NYLONguys Indonesia / Nov 2011

Page 1


levis




PLAZA INDONESIA SHOPPING CENTER, 1ST FLOOR UNIT #121, 121A PLAZA INDONESIA SHOPPING CENTER, 1ST FLOOR UNIT #121, 121A

© 2011 adidas AG. adidas, the Globe, the 3-Stripes mark and Y-3 are registered trademarks of the adidas Group. Yohji Yamamoto is a registered trademark of Yohji Yamamoto, Inc. © 2011 adidas AG. adidas, the Globe, the 3-Stripes mark and Y-3 are registered trademarks of the adidas Group. Yohji Yamamoto is a registered trademark of Yohji Yamamoto, Inc.


nov. 10 EDITOR’S LETTER 12 LETTER 16 CONTRIBUTORS

genius 18 TURNING THE PLATES ON Indonesia’s night life

ambassador, Riri Mestika terus melaju di dunia hiburan. termasuk dengan mendirikan sebuah Iconic Building, membesarkan Spinach Records, dan meracik bakmienya sendiri. Teks: Rezaindra O

20 CHILD’S PLAY Penulis buku anak dan

ilustrator Dallas Clayton hidup di dunia yang hebat. Teks: Jessica Hundley

24 LET’S SPIN THE CROWD, DUDE! Sarah Aurora dengan dunia

modelling itu biasa, namun jika disandingkan dengan dunia disc jockey, itu baru luar biasa. Teks: Maesa Nicholas

26 HERE THEY COME Langkah ‘gila’ yang akan Big

Daddy Production lakukan membuat persaingan ini semakin ketat dalam memicu daya kreatifitas. Teks: Khiva Iskak

28 ON THE LOOSE Dengan creative agency-nya,

Looseworld, Skyler gross akan berpesta. Teks: Lisa Roolant

30 WHEN UNDERGROUND MEETS ROOFTOP Rossi Music benar-benar

menawarkan ‘liburan’. Now you get curious, right? We’ll see you on the top of the roof! Teks: Anna Aprita

32 GENIUS NEWS 34 GENIUS NEWS GROOMING 35 HIGHWAY RUNWAY Teks: Nia Tantri 36 GENIUS NEWS BOOKS 37 BLACK INOVATION AWARDS 2011 Teks: Nia Tantri

39 WE HATE MODELS AND LOVE TO PARTY Summer days are gone,

but the heat is still on. Nylon Guys Pool Party is one mad-ass event! Teks: Rezaindra O

40 GENIUS NEWS GADGET 41 AFTER HOURS EXPEDITION Teks: Nia Tantri

42 GENIUS NEWS THE CHOW 44 6th INDONESIAN FILM FESTIVAL

Film Indonesia tidak hanya berjaya di negeri sendiri, tapi hingga ke negeri seberang. Teks: Kontributor

46 gaming

taste 48 PLAID WITH ME: Plaid Shirt 50 TRE’S PARFAIT:

Patch Sweater

High-Top Boots

52 HIGH TEMPTATION: 54 SPEAK TRENCH: Trench Coat 56 COLLARTERAL: Henleys

58 LORD CORDUROY: Corduroy Pants 60 I’LL BE NORDIC:

Nordic Sweater

62 POCKET FULL:

64 66 68 70

Cargo Pants

SAIL CITY: Boat Shoe

FUR-SURE: Fur Collar Jacket

MOD’S WAY: Parka

IMATCH:

iPad Sleeve

2011

paul rudd fotografi oleh kenneth cappello. stylist: sam spector. hair: luis guillermo oleh timonthy priano menggunakan redken for men. grooming: cohl katz menggunakan dior homme. photo assistant: jason goodrich. digitech: gabriel hernandez. lokasi: sandbox studio, ny. terima kasih untuk jamie mcphee. pada cover: kemeja dari boss orange, dasi dari boss black, jeans dari gap. pada halaman ini: jaket and celana dari denim & supply kemeja dari oliver spencer, cincin milik model.



desember

fotografi oleh andre wiredja. hair and make up: marina sitohang. stylist: philea adhanti. assistant stylist: nia tantri. havne(VTM): sweater dari pull & bear, shorts dari miss selfridge, shoes dari suedehead @ soled. wesley (VTM): kacamata dari von zipper, sweater dan celana dari topman. gant rugger.

feature 90 COVER STORY PAUL RUDD

Teks: Luke Crisell

100 ROLE PLAY Teks: Luke Goodsell

104 FASHION SPREAD

radar 72 CRAWLING IN THE

CROWDS

Linkin Park kembali memberikan aura, konsep, dan suara yang berbeda, pertanda mereka telah beranjak dewasa. Teks: Khiva Iskak

75 IT TAKES THREE! Ketika perbedaan era dari

Bad Religion, Yellowcard, dan Panic at the Disco, mempunyai satu benang merah, yaitu membuktikan punk pop rock masih berjaya. Teks: Khiva Iskak

76 RHCP: PEACE CONCERT IN HONGkong usia bukanlah halangan.

karisma panggung red hot chilli peppers tak pernah pudar. Teks: Nina Widjanyati

78 PRINCIPAL MATTERS Donny Alamsyah tidak

84 OUT OF CONTROL Dari Ian Curtis sampai

mengukur suatu kesuksesan dari ketenaran, pria ini lebih mengutamakan esensi dari seni peran. Teks: Khiva Iskak

Sal Paradise, aktor Sam Riley tahu bagaimana memilih perannya. Teks: Ralph Martin

80 THE ANIMAL DANCE Yelle bukanlah band

86 THEY ARE BACK TOR bersedia masuk

112 SPEED OF LIGHT: Ismaya Live Teks: Ein Halid

114 PASSIONATELY ENTERTAINING:

Urbanite Teks: Rezaindra O

116 DIFFERENT IS THE NEW BLACK:

konvensional, lagu-lagu mereka sangat menggelitik di lantai dansa belahan dunia. Teks: Khiva Iskak

kedalam dapur rekaman dan menyerahkan isi suara musik mereka kepada kita semua Teks: Khiva Iskak

Soundshine Teks: Khiva Iskak

82 COMING OUT Dunia memang belum

88 SOULFUL WEEKEND Soulnation 2011

120 THE FIRE STARTER:

melihat Tegar Satrya, namun sebentar lagi ia akan menguasai deretan layar lebar Indonesia. Teks: Khiva Iskak

83 ALL THAT JAZZ Sentuhan lantunan nada

yang enerjik dan unik memberikan band Un Soiree sebuah prediket keberanian yang berbeda dari band lainnya. Teks: Khiva Iskak

hadir lewat puluhan performance, lima stage, tiga hari, dan satu tujuan. Yaitu untuk menghibur Indonesia. Teks: Rezaindra O

118 SOUNDS OF FESTIVE: Java Festival Production Teks: Rezaindra O

Java Musikindo Teks: Ein halid

thinker 122 THE DUDE Teks: Steve Appleford

128 THE YOUNG AND THE RESTLESS Teks: Mike Harvkey



Chairman and Chief Entertainment Officer Julius Ruslan Chief Executive Officer and Group Publisher Denise Tjokrosaputro Editorial Director Petrina Leong Publisher Suyitno Hadisusanto Editor-in-Chief Ein Halid Managing Editor Maesa Nicholas Montgomery Senior Editor Rezaindra O Associate Editor Khiva Rayanka Iskak Fashion & Beauty Editor Anindya Devy Style Philea Adhanti

writers Alexander Kusuma Praja, Tiara Puspita design

Senior Designer Amirudin Hafihz Designer Haris Juniarto (NYLON GUYS Indonesia), Marisa Saleh

interns Nia Tantri, Astrid Astoria, Luca Knegtering business

Advertising Sales Manager Pongky Rivawanto Senior Account Excecutive Andri Parulian Traffic Manager Ursula Sitorus Event & Promotion Manager Tantirena Event & Promotion Supervisor Thania Muljadi Events & Promotion Staff Arsil Fajar, Adi Wira.P, Carl Ronaldo Circulation & Distribution Claudia Sthefanie Jonathans, Algoniun, Iriansyah

NYLON is published by

PT. TIGA VISI UTAMA Thamrin City Office Park Blok AA No. 08-09 Jl. Kebon Kacang Raya, Jakarta Pusat 10350, Telp. (021) 319 91193, fax. (021) 349 91178

SIUP NUMBER : 01881/10-1.824.51 NYLON US Chief Editor Marvin Scott Jarett Publisher Jaclynn b Jarett Associate publisher Karim Abay President Don Hellinger

Editorial Office

110 greene street,suite 607, New York, NY 10012

Disclaimer Artikel yang dimuat dalam majalah ini telah melalui proses editorial yang berkesinambungan. Isi majalah ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses pemeriksaan dan opini publik, dan hanya berfungsi sebagai informasi yang bersifat kecuali ditekonstan. Semua materi yang diterima akan menjadi hak milik telah memiliki izin pemuatan foto dari pihak yang bersangkutapkan lain. tan untuk digunakan sesuai keperluan. Hak Cipta & Izin Penerbitan Hak cipta dilindungi. Tidak ada bagian dari majalah ini yang diizinkan untuk dikutip ataupun diproduksi dalam format apa pun dengan atau tanpa sengaja tanpa izin dari perusahaan. Hak cipta 2011

follow us on

NYLONguys_IND NYLON Indonesia



010

ed letter

Change

Tidak ada yang lebih pasti dari perubahan itu sendiri. Mempersiapkan edisi terakhir NYLON Guys di tahun ini menyadarkan saya tentang banyaknya perubahan terjadi dan kejadian yang telah dilewati. The bad, the good and the jolly good time. Dan hanya satu hal yang bisa kita lakukan - to embrace them all. Sebelum akhirnya kita bertemu dengan bulan Januari dan membuat hal-hal hebat lainnya, di edisi ini NYLON Guys bertemu dengan orang-orang yang bertangung jawab membuat tahun 2011 menjadi luar biasa. Berkat event, konser dan festival musik mereka, tahun ini Jakarta dibanjiri artis-artis keren. Dengan passion besar, para promotor bekerja untuk membuat Jakarta sebagai hub destinasi hiburan. Tidak heran artis seperti Maroon 5, Mike Posner, Tame Impala, The Drums, Fatboy Slim berhasil mereka datangkan, dengan tiket sold out.

Passion memang menjadi urat nadi agar semua hal dapat tersalurkan dengan baik. Mimpi tanpa passion tidak akan menghasilkan apa-apa, begitu juga bekerja tanpa passion akan jadi siasia. Tahun ini kita sebagai satu redaksi berusaha menjaga agar passion itu tetap berkobar untuk membuat tulisan di majalah yang Anda genggam ini cukup berarti. Di kesempatan ini juga, saya personally ingin mengucapkan terimakasih kepada Maesa Nicholas yang selama 1 tahun ini telah bekerja passionately sebagai Managing Editor NYLON Guys Indonesia, dan mulai edisi depan akan menjalankan tugas berbeda di majalah baru. But, dengan catatan tetap memberikan kontribusi di majalah ini. So, the best of luck Maesa. Last but not least, di edisi perdana tahun 2012 nanti, NYLON Guys berencana untuk lebih maksimal: Better and Bolder, sesuai keinginan kalian. Jadi, jangan lupa mengisi angket pembaca dan mengirimkannya kembali.

Ein Halid

EDITOR-IN-CHIEF



012

letters

agungRush Nice issue for September and October from @NylonGuys_IND. Can’t wait for next edition. Oyeah! Lukzxghvqw in @NYLONguys_IND it’s said (quote;) ‘a great style’ hrs dibarengi dgn ‘a great character’. Touché, Eid! AAh learned a lot from this ed. _uwiebowie_ Just read @NYLONguys_IND Sept-Oct issue. @nicsap totally handsome like hell! ndunski YEEAAHHH..KEEP ROCKIN!!@ NYLONguys_IND Garrenewkid The @NYLONguys_IND Sept-Oct issue is very catchy! SUPERB! Bombashori Uuuwwwoowww majalah @ NYLONguys_IND semacam shopping catalog. Jadi pengen beli ini itu kaaaan kaaaannn. Bhimaatmadja Majalah @NYLONguys_IND panduan buat bergaya gue! Niceeee Lulut_m I’m a girl and I’m reading @ NYLONguys_IND and I love this page… thankyoouuu Kikayiyo @NYLONguys_IND that’s an awesome edition mamen. Tema “style”-nya bener2 supercool. Goodjob the team TraxFMJKT Ngga cuma cewek yang bisa stylish dan keren, cowok-cowok juga bisa jadi tambah keren dgn baca majalah @ NYLONguys_IND edisi September

illustrasi : Andhika Muksin

Bizarremoi Beli @NYLONguys_IND Karena covernya actor lokal dan perkembangannya bgs bgt! Goodjob team Nylon guys indo. Ariapradanas #nowreading @NYLONguys_IND, a lot of inspiring-creative-story from young Indonesian creative people Sury4candra Keep it up guys! This mag surely is rich! Where can I send for pulp fiction, if I have some pieces? NICE WORK GUYS! Setyanandika Good Friday @NYLONguys_IND is coming to town! Pretty sure, everything inside would make me get syndrome. Syndrome by cool brands



014

letters

Dibalik kekuatan media, Nylon Guys Hadir memberi sesuatu yang berbeda! Damar Tengboy, Project Planner. Gue pengen banget lihat Nylon Guys bikin konser mini rock’n roll? Dimas Randaka, Marketing. Nylon Mad for Movies is Awesome. Bisa gak dibuat secara besarbesaran? Abang Deuz, Road Manager. Nylon kalau dibuat acara rave party pasti bakal pecah nih! Flow Donie, DJ Kalau kemaren acara Art & Fashion Festival dibuat, tahun depan ya dibuat edisi khusus art! Achmad August, Freelancer

Prisia Nasution Cantikkk sekaliii! Don’t mind me, I know its stupid. Adam Nich, Producer. Walaupun masih banyak suka salah spelling, gue tetep bilang Nylon Guys juara. Banyak pilihan di artikelnya. Keep up the good work ya guys! Adhy Budiarto, writer. Edisi Fashion cover Nicholas Saputra bagus banget, kapan dong bikin booklet Nylon Street Style kaya diluar? Dwika Duway, Blogger.

illustrasi : Andhika Muksin



016

contributors

Erwin Panjaitan Memulai karirnya pada tahun 2005 sebagai art director dalam suatu advertising agency membuat Erwin menghasilkan karya dengan amazing details. Kecintaannya pada dunia art dan fotografi membuatnya tidak ingin hanya menjadi mediocre photographer. Ia percaya bahwa fotografi dapat memberikan visual experience yang berbeda-beda sekaligus mengekspresikan kecintaannya pada dunia art. Hingga saat ini, ia telah menyelesaikan beberapa advertising campaign untuk perusahaan dan majalah. Karyanya dapat dilihat pada rubrik feature promotor. www.erwinpanjaitan.com

Tito Van

Aldi Pagaruyung

“Architecture, music, and photography are the things I concern about.� Pria kelahiran 23 Juni 1987 ini mengaku mulai menggemari dunia fotografi sejak tahun 2009 dan sejak saat itu pula ia mulai menekuni profesi ini. Walaupun terhitung baru menjajaki dunia ini, hasil karya Tito tidak dapat dipandang sebelah mata. Pemilihan angle yang unik sungguh mewakili pemikirannya yang out of the box. Kontribusinya dalam Nylon Guys edisi ini dapat dilihat pada rubrik Taste. http:// godzillainpanic.co.nr/

Aldi Pagaruyung mungkin lebih dikenal sebagai vokalis sekaligus gitaris Band Lull dan hanya sedikit yang mengenal Aldi sebagai seorang fotografer. Sebagai fotografer karya-karyanya yang iresistable dapat dilihat dalam Nylon Guys edisi ini, yakni pada rubrik Radar: Donny Alamsyah dan Un Soiree. Selain itu, jepretannya juga dapat dilihat pada rubrik Radar Java Rockin’ Land edisi lalu. From hobby to business. Kalimat inilah yang dapat mewakilkan perjalan karir Aldi sebagai fotografer dari awal hingga saat ini.

Fawwaz Akram Freelance photographer, begitu ia ingin memposisikan dirinya. Ketika ditanya mengapa, ia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dirinya masih muda dan menjadi suatu tantangan baginya untuk bereksplorasi ke segala spot. Fawwaz menunjukkan kemampuannya pada radar Linkin Park dengan tembakan foto ber-angle unik yang dapat dilihat pula pada radar TOR. Selain menjadi fotografer, kontribusinya juga sebagai salah satu one of the awesome street styler di rubrik Taste. Young, talented, and ready to conquer the world! Masih belum cukup? Check this: http://fawwazakram. co.nr/

kontributor: DEstya hediantie, Nick easton, andre wiredja, giorgi a. krisno, ka kromodimuljo, ANDHIKA MUKSIN, aditomo m.b, trisa triandesa, hilarius jason pratama, anna aprita, noran bakrie, marina sitohang



Turning the Plates On Indonesia’s night life ambassador, Riri Mestika terus melaju di dunia hiburan. Termasuk dengan mendirikan sebuah iconic building, membesarkan Spinach Records , dan meracik bakmie-nya sendiri. Teks: Rezaindra O. Fotografi: Luca Knegtering

018

Ya, Audy Riri Mestika Rachman atau yang dikenal luas dengan nama DJ Riri tengah sibuk menggeluti berbagai bisnis, termasuk F&B. Ketika saya menemui dia di Shelter Lounge – sebuah destinasi hang out baru di daerah Kemang yang ia kelola bersama teman-teman artisnya - Riri yang menggunakan seragam Spinach Records berwarna khakis lumayan terlihat sibuk, ia secara tidak langsung memang bertanggung jawab atas operasional di Gedung Kemang 89. Sebuah gedung lima lantai - yang didesain modern, fungsional, unik karena terlihat ‘setengah melayang’ dari depan (bagian bawah hanya disanggah oleh tiang), dan hemat energi karena memaksimalkan cahaya matahari - yang belum lama berdiri di jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan. “Sebenarnya tempat ini kita (Riri dan keluarganya) dirikan biar bisnis keluarga kita yang dulunya terpencar bisa jadi di satu tempat, nggak mondar-mandir, irit biaya sewa, sekaligus bikin gedung ikonik baru di Kemang,” jelas ayah dari Khaaliqa Rachman yang baru berusia 1 tahun ini. Kemang 89 terdiri dari bistro, lounge, furniture showroom, studio DJ, hingga meeting dan theater rooms. “Disini gue in charge untuk running outlet baru yaitu Madeline, a French bistro dan Spinach Record yang sekarang terdiri dari shop - DJ school - kantor management - studio recording dan audio video post,” ujar peraih Best Dance Track Indonesia Cutting Edge Music Awards 2010 ini. Menurut Riri, bisnis entertainment di Indonesia memang luas dan menjanjikan banget, tapi nggak menutup kemungkinan kalau dia bisa nyerempet bidang lain, asalkan masih ada hubungannya dengan dunia entertainment terutama dunia Food & Beverage. “Gue sebenarnya udah terjun disitu sejak tahun 1996, karena memang basic education gue adalah F&B (Riri menyandang gelar BSc in Hospitality dari Glion Institute of

Higher Education, Montreux - Switzerland) nah setelah berhasil men-develop Spinach, sekarang sudah waktunya gue untuk balik ke roots tadi, karena that’s a part of my life juga.” Riri sebagai seorang DJ tidak akan pernah hilang dari peredaran, ketika weekdays dia dedikasikan untuk bisnis barunya, maka weekend tetap ia khususkan bagi gig-gig yang mengharuskan dia untuk memainkan musiknya. Dia bahkan sedang menyiapkan album terbarunya, “Gue lagi persiapan album kelima, ini akan agak berbeda karena gue melihat dance music lumayan stagnant saat ini, nah dari situ gue ingin mengembalikan underground scene sekitar 10-15 tahun lalu dimana musiknya belum terlalu mainstream seperti sekarang. Gue juga lagi banyak produserin artis baru, bikin lagu untuk artis dari genre pop barengan Thomas GIGI,” ujarnya bersemangat perihal profesi yang telah digelutinya selama 19 tahun ini. Kehadiran putrinya Khaaliqa juga ikut mempengaruhi hidupnya, sebagai seorang family guy, Riri kini berkeinginan untuk men-develop babies’ party organizer. “Ini yang terjadi pada orang-orang di industri kreatif ketika mereka mempunyai anak. Sama halnya ketika seorang desainer bikin clothing line atau sepatu buat anak-anak karena mereka sudah berkeluarga,” katanya. Sounds interesting? Well, proyek Riri yang satu ini juga tidak kalah menariknya, ia sedang mengembangkan proyek pembuatan mie. “Nanti cobain aja! Namanya mie Mestika, sekarang bisa dicobain di Shelter dan Barcode,’ ujarnya berpromosi, “Mie ini muncul dari hasil riset berbulan-bulan yang gue buat sendiri. Ini bukan iseng-iseng sebenarnya, dari dulu passion gue akan mie memang besar sekali. Agak melenceng sebenarnya, tapi one day gue harus jualan dan buka resto franchise bakmie yang besar!”



child’s play 020

024

Penulis buku anak dan ilustrator Dallas Clayton hidup di dunia yang hebat. Oleh Jessica Hundley. Foto oleh RJ Shaughnessy

Hari-hari Dallas Clayton berisi

pameran buku yang menimbulkan keramaian, menggambar hewanhewan lucu pada tembok halaman sekolah, berjalan-jalan dengan sepatu Converse tinggi dengan paduan warna cerah, dan mengalami apa yang disebutnya sebagai “petualangan magic.” Hidupnya nampak terbagi menjadi waktu bermain dan waktu tidur siang – jadwal yang tidaklah aneh yang mirip dengan para pembaca dari buku-bukunya. “Setiap pagi saya selalu bangun dan mengetahui hal-hal hebat yang harus saya lakukan pada hari itu,” katanya. “Hebat” adalah kata yang sering diucapkan saat berbincang dengan Clayton, bukan hanya karena kedua buku terlarisnya berjudul An Awesome Book! dan An Awesome Book of Thanks! namun juga karena

Clayton yang tidak bisa diam, periang yang menyebarkan energi yang positif dan baik pada semua anak-anak. Saat ia duduk di coffee shop di Silver Lake, Los Angeles, meminum sebotol Perrier, ia melihat sekumpulan orang tua di Sunset, mendorong Maclarens dan menggunakan Baby Bjorns. “Lihat,” ia menunjuk mereka, dengan sangat gembira. “Mereka adalah klien saya!” Sejak menulis An Awesome Book! tiga tahun yang lalu untuk anak laki-lakinya yang berumur 5 tahun bernama Audio Science (ibunya adalah aktris Shannyn Sossamon), Clayton yang berumur 30 tahun telah menjadi pujaan bagi bacaan anak di seluruh dunia. Dengan pesona seorang penulis yang seperti menggabungkan antara Iggy Pop dan Dr. Seuss, ia melakukan tur dengan mobil vannya, membagi-bagikan bukunya dan majalah yang ia buat sendiri. “Ketika saya pindah ke L.A., saya mulai untuk menjual majalah di jalanan, bukannya mencari pekerjaan. Pada dasarnya itu merupakan kebodohan anak berumur 19 tahun yang menggembor-gemborkan Hollywood dan hal-hal seperti itu.” Skater dengan rambut acak-acakan dan senyum yang lebar menjual puisi yang berisi pengakuan di jalanan? Itu hanyalah sebuah skenario yang Angelenos (orang-orang yang tinggal di Los Angeles) sukai. “Pada dasarnya saya menulis sebanyak yang bisa saya tulis agar tidak mendapat pekerjaan sesungguhnya dan untuk bersenangsenang dengan teman-teman saya dan berbuat gila dan bersenangsenang,” jelasnya. Setelah An Awesome Book! ditolak oleh penerbit, Clayton memutuskan untuk menerbitkannya sendiri dan mulai untuk mempromosikannya secara online. Hasilnya adalah penjualan yang banyak. Dengan gambar Clayton yang simple dan berwarna-warni dan pesannya yang simple “mimpi yang besar” buku ini – dan penulisnya – terkenal dengan cepat. “Ini telah menjadi perjalanan yang menarik,” kata Clayton, yang baru-baru ini menandatangani kesepakatan yang menguntungkan dengan Harper Collins dan yang baru-baru ini mengadakan tur bukunya di Amerika. “Saya tidak pernah berpikir untuk menjadi penulis buku anak-anak, namun saya pikir inilah saya.” Dia menghabiskan minuman Perriernya, membereskan rambutnya dengan tangan, dan berkata. “Dan itu sangat hebat.”





Let’s Spin The Crowd, Dude! Sarah Aurora dengan dunia modeling itu biasa, namun jika disandingkan dengan dunia Disc Jockey, itu baru luar biasa. Teks: Maesa Nicholas Fotografi: Onik (Rebellionik)

(Kringgg!) Siang itu telepon di atas meja kerja saya berdering, mengabarkan bahwa seseorang telah menunggu saya di lantai satu di kantor Nylon. Saat saya turun ke bawah, dari kejauhan saya melihat sesosok wanita muda berambut panjang dengan postur tubuh yang tinggi menjulang berdiri mengenakan kaca mata hitam tepat di depan pintu receptionist. Dalam hati saya sekilas berkata, “Cewek ini gayanya Nylon banget” (ucapan ini kerap kali kami lontarkan ketika melihat orang yang bergaya cukup edgy dan berani). Dengan mengenakan tank top bercorak warna hitam, celana pendek bahan jeans, dan sneaker warna pink yang cukup menyolok di suatu siang yang terbilang sangat panas dan terik tersebut, saya langsung dapat menarik kesimpulan bahwa ini adalah wanita yang saya harapkan untuk datang pada sesi wawancara dan pemotretan untuk Nylon Guys hari itu, Sarah Aurora. Honestly speaking, sebelumnya saya tidak tahu siapa Sarah Aurora. Hingga pada suatu hari ketika tim Nylon Guys sedang mengadakan rapat redaksi (yang juga menjadi rapat redaksi saya terakhir mungkin) untuk menentukan siapakah kandidat yang layak untuk mengisi artikel Genius ini, beberapa nama pun muncul, akan tetapi tiba-tiba di ruangan tersebut ada seseorang berteriak dengan kencang, “Sarah Aurora, ya dia yang cocok untuk jadi profil kita kali ini yang bertema party”, apperently suara itu keluar dari seorang Thania Muljadi, yang juga salah satu tim dari Nylon. Setelah itu, saya langsung mencari tahu siapakah Sarah Aurora. Dan setalah menimbang dengan matang beberapa kandidat, finally, memang dialah yang tepat. Di ruang meeting tempat saya melakukan wawancara tersebut, tanpa banyak basa-basi saya langsung menanyakan pertanyaan yang terbilang gamblang, “Siapa sih Sarah Aurora itu?”- suasana tegang pun akhirnya mencair dengan respon Sarah yang langsung tertawa mendengar pertanyaan saya tersebut, dan saat itu saya yakin wawancara ini akan menjadi waktu yang sangat santai (misi saya berhasil). Jawaban dari pertanyaan itu sangat sederhana, “Orang biasa”, sahut Sarah. Karir Sarah awalnya dimulai dengan modeling pada tahun 2005 silam di bawah asuhan Adji Notonegoro, maka dari itu tidak heran postur tubuhnya sangat indah dilihat. Awalnya Sarah pun tidak mengira dirinya akan bergulat di dunia modeling ini karena ia menilai karakternya yang tomboy sangatlah jauh dari dunia tersebut. Namun berkat sekolah modeling yang diikutinya Sarah akhirnya sukses mengikuti banyak fashion show dan pemotretan. Cukup mengenai karir Sarah di dunia modeling, karena bukan itu yang akan saya bahas dalam artikel ini, namun karirnya sebagai seorang Disc Jockey. Sarah Aurora dan Disc Jockey, cukup mengejutkan, akan tetapi itulah kenyataannya. “Awalnya DJ Riri mengajak

024

saya nge-DJ bersama dengan tim Spinach dan saya tidak menolaknya”, tandas Sarah ketika ditanya mengenai bagaimana pertama kali ia memikirkan untuk menjadi seorang DJ. Menjadi seorang DJ bagi Sarah bukanlah hal yang ‘aji mumpung’, karena memang sejak dulu Sarah sudah menyukai musik, dan musik yang paling ia senangi adalah electro, no wonder she became a DJ, right? Dari ajakan itulah, akhirnya Sarah mengikuti sekolah DJ dan mengasah kemampuannya lebih lagi. Tidak memerlukan waktu yang lama bagi Sarah untuk menjadi DJ, hanya dalam waktu enam bulan saja akhirnya ia langsung dapat bermain. “Pertama kali nge-spin plat gue deg-degan banget, tapi mau nggak mau harus dijalanin, tapi sukses juga”, kata Sarah yang mengakui pengalaman pertamanya bermain di Barcode, Kemang. Akan tetapi pengalaman tersebut buat Sarah hanyalah untuk melatih mental saja sebelum terjun lebih dalam lagi. Dan akhirnya Sarah pun mendeklarasikan dirinya sebagai seorang DJ profesional di Immigrant. Menjadi seorang DJ profesional tidaklah mudah bagi Sarah. Pengetahuan akan lagu, ritme, latihan yang giat, serta update akan lagu-lagu barupun menjadi kunci dalam menjadi DJ yang handal, selain harus mengeksplorasi karakter akan berbeda dari yang lainnya. “Membuat crowd happy dan menikmati lagu-lagu yang dimainkan merupakan tolak ukur kesuksesan dari seorang DJ”, kata Sarah ketika ditanya tantangan terbesar dalam menjalankan pekerjaannya tersebut. Wanita

berdarah Indo-Belanda mengaku bahwa Steve Aoki merupakan sosok DJ yang ia sukai dan banyak mendengarkan lagu-lagunya, tidak heran Sarah terbilang cepat menempuh karirnya. Saat ini, Sarah tidak hanya nge-DJ di Jakarta saja, ia pun melebarkan sayapnya ke beberapa kota di Indonesia, seperti Surabaya, Bali, Malang , dan beberapa kota lainnya. Sarah sendiri memiliki cita-cita yang sangat ingin sekali ia wujudkan yang tidak lain dan tidak bukan adalah bermain di Ibiza, Spanyol. Tetapi perjalanan kesana mungkin tidak akan membutuhkan waktu yang lama lagi, karena tahun depan Sarah berencana bermain di Singapura, Amsterdam, dan Los Angeles. Pekerjaan sebagai seorang DJ tidak membuat pencitraan seorang Sarah Aurora hanya sebatas hal tersebut saja. Kalau lebih mengenal Sarah secara dekat, Anda mungkin akan menyukai kepribadiannya. Pasalnya, Sarah adalah seorang wanita yang lebih meluangkan waktunya di rumah, berkumpul bersama keluarga, dan membaca buku. Disaat-saat itulah, Sarah mengaku dapat mendapatkan keseimbangan antara pekerjaan rutin dan kehidupan pribadinya. Satu hal yang sangat menyentuh bagi saya, diakhir wawancara saya dengannya ia menyelipkan pesan yang sangat penting bahwa menjadi diri sendiri, menantang diri dengan segala sesuatu yang positif dalam bekerja, dan tetap berdoa. Inilah Sarah Aurora.



