The Great Voyage

Page 1


Satu Kotak Kardus Belum bisa kami mengerti mengapa kami berada disini Mengarungi jalan dakwah, yang bahkan dulu tak pernah terbayangkan Ada suka, ada duka Jalan dakwah ini seperti sebuah perjalanan di kapal berlayar Sebuah kapal besar dengan impian yang besar Tegaknya kalimat Allah di seluruh penjuru Yang hendak kami tuju Bersama kita telah melaju Mengarungi arus waktu Dan perjalanan yang berliku Alangkah sangat disayangkan jika cerita ini berlalu begitu saja Kata orang, sesuatu yang ditulis itu akan lebih long lasting Maka kami menuliskannya karena kami anggap itu penting Untukmu saudaraku, Keluarga Besar FSI FE UI 2014 Dalam kotak Kardus penuh warna Cerita ini kami tuliskan


That “Great” Voyage The Reflection By HANDY SUBERLIN

Senja, matahari hampir terbenam, aku merenung dan bingung atas apa saja yang sudah aku perbuat untuk Kapal besar ini. Semilir angin pulau Innovacte membuatku sedih dan juga tertawa, semua perjalanan besar ini ternyata sudah sampai diujung waktu. Para awak kapal pun sudah mendarat dan siap menyerukan misi kami seperti apa yang kami lakukan saat perjalanan menuju pulau ini. Aku merasa masih banyak hal yang belum bisa aku lakukan selama aku menjadi Kapten Utama Kapal FSI. Antara sedih dan bingung, aku tidak mengerti mengapa aku belum bisa mencapai target-target yang aku impikan dengan sempurna dan kini saatnya aku berpisah dengan kapal FSI. Canda tawa, suka duka, semangat, dan pekikan “Rumah Ukhuwah Kita, Allahu’akbar, Allahu’akbar, Allahu’akbar!” membuatku selalu teringat masa-masa itu, masa dimana aku dengan modal minim beserta keyakinan penuh akan petunjukNya memberanikan diri untuk menjadi Kapten Utama Kapal FSI.


Pelabuhan Oprecto Hiruk pikuk keramaian pelabuhan Oprecto sudah menjadi hal lumrah di negeriku, negeri Economicus. Tiap tahunnya setidaknya 14 kapal mencari awak kapal baru untuk melakukan pelayaran, mulai dari kapal Executivos, Legislativus, Economicanicus, hingga Islamic Great Ship yang bernama FSI. Sebagai pendatang baru negeri Economicus, aku tidak begitu mengerti kapal mana yang harus aku naiki untuk ikut melaksanakan misi setiap kapal. “Woro-woro, dibutuhkan awak kapal Islamic Great Ship FSI untuk melaksanakan misi yang sangat penting, menuju pulau Madani melalui pulau-pulau kecil lain di negeri Economicus�, kata Ali sang daily officer kapal FSI. Aku tidak mengerti apa itu pulau madani, padahal aku tidak pernah pula melihatnya di peta Gogol yang selama ini menjadi panutan banyak orang. Meski aku tidak mengerti, sepertinya aku tertarik bergabung kapal ini agar aku bisa lebih mengerti bagaimana negeri kepulauan Economicus ini sebenarnya. “Aku mendaftar!� sahutku kepada Ali. Akhirnya aku bergabung pada kapal besar ini dan masuk kedalam bidang kerajinan tangan dan publikasi. Dua tahun aku lalui pelayaran bersama kapal FSI dan aku belum juga menemukan pulau Madani bersama awak kapal lainnya, hingga pada akhir tahun 2013 kami berhenti pada pulau Enlightenus. Di Pulau ini, kami harus menentukan


siapa kapten utama yang baru. Pelayaran yang akan dilakukan tahun 2014 akan lebih menantang dengan segala dinamikanya. Dari segala human resources yang tersedia, aku dan rekan-rekan seperjuanganku menjadi peserta pemilihan Kapten Kapal FSI untuk pelayaran 2014. Sebenarnya aku merasa tidak mampu untuk mengikuti proses seleksi pemilihan Kapten Utama karena aku merasa memiliki banyak sekali kekurangan dan ketidakmampuan dalam dunia pelayaran menuju Pulau Madani. Akan tetapi, aku masih merasa dan masih berpikir jika memang amanah datang, kenapa aku harus kabur? Jika memang sangat urgent, mengapa tidak aku terima? Dengan segala resiko yang ada, akhirnya aku dan 5 orang temanku mengikuti seleksi menjadi Kapten Utama kapal FSI. Proses demi proses kami lewati hingga para calon kapten utama tinggal 3 orang. Aku, Jazuli, dan Indra adalah tiga orang yang harus melanjutkan proses selanjutnya. Pemilihan Nahkoda Baru Hari Ahad adalah hari penentuan siapa Kapten Utama terpilih, kami bertiga hanya pasrah akan keputusan Majelis Pertimbangan dan kapten-kapten sebelumnya untuk menentukan siapa yang seharusnya menjadi Kapten Utama 2014. “Pengumuman-pengumuman,

dengan

mengucap

Bismillahirrahmaanirrahiim, ....� Ketua sidang Musyawarah Besar kapal FSI mengumumkan siapa kapten utama terpilih. Aku terkejut dan merasa tidak mengerti ketika ternyata namaku yang keluar menjadi


Kapten Utama 2014. Dengan segala modal yang ada dan kemampuan yang boleh dibilang minus, aku percaya bahwa Allah pasti memiliki rencana lain dengan menjadikanku sebagai Kapten Utama kapal FSI 2014. Berlayar Menuju Pulau “Madani” Hingga saat aku terpilih, aku belum mengerti dimana letak pulau Madani dan bagaimana aku mencapai pulau itu dengan selamat. Sebelum berlayar aku berdiskusi dan bertanya kepada Kapten utama sebelumnya tentang hal yang hingga saat itu belum aku dapatkan makna sebenarnya. “Pulau Madani itu pulau yang sangat indah, dia bisa berada koordinat manapun, pulau itu berisi orang-orang yang bahagia karena dekat dengan Rabbnya” “Oh, begitu”, meski aku belum sepenuhnya mengerti aku catat katakata itu dari kapten Abdillah. Aku adalah orang yang introvert, public speaking-ku pun buruk, ilmu pelayaranku masih jauh dari rekan-rekanku yang lainnya, dan secara materiil aku pun serba kekurangan. Dengan kondisi semacam ini, aku hanya bisa bilang pada diriku sendiri, semua bisa dikejar dan aku pun tidak ingin lari dari amanah dan menyesal di kemudian hari. Proses memantaskan diri sebagai kapten utama pun aku mulai dengan terbata-bata dan terus berproses hingga saat ini.


Pencarian 9 Kapten dan Awak Kapal Sebagai kapten utama aku harus mencari kapten-kapten untuk bidang-bidang lainnya, meski sulit akhirnya aku dapat semua kapten yang aku butuhkan. Mereka selalu menjadi keluarga kedua ku dalam mengarungi pelayaran ini. Jazuli, Madin, Novia, Primadini, Bilski, Sarjono, Umar, Handayani, dan Jauza adalah kapten-kapten khusus untuk memastikan semua organ kapal FSI berjalan dengan baik dan benar.Jazuli adalah sang administrator ulung yang dekat dengan awak-awak kapal lain, meski suka bertele-tele dalam bercakap,

ia

adalah orang yang bisa merangkul awak kapal yang ada. Madin adalah seorang Muslimah yang serba lembut dalam bertutur kata dan bertindak meski kadang jiwa samurainya membuat Madin terlihat seperti “Samurai Berhijab�. Berbeda dengan Madin, Novia yang katanya mirip seperti Olive dalam serial Popeye ini tidak suka basabasi. Dia dekat dengan kawan seperjuangannya yaitu kapten Sarjono, seorang muslimah yang memiliki karakter 11-12 dengan Novia. Primadini, sang kapten Sosial sangat suka bermain voli ketika kami beristirahat di pulau-pulau tertentu, dia sangat merindukan adiknya dan sangat ingin pulang di saat ada kesempatan. Jauza dan Handayani berasal dari perguruan yang sama, mereka sangat rajin. Jauza menjadi seorang yang sangat teliti memeriksa dan mengontrol bagaimana perjalanan Kapal FSI dan apa saja masalah di setiap sendi. Handayanidengan

logat

pulau

Purworejo-nya

mengawal

perbendaharaan Kapal FSI yang harus dikontrol keluar-masuknya.


Umar menjadi tandem Handayani dalam mengelola keuangan Kapal FSI, ia menjadi Kapten Treasuri. Bilski dan Umar bagaikan Upin dan Ipin dalam serial kartun dari benua Malaysian, selera humor, selera makan, dan selera-selera yang lain hampir semuanya sama. Bilski bertugas sebagai Kapten Pusat Informasi dan Publikasi. Meski aku belum memiliki keahlian dalam berlayar, aku tetap mengerti seluk beluk kapal FSI dan kekurangan-kekurangannya, sehingga aku mencoba membuat peta beserta strategi menuju pulau yang aku duga adalah pulau madani sesuai dengan ciri-ciri yang diberikan kapten Abdillah sebelumnya. Grand Plan pelayaran satu tahun menuju pulau

madani menjadi pedoman kami untuk

menjalankan misi ini. Kami pun membahas bersama-sama, bagaimana seharusnya kapal ini berlayar dan benang merah strategi pelayaran kita menjadi lebih mengerucut, kami hanya ingin dua hal, semua awak kapal bisa on time setiap melaksanakan tugasnya dan aware tentang betapa pentingnya mengemban misi ini. Ternyata memang sudah tradisi di pulau manapun negeri Economicus, 14 kapal besar ini tiap awal tahun selalu mengadakan seleksi awak kapal untuk berlayar mengemban misi masing-masing. Pulau Enlightenus memiliki pelabuhan Oprecto II, blok A yang dikhususkan untuk perekrutan awak kapal baru tiap tahunnya. “This is the great voyage, we wil go to Madani island, the island of hapiness, the island that we will meet everybody is very close to their


Rabb” Bilski mengumumkan dengan gaya bahasa tingginya kepada khalayak ramai di pelabuhan ini. Akhirnya, 107 awak kapal beserta para koordinator bidang terpilih untuk berlayar dan mengemban misi menuju pulau madani. Total 118 awak kapal yang terdiri dari majelis Pertimbangan (Indra), sepuluh Kapten kapal, 24 koordinator divisi, dan 83 staff siap berlayar mengarungi semua tantangan dalam menjalankan misi menuju pulau madani. Menyatukan Visi “Teman-teman sekalian, kita punya misi yang simpel tapi tidak mudah untuk kita selesaikan, kita akan menuju pulau Madani, ada yang tau pulau Madani dimana?” tanyaku kepada para awak kapal ketika kami berkumpul di sebuah gedung tua sebelum kami benar-benar berangkat menuju pulau Madani. Semua terdiam dan tidak ada yang menjawab dan aku mencoba mengingatkan memori mereka akan ucapan Bilski sewaktu di pelabuhan oprecto II, “the island of hapiness, the island that we will meet everybody is very close to their Rabb, itulah pulau Madani” Aku menjelaskan akan kemana kapal ini berlayar, aku tunjukkan peta pelayaran 2014 beserta strateginya hingga waktu pun memaksa kami untuk segera berangkat. 14 kapal berlayar menuju arahnya masingmasing dan berangkatlah the Islamic Great Ship FSI menuju pulau yang aku duga sebagai pulau Madani.


Badai Pasti Berlalu Perjalanan ke pulau Madani tidak semudah yang aku bayangkan, meskipun dulu aku sudah dua tahun ikut dalam misi ini, ternyata melakukan perubahan dalam sebuah pergerakan memang tidak mudah. Badai, perompak, hingga konflik antar awak kapal menjadi dinamika yang tidak terlupa saat aku mengarungi lautan 2014 bersama seluruh awak kapal. Namanya badai magero dan badai resignito, badai yang sangat mengganggu arah pelayaran dan seringkali mengganggu kapal-kapal manapun yang sedang berlayar. Badai yang membuat mesin-mesin kapal tidak berfungsi dengan baik dan kapal berjalan dengan sangat lamban. Anehnya dua badai ini, terutama badai resignito membuat beberapa awak kapal kami meminta untuk pulang ke kampung halaman. Ketakutan berlebihan menyebabkan mereka ingin pulang dengan sekoci yang tersedia di kapal kami. Dengan proses yang panjang, akhirnya mereka yakin kembali bahwa kapal ini akan tetap kokoh untuk sampai ke pulau Madani. Selain kedua badai tersebut, kebijakan negeri Economicus terhadap pelayaran juga menyulitkan kami. Proses birokrasi yang rumit, membuat kami tersandung masalah ketika kami mencoba memasuki zona kepulauan Alumnus dengan mengajak warga sekitar kepulauan tersebut untuk saling terhubung dan berkumpul pada sebuah agenda silaturrahim di pulau Slashare milik pemerintah Economicus. Kami


tidak diperkenankan mengadakan agenda tersebut di pulau Slashare karena alasan yang tidak rasional. Perang urat syaraf, hingga perang argumen, menjadikan kami mundur dari pulau Slashare dan kami memilih pulau Duos milik asing sebagai tempat pengumpulan warga kepulauan Alumnus. Agenda silaturrahim ini merupakan agenda yang sangat penting bagi kami dimana mantan awak kapal besar FSI dan kapal-kapal lain berada disini, kami berbagi pengalaman, berbagi cerita, dan tentu saling terhubung untuk terus mencoba menemukan pulau Madani yang belum ditemukan hingga saat ini. Berlayar Bersama memang tidak mudah namun lebih tidak mudah ketika tidak berlayar bersama. Aku belum mengerti secara penuh tentang bagaimana berlayar bersama, bagaimana natureof berjamaah. Salah satu sesepuh dari negeri Salam yang bernama Norman, memberiku pencerahan tentang apa itu berjamaah. “Berjamaah itu ya harus menyesuaikan, kita tidak bisa terlalu cepat dalam berlari dan ketika jamaah lambat semua harus dipercepat dengan seksama�, tuturnya. Aku jadi mengerti bahwa memang aku tidak bisa memaksakan kehendakku atas ide-ide beserta strateginya ketika jamaah belum siap mengikutinya. Atas dasar analogi itu, aku terus mengusahakan agar jamaah bisa mengikutinya tanpa menggebu-gebu memaksanya. Program-program dan strategi yang sudah aku susun pun tidak berjalan mulus karena sering terganggu badai Magero dan adanya virus tlate.


Pada akhirnya, aku baru sadar bahwa sebenarnya tidak ada pulau Madani secara fisik dan titik koordinat yang jelas. Di penghujung 2014, aku dan awak kapal sampai pada pulau Innovacte yang selama ini aku anggap sebagai pulau Madani. Aku teringat definisi pulau Madani dari kapten Abdillah dan dokumen pelayaran yang ada, “Pulau Madani itu pulau yang sangat Indah, dia bisa berada koordinat manapun, pulau itu berisi orang-orang yang bahagia karena dekat dengan Rabbnya�Dari definisi tersebut, aku mengerti bahwa Pulau Madani itu memang bisa ada dimana saja, dan misi kami memang membuat semua pulau di negeri Economicus ini menjadi pulau Madani. Perjalananku bersama awak kapal 2014 menjadi perjalanan yang tidak akan pernah terlupa sepanjang masa. Perjalanan panjang ini membawa kami pada sebuah pergerakan untuk membuat pulau-pulau di negeri Economicus menjadi pulau Madani. Pulau Innovacte tempat kami mendarat saat ini adalah pulau yang belum sepenuhnya menjadi pulau Madani. Dengan pengalaman dan ilmu yang kami dapat saat perjalanan menuju pulau Innovacte, perjuangan kami harus berlanjut dimanapun kami semua berada. Menjadi Da’i adalah sebuah kewajiban dari setiap muslim, membuat negeri Economicus dan benua Indonesia serta dunia menjadi kumpulan pulau Madani. Cita-cita besar ini akan terus diperjuangkan pada pelayaran-pelayaran berikutnya.


Mendekati akhir tahun, terdapat sayembara kapten utama 2015. Sebut saja Ardi, Awan, dan Hendri, mereka adalah orang-orang terbaik yang akan menggantikanku pada 2015 nanti. Dengan rapat wanPIs yang begitu alot, terpilihlah Ardi, menjadi kapten utama kapal besar FSI berikutnya. Selamat! Aku berikan peta dakwah FSI padanya dan teman-temannya yang excellent. 10 MegaPIxel namanya (Ardi, Awan, Hendri, Aslamiyah, Wahyu, Abdur, Subuh, Rahayu, Mustom, Tiwi) dan satu orang tangguh Anggraini yang senantiasa menemaninya. Merekalah orang-orang terbaik yang akan menemukan “Pulau Madani”! Mencari jawaban atas teka-teki “Pulau Madani” yang akan terus kami cari sebagai seorang Muslim. Di akhir tahun ini, aku dan wanPIs (10 Kapten kapal FSI 2014) akan berlayar menuju negeri lain dengan misi yang sama dan sudah saatnya awak kapal lain meneruskan perjalanan menuju “Pulau Madani” selanjutnya. Selamat tinggal Kapal FSI, sebuah Rumah Ukhuwah yang tidak akan pernah aku lupakan, semoga semua perjuangan

ini

mempertemukan

kita

di

“Rumah”

kita

sesungguhnya, yakni Surga Allah S.W.T. ------Terima Kasih 117 Saudaraku, Sampai Jumpa ------

yang


GREAT VOYAGE By Zainullah – Jai Seorang anak kuper, sebut saja Jai, sampailah jua di pelabuhan Abu. Tampak sangat sumringah wajahnya bak anak kecil menemukan mainan baru. Disusurinya seisi pelabuhan dari ujung ke ujung. Pelanpelan dia perhatikan semua detail yang ada di pelabuhan. Sesekali, dia tertawa sendiri. Cukup lama dia habiskan waktu hanya untuk sekedar memerhatikan sesuatu. Selama itu pula, dia bertemu temanteman baru. Teman-teman yang nantinya membuat Jay merasa betah di pelabuhan Abu. Maklum, hal ini merupakan sesuatu yang baru buat Jai yang banyak menghabiskan masa mudanya di kaki gunung Bromokumbolo bersama keluarga. Singkat cerita, pelabuhan Abu menyelenggarakan pesta tahunannya, sangat meriah pestanya. Sebuah pesta di mana semua kapal berlomba mencari awak-awak kapal terbaik yang bisa diajak masuk ke kapalnya. Semua orang tampak sibuk menyiapkan diri untuk ikut dalam pesta itu, termasuk Jai sendiri. Dia tampak sangat berhasrat untuk menjadi awak kapal “x”. Dia sudah berlatih sangat keras untuk itu. Namun, kenyataan harus Jai terima, dia belum pantas menjadi awal kapal “x” ini. Pesta sudah hampir usai, dan Jai hanya duduk terdiam di tepi pelabuhan sambil melempar batu ke lautan. Sesekali orang menghampirinya dan menawarinya untuk menjadi awak sebuah kapal,


tapi Jai tidak terlalu suka tampaknya. “Takk,� bunyi batu lemparan Jai mengenai sebuah kapal, kapal yang pada akhirnya banyak merubah Jai nantinya. Kapal ini unik, dan mungkin hanya satu di pelabuhan Abu ini. Warna kapalnya simpel tapi tegas, biru dominan dibaluti warna merah dan kuning. Ukuran kapalnya besar, mungkin yang terbesar di pelabuhan. Ukurannya nyaris sebesar 2 kapal lain. Suasana kapalnya pun berbeda. Suasana yang memang Jai rindukan sepertinya. Senandung yang terdengar bukan seperti nyayian kapal lain, syahdu dan merdu. Hati Jai mulai tergerak untuk ke sana, sedikit berat di awal tapi hasrat melautnya sudah terlalu membuncah di dalam dada. Dilewatinya segala ujian yang ada, fisik dan mental, untuk membuktikan diri bahwa dia pantas menjadi salah satu awak kapal FSI ini. Pengumuman pun disebar dan hasilnya Jai masuk menjadi awak kapal FSI. Dilewatinnya petualangan-petualangan seru yang tak pernah terpikir sebelumnya. Jai tak menyangka dia bisa bertemu para penguasa lautan dan samudra yang dulu dia ingat hanya dari gambar saja Jai lihat. Selain itu, Jai semakin betah dengan kondisi kapal di mana sang kapten kala itu sangat akrab dengannya dan teman-teman seawak kapal yang saling mendukung. 2 Tahun berlalu, Jai kini semakin matang dengan 2/3 Lautan telah ia arungi. Terbesit di pikirannya kala itu, rasa rindu untuk merasakan nikmatnya berpijak pada tanah bukan sekedar kayu yang


tersusun rapi. Sesekali ia buka lembaran-lembaran peta lautan yang ia telah buat, jenuh dan lelah jelas ia rasakan kala itu. Semakin besarlah hasratnya untuk mendarat di sebuah pulau, jauh dari kicauan camar dan gelombang lautan yang tiada menentu amukannya. Dalam lamunan itu, Jai tak sadar dek kapal sedang riuh dengan mundurnya kapten lama. Sang kapten berwasiat untuk menyerahkan mandat kepada salah satu dari 3 pejuang veteran tersisa, Berlin, Jai dan Kamilan. Kapten baru pun terpilih, Berlin, yang akan melanjutkan wasiat kapten-kapten terdahulu. Sebuah mimpi besar untuk menaklukkan lautan yang terhampar di depan pandangan. Dan sudah menjadi hal yang lumrah selepas itu, seorang kapten mencari orang-orang terbaik untuk menjadi komandan-komandan divisi. Merapatlah kapal FSI ke pelabuhan Abu. Awak yang ada bertebaran untuk menyambut pesta tahunan pelabuhan Abu. Begitu pun Jai, ia memutuskan pergi untuk mencari ketenangan atas kejenuhan yang ia rasakan. Berdiamlah ia di sebuah rumah sederhana di belantara hutan, sunyi dan tenang. Tanpa disangka, Berlin menyambangi Jai. Terkejutlah Jai mengapa sampai Berlin rela menyisir hutan yang tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya. Perbincangan sengit pun terjadi dan tanpa disadari waktu berjalan begitu cepat. Berlin terus membujuk Jai untuk ikut dalam barisannya, sebagai orang nomor 2 dibelakangnya. Jai yang masih


belum bisa percaya dengan tekad Berlin masih terus mencoba menolak seraya melamun. Hingga pada akhirnya, Jai pun tak bisa mengelak dan dia pun menerima pinangan itu. Kembalilah mereka berdua ke pelabuhan abu untuk mencari 8 komandan divisi lain yang masih tercerai-berai dengan kesibukannya masing-masing. Pencarian pun dimulai. Berlin dan Jai menyusuri seisi pelabuhan untuk mencari orang-orang terbaik untuk dijadikan komandan divisi. Penolakan memang tak terelakkan. Tapi, itu memang bagian dari sebuah seleksi alam. Perjuangan mereka pun pada akhirnya membuahkan hasil. Kemudian, Satu per satu komandan divisi mengikrarkan janji suci, menjadi orang-orang pertama di belakang Berlin, kapten kapal kali ini.

Bukan Hanya Pelayaran Biasa, Kawan! By NURUL MADINIYAH

Chapter 00 Sebuah Keputusan Akhirnya! Berakhir sudah perjalanan kapal besar ini! Tujuan untuk singgah di pulau ‘Cвет’ (baca : svet), yang berarti cahaya. Pulau yang mungkin terlihat sangat tidak menarik bagi banyak orang, karena ketandusannya, penuh bebatuan, belum lagi akses pelayaran yang begitu sulit untuk mencapainya. Namun, pulau tersebut menyimpan


harta karun yang sangat menjanjikan bagi orang-orang yang yakin dan berani mengambil resiko, kekekalan harta karun tersebut bahkan lebih bernilai dari dunia dan isinya, bayangkan betapa menggiurkan! Dan sekali lagi, bagi orang-orang yang meyakininya. Sebagai anak buah kapal aku

berencana

untuk

tidak

melanjutkan petualangan pelayaran berikutnya. Banyak hal yang harus aku bereskan di tempatku berasal, lagipula aku belum memiliki pengalaman dan perbekalan yang cukup untuk berani mengarungi lautan lagi. Ya, aku hanya seorang perempuan dengan impian tinggi membangun sebuah peradaban dan kota ilmu, sehingga saat itu aku hanya berfikir untuk mencapai impianku sendiri. Sayangnya,

ditengah semakin

tenggelamnya

niat untuk

berlayar, tiba-tiba para kapten kapal tempatku berlayar dulu memintaku untuk melanjutkan misi khusus yang telah mereka bawa sebelumnya. Yaitu kembali berlayar menuju pulau menjanjikan lainnya. Hal yang sulit bagiku ketika itu untuk membuka telinga dan mendengarkan janji-janji indah dari pelayaran tersebut. Lagipula bagiku impian besar yg telah ku patri lebih indah, kawan. Proses negosiasi berjalan alot hingga salah satu kapten kapal pada saat itu menutup tawaran pelayaran ini dengan membacakan sebuah surat yang sangat diyakini menjadi petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia.


“Diwajibkan

atas

kamu

berperang,

padahal

itu

tidak

menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui� (QS 2 : 216) Sangat menohok egoku pada saat itu sehingga dalam hitungan detik setelahnya aku menarik semua alasanku dan berbalik menerima tawaran tersebut. Ya, benar adanya ini adalah sebuah kondisi terbaik yang diberikan oleh-Nya, dan aku meyakininya. Chapter 01 Inilah Para Kapten Kapal! Aku menjadi bagian dari kapal ini lagi. Bukan menjadi anak buah kapal ataupun kru khusus seperti dulu. Sang kapten kapal sudah terpilih dengan proses yang panjang. Aku, dengan sukarela memberikan raga dan jiwa ini pada misi pelayaran selanjutnya untuk menjadi salah satu tim khusus dalam jajaran para kapten kapal yang bertugas menjaga kondisi ruh, semangat dan keyakinan para anak buah kapal khususnya anak buah kapal wanita. Pencarian anak buah kapal memakan waktu yang cukup lama sebelum jangkar diangkat dan layar dikembangkan. Berawal dari kapten utama, ia bukanlah seseorang yang memiliki pengalaman untuk berlayar pada kondisi lautan pada jalur pelayaran ini, ragukah? sedikit. Namun, niat, cita-cita, dan keyakinannya untuk mencapai segala kebaikan di pulau selanjutnya begitu besar terlihat. Hal itulah


yang membiusku untuk dapat membantu mengarungi samudra. Hmm, sederhana, dingin dan sedikit selera humor yang dimilikinya. Bagaimanapun ia, tetaplah kapten kapal terbaik yang telah di tetapkan, percayalah! Adapun kapten khusus yang mengurusi prosedur, sistem dan keteraturan mesin-mesin bekerja sebagaimana mestinya. Sosoknya yang sok tau! Entahlah, mungkin karena setiap kali responnya yang bernada menantang, terlalu berkonotasi, membuatku bertanya-tanya, sebenarnya maunya apa sih ini orang? Jangan terlalu bertele tele lah. Disisi lan orang ini memang patut diacungi jempol untuk bisa beradaptasi dalam lingkungan apapun, bisa saja ia mengambil hati awak kapal dengan tingkahnya yang bocah. Menarik! Kapten kapal selanjutnya, khusus mengurusi ketersediaan informasi disepanjang pelayaran. Sebagai otak kapal , ia tak banyak basa-basi memang, sosok yang lembut, dan cukup kritis dalam merespon berbagai hal. Cara bicaranya punya tone meninggi membuat persepsi anak buah kapal bahwa sang kapten orangnya ga santai, kenyatannya kapten kapal satu ini sangat ringan tangan untuk membantu. Luar biasa! Lainnya, kapten kapal yang bertugas untuk memastikan bagian-bagian inti kapal dan kepekaan para anak buah kapal untuk saling membantu satu sama lain . Abstrak, spontan, random, imajinatif! Seorang atlet olahraga yang hebat, namun memiliki trauma


dengan gelombang pasang di lautan apabila menerjang kapal kami. Karena kami pernah menghadapi gelombang yang menghantam kapal hingga berotasi 90 derajat! (hahahaha… :’D). Unik! Kapten

kapal

selanjutnya

yang

bertugas

memastikan

penampilan kapal selalu menarik dan terjaga, menjaga hubungan dengan pelayar lainnya. sosoknya yang galak dan suka memerintah seenaknya, ngajak ribut! Ga mau ribet namun tegas, pekerja keras dan selalu tulus untuk belajar dari setiap pengalaman. Hebat! Next, kapten kapal yang bertugas menjaga semangat, ruh dan keyakinan anak buah kapal terhadap setiap petunjuk pelayaran yang ada, ia yang menginisiasi untuk mempersiapkan calon-calon kapten kapal dalam misi selanjutnya. To the point, keras, disiplin, seorang devil advocate yang selalu berhasil menggali alasan-alasan terdalam dalam setiap pengambilan keputusan di jajaran kapten kapal. Jangan coba basa basi dengannya! Haha! Menggebrak! Kapten kapal lainnya yang bertugas untuk memastikan setiap kerja-kerja personil kapal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sosok yang ’imut’, ulet, dan asik diajak ngobrol. Wawasannya yang luas dan kecerdasaanya mengagumkan. Baik hati namun sering menjadi korban “bullying” dari salah satu kapten kapal yang selalu ngajak ribut (you know who). Kagum! Selanjutnya, kapten kapal yang khusus mengurusi pengeluaran harta dan keuangan kapal dalam setiap transaksi perdagangan yang


kami lakukan. Sosok yang pelupa dan senang sekali menggunakan ‘jam karet’, di sisi lain ia sangat memiliki sikap yang ramah dan manis, senang

mencoba

hal-hal baru,

telaten, dan

selalu

berusaha

semaksimal mungkin dalam menyelesaikan fungsinya sebagai salah satu kapten kapal. Mengesankan! Personil kapten terakhir, yang berfungsi untuk memastikan persediaan harta dan kelancaran transaksi perdagangan berjalan dengan mulus. Sosoknya santai dan humble, ia turunan dari keluarga besar yang terkenal dengan tradisi kekeluargannya yang sangat kuat. Ia yang berhasil menginisiasi ‘term’ baru di kapal kami. Kerdus! Menyenangkan! Itulah 10 jajaran kapten hebat yang terpilih untuk memimpin awak kapal dalam mengarungi samudera. Kami bukanlah sosok yang sempurna, masih ada cacat di sana sini, namun disetiap langkah kami terhimpun impian besar untuk menaklukan lautan ini hingga akhir, tidak ada kata menyerah hingga setiap dari kami menjadi bahu tempat bersandar bagi siapa saja yang kelelahan dan bangkit untuk berlayar kembali. Hingga tapak kaki mampu menginjak tanah yang dimpikan. Yakinlah.. Chapter 02 Inilah Perjalanan Setelah proses yang panjang, aku dan jajaran kapten kapal lainnya berhasil menemukan kru terbaik kami. Lengkap sudah 118 personil kapal siap mengarungi samudera, menerjang ombak dan


badai, hingga akhirnya nanti menikmati pulau yang akan kita singgahi. Membawa 118 kepala bukanlah hal yang mudah dengan bermacam karakter dan keinginan yang dimiliki, belum lagi memastikan setiap fungsi kapal selalu berjalan baik. Karena ketika salah satu bagian rusak maka kapal mungkin saja akan tenggelam. Bahkan karena beberapa hal ada saja personil yang berencana untuk kabur, melepas diri dari misi ini. Namun, lagi-lagi keyakinanlah yang menjaga niat dan semangat kita untuk terus berada di kapal ini hingga akhir. Pelayaran yang jauh membutuhkan perbekalan dan penjagaan yang sempurna, terkadang kami merasa belum cukup mampu untuk menghadapi kerasnya ombak, namun ada kekuatan yang tak terelakan mendorong kami untuk selalu kuat dan saling menguatkan. Dengan petunjuk yang harus terus di patuhi hingga akhirnya kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan. Belum lagi adanya konflik antar awak kapal pun terjadi, bahkan antar kapten kapal. Aku sadar konflik-konflik tersebut bukanlah hal yang harus dihindari, konflik adalah cara kita terbentuk untuk menciptakan ide hebat dalam pelayaran ini. Jadi, tenanglah kawan, semua baik-baik saja. Awak kapal mungkin saja merasa kelelahan ditengah pelayaran, atau pasokan makanan kami habis dan transaksi perdagangan tidak berjalan

mulus

seperti

yang

direncanakan.

Hal-hal

yang

mengecewakan berdatangangan. Karena itulah kami mendewasa, kita


terbentuk untuk dapat bersabar dan memecahkan setiap masalah dengan bijak. Kekecewaan itu tidak akan terasa lama jika alasan kita lillah. Selama kita memberikan upaya terbaik, maka biarkanlah Dia yang menggerakan hasilnya. kamu percaya ini? Tahap demi tahap kami belajar untuk menjadi lebih baik dalam pelayaran ini, kami memahami bagaimana lautan harus ditaklukan, bagaimana mengantisipasi kerusakan bagian kapal karena gelombang pasang, dan mengikat kesolidan antar awak kapal agar suasananya selalu menyenangkan. Kami sudah menaklukan lautan kawan! Teruslah bertahan dengan usaha terbaik hingga sampai di pulau nanti. Karena merugilah kita jika harus menyerah di penghujung perjalanan ini. Dan ingatlah, luruskan niat dan kembalikan keyakinan kita dalam misi pelayaranan ini. Di lain hal, kalian tau bagaimana kapal kami?

Suasananya

begitu hangat, menjadi rumah kedua hingga mampu membentuk pribadi kami untuk menjadi lebih baik. Masing-masing awak kapal memiliki potensi dan ruh yang membuat iri satu sama lain, sehingga kami belajar bahwa manusia tidak boleh berpuas diri. Ditengah luasnya samudera, kami belajar bahwa manusia hanya seonggok daging yang tak pantas untuk menyombongkan diri dan mendurhakai petunjuknya.

Kami

sadar,

besar

kemungkinnanya

kapal

kami

kehilangan arah, maka sekali-kali janganlah berlepas dari petunjuk dan kejernihan hati untuk melihat arah yang tepat.


Kelak aku akan merindukan pelayaran satu ini, merupakan kesempatan yag berharga disatukan dengan para awak kapal yang istimewa seperti mereka. Chapter 03 Misi Selanjutnya, Bersiaplah! Inilah penghujung perjalanan, sebentar lagi aku akan turun dan singgah di pulau itu, segala asa, peluh, dan keyakinan mengurat nadi dalam pelayaran ini. Membentuk memori yang sulit dihapuskan nantinya. Aku bahagia bertemu kalian para awak kapal, khususnya para kapten kapal yang aku rindukan nantinya. Tiap langkah yang kita tapaki adalah bekal di kehidupan lainnya, kekal. Aku tidak bersedih sebagai kapten kapal untuk melepaskan misi dan kapal ini nantinya, karena aku telah melihat bintang gemintang yang akan menggantikan kami. Bersiaplah! Berusaha memantaskan diri dengan segala potensi yang Ia berikan untuk menjadikanmu sebagai kapten terhebat untuk menaklukan lautan luas ini. Aku hanya mengingatkan, inilah salah satu cara yang Ia tunjukan untuk menggapai pulau keabadian. Pertanyaan ini harus kita persiapkan dengan baik jawabannya nanti, “Untuk apa masa mudamu di habiskan?�. Ini bukanlan pelayaran biasa, kawan. Ini lebih berharga dari dunia dan isinya


Storyline by NOVIA D. PUSPITASARI Hari itu juga, beberapa jam setelah matahari tenggelam di ufuk barat, suara terompet dibunyikan dari atas geladak kapal. Suaranya membahana ke segenap penjuru kota, membuatnya terdengar semakin gagah –membanggakan. Selepas gema terompet menghilang, layar-layar raksasa bergegas dipasangkan. Genderang keberangkatan ditabuh. Teriakan perintah dilafalkan sambung-menyambung bagai deretan kartu domino yang dirobohkan. Dengan sigap puluhan kelasi melepas sauh, mengikat

tali-temali,

melepas

ikatan-ikatan,

memasang

layar,

berlarian mengambil posisi masing-masing. Puluhan prajurit berdiri di geladak kapal, memberikan salut kepada penduduk kota yang mengantar kepergian mereka dari tepi pelabuhan. Lilin-lilin yang dinyalakan oleh warga kota bagai ribuan kunang-kunang di atas dermaga, menambah keagungan bergeraknya rombongan penjelajah menuju benua nan jauh di sana. Semua kelasi, prajurit, dan pelaut yang berada di atas kapal tidak peduli soal lima tanda maut di enam mata dadu itu. Mereka diliputi oleh rasa kepercayaan dan kebanggaan. Jikalau mereka harus mati dalam perjalanan tersebut, mereka mati dalam perjalanan gagah berani. Mati dalam sebuah armada raksasa, mati dalam ekspedisi menemukan Tanah Harapan. Semua kelasi dan prajurit berseru ke langit-langit malam, merayakan keberangkatan. (Disadur dari novel “Kisah Sang Penandai� karya Tere Liye)


Ya, kisah di atas adalah sebuah perumpamaan yang menawan untuk menggambarkan bagaimana hebatnya perjalanan kapal ini dimulai. Meski ragu berkecamuk di hati, meski lelah tak jua menepi, dan meski hati ini tak kunjung terpatri, namun raga ini tak kuasa bersembunyi. Bersembunyi dari panggilan Sang Rabbi tuk menunaikan misi hidup ini. Maka kutetapkan hati, kupantaskan diri, dan kutekadkan kaki tuk melangkah menaiki geladak kapal ini. Bersama mereka yang namanya telah terukir indah di lautan dakwah ini.

Malam berlalu, tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung rindu kepada mereka yang wajahnya mengingatkanku akan surga. Wahai fajar terbitlah segera, agar sempat kukatakan pada mereka “aku mencintai kalian karena Allah.� -‘Umar ibn Al-KhaththabDan senandung rindu di atas adalah sebuah perumpamaan yang syahdu atas betapa inginnya ku bertemu dengan kalian. Ya, kalian yang namanya juga telah terukir indah di lautan dakwah ini.

At the end of this sentence, rain will begin, At the rain’s edge, a sail.


Slowly the sail will lose sight of island; into a mist will go the belief in harbours of an entire race. The ten-years war is finished. Helen’s hair, a grey cloud. Troy, a white ashpit by the drizzling sea. The drizzle tightens like the stings of a harp. A man with clouded eyes picks up the rain and plucks the line of the Odyssey.

(“Map of the New World� oleh Derek Walcott, 1930. Poems on the Underground Dan lagi-lagi. Ya, aku tak mampu menitik kata-kataku sendiri dalam lembar-lembar

kisah

ini.

Namun

betapapun

demikian,

sudah

kucukupkan keinginan diri dengan membersamai kalian selama ini. Mengarungi samudera nan luas bersama senyum kalian di tengah badai yang menerpa. Membantu sang nahkoda menentukan arah kapal ini tuk berlabuh nantinya. Dan tentu, bersama mereka dan kalian yang menawariku seberkas cahaya surga.

Pernah ada masa-masa dalam cinta kita, kita lekat bagai api dan kayu.


Bersama menyala, saling menghangatkan rasanya. Hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu -Salim A. FillahYa, kisah ini memang diawali dari temaram senja perjalanan kapal ini, memasuki kabut dan badai tak terperi. Kita pun pernah mengecap manisnya kedekatan diri namun tak jarang kita juga sering menyesap pahitnya. Tapi, inilah kisah kita. Betapapun tak terperinya sakit di hati, tetap saja bintang di langit takkan berhenti menyinari. Maka tersenyumlah!

“....Dan Allah yang mempersatukan hati para hamba beriman. Jikapun kau nafkahkan perbendaharaan bumi seluruhnya untuk mengikat hati mereka, takkan bisa kau himpunkan hati mereka. Tetapi Allah-lah yang telah menyatupadukan mereka....� Q.s. Al-Anfaal [8]; 63

*Untuk mereka yang namanya tertulis indah di lautan dakwah ini; “Jadilah matahari yang berani terbit dan siap tenggelam, untuk menyinari dunia ini kembali, esok hari.�


Storyline written by DINDHA V PRIMADHINI Waktu tidak pernah berjalan cepat kecuali ia telah dilalui. Dan malam ini, 12 November 2014; ketika waktu sudah hampir berakhir, tiba-tiba semuanya menjadi sangat berarti. -Pertukaran pelajar ke luar negeri ‌ Paspor sudah jadi, dan sertifikat TOEFL sudah kukantongi, tapi-tiba datanglah orang ini. Intinya pada suatu hari aku, Irma dan Handy bertemu di suatu tempat yang tidak akan pernah terlupakan sama sekali, Skywalk lt 2 FEUI. Okay! Hari itu akhirnya aku melepaskan keinginan untuk mengikuti program pertukaran ke luar negeri pada semester 6. Entah padahal aku sama sekali tidak tertarik dan tidak merencanakan hal itu (baca: jadi PI); soalnya 2012 dulu aku di SKIS sebagai staff (bareng sama Pita dong), dan 2013nya masih staff juga (di MP). Jadi ya ga pernah ngebayangin akan jadi PI, sama sekali ga ngebayangin.Dalam artian tidak ada pengalaman berada di jajaran BPH sama sekali. Tapi kalo kata kata Jajang sih “kita tlah diikat oleh sesuatuâ€? (dengerin lagu Rumah Ukhuwah by Voice of Ukhuwah). Dan emang hati tidak perlu memilih, sebab ia selalu tahu kemana harus berlabuh (Dee). Mulai sekarang hatiku sudah berlabuh di sini, di FSI FEUI (lagi) (lagi) dan (lagi)


-Di awal, semua terasa menyenangkan dan baik-baik saja, have fun terus bawaannya- apalagi pas teambuild tuh- seru abis. Asal pada tau aja, wanpis timbil ke Bandung waktu itu. Udah bayar mahal-mahal buat masuk ke area Kawah Putih tapi begitu sampe di deket kawah “brush� hujan datang keroyokan dan akhirnya aroma belerang bikin kami kelabakan- sehingga kami putuskan untuk mengunjungi kawah sebentar dalam hujan, dalam diam (baca: pada pake masker)- dan langsung pulang. Kami yang awalnya cuma ber-10, seiring berjalannya mendapatkan teman yang cukup banyak.Dan kapal kini mengarung lautan. Saat memutuskan untuk pergi ke Kawah Putih untuk yang kedua kalinya kupikir akan jadi momen yang sama saja –tapi ternyata jauh berbeda. Adalah saat dimana ketika semua orang sudah naik angkot menuju kawah tapi aku dan Ina tertinggal di penginapan. Akhirnya kami naik angkot dengan penumpang yang belum kami kenal, and guess what? Mereka cukup menyenangkan karena terus berteriak kegirangan sepanjang jalan. Di sepanjang jalan,aku menemukan bahwa sesuatu bisa menjadi hal yang sangat berharga tetapi bukan apa-apa bagi yang lainnya; sesuatu bisa jadi hanya bercandaan tapi untuk orang yang lain terasa sangat menyakitkan. Aku menemukan banyak hal yang bisa menjadi


alasan untuk membenci seseorang, tetapi jauh lebih banyak hal yang bisa menjadi alasan untuk menyayanginya.

