FoodCare Magazine 2012

Page 1

foodcare! mags Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia

World food day Agricultural cooperatives : key to feeding the world

profil : prof. ahmad subagio Prof. Sutardi pembina hmppi nasional

aRE YOU READY FOR ... 2ND nATIONAL fOOD bOWL qUIZ AFTER IPB BOGOR, NOW UGM YOGYAKARTA HOST THE NATIONAL ANNUAL EVENT


Salam Redaksi

Kabar HMPPI 01 Daftar Isi 02 Salam Redaksi 04-05 Salam BPP HMPPI

Apa Kabar Teman-teman? Setelah Tidak Terbit Hampir

Satu Tahun, Akhirnya Majalah Kesayangan Kita, Foodcare! Mags Terbit Juga :). Semoga Di Tahun Ini, Ada Semangat Baru Untuk Selalu Menerbitkan Majalah Ini Secara Rutin.

Tahun 2012, Seperti Pada Tahun-Tahun Sebelumnya,

PROFIL

Kita Memperingati Hari Pangan Sedunia, Yang Jatuh Setiap

06-07 Profil : Prof. Subagio

Impor Yang Merajalela Beredar Di Indonesia. Tahun dimana

08-09 Profil : Prof. Sutardi

Tanggal 16 Oktober. Tahun Ini, Keprihatinan Terhadap Produk bahan pangan asing masuk dengan bebasnya dipasar Indonesia. Pada Peringatan Tahun 2012, Prestasi Luar Biasa Indonesia Sebagai Negara Pengimpor Pangan No – 2 Di Dunia Benar-Benar

World food day

Menohok. Kurangnya Penghargaan Dan Perhatian Pemerintah Terhadap Produk Local Indonesia. Ditambah lagi, isu diversifikasi

10-11 TARD

pangan dalam berbagai bentuk seperti “one day no rice”, tanpa

12 Univ. Pasundan

gram satu hari, tanpa ada keseriusan dan keberlanjutan. Melalui

13 Univ. Veteran Jawa Timur 14 Univ. Jember 15 Univ. Padjajaran Bandung

What’s PAPER SAY 16

Kedelai, Sapi, Bawang

17 60 Sumber Karbohidrat untuk Diversifikasi

ARTIKEL dan OPINI 18

Kekuatan Kolaborasi 4 Disiplin Ilmu

19 Prospek Halal Food di Pasar Global

20 Modulator Citarasa Alami : Harmonisasi Rasa dan Kesehatan 21 Gethuk dengan Kopi dan Parutan Coklat Putih

CALL FOR FOOD BOWL QUIZ 2013

scientific calculation yang baik malah hanya menghasilkan proHMPPI, kita berhasil menyadarkan pemerintah dengan Singkong Day, sebuah bentuk apresiasi kita terhadap singkong, produk lokal petani Indonesia yang kurang mendapat perhatian. Bukan Mahasiswa Peduli Pangan jika hanya mengeluh. Karena Itu, Mari

Pembina : Prof. Dr. Achmad Subagio, M.Agr Prof. Dr. Hardinsyah, MS Prof. Dr. Ir. Sutardi, M.App.Sc Prof. Dr. Ir. Fauzan Azima,MS

Kita Bergerak. Mari Beraksi.

Penanggung Jawab : Muh. Ulil Ahsan

Salam HMPPI, Peduli, Nyata, Berkelanjutan Redaksi,

Yustinus Wilhelmus Div. Infokom BPP

foodcare! mags

Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia Sekretariat pusat : Sekretariat HIMITEPA Lt. Dasar Gedung FATETA IPB Jl Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680 Contact Person: Muhammad Ulil Ahsan | +6281 241 986 777 Berlian Purnama Sari | +6285 610 187 20 e-mail :hmppipangan@yahoo.co.id website: www.hmppi-pangan.org

Pimpinan Redaksi : Yustinus Wilhelmus Redaksi : Berlian Purnama Sari Dewi Prastika Qori Emilia Kontributor : Div. Informasi dan Komunikasi Div. Pengabdian Masyarakat Komisariat HMPPI se-Indonesia Layout : @yustrock


dari BPP HMPPI

4

Apa tugas Badan Pengurus Pusat? Badan Pengurus Pusat, seperti layaknya Pengurus Harian dalam Komisariat, bertugas untuk menjalankan visi dan misi HMPPI, urut serta membantu dan mengawasi pelaksanaan visi dan misi tersebut. BPP HMPPI juga mengkomunikasikan program-program kerja sebagai sebuah panduan untuk komisariat, agar tujuan dibentuknya HMPPI ini dapat terwujud. Tugas paling penting BPP HMPPI adalah membangun komunikasi kepada teman-teman

sesama jurusan Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian di Indonesia, agar tercipta sebuah wadah untuk pembelajaran, bertukar informasi, ilmu pengetahuan, kegiatan - kegiatan dan tentunya sebuah hubungan kerjasama yang baik. Karena itulah, dalam menjalankan peran dan fungsi tersebut, BPP HMPPI sangat membutuhkan peran aktif komisariat. Selain memiliki anggota pengurus hampir dari semua komisariat yang ada di Indonesia, BPP HMPPI juga menyelenggarakan pertemuan-pertemuan tingkat regional, maupun nasional, agar hubungan antar komisariat semakin baik, dan tentunya, tujuan HMPPI memajukan dan mempertahankan kedaulatan pangan di Indonesia perlahanlahan akan segera terwujud. Bagaimana kami bekerja? Sebagai sebuah organisasi Nasional, masalah terbesar dan terberat justru ada di komuni-

kasi. Badan pengurus pusat HMPPI berisikan staff- staff yang juga memiliki jabatan penting di komisariat, maupun komunitasnya. Namun ini tidak menjadi halangan kami dalam bekerja sama. Terbukti, HMPPI telah menjadi keluarga besar dan kekuatan baru seperti saat ini. Sebuah hubungan erat yang terbangun antara komisariat dengan komisariat lain, dan juga antara BPP dengan komisariat. Bekerja dengan kekeluargaan adalah hal yang tak terpisahkan dari kami. Meskipun tidak saling bertemu, kepercayaan dan tanggung jawab untuk saling mengisi kekurangan satu sama lain adalah sebuah pencapaian kami. Akhirnya, Salam HMPPI, sebuah tanda kebesaran kita dalam berjuang, bertindak nyata, dan sebagai sebuah visi yang akan terwujud segera dimasa yang akan datang. (YW)

5

‌foodcare! mags

“ada 18 Komisariat di Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia. Memajukan dan mempertahankan Kedaultan pangan Indonesia adalah tujuan kami”

Apa kabar sahabat? Mungkin melihat foto diatas, kita akan berkata, “wah, itu kan temen saya”. Bener sekali, Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia berasal dari semua komisariat di Indonesia. Sebagai sebuah organisasi nasional, yang bergerak di bidang pangan, sudah pasti menjadi sebuah tantangan sendiri bagi kita dan bagi teman-teman sekalian, agar bisa bekerja sama, bersinergi dan tentunya mencapai visi dan misi HMPPI. Seperti telah ditegaskan di dalam Rapat Tengah Periode Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia, Desember 2012 di Universitas Jendral Soedirman Purwokerto, bahwa Badan Pengurus Pusat dan Komisariat adalah sebuah kesatuan, berdiri sama tegak, duduk sama rendah. Tidak seperti hierarkis organisasi, Badan Pengurus Pusat juga tidak memiliki hak-hak eksklusif lebih tinggi dari komisariat. Kita semua sejajar dan sama rata.

Badan pengurus pusat himpunan mahasiswa peduli pangan indonesia 2011 - 2013

Salam HMPPI : Peduli. Karena kita Peduli Pangan Indonesia, Nyata. Karena bertindak nyata memperjuangkan kedaulatan pangan, Berkelanjutan. Karena ini sebuah proses panjang menuju ketahanan pangan di masa depan


Prof. Bagio, guru besar Fakultas Teknologi Universitas Jember ini biasa disapa. Saking sibuknya, Prof. Bagio hanya bisa disapa melalui e-mail yang dikirim dari Negeri Japan. Berikut beberapa pertanyaan yang redaksi kirimkan kepada prof. Bagio. T : Selamat pak, kami senang dan sangat bangga anda bersedia menjadi pembina HMPPI, apa motivasi terbesar bapak, sehingga ingin menjadi pembina HMPPI dalam dua tahun ke depan? - HMPPI punya tujuan yang sama dengan pemikiran saya, menjadikan Negara kita berdaulat atas pangannya. Aktivitas ini perlu didorong dan dikembangkan, mahasiswa sebagai calon pemimpin massa depan bila memiliki kepedulian akan pangan bangsa ini sangat bagus.

