Puisi 2koma7 apresiasi dan kolaborasi

Page 1


Hak Ciptra dilindungi Undang-undang All right reserve Kurator: Imron Tohari Dimas Arika Mihardja Cunong Nunuk Suradja Muhammad J Dien Makmur Bung Jupri Rindawati Sudaryono Design Cover: Haris Fadhillah Lay out: Rony Azza Sosiawan Leak Cetakan Pertama Oktober 2013 ISBN: 978-602-777-746-0 Penerbit: Bengkel Publisher http://www.puisi2koma7.net



PENGANTAR

4


PUISI 2,7 SEBUAH PERKENALAN Oleh: Imron Tohari Pengantar: Tantangan Estetik Bahasa dan Makna di Dunia Puisi “Dunia yang dibangun oleh imajinasi dari pengalaman dan gagasan yang tak terhitung jumlahnya jauh lebih indah daripada dunia yang dapat di indera” (Helen Keller) “Puisi” sebagai rainkarnasi bahasa hati, pikiran (samsara bahasa/kelahiran kembali bahasa) dari masing-masing pribadi/individu pengkaryacipta yang dituangkan ke dalam bentuk bahasa tulis pun lisan yang pada akhirnya menciptakan letupan-letupan imajinatip di alam imajinasi pengkarya cipta itu sendiri maupun penikmat baca/apresiator puisi, dimana muatan emosi “puisi” sangat beragam, ada suka ada duka, ada kegembiraan ada kemarahan, ada keputusasaan ada pengharapan, dst. Puisi sebagai permainan bahasa, mentranslate rasa/gejolak jiwa, melalui selubung simbol-simbol, atau tanda-tanda yang terangkum pada larik/baris dan bait dalam menyampaikan pesan gejolak rasa jiwa penulis/penyair, yang merupakan hasil dari saripati sunyi (baca: perenungan!). Kenapa saya lebih senang menyebut “puisi” sebagai reinkarnasi bahasa atau samsara bahasa? Samsara sebagai kata sifat mempunyai arti sengsara (berdasarkan kamus bahasa Indonesia [?]), dan berdasarkan yang termaktub pada surat Bagavad-gita (Budha) dan Weda (Hindu) samsara berarti kelahiran kembali/reinkarnasi, namun dalam kelahiran kembali pun (samsara) yang merupakan perpindahan jiwa dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau disebut reinkarnasi eksternal (samsara atau samsriti di dalam bahasa sansekerta). Srimad Bhagavatam (Bhagavata Purana) 5.11.5-7 menyebutkan bahwa pikiran terikat oleh indera kesenangan, saleh atau tidak saleh. Kemudian hal itu tertuju pada tiga model dari alam material dan menyebabkan penyesuaian kelahiran dalam berbagai tipe tubuh, lebih tinggi atau lebih rendah. Oleh karena itu, jiwa menderita ketidakbahagiaan atau menikmati kebahagiaan karena pikiran, kemudian pikiran di bawah pengaruh ilusi menciptakan aktivitas-aktivitas yang saleh dan aktivitas-aktivitas yang tidak saleh, (berdasarkan ajaran agama Budha) dan pengertian akan samsara ini juga tidak jauh beda dengan apa yang ada pada ajaran agama Hindu; di dalam Weda disebutkan bahwa "Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka, yang juga akan dipengaruhi akan adanya karma baik dan buruk disaat-saat sebelumnya. 5


Dari sudut pandang saya selaku orang Islam, yaitu kelahiran kembali dari kematian di akhirat kelak,dengan segala pertimbangan baik buruknya semasa kehidupan di dunia. Begitu hal dalam setiap proses penciptaan puisi, dalam kesunyiannya pasti akan terjadi suatu pertarungan batin dan atau pertarungan pikir pada diri pengkarya cipta (pertarungan sinergi positip dan sinergis negatip). Puisi sebagai reinkarnasi bahasa/samsara bahasa, pada kelahirannya kembali, tidak terlepas dari proses/ ritus suasana baik-buruk yang mempengaruhi rasa imajinasi pengkarya ciptanya. Dalam pengertian, melalui puisi penyair berusaha menghidupkan imaji tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa�. Tubuh bahasa dari bayangan diri, baik bayangan diri penyairnya maupun bayangan diri penikmat bacanya yang sudah menyatu pada bayangan puisi itu sendiri!, maka jadilah bayangan diantara bayangan; diri membayang pada puisi, puisi membayang pada diri. Dan puisi yang baik, adalah puisi yang ditulis dengan penuh ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika moral, sehingga nantinya bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa menciptakan pola pikir baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator yang membacanya. Sebagai mahkluk sosial, disadari atau tidak kita pasti ingin mengaktualisasikan diri atas segala hal yang dialami kepermukaan, baik itu secara ungkap langsung lisan pun tulis. Darisanalah yang melatar belakangi tercetusnya penulisan puisi 2 baris, 7 kata, yang dalam pikiran saya waktu itu bagaimana cara mengungkapan gejolak perasaan pada sebuah puisi dengan tidak banyak kata namun bisa mengaktualisasikan dengan citraan yang kuat dan bisa meruang di imaji rasa pikir saya selaku penulis sekaligus sebagai penghayat, juga kepada penikmat baca nantinya. Dari pemikiran tersebut saya lantas berfikir bahwa dengan pilihan kata (diksi) yang tepat serta patut dalam membentur tautkan dalam suatu ikatan baris kata, saya rasa cukup ideal 7 kata yang di bagi dalam 2 baris (Baris pertama mesti menampilkan dirinya sebagai gambaran idea tema. Baris dua mesti menampilkan dirinya sebagai letupan emosi/keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis) untuk menceritakan keberadaan dirinya di imaji rasa pikir penghayat. Intinya, puisi yang muncul dalam persepsi kebutuhan saya pada saat itu lebih menitik beratkan pada kepadatan kata (7 kata), namun disampaikan dengan bebas tidak terikat patron tertentu (selain dari 7 kata dalam 2 baris), dimana baris pertama sebagai gambaran idea tema, dan baris dua sebagai letupan emosi/keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan) dari citraan idea tema (KBBI: (Sas) cara membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu; kesan atau gambaran visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi), namun dalam kepadatan kata tersebut tetap membebaskan pengkarya cipta dalam menuangkan imaji rasa tanpa dibatasi rima dan jumlah kosa kata dalam satu kesatuan kalimat pada baris, kecuali jumlah 7 kata/kalimat yang terbagi dalam 2 baris. Dan saya memilih pakai 2 baris untuk mengoptimalkan volume 7 kata, diharapkan dengan 2 baris yang ada, dimana masing-masing barisnya telah diberikan peran masng-masing, hal tersebut diharapkan bisa kian memberi 6


ruang puisi untuk bercerita banyak melebihi dari kapasitas teksnya sendiri yang hanya terdiri dari 7 kata. Prasyarat puisi 2, 7 secara struktur fisik kata yang berdiri sendiri (tidak dalam satu rekatan dan yang memang sengaja direkatkan dengan suatu alasan tertentu (licentia puitika) hendaknya tetap jangan mengabaikan perihal tata bahasa (gramatika). Saya menyadari bisa jadi puisi 2 baris 7 kata ini sebenarnya bukan hal baru, dalam pengertian saat buat puisi pendek tanpa sadar pasti ada saja yang 2 baris 7 kata (hanya saja sekarang saya tentukan desainya/tentukan polanya, terutama selain 2 baris 7 kata, mesti baris pertama menggambarkan citraan awal, dan baris 2 menggambarkan citraan akhir yang keduanya saling menopang baris satu sama baris lainnya). Saya berpikir dengan pola yang tidak banyak memerlukan kata ini, bisa mentranslatekan gejolak rasa jiwa penulisnya, serta menjadi suatu daya rangsang tersendiri untuk sesiapa saja menjadi suka menulis puisi (terutama bagi mereka yang tadinya tidak suka puisi, minimal akan sudi untuk sekedar membacanya). Konsep yang menjadi tolok ukur suatu puisi dikatakan sesuai pola tuang 2 baris 7 kata yang saya maksudkan (desainkan), seperti saya tulis di bawah ini: 1. Tentunya puisi tersebut mesti tersaji dalam pola tuang 2 baris, 7 kata. 2. Wajib ada judul. sebab hal tersebut berkenaan dengan padatnya kata yang bisa diolah menjadi suatu kekuatan utuh karya dalam menyampaikan pesan pada penikmat baca tanpa meniggalkan kesan keindahan bahasa puisi itu sendiri. Judul yang baik (baca: kuat) sekaligus merupakan pintu masuk untuk pembaca bisa memahami dan menikmati letupan pesan yang ingin dihantarkan pencipta karya ke imaji rasa penghayat. 3. Baris pertama harus/mesti menampilkan dirinya sebagai gambaran idea tema (semacam latar pembuka) yang menciptakan gambaran pokok kejadian, karena baris pertama ini yang akan menjadi pemandu luncur ke baris dua sebagai baris penegas/baris penutup yang bermuatan kristalisasi renung (kontempelasi) 4. Baris dua harus/mesti menampilkan dirinya sebagai letupan emosi/keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan) dari citraan idea tema ((Sas) cara membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu; kesan atau gambaran visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi), yang menompang dari apa yang telah dicitrakan pada baris pertama (semacam "emosi yg meletup/diletupkan" dalam pilihan diksi yg tepat sehingga diharapkan meninggalkan kesan yg telah coba diantar oleh baris 1). Dan sebagai alur akhir/penutup, baris 2 ini bisa berupa opini kekinian, bisa berupa kesimpulan akhir dari kejadian, bisa berupa renungan ect, yang penting upayakan bisa meninggalkan kesan pada pembaca! . 7


5. Antara baris 1 dan baris 2 harus/mesti ada ketertautan alur antar barisnya, hal ini sangat-sangat perlu agar bisa memandu dengan baik penghayat/penikmat baca masuk kedalam keseluruhan batang tubuh puisi yang teramat padat dengan pola 2 baris, 7 kata ini (walau dalam kasus alur lompat pun tetap harus ada relevansi benang merahnya dalam satu kesatuan pesan utuh yang ingin disiratkan ke pembaca. Dan puisi 2,7 dalam satu bait mesti berdiri sendiri dalam satu citraan utuh tubuh puisi (Judul dan 2 baris 7 kata disertai penanda akhir : bisa nama penulis, nama pena, thn, atau bisa lengkap). Dalam perjalanan proses kreatip kelahiran puisi 2,7 ini, pernah terlintas dipikiran saya: “lalu bagaimana kalau yang terpenuhi hanya fisik puisi saja, dalam pengertian yang terpenuhi hanya 2 baris, 7 kata-nya saja? Apa masih bisa disebut sebagai puisi pola tuang 2,7?� Jika nilai ukurnya adalah baris dan kata, maka hal tersebut telah memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam puisi 2,7, namun untuk disebut sebagai puisi 2,7 yang memenuhi semua syarat: baik jumlah baris, kata, serta kekuatan estetik bahasa dan estetik makna yang merupakan prasyarat wajib untuk suatu karya 2,7 layak disebut puisi atau disebut slogan, jingle iklan, pernyataan, tentunya perlu juga diperhatikan prasyarat lain yang menyerta pada pola tuang puisi genre ini (Seperti diterangjelaskan pada tulisan di atas). Karena tingkat kepadatan kata yang dituang dalam 2 baris, 7 kata, hal ini sangat memungkinkan untuk merangsang pencinta karya puisi, menulis dan terus menulis dengan pola tuang ini, sehingga tanpa disadari, karena adanya dorongan menulis yang demikian cepat dan kuatnya, estetik puitika dan estetik makna jadi terlupakan (kalau tidak boleh dikata terabaikan) sehingga apa yang dituangkan serasa mengalir sebagai bentuk pernyataan, slogan atau bahkan serupa jingle iklan saja. Jadi tidaklah salah jikalau nantinya ada yang mengatakan puisi 2 baris, 7 kata tidak lebih dari "Slogan, Jinggel iklan, atau pernyataan biasa". Tapi hal tersebut tidak berlaku pada puisi 2 baris, 7 kata yang memenuhi prasyarat baik secara estetika bahasa pun estetika makna sebagai bentuk konkret untuk disebut sebagai "PUISI", sebab puisi tidak hanya sekedar rangkai kata, namun mesti menyiratkan letupan makna yang bisa sampai hayat manfaatnya. Maka dari itu dalam bercipta karya puisi peran EQC (Emotion Quality Control) sangat diperlukan untuk hasil karya puisi 2, 7 yang optimal. Dalam bukunya "Kritik Seni" halaman 8 - 9, Dharsono/Sony Kartika mengutip apa yang dikatakan oleh DeWitt H. Parker, pembatasan tentang seni dan mengganggapnya sebagai ekspresi suatu ungkapan. Ungkapan dapat dilukiskan sebagai pernyataan suatu maksud perasaan atau pikiran dengan suatu medium indera atau lensa, yang dapat dialami lagi oleh yang mengungkapkan dan ditujukan atau dikomunikasikan kepada orang lain. Dalam arti seperti itu maka suatu sajak (puisi) merupakan suatu ungkapan sekelumit pengalaman yang dilahirkan lewat kata-kata.

8


Tujuan ungkapan seni dibuat dan dinilai untuk dirinya sendiri, untuk keperluan lain, dan kita sebenarnya selalu akrab dengannya, dan kita sengaja membuatnya serta merenunginya. Coba bandingkan antara sajak/puisi cinta dengan pernyataan/ slogan cinta. Sajak yang dinilai akan mengalami emosi berirama yang ditimbulkan pada penulis sekaligus pembacanya. Sedang pernyataan/slogan, sekalipun dinikmati oleh yang menyatakan, namun nilai utama terletak pada akibat yang ditimbulkan, makin cepat persaratan itu selesai semakin baik. Sajak/puisi tujuannya pada diri sendiri, dapat diulang-ulang; nanti esok kapan saja, sedang pernyataan/slogan yang pada pokoknya merupakan alat untuk mencapai tujuan bukan untuk dirinya sendiri, sehingga tidak ada artinya lagi untuk diulang setelah tujuan itu tercapai atau gagal. Sajak/puisi bukan sekedar alat tetapi ungkapan seni yang tetap bernilai, walau tujuan itu tercapai atau gagal. (Parker, 1946: 14). Tanya-Jawab Seputar Konsep Puisi 2,7 Keberhasilan seorang penyair bukan dilihat berapa banyak puisi yang dia hasilkan, tapi seberapa kuat karya puisi tadi behasil memberikan getaran positip dan atau ianya, puisi tadi bisa mempengaruhi kebaharuan pikir penikmat baca ke arah yang lebih baik. Jadi beratus bahkan beribu puisi tidak menjamin lebih berarti dari satu puisi yang berhasil memotivasi penikmat baca/pengahayat dalam kebaharuan laku pikir di kehidupan nyata. (lifespirit, 2011) Tujuan utama seseorang menulis puisi adalah untuk sarana pelepasan batin. Dan media tuang dalam bentuk puisi beraneka ragam pola tuangnya: terikat rima, bebas, mbeling, bahkan yang dibatasi oleh volume baris dan kata, semisal puisi 2, 7 yang saya perkenalkan ini, ect. Namun tujuan semua itu pada muaranya adalah sama, yakni pada pelepasan batin (dalam tanda kutip). Semenjak saya perkenalkan ke publik di akhir tahun 2012, banyak kegelisahan tanya akan puisi 2, 7 yang secara struktur fisik puisi hanya terdiri dari 2 baris dengan jumlah/volume kata yang hanya dipatok 7 kata, seperti yang saya rangkum di bawah ini: Tanya: saya ingin bertanya mengenai asal mula puisi 2,7. kenapa harus 2 baris dan 7 kata yang dipilih? Atau intinya mengapa mematok pada 7 kata? Kenapa tidak 3 kata, 8 kata, 9 kata ect? Juga kenapa tidak satu baris atau 3 baris saja untuk memecah volume kata tadi? Adakah yang menjadikan pertimbangan kusus mengenai hal tersebut? Salah satu unsur kekuatan dari puisi 2, 7 (kalau tidak bisa disebut sebagai kekhasan), adalah bagaimana dengan keterbatasan tujuh kata mampu merefleksikan rasa, pikiran yang ada dalam diri pengkarya cipta puisi, dan juga mampu mendeskripsikan tema besar (baik secara tersurat maupun secara tersirat perlambangan) ke dalam bentuk puisi dengan sangat baik. Karena adanya beban yang dibawa itulah maka saya berfikir sangat perlu adanya pemetaan dan atau pemba9


gian baris yang bisa menampung dan kemudian mentraslate rasa, pikiran penulis sesuai fungsi peran masing-masing baris tadi dalam menyampaikan signal-signal puitik (baik secara struktur semantik maupun secara semiotik) pada penghayat tanpa memerlukan banyak kata. Dan 2 baris menurut pemikiran saya adalah bentuk pemetaan kata/bahasa yang sangat ideal, dimana baris 1 (satu) sebagai baris yang memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata (baik langsung atau kias) secara jelas dan terstruktur, bisa juga dikata baris 1 (satu) ini lebih menonjolkan citraan latar suasana dan atau citraan yang bisa memandu dan atau bisa memberi gambaran di imaji penghayat akan apa yang tengah terjadi dan atau apa yang melatari sebuah kejadian (konflik peran awal) yang akan diletupkan di baris 2 sebagai citraan yang sarat letupan emosi (bisa berupa sebuah renungan, bisa berupa pemikiran kekinian, bisa juga berupa kesimpulan dari inti tema yang diangkat, ect), untuk itu saya berfikir idealnya baris 1 ini volume katanya lebih banyak dari baris 2 yang merupakan baris ledakan (idealnya baris satu cukup 4 kata/diksi dengan rekatan kuat sudah cukup memberi citraan latar suasana yang meruang). Agar rasa, pikiran pengkarya cipta dapat terefleksikan dengan baik (tegas, terarah, serta memberi daya hisap kontemplasi/pengayaan tafsir yang memberikan nilai kebaharuan pikir yang baik), di sini fungsi peran baris 2 (dua) sangat teramat penting sebagai baris eksekutor atas citraan latar suasana yang telah dibangun pada baris 1 (satu). Dan menurut hemat saya dengan 3 (tiga) kata saja di baris dua sudah sangat ideal untuk membuat ledakan imaji dan member daya hisap di rasa imaji pikir penghayat. Dengan 3 kata, hantaran pesan dalam kalimat akan lebih tegas dan berruh dalam memberikan ruang kontemplasi. Dalam pengertian baris kalimat akan lebih kental atau mengkristal dengan muatan yang dibawa 3 kalimat puncak tadi. Dari pemikiran tersebut di atas, saya rasa sangat ideal 7 (tujuh) kata dipetakan dalam 2 (baris), dengan fungsi peran masing-masing baris diatur sedemikian rupa secara baik, benar dan tepat sebagai suatu alat dan atau sarana penulis dalam merefleksikan rasa, pikiran yang bergejolak dalam jiwa. Tanya: Puisi 2,7 didasari dari bentuk pola tuang puisi mana, karena dari kepadatannya kan serupa haiku, jumlah barisnya serupa pantun, gurindam ect? Saat proses awal tercetusnya 2 baris 7 kata ini, jujur tidak terpikirkan tentang haiku, pantun, gurindam, sonata, syair atau yang lainnya, walau selama saya mencipta karya semua bentuk pola tuang (terikat, bebas, sampai yang bernuansa prosa liris pun surealis bahkan yang kental nuansa tuang china klasik) saya coba baca dan pelajari. Tapi sekali lagi saat pola 2, 7 itu terlintas dipikiran saya, ya yang waktu itu berkecamuk di pikiran saya bagaimana dengan keterbatasan tujuh kata mampu merefleksikan rasa, pikiran yang ada dalam diri pengkarya cipta puisi, dan juga mampu mendeskripsikan tema besar (baik secara tersurat maupun secara tersirat perlambangan) ke dalam bentuk puisi dengan sangat baik. 10


Jadi proses pysicologis lahirnya puisi 2, 7 ini tidak didasari dari bentuk pola tuang puisi manapun, tapi pada kelahirannya muncul mengalir begitu saja yang lalu saya matangkan. Tanya: Apakah tidak lebih baik disampaikan bahwa Puisi 2,7 terinspirasi bentuk pusi/sajak sebelumnya yang sudah terlebih dulu ada, semisal Haiku, Sajak 2 seuntai, Gurindam ect? Kalau boleh jujur, bagaimana saya akan menyebutkan bahwa puisi 2, 7 ini ada kaitannya atau terinspirasi struktur tuangnya dengan Haiku, Sajak 2 seuntai, Gurindam ect, sedang hal tersebut dari awal perjalanan proses penciptaan puisi 2, 7 tidak terlintas sama sekali di pikiran saya? Karena proses kelahirannya mengalir dari rasa tanya pikir saya tentang bagaimana ya bisa membuat karya puisi yang memuisi hanya dengan 7 kata? Tanya: Banyak yang berpendapat kalau Puisi 2, 7 sama persis dengan Fiksimini, iakah seperti itu? Kemungkinan kemiripan itu selalu ada, bahkan tidak hanya dengan Fiksi Mini saja, mungkin bisa jadi dengan karya tulis lainnya, selama penuangan akan karya masih menggunakan sarana komunikasi yang bernama “Bahasa�. Namun jika ditinjau secara seksama, Puisi 2, 7 sangat berbeda sama sekali dengan Fiksi Mini (Kalau tidak boleh dikatakan Puisi 2, 7 Tidak sama alias berbeda dengan Fiksi Mini), sebab : 1. Fiksi Mini berakar dari Prosa, sedangkan Puisi 2, 7 berakar dari Puisi 2. Fiksi mini lebih kuat dalam membentuk citraan latar suasananya dalam upayanya menyampaikan gagasan secara naratip, sedangkan puisi 2, 7 lebih kental pada permainan bahasa perlambangan dalam upayanya menyiasati keterbatasan volume kata. >>> Pada puisi 2, 7 , batang tubuh puisi dibagi dua baris, dimana baris 1 (satu) sebagai baris yang lebih menonjolkan citraan latar suasana dan atau citraan yang bisa memandu dan atau bisa memberi gambaran di imaji penghayat akan apa yang tengah terjadi dan atau apa yang melatari sebuah kejadian (konflik peran awal) yang akan diletupkan di baris 2 sebagai citraan yang sarat letupan emosi, lebih menitik beratkan pada isi/makna yang bisa menciptakan daya renung/kontemplasi. 3. Fiksi Mini tidak dibatasi pada 7 kata, tapi puisi 2, 7 wajb 7 kata dan di petakan dalam 2 baris, sedangkan fiksi mini boleh satu baris, dua baris atau lebih. 4. Fiksi mini cenderung lancar dalam sampaian bahasanya (dalam arti lebih menekankan pada citraan latar kejadian/suasana dalam mendapatkan letupan di imaji pikir penikmat baca), sedangkan puisi 2, 7 dalam pembagian barisnya telah dibagi ruang perlakuan antara baris 1 dan 2, dan lebih menekankan pada pendekatan estetik makna selain estetik bahasa puisinya. 11


5. Penokohan, alur naratif/ rangkaian cerita/adanya plot cerita, ect yang terkait dengan unsur-unsur yang ada pada cerpen adalah cirri khas Pada Fiksi Mini yang penuangannya lebih pendek dari cerpen, sedangkan pada puisi 2, 7 hal tersebut tidak mutlak harus (lebih mengacu pada mazhab yang melekat pada karya puisi) Tanya : Lalu apakah nama yang diberikan untuk puisi jenis ini? Cukupkah dengan menyebut 2,7? Pada saat itu (Baca proses kelahiran puisi ini) saya tidak berfikir masalah namanya nanti apa, tapi yang menjadi pemikiran saya paling utama adalah bagaimana dengan keterbatasan volume kata yang ekstrim bisa menghasilkan puisi yang memuisi. Kalau pada akhirnya puisi pola ini diberi nama Puisi 2, 7 (P 2, 7) semata karena yang menjadi ciri khas puisi ini adalah karakter struktur fisiknya yang tersaji dalam 2 baris 7 kata dengan dibubuhi judul serta penanda akhir (bisa nama, titimangsa, atau ditulis lengkap). Tanya: Apakah filosofi 2 dan 7? Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya akan bercerita apa dan bagaimana yang berkecamuk pada pikiran dan perasaan saya pada waktu itu sebelum memutuskan 2 baris 7 kata. Suatu malam saat saya duduk di ruang tamu (saat anak-anak sudah tidur), dan seperti biasa ditemani secangkir kopi dan rokok, tiba-tiba terbersit tanya dipikiran saya, bagaimana ya membuat puisi yang indah dan tidak kehilangan pesan kebaikannya dengan jumlah kata yang sangat terbatas? Entah bagaimana pikiran saya waktu itu tiba-tiba terbawa pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi (mungkin ini yang dinamakan alam bawah sadar kali ya, karena hal ini tidak ada relevansinya sama sekali dengan perihal struktur bangun sebuah puisi), namun dari sana saya lalu berfikir, bisa tidak ya dengan 7 kata bisa menghasilkan puisi yang indah baik secara bahasa puisi maupun secara kandungan makna? Terus bagaimana biar puisi ini bisa bercerita banyak pada pembaca, arah dan maksud yang di tuju hanya dengan tujuh kata saja? Dan bagaimana puisi ini nantinya bisa memberi citraan visualisasi naratipnya dan juga lesatan pesan kebaikannya ke penghayat? Nah dari sana pikiran saya kembali lagi ke “tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi”, namun lebih mengerucut pada “langit” dan “bumi”. Dan pemikiran ini membawa saya pada dua sifat yang berlawanan (memunculkan suatu pemikiran sebab akibat, bahasa kerenya “Kausalitas”): bahwa ada langit karena ada bumi, ada bapak karena ada ibu, ada laki karena ada wanita, ada positip karena ada negatip, disebut terang karena ada gelap, disebut baik karena ada buruk, ada benar karena ada salah, ada hujan karena ada kemarau, disebut bagus karena ada jelek, ect. Dari pergolakan rasa pikiran inilah terbersit pikiran saya bahwa dengan tujuh kata akan didapat hasil yang optimal jika saya petakan menjadi 2 bagian (baca: 2 baris), yang mana 12


baris pertama saya pakai untuk mendeskripsikan citraan latar suasana, sedang baris dua sebagai sebagai letupan emosi/keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis) untuk menceritakan keberadaan dirinya di imaji rasa pikir penghayat. Dengan pemetaan seperti itu saya harapkan tidak saja saya secara pribadi akan lebih mudah dalam mengoptimalkan 7 kata untuk dasar membuat puisi, namun harapan saya pemetaan baris yang seperti saya terangjelaskan di atas bisa menjadi guide/pemandu bagi pencipta puisi lainnya yang ingin menyampaikan tema besar ke dalam puisi hanya dengan 7 kata sahaja tanpa kehilangan estetik puitik dan estetik makna yang menjadi ciri khas puisi ini nantinya. Tanya: Berarti nama Puisi 2, 7 itu selain menunjukan formatnya yang secara struktur fisik karya harus ada judul, disajikan dalam 2 baris, serta hanya terdiri dari 7 kata dan disertai penanda akhir puisi, jika sesuai dengan hal itu, baru suatu karya puisi bisa disebut sebagai Puisi 2, 7, begitu ya? Benar. Selain sesuai dengan apa yang diterangjelaskan di atas, puisi 2, 7 hanya disajikan dalam satu bait puisi putus. Dalam arti, jika diurai dalam beberapa bait tapi hanya dengan satu penanda akhir, maka puisi tadi bukan puisi 2, 7. Hanya penyajian baris dan jumlah katanya saja yang merupakan turunan puisi 2, 7. Tanya: bagaimana kalau yang terpenuhi hanya fisik puisi saja, dalam pengertian yang terpenuhi hanya 2 baris, 7 kata-nya saja? Apa masih bisa disebut sebagai puisi pola tuang 2,7 (baca: 2 baris, 7 kata)?� Jika nilai ukurnya adalah baris dan kata, maka hal tersebut telah memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam puisi 2,7 (Selanjutnya baca: 2 baris, 7 kata), namun untuk disebut sebagai puisi 2,7 yang memenuhi semua syarat : baik jumlah baris, kata, serta kekuatan estetik bahasa dan estetik makna yang merupakan prasyarat wajib untuk layak disebut puisi atau disebut slogan/pernyataan, tentunya perlu juga diperhatikan prasyarat lain yang menyerta pada desain pola tuang 2,7 ini. Tanya: puisi adalah kebebasan menuangkan gejolak rasa dan atau kegelisahan jiwa yang ingin diletupkan kepermukaan melalui medium bahasa tulis, dengan pembatasan jumlah kata dan atau jumlah baris pada puisi 2, 7 apakah namanya itu bukan mengebiri kebebasan menulis puisi? “Puisi� sebagai reinkarnasi bahasa hati, pikiran dari masing-masing pribadi/individu pengkarya cipta yang dituangkan ke dalam bentuk bahasa tulis pun lisan yang pada akhirnya menciptakan letupan-letupan imajinatip di alam imajinasi pengkarya cipta itu sendiri maupun penikmat baca/apresiator puisi. Puisi sebagai permainan bahasa, mentranslate rasa/gejolak jiwa, melalui selubung simbol-simbol, atau tanda-tanda yang terangkum pada larik/baris/bait.

13


Nah untuk menuangkannya dalam bentuk puisi panjang atau pendek (baca: puisi 2, 7), bebas atau terikat, itu semua kembali kepada rasa nyaman atau tidaknya kreator dalam menuangkan idea gagasan ke dalam yang namanya puisi. Perlu digaris bawahi, entah itu puisi panjang atau puisi 2, 7, yang menjadi saluran utama penyampai pesan ke penghayat adalah rangkaian kalimat yang mampu menghantarkan maksud/pesan/makna yang tersurat pun tersirat puisi pada rasa imaji pikir penghayat. Sedangkan yang namanya mengebiri bahasa (baca: memangkas/ membuat mandul kebebasan menulis puisi) itu jika suatu kalimat atau bahasa tidak bisa menghantarkan idea/gagasan kreator tersebab ada kalimat/bahasa yang dipangkas, sehingga rangkaian kalimat tadi menjadi tidak mempunyai makna dan atau tidak bisa memberi kebaharuan pikir pada penikmat baca/penghayat (mandul makna). Sedangkan puisi 2, 7 ini tidak memangkas, atau menghilangkan atau mengeluarkan kata dari maknanya, namun disini kreator dituntut untuk memilah secara tepat dan patut dari diksi yang akan digunakannya. Puisi 2, 7 adalah bagaimana mengoptimalkan kata (7 kata) yang ada menjadi suatu rangkaian kata yang memenuhi criteria puisi dalam fungsinya menghidupkan imaji tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa�. Dan puisi yang baik, adalah puisi yang ditulis dengan penuh ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika moral, sehingga nantinya bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa menciptakan pola pikir baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator yang membacanya. Tanya: Puisi dua koma tujuh tak lebih dari puisi-puisi haiku yang mana dalam proses penciptaannya kebanyakan kreator tanpa perenungan-perenungan mendalam terlebih dahulu, apakah hal ini dikarenakan puisi 2, 7 ini mengadopsi pola dari HAIKU, bagaimana pendapat anda akan hal ini? Perihal penciptaan suatu karya oleh kreator/penyair tanpa melalui perenungan-perenungan mendalam terlebih dahulu, saya rasa itu kurang tepat (tidak hanya berlaku pada puisi 2, 7 saja, namun berlaku juga untuk semua kekaryaan sastra tulis puisi), sebab setiap kreator/penyair menuangkan idea/gagasan atau sesuatu hal yang ditangkap, lalu dituangkan dalam bentuk tulisan pada proses penciptaannya itu sendiri sudah merupakan bagian dari proses perenungan, hanya saja seberapa dalam tingkat perenungannya berpulang kembali pada kekuatan/daya renung masing-masing kreator, serta tergantung juga pada seberapa efektif cara kreator/ penyair dalam mentranslate/menterjemahkan gejolak rasa pikirnya ke dalam bahasa puisi yang dia pilih agar bisa ditangkap pembaca dan berhasil dalam mempengaruhi kebaharuan pikirnya, yang pastinya antara kreator yang satu dan yang lainnya berbeda beda tingkat daya permenungan dan gaya menyampaikannya ke bentuk bahasa tulis puisi. Mengenai puisi 2, 7 ini mengadopsi HAIKU atau tidak, sekali lagi saya tegaskan bahwa puisi 2, 7 tidak mengadopsi bentuk tuang puisi manapun termasuk HAIKU.

14


Dari segala hal sudah jelas puisi 2, 7 tidak sama (kalau tidak boleh dikatakan berbeda sama sekali dengan HAIKU). Dari struktur fisik saja sudah sangat jauh berbeda, pada HAIKU selain unsur citraan musim (kigo) sangat kuat, HAIKU juga mengacu pada sistim suku kata (mora/syllabel), 17 suku kata atau 5-7-5 (go-shichi-go), tanpa judul, karena secara keseluruhan batang tubuh HAIKU lebih pada kekuatan mendeskripsikan latar suasana yang ditangkap penulisnya. Sedangkan Puisi 2, 7 tidak mengacu pada suku kata, selain itu antar barisnya (baris 1 dan baris 2) mempunyai fungsi peran masing-masing, dalam arti tidak bertumpu pada pendeskripsian suasananya saja, namun lebih jauh lagi pada daya hisap kontemplasi yang ingin dihantarkan ke permukaan, juga mesti berjudul dan ada penanda akhir, sedangkan pada HAIKU hal ini tidaklah ada. Tanya: Bagaimana dengan bangunan utuh puisi 2,7? Penutup: Konsepsi Penilaian Puisi 2, 7 Pada dasarnya penilaian puisi 2, 7 tidaklah berbeda dengan puisi-puisi lainnya, hanya pada beberapa hal tentunya masing-masing bentuk puisi mempunyai dasar penilaian yang berbeda, dalam arti untuk keluasan makna, pengayaan imaji, keselarasan citraan antar baris/bait, keindahan puitika dan makna yang ingin dihantarkan ke pembaca, hampir semua bentuk puisi mengacu pada hal-hal tersebut, namun pada hal-hal lain tentunya ada perbedaan. Missal puisi yang bertumpu pada kekuatan rima yang menjadi tolak ukurnya, tentunya penilaian hal rima ini tidak bisa diabaikan, begitu pula dengan puisi prosa, tentunya kekuatan alur narasi dan permainan simbolik bahasa merupakan hal yang menjadikan penilaian penting, sama halnya pada puisi 2, 7, pemetaan baris yang 2 dan volume kata yang 7, tentunya menjadi prasarat utama selain titi mangsa, dan hal-hal lainnya yang melekat pada patron puisi 2, 7. Sedangkan perihal sesuatu sifat dan karakter penulisan puisi dalam benak sipengarang kadang tak terjangkau pada pikiran si penilai, disinilah perlunya dunia perlambangan (semiotika) pada karya seni puisi, hal ini terkait dengan sifat unik puisi dalam memanggul dua beban dipundaknya, yakni beban tersurat secara teks dalam memvisualisasikan/membentuk suatu gambaran pesan pada pembaca, serta beban lain yang tak kalah pentingnya yakni keluasan/pengayaan makna secara tersirat dari simbolik puitika/perlambangan/semiotika. Puisi yang merupakan salah satu dari sekian bentuk produk sastra yang mempunyai tingkat kepadatan kata dalam fugsinya untuk melesatkan pesan/makna yang sangat besar, tentunya di sini peran diksi/kata tidak bisa diabaikan begitu saja dalam petautannya dengan kata yang lainnya, terutama saat dibentur tautkan dan atau dipadupadankan dengan diksi yang lain untuk memunculkan makna yang baru. Untuk itu sangatlah tidak bisa diabai begitu saja antara diksi yang satu dengan diksi sesudah atau sebelumnya dalam satu kesatuan baris dan atau satu kesatuan 15


hubungan utuh batang tubuh puisi, untuk itu penting sekiranya pengkarya cipta puisi (kita kerucutkan puisi 2, 7) yang dengan keterbatasan volume kata, memahami atau setidak-tidaknya mengenal fungsi semantik struktural (KBBI; pendekatan pada semantik yang menekankan hubungan makna antara kata dan kelompok kata), karena hanya dengan begitu perlambangan yang diterakan pada kata dan kelompok kata akan bisa bersinergis dengan baik dalam upayanya memberi sinyal pesan pada penghayat. Salam lifespirit!

16


Daftar Isi

17


PENGANTAR - PUISI 2,7 SEBUAH PERKENALAN Oleh: Imron Tohari 4 - DAFTAR ISI 17 ESAI PILIHAN - “SAAT PUISI BINTANG KARTIKA DICUMBUI FAHMI MCSALEM” 22 - PUISI-PUISI AIYU NARA, “BUKAN KIDUNG BIASA” 25 - MENDEKATI “SAJAK PISAU” RINDAWATI SUDARYONO 31 - MEMAKNAI MATARINDU PENYAIR 33 - SEKEDAR MAMPIR dan MEMAKNAI 38 - MENGEJA SEHELAI DAUN DI UJUNG HUJAN KARYA RASCA MUHAMMAD 50 - Membaca Selembar Daun di Ujung Hujan 53 - Menyelam Di Kedalaman Puisi SUNYARURI (Bagi Qiu Blangkon) 56 - MELIRIK SEKILAS PUISI ‘JARAN KEPANG’ KARYA TJOE MELEK 58 - MENJARING MAKNA PUISI “KONTRAKSI” KARYA DIMAS ARIKA MIHARDJA 60 - ANAK TANGGA MENGENAL ALLOH 62 - Quantum Alif Laam Miim 64 - TENTANG BERASMARA 66 - LUNGLAI, DISENGGOL TIANG PENYAIR NANI 69 - MENGENAL LEBIH JAUH DUA PUISI KETERASINGAN KARYA BINTANG KARTIKA 72 - KETIKA ‘KERTAS GAMBARKU’ Mencatat Renungan. 75 - INTROSPEKSI: ADAKAH YANG SALAH? 77 - KAUSALITAS JUDUL PADA TENGKU DAN LAUTNYA ADRI SANDRA 80 - KORESPONDENSI ANTAR LARIK DALAM IMAJI “JUM’AT WAGE”-nya DEDET SETIADI. 83 - MENGEJA PUISI “CINTA TERAKHIR” Karya Aishaa Nazwa 89 - Setiap Hamba Akan Mencari Tuhannya - Puisi Irwan Prabowo 90 - MAKAN (MAKNA) ‘BUM’ PADA PUISI 2,7 92 - WARKAH CINTA SEHARUM AKAR DANI BUAT NANDA RAI 107 - ‘KISAH SANG MARTIR’ 110 - SANDIWARA HUJAN DI PANGGUNG PUISI 2,7 113 PUISI KOLABORASI KELUARGA BESAR GRUP PUISI 2,7 - SURAT BUAT KEKASIH

118

18


KUMPULAN PUISI 2KOMA7 - ABAH ZOER

139

-

141 143 144 145 147 149 151 152 154 156 158 160 162 163 165 167 169 171 172 175 177 179 181 182 184 186 188 190 192 194 196 198 200 202 204 206 208 210 212 214 216 218

ADY HARBOY ABDUL MALIK ADE UBAIDIL ADI ROSADI AGUS SUTANTO AGUSTAV TRIONO AISHAA NAZWA AIYU NARA ANDHYKA TYAS NUGRAHA ANDRI NOFANNNDY ASSYIFA JINGGA AYATI FA Betty ‘BeLia’ Sby BINTANG KARTIKA BUNG JUPRI CUENK DEROCK DALADI AHMAD DARAJTUL ULA DAYATH ARCHERY DEBU KARANG DENY LHO FABREGAS DIAN AMBARWATI DILLA/GEMBEL AHMAD ENI MEINAR GITO ENKA ARNASAI EUIS HERNI ISMAIL FAHMI MCSALEM GITO TIAS HARDIYONO SULANG HAYAT ABI CIKAL HUMAEDI IDA AKMAL ILHAM PUJANGGA IQRAM KATUNGAU JANUS A. SATYA JAY WIJAYANTI KANG DAHAN KANG RAMDAN LIN HANA FAM879M MOH. GHUFRON CHOLID MUHAMMAD JAHIDIN MUHAMMAD LEFAND 19


-

NAJIBUL MAHBUB NANO TRESNA ARFANA Nh Su NOOR AISYA

220 221 223 225

-

NOVY NOORHAYATI SYAHFIDA NUNIK TYAS PANGESTOO ARIF SURNADY PHAKDE AMANZ SONTOLOYO QASEH SOLEHAH QIU BLANGKON RAHAYU WILUJENG RAHMATSYAH RASCA MUHAMMAD RATNA DEWI BARRIE RETNO HANDOKOKO RIFQIEL ‘ASYIQ RIKOTMIL HASINDI RITA INDRAWATI RIYANTO /RIYAN EL JAMEEL RIZI GEN RUSDIANA HORMANSYAH SITI MAHMUDAH SYAAM SOKIP CILIK SONNY H. SAYANGBATI SUMASNO HADI (MASNO SUMASNO) SYARIFUDDIN ARIFIN TATA DANAMIHARDJA TUROB AL AQDAM VIRGINIA CHANTIQA WAHYUDI YUDI (WYAZ IBN SINENTANG) WERDYS KALBARI YETTII ROSANDIE TO’IM YUSMARNI YUSTI APRILINA

227 229 231 232 234 236 238 240 242 244 246 248 250 251 252 254 256 258 259 261 263 265 266 267 269 271 273 275 277 279

PENUTUP - MERAYAKAN KEMERDEKAAN EKSPRESI 282 - SEPULUH SURAT BUAT KEKASIH DI ANTARA SERATUS LEBIH SURAT; CATATAN SEJARAH PUISI 2,7 288 - BIOGRAFI SINGKAT KELUARGA BESAR PUISI 2,7 291

20


BAGIAN II ESAI PILIHAN KURATOR

21


1. “SAAT PUISI BINTANG KARTIKA DICUMBUI FAHMI MCSALEM� Ibn 'Arabi di mata nizam terlihat tuhan makrifat rububiyyah (Bintang Kartika, mac, 2013) Oleh: Fami Mcsalem Bagi saya menarik sekali, ketika Bintang Kartika menulis kembali puisi 2,7 bernuansa sufisme; kali ini terasa lebih pelik untuk saya urai, namun demikian saya merasa sedikit lebih tertantang untuk menyelaminya lebih dalam. Dari tajuknya: "Ibn 'Arabi" saya merasa yang dimaksud si penulis adalah: Muhiddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Hatimi at-Ta'i (28 Juli 1165-16 November 1240) atau lebih dikenal sebagai Ibnu Arabi yakni seorang sufi terkenal dalam perkembangan tasawuf di dunia Islam. Ibnu Arabi dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1165 di Al-Andalus, Spanyol. Pada usianya yang ke 8, bersama keluarganya, ia pindah ke Sevilla. Pada tahun 1198, ia pergi ke Fez, Maroko. Tokoh Sufi kenamaan asal Andalusia, Spanyol ini merupakan salah satu dari beberapa nama tokoh sufi yang ajarannya dianut banyak golongan namun juga tidak terlepas dari kontrofersi-kontrofersi. Bagaimana penulis ini mengaitkan antara tokoh sufi kenamaan ini dengan isi puisi-nya? === Di bait pertama: "dari mata nizam terlihat tuhan" "Dari mata"; mengapa mata? Saya rasa kerana bagian indra penglihatan ini disebut juga sebagai jendela jiwa, di mana 'jiwa' adalah unsur dari diri seorang manusia yang bersifat terlepas dari ke-duniawi-an, murni, serta bagian yang kelak bertemu dengan Sang Khalik manakala telah meninggalkan kehidupan dunia yang fana ini. "Mata" juga disebut sebagai cermin hati seseorang, dimana hati merupakan 'segumpal darah' yang menentukan baik atau burukknya seseorang; di situ juga merupakan tempat bersemayamnya cinta, rindu, segala perasaan serta berbagai hal yang tidak terlihat pada diri seseorang. Dengan demikian, mata juga merupakan media penghubung yang dapat diselami untuk mencapai tingkat kecintaan, 22


kecintaan, kemurnian, ketulusan yang terdalam kepada Dzat Yang Maha Sempurna. Kemudian setelah itu si penulis menghadirkan satu nama, yaitu sesosok "nizam"; siapa nizam? perempuan-kah, lelaki-kah? Setahu saya nizam di sini ialah sesosok perempuan cantik, yang merupakan anak dari Abu Syuja' guru dari Ibn 'Arabi. Sang sufi kemudian menulis kitab "Tarjumanul Asywaq" di dalam kitab ini beliau menuangkan rasa kecintaan sang hamba kepada Tuhannya dengan analogi sesosok perempuan dan sifat-sifat feminisme Tuhan. Dari buku ini pula kemudian menuai protes dan kontrofersi dari ulama lain, di Damaskus pada saat itu, karena dianggap menodai kemurnian kecintaan kepada Tuhan dengan unsur 'sensualitas'; kemudian Ibn 'Arabi membuat syarth untuk menjelaskan maksud dari kitab tersebut, yakni Ad Dakhair wal A'laq. Kemudian kalimat selanjutnya dalam larik pertama puisi ini: "terlihat tuhan", apa maksudnya? Apakah kita manusia bisa melihat Tuhan? Begitulah kurang lebih pertanyaan yang akan muncul. Kata "terlihat" berasal dari kata kerja "lihat", yakni penangkapan obyek visual dengan menggunakan indera pengelihatan yaitu mata. Bagaimana dengan kalimat "terlihat tuhan"? Dalam ajaran tashawuf Ibn 'Arabi dikenal dengan Wahdatul Wujud kalau dalam bahasa Jawa dikenal dengan Manunggaling Kawula Gusti. Di alam semesta ini tidak ada yang Wujud kecuali hanya Tuhan. Segala yang tampak oleh mata merupakan sekedar pantulan dari perwujudan Tuhan. Mengapa sang sufi "menggunakan" sesosok nizam dalam kitabnya; menurut saya ini karena sang sufi hendak mengedepankan sifat feminisme Tuhan, yang dianggap kedudukannya di atas sifat maskulin dari penampakan Tuhan, yang terefleksi dari wujud manusia. === Larik selanjutnya berbunyi: "makrifat rububiyyah". Sederhananya "makrifat rububiyyah" adalah tentang ajaran sufi, dalam literatur sufiyah kemasghulan seseorang bercinta dengan Tuhannya dapat benar-benar mengahdirkan Sifat ketuhanan (Rububiyah) di hatinya. Apakah antara larik pertama dan ke dua, menciptakan ruang kontemplasi dalam hal penulisan puisi 2,7? Saya rasa iya, terlebih antar larik tersebut secara kontekstual akan menciptakan 'rongga' yang sangat besar, karena dari penjelasan larik pertama tadi akan melewati beberapa 'proses' menuju larik keduanya (ma'rifat rububiyyah). Secara umum dalam dunia tashawuf terdapat empat tingkatan (proses); syari'at, thariqat, hakikat dan kemudian makrifat; yang merupakan esensi dari ajaran tersebut. Maka dari puisi berjudul "Ibn 'Arabi" tersebut, mendorong kita tokoh sufi sekaligus dunia tashawuf. Serta mengisyaratkan untuk memupuk rasa cinta kita kepa23


tokoh sufi sekaligus dunia tashawuf. Serta mengisyaratkan untuk memupuk rasa cinta kita kepada Sang Khalik. Namun terlepas dari itu semua, menurut saya pribadi: seberapa pun keanggunan kharisma seorang sufi, seindah apa pun karya-karyanya, dan sehebat apa pun pengalaman spiritualnya; tidak ada yang lebih layak diimani dan diamini melebihi keanggunan akhlaq dan ajaran Rasulullah saw. Seberapa pun rasa cinta kita kepada tokoh-tokoh sufi semestinya tidak melebihi setitik pun terhadap kecintaan kita kepada Rasulullah saw, yang merupakan sebaik-baiknya suri tauladan dalam mencapai keridhoan dan kasih-sayang dari Allah swt. Bagaimana dengan penampakan Tuhan yang terpantul dari setiap perwujudan makhluk-Nya, seperti yang dijelaskan tadi? Kalau saya pribadi, lebih memilih untuk memaknainya secara umum saja, yakni: ketika kita mangagumi luasnya lautan kita menyadari bahwa Tuhan Maha Luas, di saat memandang tingginya langit kita menyadari bahwa Tuhan Maha Tinggi, tatkala terpukau besarnya gunung kita menyadari bahwa Tuhan Maha Besar. Begitu pun dalam hal penulisan puisi ini. Ketika kita mengagumi betapa cantik penulisnya ini, kita pun menyadari bahwa Tuhan itu Maha Cantik, Maha Indah dan Maha Anggun. Salam lifespirit!!! NB: apresiaisi puisi di atas disadur dari berbagai sumber. (dikutip dari grup Puisi 2,7 21/3/2013)

24


2. PUISI-PUISI AIYU NARA, “BUKAN KIDUNG BIASA” Catatan: Dimas Arika Mihardja ESTETIKA SEDERHANA, SEBUAH PERKENALAN Di grup puisi 2,7 saya menemu postingan Aiyu Nara, “Bukan Kidung Biasa” seperti ini: BUKAN KIDUNG BIASA mendaras lirih merdu menetes luh membentur haru AN 100713 Puisi ini diposing 10 Juli 2013, tentu saja bertepatan dengan awal ibadah puasa. Latar ibadaah puasa ini tentu saja meronai konteks puisi secara keseluruhan, sebab saat puisi dituliskan suasana ramadhan tentu turut meronai proses kreatif penciptaan puisi. APAKAH yang menarik dari puisi? Puisi selalu menawarkan daya tarik berupa tawaran dunia fantasi yang diolah berdasarkan letupan diksi dan imajinasi. Setiap puisi sudah barang tentu terdapat diksi, yakni pilihan kata yang dilakukan oleh penyair. Penyair yang sedang jadi lakon tulisan ini (Aiyu Nara) "setengah mati" mempertaruhkan diri dalam memilah dan memilih kata-kata yang secara tepat dapat mengabadikan pengalaman dan perasaannya ke dalam teks puisi. Kedua penyair ini selalu selektif dalam memilih kata. Seleksi yang ketat ini biasanya lalu terkait dengan dunia fantasi yang secara nyata hadir dari pilihan dan penggarapan imajinasi. Penyair menyeleksi kata yang secara fantastis menumbuhkan ruang imajinasi bagi para pembaca puisinya. Melaui diksi dan imaji inilah penyair mengajak para pembacanya memasuki dunia fantasi lewat puisi-puisi yang digubahnya. Penyair yang kreatif akan dapat menghasilkan wacana puisi yang khas, dan dengan demikian memiliki daya tarik tersendiri. Teks puisi di¬bentuk dan dicipta¬kan oleh penyair Aiyu Nara tampaknya berdasarkan de¬sakan emosional dan rasional. Puisi karya Aiyu Nara sejalan dengan wawasan Luxemburg, merupakan se¬buah ciptaan, se¬buah kreasi, dan bukan sebuah imi¬tasi. Oleh karena itu, wajar apa¬bila un¬sur-unsur pribadi penyair Aiyu Nara seperti pengetahuan, peristiwa penting yang dialami, visi, misi, dan konsepsinya meronai puisi yang dicipta¬kan. Secara fisik, teks puisi karya Aiyu Nara terungkap melalui pemaparan bahasa yang pe-nuh dengan simbol, bahasa kias, dan gaya bahasa lainnya. Peng¬gunaan simbol, bahasa kias, metafora, dan gaya bahasa oleh penyair Aiyu Nara dimaksudkan 25


untuk me¬madatkan dan mengefektifkan pengung¬kapan. Dengan pemakaian simbol (kidung), bahasa kias (bukan kidung biasa), metafora, dan gaya bahasa (seperti tampak pada dua larik puisinya) penyair Aiyu Nara mencipta¬kan puisi yang mengutamakan intensifikasi, korespondensi, dan musikalitas. Intensi¬fi¬kasi, korespondensi, dan musikalitas inilah yang tampil dominan dalam karya sastra berbentuk puisi dalam ini. Intensifikasi merupakan upaya penyair memperdalam intensitas penuturan dengan berbagai cara pemaparan bahasa. Korespon¬densi merupakan upaya penyair menjalin gagasan menjadi satu ke¬satuan. Musikalitas meru¬pakan upaya penyair mempermanis, mem¬perkuat, dan menonjolkan efek puitik kepada hasil kreasinya. Dengan intensifikasi, korespondensi, dan mu-sikalitas yang baik penyair Aiyu Nara mampu men¬ciptakan puisi yang secara fisik berbeda dengan prosa. Jika prosa lebih bersifat menerangjelaskan, maka puisi bersi¬fat memusat dalam perenungan. Puisi-puisi Aiyu Nara menunjukkan corak puisi yang menampilkan intensifikasi, korespondensi, dan musikalitas yang sederhana namun mampu menarik perhatian pembaca. Kita baca sekali lagi puisi Aiyu Nara: BUKAN KIDUNG BIASA mendaras lirih merdu menetes luh membentur haru AN 100713 Pembaca menghadapi estetika sederhana serupa menghadapi kaca (cermin). Menilik puisi ini, saya selaku pembaca seperti menghadapi kaca yang jernih, bening, dan terkadang berembun, dan buram (samar). Justru di situlah apa yang dikehendaki oleh estetika sederhana: lebih menyumbulkan pesan melalui kemasan bahasa yang beraneka dan memesona: “mendaras lirih rindu “– menampilkan kepekaan Aiyu Nara sebagai penyair yang memiliki kelembutyan dalam bertutur kata, lalu “menetes luh membentur haru—air mata menetes oleh sergapan keharuan. Hal yang pertama dan utama mendapatkan perhatian ialah konsep “estetika sederhana” (sederhana dalam tanda petik) sebuah puisi. Penampilan puisi dapat amat beragam, seperti halnya penampilan dan perilaku seseorang yang juga beragam. Ada seseorang yang berpenampilan perlente, cantik, modis, dan mengikuti trend masa kini lengkap dengan asesoris dan make up dan busana yang glamour. Sebaliknya,ada seseorang yang suka penampilan sederhana, tidak “neko-neko”, tidak banyak ulah, lembut tutur katanya, sopan, beradab, dan menjunjung tinggi norma-norma. Pertanyaan sederhana, apakah seseorang yang berpenampilan modis seperti ilustrasi pertama lebih bergaya dan lebih memukau jika dibanding seseorang yang berpenampilan sederhana? Apakah puisi harus modis dan mengikuti trend masa kini? Apakah di balik kesederhanaan puisi tidak ditemukan sesuatu yang istime26


istimewa? Saya yang sepakat dengan mazhab Jogja, yang lebih menampilkan estetika sederhana tentu lebih dapat menghayati puisi-puisi yang terkemas serupa cermin bening dan berembun. Terasa ada sesuatu pesona yang dapat ditangkap saat kita berkaca. Ya, selaku pembaca saya dapat menikmati kata kaca—apa yang terungkap melalui puisi-puisi Aiyu Nara dalam dokumen grup puisi 2,7. KOMUNIKASI PUITIK Dalam artikelnya yang terkenal, Linguistics and Poetics, Jacobson menerangkan bahwa ada enam fungsi bahasa yang berbeda, yang merupakan faktor-faktor pembentuk setiap jenis komunikasi verbal. “ADDRESSER (PENGIRIM) mengirimkan suatu MESSAGE (PESAN) kepada seseorang ADDRESEE ( ORANG YANG DIKIRIMI); Agar operatif, pesan tersebut memerlukan CONTEXT (KONTEKS), sehingga dipahami oleh yang dikirimi dan dapat diverbalisasikan; suatu CODE (KODE) secara penuh atau paling tidak sebagian, umum bagi pengirim dan yang dikirimi (atau dengan kata lain bagi pembuat kode dan pengarti kode); dan akhirnya, suatu CONTACT (KONTAK), suatu saluran fisik dan hubungan psikologis antara pengirim dan yang dikirimi, memungkinkan keduanya memasuki dan berada dalam komunikasi. Dalam hal ini Aiyu Nara melalui teks puisi yang ditulisnya melakukan komunikasi dengan para pembacanya. Dalam proses komunikasi ini tidak dinafikan fungsi bahasa sebagai medianya. Aneka fungsi bahasa ini dalam puisi-puisi karya Aiyu Narasebelumnya semata-mata dimaanfaatkan untuk menganatarkana ide, gagasan, pesan puitik yang menarik: tidak terlampau rumit namun asyik ditelisik. Perhatikan beberapa puisi Aiyu Nara berikut ini: PERJAMUAN MIMPI : Ella Hawatua singgahlah di mimpiku sepotong kejujuran kujamu untukmu AN 080713

JEDA satu tarikan dua hembusan panjang tanpa nada Formosa, 06072013 27


MENUNGGU KERETA DI SUDUT LAMPU MERAH SEBELUM BERUBAH HIJAU gelisah harap-harap cemas buka dompet cukupkah ongkos? Formosa 27062013

SOLITUDE MALAM memuja purnama, aku melupa matamu hadirkan katrina Formosa, 25062013

Finochiaro membedakan fungsi bahasa menjadi lima kelompok. Kelompok itu adalah sebagai berikut (1) fungsi personal, yakni merupakan fungsi bahasa untuk menyatakan diri, baik berupa pikiran maupun berupa perasaan; (2) fungsi interpersonal, yakni merupakan fungsi yang menyangkut hubungan antarpenutur atau antarpersona untuk menjalin hubungan sosial; (3) fungsi direktif, yakni merupakan fungsi bahasa untuk mengatur orang lain, menyuruh orang lain, memberikan saran untuk melakukan tindakan, atau meminta sesuatu; (4) fungsi referensial, yakni merupakan fungsi bahasa untuk menampilkan suatu referen dengan menggunakan lambang bahasa; dan (5) fungsi imajinatif, yakni merupakan fungsi bahasa untuk menciptakan sesuatu dengan berimajinasi. Apabila dikaji lebih lanjut, meskipun terdapat beragam pendapat dan klafisikasi fungsi bahasa dari para pakar, dapat dinyatakan bahwa bahasa dalam gubahan Aiyu Nara berfungsi mengkomunikasikan tiga hal, yakni pikiran, perasaan, dan sikap terhadap berbagai persoalan yang diusungnya. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa bahasa dalam kehidupan manusia memiliki fungsi simbolik, emotif, dan afektif. Dengan bahasa manusia hidup dalam dunia pengalaman nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Manusia mengatur pengalaman yang nyata ini dengan berorientasi pada dunia simbolik. Selain itu, manusia memberi arti bagi yang indah dalam hidup ini dengan bahasa. Dari sanalah tercipta karya yang mengungkapkan nilai-nilai estetik, antara lain berupa puisi. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa dengan bahasa manusia dapat mengungkapkan pikirannya, mengekspresikan perasaannya, dan menyatakan sikapnya. Puisi-puisi sederhana karya Aiyu Nara yang bertumpu pada estetika sederhana yang komunikatif namun tak meninggalkan kesan puitik ialah puisi-puisi berikut ini.

