7 minute read
ELARTIZEN Magazine Edisi VIII
Norma Social distancing
Norma Social distancing, lockdown, masker wajah, beli makanan online, obrolan video chat dan salam pun punya cara sendiri. Hal itu mulai terasa seperti “sangat biasa” yang terus berkembang akhirakhir ini. Rutinitas dan tradisi keagamaan telah diadaptasi karena pandemi COVID-19, dan belum terukur pasti seperti apa masyarakat kita nantinya, jika tidak adanya kesadaran diri. Ketika keadaan darurat social distancing covid19 diperpanjang sejak Mei, para ahli kesehatan dan ekonomi menyerukan perlunya kesiapan masyarakat beralih ke “gaya hidup baru” untuk beradaptasi dengan perjuangan panjang melawan COVID-19, harapannya kegiatan ekonomi secara bertahap mulai tumbuh kembali dan kesadaran beradaptasi dengan situasi ini tidak menimbulkan persoalan baru yang akan menghasilkan lonjakan kasus lain.
Advertisement
Mari kita membayangkan bahwa hanya sedikit orang yang percaya bahwa semua aspek kehidupan masyarakat akan kembali seperti semula di dunia pasca-coronavirus dengan “new normal” -nya.
Suka atau tidak, gaya hidup baru tidak diragukan lagi akan muncul. Ada beberapa pandangan luas tentang new normal itu dengan masalah yang masih relevan dan masih terasa biasa dan dilakukan seperti keadaan semula. Nyatanya bagi yang ter-edukasi dan bersentuhan langsung dengannya saja yang mampu bertahan. Sekarang bukan lagi siapa yang kuat dia yang menang tetapi siapa yang melakukan perubahan secara sadar berkelangsungan ditengah pandemi dialah yang mampu survive.
Kejelasan Jam Kerja
Tak Jelasnya Batas Jam Kerja menurut Studi Kapersky, sebuah perusahaan global cybersecurity mengungkapkan “new normal” yang dihadapi para karyawan saat ini mulai berdampak pada
keseimbangan kehidupan pekerjaan mereka. Hampir sepertiga (31%) karyawan mengatakan mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja daripada sebelumnya. Namun, 46% mengatakan mereka menghabiskan jumlah waktu lebih banyak untuk kegiatan pribadi. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa semakin sulit bagi para karyawan untuk memisahkan kegiatan pekerjaan dan kehidupan pribadi, terutama dalam hal TI kebiasaan ber-online.
Temuan yang cukup mengkhawatirkan bagi bisnis, 51% karyawan mengakui telah mulai menonton lebih banyak konten dewasa, pada perangkat yang mereka gunakan disela pekerjaannya, sejak mulai bekerja dari rumah.
Selain itu, 55% karyawan mengatakan mereka lebih banyak membaca berita terkait pandemi dibandingkan berita berguna lainnya sebelum memulai pekerjaannya, meskipun hal ini sangat wajar karena setiap orang tetap ingin mendapatkan informasi terbaru tentang perkembangan virus Corona.
Takeout, Food Delivery
Pandemi mendorong kebangkitan usaha UMKM melaksanakan pemesanan dengan cara online, mereka tidak lagi memaksakan usaha penjualannya melalui makan ditempat.
Usaha ecommerce ini pun berimbas kepada distribusi dan trafik pengguna digital internet yang melonjak. Artinya masyarakat dipaksa untuk melek teknologi mendatang untuk mampu survive dan bersaing mendapatkan pelanggan secara kreatif menyajikan makanan dengan tampilan gambar dan rasa jualannya. Berikutnya ketepatan waktu dan servis pelayanan lebih utama.
Belajar pun berubah
“Menuntut ilmu bisa dimana saja, kapan saja. Tak terbatas tempat, tak terkekang waktu”, begitulah kira-kira ungkapan itu ada baiknya dilaksanakan.
Seperti dibeberapa sekolah modern konvensional yang mulai menerapkan physical distancing terhadap siswa belajar. Satu meja satu murid dengan sekat plastik sebagai pembatasnya.
Memodifikasi cara home schooling, mata pelajaran bisa dilaksanakan dengan tutorial online dari guru kepada muridnya secara berkala dan mempunyai waktuwaktu tertentu untuk melaksanakan wajib belajar.
Tetapi hal ini perlu seiring dilakukannya sosialisasi lebih lanjut karena tidak semua murid dan orang tua bersentuhan dengan cara belajar virtual jarak jauh.
Mobilitas
Penyebaran COVID-19 telah sangat membatasi lalu lintas kendaraan. Dari data Lalu lintas kendaraan penumpang secara keseluruhan di DKI Jakarta saja turun 8,19 persen volume lalu lintas ratarata per hari, Jika sebelumnya rata-rata 239.502 kendaraan melintas per hari, saat PSBB menjadi 149.735 kendaraan/ hari (data April). Berkendaraan pun ada batasan penumpang. Bagi commuter, disediakan ruang khusus dan berjarak.
