14
LOCAL MUSIC HEROES
Maudy Ayunda THIS CHARMING GIRL
beauty:
the ugly pretty looks Marina & the Diamonds HMGNC The Jungle Giants Toro Y Moi Kim Gordon
MEI
2015
RP. 42.000,LUAR PULAU JAWA RP. 50.000,I S S N 208 788 26
SOUNDS OF MUSIC
034 girl we love janette gloor 036 factory girl crown jewels
FASHIONISTA On the cover: Maudy Ayunda Fotografi oleh Shadtoto Prasetio. Styling oleh Patricia Annash. Asisten Stylist oleh Miranthi Putri Fitrianda. Makeup oleh Philipe Kurniadi. Rambut oleh Ale. Atasan dan rok oleh DKNY.
006 ed letter 008 masthead 010 contributors 012 behind the scene
014 fashion opener game over 016 mass appeal flashy flower!
038 retro realness 040 the flores project 042 fashion news
018 mass appeal living in the world of peach 020 mass appeal bring the other side of you 022 price is right punch soccer
may
023 t-shirt of the month dark shades of blue 024 private icon queen of noise 025 haute stuff off the chain 026 all access open call 028 all access ink doctor 030 cult of who lets the fox out 032 mania nikicio
BEAUTY QUEEN 046 beauty opener on a vacation 048 counter culture pouty lips 050 the look stars in your eyes
2015
100 hit the town
104 en route bintan dub club
FASHION AND FEATURES
051 the look acting though 052 private beauty icon the “yeh-yeh� girl from paris
072 a fresh start
054 eternal summer
dengan nama, single, dan semangat baru, hmgnc bersiap menaklukkan level selanjutnya: go international.
056 girl power
075 all the right places
058 beauty news 062 beauty spread colour madness
andrew dooris, sang bassist dari band indie rock the jungle giants, menyempatkan diri untuk berbincang soal tur dan album kedua mereka sebelum penampilan perdana band asal brisbane, australia tersebut di jakarta.
106 cover story work like a charm
idealis tidak melulu mengarah ke ambisius, maudy ayunda menyerahkan apa yang ia percaya pada keberuntungan, dan selebihnya lewat kerja keras. if it’s not just about her perseverance to chasing a wild dream, then it must be her lucky charm.
M
116 fashion spread into the woods
staying indoor kadang-kadang adalah rencana yang terbaik untuk menghabiskan waktu. no one said that kamu tidak boleh tampil ekstra nyaman dengan wardrobe bersiluet loose, kan?
076 it might get loud another year, another music issue yang artinya kami siap memilih band-band baru favorit kami tahun ini sebagai our own #localmusicheroes.
RADAR 068 in the rough lewat album terbarunya, froot, marina and the diamonds melangkah ke teritori yang lebih liar dan juicy.
092 culture club 096 filmstrips 097 space invader 098 bookmark 099 soundcheck
004
C
NYLON STREET 124 shopping list 127 star maps go to slip 128 bag check summer fling
Y
CM
MY
CY
CMY
K
NLC 101
letter from the editor letter from the editor
Music Makes You Loose Control Life's too short untuk mendengarkan musik yang sounds like crap. Pardon my French, tapi kamu pasti setuju dengan saya kalau memiliki a good sense of music is a necessity. Edisi musik memiliki arti yang lebih bagi kami di redaksi NYLON dan kali ini Senior Editor NYLON, Alexander Kusuma Praja, kembali memilih dan mengumpulkan 14 bandband lokal dari berbagai kota di Indonesia yang harus berada di playlist kamu. You can thank us later. Kami memilih Maudy Ayunda sebagai cover bulan ini bukan tanpa alasan. Rising star cantik ini masih menomorsatukan akademis meskipun telah memiliki jutaan fans. Brain, talent, and beauty... She got it all! Baca juga petualangan kami di Bintan Dub Club bersama cucu perempuan Bob Marley, Donisha Prendergast, dan special trip ke desadesa penenun di Labuan Bajo.
To all music lovers, enjoy the magazine!
Anindya Devy Managing Editor e-mail: anindya.devy@gmail.com
006
@anindyadevy
letter from the editor
Managing Editor Anindya Devy Senior Editor Alexander Kusuma Praja
Fashion Stylist Patricia Annash Web Editor Nanda Imaniar Junior Writer Vinny Vindiani
editorial assistant Deasy Rizkinanti design Senior Graphic Designer Nanang Ahmad Suryana Graphic Designer Haris Juniarto
photographer Willie William interns Miranthi Putri Fitrianda, Muhammad Rizky business Account Manager Nimas Ayu Inawati Senior Account Executive Yopie Traffic Executive Ratri Publishing Manager Rochmadonie yulianto Spv. Circulation & Distribution Nurmansyah Subscription Indra IT Coordinator Hotman Web Coordinator Maria Gadis Chairman and Chief Entertainment Officer Julius Ruslan Chief Executive Officer and Group Publisher Denise Tjokrosaputro Associate Publisher Grace Wong Client Relation Director Sistha Alicia Tjokrosaputro NYLON is published by
PT. NILON MEDIA INDONESIA Jl. Palmerah Utara 55 Slipi, Jakarta 11910 Telp. (021) 5366 7777, fax. (021) 5366 6767
SIUP NUMBER : 01881/10-1.824.51 NYLON US Executive Chairman Marc Luzzatto Executive Vice President, Chief Revenue Officer, Publisher Dana Fields Executive Vice President Daniel Saynt Editor-in-Chief Michelle Lee
Editorial Office
110 greene street, suite 607, New York, NY 10012
Disclaimer Artikel yang dimuat dalam majalah ini telah melalui proses editorial yang berkesinambungan. Isi majalah ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses pemeriksaan dan opini publik, dan hanya berfungsi sebagai informasi yang bersifat konstan. Semua materi yang kecuali ditetapkan lain. telah memiliki izin pemuatan foto dari pihak yang bersangkutan diterima akan menjadi hak milik untuk digunakan sesuai keperluan. Hak Cipta & Izin Penerbitan Hak cipta dilindungi. Tidak ada bagian dari majalah ini yang diizinkan untuk dikutip ataupun diproduksi dalam format apa pun dengan atau tanpa sengaja tanpa izin dari perusahaan. Hak cipta 2012
follow us on
NYLON_IND
010
contact us
contact@nylonindonesia.com sales@nylonindonesia.com
NYLONindonesia
www.nylonindonesia.com
REZA PRASETYA
MAYA MUSTIKA SARI Mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang tidak bisa diam dan cukup spontan membawanya pada berbagai makeup project, dari riasan pre-wedding, wedding, fashion spread dan kali ini kerjasama dengan NYLON. See what she has for us on our beauty spread on page 62.
contributors
PHILIPE KARUNIA Berkarya sebagai make up artist sejak tahun 2005, talenta Philipe sudah banyak menghiasi berbagai cover, spread hingga iklan di Indonesia. Di tengah kesibukan perilisan makeup book pertamanya, penggemar Kevyn Aucoin ini siap menambah kecantikan Maudy Ayunda on our cover and cover story on page 106. Next plan: I want to create a second makeup book in different concepts. Secret skill: Cosmetics development insight. Online fixation: @ samerkhouzami Current obsession: Make a brand with my name.
Online fixation: Nothing special, tapi paling suka buka pinterest. Current obsession: Make up. Guilty pleasure: Dipping fries into vanila ice cream. Things to do on a leisure time: Since I’m a wife and a mother of one, things i like to spend time with my little yet happy family, usually we go to the mall or a recreation place. Fav make up artist: Petty Kaligis. Role model: my mom! Currently listening to: Lost Stars by Keira Knightley Best album of the year: Coldplay.
Guilty pleasure: Fragrance Addict.
Best concert you ever watch: Temper Trap concert.
Things to do on a leisure time: Watching movies.
Wishlist: Traveling to Santorini, Monaco this year.
Fav MUA: Kevyn Acuoin.
Can’t live without: My little son.
Role model: Kevyn Aucoin.
MUHAMMAD JUNISYKHA Aktif dalam berbagai kegiatan musik, dari hip hop duo, Rvmit, Yella Sky Sound System, serta keterlibatannya dalam Phunktion 100 2014 dan Indonesia Record Store Day 2015, Niska siap menceritakan pengalaman terbarunya mengikuti Bintan Dub Club dalam en route di halaman 104. Next plan: Can travelling through music. Secret skill: I can make nescafe taste better. Online fixation: Vice, Radiotuna. Current obsession: Jadi komentator sepakbola. Guilty pleasure: Pedes, karena bakal cegukan kalo kepedesan, tapi gue suka pedes, jadi ada semacam ironi cabe. Things to do on a leisure time: Apa aja yang melibatkan air. Currently listening to: Mungos Hi fi, Doyz, Junia-t, Paolo Baldini. Best album of the year: Enter the Wu-Tang:36 Chambers, Pablo Honey.
Currently listening to: Sam Smith, John Legend, Rihanna.
Best concert you ever watch: Snoop Dogg and Iwan Fals.
Best album of the year: In the Lonely Hour, by Sam Smith.
Wish list: Just gimme Amsterdam on top.
Wishlist: Stay in Bali Can’t live without: Mobile phone and debit card
010
Secret skill: Ginigini aku bisa acting lho hahahahaha
Can’t live without: Friends.
Selalu tertarik dengan seni, Reza mantap menjadi freelance photographer setelah 2,5 tahun bekerja di perusahaan fashion e-commerce terbesar, dan sekarang disibukkan dengan pembuatan video dari band favoritnya sejak muda. This time, Reza siap menunjukan kebolehannya dalam berbagai halaman fashion kami. Secret skill: Tae-kwondo. But its been years since the last time I practice, I don’t know if I can still consider it as a secret skill or not. Online fixation: Pinterest. One website that I always came back whenever I need an idea. My current obsession: Online game. Seriously, one does not simply stop playing video games. Role model: My father, sometimes i wonder how can you be so good at becoming a family man, and a working man at the same time. My father somehow shows me how to do it, in his own way. Fav writer: Terry Prachet, the mastermind behind the “Discworld”. Fav model: Karlie Kloss, totally. Currently listening to: Smashing Pumpkins - Try, Try, Try. Best album: Sleeping With Ghost from Placebo. Best concert you ever watch: Sigur Ros in Singapore. They are totally out of this world on that concert. Wish list: New laptop.
behind the scene Image manis yang melekat pada diri seorang Maudy Ayunda nyatanya memang jadi kesan pertama yang seketika saya tangkap dalam pertemuan pertama dengannya yang saat itu sedang duduk manis di depan meja rias. Tampil natural dengan kulit wajah yang mulus dan rambut panjangnya yang terurai rapi pada bahunya, Maudy terlihat beberapa tahun lebih muda dibanding umurnya yang saat ini sudah menginjak usia 20 tahun. Meski cukup sulit menghilangkan image sweet girl dari penampilannya, NYLON yang bekerja sama dengan make up artist, Philipe Karunia dan hair stylist, Ale mencoba memunculkan sisi dewasa dari seorang Maudy lewat penataan rambut wavy yang sengaja dibuat sedikit messy untuk kesan sexy but still look effortless. Untuk menyempurnakan paras cantik khas Indonesia Maudy dan menyesuaikan tema pemotretan kami kali ini,
Shu Uemura Lightbulb Foundation and Sponge
dial m for maudy Marc Jacob Magic Marc’er
Laneige Water Drop Tint Scarlet Red
sang makeup artist memberikan sentuhan natural glow pada kulit wajah, serta sedikit blush on untuk efek fresh yang instant, dan bila sebelumnya sempat memilih menggunakan warna lipstick nude untuk kesan natural, at last terpilihlah warna lipstick dark red untuk tampilan bibir yang lebih full and daring. Sementara untuk wardrobe, Maudy mengenakan midi skirt DKNY dengan aksen patchwork merah dan biru serta mesh cropped top hitam dari DKNY yang terlihat senada dan dipilih langsung oleh fashion stylist kami, Patricia Annash, and as result, kami sukses memunculkan sisi bold dari Maudy Ayunda. VINNY VINDIANI.
Bed Head Tigi Manipulator
Bourjois Beauty Full Volume Dark Kohl Mascara
Lip & Cheek Velvet Stick Poppy Nude
014
KEMEJA & DRESS: FRED PERRY CULLLOTES: IDENTITE
Playing with your wardrobe is always fun, apalagi jika memadukan dress dengan cullotes. Oleh: Patricia Annash Foto: Reza Prasetya Model: Ingrid – 21MM Makeup Artist: Maya Soelardi – PALZ Lokasi: Our Bar
Mass Appeal: Flower Power
FLASHY FLOWER! Color up your day with these flowery stuff! 3. 2. 1.
7. 4.
5.
6.
016
9.
10. 8.
11.
12.
13.
13.
14.
1. Kimono, New Look IDR 280.000 2. Organza top, Topshop IDR 1.330.000 3. Trousers, Topshop IDR 563.000 4. Cape Flower, Toshop IDR 253.000 5. Parisian top, New Look IDR 323.000 6. Flatform, New Look IDR 280.000 7. Socks, New Look IDR 30.000 8. Lotus dress ,Topshop IDR 560.000 9. Sabrina, New Look IDR 140.000 10. Garland , New Look IDR 56.000 11. Anna Sui, s/s ‘15 022 12. Dress on purple, Topshop IDR 915.000 13. Cullote, New Look IDR 280.000 14. Coral Bag, New Look IDR 280.000
017
Mass Appeal: peach
3
2
4.
5.
LIVING IN THE WORLD OF PEACH Lupakan warna lain, peach is the answer for this month.
018
6.
9.
7.
10. 13.
8.
11.
14.
11. 12.
1.Bora Aksu s/s ‘15 2. Flower Earrings, H&M IDR 69.900 3. Shoulder Bag , H&M IDR 399.900 4. Bell sleeve coat , Zara IDR 1.699.000 5. Dress bodycon, newlook IDR 664.000 6. Short Twill Shorts ,H&M IDR 149.900 7. Purse, New look IDR 139.000 8. Iphone Case for 5/5s ,H&M 99.900 9. Coral Ruffle Bardot ,Miss Selfridge IDR 280.000 10. Knitted Top ,H&M IDR 249.900 11. Socks, Newlook IDR 42.000 12. Adidas ZX FLUX Decon Shoes, Adidas IDR 1.160.000 13. Graphic Floral Midi Skirt, Miss Selfridge IDR 625.000 14. Shopper Bag, New Look IDR 250.000
019
Mass Appeal: Masculine Power
1.
2.
3. 5.
4.
masculine power Bring the other side of you!
6.
020
7.
10.
8. 9.
13.
13. 11.
12.
1. Cygnus Glasses, KSUBI IDR 3.200.000 2. Waist bag, H&M 199.900 3. Visor hat, H&M IDR 130.000 4. Jil Sander S/s 15’ 086 5. Jam Tangan, Daniel Wellington IDR. 2.600.000 6. Rok, Topshop Rp. 932.000 7. Cutout slip on wedges, Linea IDR 5.195.000 8. Kemeja, Topshop Price by request 9. Sleeveless utility duster, Topshop IDR 950.000 10. Polo shirt, Topshop Rp. 1.068.000 11. Navy Stripe Wide Leg, Topshop IDR 560.000 12. Monochrome Striped Shirt, Topshop IDR 1.043.000 13. Sleeveless ponte jacket, Topshop IDR 600.000
021
Price is Right: Soccer Rules
00
29.0
an:
Atas
Jump
Rp.3 tite
Iden
suit
, Ma ngo
Rp.
649.
000
punch soccer Oleh: Patricia Annash Foto: Reza Prasetya Model: Ingrid – 21MM Makeup: Maya Soelardi – PALZ Lokasi: Our Bar
t,
Jake
. o Rp Mang
Being a soccer in a day, jangan lupakan kaos kaki dan sneakers
Kaos
Kaki
, Am eric
an A ppa
rel
022
Rp.
000
649.
150.
000
Sepatu, Mango Rp. 649.000
Tshirt of the Months: Fred Perry
Dark Shades
Oleh: Patricia Annash Foto: Reza Prasetya Model: Ingrid – 21MM Makeup Artist: Maya Soelardi – PALZ Lokasi: Our Bar
f Blue
Hanya satu kata untuk koleksi t-shirt dari Fred Perry ini: Ace!
Private Icon: Cherrie Curry
queen of noise
If you’re rocking the Runaways Look, you will love Cherrie Currie! Oleh: Patricia Annash
KEMEJA, TOPSHOP RP. 673.000
JEANS, TOPSHOP RP. 832.000
ATASAN, ZARA RP. 459.900
CELANA, ZARA RP. 999.900
TSHIRT, TOPSHOP RP. 277.000
024
The Runaways adalah film yang diadaptasi dari kehidupan vokalis band The Runaways, Cherrie Currie. Band all –female rock ini lebih fokus menceritakan tentang kehidupan Cherrie Currie dan Joan Jett dari awal terbentuk sampai akhirnya Cherrie keluar dari The Runaways dan hubungannya dengan produsernya, Kim Fowley. Film yang dibintangi oleh Dakota Fanning sebagai Cherrie Currie ini berawal dari keinginannya sebagai remaja cewek umumnya di tahun 70-an untuk menjadi rock star. Di dalam kehidupannya, Cherrie mengidolakan David Bowie sehingga potongan rambut dan makeup-nya pun menyerupai karakter David Bowie, Ziggy Stardust. Awal cerita, Joan Jett yang dibintangi oleh Kirsten Stewart juga memiliki keinginan yang sama untuk menjadi rock star, akhirnya bertemu dengan Kim Fowley and she talks about starting an all-girls rock band dan
Kim pun tertarik. Kim menyarankan untuk merekrut a hot blonde yang menyerupai Brigitte Bardot, dan akhirnya mereka menemukan Cherrie yang dikarenakan tertarik dengan gaya dan attitude Cherrie. Setelah melewati audisi, Cherrie pun resmi menjadi vokalis The Runaways. Film yang memiliki background rock & roll di tahun 70-an, banyak memperlihatkan gaya pakaian Dakota yang sexy dan glam rock. Di sini kamu tidak akan melihat sisi manis dari Dakota and she nailed it. Bahkan kamu akan melihat Dakota memakai band t-shirt, bell-bottom jeans, jumpsuit, korset, dan platform di film ini. For that rock & roll look to be the most amazing it can be, that person has to own it…. And she’s own it!
PLATFORMS, TOPSHOP RP. 991.000
CAMISOL, TOPSHOP RP. 436.000
BANDEU, TOPSHOP XRP. 495.000
TSHIRT, TOPSHOP RP. 495.000
Sophie Hulme
Mar c by
Mar c Ja
cob
s
Fendi
a Sp te a K
de
Coach
Miu miu
Prada
Ug
gA us
tra
lia
Dsquered
off the chain
i rovsk Swa
Ganti gantungan kuncimu menjadi lebih keren. Fotografer: Elizabeth Renstrom.
025
open call Musim semi membawa semua macam cara agar jari-jari kakimu bisa bernafas.
idas
r ad
ls nda
Sa
024 026
y erem by J
tt fo Sco
rris, Chloe Sevigny, Marni
i, Agi, Fendi, Chrissie Mo
Searah jarum jam: Casade
025 027
All Access: Dr. Martens
ink doctor Terinspirasi dari tradisional Japanese style tattoo, these are the shoes you should have on your shoes rack. Oleh: Patricia Annash.
028
SEPATU: DR. MARTENS
weekend
Nike menantang 800 wanita di Indonesia untuk merayakan dan merasakan pengalaman berolahraga melalui Nike+ Training Club (N+TC) Tour Jakarta 2015. Oleh: Amelia Nurtiara. Foto: Dok. Nike
worth it
Rangkaian tur ini merupakan bagian dari kampanye global seri event Nike Women (Nike Women’s Event Series) sebagai perwujudan dari visi Nike untuk memotivasi, menginspirasi dan menghubungkan atlet dalam sebuah komunitas global melalui kegiatan fisik dan koneksi digital. Rangkaian ini akan menghubungkan lebih dari 200.000 wanita di 25 kota di dunia melalui kegiatan Nike Women’s Race Series dan N+TC Tour. Jakarta merupakan salah satu dari 20 kota di dunia sebagai penyelenggara N+TC Tour.
Bertempat di Indonesia Convention Exhibition BSD City pada 19 April lalu. Bersama Marie Purvis, Nike Elite Master Trainer dan dibantu oleh Nike Master Trainer untuk Indonesia, Laila Munaf, N+TC Tour Jakarta 2015 dimulai dengan sebuah latihan N+TC selama 45 menit yang menjadi penyemangat awal di acara kebugaran terbesar yang didedikasikan untuk wanita di Jakarta. Selama lima jam saya latihan berurutan, menjalankan rangkaian kegiatan dari mulai Yoga, Bootcamp hingga Brazilian Jiu Jitsu serta latihan penutup yang dibantu oleh Nike Master Trainer dan pelatih papan atas lainnya.
Ini adalah pertama kalinya ketika 800 wanita Indonesia menjadi #betterforit saat merayakan dan merasakan kekuatan olahraga. Ini merupakan sebuah program latihan impresif sekaligus menyenangkan! Momen ini juga menjadi lebih penting karena Nike baru saja meluncurkan kampanye #betterforit, sebuah kampanye Nike Women untuk menginspirasi wanita menjadi lebih aktif, menerima tantangan baru dan menaklukkan tujuan pribadi. Saya jamin ketika kamu membuka sosial media, hashtag #betterforit dan #NTC akan ramai bermunculan lengkap dengan postingan foto-foto bahkan video workout mereka.
029
who lets
the fox out? MAISON KITSUNÉ MENGHADIRKAN NUANSA TRÈS CHIC KHAS PARIS DALAM RANGKAIAN PARISIEN TOUR YANG BERLABUH DI ESCALIER JAKARTA. OLEH: ALEXANDER KUSUMA PRAJA. FOTO: DOK. ESCALIER. Bila berbicara soal sinergi antara musik dan fashion, mungkin tidak ada yang melakukannya sebaik Maison Kitsuné. Sejak pertama kali muncul tahun 2002 silam, label asal Prancis yang didirikan oleh Gildas Loaëc, Masaya Kuroki dan kantor desain asal London bernama Åbäke (terdiri dari Patrick Lacey, Benjamin Reichen, Kajsa Ståhl dan Maki Suzuki) tersebut memang secara sadar dan konsisten membangun DNA labelnya lewat kedua elemen yang tak terpisahkan itu. Di tangan Kitsuné, musik tak lagi hanya sekadar gimmick atau influens dari koleksi pakaian mereka yang memadukan desain quirky Jepang dan smart cutting Paris, tapi juga menjadi
030
Jadi, apa yang mendorong kalian datang ke sini dalam rangka Parisien Tour? Parisien Tour adalah kesempatan bagi kami untuk traveling dan memperkenalkan brand kami serta tentu saja kesempatan untuk melihat kultur dan orang-orang baru. Ini merupakan kali pertama Parisien Tour di Indonesia karena kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Escalier di Jakarta dan Bali di mana kami bisa menyelenggarakan sebuah global event. Its a great fun for us.
About Escalier
Which came first for you, music or fashion? Saya tidak melihatnya seperti itu. Saya sangat mencintai Kitsuné karena di sini saya dan partner saya bisa melakukan hal-hal kreatif dan berinteraksi dengan para creative people baik di musik maupun fashion. Lewat music label kami, kami mencoba merilis musik yang memang kami suka, sementara untuk fashion kami mencoba membuat line yang berisi pakaian yang kami suka. We’re very passionate about music, and we’re very passionate about clothing, jadi kami melakukan keduanya secara simultan. bagian integral yang memperkenalkan label ini ke dunia lewat album-album kompilasi musik seperti Kitsuné Maison Compilation dan Kitsuné New Faces yang secara berkala memperkenalkan band dan musisi under the radar ke khayalak umum. Tak butuh waktu lama bagi label yang namanya berarti “rubah” dalam bahasa Jepang tersebut untuk disinonimkan sebagai taste-maker hal-hal keren dan pesta-pesta seru bagi para cool kids, yang juga diperkuat oleh campaign faces seperti Kiko Mizuhara, Sky Ferreira, dan Kilo Kish. Dengan segala rekognisi tersebut, Kitsuné tak lantas berpuas diri dan berpangku tangan, mereka pun tak segan untuk mendatangi langsung para stockist dan kustomernya di seluruh dunia lewat Parisien Tour, sebuah rangkaian tur di mana tim Kitsuné secara khusus mendatangi berbagai negara yang dianggap potensial dan menggelar in-store event serta party yang seru. Parisien Tour sendiri berangkat dari ide untuk membuat pengalaman unik bagi para stockist Kitsuné untuk membangun brand awareness terhadap Maison Kitsuné dan tentu saja, menciptakan commercial opportunity bagi para toko yang terpilih. Dalam perhelatan ketiganya, tahun ini Kitsuné secara khusus membidik pasar Asia yang memang sedang naik daun. Jakarta, sebagai salah satu pusat hip culture Asia Tenggara pun tidak dilewatkan begitu saja. Bertempat di Escalier Potato Head Garage, Sabtu tanggal 21 Maret lalu, Parisien Tour Jakarta pun sukses digelar dan dipenuhi para fashion influencers Jakarta. Selain merilis capsule collection berupa sweat shirt, tee shirt, tote bag, iPhone case, keyring hingga brooch yang terinspirasi Parisian lifestyle, dalam event ini Kitsuné tak lupa untuk membawa elemen quintessential lainnya berupa Kitsuné Club Night yang menghadirkan Earn Chen dari Potato Head Folk, Pleasure dari Non Stop Pleasure, dan one of the co-founders himself, Gildas Loaëc. Pria Prancis yang memang juga dikenal sebagai DJ tersebut pun menyempatkan diri untuk berbincang bersama NYLON sebelum acara dimulai, and it goes like this: Bonjour monsieur, apa kabar? Is it your first time in Indonesia? Bagaimana impresinya sejauh ini? No, saya sudah pernah datang beberapa kali ke Jakarta dan khususnya Bali. Kalau untuk Jakarta sendiri, its very interesting. Kota ini terasa sangat fresh dan dipenuhi oleh banyak anak muda. Jika dibandingkan dengan Paris, Paris lebih terasa tua dengan banyaknya museum dan bangunan-bangunan Eropa yang vintage. Jakarta terasa seperti brand new city, its very warm. Kami sudah sempat mengunjungi beberapa tempat, going to nice restaurant, cute buildings, dan kota ini terasa lebih hijau dan banyak pohon.
Setelah berdiri selama 13 tahun, apakah ada yang berubah dari filosofi kalian? Rasanya tidak ada. Untuk clothing line, kami masih berfokus pada pakaian dengan desain yang kontemporer dan good quality, tentu saja. Kami tidak merasa sebagai desainer yang harus mengikuti tren. Dibanding membuat baju atau tren untuk masa depan, kami lebih tertarik membuat sesuatu yang simpel untuk dipakai sehari-hari. Chic, a bit sporty, dan tentu saja sangat Parisian. So, how do you defines “Parisien Chic”? Hal itu bukan sesuatu yang sifatnya tangible. it’s like certain sense of chic, you know? Semua orang di dunia bisa melakukannya sebetulnya, mungkin hal itu lebih terasa di Paris karena lingkungan kotanya membuatnya terasa spesial. Tapi pada intinya, Parisien Chic adalah memakai pakaian tanpa terlihat kita mengeluarkan effort. Walaupun terlihat effortless, tapi sebetulnya kita memikirkan secara serius pakaian yang akan kita pakai. Kalian telah bekerjasama dengan bintang-bintang muda seperti Sky Ferreira dan Kilo Kish, biasanya apa yang menjadi pertimbangan kalian dalam memilih model campaign? Mereka semua adalah seniman yang hebat. They got talent and personality, dan terlihat seperti independent women yang kuat. Rasanya selalu menyenangkan untuk berkolaborasi dengan perempuan hebat seperti mereka, musim ini kami mengajak Kiko Mizuhara yang juga menjadi muse bagi kami. Untuk sekarang kami juga bekerjasama dengan banyak fotografer hebat seperti Pierpaolo Ferrari dari Toilet Paper magazine. Kami ingin mencoba hal yang baru dengan kampanye yang probably less face dan image yang lebih kuat dibanding sebelumnya. Kalau untuk album kompilasi Kitsuné sendiri, dari mana biasanya kalian menemukan musik-musik baru? Internet, of course. Dari berbagai blog, SoundCloud, dan YouTube. Sekarang kita bisa menemukan musik dari mana saja di seluruh dunia dan rasanya mengagumkan. SoundCloud mungkin menjadi alat paling hebat saat ini untuk menemukan band-band baru. Apa yang akan kalian lakukan selanjutnya di samping fashion dan musik? Saat ini kami sedang merintis Café Kitsuné di Palais Royal di Paris dan Aoyama di Tokyo. Its very cute small cafe, dan kami harap bisa membuka lebih banyak gerai lagi di kota-kota lainnya.