Sampai pada saat terakhir; aku menyimpulkan persahabatan sebagai hal yang sangat berharga I can’t even imagine a world without a friend And friends, all I can say is I was enchanted to meet you -16 November 2014 Seperti hatiku, maka kapal kita kini sudah berlabuh. Don’t be sad because it ends but be happy because it is happened. The moment might end but ukhuwah will remain forever.

RONDE TERAKHIR By: Muhammad Bilal (Kabid Eksternal) Kapten Baru, Sejarah Baru “Dengan ini Menyatakan…Handy Suberlin Sebagai Kapten Kapal FSI FEUI 2014, Takbir! Allahu Akbar!”. Suasana ruangan pelantikan kapten kapal yang baru menggemuruh seketika. Handy yang ditetapkan sebagai kapten kapal yang baru mulai detik itu,


menarik nafas dalam-dalam sambil memegang dadanya. Tubuhnya terlihat bergetar seolah-olah melihat hidupnya tidak akan sama seperti dulu lagi. Aku pun juga tidak menyangka bahwa dia yang akan menjadi kapten kapal yang berikutnya. Sosoknya yang cuek, tidak peduli dengan perkataan orang lain terhadapnya, suka menggerutu, dan sedikit sarkas itulah yang membuatku tak pernah berpikir kalau dia yang pantas menjadi pemimpin kapal ini. Namun aku menyadari bahwa akhir-akhir ini memang sifatnya sedikit berubah. Ia terlihat lebih tegar menghadapi masalah-masalahnya. Well, diantara 3 kandidat mungkin memang ia yang paling pantas. “Selamat untuk handy, semoga bisa membawa kapal ini dengan baik pada perjalanan berikutnya� ucapku dalam hati pada saat itu. Aku yang telah 2 tahun berada dalam kapal ini, berpikir bahwa sudah saatnya untuk turun dari kapal dan memulai petualangan baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kapten kapal yang baru harus mencari

awak-awak

kapal

yang

tangguh

untuk

melanjutkan

perjalanan. Tentunya hal yang pertama harus ia dapatkan adalah 9 pimpinan utama yang menjadi elemen inti dari kapal tersebut. Handy kemudian mengajak zain sebagai tangan kanannya. Zain adalah salah satu dari 3 calon kapten kapal ini. Wujudnya mungkin terlihat seperti anak kecil tetapi sikapnya‌, sikapnya pun juga seperti anak kecil. Namun kinerjanya pada pelayaran sebelumnya membuat ia pantas menjadi tangan kanan dari kapten Handy. Dalam waktu kurang lebih satu bulan kapten melengkapi tim utamanya. Nurul dan Dindha


menjadi anggota ke-3 dan ke-4. Nurul adalah sesorang yang sudah tidak diragukan lagi kelayakannya untuk menjadi salah satu pimpinan utama kapal ini. Track Recordnya yang sempurna dan sosoknya yang dapat menjadi contoh yang baik bagi awak-awak kapal perempuan lain nantinya sangat dibutuhkan. Namun jangan melihat orang dari sampulnya saja, apabila pedang telah keluar dari sarungnya, maka Nurul akan menebas segalanya tanpa sisa. Jadi, jangan macammacam dengannya. Sedangkan Dindha merupakan sosok yang ramah dan cukup unik. Selain itu, Ia juga terlihat ikhlas dalam bekerja. Mungkin itu menjadi pertimbangan kapten kapal untuk mengajaknya bergabung. Last Call Suatu ketika, aku yang telah siap untuk berpetualang dengan kapalku sendiri tak sengaja bertemu dengan Handy. Ia kemudian menemuiku dan mengajakku ke tempat Syarif, temanku yang juga merupakan seorang saudagar Arab yang kaya raya. Setibanya disana, selain Syarif

ternyata sudah ada Zain juga. Tanpa basa-basi yang

panjang Handy berkata kepadaku dan Syarif “Bergabunglah dengan kami, mari kita berlayar sekali lagi�. Handy menwarkanku posisi sebagai pimpinan kapal yang bertanggung jawab dalam hubungan kapal dengan pihak eksternal dan menawarkan Syarif sebagai bendahara kapal. Sejujurnya aku telah menduga hal ini, bukan bermaksud sombong, namun memang aku tidak melihat orang lain


yang cukup pantas dalam posisi itu kecuali partnerku dalam pelayaran yang lalu. Namun, karena suatu alasan ia menghilang entah kemana. Aku yang sejujurnya masih belum ingin berpisah dari kapal tersebut tentunya sangat ingin bergabung sekali lagi. Terlebih ini adalah kesempatan terakhirku berada dikapal itu. Kapal yang selama 2 tahun memberikanku banyak pelajaran berharga, Kapal yang dimana orang-orang didalamnya adalah satu “Keluarga” yang telah disatukan oleh suatu “Ikatan”. Kemudian aku terdiam sejenak dan berpikir “Apakah ini jalan yang benar, apakah ini pantas untuk diperjuangkan, bukankah 2 tahun kemarin sudah cukup?” begitulah kira-kira pertanyaan yang muncul dalam diriku. Sebenarnya memang tidak ada alasan yang berarti untuk menolak ajakan Handy. Aku mempunyai prinsip akan melakukan apa yang aku suka dan benar menurutku serta meninggalkan apa yang aku tak suka dan salah menurutku. Seharusnya memang sudah jelas, aku suka berada di kapal itu dan menurutku itu adalah hal yang baik. Namun masih ada hal yang mengganjal dan membuatku tidak yakin bahwa aku orang yang pantas menjadi salah satu pimpinan kapal itu. Kemudian aku teringat akan pesan almarhum ayahku, “Buang semua hal tak penting yang hanya akan menjadi penghambat bagimu untuk melakukan apa yang kau sukai”. Kata-kata yang tiba-tiba terdengar kembali di pikiranku itu membuat aku dengan tegas menjawab “Oke, aku terima ajakanmu, Kapten”. Tak lama kemudian, Syarif juga menyatakan kesediaannya untuk bergabung. Dengan begitu, Aku kembali mendapatkan


kesempatan untuk berada di kapal yang sangat berarti bagiku. Ini adalah kesempatan terakhir, Ronde terakhir, aku tak akan menyianyiakannya, aku tak boleh membuat kapten dan “Dia” kecewa. Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, aku berjalan menuju kapal tersebut. Saatnya Berlayar, One Piece! Beberapa hari kemudian, Kapten kembali mencari anggota skuad utama dalam perjalanan ini. Pita, Irma, Atina, dan Ria akhirnya melengkapi posisi pimpinan utama kapal ini. Pita adalah sesorang pemikir kritis yang cerdas sedangkan Irma merupakan sosok yang rapih meskipun sedikit “lamban” dalam beberapa hal. Atina bisa dibilang salah satu orang yang aku segani. bagaimana tidak, pembawaannya yang sedikit galak dan selalu serius membuat suasana pada tim inti ini kadang mencekam. Sedangkan Ria yang merupakan teman satu divisiku pada saat aku masih menjadi penumpang di pelayaran pertamaku masih terlihat sama seperti dulu. Ya, terlihat seperti bocah namun kejeniusannya diatas kami semua, hmm lebih tepatnya diatas Syarif, Handy, dan Zain, haha. 10 orang yang mengisi posisi tim utama sudah lengkap. Meskipun kami semua memiliki karakter yang berbeda, namun di kapal ini, kami semua harus menjadi satu. Dari potongan-potongan yang banyak, kami harus menjadi satu potongan yang utuh dan tak mudah terpisahkan. Kami menyebut diri kami sendiri “ONE PIECE”.


Kapal ini tidak akan berlayar apabila hanya diisi oleh 10 orang saja, selanjutnya kami mencari awak-awak kapal yang tangguh dan pemberani. Kami melakukan rekrutmen secara terbuka. Ada 5 orang yang mendaftar pada bidang yang aku kepalai. 3 orang mendaftar posisi awak kapal yang bertugas untuk membuat tampilan kapal ini terlihat indah dan gagah selalu. Sedangkan 2 orang mendaftar posisiku pada tahun lalu, yaitu awak kapal yang bertugas untuk menjaga jaringan komunikasi kapal terhadap pihak luar. 3 orang pertama bernama Ila, Mamduch, dan Reza. Sedangkan 2 orang berikutnya adalah mantan subordinatku pada pelayaran tahun sebelumnya, Afif dan Fitri. Semuanya mempunyai kelebihan tersendiri sehingga

aku

memutuskan

untuk

menerima

mereka

semua.

Selanjutnya mereka berlima mencari anggota dari masing-masing divisi mereka. Singkat cerita, bergabunglah 11 orang penumpang kapal baru yang akan membantu pekerjaan mereka berlima. Awak kapal sudah lengkap, seluruh penumpang baru juga sudah naik. Maka angkat jangkar, kembangkan layar, Kapal FSI FEUI siap menempuh perjalanan yang baru. Hilang Arah Tak ada perjalanan yang berlalu dengan mulus, itulah hal yang pasti terjadi. Hal itu juga yang membuat perjalanan ini menarik dan menantang. Berbagai dinamika didalam kapal terjadi tak terkecuali pada tim utama itu sendiri. Sering sekali perjalanan kapal ini tak


berjalan dengan lancar dan tidak sesuai dengan rencana. Gagasan kapten terkadang kurang bisa diterima oleh sebagian dari kami. Kapten utama Handy dan tangan kanannya Zain sering berbeda pendapat. Kami selaku pimpinan utama kapal sering membiarkan kapten bekerja sendirian. Apalagi pada awal perjalanan, sebenarnya masih banyak urusan-urusan yang belum selesai pada masing-masing diri kami sendiri. Belum lagi, cuaca yang tidak mendukung serta ketidak harmonisan atar divisi pada kapal tersebut yang membuat mereka kehilangan arti sesungguhnya dari perjalanan ini. Masingmasing berjuang untuk kepentingan divisi sendiri saja, mereka berlomba-lomba menjadi divisi yang baik. Hal itu sebenarnya tidak masalah ketika memang tetap terjalin koordinasi yang baik. Suatu ketika badai besar melanda yang membuat kapal ini mengalami kerusakan di bagian-bagian tertentu. Beberapa orang ada yang memutuskan untuk turun dari kapal, bahkan ada yang pergi dari kapal ini tanpa membelikan alasan yang jelas. Ketegangan antar awak kapal juga terjadi bahkan pada subordinatku sendiri. Kepercayaan terhadap pimpinan kapal juga berkurang sedikit demi sedikit. Mereka sering membanding-bandingkan kami dengan pimpinan yang lalu. Aku sempat berpikir, apa yang salah pada perjalanan ini?. Apakah kami tidak sebaik pimpinan yang lalu?. Apakah kami telah kehilangan makna dari perjalanan ini?. Apakah kami pantas berada di kapal ini?. Kapten Handy sempat hilang arah dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Aku sebagai salah satu pimpinan tentunya tidak akan


membiarkan hal ini terus terjadi. Ketika itu kami bersepuluh berkumpul kembali dan saling merenungkan kembali apa sebenarnya tujuan dari diadakan perjalanan ini. Ya, itulah yang hilang, kami telah kehilangan tujuan kami. Kami lupa bahwa perjalanan ini bukan hanya sebatas sampai kepada tujuan, namun bagaimana perjalanan ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan kepada seluruh awak dan penumpangnya. Bersama-sama kami mulai mengurangi ego masingmasing yang ada pada diri kami dan melihat apa yang masih kami punya untuk tercapainya tujuan kapal ini. Yes, we can make it together! Kami seharusnya sadar bahwa sebenarnya kami dianugerahi awak-awak kapal yang luar biasa, kami para pimpinanlah yang tidak dapat mengeluarkan potensi terbaik mereka. Contohnya pada bidangku sendiri. Ila mungkin terlihat lemah, namun ketabahan hatinya lebih kuat dari siapapun. Ia rela melakukan apapun yang ia bisa dan tetap berusaha tersenyum meskipun sering ditinggal kedua partnernya. Reza mungkin sering berulah, tetapi kreativitasnya sangat langka. Mungkin hanya 5 tahun sekali kapal ini akan diisi orang-orang seperti dia. Mamduch, sosok yang dapat menjadi contoh bagi kita semua. Ia selalu ingin belajar dan selalu menjaga dirinya dari hal yang tidak berguna. Afif dan Fitri sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri pada perjalanan sebelumnya. Afif selalu mempunyai rencanarancana hebat untuk membuat kapal ini terlihat lebih hebat dari kapal lainnya. Ia juga selalu menyemangati orang-orang disekitarnya.


Sedangkan Fitri selalu All Out dalam bekerja, ia mencintai kapal ini lebih dari siapapun. Aku sangat beruntung memiliki mereka dalam timku. Tentunya kami para pemimpin harus mendukung mereka sekuat tenaga kami. Pada akhirnya kami berhasil bangkit dari masa-masa yang sulit dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kami. Memang tak sempurna, tapi kami para pemimpin tetap melakukan apa yang kami bisa dalam menjalankan amanah sebagai pimpinan kapal. Mungkin masih sangat banyak kekurangan kami. Bahkan mungkin masih ada yang merasa bahwa kami tidak sebaik pemimpin terdahulu. Tapi sedikitpun tak ada niat kami untuk menghancurkan kapal ini, atau niat untuk bekerja setengah-setengah dalam diri kita. maka aku rasa mereka tak berhak menyebut kami “One Piece� tidak melakukan pekerjaan dengan baik. Kami berbeda dengan pimpinan terdahulu dan tak akan pernah sama. Namun kami bangga dengan diri kami sendiri dan bersama-sama akan selalu memperjuangkan hal yang terbaik untuk kapal ini. Thanks for being my “Home�, FSI FEUI Masa-masa sulit membuat kita semakin mengerti apa yang salah dalam diri kita. Membuat kita semakin belajar memahami perasaan orang lain. dan tentunya membuat kita semakin kuat dalam menghadapi perjalanan ini. Maka sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan, berbagai macam rintangan pada akhirnya berhasil kami


lewati bersama. Dan pelayaran kami pada tahun ini juga akan sampai pada tujuannya. Aku sangat bahagia bisa berada di kapal ini untuk yang terakhir kalinya. Semua terlihat begitu berharga ketika mengetahui bahwa tidak akan ada lagi pelayaran berikutnya di kapal ini. Aku merasa beruntung pernah berlayar selama 3 tahun dengan kapal ini. Semua

berawal

dari

keragu-raguan,

namun

berakhir

dengan

senyuman. Terasa sangat berat ketika harus turun dari kapal ini. Aku bersyukur telah dipertemukan dengan “keluarga” baru yang luar biasa di kapal ini. Aku bersyukur telah mendapatkan pelajaran yang tidak akan kudapatkan dimanapun. Aku bersyukur karena dapat merasakan “ikatan” itu. “Ikatan” itu adalah “Ukhuwah”. Ya, ikatan itu begitu indah karena tak akan hilang dimakan waktu atau tempat yang memisahkan kita semua. Selamat jalan kapal FSI FEUI. Kapal yang merupakan “Rumah” bagiku selama tiga tahun ini. Kelak kapal ini akan tercatat oleh sejarah sebagai salah satu sumber perubahan dan menjadi salah satu sumber pemberi kebaikan di dunia ini. Kuucapkan terimakasih banyak untuk seluruh keluarga besar FSI FEUI yang telah menemaniku dalam perjalanan ini. FSI FEUI 2012, 2013, 2014. Shine 2012 (Kak Azu, Kak Bintan, Dica, Iwan, Kemal, Reza, Nizza, Dayah, Rihlah, Nurul H), Humalum 2013 (Ayu, Jajang, Afif, Septian, Fitri, Mega, Ihsan), OnePiece (Handy, Zain, Syarif, Nurul, Pita, Dindha, Atina, Irma, Ria), MTI dan Humalum 2014, (Ila, Reza,


Mamduch, Umai, Daul, Trias, Rhifi, Ismi, Alvi, Dissa, Renita, Adhil, Aufar, Rani). Selamat menempuh petualangan Baru ď Š

PEMBELAJARAN By ATINA HASANAH SARJONO

Seorang perempuan sedang bertanya dalam hatinya, why and when? Ada kalanya sebuah perjalanan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi seseorang. Setidaknya bagi perempuan ini. Ah, betapa sulitnya menuliskan perjalanannya. Mari kita mulai. Sempat datang keegoisan nakal untuk tidak lagi bergabung menjadi kru kapal yang akan menuju pada satu titik kehidupan. Satu titik yang membawa semua yang berada di dalamnya mendapat apa-apa yang tidak terbayangkan. Terbersit dalam hatinya untuk menolak segala tawaran untuk berada (lagi) di kapal itu. Pertanyaan pertama terlontar, why? Sudah 2 tahun dia mengarungi lautan di kapal yang sama, dengan pekerjaan yang sama. 2 tahun adalah waktu yang cukup untuk membuat seseorang bosan. Ya, bosan. Tidakkah ada alasan lain? Tidak. Mari bunuh kebosanan.


Singkat cerita, terjadilah juga. Perempuan ini menjadi salah satu kru kapal. Tidak tanggung-tanggung, menjadi kru utama kapal dengan 9 orang lainnya. Awalnya terpikir, apakah mereka juga merasakan seperti yang ia rasakan? Apakah 9 orang ini juga memiliki pertanyaan yang sama dengannya? Pertanyaan kedua. Well, the story has only just begun‌ Namanya juga tim, 10 orang ini dituntut untuk lebih dahulu “memanaskan mesin kapalâ€?. Sebelum kru lainnya menyusul, 10 orang ini membentuk banyak kesepakatan tentang awal dan akhir perjalanan ke pelabuhan selanjutnya. Namanya juga kesepakatan, prosesnya tidak mudah. Konflik tidak pernah terhindar. Bahkan perempuan ini yang paling sering memicu. Lagi-lagi namanya juga tim, kembalilah mereka pada kesepakatan yang telah dibuat, mari sambut kru baru. Selama beberapa hari non-stop mereka mulai melakukan seleksi kepada calon kru kapal. Namanya juga seleksi, ada yang terpilih dan tersisih. Sayang memang, tapi mau bagaimana lagi. Singkat cerita, terpilihlah 24 orang dengan semangat luar biasa untuk mengarungi lautan. Mari menjelajah samudera. Rasanya kapal sebesar itu dengan misi dan tujuan yang juga besar, tidak cukup hanya dengan 34 orang. Akhirnya, terpilihlah total 118 orang menjadi kru kapal itu. Bersiap bersama.


Hari-hari di kapal dalam perjalanan 1 tahun lamanya selalu punya cerita. Bayangkan, dengan ombak yang tidak menentu, hujan badai kapan saja, atau mungkin perompak? Masa penyesuaian itu dimulai. And that’s her job. Bersama 9 orang temannya memulai kesepakatan awal, masa adaptasi pun dimulai. Setelah melihat 118 orang di dalam kapal, dia bertanya dalam hatinya, how can we? Hatinya berdebar, bagaimana caranya menanggung kru kapal sebanyak ini? 10 orang ini haruslah bertanggung jawab terhadap seluruh kru kapal. Siaga dalam keadaan apapun. Masa adaptasi dirasa sudah cukup. Waktunya para kru kapal dipersiapkan menjalankan tugasnya masing-masing. Namanya juga perjalanan, tidak ada sejarah nya selalu mulus. Mulai dari ombak biasa hingga ombak ganas, bahkan badai, setia menanti untuk menerjang. Ah, rasanya di bagian ini akan panjang ceritanya. Mari kita persingkat. Badai. Badai pertama adalah ketika ada beberapa kru kapal yang mengutarakan bahwa mereka ingin turun dari kapal saat itu juga. Dengan berbagai alasan. No matter what. Wait, what?? Are you serious??


Badai kedua. We have no logistics. Oh no! Badai ketiga. Banyak kru yang mabuk laut. Tentunya ini bukan hal besar, tapi bayangkan jikalau banyak yang mabuk laut. Pekerjaan terbengkalai. Huft. Badai keempat. When? Pertanyaan ketiga terlontar. Badai-badai itu pastilah ada artinya. Arti yang tidak semua orang tahu. Atau mungkin, yang tidak semua orang mau mencari tahu artinya. Mari kita beralih ke bintang-bintang yang menerangi malam-malam perjalanan mereka. Dalam 1 tahun perjalanan, sudah pasti akan ada waktu-waktu di mana bintang-bintang tertentu muncul. Tidak banyak dari mereka yang bisa melihatnya. Diperlukan satu alat khusus. Coba lihat bintang-bintang itu, indah bukan main. Menemani bulan yang memantulkan cahaya matahari untuk menerangi perjalanan mereka. Bintang selalu setia di sana, di singgasana nya. Keegoisan lah satu-satunya yang sanggup menutupi cahaya nya. Tidak karena langit mendung. Once realized, badai-badai itu sungguh berarti.


Tentang teman seperjalanan. 10 orang.

Teman seperjuangan

sangatlah penting dalam menemani 1 tahun perjalanan di lautan lepas. Boredom is coming. Saling bercerita idealnya menjadi obat pelipur lara. Walaupun yang terjadi adalah justru sebaliknya. Ppfftt. Satu penderitaan. Masalah setiap kru memang berbeda, ada yang besar, ada yang kecil. Tapi mereka adalah tim. Masalah seorang menjadi masalah bersama. Hari-hari panjang yang dilalui, sedikit banyak menjawab pertanyan kedua perempuan itu. Senyum-senyum saja :D namanya juga satu penderitaan. Oh, dan terima kasih kepada 9 orang ini. Karena mereka lah perempuan ini mendapat banyak julukan. Galak, jutek, dingin, keras, dan satu lagi julukan dari si kru terlembut : devil advocate. Can’t believe that. Sometimes she’s a good person. Sometimes :p Senang membersamai mereka ď Š Masih di lautan. Pertanyaan-pertanyaan lain mulai terjawab satu per satu. Jawaban yang mengantarkannya pada sebuah kesimpulan. Pembelajaran. Why? When? Kenapa dia? Dan kapan berakhir?


Karena Allah sedang memberinya rezeki berupa 117 kru terbaik dengan visi dan misi yang sama, pantaskan ia menolak? Bayangkan jika dia tidak melakukan perjalanan ini (lagi), maka dia tidak akan bertemu kru-kru terbaik yang Allah siapkan untuk mengarungi lautan ini. Menuju pelabuhan selanjutnya, menuju satu titik kehidupan. Bayangkan betapa sedihnya tidak membersamai kru-kru seperti mereka. Hikmah nya terlalu sayang untuk dilewatkan. Dan kenapa dia? Karena dia adalah orang yang paling harus belajar. Belajar tentang perjalanan ini. Kapan berakhir? Sekarang dia berharap semoga tidak berakhir. Semoga tidak berakhir hanya di pelabuhan selanjutnya. Semoga tidak berakhir pilu. Semoga tidak berakhir sia-sia. Semoga tidak berakhir tanpa pembelajaran. Satu hal yang pasti, perjalanan ini membuatnya tersenyum. Ya Rabb, banyak sekali proses pembelajaran yang ia dapat. Sungguh, tidak pantas jikalau ada yang merasa tidak pantas untuk ada di perjalanan ini. Satu-satunya jawaban : pantaskan! Percayalah, tersedih nomor satu adalah ketika kalian tidak dipercaya. Maka, buktikan!


Semua badai yang terlalui masih menyisakan rasa. Tidak ada yang benar-benar hilang. Rasa puas karena pernah dikaruniai badai-badai seperti itu. Sungguh, badai itu menguatkan. 3 tahun membersamai kru-kru terbaik di kapal itu membuatnya menjadi pembelajar. Tidak akan ada kata bosan jika dibarengi dengan proses belajar. Sekarang 10 orang ini telah siap untuk turun di pelabuhan selanjutnya. Semoga senyum terbaik bisa mereka berikan kepada para penggantinya. Semoga kesalahan-kesalahan mereka dimaafkan. Semoga kekeliruan yang mereka ciptakan tidak diulang. Dan semoga, yang baik tetap tinggal, yang buruk pergilah. Ada seseorang yang bertanya, “apa itu kebahagiaan sejati?” Seseorang yang ditanya menjawab, “sederhana, sesederhana ketika kamu tidak bicara andai begini, andai begitu”. We need to move on. Akhirnya, selamat menemukan proses pembelajaran dalam setiap perjalanan 

Storyline by IRMA HANDAYANIE Yang ditakutkan dari suatu perjalanan adalah saat kita menemui akhir perjalanan dan harus menepi, sedangkan hati-hati para awaknya masih rindu kebersamaan itu..


Adalah suatu kapal, dengan 10 awak kapal yang berasal dari berbagai perbedaan. Kami akhirnya mengikat diri dalam satu visi. Meskipun berlatar belakang berbeda, kami yakin saat kami bersama ombak di lautanpun akan mampu kami lalui. Sebelum bergabung menjadi salah satu awak kapal saya

meminta lebih banyak waktu serta

mempertimbangkan banyak hal. Berlayar untuk periode satu tahun, dengan membawa misi dakwah bukanlah hal yang mudah diputuskan. Saya mungkin akan merindukan kebebasan angkasa ..atau tentang daratan yang mungkin hanya bisa kupandangi dari kajauhan..tapi keputusan untuk bergabung dengan mereka pada akhirnya menjadi keputusan terbaik yang pernah saya lakukan. Kata Soe Hok Gie, kita berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta. Sayangnya definisi cinta bagi kami kadang tak sama. Mungkin inilah salah satu keunikan dari kebersamaan kami. Terlampau banyak perbedaan

yang

menyita ruang

untuk

berdiskusi,

menyelami

pemikiran masing-masing. Karena kami sadar diam takkan pernah menyelesaikan persoalan..meskipun begitu, aksi diam menjadi aksi favorit yang kami gunakan saat benar-benar lelah dalam perjalanan ini.. O ya kawan, 10 orang awak kapal yang aku bicarakan tadi adalah 9 manusia luar biasa ditambah aku yang biasa saja, bersatu padu melangkahkan kaki bersama. Mereka terdiri dari manusia-manusia yang aku hormati, aku segani, bahkan aku takuti..Mereka indah dengan cara mereka sendiri. Sembilan orang yang telah menggores


bekas hingga saya yakin takkan pernah mampu melupakannya. Membersamai mereka dalam perjalanan ini adalah “sesuatu.� Perjalanan yang kami lalui tak mulus kawan. Tak jarang ombak beriak menerjang tak hanya kapal namun juga mengintimidasi awak kapal..hingga masing-masing mungkin pernah merasa lelah hingga ingin menyerah. Menyaksikan guncangan dari salah satu anggota ke anggota yang lain. Bahkan beberapa anggota telah lebih dulu menyerah dan memutuskan kembali ke daratan. Alhamdulillah, 10 orang ini InshaaAllah akan berjuang hingga akhir. Menggunakan segenap kemampuan untuk menahan orang-orang yang masih setia menjadi bagian dari kami. Begini, aku ceritakan saja padamu tentang mereka, 9 orang itu, di mataku,,,

Kapten kapal.. dia adalah orang paling hemat dalam bersuara.. Beliau lebih senang bekerja di balik layar, membuat konten tulisan, membuat desain poster dan hal semacamnya. Perawakannya tinggi kecil, dan terlihat sekali jiwa pendiamnya. Meski begitu saya yakin, tekadnya begitu besar untuk menerima amanah sebagai kapten kapal. Dedikasinya untuk Islam tak perlu diragukan. Terima kasih Kapten ! Selanjutnya, orang ini kadang bisa jadi sangat menyenangkan. Pun tak jarang mendapatinya sebagai orang yang sangat menyebalkan.. Dia sosok calon Bapak yang bertubuh kecil namun dengan pemikiran


yang briliant. Meski tak jarang pendapatnya berbeda dengan pendapat kapten kapal. Namun saya yakin perbedaan itulah yang membuat semuanya indah, berkesan. Terima kasih luar biasa ! Oh wait.. pernah mendengar kriteria perempuan idaman? Anggun, cantik, dengan otak briliant, agama cemerlang, serta mempunyai ‘kekuatan super.’ Saya melihat itu semua pada kawanku yang satu ini. Di hadapannya,saya merasa menjadi anak kecil yang harus menggali banyak ilmu darinya. Hei Syuhada lady..you are amazing ! Kawanku yang satu ini, pemikirannya begitu kritis. Dia tak segan memberi komentar yang cukup ‘menampar,’ tegas dan cenderung ‘galak.’ Diantara awak kapal yang lain, dia yang paling bisa saya jadikan tempat membuang unek2. Sudut pandangnya berbeda dengan sudut pandang saya. Dan yang lebih menyenangkan lagi adalah dia selalu tertawa meski ceritaku tak lucu. Satu hal yang saya catat darinya adalah, dia orang yang sangat rasional.. tapi semuanya hilang saat dia berbelanja. Terima kasih kawankuu ! Dia adalah orang yang pola pikirnya tak pernah bisa saya tebak. Bahkan saya tidak tahu kapan dia berbicara serius dan kapan dia bercanda. Sosok periang yang baik hati. Btw, kami memiliki satu baju yang sama persis. Suatu hari ada pesan masuk darinya, isinya jayus sekali, irma aku pake baju cokelat yg gambar kucing, km jgn pake baju itu hari ini yaa.. walhasil dua-duanya tidak ada yang memakai baju tersebut di hari itu. Thank you kawan..


Orang-orang mengatakan dia orang paling galak dari 10 awak kapal. Bagi saya dia tidak hanya galak, tapi juga sangar, aneh, baik sekali (sesekali) dan ontimers.. salah satu pelajaran yg saya ambil darinya adalah, dia rela berangkat selepas subuh dari rumahnya yang nun jauh di negara tetangga demi rapat wanPIs, sementara saya datang terlambat.. kadang ‘menampar’ memang tidak harus dengan kata2. Thanks kawan ! This girl.. kritis, cerdas, dan tidak suka bercanda. Pernah sekali dia bercanda dalam grup, then, semua orang tidak menyadari kalau dia sedang bercanda. Hal yang saya kagumi adalah, dia memikirkan umat sangat sangat sangat lebih sering dibanding saya. Bahkan mungkin dia telah mendedikasikan dirinya untuk umat..luar biasa memang ! Terima kasih teman ! Another girl in this journey..dia berperawakan kecil, namun otaknya sangat kritis..meski begitu dia tidak bisa galak..rasa sungkan mungkin yang membuat dia kurang bisa tegas menghadapi orang-orang disekitarnya..dia tipikal orang yang ramah, rajin, dan pekerja keras. Ah kamu luar biasa ! Awak kapal yang satu ini, si kerdus, dia partner kerja saya..kami megelola uang bersama..meski kadang miskom2 tidak jelas,tapi menyenangkan sekali bekerja dengannya.ritme kerja kami tak sama, tapi itu yang membuat perjalanan ini lebih berwarna..dan saat saya kehilangan si kerdus bernama HP, dia menjadi super hero yang


mewakili saya menyampaikan pesan keuangan pada semua lini..haha, terima kasih kawanku..tetaplah menjadi si kedus yang luar biasa ! Terima

kasih

kawan..berjalan,

berjuang

bersama

kalian..takkan

terlupakan.

Storyline by SYARIEF AWAD UMAR Aaah.. entah harus darimana perjalanan panjang ini ku ceritakan. Yang pasti aku berhasil mencapai di pulau idaman para bajak laut, yakni pulau ‘imonoke’. Tahun pertama ku disini aku mengalami banyak gegar gempita karena perbedaan dari pulau ku tempati sebelumnya yakni pulau ‘al rahza’. Disini aku melihat segala macam bajak laut dari yang konyol, kerdus dan jenius. Singkat cerita aku diajak oleh salah seorang temanku untuk berpetualang ke suatu pulau misterius yang bernama Second untuk mengantarkan harta karun. Disini aku diamanahkan sebagai navigator untuk mencari emas demi kelangsungan perjalanan kapal kami untuk mencapai pulau Second. Dengan penuh rintangan dan kekerdusan lainnya, kami berhasil mengantarkan harta karun kami, walaupun kapten kapal kami mengalami luka-luka berat. Atas dasar partisipasiku tersebut, ditahun berikutnya aku ditawari untuk menjadi ketua pencari emas dalam suatu ekspedisi selama satu tahun. Sempat ragu memikirkan, ah tapi ya

sudahlah lebih baik untuk mencari

pengalaman bukan? Lagipula ekspedisi ini banyak berkahnya~ .


Akhirnya sampailah aku pada suatu keputusan untuk menjadi bagian dari ketua pencari emas. Menjadi ketua pencari emas aku memutuskan untuk tetap menggunakan trik dagangku yang terbukti sangat berhasil ketika menjadi navigator pencari emas pulau Second. Tidak lain tidak bukan trik dagangku ialah menjual Anabas dengan harga miring. Alhamdulillah dagangan Anabas selalu laku bak kacang goreng bahkan dari hari sebelumnya sudah dicari-cari oleh penduduk Imonoke. Selain menjual anabas, ada satu masalah yang diwariskan dari tahun-tahun sebelumnya. Sebagai ketua pencari emas, kapal ini memiliki suatu asset yakni toko eeb yang terletak strategis di pulau Imonoke, Namun asset dari toko ‘Eeb’ berantakan dan menjual barang yang bukan keahlianku. Aku menyerahkan bagian toko Eeb sepenuhnya kepada itnana yang menjadi wakil ketua pencari emas. Singkat cerita banyak emas yang telah berhasil timku kumpulkan digunakan untuk membayar sewa kepada pemilik tanah toko Eeb tanpa return yang sebanding dari toko Eeb. Selain itu, kepemilikan dengan toko Eeb ternyata dimiliki juga oleh kak VV. Sampai di tahun akhir jerih payah timku berhasil mencapai target yang aku canangkan dan tentu saja lebih baik dari tahun sebelumnya. Tahun terakhir, aku ditawari oleh kapten kapal yang baru untuk menjadi bendahara emas kapal ini. Sesungguhnya tidak semudah itu untuk menerima amanah ini. Aku melakukan diskusi dengan sahabatku yang dahulu menjadi kapten kapal Second. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan aku menyetujui untuk menerima


amanah tersebut. Berat... sungguh berat menyimpan harta emas ini, berat dalam arti terkadang emasnya tidak ada. Untuk mencari emas aku mendapatkan ketua pencari emas yang giat yakni Kak Lurun dan pemuda kerdus yang sebelumnya satu tim denganku yakni Labqi. Bersama dengan orang- orang ini kami mencari emas dengan cara yang baru, yang bertujuan untuk mengembangkan skill-skill tim kami. Ditahun ini aku kapten kapal lain, memutuskan mengambil suatu keputusan

penting

yakni

melepas

toko

eeb

kepada

alumni

pengendara kapal ini.Selanjutnya atas masukan Kak Lurun aku menggelontorkan emas untuk mendirikan toko online bernama etannaj yang diurus oleh Kak Lurun dan Amme. Selanjutnya . terbentuk tim kecil untuk menuju pulau preneurs yang penuh dengan ombak,petir, ikan hiu, ikan paus, angin badai, langit gelap, gurita,cumi-cumi

raksasa

dan

lain-lain

yang

menggambarkan

ganasnya perjalanan untuk mencapai pulau preneurs tersebut. Ekspedisi tersebut dipimpin oleh anak muda kawakan yakni Ikrid. Berbagai perjuangan kami lalui hingga akhirnya salah seorang peserta preneurs memutuskan untuk melompat kedalam laut karena tidak kuat melanjutkan perjalanan yang penuh dengan bahaya ini. Namun badai-badai tersebut telah kami lewati, sekarang kami sudah bisa melihat, pulau preneurs sudah tidak jauh dari pandangan kami. Satu hal yang dari sejak dulu membuatku bersemangat untuk berpetualang dengan kapal ini ialah semangat amal jari’ah yang tidak bisa ku dapatkan dengan ekspedisi kapal yang lain. Selain itu dikapal


ini dipenuhi oleh orang-orang yang membuatku nyaman sekali berada disekeliling mereka. Namun satu hal yang pasti, Dikapal ini aku menemukan suatu peta hidupku, peta yang tidak ternilai harganya dibandingkan peta harta karun siapapun. Peta yang membuatku merasa tersadar bahwa tujuan dari dunia ini adalah untuk menggapai Ridho-Nya. The Voyage By JAUZA A RACHMA

Tak pernah terbayangkan atau terpikirkan sebelumnya, aku akan melangkahkan kaki di kapal ini. Kapal dengan orang-orang yang sudah lama ku kenal walaupun masih terasa asing layaknya kawan yang telah lama tidak kujumpai. Awalnya muncul perasaan gelisah, gundah, dan takut. Berbagai pertanyaan terus menerus muncul dalam benakku. Apakah ini benar-benar perjalanan yang harus ku tempuh? Apakah aku akan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi kapal, dengan para penumpang, dan dengan cuaca tak terduga yang mungkin akan ku jumpai nantinya? Apakah aku dapat membantu kelancaran perjalanan ini? Dengan sangat berhati-hati ku yakinkan diriku

untuk

memasuki

kapal,

mengikuti

pelayaran

ini

dan

mempersiapkan diri menghadapi segala risiko yang akan terjadi nanti di lautan.


Amanah sebagai salah satu kapten kapal bukanlah sesuatu yang ringan bagiku. Dalam kapal yang sedikit terasa asing ini, aku mencoba untuk meraba-raba, sedikit demi sedikit mendalami seluk beluk kapal, ekspektasi dari kapten-kapten lain dan berbagai peraturan yang telah ada dalam kapal. Waktu yang hanya beberapa minggu terasa begitu singkat bagiku untuk mengetahui itu semua. Hanya dengan bermodalkan pengalaman yang tidak seberapa, dorongan kawan-kawanku, dan sedikit kenekatan, aku berani menjalankan amanah ini. Banyak hal menarik yang kutemui sejak masuk ke dalam kapal. Para kapten kapal lain adalah orang-orang luar biasa dengan semangat yang luar biasa pula. Setiap kapten kapal memiliki keunikan masing-masing, yang jujur selama ini baru kutemui di kapal ini. Keunikan inilah yang membuat perbedaan pendapat tidak hanya satu atau dua kali terjadi tetapi itulah yang membuat barisan kapten ini begitu istimewa. Segala perbedaan pendapat tersebut tidak lain karena semangat setiap kapten yang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk kapal. Sejak bertemu mereka lah aku mulai menyadari, perjalanan ini tidak akan menjadi perjalanan yang mudah tetapi bukan berarti tidak dapat dilalui dan diubah menjadi perjalanan yang menyenangkan. Setelah seluruh kapten terkumpul, mulailah kami mencari para awak kapal. Cukup banyak orang yang ingin menjadi awak kapal. Setiap calon memiliki karakter yang berbeda-beda dan keahlian-


keahlian yang luar biasa. Akan tetapi karakter dan keahlian bukan menjadi satu-satunya penentu terpilihnya seorang awak kapal, kesiapan, ketangguhan, perencanaan dan semangat juga menjadi salah satu kunci utama untuk dapat masuk menjadi awak kapal. Dari proses berbagai pertimbangan, terpilih lah 24 awak kapal super dengan berbagai latar belakang dan kemampuan. Dengan perekrutan awak kapal ini, setengah persiapan pelayaran telah dilakukan. Langkah

terakhir

dari

persiapan

pelayaran

adalah

pengangkutan personil. Dari banyaknya calon personil, hanya orangorang yang dianggap tangguh saja yang dapat memasuki kapal. Para awak kapal dengan semangat yang membara saling mengajak temanteman mereka yang dianggap tangguh untuk mengikuti pelayaran. Dalam pencarian personil, proses penyeleksian adalah proses yang paling sulit, rapat besar pun sempat diadakan untuk menentukan siapa saja yang akhirnya dapat mengikuti pelayaran. Masuknya para personil adalah proses persiapan terakhir yang harus dilalui, tetapi tantangan sesuangguhnya baru dimulai, pelayaran besar ke laut bebas. Ini merupakan pengalaman pertama bagi seluruh orang yang ada dalam kapal untuk memegang tugas dan kendali masing-masing. Koordinasi antar para kapten, awak kapal, dan personil lain menjadi sangat penting. Dengan kondisi laut yang terus tidak

menentu,

dapat

dipastikan

bahwa

hanya

orang-orang

pemberani, tangguh, dan terpilih lah yang dapat bertahan dan


menyelesaikan pelayaran ini sedangkan sisanya berguguran satu per satu atau menyerah di tengah jalan. Dalam pelayaran, aku bertugas untuk memastikan kinerja dari para personil kapal berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan pelayaran dengan sukses. Seorang awak kapal menjadi partner yang luar biasa hebat dalam melaksanakan tugasku tersebut. Sosoknya yang berani, cerdas, baik hati dan pandai berbicara di muka umum menjadi alasan ia cukup disegani oleh para personil kapal yang lain. Sesibuk apapun, dia tetap akan memikirkan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dan secara aktif memberikan berbagai masukan yang solutif agar pelayaran dapat berjalan dengan lebih baik. Di samping awak kapal tersebut, ada enam orang istimewa yang juga ikut membantu dalam pelaksanaan tugasku. Pertama kali bertemu mereka, ada perasaan khawatir yang menyelimuti, bukan karena kompetensi mereka, jujur mereka sangat kompeten, tetapi lebih karena karakter mereka yang sangat beragam dan kurangnya kemampuanku dalam memimpin orang yang begitu beragam. Sebagai salah satu kapten, banyak hal di luar tugas utamaku yang harus kulakukan. Tugas yang ku pegang semakin banyak dan besar sehingga begitu banyak waktu yang tidak sempat kuluangkan untuk mereka. Hal ini lah yang paling aku sesali selama pelayaran ini.


