GLOBAL GREEN GROWTH INSTITUTE MAY 2014
Rencana Usaha Pengembangan Beras Organik di Lahan Kritis, Kutai Barat
Penulis: Alfan Subekti Abdul Fatah Fariyanti Eddy Mangopo Angi
Hak Cipta Global Green Growth Institute Kantor Perwakilan Indonesia Mei 2014
2
Ringkasan Eksekutif Salah satu kegiatan kunci pertumbuhan hijau yang diidentifikasi oleh Gubernur adalah mengusahakan pemanfaatan lahan kritis secara berkelanjutan di seluruh provinsi melalui usaha masyarakat. Secara khusus, ada sejumlah kecil lahan kritis (antara 1 dan 500 hektar). Sebagai bagian dari MoU, Gubernur telah meminta GGGI untuk mengeksplorasi pilihan yang tersedia untuk membangun perusahaan masyarakat yang berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil sebagai bagian dari strategi pertumbuhan hijau provinsi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menginformasikan Pemerintah Kalimantan Timur dan pemangku kepentingan lainnya mengenai pilihan-pilihan untuk meningkatkan UKM yang berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil di seluruh provinsi. Desa Karangan—yang terletak di Kecamatan Mook Manaar Bulatn—menjadi lokasi yang terpilih untuk percontohan padi lahan basah (varietas G1 WIJAYA) dengan luas sekitar 50 ha. Alasan memilih Karangan sebagai lokasi adalah karena mudah diakses dari Kecamatan Barong Tongkok atau Melak (kota perdagangan penting dekat Mook Manar Bulatn), tanah di daerah dataran rendah didominasi oleh sistem lahan Teweh (TWH) yang sesuai untuk beras, dan sejarah panjang budaya masyarakat setempat dalam budidaya padi (tegalan dan sawah irigasi), termasuk jenis padi lokal. Luas plot percontohan dikategorikan sebagai lahan kritis dan tidak produktif yang sebagian besar berada di sepanjang sungai. Produk dari usaha ini adalah beras organik yang dihasilkan dari sawah irigasi yang dikelola secara ramah lingkungan. Diharapkan bahwa dengan menggunakan 50 ha lahan kritis, produksi beras di Mook Manoor Bulatn akan meningkat 206.000 – 275.000 kg/musim (atau 412.000 – 550.000 kg/tahun) sejak proyek dimulai (atau berkontribusi 9,26 – 13,87% dari total rata-rata produksi padi di Mook Manaar Bulatn per tahun). Selain itu, diharapkan produksi padi dari proyek ini akan lebih tinggi dari produktivitas kecamatan setempat saat ini yang mencapai 4120 kg gabah beras/ha/musim. Saat ini, total produksi padi di kecamatan ini adalah 2.971.000 kg/tahun, di mana 29% (atau 862.000 kg) di antaranya adalah dari sawah irigasi. Harga yang ditawarkan di supermarket di Samarinda/Balikpapan bervariasi antara Rp 20.000 –
3
25.000/kg, tergantung pada kualitas, varietas, dan produsen. Sedangkan di Melak atau Barong Tongkok, harganya antara Rp 10.000 – 12.000/kg. Dengan asumsi harga di tingkat lokal Rp 10.000/kg, analisis titik impas (break event point/BEP) menunjukkan bahwa proyek ini akan mencapai BEP ketika produksi beras mencapai 9.588 kg di area seluas 50 ha dan menghasilkan Rp 95.884.285 untuk 50 ha. NPV menunjukkan nilai positif dan menunjukkan bahwa proyek beras organik layak untuk dilaksanakan. IRR mencapai 158,14% dan berada di atas suku bunga deposito (6,25%). Sedangkan nilai ARR sebesar 277,35% adalah nilai persentase yang lebih tinggi dari perkiraan keuntungan (tingkat keuntungan yang diharapkan adalah 10% dan tarif pajak penghasilan sebesar 1%). Periode pengembalian menunjukkan bahwa investasi untuk proyek padi organik akan benar-benar kembali ke bank setelah 1,5 tahun (PP 1.71). Setelah menghitung analisis keuangan, analisis rasio menunjukkan bahwa proyek dapat dioperasikan dengan 69,88% utang dari pihak ketiga dari jumlah investasi, dan dengan margin rasio utang 1.984,42%. Utang dapat mencakup seluruh modal kerja dalam 10 tahun proyek. Sementara itu, dukungan dana pemerintah diharapkan sebesar 30,12% (rasio ekuitas) dan rasio margin terhadap ekuitas adalah 4.604,08%. Perbandingan antara nilai utang dan modal ekuitas sebesar 2,32 : 1 (utang dibanding ekuitas sebesar 232,01%). Risiko keuangan yang mungkin dalam proyek ini adalah ketika pemerintah daerah tidak dapat memberikan investasi awal utama, terutama untuk menyediakan aset tetap. Dalam keadaan ini, proyek harus dijalankan dengan teknologi manual atau konvensional. Namun, dukungan dari lembaga keuangan mutlak diperlukan. Tanpa dukungan mereka, tidak mungkin melaksanakan proyek ini karena proyek ini membutuhkan dana yang sangat besar. Proyek ini hanya membutuhkan investasi awal sebesar Rp 2.414.049.577 dengan total pinjaman dari pihak ketiga (non-pemerintah) sebesar Rp 1.686.950.000 untuk mendanai biaya operasional selama 1 tahun. Total kredit ditambah bunga dapat dibayar kembali dalam waktu satu tahun. Sedangkan biaya operasional di tahun-tahun berikutnya dapat ditutupi oleh sisa pendapatan di tahun pertama. Dalam keadaan ini, pemerintah diharapkan untuk membiayai persiapan aset tetap/peralatan sebesar Rp 727.099.577. 4
Manajemen dan organisasi dalam bisnis beras organik akan dibagi menjadi tiga komponen utama meliputi: [1]. Organisasi Petani sebagai wadah bagi seluruh petani untuk bertukar pengetahuan atau pengalaman di bawah badan hukum KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat); [2]. Unit Usaha petani sebagai unit usaha utama yang akan mengumpulkan, membeli, dan menjual seluruh produk dari petani ke pasar tertentu; [3]. Unit Keuangan atau Unit Kredit yang akan bertindak sebagai bank bagi para petani, yang akan memberikan kredit atau pinjaman untuk mendukung proses produksi mereka. Terkait fungsi manajemen dan organisasi di atas, semua petani yang terlibat sebagai anggota organisasi harus menandatangani perjanjian yang terkait dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Ini akan ditulis dalam perjanjian pengembangan usaha untuk beras organik antara petani dan tiga unit organisasi. Dari perspektif pertumbuhan hijau, pengembangan padi organik di Mook Manaar
Bulatn
akan
meningkatkan
ketahanan
lingkungan
dengan
menggunakan bahan kompos pupuk kandang dan biofuel. Selain itu, pengetahuan dan kearifan lokal akan tetap dipertahankan dan dilanjutkan sebagai bagian dari sistem adat untuk melawan perubahan lingkungan global. Selain itu, penggunaan bahan organik dan air secara berkelanjutan berpotensi mengurangi emisi CH4 antara 10% – 60%.
5
Daftar Isi Ringkasan Eksekutif ........................................................................................ 3 Daftar Isi .......................................................................................................... 6 Daftar Tabel .................................................................................................. 7 Daftar Diagram ............................................................................................. 7 Daftar Lampiran ............................................................................................ 8 Pengantar ........................................................................................................ 8 I.1.
Lokasi Pilihan dan Rincian .................................................................. 8
I.1.1. Lokasi dan luas area ....................................................................... 9 I.1.2. Alasan pemilihan lokasi ................................................................. 10 I.2.
Status Ekologi, Sosial, Ekonomi, dan Hukum ................................... 12
1.2.1 Status Ekologi................................................................................ 12 1.2.2 Status Sosial.................................................................................. 14 1.2.3 Status Ekonomi ............................................................................. 14 1.2.4 Status Hukum ................................................................................ 15 II. Tinjauan UKM Berkelanjutan ................................................................... 16 II.1.
Produk dan/atau Jasa ....................................................................... 16
II.2.
Pernyataan Misi, Sasaran, dan Tujuan ............................................. 17
II.2.1.
Pernyataan Misi ......................................................................... 17
II.2.2.
Sasaran dan Tujuan ................................................................... 18
II.3. III.
Hubungan dengan Kalimantan Timur ............................................... 20 Penilaian Pasar .................................................................................... 22
III.1. Analisis Eksternal Kondisi Pasar ...................................................... 22 III.2. Pembeli Potensial ............................................................................. 24 IV.
Aspek Keuangan .................................................................................. 26
IV.1. Proyeksi Keuangan ........................................................................... 26 IV.2. Perencanaan Keuangan ................................................................... 27 IV.3. Asumsi-asumsi ................................................................................. 28 IV.4. Risiko dan Solusinya ........................................................................ 28 V. Implementasi Strategis ............................................................................ 30 V.1. Operasional ...................................................................................... 30 V.1.1.
Tahap persiapan ........................................................................ 30
6
V.1.2.
Tahap implementasi ................................................................... 31
V.1.3.
Tahap monitoring/evaluasi ......................................................... 32
V.2. Sumber Daya dan Perlengkapan ...................................................... 33 V.3. Manajemen dan Organisasi .............................................................. 34 V.3.1.
Organisasi .................................................................................. 34
V.4. Analisis SWOT.................................................................................. 37 VI.
Manfaat Pertumbuhan Hijau ................................................................ 39
VI.1. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca ............................................. 39 VI.2. Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan .............................................. 39 VI.3. Ekosistem yang Sehat dan Produktif ................................................ 40 VI.4. Pertumbuhan yang Inklusif dan Adil ................................................. 40 VI.5. Ketahanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup ........................ 40 Lampiran .......................................................... Error! Bookmark not defined.