Pertama kali dibuka di Potato Head Beach Club Bali pada bulan Desember tahun 2009 silam, Escalier merupakan sebuah multilabel boutique yang berfokus pada berbagai brand eklektik dan lessmainstream yang sulit dijumpai di butik lainnya di Indonesia, seperti Maison Kitsuné, Opening Ceremony, Jacquemus, dan Delfina Delettrez untuk menyebut sebagian kecilnya. Menawarkan seleksi clothing untuk pria dan wanita serta pilihan jewelry dan
gift ideas, Escalier pun membuka butik keduanya di Jakarta pada bulan Oktober 2013. Bertempat di Potato Head Garage SCBD, dengan desain butik yang smart dan minimalis, Escalier membiarkan produk-produk yang ada di dalamnya to speak for themselves.
ESCALIER @ POTATO HEAD GARAGE JL. JEND. SUDIRMAN BLOK SCBD LOT 14 (EX BENGKEL KAFE) NO. KAV. 52-53
031
NEW BEGINNING Ketika Nina Nikicio mengumumkan pada akun Instagram Ia menunjuk seorang Creative Director untuk Nikicio, I can’t help but wonder, why? Di interview ini, all is revealed. Oleh: Anindya Devy. HER SIDE Alasan menunjuk seorang Creative Director? Memang dibutuhkan. Perusahaan ini semakin berkembang dan I have to delegate the job to someone else. I appointed a brand & marketing director as well and hired more people than the past 7 years. It’s a step to get into the next level, like a video game. Sejak kapan sudah ada rencana ini? Sejak saya tahu saya hamil. Apakah ada kandidat lain selain Abraham Dewanggana? Ada. Alasan memilih Abraham sebagai Creative Director? He’s a natural. He knows me inside out, way before I built NIKICIO. I share ideas about how a collection should be, discuss and bitch about my struggle in the business as a friend, without realizing that he would be a perfect right hand man. I always know that he has a good taste and even though I don’t always agree, but I always appreciate his reasons.
032
Bagaimana Nina melihat Abraham sebagai seorang desainer dan secara personal? He is a good designer. I say that because I know him personally, I know his work ethics, and I trust he will create the best collections for the brand from his perceptions. The thing that many people don’t understand is in order to be a good designer, one must understand style, not only fashion. If one can’t communicate ideas to the masses, he or she is not a designer, but simply an artists. I don’t hire artists.
HIS SIDE Tell us a bit about yourself, latar belakang pendidikan? Saya menempuh pendidikan Sarjana Hukum di Universitas Indonesia, Depok, dan melanjutkan Masters of Arts jurusan Exhibition Design di Fashion Institute of Technology, New York. Pertama kali ketemu Nina kapan, di mana dan bagaimana ceritanya? Hari-hari pertama memulai SMA, tidak ingat bagaimana persisnya. Di setiap hari Jumat yang diperbolehkan berpakaian bebas, saya yakin kita saling menemukan satu sama lain dengan cara kami masing-masing. Bagaimana Abraham melihat Nina sebagai seorang desainer dan Nikicio sebagai sebuah brand? Nina desainer dengan presisi, dan Nikicio sebagai brand adalah wujud nyatanya. Bagaimana proses penunjukan Abraham sebagai Creative Director? Kami sedang bertukar pikiran mengenai pandangan masing-masing mengenai Nikicio (yang selalu kami lakukan setiap ada kesempatan), dan dalam perkembangannya gambaran kami semakin menyatu. Saya rasa ini ada hubungannya dengan pelepasan ego, dan kepercayaan antara satu sama lain. Bagaimana akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran itu? Saat saya menyadari bahwa ini adalah kesempatan yang datang dengan maksud untuk memperbolehkan saya melihat mode dari sisi yang belum pernah saya jamah.
Apa yang pertama kali terlintas di kepala kamu ketika ditunjuk sebagai Creative Director Nikicio? Apakah saya seberani itu untuk menuangkan siapa perempuan Nikicio yang ada dalam hati saya, untuk menjadi sesuatu yang bersifat konkrit. Bagaimana proses membuat koleksi perdana ini, kira-kira berapa persen Nina terlibat? Saya tidak tahu bagaimana cara untuk menjelaskan proses kreatif, namun Nikicio Team memiliki sistem yang spesifik. Nina terlibat 100%, but who’s counting? Menurut kamu, apa yang membuat Nikicio itu kuat sebagai sebuah brand/line? Keahliannya dalam mengekspresikan emosi dan menjaga jarak, sebuah konsep yang modern dan kuno dalam saat yang bersamaan. Secara spesifik siapa pengguna Nikicio menurut kamu? Sekarang? The Observers. Namun saya harap semua orang yang saya kenal dan libatkan dalam hidup saya adalah The Observers. In your own words, jelaskan apa itu Nikicio Cult Nikicio Cult adalah penyerahan diri terhadap gaya hidup yang terus berubah.
033
Mastering new challenges by being spontaneous and open minded menjadi mantra personal Janette Gloor dalam mendapatkan apa yang diinginkannya. Oleh: Vinny Vindiani.
Janette Gloor
Sempat berkarier sebagai fashion stylist membuatnya mengerti benar bagaimana seluk-beluk di balik keindahan fashion dengan segala tantangannya, dan menurut pengalamannya yang seringkali merasa frustrasi dan kecewa saat melihat hasil photo shoot, Janette memilih mengontrol setiap proses kreatif, menggunakan daya imajinasi, serta bakat visualnya dan menuangkannya dalam foto sebagai seorang fotografer. Mengaku selalu
034
punya ketertarikan di bidang fashion, Janette selalu melengkapi setiap bidikan fotonya bukan hanya dengan outfit yang menarik, tapi juga bagaimana ia memberi perhatian lebih pada setiap cloths & fabrics, bagaimana kesatuan model dan apa yang dikenakannya tetap terlihat indah, serasi, dan cantik. “Saya bisa melihatnya dari tiupan angin atau angle tertentu ketika matahari menyorot masuk. Dan visual seperti inilah yang ingin saya tangkap dan abadikan dengan kamera saya. Fashion is always around and therefore my motivation is like an ongoing perpetual mobile,� ceritanya. Berspesialisasi pada fotografi bernuansa romantis dengan sentuhan cool and cheeky edge, Janette yang saat ini sedang disibukkan dengan berbagai pemotretan fashion & editorial yang
Personal collections: Art books. challenging juga percaya bahwa setiap lokasi punya ceritanya sendiri-sendiri, “Saya selalu berada dalam pencarian lokasi yang spesial. Bagaimana setiap tempat punya cerita baru. Seperti saat mengeksplorasi glaciers di Pegunungan Alpen, Swiss. Saya mengumpulkan setiap pengalaman dan ide-ide untuk pemotretan editorial yang akan direalisasikan di musim dingin nanti.” Lebih daripada itu, fotografer kelahiran Peru yang sudah banyak bekerja sama dengan media-media fashion seperti Vogue Italia, Glassbook, Bianco, hingga Harper’s Bazaar ini juga menyatakan bagaimana uniknya alam bisa menjadi tantangan dan keindahan tersendiri, “Saya menggemari romantisme dan sangat suka bekerja dengan alam. Yang menarik adalah ketika saya tidak mengetahui cuaca seperti apa yang akan ada hari itu. Untuk fotografi seperti itu, kamu harus selalu bisa bereaksi instant.” Berbanding terbalik dengan sifatnya yang tenang dan positif, ia mengaku mudah bosan dan aktif masalah coba-coba hal baru, tapi satu yang selalu ada di pikirannya, yaitu soal kompetisi keras dalam karier fotografi
Fav movie: La dolce Vita by Federico Fellini. yang baginya akan terus bergulir dan misterius bagi siapapun. Karena kesuksesan akan datang dan pergi tanpa ukuran yang jelas, dan baginya, ini merupakan tantangan yang tidak berakhir dan mampu menggerakannya berbuat lebih. Well, nothing good comes from doing nothing anyway.
Ultimate girl next door: Cara Delevingne.
Fav model: Amanda Murphy.
City you want to explore: Lisbon.
Fav musician: Lana Del Rey.
Secret talent: To tailor.
Current obsession: Working.
Perfect song while doing photoshoot: Sade Siempre Hay Esperanza.
Celebrity crush: George Clooney. Fav photographer: Camilla Akrans.
Guilty pleasure: Chocolate.
v
Fa
b
: ook
e
Th
by
C
e
lch
A
st mi
ulo
Pa
.
lho
oe
Childhood heroes: Pippi Longstocking.
035
—FACTORY GIRL
crown jewels
Dani Stahl menyaksikan keajaiban yang ada di Bulgari. Fotografi oleh: Kim Ohrling.
036
flow
er p
owe
r
Salah satu hal yang saya cintai tentang perhiasan adalah kemampuan luar biasanya untuk menghubungkanmu dengan sebuah tempat tertentu, sebuah waktu dalam sejarah, atau bahkan dengan orang lain. Pada tahun 1960-an, bintang film seperti Elizabeth Taylor menjadi unofficial faces dari Bulgari. Tapi bagi saya, Bulgari akan selalu mengingatkan saya pada ibu saya, yang telah memakai serpenti watch yang amazing dan pretty pinky pink dari brand ini sejak saya masih kecil. Saya selalu berpendapat bahwa kegilaan saya akan perhiasan penuh permata ini adalah turunan dari ibu saya. Dan saya sering memikirkan tentang perhiasan akhir-akhir ini – bahkan untuk saya; sejak saya tunangan, berlian telah ada di kepala saya. Jadi ketika saya mendapatkan undangan untuk terbang ke Roma untuk mengintip bagaimana membuat perhiasan Bulgari, rasanya cocok. Plus, kalian pembaca setia Factory Girl pasti tahu bahwa saya sering menghabiskan waktu di Florence dan Venesia akhir-akhir ini, tapi saya membutuhkan juga a good Roman holiday. Dengan itu, saya lompat ke pesawat menuju Eternal City tersebut. Untuk urusan bisnis, pertama saya bertemu dengan sales advisor dari Bulgari, Paolo Piacitelli di flagship store mereka di Via dei Condotti. Lokasi yang bersejarah ini dibuka pada awal tahun 1930-an. Bersebelahan dengan toko itu ada sebuah museum yang memamerkan the Heritage Collection, koleksi unik yang menceritakan sejarah brand ini dan evolusinya sejak 130 tahun berdiri. Dilengkapi dengan sketsa vintage dan foto-foto, pameran ini mencerminkan ikon-ikon yang berbeda selama beberapa dekade, dimulai dari koleksi silver oleh sang pendiri perusahaan, Sotirio Bulgai, hingga kreasi Art Deco di tahun 30-an, hingga the “color explosion� di era Dolce Vita pada tahun 50-an, dan koleksi mewah di tahun 70-an dan 80-an. Koleksi ini cukup membuat orang
hard to work
s
a om
ny
mo
lds
talking gems with lucia silvestri
archive illustrations
mengevaluasi ulang apa arti “luxury goods”. Lalu saya naik ke markasnya, di mana saya dikenalkan ke dua orang yang bernama Lucia. Lucia Boscaini, the brand and heritage curator, yang memberikan saya up-close-and-personal look ke beberapa koleksi vintage, termasuk beberapa koleksi platinum dan berlian dari tahun 30-an. Saya juga mendapatkan pelajaran sejarah yang privat tentang bagaimana ketiga Bulgari bersaudara melakukan perjalanan hingga ke Bangkok dan India untuk mencari batu yang nantinya menjadi the heart and soul untuk perhiasan mereka. Mereka menghargai perhiasan mereka dengan nilai estetiknya, menggabungkan batu-batu precious dan semiprecious; yang membuat mereka revolusioner.
Saya pun kemudian dihantarkan ke ruangan sang creative director, Lucia Silvestri. Saya memasuki ruangan itu dan melihat berbagai permata ditaruh di atas meja. “Apakah kamu bisa merasakan energinya?,” tanya Silvestri sambil tersenyum – Saya pun langsung terobsesi dengannya. Ia menceritakan cerita-cerita menakjubkan tentang menemani para Bulgari bersaudara dalam jewel expeditions (termasuk cerita seru bagaimana mereka menemukan batu emerald berukuran raksasa di Jaipur). Last but not least, saya mengunjungi High Jewelry workshop di mana seorang pria bernama Massimo Di Valentini menunjukkan saya how the magic happens. Setiap piece di Bulgari High Jewelry dibuat oleh satu orang saja – tidak ada
production line di sini! Prosesnya dimulai dengan melumerkan logam yang lalu dituang ke sebuah lilin cetakan untuk membentuk shape-nya. Logam itu kemudian didinginkan; ajaibnya proses ini hanya memakan waktu 9 detik untuk emas dan 2 detik untuk platinum – crazy but true! Berikutnya adalah jewel setting (di mana saya berkesempatan untuk memakai lab coat yang chic dan kaca pembesar), diikuti dengan buffing dan shining. Saya meninggalkan Roma penuh dengan rasa puas, disinari dengan glow dari perhiasan Bulgari. Dalam perjalanan pulang saya menonton film Dial M for Murder karya Hitchcock yang dibintangi oleh Grace Kelly. Saya pun berpikir bahwa glamor seperti itu sudah tidak ada lagi… kecuali, mungkin, di Bulgari.
037
retro realness
Bagaimana caranya menjadi beauty queen 70-an. Oleh Gabrielle Korn. Fotografer dan Stylist oleh Zara Mirkin.
Vintage biker jacket dari Jet Rag, Atasan dari American Apparel, choker dari The Cobra Shop, vintage pins dari Wild Bill’s Nostalgia, vintage jeans dari Lip Service, perhiasan milik pribadi.
Tahun 70-an kembali dengan cara yang serius, tetapi tidak berarti kamu harus kembali ke ikon gaya yang lama. Tidak ada yang bisa melawan outfit Farah Fawcett, tetapi bintang style favorit kami dekade ini adalah orang-orang yang lebih tak terduga . Orang-orang yang merintis glam rock dan membuktikan bahwa ketangguhan dan kecantikan tidak saling bertentangan. Perempuan modern hari ini menyalurkan bahwa ikon 70-an sangat edgy, membuktikan bahwa selera yang abadi adalah selera yang baik.
The Girl :
The Inspiration:
038
Switchblade Sisters adalah film geng gadis remaja yang paling keren, dengan Lace (Robbie Lee) as the tougher-than-you , knife- menjadi leader dari the Dagger debs, kembali menciptakan tampilan Lace itu hanya masalah repurposing black skinny jeans dan biker jacket. Now snarl.
Vintage onesie dari The Cobra Shop, vintage t-shirt dari Filth Mart.
The Inspiration:
Ziggy Stardust adalah David Bowie versi androgynous, dengan alter ego luar angkasanya dan walau Ziggy hanya extension dari bintang rock satu ini, karakternya menjadi fashion icon yang mendunia. Untuk memperlengkap look kamu, ingat: lighting bolt di wajah kamu hanya optional , tetapi attitude alien rock-star jangan ditiru ya!
The Girl :
The Girl :
The Inspiration:
Pamela Des Barres adalah salah satu groupies terkenal dalam sejarah dirinya dikenal karena hubungannya dengan Mick Jagger dan Jimmy Page. Tetapi out of that famous rumor tentang dirinya, Pamela juga bekerja sambilan sebagai stylist untuk para rock star. Dia juga mengajarkan Alice Cooper bagaimana memakai make up dan membuat kemeja untuk Jimmy. Dia juga menjadi inspirasi bagi Penny Lane di Almost Famous. Jadi, bayangkan rock bertemu dengan hippie, bunga di rambutnya, flowing dresses, dan free spirited attitude.
Suede jacket dari Title a, Vintage Lace Dress dari Chuck’s Vintage, Tights dari Topshop, Vintage lace choker dari Etsy.
039
THE FLORES Keindahan alam dan kebudayaan luhur masyarakat Flores terekam dengan apik di atas setiap helai kain yang NYLON dan Binus Northumbria School fo Design temukan. Teks dan fotografi oleh: Andandika Surasetja.
PROJECT
040
Ketika NYLON menerima ajakan pelesir dari Binus Northumbria School of Design menuju Pulau Flores di Provinsi Nusa Tenggara Timur, we could not be more excited about the journey! Lebih dari sekadar kegiatan liburan untuk mengagumi keindahan pegunungan dan lautan, penjelajahan ke Indonesia bagian timur ini sekaligus membawa sebuah misi untuk mempelajari khazanah tekstil Nusantara, khususnya kain tenun NTT bersama 6 orang fashion students terpilih dari Jakarta dan Newcastle, Inggris. Selepas transit selama 2 jam di Bali, akhirnya kami pun mendarat di Bandara Komodo, Labuan Bajo pada pukul 12.30 WITA. Yes, The Flores Project has oficially begun! Setelah melepas penat dengan menikmati sunset dari balkon kamar hotel yang menghadap
langsung ke laut lepas, NYLON bersama tim The Flores Project pun menjajaki sesi pertama. Keenam partisipan silih berganti memaparkan konsep koleksi pakaian yang akan dipertunjukkan pada Jakarta Fashion Week 2015 pada bulan November mendatang. Perjalanan ke Flores inilah yang menjadi benang merahnya – teknik tenun, motif tradisional, proses pewarnaan, kebudayaan masyarakat, hingga keindahan alam menjadi sumber inspirasi yang memperkuat rancangan para desainer muda berbakat tersebut.
Keesokan harinya, eksplorasi pun dimulai. Destinasi pertama ialah Desa Liang Sola di Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat yang berada di kawasan perbukitan. Setelah kurang lebih tiga jam perjalanan darat menggunakan minibus, tim The Flores Project pun disambut hangat oleh para warga. Dengan antusias
GESSAYU PARAMESWARI
Highlight dari koleksi Gessayu adalah crinkled texture pada kain yang terinspirasi dari tebing di Kelimutu – Flores dan penggunaan tenun NTT sebagai aksen.
kami mengamati setiap detail dalam teknik pembuatan kain tradisional dengan proses hand-woven. Para pengrajin pun menuturkan bahwa motif yang muncul dalam setiap lembar kain tenun khas NTT biasanya terilhami dari hal-hal yang ada di sekitar kehidupan masyarakat; mulai dari corak laba-laba, telapak kaki tokek, hingga figur komodo. Kunjungan selanjutnya ialah Desa Waimose yang bersebelahan dengan Desa Liang Sola. Kawasan ini menjadi rumah bagi para penenun yang dapat menerima pesanan khusus (custom order). Untuk membuat selembar kain dengan panjang 150cm biasanya dibutuhkan waktu antara 3-4 pekan. Jika motif dan kombinasi warna yang dikehendaki memiliki level kerumitan yang lebih tinggi, maka proses pembuatannya pun akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Hari kedua, tujuan kami ialah Desa Boas. Medan yang ekstrem mengharuskan kami untuk menempuh perjalanan dengan Jeep serta SUV 4-wheel drive. Setelah menerjang tanjakan, turunan curam, dan bahkan sungai di tengah hutan terbuka kami
SELENA FITRIANI
Untuk gelaran JFW tahun ini Selena mendesain menswear collection bertema pop art dengan aplikasi tenun NTT dan inspirasi dari upacara tradisional Tari Caci.
ADELA NADIA LESTARI
pun disambut oleh warga dengan upacara adat yang sangat impresif. Setelah rangkaian seremoni tradisional, partisipan dengan aktif berdiskusi dengan para pengrajin untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tenun NTT, yang kemudian diakhiri dengan kegiatan belanja yang sangat impulsif. Maklum saja, semakin jauh kami menelusuri ‘perjalanan panjang’ dari kain tenun NTT, kami semakin menyadari betapa tinggi nilai yang terikat di setiap jalinan benangnya. Satu hari terakhir sebelum pulang, kami pun menyebrangi lautan untuk menjangkau Pulau Komodo dan tentu saja menikmati moment of serenity di Pink Beach!
Sementara itu Adela mempertemukan unsur modern dan tradisional dalam sketsa rancangannya, “Inspirasinya diambil dari Mbaru Niang yang merupakan traditional house dari Wae Rebo – aku ambil bentuk cone dan rustic feel-nya.”
JUL HENDRI STEVEN
Dalam rancangan untuk JFW 2015 Hendri menampilan sejumlah under-water creatures yang dibuat dengan teknik bordir dan jahit tangan yang menghasilkan efek 3D. “Konsep yang ingin saya hadirkan ialah womenswear dengan sentuhan sporty dan masculine,” ungkapnya.
KATE HEIDI SKELTON
Kate sigap memborong kain yang terpajang untuk dibawa pulang ke Newcastle, Inggris. “Nantinya material ini dipadu-padankan dengan bahan denim untuk membuat patchwork yang akan diaplikasikan pada bermacam luaran seperti coat dan bomber jacket,” ungkapnya
HOLLIE LOUISE NEWTON Hollie mempresentasikan desain convertible clothing yang dapat difungsikan sebagai atasan maupun bawahan hanya dengan simpul sederhana. Hollie terpesona pada peci pemuka adat dengan material anyaman daun lontar yang cocok untuk dipadukan dengan koleksinya.
041
Stretch you up!
flowing water Muda dan bertalenta, katakata inilah yang medeskripsikan brand alex[a]lexa, Monique Soeriaatmajda selaku Creative director dari brand ini, menyatakan bahwa dirinya terinpirasi dari multi faceted properties of water, yang mana bersifat calm and relax at the same time, but still powerful. Dalam koleksi spring/summer 2015-nya ini alex[a]lexa membuat Siluet A-line skirt dengan struktur side panels and fluid panels & sooting water texture of the ocean on printed pants, tops, dan dress yang akan lebih memfokuskan konsep koleksi ini. Selanjutnya dengan prints, alex[a]lexa juga menggambar inspirasi mereka yaitu karya surrealism, warna teal biru yang menenangkan dipadukan dengan warna putih yang mencolok membuat konsep ini terkesan kuat. Aplikasi mesh
042
dan busa jala terstruktur memberikan sentuhan baru pada koleksi spring/summer 2015. Koleksi ini bisa kamu dapatkan di Goodsdept Pondok Indah Mall dan Seibu Dept Store Grand Indonesia.
Everyone need a pair of comfy jeans, Lee Cooper is here to help you out. To start the year, Lee Cooper meluncurkan koleksi terbarunya yaitu “Lee Cooper Stretch It”, Stretch jeans memiliki penggemar yang cukup banyak, dikarenakan oleh kenyamanan dan kebebasan yang tidak terbatas saat kamu bergerak membuat stretch jeans banyak digemari pencinta denim. Brand denim asal Inggris ini, ingin
oleh: Miranthi Putri Fitrianda
menunjukkan sisi kenyamanan dan kelenturan dari jeans Lee Cooper dalam kehidupan sehari-hari. Koleksi kali ini hadir baik untuk laki-laki maupun perempuan dengan berbagai varian, yang bisa kamu sesuaikan dengan kenyamanan kamu. Lee Cooper sendiri masih mengusung program “Meet the Makers”, dan yang terpilih untuk campaign Lee Cooper kali ini adalah 2 figur muda dan berbakat: Yumna Kemal dan Reno Pratama. Mereka berdualah yang memancarkan inspirasi bagi lee Cooper. Go grab yours now on www. leecooper.co.id
YOUTHFUL MOVEMENTS Summer is coming to town , Charles and Keith membawa sejuta nuansa baru untuk summer look kamu yang berjiwa muda. Koleksinya kali ini mengambil 6 konsep yang fresh yaitu Awakening, merepresentasikan sisi naturalistic dengan menampilkan warna Cool mint, white, dan red. Nordica, bertualang ke landscape Nordic, Nordica menggambarkan raw and natural point. Membawa warna
warna baru yaitu blue, brown, nude, dan navy. Rave, membawakan style block heels, sneakers, dan lug sole sandals, eksplosi fluorescent, yellow, coral red, dan dazzling blue hadir dalam konsep ini. Ritual, hadir dengan warna-warna yang sangat pop out cocok untuk diri kamu yang berjiwa energetic. En Forme, terinspirasi dari romantic notions, En Forme menabrakkan sisi feminism dan fearless dengan sexy interior, dan La Femme, mengambil alih sifat femininity dan classis constructions. Suit yourself with these collection!
art inspired
Memadukan art dengan fashion memang selalu berhasil. Coach kini berkolaborasi dengan icon artist dan animator terkenal yaitu Gary Baseman. Gary Baseman adalah artist terkenal saat ini yang berlokasi di Los Angeles, Amerika Serikat. Koleksi musim semi 2015 ini terinspirasi dari karya seni dengan karakter yang unik. Memasuki dunia fantasi, koleksi kali ini memperlihatkan tokoh-tokoh kartun, untuk mendekorasi koleksi mereka. Baseman sendiri berharap bahwa konsumernya bisa berhubungan dengan karyanya dengan memakai dress Kiki dan Emmanuel Hare Ray, dia juga berharap konsumernya dapat berpikir tentang karakter apa yang mewakili dirinya. Tersedia dengan koleksi tas dan key chains yang beragam, akan hadir di Indonesia segera. For you who loves art and fashion, should check these collection!
oleh: Miranthi Putri Fitrianda
043
SPRIGHTLY SPRING Spring and Summer Time is coming to town! Kipling membawa sejuta warna dan keseruan pada koleksinya kali ini. Motto untuk koleksi mereka kali ini adalah “The modern women will be blooming through the city in spring and shining on the Italian Riviera in the Summer�. Koleksi Kipling untuk musim semi ini akan membawa kesegaran baru dan radiance untuk
lifestyle yang modern dan perempuan multitasking. Kipling ingin kalian tampil gaya dari musim semi ke musim panas dengan warnawarna yang unik dengan tas yang tidak out of fashion. Terinspirasi dari motif bunga yang fresh, musim semi kali dihadiri oleh beberapa palette warna yang warm. Lanjut ke musim panas, Kipling menawarkan berbagai tas yang stylish dalam warna mediterania yang terinspirasi oleh Italian Riviera Magic. Kipling brought colors to your life! Visit their website for more updates: http://www. kipling.com/uk-en.
BRING THE SUMMER BACK! Musim semi ini kita kedatangan koleksi baru dari Marks and Spencer yang sangat menggugah iman para perempuan. Koleksi yang baru dan sangat fresh ini bisa menjadi salah satu pilhan baru untuk mengisi lemari pakaian kamu. Terserdia dengan berbagai macam koleksi seperti Into The Blue koleksi dengan nuansa palette biru yang sangat calming, Uniformity koleksi yang sangat tegas tapi tetap feminim, Summer Of Love dengan print summer yang khas, The Orient dengan style oriental yang bisa kamu padukan dengan style classic, dan Modern Romance untuk kamu yang suka tampil sexy, yang kalian bisa sesuaikan dengan kepribadian kamu. Simplicity and pared back styling define the tone of the Spring Summer 15 collections, as the seasons key trends are elegantly presented through a considered edit.
044
oleh: Miranthi Putri Fitrianda
t i c k i n g
t i m e
Care for Share Sepatu merupakan aset terpenting dalam menunjang look kamu sehari hari. Dikarenakan frekuensi pemakaian yang sangat sering, sepatu membutuhkan perawatan khusus. Apalagi sepatu dengan bahan dasar yang unik seperti suede, nubuck leather, waxed and oiled leather, smooth and pebbled leather, canvas, rubber dan nylon fabric yang
memiliki cara perawatan yang berbeda beda. Timberland salah satu merk sepatu terkemuka menghadirkan berbagai macam produk perawatan sepatu untuk your lovely companion. Produk ini datang dengan sifat eco friendly dan hadir dengan pilihan yang beragam untuk berbagai material sepatu kamu. Teknologi yang hadir pada produk ini di antara lain adalah Water Based Formula dan PVC Free. For more information about the products , you can follow their Facebook Account on Timberland Indonesia.
comfort zone
Tick Tock Tick Tock , time is ticking people! Lets be stylish with swatch new Collection Dynamic Fusion. Jam tangan memang menjadi salah satu aksesori yang bisa dibilang cukup eksklusif. Kali ini swatch mengeluarkan koleksi terbarunya dengan material yang sangat ringan dan modis yang bisa menjadi salah satu pilihan aksesori tangan kamu. Dengan menggunakan material yang futuristic yaitu blend smooth alumunium dengan bahan plastik warna cerah untuk ultra-lightiweight dan statement making style. Koleksi kali ini adalah merupakan kombinasi dari desain yang fun dan warnawarna yang cerah juga energetik. Jam tangan kontemporer ini memilki bahan yang licin yang membuktikan bahwa jam tangan ini sangat fungsional, dinamik, dan eye catching. Tujuan dari pembuatan ini selain untuk menciptakan jam tangan yang light saat dipakai juga untuk teman kegiatan dan adventure kamu. This is just the beginning, visit their website www.swatch.com.
