Bossa dan Sari Gandum

Page 1

Bossa dan Sari Gandum

Salam dari diriku

Yang tak kunjung mewangi

Mekar, berseri, dan memikirkan

Tak akan ada kuhilang

Tak ada Hasrat yang tak terperi

Yang ada kubilang

Titip salam dari diriku

Yang tak kunjung mewangi

Ida Nasution

I want you I love him Our exchange Now estranged I love him But now Let me swim In you Red fountain of joy I want you

Red Fountain

of Joy

Dan sudah terbiasa untuk mengais yang masih ada Mungkin tak bagus, Belum

Tapi masih sering menatap Yang kosong, yang sunyi Kopong

Tinggal tunggu ditembak mati

Mungkin tak bagus, Belum

Ditengahi oleh sang bulan Dan surya yang tak pernah menutup mata Kembali diadakan adu rona

Dua insan yang tengah bergelut Menanti surga, menantang maut Bersama sukmanya yang terselimuti kabut Katanya Semua piala dan Euforia di tengah dosa-dosa Semua selamat yang berkelana Dimenangkan olehNya!

Semuanya adil Karena aku melihatnya Ditengahi sang bulan Serta surya yang tak pernah menutup mata

Yang punya hajat hanya Tuhan Saya cuma nebeng Makan tengkleng

Sedikit isah-isah Tapi kalau ada rewangnya Mungkin nanti

Sekarang sih masih lapar Masih mau coba tongseng Dan nonton organ tunggal Pasti bantu bongkar tenda Tapi kalau ada rewangnya Mungkin nanti

Memangnya nyandak?

Ya nyandak lah Kan sudah berteman baik dengan yang punya hajat

Lho…

Yang punya hajat kan hanya Tuhan…

Sim salabim, abrakadabra

Kutolak balaku dengan keringat para perjaka

Pun milik tua-tua sahabat marabahaya Pemilik beribu nyeri daksa

Wahai Bathara Kala Ambumu nihil di raga hamba Dan kalau boleh jujur, rabbiku Hambamu ini sumringah Melihat Tuhannya menaruh laknat baka

Sudah dulu ya, aku ngantuk Mau tidur dulu di ruangan sumuk Toh kawananku juga hama Sama-sama ngantuk, sama-sama busuk

Sudah malas aku, membuka aksa Persetan ah hajat jelata…

Seni sebagai A

Seni sebagai B

Seni sebagai C sampai H

Biarlah habis hinga dua puluh enam dua puluh enamnya

Dan biarlah ia hidup menurut kaidah-kaidah kehidupannya sendiri

Tanpa dibatasi Seperti pelakunya

Katarsis dan katalis Rupa-rupa sintesis

Seni

Namamu sempat masuk doaku

Beriringan dengan bujet yang masih ada Dan pokok-pokok doa lainnya

Namamu sempat masuk doaku

Beriringan dengan bulir-bulir air mata Yang turut bingung tentang jati dirinya

Namamu sempat masuk doaku

Beriringan dengan sumpah serapah sakti Serrta kekuatan lan gerak-gerik Ilahi

Namamu sempat masuk doaku

Beriringan dengan triliunan ikhlas Yang menumpas kehilangan sekilas

Namamu sempat masuk doaku

Beriringan dengan ucapan terima kasih Sebagai formalitas yang tanpa intisari

Info

Nduk

Biarkanlah dirimu terbawa Bak butiran-butiran pasir yang dituntun desir semilir

Gelisah, gulana, meminta

Menagihnya memberi cinta Dan rupa-rupa proklamasi yang bukan mustahil Serta bersimpuh padaNya, tak mengharap nihil

Nduk

Nantinya kau akan mengerti Arti dari segala arti Tanpa lekat dengan kendati Pun mengoyakkan yang Ilahi

Mo

Namamu

Untukku kau

Bukan sembarang nama

Yang terus didengar oleh sang mesias di dalam doaku

Yang datang bersama panji-panji, yang lebih dari satu jumlahnya

Dan menimbulkan percikan-percikan tanya

Doa ini oleh siapa

Olehku atau ruhku?