28


SYAHDU memikirkanMU dalam di rindu yang paling embun AN 310513 BISIKAN SUARA BENING sebuah ketukan di jendela lirih hatiku luluh AN, Juni 2013 SABDA SEMESTA rumput-rumput bergoyang merunduk indahnya tersesat di jalanMU AN, Juni 2013 Puisi yang menjunjung estetika sederhana, seperti juga seseorang yang berperilaku sederhana, meliliki nilainya tersendiri. Sosok wanita yang berpenampilan sederhana, tanpa make up misalnya, dari perspektif tertentu memiliki keindahannya tersendiri. Demikian juga puisi yang ditulis dengan estetika sederhana memiliki nilai tersendiri. Tema-tema puisi Aiyu Nara seperti itu diekspresikan melalui berbagai macam fungsi bahasa seperti fungsi personal, yakni merupakan fungsi bahasa untuk menyatakan diri, baik berupa pikiran maupun berupa perasaan, misalnya, dapat kita lacak dan simak melalui tema cinta dan rindu; fungsi interpersonal, yakni merupakan fungsi yang menyangkut hubungan antarpenutur atau antarpersona untuk menjalin hubungan sosial, misalnya melalui tema kepada perempuan dan kepada sahabat; fungsi direktif, yakni merupakan fungsi bahasa untuk mengatur orang lain, menyuruh orang lain, memberikan saran untuk melakukan tindakan, atau meminta sesuatu, misalnya dapat dibaca melalui tema kepada negeri; fungsi referensial, yakni merupakan fungsi bahasa untuk menampilkan suatu referen dengan menggunakan lambang bahasa, misalnya dapat dilacak melalui tema kepada kisah, kepada alam, dan kepada Tuhan; dan fungsi imajinatif, yakni merupakan fungsi bahasa untuk menciptakan sesuatu dengan berimajinasi, yang dapat kita lacak di setiap puisi karya Aiyu Nara. PENUTUP Tema apapun yang diungkapkan oleh penyair menjadi menarik bergantung bagaimana penyair mengemasnya ke dalam teks puisi. Pengemasan teks puisi Aiyu Nara lebih berpenampilan sederhana dalam hal pengÂŹgunaan simbol, bahasa kias, metafora, dan gaya bahasa. Dengan pemakaian simbol, bahasa kias, metafora, dan gaya 29


bahasa. Dengan pemakaian simbol, bahasa kias, metafora, dan gaya bahasa penyair Aiyu Nara mencipta¬kan puisi yang secara sederhana menampilkan intensifikasi, korespondensi, dan musikalitas. Puisi-puisi karya Aiyu Nara menampilkan intensifikasi, korespondensi, dan musikalitas yang relatif mudah dicerna oleh pembaca. Artinya, pembaca dapat menyerap, merasakan, menikmati irama puisi-puisi karya Aiyu Nara. Itu bermakna proses komunikasi teks puisi telah terjadi. Menyimak puisi-puisi yang termuat di dalam buku ini, setidaknya niat penyair Aiyu Nara untuk “menggaet” atau ingin mengajak sebanyak mungkin pembaca dapat terpenuhi. Tujuan memperluas daya jelajah puisi ke tengah-tengah masyarakat pembaca yang luas dapat tercapai dengan puisi yang digubah dengan “estetika sederhana”. Dalam “estetika sederhana” ini, penyair tidak sekadar mengemas gagasannya secara lugas, melainkan juga memanfaatkan sarana bahasa kias. Dalam “estetika sederhana” ini penyair Aiyu Nara ingin mengajak setiap pembaca puisinya merasa “intim” dengan puisi-puisinya. Puisi yang dapat diintimi oleh pembaca adalah juga menunjukkan bahwa puisi itu komunikatif. Demikianlah, seorang Aiyu Nara telah menyediakan teks-teks puisi dengan estetika sederhana dan mengajak kita berkomunikasi menangkap lanskap kehidupan yang didedahkan. Komunikasi batiniah yang ditopang spiritualitas menghadapi hidup dan kehidupan niscaya akan banyak mendatangkan manfaat. Selamat membaca dan menggali hikmah positif yang terdedah melalui komunikasi puitik puisi-puisi karya Aiyu Nara. Saat kita menyelam dan menyelami kedalaman maknanya, percayalah,kita akan tercerahkan oleh estetika sederhana yang dipilih penyairnya. Dapat dinyatakan bahwa puisi-puisi Aiyu Nara, "bukan kidung biasa". Jambi, 10 juli 2013 REFERENSI Finochiaro ("Pasemon" dalam Wacana Puisi Indonesia, Disertasi Sudaryono Universitas Negeri Malang, 2002) Diterbitkaan Kelompok Studi Penulisan tahun 2003 Jakobson, Linguistics and Poetic (dalam "Pasemon" dalam Waacana Piisi Indonesia, Disertasi Sudaryono, Universitas Negeri Malang, 2002) diterbitkan Kelompok Studi Penulisan 2003.

30


3. MENDEKATI “SAJAK PISAU” RINDAWATI SUDARYONO Oleh: Dimas Arika Mihardja Rindawati Sudaryono di grup Puisi 2,7 menulis: SAJAK PISAU kuasah dan kuasuh pisau kubasuh, segala peluh! 2013 Puisi ini dapat didedahkan dari berbagai sisi: dasar ekspresinya, teknik ekspresinya, bahasa ekspresinya (bunyi dan aspek puiriknya, diksi, citraan, kias, sarana retorik, dan maknanya). Aneka sisi puisi ini secara keseluruhan menampilkan hakikat ekspresi puitik, yang jika ditilik dari pendekatannya dapat dipandang dari sisi (1) sebagai sosok pribadi atau ekspresi penyairnya, (2) sebagai dunia dalam kata, (3) sebagai penciptaan kembali atau refleksi dari kenyataan, dan (4) sebagai sesuatu yang dikehendaki untuk mencapai efek tertentu dalam diri audiens.Puisi sebagai sosok pribadi penyair atau ekspresi personal berarti puisi merupakan luapan perasaan atau sebagai produk imajinasi penyair yang beroperasi pada persepsi-persepsinya. Dapat dikatakan, aspek yang bersifat emosional lebih mengemuka dibanding aspek intelektual. Dalam konteks ini kita lantas mengerti bahwa puisi cenderung merupakan bahasa perasaan. Bahasa puisi sebagaai sosok pribadi penyair lebih difungsikan untuk menggambarkan, membentuk, mengekspresikan gagasan, perasaan, pandangan, dan sikap penyair. Rindawati memberi tajuk puisinya “Sajak Pisau”. Diksi ‘pisau” di sini tentu saja termasuk sebagai lambang. Setiap lambang memiliki acuannya. Pisau dapat dimaknai dari sisi fungsinya: memotong, mengiris, mencacah, membedah, menusuk, dan seterusnya. Pisau hadir sebagai benda yang bermakna bagi kehidupan manusia, tetaapi dengan pisau ternyata dapat juga difungsikan untuk mengiris nadi dan sebagai piranti bunuh diri. Tentu saja, ‘pisau’ dalam puisi ini tidak berkonotasi negatif, melainkan berdimensi positif. Pada larik pertama, Rindawati menulis “kuasah dan kuasuh pisau”. Kata kuasah dan kuasuh dalam larik pertama ini lalu mengingatkan filosofi hidup yang dianut oleh Rindawati Sudaryono yang bersama-sama saya (DAM) memproklamirkan pentingnya prinsip Asah-Asih-Asuh sebagai motto melaksanakan tugas menjaga grup BPSM dan Grup Puisi 2,7. Mungkin dalam benak rindawati terpikir pentingnya mengasah dan mengasuh kreativitas. Kreativitas itu dianalogikan dengan pisau yang perlu diasah dan diasuh (dipelihara, dijaga untuk hal-hal mulia). Puisi yang ditulisnya ini menunjukkan kepada akita selaku pembaca, dengan bahasa yang pekat dan padat yang secara sinergis membangun ekspresi yang intensif dan terkonsentrasi. Artinya, tiap kata, tiap frase (kelompok kata), bahkan tiap bunyi dan pengaturaan barisnya pun memiliki kepentingan yang mutlak untuk ekspresi. Kita cermati betapa telitinya Rindawati memilah dan memilih kata-kata yang mengandung bunyi pada kata: kuasah dan 31


kuasuh pisau/kubasuh, segala peluh! Dominasi bunyi desah yang meluncur dari perangkat alat ucap homorgan (persamaan bunyi ‘ah’ dan ‘uh’) terasa menyentuh dawai-dawai hati pembaca hingga membuatnya tersentuh. Dalam batas tertentu, kesadaran dalam diri penyair untuk memilah dan memilih bunyi, kata, kelompok kata dalam gtautan pekat dan padat menunjukkan kadar konsentrasinya. Konsentrasi atau konsentris inilah antara lain yang menjadi persyaratan puisi yang baik. Puisi yang baik selain intensif juga konsentris, memusat pada hal yang dipersepsikannya. Dalam hal ini konsentrasi Rindawati pada simbol “pisau” yang perlu diasah dan diasuh (dijaga, dirawat, dipelihara) ketajamannya. Secara metaforis, Rindawati dalam konteks ini juga ingin mengatakan, “akan kuasah dan kuasuh daya kreativitasku untuk menghasilkan puisi yang memuisi, dan tak sekadar berpuisi”. Puisi sebagai dunia otonom (mandiri) berarti puisi merupakaan suatu objek yang mencukupi dirinya sendiri sebagai sebuah dunia dalam kata. Inilah sebabnya ada yang mengatakan bahwa puisi itu ialah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik pula. Ini berarti, di dalam puisi terdapat koherensi internal yang lebih menonjolkan fungsi bahasa puitik, yakni fungsi yang menggambarkan makna seperti yang terdapat dalam lambang kebahasaan itu sendiri. Dengan tajuk “Sajak Pisau” Rindawati membangun dunia puitik dengan lambang, baik lambang bunyi, lambang kata, maupuin lambang ‘dunia yang mungkin” dapat diartikan. Jika sajak pisau ini dikaitkan dengan kinerja pada grup puisi (dan Rindawati duduk sebagai pengurusnya) maka pada intinya ia hanya ingin mengatakan prinsip saling asah-asih-asuh.Puisi sebagai refleksi realitas berarti bahwa apuisi itu berhubungan dengan kenyataan. Puisi merupakan imitasi, refleksi, atau representasi dunia dan kehidupan manusia. Dalam hubungan ini, fungsi bahasa yang menonjopl di dalamnya adalah yang bersifat referensial. Fungsi referensial ini untuk menggambarkan objek, peristiwa, benda, atau realitas tertentu sejalan dengan gagasan, perasaan, pandangan, atau sikap yang akan disampaikan. Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa puisi merupakan sesuatu yang disusun untuk mencapai efek tertentu pada audisens. Untuk itru, fungsi bahasa yang ditonjolkan lebih bersifaat konatif, yakni fungsi untuk menimbulkan efek, himbauan, atau dorongan tertentu pada diri pembacanya. Dalam konteks ini puisi Rindawati beretajuk “Sajak Pisau” menyediakan ruang renung, ruang refleksi yang cukup luas bagi para pembacanya. Dengan uraian sederhana ini kita mulai memiliki pemahaman, bagaimana memahami sajak Rindawati Sudaryono dari sisi (1) sebagai sosok pribadi atau ekspresi penyairnya, (2) sebagai dunia dalam kata, (3) sebagai penciptaan kembali atau refleksi dari kenyataan, dan (4) sebagai sesuatu yang dikehendaki untuk mencapai efek tertentu dalam diri audiens.Apa yang saya tulis ini barulah sebagai panduan atau rambu-rambu mendekati puisi secara objektif. Terus terang, saya tidak cukup waktu untuk menulis dan menelisik puisi Rindawati Sudaryono. Selain itu, saya berupaya menghindari istilah “jeruk makan jeruk”, sebagai istri (belahan hati) saya pribadi sungguh mengerti bagaimana subjektifnya jika puisinya saya dedahkan. Saya lebih memilih jalan aman, yakni hanya menunjukkan jalan bagaimana mendekati puisi agar apresiasi terhadapnya semakin luas persepsinya. 32


4. MEMAKNAI MATARINDU PENYAIR Oleh Moh.Ghufron Cholid PEMBUKAAN Puisi selalumenjadi hal yang menarik untuk dikaji dan ditelisik. Puisi selalu menjadisahabat terdekat dalam meraungkan risalah hati. Mengapa harus puisi yangditulis untuk mengabadikan harapan, pandangan, pengalaman dan semacamnya,barangkali karena puisi bisa menyapa tiap sisi kehidupan. Berbicarapuisi, saya pun terkenang dengan Hamid Jabbar, penyair yang menghembuskan nafasterakhir di atas panggung, kesetiaannya pada puisi hingga setianya hidupmenutup mata. Paling tidak, Hamid Jabbar menjadi salah satu contoh dari beragamcontoh betapa puisi sangat memikat mata hati. Kita tinggalkansejenak cerita tentang penyair legendaris Hamid Jabbar, lalu kita memasukisebuah rumah karya yang bernama Dua Koma Tujuh, sebuah rumah puisi yangdiperkenalkan oleh Mas Imron Tohari di sebuah jejaring social bernama FB. Group yangsangat menarik, yang paling sering melahirkan puisi, puisi telah menjadirumput-rumput yang semakin rimbun, menjadi pohon-pohon yang semakin rindangdaunannya. Banyak bertebaran puisi, yang ditebarkan oleh penghuni rumah ini. Beragam pandangandipaparkan, beragam harapan disajikan yang kesemuanya hanya ingin menunjukkanbetapa puisi sangat tumbuh subur dan sangat diminati. Saya pun sangat betahberkunjung dan berlama-lama singgah di rumah bernama Dua Koma Tujuh yangdiperkenalkan oleh Mas Imron Tohari dan dirawatnya rumah tersebut bersamarekan-rekannya dengan penuh semangat karya dan semangat kekeluargaan. Mengenai lebihdetail pengenalan rumah puisi Dua Koma Tujuh bisa dibaca langsung di dokumengroup. Namun saya tak hanya ingin berbicara tentang rumah tersebut, saya jugaingin membahas beberapa puisi yang selaksa bunga rekah yang bermekaran dipekarangan rumah. Saya punberniat membahas beberapa puisi bertema rindu yang ditulis oleh beberapapenyair yang menghuni rumah Dua Koma Tujuh, mengapa harus mengambil tema yangsama dan judul yang sama? Barangkali karena kesamaan adalah suatu hal yangsunnatullah, namun seberapa besar penyair menyajikan tema dan judul yangpastinya akan berbeda cara penyajiannya. Menulis puisi bisa diibaratkan memasak.Bumbu boleh sama, menu masakan boleh sama namun lain yangmemasak, lain pula rasa yang akan diterima oleh penikmatnya 33


1. Rindu karya Fahmi Mcsalem 2. Rindu karya Yusti Aprilina 3. Rindu karya Dian Ambarwati. MEMASUKI PEMBAHASAN Penyair Rindu,ya bagaimana kalau penyair dilanda rindu apa yang akan dilakukannya? Berdiam diriataukah akan ditulis kisahnya dalam puisi. Hal ini yang ingin saya ketahui,oleh sebab itu, saya mengumpulkan puisi rindu yang ditulis oleh ketiga penyair. Tema dan judulboleh sama, lalu apakah diksi yang disajikan akan sama, untuk mengetahuinya, takada salahnya kalau kita membaca puisi rindu berikut ini; RINDU Menggelegar magma di relung batin Wajahmu tumpah 2013 Fahmi Mcsalem, mewakilkan segenap perasaan rindunya dalam puisi yang hanyatersaji dalam dua larik pada satu bait puisinya. Ia mengerahkan segala pikiran,tenaga dan segala upaya, agar rindu yang begitu magma tak hanya dirasakannyaseorang diri. Pada baris pertama ia menulis, Menggelegar magma di relung batin,betapa rindu yang menggelegar seperti magma di relung batinnya. Betaparindu, telah mengusik ketenangannya. Betapa rindu sangat bertahta dalamhidupnya. Ia menambahkan daya pada katanyadengan menambahkan imbuhan me-ng, kata-kata bertenaga yang diharapkanmampu memberikan kesan, bahwa rindu yang mendera tak sekedar main-main. Bahwa rinduyang menyapa mampu menimbulkan goncangan yang begitu dahsyat bagi batinpenyair. Menggelegar magma di relung batinyang ditulis pada baris pertama adalah pemilihan diksi untuk menimbulkan dayarenung, agar kita sebagai pembaca bisa ikut dalam rindu yang dialamipenyairnya. Penyair sengaja tak melanjutkan perasaan yang ia alami, agar kitaselaku pembaca bisa menebak-nebak, apakah yang akan terjadi saat rindu menjadigelegar magma di relung batin. Setelah kita puas, menebak-nebakkelanjutan diksinya berdasarkan versi kita selaku pembaca atau penikmat, makasecara tegas, penyair melanjutkan magma rindu dalam relung batinnya, ia punmenulis Wajahmu tumpah. Jika mengacu pada ‘mu’ maka kitaselaku pembaca bisa menduga bahwa yang dimaksud ‘mu’ dalam puisi ini adalah seseorangyang sangat berarti dalam hidupnya. Bisa 34


ibu, bisa ayah, bisa kakak, bisa adik,bisa guru atau pun kekasih. Hal ini menjadi semakin jelas, setelah membaca kata‘tumpah’. Yang bisa ditatap dengan jelashanyalah orang-orang terdekat yang masih makhluk ciptaan, karena tidak mungkinciptaan bisa melihat wajah pencipta. Karena wajah pencipta takkan pernah mampudiindra oleh pencipta. Kalau pun mau dipaksakan bisa diindra, hanya seolah-olahbisa disaksikan seperti konsep ihsan yang ada dalam hadits Arba’ien Nawawi. Rindu yang dialami penyair dalampuisi ini bisa dinamakan rindu yang bersifat duniawi yakni rindu pada segalahal ciptaan Tuhan yang begitu memikat batinnya. Rindu yang dialami penyair dalampuisi ini, masih belum tegas, apakah kerinduan yang dialami menimbulkan rasakecewa. Ia hanya menyajikan dengan datar, wajahmu tumpah, tak kesan kesedihandan kebahagiaan yang ingin ia tampakkan dengan begitu menonjol, hanya sebatasmengabarkan, bahwa wajahnya masih lekat dalam ingatan. Marilah kita berpindah pada rinduyang disajikan oleh Yusti Aprilina, saya kutippuisinya secara utuh; RINDU bertengger di ranting ingatan terjatuh melukai sukma 2013 Yusti Aprilina menghadirkan puisinya dalam satubait berpola dua koma tujuh , lalu kita kaji bagaimana seorang Yusti Aprilina memaknai rindu yang menyapajiwanya. Pada baris pertama ia menulis, bertengger di ranting ingatan, apa yangbertengger? Bukankah yang biasa bertengger adalah burung. Dalam puisi,kita mengenal diksi (pilihan kata), di sinilah kepekaan penyair dipertaruhkan. Iabegitu piawai mengawinkan bertengger dengan ranting ingatan, karena yangdimaksud bertengger dalam puisi ini bukan burung melainkan rindu maka rantingingatan bisa kita maknai kenangan masa lalu yang masih lekat dalam ingatan. Jika kitateruskan mengkaji puisi ini pada baris kedua maka akan kita temukan betapategas penyair memandang rindu, di baris kedua ia tulis¸ terjatuh melukaisukma. Rindu memangserupa mata pisau, bisa bermanfaat namun bisa juga sangat membahayakan jiwabila salah memakainya. Begitu pula rindu yang dialami oleh penyair, betaparindu sangat pekat. Tak ada yang ia temukan dalam rindu. Rindu hanya memberinyaluka. Rindu hanya memberinya pengalaman pahit. 35


Penyair inginberbagi rasa pada kita, betapa manusia juga memiliki sisi yang sangat rapuhbila berhadapan dengan rindu. Betapa ketegaran manusia begitu jelas teruji saatia berpapasan dengan yang namanya rindu. Rindu dalampuisi ini bisa dimaknai pengalaman pahit. Pengalaman yang sangat mengiris hati.Mengapa harus dinamai rindu, bukankah rindu itu sangat indah. Bukankah rinduselalu membuat orang bahagia, karena ada moment indah yang tak ingin dihapuswaktu. Tapi apapun itu, penyair telah mengambil keputusan dan telah memaknairindu dalam puisinya maka kita sebagai pembaca harus bijak menyikapinya, karenatiap orang memiliki pandangan-pandangan yang tak mungkin sama, kalau pun adakesamaan pasti ada yang membedakanseperti puisi-puisi yang disajikan oleh para penyair, tema dan judul sama namundiksinya berbeda. Lalu bagaimanaseorang Dian Ambarwati memaknai rindu dalam puisinya, marilah kita simak pandangannya, RINDU Tak terasa menggantung air mata Padamu: putriku PC, 11072013 Rindu bisa ditujukan pada siapasaja, Tuhan ataupun orang-orang terdekat kita, namun Dian Ambarwati menjatuhkanpilihan rindu pada putrinya. Mengapa rindu ia tujukan padaputrinya? Barangkali karena ia seorang ibu. Seorang yang penuh cinta, yangtelah mengizinkan janin bertapa dalam rahimnya selama Sembilan bulan lamanya. Seorangyang telah berjuang mati-matian untuk mengantarkan buah hatinya untuk pertamakalinya menatap dunia (baca betapa sakitnya melahirkan). Karena buah hati adalah pelitabagi keluarga yang dilanda gulita. Karena buah hati perekat bagi keluarga yang hamperretak. Karena buah hati adalah sosok yang paling dekat dengan ibu. Pada bait pertama ia menulis Takterasa menggantung air mata , betapa kerinduan begitu dekat dan begitubertahta di hati seorang ibu kepada buah hatinya. Betapa cinta seorang ibumelebihi apa pun yang berharga di dunia ini. Betapa keinginan seorang ibu,menatap buah hatinya bahagia, adalah hal yang paling diminati. Betapa kecemasan seorang ibu saatberpisah dengan putrinya adalah kecemasan 36


yang tak bisa ditemukan lawantandingnya maka ketika rindu begitu anggun mendera tak terasa airmata jatuh. Di baris kedua ia menulis,Padamu: putriku. Kecintaan ibu pada putrinya adalah kecintaan ibu yang melebihinyawanya. Betapa daun-daun usia seorang ibu gugur akan tak terasa saatmenyaksikan anaknya bahagia. Betapa perpisahan seorang ibudengan putri kesayangannya adalah perpisahan yang penuh airmata, Perpisahan yangtak henti meminta ketabahan, maka kerinduan pada kenangan masa lalu, saat-saatkebersamaan masih menyapa adalah surga yang tak bisa dilupakan. PENUTUP Betapa menariknya membaca puisi,mengetahui wajah rindu yang ditulis para penyair dalam puisinya. Betapa tiap penyair memiliki diksi yang berbeda dalammenyampaikan rindu. Betapa kesamaan tema dan judul, tak membuat penyairmemiliki diksi yang sama persis karena setiap penyair memiliki rasa yangberbeda yang kelak menunjukkan ciri khasnya. Betapa rinduserupa dua mata pisau yang kadang membuat kita bahagia, kadang pula membuatkita terluka. Betapa dengan rindu, ketegaran dan kerapuhan seseorang begitujelas terasa. Betapa rinduseorang ibu pada buah hati adalah rindu yang bertabur airmata. Rindu yangselalu meminta ketabahan. Betapa seorang ibu, tidak bisa dipisahkan dengan buahhati karena perpisahan bermakna airmata. Betapa kita (sebagaipembaca)dituntut lebih arif dan bijaksana dalam menafsirkan rindu yang dialamioleh pengkarya sebab pengkarya juga manusia yang memiliki kerapuhan dalammemaknai rindu. Maka tak salah jika ada pepatah manusia tempat salah danlupa. Namun darisinilah kita dituntut untuk lebih bijaksana dalam menempatkan rindu, sehinggarindu tak hanya memberikan airmata melainkan juga memberikan kebahagiaan. Kamar Cinta, 23 Juli 2013/14 Ramadhan 1434 H Daftar Pustaka http://www.opoae.com/2013/04/betapa-sakitnya-proses-melahirkan-bayi.html http://bahasa.kompasiana.com/2010/10/09/diksi-diksi-dalam-puisi-284254. html

37


5. Sekadar Mampir dan Memaknai Oleh Muhammad Rois Rinaldi Salam Pembuka Takkan ada habisnya bicara tentang puisi, dari zaman ke zaman puisi hadir melengkapi tatanan kehidupan masyarakat tidak hanya di Indonesia, karena puisi hadir di seluruh belahan dunia. Perkembangan bentuk puisi pun mengalami dinamikanya sebagaimana dikamika kehidupan masyarakat itu sendiri. Maka dapat diambil satu benang merah, bahwa puisi adalah bagian dari masyarakat dunia, tapi ia bukan mahluk hidup melainkan teks yang hidup. Pada kesempatan ini, adalah puisi pendek yang ingin saya sorot untuk menemukan maknanya. Sebelumnya saya ingin menyikapi wacana yang belakangan kerap dijumpai, bahwa puisi pendek adalah gambaran kejenuhan atau kemampatan ide seorang penyair. Wal hasil, tak sedikit para pemula yang membuat puisi pendek dengan segala kelangenannya, membuat puisi-puisi ‘iseng’. ‘garing’, ‘mati’, dan sebagainya. Tentu saja ini termasuk penyakit dalam proses kekaryaan, karena jika seseorang berjalan dari pangkal yang salah maka salahlah arah yang dituju. Teks sastra tidak dapat digarap semena-mena. Terlebih puisi pendek, membutuhkan intensitas tinggi, kejelian yang akurat dan cukup pengendapan demi mencapai nilai estetika memukau dan kontemplasi yang menikam ulu baca. Untuk memudahkan pembaca mengenai kekuatan puisi pendek, dapat dianalogikan pada pembunuh. Jika puisi panjang adalah puisi yang membunuh pembaca dengan cara perlahan-lahan hingga pada tikaman terakhir pembaca akan mati terkapar. Puisi pendek adalah pembunuhan yang bisa membuat pembaca seketika ‘mampus’. Dalam artian, saat membaca puisi pendek, pembaca akan menghadapi makna yang benar-benar dalam dan menenggelamkan. Salah satu contoh puisi pendek yang pernah ditulis oleh penyair negeri ini adalah “Luka” karya Sutardji Calzoum Bachri. Puisi tersebut sama sekali tidak menampilkan kalimat utuh bahkan tidak menampilkan kata, lantas? Hanya ada “ha ha” lalu selesai. Jika dikaji dari segi sintaksis tentu akan kacau balau, akan tetapi harus dipisahkan dunia akademis dengan dunia kepenyairan meski pada suatu ketika keduanya akan bergandengan tangan. Dalam puis “Luka” Sutardji mampu membunuh pembaca dalam keliaran imaji. Setiap pembaca akan dibuat gila lalu mengembara ke mana-mana untuk mencari makna. Apakah Sutadji sedang ‘iseng’? jawabannya “terserah Anda.” Karena terlepas dari hal tersebut, senyatanya puisi “Luka” berhasil menjadi kajian menarik dan tidak pernah selesai. Hal yang serupa terjadi pada karya Sitor Situmorang yang berjudul “Malam Lebaran”, judul puisi yang seolah ingin mengajak pembaca pada suatu pristiwa yang kongkrit ini ternyata berisi teks sastra yang memiliki tingkat absurditas tinggi. “Bulan di atas kuburan” itulah satu larik tunggal yang menjadi muatan “Malam Lebaran” betapa rumitnya? Betapa tidak ada korelasinya? Betapa oh betapa? Tetapi bukan berarti puisi di atas sama sekali tidak bisa ditemukan maknanya. Makna 38


teks puisi mengembara pada diri pembaca saat ia sudah dilepas ke ranah publik. Yang mempengaruhi pemaknaan tentu saja sangat bergantung pada pemahaman, disiplin pengetahuan yang dimiliki, juga kepekaan bahasa dan pengalaman empiris pembaca. Apakah makna yang dapat ditafsir dari dua teks di atas? Ketimbang bicara teks sastra masa lalu, ada baiknya merunut perkembangan puisi pendek pada satu dekade ini. Perkembangan puisi pendek masa kini mengalami gairah yang layak untuk disambut gembira terlepas dari pencapaiannya. Dalam sebuah grup saya menemukan beberapa puisi pendek yang konon mengusung pola 2,7 yang digawangi oleh Imron Tohari dan Dimas Arika Mihardja. Pola tersebut mengharuskan puisi berjumlah 7 (tujuh) kata dan 2 (dua) larik. Agar lebih mudah, sebutlah ini sebagai ‘gaya’. 2,7 rupanya diminati para pemula dan beberapa penyair yang mungkin juga turut mencoba. Tentu akan lebih bijak jika tidak berkutat pada 2,7 melainkan terus mengembara mencari kemungkinan-kemungkinan pencapaian puisi yang benar-benar diri. Berbicara gaya, di dalam The Concise Oxford Dictionary of Literary Terms, ‘gaya’ didefinisikan sebagai “cara tertentu menggunakan bahasa yang karakteristik seseorang pengarang, sekolah, periode atau gendre” (Baldick 1990: 214). Selanjutnya Yasraf Amir Piliang menanggapi dalam Hiper-Realitas bahwa suatu gaya dapat dicirikan oleh sintak, citran irama, penggunaan figur, atau sifat-sifat bahasa lainnya. Barangkali, 2,7 pun sebentuk usaha menemukan gaya yang benar-benar sesuai dengan karakter penyairnya (penyairnya!). Meski saya cenderung tidak terlalu menyukai gaya ini. Saya sebagai pecinta sastra tidak terlalu kontra. Karena saya yakin, waktu akan membuktikan kekuatannya, jika ianya bermanfaat bagi perkembangan sastra maka berkembanglah dan jika sebaliknya maka akan lenyap dengan berjalannya waktu. Memasuki Rumah Memasuki rumah 2,7, saya menemukan beberapa puisi pendek yang menarik perhatian, yakni: “Taubat” karya Linda Wani, “MAHALAJU” karya Enka Arnasi, “MEMBACA USIA” Karya Yusti Aprilina, “GUBUK TUA “ karya Taufiq Hidayat, “NIKAH KATA” karya Mohd. Ghufron Chalid dan “HIPOKRIT” karya Noor Aiysa. Beberapa karya tersebut dapat menjadi cerminan pencapaian makna puisi pendek hari ini.Sebab itulah, saya merasa perlu memaknainya. Dalam membaca dan memaknai puisi tidak cukup dengan membaca secara telanjang, harus ada penelusuran yang mendalam dengan kajian-kajian yang mendasar. Jika tidak bisa membahas dari aspek pendekatan akademis dapat juga dibaca dengan pendekatan kedirian dengan mencoba membedah dan mendedah indra-indra perasa. Karena penciptaan puisi adalah transformasi dari ruang bawah sadar ke ruang sadar—mengejawantahkan segala hal yang terpendam di kedalaman batin paling dalam pada sebuah teks, mengandalkan logika, imaji, dan figur-figur yang dimanfaatkan sebagai transformernya. 39


Sulitkah? Bagaimanapun semua akan bisa dikarenakan terbiasa, seperti kedekatan antar sesama manusia pasti ada saat adaptasi karena di antaranya pasti ada ketidakpahaman terhadap sikap dan ucap, sehingga dengan berjalannya waktu dapat ditaklukkan oleh pengertian dan tenggang rasa. Begitu pun membaca dan memaknai puisi, mesti ada kiat-kiat pendekatan—pengakraban sehingga apapun yang dimuat puisi bahkan sampai pada tingkat absurditas akut sekalipun, kita tetap dapat mengapresiasinya dengan baik. Tentu saja kalimat “mengapresiasi dengan baik” kudu dipahami dari segi kedirian pembaca, saat teks puisi sudah di tangan pembaca maka teks itu akan menjadi pembaca bukan lagi sebagaimana mula penyairnya. Barangkali begini cara mengapresiasi puisi dari kacamata baca—batin saya yang memposikan diri sebagai pemilik teks puisi: Taubat menepi mematut diri sebelum esok tak kembali padang, mei 2013 Puisi karya Linda Wani ini memiliki symbol yang cukup terang, terutama pada judul. Jika mengkaji dari arah agama yang saya imani yakni Islam. Tobat adalah menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan dan tidak akan pernah mengulangi selama-lamanya. Boleh dilihat rujukannya di Surat At-Tahrim (66) ayat 8. Abaikan pemahaman taubat yang berkembang di masyarakat dewasa ini, semisal TOMAT (Tobat Kumat-Kumatan), taubat sambel (Taubat saat tertentu dan lain waktu akan kembali mengulangi.) Meski tidak juga jadi legitimasi, seorang penyair membuat puisi ‘Taubat’ benar-benar bersih dari maksiat. Larik pertama “menepi mematut diri” termasuk pilihan yang sederhana tetapi memiliki realitas yang mendalam. Menepi dalam puisi ini tidak semata ditafsirkan sebagaimana orang-orang duduk di tepi, atau mengasingkan diri dari keramaian melainkan menepi adalah cara mengenali ruang pribadi, yakni hati. Pribahasa mengatakan, kedalaman laut sangat mungkin untuk diukur tetapi hati manusia tidak satupun sanggup mengetahui kedalamannya—kedalaman hati menyangkut cara memandang kehidupan, cara memposisikan diri dalam kehidupan, cara membenci dan mencinta semua berawal dari segumpal hati. Arti kata ‘mematut’ menurut bahasa memantas-mantaskan atau melakukan ucap dan tindak sesuai dengan kepantasan. Pantas dalam artian pemahaman umum dalam sebuah lingkup sosial dan agama tertentu. Maka ditemukanlah makna secara luas “mematut diri” adalah mengembalikan langkah ke jalan yang benar, berbicara dengan bahasa yang baik, bertindak dengan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada. Sedikit informasi, ternyata kata ‘mematut’ dalam dialektika masyarakat tertentu memiliki arti lain selain yang sudah tertera dalam kamus bahasa Indonesia. ‘mematut’ dikias dengan ‘mencatut’ jika dilihat dari aspek dialektika tersebut, “mematut diri” dapat ditafsir sebagai tindakan menarik diri dari 40


dari sebuah keadaan untuk merenungi apa yang telah berlaku. Ruang renung itulah yang masih mungkin untuk dikorelasikan dengan judul. Karena bicara taubat akan berbicara cermin. Setiap-tiap yang senang bercermin akan lebih mudah mengenali keburukan diri dan berusaha memperbaiki keburukannya. Berbeda dengan orang-orang yang tidak pernah bercermin, akan cenderung merasa paling benar dan kadang memposisikan diri sebagai Tuhan yang bisa menghakimi siapa saja. Beranjak ke larik kedua yang merupakan larik penutup: “sebelum esok tak kembali” apakah ‘esok’ yang tak kembali itu? Meski dalam pengertian bahasa ‘esok’ adalah waktu setelah hari ini, saya lebih tertarik mengartikan ‘esok’ sebagai waktu yang akan datang. Karena waktu yang akan datang tafsirannya jauh lebih luas, bisa saja satu tahun kemudian, satu bulan kemudian, satu hari kemudian, satu jam kemudian, bahkan satu menit kemudian. Di sinilah pembaca akan mengetahui mengapa si ‘aku lirik’ merasa perlu “mematut diri”. Karena bicara tentang waktu tiadalah yang tahu dan jika waktu sampai di kerongkongan sungguh tidak ada kesempatan untuk bertaubat. Secara keseluruhan, puisi Linda Wani memiliki pesan dan kesan yang baik. Penggunaan bahasa yang sederhana membangun puisi pendek sebenarnya berisiko—risiko kegagalan mengusung tema. Tetapi pada “Taubat” terbilang berhasil dan baik-baik saja. sejalan dengan Linda Wani, Yusti Aprilina rupanya juga mengusung pemaknaan tentang waktu, berikut puisinya: MEMBACA USIA di keriput wajah gemetar membaca usia; sesal! 2013 Judul “MEMBACA USIA” langsung menukik pemahaman pembaca pada pembacaan waktu. Dalam sebuah cerpen saya pernah menulis pengamsalan waktu begini: “Waktu adalah aliran darah. Ia diam seribu bahasa, sehingga manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu selain Allah Azza Wajalla tidak akan mampu melepaskan diri dari waktu.” Mari melanjutkan pembacaan symbol waktu pada isi puisi, pada larik pertama memuat: “di keriput wajah”. Pembaca dihadapkan pada gambaran visual tentang wajah yang keriput—keriput dalam pemahaman umum menandakan penuaan. Orangorang yang sudah mengalami pengeriputan wajah biasanya yang sudah menginjak usia di atas 35 (tiga puluh lima) tahun. Dengan catatan tidak mengalami penuaan dini. Setelah mendapatkan gambaran visual mari mulai meraba pada maksud atau makna. Makna yang terkandung adalah kesadaran si ‘aku lirik” setelah berkaca (diri), dari mana tahu bahwa aku lirik tengah berkaca? Sudah barang tentu, sebab kita tak41


takkan bisa melihat wajah sendiri jika tidak sedang berkaca—berkaca memiliki perbedaan konotasi dengan bercermin. Biasanya berkaca itu lekat dengan instropeksi sedangkan bercermin lebih cenderung bercermin pada cermin dalam keadaan yang sebenarnya. Kesadaran itulah yang membawa ‘aku lirik’ pada pemahaman betapa telah panjang jarak tempuh di dunia fana ini, hingga ia menyadari dirinya sudah cukup tua. Lalu setelah cukup tua apakah yang dirasakan sang ‘aku lirik’ selain memahami keadaan fisik yang ditumbuhi tanda-tanda waktu? Mari membaca larik kedua sebagai larik penutup: “gemetar membaca usia; sesal!” symbol “gemetar” terlepas dari arti kebahasaannya yang berarti terjadi gerak tak beraturan pada tubuh yang disebabkan oleh keadaan tertentu semisal kedinginan dan sebagainya, saya lebih suka menarik ‘gemetar’ sebagai symbol rasa yang sulit diejawantahkan, ia adalah percampuran rasa antara takut, cemas, dan harapan. Pemahaman tersebut didukung dengan symbol “sesal!” karena kata sesal berarti perasaan tidak senang, menyadari telah melakukan sesuatu yang tidak semestinya. Dalam penyesalan siapapun akan dihadapkan pada rasa takut—takut tak bisa memperbaiki, rasa cemas—cemas jika saja terjadi sesuatu yang lebih mengerikan dari apa yang telah berlaku dan harapan—harapan untuk dapat memperbaiki semua kesalahan. Yang baik dari penyair ini adalah mampu mengajak pembaca tanpa kalimat ajakan karena jika ditelisik dari kata-kata emotifnya, berbeda dengan balada atau famplet karya Rendra yang tegas meminta bahkan menuntut pemerintah untuk berlaku adil. Tidak memberi suatu tekanan langsung semisal memberikan tanda seru (!), suka, senang, ketidaksukaan dan kemurkaan. Tidak sama sekali ditemukan kata semisal “kita sudah tua, tobatlah!”, “Mari berkaca!”, dan sebagainya dan sebagainya. Sehingga sangat tidak ada penggunaan obligasi (kewajiban) atau imperatif (perintah) untuk melakukan sesuatu. Masih satu kelas dengan Linda Wani, yang mengusung bahasa sederhana untuk menyampaikan pesan waktu. Sekadar catatan, dalam puisi “Membaca Waktu” akan lebih baik tidak menggunakan judul yang sudah ada dalam tubuh puisi. Hal ini menjadi penting dalam puisi pendek. Karena puisi pendek memuat pilihan kata yang sangat selektif. Dengan adanya kesamaan judul dengan tubuh puisi, tepatnya di larik kedua, saya melihat ada yang tak terisi, yakni makna judul sebagai judul dan makna tubuh puisi sebagai tubuh sehingga kedua makna tersebut menjadi satu bangunan yang kuat. Meski demikian, tetap menarik untuk dikaji pemaknaannya. Setelah dua penyair perempuan yang mengusung kesederhanaan yang bersahaja dan nikmat untuk disantap, kini giliran menikmati dua penyair lelaki yang mengusung makna dalam bangunan teks puisi yang memiliki tingkat absurditas cukup apik. Yakni Taufiq Hidayat dan Enka Arnasi. Berikut puisi Taufiq:

42


GUBUK TUA Kulihat perempuan tua setiap pagi mengubur luka 06/06/2013 “Kulihat perempuan tua” sebagi larik pembuka tidak begitu memberikan pemaknaan mendalam, ia sebagai alih-alih yang mengajak pembaca untuk memahami ruang yang dimasuki si ‘aku lirik’ yakni ia tengah melihat seorang perempuan. Di mana ia melihat perempuan tua itu? Dapat dilihat dari judul “GUBUK TUA”. Di gubuk yang sudah reyot (tua) tersebut perempuan tua itu hidup dan di sana pula ‘aku lirik’ menjadi saksi sebuah kejadian. Kejadian seperti apa? Jika pembaca tidak meneruskan pembacaan sampai larik terakhir maka sudah barang tentu tidak akan menemukan yang berlaku. Karena symbol kejadian tersimpan dalam larik berikut: “setiap pagi mengubur luka” Larik penutup tersebutlah yang memberikan satu ruang kontemplasi bagi pembaca sekaligus di sana pula terdapat misteri, pertanyaan-pertanyaan akan muncul tanpa jawaban. Karena jawaban itu dibiarkan melayang-layang dalam kedirian pembaca. Apa yang tersimpan dalam “mengubur luka”? luka sejenis apakah? Luka disebabkan oleh apakah? Di manakah tempat penguburannya? Dan pertanyaan-pernyaan lain akan berjejalan begitu saja. Sejauh telisik mata baca saya, luka yang dimaksud bisa saja berupa kenangan. Menurut beberapa teman dan juga beberapa pengalaman, semakin bertambah usia seseorang terutama yang sudah menginjak usia menula (apa lagi seorang ibu) ia akan dihadapkan pada lukanya masa lalu. Entah kenangan masa lalu seperti apa. Untuk menemukan kenangan itu, mari merunut kebiasaan masyarakat secara umum dan psikologis seorang ibu di hari tua. Dilihat dari budaya masyarakat Indonesia, saat seorang anak sudah menikah jika perempuan akan diboyong suaminya dan jika laki-laki akan membuat rumah sendiri dan memilih tinggal mandiri. Yang terjadi adalah, para orang tua harus rela ditinggalkan oleh anak-anaknya dan rela hidup sendiri terlebih jika pasangan hidupnya telah lebih dulu dijemput Tuhan. Di sinilah titik luka itu. Lukanya sendiri, lukanya merindukan celoteh anak-anaknya sebagaimana mereka kecil dan kerinduan-kerinduan lainnya yang tidak terlepas dari masa lalu. Dari aspek psikologis seorang ibu, saya menganalogikan bahwa setiap ibu adalah para penantang rasa sakit sepanjang hidup mereka. Sakit yang pertama adalah saat melahirkan, sakit kedua adalah saat mengurus anak hingga tak cukup tidur pun makan dan sakit fase ketiga adalah sakitnya ditinggalkan anak-anaknya saat dewasa. Dari beberapa aspek kajian itu, dapat ditafsirkan luka sejenis apa yang dikubur oleh perempuan tua itu. Symbol “pagi” pun menyimpan satu pemaknaan yang cukup apik. Pagi adalah saat sebagian orang terbangun dari mimpinya dan menghadapi kenyataan senyata-nyatanya kenyataan. 43


Dikorelasikan dengan mengubur luka akan menimbulkan suatu keadaan yang pedih dan perih. Seorang perempuan tua setiap hari harus mengubur mimpi-mimpinya— mimpi-mimpi yang dikubur adalah lukanya kenyataan. Kira-kira begitu. Betapa luas pemaknaan puisi ini, tergantung di tangan siapa. Mengapa bisa sedemikian rupa pemaknaannya? Rosalind Coward dan John Ellis di dalam Language and Materialism berpendapat bahwa “semua praktek sosial dapat dianggap sebagai makna, sebagai pertandaan (signification) dan sebagai pertukaran (exchange) di antara subjek-subjek, dan karenanya dapat bersandar pada linguistik sebagai model untuk mengembangkan realitasnya secara sistematis” (Coward & Ellis). Lalu bagaimanakah dengan puisi Enka Arnasi? MAHALAJU Nun, dalam denting maha diam Kubunuh malam 31-3-2013 N.K Judul “MAHALAJU” Menggunakan teknik Licentia Poetica—Licentia Poetica adalah penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh seorang penyair demi mencapai estetika dan makna tertentu. “Maha” yang memiliki pengertian pada sesuatu yang lebih dari sangat, digabungkan dengan “Laju” yang berarti: cepat, konotasi laju biasanya dalam kecepatan di atas rata-rata. Dengan tidak memberikan spasi pada dua kata tersebut, menjadi “MAHALAJU” dapat diartikan pada kecepatan yang tak terhingga semisal teori di deret geometri dalam disiplin ilmu matematik. Dengan laju sedemikian cepat, sebenarnya judul puisi ini mengantarkan makna sebentuk apa? Pada bait pertama penyair ini menulis: “Nun, dalam denting maha diam” penggunaan ‘nun’ sebagai permulaan mengingatkan pembaca pada model pengkisahan masa lampau, jika hendak menyampaikan suatu tempat yang jauh. Melihat dari kebiasaan itu, konotasi ‘nun’ dapat diartikan sebagai pengungkapan pada suatu tempat yang jauh. Akan tetapi, jika melihat kata ‘diam’ sebagai symbol utama setelah symbol ‘nun’ rasanya tidak tepat jika mengkonotasikan pada tempat, akan lebih pas jika dikonotasikan pada keadaan. Maka menjadi pada suatu keadaan yang jauh—keadaan yang jauh bisa keadaan akan datang atau kedaan di masa lalu. Tinggal bagaimana pembaca menerka yang lebih mendekati pemaknaan. Larik setelah ‘Nun’ yakni “dalam denting maha diam” penggalan tersebut menghadirkan kontradiksi makna kata. Bagaimana bisa kata ‘denting’ yang memiliki arti tiruan bunyi, dari benda jatuh yang menimbulkan suara ‘ting’ semisal suara yang ditimbulkan dari jatuhnya uang logam, besi, dan sebagainya disatukan dengan “maha diam” yang dapat diartikan keadaan yang sepi sama sekali tanpa suara? Di sinilah bebasnya penyair dari ruang logika keseharian manusia. Imaji dan konsep pikiran penyair bisa melompat dari kebiasaan kebanyakan orang. Meski kontradik44


kontradiktif, masih dapat ditemukan tafsirnya. Yakni suatu keadaan di mana bebunyian itu tidak membuat keadaan benar-benar bunyi melainkan menambah kesunyian. Meski dalam realitas tidak ditemukan, tentu semua yang punya rasa pernah mengalami keadaan tersebut. toh, tak sedikit yang sering berujar: “merasa sepi dalam keramaian.” Semacam itulah keadaannya. Bait pertama cukup berhasil membuat pembaca menerka-terka maksud yang tersimpan di dalamnya. Kemudian pada bait kedua pembaca akan semakin ditukikkan pada pengandaian—pemaknaan yang paling mungkin dapat ditafsir: “Kubunuh malam”. Malam termasuk unsur intrinsik dalam karya sastra yang menyangkut setting/waktu terjadinya sesuatu. Tetapi di sini malam yang sebagai setting menjadi objek yang dibunuh oleh subjek. Dalam kalimat lengkap begini jadinya: “Aku membunuh malam” Aku adalah subjek (S), Membunuh adalah predikat (P) dan Malam adalah objek (O). Kepelikan puisi ini menjadikannya apik, karena ‘malam’ selain menjadi objek juga menjadi setting tempat. Maka kaidah keefektifan kata dalam puisi benar-benar sanggup diamalkan penyair sedemikian rupa. Lantas bagaimana memaknainya? Makna “membunuh malam” adalah menguasai keadaan. Bagaimanapun malam bukan benda melainkan waktu atau dapat ditafsir pada keadaan. Soal keadaan apa yang dikuasai adalah tentang kesenyapan, kesepian, kesendirian dan sejenisnya dan sejenisnya sebagaimana sudah diwartakan pada larik pertama. Dua penyair lelaki baik Taufiq maupun Enka telah berhasil menulis puisi pendek dengan pencapaiannya masing-masing. Selanjutnya adalah satu penyair perempuan dari Negeri Singa dan satu penyair laki-laki dari daerah yang sagat terkenal dengan satenya, yakni Madura. Noor Aisya dan Mohd. Ghufron Khalid memiliki gaya yang juga berbeda dengan dua penyair perempuan atau dua penyair lelaki yang sudah dibahas di atas. Sebelum melompat ke negeri singa, ada baiknya kita mengunjungi Madura melalui puisinya: NIKAH KATA Aksara-aksara hamil tua Lahir kata; doa, cahaya 2013 Sebelum membahas makna, saya sedikit berhipotesa bahwa momen puitik sangat dipengaruhi oleh apa yang dihadapi, dirasakan, dan difahami. Begitu pun dengan lahirnya puisi Ghufron ini. Saya tahu persis dari mana munculnya judul “NIKAH KATA” yang ditulis, tidak lain tidak bukan adalah sebentuk tanggapan atas peluncuran antologi puisi dari dua penyair kawakan dari dua negeri yang berbeda. Adalah karya Dimas Arika Mihardja (Jambi-Indonesia) dan Rohani Din (Singapura).

45


“NIKAH KATA” sendiri dicipta dengan konotasi sebagai pernikahan karya antara dua penyair tersebut—pernikahan memang mengesankan kesakralan tersendiri. Pun itu tidak berlebihan, mengingat Rohani Din adalah ibu dengan seribu satu anak. Banyak anak-anaknya di dunia sastra yang mengagumi kegigihannya juga Dimas Arika Mihardja, ia banyak membimbing penyair muda untuk menjadi dirinya sendiri dalam berkarya. Tidak heran batin Ghufron tergelitik untuk membuat puisi dengan judul yang serupa. Hal ini layak diketahui karena bersangkutan dengan symbol yang tersirat dalam judul. Bagi yang tidak tahu akan kehilangan pemaknaan. Setelah mengetahui ini adalah puisi tanggapan terhadap lahirnya sebuah karya, maka apakah kesan yang didapat penyair Ghufron setelah menikmati antologi puisi tersebut? Pada larik pertama ia menyimbolkan: “Aksara-aksara hamil tua” ‘tua’ di sini tidak lantas diartika pada usia Dimas Arika Mihardja dan Rohani Din, karena ini bicara karya maka bukanlah tempatnya bicara perseorangan/pribadi—‘tua’ dapat dimaknai sebagai gambaran kematangan aksara-aksara yang menyusun kata dalam antologi puisi “Nikah Kata”. Aksara apakah yang hamil tua? Jika hamil tua apa yang akan terjadi? Sepertinya kelahiran sebuah karya? Ya! Larik ini masuk dalam penggambaran betapa aksara dalam antologi puisi “Nikah Kata” adalah aksaraaksara yang tua/matang dan layak untuk segera dilahirkan. Menyoal kata yang matang memang tidak ada barometer pasti, karena dunia sastra bukan dunia eksakta atau hitung menghitung angka dengan pembilang yang pasti. Barangkali pengesanan tentang matangnya kata dalam antologi “NIKAH KATA” tersebab asam asin dunia kesusastraan yang sudah dienyam Dimas Arika Mihardja dan Rohani Din. Pemaknaan ini didukung dengan larik berikutnya: “Lahir kata”. Kemudian setelah kelahiran apa lagi yang dikesankan penyair? Mari membaca penggalan terakhir berikut ini: “;doa, cahaya” kata ‘doa’ kemudian dijeda dengan tanda baca koma (,) memiliki arti ‘adalah’ yakni yang terlahir adalah doa-doa yang bercahaya. Meski demikian tak bisa segamblang itu memaknai puisi. Doa dapat ditafsirkan sebagai doa sang penyair yang dalam puisi diwakili oleh aku lirik; berupa harapan-harapan di hari yang akan datang dan karya selanjutnya. Bisa juga doa-doa tersebut memang tersemat dengan apik dalam antologi puisi “Nikah Kata”; berupa muatan-muatan pesan yang terkandung. Ghufron hadir sebagai pengkarya sekaligus sebagai pembaca lalu mewartakan kepada pembaca puisi ini tentang kelahiran sebuah antologi puisi “NIKAH KATA”. Hal ini patut dicontoh, karena sebagai sesama pengkarya sangatlah perlu saling mendukung, mendoakan, bahkan saling mengabadikan. Saatnya mengunjungi negeri sebelah, yakni Singapura yang diwakili oleh Noor Aisya:

46


HIPOKRIT topeng bertukar wadah laga menjaja; berbatu api 130313 Temasik Noor Aisya menghadirkan judul yang cukup garang dan memang sedang marak menjangkit manusia modern dewasa ini. “HIPOKRIT” memiliki arti ‘munafik’—munafik lebih cenderung pada orang-orang yang suka berpura-pura. Pura-pura baik, purap-pura taat ibadah, pura-pura amanah, pura-pura paham, pura-pura bersahabat, dan berbagai kepura-puraan lainnya. Golongan ini bisa dikatakan golongan yang paling berbahaya di tengah masyarakat kapanpun dan di manapun ia berada. Karena bisa menimbulkan fitnah, pertikaian, dan kerusakan-kerusakan tatanan masyarakat. Dari judul tersebut, pembaca akan tertarik untuk mengetahui pandangan penyair tentang ke-hipokrit-an yang dimaksud. “topeng bertukar wadah” adalah larik pembuka yang langsung menukik pada satu keadaan. Sebelumnya ada baiknya memahami arti topeng dari segi bahasa dan arti dari segi pemahaman khalayak ramai dewasa ini. Arti kata topeng adalah penutup muka yang biasanya sesuai dengan wajah penggunannya walau rupanya bisa apa saja—bisa topeng binatang, topeng Dakocan, Dora dan sebagainya dan sebagainya. Arti topeng dari pemahaman banyak orang cukup memiliki kecendrungan negatif, yakni sikap dan kelakuan seseorang yang tampak tidak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran dan hatinya. Dari kedua pengertian tersebut, saya lebih ingin menarik ke pengertian kedua. Karena sesuai dengan judul puisi. Kemudian “berganti wadah” dapat diartikan bahwa banyak orang yang senang berganti-ganti topeng, saling tukar kepalsuan, saling membohongi, dan menipu. Topeng-topeng itu semakin hari semakin sulit dikenali, karena saking seringnya bertukar tempat. Hari ini ada di wajah si “A” hari berikutnya berada di wajah si “B” begitu seterusnya dan seterusnya. Kegelisahan penyair ini sangat tergambar dari larik pertama. Sehingga menulis puisi semacam kesaksian yang ingin diwartakan kepada segenap pembaca. Hal ini tentu sudah lazim dalam dunia kesusastraan. Karena puisi secara tidak langsung merupakan pewartaan penyair tentang suatu keadaan. Sebut saja Rendra dalam “Sebatang Lisong” yang menyaksikan Indonesia diangkangi, atau Chairil Anwar yang menyaksikan Karawang-Bekasi, atau Wiji Thukul yang menyaksikan kebiadaban pemerintahan Orde Baru. Inilah dunia sastra, akan menyampaikan apa saja meski akan terasa getir, pahit, bahkan beracun sekalipun. Tidak melulu bicara bunga, bulan, pelangi, kumbang dan kunangkunang. Kegelisahan tidak selesai di larik pertama, pada larik kedua lebih tegas lagi penyair ini menyampaikan: “laga menjaja”. ‘laga menjaja’ memberikan indikasi pada persoalan ke-hiperaktit-an. Di Indonesi, saya yakini pula sama dengan di Singapu47


di Singapura ‘menjaja’ adalah tindakan menawarkan barang dagangan. Khusus dalam puisi ini, barang dagangan yang dimaksud biasanya ‘kepura-puraan’. Memanglah tidak mungkin seseorang akan berpura-pura jika tanpa tujuan, soal tujuan akan sangat berlainan tergantung visi dan misi yang dimiliki. Demi mencapai visi dan misi memerlukan trik pemarketan atau pemasaran diri agar tampak memukau dan orang-orang akan percaya padanya. ‘menjaja’ pula dapat dikonotasikan pada obral kata, obral gaya, obral kebaikan, obral rayuan, dan sebagainya. Larik tersebut dijeda oleh tanda baca titik koma (;), meski banyak fungsinya. Pada puisi ini memiliki fungsi sebagai pemisah bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Apakah yang ditulis setelahnya? “;berbatu api”. Di sinilah titik rumitnya. Seperti apakah batu api itu? Barangkali batu yang menyala atau batu yang dimasukkan dalam tungku api? Tidaklah terlalu perlu mencari rupa batu api, karena makna ‘berbatu api’ dapat ditarik pada larik sebelum tanda baca titik koma, ‘laga menjaja’. Mengingat batu itu keras dapat dimaknai pada ketidaktahumaluan sang pemilik topeng. Mesti tahu salah, sang pemilik topeng akan berusaha sekuatnya untuk memutarbalikkan fakta. Sedangkan api, yang memiiki sifat panas sehingga pada benda-benda yang bersifat konduktor (menghantarkan panas) ia akan merambat. Ini mengisyaratkan pada prilaku orang-orang hipokrit yang senang menyulut kemarahan antar sesama lantas mengadu domba. Banyak kekacauan yang akan diciptakan oleh orang-orang hipokrit dengan apinya. Sedemikian mencekamkah kehidupan sosial hari ini? Jawabannya ada pada pembaca yang juga hidup berdampingan dengan sesama manusia. Salam Penutup Membaca dan memaknai puisi bukan persoalan mudah, karena semua pesan, kesan, rasa, karsa, pengalaman empiris, psikologis, nilai-nilai kearifan sosial, kearifan budaya, dan konstruksi-konstruksi lainnya masuk dalam satu teks yang sangat pendek. Bermacam majas membikin teks puisi tidak selalu sama dengan teks lainnya, ruang pemaknaan yang ambigu bukan lagi barang aneh, malahan jadi sangat aneh jika puisi hanya memiliki satu ruang pemaknaan. Jika ingin belajar membaca dan memaknai, lekaslah beralih ke ranah logika puisi. Yakni logika yang mempertimbangan dialektis struktur metaforikal dalam pemahaman masing-masing sesuai dengan kemampuannya sehingga akan ditemukan makna yang paling estetis dekat dengan pembaca. Demikian, semoga bermanfaat. Salam Merdeka Jiwa dan Badan. Cilegon, 2013 Muhammad Rois Rinaldi Ketua Komite Sastra Cilegon 48


Alamat Pengantar Dimas Arika Mihardja, Rois Rinaldi Muhammad, Luluk Andrayani dan Kawan-kawan. 2012. Reparasi dan Apresiasi ala Bengkel Swadaya Mandiri Jilid I. Yogyakarta: Javakarsa Media. Dimas Arika Mihardja, Rois Rinaldi Muhammad, Luluk Andrayani dan Kawan-kawan. 2012. Reparasi dan Apresiasi ala Bengkel Swadaya Mandiri Jilid II. Yogyakarta: Javakarsa Media. Yasraf Amir Piliang. 1999. Hiper-Realitas. Yogyakarta: LKiS

49


6. MENGEJA SEHELAI DAUN DI UJUNG HUJAN KARYA RASCA MUHAMMAD Oleh Bintang Kartika SEHELAI DAUN DI UJUNG HUJAN Hijaunya gaun, menjingga laun "Senjaku...!" lambainya beralun musirivermaya, 100613 (Rasca Muhammad) Gaun, laun, alun – pencarian rima yang begitu sinonim dengan penyair yang turut hanyut di Musi ini, abang Rasca. Di kebanyakan puisi abang Rasca, ia sering berlarian dengan rima tanpa membeban atau keterpaksaan diksi, malah rimanya mengalir indah dengan lompatan molek nian. Sambil mendengar lagu Honey dari Shaggy Dog, membayang abang Rasca menyanyikannya, hehee ... terasa lucu di telinga, senyum sendiri (yang entah kenapa). Membaca judul puisi; SEHELAI DAUN DI UJUNG HUJAN Judul yang memiliki konotasi atau makna kias. Kata daun memiliki makna bahagian tanaman yang tumbuh berhelai-helai pada ranting. Namun, kata sehelai daun di ujung hujan merupakan sebuah makna kias yang ambigu, begitu menarik diketik maknanya. Sehelai Daun Di Ujung Hujan; judul yang bernuansa lembut, menusuk, sedikit membenam ke hati, lirih. Aroma melankolis bila kata ujung di semat pada hujan. Seperti kepatahan pada raga kerana hujung memberi tanda penghabisan. Ujung hujan pengakhirannya adalah bumi. Titik. Fokus penulis terlihat lebih kepada sehelai daun. Tetiba ada persoalan membenah, siapakah daun? Kepada siapa penulis beranalogi? Mari kita telusuri diksi; “Hijaunya gaun, menjingga laun� Gaun berwarna hijau perlahan menjadi jingga - Ini terjemahan secara literal yang Lia tangkap pada bait pertama. Tapi judulnya tidak bersahaja untuk tidak mengaitkan diksi hijau, gaun dan jingga. Kesinambungan yang apik! Penulis begitu simple bersimbolik tapi utuh menampil50


menampilkan daun dan hijau. Daun hijau sesungguhnya sering dikaitkan dengan kehidupan sewaktu muda, yang penuh riang, bertenaga, gagah dan jelita. Lihat bagaimana penulis tanpa peduli pada daun, malah meletak ‘hijaunya gaun’ – begitu menarik sekali bila daun pada judul tidak dinobat dengan hijau di awal larik tetapi penulis meletak ‘gaun’ (tanpa lari dari pengertian asal judulnya). Yang menarik di sini penulis memilih kata gaun yang merupakan sehelai pakaian. Dipakai orang. Apalagi jika gaun dipakai oleh seorang wanita dengan libasan, ayunan dan lenggok, nyata pesonanya begitu menyerlah; dan gaun hanya dipakai orang-orang muda untuk ke pesta atau keramaian. Bahkan gaun menjadi fashion yang tak pernah pupus dek zaman seusia apa pun dunia. Lalu apabila penulus kaitkan dengan kata hijau, penulis telah begitu bijak memberi tebakan kepada pembaca sinonimnya hijau adalah usia muda manusia. ‘menjingga laun’ – sesungguhnya, jingga apabila ia menua begitu terlihat reput.. dan di sini penulis menulis laun yang secara sengaja ia mengeluarkan bunyi hujungnya berima ‘un’; daun dan laun, tone yang cukup menawan pada puisi 2/7 ini. ‘Laun’ bermaksud perlahan-lahan. Penulis tidak seperti kebiasaan menukarkan hijaunya daun kepada kuningnya daun untuk menjelaskan peralihan muda ke tua sebuah kehidupan, tetapi memilih warna jingga dan ianya pula adalah kepada gaun. Lia menangkap jingga yang muda pada warna sehelai gaun sangatlah cantik tapi bila warna jingga yang tua (dark purple) ia begitu gelap dan mengharukan. Secara keseluruhan maksud bait pertama menceritakan cantiknya hidup di waktu muda akhirnya perlahan ia menua. Dan di usia tua seperti semua maklum keindahan fizikalnya kian lemah dan memudar. Kecuali iman, semakin tua iman, semakin indah iman seseorang hasil terjaga dari usia muda sehingga tua. Dari ‘hijaunya gaun, menjingga laun’ ada hadis yang mengingatkan: 1. Sihat sebelum sakit 2. Muda sebelum tua 3. Kaya sebelum miskin 4. Lapang sebelum sempit 5. Hidup sebelum mati. Turun ke bait kedua; "Senjaku...!" lambainya beralun” Ada intonasi serupa sergahan, tegas pada kata senja yang di-khaskan dengan dua koma di mana ia merupakan ungkapan atau dialog dan di hujungnya diletak kata seru (!) sebagai teriakan juga penegasan. Tapi hujung atau endingnya begitu tersentuh lembut seperti membujuk dengan kata ‘lambaiannya beralun’. Senja; sebuah kata berupa waktu yang mengingatkan, adalah penamat hari siang, waktu peralihan antara siang ke malam. Detik menjunamnya matahari, tenggelam. Itulah senja. ‘Lambaiannya beralun.’ > Itulah panggilan daun dengan lainkata, itulah muda dan 51


dan kehidupan yang bergerak perlahan, lembut, tapi akhirnya menuju ke senja, sebuah pengakhiran hidup. Lia melihat letak judul dengan simbolisme hujan yang penutup hujungnya adalah bumi dan dari diksi hijau daun yang akhirnya laun menjingga dan panggilan senja begitu mengena dan sebati meresap ketiganya begitu apik. Ini saja upaya dari Lia yang pertamakali mengapresiasi puisi abang Rasca yang nanges guling-guling suruh Lia apresiasi puisinya, padahal Lia ini nan hado sajo eh. Semoga abang rimauku boleh mengaum kuat lagi hari ini. Salam siang, semerbak musiriver. Bintang Kartika Kuala Lumpur 11/06/2013

52


7. Membaca Selembar Daun di Ujung Hujan Oleh Karang Indah MEMBACA SEHELAI DAUN DI UJUNG HUJAN : Aperiasi puisi Rasca Muhammad SEHELAI DAUN DI UJUNG HUJAN Hijaunya gaun, menjingga laun "Senjaku...!" lambainya beralun musirivermaya, 100613 Membaca puisi ini aku merasa dimanjakan sebuah permainan bunyi yang asyik, dengan rima dan irama yang terjaga apik. Walaupun dengan diksi-diksi yang cukup sederhana, tapi membaca-maknai puisi ini tampaknya memang tidak sesederhana itu. Sebab bisa jadi kesan pembacaan pertama akan dikacaukan/dikaburkan dengan diksi yang terkesan langsung melompat cukup jauh ketika sehabis membaca judul kita masuk ke isi puisi di larik pertama; kata “daun” yang merupakan subjek puisi ini langsung melompat dengan kata “gaun” di larik pertama. Tapi kupikir justru di sinilah letaknya penyair mampu melambungkan imajinasi pembaca untuk kemudian mengembara dalam puisi ini. Sebuah metafora yang mengajak merenung. Sehelai Daun > coba perhatikan sehelai daun (sebenarnya perhatikan berhelai-helai juga boleh sih… hehe), dari pucuk muda yang baru tumbuh kecil, kemudian sedikit membesar dengan warna hijau muda, semakin melebar-besar dengan warna hijau yang menua, semakin menua, menguning, kemudian kering dan gugur—mati (walaupun pada kejadian tertentu bisa saja daun gugur sebelum menua dan kering, misalnya pucuk daun teh yang dipetik selagi muda, atau daun yang digugurkan angin yang kencang bahkan bersama ranting dan juga pokok batangnya). Sehelai daun dalam hal ini bisa dianalogikan sebagai sebuah perjalanan/proses kehidupan. Atau sebagai kata benda, sehelai daun adalah aku lirik. Di Ujung Hujan > dalam hal ini mungkin aku sepakati dulu bahwa hujan adalah rahmat, rezeki. Rezeki bisa dalam bentuk apa saja; uang, harta benda, pekerjaan, anak, ilmu/nasehat, jabatan, istri/suami, yang tentulah bersama datangnya rezeki itu akan membawa pula sebuah konsekuensi tanggung-jawab.

