Bossa dan Sari Gandum
Salam dari diriku
Yang tak kunjung mewangi
Mekar, berseri, dan memikirkan
Tak akan ada kuhilang
Tak ada Hasrat yang tak terperi
Yang ada kubilang
Titip salam dari diriku
Yang tak kunjung mewangi
Ida Nasution
I want you I love him Our exchange Now estranged I love him But now Let me swim In you Red fountain of joy I want you
Red Fountain
of Joy
TumanDan sudah terbiasa untuk mengais yang masih ada Mungkin tak bagus, Belum
Tapi masih sering menatap Yang kosong, yang sunyi Kopong
Tinggal tunggu ditembak mati
Mungkin tak bagus, Belum
Sudah TahuDitengahi oleh sang bulan Dan surya yang tak pernah menutup mata Kembali diadakan adu rona
Dua insan yang tengah bergelut Menanti surga, menantang maut Bersama sukmanya yang terselimuti kabut Katanya Semua piala dan Euforia di tengah dosa-dosa Semua selamat yang berkelana Dimenangkan olehNya!
Semuanya adil Karena aku melihatnya Ditengahi sang bulan Serta surya yang tak pernah menutup mata
Yang punya hajat hanya Tuhan Saya cuma nebeng Makan tengkleng
Sedikit isah-isah Tapi kalau ada rewangnya Mungkin nanti
HajatanSekarang sih masih lapar Masih mau coba tongseng Dan nonton organ tunggal Pasti bantu bongkar tenda Tapi kalau ada rewangnya Mungkin nanti
Memangnya nyandak?
Ya nyandak lah Kan sudah berteman baik dengan yang punya hajat
Lho…
Yang punya hajat kan hanya Tuhan…
Dari Mulut Sang PengeratSim salabim, abrakadabra
Kutolak balaku dengan keringat para perjaka
Pun milik tua-tua sahabat marabahaya Pemilik beribu nyeri daksa
Wahai Bathara Kala Ambumu nihil di raga hamba Dan kalau boleh jujur, rabbiku Hambamu ini sumringah Melihat Tuhannya menaruh laknat baka
Sudah dulu ya, aku ngantuk Mau tidur dulu di ruangan sumuk Toh kawananku juga hama Sama-sama ngantuk, sama-sama busuk
Sudah malas aku, membuka aksa Persetan ah hajat jelata…
Seni sebagai A
Seni sebagai B
Seni sebagai C sampai H
Biarlah habis hinga dua puluh enam dua puluh enamnya
Dan biarlah ia hidup menurut kaidah-kaidah kehidupannya sendiri
Tanpa dibatasi Seperti pelakunya
Katarsis dan katalis Rupa-rupa sintesis
Namamu sempat masuk doaku
Beriringan dengan bujet yang masih ada Dan pokok-pokok doa lainnya
Namamu sempat masuk doaku
Beriringan dengan bulir-bulir air mata Yang turut bingung tentang jati dirinya
Namamu sempat masuk doaku
Beriringan dengan sumpah serapah sakti Serrta kekuatan lan gerak-gerik Ilahi
Namamu sempat masuk doaku
Beriringan dengan triliunan ikhlas Yang menumpas kehilangan sekilas
Namamu sempat masuk doaku
Beriringan dengan ucapan terima kasih Sebagai formalitas yang tanpa intisari
Nduk
Biarkanlah dirimu terbawa Bak butiran-butiran pasir yang dituntun desir semilir
Gelisah, gulana, meminta
Menagihnya memberi cinta Dan rupa-rupa proklamasi yang bukan mustahil Serta bersimpuh padaNya, tak mengharap nihil
Nduk
Nantinya kau akan mengerti Arti dari segala arti Tanpa lekat dengan kendati Pun mengoyakkan yang Ilahi
Namamu
Untukku kau
Bukan sembarang nama
Yang terus didengar oleh sang mesias di dalam doaku
Yang datang bersama panji-panji, yang lebih dari satu jumlahnya
Dan menimbulkan percikan-percikan tanya
Doa ini oleh siapa
Olehku atau ruhku?
