The Winangun Riverfront, Cultural Center & Farming Space | Design Report Book

Page 1

Riverfront, Cultural Center, and Farming Space THE WINANGUN Location : Sitiwinangun, Cirebon, Jawa Barat Haura Khansa Izdihar 18512013 | Muhammad Rizki Ramadhan 18512179 | Muhammad Taufik 18512194 Dosen : M Galieh Gunagama Asisten Dosen : Evandry Ramadhan

Riverfront, Cultural Center, and Farming Space THEWINANGUN

PERNYATAAN KEASLIAN Kami yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Haura Khansa Izdihar NIM : 18512013 Nama : Muhammad Rizki Ramadhan NIM : 18512179 Nama : Muhammad Taufik NIM : 18512194 Dengan ini, kami menyatakan bahwa dengan sesungguhnya dan sebenarnya bahwa desain rancangan ini adalah karya hasil kami sendiri. Apabila dikemudian hari ditemukan data yang tidak benar (palsu), maka kami siap menanggung segala resiko dan sanksi yang ada. Demikian pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan semestinya.

Tata Tapak Rencana Canopy Walk SUMMARY Deskripsi Singkat Proyek Kata Kunci Pernyataan Kontribusi PROJECT BRIEF Deskripsi Klien Deskripsi Pengguna Gambaran Proses Bisnis Informasi Tapak dan Peraturan Setempat Deskripsi Substansial Isu dan Problematika Tujuan Perancangan SITE ANALYSIS & PROBLEM DEFINITION Gambaran Lokasi Iklim Setempat Kondisi Topografi Area Hijau dan Terbangun Sirkulasi dan Lalu Lintas Gambaran Arsitektural Lingkungan Ringkasan Masalah Desain CONCEPT & DESIGN RESPONSES Pendekatan Konsep Perancangan Kajian Preseden Eksplorasi Perancangan Konsep Arsitektural DAFTAR ISI Tata Ruang Site Plan Denah Tampak Potongan Detail Arsitektural Suasana Interior Suasana Eksterior Struktur Bangunan Selubung Bangunan Infrastruktur Bangunan Pengendalian Termal Pencahayaan Aksesibilitas Tata Ruang Site Plan Denah Tampak Potongan Detail Arsitektural Suasana Interior Suasana Eksterior Struktur Bangunan Selubung Bangunan Infrastruktur Bangunan Pengendalian Termal Pencahayaan Aksesibilitas Rencana Penanaman Farming Space GAMBAR ARSITEKTURAL Bangunan Cultural Center Bangunan Farming Space DAFTAR PUSTAKA 1 2 3 4 5 6 1 1 2 3 3 3 5 5 6 7 7 8 8 9 10 11 12 13 15 16 17 26 27 32 32 34 36 31 37 38 40 39 40 40 Situasi Kawasan Site Plan Tampak Kawasan Potongan Kawasan Rencana Vegetasi Lansekap Detail Lansekap Perspektif Lansekap GAMBAR ARSITEKTURAL Lansekap Riverfront 18 18 20 21 23 24 19 5 41 42 44 45 47 48 43 49 52 56 54 57 57 27 59 60

Dahulu, hubungan antara manusia dengan alam (ekologi) terjalin sangat erat Namun, seiring berkembangnya zaman, banyak hal yang berubah Teknologi berkembang, ada yang dimanfaatkan dengan baik, ada pula yang tidak Para pemuda desa pergi ke kota kota besar untuk mencari pekerjaan, hingga akhirnya SDM tidak terolah dan tidak termanfaatkan dengan baik Sungai tercemar oleh limbah pabrik dari teknologi, pohon ditebang secara ilegal, hutan gundul, dan akhirnya ekologi menjadi renggang.

Riverfront (untuk membuat ekologi setempat kembali menjadi lebih baik dan dapat termanfaatkan)

RINGKASAN

Melihat isu isu yang telah dideskripsikan diatas, maka kelompok 4 mempunyai misi untuk Memperbaiki Ekologi (Hubungan antara Manusia dengan Alam) yang berdampingan dengan teknologi, dan Memberdayakan SDM pada daerah setempat dengan potensi yang ada, dengan membuat wadah atau tempat (fasilitas) yang dapat menyalurkan kreativitas dan ekonomi serta pemberdayaan SDM setempat Sehingga dibuatlah rancangan fasilitas berupa :

Alangkah indahnya jika hal tersebut tidak terjadi di masa kini, apakah itu mungkin? Bagaimana caranya? Apakah alam dan teknologi dapat berjalan seiringan? Kata Kunci Ekologi, Teknologi, SDM, SDA, Riverfront, Cultural Center, Farming Space Rencana Rancangan 01

Cultural Center (untuk pemberdayaan SDM setempat dari latar belakang pengrajin gerabah di Daerah Sitiwinangun serta memperkenalkan budaya khas dari Sitiwinangun)

Farming Space (sebagai wadah pemberdayaan pemuda setempat yang memiliki mata pencaharian petani dengan kolaborasi antara alam dan teknologi) Deskripsi Singkat Proyek

Haura Khansa Izdihar 18512013 Muhammad Rizki Ramadhan 18512179 Muhammad Taufik 18512194

Dengan pernyataan ini, kami berharap gagasan rancangan pada proyek Studio Desain Arsitektur 2 dapat menjawab tujuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam isu yang kami angkat yaitu "The Ecological The Past is The Future" untuk "Memperbaiki Ekologi (Hubungan alam dan Manusia)".