53


Dan untuk "Di Ujung Hujan" pada puisi ini > aku lebih memahaminya sebagai sebuah siraman rohani (tambahan ilmu). Mungkin penyair saat itu baru mendapat nasehat, entah dari guru, orang tua, kakak, bahkan bisa juga dari sahabat. Atau bisa juga penyair baru selesai mengikuti sebuah majlis taklim, atau mendengar ceramah agama dari seorang ustadz atau ulama. Sehelai Daun di Ujung Hujan > kondisi (lebih ke jiwa dan pemikiran) penyair setelah menerima curahan rezeki berupa ilmu penegetahuan dan pemikiran. Tak dijelaskan dari siapa. Sungguh manis metafora dalam judul ini. Hijaunya gaun, menjingga laun > gaun secara leksikal (KBBI) berarti baju wanita model eropa. Ini dimaksudkan sebagai pakaian bagi “sehelai daun” atau aku lirik. Pertanyaannya kenapa penyair menggunakan kata “gaun” bukan baju atau kata lain yang berkonotasi pakaian. Hal ini sepertinya jelas, bahwa penyair mengejar rima untuk memperindah bunyi. Hal ini kupikir sah saja dalam puisi, dan aku suka ini. Dan pakaian selain berfungsi sebagai penutup tubuh, pelindung dari cuaca panas ataupun dingin, juga bisa berfungsi sebagai tanda pengenal (seperti uniform). Misalnya pakaian anak SD dengan pakaian anak SMA tentulah lain. Bisa jadi ini sebagai pengenal “tingkat” seseorang. Hijaunya gaun, > sehelai daun yang masih hijau. kata “hijau” bisa diartikan sebagai tingkat sebuah pemikiran yang belum dewasa, belum banyak pengalaman. Misalnya dengan kalimat seperti ini; “dalam perkara seperti ini, lelaki itu masih hijau!” menjingga laun > menjingga. Jingga adalah warna kuning kemerah-merahan(warna yang cukup tua), dengan diawali imbuhan “me/men” menunjukkan suatu proses/transpormasi dari hijau ke jingga. Dari muda ke tua, dari belum dewasa ke dewasa. Ini dikuatkan pada larik selanjutnya “Senjaku…!” Lambainya beralun. “senja” adalah masa di ujung hari menjelang malam, sedangkan malam adalah masa untuk beristirahat dengan menutup mata—tidur. Senja bisa diartikan masa tua, masa di saat kita ingin menikmati proses kita sejak dilahirkan, masakanak-kanak, hingga masa dewasa. Masa kita (tentulah keinginan setiap orang) berbahagia melihat tumbuh kembangnya anak-anak dan cucu-cucu kita untuk meneruskan hidup kita, generasi kita selanjutnya, sebelum kita memasuki malam—“menutup mata”. Dan untuk hal ini, haruslah diawali dengan sebuah perkawinan/pernikahan. Entahlah, tadi aku hanya menulis dengan mengalir saja bersama pemikiranku dari judul hingga kata-kata larik per larik. Dan tiba-tiba di ujung larik, 54


aku menangkap hal ini; sebuah nasehat, mengingatkan penyair tentang keberadaan dan kondisinya saat ini, dan untuk mengingat masa senja, masa tua nanti. secara sederhana: SEHELAI DAUN DI UJUNG HUJAN Hijaunya gaun, menjingga laun "Senjaku...!" lambainya beralun musirivermaya, 100613 Suatu saat sehelai daun sebagai aku lirik, menerima curahan rezeki (siraman rohani, tepatnya) yang mengingatkan dirinya untuk mengingat masa tua. Aku memuji kepiawaian penyair memainkan bunyi dengan rima dan irama yang pas dalam puisi ini. Bogor, 11 Juni 2013_ Salam sayang untuk semua.

55


8. Menyelam Di Kedalaman Puisi SUNYARURI (Bagi Qiu Blangkon) Karya Dimas Arika Mihardja Oleh: Bung Jupri SUNYARURI bagi Qiu Blangkon ono ning ning, kinasih galihing kangkung, susuhing angin DAM-2013 Ono rino dudu padhange suryo, ono wengi dudu sunaring condro, ndaru myang kartiko. Inilah ungkapan dalam janturan dunia pewayangan yang layak untuk mengawali tlisik makna puisi di atas. Diksi-diksi yang digunakan untuk membangun puisi ini merupakan istilah-istilah yang sering digunakan dalam ajaran tasawuf Islam (Ilmu Ketauhidan Islam) model Jawa. Dengan demikian untuk memaknai puisi ‘SUNYARURI’, sedikit banyak akan bersinggungan dengan faham tersebut di atas. Judul puisi SUNYARURIArti harfiah ‘sunyaruri’ (sanskerta) adalah sunyi senyap. Yang dimaksud judul puisi ini tentu saja ‘alam sunyaruri’ atau alam sunyi senyap. Dalam dunia pewayangan, yang juga mengacu dari ajaran tasawuf ( ajaran ketauhidan dalam Islam), alam sunyaruri digambarkan seperti petikan janturan yang saya paparkan di awal pembahasan ini. Arti janturan tersebut kurang lebih: ada siang bukan karena terangnya mentari, ada malam bukan karena cahaya bulan, ndaru, dan bintang. Di alam sunyaruri tiada sesuatu benda apa pun, kecuali suasana hening dengan cahaya maya-maya, cahayaning Kang Murbeng Dumadi (Allah SWT). Alam sunyaruri terkait dengan manembahing kawulo mring Gusti, yaitu kuwajiban manusia untuk menyembah kepada Allah SWT. Dalam Islam (Jawa) ada beberapa tingkatan kualitas menyembah kepada Tuhan, dari tingkatan terendah sampai tertinggi antara lain tingkat syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. Seseorang yang sudah sampai pada tingkatan ibadah tertinggilah yang dapat ngambah (mencapai) ke alam sunyaruri bertemu dengan Nurullah, yang dalam istilah tasawuf Jawa disebut ‘manunggaling kawulo Gusti’. Larik-1: ono ning ning, kinasih‘ono ning ning, kinasih’ bila diindonesiakan: ada ning ning, terkasih. Larik ini melatari suasana ‘patrap manembah’ (laku ibadah) manusia (makhluk) kepada Al-Khaliq. Bila diparafrasekan: ada (makhluk) bening (hati) dalam hening (sunyi duniawi), terkasih (dekat dengan Tuhan). Penjabaran larik ini adalah: ada makhluh yang sudah bening hatinya (bersih dari hawa nafsu) dengan hening, untuk mendapatkan kasih Tuhan. Untuk bisa mencapainya harus menggu56


menggunakan sarana/prasarana seperti diletupkan pada larik-2 (puisi ini). Larik-2: galihing kangkung, susuhing angin‘galihing kangkung, susuhing angin’ bila diindonesiakan: hati kangkung, sarang angin. ‘Galih’ (hati pohon) yaitu bagian tengah dari kayu. Tumbuhan kangkung tengahnya berongga, tidak ada galihnya. Hal ini sebagai simbolik tentang sesuatu yang ada tetapi tidak kasat mata (tidak nampak di penglihatan) yaitu sukma, jiwa, nyawa. Untuk bisa mencapai persembahan kepada Tuhan yang sempurna harus menggunakan sukma (rokhaniah). Sedangkan ‘susuhing angin’ (sarang angin) dapat diartikan sesuatu yang ada tetapi tidak kasat mata, namun dapat dirasa serta dilihat akibatnya. Hal ini sebagai symbol kehidupan, termasuk kehidupan manusia. Manusia dikatakan hidup apabila masih bernyawa. Nyawa (dengan disimbolkan sebagai angin) yang tidak kasat mata itu dapat dirasakan dan dilihat akibatnya setelah bersarang di tubuh (manusia). Jadilah yang disebut ‘manusia hidup’. Untuk mencapai kesempurnaan dalam ‘manembah’ kepada Tuhan, ‘susuhing angin’ harus berperilaku baik (dalam Islam: melakukan ibadah amaliah sesuai perintah Tuhan) seperti, bersembahyang, berzakat, berpuasa, dan jenis-jenis ibadah amaliah lainnya. Kesimpulan makna puisi secara keseluruhan, secara singkat dapat disimpulkan bahwa makna puisi SUNYARURI adalah sebagai berikut: proses persembahan (ibadah) manusia kepada Tuhan secara sempurna, sehingga dapat mencapai tingkatan tertinggi (ngambah alam sunyaruri) harus menggunakan sarana kebeningan hati dan jiwa, bersih dari hawa nafsu serta laku raga (amaliah jasmaniah) yang baik, sesuai perintah Tuhan Yang Mahaesa lewat rasulnya. Demikan penyelaman sederhana terhadap puisi bernuansa sufi karya Dimas Arika Mihardja. Referensi yang digunakan dalam pembahasan adalah referensi campursari dari beberapa buku dan referensi di dunia maya. Tebah siti sekul binuntel ing ron klopo, kalau ada kekurangan dan kesalahan dalam pemaparan ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Terima kasih, salam damai di hati.

57


9. MELIRIK SEKILAS PUISI 'JARAN KEPANG' KARYA TJOE MELEK Oleh Bung Jupri JARAN KEPANG berderap bak legiun perang sarapannya; sego wadang Tjoe Melek, 2013 Menikmati puisi lugas dengan diksi-diksi membumi ini, aku sempat menarik nafas beberapa kali. Aku mendapatkan kesan cukup mendalam, bahwa di tengah-tengah suasana makin sengkarutnya negeri ini, justru masih banyak yang makin terlupakan, khususnya kaum marjinal dengan segala kreativitasnya dalam berbudaya dan berkesenian. Padahal mereka itu termasuk anak negeri sendiri yang juga perlu disuapi, ditimang-timang, dan dipedulikan, kalau kita tak ingin kehilangan jati diri bangsa. Judul puisi “JARAN KEPANG’ (judul telah dikapitalkan sesuai masukan Mas Imron Tohari) mempunyai padan kata: kuda lumping, jathilan, jaran dor, dan sebagainya, yaitu seni rakyat yang berkembang di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jaran Kepang merupakan sebuah tarian ritual untuk memanggil roh kuda dan meminta keamanan desa serta keberhasilan panen. Bagi masyarakat Jawa, kuda melambangkan kekuatan, kepatuhan, dan sikap pelayanan dari kelas pekerja. Hal inilah yang menginspirasi seluruh pertunjukan Jaran Kepang yang menempatkan penari dengan kuda-kudaan sebagai pusat perhatian. Sedangkan di daerah Borobudur ada versi lain, bahwa kesenian Jaran Kepang lahir karena untuk mengabadikan peristiwa patriotik pasukan gerilya Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah. Apa pun versinya, Jaran Kepang adalah hasil kreativitas seni-budaya anak bangsa yang wajib dilestarikan. Dalam hal ini, Tjoe Melek telah mengangkat tema ini dalam puisinya dengan judul Jaran Kepang, yang tentu membawa misi khusus agar genre kesenian ini tak punah oleh terkaman ombak modernisasi seni/budaya yang makin mengglobal. Menurut aku, ini adalah suatu usaha dan kreativitas yang perlu diacungi jempol. Baris ke-1: berderap bak legiun perang Dengan kekuatan diksi lugas dan membumi rangkaian 4 kata (berderap, bak, legiun, perang), baris ini melatari suasana/pesan yang akan disampaikan judul ‘Jaran Kepang’. Seniman/seniwati ‘Jaran Kepang’ menarikan secara indah, kompak, gagah perkasa, dan bersemangat seperti derap pasukan berkuda yang tengah maju ke medan laga, tanpa pamrih apa pun kecuali hanya demi harkat dan martabat bangsa yang merdeka. Maka, baris pertama ini telah sesuai dengan format yang dipersyaratkan oleh format puisi 2, 7, baik enjabemen maupun siratan makna diksi-diksinya. 58


Baris ke-2: sarapannya; sego wadang Diksi-diksi di baris ke-2 mengambil kosakata serapan (Jawa), ‘sarapan’ (jawa)= makan pagi, ‘sego wadang’ (jawa)= nasi sisa kemarin yang dipanaskan sehingga masih layak dikonsumsi (meskipun karena keterpaksaan suasana). Baris ke-2 ini sangat erat hubungannya dengan baris ke-1. Di sini terjadi cita rasa paradoks antara baris 1 dan baris 2. Pernyataan ‘sarapannya; sego wadang’ membawa citraan bahwa para seniman/seniwati Jaran Kepang tidak akan mendapatkan imbalan, penghargaan, penghasilan yang layak dari hasil kerja kretivitas dan aktivitasnya, kecuali hanya sekedar untuk mempertahankan kehidupannya yang sederhana. Alangkah ironisnya. Struktur puisi 'Jaran Kepang' Struktur puisi ini dapat disebut sempurna, karena telah lengkap dengan judul yang tepat, terhubung dengan baris ke-1 sebagai latar suasana, dan terletup oleh baris ke-2 sebagai puncak letupan emosional dan ruang kontemplasi. Puisi ini juga diperindah oleh rima 'ang' pada judul (Jaran Kepang) baris ke-1 (berperang) dan baris ke-2 (wadang), sehingga akan menimbulkan efek keindahan bunyi apabila puisi ini di baca (berkali-kali). Enjabemennya seimbang antara baris ke-1 (empat kata) dan baris ke-2 (tiga kata). Dengan demikian puisi ini dapat disebut sebagai puisi yang sempurna strukturnya sebagai karya puisi dua koma tujuh. Nilai Yang Terkandung Dalam Puisi ‘JARAN KEPANG’ Puisi ini telah dapat meletupkan pesan ‘sosial’ dan ‘solidaritas’ sesama bangsa. Kaum-kaum pinggiran yang juga merupakan pejuang-pejuang tanpa pamrih demi melestarikan seni/budaya rakyat yang merupakan ciri khas dan jati diri bangsa harus tetap dihargai, meskipun jenis penghargaan kepada mereka adalah relatif wujudnya. Kepada sahabat Tjoe Melek: aku ucapkan salut yang setinggi-tingginya atas kerja kretivitas tentang kesenian rakyat yang makin merana ini. Salam Lifespirit dan soladaritas.

59


10. MENJARING MAKNA PUISI "KONTRAKSI" KARYA DIMAS ARIKA MIHARDJA Oleh Bung Jupri Begitu membaca puisi ini saya terhenyak sejenak. Kemudian timbul keinginan saya untuk mengulang baca sampai entah berapa kali : KONTRAKSI rahim kata mengerut, mengerucut teken kontrak: berdenyut! DAM, 2013 Bukan karena siapa dan apa yang tertulis dalam puisi di atas, namun secara jujur saya katakan bahwa pemaknaan (secara sederhana) ini hanya berlandaskan pada sudut pandang karya sastra (puisi) semata-mata. Puisi berjudul “KONTRAKSI” ini, mengingatkan saya pada proses kejadian alam yang luar biasa yaitu proses kehamilan seorang ibu. Saat yang dinanti sepasang suami-isteri, dari perwujudan buah percintaan kasih-sayang sekian waktu, yaitu ketika rahim sang isteri mengandung janin calon bayi. Sungguh terasa sebagai anugerah indah tiada tara dari Allah Azza wa Jalla. Gerakan-gerakan kecil menyentak dinding perut sang ibu. Betapa bahagia calon orang tuanya. Ingin segera mengasuh dan merawatnya. Itulah kebesaran Tuhan sebagai bukti kekuasaan-Nya kepada manusia, agar mereka banyak bersyukur. Di dalam al-Qur'an Allah Azza wa Jalla telah berfirman: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya ruh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (QS:As Sajdah) Proses kejadian luar biasa tersebut mengendap pada perenungan penulis puisi KONTRAKSI, dan dijadikan kiasan (metafora) bahwa proses terjadinya ‘janin’ sebuah karya sastra (puisi) sangat identik dengan proses terjadinya janin di rahim ibu. Judul ‘Kontraksi’ dapat dimaknai: (1) pengerutan sehingga menjadi berkurang, (2) penegangan, (3) proses atau hasil pemendekan suatu bentuk kebahasaan. Ketiga devinisi ini sangat mengarah pada maksud penulis puisi Kontraksi bahwa hal ini bukan semata-mata mengingatkan pada proses janin di rahim seorang ibu, tetapi lebih pada makna kiasannya, yaitu tentang proses janin karya puisi.

60


Baris 1: ‘rahim kata mengerut, mengerucut’ Diksi-diksi pada baris 1 lebih mengarahkan yang dimaksudkan ‘kontraksi’ dalam judul puisi ini bukanlah rahim dalam arti yang sebenarnya akan tetapi ‘rahim kata’. Diksi ‘mengerut’ = menjadi pedek, diksi ‘mengerucut’= berbentuk seperti kerucut, semakin memusat ke titik kerucut. Secara keseluruhan baris 1 dapat dimaknai suatu hamparan kata yang direnungkan, dipilah dan dipilih sampai mendapatkan kata yang terpilih, dan disaring lagi sampai mendapatkan kata yang benar-benar padat mengandung makna. Baris 2: ‘teken kontrak: berdenyut!’ Secara harfiah diksi ‘teken’= membubuhkan tanda tangan, mengesahkan; ‘kontrak’=perjanjian dalam kerja, dsb. Secara konotatif ‘teken kontrak’ dapat dimaknai menuliskan kata berupa karya sastra (puisi) sesuai dengan segala persyaratan karya sastra tersebut. Diksi ‘berdenyut’= gerak pada nadi (tanda kehidupan). Secara konotatif dapat dimaknai karya sastra yang hidup sehingga bermanfaat untuk kehidupan (manusia dan alam semesta). Penulis juga membubuhkan tanda baca pada baris kedua berupa (:) dan (!). Tanda baca titik dua (:) dimaksudkan untuk menandai proses dan hasil, sedangkan tanda seru (!) merupakan penegasan letupan hasil (Mas Imron Tohari menyebutnya sebagai ‘boom’). Secara struktur puisi 2,7, puisi KONTRAKSI sudah memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan. Hubungan antara judul puisi, baris 1 dan baris 2 sudah sangat padu. Puisi ini juga sudah menghantarkan pesan yang ingin disampaikan penulisnya, bahkan mampu membuka ruang perenungan bagi pembaca, sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Dengan demikian puisi ini (menurut saya) adalah karya puisi yang memuisi. Makna puisi ini selengkapnya adalah: proses terjadinya kontraksi karya sastra (puisi) sangat identik dengan proses terjadinya janin di rahim seorang ibu. Hamparan kata-kata, dibuahi (direnungkan), menjadi janin kata (kata terpilih), diolah dan ditulis sesuai tujuan dan aturan yang universal, dan jadilah karya sastra yang hidup dan berguna bagi kehidupan manusia dan alam sesmesta (karya puisi yang memuisi). Subhanallah. Demikian makna puisi Kontraksi yang telah saya jaring secara sederhana, namun mohon maaf bahwa jaring yang saya gunakan sudah banyak yang robek, sehingga ikan yang terjaring cuman sidikit dan kecil-kecil. Salam hormat kepada Pak <a href="#" role=button>Dimas Arika Mihardja</a> dan Mas <a href="#" role=button>Imron Tohari</a>, Salam life spirit untuk para sahabat semuanya.

61


11. ANAK TANGGA MENGENAL ALLOH Oleh Dien Makmur Adalah Janus A. Setya, lelaki kelahiran kota Malang 28 Februari, anak dari pasangan Prof Drs H Sofyan Aman SH (alm) dan Hj Uswah Sacheh (alm) yang kini tinggal di Jakarta bersama isrtri tercinta Fien A.Setya. Lelaki berkacamata yang gemar dengan dunia tulis menulis--khususnya puisi--dia sosok lelaki periang, ini bisa dilihat dari bagaimana cara dia berkomunikasi bersama teman-temannya lewat Facebook dengan menggunakan bahasa candaan segar khas "kera-kera ngalam" (baca; bahasa keseharian orang Malang yang dibalik). Dia juga sosok lelaki agamis, untuk kesimpulan ini, setidaknya saya ketahui dari betapa sangatnya dia mengidolakan Gusdur selain itu, dapat dilihat beberapa karya-karyanya yang kebanyakan bernuansa religi. Sebut saja seperti; "JABAL RAHMAH" (19 Mei 2010), "MEMBURU MALAM" (23 Agustus 2010), "LEBARAN" (27 Agustus 2010), "TUNGGU AKU DI LANGGAR ITU" (26 Mei 2010),"LELAKI ANAK PURNAMA" (7 Mei 2013). Namun, bukan seabreg karya tersebut yang akan saya coba bahas. Terakhir di sebuah komunitas sastra tepatnya "Grup Puisi 2,7",--sebuah grup yang di dalamnya ada semacam gerakan sastra pembaharuan, grup yang digawangi oleh pencetus atau penggagas puisi 2,7 itu sendiri yakni Imron Tohari bersama rekan-rekan-saya menemukan karya teranyar Janus A. Setya, "MENGEJAMU" (21 Juli 2013). Mengutip dari apa yang pernah diucapkan oleh H. B. Jassin tentang puisi, "Puisi merupakan pengucapan dengan perasaan yang di dalamnya mengandung pikiranpikiran dan tanggapan". Kemudian mengutip dari apa yang pernah ditulis oleh penyair asal Jambi yakni Dimas Arika Miharja dalam Manifesto: Proses Kreatif Penciptaan Puisi, "Puisi ialah gelegak riak jiwa, kesan-kesan perseptual, rekaman rangsang puitik yang tumbuh memutik di antara kelopak bunga kata. Sajak selalu bergerak serupa riak menjadi ombak lalu bergulung serupa gelombang rasa dengan irama nada sebagai hasil olah pikir, dzikir, dan menafsirkan hidup dan kehidupan". Sepertinya apa yang telah ditulis oleh JAS (baca; inisial untuk Jayus A. Setya) dalam puisi "MENGEJAMU" sudah bisa mewakili untuk sebutan puisi yang H. B. Jassin dan Dimas Arika Miharja maksudkan. Berikut lengkap puisinya: MENGEJAMU alifku tak sampai pada ha' aku kapai-kapai J A S / 2013 Sebetulnya, pesan apakah yang hendak disampaikan dalam puisi ini? Lalu, situasi seperti apakah yang tengah melanda hati juga pikirannya? Karena dalam puisi tersebut ada beberapa citraan, seperti eja, alif, ha, kemudian ada citraan gerak seperti kapai-kapai. Membaca puisi dengan pemilihan judul "mengejamu" yang pada larik pertamanya 62


ada huruf hijaiyah “alif�, yang kemudian dilanjut pada larik keduanya juga ada ada huruf hijaiyah "ha", maka kemudian saya jadi teringat akan sebuah riwayat nabi--yang tentu para pembaca juga tahu tentang riwayat ini--yakni ketika Nabi Muhammad SAW didatangi oleh seorang lelaki Yahudi yang menanyakan tentang makna dari huruf-huruf hijaiyah. Kebetulan waktu itu tengah bersama Mukminin Ali. Maka, kemudia Nabi Muhammad memerintahkan kepada Ali untuk menjawabnya."Setiap huruf hijaiyah adalah nama-nama Allah" kata Ali yang kemudian disambung dengan menyebutkan satu per satu makna dari "alif" hingga "ya". Dalam riwayat juga dijelaskan bahwa Yahudi tersebut memeluk islam setelah mendengarkan penjelasan tersebut dari Imam Ali bin Abi Thalib. Namun, apa korelasinya antara sifat-sifat Alloh yang dijelaskan dalam riwayat tersebut pada tiap huruf hijaiyah dengan puisi diatas? Kalau ada di antara pembaca berpendapat atau merasa kebingungan untuk menelaah puisi 2,7, maka saya pun demikian. Tersebab puisi model seperti ini memang selain rumit dalam proses pembuatannya juga rumit dalam menelaahnya. Bagaimana tidak, puisi yang hanya dua larik akan tetapi mengandung berlarik-larik pesan, pemikiran juga pembahasan. Karenanya, tak bosan-bosannya saya berdecak kagum untuk pengkarya puisi "Mengejamu" Janus A. Setya, dan wabil khusus untuk pencetus Puisi 2,7 Imron Tohari yang sudah saya sebutkan namanya di atas. Setelah melewati beberapa jam perenungan akan puisi tersebut, maka tiba saya pada suatu kesimpulan bahwa dari beberapa tafsir yang ada tentang makna hurufhuruf hijaiyah, sepertinya penyair menganalogikan kesatuan huruf hijaiyah adalah anak tangga dalam mengenal Alloh. Lalu, mengapa pada puisinya penyair mengatakan, "Alifku tak sampai"? Bisa jadi penyair berpijak pada, "Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbahu" yang artinya: siapa yang kenal dirinya akan mengenal Alloh. Alifku tak sampai, maksud tak sampai di sini adalah tidak sampainya mengenal Alloh hingga pada makna yang terdapat dalah huruf "Ya". Penyair merasa belum mengenal secara utuh diri pribadinya. Ini dijelaskan dalam larik kedua, "pada ha' aku kapai-kapai". Benarkah ada manusia yang tidak mengenal dirinya sendiri? Jawabannya adalah banyak. Kalau hanya mengenal siapa nama kita, siapa orang tua kita, dari kecil sudah tahu. Bukan itu yang dimaksud. Diri yang dimaksud adalah diri sebenar diri yang mendiami dalam raga (baca; jasmani) kita, ia adalah jiwa (baca; rohani). Ini erat kaitannya dengan tebal-tipis keimanan kita. Akhir kata, ini puisi renungan bernas Dien Makmur Sukabumi, 20 Juli 2013 ------------------------------------------Daftar artikel yang saya dapat dari Google: 1. http://edyputrajepara.blogspot.com/2012/10/makrifat-dan-hakikad-hidup. html 2. http://edyputrajepara.blogspot.com/2012/08/makna-huruf-hijaiyah-al-quran. html

63


12. Quantum Alif Laam Miim Oleh Assyifa Jingga Alif Laam Miim : tiadalah keraguan ruang waktu, sublim kuantum semesta tak bertepi JAS / 2013 /(Janus A. Satya) Puisi yang memiliki energi Quantum Alif Laam Miim : tiadalah keraguan Alif /Laam/miim. Banyak para penafsir Al-Qur'an berusaha mencari arti dari tiga huruf ini. Ada yang berpendapat: Alif>> Allah; Laam>> Jibril; Miin>> muhammad. Ada juga yang menyatakan itu semua kunci; Alif>>> Untuk namaNya Allah; Laam>> kunci untuk namaNya Latief; Miim>> kunci namanya Majid (sumber: kongaji.tripod.com). Tapi banyak pula yang mengatakan Alif laam miim adalah rahasia Allah; rahasia di balik rahasia. Dalam judul ini pun mengarah kesana >> Rahasia Allah, di bawahnya ada ": Tiadalah Keraguan">> bentuk dari sebuah penghambaan dengan keyakinan penuh dan sadar tanpa paksaan. Alif Laam Miim : Tiadalah Keraguan Sebuah Rahasia Allah yang di percaya dengan penuh keyakinan dan kesadaran oleh hambaNya, rahsia keAgungan, takdir, dan rahasia-rahasia Allah. "ruang waktu, sublim" Teringat akan pepatah " Ada tiga hal yang takan kembali: perkataan, kesempata, waktu". Waktu inilah yang benar-benar takan kembali, Jika Perkataan bisa diralat, kesempatan ada kesempatan ke dua meski tak sama, tapi waktu apakah bisa diralat atau di ulang? Ruang waktu, pasti tahu donk apa itu ruang apa itu waktu. Tapi, ruang waktu? beuuuhh lebih dari sekedar lebih dari sekedar waktu. Seperti ruang biasa yang bisa dipenuhi hal-hal yang kita inginkan begitu juga dengan ruang waktu. Ruang waktu disini adalah sebuah perjalanan Alif Laam Miim di hati para penafsir yang masih misteri dari jaman diturunkannya Al-Qur'an hinga sekarang. Sublim>> 64


Sublim>> 1. menampakkan keindahan dari bentuknya yang tertinggi; amat indah; mulia; utama; 2. Noun (Fisik) perubahan uap air menjadi es. sublim di sini Rai kaitkan sama arti yang pertama: menampakkan keindahan dari bentuknya yang tertinggi; amat indah; mulia. Keindahan, kemuliaan, kedudukan Alif Laam Miin di hati para penafsir dan di hati hamba-hambaNya. Dari dulu hingga sekarang Alif Laam Miin adalah primadona, keindahan rahasia yang abadi. kuantum semesta tak bertepi kuantum/ Quantum adalah satuan energi terhalus yang tak bisa dibagi. Puisi ini pun punya Quantum bagi Rai, dan isinya memuat Quantum yang dahsyat dari diri seorang hamba dan para penafsir yaitu kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah. Semesta tak bertepi, siapa yang tahu tepian semesta? jelas tak ada yang tahu selain Dia. Lantas kenapa Pak Janus menuliskan sesuatu hal yang sudah diketahui khalayak ramai? di sinilah Quantum berperan. Kepercayaan adalah salah satu Quantum yang ada dalam diri manusia, kepercayaan adalah semesta hati, semesta yang tak nampak namun dapat dirasakan dan dapat mengubah semesta yang fana. Contoh Astronot pergi ke bulan dan menyatakan bulan pernah terbelah dan seorang hamba yang percaya dan yakin terhadap apa-apa yang diberitakan dalam Al-Qur'an adalah benar maka dia tahu bahwa bulan pernah terbelah tanpa harus pergi ke bulan yang menghabiskan dana dengan angka fantastik, dana yang bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Inilah wujud semesta Quantum kepercayaan yang dahsyat dan tak bertepi. Puisi ini memiliki pesan 1. Tak semua rahasia dapat dicerna dan dibuka 2. Rahasianya adalah ketentuanNya yang paling indah 3. kepercayaan/ keyakinan adalah energi/ kekuatan yang tak terbatas 4. Dialah yang Maha Tahu segalanya RAHASIA DI BALIK RAHASIA IALAH DIA (Allah SWT) R, 2013

65


13. Apresiasi puisi karya Imron Tohari TENTANG BERASMARA bacalah mantra dalam hati suarasuaralah mengapikan gelisah (lifespirit, 16 Juni 2013) Judul; Tentang Berasmara Tetang>> hal; perihal Berasmara dari kata dasar asmara >> perasaan senang kepada lain jenis (kelamin). mendapat imbuhan ber- memiliki makna suatu tindakan atau perbuatan. Berasmara>> bercinta-cintaan; berkasih-kasihan. nggak ada habisnya tentang berasmara; hal cinta-cintaan; perihal berkasih-kasih. Puisi Asmara, Novel cinta, film kasih, apapun genrenya baik itu romansa, religi, horor, action selalu ada sisipan kisah asmara; cinta; kasih. Dari jaman nenek moyang (Adam-Hawa) sampai akhir zaman, asmara dan hal yang berkaitan dengannya akan selalu ada. bacalah mantra dalam hati bacalah--> baca >> mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, mendapat akhiran "lah">> Menegaskan predikat, baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam pemintaan atau harapan. mantra>> . 1 perkataan atau ucapan yg memiliki kekuatan gaib (misal dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dsb); 2 susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama). Kalau dilihat arti dari mantra (perkataan yang memiliki kekuatan gaib), mantra ini bisa do'a, bisa ucapan biasa yang terus ditanam di alam bawah sadar manusia sebagai bentuk sugesti seperti: saya bisa, saya yakin, etc. bacalah mantra dalam hati Larik pertama ini seperti sebuah nasehat untuk melafalkan do'a dalam hati, menanamkan sebuah keyakinan seyakin-yakinnya dalam hati karena kekuatan dari sebuah keyakinan memberikan kekuatan lebih. Dalam hal asmara perlu juga menanamkan keyakinan apakah si fulan/fulanah jodoh kita atau bukan juga perlu memanjatkan do'a agar diberi yang terbaik. suarasuaralah mengapikan gelisah Om Imron ini padai sekali memainkan kata, menabrak kebakuan dari EYD, suarasuaralah seharusnya ditulis suara-suaralah tapi beliau menghilangkan tanda (-) 66


sehingga dua kata dengan unsur yang sama menyatu. Bagi saya Om Imron adalah guru, walaupun saya adalah murid yang mbeling tapi setidaknya ada yang nyangkut sedikit tentang maksud dan tujuan lecentia poetica terutama dua kata yang memiliki unsur sama disatukan penulisannya yaitu untuk mendatangkan kata baru. Suarasuaralah= suara, ras, suara-suara suara>> 1 bunyi yang dikeluarkan dr mulut manusia; 2 bunyi binatang, alat perkakas, dsb; 3 ucapan (perkataan); 4 bunyi bahasa (bunyi ujar); 5 pernyataan; 6 dukungan ras>> golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik; rumpun bangsa. suara-suara>> bentuk jamak dari suara: ucapan-ucapan; omongan-omongan; perkataan-perkataan. Semua dari hal itu (suara-suara) memiliki sudut pandang positif dan negatif. ada akhiran "lah" yang memiliki fungsi Menekankan subjek yang terletak di awal dan biasanya di ikuti dengan kata "yang", tapi inilah puisi 2,7 singkat padat dan jelas yang mini dan seksy. Kata yang terletak di depan suarasuaralah yaitu mengapikan= suarasuaralah mengapikan: sudah memperlihatkan "yang" tanpa harus ditulis mengapikan---> api >> 1 panas dan cahaya yang berasal dari sesuatu yang terbakaran; 2 perasaan yang menggelora (tetang cinta, perjuangan). Mendapat awalan meng dan akrihan kan. Awalan "meng" >> mengerjakan/melakukan pekerjaan, akhiran "kan">> menyebabkan sesuatu jadi atau menganggap sesuatu sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Melakukan pekerjaan yang menyebabkan sesuatu jadi api (kalau bahasa anak jaman sekarang ngomporin/ manas-manasin). Gelisah >> tidak tenteram, selalu merasa khawatir (tt suasana hati); tidak tenang (tt tidur); tidak sabar lagi dl menanti dsb. Dalam kaitannya "suara" Asmara selalu mendengarkan suara baik suara/pendapat sendiri atau pun suara/ pendapat dari orang lain inilah yang menjadikan hati bergejola diliputi kegelisahan yang menjadi, hati tak tentram tidur tak tenang. Dalam kaitannya "Ras" Emang sih jaman sudah moderen sudah nggak penting mikirin ras, ras di sini tak hanya ras (perbedaan) warna kulit tapi ke "perbedaan": perbedaan keyakinan, perbedaan prinsip, perbedaan status, perbedaan kewarganegaraan, perbedaan adat, etc. Dalam asmara perbedaan adalah hal yang membuat hati bergejolak semakin tidak tentram, galau men. orang menikah beda keyakinan akhirnya cerai karena setelah sekiat tahun baru menyadari ada hal yang nggak bisa disatukan walaupun itu dengan cinta, orang pacara beda prinsip akhirnya bubar karena nggak seiya, sekata dan sejalan. 67


Dalam Kaitannya suara-suara/ omongan-omongan kontroversi, gunjingan dan gosip selalu mewarnai asmara. Biasanya kalau sesorang mendapat omongan-omongan orang lain selalu berkata "bodo amat", tapi saya yakin hatinya tidak seperti ucapan dari bibirnya baik itu langsung setelah mendapat omongan-omongan atau pun setelah sekian waktu dan mendapati beberapa fakta "oh, mungkin si anu benar". TENTANG BERASMARA bacalah mantra dalam hati suarasuaralah mengapikan gelisah (lifespirit, 16 Juni 2013) Judul menerangkan perihal berasmara/ hal -hal yang meliputi dunia asmara larik pertama, sebuah perintah/ nasehat untuk para pencinta yang hendak memasuki dunia asmara, nasehat untuk membaca doa dalam hati juga untuk menamkan (memberikan sugesti kepada diri sendiri) keyakinan yang kuat dalam hati, apa yang dipilih dalam asmara benar adanya. Larik ke dua, menegaskan/ menerangkan mengapa perlu keyakinan dalam asmara, ialah selalu ada rintangan/ halangan, selalu ada hal-hal yang menimbulkan keraguan, selalu ada cobaan. Suara hati, perbedaan, dan omongan-omongan orang akan mendatangkan gejolak rasa yang panas dalam hati mengakibatkan ketentraman dan ketenangan terganggu berguncang. Mohon do'anya dari semua sahabat lanjut istirahat. IRS, 170613

68


14. LUNGLAI, DISENGGOL TIANG PENYAIR NANI Oleh: Alfiah Muntaz Entah mengapa pagi tadi saya mendadak teringat orang-orang pilihan yang akhirnya saya tulis orang-orang kudus di sini. Saya teringat Muhammad SAW, Yesus, Musa juga beberapa dewa-dewi Yunani setelah membaca sebuah puisi yang diposting Nani Mariani di grup puisi 2,7. Selanjutnya saya sebut pemosting Nani sesuai dengan titi mangsa yang ia lampirkan. Ingatan saya ini aneh. Begitu semangat, riwayat orang-orang tersebut kompak berloncatan di kepala saya. Mereka seperti hadir dalam ruang dan waktu yang bersamaan. Padahal orang-orang yang saya sebut tadi jelas ada di masa yang berbeda. Secangkir kopi hitam dipaksa menemani saya jelang Minggu siang ini sedikit bergelombang ketika tak sengaja tangan saya menyentuh gagangnya. Saya jadi berpikir, mungkin seperti itulah jika sesuatu yang diam kemudian ada yang menyenggolnya, mengganggunya atau apapun itu yang menyebabkan sesuatu bergerak, maka akan ada yang berubah meski kecil. Begitu pula dengan ingatan saya yang aneh tersebut. “Disenggol tiang Nani sepertinya,� saya tuduh saja begitu. Orang-orang kudus yang diutus Tuhan di masing-masing masanya itu sepengetahuan saya untuk memperbaiki akhlak manusia. Setiap orang beriman percaya Tuhan mengasihi ciptaan-Nya terutama manusia sekalipun seorang pendosa. Begitu sayangnya Tuhan maka diberi-Nya kesempatan bertobat. Begitu sayangnya Tuhan juga Dia mengutus orang-orang pilihan untuk menyampaikan kehendak-Nya yang tentu saja berujung berita keselamatan bagi yang percaya. Untuk mencapai keselamatan tadi, salah satu alatnya orang perlu pegangan. Salah satu pegangan itu berupa tiang. Sebuah rumah untuk kokoh berdiri tentu perlu tiang. Sehelai bendera sulit berkibar dengan baik jika tak diikat pada tiang, entah itu sebenar tiang yang dari bambu, ranting yang cukup lurus atau besi sekalipun. Sampai di sini tentu saya tak mengajak siapapun membahas jenis dan bentuk pegangan atau tiang. Seperti saya percaya apapun jenis tiang itu, dalam konteks ini iman yang dimaksud, pastinya untuk kebaikan, untuk keselamatan kita sebagai umat-Nya. Sungguh, pagi tadi saya “tersenggol� dengan puisi yang berjudul Tiangku. Puisi ini diposting belasan jam lalu, memang sejauh ini saya lihat belum ada yang memberi komentar. Menurut saya, bukan karena puisi ini tidak menarik hingga kosong di kolom komentar, bisa jadi kesibukan admin dan teman-teman di grup yang cukup aktif memosting hingga puisi ini terdepak agak ke bawah. Tiangku Kugenggam jemarimu erat Sebelum terlunglai bertaburan doa 69


Tiangku Kugenggam jemarimu erat Sebelum terlunglai bertaburan doa Nani Qld,6.413 Larik pertama ditulis //Kugenggam jemarimu erat//, di sini penyair berhasil sekali membetot mata dan otak saya. Lihat, Nani menulis jemarimu erat, kebanyakan orang menulis "erat jemarimu". Lantas apa salah dengan jemarimu erat? Saya kira tidak. Justru di sinilah salah satu kehebatan puisi—membebaskan penyair mengobrak-abrik kata—tanpa meninggalkan makna yang ingin dicapai. Bandingkan, jika Nani menulis Kugenggam erat jemarimu, saya kira batin kita bisa berbisik, “Ah, biasa aja kaleeee.” Selanjutnya kita lihat larik kedua. Jujur di sini saya terganggu atau tepatnya heran dengan awalan ter- pada terlunglai. Awalan ter- di sini saya artikan “sengaja”. Sengaja lunglai. Aneh. Aneh kedua sepertinya setelah pikiran saya tadi. Karena puisi ini secara subyektif saya baca ada isyarat optimis/yakin pada sesuatu. Pada apa? Dengan terang-jelas Nani berharap pada si tiangnya. Tiang yang tadi telah saya tulis sebagai pegangan, juga berfungsi sebagai alat untuk meletakkan sesuatu. Namun tentu dalam puisi ini tiang yang dimaksud Nani saya baca bukan tiang rumah, tiang jemuran atau tiang bendera, tapi tiang yang lebih hakiki. Tiang tempat kita berpegang sepanjang umur sebelum akhirnya kita hanya “dihidupkan” doa-doa. Kembali ke perihal aneh pada awalan ter- tadi, sepertinya Nani sengaja meletakkan “sengaja” pada ter-. Nani pasrah dengan sengaja, pasrah pada tiang yang dipercayainya akan membawa keselamatan. Tiang yang Nani sendiri genggam erat. Bisa jadi orang lain punya tiang yang sama namun genggaman belum tentu sama. Bisa jadi pula Nani bilang, “Tiangku ya tiangku, tiangmu ya tiangmu. Mari, sama-sama berpegangan tanpa berebutan. Hei, banyak doa-doa di sana. Indah, bukan?” Seorang penyair yang baik tentunya tidak memaksa pembaca memaknai ke satu arah saja. Puisi yang baik juga tidak semena-mena mewakili tulisan yang berkesan menggurui karena sejatinya puisi adalah bahasa diam yang mengajak pembaca merenung. Nani dengan Tiangku ini terkesan begitu santai menuliskan gelisahnya. Meski puisi pendek, berpola dua baris tujuh kata, Nani cukup lihai membiarkan pembaca mencari ruang lebih tentang tiang, bukan hanya sebatas tonggak yang kerap dipancang sekitar bangunan. Diksi-diksi sederhana yang begitu dekat dengan keseharian kita cukup memukau dipuisikan Nani. 70


Kopi saya masih setengah cangkir. Saya perhatikan ada bayangan yang entah apa samar-samar berdiam di permukaannya. Kopi yang gelap, tiang kokoh penyair Nani, kisah orang-orang kudus itu, matahari yang kian tinggi dan pikiran saya yang masih juga aneh, ada di dekat saya sekarang. Mereka sepakat mengepung saya tampaknya. Mungkin saya mesti lebih menggenggam tiangku—seperti yang Nani bilang, setidaknya untuk saya sadari bahwa yakin dan pasrah itu sesungguhnya dua hal yang bisa kita jalankan bersamaan. Yakin untuk sebuah keyakinan yang memang kita percayai baik adanya, pasrah untuk hasil akhir karena orang beriman tahu Dia itu memang Maha Memahami. Pada akhirnya saya hanya bisa bilang, “Nani, senggolan tiangmu buatku lunglai, buatku cukup aneh pagi jelang siang ini. Tapi terima kasih, telah mengingatkan betapa berharga menjaga sebuah tiang.â€? Alfiah Muntaz pengasong dan penyuka tulisan indah yang sedang coba membuat apresiasi puisi Tanggapan Penulis Puisi atas apresiasi Alfiah Muntaz, 8 April pukul 5:01 • ,Terima kasih banyak atas perhatianmu, sahabat, kau jeli sekali membaca isi hatiku, Tiangku adalah Tuhanku Kugenggam jemari suamiku erat sebelum terlunglai (sebelum ENGKAU putuskan ), karena menurut Tim Dokter tiga abulan masa ) bertaburan doa, insya Allah keluarga beserta sahabat memaafkannya serta mendoakannya tulus ikhlas, itu yang ingin aku utarakan dan kau, Alfiah, dapat menangkapnya, terima kasih, padahal isi hatiku sudah di nomor corot yaa, bahasa Medan,sudah jauh di bawah, terima kasih sahabat, salam damai Tiangku Kugenggam jemarimu erat Sebelum terlunglai BERMANDIKAN doa, itu awal yg ada di hatiku, setelah aku renungkan , koq malah aku menjatuhkan Tiangku, serta percaya seratus persen prediksi itu, berat memang mengeluarkan isi hati yaa, dalam suasana begini, maka kujemput BERTABURAN, insya allah dari kemaren-kemaren doa keluarga juga sahabat mengalir, insya allah, hingga " ter " lunglai , yg agak aneh yaa, mengapa aku menjemput " ter ", karena semua keputusan ada di Tiangku, maafankanlah aku sahabatku, Alfiah, itu hanya isi hatiku, kau jeli sekali sekali lagi : kau jeli,", terima kasih, salam damai

71


15. MENGENAL LEBIH JAUH DUA PUISI KETERASINGAN KARYA BINTANG KARTIKA Oleh: Hayat Abi Cikal. Sejujurnya daya piker saya masih asing dengan dua puisi berjudul KETERASINGAN ini, tapi demi mengasah daya piker saya sendiri, saya akan mencoba mengenal lebih jauh dua puisi karya Bintang Kartika ini; KETERASINGAN mata almanak gugur lembar-lembar kitab tanpa titimangsa (mei, 2013) KETERASINGAN 2 menghitung almanak gugur kitab tak lazim dibaca (Wednesdayblues -, 2013) Keterasingan; dalam pemahaman saya adalah satu keadaan dimana seseorang tengah merasa penat atau merasa berada di titik jenuh, mungkin rasa ingin menyepi dari persoalan hidup, menyepi dari hiruk-pikuk yang berbau duniawi. Larik pertama>> mata almanak gugur Ketika seseorang berada pada titik jenuh maka matanya; pandangan hidupnya akan lebih condong berpaling pada (almanak) perjalanan hidupnya sendiri, hal ini biasa disebut dengan"kesadara -n". Kesadaran yang datang karna rasa sedang jatuh atau berada di titik jenuh.Secara makna kata gugur itu berkenaan dengan daun atau bunga yang jatuh ke bumi karna sudah waktunya (tua) atau karna faktor alam; tertiup angin atau tertimpa hujan, bisa juga karna hama semisal digerogoti ulat. Begitupun kesadaran biasanya datang karna mengingat diri yang semakin bertambah usia (tambah tua), mengingat kalau diri suatu saat akan gugur (mati), atau merasa sudah banyak melakukan kesalahan, kesadaran juga bisa datang karna adanya musibah, cubaan atau ujian yang menimpa, seperti halnya angin meniup dedaun atau hujan deras yang menimpa.

72


masuk ke larik kedua>> lembar-lembar kitab tanpa titimangsa bertaut dengan larik pertama; dalam keterasingan atau dalam kesadaran diri biasanya seseorang mengingat-ingat -atau membaca (kitab) perjalanan diri, lembar-lembar hari yang sudah dilewati, yang saya maknai sebagai catatan perjalan yang sudah dan akan dilalui, yang tidak seorangpun tahu titimangsanya; kapan perjalan hidupnya akan berakhir atau kapan maut akan menjemput. KETERASINGAN 2 menghitung almanak gugur kitab tak lazim dibaca (Wednesdayblues - 2013) Untuk KETERASINGAN yang kedua ini, saya rasa masih bertaut dengan KETERASINGAN yang pertama, bahkan Bintang Kartika sendiri sempat bingung memilih mana yang hendak di posting, maka dari itu saya langsung masuk ke larik pertama saja; >>menghitung almanak Dalam pemahaman saya, menghitung almanak adalah introspeksi diri dan mengevaluasi perjalanan hidup yang telah di lewati dan yang akan dijalani, menimbang-nimba -ng apakah sudah banyak amal kebaikan ataukah banyak amal keburukan yang sudah dilakukan. Lalu pada larik kedua>> gugur kitab tak lazim dibaca Larik kedua sepertinya merupakan jawaban dari pertanyaan-pert -anyaan di larik pertama, bahwa tak seorangpun pantas (lazim) atau bisa membaca dan menerawang buku catatan perjalanan hidupnya kelak, apakah itu yang masih akan berlaku semasa hidup ataupun buku catatan amal kelak setelah mati.Karna sejatinya hanya Tuhan sajalah yang paling hak tahu apa-apa yang akan terjadi pada diri seseorang dan bagaimana baik buruknya amal seseorang. KETERASINGAN mata almanak gugur lembar-lembar kitab tanpa titimangsa 73


KETERASINGAN 2 menghitung almanak gugur kitab tak lazim dibaca (Wednesdayblues - 2013) Kesimpulan saya; dua puisi berjudul KETERASINGAN karya Bintang Kartika ini intinya adalah renungan (introspeksi dan evaluasi) perjalanan hidup dari seseorang yang tengah merasa ada di titik jenuh. Mungkin.. apresiasi untuk dua puisi KETERASINGAN ini masih jauh dari apa yang dimaksud penulisnya, karna ternyata mengapresiasi karya oranglain itu ternyata sangat sulit, karna harus membaca dan menuangkan hasil daya piker oranglain (penulis), berbeda dengan membuat puisi, walaupun sama sulitnya tapi menuangkan apa yang ada di pikiran sendiri, sehingga tidak ada kekhawatiran salah pemahaman. salam lifespirit! salam sahabat hati.. (Apresiasi oleh Hayat Abi Cikal)

74


16. KETIKA 'KERTAS GAMBARKU' Mencatat Renungan. Oleh Noor Aisya Penyair atau penulis sering melukis dalam bentuk gambaran pada setiap sesuatu yang berjaya mencuit perasaan mereka atau meninggalkan kesan juga resan dalam catatan kehidupan. Pembaca juga ketika membaca sebuah karya pasti mahu luahkan rasa kagum, marah atau mengkritik bukan dengan tujuan untuk melepaskan ledakan ketidak-puasan hati atau kekaguman tetapi lebih untuk menggunakan satu medium memberi rasa penghargaan pada penulis. Walaupun puisi ini mendapat 4 bintang, Aisya rasa puisi ini juga layak menerima apresiasi. Puisi Kresna Dwipayana menarik perhatian Aisya kerana meninggalkan kesan pada saya pada pertama kali membacanya. Ini mungkin apa yang dimaksudkan mas Imron apabila mengatakan ‘ledakan boom!’ Letupan itu memang amat terasa apabila Aisya baca puisi tersebut. Oleh kerana setiap individu itu berbeda, Aisya tidak pasti jika yang lain juga terasa efek yang sama. KERTAS GAMBARKU dibukabuka Raqib-Atid, dicorat-coret sketsa wajahku: terlukis naturalis Kali Lusi, 11 Mei 2013 Penulis memilih judul Kertas Gambarku sebagai objek yang mahu diajak untuk renungan. Agak menghairankan mengapa dipilih gambar bukan diri sendiri dan kertas. Gambar merupakan satu rakaman memori yang nyata yang mampu kita simpan dalam album dan simpan. Mungkin penulis (sengaja) menggunakan ‘gambarku’ untuk mewakili dirinya yang sepanjang hidupnya merakamkan sketsa ‘panorama’ yang berbeda. Kertas kerana kebanyakan gambar yang dihasilkan merupakan sejenis kertas yang istimewa. Walaupun kini zaman teknologi yang canggih, gambar boleh disimpan dalam computer, telefon bimbit (handphone) dan sebagainya. Tetapi ini mungkin dapat dijelaskan pada larik/baris pertama iaitu ‘dibukabuka Raqib-Atid, dicorat-coret’. Rukun Iman kedua adalah percaya pada malaikat. Raqib dan Atid ialah dua malaikat yang mencatat amalan kita sepanjang hayat kita. ‘Dibuka-buka Raqib-Atid’ dimaksudkan buku catatan kita, inilah punca sebab kata ‘KERTAS’ dijadikan sebahagian tajuk kerana ‘buku’ dibuat daripada kertas. ‘dicorat-coret’ menunjukkan amal-amal yang telah kita lakukan baik yang baik atau buruk. Kalau di Singapura, istilah buku tiga 5 akan digunakan kerana pada suatu waktu, buku tiga 5 sering digunakan untuk menulis segala hutang yang belum dilunaskan. 75


Larik kedua pula “sketsa wajahku: terlukis naturalis” sebenarnya menentukan rupa seseorang dengan sebenarnya. Apakah dia bakal merupakan khinzir, lembu atau dirinya sendiri? Larik ini mengingatkan Aisya pada satu firman yang menyebut pada hari akhirat kelak, manusia akan menunjukkan wajah mereka yang sebenarnya berdasarkan amalan yang dilakukan di dunia. Waktu Rasulullah israj mi’raj, baginda juga menyaksikan beberapa adegan yang ngeri di neraka dan wajah-wajah manusia yang melakukan dosa tertentu. “Kenalilah diri kamu barulah kamu mengenali AKU” membuktikan bahawa manusia perlu terus mencari dan mengenali diri sendiri sebelum mengenali Allah. Sudah tentu yang dimaksudkan dengan mengenali diri bukan sekadar cukup dengan mengetahui nama, tarikh lahir dan sebagainya tetapi maksud tersiratnya pasti lebih mendalam dan luar di jangkauan kita yang masih bertatih dalam proses pencarian haqiqi. Bagi Aisya, puisi ini berjaya mengajak Aisya berfikir sejenak. Apakah dan bagaimanakah keadaan Aisya kelak di akhirat? Apakah kita manusia harus berbangga dengan keadaan yang ada sekarang atau cuba ubah diri sendiri pada kebaikan. Hidup ini bukan sekadar mencari rezeki dan menjalani tanggungjawab, pasti ada yang lebih bermakna, bukan. Sebagai manusia, apakah kita ni merupai manusia atau ‘binatang jalang’ seperti teriakan Chairil Anwar? Akhir sekali, kita cuba perbaiki diri kita dari segi apa pun, baik akhlak atau mencari ilmu kerana sebagai manusia, memang kita banyak kekurangan dan dengan memperbaiki diri kita sentiasa, insya Allah, kertas gambar kita akan dicoret dengan keindahan di mata pena malaikat Raqib dan Atid. Wassalam.