Hal yang paling aku takutkan ternyata menjadi kenyataan. Di tengah pelayaran, beberapa personil yang kurang tangguh mulai berguguran satu per satu. Walaupun orang yang bertahan cukup banyak, hal ini sungguh sangat disesalkan apalagi ada dua orang personil yang ikut membantuku yang juga tidak dapat menyelesaikan pelayaran sampai akhir. Dengan orang-orang yang bertahan, kapal ini harus

terus

melanjutkan

pelayarannya

sampai

akhir

apapun

konsekuensinya. Selama perjalanan, tidak jarang kami kekurangan uang dan tenaga. Dalam keadaan seperti itu orang-orang cenderung menjadi sensitif. Konflik antar personil juga tidak dapat dihindari. Sepertinya tidak ada hari yang lepas dari konflik. Akan tetapi di samping itu semua, kami menjadi jauh lebih dekat satu sama lain. Pelayaran ini jelas telah memberikan keluarga baru bagi orang-orang yang mengikutinya. Satu tahun pelayaran sungguh sangat tidak terasa. Berbagai suka duka, air mata dan canda tawa, kami bagi bersama. Layaknya sebuah keluarga, kami bagaikan keluarga yang tidak pernah tenang dari suatu masalah, hampir selalu saja ada tantangan dan rintangan dalam setiap tempat yang kami lalui. Tetapi bukankah itu arti keluarga sebenarnya? Bukan hanya kegembiraan yang kami bagi tetapi juga kesedihan. Satu hal yang pasti, pelayaran ini telah memberikanku sebuah pelajaran berarti, pelajaran tentang berbagi dan memahami.


MUHAMAD HARRY KURNIAWAN “People come people go, People learn people change, People heart people forgive, But, never forget� FSI FEUI | Enlighten Up | Allahu Akbar... FSI FEUI | Rumah Ukhuwah Kita | Allahu Akbar. Ya, itu adalah slogan dua tahun terakhir kepengurusan sebuah kapal besar yang bernama FSI FEUI. Kapal itu sederhana, namun di dalamnya terdapat banyak sekali ruangan yang amat

indah,

interior-nya

berlian,

suasananya

menenangkan,

penghuninya menyenangkan, terasa sekali aroma keberkahan yang berlapis-lapis tiada batas. Tak terasa kapal besar ini sebentar lagi akan berlabuh, rasanya seperti baru kemarin saja ketika Kapten Ariz menyerahkan tampuk nahkoda baru kepada Kapten Berlin. Ya, tepatnya pada musim dingin tahun lalu. Gegap gempita itu tak berlangsung lama, Kapten Berlin harus dengan cepat memilih kelasi kapal untuk kembali berlayar. Tak sampai sebulan, sang Kapten berhasil membentuk formasi bintang. Belum selesai sampai disana, persiapan dilanjutkan dengan pencarian awak kapal dengan spesialisasinya masing-masing. Kapal ini membutuhkan mereka yang hebat dalam berpikir, berdiskusi, mengelola pundi secara Islami, mengurus geladak, pandai mengerti orang lain dan


sebagainya. Kemudian para kapten membuka peluang seluas-luasnya bagi siapapun yang berani mengarungi arus samudera yang tidak selalu menjamin kebagahagiaan dan ketenangan di dalamnya, namun tujuan akhirnya menjanjikan buah manis yang hanya dapat dirasakan bagi mereka yang percaya. Pintu Masuk Ketika peluang itu dibuka aku pun dihubungi untuk ikut bergabung oleh salah satu awak kapal, yaitu Piliv. Petinggi kapal bidang satu penuh dedikasi yang tahun lalu juga menjadi wakil kepala geladak, oh ya beliau itu wanita by the way. Aku sempat bingung menentukan, ini hal yang tidak mudah. Musim sebelumnya aku juga tergabung bersama mereka, jadi aku mendapat pengalaman berlayar walaupun hanya sebagai awak kapal. Pada saat ituada beberapa kapal yang juga melambai-lambaikan kesempatan bergabung. Aku perlu beberapa hari untuk menentukan pilihan. Di dalam waktu-waktu yang sunyi, melihat ke dalam diri, kontemplasi arah hidup, menimbang costbenefit, itu merupakan sekelumit cara yang digunakan untuk menentukan pilihan. Tak hanya itu di dalam pergulatan ini, secara sadar atau tidak kita bisa lebih memahami preferensi diri sendiri. Aku menjadi semakin tahu kalau aku adalah tipe yang lebih menyukai penyeimbangan

pencapaian

terhadap

berbagai

tujuan

bukan

menghilangkan salah satunya dan juga ternyata faktor pendapat orang masih mengambil proporsi yang cukup besar bagi tindakanku. Maka aku-pun memutuskan untuk bergabung mengikuti proses


seleksi. Ketat, terdapat tiga orang lain yang ikut serta dua diantaranya teman satu geladak tahun lalu dan satu lagi bekerja pada geladak lain. Hanya dua personil yang akan terpilih. Diakhir seleksi diumumkan ternyata aku diterima sebagai kepala geladak dan satu lagi yang terpilih adalah, jeng..jeng..jeng dialah Bung Iqi. Di luar dugaan, aku kira

yang

akan

membersamai-ku

adalah

Mba

Rumi

rekan

seperjuangan musim sebelumnya. Tapi aku yakin pasti ada hikmah terserak yang aku belum pahami saat itu. Dan pada akhirnya semua pengurus harian geladak lengkap. Pelayaran Kapten Berlin bersama Bung Inul, administratur pendamping Kapten, segera merapatkan barisan. Di bawah malam yang teduh seluruh personil kapal berkumpul di sebuah tempat bersahaja bernama MuFe. Di sanalah awal mula barisan benar-benar merapat dengan rapi. Rencana pelayaran disusun secara komprehensif. Kemudian saatnya mengundang staff kapal. Tak perlu waktu yang lama, maka lengkaplah seluruh personil kapal berjumlah 118. Ada penasihat, petinggi kapal, pengurus harian geladak dan staff. Pelayaran panjang-pun dimulai. Penjelasan arah sangat dibutuhkan untuk menyatukan pandangan, di awal pelayaran para personil harus paham visi, misi, budaya kapal FSI ini. Aku bersama Iqi mengarahkan geladak SKIS. Geladak yang berisi staff-staff dengan determinasi dan pengetahuan level bintang. Ada Baskoro, Jannath, Aziz, Inanoo, Said,


Raul, Ibroh dan Medina. Sebagai geladak yang ditugaskan berpikir, berdiskusi, bergerak SKIS dipenuhi dengan upaya pencerdasan awak kapal lain. Sebagai upaya inklusivitas FSI, SKIS berusaha mengundang kapal-kapal lain untuk bersama menimba pengetahuan keislaman dan bersama geladak lain membumikan nilai-nilai mulia kepada segenap penjuru kapal yang berlayarbersama dari pelabuhan FEUI maupun pelabuhan lain di negara UI. Gelombang Pelayaran besar menyajikan pemandangan indah dan tentunya badai gelombang. Kebersamaan membuat program dakwah yang dijalankan lebih mudah, terlebih kita bisa mendapat pelajaran. Atmosfir SKIS dibuat senyaman mungkin, mencoba agar para staff tidak tertekan dengan amanah namun bisa juga melakukan akselerasi dalam program yang dijalankan. Sebagaimana kata pepatah “pelaut yang hebat lahir ditengah badai bukan dari pelayaran yang tenang� begitu pula dinamika yang terjadi pada personil SKIS. FSI dituntut untuk menjadi lembaga yang inklusif, dari sana bersama kita memacu seluruh potensi mulai dari penamaan acara, pemilihan pembicara, tempat dan format acara yang kami rasa bisa diterima oleh seluruh khalayak para pelaut di luar kapal FSI meskipun akibatnya butuh tenaga lebih, molornya deadline acara dan juga koordinasi yang harus dicukupkan. Kemudian dinamika personil, yang meminjam istilah bung Umar(petinggi kapal), kerdus. Ada kalanya personil memiliki


kesibukan tinggi entah dari bidang akademik, sosial atau sebagainya sehingga tanggung jawab terabaikan. Sejatinya hampir seluruh masalah dapat kita selesaikan dalam waktu yang singkat. Hanya saja kerap kita temui keadaan dimana kita mempersulit diri sendiri, dengan menunda pekerjaan meremehkan masalah kecil dan ceroboh sehingga kita butuh bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah. Itu-lah keadaan yang bisa menjadi cerminan untuk beberapa masalah koordinasi dan keterlambatan di dalam geladak SKIS, bahkan mungkin juga kapal FSI. Kepala dan wakil kepala geladak SKIS berusaha seoptimal mungkin dapat mendorong para awak dapat berkembang seiring dengan berjalannya program dakwah, bukan hanya sekadar menjalankan tapi mereka juga melakukan proses learning by doing, kemudian belajar mengambil keputusan sehingga soft skill dapat terlatih. Meskipun di masa depan tetap ada evaluasi dengan cara ini agar kualitas pelaksanaan prodak dapat ikut meningkat lebih cepat. Akhirnya, kapal FSI musim ini sebentar lagi berlabuh. Sudahkah kapal ini memberikan harapan para personilnya. Atau jangan-jangan sebenarnya

yang

harus

dicapai

setiap

musim

adalah

hanya

melengkapi wilayah penaklukkan, wilayah penaklukkanbaru yang sudah dicapai suatu kapal setiap musimnya. Sehingga pada suatu saat kelak wilayah itu akan lengkap seluruhnya, sehingga peradaban dengan nilai-nilai mulia Islam benar-benar disadari dan dilaksanakan.


Sebentar lagi perpisahan itu akan kembali terjadi.. Kisah yang dibangun di dalam kapal ini hampir setahun ke belakang akan menjadi sejarah. Aku selalu merasa terharu menjelang perpisahan, banyak sekali evaluasi untuk perjalanan berikutnya. Aku tidak menyesal, namun mengambil pelajaran bukanlah suatu kesalahan karena setiap tahun rasanya akan selalu ada pelajaran dalam setiap pelayaran. Tak mudah rasanya melepaskan “lagi� apa yang sudah terbangun ini. Ya kata lagi sebagaimana satu tahun lalu ketika aku hanya staff kapal yang sudah kerasan berlayar bersama kapal ini. Apakah di musim depan rasa, jalinan, pelajaran akan sama. Duh, rasanya tak ingin pelayaran ini cepat berakhir. Tetapi, sebagaimana kata pepatah ini “People come people go, People learn people change, People heart people forgive, But, never forget� Aku akan terus ingat dengan semua pelajaran dalam pelayaran ini, aku tak ingin melupakan setiap orang yang sudah kukenal dalam pelayaran ini. Senang rasanya bila suatu saat kita bisa kembali saling membantu dalam memudahkan segala urusan dalam hidup ini. Sekarang saatnya kembali merefleksikan perjalanan berikutnya, apakah aku masih akan berlayar di kapal yang sama atau harus


berpindah, atau bahkan tak perlu berlayar tapi menggembala, atau memancing atau menikmati hidup di tempat lain. Sudah ada angin bertiup yang membuatku melihat keindahan di tempat lain, sudah ada panorama yang masuk daftar penjelajahan-ku selanjutnya, bahkan ada lambaian yang menawarkan kemungkinan lain. Biarlah angin membawa kelak, kearah datangnya pertanda, ke tempat yang belum ditaklukkan, untuk menuliskan sejarah baru, sementara itu aku di sini bersiap...

GREAT VOYAGE Sebuah Cerita Mengarungi Lautan Cinta di Kapal Biru 2013-2014 By Rifqi Hendria Tersebutlah

seorang

anak

yang

baru

pertama

kalinya

menginjakkan kakinya di pulau yang berpasir abu-abu. Kaka namanya. Terdengar seperti nama seorang pemain bola? Iya memang. Cerita ini kan konotasi. Di pulau berpasir abu-abu itu ia dipertemukan dengan orangorang di dalam sebuah kelompok yang anggota-anggotanya terdiri dari pendatang-pendatang baru yang sengaja berlayar ke pulau ini dan berhasil, tidak sengaja menemukan pulau ini, kehilangan arah, atau bahkan tidak sengaja terdampar di pulau ini. Di antara pelancong-pelancong di dalam kelompok tersebut, Kaka bertemu


dengan Jangkers—seorang yang tega menelan sahabatnya sendiri karena saking cintanya ia dengan sahabatnya, dan Aa Jimmy—aa yang suka ngelantur, tapi jago taekwondo. Enam bulan setelah pertemuan perdana mereka itu mereka bersama-sama mengarungi samudera cinta, dan tidak terasa, mereka telah mengarunginya bersama-sama selama dua tahun, walaupun berbeda peran, tetapi di dalam kapal yang sama, kapal biru. Hari demi hari dilalui oleh Kaka, sampai pada saatnya di pulau berpasir abu-abu itu sedang mengadakan pendaftaran pelayaran episode pertama, episode pelayaran pendek. Kaka pun kesana kemari, celingak celinguk, melihat-lihat, namun tidak memperhatikan. Tidak ada yang menarik bagi Kaka, ia dulu hanya seorang fanatik salah satu game sepakbola virtual, tidak peduli dengan kepanitiaan bla bla bla. Pelayaran Pendek Interaksi dengan teman-teman, bertukar pikiran, membuat Kaka tertarik untuk ikut pelayaran pendek itu. Ia pun mendaftar salah satu pelayaran yang awak-awaknya berseragam merah, namun kapalnya berwarna hijau. Sementara itu, Kaka juga mempunyai tugas berlayar di kapal yang lain, kapal biru. Ada seorang kerdus dari Yaman yang mengajaknya untuk mengikuti pelayaran pendek kapal biru yang pada edisi pelayaran kali itu, awak kapalnya berseragam putih. Nakhodanya adalah si kerdus rapper.


Edisi pelayaran pendek pun telah berakhir. Pulau berpasir abuabu pun kembali dimeriahkan dengan episode kedua, episode pelayaran panjang. Kaka yang tadinya bergabung di pelayaran pendek kapal hijau tertarik untuk bergabung kembali dengan kapal hijau di edisi pelayaran panjang kali ini. Namun di lain sisi, si kerdus dari Yaman tiba-tiba mengajak Kaka untuk bergabung di pelayaran panjang kapal biru untuk kedua kalinya. Pelayaran Panjang Singkat cerita, biar nggak pada mager bacanya, Kaka memilih untuk melanjutkan pelayaran panjang bersama kapal biru, ia bekerja sebagai awak kapal yang bertugas mencari harta karun di pelayaran itu. Ia bekerja bersama bos Yaman kerdus dan wakil bos serta big boss yang namanya nyerempet, Ananti dan Anti. Tidak lupa pula kita berikan

credit kepada

Muiqra,

sang diver

yang

kebanyakan

tenggelamnya, yang kini telah terselamatkan dan menjadi wakil bos pencari harta karun. Tidak terasa, setahun telah Kaka lalui. Pelayaran itu pun sampai pada ujungnya. Kapten Fariz Sparrow mentitahkan pelayaran kapal selanjutnya kepada kapten Handy Suparrow. Lagi, kapal biru membuka pendaftaran pelayaran panjang yang kedua kalinya semenjak Kaka menginjakkan kakinya di pulau berpasir abu-abu itu.


Kaka pun bingung, apakah ia akan mendaftar lagi pada pelayaran kapal biru untuk kedua kalinya. Apakah ia memang benarbenar butuh berlayar dengan kapal biru itu. Apakah kapal biru itu akan memberikan pelayaran yang lebih sensasional dan menantang dibanding pelayaran sebelumnya. Kaka bergumam dalam otak seraya berpikir keras dalam hati. Kaka kembali celingak-celinguk, melihat kesana kemari, scroll up scroll down. Hambatan lain yang mencegah Kaka untuk mendapatkan tiket masuk kapal adalah orangtua Kaka yang keberatan untuk mengizinkan Kaka mengikuti pelayaran itu kembali, dikarenakan Kaka pernah sekali terjun bebas tanpa parasut dari pesawat akademik. Namun, Kaka menjelaskan bahwa ia sangat butuh pelayaran tersebut untuk memperkaya pengalamannya dalam hal berenang mengarungi lautan Ilmu Islam, mendapatkan teman dan lingkungan yang senantiasa menjaga imannya, serta menyelam untuk menyelamatkan orang-orang yang tenggelam di dasar lautan cinta dunia. Akhirnya orangtua Kaka pun mengizinkan. Tiba-tiba Kaka mendapatkan surat wasiat dari wakil bos pencari harta karun terdahulu. Isi suratnya adalah mengajak Kaka untuk bergabung kembali di pelayaran yang kedua dengan menjadi bos atau wakil bos pencari harta karun. Jreng jreng. Kaka kembali galau seperti butiran debu. Di dalam otaknya ia berpikir, di dalam hatinya ia berdzikir << inilah yang akan menjadi jargon pelayaran Kaka untuk setahun ke depan. Ya, setelah berpikir dalam hati dan berdzikir dalam otak, Kaka memutuskan untuk memilih peran pelayarannya antara


menjadi penggerak utama kapal atau kembali menjadi pengumpul harta karun. Kaka pun masih bingung, ia membuat Grand Map untuk kedua peran tersebut. Ia pun kembali berpikir keras dalam hati dan berdzikir lembut dalam otak, dan memperhatikan dengan seksama foto dari kapten dan big boss tiap bidang dari kapal biru pada pelayaran kedua kali ini. Ia pun melihat bahwa si kerdus Yaman sekarang telah menjadi big boss pengumpul harta karun. Seakan tak percaya, ia pun mengambil lup, mikroskop elektron, bahkan menggunakan jasa bantuan pakar telematika Roy Suryo untuk memastikan apakah foto tersebut asli. Memang si kerdus Yaman sangat ahli dalam strategi mengumpulkan harta karun, tetapi Kaka bergumam “masa iya gua ketemu si kerdus Yaman lagi, ga bosen apa?� Hahahah damai bang :D . Kaka pun mencari tantangan baru, tekad bulat Kaka adalah mengikuti pelayaran dengan peran sebagai wakil bos penggerak utama kapal di subbidang memperluas pengaruh kapal dan mengkaji badai-badai yang tengah terjadi di samudera. Pelayaran Panjang Episode Kedua Kaka pun bertemu dengan partnernya, Kokoh. Kokoh dan Kaka, terdengar serasi namun dipaksakan. Mereka berdua mengarungi pelayaran

sebagai

bos

dan

wakil

bos

di

subbidang

yang

bertugasmemperluas pengaruh kapal dan mengkaji badai-badai yang tengah terjadi di samudera.


Sampailah pada saatnya pembukaan pendaftaran pelayaran bagi awak-awak kapal. Kokoh dan Kaka pun memilih siapa awak yang tepat untuk mengisi peran di bidang yang mereka supervisi. Dan mereka pun mendapatkan awak-awak kapal tangguh tersebut, setelah melalui diskusi, pertikaian, dan unjuk rasa yang alot di antara kedua puluh empat bos dan wakil bos serta sepuluh jajaran kapten dan big boss pelayaran kapal biru. Awak-awak kapal yang terpiliih itu ialah Syekh, Omar, Pak Pol, Broh, Raul, Bayi Madinah, MJ, dan Economics. Awak-awak kapal yang memiliki kepribadian dan tingkah polah yang berbeda antara satu dengan lainnya.Setelah melalui pertimbangan berat badan masing-masing, kami memutuskan untuk mengganti nama kami sebelumnya yaitu SKISers, karena terdengar seperti nama salah satu pesawat sederhana. Atas usulan dari MJ, kami menamai diri kami SKISians. Mereka bersepuluh mulai mengarungi lautan Islam dengan badai-badai hedonisme yang terjadi di dalamnya. Bidang penggerak utama kapal ini dipimpin oleh big boss Olive Oil, yang telah mendapatkan mandat dari Popeye si pelaut. Di bidang penggerak utama kapal ini juga terdapat subbidang perompak syariah yang jajaran bosnya adalah Dito, Dedeh, dan Vemo. Terapung, tenggelam, bahkan melayang pun dilalui oleh SKISians. Semangat di awal ditandai dengan rapat yang selalu dihadiri penuh oleh para awak kapal hingga sama sekali tidak pernah full


team. Cahaya SKIS bagi pelayaran kapal biru tampak terang di awal, ditandai dengan kajian Siroh perdana sukses diselenggarakan. Badai Namun, seiring berjalannya kapal mengarungi lautan yang penuh dengan badai hedonisme, muncul badai-badai lain yang tidak kalah trengginasnya, mulai dari badai el magero, el ngareto, el ngilango, hingga el demoto. Cahaya SKIS pun mulai redup, diawali dengan kelalaian dari sisi permintaan publikasi kepada bidang Mati Tetap Islam, kurangnya wisatawan yang hadir di museum Siroh dan Oasis, kotak hitam Oasis interactive yang terdampar entah dimana setelah kecelakaan pesawat oleh pilot Omar, perginya Bayi Madinah entah hanyut ke sungai Nil atau Ciliwung, perginya Pak Pol menunaikan tugas Negara di daerah perbatasan, hingga perginya Broh menunaikan tugasnya di subbidang perompak syariah. Kokoh dan Kaka pun mulai pusing, ditambah lagi Kaka yang sering berulah sehingga malah menambah kepuyengan Kokoh. Kokoh si pelancong dari planet Bekasi dan barangkali memiliki saudara yang bernama Basuki dengan kapasitasnya sebagai bos, berinisiatif untuk kembali menghidupkan cahaya SKIS yang telah redup seredupredupnya, entahlah caranya dengan mengambil cahaya matahari yang kelewat panas di Bekasi dan menanamkannya di SKIS atau apapun itu. Kokoh pun kembali menghidupkan cahaya SKIS bekerjasama dengan Kaka.


Cahaya itu Kembali Dengan kembalinya para awak kapal, perlahan cahaya SKIS kembali menerangi pelayaran kapal. Tulisan-tulisan tetap diproduksi oleh SKISians, kultwit, dan juga konsisten mengadakan open museum Siroh dan Oasis. Cahaya SKIS juga diterangi oleh diadakannya survey minat warga pulau berpasir abu-abu terhadap open museum yang diadakan kapal biru. Cahaya SKIS juga diterangi oleh hati besar yang berwarna-warni yang tertambat di layar mading kapal biru di gedung A, hati yang dipenuhi oleh harapan dan cita-cita pribadi dari warga pulau berpasir abu-abu. Cahaya SKIS kembali diterangi oleh Oasis Interactive, rutinnya diskusi via WhatsApp yang diisi oleh pelancong dari penghuni pulau berpasir abu-abu bahkan hingga Negara makara kuning, bahkan hingga benua Sumatra pun juga ada. WhatsApp tausiyah serta One Day One Juz (ODOJ) pulau berpasir abu-abu pun mulai dirintis untuk aktif kembali, tidak lupa pula kotak hitam Oasis Interactive yang telah ditemukan dan pilot Omar yang dinyatakan selamat setelah beku selama 100 tahun selayaknya Captain America, serta kapal biru bersuara pun dapat terselenggara sebanyak 2 kali. Cahaya

SKIS

juga

diperkuat

brightnessnya

oleh

keberhasilan

kontingen pulau berpasir abu-abu merebut juara umum kedua di kancah Negara Makara Kuning Quranic Olympiad. Dan tak terasa pelayaran itu harus berakhir, memang sudah hukum alam, ada pertemuan dan harus ada perpisahan. Pelayaran itu tiba di sebuah pulau yang masih berpasir abu-abu, tetapi suasana di


dalamnya terlihat lebih adem, hedonisme walaupun masih ada, setidaknya perlahan semakin berkurang dengan adanya pelayaran kapal biru ini. Berpisah. . . Betawi Otentik,

Kapten Handy Suparrow,

CakZuli,

si kerdus

Olive Oil,

Atlit Voli,

rapper, si kerdus Yaman,

Syuhada Lady,

Pembina Umat,

mbak yang seneng manggil orang dengan dek,

kakak pinter.

Dito,

Dedeh,

Vemo,

Jendral,

MP yang terlahir untuk MP,

DVD yang prihatin, Aa Jimmy, Si designer tangguh,

si ganteng yang kegalauannya tak

melebihi kegantengannya, si kerdus kreatif yang paling gokil kekerdusannya, Bedebidi,

Wahyu,

Miki,

Subuh,

Shafa, Muslimah,

Nikmah,

Firdaus P. Siagian, Megu,

Kak Nurul,


Muiqra sang qiyadah,

Jangkers yang rela menelan

sahabatnya sendiri. Kalian hebat dengan cara kalian masing-masing, terima kasih telah menjadi nakhoda dan partner dalam pelayaran kapal biru tahun ini. SKIS‌ Awak-awak tangguh itu pun pergi satu demi satu menapaki jejak impian mereka masing-masing. Entah siapa yang akan kembali berlayar di pelayaran panjang kapal biru. Syekh, dengan kerendahan hatinya dan ilmu luas yang dimilikinya menjadikan kesejukan menghampiri SKIS bahkan bagi pelayaran kapal biru ini. Kita harus banyak belajar dari beliau. Omar, dengan niat kuatnya, mengajarkan kita bagaimana caranya menjadi seorang yang tetap tegar. Walaupun pernah jatuh kandas menjadi pilot, ia tetap tegar dan kembali bangkit dengan kekuatannya. Pak Pol, walaupun pernah menjalani tugas kenegaraan di daerah perbatasan dan meninggalkan kami sementara waktu, ia kembali dengan jiwa kepolisian yang dimilikinya membuat SKIS yang dihuni oleh pria-pria yang tidak seperti dirinya, menjadi SKIS yang berotot, baik badan, hati, maupun otak.


Broh, si penulis ulung, selain berlayar bersama kapal biru, ia juga berlayar bersama kapal merah marun. Walaupun sering diterjang ombak dari salah satu subbidang perompak syariah, ia tetap tegar untuk berkontribusi di SKIS. MJ, bukan penyanyi pop kondang yang sudah di alam baka. Kurang lebih sama seperti Syekh, sosoknya yang kalem, ngomong seperlunya, patut diacungi jempol atas konsistensinya di pelayaran kapal biru ini. Bayi Madinah, walaupun ia sering diterjang badai, ia sangat berperan sebagai pencatat pengeluaran dari SKIS dan kontribusikontribusi lainnya di setiap open museum dari SKIS. Ia memiliki bakat di dalam English Debate. Terima kasih sudah menjadi finalis Negara Makara Kuning Quranic Olympiad. Raul, bukan pemain sepakbola Spanyol. Sangat berjiwa sosial. Berperan besar dalam pelayaran kapal biru ini. Pada saat SKIS kekurangan SDM, ia hadir dengan jiwa sosialnya dengan penuh pemberian. Economics. Ia memiliki inisial yang sama persis dengan jurusan yang ia pilih di pulau berpasir abu-abu. Barangkali ia memang ditakdirkan begitu. Bersama Pak Pol, sosok yang paling periang, senyum ditebar, tawa ditebar. Sosoknya yang ramah membuat SKIS yang dihuni oleh sosok-sosok syahdu menjadi SKIS yang berwarna, hidup, dan dinamik.


Special thanks to Kokoh. Alien dari Bekasi yang mungkin kewalahan memiliki seorang wakil seperti Kaka. Jiwa inisiatif sebagai bos yang dimilikinya mampu membuat SKIS menghalau berbagai macam ombak dan badai yang ganas. Sosok partner yang serius dan berintegritas, mampu meredam tingkah polah Kaka yang kebanyakan ngawur dan bercanda. Saya meminta maaf kepada Kokoh karena banyak sekali kekurangan-kekurangan yang saya hadirkan untuk Kokoh sebagai partner kerja sama. Karena seorang Kaka juga mempunyai kekurangan. Tolong dimaafkan ya Koh. Terima kasih kepada segenap kru kapal biru yang telah memberikan pengalaman tak terlupakan, pahit manis pelayaran, tangis tawa pelayaran. Hanya satu kata lah yang mengikat kita dimanapun kita berada nantinya, Ukhuwah. Semoga persaudaraan kita berlanjut hingga di Jannah Allah nanti. Amiin Ya Allah. Kru InnovAct, kalian luar biasaaa

-Diketik dengan hati, dipikir dengan tangan-

Bersama Kita Berlayar By Zaid Abdul Aziz


Masuk ke FEUI sampai sekarang masih menjadi hal yang saya tidak percayai. Ya, bagaimana bisa, seorang anak lulusan IPA, murni IPA, saya tak pernah menyentuh buku-buku IPS di SMA karna memang kurikulum sekolah saya demikian, bisa masuk ke kampus no. 1 di negeri ini, di jurusan yang katanya penuh persaingan pula, Akuntansi. Hal lain yang membuat saya tak percaya pula, saya masuk di tahun kedua setelah kelulusan saya, yang pada waktu yang sama, saya masih aktif kuliah di “kampus biru�, kampus yang pelajarannya bertolak belakang 180 derajat dari kampus ini. memang pernah tersirat keinginan menjadi seperti ayah, seorang auditor, tapi saya tak pernah mengira Allah begitu memudahkan jalannya bagi saya. Memasuki kampus ini, saya sudah menaruh niat untuk terus berdakwah, dengan sedikt ilmu yang saya punya. Tahun pertama perkuliahan berjalan, saya masih harus menyesuaikan diri dengan alam baru saya. Dunia saya di kampus baru ini, berbeda jauh dengan dunia di kampus yang dahulu. Apalagi untuk orang seperti saya yang susah gaul dengan orang yang menurut saya terlampau jauh dengan jalan hidup saya. Itulah mengapa, meski saya tahu disana ada kapal besar yang bisa menampung orang-orang yang punya tujuan seperti saya, saya belum bisa memutuskan untuk ikut menumpang di kapal tersebut, saya masih menimbang, bisakah orang seperti saya, yang tak ada pengalaman dakwah di dunia real seperti di kampus baru ini, ikut bergabung dengan kapal besar itu.


Di tahun kedua, barulah saya memutuskan untuk bergabung dengan kapal besar itu. Tentu kalian sudah tahu, apa yang saya maksud dengan kapal besar disini, tak perlu saya menyebutnya secara tersurat. Saya sadar, pelayaran akan lebih efektif dengan kapal besar, bukan dengan sekoci atau sampan kecil seperti yang saya lakukan ketika itu. Alhamdulillah-nya, para nahkoda di kapal tersebut mau menerima saya, orang yang mungkin tak pernah tersebut namanya di dunia pergaulan kampus ini. Di kapal ini, saya tak merasa sendiri lagi. Saya tersadar, ada begitu banyak awak kapal yang tulus untuk terus bersama mengarahkan kapal agar tetap berada di jalurnya, jalur dakwah. Saya merasa nyaman di kapal ini. Akhirnya, jangkar kapal itu diangkat, layarnya dibuka dan Sang Nahkoda telah memberikan aba-aba untuk berangkat. Dalam kapal ini, saya ditempatkan bersama sebuah tim yang begitu unik. tim yang dikepalai oleh seorang yang begitu keren dan pendampingnya yang berapi-api dan selalu semangat. Ada 7 anggota lainnya dalam tim tersebut, ada si Ibrahim yang pendiam dan misterius, banyak wawasan tersimpan dalam diamnya, ada Umar si jangkung yang sudah begitu akrab dengan saya sebelum bergabung dengan kapal ini, entahlah, saya pun telah lupa, sejak akapan saya akrab dan kenal dengan bocah ini. Lalu ada si Tito, si tampan bertubuh atletis yang selalu sigap. Miftah, Ina, Baby dan Israul, adalah 4 anggota lainnya yang semuanya gadis cerdas, periang dan bersemangat.


Pelayaran sebuah kapal tak mungkin hanya berjalan dengan tenang di lautan. Pasti adakalanya kapal tersebut diterpa hujan badai, angin yang tak sesuai dengan tujuan kapal, atau gelimbang yang mengombang-ambingkan

kapal.

Seperti

itu

pulalah

pelayaran

bersama kapal besar ini. pelayaran tak selamanya berjalan dengan tenang dan mulus. Adakalanya lekukan wajah kekecewaan, perkataan ketidakpuasan yang terlontar, atau sikap yang tak disukai muncul dari perjalan kami selama satu tahun. Tapi itulah bumbu perjalanan, tanpa tu semua, sebuah perjalan justru tersa hambar dan kurang “greget�. Dan dari sana pula lah kami banyak belajar, bagaimana seharusnya kami saling berkompromi dan memaklumi. Banyak sekali pelajaran yang saya dapat dari perjalanan selama satu tahun ini dengan mereka. Dengan kedua sang kapten yang selalu memberi saya masukan dan arahan, walau semua arahan mereka tak semuanya bisa dan mampu saya jalankan. Semua anggota tim yang begitu memberi inspirasi bagi saya. Dan inilah akhir perjalan itu. Sampai tulisan ini dibuat, saya belum tahu akankah melajutkan pelayaran dengan kapal besar ini atau tidak. Bagi saya, melanjutkan atau tidak, jalur saya dan kapal ini tetap sama. Kenangan-kenangan indah di kapal besar itu tidak akan pernah saya lupakan, meski nanti saya harus membuntutinya dari belakang, atau berjalan beriringan di sampingnya untuk satu tujuan yang sama, dakwah ilallah.


Kalisari, Akhir tahun 2014 Zaid Abdul Aziz

TENTANG KITA By Miftahul Jannah Akuntansi, FEUI, tiba-tiba saja melekat padaku. Anak sekolahan yang dulunya hidup selama tiga tahun di asrama. Memandang Danau Maninjau dan hamparan perbukitan tiap harinya. Belajar tentang eksponensial, logaritma, tabel periodik dan rumus-rumus kimia. Namun kini terdampar di tepi kolam makara, dengan orang-orang yang sibuk dengan urusannya, membicarakan forecasting, nilai kuis, rapat ini itu, gaul, dan kurva-kurva. Yeah, inilah FEUI dengan segala macam simbol hedonismenya. Tapi tak lupa pula ada obrolan tentang perkumpulan dan organisasi. Yeah, inilah benua abu-abu yang menyatukan wajah-wajah haus ilmu dari berbagai penjuru. Ketika masa orientasi mahasiswa baru, dikenalkanlah apa saja yang ada di FEUI. Segala macam kegiatan ada di sini. Yang suka olahraga, silahkan. Yang suka seni, difasilitasi. Yang ingin melatih jiwa kepemimpinan, tersedia. Jika tidak ingin ikut kegiatan apa-apa, juga siahkan. Menjadi mahasiswa kupu-kupu, belajar siang dan malam, tidak ada yang melarang. Demikian juga dengan urusan agama. Islam,


Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, terserah. Bahkan jika kau menjadi agnostik dan atheis pun, tidak ada yang peduli. Tidak akan ada yang mengganggu privasimu. Benarkah tidak ada yang peduli? Di saat itulah, aku menemukan kapal biru FSI FEUI yang berlayar dengan penuh kedamaian,

mengayomi

mahasiswa

muslim

di

FEUI,

dan

memperjuangkan serta mensyiarkan kalau Islam itu ada di kampus yang katanya terbaik di negeri ini. Aku sebagai pendatang baru, yang merasa tersesat di dunia antah berantah yang memiliki banyak sekali godaan, merasa memerlukan sebuah pegangan. Aku memerlukan pedoman untuk melangkah di koridor yang benar. Aku memerlukan teman-teman untuk bersandar, tempat untuk beristirahat ketika lelah dengan segala tetek bengek benua abu-abu ini. Di lain sisi, aku juga ingin menjadi bagian dari orang-orang yang menyatakan bahwa Islam itu ada di sini. Maka saat itulah aku melihat kalau yang peduli itu ada. Maka aku memutuskan untuk ikut berlayar bersama kapal besar ini, kapal FSI FEUI. Di awal pelayaran, aku sangat bahagia bertemu dengan temanteman yang satu visi, satu pandangan, dan satu cita-cita di FSI. Ada si duo syekh yang kaya ilmu, yang selalu kompak entah sejak kapan. Yang jelas mereka selalu berkompromi. Ada si Penyair, pujangga ulung yang pendiam dan kadang misterius, menyembunyikan segalanya di balik tinta dan kaa-kataya. Ada juga gadis kalem tapi ada saat dibutuhkan. Ada Pak Komandan yang selalu berapi-api, seperti


gadis periang yang juga menjadi bagian dari kami. Dan tak lupa ada gadis kritis yang kadang cerewet. Bersama-sama, kami menjadi anak buah kapal. Kami dipimpin oleh dua orang kapten. Kami adalah anakanak tanpa ibu, dengan dua orang ayah. Kedua orang ayah kami ini juga selalu kompak dan sabar dalam memberikan instruksi, menunjukkan arah kepada kami, anak buah kapal yang baru, yang masih ingusan. Kami adalah sebuah tim yang solid. Di dalam kapal biru bernama FSI ini, kami menempati geladak bernama SKIS. Di awal perjalanan, semuanya bersemangat, semuanya menyumbangkan ideide brilian untuk masa depan kapal dan isinya yang lebih baik. Prodak demi prodak pun terlaksana. Namun, angin tak selamanya sepoi-sepoi. Ada kalanya ia menjadi angin ribut. Selama dalam perjalanan, gerimis pun berubah menjadi hujan deras yang kadang disertai badai. Kami, para awak kapal biru ini, tidak semuanya tahan dengan cuaca yang kadang tidak bersahabat ini. Satu persatu, ada yang terserang penyakit karena cuaca ini. Penyakit apa lagi kalau bukan malas dan kurang peka. Ada juga

yang

diam-diam

berusaha

menyusup

ke

tempat

lain,

meninggalkan kapal biru begitu saja. Padahal saat itu masih banyak yang harus dibereskan. Ada pengecatan dinding kapal, ada perbaikan mesin kapal, dan ada juga yang tengah menyiapkan santapan untuk semua awak kapal. Aku sebagai anak buah pun mencoba tetap bertahan, bersama yang lainnya juga yang melakukan hal yang sama. Kami berharap, anak buah kapal yang lain suatu saat akan kembali,


karena sebenarnya tidak pernah ada yang menyuruh pergi. Kapal ini selalu terbuka untukku, untukmu, untuk kita, kawan. Kini di sinilah aku. Memandang lautan lepas dari sisi buritan kapal. Angin sepoi-sepoi memainkan ujung-ujung jilbabku. Di kejauhan, nampak sebuah pulau yang menjadi tujuan persinggahan sementara kapal ini. Pulau Madani-kah itu? Belum, kami masih jauh dari Pulau Madani. Akan tetapi, kapal perlu berlabuh untuk sesaat, mengganti dan memperbaiki suku cadang yang rusak, mencari anak buah kapal yang baru, dan mengisi bahan bakar, agar kembali prima untuk mengarungi lautan kembali, menelusuri pulau demi pulau, benua demi benua, hingga nanti suatu saat akhirnya menemukan Pulau Madani. Angin menghembuskan kabar bahwa perjalanan akan segera berakhir, sebentar lagi, meski untuk sesaat. Angin menghembuskan semua kenangan akan kapal ini. Kuhirup udara dalam-dalam, rakus, seakan ingin menyedot semua oksigen yang ada, mengisinya penuh ke paru-paruku. Aroma garam yang kental terasa, sekental keping-keping kenangan yang tiba-tiba berseliweran tanpa bisa kuhentikan. Kapal ini telah menjadi rumah ukhuwah bagi kita. Kapal ini telah menjadi saksi bisu bahwa di tengah ketidakpeldulian dan kerasnya gelombang di luar sana, ada kelembutan dan cinta yang berdenyut di jantung kapal ini, mengalirkan energi positif kepada semua penumpangnya. Ah, semuanya akan segera berlalu. Akhir akan menjadi awal yang baru.