HERE THEY Langkah ‘gila’ yang akan Big Daddy Production lakukan membuat persaingan ini semakin ketat dalam memicu daya kreatifitas. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Ka Kromodimuljo.

COME!

Semua orang bertanya, siapakah promotor Big Daddy ini? Kenapa dalam waktu berdekatan mereka nekat untuk membuat deretan konser yang mendatangkan musisi-musisi bertaraf legenda? Hari wawancara saya itu seperti menunggu seorang tokoh yang hanya dapat bertemu satu menit saja. Well its true though, temu wawancara ini sudah saya atur lebih dari dua minggu. They’re super busy. Tidak apa-apa, mengingat jadwal persiapan mereka untuk mengguncang Jakarta pada akhir tahun dan 2012 nanti, tentunya dengan daftar musisi yang ‘tak biasa’ itu. Ketika saya dapat bertemu dengan mereka, sayangnya owner Big Daddy tak dapat hadir. Jacqueline Liong selaku Sponsorship and Marketing Director mengambil alih wawancara ini. Big Daddy atau PT. Prima Java Kreasi awalnya tidak sama sekali terpikirkan untuk menjadi sebuah jasa promotor yang besar. Mereka hanya membantu promotor-promotor yang ada saja di bagian investor. Hanya pure business division semata. “Pada perjalanannya, tim kami ternyata keterusan nyangkut di bidang promotor. Ada promotor mengalami berbagai problem funding larinya ke kita. Mau nggak mau kita jadi terlibat kegiatan promotor secara keseluruhan,” jelas Jacqueline. Dimulai dari membawa acara konser Disney Live dan Disney On Ice, Feld Entertainment memberikan mereka kepercayaan penuh untuk terus menjalankan acaraacara Disney di Indonesia, “Feld sangat puas atas

026

hasil kerja kami, dan mereka berkata kami cukup professional sebagai promotor, alhasil kami mendapat kontrak panjang,” jelasnya kembali. Mereka resmi berdiri di tahun 2010, bergerak di promotor bidang family show yang ternyata belum memuaskan mimpi mereka kedepan, “Kami tidak mau menetap disitu saja, akhirnya Big Daddy memutuskan ingin menjadi one stop entertainment, dari musik, sport sampai orang-orang perfilman. Seperti contoh kemarin kita membawa Richard Gere ke Borobudur. Belum mimpi kami untuk membuat festival musik, kaya Big Wave Festival kemarin, itu pemanasan buat kami untuk tahun depan seperti apa kesiapannya,” serunya. Satu lagi, mereka telah tanda tangan dengan klub sepak bola ternama dari Inggris, Liverpool FC, untuk mendirikan sekolah sepak bola berskala internasional di tujuh wilayah Indonesia. 10 show resmi confirmed sampai Oktober 2012 nanti, apa yng membuat ide gila

ini sampai bisa tercapai, Jacqueline pun berkomentar, “Kalau jadi awal tahun depan Big Daddy akan menjadi perusahaan terbuka (IPO), dan kita harus punya line up yang menjanjikan kalau orang ingin membeli saham kita nantinya.” Target dana untuk membiayai aktivitas konser, pendidikan, dan investasi infrastruktur itu harus didapat sebesar 300 milliar. Michael Rusli sebagai Presiden Direktur Big Daddy is no kidding making something big, really big! Incaran mereka memang selama ini megamega artist yang belum pernah datang, saya pun meminta bocoran apa saja yang mereka sudah lama incar namun belum kepegang sama sekali, lalu tersebutlah lady Gaga, Madonna, U2 dan Celine Dion. “Keempatnya memang sudah ada di daftar kami, tetapi harga dan venue masih dalam pertimbangan,” jelasnya. Dibalik rencana besar ini, banyak pendukung internal yang tak bisa dianggap remeh. Big Daddy mempunyai tim yang sangat sudah berpengalaman, funding yang sudah estabalished, itu dan Feld Entertainment yang mereferensikan mereka pada agen-agen luar. Maka Big Daddy mampu mendatangkan tujuh musisi event kelas dunia di tahun 2011 dengan total nilai kontrak sekitar lima juta dollar. Ya, salah satunya Linkin Park, 21 September lalu di Gelora Bung Karno yang menuai sukses besar sebagai konser musik perdana mereka. Daftar event itu berlanjut kepada Disney Live Mickey’s Music Festival, Elton John, Richard Marx, Chris Brown, Simple Plan, Rod Stewart, Phantom of The Opera (selama tiga minggu), Roxette, Disney On Ice, dan Cirque Du Soleil. “Komitmen yang kami beri, ketertiban yang kami tetapkan, walau ada yang tidak menguntungkan, bagi kita itu nggak apa-apa, asalkan penonton puas, karena tiket kita sedikit mahal tapi sekali lagi kita komit memberi yang terbaik. Jadi penonton datang nggak hanya nonton tiang gitu loh haha..”



on the loose Dengan creative agency-nya, LOOSEWORLD, Skyler Gross akan berpesta. Teks: Lisa Roolant. Fotografi: Justin Chung

“Saya ingin membuat pesta di New York untuk anak-anak yang telah bekerja keras,” kata Syler Gross, yang mana memiliki ide untuk membuat creative agency, LOOSEWORLD. “Saya membayar teman kamar adik saya sebanyak $200 untuk membuat blog. Saya tidak memiliki cukup konsep pada saat itu.” Saat ini, dua tahun setelahnya, seorang berumur 24 tahun tersebut menunjukan kepada saya kantor pusatnya di Flatiron District, Manhattan. Kantornya dipenuhi dengan alat-alat digital dan

028

barang-barang yang berantakan, memperlihatkan dengan jelas bahwa tim yang berisi dengan orang-orang kreatif berumur 20an ini telah bekerja keras. Gross meminta maaf karena kantornya yang berantakan. “Akhir-akhir ini sungguh sangat sibuk,” jelasnya, manarik topinya yang berwarna turquoise dengan tulisan STAY LOOSE berwarna putih. Gross dan produser Dane Reiley mulai membuat rencana untuk LOOSEWORLD saat mereka menjadi mahasiswa di salah satu universitas di New York, Tisch School of the Art. Tapi itu belum dapat terwujud sebelum Brian Whitton, lulusan Gallatin dari Long Island menghampiri

mereka dengan naskah komedi film pendek Cooking With Dad yang cocok dijadikan konsep perusahaan mereka: kombinasi dari orang-orang kreatif dan seniman yang bekerja bersama-sama. Awalnya fokus mereka adalah membuat video musik dan komedi, seperti film seri yang ditayangkan di internet, The Fuzz (mirip dengan Sesame Street yang dibuat kembali menjadi

drama mengenai obat-obatan dan kriminal), dan akhirnya menjadi alat branding. Ketika duo elektro-pop Chiddy Bang datang (kru LOOSEWORLD sedang berada di lokasi shooting Reggie Watts, Fuck Shit Stack), mereka bertiga menyadari bahwa mereka mengambil keputusan yang tepat. Tidak lama setelah itu, mereka berada di lokasi video klip Chiddy Bang “Opposite of Adults.” Kerja keras mereka akhirnya terbayar dan menempatkan mereka dalam MTV Woodie Award untuk kategori Best Video of the Year. Tidak lama sebelumnya, EMI menempatkan mereka untuk keg-

Bo Burnham (untuk Comedy Central), dan memproduksi kampanye iklan untuk Saatchi & Saatchi. Pada dasarnya, perusahaan yang mereka bangun berdasarkan ide dari Gross. “Acaranya merupakan jenis acara yang akan kami datangi, namun sekarang berubah menjadi acara yang kami organisir sendiri,” katanya. Acaranya, nosfeROCKtu (yang membayar seseorang untuk berbagai acara, dari acara demonstrasi hingga filmvampir Nosferatu), contohnya, menampilkan band untuk bermain pada silent film. “Seseorang

iatan online Chiddy Bang dengan yang melakukan hal kreatif adalah seseorang yang kami membuat video mixtape, yang inginkan untuk bekerjasama,” mana memberikan kesempatan kepada tiga orang ini untuk mem- kata Gross. “Dua tahun lalu, kami adalah tiga orang yang buat para senimannya bekerja. duduk di sofa, dan sekarang “Label (EMI) ini mengatakan bahwa setiap director mempunyai kami mengerjakan pekerjaan besar untuk label major dan tiga jam untuk membuat keseluperusahaan-perusahaan ruhan video,” kata Gross sambil internasional.” Ia tersenyum. meminum kopinya. “Itu menun“Saya tidak sabar mengejukan kerja LOOSEWORLD. tahui apa yang akan kami Saya sangat takjub.” Sejak itu, lakukan tahun depan.” tim LOOSEWORLD telah memproduksi dan membuat video untuk Funny or Die, komedi musikal



WHEN UNDERGROUND MEETS ROOFTOP

Kemacetan setelah jam kerja adalah satu hal yang sudah tidak asing lagi bagi warga Jakarta. Hal ini kerap kali membuat kita membutuhkan sebuah penyegaran ditengah hectic-nya aktivitas yang tanpa henti. Untuk sebagian orang, musik bias senantiasa menjadi hal yang esensial untuk memberi rasa senang pada diri individunya. Dan Rossi Music adalah sebuah tempat yang tepat untuk melepas kepenatan dengan caranya yang berbeda. Rossi Music merupakan destinasi siapa pun yang ingin bertengger, tak terkecuali. Lokasinya berada dibilangan Fatmawati, Jakarta Selatan. Tempat ini memiliki sekolah musik, record studio, dan venue untuk acara dilantai paling atasnya sebagai korelasi untuk industri musik yang sehat. Rossi Music juga memiliki acara-acara rutin disetiap minggunya, yang salah satu yang terdengar paling marak adalah Live at Rossi. “Live at Rossi diadakan setiap 2 minggu sekali, setiap hari rabu. Kami memilih hari rabu, karena kami ingin menawarkan sebuah perfect gateaway dari kebisingan dipertengahan minggu. Musik, live perfomance, booze, memandangi kemacetan dari rooftop venue… Itulah simple pleasure yang kami tawarkan.” Ujar Abim, salah seorang perwakilan dari tim dibalik kesuksesan Rossi. Abim juga menekankan bahwa Live at Rossi sendiri dibuat dengan sangat konseptual dan wellprogrammed. Terlalu sensitif apabila acara ini disebut party, karena lebih cenderung sebagai sebuah gig atau celebration dengan tema-tema tertentu. Acara ini juga digunakan sebagai media atau jembatan untuk mengembangkan karakter dan identitas Jakarta melalui musik. Dengan tampilan venue yang baru, Live at Rossi juga diharapkan bisa menjadi sebuah sarana bagi industri musik sehat untuk kaum minoritas melalui elemen-elemen yang mereka coba untuk bangun secara spesifik. Elemen-elemen yang dimaksud adalah jenis musik, konteks, venue, pertujukan, dan orang-orang didalamnya sendiri. “Live at Rossi adalah meeting point dari bertemunya para musisi, seniman, produser, record engineer, penikmat musik, dan yang lainnya.” Live at Rossi telah menjadi agenda rutin Rossi Music selama 2 tahun terakhir. Pertama kali diadakan pada bulan Juni tahun 2009, dengan tujuan utama

030

lokasi: rossi music

ROSSI MUSIC BENAR-BENAR MENAWARKAN ‘LIBURAN’. NOW YOU GET CURIOUS, RIGHT? WE’LL SEE YOU ON THE TOP OF THE ROOF! TEKS: ANNA APRITA. FOTOgrafi: PHILEA ADHANTI DAN ROSSI. yaitu education dan sharing for youth. Abim percaya, bahwa musik bisa merubah pola pikir dan sebagai kadar intelektual. “Music is about feeling, you know where you belong.” Jelasnya. “Ada performance dari beberapa band dan 2 DJ dengan plat-plat rare yang mengisi setiap Live at Rossi. Genre-nya pun bebas dan beragam. Kami cukup mengatur program dan jadwal genre-genre musik yang akan kami suguhkan disetiap acaranya. Selain sebagai tempat untuk melepas penat, dan ajang berkumpul, kami juga ingin Live at Rossi bisa berbagi tentang sejarah-sejarah musik sebagai ilmu pengetahuan untuk para pengunjungnya. Karena semakin kita tahu banyak, semakin banyak pula yang kita tidak tahu.” Tutur Abim panjang lebar. Untuk beberapa bulan terakhir, acara Live at Rossi ini sedang mengalami masa ‘libur’nya. “Kami sedang mencoba untuk membuat program baru yang lebih menantang dan eksploratif dari yang sudah ada. Untuk sementara ini space waktu untuk Live at Rossi diisi dengan acara musik Reggae yang tidak kalah seru. Kita bias bergoyang sambil menikmati musik dan minuman yang tersedia dengan harga yang sangat terjangkau. Dan satu lagi, acara-acara ini gratis.” Di balik acara ini, Abim dibantu oleh 7 orang temannya yang tergabung atas sebuah tim diluar dari komunitas atau kelompok tertentu. “It’s not a party, it’s a research for a better living.” Ucap Abim seraya menutup perbincangan malam itu.



get this: style

Literally Good Shoes

Tod’s x Ferrari Gommini

Tod’s berkolaborasi dengan Ferrari mengeluarkan koleksi Gommini terbarunya dengan desain elegant. Sepatu handmade ini dibuat untuk memberikan kenyamanan saat menyetir dan membuat anda tetap terlihat stylish.

Kikkerland Samurai Umbrella

THE ORIGINAL

[news]

032

Wrangler dan 707 Kemang menggelar sebuah private event benama “Bluebell” Heritage untuk memperkenalkan Koleksi Fall/Winter 2011 mereka. Koleksi “Bluebell” dibuat khusus dari heritage fabrics dengan authentic details,digabungkan dengan desain heritage serta ditambahkan sentuhan modern sehingga tidak aneh bila para pecinta denim di Indonesia memburu koleksi terbatas ini. Acara yang diadakan pada tanggal 29 September 2011 ini dipandu oleh Nic Schaefer dari 707 dan Ade Habibie serta dimeriahkan dengan live DJ set dari DJ Dipha & Indigo. Selain mengadakan denim showcase, Wrangler menggelar Q&A dengan denim collectors dan experts serta pembagian giveaways Bluebell Denim kepada dua undangan yang beruntung.

teks oleh: nia tantri

Ingin tetap terlihat cool saat musim hujan? Payung dengan desain Samurai ini dapat melindungi anda dalam cuaca sekarang ini. Diambil dari senjata tradisional Jepang Wakizashi (pedang pendek) serta dilengkapi dengan tombol membuat payung ini mudah untuk dibawa dan digunakan. Available at Kinokuniya.

TOPMAN Triangle Black Collar Tips

Topman mengeluarkan aksesori untuk menghiasi kerah anda. Aksesori dengan bentuk segitiga berwarna hitam ini cocok dipakai pada acara formal dan semi-formal. Terbuat dari plastik sehingga mudah digunakan.

GIVENCHY Rottweiler Sweatshirt

Hewan dengan muka seram dan gigi tajam ini merupakan icon koleksi Fall/Winter Givenchy tahun ini. Sweater hitam dengan desain Rottweiler ini muncul dengan koleksi Givenchy lainnya yakni jumper dan t-shirt.

Design your own shoes! Indonesia sepertinya tidak akan kehabisan sepatu buatan dalam negeri. Kali ini Portee Goodshoes mengeluarkan sepatu dengan desain klasik yang dapat dipakai untuk acara formal maupun semi-formal. Brand lokal ini memberikan kesempatan untuk mendesain sepatu sesuai dengan gaya yang diinginkan. Model dasar

yg ditawarkan oleh Portee Goodshoes adalah 5 hole derby dan 3 hole chukka. Dari 5 hole derby ini dapat dibuat menjadi derby wingtip, derby long wing, derby captoe dan derby saddle shoes. Begitu pula dengan 3 hole chukka, dapat dibuat menjadi chukka wingtip, chukka captoe dan chukka saddle shoes. Selain itu warna sepatu dan sol juga dapat dipilih sendiri.

MEGATRON SIGHT

Bagi para pecinta fashion dan film 3D, sekarang dapat menikmati film 3D dengan tetap tampil gaya. Optik Seis memperkenalkan dua jenis Oakley Gascan 3D Transformer limited edition yang dapat kalian pilih. Edisi unik ini menyajikan gambar grafis yang terinspirasi dari film Transformer. Direpresentasikan dengan warna ikon yang berbeda pada tiap sisinya, yakni Optimus Prime dan Megatron. Kacamata ini dilengkapi pula dengan teknologi O Matter yang memberikan kenyamanan saat menggunakannya dan sengaja didesain dengan materi yang sangat ringan sehingga dapat digunakan untuk menonton film di bioskop-bioskop yang menggunakan teknologi digital RealID atau dapat digunakan untuk menonton televisi yang menggunakan teknologi passive-3D TV.



EYE NEED THIS! sporty attraction

[news] Giorgio Armani selalu tahu apa yang dibutuhkan pria. Belum lama ini, Armani kembali menambah koleksi parfumnya yang diberi nama Armani Code Sport. Parfum yang mengikuti kesuksesan parfum Armani sebelumnya, Armani Code, terinspirasi dari ketertarikan yang kuat antara pria dan wanita. Armani Code Sport dibuat khusus dengan aroma maskulin dan clean dan dikemas dengan botol yang mudah untuk dibawa. Wangi yang tercium pertama kali adalah wangi lemon dan tiga jenis mint; wild mint, spearmint, dan peppermint. Setelah itu akan tercium wangi citrus dan wangi terakhir yang muncul adalah wangi vetiver. Tersedia dalam ukuran 1.7 oz dan 2.5 oz.

034

teks oleh: nia tantri

One-stop solution, Itulah yang ditawarkan oleh Olay melalui rangkaian produk terbarunya, yakni Olay Men Solutions: MultiSolution Eye Gel. Perawatan wajah dengan cepat dan instant bagi para pria yang sibuk. Untuk para pria yang hidup di daerah perkotaan, polusi, tingkat stress, gaya hidup dapat mengakibatkan wajah menjadi kusam, termasuk di dae-

rah mata. Salah satu produk Olay Men Solutions yang dapat membantu menyegarkan dengan formula ringan dan tidak lengket. Mengandung sari ginseng, vitamin B5, dan ekstrak ketimun serta dikombinasikan dengan tekstur gel yang segar sehingga dapat menurangi lingkaran hitam di bawah mata. Dibuat khusus untuk melembapkan dan menyegarkan area mata.

getTRENDSETTER this: THE BODY SHOP White Musk Sport Deodorant

White Musk Sport Antiperspirant Deodorant ini mengandung grapefruit yang menyegarkan serta lemon dan amber yang sensual. Dengan tambahan aloe vera membantu untuk memberikan kesegaran pada permukaan kulit. Gunakan deodorant ini untuk membantu mengurangi keringat yang berlebihan sekaligus memberikan aroma maskulin yang menggoda.

Gillette Scrub

Gunakan Gillette Scrub untuk mengangkat kulit mati dengan teknologi Microbeadsnya. Struktur surfaktan lembut dengan konsentrat yang kuat membersihkan secara cepat sehingga tidak meninggalkan residu setelah dibilas. Mengandung ekstrak Aloe Vera yang membantu untuk melembapkan kulit.

PURPLE RINSE Tidak perlu repot untuk mendapatkan mulut yang bebas kuman dan bakteri. Listerine kembali hadir dengan produk perawatan mulut yang paling lengkap. Listerine Total Care Zero, produk bebas alkohol dengan warna ungu ini sengaja dirancang untuk produk perawatan mulut all-in-one yang dapat mencegah lubang, memperkuat gigi, membunuh kuman penyebab bau mulut, mengembalikan jaringan gigi yang rusak, dan menyegarkan nafas.

KIEHL’S Cross-Terrain All-In-One Refueling Wash

Perawatan untuk rambut dan tubuh dalam satu kemasan tanpa membuat kulit menjadi kering. Mengandung kelapa untuk membersihkan dan aloe vera untuk melembabkan. Dipadu dengan menthol, Vitamin E, dan citrus oil untuk memberi sensasi menyegarkan dan memberikan aroma yang menenangkan.

MUJI NOSE CARE

Muji mengeluarkan produk terbarunya untuk perawatan hidung dengan desain clean dan simpel. Dilengkapi dengan pisau pada bagian dalam sehingga aman untuk digunakan. Gunakan Muji Nose care ini untuk merapikan tampilan bulu hidung.


035

Plaza Indonesia mendedikasikan bulan September lalu untuk para pria dengan mengadakan “Men’s Fashion Week” yang digelar selama empat hari bertempat di Area Multifunction Hall level 2. Gelaran fashion show dari brand-brand busana pria ini

menyuguhkan koleksi Fall/Winter 2012 terbaru serta berbagai koleksi aksesoris pria. Di tahun keduanya, Plaza Indonesia menggandeng brand yang lebih beragam, diantaranya adalah KENZO, ETRO, Superdry, The Goods Dept., H.E. by MANGO, ZARA, (X).S.M.L, dan Jean Paul Gaultier. Pada tanggal 20 September 2011, NYLON Guys berkesempatan untuk menghadiri beberapa fashion show, seperti Superdry dan The Goods Dept. Acara dimulai pada pukul 18.00 dengan menghadirkan koleksi ready-to-wear terbaru dari Superdry. Brand asal Inggris ini menampilkan koleksinya dengan pilihan warna-warna beragam yang sesuai dengan ciri khasnya. Masih tetap dengan tema casual, Superdry hadir dengan tema Colorado seperti jaket parasut yang ditambah dengan aksen bulu, flannel shirts, knit shawl yang keren, dan beberapa koleksi lainnya yang diberikan sentuhan military. Overall, koleksi Fall/Winter 2011 dari Superdry will pop your casual style. Acara berikutnya dimulai pada pukul 19.30 dan menampilkan berbagai koleksi dari brand-brand desainer lokal di bawah The Goods Dept. Tema yang diangkat oleh The Goods Dept. adalah ‘Geeks and Freaks’. Sekilas, tema yang diangkat ini terdengar sangat unik – and weird in a

Teks: Nia Tantri. Fotografi: Luca Knegtering

ighway runway

[ ne w s ]

good way. Menurut mereka, tema ‘Geeks and Freaks’ ini sengaja diangkat karena keunikannya. Sebanyak 42 brand berhasil di mix and match sehingga menghasilkan berbagai look yang extraordinary. Berbagai padanan mulai dari short, shirt, blazer, hingga nordic sweater ditampilkan malam itu. And, who says you can’t be a cool-geek or a cool-freak at the same time?


bookmark:

Cultural History Di dalam buku Retromania, kritikus asal Inggris Simon Reynolds sangatlah khawatir dengan kita (generasi sekarang) menyandu masa lalu pop culture. Ini semua mengenai satu sisi dari observasi kultur (menghubungi semua dari Rock and Roll Hall of Fame sampai penggila kaset underground), satu sisi mengenai perangkap polemik, dan satu sisi mengenai pandangan atau bisa juga dikatakan ‘curhat’ pribadi sang pengarang mengenai bertumbuh dewasa. Dengan kata lain, sebuah buku versi panjangnya lagu LCD Soundsystem “Losing My Edge�. KHIVA ISKAK

filmstrip:

We Need To Watch About Massacre

[news]

Entah kenapa film-film Eropa kini sedang bangkit, seperti film We Need to Talk About Kevin yang mendapat pujian banyak dari para kritikus di Festival Film Cannes 2011. Mengapa? Kalau sudah mendengar berita mengenai anak murid sekolah menengah hampir membunuh semua murid disekolahnya, pasti tidak ada kata lain selain membangkitkan bulu kuduk. Film yang diadaptasi dari novel Lionel Shiriver dengan judul yang sama memfokuskan cerita Eva, sang Ibu (Tilda Swinton) yang depresi dan bully tiada henti dari masyrakat setelah kejadian anaknya, Kevin, membunuh massal para murid di sekolahnya. Eva bertanyatanya apa yang salah dengan Kevin, mereka adalah keluarga bahagia, ia pun diasuh dengan baik. What went wrong adalah garis besar yang dipertontonkan di film ini. Dan permainan Tilda Swinton adalah akting terbaiknya selama ia berkarir.

KHIVA ISKAK

036

Got Nerve? Jangan merengek dengan keadaan sekarang yang serba tidak menentu di negara kita. Mimpi itu harus dibuat setinggi mungkin, bahkan kalau perlu keluarkan sisi nekat yang selama ini terpendam. Apalagi bercita-cita menjadi seorang filmmaker. Berani adalah jawabannya. Well, setidaknya itu apa yang dikatakan oleh Robert Rodriguez (Desperado, Planet Terror, Machete), sang sutradara melakukan aksi nekat di dalam bukunya yang berjudul Rebel Without a Crew. We know, buku ini sudah sedikit tua (1995), namun kontennya abadi. Bisa dibayangkan perjalanan Rodriguez dalam format diari, ia menceritakan bagaimana dirinya menggalang

dana untuk film El Mariachi (film pertamanya). Lucunya ia sampai rela untuk menjadi relawan riset di sebuah medikal klinik. Kalau sudah berani mengatakan cinta untuk film, ia mengatakan bahkan resiko nyawa pun harus diperhitungkan. KHIVA ISKAK


sepeda motor), Irvan Hermawan inovator Stapack (box untuk makanan siap saji yang mengadopsi dari bentuk rantang) dan Adityo & Christian Yulianto inovator Gundu Stadium (permainan tradisional, gundu yang didesain portable). Keempat penghargaan ini diberikan kepada para pemenang yang merupakan hasil pilihan dewan juri yang terdiri dari Ade Darmawan, Bre Redana, Diana Mochdie, Eko Prawoto, Emir Hakim, Leonard Theosabrata, Sigi Wimala, Yoris Sebastian, dan Zinnia. Selain itu, Lukni Burhanuddin Ahmad diberikan penghar-

Teks: Nia Tantri Forotgrafi: eksklusif milik Djarum

gaan sebagai pemenang favorit atas karyanya yang diberi nama My Turn! (alternatif pengganti dadu untuk bermain ular tangga, monopoli, ludo, dsb) yang dipilih melalui voting terbanyak di situs www. blackxperience.com. Yang berbeda dari tahuntahun sebelumnya, tahun ini Djarum menyediakan Activity Booth “Touch and Be Innovative”. Media touch screen ini

disediakan untuk pengunjung untuk meng-explore and experience tentang BIA 2011. Tidak hanya itu, di sisi panggung juga disediakan Innovation Room yang dapat digunakan untuk aktifitas augmented reality. Yang pasti, event yang dis-

elenggarakan Djarum Black untuk yang kelima kalinya ini sukses melahirkan para inovator muda tanah air dengan karyakaryanya yang orisinil.