76


17. INTROSPEKSI: ADAKAH YANG SALAH? Oleh: Alfiah Muntaz Dalam sebuah puisi, tema yang ingin dituangkan kerap dijadikan judul oleh beberapa penyair. Memang tidak ada larangan namun tidak ada pula suatu keharusan. Sebagian penyair cenderung tidak melepaskan begitu saja judul yang langsung mengarah ke tema, memain-mainkan imaji pembaca akan kian membuat puisi dalam keadaan remang-remang. Hal ini tentu tidak berarti judul puisi mesti jauh dari tema, justru judul yang baik merangkum isi puisi dan mengarahkan pembaca ke tema yang ingin diungkapkan. Harus diakui, menentukan judul sebuah puisi bukanlah hal mudah bagi sebagian penyair. Judul kerap menjadi kendala, tak salah jika sewaktu-waktu kita menjumpai judul dan isi puisi yang tidak bersangkut-paut hingga pemaknaan menjadi gamang. Kembali di grup puisi dua larik tujuh kata saya menemukan sebuah puisi yang cantik dari segi diksi dan maksud yang ingin disampaikan, namun judulnya kurang memuisi menurut saya. Puisi yang saya maksud tersebut tertulis sebagai karya Aiyu NaRa. INTROSPEKSI menghitung uban-uban di kepala cermin menatapku, hening Formosa, Mei 2013 Mengesampingkan judul yang saya “tuduh� kurang memuisi, diksi-diksi yang dibangun penyair ini amat sederhana, kerap kita jumpai dalam percakapan sehari-hari. Meski unsur sederhana yang membangun isi puisi namun hasilnya bukanlah sesuatu yang biasa-biasa saja. Apakah kita mampu menghitung uban-uban di kepala seperti yang dituliskan dalam larik pertama? Aha, tentu saja bisa, Al. Mungkin ada yang menjawab seperti itu. Ya, memang bisa jika ubannya masih di bawah sekian puluh helai dan yang menghitung pun punya tabiat iseng. Uban bukanlah sesuatu yang permanen; habis dicabut lalu selesai. Sebagian orang percaya makin dicabut uban akan makin tumbuh lebat. Lalu, mengapa Aiyu seakan-akan (memang) menghitung uban-uban itu? Sesungguhnya tak ada jawaban pasti untuk pertanyaan tersebut. Saya hanya menduga-duga, uban-uban yang dibawa Aiyu ini adalah hal-hal yang sebenarnya tidak manusia inginkan. Sesuatu yang kerap ditutup-tutupi atau dibuang. Kita tahu, sebagian kaum hawa rela mengeluarkan uang dalam jumlah yang cukup besar untuk menutupi helai-helai rambut putih yang menakali mahkota mereka. Lazimnya jumlah uban makin banyak seiring pertambahan usia meski tidak bisa disangkal, masa kini efek pembersih rambut yang mengandung bahan kimia turut memicu tumbuhnya uban di usia belia. 77


Selanjutnya kita perhatikan larik pamungkas. Di sini Aiyu memainkan metafora dengan apik /cermin menatapku, hening/. Senyatanya kapan saja kita menoleh ke cermin, tampak di sana diri kita dengan segala atribut yang ada. Di hadapan cermin, sifat kurang puas cukup sering merasuk. Kemudian, kita berusaha memperbaiki tampilan sehingga tampil lebih cantik, lebih modis dan sebagainya. Tanda baca (,) yang diletakkan sebelum diksi hening saya pikir jitu untuk membawa tibanya pesan akhir. Aiyu tidak meletakkan tanda baca (:) yang sering hadir di grup ini yang kemudian dimaknai sebagai penegasan. Tapi tanda baca (,) sebagai jeda yang diikuti diksi hening, kemudian saya baca sebagai dari sekian waktu yang ada, ambillah sejenak, kita berbagi cerita dengan cermin apa-apa saja yang sudah kita tanggalkan dan yang tetap melekat pada diri kita. Puisi ini ditutup Aiyu dengan “hening� bukan diam, hening memang terdengar lebih puitik. Menghubungkan larik pertama dan kedua, puisi berjudul Introspeksi ini mengajak kita merenungkan, koreksi diri dan segera berbenah dari segala laku yang kerap mementingkan diri sendiri. Semakin kita diberi umur, mestinya makin menyadari keegoisan masing-masing. Hidup ibarat pelajaran yang tak pernah usai dan introspeksi merupakan salah satu jurusan yang mesti ditempuh. Tanpa melupakan pengalaman yang selalu menjadi guru berbaik namun pengalaman serupa tidak selalu memberi hasil yang sama. Sebagai manusia kita terlalu banyak menilai juga menyimpan kesalahan orang lain dan terlalu sedikit menyadari kekurangan diri sendiri. Menanggalkan ke-aku-an bukanlah berarti memalukan justu kian meninggikan kemanusiaan kita. Maka Aiyu mengajak kita di depan cermin, membiarkan cermin melihat kita agar ia bisa memberitahu bagian mana yang mesti kita perbaiki lagi. Sampai di sini saya maksudkan puisi ini bukan puisi yang biasa-biasa saja. Dengan diksi-diksi sederhana, tampaknya Aiyu tidak bermaksud mencanggih-canggihkan bahasanya. Jika boleh saya bawa ke arah lain lagi, puisi ini juga menyerupai introspeksi untuk beberapa anggota di grup ini yang kerap saya baca menggunakan diksi-diksi yang terlalu “tinggi�, bisa jadi dipikir dengan diksi yang wah tersebut, puisi akan luar biasa. Tapi, lihatlah! Secara keseluruhan puisi ini memang bicara tentang introspeksi, saya sebut lebih tepat bertema introspeksi. Dipasang sebagai judul dalam puisi yang jelas memenuhi struktur dua baris tujuh kata , introspeksi langsung mengarahkan saya sebagai pembaca untuk menyadari memang ini sebuah introspeksi, belum lagi ditunjang larik-larik yang ada. Saya berandai-andai, Aiyu NaRa memasang judul yang lain, yang lebih puitik namun tidak lari dari isi, saya kira puisi ini akan lebih cantik. Ini hanya pembacaan sepihak dari saya. Tentu saya tidak berharap yang membaca apresiasi ini sepenuhnya percaya, karena saya ingin ada apresiasi lain yang muncul. 78


Kita masih percaya, puisi yang memuisi akan melahirkan banyak apresiasi. Saya pikir apresiasi juga salah satu bentuk introspeksi dalam hal belajar memaknai puisi. Dan kita juga masih dan mesti percaya, tidak ada kata tunda dan tidak ada yang salah untuk upaya introspeksi dalam hidup ini, bukan? Batu Tulis, 16 Mei 2013

79


18. KAUSALITAS JUDUL PADA TENGKU DAN LAUTNYA ADRI SANDRA Oleh: Imron Tohari “Pada dasarnya hakikat puisi adalah kosentrasi dan intensifikasi. Puisi dibangun dari unsur-unsur tertentu yang selalu dipergunakan oleh penyair dengan sadar atau tidak. Dapat atau tidak struktur yang dibangun itu mengantarkan tema/ amanat mempunyai syarat-syarat tertentu pula untuk dapat memberikan kesan kepada pembaca/pendengar. Dan, keasan keindahan ini ditentukan oleh dapat atau tidak struktur dan tema/amanat itu bahu-membahu membangun kesan tersebut” (SUYITNO, Kritik Sastra, Penerbit LPP & UNS Press. 2009) TENGKU DAN LAUT Tengku, gemuruh laut gelombang dalam bumbung darahmu (Adri Sandra, Padang; Januari 2013) Judul //TENGKU DAN LAUT// secara tersurat berseakan tidak kita temui adanya kausalitas di sana. Memang kalau kita hanya merunut pada baris 1 saja, kausalitas tadi kurang rekat (walau sebenarnya secara tersurat pun tersirat baris 1 telah sangat berhasil memberi citraan latar suasana/kejadian "Tengku, gemuruh laut". Dan saya memaknainya setara " Penguasa, juga hiruk pikuk (kekinan) suatu tatanan Negara”. Ok seandainya pembacaan saya keliru, namun saya rasa hubungan kausalitas tadi semakin kuat saat kita masuk pada baris 2 //gelombang dalam bumbung darahmu//. Pemilihan diksi /bumbung/ dibentur tautkan dengan /darah/ saya rasa suatu pilihan yang cerdas, dimana dia memilih /bumbung/ jika dikaitkan dengan /Laut/ saya memaknainya sebagai kata konkret dari perian tempat nelayan menaruh ikan hasil tangkapannya/bisa juga dipakai sebagai tempat air minum nelayan saat melaut. Namun saat dibentur tautkan dengan /darah/, disini bumbung mevisualisasikan dirinya sebagai “pembuluh” >> bumbung darahmu; pembuluh darahmu. Disinilah terjadinya hubungan sebab akibat (pemaknaan yang tersirat) >> dimana Tengku sebagai bahasa symbol/kias pemegang kuasa dan laut sebagai symbol/ kias medan dengan segala hal yang menyerta di dalamnya, dimana disinilah peran "Tengku" dalam " hiruk pikuk suatu medan (bisa negara, bisa rumah tangga, ect yang setara maksud) sangat ditentukan perannya "laju" atau "tenggelam" dalam laut >>>//gelombang dalam bumbung darahmu// Untuk memunculkan aspek pysycologis dari /Tengku/, dimana Tengku pada puisi Adi Sandra ini bisa saja sebagai simbolik poetika dari penguasa, pemimpin suatu Negara, kepala rumah tangga, atau pemangku jabatan suatu golongan ect yang 80


setara maksud, pemilihan diksi /gelombang/ yang melengkapi pertautan diksi “…. Dalam bumbung darahmu” saya katakan sekali lagi ini juga merupakan suatu pilihan yang cerdas, secara harafiah teks /gelombang/ jika dikaitkan dengan laut adalah suatu ombak besar yang bergulung-gulung (di laut), dan jika laut kita maknai sebagai suatu medan/Negara, maka “gelombang” bergeser makna sebagai suatu kelompok; golongan (pasukan, koloni/jaringan, sekumpulan kelompok, rakyat, dsb) yang bergerak maju beruntun-runtun dan di sini peran “tengku” yang makna secara teks; tuan; penguasa, begitu ditarik benang merah dengan judul //TENGKU DAN LAUT// , rekatan diksi secara keseluruhan baris 2 ini akan menguatkan adanya kausalitas (hubungan sebab akibat) kenapa pengkarya cipta memilih judul: //TENGKU DAN LAUT// Pada baris dua Adri Sandra dalam meletupkan pesan, amanat, makna kontempelasi ke penghayat, melalui bahasa-bahasa symbol/kias begitu kental. Dan jika kita cermati dengan seksama, terlihat kalau creator ini sangat mengenal betul sifat kata, sifat bunyi, serta kekuatan irama dalam menafasi larik puisi. Pilihan kata /gelombang/, /bumbung/, selain menciptakan imaji dan memenuhi prasyarat sebagai kata kongkret, juga menghasilkan nada yang menggema dari kehadiran huruf konsonan /ng/ disetiap akhir kata termaksud. Pada baris dua ini pilihan diksi dan tata cara creator membentuknya berhasil menghadirkan ritme tertentu yang terasa unik, terasa ada pemberhentian atau jeda sejenak setelah pengungkapan frase yang masing-masing terdiri dari dua kata yang menimbulkan ritme tertentu /ng/, /da/, /ng/, /da/. Dan ini kian memberi nuansa lapis bunyi yang indah. Kekuatan aliterasi /ng/ yang cukup dominan pada puisi 2,7 Adri Sandra ini dalam menghadirkan ritme tertentu sebagai salah satu unsur kekuatan puisi, seperti halnya dominasi aliterasi /ng/ pada baris pertama puisi karya Liu Changqin jaman dinasti tang //Petang datang gunung tua menjauh//, saya kutip lengkap puisi 4 larik seperti di bawah ini (di kutip dari Antologi Puisi Tiongkok Klasik, ZHOU FUZUAN, Gramedia Pustaka Utama. 2007. Hal 72) : BERSUA DI MALAM BERSALJU Petang datang gunung tua menjauh Udara dingin rumah putih merapuh Terdengar anjin menyalaki pintu kayu Manusia pulang di malam badai bersalju Kembali pada karya Adri Sandra, struktur fisik dan batin puisi secara utuh menyeluruh, baris dua yang terdiri dari 4 kata dalam satu larik //gelombang dalam bumbung darahmu// menurut bacaan saya sangat memenuhi criteria keaslian, banyak mengandung daya kreatip, daya cipta, baik secara struktur gaya bahasa, ungkapan-ungkapan, perkawinan kata dalam menghasilkan pemaknaan baru, maupun idea yang diungkapkan, juga secara batin puisi menawarkan nilai permenungan 81


yang mendalam akan hakikat hidup dan kehidupan, serta mampu menjadi eksekutor yang baik yang kian menafasi apa yang telah dicitrakan pada larik satu sebelumnya. Saya selaku penghayat, puisi //TENGKU DAN LAUT// karya penyair Adri Sandra, Padang, bisa saya katakan sebagai salah satu contoh puisi 2, 7 yang memuisi, dimana dengan hanya 2 baris, 7 kata penyair berhasil mengangkat tema besar dan menuangkannya dengan sangat baik melalui simbol-simbol puisi pada medium tuang yang boleh dikata teramat padat. Jujur saya pun mesti belajar dari puisi ini untuk menghasilkan karya puisi 2, 7 yang baik ke depannya. Salam lifespirit! (lifespirit, 7 Juli 2013) Tentang Penulis. Imron Tohari, penyuka sastra khususnya menulis dan menikmati puisi dengan nama pena “lifespirit!” Kelahiran Malang Jawa Timur - Indonesia, yang sekarang tinggal menetap di Mataram Lombok NTB - Indonesia. REFERENSI: • Kritik Sastra, Penulis SUYITNO. Penerbit LPP & UNS Press. 2009 • PURNAMA DI BUKIT LANGIT, Penerbit Gramedia Pustaka Utama. 2007. • Kamus Besar Bahasa Indonesia III disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Penerbit Balai Pustaka. 2008.

82


19. KORESPONDENSI ANTAR LARIK DALAM IMAJI “JUM’AT WAGE”-nya DEDET SETIADI. “Sebuah sajak yang saya tulis tanpa kejujuran hati nurani tak akan pernah mengarungi perjalanan waktu sehingga tak akan punya nilai abadi” (D. Zawawi Imron. SASTRA PENCERAHAN. 2005) I. PENDAHULUAN Karya sastra seni puisi pun sajak biasanya tercipta tidak terlepas dari aspek kejiwaan pemuisi saat idea atau tema dari hasil tangkapan idera secara langsung maupun tidak langsung, atau bisa juga mengada karena pergolakan rasa pikir creator akan sesuatu hal yang menggelisahkan dirinya untuk dicarikan jalan keluar melalui perangkat-perangkat bahasa sehingga menemu nilai kontemplasi yang memberi nilai kebaharuan pikir kekinan bagi diri creator sendiri maupun bagi penikmat baca/penghayat diluar diri creator. Puisi yang baik, selain ditulis dengan kejujuran hati nurani seperti yang dinyatakan D Zawawi Imron di atas sebagai pembuka esai ini, juga diperlukan kekuatan dari diksi-diksi terpilih yang antara diksi-diksi tadi saling memberi korespondensi baik sehingga dalam cakupan yang lebih luas lagi, khususnya dalam puisi 2,7, terjadi kemenyatuan korespondensi antar larik atau baris yang bisa menghantarkan makna, amanat, dari tema yang dibawa batang tubuh puisi secara utuh menyeluruh. Korespondensi pada puisi, secara utuh menyeluruh juga mencakup korelasi baik, di mana antara judul sebagai kunci pembuka pintu masuk ke dalam rumah puisi dengan isi yang terbagi atas larik-larik puisi (pada puisi 2,7 terdiri dari 2 larik) mesti sepadu-padan. II. KORESPONDENSI JUDUL DAN ISI PADA PEMAKNAAN PUISI. Jika ditanya seberapa penting korelasi dan atau kausalitas judul dengan isi puisi, maka saya akan jawab bahwa hubungan tersebut teramat sangat penting, sebab jika judul tidak bisa memberikan korelasi yang baik pada isi, maka peran judul tadi justru akan mengaburkan citraan makna yang ingin disampaikan isi puisi secara keseluruhan pada penikmat baca. Dan kekurang padu-padannan judul sebagai korespondensi yang baik untuk masuk ke dalam batang tubuh isi puisi, saya rasakan pada karya puisi 2,7 penyair Dedet Setiadi yang bertajuk //JUMAT WAGE//, seperti yang saya kutip lengkap di bawah ini:

83


JUMAT WAGE sekepal lempung, jadilah mata menangkup kepayang semesta Dedet Setiadi, Magelang, 25 wage Judul sangat penting (kalau tidak boleh dikatakan amat vital ) pada puisi 2,7. Seperti halnya dalam penciptaan puisi pendek lainnya, dengan judul yang baik dan kuat, akan menjadi pemandu awal bagi penikmat baca untuk masuk dalam upayanya menelaah makna dari puisi bersangkutan, hal ini dikarenakan puisi 2, 7 selain berbatas 2 baris, juga hanya menyediakan ruang kata yang sangat terbatas (baca: 7 kata dalam 2 baris utuh.) Dedet Setiadi pada karyanya bertajuk //JUM’AT WAGE//, jika saya menilik isinya, kata/diksi /Jumat/ pada judul tidaklah ada masalah, bahkan menurut saya selaku pembaca, diksi /JUM’AT/ inilah yang mampu menjadi pemandu yang baik untuk pembaca menyelami pesan di dalam batang tubuh puisi selanjutnya. Sayang justru munculnya keberadaan kata /WAGE/ pada judul setelah kata /JUM’AT/ seakan menjadikan arah yang sudah terlihat tadi menjadi samar (kalau tidak boleh dikatakan buyar). Bisa jadi munculnya diksi /wage/ karena adanya suatu dorongan tertentu secara pysycologis dari luar diri creator(motivasi ekstrinsik) yang terkait dengan neptu atau weton dari bagian di luar aku lirik yang mempunyai kedekatan emosional, mengingat wage identik dengan budaya jawa yang terkait dengan kedekatan unsur neptu/ weton lahir seseorang. Judul, utamanya diksi /JUM’AT/ kalau dikaitkan dengan larikan pertama //sekepal lempung, jadilah// lebih dekat pada prosesi penciptaan awal Adam pada hari Jum’at (tanpa ada rujukan yang mengarah ke Wage sebagai kesatuan penanggalan jawa), maka jika /wage/ ini benar terkait dengan weton, berarti itu pastinya weton dari seseorang yang begitu dekat dan dikenal dengan baik oleh creator. JUMAT WAGE sekepal lempung, jadilah mata menangkup kepayang semesta Dedet Setiadi, Magelang, 25 wage/ kamis 4 Juli 2013 <<< saya tulis lengkap semata untuk tujuan interpretasi penulis melalui pendekatan ekstrinsik. Jika menilik judul /JUMAT WAGE/ ͢ WAGE? saat saya tautkan dengan tersurat dan tersirat isi dalam batang tubuh puisi secara keseluruhan, rasa imaji saya selaku penghayat akan terhisap pada nilai-nilai penciptaan nabi Adam AS yang dicitptakan Allah dari segumpal tanah liat pada hari jum’at, dan mulai menatap segala semesta dengan semua pernak-perniknya pada hari jum’at, tersurat di larik 2 /mata menangkup kepayang semesta/. Namun selaku penghayat saya terganjal pada pemakaian kata /WAGE?/ apakah 84


penciptaan Adam dan segala prosesi kenabiannya jatuh pada hari jumat wage? Atau karya ini terlahir karena bertepatan dengan Jumat Wage? Saat saya coba dekati dengan kemungkinan pysycologis creator saat melahirkan karya ini dengan melihat hari karya ini dibuat (sesuai karya ini diposting pada tanggal 4 Juli 2013 di group puisi 2, 7), dan saya lihat ternyata pada kalender umum yang tertera tanggal 4 Juli 2013 jatuh pada hari kamis atau penanggalan jawa kamis 25 Wage, dan jum’at jatuh pada pasaran Kliwon atau jum’ at kliwon. Dari sinilah saya selaku penghayat seperti kehilangan sulur masuk melalui judul karena ada pelekatan kata “WAGE” pada penunjuk hari “Jum’at” menjadikan pintu agak terkunci untuk ke detail makna yang ingin dihantarkan puisi kuat ini. Dari pembacaan sederhana inilah saya berfikir betapa penting bentukkan kata pada judul sebagai penunjuk arah untuk memasuki rumah puisi. III. KORESPONDENSI ANTAR LARIK DENGAN MEMANFAATKAN INSTRUMEN PEMBANGUN PUISI LAINNYA Pada puisi 2,7 yang terbagi dalam dua larik/baris, untuk mendapatkan korespondensi antar lark tanpa kehilangan ruang imaji dan kehilangan nilai estetik poetika-nya, creator dalam proses kreatif bisa memanfaatkan segala instrument pembangun puisi menjadi memuisi, misal dengan rima, typography poetika, enjambemen, ect. Misalkan dalam mengoptimalkan tipografipoetika, pemetaan kata/enjambemen ini tidak serta merta hanya memenggal kata pada awal, tengah atau akhir baris saja. Namun tahapan ini juga mesti memperhatikan kekokohan kata/diksi dalam melahirkan ruang imaji yang lebih meruang lagi. Mari kita cermati baris pertama pada puisi Dedet setiadi bertajuk //JUM’AT WAGE// di bawah ini: //sekepal lempung, jadilah// >>> Dedet Setiadi Pada baris pertama tampak creator/penyair sengaja menghentikan secara enjambemen sebelum masuk ke larik dua pada kata /jadilah/ yang Nampak terdengar kental kemenonjolan bunyi konsonan l sehingga menciptakan ketegasan pesan dan menjadi suatu rangkaian bunyi yang juga memperkuat citraan yang dibangun secara imajinatif pada bunyi l di dalam kata /sekepal/ dan /lempung/. Kemudian dilanjutkan pada larik/ baris selanjutnya: //mata menangkup kepayang semesta// Larik dua ini secara makna tersurat, tersirat serta muatan amanatnya, berseakan aku lirik diseret untuk berkontempelasi setelah secara citraan suasana baris satu //sekepal lempung, jadilah // yang mengingatkan akan terjadinya suatu proses penciptaan manusia pertama, Adam. Dan larik tersebut saat pembacaan naik kembali ke larik satu, akan secara jelas memberikan gambaran tentang Adam dengan segala prosesi perjalanan ke-nabiannya yang kemudian karena pohon memabukkan (baca: pohon kuldi) yang dila85


dilarang oleh Allah SWT, namun justru Adam lebih terhasut godaan iblis, maka Adam beserta Hawa di turunkan dari langit ke Bumi dengan segala permasalahannya yang telah menghampar di hadapannya, dan betapa adam yang turun di bumi dengan kondisi terpisah dari Hawa, yang didapati hanyalah luasnya alam semesta yang menjadikan dirinya sebagai orang asing, namun dengan keterasingannya tadi, ia-nya mesti mampu menaklukkan kerling lentik bulu mata dunia dan tidak mabuk kepayang karenanya (dan lagi-lagi ini mengingatkan kembali akan kejadian buah pohon kuldi) saat kembali ke pembacaan larik dua //mata menangkup kepayang semesta//. Dimana “semesta” ini mencakup secara universal. Menurut saya hubungan korespondensi yang diawali dari larik 1 lalu ke larik dua ini, merupakan pertautan antar larik-an yang indah sarat makna. Secara korespondensi (KBBI, (Sas) perihal hubungan antara bunyi yang satu dan yang lain dalam sajak; (Sas) hubungan antara bentuk dan isi), maka larik dua ini berhasi menambah kokoh ruang citraan baris pertama, namun secara baris eksekusi tetap menawarkan suatu nilai kontemplasi yang dalam atas hubungan dunia dan akhirat. IV. NILAI-NILAI SPIRITUAL “JUMAT WAGE” DEDET SETIADI Terlepas dari keterpelesetan saya dalam membaca keberadaan diksi /WAGE/ pada judul. Larik atau baris ke dua serta merta mengingatkan saya akan penyesalan Adam dan Hawa setelah memakan buah pohon Kuldi yang dilarangan Allah SWT: "Ya Tuhan, kami telah menganiaya dm kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-A'râf 23). Penjelasan : Doa ini merupakan doanya Nabi Adam a.s. dan isterinya Hawa, ketika keduanya terlanjur memakan buah khuldi yang dilarang oleh Allah Swt., sehingga mereka berdua dikeluarkan dari surga. Karena penyesalannya atas melanggar larangan Allah Swt., maka mereka berdoa agar diampuni dosanya. (di kutip dari http://m. pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/doa/allsub/103/doa-doa-dalam-al-quran-1. html) Firman Allah SWT: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu dibangkitkan. (QS. Al- Mulk [67]: 15) Dunia atau alam semesta ibarat pohon dengan biji atau buahnya yang ranum namun jika kita tidak hati-hati bikin mata nafsu mabuk kepayang dan kian menjauhkan kita dengan khidupan bahagia di akhirat. Namun jika apa yang kita dapatkan di dunia juga untuk kepentingan akhirat, maka itulah sebaik-baiknya amalan. Seperti yang telah di firmankan oleh Allah SWT: “Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) neg86


negeri Akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari [kenikmatan] dunia. (QS. Al-Qashash [28]: 77). V. PENUTUP Puisi sebagai renkarnasi dari olah rasa pikir pencipta karya, maka selain mesti dilandasi niat baik dan kejujuran dalam ungkap, juga mesti memperhatikankorelasi dan atau korespondensi antar diksi dan juga antar judul serta larik-larik puisi secara utuh menyeluruh, sehingga makna yang ingin disampaikan ke penghayat tidak buyar. Salam lifespirit! (Mataram, 3 Agustus 2013) ____________________________________ REFERENSI: • “Sebuah sajak yang saya tulis …” D. Zawawi Imron. SASTRA PENCERAHAN. Penulis Abdul Wachid B.S. Penerbit Saka, 2005 • Kritik Sastra. Penulis SUYITNO. Penerbit LPP & UNS Press. 2009 • Kritik Seni. Penulis DHARSONO/ SONY KARTIKA. Penerbit Rekayasa Sains Bandung, 2007 • Kamus Besar Bahasa Indonesia III disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Penerbit Balai Pustaka. 2008. • Kaifa Nasluku Thariqal Jannah? – Jalan Ke Surga – Penerbit AMZAH. 2006. • http://m.pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/doa/allsub/103/doa-doadalam-al-quran-1.html

87


20. MENGEJA PUISI "CINTA TERAKHIR" Karya Aishaa Nazwa oleh: Mohsyahrier Daeng Semenjak bulan Ramadhan ini, group puisi 2,7 ditaburi dengan puisi-puisi relegius, terutama pada laman khusus "Surat Buat Kekasih" yang menjadi rebutan untuk masuk dalam kamar "99" yang angka ini sudah menjadi milik sah Asmaullah Alhusna Yang Maha Tinggi dengan janji syurga." Allah itu mempunyai sembilan puluh sembilan nama. Barangsiapa menghafalnya masuk syurga" (HR.Bukhari, Muslim, Tirmidzi). Disamping itu, masih ada Al Ahzam (nama Allah yang teragung) yang bila disertakan dalam doa (mungkin termasuk juga puisi-puisi), maka akan dikabulkan segala keluh-kesahnya. Subhanallah! Inilah yang disebut "hanif", bahwa manusia itu di dalam dirinya, ada sesuatu yang perenial, yang abadi, yakni kerinduan kepada kebenaran (Cak Nur dalam Sukidi, 2009). Begitulah seni yang mengungkap keindahan dan kebenaran, dan puisi-puisi adalah kebenaran bagi penulisnya, di mana kita hanya berhak menikmati atau tidak menikmati. Bingung juga untuk memilih di antara ratusan puisi relegius yang akan saya corat-coret, tetapi kali ini sepertinya saya ikut terbawa hanyut pada negeri antahberantah dalam puisi "Cinta Terakhir", karya Aishaa Nazwa. Tunggu dulu, biarkan saya berbaring sejenak di sini, kata Sapardi Djoko Damano, sebab nama Aisyah sudah membumi dalam sanubari insan kamil. Ketika nama Aishaa berpagut dengan Nazwa pada seraut wajah sunyi yang dibalut kerudung merah jambu, maka saya sebut sebagai keserasian antara puisi, nama dan raut. Wowwww! Cinta Terakhir Hening, bening Kecupan dingin di kening: Izrail Aishaa Nazwa bgr. 29-7-2013 Saya tidak akan mepermasalahkan, apakah puisi di atas memenuhi syarat untuk masuk dalam kamar 2,7 atau hanya sekedar numpang berteduh di berandanya, tetapi saya hanya mencoba mendekati dengan yang disebut oleh Gadamer sebagai fenomena das sein, yaitu melihat fenomena keberadaan manusia itu sendiri melalui bahasa (Sibawaihi, 2007). Dengan judul Cinta Terakhir dan ditutup dengan Izrail dengan mudah kita tangkap makna sebagai isyarat kematian atau terminal perpisahaan di antara kefanaan dan keabadian yang oleh para aulia menjadi pengharapan untuk menyelesaikan cinta pada pintu khusnul khatimah. Hayalan saya jadi menerewang lagi pada sepotong kalimat di surat Zainuddin ke89


kepada Hayati di negeri indah, Batipuh yang dengan melankolis digores Hamka dalam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk: Hayati, hanya ada dua cinta yang melbihi kecintaanku kepadamu, yaitu cinta kepada Allah dan cinta kepada kematian. Aneh memang. Kematian justru paling ditakuit oleh sebahagian besar manusia, tetapi mengapa mesti dicintai? Duh! Saya tidak sanggup melukiskan, sebab kata guru saya, ada rahasia di atas rahasia atau rindu di atas rindu. Namun Allah Maha Bijaksana dan digantikanNya kata kematian menjadi indah "Undangan Illahi". Ketika Malaikat Maut menjumpai Nabi Ibrahim as untuk mencabut nyawanya. Ibrahim as berkata dengan memelas: " Hai Malaikat Maut, pernakah engkau melihat seorang kekasih mematikan kekasihNya?". Pada waktu itu juga turun wahyu kepada Malaikat untuk disampaikan kepada Nabi Ibrahim as: " Pernakah engkau melihat seorang kekasih menolak undangan kekasihNya?". Mendengar ucapan itu, Nabi Ibrahim berkata : Silahkan, hai Malaikat Maut. (sumber KH.Haderaini HN). Pada QS. 24 : 46, kematian disebut "Qabdhan yasiran" (tarikan perlahan-lahan). Ibnu Arabi menafsirkan ayat ini, bahwa Allah telah menempatkan manusia di alam kepanjangan dan kemungkinan (dunia), kemudian menarik manusia itu kepadaNya dengan tarikan perlahan-lahan dengan cara mematikannya (kecupan dingin di kening). Saya pamit dulu, sudah kehabisan bahan ocehan. Bacaan: Haderaini HN, KH "Ma'rifat, Musyahadah, Mukasyafah, Muhabbah (4M) Surabaya : CV.Amin (tanpa tahun). Mustafa Mahmud, Dr " Rahasia Yang Teragung", terjemahan Bakrun Abu Bakar Bandung : Husaini, 1986 Sayid Sabiq " Aqidah Islam " Bandung : CV.Dipenogoro, 1978 Sibawaihi " Hermeneitika Al Qur'an Fazlur Rahman" Jogyakarta : Jalasutra, 2007 Prof.Dr.Nurcholis Madjid " Sekapur Sirih ", ed. Sukidi dalam Teologi Inklusif Cak. Jakarta : Kompas, 2001 v

90


21. Setiap Hamba Akan Mencari Tuhannya - Puisi Irwan Prabowo Oleh: Karang Indah Tuhan : Engkau ada EsaMu, bagai angin. Tak terjamah, tapi ku(r)asa. Ip.040713 Setiap makhluk akan mencari khalik-nya. Pernyataan ini dapat mengacu pada kisah Nabi Ibrahim AS ketika mencari Tuhannya. Awalnya ia merenungkan bintang, bulan, matahari sampai menemukan esensi Tuhan dalam hidupnya. “Tuhan : Engkau ada” pemilihan judul ini langsung menjelaskan isi puisi. Tentang pernyataan penyair bahwa Tuhan itu ada. Hanya, pemilihan tanda baca titik dua (:) sebagai sub judul ataupun sebagai pernyataan kupikir kurang tepat dan kurang estetis sebagai judul, sebab bisa saja diganti koma (,) tanpa perlu menjadi dua baris, menjadi “Tuhan, Engkau Ada”. Dan ini sama saja sebagai pernyataan langsung tentang makna isi puisi. larikpertama dibuka dengan dengan salah satu sifat Tuhan yang paling suci, “EsaMu,”: Tuhan yang Maha Tunggal. Tapi kemudian disambung dengan kata selanjutnya “bagai angin.” Kata “angin” adalah kata benda> “bagai benda.” Sebab selain Tuhan sebagai Khalik/pencipta, segalanya adalah makhluk/yang diciptakan. “tiada sesuatu pun yang menyerupainya.” QS Al-Ikhlas: 4. Kata “bagai” dalam KBBI mengandung arti perumpamaan. Larik pertama ini ditutup dengan tanda titik (.), sebuah tanda untuk mengakhiri kalimat; “EsaMu, bagai angin.” Menjadi satu larik yang berdiri sendiri. Tentu akan berbeda jika diakhiri dengan tanda koma (,) atau tanpa tanda baca; “EsaMu, bagai angin,” atau “EsaMu, bagai angin”. Tentu saja, menurutku, ini pilihan yang tidak tepat. Larik kedua, “Tak terjamah, tapi ku(r)asa.” Jika dihubungkan dengan judul, maka larik inilah yang menjadi penguat dari pesan yang sudah tercakup dalam judul. Dan larik ini pun menjadi berdiri sendiri. Kecuali jika 90


larik pertama tadi diakhiri dengan tanda koma (,), maka larik kedua ini akan menjadi penjelasan dari larik pertama, dan kedua larik akan menjadi penjelasan bagi judul. Sebab akan menerangkan sebuah sifat, dalam hal ini adalah sifat dari kata “angin”. Aku menangkap maksud penyair bahwa Tuhan itu dapat diketahui dan diyakini ada dengan mengenali sifat-Nya. Ini benar dan sesuai dengan dalil-dalil. Rasulullah saw bersabda yang artinya, "Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-kali engkau berfikir tentang Dzat Allah." (Hasan, Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah [1788]). Berarti kita diberi nikmat dengan Ar-Razak-Nya, kita diberi rahmat dengan ArRahim-Nya, dan seterusnya… Ada licentia poetica yang asyik dalam larik kedua ini, “Tak terjamah, tapi ku(r)asa.” Seakan mangandung dua pengertian, “tak terjamah, tapi kurasa.” dan “tak terjamah, tapi kuasa.” Aku mesti menambah jempol untuk larik kedua ini. Kupikir semua pembaca pasti dapat langsung mengartikan larik ini tanpa perlu membuka-buka kamus. Dengan uraian singkat di atas, aku merasa kurang setuju dengan larik pertama, sebab tanpa larik pertama, pikiran pembaca akan lebih mengembara ke semua hal tanpa “terbatasi” oleh kata “angin,” sebab memang Tuhan tiada batas. “Tuhan, Engkau ada, tak terjamah, tapi ku(r)asa.” Fitrah setiap makhluk akan mencari Pencipta/Khalik-nya. “Jika engkau mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadamu sehasta. jika engkau datang kepada-Ku dengan melangkah, Aku akan datang kepadamu dengan berlari.” Tuhan ada, dan begitu dekat. Salam jelang subuh. Salam sayang semua… Bogor, Jum’at terakhir sya’ban 1434 H/Juli 2013

91


22. MAKAN (MAKNA) ‘BUM’ PADA PUISI 2,7 Oleh: Cunong Nunuk Suraja Salah satu syarat puisi 2,7 yang layak ujian adalah bum yang dicatat sebagai “Keselarasan/ kesenyawaan baris 2 dalam meletupkan rasa imaji citraan baris 1”. Ketika menyusuri posting-posting anggota group puisi dua larik tujuh kata ini justru permasalah bum ini yang tampak nyata. Sebagian besar puisi 2,7 lebih menekankan pada jumlah suku kata tanpa mencoba mencari celah hingga menuju bum. Beberapa yang sudah saya lakukan dalam mencermati dan menyiasati bum adalah membuat tambahan kata dalam kurung, yang pada puisi biasa dianggap suara di kepala aku-lirik atau komentar penulis pada ungkapan yang sebelumnya. Strategi yang lain dengan memberi tanda hubung (-) pada diua atau lebih kata maka makna yang hilang dalam mengejar bum dapat dikejar atau diterang-jelaskan, lebih-lebih dengan menyodorkan judul yang lebih dari dua larik merupakan cara jitu mengakali keterbatasan tujuh kata meledakkan kuncian puisi mengarah pada bum yang disyaratkan menjadi puisi 2,7. Apa lacur sudah tersesat malu bertutur jadilah salah ucap, salah tanda, salah merapatkan makna hingga menghilangkan wacana normal secara sadar ini puisi itu: puisi 2,7. Jadilah tingkang pukang centang peretang ulah penyair penyihir makna kata tergelincir pada sikap yang harus dianulir karena sudah jauh terpinggirkan pada retasan batas normal budaya bangsa yang beradab. Membuka aib bukanlah hal yang aneh, lucu, menarik perhatian dan halal, membukakan pintu seluas-luas pikiran pada makna yang tak tersensor karena sifat pelanggaran tabu yang diaminkan menjadi kotor-jorok dan tak senonoh. Inikah yang mau dicari dari inti perubahan puisi modern menjadi puisi 2,7? Tanggungjawab apa lagi yang mesti diterakan pada mereka yang mengacungkan tinggi-tinggi panji-panji “poetical licentiate” sekedar menutupi imaji yang ceroboh diunggah? Untuk itu mari dicermati sepuluh contoh puisi 2,7 yang sudah abai dari rambu-rambu yang sangat mudah dibuka di kotak file di ujung kanan halaman depan. Regi Sastra Sena PERJALANAN GERIMIS Hidup; mati Dua alang-alang mabuk racun khuldi 2013

92


Seperti saran Haris Fadhillah (sila klik http://www.puisi2koma7.net/): Baris pertama harus/ mesti menampilkan dirinya sebagai gambaran idea tema (semacam latar pembuka) yang menciptakan gambaran pokok kejadian, karena baris pertama ini yang akan menjadi pemandu luncur ke baris dua sebagai baris penegas/baris penutup yang bermuatan kristalisasi renung (kontempelasi). Pada puisi Regi Sastra Sena justru perenungan datang lebih dahulu dan apakah ini akan nyambung dengan pemapran terbalik ini pada bait kedua? Ternyata sungguh mencengangkan kebebasan berpuitika-lisensia diterjemahkan dengan menggusur logika makna kata. Alang-alang –mabuk – racun – khuldi tidak menyarankan ke pemahaman hidup mati. Karena kalau kita menelisik makna racun memang mematikan, khuldi buah mitos surga yang mengusir ibu=bapak manusia terusir dari surga. Alang-alang mabuk ini sungguh di luar logika makna kata apalagi kalau menilik kearifan budaya local di wilayah mana pun tak terlintas bahwa diksi alang-alang dapat mengacu pada personifikasi sehingga terjadi mabuk. Tinggal sekarang di mana hubungan sebab dan akibat atau kesejajaran makna kata hidup dan mati? Mau dipaksakan bahwa manusia pertama ciptaan tuhan itu dihidupkan di bumi untuk di matikan kemudian? Tengolah tajuk atau judul “Perjalanan Gerimis” makin menciptakan jurang pemahaman suatu sikap kreatif atas pemilihan diksi yang memakna. Taufiq Hidayat KEPALA BATU hulumu membatu puisiku hanya sehelai uban, benak! Jakarta, 2013 Puisi Taufiq Hidayat sangat royal dan boros dengan kata yang bermakna kepala yang akan melingkupi juga benak, uban dan hulu (ini dalam bahasa Sunda). Jika mau mestinya menggunakan pengandaian atau metafor yang tentu akan menyodorkan imajinasi dan ditunjang dengan kearifan budaya Sunda – yang tidak melulu menyodorkan kata yang bermakna sama – tetapi menjulurkan raihan makna yang makin membumi. Puisi adalah barang jadi maka terserah penyairnya mau merevisi atau membuat yang baru lagi. Tetapi kalau saya lebih memilih membuat yang baru, karena akan membangun kreatifitas yang lebih baru. Makna bum atau kata kuncian dengan tanda seru tak membawa penikmat maupun pembaca merasakan terledakkan. Gus Noy SEEKOR BEKICOT AKU BUANG DARI SEBUAH POT YANG TADI PAGI KUTANAMI MAWAR JEPANG ada miyabi di atas syuga puncaknya kepalaku 93


Gus Noy SEEKOR BEKICOT AKU BUANG DARI SEBUAH POT YANG TADI PAGI KUTANAMI MAWAR JEPANG ada miyabi di atas syuga puncaknya kepalaku Puisi yang dicopas ini banyak punya cacat bawaan kalau tidak mau dikatakan deferrable yang dinamai hidrosefalus)* tanpa titi mangsa dan kesinambungan judul dengan muatan imaji yang mau disodorkan. satu-satunya hubungan hanya pada istilah syuga – miyabi – Jepang. Imaji kejepangan ini lantas ambyar pecah berantakan tak berwujud manakala terbentuk di puncak kepala (rambut?). Sasaran puisi ini hanya kekenesan sementara karena menjadi pengekor penulis sebelumnya yang mencoba menyiasati judul berpanjang lengan tangan bergerbang-gerbang. Sasaran yang dituju luput dari genggam makna baik secara K-pop menarikan gangnam style)* sekalipun. Ilham Pujangga RITUS DINI HARI Embun basuh daun Angan hilang menepi; matahari jbi 280713 Penyair Ilham Pujangga menyelesaikan puisi ini setelah terevisi para ahli dan sejawat, tetapi terasa bum matahari seperti kehilangan ritme atau lagu puisi itu sendiri padahal judul sudah sangat kuat menyaran sebagai sebuat ritus ulangan kegiatan yang mencerminkan kekusyukan berkepercayaan. Masuk perlahan pembukaan yang halus memikat tak terselesaikan dengan apik begitu huruf besuara vocal terbuka melanjutkan ketenangan vocal rendah swara [u]. Tumpukan yanganggun bubar jalan kala tersengat makna bunyi menepi dan dikunci dengan kata matahari yang semestinya tak akan muncul dalam ritus atau kegiatan kepercayaan manembah bersemedi di awal pagi. Kehilangan ritme dan lagumpuisi menjadikan tonjokan yang sakit ke ulu hati pemahaman. Tak begitu berani merevisi puisi yang sudah terevisi walau cacatnya tak separah milik Gus Noy di atas. Dian Ambarwati SESALKU Bulan pengampunan-Mu Tak keringkan lautan di netraku PC, 28072013 94


Pilihan puisi ini sejajar dengan pemilihan puisi Taufiq Hidayat yakni diabaikan kekayaan intelektual atau keraifan budaya local. Memunculkan diksi netra dengan semena-mena telah membuyarkan imaji yang sudah teruji Bahasa Indonesia, walau cacat mata juga disebut tuna netra, tetapi kenapa mesti memilih diksi ini> Mengapa mengabaikan makna yang biasa sehari-hari sederhana; mata. Rolling consonant [r] memisahkan irama yang terbetuk dari ujung kata lautan. Sayang kepekaan penyair ini terhempaskan hanya kata seksi netra yang menunjukkan kecacatan saja. mau disambung nanti saja (Bogor saat sholat ashar 29 Juli 2013) Referensi http://puisi2koma7.net/ http://health.detik.com/read/2012/02/10/113022/1839165/775/mengapa-seorang-anak-bisa-menderita-hidrosefalus http://www.youtube.com/watch?v=ceVlltPBcHg Bagian Lanjutan: MAKAN (MAKNA) ‘BUM’ PADA PUISI 2,7 (Bagian awal ada di https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/417789481674136/?notif_t=like) Untuk melengkapi sisa pilihan postingan agar jadi sepuluh saya akan memulai dari keberatan Gus Noy atas pembedahan dan pengkulitan puisi 2,7nya yang dinyatakan bahwa: Saya mengekor siapakah? Saya sama sekali baru beberapa hari di grup puisi 2,7. Saya, maaf, malas membuka-buka karya kawan-kawan di grup ini karena tujuan saya sesungguhnya hanya untuk bermain, bukan mau mengekor siapa-siapa. Siapakah sebelumnya yang memulai judul bergerbong-gerbong itu? SUMPAH DEMI HUJAN YANG BISA MENJADI BENCANA, TERKUTUKLAH SAYA JIKALAU SAYA MENGEKOR PEMUISI 2,7 YANG BERJUDUL PANJANG. (rujukan dengan kotak komentar https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/417789481674136/?notif_t=like) Gugatan penyair yang sesungguhnya saya harapkan tidak akan meledakan ‘bum’ komentarnya (dengan huruf capital?) sebagai berikut: SAYA BERANI JAMIN, POTONG SAJA LEHER SAYA APABILA SAYA MENGEKOR! KALAU ADA BEBERAPA KAWAN YANG JUGA MENUDUH BEGITU, BUKAN 95


MUSTAHIL SAYA BISA MENGUTUK ORANG-ORANG SEMACAM ITU! SAYA BERKESENIAN BUKAN UNTUK MENGEKOR SANA-SINI! SAYA BERUSAHA KERAS MENEMUKAN KARAKTER SAYA, BAIK DALAM MENGGAMBAR/ SENI RUPA (KARIKATUR, KARTUN HUMOR/GAGCARTOON, KARTUN OPINI, ILUSTRASI, VINYET, GAMBAR OBLONG, DLL), SENI SASTRA (ESAI, OPINI, CERPEN, PUISI, DAN PANTUN), DAN SENI BANGUNAN (ARSITEKTUR), YANG HINGGA KINI SAYA TERUS BERJUANG SAMPAI MENJADI SESUATU YANG KHAS SEORANG GUS NOY, BUKAN MENGEKOR-EKOR KAYAK SENIMAN TANPA PENDIRIAN ALIAS TUKANG TIRU GAYA SANA-SINI. (silakan dillacak di kota komentar https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/417789481674136/?notif_t=like) Untuk itu sudah saya jawab dalam kotak komentar juga: 21 GN van Balikpapan sudah baca puisi SDD di buku puisi KOLAM? Punya SCB yang minta satu tuhan dengan Ngiau kucing? 2 Kepala ini bukan itu yang suka diekori kemudian diludahi setelah penulis itu bukan ini mampu bikin cetakan buku puis tunggal. Paham? (boleh di tengok di https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/417789481674136/?notif_t=like) Untuk jelasnya saya kutip judul sajak SDD [Sapardi Djoko Damono] (Kolam, 2009: tanpa halamman) [sajak ini sepanjang lima halaman saya takut ruang kotak notes tak mau menampung): SEBILAH PISAU DAPUR YANG KAUBELI DARI PENJAJA YANG SETIDAKNYA SEMINGGU SEKALI MUNCUL DI KOMPLEKS, YANG SELALU BERJALAN MENUNDUK DAN HANYA SESEKALI MENAWARKAN DAGANGANNYA DENNGAN SUARA YANG KADANG TERDENGAR KADANG TIDAK, YANNG KALAU DITANYA BERAPA HARGGANNYA DIKATAKANNYA, “TERSERAH SIITU SAJA ...” Kemudiann tentang pernyataan ekor kucing Gusnoy: “Oleh karenanya, sangatlah darurat saya tegaskan di sini, bahwa SAYA TIDAK SUKA MENGEKOR BUNTUT KUCING SIAPA PUN!” saya siapkan copas sajak SCB sebagai berikut: KUCING Oleh : Sutardji Calzoum Bachri ngiau! Kucing dalam darah dia menderas lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber gegas lewat dalam aortaku dalam rimba darahku dia besar dia bukan harimau bu kan singa bukan hiena bukan leopar dia macam kucing bukan kucing tapi kucing 96


ngiau dia lapar dia merambah rimba af rikaku dengan cakarnya dengan amuknya dia meraung dia mengerang jangan beri daging dia tak mau daging Jesus jangan beri roti dia tak mau roti ngiau ku cing meronta dalam darahku meraung merambah barah darahku dia lapar 0 a langkah lapar ngiau berapa juta hari dia tak makan berapa ribu waktu dia tak kenyang berapa juta lapar lapar ku cingku berapa abad dia mencari menca kar menunggu tuhan mencipta kucingku tanpa mauku dan sekarang dia meraung mencariMu dia lapar jangan beri da ging jangan beri nasi tuhan mencipta nya tanpa setahuku dan kini dia minta tuhan sejemput saja untuk tenang seha ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten Read more: http://crossfire-net.blogspot.com/2009/05/kumpulan-puisi-sutardji-calzoum-bachri.html#ixzz2aTluzFcb di copas dari http://crossfire-net.blogspot.com/2009/05/kumpulan-puisi-sutardji-calzoum-bachri.html#axzz2aTlYyIpQ Begitulah sikap tannggung-jawab tidak mertanggng betul karena saya ada landasan pijakan bukan teori tapi bukti otentik, terserah bagi para pemuisi kalau merasa tidak atau belum pernah membaca sebelumnya, padahal semua bukti sungguh mudah dilacak dengan kelihaian mesin pencari Google. Baiklah saya ingin mempercepat tuntaskann pilihan posting acak pada puisi 2,7 yang berkecenderungan cacat lahir (mungkinkah direvisii, ditulis ulang, disunting kembali?) Qiu Blangkon MENANGKAP SERIBU BULAN pada ganjil yang entah kurindukau tak putus tsm, 300713 harikeduapuluhsatupuasa Postingan ini menarik untuk dikuliti dengan takzim karena kandungan religiusnya. Mau tak mau Menangkap seribu bulan pasti berkaitan dengan bulan hitungan waktu atau nama perhitungan waktu dan bukan semata-mata benda langit yang 97


yang mengedari bumi dan matahari apalagi nama seseorang yang biasanya perempuan (bayangkan 1000 perawan atau perempuan mau ditangkap hap! ... seperti cicak melahap serangga nyamuk!). sayangnya aku lirik gamang dengan hitungan ganjil, makna ganjil yang ambigu ini makin menggelitik karena dapat mengacu pada keanehan atau bilangan matematika berbasis 10 yang tak habis dibagi dua. Tambahan kesadaran akan menge’bum’ sebagai salah satu syarat puisi dukotu tak tergapai raih dengan cermat. aku lirik tenggelam dalam masa penantian yang bernama rindu yang wajarkah jika itu putus? Apakah rindu semacam tali atau sikap pilihan atau pengadilan atau jejak samar sasaran yang hilang? Rindu – penantian adalah waktu yang sejak terciptanya kata ‘kun” hingga kiamat tak akan putus. Sajak ini cacat dalam menciptakan ‘bum’ yang banget. Getar Senar Cinta SUBUH Hening, dalam kalbu Doa berembun, selembar daun. 30'07'13 _BeRe_ Postingan kemudian ini masih merambah tentang keagamaan yang tak gamang karena ketegasan judul yang menyaran ‘Subuh’. walaupun bermakna ganda tetap saja arah imaji judul ini sudah terpatri pada kekhusukan beribadah. Hanya pengandaian atau metaphor yang diunggah tampak kurang akurat dan kuat. Barangkali karena pemuisi mau mengejar irama puisi saja maka aliterasi resonansi bunyi [un] sudah menggodanya sehingga tak dicermati lekat-lekat. Padahal jika sempat saja dibaca ulang pemuisi akan segara merombak atau merevisi pemilihan diksi doa yang dikaitkan dengan daun. Sedemikan sempitkah doa yang terunggah hanya selebar lembaran daun? Seakan sebuah pameo para pecundang patah arang karena luka arang keranjang gara-gara asmara dan akan dibisikan: dunia tak selebar daun pisang! Any Riyanto INI BUKAN PUISI, NAMUN RINDU YANG TERSELIP DI TUBUH GERIMIS gigil kelu, memelukku adalah wajahmu ; di mataku jakarta , juli 2013 aR Puisi kali ini seperti puisi yang biasa dilakukan berusaha memuisi, padahal dengan kata sederhanapun kepuitisan dapat muncul dengan cemerlang sebagi bandinngan yang nyata boleh dibaca perlahan puisi Sapardi Djoko Damono berikut: 98


Aku InginPosted on January 13th, 2009 by by admin Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.. di copas dari http://lenterahati.web.id/aku-ingin.html Puisi SDD ini sudah demikian dihapal bukan karena memuisinya saja tetapi juga pemilihan diksi yang tak menyegajakan jadi puitis (baca biasa-biasa saja dan sederhana sehari-hari) menjadikan puisi ini makin dan makin puitis. Pada puisi 2,7 Any Riyanto kalau saja tidak membuka dengan frase ini bukan puisi tentu akan lebih membuka kandungan imaji yang mau dipaparkan dalam tujuh diksi pilihan pemuisi ini. frase pembuka ini menjadikan puisi 2,7 kehilangan daya pukau. Cengkeraman kepukauan ketertarikan kemisterian imaji puitik sudah tertata dengan bait awal, sayang adalah hal muskil sederhana sehari-hari akan terjadi peristiwa pemelukan wajah yang kemudian di-‘bum’-kan dengan sebatas area mata saja: semata-mata yang bukan memata-matai. Zhe Mahiira Husna Kamiila SALAH SAMBUNG Kamulah penyalur air berkain ihram Kutersentak, siapa? WK_290713 Postingan yang masih terberati sikap khusuk keagaman seperti ibadah haji atau umroh yang akan berkaitan dengan berkain ihram. Diksi ini jelas hannya akan dimaknai jika pembaca adalam muslim, non muslim kurang menghayati peristiwa yang terlibat dengan selibatan kain ihram. tentu saja pembaca non muslim boleh bertanya pada yang mengetahui keterkaitan ihram dan ibadah keagamaan. Kembali masalah bum yang tak tersiapkan karena keterbata-bataan dan ketidak sabaran pemuisi segera ingin ektase dengan peraman imajinya. Bait awal sudah melancar dengan lancer tak terbendung tetapi kuncian yang gamang dan simplistic menjadikan puisi 2,7 kehilangan gema gaung yang senantiasa akan ber ngung ngung ngung di keterpanaan penikmat maupun pembaca puisi. Sayang 1000 malam. 99


Postingan contohan yang pamungkas saya akan coba apa saja yang melintas pada kecepatan posting di group puisi dukotu ini sesegera saja. ternyata puisi saya sendiri yang harus saya kuliti. Jelas saya tahu apa yang memantik puisi ini lahir yakni keprihatian postingan teman sejawat yang kelewat sekedar ala berkadar seadanya, bukan berarti yang sederhana tak layak tetapi kalau sekedar memenuhi hasrat mengunggah tanpa membebankan pesan dan imaji yang utuh teruji jadilah semacam kecacatan pada karya puisi-puisi itu. Seperti yang saya yakini bahwa membaca membuka cakrawala baru dan semakin dibaca lagi akan menemukan cakrawala baru dan baru lagi. Keberulangna ini yang dinamai kekuatan puisi yang menjadikan pembaca atau penikmat termotivasi untuk berkreasi. adakah bum dalam sajak saya ini? saya merasakan gerakan diksi yang saya lunncurkan menjulur pada diksi persepsi, suatu yang paling personal dan hakiki. Persepsi jelas datang dari dalam bukan dari luar. Karenanya puisi akan mengangkat derajat pemuisinya sebagaimana SDD terangkat dengan diksi hujan, SCB dengan kredo mantra dan Rendra dengan sihir pembrontakannya atau protes. hanya puisi ini masih seperti defines, belum sreg benar kalau mau jujur sebagi pemuas pembaca puisi yang mencari irama menuju bum. Bagi pembacaan yang lain saya persilakan untuk berseberangan dengan hal yang sudah saya sampaikan. Inilah puisi itu: Cunong Nunuk Suraja PUISI HARGAKAN PEMUISI Misteri imaji Puisi bergizi memotivasi membukakan persepsi 2013 Sebagai simpulan maafkanlah kelancangan saya mencomot semena-mena postingan teman sejawat dikiprah puisi dukotu karena niat bukan menciderai kehadiran puisi tersebut walau tanpa ijin langsung, karena pemahaman saya pada karya sastra yang sudah di publikasi jadi milik public untuk mengkritisinya. Semoga berkenan: Salam kreatif! Bogor akhir juli 2013 Referensi http://puisi2koma7.net/ http://health.detik.com/read/2012/02/10/113022/1839165/775/mengapa-seorang-anak-bisa-menderita-hidrosefalus http://www.youtube.com/watch?v=ceVlltPBcHg

