Free Online Magazine
Vol. 1 - May 2014
Handaru Lana One Love for Indonesia
Main Feature
Interview
Photo Story
Kangean Islands
Jumain
Remote Islands for your New Adventure (Page 4)
Surviving Jumantara Wri•en Ba•k with Crea•vity (Page 22)
Mount Kelud After Eruption (Page 27)
Editorial Notes Pembaca yth,
Dear Readers,
Dalam sebuah perjalanan, seseorang melontarkan ntarkan sebuah pertanyaan kepada saya “Apakah semua orang mengenal dekat Indonesia seper• kamu?“. Ya, saya memahami bahwa •dak semua orang mengenal dekat negeri bernama Indonesia ini. Bahkan, terkadang saya masih takjub melihat beberapa bagian kecil dari negeri ini, sebuah buk• bahwa sayapun belum mengenal sejengkal demi sejengkal negeri yang esona ini. Bersama seorang samempesona habat, saya ingin menjawab pertanyaan dan tantangan untuk mengenalkan Indonesia kepada manusia–manusia disekeliling saya melalui majalah online ini. Sedikit demi sedikit mengumpulkan nyali, saya memberanikan diri untuk berbagi beberapa foto – foto perjalanan saya di negeri ini. Harapan saya, dari lingkaran kecil yang terbentuk dapat membuat Indonesia lebih dikenali dari berbagai sisi. Negeri ajaib ini bisa terlihat sangat mempesona, tapi juga bisa terlihat mencekam. Mari kita ambil sisi terbaiknya untuk mencintai cintai Indonesia lebih banyak lagi. Semoga setelah membaca majalah online e ini, anda tertarik untuk menjelajahi negeri ini lebih sering lagi. Selamat menikma•, kawan!
On one of my journey, somebody asked me, “Is everyone also get to know Indonesia closer just like you?”. Yes, I understood that not all of us is able to know closer this country named Indonesia. Some•mes I s•ll amazed to see some li•le parts of this country, it is a proof that I also haven’t know every details of this beau•ful country. With a good friend’s help, I want to answer that ques•on and challenges to introduce Indonesia to the people around me through this online magazine. A•er collec•ng my guts, piece by piece, I would like to share some of my journey pictures to this country. I wish that a li•le circle of this can make Indonesia wellknown in many sides. This country can be so enchanted but also can be so tensed. Let’s take the good side of it to love Indonesia more. Hope you are interested to explore Indonesia more a•er reading this online magazine. Hope you enjoy it, my friend!
2 Handaru Lana
Content
Handaru Lana Volume 1 - May 2014 Handaru Lana merupakan majalah online yang mengangkat hal-hal menarik mengenai Indonesia untuk meningkatkan rasa cinta kita terhadap Indonesia. Silahkan download dan sebarkan kepada orang-orang di sekeliling anda supaya semakin banyak orang yang tertarik untuk mengenal Indonesia lebih dekat lagi.
Handaru Lana is an online magazine about interes•ng things in Indonesia and to raise our love to Indonesia. Please kindly download it and share it to the people around you. We wish there will be more people interested to explore and get to know Indonesia more.
4
Main Feature Kangean Islands Remote Islands for your New Adventure
Place to Visit Black & White Ranu Regulo
20
14
Novel Review Canting by Arswendo Atmowiloto
REDAKSI
Interview Jumain
Editor and Layout Design: Titah Eko Wahyuningrias
Contributor & Content Provider:
Surviving Jumantara Wri!en Ba"k with Crea"vity
22
Kris Priatmoko
KONTAK REDAKSI Email: handaru.lana@yahoo.com
27
Photo Story Mt. Kelud After Eruption
Handaru Lana 3
Main Feature Kangean Islands Remote Islands for your New Adventure
Tidak ada yang menyangka bahwa Pulau Madura ternyata memiliki gugusan kepulauan yang indah. Tidak ada pula yang menyangka bahwa Pulau Madura •dak hanya garam dan pedagang yang ulet. Ternyata Pulau Madura juga memiliki keindahan alam, sobat!
No one thoughts that Madura has a very beau•ful archipelago of many small islands. No one also thougt that Madura not only produced salt and good traders. In fact, this island also has natural beauty, friends!
ayangnya harta karun bernama Ka S ngean ini "dak banyak diketahui oleh orang. Keberadaan kepulauan ini serasa "dak terdengar, meski gugusan pulau yang ekso"s ini terletak di sekitar pusat geografis Negara Indonesia. Secara administra"f, Kepulauan Kangean terletak di Kabupaten Sumenep. Dan uniknya, mayoritas penduduk di kepulauan ini "dak mengakui dirinya sebagai masyarakat Madura meski secara administra"f ada diwilayah Kabupaten Sumenep. Mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai orang Madura Kepulauan yang dijadikan sebagai iden"tas yang membedakan diri mereka dengan suku Madura lainnya. Penduduk yang "nggal di Kepulauan Kangean "dak hanya berasal dari suku Madura saja, melainkan juga suku-suku pelaut terkenal Indonesia yaitu dari Bajo, Mandar, dan Bugis. Sederhana, bersahaja, dan bersahabat merupakan ciri umum dari penduduk Kepulauan Kangean.