[news]

“Innovation distinguishes between a leader and a follower.” - Steve Jobs. Rasanya kalimat dari Steve Jobs ini dapat dijadikan acuan para kaum muda untuk berani berinovasi. Lewat Black Innovation Awards (BIA), Djarum mencoba mewadahi para inovator muda dengan karya orisinil yang diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan yang ada di masyarakat saat ini. Tanggal 24 September lalu, bertempat di Cilandak Town Square (Citos), Djarum memberikan empat penghargaan kepada lima orang dengan karya-karyanya yang kreatif, diantaranya adalah Tiko Prabatha inovator Stanporti (portable bike stand), Tri Andriano Ibrahim inovator Piikey (kunci helm pada

Black Innovation Awards 2011

037


WORTH TO WATCH: COOLEST Accessories FOR THIS SEASON

TechnoMarine memperkenalkan jam tangan buatan Swiss dengan tipe UF6 Magnum Deep Blue. Dibuat khusus untuk lelaki maskulin dengan desain cleancut yang tegas dan elegan. Terinsipirasi dari keindahan lautan, jam tangan ini muncul dengan warna biru dan hitam yang dibalut

Check out Nixon’s Elite Colection! Jam tangan khusus buatan Swiss dengan bahan keramik dilapisi oleh stainless steel

tahan gores cocok untuk dipadukan dengan gaya casual.

UF6 Magnum Deep Blue THE CERAMIC

dengan bahan Titanium Carbide dan Sapphire Crystal yang tahan gores. Sama seperti Cruise Sport Rave, UF6 Magnum Deep Blue juga memiliki kemampuan water resistant hingga 200 meter dan dilengkapi dengan complementary bracelets.

Cruise Sport Rave

Time is everything. Jam tangan Cruise Sport Rave terbaru dari TechnoMarine dapat memberikan informasi waktu yang akurat. Tampilan Cruise Sport Rave ini memadukan sisi cool dan fun, namun tetap mengusung tema userfriendly. Technomarine menyediakan dua pilihan warna, yakni orange-hitam dan biru-hitam. Keduanya dilengkapi dengan complementary bracelets yang dapat diganti sesuai dengan kepribadianmu. Selain itu, jam tangan ini memiliki kemampuan water resistant hingga 200 meter sehingga dapat digunakan bagi pecinta olahraga air.

[news]

038

ini sengaja dibuat untuk menunjang gaya clean-look kalian. Desainnya rapih, tegas, dan modern, ditambah dengan kristal Safir

THE AUTOMATIC Masih dengan ciri khas Nixon, The Automatic menggabungkan gaya klasik dan modern sehingga menciptakan karya yang unik dan menarik. Dibuat dari paduan kristal safir dan baja membuat jam tangan ini tahan terhadap goresan dan memiliki tingkat ketahanan yang tinggi.

THE MAGNACON

Berbeda dari dua koleksi Nixon Elite yang lain, The Magnacon memberikan kesan sporty dan maskulin. Dibuat dengan high-end materials, dengan strap yang terbuat dari nylon dan buckle dengan bahan titanium carbide dilapisi stainless steel yang tahan gores serta fitur timer membuat jam tangan ini sulit untuk ditolak.

teks oleh: nia tantri, fotografi the magnacn, the ceramic, the automatic: milik nixon, cruise rave sport, uf6 magnum deep blue: milik technomarine.

Yang berbeda dari jam tangan lain adalah jam tangan ini bekerja otomatis, you just have to swing your arms once every 36-hours and the watch will run undeterred.


, s l e d o M e t a H e W e v o L d n a ! y t r a P to , but e n o g re a ys a d r e m m Su on Guys the heat is still on. Nyl ass adPool Part y is a one m event!

Oktober tanggal 16 re so Minggu rtama n, untuk pe 2011 kemari n Guys jalah Nylo kalinya ma sebuah mengadakan Indonesia happening p yang cuku y rt pa ol po ”. Hate Models berjudul “I jauh k da ti ng mema Konsepnya rt pa y yang ngan pool x, berbeda de , fun, rela ya sebelumn , ni si di pernah ada pi se sexy! Ta and of cour level. e th up ping we are step nue ve n pemiliha Mulai dari area ol po asi di yang berlok 8 FX – ai nt la ine, dari Indoch m keseruan ngga beraga hi , an rm Sudi

ksi ilkan kole yang menamp ya un ar rb te casual wear a maikan acar ra me ut ik pun ini. part teresting The most in , ah al ad rty of this pa ngah persen te se ir mp ha hadir sore crowd yang mereka yang itu adalah del sebagai mo berprofesi baik lokal di Jakarta, anegara. maupun manc an diktif deng ra nt ko Cukup n? ka bu anya judul acar ’s the main at th , ll We y… of the part e objectiv l de mo ra an pa mengumpulk ng ya y part di sebuah reka inginkan me ng me k da ti knya ya la ingkah untuk bert ma sa anya model, semu matter how no , ni disi u are! gorgeous yo

ri i bagian da yang menjad sudah ng ya Acara party ini. tiga jak pukul dimulai se saat ak nc mu me n sore semaki langit n, lai turu matahari mu , dan ga ng ji njadi Jakarta me Free kin ramai. crowd sema Hai dan dari Bali flow beer & Fudge e dari Crèm ice cream high!) you sugar (to gives an setiap ng ta da di terus bera sa asik berdan crowd yang dan al Ic ingan DJ use. dibawah ir Ho nt me se ri Ba DJ Robin da sh fa ion gi sebuah Ditambah la nd la Coconut Is show dari

[ ne w s ]

039

teks oleh: rezaindra o. fotografi: nylon guys


Arc Experience

Narrow it

[news]

Size doesn’t (always) matter. Kamera Pentax Q membuktikan hal tersebut. Kamera terkecil dan teringan untuk kategori changable lens ini dapat menghasilkan gambar setara dengan kualitas DSLR. Selain itu Pentax Q dilengkapi dengan sensor gambar 12,4 Megapixel CMOS 1/2.3-inch backlit yang mampu menghasilkan 12 bit gambar RAW dan JPG, layar 3-inci LCD dengan resolusi HVGA, built-in flash pop-up, sensor-shift untuk pengurangan goyang, dan mode pemotretan tradisional DSLR seperti Program, Aperture/ Shutter Priority, Metered Manual exposure control, Bokeh Control Filter dan Smart Effects. Meskipun tampak seperti kamera mainan, Pentax Q mirrorless camera memiliki bodi dari bahan magnesium paduan ringan tahan gores, sehingga benar-benar tahan lama. Pentax Q juga mendukung SD / SDHC dan kartu memori SDXC dan menyediakan HDMI output. Pentax Q akan tersedia dalam model warna putih atau hitam dan dikirim dalam lensa Standard kit.

Sony Ericsson kembali menawarkan pengalaman smartphone dengan menyajikan dunia Android dan Sony secara bersamaan. Arc S diadaptasi dari produk Sony Ericsson sebelumnya yakni Experia arc yang telah sukses di pasar. Perbedaannya, Xperia arc S dilengkapi dengan prosesor 1,4GHz yang dapat mengantarkan hiburan hingga 25% lebih cepat dibandingkan dengan Xperia arc. Xperia arc S memberikan fitur start up kamera dan konversi media yang 25% lebih cepat, dan juga render halaman web yang 20% lebih

cepat dibandingkan dengan Xperia™ arc. Selain itu teknologi Sony lainnya yang ditawarkan pada smartphone ini adalah 3D sweep panorama yang dapat langsung diambil dan kemudian diperlihatkan dengan menyambungkan ponsel kepada TV 3D menggunakan output HDMI. Dari segi tampilan, Xperia™ arc S menyediakan resolusi layar tinggi menggunakan Reality Display 4,2 inci dan dilengkapi dengan kamera 8,1 MP dengan kemampuan HD video dan sensor gambar.

hampir semua permukaan, baik karpet, sofa, atau kaca sekalipun. Untuk melengkapi kelebihan yang sudah ada Mouse Microsoft baru bernama Explorer Touch tidak mouse ini juga menjanjikan baterai super lama yang hanya terlihat sangat keren, bertahan hingga 18 bulan. tetapi juga menyertakan Mouse ini tersedia dalam kemampuan sentuh/touch. warna hitam, Storm Gray, Mouse ini memiliki fitur strip scroll canggih untuk melakukan Sangria Red, dan Rust. Mouse navigasi, baik vertikal maupun ini kompatibel dengan Mac dan PC. horisontal. Dengan teknologi BlueTrack yang memungkinkan mouse untuk digunakan pada

Micro Touch

040 teks oleh: nia tantri, fotografi sony ericsson: milik sony ericsson, pentax: milik pentax, microsoft: milik microsoft.


Here’s to champion of the late night games! Kampanye PUMA dengan Tema PUMA Social “Here’s To The After Hours Athlete” yang ramai dibicarakan di Twitter sejak awal musim gugur kemarin akhirnya tiba di Indonesia. Brand apparel asal Jerman ini mengajak para pecinta olahraga untuk membawa kehidupan sosialnya ke tingkat yang lebih tinggi lewat event bertajuk PUMA Social Party pada tanggal 7 Oktober lalu. Bertempat di Bibliotheque, boleh dikatakan bahwa PUMA sukses menggabungkan musik dan sport dalam satu event. Nuansa classic european Bibliotheque berpadu dengan kesan sporty yang menjadi ciri khas PUMA. Di luar venue,

pengunjung dapat bermain mini ping-pong, mini pool, bowling, dan fusball. Tidak ketinggalan pula terdapat photo booth yang menjadi tujuan utama pengunjung. Sedangkan di dalam venue, ornamen PUMA mendominasi dekorasi malam itu, mulai dari manekin yang memakai PUMA head-to toe hingga atapnya yang dipenuhi oleh sepatusepatu PUMA. Penampilan dari Bottlesmoker, Teenage Illionaires, DJ Bone dari

teks oleh: nia tantri, fotografi: Luca Knegtering

Spinach, Chantal Dewi, Resident DJ, and Abigail Larasati malam itu sukses membuat para pengunjung bergoyang menikmati irama yang dimainkan.

[news]

After Hours Expedition


JUNGLE FEVER

Bermodal dengan kecintaan pada lingkungan hijau dan sebuah ide yang sederhana, cukup 10 hari saja sampai soft opening-nya Karnivor dibangun. Karnivor Restoran yang bertemakan hutan di tengah kota, dengan nama Karnivor, yang berarti pemakan daging, membuat inspirasi dekorasi kayu alami, batu-batu dan tumbuhan. Menu makanan yang Karnivor jual pun sesuai dengan namanya. 80% makanan yang Karnivor jual merupakan daging. Ambiance yang menampilkan proses masak di depan tamu, suasana hijau yang nyaman dan relaks, lagu samba latin yang membuat penggemar kuliner ceria, belum lagi harga spesial dan porsi jumbo. Karnivor menggunakan konsep harga Cafe dengan kualitas Resto dimana mengutamakan penampilan makanan dan minuman yang berkualitas. Dimulai dengan steak ala Karnivor, Iga bakar, kebab Libanon, sampai sop buntut khas Karnivor, semua ini harga berkisar 29.000 hingga 45.000 ribu rupiah. Tidak ketinggalan Gorilla Punch dengan porsi gorilla yang membuat terpukau ketika berada di meja Anda. KHIVA ISKAK Jalan R.E.Martadinata No.127 ( Jl.Riau No.127, Bandung) +62 (0) 22 - 7103111

try this:

ONE PACKAGE DEAL

[news]

042

Stylish, warm, and elegant. Tiga kata tersebut mewakili citra Velpa, restaurant cocktail winepost. Keuntungan dari resto ini ialah memiliki rasa kehangatan yang ada ketika Anda memasuki ruangan. Jarang dari ratusan resto yang megah mempunyai unsur seperti ini. Begitu pula dengan menu hidangan yang lebih terbuka, seperti kompilasi makanan autentik becampur dari Eropa dan Asia. Contohnya, satu menu yang menarik seperti Rib Eye and California Roll, penggabungan antara steak dan sushi yang unik. Mungkin melihatnya secara langsung Anda akan bertanya-tanya, namun ketika mencobanya akan tergelitik bahwa ini adalah salah satu menu terbaik milik Velpa. Selain itu ada Tenderloin Steak with Bone Marrow Sauce, dengan sapi impor Amerika memberi kelembutan ketika mengunyah dan tidak meninggalkan kasat di lidah. Tidak lupa bagi Anda yang ingin memenangkan malam kencan Anda dengan seorang wanita, berilah Velpa Charm yang dijamin akan mencairkan suasana. Apalagi dengan wine asal Chille yaitu Chateau Beychevelle , St Julient 05 sebagai penutup hidangan yang astonishing. KHIVA ISKAK Gandaria City Groundfloor Mainstreet MG-43 @VELPA_JAKARTA

fotografi karnivor : dok. karnivor. fotografi velpa: ka kromodimuljo


(chow)

drink this:

Whenever, Wherever, Whatever.. Kita tidak perlu repot lagi mengantri ke coffee shop hanya untuk mendapatakan secangkir kopi yang nikmat. Starbucks kini memanjakan para coffee addict dengan mengeluarkan produk instant coffee unggulan mereka yang bernama Starbucks VIA速 Ready Brew, dengan 2 varian rasa, yaitu Colombia dan Italian Roast. Sebagai mood booster di pagi hari ataupun untuk menemani waktu lembur Anda di kantor, we recommended you to try Italian Roast yang strong, setidaknya satu cangkir kopi ini bisa membuat mata anda terjaga selagi beraktivitas. Dan bagi kalian yang ingin lebih chillin, Colombia coffee sangat nikmat

disajikan dingin dan dinikmati pada sore selepas pulang kerja. Everybody knows that Starbucks Coffee is good! Jadi walaupun namanya instant coffee tetap saja cita rasa dari keaslian biji kopi 100% natural roasted Arabica tidak akan hilang. Melalui proses yang sangat baik, serbuk microground dari Starbucks VIA速 Ready Brew akan tetap terasa nikmat ketika disajikan dengan versi apapun. Siapkan sekotak Starbucks VIA速 Ready Brew (bisa didapatkan di Starbucks Store seluruh Indonesia) yang terdiri dari 3 dan 12 sachet di dalam tas maupun kantong saku Anda dan tidak ada lagi alasan untuk melewatkan momentum coffee time berkualitas Anda kapanpun dan dimanapun.DESTYA HEDIANTIE

space invader:

TWO IN ONE

Jika Anda salah satu penggemar band Superman is Dead dan sedang liburan ke Bali maka tidak ada salahnya jika Anda meluangkan waktu sesaat untuk berkunjung ke salah satu resto dan bar milik Jerinx bernama Twice Bar yang berlokasi di Gang Poppies 2, Legian ini. Gedung yang tidak terlalu besar tersebut memiliki konsep yang terbilang sangat unik, dimana lantai bawah merupakan area bar, sedangkan di lantai atasnya adalah area resto yang dinamai Twice Diner. Lokasinya yang sangat strategis ini menjadikan Twice Bar sebagai salah satu tempat

yang sering dikunjungi baik oleh turis manca negara maupun turis dan orang lokal. Kick Ass Burger, itulah salah satu menu andalan disini yang patut dicoba selain Chicken Coconut yang akan membuat Anda ingin datang kembali. Tidak hanya itu, cobalah juga menu andalan lain seperti Sirloin Steak dan Pasta. Tempat ini juga cocok bagi Anda yang senang kumpul dengan teman, karena setelah perut Anda sudah terisi penuh, Anda dapat turun ke bawah menyaksikan penampilan dari bandband yang seru. MAESA NICHOLAS. fotografi twice bar : evelyn pritt, fotografi starbucks : milik starbucks indonesia

043


FILM INDONESIA TIDAK HANYA BERJAYA DI NEGERI SENDIRI, TAPI HINGGA KE NEGERI SEBERANG.

FILMSTRIP

6th Indonesia Film Festiv Teks: Nadia Pramudita. Fotografi: Hilarius Jason Pratana

[ ne w s ]


val

‘Witness and Be Enchanted’ adalah tagline dari Indonesian Film Festival yang memasuki tahun keenam-nya di Melbourne. Tagline yang tepat karena tahun ini IFF menayangkan film-film yang mencakup berbagai genre dan menarik bagi masyarakat dari berbagai kalangan. Screening dimulai dari tanggal 19 sampai 25 Agustus 2011, kemudian ditambah satu hari lagi karena penikmat film Indonesia di Melbourne yang melebihi kapasitas bioskop. Menariknya, mayoritas

045

penontonnya adalah orang Australia yang memang tertarik dengan dunia perfilman Indonesia. ‘Meet and Greet’ diadakan di Ramen Ya satu hari sebelum 6th IFF resmi dimulai. Acara terasa casual karena para fans berkesempatan untuk makan malam, mengobrol dengan para artis, dan berfoto bersama. Para artis seperti Ario Bayu, Carissa Putri, Piet Pagau, dan Ardina Rasti terlihat sangat menikmati makan malam mereka karena bisa bertemu dengan para penggemarnya di Melbourne. Dalam acara ini, tiket nonton gratis dibagikan bagi para penikmat film Indonesia yang antusias menjawab pertanyaan dari presenter. 6th IFF dibuka dengan opening night yang diselenggarakan di The Cube, ACMI. Tamu-tamu undangan datang untuk meramaikan acara pembukaan ini. Acara dibuka dengan sambutan dari Bapak Hadi Sapto selaku Konsulat Jenderal Indonesia di Melbourne; Bapak Syamsul Lusa, Direktur Film Kementrian Budaya dan Pariwisata; Tony Sweeney, Chief Executive of the Australian Centre for the Moving Image; dan dari tim internal IFF. Acara pembu-

kaan pun dilanjutkan dengan ramah-tamah sebelum pemutaran film pertama dimulai. Malam pertama dimulai dengan International Premiere film ‘Batas’ yang menceritakan tentang kehidupan daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan. “Batas di sini lebih dari sekedar batas geografis yang memisahkan daerah, tetapi juga membahas lebih dalam tentang nasionalisme yang diuji,” ungkap Marcella Zalianty dalam sesi tanya jawab setelah film diputar di ACMI, Federation Square. Film ‘Catatan si Boy’ juga membuktikan kesuksesannya di Melbourne. Film perdana dari sutradara Putrama Tuta ini menjadi film yang paling diminati pelajar Indonesia di Melbourne. Ada pula film-film lain seperti Belkibolang, The Perfect House, Tebus, Payung Merah, dan Rumah Tanpa Jendela yang tidak kalah populernya. 6th IFF pun ditutup dengan film ‘Tanda Tanya’ yang menuai kontroversi saat diputar di Indonesia. Sesi tanya jawab yang dibuka setelah film diputar pun menjadi menarik saat para penonton melontarkan pertanyaanpertanyaan dan pendapat mereka atas film yang ditonton. Suksesnya 6th IFF yang diorganisir oleh pelajar Indonesia di Melbourne, dengan Ronald Wicaksana sebagai Founder & Chairman, Zendi Rizki Tjandra sebagai Co-Founder, serta Yolanda Yasinta sebagai Festival Manager, membawa nama Indonesia ke dunia internasional terutama dalam bidang perfilman. Memang salah satu dari misi IFF adalah untuk memperkenalkan Indonesia. Selain itu, acara seperti ini juga mempererat hubungan komunitas masyarakat Indonesia di Melbourne dan mengingatkan orang Indonesia akan dunia perfilmannya yang pantas dibanggakan. Nantikan kembali Indonesian Film Festival tahun depan untuk filmfilm yang tak kalah menarik!


upcoming :

Got Balls? A glimpse in the mirror of how soccer video game livens our life. Teks: Aditomo M.B

Metal Gear Solid HD Collection Genre : action Platform : X360, PS3 Release date : 8 november 2011

setidaknya merayakan dunia sepakbola. Kecintaan ini tidak terlepas dari dunia videogame. Entah itu di kos-kosan, warung ps, warnet, rumah pribadi, rasanya game yang paling umum dimainkan di negri ini adalah game sepakbola, apapun hardware-nya. The game itself, though, is only half the fun. Game tersebut tidak akan seru jika tidak dimainkan dengan teman. Tidak seperti bermain online, Kalau sudah dua stik

sambil bertahan. Satu per satu pemain dilewati oleh si penyerang, mendekati kotak penalti, melihat peluang depan gawang dan dengan refleks yang lebih cepat daripada menggaruk gatal si penyerang memencet tombol shoot, dan... Goal!. Begitulah kira2 gambaran singkat satu pertandingan videogame sepakbola. Tidak bisa dipungkiri kalau kita tinggal di lingkungan yang cinta sepakbola. Mulai dari pedesaan sampai ibukota semua menikmati atau

atau lebih terhubung maka biasanya saling ejek dan taruhan untuk menambah tingkat keseruan pun digelar. Seperti pengakuan Aray, seorang mahasiswa yang tinggal di rumah kost, “Main PES (Pro Evolution Soccer) tidak taruhan bagaikan makan telur tanpa garam, gan”. Ada juga yang bertaruh tidak menggunakan uang, melainkan segelas bir. “Yang kebobolan harus minum!, makin puas kalau dalam 10 menit pertandingan itu bisa membobol gawang lawan beberapa kali” ujar Da-

[ ne w s ]

Peluit wasit dibunyikan, tanda permainan dimulai. Stadion virtual bergema nyanyian anthem kedua kesebelasan. Kedua gamer yang bertanding memfokuskan pandangan erat-erat ke layar monitor dan dengan lincahnya melakukan senam pada jemari yang memeluk joystick masing-masing, memanipulasi laju bola untuk menembus pertahanan lawan. Sementara lawannya mencari peluang untuk merebut bola

Fans rejoice! MGS 2, MGS 3, dan MGS peace walker akan hadir lagi dalam satu paket dengan grafis HD. Koleksi game mahakarya ini patut dimiliki fans seri MGS dan gamers yang menyukai game action espionage dengan cerita yang dalam dan detail yang luar biasa. Fitur yang paling unik adalah 4 player online coopnya dalam mgs peace walker. Selamat bermain petak umpet dengan senjata api sekali lagi dalam grafik HD! *did I just rhyme?

046


ral, nggak gampang untuk cetak gol di FIFA 12” ujar Oco, Mahasiswa. “Engine barunya, impact engine udah berasa kayak (main bola) beneran,” ujar Ravly yang kerap meracuni fanboy PES untuk beralih ke FIFA. Ada yang bermain game sepakbola karena suka sepakbola, ada yang jadi suka sepakbola karena bermain game sepakbola. Penulis sendiri masuk ke kategori yang kedua dan hanya pernah memainkan FIFA11 dan 12 saja. Whatever you choose to play, its all good as long you’re having a good time, but if you’re not playing soccer video games with your friends, then you’re missing out! *mengambil ponsel lalu mengetik sms berisi : «Sob, nanti jangan lupa bawa joystick ya..»

upcoming 2 :

Final Fantasy XIII-2 Genre : RPG Platform : X360, PS3 Release date : 31 January 2012

( g a m i n g ) teks: ADITOMO m.b

nang, Head of operation sebuah perusahaan konsultan. Diantara sekian banyak game sepakbola ada dua judul yang dekat di hati gamers yaitu : PES (Pro Evolution Soccer) dan FIFA. Keduanya menawarkan mutu permainan yang berkualitas dengan grafis yang memukau. Namun dewasa ini banyak yang merasa kalau FIFA adalah game yang lebih matang. “FIFA 12 lah udah paling bener, PES sudah bukan masanya lagi,” papar Ravly, Desainer Grafis, “Gue lihat di forum-forum banyak yang kecewa sama PES 2012 karena PES 2012 rasanya sama aja sama kayak PES 2011, Padahal PES 2011 aja udah fail banget.” tambahnya. Keunggulan FIFA 12 dirasa terletak di gameplay-nya oleh gamers; “Rasanya lebih natu-

Back to Gran Pulse everyone! Franchise besar ini melanjutkan cerita FFXIII. kali ini petualangan akan dijalani oleh tokoh baru bernama Noel Kreiss dan beberapa tokoh-tokoh lama. As usual, the graphic is amazing dan perlu diingat bahwa map permainan akan lebih terbuka. Tapi bisakah Squarenix mengobati kekecewaan fans pada game pendahulunya? Lets hope so. Disamping itu, kapan mereka akan membuat remake Final Fantasy VII? Mungkinkah? Akankah? Oh well..

047


ILHAM ADITAMA, 20, VOCALIST (HIVI! BAND) PLAID SHIRT BY ZARA PANTS BY TOPMAN SHOES VINTAGE

taste (01/12)

PLAID H

IT

W ME

048


gap, price by request

FLYK, idr 440.000

h.e by mangO, IDR 1.300.000

TED Baker, PRICE BY REQUEST

BURBERRY, price by request

dkny jeans, price by request

levi’s, price by request

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

LEE COOPER, PRICE BY REQUEST


taste (02/12)

JACKSON MARTIN, 22, EMPLOYEE POLO SHIRT BY NEXT JEANS BY IMPERIAL PATCH SWEATER BY H&M SHOES BY DR. MARTENS

TRE I 'S P ARF 050 AIT


MAISON MARTIN MARGIELA, IDR

3.300.000

CANALI, IDR 5.100.000

MARNI, IDR 2.700.000

A.P.C., PRICE BY REQUEST

H&M, IDR 300.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

ETRO, PRICE BY REQUEST


H HIG ATION T P M E T

taste (03/12)

052

JUAN ISBAYUPUTRA, 23, MUSICIAN T-SHIRT BY GIORDANO LEATHER JACKET BY ZARA JEANS BY NUDIE SHOES BY INSOLENT


HUSH PUPPIES, IDR 1.500.000

santalum @tribute, idr 1.100.000

BLACKSTONE @LINEA, IDR 1.495.000

CAMPER, idr 1.995.000

HUDSON @LINEA, IDR 2.475.000

ZARAMAN, IDR 1.150.000

CAMPER, idr 1.815.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

HUDSON GARRET @LINEA, IDR 2.695.000


taste (04/12)

K A E P S H C N E R T 054

CENDY FARDIAZ, 22, STUDENT SHIRT AND T-SHIRT BY ZARA JEANS BY EDWIN 505 SALVAGE SHOES BY CLARKS TRENCH COAT BY TOPMAN


topman, idr 1.399.000

muji, idr 1.328.000

price by request

banana republic, idr 2.299.000

RALPH LAUREN, PRICE BY REQUEST

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

burberry, price by request


R A L L O C L A R E T

taste (05/12)

I

056

FAWWAZ AKRAM, 22, FREELANCE PHOTOGRAPHER SUNGLASSES BY CHEAP MONDAY HENLEY SHIRT BY NEXT JEANS BY HUGO SHOES BY NIKE LUNAR FLY


nautica, idr 599.000

next IDR 630.000

hush puppies, price by request

banana republic, idr 599.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

nautica, idr 639.000


taste (06/12)

ANDRA OTMANSYAH PELAWI, 22, STUDENT SHIRT BY UNIQLO PANTS BY TOPMAN SHOES BY JOHN VARVATOS SOCKS BY HAPPY SOCKS WATCH BY MONTBLANC

Y D O R R O U L D R O C 058


LEVI’S, IDR 499.900

MASSIMO DUTTI, IDR 999.000

LEVI’S, IDR 499.999

rockwell, idr 455.000

MASSIMO DUTTI, IDR 999.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

TOPMAN, IDR 850.000


taste (07/12)

I

I'LL BE NORDIC 060

JORDAN MARZUKI, 24, DESIGNER NORDIC SWEATER BY NEXT T-SHIRT BY TOPMAN JEANS BY PETER SAYS DENIM SHOES BY PVBLIC AFFAIR BAG BY CAST NO SHADOW


ZARA YOUTH, IDR 599.900

RALPH LAUREN, PRICE BY REQUEST

ZARA YOUTH, IDR 599.900

JUNYA WATANABE, IDR 9.100.000

LEVI’S, IDR 3.200.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

TOPMAN, IDR 659.000


POCKET FULL

taste (08/12)

062

DASRYL TANJUNG, 27, CREATIVE INDUSTRY ENTREPRENEUR SHIRT (HAND-MADE) CARGO PANTS BY ZARA SHOES BY COMBAT BOOTS


BURBERRY, PRICE BY REQUEST

armani exchange, idr 1.750.000

GAP, IDR 659.000

HUSH PUPPIES, IDR 499.000

LEVI’S, IDR 649.900

armani exchange, idr 1.750.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

DKNY JEANS, IDR 1.750.000


taste (09/12)

L I SA Y T I C 064

DIAZ HENSUK, 26, DESIGN DIRECTOR SHIRT BY RALPH LAUREN PANTS BY UNIQLO SHOES BY RALPH LAUREN


massimo dutti, IDR 1.490.000

hush puppies, idr 1.199.000

pedro, idr 699.000

sperry topsider @tribute, price by request

linea, idr 1.895.000

NAUTICA, idr 999.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

pedro, idr 739.000


FUR SURE

taste (10/12)

I

BIMA TARA RIDWAN, 24, EMPLOYEE FUR COLLAR JACKET BY TOPMAN T-SHIRT BY TENDENCIES JEANS BY MUJI SHOES BY BRODO

066


zaraman, idr 1.999.000

dkny jeans, price by request

dkny jeans, price by request

a.p.c, idr 5.300.000

zaraman, IDR 2.399.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

zaraman, idr 1.599.000


taste (11/12)

I

D'S

MO AY

068

W

RADIKA DWI JAYA, 22, BASKETBALL PLAYER HAT BY H&M PARKA BY PULL & BEAR T-SHIRT BY PULL & BEAR JEANS BY BEN SHERMAN SHOES BY BLACKSTONE


lee, idr 999.000

adidas, idr 1.099.000

TED BAKER, price by request

burberry, price by request

next, idr 1.799.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

nautica, idr 1.599.000


taste (12/12)

IBRAHIM BOBBY, 21, PROFESSIONAL FOOTBALLER CAP BY CHICAGO BULLS SNAPBACK LEATHER JACKET BY ZARA HOODIE BY H&M JEANS BY G-STAR SHOES BY VANS

O

CH

AT

IM

070


FOSSIL, IDR 600.000

NEWSPAPER CASE, IDR 250.000

FOSSIL, IDR 700.000

art attack, idr 250.000

seventy eight percenT @tHE GOODS DEPT, idr 1.499.000

gucci, idr 2.000.000

LONGCHAMP, PRICE BY REQUEST

zaraman, idr 369.000

X-GAMES, IDR 210.000

LAKERS, IDR 250.000

portrait: tito van d’artie. still lifes: philea adhanti, nia tantri, & astrid astoria.

