Dongeng Sebelum Tidur

Page 1



Dongeng Sebelum Tidur X5 Angkatan 2010 Mei 2008 Penulis Siswa dan siswi kelas X5 Hak cipta X5 Angkatan 2010 Desain Sampul Muhammad Haidar Shofiyanto X5 Angkatan 2010 SMAN 3 Bandung Jl. Belitung No. 8 Bandung Tim Kreatif X5 Khalilan Lambangsari Muhammad Haidar Shofiyanto Sekar Kinanti Tistia Zulhendra Valiant Janir


Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat limpahan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan buku �Kumpulan Cerita Rakyat� yang kami beri judul : Dongeng Sebelum Tidur. Buku Kumpulan Cerita Rakyat ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan oleh Ibu Dra. Hj. Zulma Kartini. Dalam buku Kumpulan Cerita Rakyat ini terdapat empat puluh cerita rakyat yang diceritakan kembali oleh siswa-siswi kelas X-5 Angkatan 2010 SMAN 3 Bandung. Dengan tugas ini tentu akan terlihat sejauh mana kemampuan kami memahami apa yang telah kami baca dan kami simak, serta sejauh mana kemampuan kami siswa-siswi kelas X-5 dapat menyampaikan/menceritakan kembali tentang informasi-informasi yang telah kami baca atau kami dengarkan. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Ibu Zulma yang telah banyak memberikan penjelasan serta pengarahan kepada kami dalam penyusunan buku Kumpulan Cerita Rakyat ini. Juga terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam penyelesaian buku ini. Terutama kepada

V


seluruh siswa-siswi kelas X-5 yang telah bersungguhsungguh menyelesaikan tugas . Harapan kami, semoga buku ini dapat membuka wawasan kami sebagai generasi muda tentang cerita-cerita rakyat yang merupakan salah satu warisan dari nenek moyang kita, bangsa Indonesia. Juga, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca, karena banyak hal positif yang kita temukan dalam cerita rakyat. Terima kasih. Bandung, Maret 2008 Tim Kreatif Kelas X-5

VI


Kata Pengantar

v

Daftar Isi

vii

Daftar Dongeng

viii

Dongeng

1

Para Pendongeng

VIi

203


1.

Asal Usul Danau Toba

1

2.

Joko Kendil

5

3.

Buaya Putih

11

4.

Timun Mas

17

5.

Hikayat Bunga Kemuning

21

6.

Legenda Tambang Bleduk Kuwu

27

7.

Asal Usul Nama Yogyakarta

31

8.

Ratu Pantai Selatan

37

9.

Manik Angkeran Asal Mula Selat Bali

41

10. Karang Bolong

45

11.

49

Baru Kelinthing

12. Takaga Warna

53

13.

57

Terjadinya Meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi

14. Asal Mula Surabaya

63

15. Buaya Perompak

67

16. Putri Tandampalik

71

17. Bandung Bondowoso

79

18. Lutung Kasarung

83

19. Asal Mula Candi Loro Jonggrang

87

20. Sungai Jodoh

93

viii


99

21. Raja Parakeet 22. Si Lancang

103

23. Kabayan dan Nyi Iteung

109

24. Kisah Lutung Kasarung (Purbasari yang Baik Hati)

113

25. La Dana

119

26. Asal Mula Danau Toba

123

27. Aryo Menak

127

28. Talaga Warna

131

29. Mundinglaya Dikusumah

135

30. Legenda Pulau Kemaro

143

31.

147

Aryo Menak

32. Murtado Macan Kemayoran

151

33. Ajisaka Penakluk Raja Raksasa

163

34. Putri Nilarani

169

35. Timun Mas

175

36. Keong Mas

179

37. Brayut

183

38. Si Kabayan dan “Pencuri� Telur Ayam

187

39. Cindelaras

191

40. Kaba Cindua Mato

197 ix


geng Sebelum Tidur

1


ASAL USUL DANAU TOBA Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi tetap memilih untuk hidup sendiri. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberpa kali petani itu melemparkan dan menggoyang-goyangkan kailnya. Tiba – tiba kailnya bergoyang, ia segera menarik kailnya itu. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar. Ia takjub melihat warna sisiki ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah- merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani itu terkejut mendengar suara dari ikan itu, karena keterkejutannya ikan yang di tangkapnya jatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?” gumam petani itu. “Jangan takut Pak! Aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu”kata gadis itu. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai sepasang suami istri. Namun, ada satu janji yang telah di sepakati, yaitu mereka tidak geng Sebelum Tidur

2


boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat. Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tentram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet, karena ketekunan dan keuletannya petani itu hidup tanpa kekurangan di dalam hidupnya. Banyak orang iri dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhlus halus!” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun, mereka tidak merasa tersinggung dengan perkataan tersebut, bahkan mereka semakin rajin bekerja. Setahun kemudian, kebahagiaan Petana dan Puteri bertambah. Puteri melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri untuk bekerja makin rajin. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orangtuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri. Lama kelamaan Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orangtuanya, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan suaminya agar bersabar atas ulah anaknya itu. “Ya, aku akan bersabar, walau geng Sebelum Tidur

3


bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik” puji istri pada suaminya. Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini di alami oleh petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah dimana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tahu diuntung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangannya itu. Setelah petani mengucapkan kata-katanya itu, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba – tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa petani dan desa sekitarnya pun terendam air semua. Air meluap sangat tinggi dan luas, sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya di kenal dengan nama Danau Toba. Sedangakn pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

geng Sebelum Tidur

4


geng Sebelum Tidur

5


JOKO KENDIL Pada zaman dahulu, hidup seorang janda miskin yang mempunyai seorang anak laki-laki. Anak itu mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai periuk kecil atau biasa disebut kendil oleh orang Jawa Tengah. Oleh karena itu, anak tersebut dijuluki Joko Kendil. Walaupun demikian, ibu Joko Kendil tidak pernah menangisi nasibnya. Beliau sangat mencintai anaknya dan apa saja yang diminta oleh Joko Kendil, jika memungkinkan, akan selalu dipenuhinya. Ketika masih kecil, Joko Kendil tidak berbeda dengan anak-anak seusianya. Ia senang bersenda gurau dengan temantemannya. Ia juga sering memanfaatkan bentuk tubuhnya guna memperoleh keuntungan. Misalnya, jika di kampungnya ada kenduri, diam-diam ia menyelinap ke dapur dan berdiri di antara kendil-kendil makanan yang ada di sana. Akibatnya, tukang masak pun tertipu. Mereka menyangka Joko Kendil adalah kendil makanan biasa. Dengan santainya, mereka memasukkan berbagai makanan enak ke dalam mulut Joko Kendil. Lalu, Joko membawa pulang semua makanan itu untuk diberikan kepada ibunya. “Joko Kendil, dari mana kaucuri makanan-makanan enak ini?� teriak ibunya. “Joko tidak mencuri, Bu. Orang yang menggelar kenduri memberikannya kepada Joko. Tentu saja, Joko menerimanya. Bukankah kita butuh makanan, Bu?� jawab Joko Kendil. Joko menceritakan pengalamannya ketika dia duduk sejajar dengan

geng Sebelum Tidur

6


kendil-kendil yang lain. Alhasil, ibunya tertawa mendengar tipu daya yang dilakukan Joko Kendil. Waktu terus berjalan dan Joko Kendil pun menjadi dewasa. Namun, bentuk tubuhnya tetap kerdil. Suatu hari, Joko Kendil meminta sesuatu kepada ibunya. Ia meminta agar ibunya mau melamarkan seorang putri raja untuk dijadikan istrinya. Ibunya amat terkejut dan berkata,”Bagaimana ibu dapat melamar putri raja? Engkau anak orang miskin, lagipula bentuk tubuhmu menyebabkan orang lain tertawa. Apa engkau tidak malu melihat dirimu sendiri?” “Jangan berkecil hati, Bu. Penuhi saja permintaan anakmu ini.” jawab Joko Kendil. Dengan hati diliputi penuh keraguan,Joko Kendil dan ibunya pergi menghadap raja untuk menyampaikan permohonan anaknya. Raja memiliki tiga orang putri cantik. Setelah mendengar permohonan ibu Joko Kendil, di luar dugaan, raja tidak marah. Beliau meneruskan lamaran itu kepada ketiga putrinya. Putri pertama menjawab,” Ayah, saya tidak sudi menikah dengan Joko Kendil yang miskin itu! Saya ingin diperistri raja yang kaya. “ Putri kedua menjawab,” Ayah, saya tidak sudi menikah dengan Joko Kendil yang buruk rupa. Saya hanya bersedia menjadi istri seorang pangeran. “ geng Sebelum Tidur

7


Putri bungsu menjawab,� Ayah, jika ayah tidak keberatan, dengan senang hati saya menerima lamaran Joko Kendil. Semoga ayah merestui kami berdua.� Mendengar jawaban si Bungsu, raja amat heran. Raja tidak mengerti apa yang mendorong putrinya menerima Joko Kendil. Akan tetapi, keputusan telah diambil dan raja tidak dapat mencegah lagi. Sebagai seorang raja yang selalu menepati janji, beliau menyampaikan keputusan yang telah diambil oleh putrinya kepada ibu Joko Kendil. Pernikahan pun dilangsungkan dalam waktu singkat. Melihat rupa Joko Kendil yang amat buruk itu, Dewi Melati selalu diejek oleh kedua kakaknya. Hal ini terjadi setiap saat dan membuat hati putri bungsu itu sedih sekali. Tetapi, Dewi Melati tetap sabar dan tabah. Pada suatu hari, raja mengadakan pertandingan adu ketangkasan para panglimanya. Pertandingan dilakukan di lapangan terbuka di depan istana. Raja beserta ketiga putrinya turut menyaksikan pertandingan tersebut. Akan tetapi, Joko Kendil tidak terlihat di tribun penonton. Joko Kendil telah meminta izin kepada raja untuk tetap tinggal di istana dengan alasan bahwa pada hari itu ia tidak enak badan. Dewi Melati menyaksikan pertandingan tanpa Joko Kendil di sampingnya. Pertandingan ketangkasan dimulai. Tepuk tangan penonton riuh rendah. Para panglima dan pangeran memperlihatkan kecakapan dan kepandaian masing-masing, ketrampilan menggunakan senjata, dan kemahiran berkuda. Di geng Sebelum Tidur

8


tengah pertandingan, perhatian semua penonton tertuju kepada seorang ksatria tampan, gagah, dan tangkas. Ia mengenakan pakaian yang gemerlapan bagai seorang pangeran. Raja dan kedua putrinya yang tertarik menduga-duga, siapa gerangan ksatria tersebut. “Melati, ksatria yang tampan itulah yang pantas menjadi suamimu atau suamiku. Bukan Joko Kendil yang buruk rupa‌â€?ujar salah satu kakak Dewi Melati. Karena tidak tahan mendengar cemoohan kakakkakaknya, sambil menangis, Dewi Melati segera meninggalkan arena pertandingan. Ia masuk ke dalam kamar tidurnya dengan penuh kesedihan. Dewi Melati melihat sebuah kendil yang tergeletak di pojok kamar dalam keadaan kosong. Karena tidak dapat menahan kekesalannya, Dewi melati membanting kendil itu dengan sekuat tenaga. Kendil itu pecah berkeping-keping di lantai diiringi isak tangis Dewi Melati. Setelah pertandingan usai, keadaan di luar menjadi sunyi kembali. Tiba-tiba terlihat seorang ksatria menyelinap masuk ke dalam kamar Dewi Melati. Ksatria itu mendekati Dewi Melati. Ia mengangkat dagu Dewi Melati. Tentu saja, Dewi Melati sangat terkejut. Ia bangkit dan berlari meninggalkan kamarnya karena dilihatnya ada orang asing di depannya padahal ia telah menjadi istri Joko Kendil. Ksatria asing itu segera mencegahnya dan menceritakan siapa ia sebenarnya. Ia menjelaskan bahwa dialah Joko Kendil yang jelek dan selama ini, ia terkena kutukan sehingga tubuhnya berubah menjadi seperti kendil. Dia dapat menjelma menjadi seorang ksatria kembali setelah ada seorang putri yang geng Sebelum Tidur

9


mau berkorban untuk menikah dengannya. Tanpa pengorbanan Dewi Melati, dia akan tetap menjadi Joko Kendil selamanya. Perubahan ini membuat hati Dewi Melati bahagia dan bangga. Sebaliknya, kejadian ini membuat kedua kakaknya amat iri kepadanya.

geng Sebelum Tidur

10


geng Sebelum Tidur

11


Buaya Putih Di sebuah desa yang terpencil, di tepi sebuah sungai, hiduplah serotang janda dengan seorang anaknya. Janda tersebut bernama Dewi Larangan, dan anaknya bernama Bayu. Mereka hidup sangat sederhana. Hati mereka sangat senang karena dapat berkawan dengan alam dan hewan-hewan. Bayu mempunyai sahabat. Namanya Bajulmitra. Bajulmitra adalah seekor buaya besar. Ia menjadi pelatih Bayu dalam hal berenang. Mereka sudah bersahabat sejak Bayu masih kecil, semenjak Dewi Larangan tinggal di tepi sungai itu. Karena sudah sering diajak ke sungai sejak kecil, setelah besar ia menjadi senang bermain di air. Bayu pandai berenang dan menyelam. Kadang ia naik ke atas pohon di tepi sungai, dan dari pohon itu Bbayu melompat ke sungai. Bajulmitra sang buaya, setia menungguinya di tepi sungai. Bahkan Bajulmitra sering melatih Bayu menyelam sampai dasar sungai. Suatu ketika, setelah tahun kesebelas peristiwa tenggelamnya suami Dewi Larangan, Dewi Larangan ingin mengenang kematian suaminya yang merupakan seorang adipati. Dan untuk mengenangnya, Dewi Larangan berbusana seorang istri adipati. Tatkala Dewi Larangan sedang hanyut perasaan, tiba-tiba terdengar suara Bayu yang berteriak memanggil ibunya. Katanya, ”Bu, ibu, lihatlah benda ini!” Dengan cepat Bayu berenang ke tepi sungai diikuti oleh Bajulmitra. “Kalung?” Jawab Ibunya. “Dari mana kau mendapatkan kalung ini? Ini Kalung ayahmu!” geng Sebelum Tidur

12


Dewi Larangan menggenggam kalung itu dengan gemetar. Bajulmitra memperhatikan anak dan ibu dengan mata tak berkedip. Kemudian Dewi Larangan menceritakan peristiwa yang terjadi sebelas tahun yang lalu. Ternyata ayah Bayu adalah mantan seorang adipati, dan ia tenggelam dalam sungai tersebut karena ia berdusta pada Dewi Larangan, sehingga ia mendapat hukuman dari Tuhan. “Apakah benar Ayah sering berdusta pada Ibu?” Tanya Bayu. “Kalau demikian ayah itu jahat, sehingga dihukum Tuhan!” “Memang benar Ayahmu sering berdusta pada ibu untuk menutupi perbuatannya. Oleh karena itu, engkau jangan berdusta agar engkau tidak dihukum.” kata Dewi Larangan. Sedang asyik mereka berdua berbicara, tiba-tiba mereka melihat beberapa ekor buaya berenang menuju ke hulu. Mereka nampak tergesa-gesa. “Bajul!” Kata Bayu. “Ada apa dengan kawan-kawanmu itu? Nampaknya mereka sedang berlomba-lomba mencari mangsa!” Banjulmitra hanya memalingkan kepalanya, dan pergi mengejar kawan-kawannya. Dewi Larangan tersentak dari lamunannya tentang suaminya. Ia mendengar suara sayup-sayup dari hulu sungai. “ Awas Tuan Adipati, buaya-buaya itu sangat ganas!”

geng Sebelum Tidur

13


“Jangan khawatir!” Jawab Adipati. “Tetaplah kau mendayung, biar aku saja yang menghadapi buaya-buaya itu.” Ternyata Dewi Larangan merasa ia mengenal suara itu. Ia mengajak Bayu untuk mendekati asal suara itu. Ternyata suara tersebut berasal dari Kanda Adipati, kakak Dewi Larangan. “Oh, itu Kanda Adipati!” kata Dewi Larangan panic. “Kanda Adipati siapa Bu?” Tanya Bayu. “Kanda Adipati Wirasaba namanya. Itu adalah kakak Ibu, dan ia adalah Pakde mu!” Jawab Dewi Larangan. “Ayo kita cepat ke sana!” perintah Dewi Larangan. Bayu mengajak Bajul menuju sumber suara tersebut. Setelah sampai di hulu sungai, mereka melihat Kanda Adipati Wirasaba sedang bertarung melawan tiga ekor buaya dari atas perahu. Berkali-kali tangkai dayungnya menghantam mulut buaya-buaya tersebut. Ketika Adipati Wirasaba lengah, salah satu buaya tersebut menghantamkan ekornya ke tangkai dayung yang dipegang Adipati Wirasaba. Tubuhnya mulai gemetaran karena kehilangan keseimbangan. Bayu menyuruh Bajul melerai pertarungan. Sementara Adipati masih terhuyung-huyung, mendadak tiga ekor buaya itu menghantamkan ekornya ke perahu. Perahu oleng dengan kerasnya. Adipati tidak dapat menguasai tubuhnya. Ia pun terpelanting masuk ke dalam sungai. Melihat kejadian itu, serta merta Bayu dengan sigap langsung menolong sang Adipati Wirasaba. Sedang Bajulmitra geng Sebelum Tidur

14


mendekati kawan-kawannya. Ketiga buaya penyerang itu kemudian meniggalkan perahu dan menyelam ke dasar sungai. Dengan susah payah Bauh menolong Adipati naik kembali ke perahu. Setelah sampai di daratan, Adipati Wirasaba berkata,”Kurang ajar benar buaya-buaya itu! Akan kudatangkan prajurit kadipaten untuk memusnahkan mereka!” “Kanda Adipati, janganlah Kanda balas dendam kepada buaya-buaya itu. Mereka tidak akan menyerang kalau tidak diganggu,” sahut Dewi Larangan. Pengawal menimpali ucapan Dewi Larangan, “Betul Kanda, semula buaya-buaya itu hanya berenang di belakang perahu. Tetapi ketika Tuan Adipati memukul seekor buaya dengan dayung, mereka menjadi ganas dan menyerang perahu!” Setelah dialog sebab musabab terjadinya peristiwa tersebut, barulah Adipati Wirasaba ingat kalau yang menolongnya, Bayu, adalah anak adiknya. Ia pun sadar kalau wanita yang ditemuinya adalah adiknya, Dewi Larangan. Andaikata Bayu tidak ada, apalah jadinya. Dewi Larangan mengingatkan kakaknya kalau kejadian yang baru dialaminya itu setimpal dengan janjinya yang tidak pernah ia tepati. Adipati Wirasaba pernah berjanji, ia akan menjenguk saudara perempuannya itu setiap dua bulan, tetapi kenyataannya, sampai sepuluh tahun pun belum pernah. Bahkan Bayu pun sudah besar sekarang.

geng Sebelum Tidur

15


Selesai percakapan-percakapan, Dewi Larangan dan Bayu diajak Adipati Wirasaba untuk datang ke Kadipaten. Mereka nampak tergesa-gesa. Setelah sampai di Kadipaten mereka semua saling melepas rindu. Adipati Wirasaba menceritakan peristiwa yang baru terjadi kepada istrinya. “Untung saja ada Bayu, kalau tidak mungkin aku sudah mati tenggelam,� kata Adipati Wirasaba. Ternyata, setelah itu, Adipati beserta istrinya menghendaki Dewi Larangan serta Bayu untuk tinggal di Kadipaten. Tapi Dewi Larangan menolak kehendak kakaknya. Ia dan anaknya lebih senang hidup di tepi sungai, bersahabat dengan alam dan bermain dengan Bajulmitra.

geng Sebelum Tidur

16


geng Sebelum Tidur

17


Timun Mas Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun. Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun. "Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan," kata Raksasa. "Terima kasih, Raksasa," kata suami istri itu. "Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku," sahut Raksasa. Suami istri itu sangat menginginkan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju. Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Setelah berbulanbulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan. Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas. geng Sebelum Tidur

18


Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas. Petani itu mencoba tenang. "Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya," katanya. Petani itu segera menemui anaknya. "Anakkku, ambillah ini," katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. "Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin," katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri. Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, ia telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan. Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah. Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri. geng Sebelum Tidur

19


Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimunmentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur. Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam. Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. "Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku," kata mereka gembira. Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.

geng Sebelum Tidur

20


geng Sebelum Tidur

21


Hikayat Bunga Kemuning Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang arif bijaksana. Raja tersebut mempunyai sepuluh orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja sangat sibuk dengan urusan kepemimpinannya, sedangkan istrinya meninggal setelah melahirkan putri bungsunya. Oleh sebab itu, kesepuluh puterinya diasuh oleh para inang pengasuh. Semakin bertambah dewasa, puteri-puteri raja tersebut semakin manja dan nakal. Mereka hanya senang bermain di danau dan tidak mau membantu ayahnya. Bahkan pertengkaran sering terjadi di antara mereka. Kesepuluh puteri raja dinamai dengan nama-nama warna. Puteri sulung diberi nama Puteri Jambon. Adik-adiknya diberi nama Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Jingga, Puteri Merah, Puteri Biru, Puteri Ungu, Puteri Merah Muda, dan Puteri Kuning. Warna pakaian yang dikenakan puteri-puteri tersebut selalu sesuai dengan namanya masingmasing. Dengan begitu, ayahnya dapat mengenali anakanaknya dengan mudah. Semua puteri raja memiliki sifat dan kecantikan yang hampir sama, kecuali si bungsu Puteri Kuning. Meskipun memiliki kecantikan yang hampir sama, tetapi sifatnya sangatlah berbeda dengan kakak-kakaknya. Ia tidak manja dan nakal, sebaliknya ia sangat baik hati dan ramah kepada setiap orang. Ia lebih senang bepergian bersama inang pengasuh daripada bersama kakak-kakaknya. Pada suatu hari, raja hendak pergi ke suatu tempat yang jauh. Ia mengumpulkan anak-anaknya dan bertanya,�Anakanakku, aku hendak pergi ke suatu tempat yang jauh. Ayah geng Sebelum Tidur

22


ingin tahu, oleh-oleh apa yang kalian inginkan?” tanya sang raja. “Aku ingin perhiasan yang mahal” sahut Puteri Jambon. “Aku ingin kain sutera yang berkilau-kilau,” sahut Puteri Jingga dengan semangatnya. Semua puteri-puteri nya meminta barang yang mahal-mahal. Tetapi berbeda dangan Puteri Kuning. Sambil memegang tangan ayahnya,“Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat,” kata Puteri Kuning. Mendengar hal itu, semua kakaknya mencemoohnya. Sang raja yang bijaksana kemudian berkata,”Anakku yang baik hati, tentu saja aku akan kembali ke istana dengan selamat, dan akan kubawakan oleh-oleh untukmu,”kata raja. “Terima kasih ayah,” kata Puteri Kuning. Selama raja tidak ada, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak para inang pengasuh dan menyuruh para pelayan untuk menuruti permintaannya. Karena terlalu sibuk melayani para puteri yang rewel itu, mereka tidak sempat membereskan taman dan melakukan pekerjaan lainnya. Puteri Kuning sangat sedih karena taman menjadi kotor dan terbengkalai, padahal tempat itu adalah tempat kesayangan ayahnya. Karena tidak ingin ayahnya sedih, Puteri Kuning lalu membersihkannya. Ia menyapu taman, merontokkan daun-daun yang kering, dan mencabuti rumputrumput liar. Semula inang pengasuh melarang Puteri Kuning melakukan hal tersebut, tetapi Puteri Kuning bersikeras untuk membersihkan taman. Tiba-tiba Puteri Kuning ditertawakan oleh kakakkakaknya atas apa yang dilakukannya. “Lihat! Tampaknnya kita punya pelayan baru!” kata salah seorang diantaranya. “Hai pelayan! Lihat, masih ada kotoran di sini!” ujar Puteri Merah geng Sebelum Tidur

23


sambil melemparkan daun yang telah disapu ke wajah Puteri Kuning. Taman yang tadinya sudah rapih menjadi berantakan kembali. Puteri Kuning yang diperlakukan seperti itu hanya diam saja, dan kembali menyapu halaman. Tetapi kakaknya kembali melakukan hal yang sama berulang kali sampai Puteri Kuning kelelahan. Sekarang ia mengerti perasaan para pelayan yang selalu disuruh-suruh oleh kakak-kakaknya. Selama sang raja pergi, Puteri Kuning selalu membersihkan taman dan seperti biasa kakak-kakaknya selalu mengganggu Puteri Kuning. “Kalian sungguh keterlaluan! Seharusnya ayah tidak usah membawakan kalian apa-apa!” kata Puteri Kuning. Ia sangat marah atas perlakuan kakak-kakaknya terhadapnya. “Ah sudahlah, aku bosan. Lebih baik kita mandi di danau saja!” sahut Puteri Nila. Kemudian mereka meninggalkan Puteri Kuning sendirian. Begitulah yang terjadi setiap hari selama Raja tidak ada. Saat raja pulang, ia melihat Puteri Kuning sedang merangkai bunga sendirian di taman, sedangkan kakakkakaknya sedang asyik bermain di danau. Melihat hal itu raja menjadi sangat sedih, kemudian ia menghampiri Puteri Kuning dan menghiburnya,“Puteriku yang baik budi, rajin sekali engkau merangkai bunga yang cantik ini”. Kemudian raja memberikan oleh – oleh yang khawatir tidak diterimanya. “Maafkan ayah karena hanya dapat memberikan kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning seperti kesukaanmu,” kata raja. Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning ke berbagai negeri, tetapi ia tidak menemukannya.

