#2
agustus/2010
Transportation Planning
dari redaksi
Ferdinand Patrick Kepala Divisi Keprofesian HMP Pangripta Loka 2010-2011
Salam sejahtera, puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan YME karena telah diberikan kesempatan atas terbitnya salah satu Maha Karya dari Divisi keprofesian kepengurusan HMP periode 2010/2011 The Planners vol.2 ini. Di edisi ke-2 ini, core materi yang dibahas adalah transportasi. Alasan kenapa transportasi dipilih menjadi core materi pada edisikedua ini karena transportasi merupakan salah satu permasalahan strategis dari Kota Bandung maupun Negara kita. Pada The Planners edisi ke-2 ini memuat tugas-tugas dari putraputri terbaik perencanaan wilayah dan kota ITB yang membahas permasalahan-permasalahan transportasi. Selain itu, kami juga mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Besar harapan kami, The Planners dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Indonesia Namun, yang lebih utama adalah The Planners dapat memacu semangat berkarya dari mahasiswa Indonesia untuk berkontribusi dan mengabdi kepada masyarakat demi kehidupan berbangsa yang lebih baik.
Ki-Ka: Ferdi, Julian, Yunus, Vidya, Dityo, Rera, Tizar, Tyo
courtesy cover depan: kaskus.us-posted by kuda hitam
courtesy cover belakang: ramanditya
Pelindung:
Pemimpin Redaksi:
Tizar M.K. Bijaksana
Ramanditya W.
Penaggung Jawab
Redaksi dan Editor:
Razak Radityo Ferdinand Patrick P. Rera Ayudiani
Ramanditya W., M. Yunus Karim, Fitria Ayu Vidayani Hyra Annisa, Juliandru Yuska C. Tizar M.K. Bijaksana
powered by: divisi keprofesian HMP Pangripta Loka ITB Ramanditya Wimbardana Labtek XA Gedung Perencanaan Wilayah dan Kota Jalan Ganesha No 10 Bandung Indonesia
Desain:
Email: majalahtheplanners@ymail.com Website: www. theplannersmagazine.co.cc
daftar konten
2
6
14
26
dari redaksi
3
daftar konten
kata kita Kriteria Penetapan Lokasi Shelter TMB
kata kita Infrastruktur Transportasi Kota Bandung
10
4
maroon think
kata kita Telecommuting
Profil Wilayah & Kota
21 Geliat Perkembangan Moda Travel di Kota Bandung
Potret
3
Transportation Planning
maroon think
Siapa yang Salah? lintas yang kurang efektif. Peraturan-peraturan lalu lintas seperti kurang dipahami kegunaan dan keberadaannya. Sebagai contoh permasalahan yang sering timbul adalah kendaraan parkir di tepi jalan utama yang mengganggu aliran kendaraan-kendaraan yang melintas. Tidak ada tindakan tegas yang dilakukan oleh para penegak hukum terkait hal ini. Yang ada justru mereka lebih memilih menunggu dan mencari kesalahan para pengguna jalan agar ditilang.
courtesy:2.bp.blogspot.com
B
andung merupakan salah satu kota yang sangat atraktif di Indonesia saat ini. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri yang rela berkunjung dan menetap di kota ini entah untuk berbelanja, menikmati keindahan alam disini, atau hanya sekedar mengisi akhir pekan mereka. Keberadaankota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat dan besarnya peluang serta harapan dalam memperbaiki kualitas hidup menjadi faktor penting dalam mendorong masyarakat untuk tinggal disini. Selain itu, keberadaan institusi pendidikan yang terkenal, mall, factory outlet dan distro merupakan faktor pendukung terjadinya fenomena tersebut. Hal ini tentu membawa dampak yang sangat baik bagi kota Bandung, terutama dari segi ekonomi. Namun, disamping dampak positif yang ada, muncul pula dampak negatif.Yang paling utama adalah permasalahan lalu lintas. Dampak utama yang paling sering bersentuhan dengankehidupan sehari-hari kita tentu saja adalah kemacetan. Macet seringkali menjadi hal yang sangat menjengkelkan. Selain waktu dan tenaga kita terbuang, serta tingkat stres meningkat,muncul pula dampak-dampak psikologis lainnya yang akan sangat mengganggu produktivitas kita dalam menjalani aktivitas kehidupan. Permasalahan ini memang sering dihadapi kota Bandung terutama di jam-jam berangkat dan pulang kerja, serta di akhir pekan, ketika banyak pelancong-pelancong domestik terutama dari Jakarta dan sekitarnya. Ada beberapa hal yang patut dicermati tentang bagaimana masalah kemacetan ini bisa timbul. Yang utama sebetulnya adalah kesadaran para pengguna jalan yang kurang.Hal ini didukung pula dengan keberadaan peraturan-peraturan lalu
4
Transportation Planning
Kemudian masalah infrastruktur yang tidak cepat ditanggapi oleh Pemerintah Kota Bandung sendiri. Jalan berlubang dan rusak, seharusnya tidak layak untuk dilalui oleh sarana transportasi. Lalu lampu lalu lintas yang sering rusak, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Tiap pukul 19.00 WIB, Lampu lalu-lintas berubah menjadi kuning, padahal pengguna jalan masih padat. Belum lagi posisi lampu lalu lintas yang berjauhan dan jalurnya yang “semrawut�. Tentu saja kita sudahbisa menduga apa yang terjadi di sana. Luas jalan yang tidak sesuai dengan kuantitas kendaraan bermotor, serta kualitas jalan yang cukup memprihatinkan tidak lantas ditanggapi secara cepat oleh pihak-pihak yang berwenang. Seperti yang kita ketahui bahwa di Bandung sendiri banyak ahli yang mengerti bagaimana memberikan solusi pada permasalahan ini. Namun, ternyata hal itu tak mengurangi kemacetan di kota Bandung. Sebuah produk perencanaan yang ideal harus terbatasi dan tak mampu diimplementasikan dengan baik karena ternyata permasalahan ini bukan hanya permasalahan di satu bagian, yaitu transportasi semata. Tetapi terkait juga di dalamnya permasalahan multiaspek, multiego, serta multisektor. Ya, intinya sampai kapanpun permasalahan ini tak akan pernah selesai jika tidak ada ketegasan dan keterbukaan dalam menerima masukkan, serta realisasi solusi yang nyata untuk menanggulanginya.