BOTTEGA VENETA, PRICE BY REQUEST


072

CRAWLING IN


THE CROWDS


Linkin Park kembali memberikan aura, konsep, dan suara yang berbeda, pertanda mereka telah beranjak dewasa. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Fawwaz Akram

074

Kalau boleh jujur, konser bertajuk A Thousand Suns Tour mereka kali ini lebih ‘beringas’ dari sebelumnya. Pengalaman saya ketika menonton pada tahun 2004 lalu sangat mengesankan. Memang, saat itu mereka lebih fokus kepada bagaimana band ini mengguncang keras Jakarta saja. Tetapi kali ini Linkin Park memberikan sebuah memori yang tak akan terlupakan. Sekali lagi mereka berhasil membuat penonton terkagum-kagum. Seiring berjalannya karir mereka, ide-ide itu didatangkan dan diterapkan melalui perkembangan musik sekarang. Seperti dentuman-dentuman sythnizer elektro yang tersisipkan di album terbaru mereka, A Thousand Suns. Album ini terkonsep dengan menceritakan bagaimana manusia berhadapan dengan perang nuklir. Penggabungan lirik antara ide-ide manusia dengan tekhnologi yang melahirkan ketakutan manusia, ketakutan akan apa yang terjadi nanti di bumi ini. Brilliant! Maka dari itu hits-hits mereka seperti The Catalyst, Waiting For The End, Burning In The Skies, dan Iridescent memberi kita pesan-pesan yang tersembunyi namun gamblang. Konser LP 21 September lalu di Gelora Bung Karno dibawa oleh promotor baru Big Daddy Production, konser ini pun menjadi rangkaian kiprah utama konserkonser yang nantinya akan dijajarkan oleh Big Daddy Production. Sayangnya saya tidak berkesempatan bertemu dengan LP, jadwal yang padat serta kunjun-

gan media yang dibatasi, semua itu dikarenakan LP sangat menjaga stamina mereka. Begitulah apa yang di informasikan. Its okay, setidaknya konser ini sangat spektakuler! 20:30 WIB Linkin Park membuka konser mereka dengan menampilkan video animasi berlagukan The Requiem, “God save us, everyone. Will we burn inside the fires of A thousand suns?� lalu dilanjutkan dengan video seorang demonstran berbicara mengenai manusia yang sudah bergantung dengan tekhnologi sehingga menciptakan chaos. Kalau boleh jujur, it creeps me out. Pesan keras yang mereka gabungkan dengan animasi itu menjadi opener konser terbaik tahun ini. Tidak tanggung-tanggung selama konser berjalan beberapa video animasi juga muncul seperti menyumbangkan suara mereka melalui simbol-simbol dan dialog yang ikut protes. Setelah opener selesai, LP menghentak crowd dengan lagu Papercut. GBK pun bergetar hebat. Tidak dipungkiri, saya pun terkesima dengan lighting yang ada. Sound yang jernih dan ketika pulang membuat saya pengang. Apalagi ketika lagu Faint. Serasa GBK mau runtuh dan silau. Bagaimana tidak, total biaya produksi dan investasi yang Big Daddy keluarkan sekitar empat juta dollar. Diantaranya untuk membeli peralatan sound system terbaik langsung dari Kanada. Sound system keluaran Adamson Toronto dengan sound level 121db ini dikenal sebagai high energy rock band. Belum layar LED raksasa berukuran 16 meter X 6 meter sebagai backdrop stage yang memberi efek animasi yang memuaskan mata. Terakhir, GBK hanya dipergunakan seperempat lapangan dan tidak menginjak rumput (demi tidak memancing kemarahan pecinta bola) jadi kursi penonton pun relatif dekat. 20.000 penonton, total 24 lagu, Linkin Park kembali sukses memenangkan hati para fans setianya.


Tidak disangka ketiga band besar yang lahir dari jaman yang berbeda mau unjuk gigi di Jakarta. Surprisingly, awalnya saya sempat ragu, ketiga band ini mempunyai ciri khas yang sangat berbeda satu sama lain. Dari cara bermain, hingga alat musik yang mereka gunakan. Ternyata semua permainan mereka sangat apik, dan sesuai ekspektasi. Nama acara yang membawa mereka itu adalah Big Wave Festival, dibawah naungan promotor Big Daddy Productions (yang juga membawa Linkin Park). Keanehan datang ketika saya pertama kali melihat line up yang ada. tiga band tersebut memang selalu menjadi bahan permintaan untuk didatangkan ke Indonesia. namun tidak menjadi satu. Well, malam itu Big Daddy Production proved us wrong. Saya (dan ribuan penonton lainnya juga) sangat menikmati konser tersebut. Ketika saya bertanya kepada pihak Big Daddy kenapa awal konser musik mereka ini harus band punk pop rock? “Ini kami gunakan untuk sebagai pemanasan aja. Kami ingin memberi sedikit taste rock kepada pecinta musik. See how it goes. Ternyata it went well,� jelas Jacqueline Liong selaku sponsorship dan marketing producer. Bertempat di Gelora Bung Karno, 20 September lalu parade musik ini dibuka dengan band pop punk Yellowcard asal

Florida, membawa tujuh lagu, hits mereka seperti Only One, Lights and Sound, dan Light Up the Sky pun dimainkan. Seperti harapan saya, mereka bermain rapih dan talkative kepada penonton. Secara mereka sudah mengeluarkan tujuh album sejak tahun 2007 lalu, panggung sudah menjadi hidup mereka. Kemudian Panic At The Disco menjadi line kedua, dengan total memainkan delapan lagu. Banyak hal yang mematahkan pandangan saya terhadap band ini. Saya kira mereka tidak liar dan tidak mau mengambil resiko diatas panggung, ternyata semua itu berbalik 180 derajat. Mereka liar (bahkan Brendon Urie terus meludah diatas panggung) dan mengatur ulang instrumen mereka, semacam percobaan tetapi berhasil dibawakan dengan rapih.

Terakhir, ini salah satu band yang saya tunggu, Bad religion, band legendaris punk rock yang selalu menuai kontroversi di akhir tahun 80an ini akhirnya datang juga untuk unjuk gigi kehebatan mereka. Thank God mereka tidak membanting hancur gitar maupun drum mereka. Tetapi band ini berhasil menggiring adrenalin penonton lebih liar. Kelihatan memang sih umur mereka diatas panggung, but their performance as good as new! Tiga jam penonton dibawa setiap era, dan acungan jempol akan ketepatan waktu memulai konser ini yang harus dicontoh oleh promotor lain. Walaupun ini hanya sebuah pemanasan pengantar konser Linkin Park esoknya, namun pemanasan ini tidak bisa dianggap sebelah mata!

Ketika perbedaan era dari Bad Religion, Yellowcard, dan Panic at The Disco, mempunyai satu benang merah, yaitu membuktikan punk pop rock masih berjaya di Big wave festival. Teks oleh: Khiva Iskak. Fotografi oleh: Dok. Milik Big Daddy Productions.

IT TAKES THREE! Aksi Panic At The Disco di panggung.

075


Rhcp: peace conce in HONG KONG usia bukanlah halangan. karisma panggung red hot chilli peppers tak pernah pudar. Teks & fotografi: nina yunita.

Salah satu band terbesar di dunia akhirnya keluar juga dari pertapaan setelah hiatus tiga tahun lebih selepas rangkaian tur terakhir mereka. Yup! Red Hot Chili Peppers (RHCP) menggelar konser pertama mereka sebagai antisipasi dari peluncuran album terbaru mereka yang edar akhir Agustus, “I’m With You.” Album ini merupakan album kesepuluh band dan bisa dibilang album yang paling ditunggu-tunggu karena jeda antara karya band terakhir dan yang terbaru ini sekitar lima tahun lebih! RHCP adalah band asal LA yang terbentuk tahun 1983. Band telah berhasil menjual hingga 60 juta album di seluruh dunia dan memenangkan enam piala Grammy termasuk Album Rock Terbaik untuk “Stadium Arcadium” dan Lagu Rock Terbaik untuk “Scar Tissue.” Dengan catatan prestasi di atas, konser RHCP sudah dipastikan akan menjadi konser seru! Majalah Time saja sampai berani menominasikan konser RHCP sebagai satu hal yang harus dilakukan di Hong Kong selama musim panas

076

ini dari daftar Top 10 mereka. Karena memang hanya Hong Kong dan Jepang saja yang beruntung kedatangan band di rangkaian tur keliling dunia band tahun ini. Setelah Jepang, Anthony Kiedis, Flea, Chad Smith dan Josh Klinghoffer akan langsung melanjutkan rangkaian tur mereka ke 21 negara di Amerika Selatan dan Eropa hingga akhir tahun ini. Antusiasme penonton tidak hanya berasal dari warga Hong Kong juga, tetapi dari berbagai belahan dunia.

Bahkan ada yang bela-belain terbang ke Hong Kong dari Rusia! One huge melting pot, judulnya. Gedung yang memiliki kapasitas 15 ribu penonton pun langsung penuh. Sejak jam 6 sore, dari stasiun kereta Hong Kong, calon penonton sudah terlihat memenuhi kereta cepat Airport Express yang mengantar langsung ke Asiaworld Arena, lokasi dimana konser diadakan. Satu hal lain yang membuat saya antusias adalah band pembuka konser yang tidak kalah keren, The Mars Volta (TMV). Band asal El Paso, Texas ini tidak bisa dipungkiri merupakan band progresif rock modern terdepan saat ini. Kejeniusan band ini bahkan sempat menghadiahkan satu Grammy untuk mereka. Harga tiket konser pun terbilang murah. Tiket paling mahal seharga sembilan ratus ribu rupiah dan yang paling murah, hanya empat ratus ribu rupiah. Yang mencekik justru harga merchandise – baik TMV & RHCP - yang dijual di venue. T-shirt dan hoodie shirt dijual tiga ratus perak! Mahal ajah! Seperti tidak mau kalah dengan harga tiket konser.


ert Sekitar jam tujuh lewat lima belas menit, TMV muncul. Suguhan panggung mereka selama 45 menit cukup mengagumkan. Mereka benarbenar melakukan hiruk pikuk hidup. Musikalitas mereka tidak perlu dipertanyakan lagi. Grammy pun pernah memberi satu piala pada mereka. Tapi, harus diakui, musik TMV bukanlah musik melodius yang nyaman dinikmati. Apapun, menyaksikan TMV menjadi satu pengalaman menonton musik yang tidak terlupakan. RHCP tampil tepat jam setengah sembilan dengan “By The Way”. Lagu ini langsung disambut dengan koor kompak penonton yang ikut menyanyi. Anthony Kiedis terlihat macho dengan tuxedo yang digunakan. Tapi, akibat keagresifnya, ia gerah sendiri. Di lagu kedua “Charley”, ia pun mencopot jas dan tampil topless hingga di akhir konser. Suasana semakin panas karena lagu-lagu yang dibawakan adalah hit lama band dari album Stadium Arcadium atau “By The Way”. Baru setelah “Scar Tissue”, Flea memperingatkan penonton bahwa lagu berikutnya, “Look

Around”, adalah lagu baru. Semua berusaha menyimak. Karena kurang familiar di kuping, sambutan penonton agak adem ayem. Lewat twitter, setelah konser Flea nge-tweet, ia sadar kalau lagu barunya ini pasti banyak yang belum ngeh. “Saya tidak sabar menunggu sampai beredarnya album baru supaya kita bisa lebih banyak memainkan lagu-lagu baru di konser.” Tapi secara keseluruhan lagu ini tetap enerjik. Liuk-liuk permainan gitar Josh terasa lebih gahar dibanding John Frusciante. Di mata band, Josh bukan orang asing. Bersama band sebelumnya, Warpaint, ia tampil sebagai band pembuka tur RHCP. Gitaris yang juga berasal dari LA ini ternyata teman sekaligus rekan kerja John Frusciante. Ia bertindak sebagai gitaris utama dalam tur solo John. Bermain bersama RHCP juga sudah tidak asing karena Josh bertindak sebagai pemain gitar, keyboard dan penyanyi pendukung sejak tur Stadium Arcadium. Itu sebabnya wajar jika ia diajak Kiedis dan Flea bergabung dalam band sebagai anggota

tetap. “Saya mencari keluarga, bukan sekedar bermain dalam sebuah band. Anthony dan Flea benar-benar memperlakukan saya seperti itu,” ujar Josh. Menyusul “Otherside”, band kembali memamerkan lagu baru mereka. Kali ini, lagu yang sudah cukup familiar karena lagu ini merupakan single pertama band, “The Adventure of Rain Dance Maggie.” Tipikal lagu RHCP. Terdengar biasa aja secara rekaman, tetapi di panggung, keren abes! Emosi penonton makin tinggi. Band kemudian menyempatkan diri memamerkan keahlian mereka sebagai jamming session artist. Seperti gebukan Chad Smith itu lho! Tetap bertenaga, keras dan gahar, padahal tahun depan umurnya akan mencapai setengah abad. Setelah berimprovisasi, Anthony memperkenal semua anggota band dan mengaku senang bisa tampil di sini. “Universally Speaking”, “Right On Time”, “Californication”. “Higher Ground” milik Stevie Wonder pun mereka nyanyikan sebelum menutup dengan “Under The Bridge”. Lagu ini jadi lagu pemenang malam itu karena satu koor besar langsung menggelegar. Penuh emosi. Jelas pemandangan yang sulit untuk dilupakan. Penonton jelas belum puas. Setelah berteriak

encore dan tepokan kaki yang menggetarkan lantai gedung, Chad Smith dan Flea muncul lagi. Aksi konyol yang jadi ciri khas Flea akhirnya keluar. Ia menggoyang-goyang pinggulnya ibarat Dewi Persik yang sedang goyang gergaji. Ia kemudian bersalto dan berjalan menuju bas dengan tangannya. “Saya ingin semua orang bahagia walau mereka jelek. Saya ingin pasir putih di pantai bahagia.” Seru Flea sebelum kembali membetot basnya seperti orang kesurupan di “Sir Psycho Sexy”. Saat encore ini, aksi band memang makin asal-asalan. Mereka bercanda-canda sambil nyanyi lagu asal-asalan juga. Terdengar Anthony dan Flea saut-sautan menyanyi dengan lirik tentang grup rock keren bernama Red Hot. Sekitar 90 menit, RHCP memanjakan sekitar 14 ribu penonton dengan hit-hit lama mereka. Sebelum menutup dengan “Give It Away”, Kiedis mengucapkan terima kasih kepada penonton dan meninggalkan pesan yang cukup manis. “If you’ve got something to say, let it be Peace.” Yes, konser rock kali ini memang berjalan damai. Seusai bubar konser pun, suasana tetap damai. Padahal antrian kereta pulang, ya ampun panjangnya…. Semua menunggu sabar dan damai.


matter

Donny Alamsyah tidak mengukur suatu kesuksesan dari ketenaran, pria ini lebih mengutamakan esensi dari seni peran. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Aldi Pagaruyung.

PRINCIPLE

078

lokasi: Kemang Icon by Alila


“Kenapa gue jadi aktor? Nggak ada niat sama sekali. Mungkin bisa dibilang kecebur. Awalnya cuman nganterin teman gue beberapa kali casting, gue tetep nggak tertarik. Suatu hari isengnya gue nongol. Gue coba ah casting untuk film Gie di Miles Production. Eh keterima, dari situ ada film lagi, ada film lagi, dan film lagi hehe..,” jelasnya. Nasibnya bagaikan kisah nyata dari mitos ‘balada casting’ dimana sang teman yang tujuannya hanya menemani justru ia yang meroket. You know, this happens a lot! Satu hal yang selalu menarik perhatian dari seorang Donny Alamsyah begitu banyak yang mengira ia adalah seseorang yang berkepribadian nyolot, karena hampir seluruh peran yang ia ambil menuntutnya untuk menjadi serius. Tetapi ketika saya bertatap muka, pandangan itu pun runtuh seketika. Pria kelahiran Betawi-Sunda ini Justru murah senyum. Penampilannya yang sederhana ditambah kepribadiannya yang down to earth menunjukan ia adalah one of a kind actor. Bahkan ia tidak percaya akan ketenaran, menurutnya itu semua tidak nyata. Ia lebih memilih tinggal dibawah spotlight gemerlap selebritis. Mungkin ini yang membuat ia tetap ramah. Walaupun Donny sudah melewati 13 film dalam kariernya. Donny yang baru saja rampung film Negeri 5 Menara ini telah jatuh cinta seumur hidupnya dengan film. Banyak hal menarik yang ia temukan dalam film yang terus membuat ia hooked up. “Gue ini senang bedah naskah. Suka ngebayangin background karakter gue seperti apa. Gue seneng duduk diam merhatiin orang lewat, bisa dimana aja tempatnya. Di jalanan, pasar, bahkan di set shooting, melihat cara komunikasinya. Suatu saat gue pernah lakuin ini di pasar Bukit Tinggi, lo coba biasain. Lo benar mengcopy perilaku orang itu seperti apa, lalu gue serap itu di karakter gue,” jelasnya. Kebiasaan ini bukanlah suatu hal aneh

bagi para aktor. Ketika saya bertanya kebenaran pernyataan saya itu, Donny mengangguk setuju. “Gue senang belajar, belajar, dan belajar. Karena kita nggak pernah tahu kan, manusia itu beragam ilmunya, dan kalau bisa gue mau menyerap itu semua. Dan saya juga terima kasih kepada mas Riri Riza dan bang Eka Sitorus ketika gue pertama kali main film di Gie,” menjelaskan sambil menengguk kopi hitamnya. Donny yang dikenal dari film 9 Naga, Fiksi, dan trilogi Merah Putih ini adalah seorang pria mandiri. Sejak Sekolah Menengah ia sudah meninggalkan rumah, ia membayar uang kuliahnya sendiri, banting tulang untuk menafkahi dirinya sendiri. “Dulu Ibu gue selalu berkata “Jangan pernah bergantung sama orang, harus bisa hidup mandiri” lalu gue coba buktikan ke diri gue sendiri bahwa gue bisa melakukan ini,” paparnya serius. Lucunya ia menceritakan ini semua seperti tanpa beban, layaknya cerita biasa. “Dulu sebelum film, kerjaan gue kaya gado-gado, dari dagang komputer, ngedit animasi, jadi crew angkat lampu, bikin art untuk video klip, bikin website, intinya gue bisa hidup, bisa byar kontrakan haha..,” candanya. Tahun ini ia bergabung dengan film yang menarik perhatian industri film dunia, Serbuan Maut atau The Raid yang disutradarai oleh Garteh Evans, nampaknya ia masih terkaget-kaget dengan dirinya kariernya di dunia film, “Kejadian paling wah itu terus ada di setiap film yang gue mainin. Takjub dan kagum dari orang-orangnya sampai proses pembuatannya. Gue rasa itu yang ngebentuk gue sampai sekarang.,” katanya sambil tersenyum lebar dan stretching out his both arms. Walaupun ia melejit, ia terus menjadi Donny Alamsyah yang dulu sebelum dunia film meliriknya.

MIXTAPE LZBZ We really wanna know what this duo taste like about music. So this is their mixtape, the list that makes their living like a celebration! Teks: Khiva Iskak Diawali dengan under one roof company, Hanindito Sidharta (Hanin) dan Giorgi A. Krisno (Oji) membuat LZBZ ( LazyBoyz) dikarenakan selera musik yang sama. Oji yang mempunyai banyak lagu tapi tidak bisa mixing, sedangkan Hanin bisa mix-

ing namun library-nya yang kurang penuh. Jadilah mereka bergabung dan melalang buana on the DJ deck sejak 2009 lalu, dan

electro music menjadi andalan mereka to please the crowd. Mereka juga mempunyai daftar sebagai opener DJ maupun cool

bands yang pernah manggung disini, sebut saja seperti DJ Falcon, Bag Raiders, Bang Gang Deejays (Doom & Hoodrat), Cassian, Adam Bozzetto, dan The Twelves.

Hanin Chk Chk Chk – My Intention Are Base Tame Impala – Solitude is Bliss Justice – Audio Video Artic Monkeys – Don’t sit Down Cause I Move Your Chair Beastie Boys –

Make Some Noise

Giorgi The Members – Radio ( Duck Sauce Remix) Hercules & Love Affair – Painted Eyes ( Mickey Moonlight Remix) Hannulelauri – Zombie Tropicana The Outrunners – Blazing Speed & Neon Lights With You Tommy James & The Shondells – Crystal Blue Persuasion


THE ANIMAL Yelle bukanlah band konvensional, lagu-lagu mereka sangat menggelitik di lantai dansa belahan dunia. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Gregorie Alexandre.

080


ANIMAL DANCe Banyak yang mengira album terbaru mereka, Safari Disco Club adalah album pertama mereka. Namun semua itu berkat lagu andalan (yang sesuai dengan judul album) Safari Disco Club, Yelle menjadi dikenal di hampir negara-negara besar. Sekali lagi, NYLON GUYS berkesempatan untuk mengobrol dengan mereka via telepon. Yelle yang tengah disibukan dengan tur Eropa mereka mencoba duduk sejenak untuk menjawab pertanyaan kami. Surprisingly sepanjang kami wawancara, mereka penuh dengan canda tawa. So fun! Yelle yang beranggotakan Julie Budet (vokalis), GrandMarnier (drum), dan Tepr (piano, DJ) bergabung pada 2007 lalu, inspirasi besar dengan lagu tahun 80an dengan musik yang terdengar seperti CSS dan New Young Pony Club, semua tergabung menjadi musik elektro pop yang ceria. Dengan hit awal Pop-up dan Ce Jeu memberikan mereka pengenalan yang disukai oleh para tokoh terkemuka belantika musik, fashion, maupun selebritis. Setelah tur sold out mereka sebagai pembuka konser Katy Perry dan tur Amerika Utara mereka, Yelle tidak akan pernah berhenti untuk terus menggoyang crowd ketika mereka unjuk gigi. Berikut percakapan kami dengan YELLE: NG: Hey Guys! bagaimana Yelle bisa tergabung untuk pertama kalinya? Y: GrandMarnier dan saya (Julie) bertemu di pesta teman saya. Tepr bertemu GM (GrandMarnier) karena ia sedang menulis sebuah artikel mengenai band GM sebelumnya..lalu GM menyuruh saya menyanyi untuk beat-beat yang ia punya, dan Yelle pun lahir! Lalu kami juga mengajak T bermain bersama untuk live shows. NG: Lalu kenapa harus memberi nama Yelle? Apa sejarahnya? Y: Dasarnya YEL itu untuk You Enjoy Life, lalu kami tambahkan LE untuk memberi kesan feminism di nama tersebut. NG: Apakah kalian menulis lagu kalian sendiri? Y: GM kebanyakan menulis lagu-lagu kami, lalu kami bertiga untuk finishing-nya. Tepr untuk produksinya sedangkan saya untuk vokalnya.

semaksimal mungkin! And we like chic and fun (it’s not Mcdonald’s menu ahaha) NG: Goal karir kalian untuk 1-3 tahun kedepan apa? Y: Masih bekerja untuk menyebarkan Safari Disco Club, tur keliling dunia sampai akhir tahun, berpesta bersama, membuat video bagus, dll. 2012 akan mengenai hal-hal baru, lagu baru, istirahat, menikmati rumah kami, melakukan beberapa dj set dan mungkin beberapa show, kami sudah ada beberapa penawaran.. dari negara kalian contohnya! NG: Yes! Can’t wait! Bisa ceritakan sedikit album Safari Disco Club ini? Y: Tentang semuanya!! Mmm..tidaklah mudah membicarakan semuanya, tapi saya coba untuk efisien. Safari Disco Club. Nama yang memberimu kisi-kisi, lagu-lagu The Safari itu berbeda dari yang lain, seperti safari saja, kamu datang, mood yang berbeda, suarasuara, energi. Kalau disko yang berarti lebih berdansa karena ini adalah apa yang orang-orang lakukan. NG: Lalu apa yang membuat berbeda dari album Pop Up? Y: Pop Up itu dibuat secara perlahan. Sedikit demi sedikit. Safari Disco Club lahir dari tahun yang dimana kami sulit untuk fokus. Jadi album ini lebih kuat, tajam, menurut saya. Tidak ada ‘konsep’ dibalik ini, kami tidak terlalu suka dengan kata konsep sebenarnya kalau itu untuk musik! Kami hanya menulis lagu, satu dan datang yang lainnya lagi, tanpa deadline. Hanya dengan kebebasan yang maksimal dan spontanitas yang mengalir. NG: Wow! Okay, baru-baru ini kalian sedang tur, ada cerita seru apa selama perjalanan tersebut? Y: Ada sesuatu yang terjadi ketika kami di Austin, di musim gugur tur Amerika kami. Drew Barrymore menunggu kami di ruang ganti baju setelah kami manggung. Kami tidak tahu ia ada disana, kami tidak tahu ia suka musik kami! Jadi itu sebuah kejutan besar, saya pun penggemar Drew, jadi itu seperti cinta yang menyatu!

NG: Bagaimana kalian menjelaskan musik kalian kepada pecinta musik? Y: Saya bisa bilang ini modern pop. Sesuatu yang segar dan dancey, tetapi terkadang dengan sentuhan melankolis. Lagu-lagu yang kamu bisa dengar atau berdansa, senang, atau sedih! Dual taste!

NG: Nice! Lalu terakhir, bagaimana akhirnya kalian bisa manggung di Coachella? Y: Coachella selalu menajubkan. Salah satu festival terbaik di dunia, its so cool to play there, the mood is great…pohon palem, matahari, coolness everywhere! Jadi itu sebuah gabungan antara stress juga. Tetapi selalu ada saja masalah teknikal disana, SELALU, saya juga tidak tahu kenapa!

NG: Gambaran apa yang bisa Yelle berikan dari visi band ini? Y: Kami rasa kami menyebarkan “enjoy your life” mood. Kita hidup hanya sekali (mungkin), jadi mari kita rayakan

NG: Jelaskan Yelle dalam tiga huruf? Y: Ahaha itu mudah, ENJOY YOUR LIFE.