Daftar Tabel
Tabel 1. Jenis Tanah di Mook Manaar Bulatn (ha) ........................................ 13 Tabel 2. Proyeksi keuangan untuk proyek padi organik................................. 26 Tabel 3. Analisis NPV, IRR, Periode Pengembalian, ARR, dan PI ................ 27 Tabel 4. Jadwal waktu penanaman dalam setahun ....................................... 32 Tabel
5.
Sumber
Daya
dan
Perlengkapan
yang
Diperlukan
untuk
Pengembangan Beras Organik ...................................................................... 33
Daftar Diagram Diagram 1. Peta Wilayah Percontohan di Area in Mook Manaar Bulatn .......... 9 Diagram 2. Kondisi terkini plot percontohan yang diajukan di Desa Karangan, Kecamatan Mook Manaar Bulatn – Kutai Barat, 2014 ................................... 12 Diagram 3. Sampel beras organik dari Kalimantan Utara yang dijual di toko swalayan di Samarinda & Balikpapan ............................................................ 25 Diagram 4. Organisasi Proyek Percontohan Beras Organik .......................... 35 Diagram 5. Struktur organisasi ...................................................................... 36 Diagram 6. Analisis SWOT Proyek Beras Organik ........................................ 37
7
Daftar Lampiran Lampiran 1. Analisis Keuangan Proyek Padi Organik di Karangan ............... 42 Lampiran 2. Analisis Investasi Aset Tetap ..................................................... 46 Lampiran 3. Analisis Titik Impas (BEP) .......................................................... 47 Lampiran 4. Jenis Tanah Kutai Barat ............................................................. 51 Lampiran 5. Peta Sistem Lahan Kutai Barat .................................................. 52 Pengantar Salah satu kegiatan kunci pertumbuhan hijau yang diidentifikasi oleh Gubernur adalah mengusahakan pemanfaatan lahan kritis secara berkelanjutan di seluruh provinsi melalui usaha masyarakat. Secara khusus, ada sejumlah kecil lahan kritis (antara 1 dan 500 hektar) akibat pembukaan lahan untuk pertambangan, kebakaran hutan/lahan gambut (kebakaran tahun 1997-1998 mencakup lebih dari 5 juta ha) dan eksploitasi berlebihan (budidaya ikan, budidaya berbasis tebang dan bakar). Lahan ini dapat memberikan perusahaan berbasis masyarakat sebuah titik awal untuk pengembangan bisnis hijau. Sebagai bagian dari MoU, Gubernur telah meminta GGGI untuk mengeksplorasi
pilihan
yang
tersedia
untuk
mendirikan
perusahaan
masyarakat yang berkelanjutan di lahan-lahan kritis berskala kecil ini sebagai bagian dari strategi pertumbuhan hijau provinsi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menginformasikan Pemerintah Kalimantan Timur dan pemangku kepentingan lainnya mengenai pilihan untuk meningkatkan UKM secara berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil di seluruh provinsi. Sasaran dari perusahaan-perusahaan ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap pembentukan ekonomi lokal berbasis lahan yang berkelanjutan sambil mengelola ekosistem yang sehat dan tangguh. Perusahaan yang sukses akan didasarkan pada produksi yang berkelanjutan dari tanaman, berbagai tanaman atau kombinasi produk dan jasa, termasuk juga jasa lingkungan.
I.1.
Lokasi Pilihan dan Rincian
Bappeda dan DDPI telah memilih Kutai Barat sebagai daerah penelitian untuk tugas ini. Secara historis, Kutai Barat didirikan pada November 1999 sebagai akibat dari ekspansi Kabupaten Kutai berdasarkan UU No 47/1999. Dengan
8
total luas 31.628,70 ha atau sekitar 15% dari wilayah Kalimantan Timur, Kutai Barat ditempati oleh 165.934 penduduk. Kabupaten ini terbagi menjadi 21 kecamatan dan 238 desa (tapi kemudian pada pertengahan tahun 2013, kabupaten ini dibagi menjadi kabupaten baru lainnya "Kabupaten Mahakam Hulu"). Lokasi desa di kawasan ini umumnya terletak di tepi sungai (lebih dari 100 desa), di wilayah dataran tinggi (sekitar 86 desa) dan lereng/pegunungan (18 desa). Secara khusus, penelitian ini dikembangkan di tiga kecamatan, meliputi Damai, Jempang, dan Mook Manaar Bulatn. Kecamatan Mook Manaar Bulatn dipilih sebagai daerah percontohan untuk rencana usaha beras organik ini. I.1.1.
Lokasi dan luas area
Manaar Bulatn atau secara lengkap dikenal sebagai Mook Manaar Bulatn adalah kecamatan di kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Kecamatan Mook Manaar Bulatn didirikan pada tahun 1923 dan merupakan bagian dari kecamatan Muara Pahu dan Siluq Ngurai. Pada tahun 2004, sesuai dengan kebijakan pemerintah (UU No 47/2009) untuk membagi Kabupaten Kutai menjadi tiga kabupaten baru, yaitu Kutai Barat, Kutai Timur, dan Kutai Kartanegara, kecamatan di Kutai Barat juga dipisah termasuk Mook Manaar Bulatn. Secara geografis, Kecamatan Mook Manaar Bulatn terletak di 115o45’00’ 116o01’05’ Bujur Timur, 0o13’ Lintang Utara, dan 0o18’ Lintang Selatan, dan total luas wilayah Manoor Bulatn adalah 88.538 ha. Jumlah penduduknya adalah 2.609 rumah tangga yang terdiri dari 8.960 orang: 4.729 laki-laki dan 4.231 perempuan. Tingkat kepadatan kecamatan ini adalah 0,098 orang/ha. Kecamatan ini mencakup 15 desa. Desa Karangan adalah lokasi yang dipilih untuk menjadi percontohan beras organik dengan area potensial seluas 100 Ha. Luas desa ini adalah 53.500 ha dengan tingkat kepadatan hanya 0,059 orang/ha. Diagram 1. Peta Wilayah Percontohan di Mook Manaar Bulatn
9
I.1.2.
Alasan pemilihan lokasi
Alasan pemilihan Desa Karangan di Kecamatan Mook Manoor Bulatn sebagai wilayah utama untuk percontohan beras organik meliputi: 1. Aksesibilitas dari desa
10
Desa Karangan di Mook Manaar Bulatn adalah sebuah desa yang mudah diakses dari Barong Tongkok atau Melak sebagai kota perdagangan utama di kabupaten Kutai Barat. Jaraknya 28 km dari Sendawar (ibu kota kabupaten) dan dapat dicapai dengan perahu atau mobil. Sementara itu, sebagian besar jalan utama di Karangan adalah jalan aspal yang keras. 2. Kesuburan tanah Karangan didominasi oleh dataran rendah dan sebagian besar berada di sepanjang sungai. Data dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (2014) mengungkapkan bahwa secara fisik, jenis tanah di wilayah ini adalah podsolik dan entisol merah kuning, dan struktur tanahnya lempung berpasir. Sifat-sifat tanah ini cocok untuk lahan sawah irigasi. Data ini dikonfirmasi oleh Laboratorium Kartografi Faperta UNMUL bahwa jenis sistem lahan desa ini adalah Teweh (TWH)
1
yang secara alami memiliki tingkat
kesuburan kimia tanah yang rendah, tapi baik untuk kesuburan fisik dan biologis. Kesuburan kimia yang rendah ini dapat ditingkatkan dengan menerapkan pupuk organik untuk membantu pertumbuhan dan produksi padi. Saat ini, pemerintah kabupaten mengembangkan lebih dari 100 ha lahan sawah irigasi di kabupaten, termasuk Mook Manaar Bulatn pada tahun 2014. 3. Sosial budaya Sebagian besar etnis di Karangan adalah Dayak Tunjung dan sebagian besar dari mereka adalah petani. Budaya masyarakat setempat adalah budidaya. Mereka memiliki sejarah panjang dan pengalaman dalam budidaya padi (tegalan dan sawah irigasi). 4. Akses Pasar Pasar di Kecamatan Barong Tongkok dan kecamatan Melak (28-32 km dari Karangan memiliki potensi pasar produk beras yang signifikan. Terkadang makelar dari Kota Tenggarong dan Samarinda juga mencari beras organik atau beras lokal yang akan dijual di kota-kota tersebut untuk pembeli tertentu. 5. Dukungan dan kebijakan pemerintah 1
11
Pemerintah Kalimantan Timur telah meluncurkan program menuju swasembada beras. Program ini melibatkan seluruh Pemerintah Kabupaten dan dukungan tambahan dari lembaga militer daerah (Komando Distrik Militer Mulawarman). Padi seluas 1.000 ha harus ditanam secara keseluruhan di Kalimantan Timur dan 250 ha di Kalimantan Utara. Pemerintah Provinsi telah menunjuk Kabupaten Kutai Barat sebagai kabupaten untuk pengembangan program ketahanan pangan. Terkait dengan program ini, Pemerintah Kutai Barat telah menetapkan Mook Manaar Bulatn sebagai salah satu kecamatan (di antara kecamatan lain) untuk menjadi percontohan program ketahanan pangan (beras dan ternak).
I.2.