Dalam memenuhi kebutuhan tugas Sudio Desain Arsitektur 2, kami selaku kelompok yang beranggotakan Haura Khansa Izdihar (18512013), Muhammad Rizki Ramadhan (18512179) dan Muhammad Taufik (18512194) menyatakan berkontribusi sepenuhnya terhadap tugas perancangan ini Pengerjaan dilakukan secara merata dan tiap individu bertanggung jawab terhadap tugasnya tanpa paksaan apapun. Setiap anggota kelompok memiliki peran penting dalam setiap pengerjaannya. Bermula dari pencarian isu setiap individu, Haura Khansa pada isu "Water Paradox", Rizki Ramadhan pada isu "Banjir" dan Muhammad Taufik pada isu urbanisasi "Making Rural Great Again" . Adanya benang merah dalam isu tiap individu menghasilkan isu utama yaitu "Memperbaiki Ekologi (Hubungan alam dan Manusia)". Lokasi ditentukan secara musyawarah, pencarian lokasi disesuaikan dengan isu yang kami angkat serta relevan dengan permasalahan permalahannya, sehingga didapat lokasi yang berada di Sitiwinangun. Setiap anggota memberikan ide terkait fasilitas yang akan dirancang lengkap dengan inovasi terkait fasilitas tersebut Penentuan konsep serta fasilitas dilakukan secara diskusi penuh sehingga menghasilkan konklusi pendekatan

Pernyataaan Kontribusi

Concept Based Design yang bermula dari munculnya gagasan inovasi terkait daerah perancangan Gagasan yang telah ada kemudian dikembangkan dan divisualisasikan melalu sketsa beserta konsep lengkap dengan desain alternatifnya, kemudian dikompromikan menjadi fasilitas yang akan dirancang.

Hormat kami, 02

Deskripsi Klien Deskripsi Pengguna Gambaran Proses Bisnis DESKRIPSI PROYEK

Rancangan ini memilih Pemerintah Daerah Sitiwinangun sebagai klien utama. Alasannya ialah berdasarkan hasil pencarian data, bahwa mata pencaharian masyarakat setempat terbilang sangat beragam (Petani dan penjual pangan, Pengrajin Gerabah) Namun hampir di setiap rumah warga ikut serta dalam kerajinan gerabah, yang merupakan potensi dari wilayah tersebut KLIEN DATA PARTNERSHIP

Pengguna utama dari bangunan ini adalah Pengrajin Gerabah, Petani, dan Pemuda Desa. Pengrajin gerabah ditempatkan

Untuk merealisasikan konsep dan tujuan perancangan, maka hal itu didukung juga dengan data yang berada pada daerah tersebut. Pemerintah Jawa Barat memberdayakan program petani yang didukung oleh anak muda, sehingga jika sudah diberdayakan maka siklus dari SDM Sitiwinangun tetap termanfaatkan dan disebar menuju daerah daerah lainnya Berorientasi kepada Local Economic Development dengan pengembangan industri, peningkatan kapasitas tenaga kerja lokal (pemuda desa) dengan menekankan pada pemanfaatan sumber daya lokal (industri gerabah), adanya kerja sama antar stakeholder sehingga menghasilkan output berupa pengembangan produk, penciptaan lapangan pekerjaan yang bersifat kewirausahaan, serta adanya kontribusi masyarakat secara keseluruhan engrajin Gerabah Pengunjung

03 PPetani

pada Cultural Center agar bisa menjadi sarana edukasi dalam pemanfaatan potensi gerabah. Petani ditempatkan di Farming Space yang menjadi sarana bertani/berkebun yang lebih efektif. Pemuda desa yang diharapkan menjadi para penerus dapat belajar dari para senior dalam pengrajin maupun petani yang berbasis training. Pengunjung yang datang bisa berwisata sambil menambah edukasi, dengan adanya Cultural Center sebagai daya tarik edukasi gerabah dan juga Farming Space sebagai edukasi Agrikultur

Stakeholder Petani

Pemerintah Daerah Stakeholder Gerabah

Pengrajin Gerabah (Senior) Skema Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pengrajin Gerabah (Trainee) (Pemuda) Cultural Center Petani (Senior) Petani (Trainee) (Pemuda) Farming Space Pemuda Produktif sebagai pengrajin gerabah dan Petani Milenial Mentor/Guide di Cultural Center Sitiwinangun Mentor/Guide di Farming Space Sitiwinangun Ekspansi ke daerah daerah hasil kerja sama dengan pemerintah Wirausaha hasil panen berupa makanan dan minuman Skema diatas merupakan skema dari siklus pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada daerah Sitiwinangun, hal tersebut dilakukan agar rancangan yang dibuat berjalan secara sustainable atau berkelanjutan dan menghasilkan SDM yang berkualitas bagi daerah tersebut, terutama para pemuda sebagai penggerak roda desa 04

Informasi Tapak dan Peraturan Setempat Deskripsi Substansial Isu dan Problematika Lokasi tapak berada di Siwitinangun, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Site membentang seluas 16000 m2 yang berada di pinggiran bantaran sungai. Orientasi sungai berada di tengah site yang memiliki laju arus dari arah selatan menuju utara. Adapun peraturan pada daerah setempat sebagai berikut ini: KLB : Maksimum 3,2 KDB : Maksimum 80% KDH : Minimum 20% Serta, Garis sempadan sungai 5 meter dari tepi kiri kanan tanggul 05 PHASE I PHASE III Melihat isu isu yang berada pada gambar diatas, Kelompok 4 mempunyai misi untuk Memperbaiki Ekologi (Hubungan antara Manusia dengan Alam) yang berdampingan dengan teknologi, dan Memberdayakan SDM pada daerah setempat dengan potensi yang ada. PHASE II PHASE IV Konsep

SDA terkena dampak negatif

Konsep Mapping

Tujuan Perancangan

Bermain di hutan Ketika ekologi masih lancar

06

Ekologi berhubungan erat antara alam dengan manusia Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah mengakibatkan terjadinya urbanisasi Para pemuda merasa dengan urbanisasi mereka akan hidup sejahtera dengan berpindah ke kota besar Namun, jika dilihat dari sudut pandang lain banyak hal yang dapat dilakukan di desa salah satunya dengan memanfaatkan SDA yang ada sehingga hungan antara SDA dan SDM lebih erat Tujuan dari perancangan ini yaitu untuk memajukan daerah tersebut dengan memaksimalkan SDA dan segala potensi yang ada, sekaligus membuat SDM yang berada di daerah Sitiwinangun dapat termanfaatkan Sehingga lambat laun hubungan antara manusia dengan alam menjadi erat dan dapat berdampingan dengan teknologi pada masa kini. The Winangun

SDA tidak terolah Pohon ditebang secara ilegal Sungai tercemar SDM menurun Ketika ekologi terhambat Teknologi berkembang Ekologi berjalan lancar Ekologi terhambat SDM urbanisasi

THEN NOW WHAT IF Masyarakat memanfaatkan tanah Sungai sebagai tempat aktivitas Sungai sebagai sarana transportasi

ANALISIS

Lokasi & Analisis Visual

Lokasi berada di Sitiwinangun terletak di Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat Lokasi tersebut dipilih karena relevannya isu yang diangkat dan terdapat beberapa potensi dari segi SDM dan SDA Pada lokasi tersebut seiring berkembangnya zaman SDA menjadi tidak stabil, mengakibatkan aliran sungai yang tercemar limbah, berkurangnya area hijau, adanya sampah yang menumpuk hingga mengakibatkan banjir.