Oleh:
Adityo Sumaryadi (15408032)
DINAS PERHUBUNGAN JAWA BARAT
Call for Papers Seminar Planosphere 6 Tema: “Transportasi Publik Sebagai Solusi Kemacetan Kota Bandung� Seminar merupakan salah satu rangkaian acara Planosphere VI yang akan membawa suatu tema kajian mengenai pentingnya public transportation di Kota Bandung sebagai solusi dari permasalahan kemacetan. Seminar ini akan dihadiri oleh Menteri Perhubungan, mantan Menteri Lingkungan Hidup dan stakeholders yang ahli di bidang transportasi. Seminar dilaksanakan dengan target pelajar SMA, mahasiswa di Kota Bandung, dan seluruh masyarakat umum Kota Bandung.
4.
a. bagaimana mengoptimalkan public transportation di Kota Bandung dalam upaya mengurangi kemacetan b. dampak kerusakan lingkungan yang terjadi akibat kemacetan di Kota Bandung dan bagaimana transportasi publik dapa meminimalisir kerusakan lingkungan tersebut 5.
Merupakan pemikiran sendiri dan tidak mengutip dari karya
6.
Dikirim via email ke transgreeneration@ymail.com paling
7.
Apabila essay lolos dalam tahap seleksi yang telah dilakukan
Dalam seminar ini, mahasiswa di Kota Bandung sebagai insan akademis diharapkan dapat menuangkan ilmu pengetahuannya dan menjadi salah
orang lain
satu pembicara dalam seminar ini beserta Menteri Perhubungan dan seluruh stakeholder terkait. Keterlibatan mahasiswa yang kaya akan ilmu
Topik essay:
lambat tanggal 10 September 2010
pengetahuan dan idealisme diharapkan dapat membuka mata
oleh panitia, maka akan dihubungi paling lambat setelah 5
masyarakat Kota Bandung dan pemerintah setempat bagaimana
hari kerja untuk kemudian memberikan slide yang akan
keadaan transportasi publik dan kecetan yang ada di Bandung.
dipresentasikan pada saat seminar kepada panitia
Dalam mengirimkan essay, terdapat beberapa kriteria sebagai berikut yang harus dipenuhi: 1.
Mahasiswa atau pernah menjadi mahasiswa di salah satu universitas di Indonesia dengan latar belakang jurusan sesuai topik seminar
2.
Berusia 18-25 tahun
3.
Mengirimkan essay sepanjang 3000 kata
Contcat Person: Heni Herawati (085624142300)
planosphere
6
transgreeneration
courtesy:rockerzgalau.wordpress.com
T
rans Metro Bandung (TMB) merupakan sebuah upaya Pemerintah Kota Bandung dalam memperbaiki sistem pelayanan angkutan umum perkotaan yang semakin semerawut. Pada awalnya, TMB ini direncanakan Pemerintah Kota Bandung untuk melayani lima koridor. Akan tetapi, sampai saat ini, baru satu koridor yang bisa terealisasi, yaitu koridor Selatan (Cibiru-Cimindi) yang meliputi Jl. Raya Cibiru, Jl. Soekarno Hatta, Jl. Holis, Jl. Jend. Soedirman, dan Jl. Rajawali Barat. Perbedaan yang mencolok antara TMB dengan pelayanan angkutan umum perkotaan lain adalah pada sistem kerjanya yang menggunakan
6
Transportation Planning
sistem kerja berbasis bus yang berhenti di shelter-shelter tertentu untuk menaik-turun kan penumpangnya. Sehingga dalam operasi TMB tidak dikenal istilah “ngetem� yang biasanya menjadi salah satu sumber penyebab timbulnya kemacetan di jalanan. TMB yang merupakan salah satu program Pemerintah Kota Bandung ini, sangat diharapkan dapat mereformasi sistem angkutan umum perkotaan menjadi lebih baik lagi, melalui manajemen pengelolaan maupun penyediaan sarana angkutan masalnya yang sesuai dengan keinginan masyarakat yaitu aman, nyaman, mudah, tepat waktu serta bertarif terjangkau dengan standar pelayanan yang prima. Akan tetapi, dalam kondisi eksistingnya, masih terdapat kekurangan dari TMB ini baik dari segi
prasarana, sarana maupun i n f ra s t r u k t u r nya . Ke ku ra n ga n tersebut mengakibatkan harapanharapan yang telah disebutkan tadi belum dapat terwujud 100%. Meskipun belum dapat terealisasi sesuai dengan harapan secara sempurna, TMB sebenarnya sudah lebih baik dari pada angkutan umum lainnya. Adapun kelebihan TMB ini adalah lebih aman, nyaman, cepat, bertarif terjangkau, serta memiliki standar pelayanan yang prima. Hal tersebut terlihat dari sarana bus yang digunakan TMB berkondisi baik serta memiliki fasilitas fisik dan kelengkapan keamanan yang cukup baik, TMB tidak mengenal adanya istilah ngetem untuk menunggu penumpang, dan juga TMB memiliki tarif yang terjangkau yakni Rp 3.000,00 untuk umum dan Rp 1.500,00 untuk pelajar/mahasiswa.
Sedangkan untuk kekurangannya, TMB belum didukung oleh sistem infrastruktur yang memadai. Hal ini terlihat dari tidak adanya jalur khusus TMB. Sampai sekarang, TMB masih menggunakan sistem roadsharing. Sistem roadsharing ini biasanya akan berpengaruh pada kecepatan dari TMB dan juga kemacetan. Apalagi jika mengingat jalanan yang dilalui TMB adalah jalanan yang rawan macet. Selain itu, kekurangan dari TMB yang lain adalah kondisi dari shelter nya yang belum sesuai dengan standar. Sampai saat ini, shelter yang ada masih berupa tenda yang dilengkapi dengan tempat duduk seadanya. Jika situasi sedang hujan, halte menjadi becek dan kondisinya semakin semerawut dengan banyaknya masyarakat dan pengguna motor yang berteduh serta angkotangkot yang ngetem di sekitar halte. Sehingga pada saat bus akan berlabuh, menjadi kesulitan.