Akankah aku ikut dengan pelayaran berikutnya? Hanya waktu dan Tuhan yang tahu. Kawan, ini cerita bukan tentangku atau tentangmu. Sama sekali bukan. Ini adalah cerita tentang kita, yang telah berjuang mengarungi lautan bersama-sama. Apalah artinya anak buah kapal tanpa kapten, nakhoda, dan anak buah kapal lainnya. Aku hanya bisa berharap, entah akan melanjutkan pelayaran ini atau bukan, kita tetap bisa menjadi saudara, bersama-sama saling mengingatkan untuk tidak tergelincir di dunia yang keras di luar sana, dunia yang sebenarnya. Terima kasih SKISians dan yang lainnya. Terima kasih untuk menjadi bagian dari cerita kita. Suatu saat, mari kita satukan mozaik cerita kita menjadi sebuah mahakarya yang disusun atas dasar cinta karena-Nya.

Depok, Desember 2014 Miftahul Jannah


A Shining Sailorship By Dita Anggraini

Dermaga ini sedang sepi. Seluruh kapal sedang berlayar karena iklim sedang membawa arus hangat ke tengah samudera dan mengumpulkan seluruh penghuni alam aquatic di sana. Inilah yang mengundang para pelayar dan nahkoda seluruh sudut bumi berduyun-duyun mengarungi samudera nan cantik dan menjanjikan hasil tangkapan segala spesies ikan yang ada. Sementara di daratan, dalam cuaca tropis yang setiap sorenya memberikan semburat jingga,satu kapal besar bertulis Great Voyage masih berlabuh, menenggelamkan jangkarnya dalam-dalam, masih belum akan berlayar. Di sudut kanan dermaga, di antara kontainer-kontainer yang siap diangkut, terbentang spanduk pencarian awak kapal yang bernama Great Voyage. Seorang kapten dan nahkoda inti lainnya dengan wajah semangat dan antusias menjelaskan sayembara “Ekspedisi Ukhuwah 14� yang tak lama lagi akan dilayarkan. Terlihat 10 wajah antusias sedang mencari nahkoda-nahkoda spesialis dan awak kapal yang akan bersama mengarungi samudera. Nahkoda spesialis itu diperlukan untuk bidang-bidang syiar & keilmuan, pengabdian dan pelayanan, eksternal, kaderisasi, dan aliansi tanpa bidang. Sayembara ini mengingatkanku pada sayembara yang sama persis setahun yang lalu, namun di kapal dan ekspedisi yang berbeda. Dari kesepuluh wajah bersemangat itu aku kenal semuanya, karena


kami adalah awak pelayaran ekspedisi Ukhuwah 13, ya ekspedisi tahun lalu. Namun kini mereka adalah kapten dan nahkoda utama yang akan memimpin Ekspedisi Ukhuwah 14. Tahun lalu, Ekspedisi Ukhuwah memang memberikan sejuta impressi bagi seluruh awal kapalnya. Semangat EnlightenUpmenemani para nahkodan dan awak kapal mengarungi samudera dan badai yang bisa setiap saat menerjang. Masih teringat saat tahun lalu ada satu awak yang akhirnya harus hilang karena hujan badai yang hampir membalikkan kapal 90 derajat. Tahun ini akan berbeda. Kapal yang siap dilayarkan telah lengkap dengan perangkat mutakhir yang tahan arus dan badai. Entah ini saat yang tepat atau tidak mengunjungi dermaga di saat seperti ini. Keinginan untuk kembali mengikuti ekspedisi muncul, mengingat Ekspedisi 13 adalah sebuah pengalaman luar biasa maka Ekspedisi 14 ini akan sangat menantang tentunya. Ah, kecenderungan itu semakin menjadi saat senja itu aku meninggalkan dermaga. Apa yang diperoleh dari ekspedisi Ukhuwah tentunya bukan hanya tentang memecahkan sebuah perjalanan, tapi ini tentang ukhuwah yang tak pernah bisa diputuskan oleh dimensi ruang dan waktu. Seisi kota terkadang terasa terlalu hiruk pikuk untuk berkontempelasi, maka Ekspedisi Ukhuwah ini adalah pilihan terbaik untuk kembali menemukan jati diri dan mempelajari hakikat sebuah perjalanan dengan kompas kehidupan.


Proses perekrutan awak kapal dan petugas dek kapal pun terus berjalan hingga 118 pos terisi. Tiba di hari pertama perngumpulan seluruh awak terpilih untuk menyatukan visi dan misi Ekspedisi Ukhuwah 14. Dengan semangat Innovaction seluruh awak siap berlayar menerjang ombak dalam kegagahan kapal Great Voyage. Jangkar diangkat, layar dibentangkan, haluan diputar menuju samudera luas. Aku bertugas di bidang syiar dan keilmuan. Berada di dek Shine dengan 2 nahkoda lainnya, Yuki dan Yoga. Yuki tak lain adalah rekan kerjaku di tahun lalu saat Ekspedisi Ukhuwah 13. Kami memutuskan untuk kembali menempati dek Shine dan membawa Ekspedisi Ukhuwah 14 ini dengan warna dari dek Shine yang kami harapkan semakin bersinar. Sementara Yoga adalah nahkoda baru di dek Shine. Sebelumnya dia awak Ekspedisi Ukhuwah 13 namun kami berada di dek yang berbeda. Sebelumnya tak terpikirkan akan menjadi nahkoda utama dek Shine ini. Tahun lalu ada banyak awak yang menurutku lebih baik dan kukira akan kembali mendaftar di ekspedisi tahun ini. Terpilihnya Yoga untuk bergabung di dek Shine ini juga cukup membawa kontroversi awak lain, sementara aku dan Yuki mungkin bisa dibilang akan menjadi partner yang klop, meskipun kami berbeda dari segi ekspresi. Kami membutuhkan dan merekrut 12 awak untuk membantu dek kami. Jumlah pendaftar yang melebihi kuota cukup membuat kami pusing memilih awak-awak yang kami harap akan membawa


kapal ini bersinar lewat dek Shine ini. Satu persatu kami interview dan seleksi hingga satu hal yang unik dan baru aku sadari di akhir perekrutan awak adalah sebaian besar yang ditolak adalah awak yang aku interview secara mandiri, namun sebagian besar yang diterima adalah mereka yang kami interview bersama. Inilah nama-nama bersinar yang kami pilih : Syafira, Izuddin, Sayid, Hillary, Putri, Santoso, Harits, Pertiwi, Alisah, Puspita, Setyo, dan Maulana. Setiap dari mereka memiliki kelebihan, kekurangan dan tentunya keunikan masing-masing. Syafira Perawakannya tidak terlalu tinggi, pun tidak pendek. Awak yang satu ini bisa dibilang sebagai kakak bagi awak-awak yang lain karena usia dan pengalamannya berlayar yang memang terbilang lebih lama. Izuddin Dia adalah awak yang memiliki intonasi paling khas saat menjawab salam, bak penyanyi dangdut, namun sayang suaranya tak memiliki cengkok. Izuddin adalah pelayar ganda, dalam satu pelayaran dia bisa berpindah ke kapal lain yang membutuhkan manakala kapal kami berpapasan dengan kapal eksekutif. Sayid Dek Shine ini tak pernah sepi syair puisi, sajak-sajak pelayaran tak pernah terlewat kami dengar. Adalah Sayid, awak yang berasal dari negeri Serambi Mekkah ini piawai dalam menulis bait puisi dan


menampilkannya dalam pertunjukan yang apik. Sayid adalah salah satu awak yang mengisi kemeriahan pentas seni Great Voyage manakala kapal sedang berada di arus tropis dan istirahat sejenak di tengah samudera dengan koordinat antah berantah. Hillary Sempat ada kekhawatiran dengan awak yang satu ini. Kompetensinya yang cukup baik masih tertutupi masa adaptasi di awal-awal pelayaran. Mabuk laut cukup membuatnya kewalahan. Namun, setelah melewati beberapa perbincangan dan pelatihan, dia bisa menunjukan performanya dilengkapi kolaborasi awak Shine lain. Putri Putri adalah awak yang memiliki logat bicara paling khas. Negeri Purworejo tempatnya berasal begitu melekat dalam imagenya. Awak yang satu ini begitu giat dan mampu merapikan banyak bagian administrasi dek Shine. Hampir semua riwayat perjalanan kami dia dokumentasikan. Santoso Ahli logistik yang ulung. Kapal ini tidak pernah kekurangan distribusi sandang dan pangan meskipun kami hidup hampir setahun di lautan. Koordinasi dan gerak cepat Santoso bisa diandalkan. Kapal ini bangga memilikinya. Harits Tidak ada yang tidak bisa tertawa jika berbincang dengannya. Siapa yang tahu, dibalik pembawaannya yang santai dan penuh


humor, ia memiliki capaian karir yang baik yakni posisi 3 di ajang sayembara Ekonomi Islam KIEISECOND 14. Santai humor adalah kekuatannya. Pertiwi Terkadang seru melihat Pertiwi yang akan menampakan wajah yang khas manakala dia sedang stres namun kemudian bisa berjingkrak saat masalahnya selesai. Pertiwi bisa sangat diandalkan dalam hal menjaga perolehan peti harta karun di dek Shine. Dia tidak akan

membiarkan

siapapun

masuk

mengambil dinar

dengan

seenaknya tanpa otorisasi darinya. Alisah Alisah

bertugas

di

bagian

kajian

peta

ekspedisi.

Kemampuannya berdiskusi dengan ahli peta tidak diragukan lagi. Arah kapal ini semakin jelas dan jarang-jarang koordinat kami menunjukan kesalahan arah. Puspita Awak nan tangguh dibalik kelembutannya. Puspita senang sekali berdiskusi mencari jalan keluar saat menghadapi masalah. Sharingadalah salah satu kekuatannya. Dia sendiri terkadang tidak pernah bisa membayangkan potensi besarnya padahal semuanya luar biasa!. Setyo Diaadalahawak yangmemiliki kemampuan intelektual yang baik.

Kaca

mata

miopi

yang

digunakan

cukup

menunjukan


kepandaiannya. Urusan penentuan koordinat dan prakiraan cuaca kami serahkan pada Setyo. Dia adalah peraih skor tertinggi di laga unjuk kebolehan awak kapal seantero negeri. Maulana Pembelajar yang baik. Tidak ada satupun ilmu pelayaran dan kelautan dia lewatkan, semuanya dia pelajari hingga perbendaharaan ilmunya tidak pernah tetap, terus bertambah. Sedikit pendiam memang, namun dibalik itu sejuta ilmu dia serap dan membuatnya berkembang sepanjang pelayaran. Dek Shine ini memang dek yang paling penuh. Awak kapal kami berjumlah terbanyak dibandingkan dek lain. Di sini lebih ramai, hangat dan mengesankan. Sesekali memang badai datang. Dengan begitu kami semakin erat, melingdungi satu sama lain dan memastikan tidak ada satupun yang hilang atau terhempas ke lautan. Kejadian setahun lalu tidak boleh terulang. Kini Ekspedisi Ukhuwan 14 sudah akan menepi. Sayembara kapten untuk ekspedisi tahun depan telah digelar dan menghasilkan tiga calon kapten. Arus yang kami lewati bisa dibilang semakin tenang, daratan sudah terlihat batang hidungnya. Namun kita tidak pernah tahu badai dan arus yang akan menerjang ratusan meter ke depan. Aku hanya ingin memastikan, dek Shine tetap diisi oleh 3 nahkoda dan 12 awak, hingga saat daratan kami injak, seluruh wajah teduh yang menyimpan cerita ketangguhan dan garis pantang menyerah itu tersenyum bahagia karena seluruh tantangan Ekspedisi


Ukhuwah 14 bisa dijalankan dengan sukses. Aku bangga pada mereka, Rangers Shine. Dear my rangers, Shineas I don't know I just wanna say I love you because of Him It’s too short but I'm too sure for having all of you Finding you wasn’t like finding a marine crew It’s such finding complement, more than a team, it is family, what a big family I'm afraid of someday It’ll be too excited for me to keep you all then you told the sailorship is too bored I'm afraid of someday It’ll be too excited for me to feel that all of you are always ok, however it’s not I'm afraid of someday I can't let you go for taking your own step and me too Still, I can imagine in our first meeting when my hands became cold and they’re too nervous to lead you all in this voyage’s deck. We call it Shine and together we made it bright. I'm afraid of not being someone who can keep her words, her habit and her doing I know all of you are tired, all of you still can't feel what the big deal from what we've done, but this sailorship is too precious to be forgetten and left without thanking.Allah who always gives us a kind way


Now, all of you’ll have your own path, but I'm sure it is not about leaving me, leaving our gang, it’s because we have to find the new zone, the zone which direct into the same destination till we meet again, hopefully Firdaus which will welcome us. I love you, lillaah Gang, family, team, Rangers! Bersinar di Kapal Inovasi-Aksi Oleh: Mahdiah Aulia – Wakadep SHINE 2014

Memasuki tahun 2014, ada suatu pertanyaan yang mengganjal di hatiku. Rasa takut bercampur dengan harapan akan suatu hal cukup membuat diri ini cemas akan perjalanan hidup selanjutnya. Tidak mudah bagiku untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang dilontarkan sebagian orang. Berbagai pertimbangan dan saran dari sesepuh maupun kawan seperjuangan aku kumpulkan agar dapat mengambil

keputusan

yang

terbaik;

keputusan

yang

akan

menentukan arah hidupku selanjutnya. Pertanyaan itu adalah, haruskah aku ikut berlayar menjadi bawahan nahkoda sebuah kapal yang bernama Inovasi-Aksi? Ah, alangkah baiknya aku bercerita dulu mengenai perjalanan hidupku. Negeri Minokoe tempatku berada sekarang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau yang mempunyai keunikan masing-masing. Pulau pertama terdiri dari orang-orang yang gemar mencatat, pulau


kedua ahli dalam mengelola berbagai hal dan pulau ketiga suka memikirkan hal-hal yang abstrak. Aku menjadi penduduk pulau pertama; orang-orang yang melihatku mungkin bisa langsung menebaknya. Walaupun begitu, aku suka dengan pelajaran yang ada di pulau ketiga. Hal yang abstrak, membutuhkan logika dan pemahaman serta berdampak besar; terlihat sangat menarik. Namun, juga ada ketertarikan kuat untuk mencari ilmu yang bernafaskan Islam; sedih rasanya jika waktuku diisi dengan memikirkan hal abstrak yang terbukti memiliki banyak kecacatan. Aku berusaha menemukan sebuah tempat dimana kedua passion ini bisa tersalurkan. Akhirnya keinginanku dikabulkan Allah SWT; aku bergabung dalam kumpulan orang-orang yang mempelajari ilmu minokoe berlandaskan syariat Islam. Betapa bahagianya aku bersama dengan teman-teman seperjuangan melakukan syiar ilmu minokoe Islam. Namun ternyata tidak semua harapanku terpenuhi; aku tidak merasa ilmuku cukup dalam bahkan setelah bergabung kurang lebih selama 10 bulan. Diriku telah disibukkan dengan kegiatan lain yang mengasah kemampuan dalam mengelola berbagai hal, walaupun masih berhubungan dengan ilmu minokoe Islam. Rasa puas dan kecewa pun bercampur di akhir masa perkumpulan ini. Kemudian tawaran itu datang. Di tahun 2014, sebuah kapal terlihat sedang bersiap-siap untuk berlayar. Kapal Inovasi-Aksi yang


mempunyai bendera bertuliskan motto Inovasi-Aksi. Nahkoda dan para kepala penanggung jawab kapal sedang mencari anggota untuk bergabung dalam pelayaran yang disebut Great Voyage. Pelayaran ini adalah sebuah keberlanjutan dari perkumpulan yang aku ikuti dulu, sehingga sebuah tawaran untuk menjadi anggota kapal dilayangkan kepadaku. Ya, tawaran inilah yang membuatku bimbang dan berpikir keras selama beberapa waktu. Rasa takut muncul; pantaskah aku menjadi anggota kapal ini? Posisi yang mungkin aku ambil adalah awak nahkoda yang menjadi citra kapal dan membawa nilai ilmu minokoe Islam untuk disebarkan ke pulau-pulau. Wah, berat sekali rasanya tanggung jawab itu. Aku takut tidak dapat mengemban amanah ini dengan kapasitas diriku yang masih kurang dalam mempelajari ilmu minokoe Islam. Namun juga ada harapan; aku dapat menggali lebih dalam ilmu ini jika bergabung dalam pelayaran. Terlibat dalam kegiatannya serta tanggung jawab yang akan aku emban dapat menjadi pendorong agar diri terus belajar. Dan aku juga ingin memperbaiki kekurangan yang ada di perkumpulan sebelumnya. Ilmu ini sangat bermanfaat, sehingga

sayang

jika

penduduk

Negeri

Minokoe

tidak

mengetahuinya. Pada akhirnya, harapan berhasil menjadi pemenang. Aku mencoba melamar menjadi anggota kapal Inovasi-Aksi. Serangkaian proses dilewati dengan berbagai hambatan yang muncul diantaranya. Setelah beberapa waktu, kapal Inovasi-Aksi pun mengumumkan


anggota kapalnya yang terpilih. Aku bersama dua orang partner terpilih menjadi awak nahkoda yaitu penanggung jawab syiar minokoe Islam dengan nama divisi Bersinar. Kedua partnerku adalah Raini yang menjadi ketua penanggung jawab dan Yanto yang juga menjadi wakil ketua. Mengetahui hal ini, jujur aku merasa pelayaran kami akan berjalan luar biasa. Kami bertiga akhirnya mencari awak yang pantas bergabung dalam divisi Bersinar. Syiar ini membutuhkan banyak awak kapal namun yang mendaftar untuk bergabung melebihi jumlah yang kami perlukan. Akhirnya setelah melakukan proses seleksi terpilihlah 12 orang awak kapal divisi Bersinar yang kami yakini memiliki potensi besar untuk bersinar di kapal Inovasi-Aksi. Jumlah anggota divisi Bersinar adalah yang paling banyak, sehingga tanggung jawab Raini, Yanto dan aku juga semakin besar; kami harus mampu memenuhi ekspektasi para awak mengenai pelayaran ini serta melakukan syiar ilmu minokoe Islam ke pulau-pulau Negeri Minokoe dan negeri tetangga lainnya. Memulai sesuatu yang baru bukanlah hal yang mudah. Aku, Raini dan Yanto sebagai ‘percontohan’ bagi awak Bersinar juga membutuhkan waktu untuk memahami dan melaksanakan tanggung jawab kami sebaik-baiknya. Lebih dari setengah pelayaran di kapal Inovasi-Aksi telah kami lalui bersama hingga saat ini. Aku tersenyum mengingat perjalanan yang telah kami lalui bertiga sebagai penanggung jawab divisi Bersinar. Ada tawa dan canda serta apresiasi


yang kami berikan satu sama lain, namun diselingi juga dengan rasa letih, jenuh dan terkadang miskomunikasi melalui percakapan tidak langsung yang dilakukan (mungkin karena kedua partnerku ini kurang ekspresif..). Tapi aku sangat bahagia memiliki Raini dan Yanto sebagai partner karena mereka adalah orang yang bersinar dengan cahaya masing-masing yang unik. Kekuranganku dapat mereka tutupi dan begitu juga sebaliknya. Membimbing dua belas awak bukanlah hal yang mudah; sejujurnya sangat susah. Tapi adanya Raini dengan semangatnya yang tinggi dan Yanto dengan idenya yang terkadang aneh namun efektif dapat membuat pelayaran ini tidak kehilangan arah. Akhir dari pelayaran ini telah dapat kita lihat bersama, dan aku sadar Bersinar tidak dapat selamat dari badai yang menerpa tanpa kehadiran mereka berdua sebagai partner yang hebat. Mengenai para awak divisi Bersinar, ah, betapa bangga aku melihat mereka semua. Dimulai dari bakmishinta – tiga awak penanggung

jawab

syiar

bulanan

minokoe Islam.

Mengingat

perjuangan mereka mengadakan syiar ini, aku tidak bisa untuk tidak tersenyum. Ada badai besar menerjang kapal Inovasi-Aksi ketika syiar ini pertama kali akan dilakukan. Wah, sungguh perjuangan yang berat untuk dapat melalui badai ini dan semua anggota Bersinar bersamasama berusaha melewatinya. Alhamdulillah, berkat bantuan Allah SWT, syiar pembuka minokoe Islam dapat dilakukan dengan sangat baik. Penduduk Negeri Minokoe dan negeri tetangga banyak yang menyambut dengan bahagia syiar ini. Sudah tiga kali syiar bulanan ini


kami lakukan dan alhamdulillah berjalan dengan baik dengan perjuangan bakmishinta. Kemudian alaynyong – dua awak kapal yang bertugas menjadi penghubung kapal Inovasi-Aksi dengan kapal FoSSEI yang bergerak di syiar minokoe Islam dalam skala lebih besar. Mereka berdua mempunyai komitmen yang tinggi; berusaha selalu hadir dalam setiap kegiatan syiar kedua kapal ini. Mengingat perjuangan mereka, aku menjadi bangga dapat memiliki mereka sebagai awak divisi Bersinar. Alay dengan kemampuan menggubah dan membaca puisinya adalah orang yang ekspresif; aku teringat ia mengemukakan ide untuk mengerjai anggota Bersinar yang sedang berulang tahun dengan berteriak kalau nyong terjatuh dari kapal dan tercebur ke laut. Nyong yang telaten mencatat dan sifatnya yang tulus, kehadirannya selalu menghangatkan pertemuan divisi Bersinar. Aku ingin punya adik seperti nyong, dan memilikinya sebagai awak kapal Inovasi-Aksi membuatku bahagia. Baru lima awak kapal yang aku sebutkan, masih ada tujuh awak lagi yang telah menjadikan divisi Bersinar menjadi bersinar. Mari lanjutkan kisah ini dengan perjalanan Debib – dua awak kapal yang menjalankan tugas sangat penting yaitu syiar penulisan tugas akhir bagi penduduk pulau Negeri Minokoe dan sekitarnya. Syiar ini seperti yang lainnya juga memakan tenaga dan pikiran anggota divisi Bersinar, terlebih lagi debib. Mengingat perjuangan


mereka, aku menjadi terharu dan merasa sanggat bangga. Ketika aku mengikuti rapat mereka untuk membahas syiar ini, terlihat keseriusan dan niat kuat untuk menjalankan tanggung jawab dengan sebaikbaiknya. Ah, hal ini selalu membuatku tersenyum. Dengan berbagai tugas syiar lain yang juga mereka emban saat itu, aku merasa senang karena mereka tetap melakukan yang terbaik. Jujur aku ungkapkan, debib telah bersinar jauh lebih terang daripada ketika pertama kali kami bertemu.

Dan dengan perpaduan kinerja mereka aku yakin

kunjungan divisi Bersinar ke kapal lain yang letaknya cukup jauh dari Negeri Minokoe dapat berjalan dengan bersinar. Last but not least and also at most, Fardimvinnjunris – lima awak kapal Inovasi-Aksi yang menjalankan syiar minokoe Islam terbesar divisi Bersinar (sebenarnya semua awak kapal divisi Bersinar adalah bagian syiar terbesar ini, namun mari kita ringkas agar tidak terlalu panjang dan sulit menemukan singkatan namanya). Wah, mereka adalah awak divisi Bersinar yang juga sangat bersinar seperti yang lainnya. Fardimvin adalah ketiga penanggung jawab utama untuk syiar ini. Mereka membuat aku bangga dengan kinerja yang sangat baik sesuai ekspektasi. Far yang mempunyai double job di kapal lain, alhamdulillah dapat membagi waktu dengan baik. Far aktif menjadi MC di acara syiar Bersinar, dapat diandalkan dan telah bersinar. Dim adalah orang yang terlihat pendiam namun sebenarnya suka untuk bercerita. Tulus aku katakan, bangga melihat dim sekarang bersinar dengan menjalankan tanggung jawabnya di divisi Bersinar


dan divisi lain di kapal Inovasi-Aksi. Vin adalah teteh kedua di divisi Bersinar, sangat detail dan ekspresif serta performa kerja yang membanggakan. Ah, dari sejak awal aku selalu berkata bangga akan awak divisi Bersinar ya? Tapi memang itulah yang aku rasakan. Njun merupakan bagian penting dari syiar terbesar ini. Banyak rintangan dalam melakukan tugas-tugas njun, namun njun berhasil melewatinya dengan sangat baik. Memang hambatanlah yang akan mendewasakan kita, dan aku bangga njun telah melakukan yang terbaik hingga dapat bersinar. Ris adalah awak kapal yang profesional, sering ditugaskan untuk menyebarkan informasi syiar melalui media karena sifatnya ini. Sekarang ris melaksanakan tugas yang tahun lalu aku lakukan; jujur aku merasa lega karena ris yang memegang tugas ini. Aku dapat melihat ris semakin bersinar dan membanggakan. Mereka semua luar biasa bersinar. Memang pelayaran ini bukanlah sesuatu yang mudah dan diisi sepenuhnya dengan canda tawa. Terkadang ada rasa sedih, jenuh dan lainnya yang datang menghampiri. Tapi itulah pelayaran divisi Bersinar di Kapal Inovasi-Aksi yang telah menjadikan kami semua bersinar seperti sekarang ini. Jika kehilangan salah satu awak divisi Bersinar, mungkin kita tidak akan dapat bersinar sepenuhnya. Tidak semua kegiatan syiar yang dilakukan awak divisi Bersinar aku ceritakan di sini, karena tidak akan cukup untuk dituliskan. Seluruh anggota divisi Bersinar telah melakukan yang terbaik dan akan tetap bersama hingga kapal Inovasi-Aksi tiba di pelabuhan tempat


pemberhentian kapal. Kalian semua telah membuatku bahagia berada di kapal Inovasi-Aksi bersama awak-awak kapal lainnya dalam Great Voyage ini. RainiYantoBakmishintaAlaynyongDebibFardimvinnjunrisYuki Untuk semua Sinar, aku ucapkan terima kasih yang setulustulusnya atas pelayaran yang kita lalui bersama. Greenland By Vemasyoga Revyanto Matahari

mulai

menampakan

kemegahannya

setelah

keindahan malam menemani sebagian dunia. Aku terbiasa melihat pemandangan indah dan sejuk di sisi kapal kapten Harlin. ini kulakukan selepas melaksanakan solat subuh. Namun kali ini berbeda dari hari sebelumnya, perjalanan panjang nan berliku disertai dengan ombak sebentar lagi akan usai dan bersiap menatap perjalanan baru. Aku hanya bisa tersenyum menatap kapten, awak-awak, dan penumpang kapal yang tampak begitu cerah dan semangat. Setelah senangnya menatap wajah mereka, kembali kulemparkan wajahku menatap

megahnya

matahari

sambil

mengingat

masa-masa

perjalananku. I Choose‌ Baru saja aku mendarat dari sebuah perjalanan nan panjang yang dipimpin oleh Kapten Rifaz Dil. Perjalanan yang menurutku


cukup melelahkan dan menegangkan namun mengasyikan. Sesampai di tempat tujuan ada sebagian memilih perjalanan ke pulau Ainud, pulau Supmak, dan bahkan ada yang pergi ke pulau Nodeh yang penuh kenikmatan dan gemerlap. Namun, pandanganku tertuju padakumpulan kapal yang tujuan akhirnya sangat panjang dan butuh banyak singgah-perjalanan. Kapal-kapal itu mengarah kepada negeri yang disebut Greenland. Pernah kudengar negeri atau pulau yang katanya belum pernah ada yang sampai kesana. Namun, disana banyak sekali keindahan dan kekayaan yang tidak akan pernah bisa kita bayangkan sebelumnya. Ada sebagian orang menganggap bahwa Greenland adalah khayalan. Sebagian lagi ada yang mempercayainya namun enggan kesana lantaran negeri itu penuh dengan banyak rintangan. Awalnya aku menjadi awak kapal Kapten Rifaz Dil sangat penasaran dengan Greenland sehingga aku ikut berpetualangan mengarungi kerasnya lautan dan samudera. Namun, saat tiba di tempat persinggahan dan bersiap melakukan perjalanan baru, entah mengapa langkahku enggan mendaftar di rombongan Greenland. Aku takut negeri yang belum pernah dikunjungi orang dan penuh banyak rintangan akan sangat merugikanku. Aku sempat mengalami kebimbangan. Akhirnya aku memutuskan untuk berbaris di rombongan pulau Ainud. Entah mengapa rasanya ada suara yang menyuruhku untuk menoleh ke arah belakang. Ya, tidak lain tidak bukan pada rombongan Greenland. Suara itu semakin menyengat telingaku


hingga aku memejamkan mata dan menutup kuping. Aku tak tahan lagi hingga pada akhirnya ku tolehkan pandanganku ke arah kumpulan kapal Greenland. Tanpa disadari langkahku menuju arah itu. Dan dalam langka itu aku teringat perkataan Mpu Sakti, guru tercintaku. “Hei, bocah pergilah kamu ke negeri Greenland. Niscaya kamu akan bahagia, kekal, dan terhindar dari segala ancaman.”

Sontak

perkataan ini mempercepat langkahku ke arah rombongan Greenland. Aku semakin yakin untuk memilih tujuanku. Dari kapal-kapal yang tersedia yang sangat kukenal adalah kapal yang dipimpin kapten Harlin. Akhirnya aku daftar menjadi awak kapalnya. Singkat cerita aku keterima di battalion Enihs. Sebenarnya ada battalion lain seperti Samsos, Siks, ITM, Mulamuh, AIS, dan sebagainya. Tapi aku entah mengapa aku memilih battalion Enihs disamping memang sedang membutuhkan orang. Partner ku di Enish, Bro Atid dan Bre Ha’id, kebutulan kita sudah saling mengenal. Sesegera mungkin kita diperintahkan oleh Kapten Harlin dan petinggi lainnya untuk merekrut staf. Pada akhirnya, kita mendapatkan 12 orang, yaitu Duh, Itkab, Bibah, Samid, Raples, Sarraf, Atnihs, Aed, Aniv, Itsir, Nuggna, dan Dahni. Mereka tampak tangguh dan pemberani. Aku, Bro Atid, dan Bre Ha’id yakin kita berlima belas ini akan solid membantu kapten Harlin mengarungi perjalanan yang spektakuler ini.


“Semua kumpul… (singkat cerita lagi briefing dan lagi ngasih katakata mutiara). (Trus) Jangan lupa untuk tetap membawa dan membaca kitab suci yang ada di kotak Pandora kalian. Ingat, kita adalah satu ukhuwah. Saling membantu, tolong menolong, dan menasehati. Sekian. Kembali ke pos kalian masing-masing” Seru Kapten Harlin. Kisah sebuah perjalanan: Naga Kerdus Emperor Dalam perjalanan yang panjang, ada sebuah kejadian yang menurutku sangat bernilai dan menakjubkan, yaitu ketika melawan Naga Kerdus Emperor dari Yaman di perbatasan laut SEM dan Dnoces. Sebenarnya naga ini pernah dikalahkan saat aku menaiki kapal Kapten Rifaz Dil. Tapi kali ini sepertinya yang muncul adalah naga Kerdus Emperor jenis lain yang tampaknya lebih kerdus dari sebelumnya. Pokoknya kerdus, kerdus, dan kerdus. Suasana saat itu disertai dengan badai dan hujan deras. Tampaknya semakin sulit untuk mengalahkannya. Semua divisi diperintahkan oleh kapten Harlin untuk bersiap di pos masingmasing. “Enish segera ke sisi kapal bersama Siks lakukan pertahanan dan penyerangan formasi syiar! Samsos dan MDSP segera perbaiki layar! Kapten Kerdus Sarip dan Kapten Amri segera cek persediaan kita! Yang lain tetap pada posisinya. Semengat semuanya. Takbir!! Allahuakbar…” Suasana sangat genting dan Kapten Harlin mencoba


mengatur seluruh awak kapal sembari memberikan semnagat yang menggebu-gebu. Awak kapal lain membalas sengat Kapten Harlin dengan takbir juga. Allahuakbar.. Allahuakbar.. Naga Kerdus Emperor. Mulai menyemburkan apinya yang sangat bau. Ini mengambarkan betapa serakah dan dustanya dia. Sesekali ia menyerang

denga

tanduk

dan

sayap

yang

menggambarkan

kesombongan dan kemunafikan. Kondisi semakin sulit, live point ku berkurang dan kupandangi yang lain juga mengalami kesulitan. Rasanya mustahil mengalahkan naga itu. Stafku juga tampaknya sudah menyerah. “Sersan Samev, aku kesulitan, apa yang harus kulakukan..” salah seorang stafku melirih. Aku jadi semakin bingung. Kulihat sekelilingku sudah sangat kacau, bahkan ada yang saling menyalahkan. Akhirnya aku memutuskan untuk maelapor Kapten Harlin. “Laper.. Eh maksud saya lapor. Kondisi sudah semakin kacau. Apa yang harus kita lakukan?” laporku sambil bernapas terengah-engah. “Gimana yak? Hmm.. tak ada cara lain. Ikuti aku!” Seru kapten sambil berlari menuju tengah kapal. “Perhatian semua! Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian saling menyalahkan? Ingat, kita satu ukhuwah. Apakah kalian ingin mati siasia dalam perjalanan ini? Apakah kalian lupa tujuan kalian? Ayo keluarkan kitab suci yang kalian baca setiap hari. Buka dan bacalah niscaya power kalian akan berlipat ganda dan bisa mengaktifkan


kekuatan special.” Kapten harlin dengan lantang dan tegas kembali menyemangati seluruh isi kapal. Semua terdiam sejenak dan kembali semangat. Seluruh awak kapal mengeluarkan kitab suci dari kotak pandoranya masing-masing. Kemudian membacanya bersama-sama. Tiba-tiba cahaya keluar dari masing-masing pembaca. Kejadian ini menunjukkan

bahwa

livepoint

kita

meningkat

dan

kita

bisa

mengaktifkan special effect. “Wah livepoint ku meningkat…” “Alhamdulillah aku bisa mengeluarkan kekuatan spesialku..” “Wah Kapten Maba kau jadi bertambah kuat, sehat, bergizi…” Semua tampaksenang dan begitu kuat. Kapten pun segera mengeluarkan titahnya. “Ayo kita jogres, gabungkan kekuatan kita. Takbir!!” “Allahuakbar…” Semua dengan semangat bertakbir. Dan bersamasama jurus itu dilancarkan sembari cahaya keluar seperti yang ada di tipi-tipi gitu. “Dengan menyebut nama Allah.. Detart Cosmo Faith!!” Bersama seluruh isi kapal berteriak. Di saat yang bersamaan naga Kerdus Emperor melancar kekuatan terbaiknya Flash Dark Fire. Serangan yang sangat berbahaya. Jika terkena serangan ini maka kemaksiatan akan merajalela di dalam diri kita. Terjadilah hantaman kedua serangan dahsyat ini. Namun, serangan Detart Cosmo Faith sangat dahsyat


sehingga Flash Dark Fire tak kuasa menahannya. Sang Naga pun akhirnya hancur dan mengakibatkan ledakan yang sangat dahsyat. Aku sempat menutup mataku karena saking silaunya ledakan itu. Namun, tanpa diduga langit memancarkan kecantikannya, ditemani pelangi yang melebarkan senyuman. Dengan suka cita kulihat senyum sumringah semua orang dan bersama-sama mengucapkan takbir. Allahuakbar… Allahuakbar.. Allahuakbar.. Sontak Sersan Gnajaj naik ke atas kapal mengajak semuanya merayakan kemenangan dengan menyanyikan lagu khas kapal ini. “Ayo semuanya.. Bersama kita lewati… perjuangan ini..” Aku pun sangat senang masing-masing memancarkan keceriaan dan kebahagiaan. Aku banyak belajar mengenai arti hidup dan tujuan perjalanan ini. Menanti perjalanan selanjutnya… Ya, banyak sekali sebenarnya kejadian menakjubkan lainnya. Cerita tadi merupakan salah satu yang berakhir indah dan bernilai. Sambil tetap menatap matahari terbit, aku menyadari perjalanan menuju Greenland masih sangat panjang sehingga aku harus tetap berjalan dan berjuang. Mungkin tak bersama mereka lagi. Tapi tujuan kita tetap sama, yaitu berlabuh di pulau pemilik semesta alam ini. Fin. Semoga bermanfaat 


Storyline by Mohammad Zendra Kumar Menjadi

seorang

pengelola

dan

pelayan

bagi

seluruh

penumpang dalam sebuah kapal besar merupakan tugas yang sangat mulia. Memastikan semuanya dapat merasakan keindahan dan kenyamanan dalam setiap langkah dan pandangan mereka tentang seisi kapal ini. Ada sebuah hal yang menarik tatkala seseorang tersebut memutuskan untuk terjun sebagai seorang pengabdi dan pelayanan bagi semua penumpang, apa motivasi dan kenapa memutuskan untuk menjadi pengabdi dan pelayan, kenapa tidak menjadi penjaga atau bahkan nahkoda. Kapal agar bisa berlayar tentunya harus memiliki mesin penggerak yang kuat, bahan pembuat kapal yang kokoh dan mengetahui arus yang akan dilewatinya. Namun itu semua tidak akan membuat penumpang kapal mejadi nyaman jika mereka tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal yang dibarengi dengan fasilitas yang lengkap. Jika kita bayangkan, seorang pengabdi dan pelayan hanya mengurusi hal – hal yang sepele, tidak begitu bersinar bagaikan gunung es, tidak terasa kerjanya seperti ibu rumah tangga, dan tidak dapat diukur parameternya seperti ekonometrika. Namun, itulah pekerjaan seorang pelayan dan pengbdi, tidak kelihatan tapi bisa membuat seluruh penumpang merasa nyaman dalam beraktifitas di fasilitas – fasilitas kapal yang tersedia. Semangat, istiqomah, lillahi ta’ala yang akan mengatarkan kami kedepan pintu gerbang pahala keikhlasan, hanya itu tujuan kami, mencoba membangun keeratan


ukhuwah dalam rajutan dakwah yang sangat indah dalam sebuah pelayaran besar nan berkah ini. Semoga apa yang telah kami berikan dalam pelayaran ini mampu menjadikan diri ini menjadi lebih tawadhu’ dan menuai benih – benih luasnya lautan keikhlasan dalam hati kami. Seiring berakhirnya perjalanan kali ini, maka sampailah kami dalam sebuah tatanan yang sangat indah, mencapai target yang sudah kami buat di awal, meskipun satu – dua bahkan lebih tak dapat kami lakukan dengan sepenuh hati, tapi ketahuilah bahwa itu adalah pelajaran bagi kami untuk bermuhassabah dalam renungan ini. Lahir batin mohon maaf atas segala ketidaknyamanan yang kami perbuat. Sukses adalah buah, tapi berbuah itu memilki masa yang singkat, tak seperti sesingkat waktu kita menanam pohon dan menunggunya berbuah, oleh karena itu janganlah cepat – cepat mengharapkan buah dari tanaman kita jika kita tidak sabar dalam menanam, merawat dan membersihkannya dari hama. Best, Moh. Zendra Kumar ( EIE’2012. Dept. Musholla dan Perpustakaan ) Pelayaran Si Otong By Muhammad Pudjianto

Selembar kertas lipat disodorkan Emak pada Otong “Kenapa bikin kapal, Tong?”


“Otong mau berlayar, Mak.” “Kenapa bukan pesawat, Tong? Truk? Kereta?” “Susah, Mak.” “Lah, bukannya bikin origami pesawat itu gampang?” “Iya, Mak. Tapi setahu Otong kapal itu angkutan yang paling bisa ke manamana. Truk dan kereta berhenti ketika di ujung daratan. Sementara kapal tinggal belok kalau terhalang daratan. Pesawat bakal jatuh kalau kehabisan bahan bakar. Kapal tidak tenggelam walau lelah mendayung. Nyempil di antara daratan pun bisa pakai sampan. Bahkan ada kapal selam, kapal terbang, kapal ruang angkasa. Itu apa ya, Mak? Dari kutub utara sampai selatan, air selalu ada. Ada yang sedang menjadi es, air, dan uap. Permukaan bumi, 2/3 adalah air. Bahkan setiap makhluk hidup ada airnya, Mak. Kata orang: “kita bisa menyelami jiwa”, ada airnya, kan, Mak?” “Tapi Tong, Kamu tidak kenal siapa-siapa di pelayaran. Kalau sudah terlanjur berlayar, kamu tidak bisa batal di tengah perjalanan. Mau berenang?” “Makanya, Mak. Kalau tidak berlayar, Otong hanya kenal Emak.”