D i era globalisasi ini, penduduk Kepulauan Kangean hanya bisa menikma" listrik di kala malam hingga menjelang pagi saja. Di beberapa pulau, seper" Pulau Bungin, penduduk juga harus berjuang untuk mendapatkan air tawar untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Mereka harus membelinya karena pulau mereka "dak mempunyai sumber air tawar. Untuk itu, anda patut berbangga ha" jika disana anda ditawari untuk mandi, hal tersebut merupakan salah satu bentuk penghormatan bagi tamu. Karena terbiasa dengan keterbatasan, penduduk Kepulauan Kangean "dak menyadari bahwa mereka hidup dikelilingi oleh indahnya surga kecil Kangean. Minimnya sarana dan prasarana penunjang menjadikan mereka seakan-akan terisolir.
U
nfortunately, this treasure named Kangean Islands are only a li!le known place. Seems like nobody heard the existence of those exo"c islands, eventhough geographycally, it located in the center of Indonesia. Legally, Kangean Islands belongs to Kabupaten Sumenep, Madura. It is also interes"ng that most of the ci"zens of Kangean islands don’t want to be called as Maduranese, they preferred to be called as Madura Islanders as their iden"ty to differen"ate themself with other Maduranese tribes. Originally they are not only from Madura tribes, but they came from other sailor tribes of Indonesia such as Bajo, Mandar, and Bugis. Humble, down to earth, and friendly are the common characteris"cs of Madura Islanders.
I n this globaliza"on era, Madura Islanders are only able to have electricity in the night "me un"l dawn. In some islands,like Bungin Island, they also have to fight to get the fresh water for their daily need. So every day they will buy the fresh water because the island don’t have any fresh water resources.Therefor, you should be proud if they are offering you the opportunity to take a bath, it is their way to show their respect to their guest. Living with a lot of limita"ons, the Madura Islanders are not really aware that they live surrounded by li!le heaven. Lack of infrastructure make their lives look very remote from the others.
Handaru Lana 7
Keterbatasan hidup tidak menghalangi anak-anak ini tetap ceria bermain Life limitation can't stop these kids to keep playing
*8 Handaru Lana
Pulau Saobi merupakan satu-satunya pulau di Kepulaun Kangean yang memiliki cagar alam di dalamnya. Cagar alam Pulau Saobi mempunyai satwa unik yaitu burung gosong atau yang mempunyai nama la•n Megapodiusreinwardt. Mendengar namanya, mungkin orang akan membayangkan seekor unggas berwarna hitam legam. Secara sekilas, burung ini hampir mirip dengan kerabat dekatnya yaitu Burung Maleo dari Sulawesi. Bila dewasa burung ini berukuran sedang (kira-kira 36 cm), warnanya coklat keabu-abuan dengan sisi muka kemerah-merahan dan jambul pendek. Tubuh bagian atas berwarna coklat merah dan bagian bawah berwarna keabu-abuan. Burungburung muda berbin•k dan bergarisgaris coklat serta coklat gelap, pada bagian iris berwarna coklat, paruh berwarna kuning, kaki berwarna jingga. Burung ini sebesar merpa• akan tetapi telurnya sebesar telur angsa. Setelah mengeluarkan telurnya, pada umumnya burung gosong kemudian pingsan. Sebaran burung gosong sendiri ada di sepanjang pantai Nusa Tenggara dan Maluku Tenggara. Sedangkan di daerah Jawa dan Bali, burung gosong hanya ditemukan di Kepulauan Kangean.
Saobi Island and Burnt Bird
Saobi Island is the only island in Kangean that has Natural Preserve. Saobi Island Natural Preserve has unique protected animal called Burnt Bird or Megapodiusreinwardt. From its name, people may think about black or dark bird. In a glance, the bird will look like Maleo Bird from Sulawesi. Adult bird has medium size (approx. 36 cm), it has brown-grey color and red in the front side and has short tu!. The upper body has brown-red color and the lower body has grey color. Young birds are speckled and streaked in brown and dark brown color. The iris has brown color, the beak in yellow color, and legs in orange color. This bird is in the same size as pigeon, but the egg of this bird as big as goose egg. A!er spawning, usually the burnt bird will be fainted. The bird distribu•on of Burnt Birds are along Nusa Tenggara beaches and Southeast of Maluku. In Java and Bali, we will only found the Burnt Bird in Kangean Islands.
Handaru Lana 9
Eid Mubarak Tradition in Saebus Island
erdapat sebuah kebiasaan unik penT duduk beberapa pulau setelah merayakan lebaran. Mayoritas suku bugis di Kepulauan Kangean akan mengunjungi Pulau Saebus setelah lebaran. Disana mereka berkumpul bersama – sama sekedar menikma• santap siang dan bersilahturahmi dengan warga pulau– pulau lainnya. Tidak dapat dipungkiri, Pulau Saebus sendiri menyajikan suasana hangat untuk bersilahturahmi. Selain hamparan pantai pasir pu•h, Pulau Saebus juga menyajikan spot snorkeling yang indah. Tidak percaya? Silahkan berkunjung kesana untuk membuk•kannya.
