini menunjukkan bisnis kerajinan kulit di Magetan semakin cerah,” kata seorang pengusaha kerajinan kulit. Para perajin itu, selain membuat pesanan untuk toko di sepanjang Jalan Sawo, Magetan juga membuat pesanan sepatu sandal, ikat pinggang, dompet pesanan dari luar kota. Seperti perajin sepatu sandal Pandawa milik keluarga Ogik. “Mereka membuat pesanan ke luar Jawa dan Jawa Tengah, kadang masih sering kewalahan untuk melayani pesanan di daerahnya sendiri,” jelas salah satu karyawannya. Semarak kulit Magetan telah menjadi ikon daerah. Berwisata ke Magetan, jangan lupa mampir di Jalan Sawo. Di sepanjang jalan tersebut, banyak dijumpai toko dan rumah yang memajang berbagai model dan jenis hasil olah kreatif perajin kulit di wilayah Magetan, mulai dari sepatu, sandal, untuk ukuran anak

www.suaradesa.com

Salah seorang pengrajin sepatu di Jalan Sawo Magetan sedang menyelesaikan sepasang sepatu pesanan pelanggan.

kecil, hingga orang dewasa dengan harga mulai 15 ribuan sampai ratusan bahkan ada barang-barang tertentu dijual sampai jutaan rupiah. Selain sepatu dan sandal terdapat juga berbagai macam tas dari kulit, dompet, ikat pinggang, kaos tangan kulit, jaket, kalung, anting, wayang, manik-manik, dan lain- lain yang harganya relatif murah. Pada hari minggu atau hari- hari libur, di lokasi pusat penjualan barangbarang terbuat dari kulit ini dipenuhi pengunjung dengan mobilnya berderetderet di depan toko. Selain berwisata ke Sarangan, mereka mampir ke Jalan Sawo untuk membeli atau memesan sepatu sandal dengan kapasitas besar, seperti Suharno sekeluarga contohnya, yang datang dari Surabaya hanya untuk memesan sepatu kantor untuk para karyawan pabriknya. “Baru pertama kali saya ke Magetan. Itu saya dengar dari seorang teman katanya di sini tempatnya hasil produksi kulit, makanya mumpung libur saya kesini untuk melihat, kalau cocok saya pesan untuk teman-teman kerja saya, dan bagus-bagus hasilnya” terangnya. Pengunjung toko datang bukan hanya untuk membeli, ada juga yang hanya

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

untuk jalan-jalan, mencari ukuran dan harga yang cocok juga ada yang hanya jalan-jalan untuk melihat cara pembuatan sandal sepatu. Pengunjung juga bisa melihat secara langsung proses pembuatan sekaligus bisa memesan model dan ukuran yang sesuai keinginan Luluk Nurcholis, pemilik toko Karya Pahala, mengatakan setiap hari seorang karyawannya bisa menjual delapan sampai sepuluh pasang sepatu atau sandal pada hari-hari biasa, pada hari libur, seorang karyawannya bisa menjual dua kali lipat, padahal Luluk sendiri mempunyai 6 toko dengan jumlah karyawan sekitar 9 sampai 13 karyawan Barang-barang yang dijual itu hasil kerja sama dengan perajin rumahan yang membuat khusus pesanan model dan ukuran darinya. “Stok untuk model, jenis dan ukuran saya bekerja sama dengan perajin rumahan di Desa Njejeruk, di mana mereka hanya membuat khusus untuk toko saya. Ada yang modalnya saya pinjami, atau langsung saya pesan,” jelasnya. Saat ditanya mengenai persaingan model dengan perajin kulit Sidoarjo, daerah Tanggulangin, istri Dr. Hariyadi ini menjelaskan, di daerah lain kebanyakan perajin membuat tas atau satu dua jenis saja, sementara perajin kulit di Magetan membuat banyak produk, kecuali asesoris, karena bahan bakunya di Magetan sulit didapat, kadang mendatangkan dari luar kota. (Khairi)

SUARA DESA

35


Suara

Madiun

Pembuat Brem Belum Rasakan Manisnya

T

erbuat dari ketan putih. Warnanya kekuning-kuningan. Bentuknya batangan empat persegi panjang ada juga yang kotak-kotak. Rasanya manis bersoda. Itulah brem. Belum disebut ke Madiun, jika pulang tanpa mencicipi brem. Untuk tidak salah pilih, brem yang merupakan makanan khas Madiun ini, cikal bakalnya dari nenek moyang yang hidup puluhan tahun silam di Desa Kaliabu Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun itu. Keterampilan membuat brem diwariskan secara turun temurun, sehingga sampai saat ini warga desa tetap mempertahankannya sebagai makanan bernilai ekonomis. Brem identik Madiun. Ini terbukti, warga Madiun ketika mau ke rumah kerabat sanak saudaranya di luar kota, pasti tidak lupa membawa oleh-oleh brem camilan khas Madiun. Demikian halnya, warga luar kota atau wisatawan, jika ke Madiun juga tidak ketinggalan membeli brem yang beraneka macam jenis atau merknya. Misalnya, ada merk Suling, Seruling, Seruling Sakti, Seruling Emas. Sebenarnya, pusat produksi brem awalnya di Desa Kaliabu Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun dan ada juga di Desa Bancong Kecamatan Wonoasri Kab. Madiun tak jauh dari Desa Kaliabu. Namun faktanya, brem buatan warga desa itu tidak semanis rasanya, sebab yang menikmati hasilnya justru warga Kota yang memiliki toko-toko makanan khas Madiun. Brem-brem dari Desa Kaliabu dan Desa Bancong itu, diproduksi berupa batangan terbuka ukuran panjang 10 cm dan 15 cm dengan ketebalan 1 cm-1,5 cm. Makanan tersebut sebagian besar dijual ke pengepul di Kota Madiun. Di sana brem-brem batangan itu dipotong-potong dan dikemas sesuai selera pengepul untuk dijual dengan harga lumayan tinggi, padahal para pedagang dan pengepul itu membeli brem dengan harga murah dari warga desa. “Warga desa pembuat brem ini hanya merasakan pahitnya saja. Ya, ini semua lantaran tidak adanya bimbi-

36 SUARA DESA

Budiati dibantu puteri keduanya tengah menata Brem Rumah Joglo.

ngan dan arahan dari Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata (Diskoperindagta) Kab. Madiun kepada warga Desa Kaliabu dan Bancong yang warganya sebagai pembuat brem makanan camilan khas Madiun tersebut. Karena itu, warga pembuat brem dengan seenaknya sendiri membuat dan menjual brem hasil produksinya,” ungkap Windari, Kepala Desa Kaliabu didampingi Yahya pembuat Brem Rumah Joglo kepada Suara Desa. Menurut Windari, sekarang ini, Desa Kaliabu terdiri 5 dusun yang dihuni oleh 5.300 jiwa dan 1.600 kepala keluarga (KK). Dari jumlah penduduk itu, hanya terdapat 60 pengusaha brem beneran dan ratusan pengusaha lainnya tergolong pembuat brem sebagai sambilan. “Tetapi ya itu tadi, karena tidak adanya bimbingan dan arahan dari Diskoperindagta Kab. Madiun, akhirnya pembuat brem di sini jalan sendiri-sendiri dan membuat cap atau merk seenaknya sendiri,” ungkap dia. Meski demikian, sekitar tiga tahun lalu hingga sekarang ini, Yahya Purnawarman (48) dan Budiati (45) istrinya warga Desa Kaliabu Kecamatan Mejayan Kab. Madiun, setelah rela meninggalkan pekerjaannya di Malang dan kembali ke Desa Kaliabu, 30 km arah timur laut dari Kota Madiun itu, mulai menekuni usaha

S.Prawiro/suara desa

pembuatan brem bermek rumah joglo. Artinya, brem buatannya diberi nama atau merk Brem Rumah Joglo sesuai rumah miliknya dibangun dengan bangunan joglo. Diceritakannya, Brem Rumah Joglo merupakan kuliner asal Caruban Kabupaten Madiun berbahan ketan putih yaitu brem pata yang telah diproduksi oleh orang tuanya bernama Bapak Soemo Tumiran dan Ibu Marsinem sejak tahun 1942 lalu. Adapun generasi sebelumnya, yakni Mbah kasan, Mbah Ndiemes serta Mbah Mbud, merupakan generasi pendahulu sebelum orang tua kami. “Yang jelas, kami generasi ke-5, berupaya tetap melestarikan Brem Patat ini sebagai bentuk penghormatan atas karya kuliner leluhur kami, agar tetap lestari,” tutur Budiati yang didampingi Yahya suaminya ketika menyambut Suara Desa kerumahnya Jumat (16/3). Dan ternyata produksi Brem Rumah Joglo, meski baru tiga tahun digelutinya, sudah dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya termasuk membiayai kuliah Kristiani Anggi puteri sulungnya di Unmer Malang sekarang semester 2 dan puteri bungsunya Ringga Cendani kelas 1 SMP. Tetapi yang lebih membanggakan lagi usahanya memproduksi brem bisa memberikan lapangan pekerjaan kepada kerabat dan tetangganya sebagai pegawai. (S. Prawiro)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

Ponorogo

Menantang Maut di Sungai Watu Bonang

K

eberanian para pelajar Sekolah Dasar di wilayah Watu Bonang Kecamatan Badegan sungguh perlu untuk diwaspadai. Betapa tidak, demi bersekolah, puluhan pelajar nekat menyeberangi sungai dengan lebar belasan meter dan memiliki arus cukup deras. Bahkan kedalaman sungai itu dapat membahayakan jiwa para pelajar, apalagi jika musim hujan tiba. Aksi nekat itu dilakukan, karena para pelajar tidak memiliki pilihan lain, dalam mendapatkan ilmu dibangku sekolah. Tersedia jalan yang lebih aman, tetapi para siswa itu harus berputar menempuh jarak lebih dari 6 kilometer. Para orang tua pun selalu waswas setiap mengawal anak-anaknya berangkat dan pulang sekolah, karena tidak mengiginkan arus deras sungai itu menelan korban. Untuk itu perangkat desa, selalu mengingatkan kepada warganya agar memperhatikan anakanaknya jika menyeberangi sungai itu. ”Kita berharap sentuhan pemerintah

daerah agar membangun jembatan sebagai penghubung arus lalulintas warga desa,” ujar seorang warga. Kepala Desa Watu Bonang, Bowo Susetyo mengatakan puluhan pelajar tingkat sekolah dasar menyeberangi sungai tiap hari. Saat berangkat pagi hari dan pulang sekolah pada siang hari. Ini dilakukan lantaran jarak antara rumah dan sekolah lebih dekat menyeberangi sungai. Jalan umum yang disedikan pemerintah, bagi warganya sulit dijangkau dengan cepat dan tepat, karena pelajar harus berputar menempuh jarak lebih dari 6 kilometer. “Sekolah Dasar Watu Bonang I berada di Dukuh Gulun sementara pelajar berada di Dukuh Geden. Dan itu adalah sekolah yang terdekat,” lanjutnya, Selasa . Dia juga menjelaskan, arus sungai akan sangat besar jika memasuki musim penghujan. Seperti yang terjadi saat ini. Namun sebaliknya, jika musim kemarau, aliran air cukup kecil. Sehingga, jika turun hujan lebat, para pelajar terpaksa diantar orang tuanya un-

tuk berputar melewati jembatan besar yang cukup jauh. “Kalau hujan lebat, disini sering terjadi banjir. Bahkan air dapat meluap,” terangnya. Tak hanya pelajar, lanjut Bowo, warga sering menyeberang sungai. Pasalnya, sejumlah warga memiliki lahan pertanian diseberang sungai. Hal ini menyebabkan aktifitas sungai, pada pagi dan siang hari cukup ramai. Masyarakat sekitar, masih menurut Bowo, sangat membutuhkan jembatan untuk melakukan aktifitas. “Dari dulu belum ada jembatan. Berharap segera dibangun jembatan,” katanya. Sementara Anto, salah satu siswa mengatakan jika dirinya sudah terbiasa menyeberang sungai untuk berangkat sekolah, walau dengan perasaan takut. Terutama pada saat musim penghujan. Namun, itu dilakukan karena jika memutar jaraknya cukup jauh. Apalagi, orang tuanya tak memiliki sepeda motor. “Berharap dibangun jembatan, agar lebih cepat sampai sekolah,” pungkasnya.(mar)

Siswa SD Watu Bonang I, Ponorogo, menyeberangi sungai tuk sampai di sekolah.

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

SUARA DESA

37


Suara

Ngawi

Gedung SD Banyak Tak Layak

G

edung sekolah dasar di Kabupaten Ngawi, banyak yang rusak dan tidak layak digunakan. Tidak tanggung-tanggung dari 533 bangunan SD yang tersebar di berbagai pelosok desa, lebih dari separonya kondisinya memprihatinkan. Kerusakan itu terjadi karena sebagian ba-

dailah mengatur kegiatan belajar mengajar siswa,” katanya. Ia menyatakan belum tahu sampai kapan rehab gedung SD di Kab. Ngawi terlaksana seluruhnya. Pasalnya, pemerintah daerah kelihatanya hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Khusus

Kondisi atap salah satu SD yang memprihatinkan, kalau nggak cepat di tangani sangat mengganggu kegiatan belajar siswa..

ngunan dimakan usia alias lama tidak tersentuh rehabilitasi. Sebagian lainnya karena bencana seperti banjir dan puting beliung. Kerusakan bangunan yang dimakan usia itu biasanya terjadi di bagian plafon, kuda-kuda dari kayu yang berfungsi sebagai penyangga. “Banyak kayunya yang lapuk dan gentingnya pecah, sehingga kalau hujan bocor. Plafonnya juga banyak yang runtuh, karena kayunya sudah banyak dimakan rayap,” terang salah seorang guru yang enggan disebut namanya. Menghadapi kondisi darurat seperti ini, pihak sekolah biasanya memindahkan para siswanya ke ruangan lain yang masih layak. Tapi itupun jumlahnya terbatas, karena ruangan kelas juga dipakai siswa lainnya. “Ya harus pandai-pan-

38 SUARA DESA

(DAK). Itu pun peruntukannnya sudah jelas, yakni untuk pemeliharaan dan pembangunan ruang kelas baru (RKB). “Mana bisa pendidikan maju kalau fasilitas yang ada tidak menunjang sementara pihak pusat sampai sejauh ini belum ambil sikap,” jelasnya. Menanggapi kondisi tersebut, Dedy Suprihadi, salah satu anggota DPRD Ngawi mengatakan, persoalan pendidikan merupakan masalah yang paling strategis untuk segera diselesaikan. Apalagi kalau menyangkut sarana infrastruktur, diharapkan kepada semua pihak untuk segera duduk satu meja menuntaskan kendala pendidikan di Ngawi saat ini. “Kalau dunia pendidikan di Ngawi prestasinya selalu juru kunci, ya harap dimaklumi kalau persoalan yang melatar

belakangi tidak cepat dituntaskan,” kata legislator dari Partai PKS, seraya meminta agar Dinas Pendidikan lebih pro aktif menggali dana untuk merehab gedung SD agar tidak hanya terpaku dari APBD dan DAK. Dijelaskan, tingkat kerusakan bangunan SD jumlahnya tak kurang dari 354 SD dari total 533 SD yang ada di Kabupaten Ngawi. Tahun ini pemerintah daerah mendapat kucuran DAK dari pusat sebesar Rp 16,7 miliar. Anggaran tersebut untuk rehabilitasi 132 lembaga pendidikan yang terbagi atas 54 ruang perpustakaan, rehab berat untuk RKB sebanyak 160 paket dan rehab sedangnya ada tiga lokasi. Sementara itu, Budi Purwanto, dari Komisi D DPRD Ngawi merasa kecewa dengan pelaksanaan rehabilitasi SD yang dibiayai melalui DAK. Itu setelah komisi yang membidangi pendidikan ini melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah Sekolah Dasar (SD) yang menerima bantuan rehabilitasi. Menurut Budi Purwanto pembangunan proyek yang didanai DAK itu jauh dari yang diharapkan alias banyak yang tidak sesuai sasaran. Seperti yang terjadi di SDN 1 Jatigembol dan SDN 1 Kedunggalar, Budi Purwanto tidak menemukan kerusakan yang cukup serius dan hanya diperkirakan 45 persen tingkat kerusakannya. Padahal lanjut legislator dari partai berlambang Ka’bah tersebut untuk SDN 1 Jatigembol menerima Rp 135 juta dan SDN 1 Kedunggalar menerima Rp 165 juta. “Sebetulnya sesuai hasil sidak tadi, belum seberapa tingkat kerusakan di sekolah tersebut. Tapi mengapa mereka justru yang mendapat bantuan. Dana tersebut selayaknya diperuntukan bagi sekolahan yang kondisinya memprihatinkan dan butuh penanganan segera,” kata Budi Purwanto, seraya menengarai ada indikasi tidak tepat sasaran terhadap bantuan tersebut. Karena itu, tambahnya, pihaknya akan memanggil tim surveyor, untuk menanyakan bagaimana menentukan sekolah-sekolah penerima bantuan DAK tersebut. Sebab, fakta di lapangan banyak ditemukan sekolah yang harusnya layak menerima bantuan tapi kenyataannya malah tidak mendapat alokasi dari DAK. “Ini yang memprihatinkan kita,” tandasnya (snc.tni)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