Menurut pemerintah, shelter tersebut masih berupa shelter sementara. Shelter sementara itu tersebar di 13 titik sepanjang rute TMB. Sheltershelter tersebut nantinya akan diubah menjadi shelter permanen yang dilengkapi dengan sistem ticketing, sesuai dengan standar yang ada. Dalam menentukan lokasi shelter tidak bisa ditentukan seenaknya, melainkan dibutuhkan kajian untuk mengidentifikasi lokasi mana sajakah yang tepat untuk dijadikan shelter. Tepat dalam hal ini berarti lokasi shelter harus disesuaikan dengan dengan kebutuhan/demand penumpangnya. Oleh karena itu, dalam menentukan lokasi shelter tersebut, sebaiknya dilakukan analisis karakteristik pergerakkan penumpang dan juga analisis pola tata guna lahan sepanjang rute yang dilalui. Selain kedua hal diatas, kita juga harus memperhatikan kriteria perencanaan dari shelter nya itu
sendiri. Analisis pola tata guna lahan berguna untuk mengetahui jumlah aktivitas atau bangkitan perjalanan dari tiaptiap peruntukkan tata guna lahannya. Biasanya kondisi tata guna lahan di suatu jalan itu terdiri dari persawahan, permukiman, perkantoran, perdagangan, ataupun lahan kosong. Dari jenis kondisi tersebut, kita dapat mengetahui bangkitan dan tarikan perjalanan pada saat ini dan juga dapat meramalkan kondisinya pada masa yang akan datang. Sedangkan dari analisis karakteristik pergerakan penumpang, informasi yang dapat diambil adalah mengenai a l a s a n / ke p e r l u a n p e n u m p a n g menggunakan sisem transportasi public tersebut. Apakah alasan tersebut untuk keperluan sekolah, bekerja, berkunjung kerumah kerabat
courtesy:bandung.detik.com
7
Transportation Planning
courtesy:bandung.detik.com
maupun untuk sekedar bermain. Sebenarnya selain karakteristik pergerakkan penumpang dan pola tata guna lahan, masih ada satu aspek lagi yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi shelter yaitu kriteria perencanaan dari shelter nya itu sendiri. Menurut G.A. Goiannopoulos dalam bukunya yaitu Bus Planning and Operation in Urban Areas: A Practical Guide, salah satu kriteria penempatan shelter jarak antara bus stop dari arah yang berlawanan minimum 20 meter untuk jalan yang tidak terpisah antara kedua arahnya. Syarat yang kedua adalah sebainya lokasi shelter berada pada tata guna lahan sekolah atau rumah sakit. Dengan begitu dapat diasumsikan pada setiap tempat yang memiliki interest point disarankan memiliki sebuah shelter bus. Setiap tata guna lahan yang memiliki karakter komersil yang sangat padat seperti pasar dan pertokoan, sebaiknya jarak tempat henti bus berdekatan, yaitu diantara 200-300 m. Hal ini diperlukan untuk melayani tingginya demand penumpang dan tingginya mobilitas di daerah tersebut. Begitu pula pada tata guna lahan lainnya yang memiliki tingkat aktivitas dan mobilitas
8
Transportation Planning
yang tinggi seperti perkantoran, permukiman, dan sekolah di kota diperlukan jarak yang relatif masih berdekatan, yaitu 300-500 m. Namun pada kawasan pinggiran perkotaan dimana aktivitas dan mobilitas manusia tidak setinggi di pusat kota, jarak shelter tidak lagi harus berdekatan. Cukup dengan jarak 5001000 m antara shelter mampu mencukupi pelayanan mobilitas di kawasan pinggiran. Dengan demikian, melihat ketentuan yang ada di atas, dapat dibuat beberapa kriteria lokasi shelter. Kriteria yang terpenting adalah memudahkan p e n u m p a n g d a l a m m e l a ku ka n perpindahan moda angkutan umum atau bus serta tidak mengganggu kelancaran lalu lintas. Penyediaan lokasi shelter diarahkan dekat dengan pusat kegiatan dan permukiman karena jumlah penumpang pada tata guna lahan yang berpotensi membangkitkan jumlah penumpang yang cukup tinggi. Dari hasil analisis tersebut, pada intinya diharapkan dapat berfungsi untuk memberikan informasi dimana sajakah lokasi yang tepat untuk didirikan shelter. Informasi-informasi dari berbagai input itulah yang akan
dielaborasikan dan dioverlaykan. Sehingga pada akhirnya dapat diketahui beberapa alternatif lokasi yang sesuai untuk didirikan shelter berdasarkan karakteristik pergerakkan penumpang, fungsi tata guna lahan, dan criteria perencanaan shelter. Penentuan lokasi shelter ini menjadi sangat penting karena lokasi shelter dapat mempengaruhi pendapatan pemerintah. Dengan perencanaan lokasi shelter yang tepat, maka diharapkan pendapatan pemerintah pun akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan, dengan merencanakan lokasi shelter yang sesuai dengan demand penumpangnya maka diharapkan penumpang dari TMB pun dapat meningkat. (Dityo)
Courtesy:
Diana Adriyana (15408032) Diambil dari tugas kuliah PL 4201 Sistem Informasi Perencanaan
KUESIONER MENGGUNUNG? KAMI SIAP MEMBANTU
PELAYANAN SURVEI POWERED BY:
Fanni Harlanni (PL 08)
08562154887
DIVISI KEPROFESIAN HMP PANGRIPTA LOKA
9
t e p anners Land Use Planning
kata kita diambil dari Tugas Akhir karya: Fauzan Ahmad (15404061) dengan judul: Studi Estimasi Penghematan Biaya Transportasi dari Pelaksanaan Telecommuting (Studi Kasus Koridor Jalan Asia Afrika, Bandung)
S
alah satu permasalahan transportasi yang terjadi di perkotaan adalah permasalahan kemacetan. Kemacetan sendiri pada dasarnya disebabkan oleh aglomerasi pergerakan pada waktu dan lokasi yang sama. Tamin (dalam Utami, 2006) menyatakan bahwa pergerakan bekerja yang mencakup 50-70 % dari total jumlah pergerakan harian di perkotaan ini menimbulkan berbagai permasalahan transportasi perkotaan.
courtesy:upload.wikimedia.org
Hal yang akan dicari tahu dalam studi ini adalah apakah ada penghematan yang didapatkan oleh individu pekerja di wilayah studi dengan melaksanakan telecommuting jika dibandingkan dengan biaya transportasi yang dikeluarkan.
Di sisi lain, perkembangan teknologi telekomunikasi begitu dirasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan adanya perkembangan teknologi ini, pada beberapa kegiatan masyarakat keberadaan perjalanan bisa digantikan dengan interaksi melalui media telekomunikasi yang tersedia.
Penulis mengambil wilayah studinya yaitu di koridor jalan Asia Afrika Bandung. Beberapa alasan yang menyebabkan koridor ini dipilih sebagai wilayah studiantara lain karena Jalan Asia Afrika merupakan ko rid o r d en gan gu n a lah an perkantoran dan perusahaan yang berpotensi untuk pengembangan telecommuting; Bandung. Beberapa alasan yang menyebabkan koridor ini dipilih sebagai wilayah studi antara lain karena Jalan Asia Afrika merupakan koridor dengan guna lahan perkantoran dan perusahaan yang berpotensi untuk pengembangan telecommuting;
Fenomena yang kemudian muncul dari penggunaan media telekomunikasi sebagai pengganti perjalanan adalah telecommuting, yaitu pekerjaan yang dirancang sehingga pekerja menikmati fleksibilitas dalam lokasi dan waktu kerja. Perjalanan pulang pergi antara rumah dan tempat kerja pegawai yang berjarak cukup jauh dapat digantikan dengan jaringan telekomunikasi.