Sitiwinangun dikenal dengan sentra industri kreatifnya sebagai desa gerabah. Menjadi sentra gerabah tertua di Jawa Barat dan sejak 2015 sehingga proses produksi gerabah menjadi identitas tersendiri bagi masyarakat Sitiwinangun sebagai warisan tradisi dari nenek moyang yang menarik. Dalam mengembangkan Sitiwinangun, dapat memanfaatkan potensi alam yang sudah dimiliki, yaitu Sungai Jamblang yang berada pada pinggiran Desa Dalam hal ini Sungai Jamblang akan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka publik yang berfungsi sebagai ruang sosial Tidak hanya itu, ruang terbuka tersebut pula dapat mengembalikan citra manusia yang berdampingan dengan alam (ekologi). Iklim Curah Hujan Jumlah Bulan Hujan Kelembaban (Rata Rata Bulan) Suhu Rata Rata Harian Tinggi Tempat dari Permukaan Laut 1.300 Mm 6 Bulan 78% 36°C 10 mdl Analisis Visual

07

Potensi Kawasan TAPAK & MASALAH DESAIN

n sungai memiliki tinggi dengan kisaran 4 5 meter dari permukaan sungai buat area sekitaran sungai menjadi mudah longsor karena ketinggian yang h Maka untuk mencegah hal itu terjadi, pada rancangan ini dibuat elevasi ekaligus membuat akses agar masyarakat dapat lebih dekat dengan sungai Kondisi Topografi Area Hijau dan Terbangun Area yang terbangun pada lahan hanya sekitar 30% dari keseluruhan site, karena rancangan ini lebih terfokus pada landscaping tepi sungai dan beberapa fasilitas penunjang untuk meningkatkan potensi SDM pada area Sitiwinangun Cultural Center Farming Space AREA TERBANGUN AREA HIJAU Overflow Area Riparian Zone 370% 0% 08

Sirkulasi dan Lalu Lintas Akses menuju lokasi melalui jalan yang berada di sisi tapak Area Sitiwinangun dapat dilalui oleh transportasi roda bermotor pada sirkulasi utama dan sekunder Kepadatan kendaraan bermotor. Sirkulasi utama dapat dilalui dari luar daerah Sitiwinangun menuju lokasi. Sirkulasi sekunder berasal dari lingkup daerah tersebut. Sementara pada site difokuskan agar pengguna berjalan kaki rkulasi Site S i r k u l a s i U t a m a S i r k u l a s i S e k u n d e r A r e a J a l a n K a k i A r e a P e m u k i m a n kontur direspon rkulasi berupa ang dipadukan dscape. Adanya walk merespon ulasi juga karena ng sering banjir. ditempatkan spon kedekatan am Lahan Hijau Permukiman 09

Area Pabrik yang merupakan area industri terdekat dengan Sungai Jamblang. Terdapat sawah pada bagian ini, yang merupakan ladang pekerjaan bagi para petani di kawasan Sitiwinangun. Area pemukiman warga Sitiwinangun yang juga merupakan area produktif para masyarakat dalam mengolah potensi gerabah. Gambaran Arsitektural Lingkungan

Area Persawahan Perubahan 10

Vegetasi pada bagian pinggir kanan kiri Sungai Jamblang yang makin hari makin berkurang, dikarenakan aktivitas manusia yang banyak kebutuhannya, berakibat pada bencana alam seperti tanah longsor

Ringkasan Masalah Desain

MASALAH POTENSI TUJUAN SOLUSI Problem pada kawasan ini dimulai dari renggangnya hubungan ekologi antara manusia dan alam. Perkembangan teknologi yang merusak alam menjadi akar dari permasalahan ini, hingga para manusia menjadi sangat jauh dengan alam. Maka dari itu, kami membuat tabel Red Line dapat memperjelas dan meringkas masalah masalah yang terjadi beserta potensi serta solusi yang ada dengan tujuan untuk memperbaiki ekologi dengan memanfaatkan SDM dan SDA agar dapat berdampingan dengan teknologi yang berkembang.

11

KONSEP & RESPON DESAIN Pendekatan Konsep Perancangan Riverfront Development menjadi konsep utama perancangan karena lokasi yang berbatasan langsung dengan sumber daya air, yaitu sungai. Dengan konsep ini maka rancangan akan mengembangkan desain yang bermula dari tepian sungai menuju daratan Pengembangan di sepanjang tepian sungai juga menciptakan peluang bagi masyarakat sekitar yang memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) setempat. Human Aspirationsof theFuture BigIdeasof Sustainability O2Production UseofDigital Technology Membuat hubungan antara manusia dan alam kembali lebih baik di masa mendatang SDA tetap ada dan bisa dimanfaatkan dengan maksimal Teknologi berdampingan dengan Ekologi 12

Warsaw Riverfront Warsaw Riverfront memanfaatkan Sungai Vistula sebagau ruang publik yang sering dikunjungi. Namun, permasalahan yang terjadi di lokasi adalah di sekitar tepian sungai tidak menyediakan fasilitas untuk mendukung kegiatan tepi laut. Firma arsitek WXCA memiliki konsep perancangan untuk menyeimbangkan kebutuhan manusia agar bersentuhan dengan alam meskipun berada di kawasan perkotaan yang padat penduduk. Bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara urban dan lingkungan alam Perancangan ini mengaktifkan ruang terbuka dan menghubungkan dengan bangunan sekitar seperti pusat sains dan galeri Lantai dasar bangunan dibuat terbuka agar dapat diakses olehpengguna umum.. Ketersediaan taman, ruang publik, dan fasilitas olahraga sebagai desain lansekap merespon permasalahan yang terjadi di sekitar sungai. Pemanfaatan ruang tertutup dan ruang terbuka tetap memungkinkan adanya aktivitas karena desain yang merespon iklim.