Women’secret adalah brand lingerie, sleep wear, & swimming wear terkenal asal Spanyol yang dinaungi oleh Kanmo Retail Group who just landed in Jakarta. Women’secret menciptakan ide-ide yang fresh untuk membuat lifestyle perempuan menjadi lebih sederhana dan excited. Brand ini adalah spesialis di dunia perempuan, diciptakan untuk dan oleh perempuan. sejak awal, Women’secret membangun global brand yang menggabungkan feminitas, modernitas, dan affordable price. Target market dari brand ini adalah perempuan berusia 25-45 tahun yang berkarakter pretty, comfortable, and sexy setiap hari setiap saat. oleh: Miranthi Putri Fitrianda
045
Foto: Reza Prasetya, Stylist: Patricia Annash, Model: Ingrid – 21MM, Makeup Artist: Maya Soelardi – PALZ, Lokasi: Our Bar
ry
ed
r Pe
r :F rt
i
lo
sh
Po
Dres
s: M
ang
o
sapukan makeup yang tipis
g n a r k te
den
n r a w gan
k i t s a lip
in p a n war
u
m a k n a r u b untuk li
lips
pout
It’s Creamy
Dengan warna yang solid seperti lipstick dan kemudahan pemakaian seperti lipgloss, lip stain ini sudah menjadi produk favorit. Bagi kamu yang menggemari tekstur yang creamy, Cream Lip Stain dari Sephora ini bisa dijadikan pilihan. Dengan banyaknya range warna yang bisa dipilih, tekstur lip stain yang mengandung avocado oil ini akan bertansformasi ketika diaplikasikan. Bermula dengan tekstur yang creamy akan berubah menjadi silky, lightweight stain dengan hasil warna yang stunning. Tidak menyebabkan kekeringan di bibirmu, lip stain yang lembut ini juga memiliki matte or satin finish yang bisa kamu pilih sesuai hasil yang lebih kamu senangi. But hey! Kalau kamu bisa memilih lebih dari satu, why not get both?
All Day, Everyday Beauty brand yang telah menjadi cult brand ini memang patut menyandang predikat itu. Stay All Day Liquid Lipstick sedang menjadi favorit saya akhir-akhir ini. Teksturnya yang ringan memberikan perasaan yang nyaman di bibir tanpa membuatnya terasa kering. Dengan tekstur creamy yang konsisten, liquid lipstick ini memiliki finish yang matte yang tahan hingga 6 jam lamanya. Memiliki 10 warna yang equally good, ada beberapa shade yang memiliki kandungan glitter di dalamnya. Tapi jangann khawatir, glitter ini tidak terlihat begitu kamu memulaskannya di bibir. Juga diperkaya dengan Vitamin E dan avocado oil, your lips will look and feel beautiful! Stay All Day Liquid Lipstick,
Stila @ Sephora
KOLEKSI LIP STAIN DAN LIQUID LIPSTICK INI AKAN MEMPERMUDAH HIDUPMU, FOR SURE. OLEH: ANINDYA DEVY. ILUSTRASI OLEH: YUNITA EKSA.
Cream Lip Stain, Sephora
Liquify Me Brand asal Amerika ini menjadi salah satu brand pilihan para young Hollywood artists. Lucky for us, brand ini telah hadir dan kita pun bisa mulai mengoleksi semua produk yang mereka miliki! Melted Liquified Long Wear Lipstick dari Too Faced ini memiliki lip applicator yang angled dan memiliki velvet tip untuk pemakaian yang presisi. Memiliki kombinasi shine of a gloss, lasting power of a stain, dan pigment-packed color of a liquid lipstick, formulanya light-medium dan tidak terlalu lengket ini juga highly pigmented. Dengan satin finish yang akan berubah menjadi matte setelah beberapa jam pemakaian. I cant wait to get my hands on this liquid lipstick! Melted Liquified Long Wear Lipstick,
Too Faced @ Sephora
The Revolutionary Road
048
Volupté Tint-In-Oil adalah lip-tint terbaru dari YSL Beauty. Lip-tint pertama yang memiliki kandungan tint in oil ini diinfused dengan empat essential oils; apricot kernel oil, coriander fruit oil, jojoba seed oil, dan possifora edulis seed oil, yang sudah pasti akan memberikan perlindungan dan kelembapan ekstra bagi bibirmu. Lip tint ini pertamanya akan terlihat samar di bibirmu, lalu lama kelamaan akan menyesuaikan dengan warna kulit bibir, Formulanya ringan dan tidak lengket, stain of color nya akan tahan untuk berjam-jam dengan shine yang indah. Aplikatornya yang berbentuk bibir ini juga akan mempermudahkanmu untuk mengaplikasikannya dengan presisi.Ini adalah pilihan yang tepat jika kamu ingin tampil fresh dan pretty, with a hint of color on your lips!
Volupté Tint-In-Oils, YSL Beauty
049
Stay All Day 10-in1 HD Illuminating Beauty Balm
Temporary Tattoo
Temporary tattoo yang aman ini bisa put a smile on your face, for sure. Potatoo, Rp 60.000
Beauty balm yang multipurpose ini dapat memberikan that radiant complexion bagi wajahmu. Stila @ Sephora, Rp 500.000
Slide On Pencil
Bingkai matamu dengan eyeliner yang dapat digunakan menjadi eyeshadow juga ini. NYX, Rp 165.000
Colour Intensifying Balm Pilihan warna caramel yang natural ini akan terlihat subtle di bibirmu. Max Factor, Rp 85.000
Lip & Cheek Velvet Stick Poppy
Coba tampil dengan riasan yang off-beat dan fun dari runway Spring/Summer’12 A DÊtacher ini. Reach for the stars! Oleh: Anindya Devy.
stars in your eyes Propel My Eyes
Bulu sikat empat arah yang dimiliki mascara ini akan membuat mata lebih bervolume secara merata. NYX, Rp 190.000
050
Berikan bibir dan pipimu that natural glow dengan velvet matte finish dengan chubby sticks ini. The Body Shop, RP 209.000
Clear Smooth All in One
Bedak two way cake ini adalah solusi praktis untuk kulit wajah yang cantik natural, bebas kilap, dan tahan lama. Maybelline, Rp 42.300
Colour Crush Nails
100% vegan dan free animal testing, kuteks terbaru dari The Body Shop ini juga memiliki formula yang ramah bagi kukumu. The Body Shop, Rp 99.000
Dengan tekstur cream gel nya yang tahan lama, eyeshadow ini juga tidak akan pudar sepanjang hari! Maybelline, Rp 66.900
Hoop Earrings
Jika tindikan di alis terlalu eksrem buatmu, pakai hoop earrings ini saja! Forever 21, Rp 49.000
n i t ac
h t g
Lipstick V
Berbentuk seperti bintang, lipstik dengan glossy finish ini akan menghasilkan warna yang cerah dalam 1 stroke saja. Anna Sui, Rp 310.000
h g ou
ara n ant i o i t i s r xtapo gh da The jut dan thou SS’15 swee y Rodarte vorit kami a runw di look fa nindya a j men ini.Oleh: A n a bul Devy
Cream Eyeshadow
Blend cream eyeshadow ini di bagian kelopak dan bawah mata untuk mendapatkan that no make up look. Anna Sui, Rp 235.000
One Step Correct 3in1 serum
yang inovatif ini mengandung three color-correcting, moisturizing brighteners untuk kulit wajah yang flawless. Stila @ Sephora, Rp 479.000
HD Cream Blush
Cream blush yang mewah ini akan menciptakan perfectly natural flush. Make Up For Ever, Rp 380.000
Roller Lash
Autobalm Hawaii Face Palette
Palet ini memiliki semua yang kamu butuhkan, dari blush, eye shadow, lid liner, hingga highlighter. theBalm, Rp 395.000
The Look : Rodarte Spring/Summer’15
Color Tattoo 24HR
Dengan maskara ini kamu tidak butuh lagi memakai penjepit bulu mata karena dapat ‘membuka’ matamu dengan Hook ‘n’ Roll brushnya. Benefit, Rp 330.000
051
The “Yeh-Yeh” Girl from Paris! There’s something in the air of France yang membuat gadis-gadis Prancis seakan memiliki that certain natural chicness yang effortlessly alluring, pun tak terkecuali dalam hal musik. Ketika berbicara tentang musik Prancis, yé-yé, sebuah gerakan musik pop pada awal tahun 60-an yang berkembang di Prancis sebelum menyebar ke Italia dan Spanyol menjadi sesuatu yang tak terlupakan. Bertemakan hal-hal innocent seperti first love atau patah hati, istilah “yé-yé” berasal dari seruan “Yeah! Yeah!” menampilkan musik pop yang berakar dari paduan jazz, chanson, rock & roll, traditional girl group dan dianggap salah satu cikal bakal dari indie pop yang kita kenal
saat ini. Meskipun tidak eksklusif untuk perempuan, namun fenomena pop ini nyatanya memang didominasi oleh penyanyi perempuan muda yang lahir dari program radio “le chouchou de la semaine”/”this week’s sweetheart” seperti France Gall, Françoise Hardy, dan Sylvie Vartan. Seksi dan naif di saat yang sama, mereka adalah epitome dari pesona gadis Prancis yang très chic, très fabu. Oleh: Alexander Kusuma Praja.
France Gall Terlahir di keluarga musisi, merupakan hal natural bagi France Gall (bernama asli Isabelle Geneviève Marie Anne Gall) untuk terjun ke dunia musik. Single pertamanya, “Ne sois pas si bête” (“Don’t Be So Stupid”), dirilis tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16 dan hanya setahun kemudian ia juga memenangkan kontes lagu Eurovision. Vokalnya yang tinggi dan breathy serta kecantikan Prancis khasnya (rambut pirang dan beauty mark di bawah mata) membuat banyak penulis lagu veteran Prancis berlomba-lomba membuat lagu untuknya, termasuk Serge Gainsbourg yang menjulukinya sebagai French Lolita. Kolaborasinya dengan Gainsbourg membuahkan banyak hits seperti “Laisse Tomber le Filles” (“Don’t listen to the girls”) dan “Les sucettes” (“Lollipops”) yang
052
liriknya memancing kontroversi. Nevertheless, namanya tetap menjadi salah satu penyanyi perempuan Prancis paling dicintai sampai saat ini, bukan hanya karena musiknya, tapi juga aktivitasnya di berbagai kegiatan sosial, termasuk Coeurs de Femmes yang menolong para homeless women. Walaupun telah pensiun dari dunia musik sejak tahun 2001 yang ditandai dengan sebuah dokumenter bertajuk France Gall par France Gall yang ditonton oleh 9 juta orang ketika ditayangkan di televisi Prancis, kecantikan seorang
France Gall dengan childlike naviety and sultry at the same time, chic nude lip, dan beauty spot masih menjadi simbol dari fenomena yé-yé tahun 60-an.
Maskara, Lancome
Hair serum, L’oreal
Eyebrow corrector, Make Up For Ever
Liquid lipstick, Too Faced @ Sephora
Françoise Hardy Berawal dari sebuah kado ulang tahun berupa gitar, Françoise Madeleine Hardy menjelma sebagai salah satu penyanyi dan aktris asal Prancis paling ikonik ketika ia merilis single perdananya “Oh Oh Chéri” di umur 18 tahun, namun single “Tous les garçons et les filles” lah yang mempopulerkan namanya dan menjadi ujung tombak dari fenomena yé-yé di Prancis. Tak hanya cakap bernyanyi dalam bahasa Prancis, Inggris, Italia, dan Jerman, perempuan kelahiran 1944 ini juga dikenal sebagai seorang aktris dan style icon, hal yang sebetulnya dihindari olehnya karena sifatnya yang sangat pemalu, bahkan setelah semua kepopuleran dan status cult-nya hari ini (“I feel happy when I’m on my bed, in my room with a good book,” ungkapnya dalam sebuah interview). Wajahnya yang diperkuat tulang pipi yang tegas menghiasi banyak publikasi dengan gaya riasan natural yang terdiri dari maskara hitam, black eyeliner tipis, alis mata yang well-groomed, dan sentuhan lip balm, sementara rambut coklat lurus dengan poni khasnya menjadi sinonim dari gaya low-key Parisian cool yang menjadi inspirasi bagi Alexa Chung, Cat Power, dan jutaan wanita lain. Brightening brick, Bobbi Brown
Liquid eyeliner, theBalm
A playlist to channeling your inner yé-yé girl: Eyeliner pencil, Benefit Concealer set, benefit
Françoise Hardy - “Tous les garçons et les filles” France Gall – “Laisse Tomber les Filles” Jacqueline Taïeb - “7 heures du matin” Sylvie Vartan - “La plus belle pour aller danser” Brigitte Bardot - “L’Appareil à sous” Gillian Hills – “Zou Bisou Bisou” Chantal Goya – “Il court les filles”
053
eternal Allie Hanlon: Beauty Product apa yang sering kamu bawa di tas kamu?
JT: Bagaimana denganmu?
Jillian Talley: Aku pasti akan panik kalau aku sadar aku tidak membawa Burt’s Bees Balm di tas.
AH : Barang-barang yang harus aku bawa selalu denganku adalah foundation, brown eye shadow, liquid liner, lipstick, dan lip balm.
AH: Ya itu essential! JT: Sejak SMA, itu selalu aku pakai. Itu seperti extension dari badan aku. Aku rasa saat aku remaja aku lebih banyak memakai make up, tetapi tiap tahun terlewati aku sedikit tidak peduli dengan hal itu. Dan itu sangat baik, mengetahui bahwa orang-orang di sekitar ku tidak peduli apabila aku memakai make up yang tebal atau tidak. AH: Exactly.
JT: Kamu tahu apa yang teringat olehku? AH: Apa? JT: Suatu hari, kamu meninggalkan make up bag kamu di rumahku, dan saat itu adalah emergency, dan aku sadar kamu merasa sangat sedih walaupun itu hanyalah hal kecil. AH: Apalagi saat tour! JT: Ya , karena itu adalah hal kecil yang sangat berpengaruh bagiku.
summer Allie Hanlon dari Peach Kelli Pop dan Jillian Talley dari Gal Pal berbicara tentang Patti Smith, tour makeup, dan shampoo yang mengubah hidup mereka. Seperti yang diceritakan pada Jade Taylor. Fotografi oleh Janell Shirtcliff.
bila tidak rambutku akan menjadi berminyak dan tidak cool. AH: Aku juga! Aku selalu mengikat rambutku ke atas dengan memakai poni, dan karena mereka menyentuh mukaku, they get the grossest really quickly. AH: Totally . Aku tidak memakai make up sangat sering, tetapi hal itu sangatlah penting buatku. JT: Ya, itu harus selalu ada. AH: Exactly. So, saat sekarang aku keluar aku selalu membawa make up bag dengan 5 atau lebih product. Aku tahu apa yang bagus buatku dan aku banyak melakukan trial and error. JT: Apakah kamu mempunyai produk favorit yang kamu gunakan khusus untuk tour? AH: Aku menggunakan banyak makeup, wipes, dan dry shampoo. Sangat jelas, saat kamu mungkin tidak dapat mandi sebanyak biasanya. Dan aku suka essential oil aroma lavender dan jasmine mereka sangat real dan fresh!
JT: Aku suka mengolesi oil itu di pergelangan, sangat halus.
JT: Aku jadi teringat hari di mana aku memakai poni.
AH: Dari apa?
AH: Aku merasa itu tidak make sense untuk keramas setiap hari, tetapi aku salah satu dari orang itu sekarang. Whatever.
JT: Aku menggunakan The Body Shop Oils, di mana produk itu sangat halus. Aku juga suka coconut oil dan shea butter untuk tubuhku. Dan flower water spray untuk wajah. AH : Yeah! JT: It wakes you up in the morning dan menjagamu agar tetap fresh, terutama bila kamu menyimpannya di kulkas. AH: Bagaimana dengan shampoo? Apakah kamu melakukan perawatan rutin yang kamu lakukan? JT: Aku mencoba menggunakan shampoo tanpa sulfat, dan aku sangat suka DevaCurl No-Poo karena itu tidak berbusa. Product tersebut sangat membuka mata aku dengan perbedaan antara sulfate-free shampoo dan massproduced shampoo lainnya yang mengandung sulfat. Yang mana mengambil natural oil dari rambut kamu. AH: Yeah, itu seperti laundry detergent. JT: Aku merasa seperti aku harus mencuci rambutku setiap hari atau
JT: Bagaimana dengan beauty icons? AH: Aku selalu meniru dari Patty Smith’s Easter di atas kaca kamar mandiku sebagai pengingat saat aku bersiap-siap untuk hari di mana aku ingin terlihat naturally fine. JT: I love that. AH : Gambar dirinya dengan armpit hair dan memakai slip, but its inside out and you kind of see her boob, dan rambutnya yang berantakan itu, tetapi dirinya tetap terlihat cantik. J : Yeah. AH: That was kind of a mantra for me: It just doesn’t matter.
girl power
Annie Kreighbaum dan Arabelle Sicardi bukan sekadar beauty editor pada umumnya. Oleh: Jade Taylor. Fotografi oleh Brayden Olson.
Bagaimana kamu bisa menjadi beauty editor? Saya membaca banyak tulisan online tentang kecantikan pada tahun 2012, saat hal tersebut mulai bertambah popularitasnya dan beauty blogger mulai menjadi sesuatu yang umum. Saya seperti, “Wait, saya juga bisa melakukannya.” So I did! Saya mengirimkan tulisan ke xoJane dan semua berawal dari situ. Bagian mana yang paling menarik saat bekerja di Into the Gloss? Setiap harinya saya melakukan hal yang berbeda. Memang banyak yang harus dilakukan tetapi saya tidak pernah bosan dan bisa terus belajar. Apa beauty look andalanmu? Kulit yang fresh dan bersinar, tanpa foundation. Alis tebal, rambut baru bangun tidur, dan sedikit blush. Apa salah satu tren beauty yang menjadi favorit kamu musim ini? Messy, DIY eye shadow Apa produk favorit yang baru kamu temukan belakangan ini? Puffing cream untuk bawah mata dan patch jerawat berbentuk hati dari Korea Selatan. Barang apa saja yang biasanya ada di meja kerja kamu? Kulit kerang berisi daun sage, palet Dermablend, dan The Hard Thing About Hard Things oleh Ben Horowitz. Definisi kecantikan menurutmu adalah? Realness!
056
Elasticizer Pre Shampoo Treatment.
Siapa ikon kecantikan favorit kamu dan kenapa? Jerry Hall, karena dia adalah perempuan Texas dengan sikap yang baik dan alwaysexcellent blush. Saran apa yang bisa kamu berikan untuk perempuan yang sedang berusaha masuk ke industri kecantikan? Jangan hanya berfokus pada produk tapi lebih kepada kemampuan kamu sendiri. Kamu bisa menulis jutaan ulasan produk dan bisa post selfie setiap hari, tapi tentu kamu butuh skill selain jago dandan dan memakai produk untuk membedakan dirimu dari orang lain. Lebih baik kamu memposisikan diri sebagai
“Pengganti foundation yang saya pikir tidak akan pernah ada. Bekerja sempurna tanpa
penulis, fotografer, seniman dan kamu bisa kembangkan sesuatu dari sana. “Ini adalah conditioner bagus yang bisa membuat rambutmu lembut, berkilau, dan silky.” Philip Kingsley
menutupi kulitmu.” Glossier Perfecting Skin Tint. ”Saya suka produk ini karena memiliki tekstur padat yang
“Supernatural adalah produk cream illuminator serba guna yang agak menakutkan tapi juga cantik, sementara Aurora sangat cocok untuk gadis berkulit pucat seperti saya.” Illamasqua Gleam Cream dalam warna Aurora dan Supernatural.
“Saya adalah penggemar berat parfum, dan kombinasi wewangian di Baudelaire ini sangat menyegarkan.” Byredo Baudelaire Eau de Parfum.
“Benda wajib untuk kulit yang gampang jerawatan. Saya bermasalah dengan jerawat tapi jika saya memakai produk ini dua kali seminggu, kulit saya akan baik-baik saja.” Mario Badescu Drying Mask.
Bagaimana kamu bisa menjadi beauty editor? Dulu saya menjadi freelance fashion & beauty writer di Rookie ketika mereka baru muncul. BuzzFeed mengundang saya untuk interview dan menawarkan posisi ini tak lama kemudian. Bagian apa yang paling seru saat bekerja di BuzzFeed? Sekarang saya sedang makan es krim gratis dan memandangi potongan cardboard raksasa Beyoncé di seberang ruangan saya. Apa beauty look andalan kamu? Saya menyukai lipstik warna gelap seperti abu-abu tua atau merah gelap, banyak maskara, illuminator warna nyentrik, dan rambut megar. Apa tren beauty yang menjadi favoritmu untuk musim semi 2015? Kulit yang bersinar dan lembap seperti bunga mekar, lipstik warna emas dan coklat, dan piercings. Produk baru favorit kamu belakangan ini? Di Cina sedang dikembangkan proyek nail art tiga dimensi dan saya terobsesi akan hal itu. It’s like Tamagotchi tapi di kuku kamu. Hal ini masih dalam tahap uji coba. Barang apa saja yang biasanya ada di meja kerja kamu? Untuk sekarang ini saya mempunyai sekotak Lucky Charms, kaktus kecil, selusin lipstik, kuas makeup, dan sebuah ilustrasi diriku yang dikirim oleh seorang pembaca. Saya terlihat seperti Joker versi perempuan. It’s awesome. Definisi kecantikan menurutmu adalah? Terror. Siapa ikon kecantikan favoritmu dan kenapa? Jezebel! Atau Salome. Saya suka tipe-tipe penyihir perempuan yang menakutkan. Saran apa yang bisa kamu berikan untuk perempuan yang sedang berusaha masuk ke industri kecantikan? Buatlah hal-hal yang kamu idamkan saat kamu masih kecil.
057
pop up your lips Match dan tahan lama pada bibir, inilah yang menjadi salah satu pertimbangan bagi para perempuan dalam memilih pewarna bibir yang cocok untuk mereka. Yves Saint Laurent, mengeluarkan koleksi kosmetik terbarunya yaitu VoluptĂŠ Tintin-oil. Beda dengan lip tint pada umumnya yang suka memudar dan tidak longlasting di bibir, YSL membuat Tint in Oil yang menggunakan teknologi liquid oil, pink tint, dan color link infuser, menghasilkan lip tint yang tahan lama dan lebih cerah di bibir kamu. YSL menggunakan flower oil untuk mencegah bibir kamu dari dehidrasi dan tetap maintain bibir kamu agar lebih cantik natural. Tersedia dengan 8 pilihan warna yang menarik, dapat menjadi salah satu pilihan koleksi pewarna bibir favorit kamu.
beauty license Keep it practical and simple, inilah yang menjadi deskripsi dari produk terbaru dari The Balm, salah satu merk kosmetik terkemuka di dunia menghadirkan koleksi terbarunya yaitu Auto balm Palette. Auto balm palette ini menawarkan dengan 2 palette pilihan yaitu Driver license Hawaii dan Driver license California. Tekstur yang lembut dan pigmen warna yang menarik juga mudah
058
Oleh: Miranthi Fitrianda.
diaplikasikan pada saat wajah kamu basah maupun kering, menjadikan Auto Balm Paltte menjadi salah satu pilihan kosmetik baru dalam beauty pouch kamu. Palette ini memang sengaja di-design sangat praktis, yang bisa kamu bawa saat travel kemana pun. Auto balm ini terdiri dari eyeshadow, highlighter, dan blusher. Now you can hit the road with quick and easy combinations that will drive anyone wild!
Ineffable Grace
Coming from the creative mind of Madame Carven yang menginspirasi dengan karyakaryanya di dunia fashion di tahun 1945 dan kembali tersohor berkat talenta Guillaume Henry, Carven kini berdiri kuat di antara begitu banyak line fashion & fragrances, tak terkecuali dengan kehadiran Carven L’Eau de Toilette. Celebrating the grace of women as the true queens, Carven mempersembahkan keharuman elegan dari perpaduan Italian Lemon yang menyegarkan, Sweet Pea & Peony yang manis, penambahan floral notes dari rangkaian bunga Freesia, White Hyacinth dan Wisteria, dan kesan delicate dari Sandalwood, White Musks, dan Amber. Seluruh sensasi irresistible dalam kemasan botol kehijauan berhiaskan gold neck ini sempurna menggambarkan wanita yang punya daya pikat kemandirian dibalik sisi feminine, serta natural charms dari penampilan dan personalitynya. I must say, it’s a perfect scent for a girl in spring time. Vinny Vindiani.
developing your skin Menjaga kesehatan kulit bagi perempuan merupakan sesuatu yang sangat penting. Melakukan facial dan perawatan lainnya memang sudah menjadi sebuah keharusan bagi kaum hawa. Kandungan Vitamin C yang sangat baik bagi tubuh ternyata berguna pada wajah kita. Votre Peau brand kosmetik yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari kamu, menciptakan serum Vitamin C yang serbaguna dan cocok untuk semua umur. Serum ini berfungsi untuk melembapkan, melindungi, mencerahkan, dan menginduksi pembentukan kolagen pada kulit kamu. Menjaga kulit terhindar dari dehidrasi juga merupakan tugas dari C Serum dari Vorte Peau ini. Penggunaannya sangat sederhana, oleskan pada wajah setiap pagi dan malah. Karena permintaan yang tinggi, saat ini Vorte Peau sendiri mengembangkan produk perawatan lainnya yang dapat menunjang kebutuhan kulit kamu. Untuk melakukan pembelian dapat melalu instagram Votre Peau yaitu @votre_peau atau kamu bisa datang ke Klinik di Jln. Malabar No 19 , Jakarta Selatan.
059
black sensation Full of energy and subversion, sensasi inilah yang akan kamu rasakan saat memakai fragrance terbaru dari YSL yaitu Black Opium. Terinspirasi dari konsep Rock Chic membuat pemakainya seperti tertembak oleh sensasi adrenalin dan energi. Kemasan yang menarik dengan glitter di seluruh botol parfume memberikan kesan eksklusif pada fragrance ini dan smell yang fresh banget menjadikan Black Opium salah satu pilihan fragrance terbaru bagi kamu yang mempunyai kepribadian yang energetik sekaligus chic. YSL sendiri mempadukan smell dari coffee, white flowers, dan vanilla untuk produk terbaru ini. Want one? Go grab yours!
BOOST UP YOUR LIP Rasa tidak pernah puas dan selalu ingin tampil lebih, hal inilah yang selalu dirasakan setiap perempuan. Salah satunya dalam pemilihan dan penggunaan lipstick, perempuan cenderung ingin memiliki lipstick dengan berbagai macam warna untuk acara yang berbeda beda. Lipstick dengan warna yang berbeda dapat merepresentasikan diri kita dengan kesan yang berbeda pula. Tidak hanya dari warna tapi kita harus bisa memilih lipstick yang baik untuk kesehatan bibir kita, contohnya dengan kelembapan yang pas untuk bibir kamu. Silky Girl, brand kosmetik yang berasal dari Malaysia, meluncurkan produk barunya untuk bibir yang dinamakan Silkygirl
060
Oleh: Miranthi Putri Fitrianda.