Syaraf-syaraf yang bertaut menuju otak
Atau pembuluh-pembuluh yang turut berdetak?
Untukku kau
Telah berhasil mendekatkanku denganNya
Dengan menggiringku meronce doa-doa Doa doa gembel Doa-doa gembel!
Untukku kau
Cukup beruntung
Karena di hari penghakiman nanti Kita berdua ada di pintu surga
Dengan alasan berbeda
Sekali
Dua kali
Tiga kali Empat kali Lima kali Enam kali Tujuh kali Delapan kali Sembilan kali Sepuluh kali Maaf Sebelas kali Dua belas kali
Tiga belas kali Empat belas kali Lima belas kali Maaf
Tujuh puluh kali tujuh kali Seharusnya aku
Tujuh puluh kali tujuh puluh kali Sudah batasku
Pergolakan Batin Seorang NasraniTujuh puluh kali tujuh kali Bukan privilesemu
Maaf
Tujuh puluh kali tujuh kali Masih dikali tujuh lagi Untukmu Sayangku
Sena Rahayu Kugenggam
Di bawah kelamnya malam Di antara bisikan-bisikan Panji-panji penghalau suram
Sena Rahayu Bagiku kau tafsiran Dari lekukan jalan Upeti bagi pintaku Di bawah temaram
Sena Rahayu Tumbuhlah, tumbuh Sentuhlah, sentuh Tumbuhlah di antara yang mati Sentuhlah Ia yang menanti
KonsepSena Rahayu Niscaya kau akan agung Diarak aku, dia, dan Dia Dan kearifanmu akan menjadi imbuhan Pelengkapmu menuju keabadian
Sena Rahayu
Jadilah kuat Mengakar, kekal Berakal, besar Tawakal, kekal
Sena Rahayu Kau kutunggu Datanglah, dating Pulanglah, pulang
Sena Rahayu Ia takkan hilang
KesimpulanBersabdalah ia di antara debu-debu rubanah Tercacah, tercacah– katanya
Pontang-panting tanpa arah– rekanya
Adalah saya yang terus menimbang Seikat petaka Tabiat durjana riang ria
Sedu sedan gelayutan Mengejan, mengejan Berkesan
Setidaknya bagi saya sendiri
Alangkah eloknya bila ia Diagungkan sebagai
Inang bagi mereka, Kita yang meratap Orang-orang hina
Kuasa yang Lebih Tinggi
Dosa-dosa yang mengular Rintihan-rintihan proletar, dan Anak lawan kebenaran Tetap ditimangnya mesra
Ibu! Ibu! Ibu!
Selamat Ulang Tahun
Kuberikan sebuah kue ulang tahun
Simbol kekuasaan dan Bertambahnya umur
Yang disertai dengan Bertambahnya praktik-praktik Bertambahnya harap-harap Terhadap yang di atas Yang senantiasa ajojing Di balik ikatan batin Dan hubungan darah Kami ucapkan Kami doakan
Semoga panjang umur Dan bahagia!
Cakap-cakap Butir Harapan
Aku bersama segala yang sudah-sudah Pun ia yang pernah merekah Wangi, merona, sumringah Seperti anak perawan Yang hendak Menikah Ya? Iya Tunggu Sebentar lagi Pasti akan ditelan Dimakan perlahan-lahan Oleh Sang Hyang keputusasaan Lan harapan-harapan nan pragmatis Menunggu, menanti, melawat, mengabdi
B e r l a r i , b e r l a r i , b e r l a r i , b e r l a r i !
Mandat
Bicaralah, bicara Aku kan berpegang pada dunia
Bicaralah, bicsra Memang ini yang semestinya
Ejakulasi
Sekarang pergilah
Seharkanlah Wartakanlah Berkaryalah Keluarlah!