Railway Zero Carbon Railway Zero Carbon merupakan sebuah rancangan yang terwujud dari kesulitan yang dihadapi di Inggris Ia menyusun rencana untuk kerangka perkotaan yang sustainable Rancangan ini menyusun sistem infrastruktur arsitektonis yang dihubungkan dengan rel kereta api dengan menggunakan pemberdayaan SDM (Sumber Daya Manusia) setempat, yang tujuannya untuk memaksimalkan potensi dari SDA 9Sumber Daya Alam) di Inggris.

Kajian Preseden

13

Sang arsitek telah menata kembali arti penting dari bekas tanah tak bertuan yang saat ini berada di bawah pendudukan Israel sebagai kota percontohan untuk perdamaian, pertanian berkelanjutan, dan pengelolaan sumber daya air.

Garden of Knowledge merupakan rancangan sebuah kota air di Israel, dimana tujuan dari rancangan ini yaitu agar umat Yahudi dan Muslim hidup bersama

dengan damai melalui latar belakang air yang berasal dari waduk besar ini

Tiga ruang utama di dalam kota ini adalah Taman Kehidupan, Taman Pengetahuan dan Tahta Semua referensi berasal dari alkitabiah The Garden of Life berfokus pada makanan dan pertanian, dengan fasilitas untuk menanam buah dan sayuran, dan untuk beternak kambing dan ayam Taman Pengetahuan adalah rumah bagi universitas perdamaian, sedangkan Tahta adalah sebidang air tempat pembicaraan perdamaian global berlangsung selama jamuan makan.

Watercity | Garden of Knowledge

14

Konsep dari rancangan ini membahas ancaman kekurangan air yang sedang berlangsung di Timur Tengah, yang telah menjadi masalah besar sejak tahun 1970 an, dengan mengusulkan sebuah komunitas yang memperlakukan air sebagai sumber daya bersama yang berharga.

publik lainnya di desain sedemikian rupa agar pengguna dapat merasakan dekat kembali dengan alam. disediakan juga berbagai jalur untuk para pejalan kaki dan sepeda Berikut merupakan perjalanan eksplorasi dari mulai sketsa hingga desain skematik :

Berdasarkan hasil analisis mengenai masalah yang berada di lokasi serta melihat konteks di sekitar site maka dilakukan eksplorasi terkait perancangan berbasis riverfront dengan adanya bangunan Cultural Center dan Farming Space untuk merespon permasalahan. Didukung dengan rancangan landscape yang bertujuan untuk memperbaiki ekologi dan memperbaiki area hijau dengan ditanamanya berbagai jenis vegetasi. tidak lupa fasilitas penunjang

Eksplorasi Perancangan 15

Konsep Arsitektural Tata Tapak Dengan lahan yang ada desain tapak dibuat organik dengan memanfaatkan kontur untuk Transformasi Topografi Cultural Center Riparian Zone Farming Space Riparian Zone Entrance Bike Track Playground Entrance Area Selatan Entrance Area Utara Water Pathway Riparian Zone Water Pathway Abstract Bench Mini Waterscape Modern Amphiteather Playground Mini Komunal Area R A N C A N G A N D E S A I N R I V E R F R O N T 16

Bertujuan untuk lebih merasakan rimbunnya pepohonan pada area ketinggian

Alasan : 1. 2. 3. 4. 5. 6 7

Bertujuan untuk memudahkan perpindahan area (sirkulasi) dari area playground menuju area urban farming atau sebaliknya.

Tujuan Rancangan Canopy Walk

Sentra Industri Tape Ketan Sentra Industri Mainan Anak Masjid Kuno Keramat KebagusanKota Tua Jamblang

Bertujuan untuk memperlihatkan fasad dari cultural center dari ketinggian.

Bertujuan untuk melihat area tanam pada urban farming dari ketinggian

Vihara/ Klenteng Jamblang Desa Wisata Baru Bakung Kidul

Rencana Canopy Walk 17

Bertujuan untuk memperlihatkan view menuju Gunung Ciremai.

Canopy walk dirancang untuk memanfaatkan spasial dan mempertimbangkan sirkulasi dari satu area ke area lainnya sebagai arah canopy walk itu sendiri. hal ini bertujuan memudahkan pengguna untuk mencapai area tertentu dengan mempertimbangkan view yang berada di dalam site agar dapat menciptakan suasana berada di ketinggian, selain itu juga Canopy Walk ditata sesuai orientasi beberapa potensi wisata di sekitar kawasan Sitiwinangun. Potensi wisata tersebut terdiri dari Desa Wisata, Industri penghasil mainan, Sentra makanan khas sekitar, hingga bangunan bangunan bersejarah di Sitiwinangun seperti Masjid Kuno, Klenteng Jamblang, dan Kota Tua. Hal ini bertujuan tidak hanya memperkenalkan potensi wisata di daerah sekitar, tetapi juga bisa menjadi sarana edukasi

Bertujuan untuk merasakan hawa dingin dari bawah, yaitu riparian zone/wet area. Bertujuan untuk memudahkan perpindahan area (sirkulasi) dari area cultural center menuju urban farming atau sebaliknya.