Status Ekologi, Sosial, Ekonomi, dan Hukum
1.2.1
Status Ekologi
Desa Karangan dipilih sebagai lokasi plot percontohan. Desa ini didominasi oleh dataran rendah dan plot percontohan akan berada di area dekat tepi sungai. Di daerah dataran rendah, beberapa orang yang melakukan budidaya padi dan sisanya di wilayah daratan yang ditutupi oleh rumput liar. Desa Karangan terletak 35 meter di atas permukaan laut (tapi beberapa daerah berada di daerah rendah) dengan topografi yang relatif datar. Tutupan lahan di desa ini didominasi oleh hutan sekunder muda dan semak (pakis dan rumput alang-alang). Hutan halaman belakang (hutan dan pohon tanaman buah) (lembo), hutan desa, dan hutan tanaman masyarakat banyak terdapat di desa ini. Status hutan sekunder masih berada pada tahap muda. Karet, aren, pohon buah-buahan, dan tanaman pohon hutan lainnya sebagian besar mendominasi tutupan lahan vegetasi. Diagram 2. Kondisi terkini plot percontohan yang diajukan di Desa Karangan, Kecamatan Mook Manaar Bulatn – Kutai Barat, 2014
12
Berdasarkan satuan peta tanah, Desa Karangan dikategorikan sebagai SPT 6 di bawah klasifikasi tanah Hapludults Dystrudepts dan dataran tektonik subrelief. Kandungan fosfat dan nutrisi rendah. Sementara itu, berdasarkan peta sistem lahan, wilayah percontohan di Karangan dikategorikan sebagai sistem lahan Teweh (TWH). Daerah yang cocok untuk pengembangan pertanian di Mook Manaar Bulatn termasuk Desa Karangan, peningkatan bahan kimia tanah melalui pemupukan dan penambahan bahan organik yang diperlukan2. Tabel 1. Jenis Tanah di Mook Manaar Bulatn (ha) SPT 1 SPT 2
SPT 3 SPT 4 SPT 5 SPT 6
16.265
3.124
SPT 7
Total
65.798 10.129 95.316
Catatan:
SPT 1 Dystrudepts Eutrudepts SPT 2 Hapludults Dystrudepts SPT 3 Endoaquepts Sulfaquents SPT 4 Hapludults Dystrudepts SPT 5 Hapludults Dystrudepts SPT 6 Hapludults Dystrudepts 2
13
SPT 7 Endoaquepts Dystrudepts
Meskipun umumnya tutupan lahan di desa ditutupi oleh vegetasi hijau, lahan kritis masih ada. Jenis degradasi lahan meliputi lahan tidak produktif dengan tutupan pakis atau vegetasi alang-alang atau hutan sekunder muda. Lahan tidak produktif ini tersebar dekat sungai dan daerah perbukitan desa, termasuk lokasi plot percontohan yang akan digunakan.
1.2.2
Status Sosial
Jumlah penduduk Desa Karangan hanya 107 rumah tangga, terdiri dari 317 orang: 156 laki-laki dan 161 perempuan (atau 3,71% dari total populasi kecamatan). Tingkat kepadatan desa ini adalah 0,059 orang/ha. Terkait dengan pertanian, jumlah rumah tangga pertanian pada tahun 2013 adalah 92,79%. Mengenai pekerjaan, tidak ada data yang tersedia untuk tingkat pengangguran di desa ini. Selain sebagai petani, mata pencaharian lainnya adalah sebagai guru di TK dan Sekolah Dasar, perawat, dan bidan.
1.2.3
Status Ekonomi
Desa Karangan, menurut data dari Kecamatan Mook Manaar Bulatn dalam Angka (2013): relatif hanya sedikit keluarga berada dalam kelompok miskin, termasuk 24 keluarga (total 287 keluarga di kecamatan). Sementara itu, untuk pertanian, data dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (2014) menunjukkan bahwa ada persentase yang tinggi dari lahan pertanian potensial di Desa Karangan. Ini meliputi: dataran rendah 50 ha, lahan kering 650 ha, pertanian pohon tanaman 400 ha, kolam ikan 10 ha, dan padang rumput 10 ha. Saat ini, pemanfaatan lahan masih berfokus pada dataran tinggi untuk padi dan palawija (67 ha), dan perkebunan tanaman pohon karet dan aren (220 ha). Padi dan palawija lainnya (jagung dan singkong) ditemukan di sebagian besar desa-desa. Tanaman pohon buah, hutan, dan tanaman tahunan mendominasi lahan petani, terutama di pekarangan rumah (istilah setempatnya adalah lembo). Karena komoditas kehutanan dan buah dipanen setiap tahun, berarti pendapatan langka akan diperoleh, sebagian besar petani memilih karet 14
(Hevea brasiliensis) untuk hasil bumi yang bisa memberikan pendapatan lebih sering. Desa Karangan relatif dekat dengan pasar di kota besar Melak dan dapat diakses oleh perahu (di seberang sungai sekitar 25 menit). Secara lokal, akses jalan utama sudah dibangun dengan aspal, namun, orang-orang masih memiliki masalah infrastruktur lainnya, seperti listrik dan air bersih. Pasar harian atau mingguan lokal di desa ini belum ada. Banyak pembeli lokal dari luar desa datang dan mencari produk-produk pertanian di desa, seperti karet, padi organik, gula aren, dan sebagainya. 1.2.4
Status Hukum
Sebagian besar lahan di Kecamatan Mook Manaar Bulatn, termasuk di desa Karangan, telah diberikan izin untuk pihak ketiga, misalnya lahan yang diizinkan untuk perusahaan kelapa sawit dan pertambangan batu bara. Sekitar 30-40% dari area tersebut milik masyarakat setempat dan dimanfaatkan sebagai budidaya ladang atau tanaman perkebunan. Mengenai status hukum antara masyarakat lokal dan investor luar, sampai saat ini tidak ada konflik yang tercatat secara eksternal. Namun, tekanan penduduk di masa mendatang bisa mengancam kepemilikan lahan. Namun demikian, area untuk percontohan adalah milik kelompok tani di bawah status yang jelas dan bebas konflik. Lahan tersebut tidak tumpang tindih dengan izin pihak ketiga lainnya seperti perusahaan karet, kelapa sawit, atau pertambangan batu bara. Lahan tersebut sebagian besar terletak di dekat sungai, dan sebagian telah ditanami padi oleh petani. Sebagian besar petani di wilayah percontohan tidak memiliki sertifikat dari BPN (Badan Pertanahan Nasional) sebagai dokumen kepemilikan secara hukum. Seperti di daerah pedesaan dan terpencil lainnya di seluruh Indonesia, sebagian besar sertifikat resmi kepemilikan tanah hanya menggunakan surat segel (disebut sebagai Segel) dari kantor kecamatan.
15
II. Tinjauan UKM Berkelanjutan
II.1.
Produk dan/atau Jasa
Produk dari usaha ini adalah beras organik yang dihasilkan dari sawah irigasi yang dikelola secara ramah lingkungan. Produk ini bukan hal yang baru bagi petani lokal di desa, di mana mereka biasa memproduksi beras tanpa menggunakan bahan kimia, terutama di daerah dataran tinggi, meskipun praktik pertaniannya masih sangat tradisional. Mereka telah menanam padi selama puluhan tahun dengan melakukan budidaya organik, karena tidak ada akses ke pupuk kimia dan pestisida. Karena tujuannya adalah hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, petani membudidayakan beras tidak lebih dari dua hektar. Secara historis, varietas padi organik lokal adalah hibridisasi spesies padi lokal dengan sereh dan pandan. Teknik ini telah dibuktikan di Desa Bendang Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara dan di Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara. Pengalaman di daerah ini akan direplikasi di kabupaten Kutai Barat. Varietas ini menghasilkan kematangan menengah (kira-kira membutuhkan 120 hari dari tanam sampai panen). Proses pembukaan lahan dan pengolahan tanah akan menggunakan mesin. Hijau/biofuel dari perkebunan kelapa sawit di daerah sekitarnya akan dipertimbangkan untuk digunakan untuk mengoperasikan traktor tangan. Proses dari penanaman padi hingga produk final mencakup dua langkah utama: penanaman hingga panen dan proses pasca panen. Penanaman padi akan dimulai dengan menabur bibit setelah pengolahan tanah, pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, penyiraman, dan pengendalian hama/penyakit), dan panen. Setelah padi dipanen, beras dengan sekam kemudian akan ditumbuk, dikeringkan, digiling, dan dikemas. Kemasan beras akan menggunakan karung plastik transparan dengan label produk beras organik dari Kabupaten Kutai Barat. Istilah 'organik' di label hanya mencerminkan praktik tradisional, dan belum berarti telah dibakukan oleh otoritas hukum lokal atau nasional. Proses standarisasi ini adalah di luar intervensi proyek. Paket beras akan terdiri dari 1 kg, 2 kg, dan 5 kg berat. Jika produk dibandingkan dengan produk lain di kabupaten Kutai Barat, beras organik Karangan akan memiliki varietas yang berbeda (hibridisasi spesies
16
padi lokal dengan sereh dan pandan), dan dengan demikian memiliki kuantitas dan kualitas produk yang berbeda. Meskipun produk utama beras organik dari budidaya padi dataran rendah, ada banyak pemanfaatan berkelanjutan dari beberapa produk sampingan dari produksi beras. Produk sampingan ini meliputi jerami padi, kulit (sekam), dedak padi, dan beras pecah (Menir). Jerami digunakan untuk membuat kompos, dan sekam kadang-kadang digunakan sebagai makanan untuk ayam bersama dengan beras pecah. Kadang-kadang kulit dikumpulkan dan dibakar, dengan abu yang digunakan untuk membersihkan peralatan. Selain itu, sekam padi juga merupakan bahan bakar yang baik dan bisa dijadikan briket untuk menggantikan minyak tanah untuk memasak. Bekatul adalah komoditas yang berharga dan digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari (lapisan dalam berminyak dipanaskan untuk menghasilkan minyak, juga digunakan sebagai tempat tidur pengawetan dalam membuat acar rice bran). Patah beras digunakan sebagai pakan ternak.
II.2.