geng Sebelum Tidur

24


“Tidak apa-apa ayah, warna hijau pun cantik! Lihat, warnanya serasi dengan warna pakaianku. Terima kasih atas hadiah ini ayah, akan kubuatkan teh hangat untukmu,” ucap Puteri Kuning. Saat Puteri Kuning sedang membuat teh hangat, kesembilan puteri yang lain berdatangan. Mereka langsung mencari hadiahnya masing-masing dan saling memamerkannya satu sama lain. Mereka bahkan tidak ingat pada Puteri kuning dan tidak pula menanyakan hadiahnya. Keesokan harinya saat Puteri Kuning sedang berjalanjalan di taman, Puteri Hijau melihat kalung milik Puteri Kuning. “Kalungmu bagus sekali! Tetapi seharusnya itu untukku karena aku Puteri Hijau!” sahut Puteri Hijau. “Ayah memberikan kalung ini untukku, bukan untukmu,” balas Puteri Kuning yang kemudian meninggalkan kakaknya. Mendengar itu, Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudaranya yang lain dan menghasutnya. “Kalung itu milikku, tetapi Puteri Kuning mengambilnya dari saku ayah,” kata Puteri Hijau sambil berpura-pura sedih. “Kita harus memberinya pelajaran,” sahut Puteri Jingga. Semuanya sepakat untuk merampas kalung tersebut, dan mereka pun segera mencari Puteri Kuning. Saat bertemu adik bungsunya, mereka langsung memarahi dan memukul kepala Puteri Kuning. Tidak disangka, pukulan kakak-kakaknya itu membuat Puteri Kuning meninggal. “Celaka! Kita harus segera menguburnya!” kata Puteri Hijau. Mereka pun segera mengubur adiknya yang sudah tidak bernyawa itu di taman istana. Kalung batu hijau milik Puteri Kuning pun ikut dikubur karena Puteri Hijau sudah tidak menginginkannya lagi.

geng Sebelum Tidur

25


Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu keberadaan Puteri tersebut. Kakak-kakaknya pun hanya menggeleng ketika ditanya. Berminggu-minggu, berbulanbulan mencarinya, raja tetap tidak berhasil menemukan anaknya itu. Raja menjadi marah,�Pengawal! Cari dan temukan Puteri Kuning segera!� teriak raja. Tetapi tentu saja tidak ada yang berhasil menemukan Puteri Kuning. �Aku ini memang ayah yang tidak baik, biarlah aku kirim anak-anakku ke tempat yang jauh untuk belajar budi pekerti,� sesal Sang Raja. Begitulah akhirnya kesembilan puteri tersebut dikirim ke tempat yang jauh, sementara Sang Raja sering termenung di istana memikirkan Puteri Kuning. Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran melihatnya. "Tanaman apakah ini? Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, tanaman ini akan kuberi nama Kemuning!" kata raja dengan senang. Sejak saat itulah Bunga Kemuning mendapatkan namanya. Bahkan, bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya bisa dibuat menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.

geng Sebelum Tidur

26


geng Sebelum Tidur

27


Legenda Tambang Garam Bleduk Kuwu Di Kabupaten Porwodadi Grobogan,Jawa Tengah, terdapat tambang garam yang unik. Keunikannya adalah air garam yang ditambang diperoleh dari letupan Lumpur panas yang terdapat di daerah itu. Air yang berasal dari letupan Lumpur panas itu dialirkan ke dalam sumur-sumur yang dangkal, lalu ditimba kemudian dimasukkan ke dalam bamboo dan selanjutnya dijemur di panas matahari. Bagaimana tanbang garam itu terjadi, menurut cerita yang berkembang dan dipercaya kejadiaannya sebagai berikut. Pada suatu hari kerajaan Medangkamulan diperintahkan oleh seorang raja muda yang belum memiliki istri. Raja tersebut memiliki kegemaran berjalan-jalan ke desa-desa yang menjadi wilayahnya. Suatu hari ketika raja berjalan-jalan, ia menemukan sebutir telur yang ukurannya sebesar telur angsa,lalu telur tersebut diberikan kepada seorang penumbuk padi dan disimpan di bawah tumpukan padi. Beberapa waktu kemudian telur tersebut menetas dan mengeluarkan seekor anak naga. Anak naga tersebut tumbuh menjadi seekor naga yang gagah Naga itu diberi nama Jaka Linglung. Ia sakti dan dapat berbicara seperti manusia. Tetapi kehadirannya di desa, membuat penduduk resah, sebab ia selalu memakan ternak yang dijumpainya. Jaka Linlung selalu menanyakan siapa ayahnya dan dai mana asalnya. Penumbuk padi hanya bisa mengatakan bahwa ayah Jaka Linglung adalah raja Medangkamulan, jaka pun langsung pergi menuju istana.

geng Sebelum Tidur

28


Setibanya di istana, ia langsung menghadap raja dan mengaku sebagai putra seorang raja. Maka raja berkata�Bila kau benar-benar anakku, pergilah ke laut selatan, binasakanlah musuhku yang berwujud buaya putih, bila kau menang itu menunjukkan bahwa kau benar-benar anakku�. Jaka linglung berangkat ke laut selatan dengan hati bersemangat. Dicarinya buaya putih, diserangnya habis-habisan,buaya putih pun kalah dan mati. Jaka linglung kembali ke Medangkamulan,karena ia lupa letak kerajaan maka ia berulang kali melakukan kesalahan. Rupanya jalan yang dilalui Jaka adalah aliran sungai garam yang berasal dari laut selatan. Setibanya di Medangkamulan, ia pun disambut gembira oleh raja. Jaka diperkenankan tinggal di istana. Namun kejadian seperti di desa penumbuk terulang kembali. Jaka sering memakan ternak yang dijumpainya, bahkan terkadang mencuri ternak. Jaka diperintahkan untuk bertapa. Badannya melingkar di gunung kapur serta mulutnya menganga. Ia tidak diperkenankan makan apabila tidak ada benda yang jatuh ke dalam mulutnya.

geng Sebelum Tidur

29


geng Sebelum Tidur

30


geng Sebelum Tidur

31


ASAL USUL NAMA KOTA YOGYAKARTA Nama Yogyakarta berasal dari kata Ayodya, nama sebuah kerajaan terkenal dalam jagad wayang serial epos Ramayana. Ayodya adalah kerajaan tempat Sri Rama dilahirkan. Mengapa nama itu yang dipilih? Berikut ceritanya. Sebelum di Yogyakarta dan Surakarta didirikan kerajaan, wilayah itu menjadi satu dan disebut Mataram dengan ibu kota Kartasura, yang jaraknya kurang lebih sepuluh kilometer di sebelah barar Surakarta (yang sekarang terkenal dengan sebutan kota Solo). Di kerajaaan ini, bertahta Susuhunan Paku Bowono II. Pada tahunu 1740, di Batavia yang sekarang disebut Jakarta, terjadi pemberontakan yang merember ke Kartasura, sehingga kerajaan itu pada tahun 1742 jatuh. Raja beserta pasukan dan semua narapraja melarikan diri ke arah timur, yakni ke suatu tempat yang kemudian dinamakani Surakarta. Pemerintah penjajahan Belanda atau Kompeni ikut membantu memulihkan wibawa raja di tempat yang baru. Namun, keadaan belum juga tenang. Sebab, Raden Mas Said, kemenakan raja memberontak. Kemudian raja membuat semacam sayembara, yakni: siapapun yang dapat memadamkan pemberontakan itu akan di hadiahi tanah yang luas sekali di daerah Sokowati. Tertarik dengan hadiah itu, Pangeran Mangkubumi, adik raja menyanggupkan diri untuk menetramkan keadaan. Akan tetapi, Patih Pringgoloyo tidak setuju. “Kalau Pangeran Mangkubumi mendapatkan hadiah tanah yagn begitu luas, ia akan terlalu kuat. Itu berbahaya!�

geng Sebelum Tidur

32


kata patih itu sembari menghaturkan sembah. Sementara masalah itu belum dapat diselesaikan, datanglah Gubernur Jenderal van Imhoff menagih janji kepada Susuhunanm yakni tanah di pantai utara, sebagai pembayaran atas jasanya membantu memadamkan pemberontakan di Kartasura dan menetramkan keadaan. Hamba setuju, Hamba setuju. Bapak Gubernur Jenderal pan Imop harus diberi hadiah tanah itu. Dan wilayah Sokowati jangan diberikan kepada Pangeran Mangkubumi. Jangan. Pokoknya jangan. Dibatalkan saja janji itu!� Kata Patih Pringgoloyo dengan suara melengking-lengking. Tentu saja, Pangeran Mangkubumi sangat marah mendengar kata-kata yang diucapkan Pringgoloyo. Susuhunan Paku Buwono II, sebenarnya maklum akan amarah Mangkubumi. Tetapi, Gubernur Jenderal van Imhoff menegur Pangeran Mangkubumi agar dapat menahan diri. “Kamu harus bersikap sopan Mangkubumi,� kata van Imhoff. Dapat dibayangkan, betapa malunya Pangeran Mangkubumi. Dirumahnya sendiri, di kerajaan sendiri, ditanah air sendiri, dikata-katai seperti itu. Karena tidak dapat menahan amarahnya, Pangeran Mangkubumi segera memberikan sembah kepada Susuhunan Paku Buwono II, dan mohon diri. Ia bergabung dengan Raden Mas Said, orang yang seharusnya tumpas, untuk bersama melawan Belanda yang amat sangat kurang ajar itu. Pemberontakan yang dipimpin dua bangsawan tangguh

geng Sebelum Tidur

33


semakin hari semakin meluas. Pada tahun 1570, di bawah pimpinan Radan Mas Said, yang juga dikenal dengan Pangeran Samebr Nyawa, pasukan pemberontak menyerbu Surakarta lagi, kompeni Belanda diminta bantuan untuk mengusirnya. Berhasil menang tetapi ratusan tentara Belanda terbunuh, beberapa luka parah. Bahkan, dua tahun kemudian pada tahun 1752 pemberontakan semakin merajarela. Pangeran Mangkubumi berhasil membujuk rakyat dari Madura sampai Banten untuk menolak semua perintah Belanda. Sementara itu, Paku Buwono II sudah digantikan oleh Paku Buwono III dan van Imhopp diganti oleh von Honderhoff. Dua tahun kemudian, Gubernur Jenderal ini diganti oleh Nicholas Hartingh. Ia segera menghubungi Pangeran Mangkubumi dan melalui seorang ulama beradarah Turki, bernama Syeh Ibrahim alias Sarip Besar, menawarkan perdamaian. Tawaran diterima dengan syarat Mataram dibagi dua. Pembagian kerajaan ini dikenal dengan nama Perjanjian Gianti, yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 1755. Bagaimana dengan Raden Mas Said yang berjuang bersama-sama dengan Pangeran Mangkubum? Kelihaian Belanda adalah memecah-belah, mangadu domba, dan kemudian menguasainya. Sebelum Honderhoff diganti Hartingh sudah menghubungi Radan Mas Said dan menawarkan kedudukan sebagai putra mahkota, tetapi ditolaknya. Cara-cara Honderhoff melakukank ontak dibuat sedemikian rupa sehingga Pangeran Mangkubumi mencurigai Radan Mas Said. Oleh karena itu, keduanya pecah, mereka berjuang sendirisendiri. geng Sebelum Tidur

34


Tatkala Perjanjian Gianti ditandatangani, Susuhunan Paku Buwono III menyerahkan keris pusaka bernama Kyai Kopek, yang semula milik Sunan Kalijaga, kepada Pangeran Mangkubumi. Pada saai itulah, Mangkubumi resmi menjadi raja dan bergelar Sultan Hamengku Bubwono I. Maka, sekarang tibalah waktunya untuk mencari tempat dimana istana akan didirikan. Sementara usaha sedang dilakukan, Sultan berkenan bertempat tinggal di Ambar Ketawang, tidak terlalu jauh dari Art Gallery milik pelukis terkemuka, Drs.H. Amri Yahya. Beberapa punggawa kerajaan diutus untuk mencari tempat yang tepat. Tentu saja, ini bukan pekerjaan mudah. Sebab, walaupun pada waktu itu ilmu pengetahuan membangun rumah belum maju seperti sekarang, pengetahuan tradisional sudah cukup sebagai bekal. Namun, karena kegigihan para punggawa, akhirnya tempat itu ditemukan, yaitu hutan Garjitawati, tidak jauh dari desa Beringan. Sultan pun menyetujuinya. Lalu, akan diberi nama apa kerajaan itu? Alkisah, tatkala masih memimpin perang, Pangeran Mangkubumi senantiasa dipandang mereka dengan penuh kekaguman oleh para prajurit dan punggawa. Apalagi tatkala Mangkubumi berhasil menghimpun rakyat di pantai utara untuk melawan belanda. Tidaklah mengherankan jika punggawa membayangkan bahwa Mangkubumi adalah jelmaan dewa Wisnu. Dalam perwayangan, dewa Wisnu menjelma menjadi Krisna yang berkerajaan di Dwarawati. Ia menjadi penasihat geng Sebelum Tidur

35


keluarga pandawa yang memenangkan pertempuran besar Bharatayudha. Bagi para punggawa dewa Wisnu menjelma menjadi Sri Rama yang berkerajaan di Ayodya, Karena Mangkubumi yang sudah bergelar Sultan Hamengkubuwono I dipandang sebagai jelmaan dewa Wisnu dalam wujud Sri Rama, pantaslah jika kerajaannya disebut Ayodya, yang kemudian disingkat menjadi Yodya yang memiliki arti serba baik.

geng Sebelum Tidur

36


geng Sebelum Tidur

37


Ratu Pantai Selatan Pada zaman dahulu, hiduplah seorang putri berparas elok. Putri tersebut bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia sering disebut Dewi Srengenge, yang artinya Matahari Jelita. Kadita adalah putri Raja Munding Wangi. Walaupun Kadita sangat cantik, Raja tetap berduka karena tidak memiliki putra mahkota yang dapat menggantikan posisinya kelak. Baru setelah Raja memperistrikan Dewi Mutiara, lahir seorang anak lelaki. Akan tetapi, begitu Raja memberikan perhatian yang lebih kepada putranya itu, Dewi Mutiara mulai mengajukan tuntutan-tuntutan, antara lain, memastikan anaknya itu akan menggantikan tahta dan Dewi Kadita harus diusir dari istana. Permintaan pertama dipenuhi, tetapi untuk mengusir Kadita, Raja Munding Wangi tidak bersedia. “Ini keterlaluan,” Kata Raja. “Aku tidak bersedia meluluskan permintaanmu yang keji itu,” sambungnya. Mendengar jawaban demikian, Dewi Mutiara malahan tersenyum dengan sangat manis, sehingga kemarahan Raja, perlahan-lahan reda. Tetapi sebenarnya isi hati istri kedua itu yakni rasa dendam. Esoknya, pagi-pagi sekali, Dewi Mutiara pengutus inangnya untuk memanggil seorang tukang sihir, si Jahil namanya. Kepada si Jahil, diperintahkannya agar Dewi Kadita segera dikirimkan guna-guna. “Buat tubuhnya berkudis dan berkurap!,” perintahnya.

geng Sebelum Tidur

38


“Kalau berhasil, aku akan memberikan hadiah yang besar untukmu!� sambungnya. Si Jahil menyanggupinya. Malam harinya, tatkala Kadita sedang lelap, masuklah angin semilir ke dalam kamarnya. Angin itu berbau busuk, mirip bau bangkai. Saat Kadita terbangun, ia menjerit. Seluruh tubuhnya penuh dengan kudis, bernanah dan sangat berbau tidak sedap. Bagitu Raja Munding Wangi mendengar berita tersebut pada pagi harinya, hatinya sangatlah sedih. Dalam hatinya, Raja Munding Wangi tahu bahwa yang diderita Kadita bukanlah penyakit biasa, tetapi guna-guna. Raja juga sudah menduga bahwa sangat mungkin Mutiaralah yang merencanakannya. Hanya saja, bagaimana cara membuktikannya. Dalam perasaat yang bimbang, Raja harus segera memutuskan. Atas desakan patih, putri yang semula sangat cantik itu mesti dibuang jauh agar tidak menjadikan aib. Maka berangkatlah Kadita seorang diri, bak pengemis yang diusir dari rumah orang kaya. Hatinya remuk redam, air matanya berlinangan, namun ia tetap percaya, bahwa Sang Maha Pencipta akan memberikan jalan. Campur tanganNya pasti akan tiba. Untuk itu ia teringat pepatah neneknya agar tidak mendendam dan membenci orang yang membencinya. Siang dan malam ia berjalan. Sudah tujuh hari tujuh malam lama waktu yang ditempuhnya. Akhirnya ia tiba di pantai Laut Selatan. Kemudian Ia berdiri memandang luasnya lautan, ia bagaikan mendengar suara memanggil agar ia menceburkan diri ke dalam laut. Tatkala ia mengikuti panggilan itu dan begitu menyentuh air, tubuhnya pulih kembali. Jadilah geng Sebelum Tidur

39


ia wanita cantik seperti sediakala. Tak hanya itu, ia segera menguasai seluruh lautan dan isinya dan mendirikan kerajaan yang megah, kokoh, indah dan berwibawa. Dialah kini yang disebut Ratu Laut Selatan.

geng Sebelum Tidur

40


geng Sebelum Tidur

41


MANIK ANGKERAN ASAL MULA SELAT BALI Pada zaman dahulu,di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana, bernama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka mendapatkan seorang anak yang mereka beri nama Manik Angkeran. Manik Angkeran adalah seorang pemuda yang gagah dan pandai,namun dia mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga dia terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, dan berhutang pada orang lain. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, "Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang bernama Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau memberi sedikit hartanya." Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung.Setelah mengatasi segala rintangan, dia sampai di tepi kawah Gunung Agung, lalu dia duduk bersila. Sambil membunyikan genta dia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih. Tidak lama kemudian sang Naga keluar. Setelah mendengar maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra memohon diri. Semua harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran dengan harapan dia tidak akan berjudi lagi. Tentu saja tidak lama kemudian, geng Sebelum Tidur

42


harta itu habis untuk taruhan. Manik Angkeran sekali lagi minta bantuan ayahnya. Tentu saja Sidi Mantra menolak untuk membantu anaknya. Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung Agung. Manik Angkeran tahu untuk sampai ke sana dia harus membaca mantra tetapi dia tidak pernah belajar mengenai doa dan mantra. Jadi, dia hanya membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur. Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan gentanya. Bukan main takutnya ia,saat ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, dia berkata, "Akan kuberikan harta yang kau minta, tetapi kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma." Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya. Tiba-tiba ada niat jahat yang timbul dalam hatinya. Karena ingin mendapat harta lebih banyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih ketika Naga beputar kembali ke sarangnya. Manik Angkeran segera melarikan diri dan tidak terkejar oleh Naga. Tetapi karena kesaktian Naga itu, Manik Angkeran terbakar menjadi abu sewaktu jejaknya dijilat sang Naga. Mendengar kematian anaknya, kesedihan hati Sidi Mantra tidak terkatakan. Segera dia mengunjungi Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dihidupkan kembali. Naga menyanggupinya asal ekornya dapat kembali seperti sediakala. geng Sebelum Tidur

43


Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor Naga. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, dia meminta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu bahwa anaknya sudah bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa mereka tidak lagi dapat hidup bersama. "Kamu harus memulai hidup baru tetapi tidak di sini," kata Sidi Mantra. Dalam sekejap mata dia lenyap. Di tempat dia berdiri timbul sebuah sumber air yang makin lama makin besar sehingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis yang memisahkan dia dengan anaknya. Sekarang tempat itu menjadi selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali.

geng Sebelum Tidur

44


geng Sebelum Tidur

45


Karang Bolong Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan bernama Kesultanan Kartasura. Kesultanan sedang dilanda kesedihan yang mendalam karena permaisuri tercinta sedang sakit keras. Pangeran sudah berkali-kali memanggil tabib untuk mengobati sang permaisuri, tapi tak satupun yang dapat mengobati penyakitnya. Sehingga hari demi hari, tubuh sang permaisuri menjadi kurus kering seperti tulang terbalutkan kulit. Kecemasan melanda rakyat kesultanan Kartasura. Pemerintahan pun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sampai pada suatu waktu seorang penasihat istana menyarankan raja untuk tinggal di tempat yang sepi. Beberapa hari kemudian, Pangeran Kartasura melaksanakan tapanya. Godaan demi godaan dapat dilaluinya. Hingga pada suatu malam terdengar suara gaib. "Hentikanlah semedimu. Ambillah bunga karang di Pantai Selatan, dengan bunga karang itulah, permaisuri akan sembuh." Kemudian, Pangeran Kartasura segera pulang ke istana dan menanyakan hal yang terjadi pada dirinya sewaktu bertapa kepada penasihat istana. "Pantai selatan itu sangat luas. Namun hamba yakin tempat yang dimaksud suara gaib itu adalah wilayah Karang Bolong, di sana banyak terdapat gua karang yang di dalamnya tumbuh bunga karang," kata penasehat istana. Keesokan harinya, Pangeran Kartasura menugaskan Adipati Surti untuk mengambil bunga karang tersebut. Adipati Surti memilih dua orang pengiring setianya yang bernama Sanglar dan Sanglur. Setelah beberapa hari berjalan, akhirnya mereka tiba di Karang Bolong. Di dalamnya terdapat sebuah geng Sebelum Tidur

46


gua. Adipati Surti segera melakukan tapanya di dalam gua tersebut. Setelah beberapa hari, Adipati Surti mendengar suara seseorang. "Hentikan semedimu. Aku akan mengabulkan permintaanmu, tapi harus kau penuhi dahulu persyaratanku." Adipati Surti membuka matanya, dan melihat seorang gadis cantik seperti Dewi dari kahyangan di hadapannya. Sang gadis cantik tersebut bernama Suryawati. Ia adalah abdi Nyi Loro Kidul yang menguasai Laut Selatan. Syarat yang diajukan Suryawati adalah, Adipati harus bersedia menetap di Pantai Selatan bersama Suryawati. Setelah lama berpikir, Adipati Surti menyanggupi syarat Suryawati. Tak lama setelah itu, Suryawati mengulurkan tangannya, mengajak Adipati Surti untuk menunjukkan tempat bunga karang. Ketika Adipati memegang tangan Suyawati, ia merasa hanya rohnya saja yang mengikuti Suryawati, sedangkan raganya masih tertinggal dalam pertapaannya. "Itulah bunga karang yang dapat menyembuhkan Permaisuri," kata Suryawati seraya menunjuk pada sarang burung walet. Jika diolah, akan menjadi ramuan yang khasiatnya luar biasa. Adipati Surti segera mengambil sarang burung wallet. Ia mengambilnya cukup banyak Setelah itu, ia kembali ke tempat bersemedi. Rohnya kembali masuk ke dalam tubuhnya. Setelah mendapatkan bunga karang, Adipati Surti mengajak kedua pengiringnya kembali ke Kartasura. Pangeran Kartasura sangat gembira atas keberhasilan Adipati Surti. "Cepat buatkan ramuan obatnya," perintah Pangeran Kartasura pada pada abdinya. Ternyata, setelah beberapa hari meminum ramuan sarang burung walet, Permaisuri menjadi sehat dan segar seperti sedia kala. Suasana Kesultanan Kartasura menjadi geng Sebelum Tidur

47


ceria kembali. Di tengah kegembiraan tersebut, Adipati Surti teringat janjinya pada Suryawati. Ia tidak mau mengingkari janji. Ia pun mohon diri pada Pangeran Kartasura dengan alasan untuk menjaga dan mendiami karang bolong yang di dalamnya banyak sarang burung walet. Kepergian Adipati Surti diiringi isak tangis para abdi istana, karena Adipati Surti adalah seorang yang baik dan rendah hati. Adipati Surti mengajak kedua pengiringnya untuk pergi bersamanya. Setelah berpikir beberapa saat, Sanglar dan Sanglur memutuskan untuk ikut bersama Adipati Surti. Setibanya di Karang Bolong, mereka membuat sebuah rumah sederhana. Setelah selesai, Adipati Surti bersemedi. Tidak berapa lama, ia memisahkan raga halus dari raga kasarnya. "Aku kembali untuk memenuhi janjiku," kata Adipati Surti, setelah melihat Suryawati berada di hadapannya. Kemudian, Adipati Surti dan Suryawati melangsungkan pernikahan mereka. Mereka hidup bahagia di Karang Bolong. Di sana mereka mendapatkan penghasilan yang tinggi dari hasil sarang burung walet yang semakin hari semakin banyak dicari orang.