Keterangan Vihara/ Klenteng Jamblang

Kota Tua Jamblang Masjid Kuno Keramat Kebagusan Desa Wisata Baru Bakung Kidul Sentra Industri Tape Ketan Sentra Industri Mainan Anak

Siteplan Zona 1 Siteplan Zona 2 Siteplan Zona 3 Situasi & Masterplan Daerah Sitiwinangun sangat lekat dengan produksi gerabah, karena masyarakat disana sebagian besar berprofesi sebagai pengrajin Maka dari itu, dengan adanya rancangan Cultural Center ini, bertujuan untuk meningkatkan potensi SDA dan ekonomi masyarakat disana Kurangnya lahan agraris untuk berkebun maupun bertani mengakibatkan para warga yang bekerja pada sektor tersebut harus melipir ke desa desa sebelah Sitiwinangun yang mempunyai lahan yang mumpuni. Hal ini juga mengakibatkan tidak adanya hasil tani maupun panen yang cukup berkualitas Dengan adanya rancangan Farming Space ini, diharapkan masyarakat dan pemuda setempat yang ingin bercocok tanam dapat tersalurkan kegiatannya Untuk menghubungkan kedua bangunan itu, maka dibangun rencana Riverfront sebagai respon dari masalah ekologis. Siteplan Riverfront terbagi menjadi 3 zona, hal ini dikarenakan lahan site yang sangat luas, sekitar 16.000 m². Siteplan Zona 1 Siteplan Zona 1 Siteplan Zona 1 18

Tampak Kawasan Utara Entrance Area Barat Riverfront Signage Area RParkir iparian Zone Cultural Center Entrance Area Cultural Center Menara Gerabah Bike Track Area Sungai Jamblang Entrance Area Timur Tampak Kawasan Selatan Farming Space Area Komersial Water Pathway Cultural Center Farming Space Area Tanam Bike Track WArea ater Filtration Tampak Kawasan Timur Tampak Kawasan Barat Cultural Center Bike Track Area Farming Space Area Komersial Entrance Area Barat Area Parkir Playground Area Entrance Area CTimur ultural Center Farming Space Area Komersial Farming Space Area Tanam Bike Track Area Menara Gerabah Water Filtration Area Parkir Playground Area Canopy Walk 19

Potongan Kawasan C C' Potongan Kawasan A A' 20 Potongan Kawasan B-B'

Berikut merupakan rencana penanaman pada Area lansekap Riverfront :

Hebras Lidah Mertua Daun Mint English Ivy

Basil/Selasih

21

Rencana Penanaman Lansekap Riverfront Untuk merespon New Normal Era, maka pada perencanaan penanaman lansekap riverfront dibuat dengan pemilihan tanaman yang dapat menyegarkan pernapasan sekaligus memanfaatkan jenis jenis tanaman yang berfungsi sebagai aroma therapy, karena di era New Normal seperti diperlukan area yang terbuka, mempunyai sirkulasi udara yang baik, serta kualitas udara yang baik pula, sehingga penularan virus pun dapat diminimalisir.

Basil/Selasih C Hebras

Water WPathway ater Pathway, Bike Track, Moses Bridge Cultural Center Bike Track, Canopy Walk, Farming Space, Moses Bridge Bike Track, Canopy Walk, Cultural Center, Moses Bridge Farming ASpace rea Parkir Bike Track, Crosswalk Area Modern Amphiteater Entrance Area Barat Entrance Area Timur 22

Detail Perencanaan pada Lansekap 23

PERSPECTIVE LANDSCAPE ZONA 1 Crosswalk, Abstrack Bench, Bike Track PERSPECTIVE LANDSCAPE ZONA 1 Water Pathway, Bike Track, Crosswalk Area 24

PERSPECTIVE LANDSCAPE ZONA 1 Bike Track, Sistem Filtrasi PER CTIVE LANDSCAPE ZONA 1 M parian Zone, Bike Track 25

PERSPECTIVE LANDS PERSPECTIVE LANDSCAPE ZONA 2 Cultural Center 26

PERSPECTIVE LANDSCAPE ZONA 3 Riparian Zone, Canopy Walk, Bike Track PERSPECTIVE LANDSCAPE ZONA 3 Bike Track, Riparian Zone, Kinetik Deck, Canopy Walk 27

Daerah Sitiwinangun sangat lekat dengan produksi gerabah, karena masyarakat disana sebagian besar berprofesi sebagai pengrajin. Hal tersebut merupakan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, karena masih banyak orang yang masih belum mengetahui tentang daerah Sitiwinangun. Maka dari itu, dengan adanya rancangan Cultural Center ini, bertujuan untuk meningkatkan potensi SDA dan ekonomi masyarakat disana. Karena rancangan ini bukan hanya untuk produksi semata, tetapi juga untuk sarana edutaiment dan komersial setempat. Sehingga secara tidak langsung rancangan ini pula dapat mempertahankan lokalitas pada daerah Sitiwinangun serta dapat memberdayakan sumber daya manusia menjadi lebih berkualitas akan pengetahuan tentang produksi gerabah Tata Ruang Ruang Bangunan Cultural Center Hubungan Ruang Cultural Center

Area Service Area Komersil Area Produksi Area Serbaguna Galeri Mushola Toilet Ruang Karyawan Storage Ruang Karyawan Workshop Gerabah Storage PopUp Retail Mushola Area Pengolahan Tanah Area Pembentukan Tanah Area Penjemuran Area Pembakaran ToiletTempat Wudhu RuangMEE Area Finishing Galeri 28 RANCANGAN DESAIN CULTURAL CENTER BerhubunganErat Berhubungan

Transformasi Massa Cultural Center

Site Plan dan Denah Cultural Center 29 Siteplan Denah Lantai 1 Denah Lantai 2

Area jemur dan pembakaran berada di ruang terbuka bertujuan untuk mendapatkan sinar matahari sebagai kebutuhan untuk penjemuran gerabah serta menjauhkan panas pembakaran dari area pembakaran menuju bangunan.

Berbeda dengan lantai satu, lantai dua lebih tertutup karena terkait kebutuhan ruang produksi Juga galeri yang bertujuan untuk memiliki pengalama ruang ketika berada di dalamnya. adanya akses penghubung dari galeri menuju ruang produksi berupa jembatan untuk pengunjung yang ingin melihat proses pembuatan gerabah.

Pada lahan seluas 922,5 m² dirancang bangunan Cultural Center untuk merespon terkait potensi yang berada di Sitiwinangun. dengan Adanya akses sirkulasi dibagian utara memudahkan masyarakat sebagai pekerja produksi untuk mencapai bangunan.