Pernyataan Misi, Sasaran, dan Tujuan
II.2.1. Pernyataan Misi Percontohan padi sawah organik dataran rencah akan dikembangkan di desa Karangan, Kecamatan Mook Manaar Bulatn, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, dengan total luas meliputi 50 ha dari 100 ha lahan potensial3 di Karangan (ada tambahan 50 ha sebagai daerah potensial untuk pengembangan lebih lanjut). Pemerintah Kutai Barat dengan kerja sama yang erat dan kuat dengan Global Growth Institute Hijau dan beberapa pemangku kepentingan keuangan utama lainnya akan mengembangkan padi organik dataran rendah di plot percontohan. Kemitraan ini akan berkomitmen untuk memperkenalkan dan mengembangkan plot perconthan padi organik, terutama di lahan-lahan marjinal atau kritis dengan pemeliharaan yang ramah lingkungan, fasilitas pendukung,
dan
mengembangkan
jaringan
pasar
serta
penguatan
kelembagaan petani. Usaha ini diharapkan dapat mencapai pemanfaatan
17
lahan kritis secara berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan petani secara bersamaan. II.2.2. Sasaran dan Tujuan Tujuan dari plot percontohan padi organik adalah untuk menghasilkan pendapatan lokal melalui memanfaatkan lahan tidak terpakai yang kritis atau marjinal di Mook Manaar Bulatn dengan memelihara lingkungan untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat dan berkelanjutan. Diharapkan bahwa dengan menggunakan 50 ha lahan kritis, produksi beras di Mook Manoor Bulatn akan meningkat 206.000-275.000 kg/musim (atau 412.000-550.000 kg/tahun) sejak proyek dimulai (atau berkontribusi 9,2613,87% dari total rata-rata produksi padi di Mook Manaar Bulatn per tahun). Selain itu, diharapkan produksi beras dari proyek ini akan lebih tinggi dari produktivitas kecamatan setempat yang saat ini sebesar 4120 kg gabah beras/ha/musim. Proyek ini akan melibatkan keluarga petani di desa Karangan, baik yang dikategorikan sebagai keluarga miskin (tidak menerima Beras Miskin dari pemerintah) atau tidak.
Sementara itu, tujuannya meliputi: memanfaatkan lahan kritis atau marjinal di Mook Manaar Bulatn, terutama di desa Karangan dengan luas minimal 50 ha wilayah dataran rendah selama lima tahun (atau sepuluh musim tanam). memperkenalkan bahan padi organik dan praktik pertanian padi yang baik, serta bahan pertanian ramah lingkungan kepada lebih dari 25 keluarga petani di desa. meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi lebih dari 92,79% rumah tangga petani (dari total 107 rumah tangga) dari masyarakat lokal di desa Karangan. memulai usaha kecil dan menengah yang berbasis pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan di 50 ha dataran rendah di desa Karangan.
Mengenai kerangka waktu proyek, dengan pengawasan dan pemantauan intensif, tujuan-tujuan di atas diharapkan akan dicapai setelah selesainya 18
proyek. Oleh karena itu disarankan bahwa survei sosial ekonomi pra-proyek perlu dilakukan, dan begitu juga dengan pasca proyek.
19
II.3.
Hubungan dengan Kalimantan Timur
Baru-baru ini, Gubernur Kalimantan Timur melakukan Rembuk Pangan (Forum Diskusi Tanaman Pangan) "untuk membangun komitmen untuk mewujudkan ketahanan pangan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara", yang diselenggarakan di Lamin Etam, 28 Januari 2014, dihadiri oleh parabupati dari provinsi dan seluruh pemangku kepentingan dari pemerintah dan nonpemerintah. Acara ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden untuk 11 gubernur (termasuk Kalimantan Timur) pada akhir tahun 2013 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Provinsi harus mendukung program ketahanan pangan nasional dan memiliki program aksi. Selanjutnya, pemerintah pusat akan mengalokasikan dana Rp 1 triliun untuk provinsi yang bisa memberikan rencana aksi yang baik dan realistis (yang berarti status daerah adalah legal dan bebas dari konflik). Juga disebutkan sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah meluncurkan program menuju swasembada beras dengan dukungan dari institusi militer regional (KODAM Mulawarman). Seluar 1.000 ha padi harus ditanam secara total di Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai Barat juga dipilih sebagai kabupaten untuk pengembangan program ketahanan pangan. Terkait dengan program ini, Kecamatan Mook Manaar Bulatn terpilih (di antara kecamatan lain) untuk percontohan program ketahanan pangan, khususnya beras. Sayangnya, istilah ‘organik’ tidak disebutkan secara eksplisit dalam kebijakan pemerintah. Namun, isu organik ini masih relevan dengan kampanye 'kembali ke alam' dan 'program pembangunan berkelanjutan' dari pemerintah daerah. Data yang dikutip dari Gubernur Kalimantan Timur selama Rembuk Pangan (Forum Diskusi Tanaman Pangan) yang diselenggarakan pada tanggal 29 Januari 2014, mengungkapkan bahwa lahan seluas total 3.857.914 ha, terdiri atas Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) 2,214,359 ha, Kawasan Budidaya Non-Kehutanan (KBNK) 892.125 ha, Hutan Konservasi 5.879 ha, dan Hutan Lindung 745.551 ha. Gubernur mendorong Bupati (pemimpin daerah) untuk mengurangi penggunaan kawasan hutan untuk perkebunan kelapa sawit dan pertambangan batu bara dalam rencana tata ruang yang mereka usulkan.
20
Anehnya, tidak ada data yang tersedia dari pemerintah terkait statistik pertanian organik, termasuk produksi padi. Semangat
hijau
Kalimantan
Timur
dengan
mengurangi
emisi
dan
merehabilitasi lahan kritis melalui program "satu orang lima pohon" termasuk untuk menyediakan ketahanan pangan bagi masyarakat Kalimantan Timur sangat sejalan dengan misi dan tujuan untuk melakukan percontohan penanaman beras organik di Mook Manaar Bulatn dan Damai. Diharapkan pengembangan padi organik ramah lingkungan akan memberikan kontribusi pada pengurangan emisi amonia dari pupuk dan bahan bakar fosil yang digunakan untuk mesin pertanian (traktor tangan, mesin penggiling biji-bijian), dan meningkatkan pendapatan daerah.
21
III. Penilaian Pasar
III.1. Analisis Eksternal Kondisi Pasar Beras adalah makanan pokok sehari-hari dan dikonsumsi oleh hampir semua penduduk di Kutai Barat. Oleh karena itu petani menempatkan padi dalam prioritas utama sebagai komoditas yang akan ditanam setiap musim tanam di lahan mereka. Umumnya, dalam cuaca dan iklim normal, produksi padi bisa memenuhi kebutuhan dasar keluarga petani. Dalam beberapa kesempatan ketika produksi menurun, petani harus membeli beras untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Namun, ada korelasi antara jumlah penduduk dan permintaan pangan. Karena populasi meningkat di Kutai Barat, permintaan beras di pasar juga akan meningkat. Khusus untuk beras organik, segmen pasar umumnya masih terbatas pada pasar swalayan dan masyarakat kelas menengah, termasuk konsumen dari luar daerah. Sampai saat ini, banyak pembeli lokal dari luar desa yang mencari beras organik dari desa di musim panen. Petani menjual produk mereka tanpa kemasan yang layak, hanya menggunakan karung plastik, bahkan dengan harga jual yang lebih rendah (dibandingkan dengan harga konsumen). Produk tersebut akan dikemas lebih lanjut dan disimpan di pasar swalayan oleh pedagang lokal sebagai pelaku utama dari produk beras organik ini. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa ada potensi pasar yang signifikan untuk produk beras organik di pasar tradisional atau toko modern di Melak dan Barong Tongkok, termasuk di supermarket besar di Samarinda dan Balikpapan. Ini adalah kesempatan yang baik bagi petani untuk meningkatkan produksi. Di pasar lokal di Provinsi Kalimantan Timur, termasuk di Kabupaten Kutai Barat, beras umumnya berasal dari luar daerah (sebagian besar dari provinsi Kalimantan Selatan atau Sulawesi Selatan). Beras ini non-organik, yang dihasilkan dari praktik pertanian umum yang melibatkan input eksternal pertanian yang tinggi. Sebagai informasi, untuk saat ini, Provinsi Kalimantan Timur masih mengimpor beras. Tingkat swasembada beras pada tahun 2013 masih 82,75%. Ini berarti 17,25% dari produksi beras harus dipenuhi untuk
22
mencapai swasembada. Jumlah penduduk4 di Kalimantan Timur (2013) adalah 3.847.229 orang, membutuhkan 434.737.000 kg beras/tahun. Sementara itu, produksi padi (2013) hanya 359.739.000 kg (setara dengan 573.682.000 kg gabah kering) dan karenanya, Kalimantan Timur masih kekurangan 74.998.000 kg beras untuk mencapai swasembada. Sayangnya, tidak ada data yang tersedia mengenai produksi padi organik, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Terkait permintaan, ada beberapa pelaku utama di kabupaten yang diteliti. Mereka adalah pedagang besar, pengecer, pemilik restoran besar/kecil, dan konsumen individu. Masing-masing pelaku yang terlibat menuntut kuantitas dan kualitas produk yang berbeda. Misalnya, konsumen individu (status sosial yang lebih tinggi) hanya mencari produk beras organik. Saat ini, beberapa masyarakat petani telah menghasilkan beras organik (melalui praktik padi konvensional) untuk dijual kepada konsumen tersebut, sehingga ini merupakan peluang pasar yang baik bagi petani untuk meningkatkan produksi beras dan kapasitas pasokan ke pasar yang lebih luas. Jika pemerintah terus konsisten dalam menerapkan kebijakan terhadap kampanye 'kembali ke alam' dan 'program pembangunan berkelanjutan', permintaan beras organik dari konsumen lain, seperti pengumpul di tingkat desa dan masyarakat, pengecer dan grosir untuk pasokan lokal dan bahkan untuk luar daerah mungkin terjadi. Dalam hal pasokan, berdasarkan data Mook Manaar Bulatn dalam Angka (2013): total produksi padi 2.971.000 kg/tahun dengan produktivitas 3,540 kg/Ha. Sementara itu, data dari BPS Kubar (2013) sedikit lebih tinggi: 3.446.000 kg/tahun (atau 10,99% dari total produksi kabupaten, 31.357.000 kg) dengan produktivitas sedikit lebih rendah: 3.290 kg/Ha. Rata-rata produksi padi dari kecamatan ini adalah 3.208.500 kg/tahun, dan semua padi ini dapat dikategorikan sebagai organik karena tidak ada zat kimia yang digunakan dalam pertanian tersebut. Terkait pelaku pemasaran, ada beberapa dalam rantai pasar beras seperti: pemasok, petani produsen, kolektor beras, pemilik stok beras, penggilingan padi, grosir, konsumen individu keluarga, dan pedagang lainnya. Dalam hal ini,
23
petani memainkan peran penting dalam memproduksi pasokan beras untuk pasar. Sayangnya, tidak banyak produk beras yang bisa dijual ke pasar. Petani lokal di desa masih lebih suka menggunakan beras untuk konsumsi keluarga mereka sendiri; hanya sisanya yang akan dijual. Oleh karena itu, dengan kondisi saat ini petani tidak bisa menjual produk dalam jumlah besar ke pasar, meskipun harga produk beras organik lebih tinggi dari produk beras biasa (anorganik).