K

ampung halaman Bupati Indartato yaitu Desa Bangunsari, Kecamatan/Kabupaten Pacitan, kini punya nahkoda baru. Beny Prasetyo, kandidat kepala desa (kades) dengan nomor urut 3, berhasil memenangi “pertarungan” memperebutkan kursi orang nomor satu di desa tersebut pada pemilihan kepala desa (pilkades) yang digelar Minggu (18/3). Seperti pesta demokrasi pada umumnya, pilkades Bangunsari disambut antusias warga. Mereka berduyun-duyun memberikan suaranya di TPS guna menentukan siapa pemimpin desa yang diharapkan mampu memberikan kemakmuran pada seluruh warga. Saat penghitungan suara dimulai, warga pun berdebar-debar menanti siapa pemimpin mereka. Dan sejak penghitungan suara dimulai, perolehan suara Benny—calon kades berlatar pedagang— itu terus menyalip dua kandidat lainnya. Meski pada pertengahan waktu, peringkat suara kandidat nomor urut 1, Kuswaji, terus bersaing ketat membayangi rival beratnya itu, tapi nama Benny terus melaju. Sementara kandidat nomor urut 2, Suroso, harus rela di posisi paling buncit. Menurut hasil penghitungan suara Panitia Pilkades Bangunsari, calon nomor 3 berhasil meraup suara sebesar 1.357. Disusul kemudian calon nomor urut 1 dengan total suara 1.101, dan calon nomor urut 2, harus puas di peringkat akhir dengan rawww.suaradesa.com

ihan suara sebesar 120. Hasil rangkuman data pilkades, total jiwa pemilih seluruhnya tercatat sebesar 3.321. Namun mereka yang menggunakan hak pilihnya hanya 2.640, dengan total suara rusak/ tidak sah sebesar 62 suara. Kepala Desa Bangunsari terpilih, Beny Prasetyo, mengatakan, di 100 hari pertama masa pemerintahannya nanti, dia lebih terfokus pada pembenahan pelayanan masyarakat yang lebih transparan dan akuntabel. Bahkan dia pun sudah merencanakan terobosan baru, yaitu pelayanan 24 jam nonstop. Meski demikian program kinerja tersebut masih akan dibicarakan dengan semua perangkat desa, khususnya Linmas dan tokoh masyarakat. “Kita nggak muluk-muluklah. Nanti perlu kita bicarakan dengan perangkat dan masyarakat,” ujarnya, saat ditemui usai penghitungan suara. Beny, yang saat itu tampak berkaca-kaca lantaran terharu atas kemenangan yang diraihnya, mengungkapkan, setelah momentum pilkades ini usai, dia berharap masyarakat bisa kembali bersatu, guyub rukun membangun desa. Tidak ada lagi pengotak-kotakan. Pada prinsipnya, kata Beny, semua adalah saudara. Wajar bila saat pencalonan lalu timbul perbedaan. “Mulai detik ini, perbedaan itu harus kita akhiri. Saya sangat berterima kasih kepada semua masyarakat yang telah memberikan amanah ini,” ujar Kades Bangunsari masa bhakti 2012-2018 itu. (yuyun)

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

Pacitan

SIBUK dengan tugas, Bupati Pacitan, Indartato, terpaksa absen menggunakan hak pilihnya saat pesta demokrasi Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di kampung halamannya, Desa Bangunsari, Kecamatan/ Kabupaten Pacitan, yang dilaksanakan, Minggu (18/3). Orang nomor satu di jajaran Pemkab Pacitan itu tengah melaksanakan serangkaian tugas di luar kota . Bukan hanya bupati, first lady Pacitan, Ny Luki Baskorowati Indartato, pun harus abstain lantaran mendampingi tugas sang suami. “Bapak (Indartato, Red) tidak bisa hadir (ke TPS memberikan suaranya) karena ada acara di Surabaya,” ujar Nasrul Hidayat, ajudan pribadi Bupati Indartato, melalui layanan BlackBerry Messenger (BBM). Saat dikonfirmasi melalui ponselnya, Bupati Indartato membenarkan ketidakhadirannya di TPS. Ia mengatakan, sejak Sabtu (17/3) malam dirinya masih mengikuti rapat dinas di Polda Jatim. Sedang paginya, dia pun harus menghadiri rapat dinas dengan gubernur. “Saya juga bingung, bagaimana harus membagi waktu. Sebab malam ini masih rapat di Polda. Besok pagi (Minggu) dengan gubernur,” tutur Indartato. Sementara itu, perebutan kursi calon Kades Bangunsari berlangsung lancar. Tiga kandidat bersaing ketat mengumpulkan suara. Menurut data yang dirangkum dari panitia penyelenggara, daftar pemilih tetap (DPT) dalam Pilkades Bangunsari tercatat sejumlah 3.321 pemilih yang tersebar di 7 RW dan 6 dusun. Dari jumlah DPT tersebut, konstituen terbesar ada di lingkungan Perumnas Bangunsari Permai, yaitu sejumlah 608 pemilih. (yuyun)

SUARA DESA

39


SUARA PANTURA

T

idak gelap dan tidak terang. Itu namanya remang-remang. Tetapi berbisnis di arena serba remang-remang ini, justru lebih gampang mengeruk untung, karena resiko rugi lebih kecil. Itulah yang menyebabkan, kafe remang-remang tumbuh subur di kota-kota yang sejak lama didiami para wali songo ini. Selain penerangannya, tindakan petugas juga setengah hati. Kalau hatinya sedang gelap, dengan mengatasnamakan perda, semua warung remang-remang itu digrebek, tetapi kalau hatinya sedang ber-

KAFE

Dilarang Disayang

suka cita, para petugas membiarkannya tetap buka menerima tamu. Keremangan juga terjadi pada pola bisnisnya, harga minuman secangkir kopi yang biasa dijual Rp 2000 naik berlipat ganda, bahkan tamu yang mendapat layanan khusus bisa ditarik melebihi angka Rp 50 ribu/cangkir. ”Ini usaha yang paling gampang, asal bisa menservis setiap tamu yang datang, pasti kafe remang-remang ini menjanjikan keuntungan berlipatganda,” ujar Husen pengamat warung remang-remang. Seorang mantan petinggi di Gresik setelah membuka kafe plus karaoke kini hidupnya lebih makmur dibanding saat menjabat sebagai pelayan masyarakat. Setiap hari tidak kurang Rp 3 juta masuk kantongnya, sehingga dalam satu bulan pendapatannya melebihi gaji seorang pejabat aktif. ”Coba hitung saja, setiap malam sekian tamu yang datang dengan harga kopi yang harganya tinggi seperti ini. Belum lagi pendapatan pramusajinya,” ujar seorang pengunjung. Di Lamongan sudah lama berdiri kafe remang-remang di daerah pinggiran kota sebelah Selatan. Gubug-gubug sederhana, setiap malam hanya diterangi lampu berkekuatan 5 watt, pelayannya yang centil dan masih belia siap mendampingi setiap tamu yang mengajak sekadar ngobrol, bernyanyi atau kalau sudah cocok bisa

40 SUARA DESA

Gunung Kapur Sekapuk, Gresik

Petugas Satpol PP melakukan razia penjaga kafe di sepanjang pantura.

untuk dibooking. Keresahan warga Lamongan terhadap warung remang-remang membuat petugas kepolisiancawe-caweikutmenertibkannya dengan mengeluarkan peraturan agar pramusaji kafe mengenakan pakaian yang sopan. Menggunakan rok mini adalah larangan keras, tetapi tetap saja peraturan itu tetap di atas meja, karena wanita kafe tetap berpenampilan seksi. Majelis Ulama Indonesia Lamongan juga tidak henti-hentinya meminta agar Pemkab mengadakan penertiban terhadap keberadaan kafe yang selalu meresahkan masyarakat Lamongan. ”Kafe-kafe mulai marak berdiri, demikian pula tempat karaoke. Keberadaan dua tempat ini perlu diatur dalam Perda agar tidak melenceng dari fungsi awalnya,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lamongan, Abdul Aziz Choiri. Ketua MUI Gresik KH Chusnan Ali, juga lantang menyuarakan agar warung remang itu ditertibkan agar Gresik sebagai kota santri bisa terjaga. Surat MUI yang dikirim ke bupati juga sudah dilayangkan, tetapi sampai saat ini belum ada tindakan tegas. ”Kami masih menunggu tindakan pak bupati untuk menertibkan kafe-kafe yang mulai tumbuh marak di banyak sudut kota ini,” ujar Sekretaris MUI Gresik KH Mansur Shodiq. MUI Gresik wajar prihatin, sebab lokasi

warung remang-remang ini telah tumbuh menyebar di sudut-sudut kota bahkan di daerah pinggiran pedesaan juga mulai berdiri. Kafe-kafe itu berfungsi sebagai kedok prostitusi. Para wanita pramusajinya sebagian besar adalah penjaja seks bebas, sehingga tidak sedikit dari penjaga warung atau kafe itu mengidap AIDS. Bahkan saat ini di Gresik terutama di kawasan ruko-ruko juga didirikan kafe yang merangkap fungsi sebagai rumah karaoke. Namun di dalamnya, tersedia miras dan wanita penghibur yang bisa dibooking keluar.”Kami sedih melihat Gresik yang sudah tidak santri lagi ini. Di mana Pemkab? Apakah memang dibiarkan Gresik menuju kota yang rusak mentalnya,’’ kata Misbah seorang guru. Kafe yang meresahkan itu, memang tidak peduli dengan kondisi masyarakat sekitar yang masih berharap Gresik lebih baik. Sikap benggalnya itu, bukan karena kafe dibutuhkan para pencari hiburan malam, tetapi sebagian aparat turut menyayangkan jika kafe itu ditutup, sebab dari kafe-kafe itulah diterima fee yang jumlahnya cukup menggiurkan. ”Tidak hanya petugas Satpol PP yang menjaga kafe-kafe itu tetapi juga aparat dari militer turut menyayanginya, sehingga siapa pun yang akan mengganggu kelangsungan hidup kafe itu akan berpikir ulang,” ujar seorang warga yang resah dengan kafe maksiat itu. (nf)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

B

EBERAPA tahun lalu, Bojonegoro dikenal dengan kayu jatinya dengan kelas nomor wahid. Namun setelah aksi pembalakan liar terhadap kayu jati beberapa tahun lalu marak, stok kayu jati yang mengandalkan hasil hutan ini pun mulai menipis. Lahan perhutani banyak beralihfungsi menjadi lahan pertanian yang dikelola warga sekitar. Upaya reboisasi atau penanaman kembali oleh pihak perhutani belum menghasilkan kayu jati yang siap diolah menjadi mebel dengan kualitas baik, karena usia kayunya masih terlalu muda. Kondisi ini mempengaruhi puluhan perajin kayu jati di kawasan sentra industri kayu Jalan Brigjen Sutoyo, Desa Sukorejo, Kec. Kota Bojonegoro. Lokasi yang berada di samping bundaran Adipura Bojonegoro ini terdapat sekitar 68 perajin mebel mulai kelas kecil hingga besar. Keberadaannya beberapa tahun lalu sempat meroket. Pembeli dari dalam kota dan luar kota ramai memborong mebel buatan Bojonegoro yang dikenal berkualitas tinggi dan berharga lebih murah. Masa kejayaan itu kini sudah mulai suram, lambat laun usaha kebanggaan warga ini hidup kembang kempis. Meski sempat diadakan berbagai acara, termasuk pameran oleh Pemkab Bojonegoro untuk menarik minat para pembeli dari berbagai daerah di Jatim dan sekitarnya, keberadaannya home industry olahan kayu ini mulai butuh perhatian. Pasalnya selain terbatasnya bahan baku, yakni stok kayu di tempat penimbunan kayu (TPK) Bojonegoro yang hanya berjarak sekitar 500 meter hingga 1 km ini terbatas, dan harga ka-

www.suaradesa.com

Bojonegoro

Limbah kayu awalnya hanya untuk bahan bakar, kini setelah menjadi barang suvenir dan bernilai tinggi dijadikan anak tiri lagi.

Mebel Bojonegoro Buatan Jepara yu mulai melangit. Selain itu faktor pembeli juga turut mempengaruhi ke berlangsungan usaha padat karya ini. Penjualannya lesu, akibatnya, banyak pengusaha yang ditinggalkan pekerjanya karena bekerja di mebel tidak lagi menjanjikan. Salah satu peAbdurrohman ngusaha, Abdurrohman (35), saat ditemui suara desa mengatakan, awal usahanya yang berdiri sejak 2004 tidak mengalami kendala berarti. Produksinya dipasarkan dengan lancar di seputaran Kota Bojonegoro, Surabaya, Lamongan, Yogjakarta hingga Jakarta. Sebagian besar para pemesan itu datang dari perkantoran milik swasta maupun pemerintah, karena mebelnya berkualitas tinggi. Namun akhir-akhirnya ini mulai banyak ditemukan kendala usaha. Persaingan antara para pengusaha semakin tidak sehat. Harga saling menjatuhkan hanya karena ingin barang produksinya lebih cepat laku, tanpa memikirkan akibat yang lebih besar, termasuk hilangnya standarisasi dan matinya pengusaha lain yang bermodal kecil.

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

Di tengah persaingan pasar yang ketat ini, dia tetap membuat mebel bergaya minimalis, seperti kursi tamu, kursi goyang, ayunan dan lemari. meja makan, meja rias, meja belajar, meja televisi, beragam bentuk kusen atau kerangka rumah. Selain itu, tuntutan pasar yang semakin luas, dia juga menerima pesana pembuatan rumah joglo. “Usaha saya ini dimodali dari dana pinjaman dari bank. Kalau menunggu pemerintah saja ya tidak maju maju. Saya pribadi merasakan kecewa yang luar biasa, ketika dulu pak bupati pernah mengadakan seminar di Pendopo Kabupaten bersama dengan rekan-rekan sesama pengusaha mebel. Tetapi mana, tindak lanjutnya,� ungkapnya. Untuk menjaga agar usahanya tetap jalan, rata-rata para pengusaha kelas menengah bawah di kawasan industri ini menempuh jalan pintas dengan mendatangkan barang setengah jadi dari Jepara. kemudian mebel jeparaan itu diolah dan dipoles kembali menjadi barang jadi yang siap dipasarkan. “Untuk mendapatkan bahan baku kayu dari Bojonegoro sulit, di samping itu juga harganya sedikit mahal dari pada kayu dari daerah Jawa Tengah, seperti dari Kabupaten Pati dan Jepara. Pola kerja seperti itu meski untung sedikit kita masih dapat untung dari pada usaha berhenti,� keluh pengusaha lainya. (nal)

SUARA DESA

41


Suara

Tuban

Dog.. dog.. dog

g o d e G k i t a Jadilah B

B

ATIK telah mendunia. Namun, bila ingin memiliki bati yang beda, kunjungi Desa Gaji Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban. Desa yang memproduksi batik tulis kain tenun gedog itu semakin berkibar namanya setelah para penggemar batik tulis memburu hasil produksinya yang dikenal memiliki kekhasan yang unik. Batik tulis kain tenun gedog merupakan kerajinan tangan asli khas desa. Proses pembuatannya sangat unik, be-

Corak batik Gedog terlihat menawan.

gitu pula media yang digunakan berbeda dengan batik dari daerah lainnya yang sering menggunakan kain tenun mori atau sutra. Motif batik gedog beragam dan sangat klasik. Keunikan batik gedog ini menarik minat Pemkab Tuban untuk menetapkan batik gedog produk Desa Gaji ini sebagai produk unggulan daerah. Proses pembuatan batik gedog diawali dari penanaman kapas, dilanjutkan pemintalan, yang diistilahkan dengan nama “mengantih”. Setelah itu dilanjutkan ke proses penenunan yang sangat tradisional sehingga menghasilkan potongan-potongan kain tenun gedog yang disebut dengan lawon berukuran 90 x 250 cm atau 90 x 300 cm. “Setelah selesai membikin kain lawon baru media itu dibatik,” ujar Uswatun Khazanah, pembatik Tuban yang pernah meraih penghargaan Upakarti. Banyak kalangan salah paham menyebut batik Tuban dengan nama batik gedog. Padahal sejatinya batik tulis kain tenun gedog adalah lawon gedog sebagai media pembatikan. Pembatikan di kain katun atau sutra tidak bisa dikatakan sebagai batik gedog. Mengantih, yaitu membuat benang (lawe) dari bahan kapas, yang ditanam

sebelumnya. Untuk membuat satu ukel lawe membutuhkan waktu setengah hari, sedang untuk membikin sepotong atau selembar kain lawon memerlukan lawe sebanyak 6 sampai 7 ukel. Proses pembuatan lawe dapat dijumpai bila suatu ketika berkunjung ke Desa Gaji Kecamatan Kerek. Bila terdengar suara … dog ... dog ... dog … janganlah kaget. Bunyi yang terdengar itu adalah suara di sela-sela proses menenun kain gedog atau yang disebut di atas lawon. Kegiatan menenun di Desa Gaji ini biasanya dilakukan oleh kaum ibu selepas mereka bercocok tanam. Menenun kain gedog tersebut adalah kegiatan sambilan. Mereka memproses kapas hasil tanamannya sendiri. Peralatan tenun yang mereka gunakan sangat sederhana, terbuat dari kayu jati. Kegiatan menenun itu untuk menghasilkan sepotong atau selembar kain lawon berukuran 90 x 250 cm atau 90 x 300 cm. Sedang, waktu yang dibutuhkan untuk membikin sepotong atau selembar lawon kurang lebih 6 hari. Bunyi tenunan … dog ... dog ... dog ... berkait erat dengan nama kain tenun gedog yang hanya ada di Kecamatan Kerek Kabupaten Tu ban. (abr)

Pengrajin batik gedog saat menenun.

42 SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, dikenal sebagai daerah peternak bebek. Hampir semua desa di kecamatan ini, termasuk Desa Tawangrejo, masyarakatnya beternak salah satu jenis unggas tersebut. Bagaimana geliat ternak bebek di desa ini ?