6

kemanfaatannya dapat dirasakan oleh aktivitas itu. Jadi tidak saja aktif, tapi

T : Akhir-akhir ini, kenyataan di mana pangan lokal mulai tergeser, bahkan hilang akibat globalisasi mulai terasa di sekitar kita. Bagaimana tanggapan bapak tentang isu pangan yang terjadi saat ini?

- Sementara ketergantungan kita akan beras juga semakin tinggi, pemerintah lewat program RASKIN-nya menambah ketergantungan itu. Daerah2 yang dulu HMPPI punya tujuan t i d a k m a k a n yang sama dengan beras, menpemikiran saya, men- jadi pemakan beras, jadikan Negara kita s e b u t saja Tual berdaulat atas panMaluku Tenggara. gannya.” Dulunya m e r eka makan singkong, sekarang mereka harus “impor” beras dari NTB, Jatim dan Sulawesi Selatan, hanya gara-gara RASKIN. - Maka, pangan yang berbasis bahan lokal lainnya menjadi semakin tergeser dan tidak pernah dipedulikan pemerintah, bahkan media dan masyarakat. Coba check berapa anggaran untuk singkong? Hampir tidak ada, juga

Nama lengkap Tempat, tanggal lahir Alamat kantor Telepon, Fax Email

bagaimana media menyoroti bahwa makan singkong itu sebagai makanan orang kelaparan? T : Bagaimana seharusnya HMPPI pada umumnya, atau khususnya mahasiswa teknologi pangan memposisikan diri dalam menyikapi isu ini (isu di no.3 ) ? - HMPPI harus bisa mengangkat dan menyuarakan pangan lokal lebih keras lagi, harus ada aksi yang terdesain rapi untuk itu. Bukan hanya sekedar Seminar atau Lomba, tapi harus ada aksi yang dapat membuat masyarakat terbuka pikirannya. Misalnya saja membuat gerakan yang selama terus menerus dilakukan. Cabang HMPPI yang banyak dapat dimanfaatkan, semua terkoordinir. Misalnya gerakkan “mari makan singkong!” Dibuat acara yang trendy khas mahasiswa, pecahkan rekor MURI, atau demo di Gedung DPR buat tenda dan tidak makan singkong selama sebulan dan sebagainya. T : Harapan bapak untuk HMPPI dan mahasiswa teknologi pangan di Indonesia? Apa saja yang perlu dicapai? - Lakukan gerakkan seperti point 4 diatas - Kembangkan jiwa wiraswasta, khususnya bidang pangan. Nyakinlah bahwa karena pangan adalah kebutuhan dasar manusia maka wiraswasta dibidang itu kesempatannya sangat besar. Krisis ekonomi biasanya tidak berdampak terlalu besar di bisnis pangan.

: Prof. Dr. Achmad Subagio : Kediri, 17 Mei 1969 : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, Jl. Kalimantan I Jember 68121 : Tel. 0331-335232, Fax. 0331-335232 : subagio.ftp@unej.ac.id

Pendidikan : S1 : Ir., Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Jember, 1991 S2 : MAgr., Food Chemistry, Osaka Prefecture University, Japan, 1997. S3 : PhD., Food Chemistry, Osaka Prefecture University, Japan 2000.

7

‌foodcare! mags

artian melalui

T : HMPPI telah menjadi wadah pergerakan mahasiswa teknologi Pangan seluruh Indonesia, bagaimana bapak melihat HMPPI selama ini? - Sudah bagus dalam berbagai hal, tinggal mengarahkan agar aktivitas yang banyak menjadi lebih produktif, dalam banyak orang juga produktif.

- Saat ini kondisi pangan kita sangat berbahaya bagi kepentingan nasional kita. Demikian besar impor masuk, sementara ekspor kita rendah. Saya kawatir, kita telah “net importer” secara keseluruhan. Dan kita telah masuk dalam “Food Trap” yang telah dipasang oleh Negara lain. Bagaimana kita sangat tergantung pada daging/sapi Australia? Dan Gandum sudah menguasai 17% dari pangan nasional? Kedelai, gula dan bahkan garam semua impor.

profil

Prof. Dr. Achmad Subagio, M.Agr


Prof. Dr. Ir. Sutardi, MAppSc.

Nama lengkap : Prof. Dr. Ir. Sutardi, MAppSc. Tempat , tanggal lahir : Wonogiri, 3 Nopember 1948 Agama : Islam Nama isteri : Sri Hariyadiningsih, SPd. Nama anak : Drg. Novitasari Ratna Astuti : Cesariana Yanuardhani : Dedi Febriandaru Jabatan fungsional : Guru Besar 1974 (Ir.) Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 1982 (MAppSc.), School of Food Technology, University of New South Wales, Sydney, Australia. 1989 (PhD.), School of Food Technology, University of New South Wales, Sydney, Australia.

kami sering membeli kecap eceran kemudian dituangkan di botol bekas suplemen begitu. Suatu hari saya mau menggunakan kecap itu, tapi kok pahit sekali. Saya bertanya ke teman saya kenapa rasanya pahit. Eh ternyata kata teman saya botol itu dipakai untuk tempat mangsi (tinta). Kan sama-sama hitam, jadi tidak kelihatan,” tutur ayah tiga anak ini diikuti dengan tawa. Ketekunan itu berbuah manis. Keberhasilan dalam bidangnya, yaitu pangan, dibuktikan dengan tercapainya gelar guru besar yang disandingnya sejak 2005, pengabdiannya pada universitas dengan mencetak teknolog-teknolog pangan muda, juga publikasi-publikasi ilmiah yang tentunya bermanfaat bagi orang lain. Beliau telah menelurkan 42 publikasi ilmiah dan juga terlibat dalam penulisan 14 buku dan diktat. Publikasi ilmiah beliau tak hanya diterbitkan jurnal dalam negeri, tapi juga jurnal internasional seperti Journal of Food Science, Journal of Food Biochemistry, dan Journal of Food Microbiology. Beberapa permasalahan pangan di Indonesia menggelitik benaknya, di antaranya adalah masalah ketahanan pangan. “Negara ini adalah negara dua musim, kita memiliki waktu yang lebih panjang untuk bercocok tanam lebih lama dibanding negara-negara empat musim. Kalau begitu, mengapa masih ada rakyat yang susah makan? Makna ‘bumi ini ada untuk dikelola’ sudah mulai luntur. Untuk itu, revitalisasi pangan sangat diperlukan. Pemerintah juga sebaiknya lebih care pada petani tentang apa yang mereka butuhkan. Apakah bibit ataupun pupuk,” tandasnya. “Dulu, di setiap kecamatan terdapat balai pembibitan. Sekarang, sudah jadi bangunan. Jika saya lihat negara-negara maju, Jepang misalnya, mereka sangat maju, namun tetap tidak melupakan pertanian. Menurut saya, mengolah hasil pertanian bukanlah hal yang sulit secara teknologi. Semaju apapun

suatu negara, pertanian jangan sampai terabaikan karena pertanian itu adalah cikal bakal pangan. Kalau pangan dari pertanian sendiri sampai kurang, kemudian mendatangkan dari luar (impor), harganya mahal, rakyat kecil tidak sanggup membeli, lalu apa yang terjadi? Jangan sampai terjadi seperti istilah tikus mati di lumbung sendiri. Sekarang saja bisa dilihat, makanan di supermarket, mall, restoran, tersedia melimpah, tapi apakah semua orang bisa menjangkaunya?” Pemikiran beliau di atas tentu menjadi PR bagi pemerhati-pemerhati pangan, termasuk seluruh mahasiswa pangan di Indonesia. Beliau berpesan, sebagai calon teknolog pangan, mahasiswa sebaiknya memberikan sumbangsih untuk negeri ini. Mahasiswa dapat berkontribusi mulai sekarang dengan gerakan-gerakan moral kepada petani, misalnya memberi penyuluhan kepada petani yang berisi motivasi dan inovasi untuk petani tersebut, memberi pengetahuan kepada petani tentang cara menghitung profit, dan mengajarkan sistem networking pada petani supaya tidak saling ‘membunuh’ dalam bersaing. Mahasiswa dapat membentuk kelompok pemerhati pangan yang punya plant design untuk memajukan suatu desa (dalam hal pangan) misalnya, setiap satu tahun diadakan sekian kali pertemuan semacam lokakarya. Plant design yang baik didapatkan dari mapping suatu wilayah yang sudah maju dalam industri pangan, pelajari masuk ke dalamnya, lalu diterapkan dalam desa yang dibina. “Jangan merugi. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Hari esok harus lebih baik dari hari ini,” demikian Prof Sutardi mengakhiri pesannya. (Titik/KMTPHP UGM)

9

8

“Negara ini adalah negara dua musim, kita memiliki waktu yang lebih panjang untuk bercocok tanam lebih lama dibanding negara-negara empat musim. Kalau begitu, mengapa masih ada rakyat yang susah makan?