Di beberapa kota negara yang sadar akan lingkungan mulai mengencarkan kembali budaya bersepeda karena mampu menekan angka penyebaran pandemi. Penyediaan ebike/share bike dibeberapa ruang bisnis dengan mudah didapati. Satu ide yang menyelamatkan dari The Johns Hopkins University berkumpulnya masa dalam berkendaraan. Sementara alam pun ikut me-recovery dirinya. Emisi karbon dan polutan turun drastis selama pandemi. #Hendrawillyanto
p p Kita mungkin tidak memikirkan bahwa fenomena ini akan benar-benar terjadi. Tentu saja hal ini pun mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Sebagian besar dari kita ada yang mampu untuk cepat beradaptasi dengan kondisi hidup yang “baru” ini. Namun, tentu saja ada yang kewalahan menghadapi kenyataan bahwa kita harus stay at home atau WFH sampai batas waktu yang masih belum ditentukan. Perilaku “baru” ini tentu juga menimbulkan new demand atau permintaan yang baru, apalagi terkait hiburan saat berdiam di rumah. Mulai dari membuat dalgona coffee hingga pass the brush challenge, merupakan beberapa contoh pelarian kita untuk melupakan betapa bosannya stay at home. Ternyata, ada satu hiburan juga nih yang intensitas kegiatannya meningkat selama periode stay at home. Tidak lain dan tidak bukan adalah podcast. 2004 dan mulai populer di Indonesia sejak 2018 silam. Saat ini, tidak hanya podcast dalam format audio saja yang banyak digandrungi. Namun, video podcast, akhir-akhir ini juga menyita sebagian besar perhatian masyarakat luas, apalagi di tengah pandemi seperti saat ini. Kehadiran podcast telah berubah fungsi bak oasis di padang gurun, yaitu sebagai medium “pelarian” selain menonton TV atau mendengarkan radio untuk membunuh kebosanan selama periode stay at home. Kondisi WFH karena pandemi virus corona COVID-19 sering kali memunculkan rasa bosan dengan rutinitas kerja dari kantor. Alhasil, kita membutuhkan kegiatan lain yang berbeda dari kebiasaan sehari-hari. odcast tumpahkan segala ceritamu by Hagi Adhityo #ElartizenPodcast Disadari atau tidak manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi. Tapi dalam kenyataannya, ditengah pandemi Covid-19 mengharuskan tetap dirumah dengan aturan social distancing. Bagaimana mensiasatinya, yuks simak salah satu cara berinteraksi kini.
Apa itu Podcast
Mungkin ada yang belum familiar dengan kata Salah satu cara yang mungkin bisa menjadi pilihan podcast. Podcast sebenarnya berasal dari gabungan bagus adalah memulai podcast dari rumah. Atau, jika kata “iPod” (salah satu produk elektronik milik Apple) terlalu merepotkan, kita juga bisa menjadi penikmat dan “Broadcasting”. Podcast sendiri sudah ada sejak podcast sambil menghabiskan waktu di rumah.
Podcast memliki banyak benefit. Bagi kita yang ingin memproduksi podcast, kita bisa menggunakan platform ini untuk menceritakan atau menumpahkan segala cerita yang ada di kepala dan membagikan rekaman podcast-nya melalui platform music streaming seperti Spotify, iTunes, dan Anchor. Podcast merupakan cara yang baik untuk terus membicarakan hal-hal yang menarik minat kita. p Beberapa kategori untuk Podcast Lantas kategori podcast apa sih yang sedang naik daun sekarang? Spotify, salah satu aplikasi music streaming yang umum digunakan di Indonesia, turut memberikan jawaban dengan memberikan catatan bahwa adanya peningkatan playlist podcast bertema memasak dan pekerjaan rumah tangga. Peningkatan ini terjadi sejak dikeluarkannya himbauan untuk melakukan social distancing dan tetap diam di rumah. Begitupun dengan kategori podcast bertema kesehatan dan kebugaran serta gaya hidup juga semakin meningkat pencariannya di Spotify. Podcast dengan kategori gaya hidup juga dapat menjadi pilihan untuk menemani waktu bermain anak di rumah. Ada sejumlah podcast yang dibawakan dengan cara seperti mendongeng dan mendorong keingintahuan anak. Di antaranya seperti podcast Story Pirates untuk anak usia 3 tahun, Chompers untuk anak usia 3 hingga 7 tahun, Every Little Thing untuk usia 7 tahun ke atas, dan The Two Princess untuk remaja. Sebuah riset dari Counterpoint memperkirakan pelanggan streaming musik tumbuh sekitar 25% di tahun ini, melambat dibanding pertumbuhan tahun lalu sebesar 32%. Perkiraan ini dibuat dengan alasan dimana lebih banyak orang yang lebih memilih podcast dibanding streaming musik selama pandemi COVID-19. Jadi, apakah Anda sudah siap untuk on air melalui podcast? Atau sudah siap menjadi pendengar setia podcast dari rumah?. #HagiAdhityo
ini podcast podcaster
Adriano Qalbi
sering di sebut bapak nya perkembangan podcast di Indonesia. Komedian ini sering banget membagikan opini dan memberikan perspektif mengenai isu isu terkini khususnya Jakarta.
Raditya Dika
PORD podcast talkshow yang di pandu Raditya memang banyak pengemarnya, obrolan nya mengalir apa adanya suka-suka ala komedian. Inspirasi dan ilmu baru sering diangkat Raditya kedalam tema episodenya.
Iqbal Hariadi
Julukannya podcast Subjective. Podcast miliknya ini membahas tentang berbagai macam tema, mulai dari hal yang sedang trending, tips & trik soal pendidikan, pengembangan diri, startup, hingga seputar kesehatan dan kehidupan sehari-hari.
Marchella FP
Podcast Ibu-ibu Yacult, bersama rekannya Maria Juliana. Podcast gagasannya ini mengangkat tema humor ringan khas masyarakat urban seperti hubungan percintaan, pengalaman mencontek saat sekolah, hingga mencoba mengulas produk kecantikan khas urban 90’an.
Deddy Carbuzier
Sama seperti Raditya Dika Podcast sekaligus Youtuber Deddy Corbuzier memilih membuat podcast garapannya dengan menghadirkan orang-orang spesial yang diajak untuk berdialog dengan tema yang lebih berat. Perbincangan Deddy dengan para tokoh-tokoh terkenal ini berisi materi lebih masuk akal dan berisi. Pendengar podcastnya yang kebanyakan berumur antara 20-30 tahun.