100


Bagian Lanjutan: MAKAN (MAKNA) ‘BUM’ PADA PUISI 2,7 (Bagian awal ada di https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/417789481674136/?notif_t=like) Untuk melengkapi sisa pilihan postingan agar jadi sepuluh saya akan memulai dari keberatan Gus Noy atas pembedahan dan pengkulitan puisi 2,7nya yang dinyatakan bahwa: Saya mengekor siapakah? Saya sama sekali baru beberapa hari di grup puisi 2,7. Saya, maaf, malas membuka-buka karya kawan-kawan di grup ini karena tujuan saya sesungguhnya hanya untuk bermain, bukan mau mengekor siapa-siapa. Siapakah sebelumnya yang memulai judul bergerbong-gerbong itu? SUMPAH DEMI HUJAN YANG BISA MENJADI BENCANA, TERKUTUKLAH SAYA JIKALAU SAYA MENGEKOR PEMUISI 2,7 YANG BERJUDUL PANJANG. (rujukan dengan kotak komentar https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/417789481674136/?notif_t=like) Gugatan penyair yang sesungguhnya saya harapkan tidak akan meledakan ‘bum’ komentarnya (dengan huruf capital?) sebagai berikut: SAYA BERANI JAMIN, POTONG SAJA LEHER SAYA APABILA SAYA MENGEKOR! KALAU ADA BEBERAPA KAWAN YANG JUGA MENUDUH BEGITU, BUKAN MUSTAHIL SAYA BISA MENGUTUK ORANG-ORANG SEMACAM ITU! SAYA BERKESENIAN BUKAN UNTUK MENGEKOR SANA-SINI! SAYA BERUSAHA KERAS MENEMUKAN KARAKTER SAYA, BAIK DALAM MENGGAMBAR/ SENI RUPA (KARIKATUR, KARTUN HUMOR/GAGCARTOON, KARTUN OPINI, ILUSTRASI, VINYET, GAMBAR OBLONG, DLL), SENI SASTRA (ESAI, OPINI, CERPEN, PUISI, DAN PANTUN), DAN SENI BANGUNAN (ARSITEKTUR), YANG HINGGA KINI SAYA TERUS BERJUANG SAMPAI MENJADI SESUATU YANG KHAS SEORANG GUS NOY, BUKAN MENGEKOR-EKOR KAYAK SENIMAN TANPA PENDIRIAN ALIAS TUKANG TIRU GAYA SANA-SINI. (silakan dillacak di kota komentar https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/417789481674136/?notif_t=like) Untuk itu sudah saya jawab dalam kotak komentar juga: 21 GN van Balikpapan sudah baca puisi SDD di buku puisi KOLAM? Punya SCB yang minta satu tuhan dengan Ngiau kucing? 2 Kepala ini bukan itu yang suka diekori kemudian diludahi setelah penulis itu bukan ini mampu bikin cetakan buku puis 101


tunggal. Paham? (boleh di tengok di https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/417789481674136/?notif_t=like) Untuk jelasnya saya kutip judul sajak SDD [Sapardi Djoko Damono] (Kolam, 2009: tanpa halamman) [sajak ini sepanjang lima halaman saya takut ruang kotak notes tak mau menampung): SEBILAH PISAU DAPUR YANG KAUBELI DARI PENJAJA YANG SETIDAKNYA SEMINGGU SEKALI MUNCUL DI KOMPLEKS, YANG SELALU BERJALAN MENUNDUK DAN HANYA SESEKALI MENAWARKAN DAGANGANNYA DENNGAN SUARA YANG KADANG TERDENGAR KADANG TIDAK, YANNG KALAU DITANYA BERAPA HARGGANNYA DIKATAKANNYA, “TERSERAH SIITU SAJA ...” Kemudiann tentang pernyataan ekor kucing Gusnoy: “Oleh karenanya, sangatlah darurat saya tegaskan di sini, bahwa SAYA TIDAK SUKA MENGEKOR BUNTUT KUCING SIAPA PUN!” saya siapkan copas sajak SCB sebagai berikut: KUCING Oleh : Sutardji Calzoum Bachri ngiau! Kucing dalam darah dia menderas lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber gegas lewat dalam aortaku dalam rimba darahku dia besar dia bukan harimau bu kan singa bukan hiena bukan leopar dia macam kucing bukan kucing tapi kucing ngiau dia lapar dia merambah rimba af rikaku dengan cakarnya dengan amuknya dia meraung dia mengerang jangan beri daging dia tak mau daging Jesus jangan beri roti dia tak mau roti ngiau ku cing meronta dalam darahku meraung merambah barah darahku dia lapar 0 a langkah lapar ngiau berapa juta hari dia tak makan berapa ribu waktu dia tak kenyang berapa juta lapar lapar ku cingku berapa abad dia mencari menca kar menunggu tuhan mencipta kucingku tanpa mauku dan sekarang dia meraung mencariMu dia lapar jangan beri da ging jangan beri nasi tuhan mencipta nya tanpa setahuku dan kini dia minta tuhan sejemput saja untuk tenang seha ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang 102


Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten Read more: http://crossfire-net.blogspot.com/2009/05/kumpulan-puisi-sutardji-calzoum-bachri.html#ixzz2aTluzFcb di copas dari http://crossfire-net.blogspot.com/2009/05/kumpulan-puisi-sutardji-calzoum-bachri.html#axzz2aTlYyIpQ Begitulah sikap tannggung-jawab tidak mertanggng betul karena saya ada landasan pijakan bukan teori tapi bukti otentik, terserah bagi para pemuisi kalau merasa tidak atau belum pernah membaca sebelumnya, padahal semua bukti sungguh mudah dilacak dengan kelihaian mesin pencari Google. Baiklah saya ingin mempercepat tuntaskann pilihan posting acak pada puisi 2,7 yang berkecenderungan cacat lahir (mungkinkah direvisii, ditulis ulang, disunting kembali?) Qiu Blangkon MENANGKAP SERIBU BULAN pada ganjil yang entah kurindukau tak putus tsm, 300713 harikeduapuluhsatupuasa Postingan ini menarik untuk dikuliti dengan takzim karena kandungan religiusnya. Mau tak mau Menangkap seribu bulan pasti berkaitan dengan bulan hitungan waktu atau nama perhitungan waktu dan bukan semata-mata benda langit yang mengedari bumi dan matahari apalagi nama seseorang yang biasanya perempuan (bayangkan 1000 perawan atau perempuan mau ditangkap hap! ... seperti cicak melahap serangga nyamuk!). sayangnya aku lirik gamang dengan hitungan ganjil, makna ganjil yang ambigu ini makin menggelitik karena dapat mengacu pada keanehan atau bilangan matematika berbasis 10 yang tak habis dibagi dua. Tambahan kesadaran akan menge’bum’ sebagai salah satu syarat puisi dukotu tak tergapai raih dengan cermat. aku lirik tenggelam dalam masa penantian yang bernama rindu yang wajarkah jika itu putus? Apakah rindu semacam tali atau sikap pilihan atau pengadilan atau jejak samar sasaran yang hilang? Rindu – penantian adalah waktu yang sejak terciptanya kata ‘kun” hingga kiamat tak akan putus. Sajak ini cacat dalam menciptakan ‘bum’ yang banget. Getar Senar Cinta SUBUH Hening, dalam kalbu Doa berembun, selembar daun. 103


Getar Senar Cinta SUBUH Hening, dalam kalbu Doa berembun, selembar daun. 30'07'13 _BeRe_ Postingan kemudian ini masih merambah tentang keagamaan yang tak gamang karena ketegasan judul yang menyaran ‘Subuh’. walaupun bermakna ganda tetap saja arah imaji judul ini sudah terpatri pada kekhusukan beribadah. Hanya pengandaian atau metaphor yang diunggah tampak kurang akurat dan kuat. Barangkali karena pemuisi mau mengejar irama puisi saja maka aliterasi resonansi bunyi [un] sudah menggodanya sehingga tak dicermati lekat-lekat. Padahal jika sempat saja dibaca ulang pemuisi akan segara merombak atau merevisi pemilihan diksi doa yang dikaitkan dengan daun. Sedemikan sempitkah doa yang terunggah hanya selebar lembaran daun? Seakan sebuah pameo para pecundang patah arang karena luka arang keranjang gara-gara asmara dan akan dibisikan: dunia tak selebar daun pisang! Any Riyanto INI BUKAN PUISI, NAMUN RINDU YANG TERSELIP DI TUBUH GERIMIS gigil kelu, memelukku adalah wajahmu ; di mataku jakarta , juli 2013 aR Puisi kali ini seperti puisi yang biasa dilakukan berusaha memuisi, padahal dengan kata sederhanapun kepuitisan dapat muncul dengan cemerlang sebagi bandinngan yang nyata boleh dibaca perlahan puisi Sapardi Djoko Damono berikut: Aku InginPosted on January 13th, 2009 by by admin Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.. 104


di copas dari http://lenterahati.web.id/aku-ingin.html Puisi SDD ini sudah demikian dihapal bukan karena memuisinya saja tetapi juga pemilihan diksi yang tak menyegajakan jadi puitis (baca biasa-biasa saja dan sederhana sehari-hari) menjadikan puisi ini makin dan makin puitis. Pada puisi 2,7 Any Riyanto kalau saja tidak membuka dengan frase ini bukan puisi tentu akan lebih membuka kandungan imaji yang mau dipaparkan dalam tujuh diksi pilihan pemuisi ini. frase pembuka ini menjadikan puisi 2,7 kehilangan daya pukau. Cengkeraman kepukauan ketertarikan kemisterian imaji puitik sudah tertata dengan bait awal, sayang adalah hal muskil sederhana sehari-hari akan terjadi peristiwa pemelukan wajah yang kemudian di-‘bum’-kan dengan sebatas area mata saja: semata-mata yang bukan memata-matai. Zhe Mahiira Husna Kamiila SALAH SAMBUNG Kamulah penyalur air berkain ihram Kutersentak, siapa? WK_290713 Postingan yang masih terberati sikap khusuk keagaman seperti ibadah haji atau umroh yang akan berkaitan dengan berkain ihram. Diksi ini jelas hannya akan dimaknai jika pembaca adalam muslim, non muslim kurang menghayati peristiwa yang terlibat dengan selibatan kain ihram. tentu saja pembaca non muslim boleh bertanya pada yang mengetahui keterkaitan ihram dan ibadah keagamaan. Kembali masalah bum yang tak tersiapkan karena keterbata-bataan dan ketidak sabaran pemuisi segera ingin ektase dengan peraman imajinya. Bait awal sudah melancar dengan lancer tak terbendung tetapi kuncian yang gamang dan simplistic menjadikan puisi 2,7 kehilangan gema gaung yang senantiasa akan ber ngung ngung ngung di keterpanaan penikmat maupun pembaca puisi. Sayang 1000 malam. Postingan contohan yang pamungkas saya akan coba apa saja yang melintas pada kecepatan posting di group puisi dukotu ini sesegera saja. ternyata puisi saya sendiri yang harus saya kuliti. Jelas saya tahu apa yang memantik puisi ini lahir yakni keprihatian postingan teman sejawat yang kelewat sekedar ala berkadar seadanya, bukan berarti yang sederhana tak layak tetapi kalau sekedar memenuhi hasrat mengunggah tanpa membebankan pesan dan imaji yang utuh teruji jadilah semacam kecacatan pada karya puisi-puisi itu. Seperti yang saya yakini bahwa membaca membuka cakrawala baru dan semakin dibaca lagi akan menemukan cakrawala baru dan baru lagi. Keberulangna ini yang dinamai kekuatan puisi yang menjadikan pembaca atau penikmat termotivasi untuk berkreasi. adakah bum dalam sajak saya ini? saya merasakan gerakan diksi yang saya lunncurkan menjulur 105


pada diksi persepsi, suatu yang paling personal dan hakiki. Persepsi jelas datang dari dalam bukan dari luar. Karenanya puisi akan mengangkat derajat pemuisinya sebagaimana SDD terangkat dengan diksi hujan, SCB dengan kredo mantra dan Rendra dengan sihir pembrontakannya atau protes. hanya puisi ini masih seperti defines, belum sreg benar kalau mau jujur sebagi pemuas pembaca puisi yang mencari irama menuju bum. Bagi pembacaan yang lain saya persilakan untuk berseberangan dengan hal yang sudah saya sampaikan. Inilah puisi itu: Cunong Nunuk Suraja PUISI HARGAKAN PEMUISI Misteri imaji Puisi bergizi memotivasi membukakan persepsi 2013 Sebagai simpulan maafkanlah kelancangan saya mencomot semena-mena postingan teman sejawat dikiprah puisi dukotu karena niat bukan menciderai kehadiran puisi tersebut walau tanpa ijin langsung, karena pemahaman saya pada karya sastra yang sudah di publikasi jadi milik public untuk mengkritisinya. Semoga berkenan: Salam kreatif! Bogor akhir juli 2013 Referensi http://puisi2koma7.net/ http://health.detik.com/read/2012/02/10/113022/1839165/775/mengapa-seorang-anak-bisa-menderita-hidrosefalus http://www.youtube.com/watch?v=ceVlltPBcHg

106


21. WARKAH CINTA SEHARUM AKAR DANI BUAT NANDA RAI Oleh: Qaseh Solehah Menemui nandaku Rai Nara Asyiffa, hari ini bonda ingin kirimkanmu sepucuk warkah cinta buatmu, seorang anak yang begitu melekat namamu di hati bonda. Doa bonda semoga hidupmu penuh keindahan dan harum mekar dengan cinta dalam segenap ruang yang ada seperti wangi dan indahnya bunga Akar Dani. Nanda Rai, Entah kenapa nanda, di pagi yang indah ini bonda tergerak hati untuk menulis warkah cinta ini buatmu. Mungkin bonda tertarik pada puisimu yang sangat cantik ini yang ditujukan untuk bonda. Akan bonda kupas puisi ini kelopak demi kelopak erti puisimu dari hati bonda agar kita sama-sama mengerti tentang cinta. AKAR DANI : Bunda Qaseh Solehah serumpun cinta bungamu hiasi bentangan taman katulistiwa 01082013 Nanda Rai yang bonda sayang, sesayang bonda pada akar dani, Pada bonda, walaupun nanda tak pernah melihat pohon ini tapi imajinasimu sangat bagus, Rai dapat merasai indah dan harumnya bunga akar dani. Tahukah nanda, bila nanda memilih kata serumpun, bonda terfikir bahawa kata itu tidak sesuai untuk menggambarkan tentang akar dani kerna pohon akar dani itu merupakan tumbuhan yang menjalar dan bergantung pada sokongan tiang yang lain sedangkan kata serumpun itu sesuai untuk tumbuhan yang mempunyai satu perdu tetapi banyak pohonnya seperti rumpun bambu. Itulah telahan pertama bonda, tetapi setelah bonda telisik lagi kata serumpun cinta itu, ternyata benar akar dani ini bagaikan serumpun cinta dengan pelbagai nama di negeri yang terletak di latitud khatulistiwa. Penjalar Asia ini juga dikenali dengan nama Rangoon Creeper di Myanmar, Drunken Sailor di Philipines, Shi Jun Zi di China atau nama saintifiknya Quisqualis Indica. Bunda tidak pasti di Indonesia akar dani dikenali sebagai apa, mungkin Akar Suluk atau Ara Dani atau mungkin juga Selimpas. Bukan bonda ingin memperkatakan tentang pelbagai nama bagi bunga akar dani, tetapi melihat dalam diri kita, serumpun bangsa yang harus saling memupuk cinta yang ada, sekelompok negara yang tetap perlu mementingkan perasaan cinta keamanan. Walaupun mungkin ada pelbagai perinsip yang dipegang atau agama yang dianuti, maka wajar untuk kita saling ada tolak ansur dan saling menghormati sesama manusia. 107


Cuba nanda renung semula cerita Rasulullah saw yang bangun berdiri (sebagai penghormatan) pada ketika satu rombongan jenazah yahudi yang melewatinya di depannya, dan melihat perbuatan Rasulullah itu, sahabat protes dan bertanya “wahai Rasulullah tapi dia itu orang yahudi?” Rasulullah menjawab “bukankah dia manusia". Bahkan dilain kesempatan ketika Rasulullah ditanya tentang memberi bantuan material kepada non Muslim, “Apakah kami boleh memberi bantuan kepada orang-orang Yahudi?” Tanya sahabat kepada Rasulullah saw. “Boleh, sebab mereka juga makhluk Allah, dan Allah akan menerima sedekah kita”, jawab Rasulullah saw sambil bangga atas inisiatif sahabat-nya. Dari cerita ini nanda, tahulah kita bertapa Rasullulah mengajar kita untuk sentiasa cinta alam dan makhluk Allah. Seperti kata bonda padamu dulu, pohon akar dani hidup saling bersandar pada tiang yang menjadi sokongannya. Pohonnya akan teguh merimbun dan tak akan rebah selagi tiangnya ada, hanya akan sama-sama jatuh. Begitulah kita, harus saling mendukung untuk menjadi teguh. Nanda Rai yang manis semanis madu akar dani, Tahukah nanda, di bunga akar dani itu ada madu yang manis yang sangat disukai lebah dan bonda sering memerhatikan sang lebah yang bersarang di tepi pohon akar dani di rumah bonda. Sifat lebah yang sangat bersatu padu dalam melindungi sarang madunya begitu menarik perhatian bonda, tentang perlunya penyatuan bukan perpecahan. Nanda, apabila kita bicara tentang bersatu padu saling menyokong, apa lagi dalam cinta kepada agama kita Islam, ingatlah dan tanyalah kepada dirimu nanda , kenapa Allah menyuruh kita "Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai-berai dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan, lalu Allah menyatukan di antara hati kamu maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka lalu Allah selamatkan kamu dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat pertunjuk hidayahNya (ali imran 103). Jadi nanda, marilah kita saling sayang menyayang kerna Sabda Rasulullah saw “Tidak sempurna iman seseorang itu selagi dia tidak mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). Demikianlah indahnya Islam itu nanda. Jauh dari unsur mementingkan diri sehinggakan kasih sesama saudara diletakkan sebagai syarat kesempurnaan iman. Nanda Rai yang cantik, secantik kembang akar dani. Seperti baris dua dalam puisi yang nanda tulis, "bungamu hiasi bentangan taman katulistiwa", pinta bunda, marilah kita sebarkan rasa kasih sayang ini seluasnya, seperti kamu memilih garisan khatulistiwa yang merupakan latitud bumi yang paling panjang. Kita hiasinya dengan bunga-bunga cinta secantik warna bunga akar dani, si kembang putih dan merah yang menjadi lambang suci dan semangat mem108


membara. Apa lagi dalam bulan Ogos ini yang sering mengingatkan kita tentang cinta pada sebuah kemerdekaan, semarak merdeka dalam erti tulus dan suci hatimu. Nandaku Rai, harum mewangi sewangi akar dani Ingatkah nanda, bonda sering bercerita padamu tentang harum bunga akar dani. Memang benar sayang, bunga akar dani itu sangat harum seperti harumnya sebuah cinta. Bonda sering menikmati harumnya setiap kali bonda membuka fb ini kerana pohonnya benar-benar di sebelah jendela kaca tempat bunda bersantai bersamamu, bercerita denganmu tentang hidup ini. Harum bunganya bagaikan aroma terapi yang menyenangkan dan memberi kita ghairah tentang sebuah cinta sesama insan. Carilah cintamu pada si dia yang meletak agungnya cinta dia kepada Ilahi melebihi cintanya kepada mu sayang. InsyaAllah dia akan membawamu kepada DIA di syurga. Nanda, di hujung Ramadhan ini marilah kita cari cinta Allah yang paling agung dan abadi. Nanda sayang, rasanya sudah terlalu panjang warkah cinta ini. Apa yang bonda tulis ini adalah antara pesan ayahanda bonda kepada bonda, dan hari ini bonda sampai kepadamu pula nanda. Mudahan ada manfaatnya kepadamu baby dalam kamu menjalani hidup ini. Salam peluk rindu dari bonda untukmu sayang. Subuh, 2 Ogos 2013 bersamaan 24 Ramadhan 1434 di sisi pohon akar dani, Putrajaya

109


24. 'KISAH SANG MARTIR' Sebuah essay dari buah karya Bintang Kartika: Oleh Taufiq Hidayat

Al-Hallaj II

Al Hallaj ll Karya: Bintang Kartika mengusung asma-Nya, engkau diburu syairmu berdarah; fana'. (April, 2013) Pada bulan April 2013 Bintang Kartika, salah seorang penyair dari Malaysia menulis sebuah puisi berjudul Al-Hallaj begitu banyak, namun ada satu puisi yang menarik untuk dikaji yaitu Al-Hallaj II. Dalam puisinya ini sang penyair mencoba menjelaskan realita yang dialami oleh sang martir pecinta Tuhan tersebut ke dalam bentuk puisi 2,7 tanpa menghilangkan unsur-unsur feminismenya dari seorang penyair itu sendiri, ia berhasil mengungkapkan apa yang terjadi pada Al-Hallaj, ini terbukti dari bait-bait pertamanya ‘mengusung asma-Nya’ secara langsung penyair menjelaskan bahwa dalam setiap perjalanannya, Al-Hallaj itu masyhur dalam memahami unsur ketuhanan yang lebih intents baik dari sifat maupun asmaNya. Al-Hallaj adalah ikon mistikus yang melegenda sejagat raya sufisme, namanya tidak pernah sepi dalam khazanah para sufi maupun bangku para akademisi, baik dalam bar-bar jiwa yang memabukkan maupun sumpah serapah yang ditujukan padanya serta dendam membara yang tak pernah selesai. Tokoh sufi yang diberi nama lengkap Husain Mansur Al-Hallaj ini lahir di perkampungan Tur, bagian wilayah Baidha, Persia, tahun 244 H/ 858M. Dalam kitab syirkah lin an-Nasyr wa al-Tawzi, h. 213. Hussein Mustafa Hallaj menjelaskan bahwa hanya dalam usia 12 tahun beliau sudah hapal 30 juz al-Qur’an dengan sempurna. Diantara guru-gurunya yaitu Abu al-Qasim al-Junaidi w.298H, dan Amir al-Makki yang wafat pada 291H dan masih banyak lagi gurnya yang lain. Berkat ketekunan dan kegeniusannya, hanya dalam usia 20 tahun Al-Hallaj ditahbiskan menjadi guru tasawuf. Kembali pada taman puisi 2,7, dengan cermatnya penyair ini memilih kata asma bukan sifatNya. Dalam hal ini penyair lebih menekankan pada kata asma bukan sifat, sehingga orang yang hendak membaca puisinya pun secara tidak sadar telah diingatkan hendaknya bacalah dengan asmaNya bukan saja mau membaca puisi akan tetapi setiap tindakan hendaknya diawali dengan bismillah atau mengucap asmaNya. Sebagai lakir penjelas dari judul puisi di atas penyair menceritakan sebuah kejadian yang amat tragis yang menimpa sang martir tersebut. Perhatikan dua kata berikut ‘engkau diburu’ dalam hal ini penyair seolah-olah berkata begitu dekat dengan Al-Asrar sehingga dapat menyihir para pembaca yang terperangkap pada kata ‘diburu’ sungguh pemilihan diksi yang begitu ngebum! karena pada puisi ini beliau yang mengetauhi nalar manusia (Al-Hallaj) bagai ‘tangkapan’ yang hendak diburu oleh para sufi lain dalam ‘konteks’ pemahamannya bukan zauhar yang di 110


di bawanya. Al-Hallaj bukan saja seorang mistikus langitan yang populer akan tetapi juga seorang sufi yang gemar membuat syair sebagai media tranfer ilmu ketuhanannya, hal ini agar tidak sembarang orang mengartikan atau mebaca syair-syairnya hanya murid-muridnyalah yang sanggup memahami rihlah ruhaniahnya sang maha guru tersebut. Sementara orang-orang di luar sana banyak yang mengkafirkan beliau. Diantara beberapa syair atau ungkapan Al-Hallaj yang dianggap kontroversi termaktub dalam kitab Diwan al-Hallaj yaitu: ‘Oh Tuhanku, pembimbing orang-orang bingung tambahi kebingunganku jika aku kafir, maka tambahi kekafiranku. Kemudian dilain waktu ada ungkapan sebagai berikut: ‘Aku mengafiri agama Tuhan, kekufuran bagiku adalah wajib, meski bagi banyak muslim amatlah buruk. Kata ‘kafir’ yang dimaksud Al-Hallaj adalah ‘satartu’ yaitu aku menutup atau lebih jelas aku menyembunyikan. Maka dapat difahami bahwa ‘jika aku kafir maka tambahilah kekafiranku’ adalah ‘jika aku menutup atau meyembunyikan keyakinanku (padaMu)’ maka tambahilah usahku dalam menutup keyakinanku (padaMu)’ ini menggambarkan gejolak sufistik yang sangat tinggi tidak mudah orang awam memahaminya karena ini sangat dalam dan urgen bagi para pencari Tuhan. Fenomena dari beberapa syair inilah yang membuatnya diburu dalam hal pemahaman yang beliau anut serta tentang gagasan hulul dan ittihad: Ana al-Haqq yang termaktub dalam kitab utamanya Al-Hallaj yaitu al-Tawasin, maka penyair kita yang satu ini menulis lanjutan puisinya dengan kata’ syairmu berdarah’ dalam kajian tasawuf dikabarkan bahwa Al-Hallaj wafat dieksekusi, hal ini dipertegas oleh pengarang Tafsir al-Azhar Prof.Dr.Hamka dalam bukunya tasawuf perkembangan dan pemurniannya menjelaskan bahwa ketika hukuman hendak dilaksanakan, dan bertanya kepada sahabatnya Syibli : Adakah engkau membawa sejadah? Syibli menjawab ‘Ada!’ maka dibentangkanlah sejadah itu lalu Al-Hallaj shalat dua rakaat, rakaat pertama surat fatihah dan al-baqarah ayat 155. Sedangkan rakaat kedua surat al-fatihah dan surat ali imron ayat 85. Kemudian selesai shalat Al-Hallaj bersya’ir dan syairnya cukup panjang. Abul Al-Harst menjalankan eksekusinya seorang murid Al-Hallaj bertanya: ‘berikan keputusan wahai guru apa arti tasawuf!’ Al-Hallaj dengan tenang menjawab: yang engkau lihat inilah semudah-mudahnya arti tasawuf. Dalam kondisi seperti ini Al-Hallaj tidaklah gentar sedikitpun karena beliau dalam keadaan seperti yang penyair tuliskan yaitu ‘fana’ . 111


Beberapa filsafat ajaran Al-Hallaj 1.Hulul 2.Al-Haqiqatulmuhammadiyah 3.Kesatuan segala agama Jakarta, 2013

112


25) SANDIWARA HUJAN DI PANGGUNG PUISI 2,7 Oleh: Fahmi Mcsaleem SANDIWARA HUJAN DI GUBUK SAWAH segala gemuruh, lalu luruh petani berkemas pulang Andri Nofanndy, KNG, 180513 Apabila terdengar bunyi "bum!" dan ruang "kontempalsi" berantakan, maka "bintang" pun berhamburan. Saya teringat ketika pertama kali puisi 2,7 diperkenalkan kepada khalayak ramai, oleh Imron Tohari di group sebelah, yakni BPSM. Bang Imron, begitu saya menyebutnya, begitu detil dalam memberikan syarat dan ketentuan; layak atau tidaknya sebuah karya disebut puisi 2,7 yang berhasil atau belum berhasil. Kontroversi? Tentu saja tidak sedikit kontroversi yang timbul, mulai yang menyangsikan kalau ini nanti sama saja dengan jingle iklan, seperti karmina, slogan, haiku, bahkan fiksi mini; hingga ada (penyair) yang tidak bersedia mengikuti gagasan ini dikarenakan berbagai alasan. Maka kita (yang sekedar penikmat puisi dan yang masih belajar ini) pun tertarik untuk mencoba dan belajar bersama dalam mengkarya puisi 2,7. Saking banyak peminatnya, maka Dimas Arika Miharja, pengelola BPSM, pun membuat group khusus untuk puisi jenis baru ini. Puisi Dua Koma Tujuh, begitulah nama yang dianugrahkan untuk group ini. Waktu pun menguji eksistensi puisi 2,7 ini; dan saya rasa puisi 2,7 ini telah berhasil melewati berbagai tantangan, telah mencapai kematangan serta mampu mematangkan para pengkaryanya. Seiring waktu berjalan, banyak hal yang kita dapatkan, khususnya dalam hal istilah yang khas di sini, seperti: istilah Jebakan Batman, ruang kontempelasi, mengalir deras, secara pesan tersampaikan, bum!, estetika puitis hingga sampai pemberian bintang. Bicara soal pemberian bintang (tentu saja, bintang yang dimaksud bukanlah Bintang Kartika) saya bukanlah orang yang capable dan memiliki kapasitas dalam hal ini; terlebih memberi penilaian berdasarkan standard pengkaryaan puisi 2,7 (nanti sudah ada bagiannya sendiri). Namun demikian, tak ada salahnya puisi berjudul "SANDIWARA HUJAN DI GUBUG SAWAH" ini diurai dari perspektif penikmat puisi. Bagi orang awam seperti saya, kalau melihat karya puisi, terlebih puisi 2,7, yang bagus adalah sebuah karya yang mampu membuat kita jatuh cinta pada pandangan pertama atau membuat berkata "woow". Namun untuk puisi bertajuk, "SANDIWARA HUJAN DI GUBUK SAWAH" ini saya merasa agak kesulitan mengurainya. Dari segi estetika puitis maupun belum bisa secara pasti merasakan percikan dari makna yang tersirat. Terlepas dari itu semua, saya tetap merasa 113


terpanggil untuk mengurainya, dari perspektif saya pribadi tentunya. Judul dari puisi ini terasa berkesan dengan kata yang sangat menonjol yakni kata "SANDIWARA". Kata ini memberi kesan suatu kejadian yang menarik untuk disaksikan atau memberi kesan sesuatu yang dibuat-buat atau penuh kepura-puraan. Kemudian diperjelas dengan menampilkan setting "HUJAN", kata ini menjadi subyek utama dalam puisi ini. Seperti kita ketahui bersama bahwa hujan itu turunnya air dari awan mendung. Serta secara makna memberi kesan basah, segar, anugerah, dan sebagainya. Kemudian pada frasa selanjutnya, saya terbentur dengan kata yang mengalami "anomaly perception" yakni pada kata "DI GUBUG SAWAH". "GUBUG" adalah suatu tempat istirahat di sawah berbentuk seperti rumah-rumahan terbuat dari kayu atau bambu dan atapnya terbuat dari "daduk" yaitu daun tebu, ilalang atau daun pohon siwalan. Bahkan sebenarnya gubug bisa menjadi tempat petani untuk berteduh dari hujan. "Gubug" sama halnya dengan ruangan sederhana layaknya kamar atau rumah. Ketika kata hujan disandingkan dengan kata ini, terasa sama anehnya dengan "hujan di rumah" atau "hujan di kamar" Kemudian kata terakhir dari judul ini adalah "SAWAH". Kata ini mungkin dimaksudkan sebagai penekanan, namun gagal, malahan menjadi pemborosan kata. Karena gubug itu sudah sangat identik dengan sawah, terlebih isi dari puisi ini sudah mengambil setting tempat sawah dengan kata "petani". Dengan demikian mengapa puisi ini tidak deberi judul "SANDIWARA HUJAN DI SAWAH", atau bahkan cukup menggunakan "SANDIWARA HUJAN" saja. Supaya lebih simple, jelas, dan lebih memiliki kedalaman makna yg dapat diurai. Kemudian berlanjut pada isi dari puisi ini: "segala gemuruh, lalu luruh". Setelah judul yang tadi dibahas panjang lebar, maka kata "segala gemuruh" saya artikan sebagai gemuruh langit atau yang biasa disebut geludug, suara yang biasanya menggemuruh sebelum turunnya hujan. Selanjutnya kata "lalu luruh" sama seperti kata sebelumnya, jika ditautkan dengan judul dan kata sebelumnya, maka kata itu saya artikan luruhnya hujan. Kalimat pada larik pertama itu cukup memberikan gambaran suasana sebelum hingga turunnya hujan. Kemudian berlanjut pada larik ke dua: "petani berkemas pulang". Pada kalimat ini kita cukup mengartikan seperti apa yang tertulis, tanpa menerka-nerka lagi apa maksudnya, yakni petani yang berkemas pulang karena turunnya hujan. Penggunaan kata "berkemas" di sini saya rasa cukup bagus, bukan kata "beranjak" atau "kembali". Kata "berkemas" memberikan kesan bahwa petani tersebut mengemasi segala peralatan dan menghentikan semua kegiatan bertaninya, kemudian pulang; seperti yang disampaikan Bang Imron, mengesankan prosesi kehidupan petani dengan segala perniknya. Hubungan antara larik pertama dan kedua saya rasa cukup bagus namun belum mampu memberikan ruang kontemplasi. serta larik kedua belum mampu memberi114


memberikan ruang kontemplasi. serta larik kedua belum mampu memberikan kesan bum!, yakni ending yang belum memberikan kesan dan pesan yang memukau. Dalam pengkaryaan puisi yang memiliki berbagai ketentuan dan aturan "ketat" ini, maka akurasi kata (typo grafi), penciptaan kesan (bum) dan kedalaman makna (kontemplasi) sangat diperlukan. Perhatikan puisi karya Bintang Kartika berikut; (dia salah satu pemenang lomba puisi 2,7 yang pernah diadakan di group ini): KETERASINGAN mata almanak gugur dari kitab tanpa titimangsa (mei, 2013) Puisi di atas itu sebelum direvisi, karena dirasa kata "dari" menjadi kata yang tidak bisa dimaknai secara luas, serta keterkaitan antar larik tidak menciptakan ruang kontemplasi (terkesan satu kalimat yang ditulis dua larik) maka dirubah menjadi sebagai berikut: KETERASINGAN mata almanak gugur lembar-lembar kitab tanpa titimangsa (mei, 2013)

Dari situ kita bisa memperkirakan bagaimana memilih akurasi kata dan penciptaan ruang kontemplasi antar larik. Untuk puisi bertajuk "SANDIWARA HUJAN DI GUBUG SAWAH" ini, saya tidak bisa memaknai lebih jauh, cukup seperti yang disampaikan Bang Imron; berhasil dalam pembentukan citraan dari prosesi kehidupan petani dengan segala perniknya. Awalnya saya mengira bahwa kata "SANDIWARA" dan "HUJAN" ini akan menyampaikan pesan isu ketidak seimbangan ekosistem lingkungan atau menyentil masalah sektor pertanian yang sering bermasalah di negeri ini, namun saya tidak mampu menemukan makna yang mengarah ke sana. 115


Mungkin untuk kedepannya supaya lebih memperhatikan penciptaan bum! (hal yang memberi kesan dan pesan) pada larik ke dua. Karena biasanya, secara teori pengkaryaan puisi 2,7 larik pertama berfungsi menciptkan latar dan pada larik ke dua menciptakan, bum! kesan, pesan, kontemplasi dan lain sebagainya. Untuk hal memilih judul dalam hal ini juga tidak bisa disepelekan. Karena judul juga memiliki peran yang cukup signifikan; disamping menciptakan identitas bagi puisinya juga bisa berfungsi membantu memberi arahan, kesan dan pesan yang tidak dapat disampaikan dalam isi puisi tersebut, karena sekali lagi puisi ini memiliki aturan dan ketentuan yang sangat "ketat", khususnya dalam hal jumlah larik dan kata. Apabila terdengar bunyi "bum!" dan ruang "kontempalsi" berantakan, maka "bintang" pun berhamburan. Apabila anda berhasil menciptakan "bum!" yaitu memukau pembacanya pada larik ke dua, serta menciptakan "kontemplasi" yaitu pemaknaan yang luas dan mendalam antara judul, larik pertama dan kedua, maka puisi anda akan mendapat "bintang" sebagai bentuk penghargaan bahwa puisi anda telah berhasil sebagai puisi 2,7. *Sekian dulu dari saya, semoga bermanfaat, maaf bila terkesan menggurui, karena sebenarnya saya juga masih belajar dalam menulis puisi 2,7 maupun dalam menulis esay tentang puisi ini. Salam lifespirit!!! Fahmi Mcsaleem 21/05/2013

116


BAGIAN 3: PUISI KOLABORASI 2,7 KELUARGA BESAR GRUP PUISI 2,7

117


SURAT BUAT KEKASIH (1) Kucoba rengkuh jasadmu, kekasih Kau abadi bersamaNya 14 Ramadhan 1434 H 23 Juli 2013 Medan-AL (Adi Luhung)

SURAT BUAT KEKASIH (2) Jarak terbentang tanpa spasi Surat menyiratkan hati Tangerang, AC 230713 Agus Chaerudin

SURAT BUAT KEKASIH (3) tersaksi kiblat kumeratap mengemis cinta dan maaf-Nya 20.07.13 Agus Sutanto

SURAT BUAT KEKASIH (4) dalam diam diri hanya cinta-Mu nan hakiki Dumai, 20 Juli 2013 Ahlul Hukmi SURAT BUAT KEKASIH (5) Berabad jarak denganmu Shalawat jadi perkamen cintaku Š bgr, 240713 Aishaa Nazwa 118


SURAT BUAT KEKASIH (6) setinggi mimpiku di Jannah kau aku bertemu AN 210713 Aiyu Nara Surat Buat Kekasih (7) Selaksa rindu terbentuk Pintu cinta-Mu, kuketuk tunduk Semarang, 21072013 Alie Isfah

SURAT BUAT KEASIH (8) Dedetik dalam dedetak Ada rerindu berlari-larian; Tik-tak-tik-tak! Mksr, 03/08/'13 Andi Nur Afifah

SURAT BUAT KEKASIH (9) Daunlah aku terayun-ayun Mengetuk-ketuk pintu rumahMu laun-laun Kuningan, 23 Juli 2013 Andri Nofanndy

SURAT BUAT KEKASIH (10) Membaca kalam-kalam suci-Mu rinduku sepanjang arus Nil Medan Helvetia,04062013 Angin Kembara Seliwiran 119


SURAT BUAT KEKASIH (11) Terharu kutahu surat setengah abad masih disimpan. 20/7/17 TPY Singapore Anie Din SURAT BUAT KEKASIH (12) Rindu tertuang tanpa ruang Peluk terantuk seluk-beluk Bulan, 260713 -Darah Setomo-(Annida Darah)

SURAT BUAT KEKASIH (13) aku pikul ragaku melangkah di setapak rahasiaMU jakarta,juli 2013 aR Any Riyanto

Surat Buat Kekasih (14) langkah perih tertatih, hanya ridhoMu yang fiqih Nangang Taipei 200713 Asri Fara

SURAT BUAT KEKASIH (15) terseok-seok menujuMu byar, surat cahyaMu: membingkai rindu kota hujan, 20.07.2013 Ayati Fa 120


SURAT BUAT KEKASIH (16) selembar jiwa terajah selaksa pinta. harap, pasrah. gsf smi, 02082013 Bah Gitara SURAT BUAT KEKASIH (17) ingin Kau kupeluk mesra duhai Pemilik rerasa Puncak hati, 22/07/13 Bj --(BeLy JuBelynz)

SURAT BUAT KEKASIH (18) riak-riak rindu bertelaga berkaca, mengembun langit-langit mata (ramadhan, 2013) Bintang Kartika

SURAT BUAT KEKASIH (19) gandrungku mengurat hati kepada-Mu kusurat sirat samawi Rembang, 21072013 Bung Jupri

SURAT BUAT KEKASIH (20) Kubaca suratMu: tujuh belas kali Damai hatiku CRMH, 22 jul 2013 Cahayarembulan Malamhari 121


SURAT BUAT KEKASIH (21) Benarkah terlahir telanjang badan berpulang bersarung kafan? 2013 Cunong Nunuk Suraja

SURAT BUAT KEKASIH (22) Bukan dengan kata kubahasakan cinta: Dengarlah debarku! Magelang, 2013 Daladi Ahmad

SURAT UNTUK KEKASIH (23) nun, dalam kalam-Mu; kafani aku dengan KafNun-Mu tangerang, DU26072013 Darajatul Ula

SURAT BUAT KEKASIH (24) Tanpa perangko; berbalut syahdu dalam lantunan Kalam-Mu Dee.200713 Dee Sa'dyah

SURAT BUAT KEKASIH (25) Napasmu belantara bunga Menyimpul rindu menganak kata Safa Marwa, 2013 ~Denni Meilizon~ 122


SURAT BUAT KEKASIH (26) ribuan rindu berpendar mengumpul bias cahayaMU: nyata Jkt, 200713 Denting Kemuning

SURAT BUAT KEKASIH (27) kutulis beribu puisi, rindu hati terpatri: terbelenggu DLF, 2013 Deny Lho Fabregas

SURAT BUAT KEKASIH (28) Bergetar penuh cinta Rindu seribu bulan: ramadhan PC, 20072013 Dian Ambarwati

SURAT BUAT KEKASIH (29) bismilah awal langkah cinta menuju gerbang Cahaya-Nya (Dimas Arika Mihardja, 2013)

SURAT BUAT KEKASIH (30) bukan kasyaf berkelebat merekat makrifat dalam munajat 040813 Dodi Hartadi 123


SURAT BUAT KEKASIH (31) Kutulis dengan darah detak nadiku mengalir, kasih-MU. Depok, 210713 Eddy Parman SURAT BUAT KEKASIH (32) Rembang hari hampir uzur Rinduku pekat berlumpur _ella,2607,wini_ Ella Hawatua

SURAT BUAT KEKASIH (33) Petisiku tak berujung Sua kekasih-kinasih: di hadapan-Mu Bumi Kaltim, 22072013 Eni Berharap Husnul-Khotimah

SURAT BUAT KEKASIH (34) PadaMu rindu menghujam Rengkuh aku dalam diam Bengkulu, 21 Juli 2013 Eni Meinar Gito

SURAT BUAT KEKASIH (35) mereguk keajaiban bulan menjemput Lailatul-Qodar berjuta pahala 25072013 Euis Herni 124


SURAT BUAT KEKASIH (36) Terpaut hasrat merindu Aku alunkan Asma’ul husnaMu Sukabumi, 200713 Evi Sunrise SURAT BUAT KEKASIH (37) kukirim setetes rindu Kaubalas debur ombak cinta 2013 Fahmi Mcsalem

Surat Buat Kekasih (38) rindumu memeluk fatihah melimpah ruah rahmatNya bersedekah MS-K - 210713 Farrell Fadhilah

SURAT BUAT KEKASIH (39) lusuh di keningku bersujud, mengharap jawaban dariMu Tashi, 02082013 Fy Sakina SURAT BUAT KEKASIH (40) sajadah terkulai resah padamu yang, aku merebah Bumi Alloh, 11 Romadlon 1434 H Gendis Rahayuningtyas 125


SURAT BUAT KEKASIH (41) Kesenyapan ini Membelenggu jiwa karena-Mu, aku merindui GKH, 2 Juli 2013 Gerai Kata Hati

SURAT BUAT KEKASIH (42) Terukir pada selembar daun Angin menjatuhkan sepi _BeRe_2013 Getar Senar Cinta

SURAT BUAT KEKASIH (43) setelah resah tumpah wajah kubungkus amplop; mencari pkl, 2013 Ghanie Pradigda

SURAT BUAT KEKASIH (44) Dalam diam hamba bertanya Maha mendengar; Engkau 20072013 goen narso

SURAT BUAT KEKASIH (45) tersungkur, tertatih di jalanMu mengharap ridho ampunanMu Padang, 22 Juli 2013 126


SURAT BUAT KEKASIH (46) selaksa kata seribu lagu seru-menyeru merdu: kalam-Mu Har Slg, 20 Juli 2013 Hardiyono Sulang SURAT BUAT KEKASIH (47) kertasku berlumur debu harap cemas, kutulis Rindu Tangerang, 20 Juli 2013 Hayat Abi Cikal

Surat Buat Kekasih (48) untukmu segala doa di hatimu kutemu mutiara Kediri - 2013 Hendar Nur Cholif II

Surat Buat Kekasih (49) Tertulis dalam angan kasih tertahan rindu mengambang Makassar 20072013 Iim Idar

SURAT BUAT KEKASIH (50) Dalam hening malam mengeja Alif hingga Yak Hongkong, 02082013 127


SURAT BUAT KEKASIH (51) Rembulan menggigil sunyi WajahMu jatuh dalam telaga jbi 210713 Ilham Pujangga

SURAT BUAT KEKASIH (52) Rinduku larut mengabut Meminang cintaMu, hatiku tersujud Sidoarjo, 04082013 Ilva Ummu Akira SURAT BUAT KEKASIH (53) Menatap selembar daun melayang Pada-Mu airmata menyeru (lifespirit, 21 July 2013) Imron Tohari SURAT BUAT KEKASIH (54) Kueja kata dalam hati Selayang semoga dimengerti Jatim, 01/08/2013 Isthar Kasih

Surat Buat Kekasih (55) terkunci jasad, ruh melangit Alloh, tolong hamba! majalaya, 310713 Ivan Tovlenx 128


SURAT BUAT KEKASIH (56) nur, sampaikan cintaku pada jelaga aku ada Ngawi, 22/07/201 Izdihar Al-Hadi

SURAT BUAT KEKASIH (57) dalam nganga takjub sesamudra tinta tak berdegup J A S / 2013 Janus A. Satya

SURAT BUAT KEKASIH (58) Berkaca dalam sepi Meraba diri bersama tasbih Indramayu, 200713 Jayadi Oemar Bakrie

SURAT BUAT KEKASIH (59) Adalah rindu Kalimat doa menguntai cinta; padaMu Bdg, Juli 13 Kang Dahan SURAT BUAT KEKASIH (60) dalam hati ini tak pernah aku melupakanMu semarang, 30-07-2013 Kang Ramdan 129


SURAT BUAT KEKASIH (61) apakah ini rindu? syahdu... sering kusebut nama-Mu Bogor, Juli 2013 Karang Indah

SURAT BUAT KEKASIH (62) luluh mata(hati) berembun pada-Mu rinduku sebak menggunung 2013-Ki Buyut Mancolo Rupo SURAT BUAT KEKASIH (63) Menyatu degup dalam telungkup, Mendulang Esa-Mu: berserah. Minahasa,12/09/1434 Kidung Kelana

SURAT BUAT KEKASIH (64) Dalam jalangku pun Kutetap enggan berpaling dariMU Sulang, 3172013 Mas Tato

SURAT BUAT KEKASIH (65) mata ruah, hening tubuh subuh, kusebut asma-Mu Rongga jiwa, 31072013 Milana Putri 130


SURAT BUAT KEKASIH (66) Sanggupkah kutatap Allah Aku debu, tak berarah 22 Juli 2013 Moh. Ghufron Cholid SURAT BUAT KEKASIH (67) Tuhanku, Maha Cahaya Bukakan untukku selubung matahari bintan, 21 juli 2013 Mohsyahrier Daeng

SURAT BUAT KEKASIH (68) Rinduku sebrangi lautan Gemuruh dada memecah jarak Ngawi,21-07-13 Muhammad Hamzah

SURAT BUAT KEKASIH (69) Jarak buatku merindu Munajat melayang bersama waktu Mojokerto, 02082013 Muhammad Yusuf Abdillah

Surat Buat Kekasih (70) Terbungkus nila marun Melayak diri mengharap ampun Bpp, 130720 Mutia Rafif 131


SURAT BUAT KEKASIH (Ya Quddus) (71) pemilik semesta raya, mutlak pengamalan qolbu: taqaddasallah Akhyari, 11 romadhon Naga Rucci

SURAT BUAT KEKASIH (72) Merpati menyimpul tali, Larik-larik tertera suci; fahami! Nalangsa 013 Noe Nalangsa Chelaloe SURAT BUAT KEKASIH (73) MerinduMu dalam kepasrahan Berharap ampunan tiap sujudku Madiun,20 Juli 2013 Noerhayati Qomarudin

SURAT BUAT KEKASIH (74) kupinang cinta dengan al-fatihah rinduku berqasidah istighfar 12 Ramadhan, Temasik (Noor Aisya)

Surat Buat Kekasih (75) bening tinta rindu, berkalam doa dalam asmaMu Pekanbaru, 20 Juli 2013 Nova Linda 132


SURAT BUAT KEKASIH (76) menyapa-Mu lewat sujud dalam dzikir-dzikir tak berwujud Tangerang, 21 Juli 2013 Novy Noorhayati Syahfida SURAT BUAT KEKASIH (77) seperangkat wajib-Mu, rebah harap butiran waktu dzikirku Tangerang, 01082013 Novz Trianty Astanta

SURAT BUAT KEKASIH (78) Diam menguntai munajat seribu rindu menyerbu serukanMu 25713 Nunik Tyas

SURAT BUAT KEKASIH (79) mengeja aksara kerinduan gemuruh nadi berdegup, pada-MU Ramadhan 2013 Nur Asiyah

SURAT BUAT KEKASIH (80) Kesetiaanmu bak lantunan hadrah merdu berlafadzkan Allah Depok, 23 Ramadhan 1434 H Nyimas Hilmiyati 133


SURAT BUAT KEKASIH (81) kala hening kueja terbata rahmanMU semesta raya Ø_$_Ð 2013 Ocix Satria Damar SURAT BUAT KEKASIH (82) Mimpi menelaga, bening Puisiku bersimpuh dalam hening Jakarta 20.07.2013 Pangestoo Arif Sunardy

SURAT BUAT KEKASIH (83) (Rohingnya) Di lambung kapal mereka mengenal sebuah kesedihan Puri Gading, 2013 Pilo Poly

SURAT BUAT KEKASIH (84) penuh rindu, surat-MU kubaca bertawaf cahaya kunang QSPQ - Putrajaya, subuh 22 Julai 2013 Qaseh Solehah SURAT BUAT KEKASIH (85) padaMu rinduku sepenuh dada berdetak-detik di urat-nadi tsm, 210713 harikeduabelaspuasa Qiu Blangkon 134


SURAT BUAT KEKASIH (86) tertatih menyibak gelap eja ayatayat cahaya cinta Semarang, 25/07/2013 Rahayu Wilujeng

SURAT BUAT KEKASIH (87) kasih tiada setara aku dan Kau, Tuhanku erdebe 56, 1-8-13 Ratna Dewi Barrie

SURAT BUAT KEKASIH (88) Demi seteguk rinduku Tak letih kurangkai asmaMu Llg, 0210702013 RD Kedum

SURAT BUAT KEKASIH (89) Aku nyata, Engkau gaib Aku tersalib; raib Ubud, 31 Juli 2013 Regi Sastra Sena SURAT BUAT KEKASIH (90) Panah-panah berhujanan di dadaku, Tertunduk, mencari tanganMu. Silir Angin, 20 Juli 2013 Ria Kinanthi 135


SURAT BUAT KEKASIH (91) Muhammad kekasih Allah, Bungkus aku dengan Nurmu. Pangkalan,22032013 Rikotmil Hasindi SURAT BUAT KEKASIH (92) kukirim surat bertinta cinta airmata perasan doa Jambi City, 2013 Rindawati Sudaryono

SURAT BUAT KEKASIH (93) harmoni bulan, irama sintal cinta kita, mendesah |RC| jogja 250713 Romansa Cinta SURAT BUAT KEKASIH (94) SURAT BUAT KEKASIH (MUHASABAH) (96) hujan lebat jiwaku tertatih mencari rute menujuMu Surabaya, 21 Juli 2013 Srikandi Darma Aloena SURAT BUAT KEKASIH (97) menyusuri medan semantik tanpa cintaMu, tak berkutik Jakarta, 2013 Taufiq Hidayat 137


SURAT BUAT KEKASIH (MUHASABAH) (96) hujan lebat jiwaku tertatih mencari rute menujuMu Surabaya, 21 Juli 2013 Srikandi Darma Aloena

SURAT BUAT KEKASIH (97) menyusuri medan semantik tanpa cintaMu, tak berkutik Jakarta, 2013 Taufiq Hidayat

SURAT BUAT KEKASIH (98) Tetirah warkah bertinta emas PadaMU hidup matiku! BDWS, 23/07/2013 Virginia Chantiqa

SURAT BUAT KEKASIH (99) menyeru rinduku, beribu-ribu bayangmu semakin menggoda kalbu Jepara, 23072013 Wiwin Wiwin Patma Dewi

138


KUMPULAN PUISI 2KOMA7

138


1. ABAH ZOER (6 PUISI) (1) (H)ARUS MUDIK ingatan kampung berebut menyemut, berbagi kata; maaf AZ 030813 (2) IBU malaikat tak bersayap darah, air mata; jihadmu Bogor, 27072013 salam lifespirit! (3) ORANG-ORANG KALAH bergulat nafsu taklukkan musuh : lupa perangi diri Bogor, 24/07/2013 (4) KARENAMU air mata menderas, aku tak mampu memohon 24/07/2013 (5) REGISTRASI PEMIMPI(N) tiputipu berebut saling sikut : calo(n) pemimpi(n) negeri Bogor, 210713

139


(6) ANTARA HARI KEMERDEKAAN DAN REBUTAN KEDUDUKAN sang saka merah putih, terberai bendera partai AZ, Agustus 2013

140


2. ADY HARBOY (7 PUISI) (1) Tafsirku di Rumah Tuhan 1000 bulan hanya tersebut menjamah reka manggutmanggut 2013

(2) PANAS ( Harga Minyak Mengganas ) ban radial terbakar asapnya berkisah tentang intelektualitas RH - 17 Juni 2013

(3) MARAH decap berdecap sumpah serapah seru lanji tertipu 27 Mei 2013

(4) Sepi bak wayang tanpa dalang langit melupa bintang 2013

(5) Percayalah tanpa upaya rekayasa sesungguhnya rezeki sudah tertata 6 Mei 2013 141


(6) Syair bunga kujadikan puisi semerbak harum nilai mewangi 28 April 2013 (7) Ya pujian itu gempa kata kecuali kalau terbukti ( 2013 )

142


3. ABDUL MALIK (5 PUISI) (1) Buaya (Kebinantangan) mulutnya memangsa, ekornya mengibas, kau itukah, reptil? 2013

(2) Ular (Kebinantangan) bersisik mengganti kulit melilit lalu menebar racun 2013

(3) Tikus (Kebinantangan) berdasi atau telanjang bulat bunuhlah, sabda Nabi 2013

(4) Babi (Kebinantangan) tunduk menanduk seruduk semua yang di depan 2013

(5) Manusia (Kebinantangan) kadang lebih dari jibril seringkali lebih binatang 2013 143


4. ADE UBAIDIL (2 PUISI) (1) RINDU KAMPUNG Tanah lapang beraroma Melambai jarak jejak menapak Cilegon, 12072013

(2) INSOMNIA Resah jiwa; gelisah Belalak mata tak terarah 19/Juli/2013

144


5. ADI ROSADI (7 PUISI) (1) WASIAT DIRI waktu bunting cemas dikayuh mendaki sunyi, mati 2013

(2) DURHAKA senyum ibu patah ditebas bibir anaknya, durhaka 2013

(3) KABUT ranum senyum berkabut menguap-pudar ditebas angin, hilang 2013

(4) JIWA jalan tak sepandang segala akan menemu hilang 2013

(5) ENGKONG di tumpukan sajak engkong menghitung usia jalan 2013 145


(6) MENGEJA SILAM di kota airmata aku mengeja silam, berdebu 2012

(7) BULAN JATUH bersama germis bulan dijatuhkan menemu pantai luka 2012

146


6. AGUS SUTANTO (9 PUISI) (1) CINTA PUISI 2,7 sungai ini ber-arus deras :perahuku sabar berlayar AS, 25.07.13

(2) SOMBONG darah tercampur nanah, :jadi daging, melupa cermin AS, 23.07.13

(3) Emak dari kakimu aku merangkak, jejaki jalan setapak AS, 22.07.13

(4) SEDEKAH upeti penghapus khilaf suaka diri pada pusara AS, 16.07.13

(5) PRASANGKA vonismu mengafani mantramantra asmara : lelaguku kini pilu AS, 15.07.13 147


(6) GELISAH terkepung di lingkungan gunung siang malam membatu AS, 14.07.13 (7) KENANGAN garam lebur dalam air asin tak lenyap! AS, 11.07.13 (8) Al'quran Menerangi sumur dalam terdengar, batupun berbunga AS, 9.07.13 (9) Berkah mekar di pucuk syukur harum menekuk kufur AS, 13

148


7. AGUSTAV TRIONO (6 PUISI) (1) RINDU MENYERGAP Aroma gairah menyergap Hipnotis, engkau dalam dekap 2013.

(2) HUJAN RESAH Merintik, basah raga Merintih sudah jiwa resah 2013.

(3) HUJAN DITEPI JALAN Hujan ditepi jalan Sendirian menanti bayang kenangan. 2013.

(4) BERITA HARI INI Korupsi pilkada demonstrasi bencana Apa berita kamu ? 2013.

(5) SINDIRAN Sindiran menduri luka Sandarkan pada batu sungai ! 2013 149


(6) TERASING Sepi simpan belati Pada ramai bincang, terasing 2013.

150


8. AISHAA NAZWA (5 PUISI) (1) (TAF)AKUR Pada kaki senja Terang dan gelap bercengkrama @di batas horison, 240713

(2) Istighfar Kening beradu tanah Selaksa dosa menggigil nyeri @ berlomba dengan senja, comline_230713

(3) Merindumu Pada wangi tubuhmu Kutitipkan airmata rindu: bunda Šjkrt, 11813_dalam pelukan bunda

(4) Masih Rindu Pada hangat bayangnya Separuh hatiku tertinggal: ibu Šjgrwi, 11813_kembali pulang

(5) Berkawan Kenangan Lembar lusuh meluruh Setangkup debu memintal sunyi @bgr, 270713 at 22:47 151


9. AIYU NARA (10 PUISI) (1) PERJALANAN purnama di atas ma(ha)kam haruan naiki sampan AN 190713

(3) BUKAN KIDUNG BIASA mendaras lirih merdu menetes luh membentur haru AN 100713

(3) JEDA satu tarikan dua hembusan panjang tanpa nada Formosa, 06072013

(4) SOLITUDE MALAM memuja purnama, aku melupa matamu hadirkan katrina Formosa, 25062013

(5) RINDU MENISBI mendekati tubir sajakku zahir lesap di pangkuanMu Formosa 25062013 152


(6) SAJAK anakku lahir tanpa bapak tidak bisa ditimang Formosa, 13062013

(7) TOPENG MONYET menari pamer aksi nyaring kaleng berisi, koin Formosa 230513

(8) INTROSPEKSI menghitung uban-uban di kepala cermin menatapku, hening Formosa, mei 2013

(9) MANTRA INDUNG melumat resah meluruh perih senandungmu, bergetar arasy Formosa, 160513

(10) KATRINA meliuk menari berputar rubuh, wisma hati terkapar Formosa, 7 april 2013

153


10. ANDHYKA TYAS NUGRAHA (10 PUISI) (1) LANGIT SORE Sedamai labirin magenta siluet cahaya sayap mayapada --- Sintuk, 110413 ---

(2) TERATAI telaga kembang padma taburi wangi celah udara --- Sintuk, 110413 ---

(3) RIMA BAHAGIA serupa gema tawa belah sunyi redup suara --- Sintuk, 110413 ---

(4) TERPIKAT terkatup manja mesra nuansa manis gula dada --- Sintuk, 110413 ---

(5) SEMILIR BAYU berkipas lipatan awan menembus selaput rima sukma --- Sintuk, 110413 --154


(6) WAJAH RENTA guratan wajah menggambar usia sejarah perjalanan ruh --- Sintuk, 240413 ---

(7) REVOLUSI kala negeri bertabur noda panji perubahan bicara ---- Sintuk, 150413 ----

(8) GUGATAN keluhan hati kaum teraniaya luka memicu murka ---- Sintuk, 150413 ----

(9) KENANGAN cetak biru layar masa lalu kesan ingatan minda ---- Sintuk, 150413 ----

(10) CIUMAN IBUNDA kecup mesra cinta kasih petanda restu surga ---- Sintuk, 150413 ----

155


11. ANDRI NOFANNNDY (6 PUISI) (1) GUBUK SAWAH segala gemuruh, lalu luruh petani berkemas pulang Kuningan, 18 Mei 2013

(2) BINTANG LANGIT semakin sengit, cinta kala hati menyadari kerdil Kuningan, 24 April 2011

(3) GELETAR NALURI AGUNG eaeaa...! dekapan dada Indung sungai tanpa ujung Kuningan, 19 Mei 2013

(4) BUNDA belaian kasih, meluruh peluh bening telaga Al-Kautsar Bekasi, 23 Mei 2013

(5) MUNAJAT SUBUH siputlah aku diam-diam mengetuk-ketuk pintu rumahMu pelan-pelan Kuningan, 14 Juli 2013 156


(6) LADANG benih-benih meruah, rebah petani pulang menuai buah Kuningan, 19 Mei 2013

157


12. ASSYIFA JINGGA (10 PUISI) (1) 24 KARAT lembar dan lempengan emas berkilau doa semesta 2013

(2) DIEN Memanjat belimbing adalah syarat hati bukan urat. Renah rantau, april mop 2013

(3) Bj.Habibie Berlian dari negri timur terbuang ke barat. Tangerang 050401

(4) Quantum Menatap mantap gunung, lautan Sekecil-kecilnya aku pada-Mu RNA, 2013

(5) QUANTUM 2 (Chakra) Satu sampai tujuh terbilang pedang di genggaman. Rai , 2013 158


(6) QUANTUM 3 (Cinta ) Ada dari ketiadaan tinggi rendah, keajaiban cinta. RNA 2013

(7) (.) Setitik tinta ini, ada. kujadikan tanda, aku! R, 2013

(8) DI BAWAH POHON OAK Tikar digelar, teh dituang hati bersenandung pelangi R, 2013

(9) MAWAR YANG BERCAHAYA : Fatimah Az-zahra meneguk langsung air terjernih kelopakmu, kemilau syurga. IRS, 240621

(10) KELUARGA darah mengaliri sungai, hidup kental menutup luka! 04072013

159


13. AYATI FA (10 PUISI) (1) DI DUNIA KAPITALISME pohon demokrasi berbuah dusta merah-kuning-hijau tinggallah nama BPSM, 09052013

(2) PEMETIK HUJAN mekar luka-bunga di halaman rinai-menderai ditampungnya: syahdu kota hujan, 14.03.2013

(3) SURAT berhamburan huruf-huruf di udara biarkan Tuhan menjawabnya Tebet, 04.03.2013

(4) JILBAB terjulur indah ke lantai pelindung kehormatan wanita kota hujan, 07.02.2013

(5) IRONI KEBEBASAN anda bebas bicara. tapi tidak terhadap tuanku kota hujan, 12.01.2013 160


(6) WISATA mendaki ke puncak imaji. kuingin memetik mimpi kota hujan, 12.01.2013

(7) ANGGOTA DEWAN di ruang sidang mata terpejam atau facebook-an? kota hujan, 12.01.2013

(8) TERSESAT tersapu di beton rimba anak ku(si)amang tunggang-langgang kota hujan, 11.01.2013

(9) GADIS SENJA di sudut hari engkau menari-nari tanpa melodi Bratasena, 11.01.2013

(10) DI FAJAR KOTA tangisan langit menderai aku terhanyut melarung cindai kota hujan, 11.01.2013

161


14. Betty 'BeLia' Sby (5 Puisi) (1) BEGADANG mengetuk gerbang malam dingin memaksa masuk, meriang *wonosobo, 20012012 ~

(2) OLENG mengarungi luas samudera lapuk perahu, bilakah sampai? *Kota embun, 19012013

(3) Misteri Tuxedo Merah punggung bersulam pelepah-patah kuraba robek bernanah: entah! *town of dew, 13012013 ~

(4) KIMIA CINTA molekul rindu berbaur cemburu mengikat senyawa cinta Kota embun, Wonosobo, 10012013

(5) PADA SEBUAH MALAM malam kutikam merah lebam, anganku tenggelam karam jan 2013 162


15. BINTANG KARTIKA (10 PUISI) (1) MASA dari nol detik tumbuh hidup mati berawang (27sya'ban2013) (2) KETERASINGAN mata almanak gugur lembar-lembar kitab tanpa titimangsa (mei, 2013)

(3) Di Halaman Rumah ranting-ranting meluruhkan daunnya zikir di tepi pembaringan (april, 2013)

(4) Al Hallaj V tawasin; engkau menyeru-haru : khurasan berdarah, menangisi kepalamu. (april, 2013) #Tawasin - kitab Kematian karangan Al Hallah dalam bentuk prosa arab.