‌foodcare! mags

Pengabdian tak kenal lelah selama 38 tahun sebagai staf pengajar di jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM semakin membuat sosok guru besar ini mencintai dunia pangan. “Manusia tak dapat hidup tanpa pangan, pangan (dan pertanian) adalah tonggak hidup orang banyak,” demikian Prof. Dr. Ir. Sutardi, MAppSc. memandang betapa pentingnya pangan. Beliau lahir di Wonogiri 64 tahun silam dan mengenyam pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di Solo, tak ada cita-cita khusus untuk berkecimpung di dunia pangan. Selain karena latar belakang beliau yang berasal dari pedesaan, demikian beliau sampaikan, melihat saudara sepupu yang mengambil studi di Teknologi Pertanian dan atas saran dari saudara pulalah Prof Sutardi memilih untuk melanjutkan studi di bidang pangan. “Pangan erat kaitannya dengan pertanian, dan pertanian itu masih nyambung lah dengan latar belakang saya,” sambung dosen yang pernah mendapat penghargaan Dosen Teladan UGM 1989 ini dengan tawa renyah. Kesuksesan beliau sekarang menjadi ‘seseorang’ di bidang pangan tak didapatkannya begitu saja. Beliau menjalani kehidupan semasa kuliahnya dengan tekun meski tidak dalam kondisi serba ada. Hidup di pondokan bersama temanteman seangkatannya (yang sekarang beberapa menjadi teman seprofesi), tidur beralas tikar, belajar menggunakan lampu minyak tanah karena tak ada listrik, semua dilakukannya dengan ikhlas dan senang hati. Hal yang paling berharga di kala itu adalah eratnya persahabatan beliau dengan teman-teman seperjuangannya. Masa-masa muda bersama teman-teman pun tak lepas dari pengalaman-pengalaman lucu. “Dulu


Harga Bergejolak, Ketahanan Pangan Terancam

10

rumah tangga terpenuhi pangannya secara cukup jumlah dan mutunya. Pangan yang diperoleh itu harus aman, dalam pengertian tidak membahayakan kesehatan konsumen. Merata dan terjangkau merupakan unsur penting bagaimana masyarakat dengan dapat memperoleh pangan dengan mudah. Dalam menjaga ketahanan pangan secara utuh perlu adanya usaha menstabilkan pangan. Dalam menjaga stabilitas pangan (Food Stability), diperlukan pondasi yang kuat dalam implementasi mewujudkan kestabilan tersebut. Pengertian yang dikemukakan United State Agency for International Development (USAID) Ada 3 pilar dalam membangun stabilitas pangan (Food Stability) yang kemudian disebut sub sistem pangan, antara lain ketersediaan pangan (Food Availability), akses pangan (Food Acces), dan penyerapan pangan (Food utilization). Selanjutnya status gizi (Nutritional status) merupakan outcome terpenuhinya ketahanan pangan. Pangan merupakan hak asasi manusia yang harus dijaga oleh pemangku kebijakan dari suatu negara. Jika pangan suatu negara tidak terkendali dengan baik, maka akan berdampak buruk kepada stabilitas sosial masyarakat, utamanya akan merugikan masyarakat kecil. Oleh karena itu kewajiban suatu negara untuk tetap menjaga stabilitas pangannya agar kondisi sosial masyarakatnya bisa terjaga dengan baik. Ketiga sub sistem tersebut harus diolah dan dikendalikan secara

teratur dan terencana. Stabilitas pangan Indonesia saat ini belum terpenuhi. Indikatornya dapat dilihat dari fakta-fakta yang telah terjadi di lapangan, keluhankeluhan petani dan nelayan serta produsen pangan dalam negeri. Keluhan-keluhan tersebut bermacam-macam, mulai dari mahalnya bahan baku, sulitnya akses distibusi, hingga daya saing yang tinggi dengan produk-produk impor. Idealnya, produsen pangan negara kita lebih sejahtera karena kekayaan sumber bahan baku. Namun sebaliknya, di tengah kekayaan alam ini, justru negara memenuhi bahan baku lokalnya dengan impor dan cenderung tidak terlalu membatasi investasi asing masuk ke dalam negeri. Hal tersebut yang membuat produsen pangan lokal tetap stagnan dan bahkan banyak yang menurun kesejahteraannya akibat tidak mampu bersaing dengan produsen barang impor. Kasus yang banyak menyebabkan instabilitas pangan Indonesia adalah masalah harga pangan yang terus menerus meningkat. Gejolak pangan merupakan alasan adanya ketimpangan sosial dalam masyarakat. Konsekuensi tersebut lahir karena adanya kekurangan dalam hal penanganan sub sistem ketahanan pangan antara lain ketersediaan, akses dan penyerapannya. Ketersediaan pangan (Food Availability) diperoleh dari produksi pangan dalam negeri, impor, cadangan pangan dan bantuan pangan. Studi kasus

pangan di pasaran. Akses fisik berupa terpenuhinya fasilitas fisik yaitu infrastruktur bagi masyarakat yang terisolasi. Akses sosial mencakup preferensi masyarakat terhadap jenis makanan serta pendidikannya. Mayoritas masyarakat Indonesia berada dalam kelas ekonomi menengah ke bawah, artinya pendapatan rumah tangganya banyak dihabiskan untuk mencukupi kebutuhan pangan (kebutuhan primer). Dalam pemenuhan kebutuhan pangan mereka, dipengaruhi fluktuasi harga pangan di pasaran. Saat pendapatan rata-ratanya hanya cukup memenuhi kebutuhan pangan 5 anggota keluarga kemudian terjadi kenaikan, maka rumah tangga tersebut akan mengurangi porsi makan atau menggantinya dengan pangan yang lebih murah namun mungkin kualitasnya lebih rendah. Akses fisik menyangkut fasilitas seperti insfrastruktur distribusi bahan baku maupun setengah jadi. Jarak dan akses yang dilalui juga akan berpengaruh terhadap harga pangan di masyarakat, utamanya bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan. Akses sosial menyangkut preferensi atau pilihan terhadap jenis makanan di masyarakat. Masyarakat kelas menengah ke bawah otomatis pangannya cenderung satu sampai tiga jenis lauk untuk pemenuhan pangan rumah tangganya. Berbeda dengan kelas menengah ke atas yang lebih banyak pilihan lauknya. Pengaruh sub sistem akses pangan terhadap instabilitas harga akan berdampak besar terhadap ketahanan pangan masyarakat. Dari peningkatan harga kedelai ini misalnya, tempe dan tahu merupakan lauk pokok mayoritas masyarakat Indonesia. Saat harga bahan baku mening-

kat, produsen akan sulit mengakses bahan baku (akses ekonomi) sehingga produksi membutuhkan biaya yang lebih besar dan dampaknya harga lauk untuk konsumen pun meningkat. Keluarga yang tadinya mampu mencukupi 5 anggota keluarga dengan preferensi pangan lauk tahu dan tempe, dengan terpaksa harus mengurangi porsi atau bahkan mengganti lauknya dengan yang lebih murah. Kurangnya kecukupan lauk ini di mana tempe sebagai sumber protein, akan mengurangi asupan protein rumah tangga tersebut sehingga gizinya tidak terpenuhi dengan cukup, atau bahkan sama jika mereka mengganti lauk yang lebih murah namun cenderung gizinya pun kurang. Kecukupan gizi terhadap pangan tersebut merupakan bagian sub sistem penyerapan pangan (Food Utilization). Penyerapan pangan (Food utilization) merupakan penggunaan pangan untuk memenuhi kebutuhan terkait kesehatan pada rumah tangga seperti gizi, energi untuk aktivitas, dan lain-lain. Ketimpangan antara ketiga sub sistem pangan ini akan berdampak buruk terhadap kondisi sosial masyarakat termasuk kesehatannya. Efektifnya penyerapan pangan ini tergantung oleh pengetahuan rumah tangga, pelayanan kesehatan termasuk penyuluhan-penyuluhan gizi serta kebersihan lingkungan dan ketersediaan air. Di Indonesia khususnya, kurang efektifnya subsistem penyerapan pangan disebabkan pengetahuan rumah tangga terhadap pemenuhan gizi dan pola makan yang sehat. Misalnya saja pada tahu dan tempe sebagai sumber protein pokok mayoritas masyarakat di Indonesia. Saat terjadi lonjakan harga, ter-