Moisture Boost Lipcolor Balm. Dikemas dalam bentuk pensil yang bisa diputar dan praktis digunakan ini yang cocok untuk kebutuhan kamu. Selain itu, lipcolor balm ini mengandung vitamin dan perpaduan oil yang sempurna untuk memberikan bibir tetap halus dan sehat. Berbeda dengan lipcolor balm yang sudah ada di pasaran, lipcolor balm ini memberikan hasil yang lembut dan melembapkan bibir sekaligus. Lip balm ini diformulasikan dengan kandungan vitamin A, vitamin E, dan vitamin C yang berguna untuk menjaga kesehatan bibir dan melindungi bibir dari sinar UV. Lip balm ini mengandung 4 NOs formula – tidak mengandung pewangi, tidak mengandung pewarna, tidak mengandung pengawet, dan no animal testing – memastikan kamu akan mendapatkan warna yang terbaik tanpa membahayakan bibir kamu.
popping poppy
Sesaat setelah melihat packaging koleksi terbaru dari The Body Shop yang bernuansa warna hitam pekat dan merah menyala ini, ada kesan misterius dan menggoda yang saya tangkap dari serangkaian bodycare & make-up limited edition, Smoky Poppy. Menggunakan ekstrak bunga poppy asli dari Ankara, Turki yang kaya akan minyak dan keharuman menggoda, Smoky Poppy siap memberikan sensasi kelembapan sekaligus keharuman eksotis nan sensual di setiap pemakaiannya. Terdiri dari body butter & body lotion yang melembapkan dan melembutkan kulit, seed scrub dengan biji bunga
poppy sebagai pengeksfoliasi natural, shower gel, Eau de Toilette dengan perpaduan keharuman rempah, kayu-kayuan dan bunga yang lembut. Selain bodycare yang kaya manfaat, Smoky Poppy juga menghadirkan Pink & Yellow Shimmer Cubes Palette, Blusher Brush serta perona pipi dan bibir bertekstur matte lewat Poppy Universal Lip & Cheek Velvet Stick yang berwarna hitam dan semakin unik karena sistem transformasi warna berdasarkan kadar pH kulit pemakainya. How magical! Vinny Vindiani.
Skin Bodyguard Polusi, debu, dan sinar matahari yang tajam dapat merusak kulitmu. This product called UV PLUS Anti-Polution from CLARINS will help you. Dengan SPF 50+ dan tekstur yang sangat ringan di wajah kamu, UV PLUS Anti-Polution ini sangat cocok untuk kita yang tinggal di kota besar. Polusi dan Sinar UV dapat menimbulkan bintik hitam pada kulit dan mengurangi kecerahan pada kulit kamu yang bisa buat kamu nggak pede. CLARINS merupakan pionir pertama dalam
pembuatan UV PLUS AntiPolution ini. Diformulasikan dengan kekuatan dari ekstrak tumbuhan, Cantaloupe Melon, Alpine Sanicle, Blackcurrant, Lampsana, dan White Tea yang sudah dikemas untuk kulit Asia seperti kita. Tersedia juga daily care untuk menunjang dan melindungi wajah kamu. Living in a big city is full of hard work, but CLARINS here to help you.
061
BEREKSPERIMEN DENGAN WARNA-WARNA
TERANG AND TWIST IT WITH YOUR ATTITUDE
Foto: Ricko Sandy, Stylist: Patricia Annash, Model: Zuza – Amore,
Sweater: Lazy Oaf @ Club Culture Dress: Zara
PAINT THE LIPS RED
GO RED DENGAN EYE SHADOW DAN LIP GLOSS BERWARNA MERAH UNTUK MAKEUP LOOK YANG BERANI
Makeup Artist: Lilis (NYX), Hairstylist: Christina Martha
063
064 RED SPRECKLE UNTUK MEMILIKI LOOK INI, BUAT SPRECKLE DENGAN EYESHADOW BUBUK DAN KUASMU.
Sweater: Zara
OUT OF THE BLUE JIKA INGIN TAMPIL BEDA, COBA GAYA MAKEUP SEPERTI ALEX DELARGE DI CLOKWORK ORANGE DENGAN WARNA BIRU
065
Polo Shirt: Lacoste Live @ Club Culture
Kemeja & Jaket: Zara
ORANGE BLOSSOM BUAT STATEMENT DENGAN MEMAKAI EYESHADOW BERWARNA ORANGE DAN ULASKAN DI MATAMU SEPERTI INI.
066
Ulaskan eye shadow berwarna hot orange di bagian kelopak mata dan bawah mata, dan bikin mengikuti bentuk mata.
Untu k oran finishing, ge te rang gunakan blu agar terlih sh on wa r at le bih c na erah !
STEP BY STEP:
ndaam fou BB cre it kamu n a k a n l , gu a ku i base n warn Sebaga uk merataka at. h i l t r n e tion u eup lebih t ak agar m
Untuk bibir, gunakan butter lipstick agar bibirmu tidak terlihat kering, lalu poleskan lip gloss warna orange sesuai dengan warna eye shadow di mata.
067
In the Rough Lewat album terbarunya, Froot, Marina and the Diamonds melangkah ke teritori yang lebih liar dan juicy. Oleh: Hazel Cills. Fotografi oleh: Eric T. White.
068
Blazer dan jumpsuit oleh Mango, sepatu oleh Charlotte Olympia, kalung oleh Lanvin.
069
“Hingga umur 27 tahun, saya hampir tidak pernah jadi orang yang berbeda sejak sekitar umur 18 tahun,” tukas Marina Diamandis alias Marina and the Diamonds. Ia kini berusia 29 tahun dan terbalut dalam trench putih kontras yang membuat bibir merah terangnya semakin menyala, matanya mencari kursi kosong di sebuah kafe kecil di New York dan menceritakan masa-masa ketika ia mulai menulis lagu-lagu dalam Froot, album ketiganya yang akan dirilis bulan ini oleh Atlantic Records. Saat itu, ia baru saja merampungkan tur Electra Heart-nya, serta apa yang ia sebut “hubungan dewasa pertamanya”. “Saya bercermin ke kehidupan saya dan mencoba untuk menebak-nebak apa yang membuat saya merasa tidak benar-benar bahagia,” katanya. “Dan saya bertanya pada diri sendiri: Mengapa saya harus bergaul dengan orang-orang tertentu di saat saya tahu itu bukanlah diri saya yang sebenarnya?” Sisi lain dari apa yang membuat Diamandis tidak bahagia berkaitan dengan perasaan kurang puas ketika menulis lagu-lagunya. “Saya telah menyelesaikan Electra Heart dengan cara yang benar-benar pop, dalam arti bekerja dengan orang-orang yang benar dan melakukan apa yang dianjurkan label,” akunya. “Saya merasa kemampuan saya sudah berhenti di titik tertentu. Saya merasa tidak lagi berkembang. “ Mendengarkan Diamandis berbicara tentang Froot, album pertama yang ia tulis sepenuhnya sendiri, jelas jika album ini tidak
070
Gaun oleh Naeem Khan, gelang oleh Jennifer Fisher.
Stylist: Paolo Nieddu. Rambut: Siobhan Benson memakai Oribe. Makeup: Daniella Shachter dari Workgroup memakai Nars.
071
hanya menjadi dokumen dari pertumbuhan sisi emosionalnya namun juga menjadi pembuktian talenta artistiknya, yang dirasa masih harus dibuktikan olehnya. “Saya berjuang menghadapi fakta bahwa saya selalu disebut sebagai songwriter dan seseorang yang tidak kenal kompromi dalam karier saya,” ucap Diamandis. “Tapi sebelum album ini, saya belum benar-benar membuktikannya.” Kesan pertama yang dirasakan dunia dari Froot adalah title track-nya yang sexy dan berbau disco 70-an yang menggemakan signature playfulness dan sisi teatrikal dari sang artist. Tapi secara keseluruhan, album ini tidak memiliki tema yang berkaitan dengan single tersebut karena
pendekatan genre yang berbeda di hampir setiap track. “Better Than That” adalah lagu rock provokatif a la Debbie Harry tentang backstabber, “Happy” adalah ballad dengan low-key piano tentang kepercayaan diri baru, dan “Immortal” adalah track yang gelap dan electro-pop halus tentang mortalitas. Dari lagu ke lagu, para pendengar bisa merasakan bagaimana Diamandis melampaui segala hal yang menahannya, dari penyesalan postbreakup hingga kekejaman yang lebih besar di dunia, yang membuktikan bahwa untuk mendapatkan suka cita, terkadang kamu harus melewati begitu banyak rasa sakit.
“Give me love, give me dreams, give me good self-esteem,” lantunnya dalam chorus yang menular dan catchy dari “Blue”. Semacam lagu dansa sedih yang terasa pas berdampingan dengan “Dancing on My Own” milik Robyn, sebagai pengingat jika bintang pop pun bisa merasa murung. “Sebagian dari album ini menceritakan tentang seseorang yang baru putus dari saya, dan rasanya sangat tidak enak,” ungkap Diamandis, seraya tatapannya melayang jauh melewati keramaian kafe di tengah kota. “Saya tidak pernah merasakan rasa bersalah semacam itu sebelumnya.” Keragaman suara dan gaya dalam album ini tampaknya memang disengaja. “You might think I’m one thing, but I am another,” nyanyinya dalam “You Can’t Pin Me Down” yang membuatmu ingin menghentakkan kaki. “All these contradictions pouring out of me/ just another girl in the 21st century.” Dan ungkapan tulus di tengah kebingungan ini mungkin menjadi aspek yang paling mendefinisikan albumnya. Persona prima donna yang kitschy dan berambut perak dari sampul Electra Heart tidak lagi ditemukan dalam Froot. Sebagai gantinya, berdiri Marina sebagai seorang wanita, menyoroti setiap luka dan kegelisahan hidupnya dalam serangkaian lagu yang entah bagaimana berhasil terdengar reflektif tapi juga seru untuk dibuat berdansa. Tidak ada yang perlu disembunyikan, walaupun memang itu bukan tujuannya. Dengan menyingkirkan glitter pink, sang artist bisa berbahagia menampilkan wujud aslinya yang paling jujur dan nyata yang pernah diperlihatkannya dalam musik, sambil mengokohkan statusnya sebagai songwriter. “Saya benar-benar menyadarinya sekarang,” ujar Diamandis, seraya bersandar mendekat dari sisi seberang meja. “Kebanyakan artist pasti merasakannya sejak awal, tapi beberapa tidak. Beberapa membutuhkan waktu lebih panjang untuk berkembang. Itu merupakan bagian dari perjalanan.”
DENGAN NAMA, SINGLE, DAN SEMANGAT BARU, HMGNC BERSIAP MENAKLUKKAN LEVEL SELANJUTNYA: GO INTERNATIONAL. OLEH: ALEXANDER KUSUMA PRAJA. FOTO OLEH: DANI HUDA.
a fresh 13 tahun bukan waktu singkat bagi sebuah band. Banyak yang terjebak dalam romansa masa lalu dan memilih stay di zona nyaman dengan menyajikan ramuan musik yang itu-itu saja. Untungnya, unit electronic sci-pop asal Bandung, Homogenic merupakan salah satu yang bertahan dengan terus berinovasi baik dari segi musikal maupun image. Sebagai salah satu nama prominen dalam kebangkitan skena indie lokal di medio awal 2000-an, sejauh ini Homogenic telah mengalami pergantian vokalis, empat album, serta ratusan show di dalam dan luar negeri dengan format yang terus beradaptasi. Setelah sempat vakum selama dua tahun, tahun ini Homogenic yang terdiri dari Dina Dellyana (synth, programming), Grahadea Kusuf (synth, programming) dan Amandia Syachridar (vokal) tidak hanya kembali dengan single terbaru bertajuk “Today and Forever”, tapi juga nama baru yang di-style sebagai HMGNC. Apa lagi yang berubah? Let’s find out now.
072
First thing first, apa yang membuat Homogenic berganti nama jadi HMGNC? Apakah ini hanya gimmick atau memang komitmen seterusnya? Dina: Ini sudah menjadi komitmen kami. Jadi ini bukan proses instan yang “voila!” begitu saja. Kita coba mempelajari banget kira-kira kalau kita mau muncul lagi di kancah permusikan setelah vakum 2 tahun ini, dengan visi-misi kita yang baru ini, apa yang harus kita benahi. Jadi ternyata brand kita jawabannya, yang salah satunya adalah nama dan logo, dan tentunya berakar ke banyak hal lainnya. Kita sampai bekerjasama dengan POT Branding House untuk mendalami proses perubahan ini. Manda: Perubahan nama kita jadi HMGNC juga sebetulnya me-refresh energi kita, kita jadi punya new spirit yang bikin kita jadi lebih berkomitmen sama HMGNC. Apa saja sih yang sudah berubah dari HMGNC? Dina: Berubah mungkin lebih banyak ke strategi, di mana sekarang kita semi self-release jadi approach-nya akan beda dengan album-album sebelumnya. Promosi kita fokuskan justru ke digital dan luar negeri. Karena jujur, kita ingin mencoba banget go international sekarang. Dea: Tentunya secara referensi dan selera, kami juga terus berkembang. Terasa sekali semenjak kami sering terima job DJ set, benar-benar jadi sarana untuk tukar referensi lagi suka apa, dan kita bisa lihat sendiri reaksi penonton waktu lagu referensi kami tersebut dimainkan. Kalau saya sendiri lagi banyak terkesan sama artis-artis electronic music sekarang yang sering nemu di SoundCloud. Mereka produksi semuanya sendiri, promosi sendiri, meski pasarnya niche, tapi bisa keren. Apa saja yang sudah terjadi selama vakum? Dina: Yang terjadi ya memantapkan format, jadi kita sekarang bisa live band, live PA, maupun DJ Set. Termasuk memantapkan sistem manajemen juga. Jadi internally dan externally kita benahi lah. Kita juga sadar sih kalau kita sudah tidak muda lagi, jadi kita buat semua lebih real dan efektif saja agar bisa tepat sasaran dan nggak terlalu banyak buang waktu ke kitanya.
Dea: Jujur, tahun 2013 itu lumayan frustrating buat sisi saya sebagai musisi. Selain masih membenahi kehidupan pribadi, kita semua larut dengan aktivitas keseharian masing-masing. Meski berupaya terus ngulik, tapi nggak jadi apaapa. Cuma jadi 2-8 bar aransemen yang nggak enak. Tapi ternyata 2-8 bar itu jadi dasar sound untuk single yang akan dirilis sekarang, Saya pernah dinasihati seorang kolega di kantor yang seorang desainer, katanya otot kreatif itu mesti dilatih terus supaya ide mengalir lancar. Sampai akhirnya tahun 2014 sampai 2015 ini kita intensif briefing dan kerjakan lagu-lagu baru, dan warna musik baru yang kami inginkan sekarang sudah terbayang. Manda: Diet! Haha. Selama 3 tahun kemarin gue 2 kali hamil, itu juga yang bikin kita vakum dulu. Setelah anak udah agak besar dan mulai bisa ditinggal, baru gue bisa beraktivitas lagi dan karena udah terlalu lama vakum sama HMGNC jadinya kangen banget dan itu semakin membangkitkan semangat dan passion gue dalam bermusik sama HMGNC. Banyak yang bilang kalau musisi yang sudah berkeluarga jadi tidak seambisius dulu. Kalau kalian sendiri masih menyimpan ambisi tertentu atau dibawa santai? Dina: Berambisi pasti, kalau nggak ya nggak akan keluarin single ini. Kita jujur lebih “mikirin” upcoming EP ini dibanding sebelumnya. Kita do our best lah dengan strategi yang kita rancang sendiri, dengan
berbekal pengalaman, masukan orang, dan ilmu-ilmu yang ada di internet, haha. Masalah hasil, ya semoga semua mengikuti kerja keras kita. Untuk sekarang ini, apa yang menjadi influens bermusik HMGNC? Dina: Influens sih dari mana-mana ya. Kita membebaskan diri sih. Selama 2 tahun juga kita back and forth buat lagu dan berujung semua jadi lagu setengah jadi. Sampai satu titik kita memutuskan stop mencoba membuat lagu yang “aman” dalam segi “tren”, ya di sini kalau musik elektronik bicara sub genre ya instead of menjual atau tidak menjual, tapi ketika pembuatan lagu benar-benar kita nggak mencoba dengar apapun yang spesifik jadinya harapannya dalam 1 lagu ini sudah terangkum semua inspirasi kita. Dea: Satu sisi saya menelusuri musikmusik lama era 70, 80, sampai 90-an yang memang disuka atau belum pernah didengerin sebelumnya. Di sisi lain, banyak artis yang secara random ditemui di SoundCloud. Sebagai pengembang software efek produksi musik, saya beruntung satu kantor dengan orang-orang yang kritis mengenai musik, dan punya referensi luas: dari punk, doom metal, stoner, shoegaze, math rock, sampai 90s slow jams. Jadi banyak referensi baru.
Boleh cerita soal single “Today and Forever” ? Dina: Gue menulis lagu ini benar-benar instan di suatu pagi dan langsung melempar lagu ini ke Dea. Voila jadilah, dengan tidak trying hard to be cool. Lega banget loh bikin lagu seperti itu, nggak ada beban harus “cool”. Jadi kenapa dipilih ini karena kita sudah riset juga ke orang lain. Kita perdengarkan lagu ini dan beberapa lagu lainnya, dan memang lagu ini yang paling cocok. Selain itu dari segi lirik dan “isi” dari lagu ini lebih masuk untuk menyampaikan pesan pada penggemar kalau kita di sini untuk hari ini dan selamanya. Anyway, banyak juga yang menyarankan kita agar lebih EDM hahaha tapi kita rasa bukan itu sih yang kita cari ke depannya. Dea: Kalau secara teknis, ini lagu pertama yang kita kerjakan sendiri dari awal sampai mixing/ mastering. Tentunya sebagai ajang untuk tes kualitas software buatan perusahaan sendiri sambil belajar produksi musik yang baik. Mudah-mudahan ke depan bisa terus menanjak kualitasnya.
Dari kiri: Grahadea Kusuf, Amandia Syachridar, Dina Dellyana.
Dea: Kami ingin supaya pendengar juga memahami proses kami secara kreatif. Bisa dibilang kita belajar lagi dari awal mulai single ini, jadi singleby-single, kami berharap semuanya dari produksi hingga jualan ada continuous improvement. Strategi single-by-single ini kami pikir paling cocok dengan keadaan HMGNC sekarang. Kabarnya untuk seterusnya HMGNC akan fokus merilis single secara berkala instead of full album. Is it true? Dina: Yup. Kita janji untuk mengeluarkan single every 2-3 months. Karena setiap lagu kita percaya punya charm tersendiri, punya strategi sendiri. Apalagi kita kan kadang lagunya drum and bass kadang chillwave kadang house ya segimana mood-nya aja, jadi nggak bisa kita pukul rata strategi promosinya. Lagipula kita juga sambil riset strategi apa yang paling pas untuk mempromosikan dan menjual lagu kaya HMGNC. Jadi per-single itu akan kita evaluasi dampak strategi kita dan apa yang harus dibenahi untuk single berikutnya. Seperti contoh, limited free download ini cuma pancingan aja, sambil kita belajar juga behaviour pendengar kita itu gimana.
Kalau kalian sendiri bagaimana melihat skena musik di Bandung saat ini dibanding saat kalian pertama muncul dulu? Dina: Seru sih tapi nggak se-vibrant dulu, gue udah jarang nge-gigs haha. Cuma kalau dari band elektronik sendiri belum lihat ada regenerasi yang keliatan signifikan. Semua pengennya jadi DJ sih bukan jadi band, haha. Lebih make sense buat mereka kali ya monetize-nya dan less effort. Padahal untuk sustainability tuh harusnya mereka bisa produce lagu juga. Dea: Sekarang kalau saya lihat metal sih yang lagi besar di Bandung. Lalu sub genre rock lain di samping metal seperti stoner, post-rock lagi seru juga. Yang elektronik generasi baru
malah masih belum nemu yang seru lagi. Mungkin youngsters Bandung saat ini lebih menikmati musik club dibanding gig kecil. Tapi masing-masing gig metal, gig indie, dan club bisa besar bersama dan network-nya terjalin, wah itu bisa hebat. Jadi kita masih optimis dengan scene sekarang dan nanti.
So, what’s the next goal? Dina: Setahun ini sih masih fokus tuntaskan single-single menuju full EP. Tapi impian terbesarnya bisa go international, dari segi pendengar. Masa sih lagu gini nggak bisa go internasional? hahaha rasanya ada yang salah nih pasti kalau nggak bisa, haha!
074
Hi Andrew, ini akan menjadi penampilan pertama kalian di Indonesia, apakah kamu masih merasakan nervous ketika tampil di tempat baru? Well, sudah cukup lama sejak terakhir kami tampil di tempat yang benar-benar lain dari tempat asal kami. Kami akan sedikit nervous membawakan lagu-lagu baru dan naik ke atas panggung lagi, terutama di tempat yang benar-benar baru dan seru. Tapi kami semua sangat excited! Saya tahu kalian semua berasal dari sekolah yang sama, tapi apa yang akhirnya membuat kalian memutuskan bikin band? Ketika Sam (Hales, vokalis) lulus setahun sebelum kami, dia telah memiliki reputasi sebagai penyanyi dan penulis lagu akustik, tapi apa yang ingin kita lakukan adalah bermain di band, jadi dia mengajak Cesira (Aitken, lead guitarist) dan saya untuk membantunya dalam format band, dan lima tahun kemudian, here I am. Tahun lalu kalian telah tampil di berbagai festival di seluruh dunia, bagaimana pengalaman itu mempengaruhi musik kalian sekarang? Ketika selesai tur, Sam biasanya langsung dipenuhi banyak ide yang ia ingin keluarkan segera. Jadi saya rasa, pengalaman itu memberikannya kesempatan untuk mengeksplor hal yang selama ini mungkin tak terpikirkan olehnya. Untuk kami, saya menyadari jika hampir semua lagu muncul dalam wujud yang berbeda ketika dibawakan secara live.
bass dan drum sangat terdengar. Ada nuansa boldness dan eksplorasi musikal yang coba kami buat. Kami sangat ingin mendobrak batas kami sendiri dan melampaui ekspektasi yang muncul, tak hanya dari penggemar tapi juga dari kami sendiri. Meskipun begitu, album ini masih memiliki karakteristik musik Jungle Giants yang fun.
Apa cerita di balik single terbaru kalian, “Every Kind Of Way�? Ayah saya mendengarkan lagu itu dan dia berkata sesuatu yang menurut saya sangat insightful, dia merasa cara Sam menulis lagu telah berkembang dari menggambarkan cinta dengan cara yang super idealis ke cara yang lebih pragmatis dan sederhana. Untuk saya sendiri, lagu ini adalah hasil mendengarkan banyak A Tribe Called Quest, Talking Heads, Latin Folk, dan Beck.
Apakah kalian merasakan beban di album kedua ini mengingat album pertama kalian mendapat respons yang sangat positif? Actually, saya merasa ada pressure yang lebih berat untuk berubah dan keluar dari zona nyaman kami sendiri. Kami bangga dengan album yang telah kami buat sebelumnya, namun kami siap untuk menantang diri sendiri lagi.
Apa rencana selanjutnya? Tur, merilis album kedua ini, keep touring, membeli matching track suits dan Ferrari. Special thanks to Prasvana for this interview!
Andrew Dooris, sang bassist dari band indie rock The Jungle Giants, menyempatkan diri untuk berbincang soal tur dan album kedua mereka sebelum penampilan perdana band asal Brisbane, Australia tersebut di Jakarta. Oleh: Alexander Kusuma Praja.
ALL THE RIGHT PLACES
Masih ada panggung yang ingin kalian kejar? Di tahap ini, my next dream stage adalah next stage itu sendiri. Rasanya saya tak sabar untuk melakukan tur lagi dan saya merasa bersyukur untuk segala kesempatan tampil, termasuk di Indonesia. Boleh cerita soal album kedua kalian? Apa yang bisa pendengar harapkan di album ini? It’s quite different. Album ini lebih groove based di mana Dari kiri: Sam Hales, Cesira Aitken, Keelan Bijker, Andrew Dooris.
Another year, another Music Issue yang artinya kami siap memilih lagi deretan band-band baru favorit kami tahun ini sebagai our own #LocalMusicHeroes. Oleh: Alexander Kusuma Praja.
The Fox & The Thieves
Dibandingkan dengan genre lain yang mungkin terlihat lebih mentereng, ironically justru genre musik cadas lah yang cenderung memperhatikan sisi visual dari musik mereka secara matang dan terkonsep. Banyak sekali cover artwork terbaik justru datang dari band-band keras yang sepintas terlihat “rusuh”, pun tak terkecuali dalam kasus The Fox & The Thieves, unit heavy-rock asal Bandung yang selalu menyiapkan artwork khusus dalam setiap pertunjukannya. “Artwork merupakan aset visual yang menjadi pelengkap aset audio kami,” cetus Krishna Diswatra, sang lead guitarist. Satu fakta yang sebetulnya tidak mengejutkan saat mengetahui jika keenam personelnya memang berangkat dari satu jurusan di DKV ITENAS angkatan 2010. Namun, bukan berarti kawanan ini hanya akan mencuri perhatianmu secara visual saja. Sonically, mereka siap menggempur gendang telingamu dengan aransemen heavy-rock distortif berbalut synth yang akan dengan mudah memanaskan crowd di gig sebuah pub kecil sampai festival terbuka sekalipun.
Dari Kiri: Aldo Pradistira (synth), Agus Wahyudi (vokal), AL Zaenuar (bass), Krishna Diswatra (lead guitar), Adri Imade (drum), Indra “Bongky” Samiadji (rhythm). The Namesake: “Keinginan menceritakan sifat ‘maling’ pada manusia dan binatang rubah yang memiliki kebiasaan ‘mencuri’. So, apakah sebagai manusia kami mau memiliki sesuatu negatif yang sama dengan binatang? Kami melawan hal itu dan sifat negatif lainnya,” jelas AL soal nama band mereka. Influences: Led Zeppelin, Black Sabbath, The Datsuns, Tame Impala, Black Rebel Motorcycle Club. Listen This: “Manipulators March” yang dibuka oleh dentingan synth sebelum akhirnya menjadi war cry beraransemen heavy. “Lagu ini adalah sebuah ungkapan rasa kesal kami melihat media-media yang terlalu mem-framing sebuah berita untuk menutupi sebuah realita, terutama media-media yang sudah ‘ditunggangi’ oleh kepentingan-kepentingan politik. Manipulasi media yang telah tersusun dengan baik dan rapi seraya melakukan long march ke arah kepentingan yang menguntungkan pribadi sang otak pemilik media,” ungkap Agus. Local Music Heroes: Ucok Homicide, Iwan Fals, The S.I.G.I.T.
Hometown Glory: Semua personel sepakat jika scene Bandung sedang dalam masa rejuvenated dan mulai naik lagi. “Bandung memiliki segudang ide kreatif untuk berkarya dalam musik. Micro gigs dengan guest indie band kini mulai terasa kembali atmosfer & euforianya,” ujar AL.
Dream Gig: “Coba main di luar Indonesia deh... Karena apresiasi terhadap musik sangat berbeda dibanding di sini,” cetus AL yang diamini semua personel lain yang menyebut Fuji Rock, Summer Sonic, dan Vans Warped Tour sebagai gig impian mereka. Future Plan: Launching mini album. “Bakalan ada enam lagu untuk mengisi mini album. ceritanya mini album ini bakalan jadi sisi berat dari The Fox and The Thieves, karena kami merasa proses ini semua tidaklah ringan, tapi kita ingin have fun. dua lagu yang di Soundcloud pasti ada di mini album, tapi format aransemen akan berbeda untuk salah satu lagu, lagu yang mana? Nanti aja kalau sudah keluar mini albumnya boleh didengarkan.” Foto oleh: Aulia Akbar @ spacelessmind
https://soundcloud.com/the-fox-the-thieves
077
Chocopurin manis. “Kami berdua merupakan penggemar fashion mori girl yang identik dengan hal-hal natural. Kami ingin menciptakan lagu-lagu yang bertemakan tentang alam, sehingga pada saat mendengarkan musik kami rasanya seperti sedang berada di tengah hutan yang asri dan tenang,” ungkap keduanya. Dengan tiga lagu demo berbahasa Inggris yang terangkum di SoundCloud mereka, tampaknya mereka telah berhasil melakukannya, with easy breezy.
https://soundcloud.com/chocopurin
Dipertemukan oleh minat yang sama terhadap musik Jepang, Rona dan Stefany tergabung dalam sebuah all-girl band bersama 3 orang teman lainnya yang membawakan cover dari bandband visual kei Jepang. Setelah band tersebut bubar di tahun 2009, keduanya terus bermusik bersama di beberapa band lainnya sebelum akhirnya kedua gadis Semarang tersebut memutuskan membuat Chocopurin, sebuah proyek indie pop akustik minimalis dengan sentuhan folk dan Shibuya-kei yang
Listen This: Tiga lagu demo mereka yang merupakan satu kesinambungan cerita. Diawali oleh “Petrichor” yang menjadi pembuka bagi “After The Rain Last Night” yang pernah masuk kompilasi akustik Awecoustic Volume 1. “Lagunya bercerita tentang persahabatan. Pada saat masih muda, biasanya kita selalu sejalan dengan teman-teman. Ketika beranjak dewasa, masing-masing pasti punya kesibukan dan perlahan punya kehidupan sendiri. Hal seperti itu kedengarannya simpel, tapi pada kenyataannya kenangan-kenangan lama bersama teman-teman itu merupakan hal yang precious.”