geng Sebelum Tidur

48


geng Sebelum Tidur

49


Baru Kelinthing Alkisah, ada seorang pangeran yang terlahir dalam wujud naga. Pangeran tersebut bernama Baru Kelinthing. Baru Kelinthing tidak diakui oleh ayahnya, karena ia tidak terlahir dalam wujud manusia. Oleh karena itu, Baru Kelinthing bertapa di gua agar Tuhan mengabulkan permintaannya, yaitu berubah wujud menjadi manusia. Ia masuk ke dalam sebuah gua besar dan bertapa selama beberapa tahun. Suatu hari, sebuah desa sedang bersiap untuk mengadakan pesta sedekah bumi. Semua penduduk sibuk bergotong royong. Ada yang menata panggung, berburu hewan di hutan, dan ada pula yang bertugas memasak nasi serta sayur-mayur. Rombongan pemburu hewan telah mendapatkan banyak hewan yang siap untuk dimasak. Mereka pun sepakat untuk pulang, namun tiba-tiba hujan turun sangat deras. Mereka memutuskan untuk berteduh terlebih dahulu di dalam salah satu gua terdekat. Ternyata mereka berteduh di dalam gua tempat Baru Kelinthing bertapa. Tanpa sengaja salah seorang dari rombongan menancapkan tombak ke tubuh Baru Kelinthing. Baru Kelinthing pun mendesis kesakitan. Rombongan pemburu pun kaget dan berlarian keluar gua. Tak lama kemudian, pemimpin rombongan masuk kembali ke dalam gua untuk memeriksa. Ia pun menemukan seekor naga yang sedang sekarat. Sang geng Sebelum Tidur

50


pemimpin menyuruh anggota rombongan yang lain untuk masuk kembali ke dalam gua, menangkap naga tersebut, memotong-motongnya, dan membawanya pulang ke desa untuk dijadikan bahan makanan pesta yang akan mereka adakan. Para pemburu tiba di desa dengan sambutan yang sangat meriah dari para penduduk. Melihat daging naga yang begitu banyak, mereka berniat untuk memperpanjang pesta, yang tadinya tiga hari menjadi tujuh hari. Di lapangan desa, semua penduduk nampak sedang asyik menyantap hidangan yang begitu melimpah. Tibatiba datang seorang anak dengan pakaian lusuh dan kotor. Anak tersebut kemudian meminta makanan kepada para penduduk, namun tidak ada yang mempedulikannya. Mereka bahkan mengusir anak tersebut dengan kasar. Tak hanya penduduk yang sedang berpesta, penduduk lainnya pun berlaku sama seperti orang-orang di pesta tadi. Dengan lemas, anak tersebut berjalan ke arah rumah seorang nenek. Berbeda dengan pendudukpenduduk sebelumnya, sang nenek bersikap sangat ramah dan memberikan makanan untuk anak tersebut. Usai makan, si anak dekil mengucapkan terima kasih kepada nenek dan meminta agar nenek segera menyiapkan lesung dan centong sebagai persiapan, bila terjadi sesuatu di desa ini.

geng Sebelum Tidur

51


Si anak dekil datang kembali ke lapangan desa. Kali ini ia menantang para penduduk untuk mencabut sebatang lidi yang telah ia tancapkan di tanah. Para penduduk yang tengah berpesta marah besar saat mendengar tantangan tersebut. Mereka menganggap remeh tantangan tersebut. Namun ternyata tidak ada satu orang pun yang berhasil mencabut lidi tersebut. Si anak dekil dengan mudahnya mencabut lidi tersebut. Air kontan menyembur keluar dari lubang bekas tancapan lidi tersebut, tanpa henti. Lama-kelamaan semburan air tersebut semakin besar hingga menenggelamkan desa. Hanya anak dekil dan nenek yang selamat, berkat naik perahu lesung, serta centong sebagai gayungnya. Rupanya, anak dekil tersebut adalah Baru Kelinthing. Tuhan telah mengabulkan permitaannya, yaitu berubah wujud menjadi manusia. Semburan air dari lubang bekas tancapan lidi adalah balasan Tuhan bagi para penduduk yang serakah, yang tidak mau membagi daging naga kepada seorang anak yang kelaparan. Hanya nenek yang selamat, karena hanya nenek yang mau berbaik hati kepada Baru Kelinthing. Desa yang tenggelam tersebut akhirnya berubah menjadi danau. Masyarakat kini menamainya dengan sebutan Rawa Pening, rawa artinya danau, sedangkan pening berarti ‘airnya tampak bening dan jernih’. Rawa Pening sampai sekarang masih ada, terletak di Desa Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. geng Sebelum Tidur

52


geng Sebelum Tidur

53


Talaga Warna Pada suatu ketika, jauh sebelum hari ini, berjayalah sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Banyak orang memanggilnya, Prabu. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, jika negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang kelaparan di negeri itu. Pemerintahan di negeri itu sangat stabil, penduduk hidup nyaman, makmur dan tentram. Semua sangat menyenangkan. Hanya saja, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Tentu saja itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Salah seorang pengawal Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun, Prabu dan Ratu tidak setuju. Karena yang mereka inginkan adalah anak kandung bukanlah anak angkat. Mereka menganggap bahwa anak kandung lebih baik dari anak angkat. Tidak jarang ratu berdiam diri di dalam kamarnya. Di kamarnya dia hanya murung dan menangis. Prabu pun sedih dan tidak tahan melihat istrinya menangis terus menerus. Lalu, Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana, sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan berlalu, Ratu pun melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.

geng Sebelum Tidur

54


Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun, itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Semua keinginannya harus terpenuhi jika tidak ia akan marah dan berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Waktu berjalan terus, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari lagi, Putri akan berusia 17 tahun. Maka, para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Prabu menyiapkan banyak emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. "Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku," kata Prabu. "Dengan senang hati, Yang Mulia," sahut ahli perhiasan. Ia bekerja dengan sangat baik dan dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri. Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat semakin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya. Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. "Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira geng Sebelum Tidur

55


melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak," kata Prabu. Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. "Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!" seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai. Tentu, itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang. Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Semakin lama, mata air itu semakin deras. Istana yang besar pun dipenuhi air bagai danau. Danau itu semakin besar dan menenggelamkan istana. Sekarang, danau itu disebut Talaga Warna. Danau itu berada di daerah puncak. Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warnawarna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga. MORAL CERITA, kesombongan tidak akan membawa pada kebahagiaan hanya ketulusan hatilah yang pada akhirnya akan mendatangkan kebahagiaan hidup. Hanya kerelaan berkorban yang pada akhirnya mendatangkan kedamaian hati. Dan hanya merekalah yang tetap manjaga kecantikan hati dan kebersihan hati dalam situasi apapun yang akan merasakan kebahagiaan dan kedamaian hidup. geng Sebelum Tidur

56


geng Sebelum Tidur

57


Terjadinya Meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi Dahulu kala di Desa Sukopuro, Jawa Tengah, terdapat sebuah gubuk kecil yang sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari kayu dan bambu. Atapnya tersusun dari rumput ilalang. Di gubuk itulah hidup dengan rukun sepasang suami istri yang sudah lanjut usia. Mereka bernama Ki Setomi dan Nyai Setomi. Pada waktu itu, Desa Sukopuro dan wilayah di sekitarnya belum mempunyai raja sebagai pemimpin. Oleh karena itu, setiap malam Keluarga Setomi selalu berdoa kepada Dewata agar diberi seorang raja yang bijaksana, yang dapat memimpin kerajaannya menjadi sebuah negara yang besar. Pada suatu malam, Ki Setomi menerima ilham bahwa ia harus pergi menuju sebuah gua di Gunung Gutaka (Muria), untuk menemukan raja itu. Maka setelah berpamitan dengan istrinya, berangkatlah ia ke gua Gunung Gutaka. Disana ia bersemedi selama tujuh hari tujuh malam. Selama bersemedi Ki Setomi banyak mendapat gangguan dari makhluk-makhluk gaib. Akan tetapi, berkat keteguhannya ia sama sekali tidak tergoyahkan. Di malam yang ketujuh, datang seorang pemuda berpakaian bangsawan. Ki Setomi lalu menebak bahwa orang itu adalah seorang pangeran. “Sipakah engkau, wahai Pangeran Muda?�, tanya Ki Setomi.

geng Sebelum Tidur

58


“Maaf mengganggu semedi Anda”, jawab pemuda itu,”Saya Raden Banjaransari, kesatria dari Kerajaan Kahuripan yang sedang berkelana atas perintah Raja.” “Kalau boleh tahu, mengapa Pangeran Muda berkelana?”, tanya Ki Setomi lagi. “Saya ditugaskan untuk mencari pusaka kerajaan yang hilang. Telah jauh saya cari, tetapi belum juga ditemukan. Saya telah tersesat di daerah yang dipenuhi oleh jin, yang sebenarnya merupakan keraton makhluk halus Kerajaan Sigaluh. Karena tersesat, kini saya hidup di alam mereka”, kata sang pangeran muda. Ki Setomi terdiam sejenak, ia yakin bahwa pemuda dihadapannya merupakan calon raja yang selama ini dinantinantikan. Maka Ki Setomi pun memberitahu pemuda itu alasan ia bersemedi. “Betulkah itu Kakek?”, tanya Raden Banjaransari dengan kagum setelah mendengar alasan Ki Setomi bersemedi. “Ya, saya bersama anak cucu saya berjanji untuk mengabdi kepada Pangeran Muda. “Kalau begitu, tunggulah beberapa hari lagi. Saya berjanji akan datang ke desa Anda”, sesudah berkata begitu Raden Banjaransari pun menghilang. Ki Setomi terkejut melihatnya, namun ia tidak takut. Sebaliknya, ia bersyukur kepada Dewata karena tapanya telah

geng Sebelum Tidur

59


terkabul. Segera, ia pulang kembali ke Desa Sukopuro untuk mengabarkan beritanya. Sekembalinya di Desa Sukopuro, Ki Setomi segera mengumpulkan seluruh kerabatnya, ia lalu menceritakan pengalamannya tersebut. Mula-mula, mereka tidak mempercayai kisahnya. Namun, melihat kesungguhan Ki Setomi, mereka mau percaya juga. Bahkan mereka bersedia mengikuti jejak Ki Setomi untuk mengabdi kepada Raden Banjaransari. Syahdan, Ki Setomi diterima pengabdiannya. Ia pun diangkat menjadi patih kerajaan oleh Raja Banjaransari. Suatu malam, Raja Banjaransari bermimpi bahwa kerajaannya akan terkena malapetaka yang dahsyat. Untuk menghindarinya, ia harus menemukan pusaka kerajaan yang tidak runcing, namun tajam bagaikan pisau sebagai tumbal. Raja Banjaransari pun memerintahkan Patih Setomi untuk mencarinya. Dengan penuh tanggung jawab Patih Setomi melaksanakan tugasnya. Berhari-hari Patih Setomi mengembara di hutan belantara, namun pusaka yang dimaksud belum juga ditemukan. Karena kurang makan dan tidur, badan Patih Setomi menjadi kurus dan kering. Akhirnya, di sebuah gua ia memutuskan untuk bertapa. Ia tutupi tubuhnya dengan jubah putih selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulanbulan, hingga akhirnya telah satu tahun Patih Setomi tidak pulang. geng Sebelum Tidur

60


Nyai Setomi yang ditinggalkan di kepatihan sedih hatinya. Ia khawatir suami yang dicintainya telah meninggal dunia. Akhirnya, Nyai Setomi memutuskan untuk menyusul suaminya. Berkali-kali Nyai Setomi keluar masuk hutan, tanpa mengetahui dimana sang suami. Setelah begitu lama, ia pun berhasil menemukan sumainya sedang bertapa. Sebagai istri yang setia, ia lalu menemani Ki Setomi bertapa. Karena pengorbanan yang besar kepada raja, Dewata pun mengabulkan permohonan kedua insan itu. Roh mereka dibawa ke kayangan sedangkan jasmani mereka ditinggalkan dan diubah menjadi sepasang meriam kembar. Sepasang meriam itu, kemudian dibawa ke istana. Tidak mudah mengangkatnya, Seluruh tenaga punggawa telah dikerahkan, tetapi kedua meriam itu tidak juga terangkat. Barulah ketika raja dan permaisuri ikut serta mengangkat, meriam itu dapat dipindahkan ke istana. Sepasang meriam itu juga ditemukan berkat mimpi yang didapat raja. Untuk menghormatinya, meriam Ki Setomi mendapat nama khusus, yaitu Ki Pekik; kata pekik berarti bagus. Kedua meriam itu hingga sekarang disimpan sebagai pusaka Keraton.

Pesan Moral: Legenda terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi menmberi ispirasi kepada rakyat untuk berjiwa patriot dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

geng Sebelum Tidur

61


geng Sebelum Tidur

62


geng Sebelum Tidur

63


ASAL MULA SURABAYA Pada suatu hari, di daerah pesisir pantai pulau jawa terdapat daerah yang begitu subur dan di huni oleh banyak binatang. Daerah ini sangat terkenal karena sebagian besar binatang yang berada di sekitar tempat tersebut setiap hari selalu berkumpul untuk mencari makan bersama. Karena tanah yang begitu subur dan luas terjadi perang dingin antara penguasa sungai yang di pimpin oleh buaya dan penguasa laut yang di huni oleh ikan sura. Ketegangan antara buaya dan ikan sura sudah lama terjadi karena perebutan kekuasaan. Buaya ingin menjadi penguasa di daerah tersebut begitu pula dengan ikan sura karena mereka menganggap bahwa daerah tersebut adalah daerah yang sangat menyimpan banyak makanan. Pada suatu hari, ikan sura sedang berada di dalam sungai dan melihat daerah yang sedang di perebutkan oleh ia dan buaya. ikan sura sangat menginginkan menjadi penguasa di tempat tersebut karena ia berpikir bahwa apabila ia dapat menguasai daerah sungai, ia dapat menguasai daratan dan memimpin binatang-binatang lain yang ada di daratan. Ketika ikan sura sedang melihat-lihat, buaya tiba-tiba menghampirinya dan langsung mengusirnya karena sungai wilayah kekuasaannya sedangkan laut wilayah kekuasaan ikan sura. Ikan sura tidak langsung pergi, tetapi ikan sura menantang buaya untuk bertemput dengannya untuk memperebutkan daerah sungai yang selama ini dikuasai oleh geng Sebelum Tidur

64


buaya. buaya menerim tantang tersebut. Duel antara dua penguasa tersebut akan di laksanakan keesokan harinya. Ketika matahari terbit, buaya telah menanti kedatangan ikan sura. Tidak lama kemudian, ikan sura telah sampai di sungai yang menjadi tempat bertarung kedua penguasa tersebut. Seluruh binatang yang berada di sekitar sungai tersebut sedang menanti siapa yang akan menjadi penguasa sungai yang selama ini di kuasai oleh buaya. Buaya dengan tekad yang sangat kuat untuk mengusir ikan sura dari wilayah kekuasaannya dan ikan sura yang bertekad untuk merebut kekuasaan wilayah sungai dari buaya. Pertempuran akhirnya di mulai, air yang semula jernih seketika berubah warna menjadi coklat. Keadaan tanah mulai hancur karena pertempuran dua penguasa tersebut. Buaya yang sangat kuat dan ikan sura yang sangat lincah mengakibatkan keadaan sungai dan sekitarnya menjadi porak poranda. Pada akhirnya, buaya berhasil melukai ikan sura dan ikan sura pun pada akhirnya menyerah. Ikan sura memutuskan untuk meninggalkan sungai. Buaya memenangkan pertempuran yang begitu menentukan.

Setelah pertempuran tersebut, daerah tersebut mulai di kenal banyak orang. Tempat pertempuran antara ikan sura dan buaya di beri nama “Surabaya� yang berasal dari kedua nama binatang tersebut yaitu sura dan buaya. di kota Surabaya juga ada sebuah monumen yang berbentuk seekor ikan dan buaya yang sedang bertempur. geng Sebelum Tidur

65


geng Sebelum Tidur

66


geng Sebelum Tidur

67


Buaya Perompak Pada zaman dahulu, Sungai Tulang Bawang sangat terkenal akan keganasan buayanya. Sehingga orang yang berlayar disana maupun para penduduk yang tinggal disana perlu untuk sangat berhati-hati. Menurut cerita, sudah banyak manusia yang hilang begitu saja disana Pada suatu hari, kejadian yang menyedihkan itu terulang kembali. Orang yang hilang itu adalah seorang gadis rupawan yang bernama Aminah. Anehnya, meskipun penduduk seluruh kampung tepi Sungai Tulang Bawang mencarinya. Tidak ada jejak yang tertinggal. Sepertinya ia sirna ditelan bumi. Nun jauh dari kejadian itu, di dalam sebuah gua besar tergoleklah Aminah. Ia baru saja tersadar dari pingsannya. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa gua itu dipenuhi oleh harta benda yang ternilai harganya. Ada permata, emas, intan, maupun pakaian yang indah-indah. Harta benda itu mengeluarkan sinar yang berkilauan. Belum habis rasa takjubnya, dari sudut gua terdengarlah sebuah suara yang besar, "Janganlah takut gadis rupawan! Meskipun aku berwujud buaya, sebenarnya aku adalah manusia sepertimu juga. Aku dikutuk menjadi buaya karena perbuatanku dulu yang sangat jahat. Namaku dulu adalah Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawang. Dulu aku selalu merampok setiap saudagar yang berlayar disini. Semua hasil rampokanku kusimpan dalam gua ini. Kalau aku butuh makanan maka harta itu kujual sedikit di pasar desa tepi sungai. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa aku telah membangun

geng Sebelum Tidur

68


terowongan di balik gua ini. Terowongan itu menghubungkan gua ini dengan desa tersebut." Tanpa disengaja, si buaya perompak tersebut sudah membuka rahasia gua tempat kediamannya. Secara seksama Aminah menyimak dan mengingat keterangan berharga itu. Buaya itu selalu memberinya hadiah perhiasan. Harapannya adalah agar Aminah mau tetap tinggal bersamanya. Namun keinginan Aminah untuk segera kembali ke kampung halamannya makin menjadi-jadi. Pada suatu hari, buaya perompak tersebut sedikit lengah. Ia tertidur dan meninggalkan pintu guanya terbuka. Si Aminah pun keluar sambil berjingkat-jingkat. Di balik gua itu ditemukannya sebuah terowongan yang sempit. Setelah cukup lama menelusuri terowongan itu, tiba-tiba ia melihat sinar matahari. Betapa gembiranya ia ketika keluar dari mulut terowongan itu. Disana Aminah ditolong oleh penduduk desa yang mencari rotan. Lalu Aminah memberi mereka hadiah sebagian perhiasan yang dibawanya. Aminah akhirnya bisa kembali ke desanya dengan selamat. Ia pun selanjutnya hidup tenteram disana.

geng Sebelum Tidur

69


geng Sebelum Tidur

70


geng Sebelum Tidur

71


Putri Tandampalik Dahulu, terdapat sebuah negeri yang bernama negeri Luwu, yang terletak di pulau Sulawesi . Negeri Luwu dipimpin oleh seorang raja yang bernama La Busatana Datu Maongge, sering dipanggil Raja atau Datu Luwu. Karena sikapnya yang adil, arif dan bijaksana, maka rakyatnya hidup makmur. Sebagian besar pekerjaan rakyat Luwu adalah petani dan nelayan. Datu Luwu mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik, namanya Putri Tandampalik. Kecantikan dan perilakunya telah diketahui orang banyak. Termasuk di antaranya Raja Bone yang tinggalnya sangat jauh dari Luwu. Raja Bone ingin menikahkan anaknya dengan Putri Tandampalik. Ia mengutus beberapa utusannya untuk menemui Datu Luwu untuk melamar Putri Tandampalik. Datu Luwu menjadi bimbang, karena dalam adatnya, seorang gadis Luwu tidak dibenarkan menikah dengan pemuda dari negeri lain. Tetapi, jika lamaran tersebut ditolak, ia khawatir akan terjadi perang dan akan membuat rakyat menderita. Meskipun berat akibat yang akan diterima, Datu Lawu memutuskan untuk menerima pinangan itu. "Biarlah aku dikutuk asal rakyatku tidak menderita," pikir Datu Luwu. Beberapa hari kemudian utusan Raja Bone tiba ke negeri Luwu. Mereka sangat sopan dan ramah. Tidak ada iringan pasukan atau armada perang di pelabuhan, seperti yang diperkirakan oleh Datu Luwu. Datu Luwu menerima utusan itu dengan ramah. Saat mereka mengutarakan maksud kedatangannya, Datu Luwu belum bisa memberikan jawaban menerima atau menolak lamaran tersebut. Utusan Raja Bone geng Sebelum Tidur

72


memahami dan mengerti keputusan Datu Luwu. Mereka pun pulang kembali ke negerinya. Keesokan harinya, terjadi kegaduhan di negeri Luwu. Putri Tandampalik jatuh sakit. Sekujur tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang berbau anyir dan sangat menjijikkan. Para tabib istana mengatakan Putri Tandampalik terserang penyakit menular yang berbahaya. Berita cepat tersebar. Rakyat negeri Luwu dirundung kesedihan. Datu Luwu yang mereka hormati dan Putri Tandampalik yang mereka cintai sedang mendapat musibah. Setelah berpikir dan menimbang-nimbang, Datu Luwu memutuskan untuk mengasingkan anaknya. Karena banyak rakyat yang akan tertular jika Putri Tandampalik tidak diasingkan ke daerah lain. Keputusan itu dipilih Datu Luwu dengan berat hati. Putri Tandampalik tidak berkecil hati atau marah pada ayahandanya. Lalu ia pergi dengan perahu bersama beberapa pengawal setianya. Sebelum pergi, Datu Luwu memberikan sebuah keris pada Putri Tandampalik, sebagai tanda bahwa ia tidak pernah melupakan apalagi membuang anaknya. Setelah berbulan-bulan berlayar tanpa tujuan, akhirnya mereka menemukan sebuah pulau. Pulau itu berhawa sejuk dengan pepohonan yang tumbuh dengan subur. Seorang pengawal menemukan buah Wajao saat pertama kali menginjakkan kakinya di tempat itu. "Pulau ini kuberi nama Pulau Wajo," kata Putri Tandampalik. Sejak saat itu, Putri Tandampalik dan pengikutnya memulai kehidupan baru. Mereka mulai dengan segala kesederhanaan. Mereka terus bekerja keras, penuh dengan semangat dan gembira.

geng Sebelum Tidur

73


Pada suatu hari Putri Tandampalik duduk di tepi danau. Tiba-tiba seekor kerbau putih menghampirinya. Kerbau bule itu menjilatinya dengan lembut. Semula, Putri Tandampalik hendak mengusirnya. Tapi, hewan itu tampak jinak dan terus menjilatinya. Akhirnya ia diamkan saja. Ajaib! Setelah berkalikali dijilati, luka berair di tubuh Putri Tandampalik hilang tanpa bekas. Kulitnya kembali halus dan bersih seperti semula. Putri Tandampalik terharu dan bersyukur pada Tuhan, penyakitnya telah sembuh. "Sejak saat ini kuminta kalian jangan menyembelih atau memakan kerbau bule, karena hewan ini telah membuatku sembuh," kata Putri Tandampalik pada para pengawalnya. Permintaan Putri Tandampalik itu langsung dipenuhi oleh semua orang di Pulau Wajo hingga sekarang. Kerbau bule yang berada di Pulau Wajo dibiarkan hidup bebas dan beranak pinak. Di suatu malam, Putri Tandampalik bermimpi didatangi oleh seorang pemuda yang tampan. "Siapakah namamu dan mengapa putri secantik dirimu bisa berada di tempat seperti ini?" tanya pemuda itu dengan lembut. Lalu Putri Tandampalik menceritakan semuanya. "Wahai pemuda, siapa dirimu dan dari mana asalmu ?" tanya Putri Tandampalik. Pemuda itu tidak menjawab, tapi justru balik bertanya, "Putri Tandampalik maukah engkau menjadi istriku?" Sebelum Putri Tandampalik sempat menjawab, ia terbangun dari tidurnya. Putri Tandampalik merasa mimpinya merupakan tanda baik baginya. Sementara, nun jauh di Bone, Putra Mahkota Kerajaan Bone sedang asyik berburu. Ia ditemani oleh Anre Pguru Pakanranyeng Panglima Kerajaan Bone dan beberapa geng Sebelum Tidur