Yang kedua dekat dengan alun-alun kota Bandung yang merupakan kawasan pusat kota Bandung yang memiliki fungsi komersial, perdagangan, dan sosial budaya (RTRW Kota Bandung 2013), yang merupakan kawasan dengan tingkat intensitas pergerakan yang tinggi. Yang ketiga memiliki nilai Level Of Service jalan yang rendah, menggambarkan bahwa jalan ini merupakan salah satu lokasi yang
11
Transportation Planning
SKEMA PERHITUNGAN ESTIMASI BIAYA GABUNGAN UNTUK TRANSPORTASI
Biaya Operasional Kendaraan (BOK: dibagi berdasarkan moda)
Penilaian terhadap Waktu (PTW)
Estimasi BOK pada Populasi
Estimasi PTW pada Populasi
Estimasi Biaya Gabungan pada Populasi courtesy:fauzan ahmad,2010
memiliki permasalahan kemacetan di Kota Bandung.
pendapatan dan juga waktu perjalanan.
Perkiraan Biaya Transportasi
Karena kedua komponen tidak bisa digabung dalam perhitungan, maka komponen BOK dan PTW akan dipisahkan dalam perhitungannya dan kemudian dijumlahkan sebagai estimasi biaya gabungan.
Perhitungan biaya transportasi didasarkan kepada perbedaan moda yang digunakan, sehingga kita bisa membandingkan nilai perkiraan biaya untuk telecommuting dengan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, perkiraan untuk biaya gabungan transportasi untuk pengguna moda mobil pada pekerja jasa di koridor Jalan Asia Afrika yang berpotensi untuk melakukan telecommuting berkisar antara Rp. 34.158 hingga Rp.46.853.
pengeluaran biaya transportasi per m o d a m e m b a n d i n g ka n n i l a i
perkiraan biaya untuk telecommuting dengan pengeluaran biaya transportasi per modapengeluaran biaya transportasi per moda Untuk perhitungan biaya transportasi, yakni biaya transportasi gabungan, akan dipengaruhi oleh dua komponen yakni Komponen Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan Komponen Penilaian Terhadap Waktu (PTW). Komponen BOK dipengaruhi oleh jenis moda kendaraan, sementara komponen PTW dipengaruhi oleh
12
Transportation Planning
Perkiraan Biaya Transportasi Masing-masing Moda c. i= X ± t s N− 1 Di mana : c. i = confidential interval, yang merupakan nilai rentang pada keseluruhan pekerja bidang jasa di koridor Asia Afrika untuk pengguna moda mobil/motor/kendaraan umum X = nilai rata-rata sampel t = nilai student t (karena sampel kecil), dipengaruhi oleh jumlah sampel s = standar deviasi sampel N = jumlah sampel
Untuk pengguna moda sepeda motor, maka perkiraan biaya gabungannya berkisar antara Rp. 22.779,560 hingga Rp.32.106,980. Sedangkan perkiraan untuk biaya gabungan transportasi untuk pengguna moda kendaraan umum berkisar antara Rp. 21.592,250 – Rp 33.493,910.biaya gabungannya berkisar antara Rp 22.799,560 hingga Rp.32.106,980. Sedangkan perkiraan untuk biaya gabungan transportasi untuk pengguna moda kendaraan umum berkisar antara Rp. 21.592,250 – Rp 33.493,910.
Perkiraan Biaya Untuk Pelaksanaan Telecommuting Untuk memperkirakan biaya pelaksanaan telecommuting maka terlebih dahulu harus diketahui komponen biaya pelaksanaan telecommuting. Komponen biaya pelaksanaan telecommuting, tahap yang pertama adalah tahap awal (Start Up), diantaranya pemasangan perangkat komputer dan koneksi internet. Tahap kedua adalah keberjalanan telecommuting (ongoing), diantaranya biaya berlangganan internet, biaya listrik, dan biaya tempat. Untu k mo d a mo b il, d en gan melakukan telecommuting diperkirakan terjadi reduksi pengeluaran biaya transportasi harian sebesar Rp 20. 228 hingga Rp 32.923 per hari telecommuting dilaksanakan. Sementara untuk moda sepeda motor, dengan melakukan telecommuting diperkirakan terjadi reduksi pengeluaran biaya transportasi harian individu sebesar Rp 9.389,560 hingga Rp 18.716,980 per hari telecommuting dilaksanakan.
SKENARIO PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN TELECOMMUTING Tahapan Telecommuting
Biaya yang dikeluarkan
Nilai biaya/hari
individu (cost) Tahap awal
Pemasangan komputer
Rp 685
Pemasangan internet
Rp 5.104
Tahap keberjalanan telecommuting Biaya berlangganan internet
Rp 6.500
Biaya listrik
Rp 1.641
Biaya tempat
Dianggap nol (0), karena dilakukan dari rumah
Perkiraan total biaya pengeluaran telecommuting/ hari
Rp 13.930
courtesy:fauzan ahmad,2010
PERBANDINGAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PERKIRAAN BIAYA PELAKSANAAN TELECOMMUTING No
Jenis Moda
Perkiraan Biaya
Perkiraan Biaya
Selisih Perbandingan
Gabungan Transportasi
Pelaksanaan
(Rp)
(Rp)
Telecommuting (Rp)
1
Mobil
34.158-46.853
2
Sepeda Motor
22.779,560 – 32.106,980
9.289,560 – 18.716,980
3
Kendaraan Umum
21.592,250 – 33.493,910
8.202,250 – 20.103,910
13.930
20.228 – 32.923
courtesy:fauzan ahmad,2010
Untuk moda kendaraan umum, dengan melakukan telecommuting diperkirakan terjadi reduksi pengeluaran biaya transportasi harian individu sebesar Rp. 8.202,250 hingga Rp. 20.103,910 per hari telecommuting dilaksanakan. (Hyra-Juliandru) courtesy:yahoo.com
13
Transportation Planning
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI KOTA BANDUNG
courtesy:panoramio.com
kata kita
I
nfrastruktur adalah suatu sistem fasilitas umum, baik yang didanai oleh pemerintah, maupun swasta yang menyediakan pelayanan yang penting dan mendukung pencapaian standar kehidupan (Hudson, et al, 1997). Infrastruktur terbagi menjadi tiga, yaitu infrastruktur sumber daya manusia (personal infrastructure), infrastruktur organisasi (institutional infrastructure) dan infrasturktur fisik ( physical infrastructure). Infrastruktur fisik melingkup berbagai macam fa s i l i ta s , te r m a s u k s a l a h s at u diantaranya adalah fasilitas transportasi, baik darat, laut maupun u d a ra . B e r i ku t i n i m e r u p a ka n pembahasan fasilitas transportasi di kota bandung.