Lantai satu bangunan bersifat lebih terbuka seperti adanya area workshop, komersil dan mushola dengan minimnya penggunaan dinding. Hal ini merespon jika naiknya permukaan air ruangan tidak terkena dampak yang signifikan

Area Jemur Mushola Tempat Wudhu Ruang MEE Area Serbaguna Area Komersial Storage Ruang Karyawan Area Pembakaran Galeri Ruang Produksi Jalur Sepeda Exploded Axonometri Ruang Cultural Center 30

Tampak Bangunan Cultural Center 31 Tampak Utara Tampak Selatan Tampak TTimur ampak Barat

Potongan & Detail Bangunan Cultural Center

Rangka atap memilik menggunakan struktur ekspos de adanya kuda kuda bertujuan memberikan kesan luas terh ruangan, selain itu menambah estetika terutama untuk ruang galeri

32

Lift barang pada bangunan Cultural Center berfungsi sebagai pengangung gerabah dari area produksi di lantai dua menuju area pembakaran dan area jemur di lantai satu.

Dinding partisi bertujuan untuk memberi batas bagian area pembakaran. Menggunakan material tanah liat yeng dibentuk menyerupai genteng konstum guna memanfaatkan potensi tanah liat Sitiwinangun yang dijadikan sebuat aksen pada bagian luar Cultural Center Dinding roster yang terbuat dari gerabah merespon potensi tanah liat, digunakan sebagai dinding ruang galeri untuk mendekatkan tanak liat dengan pengunjung. Dengan bentuk pola yang dirangkai bertujuan untuk mengurangi panas termal. Sebagai akses karyawan produksi menuju lantai dua yang memiliki sirkulasi langsung dari arah pemukiman penduduk 33

34 INTERIOR RUANG GALERI

35 INTERIOR AREA SERBAGUNA

36 EXTERIOR CULTURAL CENTER

Kolom Anak 25x15 Pondasi Balok 25x15 Kolom Utama 25x25 Area Serbaguna Kolom Kayu 15x15 Balok 25x15 Kolom Utama 25x25 Kuda Kuda Gording Kayu 15x10 Usuk Kayu 5x7 Reng Kayu Exploded Axonometri Struktur Bangunan Cultural Center 37

Panel kayu partisi Dinding acian Kaca untuk memaksimalkan cahaya alami Dinding batu bata ekspos melindungi bangunan lebih lama dari api Roster bata sebagai passive cooling ruangan, bersifat sustainability dan mampu mengurangi panas Kaca Fasad kayu sebagai secondary skin Batu bata susun Bukaan kaca untuk memasukan cahaya dari luar Atap sirap memberikan kesan sejuk namun tetap ringan dan kokoh Kaca untuk memaksimalkan cahaya Kaca untuk meminimalisir penggunaan listrik Exploded Axonometri Selubung Bangunan Cultural Center 38

SumberAir Pompa Pompa

Sistem distribusi air bersih pada bangunan menggunakan sistem up feed. Hal ini dikarenakan kebutuhan sanitasi hanya berada pada lantai satu saja sehingga tidak membutuhkan tekanan yang begitu besar untuk mencapai lantai atas. Untuk sistem air kotor yang berasal dari wastafel akan diteruskan menuju bak kontrol kemudian dialirkan menuju saluran kota untuk limbah black water yang berasal dari toilet akan menuju septic tank sebelum pada akhirnya menuju saluran kota

BakKontrolSepticTank

Infrastruktur Bangunan Cultural Center 39

Bangunan memiliki dua macam akses menuju lantai dua bangunan. terdapat tangga yang dapat diakses oleh pengunjung yang langsung terhubung menuju galeri. Sementara ramp dapat terakses langsung dari arah utara menuju lantai dua ruang produksi Ramp Tangga

Termal

Pengendalian termal dan pencahayaan direspon melalui orientasi bangunan ke arah utara dan selatan, sehingga pada bagian barat dan timur hanya sedikit dinding yang terpancar panas matahari Bagian utara dan selatan diperbanyak dengan bukaan berupa jendela dan dinding roster sehingga sirkulasi udara tetap ada Panas di dalam bangunanpun tidak akan terperangkap karena direspon dengan atap yang terbuka dan tinggi sehingga sirkulasi udara berjalan terus. Pengendalian dan Pencahayaan

40

Skema

Skema Aksesibilitas

:

Transformasi Massa Farming Space

Tata Ruang Area Tanam Area Komersil Area Penyimpanan HasilPanen Area Pengelola AreaService Ruang Bangunan Farming Space Hubungan Ruang Farming Space Area Workshop Area Penyimpanan Tanam Penyimpanan HasilPanen Komersial

Area Pengelola AreaService Toilet Area Workshop Area Penyimpanan Bibit BerhubunganErat

Space :

Kurangnya lahan agraris untuk berkebun maupun bertani mengakibatkan para warga yang bekerja pada sektor tersebut harus melipir ke desa desa sebelah Sitiwinangun yang mempunyai lahan yang mumpuni. Hal ini juga mengakibatkan tidak adanya hasil tani maupun panen yang cukup berkualitas. Dengan adanya rancangan Farming Space ini, diharapkan masyarakat dan pemuda setempat yang ingin bercocok tanam dapat tersalurkan kegiatannya Selain itu, hasil dari panen perkebunan dan pertanian pada Farming Space tidak hanya diberikan kepada masyarakat sekitar saja, namun bisa diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman seperti Es Tebu, Salad Sayur, dan yang lainnya , dan akhirnya hal tersebut bisa menjadi ladang pekerjaan lain bagi masyarakat Sitiwinangun

Toilet

Area Komersil Area

Bibit Area

Berhubungan Tanam 41 RANCANGAN DESAIN FARMING SPACE

Transformasi Massa Farming

Siteplan Farming Space Rancangan Farming Space dibangun pada lahan seluas 1600 m², dengan tujuan untuk merespon masalah yang telah dijelaskan pada rancangan desain Farming Space. Berbagai akses berupa jalan pada bagian tenggara site bertujuan untuk memudahkan sirkulasi para masyarakat maupun pemuda yang nantinya bekerja di Farming Space ini Zonasi Farming Space terbagi menjadi 2, yaitu Area Tanam dan Area Komersial Pada Farming Space ini juga terdapat 3 area penanaman yang mana 2 diantaranya adalah area workshop pada area komersial dan yang ketiga terdapat di area tanam yang juga merupakan area penanaman yang utama