T here is a unique tradi•on from people in some Kangean Islands a!er Eid M ubarak celebra•on. The majority of Bugis tribes of Madura Islanders will visit Saebus Island a!er Eid Mubarak. They will gathered to enjoy their lunch together and meet with the people from other islands. We can’t deny that Saebus Island has warm atmosphere to gathered with other people. Beside the white sand overlay of its beaches, Saebus Island also provide beau•ful snorkling spot. Unbelievable? Please visit the island and prove it.
10 Handaru Lana
ari 60 pulau yang ada di KepulauD an Kangean, beberapa pulau diantaranya •dak berpenghuni. Diantara pulau pulau •dak berpenghuni tersebut, beberapa diantaranya hanyalah sebuah pulau pasir. Ya, pantai dan pantai saja. Tidak ada yang menganggu pandangan, kecuali camar dan kepi•ng. Masyarakat menyebut pulau pasir ini dengan sebutan Pulau Gusung, karena •dak adanya pepohonan disana. Tidak jauh dari Pulau Gusung, terdapat sebuah bangunan keramba. Berdiri sendirian menunjukkan bahwa keramba tersebut milik seseorang yang disegani oleh penduduk Kangean. Beberapa nelayan menyatakan bahwa Haji Ali merupakan pemilik dari bangunan keramba tersebut. Figur Haji Ali yang disegani muncul ke•ka para nelayan bercerita tentang bagaimana sosok tersebut mengusir para pengebom terumbu karang dan kapal – kapal pukat dari wilayah kepulauan Kangean. Di kalangan nelayan, keahlian mengarungi lautan merupakan salah satu syarat agar masyarakat bisa hormat kepada seseorang, dan kisah tentang Haji Ali mengendarai perahunya sendirian dari Kepulauan Kangean menuju Surabaya membuat Haji Ali diakui sebagai pelaut yang unggul.
Gusung Islands & The Story of Haji Ali
Among 60 islands in Kangean, some of the islands are empty islands. Among those empty islands, some of them are only an island of sand. Yes, only beaches and beaches. No view disrup•on, except gulls and crabs. The Madura Islanders called those island of sand as “Gusung Island” because there is no trees there. Not far from Gusung Islands, there is s•lt house. It standing alone and shows that it is belong to someone well-known by the Madura Islanders. Some fishermans said that Haji Ali is the owner of that S•lt House. He showed up when the fishermans told a story about how he frighten away the bombers of coral reefs and trawler boats from Kangean Islands area. For locals, the skill of sailing through the ocean is one of the requirements to be respected by the Madura Islanders. And the story about how Haji Ali was sailing through his own ship alone from Kangean Islands to Surabaya made him recognized as excellent fisherman.
Handaru Lana 11
K earifan lokal dalam menjaga alam tercermin dalam perilaku keseharian masyarakat Kepulauan Kangean. Bagi mereka, lautan adalah “sajadah” mereka, sehingga mereka mengibaratkan berlayar sebagai salah satu bentuk ibadah mereka. Mereka juga memahami bahwa lautan yang terbentang luas di depan mereka adalah warisan yang harus dijaga demi anak cucu mereka, dengan prinsip seper• itu mereka meminimalisirkan penggunaan bahan-bahan beracun dan bom dalam mencari ikan. Ironis, mereka yang sering kita sebut •dak berpendidikan menonjok kita dengan perilaku yang jauh lebih berpendidikan dari kita yang •dak mau peduli akan keberadaan lingkungan ini bagi anak cucu kita nan•nya. Apakah mereka paham akan pemanasan global? Apakah mereka paham efek rumah kaca? Yang mereka pahami adalah anak cucu mereka masih membutuhkan “sajadah” dalam ibadahnya. Sungguh kearifan lokal yang patut di•ru dan diterapkan di lingkungan tempat kita hidup. he local wisdoms in preserving the nature reflected T in their daily behaviour. For them, the ocean is their “praying mat”, so sailing through the ocean is like one of worshiping form to God. They also understand that the wide ocean around them is the legacy that they have to preserve for their next genera•ons. With those principles, they will use less poisonous materials and no bomb for fishing ac•vity. Its ironic, the fishermans that we called as uneducated people are punching us with their awareness of nature con•nuity for their next genera•on lifes. Do they know about global warming? Do they know about the greenhouse? What they understand is that their next genera•on will s•ll need the “praying mat” for their worshiping ac•vity. It is really good example of local wisdom and need to be implemented in the environment where we live.