TIPE TERMINAL
courtesy:kuliah perencanaan transportasi dan infrastruktur
KONDISI TERMINAL KOTA BANDUNG
Terminal Cicaheum dan Leuwipanjang Pembangunan terminal di suatu kota bertujuan untuk menunjang kelancaran mobilitas orang maupun arus barang dan untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib. Terminal sendiri, dalam menjalankan perannya dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C yang memiliki wilayah cakupan pelayanan yang berbedabeda. Kota Bandung memiliki dua buah terminal tipe A, yaitu Terminal Cicaheum, dan Terminal Leuwipanjang. Saat ini Terminal Cicaheum melayani pergerakan regional ke arah Timur sedangkan Terminal Leuwipanjang melayani pergerakan ke arah Barat. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2013, pembangunan terminal tipe A akan diselenggarakan di WP Gedebage untuk melayani pergerakan regional ke arah Barat dan Timur serta pergerakan antar propinsi.
courtesy: observarsi lapangan
optimal. Perubahan rencana dalam sistem infrastruktur transportasi di sebuah kota akan mempengaruhi aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengkajian terhadap sistem infrastruktur Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang
Sistem infrastruktur transportasi yang
dalam perannya sebagai terminal tipe A
memadai sangat diperlukan untuk
di Kota Bandung.
mendukung pembangunan kota yang
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2010, sistem hirarki terminal terdiri dari 16 terminal yang meliputi 2 terminal tipe A, 3 terminal tipe B, dan 11 terminal tipe C. Berdasarkan tabel Tipe dan Luas Terminal di Kota Bandung yang bersumber dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2009, luas seluruh terminal tipe A dan tipe B tidak memenuhi standar luas lahan dari hasil tinjauan regulasi. Dalam tinjauan regulasi, standar luas lahan terminal
15
Transportation Planning
courtesy: observarsi lapangan
tipe A adalah 5 ha dan standar terminal tipe B adalah 3 ha sedangkan luas lahan terminal tipe C disesuaikan dengan permintaan angkutan. Selain itu, ada dua terminal tipe C yang tidak memiliki lahan sehingga harus menggunakan badan jalan untuk melayani penumpang. Hal ini menunjukkan adanya permintaan penumpang terhadap angkutan kota yang tidak diimbangi dengan pelayanan angkutan umum yang optimal. Luas lahan Terminal Cicaheum sebesar 2 11.500 m dan Terminal Leuwipanjang 2 sebesar 40.000 m tidak memenuhi persyaratan luas terminal tipe A menurut Keputusan Menteri No 31 Tahun 1995 yang menyebutkan bahwa luas lahan terminal tipe A di Pulau Jawa sekurang-kurangnya sebesar 50.000 2 m . Dengan luas lahan yang tidak memenuhi persyaratan membuat kedua terminal ini tidak dapat menampung jumlah bus-bus secara keseluruhan. Dengan luas lahan yang terbatas juga menyebabkan tidak terpenuhinya sarana dan prasarana di terminal ini. Akibatnya pelayanan kebutuhan penumpang di Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang sebagai terminal tipe A masih dianggap kurang baik.
16
Transportation Planning
Dalam RTRW Kota Bandung tahun 2013, Terminal Cicaheum tidak lagi menjadi terminal yang melayani jasa angkutan umum masyarakat Bandung. Pergerakan intra-regional ke arah timur, antar kota dalam propinsi (AKDP), akan dipindahkan dari Terminal Cicaheum ke Terminal Terpadu Gedebage. Hal ini merupakan peluang bagi pemerintah untuk mengatasi kemacetan di daerah tersebut. Cicaheum adalah salah satu kawasan yang sering mengalami kemacetan terutama pada jam pulang kerja. Dengan dipindahkannya Terminal Cicaheum, kemacetan dapat lebih mudah diatasi karena dapat mengurangi volume kendaraan di jalan tersebut. Begitu pula Terminal Leuwipanjang yang tidak lagi menjadi terminal tipe A di Kota Bandung. Terminal ini menjadi terminal tipe B yang melayani pergerakan intra-regional, antar kota dalam proponsi (AKDP), ke arah barat dan selatan. Hal ini merupakan peluang bagi pihak pengelola terminal karena dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai terminal tipe B di Kota Bandung. Luas lahan Terminal 2 Leuwipanjang sebesar 40.000 m memenuhi standar terminal tipe B yaitu sekurang-kurangnya adalah 30.000 m2.
Bandara Hussein Sastranegara Bandar Udara atau Bandara merupakan sebuah infrastruktur untuk
pesawat terbang, seperti
pesawat udara dan helikopter, agar dapat lepas landas dan mendarat pada suatu lindasan pacu. Suatu bandara minimal memiliki sebuah landasan pacu atau helipad (untuk pendaratan helikopter), sedangkan untuk bandara-bandara besar biasanya dilengkapi dengan berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan maupun bagi penggunanya, seperti bangunan terminal dan hanggar pesawat. Prasarana bandara di Indonesia diklasifikasikan dalam enam kelas. HIngga akhir tahun 2002, Indonesia telah memiliki 187 bandara umum.Default Paragraph Font;Dari 187 bandara yang dimiliki Indonesia, 23 diantaranya dikelola oleh BUMN,
yaitu PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II. Sedangkan 164 bandara lainnya dikelola oleh pemerintah melalui unit pelaksana teknis (UPT) Departemen Perhubungan dan Otorita Batam. Selain bandara umum, terdapat pula 32 bandara khusus yang dimiliki dan dikelola oleh perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan perhutanan untuk keperluan internal perusahaan. Di samping itu, masih terdapat fasilitas pendaratan bagi helikopter, antara lain 57 helipad, 50 heliport, dan 69 helideck yang semuanya dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan swasta. Kota Bandung memiliki sebuah bandar udara internasional, yaitu Bandar courtesy: observarsi lapangan
Udara Hussein Sastranegara. Bandara ini terletak 5 km dari pusat kota di
Pada bagian utara Bandara terdapat
Bandara Husein Sastranegara memiliki fasilitas pelayanan yang cukup optimal untuk digolongkan sebagai sebuah bandara internasional. Fasilitas pada bandara seperti tempat parkir k e n d a r a a n b e r m o t o r, g e d u n g perkantoran/administrasi, pengolahan limbah cair, pengadaan transportasi darat (taksi, rental mobil), pengadaan telepon umum, restoran dan kafetaria, serta toko souvenir dan oleh-oleh telah tersedia di Bandara Husein Sastranegara ini.