III.2. Pembeli Potensial Konsumen potensial untuk beras organik dapat dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan lokasi; konsumen di Kutai Barat, konsumen di Tenggarong (Kabupaten Kutai Kartanegara), dan konsumen di Samarinda/Balikpapan. Konsumen di Kutai Barat agak terbatas karena jumlah masyarakat ekonomi menengah masih sedikit. Sementara itu, segmen pasar di Tenggarong dan Samarinda/Balikpapan dibuka secara luas. Ada indikasi bahwa beberapa supermarket besar di Samarinda/Balikpapan bersedia untuk menjual dan meningkatkan stok produk beras organik. Produk tersebut diharapkan dapat mengurangi masalah pelanggan dalam mencari beras organik yang dijual di supermarket. Harga yang ditawarkan di supermarket cukup mahal dibandingkan dengan produk beras biasa: Rp 20.000-25.000/kg, tergantung pada kualitas, variasi, dan produsen.
24
Diagram 3. Sampel beras organik dari Kalimantan Utara yang dijual di took swalayan di Samarinda & Balikpapan
Kesulitan utama yang dihadapi oleh pembeli di Samarinda atau Balikpapan untuk beras organik lokal dari Kutai Barat adalah kemasan. Kemasan yang buruk dapat mengurangi kualitas beras (warna dan bau). Seperti yang kita ketahui, kemasan dari petani di desa dilakukan dengan pengetahuan dan fasilitas terbatas. Oleh karena itu, disarankan agar pemerintah daerah (Disperindagkop) melakukan pelatihan dan menyediakan alat-alat atau fasilitas yang berhubungan dengan kemasan produk, khususnya beras organik. Menyediakan produk dengan kualitas yang baik merupakan aspek penting untuk mempertahankan konsumen.
25
IV. Aspek Keuangan
IV.1. Proyeksi Keuangan Produk akhir dari usaha ini adalah beras organik dalam unit kuantitas kilogram dan unit moneter Rupiah. Meskipun proyek ini rencananya akan mencakup wilayah percontohan seluas 50 ha, proyeksi padi organik menggunakan analisis aspek keuangan untuk perkebunan 10 ha dengan sejumlah petani sebagai pekerja. Dari persiapan lahan hingga musim panen akan memakan waktu 5-6 bulan atau dua musim panen dalam setahun. Periode proyek akan dihitung untuk proyek 10 tahun dengan 20 musim panen selama periode proyek. Tabel 2. Proyeksi keuangan untuk proyek padi organik Kategori Biaya
Investasi aset tetap Operasional Total
dana
yang
Total biaya 10 tahun
Total biaya per
(IDR)
ha/musim (IDR)
727.099.577
727.100
26.501.913.179
26.501.913
27.229.012.756
27.229.013
diperlukan
Total investasi aset tetap sebesar Rp 727.099.577 dan pendanaan tunai untuk biaya operasional selama 10 tahun per musim panen adalah Rp 26.501.913.179 per 50 ha atau rata-rata biaya sebesar Rp 26.501.913 per ha/musim. Biaya operasional meliputi benih, pupuk organik, dan juga tenaga kerja. Jadi secara keseluruhan, proyek beras organik selama proyek 10 tahun membutuhkan dana investasi sebesar Rp 27.229.012.756 atau Rp 27.229.013 per ha per musim. Dengan asumsi harga di tingkat lokal Rp 10.000/kg, analisis titik impas (BEP) menunjukkan bahwa proyek ini akan mencapai BEP ketika produksi beras menapai 9.588 kg dalam 50 ha dan menghasilkan Rp 95.884.285 untuk 50 ha. Kelayakan investasi dapat dianalisis dengan Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value/NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return /IRR), Periode Pengembalian (Payback Periods), Tingkat Pengembalian Ratarata (Average Rate of Return/ARR), dan Indeks Profitabilitas (Profitability Index/PI) seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
26
Tabel 3. Analisis NPV, IRR, Periode Pengembalian, ARR, dan PI Kategori Tingkat
Nilai Pengembalian IDR
Rata-rata (NPV) Tingkat
Status Layak
13.116.905.606
Pengembalian 158,14 %
Menguntungkan
Internal (IRR) Periode
Pengembalian 1,71
Bisa Utang
(PP) Indeks Profitabilitas (PI) 14,17
Menguntungkan
Tingkat
Menguntungkan
Pengembalian 277,35%
Rata-rata Catatan: Analisis Keuangan Lengkap dapat dilihat di lampiran. NPV menunjukkan nilai positif dan berarti bahwa proyek beras organik layak untuk dilaksanakan. Sedangkan IRR mencapai 158,14% dan berada di atas tingkat suku bunga (19,00%). Nilai ARR sebesar 277,35% adalah nilai persentase yang lebih tinggi dari perkiraan keuntungan (tingkat keuntungan yang diharapkan adalah 10% dan tarif pajak penghasilan sebesar 1%). Periode Pengembaliand menunjukkan bahwa investasi untuk proyek padi organik akan benar-benar kembali ke bank setelah 1 tahun (PP 1.71).
IV.2. Perencanaan Keuangan Proyek beras organik di Kutai Barat ini dapat dibiayai oleh beberapa pihak atau kemitraan, termasuk PNPM, Credit Union, BPD, dan BRI dengan memberikan pinjaman lunak kepada kelembagaan petani. Namun, peran kabupaten dan pemerintah provinsi masih sangat diharapkan untuk memberikan dukungan keuangan tambahan lainnya kepada petani. Dukungan dari pemerintah daerah sangat diperlukan karena lembaga keuangan di atas memiliki plafon yang terbatas untuk memberikan pinjaman lunak. Sementara itu, proyek ini membutuhkan dukungan keuangan yang sangat besar. Perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa lembaga keuangan hanya menyediakan dana operasional untuk setiap tahun, dan sisanya akan disediakan oleh pemerintah daerah.
27
Analisis rasio menunjukkan bahwa proyek ini dapat dioperasikan dengan 69,88% utang dari pihak ketiga dari jumlah investasi, dengan margin rasio utang 1.984,42%. Utang mungkin mencakup seluruh modal kerja dalam 10 tahun proyek. Sementara itu, dukungan dana pemerintah yang diharapkan adalah 30,12% (rasio ekuitas) dan rasio margin terhadap ekuitas sebesar 4.604.08%. Perbandingan antara nilai utang dan modal ekuitas sebesar 2.32: 1 (hutang terhadap ekuitas sebesar 232,01%). Risiko keuangan yang mungkin dalam proyek ini adalah ketika pemerintah daerah tidak dapat menyediakan investasi utama di bagian awal, khususnya untuk menyediakan aset tetap. Dalam keadaan ini, proyek harus dilakukan dengan teknologi manual atau konvensional. Namun, dukungan dari lembaga keuangan mutlak diperlukan. Tanpa dukungan mereka, tidak mungkin melaksanakan proyek ini karena dana yang dibutuhkan untuk proyek ini sangat besar. Proyek ini hanya membutuhkan investasi awal sebesar Rp 2.414.049.577 dengan total pinjaman dari pihak ketiga (non-pemerintah) sebesar Rp 1.686.950.000 untuk biaya operasional selama 1 tahun. Total kredit ditambah bunga dapat dibayar kembali dalam waktu satu tahun. Sementara biaya operasional di tahun-tahun berikutnya dapat ditutupi oleh sisa pendapatan di tahun pertama. Dengan kondisi ini, pemerintah diharapkan untuk membiayai persiapan aset tetap/peralatan sebesar Rp 727.099.577.
IV.3.
Asumsi-asumsi
Proyeksi keuangan dibuat dengan beberapa asumsi: Tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata per tahun sebesar 2%, Laju inflasi tahunan rata-rata sebesar 9,7%, Tingkat suku bunga pinjaman rata-rata 19%, Tingkat suku bunga deposito rata-rata sebesar 6,25% Produksi beras rata-rata 5.600 kg per ha Harga rata-rata per kg di pasar lokal Rp. 10.000 Tingkat Keuntungan yang diharapkan adalah 10%
IV.4. Risiko dan Solusinya Pelaksanaan proyek beras organik akan memiliki sejumlah risiko termasuk:
28
Jika intervensi pemerintah sebesar 30,12% dari total investasi awal tidak dilakukan, maka proyek harus menyesuaikan teknologi mekanik menjadi manual. Konsekuensinya terhadap waktu, tenaga kerja, dan biaya. Jika lembaga keuangan tidak dapat memberikan kredit dalam jumlah besar, ini akan menimbulkan kesulitan yang signifikan bagi para petani. Ini dapat diselesaikan dengan memecah kredit dari beberapa lembaga keuangan. Lokasi plot percontohan sering banjir dalam jangka waktu tertentu, sehingga sangat penting untuk memperkirakan waktu budidaya secara hati-hati.
29
V. Implementasi Strategis
V.1.