12 Handaru Lana
Handaru Lana 13
Place to Visit Black & White Ranu Regulo
Akulah si penjelajah alam Kudaki lereng dan batu karang Dengan bernyanyi aku melangkah Melewa• sungai dan padang ilalang Dingin malam dan bintang di langit Semuanya adalah temanku Bila pagi telah memanggilku Aku berseru dan memanggil namaMU Oh Tuhan, Oh Tuhanku Aku cinta pada Mu (Lirik Lagu – Penjelajah Alam, Sawung Jabo)
I am the nature explorer Hiking the slopes and the rocks Singing while I stepped Accross the river and the grassland Cold night and stars in the sky All of them are my friends When the morning is calling me I cried and call your Name Oh God, Oh My God I love You (Translated Song lyric – Nature Explorer, Sawung Jabo)
Reaching Regulo Lake
R anu Regulo, yang termasuk di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mempunyai sedikit penjelasan mengenai definisi keindahan yang dilemparkan oleh Tuhan ke alam Indonesia. Tidak membutuhkan banyak tenaga untuk mencapai Ranu Regulo bila dibandingkan dengan Ranu Kumbolo. Hanya diperlukan waktu berjalan kaki kurang dari 15 menit dari posko resor Ranu Pani, kita sudah sampai di Ranu Regulo. Bandingkan dengan Ranu Kumbolo yang membutuhkan waktu sekitar 4 – 5 jam berjalan kaki untuk mencapainya dari resor Ranu Pani. Meski terletak •dak jauh dari pemukiman penduduk, Ranu Regulo tetap menjadi lokasi yang layak dikunjungi untuk menenangkan diri. Dengan luas kurang lebih 3,4 Ha, dan berada di ke•nggian 2200 mdpl, Ranu Regulo menyimpan ketenangan, bahkan dari riuh redam para pendaki gunung yang lebih mengejar dan mencari tahu tentang Ranu Kumbolo. Melewatkan kesempatan untuk melihat suasana malam maupun pagi di Ranu Regulo merupakan hal yang sangat disayangkan. Terdapat campingground dan beberapa pondokan bagi para pengunjung Ranu Regulo yang ingin bermalam. Cobalah menikma• kopi di pagi hari sembari melihat kabut bermain diatas danau, sebuah hal yang mudah dilakukan tetapi membuat bahagia.
16 Handaru Lana
R egulo Lake, located at Na•onal Park of Bromo Tengger, Semeru, has li•le explana•on about the beauty that God has thrown to the Indonesian nature. It doesn’t need extra energy to reach Regulo Lake if we compared it with Kumbolo Lake. It is only 15 minutes walking from post Pani Lake Resort. Much closer if we compared with Kumbolo Lake that need 4 – 5 hoursto reach it from Pani Lake Resort.Even though it is not far from the residents area, Regulo Lake s•ll worthed place to visit to calming yourself down. This place approximately only 3,4 hectares with height around 2200 mdpl, Regulo Lake could give you peace, it s so silent even we can’t hear the hikers sound who usually trying to chase and find out about Kumbolo Lake. Feeling the night and morning atmosphere in Regulo Lake is something that we can’t be missed. There is a camping ground and several hostel for visitor who wants to staying over. In the morning •me, we could suggest to enjoy coffee in the morning mist while looking over the lake, an easy thing to do but makes you happy.
Edelweiss Seedbed esides presen•ng serenity for its B seekers, Regulo Lake is also become a loca•on for Edelweids (Anaphalis Javanica) Seedbed. Some area in Regulo Lake are used for Edelweis seedbed land. The effort for making Edelweis seedbed is not as easy as turning over your hand, one of the challenge is the weather factor. In some par•cular months, the temperatur in Regulo Lake could reach -4 degree celcius, where it could produce frost. That is one of the challenges on conserving the Edelweis. To overcome it, the manager of Regulo Lake create a cover from bamboo to protect the Edelweis seedbed from the bad weather.
elain menyajikan sebuah ketenaS ngan bagi para pencarinya, Ranu Regulo juga menjadi lokasi persemaian Bunga edelweiss (Anaphalis Javanica). Beberapa lahan di Ranu Regulo digunakan sebagai lahan persemaian edelweiss. Usaha persemaian tersebut •daklah semudah membalikkan telapak tangan, salah satu kendalanya ialah karena faktor cuaca. Pada bulan – bulan tertentu suhu di Ranu Regulo bisa mencapai -4 derajat celcius, dimana akan menghasilkan bunga es (biasa dikenal dengan nama frost). Hal tersebut juga menjadi salah satu penghalang niat mulia dalam melestarikan edelweiss. Untuk mengatasinya, pengelola Ranu Regulo membuat sebuah penutup dari bambu yang melindungi edelweiss yang sedang disemaikan dari buruknya cuaca.
Handaru Lana 17
Mak Nung & The Cold Night
T here is a ci•zen who always stay in
Photo Credit: Rifqi Aditya Chandra
T erdapat penduduk yang selalu se•a berada di Ranu Regulo, namanya Mak Nung. Gurat – gurat di wajahnya menunjukkan tahun demi tahun yang dilaluinya. Dibalik se•ap senyuman Mak Nung kepada se•ap pengunjung, Mak Nung menyimpan sebuah kisah kelam dibaliknya. Alkisah, putranya meninggal dunia di Ranu Regulo yang indah dan ekso•s ini. Semenjak itu, Mak Nung mengalami gangguan mental dan menganggap Ranu Regulo sebagai rumahnya. Tak peduli sedingin apapun juga, Mak Nung akan selalu ada di Ranu Regulo dengan seikat sarung. Pada malam hari, Mak Nung sering terlihat membuat perapian, sembari berbicara sendiri. Entah, kepada siapa dia berbicara, akan tetapi satu hal yang kita selalu pecayai, yakni kasih ibu selalu menemani anak – anaknya, meski dengan cara dan media yang berbedabeda. Ketenangan suasana menjadi alasan utama untuk mengunjungi Ranu Regulo. Dari pagi, siang, sampai malam, kita akan disuguhi berbagai nuansa yang mendamaikan diri. Dari senyuman matahari terbit dan sapaan rembulan malam, Ranu Regulo mampu melengkapi mereka untuk membuat kita berdecak kagum. Jadi, masihkah kita mempunyai alasan untuk •dak mengunjunginya?