Local Music Heroes: Rona menyukai Sheila on 7, ten2five, dan TokyoLite, sementara Stefany menyukai KLA Project dan Sajama Cut. “Kami berdua juga selalu mengagumi karya-karya Guruh Soekarno Putra yang dulu sering muncul di TV di berbagai pertunjukan musik dan tari, sayangnya yang seperti itu sudah langka sekarang.” Hometown Glory: “Untuk di Semarang saat ini progresnya mungkin tidak sepesat indie music di kota besar lainnya di Indonesia. Di sini sepertinya underground music masih menjadi top choice untuk
Dari Kiri: Stefany (vokal, gitar, bass, glockenspiel) dan Rona (vokal, gitar). The Namesake: “Namanya seketika terbesit saat kebingungan mencari nama band. ‘Chocopurin’ dalam bahasa Jepang berarti ‘puding cokelat’. Tidak ada makna khusus, namun kami berdua sepakat bahwa puding cokelat itu enak dan disukai banyak orang.” Influences: “Kami berdua merupakan pendengar musik Jepang, tapi genre yang kami dengarkan berbeda. Rona basicnya menyukai musik yang berbau jazz, folk, groove, dan funk seperti UNCHAIN, Soutaisei Riron, Tokyo Jihen, dan Predawn. Sedangkan Stefany genre favoritnya mulai dari post rock, math rock, hingga shoegaze. Musisi Jepang favoritnya saat ini: Haisuinonasa, LITE, THE NOVEMBERS, dan toe.” .
local event. Selain itu di kebanyakan event yang tampil masih seputar band yang itu-itu saja, seperti kekurangan ruang untuk band-band baru yang ingin tampil, padahal pasti banyak bandband baru yang berpotensi dengan genre yang lebih bervariasi.” Dream Gig: “Kami ingin sekali mencicipi live house di Jepang, manggung satu stage bersama indie band di sana. Jika berandai-andai tentang dream collaboration tentunya ingin berkolaborasi dengan musisi-musisi idola kami.” Future Plan: Mid or late 2015 kami berencana merilis mini album pertama kami. Kami juga sedang berusaha agar mini album kami nantinya bisa juga didistribusikan di Jepang seperti first demo kami sebelumnya. Kami juga berharap untuk bisa tampil di luar Semarang dan memperkenalkan musik Chocopurin ke masyarakat luas.” Foto oleh: Weda Wedya.
The Namesake: “Ruang Rima itu sebenarnya nama yang saya kasih untuk kamar tidur saya di rumah. Kalau bisa dibilang, Ruang Rima itu media/tempat di mana saya bisa menjadi seorang Rizky Fauzy yang sebenarnya.”
Listen This: Akun SoundCloud miliknya berisi lima lagu bedroom demo dengan tema beragam, termasuk cover “I Know Places” milik Lykke Li. “Satu lagu yang mewakili warna dan karakter Ruang Rima adalah ‘Berlibur’. Lagu ini sebenarnya curhat seorang pekerja kantor yang sangat menginginkan indahnya pantai dan deru ombak, maka dari itu terciptalah lagu ini.”
079
Dream Collab: “Saya suka banget sama Pink Floyd, kalau ditanya dream collab sih saya selalu memimpikan apa rasanya untuk bisa beraksi bareng opa-opa itu. Apalagi kalau para almarhum personel Pink Floyd yang sudah berpulang ke Rahmatullah juga ikutan. Ya namanya juga mimpi, boleh kan? Hehe.”
Hometwon Glory: “Saat ini bandband indie di Jakarta semakin mandiri, baik untuk sekadar gig bahkan sampai rilis album dalam beberapa format. Ini pertanda bagus buat ngejaga kualitas musik yang beredar di Jakarta bahkan Indonesia. Jadi kalau ada orang yang bilang musik di Indonesia sekarang itu enggak banget, mereka mungkin harus lebih banyak untuk dengerin musik-musik yang hidup di bawah permukaan tanah Jakarta/Indonesia.” Local Music Heroes: “Saya suka Alm. Chrisye, selain karakter vokalnya yang unik, dia juga kayaknya nggak macam-macam dan tekun banget dalam berkarya. Buktinya adalah karya-karya abadi beliau yang masih terdengar sampai sekarang.” Future Plan: “Insya Allah kalau waktunya sempat, pengen launching karya Ruang Rima minimal EP di acara married saya nanti.” Foto oleh: Bagas Satriadi.
Ruang Rima
Influences: “Saya banyak terinspirasi dari The Beatles dan Pink Floyd dalam hal bikin lagu dan nulis lirik. Kalau belakangan ini, saya lagi dengerin Washed Out, Temples, dan Cocteau Twins.”
Ungkapan “this is where the magic happens” seringkali terlontar untuk merujuk kamar tidur, which is true karena bagi banyak orang, kamar tidur memang menjadi sebuah ruang personal yang bisa menampung banyak inspirasi. Bagi Rizky Fauzy, inspirasi tersebut mewujud dalam sebuah bedroom project bertajuk Ruang Rima. “Sebenarnya kalau ditanya kapan saya mulai suka bermusik, mungkin bisa dibilang dari kecil. Bokap juga suka musik kebetulan dia main bass. Saya pertama kali belajar main gitar sendiri waktu kelas 4 SD dan langsung sotoy ikutan kompetisi di sekolah. Hasilnya? Nggak menang, cuma abis itu saya makin pengen tau tentang musik. SMP mulai bikin band, ubah-ubah lirik lagu orang, dan sampai sekarang jadi beneran suka bikin lagu,” ungkap pria berumur 25 tahun tersebut. Kini, dengan segala lamunan kamar yang membuahkan lagu-lagu beragam tema dalam bahasa Inggris dan indonesia, ia pun menghadirkan eksperimentasi sounds yang dreamy dan membuatmu ingin termenung lebih lama di kamar tidurmu.
https://soundcloud.com/ruangrima
Intenna Terbentuk sejak November 2010, Intenna bisa dibilang sebuah anomali di skena musik Malang yang umumnya didominasi oleh band-band aliran keras seperti metal, hardcore, dan punk. Kuintet yang terdiri dari gabungan personel beberapa band lokal Malang seperti Result Unknown, Eboni & Ivory, dan Louis Louisa tersebut memainkan sounds yang fuzzy dengan vokal perempuan di antara raung distorsi yang kental serta permainan delay yang membangun ambience tersendiri. Setelah merilis split album bersama band Malang lainnya, Guttersnipe di 2013, tahun ini single mereka “Memar” ikut tergabung dalam Holy Noise, sebuah kompilasi shoegaze Indonesia pertama yang digagas oleh Anoa Records. Lagu tersebut dan single andalan mereka, “Flowery”, memiliki all the good things that you can expect from a good shoegaze song: it’s hazy, dreamy, and spacey. Dari Kiri: Ni Nyoman Nanda Putri Lestari/Oming (vokal), Pugud Haidi Agusdilla (bass). Dwianto Prastowo (gitar), Ovan “Obing” Zaihnudin (gitar), Hendra Alfaroq (drum). The Namesake: “Obing yang memberi usulan nama Intenna, singkatan dari internal antenna, perangkat penerima sinyal. Filosofinya sih tidak terpikirkan. Cuma karena mudah dan enak diucapkan dan ditulis, nggak pasaran juga, belum ada band bernama itu juga. Tapi belakangan kami menemukan kesimpulan, bahwa sebenarnya Intenna ini dibangun berdasarkan ikatan emosional, saling pengertian dari hubungan pertemanan, dan ikatan emosional adanya di dalam (internal) hati.”
Local Music Heroes: Eko Marjani (founder Koalisi Nada), Djoni Sugiarto (founder Cak Bagus Eksperimental & gitaris Tani Maju) & Alm. Vykar. Hometown Glory: “Scene musik di Malang berkembang cukup signifikan, tapi ya gitu lah, masih seperti dulu, kotak-kotak. Yang penting nggak saling jotos sih nggak masalah. Banyak pelaku musik yang berbakat, pintar, tapi kurang beruntung.”
Dream Gig: “Main di gedung tua zaman Belanda yang sudah diabaikan ratusan tahun. mainnya di waktu siang menjelang sore biar cahaya yang masuk berwarna kuning oranye. lalu ditonton ibu-bapak juga sahabat dekat. Sehabis manggung, makan malam di taman dekat situ, biar hemat.” Future Plan: “Kami mau rilis album pertama, sudah mau basi ini isunya.” Judulnya Helter Skelter yang artinya carut-marut, filosofinya nggak ada, cuma akhirnya sedikit terjadi keribetan dalam proses garap album ini, tapi nggak apa-apa, hehe. Rencananya ada 9 lagu, berarti LP ya. Dari ketiga lagu yang sudah ada, cuma ‘Flowery’ yang direncanakan masuk album. Foto oleh: Derajad Deckz Kreatifinarta.
Influences: “Masing-masing memiliki selera musik yang berbeda. Tapi ada beberapa band yang sangat berpengaruh pada materi Intenna, salah satunya Radiohead. Selain musik juga ada banyak hal yang menginfluens kami, seperti karya-karya seniman dari disiplin seni yang lain, juga orangorang di sekitar kami, dan masingmasing dari kami saling mempengaruhi satu sama lain.” Listen This: “Flowery” lagu berlirik hanya dua bait yang bercerita tentang konteks waktu. Lagu berjudul asli “My Flowery Dream” tersebut juga menjadi bagian dari kompilasi Shoegaze Revival hasil kerjasama Ear to Ear Records dengan Gerpfast Kolektif yang merupakan kompilasi shoegaze internasional berisi 30 band dari lima benua. “Soal lirik, kebanyakan Oming yang nulis, kecuali beberapa lagu baru. Semuanya soal rahasia kehidupan, maksudnya di sini tentang apapun yang terjadi di kehidupan, bisa pengalaman pribadi, cerita dari teman, keadaan sosial, macammacam.” https://soundcloud.com/intenna
Sungai Dari Kiri: Mawar Rengga (vokal), Anggito “Ito” Rahman (gitar/vokal), Selvi Angelita (vokal), dan Dimas Budi Setya (perkusi). The Namesake: “Kami memilih nama Sungai karena kami bertemu dan sering latihan di tepi sebuah kali (sungai kecil) yang terletak di sebelah kontrakan Ito, karena nama ‘Kali’ kurang menggelegar lalu kami sepakat menggunakan nama Sungai yang memiliki banyak arti dan salah satunya adalah menghanyutkan. Kami berharap musik kami dapat tenang dan menghanyutkan buat siapa saja yang mendengarkannya.” Influences: Arcade Fire, Radiohead, The Milo, Björk, Sarasvati, Smashing Pumpkins, Frau, Melancholic Bitch, dan Float. Listen This: “Sementara ini kami sengaja merilis 3 single di SoundCloud yang versi demo, belum mixing & mastering, biar pada penasaran akan hasil akhirnya. ‘Kelabu’ bercerita mengenai sebuah perbatasan warna hitam dan putih, mengenai berartinya hidup ini dan harus diperjuangkan. ‘Cublak-Cublak Suweng’ kami mencoba meng-cover lagu anak, dengan harapan orang tidak melupakan tentang apa yang pernah ada dulu. ‘Tidur #2’ bercerita tentang sebuah kelemahan dan keharusan.” Local Music Heroes: “Banyak! Frau, The Milo, The Monophones, Zoo, Seek Six Sick, Homogenic, Float, Pure Saturday, Pandai Besi, Kubik, Belkastrelka, Melancholic Bitch, Dialog Dini Hari, Bonita and The Hus band, Senyawa, Navicula & Wukir Suryadi.”
Walaupun nama Sungai masih terbilang sangat baru, namun sebagian besar personel band asal Yogya ini bukanlah nama asing di scene musik setempat. Sebelum tergabung di band yang terbentuk tahun lalu tersebut, mereka berasal dari beberapa band yang memainkan aliran musik yang beragam, dari mulai dreampop (Anggisluka), mathrock (Zoo), dan ballad (Serat Mantra). Dari berbagai aliran tersebut, untuk proyek ini mereka sepakat untuk bermuara di genre pop akustik yang bermodal gitar akustik dengan layering tiga vokal dan elemen perkusif yang menghanyutkan. Manis dan teduh, tiga lagu demo preview yang sudah bisa kita dengar di SoundCloud mereka berisi lirik-lirik puitis tentang kehidupan sehari-hari dan membangkitkan kenangan akan atmosfer Yogya yang tenang.
Hometown Glory: “Scene musik di Yogya lagi bangkit dan banyak band baru bermunculan, seru! Semakin variatif.” Dream Collaboration: Ito memilih Lucy Kubik dan Aji Gergaji, Dimas ingin featuring John Frusciante, Selvi memilih Frau, sementara Mawar ingin live gigs yang intim dan kolaborasi dengan Dadang Pohontua. Future Plan: “Rilis album dan dapat record label yang mau merilis 9 lagu hasil recording kami. Kemudian rilis album kompilasi soundtrack Another Trip to the Moon yang dimotori oleh Ismail Basbeth dan Charlie Meliala.”
https://soundcloud.com/sungai Foto oleh: Anggito Rahman.
081
“Gue inget banget pertama kali pengen nge-band itu kelas 3 SD. Orangtua gue dulu beliin gue DVD School of Rock, abis nonton itu gue sama temen gue langsung pengen punya band. Akhirnya gue pertama kali main musik itu kelas 4 SD. Gue les gitar dari kelas 4 SD sampai 3 SMP, belajar akustik klasik dan dulu juga punya band yang nge-cover lagu-lagu pop punk, hehe,” ungkap Omar Prazhari, pemuda berumur 19 tahun yang berada di balik proyek solo instrumental, ATSEA. Terbiasa hidup berpindah-pidnah sejak kecil, Omar menjadikan musik instrumental sebagai caranya untuk menggambarkan perasaan homesick, wanderlust, dan memori dari semua tempat yang pernah ia singgahi. Tidak harus melulu sentimental dan melankolis, aransemen surf pop instrumentalia yang ia racik juga berisi glorious chorus yang begitu vibrant. Saat ini untuk penampilan live ATSEA, Omar yang sedang berkuliah di Vancouver dibantu oleh teman-teman satu kampusnya dan telah tampil dari mulai hall kampus sampai vintage Chinese club.
ATSEA Dari Kiri: Liam Dolan (bass), Ogwaho Powless (gitar), Cameron Robinson (gitar), Omar Prazhari (gitar), dan Matt King (drum).
Genre Wise: “Inti genrenya ATSEA sebenarnya indie pop, dengan tambahan elemen surf sama dream pop. Di Vancouver, teman-teman dan bandmates gue melabeli ATSEA sebagai sebuah band dream pop, dikarenakan chorus effect yang kita pakai sangat ‘menyolok’.”
Influences: Richard Hawley, Anamanaguchi, The Housemartins, Built To Spill, Good Shoes, Joe Hisaishi, Ryuichi Sakamoto, Wild Nothing, Ennio Morricone, Sore, Lotus Plaza, Beach House, Rodriguez, Seapony, Tatsuro Yamashita, sampai Deafheaven. Listen This: Debut EP Bleak Tropics yang dirilis oleh Kolibri Rekords dan berisi 10 tracks dengan ambience kontemplatif yang direkam di Jakarta pada pertengahan 2014, termasuk single “Sober” yang jangly dan “High Tides” yang lebih moody. Dream Gig: “Main di Laneway Fest karena itu adalah festival paling oke di Asia menurut gue, atau main di sebuah akuarium, haha.”
Hometown Glory: “Di Vancouver ada dua spektrum. Either lo anak acoustic folk yang hobinya dengerin cover Sam Smith, John Legend, atau lo anak garage lo-fi. Sebenarnya banyak sih scene di sini, cuma dari dua tahun tinggal di sini, dua scene itu yang paling menyolok bagi gue. Underground house music scene juga sekarang lagi mulai nge-trend di sini, ada label namanya 1080p yang sekarang lagi hype.” Future Plan: “Gue summer ini bakal ke Jakarta, mudah-mudahan bakal rekaman materi baru ATSEA. Bikin merchandise baru kalau bisa. Tahun ini ATSEA juga kemungkinan besar bakal ada perubahan formasi karena beberapa personelnya harus pindah untuk program pertukaran pelajar, jadi gue harus mulai mencari pemain pengganti sementara.“ Foto oleh: Camila Sol.
082
https://soundcloud.com/atseasounds
The Namesake: “Waktu kelas 1 SMA, gue ngefans banget sama albumnya Tennis yang Cape Dory. Ada lirik di lagu yang judulnya ‘Marathon’: ‘Your low lying shore opens welcomingly to one who’s spent the night at sea.’ Dari situ gue ambil ATSEA. Terus gue coba pakai Google Translate buat dapat terjemahannya dalam bahasa Jepang dan ternyata ‘At Sea’ itu artinya confused and lost. Gue juga pada waktu itu berada dalam kondisi di mana gue bingung mau dibawa ke mana hidup gue, haha.”
Dream Collaboration: ”Gue pengen bisa main bareng The Libertines. Walaupun ATSEA sendiri nggak terlalu terinspirasi sama lagu-lagunya Libertines, mereka tetap band favorit gue.”
Listen This: “Please Stop Pretending” dari EP Second Summer yang berisi empat lagu guitar-based dengan kemelankoliaan musim panas. Local Music Heroes: Veni menyebut Barefood sementara Alfian memilih Vague. Hometown Glory: “Kalau di Jogja cenderung sepi gigs, kalau kita lagi mau main, kita biasanya bikin acara sendiri aja daripada nungguin gigs. Terus Jogja juga kaya tempat transit anak-anak rantau yang bikin band, berapa tahun bosan terus bubar atau lulus kuliah balik ke kota asal atau tuntutan kerja jadi bandnya ditinggalin.”
Dream Gig: “Main yang benarbenar di outdoor. Panggung nggak usah gede-gede banget dan interaksi sama penonton juga dekat. Versi mini Coachella apa ya? Hmm, Laneway kali ya? Sabi banget tuh! Hehe.” Next plan: “Merilis EP dan ingin tur Jawa dulu sih. Tur yang dekatdekat dulu kaya Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang.” Foto oleh: Willie William.
https://soundcloud.com/talkingcoasty-1
alking oasty
Bicara tentang pantai, mungkin Bali lebih langsung tercetus di benak dibanding Yogyakarta, namun faktanya, Jogja sendiri memiliki cukup banyak pantai yang akhirnya membawa influens tersendiri bagi musikmusik bertema beach dan summer. Di tahun 2010, sama seperti banyak orang, Veni sedang tergila-gila mendengarkan musik yang dimainkan Best Coast dan dengan spontan mengajak seorang temannya untuk ngeband bareng dan terbentuklah Talking Coasty yang lantas melahirkan EP lo-fi pop bernuansa musim panas dengan tajuk Second Summer. Sempat beberapa kali ganti personel, band yang telah berbagi panggung dengan Pure Saturday dan Lemuria tersebut kini nyaman di format duo, di mana Veni tak lagi hanya mengisi vokal, tapi juga memegang bass menemani gitaris Alfian. “Sekarang masih agak grogian sih, soalnya dulu waktu aku masih vokal doang lebih bebas bisa joget-joget, sekarang udah megang bass jadi kaku, masih suka kaya nggak konsen takut salah, haha!” ungkap Veni sebelum tampil di salah satu gig di Jakarta baru-baru ini. Di samping manggung, sekarang mereka tengah menyiapkan EP terbaru dengan vibes yang akan terasa berbeda dari EP sebelumnya. No more sadboys? We’ll see.
Dari Kiri: Veni (vokal/ bass) dan Alfian (gitar).
The Namesake: “Itu sebetulnya nggak ada arti khususnya sih. Awalnya kan kita masih suka cover Best Coast, terus musik kita memang kaya ngomongin soal Best Coast, dulu akunnya Best Coast kan Besty Coasty, nah kita ambil belakangnya.” Influences: “Sebenarnya dengerin banyak genre sih cuma yang awalnya bikin aku pengen ngeband itu memang Best Coast. Sekarang apa aja sih, kaya Ride, YACHT, Slow Beach, Slowdive. Kalau vokal sendiri aku ngefans banget Jenny Lee Lindberg, bassist dan backing vocal Warpaint, sama Kim Gordon-nya Sonic Youth,” ujar Veni.
083
Woodstock memang telah lama berlalu, namun tak bisa dipungkiri jika gaungnya masih terdengar sampai hari ini. Tak hanya menjadi salah satu peristiwa counterculture paling penting dalam sejarah, festival itu juga meninggalkan legacy berupa influens bagi ribuan band di seluruh dunia. Salah satunya adalah Circarama, kuartet asal Jakarta yang membangkitkan lagi spirit “peace & music” lewat musik psychedelic rock yang mereka garap. Vokalis M. Jugo Djarot somehow memang akan mengingatkan kita pada sosok John Lennon (terutama ketika sedang meng-cover “Real Love” milik The Beatles) namun bukan berarti mereka tidak punya warna musik tersendiri. Dengan menggabungkan psychedelic rock yang dibumbui oleh folk, ambient, surf rock, hingga samba, mereka sukses meramu neo-psychedelic versi Circarama. It’s summer of love, once again.
Dari Kiri: Teuku Rifaldi “Kiting” Moeli (bass), Faiz Mochamad (gitar), M. Jugo Djarot (vokal/ gitar), dan Eki Yuda Sena (drum). The Namesake: “Circarama itu nama dari sebuah cinema yang sempat populer beberapa waktu silam. Circarama ini unik di mana layar dari cinema itu 360 derajat, jadi audience bisa lihat layar di sekelilingnya. Sebenarnya alasan milih nama itu nggak macammacam sih, ya karena bagus aja.” Influences: The Beatles, Pink Floyd, The Kinks. Listen This: “Sweet Shining” yang meditatif dan “Empty Room” yang kontemplatif. “Kalau ‘Sweet Shining’ temanya lebih ke arah diri dan pergi melampaui batas dari diri itu sendiri. Bisa dibilang temanya meditasi. Kalau ‘Empty Room’ memang sengaja memainkan mood sih, dan temanya mengarah ke gambaran imajinatif.”
Local Music Heroes: “Black Brothers, AKA, atau Ariesta Birawa Group, karena mereka membuat saya berpikir ‘Oh, ternyata musik Indonesia ada yang seperti ini’,” ujar Jugo. Sementara Kiting menyebut sederet musisi dari mulai Chrisye, Titiek Puspa, Iga Mawarni, Ikang Fauzi, Koes Plus, Waljinah, Naif, sampai Sore. “Kenapa? Karena mereka punya karakter dan soul di musiknya.” Dream Gig: “Gig di mana performernya adalah Jimi Hendrix di gitar, Janis Joplin di vokal, John Bonham di drum, Ray Manzarek di keyboard, dan Jack Bruce atau Brian Jones di bass. Ditutup dengan duet akustik John Lennon dan George Harrison.” Hometown Glory: “Kalau saya melihatnya scene musik di Jakarta itu banyak musik daur ulang, di mana jenis musik yang pernah populer di masa lalu dimainkan kembali atau dikembangkan di era sekarang. Dan itu merupakan
Circarama
hal yang baik, karena jadi banyak bermunculan musisi yang beragam. Banyak juga musisi yang mendapatkan sorotan dan kesempatan yang sepantasnya.” tandas Jugo. Future Plan: “Jadi awalnya kita mau bikin EP tapi seiring berjalanya waktu, panggilan hati, dan masukan dari beberapa teman yang bergelut di dunia musik, sekarang kita lagi berusaha bikin LP. Target kita 9 lagu berhubung durasi lagu kita kadang-kadang nggak normal jadi kalau dihitung sudah LP sepertinya.” Foto oleh: Ijal Matondang & Indra Adiguna.
https://soundcloud.com/circarama
Dari Kiri: Heryanto Atse (ukulele sopran), Bob Faizal (perkusi), Dhea Febrina (vokal), Rengga Ramayuda (ukulele bass), Faried (mandolin), Endang Kurniawan (ukulele tenor), Boiq Setiawan (mandola). The Namesake: “Lute adalah semacam nenek moyang dari instrumen petik yang banyak kita kenal saat ini. Little karena alat musik yang kita mainkan kecilkecil, nggak ada yang sebesar gitar, semuanya kecil seukuran ukulele.”
Influences: “Kalau influens bersama sih jujur kita kurang tau, karena kita dengar musiknya berbeda-beda. Bahkan ada beberapa personel yang sebelum di Littlelute pernah punya kelompok musik dangdut, hahaha. Cuma serunya karena kita punya influens yang bedabeda, jadinya musik Littlelute memang nggak terpaku di satu genre atau satu influens.” Listen This: “Childhood Story” dan “Berlibur Ke Poznan”. “Lagu ‘Childhood Story’ itu sederhana banget. Tentang kehidupan masa kecil kita yang suka malesmalesan kalau disuruh mandi sama ibu, sampai ngadu ke ayah, dan kabur kalau disuruh mandi. Lalu lagu ‘Berlibur Ke Poznan’ itu karena ada teman baiknya Atse yang berasal dari Polandia, tepatnya Poznan. Dia suka bercerita tentang kotanya yang indah, bahkan sampai kirim fotofoto waktu dia pulang ke sana. Akhirnya Atse bikin deh lagu itu, hehe.” Local Music Heroes: “Menurut kami, local music heroes nggak cuma musisi, tapi semua stakeholder yang terlibat dalam
rantai industri musik. Bisa produser, manajer, publicist, jurnalis musik, soundman, crew, event organizer, dll. Banyak banget teman-teman musisi yang dukung kami yang kami anggap local music heroes, seperti Alvin & I, Tetangga Pak Gesang, Senandung Taman, Teman Sebangku, Tigapagi, dll. Kalau sosok orangnya yang banyak kasih masukan buat kami misalnya Marine Ramdhani (FFWD Records), Riko Prayitno (Mocca), dll. Hometown Glory: Sebenarnya Bandung banyak banget bandnya, nggak cuma folk tapi masih sangat banyak genre lain. Untungnya sekarang udah mulai bermunculan wadah bermusik buat band baru kaya kita ini dan dengan konsep acara yang oke. Micro gigs inilah yang kami anggap paling berjasa buat band-band baru untuk mengenalkan musiknya ke publik.
Dream Gig: “Entahlah, beberapa kali kami sudah merasa seperti di mimpi ketika diajak ke beberapa panggung. Jadi kami nggak tahu panggung seperti apa lagi yang bakal mengejutkan buat kami. Mungkin suatu saat bisa manggung di pensi anak TK. Hahaha.” Future plan: “Launching mini album.” Foto oleh: Abdullah Fikri Ismanto.
85
Entah ada kaitannya dengan Iklim sejuk dan ritme hidup yang cenderung lebih santai atau tidak, namun Bandung tampaknya memang memiliki nuansa komunal tersendiri yang memungkinkan lahirnya bandband berformat ensemble dengan personel dan instrumen yang ramai. Yang terbaru adalah Littlelute, sebuah unit folk berpersonel tujuh orang yang digagas oleh Heryanto Atse, seorang penggiat alat musik ukulele yag ingin membuat ukulele “naik kelas” dari image-nya yang terkesan “jalanan”. Meskipun para personelnya berasal dari lingkar pertemanan dan background musik yang berbedabeda, namun ketika pertama kali berkumpul di bulan November 2013, it was an instant click yang membuat mereka komit bermusik di satu atap yang sama. Meracik folk berbasis alat musik petik yang manis dan dreamy, lirik-lirik Littlelute terinspirasi oleh berbagai hal dalam hidup, dari mulai hujan, film-film bagus, hingga pengalaman traumatis masa kecil yang uniknya dikemas dan dibawakan dengan rasa ceria.
https://soundcloud.com/littlelute
Littlelute
https://soundcloud.com/gizpel
Gizpel
Terbentuk di tahun 2012, band asal Jakarta Timur ini memang baru memiliki satu single di SoundCloud mereka. Namun, jika 1. 500 play dalam kurun waktu kurang dari setahun bisa menjadi acuan, maka single berjudul “Drive Me Home” yang memadukan lo-fi indie rock dengan bunyi gitar dan ketukan drum elektrik yang dancey tersebut tampaknya bisa menjadi pertanda bagi sesuatu yang menjanjikan. Sempat vakum karena sang vokalis berkuliah di Solo, tahun ini mereka sedang bersiap merilis debut EP berisi lima lagu yang akan dirilis oleh Kolibri Rekords. Now, that’s something to look forward to.