B

AU menyengat terasa di hidung bila masuk kampung ini. Tapi di balik bau tak sedap ini, merupakan berkah bagi warga setempat. Sebab bau tersebut datang dari bebek, unggas andalan warga setempat. Ya, tak jauh bahkan berdekatan hampir setiap rumah di desa ini, terdapat kandang bebek. Suara uwek.. uwek bebek yang saling sahut-sahutan, bak musik yang membangkitkan gairah bekerja bagi tuannya. ‘’Ya beginilah desa kami,’’ kata Budi, salah satu warga setempat yang juga berternak bebek. Bagi warga setempat, bau busuk itu tidak menjadi soal. Pasalnya, warga telah mengenyam kenikmatan yang luar biasa dari bau tak sedap itu. Setiap pagi, mereka tersenyum dengan hati suka cita di dalam kandang bebek yang memberinya telurtelur untuk dijual kepada pedagang yang menanti di pasar atau di depan kandangnya. Belum bisa diketahui, sejak kapan mereka kompak beternak bebek. Pasalnya, sejak leluhurnya, ternak bebek di desa setempat juga suda ada. Bukan hanya di Desa Tawangrejo saja, pemandangan yang sama juga banyak ditemukan di desa lain di Kecamatan Turi, termasuk Desa Tiwet, Bambang dan sekitarnya. Keterangan warga lainnya, suburnya peternakan bebek di Kecamatan Turi ini tidak terlepas dari kondisi alam sekitarnya. Berada di kawasan pertambakan, membuat warga setempat tidak kesulitan untuk mencari besusul (kereco). Jenis bekecot yang hidup di air ini ternyata sangat www.suaradesa.com

Lamongan

Bau Menyengat Membawa Nikmat tepat untuk suplemen makanan bebek, agar kerap bertelur. ‘’Kalau tidak ada besusulnya, ya bertelurannya bebek jadi berkurang,’’ kata warga setempat. Untuk mendongkrak potensi peternakan bebek di kawasan ini, Bupati Lamongan Fadeli menjadikan Desa Tawangrejo, sebagai sentra pengembangan ternak bebek. Melalui program Gerakan Membangun Ekonomi Rakyat Lamongan Berbasis Pedesaan Gemerlap), Pemkab mencoba memenuhi kebutuhan untuk suksesnya program tersebut. Sebanyak empat ribu ekor bebek digelontor ke warga Desa Tawangrejo. Sebanyak 1.200 ekor diantaranya dikelola oleh kelompok ternak Sumber Rejeki. Bebek kelompok peternak ini dipelihara di kandang besar yang terbagi menjadi 6 skat. Salah satu pengurus Kelompok Ternak Sumber Rejeki Janatun Zaini mengungkapkan, setiap harinya, ternak ini bertelur sekitar 70 persen. ‘’Tapi sayangnya saat ini harga pakan ternak lagi mahal,’’ kataya. Meski harga pakan ternak tinggi, lanjut dia, namun para peternak masih mendapat keuntungan. Dicontohkan dirinya, saat ini dia memiliki 100 ekor bebek di kandang Sumber Rejeki. Dalam jumlah ini, dia masih memperoleh keuntungan sekitar Rp 40 ribu per hari. Dengan catatan, harga telur be-

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

bek di tempat sebesar Rp 1.100 per butir. Sedangkan telur asin di tempat Rp 1.500 per butir. ‘’Saat pakan ternak mahal saja masih mendapat untung, apa lagi saat harga pakan ternak turun,’’ katanya. Masih terkait dengan program, di desa ini juga dilengkapi denga usaha penetasan. Maksudnya, agar peternak tidak kesulitan saat membutuhkan bibit bebek atau meri. Soal penjualan telur, ada pem-

beli yang datang ke desa setempat sebagian lagi ada yag menjual ke daerah lain. Dan, guna mengoptimalkan program dalam upaya mendongkrak peternakan bebek dan perekonomian di desa setempat, juga diperkenalkan pengasinan telor bebek. ‘’Sementara kita konsentrasikan di sentra-sentra, nantinya program ini akan kita kembangkan ke desa lain,’’ kata bupati Fadeli. (oko)

SUARA DESA

43


SUARA AREK

Awas Serangan Tomcat

S

ERANGGA jenis kumbang tomcat alias rove beetle, dalam beberapa pekan terakhir menyerang pemukiman penduduk di Surabaya, Sidoarjo dan sekitarnya. Di Surabaya, misalnya, serangga tomcat banyak menyerang kawasan pemukiman di Kec. Mulyorejo, Sukolilo, Tegalsari, Sawahan, Jambangan, Rungkut, Bulak, Sukomanunggal, dan Gunung Anyar. Sedangkan di Sidoarjo, Tomcat banyak menyerang warga Desa Kureksari, Kecamatan Waru dan sekitarnya. Termasuk beberapa kecamatan di pinggiran Kota Sidoarjo. Bahkan sekarang, serangga rove beetle itu sudah menyebar ke daerah lain, sehingga fenomena serangan tomcat menjadi perhatian serius di beberapa daerah, termasuk mewaspadainya jangan sampai menyerang wilayahnya. Meski sampai sekarang belum ada laporan korban jiwa –karena serangan serangga tomcat tidak mematikan–, namun cairan racun yang ditebar serangga tomcat ke korban membuat warga gerah. Apalagi bekas ‘air kencing’ yang ditinggalkan itu bila terkena kulit manusia bisa menimbulkan kemerahan disertai gatal-gatal dan kemudian diikuti rasa panas di permukaan kulit, seperti orang terkena herpes. Karena itu, tak sedikit orang merasa ketakutan mendapat serangan tomcat. Seperti diungkapkan, Dwi Isniati, warga Kureksari, Kec. Waru. Ia mengatakan tomcat yang menyerang cucunya itu mengakibatkan luka bercak kemerahan di sekujur tubuhnya. “Awalnya tidak ada keluhan rasa sakit setelah serangan serangga tersebut. Tapi malamnya, badannya terasa panas disertai dengan munculnya gatal-gatal di sejukur tubuhnya,” katanya. Sepintas, kumbang rove ini dikenali juga dengan nama daerah Semut Semai,

44 SUARA DESA

S e m u t Kayap atau Charlie. Kumbang ini mempunyai ukuran kurang dari 1 cm panjang. Badannya berwarna kuning gelap di bagian atas, bawah abdomen dan kepala berwarna gelap. Bagian tengah abdomen yang berwarna hijau tua mempunyai sepasang sayap keras. Biasanya, kumbang ini kelihatan merangkak di kawasan sekeliling dengan menyembunyikan sayapnya dan dalam sekali pandang ia lebih menyerupai semut. Apabila diganggu kumbang ini akan menaikkan bagian abdomen supaya kelihatan seperti kala jengking untuk menakutkan musuh. Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan otomatis bila bersentuhan atau berbenturan dengan kulit manusia. Gawatnya, tomcat juga akan mengeluarkan cairan racunnya ini pada benda-benda seperti baju, handuk, atau benda-benda lainnya. Itu sebabnya, jika sudah terkena dermatitis otomatis seperti seprei, handuk maupun alat-alat yang disinyalir terkena racun tomcat, harus segera dibersihkan. Dalam tubuh tomcat, terdapat cairan yang diduga 12 kali lebih mematikan dari bisa ular kobra sekalipun!. Cairan hemolimf atau toksin ini disebut sebagai aederin. Serangga tomcat otomatis akan mengeluarkan cairan apabila terjadi sentuhan atau benturan dengan kulit manusia secara langsung. Menurut Bagas Swadaya Aji, Kasi Pertanian Dinas Pertanian Surabaya, tomcat banyak keluar pada malam hari. Serangga ini memburu cahaya. Karena itu, untuk menghindari serangan tomcat, sebaiknya mematikan

lampu terutama teras rumah agar tidak mengundang serangga ini tomcat datang. “Serangga ini tidak menyengat atau menggigit, tapi mengeluarkan cairan beracun dari tubuhnya. Cairan inilah yang berbahaya kalau kena tubuh manusia. Apalagi kalau si korban tidak tawar dengan racun tomcat atau kulitnya peka, bisa gatal-gatal dan dan panas. Biasanya didahului dengan bercak kemerahan disertai rasa gatal,” katanya. Karena itu, tambahnya, sebaiknya p a k a i a n , seprei, handuk a t a u barang lainnya usai ditempeli serangga ini harus segera dicuci. Kalau tidak, bisa membahayakan pemakainya atau orang yang memegang kain yang habis ditempeli tomcat. Sebab, tomcat itu selalu meninggalkan cairan di mana dia menempel. Penyemprotan dengan pestisida kimiawi sebetulnya juga bisa langsung membunuh tomcat. Tapi karena serangan itu di pemukiman padat penduduk, harus dilakukan hati-hati dengan menggunakan obat yang ramah lingkungan, seperti pestisida nabati, yang bahan bakunya dari alam. Antara lain, daun mimba (Azadirachta indica juss) yang dicampur dengan daun serai dan jahe dengan perbandingan 1:1:1 lalu diblender. Setelah itu dicampur dengan 10 liter air. Sebelum digunakan ramuan itu harus didiamkan selama dua hari. Air perasan itu baru dipakai sebagai pestisida nabati setelah dua hari. Selain itu, cara praktis mengatasi serangan tomcat adalah menghindari cahaya, gunakan jaring nyamuk, atau semprot aerosol atau pestisida organik dari campuran laos, daun mimba, dan sereh atau mematikan serangga secara langsung. Bila serangga hinggap di tubuh anda, cukup ditiup. Luka gigitan tomcat jangan digaruk karena racunnya bahkan dapat berpindah ke bagian lain kulit lewat cairan di luka. Jika terlanjur kena toksin, disarankan segera dibersihkan dengan air sabun antiseptik atau segera dioles salep anti gatal, dan minum anti biotik.(tni)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

Abon Lele Menganti Tambah Pede

Gresik

S

ELAIN nasi krawu, Gresik yang dikenal kaya dengan wisata kulinernya, kini memiliki makanan khas baru. Makanan yang melejit lewat dunia maya ini dikenal dengan sebutan Abon Lele. Pelopor makanan berbahan dasar ikan lele ini adalah Muhammad Sofyan (36) warga Menganti. Ketika ditanya awal mula mengembangkan usaha abon lele, Sofyan menuturkan, sebelumnya dia membuka usaha makanan ringan berupa keripik dari jantung pisang. Namun sayang saat usahanya mulai maju, justru dia kesulitan mendapatkan bahan baku. “Akhirnya saya punya ide beralih membuat makanan ringan yang bahan bakunya mudah didapatkan, yaitu abon dari lele,” kata Sofyan. Sofyan mengatakan, eksperimennya membuat abon lele rupanya berbuah manis. Sebab, permintaan dari pelanggan memesan abon lele, ternyata lebih banyak jika dibandingkan permintaan keripik jantung pisang. “Saya juga tidak menyangka jika ternyata yang pesan banyak,” tutur Sofyan sembari mengatakan jika dalam satu minggu permintaan dari pelanggan bisa menghabiskan bahan baku ikan lele hingga mencapai 1 kuintal. Meski demikian Sofyan menuturkan banyaknya pesanan dari pelanggan itu tidak membuatnya merasa kesulitan mendapatkan bahan baku. Sebab,

Abon lele made in Sofyan menjadi produk unggulan Kecamatan Menganti yang mendapat apresiasi positif dari Bupati Sambari, Wabup Qosim, dan Camat Menganti Sutrisno.

menurutnya, bahan baku berupa ikan lele mudah dia dapatkan di Gresik. “Saya sering mendapatkan kiriman ikan lele dari orang Benjeng, Cerme atau daerah sekitar Gresik lain,” katanya dengan nada syukur. Sofyan pun tidak segan membuka rahasia mengapa abon lele buatannya begitu laris manis di pasaran. Kuncinya dia memasarkan produknya melalui berbagai fasilitas yang ada di dunia maya. “Ya mulai dari facebook, twitter, ataupun blackberry,” terangnya Oleh karena itulah, jangan heran jika abon lele milik Sofyan mampu menembus pasaran di luar kota Gresik. “Ada yang sudah pasti pesan 1 kardus setiap pekannya dari Jakarta, dan 2 boks kardus dari Yogja,” ungkapnya. Bahkan, abon lele produksi Sofyan juga mampu menembus pangsa pasar di luar negeri. “Tepatnya sih di Kinabalu Malaysia ,” katanya. Meski telah meraup sukses namun

Desa Ayam Jago Bakar SELAIN abon lele Kecamatan Menganti juga memiliki kampung yang dikenal memiliki aneka kuliner khas yakni Desa Hendrosari. Kampung ini pernah dinobatkan sebagai desa wisata kuliner oleh Pemerintah Kabupaten Gresik. Salah satu masakan yang paling khas dan diminati oleh semua kalangan adalah ayamjago bakar. Bahkan saking lezatnya, penikmatnya tidak hanya warga Menganti, tetapi warga Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, maupun Mojokerto, yang kerap ke Gresik hanya www.suaradesa.com

untuk menyantap ayam bakar jago ini. Menurut Camat Menganti, Sutrisno, masakan ayam bakar di kampung Hendrosari ini cukup khas dan nikmat. Ada belasan warung ayam bakar di Hendrosari yang semuanya berada di satu dusun atau perkampungan. Seperti depot milik Pak Wito, Bu Wati dan Bu Suminah. “Ayam bakar jago memang dikenal menjadi ciri khas warung di Hendrosari. Itu terjadi karena dulu warga Hendrosari memang dikenal memiliki

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

Sofyan mengaku dirinya masih sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah. “Khususnya sih bantuan pembinaan, pemasaran, dan kalau ada sih sama modal,” pungkasnya sambil tertawa Camat Menganti Sutrisno mengaku bangga dengan kreativitas warganya yang berhasil mengembangkan usaha abon lele. Bahkan, beberapa waktu lalu, abon lele made ini Sofyan dari Menganti ini juga mewakili produk unggulan dalam Pameran Produk Unggulan seKabupaten Gresik. Untuk itu, pihaknya siap membantu melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal pembinaan atau bantuan modal. “Kami siap memberikan dukungan sepenuhnya agar produk unggulan abon lele dari Kecamatan Menganti ini semakin laris manis dan dikenal oleh masyarakat luas,” kata Camat Menganti antusias. (didik)

ayam jago yang dagingnya sangat lezat,” terang Sutrisno. Suminah, salah satu pemilik warung ayam bakar menuturkan, dalam sehari warung miliknya bisa menghabiskan 120 ekor ayam jago yang dijual Rp 65 ribu per porsi. Bahkan pada hari libur bisa menghabiskan 200 ekor ayam jago yang dipasok peternak ayam jago di sekitar Menganti. “Kalau sekarang paling rata-rata 100 ekor per hari. Memang turun karena warga yang membuka warung sekarang sangat banyak. Ya rezekinya dibagi-bagilah,” ujar Suminah sambil tersenyum ramah. (didik)

SUARA DESA

45


Suara

Sidoarjo

Kepatihan Menuju ‘Desa Purbakala’

pat itu di atasnya ada lekukan empat buah pada bagian sikunya. Sedangkan di bawahnya belum diketahui berbentuk seperti apa karena belum digali,” katanya. Penemuan ini membuat warga berspekulasi, bisa jadi asal usul Sidoarjo situs tersebut karena merasa penaESA Kepatihan, Kecamatan dari wilayah Kepatihan ini. Hal itu saran batu apa sebenarnya yang dia Tulangan, Kabupaten Sidobisa dilihat dari situs yang ditemulihat kala muda tersebut. Saat itu dia arjo, kelak bisa disebut desa kan warga Dusun Ngemplak Desa Kemelihat ada batu panjang yang benpurbakala di Sidoarjo. Hal patihan tersebut. tuknya unik. Dan bukan hanya batu itu setelah seorang warga menemukan Ngateman, warga Desa Kepatihan tiang itu saja sebab dia menduga situs purbakala yang diduga sebagai yang tinggal sejak tahun 1968, memasih banyak benda lain yang masih benda bersejarah peninggalan zangatakan, dulunya banyak terdapat terkubur di dalam tanah. man Kerajaan Kahuripan yang pernah bekas pondasi dari batu seperti be“Kalau digali lagi di bawahnya berkuasa di kawasan itu. Penemu situs kas zaman kerajaan. Kini, pondasi itu ada batu dengan bentuk lebar persegi purbakala ini, Sutrimo, mengatakan, terkubur dengan kedalaman dua meempat. Saya tidak tahu seberapa dasitus tersebut berupa batu berbentuk ter. Namun dia tidak menyebut balamnya, karena kala itu saya hanya stupa lingga yang dia temukan saat gaimana batu-batu pondasi itu bisa terkubur. “Dulu di lokasi ditemukannya stupa itu dipasang cungkup seperti tempat nyekar,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Desa Kepatihan, Anang Suhari, mengatakan, dirinya mendapat laporan dari warga kalau menemukan situs peninggalan kerajaan Kahuripan tersebut. Anang mengaku beberapa tahun lalu, di desanya pernah ditemukan koin kuno yang diduga peninggalan Kerajaan Airlangga. “Di desa kami juga banyak terdapat bekas pondasi seperti peninggalan kerajaan, termasuk sumur tua dan benda kuno lainnya,” katanya. Dia berharap agar Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, bisa melihat dan meneliti stupa temuan warga itu untuk memastikan stupa itu peninggalan kerajaan di masa lampau atau tiang pancang biasa. Warga menyebut penemuan itu Warga melihat penemuan lingga di Desa Kepatihan. Desa ini diduga menyimpan banyak pening- sebagai stupa. Bila benar, hal itu galan purbakala sehingga BP3 di Trowulan diharapkan turun tangan untuk memastikan bahwa merupakan peninggalan zaman kepenemuan warga itu bernilai sejarah. rajaan yang menganut ajaran Budha. Sedang dalam khasanah Hindu, peninggalan untuk keagamaan disebut candi. Namun bila peninggalan melihat dengan kedalaman 2,5 memenggali tanah di dekat pekarangan Kahuripan, situs itu jelas bukan stupa ter,” katanya. rumahnya. sebab warga kerajaan yang dipimpin Dia mengatakan, kawasan Kepatih“Sebenarnya saya sudah tahu kaRaja Airlangga ini beragama Hindu. an dulunya merupakan daerah di lau di areal itu ada situs peninggalan Pusat kerajaan di Kediri (Daha). Airbawah kekuasaan kerajaan Kahurikerajaan, karena tahun 1975 lalu langga adalah penganut Hindu Wisnu pan. Namun, dia tidak tahu betul, saya pernah melihat warga setempat yang taat. “Sebutan Candi Borobudur pada zaman peninggalan kerajaan menggali situs itu. Dan saya juga ikut itu keliru sebab yang benar stupa karapa stupa berbentuk lingga nyoni itu membantu,” katanya, Rabu (21/3). ena Borobudur peninggalan Budha,” dibangun. Dia mengemukakan, dirinya sekata Surip, warga Tulangan. ( gus) “Batu panjang berbentuk segi emngaja menggali lagi areal penemuan