18 Handaru Lana
Regulo Lake, her name is Mak Nung. The lines on her face showing how old is she. Just behind her smile to every visitor, Mak Nung kept a sad story for herself. Her son was dead in this exo•c and beau•ful lake. Since that, Mak Nung have mental disorders and assumed that Regulo Lake is her house. No ma!er how cold the temperature was, Mak Nung will always be there with her sarong. In the night •me, we can see Mak Nung prepare a fireplace while talking alone. We don’t know with whom she was talking about, but one thing that we could believe, that mother’s love will always accompany her childrens, although using different ways or media. The serenity become the major reason to visit Regulo Lake. In the morning •me, a$ernoon, or even in the night •me, we could see every ambience that provide serenity to ourselves. From the smile of sunrise to the gree•ng from the moon, Regulo Lake always have something to complete the view that makes us amazed. So, do we s•ll need a reason for not visi•ng Regulo Lake?
Photo Credit: Rifqi Aditya Chandra
ORDER VIA SMS/WA: 081252513698
Novel Review Canting by Arswendo Atmowiloto “Meski tergerus kemajuan jaman, ba!k tulis masih mampu bertahan dari modernisasi. Di masa ke!ka ba!k masih didefinisikan sebagai sebuah proses pemberian malam (lilin), pewarnaan, dan pelepasan lilin dari kain, ba!k !dak hanya bermakna sebagai sebuah kain dengan corak tertentu saja, melainkan juga usaha dan proses dari kehadiran ba!k itu sendiri. Kehadiran ba!k prin!ng membuat ba!k tulis sebagai sebuah bahan baku belaka dan menjadikan can!ng sebagai simbol budaya yang kalah, tersisih, dan melelahkan.”
ecara pribadi, saya berpendapat bahwa S membaca novel ini sungguh menguras tenaga serta emosi. Kita !dak bisa berhen! di satu !!k, selalu muncul rasa penasaran ingin membacanya hingga selesai. Menurut sang penulis, Arswendo Atmowiloto, Novel ini bergenre roman keluarga. Menghadirkan tokoh sentral Keluarga Ngabean Sestrokusuman, novel ini menjadi roman keluarga yang menarik untuk memahami bagaimana keluarga jawa itu berperilaku. Salah satu tokoh utama dalam novel ini adalah Pak Bei, sebuah produk dari budaya jawa, tetapi suka memberontak. Menikahi anak buruh ba!k menjadi salah satu buk! pemberontakannya, walhasil dikarenakan cintanya itu dia disebut sebagai aeng-aneh, berbuat yang !dak njawani. Meski dengan sifat !dak njawani tersebut, Pak Bei malah menjadi pusat cerita di novel yang berlatar belakang budaya jawa ini. Sifat sak karepe dewe-seenaknya sendiri, malas, hidup bergantung dari penghasilan sang istri, tetapi juga bersifat bijak, tegas, berwibawa, ber-
20 Handaru Lana
“Although eroded by globaliza!on, ba!k tulis (wri#en ba!k) s!ll can survive from moderniza!on. In the era where ba!k s!ll defined as a process of applying wax, coloring, and releasing the wax from cloth, ba!k can’t only defined as a cloth with par!cular pa#ern, but we have to understand the effort and process of making it exist. The existence of prin!ng ba!k has made wri#en ba!k as raw material only and can!ng (a pen-like instrument to write ba!k) as a culture symbol of lost, excluded, and exhausted.”
Personally, reading this novel has really draining energy and emo•on.We won’s stop in one point, there is always curiosity coming up to read it un•l the end. Based on the writer, Arswendo Atmowiloto, this novel has family romance genre. Telling a story about Ngabean Sestrokusuman family, this novel become an interes•ng family romance to understand the behavior of Javanese family. One of the main character in this novel is Mr. Bei, a product of Javanese Culture, but has rebelious a•tude. Married with the daugther of ba•k labor is one of the proof of his rebellious a•tude, and this has made him called as a weird person and doesn’t have Javanese behaviour. Although he couldn’t act as common Javanese, Mr. Bei became the center story in this novel that has Javanese culture as a background.