11

‌foodcare! mags

Baru-baru ini produsen tahu dan tempe di Indonesia terguncang dengan adanya kenaikan harga kedelai dalam negeri. Para produsen kedelai memutuskan untuk menghentikan produksi kedelai selama beberapa hari sebagai bentuk protes terhadap pemerintah akan tingginya harga kedelai yang menurut mereka telah melampaui batas kewajaran. Pemicu tingginya kenaikan harga ini karena harga kedelai impor meningkat seiring terjadinya kekeringan di Amerika Serikat sebagai negara pengimpor utama kedelai ke Indonesia. Menilik peristiwa ini, sangat miris rasanya ketika kita melihat Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Terlebih lagi setelah kita mengetahui bersama bahwa sejarah tempe berawal dari Indonesia, tak sempat terlintas di benak bahwa akan adanya mogok produksi tahu dan tempe karena permasalahan harga dan ketersediaan bahan baku. Artinya bahwa memang ada masalah terhadap pengelolaan kedelai di negeri ini. Indikator tersebut bisa berdampak pada terancamnya ketahanan pangan Indonesia. Berdasarkan UndangUndang Pangan No.7 Tahun 1996, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ada 4 poin penting dalam acuan pengertian tersebut yaitu bagaimana suatu

harga kedelai yang melonjak saat ini dilihat dari kacamata subsistem ketersediaan pangan, bahan bakunya mayoritas diperoleh dari impor tepatnya dari Amerika serikat. Produksi kedelai dalam negeri Indonesia tidak sebanding dengan kebutuhan kedelainya. Tercatat dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi kedelai dalam negeri adalah 851.286 ton atau sekitar 29% dari kebutuhan kedelai dalam negeri. Sisanya dipenuhi dengan impor kedelai 2.087.986 ton. Tidak heran saat ini harga kedelai bergejolak karena memang stabilitas produksi negara pengimpor sedang mengalami penurunan akibat kekeringan sehingga pasokan impor Indonesia terhadap kedelai Amerika mengalami penurunan hingga berpengaruh terhadap fluktuasi harga dalam negeri. Titik rawan ketidakstabilan pangan di sini yaitu ketidakseimbangan antara ketersediaan pangan dan kebutuhan masyarakat terhadap kedelai serta ketergantungan terhadap impor, sehingga suatu saat jika ada fluktuasi harga bahan baku, maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi pasar dalam negeri utamanya produsen-produsen yang menggunakan bahan baku kedelai di kalangan masyarakat kecil dan menengah. Pengaruh ketersedian pangan akan berkesinambungan dengan 2 sub sistem lainnya yaitu akses pangan dan penyerapan pangan. Akses pangan (Food Acces) merupakan kemampuan rumah tangga untuk memperoleh pangannya baik dari produksi, pembelian dan bantuan pangan. Akses rumah tangga terdiri dari akses ekonomi, akses fisik dan sosial. Akses ekonomi tergantung dari pendapatan rumah tangga tersebut dan harga

 

LAPORAN UTAMA


WORLD FOOD DAY

Muh. Ulil Ahsan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia

13

 

12

yang mengancam seperti, bawang, ikan, hingga singkong. Lebih parahnya lagi ketika suatu saat beras sebagai makanan pokok akan mengalami kenaikan harga yang sama. Dengan adanya faktor pertambahan penduduk yang tidak bisa dibendung, menyempitnya lahan dan kurangnya kesadaran masyarakat, tidak mustahil ketika ancaman ketahanan pangan Indonesia semakin tinggi, apalagi ketika gejolak harga menimpa pangan pokok masyarakat Indonesia. Masalah pangan memang bukan masalah sederhana. Sosial, politik, ekonomi terkait pangan harus dikelola dengan baik oleh pemimpin bangsa. Harga yang tersenggol sedikit akan memicu adrenalin masyarakat untuk berkecamuk menentang pergolakan harga tersebut. Sehingga pemerintah harus berhati-hati, lebih tegas, berani dan lebih cerdas membuat kebijakan pangan. Impor memang perlu sebagai salah satu bentuk pemenuhan ketersediaan pangan masyarakat, namun ketergantungan terhadapnya adalah suatu hal yang akan berdampak buruk. Impor layaknya hanya kebijakan menutupi untuk sementara terhadap suatu ketidakcukupan terutama masalah pangan. Memberdayakan sumber daya alam lokal sebagai sumber pangan bukanlah hal yang sulit ketika seluruh stakeholder saling mendukung dan secara penuh mengerahkan semangat, dukungan, pemikiran dan tenaga memperbaiki dan mengembangkan pangan Indonesia. Menjaga stabilitas pangan adalah harga mati menuju ketahanan pangan Bangsa Indonesia.

‌foodcare! mags

kadang terjadi keputusasaan seakan-akan tidak ada lagi yang dapat menggantikan tahu dan tempe sebagai lauk pokok. Padahal selain kedelai sebagai sumber protein, terdapat lauk-lauk lainnya yang mampu mencukupi kebutuhan protein mereka saat tidak dapat mengakses tahu maupun tempe, misalnya saja ikan dan kacang-kacangan lainnya yang lebih terjangkau daya beli. Jika toh hanya menginginkan tempe, kacang-kacangan sejenis kedelai juga dapat dijadikan tempe dengan perlakuan pemberian ragi yang sama dengan tempe kedelai, misalnya saja tempe kara dari kacang kara, tempe kecipir dari kacang kecipir, dan lain-lain. Dari sub sistem utama ketahanan pangan tersebut, akan menimbulkan dampak atau outcome terhadap status gizi masyarakat. Secara berkesinambungan, ketiga sub sistem tersebut jika dikelola dengan baik, status gizi masyarakat akan lebih baik. Dibandingkan jika terjadi ketimpangan dalam pengelolaan sub sistem ketahanan pangan tersebut yang berakibat instabilitas pangan, maka status gizi masyarakat akan buruk. Status gizi akibat instabilitas yang dimaksud adalah adanya gizi buruk bagi balita, nilai angka harapan hidup untuk mengukur parameter kesejahteraan masyarakat, angka kematian bayi, serta kasus-kasus lainnya. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima dalam status gizi buruk. Pada tahun 2010 ada 900 ribu diantara 2,2 juta balita di Indonesia mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Status ini merupakan akibat instabilitas pangan karena kurangnya nilai gizi dalam konsumsi balitanya. Selain itu, pada tahun 2011 perkiraan Angka harapan hidup orang Indonesia secara keseluruhan menurut CIA World Factbook adalah 70.76 tahun. Angka harapan hidup merupakan salah satu indikator penilaian terhadap derajat kesehatan suatu negara. Angka harapan hidup biasa disebut juga lama hidup manusia di dunia. Indonesia menempati urutan 108 diantara 190 negara menurut data PBB. Angka ini cukup signifikan menunjukkan kecilnya angka harapan hidup Indonesia diantara ngara-negara lainnya. Data-data tersebut menunjukkan status gizi (Nutritional status) Indonesia sangat rendah diantara negara-negara berkembang lainnya. Hal ini banyak dipengaruhi oleh instabilitas pangan di masyarakat dengan buruknya tata kelola sub sistem ketahanan pangan. Tidak hanya gejolak harga kedelai yang menjadi pelajaran dalam hal penyebab instabilitas pangan, namun juga produk-produk pangan lainnya


D

alam rangka memperingati Hari Pangan

susu kental manis, gula pasir, mie instan, dan bingkisan

Sedunia

kecil untuk adik-adik dipanti asuhan. Tujuan kami HMTP

(HPS)

yang

ke-32

Himpunan (HMTP)

melakukan kegiatan bakti sosial ini, kami ingin menga-

Universitas Pasundan Bandung melakukan serangkaian

malkan Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian

kegiatan Food Day 2012 dengan tema

kepada masyarakat.

Mahasiswa

Teknologi

Pangan

“Agricultural

Cooperatives - Key to Feeding the Word”.