Listen Up:

teks: giorgi a. krisno

M83

Perancis Band Member: Anthony Gonzalez M83 yang awalnya terinspirasi oleh genre musik shoegaze mulai beralih ke-arah pop dengan album sebelumnya Saturdays=Youth, dan kini dengan album terbaru nya, Anthony used that momentum and took it even further. “Very, very, very epic” adalah komentar musisi Perancis Anthony Gonzalez mengenai double CD album terbaru nya yang berjudul “Hurry Up, We’re Dreaming”. Saat mendengarkan “Intro” dari album ke 6 M83 ini, anda akan mengerti maksud dari komentar tersebut; dimulai dengan suara melodic synth yang dilanjutkan dengan vokal yang merdu dari Anthony Gonzales sendiri beserta drum beat dan snare yang lantang, creates a mood that is both soothing yet epic at the same time. Meskipun album ini dimulai dengan epic sounds seperti Intro, Midnight City, Reunion, New Map dan OK Pal; namun tidak hanya epic sounds saja yang ada di album ini, track seperti Raconte-Moi Une Histoire creates a more relaxed mood with different sound dynamics and instrumentation. Bagi fans M83 sudah sangat jelas bahwa Anthony Gonzalez keeps getting better and better from album to album, and it’s safe to say that Hurry Up We’re Dreaming is M83’s best record yet. PLAY THIS: “Midnight City”, “New Map”, “Raconte-Moi Une Histoire”

Peter & The Magician

Perancis Band Member: Yuksek dan Stephen Fasano Proyek terbaru label Perancis Kitsune menampilkan DJ/producer veteran di electro music scene Yuksek dan exmember dari Aeroplane Stephen Fasano yang tergabung dalam Peter & The Magician. Pada bulan Agustus 2011 lalu mereka meluncurkan sebuah EP berjudul Twist setelah ke-sukses-an single mereka di kompilasi Kitsune Maison 11 yang juga berjudul Twist. EP ini berisikan tiga lagu dengan yang sebenarnya lebih mirip seperti remix-remix Aeroplane. Dimulai dengan track Twist yang dipenuhi bass dan beberapa elemen synth electronic groovy, dilanjutkan dengan track La Fiorentina yang mengingatkan pada ending film-film John Hughes pada era 80an. Kemudian EP ini ditutup dengan track Love In Rimini yang mirip dengan Twist dengan bass yang lebih groovy, synth yang repetitive dan juga catchy. Peter & The Magician merupakan salah satu artist yang under-rated di tahun 2011 ini. PLAY THIS: “Love In Rimini”


COMING OUT Dunia memang belum melihat Tegar Satrya, namun sebentar lagi ia akan menguasai deretan layar lebar Indonesia. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Luca Knegtering.

082

Satu hal yang saya lihat dari Tegar Satrya adalah ia yakin dengan jalan hidupnya sebagai aktor. Tidak disangka ternyata ia menjalani karir ini sudah tujuh tahun lamanya. Bukan berarti ia tidak laku di pasaran namun Tegar memang sengaja memilih pekerjaan yang tidak membuat kualitas aktingnya menurun. Siang itu bertempat di kantor NYLON saya mengobrol bersama salah satu calon aktor besar di Indonesia. Semoga saja harapan saya ini benar. Jalan takdirnya sekarang ini memang sudah dirasakan lama oleh Tegar. Sejak kecil ia sering menonton pargelaran Srimulat di Taman Ria Senayan. Ia pun terpesona dengan kemampuan sang aktor membawa penonton tertawa terbahak. “Gue terhibur sekali waktu itu, kalau nggak salah gue waktu itu tiga SD, gue mikir kayaknya enak juga ya, ngelawak tapi dilihat orang,” jelasnya. Sejak itu, ia tergila-gila dengan superheroes ketika SMP, dengan alasan akting laga mereka yang mengesankan. Ditambah ketika ia duduk di bangku SMA, ia mulai coba untuk nonton Catatan Si Boy, kacamata perfilman pun menjadi lebih luas, “Kayaknya enak juga ya di idolakan sama cewe-cewe, kaya, nggak sombong pula haha..kalau lo mau tahu, gue ini termasuk anak abg yang rajin nonton doang ke bioskop,” serunya. Setelah menamatkan sekolah, barulah pekerjaan akting pertama yang membuat ia terus menggali kegiatan akting itu seperti apa. “Baru aja mau masuk kuliah, eh teman ada yang nawarin gue untuk main di video clip, ya walaupun numpang lewat aja, tapi yang bikin ini mba Bianca Adinegoro, lumayan lah hehe,” tertawa lepas. Setelah yang satu ini, ia ditawarkan sebagai pemeran utama di video klip Rossa dengan judul lagu yang sama dengan namanya, Tegar. Tawaran pun membanjir, sebut saja seperti Ebiet G.Ade, Bonus Band, sampai Numata. Total pengalaman sudah mencapai 25 video klip sampai hari ini. “Tapi akhirnya gue memilih berhenti sebentar, lanjutin kuliah Advertising selama tiga tahun, pendidikan itu penting man!” serunya. Tegar sempat berpikir mungkin dunia film bukanlah jalannya. Ia pun melanjutkan pekerjaan sesuai dengan bidangnya, Advertising Agency. Seperti biasa, Tegar sama sekali tidak men-

emukan kecocokan. “Kalau kata psikolog gue, gue itu seorang ambivalent, dimana orang yang nggak bisa terima sistem kantoran kalau tidak perusahaan tidak setara dengannya. Nggak pakai mikir, gue langsung meneruskan perjuangan gue di industri Film, menetapkan di drama,” jelasnya serius. Ia kembali sekolah drama di Teater Populer, sanggar dibawah naungan aktor kawakan Slamet Rahardjo. “Ilmunya banyak diterapkan, alhamdullilah diterimalah gue di dunia film,” akunya senang. Bukan berarti ia langsung melejit begitu saja. Karena Tegar tak mempunyai manajemen, Ia pun berjuang kesana kemari. Bahkan FTV pun juga ia jalani. “Nggak gampang memang bergelut di dunia ini, dulu beberapa PH sinetron menolak gue karena gue ini terlalu hitam dan brewokan oke dehh haha..,” candanya. Jadi di film mana kita bisa melihat akting Tegar? Ia sempat satu adegan saja di film Biarkan Bintang Menari (later on, ia sangat berterima kasih kepada Monty Tiwa, sang sutradara, untuk kesempatan dan kritik yang membangun), lalu ia sempat di film pendek The Rescue yang tergabung di film omnibus Takut. Lalu ada 7 hati 7 Cinta 7 Wanita. Akhirnya kesempatan besar pun ia genggam di film yang mencetak ketenaran skala internasional, Serbuan Maut atau The Raid. Film arahan ini Gareth Evans ini membuat Tegar menjadi salah satu tokoh penting, “Gue ini suka fim perang, kenapa? Ada poinpoin untuk dijadiin modal di film The Raid. Bagaimana bisa menjadi dan memecahkan jalan keluar sesama tim. Bagaimana kita memecahkan masalah tanpa perang. Waktu casting makanya gue keluarkan power gue di depan Gareth,” serunya. Kemudian akan menyusul film-film Tegar berikutnya seperti Get Married 3, Negeri 5 Menara, dan Java Heat (film Hollywood yang shooting di Jogjakarta). This year, is Tegar’s year! Tangga jalan menuju sukses bisa dari kerja keras dan percaya apa yang dijalaninya, begitu pernyataan dari Tegar. Ia didukung oleh keluarganya, manajemen yang handal, kepercayaan akan akting bagi para sutradara Indonesia, what else? “Musuh dari aktor itu adalah dirinya sendiri. Disaat dia masih belum bisa mengeksplor dirinya dia secara detail. Gue ini aktor yang biasa aja tapi gue ini aktor yang mau belajar dan terus mengeksplor apa yang ada diluar sana,” menutup wawancara ini sambil memberi pandangan kepada saya bahwa ia adalah seorang pria yang tidak main-main dengan dunia yang akan membawanya ke masa depan nanti.


Ketika saya pertama kali mendengar lagu A Song For A Dude, menurut saya, band ini patut diperhitungkan. Menggelitik tangan dan kaki untuk bergoyang di setiap hentakannya. Mengingatkan saya pada band Indonesia di tahun 90an akhir yang sedang menjamur. Tetapi mereka berbeda, Un Soiree (baca: ang soare) menyuguhkan beberapa elemen soul, jazz, funk, blues menjadi satu kesatuan. Terlebih vokal Sara Salim yang powerful menambah band ini ekstra enerjik. “Kalau kata anak muda sekarang, kita ini alirannya jazz jazz gitu dehh..haha,” canda Johan Sitohang sang vokalis, gitar, dan terompet. Band ini memang sedang dalam perbincangan hangat di belantika musik karena tidaklah banyak band yang semangat dalam melantunkan musik mereka. Un Soiree adalah salah

Ardi Mahendra (saxophone), Jogiara Hutagalung (drum/keys), Arya Birendra (drums). Setidaknya di awal formasi baru mereka tidak pusing akan penyatuan selera musik, visi, maupun misi. Karena passion yang ada itu semua sama. Namun satu hal yang membuat mereka terhambat, yaitu waktu. Pekerjaan masing-masing yang membutuhkan waktu nine to five ini menguras waktu dan tenaga yang ada, “Karena hubungan band kita ini adalah persahabatan, jadi tenggang rasa kami besar, dulu memang sempat sulit untuk mengatur waktu untuk buat album, tapi sekarang kita berusaha mengurus dengan cara kita sendiri, contoh: sebulan sebelumnya kita sudah atur untuk manggung maupun recording, jadi dari kita

Sentuhan lantunan nada yang enerjik dan unik memberikan band Un Soiree sebuah predikat keberanian yang berbeda dari band lainnya. Teks oleh: Khiva Iskak. Fotografi oleh: Aldi Pagaruyung.

positif dari penonton, lagu ini dibuat oleh Prio, walau dia sekarang lagi sekolah pendeta, bagi dia dan kami lagu ini artinya dalam,” jelas Sara. Sekarang ini mereka tengah mempersiapkan materi album yang rencana tahun depan akan rilis, “Kita akan refined beberapa lagu yang ada, warnanya nggak akan jauh, soul-nya lebih kasar sedikit,” jelas Johan. Apapun yang terjadi walau sampai 10 tahun kedepan, Un Soiree akan terus bermain meski keadaan musik kita sekarang sedikit ‘tidak beres’. “Kita nggak peduli sih animo aliran kita kedepannya turun atau gimana, karena menurut kita sih masih keren haha..” canda Sara. Pernyataan itu pun terbukti melalui acara Sunday Jazz Festival Juni lalu, mereka tetap bermain walau

JAZZ ALL THAT !

satunya. Tanpa basa basi saya pun langsung set wawancara bersama mereka. Setengah jam kami mengobrol, satu hal yang saya temukan dari mereka, tidak membuat musik itu plain hard. Berawal dari tahun 2005 yang dibangun oleh Johan dan Prioutomo (Gitar), “Awalnya disebuah acara gitu gue melihat tembok digambar dengan tulisan soiree, ketika gue cari tahu, itu berarti melambangkan suasana setelah hectic seharian kemudian lets have fun. And that’s Un Soiree its all about. Kami memberi energi itu kembali kepada mereka,” seru Johan. Setelah formasi yang berganti-ganti, tahun 2008 akhirnya ditambah dengan formasi Sara Salim (Vokal), Erick Yudhistira (bass), Tri

lokasi: Kemang Icon by Alila

ada yang bisa ambil cuti,” jelas Johan. Pengorbanan yang besar memang terasa disini, karena dari jadwal wawancara saja harus melewati atur ulang sampai tiga kali dengan mereka. “Walaupun kita ini berjalan lama tapi kita ini serius dalam mencapai target kita loh,” timpal Sara. Maret lalu EP mereka dengan empat lagu telah rilis, ada satu lagu yang berbeda dengan lainnya, yaitu Cinta Mati Bertepuk Sebelah Tangan, lagu ini mengisahakan seorang kekasih yang telah mati dan menunggu pasanganya yang tak kunjung pulang. “Haha lagu ini setiap kali kita mainin selalu mendapat reaksi

hujan deras menimpa, “Seneng banget materi EP kita bawain, justru ujannya bikin keren lagi, sampe nggak ada yang perhatiin kalo kita basah kita semua bisa kesetrum, penonton terus nonton sampe pakai payung, jadi kita tambah semangat dong. Why we would miss something like this!” jelas Sara sambil menutup obrolan kami di siang hari itu.

Listen Up:

teks: giorgi a. krisno

Justice

Perancis Band Member: Gaspard Auge dan Xavier de Rosnay Inilah salah satu album yang ditunggutunggu di tahun 2011, Audio Video Disco dari electronic duo Justice cukup berbeda dibandingkan album mereka sebelumnya Cross. Dimulai dengan track Horsepower yang dipenuhi dengan guitar riffs, hard beats dan apocalyptic orchestra, we just know Justice is back! Namun jika anda mengharapkan album ini untuk seperti karya-karya mereka yang sebelumnya yang dipenuhi distortion dan hard beats, anda mungkin terlalu banyak berharap. Meskipun mood yang mereka ciptakan di album ini tetap epic, instrumentation nya cukup berbeda. Album ini lebih pantas disebut rock music dari pada electronic music yang sepertinya terinspirasi oleh Led Zeppelin dan Blue Oyster Cult berdasarkan press release dari Ed Banger Records. But even though it sounds different, they still got it! PLAY THIS: “Audio, Video, Disco” , “Helix”, “Canon”, “Newlands”

Poolside

Amerika Band Member: Filip Nikolic & Jeffrey Paradise Salah satu bedroom producers dari Los Angles yang mengubah pool house mereka menjadi sebuah studio musik, Poolside berhasil menciptakan beberapa track yang mencerminkan the sound of a perfect afternoon. Meskipun baru me-release dua single pada Maret 2011 kemarin yang berjudul Harvest Moon dan Do You Believe; Poolside sudah mendapatkan praise dari banyak blogblog musik, dan memang tidak salah juga mereka mendapatkan praise dikarenakan relaxing yet groovy mood yang mereka ciptakan dengan musik mereka. Mereka berhasil menyempurnakan musical passion mereka menjadi konsep simple yang mereka sebut sebagai Daytime Disco. PLAY THIS: “Harvest Moon”, “Do You Believe”


Seri Entourage di HBO dan situs-situs gosip telah menentukan stereotip baru: aktor film muda yang sedang naik daun, calon bintang baru, kendaraan yang mahal, dan kesempatan untuk berbuat nakal. Sam Riley, calon bintang Inggris ini telah menikah dan menghindari masuk ke kolom gosip. Ia mengatakan bahwa ia tidak pernah naik pesawat pribadi. Tentu, dia lain daripada aktor-aktor kebanyakan. Malah, Riley memilih untuk menjadi aktor untuk berperan sebagai karakter yang diangkat dari novel, antara lain dengan membintangi film yang diadaptasi dari novel terkenal Graham Greene Brighton Rock dan film Jack Kerouac On The Road. Aktor ini menarik banyak perhatian dalam film Control karya Anton Corbijn dengan memerankan vokalis Joy Division, Ian Curtis, dan merupakan peran yang berpengaruh dalam karirnya, karena sebelumnya ia pernah menjadi anggota band yang diejek dan pernah disekolahkan di dua sekolah akting terbaik di kota London. Dalam film Brighton Rock yang keluar pada bulan Agustus, Riley berperan sebagai Pinkie, anggota geng dengan ciri khas menggunakan silet. Sebagai pemeran utama, Pinkie menjadi

kriminil, mengejar saksi dalam pembunuhan yang ia lakukan, menikahinya, dan membuatnya hamil. Untuk penonton Amerika, film ini sangat mengagetkan dan bernuansa gelap dengan gurauan yang aneh, membuat kita berpikir. “ Saya pertama kali membaca novel ini di sekolah. Orang yang bernama ‘Pinkie’ ini sepertinya menakutkan,” katanya. “Saya tidak sanggup membacanya sampai selesai.” Riley mengerjakan film ini, bersama-sama dengan artis legendaris Helen Mirren dan John Hurt. (“John tidak mengenal saya beberapa hari pertama,” katanya. “Itu lucu.”) Aktingnya berubah dari pemuda yang jahat ini pantas untuk ditonton. Walaupun begitu, ia merupakan orang yang tenang: matanya yang besar berwarna coklat tua dan suara paraunya membuat dirinya tidak

outof

banyak berusaha dalam memainkan karakter ini. Yang Riley perlukan sekarang adalah pemberitaan di Amerika, dan bintang baru akan lahir. Kesuksesannya mungkin dalam perannya sebagai Sal Paradise dari film pertama Jack Kerouac On The Road yang dibuat tahun lalu. Film ini sulit dan menggelikan untuk dibuat; Francis Ford Coppola memiliki ijinnya sejak tahun 1980, namun aktor papan atas dan director telah memikirkan untuk mengadaptasi novel ini sejak pertama diterbitkan tahun 1951. Keterlambatan selama lima dekade ini membuat film tersebut memiliki aura sebagai film yang terkutuk. Memang, pengambilan gambarnya seperti yang telah kalian pikirkan berlokasi di seluruh daerah di Amerika, menempatkan kami dalam siksaan panjang dan melelahkan. “Hari pertama pengambilan gambar hujan besar,” kata Riley. “Kami bahkan tidak bisa berjalan.” Aktor yang baru menikah ini berada di lokasi shooting selama enam bulan. “Malam hari, kami bercanda: Jika Martin Sheen mendapatkan serangan jantung saat mengerjakan Apocalypse Now, kelainan mental apa yang mungkin terjadi? Ini bisa saja menjadi film yang hebat.”

Dari Ian Curtis sampai Sal Paradise, aktor Sam Riley tahu bagaimana memilih perannya. Teks: Ralph Martin. Fotografi: Kate Bellm

control 084


stylist: niki pauls. groomer: christian fritzenwanker di perfect props. stylist assistant: christopher schenk. Jaket dari burberry prorsum, kemeja dari acne.

orang-orang tidak mengenal saya, kecuali orang Sekarang, Riley menikmati hidupnya di Berlin, itu memakai kaos Joy Division.” jauh dari kota dan kehidupan malamnya. Istrinya Tentu, Ewan McGregor memiliki karir yang dan lawan mainnya, Alexandra Maria Lara dalam menjanjikan sebagai karakter dalam drama yang film Control merupakan artis Jerman yang termenegangkan sebelum menjadi salah satu akkenal. Di samping antusias media yang menulis tor yang paling dikenali dalam trilogi Star Wars. headline mengenai istrinya seperti “Who is “Saya memiliki kesempatan untuk bermain dalam the Englishman?,” keduanya tetap rendah diri. film dengan biaya yang tidak sedikit itu,” kata Riley “Orang Jerman sepertinya tidak memiliki rasa yang sama sekali tidak bermaksud untuk mengingin tahu sebesar orang-orang di London,” kata hina. “Saya menonton film action saat saya masih Riley. “Dan di Berlin, saya mendapati bahwa remaja. Namun, saya merasa takut untuk menandatangani tiga film, sedangkan saya hanya membaca yang pertama di kantor. Itu seperti membeli

rumah tanpa melihatnya terlebih dahulu.” Ketika dipaksa untuk berbicara mengenai dirinya, Riley menghindari untuk bersikap sombong; ia mengatakan bahwa ia mendapatkan perannya secara kebetulan dan bahwa dia “berada dalam posisi tidak mau mengecewakan mereka.” Namun ia berbicara dengan luar biasa bagaimana ia memilih beberapa peran yang sesuai dengan rencana karirnya. Ini merupakan strategi yang klasik, yang juga dilakukan dengan baik oleh Johnny Depp, Brad Pitt, dan Leonardo DiCaprio – semuanya merupakan pesaing Sam Riley untuk peran Sal Paradise.


TOR akhirnya bersedia masuk kedalam dapur rekaman dan menyerahkan isi suara musik mereka kepada kita semua. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Fawwaz Akram

086


THEY’RE BACK! Penantian selama 14 tahun akhirnya terwujud juga. Band yang terbentuk pada tahun 1997 ini bukanlah band pada umumnya. Mereka tidak mengejar ketenaran, melainkan hanya ingin menyalurkan musik yang ada di dalam diri mereka. “Kita bermusik hanya ingin menyalurkan hobi aja, nggak ada yang seserius itu, ngak ada pertimbangan ini bisa laku atau enggak,” jelas Warman selaku frontman band TOR ini. Jadi apa yang membuat mereka menunggu selama ini? “Ya kita memang orangnya santai sih, rileks aja, gak mau terburu-buru, dan dari dulu sebenernya gak ada sepakat bikin album. Tapi tahun lalu semenjak kita mulai latihan lagi, kenapa enggak kita mencoba buat album,” serunya. Oke, mungkin banyak yang sudah tidak ingat atau lupa siapa mereka. Tidak heran. Mengingat mereka belum membuat album sama sekali. Back then, TOR selalu merajai panggung pentas seni dan café maupun pub. Saya termasuk salah satu orang melihat perkembangan mereka semenjak kemunculannya. Apalagi Warman yang selalu digilai para wanita, bercelana pendek dan merupakan penyiar radio yang terkenal cablak menambah esensi ketenaran band tersebut. Ditambah aksi panggung mereka yang benar-benar semaunya dan santai dalam menghadapi apapun. Tidak ketinggalan kepribadian mereka yang lucu dan terbilang jenaka. Selama saya wawancara di sebuah studio foto (walau Raymond berhalangan hadir, maka dari itu ide gila mereka dengan memasang foto Raymond dengan photoshop), menahan tawa adalah hal yang paling sulit dilakukan. Walaupun band ini didirikan hanya karena unsur kesenangan semata saja, bukan berarti mereka tidak menciptakan lagulagu yang matang. Mencapai matang pun juga tidak mudah. Kreatifitas itu yang selalu berada di dalam jiwa mereka, “Dulu kita miskin banget, sampe studio bau lem dari busa limbah untuk peredam. Kebayang nggak lo maboknya kaya apa haha, bikinan sendiri kaya gini deh hihi..sekarang tetep nomaden sih,” serentak semua tertawa. Warman Nasution (vokalis, gitar) masih 17 tahun ketika terbentuk, lalu disusul Abimanyu (drummer), Raymond, Hendra Liando (bass, back vokal), dan paling terakhir bergabung adalah Hendricus Wisnu Groho (perkusi). “Jangan salah! Kita udah nyoba rekaman itu empat kali. Satu rekaman tuh empat sampai lima lagu. Tapi gagal melulu. Semua berawal dari break rokok, “Eh lanjut besok aja kali ye, minggu depan aja kali ye, minggu depan manggung, nah latihan di panggung aja kali ye?” haha..” canda Warman. Kalau dibilang malas justru mereka memang mengakuinya. Tetapi suatu hari, datanglah seseorang yang mereka sebut seorang polisi. “Masalahnya kita nggak ada polisinya untuk bisa bangunin pagi, suruh latihan, dll. Sekarang karena sering main sama Rhesa (Endah and Rhesa), dia juga mempertanyakan kita kenapa nggak buat album. Akhirnya dia menawarkan diri untuk jadi polisi. Sekarang tiap pagi ada tuh sms dari dia nyuruh latihan, kampret! Haha..,” aku Warman. Album perdana mereka rencananya akan keluar pada pertengahan November ini, lagu-lagu buatan mereka ada yang dkelaurkan dari gudang musik mereka, “Pembuatan rekaman cuman sebulan, lagu udah ada, tinggal kita refined aja. Kembangin lebih asik aja haha..lagu-lagu kita ada yang dari kita pra perjaka sampe post perjaka haha..dan ada yang dikeluarin baru tahun lalu,” jelas Warman sambil meledek satu sama lain. Untuk lirik sendiri mereka tulis bersama. Kalau lebih tepatnya mereka ini mempunyai sifat bosenan, lagu berubah terus menerus. Satu

lagu aja tidak ada pengulangan dua kali. Dan tidak ada yang lebih dari tiga menit. Warman pun berkomentar, “Kita ketika bikin lirik itu asal banget, tapi ujung-ujungnya kita jadi bertanya, kok kita jadi religius banget ya. Terus bikin asal lagi, ko ujungnya cerita tentang anjing gue ya, lahirlah tuh lagu Wonder Dog hihi..” sesuai dengan kebiasaan mereka, maka album ini diberi judul Lorem Ipsum (bahasa para desain grafis) sebuah blank teks dengan isi tulisan acak hanya untuk memenuhi kebutuhan materi saja. Begitu pula dengan TOR sengaja menyerahkan pada para pendengar untuk mengartikan sendiri musik mereka. Yes, satu hal yang tidak pernah jelas adalah genre TOR itu sendiri, apa genre mereka? Banyak yang mengira-ngira dan mengambil kesimpulan. Ketika saya bertanya kebingungan ini mereka pun menjawab dengan santai, “Kita genre sesama personel aja nggak ngerti haha…kamu nggak sendiri nak, kami sendiri lagi mencoba memahami,” kemudian Warman kembali melanjutkan, “Genre kita banyak yang selalu mispersepsi. Padahal nggak ada jazz-nya, nggak ada progressive rock-nya, nggak ada blues-nya. Genre kita sebenarnya nggak pernah bisa ngaku apa, ya udah kita bikn sendiri, funk regresif persusif. Karena kita itu selalu kemunduran tapi juga suka kompor haha.. Kalo di album nggak tahu deh soundnya bakal gitu atau nggak hihi..” saya hanya bisa terdiam sejenak. Lalu mereka kembali melanjutkan bagaimana album ini sedikit berjalan lambat dari rencana sebelumnya. “Kita nggak ada contekan yang diambil langsung sama sound engineer. Di musik kita nggak dapat satu template. Lamanya disitu, nyari-nyari sendiri. Akhirnya seperti kita au deh haha…” kembali semua serentak tertawa. Ada satu fakta menarik dari pernyataan mereka mengenai keinginan awal untuk cara penjualan album barunya ini, “Kita sih pengenya albumnya dijual gratis aja, kalo mau jual, bajakan juga 90% dimana-mana, album cuman jadi katalog doang. Kalo perlu bungkusnya kosong aja, jadi orang bisa langsung copy,” ujar Warman. Tapi pada ujungnya, mereka memilih dijual secara online dibawah naungan REIProject. “Tapi pembuatan album ini kita pikirin serius, proses mixing, kita nggak mau setengah matang. Paling gak presentasinya harus disajikan rapih, pesannya berantakan nggak apa-apa,” kali ini ia memasang wajah serius. Dua detik kemudian berubah lagi menjadi bahan bercanda antara mereka. Lalu Apa yang ditawarkan di album ini? “Kita nggak berharap berat orang jadi ngefans berat sama TOR setelah album ini. Tapi di album ini banyak kesalahan-kesalahan yg kita nekatin, a minor itu harusnya musuhan asama b#, gak boleh disatuin, kita ada itu. nah kita ada harmoni vokal nada yang nggak boleh, tapi kita lakuin juga. Menawarkan pikiran terbuka aja,” kali ini mereka bicara serius. Aboy Asoy akan dijadikan hit single pertama mereka, album yang mempunyai 14 track, dan berdurasi total 45 menit ini TOR setidaknya telah menjalani satu tahap lebih maju dari sebelumnya. “Kalau untuk album kedua? Mungkin 14 tahun lagi haha..ya, paling dua tahun dari sekarang. Kita lihat aja nanti,” ujar Abi. “Sekali lagi, kami kembali dari kesibukan seperti orang kerja lupa liburan aja. Jadi kita langsung bikin aja. Lagu nggak laku, bodo amat! Haha… Kita murni pelepasan ego untuk album ini biar tetep waras. Biar bisa ngecengin band lain, haha..”