086
Dari Kiri: Dimas Agung Wibisono (gitar), Fadillah Ananto (vokal & bass), dan Dika Raka Prayuga (keys & drum machine). The Namesake: “Gizpel itu sebenarnya sebuah nama aja, meaningless gitu. Awalnya kita bertiga bikin band namanya Leipzig, ya itu nama kota di Jerman yang awalnya juga kita nggak tau kalau itu nama kota. Yang nemuin nama itu Fadil di soal try out buat Ujian Nasional, haha! Tapi setelah tau itu nama kota di Jerman, kita jadi males dan Fadil iseng-iseng ngebalik nama itu jadi Gizpel, ya karena catchy kita pakai deh.”
Influences: The Radio Dept, Nirvana, Warpaint. . Listen This: “Drive Me Home”, single pertama mereka. “Kalau dari liriknya sih, itu ngegambarin dua orang yang lagi pacaran tapi lebih nyaman buat berjauhan, ya sejenis LDR mungkin. Cuma, analogi judul ‘Drive Me Home’ sendiri itu bukan pada arti sebenarnya, melainkan di mana salah satu pasangan itu pengennya nggak ngerasain apa-apa lagi, jadi balik lagi ke tempat kita awalnya bikin proses hubungan.” Genre Wise: “Kita mainin musik pop dengan sedikit eksperimen pakai Little Sound Dj buat drumnya. Jadi kita selfproclaimed kalau musik yang kita mainin ini bernama glitch pop.” Local Music Heroes: The Tielman Brothers dan Rafika Duri.
Hometown Glory: “Menurut kita musik di Jakarta sekarang masih didominasi dengan band-band yang ngegarap ulang musik musik lama, kaya musik-musik tahun 90-an contohnya. Dan kita ngerasa butuh lebih banyak lagi band-band yang buat musik baru untuk era sekarang, di mana beberapa tahun ke depan orang bakal mengenal kalau musik era ‘dua ribu belasan’ tuh kaya gini.” Dream Gig: “Kita nggak punya ekspektasi yang ‘wah’ soal dream gig yang kita mau. Maunya sih, dream gig nanti semua yang nonton bisa benarbenar larut sama apa yang kita mainin. Cuma kayanya seru juga sih kalau bisa main di festival-festival besar.” Future Plan: “Plan kita paling rilis EP dan semoga EP kita bisa banyak yang suka. Terus bisa banyak main di panggung-panggung yang keren bareng band-band bagus lokal dan internasional, haha, terus bikin lagu sebanyak mungkin.” Foto oleh: Willie William.
Tercetus dari lingkup pertemanan dengan kesamaan selera musik, pemikiran, dan personality para personelnya, Heals secara resmi memperkenalkan diri lewat single “Void” yang dirilis bulan September tahun lalu. It was an instant hook, terutama bagi siapa saja yang menyukai band-band NuGaze seperti My Vitriol dan Blonde Redhead, walaupun kuintet asal Bandung ini menawarkan alternatif lain untuk mendeskripsikan musik mereka. “Hmm sound yang kami mainkan sekarang sih lebih merepresentasikan musik-musik yang kerap didengar dan dikonsumsi oleh masing masing personel. Ya jadinya begini, kalau boleh kami mau sebut musiknya sebagai ‘Random-gaze’, hehe,” ujar mereka. So what’s ‘Random-gaze’ anyway? Bayangkan campuran antara alternative rock, new wave, dan shoegaze yang digambarkan lewat aransemen penuh reverb yang chaotic namun tetap catchy di saat yang sama. Trust us, its good. Dari Kiri: Alyuadi Febryansyah (vokal/gitar), Rara (gitar), Reza Arinal (gitar/vokal), Octavia Variana (bass/vokal), dan Adi Reza (drum). The Namesake: “Kami menginginkan nama yang singkat, padat, dan mudah diingat. Sebelumnya saat kami belum memiliki nama, kami menamakan grup LINE kami dengan nama ‘Satanic’, lalu saat itu kami sudah mulai bosan dengan anonimitas sehingga diganti dengan nama yang secara spontan keluar dan disepakati yaitu Heals.”
https://soundcloud.com/healsmusic
Influences: Amusement Parks On Fire, My Vitriol, The Depreciation Guild, Tokyo Shoegazer, Luminous Orange, Anne.
Listen This: “Void” yang menjadi single perkenalan dari mereka. “Itu inspirasinya datang dari sebuah film berjudul Gravity. Sebetulnya nggak punya cerita/plot yang absolut sih, tapi ‘Void’ itu lebih kami implisitkan dengan keadaan di mana seseorang berada di dalam titik jenuh yang paling maksimal.” Local Music Heroes: “Menurut kami sosok Local Music Heroes itu adalah setiap sosok yang melakukan upaya demi keberlangsungan industri musik lokal entah itu bandnya, record label, media terlepas dari besar kecilnya pengaruh yang didapat. Jadi menurut
kami Local Music Heroes tuh banyak banget.” Hometown Glory: “Scene musik di Bandung saat ini sih lagi asik, sedang menggeliat, lagi regenerasi pokoknya dan banyak bermunculan micro gig yang dikemas secara keren, dari mulai konsepnya, pengisi acaranya, dan apapun yang terlibat dengan micro gig tersebut.”
Future Plan: “Tahun ini beres rilisan pertama, kita harus liburan se-band! Haha! Jadi intinya ya tahun ini kita harus udah punya rilisan.” Foto oleh: Yogha Prasiddhamukti.
Dream Gig: “Pengen main di gig metal, dan Heals satu-satunya band yang nggak atau belum metal, hehe.”
Heals
Banting setir dalam sebuah band bisa berarti banyak hal. Salah satunya dengan mengubah genre yang mungkin 180 derajat berbeda dari yang dibawakan sebelumnya. Pertama kali muncul sebagai band berformat akustik, LCD Trip terus melakukan evolusi dalam musik yang mereka mainkan sampai akhirnya menjadi LCD Trip yang kita dengar sekarang. Berbasis musik alternative rock era 90-an, band Jakarta ini bereksperimen dengan sentuhan trip-hop dan electronic yang lantas menjadi formula kesuksesan mereka saat ini, selain tentu saja didukung oleh penampilan vokalisnya yang atraktif, Kallula Harsynta, yang juga tergabung di duo KimoKal. “Alter ego saya bisa saya tuangkan ke dalam masing-masing proyek tanpa pilih kasih dan itu sangat memuaskan, and I feel so blessed semua mendukung satu sama lain,” ungkap gadis yang juga dikenal sebagai radio announcer tersebut. Tidak mau melewatkan momentum begitu saja, saat ini LCD Trip sedang giat-giatnya tampil di berbagai gigs dan bersiap merilis album debut yang sempat tertahan selama dua tahun.
Dari Kiri: TJ Kusuma (gitar), Kallula Harsynta (vokal), Harsya Adhyatmiko (drum), dan Yosaviano Santoso (gitar dan sequencer). The Namesake: “Nama LCD Trip di Google memiliki arti sebagai berikut: ‘When you watch too much football on your LCD big-screen. Can apply to other sports or programming in which you sit, staring at it for hours. Known to have negative effects on your health.’ Jadi intinya nama ini kita ambil dengan harapan orang akan betah menonton kita. sekadar harapan kecil yang sesuai dengan maknanya. Diperhatikan tanpa membuat yang menyaksikan ingin pergi.”
Influences: Garbage, Portishead, Radiohead, Lykke Li, Tame Impala, The xx. Listen This: “Adoration”, single pertama dari album debut mereka. “’Adoration’ adalah lagu pertama kali yang pernah LCD Trip buat dan lirik pertama yang pernah Kallula tulis dalam hidupnya. Sebelum ada EP kita yang pertama pun single ini sebetulnya sudah jadi, namun kami tahan karena rasanya belum tepat untuk dikeluarkan, sehingga memang value dari single ini cukup personal untuk band kami.”
Local Music Heroes: SORE, Pandai Besi, White Shoes & The Couples Company, Naif, Iwan Fals, Chrisye, Dewa Budjana, Godbless. Hometown Glory: “Di Jakarta lagi bagus banget, we’ve seen a great comeback on the band area! Saat ini, rasanya mulai ‘bersemangat’ kembali. Dulu memang udah banyak yang bagus, lalu sempat ‘terlalu tenang’ situasinya, lalu sekarang mulai bermunculan band-band yang keren, dengan suasana mengagumkan yang baru. Misalkan bingung dengan omongan barusan, silakan terus datang ke acara-acara band saat ini deh, rasain sendiri.”
Dream Gig: Coachella! Bye! Future Plan: Rilis album berisi 10 lagu yang semuanya berbahasa Inggris. “Persiapan album ini ‘rada’ lama sekitar hampir 2 tahun. Tapi sebenarnya album ini sangat bermakna untuk band kita karena selain prosesnya lama kita juga mendapat warna baru semenjak album band ini diproduseri oleh Adhe Arrio kita mendapat sedikit nuansa elektronik yang kita sadari ini yang membuat band kita lebih approachable dan lebih mantab.” Foto oleh: Giovanni Rustanto.
www.youtube.com/user/lcdtripmusic
LCD Trip
Ketika menyaksikan Baragula membawakan “I Wanna Be Adored” milik The Stone Roses dalam aksi perdana mereka di Jakarta di gelaran Thursday Noise pada akhir April lalu, kami langsung merasa proyek ini akan menjadi sesuatu yang spesial. Namun, terlepas dari cover lagu legendaris tersebut, band asal Surabaya yang terbentuk akhir 2013 ini juga berhasil menarik atensi crowd dengan materimateri original mereka yang kental akan pengaruh post-punk dan goth 70-an seperti Siouxsie and The Banshee (minus hairspray), salah satunya adalah “Obscure”, single mereka yang tergabung dalam kompilasi Bius yang menampilkan tiga band under the radar dari Surabaya yang patut diapresiasi. Menyajikan soundscape meruang yang penuh reverb gitar, hentakan drum memabukkan, dan vokal yang berdansa resah, Baragula memang menunjukkan sisi lain kota asal mereka dengan aura misterius, dingin, dan kelam. https://soundcloud.com/baragula
The Namesake: “Bara sama gula kaya ungkapan dari bara sendiri kan artinya bisa semangat dan bisa berarti konflik juga, cuma ujung-ujungnya manis, harapannya seperti itu.” Genre Wise: “Seringnya sih dibilang postpunk, ya memang elemen semacam itu banyak menginduksi style bermusik Baragula juga sih. Urusan mau kasih label aliran apa, suka-suka interpretasi pemirsa aja. Untuk saat ini rasanya kami lebih suka mengarah pada tema yang bisa dibilang dingin, temaram, namun nostaljik dan sedikit manis juga.” Influences: “Macammacam sebenarnya, cuma untungnya juga nggak ada kesenjangan selera satu sama lain, nyambungnyambung aja sejauh ini. Sepanjang proses pengerjaan materi saat ini kami lagi sering mendengar musik seperti Molly Nilsson, The Raveonettes, Savages,
Kitchen & The Plastic Spoons, John and Jehn. Listen This: “Losing Streak”, single terbaru yang sneak peek-nya bisa didengar di SoundCloud mereka. “’Losing Streak’ itu semacam catatan ringan tentang cuaca buruk yang datang berulang di perjalanan, menginterupsi angan-angan kita untuk sampai tujuan lebih awal.” Hometown Glory: “Indie scene di Surabaya masih bergairah yang pasti, warna musik yang muncul juga makin beragam, gigs juga tambah semarak.” Local Music Heroes: The Upstairs, The Brandals, Tika & The Dissidents. Dream Collaboration: Eka Annash, Jimi Multhazam, Adrian Adioetomo, Mar Galo Jirapah. Next Plan: “Mudah-mudahan tahun ini bisa rilis, ada 5 atau 6 lagu rencananya.” Foto oleh: Willie William.
Baragula
089
Dari Kiri: FD Ferryanto (bass), Indah T Wijayanti (vokal), Rachmad Fatono (drum), dan Gayuh Prakarsa (gitar).
Dari Kiri: Dewa Pratama (gitar/ synths), John Paul “Choki” Patton (bass/back vox), Bam Mastro (vokal/ gitar), dan Bayu Adisapoetra (drum). Genre Wise: “Pop. Itu udah paling gampang sih karena kita sounds-nya juga berubah terus. Kita nggak mau neko-neko bilang ini itu, tapi nanti diprotes, yang paling jelas kita musik pop. Whatever that might sounds, that’s us. Dan musik yang kita bikin emang nggak pernah sama, promise to people who like our music, musik kita akan terus berubah, karena the only thing yang nyata ya perubahan dan kita bakal evolusi terus.”
The Namesake: “Gue lagi baca Twitter dan ngeliat tulisan ‘An elephant can die from a broken heart’, and I was like ‘Really? That’s like human beings!’ Gue merasa hewan yang paling dekat dengan manusia secara emosi itu gajah. This is the only creature that strong on the outside but it got tiny heart where it can feel love. We want to speak on the behalf of the elephant kind of people,” ungkap Bam. Influences: Menurut mereka, setiap personel punya influens dan background musik yang berbeda-beda dan anehnya bisa menyatu dengan kontribusi masing-masing, dengan vokal Bam yang terpengaruh Motown dan rap menjadi benang merah di musik Elephant Kind. “Mungkin lagu ‘Be Somebody’ yang paling
http://www.elephantkind.com/
nge-represent musik Elephant Kind secara keseluruhan: synthesizer, big drum, claps, groove.” Listen This: Scenarios: A Short Film by Elephant Kind, EP pertama yang dikemas sebagai sebuah soundtrack naratif tentang karakter fiksi bernama Julian Day yang mengakhiri hidupnya. “Itu berawal dari skripsi gue juga, gue lagi sering baca kenapa orang bunuh diri, baca suicide notes satu-satu, banyak orang yang mikir kita endorse bunuh diri padahal kita pengen sebaliknya. Kalau lo bunuh diri, lo nggak bakal tau ke depannya lo kaya gimana. Di EP ini gue pengen nunjukkin sisi-sisi lain dari bunuh diri yang sebenarnya kita nggak setuju,” jelas Bam.
Local Music Heroes: Bayu mengidolakan Fariz RM, Dewa menyukai Sheila On 7, Choki memilih Ucok AKA, sementara Bam memilih White Shoes & The Couples Company. “Manggung kedua Elephant Kind itu bareng White Shoes dan gue suka banget nonton festival musik di luar negeri segala macem dan White Shoes itu bisa banget ditandingin sama band luar negeri secara performance, it’s one of the best performance I ever seen, I got so much respect for them.” Hometown Glory: “Selama 2000-an Jakarta sempat ada di masa puncaknya band indie yang karakternya kuat kaya White Shoes, The Upstairs, Sore, setelah itu sempat datar dan menurun, tapi tahun 2015 ini gue melihat banyak banget band baru yang muncul dan ini satu step untuk naik lagi ke momen itu. Semoga bisa sustain sih, dan long lasting,” ungkap Choki mewakili bandnya.
Dream Gig: “Glastonbury & Coachella headliner, Lollapalooza, SXSW. Sebenarnya goal kita, we want to play music for the world. Cuma kalau tahun depan bisa main di Laneway Singapura atau Australia, itu udah Alhamdulilah sih. Sama berharap bisa keliling Indonesia, karena Indonesia banyak tempat yang bagus untuk didatangi.” Dream Collaboration: “Gue pengen Elephant Kind bisa main bareng Paul McCartney di stage yang nggak mungkin kecil sih,” cetus Choki. Future Plan: “Kita bakal rilis EP kedua yang sebenarnya kalau digabung dengan EP pertama jadi full album sih, karena cerita EP kedua ini prekuel dari EP pertama. Dan kita juga mau garap short movie sekitar 15-20 menit untuk merealisasikan visual kedua EP ini.” Foto oleh: Willie William.
091
Elephant Kind
Jika jam terbang di gigs bisa menjadi tolok ukur, maka bisa dipastikan jika Elephant Kind memang menjadi salah satu rising band yang paling promising di Jakarta, bahkan Indonesia saat ini. Bermula dari proyek thesis seorang Bam Mastro di jurusan Music Technology di WAAPA (Western Australian Academy of Performing Arts), proyek musik ini bertransformasi menjadi format full band sekitar tahun lalu ketika adik sekaligus produser dari Neonomora (Ratih Suryahutamy yang juga menjadi Local Music Hero kami dua tahun lalu) tersebut pulang ke Jakarta. Berbekal kecakapannya menulis, composing, dan producing, Bam lantas mengajak tiga personel lainnya yang sebelumnya memang sudah tergabung di band pengiring kakaknya, yang akhirnya membawa influens masingmasing ke musik bass & drum groove-oriented yang mereka mainkan. Mulai dari alternative rock, 70’s music, hip hop, Motown, dan electronic berpadu untuk menciptakan warna musik eklektik dengan beragam influens mulai dari Bon Iver, Arcade Fire, David Bowie, hingga Kanye West, serta didukung penampilan live atraktif penuh energi yang merajai banyak gigs di Jakarta hingga Singapura, membuat cita-cita mereka mendobrak pasar internasional menjadi target yang masuk akal bagi band ini. Sounds like a stampede is coming!
culture
ilustrasi oleh: Wonderyash
club
WONDERYASH Pertama kali menemukan akun Instagram @wonderyash yang bernuansa monokrom hitam-putih, saya seperti tidak bisa menahan diri untuk menekan tombol Likes sebanyak mungkin pada karya ilustrasi hitam-putih dengan referensi terhadap musik punk dan pop culture yang begitu kuat dan sosok musisi ikonik seperti Kurt Cobain hingga Morrissey. Kekaguman saya bertambah ketika mengetahui jika sang ilustrator
Sekilas, terlihat elemen punk yang kuat di karyamu. Kalau untuk kamu sendiri bagaimana musik mempengaruhi proses berkaryamu? Kalau soal elemen punk dalam gambarku, jujur sekali pada awalnya aku membuat artwork bertemakan punk hanya sekelibat terlintas di kepala karena waktu itu aku nggak sengaja lagi scrolling down Tumblr dan nemu salah satu foto yang aku kira cocok untuk aku bikin quick sketch. Mulai dari situ, aku kepo sama genre punk ini, kemudian aku penasaran dengan culture, cara berpakaian, ideologi, dan terutama
094
musik mereka yang mendukung aku dalam pembuatan proses karya. Buatku, musik itu pembangkit mood. Musik apapun itu, terkadang saat membuat artwork punk pun aku nggak selalu mendengarkan musik mereka juga. Karena ya, lagi-lagi menyesuaikan dengan suasana hati. Siapa saja seniman favoritmu? Seniman favoritku cukup banyak. Untuk yang dari luar negeri aku suka Raymond Pettibon, Sam Dunn, Alex MDC, Benjamin Lande, dan mereka semua seniman/ilustrator yang mostly black and white. Untuk dalam negeri, ada Roby Dwi Antono (aku favorit sama lukisan popsurealisnya), Amenkcoy, dan masih banyak lagi. Influens benar-benar datang dari Raymond Pettibon dan Amenkcoy. Mereka bisa dibilang kiblatku banget.
Apa medium favoritmu dalam berkarya dan kenapa? Tinta hitam dan kuas. Media paling simpel yang pernah aku pakai. Cukup mudah, dan dalam pembuatan karya nggak memakan waktu banyak, khususnya untuk blocking, aku bisa lebih menghemat waktu. Dan tentunya nggak pusing-pusing menentukan warna. Selain art, apa lagi yang kamu suka? Semua kesukaanku sepertinya nggak bisa jauh dari yang namanya art. Aku suka musik. Akhir-akhir ini aku lagi rajin explore soal musik dari genre mana aja dan dari Indonesia atau luar negeri. Karena musik sangat berpengaruh dalam pembuatan karyaku, kadang aku buat playlist sendiri sesuai current mood, dan aku putar saat aku mau buat suatu artwork. Dan biasanya, artwork itu bisa nunjukkin perasaan aku saat itu.
What’s your current obsession? Obsesiku untuk sekarang, aku mau ngadain mini exhibition (khusus black and white artwork) bareng tementemen ilustrator lain, dan di dalamnya ada sesi workshop plus gambar bareng menggunakan media tinta hitam aja. Selain itu, aku lagi terobsesi untuk ngebuat artwork band, dari band-band favoritku. Mungkin lingkup musiknya masih nggak jauh dari punk ya, atau mungkin band bergenre ambience. Who’s your local music hero? Still Superman Is Dead! Dan Slank... hehe. Apa project selanjutnya? Rencana, ingin membuat fanzine yang isinya karya-karya dari teman-teman sekitar terlebih dahulu. Kalau rencana awal sukses, aku akan lanjut ke konsep selanjutnya, yaitu mengajak beberapa ilustrator favorit yang aku kenal untuk ikut berkontribusi langsung dalam menyumbangkan karyanya untuk fanzine ini. Mengapa fanzine, karena buatku ini media yang bisa memperluas koneksi dan menambah teman lebih banyak.
http://wonderyash.tk/
art attack:
adalah seorang perempuan muda dengan penampilan yang cute. Bernama lengkap Ayash Haryanto, ilustrator kelahiran Medan, 26 September 1992 tersebut masih tercatat sebagai mahasiswi semester akhir di salah satu universitas di Jakarta. Mengaku suka menggambar sejak masih sangat kecil, Ayash sendiri baru mulai fokus menggambar sejak SMA dengan kiblat utama gambar-gambar superheroes dari komik DC dan Marvel. Namun, baru ketika masuk kuliah ia memfokuskan diri pada artwork hitam-putih seperti yang ia buat sekarang. “Saat kuliah baru sadar, kalau menggambar, terutama anatomi tubuh dan perspektif, tidak sesimpel itu. Apalagi urusan warna, dan buatku bermain warna itu bisa dibilang sulit nan rumit. Nah, karena aku pribadi merasa kurang bisa memadukan warna, walaupun sempat coba berbagai media seperti cat air atau minyak, aku putuskan untuk fokus dengan artwork black and white. Tidak kompleks, dan tidak mudah, namun aku merasa artwork black and white itu mudah diterima oleh semua orang,� ungkap Ayash yang juga gemar bereksperimen dengan media mural. ALEXANDER KUSUMA PRAJA.
exhibition:
WONDERYASH MIXTAPE: Talking Heads “New Feeling” Buatku ini lagu post-punk yang bisa ngebangkitin mood. Cocok didengerin di waktu apapun. Biasa aku dengerin lagu ini ketika mood lagi jelek-jeleknya, dan berhasil balikin mood jadi baik lagi.
Radiohead “High and Dry” I just love the lyrics. Lagu Radiohead terbaik versiku, dan jadi salah satu lagu favorit ketika mood lagi nggak bagus.
The Clash “The Magnificent Seven” Ini lagu unik dan bisa cheer up your day. Pertama kali aku dengar salah satu lagu Daftpunk, nggak tau kenapa langsung terbayang lagu ini. Dan ternyata aku temuin mashup dari lagu ini dengan Daftpunk di YouTube.
The Pixies “Here Comes Your Man” Mungkin untuk yang suka sama OST 500 Days of Summer, tau lagu ini yang pernah dinyanyikan ulang sama Meaghan Smith. Ini juga termasuk lagu yang bisa membangkitkan mood.
Saya percaya, membaca puisi adalah pengalaman yang sangat personal, bukan hanya bagi penulisnya, tapi juga bagi pembacanya. Puisi merupakan lukisan yang dibentuk dari permainan kata yang memunculkan visual tersendiri di benak yang sifatnya sangat terbuka pada interpretasi. Namun, apa yang terjadi jika puisi dan ilustrasi disandingkan secara langsung? Jawabannya adalah Melihat Api Bekerja, sebuah proyek kolaborasi yang secara apik menggabungkan kata dan rupa. Bertempat di Edwin’s Gallery Kemang, tanggal 15 April lalu menjadi hari peluncuran Melihat Api Bekerja, sebuah buku kumpulan puisi terbaru karya M Aan Mansyur. Nama penulis, editor lepas, dan kurator asal Makassar tersebut tentu bukan nama asing di dunia literatur kontemporer Indonesia. Di bukunya yang kesembilan ini, Aan menampilkan 54 puisi dengan tema utama ketergesaan manusia dalam hidup. Uniknya, jika biasanya buku puisi terlihat sepi dari elemen visual, dalam Melihat Api Bekerja, Aan secara
Melihat Api Bekerja
khusus meminta ilustrator asal Jakarta, Muhammad Taufiq atau yang lebih akrab disapa Emte untuk mengisi halaman buku ini dengan karya ilustrasinya. Yang terjadi kemudian adalah kolaborasi dua medium yang berbeda dibanding sekadar penghias. Dikerjakan selama hampir setahun, Emte memilih medium cat air dengan warna sephia untuk menampilkan interpretasinya sendiri terhadap setiap puisi, tanpa restriksi dari
penulisnya. Dari 54 puisi, Emte membuat 60 ilustrasi yang 41 di antaranya kemudian dipamerkan dalam ekshibisi yang diadakan di kesempatan yang sama. Walaupun Aan dan Emte mengaku baru bertemu secara langsung saat peluncuran buku ini, keduanya dikenal sebagai pelaku seni yang pandai memanfaatkan media sosial on daily basis dan memiliki fanbase yang menjangkau banyak kalangan. Tak hanya mereka yang secara profesional aktif di ranah sastra dan desain, tapi juga wider mass yang meliputi anak-anak muda. Proyek kolaborasi Melihat Api Bekerja membuktikan jika karya yang serius bukan berarti tidak bisa disajikan secara pop yang bisa diapreasiasi dengan berbagai cara dan medium. Dari mulai bedah buku untuk membahas simbol yang terkandung di setiap puisi dan ilustrasi ataupun sesimpel menekan tombol like di layar Instagram. ALEXANDER KUSUMA PRAJA.
The Smiths “Ask” Lagu ini masih jadi andalan dan masuk ke dalam playlist aku untuk gambar di saat momen-momen senang.
095
Oleh: Vinny Vindiani
filmstrip TOMORROWLAND Jika kamu sudah melihat trailer dari Tomorrowland, saya yakin kamu semakin penasaran dengan apa yang akan terjadi dalam dunia di balik sentuhan pin yang tidak sengaja ada dalam genggaman Casey Newton (Britt Robertson). Secara instan, Casey menembus ruang dan waktu hingga masuk ke dunia baru yang secara langsung berhubungan dengan dunia dan keadaan yang ada di sekitarnya sebatas sentuhan jarinya. Rasa penasaran membawanya menemui Frank Walker (George Clooney), seorang inventor yang ternyata paham apa yang menghubungkan pin misterius itu dengan Tomorrowland dan segala keunikan, gadgets, dan hal-hal serba futuristic di dalamnya, serta membuatnya terlibat dalam misi berbahaya dalam mencari kebenaran di Tomorrowland. Film bergenre sci-fi produksi Walt Disney Pictures yang
WELCOME TO ME Diproduseri oleh Shira Piven dan ditulis oleh Eliot Laurence, Welcome To Me menceritakan keputusan seorang Alice Klieg (Kristen Wiig), wanita pengidap gangguan kepribadian yang tiba-tiba kaya raya karena mengaku sebagai pemenang Mega-Million lottery untuk menyalurkan sebagian besar uangnya ke stasiun TV demi membuat talkshow sesuai keinginannya. Meninggalkan therapist & obat-obatannya, Alice menyalurkan obsesinya akan Oprah Show dan sisi narsistiknya lewat setiap tayangan Welcome To Me yang baginya sangat personal, dari monolog tentang dirinya, penggunaan aktor untuk memerankan masa-masa mudanya, hingga rekaman sesi terapi dan hal-hal random, absurd, dan risky lainnya. Bukan cuma mengarah ke komedi, film ini juga mengangkat sisisisi menyedihkan dari pengidap mental disorder dalam kehidupan sosial.