Dear Emak Ini surat Otong tulis pas di atas kapal Di sini orangnya banyak, Mak, rame Inilah, Mak, yang bikin kapal ini ada yang mau naik, adanya keramaian ini Otong sudah pilih yang tempatnya sepi, tapi ternyata masih rame juga, Mak Tapi ngga apa, Mak. Kalau semua maunya sepi, nanti dikira kapal mogok, Mak, ngga ada progress-nya Oke, Mak. Lain kali Otong kirim lagi Surat diterima, Tong

Mak, ada gunung es seperti di Tetanik Nabrak dikit, jadi nambal dulu yang bocor biar tidak tenggelam Kan repot harus naikin ke permukaan lagi kalau terlanjur tenggelam, atau ganti kapal Tadi nambal tempat bocornya rame-rame, Mak, Otong ikutan Terus Otong kepikiran Kalau Otong yang sukanya sepi pun ternyata dianggep sama temanteman Otong, kita sama-sama dibutuhkan biar kapal ini tetap berlayar sampai dermaga Kita tidak harus berubah menjadi sama, asalkan tanpa berubah berarti memberi lebih


Seperti hujan tidak perlu menjelma cahaya Ketika hujan tetap hujan Cahaya tetap apa adanya Mereka melahirkan pelangi Dan tumbuh-tumbuhan tetap bersiklus Menyediakan oksigen

Sang Awak Kapal Bidang Pengelola Gallery Kapal By Putri Amalia Pada suatu hari, disebuah kota yang dipenuhi dengan para transmigan baru sedang mengadakan pemilihan awak kapal bagi kapal – kapal mereka. Semua jenis pelayaran tersedia di kota itu. Para transmigran baru mempunyai kesempatan untuk bergabung dalam pelayaran tersebut. Bila mereka tidak mau bergabung di dalam pelayaran, maka mereka akan tetap tinggal di kota tersebut, menunggu sampai dibuka lagi pemilihan awak kapal tahun depan. Semua koordinator awak kapal berlomba – lomba untuk merekrut para transmigran baru agar mau bergabung dalam pelayaran mereka dan menjadi awak kapal dibidang masing - masing. Ketika itu, saya tertarik untuk memilih ikut pelayaran kapal yang menurut saya berbeda dengan pelayaran kapal lain. Pelayaran di kapal ini berorientasi tidak hanya untuk saat ini, tapi pelayaran yang


akan membuka mata saya bahwa kita perlu mempersiapkan perbekalan yang cukup sebelum kita kembali karena sehebat apapun kapal itu berlayar, toh pada akhirnya kapal itu juga akan tenggelam, kembali kelautan. Karena pada hakikatnya kapal itu pasti mempunyai batas kekuatan maksimal dalam berlayar. Dan bila kapal itu sudah tidak kuat lagi, maka lautlah tempat kita untuk memasrahkan segalanya. Tahapan pemilihan awak kapal dimulai dengan pengumpulan formulir sampai dengan tahap diskusi untuk menentukan siapa calon awak – awak kapal yang memiliki kompetensi dan pantas menjadi awak kapal dalam pelayaran kapal yang tidak mudah ini. Hari pengumuman pun tiba. Koordinator awak kapal sesuai bidang yang saya inginkan pun memberi kabar ke saya bahwa saya mendapat kesempatan untuk menjadi awak kapal dalam pelayaran ini. Selain itu betapa senangnya aku, bahwa teman – teman ku juga banyak yang diterima untuk mengikuti pelayaran ini juga, bahkan ada yang satu bidang juga dengan ku. Sebelum pelayaran dimulai, nahkoda kapal memberitahukan aturan –aturan kepada semua yang terlibat didalam palayaran ini. Awalnya aku agak kaget mendengar aturan – aturan yang begitu ketat dari sang nahkoda. Namun aku berusaha untuk mematuhi aturan – aturan itu. Pelayaran ini memakan waktu yang cukup lama, sekitar satu tahun. Ku siapkan mental dan fisik ku agar aku tidak menyerah


ditengah perjalanan pelayaran nanti. Aku tak ingin menyia – nyiakan kesempatan yang diberikan kepadaku. Perjalanan pun dimulai. Ditengah perjalanan pelayaran para koordinator awak bidang rutin membahas apa yang akan dilakukan bersama para awak bidang masing – masing. Setiap awak bidang masing – masing mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan pekerjaan yang telah ditentukan. Begitu juga dengan pekerjaan yang telah dipercayakan oleh ku. Awal saat koordinator awak kapal mengumumkan mengenai pembagian pekerjaan masing – masing, aku sangat senang sekali karena mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginanku. Aku telah berencana untuk membuat acara tersebuat sebagus mungkin, lebih dari tahun sebelumnya. Ternyata beberapa minggu kemudian aku mendapatkan informasi dari koordinator awak kapal bahwa nahkoda dan para penanggung jawab lainnya memutuskan bahwa pekerjaan ku digabung dengan pekerjaan dari bidang lainnya karena pekerjaan kami saling berkaitan. Aku dan penanggung jawab dari pekerjaan tersebut harus sering – sering berkomunikasi agar pekerjaan kami berjalan lancar. Awal – awal komunikasi

kami

berjalan

lancar,

namun

semakin

lama

dia

menghilang entah kemana. Pekerjaan kami seakan hanya menjadi tanggung jawab ku seorang. Meskipun aku tahu dia juga memiliki punya tanggung jawab yang lain, tapi tak pantas rasanya dia mengabaikan tanggung jawab pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya.


Hari

pelaksanaan

pekerjaan

kami

semakin

dekat.

Para

penanggung jawab kapal dan koordinator awak kapal yang berhubungan

dengan

pekerjaan

ini

menanyakan

bagaimana

perkembangan dari pekerjaan kami. Aku pun tak bisa memberikan jawaban yang memuaskan kepada mereka semua. Sedih rasanya hati ini, karena ini adalah pengalaman pertama saya benar – benar gagal menjalankan sebuah pekerjaan yang telah dipercayakan kepada saya. Rasanya diri saya tenggelam didasar samudera. Malu bercampur sedih, karena khayalan saya membuat pekerjaan ini berhasil dan membanggakan bagi koordinator awak kapal saya sirna sudah. Para penanggung jawab kapal dan koordinator awak kapal memutuskan untuk membatalkan pekerjaan ini. Meski mereka berupaya untuk membangkitkan saya dari kesedihan ini dengan sangat manis mengatakan bahwa mereka sudah sangat senang dengan upaya yang saya lakukan untuk menyukseskan acara ini, toh pada intinya saya tetap sedih karena pekerjaan ini gagal direalisasikan karena komunikasi yang kurang baik. Sebentar lagi, pelayaran ini akan selesai. Begitu banyak yang saya dapatkan dari keluarga kapal ini, mulai dari mengenal berbagai macam kepribadian orang sampai bagaimana harus bangkit dari suatu

kegagalan.

Terimakasih

karena

telah

memberikan

saya

kesempatan untuk ikut menjadi bagian dari pelayaran ini, meskipun pada akhirnya tidak ada yang bisa saya berikan sesuatu yang berarti dalam pelayaran ini. Harapan dan doa saya semoga pelayaran


selanjutnya, dengan nahkoda yang baru juga dapat mengantarkan pelayaran selanjutnya sukses. Berjalan lancar walau bermacam – macam badai siap menghantam kapal kita sewaktu – waktu.


Perjalanan dalam Kapal By R. M. Septian D. M.

Perjalanan hidup seorang muslim dalam menjalani kewajiban sebagai muslim sehari-hari merupakan sebuah cerita yang dapat diibaratkan sebagai perjalanan mengarungi sebuah lautan yang sangat luas. Seorang muslim memiliki tugas hidup di bumi untuk beribadah kepada tuhannya yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT rabbnya seluruh alam semesta. Perjalanan manusia mengarungi lautan yang luas ini layaknya perjalanan sebuah kapal yang sudah mengetahui kemana arah berlayarnya namun di tengah jalan akan mengalami kesulitan dalam mengarungi lautan karena luasnya dan terpaan badai di perjalanannya. Seperti layaknya di film Pirates of Caribbean dimana untuk menjalankan kapal yang tangguh dan siap mengarungi samudra yang luas dibutuhkan tim yang solid serta kapal yang bisa menjadi kendaraan selama perjalanan. Selain untuk beribadah secara pribadi, sebagi seorang muslim saya menemukan misi baru untuk berdakwah. Misi ini baru saya dapatkan dan saya sadari saat kaki ini telah menginjakkan dirinya di dek kapal FSI FEUI yang sudah membawa saya selama 2 tahun mengarungi laut yang begitu luas. Setiap cerita dimulai dengan awalan hingga menemukan akhirnya, begitu pula kisah perjalanan saya saat menaiki kapal FSI FEUI semua ini berawal


dari awal cerita dan berakhir dengan sebuah akhir yang saya harapkan. Kapal Terlihat Berlabuh di Dermaga itu Saat itu, tersebar berita tentang berlabuhnya sebuah kapal yang akan berlayar dengan misi dakwah menuju lautan penuh rintang di sebuah wilayah pulang yang kita kenal dengan sebutan “FEUI�. Terdengar kabar bahwa kapal ini sedang berlabuh untuk merekrut awak-awak kapal tangguh yang diuji melalui seleksi yang dijalankan oleh kru kapal yang sudah berlayar sebelumnya. Mereka mencari para pemuda dan pemudi Islam yang memiliki semangat untuk berlayar dan mengarungi laut yang luas. Namun kenyataan yang ada saat itu pemuda dan pemudi di pulau itu mayoritas enggan untuk berlayar dan mengarungi lautan, mereka lebih menyukai bekerja di daratan dan berbaur dengan pesonanya yang memang lebih menyenangkan. Layaknya pemuda kebanyakan saat itu, tidak pernah terbesit dalam benak saya akan menjadi seorang awak kapal yang akan berlayar mengarungi lautan karena pikiran saya saat itu masih serupa dengan mayoritas pemuda di pulau itu. Namun garis takdir sudah menuliskan saya tiba-tiba bertemu dengan salah satu kru yang lebih senior dan memberikan saya tawaran melalui pintu khusus untuk bisa bergabung menjadi seorang awak kapal, kru tersebut bernama Muhammad Bilal yang waktu itu menjadi salah satu wakil kepala divisi (biro) di kapal FSI FEUI. Singkat cerita saya pun bergabung dan


ternyata tidak disangka terdapat salah satu teman saya dari pulau yang dulu pernah kami tempati sudah bergabung di kapal ini. waktu berlalu dengan cepat dan tidak terasa saya sudah menjadi awak kapal selama satu tahun dan kini saatnya saya menjadi salah satu wakil kepala divisi di kapal ini bersama dengan kru lainnya yang juga bergabung menjadi awak kapal bersama saya pada tahun 2013 lalu. Kini tugas saya sebagai salah satu kru yang sudah berlayar mencari awak baru untuk mengisi perjalanan kapal ini di tahun 2014 akibat gugurnya sebagian besar awak kapal setelah berlayar selama setahun bersama. Pergantian awak kapal di FSI FEUI memang merupakan sebuah siklus yang pasti akan terjadi setiap tahunnya, besar harapan saya bahwa kapal ini akan terus mengarungi samudera dakwah dengan kru yang lebih baik lagi kedepannya. Bagi saya layaknya sekelompok pelaut dalam film yang dipimpin oleh kapten jack sparrow, kelompok mereka adalah sekelompok pelaut yang semua orang sudah mengenalnya begitu juga harapan saya terhadap kapal FSI FEUI. Bagi saya awak kapal yang cekatan dan handal akan didapatkan oleh kapal FSI FEUI jika awak saat ini dapat mengarungi samudra dakwah dan kembali lagi ke dermaga dengan nama besar yang baik dan nuansa kerja awak kapal yang menyenangkan. Kapten berikutnya seharusnya terus menjaga keunggulan kapal FSI dengan core kekeluargaan Islamnya yang erat dan dengan fokus yang jelas dan tidak hanya mengandalkan orientasi kerja.


Belajar Menjadi Awak yang Handal Layar berkembang, angin pun bertiup di dek kapal sehingga membawa saya dalam perjalanan mengarungi samudra dakwah di FEUI selama dua tahun sudah. Awak yang sudah siap berlayar ditempa menjadi awak yang tangguh dengan berbagai program yang meningkatkan skill baik untuk internal awak maupun memberikan program untuk eksternal awak. Semula awak berlayar tanpa keahlian apa-apa hingga memiliki bekal untuk mengarungi samudra bersama atau tanpa kapal FSI FEUI, namun dengan tabiatnya yang beragam dan menginginkan kebebasan para pelaut yang sudah menaiki kapal ini tidak semua mengikuti program pengembangan dalam kapal. Di perjalanan menuju pulau dakwah yang indah kapal ini mengalami banyak rintangan

yang

menghadang

ditengahnya.

Berbagai badai dan topan di lautan, serangan monster laut serta kehilangan awak yang dapat mengoperasikan kapal secara penuh mewarnai perjalanan ini. oleh karena itu tekad yang kuat dan juga skill berlayar yang memadai adalah kunci kemenangan kapal ini menuju pulau dakwah. Ayaaay Kapten!!! Kapal Hampir Karam Serangan monster laut yang kejam dan hantaman topan badai dalam perjalanan sempat menghancurkan dan melubangi kapal serta membuat sebagian awak kapal melarikan diri karena tidak tahan menghadapi kejamnya laut. Hal ini dapat membuat putus asa seluruh


awak kapal dan membuat mereka merasa kehilangan arah dan tujuan. Dalam kenyataannya cobaan ini berupa kehidupan yang sulit diimbangi antara kewajiban untuk berdakwah dan amanat yang di emban untuk menuntut ilmu di FEUI, serta banyaknya pulau (kegiatan) lain yang menggoda awak kapal untuk singgah dan tinggal di sana, awak kapal secara samar mulai berkurang dari jumlahnya semula. Keyakinan!! Hanya itu yang tersisa dari hantaman rintangan yang menghadang kapal FSI FEUI ini dan dengan arahan dari sang kapten sajalah awak kapal mampu bertahan. Dengan sisa tenaga yang semakin menurun namun tetap tidak mengurangi tekad dan semangat sebagian awak kapal yang selalu istiqomah dalam kapal FSI FEUI. Lanjutkan hingga Khusnul Khotimah di Pulau Dakwah Tim ini membutuhkan sesuatu yang mengeratkannya, yaaa!! Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya keyakinan untuk mencapai daratan yang lebih indah dan keinginan untuk khusnul khotimah di perjalanan dakwah menjadi perekat perjuangan kami. Teriakan kapten kapal untuk membangkitkan semangat kami mengembangkan layar dan berfokus pada tujuan kami yang mampu mengarahkan kami untuk berlabuh kembali. Tidak terasa saat ini pulau itu sudah ada di depan mata, kami hampir sampai di tujuan. Tugas kami kedepan adalah mencari labuhan yang tepat, menghindar dari karang di sekitar pulau dan bersiap melemparkan jangkar serta mempersiapkan awak kapal yang dapat menggantikan kami yang telah gugur. Allahu Akbar!!


Answer By Mamduch

23 Januari 1867 Orang

itu

kembali

menghampiriku.

Teman

satu

kamp

pengungsian saat perang masih bekecamuk dua tahun lalu, hanya berbeda beberapa tenda dari tenda milikku. Tak kusangka sekarang ia sudah menjadi kapten kapal. Aku sungguh bangga padanya. Ia menagih jawaban yang telah kujanjikan. Kapal ini. The Lasting Ukhuwah. Kapal yang membawaku menjelajahi ruang dan waktu yang berbeda. Sudah satu tahun aku berada di kapal ini. Teman-teman dekatku, Eyesfour Al Ayyubi (panggilan: Eyes), salah satu anggota keluarga Al-Ayyubi yang disegani, dan Baldo El Rozak (panggilan: Baldo), mereka sudah memutuskan untuk kembali menjelajah. Dengan misi baru, kapten baru, dan tugas-tugas yang baru mereka siap menempuh pelayaran berikutnya. Eyes yang menurutku memiliki cukup kekuatan untuk menerima pekerjaan ini, pekerjaan sebagai biro pengendali system mekanik dan teknologi informasi kapal, performanya setahun lalu memang sangat memukau. Ia berhasil mengungguli Aku dan Baldo dalam banyak hal. Kami bertiga pernah melakukan percakapan dengan kapten. Waktu itu, kata-katanya sungguh kuat. Mimpinya akan pelayaran ini membuatku sangat terkesan. Mimpi tentang dunia yang lebih baik.


Aku yakin Eyes dan Baldo pun merasakan hal yang sama. Ia memang seseorang yang bervisi besar. Mungkin di masa depan, ia akan dipercaya memimpin Peace-18 Outstanders, sebuah kapal legendaris yang sampai sekarang masih berdiri kokoh menaungi kapal-kapal kecil di negeri ini. Misi pelayarannya pun lebih jauh dan berbahaya. Seleksi untuk memasukinya sungguh ketat, hanya orang-orang dengan fisik dan mental di atas rata-rata yang boleh menjadi penghuni kapal itu. Aku penasaran bagaimana orang-orang disana. “Aku percaya pada kekuatan kalian! Tolong pinjami aku hal itu.�, begitulah kata-kata penutup dari kapten malam lalu. Kemudian ia pergi, menyisakan tatapan kosong di mataku, Eyes, dan Baldo yang masih penuh keraguan. Ia memberi kami waktu untuk merenung. Dan hari ini, kapten meminta jawabanku, jawaban yang sudah dijanjikan. Sejujurnya aku tak terlalu yakin dengan kapasitas diriku untuk menerima tawarannya. Namun, ada secercah keyakinan pada diriku saat mendengarkan kata-katanya. Tentang mimpinya membuat desa lebih aman dan makmur. Itu yang membuatku yakin. Setelah satu minggu berpikir, aku menegaskan jawabanku. “Aku ikut berlayar!� *** Voyage

Tidak semudah itu. Bukan berarti kami bertiga bisa diterima dengan mudah. Kami harus melalui serangkaian ujian untuk dapat


ikut berlayar. Kapten beserta timnya menguji kami dengan berbagai metode. Mulai dari ujian fisik, mental, intelektual, spiritual, dan lainlain. Kami juga diwajibkan untuk membuat rencana besar dari tim ini. Beberapa program kerja yang tidak sesuai misi dipangkas dan beberapa saran ditambahkan untuk menunjang misi pelayaran. Setelah hampir 1 bulan mengikuti ujian, kami bertiga lulus. Kapten mengenalkan kami dengan pimpinan kami, The Manggos, aku memanggilnya pimpinan. Dia seorang yang keras dan kaku. Dengan pedangnya, dia berani melawan apapun di dunia ini kecuali buah. Ya, buah. Kami diharuskan mencari anggota baru. Kami menganalisis pekerjaan di biro ini, hmm dibutuhkan sekitar 6 orang anggota dengan kemampuan desain dan teknologi informasi. Selain itu, aku pun harus mengordinasi beberapa anggota dari departemen lain untuk menjalankan fungsi dokumentasi pelayaran, baik itu berbentuk jurnal, lukisan, rekaman, dan lain-lain, intinya semua cerita tentang pelayaran tahun ini. Pekerjaan baru yang membuat biro ini menjadi semakin kompleks. Setelah 1 bulan mencari anggota, kami berhasil menemukan 6 orang berbakat untuk ikut berlayar. Mereka memiliki sifat-sifat unik yang saling melengkapi. Arufi, Ti-Ar, Ruify, “D�, Umayo, dan Izumi. Kami yakin pelayaran tahun ini akan sangat menarik. *** Kapal pun berlayar. Malam ini, kami melakukan perkumpulan pertama di bagian utama kapal. Di sana dibahas mengenai misi


pelayaran oleh kapten kapal beserta tim, juga misi dari masingmasing bagian. Ada bagian navigasi, pengelola gallery, bagian personalia, bendahara, butler, kitchen, dan kami, bagian sistem mekanik dan jaringan komunikasi kapal. Di sana kami saling mengenal satu sama lain, baik fungsi tiap bagian maupun orang-orang di dalamnya.

Keakraban

ini

membuat

suasana

kapal

menjadi

menyenangkan. Aku bisa merasakan semangat dari setiap orang di sini. Mereka pasti punya impian besar akan pelayaran ini. Masingmasing impian itu menjadi satu di kapal ini, termasuk impianku. Aku akan kembali membawa sesuatu yang berharga untuk orang-orang desa, untuk adik-adikku. Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari kapal ini. Setelah pembahasan misi kapal, kami melakukan syukuran untuk keberhasilan kapal. Kami semua berdoa agar pelayaran ini berjalan dengan baik. Aku bisa merasakan degup jantungku. Suaranya seperti alunan biola yang indah. Di dalamnya bercampur aduk perasaan yang tak dapat dijelaskan. Dan ada rasa dingin seperti terikat oleh rantai. Aku melihat sekeliling, semua tertunduk. Ah, Lasting Ukhuwah, entah bagaimana kau akan membawa kami di pelayaran kali ini. Setiap orang ingin kau tetap berlayar dengan gagah, menjaga harapan orang-orang di dalamnya. Ya, impian-impian itu. ***

Badai


3 Juli 1867 Badai. Bulan ini dipenuhi badai yang berkecamuk. Apa kau pernah merasakan badai saat kau berlayar? Badai yang membuatmu merasa lelah dan sedikit putus harapan. Saat pekerjaan begitu banyak dan tak mampu kau selesaikan dengan baik. Saat kapal rusak di sana sini dan seakan tak mampu bertahan lagi. Saat orang-orang di sekitarmu berjalan tanpa semangat, hanya ada tatapan kosong. Ya, begitulah kondisi saat ini. Kapal ini. Sepertinya akan hancur jika ada badai besar datang lagi. Aku sudah lelah, kerusakan dari badai kemarin pun belum sepenuhnya diperbaiki. Sistem mekanik kapal berjalan terseok-seok. Ditambah lagi beberapa anggota tim ingin keluar sehingga memperlemah kekuatan tim menanggung kerusakan kapal ini. Aku berharap mereka mengubah keputusannya keluar dari tim ini. Masa-masa ini sungguh sulit. Aku merasa putus asa. Eyes dan Baldo pun mungkin merasakan hal yang sama, walaupun Eyes selalu mencoba memberikan semangat pada kami. Ya, dia memang selalu seperti itu. Aku pun ingin terus bersemangat, mencoba menjaga anggota tim yang masih ingin bekeja dan tidak menghilang, meski kadang aku tidak mampu menangani semua ini. Itu membuatku merasa bersalah pada Eyes, Baldo, Pimpinan, dan Kapten. Saat banyak hal tak bisa kutanggung, saat beban pikiran sudah telalu menumpuk. Aku sering diam-diam menuju sudut kapal. Ya, di sudut kapal ada sebuah ruangan kecil yang digunakan sebagai


gudang. Di ruangan ini aku biasa memetik gitar, mengalunkan nadanada yang bisa sedikit menenangkan. Dalam setiap petikannya, aku ingin mengirimkan doa untuk seluruh penghuni kapal ini, orangorang yang telah membersamaiku berlayar dan membuat cerita menarik. Meski sering terlintas dalam pikiranku bahwa aku belum mampu memenuhi ekspektasi mereka; kapten, pimpinan, dan semua orang di kapal ini. Lihatlah bagaimana sistem mekanik kapal saat ini, teknologi informasinya pun semakin memburuk. ***

Tiba-tiba seseorang mendekatiku. Dari siluet kepalanya aku tahu siapa orang itu. “Handsome, kemana saja kau? Aku butuh bantuan” katanya, membuatku menghentikan petikan gitarku. Gara-gara Baldo aku jadi mendapat panggilan ini. Ah, anggap saja itu doa. “Maaf pimpinan, aku sedang menenangkan diri.” Jawabku “Kembalilah, kau sedang bertugas, Bung!” “Aku lelah pimpinan, beberapa hasil pekerjaanku tidak sesuai dengan perencanaan di awal.” Jawabku, Suasana hening sesaat. Pimpinan berbalik pergi dengan hanya terdiam. Aku tertunduk. “Kau harus tetap bekerja untuk kapal ini!”, kata pimpinan seraya melemparkan sebuah box ke arahku. Ia pun pergi. Aku mengamati box itu. Ada tombol. Aku menekannya. Ternyata di dalamnya ada


rekaman kata-kataku saat pertama kali memutuskan bergabung di kapal ini. Tak kusangka pimpinan merekamnya. Suaranya begitu kuat, aku bisa merasakan impian-impianku saat itu. Impian bahwa aku akan bejuang sampai akhir. Air mataku meleleh. “Terimakasih, Pimpinan� ***

Learn

Sudah dua bulan sejak malam itu. Kini semua berjalan dengan baik. Sedikit demi sedikit perbaikan kapal mulai rampung. Hari ini, langit terlihat lebih cerah, beberapa burung camar terbang di atas kapal seolah menyemangati orang-orang di dalamnya. Aku ingin menyanyikan sebuah lagu dalam hati.

(nada D) Lasting Ukhuwah, terimakasih Tuk semua cerita dan impian berharga Kuharap kau selalu tegar menejang ombak. Mencerahkan setiap harapan yang memudar. . na na na

“Setiap orang di kapal ini, sudah memberikan yang terbaik. Meski banyak hal tak sesuai harapan, kau harus tetap melangkah


Karena sejatinya, banyak orang membutuhkan kita, di setiap ruang dan waktu tertentu. Andai kita bisa melihat lebih jernih, Di punggung kita ada sepasang sayap. Sayap yang terbuat dari impian Ingatlah selalu impian mereka yang berharap padamu Berharap kau bisa menjadi lebih kuat, dan tersenyum. Melindungi orang-orang yang kau sayangi Mengubah masa depan menjadi lebih indah Sayap itu yang mengangkatmu ketika lelah, yang memberikan kekuatan untuk bisa kembali bangkit dan terbang. Jagalah semua itu, tanpa rasa lelah Menjaga setiap hal yang harus kau jaga Lihatlah, Ingatlah selalu hal itu�

... Dan di setiap jejak waktu Ku akan terus berjuang Melindungi dirimu dengan sayapku.


Berlayar Demi Berhijrah By Adhillah Shofi Assegaf (Abah)ď Š Yuk Mari...

Kembali ke pertengahan februari 2014, saat itu di sebuah Pulau Economos

sedang

ramai-ramainya

diadakan

sebuah

proses

perekrutan bagi para pencari jati diri ke pelabuhan manakah mereka akan berlabuh. Bagi seorang Abah,

sebuah keharusan untuk

bergabung ke salah satunya, sempat bimbang untuk memilih peraduannya, haruskah ia memilih Kapal induk (BEM Economos) dengan segala aktivitasnya yang mewakili pulau economos di mata pulau-pulau lainnya atau sebuah kapal besar berisikan para pejuang islam (FSI Economos).

Dengan segala pertimbangan yang matang dan merunut pada ambisi di hidupnya, akhirnya pilihan hati abah jatuh ke kapalIslami bernama

Kapal

Innovact2014yang

dinahkodai

oleh

Kapten

Dylin,motivasi utama bergabung di barisan penumpang adalah untuk belajar mengembangkan diri menjadi muslim sejati di sebuah kapal besar yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, ikut berlayar untuk berdakwah ke penjuru pulau Imub sesuai dengan perintah junjungan kita Rasulullah SAW. Dengan cinta dan ukhuwah islamiyah yang kuat


didalamnya, ia yakin pilihannya adalah pilihan terbaik yang sudah ditentukan olehAllah SWT.

Ia

memiliki

harapan

besar

di

Kapal

Innovact

untuk

menanamkan pondasi keislaman, memantapkan diri melaju bersama orang-orang yang bervisi sama danberlayar secara berjama’ah memperjuangkan nilai-nilai keislaman kepada penduduk bumi. Alhamdulillah proses perekrutan berjalan dengan lancarhingga akhirnya

iapun

resmi

bertagline“Rumah

menjadi

Ukhuwah

bagian

Kita,

dari

kapal

Allahuakbar!

Innovact

Allahuakbar!

Allahuakbar!�. Tagline tersebut terpampang jelas di lambung kapal dan tertambat di hati para penumpangnya. Ia resmi bergabung dengan kapal innovactdan menjadi bagian dari divisi Mulamuh,divisi yang bertugas untuk membangun jaringan komunikasi kapal dengan pihak luar dan hubungan dengan mantan awak kapal di masa kapal besar ini pernah berlayar di tahuntahunberlalu. Divisi ini tidak sendiri karena dibantu divisi ITM yang bertugas sebagai pelaksana sistem kapal, kedua divisi ini bersamasama membangun sinergisitas yang kuat untuk mendukung proses pelayaran kapal innovact setahun ke depan. Ia pun dipertemukan dengan kru-kru yang luar biasa, yang pertama adalah sosok penting dibalik divisi ini adalah Fifa,seseorang yang diamanahkan untuk memimpin divisi ini dengan ide-ide dan rencana-rencananya

yang

meyakinkan.

Ia

selalu

berusaha


mengingatkan masing-masing anggota divisi akan tugas-tugas penting

divisi

mulamuh.Yang

kedua

adalah

seseorang

yang

mendampingi abdur agar divisi ini mampu menjadikan kapal innovact memiliki image bagus di mata kapal-kapal lainnya, ia adalah Irtif, sosok wanita yang unik, lucu, heboh dan selalu tampak tegar. Ia mencintai kapal ini lebih dari apapun hingga ia selalu total dalam bekerja. Rekan kerja abah selanjutnya bernama Rafua, seorang double agent yang juga aktif bekerja mengurus penumpang-penumpang di kapal

induk.

Rekan

selanjutnya

bernama

Acid,

sosok

yang

menggemaskan ini selalu mencatat segala keperluan dan timeline kerja divisi ini agar berjalan dengan semestinya. Kemudiansosok yang selalu mengembangkan senyum di wajahnya melambangkan dirinya seorang yang menyenangkan, namanya Inar. Terakhir adalah sosok periang bernama Atiner, yang hasil pekerjaannya selalu memuaskan sehingga di paruh pertama kapal innovact berlayar, ia dianugerahi gelar kru terbaik dari divisi Mulamuh. Akhirnya dengan manusia-manusia terpilih ini, kita bersamasamamemberanikan diri untuk berkomitmen mengikuti proses pelayaran kapal innovact mengarungi samudera luas yang penuh tantangan selama setahun. Badai datang dan berlalu bung... Selama proses pelayaran samudera yang luas tidak selamanya tenang, badai menghadang terus datang dan ombak yang menjelang


semakin kentara menghampiri. Ia sempat lama goyah, banyak pekerjaan yang tidak terselesaikan dengan baik olehnya disebabkan kesibukannya di luar kapal innovact. Akhirnya ia sendiri menyadari betapa kinerjanya di mata rekan-rekan yang lain, tetapi ada hal yang tidak mereka ketahui terkait kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Mereka bukannya tidak perhatian dengannya hanya saja ada ketidaknyamanan di dalam hatinya untuk menceritakan kondisi yang dialami, seakan-akan ia tidak all-out dalam bekerja dan itu juga disadari sendiri olehnya. Meskipun begitu, ia mulai berusaha meminimalkan aktivitas di luar divisi mulamuh dan mencoba menyeimbangkannya.

Hari demi hari terus berjalan keadaan mulai membaik dan perlahan ia muncul kembali di tengah keramaian dan kompleksitas kapal innovact, ia tersadar dari keasyikannya mengikuti aktivitas di luar dakwah, ia diingatkan oleh tujuan awalnya bergabung dengan kapal innovact “ikut berlayar untuk berdakwah ke penjuru pulau imub sesuai dengan perintah junjungan kita Rasulullah SAW� Setelah kembali, ia tetap menyadari bahwa selama ini ia tidak baik dalam bekerja, tanpa berniat suudzon kepada rekan-rekan yang lain namun demikianlah penilaian yang ia rasakan sendiri ketika ia melihat

pandangan

rekan-rekan

di

divisi

Mulamuh

terhadap

dirinya.Hatinya terus berkecamuk bahwa ia sebenarnya mampu membuktikan diri kepada seluruh penumpang kapal innovact bahwa


ia adalah salah satu orang terpilih yang kelak akan melanjutkan estafet dakwah kapal innovact. Dengan tekad yang kuat, ia mulai memperbaiki kinerjanya dan terus mencoba menyelesaikan sisa-sisa tugas yang dibebankan kepadanya. Kini, sudah hampir setahun kapal innovact berlayar dan sampailah kapal innovact di penghujung pelayaran. Banyak pelajaran dan makna hidup yang ia dapatkan selama berlayar namun tak dapat dipungkiri lelah hati dan fisik pun ia rasakan. Perjalanan setahun ini pun ia anggap sebagai proses pembelajaran bagi dirinya. Rasa lelah yang mendera sama sekali bukan penghalang baginya untuk kembali berlayar, ia tidak ingin berkecil hati, baginya rasa lelah hanya elemen kecil dari elemen-elemen dakwah lainnya yang harus diperjuangkan dengan apapun yang ia miliki. Ia pun bertekad untuk terus belajar memperbaiki diri, memperbaiki kualitas dirinya dari hari ke hari,ia juga bertekad untuk kembali mencoba tantangan baru di pelayaran tahun depan.

Momen itu... Momen yang tak terlupakan bagi seorang Abah adalah ketika ia menjadi ketua pelaksana agenda silaturrahim mantan awak kapal besar innovact dan kapal-kapal lain, agenda bertema “Redefining Ukhuwah 2.0� bertujuan mempererat ikatan silaturahmi mantan awak kapal innovact dan awak kapal muslim yang berasal dari kapal-kapal lain serta menguatkan solidaritas keluarga besar mantan awak kapal


di pulau economus sehingga menjadi dasar penyemangat kita dalam meraih kejayaan Islam. Agenda yang akhirnya dilaksanakan di Pulau Duo mengalami proses yang berliku dan tidak mudah, ia memilih Atiner sebagai wakilnya dan akhirnya kita berdua mengawali proses yang panjang dari proses perekrutan panitia, merumuskan tema, menentukan tempat

dan

membuat

komitmen-komitmen

tiap

pekan

agar

dilaksanakan di pekan selanjutnya. Singkat waktu, masih melekat di pikiran Abah hingga detik ini adalah proses yang cukup membuat panitia pusing tujuh keliling yaitu proses menentukan tempat, kita berpindah-pindah dari yang awalawal kita rencanakan di Pulau ESQ yang kemudian karena budget constraint akhirnya kita berpindah ke Rumah sendiri yaitu Pulau Economus di sebuah tempat bernama Selosor. Di selosor inilah di tahun-tahun sebelumnya dijadikan ajang silaturahmi awak kapal FSI dan awak kapal muslim lainnya dengan jumlah peserta yang fantastis, pesertanya adalah 50 angkatan awak kapal dari tahun 1960-2010. Namun ternyatadi selosorkita mengalami permasalahan yang tidak kalah serius, kita tidak diizinkan mengadakan agenda ini dengan alasan yang tidak rasional. Saling berdebat argumen dan perang urat syaraf tak terelekkan diantara petinggi economus dengan panitia. Kebijakan petinggi economos menyulitkan pelayaran kita hingga akhirnya abah, kapten dylin, steering commitee yang dianggotai mantan awak kapal yang terlibat dalam agenda besar ini memutuskan


untuk mundur dan kita semua sepakat memilih Pulau Duo milik pihak asing sebagai tempat berkumpulnya masyarakat muslim pulau economus. Hari besar pun telah tiba, 13 September 2014 agenda silaturahmi ini terlaksana dan menjadisangat penting karena agenda ini adalah perekat tali ukhuwah antara awak kapal innovact dengan mantan awak kapalnya terdahulu yang bersatu dalam naungan pulau besar economus, disinilah mereka bernostalgia, saling berbagi cerita, berbagi pengalaman hidup pasca berkarir di luar pulau economus. Mereka bertekad untuk terus terhubung satu sama lain, menguatkan tali ukhuwah islamiyah ke seluruh penduduk bumi dan turut berperan demi cita-cita besar meraih Ultimate Goal yakni kejayaan Islam.

Big thanks to : Kapten Dylin, kapten Cakjen, kapten Kerdus, Kapten Bilski, kapten Madin, Kapten Hasjon, Kapten Jauz, Kapten Handay, Kapten Dins.

Thanks, Cenik-cenik Enihs, Siks, Pm, Samsos, Itm, Mdsp, Dmf, Clm, Ik, Ais.

Thanks, Yang tercinta Cenik-cenik Mulamuh, Itrifsi akmil cengeng, Fifa si ngaretos dan wacanos , Rafua MC yang sok imut, Inar si murah


senyum yang keliatan alim dan pendiem, Assidsi endut yang sok kurus dan Atiner yang ketawanya selalu bikin heboh.

Written by Abah (Presiden Asrama YKM FEUI)

Storyline written by Nadia Ambarani Bismillahirrahmanirrahiim Secuil Background Berorganisasi. Suatu hal yang baru saya cicipi saat saya menjadi mahasiswi jurusan Ilmu Ekonomi Islam angkatan pertama Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saat sekolah di SMP maupun SMA saya sama sekali tidak tertarik untuk ikut organisasi semacam OSIS dan sebagainya. Dahulu saya hanya mengikuti ekstra kulikuler yang memang diwajibkan untuk sekedar menambah nilai di raport (hehe). Saya lebih senang bermain dengan teman-teman dan tidak suka terikat oleh berbagai jadwal rapat yang menurut saya kurang penting. Namun, seiring berjalannya waktu, pemikiran akan kurang pentingnya berorganisasi pun memudar dan hilang terutama saat menjadi mahasiswi FEUI. Fakultas Ekonomi yang katanya terbaik di Indonesia ini

memberikan berbagai fasilitas yang mendukung agar para

mahasiswa/i nya dapat menggali potensi untuk menemukan karakter


yang dimiliki selain ilmu pengetahuan formal yang diajarkan saat kuliah. Berbagai fasilitas itu salah satunya adalah organisasi. *** Try and be Brave! Setelah semester satu usai dan liburan pun berlalu. Saatnya membuka lembaran baru yaitu semester dua. Kembali menghirup udara di kampus FEUI setelah satu bulan rehat dari aktivitas kampus mengingatkan

kembali

akan

tujuan

saya

untuk

mencoba

berorganisasi. Minggu-minggu pertama di semester dua diramaikan oleh banyak stand OPREC berbagai organisasi di FE. Tapi ada satu stand oprec yang menarik hati saya yaitu stand OPREC GREAT VOYAGE yang sedang mencari para awak kapal untuk berlayar bersama. Kapal yang sedang bersandar itu dijaga oleh mandormandor (BPH) yang mencari awaknya yang kebanyakan sudah tidak asing bagi saya karena sudah beberapa kali terlibat dalam kegiatan yang sama. Saya pun tertarik dan melihat-lihat galeri kapal dan berusaha

memahami

dan

mengerti

peta

(brosur)

yang

ada

didalamnya. Ada banyak divisi dalam kapal tersebut divisi Shine dan Sosmas adalah divisi yang menarik minat saya untuk bergabung akan tetapi minat tersebut belum seratus persen yakin, saya masih bimbang. Saya tertarik dengan Shine sebab Shine merupakan divisi yang

mengkaji

dan

mempelajari

Ilmu

Ekonomi

Islam,

ilmu

pengetahuan yang sedang saya telusuri dalam pelayaran pribadi saya.


Sedangkan alasan memilih Sosmas karena saya suka dengan kegiatan sosial dan saya ingin berbagi dan mendapat pengalaman di bidang sosial seperti mengajar, mengadakan acara-acara sosial dan lain sebagainya. Saya pun mencari lagi divisi ataupun biro yang sesuai dengan saya. Akhirnya ada satu biro yang menarik minat saya yaitu biro Humalum, biro Hubungan Masyarakat dan Alumni. Pada dasarnya tujuan saya ikut berorganisasi adalah mencari pengalaman, menambah relasi, dan mengasah skill. Selain itu saya juga mencari wadah yang beyond dari kebiasaan saya. Saya adalah orang yang introvert dan saya ingin mengasah keberanian diri. Ekspektasi saya bila dapat bergabung di Humalum yaitu bisa menambah link atau relasi tidak hanya dengan pihak internal awak kapal tetapi juga dengan pihak luar yaitu para awak kapal yang lain (LDF Fakultas lain, Alumni) dan tentu saja dapat mengasah kemampuan saya dalam public speaking. Karena calon awak kapal pada waktu itu diperkenankan untuk memilih 2 pilihan, akhirnya saya memilih Humalum dan Shine. Tiba saatnya sesi wawancara, Saat itu saya datang ke kapal GREAT kemudian saya bertemu dengan vice coo Fitri. Saya pun langsung disapa dengan sangat ramah kemudian saya diantar menuju basecamp FSI untuk melakukan wawancara dengan coo Afif. Wawancara berlangsung sekitar satu jam. Saat wawancara saya berusaha menjawab apa adanya, tidak lebih dan tidak kurang. Setelah wawancara, saya kembali pulang ke desa Kuteka tempat tinggal saya


sementara di negeri rantau ini.