Operasional
Produk beras organik di Mook Manaar Bulatn akan diproduksi dengan menggunakan pendekatan budaya organik dan mempertimbangkan kearifan lokal. Pendekatan ini pada dasarnya tidak melibatkan zat kimia apapun selama budidaya. Pendekatan tersebut bermanfaat menghasilkan produk yang lebih sehat melalui praktik yang ramah lingkungan. Produk organik akan memiliki keunggulan kompetitif berupa kualitas kesehatan dan tingkat harga di pasar umum. Proses untuk mengembangkan rencana usaha beras organik di Kecamatan Mook Manaar Bulatn terdiri dari tiga tahap utama: persiapan, pelaksanaan, dan monitoring/evaluasi. Proses keseluruhan harus dianggap sebagai proses untuk mengembangkan
konsep,
mengujinya,
dan
memperbaikinya
melalui
pemantauan dan evaluasi secara intensif. Paket konsept yang ‘meningkat’ ini perlu diuji lebih lanjut atau disebarluaskan di kecamatan lain yang memiliki kondisi fisik dan lingkungan yang sama, atau bahkan ditingkatkan. Oleh karena itu pelaksanaan padi organik BP di kecamatan ini dapat dikatakan sebagai laboratorium percobaan untuk setiap kesalahan dan perbaikan. V.1.1. Tahap persiapan 1. Secara teknis; kegiatan ini mencakup seluruh tindakan fisik yang berkaitan dengan penyiapan lahan (pembukaan lahan, pengolahan tanah, termasuk menyiapkan infrastruktur pertanian seperti akses jalan, pematang sawah, pengairan, dan saluran drainase, dll.
2. Persiapan non-teknis meliputi kegiatan-kegiatan: a) menyediakan semua bahan yang dibutuhkan untuk menanam padi (sebagaimana dimaksud dalam persiapan teknis di atas dan tahap implementasi di bawah ini); b) mengembangkan kesiapan sumber daya manusia (petani dan lembaga-lembaga mereka, penyuluhan pertanian di lapangan, dan pihak-pihak penting lainnya di tingkat desa dan kecamatan); c) Memberikan 'panduan' padi organik BP, termasuk agenda proyek, jadwal, dan lembar monitoring, dll.
30
V.1.2. Tahap implementasi Kegiatan-kegiatan dalam fase ini meliputi: 1. Pembibitan padi (membangun tempat persemaian dekat daerah persawahan, menabur benih yang dipilih, dan memelihara bibit di persemaian sampai tidak lebih dari 3 minggu); 2. Penanaman padi (memindahkan bibit dari tempat persemaian ke sawah, mengatur jarak tanam, menanam bibit padi); 3. Pemeliharaan
padi
(penyiraman,
penyiangan,
pemupukan,
dan
pemantauan & pengendalian hama dan penyakit); 4. Panen padi dan pasca panen (panen, perontokan, pengeringan, dan penggilingan). a) Indikasi visual padi yang siap panen adalah 90-95% padi telah berubah menjadi kuning, di bagian bawah rumbai ada sedikit gandum hijau, dan kadar air padi Âą 22-23%. Panen akan dilakukan dengan menggunakan pemotongan secara manual dengan arit. Perontokan akan menggunakan pedal perontok manual yang biasadigunakan oleh petani lokal. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan cahaya matahari alami selama beberapa hari (3-4 hari dan sekitar 3 jam/hari), sampai kadar air tidak lebih dari 14%. b) Penggilingan menggunakan unit penggilingan padi yang ada di desa. Mesin sudah termasuk: 1) pembersih (untuk membersihkan gandum), 2) penggiling beras (untuk mengkonversi padi menjadi beras), 3) pemisah padi (terpisah antara gabah dan beras), 4) penggosok beras (sebagai pemutih beras), dan 5 ) pemisah beras (memisahkan antara beras utuh dan beras patah). 5. Pemasaran beras (pemisahan, pengepakan, pengangkutan, dan pemasaran). Pemisahan dilakukan sebagian oleh mesin penggilingan padi, tapi pemisahan yang dilakukan secara manual masih diperlukan untuk mendapatkan beras yang baik dan bebas dari kotoran. Pengemasan akan dilakukan dengan menggunakan karung plastik transparan. Diproses dengan mesin kemasan listrik yang baru bagi petani lokal. Menggunakan 3 karung yang berbeda (1 kg, 2 kg, dan 5 kg). Tahap ini sangat penting untuk pemasaran produk karena saat ini 31
belum ada petani lokal yang melakukannya. Keterlibatan pemerintah daerah (Disperindagkop) diperlukan pada tahap ini. Pengangkutan
dan
pemasaran
akan
dilakukan
ke
desa
luar
(menggunakan perahu terlebih dulu, kemudian transportasi darat) ke Melak
dan
Barong
Tongkok,
atau
ke
Tenggarong,
Samarinda/Balikpapan. Padi organik BP dirancang untuk konsep awal ini sebagai sawah irigasi. Konsep ini akan tetap menerapkan kearifan lokal petani setempat. Beberapa praktik yang telah banyak diterapkan oleh petani lokal termasuk teknik untuk memisahkan bibik beras yang baik dan buruk sebelum disemai di pembibitan dengan menggunakan air asin dalam ember, metode penentuan waktu untuk memulai pembukaan lahan dan penanaman di lokasi dengan menggunakan fenomena alam. Pada saat yang sama, proyek ini juga akan memperkenalkan metode inovatif yang ‘baru’ dan metode serta teknologi yang lebih mekanik untuk budidaya dan pemeliharaan padi. Ini termasuk penggunaan traktor tangan untuk pengolahan tanah, mengembalikan rumput dari penyiangan padi atau jerami setelah panen ke tanah sebagai sumber bahan organik, dan teknologi lainnya dari sistem intensifikasi padi terbaik. V.1.3. Tahap monitoring/evaluasi Tahap ini meliputi kegiatan untuk memantau (menggunakan lembar monitoring) pelaksanaan 5 poin yang disebutkan di atas dalam tahap implementasi. Ide utama dari tahap ini adalah untuk menilai apakah ada masalah dan apa tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikannya, sehingga rencana tersebut bisa berjalan sesuai rencana. Mengenai proses waktu, pelaksanaan padi organik BP untuk musim tanam pertama di dua kecamatan rintisan dirangkum sebagai berikut: Tabel 4. Jadwal waktu penanaman dalam setahun Tahap
Kegiatan utama
kedua
ketiga
Catatan
IX
VI
II VI
IVI
X
V
X
IV
Penyiapan lahan
pertama
III
n
3 bulan
II
Socialisasi
3 bulan
I
Persiapa
3 bulan
X
32
Tahap
Kegiatan utama
3 bulan
3 bulan
3 bulan
pertama
kedua
ketiga
IX
X
VI
X
II VI
V
IVI
IV
III
II
I Pengadaan alat
Catatan
X
dan bahan Impleme
Pembibitan
n-tasi
Penanaman
X
Pemeliharaan
X
Panen
X
Pasca panen
X
Monitorin
Tahap persiapan
g/
Implementasi
evaluasi
Evaluasi konsep
V.2.
X
X
X X
X
X
X
X X
Sumber Daya dan Perlengkapan
Berdasarkan pengalaman penanaman padi organik yang sejenis di desakota Lempake, Kecamatan Samarinda Utara dan Desa Bendang, Kecamatan Tenggarong di Kutai Kartanegara, sumber daya dan peralatan yang diperlukan adalah sebagai berikut: Tabel 5. Sumber Daya dan Perlengkapan yang Diperlukan untuk Pengembangan Beras Organik Tahap
Sumber
Unit
Kua
Hari
Daya/Perlengk
ntit
Kerj
apan
as
a
Biaya (IDR)
1) Persiapan
Tenaga Kerja
orang
50
10
100.000.000/musim
2) Pembibitan
Tenaga Kerja
orang
30
2
12.000.000/musim
3) Penanaman
Tenaga Kerja
orang
20
5
20.000.000/ musim
Pemupukan
Tenaga Kerja
orang
50
4
40.000.000/ musim
Penyiangan
Tenaga Kerja
orang
20
5
20.000.000/musim
4) Pemeliharaan
5) Panen5 5
Menggunakan mesin
33
Pengeringa
Tenaga Kerja
orang
30
5
30.000.000/musim
Tenaga Kerja
orang
100
5
100.000.000/musim
6) Penyelesaian
Tenaga Kerja
orang
100
5
100.000.000/musim
7) Pengawasan
Tenaga Kerja
orang
1
180
3.000.000/musim
n Transportas i
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menanam padi organik (dari persiapan lahan sampai panen untuk menghasilkan beras organik) adalah 10 orang/petani dengan 1 pengawas. Dari 10 orang, paling sedikit 6 orang perlu dilatih tentang cara menggunakan teknologi mesin. Sementara itu 4 orang lainnya akan bertindak sebagai asisten untuk mengangkut produk panen dari ladang ke tempat penyimpanan. Proyek ini juga membutuhkan pengawas untuk mengontrol pekerja dan mengawasi mereka selama persiapan, penanaman, pemeliharaan, dan panen padi organik. Namun, pengawas tidak akan bekerja penuh waktu tetapi hanya bekerja 2-4 jam selama 2-3 hari dalam seminggu. Salah satu tantangan utama dari proyek ini adalah tenaga kerja. Oleh karena itu, semua pekerja untuk proyek ini harus disediakan dari masyarakat setempat, termasuk petani dan kelompok remaja di sekitar ladang. Keahlian/keterampilan utama yang diperlukan meliputi pertanian dan cara menggunakan mesin pertanian. Proyek ini akan memberikan peningkatan kapasitas dan penguatan bagi para petani/buruh, terutama yang terkait dengan penanaman varietas beras organik tertentu yang akan diperkenalkan di plot percontohan. Tim dari G1 WIJAYA akan terlibat selama periode percontohan.
V.3.
Manajemen dan Organisasi
V.3.1. Organisasi Berdasarkan survei lapangan, ada koperasi di Mook Manaar Bulatn. Namun, Koperasi Murung Putih di Mook Manaar Bulatn hanya formalitas dan tidak beroperasi sesuai fungsi Koperasi. Koperasi hanya menyediakan skema pinjaman lunak, namun tingkat pengembalian sangat kecil. Selain itu, fungsi Koperasi dalam memperkuat kapasitas petani dan jaringan pasar sangat lemah.