Sampai jumpa di Peringatan Hari Pangan Sedunia

Rangkaian kegiatan Food Day 2012 dimulai pada

ke-33 semoga Pangan di Indonesia bisa lebih membaik

hari Selasa 12 Oktober 2012, Kami memenuhi undangan Gubernur Jawa Barat untuk mengikuti Upacara Peringatan HPS Ke-32 di pelataran Gedung Sate, Bandung. Dalam kegiatan tersebut Kami mengikuti instruksi Gubernur Jawa Barat bersama dengan rekan-rekan mahasiswa lain , adik-adik dari SD, SMP, dan SMA untuk melakukan gerakan memakan telur dan meminum susu. Tujuan Gubernur Jawa Barat melakukan kegiatan ini adalah untuk membiasakan generasi muda meminum susu dan memakan telur untuk menunjang pertumbuhan generasi muda Indonesia. Rangkaian kegiatan selanjutnya, Kami melaksanakan Seminar Food Day 2012 pada hari Jumat 19 Oktober 2012 dengan tema yang sama “Agricultural Cooperatives - Key to Feeding the Word”. Seminar dilaksanakan di Aula Kampus IV Setiabudi, Bandung. Pemberi materi berasal dari BPTP Provinsi Jawa Barat Dr.Ir.Nana Sutisna, ,MP. dan Seorang Penulis Buku sekaligus Motivator , Dr. Ir. Budi Jatmiko MSI. MEI. Seminar dihadiri oleh mahadari berbagai angkatan, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Rangkaian terakhir kegiatan Food Day 2012, HMTP melakukan Bakti Sosial ke Panti Asuhan di daerah Cikutra Barat, Bandung. Pada kegiatan ini Kami menyalurkan bantuan makanan pokok dalam bentuk beras, minyak, telur,

14

Mahasiswa program studi Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jatim mengadakan sejumlah kegiatan dalam rangka Hari Pangan Sedunia. Mereka turun ke jalan tepatnya di sekitar kampus(15/10) untuk melakukan penggalangan dana. Dana tersebut akan diberikan kepada warga miskin di sekitar kampus pada hari Jumat (19/10). Tepat pada Hari Pangan Sedunia (16/10), mereka melakukan orasi sejak pukul 10.00WIB dengan menggandeng BEM Universitas, MPM Universitas, dan perwakilan dari setiapprogram studi. UKM Theater Crystal pun turut berpartisipasi dalam orasi tersebut. Mereka menampilkan atraksi theater yang menceritakan betapa sulitnya bangsaIndonesia mencari nasi padahal Indonesia merupakan negara Agraris. Menurut Ketua Pelaksana, Deby Kurniawan (TeknologiPangan/12), acara ini diadakan karena mahasiswa tergugah dan peduli terhadap masalah pangandi Indonesia. Setelah berorasi,mahasiswa mengikuti diskusi bersama di kantin pusat yang dimulai pukul 14.00WIB. Diskusi ini juga dihadiri olehRektor UPN, Teguh Soedarto serta beberapa dosen. Teguh menjelaskan bahwa tema Hari Pangan Sedunia kali ini ialah “AgroindustriKemitraan Petani Menuju Kemandirian Pangan”. Dasar dari tema ini merupakan kondisipetani di Indonesia yang sudah bisa memproduksi lebih banyak, tetapi tidak bisa mengolah sendiri untuk menjadi hasil yang bisa digunakan.Salah satu contohnya, yakni mengolah coklat menjadi bubuk coklat atau pasta coklat. Diskusi berlangsung hingga pukul 03.30 WIB. Mahasiwa Teknologi Panganjuga mengajaksemua pihak untuk tidak mengkonsumsi selama 1 hari dalam 1minggu (one day no rice). Mereka juga menghimbau para penjual makanan salah satunyadi kantin pusat agar tidak menjual nasi. Diharapkan mereka mau mengganti nasi denganbahan pangan lainnyaseperti jagung, ubi, ataupun singkong yang bisa diolah seperti polo pendem. Menurut salah satu mahasiswa, Rindy Ayu Safitri (Akuntansi/10), dengan adanya ajakan ini,ada manfaat yang bisa diambil dari aksi one day no rice. Ia menjelaskan bahwa nasimengandung banyak karbohidrat yang dapat mengakibatkan penyakit diabetes.

15

‌foodcare! mags

siswa Teknologi Pangan sebanyak 120 orang yang berasal

UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Universitas Pasundan Bandung


Kami Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian (HIMAGIHASTA) / HMPPI Komisariat Jember, pada tanggal 21 Oktober 2012 merayakan peringatan Hari Pangan Se-Dunia. Dalam perayaan ini, kami melakukan kegiatan Long March berkeliling jalan sekitar kampus Universitas Jember. Pagi itu pukul 06.00 WIB kami berkumpul di depan gedung Fakultas Teknologi Universitas Jember. Pelaksana kegiatan ini selain para anggota pengurus HIMAGIHASTA juga diramaikan oleh keikutsertaan para mahasiswa baru angkatan 2012 Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jember. Setelah pelepasan dari Pembantu Dekan III Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, kami langsung melancarkan aksi Long March dan dikawal dengan petugas kepolisian. Selain melaksanakan kegiatan Long March, kami juga berorasi tentang pentingnya pangan lokal kepada masyarakat sekitar. Seperti layaknya demo, kami juga membawa spanduk dan megaphone untuk menyorakkan pentingnya pangan local dan hari pangan sedunia. Tidak hanya itu saja, tidak jauh dari perayaan singkong day pada tanggal 7 Oktober lalu kami juga menjual beberapa produk hasil olahan singkong yaitu Green Tea Cassava. Selain produk Green Tea Cassava, kami juga menjual produk HIMAGIHASTA yang lain yaitu Getuk Jamur Lada Hitam dan Loli Pop THP. Hari Pangan Sedunia yang kami laksanakan dihadiri oleh salah satu Badan Pengawas HMPPI Wiwik Wibawatin dan Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muslim Peduli Pangan dan Gizi (IMMPPG) Yanuar Ferdian Arisnatha. Ada tiga titik yang kami jadikan tempat berjualan dan berorasi, yang pertama di depan gerbang pintu masuk Kampus Universitas Jember, Bundaran Gedung DPRD Jember dan terakhir di lapangan depan gedung Perpustakaan Universitas Jember. Antusias teman – teman dalam acara aksi ini sangat besar, seiring perjalanan kami serempak meneriakkan “Hidup Pangan Lokal!!!” dan “Selamat Hari Pangan Sedunia”kami juga mem-

Tahukah anda bahwa pada tanggal 16 Oktober diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia dan pada tahun 2012 ini diperingati sebagai hari pangan ke-32? Sebagai seorang Mahasiswa Teknologi Industri Pangan, tahun ini HIMATIPAN UNPAD (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pangan – Universitas Padjadjaran) mengadakan proker yang berbeda dari tahun sebelumnya. Program kerja ini bekerjasama dari bidang Sosial Kemasyarakatan (SOSKEM) dan Media Informasi dan Komunikasi (MEDINFOKOM) 1. Makan Besar – Trans 7 (8 Oktober 2012) Trans 7 dan HIMATIPAN UNPAD membuat acara Makan Besar di Jatinangor tepatnya dilapangan Ex. Kopma Unpad Jatinangor. Bermimpi bikin acara makan besar dan sekalian bisa masuk muri sebenernya sudah di konsep sejak mau bikin acara ini, dan alhamdulillah bisa tercapai :’) . Menu yang dibuat yaitu “LOTEK” kenapa Lotek sih ? Soalnya lotek itu sehat terdiri dari sayur – sayuran yang beragam dan karena kita temanya “One Day No Rice” . Lotek kali ini gak pake nasi atau lontongm tapi pakai kentang. Yummy! 2. Kampanye “One Day No Rice” (16 Oktober 2012)

Tema yang kita angkat untuk memperingati hari pangan tahun ini yaitu “One Day No Rice” (Sehari tanpa nasi), kenapa? Simple. sebenernya kita ingin membantu program pemerintah untuk menyuarakan sehari tanpa nasi dan menggantikannya dengan panganan lokal. Contoh misalnya Singkong. Ketika kampanye ini kita gak cuma ngomong treak – treak aja, kita kasih aksi nyata dengan membagikan produk olahan dari singkong, dan ketika kampanye gak cuma dari HIMATIPAN UNPAD aja, tapi kita bekerjasama dengan teman – teman AgroKomplek (IAAS dan HIMAPRO AGRI) buat bagi – bagi produk. 3. FOODERATION (Food The Generation) 2012 (20 Oktober 2012) Inilah acara puncak dari memperingati Hari Pangan yang dilakukan oleh HIMATIPAN UNPAD. Acara ini yaitu Lomba Cerdas Cermat antar SD, dimana anak – anak SD akan memperebutkan siapakah yang akan mendapatkan predikat Rangking 1. hehehee :’D (*mirip – mirip dikit sama program acara yang di tipi), gak cuma lomba cerdas cermat ada juga Lomba Masak “Me & Teacher” tujuannya untuk menguji ke kompakan antar guru dan murid gitu deh.. :’D Rame kan!