D

46 SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

Manisnya

D

Gula Merah Penompo

ESA Penompo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, dikenalsebagaidesapenghasil gula merah. Yang menarik pabrik gula merah milik keluarga Mustafa (75) ini masih menggunakan cara tradisional dalam kegiatan produksinya. Padahal permintaan gula merah terus meningkat dan persaingan pun semakin ketat. Lalu akankah gula merah Penompo bisa terus bertahan? Warga Desa Penompo setiap hari pasti melihat aktivitas pekerja di pabrik gula merah ini. Ada yang mengangkut dan membersihkan tumpukan tebu yang menjadi bahan bakunya. Ada pula yang mengambil daun-daun tebu yang menjadi bahan bakar tungku. Lalu di dalam pabrik, ada pekerja mengaduk enam tungku berdiameter satu meter. Mereka tampak begitu lihai menggerakkan sebuah kayu berukuran panjang satu meter dalam mengaduk “adonan”. Dengan teliti, satu persatu dari enam wajan yang berada di dalam pabrik diaduk secara bergantian. Panas yang dihasilkan tungku tidak menghalangi semangat pekerja mengaduk gula merah setengah jadi ini. Mereka terus mengaduk dan mengaduk. ‘‘Untuk menghasilkan gula merah yang memiliki kualitas bagus, pengadukan memang harus lama,’’ ujar pria yang sudah bekerja selama empat tahun ini. Selama pekerja bernama Suryanto itu mengaduk, Udin, teman kerjanya, ikut membantu memasukkan sisasisa daun tebu yang kering ke dalam tungku agar api pembakar terus menyala. Kedua matanya terus melihat ke dalam tungku untuk memastikan api tetap membara. Menurut salah satu putra Mustafa pemilik pabrik gula merah ini, bernama Muhammad Shoim, proses pembuatan gula merah ini paling tidak membutuhkan waktu antara satu hingga dua jam untuk setiap kali pembakaran. Setelah pembakaran, terus diisi lagi dengan air tebu melalui selang. “Selang ini terhubung dengan mesin penggiling tebu,’’ ujar pria berusia 28 tahun ini. Gula merah buatan Shoim diproses www.suaradesa.com

Pekerja tengah mengolah gula merah.

secara sederhana. Tanaman tebu yang telah matang atau berumur sekitar 14 bulan dikepras dari akarnya dan dibersihkan dari daun-daun kering. Proses ini dilakukan di depan pabriknya. Tebu kemudian dibawa ke tempat pengolahan, lalu digiling menggunakan mesin untuk mengeluarkan air gulanya. Untuk menghasilkan kadar gula yang maksimal, Shoim terkadang memantau langsung proses pembuatan gulanya. Dengan dua mesin miliknya, tebu-tebu tersebut digiling selama beberapa jam. Air tebu dengan kadar gula yang tinggi itu selanjutnya dimasak di tungku sampai air gula mengental dan berwarna coklat kemerah-merahan. Selama proses pemasakan di tungku, gula harus terus-menerus diaduk secara manual menggunakan tenaga manusia agar matang merata dan tidak gosong. Untuk memasak gula, Shoim menggunakan bahan bakar daun tebu yang telah kering. Bahan bakar daun tebu

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

Mojokerto

tersebut dimasukkan secara periodik di dalam tungku berukuran 30 cm x 30 cm. Setelah masak, gula merah dimasukkan ke dalam bak berukuran besar sekitar 100 cm x 60 cm. Setelah dingin gula merah diaduk kembali dan siap dikirim. Tidak ada bahan campuran lain yang ditambahkan Shoim ke dalam gula merah produksinya sehingga aman dikonsumsi dan tentu saja sehat sebab bahan bakunya alami. ‘‘Kami tidak memakai pewarna ataupun bahan pengawet karena itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Justru dengan menjaga kemurnian kualitas gula, gula merah produksi kami bisa tahan selama setahun,’’ ujarnya. Karena tidak memakai pewarna itu pula gula merah yang diproduksi Shoim tidak berwarna merah seperti gula merah yang dijual di pasar tradisional. Gula buatan Shoim justru berwarna cokelat kemerah-merahan. Shoim juga mengatakan, pabrik yang dikelola bersama dua kakaknya ini sangat ramah lingkungan. Limbah pabrik berupa abu dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman untuk lahan tebu miliknya. Sebagian lagi dijual kepada masyarakat sekitar dengan harga murah. “Jadi pabrik kami peduli lingkungan,’’ ujar anak ke sembilan dari sebelas bersaudara ini. Shoim mengungkapkan, meski saat ini banyak usaha pembuatan gula merah dengan mesin-mesin lebih modern, namun dia tetap bertahan dengan cara tradisional. Menurutnya, hasil gula yang diproduksinya lebih memiliki kualitas. ‘‘Saat ini di Kecamatan Jetis hanya pabrik ini saja usaha pembuatan gula merah. Kemungkinan juga di Kabupaten Mojokerto, karena seingat saya usaha seperti di Gondang sudah tutup,’’ terangnya. Usaha yang dilakukannya ini sudah dijalani selama lima tahun. Bersama dua kakaknya yakni Nurul dan Nurhadi, Shoim berusaha mempertahankan usaha milik ayahnya ini. ‘‘Saat ini tidak ada kendala apa pun dalam menjalankan usaha pembuatan gula merah. Bahan baku sudah ada ladang sendiri, kalau tidak cukup membeli dari masyarakat sekitar,’’ terangnya yang enggan menyebutkan jumlah produksinya. Hasil gula merah yang diproduksinya ini dijual dalam bentuk utuh tanpa dicetak ke Tulungagung. (gus/rdm)

SUARA DESA

47


Suara

Jombang

BERDEKATAN DENGAN MAKAM GUS DUR

Jatirejo Menuju Desa Wisata

T

IDAK berlebihan memang, jika Kepala Desa Jatirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Arifah S.Sos berharap Desa Jatirejo, menjadi desa wisata yang ada di Jombang. Pasalnya, selain di desa tersebut punya potensi alam yang baik, Jatirejo, lokasinya cukup dekat dengan makam Gus Dur, yang kini tengah ditata menjadi wisata religi. Desa Jatirejo, yang terbagi menjadi tiga dusun diantaranya Dusun Jatirejo, Nanggungan, dan Pacul Gowang, dengan jumlah penduduk sekitar lima ribu jiwa itu, memiliki hasil perkebunan yang cukup membanggakan yang terkenal di Jombang dan sekitarnya. Ya, di desa yang cuacanya sangat sejuk karena banyak pohon rindang itu, terdapat kebun salak dengan luas sekitar 6 hektar. Selain itu, ratusan pohon durian juga tumbuh subur di Jatirejo. Luasan area perkebunan salak tersebut tersebar di hampir semua pekarangan warga yang ada di Dusun Jatirejo (Jatirejo Krajan). Dari perkebunan salak tersebut, menghasilkan puluhan ton salak setiap musim panen yang berlangsung dua kali selama setahun. Buah salak dari Desa Jatirejo ini memiliki khas tersendiri, jika dibandingkan dengan salak dari daerah lain ataupun salak pondoh. Diantara kekhasan salak Jatirejo yang paling mencolok adalah rasanya sangat manis, masir dan tidak mudah membusuk. Karena itu, tidak mengherankan jika salak Jatirejo ini sangat terkenal di Jombang dan sekitarnya. Bahkan, karena kekhasan salak Jatirejo, Desa Jatirejo selalu diserbu tengkulak buah salak dan pecinta buah salak yang sudah pernah merasakan salak Jatirejo. Disamping sudah terjual di kebun, sebagian warga Jatirejo, juga menjual salaknya di sejumlah kios buah yang ada di sebelah Selatan PG Tjoekir. Di lokasi yang tak jauh dari Desa Jatirejo, salak Jatirejo dijual sekitar Rp 5 ribu hingga Rp 6 ribu per kilo gramnya. Selain menghasilkan buah salak yang punya rasa khas. Desa Jatirejo juga menghasilkan buah durian yang juga menjadi buruan pecinta buah durian. Karuan saja, karena pohon

48 SUARA DESA

durian yang hanya berjumlah sekitar 500 pohon juga di Jatirejo Krajan itu tidak sampai dibeli tengkulak. Bahkan, pecinta buah durian Jatirejo, sering tidak kebagian durian Jatirejo. Cara panen buah durian di Jatirejo ini, berbeda dengan durian lain yang diikat di dahan dan petik sebelum masak beneran. Pohon durian yang banyak hidup di sela-sela tanaman salak di Jatirejo ini tidak dipetik dari pohonya. Namun, buah durian berbagai jenis termasuk montong ini, dibiarkan jatuh, baru diambil. Umumnya, pembeli buah durian Jatirejo, adalah mereka yang berkantong tebal. Sebab, karena rasanya yang beda, menjadikan buah durian Jatirejo, harganya lebih tinggi dari harga durian daerah lain. Dengan potensi buah di Desa Jatirejo tersebut, Kepala Desa Jatirejo, Arifah, S.Sos berharap desa yang ia pimpin sejak empat tahun lalu itu, menjadi desa wisata agro, seperti di Batu, Malang. Sebab, kata Arifah, Jatirejo, berdekatan dengan makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang ada di komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Diwek, Jombang. Namun, kata Arifah, keinginannya itu belum disampaikan ke sebuah

forum pertemuan di tingkat desa ataupun ke tingkat pemerintahan diatasnya. Meski demikian, Arifah berharap agar dalam pembangunan di komplek makam Gus Dur yang menelan biaya ratusan milyar rupiah itu, Jatirejo bisa mendapatkan lokasi kios. Sebab dengan tempat tersebut bisa dijadikan sebagai sarana promosi buah salak dan durian Jatirejo yang memiliki rasa khas tersebut. Arifah yang sebelum menjadi Kades Jatirejo sebagai PNS di RSUD Jombang ini, menjelaskan. Selama ini, terkait dengan makam Gus Dur, Desa Jatirejo, juga sering dilalui bus-bus dan kendaraan berpenumpang peziarah makam Gus Dur. Dan setiap kali lewat itu pula, tak jarang peziarah yang sebagian besar berasal dari luar Jombang itu, mampir di Jatirejo. Mereka hanya sekedar untuk mencicipi dan membeli buah salak Jatirejo. Termasuk buah durian jika sedang musim panen. Lebih lanjut Arifah menandaskan, sangat tepat sekali jika Desa Jatirejo sebagai desa Wisata. Sebab potensi alamnya yang menghasilkan buah salak dan durian yang khas. Di Desa Jatirejo juga terdapat sebuah Pondok Pesantren terkenal, yakni Ponpes Tarbiyatun Nasihin, Pacul Gowang yang KH Azis Manshur sebagai pengasuhnya. (nurul)

Setelah ziarah di Makam Gus Dur, ayo mampir membeli salak.

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


SUARA MADURA

Gerah Menanti UU Desa

K

ades se-Madura mempertegas fungsinya sebagai pemimpin rakyat desa. Mereka dituntut bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara ekonomi, sosial dan keamanan atau bahkan semua sektor kehidupan, sehingga kelak para kepala desa bakal menjadi tempat pengaduan utama bagi masyarakat di tingkat desa, dari hal terkecil sampai persoalan paling besar. “Jika desa mau maju, maka kades harus berperan aktif dalam pembangunan di semua sektor, mampu mengembangkan potensi diri dan potensi desa itu sendiri serta adanya partisipasi dari masyarakat” ujar Sarkawi yang juga Kades Lembung Galis Pamekasan ini. “Namun hal itu harus didukung penuh oleh kebijakan pemerintah yang memihak kepada desa” tambahnya. Selama ini, kebijakan pemerintah diakuinya belum mengedepankan hakhak desa dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Wajar jika masyarakat desa tetap miskin, pendidikan minim, biaya kesehatan tidak terjangkau dan sebagainya. Ini karena desa masih dianggap sebagai wilayah “bermasalah” di negeri ini. Padahal, desa merupakan wilayah penentu keberhasilan pembangunan nasional. Pandangan itu dipaparkan saat saat pertemuan rutin yang dilaksanakan tiap 2 bulan sekali oleh Asosiasi Kepala Desa (AKD) se-Madura pada Sabtu (24/03) di R.M. Pak Dje Sampang. Hadir dalam pertemuan ini salah satunya Sarkawi (Koorwil. AKD Madura), Ahmad Mohtadin (Sekretaris Koorwil AKD Madura), H. Afandi Wari (anggota bidang Pembangungan, Perekonomian dan Sosial Kemasyarakatan AKD Jatim) serta beberapa ketua dan pengurus AKD se-Madura. Pertemuan rutin yang dipimpin oleh Ahmad Mohtadin ini sebagai media komunikasi antar kades guna membahas program-program kepala desa ataupun permasalahan internal kepala desa, kabupaten bahkan ditingkat wilayah www.suaradesa.com

Suasana rapat para pengurus AKD Kabupaten se-Madura di Sampang..

Madura. Suasana rapat AKD se-Madura semakin panas tatkala dibahasnya persiapan pembahasan tentang RUU Desa oleh DPR. Hampir semua Kades memberikan usulan dan pendapat yang brillian untuk menyikapi persiapan persidangan yang mulai dibahas awal April 2012 ini. Semangat untuk memperjuangkan kepentingan desa semakin berkobar di dada kepala desa se-Madura Sebab, menurut Ahmad Mohtadin, sekretaris Koorwil AKD Madura bahwa usulan RUU Desa yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) belum atau bahkan tidak memuat 6 tuntutan AKD Jatim (Alokasi APBN 10 persen untuk desa, kedudukan kepala desa, masa jabatan kades 8 tahun, kesejahteraan kades dan perangkat desa dan lain-lain), artinya aspirasi AKD Jatim sama sekali tidak dimasukkan dalam draft itu. Mendengar penjelasan tentang ini, wajah pengurus AKD se-Madura memerah, menandakan kecewa dan menolak draft tersebut. Ini menandakan bahwa pemerintah tidak serius dalam melaksanakan program pembangunannya. “Kalau aspirasi kami tidak

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

diterima, maka kami siap melakukan perlawanan agar RUU Desa yang pro rakyat di sahkan” kata salah satu peserta rapat. Perasaan pesimis muncul dari sebagian kades jika usaha yang dilakukan AKD Jatim hanya dengan cara dialog, lobi dan hearing dengan pejabat terkait. Dibutuhkan usaha lanjutan yang lebih menekan terhadap pemangku kebijakan, baik eksekutif maupun legislatif agar bisa menerima aspirasi Kades se-Jawa Timur. “Tuntutan ini harga mati dan harus dikawal bersama, mari kita satukan tekad dan kekompakan agar masyarakat desa cepat mengalami kesejahteraan” kata Farki Praseno, ketua AKD Sumenep. Sebelumrapatdiakhiri,AKDse-Madura menyusun langkah-langkah kongkrit menjelang pembahasan RUU Desa oleh DPR. Salah satu diantaranya adalah Kades se-Madura akan mengadakan aksi besar-besaran baik sebelum dan selama proses persidangan DPR berlangsung. Selain itu, telah disusun pernyataan sikap AKD se-Madura terkait RUU Desa untuk disampaikan kepada Presiden RI, Kementerian terkait, jajaran legislatif dan beberapa pejabat pemerintah lainnya. (amin)