Sembahyang
Di tahap yang kelima ini aku berdoa
Biar hadiratMu saja Yang menjamur Marajalela
Biar bisikanmu yang berdentum Mewabah Bukan dia Bukan miliknya Engkau saja
Bang Us di tengah jalan Mukanya serata papan Bikin orang kebingungan Ini benar Bang Us bukan?
Karena
Bang Us rajin ke gereja Banyak kenal penatua Banyak juga disayang pendeta Dianggap taqwa dia
Bang Us banyak berdoa Ada macam-macam pokoknya Permohonan-permohonannya Dan pokok orang kampung sana
Bang Us Collapse
Bang Us punya istri Si cantik Maryani Kawin waktu tahun berganti Di hari pertama Januari
Bang Us dan Maryani Pasangan yang serasi Mungkin Clyde dan Bonnie Tanpa banyak eksekusi
Bang Us anaknya tiga
Mira, Maria, dan Serafina Yang diharapkan jadi bijaksana Tidak cuma bawa lentera
Bang Us kasih nama Mira Supaya dia banyak gembira Menghibur yang sedang berduka Dan mengembalikan sukaria
Bang Us suruh Maria Selalu bersukacita Konon katanya Bang Us bawa Dari pentas natal gereja
Bang Us dan Serafina Kurang kuat ikatannya Bukan jadi bidadari dipandangnya Karena dia hasil celaka
Suatu hari tetangga ribut Semua kalang kabut Terdengar suara ambulan ngebut Nama Bang Us disebut-sebut
Bang Us hilang kesadaran Tertabrak truk durian Kabarnya ia lagi jalan Baru selesai pelayanan
Bang Us segera diboyong
Warga kampung gotong royong Tapi sekarang Tuhan bohong Ingatan Bang Us bolong-bolong
Lalu
Bang Us dan Maryani Mulai tak hangat lagi Maryani butuh yang pasti Bang Us sudah tak mumpuni Katanya Bang Pelayanan…
Tidak kasih nafkah… Jangan murahan lah, Bang
Bang Us tidak terima Diambilnya tangan istrinya Tapi tidak jadi dibantingnya Takut ketahuan pak pendeta
Bang Us menghela napas Mungkin ini waktunya ikhlas Tuhan, biarlah jika dia ingin lepas Memang kita kekurangan kas
Dan Maryani pergi
Bang Us frustrasi Berhari-hari duduk di kursi Suatu hari kupingnya berdiri Dengar basa-basi
Kata tetangga, Mira digrebek warga Diarak-arak tanpa busana Bersama Carlo, anak penatua Yang istrinya hamil muda
Bang Us meringis Diteleponnya si anak tengah Terdengar jelas suara anak menangis Bapak, jangan ganggu! Maria seperti sapi perah!
Bang Us dengar ketukan Ia berdiri, coba bertahan Pintu dibuka, sambutan diberikan Ternyata Serafina bawa makanan
Tapi Bang Us gengsi
Makanan diambilnya, Serafina disuruh pergi Serafina bingung lalu menepi Baik bapa, saya akan pergi…
Bang Us masih di pintu
Serafina juga masih menunggu Keduanya tetap membisu Dan Serafina akhirnya melaju
Bang Us teringat besok Minggu Ia harus tampil baik Segera ia bebersih tanpa babibu Jangan sampai ia besok diusik
Pagi tiba, Bang Us ke gereja Rasanya seperti hari penghakiman Deretan penatua menatapnya Siap melayangkan seribu hujatan
Bang Us bukan lagi pelayan Tuhan Sekarang ia merasa hina Bang Us butuh penghiburan Semua sirna menurutnya
Sekarang
Bang Us di tengah jalan Mukanya serata papan Bikin orang kebingungan Ini benar Bang Us bukan?
Pikiran Bang Us sudah kacau
Mungkin besok aku jadi atheis…
Belum sempat lagi berkicau
Tuhan tabrak dia dengan bis
Jangan macam-macam, Us