Syaraf-syaraf yang bertaut menuju otak

Atau pembuluh-pembuluh yang turut berdetak?

Untukku kau

Telah berhasil mendekatkanku denganNya

Dengan menggiringku meronce doa-doa Doa doa gembel Doa-doa gembel!

Untukku kau

Cukup beruntung

Karena di hari penghakiman nanti Kita berdua ada di pintu surga

Dengan alasan berbeda

Sekali

Dua kali

Tiga kali Empat kali Lima kali Enam kali Tujuh kali Delapan kali Sembilan kali Sepuluh kali Maaf Sebelas kali Dua belas kali

Tiga belas kali Empat belas kali Lima belas kali Maaf

Tujuh puluh kali tujuh kali Seharusnya aku

Tujuh puluh kali tujuh puluh kali Sudah batasku

Pergolakan Batin Seorang Nasrani

Tujuh puluh kali tujuh kali Bukan privilesemu

Maaf

Tujuh puluh kali tujuh kali Masih dikali tujuh lagi Untukmu Sayangku

Sena Rahayu Kugenggam

Di bawah kelamnya malam Di antara bisikan-bisikan Panji-panji penghalau suram

Sena Rahayu Bagiku kau tafsiran Dari lekukan jalan Upeti bagi pintaku Di bawah temaram

Sena Rahayu Tumbuhlah, tumbuh Sentuhlah, sentuh Tumbuhlah di antara yang mati Sentuhlah Ia yang menanti

Sena Rahayu Niscaya kau akan agung Diarak aku, dia, dan Dia Dan kearifanmu akan menjadi imbuhan Pelengkapmu menuju keabadian

Sena Rahayu

Jadilah kuat Mengakar, kekal Berakal, besar Tawakal, kekal

Sena Rahayu Kau kutunggu Datanglah, dating Pulanglah, pulang

Sena Rahayu Ia takkan hilang

Bersabdalah ia di antara debu-debu rubanah Tercacah, tercacah– katanya

Pontang-panting tanpa arah– rekanya

Adalah saya yang terus menimbang Seikat petaka Tabiat durjana riang ria

Sedu sedan gelayutan Mengejan, mengejan Berkesan

Setidaknya bagi saya sendiri

Alangkah eloknya bila ia Diagungkan sebagai

Inang bagi mereka, Kita yang meratap Orang-orang hina

Kuasa yang Lebih Tinggi

Dosa-dosa yang mengular Rintihan-rintihan proletar, dan Anak lawan kebenaran Tetap ditimangnya mesra

Ibu! Ibu! Ibu!

Selamat Ulang Tahun

Kuberikan sebuah kue ulang tahun

Simbol kekuasaan dan Bertambahnya umur

Yang disertai dengan Bertambahnya praktik-praktik Bertambahnya harap-harap Terhadap yang di atas Yang senantiasa ajojing Di balik ikatan batin Dan hubungan darah Kami ucapkan Kami doakan

Semoga panjang umur Dan bahagia!

Cakap-cakap Butir Harapan

Aku bersama segala yang sudah-sudah Pun ia yang pernah merekah Wangi, merona, sumringah Seperti anak perawan Yang hendak Menikah Ya? Iya Tunggu Sebentar lagi Pasti akan ditelan Dimakan perlahan-lahan Oleh Sang Hyang keputusasaan Lan harapan-harapan nan pragmatis Menunggu, menanti, melawat, mengabdi

B e r l a r i , b e r l a r i , b e r l a r i , b e r l a r i !

Mandat

Bicaralah, bicara Aku kan berpegang pada dunia

Bicaralah, bicsra Memang ini yang semestinya

Ejakulasi

Sekarang pergilah

Seharkanlah Wartakanlah Berkaryalah Keluarlah!