(5) Al Hallaj ll mengusung asma-Nya, engkau diburu syairmu berdarah; fana'. (April, 2013 163


(6) Karam bermata-kata mengadap Rabb berhenti angin, padam ombak (mac, 2013)

(7) Cinta Segitiga aku, kamu dan rindu dalam kapal perang (Bintang Kartika, februari, 2013, puisi menang lomba kasih sayang)

(8) Di Tengah Sunyi jemari kita menyentuh kenangan batin memeluk cahaya (mac, 2013)

(9) Pada-Mu ribuan tangkai hujan tumbuh bersisian sulur-sulur rinduku (Mac, 2013)

(10) Kematian perasaan, daun gugur, dan airmata : tanpa musim. Februari, 2013 164


16. BUNG JUPRI (10 PUISI) (1) SULUK RAMADHAN menggiring bulan, menjaga matahari merindu selaksa bidadari BJ-RBG-22072013 (2) KEMB ARA DAUN JIWA terbang mengawang, terawang bintang-bintang telisik telaga embun Rembang, 02072013

(3) RIMBA PUISI KEMBANG rindang merimbun tembang, mendendang melimbang hati gersang Rembang, 01072013

(4) KUNTHI TALIBRATA bratamu tali bara mentari sketsa ibu pendoa Rembang, 17062013

(5) DONGENG NEGERI ANGGUK-ANGGUK duduknya terkantuk-kantuk, modalnya mengangguk-angguk loh, hartanya bertumpuk-tumpuk! Rembang, 11062013 165


(6) AMANAH YANG TAK MUDAH berburaq menembus langit, turunlah! terngiang ratap; umatnya Rembang, 2 April 2013

(7) UNDUH AMANAT kibas nafsu-nafsi, kibar suluk rasul melangit: sidratulmuntaha! Rembang, 04062013

(8) PENITI RINDU bukit hikmah kupuncak, merindu kebyar selendang pelangi-Mu Rembang, 14 April 2013

(9) PERIHAL JALAN sepiring ayat terkunyah nafas mengalir ke palung-Mu Rembang, 11 April 2013

(10) SINGA PADANG PASIR melindung garang kekufuran, terajam merdu puterinya, lunglai! Rembang, 4 April 2013 166


17. CUENK DEROCK (6 Puisi) (1) TAKKAN TERPISAH Andaikan engkau laut Akulah pantai itu, kekasih Januari, 2013.

(2) KANGEN Pucuk nyiur melambai Oh, kampungku nan permai Maret, 2013.

(3) SALAM TERAHIR Kukecup pipimu, dik! Dingin, tubuhmu terbujur kaku Maret, 2013.

(4) DIA Di mataku ada kupu-kupu Oh, jelita sungguh May, 2013.

(5) MEMBACA MUSIM daun renggas, burung terbang gerimis, tumbuhlah tunas Juni, 2013. 167


(6) DI RUANG MAKAN bersanding meja, kursi lelaki senja melahap sunyi Julai, 2013

168


18. DALADI AHMAD (8PUISI) (1) Luka Lepuh Lenguh keluh Bukan seka sembuh luka lepuh Magelang, Juni 2013

(2) Sebelum Sajak Kueram kuperam kata Janganlah menetas meretas luka Magelang, 2013

(3) Mendua Serupa kenduri cinta : Cuka luka memerih semua Magelang, 2013

(4) Sorga Kudaki tangga Jika tak Kau jaga; celaka! Magelang, 2013

(5) Rumah Idaman Biarlah tak megah; Lantai berhampar telaga cinta Magelang, 2013 169


(6) Melahirkan Puisi Kupintal kristal sunyi; Denting embun jadilah puisi Magelang, 2013

(7) Airmata Doa Ku-untai kristal airmata; Kalung Cinta yang Kauminta Magelang, 2013

(8) Ibu Bibirmu sorga; Pintu masuknya bening doa embunmu Magelang, 2013

170


19. DARAJTUL ULA (10 PUISI) (1) BULAN PARO BAYA tergagap di puncak menara; lampu-lampu kota tertawa tangerang, DU14042013

(2) GERIMIS PANJANG kerlip bintang dalam kabut; kunang-kunang patah sayapnya tangerang, DU11042013

(3) DOA Gusti, jika alifku terluka jadikan ya'ku cahaya tangerang, DU06042013

(4) IQRA' Jabal Nur bercahaya, Bacalah! seluruh alam benderang tangerang, DU29032013

(5) YANG MAHA ADA jejakMu puisi berserak, menyemesta bersemayam cahaya cinta tangerang, DU26032013 171


(6) APEL MALANG APEL WASHINGTON (nyanyian koruptor) alur sudah diatur besar amplop sesuaikan aktor tangerang, DU22032013

(7) YANG MAHA AWAL DAN MAHA MENGAKHIRI Engkaulah waktu! gelap terang semesta, dalam genggamMu tangerang, DU18032013

(8) SUARA RAKYAT kambing-kambing mengaum sepanjang kota harimau-harimau berganti jubah tangerang, DU17032013

(9) YANG MAHA PEMURAH berlembar almanak tersungkur, lelah mencari hari liburMu tangerang, DU16032013

(10) DISEPETIGA MALAM sajadah bersimbah airmata, jiwa tergambar hitam sejarah tangerang, DU14032013

171


20. DAYATH ARCHERY (10 PUISI) (1) Kasih Kasih, rebahkan badanmu, : mawar tumbuh di dadaku. Aceh, 2013

(2) Si kecil Februari, pembantaian pada sikecil, lalu dikenang; tertawa Aceh, 2013

(3) Sajadah Lusuh Rentang jauh hampir sepekan, kau setia; tua! Aceh, 2013

(4) Kidung Hitam Nyanyian bocah penjual sajak. Datang, membawa kematian. Aceh, 2013

(5) Teringat Lalu bagaimana malam ini? Separuh bulan diwajahmu. Aceh, 2013 172


(6) Terlena; mabuk Dibalik awan setengah hitam, kau, aku tenggelam. Aceh, 06022013

(7) Maut Keranda-keranda berjalan satu persatu, gulungan-gulungan lumpur membabibuta HD, 03032013

(8) Panas; emosi Hitam legam meramu hati, kisah-kisah mulai berdarah! Aceh, 2013

(9) Lapar Tangis anak di sudut negeri, "belum makan!" Aceh, 2013

(10) Pagi resah Pagi ini basah. Kemarin banjir, hujan airmata, Aceh, 2013

174


21. DEBU KARANG (10 PUISI) (1) Lilin Sendiri di sudut Sunyi, berdiri memahat gelap Depok, Menjelang tengah malam

(2) Topeng Yang bersembunyi. Sunyi Tidak tertawa tidak menangis Depok, 2013

(3) SEPASANG BULAN Semalam, di atas langit Matamu bulat sepasang Depok, 19/01/13

(4) Bulan kemenyan Bara menyala, dalam jiwa Bulan, di bakar Depok, 16/01/13 Pagi

(5) Mengukur kedalaman Semalam di matamu. Hening Telaga sunyi untukku Depok, 16/01/13 Untuk Euis 175


(6) Bisikan Pintu, jendela, tertutup Suara menyelinap dalam gelap Depok, 16/01/13 Pagi

(7) Tentang Rindu Sekuntum seyum mekar Kupu-kupu hinggap, itulah nafasku Depok, 16/01/13 Dalam hujan

(8) Ibu Kota Bayi mengea, tetek ibunya Risau suara kereta Depok, 16/01/13

(9) NADA CINTA kupetik rambutmu, kunyanyikan bulan terang dalam pelukan Depok ,14/01/13 selepas Isya

(10) RINDU Rambutmu terurai, panjang Sebuah jalan, mengetuk kenangan 22. DENY LHO FABREGAS (6 PUISI) (1) HARI YANG FITRI kuselami samudera suci 176


22. DENY LHO FABREGAS (6 PUISI) (1) HARI YANG FITRI kuselami samudera suci debur ombak bertaut kemestian Jakarta, 2013 (2) MALAM MINGGU KELABU Kutatap bulan, luka di jendela senja :redup Jakarta, April 2013

(3) PENA Lumpuh tanpa tinta, mati syurga atau neraka! Jakarta, April 2013

(4) P E L A C U R Bidadari tanpa selendang Malam kelam bulan telanjang! Jakarta, Maret 2013

(5) ISTIGHFAR Berlumur dosa-dosa, tersadar Segumpal darah berbalut istighfar! Jakarta, Maret 2013

177


(6) PUISI TERAKHIR Daun-daun berguguran bersama gerimis Batu nisan menangis! Jakarta, Maret 2013

178


23. DIAN AMBARWATI (6 PUISI) (1) BERLALUNYA RAMA(DHAN) Kisah suka penuh makna Tinggalkan: jejak duka PC, 16072013

(2) RINDU Menggantung air mata rindu Senyum manismu, kekasih. PC, 11072013

(3) LINGSIR WENGI 2 Binarung sepi Geget lathi, jagadmu ning endi? Emprit, 4072013

(4) LINGSIR WENGI Katon semu Nggoda ati ing kalbu: sliramu Emprit, 4072013

(5) BERSIMPUH DI ATAS SAJADAH Sesal, merinding meratap tangis Kemana ayat-ayat-Mu tercampakkan? Emprit, 1072013 179


(6) MAKARYO Padu ngumbar angkoro Rejeki adoh yen murko Emprit, 26062013

180


24. DILLA/GEMBEL AHMAD (5 PUISI) (1) ALHAMDULILLAH (syukur tingkat tinggi) aduh, jemari berdarah, untung bukan kaki patah DILLA.14-05-13

(2) PELINDUNG terik matahari, deras hujan, cinta menjelma payung dilla,14-05-13

(3) SHOLAT WAJIB Tuhan memberi seribu jalan 995 adalah jebakan sinchan, mei 13

(4) TANAMAN SUBUR TAK BERBUAH sibuk memperdebatkan menu Tuhan jiwanya mati, kelaparan #anakjalanan, awal juli 13

(5) SETIA sarapan kenyang, berbekal iman pelacur, gulung tikar 181


25. ENI MEINAR GITO (10 PUISI) (1) MENGENANG IBU Tapak jejak kasih. Parutan kakimu jelajah hati. Bengkulu,11.01.2013.

(2) ANAK-ANAK PALESTINA Wajah mungil pucat pasi. Terbang menuju Surga. Bengkulu,12.01.2013.

(3) PAHLAWAN DEVISA Di peti pulang nama terpatri. Terpancung terdiam. Bengkulu,13.01.2013.

(4) RINDU Mengeram luka terlalu nanah. Kau candu aku. Bengkulu,15.01.2013.

(5) BANJIR MENGEPUNG Semacam ritual cuci kampung. Bedah dosa menggunung. Bengkulu,17.01.2013. 182


(6) BAH! Tradisi merakyat warisan tuding menuding. Siapa sampah? Bengkulu,19.01.2013.

(7) KAPAN? Rebah pasrahku dalam rengkuhMu. RumahMu rinduku mendulang. Bengkulu,19.01.2013.

(8) Sudahlah! Merindu sepenuh jiwa. Siapa peduli melintas sepi. Bengkulu,23.01.2013.

(9) DI MALIOBORO JANJIMU Bangku taman beku. Terpaku mengasing, Nol Kilometer. Yogyakarta,27.01.2013.

(10) (Pe)Laut! Koyak layar gejolak badai. Dermaga dahaga, singgahkah? Bengkulu,29.01.2013.

183


26. ENKA ARNASAI (10 PUISI) (1) SEMBILU Dalam lipatan angin Perawan sibuk menabung rindu. 29-03-2013 N.K (2) MAHALAJU Nun, dalam denting maha diam Kubunuh malam 31-3-2013 N.K (3) LUPA Melintasi setapak jalan penuh mawar Lupa pulang 01-04-2013 N.K (4) WAKTU Mengejar Matahari Ada langkah yang belum tergenapi 18-05-2013 N-K (5) BIJANA Kita kembang raya Kelopak kecil merangkul dirga 23-05-2013 N-K 184


(6) SPASI (II) Di tubuh hening sajak Aksara menari, berjarak 08-05-2013 N.K (7) SEBAB AKU BUKANLAH AKU Pulang ke hatiku Berbagai makna jadi ambigu 08-05-2018 N.K (8) MENITIP RINDU DI RINAI JATUH Rinai airmata Entah bersua di sungai mana 10-06-2013 N.K (9) MUSIM-MUSIM YANG TERBELAH Masih tercium wangi muson Di retak jendela 21-06-2013 N.K (10) ISYARAT Sebuah lingga lahir di matamu Kubaca, terbata 25-06-2013 N.K

185


27. EUIS HERNI ISMAIL (10 PUISI) ( 1) CITA CINTA Senandung bunga hati Menggumpal rindu membungkam cemburu EHI 13 04 2013

( 2)BEREBUT SINGGASANA senandung irama kekuasaan membungkus bintang menghitung lubang EHI 31 03 2013

( 3) MANJA memanah senyum menyabit rembulan tawa terdengar renyah EHI 12 03 2013

( 4) CINTA MAYA kidung senandung angin kunang-kunang malam bersayap ilusi EHI 11 03 2013

(5). RINDU Bersimpuh tak bersuara Resah mengisi relung pasrah EHI 15 02 2013 186


(6). NELAYAN melaut menyulam badai batas hidup garis mati 17 01 2013

(7) PENYAIR matahati berpendar sinar tersembunyi taring dan cakar EHI 15 01 2013

(8) SENJA Matahari sekejap terang pelangi jatuh menjelang malam Euis Herni Ismail 10 10 2013

(9) TAQWA membaca kalimat syahadat memanjat langit menggapai istiqomah 05 01 2013

(10) JIKA WAKTU TIBA lembut menyentuh padamkan senja malaikat menggenggam ruh EHI 21 02 2013

187


28. FAHMI MCSALEM (8 PUISI) (1) MENEMUI-MU daun-daun berzikir hening rindu mengombak melaut, larut P@s, 2013

(2) POURING RAIN Dalam hujan Menderaslah kerinduanku padamu dan padaMu Pas, 2013

(3) DUNIA POLITIK Di setiap tikungan jalan Bunglon-bunglon bercengkrama mesra 2013

(4) PUISI ITU Pohon pikiran berbuah kata-kata Kalbu yang menyiraminya 2013

(5) KRISIS Gagak saling teriak Anak ayam kehilangan induk 2013 188


(6) MUNAJAT Kupahat kaligrafi menyayat hati Melaju menuju: langit-Mu! 2013

(7) IBU Matamu menganak sungai Tempatku membasuh segala luka 2013

(8) RETORIKA Di mimbar Luapan banjir bicara lebih lantang Pasuruan, 18 Januari 2013

189


29. GITO TIAS (7 PUISI) (1) REPUBLIK KLEPTOKRASI Indonesia tanah airku. Tumpah darah air mataku. Talang Ulu,15/01/2013.

(2) BERSENGGAMA Petinggi menyetubuhi politisi Pesta di negeri Kleptokrasi Talang Ulu,15/01/2013

(3) PEMBALASAN Azab, bukan karma. Lalu...di mana sembunyi? Talang Ulu,22/01/2013

(4) KHAT 2 Daun surga, batang eporia. Sesudah koma, sirna! Tl.Ulu,1/30/2013

(5) TAHAJUD Merindu hanya kepadaMU. Sajadah malam, berbilang tasbih. Tl.Ulu, 2/3/2013 190


(6) GUNDIK Meliuk umbar birahi. Abaikan luka sebagi hati. Tl.Ulu,02/03/2013

(7) POLITIK SENGKUNI Dari century sampai sapi. Kurusetra para durjana. Tl.Ulu,2/9/2013

191


30. HARDIYONO SULANG (10 PUISI) (1) LAZUARDI Asah batu merah biru Berkarat tumpah haru Har slg, 23 Mei 2013

(2) DELIMA Rumpun berduri daun funtun Merekah merahmerah : harum? Har Slg, 25 Mei 2013

(3) JALANJALAN jalan pantura: padat merayap jalan mencintaMu, senyap Har Slg, 3 Juni 2013

(4) LIDAHLIDAH lidahku bergoyang, saling silang kusaring: citra rasa Har Slg, 4 Mei 2013

(5) JALAN LURUS BUKAN MULUS lempang jalan bertemu simpang hati tulus: kudusMu Har Slg, 23 Juni 2013 192


(6) KIDUNG TANAH daun rimbun berpantun embun tanah ramah: mutmainah Har Slg, 28 Juni 2013

(7) PANTAI NYIUR MELAMBAI pantai melambai, damai nyiur subur: menabur sukur Har Slg, 1 Juli 2013

(8) SULUK AIR mengalir bening air, menyair makhluk-makhluk lubuk menyuluk Har Slg, 13 Juli 2013

(9) SENYAWA ALAM hutan perawan mengandung gunung air membelah batu Har Slg, 18 Juli 2013

(10) REMBULAN PENGHUJUNG BULAN subuh bersuluh redup rembulan dahaga belum terlunasi Har Slg, 6 Agustus 2013

193


31. HAYAT ABI CIKAL (9 PUISI) (1) IKAN-IKAN KECIL bukan samudera, hanya menelaga berpalung dalam riaknya Tangerang, April 2013

(2) AUM jika beranda tak berpagar harimau siap! Mencakar Tangerang, April 2013

(3) BUNGAKU elok wangi; segala rasa kutabur kuronce: untukmu Tangerang, April 2013

(4) DIKSI ku-intai-intai kepak kutangkap aiiih! kau jinak!jinak merpati Tangerang, 27 Maret 2013

(5) NIKAH 1 dua unsur beda, larut : bersenyawa satu masa Tangerang, 31 Maret 2013 194


(6) NIKAH 2 dua cawan, berbalas tuang bersulang siang malam Tangerang, April 2013

(7) ANTARA AKU KAU DAN NENEK MOYANG aroma mitos; bubuk-bubuk tradisi kita: terhalang petakanya Kotakenangan, April 2013

(8) INTRIK POLITIK saling merobek! menelanjangi baju belang dilipat rapi Tangerang, 24 Maret 2013

(9) MONOLOG WAKTU matahari condong ke barat luruskah? aku berkiblat Tangerang, 12 Juli 2013

195


32. HUMAEDI (10 PUISI) (1) VALENTINE Ngopi, sayangi diri Patut ! aku jomblo permanen. 14 Pebruari 2013

(2) SORE lepas lemas angin bertamu facebook, kopi; berdiksi. 15 Pebruari 2013

(3) KURANG duduk manis menyumbu pagi, terus kopinya mana? 16 Pebruari 2013

(4) IRI pagi-pagi muda-mudi menggendong bayi ah ! jadi pengen. 16 Pebruari 2013

(5) SULUH CINTA tersirap rajah kugubah, menjajah seluruh peluh bumi. 18 Pebruari 2013 196


(6) SEPENGGAL KISAH DI KAKI CANGKINGAN kupu-kupu malam begadang; bersekolah belum layak pakai 22 Maret 2013

(7) TERGADAI takmampu membeli hatinya, mengapa kau gadai cintaku? 22 Maret 2013

(8) BEBAN PANGKAT kecamatan, penyuluhan, pengajian; sarjana muda memikul rakyat. 24 Maret 2013

(9) SULUH CINTA 2 selayakpandang melihat, memujamu; lantas terbata-bata kumengeja cinta 29 Maret 2013

(10) LETAK BAHAGIA mencari kebahagiaan? ikan di laut mencari air. 30 Maret 2013

197


33. IDA AKMAL (10 PUISI) (1) BIDUK goyang diayun gelombang kemudi kokoh, sampai tujuan! ia3613

(2) KEMBALI pada-Nya, waktu pun pasti tak terelak, pasrah ! ia,26413

WAJAHMU (3) ada di mata, dekat kugapai, tak sampai! ia,24313

(4) PERAHU KERTAS melaju pasti menggapai pantai bergegas, sebelum hancur ia,5413

(5) JALAN berliku lurus terjal hati-hati kerikil, remeh terjungkal ia,8413 198


(6) KATA-KATA lembut mengalun tertancap berkarat hati menggelepar, nyeri! ia2412

(7) ALUNAN AYAT-NYA gunung berguncang bumi membelah, masihkah kau ragu? 21313

(8) PERAHU CINTA dayung, kemudi seiya sekata, ombak pun takluk ia,12313

(9) KAPAL Kompas memutar Kapal oleng berguncang, nakhoda terjungkal 22213

(10) BANJIR bunda sibuk berkemas perahu kertas, mengemas cemas ia18113

199


34. ILHAM PUJANGGA (10 PUISI) (1) VIRUS MAUT Satu suntikan merasuk 2,7 virus maut bagiku jbi 300513

(2) (,) Tandatanda berhenti sementara Jeda sejenak hela nafasku jbi 050613

(3) ISRA MI'RAJ Rasullullah mengahadap Allah Kembali 5 waktu dijalani jbi 050613

(4) MERETAS HENING MALAM Tangantangan melukis langit Ruku'ku rebah sajadah basah jbi 110713

(5) RONA SENJA Camarcamar mengepak pulang Silir angin tebarkan rindu jbi 130713 200


(6) TAFAKUR ILALANG Kusapa pagiMu; embun Runduk ilalang sunyi menepi jbi 130713

(7) RITUS PURNAMA Melindap sepenuh dekap Pada telaga bayangmu membias jbi 220713

(8) SAJAK-SAJAK MENANGIS Ini miladku! Dalam tangis kata-kata; pesta sunyi jbi 260713

(9) DINI HARI Embun-embun basuh daun Tengadah tanganku mohon ampun jbi 050813

(10) SEPHIA V Purnama temaram sunyi Dalam gelap menikam jengah jbi 050813

201


35. IQRAM KATUNGAU (10 PUISI) (1) MEMILIH DIAM Batu dan sunyi, Tak perlu ada kata. Kuala Lumpur, 11 jan 2013

(2) KEPADA OMBAK Usah jemu mengukir puisi, di batu karang. Kuala Lumpur, 22 Jan 2013

(3) TANDA BACA Hidup adalah tanda tanya, sebelum titik noktah. Putrajaya, 23 Jan 2013

(4) AROMA PARA BURUH Maaf, bukan parfum. Nafas kami adalah keringat. Dengkil, 26 Jan 2013

(5) SUMPAH Alif lam lam ha! 99 nama cinta. Kuala Lumpur, 14 Feb 2013 202


(6) SENJA Selamat tinggal siang, cintamu tak selamanya benderang. Kuala Lumpur, 20 Feb 2013

(7) PERJALANAN Debu dan roh, berapakah jarak jalan pulang? Putrajaya, 25 Feb 2013

(8) KEMATIAN Mata waktu yang runcing, menulis nama kematianku. Kuala Lumpur, 01 Mac 2013

(9) CINTA TANPA NOKTAH Waktu seperti selalu, diam Doa meniti detak. Putrajaya, 8 April 2013

(10) JUMAAT Sebentar sahaja lagi! mimbar yang diam, berkata-kata. Putrajaya, 7 Jun 2013

203


36. JANUS A. SATYA (10 PUISI) (1) MENGEJAMU alifku tak sampai pada ha' aku kapai-kapai J A S / 2013

(2) TITIAN TARAWIH merekat rakaat-rakaat sepanjang sajadah tapaki selasar hakikat J A S / ramadan 2013

(3) BUNCAH PUASA menderma retak jiwa tungku kalbu, madrasah tingkah-polah J A S / ramadan 2013

(4) Alif Laam Miim : tiadalah keraguan ruang waktu, sublim kuantum semesta tak bertepi JAS / 2013

(5) BUNGABUNGA SASTRA renta dunia tanpamu : khasanah wewangi taman surgawi 204


(6) DI BAWAH BENDERA JIHAD gegas kemas mujahid ramadan, padang perang seperang-perangnya J A S / 2013

(7) CINTA-MU Tuhan, hujankan cinta-Mu kerontang jiwaku ilalang kemarau J A S / 2013

(8) AKU DI AKU-MU : chairil anwar kulit melepuh bersimbah peluh lari aku mengejarmu J A S / 2013

(9) DUKAMU ABADI ada sungai di matamu ngalir airnya darah J A S / 2013

(10) ZIARAH di jazirah mana bermakam tandai arah bermukim J A S / 2013

205


37. JAY WIJAYANTI (8 PUISI) (1) Rumah Abadi Satu pintu Mengapit raga, berkawan ribuan belatung Formosa, 21 Februari 2013. (2) Kembang Terakhir Kamboja jatuh berguguran Tanah merah bertuliskan nisan Formosa, 21 Februari 2013. (3) Pos Doa Berperangko amal Amplop kebajikan, terkirim kabar kematian (Taoyuan) Formosa, 14 Februari 2013

(4) Fenomena Cerita 1001 Beristri sembilan, melahirkan debat Akidah dikesampingkan, sesat Longtan (Taoyuan), 22 Mei 2013 (5) Kekayaan Abadi Amalan ibadah bertahta keimanan Hululnya harta akhirat Formosa, 9 Mei 2013.

206


(6) Nurani Terkilir Lisan berpondasi jejak iman Hanyut terbelenggu syetan Formosa, 21 Mei 2013

(7) Hilang Sabar Kepercayaan digadaikan Berbunga kepalsuan, uang berbingkai perseteruan Formosa, 30 April 2013

(8) Perhiasan Dunia Budi pekerti berkilau, santun mendamaikan Kehadiranmu solehah Formosa, 30 Maret 2013

207


38. KANG DAHAN (9 PUISI) (1) TIANG BENDERA Rapuh tubuhmu sudah Akar benalu menancap darah Bdg, 0813

(2) BERKAH Di padang ramadhan Ilalang berpucuk daun cahaya Bdg, 15 Juli 13

(3) PAHALA BULAN PUASA Kubidik satu bintang Bulan jatuh di pelukan Bdg, 11 Juli 13

(4) RINDU Dari barat; kulihat Rindu yang bunting menghadangku Bdg, 08 Juli 13

(5) SANG PENGANTAR Di ujung nanti Doa, pusaka atas pusara Bdg, 03 Juli 13 208


(6) LUKA INDONESIA Wajah priyai beracun Soekarno menangis dalam merahnya Bdg, 15 Juni 13

(7) LALU TERKUBUR Mata hati hilang tajam Puisi bisu sendiri Bdg, 15 Juni'13

(8) TAK TERBANDING cintaku sebiji debu, dalam limpah pasir pantaiMu Bdg, 13052013

(9) MEKAR DAN LAYU hati semekar bunga iri laksana kumbang jalang Bdg, 12052013

209


40. KANG RAMDAN (9 PUISI) (1) HERAN kemana sirnanya para aksara? benakku melompong: kosong semarang, 10-08-2013

(2) TITIAN meniti serambut dibelah tujuh kini; bukan nanti semarang, 11-08-2013, hari ke-4 lebaran

(3) MALAM bintang, bulan, dan hati berasyik-masyuk dalam peraduan semarang, 27032013.tengah malam

(4) SANG sajadahku malam tasbihku bintang :basah membasuh dosa semarang, 27032013.dini hari

(5) MUDIK sejumput rindu, membuncah, memanggil-manggil sudut kampung asalmu semarang, 03-08-2013, malam lailatul qodar. 210


(6) MENGAKU AKU yang mengaku-ngaku inilah aku belum kenal shidrah-Nya semarang, 27 juii 2013

(7) TENTANG RINDU relung sungai sampai muara kalbu melantunkan nama-Mu smg, 16042013.lepas maghrib

(8) GITAR TUA tak berdawai, punggung retak teronggok, menyisakan haru smg.06042013.dhuha

(9) KOPI PAGI panas, hitam dan pahitmu memutih dalam jiwa semarang, 27032013.pagi

211


41. LIN HANA FAM879M (6 PUISI) (1) TANGGAL Kalender telah berubah satu dua menanggal sejarah 13/01/2013

(2) HANYUT Sembilan puluh sembilan Berputar menggelinding, hanyutkan diri Jember 13/01/2013

(3) ALAM Mengalir bening jernih embun Hijau bayi semesta Zaidul Ali, 29/01/2013

(4) SYUKUR Menuntun derap langkah Dzikir rahmat membanjir bumi Zaidul Ali, 29/01/2013

(5) PENGASIH Mengajarnya, matahari dan bulan Langit kasih beredar 05/02/2013, Jember 212


(6) PENGASIH 2 Tumbuh tegak seimbang Biji daun membentang alam 05/02/2013, Jember

213


42. MOH. GHUFRON CHOLID (7 Puisi) (1) TENTANG AKU Aku kayu Tak tahu kapan jadi abu 2008-2013

(2) MATA BULAN Kaukah kekasih Menatapku, laylatul Qadar ya mahbub 2013

(3) MENERJEMAHKAN RANTAU : Pipiet Senja Tanah rantau, telah pukau Kau seharum tembakau 2013

(4) NIKAH KATA Aksara-aksara hamil tua Lahir kata; doa, cahaya 2013

(5) MUSIM KEMBARA Rindu menenun tabah Kapankah kembali, kasih

214


(6) TENTANG DOA Doa; mata usia Purnama-purnama renta terjemahkan surga 2013 (7) PUISI Suara jaman yang diuraikan Penyair, mengasah batin 2002-2013

215


43. MUHAMMAD JAHIDIN (10 PUISI) (1) KENANGAN biodata paling singkat di atas gundukan tanah Cipanas 2012

(2) KEHAMILAN daun jatuh, hujan turun biji menunggu Tuhan Cipanas 2012

(3) PETUGAS KEBERSIHAN II tong rapi jalan bersih hati kami sedih Cipanas 2012

(4) SAJAK SUBUH HARI jendelaku caya bulan ke laut menjaring matahari Cipanas 2013

(5) LARUNG puisi-puisi sedang bertarung dua tanganku berisi burung Cipanas 2013 216


(6) HANCUR empat bocah di satu piring, pecahkan dadaku. 20 Maret 2013

(7) ARLOJI tubuhku kembara angka lambai tanganNya sentuh kemboja Cipanas 2013

(8) KEDALAMAN bibirku menanam biji basah keningmu bau hujan Bbc 2013

(9) AKU lahir di Indonesia kegelapannya tempat aku bernapas 2013

(10) TERKUNCI cayaMu sepenuh cermin sempurna wajahku sekeruh entah Cipanas 2013

217


44. MUHAMMAD LEFAND (10 PUISI) (1) MENDUNG pena mendung sajak tak beranjak memamah biak Jember, 160713

(2) MENCARI EMBUN KEMARAU tanah tak bernanah kumelangkah di antara kerikil Ledokombo, 150713

(3) MENGHARAP BINTANG KEMBALI bintang hilang, pulanglah! tanpamu sajak-sajak kehilangan musim Ledokombo, 12-7-13

(4) UTUSAN tamu agung datang berkah merupa hujan kemarau Jember, 12-7-13

(5) MENYERAH tanpa kata-kata yang memuisi aku bukan puisi Jember, 11-7-13 218


(6) CAHAYA menelusuri gelap malam cahaya-Mu menerangi tanpa tepi Jember, 2-7-13

(7) MENADAH HUJAN RAHMAT bulan ramadhan adalah hujan dosa-dosa disiram ampunan Ledokombo, 010713

(8) SAJAK LUKA puisiku tak disapa lahir sajak-sajak luka berairmata Jember, 30-06-13

(9) MENCARI MUSIM KETIGA diantara dua musim-Mu hujan dan kemarau kusimpan Jember 20130612

(10) ! kata-kata tak bersuara mimpi berimajinasi kalimat luka Jember, 070613

219


45. NAJIBUL MAHBUB (5 PUISI) (1) Berbisik Berbisik pada Angin :Kapan prahara ini senyap-lenyap? Pekalongan, 10 Maret 2013

(2) Asma-Mu Sembilan puluh sembilan Azimat nama, angkasa berkumandang Pekalongan, 24 Maret 2013.

(3) Takbir Kumandang takbir mengalun-syahdu : luluhkan hati kokoh berbatu Pekalongan, Maret 2013

(4) Inilah Aku Jiwaku Jiwa kembara berbisik hati membusung dada Pekalongan, 23 Maret 2013.

(5) Fakir Miskin Sejenak menunduk Ia di ujung tanduk: remuk Pekalongan, 7 April 2013 220


46. NANO TRESNA ARFANA (10 PUISI) (1) KORUPTOR Sembunyi balik dinding Hanya dengar peronda lewat! (2013)

(2) BERPADU Dinda kemana? Oh, kamu bernafas pada nafasku (2013)

(3) KELABU Tuhan Maha Pengasih, niatku putih Imanku kelabu? (2013)

(4) BANJIR Ia selalu dimaki, dicela Muasalnya adalah manusia (2013)

(5) KORUPSI Mengincar, mencuri, mendekap, oh! Tuhan tidak tidur (2013) 221


(6) KEADILAN Nyanyian angsa mendayu Keadilan, o dongeng tidurku (2013)

(7) SEDIH Monalisa tersenyum, o indahnya Melihatku, dia menangis (2013)

(8) KEPERGIAN Ketika cahaya-Mu menjemput, genggamlah! Duka selepas subuh (2013 - for my mom)

(9) KEAGUNGAN ILAHI Laut-Mu dalam dan sunyi Rinduku tak berujung (2013)

(10) BUAT PUTRAKU Lima belas lilin menyala Tahun mengisyaratkan perubahan (22 Februari 2013 - Happy milad putraku, Rivari)

222


47. Nh Su (10 PUISI) (1) IMAN sedikit aku tertawa sisanya; memeluk air mata Jakarta, Feb 2013

(2) SHALAT Allah kudekap; dekat rapat damai sehat nikmat Jakarta, Maret 2013

(3) RUMI kubuka lembaran masnawi terpancar kerinduan pada Ilahi Jakarta, Maret 2103

(4) Nama Hilang Depan Laptop berjamjam nyaman buka Qur'an; terpejam. Jakarta, Maret 2013

(5) PUJANGGA Mencangkul makna; mengubur dunia menanam bahasa kelapa Jakarta, Maret 2013 223


(6) SELAMAT To: Aisyah Al-Baroroh Detak berdetik detak pelaminan; mendekat sarat berkat Jakarta, Maret 2013

(7) TAK BERMUTU berpikir, mengukir sepi tak ada yang melirik Jakarta, Maret 2013

(8) TOBAT aku berhenti menggombali wanita karena kuhormati sastra Jakarta, Maret 2013

(9) SYAHDU aku, Bapak dan Mihrab membuka Al-Qur'an; sejuk. Jakarta, Maret 2013

(10) TAUBAT INTUISI Huruf-huruf menjelma puisi benarkah datangnya dari hati? Jakarta, Maret 2013

224


48. NOOR AISYA (10 PUISI) (1) HARAM JADDAH rekrut iblis berserban malaikat hipokrit bermata ular 120313 Temasik (2) HIPOKRIT topeng bertukar wadah laga menjaja; berbatu api 130313 Temasik (3) YA, ISHQ! Uft! kureguk tuak rindu mabukku mabrur, ishq! 230313 Temasik (4) GELE lilitan kutuk berkasta derajat kemuliaan mahkota: abdi 260313 Temasik *GELE: sejenis 'turban' dipakai wanita Afrika (5) LOKTANG dirasuk tuhan berhala iblis menari-nari menjerat kepala 010413 225


(6) Rabiatul Adawiyah meramu hening malam khalwat cinta, uzlah terkasih 020413 Temasik

(7) KIDUNG KER alunan buluh perindu menggoda maut mengerling manja 0301413 Temasik (8) Syurga-Mu kubiduk sungai al-kautsar; dahaga menderas rindu mengalir 040413 Temasik (9) YUSUF alif laam raa; surah wangimu, makrifat bercerita 050413 Temasik (10) FEMINIST nilaimu di mataku nol Kupakai celana kekuasaanmu! 080413 Temasik

226


49. NOVY NOORHAYATI SYAHFIDA (10 PUISI) (1) TENTANG DIRIMU sebaris abjad kenangan terbentang dalam album ingatan Kedoya, 21 Januari 2013

(2) DZIKIR dalam hamparan sajadah panjang mengeja barisan asma-MU Tangerang, 23 Januari 2013

(3) SENJA barisan camar riuh memekik cakrawala berhias jingga Kedoya, 23 Januari 2013

(4) KENANGAN singgah di pelupuk mata aku, yang meluka Sepanjang Kedoya-Ciledug, 23 Januari 2013

(5) DI SURAU SUATU SORE mengeeja alif, ba, ta riuh suara terbata-bata Tangerang, 24 Januari 2013 227


(6) SANGKURIANG merajang doa tak habis-habis dayangsumbi menangis, teriris Tangerang. 25 Januari 2013

(7) TANGKUBAN PERAHU sangkuriang mencinta. dayangsumbi terluka hup, bidukpun telungkup! Tangerang, 2 Februari 2013

(8) KEMARAU daun-daun pun berguguran musim menanggalkan waktu perlahan 2013

(9) RINDU IBU diterkam jarak dan perpisahan aku ingin pulang 2013

(10) TAHAJUD detak jam tenggelam degup dzikir sepertiga malam Tangerang, 12 Februari 2013

228


50. NUNIK TYAS (10 PUISI) (1) LANTAK Segenap daya dikerahkan Bahtera hancur menabrak dermaga nun / 20012013

(2) LENGAH Sibuk mengais bintang Ternyata mentari lewati sepenggallah nun/21012013

(3) HAMPA Memanggil segenap rindu datang cuma semilir desau nun/24012013

(4) Tragis Bulbul asyik bernyanyi , Timah pemburu memembus jantung Jingga/ 25012013

(5) USAI Rimbun naungi hati, tertebas garang gersanglah kini kamar/11022013 229


(6) HANGAT Semangkuk coklat hangat, mabuk kepayang rindu terguncang Rindu/14022013

(7) BAYANG Kerlip bias cahya datangkan bintang tarian angan nun/23022013

(8) GALAU Mata menyapu langit bintang rembulan disembunyikan mendung nun/ akhir feb 2013

(9) TAFAKUR Bersampan sajadah samudera cinta luas terarungi sudah nun/27032013

(10) PUSARA Berderet hamparan nisan Di mana harapan diperabukan nun/24513

230


52. PANGESTOO ARIF SURNADY (5 PUISI) (1) DI MUSIM DO'A Iblis mati-suri Anak-anak pengembara berburu seribu Purnama Jakarta 19.07.2013

(2) PELUH DAN MATAHARI Kuramu dengan waktu Memahat jejak sebelum pulang Jakarta 12.06.2013

(3) BERBINAR Menatap gemintang: menghayati! Anak-anak mimpi menjejaki anak-tangga Jakarta 10.06.2013

(4) BUNDA Engkau perempuan bersanggul bulan Aku menikmati do'amu Cakung 29.05.2013

(5) Ji Pulanglah! Senja pertanyakan ada-mu Harumkah peluh jejak mataharimu Cakung 29.05.2013 231


53. PHAKDE AMANZ SONTOLOYO (6 PUISI) (1) Negeri Sirkus badut-badut berebut singgasana, rakyat menertawakan nasibnya; miris trenggalek 060613

(2) Globalisasi dunia, daun kelor musafir lupa bekal, tersesat trenggalek 060613

(3) Taman Para Syuhada Tanah Para Nabi mewangi Bunga-bunga gugur, abadi Trenggalek, 080613

(4) Waktu Dhuha Semburat menyibak awan Rokaat genap sebaik-baik perniagaan Trenggalek, 100613

(5) NEGARA AGRARIS YANG MIRIS : nasib petani Sawah kehijauan bak surga Petani, malaikat sekarat

232


(6) TARIAN INDUNG Dapur merupa panggung liuk gemulai, bukti ketulusan Juli 2013

233


54. QASEH SOLEHAH (6 Puisi) (1) TANGIS RINDU Gong langit merancak rinai lagu cinta: terhenti! QSPQ - Putrajaya, 12 Mac 2013

(2) MUSNAH harum aroma tanah basah tertanam nisan pelangi QSPQ - Putrajaya, 25 Feb 2013

(3) Menjejak RinduMU Kubah bulan terbelah sujud sajadah mencari cahaya QSPQ - Kuala Lumpur, 23 Feb 2013

(4) QUEEN CONTROL Lintang pukang dapur suami; isteri membungkang: neraka! QSPQ - Putrajaya, 21 Feb 2013

(5) ELECTION tong kelentong, janji lumat ditelan naga, hampas qspq - 18 Jan 2013 - wpp 234


(6) DI TANAH JIWAMU Kebumikan indahnya tulip suburkan mengharum akar dani QSPQ - 12 Ogos 2013 salam cinta bumi bertuah Indonesia

235


55. QIU BLANGKON (10 PUSI) (1) TAFAKUR - kepada kebodohan tentang asalmuasal seluruh hidupmati mengalir menuju cahayaNya tsm, 230813

(2) MENCATAT SEJARAH BERSAMA IMTOH (REVISI) : regi sastra sena gelisah. kepak-sayapmu badai, robohkan ramburambu tabu tak?! tsm, 180813

(3) RENJANA merepih sunyi dalam kepingin cinta; rinduku sansai tsm, 250413

(4) BRUK BRAK berharap ada apanya, pamrih? nikmati, apa adanya tsm, 300513

(5) DI TITIK BISING tafakur, hening bersimaharaja burung terbang dari sangkarnya 236


(6) LAHIR BATIN AKU - tentang rasa itu, ya Rasulullah merasa, merasa-rasa kau sejatinya penyampai berita: seluruh tsm, 060713

(7) TASJID MENGUAK TABIR tenggelam dipusaran huruf-hurufNya misteri agung berseru: sembahlah! tsm, 250713 harikeenambelaspuasa

(8) PURWADAKSINA : kepada ning nur cahaya rasaning jati sagara tanpa tepi tsm, 130613

(9) SUNYARURI spesial buat mas ImToh: bismillah... membaca rekam jejak ta'jaliMu merabaraba, nyata; kuraba tsm, 130613

(10) HONG mengintipmu mandi purnama di sarangmu kau kutangkap tsm, 050613 237


56. RAHAYU WILUJENG (7 PUISI) (1) AJARI AKU MEMBACA CINTAMU terbatabata, kueja cintaMu masih sering salah baca Jum'at, 18/01/2013

(2) LERAI sudahlah, kita sudahi saja : jangan tak berkesudahan Semarang, 19/01/2013

(3) SENANDUNG SENJA saat merah saga menyemburat senja senandungkan taubat Candibaru, 19/01/2013

(4) RUMAH ITU DIMANA HATI BERADA tak risau kehilangan rumah : langitNya naungan terindah Cogreg Gunung Sindur, 02/03/2013

(5) SAJAK SUNYI puisiku pergi menggamit sunyi sebait sajak, gemeretak! Candibaru, 20/03/2013 238


(6) GERIMIS PAGI gerimis di wajah pagi kuharumi aroma kesturi 22/03/2013

(7) RINDU YANG EMBUN mencecap embun, di kening pagi tetesan rindu Candibaru, 26/03/2013

239


57. RAHMATSYAH (10 PUISI) (1) Tunggu Mendung menunggu pagi di bawah langit mendung negeri feb 13

(2) Suara Menari banyak kata sedikit gerak nari-menari pajabat; mimpi! feb 13

(3) Renungan bulan imam bintang makmum sujud, lalu berdausa Banda Aceh, feb 2013

(4) Lagu Kelam kidung hitam manis kupu bersayap mengepak, terbanglah! feb 13,

(5) Panorama dua gunung lembah merebah malam bertamu; seulawah! Aceh, 3 feb 13 240


(6) diam-kata ada kata setelah kata maka aku diam! 3 feb, 13

(7) Masa Itu rumoh aceh anak berkumpul cak-pireng kini kenangan 3 feb 13, catatan: 1. rumoh aceh= rumah khas (adat) aceh 2. cak-pireng= nama permainan (game)

(8) Kalam Seulawah malam memerah puncak seulawah; tamuku rinai darah! feb 13,

(9) Hujan Seulawah kabut selimuti puncak Seulawah gelap lembah menghilang Aceh feb 13,

(10) Menunggu Maut aroma tanah atas sajadah sujud akhir; harapan Aceh, 2013 241


58. RASCA MUHAMMAD (10 PUISI) (1) SEHELAI DAUN DI UJUNG HUJAN Hijaunya gaun, menjingga laun "Senjaku...!" lambainya beralun musirivermaya, 100613

(2) DI LUMBUNG gerombol tikus gelar kenduri : puisiku menanak satir Palembang, 110413

(3) PULANG alap-alap melipat sayap, di dada; penat hinggap (musiriver, 140313)

(4) RESONANSI SURGA saat desahnya lantunkan aku gitar-suling memburu api (musiriver, 140313)

(5) MR HATER empedu pecah meracun tinta puisinya ketumpahan sianida (musiriver, 150313) 242


(6) RINDU BERLAPIS RINDU ikan tak menjemput kail puisiku mendamba sirip (musiriver, 180313)

(7) MALAM BADAI II "Kapal goyang, Kapten!" pekik panik ratusan puisi (musiriver, 150313)

(8) SELEKAS KAU TANAH kenang sibuk menjamu pernah hiruk-isak memeja dada (musiriver, 290313)

(9) YA RABB jauh dari jalan-Mu; aku semut putus sungut (musiriver, 270313)

(10) DIA seperti kutub renggut waras kompas; sajakku laut-lepas (musiriver, 230313

243


59. RATNA DEWI BARRIE (10 PUISI) (1) PESONA senandung gemericik air celoteh jiwa, menyitir, mengalir ( erdebe 56, 11-8-13)

(2) CERITA KITA dua adalah satu lurus arah, kita menuju (erdebe 56, 12-8-13)

(3) LUPAKAN mentari putih, ombak menyisih hapus, lupakan rintih! (erdebe 56, 9-8-13)

(4) ANGANMU SAJA dua mawar merekah harumnya tak pernah singgah (erdebe 56, agustus 2013)

(5) HIPNOTIS tatapku enggan beranjak bening bola matamu, mengajak! (erdebe 56, agustus 2013) 244


(6) MENGGENAPI aku adalah bulan berkaca di luas lautan (erdebe 56, agustus 2013)

(7) CUKUP menggenap bulan ilalang percuma beriring camar terbang erdebe 56, agustus 2013

(8) HUT RI ke 68 tujuh belas agustus merdekakah? dari koruptor penjajah ( erdebe 56, 10-8-13 )

(9) PESONA senandung gemericik air celoteh jiwa, menyitir, mengalir (erdebe 56, 11-8-13)

(10) CERITA KITA dua adalah satu lurus arah, kita menuju (erdebe 56, 12-8-13)

245


60. RETNO HANDOKOK O (6 PUISI) (1) DI TPU cinta berserakan di kuburan aku mengutipnya pelan-pelan Mdn, April 2013

(2) DI TPU pelayat berdiri dan duduk mataku mengukur tanah Mdn, 4 April 2013

(3) AKU MENULIS PUISI INI DENGAN SENYUMMU SEBAGAI PETA DI DADAKU mengindah serupa sayap kupu-kupu subuh, pacak-pacak rubuh Mdn, Mar '13

(4) PUNAHNYA ADAGIO sajak-sajak tiarap di makam mereka makna bungkam Mdn, Mar. '13 (5) SAJAK TAK SAMPAI operamu; di langit sajak-sajak tak bisa terbang Mdn, Mar. '13 246


(6) DI MATANYA aku melihat danau sebuah puisi tanpa kata-kata Mdn, Jan '13

247


61. RIFQIEL 'ASYIQ (10 PUISI) (1) PELEPAH KURMA Maktub syair-syair nan-tinggi Manuskrip, sejarah Al-Qur'an terkutip. Jakarta, 290313

(2) MEMBACA NEGRIKU Bawangputih bawangmerah mengulang cerita lama: menitikkan mata Jakarta, 13 Maret 2012

(3) NEGRI JENTAL-JENTUL Rumah rakyat tempat mendengkur setelah semalaman melembur Jakarta, Okt 2012

(4) 'ULUMUL PUISI Seperti oase, taswir pena'wil Selubuk patrimu; jelempah. Jakarta, 100213 (6) SENJA SIMBAH Hikayah mengabariku, menyentuh; Wajah simbah, kian lusuh. Cirebon, 080611 (7) CERITA ALAMKU 248


(6) SENJA SIMBAH Hikayah mengabariku, menyentuh; Wajah simbah, kian lusuh. Cirebon, 080611

(7) CERITA ALAMKU Pelangiku sejarah, bernyanyi; Batas-batas lautan, mencari rindu. Blok M, 140113

(8) SEJARAH, MILIK SIAPA? Seakan-akan bebatuan mengajak bercerita Hikayah alam: berebut. Borobudur, Jogja. 050807. Rifqiel 'Asyiq

(9) JENDELA PAGI jendela-jendelaku berpamitan, surya menangis. Tiada hikayat; Absurditas. Lebakbulus, 080213 Rifqiel 'Asyiq

(10) TASWIR SIMBAH Kerutan dahimu, oase. Senyum berkah mbah Mufid. Depok, 260113

249


62. RIKOTMIL HASINDI (5 PUISI) (1) QIYAMULLAIL kucicipi manis cintaMu, sujud rinduku berlinang Airmata. Pangkalan,2013

(2) MUHAMMAD 1 Engkau tauladan kami. surya hati, Cermin hidup. pangkalan,RK :24022013

(3) MUHAMMAD 6 Engkau cahaya di atas cahaya, Nur memancar. pangakalan,RK :24022013

(4) MUHAMMAD 8 Tumbuhkan teladanmu pada hatiku. Habibi, habibullah: Muhammad . pangkalan,RK :24022013

(5) MESIU Bubuk yang kau isi Meledak membongkah hati pangkalan,RK:31012013 250


63. RITA INDRAWATI (4 PUISI) (1) MEMBACA SUARA jerit dan tangis, antara gerimis kami menangis! 2013

(2) PUISI KEDUA, MALAM INI kupersembahkan puisi kedua, Allah terimalah hatiku seutuhnya! jambi, 2013

MEMBACA SUARA : untuk mas Imron Tohari jerit dan tangis, apakah kaudengar? isak sajak! jambi, 2013

(3) MENJADI PUISI, 1 luka dan bisa-kata chairil kubawa berlari pagi jambi 2013

(4) MENJADI PUISI, 2 kaulah kandil kemerlap-kata amir hamzah cerlang, terang! jambi 2013 251


64. RIYANTO /RIYAN EL JAMEEL (9 PUISI) (1) Di Ujung Kafan coretan-coretan yang buram hilang di ujung kafan Purwokerto, Januari 2013

(2) Dari Balik Topeng topeng-topeng mengupas tanya tentang kau adanya, siapa? Purwokerto, 16.01.13

(3) Suara suara dalam, suara luar mana lebih didengar? 20.01.13

(4) Sebelum Kembali hidup menjadi hitungan jari sebelum kembali, kekasih. 2013

(5) Geriimis Senja ketika langitku gerimis haruskah senja berujung tangis? 2013

252


(6) Melukis Shubuh Maghrib bertabuh luruh tubuh seutuh; melukis shubuh 2102

(7) Hujan Doa laut terbang Menghunjam bumi yang gersang 2012

(8) Kepada Pohon Cintaku tunas-tunas tumbuh; menjadi cabang tubuh-tubuh yang pohon 2013

(9) Mekar Bunga Kamboja mekar bunga kamboja menjadi pelepas dahaga; benarkah? 2013

253


65. RIZI GEN (10 PUISI) (1) KOPI PUN PUISI Membolak-balik berita panas bergula Ah, pagiku pekat Blangpidie, 8 Maret 2013

(2) KAPAS BASAH Lelah, terhempas ke lembah Mungkin melayang lagi? Kota Lengah, Febuari 2013

(3) PERAHU TUA Jalanan tergenang, Ayah Tegar menitiku ke hindia Kota Lengah, Febuari 2013

(4) DANGAU KITA Terlantunkan bait cinta; jauh Saksi bisu melepuh Blangpidie, 2013

(5) PELITA HIDUP Siang malam hening, Ibu Minyak pelita kering Susoh, 2013

254


(6) IBUKU DAUN Daun kering demi ranting Sanjungmu Ibu; juangku Unsyiah, 2013

(7) DURI KEMATIAN Aaakghh, aroma kematian merekah Aku tertusuk duri Feb. 2013

(8) LIMA WAKTU Lagi, seruan Illahi Gontai memaku ruku' bersujud 2013

(9) LINTING 2,7 Satu, dua, tiga kurang 2,7 aku teler 2013

(10) CINTA Puisi ini memucuk 2,7 Andai, kau penyairnya! Kota Lengah, 2013

255


65. RUSDIANA HORMANSYAH (6 PUISI) (1) Tanah berawal benih tumbuh menjulang, luruh, kembali tanah Ktb,09/01/13

(2) Kekasih secangkir kopi hangat di bibirmu serupa candu Ktb,13/01/13

(3) Telat bulan menjauh kalut, terbayang wajah mbok Nah Ktb,01/13

(4) Jakarta hutan beton, banjir airmata di mana pesona? Ktb,31/01/13

(5) Kenangan selembar foto buram, tersenyum menyusuri lorong-lorong silam Ktb,01/02/13 256


(6) Patah Hati 2 asmara bisu dan gagu setangkai puisi, layu Ktb,26/02/13

257


66. SITI MAHMUDAH SYAAM (5 PUISI) (1) KAFAH : muslimin muslimat Ladang amal ramadhan Tunaikan zakat fitrah, kafah Jepara, 050813 (2) P BERDAMPAK R : mencoba pahami pijar pelita penuhi pusara resah risau; raib Jepara, 060813

(3) Niskala Cuaca hatiku tak bias menerka, Senyuman matamu Jepara, 20032013

(4) Darah Muda Bergolak laksana ombak Menerjang, terkam batu karang Jepara, 130713

(5) TIRANI HAM : anak-anak dan TKW pelecehan sexual tikam mental suram; masa depan Jepara, 23082013 258


67. SOKIP CILIK (6 PUISI) (1) PERTANYAAN BODOH Ah, uh, oh yes! Kasih sayang? Bodoh! (Jakarta, Januari 2013)

(2) KIAMAT Gunung lebur jadi debu Airmata para pendosa (Jakarta, Januari 2013)

(3) JELANG REFORMASI Carut marut! Kitab undang-undang koyak moyak (Jakarta, Januari 2013)

(4) JILBAB Penindasan, perbedaan, simbol klasik Pemersatukah engkau kini? (Jakarta, Februari 2013)

(5) BUNDA Terlalu indah dilukiskan Puisi mulia itu abadi! (Jakarta, Februari 2013) 259


(6) SURGA IBU Ibu, bangunkan pagi-pagi Surgamu, betapa ingin kusentuh! (Jakarta, Februari 2013)

260


68. SONNY H. SAYANGBATI/ SEMUT MERAH MENYALA TEGUH (9 PUISI) (1) Metafor Hujan kau sebuah episoda, makna keabadian: episentrum 11 Juni 2013 Sonny H. Sayangbati (2) Matryoshka Kupandang berlama-lama boneka Babushka, pesan kasih ibu 06 Juni 2013 Sonny H. Sayangbati (3) Teguh Tenunlah kain dengan air matamu, jiwamu teguh Semut Merah Menyala Jkt, 16-03-2013 (4) Tersembunyi Senyum melihat kekasihku, hasratnya tersembunyi dalam tudungnya Semut Merah Menyala 27-0-2013 (5) Pelukan Seteduhnya teduh, lebih teduh pelukan kekasihku, adem! Semut Merah Menyala 261


(6) Rindu Betapa sakitnya terpisah darimu, Laila rusukku memanggil-manggilmu Semut Merah Menyala 16-01-2013

(7) Kyu Dua, tujuh jadi kyu, bandar, koruptor, bangkrut Semut Merah Menyala 21/01/2013

(8) Membatik Membatik itu asyik, menulis puisi dengan ritual Semut Merah Menyala 13-01-2013

(9) Engkau Adalah Puisiku Puisiku, lembaran-lembaran papirus menghela nafas tertulis cintaku Jakarta, 8/8/2013

262


69. SUMASNO HADI (MASNO SUMASNO) (9 PUISI) (1) KEKASIH DAN DUNIA kekasih rindu tiada gapai dunia kudekati, melupa-Nya (Banjarmasin, 22 Januari 2013)

(2) CAHAYA MUHAMMAD awal-akhirmu cahaya raya ujung manusiamu bertanya, ummatku? (Banjarmasin, 24 Januari 2013)

(3) SI ANAK GELADAK keresahan kita anak geladak buta asal penderitaan (Banjarmasin, 27 Januari 2013)

(4) BELAJAR KEPADA PUISI menyusur elok kebenaran nalar puisi ajar tegar (Banjarmasin, 7 Februari 2013)

(5) PESIMIS PERADABAN menatap senyap adab tiarap mantap tergenap ratap (Banjarmasin, 6 Februari 2013) 263