SUARA DESA

49


Suara

Belajar di Aer Mata Ebuh

M

akam Aer Mata tempat pemakaman raja-raja Bangkalan yang berada di Dusun Aermata Desa Buduran Kecamatan Arosbaya ternyata banyak menyimpan falsafah hidup yang bisa dijadikan pelajaran bagi setiap penziarah. Untuk menuju ke tempat persemayaman terakhir raja-raja Bangkalan itu, penziarah harus melewati tiga pintu utama, dimana pada masing-masing pintu memiliki makna tersendiri. Pintu pertama makam itu dinamai Labeng Masem yang artinya pintu tersenyum. Pasa saat peziarah melewatinya, diharapkan berhati gembira, meskipun pada awalnya sedang dirundung duka. “Jika orang melewati pintu pertama yaitu Labeng Mesem (Indonesia pintu tersenyum red), maka penziarah yang telah lewat pintu itu semestinya harus tersenyum, meskipun mereka (penziarah red) mempunyai masalah. Itu salah satu makna di balik pintu pertama makam Ratoh Ebuh Aermata,” jelas Kades Buduran, Abd Aziz. Setelah masuk pintu senyum, untuk bisa masuk ke tempat makam utama yaitu makam Syarifah Ambami Ratoh Ebuh, penziarah harus melewati pintu kedua, yakni Labeng Mellek dan pintu ketiga yang dinamakan Labeng Raksa. Diberi nama Labeng Mellek diharapkan peziarah memiliki kemampuan untuk bisa melihat kehidupan yang serba

fana ini dengan benar sehingga tidak salah dalam memilih jalan dan pada saat memasuki pintu ketiga atau Labeng Raksa peziarah bisa merasakan betapa besar kekuasaan Allah swt. “Jadi kalau mau berziarah ke makam Ratoh Ebuh, masuk pintu pertama tersenyum, lalu Mellek (melihat-lihat red) dan kemudian dirasakan (Raksa),” timpal Juru kunci makam Aermata, Mohammad Zuhri. Tak hanya tiga pintu yang memiliki keistimewaan yang membuat makam Aermata di Kecamatan Arosbaya tersohor dan dikunjungi umat islam ini. Masih banyak makna kehidupan yang digambarkan dalam simbolsimbol yang ada di sekitar Makam Ratoh Ebuh itu. “Yang saya dengar peziarah itu banyak yang mendapat kenikmatan setelah dari sini, ‘’ terang Mahammad Zuhri. Juru kunci makam raja-raja Bangkalan itu kemudian menceritakan asal usul nama Kampung Aermata yang kemudian dijadikan tempat persemayaman terakhir para keturunan raja Bangkalan ini. Konon kata Muhammad Zuhri, Syarifah Ambami Ratoh Ebuh yang selalu ditinggal suaminya Pageran Cakraningrat I bertugas di Kerajaan Mataram selalu bersedih. Dalam masa kesedihan itulah, Syarifah Ambami Ratoh Ebuh selau mengisi hari-

Bangkalan

harinya dengan bertapa atau bersemedi di desa Buduran Arosbaya. Pada beberapa saat kemudian, Syarifah memohon kepada Tuhan yang Maha Kuasa agar Bangkalan di pimpin oleh keturanan Pageran Cakraningrat hingga ke tujuh turunannya. Pada saat bertapa ratoh Ebuh konon didatangi seseorang yang mengabarkan jika permintaan Syarifah Ambami Ratoh Ebuh dikabulkan oleh Allah swt. Namun, cerita, Mohammad Zuhri, setelah hasil pertapaan itu diceritakan kepada suaminya, malah suaminya memarahinya, kenapa hanya minta sampai tujuh turunan saja. Amarah suaminya itu membuat Syarifah bertapa kembali dan menyesali sikap suaminya yang serakah terhadap kekuasaan. Lalu, dia menangis hingga air matanya meluber seperti air sungai yang membanjiri wilayah di sekililing tempat pertapannya. Pada akhirnya, tempat Syarifah bertapa ini dinamakan Aermata (air mata ). Setelah Syarifah meninggal dunia, dikuburkan di tempat pertapannya. Tidak hanya Ratoh Ebuh saja yang dikubur ditempat tersebut, akan tetapi keturunanya Pangeran Cakraningrat dan raja-raja Bangkalan yang lain dimakamkan di tempat tersebut. “Namun sejak tahun 1976, keturunan Pangeran Cakraningrat dan raja-raja Bangkalan yang lain tidak dikubur di makam Aermata ini, karena makam ini pengelolaanya telah diserahkan ke dinas yang mengurus barang-barang purbakala,” tutur Mohammad Zuhri. Saat ini, makam raja-raja Bangkalan Aermata banyak dikunjungi penziarah dari luar kota, terutama hari libur dan i Sabtu-Minggu. Apalagi, setelah jembatan Suramadu dibangun, jumlah pengunjung setiap harinya mencapai sekitar 5 sampai 10 bus wisata. “Kalau dulu sebelum ada Suramadu paling dalam satu minggu hanya ada 1 bus yang berkunjung ke sini pak,” kata salah seorang penjual rujak di kawasan pesarean aer matah, Bu Suliha. Para pengunjung biasanya datang dari berbagai penjuru kota di Indonesia, seperti dari Bogor, Jogja, Probolinggo, Depok, Bajarmasin, Palangkaraya dan kota-kota lainnya. (moh amin) Makam Aer Mata Ebuh di Desa Buduran Kecamatan Arosbaya.

50 SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

Kades Tolak Pemekaran Desa

P

emkab Sampang berencana menata kewilayahannya dengan memekarkan desadesa padat penduduk dan meregrouping desa-desa yang jumlah penduduknya sedikit. Namun rencana tersebut dihadang para kepala desa yang meminta Pemkab Sampang untuk menunda rencana tersebut dengan melakukan penataan administrasi desa terlebih agar secara geografis dan sosial tidak menimbulkan masalah pelik di masa datang. Koordinator Kabupaten (Koorkab) Asosiasi Kepala Desa (AKD) Sampang, Achmad Mohtadin, ketika dikonfirmasi menegaskan, penolakan itu bukan karena menyangkut kepentingan pribadi, namun karena proses administrasi penataan desa masih belum dikelola dengan matang. Persoalan lain yang belum dipikirkan adalah keiapan masyarakat untuk menerima pemekaran desa tersebut. ’’Saya kira bukan persoalan itu yang memberatkan tokoh masyarakat dan Kades, tetapi karena permasalahan administrasi dan batas antar desa yang tidak jelas sehingga akan menimbulkan perselisihan yang cukup pelik. Jadi bukan kami bermaksud menentang program yang dicanangkan pemerintah

www.suaradesa.com

tersebut, tetapi sekedar mengingatkan agar jangan terlalu dipaksakan jika memang di bawah belum ditata dengan baik,’’ ungkap Mohtadin, Kades Gunung Eleh, Kec. Kedungdung. Dia menambahkan, persoalan dibawah cukup komplek, karena rendahnya tingkat pendidikan warga desa, sehingga mudah diprovokasi oleh pihak tertentu. Oleh karena itu dia berharap supaya instansi terkait melakukan sosialisasi serta pendekatan terlebih dahulu ke bawah, sehingga tidak menimbulkan gejolak dikalangan masyarakat setempat. Rencana regrouping dan pemekaran kewilayahan di kalangan masyarakat umum dipandang sebagai upaya membangun Sampang lebih baik. Penolakan rencana tersebut diissukan berkaitan dengan marakanya kucuran dana dari pusat sebagai penunjang program pemberdayaan masyarakat.”Program pemberdayaan masyarakat desa itu bertujuan agar terjadi perubahan di segala bidang di setiap desa penerima program,”ujar seorang warga. Sementara itu, Kepala Bagian Pemerintahan Desa (Kabag Pemdes) Sudarmanto, menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 8/2008, tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

Sampang

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, maka setiap kecamatan minimal harus memiliki 10 desa, disamping itu tingkat kepadatan penduduknya mencapai 10 ribu jiwa keatas. ’’Nah, dari 14 kecamatan, ada 3 kecamatan yang tidak memenuhi persyaratan PP No. 8/2008 sehingga harus dimekarkan. Antara lain, Kec. Robatal, hanya memiliki 9 desa, Kec. Karang Penang 7 desa dan Kec. Pangarengan 6 desa,’’ jelas Sudarmanto. Diamengatakan,programpemekaran wilayah tahun ini diprioritas terhadap Pulau Mandangin, Kec. Kota Sampang, mengingat jumlah penduduknya mencapai 30 ribu jiwa. Idealnya, lanjut dia, karena penduduknya padat wilayah itu dapat dimekarkan menjadi 3 desa. ’’Selain itu Desa Baruh Kec. Kota Sampang serta Desa Tlambah Kec. Karang Penang, Desa Tragah dan Terosan Kec. Banyuates juga akan dimekarkan,’’ terangnya. Diakuinya, penolakan dari sejumlah Kades serta Tomas menjadi kendala yang dihadapi pihaknya dalam melakukan pemekaran itu. Padahal, imbuhnya, tujuan pemekaran desa tersebut untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat serta meningkatkan akselerasi percepatan pembangunan untuk menciptkan desa Mandiri. ’’Karena anggarannya terbatas, kita hanya menyediakan dana sebesar Rp 30 juta untuk program pemekaran per desa,’’ tandasnya. (sio).

SUARA DESA

51


Suara

Pamekasan

P

Warga Klampar melakukan aktivitas membatik tulis.

amor batik asal Desa Klampar, Kec. Proppo, Pamekasan, terus berkibar. Desa yang terletak 10 Km ke arah Barat dari Kota Pamekasan itu, kini dikenal sebagai kampung batik ternama di Pulau Madura, khususnya bumi Arek Lancong. Para pengrajin batik di desa itu kebanjiran order. Bahkan pada bulan-bulan tertentu, terutama menjelang Lebaran, permintaan kain batik di Desa Klampar naik hingga 200 persen. Butik-butik di kota Pamekasan pun kebanjiran para pembeli. Harga lembaran kain batik berbahan sutra kelas menengah, rata-rata Rp 500 ribu. Untuk batik sutra kelas super Rp 1 juta-Rp 1,5 juta. Menurut Ahmadi, salah satu perajin dan pengusaha kain batik Pamekasan, tak ada kendala yang ditemui selama bergelut dengan usaha batik tulis. Kain batik buah karya pengrajin asal Desa Klampar ini, diborong kalangan pedagang batik di Kota Pamekasan, bahkan ada yang dari Surabaya, Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jakarta. Saat hari normal penjualan batik tulis karya pembatik Desa Klampar mencapai 800 kodi per bulan. Namun menjelang lebaran tahun lalu order mencapai 2.000 ribu kodi. Naiknya order dan pesanan batik tulis ini, memberi harapan bagi ratusan keluarga pembatik di Desa Klampar. Batik tulis khas Madura masih me-

Dari Desa Klampar Batik Madura Berkibar

melihara motif flora dan fauna, termasuk batik asal Desa Klampar. Mereka tak terpengaruh dengan motif kontemporer. Ciri khas motif flora menonjolkan dedaunan dan bunga-bungaan. Sedangkan fauna digambarkan kepala, sayap dan ekor ayam. Namanya beragam, seperti Segar Jagat, Kenari, Jago Kluruk, Mata Ikan, dan Sabat. Motif tersebut terawat dengan baik lantaran para perajin batik tulis ini secara turun temurun bermukim di

Lestarikan Lewat SMK BANYAK cara dilakukan untuk menjaga keaslian batik tulis Pamekasan sebagai warisan budaya leluhur. Cara itu diantaranya, membatik bersama keluarga besar dalam satu kelompok di rumah besar atau ‘pabrik batik’. Cara itu dilakukan keluarga Maryam (76 tahun), yang mengaku membatik sejak jaman Indonesia belum merdeka. Selain keluarga Maryam, puluhan keluarga di Desa Klampar melakukan pekerjaan yang sama. Sedangkan keahlian membatik di keluarga Ahmadi mendorong mereka melakukan kegiatan yang lebih luas. Baik dalam bidang usaha perdagangan maupun dalam bidang pendidikan. “Saya lalu berpikir, hanya dengan kegiatan membatik tidak cukup. Akan tetapi harus melakukan kegiatan lain yang bisa bermanfaat bagi masyarakat dan masa depan mereka,� ujar Ahmadi, seperti dikutip antarajatim.com. Ahmadi pun bersama keluarga lainnya dan masyarakat sekitar mendirikan lembaga pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khusus jurusan busana yang di dalamnya diisi keterampilan membatik. Bahkan mereka menjadi guru keterampilan di berbagai lembaga pendidikan negeri di Pamekasan Upaya keluarga Ahmadi juga dilakukan kepada para narapidana di lembaga pemasyarakatan. Menurutnya, batik itu seni, jadi siapa pun pasti bisa kalau memang mau belajar, termasuk narapidana itu. Hasilnya, mencapai 16 hingga 20 lembar dalam sepekan dengan jumlah perajin sebanyak 18 orang. (ami)

52 SUARA DESA

kawasan pertanian. Mereka juga tetap mempertahankan warisan leluhurnya. Lembaran batik tulis digarap sebuah keluarga besar. Mereka terdiri dari nenek, anak, dan cucu. Tiga generasi kerja bareng dalam satu pondok, membatik dengan satu tungku berisi cairan malam. Seperti dilakukan keluarga nenek Maryam (76) ini. Maryam mengaku membatik sejak Indonesia belum merdeka. Ia dibantu Suhimah (45), anaknya. Begitu pula Indah (23), anak Suhimah yang juga cucu Maryam, juga bergabung membatik dalam satu pondok. Saat ini batik khas Pamekasan Madura itu dalam proses untuk dipatenkan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat. Kepala Dinas Disperindag Pamekasan, Bahrun menyatakan, hak cipta atas corak batik khas Pamekasan, Madura dalam proses dipatenkan hak ciptanya ke Direktorat Hak Cipta Departemen Hukum dan HAM di Jakarta. (ami)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Suara

W

isata di Pulau Madura bukan hanya menikmati eksotika petani garam atau karapan sapi saja, tapi juga pesona batiknya. Hampir setiap wilayah di Pulau Garam menyimpan perajin batik khas Madura yang terkenal cantik dan indah. Kekhasan batik Madura terletak pada motif dan coraknya yang klasik dan kaya akan warna. Dan yang paling terkenal dari batik Madura adalah batik tulisnya. Batik tulis Madura berbeda dengan corak batik tulis dari daerah lain sehingga banyak diburu orang, baik dari Madura sendiri maupun dari luar daerah. “Saya kulakan batik Madura dan saya jual di Jombang, kampung halaman saya. Saat saya ke Madura, menemani suami yang kerja di Pamekasan, saya selalu kulakan ke sejumlah sentra batik, termasuk ke Sumenep, lalu saya jual ke daerah saya. Banyak yang berminat, tapi kalau yang harganya Rp 1 juta ke atas, memang agak susah jualnya,” kata Emma Rahmawati, yang suaminya kerja di Kantor BPS Pamekasan, kepada Suara Desa. Salah satu pusat batik di pulau yang semakin menggeliat sejak ada Jembatan Suramadu ini terdapat di Desa Pakandangan Barat, Bluto, Su-

menep. Hampir seluruh warga desa di sini menjadi perajin batik. Karena itu desa ini juga jadi jujukan orang-orang yang suka berburu batik, seperti Emma tadi. Sebagai pembatik, setiap warga rata-rata memiliki home industry di rumah masing-masing. Namun, dari sekian banyak pembatik, hanya ada dua juragan batik besar dari desa ini. Salah satunya adalah Taufan Febriyanto, pemilik Sentra Batik Tulis Al-Barokah. Hampir sekitar 60% pembatik di Desa Pakandangan Barat menjual batiknya kepada Taufan. “ Ada 63 pembatik yang bekerja sama dengan saya,” kata Taufan. Taufan sendiri tidak hanya menampung batik buatan warga desa. Di halaman rumahnya seluas 50 meter persegi, dia juga memproduksi batik-batik khas Madura. Hampir semua batik yang mereka buat berupa batik tulis. Bagi mereka, batik tulis merupakan warisan nenek moyang yang harus dipertahankan. “Makanya kami tidak ada yang memproduksi batik cap,” ujar Taufan. Cukup banyak jenis dan motif batik yang mereka produksi. Di antaranya motif karpotean. Yakni, gambar dahan, daun, dan bunga dengan warna

www.suaradesa.com www.suaradesa.com Edisi Edisi 03 03 15 15 April April -- 15 15 Mei Mei 2012 2012

Sumenep

cerah, seperti hijau, merah, dan kuning. Selain itu, ada juga motif terang bulan dengan gambar kelopakkelopak bunga yang didominasi warna cokelat kehitam-hitaman. Selain kain, mereka juga memproduksi pakaian jadi, seperti kemeja dan gaun bermotif batik. Harga jualnya berbeda-beda tergantung motifnya. Kemeja batik bermotif kasar, misalnya, dijual Rp 40.000 per helai. “Sementara yang paling mahal mencapai Rp 750.000 lebih,” tandasnya. Dalam sebulan, dia bisa menjual hingga 1.000 batik dengan omzet Rp 100 juta per bulan. Taufan mengaku, hanya mengambil laba 5%. Selebihnya habis untuk bahan produksi, termasuk kain dan pewarna batik. Juragan batik lainnya dari desa ini adalah Achmad Zaini, pemilik Sentra Batik Tulis Melati. Dia juga memproduksi batik tulis. “ Ada 41 pembatik yang menjadi mitra saya,” ujarnya. Harga yang dipatok Zaini mulai Rp 50.000 hingga Rp 450.000. Untuk model batik halus, dalam sebulan bisa terjual sekitar 20-50 lembar batik. Adapun batik kasar bisa mencapai 100-200 lembar. “Omzet saya antara Rp 20 juta sampai Rp 50 juta per bulan,” ujarnya. (gus/ktn)

SUARA SUARA DESA DESA

53


PAMONG KITA

Modal Rp 25 Ribu Jadi Rp 2 Juta/Hari

B

H Rifai

erbisnis minuman kesehatan Asam kunyit bagi Kades Soket Dajah kecamatan Tragah, H Rifai awalnya hanya coba-coba, namun saat ini bisnisnya itu omzetnya sudah mencapai jutaan rupiah dan bisa menunjang ekonomi keluarga. “Ya kalau

musim kemarau bisa Rp 1.500.000 Rp 25 ribu, isteri Rifai membeli 1 kg hingga Rp 2 juta/hari-nya,” kata Rifai. gula, 1/5 kg asam dan 1/4 kg kunyit. Untuk bisnis minuman kesehatan “Awalnya mencoba, eh ternyata banyak ini, Rifai mempekerjakan enam orang yang cocok dengan mimunan kesehatan karyawan di rumahnya. “Alhamdulillah, kunyit asam yang saya buat,” jelas sedikit saya bisa mengurangi angka pengRifai. angguran di desa saya ini,” tutur Rifai. Dari awalnya yang mencoba-coba Untuk pemasaran mimunan keitu, kini Rifai dan keluarga lebih tersehatan kunyit asem buatan Dekenal pembuat minuman kesehatan sa Soket dajah ini, masih seputaran kunyit asem. “Setiap hari kami membuat daerah kecamatan Tragah, kecamatan 200 hingga 500 botol, kalau muModungdan kecamatan kota sim kemarau kadang lebih Bangkalan, namun ada juga banyak permintaan,” Biodata : pembeli yang datang dari terangnya. Nama: H Rifai. Surabaya. “Penjualan Minuman keseTempat tgl lahir : minuman ini kalau di hatan kunyit Asem Bangkalan, 1963. kota Bangkalan meproduk desa Soket Riwayat pendidikan; lalui koperasi, tapi SDN Soket dajah, Dajah ini lebih diMTs Sidoresmo Surabaya. ada juga pembeli minati jika dimaMAN Wonocolo Surabaya. yang datang sendiri sukkan ke dalam Isteri: Hj Siti Rosidah. kesini,” papar Rifai. lemari es dan Anak: 1. Haidar Humam 18 tahun. Rifai dan isterinya jual dalam bentuk 2. Hadi Surya Kusuma 16 tahun. Hj Rosidah memulai beku. “Banyak 3. Sarifuddin Akbat 12 tahun. bisnis miuman kesehatan yang su ka beku 4. Baidowi Kubro asem kunyit ini sejak tahun dari pada yang cair,” 4 tahun. 2008. Dengan bermodalkan pungkas Rifai. (amin).