Kehadiran festival di weekend ke-empat di bulan September ini layaknya pelengkap yang pas bagi industri music dan hiburan tanah air. Setelah menggelar festival jazz dan rock, kini Java Festival Production dengan bangga mempersembahkan Java Soulnation Festival 2011, event musik urban terbesar yang ada di Indonesia. Menghibur dan menyenangkan bisa jadi dua kata yang paling tepat untuk menggambarkan secara keseluruhan event tiga hari ini. Day #1 (23 September 2011) Istora Senayan yang tetap menjadi venue pelaksanaan event ini mulai terlihat didatangi pengunjung sejak sore hari. Memang crowd tidak membludak, mungkin karena masih banyak yang melakukan rutinitas plus traffic di Jumat sore yang cukup predictable, macet. Segelintir orang yang sudah standby itu bisa jadi adalah die hard fans dari urban music, mereka tidak ingin melewatkan satu moment pun dari festival ini. Hal itu tidak bisa dianggap remeh juga, Soulnation 2011 memang berhasil menghadirkan lineup artis yang keren-keren! Dari dalam negeri, pendatang baru seperti Un Soiree, the extraLARGE, Jemima, Wizzow from

Soulful Java Soulnation 2011 hadir lewat puluhan performance, lima stage, tiga hari, dan satu tujuan. untuk menghibur Indonesia . Teks: Rezaindra O. Fotografi: Muhammad Asranur

088

Batik Tribe hingga Bayu Risa berhasil menarik perhatian penonton yang juga ingin menyaksikan penampilan RAN, Maliq & D’Essentials, Ras Muhamad, Boogiemen dan tentu saja the loveable Raisa. Untuk international artists-nya, hari pertama Soulnation langsung di berondong dengan performance dari Valerius (yang bermain secara marathon di ketiga hari ini), the outstanding, Naughty By Nature, dan tentu saja Nelly. Tepat pukul 22.45, panggung LA Main Stage pun langsung dikuasai oleh salah satu artis hip-hop kenamaan dunia ini. Nelly bersama entourage-nya the Saint Lunatics mengubah indoor area itu menjadi sebuah club hiphop dadakan. Puluhan hits single dari pria berbadan bulky yang identik dengan singlet putih dan celana gombrong ini berhasil ia bawakan dihadapan ratusan penggemarnya yang asik berdansa. Overall, Nelly berhasil membuka Soulnation dengan penampilan yang prima. Satu lagi highlight hari ini, berhubung dunia musik Soul baru saja kehilangan sosok Amy Winehouse, maka beberapa solois wanita Indonesia seperti Sania, Jemima, Molucas, Devina - vokalis the extraLARGE, dan beberapa artis lainnya mengadakan tribute kepada artis eksentrik (yang sekarang pergi ‘rehab’ secara permanen) itu dengan menyanyikan single-single-nya secara bergantian. Day #2 (24 September 2011) Hari kedua, saya yakin Soulnation akan lebih heboh. Prediksi saya benar, sejak gate utama dibuka, antusias pengunjung terlihat lebih ganas. Mulai dari

Weekend


anak kecil hingga orang tua, dari pengunjung lokal hingga wisatawan mancanegara semua hadir disana. Dandanan pun berbeda-beda, ada yang terlihat sangat hip-hopers lengkap dengan atribut bling-bling, oversized outfits, plus sneakers mentereng, dan ada juga yang lebih casual layaknya kaum urban yang stylish. Kemeriahan sabtu sore ini dilengkapi dengan beragam booth dan activation yang menarik untuk disimak. Salah satunya, booth yang menyediakan space, dance floor, backsound serta lighting untuk menemani para pengunjung yang ingin shuffling! Ya, sejak single Party Anthem (Everyday I’m Shuffling) berhasil mewabah di telinga kita, ajakan untuk melakukan shuffle dance sepertinya haram untuk dilewatkan, hitung-hitung sebagai area pemanasan sebelum menyaksikan secara langsung special performance LMFAO di malam harinya. Line up hari ke-dua memang lebih beragam dilihat dari genre-nya, ada Agrikulture, Twentyfirst Night, Roman foot Soldiers, Homogenic, Shaggy Dog, Seven Soul, dan Mobil Derek. Dan malam itu saya bertekad untuk bisa menjadi saksi dari penampilan Depapepe, Mike Posner dan LMFAO for sure! Jam enam sore, LA Main Stage sudah dipenuhi ribuan orang, Depapepe, duo akustik dari Jepang membius semuanya termasuk saya. Walaupun tanpa lirik, puluhan lagu mereka berhasil mendarat dengan

mulus ditelinga semua orang, comforting and also bring lots of happiness around, they successfully speaks universal language through their music. Setelah itu ada Mike Posner yang tampil cukup mengesankan, kemudian pengunjung Soulnation terlihat menikmati setiap area yang ada, mengunjungi booth, makan, minum, dan tentu saja foto-foto. Jam sebelas malam, saya kembali masuk ke LA Main stage, Redfoo dan SkyBlu dari LMFAO pun secara fantastik menyihir ribuan pasang mata (yang rela membayar lebih untuk show ini) dengan penampilan yang susah dilupakan. Tata lampu layaknya diskotik, lengkap dengan dancer dan confetti, duo electro rap asal Los Angeles ini sukses mengajak penonton ikut shuffling atau bisa juga disebut aerobic jenaka, semua terlihat bahagia. Hari kedua Soulnation pun sukses menggoreskan memori indah. Day #3 (25 September 2011) Bisa jadi, bagi mereka yang membeli 3 daily passes untuk Soulnation kali ini sudah mulai merasa kecapean. Sisasisa energi yang ada harus disalurkan ke show-show yang tepat untuk hari terakhir ini. Dan karena saya masuk dalam kategori itu, makanya hanya performance dari Sophie Ellis Bextor dan Public Enemy yang masuk dalam list Must See Performances saya. Bukan berarti penampilan artis-artis lainnya tidak layak untuk disimak, serentetan nama seperti Soulmate, T-Five (yang

masih eksis!), Aditya, Andezzz, Tangga, Marcell, dan Hook (kolaborasi Barry Likumahua, Jonas Wang, dan Ivan Saba) telah siap memberikan penampilan terbaik mereka. Sore menjelang malam, area terbesar di Soulnation kembali dipadati penonton, Sophie Ellis Bextor was ready for some ‘Murder on the Dance Floor’. Selama kurang lebih 75 menit, perempuan asal Inggris yang mempunyai kecantikan bak supermodel ini berhasil membuktikan bahwa she’s just not another pretty faces. Lewat musiknya yang merupakan perpaduan pop-indie-disko- dan 80’s electronic, Sophie kembali mengajak semua orang disana untuk bernostalgia ke jaman Take Me Home, Get Over You, dan Groovejet menjadi anthem setiap club di Jakarta. Puas dengan goyangan dan kecantikan Sophie yang flawless, Public Enemy menjadi final destination saya malam itu. Sekitar jam Sembilan malam, living legend dari

music hip hop ini mengambil alih panggung utama, Chuck D, Flavor Flav dan rombongan mereka lainnya dengan sigap mengelurakan jurus-jurus hip-hop yang keras dan noisy lengkap dengan decitan turntable serta layer sound yang unik. Malam itu they’re amazingly performed the best they can do, umur memang tidak lagi muda, tapi spirit mereka dalam menyuarakan keadilan sosial tetap terasa signifikan lewat lirik dan musik mereka. Overall, Java Festival Production kembali sukses menggelar Soulnation tahun ini, ide untuk menampilkan rising stars seperti LMFAO, Mike Posner dan menyandingkannya dengan grup se-ikonik Public Enemy dan Naughty By Nature adalah sesuatu yang brilian. Four thumbs up for Java Soulnation Festival 2011, we just can’t wait for next year lineups, Kanye or Jay-Z maybe?


B erawal dari an

fotografi

x offic e, m emlm b ro manc e bo gai se oran g nice du de. er das, h in gga fi pantas di dapatnya se ba eka fi lm in di e c in dustri in i. Hal yang o l dia d buatnya be rada di sp ee cappell : kenneth crisell.

sam teks: luke stylist: ooming: rambut: r men. gr spector. redken fo afer: nggunakan io, ten fotogr priano me ndbox stud mme. asis timonthy lokasi: sa n dior ho lermo luis guil menggunaka hernandez. cohl katz : gabriel tal artist nyc. rich. digi jason good


halaman sebelah: blazer marc by marc jacobs, kemeja steven alan, celana denim & supply ralph lauren, sepatu conversejack purcell, kaos kaki milik stylist. halaman ini: kemeja boss orange, dasi boss black, jeans gap.


t-shirt (worn underneath) and blazer by oliver spencer, shirt by spurr, jeans by a.p.c.

Hanya beberapa kali saja, sepanjang karirnya selama dua dekade, ia meragukan pilihan karirnya dalam dunia akting. Pertama terjadi ketika ia masih berumur 18 tahun, dan saat itu Jon Hamm memberinya pelajaran dalam permainan trivial pursuit.Ketika itu Rudd masih seorang mahasiswa baru di University of Kansas dan sangat keranjingan dengan adik dari teman sekamarnya, yang masih duduk di bangku SMU di ST. Louis. Pada suatu kunjungan ke rumahnya, Rudd setim dengan gadis impiannya itu dalam sebuah permainan trivial pursuit. Itu adalah kesempatan emas baginya untuk membuatnya sang idola terkesan. Namun lawan mainnya pada saat itu adalah Jon Hamm, seorang senior SMU yang juga merupakan teman dekat keluarga sang gadis. Hamm sungguh “tampan, pintar dan sangat mahir berolahraga, sebuah kualitas yang sama sekali tidak saya miliki,” kenang Rudd. Tapi Rudd memiliki pengetahuan yang luar biasa, paling tidak pikirnya pada saat itu. “Namun setiap pertanyaan yang terlontar, saya tidak bisa menjawabnya,” ujar Rudd. “Jon, musuh bebuyutan saya itu melempar dadu, dan mendapat pertanyaan, ‘apakah danau terbesar di Afrika?’ dan ia langsung menjawab,’Victoria’. Permainan trivial pursuit hari itu selalu mengingatkan saya , bahwa sekarang saya berada di sekolah akting, dan saya tidak akan pernah tahu apakah nama danau terbesar di Afrika.”

092

Duduk bersama di sebuah kursi di taman sekitar chinatown New York, ditemani setoples besar acar timun di pagi musim panas, Rudd dan saya memperhatikan keadaan sekitar kami, dimana di satu sisi ada sebuah grup yang memainkan sebuah instrumen musik yang kami tidak kenal, dan di lain sisi ada seorang bapak tua yang mempraktikkan Tai Chi. Kami bertemu di Tenement Museum beberapa jam sebelumnya, dan sudah membeli tiket untuk mengikuti tur museum. Namum karena kami harus menunggu hingga 45 menit, kami memutuskan untuk berjalan ke area sekitar, mencari acar timun. “Ini adalah pusat dari acar timun di New York,” ujar Rudd, yang berusaha meyakinkan saya atas pernyataannya tersebut. “Ada masa dimana daerah ini dipenuhi oleh toko acar, pasti masih ada paling tidak satu toko yang


tersisa disini.” Namun, setelah pencarian melelahkan dari Ludlow, Eldridge, Allen dan Orchard, kami siap mendeklarasikan area ini ‘bebas acar’. Pada saat kami hendak menyudahi pencarian ini, kami melewati toko The Pickle Guys, sebuah toko yang, sesuai dengan namanya, dipenuhi oleh aneka acar. “Saya yakin, pasti belum pernah ada orang lain yang se-niat kita dalam mencari acar,” ujarnya sembari melihat-lihat berbagai acar yang terpampang di dalam toko. “Ini bukan yang

pedas ‘kan?” “Sepertinya bukan, bagaimana kita bisa tahu mana yang pedas dan yang biasa?” tanya saya. Ia mengambil acar tersebut, dan mengamatinya bak ilmuwan. “Hmm, saya juga tidak tahu.” Rudd kemudian meluncurkan gigitan pertama pada acar misterius itu. “Pedaaaas!!!” Kalau anda sudah pernah menyaksikan aneka film yang diperankannya (dan bila belum pernah, saya bingung bagaimana anda bisa menghindari kesempatan tersebut) anda mungkin memiliki sedikit asumsi seperti apakah Paul Rudd itu. Biasanya, ia berperan sebagai pria menawan yang sangat ramah dan tentunya pandai melawak. Sesosok yang bisa saja mengingatkan kita akan salah satu dati teman sekitar kita, yang pernah mengencani gadis-gadis yang setipe dengan


mantan kita. Bahkan ketika ia menjadi pemeran utama dalam film seperti Role Models, Dinner For Schmucks, I Love You, Man, dan Our Idiot Brother, ia tetap bisa mempertahankan aura keramahan tersebut, diikuti dengan pengetahuan yang luas dalam dunia one-liner tentunya. Seperti yang dikatakan Jason Segel, yang juga berperan dalam I Love You, Man dan Knocked Up, “Rudd merupakan seorang everyman, anda merasa sudah mengenalnya sejak dulu, sepert seorang sobat lama, sebagai seorang komedian, ia tidak pernah memaksakan keadaan untuk menjadi segera menjadi lucu, ia mengetahui waktu yang tepat untuk itu. Ia seorang leading man dengan mental komedian.” Hal itulah yang ia praktikkan ketika ia berperan sebagai Mike hannigan, suami Phoebe dalam Friends, Andy dalam Wet Hot American Summer (“kau memiliki rasa yang sama dengan hamburger, saya tidak menginginkanmu lagi”), Brian Fantana dalam Anchorman (“60 percent of the time, it works every time”) dan banyak lagi, semenjak ia bergabung dalam geng Apatow, yang diawali Anchorman dan diikuti oleh Knocked Up dan Forgetting Sarah Marshall. Tentunya charm tersebut bisa dengan mudahnya ia pancarkan kembali pada spin off Knocked Up yang akan datang nanti. Ditulis dan disutradarai oleh Judd Apatow sendiri, cerita akan berfokus kepada karakter Rudd dan Leslie Mann. Bahkan pancaran tersebut tetap terasa sekarang ini, ketika kami duduk bersama di kursi ini. Paul Rudd adalah orang paling ramah yang pernah saya temui. Selain pandai melucu, tidak lupa ia juga bertanggung jawab dibalik serial TV komedi Party Down, yang ia tulis bersama produser Rob Thomas. Walaupun serial tersebut di-cancel di musim keduanya akibat pergantian rezim yang terjadi pada stasiun TV Starz yang menyiarkannya, serial tersebut tetap populer di kalangan fans, dengan berbagai kampanye yang bermunculan untuk menyelamatkan serial tersebut. Party Down kini berada di posisi antara Arrested Development dan The Mighty Boosh dalam dunia komedi pertelevisian. Berbusana kemeja kotak-kotak, jins dan sepatu sneakers, mengingatkan saya akan perannya sebagai kakak tiri Cher pada film Clueless yang dirilis tahun 1995 silam. Ia menyelipkan lawakan maupun aksen bicara dalam tiap kesempatan yang membuat saya merasa seperti menjadi bagian dari filmnya. Walaupun seorang komedian sudah identik dengan topik maupun gaya berbicara yang konyol, namun dengan Rudd, hal itu terasa asli. “Paul tidak akan pernah melakukan momen emosional yang tidak asli hanya untuk mengundang tawa,” ungkap Jesse Peretz, yang menyutradarai Rudd dalam The Chateau di tahun 2001 dan Our Idiot Brother, yang ditulis Peretz bersama adik dan

094

adik iparnya dengan membayangkan Rudd dalam peran tersebut. “Ia tahu bagaimana menemukan faktor yang lucu pada sebuah hal emosional tanpa mengorbankan pesan yang real dibaliknya.” Rudd lahir di seberang sungai Hudson di Passaic, New Jersey, dan banyak berpindah tempat oleh karena pekerjaan ayahnya sebagai seorang sales manager TWA. Ia berpindah dari Kansas ketika ia masih bermumur lima tahun, lalu ke Anaheim setahun kemudian, lalu kembali ke Kansas City. Pada masa itu, sang ibu bersikeras agar mereka tidak lagi pindah. “Dulu, saya selalu mengalami kesulitan menjawab ketika saya ditanya darimana saya berasal,” kenang Rudd, yang sekarang ini tinggal di Tribeca dan menganggap New York sebagai rumahnya. “Dari awal saya tahu bawa Kansas bukanlah tempat yang baik bagi saya untuk saya tinggali, namun baik untuk membangun karakter seseorang. Ada semacam buadaya midwestern yang membuat seseorang untuk tidak terlalu membanggakan diri mereka sendiri.” Orang tua Rudd, yang sudah mengenal satu sama lain sejak kecil (ayah Rudd meninggal dunia di tahun 2009, dan ibunya masih tinggal di Kansas hingga kini) merupakan seorang yahudi asal Inggris, yang membuat Rudd merasa menjadi outsider dari masa kecilnya. “Saya ingat banyak teman semasa kecil saya yang tergabung dalam hal-hal berbau kristiani seperti Young Life Fellowship atau Fellowship of Christian Athletes,” kenangnya. “Saya ingin bergabung namun mendapat larangan keras dari kedua orangtua saya. Mengenang kembali hal itu, saya bersyukur orang tua saya melarang saya.” “Well, thank Jesus!” ucap saya. Rudd tentu melihat reaksi saya sebagai peluang melawak, “Yes! Thank Jesus untuk orang tua saya yang melarang saya melakukan hal-hal kristiani!” “Melawak, menjadi jalan keluar saya,” ujar Rudd, dalam menghadapi setiap permasalahan hidup yang ia hadapi. “Komedi adalah cara saya untuk bisa bergabung. Pada saat itu , saya berpikir bila saya pandai melawak mengenai orang yahudi, mereka akan tertawa. Saya tidak menyadari betapa fucked up-nya hal itu sampai saya dewasa. Saya merasa perhatian adalah hal yang penting dalam membina hal yang kemudian menjadi karir saya ini, komedian. Ketika beberapa orang lebih mengutamakan ‘kepandaian’ atau ‘bakat’ dalam menempuh jalur karir ini, saya pikir mereka penuh omong kosong. Pada intinya mereka hanya ingin diperhatikan dan dibilang pandai melucu.” Rudd hampir setiap saat menggunakan humor tanpa disadarinya. Ketika saya bertanya mengapa ia tidak memiliki paspor Inggris, ia berkata, “itu semakin susah didapat. Orang tua saya warga Amerika dan ayah saya tidak dapat memintanya karena ia sudah mati.” Lalu saya bertanya apakah ia selalu menggunakan humor sebagai ‘pelindung’. “Ya, seperti lawakkan passport yang baru saja saya ucapkan. Saya melawak tentang ayah saya yang sudah meninggal, hal yang cukup gelap. Namun saya tahu, ayah saya pasti akan tertawa tebahak-bahak ketika ia mendengarnya.” Dengan kemampuan olahraganya yang nol, Rudd mencoba turnamen forensik di masa SMU, yang mengandalkan kemampuan berbicara melalui debar dan teater. Berkemampuan pada interpretasi humor, Rudd muda sering berkompetisi di ajang nasional (“seperti kompetisi nasional olahraga, namun sebetulnya ini hanya berisikian anak-anak dengan jas yang buruk”). “Saya merasa sangat percaya diri di bidang ini.” Ujarnya. “Saya sama sekali tidak mengikuti tren berpakaian anak-anak pada masa itu, saya sungguh menyukai new wave, saya terlihat seperti Duckie dalam film Pretty In Pink.” Pada saat itu, era metal sedang berada di puncaknya, ketika teman-temannya menden


vest j.crew, kemeja steven alan, dasi band of outsiders, jeans gap, kacamata moscot.


t-shirt oliver spencer, jeans a.p.c.


garkan Boston dan judas Priest, ia mendengarkan Depeche Mode (yang kasetnya ia pesan langsung dari Inggris), R.E.M, dan The Smiths. Salah satu teman orangtuanya melihat performa Rudd di rumahnya, dan menyarankannya untuk mencoba akting. Itulah saat dimana Rudd menyadari, “mungkin saya ingin menjadi aktor.” Ketika ia melanjutkan studi ke University of Kansas, ia mengambil kelas akting dan mempelajari Shakespeare, setahun kemudian ia pindah ke American Academy of Dramatic Arts di Pasadena. Rudd memang tidak mendapatkan gadis trivial pursuit itu (yang sekarang ini juga menjadi artis dan ikut serta dalam film Twilight, Sarah Clarke), namun seiring berjalannya waktu, ia berteman dengan Hamm, yang juga menjadi seorang aktor dan sempat tinggal bersama Rudd. Rudd pasca ADAA bermain di banyak iklan, sekaligus menjadi seorang DJ untuk Bat Mitzvah, Bar Mitzvah dan segala acara pernikahan. “Saya banyak memainkan M.C. Hammer, Right Said Fred, seperti pada film The Wedding Singer,” kenangnya. Tawaran pun banyak mendatanginya, namun peran dalam Sisters bukanlah yang ia cari sebagai pembuka peluang karirnya. “Saya ingin belajar, saya ingin mencoba teater! Saya ingin melakukan hal yang penting! Saya belajar Shakespeare for God’s Sake!” Rudd muda kemudian pindah ke Oxford untk melanjutkan studi aktingnya di British American Drama Academy. “’What the fuck are you thinking?’ adalah reaksi agen saya,” ujarnya. “Tapi saya ingin banyak belajar dan menjadi lebih baik lagi. Sisters bukanlah passion saya. Mengenang kembaliakal, namun saya berpikir masa tersebut, reaksi mereka cukup masuk keputusan semacam itu adalah sesuatu yang harus dilakukan saat anda berumur 23 tahun. Saya melawan arah dari komedi.” Kenangnya. Ia terhenti sebentar dari ceritanya, dan bertanya, “ini pasti acar yang asam khan ya?” tanyanya pada saya sambil menunjuk setoples acar timun. Ia menggigitnya, diikuti senyum lebar yang menandakan rasanya yang enak. Setelah menyelesaikan studinya di Oxford, Rudd muda kembali ke Hollywood dan mendapatkan peran di film Clueless yang sukses besar. Kesuksesan tersebut banyak membuka peluang audisi bagi Rudd. Momentumnya sudah tiba. “Namun saat itu saya bepikir untuk bisa memiliki karir yang berumur panjang,” ungkapnya. “Semua aktor yang saya kagumi memiliki latar belakang teater, dan sebagai penikmat musik sejati, saya menyamakan keadaan tersebut di dunia musik. Saya lebih menyukai band seperti Neutral Milk Honey ketimbang band top 40 lainnya karena mereka memiliki integritas artistik yang tinggi.” Saya mengadaptasi pola berpikir itu hingga sekarang. Atas dasar saran Amy Heckerling, sutradara Clueless dan Fast Times at Ridemont High, Rudd pindah ke New York dan bertemu seorang publicist. Setibanya ia disana dan telat untuk mengikuti audisi, seorang gadis bernama Julie Yaeger yang bekerja di tempat tersebut membantu Rudd dengan menawarkan apartemennya untuk menampung koper Rudd yang tidak sedikit. Beberapa hari setelahnya, Rudd mengajaknya makan siang dan delapan tahun kemudian menjadi istri dan ibu dari dua anaknya, Jack yang berumur enam tahun, dan Darby yang masih setahun. Rudd memiliki pekerjaan yang stabil semenjak ia tiba di New York, namun kesempatan emasnya ia dapatkan atas dasar kesukaan semasa kecilnya terhadap Steve Martin. “Beberapa tahun sebelum Anchorman, saya ingat membuat orang-orang merasa bosan dalam sebuah acara makan malam dengan topik perbincangan saya malam itu, yaitu bagaimana menciptakan sebuah nama yang konyol namun tetap terdengar lucu. Lalu saya terin-

gat, salah satu nama terlucu yang pernah tercipta adalah Gern Blanston, dari aksi komedi Steve Martin terdahulu. Lalu seseorang di meja tersebut berteriak antusias ‘ Oh ternyata itu menjelaskan kenapa Judd Apatow memakai nama itu di emailnya!’ Saya tahu siapa Judd, karena saya merupakan penggemar Freaks and Geeks dan The Ben Stiller Show. Sesampainya saya di rumah, saya mengirmnya email, ‘referensi yang bagus!’” Rudd sama sekali tidak menaruh harap untuk kelak akan bekerja dengan Apatow, yang membalas emailnya dan menjadi awal dari hubungan profesional mereka. Geng komedi super-rusuh Apatow memang sudah menjadi penduduk tetap di perfilman Amerika. Walaupun terasa baru, sebetulnya membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk mendapatkan posisi seperti sekarang ini.

Benih-benih tersebut mulai tertanam sejak Freaks and Geeks, sebuah serial TV yang diciptakan Apatow tahun 1999 silam yang dibintangi oleh sepasang sohib Seth Rogen dan Jason Segel. “Seperti kata pepatah, every overnight success is 10 years in the making,” canda Segel yang merupakan teman baik Rudd. “Judul Freaks and Geeks merepresentasikan kami, kami bukanlah seperti bintang film pada umumnya, dan ketika serial tersebut di-cancel, kami menyadari bahwa kami akan lebih kuat bila bersatu. Bahkan bila kami mendapatkan kesempatan untuk berakting seorang diri, kami selalu menyempatkan diri untuk menulis bagi teman-teman kami. So far, semua berjalan sangat lancar.” Karakteristik yang kuat dari era komedi mereka, bertumpu pada kebebasan yang diberikan kepada para aktor, sebuah kualitas yang sangat disyukuri oleh Rudd. Naskah tersebut terbuka untuk interpretasi bagi para aktornya, yang merupakan sekumpulan sahabat dengan kemampuan melawak berbeda-beda, sesuatu yang tidak bisa dicapai hanya dengan membaca naskah begitu saja.” “Saya tahu, hal ini bukanlah sesuatu yang baru,


sutradara Christopher Guest sudah pernah melakukan metode ini sebelumnya, namun tetap terasa fresh bagi saya,” ungkap Rudd. “Saya ingat ketika saya bermain di Friends, ketika seorang aktor memiliki ide yang lain dalam melawak, mereka harus menulisnya dan melakukan pitch ulang dengan struktur yang begitu kaku. Saya merasa sulit bekerja dalam

kemeja burkaman bros, jeans a.p.c., sepatu nike sportswear.

aturan seperti ini,” kenangnya. Ia kembali mengobservasi setoples acar timun yang lain. “Dengan metode Apatow, saya bisa melakukan improvisasi yang menyenangkan. Seperti sebuah band, hal seperti ini jauh lebih menyenangkan bila kita bisa share dengan teman-teman secara langsung.” “Kami memiliki tingkat persahabatan dan kepercayaan yang begitu kuat, dan anda tahu bahwa kita semua berada dalam satu tim,” ujar Segel. “Kami memiliki semacan perjanjian untuk saling membangun dalam naskah yang kami tulis masing-masing. Kami saling menghargai satu sama lain sebagai sesama aktor, kadang kami menulis bagian yang spesifik untuk teman kami, karena kami tahu mereka percaya akan kempampuan aktingnya ketimbang


apa yang bisa kami tumpahkan dalam naskah, hal inilah yang biasa menjadi pencetus munculnya elemen improvisasi tersebut.” Walaupun Rudd sudah menjadi anggota tetap dari frat pack ini, dan sudah menulis filmnya sendiri (Role Models dan Big Brothers yang ia tulis ulang), pekerjaannya tidaklah hanya bergerak di kategori ‘bro’ ini. Pada film indie Our Idiot brother, yang baru saya tayang di Sundance dan diboyong oleh Harvey Weinstein, Rudd berperan sebagai Ned, penanam ganja yang menjual hasilnya ke seorang polisi berseragam (ya betul, berseragam!), sekeluarnya dari penjara, ia tinggal bergantian di apartemen tiga saudarinya (yang diperankan Zooey Deschanel, Elizabeth banks dan Emily Mortimer), di New York. Ia sungguh naif namun bukan berarti bodoh. Jesse Peretz sudah lama mendambakan untuk kembali bekerja dengan Rudd semenjak ‘The Chateau,’ ia tidak pernah membayangkan Rudd sebagai Ned. “Saya tahu, Rudd pasti mampu menemukan kebaikan hati dari karakter Ned ini, karena naskah ini intinya

099

bercerita bagaimana pada akhirnya kita akan berada di pihak Ned,” ujarnya. Ketika Rudd menerima proyek ini, para aktor maupun artis lainnya langsung turut terjun (Steve Coogan adalah salah satunya). “Paul itu seperti magnet, ketika ia berkata ‘ya’ kami hanya tinggal menunggu yang lain untuk berkata serupa dalam mengambil peran di film ini.” Rudd adalah salah satu aktor yang paling dicari sekarang ini. Ia baru saja menyelesaikan perannya sebagai Bill dalam film The Perks of Being a Wallflower (Stephen Chbosky, yang mengadaptasi dari novelnya sendiri mengirim naskahnya kepada Rudd untuk mau berperan didalamnya) dan Wanderlust arahan David Wain dengan Jennifer Aniston dan Justin Theroux, yang akan ditayangkan oktober ini. Saya bertanya bagaimana reaksi orangtuanya dengan kesuksesannya ini. “Mereka sungguh bangga,” balasnya, namun ia terdiam sejenak. “Tidak seorangpun di keluarga saya yang melakukan apa yang saya lakukan sekarang ini, jadi fakta bahwa saya muncul di televisi masih menjadi sesuatu yang baru bagi mereka. Namun saya tahu, mereka pasti tetap akan bangga, apapun yang saya lakukan. Saya ingat ketika saya berkunjung ke Kansas, dan saya menemukan koleksi kaset video yang tersusun rapi, salah satunya bertuliskan ‘Paul’s Premiere Party’. Itu merupakan rekaman pesta orang tua saya dalam merayakan pertama kalinya episode Sisters ditayangkan, mereka mengundang banyak orang. Saya tidak sanggup menontonnya, karena ayah saya baru saja meninggal dunia...” Saya melihatnya berlinang air mata, saya pun menawarkan untuk mengganti subyek pembicaraan. “Tidak apa-apa,” ujarnya. “Ayah saya sungguh lucu, ia mengenakan tuksedo, mereka bersorak gembira ketika nama saya muncul di layar TV...” Ia kebali terhenti, kemudia mengusap air matanya, “Ah! Apa yang kaulakukan terhadap saya?” Dua minggu setelah kematian ayahnya, Rudd diundang menjadi pembawa acara Saturday Night Live. Di penghujung acara, ketika ia berada di panggung dengan seluruh pemain dan bintang tamu lainnya seperti Beyonce dan Justin Timberlake, ia berkata, sembari memegang jaket sang ayah yang ia kenakan, “bila ia tahu saya akan menjadi pembawa acara Saturday Night Live, i pasti akan sangat gembira,” ujarnya. Anda bisa saja mewawancarai ratusan aktor tanpa menemukan kejujuran semacam ini. Rudd membahas kecintaan sang ayah terhadap sejarah dan benda-benda berumur pendek seperti undangan pembukaan Brooklyn Bridge dari F.A.O. Schwartz yang pernah Rudd hadiahi untuk sang ayah. Hal itu menyadarkan saya bahwa tidak hanya baik hati, namun Rudd juga real. Sebuah kualitas yang ia pelihara sepanjang dua dekade karirnya. Adakah hal yang ia sesalkan? “Tentunya ada hal-hal yang enggan saya bicarakan sampai sekarang ini, namun ketika saya melihat ibu saya, yang tetap luar biasa tegar sepeninggal ayah,” ungkapnya, dsambil menyisir rambut gondrongnya dengan tangannya. “Dia tidak menyangkal kesedihannya, ia tetap meyibukan diri dan mengambil motto untuk ‘beradaptasi atau hancur.’ Hidup terus berjalan, ketika saya mengalami masalah atau kesulitan, saya mengadaptasi motto tersebut. Walaupun sungguh lega membayangkan hidup tanpa penyesalan, namun saya meragukan autentisitas dari kehidupan semacam itu. Kita tidak bisa berkata bahwa cuaca sekarang ini sungguh baik, tanpa pernah mengalami cuaca buruk apapun sebelumnya.” “Ketika beberapa orang lebih mengutamakan ‘kepandaian’ atau ‘bakat’ dalam menempuh jalur karir ini, saya pikir mereka penuh omong kosong. Pada intinya mereka hanya ingin diperhatikan dan dibilang pandai melucu” “Rudd merupakan seorang everyman, anda merasa sudah mengenalnya sejak dulu, sepert seorang sobat lama” Jason Segel “Saya yakin, pasti belum pernah ada orang lain yang se-niat kita dalam mencari acar”


role play

Berkat serial drama NBC, The Playboy Club, dan film The Rum Diary; Amber Heard menjadi pemain watak. teks: luke goodsell. fotografi: jessica haye & clarke hsaio


stylist: annie jagger for margaretmaldonado.com. hair: david gardner for soloartists.com using redken. makeup: mai quynh at starworksartists. com using mark cosmetics. shot at beachwood studios, l.a. top by temperley london, all jewelry by low love by erin wasson.