(6) MENDENGAR NYANYIAN SEORANG PECINTA bulan menari sorong-seret malam dendangmu dentam-dentam kerinduan (Banjarmasin, 21 Februari 2013)

(7) PUNCAK GERAKAN jemari-jemari menggapai tanda dalam tangan-Nya membatik cinta (Banjarmasin, 25 Februari 2013)

(8) PUISI PEMBABAT hatimu belukar gelisah, sayang sambutlah parang puisiku! (Banjarmasin, 3 Maret 2013)

(9) KOMPOSISI RINDU BUAT BAPAKKU jarak adalah nada-nada biru bapak, rinduku ngeblues (Banjarmasin, 24 Maret 2013)

264


70. SYARIFUDDIN ARIFIN (5 PUISI) (1) DALAM PELUKAN KEKASIH cintaku menjalar memeluk akar akar bersikukuh memelukMu (Padang, 2013)

(2) SENYUM aku bangga pada senyummu yang menuliskan kepasrahan (Padang, 2013)

(3) CINTA BENING kesetiaan menggelinding di bola matamu; memerangkap hatiku (Padang, 2013)

(4) JANJI SENAFAS berjanjilah sayang; nafasku ada di detak jantungmu (Padang, 2013)

(5) LUMPUR berlumpurkah cinta kita yang berpulun dalam kehidupan (Banda Aceh, 2013) 265


71. TATA DANAMIHARDJA (5 PUISI) (1) KADO SANG PENCINTA menyematkan senja di dadamu lagu terindah kita 13072013

(2) EKSTASE sunyi. sunyi. sunyi. sunyi. puisiku mengunyah malam 03072013

(3) SEJAK KAU PERGI tanpa senyummu ribuan senja mati di halaman 21072013

(4) RABU 17.05 aku rindu simfoni senja: liris dan santun 31072013

(5) DARI BALIK JENDELA membaca hujan di lampu jalan terpenjara kenangan 06082013 266


72. TUROB AL AQDAM (8 PUISI) (1) CANGKANG katakataku rangkai rangkarangka ungkai tersenyum untuk anakanakanak. LB, 20 Maret 2013

(2) GEJORA gejolak, menampar sepi wuku, terlukis PARAS arasy. Cilandak, 23 maret 2013

(3) SEBUAH KOLAM TAMAN DI JAKARTA sepat nila berenang, ria tunatuna mengais residu Cilandak, 27 Maret 2013

(4) TABULARASA mengeja warna alam; PURBA memindai cakrawala-MU; terbatabata. Cilandak, 27 Maret 2013

(5) INTROSPEKSI ctak! pulasku patah, tersadar, kuraut lagi citacita. Cilandak, 07 April 2013

267


(6) JAKARTA MERUBAH WATAK kidung senja menara adzan, terlupa atau purapura? Cilandak, April 2013

(7) Wirid Tuju Allah Allah Allah Tirah membiru melangit munajah Bjm, 110813

(8) Nokturno Jalang Malam langlang Puisi berteduh di hening subuh Bjm, 130813

268


73. VIRGINIA CHANTIQA (7 PUISI) (1) KOLABORASI Manik-manik kata kurangkai Seruanku lambai rindu bersahutan VC, 24/07/2013

(2) MENCINTAIMU Kerling matamu isyarat detakku Notnot mengalun merdu Jatah terahirku hari ini, 25/07/2013

(3) TARETAN Kenca rua palotan Sakek settong, laenna sakek 2013

(4) NUN Nun, kupenuhi panggilanmu bu Tiada kutemukan itu 2013

(5) PADA SIAPA RINDUKU? Kusebut namamu launlaun Rinduku tak bersaung larunglarung. VC, 27/07/2013 269


(6) IED'KU DALAM SEPOTONG ROTI Kuekue bertebaran Ya tu(h)an... Perutku kempis keroncongan. VC, 07/08/2013 (7) KENANGAN Tak luntur masa jejakku Melukis air sia-sia. VC, 11/07/2013

270


74. WAHYUDI YUDI (WYAZ IBN SINENTANG) (10 PUISI) (1) DI BATAS SENJA angan, angin, ingin selalu menggoda bibir merah Ktpg, 23 Jan 2013

(2) K U R S I berapa yang kau mau aku berani bayar! Ktpg, 25012013

(3) DALAM KAMAR hampa, kebisingan mengendur tuli pulas memeluk guling Ktpg, 29 jan 2013

(4) CINTA SETENGAH MATI kulipat rindu dalam saku hati arungi mimpi Ktpg, 30 Jan 2013

(5) SUATU SORE DI SIMPANG ALE-ALE undang bulan menanggalkan kabut petang, gadisku bingung Ktpag, 2 Feb 2013 271


(6) PENANTIAN rebah dalam pangkuan malam gelisah mengukur fajar Ktpg, 14 Feb 2013

(7) MONAS DALAM BERITA tutur santun menantang puncak maut menunggu janji Ktpg, 23 Feb 2013

(8) HAMBALANG menyeruak merebak merobek carut marut tak berujung Ktpg, 10 Maret 2013

(9) ANOMALI patgulipat sulap sana sini jeruk makan jeruk! Ktpg, 12 Maret 2013

(10) PERMAINAN KATA kopi pahit, kopi manis, air garam: kehidupan? Ktpg, 29 Maret 2013

272


75.. WERDYS KALBARI (10 PUISI) (1) P E L U K lenganku ketapang rindang kubentang peluk sepenuh ufuk Stg,07042013 Werdys Kalbary (2) Ooo C I N T A menyisakan abu tungku : fana pada pembakaran sempurna Bilikkerja, 01042013 Werdys Kalbary (3) P O L I N A S I kelaminmu lesap ke rongga semesta; malam sempurna Bukit Kelam,27032013 Werdys Kalbary (4) KUBACA DUKAMU ANANDA taman malam berkelip suram matamu: seribu linang StgWestborneo, 26032013 Werdys Kalbary, (5) M E K A R Harapan membuak bunga-bunga hujan rindu: menagih kemestian StgWestborneo, 22032013 273


(6) ISTIKAMAH Sebinar ruang cahaya imanmu kukuh menggenggam bara! StgWestborneo, 14032013 WK

(7) MAYA sepasang kekasih mimpi rebah di tilam duri! StgWesborneo, 11032013

(8) KABUT HUTAN HUJAN lindapmu berteduh di daun-daun gerimis memancung mimpi-mimpi StgWestborneo, 25022013

(9) YANG TELAH TIADA genaplah kenangan tentangmu, menikam jantungku; seribu rindu! StgWestborn,22012013 Werdys Kalbary

(10) TANYA belum tibakah di jantungmu? cerita langit karam! StgWestborn,21012013 Werdys Kalbary 274


76. YETTII ROSANDIE TO'IM (10 PUISI) (1) PENGEMIS KECIL tangan kecilmu itu meluruhkan isi kantongku CURUP, 17-01-2013

(2) GERAM beribu tanya tak berjawab mata nanar menatap Curup,18-01-2013"

(3) LAUT bersama dalammu kusimpan rapi misteri hitam kehidupanku curup,18-01-2013"

(4) TERJEBAK Aku layu dan mati dalam lingkaran cintamu Curup,17/02/2013"

(5) MIMPI jiwaku mengembara diantara jasad yang terbujur kaku curup,22-01-2013" 275


(6) TUHAN telah aku serahkan hidup matiku hanya padamu curup,22-01-2013"

(7) PESAN wahai angin..sampaikan padanya disini aku menanti CURUP 21-01-2013

(8) MATI aku hanya raga tak bernyawa setelah kepergianmu 23-01-2013"

(9) KEMARAU jiwa yang gersang berteman debu kering kerontang curup,14-02-2013"

(10) BUNGA DESA tersenyum simpul malu malu terjebak nafsu duniawi curup,10-02-2013"

276


77. YUSMARNI (7 PUISI) (1) CINTA cukakan manisnya nira menuai pahit dalam sesal Batam, 20022013

(2) Pahit sebongkah hati diperiakan Menyesakkan dada vitaminkan kehidupan Batam, 21022013

(3) Alam Terkembang Mengeja bayang membaca pada alam Selaraskan kehidupan ini Batam, 21022013

(4) Mungkir titian lapuk aksara sesumbar janji hampa mengudara Batam, 21022013

(5) Ayah Keringatmu menganak sungai Antarkan aku pada kejayaan Batam, 21022013 277


(6) Kristal aksara pecah di mulut mengkristal tumpukan luka Batam, 14032013

(7) Kursi Kasmaran asmara haus kursi hangus gairah cinta kasih Batam, 14032013

278


78. YUSTI APRILINA (10 PUISI) (1) MENCARIMU di rimbun kata aku mencarimu :kekasihku, puisi! Bkl, 17062013

(2) MEMBACA USIA di keriput wajah gemetar membaca usia; sesal! 2013

(3) KEKASIH tiada diksi sanggup bersanding engkaulah sebenar puisi! 2013

(4) LAUTMU menyelam di asin lautmu, dahaga semakin akut 2013

(5) PEREMPUAN MENANGIS butiran embun terjatuh membasuh luka-luka yang nganga 2013 279


(6) HIDUP mengalir serupa sungai mencari muara di lautNya 2013

(7) AKU larut di kedalaman sunyi memilin sepi, sendiri! 2013

(8) PERJALANAN berliku, menikung menuju akhir nasibkah yang mengajak? 2013

(9) USIA terasa masih pagi ternyata senja telah menjemput! 2013

(10) PELABUHAN TERAKHIR dermagaMu begitu agung Tuhan : izinkan aku berlabuh! 2013

280


PENUTUP

281


MERAYAKAN KEMERDEKAAN EKSPRESI Oleh: Dimas Arika Mihardja Agustus bagi banyak negara dinisbatkan sebagai bulan kemerdekaan. Bagi Grup Puisi 2,7, Agustus (sebenarnya setiap hari, bulan, dan sepanjang tahun) selalu tersedia ruang ekspresi untuk menulis puisi yang terbaik. Puisi yang terbaik adalah puisi yang dihasilkan melalui kontemplasi terhadap berbagai rangsang tanggap atas fenomena yang terjadi di mana kita berada. Mungkin di sekitar kita terjadi berbagai kasus ketidakadilan, penindasan, pengekangan, kuropsi, manipulasi, dan aneka ketimpangan lainnya. Hal-hal atau fenomena seperti itu bagi kreator merupakan lahan subur untuk diangkat menjadi puisi. Penyair, dengan modal nurani, intuisi, imajinasi, serta suatu prinsip dalam hidup dapat mengolah limbah persoalan di sekitar itu ke dalam puisi yang tidak sekadar memotret peristiwa, melainkan melukisnya penuh dengan kesan dan sikap-sikap tertentu.Lazimnya, penyair itu berada di tengah-tengah karut-marut kehidupan lalau berupaya mengangkat berbagai persoalan kemanusiaan dengan visi dan misi tertentu serta menjadikannya momentum kreatif mengangkat persoalan berbangsa dan bernegara. Momentum Agustus, biasanya di beberapa tempat dilaksanakan peringatan hari kemerdekaan dengan mengadakan tradisi “panjat pinang". Melalui tradisi "panjat pinang" ini secara metaforis terungkap bahwa hidup itu penuh dengan perjuangan, perlu bekerja sama satu sama lain untuk mencapai sesuatu. Dalam panjat pinang, biasanya ada sejumlah hadiah yang digantungkan di atas pohon pinang. Beberapa kelompok lalu bekerja sama untuk menjadi pemenang, yakni meraih sejumlah hadiah itu. Namun, tidaklah mudah meraih hadiah itu, sebab batang pinang dilumuri dengan oli, minyak, atau gemuk. Acap terjadi sesama pemanjat pinang saling injak satu dengan lainnya. Peristiwa saling injak ini tentulah dapat ditafsirkan menjadi berbagai ragam makna, baik dalam perspektif positif maupun negatif. Peristiwa apanjat pinang ini ternyata dapat juga untuk melukiskan dalam dinamika grup puisi 2,7. Ternyata, untuk menghasilkan puisi yang memuisi dan memuasi masing-masing pemosting puisi telah bekerja keras untuk menjadi pemenang dan tak hendak menjadi pecundang. Pemenang di sini ialah mereka yang berhasil memosting puisi yang mendapatkan respon positif berupa apresiasi puisi maupun komentar-komentar yang mengiringinya. Ternyata ada juga yang termasuk pecundang, yakni mereka yang asal memosting tanpa mempertimbangkan dampak dari postingannya, melainkan semata-mata hanya memajang karya lalu dibiarkannya sepi tanpa komentar. Metafor panajat pinang itu, ternyata juga memberikan gambaran bahwa dengan prinsip sling asah-asih-asuh, segenap keluarga grup 2,7 seiya sekata 282


sekata berjuang menulis puisi 2,7 dengan mempertaruhkan diri. Ada sejumlah pemosting puisi yang berhasil lalu oleh admin dibubuhi tanda bintang untuk disimpan dalam dokumen grup, dipajang pada website, dan sebagian dipilih untuk dimuat dalam buku ini. Ada beberapa puisi yang dengan terpaksa tersisih dan tidak dimuat dalam buku ini. Bukan lantaran buruk, melainkan dipertimbangkan tidak memenuhi kuota jumlah. Puisi yang dimuat dalam buku ini hanyalah puisi yang telah mendapatkan tanda bintang dalam rentang jumlah 5—10 puisi untuk setiap pemosting. Koleksi yang tidak memenuhi jumlah 5, baik anggota lama maupun anggota baru, terpaksa tersingkir sementara—kelak jika ada penerbitan buku lagi dimungkinkan karya-karya yang belum dibukukan disertakan dalam pemuatannya. Merayakan Kemerdekaan Dalam menulis puisi memang diperlukan ruang kebebasan. Kebebasan kreatif namanya. Dengan bekal kreativitas keluarga besar Grup Puisi 2,7 dapat mengebor sukma, menggali tata nilai terdalam, dan berusaha (tidak sekedar coba-coba) dengan sungguh-sungguh bergumul dengan diri sendiri untuk menjadi pemenang, yakni menulis puisi pendek-padat hanya dengan dua larik tujuh kata. Puisi 2,7 memang menyediakan ruang lapang untuk mengeskplorasi bakat dan kemampuan setiap anggota keluarga grup ini. Dalam merayakan kemerdekaan (kebebasan kreatif) kreator dapat memanfaatkan piranti bahasa, sarana retorika, dan berbagai kemungkinan yang disediakan untuk membuat puisi yang memuisi dan memuasi. Piranti yang masih langka digunakan oleh kreator puisi 2,7 ialah lambang, simbol, aneka tanda; majas, bahasa kias, dan aneka ungkapan khas; para kreator puisi 2,7 juga belum memaksimalkan ambiguitas, korespondensi, dan intensifikasi. Aspek musikalitas seperti rima, ritma, periodus, asonansi, aliterasi, dan berbagai gema dari pilihan kata juga belum banyak dieksplorasi dalam menulis puisi 2,7. Akibatnya, puisi-puisi yang terposting kering, gersang, atau ibarat masakan masih hambar--kurang bumbu. Buru-buru ditambahkan, memang tidak setiap anggota keluarga puisi 2,7 berobsesi ingin menjadi penyair. Ada sejumlah orang yang masih iseng, ingin berteman dan belum menjadikan puisi sebagai salah satu media ekspresi kemerdekaan pribadi. Disadari menjadi penyair memang tidaklah mudah--tidak semudah membalik telapak tangan, melainkan memerlukan proses panjang, sikap serius, dan banyak melakukan proses belajar. Dalam proses belajar, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama kreator lain ada baiknya mempertinggi frekuensi interaksi dan interelasi, bersikap kritis mempertanyakan sesuatu, rajin bertanya dan menggali informasi terkait dengan puisi, khususnya puisi 2,7. Memang, penyair yang baik mesti membekali diri dengan wawasan pengetahuan sejarah puisi, teori puisi, dan kritik puisi. Celakanya, tidak setiap 283


anggota keluarga puisi 2,7 berobsesi ingin menjadi penyair. Ada sejumlah orang yang masih iseng, ingin berteman dan belum menjadikan puisi sebagai salah satu media ekspresi kemerdekaan pribadi. Disadari menjadi penyair memang tidaklah mudah--tidak semudah membalik telapak tangan, melainkan memerlukan proses panjang, sikap serius, dan banyak melakukan proses belajar. Dalam proses belajar, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama kreator lain ada baiknya mempertinggi frekuensi interaksi dan interelasi, bersikap kritis mempertanyakan sesuatu, rajin bertanya dan menggali informasi terkait dengan puisi, khususnya puisi 2,7. Memang, penyair yang baik mesti membekali diri dengan wawasan pengetahuan sejarah puisi, teori puisi, dan kritik puisi. Celakanya, tidak setiap orang memandang penting wawasan sejarah, teori, dan kritik puisi. Akibatnya, perkembangan puisi--termasuk puisi 2,7 seakan-akan berjalan di tempat, kurang progres, dan kurang mencapai target yang diharapkan. Ada sejumlah penyakit yang menghinggapi keberhasilan puisi 2,7, di antaranya pemosting lekas puas dan senang mendapatkan pujian, kurang tahan kritik, dan kurang dapat menerangjelaskan puisi yang ditulis. Bahkan ada temuan yang ‘mengharukan’ saat ternyata melalui grup ini, melalui pemuatan puisi, dipakai sebagai ajang pedekate—pendekatan personal melalui rayuan, pujian, dan bahkan curhaat untuk mendapatkan pasangan hidup. Jika fenomena itu berkelanjutan, dalam arti, dalam grup ini terjadi peristiwa pernikahan antaranggota, itu sebuah anugerah tersendiri—di luar konteks puisi. Kami memandangnya sebagai satu hal yang positif, melalui grup ini terjadi berbalas puisi secara menarik. Dalam mereaslisasikan kemerdekaan ekspresi, penyair tak semata bersandar pada tema--meski penguasaan tema menjadi urgen. Masih banyak ditemukaan pilihan tema-tema kecil, sehari-hari, dan kurang penting. Kreator puisi 2,7 kurang mengesplorasi tema-tema besar, yakni tema yang menyangkut hidup orang banyak secara luas. Tema-tema yang banyak diungkapkan ialah tema-tema personal: rindu, benci, dendam, dan persoalan personal lainnya. Tema-tema personal ini sebenarnya cukup menarik asalkan krator dapat mengemasnya dengan baik berdasarkan pengalaman. Pengalaman ini adalah sesuatu yang dialami, sesuatu yang menyentak, sesuatu yang memukau, sesuatu yang berkesan. Dalam grup puisi 2,7 belum leluasa dieksplorasi tema-tema terkait mitos, keyakinan, masalah sosial-politik, dan kegelisahan batin terhadap Sang Maha Pencipta. Sebenarnya sejak dulu hingga kini tema-tema yang diangkat ke dalam puisi tak berubah, dan yang menjadikan sebuah puisi menarik memang tak semata-mata pada tema, melainkan pada gaya pengungkapan, kemasan, dan penyajian. Menyelamatkan Puisi 2,7 Dalam gejolak ekonomi, politik, sosial dan budaya seburuk apapun tidak menghalangi pelahiran dan kelahiran puisi 2,7. Tidak ada pihak mana Menye284


yang kuasa menghalangi pelahiran dan kelahiran puisi 2,7. Puisi 2,7 bisa lahir di manapun dan dalam kondisi apapun sebab sejatinya krator selalu bergumul dengan daya kreativitasnya untuk berkarya. Menurut kodratnya, puisi dapat lahir sendiri dengan selamat karena pelahiran puisi itu bersifat personal dan individual. Namun, ada kalanya kelahiran puisi 2,7 perlu ditolong dan dibantu oleh bidan (baca: penerbit berwibawa) dan dirawat oleh seorang Bapak Bijak (baca: pengamat/kritisi). Masalahnya adalah kehadiran bidan yang siaga (penerbit yang siap melayani) dan Bapak Bijak (pengamat/kritisi) yang penuh perasaan cinta untuk merawat dan memelihara sastra semakin langka. Memang, puisi 2,7 dapat lahir, tumbuh, dan kemudian berkembang sesuai dengan dinamikanya sendiri. Kreator dapat �berdarah-darah� merawat tumbuh dan berkembangnya puisi 2,7. Ia menyerahkan hidup dan matinya demi kemajuan puisi 2,7. Ia tak mengenal cuaca. Tak mengenal musim. Tak mengenal perubahan panca roba. Kreator ialah ibu kandung puisi yang selalu memelihara anak-anaknya dengan penuh perasaan bertanggung jawab, penuh cinta kasih, penuh pengabdian, dan selalu menjunjung kebenaran dan keadilan di atas segala-galanya. Itulah sebabnya kemudian kita bisa memiliki khasanah puisi yang beragam: klasik, baru, dan mutakhir. Kreator yang baik selalu mengawal karya yang dilahirkannya hingga tumbuh menembus perjalanan waktu. Tugas utama kreator ialah bagaimana ia melahirkan karya puisi yang bernilai literer, best seller, dan menawarkan sesuatu yang bermakna bagi dirinya sendiri, karyanya, dan terutama demi kebaikan orang lain. Lantas siapakah yang bertanggung jawab jika kondisi puisi 2,7 memprihatinkan, kurang sehat, dan perlu diselamatkan? Pertama dan utama, pihak yang bertanggung jawab atas keselamatan sastra ialah kreator. Kreator mestilah memiliki tanggung jawab �moral� dalam berkarya. Kreator yang baik selalu berkehendak melahirkan karya sastra yang bernilai, baik lisan maupun tulisan. Pendeknya, kreator selalu berusaha melahirkan karya bernilai, baik bernilai bagi karyanya, pembacanya, maupun masa depan spuisi 2,7. Tugas kreator ialah menemukan medium ungkap yang paling tepat bagi karya-karya yang dilahirkannya. Kedua, pihak yang juga bertanggung jawab ialah pengamat, kritisi, akademisi, penerbit, dokumentator, pustakawan, institusi kesenian dan kebudayaan. Jika karya-karya sastra hasil kreativitas putra-putri terbaik negeri ini ditelantarkan oleh dokumentator (seperti HB Jassin, misalnya), tidak tersusun dalam katalog pengarang di perpustakaan, dan tidak pernah dihargai oleh institusi kesenian dan kebudayaan, yang nota bene bertanggung jawab turut membina dan mengembangkan sastra, tentulah menggambarkan iklim yang tidak sehat bagi dunia sastra. Dalam konteks ini lalu tampak betapa pentingnya menerbitkan buku khusus puisi 2,7, baik berupa apresiasi, kolaborasi, maupun puisi-puisi terbaik yang diseleksi oleh tim kurator yang bertanggung jawab dan memiliki citarasa estetik yang memadai. 285


Pihak lainnya seperti penerbit, pengamat, kritisi, akademisi, perpustakaan, institusi kesenian dan kebudayaan semuanya turut bertanggung jawab menciptakan ekologi sastra yang sehat. Mereka terkait dan bertanggung jawab langsung atau tidak langsung terhadap nasib sastra. Partisipasi, pengertian, dan pengorbanan berbagai pihak terkait atas nasib sastra kita akan menjadi penyelamat kehidupan sastra di masa-masa yang akan datang. Tentu saja sesuai dengan bidang garapan masing-masing, sesuai dengan kemampuan, sesuai dengan perasaan ”tanggung jawab” masing-masing. Puisi Kolaborasi Puisi kolaborasi hakikatnya ialah puisi hasil kerja bersama. Dalam Grup Puisi 2,7 –untuk merayakan kemerdekaan ekspresi—oleh pengurus disediakan tema tertentu. Dalama satu periode, pernah dilombakan puisi bertema “Kasih Sayang” yang menghasilkan sejumlah puisi nominasi dan ditentukan pemenangnya. Hasil kolaborasi antara pengurus yang memajang tema sebagai stimulus, mendapat respon yang lumayan baik. Kepada tiga pemenang disediakan hadiah berupa buku-buku puisi, teori dan kritik puisi. Stimulus berupa hadiah ini tidak saja diberikan oleh pengurus grup, melainkan diberikan juga oleh simpatisan. Ternyata, hadiah yang diberikan tidak saja berupa buku, melainkan juga berupa pulsa, kaos, dan hadiah lainnya. Di permulan ramadhan, pengurus menyediakan tema “Surat Buat Kekasih”. Dengan tema ini secara leluasa para kreator dapat menafsirkan sesuai dengan pemahamannya masing-masing. Oleh pengurus akan dipilih 99 (sembilan puluh sembilan) puisi yang akan dimuat dalam buku. Antusias keluarga besar Grup Puisi 2,7 lumayan menderas. Hampir setiap hari selalu ada yang memajang puisi dengan judul “Surat Buat Kekasih”. Melalui tim kurator yang bekerja penuh dedikasi dan tanpa lelah, puisi kolaborasi “Surat Buat Kekasih” ini mencapai jumlah 135 puisi. Dari jumlah ini kurator menetapkan 99 puisi seperti termuat dalam buku ini. Ambiguitas tema “Surat buat Kekasih” memunculkan aneka sudut pandang dan perspektif bagi penyair untuk membahasakan pemahamanannya. Pemilihan 99 puisi dengan menyisihkan sejumlah puisi semata-mata didasarkan soal teknis, bahwa angka 99 begitu menyediakan ruang renung dalam hubungan antara manusia dan Sang Maha Pencipta. Pengurus Grup Puisi 2,7 (Imron Tohari, Dimas Arika Mihardja, Cunong Nunuk Suraja, Rindawati Sudaryono, Bung Jupri, Dien Makmur, Muhammad Jahidin, dan Haris Fadhilah) senantiasa berupaya menerapkan prinsip saling asahasih-asuh dalam memanage grup. Dalam dinamika grup selalu terjadi pro dan kontra atas sesuatu, misalnya mewabahnya pola palindrome, kecenderungan menulis judul puisi yang sangat panjang untuk menyiasati kepadatan ungkap isi puisi 2,7. Hal yang menarik, melalui devisi yang dipimpin oleh Haris Fadhilah, puisi dan esai apresiatif mengenai puisi 2,7 dipajang di website khusus dan puisi pemenang lomba menulis puisi dicetak pada sebuah kaos. Secara periodik ada semacam lomba menulis esai yang diberi bingkisan berupa buku bagi para 286


penulis esai terpilih. Semua itu merupakan tradisi yang dapat dijadikan fondasi dalam menumbuhkembangkan genre puisi 2,7. Demikianlah catatan ringkas mengenai prospek puisi 2,7, semoga tulisan reflektif ini dapat dijadikan cermin bagi kita dalam melangkah, dalam mengolah, dan dalam mendokumentasikan karya-karya terbaik anak bangsa di masa-masa yang akan datang.

Jambi, Agustus 2013 Dimas Arika Mihardja

287


SEPULUH SURAT BUAT KEKASIH DI ANTARA SERATUS LEBIH SURAT: CATATAN SEJARAH PUISI 2,7 Oleh: Cunong Nunuk Suraja Ada lebih seratus puisi dukotu (duakomatujuh) terkirim dengan segala kelebihan dan kecacatannya. Yang menarik adalah dari 100 lebih Puisi 2,7 yang terkirim 80% sepuluh besar dalam katagori nilai 0-100 justru tidak diduduki oleh pemegang admin grup Puisi 2,7. Fenomena keberhasilan kegiatan asahasih-asuh-asih dalam persinggunngan pertemanan lewat sarana group Facebook sehingga para pembelajar Puisi 2,7 dapat melebihi kemampuan creator maupun mentor dan administrator. Penilai adalah para admin dengan jarak geografis dan budaya yang panjang – kecuali sepasang angsa dari Jambi – merupakan jaminan mutu tidak adanya kolaborasi dalam penilaian walaupun ini merupakan karya kolaborasi. Lalu apakah sejarah akan mencatatnya atau justru menggilas gerak perubahan jantera dunia maya yang berkecepatan kilat sehingga lengah sedikit kita semua hanya tinggal sejarah dengan penuh luka kreativitas. Puisi 2,7 dikenalkan dengan syarat ketat pemilihan diksi tujuh dan tersusun dalam dua larik. Kemampuan penulis Puisi 2,7 benar-bennar diuji dalam pemilihan diksi untuk mencapai kebermaknaan pesan imaji dalam paparan dua larik. Beberapa kali para admin selalu mengingatkan para penulis untuk senantiasa menyabari, mengolah kembali, merevisi hingga lahir jadi Puisi 2,7 yang menyimpan ‘bum’ (letupan tanda simpulan suati pencarian yang terbatasi tujuh kata dalam dua larik!). Kembali pada sistem penilaian yang mampu menjarinng sepuluh besar penulis Puisi 2,7 dengan tema Surat Buat Kekasih yang dimaknai sebagaian besar penulis sebagai hubungan vertikal dengan sang khalik, walaupun ada juga yang bersifat horizontal seperti kasih sayang pada ibu, bapak atau yang dicintai selain yang sedarah maupun sebapak-seibu. Tak heran Sembilan dari sepuluh Puisi 2,7 ini selalu menggunakan huruf besar untuk kata Engkau, akhiran –Ku dan –Mu, kecuali punya penulis Dodi Hartadi, Temasik (Noor Aisya), Cunong Nunuk Suraja: SURAT BUAT KEKASIH (44) bukan kasyaf berkelebat merekat makrifat dalam munajat 040813 Dodi Hartadi

288


SURAT BUAT KEKASIH (99) kupinang cinta dengan al-fatihah rinduku berqasidah istighfar 12 Ramadhan, Temasik (Noor Aisya) SURAT BUAT KEKASIH (35) Benarkah terlahir telanjang badan berpulang bersarung kafan? 2013 Cunong Nunuk Suraja Pada posisi pertama diduduki oleh Andri Nofanndy SURAT BUAT KEKASIH (17) Daunlah aku terayun-ayun Mengetuk-ketuk pintu rumahMu laun-laun Kuningan, 23 Juli 2013 Keberhasilan Andri Nofanndy dalam bermain aliterasi dan menyorongkan imaji yang bergema menjadikan karyanya layak menempati urutan puncak. Ketergantungan manusia pada sang Khaliknya bak pendulum yang berggoyang kiri kanan dengan ritmis seritmis aliterasi yang mengulumnya. Benar-benar pilihan diksi yang teruji untuk menunjukkan adanya jarak vertikal tetapi akrab mendekat. Posisi berikutnya terpilih dengan irama mantap aliterasinya karya Regi Sastra Sena yang masih tetap mengacu ke hubungan vertikal: SURAT BUAT KEKASIH (114) Aku nyata, Engkau gaib Aku tersalib; raib Ubud, 31 Juli 2013 Posisi juru kunci dipegang oleh Bung Jupri

289


SURAT BUAT KEKASIH (33) gandrungku mengurat hati kepada-Mu kusurat sirat samawi Rembang, 21072013 Bung Jupri Bung Jupri termasuk admin bersama Cunong Nunuk Suraja yang mengumpulkan dan membubuhkan nilai pada karya yang terkirim. Keduanya hannya mampu menjenjangi tingkat 7 dan 10. Permainan diksi dan aliterasi ternyata memang memegang kunci irama lagu Puisi 2,7, sedangkan pencapaian ‘bum’ hanya terasa jika puisi itu dibacakan dengan penuh konsentrasi kalau tidak terkaman ‘bum’ akan gagal tergenggam. Tentu saja ini merupakan langkah awal memeprkenalkan pola puisi yang bukan pola lama yang sudah dikenal awam seperti pantun dan guurindam. Filosofi kreator Imron Tohari dapat dicermati dalam setiap catatan yang tersimpan di file yang terekam rapi di laman Group Puisi 2,7 (DuKoTu) silakan diselusuri di https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/ doc/319627691490316/, https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/doc/407265956059822/, dan https://www.facebook.com/groups/puisiduakomatujuh/ doc/318284958291256/. Bogor, 28 Agustus 2013 Cunong Nunuk Suraja Pengajar Intercultural Communication di FKIP – Universitas Ibn Khaldun Bogor

290


BIOGRAFI SINGKAT KELUARGA BESAR PUISI 2,7

291


1. ADI LUHUNG Soedianto, itulah nama yang ditabalkan oleh kedua orangtuaku. Persisnya, 19 Juni 1951 aku lahir di Perdagangan, ibukota Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Di dunia maya alias FB aku menakai nama Adi Luhung. Di media cetak harian WASPADA aku akrab dengan nama mas dian. Dua puluh enam tahun aku di ‘dapur’ WASPADA dan Majalah DUNIA WANITA (bekerja 30 Nopember 1972 - September 1998) dengan lika liku yang menuntut ketekunan, keseriusan dan tanggung jawab. Tuah badan menyertai, semua bidang di ‘dapur’ dua media itu pernah kujalani. Artinya, dari awal proses penerbitan suratkabar dan majalah hingga sampai ke tangan pembaca pernah aku ‘nahodai’. Itulah pengalaman yang langka didapat oleh seorang pekerja pers. Kini, aku mengasuh KOr@nMEdaN dan merangkap sebagai Kepala Kantorberita Nasional Indonesia Bersatu (KNIB) Biro Sumatera Utara. Berdomisili, empat kilometer sebelah Barat Km1, pusat Kota Medan, persisnya Jalan Karya, Lingkungan XVI/G. Sosro 46 - Kelurahan Karang Berombak, Medan Barat. Salamku ‘tuk semua sahabat di grup Puisi 2,7. 2. ADI ROSADI Adi Rosadi Cianjur, 06 April 1989. Tinggal di Kp. Haregem Desa Galudra Kecamatan Cugenang. Karya sastranya antara lain pernah diterbitkan di Majalah Khorison (2010), Koran Sastra Syaba Malaysia (2012), dan buah penanya termuat dalam buku Indonesia dalam titik 13 (2013), antologi Aksara Jiwa (2013), cerpen karena aku dan dia (2013), Lentera Sastra 4 Negara Serumpun (2013). 3. ADY HARBOY Tentang Saya : Nama ; ADY HARBOY ( Ady RF Harboy ). Alamat Jl. Eka Warni 3 No 8 Medan Johor MEDAN Sumatera Utara. Kelamin: Pria. Catatan : Aku orang biasa, hanya kata dan melodi yang menentukan aku harmoni atau sebaliknya. Kebanggaanku tak banyak, selain Ayah & Ibu, sedarah sekandungku, dan Istri berikut anak-anakku, merekalah ahli sorgaku, cerminku hingga liang lahat ! Istri : Tita Siregar, SE. Anak : Muhammad Adlisty Fadillah - Muhammad Dwiazti Fadillah (Alm). HP: 0852 706 34567. Pekerjaan - Dir. DKAB_P_ NKRI ( Dokumentasi Kreatifitas Anak Bangsa Peduli NKRI )- Dir . Asosiasi Seni & Entertainmen Production 2000- Ketua Umum Komunitas Musik Nusantara - Indonesia- Ketua Harian PAPPRI ( Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu Dan Pemusik Republik Indonesia ) DPD Sumut.- Litbang KOr@ nMedan & MATA Industri On_Line.

292


4. AGUS SUTANTO Agus Sutanto Bapak dan ibuku memberi nama AGUS SUTANTO lahir di pelosok negeri Indonesia di SANG BUMI RUA JURAI, Sidobangun 1 Mei 1982 pekerjaanku dulu pulang sekolah cari rumput masak buat adik-adikku kalo malam tidur pake lampu sentir (petromak) bangun tidur muka item semua, zamanku listrik belum masuk desa, sekarang tinggal di selatan jakarta pondok pinang, wirausaha, bisa menulis sejak kenal Facebook dan Yahoo answer (dulu Cuma bisa baca wwkwkw) belum lama sih baru 5 tahunan..thanks moga jalinan silaturahmi berjalan baik salam santun sering berganti nama jadi ANGIN SELATAN 5. AIN SAGA Nama: Ain sagaTTL: Jakarta, 29 aprilalamat tinggal: cilandak, jakselHoby; menulis, membaca serta diskusi.Warna Fave: Merah marun, biruStatus: singleCita-cita: Sebanyak bintang di langit.Tentang menulis:setahun tergabung di beberapa admind grup puisi, tahun berikutnya mulai aktif di event indie. Sekarang, masih terus mengejar mimpi di dunia literasi.Motto Hidup: Balance antara dunia dan akhirat. 6. AISHAA NAZWA Aku, wanita dengan nama asli ESSY LADYA dan bernama pena AISHAA NAZWA | Aku seorang ibu rumah tangga dengan profesi kedua yaitu mengajar di SMK swasta Jakarta Selatan|Lahir dan besar di Jakarta, 26 Januari 37 tahun silam | Hijrah ke Bojong Baru, Bogor 7 tahun yang lalu | Berputra satu dan berputri satu | Kegiatan lain yang mulai belajar ditekuni adalah menulis | Hobi menulis sejak SMA, sayang tak fokus jadi terbengkalai | Saat ini mencoba lagi untuk menekuni dengan ikut bergabung bersama FLP BOGOR, masih sangat baru | Karya yang sudah dipublikasikan baru tiga puisi, dimuat di media online, annida_online | Pendidikan akhir: S1 Ekonomi Manajemen di Universitas Islam Jakarta | Berharap sekali persahabatan ini menjadi jembatan ilmu dalam proses kehidupan dan tentunya memiliki nilai ibadah di sisi Allah, amin. 7. AIYU NARA Panggil saja aku Ayu, Mama Nara atau Bunda Nara. Lahir dan dibesarkan di kota Ngawi, Jawa Timur sejak 5 September 1984. Aku seorang Ibu rumah tangga biasa, tak ada yang istimewa. Sekarang menjadi BMI di Formosa, Taiwan. Pahlawan Devisa mereka bilang, tapi itu cuma selempang. Aku suka membaca sejak kecil. Sekarang belajar kepenulisan di FLP Taiwan. Mungkin aku terlambat mengenal sastra. Tapi untuk belajar, tak ada kata terlambat bukan. Salam. 293


8. AL-FATH LARESSAY Kelik Nofian nama lahirku, lahir di bagian timur jawa tengah kabupaten Sragen tepatnya, tanggal 04-11-1976. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Menikah dengan Hariyanti, alhamdulillah aq di karuniai 2 anak2 lucu; Alfian hanafi dan Al-fath laressay.Cita2ku gak muluk2, aq hanya ingin bisa berkumpul dengan keluargaku setiap hari. Sekarang karena keadaan, aq terpaksa kerja jauh dari keluarga, sebagai kuli proyek aq harus mengikuti kemana saja kontraktor mendapatkan proyek. Kerja keras banting tulang gak masalah yang penting keluargaku menikmati rejeki halal nan berkah.. salam lifespirit. 9. ALIE ISFAH Lahir di Pemalang, 13 Mei 1987. Besar di Tegal. Mulai menyukai dunia tulis menulis sejak duduk di bangku Madrasah Aliyah Al-Hikmah. Sampai saat ini belum ada prestasi apa-apa dalam bidang dunia tulis dan belum ada satu pun karya yang pernah tembus ke media, baik on-line ataupun cetak. Hanya saja harapan menuju ke sana tengah dalam proses penggodokan. Dengan semangat ingin bisa, saya yakin suatu saat nanti pasti bisa ! Aktifitas menulis saya lebih sering dilakukan/dipublish di internet media sosial 'facebook'. Saya anggap itu sebagai wadah dan catatan harian ke-dua saya setelah buku/PC pribadi saya. Untuk nama pena, sementara saya lebih suka memakai nama yang 'Original' saja. Selanjutnya, biarkan warna dalam jiwa tetap mengalir menemukan apa yang ingin dijumpainya dalam hidup dan apa yang akan diberikannya dalam dan untuk hidup. Salam silaturrahim dan salam sukses dari saya, si Bolang dari kampung. 10. ANNIDA ADE Kutoreh nama pena Annida Ade, sebagai sulih nama asliku Anasanti Darah Setomo. Lahir di Boyolali, 23 Mei 1982. Tiada yang lebih istimewa bagiku, selain menjadi seorang ibu rumah tangga dengan dua putri. Kegiatan sehari-hari menjadi pengajar di salah satu SMK di Klaten. Saat ini aku menetap di Desa Bulan Kabupaten Klaten. 11. ASSYIFA JINGGA Nama: Assyifa Jingga. Lahir di cilacap 1 april dengan nama Ika R. Subiyanto Walau bernama jingga tapi tidak suka jingga. Suka bunga tapi tak suka wanginya. Suka puisi tapi nggak bisa berpuisi. Assyifa Jingga hanya gadis penggembala domba yang suka meraba melalui mata, itu saja.

294


12. AYATI FA Aku: muslimah yang dibesarkan di sebuah dusun yang bernama Kuamang Kuning di pedalaman Jambi, aktivitas sehari-harinya lebih banyak ‘bersembunyi’. Hijrah ke Bogor untuk memenuhi hasrat petualanganku.Menyukai dunia politik khususnya yang berkaitan dengan perempuan, keluarga dan generasi. Lahir di Sragen, 20 Juni lebih dari seperempat abad lalu. Saat ini sedang belajar menulis di FLP Bogor untuk "menerapi" diri. Memperoleh pengalaman yang sangat berharga saat numpang tinggal bersama Dara Apipb di Asrama Putri Bogor hingga menghantarkanku pada tiga pertanyaan mendasar, “Dari mana kita berasal? Untuk apa kita hidup di dunia? Dan hendak kemana kita setelah kematian?“Belajar melawan, melalui perang pemikiran.Itulah aku Ayati Fa si pemalu. 13. AZIZAH NUR FITRIANA Salam saya : Azizah Nur Fitriana, gadis riang senyuman ini lahir di kecamatan Medan Selayang II, 12 Juni 1993. Anak dari pasangan Bapak Sugito S.Ag dan Ibu Juli Rosbina, merupakan puteri ragil dari empat bersaudara. Selain itu karyanya juga pernah tercantum di media massa, seperti Harian Waspada, Medan Bisnis dan, Menjuarai beberapa perlombaan menulis puisi online Lolos naskah puisi acara cipta puisi se-kota Medan di Taman Budaya Medan( Antologi Puisi Tarian Angin 2011)Antologi puisi Tikar (Omong-omos Sastra 2012), Antologi puisi Menguak Tabir (Pertemuan Penyair Se-Sumatera Utara 2012), Antologi puisi Saksi bisu Cinta Deka Publisher 2012, Antologi Poetry-poetry (Antologi Puisi dua bahasa 2012), Antologi Kenangan Terindah (Hati yang memilih Oase Qalbu 2013). Berkarib lewat email : nurfitriana_ azizah@yahoo.co.id lewat Hp : 085763970512 14. BELY JUBELYNZ Bely Jubelynz (Bj) adalah nama pena dari mojang kelahiran cianjur, 29 April 1990. Penggila mawar kuning ini merupakan LOVEROFER (fans dari Veronica B.Vonny, penulis sesajak romantis). Baginya, Emak adalah segalanya. ''Hidup adalah tentang berbagi dan peduli.''

295


15. BINTANG KARTIKA Nama Lengkap : Kameelia binti Ahmeed Kameel Nama Pena: Bintang Kartika / Kameelia Kameel Jenis kelamin : Perempuan Bilangan adik-beradik: Anak kedua dari 3 saudara lelaki. Tempat / tanggal Lahir: Hospital Kuantan, Malaysia / 03, 12 Tempat Tinggal Sekarang: Bukit Damansara, Kuala Lumpur, Malaysia Agama: Islam Pekerjaan : Swasta Bangsa : mix pushtun, cina Status : Single Genre penulisan: Puisi, cerpen dan novel Hobi: Menulis, membaca, menjahit, mengait, memasak (5M) :D Muzik kegemaran: semua yang sedap di halwa telinga Filem kegemaran: Animasi Buku kegemaran: The Kite Runner dan Thousand Splendid Suns by Khaled Hosseini Kenangan pahit: tertelan peria Kenangan manis: minum madu Minuman kegemaran: soya bean, carrot susu dan mineral Makanan kegemaran: Semua yang halal kecuali nasi Perkara yang tak dapat dilupakan: Jatuh cinta :P Perangai baik: suka senyum Perangai buruk: merajuk Sesuatu yang disukai: Teman baik saling berbagi nasihat juga susah dan senang Sesuatu yang tersakiti: Teman baik menikam dari belakang Falsafah hidup: Kunyah sabar sampai lumat dan menikmatinya adalah nafas Motto: Tetaplah menjadi orang. 16. BOEGIES O SONHADOR Assalamu'alaikum.Saya mau ikutikutan buat biodata. Saya Ardhi Azhari Bugis/Boegies O Sonhador (nama pena), lahir di Kisaran 27 Agustus 1992 (saat ini 21 Tahun). Saat ini saya berdomisili dan kuliah di Medan, Jurusan Kekeparawan di STIKes SU. Hobby menulis, tapi saya masih dalam tahap belajar awal (kalau ada yang bersedia membimbing, Waaah pasti saya akan lebih rajin belajar menulis , Andai saja).

296


17. BUNGA PENA HBASRIE BTMVARAO Hasan B Saidi, Lahir 18 April di Rao, Pasaman, Sumatera barat. Drop out dari bangku kuliah, sekarang bekerja sebagai seorang Oemar Bakrie di Batam, Kep. Riau. Melalui Puisi saya mencoba mengenali diri. "Hidup adalah puisi, diksi-diksi teka-teki, larik dan bait yang kelak harus dipertanggung jawabkan". 18. BUNG JUPRI Lahir di desa Sulang,Kec. Sulang, Kab. Rembang Jawa Tengah, tgl. 26 Juni (lebih dari lima puluh tahun yang lalu), dengan nama asli: Djuprijanto. Pernah lulus dari Fak. Pendidikan Bahasa dan Seni dari salah satu Perguruan Tinggi di Jatim (th. 2000). Profesi saat ini: penulis amatir, dalang wayang kulit amatir, pengrawit amatir, pranatacara amatir, dan lain-lain yang amatiran. Pernah menulis crita cekak, geguritan, cerita pewayangan di beberapa media massa (Bahasa Jawa) di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sering menggunakan beberapa nama samaran dalam menulis, antara lain: Daeng Palengrong, Dhalang Sulang, Upi Suryawijaya, D. Priant, Masjup, dan terakhir Bung Jupri. Motto: meski usiaku sudah masuk pada gerbang manula namun bagiku tak ada kamus untuk berhenti belajar, belajar yang positif tentang apa pun, dengan siapa pun, di mana pun, termasuk di dunia maia. Salam sastra merdeka. 19. BUNYI HUJAN (PURWOTO) Bunyi Hujan Ikutan ah,Aku(Bunyi Hujan)Nama asli Purwo to(ejaan jawa)foto profilku udah asli, lahir muara pinang,sumatra,(tapi krn g mau ribet)ama bpk diganti Magelang,02-01-92, hobi menulis sejak kecil, tapi kayaknya g ada bakat, Kegiatan : touring motor, wara wiri, angon bebek, bonsai, otak-atik motorOhya, aku suka tantangan, Tampang emang serem, tapi hatinya lembut boo'(sering dikira orang gila krn rambut dan tata cara berpakaian*serius)Apa lagi yak? Udah kayaknya, oh iya, ukuran sepatu 40,(siapa tau ada yg mau beliin :p)Oke, terimakasih. 20. DAENK DAN PERIKECIL Nama Asli: Ganden Dwinanto. Lahir di jakarta pada malam jum'at kliwon tepatnya tgl 12 agustus 1983, besar di kota depok, awal mempublikasikan karyanya pada tahun 1998, dengan mengeluarkan sebuah buku berjudul "Lihat, dengar, dan Raskan" sebuah karya yang lumayan manis namun tidak dikomersilkan, pada pertengahan tahun 2005 kembali menelurkan buku berjudul "Senja 7maret" buku kedua yang hanya diterbitkan untuk seorang kawankawan TKW di singapur.

297


21. DALADI AHMAD Lahir di Sleman-Yogyakarta . Anak ke-10 dari 10 bersaudara. Tinggal di Candi RT 03/03, Pakunden, Ngluwar, Magelang 56485. Alamat E-mail : daladi.daladi@yahoo.com. Isteri : Kunmiarsih. Anak (1) Galih Sinastra Setyaka, (2) Girindra Sinastra Wikanda. Menulis berupa puisi dan geguritan, antara lain dimuat di media massa dan antologi puisi dan geguritan. 22. DARAJATUL ULA Dari dulu namaku DARADJATUL ULA, sering disingkat DU, ketika remaja pernah punya nama panggung (saat nge-band, teater), lahir di Jakarta, besar dan tua di Tangerang, berdarah campuran Kalimantan Barat dan Banten, tapi tetap Indonesia. S3 (SDN 5, SMPN 1, SMAN 1) di Tangerang, lanjut ke UNPAD Bandung. Anak bungsu dari 7 bersaudara. Memiliki 2 jagoan: 1. Khairuddiar (thn. 1991), 2. Lazuardi Kh. A (thn. 1995). Pekerjaan swasta, alamat sekarang: jln. H. Jasirin no. 57, rt 01/02, kel. Jati uwung, kec. Cibodas, Kota Tangerang, Banten, hobby musik, teater, sastra. Menulis puisi. Beberapa puisi di bukukan dalam beberapa anthologi puisi. Hobby lain Pecinta Alam. Agama Islam. 23. DENTING KEMUNING Nama asli: Kanti. Nama pena : Denting Kemuning domisili di cilandak, jakarta selatan, asal Surabaya. 24. DENY LHO FABREGAS Nama Lengkap : Deni (doang) Nama Pena: Deny Lho Fabregas Jenis kelamin : Pria Tempat tanggal Lahir: Jakarta, 08 Desember Tempat Tinggal Sekarang: Jakarta, Cengkareng Timur Agama: Islam Pekerjaan : Swasta Negara : Indonesia Status : Single 25. DIAN AMBARWATI Aku terlahir dengan nama Dian Ambarwati, suka menulis sejak di beri hadiah buku diary saat SMA oleh seorang sahabat, punya hobby berenang. Bernama pena Putri Cendrwasih, karena terlahir di Jayapura (Sekarang bernama Papua) 12 oktober 1972. Aku seorang Pengawal Bhayangkara yang tinggal dan berdinas di Ngawi-Jawa Timur. "Lihatlah aku dari berbagai sisi, di mana terletak kelebihan dan kekurangannya. 298


26. DIEN MAKMUR Nama: Dien MakmurTTL: Cilacap, 20 April 1975Agama: IslamSuku: JawaStatus: Menikah dengan Rina MakmurMendapat titipan dariNya: M. Zakaria Makmur dan M. Zaelani MakmurKota asal: Majenang, Cilacap-JatengKota tinggal: Cisaat, Sukabumi-JabarNo Hp: 081563356231Pekerjaan: General TradingTokoh Panutan: Soepardi (ayah tercinta)Musik: Jazz - Rock N RollHobby: Bulutangkis - Catur.Obsesi: Bikin senyum orang-orang yang menyayangiku. 27. DIMAS ARIKA MIHARDJA Lahir di Pesisir Selatan Jogjakarta 3 Juli 1959 dengan nama resmi Sudaryono. Tangan kreatifnya menghasilkan sejumlah karya berupa cerpen, novel, puisi, esai, kritik sastra, dan kajian sastra. Cerpennya “Cita-cita Simbok” memenangkan sayembara penulisan cerpen ketika ia kuliah di IKIP Sanata Dharma Jogjakarta (1984), Novelnya bertajuk “Catatan Harian Maya” dimuat secara bersambung di harian Jambi Independent (2002). Tulisannya berupa esai, kritik, dan kajian sastra tersebar di media massa dan jurnal ilmiah. Doktor Bahasa Iindonesia (2002), mulai menyajak secara intens tahun 1980an. Sehari-hari bekerja sebagai dosen dan sekretaris program studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pascasarjana Universitas Jambi. 28. DJONI TULO Nama asliku Djoni Darmanto. Ayahku namanya Tulo, makanya nama belakang aku Djoni Tulo). Hobbiku menulis sejak ada jejaring ini. Dulu sih punya majalah dinding di sekolah (sms). Karena aku hobbi menulis, pernah ikut Idrus Tin Tin jadi muridnyya, tapi gak dteruskan, karena melanglang buana. Aku suka baca-baca tapi gak banget suka nonton film Indonesia. Ana ku 2 dulu kami hidup bertiga, sekarang sudah pada kerja tinggal sendiri. Aku duren (duda keren) kata sobatku hehe. Aku banyak kawan, (pintar2 ni di grup ini hehe). Apalagi ya, oh ya dulu aku suka mbaca-baca karya DArmanto Jt, Adhi Massardi, Renda, Sutarji, dan Remi Siladio (yg agak gila eh mbeling). , Kini aku suka sama gaya Imron Tohari (terus terang ni, walau belum pernah banget dekat, membaca karya-karyanya yg jelas dia pintar. Nah begitulah kisahku yang juga seorang Instruktur Life Guard, pelatih renang, pengusaha juga. Nah kapan-kapan bisalah sebelum ajal menjemput, kita dari grup ini bisa saling bertatap muka. Salam lifespiirit!

299


29. DOA SUNYI Saya Septi Shinta Sunaryati. Biasa menggunakan nama pena Doa Sunyi. Lahir di Jakarta. Tapi di akte kelahiran tertulis lahir di Kulon Progo, 13 September 1985. Menulis sejak aliyah, meskipun hanya biasa saja. Suka menjahit dan memasak (meskipun kadang kurang maknyuuss). Mengajar sains di SMK Tamansiswa di Yogyakarta. Setelah menikah tinggal dan menetap di Bantul. 30. EFENDY BACNU Nama: Efendi SL Bacnu. Sebagai penikmat sastra dari kecil. Dulu pernah menulis di Koran Masuk Sekolah Singgalang, menulis puisi dan cerpen. Puisi saya juga pernah dimuat di Singgalang minggu dan Mingguan Canang, tapi cuma sekalii ha..ha..itu pun sudah lama sekali waktu saya masih sekolah di SLTA. Saya sekolah negeri cuma di SD doang, selebihnya di Muhammadiyah. Belajar berorganisasi di Ikatan Ramaja Muhammadiyah. Jabatan terakhir Ketua Bidang Seni dan Budaya Ikatan Remaja Muhammdiyah Kabupaten Lima Puluh Kota. Dulu juga pernah mengisi ceramah di mushola-mushola dan mesjid. Jadi saya ini mantan ustad. Menghabiskan sebagian hidup di Jakarta sebagai perantau dan telah melakoni banyak hal dan peran untuk bertahan hidup. Tidak punya teman, tidak punya pacar apalagi istri. Saya suka dengan kesendirian. Sendiri lebih memberi ruang pada kita untuk lebih mengenali diri sendiri. Saya cuma hobi membaca tapi tidak mahir menulis. Dulu saya pernah jadi penulis pemula dan akhirnya keadaan memaksa saya melupakan kesukaan saya itu hingga datang era pertemanan dunia maya bernama FB yang membuat saya mengungkit-ungkit hobi lama saya itu lagi. Saya lahir 12 Desember di Payakumbuh, sebuah kota kecil yang indah di sebelah utara sumatera barat yang berbatasan dengan Riau. Saya tinggal di daerah Jatinegara, tepatnya di jalan Yahya, Otista, kampung melayu, Jakarta Timur. Satu lagi, saya seorang teknisi!Sekian. Salam hangat selalu. 31. ENI MEINAR GITO Eni Meiniar Gito Nama asli Eni Meiniar. Penikmat senja sejati. Senantiasa mengutak-atik aksara saban senja mengulang. Ekspresikan rasa temui kebermaknaan. Semangat berbagi selalu membara meskipun usia mendekati senja. Sejak 23 tahun yang lalu sebagai abdi pendidikan. Sekarang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Sangat kental di lingkungan guru. Kedua orang tua, suami, kakak ,ipar, adik mengemban tugas serupa. Dilahirkan di Bengkulu 06 Mei 1967. Beberapa karyaku termuat di antologi puisi Senyawa Kata Kita yang terbit awal Februari 2012 adalah Antologi puisi bersama 64 penyair. Antologi Puisi Jalan Setapak Kita dalam Kata,April 2012.Kumpulan Fiksi Mini,Juni 2012. Antologi Puisi Negeriku dalam Puisi, Januari 2013. 300


32. EUIS HERNI Nama saya Euis Herni Ismail ( Ismail nama ayah } usia 57 tahun. Pendidikan IKIP Bandung, Jurusan PKN dan Hukum. Saya seorang Guru SMAN 2 Subang, mengajar PKN. Hobby saya mungkin tidak nyambung dengan latar belakang pendidikan, jadi maaf jika saya sering salah menggunakan EYD yang benar, maklum masih harus belajar banyak dari keterlambatan saya masuk lagi di dunia sastra,karena setelah berkeluarga sibuk ngurus rumah tangga dan pekerjaan. Setelah anak anak berkeluarga , baru sekitar 5 tahun terakhir saya mulai mencoba lagi hobby yang tertinggal. Alhamdulillah buah dari hobby saya telah mengumoulkan dan membuat buku kumpulan puisi " DEMPRUT " pada tahun 2012, dan mengikuti antologi bersama di Group sastra sebanyak 10 buah buku. Motto saya : Puisi adalah terapi untuk hari-hari yang sepi dan pengusir lelah setelah perjalanan panjang untuk sampai ke ujung senja. Belajar dan belajar sampai mata tak bisa lagi untuk membaca dan tangan tak bisa lagi bergerak untuk menulis. Terima kasih untuk mas Dimas Arika Mihardja, Mas Imron Tohari , dan seluruh penggiat sastra di Group Puisi 2,7 yang telah menerima saya untuk belajar di sini. 33. EVA NUR APRILLAIL Aku perempuan kelahiran 25 April 1995 lulusan salah satu SMA swasta di Jakarta Barat. Sejak kecil punya hobi ngumpulin buku, tapi jarang dibaca. Berani menulis karena kebiasaan curhat di buku diary sejak SD.Dulu hanya seorang perempuan yang pemalu, tak punya mimpi dan pecundang. Mulai berubah ketika membaca karya-karya Andrea Hirata. Dan sejak saat itu makin kecanduan menulis, meski sering tak yakin dengan hasil tulisanku sendiri.Aku benci politik. Tapi sering menyimak perkembangan politik di negeriku yang carut-marut. Dan akhirnya, aku selalu marah-marah sendiri.Akun alternatifku Elegi Kerinduan. Tapi jarang dipakai. HeheHobi dan bakatku yang lain adalah berkhayal. Aku sering menyendiri di kamar mandi, mendengar kucuran air dari keran. Lalu diam dan berimajinasi. Jika sudah begitu, aku akan mendapat inspirasi. HahaBiasanya, sebelum tidur aku duduk di depan cermin, berbicara layaknya orang besar; menangis, tertawa, serius, marah-marah, dan berbagai ekspresi kulakukan, baru setelahnya aku pulas 34. FASIKHANOOR UMIE HIKEY Orang tua memberi nama NURFASIKHA, 25 desember 1986 lahir dan besar di Subang-Jawa Barat. Latar belakang keluarga yang agamis menuntunku jadi pecandu buku sastra. Sekarang aku berdomisili di Taiwan mencari sesuap nasi, minat belajar homescholing di UTT sambil berdongeng di majalah Indonesia terbitan Taiwan.Senang bisa bersilaturahmi dengan saudara setanah air...