17

‌foodcare! mags

16

bagikan stiker dan brosur hari pangan sedunia kepada masyarakat sekitar. Tempat yang menarik pada saat orasi yaitu di bundaran depan gedung DPRD Jember, disini kami menggelar Makan Singkong Bareng dan Bagi – Bagi Singkong. Walaupun panas matahari yang menyengat tidak meruntuhkan semangat kami dalam berorasi tentang hari pangan sedunia. Dan titik akhir tempat kami yaitu di lapangan depan gedung perpustakaan Universitas Jember. Disini kami mengajak masyarakat yang sedang berolahraga untuk selalu mencintai pangan local dan tidak bergantung pada pangan impor. Terbukti antusias masyarakat sangat dalam kegiatan ini juga membuat kami senang karena mereka sangat menyukai produk yang kami jual dan semua produk HIMAGIHASTA terjual habis. Demikian kemeriahan memperingati hari pangan sedunia HMPPI komisariat Jember HIMAGIHASTA Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

Universitas PADJAJARAN Bandung

Universitas JEMBER


What’s Paper Says...

...syaS repaP s’tahW

Kedelai, Sapi, Bawang ......

Pengelolaan komoditas ini sepertinya murni dikendalikan oleh pasar. Pemerintah terlambat mengantisipasi baik di hulu maupun di hilir. Pengetahuan umum mengenai komoditas itu sepertinya kurang dipahami dengan baik. Bukankah sejak dulu komoditas ini telah memiliki pola pertanaman maupun perdagangan?

Apakah kita kekurangan ahli dalam urusan ini? Sangat boleh jadi! Beberapa fakultas pertanian di beberapa daerah telah ditutup karena kekurangan mahasiswa. Otonomi daerah rupanya juga melupakan urusanurusan fundamental dalam bidang pertanian, seperti peramalan cuaca dan juga ketersediaan penyuluh pertanian. Dampaknya sektor pertanian di daerah dibiarkan begitu saja tanpa perhatian yang memadai dari pemerintah daerah.

18

ingkatkan sesuai potensi lokal. Jenis tanaman pangan pokok itu meliputi jagung, sagu, ubi jalar, singkong, dan talas. Pengembangan budidaya tanaman pangan pokok akan dilakukan dengan sistem klaster. Pembangunan klaster pertanian, antara lain, dilakukan di Sulawesi, Papua, Kalimantan, dan Sumatera. Selain tanaman pangan yang dibudidaya secara tradisional, Indonesia masih memiliki sumber karbohidrat lain. Umbi-umbian saja ada sekitar 70 jenis, termasuk kentang. Di samping itu, ada serealia atau biji-bijian, termasuk sorgum.

60 Sumber Karbohidrat Alternatif untuk Diversifikasi Ada 60 jenis tanaman sumber karbohidrat yang dapat dikembangkan menjadi tanaman pangan. Ini untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras sebagai makanan pokok, meningkatkan ketahanan pangan, dan mengurangi impor beras. Hal ini dilontarkan Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Indroyono Susilo dan Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Hermanto, dalam Diskusi ”Ketahanan Pangan untuk Mengatasi Kemiskinan” di Jakarta, pekan lalu. Hermanto mengatakan, upaya tersebut dilaksanakan pemerintah melalui program rediversifikasi pangan. Pangan pokok nonberas di berbagai daerah akan dit-

Pengembangan varietas sorgum untuk pangan dilakukan dengan teknik iradiasi. Jenis tanaman ini berprospek baik karena dapat tumbuh di lahan kering dan marginal. Sorgum relatif lebih tahan hama dibandingkan dengan tanaman pangan lain, kata Deputi Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, Taswanda Taryo. Dalam diskusi, Marlina Ardiyani, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan, umbi-umbian yang berpotensi sebagai sumber pangan alternatif adalah kentang hitam, garut, ganyong gembili, dan kecondang. Kecondang (Tacca leontopetaloides) dapat tumbuh di daerah pesisir dan bersalinitas tinggi. Dengan program peragaman pangan pokok, kata Indroyono, Indonesia diharapkan dapat menekan konsumsi beras yang kini sekitar 139 kilogram (kg) per kapita per tahun. Jepang dapat menjadi contoh karena telah mengurangi konsumsi beras dari 100 kg menjadi 60 kg per kapita per tahun. Sumber : The Jakarta Post, Januari 2012

19

‌foodcare! mags

Di hilir, Kementerian Perdagangan seharusnya bisa memantau pergerakan komoditas dan juga pergerakan harga komoditas sehingga sejumlah langkah bisa dilakukan untuk mengendalikan harga. PelaporanKasus kedelai memperlihatkan kepada kita mengenai pelaporan harga sebenarnya sudah dilakukan, tetapi usaha pertanaman kedelai yang tidak memberi gai- sayang sekali belum menghasilkan keputusan yang rah kepada petani. Produksi terus merosot dan tidak mengantisipasi fenomena di lapangan. Keputusan ada upaya untuk menahannya. Kita makin bergan- waktu impor yang tepat seharusnya bisa dilakukan tung pada impor. dengan data pasar sehingga kekosongan pasokan tidak lagi terjadi Dalam kasus daging sapi, publik sudah mengetahui bahwa kasus ini tidak murni masalah perdagangan, Di luar persoalan hulu dan hilir, kita boleh mendugatetapi juga terkait dengan perburuan rente. Kasus duga ada permainan dalam perdagangan komoini makin memastikan bahwa kenaikan harga tidak ditas ini. Khusus dalam impor bawang putih, Dirjen murni karena produksi dan konsumsi semata. Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim telah menyatakan impor bawang putih tidak Belum lagi kita selesai dengan kasus dua komoditas terkendali. Mereka yang menjadi importir juga banitu, harga bawang putih dan bawang merah tiba-tiba yak yang tidak profesional. melonjak. Harga komoditas yang berkisar Rp 15.000Rp 40.000 menjadi sekitar Rp 80.000 per kg. Dari pernyataan itu, kita bisa memastikan bahwa pemerintah mengetahui mereka yang tidak profeSudah pasti kita bertanya, mengapa harga komo- sional itu. Mereka ini adalah yang mencoba-coba ditas itu naik sangat drastis? Sejak dulu perdagangan untuk mengimpor dan mereka yang dekat dengan komoditas telah berlangsung dan tidak ada gejolak. pengambil keputusan karena menerima informasi Kita juga mempertanyakan peran pemerintah dalam terkait dengan agrobisnis bawang putih. Jadi sebenaperdagangan komoditas itu. Di hulu, seharusnya rnya sangat mudah untuk mengurai masalah bawang aparat Kementerian Pertanian sudah bisa memantau karena pemerintah telah mengetahui data importir. kemungkinan gangguan produksi, seperti gangguan cuaca, hama, dan lain-lain sehingga bila terpaksa Kasus sejumlah importir yang tidak melengkapi impor sudah diketahui sejak awal. dokumen juga menjadi indikasi adanya importir nakal. Pemerintah juga sudah mengetahui mereka

ini semua. Sangat disayangkan apabila mereka tidak ditindak. Importir yang profesional akan terdisinsentif untuk mengimpor bawang putih karena jumlah pelaku makin banyak yang aji mumpung. (ANDREAS MARYOTO) sumber : Kompas Cetak, Edisi 14 Maret 2013

Hanya dalam tempo kurang dari setahun, kita telah dihadapkan pada kenyataan harga mahal untuk mendapatkan setidaknya komoditas kedelai, daging sapi, dan bawang. Pemerintah sepertinya tidak berdaya dan tak mampu mengendalikan harga komoditas-komoditas tersebut dan komoditas lainnya. Ada banyak pelajaran dari kasus ini.