74


pengawalnya. Saking asyiknya berburu, Putra Mahkota tidak sadar kalau ia sudah terpisah dari rombongan dan tersesat di hutan. Malam semakin larut, Putra Mahkota tidak dapat memejamkan matanya. Suara-suara hewan malam membuatnya terus terjaga dan gelisah. Di kejauhan, ia melihat seberkas cahaya. Ia memberanikan diri untuk mencari dari mana asal cahaya itu. Ternyata cahaya itu berasal dari sebuah perkampungan yang letaknya sangat jauh. Sesampainya di sana , Putra Mahkota memasuki sebuah rumah yang nampak kosong. Betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis cantik sedang menjerang air di dalam rumah itu. Gadis cantik itu tidak lain adalah Putri Tandampalik. "Mungkinkah ada bidadari di tempat asing begini ?" pikir putra Mahkota. Merasa ada yang mengawasi, Putri Tandampalik menoleh. Sang Putri tergagap," rasanya dialah pemuda yang ada dalam mimpiku," pikirnya. Kemudian mereka berdua berkenalan. Dalam waktu singkat, keduanya sudah akrab. Putri Tandampalik merasa pemuda yang kini berada di hadapannya adalah seorang pemuda yang halus tutur bahasanya. Meski ia seorang calon raja, ia sangat sopan dan rendah hati. Sebaliknya, bagi Putra Mahkota, Putri Tandampalik adalah seorang gadis yang anggun tetapi tidak sombong. Kecantikan dan penampilannya yang sederhana membuat Putra Mahkota kagum dan langsing menaruh hati. Setelah beberapa hari tinggal di desa tersebut, Putra Mahkota kembali ke negerinya karena banyak kewajiban yang harus diselesaikan di Istana Bone. Sejak berpisah dengan Putri Tandampalik, ingatan sang Pangeran selalu tertuju pada wajah cantik itu. Ingin rasanya Putra Mahkota tinggal di Pulau Wajo. geng Sebelum Tidur

75


Anre Guru Pakanyareng, Panglima Perang Kerajaan Bone yang ikut serta menemani Putra Mahkota berburu, mengetahui apa yang dirasakan oleh anak rajanya itu. Anre Guru Pakanyareng sering melihat Putra Mahkota duduk berlama-lama di tepi telaga. Maka Anre Guru Pakanyareng segera menghadap Raja Bone dan menceritakan semua kejadian yang mereka alami di pulau Wajo. "Hamba mengusulkan Paduka segera melamar Putri Tandampalik," kata Anre Guru Pakanyareng. Raja Bone setuju dan segera mengirim utusan untuk meminang Putri Tandampalik. Ketika utusan Raja Bone tiba di Pulau Wajo, Putri Tandampalik tidak langsung menerima lamaran Putra Mahkota. Ia hanya memberikan keris pusaka Kerajaan Luwu yang diberikan ayahandanya ketia ia di asingkan. Putri Tandampalik mengatakan bila keris itu diterima dengan baik oleh Datu Luwu berarti pinangan diterima. Putra Mahkota segera berangkat ke Kerajaan Luwu sendirian. Perjalanan berhari-hari dijalani oleh Putra Mahkota dengan penuh semangat. Setelah sampai di Kerajaan Luwu, Putra Mahkota menceritakan pertemuannya dengan Putri Tandampalik dan menyerahkan keris pusaka itu pada Datu Luwu. Datu Luwu dan permaisuri sangat gembira mendengar berita baik tersebut. Datu Luwu merasa Putra Mahkota adalah seorang pemuda yang gigih, bertutur kata lembut, sopan dan penuh semangat. Maka ia pun menerima keris pusaka itu dengan tulus. Tanpa menunggu lama, Datu Luwu dan permaisuri datang mengunjungi pulau Wajo untuk bertemu dengan anaknya. Pertemuan Datu Luwu dan anak tunggal kesayangannya sangat mengharukan. Datu Luwu merasa geng Sebelum Tidur

76


bersalah telah mengasingkan anaknya. Tetapi sebaliknya, Putri Tandampalik bersyukur karena rakyat Luwu terhindar dari penyakit menular yang dideritanya. Akhirnya Putri Tandampalik menikah dengan Putra Mahkota Bone dan dilangsungkan di Pulau Wajo. Beberapa tahun kemudian, Putra Mahkota naik tahta. Beliau menjadi raja yang arif dan bijaksana.

geng Sebelum Tidur

77


geng Sebelum Tidur

78


geng Sebelum Tidur

79


Bandung Bondowoso Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Candi ini dibangun dalam abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya. Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung. Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya -- ya, bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya. Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu geng Sebelum Tidur

80


semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus. Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai. Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya. Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan -- tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. geng Sebelum Tidur

81


geng Sebelum Tidur

82


geng Sebelum Tidur

83


Lutung Kasarung Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan di Jawa Barat, seorang raja bernama Prabu Tapa Agung menunjuk putri bungsunya yang bernama Purbasari Ayuwangi sebagai penggantinya. “Aku sudah terlalu tua, sudah saatnya aku turun takhta,” kata Prabu Tapa Agung. Purbararang, kakak Purbasari, tidak menerima adiknya diangkat untuk menggantikan ayah mereka. “Mengapa ayahanda lebih memilih putri bungsu sebagai penggantinya? Seharusnya putri sulung yang menjadi pengganti ayahanda!” gerutu Purbararang pada tunangannya, Indrajaya. Purbararang semakin geram, rasa dengkinya semakin memuncak. Akhirnya, Purbararng memutuskan untuk mencelakakan adiknya. Purbararang meminta tolong kepada nenek sihir sehingga kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Setelah itu, Purbararang yang pendengki mempunyai alasan untuk mengusir adiknya. “Orang terkutuk seperti kau tidak pantas menjadi ratu! Pergi dari sini!” usir Purbararang. Purbasari diasingkan di hutan. Seorang patih yang baik hati membuatkan pondok untuknya. Selama di hutan, Purbasari mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantaranya adalah seekor kera berbulu hitam, Lutung Kasarung. Dia selalu membahagiakan Purbasari dengan membawa buah-buahan serta bunga bersama hewanhewan lainnya. Pada saat bulan purnama, Lutung Kasarung bertingkah aneh. Ia bersemedi di tempat sepi, memohon sesuatu kepada geng Sebelum Tidur

84


Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tiba-tiba, tanah di sekitar Lutung Kasarung menjadi telaga yang airnya jernih serta mengandung obat yang harum. Lutung Kasarung meminta Purbasari untuk mandi di telaga tersebut. Setelah itu, Purbasari gembira bukan main ketika melihat bahwa kulitnya menjadi bersih seperti semula. Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Dia pergi bersama tunangannya. Purbararang tidak percaya ketika melihat adiknya sudah kembali seperti semula. Purbararang yang tidak mau kalah tiba-tiba mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang rambutnya paling panjang, dialah yang menang!” ujar Purbararang. Purbasari yang awalnya tidak mau, akhirnya meladeni kakaknya juga karena terusa didesak. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang. “Baiklah, aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita. Ini tunanganku,” kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. “Mana tunanganmu?” tanyanya. Purbasari kebingungan. Akhirnya dia menarik Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak kegirangan. “Jadi monyet itu tunanganmu?” Tanya Purbararang dengan nada mengejek lalu tertawa terbahak-bahak. Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf geng Sebelum Tidur

85


kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana. Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor kera, Lutung Kasarung.

geng Sebelum Tidur

86


geng Sebelum Tidur

87


Asal Mula Candi Loro Jonggrang Alkisah, pada dahulu kala berdirilah sebuah kerajaan besar bernama Prambanan. Kerajaan ini sungguh damai dan rakyatnya hidup tentram. Tetapi suatu saat Kerajaan Prambanan diserang oleh negeri Pengging. Rakyat Prambanan dijajah. Kesejahteraan Prambanan pun menjadi terusik. Para tentara Prambanan kalang kabut menghadapi pasukan Pengging yang cukup kuat. Tak lama kemudian, akhirnya Kerajaan Prambanan dikuasai Pengging yang dipimpin oleh seorang raja bernama Bandung Bandowoso. Bandung Bondowoso terkenal sebagai seorang raja yang suka memerintah dengan kejam dan licik. “Siapa pun yang tidak menuruti perintahku akan dijatuhi hukuman berat!” ujar Bandung Bondowoso suatu kali pada rakyatnya. Selain karena kekejamannya, Bandung Bondowoso juga terkenal sebagai raja yang sakti dan memiliki pasukan Jin. Belum lama berkuasa, Bandung Bondowoso tertarik pada seorang putri Raja Prambanan yang cantik jelita. Loro Jonggrang. “Cantik nian putri itu! Aku ingin dia menjadi permaisuriku,” kata Bandung Bondowoso. Keesokan harinya Bandung Bondowoso menghampiri Loro Jonggrang yang sedang duduk sendirian.

geng Sebelum Tidur

88


“Kamu cantik sekali. Mau kah kau menjadi permaisuriku?” tanya Bandung Bondowoso lembut. Loro Jonggrang tersentak. Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku jadi permaisurinya, gerutu Loro Jonggrang dalam hati. Namun Loro Jonggrang kebingungan untuk menjawab pertanyaan itu. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, Bandung Bondowoso pasti akan sangat murka dan itu pasti akan sangat membahayakan keselamatan keluarganya dan juga seluruh rakyat Prambanan. Untuk mengiyakannya pun nampaknnya mustahil, karena Loro Jonggrang memang benar-benar tidak menyukai Bandung Bondowoso. “Bagaimana Loro Jonggrang?” desak Bandung Bondowoso. Loro Jonggrang mendapatkan ide. Lalu ia berkata, “Saya syaratnya.”

bersedia

menjadi

istri

Tuan,

tetapi

ada

“Apa syaratnya? Kau ingin harta yang berlimpah? Atau istana yang megah?” Bandung Bondowoso memberikan tawaran. “Bukan itu, Tuanku,” kata Loro Jonggrang, “saya minta dibuatkan candi yang jumlahnya seribu buah.” “Seribu buah?” mata Bandung Bondowoso terbelalak. “Ya, dan candi itu harus jadi dalam waktu semalam,” kata Loro Jonggrang. Bandung Bondowoso

geng Sebelum Tidur

89


menatap geram pada Loro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso mulai berpikir bagaimana caranya membuat seribu candi dalam semalam. Mustahil baginya melakukan hal tersebut. Namun Bandung Bondowoso tak patah semangat. Ia lalu bertanya kepada penasehatnya. “Saya percaya Tuanku bisa membuat candi tersebut,” kata penasehat Bandung Bondowoso. “Tapi bagaimana caranya?” “Dengan bantuan Jin!” ujar si penasehat. “Ya, benar juga usulmu!” wajah Bandung Bondowoso berseri, “cepat siapkan peralatan yang kubutuhkan,” perintah Bandung Bondowoso bersemangat. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu ketika semua peralatan sudah disiapkan. Ia juga membentang kedua lengannya lebar-lebar. “Pasukan Jin, bantulah aku!” ujar Bandung Bondowoso lantang. Tak lama kemudian langit menjadi gelap. Angin berhembus kuat. “Apa yang harus kami lakukan, Tuan?” tanya pasukan Jin yang sudah berkumpul dihadapan Bandung Bondowoso.

geng Sebelum Tidur

90


“Bantu aku membangun seribu candi.” Tanpa banyak bertanya para Jin segera melakukan tugasnya masingmasing. Dalam waktu yang singkat, bangunan-bangunan candi sudah hampir tersusun sebanyak seribu buah. Di tempat lain, Loro Jonggrang terus saja mengamati gerak-gerik Bandung Bondowoso. Ia sangat cemas mengetahui Bandung Bondowoso dibantu oleh pasukan Jin karena hal ini tentu saja mempermudah Bandung Bondowoso menyelesaikan persyaratan ini. “Bagaimana ini?” ujar Loro Jonggrang panik. Ia memutar otak mencari akal. Setelah itu seluruh dayang kerajaan berkumpul dan disuruh untuk mengumpulkan jerami sebanyak-banyaknya. “Cepat bakar jerami itu!” perintah Loro Jonggrang. Sebagian dayang yang lain ditugaskan untuk menumbuk lesung. Dung… Dung… Dung… Sebersit cahaya merah memancar di cakrawala, ditambah lagi suara hingar-bingar persis saat matahari keluar dari peraduannya. Para Jin mengira hari sudah pagi. “Wah, matahari sudah terbit! Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita hagus!” pasukan Jin pun lalu melesat geng Sebelum Tidur

91


secepat kilat meninggalkan tugasnya. Bandung Bondowoso heran melihat kejadian ini. Paginya, Bandung Bondowoso Jonggrang melihat candi-candinya.

mengajak

Loro

“Candi yang kau minta sudah berdiri,” kata Bandung Bondowoso bangga. Loro Jonggrang menghitung jumlah seluruh candi-candi itu dengan perasaan khawatir. Selesai menghitung, Loro Jonggrang tersenyum. “Jumlahnya kurang satu, Tuanku!” ujar Loro Jonggrang sedikit tenang. Ternyata candinya saat ini hanya berjumlah 999 buah. “Berarti Tuanku telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan.” Bandung Bondowoso terkejut mendengar hal itu. “Tidak mungkin!” Bandung Bondowoso murka. Ia lalu menatap tajam ke arah Loro Jonggrang. “Kalau begitu, kamu saja yang melengkapinya!” Bandung Bondowoso mengerahkan jarinya pada Loro Jonggrang tiba-tiba. Ajaibnya, Loro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu seketika. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan terkenal dengan sebutan Candi Loro Jonggrang.

geng Sebelum Tidur

92


geng Sebelum Tidur

93


Sungai Jodoh Pada suatu masa di pedalaman pulau Batam, ada sebuah desa yang didiami seorang gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu. Ia menjadi pembantu rumah tangga dari seorang majikan bernama Mak Piah. Mak Piah mempunyai seorang putri bernama Siti Mayang. Pada suatu hari, Mah Bongsu mencuci pakaian majikannya di sebuah sungai. “Ular…!” teriak Mah Bongsu ketakutan ketika melihat seekor ulat mendekat. Ternyata ular itu tidak ganas, ia berenang ke sana ke mari sambil menunjukkan luka di punggungnya. Mah Bongsu memberanikan diri mengambil ular yang kesakitan itu dan membawanya pulang ke rumah. Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga sembuh. Tubuh ular tersebut menjadi sehat dan bertambah besar. Kulit luarnya mengelupas sedikit demi sedikit. Mah Bongsu memungut kulit ular yang terkelupas itu, kemudian dibakarnya. Ajaib… setiap Mah Bongsu membakar kulit ular, timbul asap besar. Jika asap mengarah ke Negeri Singapura, maka tiba-tiba terdapat tumpukan emas berlian dan uang. Jika asapnya mengarah ke negeri Jepang, mengalirlah berbagai alat elektronik buatan Jepang. Dan bila asapnya mengarah ke kota Bandar Lampung, datang berkodi-kodi kain tapis Lampung. Dalam tempo dua, tiga bulan, Mah Bongsu menjadi kaya raya jauh melebih Mak Piah Majikannya. Kekayaan Mah Bongsu membuat orang bertanya-tanya.. “Pasti Mah Bongsu memelihara tuyul,” kata Mak Piah. Pak Buntal pun menggarisbawahi pernyataan istrinya itu. “Bukan geng Sebelum Tidur

94


memelihara tuyul! Tetapi ia telah mencuri hartaku! Banyak orang menjadi penasaran dan berusaha menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu. Untuk menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu ternyata tidak mudah. Beberapa hari orang dusun yang penasaran telah menyelidiki berhari-hari namun tidak dapat menemukan rahasianya. “Yang penting sekarang ini, kita tidak dirugikan,” kata Mak Ungkai kepada tetangganya. Bahkan Mak Ungkai dan para tetangganya mengucapkan terima kasih kepada Mah Bongsu, sebab Mah Bongsu selalu memberi bantuan mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain mereka, Mah Bongsu juga membantu para anak yatim piatu, orang yang sakit dan orang lain yang memang membutuhkan bantuan. “Mah Bongsu seorang yang dermawati,” sebut mereka. Karena merasa tersaingi, Mak Piah dan Siti Mayang, anak gadisnya merasa tersaingi. Hampir setiap malam mereka mengintip ke rumah Mah Bongsu. “Wah, ada ular sebesar betis?” gumam Mak Piah. “Dari kulitnya yang terkelupas dan dibakar bisa mendatangkan harta karun?” gumamnya lagi. “Hmm, kalau begitu aku juga akan mencari ular sebesar itu,” ujar Mak Piah. Mak Piah pun berjalan ke hutan mencari seekor ular. Tak lama, ia pun mendapatkan seekor ular berbisa. “Dari ular berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih banyak daripada yang didapat oleh Mah Bongsu,” pikir Mak Piah. Ular itu lalu di bawa pulang. Malam harinya ular berbisa itu ditidurkan bersama Siti Mayang. “Saya takut! Ular melilit dan menggigitku!” teriak Siti Mayang ketakutan.

geng Sebelum Tidur

95


“Anakku, jangan takut. Bertahanlah, ular itu akan mendatangkan harta karun,” ucap Mak Piah. Sementara itu, luka ular milik Mah Bongsu sudah sembuh. Mah Bongsu semakin menyayangi ularnya. Saat Mah Bongsu menghidangkan makanan dan minuman untuk ularnya, ia tiba-tiba terkejut. “Jangan terkejut. Malam ini antarkan aku ke sungai, tempat pertemuan kita dulu,” kata ular yang ternyata pandai berbicara seperti manusia. Mah Bongsu mengantar ular itu ke sungai. Sesampainya di sungai, ular mengutarakan isi hatinya. “Mah Bongsu, Aku ingin membalas budi yang setimpal dengan yang telah kau berikan padaku,” ungkap ular itu. “Aku ingin melamarmu dan menjadi istriku,” lanjutnya. Mah Bongsu semakin terkejut, ia tidak bisa menjawab sepatah katapun. Bahkan ia menjadi bingung. Ular segera menanggalkan kulitnya dan seketika itu juga berubah wujud menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa. Kulit ular sakti itu pun berubah wujud menjadi sebuah gedung yang megah yang terletak di halaman depan pondok Mah bongsu. Selanjutnya tempat itu diberi nam desa “Tiban” asal dari kata ketiban, yang artinya kejatuhan keberuntungan atau mendapat kebahagiaan. Akhirnya, Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan pemuda tampan tersbut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam. Berbagai macam hiburan ditampilkan. Tamu yang datang tiada henti-hentinya memberikan ucapan selamat. Dibalik kebahagian Mah Bongsu, keadaan keluarga Mak Piah geng Sebelum Tidur

96


yang tamak dan loba sedang dirundung duka, karena Siti Mayang, anak gadisnya meninggal dipatok ular berbisa Konon, sungai pertemuan Mah Bongsu dengan ular sakti yang berubah wujud menjadi pemuda tampan itu dipercaya sebagai tempat jodoh. Sehingga sungai itu disebut “Sungai Jodoh�.

geng Sebelum Tidur

97


geng Sebelum Tidur

98


geng Sebelum Tidur

99


Raja Parakeet Tersebutlah kisah, seekor raja burung parakeet hidup beserta rakyatnya di sebuah hutan di Aceh. Hidup mereka damai. Kedamaian tersebut terganggu, karena kehadiran seorang pemburu. Pada suatu hari pemburu tersebut berhasil menaruh perekat di sekitar sangkar-sangkar burung tersebut. Mereka berusaha melepaskan sayap dan badan dari perekat tersebut. Namun upaya tersebut gagal. Hampir semuanya panik,kecuali si raja parakeet. Ia berkata, "Saudaraku, tenanglah. Ini adalah perekat yang dibuat oleh pemburu. Kalau pemburu itu datang, berpura-puralah mati. Setelah melepaskan perekat, pemburu itu akan memeriksa kita. Kalau ia mendapatkan kita mati, ia akan membuang kita. Tunggulah sampai hitungan ke seratus, sebelum kita bersama-sama terbang kembali. Keesokan harinya, datanglah pemburu tersebut. Setelah melepaskan perekatnya, ia mengambil hasil tangkapannya. Betapa ia kecewa setelah mengetahui burung-burung tersebut sudah tidak bergerak, disangkanya sudah mati. Namun pemburu tersebut jatuh terpeleset, sehingga membuat burungburung yang ada ditanah terkejut dan terbang. Hanya raja parakeet yang belum terlepas dari perekat. Iapun ditangkap. Raja Parakeet meminta pada pemburu itu untuk tidak dibunuh. Sebagai imbalannya ia akan selalu menghibur si pemburu. Hampir tiap hari ia bernyanyi dengan merdunya. Khabar kemerduan suara burung itu terdengar sampai ke telinga sang Raja.

geng Sebelum Tidur

100


Raja menginginkan burung parakeet tersebut. Sang Raja kemudian menukar burung itu dengan harta-benda yang sangat banyak. Di istana sang Raja, burung parakeet ditaruh didalam sebuah sangkar emas. Setiap hari tersedia makanan yang enak-enak. Namun burung parakeet tidak bahagia. Ia selalu ingat hutan Aceh tempat tinggalnya. Pada suatu hari ia berpura-pura mati. Sang Raja sangat sedih dan memerintahkan penguburannya dengan upacara kebesaran. Ketika persiapan berlangsung, burung itu diletakkan diluar sangkar. Saat itu ia gunakan untuk terbang mencari kebebasanya. Ia terbang menuju hutan kediamannya. Dimana rakyat burung parakeet setia menunggu kedatangannya.

geng Sebelum Tidur

101


geng Sebelum Tidur

102


geng Sebelum Tidur

103


Si Lancang Alkisah, di sebuah gubuk kecil di daerah Kampar, hiduplah seorang ibu dan anak laki-lakinya yang bernama Si Lancang. Mereka berdua bekerja sebagai petani, namun uang yang dihasilkan dari pekerjaan mereka tersebut tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Suatu hari, terlintas dalam pikiran Si Lancang untuk pergi merantau agar kehidupannya dan ibunya menjadi lebih baik. Si Lancang kemudian memberitahukan niatnya tersebut kepada ibunya. Ibu Si Lancang kemudian meminta nasihat kepada guru mengaji anaknya. Sang guru pun mengizinkan Si Lancang untuk pergi merantau. Akhirnya Si Lancang bersiap-siap untuk meninggalkan rumahnya. Ketika ia sedang menyiapkan bekalnya, ibu Si Lancang berpesan agar selama di perantauan Si Lancang tidak melupakan ibu dan kampung halamannya, ibunya pun berpesan agar ia jangan menjadi anak yang durhaka. Si Lancang kemudian berjanji kepada ibunya bahkan ia sampai menyembah lutut ibunya untuk meminta berkah, ibu Si Lancang menjadi sangat terharu dengan sikap anaknya tersebut. Kemudian ibunya membekali Si Lancang kue kesukaannya, yaitu lumping dodak. Maka, berangkatlah Si Lancang untuk merantau ke kota. Setelah bertahun-tahun, nasib Si Lancang sangat beruntung. Ia menjadi seorang saudagar yang kaya raya. Ia memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang, bahkan menurut kabar Si

geng Sebelum Tidur

104


Lancang telah mempunyai tujuh orang istri. Ketujuh-tujuhnya adalah anak-anak dari saudagar yang kaya. Walaupun Si Lancang sudah sukses di kota, ibunya masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang sangat miskin. Pada suatu hari Si Lancang berlayar ke Sumatera yang pada waktu itu masih bernama Andalas. Dalam kapal Si Lancang yang sangat megah itu ketujuh istrinya dan berpuluh-puluh anak buahnya turut ikut serta. Di dalam kapal itu pula Si Lancang membawa perbekalan yang mewah dan alat-alat musik yang harganya sangat mahal. Ketika kapal tersebut berlabuh di Kampar, alat-alat musik itu dimainkan dengan meriah. Sementara itu kain sutra dan bermacam-macam perhiasan yang terbuat dari emas dan perak digelar. Semua hal tersebut dimaksudkan untuk memamerkan kekayaan Si Lancang kepada masyarakat sekitar. Berita kedatangan Si Lancang tersebut pada akhirnya sampai ke telinga ibunya. Ibu Si Lancang sangat terkejut sekaligus bahagia mendengar kabar gembira itu. Ibu Si Lancang bergegas pergi ke pelabuhan untuk menyambut Si Lancang, ia tidak memperdulikan penampilannya lagi saat itu. Padahal, ia hanya mengenakan selendang tua, sarung yang telah usang, dan kebaya yang penuh dengan tambalan. Ketika sampai di pelabuhan, Ibu Si Lancang memberanikan diri naik ke geladak kapal mewah anaknya. Seorang kelasi yang melihat ibu tersebut langsung menegurnya, ibu Si Lancang kemudian berkata bahwa ia adalah ibu kandung pemilik kapal itu. Namun kelasi tersebut tidak geng Sebelum Tidur

105


mempercayainya, dan ia berusaha mengusir ibu tersebut. Namun, ibu Si Lancang tetap bersikeras untuk menemui anaknya. Akhirnya terjadilah keributan antara para kelasi dengan ibu Si Lancang. Si Lancang mendengar kegaduhan yang berasal dari atas geladak kapalnya, ia bersama ketujuh istrinya segera mendatangi tempat itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat wanita tua yang berpakaian compang-camping itu adalah ibunya. Melihat Si Lancang, Ibunya berkata, ”Oh, engkau Lancang…anakku! Tahukah engkau betapa rindunya ibumu ini padamu?” Mendengar ibunya berkata seperti itu, Si Lancang menjadi malu dan dengan sombongnya ia berkata, “Siapakah engkau ini!? Berani-beraninya perempuan tua yang miskin sepertimu naik ke kapalku. Lagipula mana mungkin aku mempunyai ibu seperti kamu.” Setelah mengatakan hal itu, Si Lancang memerintahkan para kelasi untuk mengusir perempuan tua tersebut. Ibu yang malang itu pun akhirnya pulang dengan hati yang terluka. Sesampainya di rumah, ia segera mengambil pusaka miliknya yang berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Kemudian sambil berdoa, ia memutar-mutar lesung itu dan mengibas-ngibaskan nyirunya. Ia pun berkata, “Ya Tuhanku…hukumlah si anak durhaka itu!” Dalam sekejap, turunlah badai topan yang dahsyat. Badai tersebut dalam sekejap menghancurkan kapal-kapal dagang milik Si Lancang. Harta bendanya pun beterbangan ke segala geng Sebelum Tidur