34
Berdasarkan keadaan itu, organisasi akan diusulkan untuk proyek padi organik untuk mengembangkan apa yang kita sebut sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat atau KSM. KSM bertujuan tidak hanya untuk memberikan dukungan keuangan dan jasa, tetapi juga memfasilitasi jaringan pasar dan penguatan kapasitas/ kelembagaan petani. Hal ini ditunjukkan dengan diagram di bawah ini: Diagram 4. Organisasi Proyek Percontohan Beras Organik
• Kelompok tani
Legal
Struktur • Dipimpin oleh sarjana • Didukung oleh pemangku kepentingan
• Bantuan pinjaman • Kapasitas • Jaringan pasar • Pendapatan
Misi
Penjelasan organisasi dan cara mengelola organisasi dapat digambarkan sebagai berikut: Badan hukum KSM adalah kelompok masyarakat yang memiliki tujuan dan misi yang sama, dan tinggal di dekat sawah. Ini harus disahkan melalui notaris setempat dan terdaftar di pemerintah daerah Kutai Barat. KSM akan dipimpin oleh setidaknya satu sarjana pertanian. Dia mungkin awalnya berasal dari desa setempat atau wilayah lain tetapi berkomitmen untuk mendedikasikan jasa dan pengetahuannya bagi petani setempat di wilayah percontohan proyek setidaknya selama satu tahun. Struktur KSM akan mencakup setidaknya tiga divisi
yang
bertanggung jawab terhadap kapasitas petani, bahan produksi petani & jaringan pasar, dukungan keuangan, dan juga satu divisi tambahan untuk administrasi. Divisi bahan produksi dan jaringan pasar bertanggung jawab untuk menyediakan seluruh bahan pertanian dengan harga yang lebih rendah, dan mengembangkan jaringan pasar seluas-luasnya.
35
Semua pemangku kepentingan, termasuk lembaga keuangan seperti Bank, LSM, Credit Union, lembaga pendidikan, perusahaan di sekitar desa dan instansi pemerintah akan dilibatkan sesuai perannya masing-masing untuk mendukung petani dan KSM. Terutama bagi pemimpin divisi, dukungan dari LSM dan instansi pemerintah yang mengetahui cara mengembangkan dan mengelola program ini sangat dibutuhkan oleh KSM. Sebagai konsep, struktur KSM adalah seperti berikut:
Administrasi
Staf
Dukungan Keuangan
Petani
Penguatan Kapasitas dan Kelembagaan
Petani
Bahan Pertanian & Jaringan Pasar
Petani
Ketua
Diagram 5. Struktur organisasi Seluruh biaya untuk membayar pengelolaan KSM selama periode percontohan (satu tahun) akan diambil dari pemerintah daerah dan dana tabungan anggota biasa. Diperkirakan organisasi membutuhkan setidaknya Rp 5 juta/bulan untuk beroperasi, Rp 50-75 juta untuk menyediakan bahan pertanian dan Rp 25-50 juta/tahun untuk program. Itu sebabnya pengawasan dan bantuan secara intensif diperlukan oleh organisasi untuk memastikan bahwa organisasi dapat dioperasikan dan mencapai sasaran/tujuan Berdasarkan penjelasan di atas, manajemen dan organisasi dalam usaha beras organik dibagi ke dalam tiga komponen utama yang meliputi: a. Organisasi petani sebagai wadah bagi seluruh petani di badan hukum KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat)
36
b. Unit Usaha petani sebagai unit usaha utama yang akan mengumpulkan, membeli, dan menjual seluruh produk dari petani ke pasar tertentu c. Unit Keuangan atau Unit Kredit yang bertindak sebagai bank bagi para petani yang akan memberikan kredit atau pinjaman untuk mendukung proses produksi mereka. Terkait dengan fungsi manajemen dan organisasi di atas, seluruh petani yang terlibat sebagai anggota organisasi harus menandatangani perjanjian yang terkait dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Ini akan ditulis dalam perjanjian pengembangan usaha untuk beras organik antara petani dan tiga unit organisasi.
V.4.
Analisis SWOT
Proyek beras organik bukan sebuah proyek baru. Ada beberapa proyek serupa di Kalimantan Timur yang telah dilaksanakan selama beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, proyek di Mook Manaar Bulatn mungkin merupakan proyek percontohan pertama dengan dukungan keuangan dan pola organisasi/manajemen seperti dijelaskan di atas. Yang pasti, proyek tersebut akan memiliki kekuatan eksternal dan internal, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisis SWOT dijelaskan dalam diagram di bawah ini: Diagram 6. Analisis SWOT Proyek Beras Organik
37
Rendahnya pengetahuan tentang teknik produktivitas
Kekuatan
Bergabung dengan kelompok tani Varietas beras lokal Kecocokan tanah dan lahan Kecocokan iklim Pasar potensial Ketersediaan masukan pertanian Kebijakan pertanian yang mendukung dan pengawasan dari pemerintah
Kelemahan
Pengalaman menanam padi
Kurangnya informasi pasar Penjualan beras tanpa kemasan menyebabkan harga murah Hanya menanam beras organik di area yang kecil
Lemahnya keterampilan negosiasi Lemahnya manajemen & organisasi Proses pasca panen lemah dan kurang memadai Rendahnya dukungan keuangan Rendahnya keterampilan dan pengetahuan
Potensi pasar di luar Kubar
Penolakan dari kelompok LSM atas beras organik karena isu hibrida
Peluang
Hubungan dengan isu iklim Potensi dan dukungan terbuka Menghasilkan pendapatan yang lebih baik Lebih ramah lingkungan
Ancaman
Permintaan meningkat
Varietas baru dengan ancaman penyakit baru yang tidak dikelola Kecurangan para pengumpul atau pembeli terhadap petani Suku bunga yang tinggi Dukungan keuangan yang rumit dan birokratis
38
VI. Manfaat Pertumbuhan Hijau
VI.1. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Bagian ini menyoroti pentingnya pertumbuhan rendah karbon dalam memberikan kontribusi terhadap upaya global dan nasional untuk mengurangi perubahan iklim dan mengurangi dampak negatif terhadap masyarakat lokal dan internasional di masa depan. Negara-negara dengan intensitas emisi GRK yang lebih tinggi memiliki peluang lebih besar untuk pengurangan emisi yang hemat biaya dan mempunyai kebutuhan bantuan yang lebih mendesak. Misi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dapat dicapai dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan dalam budidaya padi organik. Pupuk organik dari peternakan lokal atau pupuk kandang kompos akan mengurangi pelepasan amonia dan N2O ke udara dan tanah. Begitu pula dengan penggunaan biofuel dari produk kelapa sawit di sekitar desa bagi seluruh mesin pertanian yang digunakan. Potensi emisi CH46 dari sistem sawah irigasi untuk beberapa varietas di Kalimantan adalah antara 150-170 Kg/Ha7. Penggunaan bahan organik dan air yang berkelanjutan berpotensi mengurangi emisi CH4 di antara 10-60%.
VI.2. Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Aspek ini menyoroti pentingnya output ekonomi nasional, provinsi dan kabupaten (PDB), didukung sedemikian rupa sehingga menghasilkan pembangunan sosial berbasis luas dan kemakmuran. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat di dua kecamatan akan meningkat jika institusi petani lokal dan jaringan pasar diperkuat. Hal ini karena harga jual beras organik jauh lebih tinggi dari beras biasa
dengan
segmen
pasar
tertentu
baik
di
Kutai
Barat
atau
Samarinda/Balikpapan/Tenggarong. Perekonomian Kutai Barat – khususnya petani di Mook Manaar Bulatn akan tumbuh positif, terutama dalam memperkenalkan
pendekatan
lingkungan
yang
lebih
baik.
Ini
akan
berkontribusi pada tingkat kesejahteraan di Kutai Barat.
39
VI.3. Ekosistem yang Sehat dan Produktif Bagian ini menyoroti pertumbuhan yang menopang modal alam, terutama stok alam yang memasok aliran jasa ekosistem penting secara berlanjut. Stok ini, misalnya, menyediakan air bersih, memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia tetapi sering diabaikan dalam pengambilan keputusan karena mereka tidak dilihat sebagai masukan dalam produksi ekonomi. Sebuah lingkungan yang lebih baik yang dihasilkan dari penggunaan bahan ramah lingkungan menunjukkan bahwa beras organik akan mengurangi tidak hanya emisi, tetapi juga sumber daya tidak efektif dan tidak efisien lainnya. Dampak dari ini, ekosistem dan lingkungan akan lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan.
VI.4. Pertumbuhan yang Inklusif dan Adil Pilar pertumbuhan yang inklusif dan adil menyoroti pertumbuhan untuk kepentingan masyarakat, baik yang di daerah perkotaan maupun pedesaan, yang kaya maupun yang terpinggirkan. Dimensi ini merupakan tujuan utama dari pertumbuhan hijau, dan sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan. Negara-negara dengan tingkat kemiskinan dan ketimpangan yang lebih tinggi cenderung mendapatkan manfaat lebih dari intervensi pertumbuhan hijau. Untuk kasus pengembangan beras organik, dampak pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari produk beras akan mengurangi tingkat kemiskinan tidak hanya di Mook Manaar Bulatn, tetapi juga di Kutai Barat. Oleh karena itu, intervensi dan dukungan dari GGGI sangat diperlukan.
VI.5. Ketahanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Ketahanan
sosial,
ekonomi,
dan
lingkungan
sangat
terkait
dengan
pertumbuhan yang membangun ketahanan ekonomi, keuangan, sosial, dan lingkungan dan tentang kemampuan sistem untuk menahan guncangan eksternal (misalnya beradaptasi dengan dampak fisik dari perubahan iklim, diversifikasi sektor ekonomi, ketahanan pangan, mata uang, dan stabilitas perdagangan). Selain ketahanan sosial dan ekonomi, pengembangan beras organik di Mook Manaar Bulatn juga akan meningkatkan ketahanan lingkungan dengan
4 0
menggunakan kompos pupuk kandang dan biofuel. Selain itu, pengetahuan dan kearifan lokal akan tetap dipertahankan dan dilanjutkan sebagai bagian dari sistem adat untuk melawan perubahan lingkungan global.