“Pak Bupati Sering Turun ke Desa’’

S

osok kepala desa asal Ponorogo ini dikenal kritis, berani, dan vocal. Betapa tidak selain dikenal sebagai pekerja keras, Sutarno, Kepala Desa Sampung Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo ini juga memiliki pemikiran segar bagi kemajuan kepala desa. Sutarno, saat ditemui mengatakan, kepala desa dan perangkat desa se-Kabupaten Ponorogo menuntut tunjangan minimal sesuai upah minimum kabupaten atau UMK. Bahkan ia juga menuntut pemerintah daerah tidak membeda-bedakan tunjangan yang di terima kepala desa satu dengan desa yang lain. “Beban dan tanggung jawab semua kepala desa itu sama sebagai ujung tombak Negara dalam pembanggunan sangat berat, tetapi tunjangan tidak sama dengan desa yang lain, meskipun berada disatu kecamatan. Dan tunjangan hanya buat pemanis saja,”katanya. Ia telah merasakan berbagai ketidakadilan terhadap pemerintah desa. Pemkab Ponorogo tidak memiliki ke-

54 SUARA DESA

pedulian terhadap kades. “Pak Bupati sering turun ke desa melihat kondisi sebenarnya,” pintanya. Banyak kades yang kesehariannya hidup menyedihkan, sehingga perlu memberinya Jamkesmas. Dalam pandanganya, kepala desa tidak boleh diam dan hanya menerima nasib bila melihat berbagai ketidakadilan yang menimpa masyarakat desa. “Harus ada

perjuangan agar semua menjadi lebih baik. Kepala desa harus bersatu untuk memberdayakan diri dan menjadi sebuah-kekuatan,”pungkasnya. (mar)

Sutarno

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Kiprah Perempuan

Sri Partiyah, Bidan Bank Sampah

D

esa Duwet, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, bukanlah sebuah desa yang makmur. Maklum, desa ini berada di pinggiran kota dan jauh dari pusat pemerintahan. Warganya pun belum termasuk masyarakat berkecukupan, masih banyak yang kurang mampu. Bahkan beberapa tahun lalu, masih

banyak anak dengan status gizi buruk. Namun kini, berkat sentuhan Bidan Sri Partiyah, bidan desa yang mengabdi sejak 1995 di desa setempat, kondisi masyarakatnya –terutama kesadaran kesehatan ibu dan anak-- berangsur berubah. Bahkan, anak gizi buruk yang semula menjadi persoalan krusial di Desa Duwet, sejak 2010 sudah tak ada lagi alias nol persen. Ya, itulah buah kerja keras Bidan Sri Partiyah, peraih Sirkandi Award 2011 untuk katagori pemberdayaan ekonomi. Srikandi Award merupakan penghargaan tahunan yang diberikan kepada para bidan beprestasi se antero nusantara. Penilaian terhadap bidan peraih Srikandi Award ini bukan semata-mata karena www.suaradesa.com

kinerjanya semata, tapi lebih dari itu bidan yang mampu memberi inspirasi terhadap masyarakat sekitar. Dan, Sri Partiyah adalah salah satu bidan yang mampu memberi inspirasi terhadap masyarakat Desa Duwet melalui gerakan “Bank Sampah”, yakni sebuah gerakan mengumpulkan sampah dari rumah-rumah warga. Barang-barang bekas yang biasanya dibuang atau dijual murah ke pencari rosokan, kini dikelola sendiri oleh kaderkader kesehatan desa. Barang bekas itu kemudian dijual melalui pengepul rosokan, dengan harga yang relatif lebih mahal. Melalui Bank Sampah yang digagas Sri Partiyah itulah, akhirnya terkumpul modal yang lumayan besar. Hasilnya, bukan hanya bisa memberi nilai ekonomi lebih kepada masyarakat sekitar, tapi juga mampu membiayai kebutuhan posyandu dan polindes. Diantaranya, memberi makanan tambahan anak-anak balita, juga gratis pemeriksaan darah bagi ibu hamil. Kini, Desa Duwet sudah bebas dari balita gizi buruk. Tak hanya itu, melalui gerakan “Bank Sampah” Sri Partiyah mampu menyisihkan keuntungan untuk membantu ekonomi warga Desa Duwet melalui gerakan wajib tanam pepaya. Artinya, setiap warga di beri bantuan bibit pepaya untuk ditanam di pekarangan. “Semua warga Desa Duwet, wajib tanam pepaya di pekarangannya. Alhamdulillah, gerakan wajib tanam pepaya ini berjalan dengan baik dan sekarang hasilnya sudah bisa dinikmati masyarakat. Bahkan masyarakat merasa terbantu dengan adanya gerakan ini,” kata Sri Partiyah yang dibenarkan dua warga desa setempat, Darwati dan Lestari, seperti dikutip okezone. Investasi pohon pepaya ini pada prinsipnya adalah kerjasama dengan Bank Sampah selaku pemasok bibit dan desa. Perjanjiannya pemanfaatan untuk desa siaga. Apabila buahnya kurang dari 5, desa siaga tidak

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

memanen, apabila buahnya 5-10 desa siaga ikut memanen satu, dan jika buahnya lebih dari 10 maka desa siaga berhak mengambil 2. Buah yang dipetik untuk jatah sendiri bisa digunakan untuk memenuhi nutrisi keluarga atau dijual untuk menambah penghasilan. Sementara buah yang disetorkan, selain untuk operasional desa siaga juga digunakan untuk pemeriksaan kadar gula bagi usia rawan. Ia kemudian menceritakan, ide pembentukan Bank Sampah itu berawal dari keprihatinan atas banyaknya anak balita gizi buruk di desanya. Ia kemudian memutar otak bagaimana mencari solusinya. Sementara bantuan dari pemerintah juga terbatas besarannya, sehingga tidak mungkin jika hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah. Sri Partiyah kemudian mencoba menawarkan pengelolaan Bank Sampah. Ide itu dilontarkan, setelah melihat kenyataan di desanya yang kumuh dan banyak barang bekas tak terurus. Karena itu, ia kemudian mulai merintis dengan beberapa kader posyandu membuat Bank Sampah. Prinsipnya, barang bekas di rumah-rumah warga yang sudah tak terpakai dikumpulkan dan kemudian dijual langsung ke pengepul. Tujuan program ‘Bank Sampah’ adalah untuk memberikan nilai ekonomi pada sampah untuk mengumpulkan dana kesehatan sekaligus menjaga lingkungan agar tetap bersih. Mekanisme operasional bank sampah adalah sebagai berikut: Keluarga memilah sampah rumah tangga, Minggu pertama dan kedua keluarga menyetor ke bank sampah (ditimbang dan dibeli), Hasil penjualan ditabung di bank sampah, bank sampah menjual sampah ke pengepul, dan tabungan di bank sampah dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan seperti pemenuhan nutrisi balita, biaya bersalin, kebutuhan rumah tangga, dan keperluan-keperluan lainnya. Selain untuk keperluan pribadi, hasil dari bank sampah juga digunakan untuk memberikan bantuan kepada balita gizi buruk, pemeriksaan golongan darah gratis kepada ibu hamil dan calon pendonornya. (tni)

SUARA DESA

55


AKD Intensifkan Lobi RUU Desa

Peluang Terbuka Lewat Pansus

H

al itulah yang terungkap dalam lobi-lobi tim AKD Jatim dengan pimpinan DPR R, I pimpinan maupun anggota Pansus RUU Desa di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu, 14 Maret 2012. Selain Priyo Budi Santoso, mereka menemui dan berdialog dengan Ketua Pansus Akhmad Muqowam (F-PPP), serta dua anggota Pansus Rusli Ridwan (F-PAN) dan Arif Wibowo (F-PDIP). Tim AKD Jatim dipimpim Ketua Drs. Samari, didampingi wakil ketua Drs. Sugeng Budiyono, sekretaris Moc. Moezamil dan bendahara Tulus Setyo Utomo, S.Sos. Ikut dalam tim AKD Jatim beberapa pengurus harian lainnya, seperti Robiul Usman (Jombang), Piyoto (Blitar), Saifullah Mahdi (Gresik), dan Anang Suhari (Sidoarjo), dan Pemred Suara Desa Budi Harminto. Pertemuan dengan Ketua Pansus RUU Desa Akhmad Muqowam berlangsung akrab dan terbuka. Bahkan Muqowam menyatakan siap membantu AKD Jatim, karena dirinya memang asli Jawa Timur, dari Warujayeng, Nganjuk. Muqowam juga mengungkapkan mengenal luar dalam Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono. “Saya kenal baik dengan beliau (R.H. Dwi Putranto Sulaksono, red.). Beliau orang yang memiliki jiwa sosial sangat tinggi, melebihi Departemen

Peluang memasukkan enam tuntutan dalam UU Desa masih terbuka lebar. Ini karena ketua maupun anggota Pansus RUU Desa DPR RI menegaskan sejalan dengan pemikiran AKD Jatim. Bahkan Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso menilai draft RUU Desa yang disodorkan pemerintah tidak mencerminkan semangat membangun desa dan memberdayakan pemerintahan desa. Sosial,”kata politisi senior PPP ini. Muqowam mengatakan sering berdiskusi soal desa dengan Pembina AKD Jatim R.H. Dwi Putranto Sulaksono. Ia menyatakan sangat berterima kasih dengan upaya Pembina yang mengantarkan AKD Jatim pada track yang benar. Katanya, pada saat-saat krusial seperti ini memang harus mengintensifkan dialog dan diskusi. Hal yang sama juga disampaikan Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso. “Saya tadi bertemu beliau ((R.H. Dwi Putranto Sulaksono,

red.) di Aceh dan berdiskusi panjang soal RUU Desa,”kata politisi Golkar kelahiran Trenggalek ini. Priyo mengungkapkan, saat ini para kepala desa maupun perangkat desa harus bersatu untuk menggolkan RUU Desa. Lagi-lagi Priyo mengingatkan agar tetap menempuh cara dialog. Bahkan, kata Priyo, RUU Desa merupakan ‘utang’ atau pekerjaan rumah yang belum selesai hingga saat ini. “Tolong laporkan saya kalau ada kesulitan bertemu anggota Pansus

Ketua Pansus RUU Desa Akhmad Muqowam menerima tim AKD Jatim, di ruang Fraksi PPP.(atas). Ketua AKD Jatim Drs Samari menyerahkan usulan draft RUU Desa kepada Rusli Ridwan, anggota pansus dari Fraksi PAN (foto kiri).

56 SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


RUU Desa maupun p e j a b a t pemerintah,”ujar Priyo. Sebelumnya, tim AKD Jatim diterima Wakil Ketua Fraksi PAN Andi Anzhar yang didampingi anggota Pansus RUU Desa Rusli Ridwan. Pada kesempatan itu, Samari menyerahkan usulan AKD Jatim terhadap pasal-pasal yang dinilai kontra produktif dan merugikan pemerintahan desa maupun masyarakat desa. Diantaranya pasal 25 huruf h yang isinya melarang kepala desa melarang kepala desa menjadi pengurus parpol atau parpol lokal. “Pasal itu sangat diskriminatif dan melanggar UUD Tim AKD Jatim diterima Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso di ruang kerjanya. 1945 dan hak azasi manusia untuk berpolitik,”ujar Samari. F-PDIP Arif Wibowo meminta AKD kucuran anggaran negara setiap Baik Andi Anzhar maupun Rusli Jatim membuat konsep utuh terhadap tahunnya, seperti pemerintah kabuRidwan menyatakan sejalan dengan usulan perubahan draft RUU Desa. paten, provinsi, dan pusat. Sedangan usulan AKD Jatim. Bahkan PAN sejak Ia meminta AKD Jatim membentuk soal masa jabatan 8 tahun tidak awal telah mendeklarasikan usulan tim khusus atau tim asistensi yang ada masalah, demikian pula soal untuk dana pembangunan block grant memberikan alasan atau argumentasi periodesasi masa jabatan, dan satu desa satu miliar. Mereka pun terhadap perubahan itu. Hanya sebagainya. sepakat harus ada perubahan arah saja soal usulan APBN ke desa, Arif “PAN siap menjalin kemitraan pembangunan di Indonesia, yakni Wibowo tidak sepakat dipukul sama dengan AKD Jatim untuk mewumenggelontorkan dana ke desa. rasa sama rata . judkan perubahan yang lebih baik Dengan adanya UU Desa, juga Menurut Arif Wibowo, tetap harus bagi desa,”ujar Andi Anzhar yang akan menegaskan kedudukan pemeproporsional, dibarengi dengan dibenarkan Rusli Ridwan. rintahan desa, sehingga sangat diaturan yang jelas dan tegas. Ia tidak Sementara anggota Pansus dari mungkinkan desa akan menerima ingin nantinya semua kepala desa masuk penjara karena tidak mampu membuat laporan pertanggujawaban penggunaan keuangan. Ketika disinggung kapan RUU Desa bisa selesai, Arif Wibowo meminta AKD Jatim dan para kepala desa maupun perangkat desa membesarkan hati untuk bersabar dan bisa menahan nafas lebih lama. Sebab paling cepat RUU Desa bisa diputuskan Oktober 2012 ini. “April 2012 ini reses, dan Pansus baru akan pleno untuk menentukan jadwal sidang UU Desa pada bulan Mei 2012. Sedang pada Mei nanti kita juga sidang UU Pemilu yang saat ini memasuki masa-masa pembahasan alot,”ujar politisi kelahiran Madiun ini. (bdh) Anggota tim AKD Jatiim menyantap makan siang di lobi Fraksi PPP.