wawasan luas dan sangat mengagumi sang istri dimunculkan pada satu tokoh ini. Selain pak Bei, arsewendo juga memunculkan tokoh Bu Bei, sosok perempuan jawa yang cepat beradaptasi dari seorang anak buruh ba•k menjadi seorang istri yang bek•-patuh pada suami, sekaligus pengusaha dan penjual ba•k yang trengginas, yang mampu mengatasi hal-hal sekecil apapun baik itu menyangkut buruh-buruhnya, pembelinya di pasar, maupun adik dan kakak suami yang sering menggerogo•nya. Cerita mulai menantang pikiran pembaca ke•ka Bu bei hamil untuk ke 6 kalinya. Rasa curiga mulai muncul, dikarenakan putri yang dilahirkan dengan nama Ni mempunyai fisik yang berbeda dengan kelima kakaknya. Ni kemudian tumbuh menjadi seorang gadis yang keras kepala sekaligus peka terhadap keadaan sekelilingnya. Pembelaan pada berbagai keter•ndasan yang dialami oleh para buruh ba•k menjadi buk• dari kepekaan sifat Ni. Diceritakan saat kakak laki-lakinya menghamili seorang anak buruh; juga ke•ka kakak perempuannya memanfaatkan kebaikan para buruh untuk kepen•ngannya sendiri, Ni berani maju dihadapan ayahnya untuk menentang kebijakannya. Saat acara wolung windu, Ni dengan berani mengutarakan niatnya untuk meneruskan usaha pemba•kan, demi membalas budi kebaikan para buruh. Disinilah cerita semakin menggambarkan sosok Ni merupakan generasi pemberontak seper• ayahnya yang dianggap •dak njawani. Niat yang membuatnya hampir dituding sebagai penyebab kema•an ibunya. Membaca novel ini, maka kita diajak untuk memahami kehidupan buruh ba•k sebagai nafas utama dalam menghidupkan novel ini. Banyak sisi kemanusiaan yang bisa diambil dari cerita para buruh ba•k ini. Bagaimana cara mereka bertahan hidup, bersyukur dalam keterbatasan dan mengabdi tanpa pamrih, tergambar dengan baik di novel ini.
His character of ac•ng based on his own wishes, lazy, depending on the income of his wife, but also wise, asser•ve, pres•gious, broad minded, and very admiring his wife are represented Mr. Bei in this novel. Besides Mr. Bei, Arswendo also describing Mrs. Bei as adaptable Javanese Lady that came from a daughter of ba•k labor that become a very obedient wife, but also very capable entrepreneur who has skill to overcome every small problem such as a problem with her ba•k labours, customers, also her brother and sister in law who o•enly ask her for money. The story challenge the reader’s mind when Mrs. Bei was pregnant for the six •me. A suspicion arise when the baby girl that has born and named as Ni has different physical characteris•cs with her brothers and sisters. Ni growing up as a stubborn girl but sensi•ve to the environment and situa•on surrounding her. Her defense to any suppression to the ba•k labor became a proof of Ni’s sensi•vity. Ni’s brother impregnates a daughter of ba•k labor, also her sister u•lize the kindness of ba•k labor for her own business. For those issues, Ni is brave enough to see his father and against her father’s policies regarding those issues. In 64 years of family event, Ni is so brave to tell her willingness to con•nue their ba•k business and to say thank you to the ba•k labor who has support her family life and to fight for the con•nuity of ba•k labor’s life. In this point, the story tells us that Ni is the rebellious genera•on like her father who doesn’t have Javanese characteris•cs. And her willingness almost makes her accused as cause of her mother death. With reading this novel, we are invited to understand the ba•k labor’s life as the main breath to make this novel alive. There are humanity sides that we can took from the story of ba•k labors about how they survive, be grateful in limited life condi•ons, and dedicated their life without any string a•ached. All those are well-described in this novel.
Handaru Lana 21
Interview Jumain Surviving Jumantara Wri•en Ba•k with Crea•vity
isi•ng Jumantara Ba•k workshop, erkunjung ke workshop Ba•k JumantaV B ra, serasa membawa kita kedalam sebuah brought us to a •me capsule. The smell of kapsul waktu. Bau lilin, gambar mo•f ba•k, serta can•ng membawa indra kita ke dalam memori masa lalu. Beberapa lemari yang mengelilingi ruangan dipenuhi ba•k dengan beragam mo•f yang dikembangkannya. “Bengkel” untuk proses membuat ba•k terletak di belakang rumah, minimnya sisa bahan yang terbuang memperlihatkan Jumantara sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Usaha Ba•k Jumantara yang ditekuni oleh Jumain ini terletak di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Tidak disangka bahwa awal karir Jumain dimulai dengan beberapa profesi yang jauh dari kata ba•k yaitu dengan menjadi teknisi perbaikan AC di Bali dan membuka usaha rental Play Sta•on di rumahnya. Ti•k balik profesi menjadi pemba•k diawali ke•ka Jumain diundang untuk mengiku• workshop ba•k tulis di tempat •nggalnya. Dari sini Jumain merasa tertarik, terinspirasi, serta tertantang untuk memulai hari – hari dengan can•ng dan lilin ba•k. Tidak mudah memang, tapi ke•ka niat sudah ada maka •nggal bakat yang harus diasah.
Memba•k ciri khas
Profesi sebagai perajin ba•k bukanlah se-buah hal yang lumrah di Kabupaten Kediri. Banyaknya pilihan profesi lain yang lebih cepat dalam memberikan penghasilan, membuat masyarakat enggan untuk bekerja sebagai perajin ba•k. Meski masyarakat sekitar cenderung memilih profesi sebagai buruh tani, Jumain tetap tekun menorehkan malam dengan can•ng pada sehelai kain.
wax, dra• of ba•k pa•ern, and also can•ng brought us into old memories. Some transparent cupboards full of original wri•en ba•k with various pa•erns. There is another small workshop place behind the house to coloring and releasing the wax from the cloth. We could see that there is no residual material le• in the process of making wri•en Ba•k in this workshop, this means that Jumantara also concern and sensi•ve with the environment surrounding him. Jumantara Ba•k is run by Jumain in Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. No one ever thought that Jumain was begin his career in the word that far related with Ba•k industri. He was working as Air Condi•oner Techinician in Bali and then back home to open Play Sta•on rental business. The turning point to be ba•k cra•sman was begin when he was invited to study wri•en ba•k in his town. A•er the study, he has interest and felt inspired and challenged to start the days with can•ng and ba•k wax. It wasn’t easy in the beginning, he said, but when we already have the willingness to do it, then we only need to develop the talent.