Dalam hati saya berharap bisa

bergabung dengan the GREAT VOYAGE, pelayaran yang arahnya beyond dari pelayaran lain, menuju tujuan hakiki dan hanya mengharap ridho illahi. *** Join! Di sore hari yang sejuk seusai hujan yang turun dengan derasnya, ketika itu saya sedang mengerjakan tugas tiba-tiba handphone saya bergetar ada panggilan dari nomor yang tak saya kenal. Saya angkat telepon itu, dan terdengar suara seorang ikhwan. Didahului dengan salam. singkat cerita ia adalah kak Afif, coor biro Humalum, biro dimana saya melamar. Coo Afif memberitahukan bahwa saya adalah salah satu calon awak kapal yang diterima untuk ikut bergabung bersama GREAT VOYAGE selama kurang lebih satu tahun kedepan. *** Tak kenal maka ta’aruf ! Tak berapa lama tanda pemberitahuan di Hp saya berbunyi lagi. Sebuah pemberitahuan bahwa saya telah bergabung dalam grup whatsapp bersama tujuh orang lainnya yang semuanya belum saya kenal. Di grup tersebut diumumkan bahwa akan ada team building seluruh awak kapal baru. Untuk itu ada beberapa persiapan,


diantaranya per divisi/biro harus membawa bahan-bahan perbekalan. Perjalanan menuju tempat team building pun tiba, saya berkenalan dengan banyak awak kapal baru. Singkat cerita kami pun tiba di sebuah villa, disana saya berkenalan dengan kak Renoto dan kak Jessica (Dissa) yang juga satu kamar dengan saya. Saya memanggilnya dengan sebutan kakak sebab mereka merupakan kakak tingkat di perguruan. Kak Renoto merupakan sosok muslimah yang rada tomboy, suka nyanyi, sering heboh, phobia kodok, tapi totalitas dalam bekerja, pintar, dan baik hati . Kak Jessica sosok muslimah yang cantik, imut, gemes, suka ngambek, suka caper (wkwk), selaluu on time, suka makan (sama kayak saya), detail, dan care.  Keesokan harinya saya juga berkenalan dengan Kak Wahyu, muslimah yang selalu ngangenin >,< , manis, baik hati, sangat loyal kepada GREAT VOYAGE, heboh dan selalu rame, menyenangkan . Kemudian ada kak Afif, ikhwan yang baik, melankolis, terkenal karena suka nge-MC, doyan makan, lucu, dan hobi ngaret.. hehehe  lanjut, ada syekh Adhil, ikhwan yang berasal dari Indramayu, doyan maen futsal dan menjadi penghuni asrama YKM, ikhwan yang satu ini suka memperhatikan penampilannya wkwk  Saat itu saya berkenalan dengan semua awak kapal Humalum kecuali satu orang ikhwan yang bernama Aufar. Ia tidak ikut karena ada suatu hal kata kak Fitri. Hmmm, pertama kali bertemu saat merencanakan konsep Open House GREAT VOYAGE, Aufar adalah ikhwan yang cuek sama penampilannya, zuper sibuk, konseptor, visioner, dewasa tapi kayak


bocah (bilangnya sih kewibawaannya diminishing?? haha), baik, cerdas, dan sosok yang bisa menempatkan diri di setiap kondisi  *** Prodak .. Program Dakwah. Open House, Now Happening, Tribute to Alumni, welcoming maba, Surfesi, FSI on Sosmed, visitasi, and the greatest event is HBH. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Ada beberapa kendala kecil, sedang maupun besar yang walaupun begitu Alhamdulillah tidak sampai membuat kami tenggelam. Sepertinya kami semua sadar bahwa lelah, demot, kecewa, marah, kesal, miscom, plin plan, wacana..dll itu hal yang biasa. Sehingga untuk memulihkan itu

kami

hanya

perlu

waktu

untuk

rehat

sejenak

sekedar

menghilangkan penat dan kemudian dapat kembali mengarungi lautan untuk sampai ke pulau tujuan  Kasih sayang, saling mengerti, saling memahami dan tenggang rasa diantara kami bagaikan pelampung yang menjaga kami agar tidak tenggelam. Itulah kunci kekompakan, keceriaan, dan yang membuat kami selalu bersemangat  dalam melaksanakan prodak demi prodak. Hey! Did you know that I’ve found one of my best friends? yup, all of you!  (kalo kata kak jajang, Di Rumah Ukhuwah ini, ku temukan sahabat sejati ku….) ***


The End of Humalum 2014… Mengutip kata Bang Andi Azizi, seorang senior yang dermawan dan baik hati, tempat menampung awak kapal FSI untuk berkonsultasi dan senantiasa memberi motivasi. Beliau berkata : “Adam diciptakan Allah SWT bukan hanya untuk makan, minum, menikah, kemudian mencari kekuasaan. Tidak sesederhana itu kawan! Sebab yang seperti itu tidak ada bedanya dengan hewan. Adam diciptakan untuk menjadi Khalifah fil-ardh, untuk itu diperlukan ilmu pengetahuan untuk mengelolanya. Maka, teruslah Belajar dan Mengajar. Ajarkan ilmu yang kau punya, sebarkan kebaikan, sebarkan dakwah walau hanya satu ayat. Jangan pernah berhenti, karena berjuang harus sampai akhir!”  Akhir kepengurusan ini, bukan berarti dakwah kita telah usai, dimanapun kalian berkontribusi, iringilah kontribusi kalian dengan dakwah, Aamiin, Insya Allah  Dakwah bukan hanya ceramah, tetapi bagaimana kita dapat menjaga segala sifat, sikap dan perbuatan kita terhadap diri sendiri dan orang lain. Jadilah Muslim yang Tangguh, Berpengaruh, dan Tidak mudah Mengeluh  Aamiin ya Rabb. Wassalam.


KOLASE By Elsy Shafira Anindya Disclaimer:Semua peristiwa, penokohan, dalam cerita ini sepenuhnya merupakan fiksi dari imajinasi penulis. Segala kesamaan dengan kehidupan nyata merupakan “kebetulan” belaka.

The End of Journey Dia berjalan menyusuri dek kapal,menjinjing tas berisi hidupnya selama 4 bulan terombang – ambing disamudera. Hingar bingar perpisahan masih terdengar diudara, merayakan harta karun yang telah satu tahun mereka kejar bersama,

namun matanya hanya

tertuju pada pemandangan kota yang semakin jelas terlihat. “Apakah pesta perpisahannya begitu membosankan, Inda?” Inda terkesiap kaget. Ia tidak menyadari kehadiran sosok yang bersender dipagar disebelahnya. Pemuda berkacamata itu tersenyum. “yo....” Inda membalas tersenyum sambil kembali mengarahkan matanya ke kota dikejauhan, “Hanya rindu rumah, kak...” “Tentu saja... Sudah, 4 bulan? Waktu berjalan dengan cepat... Rasanya baru kemarin kita berkumpul bersama menyusun strategi pelayaran...


” Ujar pemuda berkacamata itu sambil tertawa. “Jadi... Apakah kamu akan majuuntuk pelayaran treasure hunt tahun depan?” Inda tertawa kecil, reaksi yang sama setiap kali pertanyaan itu terucap dari mulut semua orang. Ingin sekali ia katakan pada pemuda itu, bahwa dirinya sama sekali tidak cocok, tidak cukup baik, untuk memegang kepercayaan tersebut, tapi Inda menahan diri. Dia yakin, pada waktunya, seseorang yang istimewa akan maju, memimpin biro personalia jauh lebih baik daripada yang mungkin dapat ia lakukan. Suara pengumuman bergema diseluruh sudut kapal. Kapal akan segera berlabuh, dan penumpang diharapkan bersiap – siap untuk turun dari kapal. “Kalau begitu saya pamit pulang kak”, Ujar Inda sambil meraih tasnya yang tergeletak di lantai kapal. “Baiklah, salam saya untuk keluarga”, Pemuda berkacamata itu terdiam sejenak, “Pokoknya harus maju ya...” Inda hanya tersenyum simpul “Saya duluan kak” Kakinya menjejak tanah berdebu untuk pertama kali sejak 4 bulan. Selamat datang dirumah... *** The Letters


Inda melangkah keluar rumah sambil menggosok-gosok lengan, melawan dingin pagi yang menusuk kulit. Dia mengambil tumpukan surat didepan pintu rumahnya, kemudian bergegas menutup pintu. Sebuah amplop bernuansa biru menarik matanya.

Dari: F S I Fortress of the Eyepatches Pelayaran perdana KAPAL INNOVACT’14 Wanted KOORDINATOR AWAK KAPAL Hmmm,saya penasaran siapa saja yang akan maju? Pikirnya sambil kembali memilah – milah surat, mencari lambang FE dengan tulisan Hasil Akademik, kerja kerasnya selama 4 bulan terakhir. Fortress of the Eyepatches HASIL AKADEMIK

Nama

: Anindya

Tahun Akademik

: 2012/2013


Semester

:3

Mata Inda men-scan isi surat tersebut, hingga matanya tertuju pada nilai akhir dibagian akhir surat. “... ini buruk” *** The Cafe Gemerincing suara bel terdengar ketika pintu kafe itu dibuka. Sesosok wanita berkacamata muncul, mengedarkan pandangan ke seisi kafe. Sesaat suara riuh rendah pelabuhan ikut menyusup masuk, sebelum hilang ketika pintu ditutup. Wanita itu menghampiri meja disudut kafe. Disana telah duduk seorang wanita, menatap keluar, larut dalam fikirannya. “Apa sudah menunggu lama?” “Saya baru mau memesan, kak” “Jadi, jawaban kamu?” “... Saya dengar sudah ada orang lain yang akan mengambil posisi itu?” “Dia mengundurkan diri. Itu mengapa saya menawarkan posisi biro personalia pelayaran kapal ini pada Kamu. Jadi?” “... tapi saya rasa saya tidak siap untuk mengambil posisi itu”


“Ada kami disini, kita hadapi--- bersama” Inda terdiam, semua alasan berkecamuk dikepalanya, rasa kecewa mendalam ketika memberikan surat hasil akademik pada ibunya, menangis sendiri dikeheningan malam setelah hari yang panjang bekerja

di

beberapa

kapal

sekaligus---

berjanji

untuk

tidak

melakukannya pada dirinya sendiri lagi, segala rasa ragu,takut, ingin, bercampur jadi satu. “... baiklah, saya bersedia kak.” *** The Grey Area Sudah 2 hari kapal itu berlayar mengarungi lautan. Ribuan remaja diatasnya sibuk dengan kegiatan masing – masing, mencoba menangkap sisa – sisa liburan yang akan segera berakhir begitu kapal tersebut berlabuh. Dari kejauhan raksasa abu – abu bangun dari laut, siap menerkam siapa saja yang berani mendekat kesana. Fortress of the Eyepatches, kastil yang dibangun sepenuhnya dari struktur metal, menjulang ditengah – tengah samudera. Namanya menggelitik rasa takut dihati banyak orang, tempat para anak – anak perompak dilatih untuk siap mengarungi lautan. Orang – orang menyebut daerah perairan ini “The Grey Area”, tempat yang harus dihindari, jika ingin selamat.


Perlahan Kapal tersebut berlabuh, berderet dengan kapal – kapal serupa dihadapan kastil. Ribuan anak berduyun – duyun turun dari kapal – kapal tersebut. Semester baru, lembaran baru, akan segera dimulai. *** 1st Meeting Kedua orang itu duduk dipojok kafetaria. Keduanya terlihat tidak nyaman, tidak yakin mengenai apa yang harus dilakukan. Inda telah mengenal pemuda ini selama setahun, tapi dia baru sadar sedikit sekali pekerjaan yang pernah dilakukan bersama. “...Jadi, apa yang harus kita lakukan?” “... membuat program kerja?” “... hahaha pertanyaan bodoh ya? Mungkin lebih baik kita mulai dari program kerja tahun lalu? Program mana yang mau kita bawa?” Setelah perdebatan panjang mengenai program kerja mana yang akan dibawa dan mana yang tidak perlu dilanjutkan, Inda merasa lebih baik. Mungkin, kerjasama partner ini bisa berhasil. *** Awak Kapal Wanted Minggu pertama bulan februari, BO dan BSO sibuk merekrut awak kapal untuk pelayaran yang akan diluncurkan pada tahun tersebut.


Kastil FE diwarnai oleh warna – warni stand open recruitment, dibuat meriah untuk menarik siswa FE bergabung, pertempuran sengit memperebutkan awak terbaik untuk kapalnya. Tidak jarang ada siswa FE yang bekerja di beberapa kapal sekaligus, apalagi setiap kapal memiliki target harta karun yang berbeda. Setelah mencatat siswa – siswa yang ingin bergabung, perdebatan sengit terjadi didalam masing – masing BO dan BSO untuk merekrut siswa tersebut dalam biro departemennya. “Pokoknya saya mau rekrut dia dalam departemen saya!” “Tapi $#%&@............!” Lalu, setelah perdebatan alot, maka terbentuklah satu team yang utuh, dan untuk FSI tahun ini team itu dinamakan, The Innovact. *** Welcome to the Innovact Sebuah kapal bersandar dipelabuhan kastil, terombang ambing oleh ombak. Tidak ada sumber cahaya disekitar, hanya cahaya rembulan bersinar terang, menyebabkan bayangan besar kapal terpatri dilautan. Dibagian paling tinggi kapal, berdiri seorang pemuda, berpakaian seperti perompak, menyeru pada awak – awak kapal yang berkumpul di geladak. “Setiap tahun, puluhan kapal berlayar dari Grey Area, mengarungi lautan, membalikan setiap karang, mencari ribuan legenda harta yang


pernah ada di dunia. Tidak sedikit kapal yang digulung ombak--- Tapi! Tidak sedikit legenda yang telah ditulis ulang! Harta – harta yang tidak lagi hanya menjadi legenda! Apakah kalian siap menulis ulang sejarah?!” “Siap Kapten!!” Seru awak – awak dengan semangat. “Kalian mungkin pernah mendengar sebuah legenda, tentang harta berharga yang telah lama terlupakan. Harta yang telah lama hilang, dicuri, dan disembunyikan, oleh perompak yang iri akan kebersamaan umat Islam. Apakah kalian pernah mendengar mengenai harta ini--Ukhuwah?” Suasana hening di antara awak kapal dipecah oleh bisikan – bisikan, ukhuwah, harta yang telah lama hilang, yang menurut legenda pernah membawa Islam menuju kejayaan. “Kita aduk seiisi Lautan! Kita gali setiap jengkal tanah didunia! Kita temukan kembali Ukhuwah dan kita raih kembali kejayaan Islam!” Teriakan bersemangat pecah dari segala penjuru kapal. Selamat datang,kawanku, di kapal FSI ke -23 , the Innovact!” *** The 1st Job: Team Building Bagaimana membangun team, bersama dengan team yang belum terbangun?


“Perkenalkan saya Gita Armelia... hobi saya, hmmm apa ya hobi saya--” Disebuah pulau kecil, kapal Innovact berlabuh. “Saya Chasbi... Kalau makanan favourit saya---” Karena kapal kita tidak dapat berlayar jauh “Halo semua, saya Ratna dari Lombok.... “ Sebelum kita terpaut menjadi satu. “Waaah team building biro personalia ke Lombok aja yaa kita numpang dirumah Ratna! Hahaha” Dan disinilah kami, duduk dalam satu lingkaran. “Wah, setuju, setuju! Hahaha... Selanjutnya, hmmm, perkenalkan saya Fairuz----“ Bercengkerama, bercanda, tertawa “Halo perkenalkan saya Meiga. Dulu waktu sma saya adik kelasnya kak Noto-----Terus terus, waktu itu....” Mencoba memahami, mengerti “Halo perkenalkan, saya Gamal, dipelayaran tahun lalu saya juga menjadi awak di biro ini, biro personalia-----” Merajut team kami sendiri


“Haloo perkenalkan saya Noto—saya akan menjadi partner Inda dalam memimpin biro ini satu tahun kedepan *insert evil laugh* Hmmm, saya suka sekali makan kecap dan tidak suka sambal---“ Sambil mencoba menjalankan tugas kami, “Hai hai, perkenalkan saya Inda---- saya akan menjadi partner Noto dalam memimpin biro ini satu tahun kedepan. Hmmm, Kebalikan dari partner saya, kalau saya tidak bisa hidup tanpa sambal----“ Mengikat hati kita semua, the innovacts, dalam satu layar *** The 2nd Training “Ayo semua berdiri!” Suara ramai terdengar dari dalam ruangan student center FE. Training awak kapal ke 2 yang dilaksanakan biro personalia sedang berlangsung. Inda duduk termangu didepan didepan ruangan, tidak ada lagi yang perlu ia lakukan. Tiba – tiba saja ia mendapatkan ide. “habis ini kita evaluasinya di kafe aja ya? Sambil makan” “Oh? Ayo.... ” Partnernya baru saja berulang tahun, namun karena banyak hal, belum sempat dirayakan. Setelah acara selesai dia segera mengajak Meiga untuk membeli kue ulang tahun. Dia sedang mencoba menyalakan lilin ketika Gita dan Ratna menghampiri mereka.


“Ayo mah, tadi aku liat papah sedang menaruh barang di kapal” “Coba liat papah udah di kafe belum?” “Eh itu papah datang! Ayo cepat...” “1 2 3!” “Surprise!! Happy Birthday to You! Happy Birthday to You! Happy Birthday dear papah! Happy Birthday to You!” “Yay!” “Happy Birthday Papah!” *** Anchor Ketika lelah membuncah Merasuki sudut hati Memberatkan setiap langkah Meragu Apakah Hati ku

Hati nya Hati mereka Terpaut

Di Jangkar yang sama?


***

The Letters, Revisit Fortress of the Eyepatches HASIL AKADEMIK

Nama

: Anindya Sugianto

Tahun Akademik

: 2013/2014

Semester

:4

Mata Inda men-scan isi surat tersebut, hingga matanya tertuju pada nilai akhir dibagian akhir surat. “... Yes!” *** The Meeting, Revisit Kedua orang itu duduk dipojok perpustakaan. Kertas – kertas bertebaran dihadapan mereka, program biro personalia yang akan direalisasikan pada paruh terakhir pelayaran. “...Sebelumnya saya minta maaf, kalau saya ada salah.”


Inda terdiam, menatap pemuda itu. Dia tidak tahu darimana pernyataan itu datang“... Dalam rangka apa minta maaf?” “Dalam rangka menyambut semester baru, sebelum kita mengarungi satu semester kedepan,” Inda tersenyum. Mungkin, hati mereka memang terpaut di jangkar yang sama. “Saya juga minta maaf, kalau saya ada salah... Please take care of me...” *** Another Day on The Ship Matahari bersinar terik, membakar wajah – wajah kelelahan, sibuk dengan tugasnya masing – masing menjaga agar kapal tetap berlayar. Satu hari lagi dikapal. Satu hari lagi mengejar harta dari bisik – bisik yang didengar. Satu hari lagi pulang dengan kecewa, karena pencarian tak kunjung membuahkan harapan. “Saya tidak mengerti! Seharusnya ada disini! Tepat disini. Pulau tempat harta itu disembunyikan...” Pemuda itu, kapten dari kapal, berhenti sejenak “Atau mungkin, Ukhuwah memang hanya mitos belaka? Legenda yang dibuat oleh ayah, untuk menjaga semangat dakwah anaknya? Katakalah wahai sahabatku yang paling bijaksana, apakah perjuangan kita selama ini hanya sia – sia belaka?”


Zein, penasihat dari kapal itu, hanya terdiam. Matanya menatap lautan luas yang terbentang dihadapannya. Benarkan semua ini hanya sia – sia? Tiba – tiba cuaca berubah. Awan tebal muncul dari timur,menutupi mentari. Angin membawa kabut tebal yang menyelimuti kapal dalam kegelapan. Kemudian, diantara kabut tersebut, terlihat bayangan besar, sebuah pulau. “Mungkinkah?” *** Lost and Found Mereka berjalan dalam barisan tidak teratur, memasuki gua, bermandikan cahaya lentera yang dibawa beberapa orang diantara mereka. Aliran air sebatas mata kaki membasahi kaki – kaki mereka, menimbulkan suara riak air disetiap langkah. Pemuda yang berjalan paling depan, Kapten Kapal Innovact, tiba – tiba berhenti, menyebabkan orang – orang dibelakangnya turut berhenti berjalan. Jauh didepan mereka, terduduk diatas susunan batu, sebuah peti besar bertahtakan delima. Pemuda itu maju sendirian, menghampiri peti tersebut. Semua rombongan terpaku ditempat mereka, menahan nafas. Dia membuka peti itu.


Sinar yang sangat terang keluar dari dalam peti, menyelubungi seluruh rombongan didalam gua dengan cahaya keemasan. *** Sora wo tobe umi wo nagame kinou made no nayami kumo no ue de oikakekko (Fly in the sky, look at the sea and chase yesterday’s troubles on the cloud)

Doko made ikou ka kaze wa tomaranai (No matter how far we go, the wind won’t stop) Ima kimi mo onaji koto wo kangaeteiru no ka na “kaeritakunai” to (Right now, are we thinking the same thing? “I don’t want to go home”) Yuuhi ga shizumi hoshizora mieru made nantonaku susunde ikou (Till the sun sets and the starry sky appears, somehow we made it forward)

Fune no ikisaki wa bokura no Pleasure (This ship’s destination is our Pleasure)

コンパスローズ(compass rose) - hey! say! jump


Air pun Berpuisi By Puji Rahayu Ia terlahir di sebuah desa di atas bukit di ujung bagian selatan pulau

ini.

Bertahun-tahun

ia

hidup

damai

bersama

dengan

keluarganya. Sejak kecil ia memang selalu mendapatkan kesempatan untuk belajar menggubah puisi kepada guru besar di daerahnya. Hal itu bukan karena ia anak orang terpandang atau karena memiliki jumlah sumbangan masjid yang terbesar di kota itu. Ia selalu bisa sampai di manapun yang ia inginkan karena ibunya tak pernah berhenti berdoa untuknya. Di sinilah ia tak akan pernah lupa kepada seorang wanita yang telah melahirkan dan selalu memberikan waktunya untuk berdoa demi kebaikannya. Ibu yang luar biasa. Ia sudah cukup dewasa untuk mulai mengenal hidup yang sebenarnya. Ia tak pernah mendengar orang menyebut nama aslinya dengan benar meskipun nama yang ia miliki sangat singkat. Ia lebih dikenal dengan nama panggilan kesayangan dari ibunya yang sejak kecil disematkan padanya. Yaah, orang-orang tidak pernah memanggilnya Puja, tetapi lebih suka memanggilnya dengan nama Dodoa (artinya: pengulangan kata doa) . Sejak kecil bahkan ia tidak pernah suka mengenakan perhiasan. Bahkan, anting yang sejak kecil terpasang di dua telinganya yang merupakan pembelian ibunya pun ia taruh di mana saja hingga akhirnya hilang tak bersisa.


Setelah ia melakukan salat selama 7 hari, maka ia mulai mendapat keyakinan untuk benar-benar mulai mengembara karena ia memang tak memiliki niat untuk terus tinggal di sana. Ia ingin agar ia mengunjungi tempat baru hingga belajar banyak hal baru di sana dan akhirnya ia bisa mengajak ibunya untuk hidup bersamanya di tempat yang baru yang lebih baik. Tak mudah memang mendapatkan restu dari sang ibu agar ia bisa pergi ke tempat baru yang diidamkannya karena ibunya tak yakin akan membiarkan anaknya tersebut hidup sendirian di tanah orang yang tak tahu bagaimana kondisinya.

Namun,

berkat

bantuan

guru-guru

yang

selalu

mendampinginya untuk belajar selama ini, meskipun dengan usaha keras, akhirnya sang ibu pun luluh dan percaya bahwa anaknya akan mampu bertahan sehingga sang ibu pun memberikan restunya kepada

anaknya

untuk

mengejar

asanya.

Seharian

sudah

ia

mempersiapkan segala sesuatunya. Akhirnya tiba saatnya ia akan berpamitan kepada sang ibu untuk benar-benar mengejar asanya. “Ibu, Dodoa akan berangkat untuk mengejar asa Dodoa. Dodoa mohon Ibu takkan pernah berhenti bangun di kala semua orang terlelap tidur untuk selalu menyebut namaku di setiap sujudmu karena

itulah

yang

selalu

membuatku

mampu

menghadapi

semuanya.� “Dodoa, tanpa kau minta pun ibu pasti akan selalu mendoakanmu naak. Untuk apa dan untuk siapa aku berdoa bila bukan untukmu. Namamu adalah nama yang takkan pernah mampu terhapus dari bibir


ibumu ini nak. Pesan ibu, jangan kau tinggalkan salatmu, jaga dirimu baik-baik, jangan pernah berhenti untuk berpijak pada bumi.” “Ibu, Ibu adalah orang terbaik yang Dodoa miliki. Dodoa janji, Dodoa akan kembali untuk bisa mengajak Ibu naik haji. Peganglah janji Dodoa Bu, jarak akan kulangkah dan waktu akan kutuju agar Dodoa bisa segera kembali ke sini untuk hidup kita yang lebih baik.” “Dodoa, hati-hatilah nak. Bawalah dua buah kue kedelai ini untuk bekalmu di jalan. Tuhan selalu bersama setiap langkah dan detak jantungku.” “Dodoa berangkat Bu. Aku pergi untuk ibu dan kembali pula untuk Ibu. Tak terasa mereka melelehkan air bening yang tak tertahan di kedua pipi mereka. Perpisahan yang tak selamanya, tetapi begitu sulit dijalani. Layaknya kekasih yang meninggalkan pujaan hatinya dalam penantian. Dodoa pun segera melangkah meninggalkan bukit tempat tinggalnya. Ia mulai menyusuri pepohonan dan jalan menuju kota. *** Dua hari Dodoa berjalan dengan memakan kue yang diberikan ibunya selama dalam perjalanan, akhirnya ia sampai di kota. Ia melihat banyak hal baru di sana. Sejauh mata memandang banyak kerumunan orang yang berjualan ataupun sekadar berjalan dan bergurau. Akhirnya matanya menangkap sesuatu yang tak asing baginya. Yaah,


puisi. Ia mendengarkan rima yang begitu indah tercipta dan diksi yang begitu luar biasa. Lebih indah daripada saat ia mendengarkan puisinya sendiri menurutnya. Ia mendatangi pembaca puisi tersebut. Seorang wanita setengah baya yang nyaris sempurna lagu dan iramanya saat membacakan puisinya. Ia memberanikan diri untuk mendekatinya. Orang itu lantas tersadar atas kedatangan Dodoa. “Salam, aku Dodoa, aku sangat terpesona dengan puisinya. Luar biasa indah. Kau sudah lama berinteraksi dengan puisi?” kata Dodoa saat sampai di depan wanita itu “Salam, aku Reya. Kau seorang ahli puisi?” “Hanya pernah beberapa kali mendapat kesempatan untuk belajar tentang puisi.” Jawabnya sambil menganggukkan kepala. “Wah, pantas kau memahami puisi dengan baik. Kalau boleh tahu, dari mana kau berasal? Apakah kau berasal dari kota ini?” “Hanya sedikit ilmu yang kumiliki tentang puisi. Aku berasal dari Bukit selatan kota ini. kau sendiri sudah lama berada di kota ini?” “Aku sudah tiga bulan berada di kota ini. Aku menunggu suatu hal yang besar yang akan segera datang.” “Kalau boleh aku tahu apa hal besar yang kau tunggu?” “Aku menunggu datangnya kapal pesiar yang begitu besar yang akan membawaku mengelilingi perairan di bumi ini. Aku sudah lama menantikan hal ini. dan hari itu akan segera tiba. Besok pagi, apa yang


selama ini aku tunggu segera datang. Kapal pesiar itu akan segera datang.” “Aku pun ingin melihat bahwa air pun berpuisi.” “Benarkah? Kalau begitu besok pergilah denganku dengan kapal pesiar itu. kita harus sudah siap di pelabuhan sebelum fajar datang. Kita harus berangkat setelah subuh agar bisa naik terlebih dahulu karena pasti akan banyak orang yang ingin naik.” “Baiklah, Reya.” *** Setelah mereka melaksanakan salat subuh, mereka segera bergegas menuju pelabuhan. Benar yang dikatakan Reya, sudah banyak orang berkumpul di sana. Tak berapa lama kemudian, terdengar semacam peluit raksasa dibunyikan sebagai tanda bahwa kapal pesiar yang dinanti-nantikan oleh semua orang telah datang. Segera Reya menarik tangan Dodoa untuk naik ke kapal. Perjuangan panjang melewati banyak orang berjejal yang juga ingin masuk ke kapal pun akhirnya berhasil mereka lalui. Mereka sampai di dalam kapal di lantai kedua. Mereka duduk di galangan kapal memandang laut di depan mereka yang semakin terang karena matahari mulai terbit. Tak sampai berapa lama kemudian, kapal pun mulai diarahkan nakhkoda untuk meninggalkan pelabuhan. Perlahan tapi pasti kapal mulai sampai di tengah lautan lepas. Yang bisa dilihat hanyalah lautan dan ombak yang tenang. Tak henti-hentinya Dodoa maupun Reya


mengagumi indahnya lautan itu. semakin malam pemandangan semakin indah karena deburan ombak ditemani oleh indahnya langit yang seolah memberi salam kepada semua penghuni bumi dan kepada air. Reya sibuk menyusun bait-bait puisi sedangkan Dodoa masih lebih suka membaca keindahan tak terhingga yang sekarang ada di hadapannya. Malam semakin larut hingga mereka pun tertidur diselimuti oleh langit berbintang. Namun, tiba-tiba mereka terbangun saat badan terasa diguncang dengan sangat hebat. Mereka pun terbangun. Mereka merasakan kapal oleng ke kanan dan ke kiri. Mereka segera mencari pegangan. Tangan mereka menggenggam erat apa yang menurut mereka bisa menopang tubuh mereka. Hal ini terjadi agak lama, tetapi kemudian suasana kembali tenang karena guncangan itu hilang. Menurut penumpang lain yang ikut melihat kejadian yang membuat kapal tersebut berguncang berkali-kali adalah karena adanya gerombolan ikan paus yang berada di laut di bawah kapal berada dan memaksa untuk muncul ke permukaan sehingga menabrak dasar kapal berkali-kali, tetapi kemudian ahli perikanan mampu membuat paus tersebut mencari jalan lain untuk muncul ke permukaan. Tak terasa sudah lebih dari dua bulan mereka berada di kapal pesiar tersebut dan berteman dengan laut maupun langit. Setiap hari, bait puisi tak pernah terhenti dibuat dan dibacakan untuk para penumpang kapal oleh Dodoa dan Reya. Semua orang menyukai puisi mereka dan mereka merasa terhibur dengan adanya dua orang


tersebut. Hari itu langit begitu cerah. Matahari bersinar terik. Namun, tiba-tiba keindahan itu musnah saat semua orang berteriak, “air masuk kapal...air masuk kapal...” Semua orang mulai panik dengan keadaan yang terjadi. Banyak orang yang diam saja, menangis, berdoa, atau bahkan menutup mata mereka. Begitu pula dengan Dodoa maupun Reya. Saat ini mereka tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan kapal dari tenggelam karena air mulai masuk ke kapal. Air yang selama ini menjadi sahabat mereka hari ini tiba-tiba menyerang mereka. “Tidak. Air tidak mungkin memusuhi sahabatnya sendiri karena kami pun tidak pernah memusuhinya. Kita bersahabat. Aku harus mengingatkan bahwa kita sahabat dan tidak seharusnya bermusuhan.”

Hatinya

berkata

hal

yang

selama

ini

menjadi

keyakinannya. Akhirnya tanpa berpikir panjang ia turun ke lantai dasar. Ia berlari menyusuri tangga. Ia segera sampai di tangga menuju lantai dasar. Ia melihat air sudah setinggi lutut menggenangi lantai dasar dan semua awak kapal sedang berusaha mengurangi jumlah air yang semakin meninggi. Dodoa segera masuk ke dalam air dan mulai melihat air yang mulai membasahi kakinya hingga atas lutut. Ia berkata dengan lembut kepada air yang berada di hadapannya, “Kawan, sejak dulu aku yakin bahwa kau pun berpuisi. Aku yakin kau pasti mengetahui puisi terindah sepanjang masa yang takkan pernah diragukan lagi kebenarannya. Tuhanku dan Tuhanmu telah berpuisi dalam kitab Al-Qur’an kita yang suci, “Milik-Nyalah kapal-kapal yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung” dalam surah Ar Rahman


ayat 24. Maka aku memintamu sebagai sesama makhluk yang samasama berpuisi dengan puisi Tuhan agar kau bersahabat dengan kami karena kami pun ingin bersahabat denganmu. Tuhan, izinkan kami bersahabat dan izinkan kapal ini kembali berlayar.” Seketika itu pula seakan air laut memahami Al-Qur’an dengan baik, maka airpun mulai surut dengan sendirinya karena kapal yang sedang berlayar tersebut adalah milik Tuhannya sehingga ia bersedia bersahabat dengan kapal tersebut dan dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Akhirnya semua orang segera kembali tenang karena air sudah tidak masuk lagi ke dalam lantai kapal. Dodoa melakukan sujud syukur atas kebaikan Tuhan yang telah menolong kapal beserta mereka semua yang berada di dalamnya. Reya menepuk bahu Dodoa dan mengatakan satu hal padanya “Tunjukkan padaku satu hal” dan Dodoa pun menjawab “Dengan puisi terhebat yang pernah ada, maka kita semua berpuisi. Begitu pula dengan lautan, air pun berpuisi.” Kapal pun kembali mengarungi lautan lepas yang kini sudah menjadi sahabatnya. Kini puisi itu semakin indah dan akan tetap indah. Di kejauhan sana, tampak daratan menghijau siap menyambut kapal. Itulah daratan tujuan mereka. Tak lama lagi mereka akan segera sampai di tempat tujuan mereka. Salam perpisahan pun akan segera terucap untuk sang sahabat yang kini sudah sangat erat. “Air, tetaplah berpuisi sesuai dengan puisi terindah sepanjang masa” ***


My Journey By Mohamad Jatiardi Fitriantoro End of The Line Aku sedang duduk termenung menatap langit yang menyemburkan cahaya jingga kebiruan. Perpaduan warna sempurna, yang secara tak langsung mengagungkan pencipta-Nya. Aku tersenyum sesaat, lalu mengalihkan pandangan. Dari kejauhan, terdengar sayup-sayup suara orang-orang yang ku kenal, suara-suara itu memanggil nama ku. Mereka, awak kapal yang telah menemani perjalananku, mereka melambaikan tangan ke arahku.Betapa kagetnya aku saat mengetahui teman-temanku, semuanya sudah turun dari kapal. “Daratan!� pikirku terkaget-kaget. Saat melihat hamparan pasir tempat teman-temanku itu menjejakkan kakinya, perasaan senang tak terkira memenuhi rongga-rongga hati ku. Aku memang sangat merindukan daratan., karena, sudah satu tahun aku berlayar di laut lepas. Dan saat melihat daratan tempatku melangkahkan kaki ke kapal ini setahun lalu, wajar bila hatiku meloncat-loncat kegirangan.

Tapi, seketika satu

pertanyaan muncul di benakku.“Saat aku menginjakkan kaki ku ke daratan ini, apakah itu artinya ini kali terakhir aku merasakan indahnya lautan?� Aku berjalan perlahan dengan penuh kepastian. Setiap langkah yang ku buat mendekatkanku kepada pintu keluar kapal, mendekatkanku pada suara-suara yang sedari tadi memanggilku untuk turun dan


bersenang-senang. Dan saat aku tiba di gerbang “kenyataan� itu, tanpa sadar air mataku menetes.Tampaknya, hati ku masih tak rela untuk meninggalkan kapal ini. Kapal yang telah membawaku ke sudut pulau antah berantah, mengajarkanku untuk kuat saat tertimpa badai, dan memberikanku suatu harta karun yang sangat berharga bernama “keluarga�. Aku akan selalu mengingat momen ini. Momen dimana aku menangisi perpisahanku dengan kapal agung ini. Momen yang mungkin akan menjadi kali terakhir aku merasakannya. Saat kedua kakiku ini sudah bertemu dengan tekstur unik dari pasir pantai yang halus, aku membalikkan badanku. Aku menatap kapal itu untuk terakhir kalinya sebelum aku bergabung bersama temantemanku. Namun, seketika semua memoriku bersama kapal itu terbang, dan melesat di kepala ku bertubi-tubi.

Flashback Saat itu, aku hanya seorang bocah ingusan yang secara kebetulan terdampar di sebuah pulau asing. Disitu aku bertemu dengan orangorang baru, yang bernasib sama sepertiku. Baru beberapa bulan aku tinggal di pulau itu, aku hampir saja terhanyut, dengan semua gegap gempita yang telah mendarah daging dalam diri mereka. Hingga akhirnya, pertolongan Allah datang kepadaku, melalui orang-orang itu. Ya, kapten Bilal menawarkanku untuk bergabung dalam suatu tim


yang akan mengadakan ekspedisi pencarian harta karun ke pulau Madani yang letaknya masih dipertanyakan. Kapten Bilal dan pasukannya memiliki misi untuk mencegah segala jenis konflik yang mungkin terjadi dengan bajak laut yang lain. Untuk itu, semua anak buahnya, tak terkecuali aku, dibekali dengan pengetahuan untuk bisa melobby, berbicara di depan umum, dan negosiasi. Tentu saja Kapten Bilal memiliki peranan penting di kapal itu. Bayangkan, berapa besar kerugian yang harus ditanggung jika kita tidak bisa menghindari pertempuran di laut yang mahadasyat. Menjadi garda terdepan di garis pertempuran tentu tak mudah. Tim kami harus langsung melakukan konfrontasi dan meyakinkan kapal lain yang berpapasan dengan kapal kami, bahwa kapal kami tidak menginginkan keributan. Maklum, di dunia yang kami singgahi ini, perang antar kapal menjadi sesuatu yang awam di kalangan masyarakat. Ternyata, tugas berbahaya ini menjadikan kami tim yang solid. Perasaan senasib bahwa suatu saat kami gagal bernegosiasi dan tertawan membuat kami dekat satu sama lain. Di masa pelayaran itu, yang merupakan pelayaran pertamaku.Akhirnya, aku menemukan keluarga baru. Saat pelayaran pertama usai dan kapal telah berlabuh, tanpa terduga aku ditawari untuk ikut ekspedisi mencari harta karun yang kedua. Betapa bahagianya aku, bisa kembali mengulang masa-masa


kegembiraan di dalam kapal, bersama dengan awak-awak kapal yang sudah kuanggap saudara kandungku sendiri. Saat itu, aku ditawarkan untuk menjadi wakil kapten di divisi pengendalian kapal. Kapten Bilal pun ikut berlayar bersamaku. Berkat jasa-jasa di ekspedisi pertama itu, kapten Bilal sekarang dipromosikan menjadi Laksamana Hubungan Antar Kapal.Meski berada di divisi yang berbeda, aku dan Laksamana Bilal masih tetap akrab. Bahkan, di pulau Transito, tempat dimana semua kapal berkumpul untuk beristirahat, aku dan Laksamana Bilal menghibur awak kapal kami, dan awak kapal yang lain dengan penampilan musik. Aku masih ingat jelas saat-saat di pulau Transito itu. Saat dimana kami bermain musik di malam hari yang indah, di sisi pantai, dengan bintang-bintang dan deburan

ombak

menghiasi,

dengan

api

unggun

yang

menghangatkan, dengan senyum dan gelak tawa penonton yang menggembirakan. Here Comes The Leader Tiba-tiba, aku teringat akan Laksamana Handy. Ia adalah nahkoda kapal, pimpinan tertinggi yang terpilih. Ia adalah sosok pendiam yang kadang tak bisa di tebak. Kharismanya terpancar dari sifatnya yang tidak banyak bicara. Mungkin, banyak awak kapal yang tidak paham betapa besar pengorbanannya untuk kapal kami. Di tengah malam, saat semua awak tertidur, ia adalah satu-satunya orang yang masih terjaga. Matanya bergerak kesana kemari. Ia harus waspada, jikalau


malam

yang

gelap

mengantarkan

ombak

besar

yang

bisa

menenggelamkan kapal, atau bajak laut licik yang menggunakan malam sebagai selimut untuk menyerang. Ia selalu siap melindungi kita, anak buahnya, tanpa mengharapkan imbalan. Pernah suatu waktu, saat krisis kepercayaan awak kapal terhadapnya kian membesar, aku melihatnya tetap kuat.Ia tidak mencoba menenangkan diri, tidak pula mencoba mengklarifikasi. Ia hanya sibuk menggerak-gerakkan kemudi kapal. Menghindarkan kapal dari batu dan halangan, memastikan kapal akan bergerak sesuai tujuan. Ia tidak pernah mengeluh. Sama sekali…. Di tengah malam, saat semua awak tertidur.Seperti biasa, aku mengintip

dari

kejauhan.Aku

melihatnya

menangis.Suatu

pemandangan yang MUSTAHIL kulihat jika aku hanya mengandalkan siangku untuk memperhatikannya. Ia menengadahkan tangannya. Nampaknya, ia sedang berdoa kepada Allah SWT. Tak lama, jawabanNya seakan turun dari langit. Hujan deras dengan petir yang menyambar membuat semua awak terbangun dari tidurnya. Tak lama, ombak besar datang menyerang. “Badai laut! Badai laut! Semuanya harap waspada!” Sopana, salah satu anak buahku di divisi pengendalian

terlihat

menggunakan

pengeras

suara

untuk

mengingatkan seisi kapal. “Bocor! Kapal kita bocor! Kita akan tenggelam!” Dikri, salah satu anak buah Iqbal, wakil kapten divisi penguatan kapal berteriak kebingungan. Tak disangka-sangka, semua awak kapal kocar-kacir tak karuan. Mereka terlihat kebingungan


dengan apa yang harus mereka perbuat. Aku sendiri langsung berlari ke arah tepian untuk berpegangan. Saat kepanikan dan ketakutan menyerang

itu-lah,

sebuah

suara

keras,

tegas,

dan

tenang

menggelegar di penjuru kapal. “Divisi penguatan kapal! Cepat cari semua kebocoran kapal dan tembel sekarang juga!” “Siap, Laksamana!” jawab mereka seraya bergegas melakukan apa yang Laksamana Handy perintahkan. “Divisi pengaturan, tidak….. Bidang pengaturan arah kapal! Buka layar bersayap selebar-lebarnya! Kita butuh itu untuk tetap seimbang!” Terlihat lima orang kapten dari bidang pengaturan kapal sibuk mengkoordinasikan anak buahnya untuk melakukan apa yang diperintahkan Laksamana Handy. “Divisi pengendalian, cepat coba pelajari radar, kita akan bergerak ke tempat yang tidak terkena badai! ”Mendengar seruan itu aku langsung bergegas ke ruang kerjaku. Di saat aku berlari, suara Laksamana Handy yang menggelegar masih terdengar. “Semua Laksamana, tolong koordinasikan semua bidang! Divisi yang lain, kalian bantu kuras air yang memenuhi kapal atau kita akan tenggelam! Para penumpang cepat ke dalam kabin kapal, jangan panik!” Semua gemuruh itu telah pergi. Selimut awan tebal perlahan-lahan menghilang, digantikan oleh mentari yang bersinar terang. Ombak pun sudah lama tenang. Kami semua, para awak kapal, terduduk tak percaya. “Apa yang telah kita lalui tadi malam sungguh luar biasa!” ucapku dalam hati. Kulihat semua awak kapal termenung, tampaknya


mereka sibuk mengingat kejadian mendadak tadi malam, sampai akhirnya sebuah suara memecah kesunyian. Gamal, salah satu anak buah Elsy di divisi personalia kapal berteriak dengan lantang. “Kita telah selamat dari maut! Allah telah menganugerahkan kita seorang pemimpin yang hebat, Allahu Akbar!” Seketika, kita semua, para awak kapal membalas takbir yang dilontarkan oleh Gamal. Allahu Akbar! Allahu Akbar!“ gemuruh takbir sahut menyahut memenuhi seluruh isi kapal. Tak jarang kudapati awak kapal yang menangis terbawa euphoria. Tak terkecuali aku. Kulihat Laksamana Handy dilempar ke angkasa, ditangkap lagi, dan dilemparkan lagi oleh beberapa pemuda awak kapal kami. “Hidup nahkoda kita! Hidup pemimpin kita! Allahu Akbar!” Should I Say Good Bye? Banyak sekali pengalaman yang telah aku pelajari dari pelayaran kedua ini. Ekspedisi pencarian harta karun ke Pulau Madani, tampaknya telah mengubah diriku dari seorang bocah ingusan, menjadi bocah yang sedikit memiliki rasa tanggung jawab. Aku takkan pernah lupa, saat gelak tawa awak kapal membahana, ketika ada satu pasukan lumba-lumba yang menyapa kami. Mereka membentuk formasi, mencoba menghibur kami dengan adegan sirkus yang sangat lucu. Aku juga takkan pernah lupa, saat kita bersamasama menyaksikan matahari terbenam yang sungguh menawan. Saat itu, seolah semua penat perjalanan kita terbayarkan. Dan juga, saat


kita melihat bintang jatuh di langit malam pulau Prodak, yang pada saat itu pula, kita mengukir asa pembaharuan dan cita-cita. Terlebih

lagi,

saat-saat

kebersamaanku

dengan

timku.