301


35. FUAD ADI Fuad Adi Ikut juga aah terlahir dengan nama Fuadi. Suka menulis puisi untuk diri sendiri, setelah dibaca lalu dibuang. Baru setelah kenal FB sekitar tahun 2011 satu-satu mulai dipublikasikan sekaligus untuk pengarsipan. Bergabung dengan beberapa grup di FB dengan tujuan belajar bagaimana menulis puisi yang baik. Jadi maaf bila aku jarang komen atau mengapresiasi puisi kawankawan, sebab memang ilmu dan pengetahuanku belum sampai ke sana. Salam lifespirit, moga ini bisa mewakilkan suara hatiku. 2 jam yang lalu. 36. GOEN NARSO Gunarso itulah namaku di dumay juga sama cuma di pisah Goen narso, lahir dikota kecil nan ayem tentrem Ngawi.Menyambung perkenalan kemarin. Namaku asli dan nama samaran di dumay masih sama Goenarso, begitulah nama pemberian orang tuaku. Pernah mengecap bangku sekolah dan kuliah, meski jauh sekali dalam dunia syair. Aku terlahir 19 agustus tujupuluh plus(+ ) di kota tentrem nan ayem Ngawi. Masa kecil hingga dewasa aku masih setia berkampung di dalamnya hingga kini...salam kenal dari W0NG4W1 37. HABIBULLAH HAMIM Salam hangat gan! maaf ketinggaln kereta kencana nich,dan sedikit numpang bio data ya? perkenalkan nama asli saya muhammmad habibullah,lahir di siyar rembang pasururuan jawa timur 10 maret 1996,sengaja saya kasih nama tinta HABIBULLAH HAMIM biar almarhum ayah saya(HAMIM) yang meninggalkan kami 3 bersaudara semenjak menginjak sekolah TK selalu berada di belakang saya dimanapun saya berada.Dan saya sekarang lagi dalam perjalanan menuju negri cina nich,naik perahu,melewati luasnya lautan,terombang-ambing derasnya ombak(carilah ilmu sampai ke negri cina),...waduh serem???penasaran makanya temani saya menimba ilmu naik perahu aliyas nyantri di desa terpencil namun segudang ilmu bisa kita curi(hehehe)di pondok pesantren karanggpandan Rejoso Pasuruan.jujur plend(sedikit curhat) saya sejak kecil tidak suka membaca menulis, makanya jangan kaget kalau karya tulis saya jelek atau apalah,dan mohon bimbingannya terutama keluarga besar 2,7.kenapa saya ingin mendalami sastra? jadi saya disini saya mendalami sastra indonesia karna saya sekarang di gembleng komandan HAIDAR HAFEEZ dalam mengarungi dalamnya sastra arab(NAHWU SHOROF) harus pinter dalam sastra negara sendiri,jadi terpaksa dech,...dan yang paling penting nich plend saya sekarang masih single(hehehe)bagi yang berminat hubungi 085755046xxx,hehe.yaudah cukup dulu yach,..maaf ganggu,...salam life spirite

302


38. HAIDAR HAFEEZ Haidar Hafeez nama yang kusadang sejak itu higga kini. Lahir di Jombang tahun 1971 M. Besar dan beranak pinak di kota Pasuruan. Kota lahir dan wafat ayahanda. Kota kecil jauh dari hirukpikuk kesusasteraan nasional. Bergiat sastra sebab ada tradisi yang diturukan ayahanda. Ngaji nahwu pemicu gemar sastra. Tak ada kabar yang indah dicerita kecuali hingga kini suka semua tentang sastra.Aku mewarisi beberapa buku sastra klasik ayahada. Naskah bertuliskan hurup arab. Serta beberapa anak yang jauh dia tinggalkan rumah untuk siang malam tinggal bersama kami dalam petakpetak. Kami mencoba untuk mewujudkan impi mereka dengan "tak mungkin pandai nahwu(sastra Arab) tanpa pengantar sastra lokal". Dari niat. 39. HAMDANI SUQRI Assalamu'alaikumsalam di awal kata sebagai ganti perjumpaan, salam berasal dari ranah minang tepatnya Agam sumatera barat disinilah darah tertumpah lahirnya seorang putera pada 25 Nopember 1992, yang akhirnya dinamai dengan "Hamdani".iya, Hamdani inilah namaku, Alhamdulillah dibesarkan di tengahtengah keluaraga sederhana hingga menjadikan setiap anggotanya cukup mandiri. Aku seorang santri jebolan pondok pesantren Haji Abdul Karim Syu'aib kerab kami singkat dengan "PONPES HABKARISY" dan sekarang tercatat sebagai mahasiswa ekonomi islam (EKI) disalah satu perguruan tinggi negeri di kota Padang.Mulai menulis sewaktu masih jadi santri kelas 4 di "PONPES HABKARISY" namun tidak berani mempublikasikannya. Aku memilih Pena Nirwana sebagai nama pena karna hanya dengan tulisantulisanlah aku mampu mengutarakan semua yang aku maksud, serasa singkat perkenalan ini karena inginku bercerita lebih panjang, ah sudahlah kalo nak lebih kenal add aku ajha ya.... Hamdani Suqri.sekian, salam kompaksalam ranah maya Pena Nirwana. 40. HANYA LAMUNAN Hanya Lamunan nama asli : Fendi Haryadi lahir di jakarta 13/05/1945 sekarang tinggal di ciputat tangerang, lulusan klo si doel mah tukang insinyur kalo saya tukang stm, pekerjaan buka bengkel komputer di pamulang. Sekian dan terima kasih salam santun dan merdeka. 41. HARDIYONO SULANG Menghirup udara pertama kali di pesisir utara Jawa Tengah kota Rembang 6 Juli 1963 oleh orang tua diberi nama Hardiyono. Tergugah belajar sastra sejak menimba ilmu di FKIP jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tahun 1984 sampai sekarang bekerja sebagai pengajar dengan tugas tambahan sebagai ketua regu di Padang Sabana Jatimudo . Tempat berteduh di Sulang Rt 01 Rw I Rembang Jawa Tengah pos 59254. 303


42. HAYAT ABI CIKAL Nama lahir saya Mohammad Hayat, tapi sedari saya punya anak yang diberi nama Cikal, saya kadang dipanggil Abi Cikal. Saya lahir di Pandeglang, 18 Oktober 1976. Saya hanya seorang karyawan perusahaan swasta di kota Tangerang. Suka puisi sejak di bangku Sekolah Dasar, kiprah dalam perpuisian hanya pernah beberapa kali ikut lomba baca puisi semasa sekolah, selebihnya hanya corat-coret sebisanya, dan merasa ingin mengenal puisi lebih jauh sedari saya masuk di grup 2,7. 43. HERLANGGA JUNIARKO Lahir di Bandung pada tanggal 12 Juni 1993. Saat ini (2013), masih tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UPI. Karya pertamanya yang terpublikasikannya adalah naskah alih wahana cerpen "Tangis Rahwana" yang dipentaskan di FPBS UPI Bandung. Ia berharap dapat segera lulus dan menjadi seorang ahli bahasa meskipun ia sorang yang tertutup.Sekian. 44. IAN KIRANA Assalamualaikum semoga ridho ILLAHI menyertai tiap langkah kehidupan kita. Salam dari bumi borneo kutai kartanegara BHK (bumi hati kunang-kunang). Ian Kirana nama penaku, dan diKTP: SOFYAN HADY. Lahir 15 oktober 1977 di desa Jembayan Kec. Loa Kulu, Kab Kutai Kartanegara, Kalimatan Timur. Bagiku puisi adalah suatu sana untuk kita saling berbagi dan menasehati sesama manusia yg senantiasa lalai. Untuk itulah aku suka puisi dan mencoba belajar buat puisi walau masih menunas muda hehehe. Lewat dinding grub inisemga tunas muda ini bisa tumbuh merenda sekali lg salam ukuwah dr bumi hati kunang-kunang. 45. IDA AKMAL Nama Ida, lahir di Palembang. Ibu rumah tangga dengan dua anak cewek semuanya. Setelah berpindah tempat sebanyak 14 kali akhirnya memutuskan untuk sementara berdomisili di Cirebon. Hobby traveling, warna kesukaan hijau, bunga yang disuka Lily, makanan kesukaan rujak.

304


46. IIM IDAR SYAMSIDAR NUR, itulah nama lengkapku lahir di Bulukumba 8 agustus 1992. 6tahun belajar di pesantren, dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester 6 pada jurusan TI (Tehknik Informatika) di STIMED konsentrasi multimedia. Sejak Tsanawiyah sudah mengoleksi sajak dan puisi. Saat ini berdomisili di Makassar, tak ada kemampuan menulis tapi cukup tertarik dengan dunia tulis menulis. Saat ini menyiapkan strategi dakwah lewat tulisan dan multimedia. 47. ILHAM PUJANGGA Nama asliku Ilham Handoko lahir di Jambi 02 januari 1986 lulusan SMK N 2 kota Jambi jurusan Pemasaran, lulus pada tahun 2004 yang lalu. Pada saat masih duduk dibangku sekolah aku aktif dalam sanggar seni per-teateran yang ada di sekolahku pada tahun 2003, alhamdulillah saya dan rekan-rekan berhasil membawa pulang juara umum oranye Teather Festival (OTF) dan alhamdulillah aktor terbaik aku dapatkan dan berlanjut pada tahun berikutnya. Setelah lulus aku melanjutkan kerja pada sebuah perusahaan swasta. Setelah ke dua orang tuaku meninggal kini aku harus berjuang untuk dapat bertahan hidup di dunia ini sendiri tapi aku senang karena masih ada rekanrekan dan sahabatku yang selalu mendukungku dan menghiburku dikala diri ini gundah gulana...(sedikit curhat hihi..) Hobiku banyak mulai dari olah raga, nge-band, dan yang terbaru adalah dunia "NGINTIP" atau fotografi. Mulai terjun ke ranah ke sastraan sebenarnya sudah lama, namun baru benar-benar larut di dalamnya setelah aku bergabung pada sebuah organisasi sastra lokal dan mengenal seorang seniman ternama asal daerahku ialah Yupnical Saketi. Nah dari situlah aku mulai tergerak untuk menulis sajak-sajak, puisi-puisi dan pantun-pantun.Memang belum ada bukti nyata dari apa yang telah kutulis itu masih seputaran duni maya semata dan bergabung pada sebuah grup puisi online yang di pimpin oleh bapak Dimas Arika Mihardja dengan nama Bengkel Puisi Swadaya Mandiri. Dari sana pulalah aku mulai menekuni dunia sastra belajar dan belajar hingga pada suatu ketika masuklah dalam grup puisi yang menurut telisikku adalah unik dan menarik yaitu grup puisi 2,7 ini, dari sinilah pada suatu waktu dalam sebuah acara aku dapat berjumpa langsung dengan bapak Dimas Arika Mihardja dan bunda Anie Din pada acara launching "NIKAH KATA-KATA". Dari situlah bara api di dada mulai kembali bergelora untuk terus berkarya hingga dapat menjadi seorang Ilham Pujangga dan juga ingin seperti para penulis dan seniman lain yang ada di daerahku yang telah melanglang buana entah kemana. Terima kasih, wassalam.

305


48. IMRON TOHARI Nama lengkap : Imron Tohari, SE. Jenis Kelamin : Pria Nama Pena : lifespirit Moto : Sukses Berawal Dari Mimpi Tempat tinggal sekarang : Jln. D. Tondano 33 BTN Pagutan Permai Mataram - NTB Agama : Islam Pekerjaan : Swasta Negara : Indonesia Status : Menikah Nama Istri : BQ. Ernawati Melinda Nama Anak : 1. Alicia Rizka Ananda 2. Arlo Naufal Estrella 49. IPANK KA ZEN Nama Edi Hermanto, lahir 04,11,1985, anak ke 3 dari 4 saudara, kakak saya yang pertama perempuan, dia sudah meninggal, kini saya sekarang anak tengah, dari 3 sadara dan semuanya lelaki. Dari kecil saya suka mandiri, tak ingin merepoti orang tua, itu membuat saya berontak merantau mencari jati diri dan tak melanjutkan sekolah, entah kenapa saya berpikiran hidup bukanlah untuk main-main, saya harus berjuang, orang bilang saya anaknya aneh mungkin karna terkadang saya sedikit iseng ngerjain. Nama panggilan saya banyak, Ipank, Ka Zen, Sali, Mas jJelek dan Wayo. Di kampung panggilan saya ipank. 50. IRWAN PRABOWO Perkenalkan teman-teman, namaku Irwan Prabowo, lahir dipedesaan kaki gunung Merbabu, Magelang 23 tahun silam, tepatnya tanggal 11-11-1989. .Saat ini masih aktif kuliah menjadi mahasiswa tingkat akhir di Universitas Tidar Magelang jurusan FKIP bahasa inggris. Mulai cinta dgn menulis sejak masuk kuliah dan mengikuti kegiatan teater dikampus. Terutama naskah-naskah drama, puisi, flash fiction dan akrostik. Masih amatiran tapi tetep semangat karena punya teman-teman seperti kalian di puisi 2,7.Salam kenal, selamat berbuka puasa bagi yang melaksanakanIrwan, magelang

306


51. IVAH SYARIFAH Salam. Nama Saya Syarifah. Lebih akrab dengan nama pena Reeva Thalib. Dilahirkan di Kuala Kapuas, 26 Februari 1989. Anak kedua dari Pasangan Fatmah dan Muhammad Zainuddin. Riwayat pendidikan; TK Darul Arqom Surabaya,SDN Babatan IV Surabaya,SLTPN 28 Surabaya, MAN 2 Marabahan, dan telah menyelesaikan studi Strata-1 di IAIN Antasari Banjarmasin jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Pernah menjadi pengajar bahasa Inggris di Sekolah Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin dan menyenangi sastra. Silaturrahmi seluas-luasnya di 085250170338.E-mail: ifahzed20@yahoo.com 52. JANUS A. SATYA Lahir dengan nama Janus Andawasatya di Jakarta, 28 Februari 1959. Usia 1 bulan mengikuti orang tua hijrah ke Malang, Jawa Timur. Sangat bangga sebagai "Kera Ngalam" kendati mengalir darah Minang sang ayah dan darah Madura sang ibunda. Saat ini bermukim di Jakarta.Merasa sebagai duafa sastra namun kecintaannya pada dunia sastra tergolong "taklid buta".Sekitar awal 80-an bersama antara lain penyair Wahyu Prasetya dan Tengsoe Tjahjono, aktif dalam kegiatan sastra di kota Malang dengan mentorial almarhum DR.Hazim Amir, budayawan. Beberapa cerpen dan puisi dimuat pada harian lokal "Suara Indonesia".Setelah vakum lama, 3 tahun terakhir mencoba kembali aktif di dunia sastra. Saat ini serius menjalani sebagai santri di pesantren puisi 2,7 asuhan penyair Imron Tohari dan Dimas Arika Miharja. 53. Jayadi Oemar Bakrie Lahir di Indramayu, 08 Juli 1988. Aktivitas mengajar di Sekolah Dasar. Bergabung dengan Yayasan Pendidikan Islam dan Sosial "Wijaya Kusuma" yang berkecimpung dengan dunia anak-anak berbasis islami, konsepnya pengenalan dunia islam sejak dini. Hobby menulis dan baca buku. Puisiku sempat mampir di Majalah Annida_Online Edisi 08 dan 11 Juli 2013. Meski bukan lulusan pesantren, namun penerapan kehidupan berakidah islam sangat gemar saya jalani. Semoga silaturahmi ini berbuah ibadah. Salam manis seharum mangga.

307


54. KANG DAHAN Nama : Danni Jenis Kelamin : Pria Nama Pena : Dahan Tempat tinggal sekarang : Bandung Agama : Islam Pekerjaan : Swasta Negara : Indonesia Status : Menikah Mengenai puisi saya hanya hobi saja, tidak ada sangkut pautnya dengan pendidikan, apalagi pekerjaan. :D 55. KANG RAMDAN KANG RAMDAN adalah nama di dunia maya dari MOH. H. RAMDAN Urang Sunda Asli, lahir di Bogor 51 tahun yang lalu. Masa kecil di Bogor, Jakarta, dan Sukabumi, kuliah di Bandung. Pernah tinggal/bekerja di Cirebon, Jogyakarta, Surabaya, Balikpapan, dan menetap di Semarang dari tahun 1996 sampai sekarang. Berkutet di bidang Teknologi Informatika dari mulai kuliah sampai sekarang. Pernah jadi Dosen. Tahun 2008 merangkap jadi tenaga Konsultan dan Trainer di UnICoM Surabaya. Status : menikah, 1 istri, 3 anak. Hoby: jalan-jalan. Menyenangi Susastra sejak dari SMP tapi menulis Puisi baru sekarang2 ini, untuk menghaluskan Rasa yang sudah lama digempur oleh musik Rock. Salam... 56. Kie Buyut Mancolo Rupo 'Assallam muallaikum..,SALAM udrak-udruk dari pesisir Laut Selatan.'di desa ku,TULUNG AGUNG(pantai popoh) banyak ibu" yg amat penyabar dan sungguh penyayang. Salah satunya ialah 'simbok ku'(ibu ku). beliau memberi nama padaku; mas WID, aku lahir bulan mei'77.Lulusan TK dan separuh SD.Dulu Aku bekerja sebagai pedagang otot / jual tenaga alias kuli.Dan sekarang masih saja tetep kuli. He.he.he.Na.a.ah, inilah aku; mas Wid alias 'kie buyut'yang hanya sekedar mencari setitik cahaya terang,untuk bekal di atas jalanmenuju pulang.Salam seduluran dari ku;'kie buyut'

308


57. Kidung Kelana Berawal pada tanggal 6 April 1985, di sebuah desa pelosok (katanya) di kota Banyumas(kota Satria), terlahir seorang putra dengan bantuan sang "Dukun Bayi"(maklum,belum ada bidan), tapi alhamdulillah selamat tanpa cacat. Tak lupa Bapa memberi nama SaifulAnwar. Dalam hitungan masa, kemudian ia tumbuh dalam asuhan "Simbok&Bapa". Dalam pendidikannya tak ada titel yang pantas ia banggakan, karena memang ia anak yang tak berdaya dalam kemiskinan(nelangsa). Pula tak ada jabatan dalam pekerjaannya, ia memilih profesi sebagai "buruh semrawut"(yang penting halal) dimana saja. Sesuai nama penanya: "KIDUNG KELANA", dalam sepak terjangnya demi menuruti tekad dan kata hatinya ia berkelana, menyepak kerikil_menerjang badai sekitaran Jabodetabek, nusa Borneo, sampai ia kini di bumi nyiur melambai "Minahasa". Itu semua tentu demi impiannya yang sebenarnya sederhana saja, "Semoga Sukses Dunia Akhirat(amiin). Mengenal sastra sebenarnya semenjak "esde" saat iya di tunjuk sebagai wakil 4 SD di desanya untuk lomba "mengarang" di tingkat kecamatan. Tapi sayang, ia kurang beruntung karena cuma dapat peringkat ke "tiga" dari sekian puluh siswa. Tapi itu tak membuatnya berhenti berkarya, yah.. MESKI HANYA SEKEDAR TULISAN SAJA, dan untuk dirinya saja. Pantaslah karyanya tak sampai di muat pada majalah ataupun koran-koran berita.Salam..salam..salam 58. KOPI HITAM Kopi Hitam, Pria, Cancer, Jawa, Menikah. 59. Laksmi Violleta Assalamualaikum...Namaku Laksmi Violetta, karena ibuku pengagum Dewi Laksmi dalam sejarah pewayangan dan Violetta bermakna aura ungu yang berharap aku dewasa menghadapi kehidupan.. kelahiran aku tahun 1988 bertepatan ketika ibuku pensiun muda dari pekerjaan sebagai pramugari. Aku mengajar di salah satu sekolah dasar negeri di Jakarta Pusat...Aku mencintai huruf hingga rasanya aku larut dalam sebuah buku yang di baca dan menulis ada hobiku karna dapat dilakuakan 24 jam 7 hari tanpa hari libur...Katanya siiih aku wanita galak yang suka bicara tegas...Kehidupanku tidak mudah namun aku selalu bersyukur atas semua berkah Tuhan.. Dan senang bergabung di group 2,7..Terima kasih n salam lifespirit...

308


60. LETT SHAIBER Bernama asli Azar A. Samapi kini hanya satu orang di dunia FB, yg tahu 'A' di belakang nama. Bukan ditutupin, cuma males dishare. Karena saya kepengin punya nama pena, maka panggilah "Lett Shai". Biar keren dikit. Wkwkwk... Lahir di Purwokerto, tapi gk fasih jawa'an (sungguh terlalu), besar di Jakarta, kini menetap di Tangerang. cita2 saya simple saja: "pengin makan enak setiap hari dgn uang halal". Dgn cara kotor mudah dgn cara halal, Anda musti banting tulang. "Jadi, siapa bilang mudah?" kataku pada koruptor yg gak pake banting tulang tp makan enak tp selalu kurang jadinya korup. 5 Oktober saya lahir, dgn zodiak Libra, jadilah saya seorang penimbang dan pemikir. Pekerjaan halal. Pendidikan biasa saja. Tidak suka fanatisme. Apa pun yg saya lakukan otodidak. Dan masih mencari cara terbang tanpa sayap! Mungkinkah, bisa lewat tulisan? Mari mencari jawaban!Follow me @azarrevend (tanggung :D)Tangerang 14/07/13. 61. Lilis Puspita Kesuma Aku, lahir 10 April 1993 di sebuah desa di Kabupaten Aceh Selatan. Satu dari segelintir orang yang punya 3 nama yang berbeda, kusingkat menjadi Lilis Puspita Kesuma, dengan nama pena Dhe Kesuma. Mulai menulis sejak SMP, namun benar-benar menyukai menulis sejak SMA. Aku sedang berusaha menyelesaikan kuliah di IAIN Ar Raniry pada Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. 62. MAS TATO Aku seorang pria diberi nama oleh Bapak/Emak saya : SUDIYANTO, terlahir pada tgl.8 Januari 1964, di pesisir selatan Jogjakarta, tepatnya di Dukuh Daleman, Kel. Gadingharjo, Kec. Sanden, Kab. Bantul, DIY. Kata orang Jawa aku Joko Ontang-anting alias anak laki tunggal. Masa kecilku di Jogja . Dan sejak 1972 " migrasi" ke Kota Kartini Rembang mengikuti ortu yg jadi guru di wil. tsb. Aq mewarisi profesi bokap sebagai pengasuh anak2 tetangga ( guru OR SD ) sejak th 1984 s/d sekarang. Keluarga : Istri satu ELLY YULIYARTININGSIH , anak > , yg laik2 : SURYA CHANDRA ADINUGRAHA> smt 7 , arkeologi UGM,yg perempuan : ANINDYA FAJAR NUR ANISA > kl.2 SMAn 1 Rembang. Tempat berteduh, menginap dan tidur sekampung dengan Bung Jupri, Kang Mas Hardiyono Sulang, di Ds. Sulang,Kec Sulang, Kab. Rembang. HP.081325338282 . Berpuisi sekedar hobby, belum pernah menerbitkan buku, belum pernah ikut lomba, sekali lagi sekedar hoby.

310


63. MUHAMMAD LEFAND Lahir di Sumenep 22-02-1989 dengan nama Muhammad. Lulusan MA ANNAWARI Seratengah Bluto dan Universitas Islam Jember. Menulis puisi sejak duduk di bangku MTs.Tinggal di Jember tepatnya Desa Sumberbulus Kecamatan Ledokombo, hijrah karena tuntutan keadaan demi mendapat pendidikan yang layak serta bisa mengabdikan kemampuan diri dalam masyarakat. Mengasuh anak-anak sekolah dan musholla. Aktif dalam berbagai grup kepenulisan. Sekarang puisi-puisinya tersebar di beberapa media cetak antara lain: Majalah Sastra Horison, GAUL, MPA dan lain-lain. Antalogi puisinya: Ayat-ayat Rindu, Puisi Wanita, UCAP#2, sajak tiga warna, Semanggi Surabaya dan lain-lain. FB: Muhammad Lefand Email: mdsahabat7@yahoo. co.id. HP: 081336085737. 64. Moh. Ghufron Cholid Moh. Ghufron Cholid adalah nama pena dari Moh. Gufron, lahir di Bangkalan, 7 Januari 1986 M, Pendiri Dengan Puisi Kutebar Cinta dan Pengelola Taman Sastra Nusantara di FB. Karya-karyanya tersiar di Mingguan Wanita Malaysia, Mingguan Malaysia, Mingguan WartaPendana, Utusan Borneo, New Sabah Times, Tunas Cipta Malaysia dll juga terkumpul dalam antologi bersama terbit di Malaysia seperti Menyirat Cinta Haqiqi, Sinar Siddiq, Anjung Serindai dll juga terbit di Indonesia, menetap di Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura. HP 087759753073. 65. Mus Setya Utomo Nama: Mus Setya Utomo lahir 31 0ktober 1993 di tayu, kabupaten pati. tempat tinggal sekarang di jl. timoho no 117 baciro yogyakarta. hobi: seni menghayal dan berkarya dalam suasana. cita" menjadi apapun yang penting tiap hari makin bertambah baik. hidup adalah adalah cara kita sendiri karna saat ini adalah ciri-ciri saat nanti. makasih. saya bacakan Pangeran Diponegoro). Itulah perkenalan saya dengan puisi.Puisi saya yang pertama yang dibukukan ada dalam Antologi Rinai Rindu Muhammad, "Uhanin"Sekelumit biografi saya.Salam Jabat erat-do'a lebih kuatSilahkan kunjungi buah dari perjalanan Online saya:http://ibnuzidan.wordpress.com/ http://ibnuzidan.blogspot.

311


66. Naga Rucci Perkenalkan Naga Rucci, Nama ini saya adopsi dari kendaraan pengantar Jenazah di Darma** Rumahsakit kangker di jakarta, tempat saya kerja, bagian Instalasi Giji, bersebelahan dengan rumah duka. Suka dengan Nama ini. Filosofinya: Pengukir, pengingat danpenyemangat (itulah mayat). Akun ini yang ke 2 yang saya buat, kebetulan akun ini yang dipilihkan Istri tercinta untuk saya. Untuk sahabat Yang pernah berteman dengan akun Ibnu 'Ziddan Inilah akun penerusnya.Nama asli: Din Nurdiana. Lahir 01 November 1983. Kota Asal Pandeglang, Serang Banten. Sastra kusus Puisi, saya mulai dipaksa suka sejak SD. Pembaca puisi tepatnya. lomba baca puisi pernah sampai tingkat propinsi, dari mulai daerah tentunya, dan hanya dapat juara harapan II mentok, pada tahun 1995 utk tingkat SD.(Tema Pahlawan dan judul yang saya bacakan Pangeran Diponegoro). Itulah perkenalan saya dengan puisi.Puisi saya yang pertama yang dibukukan ada dalam Antologi Rinai Rindu Muhammad, "Uhanin"Sekelumit biografi saya.Salam Jabat erat-do'a lebih kuatSilahkan kunjungi buah dari perjalanan Online saya:http://ibnuzidan.wordpress.com/ http://ibnuzidan.blogspot. 67. Nano Tresna Arfana Nama : Nano Tresna ArfanaTempat/tgl lahir : Jakarta, 22 Juni 1967Hobi : main catur, tenis meja, menulis puisi, jalan-jalanTempat tinggal : JakartaLulusan Institut llmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, Fakultas Ilmu Komunikasi, Program Strata 1 (S1) Tahun 1992. Pengalaman Kerja: Reporter Freelance Harian Pelita, Reporter Majalah Kartini, Editor Majalah Sartika, Editor Majalah Herba & Karyasari, Editor Rajasa Group, dan sekarang bekerja sebagai Staf Publikasi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 68. Niels Assalamualaikum...pertama kali tuk menyapa grup ini.. langsung memperkenalkan diri yaa semoga belum terlambat saya Niels tapi banyak dari temanteman memanggil saya De'nind ....lahir di kabupaten Jember lima oktober 1995.. dan baru saja lulus dari Madrasah Aliyah Nurul Jadid Paiton, Probolinggo...De'nind baru saja merangkak didunia sastra, berharap grup ini dapat membantu perkembangannya... terima kasih.

312


69. Noerhayati Qomarudin Namaku Noerhayati,Qomarudin adalah nama belakang suamiku.Lahir dan berdomisili di kota Madiun,Jatim.Aku bukanlah siapa-siapa yang punya jejak karya seperti teman-teman lainya,hanyalah seorang penikmat sastra.Mulai menyukai membaca dan menulis sejak SLTP,tulisanku hanya sekedar menghiasi Mading sekolah,aku lebih suka menggambar dan mendesain baju sebenarnya. mengeyam Akademis Diploma terakhir di SOB School Of Business,Malang setelah tamat dari SMU tercinta SMUN 1 Mejayan.Pernah bekerja di PT.Sritanaya Megatama dari 2003 -2009.kemudian merintis usaha sendiri di tahun 2009 sampai sekarang. 70. NOVY NOORHAYATI SYAHFIDA Lahir di Jakarta, 12 November. Alumni Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Manajemen dari Universitas Pasundan Bandung ini mulai menulis puisi sejak usia 11 tahun. Puisi-puisinya telah dipublikasikan di beberapa media cetak, elektronik dan antologi bersama. Kunjungi juga blog pribadinya di http:// syahfida.blogspot.com. Buku kumpulan puisi tunggalnya berjudul Atas Nama Cinta (Shell-Jagat Tempurung). Saat ini bekerja di sebuah perusahaan kontraktor di Jakarta. Pencinta buku, penulis puisi dan penyuka senja ini dapat dihubungi melalui: Novy Noorhayati Syahfida (facebook) / @syahfida (twitter) / syahfida@yahoo.com (email). 71. NOVZ TRIANTY ASTAANTA Lahir di tangerang 5 november 1988 nama resmi Novi Charistinkeseharian sebagai mahasiswi,pengelola catring, dan guru bimble di tangerang dengan tangan dan ide kreatifnya, pernah menjuarai baca puisi se kota tangerang, dan sebagai anggota Safari Sastra di Tang-Sel awal perilisan buku pertama 2013 antologi puisi yang berjudul ''syahwat cinta''Terima kasih. 72. NUNIK TYAS Nurminingtyastuti, sehari-hari sebagai pendidik. Pemilik akun Nunik Tyas. Dua nama kecil panggilan akrabnya, Tak banyak mengenyam belajar sastra tapi amat menikmati bersastra. Lulus Pasca Sarjana Program Tehnologi Pendidikan tidak menghalangi tuk tetapmencintai puisi. Asli dari jawa timur dan tetap berdomisili di daerah sendiri. Kota udang adalah julukan tuk sidoarjo. Besar harapan tuk tetap berkarya dan bisa ternikmati para pecinta sastra. Salam.

313


73. NYIMAS HILMIYATI Nyimas Hilmiyati lulus kuliah tahun 2000 dengan Gelar Spd, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Semarang Jawa Tengah, Suka menulis sejak dibangku SD, Kegiatan sehari-hari ibu rumah tangga dan menulis apa saja. Masak, fotografi juga termasuk hobiku. Moto hidupku - Aku Hanyalah Insan Biasa (Puisi dua koma tujuh) selalu bersyukur atas nikmat dan hikmat dari-Nya NHJ, 160813 TGIF 74. Ocix Satria Damar Ocix Satria Daar terlahir sebelum fb jadi rumahnya. Pada suatu sore beberapa tahun yang lalu lima pemuda sedang asik ngopi di dekat rumah, ngomong punya ngmong kita membahas tentang sebuah nama, nama untuk anak-anak kita (padahal masih pada jomblo) dan aku punya nama "Satria Damar", bugus sih menurutku. Hehe.. Dan Ocix nama panggilanku dari kecil yang terlahir 17 Juli 1983 di Tulungagung sesuai akte bernama Woko Prasetyo. Tentang puisi ataupun sastra juga tetek bengeknya aku gak ngerti, hanya suka nulis-nulis saja. semacam nulis biodata ini yang harusnya bisa ditulis simpel malah aku bikin panjang lebar kurang isi kayak begini, hehe.. Owch iya, aku pernah dijuluki "Pendekar Patah Hati" sama seorang sahabat, juga ada yang bilang "Si Pemahat Galau" padahal aku??? Hahahahaaaancurdah!! Cukup Sekian dan terimakasih, saya bangga menjadi bagian keluarga 2, 7 ini. Salam dari pecinta damai. Ă˜_$_Ă? 75. Okto Muharam Aku Okto Muharman. Buah cinta seorang guru dan ibu rumah tangga.

314


76. Pangestoo Arif Surnady Lahir di peloksok Kuningan, Jawa Barat aslinya diberi nama Syarif Mulyana. Sebagai anak petani desa yang hidup biasa-biasa saja. Masih belum tahu juga punya titisan darah seni dari siapa karena setahuku tidak ada tetuaku yang berpropesi sebagai seniman atau seniwati. Terlahir pada 24 Januari 1980 sebagai anak ke 6 dari 7 bersaudara, menyukai berbagai hal yang berbau seni, Puisi, menyanyi, melukis adalah hobby yang sedari kecil digemari, tapi ya sebatas gemar karena jangankan dibilang pintar atau bagus hasilnya, bahkan dibilang bisa saja juga belum layak. Tapi kalau boleh membuat motto khusus pribadi sih yaitu “Seni itu unik”. Tapi lagi, meski di antara banyak pembatas-pembatas, tetap ingin belajar dan terus belajar agar setidaknya boleh dapat dikatakan “Bisa” membuahkan karya yang layak untuk disajikan. Semoga ya aamiin... Kini setidaknya pernah memberanikan diri ikut-ikutan dalam antologi puisi “Negeriku Dalam Puisi” 2013, “Kidung Rembulan” 2013 dan tengah mempersiapkan karya lainnya. Mohon Do’anya ya. Terimakasih,… Salam 77. PELITA MATA PENA Salam.. Tentang saya, berijazah asli D. Prayoga, lahir di perbatasan Jabar-Jateng, Banjar hari keempat bulan kedua tahun tujuh sembilan. Mengenal sastra ketika membaca roman 'Atheis'.. Novel religi pertama saya (limited edition) 'Khasyyah Cinta untuk Melati' (2009), dan Antologi puisi religi 'Madah Do'a' (2010) dengan nama pena Ayatusysyifa M. A. Karena akun saya ada yang membobol, maka saya membuat akun lagi yaitu Althafurrijal as-Sundawy dan Pelita Mata Pena. Pengelola page Ayatusysyifa (Ayat-Ayat Penyembuh) yang sempat vacum.. Saat ini bekerja sebagai staff administrasi perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah, Garis Khatulistiwa.. Motto: saat fikiran mulai meragukan, jangan sampai tindakan jadi merugikan.. Salam. 78. PAKDHE ARMANZ SONTOLOYO Pada tanggal 14 agustus 1990, di daerah terpencil di kab. Trenggalek, Jawa Timur seorang ibu melahirkan anak keduanya dan diberi nama Amanudin, inilah nama yang tercantum di akte kelahiran saya. Saya lulus dari MA. PONPES. PERSIS Bangil tahun 2008 dan sekarang masih aktif sebagai mahasiswa di STAI Muhammadiyyah Tulungagung sekaligus aktif di organisasi kemahasiswaan IMM sebagai Kabid. Dakwah dan keIslaman IMM cab. Tulungagung. Menyukai puisi sejak duduk di bangku SMP dan sering mencurahkan perasaan dengan menulis puisi (hingga sekarang). Belum pernah memiliki karya sastra yang dpublikasikan kecuali di akun FB dan lewat SMS, hehe. Di grup P2,7 ini saya sangat bangga karena bisa langsung belajar sastra kepada para ahlinya tanpa biaya apapun (kecuali pulsa). Untuk masalah hobi dan citacita, saya orang yang sering gontaganti minat, hehe. Salam Santun 315


79. Pilo Poly Pilo Poly adalah nama pena dari Saifullah S. Lelaki berdarah Aceh ini adalah Mahasiswa Lp3i Pondok Gede, Jakarta. Beberapa karya puisinya telah di muat di harian Lokal dan Nasional. Puisi dan cerpennya juga tercantum dalam antologi bersama; Senyum Bidadari Kecil (2011), Surat Untuk Israel (2012), Jatuh Cinta Pada Palestina (2012), Sang Jejak (2012), Presiden untuk Presidenku (2012), Ayat-ayat Rindu (2013), dan Cinta Dalam Koper (2013), Kata Mereka Tentang Cinta (2013). Buku puisi tunggalnya berjdul Yusin dan Tenggelamnya Keadilan akan segera terbit. Ia bergiat di CENDOL (Cerita Nulis Diskusi Online 80. RAHAYU WILUJENG Namaku Sri Rahayu Wilujeng, eh iya kata ibuku awalnya namaku Sri Rahayu Slamet, kata Slamet sumbangan nama dari nenekku buat tenger sebab saat aku lahir nenekku selamat hampir dibunuh PKI karena beliau jalan sendiri pada malam hari mengirim makanan dan secangkir kopi buat ibu yang sedang berjuang melahirkan aku di rumah sakit, akhirnya kata Slamet diganti Wilujeng biar lebih perempuan, sesuai akte aku lahir di Mojokerto tanggal 2 Desember 1965, masa kecil saya habiskan di Trowulan, Lulus SLTA tahun 1984 hijrah ke Kelapadua Cimanggis Depok hingga menikah dan melahirkan dua bintang hebat, Fajar Ilham Rakasiwi (Raka Rocker) dan Rayika Fitri Setyanti (Ray Bocah Cilik), sejak tujuh tahun lalu aku tinggal di Semarang dan masih mengabdi jadi tukang ketik di Akademi Kepolisian hingga sekarang, senang baca dongeng, novel dan puisi sedari kecil, belajar menulis di Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, beberapa puisiku terselip pada antologi Jejak Sajak (Sehimpun Puisi Generasi Kini, BPSM 2012), Danau Angsa Impian Sahabat Hati (Antologi Haiku 30 Penyair Perempuan KSSB 2013) dan Bebas Melata Melantun Kasih (Antologi Puisi Penyair 3 Negara baru saja terbit dan insyaAllah akan launching di Singapore 31 Agustus 2013 nanti). 81. RAHMAT AGUNG Rahmat agung nama sejak kecil yang disematkan orang tuaku, diberi awalan Muhammad sebagai harapan semoga ada setitik sifat nabi yang melekat. 06 januari 1992 aku mulai tatap takdirq dilahirkan diranah rantau transmigran,sungai bahar, muaro jambi. yang sampai kini berteman dengan debu jalanan berlubang.suka menulis belum hanya paksa suka, coret-coret kegundahan hati.pendidikan dasar didesa setempat,tepatnya SDN 196 SukaMakmur,mengikut tradisi orang tua merantau sejak sekolah lanjutan pertama hi82. RATNA DEWI jrah kpasuruan BARRIE nyantri dipondokpesantren Darul'Ulum karangpandan samapai sekarang.Mts dan MA diselesaikan dipondok kecil bersahaja ini,hinga saat ini jadi tukang sapu danDetrawingepel ndalem Kyai. Saat ini masih berusaha rengkuh Sagitta cita dannamenimba pokja UNDAR. adalah ilmu namadipena dari Ratna Dewi Barrie, seorang dokter

316


82. RATNA DEWI BARRIE Sagitta Detrawina adalah nama pena dari Ratna Dewi Barrie, seorang dokter umum PNS, bekerja di RSUAM Bandar Lampung. Lahir di Yogyakarta ( 8 Desember ). Sekitar 20 buku Antologi bersama Heru Emka, Kurniawan Junaedhie, Dimas Arika Mihardja, Anisa Afzal, Nani Tandjung, Yunizar Nassyam, Cok Sawitri, Moch.Welang, JPIN, FAM memuat tulisan-tulisannya berupa : Puisi, Pantun, Fiksi Mini, Cerpen, Cerita Anak, Cerita Mini 100 Kata, dll. Telah diterbitkannya pula hingga kini 21 buku karya tunggal, terdiri dari : 11 Novel, 5 Kumcer, 1 Kumcernak, 3 Kumpulan Puisi, 1 kumcermin 100 Kata. Namanya tercantum di halaman 214 pada buku: Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia ( Ed. Kurniawan Junaedhie ). 83. RD.Kedum Nama pena Rusmana Dewi Kedum. Lahir di Pagaralam, 19 Oktober 1968. Tinggal di Lubuklinggau Sumatera Selatan. Menggeluti teater dan kepenulisan. Sekretaris umum di Komunitas Insan Seni Linggau Mura (KISLIRA), Pembina di Sanggar Seni KOASIS. Bersama Benny Arnas(Cerpenis) dan Ferry Irawan (Novelis) menggagas Forum Apresiasi Sastra di Kota Lubuklinngau. Dewan penasehat FLP Lubuklinggau, Dewan Kesenian Kota Lubuklinggau di divisi Sastra, dll. Pernah mendapatkan penghargaan; naskah drama tradisional terbaik, cerpen dan puisi. Karyanya pernah di muat di Singgalang Post, Riau Post, Linggau Post, Harian Pagi Pat Petulai, Mandiri Post, Koran Online Rima News.com, Jurnal Perspektif Pendidikan, dll. Karya-karyanya; Kumcer Tunggal Menunggu Suti, Antologi Cerpen Banditku Sayang, Antologi Cerpen Dibutuhkan Segera: Seorang Gadis untuk Menjadi Kekasih Kibu!, Kumpulan Cerita Rakyat Lubuklinggau-Mura Gentayu Ulak Dalam, Antologi Puisi Atas nama Segala Cinta, Antologi Puisi Requiem Buat Gaza, Antologi Puisi Menuju Jalan Cahaya, Kumpulan Naskah Drama Tradisional Sendang Rembun. Kumpulan Naskah Drama Religi Rumah Terakhir, dan bahan ajar. Saat ini tengah mempersiapkan kumpulan cerita daerah, naskah drama tradisional kedua, dan puisi. 84. Rdyuswantoro Lahir di kota Ngawi,06 Oktober 1973 dengan nama pena Sablenk Bedegul. Menulis sudah menyatu sejak masih duduk di SMP dan hingga sekarang masih menyukai corat coret walaupun hanya sekedar imanjinasi. Beraktivitas di berbagai group dan TEJASVARA merupakan antologi pertama.Hanya ini biodataku,bila kurang berkenan mohon maaf.Salam santun budaya kreatif

317


85. RIA KINANTHI Ria Kinanthi Terlahir dengan nama Ria Supriani yang kemudian akrab dipanggil "Ao" di kampungnya; Purworejo, 8 Juli 1992 dengan nama pena Ria Kinanthi. Lulusan SMK Teknik Mekanik Otomotif tahun 2010 langsung merantau ke Jakarta dan mendapat kerja sebagai Marketing Freelance di beberapa lembaga seminar seperti; PKPPD(Pusat Kajian Pemerintahan dan Pembangunan Daerah),LP2N(Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Nasional), dan Pusdiklat Keuangan. Gemar menulis puisi di catatan kesehariannya. Wanita yang menumpahkan emosinya dengan menyibak sampur merah saga kesayangannya di silir angin tanpa gending (Meski lebih sering membanting barang-barang elektronik dan kemudian memperbaikinya, hehe). Cenderung terlihat cuek, galak, dan aneh (cuma kelihatannya saja, nyatanya tidak...tidak jauh-jauh berbeda maksudnya, hehe) 86. RIKOTMI HASINDI Jenis Kelamin : Laki-lakiNama Pena : RIKOTMI HASINDIKota / KAB Asal : Lima Puluh Kota, TTL : 28 Maret 1982Tempat tinggal sekarang : Kompleks SMPN 1 KEC. Pangkalan Koto Baru/ Jln; Pondok Pesantren AL-MAKMUR Tungkar, Kab. Lima Puluh Kota.Agama : IslamPekerjaan : PNS (Guru )Pendidikan : S1 IAIN Imam Bonjol PadangStatus : Belum menikah. 87. RINDAWATI SUDARYONO Lahir dengan nama Rita Indrawati, menetapkan pilihan sebagai pendamping DAM dalam merawat anak-anak puisi: Marenda Arika Mihardja (Guru SMP/ SMA), Riyandari Asrita Mihardja (kerja di bagian Teknologi Informasi (UI), Dyah Ayu Sukmawati (Mahasiswa TI Gunadarma Depok). Memilih dapur, kasur, sumur sebagai tempat mengolah sajak dan menanam bibit di kebun belakang rumah.

318


88. ROMANSA CITA Pertama kali melihat dunia dengan tangis cetar di Jogyakarta, tanggal 27 September 1955, bayi merah ini akhirnya di beri nama asli Thomas Saptoadji lalu di bawa waktu untuk berjuang menjadi manusia mandiri di bimbing orang tua, rohaniwan, saudara sekandung, para pahlawan tak di kenal ( Bapak/Ibu Guru dan Dosen), kerabat, temanteman dan handai taulan, akhirnya selepas SMU, bekerja di Bank Bumi Daya tahun 1977 sekarang Bank Mandiri sambil kuliah di Universitas Krisna Dwipayana Jakarta jurusan Manajemen Perusahaan dan pensiun tahun 1999, lalu mencoba menjadi wiraswatawan dua tahun dan terdampar menjadi karyawan Advertaising Jakarta sebagai visualizer sampai dengan tahun 2010, di tahun 2010 ini muncul hoby menulis puisi di facebook dengan nama samaran Romansa Cita ( kisah prosa yang mempunyai ciri khas keromantisan mewujudkan citacita keharmonisan hidup), tahun 2011 dari Jakarta pindah ke Jogyakarta sampai sekarang dengan kegiatan sebagai Manager Resto Pawon nDeso Jl. Kabupaten Sleman Jogyakarta dan D’lite Resto Jl Jogonegaran Jogyakarta. 89. RWIENA P NINGSIH Wiena, gadis berhidung pesek lahir dari keluarga sederhana. 01 Desember 1997. Menyukai dunia literasi sejak aktif di beberapa grup kepenulisan. Suka menyendiri dan autis. Suka berlama-lama di wc. Belum menghasilkan sebuah karya apapun. Salam 90. SABDA SABDA JIWA Lahir di dusun sejuk pinggiran alas roban Pujut, Tersono, Batang, jawa tengah. Emak memberiku nama Imam hakim pada tgl 19 oktober 1979. Tidak punya latar belakang dunia sastra. Setelah lulus MTs kemudian ngangsu kaweruh di Ponpes Salaf Tegalrejo Magelang. Senang pada dunia tulis dan syair ketika mulai mempelajari al umriti dan alfiyah ibnu malik. sekarang jadi kuli bangunan di Jakarta dan sekitar corat coret selama ini ,untuk tumpahkan gejolak jiwa maka sangatlah senang jika ada yang menegur dan membetulkan tulisan tulisan sederhana saya. Salam. 91. Santhi Purnawanthi Assalamu’alaikum... Aku wanita kelahiran 07 oktober 1982. Dilahirkan di Samarinda dari pasangan berdarah jawa tengah dan sulawesi. Aku adalah ibu rumah tangga yang memilih bekerja menjadi pengajar bimbel sebagai sidejob-nya. Hobi menulis sejak SMU tapi sayang tulisannya hanya berujung di kolong tempat tidur. Terhenti begitu saja karena kurang percaya diri. Dan sekarang mulai memberanikan diri lagi untuk memainkan aksara, berharap saudara-saudara baruku disini sudi membantu.Terima kasih n salam lifespirit. 319


92. SANTOS Aku anak pertama dan terakhir. Lahir tanggal 04 APRIL, aku di besarkan di kaki gunung merapi tepatnya di Dsn jamblangan RT 02 / RW 05, srumbung, srumbung, magelang. Pendidikanku hanyalah sampai jenjang SMA. Email : santossicksoul@rocketmail.com / santossicksoul@gmail.com Sebenarnya aku tidak pandai berpuisi ataupun menulis, ku hanya bisa menulis apa yang aku lihat, dan kurasa. Aku lebih suka bermain musik terutama memainkan gitar. Nama “SIcK SoUL� sebenarnya adalah nama band-ku. 93. SITI MAHMUDAH SYAAM Siti Mahmudah Syaam Siti Mahmudah Syaam. Terlahir di Rembang dengan nama Siti Mahmudah akhir Agustus 1969. SPG Rbg 1987. Resmi jadi guru 1991 di Kampung Bugis Kec. Karimunjawa Kab. Jepara. Th 1991 Syaam mnyuntingku. Buah cinta kami 3 "Sendang kapit pancuran.", antara lain: (1) Daru, lahir 160892, kuliah smester 7 FKIP BK, (2) Lu'lu' lahir 050199, sekolah kelas X IPA, (3) Syauqiy, lahir 300906, baru kelas 2 SD. Menulis hanya hobby. Pernah mencoba kirim "Surat Cinta" era 90 an, dimuat koran Bahari. Pengalaman Lucu dimuat majalah Krida Wiyata Jateng 95, juga majalah Gelora Bumi Kartini Jepara 98. Geguritan dimuat majalah Derap Guru Jateng 2006. Tidak pernah fokus nulis. Ikut gabung GP2,7 dg tujuan belajar, ingin tahu lebih dalam ttg puisi krn tiap th jd juri lomba cipta baca puisi SD.Kdua jalin ukhuwah, karena pada hakikatnya kita adalah saudara. Saya tidak pernah malu bertanya tentang hal yg belum saya tahu walau kepada anak, karena saya gaptek. Salam Lifespirit, 94. SONY LAMONGI Sony Lamongi Salam kenal semua, Aku terlahir dengan nama Sony Lamongi, Jakarta 30 desember 1968, latar belakang pendidikanku hanya setingkat SLTP, aku lebih memilih bekerja serabutan, demi membantu keluarga dengan kelima adikku. Jadi maafkan bila ada kata-kataku yang kurang berkenan karena kosa kataku masih berantakan. Nama pena, maaf tidak ada, karena aku penulis tanpa buku, hanya sekedar menuangkan rasa dari apa yang kulihat, kudengar dan apa yang kurasakan, lewat jejaring fb. Menyukai sastra sejak aku duduk di bangku SD, memang cuma sekedar suka membaca, tanpa pernah menggeluti di dalamnya, semenjak ada jejaring yang bernama facebook aku mencoba menuangkan segala rasaku, salah satunya di grup puisi 2,7 ini, dan aku bersyukur bisa bergabung di dalamnya, aku bisa menimba ilmu dan wawasanku dengan membaca postingan-postingan puisi ataupun kritik dan saran yang disampaikan pada kita, oleh Pak Dimas Arika Mihardja, Bung Imron Tohari, Bang Dave Sky dan yang lainnya. Salam sedalam salam

320


95. Sus Setyowati Hardjono Susilaning SatyawatiJenis Kelamin : PrNama Pena : Sus HardjonoKota Asal : Yogya, TTL : 05 November 1969Tempat tinggal sekarang : Jln.Raya Timur Km.4/19 A Sragen 57252 Agama : IslamPekerjaan : PNS Guru MatematikaPendidikan : S1 UNS SoloStatus : MenikahNama Suami : Arief Hardjono , MPdNama Anak : 1. M. Puru Hasan Ariefai Wicaksono Adi2. M. Yusuf Luhur Arief Pambudiadi3.M. Naufal Hanan Fawaz Ariefsetyo Adi4. Aisyah Mentari Nawang Ariefah. 96. SYAIRLENDRA ALAIH Saya Fadillah Arai, lahir tanggal 08 July 1990. Saya berasal dari kota cimahi..bekerja dan tinggal di jakarta. saya suka puisi. Salam sastra. 97. Taufiq Hidayat Lahir di Bogor, 14 April 1991. Dibesarkan di lingkungan pesantran Al-Qahhariyah Kayumanis, Cianjur. Pondok Tahfidz Darul Qur’an Al-Zannah, Cariu, Bogor. Pondok Pesantren Al-Qur’an Indonesia PTIQ Jakarta. Saat ini tercatan sebagai mahasiswa Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an [PTIQ] Jakarta. Belajar seni teater bersama Sanggar Seni Istiqomah (SSI) MAN Pacet Cianjur. 98. TATA TALYSTHA ANASTHASYA SALAM METAL dari Serambi Mekkah!!!!!!! Aku Lahir di Sidoardjo, 14 September, nama yang mama kasih Maya Renita(Tata) Karinda. Terlahir di keluarga Kristen Protestan, namun aku menjadi muslim tahun 1998. Nama Muslimku SITI AISYAH, Menado Asli (biarpun item) dan sekarang ngekos di daerah jajahanku, Lhokseumawe Aceh. Tamatan hanya sampe SMA, keburu dapet kerja jadi males kuliah, berbagai badai sudah menjadikanku manusia,dari badai keluarga,badai kehidupan sampai badai rumah tangga serta badai tsunami...Aku Sekretaris di perusahaan kontraktor, Single parent atau sering di sebut JALAK (Janda Galak),Aku ga bisa berpuisi apalagi menulis..aku hanya nyoret2 apa yang terlampir di hati dan otakku, dan aku tuangkan ke bait2….. hobby sampinganku Fotografi,,,so mohon maaf kalo aku suka ngutak atik fotoku…(kesannya narsis) Info lebih banyak Add aja facebookku… Tata Talytha Anasthasya... I love banyak temen....bukankah banyak temen banyak rejeki.....???

321


99. TYMU IRAWAN Lahir 05~02~1992.asal dari Lampung, Metro. Aku anaknya cuek bebek, tp kadang usil. Suka membaca sejak kecil. Sedangkan suka nulis sejak SD, hehe entah berapa buku yang aku tulis, tapi belum pernah terbit, Cuma sekedar hobi aja. Harapan saya bisa jadi profesi juga sih, hehe, terimakasih. 100. VIRGINIA CHANTIQA Gadis kampung itulah julukanku. Karna aku lahir di sudut kampung kecil di daerah Bondowoso Jawa Timur, tepat tanggal 26-agustus-1992. Nama Asliku adalah : Tiara Niati (kata ayah artinya mutiara dalam hati). Sejak kecil hobbyku memang menulis, entah itu puisi, cerpen dan naskah drama. Berbagai ajang lomba kampung telah aku ikuti,, Alhamdulillah perna mendapatkan juara lomba puisi anak-anak walau cuma juara desa. Aku juga aktif di desa tiga tahun menjadi KPMD serta satu tahun menjadi KPM perwakilan kabupaten untuk provinsi serta masih aktif di kader posyandu. Saat ini aku masih menimba ilmu di salah satu kota kecil di daerahku STKIP PGRI Situbondo jurusan ekonomi semester 6 (suka sastra tapi masuknya ekonomi). Itu saja perkenalan dariku. Semoga bertambah banyak teman dan sodara serta barokah..Aamiin 101. Wahyu Yudi Alias WYAZ (Wahyudi Abdurrahman Zaenal) IBN SINENTANG lahir di kota Pontianak tanggal 24 April. Mulai menulis puisi sejak tahun 1980. Selain puisi juga menulis cerita pendek, dan artikel. Karya-karyanya pernah dimuat di beberapa media lokal, nasional, negeri jiran, dan juga media online. Karyanya juga terangkum dalam beberapa kumpulan puisi dan cerpen bersama.Kumpulan sajak tunggalnya BERSAMA HUJAN (Kelompok Empat Kreatif, 2011), HIJRAH (Kelopak Poedjangge, 2012), NYANYIAN LILIN PUTIH (Shell-Jagad Tempurung). Saat ini menetap di kota Ketapang (Kalimantan Barat), Jl. Gatot Subroto Gg. Hadi, Payak Kumang. Email: wahyudi.yudi4@gmail.com. 102. WERDY KALBARY Nama lengkap : Suwardi, SE. Jenis Kelamin : Pria Nama Pena : Kembara Rimba Kata ( Werdys Kalbary) Moto : perjalanan panjang dimulai dari langkah yang kecil. Tempat ,tgl lahir : Sayan,060873 Tempat tinggal sekarang : Jln. Dara Juanti Rt.07/III Kel.Kapuas Kiri Hulu Sintang Kalbar 78610 Agama : Islam Pekerjaan : PNS 322


103. Wiwied Kinasih Koesnan Nama : Sri Widyowati Kinasih. Nama Pena : Wiwied Kinasih (Budak Pena). Tinggal di Jl. Tegalrejo Rt 7 Rw 9 Ketindan Lawang Malang. Bekerja sebagai guru di SD kecil. Pernah kuliah di jurusan D3 Bhs. Inggris Fak. Sastra Univ. Jember, sekarang semester akhir di Fakultas Kependidikan Bhs. Inggris Univ. Terbuka / Agama Islam, status menikah. 104. Wiwin Wiwin Patma Dewi Lahir di Boyolali, 29 Oktober 1971, sekarang sebagai pengasuh anak di SDN 1 Keungsarimulyo, Welahan, Jepara. Menyukai puisi sejak di bangku sekolah, tetapi hanya untuk konsumsi sendiri yang dipostingkan di blog sendiri. Patmapoem.blogspot.com 105. YUSTI APRILINA Nama lengkap Yusti Aprilina, lahir di Lais Kabupaten Bengkulu Utara, propinsi Bengkulu tanggal 1 April 1965. Sejak Juli 2011 jatuh cinta pada puisi di facebook, dan tergabung pada banyak grup sastra di facebook. Sering mengikuti event secara online . Ada beberapa puisi termuat dalam buku Antologi: 1. Kami Ingin Menulis, ( Nulis buku.com, 2012) 2. Fiksi Mini 140 ( Kosakatakita, 2012)ma 3. Sosok Hebat itu Berlabel Emak: Kumpulan Cerpen ( Halaman Moeka.com, 2012) 4. Saksi Bisu Cinta ( Deka Publisher, 2012) 5. Dejavu Rindu.(Leutica Prio, 2012 ) 6. Reparasi dan Apresiasa ala Bengkel Puisi Swadaya Mandiri (Javakarsa Media, 2012) 7. Antologi puisi tunggal : Mencumbui Sunyi, ( Deka Publisher tahun 2013) 8. Lentera Sastra Komunitas Puisi Bait Kata Suara ( Sembilan mutiara, 2013) 9. Ziarah Batin (Javakarsa Media, Jogyakarta, 2013) 106. Zhe Muhiira Husna Kamiila Mau tau siapa aku? Yuk kita belajar sejarah!Ketika kamu tanya siapa namaku? Aku akan jawab, namaku Wifea Khalifah (lebih tepatnya Khalifah's Wife). Karena kebetulan namaku = nama istri Khalifah Harun Ar-Rasyid. Siapakah? Coba cek buku SKI-nya! Saat kamu bertanya, kapan aku lahir? Aku akan jawab, aku lahir 50th setelah NKRI merdeka. Tepatnya sehari sebelum hari sumpah pemuda. Kapan pula itu? Monggo cek RPUL-nya! Aku lahir & dibesarkan di Kota Telur Asin, Brebes. Dan alhamdulillah, hanya dapat mengenyam pendidikan sampai Madrasah Tsanawiyah.Jujur, aku lebih menyukai tulisan orang lain dari pada tulisan sendiri. Artinya, membaca setumpuk lebih tinggi minatnya dari menulis. Sampai2 aku pernah melahap novel AAC sehari saja. 321


107. ZUHERLY PUTRI Suherly Putri *Ikutan numpang tenar tu wa ga pat ayo merapat. Mai nem is Zuherli. Kata nyak sih sengaja dikasih singkat biar gak ribet ngisi LJK ujian(ini ciyus pake banget loh). Gak nyangka nyak sekritis itu ckckck. Lahir tanggal dua puluh enam April 1993 di Padang. Padang Kota tercinta kujaga dan kubela(ikut mengampanyekan slogan kota) kira2 udh seperlima abad mencicipi asam, garam, cabe, bawang dan rempah-rempah kehidupan(udh kaya masak rendang aja)sedang mengenyam pendidikan di jurusan Pend. B.ingg, insyaAllah 2014 mengantongi es-pe-de. Krn baru sedikit pede (Spd) cita2 pengen M.pd biar makin pede(kata dosen sih gitu) hobi apa aja yang bikin seneng yg pnting positif. Interest bgt sama hal2 baru asalkan positif. Krn semakin kita tahu hal baru, smkin kita tau bnyak hal yg tdk kita tau. Hobi baca. Saking hobinya kalo lagi kere, rela mojok baca buku gratis di toko buku(yang ini jgn ditiru pemirsaa, dijamin bakal diomelin). Udah segitu aja perkenalannya. If you want to know more about me, Please kindly add me.

324


terima kasih kunjungi juga

http://www.puisi2koma7.net



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.