landasan pacu dan hangar milik PT
Calon penumpang pun dapat
Dirgantara Indonesia, dan bagian barat
menikmati fasilitas dua eksekutif
laut bandara merupakan wilayah milik
lounge, Parahyangan dan Sangkuriang
T N I A n g kata n U d a ra Re p u b l i k
dengan hanya membayar Rp. 30.000
Indonesia (AURI). Landasan pacu
per orang.
bandara ini telah diperpanjang dari
berupa internet gratis, TV, Musholla,
1.960 m menjadi 2.220 m sehingga
makanan dan minuman, serta ruang
mampu didarati pesawat sekelas
tunggu yang nyaman. Jika para
Boeing 737-200. Selain itu Bandara
pengguna bandara membutuhkan
juga dilengkapi dengan PAPI (Pecision
transaksi cepat, disediakan pula dua
Approach Path Indocator) dan VOR
mesin ATM.
(VHF Omnidirectional Radio Range),
Seperti yang telah disebutkan
yaitu piranti yang membantu pesawat
sebelumnya , di Bandara Husein
mendarat di malam hari serta
Sastranegara terdapat wilayah yang
perangkat bantu navigasi lainnya.
dimiliki oleh TNI AURI. Oleh karena itu,
Bandung dan dapat ditempuh dengan menggunakan taksi ataupun angkutan umum. Bandara Husein Sastranegara menempati area lahan 145 hektar dengan luas gedung operasional 5000 2
m dan luar terminal penumpang 2
2.411,85 m .
Fasilitas yang didapat
tidak hanya penerbangan yang diperuntukkan untuk kebutuhan publik yang tersedia, tetapi terdapat pula aktivitas penerbangan militer yang dimiliki oleh TNI AURI. Penerbangan militer khusus diperuntukkan pada aktivitas militer. Sistem yang digunakan tentunya berbeda dengan bandara umum yang diperuntukkan bagi publik. Jenis-jenis penerbangan yang dilakukan oleh militer adalah
penerbangan test
flight, penerbangan dukungan terjun dan penerbangan umum. Kemudian jenis pesawat yang dimiliki militer pada pangkalan udara ini, antara lain CN-235, F-27, C-130, T-34 C, AS-202, dan B-737. Ban d ara Hu s ein Sastran egara melayani penerbangan domestik dan internasional. Pada penerbangan domestik, bandara Husein Sastranegara memiliki tiga buah maskapai, antara lain
17
Merpati
Transportation Planning
Airlines, Sriwijaya Airlines dan Indonesia Air Asia. Adapun yang menjadi kota-kota tujuan penerbangan tersebut adalah Bandung-SurabayaBandung, Bandung-Batam-Bandung dan Bandung-Denpasar-Bandung. Pada penerbangan internasional, Bandara Husein Sastranegara hanya menyediakan dua kota tujuan, yaitu Singapura dan Kuala Lumpur. Penyedia penerbangan internasional tersebut adalah maskapai Indonesia Air Asia. Tipe pesawat yang digunakan dalam kedua penerbangan ini adalah pesawat dengan tipe Boeing 737-300 dan Boeing 737-200 hanya digunakan pada penerbangan domestik. Rencananya pesawat besar dengan tipe AirBus A320 akan menjadi pesawat tambahan setelah perbaikan-perbaikan pada Bandara Husein Sastranegara ini selesai dilaksanakan. Sistem keamanan bandara Husein
mengantisipasi kejadian-kejadian yang
Stasiun Kota Bandung
tidak diharapkan oleh setiap aspek. Pemberlakuan sistem keamanan berbeda bagi kedatangan penumpang domestik dan internasional. Para penumpang internasional yang mendarat harus melalui beberapa tahap keamanan, antara lain pengecekan visa dan paspor, kemudian pengecekan barang-barang yang dibawa oleh penumpang, dan pengecekan uang tunai yang dibawa o l e h p e n u m p a n g . U n t u k p a ra penumpang domestik, sistem keamanan yang diberlakukan hanya difokuskan pada barang-barang yang dibawa dan penumpang itu sendiri. Tidak diberlakukan pengecekan suratsurat tertentu. Pada bagian kargo barang, terdapat sistem tersendiri yang digunakan oleh pihak bandara yang bekerja sama dengan Bea-Cukai dalam pengecekan cargo yang ada.
Stasiun Bandung atau Stasiun Hall adalah stasiun utama kereta api di Kota Bandung. Stasiun berketinggian +709 m dpl ini menjadi batas antara Kelurahan Pasirkaliki dan Kebonjeruk. Stasiun Hall sebelumnya hanya memiliki satu buah stasiun, tetapi setelah ada renovasi oleh pemerintah kota Bandung maka Stasiun Hall sekarang terbagi menjadi dua bagian walaupun tetap bersatu. Kondisi fisik stasiun Bandung ini memiliki fasilitas yang cukup untuk stasiun pusat yang ada di Bandung. Aksesibilitas stasiun ini juga baik dan dilalui banyak kendaraan umum seperti angkutan kota dan taksi. Keadaan di stasiun Bandung ini sangat nyaman dengan fasilitas peron yang banyak dan bersih serta tersedianya kebutuhankebutuhan bagi para calon penumpang, kondisi tersebut sangat
Sastranegara telah memenuhi hampir setiap aspek pada setiap standar penerbangan yang telah ditetapkan. Dimulai dari setiap kedatangan dan keberangkatan penumpang akan diperiksa dengan alat-alat X-Ray untuk setiap barang yang dibawa oleh penumpang, Walk through pada saat penumpang memasuki bandara, dan Metal Detector untuk barang-barang dengan jenis metal. Setelah itu, disetiap sudut bandara sudah terdapat security CCTV yang berguna untuk mengawasi setiap kinerja dan pergerakan yang terjadi di bandara. Adanya pintu darurat disetiap lantai pada gedung operasional untuk
18
Transportation Planning
courtesy: th1979.wordpress.com
dibutuhkan bagi stasiun pusat di kota Bandung ini. Fasilitas komunikasi juga sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari sistem komunikasi kepada calon penumpang, komunikasi antar pos-pos yang tersedia, dan komunikasi antara stasiun dan kereta api yang akan datang. Komunikasi terhadap bagian pengatur lintasan kereta api merupakan hal yang sangat sangat penting karena menjadi bagian dari mekanisme stasiun. Pengatur perjalanan di stasiun ini menggunakan wesel sebagai alat otomatis pemindahan jalur. Kondisi fisik dari wesel tersebut baik d a n m e m i l i k i ke m a j u a n d a r i sebelumnya yang dilaksanakan secara manual oleh petugas pengaturan jalur. Jalur kereta api atau rel kereta api pun sangat diperhatikan kondisinya, mulai dari pemakaianya hingga perawatannya. Perawatan rel kereta api di stasiun Bandung ini dilaksanakan
Stasiun Kiaracondong adalah salah
-tenaga yang telah memiliki kualifikasi
satu stasiun kecil yang ada di Kota
keahlian sesuai bidangnya. Penyediaan
Bandung. Stasiun berketinggian + 681
dan perawatan prasarana kereta api
m dpl ini terdapat di kecamatan
pada prinsipnya dilakukan oleh
Kiaracondong. Stasiun yang menjadi
Pemerintah dan dapat dilimpahkan
tempat pemberhentian setiap kereta
ke p a d a b a d a n p e nye l e n g ga ra .