Crea•ng the uniqueness of wri•en ba•k hoosing a job as ba•k cra•sman is not a C common thing in Kabupaten Kediri. Other people in Kabupaten Kediri commonly will preferred a job as farmer worker that easier and could give quicker income. But Jumain wants to be different and keep working with can•ng and ba•x wax during the day and night •me.
Handaru Lana 23
Produksi ba•k jumantara yang paling utama adalah ba•k tulis, bukan ba•k print. Bagi Jumain, ba•k print adalah kain bermo•f ba•k, bukanlah sebuah ba•k. Secara harfiah, ba•k dapat diar•kan sebagai menulis, bisa juga berar• sebuah karya seni tata busana yang melibatkan sebuah proses menulis atau menenun. Jumain ingin orang mengenal ba•k •dak hanya dari keindahan busana saja tapi juga dari makna serta proses pembuatan ba•k itu sendiri. Krea•fitas Jumain dalam memba•k terlihat jelas hanya dengan mengunjungi workshopnya, salah satunya bisa dilihat dari teknik memba•knya yang •dak menyisakan bahan baku. Tidak terlihat bak penampungan limbah disana, sebuah hal yang jarang terlihat di workshop baik tulis. Salah satu cara meminimalisir terbuangnya bahan baku berlebihan adalah dengan pemilihan metode pewarnaan dalam proses ba•k. Jumain lebih memilih memakai teknik pewarnaan metode semprot dibandingkan dengan metode celup. Teknik semprot ini dinilai Jumain bisa lebih meminimalisir bahan yang terbuang, serta membuat warna pada ba•k lebih merata. Teknik semprot inipun pada akhirnya membuat masyarakat disekitar tempat •nggalnya •dak berkeluh kesah mengenai proses produksi ba•k. Di sisi pengembangan mo•f ba•k, Jumain juga berhasil mengembangkan mo•f – mo•f ba•k khas tempat •nggalnya yaitu Kabupaten Kediri. Pengembangan mo•f khas Kediri ini terinspirasi oleh ikon atau keunggulan Kabupaten Kediri seper• misalnya mo•f Simpang Lima Gumul/Kediri Mekar, mo•f Gunung Kelud, dan mo•f Ganesha. Selain itu, terdapat mo•f kesenian Jaran Kepang, mo•f Buah Belimbing sebagai ikon desanya yang merupakan penghasil Buah Belimbing, mo•f Buah
24 Handaru Lana
The main product of Jumantara Ba•k is wri•en ba•k, not a prin•ng ba•k. For Jumain, prin•ng ba•k is just a cloth that has ba•k pa•ern and not ba•k itself. Ba•k can be defined as wri•ng, also could mean as fashion art from a process of wri•ng. Jumain wants people to be more aware of Ba•k not only from its pa•ern beauty but also aware with the process of making this art. Jumain’s crea•vity could be seen clearly only with visi•ng his workshop. His technique to make a ba•k is very crea•ve because no residual material le•, just unlike the common prac•ce of making a ba•k. Jumain’s crea•ve way to minimize the ba•k residual material is to use a correct technique of ba•k colouring process that is spray technique. For Jumain, this technique has less or even no residual material also could give more even color to ba•k. In the end, this technique will give no environmental issues to the society around. In term of ba•k pa•erns, Jumain has succeed on developing new pa•erns that very unique and represen•ng the place where he lives that is Kabupaten Kediri. These pa•erns development are inspired by his town icon or uniqueness such as
No residual material le•
Mangga Podang, dan mo•f Prabu Mukso yang terinspirasi dari pe•lasan Raja Joyo boyo di Desa Menang, Kabupaten Kediri. Masih banyak lagi mo•f – mo•f khas Kediri lainnya yang dikembangkan oleh Jumain berdasarkan kebanggaan dirinya sebagai orang Kediri. Rasa bangga inilah yang kemudian menjadi kunci produk•fitas dan kekrea•fan Jumain dalam mengembangkan usaha ba•knya.