096
IRIS Film documenter mengenai sosok iconic & eccentric, Iris Apfel di dunia fashion pada umurnya yang sudah menginjak 94 tahun ini, menjadi salah satu hal yang paling menarik, apalagi mengingat style-nya yang selalu unik, colorful, using lots of large & unique accessory and very daring in her own way. Didokumentasikan oleh veteran documentarian, Albert Maysles, Iris menceritakan bagaimana kesuksesan butuh pengorbanan, seperti bagaimana ia dan suaminya, Carl Apfel harus memilih di antara impiannya memiliki keturunan, rutin travelling, dan berkarier sukses. They didn’t want their kids to be raised by someone else, so they chose career & travel and successful with it. Hingga saat ini, Iris dengan talenta dan pribadinya yang witty masih menginspirasi dan memberikan edukasi bagi para muda-mudi pecinta fashion untuk terus berjuang dan mengembangkan kreativitasnya.
disutradarai oleh Brad Bird ini terbilang unik, karena cerita originalnya serta keberadaan Tomorrowland yang sudah lama diketahui sebagai bagian dari Disneyland theme park. For the love of Disney, we should watch this original story!
MAN UP Menginjak usia 34 tahun, Nancy (Lake Bell) yang masih struggling dengan label lajangnya mulai lelah dengan endless set ups dari para sahabat yang tidak menghasilkan hubungan apapun, hingga ia tak sengaja bertemu dengan Jack (Simon Pegg), a 40 years old divorcee. Jack yang saat itu akan menemui a 24 year old blind date, menyangka Nancy adalah orang yang harus ia temui, and yes, Nancy goes along with it. Perjalanan meet-cute ini dipenuhi dengan adegan jenaka, dari drinking moment, surat perceraian yang hilang, old stalker, pengakuan hati ke hati, hingga momen kompetitif dalam indoor sport yang akhirnya mengungkap jati diri Nancy di mata Jack. Romantic comedy yang ringan dan menghibur jadi satu paket yang lama hilang, dan pantas dijadikan entertainment break for all of us, the hopeless romantic.
Soup Restaurant What I’m about to tell you are not just another restaurant with Chinese cuisine, this one is different. Kenapa berbeda? Karena restoran yang berasal dari Singapura ini seriously won’t play with the perfection of original taste. Mengandalkan resep authentic yang kaya rempah serta pemilihan menu yang serba oriental, Soup Restaurant hadir memanjakan lidah para pecinta kuliner dengan hidangan dan ambience a la Cina kuno yang sejujurnya sudah sulit ditemukan dalam deretan menu modern dengan segala percobaan mixture & fusion-nya. Mengambil konsep House of Chinatown Heritage Cuisine, Soup Restaurant yang membuka gerai
pertamanya pada tahun 2004 di Plaza Indonesia, kemudian PX Pavilion dan Senayan City ini punya beberapa menu andalan seperti Teo Chew Olive Rice yang aromatik, Penang Fried Mie Suah dengan porsi besar, Claypot Tofu yang lembut dan bertaburkan daun cilantro, Wintermelon Soup dengan potongan buah kundur dan rasa kuah yang sangat mild, Deep Fried Venison yang diolah dari daging rusa fresh dan baluran saus gurih serta signature dishnya yaitu Samsui Ginger Chicken. Di balik sajian ayam yang dikukus dan disajikan dengan selada sebagai wrap pilihan serta dipping sesame oil & ginger sauce yang menambah aroma dan keunikan rasa di setiap
celupannya ini terukir sejarah masa lalu, di mana para wanita Samsui, Chinatown memasak dan mengonsumsi Samsui Ginger Chicken hanya setahun sekali, yaitu ketika Chinese New Year karena keterbatasan penghasilan. Pemilihan ingredients yang alami, kaya manfaat, dan anti MSG ini juga dipercaya mampu menghangatkan dan menyehatkan tubuh. Now that’s a whole new level of good & nutritious food! VINNY VINDIANI.
Soup Restaurant Mall Senayan City 4th floor #80 021-72781331
CAFÉ OHLALA andalan seperti Zuppa Soup dengan handmade puff pastry yang legendaris serta aneka croissant dan cake. VINNY VINDIANI.
Bila di awal kemunculannya pada tahun 1990, OHLALA menjadi pionir coffee culture di industri kuliner Indonesia, menginjak tahun ke-25, OHLALA tetap setia memanjakan para kustomer dengan ragam menu terbaru khas Prancis yang kaya variasi namun tetap bercita rasa otentik. Untuk rangkaian menu terbaru, kamu bisa merasakan kelezatan Salmon En Croute yaitu daging
Café OHLALA salmon berlapiskan pastry renyah, Salmon Setiabudi One 1st Floor unit A215 & Roll with Prawn 216 , Kuningan. Mousse canapé dengan kesegaran mango salsa & balsamic caviar, Creamy Salmon and Leeks Pie, Chicken and Mushroom Ragout Pie serta Tangy Bolognaise Pie dengan lapisan telur yang menggugah selera. Namun tidak lengkap rasanya jika kamu tidak memesan menu-menu
Bookmark
kim gordon is a girl in a band
...dan masih banyak lagi. Kali ini, Jade Taylor berbincang dengan the goddess herself tentang buku barunya dan bagaimana caranya tetap cool selamanya. Mengapa kamu memutuskan untuk menulis buku ini? Saya rasa menulis menjadi cara baik untuk mengetahui apa yang saya pikirkan atau rasakan dan menjadikannya jalan keluar, dan saya hanya ingin mencoba membuat sesuatu yang baru. Kamu menulis secara gamblang tentang keluarga dan kehidupan personalmu. Susahkah kamu untuk terbuka akan hal ini? Beberapa bagian terasa mudah dan menyenangkan untuk ditulis, dan lainnya terasa menyakitkan dan sulit. Beberapa orang membaca buku ini hanya karena Sonic Youth, saya tidak ingin hal itu memberi perhatian berlebihan ke kehidupan (personal) saya. Ada begitu banyak hal yang bisa saya tulis (tentang band) tapi saya mengingatkan diri saya bahwa suatu saat seseorang akan menulis buku Sonic Youth yang sangat keren. Buku ini tidak perlu membahas hal itu.
Ini akan jadi pertanyaan yang aneh, tapi bagaimana kamu bisa tetap terlihat cool selama ini? Oh, thank you. Saya tidak menganggap diri sendiri sebagai orang yang cool, sebaliknya saya menganggap diri saya cukup nerdy. Saya merasa keren saat saya bermain musik atau menggagas ide bagus, selain itu, tidak. KIM’S FAVES: Album Sonic Youth Favorit: Washing Machine Cover Art Album Sonic Youth Favorit: Daydream Nation, Goo, Dirty Musisi Wanita Favorit: Tina Turner, Joni Mitchell, Billie Holiday, Mary Timony, dan semua personel Bikini Kill Foto Kim Gordon oleh Harpercollins.
Saran apa yang kamu punya untuk perempuan muda saat ini, seperti bagaimana menghadapi momen yang menyebalkan dalam hidup? Sadarilah jika kamu hanya butuh bersabar. Segalanya akan berkumpul dan terjadi di hidupmu meski kamu tidak berpikir bahwa mereka akan berpengaruh. Dan jujur pada diri sendiri dan tidak memaksakan dirimu dalam suatu hubungan. Saran apa yang ingin kamu berikan pada dirimu di versi yang lebih muda? Well, I guess to have been more like that. (Tertawa)
Melihat Api Bekerja
098
Kazuo Ishiguro
Dalam kumpulan puisi terbarunya ini, Aan Mansyur berbicara tentang hal-hal personal, kenangan masa kecil, dan bagaimana rasanya menjadi dewasa di masyarakat yang tergilagila pada kebahagiaan. Dalam sebagian puisi, Aan menempatkan kebahagiaan di bangku antagonis serta tokoh-tokoh masokis yang terjebak di masa lalu. Di satu waktu, Aan bisa terdengar romantis, di waktu lain terdengar sarkastik, dan tak jarang keduanya di waktu yang sama. Di sini, Aan tidak sekadar menulis kata, tapi juga melukis emosi dan menjadi arsitek. Baginya, menulis puisi seperti membangun rumah, ia mengajak kita masuk melewati serambi depan, memasuki pintu sederhana yang menyembunyikan labirin di baliknya. Melegakan sekaligus menjebak, emosi yang sama juga terasa dalam ilustrasi Emte yang bersanding dengan setiap puisi. ALEXANDER KUSUMA PRAJA.
The Buried Giant
Aan Mansyur (ilustrasi: Emte)
Kazuo Ishiguro pernah mendeskripsikan masa muda sebagai masa konfrontasi dengan hal-hal yang tidak kamu mengerti sepenuhnya namun harus berpura-pura mengerti semuanya. Dengan novel fantasi terbarunya, The Buried Giant, sang pengarang menyugestikan bahwa perasaan tersesat itu tidak pernah benar-benar hilang. Berlatar di masa medieval Inggris, di mana wabah misterius menyebabkan banyak orang lupa akan masa lalunya, ceritanya terpusat pada Axl dan Beatrice, pasangan tua dalam pencarian anak lelakinya yang hilang. Mengandalkan satu sama lain, mereka menelusuri jalan menuju negeri yang sarat akan raksasa, peri, tentara, dan she-dragon. Setiap jenjang perjalanannya (lengkap dengan Sir Gawain sang ksatria sebagai cameo) menunjukkan kemenangan atas peradaban yang buas, selayaknya landscape mental liar mereka. JESSICA CALDERON.
toro y moi
what for? carpark records Beberapa artis membenci label yang dilekatkan pada mereka, namun Chaz Bundick, sosok di balik proyek Toro Y Moi yang telah dilabeli sebagai “chillwave,” “futurist,” dan “retro” tampaknya tidak terlalu merasa keberatan. Pria berusia 28 tahun ini dengan tenang menentang semua ekspektasi, dengan bebas ia melompat dari electronic produksi laptop yang woozy ke R&B live band yang funky atau high-gloss hip-hop dalam sekejap mata. “Saya hanya bosan,” jelasnya. Meskipun begitu, short attention span dalam dirinya berhasil membawanya pada hasil yang mengesankan seperti What For?, sebuah LP yang menampilkan dirinya menguasai pop psychedelic yang merujuk dari mulai The Beatles hingga Big Star. NYLON baru-baru ini mengobrol dengannya sambil menyantap sandwich di Mission District, San Francisco. CASEY JARMAN. Album barumu yang berjudul What For? sangat menakjubkan dan akan mengejutkan banyak orang. Dulu saat SMA saya suka meng-cover lagu-lagu dari Weezer dan Sex Pistol di garasi rumah. Tapi ini adalah pertama kalinya saya benarbenar membuat musik dari gitar dan itu agak menakutkan. Kebanyakan penikmat musikku adalah hip-hop heads dan funk lovers, jadi saya tidak tahu bagaimana reaksi mereka. Apakah lebih fun membuat musik yang mengajak orang berpikir atau menari? Saat saya datang ke suatu acara, saya tidak suka menari. Tetapi ada banyak macam orang yang datang ke show saya, dan juga pendengarku sangatlah multikultural, dan saya sangat bangga terhadap hal itu. Kamu tidak akan menemukan anak kulit hitam di show Cursive saat saya masih remaja. Biasanya saya adalah satu-satunya. Internet seperti menyamarkan semua garis kultur dan budaya.
Kamu dulu kuliah dengan jurusan Desain Grafis dan sempat mendesain baju juga. Apakah kamu termasuk orang yang secara serius memikirkan personal style kamu? Tidak. Tapi saya sangat mengapresiasi desain yang affordable. Semua orang berhak mendapatkan well design stuff, tidak hanya orang kaya. Apakah kamu punya fashion heroes? Steve Jobs mungkin? Saya mungkin tidak akan memakai baju turtle neck hitam, tapi saya bisa mengapresiasi dedikasinya terhadap pakaian superultilitarian yang praktis dan timeless. Hal apa lagi yang kamu lakukan saat kamu tidak sedang membuat musik? Fotografi, jalan-jalan dengan anjingku, dan rock climbing. Rock climbing? Apakah kamu jago dalam hal itu? Tidak. Saya bahkan tidak bisa sampai V4. Itu bahkan di bawah level standar, tapi saya menyukainya! Foto Toro Y Moi oleh Hana Haley. Grooming: Hanna Hazel.
Ramayana Soul
Sabdatanmantra Wasted Rockers Recordings Selang setahun sejak kami memperkenalkan Ramayana Soul di Music Issue tahun lalu, kuintet raga-rock asal Jakarta tersebut akhirnya merilis LP debut mereka dengan format kaset C-60 (eat that, vinyl heads) yang diduplikasi di Lokananta, Solo. Album bertajuk Sabdatanmantra ini berisi 8 track yang merupakan perkawinan silang antara psychedelic rock dan eksotisme musik India dan Timur Tengah yang terasa dari penggunaan instrumen-instrumen seperti sitar, tabla, dan harmonium. Dibuka oleh “Almunium Foil” yang sekaligus menjadi single pertama, beberapa lagu seperti “Terang” dan “Mawar Batu” sudah lumayan
akrab didengar di SoundCloud mereka, namun disajikan kembali dengan aransemen baru yang membuatnya terdengar fresh. Jika “Jaya Raga MiraNgga Bhineka Tunggak Ika” merupakan lagu meditatif yang akan membangkitkan inner zen dirimu, maka “Demense Dejavu” adalah rayuan candu pekat yang akan membuatmu berkeringat, sementara “Perlahan Terjatuh” membangkitkan aroma era Pegangsaan yang kental. Mendengarkan delapan lagu di album yang sampulnya didesain oleh Irfan Tirtamurti ini (plus 2 bonus track yang bisa kamu dapatkan di digital version) adalah pengalaman spiritual yang menyenangkan. It’s chaotic and peaceful at the same time, harmonis seperti hidup yang seharusnya. ALEXANDER KUSUMA PRAJA.
INDOESTRI DAY #0
Kreativitas dan barang-barang handmade sekarang ini memang sedang menjadi sesuatu yang hits di kalangan anak muda. Setelah sukses dengan acaranya yang pertama yaitu Indoestri Day pada bulan November tahun lalu yang juga menjadi grand opening untuk Indoestri Makerspace, Indoestri mengadakan Indoestri Day kali kedua yang mempunyai misi untuk memperkenalkan masyarakat kepada produksi berdasar handmade dan teknologi manufaktur dengan semangat gerakan Self Made.
100
Digelar tanggal 28 Maret lalu, Indoestri Day #02 ini mengusung tema besar “Made in Indoestri�, sebuah program yang melibatkan sekitar 15 member terpilih yang berkolaborasi dengan situs crowdfunding kitabisa.com. Berbagai kegiatan seru telah dilakukan, mulai dari showcase khusus di area workshop di mana member dan corporate partner Indoestri bisa menampilkan karya-karya mereka, Pasar Indoestri di mana kita bisa membeli produk-produk handmade, mini craft activities membuat handmade rubber band dan chalk lettering, sampai promo membership dan Free Indoestri Tour untuk mengenal Indoestri Makerspace lebih dalam. Tujuan diadakan acara ini sendiri adalah untuk menginspirasi dan merangsang minat masyarakat terhadap proses produksi dan Indoestri berharap dengan adanya event ini, minat dan eksposur dari program Made In Indoestri bisa diapresiasi oleh orang banyak. Proyek Made In Indoestri yang terdiri dari label sepatu Vestigium, proyek daur ulang One Stop Recycling Zone, dan Prefab Housing Concept ini nantinya akan diunggah ke situs kitabisa.com dan apabila mencapai target, ketiga proyek yang dibentuk dengan nilai sosial yang tinggi ini akan segera direalisasikan. MIRANTHI PUTRI FITRIANDA. FOTO: DOK. INDOESTRI.
Stay true to the legacy, Dr. Martens Indonesia pun bekerjasama dengan Do Whoopee untuk menggelar #STANDFORSOMETHING Music Showcase yang menampilkan band-band lokal keren yang stand out. Bertempat di Foundry No. 8 Level II, SCBD Jakarta pada Kamis, 2 April lalu, seperti biasa bagi 100 orang pertama yang datang dengan memakai sepatu Doc Martens mereka akan langsung mendapat goodie bag eksklusif berisi merchandise resmi Dr. Martens dan bisa mendapat tato stensil dari Lawless Tattoo, for free! Diskon 30% juga diberikan khusus untuk semua produk Dr. Martens yang dijual di venue malam itu. Dipandu oleh Soleh Solihun sebagai MC, showcase pun dibuka oleh penampilan Dried Cassava, band funk rock Jakarta yang dilanjutkan dengan LCD Trip, band bervokalis perempuan yang akan segera merilis album terbarunya. Setelahnya, giliran Elephant Kind yang mengajak crowd untuk menggoyangkan
#STANDFORSOMETHING badan dengan musik mereka yang memang atraktif. After some dancey vibe, duo The Experience Brothers membuktikan jika hanya butuh dua orang untuk mengundang decak kagum atas penampilan rock & roll mereka. SORE sebagai penampil terakhir memang sudah tak perlu ditanya kualitasnya, mereka sukses membuat seisi Foundry singalong menyanyikan lagu-lagu mereka dan menutup showcase ini dengan manis. Tak hanya menyajikan musik dari band-band dengan ciri khas masing-masing yang kuat, di event
AS YOU KNOW, SEJAK AWAL DR. MARTENS MUNCUL, MUSIK TELAH MENJADI CULTURAL LEGACY YANG TAK BISA DIPISAHKAN DARI LABEL FOOTWEAR IKONIK ASAL INGGRIS TERSEBUT. MELEWATI BERBAGAI ERA DAN DIPAKAI OLEH BERBAGAI SUBKULTUR, MULAI DARI SKINHEADS, PUNKS, NEW WAVE, GRUNGE, DAN FREE THINKING INDIVIDUALS SAMPAI HARI INI, SEPATU DOC MARTENS SENANTIASA MENJADI SIMBOL BAGI KEBEBASAN BEREKSPRESI PARA PEMAKAINYA.
ini Dr. Martens tak lupa merayakan ulang tahun ke-55 dari Dr. Martens 1460 yang merupakan sepatu Dr. Martens pertama yang keluar di Inggris pada tanggal 1 April 1960 dan masih menjadi salah satu produk andalan mereka sampai hari ini dengan desain kulit berwarna oxblood yang smooth dan memiliki delapan eyelet yang ikonik. So, what do you stand for? ALEXANDER KUSUMA PRAJA. FOTO OLEH WILLIE WILLIAM.
101
hit the town
local fest 3.0
Festival kreatif yang menggabungkan musik, seni, film, fashion, dan kuliner ini sukses digelar kembali pada tanggal 9 sampai 12 April 2015 di The Space, Senayan City dan tentunya dipenuhi dengan para mudamudi yang antusias dengan karya & kreativitas lokal yang memang sedang jadi daya tarik karena unik dan menghibur, serta sedang gencargencarnya digerakkan untuk terus
102
LCD Trip dan masih banyak lagi pada kawasan khusus yang dilengkapi panggung, media screen, dan music set yang tertata sedemikian mungkin. Ada juga screening film, talkshow, dan workshop yang inspiratif dan bermanfaat bagi para pemuda yang tertarik dengan kerja kreatif bersama Ben Soebiakto, Christian Sugiono, Kevin Mintaraga, Andrias Ekoyuono, Fung Fuk Lestario, TB Putera, hingga deretan film makers Indonesia. VINNY VINDIANI. FOTO OLEH WILLIE WILLIAM.
berkembang. Bukan hanya pop up store sejumlah lebih dari 120 stand yang memenuhi setiap liku festival yang bervariasi dari fashion, accessories, hingga culinary, setiap pengunjung juga bisa menyaksikan performance seru dari para musisi lokal andalan, seperti Elephant Kind, Neonomora, Kimo & Kal, Animalism, Future Collective, Papermoon hingga
Rabu, tanggal 22 April 2015 silam, Prasvana yang didukung oleh Kedutaan Besar Australia sukses menggelar G’day Mate, sebuah ajang bagi para alumni Australia untuk membangun networking sekaligus menikmati penampilan indie bands dari Australia dan Indonesia. Bertempat di Empirica, SCBD, G’day Mate dibuka performance dari Elephant Kind. Bam Mastro yang merupakan vokalis kuartet Jakarta yang sedang naik daun ini kebetulan memang salah satu dari anak Indonesia yang berkuliah di Aussie dan memulai karier bermusiknya di sana sebelum pulang ke Indonesia. Begitu pula halnya dengan Neonomora yang menjadi penampil kedua malam
itu. Band yang bermula dari project solo Ratih Suryahutamy ini sejak pertama muncul juga telah mendapat hype dari berbagai media dan pengamat musik yang menjulukinya sebagai breakthrough artist. Baik Elephant Kind dan Neonomora sukses membuat crowd merasa excited dengan aksi panggung mereka yang gemilang sebelum tiba giliran The Jungle Giants yang menjadi headliner utama event ini. Band indie rock yang didirikan tahun 2011 ini terdiri dari vokalis & gitaris Sam Hales, gitaris utama Cesira Aitken, bassist Andrew Dooris, dan drummer Keelan Bijker yang bertemu saat keempatnya bersekolah di SMA yang sama. Setelah kesuksesan single debut “Mr. Polite”, band ini pun merilis album pertama bertajuk Learn to Exist tahun 2013 lalu yang melontarkan karier mereka ke level selanjutnya dan menjadi salah satu band Aussie yang paling promising. Malam itu, dalam penampilan perdananya di Jakarta, The Jungle Giants berhasil membuat para fans melompat tanpa henti menikmati suguhan hits mereka yang super ear-catchy. Dari senyuman yang terpasang di wajah penonton dan para personelnya sendiri, The Jungle Giants yang bersiap merilis album terbarunya terlihat sangat menikmati penampilannya dan tak sabar untuk kembali perform di Indonesia. Well then, see you later, mate! ALEXANDER KUSUMA PRAJA. FOTO OLEH ADE SULISTIOPUTRA.
103
DUB CLUB
BINTAN
en route
104
Kalau saya mendapat pertanyaan “Bintan itu di mana?” sebelum tanggal 27 Maret lalu, saya pasti harus googling dulu sebelum bisa menjawab pertanyaan itu. Well, pulau yang tetanggaan sama Batam itu luas wilayahnya nggak jauh berbeda dengan Singapura. Flight saya untungnya on time kali ini, take off sekitar jam 7 pagi dari Jakarta, tidur satu setengah jam di pesawat dan mendarat di Bandara Raja Haji Fisabililah di Tanjung Pinang. Sebuah bandara yang kecil tapi keren, dari spanduk yang saya lihat, bandara ini adalah bandara yang menempati urutan 5 besar di Indonesia, dan restoran Padang di sekitarnya menempati urutan pertama sebagai tempat yang paling saya cari di pagi hari itu. Jemputan baru datang tepat setelah saya memesan kopi “Hawai”, nggak ada yang bisa memberi penjelasan kenapa kopi khas Bintan disebut dengan nama
“Irie” sebuah istilah yang berarti “To be at total peace with your current state of being. The way you feel when you have no worries” menjadi kata kunci untuk menggambarkan Bintan Dub Club, sebuah private island party yang dirancang untuk semua orang. We meet, dance, eat, and share the positive vibe through Rastafarian culture. Oleh: Muhammad Junisykha. Foto oleh: Thenny Feliciano.
“Hawai”, yang pasti saya nggak merekomendasikan minum “Hawai” setelah makan masakan Padang sebab fusion dari lemak dan kafein ternyata membuat saya harus kontrol isi perut sepanjang perjalanan menuju Pantai Trikora yang memakan waktu dua jam. Tujuan utama saya kali ini adalah Bintan Dub Club, sebuah private event yang diselenggarakan oleh komunitas reggae dub dari Singapura. “Together vibe can grow” menjadi motto dari komunitas yang punya nama resmi Singapura Dub Club ini. Malam pertama di Bintan Dub Club kita dinner sambil menikmati performance dari Dublicious, seorang DJ perempuan dari Meksiko yang eksis di scene dub Spanyol. Malam itu dia main back to back bareng DJ Boron dari Barcelona. Karena masih kelelahan di jalan, saya pun tidur lebih awal supaya besok pagi bisa mengejar sunrise. Hari kedua saya dimulai dari jam 10 pagi dengan workshop African drumming dari Rumshot, pentolan Instigator Afrobeat Orchestra asal Singapura. Setelahnya, ada kelas Dancehall dance bareng Raggawacka Dancer. Total ada 104 orang ikut serta di Bintan Dub Club, salah satunya adalah Empress Donisha Prendergast, seorang model, artist, dan poet yang sekaligus merupakan salah satu cucu dari Bob Marley. Dalam obrolan saya bareng Donisha, dia bertanya tentang Bali dan Gili Trawangan. Dua pulau itu jadi tujuan dia setelah Bintan untuk screening film berjudul Rasta’s: A Journey, cerita tentang perjalanannya berkeliling delapan negara untuk mendokumentasikan akar dan evolusi dari gerakan Rastafarian. Wanita lulusan Miami International University of Art & Design ini baru pertama kali datang ke Indonesia dan kaget waktu saya bilang butuh 40 tahun untuk keliling negara ini, apalagi setelah tahu kalau Indonesia punya ratusan suku yang berbeda dan uniknya bisa bersatu dengan satu bahasa. Sore itu saya mendadak jadi guru sejarah buat Donisha dan bule-bule lain yang baru pertama kali datang ke Indonesia.
Malam Minggu di Bintan pun dibuka oleh Randolf Ariolla dari Singapura, reputasi Randolf sebagai salah satu musisi live looping terbaik dunia jadi jaminan kalau malam itu akan ajaib. Tibatiba tepat tengah malam hujan lebat khas pulau tropis mengguyur dan bikin semua orang panik dan mencari tempat berteduh, salah satunya adalah batu besar di belakang stage yang kebetulan berbentuk kanopi, batu super besar itu bisa dipakai berteduh sekitar 15 orang. Selagi menunggu hujan reda kita jamming bareng musisi dan dancer yang datang dari seluruh dunia. Ketika penutup sound system dibuka, itu tanda cuaca mulai bersahabat lagi. Angin kencang dan hujan lebat selama tiga jam yang secara mengejutkan malah bikin kita bonding satu sama lain. Selesai jamming, tampil band dub asal Indonesia bernama Yella Sky Soundsystem yang malam itu memilih main DJ set. Yella Sky sukses bikin suasana makin “irie” padahal di Bintan sudah menginjak jam empat subuh. Sarasa, DJ cewek yang disebut-sebut sebagai selectah yang me-represent new sound of Tokyo semakin membuat subwoofer dari sound system subuh itu makin “berantakan”. Bass music dan sunrise di pinggir pantai jadi perfect mix buat yang nggak mau sadar kalau ternyata nanti siang harus pulang ke tempat masing-masing.
Workshop terakhir tentang ripping t-shirt dimulai selepas breakfast. Elisa Lam, seorang stylist Singapura yang jago kustom pakaian ini bikin dress code semua cewek yang lunch siang itu pakai ripping custom tee mereka sendiri. Singapura Dub Club sukses membuat atmosfer yang unik karena perbedaan kultur seakan nggak eksis selama tiga hari itu, semuanya borderless, manusia dari berbagai macam benua ada di situ, orang Tanzania sampai Kanada sharing passion yang sama tentang art dan unity. Vibe itu masih terasa even ketika saya sudah mendarat di Jakarta. Beton dan suasana padat ibu kota punya pengaruh yang berbeda terhadap saya sekarang. Komunikasi internet untuk menjaga networking yang terbentuk di Bintan Dub Club pun tetap berjalan. Promoters, organizers, producers, and creative cats from all over the world connected with each other dan berharap kalau acara seperti ini akan ada lagi. And there’s a good news dari founder Singapura Dub Club, Masia One, yang mendarat di inbox saya: Bocorannya, akhir tahun ini Gili Trawangan akan dipilih menjadi lokasi Dub Club selanjutnya. See you there?