api jurusan Jawa Tengah dan Jawa
Pengusahaan prasarana dan
Timur ini memiliki infrastruktur yang
saranakereta api, penyediaan, dan
mendukung kegiatan perkeretaapian.
perawatan sarana kereta api dilakukan
Stasiun ini juga menjadi tempat
oleh badan penyelenggar. .
pemberangkatan kereta api kelas ekonomi antar wilayah se-Bandung dan
Dalam Peraturan Pemerintah nomor
keluar wilayah Bandung. Stasiun
69 tahun 1998 tentang prasarana dan
Kiaracondong ini diberi fasilitas yang
sarana kereta api, diatur ketentuan
hanya cukup untuk keperluan stasiun
mengenai prasarana kereta api, sarana
itu sendiri. Tidak lebih banyak daripada
kereta api, penyediaan, perawatan,
stasiun besar untuk menunjang
pengusahaan, pemeriksaan dan
kenyamanan penumpang dan calon
pengujian prasarana dan sarana kereta
penumpang kereta api. Fasilitas seperti
api, kerja sama dalam
ruang tunggu (untuk ruang VIP
penyelenggaraan perkeretaapian serta
dilengkapi AC), restoran, toilet,
penyediaan fasilitas untuk penyandang
mushola, area parkir, sarana keamanan
cacat dan/atau orang sakit. Dari
(polisi khusus kereta api), sarana
keterangan-keterangan di atas, sangat
komunikasi, dan dipo lokomotif (sangat
jelas bahwa stasiun sangat
jarang).
diperhatikan ada di bawah pengawasan pemerintah. (Yunus-
berdasarkan waktu yaitu setiap
Pengoperasian sarana dan prasarana
triwulan, semester atau per tahun.
kereta api perlu dilakukan oleh tenaga
Diambil dari tugas kuliah PL 2104 Infrastruktur Wilayah dan Kota
Vidya)
Artikel Stasiun
Artikel Bandara
Ki-Ka: Adi F.. (15408060), Fandi P. (15408064), Fazil I. (15408068),
Artikel Terminal
Ki-Ka: Dian L. (15408046), Purwa C.L. (15408056), Afrizal R. (15408002), Hafis A. (1540874)
Ki-Ka: Fernando S. (15408018), Sandra K. (15408054), Fanni H. (15408058), Hafis A. (1540874)
19
t e p anners Transportation Planning
Kajian ON AIR
Peduli Bandung di
Pukul 10.00 Setiap Hari Sabtu Setiap Dua Minggu Sekali
DIVISI KEPROFESIAN HMP PANGRIPTA LOKA
Contact Person: Sandra Kurniawati (08562180353)
Oleh Laporan Kelompok Studio B Semester Genap Tahun 2008-2009 dalam Mata Kuliah PL 2290 Studio Proses Perencanaan dengan judul: ”IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN MODA TRAVEL DI KOTA BANDUNG SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA TOL PURBALEUNYI”
Profil Wilayah & Kota
GELIAT PERKEMBANGAN MODA TRAVEL DI KOTA BANDUNG courtesy: cipaganti.co.id
P
erkembangan moda travel di Kota Bandung cukup meningkat semenjak telah diresmikannya pembangunan infrastruktur jalan Tol Purbaleunyi yang membuat jarak antara Jakarta-Bandung semakin dekat. Hal ini tentunya disukai oleh masyarakat terutama pendatang kota Bandung yang berasal dari Jakarta karena waktu perjalanan antara Jakarta-Bandung lebih cepat dibandingkan sebelumnya yang harus melewati jalur Puncak sebagai akses menuju dua kota tersebut. Kota Bandung sendiri memang merupakan salah satu tujuan wisata yang paling diminati terutama warga Jakarta yang menginginkan suasana yang lebih sejuk dan memiliki panorama yang lebih indah dibandingkan suasana kota Jakarta yang penuh sesak. Selain itu faktorfaktor lain yang menyebabkan perkembangan moda travel di kota Bandung cukup meningkat adalah karena kota Bandung dikenal akan pusat perbelanjaan, pendidikan, perdagangan, dan juga pariwisata. Perkembangan yang pesat ini tentunya membawa perubahan bagi kondisi transportasi dan aktivitas masyarakat
di Kota Bandung. Premis ini yang mengantarkan mahasiswa PWK ITB yang tergabung dalam studio proses B a n g ka t a n 2 0 0 7 u n t u k m e n e l i t i perubahan-perubahan seperti apa yang sebenarnya terjadi di Kota Bandung akibat eksistensi, persebaran, dan aktivitas dari jasa travel di Kota Bandung. Penelitian ini diberi judul: Identifikasi Perkembangan Moda Travel di Kota Bandung Sebelum dan Sesudah adanya TOL Purbaleunyi.
studio B melakukan rangkaian pengumpulan dan analisis data secara komprehensif. Pengumpulan data d i l a k u k a n d e n g a n k u e s i o n e r, wawancara, dan observasi. Respondennya sendiri mencakup berbagai pihak termasuk konsumen travel, perusahaan penyedia jasa travel, pedagang, penyedia jasa transportasi selain travel, penduduk sekitar, dan instansi pemerintah yang terkait.