Melawan modernisasi sebagai komodi• perdagangan seBcaraa•kotoma•s mengiku• arus modernisasi juga, dan dari proses inilah lahir komodi• baru yaitu kain ba•k prin•ng yang lebih cepat dalam pengerjaannya dan lebih murah. Bagi kalangan perajin ba•k, kain ba•k prin•ng •dak bisa disebut sebagai ba•k, akan tetapi kain yang mempunyai mo•f ba•k. Apakah konsumen memahami hal ini? Apakah masyarakat yang peka terhadap harga menger• hal ini? Saya rasa, •dak. Kebanyakan konsumen lebih memilih ba•k prin•ng sebagai komodi• yang lebih murah. Disinilah tantangan bagi Jumain untuk bisa mengedukasi masyarakat mengenai ba•k tulis dan seni dalam proses pembuatannya agar lebih dipahami dan diterima bahwa ba•k bukanlah sekedar kain belaka, melainkan sebuah inspirasi, kekuatan, dan jiwa dari para perajin ba•k yang selalu menyertai karya ba•k tersebut. Membeli ba•k tulis bisa diar•kan dengan membeli karya seni. Kedepannya, untuk lebih mempopulerkan ba•k tulis, Jumain ingin mempopulerkan ba•k tulis dengan mengajak ma-syarakat untuk memba•k di kain sepanjang 50 meter menggunakan teknik semprot agar masyarakat lebih mencintai seni ba•k tulis dan lebih memahami bahwa teknik ba•k semprot ternyata
pa•ern of Simpang Lima Gumul monument, Mount Kelud pa•ern, and Ganesha pa•ern. Besides those pa•erns, Jumain also has developed tradi•onal dance pa•ern that is Jaran Kepang pa•ern, star fruit pa•ern as a symbol of his village icon as star fruit producer, mango pa•ern, and also the pa•ern of a Joyoboyo, a legendary King from Kediri with a •tle: Prabu Mukso pa•ern. There are a lot of other unique pa•ern that has developed by Jumain to represent his proudness as a ci•zen of Kediri. His ‘proud to belong’ feeling has given him a key to be more produc•ve and crea•ve to build and develop his ba•k business.
Against the moderniza•on as trading commodity has to follow Bthea•k moderniza•on flow, and from this process then we knew a new trading commodity that is ba•k prin•ng that cheaper and quicker in the process because using
Handaru Lana 25
sangat ramah lingkungan karena •dak meninggalkan limbah. Apakah anda tertarik untuk membantu atau sekedar mengunjungi worshop ba•k Jumantara?
a machine to produce it. For ba•k cra•sman, ba•k prin•ng can’t be called as ba•k, it is only cloth that has ba•k pa•ern. Do customers understand about this? Is the society who are price sensi•ve undertstand about this? I guess no. Most of customers preferred to buy prin•ng ba•k that has cheaper price. This is a challenge for Jumain to educate the society about wri•en ba•k and the art of making it to be understandable and acceptable that ba•k is not just a cloth, but it is made from inspira•on, stregth, and soul of the ba•k cra•sman that they put to their every piece of art. Buying wri•en ba•k could mean buying a piece of art. In the future, Jumain’s dream is to make wri•en ba•k to be more popular in the society and he wants to create an event where he could gather the society and ask them to cra• a ba•k pa•ern together in a 50 meters cloth using spray technique. He hopes that this event will make people appreciate ba•k more and promo•ng spray technique to cra• a ba•k as an environmental friendly technique that has no residual material. Are you interested to help or just visi•ng the ba•k jumantara workshop?
B
26 Handaru Lana
Photo Story Mt. Kelud After Eruption
Handaru Lana 27
Tuhan Beri aku kemauan untuk tiap hari bersyukur Karena aku bisa bernafas Karena aku bisa dahaga Karena aku bisa lapar Karena aku bisa menangis Karena aku bisa kekurangan (Ku•pan Puisi “Doa” – Remy Silado)
God Give me a will to be grateful everyday Because I could breathe Because I could feel thirsty Because I could feel hungry Because I could cry Because I could poor (Poem Quota•on: “Pray” by Remy Silado)
Kelud Survivors L etusan Kelud sejenak memberikan keterkejutan kepada kami. Ketakutan, kemarahan, kesedihan, semua bercampur menjadi satu dalam suatu waktu itu. Tetapi, kalian kawan – kawanku, memberikan sebuah rasa yang bernama kemanusiaan. Rasa itulah yang membuat kami mampu berdiri kembali, berusaha lagi, kuat seper• sedia kala. Terimakasih kawan, rasa kemanusiaan kalian menghidupkan kembali semangat kami.
Mount Kelud erup•on was shocking us at the beginning. We felt scared, angry, sad. All the feelings was mixed up during that one moment. But you, all my friends, has given us a feeling that we used to called as humanity. That feeling has supported us to be able to stand up again and stay strong. Thank You my friend, your humanity has giving our life spirit back.
ADVERTISE Y N A P M O C R U YO HERE
(Rp)
(Rp) (Rp)
(R
p)
Kaos Khas Kediri
kotaku
Tersedia di: Ministore Lobby Hotel Grand Surya, Kediri Ministore Lobby Hotel Merdeka, Kediri Ministore Hotel Lotus, Kediri Ministore Business Community, Kediri
tunjukkan kamu bangga!
Hubungi Kami Kotaku - Tunjukkan Kamu Bangga -
Penjualan Online: facebook.com/kotakuID handaru.lana@yahoo.com
CV. Handaru Lana Kediri - Jawa Timur 0821 4300 4314
Pemesanan Kaos/Seragam
2A459BBA facebook.com/KotakuID handaru.lana@yahoo.com
Pemesanan Kaos: Kaos Komunitas Kaos Kelas Kaos Panitia/event Kaos Personal Kaos Keluarga Polo Shirt Semua Bisa Hanya Rp 55,000/kaos
FIND US TO
HANDSOMEFY HOUSE -Y O U R-
CONTACT US: That Handsome Guy Handicraft CV. Handaru Lana Kediri - Jawa Timur 081252513698 handaru.lana@yahoo.com