Tim

Pengendalian yang amat hebat! Terimakasih, kalian telah menjadi anak buah terhebatku. Dan Laksamana Jauza adalah partner terhebatku pula. Pada saat dimana aku mengingat kembali momen indah ini, ada nama-nama kalian di dalamnya. Ada kehangatan dari sebuah tim kecil yang aku bina. Ada gelak tawa dan senyum di atas kesedihan dan juga air mata. Que Sera Sera Memori itu, akhirnya meredup, meredup, lalu hilang. Ku balikkan kembali badanku

yang

mulai rapuh

karena

kesedihan

yang

membebaniku. Kugerakkan kaki ku menjauhi kapal yang sedari tadi diam membisu. Tiba-tiba kesedihanku sirna, air mataku tak menetes lagi. Tiba-tiba, suatu keyakinan yang tak terhingga menyinari relungrelung hatiku yang hampa. Hampa karena perpisahan dengan memori yang tak terlupakan. Terimakasih kapalku. Terimakasih Laksamana Handy, Laksamana Jazuli, Laksamana Novia, Laksmana Dhindha, Laksamana Bilal, Laksamana Atina, Laksamana Nurul, Laksamana Jauza, Laksamana Irma, dan Laksmana Syarif. Terimakasih semua kapten dan wakil kapten divisi, serta semua awak kapal. Terimakasih tim kecilku yang


selalu aku banggakan. Sungguh, pengalaman di kapal ini merupakan suatu pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan. Dimanapun aku nantinya, aku akan selalu merindukan perjalananku, bersama dengan awak kapal lainnya, mengejar harta karun di pula Madani itu.Que Sera Sera. Terimakasih atas petualangannya! ^^ By: MJF

Additional story by MJF Side Story: Langit Bertabur Bintang (Part 3-End) Seorang pemuda terlihat sedang melongok ke atas dari jendela kamarnya.Ia memandangi sebuah karpet biru tua besar yang indah, namun sunyi dan kosong. Mata pemuda itu tampak bergerak-gerak mencari sesuatu di langit malam itu. Ia berharap, langit sunyi itu masih mau berbaik hati menyisakan satu bintang untuknya. Sudah berjam-jam hitam bola matanya bergerak kesana kemari. Sampai akhirnya ia sadar, di balik rerimbunan hawa biru itu, ada tiga buah bintang, yang selalu menjauhkannya dari kegelapan malam ‌. Bintang kecil di langit yang biru Amat banyak menghias angkasa Aku ingin terbang dan bermain Jauh tinggi ke tempat kau berada


Pemuda tersebut tampak tersenyum-senyum kecil, menatap tiga buah bintang yang bersinar terang di balik jendela kamarnya.“Betapa indahnya ketiga bintang itu� ujarnya. Di tengah kekagumannya dengan ketiga bintang tersebut, air mukanya berubah setelah ia menyadari bahwa ia tidak bisa selamanya bergantung pada ketiga bintang tersebut. Esok hari, ia harus melakukan perjalanan ke daratan antah berantah. Di sana, mungkin saja terdapat awan jahat, atau rimbun pepohonan yang menghalangi sinar dari ketiga bintang tersebut. Seketika ia memutuskan untuk tidak tertidur. Ia ingin menikmati kebersamaannya bersama ketiga bintang ini, sebelum besok ia melakukan perjalanan jauh. Benar saja, di daerah antah berantah itu, ia merasa sendiri. Kerumunan orang tersebut mengacaukan pikirannya.Di tengah keramaian itu, tak ada satupun orang yang dikenalnya.Membuatnya merasa kesepian bahkan di kondisi seramai itu. Di malam harinya, benar saja, ia kehilangan ketiga bintangnya. Awan jahat menyembunyikannya, membiarkannya dalam ketakutan akan kegelapan malam. Kondisi itu terus berlanjut setiap harinya. Membuat pemuda itu tak tahan lagi.Sampai akhirnya, secercah sinar harapan menghampirinya. Seorang

pemuda

menawarkannya

untuk

bergabung

di

perkumpulannya. Disana pemuda tersebut belajar banyak hal. Ia juga menemukan

sesuatu

yang

sangat

berharga

dan

tidak

ada

tandingannya di dunia: sebuah keluarga. Ya, teman-temannya di perkumpulan itu mengajarkan padanya bahwa ia tidaklah sendirian di


dunia

ini.

Pemuda

itu

memiliki

teman-teman

yang

sangat

menyayanginya. Yang membuat pemuda itu harus berpikir dua kali saat ia beranggapan bahwa malam begitu amat menakutkan. Belakangan ia menyadari, angin jahat yang menutupi ketiga bintangnya itu, hanyalah cerminan dari rasa takutnya. Pada saat ketakutan pemuda itu sirna, pada saat itu pula angin tersebut lenyap tak berbekas. Membuatnya kembali bisa menikmati sinar ketiga bintang yang amat disayanginya. Pemuda itu kembali meneteskan air mata sedih karena kebodohannya yang larut dalam ketakutannya. Jika saja ia memiliki keberanian untuk menerima, ia tidak akan merasakan bagaimana gelapnya malam tanpa bintang. Tapi ia juga tersenyum lega, karena dengan pengalamannya dalam gelap, ia bisa mensyukuri datangnya terang.

Bintang kecil di langit yang biru Amat banyak menghias angkasa Aku ingin terbang dan bermain Jauh tinggi ke tempat kau berada Pemuda itu sedang bersenandung di tempat tidurnya. Bukan karena ketakutannya akan kegelapan, tapi karena sebentar lagi malam tiba.


Waktu dimana ia bisa menyaksikan ketiga bintang yang amat berarti baginya. Saat matahari mulai letih dan beranjak dari tempat duduknya, dan saat langit mulai kehilangan sinarnya, bintang-bintang itu muncul. Betapa kagetnya ia mendapati langit malam itu. Air matanya

bercucuran.Keringatnya

membasahi

dahinya.Bibirnya

bergetar kegirangan. Karena saat ia menatap hamparan karpet biru tua itu, dilihatnya, langit bertabur bintang. By: MJF

SAILING WITH THE INVISIBLE By Nurul Suaybatul Aslamiyah Fase 1 : Menetapkan Pilihan “Berada di bagian galangan, buritan, atau bahkan bagian terluar dari sebuah kapal layar ini pun kau akan tetap memiliki peran yang sama dalam membantu mensukseskan ekspedisi kapal layar ini jika memang kau mau berkontribusi untuk mensukseskannya dan kau membenarkan niatmu dalam membantu mensukseskan ekspedisi itu. Lihatlah mercusuar itu!! Dia bahkan bukan merupakan bagian dari kapal ini, tapi tanpa mercusuar itu mungkin kapal ini akan kehilangan haluannya. Segera putuskan karena kapal harus segera berlayar, ekspedisi harus segera dimulai, jangan lagi kau ragu. Aku yakin dan percaya pada keputusanmu.�


Terasa dingin angin yang menyentuh pipi malam itu membuat sejenak logika dan rasioku ikut membeku karena harus memutuskan untuk memilih menjadi awak kapal pada bagian yang mana, aku menaruh rasa yang sama pada kedua bagian itu. Beruntung hangat tatapan seorang kawan dan hangat nasihat serta kepercayaannya padaku membuat ku dapat kembali menggunakan rasio dan logika akal sehatku. “Ya, aku sudah memutuskan !!� kataku mantap pada kawanku. Aku memutuskan untuk bergabung menjadi awak kapal dengan membantu penanggung jawab keuangan kapal dan berperan sebagai perpanjangan tangannya untuk mengumpulkan barangbarang perbendaharaan kapal yang akan menjadi bekal dalam ekspedisi kami menuju Pulau Ghaliba, yang dalam Bahasa Indonesia Ghaliba itu memiliki makna “Kejayaan�. H-beberapa jam penutupan perekrutan awak kapal keputusan itu baru kuambil, segera kusiapkan segala syarat administratif yang diperlukan untuk bisa menjadi bagian awak

kapal.

Semua

perbekalan

telah

kusiapkan,

niat

telah

kumantapkan, dan kakipun melangkah membawa asa untuk dapat menjadi bagian dari perjalanan ekspedisi kapal untuk mencapai Pulau Ghaliba. Meskipun tidak banyak orang yang menyukai ekspedisi dengan beribu onak duri, berbagai badai dan ombak yang menjadi tantangan, tapi tekad dan niatku sudah bulat. Ada ridho dan keberkahan Illahi dalam perjalanan ekspedisi itu, dan aku harus


menjadi bagian dari perjalanan yang penuh dengan ridho dan keberkahan Illahi itu. Pertemuanku dengan penanggung jawab keuangan kapal di hari berikutnya, justru membuat aku tercengang dan membuat niatku sedikit tergoyahkan. Bagaimana tidak, aku yang hanya berekspektasi menjadi wakil kepala awak kapal yang merupakan perpanjangan tangannya justru di tunjuk untuk menjadi kepala awak kapalnya. Sadar bukan fitrahku untuk bisa menjadi seorang kepala sekaligus sadar akan kapasitas diri, aku berusaha menolak untuk menjadi kepalanya dan meminta untuk tetap dijadikan wakil kepalanya saja. Tapi apa mau dikata, ketika sudah dihadapkan pada kalimat �Amanah tidak akan pernah salah dalam memilih tuannya� seperti luluh seketika ego dan ketidak yakinan dalam diri. Dengan pasrah kuterima keputusan dan amanah untuk menjadi kepala awak kapal yang bertugas untuk mengepalai awak yang lain untuk mengumpulkan perbendaharaan bekal yang sangat dibutuhkan dalam ekspedisi ini. Belum selesai sampai disitu, aku masih belum tahu siapa yang akan melengkapi kekuranganku dan menjadi rekan untuk mengurus awak kapal lain yang bertugas untuk mengumpulkan bekal ekspedisi ini? Jelas, aku tidak bisa sendirian mengepalai awak yang bertugas untuk mengumpulkan bekal ekspedisi ini. Tidak lama merisaukannya, datang secarik pesan yang memberitahukanku dua nama orang yang akan menjadi rekan kerjaku di bagian ini. Pada bagian akhir pesan dituliskan bahwa aku harus memilih satu dari dua nama yang


diajukan. Ketidakyakinanku untuk menjadi kepala bagian diawal sudah terlihat disini, sebagai perempuan tidak bisa aku mengambil keputusan secara spontan dan secepat itu, “baper�, banyak mikir, banyak memasukkan variabel-variabel yang tidak relevan untuk dijadikan pertimbangan. Untuk mengambil keputusan awal seperti ini saja aku harus berkonsultasi pada banyak pihak, dan akhirnya nama yang mereka sebutkan pun menjadi nama yang aku tuliskan pada balasan pesanku kepada penanggungjawab keuangan kapal. Dua nama yang membawaku dan penanggungjawab keuangan kapal pada sedikit perdebatan kecil ketika aku memutuskan memilih satu dari dua nama itu. Tak lama beradu argumen, penanggungjawab kapal pun luluh dan memutuskan untuk menjadikan nama yang sudah kusebutkan sebagai wakil kepala bagian yang akan membantu dan melengkapi kekuranganku untuk memimpin awak kapal lain di bagian ini. Kepala bagian awak kapal telah lengkap, telah ditutup sayembara untuk mengisi posisi sebagai kepala dan wakil kepala bagian awak kapal. Pencarianpun berlanjut, fase berikutnya untuk menemukan awak kapal pun dimulai. Fase 2 : Menemukan Awak Kapal yang Tepat “Telah dibuka !! Sayembara untuk mencari orang-orang yang tepat untuk menjadi awak kapal yang akan melengkapi ekspedisi kapal untuk menuju Pulau Ghaliba. Kesempatan untuk mengikuti sayembara dibuka untuk semua muslim Pulau Imonoke.�


Begitulah deklarasi dibukanya sayembara untuk mencari awak kapal yang akan melengkapi ekspedisi menuju Pulau Ghaliba dibacakan oleh Sang Kapten dan tersebar ke segala sudut kota di Pulau Imonoke. Singkat cerita aku bersama dengan wakilku dalam mengepalai awak kapal pada bagian ini pun telah melengkapi tim kami dengan 8 orang awak kapal yang unik dan luar biasa kehebatannya. “Aku ini FMD lho Kak !!” kental dengan logat Jawa nya yang khas, itu yang sering dia ucapkan ketika bertemu dengan para Kepala Awak Kapal yang lain atau Penanggung Jawab Kapal layar ini. Cerdas, mampu berfikir taktis, logis, dan selalu tidak dapat menyembunyikan kata tanya “Mengapa” ketika dia dihadapkan pada satu kondisi, statement, atau bahkan teori. Wajar, dia adalah sosok yang berkeinginan

kuat

untuk

terus

belajar.

Pernah

suatu

ketika,

ketidaktuntasannya dalam menjalankan misi membuat sahabatnya sedikit menyimpan kekesalan kepadanya. Yaaa,, itulah si ikal dari Ibu Kota Jawa Timur, brainy !!.. Santai, sering berbeda pendapat, yang aku ingat sosok yang satu ini sampai mengalihkan perhatian dengan menonton film ditengah-tengah cerewet dan berisiknya aku menanyainya tentang konsep dari misi yang ia jalankan. Hahaa, annoying li’l boy !!. instead of being annoying awak yang satu ini selalu memberikan hasil yang tuntas dari pekerjaannya. Cuek, tengil juga, mungkin bisa dibilang demikian.

Sahabatnya

mengatakan

itu

padaku,

karena


kebingungannya dengan bagaimana harus berinteraksi dengan dia. Yaaa, dia itu adalah yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang konglomerat muslim, indeed that’s a great boy!! Abang dari Medan ini sangat suka bertanya, polos, dan memiliki keinginan untuk menjadi “sama” dengan Kakak-kakaknya. Menyelesaikan misi dengan tuntas dan selalu memiliki ambisi dengan misi

yang

dibebankan

padanya.

Cukup

cepat

akselerasi

pembelajarannya. Dan suatu ketika aku pernah mendapatinya dalam kondisi mood yang tak terkontrol dan membuatnya nampak tidak bersemangat. Keep being fabulous brother, you’ll be more than your sisters. I count on you !  Diam, tenang, dan menenangkan. Paling muda diantara semua awak kapal ini, kukira ia yang paling dewasa juga diantara semua awak kapal ini, hmmm. Misi yang lebih besar datang padanya, dan sayang akhirnya pun dia meninggalkan sahabatnya sendirian menjalankan misi dari bagian pencarian harta karun ini. Ahh, aku ingat dia sempat kembali sekali. Tapi setelah itu ya dia menghilang lagi dari kapal ini. Unable to be predicted. Unpredictable... Childish, always be the one who always causing laughter, tingkahnya, celotehnya, selalu bisa menjadi penyegar suasana. Disamping itu, awak yang satu ini selalu menunjukkan usahanya untuk belajar menjadi yang lebih dewasa. Terlihat dari kemampuannya mengesampingkan egonya karena kekesalannya dengan sahabatnya.


Awak yang satu ini selalu menuntaskan apa yang tidak dituntaskan oleh sahabatnya. Selalu ceria, dan menceriakan suasana. Funny child, Beta. Excellent, diam, tenang, rapih, terstruktur, humorous. Diamdiam suka membuat kelucuan juga diantara teman-temannya. Aku tahu awak yang satu ini memiliki performance yang sama bagusnya juga dimanapun dia bekerja. Dan misi yang dia kerjakan selalu complete. Oh iya, satu lagi awak yang satu ini juga pintar, penyayang binatang (koleksi binatang dirumahnya lumayan katanya). A girl with outstanding work, Nur. Awak yang satu ini suka sekali bilang “saya pusing Kak, saya bingung�. Menurutku

Dia mengaku tidak,

dia

dia gampang pusing cukup

dewasa

dalam

dan

bingung.

menyelesaikan

permasalahan yang dia hadapi. Dan yang tidak diketahui orang lain, awak yang satu ini adalah yang paling romantis dibanding awak perempuan yang lain ď Š. Hanya kadang dia kurang percaya diri dengan dirinya sendiri. Mungkin yang perlu dia perhatikan adalah mood swing nya. Romantic girl, Jihan. Awak yang satu ini adalah yang memiliki toleransi dan pengertian yang paling tinggi terhadap sahabat-sahabatnya, dewasa, tenang

dalam

bekerja

dan

bersikap.

Kemampuannya

dalam

memahami sahabat-sahabatnya perlu diapresiasi. Awak yang satu ini selalu memberikan effort paling maksimalnya untuk misi yang dia


jalankan. Meskipun ditengah jalan awak yang satu ini sempat mengalami guncangan karena ditinggalkan pergi begitu saja oleh sahabatnya. Aku jatuh cinta pada ketenangannya dan kemampuannya untuk mengerti dan memahami sahabat-sahabatnya. Sweet girl, Emma. Fase 3: Perjalanan telah Selesai Yaaa, aku menemukan 8 orang itu, instead of satu orang lagi yang selalu menjadi pelengkap kekuranganku. Kami bersepuluh adalah satu bagian, bersama menggoreskan tinta menuliskan cerita di lembar catatan sejarah dunia. Kini, kami telah sampai di ujung dari perjalanan kami dalam mencapai Pulau Ghaliba. Saatnya kita singgah, memilih kapten baru, menemukan awak kapal yang baru untuk menggantikan awak kapal yang berguguran ditengah perjalanan. Ketika ada sebuah permulaan, maka akan ada sebuah akhir yang menjadi ujungnya dan sekaligus sebagai titik tolak permulaan yang baru. Diujung perjalanan ini, aku menemukan apa yang menjadi jawaban dari pertanyaan kita selama ini, pertanyaan tentang mengapa kita menetapkan pilihan hati pada sebuah bagian yang tersembunyi dan tak nampak dari pandangan mereka yang berada diluar sana. “aku tahu sekali, banyak pilihan yang lebih baik yang mengelilingimu di luar sana dan bisa kau jadikan sebagai pilihan. Lalu


kenapa kau masih tetap memantapkan hati untuk memilih ku ?” tanya hati pada kita. “andai hati ini bisa memilih.” Jawab kita. Hati pun melanjutkan, “dan seandainya pun hati bisa memilih maka aku akan tetap tak akan mengubah pilihanku. Aku telah yakin akan ketetapan hatiku, untuk memilihmu”. Dan kita pun menjawab, “ya karena itulah ku pilih kau untuk menyaksikan perjalanan kita. Kita adalah titik-titik yang terhubung menjadi garis, dan garis itu bergerak sesukanya untuk kemudian membentuk deretan huruf yang terangkai menjadi kata, terangkai menjadi kalimat, dan terangkai menjadi sebuah cerita yang membuat dunia bangga karena cerita kita menjadi bagian yang membuat catatan sejarah dunia menjadi berwarna. Dunia bangga, karena cerita kita adalah cerita yang tak biasa. Cerita itu terangkai dari amalan kita. Amalan yang kuharapkan akan menjadi pemberat timbangan amal kebaikan kita di yaumil akhir nanti. Cerita yang kuharapkan mampu dijadikan bukti dari pernyataan pembelaan kita terhadap masingmasing dari kita kepada Nya jika kita tak saling lihat di surga nanti. Kita yang akan saling memanggil, jika kita tak saling lihat dan bersama-sama di surga nanti. Karena kita, pernah berjalan bersamasama dengan berharap penuh akan keridhoanNya.” Storyline by M. Iqbal Ramadhan


Berlayar menuju Pulau Madani, bukan suatu hal yang mudah. Banyak onak dan duri yang harus kita lewati, banyak rintangan dan serangan dari berbagai pihak yang membenci pelayaran ini. Tidak semua orang menyukai berada dijalan yang penuh rahmat dan ridho ini, bahkan tidak sedikit juga yang membenci dan sangat ingin menghancurkan kapal ini! Tujuan dari kapal ini bukanlah hanya sekedar mencapai pulai Madani bung! Tapi juga harus bisa membawa masyarakat sekitar untuk ikut serta menjadi awak dikapal ini walau hanya menjadi penumpang sekalipun. Kita bawa mereka, kita lindungi mereka agar mereka nyaman berlayar bersama kita, agar mereka cinta dan sayang dengan pelayaran kita menuju pulau Madani! Kita ajarkan mereka bagaimana cara berlayar dilautan yang ganas ini supaya mereka bisa melanjutkan perjalanan selanjutnya kedepan yang mungkin mereka akan menemukan lautan yang lebih ganas dari ini! Ya, perjalanan ini sudah akan berakhir. Seluruh rintangan yang ada seperti badai, ombak tinggi, dan bajak laut pun sudah berhasil kita lewati walau di dalamnya terdapat beberapa penumpang yang tidak kuat berada di dalam kapal ini sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ini. Tidak lembut dan juga tidak nyaman berlayar di lautan ini, tapi ukhuwah dan jama’ah yang sangat erat didalamnya lah yang membuat perjalanan ini sangat menyenangkan untuk dilalui dan tidak mau diakhiri. Tidak terasa perjuangan perjalanan ini setalah berpuluh tahun yang lama akirnya akan menepi juga di Pulau Madani, entahlah apakah itu benar Pulau Madani yang


kita tuju seperti tujuan diawal atau hanya sekedar pulau untuk menepi dan mencari awak kapal baru. Hidup ini adalah pilihan, pilihan yang semua dari kita diharuskan untuk memilih. Begitu juga perjalanan saya diawal pertama ketika dihadapkan pilihan untuk melanjutkan berlayar ke sebuah samudra yang ganas dengan awak kapal yang baru. Saya adalah seorang yang biasa saja yang berada pada suatu pulau dimana semua perjalanan ini dimulai. Pada pelayaran sebelumnya saya adalah staff awak yang bertugas mencari harta karun untuk persediaan kapal ini selama berlayar. Setelah perlayaran itu berakhir, dan saya berencana untuk tidak melanjutkan perjalanan selanjutnya karena saya pikir masih banyak orang diliuar sana yang lebih cocok untuk bisa melanjtutkan perjalanan selanjutnya. Tapi ternyata takdir berkata lain, sayalah salah satu orang yang ditunjuk untuk melanjutkan estafet pelayaran dakwah ini ke Pulau Madani, secara spontan diawal saya menolak dengan berbagai alasan. Pada akhirnya malam dimana besok kapal akan memulai perlayaranya sang pemimpin awak mencoba meyakinkan saya lagi untuk bergabung bersama “Great Voyage”, setelah direnungkan mungkin ini lah jalan yang Allah ridhoi untuk saya bisa berkembang dan bisa menjadi bagian dari masyarakat Madani. Pada akhirnya di malam purnama itu saya meyakinkan diri saya untuk bergabung dalam Kapal “Great Voyage” dengan niatan Lillahi Ta’ala. Dengan membaca “Bismillah” masuklah saya kedalam Kapal tersebut. Keyakinan lah yang membuat kita kuat dan mampu


untuk berlayar di samudra ini, tidak cukup hanya dengan ‘iya saya bisa’ tanpa keyakinan kata itu hanyalah sebuah ucapan tanpa makna. Dengan keyakinan sayalah yang akhirnya membawa saya kepada jalan ini, jalan suci yang didalamnya berkumpul orang orang yang Insya Allah ‘Hanif” yang mempunyai ilmu agama dan dunia yang luar biasa hebat. Esok harinya perlayaranya pun dimulai, dan para pimpinan awak pun ditugaskan mencari team untuk membantu tugas kami selama berada di kapal ini. Satu minggu pun telah kami lewati untuk mencari orang orang terhebat di dalam team ini dan Alhamdulillah kami mendapat 8 superhero yang akan membantu perlayaran kami. Setelah kami semua mempunyai team untuk perlayaran hebat kami disinilah perjalanan kami dimulai. Pelayaran kami diawal perkenalan dengan masing-masing awak. Pertama kita mempunyai Masandi Rahman Rasyid atau biasa disapa Riwan, seorang pria berumur genap 19 tahun pada tahun 2014. Dia adalah seorang yang pandai dalam berbicara dan seorang konseptor yang hebat, walau sibuk diluar tetapi hatinya tetap di dalam kapal ini. Di bangku lain terlihat seorang pria berbadan besar menggunakan jaket merah, dia bernama Ma’ruf Saragih. Dengan kegigihanya dan berbagai macam ide brilliantnya yang bisa membantu kami dalam menemukan harta karun. Lalu disampingnya ada pria berlogat jawa kalem namun terlihat lebih dewasa dari


teman2nya yang lain, dia adalah Wahyu Setyo Nugroho. Seorang pria asal Jawa, dalam diamnya dia mempunyai kebijaksanaan yang luar biasa. Wahyu adalah salah satu orang yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan satu prodak dalam kapal ini, dengan kegigihanya prodak ini adalah salah satu yang menghasilkan target paling besar. Di bangku terakhir sisi Ikhwan ada seorang calon kiayi Serang banten yang luar biasa, bertubuh tinggi tegap dengan tatapan yang ganas. Ya, dia adalah Dikri. Nama yang terlihat simple namun dia adalah seorang yang keras kepala dengan senyum yang manis dan sifat untuk selalu belajar dan pantang mundur yang luar biasa. Di ruangan lain ada akhwat akhwat yang luar biasa hebat! Mereka semua adalah orang orang yang mempunyai jiwa militansi diatas rata-rata. Di barisan pertama ada Emma Almira Fauni. Berperawakan tinggi dan sifat easy goingnya yang membuat dia disegani sama teman temanya, effort dan keinginan yang tinggi yang membuat dia harus memegang amanah pada salah satu prodak yang cukup berat. Disebelahnya ada Nur Jihan Atikah, perempuan gigih yang supel. Banyak pertanyaan yang muncul dari mulutnya, pikiranya penuh dengan pertanyaan dan tekad yang kuat dalam menjalankan prodaknya bersama calon kiayi Serang di IPreneur. Selanjutnya ada Nur, perempuan kalem yang cukup taktis dalam mengerjakan seluruh prodaknya. Dalam diamnya bukan berarti dia lemah, dia adalah seorang yang cukup tangguh untuk bisa menghandle teman2nya. Terakhir ada Farah Beta Maulida, seorang anak yang cukup kekanak


kanakan yang selalu membuat teman-temannya tersenyum dan heran. Dalam sifatnya tersebut terdapat kekuatan kegigihan yang luar biasa untuk menjalankan seluruh prodaknya, tidak pantang mundur walau dalam keadaan buruk. Berlayar di sebuah samudra yang kejam, terlalu banyak rintangan untuk dilewati, yang mengharuskan kita menembus keterbatasan kita semua, melawan semua zona nyaman kita, dan bahkan menghabiskan banyak waktu dalam hidup kita adalah suatu perjalanan yang bukan diinginkan oleh orang lain. Tapi kita? Ya, kita adalah orang orang hebat! Orang orang yang berani! Orang orang yang Insya Allah dicintai oleh Allah. Dalam perjalanan ini sungguh banyak dinamika yang terjadi, mulai dari pasang surut semangat hingga memutuskan untuk berhenti melanjutkan perjalanan ini. Banyak tantangan yang harus saya

lalui, dan banyak juga

pelajaran hidup yang sangat berharga yang bisa saya ambil. Berbagai macam cara untuk bisa menghasilkan pundi pundi uang kami lakukan, kami rela menghabiskan banyak dari waktu kami untuk bisa mencapai hasil yang terbaik jalan da’wah ini. Beruntung kami mempunyai 8 awak kapal yang luar biasa, yang bisa bekerja dengan ikhlas, yang rela bekerja

tanpa

mengharapkan

imbalan

apapun,

yang

mampu

menemukan harta karun luar biasa dengan effort yang cukup tinggi. Walau kadang, ukhuwah tidak selamanya berjalan baik. Adakala dimana kami merasa kehilangan satu sama lain, ketika sapaan itu merasa menyakitkan dan pemberian terasa seperti bara api yang


menyala. Tapi kami yakin dengan cobaan itu lah ukhuwah kita akan semakin erat. Waktu terus berjalan dan tidak bisa diberhentikan, tidak terasa hari hari yang penuh perjuangan, canda tawa sekarang sudah harus selesai secara kepengurusan. Terlalu banyak kenangan untuk diakhiri, tapi setiap awal selalu punya akhir. Tinggal bagaimana cara kita mengakhiri akhir itu, mau akhir yang baik atau akhir yang buruk. FMD dan FSI adalah pengalaman organisasi yang luar biasa hebat. Semoga ini bukanlah akhir dari segalanya, tetapi ini adalah akhir untuk sebuah awal baru yang akan lebih hebat. Tetap jaga semua yang kita punya di FSI; ruhiyah kita, teman2 kita, dan terus berkembang terus belajar! Selamat menjadi Umat yang bermanfaat di masa selanjutnya Kawan! EKSPEDISI By EMMA ALMIRA FAUNI Memilih Kapal Kapal-kapal telah tiba, para kapten mengundang masyarakat untuk turut

serta

dalam

pelayarannya

masing-masing.

Ini

adalah

kesempatan yang amat saya tunggu-tunggu sejak kali pertama menetap di pulau ini. Mengarungi samudera raya adalah hal yang menantang dan ingin sekali saya tahu rasanya cipratan air laut yang dingin menusuk itu sesekali menerpa wajah ini. Saya sudah dengar cerita-cerita pejalanan yang terdahulu. Saya amat mendambakan


petualangan semacam ini. Dan inilah saatnya bagi saya untuk berangkat. Animo masyarakat pendatang baru di pulau ini sangat tinggi untuk mengikuti pelayaran. Antrean panjang manusia menjulur di setiap jalur masuk menuju kapal. Rupanya kedatangan kapal-kapal itu tidak serta merta membawa seluruh masyarakat yang berminat berlayar bersamanya, ada kompetisi yang perlu diperjuangkan di sini. Orang-orang sudah mengantre dan saya masih memutuskan ingin pergi kemana. Peta tidak mampu menjawab pertanyaan ini, karena bukan hanya soal rute dan bagaimana menariknya tempat tujuan yang memikat hati saya. Setapak demi setapak melangkah, saya menghitung-hitung perjalanan mana yang paling cocok dengan selera saya dan paling mendukung kebutuhan saya akan spiritualitas, juga

menghitung-hitung

seberapa besar peluang saya

untuk

memenangkan tiket masuk ke sana. Dari sekian banyak kapal yang ada, hati saya menuntun langkah kaki ini menuju dua kapal yang terparkir bersebelahan. Kapal yang satu merupakan kapal tua yang megah dan kokoh, warna merah mendominasi dekorasinya. Track record pelayarannya sangat bagus dan menantang. Kapal ini memajang selusin nama awak kapal terdahulu yang sekarang telah menjadi tokoh sukses di bidangnya dan bahkan sekarang sedang berekspedisi bersama kapal-kapal yang luar biasa besar di luar sana. Kapal merah ini bergerak di bidang


jurnalistik dan sangat terkenal akan intelektualitas dan budaya berpikir kritis para anggotanya yang mengagumkan, kapal Economica namanya. Kapal yang satunya lagi didominasi oleh warna biru yang amat menyejukkan apabila mata memandang. Auranya terasa sangat positif. Angin sejuk berhembus di sekitarnya, dan siang hari terasa begitu teduh di dekatnya. Kapal ini adalah kapal dakwah yang bernama FSI FEUI. Saya memutuskan untuk mendaftar menjadi awak kapal bagi keduanya. Singkat cerita, Allah mengizinkan saya untuk menjadi awak kapal Economica dan FSI FEUI. Saya lantas berkemas, karena kapal segera berlayar. Cerita

ini

rasanya

sulit

menyinggung

logika,

membayangkan

bagaimana saya menjadi penumpang dalam dua kapal yang belayar di waktu yang sama. Kapal, benda berwujud yang menjadi wadah bagi awak kapal yang seharusnya bersifat mutually exclusive, rupanya tidak mampu secara sempurna mengibaratkan sebuah organisasi. Namun, biarlah cerita ini berlanjut dengan cara ini. “Bismillah.� Berangkat Awalnya, kapal FSI melaju dengan kecepatan yang tinggi dan stabil, mengindikasikan kinerja para awak kapalnya yang menggebu-gebu akibat euforia pasca wellcoming staff. Semangat yang meletup-letup ini pun juga terjadi pada saya.


Di pelayaran ini, saya berperan sebagai staff dari sebuah divisi yang amat keren namanya, Finance and Muslimpreneur Development (FMD). Dalam divisi ini, kami bersepuluh, terdiri atas 2 orang BPH dan 8 orang staff. Kedua orang BPH itu bernama Kak Nurul dan Kak Iqbal. Ada pula Riwan, Wahyu, Dikri, Ma’ruf, Beta, Jihan, Nur, dan saya sebagai staf yang menjadi pelaksana lapangan program-program dakwah FMD. FMD memiliki program-program dakwah berupa Koko UI, Ipreneur, Bee Store yang sekarang berganti nama menjadi Jannate, Little Bee, Event Organizer, Penyewaan LCD dan proyektor, serta Proyek Jaket FSI. Tahun ini, saya diamanahkan untuk menjadi penanggung jawab untuk Bee Store yang belakangan punya wajah baru sebagai Jannate onlineshop. “Semangat

kami

meluap-luap.

Segala

sesuatu

terasa

begitu

menantang untuk dikerjakan.� Badai Waktu terus berjalan. Dalam sebuah perjalanan, kadang kita mengalami sebuah kelelahan akibat jauhnya perjalanan yang begitu menguras tenaga. Badai menghantam, persediaanmenipis, virus kejenuhan menghinggapi, dan navigator kehilangan arah. Suatu ketika, saya mengalami perasaan seakan-akan dunia tidak lagi berputar. Semua berjalan sebagaimana adanya, tapi tidak untuk saya.


SBU Toko Bee yang sudah bertahun-tahun beroperasi, yang tahun ini saya dan seorang teman diamanahi untuk mengelolanya, kembali mengalami kondisi tersulitnya setiap tahun. Toko Bee memiliki beban yang lebih besar dari pada pendapatannya. Dan rasa-rasanya sulit bagi kami untuk terus mempertahankan toko ini apabila harus menguras rupiah kita. Maka, dengan berbagai pertimbangan, diputuskanlah, Toko Bee ditutup tahun ini. Bom waktu meledak di tangan kami. Masalah berakhirnya Toko Bee ini tidak berhenti sampai di sini. Kami membuat ide untuk meneruskan bisnis ini dengan membuat sebuah online shop yang menjual baju-baju muslimah. Saya, yang tidak memiliki background yang mapan soal bisnis, online shop, dan fashion, masih butuh banyak belajar. Di tengah perjalanan, ada satu kendala lagi. Partner saya dalam menjalankan amanah ini, adalah seorang anak muda berprestasi sejak masih duduk di bangku sekolah. Tipe pendiam emas. Ketika berbicara, dia berwibawa. Kemampuan bersosialisasinya pun juga baik. Oleh sebab itu, banyak yang membutuhkan dia, hingga pada suatu titik, dia menjadi begitu sibuk. Fokusnya terhadap tugasnya di sini menjadi buyar karena ada hal lain yang lebih tinggi yang bertengger di tangga prioritasnya. Saya, yang tadinya memiliki harapan besar agar partner saya ini menjadi CEO online shop yang kami rancang, kini menjadi pincang. Kepengurusan kecil yang saya pimpin ini menjadi rapuh tanpanya.


“Badai menerjang. Kapal nyaris karam. Dia membuat kami tetap tangguh.� Hari yang Cerah Hampir setahun kami berlayar. Sudah berlalu badai-badai itu.Matahari bersinar lebih cerah. Navigator kembali menemukan arah. Mata mulai sanggup menyaksikan sebuah pesisir pantai yang sudah lama kami rindukan. Pulau transit sudah semakin dekat. Saatnya kami berkemas. Ini adalah tahun pertama saya berlayar dengan kapal ini. Luar biasa sekali rasanya menjadi bagian dari awak kapal ini. Begitu banyak pelajaran berharga yang saya tidak mampu bayangkanharus sebanyak apa saya mengucap syukur kepada-Nya, juga terima kasih kepada para kapten dan BPH karenanya. Dan yang tidak kalah berharganya lagi adalah perasaan menganggap dan dianggap sebagai teman dan keluarga besar FSI FEUI 2014. Rasa gembira, kecewa, termotivasi, takut, berani, cemas, tertantang, terpuruk, semangat, jenuh, tergelitik, kesal, lega, bahagia. Tiba-tiba semuanya berbaur dan bermuara di satu titik dalam satu detik ini menjadi rasa haru karena kami sadar bahwa sebentar lagi kami harus terbiasa dengan anehnya ketiadaan rasa yang lalu. Perjalanan baru akan menciptakan rasa baru. Memang seperti inilah sensasi mengabdi. Saya menengok ke belakang, melihat lautan yang seakan tersenyum santai memandangi kami yang baru saja tiba di pesisir pantai. Suara ombak-ombak kecil berdebur dan laut di kejauhan sana terlihat


tenang. Saya amat terkesan bagaimana ganasnya badai yang telah kami lalui, namun lautan tetap terlihat menantang untuk diarungi. Perjalanan menuju Pulau Madani itu masih panjang. Sejauh apapun kita berlayar, kita tidak akan sadar bahwa kita telah sampai atau bahkan pernah melaluinya. Sekali saja kita berhenti dan merasa telah sampai di sana, maka sama dengan kita meniadakan pulau itu. “Pulau Madani adalah sebuah pulau yang akan kita cari dan kita tuju selamanya.� ***** Cerita ini saya dedikasikan untuk: Kapten Handy dan Kapten Syarif yang tidak berhenti menaruh kepercayaannya pada saya di saat saya tidak mampu lagi memercayai diri sendiri; Kak Nurul si wanita inspiratif yang tidak henti-hentinya membuat saya terkesan; Kak Iqbal yang amat progresif, selalu sabar menghadapi tingkah laku kami, dan menghibur kami dengan candanya; Beta yang lucu seperti anak bayi, namun luar biasa setia di seluruh fase naik turun perjalanan kami; Nur yang loyal, memiliki pemikiran-pemikiran yang dalam nan jenius, serta pola tawa yang unik; Jihan yang selalu mendukung saya dengan ide-idenya yang luar biasa cemerlang; Dikri yang kaya akan gagasan fantastis, langka, dan kadang menyimpang, juga selera humornya yang ajaib; Riwan yang super kritis dan fundamentalis, serta karismatik;


Maruf yang berjiwa muda, semangat, ambisius, dan tulus mengajari kami pelajaran kuliah; Wahyu yang selalu kami tunggu-tunggu; Serta segenap keluarga besar FSI FEUI 2014 yang senantiasa membuat organisasi ini terasa seperti “rumah�.

Sebuah Perjalanan By Siti Nur Rosifah Salah satu dari proses panjang yang harus dilewati oleh seorang anak manusia baru saja selesai ku lalui. Proses untuk menapaki perjalanan hidup yang tidak ku ketahui akhirnya ini kembali ku mulai dengan penuh semangat. Setelah berhasil mendarat di Pulau Harapan, FEUI, aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ini. Sungguh pulau ini begitu asing bagiku. Tidak ada siapa-siapa. Bukan karena tidak ada orang lain di sini. Bukan juga karena pulau ini kosong. Pulau ini sangatlah ramai dengan penumpang lain yang juga ingin melanjutkan perjalanan hidupnya. Tapi di sini aku melihat penumpang-penumpang lain sudah memiliki partner yang bisa dijadikan panutan dalam menjalani berbagai pilihan yang ada di depan. Sedangkan aku? Ya, aku sendiri saat itu. Tidak ada teman yang berasal dari tempat di mana aku berasal.