Secara spesifik, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memahami karakteristik kegiatan moda travel antarkota di Kota Bandung, yang meliputi: bagaimana pola persebarannya, siapa penggunanya, apa motivasi menggunakan travel, siapa pengusahanya, apa alasan menempatkan pool travel di wilayah tertentu, apa keterkaitannya dengan pola peruntukkan lahan kota, dan bagaimana kompetisinya dengan moda l a i n , a p a s a j a ke b u t u h a n ya n g menunjang perkembangan travel, dan apa dampak positif dan negatif dari perkembangan travel antarkota ini te r h a d a p Ko ta B a n d u n g s e ca ra keseluruhan.
Analisis yang dilakukan sebagian besar menggunakan metode analisis statistik deskriptif, dan asosiasi. Setelah hampir 4 bulan melakukan penelitian, dengan 1 pekan yang didedikasikan untuk melakukan survei data primer, studio B berhasil menjawab pertanyaan penelitian ini dengan merumuskan berbagai kesimpulan terkait aktivitas travel dan perkembangannya di Kota Bandung. Sebagai teaser, ternyata ada 64 penyedia jasa travel yang tersebar di seluruh Kota Bandung, terutama di 3 spot aglomerasi.
Untuk melangsungkan penelitian ini,
Kesimpulan pertama yang dapat diambil adalah mengenai pola persebaran dari travel di Kota Bandung. Persebaran pool travel sebelum adanya tol purbaleunyi sanagtlah beragam dan banyak. Pola persebaran travel di Kota Bandung setelah adanya tol purbaleunyi mengalami fenomena aglomerasi di tiga kawasan dari delapan kawasan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu kawasan cihampelas, pasteur, dan MTC. Ditemukan bahwa travel yang tidak beraglomerasi umumnya merupakan travel yang bersifat door to door. Seperti yang diketahui bahwa travel door to door menjemput pelanggannya sehingga letak pool travel tidak akan berpengaruh terhadap jalannya usaha tersebut. Meski demikian terdapat pula travel pool to pool yang tidak beraglomerasi, karena adanya keinginan perusahaan travel tersebut mencari pasar atau m a r ke t ya n g b e r b e d a d e n ga n
courtesy: 2.bp.blogspot.com
22
Transportation Planning
DAMPAK PERKEMBANGAN MODA TRAVEL DI KOTA BANDUNG
perusahaan lainnya sehingga tidak perlu bersaing kuat dengan travel lainnya. Aglomerasi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah guna lahan yang tepat, permintaan pasar yang tinggi, aksesibilitas yang mudah, dan fasilitas penunjang yang mendukung kegiatan usaha travel Adapun gejala aglomerasi yang ditunjukkan oleh pool travel antarkota di Kota Bandung tentu disebabkan oleh alasan-alasan tertentu dari pihak perusahaan travel bersangkutan. Hasil penelitian menjelaskan, alasan penempatan pool suatu travel berdasarkan kuesioner yang diberikan ke beberapa perusahaan travel, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor dalam pemilihan lokasi tersebut diantaranya aksesibilitas yang mudah, tingginya kebutuhan pasar, dan mengikuti trend adanya aglomerasi. Kesimpulan kedua yang dapat diambil adalah mengenai pengguna travel. Responden pengguna travel yang di survei dominan berada pada rentang usia berusia 20-40 tahun. Rentang usia tersebut merupakan usia produktif dimana pada usia tersebut lebih banyak melakukan kegiatan apabila dibandingkan dengan yang tidak produktif. Lebih spesifik, responden yang disurvei ternyata paling banyak memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta. Ditemukan pula bahwa pengusaha travel didominasi oleh pengusaha dari pihak swasta. Dengan mayoritas usaha travel didirikan oleh perseorangan atau sendiri. Selain itu mayoritas pendirian travel diakibatkan oleh adanya tol purbaleunyi bagi travel pool to pool sedangkan untuk travel door to door motivasi pendirian travelnya adalah untuk membuat inovasi dalam penyediaan moda transportasi antarkota di Indonesia. Secara garis besar perusahaan travel yang disurvei beranggapan bahwa infrastruktur yang menunjang kegiatan
courtesy: studio B
usaha travel sudah memadai, namun masih ada perusahaan travel yang beranggaapan bahwa sarana dan prasarana seperti jalan, penerangan dan lainnya masih perlu diperbaiki atau diperhatikan kelayakannya. Selain itu masih banyak perusahaan travel yang membutuhkan adanya kemudahan birokrasi karena kemudahan dalam birokrasi dapat meminimalkan biaya administrasi. Dalam melihat keterkaitan antar aktivitas travel dan guna lahan, ditemukan bahwa keberadaan pool travel di suatu lahan tertentu tidak mempengaruhi pola p e r u n t u k a n l a h a n ko t a s e c a r a keseluruhan akan tetapi, keberadaan pool travel yang mengikuti pola peruntukan lahan kota. Hal ini disebabkan, guna lahan Kota Bandung tidak mengalami perkembangan yang signifikan ketika pool-pool travel yang ada mulai berkembang. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan travel mencoba memanfaatkan guna lahan yang telah terbentuk untuk memperoleh market dari bisnis tersebut. Keberadaan travel di Kota Bandung membawa dampak terhadap moda trasportasi lainnya, seperti kereta api dan bus antarkota. Setelah berkembangnya
moda travel antarkota, baik kereta api maupun bus antarkota mengalami penurunan penumpang sangat sangat signifikan. Masyarakat cenderung lebih memilih travel untuk melakukan perjalanan antarkota karena beberapa keunggulan travel antarkota. Selain kompetisi dengan moda transportasi lain, kompetisi antar perusahaan travel juga berlangsung sengit. Hal tersebut antara lain adanya “perang tarif� antar perusahaan travel, jenis pelayanan yang berbeda, dan juga kompetisi lokasi peletakan pool dan terminal. Selain itu, pool travel dapat dikatakan lebih strategis dan mudah dijangkau, sehingga jarak yang ditempuh antar kota pun menjadi lebih dekat. Sedangkan untuk kereta api letak stasiun hanya terdapat di beberapa tempat sehingga perjalanan yang harus ditempuh menjadi lebih jauh. Selain dari kesimpulan-kesimpulan sebelumnya, penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa adanya travel di Kota Bandung menimbulkan dampak negatif ataupun dampak positif dilihat dari berbagai aspek kehidupan Kota Bandung. (Tizar)
courtesy: 2.bp.blogspot.com
23
Transportation Planning
Potret
courtesy:skyscrappercity.com/chris lyanto
Wajah Transportasi Kita
courtesy:rakyatmerdeka.co.id
courtesy:sosbud.kompasiana.com
courtesy:fenz-capri.blogspot.com
t e p anners in October
coming soon