106


arah. Kain sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi Negeri Lipat Kain yang berada di Kampar kiri. Gongnya terlempar ke Kampar kanan dan menjadi Sungai Oguong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah, sedangkan tiang bendera kapal Si Lancang terlempar hingga akhirnya sampai di sebuah danau yang pada zaman sekarang disebut Danau Si Lancang.

geng Sebelum Tidur

107


geng Sebelum Tidur

108


geng Sebelum Tidur

109


Kabayan dan Iteung Suatu hari Nyi Iteung lagi datang manjanya, dia pengen makan buah Nangka. Maka dia panggil sang suami tercinta, Si Kabayan&#.Kang, Iteung teh pengen makan Nangka, tolong atuh Kang di ambilin di pohon kan udah ada yang mateng,begitu Nyi Iteung dengan manjanya.Kabayan pun langsung menimpali. Eh Nyi jangankan cuman naik pohon nangka, naik kapal aja akang mau demi Nyai mah Kabayan pun dengan golok dipinggang, sigap naik pohon nangka yang banyak cabangnya, walaupun lumayan tinggi. Begitu sampai diatas, Kabayan segera menebas buah Nangka dengan goloknya, maka bag..big..bug..bag..big..bug..beg.. begitu suara buah Nangka jatuh yang terkena dahan-dahan sebelum sampai di tanah dan mengeluarkan suara musik yang merdu bagi Kabayan. Wah enak euy suaranya, merdu sekali. Bagaimana kalo golok saya jatuhin? lebih enak kali,kata Kabayan. Kemudian Kabayan menjatuhkan goloknya. Tang..ting..tung..tang..ting..tung..teng.. golok menimpa dahan.

begitu

suara

Waduh enak juga ya.yang ini pasti lebih enak suaranya.

geng Sebelum Tidur

110


MHek! wadauw! hek! aawww!, hek! aduh! buk! Iteung!!!!!! Tulungin akang Teung. Aduh, teriak Kabayan kesakitan Ternyata si Kabayan menjatuhkan badannya.

geng Sebelum Tidur

111


geng Sebelum Tidur

112


geng Sebelum Tidur

113


KISAH LUTUNG KASARUNG (PURBASARI YANG BAIK HATI)

Pada suatu hari di suatu kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Tapa Agung, terjadi pengangkatan putri mahkota yang kelak akan menggantikan kedudukan ayahandanya. Prabu Tapa Agung memiliki dua putri, yaitu Purbararang dan Purbasari. Pengangkatan putri mahkota itu dilakukan oleh Prabu Tapa Agung sendiri dan tampaknya, beliau lebih memilih Purbasari untuk diangkat menjadi putri mahkota. Purbararang tidak terima, Prabu Tapa Agung memilih adik bungsunya untuk diangkat sebagai putri mahkota yang kelak akan menggantikan kedudukan ayahandanya. Purbararang menentang keputusan ayahandanya. “ Seharusnya hamba, Ayah. Hamba ini anak sulung!” kata Purbararang. Tetapi, Prabu Tapa Agung hanya tersenyum dengan bijaksana sembari menjelaskan kepada Purbararang bahwa untuk menjadi seorang putri mahkota. tidak cukup hanya menjadi anak sulung. Banyak hal lain yang perlu diperhitungkan. Purbararang mendengus kesal, “Apa kelebihan Purbasari daripada hamba, Ayah?” tanyanya. “Kamu akan tahu apabila Purbasari sudah memimpin menggantikan Ayah.” jawab Prabu Tapa Agung. Prabu Tapa Agung sudah lama memimpin kerajaan yang sangat makmur. Ia sudah semakin tua, dan tentu saja Prabu Tapa Agung ingin sekali ada seseorang yang geng Sebelum Tidur

114


menggantikan kedudukannya. Akan tetapi, ia tidak bisa begitu saja melepas jabatannya karena ia tidak memiliki anak laki-laki. Siang malam ia berpikir untuk mewariskan kedudukannya kepada salah satu anak perempuannya, tetapi tampaknya pilihan tersebut cukup sulit. Purbararang dan Purbasari sama-sama cantik dan pintar, yagn membedakan keduanya adalah sifat mereka. Purbararang memiliki sifat yang keras, sementara Purbasari lebih lembut, sabar dan penuh perhatian. Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya Prabu Tapa Agung memilih Purbasari untuk menjadi putri mahkota, yang kelak akan menggantikan kedudukannya. Di suatu siang, Purbararang terlihat sedang membicarakan sesuatu dengan Indrajaya, calon pendamping hidupnya, dia tampak sangat kesal. “ Aku kesal! Aku tidak terima ayah memilih Purbasari menjadi penggantinya, bukan aku! Aku harus melakukan sesuatu!” kata Purbararang. Indrajaya hanya menggeleng, “Apa yang akan kamu lakukan?” tanyanya. “Aku akan meminta bantuin Mbok Rondo untuk menyihirnya.” kata Purbararang terang-terangan. Ternyata Purbararang benar-benar melaksanakan keinginannya. Dia mendatangi Mbok Rondo, seorang penyihir, dan memintanya mendatangkan penyakit di sekujur kulit purbasari. Pada malam hari menjelang tidur, tidak biasanya seluruh badan Purbasari gatal-gatal. Dia coba untuk menghilangkan rasa gatal tersebut dengan menggunakan bedak. Namun rasa gatal tersebut tidak hilang dan malah semakin menjadi-jadi. Purbasari mencoba menahan diri untuk geng Sebelum Tidur

115


tidak menggaruknya, tetapi tetap saja dia tidak dapat menahannya. Akibatnya, pada pagi hari, seluruh badan Purbasari luka karena garukan. Purbararang menggeleng-gelengkan kepalanya sembari berkata, “ Kamu pasti telah berbuat jahat. Kamu telah dihukum Tuhan, Purbasari.” Hari itu, seluruh penghuni kerajaan gempar. Purbararang dengan sengaja memberitahukan kepada semua orang di kerajaan, termasuk Prabu Tapa Agung. “Apa yang telah kamu lakukan Purbasari? Mengapa tiba-tiba sekujur tubuhmu berubah seperti ini? Kalau kamu tidak mengaku, kamu akan aku buang ke tengah hutan.” kata Prabu Tapa Agung. Purbasari menjawab, “Aku tidak melakukan apa pun, ayahanda. Aku lebih baik dibuang daripadi harus mengakui suatu perbuatan yang tidak kulakukan.” Akhirnya, setelah musyawarah dilakukan. Prabu Tapa Agung berniat mengungsikan Purbasari ke hutan. Purbasari merasa sangat sedih, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali mengikuti perintah ayahnya. Dia diantar ke hutan oleh seorang patih yang baik hati dan percaya bahwa Purbasari tidak melakukan sesuatu yang jahat. Sang patih pun membuatkan sebuah gubuk yang sangat sederhana di atas pohon dan meninggalkan Purbasari. Sepeninggal patih, tiba-tiba ada seekor lutung yang mendatangi gubuk Purbasari. Lutung tersebut membawa setandan pisang dan memberikannya kepada Purbasari. Di geng Sebelum Tidur

116


belakang Lutung, beberapa binatang hutan ikut menghampiri dan memperhatikan. Selama di hutan, Purbasari tidak kekurangan makanan. Setiap hari, ada saja yang mengiriminya buah-buahan, umbiumbian atau ikan. Purbasari pun berteman dengan lutung tersebut. Telah cukup lama Purbasari tinggal di hutan, tetapi penyakitnya belum sembuh juga meskipun dia sudah mencoba memakai berbagai macam ramuan. Suatu hari, saat malam bulan purnama, Lutung mengajak Purbasari ke sebuah lembah. Di lembah itu, lutung menunjukkan kepada Purbasari sebuah kolam air panas. Purbasari bertanya, “Apa manfaat kolam ini?” Lutung yang semula tidak pernah berbicara, tiba-tiba mengeluarkan suara, “Kolam ini akan menyembuhkan penyakitmu.” jawabnya. Purbasari terkejut, “Kamu bisa bicara? Siapa sebenarnya kamu?” “Kamu akan tahu. Suatu saat nanti.” ujar Lutung. Purbasari tidak mau memaksa. Dia kemudian menuju kolam dan berendam di sana. Setelah beberapa jam, Purbasari keluar dari kolam. Dia terkejut sekali, ketika melihat wajahnya di kolam yang berair jernih itu. Wajahnya sudah kembali seperti semula, seperti sebelum diusir dari kerajaan. Purbasari sangat bersyukur. Dia mengucapkan terima kasih dan syukur kepada Tuhan dan juga terima kasih kepada Lutung. Berita kesembuhan Purbasari ternyata cepat menyebar ke kerajaan dan membuat Purbararang gusar. Dia dan calon geng Sebelum Tidur

117


suaminya, Pangeran Indrajay memutuskan untuk mendatangi Purbasari. Setibanya di hutan, Purbararang takjub begitu melihat kecantikan Purbasari. Purbasari bertanya apakah dia sudah diperbolehkan pulang ke kerajaan. Tetapi Purbararang berkata bahwa dia akan mengizinkan Purbasari pulang dengan syarat rambut Purbasari lebih panjang dari rambutnya. Purbararang membuka kondenya, setelah terurai terlihatlah bahwa rambut Purbararang panjang mencapai tanah. Purbasari agak khawatir ketika membuka kondenya. Setelah rambut Purbasari terurai, ternyata dia memiliki rambut yang dua kali lebih panjang daripada rambut Purbararang. “Baik, jadi rambutmu lebih panjang,� kata Purbararang mengaku kalah, “tapi ada satu syarat lagi yang harus kau penuhi. Kau harus punya calon sumai yang lebih tampan dari calon suamiku.� lanjutnya dengan senyum penuh kemenangan. Pangeran Indrajaya yang berada di sebelah Purbararang hanya tersenyum.

geng Sebelum Tidur

118


geng Sebelum Tidur

119


La Dana La Dana adalah seorang anak petani dari Tana Toraja. Ia sangat terkenal akan kecerdikannya. Kadangkala kecerdikan itu ia gunakan untuk memperdaya orang sehingga kecerdikan itu menjadi kelicikan. Pada suatu hari ia bersama temannya diundang untuk menghadiri pesta kematian. Sudah menjadi kebiasaan di Tana Toraja bahwa setiap tamu akan mendapat daging kerbau. La Dana diberi bagian kaki belakang dari kerbau. Sedangkan kawannya menerima hampir seluruh bagian kerbau itu kecuali bagian kaki belakang. Lalu La Dana mengusulkan pada temannya untuk menggabungkan daging-daging bagian itu dan menukarkannya dengan seekor kerbau hidup. Alasannya adalah mereka dapat memelihara hewan itu sampai gemuk sebelum disembelih. Mereka beruntung karena usulan tersebut diterima oleh tuan rumah. Seminggu setelah itu La Dana mulai tidak sabar menunggu agar kerbaunya gemuk. Pada suatu hari ia mendatangi rumah temannya tempat kerbau itu berada, dan berkata "Mari kita potong hewan ini, saya sudah ingin makan dagingnya." Temannya menjawab, "Tunggulah sampai hewan itu agak gemuk." Lalu La Dana mengusulkan, "Sebaiknya kita potong saja bagian saya, dan kamu bisa memelihara hewan itu selanjutnya." Kawannya berpikir, kalau kaki belakang kerbau itu dipotong maka ia akan mati. Lalu kawannya membujuk La

geng Sebelum Tidur

120


Dana agar ia mengurungkan niatnya. Ia berjanji akan memberikan La Dana kaki depan dari kerbau itu. Seminggu setelah itu La Dana datang lagi dan kembali meminta agar bagiannya dipotong. Sekali lagi kawannya membujuk. Temannya berjanji akan memberi La Dana bagian badan kerbau itu asal La Dana mau menunda maksudnya. Beberapa hari kemudian La Dana sudah kembali ke rumah temannya. ia kembali meminta agar hewan itu dipotong. Kali ini kawannya sudah tidak sabar, dengan marah ia pun berkata, "Kenapa kamu tidak ambil saja kerbau ini sekalian! Dan jangan datang lagi untuk mengganggu saya." La dana pun pulang dengan gembiranya sambil membawa seekor kerbau gemuk.

geng Sebelum Tidur

121


geng Sebelum Tidur

122


geng Sebelum Tidur

123


ASAL MULA DANAU TOBA Suatu hari di sebuah desa di Sumatera, hidup seorang petani yang rajin dan ulet. Ia memiliki kebun yang tidak begitu luas. Namun, karena kerja kerasnya ia dapat mencukupi kebutuhannya sehari- hari. Sebenarnya petani tersebut telah cukup umur untuk menikah namun karena ia ingin mengembangkan usahanya, maka ia memutuskan untuk tidak menikah terlebih dahulu. Suatu hari petani tersebut pergi memancing ikan di sungai. Ia berharap semoga hari ini ia mendapat ikan yang besar untuk lauk makan siang hari ini. Setelah beberapa saat dia memancing tiba – tiba kail pancingan mulai bergerak dan petani tersebut berusaha menarik pancingannya sekuat tenaga. “Hup! Dapat!”, teriak petani tersebut kegirangan. Namun, kilau indah yang berasal dari sisik ikan yang berwarna keemasan tersebut menghentikan sorakan petani tersebut. Untuk mengobati keheranannanya petani tersebut memegang ikan itu dan mengamati ikan yang unik ini.”Jangan makan aku!”, tibatiba terdengar suara yang mengejutkan si petani. Karena terkejut petani itu menjatuhkan ikan yang sedang ia pegang ke tanah dan tiba- tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang gadis yang sangat cantik bagaikan bidadari yang turun ke bumi. Petani semakin merasa takut bercampur takjub.”Bermimpikah aku?”, kata si petani. “ Jangan takut aku juga manusia sama sepertimu ”, kata gadis cantik jelita itu sambil tersenyum. “benarkah?”, jawab petani. Gadis cantik itu mengangguk dan berkata,” Namaku Puteri , terima kasih karena telah menyelamatkan aku dari kutukan Dewata. Sebagai balas budi aku bersedia menjadi istrimu. Tapi, kamu harus janji tidak geng Sebelum Tidur

124


pernah menceritakan asal- usulku terhadap siapapun.�. tanpa berkata- kata petani itu pun mengangguk dan jadilah mereka suami istri. Sesampainya di desa, seluruh isi desa gempar karena kedatangan seorang gadis cantik yang ternyata adalah istri si petani. Sebagai seorang suami yang baik ia dengan giat mencari nafkah dan mengolah sawahnya dengan ulet dan tekun. Petani merasa sangat bahagia. Walaupun begitu, banyak orang yang iri terhadap si Petani. Mereka menuduh petani tersebut memelihara makhluk halus. Kabar tersebut terdengar sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak tersinggung, dan menganggap hal itu adalah hal biasa. Kebahagiaan Petani dan Puteri bertambah, setahun kemudian mereka dikarunia seorang anak yang diberi nama Putera. Kebahagiaan tersebut tidak membuat mereka lupa diri. Petani menjadi semakin giat mengelola sawahnya. Putera pun tumbuh menjadi seseorang yang sehat dan kuat. Namun, Putera memiliki keanehan. Ia tidak pernah kenyang dan selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya untuk tiga orang dapat ia makan sendiri. Setelah tumbuh semakin besar, Putera sering membuat ayahnya jengkel. Jika disuruh membantu Putera sering menolak dan sering melawan terhadap kedua orang tuanya. Sebagai seorang istri yang baik, Puteri sering mengingatkan suaminya agar bersabar. Petani pun bersabar karena ia pikir Putera adalah anaknya sendiri. Namun, kesabaran manusia ternyata ada batasnya. Suatu hari Puteri menyuruh Putera mengantarkan makan siang untuk geng Sebelum Tidur

125


ayahnya. Namun Putera tidak memenuhi tugasnya, ia tidak mengantarkan makan siang ayahnya. Petani menunggu kedatangan anaknya sambil menahan haus dan lapar. Karena memang sudah tidak sabar dan lapar akhirnya Petani memutuskan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah Petani sangat marah dan jengkel terhadap anaknya. Ia melihat anaknya sedang bermain bola di halaman rumahnya. Petani menjewer dan berteriak kepada anaknya,� Dasar anak tak tahu diuntung!T ak tahu diri! Dasar anak ikan!�. Tanpa sadar si petani melanggar pantangan yang selama ini ia jaga. Setelah petani berteriak, seketika Puteri dan Putera menghilang. Tiba- tiba dari jejak kaki yang mereka tinggalkan, keluar air yang akhirnya menenggelamkan si Petani dan desa itu. Kini, desa tempat petani tersebut tinggal berubah menjadi sebuah danau yang bernama Danau Toba yang ditengahnya terdapat sebuah pulau yang diberi nama Pulau Samosir.

geng Sebelum Tidur

126


geng Sebelum Tidur

127


Aryo Menak Dikisahkan pada jaman Aryo Menak hidup, pulau Madura masih sangat subur. Hutannya sangat lebat. Ladang-ladang padi menguning. Aryo Menak adalah seorang pemuda yang sangat gemar mengembara ke tengah hutan. Pada suatu bulan purnama, ketika dia beristirahat dibawah pohon di dekat sebuah danau, dilihatnya cahaya sangat terang berpendar di pinggir danau itu. Perlahan-lahan ia mendekati sumber cahaya tadi. Alangkah terkejutnya, ketika dilihatnya tujuh orang bidadari sedang mandi dan bersenda gurau disana. Ia sangat terpesona oleh kecantikan mereka. Timbul keinginannya untuk memiliki seorang diantara mereka. Iapun mengendap-endap, kemudian dengan secepatnya diambil sebuah selendang dari bidadaribidadari itu. Tak lama kemudian, para bidadari itu selesai mandi dan bergegas mengambil pakaiannya masing-masing. Merekapun terbang ke istananya di sorga kecuali yang termuda. Bidadari itu tidak dapat terbang tanpa selendangnya. Iapun sedih dan menangis. Aryo Menak kemudian mendekatinya. Ia berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Ditanyakannya apa yang terjadi pada bidadari itu. Lalu ia mengatakan: "Ini mungkin sudah kehendak para dewa agar bidadari berdiam di bumi untuk sementara waktu. Janganlah bersedih. Saya akan berjanji menemani dan menghiburmu." Bidadari itu rupanya geng Sebelum Tidur

128


percaya dengan omongan Arya Menak. Iapun tidak menolak ketika Arya Menak menawarkan padanya untuk tinggal di rumah Arya Menak. Selanjutnya Arya Menak melamarnya. Bidadari itupun menerimanya. Dikisahkan, bahwa bidadari itu masih memiliki kekuatan gaib. Ia dapat memasak sepanci nasi hanya dari sebutir beras. Syaratnya adalah Arya Menak tidak boleh menyaksikannya. Pada suatu hari, Arya Menak menjadi penasaran. Beras di lumbungnya tidak pernah berkurang meskipun bidadari memasaknya setiap hari. Ketika isterinya tidak ada dirumah, ia mengendap ke dapur dan membuka panci tempat isterinya memasak nasi. Tindakan ini membuat kekuatan gaib isterinya sirna. Bidadari sangat terkejut mengetahui apa yang terjadi. Mulai saat itu, ia harus memasak beras dari lumbungnya Arya Menak. Lama kelamaan beras itupun makin berkurang. Pada suatu hari, dasar lumbungnya sudah kelihatan. Alangkah terkejutnya bidadari itu ketika dilihatnya tersembul selendangnya yang hilang. Begitu melihat selendang tersebut, timbul keinginannya untuk pulang ke sorga. Pada suatu malam, ia mengenakan kembali semua pakaian sorganya. Tubuhnya menjadi ringan, iapun dapat terbang ke istananya. Arya Menak menjadi sangat sedih. Karena keingintahuannya, bidadari meninggalkannya. Sejak saat itu ia dan anak keturunannya berpantang untuk memakan nasi.

geng Sebelum Tidur

129


geng Sebelum Tidur

130


geng Sebelum Tidur

131


Talaga Warna Pada Zaman Dahulu, terletak sebuah kerajaan di daerah Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah rakyat memanggil raja tersebut. Prabu adalah seorang yang adil dan bijaksana. Maka tak heran negeri tersebut makmur dan tentram dibawah pimpinannya. Tak ada penduduk yang kelaparan di negeri itu. Segala sesuatu berjalan dengan menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya tak kunjung dikaruniai anak. Hal ini tentu membuat pasangan tersebut sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan agar mereka segera mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. Untuk mereka, anak kandung lebih baik daripada anak angkat. Karena anaknya tak kunjung datang, Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Hal itu membuat Prabu pergi bertapa di hutan dan berdoa agar beliau dikaruniai seorang anak. Ternyata, doa Prabui terkabulkan. Beberapa bulan kemudian, sang Ratu hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka mendatangi istana dengan membawa hadiah. Sembilan bulan kemudian, sang bayi pun lahir. Bayi tersebut adalah seorang perempuan. Kembali rakyatpun datang dengan membawa hadiah untuk si bayi kecil. Bayi tersebut tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, bayi tersebut tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik.

geng Sebelum Tidur

132


Anak itu tumbuh menjadi gadis yang tinggi besar. Karena itu dia dipanggil dengan sebutan Kebo Iwa yang berarti paman kerbau. Kebo Iwa sangat besar. Jangkauan kakinya sangat lebar. Ia dapat berpergian dengan cepat. Apabila Kebo Iwa kehausan, ia tinggal menusukkan telunjuknya ke tanah dan tanah tersebut berubah menjadi sumur kecil yang mengeluarkan air. Prabu dan Ratu sangat menyayangi anaknya. Mereka selalu memberikan segala yang diminta oleh Kebo Iwa. Hal ini membuat Kebo Iwa tumbuh menjadi anak yang manja. Apabila salah satu keinginannya tidak dipenuhi, ia akan marah sampai kerap kali mengucapkan kata-kata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu tetap saja mencintainya. Hari pun berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Beberapa hari lagi, sang Putri akan berulang tahun menuju usianya yang hampir 17 tahun. Para penduduk pergi ke istana untuk memberikannya hadiah. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Apabila diperlukan, Prabu dapat menggunakannya untuk kepentingan rakyat. Untuk hadiah sang Putri, Prabu membawa sejumlah emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. Prabu meminta sang ahli perhiasan untuk membuatkan kalung yang sangat indah dan ahli perhiasaan pun menyanggupinya. Ia ingin membawa kalung yang sangat indah untuk sang putri, karena Prabu sangat menyayanginya. geng Sebelum Tidur

133


Hari yang dinantikan pun tiba. Hari ini adalah hari ulang tahun Putri. Rakyat negeri sudah menunggu Putri dengan sabarnya. Ketika Prabu dan sang Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sorak sorai makin meriah ketika sang Putri yang cantik jelita keluar dari istana. Semua orang mengagumi kecantikannya. Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. Segeralah kalung tersebut diserahkan kepada Putri. Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. "Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!" seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai. Hal tersebut sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang. Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Mulamula membentuk kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu danau itu makin besar dan menenggelamkan istana. Sekarang, danau itu disebut Talaga Warna. Danau itu berada di daerah puncak. Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warnawarna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

geng Sebelum Tidur

134


geng Sebelum Tidur

135


Mundinglaya Dikusumah Zaman dahulu kala, hiduplah sebuah kerajaan di tatar Sunda. Kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi tersebut bernama Kerajaan Pajajaran. Prabu Siliwangi memiliki dua orang istri, yaitu Nyimas Tejamantri dan Nyimas Padmawati. Dari Nyimas Tejamantri, Prabu Siliwangi mendapatkan seorang anak yang diberi nama Guru Gantangan. Sedangkan, dari Nyimas Padmawati, raja mendapatkan seorang anak yaitu Mundinglaya. Setelah Pangeran Guru Gantangan menikah, dia tidak kunjung dikaruniai anak, maka dia mengangkat seorang anak dan ia beri nama Sunten Jaya. Karena perbedaan umur Pangeran Guru Gantangan dan Pangeran Mundinglaya sangat jauh, Pangeran Guru Gantangan juga tertarik untuk merawat Pangeran Mundinglaya sebagai anaknya. Pemaisuri Nyimas Padmawati mengizinkan Pangeran Guru Gantangan untuk merawat anaknya karena ia mengetahui bahwa Pangeran Guru Gantangan sangat menyayangi Pangeran Mundinglaya. Pangeran Mundingalaya tumbuh menjadi anak yang rupawan juga baik budi pekertinya. Pangeran Guru Gantangan dan istrinya menjadi lebih menyanyangi Pangeran Mundinglaya dibandingkan dengan Sunten Jaya karena sikap Sunten Jaya yang sangat manja dan angkuh. Hanya saja, perhatian istri Pangeran Guru Gantangan terhadap Pangeran Mundinglaya yang berlebih, membuat Pangeran Guru Gantangan cemburu. Akhirnya Pangeran Guru Gantangan menjebloskan Pangeran Mundinglaya ke penjara dengan alasan Pangeran Mundinglaya mengganggu kehormatan wanita. Akibatnya, rakyat Pajajaran geng Sebelum Tidur