Sejenak aku berpikir. Mungkin memang di tempat ini tidak aku temukan orang-orang yang telah bersama-sama dengan ku di perjalanan sebelumnya. Tapi ini lah hidup, akan ada awal yang baru di setiap akhir. Dan inilah awal yang harus ku hadapi di akhir perjalannku yang sebelumnya. Aku menyadari bahwa memang setiap orang memiliki tujuannya masing-masing yang tidak mungkin sama. Aku sadar bahwa aku harus menemukan sendiri tujuan hidupku, termasuk tujuan yang sudah membawaku sampai di Pulau Harapan ini. Bahkan ketika sampai di Pulau Harapan ini pun aku mendapati orang-orang dengan berbagai tujuan. Tibalah saat itu. Saat dimana aku benar-benar harus memilih sarana untuk sampai dengan selamat di tujuan berikutnya. Banyak tiket penawaran perjalanan mendarat di tanganku. Sungguh semua penawaran itu membuatku semakin bingung untuk menentukan pilihan. Semua menawarkan berbagai fasilitas yang unik untuk mengantarkanku sampai ke tujuan nanti. Perjalananku kali ini akan memakan waktu yang cukup panjang, aku tidak akan membiarkan waktu perjalanan yang panjang itu berlalu sia-sia tanpa ada hal yang bisa bermanfaat untuk perjalananku yang berikutnya. Dan setelah melaui pemikiran yang cukup mendalam, akhirnya aku memutuskan. Kapal FSI FEUI lah yang akhirnya ku pilih. Terlihat dalam kapal ini ada sesuatu yang berbeda dengan kapal maupun sarana transportasi lainnya. Di kapal ini aku berharap bisa menjadi sosok yang jauh lebih baik, tentunya bersama-sama dengan 118 awak dan penumpang


kapal lainnya. Aku tidak ingin dalam perjalanan panjang yang akan ku tempuh nanti, aku hanya berkembang sendiri saja. Aku ingin bisa bermanfaat untuk semua orang yang ada di kapal ini. Lebih dari itu, aku juga ingin kehadiranku di kapal ini tidak hanya sebagai seorang penumpang yang memang hanya ada karena tujuan tertentu saja. Aku ingin keberadaanku dan orang lain dalam kapal ini akan jauh lebih baik setelah bersama-sama melewati perjalanan panjang bersama di kapal ini hingga sampai pada tujuan kita masing-masing. Di awal pelayaran ini, aku bertemu 9 orang yang mungkin mempunyai tujuan sama denganku. Aku ingin bermanfaat bersama 9 orang ini dengan membantu kapal memenuhi “kebutuhan� nya agar mampu terus berlayar. Hari demi hari ku lewati bersama para pencari harta karun ini. Berbagai strategi dan perencanaan yang cukup matang kami lakukan. Berbagai target juga kami tetapkan. Visi dan misi pun kami samakan. Kami sadar bahwa semua itu memang mutlak diperlukan demi tercapainya tujuan kami. Selain 9 orang itu, aku juga menemui 108 orang lainnya yang juga berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu, yang semuanya itu aku yakin akan membantu pelayaran ini agar tidak berlalu begitu saja. Aku merasa yakin bahwa seluruh penumpang dan awak kapal FSI FEUI ini merupakan

orang-orang

yang

mempunyai

kemauan

untuk

menjadikan diri mereka bermanfaat tidak hanya untuk diri mereka sendiri. Sistem pelayaran yang ku temui di sini cukup berbeda dengan apa yang aku rasakan di perjalananku sebelumnya. Berbagai aturan


dan standar yang ditetapkan mengikuti standar yang Allah tetapkan. Walau memang belum sempurna, upaya perbaikan terlihat dalam proses ini. Singkat cerita, aku dan 9 orang pencari harta karun itu mengalami jatuh bangun dalam usaha kami. Namun jatuh bangun tersebut ternyata mampu menguatkan ukhuwah di antara kami. Berbagai kegiatan kami lalui bersama, tangis, tawa, canda, dan air mata. Semua itu kami rasakan bersama dalam mengarungi perjalanan bersama di kapal yang seringkali diguncang oleh ombak ini. Suatu ketika, ombak besar membuat kapal ini goyah. Salah satu strategi yang kami namakan “Bee Store� ini mengalami kehancuran hingga dengan berat hati harus kami lepaskan. Beberapa strategi yang biasa kami lakukan pun mulai dipangkas karena dianggap membahayakan kelangsungan pelayaran ini. Tersisalah beberapa strategi dan 1 tambahan startegi yang menurut awak kapal lebih bermanfaat. Di tengah perjalanan, kami sudah memutuskan strategistrategi baru yang akan kami lakukan hingga akhir pelayaran. Dengan berbekal semangat dan pelajaran dari evaluasi yang telah kami lakukan, kami memulai perjalanan baru dengan hanya 9 orang saja. Ya, ombak telah membuat salah satu dari kami harus berhenti mengikuti pelayaran yang cukup panjang ini. Berbagai upaya telah kami lakukan untuk membuat teman kami itu kembali. Hingga di satu ketika ia kembali berkumpul bersama-sama kami. Sempat kami berpikir bahwa ia akan sama-sama berjuang mencari harta karun


bersama kami lagi. Namun hingga saat ini kami masih berjuang ber-9 saja. Itu pun kami tidak selalu bisa berkumpul full team. Sedih memang, tapi perjalanan ini harus tetap berlanjut. Kapal FSI FEUI ini masih membutuhan kami untuk tetap bisa berlayar hingga bisa mengantarkan 118 orang ini ke tujuan. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, aku dan teman-teman di sini harus benar-benar membuktikan kesungguhan kami berjuang mencapai satu tujuan yang telah kami sepakati bersama di awal untuk berjuang bersama. Beberapa saat lagi, perjalanan panjang di kapal ini akan segera berakhir. Ingatlah teman-teman, perjuangan kita tidak boleh berakhir seiring dengan berakhirnya kebersamaan kita. Jangan jadikan akhir ini benar-benar akhir dari segalanya. Tetaplah jaga ukhuwah yang telah sama-sama kita bangun untuk memenuhi “kebutuhan� kapal FSI FEUI. Hingga masing-masing dari kita sampai di tujuan yang sesungguhnya, yaitu bertemu dengan Allah. Jadikan pertemuan itu sebagai pertemuan terbaik. Pertemuan yang kalian persiapkan dengan baik bekalnya. Tetaplah semangat dalam mengarungi perjalanan hidup yang panjang di depan sana. Ingat selalu kalian memiliki kawan yang siap membantu kapanpun kalian membutuhkan, Finance and Muslimpreneur Development Forum Studi Islam FEUI. Terakhir, setelah pelayaran ini selesai, kalian bisa memilih untuk kembali membantu kapal ini berlayar ke tujuan yang lebih jauh atau memilih sarana lain yang memang sesuai dengan rencana hidup kalian. Tetap lakukan yang terbaik yang bisa kalian lakukan di setiap


momen hidup ini karena kalaupun kalian tidak melakukan yang terbaik, waktu yang kalian habiskan adalah sama. Nilai 100 itu ada karena memang kalian mampu mencapainya. Sesuatu itu ada karena memang sesuatu itu bisa kalian gapai. Dan perjalanan ini, biarlah ia menjadi saksi bahwa kalian telah memberikan semua hal terbaik yang kalian miliki untuk Kapal FSI FEUI ini.


Pengalaman Pertama Berlayar By Farah Beta Maulida Awalnya tidak percaya saya Farah Beta Maulida, seorang anak yang tergolong biasa-biasa saja ketika di SMA bisa diizinkan masuk ke sebuah pulau hebat yang bernama FEUI, bisa masuk ke pulau ini rasanya seperti mimpi. Dulu kakak saya pernah berpesan, bahwa saya harus mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dengan mengikuti berbagai kegiatan karena itu akan sangat berguna nantinya, maka dari itu saya memutuskan untuk mencari pengalaman saya itu dengan ikut berlayar dengan kapal FSI FEUI, saya memantapkan diri saya untuk mendaftar sebagai awak kapal di bidang perbendaharaan kapal. Alasan lain mengapa saya ingin bergabung menjadi awak kapal di FSI FEUI adalah memang sebelumnya saya sudah pernah menjadi penumpang di kapal ini, melihat awak kapal yang begitu ramah dan juga kekeluargaannya yang terlihat begitu erat, sehingga lingkungan seperti itu yang saya inginkan, dan tidak ada alasan untuk saya tidak mendaftar sebagai awak kapal FSI FEUI. Dulu saya pesimis apakah bisa diterima atau tidak karena seperti yang saya ceritakan bahwa saya anak yang tergolong biasa-biasa saja dan tidak memiliki pengalaman apa-apa jika dibandingkan dengan yang lain. Di hari pengumuman yang sudah ditentukan siapa saja yang diterima untuk ikut berlayar di FSI FEUI sebagai awak kapal, saya menunggu pengumuman tersebut hingga hampir tengah malam,


setelah teman seperjuanganku di pulau ini ada yang sudah menerima pengumuman itu dan diterima di bidang yang dia pilih, sedangkan saya belum menerima pengumuman atas diterima atau tidaknya saya. Dan………….hitungannya

di

tenagh

malam

hari

berikutnya,

Alhamdulillah saya dinyatakan diterima sebagai awak kapal di bidang perbendaharaan kapal yang namanya begitu keren yaitu FMD (Finance and Muslimpreneur Development). Saya masih sangat ingat ketika di malam saya diterima menjadi awak kapal, bahwa memang Koordinator

Awak

Kapal

saya

ini

sengaja

memberikan

pengumumannya di tengah malam, mengapa? Karena menurut Koordinator Awak Kapal saya hal ini dilakukan supaya terlihat “SURPRISE” ketika bangun pagi esok harinya, tetapi gagal karena masih banyak yang belum tidur pada jam tersebut. Saya bergabung bersama tim yang anggotanya sangat keren dengan berbagai pengalaman hebat yang telah mereka miliki, berbeda dengan saya yang tidak memiliki banyak pengalaman. Koordinator Awak Kapal di bidang saya ada Kak Nurul dan Kak Iqbal, dengan awak kapalnya yaitu saya, Jihan, Nur, Emma, Dikri, Ma’ruf, Riwan dan Wahyu. Semua anggota memiliki kelebihan masingmasing, saling berbagi pengalaman, masukan-masukan, dan banyak pelajaran serta pengalaman yang bisa saya ambil dari mereka. Banyak sekali yang saya hadapi di pelayaran ini, sesuai namanya bahwa FMD merupakan tim yang membantu Kak Syarif untuk mencari harta karun. Banyak sekali titik-titik dimana harta karun bisa kami temukan, yaitu


ada di bukit KOKOUI, di Gurun IPRENEUR, di kutub JAKET FSI, di laut BEE yang sekarang menjadi JANNATE, dan selain pemasukan perbendaharaan kapal berasal dari hasil pencarian harta karun, kami juga mencari di bidang yang lain yaitu dengan membantu di pulau yang lain dengan EO, memasok makanan untuk awak yang lain dengan LITTLE BEE, dan menyediakan berbagai perlengkapan berlayar dengan SOUND SYSTEM & PROYEKTOR. Dan semuanya merupakan pengalaman luar biasa yang saya dapatkan dari pelayaran ini. Tenggelam merupakan hal yang biasa terjadi ketika kita yang tidak mengetahui apa-apa mengenai cara berlayar, dan ketika kita tenggelam maka kita berusaha untuk mencari bantuan untuk tetap bisa bertahan dan kembali berlayar, bukan menyerah dan hilang tenggelam di tengah lautan. Dan tenggelam merupakan hal yang sering saya alami di awal-awal pelayaran bahkan hingga sekarang, tetapi saya berusaha untuk tetap bisa bertahan. Apa saja yang menyebabkan

saya

sering

tenggelam?

Salah

satunya

adalah

kurangnya pengalaman saya, yang membuat saya bingung harus berbuat apa ketika kapal tidak seimbang, selain itu saya adalah orang yang sulit untuk bisa berkonsentrasi sehingga ketika ada banyak ombak maka saya akan ikut terombang-ambing di dalamnya. Selain itu awak kapal yang dilatarbelakangi dengan budaya & pemikiran yang berbeda pendapat membuat adanya perbedaan sehingga sulit menentukan arah yang tepat untuk mencapai harta karun tersebut.


Saya sangat bersyukur memiliki Koordinator Awak kapal yang begitu pengertian dan sangat baik, bagaimana tidak, saya sebagai awak kapal yang baru pertama kali berlayar di kapal dengan serius memiliki banyak masalah, mungkin saya yang paling banyak merepotkan Koordinator Awak kapal yaitu Kak Nurul dan Kak Iqbal. Bukan hanya merepotkan tetapi mungkin paling banyak yang membuat kesalahan atau membuat Koordinator Awak kapal saya kesal (mungkin). Tetapi mereka tetap sabar menghadapi saya, membantu saya dan menuntun saya. Sedangkan awak kapal yang lain? Ya, mereka juga selalu membantu dan menuntun saya di kala saya akan tenggelam. Selain itu dukungan dari teman-teman terdekat saya dan juga dari ibu saya ketika ombak begitu besar dan tinggi menerjang saya. Walaupun semangat saya seringkali naik turun, tetapi saya berpegang teguh pada komitmen saya untuk terus melanjutkan pelayaran ini hingga sampai pada tujuan. Tidak terasa pelayaran ini sudah hampir sampai, tidak terbayangkan bahwa akan terasa secepat ini, saya sangat bersyukur bisa ikut bergabung pada pelayaran ini, dengan lingkungan yang baik dan selalu membantu saya ketika mengalami kesulitan. Waktu terasa cepat berlalu karena saya merasa sangat nyaman di pelayaran ini dengan dikelilingi oleh orang-orang yang baik. Saya juga ingin meminta maaf kepada Koordinator Awak kapal saya, jika salah satu awak kapalnya ini (saya) selalu menyusahkan, merepotkan, tidak mengerjakan tugasnya dengan baik, semangat yang sering naik turun,


dan sering melakukan kesalahan. Terima kasih karena telah selalu membimbing, mengarahkan, membantu salah satu awak kapalnya ini (saya). Dan pelayaran ini merupakan pengalaman dan pembelajaran yang begitu berarti untuk saya dan akhirnya pelayaran sudah hampir sampai pada tujuan, dan mudah-mudahan yang lain juga merasakan kenangan bahwa kita (kami) pernah berlayar bersama-sama adalah kenangan yang tidak terlupakan.

The Island of Hope By Uliyatun Nikmah The Island of Hope, what a beautiful goal waiting to be explored Great Voyage - take 01 Aku sedang menghabiskan waktu dengan keluarga tercinta yang moments-nya jarang sekali bisa kudapatkan, jadi aku sangat menikmati waktu-waktu berharga ini. Ditengah-tengah waktu luang yang kumiliki, saat itu terdengar kabar bahwa suatu armada kapal yang sangat besar sedang mencari awak kapal yang akan dibawa untuk mengarungi samudera dalam waktu yang tidak singkat, bayangkan, satu tahun lamanya kapal ini akan berlayar hingga akhirnya dapat berlabuh ke pulau yang dituju, The Island of Hope (Pulau Harapan). Pulau tersebut merupakan pulau misterius yang


telah diarungi banyak armada kapal lainnya karena kandungan harta karun di dalamnya yang sangat melimpah dan tidak akan pernah habis selamanya. Pulau tersebut terletak sangat jauh dari tempat yang aku tinggali saat ini sehingga membutuhkan banyak awak kapal agar perjalanan ini dapat berhasil. Saat itu jajaran pimpinan inti kapal yang terdiri dari seorang Kapten dan 9 orang Wakil Kapten melakukan perekrutan besar-besaran di daratan dan memilih 107 awak kapal. Pada waktu itu aku memiliki beberapa pilihan : untuk tetap tinggal, mengikuti pelayaran lain yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih cepat sampai ke tujuan dan juga lebih termasyhur namanya di kalangan masyarakat, atau ikut berjuang mengarungi samudera dengan Kapal Marion dan bersama-sama para awak kapal yang luar biasa menghadapi ombak besar menuju Pulau Harapan. Akan tetapi tujuan dari pelayaran ini sangatlah menggiurkan, harta karun yang abadi. Akhirnya aku putuskan untuk mengajukan diri mendaftar sebagai salah satu bagian dari kapal itu, dan ternyata aku pun terpilih menjadi koordinator dalam bidang administrasi dan pengadaan barang agar seluruh awak kapal dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Tidak berat pekerjaan yang aku pikul memang, akan tetapi aku merasa menjadi bagian yang sangat penting dalam pelayaran ini. Dengan perekrutan tadi selesai, lengkaplah 118 orang yang dipastikan akan ikut mengarungi ombak yang kencang dan banyak tantangan lainnya yang tidak pernah bisa diprediksi. Dalam bidang yang aku bawahi,

aku

mendapatkan

partner

kerja

yang

juga

seorang


perempuan, yang memiliki semangat sangat tinggi untuk menuliskan karyanya di atas tinta dengan bakat kreatifitas yang ia miliki. Orang yang sangat cerdas dan bersemangat dalam kesehariannya serta miliki tanggung jawab dalam mengemban tugasnya, one word to describe her : Gorgeous. Bergabung di dalam divisi yang kami bawahi, terdapat 4 orang awak kapal yang menakjubkan, dua lelaki dan dua perempuan. Awak kapal pertama sangatlah pendiam dan pemalu, tapi selalu mengerjakan tugasnya dengan baik tanpa banyak bicara. Sweet, really love that side of him. Awak lain memiliki kepribadian yang cukup bertentangan dengan awak pertama dengan keunikannya yang explosive, jujur mengatakan apapun yang terlintas di pikirannya, dan selalu rewel kalau menyangkut soal makanan hehe, very enchanting. Wanita satu ini semangatnya tinggi, walaupun pemalu tetapi dia sosok yang sangat caring kepada orang-orang terdekatnya, so lovely. Dan awak kami terakhir adalah sosok yang periang, serta menyukai hal-hal yang berbau kreatifitas, but I’m not sure more than that. Empat orang inilah yang melengkapi jumlah crew di bidang yang aku pimpin dan tak lupa supervisor yang selalu memberikan advises-nya bagi kami, seorang yang cheerful and has many interesting sides of him yang selalu bisa mencairkan suasana. Tim kami mempunyai tugas untuk men-support awak kapal lainnya dalam menjalankan pekerjaan mereka seperti dalam administrasi pelayaran, procurement persediaan barang-barang di dalam kapal, mengelola hasil tangkapan kapal,


menyebarkan informasi yang dibutuhkan semua awak kapal, dan beberapa pekerjaan lainnya. Take 02 Semua hal yang kami lakukan terasa menyenangkan karena dilakukan bersama-sama. Setengah tahun telah berlalu tidak terasa dan segala hal berjalan dengan lancar. Tim yag terdiri dari anggota-aggota yang baru pada awalnya sedikir demi sedikit dapat mengenal satu sama lain dengan lebih baik, saling menyesuiakan, saling bertukar cerita, giving out surprises, humours, twists, and many more. Rasanya melegakan karena walaupun hanya terdiri dari beberapa orang saja dan terkenal sebagai tim dengan jumlah crew paling sedikit, setidaknya kami menjadi lebih dekat and everything goes well. Take 03 Pelayaran kapal berjalan dengan mulus di awal, akan tetapi seperti peleyaran-pelayaran lain sebelumnya, terdapat banyak rintangan terjadi yang harus kami hadapi selama pelayaran berlangsung seperti angin kencang dan badai serta ombak besar yang menjadikan kapal terombang-ambing di saat-saat tertentu, khususnya saat memasuki pertengahan pelayaran hingga sampai ke destinasi akhir kami, Pulau Harapan. Namun semua awak kapal pantang menyerah dan berhasil mengatasi rintangan tersebut satu persatu karena tujuan yang telah dibentangkan dari awal yaitu harta yang abadi. Rintangan besar yang harus kami hadapi bersama ialah di pertengahan pelayaran terdapat


beberapa awak kapal yang menyerah dan akhirnya memutuksan untuk kembali ke daratan, kembali ke tempat semula kami berangkat. Hal itu juga terjadi di dalam bidang yang aku pimpin dimana satu orang awak meninggalkan kapal sehigga pekerjaan yang ia tinggalkan terbengkalai. Awak kapal yang sebelumnya berjumlah empat yang merupakan jumlah awak kapal paling sedikit dibandingkan dengan bidang lainnya, saat itu berkurang hingga hanya menjadi tiga awak. Berbagai cara yang bisa kulakukan kucoba untuk dapat menghubungi awak tersebut dan berusaha membujuknya agar bisa kembali mengikuti pelayaran, tetapi nampaknya tidak membuahkan hasil yang baik. Mulai dari titik itu pekerjaan yang ada dipikul lebih berat bagi setiap awak, termasuk aku yang pada akhirnya justru cenderung bekerja sendirian. Setelah kehilangan tenaga satu awak inti, di tengah-tengah pelayaran partner kerjaku di dalam tim tiba-tiba harus melakukan perjalanan ke tujuan lain sehingga terpaksa meninggalkan pekerjaannya dan mencoba menyelesaikan tugas melalui komunikasi yang dilakukan dengan jarak jauh. Sebelumnya juga aku telah mengetahui bahwa ia telah mendaftarkan diriya untuk pergi ke Negeri Ginseng, dan ia sangat bersemangat akan hal itu karena pergi ke negara tersebut merupakan salah satu mimpinya. Dan sudah menjadi suatu konsekuensi bahwa dengan kepergiannya ke negeri yang baru, maka tim kami kehilangan satu awak kapal vital lagi, walaupun hanya secara fisik. Akupun juga menolak ide untuk mengantikan posisinya dengan orang lain, karena kurasa pekerjaan kami akan tetap berjalan


dengan baik asalkan komunikasi kami dapat dijaga dengan baik. Memang cukup sulit pada awalnya, tapi akhirnya kami terbiasa bekerja dengan hanya bermodalkan tenaga 4 orang termasuk diriku. Setelah peristiwa itu terjadi, supervisor kami yang merupakan salah satu anggota inti dari awak pendukung pekerjaan nahkoda kapal mulai lebih sering berinteraksi dengan tim kami sehingga pkerjaan yang kami lakukan dapat dievaluasi dengan lebih baik. Karang-karang yang kami lalui tersebut walaupun memberikan guncangan bagi kapal tidak menghentikan semangat kami dalam menyelesaikan tugas yang kami emban. Because in this voyage, the key is that we have to survive no matter what happens, since our goal is really incredible. Take 04 Tak ku sangka, ternyata perjalanan ini akan segera berakhir dan kapal yang kami tumpangi selama satu tahun ini akan berlabuh di tempat tujuan, Pulau Harapan, semoga dengan selamat tentunya, dengan segala pengalaman dan pembelajaran yang aku dapatkan selama ini. Terima kasih yng sebesar-besarnya bagi seluruh awak kapal yang meramaikan pelayaran panjang ini, khususnya bagi SIA Family yang tak kenal lelalh menjalankan amanah yang diberikan dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pula karena selama pelayaran ini sebagai seorang pimpinan tim aku masih kurang berkompeten, kurang profesional dalam menyelesaikan amanah yang diberikan, dan kekurangan-kekurangan lainnya yang mungkin kulakukan pada para awak Kapal Marion. Semoga armada kapal baru yang akan


melanjutkan misi yang kami bawa untuk pelayaran selanjutnya dapat mengambil pelajaran dari pelayaran kami dan menoreh prestasi yang lebih cemerlang, Amin Ya Rabbal 窶連lamin. Always be Innovact 2014 FSI FEUI Rumah Ukhuwah Kita, Alahu Akbar 3x!!!

Awak Yang Hilang By Mega Puspita Pertiwi Malam datang lebih cepat. Matahari kini tenggelam di jam yang hampir sama dengan tempatku berasal. Hanya saja, di sini tidak ada lantunan adzan yang indah menari di telingaku. Hanya jadwal sholat yang ada di laptopku lah cukup membuatku tahu kapan aku harus bersujud kepada-Nya. Kubuka balkon apartemenku di lantai tujuh. Udara dingin kontan menyapa. Namun aku tetap berdiri di sana. Memandangi kota Seola yang mulai berkerlip-kerlip. Bagaimana kabar saudara-saudaraku di sana? Bagaimana dengan pelayaran kita?Apakah semua baik-baik saja? Aku tak tahu.Aku tahu, namun tak benar-benar memahaminya. Karena aku tak ada di sana. Karena aku telah memutuskan untuk turun dari kapal dan pergi ke negeri Han, Negeri yang begitu jauh dari Negara kita, Nusantara. Kupejamkan mataku dan ingatanku kembali ke awal tahun 2014. Ke suatu hari di mana aku melihat sahabat-sahabatku berkemas-kemas


untuk pelayaran besar mengelilingi Nusantara untuk menuntut ilmu dan menyebarkan ilmu untuk membuat Nusantara menjadi negeri Madani. Setahun sebelum hari itu aku sudah pernah merasakan perjalanan itu. Namun perjalanan itu tak berhenti begitu saja karena Kapten Kapal berganti dan beberapa awak harus diganti awak yang baru. Masih ada banyak perjalanan lain yang harus dijalani. Dan di tahun ini, perjalanan akan dilakukan di laut. Karena banyak pulau-pulau di Nusantara yang belum terjamah ilmu. “ Madina, kamu ikut pergi berlayar kan?� tanya sahabat-sahabatku yang melanjutkan pelayaran sambil mengemasi barang-barang mereka. Aku hanya diam. Tak tahu harus menjawab apa. Setiap kali pertanyaan itu dilontarkan padaku, aku ingin menangis. Aku ingin berlayar. Aku ingin bersama mereka. Tapi ada hal lain yang harus kulakukan. Aku tidak

ingin

menyusahkan

sahabat-sahabatku

dalam

pelayaran

mereka.Aku tidak ingin menjadi kurang fokus. Dan akhirnya aku pun memutuskan untuk tidak ikut dalam pelayaran itu. Aku berlari menjauhi pelabuhan. Aku bersembunyi di rumahku, memandangi foto-fotoku bersama sahabat-sahabatku di perjalanan sebelumnya. Aku hanya bisa terisak. Maafkan aku, tapi ada jalan lain yang ingin kuarungi saat ini.


Dua hari sebelum kapal mereka berlayar, seseorang mengetuk pintu rumahku. Dinia, Qabil, dan Juli. Aku terkejut bukan main. Kubiarkan mereka masuk dan duduk. Dinia duduk sebelahku. Sementara Qabil dan Juli duduk di tempat yang agak jauh. “ Madina, apakah kamu benar-benar tidak bisa ikut?” Pertanyaan itu benar-benar menusuk-nusuk hatiku. Aku telah berlari menjauhi mereka, namun mereka masih beritikad baik untuk mengajakku. “ Dinia, andai aku bisa. Aku ingin.Tapi di tengah perjalanan nanti, mungkin aku harus pergi. Aku tidak bisa pergi bersama kalian sampai pelayaran ini selesai.Aku punya rencanalain di pertengahan tahun ini. Aku akan pergi ke Han Land. Aku mungkin akan tinggal di sana mulai Agustus nanti hingga tahun 2014 berakhir. Itu berarti, jika aku ikut bersama kalian mungkin aku akan pergi meninggalkan kalian di tengah pelayaran. Aku bersedia ikut, tapi apakah kau bisa menerimaku jika situasinya seperti ini?” Dinia memelukku.“Aku tidak tahu.Aku senang jika kau bisa ikut.Tapi kurasa kami harus pergi menemui Kapten Han untuk membicarakan ini. Aku akan kembali besok. Jika semua tidak keberatan, apakah kau mau ikut bersama kami?” Masih dalam isakan, aku mengangguk.


Di hari berikutnya, mereka kembali datang. Dinia membuka tasnya. Ia mengambil sebuah baju berwarna biru dan memberikannya padaku. “Selamat datang di Great Voyage 2014, Madina. Ini seragam pelayaranmu. Berkemaslah.� Dan aku pun mengemasi barang-barangku, meninggalkan rumahku dan naik ke sebuah kapal besar yang ditumpangi oleh sahabatsahabatku yang baik dan hangat, sahabat-sahabat yang selalu mengingatkanku, membantuku, di saat suka maupun duka.

Aku dan Nikma bekerja di bagian administrasi bersama dengan empat staff. Saminda, Salima, Rahman, dan Ladu. Aku sudah cukup mengenal Saminda sebelumnya. Aku juga sudah pernah bertemu Rahman. Namun Salima dan Ladu benar-benar sahabat baru bagiku. Aku belum pernah bertemu mereka. Di tim kami yang kecil, kami punya manager yang baik dan kocak. Namanya Juli. Ya, dialah yang datang ke rumahku bersama Dinia dan Qabil. Hari demi hari berlalu. Awalnya kami masih belum saling mengenal, namun kini perlahan-lahan kami semakin dekat dan kompak. Satu tugas selesai berganti tugas lain. Gelombang laut dan terik matahari kadang melemahkan semangat kami. Demotivasi pun menggelitiki hati. Namun kami berusaha kembali lagi, menyemangati diri sendiri dan kawan-kawan yang lain.


Suatu siang, aku menerima sebuah surat yang dikirim ke Pulau Makara, pulau yang sedang kami singgahi sejak sebulan terakhir. Surat itu berasal dari Miss Lee dari Negara Han. Mereka benar-benar memanggilku. Itu berarti aku akan segera pergi. Aku mulai gundah. Aku tahu Nikma sudah mengerti tentang hal ini tapi tetap saja aku tidak enak padanya. “ Aku tidak bisa menghalangi keputusanmu, Madina. Jalanmu adalah jalanmu. Jika Allah telah menghendakimu untuk pergi ke sana, pergilah. Kepergianmu bukan berarti kau akan meninggalkan kami selamanya. Kau hanya berlayar di tempat yang berbeda,” kata Nikma begitu aku menceritakan kedatangan surat dari negeri Han itu. Setelah ini aku harus memberi tahu Manajerku, Juli dan Kapten Han. Kukumpulkan keberanianku untuk menemui Juli. “ Waaaah… asikk!!!” begitu seru Juli kegirangan begitu membaca surat dari Negeri Han itu. aku mengernyit. Dia tampak senang-senang saja. “ Lalu Great Voyage 2014 bagaimana, Juli? Apa yang harus kulakukan?” “ Oiya, benar. Mmm… aku sih tidak masalah kalau kau pergi. Aku tidak marah. Tapi kurasa aku harus melihat peraturan dalam Statuta Pelayaran yang mengatur masalah ini. Aku tidak ingat, tapi mungkin kau harus mencari pengganti yang baru di pulau ini. Dan….. Tidaaak! Aku

tidak

ingin

mengatakan

ini.

Mungkin….

Kau

harus

mengembalikan baju pelayaran itu. Tapi ini masih mungkin ya.


Mungkin aku salah. Hehehe…. Kamu sebaiknya bilang ke Kapten Han terlebih dulu. Aku pun ke menemui Kapten Han yang menurutku cukup misterius meski beberapa misteri tentang dirinya mulai terkuak sedikit demi sedikit dan sekarang tingkat kemisteriusannya sudah berkurang. “ Bagus. Selamat ya. Semoga ilmu yang kita dapat di sini bisa kamu amalkan di sana. Pelayaran ini tidak terbatas di kapal kita saja. Tapi mungkin kau harus menaiki kapal lain. Lagipula, kita masih bisa tetap menjalin komunikasi dengan teknologi yang ada sekarang.” “ Terima kasih, Kapten!”’ Di akhir musim panas itu aku berangkat menuju negeri yang jauh. Negeri yang memiliki banyak perbedaan dengan negeri tempat kami berasal. Pelayaran di negeri itu akan sangat berat namun mungkin juga menyenangkan. Pelayaranku di sana hanya berlangsung selama empat bulan. Ada banyak hal yang kudapat di negeri itu.Namun banyak juga tantangan dan godaan yang harus dihadapi. Aku bersyukur karena ilmu yang kudapat

di

kapal

sebelumnya

bersama

sahabat-sahabatku

membuatku mampu lebih mengontrol diriku dalam menghadapi cobaan dan godaan yang ada. Jika aku tak pernah berlayar di kapal sebelumnya, mungkin pelayaran baruku di negeri asing ini akan mengubahku menjadi orang lain yang mungkin kurang baik. Di kapal yang baru ini aku belajar betapa berharganya ajaran yang diajarkan di


pelayaran lamaku.Dan betapa pentingnya ajaran tersebut untuk diajarkan dan disampaikan kepada lebih banyak masyarakat. Negeri baru yang menjadi tempat pelayaranku merupakan sebuah negeri kecil namun penuh keteraturan dan indah. Namun seindah apapun negeri baru ini, aku menyadari bahwa suatu hari aku harus kembali ke negeriku dan mengunjungi sahabat-sahabatku di kapal itu untuk saling membagikan ilmu dan pengalaman serta membangun negeri kami. Desember 2014 hampir berakhir. Saatnya aku pulang dari pelayaran baru ini. Meski hanya sejenak, aku menemukan sahabat-sahabat baru di negeri ini. Rasanya berat tapi aku memang harus pulang. Pada 30 Desember 2014, aku kembali menginjakkan kakiku di dermaga Great Voyage berada. Kulihat sahabat-sahabatku. Aku benar-benar pulang! Aku benar-benar berada di Rumah Ukhuwah Kita! Aku bahagia karena bisa melihat mereka. Karena mengenal mereka membuatku belajar banyak dan berubah. Berubah menjadi lebih baik. Menjadi bagian dari mereka

adalah

salah

satu

hal

paling

membahagiakan

dan

membanggakan yang pernah kualami. Storyline by Tri Endah Setiasih Awalnya sempat terselip rasa ragu dan gundah untukku ingin ikut pergi berlayar di kapal FSI FEUI sebagai seorang awak kapal di kapal besar ini. Sambil memantaskan diri dan mempertimbangkan dari berbagai aspek, saya sempat membandingkan diri saya dengan para


penumpang yang lain, yang menurut saya lebih pantas untuk mendapatkan tiket untuk menaiki kapal besar tersebut “apakah bisa orang seperti saya dapat ikut berlayar di kapal FSI ini?� itulah pertanyaan yang terlitas di dalam benakku. Namun, apabila saya terus memantaskan diri dan membandingkan dengan yang lainnya, maka pemikiran itu tidak akan pernah ada selesainya. Untuk itu saya memutuskan

untuk

mencoba

mengikuti

sayembara

untuk

mendapatkan tiket berlayar menjadi salah satu awak kapal di kapal FSI. Dan saya pun mendapatkan tiket tersebut dan memutuskan untuk ikut berlayar.... Didalam pelayaran ini saya merasa sangat beruntung memiliki keluarga kecil yang terdiri dari 6 orang yaitu Kak Uliya, Kak Mega, Ayat, Dendy dan Nissa. Ya memang keluarga yang sangat kecil apabila dibandingkan dengan jumlah yang lainnya. Ditengah pelayaran saya sedih karena kehilangan satu anggota “SIA Family� yang entah tidak tahu dimana keberadaannya. Keluarga kecil ini semakin terlihat kecil karena berkurangnya satu anggota keluarga. Kesedihan tersebut semakin bertambah ketika Kak Mega memutuskan untuk berlayar sementara waktu ke negeri seberang untuk menuntut ilmu. Kini SIA Family hanya tinggal empat orang saja. Suasana ketika berkumpul semakin terasa sepi, namun hal tersebut dapat diwarnai oleh Ayat, Dendy, Kak Uliya di setiap pertemuan kami, Bang Zain pun turut meramaikan suasana perkumpulan...


Semua tugas dapat kami kerjakan bersama-sama, sesuai dengan tanggung jawab yang telah diamanahkan kepada kami. Dalam menyelesaikan semua itu Kak Uliya selalu mengingatkan dan membantu kami dalam proses pengerjaan tugas yang diamanahkan. Banyak suka dan duka yang menjadi sebuah pengalaman sekaligus pembelajaran selama kami melakukan pelayaran. Mulai dari perayaan ulang tahun anggota keluarga, makan bareng, rapat bareng, bersihbersih bareng dan ditutup dengan rekreasi akhir tahun yang sangat berkesan. Ya disini saya mendapatkan banyak hal yang sangat bermanfaat dan dapat dijadikan pelajaran untuk berbuat lebih baik lagi dengan segala perbekalan yang telah saya dapatkan selama pelayaran di Kapal FSI ini. Terima kasih SIA Family dan seluruh keluarga besar FSI setelah selama satu tahun berlayar bersama-sama. Dimanapun nantinya kalian berada, saya berharap agar kita akan selalu menjadi keluarga karena FSI FE UI akan selalu menjadi Rumah Ukhuwah Kita, Allahu Akbar 3x :’) :’) Storyline by Dendi Putra Ladumei Assalamu'alaykum Wr Wb Alhamdulillah sudah satu tahun dakwah kita berlalu dalam usaha kita para awak dan Kapten - Wakil Kapten di ruang mesin, bersama dengan yang lain menegakkan tiang kapal bersama, mengembangkan layar lebar bersama, mengkoordinasikan dan menjaga mesin-mesin untuk terus bekerja menggerakkan kapal menuju destinasi akhir dan


juga pelabuhan terdekat. Awal mula tekad murni yang kumiliki untuk turut ikut berlayar dalam kapal biru ini adalah untuk memperkuat diri dengan ilmu yang terbilang baru dan berharap bisa menjadikan diri lebih prima untuk bekal perjalanan mengarungi lautan di luar sana. Karena, beratnya perjalanan untuk mengarungi lautan luas terasa mustahil tanpa adanya kekuatan yang cukup untuk melalui ombak, badai, dan tempat-tempat baru yang misterius diluar sana. Diluar itu pula, tujuan awal mengikuti pelayaran ini adalah untuk mengisi ruang pundi-pundi harta yang dikelola oleh para ahli pendanaan kapal dan mengambil ilmu yang diminati awak kapal ini pada awalnya. Akan tetapi, diri ini akhirnya lebih sesuai dan merasakan dirinya sendiri menjadi lebih memberi manfaat dalam mengleluarkan tenaganya untuk sedikit membantu ruang permesinan di balik kabin kapal yang bernama ruang mesin SIA.

Tadinya awak kapal ini mengira perjalanan akan mudah-mudah saja, akan tetapi pada kenyataannya ternyata berbeda di beberapa waktu. Ketika pelayaran kapal ini terseok-seok di dalam sisi ruang mesin, di sana terdapat dua sosok perempuan teramat tangguh yang mengatasi rusak parahnya keadaan mesin di ruangan ini. Mereka berdua adalah Kapten Wanita Uliyatun Nikmah dan Wakil Kapten Wanita Mega Puspita Pertiwi, hormat yang teramat besar kepada kedua sosok luar biasa yang memimpin ruang mesin yang fungsinya vital dalam kapal yang melegenda ini. Tanpa kedua sosok Pemimpin


kami ini, tidak ada yang dapat kami pelajari dan kami dapatkan sebagai bekal hidup di perjalanan selanjutnya, terimalah ucapan terimakasih yang setulusnya dari diri awak kapal kalian berdua ini. Selama satu masa pelayaran awak kapal ini ditemani sesamanya tiga orang sebagai awak ruang mesin yang awalnya sama-sama kurang berpengalaman dalam menjalankan mesin-mesin di dalam ruang mesin SIA yang vital. Mereka adalah Awak Ayat, Awak Endah, serta Awak Nisa. Kebersamaan kami di ruangan mesin SIA terasa sangat tidak terlupakan, banyak diantaranya yang berharga bagi awak kapal ini pribadi dan berharap semoga tidak terlupakan selama-lamanya. Maaf yang terlampau besar atas ketidakprofesionalan awak kapal yang satu ini, maaf apabila terdapat banyak kesalahan pada kalian kedua Kapten Wanita dan Wakil Kapten Wanita hebat yang baru-baru ini awak kapal kenal dengan baik. Maafkan karena tidak bisa memberikan semua waktu yang layak untuk tiap rapat kordinasi awak mesin di ruang kabin SIA. Terimakasih atas kesempatan yang diberikan selama setahun ini dengan semua pengalaman dan ilmu mesin yang berharga ini.

Pada akhirnya, ketika kapal sudah hampir diakhir pelabuhan akhir tahun ini, kami ber-enam tetap memberikan tenaga terbaik meskipun tidak dalam keadaan selalu full team di dalam ruang mesin. Harapan yang terbaik, semoga kami ber-enam dapat terus bersama di kesempatan-kesempatan yang lain, melanjutkan perjuangannya di


pelayarannya masing-masing dengan tenaga yang terbaik, dan dapat terus berada di dalam tekad kuat menuju Kampung Halaman bersama hingga kami semua dapat dipertemukan kembali bersama-sama di Surga-Nya dan bahagia selamanya disana, Aamiin Ya Allah. Sekian storyline ini saya tujukan untuk kalian semua, Wassalamu'alaykum Wr Wb


The Ending and The Beginning Akhirnya, perjalanan kami di kapal ini telah usai Menyisakan kisah yang tak terlupa Ada yang meneruskan di kapal ini, ada pula yang mencari kapal lainnya Sesungguhnya kami tetap dalam satu “Kapal” Yakni “Kapal Dakwah” Entah dimana kami berada nanti Dakwah tetaplah berjalan hingga habis waktu kami

Kapal besar ini memang selalu memuat orang-orang terbaik di masanya 2015 siap membuat sejarah! FSI FE UI “Rumah Ukhuwah Kita!” Allahu’akbar! Allahu’akbar! Allahu’akbar!



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.