Sembahyang

Di tahap yang kelima ini aku berdoa

Biar hadiratMu saja Yang menjamur Marajalela

Biar bisikanmu yang berdentum Mewabah Bukan dia Bukan miliknya Engkau saja

Bang Us di tengah jalan Mukanya serata papan Bikin orang kebingungan Ini benar Bang Us bukan?

Karena

Bang Us rajin ke gereja Banyak kenal penatua Banyak juga disayang pendeta Dianggap taqwa dia

Bang Us banyak berdoa Ada macam-macam pokoknya Permohonan-permohonannya Dan pokok orang kampung sana

Bang Us Collapse

Bang Us punya istri Si cantik Maryani Kawin waktu tahun berganti Di hari pertama Januari

Bang Us dan Maryani Pasangan yang serasi Mungkin Clyde dan Bonnie Tanpa banyak eksekusi

Bang Us anaknya tiga

Mira, Maria, dan Serafina Yang diharapkan jadi bijaksana Tidak cuma bawa lentera

Bang Us kasih nama Mira Supaya dia banyak gembira Menghibur yang sedang berduka Dan mengembalikan sukaria

Bang Us suruh Maria Selalu bersukacita Konon katanya Bang Us bawa Dari pentas natal gereja

Bang Us dan Serafina Kurang kuat ikatannya Bukan jadi bidadari dipandangnya Karena dia hasil celaka

Suatu hari tetangga ribut Semua kalang kabut Terdengar suara ambulan ngebut Nama Bang Us disebut-sebut

Bang Us hilang kesadaran Tertabrak truk durian Kabarnya ia lagi jalan Baru selesai pelayanan

Bang Us segera diboyong

Warga kampung gotong royong Tapi sekarang Tuhan bohong Ingatan Bang Us bolong-bolong

Lalu

Bang Us dan Maryani Mulai tak hangat lagi Maryani butuh yang pasti Bang Us sudah tak mumpuni Katanya Bang Pelayanan…

Tidak kasih nafkah… Jangan murahan lah, Bang

Bang Us tidak terima Diambilnya tangan istrinya Tapi tidak jadi dibantingnya Takut ketahuan pak pendeta

Bang Us menghela napas Mungkin ini waktunya ikhlas Tuhan, biarlah jika dia ingin lepas Memang kita kekurangan kas

Dan Maryani pergi

Bang Us frustrasi Berhari-hari duduk di kursi Suatu hari kupingnya berdiri Dengar basa-basi

Kata tetangga, Mira digrebek warga Diarak-arak tanpa busana Bersama Carlo, anak penatua Yang istrinya hamil muda

Bang Us meringis Diteleponnya si anak tengah Terdengar jelas suara anak menangis Bapak, jangan ganggu! Maria seperti sapi perah!

Bang Us dengar ketukan Ia berdiri, coba bertahan Pintu dibuka, sambutan diberikan Ternyata Serafina bawa makanan

Tapi Bang Us gengsi

Makanan diambilnya, Serafina disuruh pergi Serafina bingung lalu menepi Baik bapa, saya akan pergi…

Bang Us masih di pintu

Serafina juga masih menunggu Keduanya tetap membisu Dan Serafina akhirnya melaju

Bang Us teringat besok Minggu Ia harus tampil baik Segera ia bebersih tanpa babibu Jangan sampai ia besok diusik

Pagi tiba, Bang Us ke gereja Rasanya seperti hari penghakiman Deretan penatua menatapnya Siap melayangkan seribu hujatan

Bang Us bukan lagi pelayan Tuhan Sekarang ia merasa hina Bang Us butuh penghiburan Semua sirna menurutnya

Sekarang

Bang Us di tengah jalan Mukanya serata papan Bikin orang kebingungan Ini benar Bang Us bukan?

Pikiran Bang Us sudah kacau

Mungkin besok aku jadi atheis…

Belum sempat lagi berkicau

Tuhan tabrak dia dengan bis

Jangan macam-macam, Us

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.