136


terbagi dua, ada yang mendukung keputusan tersebut tetapi adapula yang tidak setuju dengan keputusan tersebut. Kerajaan Pajajaran menuju kearah perang saudara. Suatu malam Permaisuri Nyimas Padmawati bermimpi sesuatu yang sangat aneh. Keesokan paginya dia menceritakan mimpinya kepada Pabu Siliwangi. Dalam mimpinya, permaisuri melihat tujuh guriang, makhluk ghaib yang tinggal di puncak gunung. Diantara mereka ada yang membawa jimat Layang Salaka Domas. Dan guriang itu berkata, “Pajajaran hanya akan tenteram jika seorang ksatria dapat mengambilnya dari Jabaning Langit.” Prabu Siliwangi sangat tertarik dengan mimpi permaisuri tersebut. Dia memerintahkan kepada semua rakyat juga bangsawan untuk berkumpul di halaman istana. Prabu berkata,”Adakah seorang ksatria yang bernai pergi ke Jabaning Langit untuk mengambil jimat Layang Salaka Domas?” Hening. Tidak ada satupun yang menyanggupinya. Semua orang takut berhadapan dengan Jonggrang Kalipatung, seorang raksasa berbahaya yang selalu menghalangi jalan ke puncak gunung. Tak lama kemudian seseorang angkat bicara. Dia adalah Patih Lengser. Dia meminta kepada Prabu agar Pangeran Mundinglaya diberi kesempatan. Seperti yang Patih Lengser duga, Pangeran Mundinglaya menyanggupi titah ayahnya tersebut. Pangeran Mundinglaya berkata,”Karena Layang Salaka Domas penting bagi keselamatan negara, ananda akan pergi mencarinya, ayahanda!” Prabu Siliwangi sangat senang mendengar jawaban dari anaknya ini. Dan ternyata kebahagiaan itu tidak hanya milik raja semata. Semua rakyat dan para bangsawan juga merasa bahagia. Demikian pula bagi Pangeran Mundinglaya, jika ia berhasil membawa jimat itu nanti, ini geng Sebelum Tidur

137


berarti kebebasan. Bagi Sunten Jaya, ini berarti menyingkirkan musuhnya. Sunten Jaya yakin benar bahwa Pangeran Mundinglaya akan dibunuh oleh Jonggrang Kalipatung. Tanpa diduga, Sunten Jaya telah menyiapkan sebuah rencana bagi Pangeran Mundinglaya dan Permaisuri Nyimas Padmawati. Sunten Jaya berseru, “Kakek, dia adalah seorang tahanan, jika kakek membiarkannya pergi sekarang, tidak akan ada jaminan bahwa dia akan kembali. Jika dia tidak kembali setelah sebulan, penjarakan kanjeng ibu Padmawati dalam istana.” Masyarakat dan bangsawan sangat kaget mendengar permintaan Sunten Jaya. Dan, dengan tegas Pangeran Mundinglaya berkata pada ayahnya, ”Ananda akan kembali dalam sebulan dan setuju dengan usulan Sunten Jaya!” Pangeran Mundinglaya diajari ilmu perang oleh Patih Lengser sebagai bekal perjalanannya. Beberapa minggu pun berlalu, Pangeran Mundinglaya pergi meninggalkan Pajajaran. Karena ia tidak pernah pergi keluar dari Pajajaran, ia tidak mengetahui jalan menuju Jabaning Langit. Dengan berserah diri kepada Tuhan Yang MahaEsa, Pangeran Mundinglaya menyusuri hutan-hutan untuk menemukan Jabaning Langit. Di tengah perjalanannya, Pangeran menemukan sebuah kerajaan kecil bernama Muara Brebes yang merupakan bawahan Kerajaan Pajajaran. Disana, ia bertemu dan jatuh hati dengan seorang putri cantik bernama Dewi Kinawati. Mereka berdua berjanji akan bertemu lagi setelah Pangeran Mundinglaya menemukan jimat Layang Salaka Domas. Perjalanan diteruskan. Pangeran Mundinglaya bertemu dengan raksasa Jonggrang Kalipatung. Perkelahian pun tak geng Sebelum Tidur

138


terhindarkan lagi. Akhirnya Pangeran Mundinglaya menang. Ia memaksa Jonggrang Kalipatung untuk memberitahukan dimana Jabaning Langit berada. “Katakan dimana Jabaning Langit!”, seru Pangeran Mundinglaya. “Di dalam hatimu”, jawab Jonggrang Kalipatung. Akhrinya Pangeran Mundinglaya melepaskan Jonggrang Kalipatung dan menyuruhnya untuk meninggalkan Pajajaran untuk selamanya. Jonggrang Kalipatung pun berterimakasih dan meninggalkan Pajajaran. Suatu saat Pangeran Mundinglaya menemukan sebuah tempat untuk beristirahat. Disana ia berdoa kepada Tuhan Yang MahaEsa agar diberikan jalan. Tiba-tiba ia merasa tubuhnya terangkat dan terbang ke suatu tempat yang sangat terang. Di sana dia diterima oleh tujuh guriang, makhluk gaib penjaga Layang Salaka Domas. Merka bertanya kepada Pangeran Mundinglaya mengapa ia berani datang ke Jabaning Langit. Tanpa ragu pangeran menjawab “Tujuanku datang ke sini adalah untuk mengambil Layang Salaka Domas yang diperlukan oleh negaraku sebagai obat untuk mencegah permusuhan antar saudara. Akan banyak orang menderita dan mati memperebutkan yang tidak jelas.” “Kami menghargaimu, Pangeran Mundinglaya, tapi kami tidak dapat memberimu Layang Salaka Domas karena ini bukan untuk manusia. Bagaimana kalau pemberian lain sebagai hadiah untukmu? Misalnya seorang putri cantik atau kesejahteraan, atau kami dapat menjadikanmu manusia tersuci di dunia?”, jawab salah satu guriang. “Aku tidak memerlukan semua itu, jika rakyat Pajajaran terlibat dalam perang.”, jawab Pangeran Mundingalaya dengan sangat bijak. Tak habis akal, salah satu guriang menjawab kembali, “Kalau begitu, kamu harus merebutnya setelah mengalahkan kami.” Terjadilah geng Sebelum Tidur

139


pertempuran hebat. Karena Pangeran tidak dapat menandingi kekuatan ketujuh guriang yang sangat kuat, Pangeran Mundinglaya terjatuh dan meninggal. Tak beberapa kemudian, muncul Nyi Pohaci, makhluk supranatural yang menampakakkan dirinya dan menghidupkan kembali Pangeran Mundinglaya. Kini, pangeran telah siap kembali bertempur. Tak disangka, salah satu guriang berkata, “Tidak perlu ada lagi pertempuran, karena engkau telah menunjukkan sifatmu yang sebenarnya. Engkau pria yang jujur dan tidak tamak. Engkau mempunyai hak untuk membawa Layang Salaka Domas.� Dan guriang itu kemudian memberikan Layang Salaka Domas kepada Pangeran Mundinglaya. Pangeran berterimakasih kepada guriang-guriang tersebut juga kepada Nyi Pohaci yang telah mengembalikan nyawanya. Akhirnya Pangeran Mundinglaya kembali ke Pajajaran dengan iringan ketujuh guriang. Di Pajajaran, Sunten Jaya ternyata mengganggu Permaisuri Dewi Padmawati. Sunten Jaya berkata pada Prabu Siliwangi bahwa permaisuri sebenarnya tidak bermimpi, ia hanya berbohong agar anaknya bebas dari penjara. Ia membujuk raja agar menghukum mati Permaisuri Dewi Padmawati. Selain itu, Sunten Jaya juga menyebarkan gosip kepada Dewi Kinawati di Kerajaan Muara Beres bahwa Pangeran Mundinglaya telah terbunuh oleh Jonggrang Kalipatung. Untungnya, Prabu Siliwangi bersama ketujuh ajudannya segera datang ke Pajajaran. Semua rakyat berteriak kegirangan. Sunten Jaya dan pengikutnya pun diusir dari Pajajaran.

geng Sebelum Tidur

140


Akhirnya, Prabu Siliwangi menobatkan Pangeran Mundinglaya sebagai Raja Pajajaran dan diberi gelar Mundinglaya Dikusumah. Mundinglaya Dikusumah kemudian menikah dengan Dewi Kinawati dan Pajajaran pun menjadi negara yang aman, adil, dan makmur.

geng Sebelum Tidur

141


geng Sebelum Tidur

142


geng Sebelum Tidur

143


Legenda Pulau Kemaro Pada mulanya, ada seorang wanita bernama Siti Fatima yang berasal dari keluarga asli Palembang dan seorang lelaki bernama Tan Bun Liong yang berasal dari keluarga keturunan Tiong Hoa. Pertemuan mereka diawali ketika Fatima yang hendak pergi ke pasar melewati sebuah kedai milik Liong. Tanpa sengaja, dari dalam kedai Liong melihat Fatima berjalan. Mereka pun saling bertatapan. Tanpa disangka-sangka, tatapan itu berkesan bagi keduanya. Liong terus berusaha mencari tahu siapa nama wanita itu. Akhirnya, mereka kembali dipertemukan saat keduanya pergi ke pasar. Liong memberanikan diri untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Perkenalan mereka berlanjut. Keduanya saling mengagumi satu sama lain. Mereka sudah merasa cocok sehingga memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Sayangnya, orang tua mereka tidak memberikan restu karena perbedaan adat istiadat. Namun, mereka terus bersikukuh untuk menikah sehingga akhirnya hati orang tua mereka luluh. Mereka pun akhirnya menyetujuinya. Rencananya, pernikahan mereka akan digelar bertepatan dengan perayaan cap gome (10 hari setelah Imlek) di Pulau Kemaro. Orang tua Liong berjanji akan mengirimkan mas kawin melalui kapal yang akan berlabuh di Pulau Kemaro. geng Sebelum Tidur

144


Hari pernikahan pun tiba. Keduanya sudah berada di Pulau Kemaro menunggu mas kawin yang dijanjikan orang tua Liong. Melihat sebuah kapal berlabuh, alangkah bahagianya Liong. Kendi-kendi yang mereka kirim pun langsung dibuka Liong. Betapa terkejutnya Liong ketika membuka candi tersebut ternyata isinya hanya tumpukan sawi-sawi dan sayuran lainnya. Liong marah dan kecewa, ia pun langsung membuang kendi sawi tersebut ke dalam sungai musi. Tiba-tiba, ada seseorang utusan orang tua Liong memberi kabar bahwa di dalam kendi sawi itu terdapat emas. Ternyata mereka sangaja melapisi emas tersebut dengan sawi karena takut di tengah jalan kapal tersebut dirampok. Liong yang sangat menyesal telah membuang kendi itu langsung menjatuhkan dirinya ke dalam sungai untuk mangambil kembali kendi yang telah ia buang ke sungai. Malang nasibnya ketika hendak kembali ke darat, kakinya tersangkut tali kapal. Karena panik Liong tak kunjung sampai di darat, Fatima memutuskan untuk menyusul Liong ke dalam sungai. Fatima yang melihat kaki Liong yang tersangkut di tali, berusaha melepaskannya. Tapi sayangnya, mereka kehabisan oksigen, akhirnya mereka pun meninggal dunia.

geng Sebelum Tidur

145


Dengan adanya kejadian tersebut, akhirnya keluarga Liong dan Fatima saling memaafkan. Mereka menyadari bahwa hal ini terjadi karena perilaku mereka. Tidak seharusnya perbedaan adat menjadi penghalang. Malahan, justru perbedaan itu seharusnya menjadi pemersatu diantara mereka. Sampai sekarang, Pulau Kemaro dijadikan tempat perayaan cap gome karena disana terdapat wihara yang usianya puluhan tahun. Bahkan Pulau Kemaro dijadikan sebagai pulau cinta karena konon menurut warga sekitar jika sepasang kekasih mengunjungi tempat tersebut, cinta mereka akan kekal abadi selamanya.

geng Sebelum Tidur

146


geng Sebelum Tidur

147


ARYO MENAK Aryo Menak adalah seorang pemuda yang sangat gemar mengembara ke tengah hutan. Pada suatu malam purnama, ketika dia beristirahat dibawah pohon di dekat sebuah danau, dilihatnya cahaya sangat terang berpendar di pinggir danau itu. Perlahan-lahan ia mendekati sumber cahaya tadi. Alangkah terkejutnya, ketika dilihatnya tujuh orang bidadari sedang mandi dan bersenda gurau disana. Semua bidadari itu membuat Aryo Menak jatuh hati, sehingga membuat ia ingin memilikinya. Dia mengambil selendang salah satu bidadari, dan ia sembunyikan di lumbung padinya. Ketika bidadari ingin kembali ke kahyangan, bidadari termuda tidak dapat terbang kembali ke kahyangan. Dia juga keenam bidadari lainya sedih. Namun apa boeh buat, keenem bidadari lainnya terpaksa kembali terlebih dahulu. Dia terus menangis. Pada saat menangis, Aryo Menak dating menghampiri, untuk menghibur bidadari itu. Ia mengatakan, "Ini mungkin sudah kehendak para dewa agar bidadari berdiam di bumi untuk sementara waktu. Janganlah bersedih. Saya berjanji akan menemani dan menghiburmu." Bidadari itu pun percaya. Aryo Menak pun mengajak bidadari untuk tinggal di rumahnya. Dia pun menurut. Selanjutnya Arya Menak melamarnya, dan Bidadari pun menerimanya. Meski tinggal di bumi, bidadari masih memiliki keuatan gaib. Dia bisa menanak nasi sebakul dengan hanya menanak nasi satu butir, dengan syarat Aryo Menak tidak boleh melihatnya ketika menanak nasi. geng Sebelum Tidur

148


Ini sangat membantu Aryo Menak untuk mengirit lumbung padinya yang mulai menipis. Tapi, rasa penasaran Aryo Menak tidak dapat dibendung. Ia pun akhirnya melihat bidadarinya sedang menanak nasi. Kekuatan gaibnya sirna seketika. Lama-kelamaan, dasar lumbung padinya pun terlihat. Ketika bidadari ingin mengambil nasi untuk menanak nasi, dia melihat selendangnya di dasar lumbung. Pada malam harinya, bidadari kembali ke kahyangan dengan penuh gembira. Pagi harinya, Aryo Menak terkejut ketika tidak menemui istrinya, terlebih lagi ketika ia tidak menemukan selendang yang dulu ia curi. Itu tandanya, istrinya telah kembali ke kahyangan. Sejak saat itu, ia dan anak keturunannya berpantang memakan nasi

geng Sebelum Tidur

149


geng Sebelum Tidur

150


geng Sebelum Tidur

151


Murtado Macan Kemayoran Pada masa dahulu ketika Kompeni Belanda masih berkuasa di Indonesia, di daerah kemayoran tinggallah seorang pemuda bernama Murtado. Ayahnya adalah bekas seorang lurah di daerah tersebut. Karena sudah tua, kedudukannya digantikan oleh orang lain. Murtado mempunyai sifat-sifat yang baik, tidak sombong, baik kepada anak kecil, hormat kepada orang tua dan senantiasa bersedia menolong orangorang yang mendapat kesusahan. Di samping itu dia tekun menuntut ilmu agama, mempelajari bermacam-macam ilmu pengetahuan lainnya seperti ilmu bela diri dan sebagainya. Oleh karena sifat-sifatnya yang terpuji itu, maka Murtado disenangi oleh penduduk di kampung tersebut. Ketika itu, keadaan masyarakat di daerah Kemayoran tidak tenteram. Penduduk selalu diliputi rasa ketakutan, akibat gangguan dari jagoan-jagoan Kemayoran yang berwatak jahat ataupun gangguan dari jagoan daerah lainnya yang datang ke daerah ini untuk mengacau atau merampas harta benda penduduk, kadang-kadang mereka tidak segan-segan membawa lari anak perawan ataupun istri orang yang kemudian diperkosa dan kalau melawan disiksa dan dibunuh. Penduduk di daerah itu kebanyakan merupakan petanipetani kecil, di samping itu ada juga berdagang kecil-kecilan seperti membuka warung kopi dan sebagainya. Akibat gangguan-gangguan keamanan ini, banyaklah warung-warung mereka ditutup, sehingga mereka jatuh melarat dan menjadi bangkrut. Di samping gangguan keamanan itu, pihak kompeni sebagai penguasa turut menyusahkan mereka dengan jalan geng Sebelum Tidur

152


memungut segala macam jenis pajak kepada rakyat. Di samping itu juga mereka diwajibkan menjual hasil buminya kepada kompeni dengan harga yang murah sekali. Kemudian mereka juga diperas oleh tuan-tuan tanah bangsa Belanda dan Cina yang memungut sewa tanah ataupun rumah dengan semaunya saja tanpa belas kasihan. Selain itu penguasa baru yang disokong kompeni sebagai kakitangannya yaitu orang pribumi sendiri ialah Bek Lihun dan Mandor Bacan telah turut pula bertindak sewenang-wenang seperti merampas harta rakyat, merampas istri-istri orang ataupun anak perawan yang diculik, dikawini dan diperkosa. Tindakan mereka berdua sangat kejam dan mereka hanyalah memikirkan keuntungan pribadinya saja serta mengambil muka kepada penguasa kompeni. Pada waktu itu wakil kompeni yang ditunjuk oleh Belanda untuk menguasai daerah Kemayoran itu, adalah bernama tuan Rusendal, seorang Belanda. Di dalam melaksanakan perintah di daerah ini, Rusendal memerintahkan Bek Lihun memeras rakyat dengan segala macam pajak. Lalu Bek Lihun menugaskan pula bawahannya Mandor Bacan untuk melaksanakan segala macam pungutan liat tersebut. Siapa yang membangkang akan mereka siksa dan mereka bunuh. Pihak kompeni di dalam melaksanakan pemerintahan di daerah ini, tidaklah memperhatikan kepentingan rakyat. Mereka tidak memperhatikan jaminan keamanan di kampung tersebut. Kalau ada para pengacau memasuki kampung, mereka tidak memperdulikan, melainkan hanya menjaga kesalamatan mereka sendiri saja. Ataupun selama kepentingan mereka tidak terganggu, mereka bersikap apatis terhadap gangguangangguan perampok tersebut. Tetapi kalau sampai geng Sebelum Tidur

153


kepentingannya dihalangi, misalnya ada seorang jagoan yang berwatak baik mencoba menghalangi para perampas rakyat kakitangan kompeni, mereka baru bertindak dengan mengadakan penangkapan-penangkapan. Setelah berhasil ditangkap, lalu dijebloskan ke dalam penjara. Pada suatu hari di kampung Kemayoran diadakan derapan padi (panen memotong padi). Setelah meminta izin kepada penguasa, maka rakyat diperbolehkan melaksanakan upacara tersebut dengan syarat setiap lima ikat padi yang dipotong, satu ikat adalah untuk yang memotong, sisanya empat ikat untuk kompeni. Petugas yang mengawasi jalannya upacara itu ditunjuk Mandor Bacan. Beberapa waktu setelah upacara itu berjalan, ada seorang anak gadis yang cantik ikut memotong padi. Murtado sebagai pemuda kampung itu juga ikut di samping gadis tersebut. Mereka rupanya sudah lama berkenalan. Tiba-tiba Mandor Bacan melihat ke arah gadis itu dan menegurnya dengan kasar “Hei, gadis cantik, kamu jangan kurang ajar dan berlaku curang ya! Coba saya lihat ikatan padimu, ini terlalu besar�. Setelah berkata demikian, Mandor Bacan menarik ikatan padi itu dengan belatinya, kemudian gadis itu dipegangnya. Dengan menyeringai melihat wajah gadis itu, Mandor Bacan mulai ingin mempermainkan gadis ini. Dia menjadi bernafsu melihat kecantikan wajahnya. Tetapi ketika Mandor Bacan ingin memegang pipi gadis ini, tiba-tiba pisau belatinya ada yang menangkisnya, sehingga terpental jauh. Rupanya Murtado yang melihat kejadian tersebut merasa gemas akan sikap Mandor Bacan. Lalu terjadilah perkelahian antar Mandor Bacan melawan geng Sebelum Tidur

154


Murtado. Dalam perkelahian itu Murtado memperlihatkan ketinggian ilmu beladirinya, sehingga Mandor Bacan dapat dikalahkan dan lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu. Kejadian ini dilaporkannya kepada Bek Lihun. Mendengar laporan mandornya, Bek Lihun menjadi marah dan mengancam Murtado. Tetapi Murtado sudah mempersiapkan diri dan ketika dicari oleh Bek Lihun dan anak buahnya, tidak dapat dijumpainya. Setelah puas mencarinya, tetapi tidak bertemu Murtado, pada suatu hari Bek Lihun yang merasa penasaran mampir untuk minum-minum di sebuah warung kopi. Kemudian di warung itu ada beberapa orang anak muda, yang ternyata mereka itu adalah teman-teman Murtado, tetapi Bek Lihun tidak mengetahuinya. Beberapa waktu kemudian, ketika sedang minum-minum, lihatlah Murtado di depan warung itu. Melihat Murtadi lewat lalu Bek Lihun bangkit dari duduknya dan mengejar pemuda itu. Setelah bertemu lalu dihadangnya. Tetapi Murtado tenang-tenang saja. Ketika Murtado akan meneruskan langkahnya, tiba-tiba Bek Lihun memegang bahunya seraya berkata: “Hei, pemuda sombong! Kamu sok jago ya? Jangan berlagak membela rakyat. Aku jijik melihat sikapmu. Kalau kamu benar-benar berani coba rasakan kepalan tanganku ini!� Murtado menjawab:

masih

saja

bersikap

tenang,

kemudian

“Hei Lihun pemeras rakyat, kamu jangan murtad ya! Kalau kerjamu hanya memeras rakyat, pastilah Tuhan akan geng Sebelum Tidur

155


menghukummu. Tidak ada satupun perbuatan keji demikian yang direstui oleh Tuhan. Kelak kamu pasti akan hancur musnah, akibat perbuatan jahatmu itu. Sekarang insyaflah kamu, bahwa yang kamu peras itu adalah bangsa dan rakyatmu sendiri. Kalau kamu tidak insyaf aku sendirilah yang pertama akan menentangmu!� Mendengar kata-kata Murtado in makin marahlah Bek Lihun. Kemudian berkata: “Hei anak kemarin, kamu jangan banyak bicara! Kamu masih belum tahu apa-apa, ilmumu belum seberapa, jangan berani mencoba-coba. Aku pecahkan kepalamu, kamu baru tahu�. Sambil berkata demikian, Bek Lihun mengayunkan kepalannya ke kepala Murtado. Tetapi Murtado mempersiapkan ilmu beladiri sebaik-baiknya. Dia merasa yakin, bahwa dia pasti ditolong Tuhan karena dia membela yang benar, membela rakyatnya daripada pemerasan kakitangan penjajah Belanda. Ayunan kepalan tangan Bek Lihun, dapat ditangkis oleh Murtado. Kemudian Murtado mengayunkan kakinya, tepat mengenai dada Bek Lihun. Bek Lihun tidak dapat mengelak, lalu tertelentanglah tubuhnya ke tanah. Dengan rasa yang mendongkol, lalu dia mencabut golok yang terselip di pinggangnya. Tetapi Murtado tidak khawatir. Murtado hanya memperbaiki sikap berdirinya, kemudian dengan mata yang awas dan tenang, dia memperhatikan gerak-gerik Bek Lihun. Ketika Bek Lihun menyerang dengan golok itu, dapat dielakkannya dan dengan sekali pukul dapatlah dipukulnya punggung Bek Lihun. Golok itu terpental dan Bek Lihun geng Sebelum Tidur

156


menjerit tersungkur ke dalam selokan di pinggir jalan. Tubuhnya terbenam ke dalam lumpur dan kakinya terasa sakit sekali tidak dapat digerakkan. Murtado yang masih merasa kesal akan perbuatan Bek Lihun, lalu mengangkat Bek Lihun dan memutar-mutar tubuhnya, sehingga Bek Lihun menggelinting-gelinting dan ketakutan. Mendengar suara teriakan Bek Lihun meminta tolong dan kesakitan pemudapemuda teman Murtado yang sedang duduk di warung, datang melihat ke tempat kejadian itu. Dilihatnya Bek Lihun minta ampun dan mengaduh-aduh kesakitan dan Murtado hanya tersenyum saja sambil meninggalkan tempat itu. Setelah pemuda-pemuda mengetahui, bahwa Bek Lihun yang mengaduh-aduh kesakitan, lalu diantarkan merekalah Bek Lihun ke rumahnya. Ketika orang-orang kampung bertanya, tatkala para pemuda itu telah pulang ke rumah mereka masing0masing. Bek Lihun yang merasa malu dikalahkan Murtado menerangkan bahwa dia habis dikeroyok oleh temanteman Murtado. Dia tidak menerangkan, bahwa dia dikalahkan oleh Murtado sendiri. Dan ketika teman-temannya bertanya kepada Murtado tentang Bek Lihun, Murtado hanya tersenyum-senyum saja sambil menjawab: “Ah, tidak apa-apa. Saya hanya bercanda dengan Bek Lihun. Saya hanya mengusap kepalanya saja, tahu-tahu dia jumpalitan saja ke bawah�. Tetapi di dalam hatinya, dia memang ingin memberikan pelajaran kepada penguasa kampung yang memeras rakyat tersebut. Dia merasa bahwa hal itu merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya yaitu membela kepentingan rakyat.