Artikel & Opini

Artikel & Opini

20

hanya dalam pengembangan teknologi pengolahan tepung, namun juga di dua sisi yang lain, yaitu penanaman umbi-umbian, analisis kandungan zat gizi, dan pemasaran produknya bila telah dibuat. Kolaborasi mahasiswa dari empat disiplin ilmu yang berbeda akan membuat suatu laskar yang sangat baik. Empat disiplin ilmu tersebut adalah ilmu dan teknologi pangan, ilmu gizi masyarakat, ilmu agronomi dan holtikultura, serta ilmu agribisnis. Mahasiswa agronomi dapat membantu dalam hal penemuan bibit unggul, baik bibit biji-bijian maupun umbiumbian yang potensial untuk dijadikan tepung. Bibit unggul diharapkan dapat tumbuh dalam waktu yang lebih singkat dan memberikan hasil yang sama dengan bibit biasa ataupun lebih. Pangan pasca panen yang ditanam oleh petani dengan ide dari mahasiswa agronomi, akan diolah oleh mahasiswa teknologi pangan untuk dijadikan sebuah produk pangan yang aman dan sehat untuk dikonsumsi serta memiliki umur simpan yang lebih lama. Dalam hal penemuan bibit unggul dan pengolahan pangan, mahasiswa agronomi dan teknologi pangan sudah seharusnya membuka komunikasi dengan mahasiwa dari luar negeri untuk mempelajari teknologi pangan dari negara lain yang mungkin dapat diterapkan di Indonesia. Produk pangan selanjutnya akan dianalisis kandungan zat gizinya oleh mahasiswa ilmu gizi. Analisis ini akan memberikan data mengenai kan-

Indonesia, yaitu Australia. Di salah satu kota yang bernama Adelaide, terdapat banyak pasar yang menjual produk halal. Salah satunya adalah yang terdapat di Chinatown-nya. Di sana, ada salah satu pasar daging yang menjual khusus daging-daging yang bersertifikasi halal. Banyak sekali masyarakat yang datang kesana untuk membeli daging, termasuk orang-orang Indonesia yang berdomisili di sana. Tentu saja, daging yang dicap halal itu pun tidak sembarangan. Ada kriteria-kriteria yang harus dimiliki sehingga daging tersebut bisa dicap halal. Ya, di negara yang bukan berpenduduk mayoritas Islam itu pun ada badan khusus yang bertugas untuk mensertifikasi daging halal, mulai dari sumber dimana daging didapat, cara pemotongan, cara pendistribusian, hingga ke tingkat penjualan ke konsumen pun menjadi syarat-syaratnya. Tulisan capnya pun sama seperti di Indonesia, ada cap bulat yang di tengah-tengahnya terdapat tulisan arab yang berbunyi ‘halal’ yang terdapat dalam sertifikatnya. Dan selain di Australia, ada juga badan-badan serupa yang terdapat di negara lainnya. Seperti di Thailand terdapat badan bernama Halal Science Center, di Malaysia ada Jabatan Kemajuan Islam

produk halal di pasar global

Malaysia, di Singapura ada Islamic Religious Council of Singapore, dan di New Zealand disebut dengan New Zealand Halal Islamic Processed Food Management.

Produk halal di Indonesia?? Mungkin hal itu sudah biasa terdengar di telinga teman-teman sekalian. Lagipula memang sudah hal yang wajar bagi Indonesia sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia untuk mempunyai pasar produk-produk makanan halal. Untuk lebih jelasnya, mungkin akan dijelaskan kembali mengenai definisi produk halal. Halal adalah sesuatu (makanan, minuman, dan atau produk) yang memakan, meminumnya dan atau menggunakannya diperbolehkan menurut ajaran Islam. Dan produk halal sendiri adalah produk yang memenuhi syari’at kehalalan sesuai dengan syari’at Islam. Dan kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk memakan apa-apa yang bukan hanya halal, melainkan juga baik tentunya. Kriteria persyaratan pangan halal sendiri ada 4, yaitu dari segi ketentuan Islam, makanan harus halalan thayyiban (halal dan baik). Kemudian menurut Codex Alimentarius Commision, suatu makanan harus safe (aman) dan suitable for human consumption (layak). Setelah itu dari Ketentuan Kementrian, suatu produk makanan harus ‘ASUH’, yaitu aman, sehat, utuh, dan halal. Lalu yang terakhir dari segi prinsip keamanan pangan, suatu makan-

Lalu, mengapa orang-orang lebih memilih produk yang halal daripada yang tidak?? Ternyata banyak nilai tambah yang didapat dari produk yang halal daripada yang tidak. Pertama-tama ada pembedaan terhadap produk yang tidak atau belum tentu halal karena konsumen tidak dapat hanya mengandalkan ingredients produk untuk menentukan kehalalan produk dikarenakan teknologi pangan olahan yang semakin canggih saja. Setelah itu produk halal sangat bernilai dalam menghargai keyakinan dan kepercayaan konsumen dalam berkonsumsi karena produk yang tidak ada jaminan halalnya sangat rentan diterpa isu tidak halal. Lalu produk halal juga mendorong konsumen untuk menjalani hidup yang sehat karena produk makanan yang didapat lebih terjamin keamanannya. Jadi, mengapa tidak kita sebagai orang Islam yang taat lebih berhati-hati dalam memilih makanan, apalagi kita sudah dianjurkan untuk memilih makanan yang halal dan baik. Orang yang bukan Islam saja lebih memilih produk yang halal untuk jaminan keamanannya, masa kita tidak, betul??

an harus safe from farm to table (aman dari sumber hingga ke meja makan). Tetapi, apakah teman-teman pernah berpikir tentang produk halal di luar negeri?? Apalagi di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukanlah muslim seperti di negara kita ini. Ya, mungkin banyak yang belum tahu bahwa di luar negeri dengan penduduk Islam yang minoritas sana banyak juga yang menjual produk-produk halal di pasaran. Contohnya saja adalah negara yang tidak terlalu jauh dari

21

‌foodcare! mags

Indonesia memiliki banyak cita-cita luhur yang ingin dicapai demi kemajuan bangsa, salah satunya adalah ketahanan pangan. FAO mengatakan bahwa ketahanan pangan bisa diukur dari empat dimensi, yaitu ketersediaan, akses, penggunaan, dan stabilitas. Hal itu berarti ketahanan pangan tidak hanya berbicara bagaimana pangan pasca panen tersebut diolah, namun hal ini juga berbicara bagaimana pangan tersebut ditanam, dipasarkan kepada masyarakat luas, dan seberapa besar pangan tersebut memenuhi kecukupan gizi masyarakat. Konsep ketahanan pangan tidak lagi berurusan dengan swasembada linier atau penjumlahan kedaulatan pangan masing-masing. Negara yang terpisah dari perkembangan dunia, tapi sudah menjadi tarian berbagai masalah kompleks yang kait mengait. Menjaga negara berpenduduk terbesar di dunia, apalagi mempunyai kemampuan dalam cadangan devisa supaya tidak sampai mengimpor pangan, sudah merupakan bagian dari mengamankan ketahanan pangan dunia (Welirang 2011). Welirang di dalam buku The Dancing Leader juga mengatakan bahwa harga biji-bijian dunia akan selalu naik dan tak akan pernah turun karena jumlah manusia terus bertambah. Kalau strategi pangan masih bertumpu sepenuhnya pada biji-bijian, maka ketahanan pangan akan selalu gonjang-ganjing. Kita bisa mengubah konsep ketahanan pangan Indonesia dari makan biji-bijian menjadi makan tepung karena banyak sekali tanaman pangan yang bisa dikonversikan dulu menjadi tepung sebelum dibuat makanan. Beliau berpendapat bahwa penelitian ke arah ini harus ditingkatkan. Akan lebih baik lagi bila kita berhasil menganekaragamkan pangan dengan tanaman berbasis umbi-umbian dan kacang-kacangan yang tumbuh di negeri sendiri, maka ketahanan pangan kita akan sangat kenyal. Dengan teknologi pengolahan, tepung bisa dibentuk menjadi beras atau mie. Semua itu sebaiknya dikembangkan menjadi industri setempat dalam rangka otonomi daerah. Setiap daerah harus memilih spesialisasinya masing-masing dan didukung oleh perguruan tinggi pertanian setempat. Perguruan tinggi pertanian mendidik para mahasiswa menjadi orang yang terampil dan intelektual. Mahasiswa tersebut mempunyai peranan yang sangat penting untuk membantu tercapainya ketahanan pangan di Indonesia. Peran mahasiswa di sini tidak

dungan zat gizi dalam satuan massa produk tersebut. Selain itu, mahasiswa gizi juga memberikan saran penyajian produk agar konsumen mengonsumsi produk tersebut sesuai dengan prinsip 3B-AH (bergizi, beragam, berimbang, aman, dan halal). Dengan data kandungan zat gizi, produk tersebut akan dilempar ke pasar oleh mahasiswa agribisnis. Mereka mempunyai peran untuk mencari tahu selera atau respon konsumen terhadap produk yang dikeluarkan, baik dengan pendekatan market driven maupun technology driven. Dalam penentuan kemasan, label, dan iklan, mahasiswa agribisnis perlu bertukar pendapat dengan mahasiswa teknologi pangan. Hal ini disebabkan oleh peraturan pangan di Indonesia UU No. 7 Tahun tentang keamanan pangan yang mengatur penggunaan kemasan dan isi dari label serta iklan dari suatu produk makanan.