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

SUARA DESA

57


Tetap Optimistis, Berjuang sampai Akhir AKD Jawa Timur optimistis bahwa perjuangan menggolkan Rancangan Undang-Undang Desa yang pro-rakyat akan membuahkan hasil. Optimisme itu terpancar dari hasil pertemuan AKD Jatim dengan sejumlah ketua dan anggota Panitia Khusus RUU Desa di DPR, Jakarta, Rabu (14/3). Ketua AKD Jatim Samari menyatakan, Memori perwakilan AKD Kabupaten se-Jatim saat berdialog soal RUU Desa di DPR RI, 15 Juni 2011. sejumlah anggota Pansus RUU Desa yang ditemui dengan garis kebijakan partai maupun yakin usulan AKD Jatim akan diapreasiasi menyetujui dan merespon baik masukan fraksi. Karena itu, kami optimis usulan dalam bentuk Undang-Undang Desa yang ataupun usulan AKD Jatim. Bahkan kami kelak akan menjadi undangpro-rakyat. usulan itu dinilai sejalan dengan garis undang,”kata Samari. “Respon mereka semua hampir sama kebijakan mereka, baik sebagai pribadi Meski demikian Samari tidak mebahwa usulan yang kami ajukan sejalan maupun partai. Karena itulah mereka mungkiri bahwa dalam proses pengesahan RUU Desa menjadi Undang-Undang, tetap berlaku mekanisme politik yang tidak tertutup kemungkinan hasilnya tidak sesuai harapan AKD. Karena itu mereka akan terus mengawal proses pengesahan RANCANGAN Undang-Undang data peta desa dan peta kawasan hutan RUU Desa ini hingga akhir. Desa (RUU Desa) hendaknya menjadi Kementerian Kehutanan dengan Badan Menurut Samari, usulan yang perangkat yang mendorong terjadinya Pusat Statistik tahun 2009, dari 70.429 diajukan AKD tentang RUU Desa pembaruan agraria. Harapannya, RUU desa di Indonesia, sekitar 37 persennya merupakan usulan dari rakyat dan untuk Desa ini dapat menciptakan hubungan memiliki wilayah yang tumpang tinrakyat. Karena itu, sudah sepatutnya pertanian dan industri sekaligus redih dengan kawasan hutan. Kondisi Pansus RUU Desa memperhatikan hal lasi desa dengan kota yang saling itu yang rawan menimbulkan konflik tersebut. Sehingga, menurutnya, RUU menguatkan. Selama ini masyarakat agraria. Desa ini bisa menjadi sebuah momen dan pemerintahan desa tidak diberi “Masyarakat yang bertahunbagi pemerintah untuk menunjukkan wewenang dalam mengatur wilayah tahun mendiami wilayah desa justru sikapnya yang pro-rakyat. dan masyarakatnya. dituding sebagai perambah kawasan Ditanya tentang langkah apa yang ”Apalagi menentukan wilayah hutan,”ujar Iwan Nurdin. kelak dilakukan AKD jika ternyata mereka atas dasar ulayat untuk Menurut anggota Komisi II DPR usulannya kandas, Samari menolak diakui negara sehingga sumberdari Fraksi PDI-Perjuangan, Budiman berandai-andai. Sebaliknya, dia justru sumber agraria, khususnya tanah, Sudjatmiko, keberadaan UU Desa optimis usulan tersebut akan diakomodir tambang, dan pertanian, dieksploitasi sangat penting bagi keberadaan dedan ditetapkan menjadi undang-undang. pemerintah di luar desa dan pengsa-desa di Indonesia. Melalui UU Kalau tidak diakomodir, masyarakat usaha dengan dalih investasi dan Desa, desa akan semakin dinamis akan bisa menilai bagaimana kepedulian pembangunan,” kata Deputi Riset dan dan menarik bagi rakyat untuk tetap pemerintah dan DPR terhadap rakyat. Kampanye Konsorsium Pembaruan mencari penghidupan di desa. Dengan Meski optimis, Samari tidak memungkiri Agraria (KPA) Iwan Nurdin. demikian, arus urbanisasi juga akan bahwa AKD Jatim telah menyiapkan RUU Desa harus mendorong transberkurang drastis. berbagai langkah untuk mengantisipasi formasi pedesaan melalui pembaruan Selain itu, ujar Budiman, UU jika kelak usulan mereka dimentahkan agraria sehingga ke depan tercipta Desa memastikan pengaturan soal Pansus RUU Desa. ”Yang pasti, saya masih hubungan pertanian dan industri serta pengelolaan aset agraria desa. Hal menaruh harapan bahwa pemerintah relasidesa-kotayangsalingmenguatkan. itu merupakan bentuk konkret dari dalam hal ini DPR masih memiliki hati Juga diharapkan mengatasi persoalan pengakuan terhadap desa. Pengelolaan nurani dan berpihak kepada rakyat. Jika tumpang tindih dalam penentuan aset dilakukan melalui redistribusi aset ternyata syahwat politik yang diutamakan wilayah definitif antara kawasan hutan ke desa dan dilakukan oleh organisasi dan mengesampingkan suara rakyat, dan wilayah desa. masyarakat atau organisasi tani tentu akan ada akibatnya,”ujar Kades Iwan mengatakan, berdasarkan setempa. (bdh) Jrebeng, Kec. Dukun, Gresik. (bdh)

Dorong Pembaruan Agraria

58 SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Soal Bengkok, Perlu Kearifan Lokal

Akankah Jatidiri Tetap Ada

NADA sumbang seputar pengangkatan sekretaris desa (sekdes) menjadi PNS menimbulkan polemik tersendiri di desa. Sebab, jika sebelumnya perangkat desa yang biasanya bekerja bahu membahu antara kepala desa dan sekretaris desa, kini malah terancam bermusuhan akibat anusia hidup perbedaan status PNS dan non sekaPNS. lipun seorang Polemik itu kini bak bola saljudiri--, yang ia tidak dapat lepas terus bergulir membesar. dari peraturan, Seperti diketahui, regulasibaik peper aturan netapan sekdes menjadiitu PNSyang itu dibuatnya sendiri yang dipakdituangkan dalammaupun UU Nomor 32/2004. sakan oleh lingkungannya. Hal ini kaSedangkan teknis pelaksanaannya rena adanya keterbatasan kemampuan diatur melalui PP Nomor 45/2007, yang bersangkutan. Peraturan MendagriSebab, Nomorkebebasan 50/2007, mutlak yang abadi itu sesungguhnya dan Peraturan Kepala BKN Nomor juga tidak ada. 32/2007. Kebijakan pemerintah desaperubahan merupakan isti lah iniHakekatnya memberikan besar bahasa jawa untuk menunjuk pada suatu dalam pemerintahan desa yang jenis masyarakat hukum adat di kelola Jawa. selama ini berbasis pada tata Desa di Jawa adalah suatu persekutuan masyarakat. hukum, suatu Sekretari golongan Fuad,terdiri Ketuadari Asosiasi manusia yang mem punyai tata susunan Desa, Kabupaten Blitar, menjelaskan tetap, mempunyai pengurus, mempunyai pengankatan sekdes menjadi PNS, wilayah dan sekdes harta benda, bertindak bagi sebagian dianggap sebagai sebagai kesatuan terhadap dunia yang luar bencana. Terutama bagi sekdes dan tidak mungkin dibubarkan. Dalam berada di daerah subur dan mempunyai pengertian sosiologis desa menunjukkan tanah bengkok luas. Karena itu, muncul gambaran adanya kebersamaan, stigma negatif terhadap sekdes kejuyang juran sekaligus gambaran tentang kebodiangkat menjadi PNS, itu merupakan dohan dari dan kesalahan keterbelakangan namun murni kebijakan yang tetap berprinsip dibuat pemerintah pusat. Karena itulah, Sekdes untuk memenuhi Fuad, Ketua Asosiasi Ia menceritakan, proses panjang Kabupaten Blitar segala kebutuhan tersebut, dibutuhuntuk menjadi seorang sekdes atau kannya seorang publikdengan figur di desa di desa lebih dikenal sebutan yang mampu menunjukkan jati dirinya ‘carik’, sebetulnya membutuhkan di hadapan masyarakat. Dengan kata proses rumit. Awalnya jabatan sekdes lain, kepala desa dan politis perangkat desa merupakan jabatan melalui harus benar-benar mempunyai wawasan proses pemilihan. “Jangan salah, kebangsaan, memiliki jiwa pangemong awalnya jabatan sekdes merupakan serta mampu sesuai dengan jabatan politismemimpin bukan jabatan struktural azas kepemimpinannya. seperti saat ini yang terbentuk,” Sejarah saat telahditemui membuktikan bahwa tandasnya Suara Desa di sejak zaman kemerdekaan, sebetulnya kediamanya Desa Wonodadi, Kecamatan pemerintah Kabupaten telah mengeluarkan bebeWonodadi, Blitar. rapa kebijakan berkenaan dengan desenUntuk menduduki jabatan politis di tralisasi desa kekuasaan. Pertama, melalui tingkat membutuhkan biaya yang UU No. Proses 1 tahununtuk 1945 tentang Perjabatan aturan besar. menuju Mengenai Kedudukan Komite Nasional politis tersebut dilakukan dengan cara Daerah. Tigaoleh tahun kemudian, lahir UU pemilihan seluruh masyarakat No. 22Otomatis tahun 1948 tentang desa. calon sekdesPenetapan ini harus Aturan-aturan Pokok Mengenai merogoh kocek puluhan juta hingga Pemerintahan Daerah-daerah ratusan jutaSendiri untukdi dapat duduk yang berhak mengatur dan mengurus diposisi sekdes. Setelah menjadi sekdes, mereka mendapat tanah bengkok milik

M

www.suaradesa.com

desa. Besaran tanah bengkok yang pemerintahan desa posisi tanah digarap sekdes berbeda luasnya bengkok tidak dibahas. “Harusnya ada tergantung wilayahnya. “Rata-rata Oleh: Adi Suciptokearifan dari desa agar pemerintahan sekdes yang menempati wilayah kondusif. Sekdes di satu Kepala Desa Taglarum, subur Kec. Bendo,desa Kab.tetap Magetan mendapatkan tanah bengkok sekitar sisi harus rela menyerahkan sebagian empat hektar atau setara dengan bengkoknya ke desa. Sebaliknya, desa pendapatan perbulan sebesar Rp 7 memberi hak garap sebagian kepada juta,” ungkapnya. sekdes untuk menutupi kekurangan rumah tangganya sendiri. jauh lebih tua dari usia negeri ini. Sedangkan untuk Sekdes yang pendapatannya,” paparnya.(hyuan) Kemudian di tahun 1950, dimana Sedikit kronologi adanya sebuah tidak memiliki tanah subur seperti di bentuk negara waktu itu masih Desa (Wanua), penulis bisa menyebut, Blitar selatan, untuk menopang biaya berbentuk serikat, lahir UU No. 44 mulai kerajaan Medang pada tahun hidupnya saja, bisa kurang. Sebab, tahun 1950 tentang Pemerintah 937 sampai akir kejayaan Majapahit selain dari sisi ekonomi mobilitas Daerah Negara Indonesia Timur, 1527, adanya struktur ketatanegaraan sekdes selaku pelayanan masyarakat sebagai bentuk peralihan menuju di bumi nusantara ini. Adapun susunan tinggi, juga untuk memenuhi negara kesatuan. Selanjutnya di pemerintahan terdiri dari Bhumi (Pukebutuhan sendiri. “Mobilitas tahun 1957, manakala kita kembali sat/Kraton), Negara (Provinsi/Bhasekdes itu juga tinggi. Makanya, tak ke bentuk negara kesatuan, lahir UU tara), Watek/Wisaya (Kabupaten/ heran kalau pendapatannya tidak No. 1 tahun 1957 tentang PokokTumenggung), Lurah/Kuwu (Kademencukupi,” terangnya. pokok Pemerintahan Daerah. mangan), Thani/Wanua (Desa/PeDikatakan, dengan keluarnya Selang delapan tahun kemudian, tinggi) dan paling bawah yaitu Kakebijakan pemerintah yang yakni di tahun 1965 pemerintah buyutan ( Dusun/Rama). Artinya mengangkat sekdes menjadi PNS mengeluarkan UU No. 18 tahun 1965 sebelum negara ini merdeka 1945, dengan tujuan awal mensejahterakan tentang Pokok-pokok Pemerintahan desa merupakan miniatur negara, itu kehidupan para sekdes bisa jadi tidak Daerah. Kemudian di tahun 1974 sudah ada dan tumbuh berkembang tercapai. Sebab, jika dikalkulasikan dikeluarkan kebijakan baru tentang menyelenggarakan rumah tangganya bagi sekdes yang diangkat menjadi PNS desentralisasi melalui UU No. 5 sendiri, melaksanakan demokrasi, akan mendapatkan status golongan tahun 1974 tentang Pokok-pokok memberlakukan hukum adat dan lain 2A dengan gaji setiap bulan berkisar Pemerintahan di Daerah. sebagainya. sebesar Rp 1,5 juta. Sedangkan tingkat Pada masa reformasi, tepatnya di Karena itu sebagai rekomendasi, kebutuhan operasional seorang sekdes tahun 1999, keluar produk hukum baru negara harusnya mengakui desa secara melebihi gaji bulanan yang diterima. tentang desentralisasi yaitu dengan hukum ketatanegaraan. Salah satunya Karena itu, kekurangan pendapatan dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999 adalah dengan mengamandemen ini diharapkan akan diambilkan tentang Pemerintahan Daerah. Lima UUD 1945 dan masukkan nama desa kembali dari hasil mengelola tanah tahun kemudian lahir UU No. 32 tahun dalam sebuah UU. Itu penting, untuk bengkok. Tapi ironisnya, ada penilaian 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menghindari anggapan masyarakat jika sekdes masih tetap mengarap untuk menggantikan UU No. 22/1999 bahwa kepala desa dan perangkat desa tanah bengkok, dianggap dobel tentang Pemerintahan Daerah. akan kehilangan jati dirinya. Dalam pendapatan. Yakni, mendapat gaji Dalam UU Nomor 32 tahun UU itu, selain berisi hak dan kewajiban resmi dari negara dan hasil garapan 2004 tentang Pemerintahan Daerah pemerintah, juga sanksi tegas yang tanah bengkok, sehingga muncul yang disahkan pada tanggal 15 mengaturnya. Itu semua dalam rangka kecemburuan.“Seharusnya ada kerifan Oktober 2004 itu, Desa diatur untuk mememenuhi kebutuhan rumah dari semua pihak, terutama desa. dalam Bab 11 atau hanya satu bab tangganya. Terlebih kepala desa dan Sebab, semua sekdes juga memiliki diantara 16 bab yang ada. Dengan perangkat desa di Indonesia sampai keluaraga dan sama-sama melayani demikian UU tersebut menempatkan sekarang masih banyak yang belum masyarakat,” terang Fuad. Pemerintahan Desa sebagai bagaian sejahtera. Menurut Fuad, sebetulnya antara dari Pemerintahan Daerah. Namun Akhirnya, mengakhiri tulisan ini kepala desa dan sekdes PNS itu kemudian secara spesifik Desa saya mengajak untuk Mulad Sariro tidak ada kecemburuan. Munculnya, diatur melalui Peraturan Pemerintah Hangroso Wani kepada seluruh mapermusuhan antara kades dan sekdes Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa. syarakat dimanapun berdomisili, PNS biasanya disebabkan adanya Dengan demikian, desa sebetulnya terlebih kepada para pemimpin pihak ketiga yang memanfaatkan belum pernah diatur secara khusus negeri ini. Gunakanlah Hasta Brata peluang untuk mengadu domba. dalam perundang-undangan kita. Kalau didalam memimpin kaumnya. SeSehingga saat ini muncul ramai demikian adanya wajar muncullah kian.. Suro diro jayaningrat lebur ramai kepala desa diharuskan menarik arogansi dari kepala desa dan para dening pangastuti, Memayu hayuning tanah bengkok yang dimiliki sekdes perangkat desa. Sebab, desa sejatinya jagad.* untuk kembali digarap desa. Sedangkan jika dilihat dari sisi peraturan UU nomer 32/2004 tentang

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

SUARA DESA

59


Ueeenak REK

pemilik warung tempe maghnet. Menikmati tempe goreng, biasanya cukup dengan petis dan lombok. Namun tempe maghnet Nur Zubaidah disajikan dalam sebuah piring berukur-

Tempe Mahgnet, Lezat Meggoyang Lidah

M

enjelajahi wisata kuliner di Kabupaten Ponorogo, tidak pernah ada habisnya. Jika di kawasan Selatan terdapat hidangan Dawet Jabung, bagian Barat ada Ayam Lodho Poko, sisi selatan ada Soto Ayam Bancar, Sate Kambing Bedi maupun Ayam Lodho Mbak Ti, sisi Timur dikenal dengan buah durian, Jeruk Pulung dan olahan susu sapi, lantas bagaimana dengan Ponorogo Utara? Jika jeli, mata penikmat kuliner tidak akan lepas memandang keberadaan Tempe Mahgnet Nur Zubaidah, di Dukuh Tampo, Desa Trisono, Kecamatan Babadan. Tempe Mahgnet Nur Zubaidah,

an besar. Satu piring berisi enam biji tempe yang lengket satu sama lain dan berbentuk lingkaran. “Mungkin, karena porsi besar dan unik serta lengket, masakan saya dinamakan tempe maghnet,” ungkap wanita lulusan SMP Negeri 1 Babadan tahun 2005 ini. Lebih lanjut, Nur mengatakan, seporsi tempe maghnet disajikan dengan kecap manis dan saus sambal. Tidak ketinggalan, sambel kecap pedas yang kental. Masih menurut dia, banyak lidah penggemar tempe maghnet ketagihan karena rasanya yang selalu menarik lidah konsumen

merupakan salah satu menu terkenal yang berada diwilayah Ponorogo Utara. Bukan hanya lantaran namanya yang unik, namun menu tersebut, juga nikmat rasanya. Lidah akan bergoyang-goyang ketika menyantapnya.” Apalagi, porsi tempe maghnet yang beda dari biasanya, membuatnya semakin gampang dikenang. “ Kata Nur Zubaidah (20),

untuk melahapnya.”Rasanya yang lezat itu menjadi magnit bagi penggemar tempe” ujarnya. Habibah seorang penggemar tempe maghnet mengatakan, setiap hari libur bersama keluarganya mendatangi warung tempe ini. Cara penyajiannya lain dari yang lain begitup pula cara mengelolanya, sehingga menghasilkan rasa yang

60 SUARA DESA

menghentak-hentak lidah pelanggan.”Warung tempe ini memiliki daya tarik tersendiri sehingga menjadi magnit siapa saja yang berkunjung di sini,”ujarnya. Nur Zubaidah mengaku tidak berguru kepada juru masak manapun untuk menghasilkan tempe maghnetnya ini, sebab dia hanya mencoba dan selalu mencoba meramu tempe ini. “Dulu kami hanya mencoba-coba saja,akhirnya ketemu menu yang pas dan ternyata diminati pelanggan,”terangnya. Saat ditanya dalam mengolah tempe tersebut, ia hanya menggunakan bumbu, yakni bawang merah, bawang putih, ketumbar, garam, daun pre atau daun bawang ditambah penyedap rasa dan diaduk jadi satu dengan tepung tapioka yang kental. “Ingat saat menggoreng tidak perlu terlalu lama alias setengah matang,” imbuhnya. Nikmatnya sajian tempe maghnet Made In Nur Zubaidah banyak dikunjungi penggemar kuliner dari banyak daerah, selain warga Ponorogo sendiri, juga datang dari Magetan hingga Madiun. Warung sederhana milik gadis desa ini dibuka mulai pukul 09.00 hingga 24.00 WIB. Ia menjual Tempe Maghnet sangat murah hanya lima ribu rupiah satu porsi. “Paling ramai malam hari, juga pagi dan siang,” katanya. Sementara pelanggan asal Madiun, Supriadi mengatakan, mengetahui adanya Tempe Mahgnet Nur Zubaidah dari rekan seprofesinya. Hampir setiap hari, ia menyempatkan diri mencicipi menu Tempe Mahgnet Nur Zubaidah sepulang bekerja. “Sekali makan, biasanya porsinya banyak. Ketika diajak teman kerja, ternyata tidak hanya porsinya banyak, namun rasanya juga mantap,” paparnya. Ungkapan senada juga disampaikan Nur Kholis, pelanggan setia tempe maghnet Nur Zubaidah asal Desa Bancar, Kecamatan Bungkal Ponorogo. Menurut dia, selain lezat dan porsinya jumbo, tempe maghnet ini membuatnya ketagiahan. “Wah, rasanya luar biasa,” kata Nur Kholis. Jumlah pengunjung yang selalu memadati warunnya, Nur Zubaidah tidak perlu repot mempromosikan masakannya. Lezatnya Tempe Mahgnet menyebar secara ‘gethok tular’ melalui pelanggan yang datang untuk menikmati dan pergi untuk mengkbarkan kepada rekannya. (rno)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Menjaga