geng Sebelum Tidur

157


Semenjak kejadian itu, Bek Lihun bertambah penasaran hatinya. Dia ingin membalas dendam untuk mengalahkan Murtado agar dapat lebih leluasa memeras penduduk Kemayoran. Untunk mencapai maksudnya ini, dicarinya dua orang tukang pukul dari Tanjung Priok untuk membunuh Murtado. Pada suatu malam, Murtado pulang ke rumahnya, tiba-tiba ia dicegat orang. Kedua orang ini mengancam Murtado adar menghentikan tindakan-tindakannya membela penduduk kampung dan jangan menghalang-halangi tindakan Bek Lihun. Mendengar mereka berdua adalah suruhan Bek Lihun. Tetapi Murtado tetap pada pendiriannya untuk melawan setiap tindakan pemerasan yang dilakukan oleh Bek Lihun dan kompeni. Dengan pikiran demikian, maka tidak gentar hatinya menghadapi kedua orang tersebut. Maka terjadilah perkelahian antara Murtado melawan kedua orang suruhan Bek Lihun itu. Dalam perkelahian itu salah seorang musuhnya dapat dikalahkan dan mati. Seorang lagi lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu dan melaporkan semua kejadian ini kepada Bek Lihun. Mendengar laporan orang suruhannya itu Bek Lihun menjadi jengkel, kemudian mulai mengatur siasat memfitnah Murtado membunuh orang di daerah Kwitang. Murtado setelah kejadian itu, tatap saja tenang. Dia merasa yakin, bahwa orang yang berbuat baik selalu dilindungi Tuhan. Murtado kemudian menggabungkan diri bersama-sama teman-temannya untuk melatih diri menyanyi Kasidah. Sedang mereka bernyanyi lagu-lagu Kasidahan itu, tiba-tiba datang dua orang polisi kompeni untuk menangkap Murtado dengan tuduhan telah melakukan pembunuhan di daerah Kwitang. Namun teman-teman Murtado membela dan mempertahankan bahwa Murtado semenjak sore berada di geng Sebelum Tidur

158


tempat ini, jadi tidak mungkin melakukan pembunuhan malam itu. Akhirnya karena pembelaan teman-teman itu, maka polisi kompeni tidak berhasil menangkap Murtado. Lalu gagal pulalah rencana Bek Lihun untuk mencelakakan Murtado. Menghadapi kejadian ini, Bek Lihun belum puas hatinya. Ia lalu berpikir bagaimana caranya agar dapat mencelakakan Murtado. Setelah kegagalan rencananya itu, lalu dipanggilnya lagi tiga orang jagoan yang berwatak jahat, yang berasal dari daerah Pondok Labu, Kebayoran Lama. Ketiga orang jagoan yang berwatak jahat ini, setelah diberi upah dan bayaran yang tinggi bersedia melenyapkan Murtado. Ketiga orang itu bernama Boseh, Kepleng, dan Boneng. Ketiga orang itu ditugaskan Bek Lihun untuk membunuh Murtado di rumahnya ketika sedang tidur di malam hari. Caranya ialaha dengan menggasir (menggali tanah untuk masuk ke dalam) di malam hari. Melalui lubang yang digali itu mereka akan dapat masuk ke dalam rumah Murtado. Dengan rencana yang jahat itu, pada suatu malam yang sepi, berangkatlah Boseh, Kepleng, dan Boneng menuju rumah Murtado. Setelah dilihatnya keadaan Murtado sepi, mulailah ketiga orang itu menggali lobang dalam tanah yang menembus ke lantai rumah Murtado. Setelah beberapa lama menggali, lalu tembuslah lobang itu ke dalam rumah Murtado. Ketika itu Murtado sedang tidur, tetapi tiba-tiba ia mendengar suara orang berbisik-bisik. Setelah diintipnya, terlihat dua orang yaitu Kepleng dan Boneng sedang merangkak-rangkak dalam lobang itu, sedang bersiap-siap untuk masuk. Di tangannya terlihat golok yang sangat tajam. geng Sebelum Tidur

159


Sekarang mengertilah Murtado, bahwa dia sedang dcari oleh dua orang penjahat untuk membunuhnya. Melihat situasi yang gawat ini, lalu dengan cepat Murtado berpikir, bahwa dia harus segera melakukan tindakan. Dia berdo’a kepada Tuhan, agar Tuhan melindunginya. Lalu teringatlah dia akan lampu tempel yang terpasang di pintunya. Dengan cepat lampu ditendangnya sehingga ruangan menjadi gelap gulita. Dalam kegelapan itu terjadilah kegaduhan. Rupanya Kepleng dan Boneng terkejut dan tersungkur saling bertindihan. Mendengar suara ramai-ramai ini, lalu masuk pulalah Boseh yang sedang bertugas menjaga di luar. Ketika sampai di dalam dilihatnya ruangan sudah gelap gulita. Ketika dia sedang meraba-raba, terabalah tubuh Kepleng. Kepleng mengira Murtado, lalu dibabatlah dengan goloknya. Terpekiklah boseh kesakitan. Dalam keributan itu, Murtado menggunakan kesempatan yang baik untuk memukul lawan-lawannya. Perkelahianpun terjadi antara Murtado melawan musuhmusuhnya yang jahat itu. Akibat teriakan-teriakan Boneng, tiba-tiba penduduk kampung menjadi ramai dan teman-teman Murtado mengepung rumah itu karena dikiranya ada maling. Setelah penduduk membawa lampu, terlihatlah perkelahian antara Murtado melawan kedua orang jagoan suruhan Bek Lihun itu, sedang seorang lagi tergeletak di lantai berlumuran darah. Kedua orang ini akhirnya dapat dikalahkan Murtado dan dengan bantuan penduduk ketiga orang ini dapat diserahkan kepada Bek Lihun sebagai penguasa kampung. Penduduk sangat marah, ingin mengeroyok ketiga penjahat itu, tetapi dapat dicegah oleh Murtado yang memerintahkan agar diserahkan saja kepada yang berwajib. Dengan tuduhan ingin merampok, maka ketiga orang itupun ditahan oleh kompeni. geng Sebelum Tidur

160


Rupanya Bek Lihun belum puas dengan rencanarencananya untuk mencelakakan Murtado ataupun untuk membalas sakit hatinya. Pada suatu malam, didatangilah rumah gadis teman baik Murtado yang dahulu bersama-sama memotong padi dengan Murtado. Setelah masuk ke dalam rumah itu, lalu ditangkaplah gadis tersebut untuk diperkosanya. Gadis tersebut menjerit. Kebetulan Murtado akan berkunjung ke rumah tersebut. Mendengar teriakan ini, Murtado buruburu masuk ke dalam rumah gadis tersebut. Setelah dilihatnya di dalam kamar ternyata Bek Lihun akan memperkosa gadis ini, hilanglah kesabarannya. Dengan sangat marah ditendangnya dan dihajarnya Bek Lihun hingga babak belur. Akhirnya Bek Lihun minta ampun dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Setelah kejadian-kejadian itu, maka mulai insyaflah Bek Lihun. Dia mulai menghargai pemuda kampungnya yang bernama Murtado. Ketika itu beberapa gerombolan perampok di bawah pimpinan Warsa mulai mengganas di Kemayoran. Setiap malam mereka menggarong dan merampas harta benda penduduk. Kadang-kadang juga melakukan pembunuhan. Menghadapi hal ini Bek Lihun merasa kewalahan dan karena mendapat teguran dari kompeni, karena tidak lagi dapat menjaga keamanan di kampungnya, sehingga pajak-pajak yang diharapkan kompeni tidak berjalan dengan lancar. Bek Lihun akhirnya meminta bantuan kepada Murtado. Murtado menyadari, bahwa mereka juga bertanggung jawab atas keamanan kampung tersebut, akhirnya menyetujui permohonan Bek Lihun. Bersama dua orang temannya yang bernama Saomin dan Sarpin dicarinyalah

geng Sebelum Tidur

161


markas perampok-perampok itu di daerah Tambun dan Bekasi, tetapi tidak ditemui. Kemudian mereka pergi ke daerah Kerawang. Di sana dijumpainyalah gerombolan Warsa dan dengan kegagahan serta ilmu beladiri yang tinggi, dapatlah gerombolan itu dikalahkan dan menyerah. Warsa sendiri mati dalam perkelahian itu. Oleh Murtado dan teman-temannya semua hasil rampokan gerombolan itu diambil dan dibawanya pulang kembali ke Kemayoran. Kemudian dikembalikan lagi kepada pemiliknya masing-masing. Akhirnya semua rakyat di daerah Kemayoran merasa berhutang budi kepada Murtado dan merasa berterima kasih. Demikian pula penguasa kompeni Belanda sangat menghargai jasa-jasa Murtado dan ingin mengangkatnya menjadi Bek di daerah Kemayoran menggantikan Bek Lihun. Tetapi tawaran Belanda ini ditolaknya, karena dia tidak ingin menjadi alat pemerintah jajahan dan lebih baik hidup sebagai rakyat biasa dan ikut bertanggung jawab akan keamanan rakyat serta berusaha untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan, penindasan, dan pemerasan.

geng Sebelum Tidur

162


geng Sebelum Tidur

163


AJISAKA PENAKLUK RAJA RAKSASA Pada zaman dulu kala, di pulau Jawa bagian tengah, ada sebuah kerajaan yang subur makmur, yaitu Medang kamulan. Rajanya bernama Prabu Dewata Cengkar, yang disegani rakyatnya. Suatu ketika, Medang Kamulan diserang oleh prajurit kerajaan Wurawari dari tanah sebrang, Sumatera. Prabu Dewata Cengkar pun memimpin prajuritnya ke medan perang. Prabu mengendarai kuda hitam besar dan membawa pedang pusaka menuju tenda lawan, di mana Raja Wurawari berada. Prabu Wurawari pun menyongsong Prabu Dewata Cengkar dengan tusukan tombak trisula yang bercabang tiga. Namun Prabu Dewata Cengkar lebih unggul dari lawannya, karena kebal terhadap senjata tajam. Tidak berapa lama, lawan dapat dikalahkannya. Para prajurit Wurawari pun serentak menyerah kalah. Namun Prabu Dewata Cengkar tak peduli. Dia pun memerintahkan prajuritnya untuk membunuh seluruh prajurit musuh sampai habis. Padahal biasanya lawan yang menyerah akan dibiarkan hidup dan ditawan untuk dijadikan budak. Mendengar kekejaman yang dilakukan oleh raja dan prajuritnya, Maharsi Waskita, seorang penasihat kerajaan, bergegas menemui Prabu Dewata Cengkar di medan perang. Lalu ia pun menasihati Prabu Dewata Cengkar agar mengampuni lawan dan bertobat, jika tidak maka Medang Kamulan akan dilanda bencana.

geng Sebelum Tidur

164


Ucapan Maharsi Waskita semakin membuat amarah Prabu Dewata Cengkar berkobar. Prabu Dewata Cengkar pun menusukkan pedang pada Maharsi Waskita, hingga ia tewas. Kemudian langit mendadak gelap dan terdengar suara petir. Lalu terdengar suara Maharsi Waskita dari langit yang mengutuk Prabu Dewata Cengkar menjadi raksasa, dan berubahlah Prabu Dewata Cengkar menjadi raksasa. Sebagai raksasa, Prabu Dewata Cengkar menggeram, mengamuk, dan merusak istana. Prajurit yang berusaha menenangkannya, malah dipukul atau digigit hingga terluka. Semua pengawal istana tak ada yang berani mendekat, karena takut menjadi korban amukannya. Setelah tenang, Dewata Cengkar duduk di singgasana dan memanggil Patih Julang Juling. Lalu disiapkan oleh patih makanan berupa daging dan buah-buahan yang lezat. Namun raja malah murka. Dihamburkannya semua hidangan itu, dan dia meminta daging manusia. Sejak saat itu, setiap hari prajurit Medang Kamulan menangkap seorang anak untuk dijadikan santapan rajanya. Rakyat ketakutan dan mengungsi ke tempat yang jauh. Maka Medang Kamulan pun menjadi sepi. Sementara itu, berlabuh sebuah kapal di pantai utara pulau Jawa. Seorang petapa muda turun dari kapalnya diiringi pengikutnya, dua lelaki paruh baya. Petapa ini, Ajisaka, memakai jubah serta selendang putih menutup kepalanya. Sedangkan pengiringnya yang gemuk Ki Dora, dan yang kurus Ki Sembada. Mereka bertiga datang dari Cola, India, untuk berziarah dan menambah ilmu. geng Sebelum Tidur

165


Kemudian muncul lah para pengungsi. Mereka banyak yang terluka dan sakit, sehingga Ajisaka pun menyembuhkan mereka. Lalu Ajisaka mendengar cerita tentang Dewata Cengkar, dan dia memutuskan untuk menyadarkannya. Sebelum pergi, Ajisaka menitipkan sebuah keris pusaka pada Ki Dora, dan berpesan untuk tidak menyerahkannya pada siapa pun kecuali Ajisaka. Lalu Ajisaka pergi bersama Ki Sembada ke Medang Kamulan. Di tengah jalan, Ajisaka bertemu dengan seorang anak yang ditangkap oleh prajurit Medang Kamulan. Ajisaka pun memerintahkan agar anak itu dilepaskan. Prajurit setuju, tetapi Ajisaka harus menjadi gantinya. Namun dengan sekali gebrak, prajurit itu pun jatuh terkapar. Lalu prajurit itu kembali ke istana dengan tertatih-tatih. Setelah sampai di istana, Ajisaka menasihati Prabu Dewata Cengkar untuk bertobat. Namun Dewata Cengkar malah ingin memakannya. Lalu Ajisaka membuat perjanjian dengan Dewata Cengkar, bahwa Dewata Cengkar boleh memakannya asalkan ia boleh membentangkan ikat kepalanya. Dewata Cengkar pun langsung menerima tawaran itu. Lalu Ajisaka berdoa dan megibaskan ikat kepalanya. Dengan ajaib kain itu terus mengembang, membungkus dan membinasakan apa saja yang ada di depannya. Kemudian Dewata Cengkar berlari sekencangnya sampai akhirnya ia terpojok di sebuah tebing curam di tepian laut selatan. Lalu kibaran kain milik Ajisaka yang sangat besar melemparkannya ke laut.

geng Sebelum Tidur

166


Akhirnya rakyat Medang Kamulan bersukacita. Sebagai ungkapan terima kasih, mereka meminta Ajisaka untuk menjadi pemimpin kerajaan, dan ia pun menjadi Prabu. Keesokan harinya Ajisaka memerintahkan Ki Sembada untuk mengambil keris pusaka yang ada pada Ki Dora. Setelah bertemu Ki Dora, Ki Sembada pun menuturkan perintah Ajisaka. Namun Ki Dora tidak percaya, karena Ajisaka memerintahkan agar keris tersebut tidak diberikan kepada siapa pun selain Ajisaka. Tetapi mereka saling memaksa, dan terjadilah perkelahian. Karena mereka sama kuat, maka pada akhirnya mereka berdua tewas karena keris tersebut. Alangkah sedihnya hati Prabu Ajisaka mendengar peristiwa itu. Dia menyesali kematian dua pengawal setianya akibat keliru memberi perintah yang bertentangan. Prabu Ajisaka kemudian membuat prasasti, dengan tulisan: “HA NA CA RA KA, DA TA SA WA LA, PA DA JA YA NYA, MA GA BA TA NGA.� Yang berarti: Ada utusan, bertikai paham, sama kuatnya, sama binasa. Dari waktu ke waktu, kisah prasasti ini selalu dikenang oleh rakyat Medang Kamulan sebagai pelajaran berharga. Bahkan huruf yang digunakan dalam prasasti itu digunakan sebagai huruf Jawa, yang masih digunakan hingga sekarang, dan dikenal sebagai huruf Ha Na Ca Ra Ka.

geng Sebelum Tidur

167


geng Sebelum Tidur

168


geng Sebelum Tidur

169


Putri Nilarani Dahulu kala di Propinsi Jawa Barat ada sebuah negeri bernama Kerajaan Pasir Batang. Rajanya bernama Marundata. Ia mempunyai seorang putri cantik bernama Nilarani. Ada suatu peristiwa aneh yang menimpa keluarga Raja. Putri Nilarani hilang tanpa meninggalkan jejak. Sejak itu seluruh penghuni Istana kerajaan menjadi risau. Raja Marundata mengerahkan seluruh prajurit kerajaan untuk mencari Putri Nilarani tetapi hasilnya nihil. Untuk itu, Raja Marundata mengadakan sayembara. “Barang siapa yang dapat menemukan Putri Nilarani. Kalau dia laki-laki akan dinikahkan dengan putri. Kalau dia wanita, akan diangkat sebagai saudara dan dihargai seperti layaknya seorang putri kerajaan. Setelah sayembara diumumkan, maka berdatanganlah para ksatria dari berbagai kerajaan. Ada seorang putra mahkota Kerajaan Gantar Buana bernama Pangeran Sumirat. Ia tampan dan gagah perkasa. Pangeran Sumirat merasa sedih mendengar nasib Putri Nilarani. Betapapun ia tidak mengikuti sayembara, namun berusaha menemukan sang putri. Pangeran Sumirat beserta Ki Bela seorang abdi setianya meninggalkan Kerajaan Gantar Buana mencari Putri Nilarani. Pada suatu hari, mereka tiba di sebuah kampung termasuk wilayah Kerajaan Pasir Batang. “Hari sudah gelap, hamba mohon agar tuan-tuan jangan meneruskan perjalanan. Sebab di daerah ini tidak aman. Gerombolan perampok selalu mengancam penduduk desa, pemimpin gerombolannya bernama Bardata,� kata seorang penduduk. Pangeran Sumirat dan Ki Bela mengikuti permintaan geng Sebelum Tidur

170


penduduk desa itu. Lalu mencari penginapan. Ketika hendak memasuki sebuah penginapan, seorang lelaki berwajah buruk menghadangnya. “Harta atau nyawa!” bentak lelaki berwajah buruk itu. Dialah Bardata. Melihat gelagat yang kurang menguntungkan itu, Pangeran Sumirat dan Ki Bela mengambil sikap waspada. Mereka dikepung oleh anak buah Bardata. “Kalian tak mungkin keluar dari sarangku!” ancam Bardata. “Cepat bereskan!” tambahnya. Terjadilah pertarungan seru. Pangeran Sumirat adalah Putra Mahkota Raja. Ia telah digembleng dengan berbagai ilmu kesaktian. Demikian pula Ki Bela. Ilmu bela dirinya cukup hebat, walaupun tak sehebat Pangeran Sumirat. Menerima serangan dari anak buah Bardata, Pangeran Sumirat dan Ki Bela mengamuk. Hanya dalam tempo yang singkat anak buah Bardata terkapar. Bardata segera melarikan diri, namun dihadang oleh Ki Bela. Tendangan maut Ki Bela menghentikan perlawanan Bardata. Penduduk desa mengucapkan terima kasih atas jasa Pangeran Sumirat dan Ki Bela yang telah menumpas gerombolan perampok yang sangat ditakuti itu. Esok paginya, Pangeran Sumirat dan Ki Bela melanjutkan perjalanan. Mereka tiba di desa Banyubiru. Kebetulan hari itu hari pasar. Pandangan mereka dikejutkan oleh kedatangan seorang gadis berkulit hitam legam sedang membeli ramuan di sebuah kios. “Kalau kulitnya tidak hitam legam, dia sebenarnya gadis cantik. Hem, mari kita selidiki siapa dia sebenarnya,” kata Pangerang Sumirat kepada Ki Bela. Merasa ada yang memperhatikan dengan berlebihan, gadis hitam legam itu segera meninggalkan kios. Pangeran Sumirat dan Ki Bela dengan sangat berhati-hati mengikuti perjalanan gadis itu. geng Sebelum Tidur

171


Gadis hitam legam itu tiba di sebuah gubuk. Pangeran Sumirat dan Ki Bela mengendap-endap mengintai apa yang terjadi di dalam gubuk. “Kau telah melaksanakan tugas dengan baik,” kata seorang Nenek keriput yang berwajah seram. Dia dikenal dengan sebutan Nenek Sihir. Ia menculik Putri Nilarani, karena Raja Marundata telah nyaris membinasakan cucunya yang bernama Duruwiksa. Adapun ramuan obat akan digunakan untuk mengobati luka-luka cucunya itu. Tidak berapa lama kemudian, datanglah seorang laki-laki bertampang garang. Ia segera memberitahukan bahwa para pengikut sayembara yang diadakan Raja Marundata diikuti oleh para ksatria sakti dari berbagai Kerajaan. “Persetan dengan mereka!” kata Nenek Sihir itu. “Kau tidak usah khawatir, pasti Nilarani tidak akan dapat ditemukan!” lanjutnya. Dijelaskan pula bahwa Putri Nilarani, kulitnya tetap hitam legam. Kecuali dia minum ramuan dari dalam kendi yang disimpan rak paling atas di dalam ruangan itu. “Sekarang saatnya kita menolong gadis hitam legam yang ternyata Putri Nilarani itu!” bisik Pangeran Sumirat. Ki Bela mengangguk. Mereka segera mendobrak pintu gubuk. Penghuni gubuk terkesiap dan segera mengadakan perlawanan. Terjadilah pertarungan sengit. Pangeran Sumirat dan Ki Bela bahu membahu meredam serangan Nenek Sihir dan anak buahnya. Satu tending Pangeran Sumirat mengenai Nenek Sihir. Nenek Sihir terpelanting dan jatuh di atas tungku berapi. Api tungku berkobar. Gubuk pun terbakar. Pangeran Sumirat dan Ki Bela segera membawa gadis hitam legam dari dalam gubuk. Namun, sebelum keluar dari gubuk, Ki Bela berhasil mengambil kendi berisi ramuan yang dapat memulihkan Puteri geng Sebelum Tidur

172


Nilarani seperti yang dijelaskan Nenek Sihir. Setelah mencari tempat yang aman, gadis hitam legam segera minum ramuan dari dalam kendi. Setelah minum, gadis itu menggigil dan pingsan. “Apakah Ki Bela tidak salah ambil kendinya?” tanya Pangeran Sumirat khawatir. “Tidak”, jawab Ki Bela yakin. Tubuh gadis hitam legam menjadi kaku. Dan tibatiba mengepulkan asap kebiru-biruan. Kemudian peluh membasahi tubuhnya. Tetapi, perlahan-lahan warna kulit hitam itu luntur, berubah menjadi kuning langsat. Ternyata tidak lain, dialah Putri Nilarani. Putri Nilarani sadar dan menatap wajah Pangeran Sumirat dan Ki Bela. “Saya ucapkan terima kasih atas pertolongan tuan-tuan,” kata Putri Nilarani terbata. “Berterimakasihlah kepada Yang Kuasa. Karena kehendakNya kau bisa pulih seperti sedia kala,” jawab Pangeran Sumirat merenda. Putri Nilarani mohon diantar pulang ke Istana Kerajaan Pasir Batang. Tentu saja Pangeran Sumirat tidak keberatan. Raja Marundata bersama Permaisuri menyambut gembira atas kedatangan putrinya. Apalagi diantar oleh seorang ksatria yang gagah perkasa. Raja Marundata tidak ingkar janji dengan sayembara yang telah diumumkan. Akhirnya Putri Nilarani menikah dengan Pangeran Sumirat. Mereka menjadi pasangan yang berbahagia sampai akhir hayat.

geng Sebelum Tidur

173


geng Sebelum Tidur

174


geng Sebelum Tidur

175


Timun Mas Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun. Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun. "Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan," kata Raksasa. "Terima kasih, Raksasa," kata suami istri itu. "Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku," sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju. Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan. Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.

geng Sebelum Tidur

176


Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas. Petani itu mencoba tenang. "Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya," katanya. Petani itu segera menemui anaknya. "Anakkku, ambillah ini," katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. "Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin," katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri. Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan. Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah. Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri. geng Sebelum Tidur

177


Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimunmentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur. Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam. Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. "Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku," kata mereka gembira. Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.

geng Sebelum Tidur

178


geng Sebelum Tidur

179


Keong Emas Pada zaman dahulu kala, ada seorang raja yang bernama Raja Kertamarta di Kerajaan Daha. Ia mempunyai dua orang putri yang bernama Dewi Galuh dan Candra Kirana. Mereka berdua sangat cantik dan juga baik. Candra Kirana telah bertunangan dengan seorang putra mahkota dari Kerajaan Kajuripan yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan juga bijaksana. Tetapi, Dewi Galuh sangat iri kepada Candra Kirana karena, diam-diam, Dewi Galuh menyukai Raden Inu Kertapati. Kemudian, Dewi Galuh menemui seorang penyihir untuk mengutuk Candra Kirana. Ia juga memfinah Candra Kirana sehingga Candra Kirana diusir dari kerajaan. Ketika Candra Kirana sedang berjalan di tepi pantai, ia bertemu penyihir dan penyihir tersebut menyihirnya menjadi keong emas, dan melemparnya kelaut. Tapi, sihir tersebut akan hilang jika keong mas bertemu dengan tunangannya. Suatu hari, ada seorang nenek yang sedang mencari ikan dilaut, tanpa sengaja, keong emas tertarik kedalam jala. Keong emas dibawanya pulang lalu disimpan dalam tempayan. Keesokan harinya, nenek itu mencari ikan dilaut. Tapi, tak seekor ikanpun ia dapat. Tapi ketika ia sampai di gubuknya, ia kaget karena sudah tersedia berbagai macam makanan yang enak-enak. Si nenek bertanya-tanya siapa yang mengirimkannya makanan sebanyak itu. Begiti pula hari-hari berikutnya. Pada suatu hari, nenek pura-pura pergi kelaut untuk mencari ikan, padal ia mengintip apa yang akan terjadi. geng Sebelum Tidur