“Jarang sekali perempuan mendapat kesempatan bermain watak,” ujar Amber Heard, 25 tahun. “kalau kamu bermain watak berarti kamu ngga seksi—seperti dua sisi kubu yang eksklusif. Seolah-olah tidak mungkin untuk menemukan pemain sejati.” Aktris yang membintangi serial drama NBC The Playboy Club dan film The Rum Diary ingin memainkan peran-peran yang menantang, tapi seringkali aktris-aktris muda menghadapi dilemma yang ironis yaitu berpenampilan terlalu atraktif atau cantik. “Pantangan besar kalau kamu cantik dan ingin memerankan tokoh watak,” katanya. “Meskipun sepertinya Hollywood tidak dapat menerima gagasan itu. Bagaimanapun juga inilah yang harus terus saya lawan.” Ungkapan yang menjadi cerminannya itu terasa aneh namun segera terlihat bahwa Heard merupakan perempuan tangguh dibalik penampilannya yang cantik memesona. “Saya berjiwa petarung,” ujarnya diikuti tawa dan tiba-tiba ia menatap keunikan Larchmont Larder café and deli di Hollywood tempat ia menikmati the di sore hari. :Saya berasal dari Texas, saya senang melakukan hal berbeda dalam film-film saya. Saya suka dengan adanya real action and real conflict, baik fisik maupun emosional.” Hingga saat ini, ia sudah melaluinya melalui peran-peran kecil dalam film-film yang sukses. Ia pernah menjadi kekasih Seth Rogen (Pineapple Express), tetangga Jesse Eisenberg (Zombieland), dan bersanding dengan Nicholas Cage dalam film laga (Drive Angry), sementara ini iamemiliki resume yang menakjubkan bermain film horror. Terakhir ia bermain dalam film John Carpenter terbaru, The Ward. Tapi dua filmnya yang akan datanglah yang akan menempatkan dirinya di jajaran aktirs yang layak diperhitungkan. Dalam The Playboy Club, Heard berperan sebagai Maureen, gadis penjaja rokok (cigarette girl) di sebuah klub malam di Chicago milik Hugh Hefner yang terlibat kasus criminal setelah secara tidak sengaja ia memukul bosnya. “Maureen bukan sekedar playboy bunny,” kata Heard bersemangat. “Saya merasa membaca scenario dengan tokoh yang rumit. Saya melihat potensi dari tokoh yang saya perankan dan saya merasa saya berada di tangan yang tepat.” Serial ini sarat dengan suasana dari decade 60-an, seperti halnya karpet indah yang berhasil mewarnai serial Mad Men. “Ini era yang berbeda,” Heard menambahkan. “Ini tidak seperti Playboy yang kita tahu sekarang, ini lebih dari itu: musiknya, pertunjukkannya, klubnya, dan gaya hidupnya. Apa yang tahun 60-an wakili nampak dalam serial ini—dari pertanyaan sosial yang mendasar dan mengubah norma masyaraat, menentang pihak otoritas dan

prasangka.” Sepertinya menggoyahkan keadaan nyaman atau status quo merupakan sebuah dorongan bagi Heard. Ia tumbuh di Austin, Texas dan mengambil kesempatan untuk pindah ke New York saat masoh berusia 16 tahun; dan meninggalkan apa yang ia sebut sebagai komunitas religious yang taat. Setahun kemudian ia kembali dan melibatkan dirinya dalam komunitas film indie di Austin dan kembali menekuni kecintaannya pada film yang pernah ia jalani di sebuah perkumpulan teater. Setelah mengikuti pelatihan seni peran dan teater hingga akhirnya menemukan agent, Heard pindah ke Los Angeles dan mendapat peran kecil dalam film-film seperti Friday Night Lights, sebelum ia bermain dalam film horror, genre yang menurutnya, “menawarkan kesempatan bagi wanita muda untuk berakting. Film horror memberikan ‘kesempatan’ menjadi kuat dan mandiri dan untuk berkelahi, menendang, membunuh dan menangis.” Film The Rum Diary jelas berbeda. “Film ini mengisahkan kisah indah mengenai kehidupan, cinta, seni dan kejujuran,” ia menjelaskan, “berhadapan dengan keserakahan dan polusi.” Ditulis dan disutradarai oleh Bruce Robinson (Withnail and I) dari novel karya Hunter S. Thompson di awal karirnya, sebuah proyek yang bermakna bagi produser, aktor/aktris dan kawan lama Thompson, Johnny Depp. Berlatarbelakang tahun 50-an, kisahnya mengikuti Paul Kemp (Diperankan Johnny Depp), seorang jurnalis yang berwisata ke San Juan, Puerto Rico untuk bekerja di sebuah harian umum local, diwarnai dengan tempat wisata yang belum terjamah, diplomat rakus dan warga setempat yang licik. Dalam film ini, Heard berperan sebagai Chenault, gadis yang dicintai Kemp— peran penting yang ia dapatkan setelah menyingkirkan Scarlett Johansson dan Keira Knightley. “Johnny berjasa dalam film ini bagi saya hingga dapat memerankan tokoh ini,” pendapatnya tentang lawan mainnya. “Saya merasa percaya diri dalam film ini karena saya bekerja dengan orang-orang terbaik.” Ketika ia berperan sebagai pujaan hati Depp, Heard berucap,”aspek romantis dalam film ini diimbangi dengan keadaan mabuk—dan bukanlah tank top a.l.c., karya Hunter S. Thompson tanpa diwarnai keadaan mabuk.” jeans j brand, Thompson terkenal suka mencibir mengenai adaptasi karyanya kalung loree ke dalam film—“I’m getting tired of this waterhead fuckaround rodkin, gelang dan cincin lou love that you’re doing with The by erin wasson. Rum Diary,” pesan pedas itu dikirimkan ke sebuah studio di tahun 2001—dan Heard bercerita bahwa semua orang dalam film ini merasakan beban untuk menghormati karya Thompson. “Ia memiliki kursi di lokasi,” ia mengingat. “ia seorang seniman yang brilian dan revolusioner dengan caranya sendiri. Terlebih lagi, Hunter merupakan teman baik Johnny Depp, jadi tekanannya semakin besar. Bahkan Robinson mengakui ia kembali minum alcohol untuk mengejakan film ini. Yang meninggalkan pertanyaan: Apakah dia mabuk saat menyutradarainya? “Tidak tahu,” Heard tertawa, “Kalaupun saya tahu, saya tidak bisa memberitahunya. Saya mengagumi Bruce; ia orang yang tepat untuk mengerjakan film ini. Ia benar-benar memahami seni. He’s wonderfully, beautifully chaotic.” Yang pasti Thompson akan menyukai kendaraan Heard yang dikendarai hari ini—Mustang’68 hijau tua yang diparkir di luar café. Heard bersemangat ketika pembicaraan beralih ke mobilnya vintage-nya yang gagah, ia menegaskan, “Itu kesayangan saya,” ucapnya diikuti senyuman.


103


action 104 tooth!


/ fotografi: andre wiredja / desain & konsep: philea adhanti / asisten stylist: nia tantri hair & make-up : marina sitohang / models : wesley & havne (VTM)


106


t’s by roc c k in

si ar / v t

y ja c

ke t

by

orb is

/ j

ean s

by

gu e

ss


ress

by rosebud

/ top by g au d

i

wesley : beanie by orbis / long sleeve by denim destination / c

go by orbis / havne : d

ar


109



jac ke

/

o ti t b a in y t st opm e d an / m i t’s b n y junk food at de

n

ha

vn

ro p

sw e

linea hoes by / pants by nudie at 707 / s

t by denim destination / right r by topshop / shor side / baseball t’s by o

le

at er

t

be r

111

c

bis

f

sid e b / w esley :

om

e

:


ISMAY

112


LIVE YA

feature: promotor

Dalam waktu Satu tahun, kita tidak hanya datang ke klub atau restoran ISMAYA, now we go to their concert. Love Garage, BB Live Concert, Jakarta Warehouse Project adalah tiga acara besar yang pasti akan menjadi highlight tahun ini. Ketiga acara ini memorable karena, ini bukan sekedar konser biasa. Event ini seperti sebuah festival. It’s about good music, great food and cool people. Untuk membuat event yang sangat menghibur, tak terlupakan dan selalu baru menjadi tujuan keberadaan Ismaya Live di industri promotor. Suatu sore di café Ismaya Catering, NYLON Guys berkesempatan ngobrol dengan beberapa pentolannya. Obrolan dibuka dengan menanyakan pengalaman tak terlupakan saat membuat event selama satu tahun ini. Christian Rijanto sebagai Marketing Director langsung menjawab : “Love Garage! Mungkin setiap promotor akan stress membuat outdoor event di Jakarta karena prediksi cuaca tidak jelas. Hampir 2 jam sebelum acara hujan deras banget, tapi ternyata kekhawatiran itu hilang saja, dengan tiba-tiba matahari muncul.” Event ini memorable buat saya juga karena ini kolaborasi beberapa pihak dan beberapa artis dan kita nggak kasih tahu letak konsernya persis sampai beberapa saat terakhir dan ternyata yang datang ramai, and everybody was happy. Jadi event ini buat saya berkesan karena itu, ujar Christian.” Buat Yudha Perdana sebagai Brand Manager Ismaya Live, BB Live concert salah satu event yang membuatnya kaya pengalaman mendadak. “ Bagaimana tidak yah, karena untuk BB Live kita menyatukan beberapa genre sekaligus, crowd-nya besar, dan baru kali ini mengurus artis Korea. You know what? Bahkan mereka tidak stay semalam di Jakarta, dari konser

langsung balik ke Korea. Ismaya Live masih terbilang rookie, bahkan ini diakui oleh Kiki Utara sebagai Head of Public Realtions. “Sebenarnya kita ingin menyuguhkan sesuatu yang berbeda, memang sedikit segmented tapi kita tahu market yang kita tuju. Kita selalu berusaha memberikan event yang berkesan mungkin dari suasana, dari activation maupun artis yang kita pilih,” ujar Kiki. “Tapi dari kesuksesan dari satu event ke event berikutnya, syukurnya justru kami cepat mendapat kepercayaan dari industri, bahkan sekarang ada beberapa sponsor sudah meminta kerjasama membuat event seperti yang Ismaya buat”, tambah Yudha. Jadi bagaimana kalian brainstorm? “Kita sebagai keluarga besar Ismaya tuh sering ngobrol, dan hampir semua bebas kasih ide apa aja, makanya nggak heran kalau lagi bikin event semua ikut partisipasi dan terlihat solid,” itu penting ujar Kiki. Berkat Ismaya Live tahun ini kita dapat menyaksikan Two Doors Cinema Club, The Drums, Mark Ronson, Suede, Bag Riders dan masih banyak artist keren lainnya. Dan untuk menutup tahun akan diadakan Jakarta Warehouse Project di bulan Desember. Tidak tanggungtanggung 8 DJ ternama di dunia, diantaranya Bob Sinclar, Roger Sanchez, Jazzy Jeff dan Cosmic Gate. And so ready to make you dance till dawn. Ismaya Live semakin membangun kredibilitasnya, dan apa rencana mereka di tahun mendatang? Christian pun menjawab, “Ismaya Live berharap bisa berkembang untuk membuat event-event atau festival yang tadinya, only people can dream of, mungkin seperti Coachella. Tapi tetap, a long the way kita ingin membuat event yang bagus, selalu berbeda dan accessable untuk lebih banyak orang.”

in a speed of light

berdiri kiri-kanan: Christie Gabriella - Marketing & Promotion Ismaya Live, Yudha Perdana - Brand Manager Ismaya Live, Christian Rijanto - Marketing Director Ismaya Group, Richard Sandy - Marketing & Promotions Ismaya Live duduk kiri-kanan: Asandi Tri-Putra - Production Ismaya Live, Mellisa Niode - Marketing & Promotions Ismaya LIve, Kiki Utara - Head of PR Ismaya Group.

Teks: Ein Halid. Fotografi: Erwin R.C.Panjaitan


UrbaniteAsi

Passion hidup seseorang tentu saja berpengaruh besar terhadap result dari apa yang ia kerjakan, dan ini terbukti pada keberhasilan Urbaniteasia dalam menyelenggarakan event-event-nya. Tahun ini saja, pecinta musik di Indonesia seperti menyembah promotor ini akan keberhasilannya mendatangkan artis-artis yang spektakuler, sebut saja British hottest duo tahun ini, Hurts, MGMT dan sang living legend dance music, Fatboy Slim! 2011 berhasil mereka lalui dengan respon positf dari semua yang berada di industri hiburan tanah air, they marked some flying colors in our entertainment scene. Berawal dari ketidak sengajaan Yudha Budhisurya dalam menyelenggarakan event musik Playground, akhirnya terbentuklah Urbaniteasia bersama teman sekaligus partner bisnisnya, Arief Sundjaja. “Ketika ngerjain Embassy Playground, kita merasa membutuhkan tim yang lebih specialized dalam event promoting, dan pas Arief baru balik dari Singapura dengan perusahaan Urbanite-nya akhirnya kita memutuskan untuk lebih serius

di bidang ini dan decide untuk bikin Urbaniteasia di tahun 2009.” Lantas apa yang membedakan mereka dengan perusahaan lainnya? Pria yang juga masih menjalankan bisnis F&B ini dengan gampang menjawab, “Yang membedakan kita dengan yang lainnya secara general adalah, kita ngejalanin ini semua dengan passion yang dikombinasikan dengan pertimbangan bisnis. Ketika banyak orang yang ngerjain proyek seperti ini dengan passion tapi melupakan sisi bisnis, maka disini kita menyeimbangkan kedua-duanya. Oiya, dan bisa dibilang target market kita mostly adalah young market, which is market yang paling antusias untuk datang ke gigs,” ujar Yudha. Urbaniteasia tidak melulu soal event hipster yang edgy dengan line up artist yang cutting edge, mereka juga bisa menggelar event yang konser yang lebih komersil dan mainstream (mendatangkan David Archuletta contohnya), tentu dengan sentuhan khas mereka. Visi dan misi untuk selalu berusaha untuk mengabulkan

kiri-kanan: Saskia Anggun – Public Relations Intern, Ferdinand Fernando - Production Staff, Rain Chudori - Social Media Administrator, Prima Hapsari: Event Coordinator, Nitta Nazyra C. Noer - Public Relations & Media Relations Manager, Catherine Sumitri - Art Director/Graphic Designer, Arief Sundjaja - Finance Director, Yudha Budhisurya - Managing Director.


Teks: Rezaindra O. Fotografi: Erwin R.C.Panjaitan

maupun negatifnya,” jelas pria berkacamata ini. Rajinnya para artis mancanegara berkunjung ke Indonesia akhir-akhir ini memang menimbulkan berbagai polemik di industri hiburan Indonesia karena banyaknya promotor dadakan yang bermunculan. Menanggapi hal ini, Yudha berkomentar “Sebenarnya buat gue ini nggak masalah. Hanya saja terkadang mereka ini (promotor dadakan) tidak memperhitungkan semuanya dengan benar. Karena masih baru, mereka cukup desperate untuk ngedapetin

Passionately Entertaining

keinginan banyak pihak adalah alasannya, “Event yang baik adalah ketika semua pihak yang terlibat senang. Mulai dari artis, promotor, pengunjung, sponsor, hingga media. Kadang-kadang tolak ukur sebuah event itu bukan harus rame banget, tapi kalo semua orang yang datang merasa bahagia, itu sudah merupakan sebuah mission yang accomplished buat kita,” jelas Yudha bersemangat, “Tujuan sebenarnya kita disini adalah untuk bikin orang senang kan? Nah, itu yang bikin gue tetap semangat untuk maju di industri promotor.” Yudha, Arief dan timnya memang bukan pemain baru di industri hiburan ini, tapi bukan berarti mereka lepas dari berbagai kendala, line up artists adalah salah satu biggest challenge mereka. “Bisa dibilang seratus persen line up awal yang kita mau itu nggak pernah kita dapat, jadi kita harus compromise dan bikin line up baru yang ideal. Karena during the process kita harus menyesuaikan dengan budget, schedule, dan hal-hal lain termasuk sponsor yang datang dengan dampak positif

feature: promotor

artis, akhirnya mereka berani bayar artis dengan harga mahal dan merusak pasaran kita ke artis juga sponsor. But at the end of the day, si artis dan sponsor juga akan melihat result dari mereka yang tidak maksimal,” jelasnya serius, “Dua tahun lalu gue masih bisa nyebutin semua nama promotor di Indonesia, sekarang udah nggak bisa haha... Kalo memang mereka mau serius, bisnis ini harus benar-benar dikerjain, nggak boleh sekedar ikut-ikutan saja.” Ketika disuruh untuk menyebutkan satu event Urbaniteasia yang paling dia sukai, Yudha angkat tangan, “Itu kayak disuruh milih mana anak kesayangan lo... Semua event kita punya kesan tersendiri,” jawabnya. Kesan itu termasuk story behind the artists and their riders, Urbaniteasia so far belum pernah berurusan dengan diva ataupun hip-hop superstar jadi mereka belum pernah direpotkan dengan permintaan-permintaan yang aneh. Request dari frontman MGMT, Andrew VanWyngarden yang sedang menjalankan vegan diet dan personel HURTS yang minta dipasang foto-foto supermodel di backstage mungkin adalah yang paling unik. “Gue beruntung dari banyak artis yang gue booked, walaupun pada awalnya mereka reluctant tapi ketika mereka sampai disini,ketemu sama kita, somehow diujung trip-nya mereka sangat happy,” ujarnya bangga. Tahun ini Urbaniteasia akan menutupnya dengan mendatangkan Mayer Hawthorne (bersama Soundshine) Desember nanti, sambil mempersiapkan Playground dan satu festival ber-genre dance music dengan clue: white outfits, franchise dari luar, dan produksi yang besar-besaran untuk 2012. Sebelum menyudahi interview ini, Yudha juga mengakui bahwa mereka tidak akan muluk-muluk untuk mendatangkan artis-artis raksasa seperti Madonna ataupun Coldplay karena persainganya terlalu gila disini, “Daripada gue kesel, gue decided untuk nggak konsen sama artis kayak gitu, karena artis kayak gitu semua promotor juga ngejar mereka,” celetuknya. Tapi ada satu artis yang menjadi ambisi Yudha sebagai seorang promotor, “Ini adalah artis yang paling susah untuk di booked sekaligus motivasi awal gue untuk jadi promotor. Gue mau ngedatengin Daft Punk!”

115


116 Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Ka Kromodimuljo


feature: promotor dari kiri-kanan:Ticketing-web master, Ifan. Director of Production, Aca. Director-Project Officer, Hanin. Administrative, Gege. Ticketing-Web Master, Wima. Finance, Adam. Promotion, Resty.

Awalnya dibangun dengan dua record label ternama, Aksara Records dan Fast Forward Records (FFWD), mereka mendirikan satu empire yang belum tentu lain bisa asal jiplak. Kedua record label ini telah lama membangun komunitas musik dan budaya yang dimana menciptakan (atau bisa dibilang pioneer) trend tersendiri bagi para pecinta musik indie. Pertemanan ini pun membuahkan mereka sebuah legit event promoting company that bring us some new perspective at concert events. “Kita (bersama pemilik Fast Forward, Hervy dan Didit) pergi ke Tokyo untuk nonton konser Sumersonic awalnya, kebetulan selera kita sama, terus kita mempunyai ide “Bagaimana kalau kita membuat suatu konser?” dan konser Soundshine Festival pun terjadi,” jelas Hanindito Sidharta (Hanin) sang pemilik promotor Soundshine. Lahirlah acara tersebut dengan membawa Kings Of Convenience pada Maret 2006 lalu. Sukses berat, Hanin pun tidak mau berhenti disitu saja. “Kami ingin memberi orangorang Indonesia something new, something they haven’t heard before, but already known abroad. Plus karena nama Soundshine itu very catchy, langsung kita pakai nama itu sebagai nama company kami,” papar Hanin. Seiring berjalanya dengan konser-konser berikutnya seperti Club 8, Sondre Lerche dan Nouvelle Vague pada tahun 2007 yang menuai sukses besar namun Aksara Records salah satu label dari partnership Soundshine terpaka tutup, dikarenakan lesunya pasar dan banyak hal lainnya. “Dari situ kami sepakat untuk menjadikan PT kami perorangan,”kembali Hanin menjelaskan. Hanin yang tengah disibukan dengan persiapan konser Tame Impala dan Chk Chk Chk sibuk wara-wiri telpon berdering dan Blackberry Messanger yang terus masuk sembari kami wawancara. Kalau kita lihat memang Soundshine selalu membawa band-band yang tidak biasa, bahkan jarang dikenal oleh masyarakat Indonesia, but that’s the point, pengenalan itu adalah visi mereka, “We try to bring the music that is very edgy music that off course marketable, not mainstream stuff. Simple-nya sih kami ingin membawa band-band yang lagi ngetop di New York, London, dan Tokyo. Kita mau terapin itu disini karena memang sudah waktunya Jakarta bisa menjadi salah satu kota hitz di dunia. Emang nggak gampang, disana ngetop belum tentu disini iya. Paling berat making sure the band is well known enough to make sort of money. Kita punya komunitas yang kita tuju, karena kita punya pasarnya. Kita itu jalan duluan dari yang lainnya. Kita punya database. Jadi untungnya its easier for us untuk menawarkan sesuatu yang baru.” Jelas Hanin. Sesuai dengan visi mereka maka teruslah lahir seperti Beatfest Soundshine Events yang

mendatangkan Belle & Sebastian, Phoenix, DJ Diplo, Whitest Boy Alive, DJ Steve Aoki, dan Prins Thomas. Sekali lagi jejeran konser ini menuangkan kesuksesan besar hingga Soundshine is well known now. Hanin pun mengakui sekarang usaha promotor itu sedang menjamur. Jadi langkah mereka tidaklah semudah dulu. Pesaing ini pun menjadi drive Hanin untuk menjadi promotor yang kreatif namun masih bisa dinikmati khalayak banyak, “We try to be bigger. But to be big it need some time. We have a plan to grow ourself now. But it will announce soon. More creative. Going original. We want bring a beter music here. Soalnya sayang sebenernya banyak banget musik yang bagus ,that is why saya punya kewajiban untuk mengenalkan musik-musik ini ke audience sini,” Jelasnya. Bukan sebuah badan usaha namanya kalau tidak ada kendala-kendala. Justru pengalaman itulah yang membuat mereka semakin hidup. Soundshine memilki banyak kendala, seperti sponsorship, venue yang belum pasti, sampai masalah crew yang bermasalah. “Ada salah satu artis kami, Eirick dari Kings of convenience yang keracunan makanan, dia sampai nggak bisa apa-apa, untung ada dokter, at the very last minute before the show, dia kumpulin energi dan ngejalanin pekerjaanya. Kalau ini nggak jalan, bisa gawat judulnya!” canda Hanin. Tetapi sebenarnya tantangan terbesar mereka adalah cara menemukan artist yang mereka inginkan. Hanin kembali setuju, bahwa ini adalah semua masalah yang dimiliki oleh para promotor. Satu hal yang promotor ini pantau masa sekarang dan mungkin akan menjadi mimpi buruk para promotor bahwa acara konser sekarang telah datang bertubi-tubi. Masyarakat pun menjadi bingung memilih konser yang mana untuk ditonton. “Yes, the bad thing is the audience is getting spoiled,

too much entertainment. Too many frickin events, too many choices, orang menjadi kaget, but its cool though. Because we’re living in a cool city now.” Tidak terelakan juga, harga tiket yang menjulang tinggi. “Kita ngga bisa nyalahin juga, karena things not getting cheaper everywhere. The level economy is getting higher. Pergi ke konser jadi secondary, karena efek ini. The band juga not getting cheaper. Kedepannya akan lebih susah. Potentially semoga semoga kita bisa didukung pemerintah kita seperti di Singapura untuk festival musik, disana bisa mendatangkan ribuan turis dari seluruh dunia, semuanya bisa dibuat murah. Karena Tourism Board disana mendukung secara materi untuk semua promotor, mereka sadar benar bahwa promotor-promotor ini bisa menghadirkan pemasukan untuk tourism. Java Jazz salah satu contoh kongkrit bahwa festival musik bisa mendatangkan turis di Indonesia , kenapa belum juga board of tourism kita belum juga menengok dan membantu kita? Kita ini bakal banyak artist yang datang, jadi jangan disusahin lah..” jelas Hanin serius. Walaupun the best Soundshine event menurutnya itu Kings Of Convenience dan Phoenix namun bukan berarti mereka mahir dalam bidangnya, “Gue masih belajar untuk hal ini. We challenge ourself everytime. Nggak ada yang ngajarin gue begini begitu, yang pasti kita akan melakukan some original shows. Alhamdulilah So far kita sudah mendapat feedback yang baik dan sukses. Tapi kita nggak sabar nunggu tahun depan, next year you will see big things from us!” Impian mereka besar, tujuan mereka tidak akan berhenti sampai Soundshine mampu membuat festival besar. Keuntungan-keuntungan seperti adanya internet pun juga memberi suatu marketing yang cukup hebat bagi mereka. Plus database yang loyal. Bisnis ini tidaklah mudah memang, namun Hanin bersama rekan-rekannya memiliki konsistensi yang mantap, kualitas yang tidak diragukan dan kredibilitas yang tinggi. Ou, by the way, Desember ini mereka akan membawa Mayor Hawthorne Band. Hopefully ini akan menjadi acara penutup yang berkesan di tahun 2011.

different is the new black


Java Festival

Production

berdiri kiri-kanan: Mohammad Ridwan Radio Promotion Coordinator, Rachmatia Kurniawati - TV & Online Promotion, Agnes S. Abram - PA to Program Director, Ressanda Tamaputra - Head of Promotion, Dewi Al. Gontha - President Director, Pradiva Sawarno - PA to President Director.