41
Lampiran Lampiran 1. Analisis Keuangan Proyek padi Organik di Karangan N
JENIS
NILAI
PENJELASAN
O 1
KEMAMPUAN
MEMENUHI
PERSYARATAN MODAL (IDR)
Kemampuan dana 22.900.423
maksimum > dana yang disediakan
2
PERIODE
MODAL
KERJA
DALAM BEBERAPA TAHUN 3
Periode kerja 10
TOTAL KREDIT
komoditas proyek Total pinjaman
1.686.950.000
dari pihak ketiga (lembaga keuangan)
4
PERIODE
KREDIT
DALAM 1
Periode pinjaman
BEBERAPA TAHUN 5
PENDAPATAN
SEBELUM
PAJAK (IDR)
pendapatan bersih 34.089.424.842
sebelum pajak selama periode proyek
6
PENDAPATAN
SEBELUM
PAJAK (RATA-RATA - IDR)
pendapatan bersih 3.408.942.484
rata-rata sebelum pajak selama periode proyek
7
PENDAPATAN SETELAH PAJAK (TOTAL - IDR)
total pendapatan 33.476.240.466
bersih setelah pajak selama periode proyek
8
PENDAPATAN SETELAH PAJAK (RATA-RATA- IDR)
pendapatan bersih 3.347.624.047
rata-rata setelah pajak selama periode proyek per tahun
42
N
JENIS
NILAI
PENJELASAN
O 9
LABA BERSIH SETELAH BUNGA (TOTAL - IDR)
total pendapatan 33.302.625.195
bersih setelah dikurangi bunga pinjaman selama periode proyek
1
LABA BERSIH SETELAH BUNGA
0
(RATA-RATA - IDR)
total pendapatan 3.330.262.520
bersih rata-rata setelah dikurangi bunga pinjaman selama periode proyek per tahun
1
Nilai Bersih Sekarang (NPV) (IDR)
1
nilai sekarang dari 13.116.905.606
arus kas bersih dari pengeluaran investasi (harus bernilai positif)
1
Tingkat
2
(IRR)
Pengembalian
Internal 158,14%
Persentase yang dihasilkan pendapatan bersih harus lebih tinggi dari suku bunga pinjaman
1
Tingkat Pengembalian Rata-rata 277,35%
persentase rata-
3
(ARR)
rata pendapatan bersih harus lebih tinggi dari perkiraan persentase tingkat pendapatan
1 4
Periode Pengembalian (PP)
periode 1,71
pengembalian
43
N
JENIS
NILAI
PENJELASAN
O investasi (dalam tahun, harus di bawah periode proyek) 1
Index Profitabilitas (PI)
5
nilai sekarang di 14,17
masa depan dibandingkan dengan nilai investasi saat ini harus di atas 1
1
Titik Impas (BEP) (IDR)
6
Penjualan 95.884.285
minimum dalam Rupiah dalam satu periode panen
1
Titik Impas (BEP) (UNIT)
7
total kuantitas 9.588
penjualan minimum dalam satu musim
1
RASIO OPERASI
44,41%
8
Total biaya produksi harus di bawah nilai jual (di bawah 100%)
1
RASIO MARGIN OPERASI
55,59%
9
Nilai laba sebelum pajak di atas nilai perkiraan laba + pajak pendapatan
2 0
RASIO MARGIN BERSIH
54,59%
nilai pendapatan setelah pajak di atas nilai perkiraan laba
4 4
N
JENIS
NILAI
PENJELASAN
O 2
TINGKAT
PENGEMBALIAN 468,84%
1
INVESTASI (ROI)
nilai laba sebelum pajak di atas 100% nilai investasi aset tetap
2
TINGKAT
PENGEMBALIAN 460,41%
2
INVESTASI BERSIH
nilai laba setelah pajak di atas nilai investasi aset tetap
2
OMSET ASET
843,33%
0
OMSET MODAL KERJA
231,37%
nilai jual di atas
3 2 4 2
100% modal kerja MARGIN UNTUK RATIO UTANG
1984,42%
0
5 2
MARGIN
UNTUK
6
EKUITAS
2
RASIO UTANG
RASIO 4604,08%
nilai jual di atas 100% modal kerja
69,88%
7
perbandingan dengan rasio ekuitas
2
RASIO EKUITAS
30,12%
8
perbandingan dengan rasio utang
2
RASIO
UTANG
9
MODAL KERJA
TERHADAP 6,37%
utang dibandingkan modal kerja
3 0
UTANG TERHADAP EKUITAS
232,01%
utang dibandingkan modal sendiri
45
Lampiran 2. Analisis Investasi Aset Tetap USIA
DEPRESIASI
T JENIS
KUANTIT
HARGA/
TOTAL
A
AS
KUANTITAS
HARGA
H U
BUL
N
AN
@ TAHUN
@BULAN
@MUSIM
T
Lahan
50 ha
-
-
10 120
-
-
-
-
Bangunan
1
unit
15.000.000
15.000.000
5
3.000.000
250.000
1.500.000
3
1
unit
70.000.000
70.000.000
10 120
7.000.000
583.333
3.500.000
7
60
Mesin untuk menanam padi Mesin untuk panen padi
15.000.00 1
unit
150.000.000
150.000.000 10 120
0
1 1.250.000 7.500.000
0
12.500.00
2
Mesin untuk padi kering
25.000.00 1
unit
250.000.000
250.000.000 10 120
0
2.083.333 0
0
gabah
1
unit
70.000.000
70.000.000
10 120
7.000.000
583.333
3.500.000
7
Cangkul
50
unit
100.000
5.000.000
1
12
5.000.000
416.667
2.500.000
7
Arit
50
unit
25.000
1.250.000
1
12
1.250.000
104.167
625.000
1
50
unit
150.000
7.500.000
2
24
3.750.000
312.500
1.875.000
5
Mesin untuk pemolesan
Penyempr ot hama
4 6
67.000.00 TOTAL
568.750.000
0
33.500.00 5.583.333 0
Lampiran 3. Analisis Titik Impas (BEP) 2 x N
NILAI/USIA
O JENIS
PERTUMBUHAN
HASIL
DALAM
UNIT
PRODUKSI
10 TOTAL
TH
2.800.000
-
21.899
0
kg/ 280.000
ha rupi
HARGA JUAL PER UNIT PRODUKSI
ah/k 10.000
g
61.318.437.5 TOTAL PENJUALAN
2.800.000.000
99
BIAYA TETAP N
NILAI/USIA
O JENIS
PERTUMBUHAN
TOTAL
3.000.000
30.000.000
padi
7.000.000
70.000.000
Mesin untuk panen padi
15.000.000
150.000.000
Mesin untuk padi kering
25.000.000
250.000.000
gabah
7.000.000
70.000.000
Cangkul
5.000.000
78.549.789
Arit
1.250.000
19.637.447
Penyemprot hama
3.750.000
58.912.341
TOTAL BIAYA TETAP
67.000.000
727.099.577
Bangunan Mesin
untuk
menanam
Mesin untuk pemolesan
BIAYA VARIABEL N
NILAI/USIA
O JENIS
PERTUMBUHAN
TOTAL
BIAYA BIBIT
-
-
BIBIT PADI "G1 Wijaya"
15.625.000
490.936.179
47
7
7
2 x N
NILAI/USIA
O JENIS
PERTUMBUHAN
TOTAL
Total biaya “bibit”
15.625.000
490.936.179
BIAYA PUPUK
-
-
Pupuk
Organis
"G1
10 TH
7.088.332.92
Wijaya"
225.600.000
4
Cairan hama organik
20.000.000
628.398.309
1.750.000
54.984.852
Pupuk Cair Coklat "G1 Wijaya"
1.508.155.94 Fonska
48.000.000
1
7.500.000
235.649.366
Cairan Alfa "G1 Wijaya" Pertumbuhan Pengiriman (Surabaya – Kutai Barat) - truk
3.141.991.54 100.000.000
4 12.657.512.9
total biaya pupuk
402.850.000
37
BIAYA TENAGA KERJA
-
-
Pembersihan
dan
3.141.991.54
pembatasan
100.000.000
4
pembenihan
12.000.000
377.038.985
Penanaman bibit
20.000.000
628.398.309 1.256.796.61
Pemeliharaan untuk pupuk 40.000.000 Pemeliharaan
8
untuk
pembersihan rumput dan gulma
20.000.000
628.398.309
Panen padi
30.000.000
942.597.463
Pengeringan beras yang belum dikuliti
3.141.991.54 100.000.000
4 3.141.991.54
Pemolesan
100.000.000
4
4 8
2 x N
NILAI/USIA
O JENIS
PERTUMBUHAN
TOTAL
3.000.000
94.259.746
Pengawasan
10 TH
13.353.464.0 Total biaya tenaga kerja
425.000.000
64 26.501.913.1
TOTAL BIAYA VARIABEL
843.475.000
79
NILAI
NILAI
N O JENIS
TOTAL PENJUALAN HARGA/KUANTITAS PENJUALAN TOTAL BIAYA TETAP
TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA VARIABEL/KUANTITAS
61.318.437.5
2.800.000.000
99
10.000
21.899
67.000.000
727.099.577 26.501.913.1
843.475.000
79
3.012
9.465
ANALISIS BEP MONETER (TOTAL AREA) BEP PRODUKSI
95.884.285
PRODUKSI
95.884.285
IDR
KUANTITAS (TOTAL
9.588
AREA) BEP
IDR
9.588 KG
KG
KUANTITAS (TOTAL
9,59 TO
AREA) BEP MONETER (TOTAL AREA) / HEKTARS
9,59 TO
N 1.917.686
IDR
N 1.917.686
IDR
4 9
2 x N
NILAI/USIA
O JENIS
PERTUMBUHAN
BEP PRODUKSI
PRODUKSI AREA)/HA
TOTAL
TH
KUANTITAS (TOTAL
AREA)/HA BEP
10
192
192 KG
KG
KUANTITAS (TOTAL
0,19 TO N
0,19 TO N
50
Lampiran 4. Jenis Tanah Kutai Barat
51
Lampiran 5. Peta Sistem Lahan Kutai Barat
52