42

|

|

1 |

Denah Farming Space

1 | Area

Denah

Pada area tanam lantai 1, terdapat Ruang Pengelola & Service, Toilet, Area Penyimpanan Bibit, Area Penyimpanan Hasil Panen, serta Mini Riparian Area dengan sungai kecil dibawahnya. Di depan bangunan area tanam terdapat lahan seluas 250 m² yang dapat digunakan sebagai area tanam sayur sayuran dan buah buahan Pada area komersial lantai 1 terdapat area tenant yang menjual berbagai macam olahan makanan maupun minuman yang berasal dari hasil panen pada area tanam di Farming Space Selain itu, di sebelah timur dan barat bangunan komersial, terdapat area workshop yang mana para pengunjung dapat merasakan langsung proses tanam menanam secara langsung. Pada area komersial lantai 2 terdapat ruang serbaguna yang dapat digunakan sebagai alternatif area workshop dan yang lainnya jika kondisi pada area workshop di luar bangunan tidak memungkinkan untuk digunakan terkait kendala cuaca maupun lainnnya. Pada area lantai 2 juga terdapat akses yang menghubungkan langsung bangunan dengan jalur sepeda (Bike Track), yang mana memudahkan akses pesepeda yang ingin mampir ke area komersial Pada area lantai 2 tepatnya diatas Mini Riparian Area, terdapat area penyimpanan hasil panen. Hasil panen ditempatkan pada lantai 2, dikarenakan ini merupakan langkah antisipasi agar hasil panen tersebut tidak habis dilahap hama yang berada di sekitar kawasan tersebut Pemeliharaan pada area tanam berupa penyiraman lahan menggunakan teknologi Drone yang untuk memudahkan fleksibilitas ke area yang tidak terjangkau, serta memanfaatkan teknologi yang sudah berkembang Lantai Tanam Denah Lantai 2 Area Tanam

43 Denah

Denah Lantai 2 Area Komersial Lantai Area Komersial

Tampak Utara Tampak Selatan Tampak Timur Tampak Barat

Potongan Farming Space : Area Tanam POTONGAN B AREA TANAM POTONGAN A AREA TANAM Lahan bercocok tanam pada area ini hanya dilakukan oleh pekerja/petani Farming Space, karena lahan ini merupakan ladang utama perkebunan Farming Space. Atap dibuat miring dan berundak seperti tangga agar pengunjung maupun pekerja dapat duduk diatasnya. Pekerja yang duduk diatas atap miring dapat mengontrol Drone yang digunakan sebagai alat pemeliharaan yaitu menyiram area bercocok tanam Atap miring pada bangunan area tanam juga berfungsi sebagai sirkulasi air hujan yang dialiri ke arah sungai kecil dibawah area tangga atap miring. Sungai kecil mengalir ke arah mini riparian, yang nantinya akan terbentuk air terjun kecil pada ujung kontur mengarah ke Sungai Jamblang 45 Drone untuk menyiram tanaman Mini Amphiteather area sebagai area workshop sekaligus pengedalian drone bagi para pengunjung

Potongan Farming Space : Area Komersial POTONGAN B AREA KOMERSIAL POTONGAN A AREA KOMERSIAL Lahan bercocok tanam pada area ini bisa dilakukan oleh pengunjung, tentunya dengan pengawasan para mentor petani Farming Space/Guide. Pengunjung bisa merasakan langsung menanam berbagai jenis tanaman yang telah tersedia. Bukan hanya menanam, pada area komersial ini para pengunjung juga bisa memetik langsung hasil panen berupa tomat dan anggur, serta membeli makanan maupun minuman olahan yang berasal dari hasil panen Farming Space. 46

Detail Farming Space 47

Penggunaan Secondary Skin bertujuan untuk meminimalisir cahaya natural yang masuk secara berlebihan. Menggunakan material gerabah yang merupakan potensi kerajinan terbesar yang ada di Sitiwinangun dan juga menggunakan kisi kayu agar cahaya yang masuk tidak menyilaukan. sebagai akses utama pengunjung menuju lantai Area Komersial, dengan material pijakan beton dan railing anyaman kayu yang menciptakan pengalaman berbeda saat melewatinya.

Ramp

2

PERSPECTIVE FARMING SPACE Interior Area Tanam | Area Service PERSPECTIVE FARMING SPACE Interior Area Tanam | Area Penyimpanan Bibit

PERSPECTIVE FARMING SPACE Exterior Area Tanam & Workshop PERSPECTIVE FARMING SPACE Exterior Area Tanam & Workshop 49

50 PERSPECTIVE FARMING SPACE Interior Tenant | Area Serbaguna

51 PERSPECTIVE FARMING SPACE Exterior Area Komersial

Exploded Axonometri Farming Space : Struktur Area Tanam Plat Kayu 10cm Kolom Kayu Utama 15x15cm Balok Kayu Utama 15x10cm Balok Kayu Miring 15x15cm Plat Kayu 15cm 52

Exploded Axonometri Farming Space : Struktur Area Komersial Kolom Beton Utama 20x20cm Balok Kayu Miring 15x15cm Balok Beton Utama 20x15cm Grid Kolom Balok 3x3m Balok Beton Utama 20x15cm Kolom Beton Utama 20x20cm Atap Kayu Sirap memberikan kesan sejuk namun tetap ringan dan kokoh 53

Exploded Axonometri Farming Space : Area Tanam Plat Kayu 10mm Kaca 3mm sebagai maksimal cahaya alami Mini Riparian Area Area Penyimpanan Bibit Area Penyimpanan Hasil Panen Toilet Area Service Area Pengelola Dinding Kayu bersifat sustainable dan mudah didapat Plywood yang tersusun terbuka sebagai sirkulasi udara dalam ruangan 54