105
Oleh: Vinny Vindiani. Foto oleh: Shadtoto Prasetio
Stylist: Patricia Annash. Make Up Artist: Philipe Karunia Hair stylist: Ale Asisten Stylist: Miranthi Putri Fitrianda
Idealis tidak melulu mengarah ke ambisius, Maudy Ayunda menyerahkan apa yang ia percaya pada keberuntungan, dan selebihnya lewat kerja keras.
atasan: Sav Lavin
Rencana hadir lebih cepat dibanding Maudy & team terpaksa pupus saat saya melihat keadaan jalan yang luar biasa padat hari itu. Mungkin karena hari itu merupakan the last day of work in a week, when people decide to bring their own vehicle. Setelah mencari-cari jalan menuju studio di bilangan Ampera, Jakarta Selatan, akhirnya saya tiba dan segera masuk ke ruang studio. Di sana sudah lengkap hadir dari team cover shoot NYLON Indonesia serta team Maudy yang sedang bercakap-cakap di ruang make-up. Setelah menyapa dan berkenalan dengan semua orang, akhirnya saya bertemu dengan sang pemeran Kugy dalam Perahu Kertas yang fenomenal tersebut, yang saat itu sedang duduk dikelilingi make-up artist dan hair stylist, namun tetap menyambut saya dengan ramah dan senyum mengembang. Mengenakan paduan simple and comfortable dari skinny jeans dan sweater berwarna maroon, Maudy tampil cantik natural dan selayaknya gadis berumur 20 tahun pada umumnya, but it’s might be little different once you get to know her. Saya tahu bagaimana hari itu jadwal gadis bernama lengkap Ayunda Faza Maudya tersebut sudah dipadatkan dengan cover shoot dan harus kembali ke London untuk melanjutkan pendidikannya di Oxford University yang saat itu sedang libur Paskah, maka tidak menunda-nunda, saya segera duduk di sampingnya dan memulai obrolan kami soal apa yang sedang ia kerjakan sekarang. “Malam ini rencana mau pulang ke Inggris, karena roughly 3 weeks ago balik ke sini pas liburan paskah. Tapi kemarin sempat launching album yang judulnya Moments, lagi sibuk launching itu dan ada beberapa project iklan juga, terus nyanyi-nyanyi off air juga,” cerita Maudy tentang aktivitasnya selama short break kali ini. Mengenai pendidikannya di Oxford, gadis kelahiran Jakarta, 19 Desember 1994 yang menargetkan kelulusannya tahun depan ini memilih philosophy, politic, and economics sebagai jurusannya, dan cukup mencengangkan bagaimana hal itu berbanding terbalik dengan kariernya sebagai singer, songwriter, dan actress, but again, she is different than what we all think, “Intinya aku itu orang yang suka banget belajar. Malah sebetulnya lebih nggak sengaja kerja ke entertainment world ini. Awalnya tuh aku akademis dan
108
geeky banget, suka banget sekolah, aktif, terus pokoknya senang dapet nilai bagus, dari SMP, SMA udah mulai kelihatan lah. Walaupun aku juga suka matematika dan lain-lain tapi lebih appeal ke humanities, kayak sejarah, sastra, ekonomi, filasafat gitu. Pas lihat, ada program ini di Oxford, dan itu salah satu kenapa aku niat daftar. Menurut aku itu kombinasi yang keren banget, kayak kalau belajar ekonomi, to be able to apply it, you need to have background of politics and philosophy, it’s helpful to keep your mind open.” Tidak hanya soal pelajaran yang kadang membuatnya stress karena terms yang pendek, Maudy juga menangkap perks dari kesinggahannya di luar negeri, yaitu ketika ia bisa bertemu dengan banyak orang dari begitu banyak budaya dan negara. Obrolan kami berlanjut ke karier yang membawa namanya ke mata publik. Masih teringat jelas di pikiran saya bagaimana Maudy kecil pertama kali memerankan sosok Rena, anak yatim piatu yang tinggal di Rumah Matahari dalam film Untuk Rena yang disutradarai oleh Riri Riza. Saat itu dirinya yang masih duduk di bangku SD dan baru berusia 10 tahun tidak pernah berpikir untuk menjajal dunia akting, bahkan saat itu ia tidak terlalu ngeh soal perfilman ataupun dunia music lokal karena ia bersekolah di sekolah national plus dan terbiasa mendengarkan musik dan menonton
film international, hingga keberuntungan dan kesempatan hadir menemuinya. Ia kemudian menceritakan bagaimana tim kasting Untuk Rena memang sedang berkeliling sekolah demi mencari bakat muda, mengajaknya casting, dan dengan mudah memilih dan memberikan tawaran kepadanya untuk memerankan Rena. Meski sempat kurang didukung oleh orangtua lantaran masih harus fokus sekolah dan hanya berbekal pengalamannya di teater dan musikal, ia mantap mencoba experience baru ini, dan tidak setengah-setengah menjalankan both the studies and the new-found-career. “Dulu mau coba, karena waktunya pas libur dan aku pikir bisa jadi extra experience. Nggak ada halangan untuk aku ambil, sifatnya positif karena shoot-nya juga di panti asuhan, ceritanya bagus, dipegang langsung oleh Riri Riza, so I don’t see anything negative from that,” kenangnya akan film pertama yang ia perankan bersama Surya Saputra pada tahun 2006 itu. Berangkat dari breakthrough movie-nya, Maudy sempat mengambil bagian dalam filmfilm seperti Sang Pemimpi, Rumah Tanpa Jendela, Tendangan dari Langit, serta yang paling menarik – setidaknya bagi saya dan para penggemar novel karya Dee Lestari – Perahu Kertas. Baginya setiap alur cerita dan tantangan dari film yang dibintanginya selalu berkesan, dan punya cerita serta keunikan yang sangat memorable. “In general, yang ngajak aku ke tempat-tempat unik yang mungkin nggak akan aku kunjungi kalau bukan karena film, kayak Untuk Rena itu shooting di panti asuhan di Cipanas, Sang Pemimpi itu
109
atasan: Nikicio (Dalaman) ,Sav Lavin rok: Identite
atasan:Dress & Celana: Identite
110
ke Belitung, Tendangan dari Langit itu diambil di Bromo. Itu sih yang membuat pengalaman-pengalaman shooting makin memorable, apalagi mainnya juga bareng orang-orang lokal. Kalau masalah tantangan, tetap Perahu Kertas, karena karakternya yang memang unik sekali. Sebelum ditawarin aku juga suka banget sama Perahu Kertas dan punya ekspektasi dari diri aku sendiri, kayak Kugy itu karakternya seperti apa dan bawainnya gimana. Ada juga ekspektasi dari para penggemar buku dan ekspektasi diri aku sendiri yang memang baca bukunya juga.” Menemukan cara jitu dalam menghidupkan karakter pasti jadi tugas terberat dari seorang pekerja seni peran, seperti layaknya Maudy yang tidak jenuh mendalami skenario, melakukan brainstorming hingga mencari metode pribadi untuk formula yang pas dalam memerankan seorang karakter. Tapi dari semua pencapaiannya, ia masih berkeinginan untuk memerankan tokoh eksentrik yang selama ini belum pernah ia dapatkan, “Pengen meranin orang yang eksentrik. Someone who’s a bit well not mentally challenge - tapi a bit
weird aja sih. Somehow aku harus bisa membuat weirdness itu terlihat normal dan realistis, kaya ‘Oh mungkin ada orang yang anehnya kayak gini’. Nggak pengen jadiin surreal atau jadi weird yang nggak terbayang, nggak relatable. Pengen sesuatu yang menantang aku untuk bisa bring out that combination,” ujarnya dengan antusias. Sementara berkaca dari sederet judul film yang tidak bisa dipandang sebelah mata dan telah diperankannya, saya penasaran seperti apa takaran yang ia pasang dalam pemilihan cerita dan karakter yang setuju ia lakoni. Dengan tidak segan ia menjawab, “Ngaruh banget ke cerita dan objective-nya, positif nggak, ada meaning-nya nggak selain sekadar menjual, ada values lainnya nggak. Orangnya juga penting. Orangnya harus mementingkan dan niat dengan pekerjaan mereka. Aku suka banget kalau film yang ditawarin ke aku sudah di-prepare bertahun-tahun sebelumnya, saking it’s a project that’s worth their time. Bukan milih orang yang famous apa gimana, tapi yang lebih terasa dari keniatan mereka. Seperti pas kemarin aku sempat dubbing untuk salah satu film animasi pertama di Indonesia yang bertema nasionalis, Battle of Surabaya, yang sudah digarap for more
than 5 years, dan meski they’re pretty new as a team, tapi kelihatan banget niat dan effortnya. Lebih ke situ sih, and when they believe with their work, I want to believe on what they do too. Label aku juga begitu, mereka punya atmosfer yang family-like, so there’s more than just selling.” Sempat mengambil jeda bertahun-tahun dari film pertamanya, Maudy memang tidak berambisi keras dengan ketenaran dan glorious moment, sebaliknya dengan santai ia bercerita, “Semuanya dijalanin aja. Setelah Untuk Rena, aku ada break kaya tiga tahunan nggak main film sampai akhirnya ada tawaran lagi. Mungkin karena awalnya memang dari iseng-iseng, tapi iseng-iseng niat,” koreksinya, “Intinya tetap dijalanin semuanya dengan niat, tapi ya nggak bener-bener heboh ngejar. Justru lebih berasa keinginan long-term di dunia ini sejak mulai nyanyi, karena awalnya cuma sesekali main film, dan baru mulai jadi karier begitu aku nyanyi juga.”
Bicara soal hubungannya sebagai aktris dan kecintaannya akan seni tarik suara, booknerd – dari chick lit a la Sophie Kinsella hingga IQ84 karangan Haruki Murakami yang tebalnya bisa mengalahkan kamus lengkap bahasa) dan bisa membandingkannnya dengan novel pendahulunya, 1984 karya George Orwell serta deep-conversation lover ini memang lebih dahulu dikenalkan dengan seni peran di teater dan kemudian merambah ke musical yang membuatnya belajar lebih banyak soal musik hingga menulis lagu. Tidak salah jika lagu yang biasa ia tulis atau bawakan terdengar seperti sebuah kisah yang cukup puitis dan personal. Ini merupakan salah satu alasan mutlak jika harus memilih salah satu dari dua dunia itu, “Aku kalau disuruh milih dari keduanya, it’s very confusing. Karena awalnya diperkenalkan dari musikal dan dua-duanya very mashed, sampai suka mikir, ‘What do I have to choose?’ Dan karena duaduanya itu sama-sama bertema performance, then I can’t choose,” jawabnya dengan suara yang terdengar ragu meski tetap lebih lantang dikarenakan hujan lebat yang tiba-tiba turun dan mengharuskan kami berbicara dengan suara lebih keras.
111
Dalam musik, Maudy yang sebelumnya dipercaya mengisi soundtrack film Sang Pemimpi dan Perahu Kertas, serta merilis album berjudul Panggil Aku.... pada tahun 2011, kali ini kembali hadir dengan album terbarunya berjudul Moments yang mewakili fase dalam kehidupannya sekarang dan hasil eksplorasi berbagai genre musik yang membuatnya semakin tertarik masuk dalam dunia ini. “Lagulagunya itu berisi exploration, but at the same time self-reflecting. Kenapa judulnya Moments, karena aku rasa setiap judul di album ini menggambarkan satu moment dalam tahun ke tahun ini yang I can relate. Setelah aku pikir-pikir, kayaknya aku pernah ngalamin cerita di semua album ini, jadi akhirnya dipilih judulnya Moments,” tukasnya tentang album yang juga melibatkan talenta dari rapper Iwa. K ini. “Kalau sama Om Iwa. K itu jodoh sih, karena aku juga pas lagi pengen kerjasama sama rapper juga dan ternyata at the same time, dia juga lagi nyari aku untuk diajak kerjasama, jadi ya pas banget. Waktu itu nggak sengaja ketemu di studio, terus kaya ‘Aku udah cari kamu dari lama!’ Dan dari situ aku dikasih dengar lagunya, suka banget, dan nggak lama kemudian mulai recording deh.” Selain berkolaborasi dengan Iwa. K dalam single “This Moment”, Maudy juga memasukan single yang sempat meledak di pasaran serta di situs YouTube hasil kerjasamanya dengan musisi & YouTube
112
artist berdarah Korea-Amerika asal Los Angeles, David Choi. “Kalau sama David Choi, kebetulan dia ketemu sama label aku di Singapura pas konser di sana. Memang kebetulan meeting, terus dia juga dikasih dengar lagu aku, diceritakan rencananya gimana, akhirnya dia setuju buat nyanyi bareng di lagu ‘By My Side’,” kenangnya akan lagu yang juga sebagian besar dialihbahasakan ke lirik Indonesia dengan bantuan Dee Lestari herself. Meski Maudy mengaku telah melewati banyak fase dalam hal mencoba gaya bermusik, untuk album terbarunya yang dinaungi oleh Trinity Optima Production ini, ia lebih fokus pada sisi pop, dan mengesampingkan sisi idealisnya yang biasa ia lampiaskan lewat posting-an video di channel YouTube miliknya. “My YouTube collection banyak diisi lagu berbahasa Inggris yang aku tulis 4 tahun terakhir ini, dan itu lebih folky dan R&B. Lebih ke folk sih sebenarnya. Tapi untuk album kali ini, lebih ke pop dan mungkin albumalbum setelah ini akan lebih fleksibel untuk mencoba hal yang aku suka.” Melanjutkan ceritanya tentang bagaimana Moments menjadi bukti eksplorasi musiknya selama ini, pada album yang baru saja dirilis pada awal April 2015 ini, Maudy memang hanya mengkontribusikan satu lagu ciptaannya sendiri yang berjudul “Tetap Bersama”, tapi bukan berarti keseluruhan album Moments tidak bersifat personal, “Singer-songwriter di Indonesia masih jarang, dan mostly sebuah album memang nggak ditulis langsung sama singer-nya. Tapi menurut aku, bukan berarti
kalau bukan penyanyinya yang nulis, lagu dan albumnya jadi nggak personal,” katanya saat saya menanyakan seberapa personal album ini baginya. “Sebenarnya ada satu lagu ciptaan aku lagi yang mau dimasukkin, tapi ditunda karena benang merahnya udah beda, style-nya udah beda dan terlalu banyak lagu. So instead of putting everything in this album, we decide to put it into our third album, di mana rencananya akan ditulis oleh aku semua.”
Sebagai singer-songwriter, gadis yang mengaku tidak pernah menjadi fans garis keras dari musisi manapun ini nyatanya tetap mengagumi karya John Mayer dan Ed Sheeran serta punya high respect terhadap talenta mereka sebagai singer-songwriter dan gitaris. Keberanian keduanya dalam menulis lirik yang personal dan tidak takut untuk showing their own style ini punya makna tersendiri baginya yang juga biasa menulis lagunya sendiri, “That’s something I’m looking forward to explore, toh aku merasa tetap bisa exploring dari sisi selain yang ada pada album, seperti video-video yang dirilis di YouTube, sebenarnya aku recording juga, bikin videonya juga. I even make four music videos of my own songs for fans to enjoy.”
113 atasan: DKNY Celana: Nikicio
114 atasan & Rok: DKNY
Jika saat ini ia harus adu kuat mengejar impian, pendidikan, dan karier, gadis yang dilahirkan di keluarga yang menjunjung tinggi quality time over anything ini rasanya memang butuh lebih dari 24 jam sehari untuk menuntaskan semua yang ia jalani dan tentunya ekstra tenaga untuk disalurkan ke berbagai kegiatannya, “Aku termasuk orang yang suka coba hal baru. Kaya dulunya itu aku suka banget sport, tapi sejalannya waktu, memang ada beberapa hal yang harus rela aku lepas, dan sekarang I’m not sporty at all. Nggak ada waktu lagi untuk olahraga and it annoys me that I have to choose. Apalagi tahun-tahun akhir ini akan ada ujian, jadi harus lebih fokus. I do try a lot of things, tapi jatuhnya jadi banyak mau, suka dan gemar sama banyak hal.” Sama seperti jawaban yang ia lontarkan berkenaan dengan apa yang menarik perhatiannya di luar dunia karier yang telah ia geluti selama ini yang bagi saya won’t be impossible for someone as smart and as talented as this little girl, “I imagine myself to do a lot of writing, lagi interested to get into business, well, actually lot of things. Sempat mau internship juga, intinya open for many things dan lagi mau banyak nyoba-nyoba.” Menuntaskan rasa penasaran saya, segera saya lanjut menanyakan apa yang sebenarnya ingin ia jadikan prioritas di waktu dekat ini dan ia dengan mudah menjawab, layaknya sudah matang memikirkan masa depannya, for at least in several years ahead, “Mau fokus sama lagu sendiri sih, and kinda exploring myself. Karena sekarang lagi kerja ekstra banget. Aku balik setiap 2 bulan, mau ada project film, mau ada project nulis buku juga, jadi rasanya apa ya... It’s just, I’m trying to fit in everything. Jadi harus menjaga untuk tidak terlalu perfeksionis juga. Karena capek kalau semuanya terlalu terburuburu. Yang paling tepat, sedang mencoba taking things slow sambil coba nulis-nulis lagu sendiri juga, dan rencananya mungkin nanti akan recording sendiri dulu.”
Tidak lengkap rasanya jika saya tidak menyinggung soal personal goal bagi seorang Maudy yang tidak habisnya berkarya, and surprisingly, with all things she might easily do if she choose to be ambitious, she’s just being real by saying, “Ada patokannya, kaya sebisa mungkin, one day punya album yang aku tulis sendiri. Patokan kecil dan personal seperti itu, bukan kaya ‘Gue harus menang piala atau apa-
apa,’ nggak seperti itu, lebih ke personal goals yang achievable. Seperti kalau di film, ‘Pengen ah main di film historical”, seperti itu. I have short term objectives than long ones, that’s how it works for me.” Dan mendengar keinginannya itu, saya ikut mengangguk setuju dan terkesan dengan bagaimana ia bisa tidak ingin muluk-muluk di tengah keberuntungan dan limpahan kesempatan yang ia miliki. Tidak habisnya saya mendengar tumpukan kesibukan yang selalu menantinya di setiap pagi menjelang dan terkadang mengharuskannya mengisi sepadat mungkin jadwal kesehariannya. Saya bertanyatanya bagaimana ia menjaga dirinya tetap stabil dan bertahan dalam menjaga semua sisi kehidupannya untuk berjalan mulus, dan ia segera menjawab, “Pelepasannya ke keluarga atau ke teman terdekat. Kalau curhat ‘Gue lagi stress banget nih’, nggak banyak yang bisa sangat mengerti sih, karena kalau teman di Inggris kan cuma jalanin perkuliahan aja, jadi mereka nggak terlalu kebayang. Sementara untuk yang di Indonesia, kesannya aku di luar negeri happy terus, padahal lagi stress. So it’s hard to relate to the stress. Jatuhnya dibilang ‘Ya udah lah, no worries, nilai nggak usah bagus-bagus.’ Tapi nggak bisa gitu juga. It’s quite complicated but it’s fine, I mean secapek-capeknya, tapi aku enjoy di sana. Justru aku bisa benci banget kalau lagi pulang, and in the next day ada exam dan unprepared, aku bisa feeling sedih banget karena sebenarnya I can prepare for it. I can get really angry for that. But thanks God, it gets better once the terms go on, ketika waktu aku di sana dialihkan benar-benar untuk belajar. It’s very peaceful.” Gadis yang juga terlibat dalam kegiatan sosial perihal literacy dan education di kawasan terpencil Indonesia ini juga tak segan menceritakan sukaduka yang harus ia alami sejak usia lebih muda, demi mewujudkan keinginannya, “Karena secara nggak langsung dari kecil udah kerja, harus professional dan banyak bertemu orang yang lebih tua, jadinya lebih cepat belajar. Apalagi di entertainment world, banyak kombinasi orang yang eksentrik, seperti musisi yang moody atau seniman nyentrik, jadi experience plusnya, bikin grow up faster dan membuka wawasan banget. It gives you a head start dibanding anak seumuran yang belum mulai bekerja,” ucapnya yang segera
ditambahkan dengan bagian buruknya, “The bad side, you lose a bit of your youth. Mungkin ini aku sih, karena tepatnya ada beberapa yang udah milih, ‘Oke gue nggak lanjut sekolah’ dan fokus di karier, atau udah lulus dan nggak harus kerja double, jadi bisa kerja and then have a break and go to Bali, hahaha,” candanya. “Tapi ya untuk aku, the bad things are losing quite a lot of time with my friends. Ketemu mereka once in months, jadi kurang mobile, in that sense. Also a bit of pressure, karena entertainment world have quite a lot of expectations. Di mana kalau mau ada di posisi baik di dunia ini, pasti banyak ekspektasinya, like you always have to look presentable, mau ke mini market pun harus presentable, haha! Kalau ngomong di Instagram nggak boleh salah-salah gimana, nanti kesannya gimana.” Ada rasa kelam yang seketika muncul di penghujung pembicaraan kami seiring redanya hujan deras di pagi itu. Sesaat mendengarkan apa yang harus ia korbankan, saya menyadari bahwa anything has the price, like how her successful career and fame also has a big price for her to pay, just like any of us. Tapi yang pasti, tidak ada kata penyesalan dan kata menyerah bagi seorang Maudy Ayunda, apalagi menyadari bahwa dirinya punya full support dari kedua orangtua dan adik tercinta, remarkable skills, great education background, dukungan dari management, para fans yang tidak pernah berhenti memberinya semangat, serta keberuntungan yang selalu menjadi muara dalam setiap langkahnya. “I am really happy and really lucky to have those opportunities, it’s definitely a source of happiness and I take it all as hobbies. Aku mengerti sekali banyak orang yang benar-benar merintis dari awal banget, and in that sense I feel very lucky. It’s just too much pleasure for me,” ungkapnya seraya menutup percakapan kami, untuk kemudian dilanjutkan dengan sesi wardrobe change dan photoshoot. Sesi pemotretan berjalan lancar dan menyenangkan, Maudy pun sesekali menyanyikan lagu-lagu kesukaannya saat break, sementara saya hanyut dalam segala ritme cerita yang ia tuturkan dan berpikir: the luck might bring her to the right road, but hard work takes her to where she is now. Or should I say, her persistency and believes secretly became her own lucky charms.
115
the Fotografi: Janette Gloor, www.janettegloor.com Model: Dioni Tabbers, models1.co.uk Styling: Ina Lekiewicz Make-up: Linda Andersson Hair: Emil Zed
Dress, Julien McDonald
118
Dress, Self Portrait
Dress, Self Portrait
119
20 Dress, Bora Aksu
113 Dress, Bora Aksu
Dress, Erdem
122
Shirt, Mother of Pearl
123
shopping list Adidas, Senayan City lt. 2 Ale (Hairstylist), 0817 828519 Anna Sui @ SOGO Plaza Senayan lt. 1 Benefit, Plaza Senayan lt. 2 Bobbi Brown @ Glow Living Beauty, Plaza Indonesia lt. 1 Christina Martha (Makeup Artist & Hairstylist), 0812 82878725 Club Culture, Lippo Mall Kemang lt. G DKNY, Senayan City lt. G Dr. Martens, Grand Indonesia East Mall lt. 2 Emina, www.eminacosmetics.com Forever21, Grand Indonesia West Mall lt. UG H&M, Gandaria City lt. 1 Identite, www.theidentite.com, @ Project One, Colony Kemang L’oreal Paris @ Seibu, Grand Indonesia lt. G Lacoste @ Debenhams, Senayan City Lancome @ Sogo, Plaza Senayan Linea, Plaza Indonesia lt. G Make up Forever, Plaza Indonesia lt. 2 Mango, Grand Indonesia lt. G
Maybelline @ Guardian, Grand Indonesia Miss Selfridge, Senayan City lt. 1 New Look, Senayan City lt. 2 Nikicio, www.nikicio.com NYX Cosmetics, Lippo Kemang, lt. 2 Philipe Karunia (Makeup Artist), 0856 7188610 Potatoo @ Luxola, www.luxola.co.id Rayban @ Optik Seis, Senayan City lt. 1 Ricko Sandy (Fotografer), 0811 1926454 Rivieras, Sav Lavin, www.savlavin.com Sephora, Plaza Indonesia lt. 2 Shadtoto Prasetio (Fotografer), 0816 1640295 Silky Girl @ Guardian, Pondok Indah Mall 1 lt. G The Balm @ Sogo, Plaza Senayan The Body Shop, Plaza Indonesia lt. 3 (021) 31926938 The Face Shop, Senayan City lt. G TOPSHOP, Senayan City Lt. 1 Zara, Senayan City Lt. 1 Rivieras @ central Dept. store , Grand Indonesia
not for girls.
INDONESIA
Ya, saya ingin berlangganan majalah
INDONESIA
SUBSCRIBE & SAVE 30% CARA PEMBAYARAN
Nama Tanggal Lahir
Cash
Perusahaan Jabatan
Transfer
Alamat pengiriman
Kantor
Kota
Rumah Negara
Kode Pos
Telpon HP
Hubungi Indra tel. 021-53667777 / fax. 021-5366 6767. Mohon konfirmasi melalui telepon sebelum melakukan transfer
Fax Email Mulai berlangganan dari bulan
COVER PRICE
PT. Nilon Media Indonesia Bank Mandiri Cab. Jakarta Sudirman No Rek : 102.00.0605204.4
NORMAL PRICE
SUBSCRIBE PRICE
SAVING follow us on
NYLON
Rp. 42.000 (10 edisi)
Rp. 420.000
Rp. 294.000
30%
NYLON Guys
Rp. 42.000 ( 6 Edisi)
Rp. 252.000
Rp. 189.000
30%
NYLON_IND
NYLON & NYLONguys Indonesia
Harga diluar ongkos kirim (untuk konfirmasi harap menghubungi nomor telepon 021-53667777
Kirim formulir ini ke : Jl. Palmerah Utara 55 Slipi, Jakarta 11910 Telp. (021) 5366 7777, fax. (021) 5366 6767
PT. Nilon Media Indonesia Jl. Palmerah Utara 55 Slipi, Jakarta 11910 Telp. (021) 5366 7777, fax. (021) 5366 6767
BEST DEAL
HangOut
indo.com
JAKARTA
BANDUNG
YOGYAKARTA
SURABAYA
BALI
“Indonesia’s first and leading event-based lifestyle portal” HangOut Indo
hangout_indo
HangOutIndo
AVAILABLE IN leading book stores and newsstands. Get your daily fix from these following formats
VISIT US
www.nylonindonesia.com
DOWNLOAD AT
FOLLOW NOW
star struck! Get in touch exclusive interviews
find out th trend fr e hottest om your favorite br designer and and s
Coolest stuff from runways to sideways
beauty: go vibran t, daring, a nd sexy
like us on NYLON & NYLONguys Indonesia
follow us on @NYLON_IND
@NYLON_IND
On our radar: Art Music Urban Culture
subscribe us on
s d e e n l r i g l o o c y r e v e r o f N O NYL NYLON IND
starmaps: Slip on
Zara Rp. 899.900
GO TO SLIP Sepatu model slip on ini akan menjadi sepatu favorit kamu di musim panas ini, trust us! Oleh: Patricia Annash.
Rivieras, price by request
Rivieras, price by request
Zara Rp. 899.900
H&M Rp. 249.900
H&M Rp. 249.900
H&M Rp. 249.900 Miss selfridge Rp. 489.000
Rivieras, price by request Zara Rp. 899.900
Kendall Jenner
127
Bag Check
Rock your summer paradise with these summer essentials. Oleh: Miranti Fitrianda. Foto oleh Willie William.
120 128
Dari kiri ke kanan (SearahJarum Jam) Body Exfoliator , The Face Shop - Price By Request BB Cream ,Emina- Price By Request Sun Cream , The Face Shop - Price By Request Loose Powder ,Emina – Price by request Pink Eyeshadow – The Face Shop – Price by request Gold Eyeshadow – The Face Shop – Price by request Compact Powder – Emina - Price by request Sugar Fragrance – Silky Girl – Price by request Sleveless Top – MangoRp. 349.000 Adidas SuperColor – ADIDAS Rp. 1.700.000 Skin-Resting Cream – The Face Shop – Price by Request Eyeshadow Palette – Silky Girl - Price by request Cream blush – Emina – price by request Sunglasses – Rayban– price by request Black Bag – Lacoste – Price By Request Pop Rouge Eyeshadow – Emina – price by request Lip marker – Emina – price by request Big eye mascara silky girl Lip Gloss – Silky girl – price by request Eyeliner – Silky Girl – price by request lip tint - The Face Shop – price by request Naik Pack – The Face Shop – price by request Cleansing Foam – The Face Shop – price byrequest