(Foto: buzzle)

K

Gula Darah

adar gula manusia kadang terlalu tinggi atau terlalu rendah yang keduanya tidak bagus untuk kesehatan. Kadar gula harus dijaga dalam posisi normal agar tubuh tetap sehat. Bagaimana menjaga agar gula darah tidak tinggi atau rendah? Gula darah dalam istilah medis dikenal sebagai glukosa. Gula di dalam darah ini diperlukan karena menjadi sumber energi bagi sel-sel tubuh. Seperti dilansir buzzle, majalah kesehatan, rata-rata tingkat glukosa darah normal pada manusia adalah 70 mg/dl hingga 120 mg/dl dan biasanya akan meningkat setelah makan. Gula darah masih termasuk normal jika setelah makan angkanya masih di bawah 220 mg/dl. Jika gula darah di bawah 60 mg/ dl akan terjadi hipoglikemia atau kadar gula yang rendah. Sebaliknya jika sudah melebihi 225 mg/dl maka akan terjadi hiperglikemia atau gula darah tinggi. Gula darah yang kelewat rendah bisa bisa menyebabkan orang koma (hilang kesadaran). Tanda-tanda gula darah rendah adalah lelah, fungsi mental yang menurun, perasaan gemetar, berkeringat, perih pada mulut, pusing, perasaan linglung dan jantung berdetak keras hingga kehilangan kesadaran. Penyebab gula darah rendah biasanya

kurang mengonsumsi makanan yang manis, asupan karbohidrat yang kurang, melakukan aktivitas yang berlebihan dan mengonsumsi alkohol tanpa adanya makanan yang masuk ke tubuh. Orang yang mengalami hipoglikemia, sebaiknya segera diberikan sesuatu yang manis agar kadar gula darah dalam tubuhnya cepat meningkat. Karena jika tidak bisa mengganggu tingkat kesadaran seseorangdanakibatyangpalingburuknya adalah bisa menyebabkan kerusakan otak.

Agar gula darah tidak rendah:  Makanlah tepat waktu dengan gizi yang seimbang  Disela-sela jam makan harian selingi dengan makanan kecil tiap 2-3 jam bisa berupa buah atau makanan rendah lemak.  Jangan merokok  Jauhi kafein dan alkohol Sedangkan gula darah tinggi bisa menyebabkan stroke, serangan jantung dan diabetes. Tapi orang dengan diabetes juga bisa terkena gula darah rendah setelah jika kelebihan menggunakan obatnya. Nah, gula darah yang tinggi lebih banyak menjadi masalah karena komplikasinya dan penanganannya yang tidak mudah. (tni)

Menurunkan gula darah tinggi sebaiknya:

Hindari stres Tubuh yang stres akan menyulitkan orang untuk mengontrol gula darahnya, sebaliknya jika kondisi tenang orang akan lebih rileks untuk mencari menurunkan kadar gula darahnya.  Latihan atau olahraga selama 20-30 menit setiap hari seperti jalan kaki terbukti membantu menurunkan kadar gula darah  Hindari makanan seperti roti putih, pasta atau nasi karena karbohidratnya begitu tinggi yang memicu kenaikan gula darah.  Menambahkan kayu manis pada makanan karena membuat tubuh lebih sensitif terjadap insulin. Jika sensitivitas tubuh baik terhadap insulin maka tubuh akan lebih sedikit menggunakan insulin.  Sediakan lemon atau jeruk limau karena memiliki kemampuan mengurangi indeks glisemik terhadap beberapa makanan.  Ganti karbohidrat dengan makanan tinggi serat dan protein contohnya seperti sayuran mentah, buah-buahan kecuali pisang, gandum, biji-bijian.  Minum teh hijau secangkir setiap hari.  Makan 2-3 jam sekali bisa berupa buah atau jus tanpa gula membantu menjaga kestabilan gula darah dan mencegah makan terlalu banyak. Menurunkan gula darah bukan hal yang mustahil meskipun dibutuhkan waktu. (tni/dh) 

Cegah Diabetes, Rawat Kaki DIABETES terjadi, menurut dokter Dante Saksono Harbuwono dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Jakatya, adalah akibat kadar gula darah yang tinggi, yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang kurang atau jumlah insulin cukup tapi tidak efektif (resistensi insulin). Makanan memegang peran penting dalam peningkatan kadar gula darah. Asupan yang dicerna di dalam usus diubah menjadi gula atau yang disebut glukosa. Gula ini diserap dinding usus dan beredar bersama aliran darah ke seluruh bagian tubuh. Karena itulah sesudah makan akan terjadi kenaikan kadar gula di dalam darah. Gula tersebut akan didistribusikan ke sel sel tubuh, yang jumlahnya miliaran. Untuk memasukkan gula ke dalam sel sel itulah, menurut dokter Dante, diperlukan insulin,

www.suaradesa.com

suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta di pankreas organ kecil di dalam tubuh yang terletak di belakang lambung. “Hilangnya sel beta penghasil insulin pada pankreas mengakibatkan terjadinya kekurangan insulin pada tubuh,” ujar doktor bidang diabetologi molekuler Universitas Yamanashi, Jepang, itu. Cara mencegah diabetes, menurut pengelola Klinik Diabetes dan Tiroid Royal Progress di Sunter itu, adalah dengan menghindari faktor risiko dan faktor pencetusnya. Pola hidup sehat harus selalu diterapkan untuk mencegah terjadinya kenaikan gula darah dan penyakit lain. Ukuran gula darah normal seseorang, menurut Profesor Sri Hartini Kariadi, adalah 70 140 mg/dl. Kadar tertinggi yang masih bisa diterima ginjal 180 mg/dl, yang disebut

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012

nilai ambang ginjal. Biasanya, satu jam setelah makan, kadar gula dalam darah mencapai angka tersebut. Ginjal, tempat membuat urine, hanya dapat menahan gula kalau kadarnya mencapai angka ambang batas tersebut. Jika kadarnya lebih tinggi dari itu, ginjal tak dapat menahan gula dan kelebihan gula akan keluar bersama urine. „Jadilah kencing yang manis,“ ujarnya. Nah, ujung tombak cek kadar gula adalah kondisi kaki. Kaki yang kurang sehat, seperti kapalan, kuku bengkok, kuku masuk (cantengan), penebalan kutikula, penipisan dan perapuhan kuku, serta kaki pecah pecah, biasanya- juga mengiringi diabetes. Kaki sering menjadi sasaran pertama diabetes. Karena itu, selain pengobatan juga perlu terapi kaki untuk mencegahnya. (tni)

SUARA DESA

61


PELUANG USAHA

Budidaya

Jamur Tiram Menjanjikan

J

amur terdiri dari bermacammacam jenis, ada yang merugikandan ada yng menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang merugikan antara lain karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Diantara jamur yang menguntungkan manusia misalnya: penicillium yang menghasilkan antibiotik penisilin, jamur-jamur yang berperan dalam proses fermentasi makanan seperti kecap, tempe, tape, tauco dan lain-lain. Bahkan sekarang banyak jenis jamur yang dapat dikonsumsi (dimakan) dan dibudidayakan secara massal oleh petani. Jenis jamur tersebut antara lain jamur kuping, jamur

tiram, jamur shiitake, jamur agaricus (campignon) dan jamur merang. Dewasa ini budidaya jamur (mushrooming the mushroom) yang dapat dimakan telah banyak dilakukan orang yaitu dengan menggunakan limbah pertaniansebagai media tumbuhnya. Budidaya jamur yang dapat dimakan (edible mushroom) merupakan salah satu cara mengatasi kekurangan pangan dan gizi

62 SUARA DESA

sertamenganekaragamkan pola komsumsi pangan rakyat. Dari analisa menunjukkan bahwa kandungan mineral jamur lebih tinggi daripada gading sapi dan domba, bahkan hampir dua kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran. Jumlah proteinnya dua kali lipat protein asparagus, kol, kentang dan empat kali lipatdaripada tomat dan wortel serta enam kali lipat dari jeruk. Selain itu jamur juga mengandung zat besi, tembaga, kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D, sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat penting pada proses pencernaan, kalor dan kolesterolnya rendah. Dan, di Indonesia membudidayakan tanaman jamur sangat prospektif. Indoensia adalah wilayah yang sangat cocok untuk usaha budidaya jamur, dikarenakan di Indonesia memiliki alam/keadaan yang cukup lembab dan hangat. Hal ini sangat cocok sekali untuk media tumbuh jamur. Apalagi untuk memulai budidaya jamur tidak dibutuhkan modal yang terlalu besar serta tidak terlalu sulit, karena sebagian besar menggunakan limbah baik itu limbah serbuk gergaji dan ditambahkan dedak. Kedua bahan tadi sangat amat mudah dijumpai atau ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Peluang usaha jamur ini prospeknya masih sangat amat luas sekali, baik itu dari pasar dalam negeri sendiri dan pasar luar negri, seperti china, korea, dan jepang. Dan di Indonesia, sentra petani jamur paling paling bayak membudidayakan jamur serta

memberikan pelatihanpelatihan mengenai budidaya jamur adalah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Banyak hal yang bisa dimanfaatkan atau dijual dari budidaya jamur ini. Misalnya, dari penjualan bibit jamur, jamur yang siap konsumsi itu sendiri, media tanam jamur, maupun olahan jamur, dan masih banyak lainya ( karena masih bisa dikembangkan lagi). Bahkan di beberapa daerah, jamur sudah dijadikan makanan ringin, seperti jamur krispi dan sebagainya. Singkat kata, membudidayakan jamur sebagai peluang usaha memiliki pontensi sangat menjajikan untuk sekarang dan akan datang. Termasuk salah satunya adalah budidaya jamur tiram putih menjadi bisnis produksi jamur yang semakin bagus prospeknya dan sangat menjanjikan. Dalam budidaya jamur tiram putih yang perlu di perhatikan adalah kelembaban. namun semakin lembab lingkungannya semakin meicu terjadinya kontaminan. Oleh sebab itu jika budidaya jamur tiram putih dilakukan di tempat yang lembab sebainya kadar nutrisinya dikurangi untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur penyakit. Jamur tiram putih sudah bisa di panen jika badan jamur sudah tumbuh besar dan lebar. Jamur tiram putih ini besar sekali manfaatnya untuk kesehatan dan juga dapat di masak dengan berbagai menu masakan yang nikmat. Budidaya jamur tiram putih sangat menjanjikan sebab cara budidayanya tidak sulit dan permintaan pasar terhadap jamur tiram putih masih sangat besar. Beberapa keuntungan budidaya jamur yaitu :1.Melalui pemanfaatan bahan-bahan limbah di sekitar kita akan menjadikan lingkungan kita bersih, indah dan sehat.2.Budidaya jamur dapat diusahakan tanpa menggunakan lahan yang luas. 3. Produk Jamur dapat dimanfaatkan untuk menambah gizi atau menu serta dapat menambah pendapatan keluarga. 4. Kompos bekas media tanam dapat langsung digunakan untuk pupuk kolam ikan,makanan ikan dan untuk memelihara cacing. (tni)

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


S

WISATA DESA

ENGATAN terik matahari langsung memudar oleh hembusan angin yang menerobos hamparan hijau mangrove yang mengitari bibir pantai. Ketenangan suasana sesekali dikejutkan sekawanan burung laut yang melintas di atas. Ikan kecil melompatlompat seolah mengikuti perahu yang kita tumpangi. Begitulah kesan pertama dari pesona wisata Mangrove Bedul Segoro Anakan di Blok Solo, Desa Sumberasri, Kec. Purwoharjo, Kab. Banyuwangi. Wilayah itu masuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) dan terletak benua Australia. Untuk burung migran di tengah-tengah antara Pantai Grajagan dari Australia hanya bisa ditemukan dan Alas Purwo serta Plengkung (G-Land). dalam bulan-bulan tertentu. Kawasan wisata desa itu memadukan Sebelumnya, di Segara Anakan hanya indahnya laut dan hutan mangrove. ada dermaga kecil yang dilabuhi beberapa Di tempat itu, perahu kecil para penperahu yang disebut warga cari ikan berubah menjadi sekitar ‘gondang-gandung’. perahu wisata yang siap Namun kini ada sebuah mengantarkan mengitari dermaga pandang telah hutan mangrove sepanjang dibangun. Dengan begitu, 18 kilometer. Luas hutan pengunjung tidak perlu wilayah 1.200 hektare dan takut kena air pasang yang ketebalan mangrove 350 meluber ke daratan. meter dari bibir pantai. Dermaga pandang Untuk mengelilingi hutan itu mempunyai panjang mangrove pengunjung 225 meter. Pengunjung cukup membayar sewa bisa mengelilingi Segara perahu dengan tarif untuk Anakan dengan perahu Rp 50 ribu hingga Rp 250 gondang-gandung. Di ribu untuk 10-15 orang. Selain rekreasi ke Hutan Kepala Desa Sumberasri Suyatno ujung selatan, pengunjung bisa menjelajah huMarengan dan menikmati tan dan menuju pantai rimbunnya kelebatan selatan. Di pantai tersebut, pengunjung mangrove (ada empat jenis Sonneratea bisa menikmati hamparan pasir. Selain Casiolaris, Cariops Sp, Bruguera Sp dan berkeliling Segara Anakan, pengunjung Rizhophora Sp), aneka ragam fauna juga bisa ke kawasan Kere (tempat perbisa ditemukan di tempat itu. Kala Segara istirahatan pencari ikan), Pantai Ngagelan Anakan sedang surut dan sedang musim dan Pantai Cungur. kerang, wisatawan akan disuguhi atraksi Waktu terbaik untuk menikmati Bedul para pencari kerang. adalah pagi hari, dimana udara masih Wisatawan bisa melihat langsung dan belum begitu panas. Selain itu kicauan juga membeli kerang segar dari Segara berbagai jenis burung yang terbang beAnakan. Tidak lupa ikan Bedul yang bas membuat suasana kini menjadi nama wisata tersebut. Ikan pagi begitu sempurna Bedul, mirip ikan gabus yang mempunyai di Bedul. Sore hari sirip merupakan ikan air payau. pun tak masalah, dan Ikan itu sangat gurih jika digoreng anda bisa menikmati dan dicocol dengan sambal. Hewan matahari tenggelam lain yang bisa ditemukan adalah kera, serta burung-burung biawak, burung elang, burung dara laut, terbang kembali belibis, bangau, ikan terbang, kodok sarangnya. rawa (mudskeper), king fisher, kecuk, Kepala Desa Sumkirik-kirik hingga burung migran dari

Keindahan Hutan Mangrove di Segara Anakan

www.suaradesa.com Edisi Edisi03 03 15 15April April--15 15Mei Mei 2012 2012 www.suaradesa.com

berasri Suyatno mengungkapkan, tempat itu semula hanya menjadi singgahan perahu perahu milik nelayan desa setempat, usai berlayar mencari ikan. Namun sejak Januari 2009 menjadi tempat wisata baru bagi masyarakat Banyuwangi. Menurut Suyatno, ide pengembangan awal Blok Bedul sebagai wahana Wisata Alam Laut dan Hutan muncul pada awal 2003. Seiring berjalannya waktu pada 2007 Desa Sumberasri ditetapkan menjadi desa model konservasi. Tahun 2007 itu pula ditandai perjanjian kerja sama antara Balai Taman Nasional Alas Purwo dan Pemerintah Desa Sumberasri, dalam pengembangan wisata alam laut dan hutan mangrove terbatas blok Bedul. Pihak desa menyiapkan SDM dengan melibatkan warga dan nelayan. Suyatno berharap, ke depan pengembangan wisata Mangrove Bedul ini akan dijadikan tempat warung terapung (wapung) seperti di Kalimantan yang ditempatkan di sepanjang pantai. Untuk sampai ke Wisata Bedul dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun umum. Rutenya Srono Muncar-Tegaldlimo-Sumberasri-Bedul. Juga bisa Banyuwangi-Srono-BenculukPurwoharjo-Sumberasri-Bedul. (bdh)

SUARA DESA DESA SUARA

63 63


Membangun kebersamaan dan kekeluargaan

Mewujudkan kehidupan yang berlandaskan terciptanya hubungan erat dan harmonis dalam membentuk keluarga, bangsa, dan negara yang bermartabat

PERAYAAN ULANG TAHUN R.H. PUTRANTO SULAKSONO DI PUNCAK CISARUA BOGOR, SABTU 17 MARET 2012.

64 SUARA DESA

www.suaradesa.com

Edisi 03 15 April - 15 Mei 2012


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.