Exploded Axonometri Farming Space : Area Komersial Area Tenant Area Serbaguna Atap Kayu Sirap memberikan kesan sejuk namun tetap ringan dan kokoh Dinding Kisi Kayu sebagai passive cooling ruangan, mengurangi panas Pintu Kayu Anyam Kisi Kayu (Secondary Skin) sebagai penyaring cahaya masuk Susunan Gerabah Kostum (Secondary Skin) Akses Ramp dari lantai 1 Akses Jalur Sepeda (Bike Track) 55

Infrastruktur

Sistem distribusi air bersih pada bangunan menggunakan sistem up feed. Hal ini dikarenakan kebutuhan sanitasi hanya berada pada lantai satu saja sehingga tidak membutuhkan tekanan yang begitu besar untuk mencapai lantai atas. Untuk sistem air kotor yang berasal dari wastafel akan diteruskan menuju bak kontrol kemudian dialirkan menuju Septictank, yang nantinya akan menuju bak pengolahan agar hilang baunya dan siap dialiri ke Area Tanam Farming Space. Pompa

PSumberAir ompa Bak Kontrol BSeptictank ak Pengolahan Bangunan Farming Space

Penggunaan air kotor yang berasal dari toilet agar digunakan kembali dialiri ke area tanam Farming Space

ialah karena air seni pada pembuangan air kotor toilet mengandung urea yang mana merupakan zat baik untuk penyuburan tanaman, sebagai pengganti pupuk urea agar meminimalisir pengeluaran untuk pemeliharaan tanaman

56

SumberAir

Skema Pengendalian Termal dan Pencahayaan

57

Fasad bagian barat berbentuk miring dengan pertimbangan untuk meminimalisir cahaya dan panas yang masuk dari arah barat. Banyaknya bukaan pada bagian atas bangunan berguna sebagai alur sirkulasi udara dan passive cooling design, sehingga panas di dalam bangunanpun tidak akan terperangkap karena direspon dengan atap yang terbuka dan tinggi sehingga sirkulasi udara berjalan terus Penempatan mini riparian area dengan sungai dibawahnya bertujuan agar angin yang berhembus dari utara dapat menimbulkan efek sejuk bagi bangunan Farming Space

Atap yang lebar dan hampir menutupi setengah bangunan berfungsi sebagai respon cahaya dari barat dan timur. Bukaan berupa dinding kisi kayu berfungsi sebagai alur sirkulasi udara masuk dan keluar yang mana sebagai passive cooling design. Penggunaan secondary skin berupa gerabah kustom dan partisi kayu sebagai pengontrol cahaya masuk agar tidak berlebih Skema Water Scape Area Tanam Saluran irigasi kecil yang terdapat dibawah a miring bangunan area tanam, dapat menampu 2 skema air, yaitu sebagai Rain Catcher a penampung air hujan, serta air Sungai Jambla yang dipompa naik menuju saluran irig tersebut. Saluran irigasi mengalir menuju ripar area, lalu belok hingga ujung kontur dari s sehingga tercipta skema Water Scape atau Terjun Mini AirSungai Pompa

Aksesibilitas Area Komersial Aksesibilitas Area Tanam Farming Space hanya mempunyai 2 macam tipe akses untuk mecapai lantai 2, yaitu tangga kayu dan ramp Pada bangunan storage di area tanam, tangga menghubungkan antara Area Penyimpanan Bibit di lantai 1 dan juga Area Penyimpanan Hasil Panen di lantai 2. Tangga ini bersifat semi private karena hanya bisa digunakan oleh pekerja/manager setempat, namun pada saat tertentu para pengunjung juga bisa melihat ke lantai 2, yaitu Area Penyimpanan Hasil Panen.

Sementara, akses di area komersial menggunakan ramp yang menghubungkan area workshop pada lantai 1, dengan area serbaguna pada lantai 2 area komersial Selain itu, lantai 2 area komersial juga bisa dicapai dengan akses pintu masuk yang berada di dekat Jalur Sepeda (Bike Track) Hal ini bertujuan untuk mempermudah para pesepeda yang ingin langsung mampir ke Area Komersial tanpa harus turun ke lantai 1.

Skema

59

Aksesibilitas

Jamur Merang DATA 50 60

Bawang Merah Rencana Penanaman Selada TTimun omat ATebuKnggur acang Hijau Bayam

Kota Cirebon termasuk dalam iklim tropis dengan suhu udara rata rata 28°C Kelembaban udara berkisar antara ± 48 93% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Januari Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juni Agustus Rata rata curah hujan tahunan di kota Cirebon ± 2260 mm/tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan fakta tersebut, telah diklasifikasikan berbagai macam tanaman yang cocok untuk ditanam di wilayah dan iklim yang sesuai dengan daerah Sitiwinangun.

Rencana Pengolahan Dari hasil tanam yang diperoleh pada rencana penanaman sebelumnya, dapat diklasifikasikan lagi menjadi bahan makanan yang dapat diolah secara mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama, contohnya masih dapat diolah hanya di tenant kecil saja, tidak memerlukan program ruang yang khusus, diantaranya : Es Tebu Jus Tomat Infused Water Salad Sayur Bubur Kacang Ijo Jamur Crispy Kripik Bayam Tomat Anggur Minuman Makanan Petik Sendiri Jus Anggur Bawang Merah Selada TTimun omat ATebuKnggur acang Hijau JBayam amur Merang 61

DAFTAR REFERENSI Riverlife (n.d.). A Guide to Riverfront Development Connecting communities to the water. 18 April 2021. https://riverlifepgh.org/wp content/uploads/2016/10/A Guide to Riverfront Development PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (13, Februari 2015). PENGUMUMAN PENGAJUAN PERMOHONAN IZIN PRINSIP. 16 April 2021. https://wwwcirebonkotagoid/wp content/uploads/2015/04/Pengumuman Pengajuan Permohonan Izin Prinsip 2014Season 03pdf ACHMAD ZAINAL ABIDIN RUSAMSI (2011) LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2011 NOMOR 17 SERI E7 https://jdihcirebonkabgoid/ 62

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.