180


Ternyata, keong emas yang ia temukan di laut berubah menjadi wanita yang sangat cantik lalu langsung memasak. Si nenek menegurnya dan bertanya siapa gerangan dirinya itu. Keong mas menjawab bahwa ia adalah seorang putri dari Kerajaan Daha yang dikutuk menjadi keong emas oleh saudaranya sendiri karena iri padanya. Kemudian, putri cantik itu berubah kembali menjadi keong mas. Sementara itu, Raden Inu Kertapati tidak mau diam saja kietika ia mengetahui bahwa Candra Kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Si penyihir mengetahui rancana Raden Inu, iapun menyamar sebgai burung gagak untuk mengikuti Raden Inu dan mencelakakannya. Raden Inu kaget sekali melihat burung gagak yang bicara kepadanya dan mengetahui tujuannya itu. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya. Pahal ia diberi tahu arah yang salah. Diperjalanan. Raden Inu bertemu dengan seorang kekek yang sedang kelaparan. Lalu, diberinyalah kakek itu makanan. Ternyata, kekek itu adalah orang sakti yang baik. Iapun menolong Raden Inu dari burung gagak tersebut. Kekek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung gagak berubah menjadi asap. Akhirnya Reden Inu diberitahu dimana keberadaan Candra Kirana yang sesungguhnya. Disuruhnya Raden Inu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan selama beberapa hari, sampailah ia kedesa dadapan. Ia melihat sebuah gubuk dan menghampirinya untuk meminta segelas air minum. Tapi ternyata, ia sangat terkejut karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana, geng Sebelum Tidur

181


tunangannya itu sedang mamasak. Akhirnya, sihir yang menimpa Candra Kiranapun hilang karena ia telah bertemu dengan Raden Inu. Lalu, saat itu, muncul nenek pemilik gubuk. Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu pada nenek. Akhirnya, Raden Inu membawa tunangannya ke istana dan menceritakan tindakan Dewi Galuh kepada Baginda Kertamarta. Baginda Kertamarta meminta maaf pada Cndra Kirana begitupun sebaliknya. Galuh Ajeng mendpatkan hukuman yang setimpal. Karena itu, ia melarikn diri kehutan kemudian terperosok kedalam jurang. Akhirnya, pernikahan Candra Kiranan Dan Raden Inupun berlangsung. Mereka membawa nenek ke istana dan hidup bahagia.

geng Sebelum Tidur

182


geng Sebelum Tidur

183


Brayut Zaman dahulu kala hiduplah keluarga bernama keluarga Brayut, kedua suami istri ini memiliki anak sebanyak empat belas bersaudara. Namun keempat belas anak ini sangat pemalas, keluarga yang sangat sederhana ini sangat tidak terbantu oleh anak-anaknya ini. Mereka kerjanya hanya bermalas-malasan, sehingga kedua orang tua mereka sangat kesal. Namun berbeda, dengan anak bungsunya, ia seorang wanita yang sangat cantik, dan hatinya pun bersih, ia selalu membantu orangtuanya dan sangat disayang oleh orangtuanya. Pada suatu hari orang tuanya sudah sangat tidak kuat, mereka berencana untuk membuang ketigabelas anaknya. Kedua orang tua tersebut membawa ketigabelas anaknya ke hutan dan sengaja meninggalkan mereka, namun si bungsu sebenarnya sayang kepada saudaranya sehingga saat kedua orangtuanya ke hutan membawa saudara-saudaranya si bungsu menaburkan mainan miliknya seperjalanan pulang dan pergi sehingga dapat menjadi petunjuk arah. Saat sudah agak sore kedua orangtua tersebut membawa si bungsu pulang dan diamdiam meninggalkan ketiga belasnya anaknya. Saat hari sudah gelap, tiga belas bersaudara ini mulai mengetahui bahwa mereka tersesat, mereka pun menangis. Namun, salah satu dari mereka ada yang melihat jejak mainan saudara mereka yang bungsu, mereka pun mengikutinya dan bersyukur mereka dapat pulang ke rumahnya, sesampainya disana kedua orangtuanya sangat terkejut. geng Sebelum Tidur

184


Kedua orang tua tersebut melakukan rencana berikutnya, lalu suatu pagi yang cerah mereka sekeluarga pergi ke pulau seberang dan kedua orangtua tersebut meninggalkan ketiga belas anaknya di hutan yang sangat lebat, namun banyak sekali buah-buahan yang segar sehingga saat kedua orangtua dan si bungsu meninggalkan merka tidak sadar, mereka asyik memakan segala macam buah di sana. Namun si bungsu telah melakukan rencana, ia membawa jagung kering dan menaburkannya saat perjalanan pulang. Namun malang si bungsu tidak sadar, bahwa setiap jagung yang ditaburkan dimakan oleh burung-burung liar di hutan tersebut.

Ketiga belas bersaudara itu menangis karena hari sudah malam dan mereka sadar tidak dapat pulang ke rumah mereka. Walaupun perut mereka tidak lapar karena telah memakan buah-buahan di hutan, mereka berjalan tanpa tujuan saat mereka merasa sangat lelah, mereka melihat rumah gubuk yang lebih tua dibanding rumahnya, cahaya yang remang membawa mereka ingin masuk ke rumah tersebut dan saat mengetuk pintu, muncullah raksasa yang sangat tua, berwajah seram. Mereka ketakutan namun setelah mereka menjelaskan keadaan mereka akhirnya raksaa pun mau menerima mereka utuk tinggal d sana. Kebiasaan yang sangat berbeda sebelumnya mereka harus bekerja keras, banting tulang dari pagi sampai malam bekerja di hutan untuk raksasa, mereka pun awalnya sangat mengeluh namun, lama kelamaan mereka terbiasa dan setelah bertahun-tahun mereka menjadi tiga belas yang terkenal geng Sebelum Tidur

185


mempunyai kekuatan hebat, mereka tangguh dan tidak menjadi pemalas lagi. Bertahun-tahun si bungsu menunggu saudaranya pulang, namun ia terpaksa ikhlas dan ia pun menikah dengan seorang raja yang sangat tampan dan menjadi permaisuri di Kerajaan Wonosari. Kedua orangtua si bungsu telah meninggal dan si bungsu sangat terpukul, dan kerajaan pun mendapat serangan sehingga kerajaan jatuh miskin, rakyat pun sengasara. Si bungsu mencari ide, lalu salah satu pengurus berkata bahwa di pulau sebelah ada ketigabelas saudara yang dapat merebut kekuasaan kerajaan. Dipanggillah mereka untuk membantu kerajaan, dan akhirnya kekuasaan pun dapat direbut kembali dan kerajaan si bungsu dapat pulih kembali. Saat si bungsu melihat ketiga belas saudara kandung mereka pun sedih, berpelukan dan mereka melepas kerinduan, si bungsu pun bercerita asal mula mereka ditinggalkan, mereka pun merasa bersalah dan sangat sedih. Persetujuan pun sang suami si bungsu akhirnya kerajaan si bungsu diganti menjadi Kerajaan Brayut.

geng Sebelum Tidur

186


geng Sebelum Tidur

187


Si Kabayan dan “Pencuri”Telur Ayam Pagi itu Kabayan berkeliling ke kandang ayam yang ia miliki. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui salah satu telur yang dierami ayamnya hilang. “Mungkin dimakan oleh musang,” pikirnya. Keesokan harinya, ia mengecek kembali dan kembali ia mendapat sejumput kekagetan: telur ayamnya kembali hilang. Dengan segenap akalnya ia memutuskan untuk menjebak pencuri telur tersebut. Siang harinya, Kabayan pergi memetik daun kahitutan dan memoleskan setiap telur dengan air rebusan dari daun yang terkenal baunya itu. Kabayan lalu bermalas-malasan dan tak terasa hari sudah sore. Kabayan pun tidur dengan pulas. Pagi harinya, Kabayan mengecek ayamnya, dan memang benar dugaannya, telur-telur yang sudah dia olesi, raib tak tahu rimbanya. Lalu ia berjalan-jalan mengelilingi kampungnya, untuk mencari calon tersangka pencuri telur ayamnya. Ia bertemu dengan Mas Parto, tukang baso langganannya. Tak seperti biasanya, ia lalu mengajak Mas Parto bersalaman. Setelah bersalaman, ia lalu berpamitan dengan Mas Parto dan pergi mengelilingi kampung kembali. Dalam perjalanan, ia mencium tangan kanannya, dan tak tercium bau apapun. “Berarti Mas Parto bukan malingnya” berkata Kabayan dalam benaknya. Ia lalu bertemu dengan Udin, tetangga Kabayan. Lalu bertanya, ”Din, lihat orang yang mencurigakan?” tanya Kabayan. “Oh, nggak,” jawab Udin. Kabayan lalu berpamitan dan mengajak Udin bersalaman. “Tak tercium bau apa-apa di tanganku ini, berarti Udin bukan pelakunya,” gumam Kabayan. geng Sebelum Tidur

188


“Ah, aku ingin istirahat sebentar saja, sekaligus makan siang di rumah” kata Kabayan. Kabayan lalu pulang ke rumahnya. Di halaman rumahnya, ia bertemu dengan Iteung, istrinya. “Akang kemana aja atuh? Iteung nyariin dari tadi,” tanya Iteung. “Oh, ada urusan yang sangat penting,” jawab Kabayan. “Memangnya ada apa?” Kabayan berbalik tanya. “Kang, ke warung yah, soalnya kalau Iteung yang ke warung, nanti opor ayamnya gosong,” bujuk Iteung. Iteung lalu memberikan uang untuk keperluan belanja di warung. Anehnya, dari uang yang diberikan Iteung tercium bau daun kahitutan. “Teung, kenapa uangnya bau daun kahitutan?” tanya Kabayan penasaran. “Nanti dijelaskan kalo Akang sudah kembali dari warung” jawab istrinya. Setelah beberapa menit, Kabayan kembali dari warung, dan segera bertanya pada istrinya. “Jadi kamu Teung, yang suka ngambil telur dari kandang?” tanya Kabayan. “Iya,” jawab Iteung. “Lalu kenapa kamu melakukan hal ini?” tanya Kabayan. “Iteung seneng kalo Akang jadi perhatian dengan ayam-ayam kita” jawab Iteung. Si Kabayan heran apa yang dimaksud istrinya itu. “Setiap hari, Iteung yang memberi makan ayam. Setiap sore, Iteung yang menggiring ayam agar masuk ke kandangnya” tegas Iteung. “Gara-gara ngurusin ayam, pekerjaan lainnya jadi terbengkalai” lanjut Iteung. “Iya, Akang memang salah, tapi kenapa harus mengambil telur yang sengaja akan dibiakkan?” sahut Kabayan. “Kalo telurnya dibiarkan, nanti ayamnya jadi tambah banyak. Lalu siapa yang tambah repot? Iteung ‘kan?” jawab Iteung dengan nada agak tinggi. “Mulai besok, Akang yang harus urus ayam! Mengerti?” geng Sebelum Tidur

189


bentak Iteung. “Ya, Akang berjanji mulai besok Akang yang urus ayam,” jawab Kabayan. “Ya sudah, ayo makan opornya, nanti keburu dingin,” ucap Iteung menenangkan suasana. Besoknya, Kabayan ketiduran dan tak sempat shalat shubuh. “Akang bangun, cepat urus ayam!” perintah istrinya. “Ini juga lagi urusin ayam” jawab Kabayan. “Mana?” tanya Iteung. “Ini di mimpi!” jawab Kabayan dengan santai. “Dasar Kabayan!” kata istrinya.

geng Sebelum Tidur

190


geng Sebelum Tidur

191


Cindelaras Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri. "Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri," pikirnya. Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah. Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan. Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. "Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja menganggung puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri. Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras geng Sebelum Tidur

192


tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. "Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku." Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra..." Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku," tantangnya. "Baiklah," jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. "Hamba menghadap paduka," kata geng Sebelum Tidur

193


Cindelaras dengan santun. "Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata," pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras. Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. "Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya baginda keheranan. "Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda." Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah melakukan kesalahan," kata Baginda Raden Putra. "Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, geng Sebelum Tidur

194


permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.

geng Sebelum Tidur

195


geng Sebelum Tidur

196


geng Sebelum Tidur

197


Kaba Cindua Mato Pada zaman dahulu hidup seorang ratu bernama Bundo Kanduang, yang diciptakan bersamaan dengan alam ini. Bundo Kanduang hidup dengan putranya bernama Dang Tuanku, dayangnya yang setia bernama Kembang Bendahari, putra dayang tersebut yang bernama Cindua Mato dan para pelayannya. Mereka tinggal di istana di Pagaruyung. Dang Tuanku dan Cindua Mato terlahir dari ibu masing-masing setelah meminum air kelapa gading. Walaupun berbeda ibu dan status, mereka dianggap sebagai saudara. Suatu hari, beredar berita bahwa Bendahara sedang mencari suami untuk putrinya di Sungai Tarab. Dang Tuanku dan Cindua Mato tertarik dan pergi ke Sungai Tarab untuk menawarkan Cindua Mato sebagai suami dari putrinya. Di Sungai Tarab mereka disambut oleh Bendahara. Dang Tuanku berhasil meyakinkan Bendahara untuk menjadi mertua Cindua Mato. Sementara itu Cindua Mato mendengar gosip bahwa Puti Bungsu, tunangan Dang Tuanku, akan dinikahkan dengan Imbang Jayo, Raja Sungai Ngiang. Merasa terhina, Cindua Mato bergegas pamit kepada Bendahara dan memaksa Dang Tuanku kembali ke Pagaruyung. Di Pagaruyung Cindua Mato menceritakan gosip yang beredar kepada Dang Tuanku dan Bundo Kanduang. Kemudian Bundo Kanduang yang marah memerintahkan Cindua Mato untuk berangkat ke Sikalawi, dengan membawa Si Binuang, seekor kerbau sakti, sebagai mas kawin untuk Puti Bungsu.

geng Sebelum Tidur

198


Kedatangan Cindua Mato menggembirakan keluarga Rajo Mudo. Kemudian Cindua Mato berpura-pura kesurupan dan bertemu empat mata dengan Puti Bungsu. Cindua Mato berkata pada Puti Bungsu bahwa dia sudah ditakdirkan untuk menikah dengan Dang Tuanku. Dalam pesta perkawinan Imbang Jayo dan Puti Bungsu berlangsung, Cindua Mato melakukan hal-hal ajaib yang menarik perhatian dan menculik Puti Bungsu. Cindua Mato membawanya ke Padang Ganting, tempat Tuan Kadi, anggota Basa Ampek Balai yang mengurus masalah keagamaan. Cindua Mato dianggap telah melanggar hukum dan melampaui wewenangnya. Lalu Tuan Kadi membahas pelanggaran yang dilakukan Cindua Mato. Namun pada pertemuan yang diadakan, Cindua Mato menolak menjelaskan perbuatannya. Tuan Kadi menceritakan kejadian ini pada Bundo Kanduang, yang murka pada pebuatan Cindua Mato. Para menteri ini lalu memutuskan berunding dengan Raja Nan Duo Selo, yaitu Raja Adat dan Raja Ibadat. Keduanya, mengetahui latar belakang kejadian tersebut. Kemudian kedua raja tersebut memerintahkan untuk menyerahkan keputusan kepada Dang Tuanku. Pada pertemuan berikutnya perdebatan terjadi antara Bundo Kanduang dan Dang Tuanku. Dang Tuanku menjelaskan bahwa Imbang Jayo telah menghina Dang Tuanku dengan berusaha mengawini tunangannya dan menyebarkan fitnah. Cindua Mato tidak pantas dihukum karena dia telah mengungkap hal yang sebenarnya. geng Sebelum Tidur

199


Cindua Mato dilepaskan dari hukuman. Kemudian para menteri membahas perkawinan antara Cindua Mato dan Puti Lenggo Geni, dan juga antara Dang Tuanku dan Puti Bungsu. Setelah masa persiapan, perkawinan kerajaan tersebut dilaksanakan di Pagaruyung, dilanjutkan dengan pesta yang dihadiri oleh banyak pangeran dan raja dari segenap penjuru Pulau Perca. Sementara itu, Imbang Jayo yang merasa dipermalukan oleh Cindua Mato bersiap-siap menyerang Pagaruyung. Namun Imbang Jayo gagal. Lalu Imbang Jayo protes pada Rajo Nan Duo Selo. Tuduhannya yang tanpa bukti tersebut cukup membuat raja merasa terhina. Akhirnya raja memutuskan Imbang Jayo dihukum mati. Begitu mengetahui anaknya akan dihukum mati, Tiang Bungkuak bersiap-siap membalas dendam. Suatu malam Dang Tuanku bermimpi bertemu seorang malaikat yang berkata bahwa dia, Bundo Kanduang dan Puti Bungsu sudah waktunya meninggalkan dunia. Pagi harinya Dang Tuanku menceritakan mimpinya pada Bundo Kanduang dan Basa Ampek Balai. Mengetahui waktu mereka sudah dekat, mereka mengangkat Cindua Mato sebagai Raja Muda. Dalam duel yang berlangsung antara Cindua Mato dan Tiang Bungkuak, Cindua Mato tak mampu membunuh Tiang Bungkuak. Cindua Mato lalu menyerah dan dijadikan budak Tiang Bungkuak. Suatu hari Cindua Mato berhasil mengungkap rahasia kekebalan Tiang Bungkuak bahwa dia hanya dapat dibunuh geng Sebelum Tidur

200


dengan menggunakan keris yang berada di bawah tiang utama rumahnya. Cindua Mato mencuri keris itu lalu membunuh Tiang Bungkuak dengan keris curiannya. Setelah kematian Tiang Bungkuak para bangsawan Sungai Ngiang mengangkat Cindua Mato menjadi raja. Kemudian dia juga diangkat sebagai raja Sikalawi, setelah Rajo Mudo turun tahta. Cindua Mato menikahi adik Puti Bungsu, Puti Reno Bulan. Dari hasil pernikahannya ini Cindua Mato memperoleh anak perempuan dan laki-laki yang diberi nama Sutan Lembang Alam. Setelah beberapa lama di Rantau Timur, Cindua Mato kembali ke Pagaruyung, untuk memerintah sebagai Raja Minangkabau. Dari perkawinannya dengan Puti Lenggo Geni, dia mempunyai anak bernama Sutan Lenggang Alam.

geng Sebelum Tidur

201


geng Sebelum Tidur

202


Alifinna Mayshadika Mulyadi 30 Mei ‘92 (022) 7506898 / 085720405015 Jl. Kiara Sari I No.6 Komp. Kiara Sari Asri Alivia Indriasri 2 Sep ’92 (022) 7310868 / 081322106065 Jl. Rancamanyar III No.15 Ardian Dominggo Wiryosukarno 29 Mar ‘92 (022) 7108155 / 081573063592 Villa Bukit Mas Estate No. D4 Astri Hapsari 25 Mei ‘92 (022) 4218568 / 085624242857 Jl. Wira Angun-angun No.12 Aulia Latifah 2 Nov ’92 (022) 70285995 / 085222795890 Jl. Gunung Batu No.32 Komp. PDAM, Cimahi

geng Sebelum Tidur

203


Debora Aloina Ita Tarigan 2 Okt ‘92 (022) 7560404 / 081573097364 Margahayu Raya blok L II No. 26 Dhayaning Martha 22 Mei ‘92 (022) 70831016 / 022-70535136 Jl. Sukawangi No. 33 Rt 02/ Rw 02, Lembang Dian Yudhianingsih 18 Apr ‘92 (022) 5203531 / 0811205374 Jl. Sawah Kurung V No. 1 Farahdina Nurul Saumi 23 Mar ’92 (022) 7204309 / 085659711823 Jl. Banjarsari I No.43, Antapani Fitri Sekar Asih 10 Ags ’92 (022) 6625887 / 085720062233 Komp. Tanimulya Indah Jl. Bonsai No. 18 Ghea Utariani Sumantri 15 Nov ’92 (022) 91222330 / (022) 70696929 Jl. Cipunagara No.20

geng Sebelum Tidur

204


Hadist Ginanjar Hidayat 9 Feb ‘92 (022) 6641941 / 085724052451 Komp. Permata Cimahi blok D2 No. 5, Ngamprah

Hana Shabira Laraswati 14 Jun ’92 (022) 2020806 / 022-9225054 Komp. PRV Jl. Azhalea No. B-11 Hardy Ratna Tridarta 9 Jun ‘92 (022) 7812901 / 085624779606 Komp. Pasirjati C 67, Ujungberung Irfanadhika Salim Sujatmoko 23 April ‘92 (022) 5224588 / 08562048993 Jl. Mengger Girang Komp. Batu Mas IV No. I-7 Irma Sanusi 29 Juni ‘92 (022) 2786782 / 085624244921 Jl. Dharma No. 11, Lembang Kaerul Triramadhan 23 Feb ‘92 (022) 7277510 / 022-91529024 Jl. Randusari 8 No.4, Antapani

geng Sebelum Tidur

205


Karina Agnesiani Kartawan 3 Ags ‘92 (022) 7302958 / 08122138124 Jl. Jatimulya I No.4 Khalilan Lambangsari 17 Feb ‘92 (022) 6670682 / 085723224417 Jl. Palem F-10 Komp. Tabula, Cimahi Muhammad Ali Zarkasyi 3 Jul ‘92 (022) 5422451 / 085720176892 Jl. Cibaduyut Raya No.102 Muhammad Haidar Shofiyanto 30 Okt ‘92 (022) 2013835 / 081394850030 Jl. Cidadap Girang Baru blk No. 28 Muhammad Rifqi Irshadi 21 Des ‘92 (022) 7279693 / 081322774492 Jl. Kalijati Indah Utara No.4, Antapani Mutia Amalia B. 10 Sept ’92 (022) 7315694 / 085659525165 Jl. Mutiara No.22, BuahBatu

geng Sebelum Tidur

206


Nisrina Nur Ulfah 17 Maret ‘93 (022) 7270792 / 085720248198 Jl. Kalijati 6a No. 6, Antapani Norman Vincent Ampang Pasasa 31 Mei ’92 (022) 7202276 / 085860384151 Jl. Pasar Layung Timur III No. 5 Nurseptian Pratomo 4 Sept ‘92 (022) 7802494 / 085659379190 Jl. Cipadung Permai III No. A-55, Cibiru Purwiga 25 Juni ‘92 (022) 7335551 Jl. Sanggar Kencana XXIII No. 67 Rama Wicaksana Cahya Nusantara 2 Feb ‘93 (022) 2031783 / 085659226168 Jl. Sirnamanah No. 27 Rifa Aprilianti 26 April ‘92 (022) 2001150 / 085624498835 Jl. Gn. Rahayu II No. 35, Cimahi

geng Sebelum Tidur

207


Rifan Nugraha 9 Juli ‘91 085221999193 Jl. Jakarta Komp. Kota Kembang Permai No. 58 Rio Wikanjaya 11 Des ‘92 (022) 7314081 Jl. Pemancar No.15 Komp. Postel, Buahbatu Rizky Rahadianto 11 Jun ‘92 (022) 7313003 / 085692808089 Jl. Turangga No. 27E, Lengkong Satrio Dwijayanto 20 Apr ‘92 (022) 7507626 / 085624070960 Jl. Batununggal Abadi I No. 65 Sekar Kinanti Tistia 10 Des ‘92 (022) 7101809 / 081572087618 Komp. Mitradago Parahyangan A-6, Antapani Sendra Hestiningrum 3 Des ‘92 (022) 7837575 / 022-70377440 Komp. Taruna Parahyangan, Jl. Taruna Baru II No.23

geng Sebelum Tidur

208


Siwi Dina Pratiwi 3 Jan ‘93 (022) 91149077 / 085720362226 Jl. Cigadung Raya Barat No. 10-4, Dago Tasya Wulandari 29 Nov ‘91 (022) 6653112 / 085720073369 Jl. Cisangkan Hilir No.2 Rt 06/19, Cimahi Thariq Abdullah Muhammad Iqbal Aziz 20 Apr ‘93 (022) 2000780 / 081320227183 Jl. Pangkalan No. 3, Rt 01/10, Sariwangi

Umar Hanif Ramadhani 21 Mar ‘93 085720217057 Dago Barat No. 16 Zulhendra Valiant Janir 15 Mei ‘93 083861125668 Jl. Kalimantan 8

geng Sebelum Tidur

209


geng Sebelum Tidur

1


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.