Tujuh tahun yang lalu, Indonesia seperti dipandang sebelah mata oleh dunia dalam hal penyelenggaran konser hiburan bertaraf internasional. Sekarang? Negara ini seperti destinasi wajib oleh berbagai artis musik mancanegara, Indonesia sukses memetakan posisinya sebagai negara yang dapat menyelenggarakan festival musik dari berbagai genre dengan baik dan aman. Nama PT Java Festival Production adalah salah satu penyebabnya, mereka berhasil mengusung Java Jazz Festival sebagai sebuah event unggulan dan dinantikan setiap tahunnya. Sukses menjadikan Java Jazz sebagai anual event, menyusul kemudian Java Rockin’land dan Java Soulnation Festival yang melengkapi sepak terjang mereka. “Yang membedakan kami dengan promotor lainnya adalah bahwa kami memposisikan diri kami sebagai promotor dengan spesialisasi festival, pelaksanaannya lebih dari sehari, dengan menggunakan empat hingga delapan belas panggung di setiap acaranya” ujar Dewi Gontha sebagai Direktur Utama PT Java Festival Production. Visi dan misi mereka untuk mempersembahkan sebuah acara yang diakui secara internasional dan menjaga kualitas setiap acara sehingga dapat bersaing dengan festival-festival musik di negara lainnya terus menjadi DNA mereka. Menurut Dewi, sebuah event yang bisa didefinisikan baik adalah event dimana pelaksanaan sebuah acara tidak mengesampingkan detail artistik juga aspek-aspek lainnya, seperti flow penonton yang tidak ribet, kenyamanan menonton, kapasitas venue, fasilitas di lokasi, keamanan, dan masih banyak hal kecil lainnya namun berdampak besar. Terkadang pengunjung konser (termasuk saya) yang tidak merasa puas dengan gampangnya langsung menghujat pihak penyelenggara tanpa memikirkan kerja keras yang telah mereka lakukan. Menyelenggarakan konser, terutama festival tiga hari berturut-turut tidaklah mudah, bukan hanya pada hari H-nya saja, tapi sudah sejak persiapannya. “The biggest challenge dalam membuat sebuat event adalah penentuan

118

Teks: Reza Indra O. Fotografi: Nick Easton

konsep acara dan bagaimana cara mempersembahkannya kepada pada penonton agar menarik dan bisa membuat mereka bertahan untuk terus menonton,” papar putri dari penggagas Java Jazz Festival, Peter F. Gontha ini, “Hingga mengaplikasikan semua yang tertera pada saat perencanaan sesuai dengan di lapangan. Seringkali apa yang kami rencanakan sebelumnya bisa berubah ketika pelaksanaan, bila itu terjadi, itu adalah saatnya bagi untuk kita mengoreksi diri dan memperbaikinya di acara berikut.” Industri hiburan di Indonesia sedang sangat booming, itu sebabnya Java Festival Production ingin mempertahankan konsistensi, kualitas dan kredibilitas baik mereka agar image Indonesia di mata dunia tetap positif. Adakah yang membedakan Indonesia dengan negaranegara lainnya dalam hal penyelenggaran konser? Secara blak-blakan perempuan bernama lengkap Dewi Alice Lydia Gontha ini menjelaskan, “Terus terang , selain venue disini yang tidak banyak pilihan, sekarang Indonesia sudah bisa dibilang sekelas dengan negara-negara lainnya. Kalaupun ada banyak keterbatasan dengan alat tertentu, itu tidak menjadi alasan kita untuk membatasi kreatifitas dan memaksimalkan fasilitas yang ada.” Dibawah pimpinan wanita muda dengan dua orang

Sounds of Festive


feature: promotor

anak ini, masalah fasilitas, venue, konsep sepertinya bisa dihantarkan oleh Java Festival Production ke dalam setiap event mereka dengan sempurna, lantas bagaimana dengan artisnya? Mengurus satu artis besar saja sudah terdengar sulit apalagi dengan puluhan hingga ratusan artis yang harus mereka akomodir… “Memang agak sulit untuk mengurusi artis untuk satu festival. Solusinya adalah, kami memberikan treatment yang hampir sama semua untuk kebanyakan artisnya. Rata-rata artis luar negeri, terutama artis Jazz sangatlah koperatif, karena mereka lebih santai dibandingkan artis Pop, Hip Hop ataupun Rock,” ujar Dewi sambil tersenyum. Ia pun menyebutkan pentingnya untuk memenuhi daftar permintaan artis (riders) demi kenyamanan mereka selama

berada di Indonesia, termasuk mengabulkan permintaan seorang artis laki-laki untuk disediakan sebuah giant Teddy Bear! Yeah, I know who’s that man… Sambil mempersiapkan sebuah festival baru (with different genre of course!) yang masih dirahasiakan konsepnya, Dewi dan Java Festival Production masih fokus dalam memperbaiki dan membesarkan ketiga festival tahunan mereka. Ada artis yang lagi di-approach kalian? Dengan sigap Dewi langsung menutup mulut dengan tangannya, “That’s confidential, nanti kalau dibocorin dibajak orang dong hehe..”


JAVA

Teks: Ein Halid. Fotografi: Nick Easton

MUSIKINDO


feature: promotor

Bila Anda memikirkan saat terbaik dalam hidup, mungkin salah satunya sedang berada di salah satu konser Adrie subono. Kecintaan saya untuk nonton konser, berawal dari pengalaman tak terlupakan saya berada di Parkir Timur Senayan 14 Januari 1996. Dua hari setelah saya ulang tahun menyaksikan tiga band terhebat Foo Figthers, Sonic Youth dan Beastie Boys. From there, kegiatan ngantri tiket, berdesakan di area festival, sing a long sampai suara nyaris habis dan pulang dalam keadaan lebih happy jadi moment yang saya nantikan. Apa jadinya, after all this years akhirnya saya harus mewawancarai sosok yang bertanggungjawab yang telah membuat banyak orang lebih happy berkat konserkonsernya. Well here it is…. Tanpa sungkan Adrie Subono menyapa kami semua dan mempersilahkan untuk foto dan wawancara di ruangannya. Hari itu seperti biasa kita dimasukkan ke dalam jadwal Om Adrie (begitu ia biasanya ia disapa) yang sangat padat. Kesan pertama yang saya dapatkan adalah he is truly a people person, content, dan humoris. Sebagai pemain lama sejak tahun 1994, saya menanyakan adakah yang berbeda dari bisnis promotor ini. “ Ada yaitu twitter! Saya menyadari betapa kuatnya social media, saya bisa berpromosi disitu dan saya jauh lebih dekat ke customer

pengalaman tahunan. Berbicara tentang bisnis promotor sendiri ia memberikan pendapatnya : “bisnis hiburan di Jakarta khususnya tidak akan mati, begitu juga dengan bisnis promotor. Banyak memang yang ingin terjun ke bisnis ini, dan itu bagus.” Lalu berdasarkan pengalaman apa modal paling penting? “Kredibilitas sebagai promotor, jangan menjadi promotor yang hanya mengejar duitnya saja, sehingga tidak memerhatikan keamanan dan kenyamanan konser, pintar menghadapi orang luas, karena ada kalanya harus bicara dengan penonton, pers, agen dan sponsor, intinya sih punya hubungan baik. Dan pintar membaca pasar, seperti saat kita bawa Bruno Mars yang baru punya 1 album tapi yang suka lagunya berpangsa luas.”

the fire starter saya. Saya begitu kaget awalnya dengan begitu responsifnya follower di twitter terhadap apa yang saya tulis, saya melihat ini sebagai peluang,” ujar Adrie sambil tertawa. Adrie Subono yang memiliki follower sebanyak 579425 merasa yakin ini sebagai alat yang paling efektif untuk mengembangkan promosi Java Musikindo. “Semua saya infokan lewat twitter, lihat saja presale tiket Maroon 5 dalam sekejap langsung habis karena semua saling berhubungan lewat social media,” sekali lagi dengan antusias Adrie Subono meyakinkan kita. Meningat-ingat pre-sale Maroon 5, saya sedikit sesak karena termasuk di dalam group orang kecewa karena tidak kebagian tiket. Apakah Java Musikindo akan terus menerapkan konsep pre-sale ini yang rata-rata habis dalam waktu 1 hari? “Begini, buat promotor itu sebuah keuntunggan, apalagi saya yang jualan di rumah sendiri, dengan promosi lewat social media, sebenarnya saya berusaha menurunkan harga jual tiket, karena saya memotong budget di sektor lain. Agen promotor di luar negeri bahkan di kasus ini seorang Adam Levine pun kaget bahwa saya mampu menjual seluruh tiket dalam waktu 1 hari.” Kesuksesan ini pun terulang lagi dengan konser Owl City mendatang, tiket habis jauh sebelum jadwal konser. Berbicara dengan Adrie Subono, kita harus pintar menangkap apa yang dilontarkan, mungkin kesannya hanya obrolan ringan penuh dengan canda tawa, namun percayalah saat ia berbicara adalah hasil dari

Sudah sewajarnya seorang Adrie Subono, kini lebih menikmati hidupnya. Lalu adakah yang masih ingin dilakukan? “Yah begini-begini saja, tim saya yang kecil ini sudah bisa berjalan secara otomatis. Anakanak saya sangat membantu saya,” ujar Adrie sambil tertawa. Namun sempat Adrie menyebut dua artis yang selama ini belum bisa ia bawa yaitu Eric Clapton dan Radiohead. Untuk menutup wawancara ini saya mengutip kalimat yang dituangkan dalam buku yang ia tulis berjudul ‘WOW’: ‘Frustasi, kesal, sedih, bahagia, senang, terharu dan bangga bercampur aduk, itulah perasaan yang timbul kala akan melangsungkan pertunjukan musik artis dunia. Sulitnya mengurus sang artis dengan seribu satu macam permintaannya, hingga pusingnya mengatur penonton dengan segala ulahnya adalah hanya sebagian kecil dari pekerjaan seorang promotor. Dengan kunci kesabaran, optimisme, agresifitas dan kecintaan pada musik, sepuluh tahun dapat dilalui JAVA Musikindo dengan baik.”

1 12



Bila ada pria lain yang lebih cool daripada Jeff Bridges, tolong beritahu kami. teks: steve appleford. fotografi: danny clinch


“Apakah itu White Russian?”

Minuman itu seolah menatap wajah Jeff Bridges dan ia memperhatikan minuman kombinasi vodka, liqeur dan cream itu dengan berkerut wajah dan tersenyum. Minuman tersebut meripakan pemberan seorang fans yang sungguh terobsesi dengan peran Bridges sebagai “The Dude” dalam The Big Lebowski. Para fans “The Dude” selalu setia mengikutinya, bahkan sampai kemari, ke klub Troubadour di West Hollywood dimana Bridges akan melantunkan beberapa tembang patah hati. “Nah, man, kau saja yang minum untuk saya,” ujarnya dengan tawa. Namun malam ini, Bridges mengingatkan saya akan karakternya yang lain. Penyanyi country Bad Blake dari film Crazy Heart keluaran 2009 yang memberikannya piala Oscar. Setelah empat dekade, kini ia kembali ke Troubadour, mengingat keputusannya di masa lalu, untuk meninggalkan karir bermusik demi menjadi seorang aktor. “Saya sudah menjalankan karir berakting ini cukup lama, sekarang saya berubah menjadi seorang musisi,” ungkapnya dengan tawa di sela-sela nyanyiannya. Dengan kemeja western berwarna gelap serta janggut coklat yang sudah mulai memutih, ia bekata, “anda tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi.” Papan bertuliskan private event tertera di pintu masuk, dan ini merupakan early show, sebab Bridges akan naik panggung pukul 8:30 malam. Sang kakak, beau dan penyanyi Jackson Browne turut menyaksikan dari balkon. Yang juga hadir malam itu adalah teman-teman baru Bridges, Ryan Reynolds dan Olivia Wilde. Ruangan terisi penuh namun tidak sumpek, nyaman bak ruang keluarga. “I don’t trust the past anymore/ It’s not the same as it was before,” lantun Bridges dengan suara seraknya dalam tembang “Nothing Yet”. Band beranggotakan empat personil itu berkutat seputar rhytm, yang diikuti oleh nyanyian Bridges. Seperti pohon yang tertiup angin, begitulah penampilannya malam itu. T Bone Burnett, produser dari album perdana Bridges tampak di tengah keramaian penonton. “T Bone! Lihatlah hasil yang sudah kau kerjakan!” teriak Bridges yang tampak senang melihatnya. Bridges masih seorang remaja terakhir kali ia pentas di Troubadour, sebuah tempat historis dimana para musisi dari John Lennon hingga Radiohead pernah memberikan penampilan yang mengubah karir mereka selamanya. John Lennon pernah diusir dari klub ini karena ia terus mencemooh The Smothers Brothers dan pernah memakai tampon di kepalanya. Dan bahkan Quincy Jones baru saja naik pentas, mengingat pengalamannya dalam memproduseri tembang folk psychedelic Bridges bernama “Lost In Space” untuk sebuah soundtack film era 60-an. “Saya senang bisa menyaksikan Bridges malam ini, melakukan apa yang sudah menjadi panggilan hatinya ,” ungkap Jones. Esok paginya, Bridges berada di hotelnya yang terletak tidak jauh dari klub. Ia besar di Los Angeles, namun gempa di tahun 1994 memaksanya pindah ke Santa Barbara. Sang aktor terlihat rapi, jauh berbeda dengan Bad Blake, dan sungguh ramah. Namun ia mengingatkan bahwa masa lalunya “tidak harus berupa fakta.” Ia sangat serius dalam menekuni musik, bahkan sempat berencana untuk ‘cuti’ setahun dari dunia perfilman pada 2011, di saat karirnya mengalami lonjakkan dengan serentetan film sukses seperti Crazy Heart, True Grit, dan TRON: Legacy. Di samping itu, Bridges juga aktif dalam kampanye No Kid Hungry yang bertujuan untuk mengakhiri kelaparan pada anak-anak di Amerika. Ia juga merupakan seorang fotografer yang sibuk dan aktif mengunggah hasil lukisannya ke dalam websitenya. Di bulan september ini, ia akan memulai syuting film R.I.P.D, sebuah komedi mengenai tim polisi undead dengan Reynolds. “Saya berharap dunia bisa bergerak lebih pelan untuk saya,” ungkap pria berusia 61 tahun ini dengan jadwalnya yang sangat padat. “Saya bisa melakukan banyak hal ketimbang bermain film dan bermusik saja. Hal tersulit yang hadapi adalah keterbatasan waktu yang bisa saya habiskan dengan istri saya. Ia tidak suka berkunjung ke lokasi syuting. Saya bersyukur dengan kehidupan saya, namun kadangkala sungguh melelahkan.” Akting memang sudah mendarah daging di keluarganya. Almarhum ayahnya, Lloyd,

merupakan seorang aktor yang menurut Bridges “sangat mencintai dunia showbiz,” dan menginginkan anak-anaknya untuk turut serta. Seiring perjalanan awal karirnya, Jeff muda menjadi seorang aktor yang serius, mendapatkan nominasi Oscar di usianya yang masih 20-an untuk perannya di The Last Picture Show tahun 1971 silam. Ia bisa saja menjadi aktor metode yang gelap dan serius, namun diluar karakter, Bridges merupakan sosok yang sepertinya tidak pernah terlalu mementingkan kemampuannya itu. “Saya merupakan hasil produk dari nepotisme,” ungkapnya. “Jadi saya mengambil jalur termudah, namun musik selalu hadir dalam pikiran saya. Semasa kecil, saya adalah anak yang normal, selazimnya anak-anak pada masa itu. Saya tidak mau menjalankan kehidupan sesai dengan dikte orang tua saya. Saya ingin menemukan jalan saya sendiri.” Ia bertemu T Bone Burnett pada tahun 1980, di lokasi syuting Heaven’s Gate, film western kontroversial yang gagal di pasaran. Bridges biasa bermain musik di sela-sela syuting, dan disitu ia dikelilingi oleh aktor-aktor lain yang juga memiliki bakat serupa. Salah satu diantaranya adalah Stephen Bruton, yang beberapa tahun kemudian memproduseri soundtrack Crazy heart dengan Burnett. “Ketika saya sedang mendalami sebuah peran, hal pertama yang saya lakukan adalah untuk melihat aspek diri saya yang serupa dengan karakter saya.” Ujar Bridges. “Sudah tentu ada beberapa bagian dari diri saya di dalam Bad Blake.” Di tahun 2000, Bridges merilis album, Be Here Soon yang dirilis Ramp Records, sebuah label rekaman yang ia dirikan dengan Michael MacDonald dan Chris Pelanis. Bahkan pada saat itupun Bridges sudah memiliki banyak koleksi demo lagunya yang terkumpul sepanjang dekade. Kesuksesan Crazy Heart, baik film maupun soundtracknya, meyakinkannya untuk merilis album. Sesi dalam album Jeff Bridges mayoritas direkam di Village Studios yang terletak di Los Angeles. Burnett mengenakan kemeja, namun tidak demikian dengan Bridges. Beberapa lagu melewati proses editing di studio Burnett dan studio Bridges yang ia bangun di garasi rumahnya. “Seperti bekerja dengan sutradara hebat,” puji Bridges akan Burnett, dalam menciptakan suasana tenang dan rileks dalam mengasah kemampuan bermusik Bridges, yang juga mempertemukanya dengan kolaborator seperti Russ Pahl dan Roseanne Cash. “Dalam dunia film, proses casting merupakan 99% dari seluruh penceritaan, T Bone memiliki citarasa yang sungguh luar biasa dalam menemukan kolaborator. Mereka tidak hanya memainkan musik, namun juga memberikan interpretasi masing-masing, saya sangat kagum.” Sekarang Bridges menjadi sosok musisi yang selalu ia impikan, paling tidak sampai ia kembali berakting ke depan kamera. Berbagai pertunjukkan siap menantinya, juga proses perekaman yang akan diadakan di Austin City Limits yang bergengsi. Ia sudah memikirkan momen ini selama bertahun-tahun. “Saya sangat bersyukur bahwa semua berjalan lancar,” ujarnya, menandakan bahwa ia tidak akan berhenti bermain musik bahkan bila tidak ada memperhatikannya sekalipun. “Bunga akan selalu mekar bahkan ketika matahari tidak bersinar.”



Nama Tanggal Lahir Perusahaan Jabatan Alamat pengiriman

Kantor

Rumah

Kota

Negara

Kode Pos

Telpon HP Fax Email Mulai berlangganan dari bulan

Cover Price

NORMAL PRICE

Subscribe PRICE

Saving

NYLON

Rp. 35.000 (10 edisi)

Rp. 350.000

Rp. 245.000

30%

NYLON Guys

Rp. 35.000 (6 Edisi)

Rp. 210.000

RP. 147.000

30%

Untuk Luar Jakarta tambah biaya ongkos kirim (untuk konfirmasi harap menghubungi nomor telepon (021) 3199 1178 Kirim formulir ini ke : Thamrin City Office Park Blok AA No. 08-09 Jl. Kebon Kacang Raya, Jakarta Pusat 10350 Tel +62 21 3199 1178, +62 21 3199 91179

CARA PEMBAYARAN: Cash Transfer PT. Tiga Visi Utama. Bank Mandiri Sudirman No. rek. 102 00 4567899 9 Hubungi Claudia tel. 021-3199 1193 / fax. 021-3199 1178. Mohon konfirmasi melalui telepon sebelum melakukan transfer Dapatkan: - Hadiah untuk 30 (tiga puluh) orang pertama yang subscribe - Hadiah langsung voucher Lee Cooper dengan worth Rp. 100.000

follow us on NYLONguys_IND

w w w.mpgmedia.co.id

NYLON Indonesia

PT. Tiga Visi Utama Thamrin City Office Park Blok AA No. 08-09 Jl. Kebon Kacang Raya, Jakarta Pusat 10350

shopping list

not for girls.

INDONESIA

Ya, saya ingin berlangganan majalah

INDONESIA

SAVE be s t 30% d eal

16DS, Grand Indonesia East Mall, Level One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, www. sixteendscale.com ADIDAS ORIGINALS, Plaza Indonesia Extension, Level 3 No.EH-01, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat AMBLE FOOTWEAR amblefootwear.com ARMANI EXCHANGE, Plaza Indonesia, Jl. MH Thamrin No.1, Jakarta Pusat THE BODY SHOP, Pondok Indah Mall 1, Level 1 No. 26-27, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta, www.bodyshop.co.id BANANA REPUBLIC, Senayan City Ground Floor, Jl. Asia Afrika Lot 19, Jakarta Selatan BURBERRY, Senayan City Ground Floor, Jl. Asia Afrika Lot 19, Jakarta Selatan CALVIN KLEIN, Plaza Indonesia, Level 1, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat CAMPER, Plaza Indonesia Extension, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat CAPITAL available @The Goods Dept. DANJYO HIYOJI, Grand Indonesia, Level One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat DENIM DESTINATION, Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot 19, Jakarta Selatan DKNY JEANS, Plaza Indonesia, Level 2 Unit E 12-13, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat FLYK available @The Goods Dept. GAP, Grand Indonesia, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat THE GOOD’S DEPT., Plaza Indonesia, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat H.E. BY MANGO, Plaza Indonesia Level 2, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat HUSH PUPPIES, Grand Indonesia, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat KIEHL’S, Plaza Senayan, SOGO, Jl. Asia Afrika, Jakarta Pusat LEE, Plaza Indonesia , Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat

LEE COOPER, Graha Fatmawati No. 1 E.F.G., Jl. RS Fatmawati, Jakarta Selatan LEVI’S, Grand Indonesia Level 1, Jl. MH Thamrin No.1, Jakarta LINEA, Plaza Senayan Level 2, Jl. Asia Afrika No.1, Jakarta LONGCHAMP, Plaza Indonesia, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat MAINE ST available @SIR STORE MASSIMO DUTTI, Pondok Indah Mall 2, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta MUJI, Grand Indonesia West Mall, Level 3 Jl. MH Thamrin No.1, Jakarta NAUTICA, Plaza Senayan Level 2, Jl. Asia Afrika No.1, Jakarta NEXT, Plaza Senayan, Level 2 No.228 C, Jl. Asia Afrika, Jakarta Pusat PEDRO, Plaza Indonesia, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat PORTEE GOODSHOES, porteegoodshoes.com PULL & BEAR, Pondok Indah Mall 2, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta ROCKINC, fX, Mazee Level 6, Jl. Jend Sudirman, Jakarta, www.rockincstore. blogspot.com SANTALUM available @Tribute SEVENTY EIGHT PERCENT available @The Goods Dept. SIR STORE. Ade Sulistioputra, Jl. Gunawarman 30 TED BAKER, Grand Indonesia East Mall, Level 1 Unit 30 A- 31, Jl. MH Thamrin , Jakarta Pusat, (021) 235 80559 THRUNK available @THEGOODSDEPT, TRIBUTE TOPMAN, Grand Indonesia Level 1, Jl. MH Thamrin, Jakarta, www.topman.com TRIBUTE, Jl. Wijaya IX No.23, Jakarta Selatan ZARA, Plaza Senayan Level 2, Jl. Asia Afrika No.1, Jakarta



spirasi oleh pelukis New York: John Van Der Beek, Kenneth Anger, Warhol, dan Brakhage, pelukis-pelukis yang kemudian membuat film. Saya melukis hanya untuk kesenangan sejak 30 tahun yang lalu, namun sejak setahun yang lalu saya baru benar-benar mengumpulkannya. Dan Henry Hopper juga seorang pelukis? Ia adalah pelukis, dan seniman. Ia merupakan orang yang menarik. Ia memiliki banyak ide, dan akting bukan salah satunya. Namun, ia bergabung dalam teater di Santa Monica yang merupakan tempat asalnya selama beberapa tahun dan memiliki mentor yang kenal dengan casting director di film saya dan mereka terus berkata, “Ada satu orang, dia adalah anak dari Dennis Hopper, dan dia sangat menarik.” Ia tinggal di Berlin, melukis, berusia 19 tahun, dan kami seperti menyihir dia untuk datang ke Hollywood. Tidak hanya kami ayahnya menyetujui pula. Ia sedang terlibat masalah dan menginginkan Henry untuk mengunjunginya. Saya pikir Henry tertarik dengan cerita ini karena ayahnya terkena penyakit kanker. Orang-orang sudah lama memaksanya untuk berakting, namun ia baru memutuskan bahwa ini adalah saatnya.

Gus Van Sant, director yang terkenal dengan keseriusannya, tetap menjaga reputasinya dalam film barunya. Teks: Mike Harvkey. Ilustrasi: Paula Sanz Caballero

the young and the restless Dalam film baru Gus Van Sant, Restless, Mia Wasikowska bermain sebagai Annabel, seorang gadis remaja yang sakit dan bertemu seorang pemuda muram bernama Enoch Brae (dimainkan oleh aktor pendatang baru Henry Hopper) pada suatu upacara pemakaman. Enoch sedang berduka akibat kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan yang juga membunuhnya – secara teknis. Meskipun ia telah dikatakan mati selama 30 detik, namun ia kembali, membawa Hiroshi, seorang pilot muda yang tidak takut mati untuk menjadi ‘his-ghostbest-friend’. Seperti Harold and Maude, Enoch dan Annabel bertemu kembali pada upacara pemakaman lain dan saling jatuh cinta –peristiwa yang cukup sulit bagi semua orang, termasuk Hiroshi, yang menganggap itu merupakan keputusan yang salah bagi Annabel untuk menghabiskan hari-hari terakhirnya. Disini, Van Sant mengungkapkan pemikirannya mengenai kehidupan, kematian, dan – untuk topik yang lebih ringan – lukisan.

128

Maaf menghubungi di hari Minggu, satusatunya hari liburmu. Apakah kamu sedang membuat film baru? Saya sebenarnya mencoba untuk membuat lukisan lagi. Tahun lalu, saya telah mengerjakan beberapa lukisan dan saya perlu membuat lukisan lebih banyak lagi. Benar. Tahun lalu, kamu dan James Franco mengerjakan art bersama-sama. Ya, dia dan saya memiliki suatu proyek bersama. Saya berpikir untuk mengerjakan itu lagi. Apakah kamu melukis untuk mengasah kekreativitasanmu? Tidak, galeri yang membutuhkannya (tertawa). Saya mulai dengan mengambil jurusan art di Rhode Island School of Design, namun ketika saya mengenal film, saya ingin mengambil jurusan itu. Saya tidak bisa mengambil dua-duanya. Sebenarnya bisa, tapi untuk mendalami salah satunya, saya harus berkonsentrasi. Film yang telah saya buat, bahkan dari sejak SMA, terin-

Kamu memiliki sentuhan ringan untuk cerita yang berat. Film ini menyedihkan namun tidak cengeng. Tiba-tiba tetangga saya di Portland, seorang art therapist, membuat sebuah organisasi untuk membantu anak-anak dengan penyakit berat dan saya berpikir untuk membuat film dari sudut pandang ini. Karena ia merupakan orang asing, jadi anak-anak akan bersikap seperti anak-anak pada umumnya. Orang tua mereka tidak akan berlama-lama dengan anak mereka karena itu sungguh menyedihkan; mereka akan pergi dalam 30 menit. Orang tua akan pergi dan anak-anak mereka akan berkata, “OK, next!” Mungkin karena masih muda, anak-anak lebih bisa menerima keadaan ini. Tetangga saya ini seperti Enoch dikehidupan nyata. Itu seperti apa yang terjadi di Restless. Annabel adalah anak-anak ini dan ia hanya ingin bersenang-senang. Gambaran dari sebuah penilaian sangat terlihat dalam film yang kamu buat. Bagaimanapun juga Restless berhubungan dengan penilaian dari pengalaman (screen writer) Jason sebagai anak dari seorang pediatric oncologist (dokter anak spesialis penyakit kanker) yang sering melihat anak-anak dalam kondisi buruk. Namun, masalah dalam kehidupan saya selalu mengenai ‘judgment’ (tertawa). Saya curiga dengan semua peraturan atau hukum, gagasan atau political philosophy. Saya selalu berpikir, selalu ada sisi lain dari itu semua. Sulit bagi saya untuk membuat ide baru, karena saya selalu berpikir ide-ide lain atau mengkritik ide tersebut. Sesungguhnya, itu adalah kelemahan saya.


Indonesia’s Definitive Men’s Journal INSPIRATION ISSUE

COMING SOON



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.