Kekuatan Kolaborasi Empat Disiplin Ilmu


Artikel & Opini

Artikel & Opini

22

Terakhir, penggunaan MSG (bukan produk natural). Penggunaan zat yang kaya akan asam glutamat ini dalam dosis yang tepat akan memunculkan umami pada makanan, mengurangi kepahitan, pengurangan pemakaian garam dan lemak, dan meningkatkan selera makan. Namun, penggunaan MSG yang berlebih justru memberikan hasil sebaliknya . Fungsi ini juga ditemukan pada asam aspartat, glisin, dan DL-alanin. Modifikasi citarasa muncul tatkala kita sebagai konsumen mengharapkan sensasi citarasa yang didambakan. Melalui pemahaman akan modulasi citarasa diatas, kita akan mampu memberikan gambaran formulasi dan pengembangan produk pangan tradisional khas Indonesia yang tepat. Tidak usah terburu-buru menambah penyedap rasa jika memang tidak diperlukan. Tentu bukan sebuah prestasi apabila enak di lidah sesaat lantas digantikan oleh pengorbanan kesehatan.

Akhir-akhir ini banyak jenis usaha yang dikembangkan oleh para usahawan untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau masyarakat baik dalam bentuk produk atau barang maupun jasa yang ditawarkan oleh para produsen. Dengan memodifikasi pangan tradisional khas Indonesia, maka diharapkan dapat memperkenalkan produk lama dengan kreativitas baru seperti gethuk dengan variasi kopi dan parutan coklat putih untuk menggantik an parutan kelapa yang bertujuan memenuhi kebutuhan, minat dan selera masyarakat. Gethuk memang makanan yang tidak asing lagi bagi masyarakat karena memang mudah untuk mendapatkannya, mereka dapat membeli jajanan khas itu di pedagang kue bahkan disetiap daerah dan kotapun dapat ditemukan jajanan pasar tersebut. Namun, ada beberapa hal yang membedakan produk ini yaitu dari segi kreativitas dan rasa dengan menggunakan campuran kopi dalam pembuatannya. Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti

bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan. Singkong sebagai sumber energi pengganti jagung sangat besar,

mengingat harga dan penggunaan jagung yang masih besar untuk makanan manusia. Singkong rata-rata memiliki kadar air 65% dan kadar air terbesar dimiliki oleh singkong Varietas Tempranita. Kadar bahan kering rata-rata sebesar 35%, sedangkan bahan extract tanpa nitrogen ( BETN ) 30,84%. ( Nuryani, 1994). Singkong menurut jenisnya memiliki dua macam rasa yaitu: 1. Singkong yang memiliki rasa

manis, antara lain singkong gadung yang berwarna putih dan singkong mentega yang berwarna kuning. 2. Singkong yang memiliki rasa pahit disebabkan oleh racun HCN. Pada umumnya masyarakat mengenal kopi adalah sejenis minuman, biasanya dihidangkan panas dan dipersiapkan dari biji dari tanaman kopi yang dipanggang. Namun dalam produk ini kopi akan dihidangkan bukan dalam jenis minuman tapi merupakan bahan campuran dalam pembuatan makanan gethuk. Jenis produk yang akan dihasilkan adalah gethuk kopi. Karakteristik gethuk kopi sangat berbeda dengan gethuk lain. Jika warna gethuk pada umumnya berwarna merah muda dan hijau muda, yang disebabkan karena menggunakan pewarna makanan dan lita tagu bahwa pewarna makanan yang dikonsumsi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusaakan hati. Disini warna gethuk kopi berwarna kecoklatan, dikarenakan warna gethuk kopi sendiri dipengaruhi dari warna kopi. Bila taburan untuk gethuk menggunakan parutan kelapa, namun gethuk kopi menggunakan taburan coklat putih, sebagai variasi bentuk makanan. Usaha modifikasi pangan tradisional Indonesia ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan memicu para wirausahawan lainnya dalam meningkatkan mutu dan kreativitas produknya dengan memanfaatkan bahan baku makanan tradisional di sekitar kita.

23

‌foodcare! mags

“Taste modulator can help formulate products that provide a right balance between different taste sensations. To achieve that balance, it is likely that a combinations of solutions are needed which can be customized to suit a particular application” (Donald E. Pszczo) Makan ternyata bukanlah hanya sebuah aktivitas tanpa penghayatan. Buktinya, kita sebagai konsumen kerap kali memberikan penilaian akan sebuah produk makanan yang disajikan . Kata-kata seperti “enak”, “lezat”, “terlalu asin”, hingga “manis banget” tentu sudah familiar di telinga kita. Indonesia adalah ensiklopedia makanan dunia. Berbagai macam variasi pangan tradisional tersedia disini melalui cerita panjang asimilasi penduduknya. Tidak hanya itu, ratusan bahkan ribuan sensasi citarasa bumbu masakan pun dapat ditemui di negeri ini. Namun, seiring perkembangan zaman, dunia kuliner Indonesia pun kini ditantang pada penyediaan pangan yang tidak hanya enak di lidah, tapi juga menyehatkan. Secara umum, kita mengenali lima jenis rasa: manis, asin, pahit, asam, dan umami (gurih). Khusus untuk rasa manis dan asin, keduanya secara gradual mulai dikurangi dari meja makan kita karena alasan kesehatan (obesitas dan hipertensi) . Di sisi lain, rasa pahit dan asam juga kerap tidak disenangi. Pertama, ekstrak pemanis alami tumbuhan Stevia rebaudiana mulai dikembangkan sebagai alternatif pengganti sukrosa. Pemanis tanpa kalori ini juga mampu memblokir rasa asam dan pahit pada produk. Selain Stevia, bahan lain yang berfungsi sama adalah furanone, maltol, etil maltol, dan vanillin . Bahkan kini ada miraculin, protein dari miracle fruit yang mampu memberikan hanya rasa manis dan menghambat rasa apapun jika dikonsumsi terlebih dahulu. Kedua, dibandingkan penggunaan garam berlebih, konsumen mulai beralih pada penggunaan campuran ekstrak yeast dan mineral. Campuran ini tidak mengurangi sedikit pun rasa dan tekstur produk yang dihasilkan. Selain itu, campuran ini dapat meningkatkan aroma makanan, meninggikan rasa manis, dan mengurangi rasa pahit .

GETHUK DENGAN VARIASI KOPI DAN PARUTAN COKLAT PUTIH UNTUK MENGGANTIKAN PARUTAN KELAPA

Modulator Citarasa Natural: Harmonisasi antara Rasa dan Kesehatan


Siapa saja yang boleh berpartisipasi dalam kompetisi ini? 1. Setiap Kontestan merupakan Mahasiswa ILmu Pangan dan Teknologi Hasil Pertanian yang sedang terdaftar aktif disalah satu Universitas/Perguruan Tinggi 2. Setiap anggota tim harus berasal dari Universitas/Perguruan Tinggi yang sama dan Jumlah tim dari tiap Universitas tidak dibatasi 3. Mahasiswa yang baru saja diwisuda pada tahun 2013 boleh mengikuti kompetisi ini, asal memberikan bukti berupa Kartu Tanda Mahasiswa/ Sertifikat Kelulusan dari Universitas/Perguruan tinggi yang diwakilkannya. 4. Mahasiswa yang baru di wisuda di tahun 2013 jumlahnya tidak boleh lebih dari 2 (dua) orang dalam satu tim. 5. Setiap tim terdiri dari 4 orang, dengan komposisi : 3 Kontestan dan 1 cadangan 6. Jika didalam tim terdapat Panitia Kompetisi (ditingkat regional maupun nasional) , tim juri serta anggota Badan Pengurus Pusat HMPPI, maka anggota tim tersebut akan dikeluarkan dari kompetisi ini.

3.

2nd Indonesian National

FOOD BOWL QUIZ 2013

Bowl

Quiz

Sejak tahun 2007, ASEAN Committee on Science and Technology (ASEAN COST) bersama dengan Federation of Institutes of Food Science and Technology in ASEAN (FIFTSA) mengadakan sebuah kompetisi untuk mahasiswa ilmu pangan dan ilmu gizi diseluruh ASEAN. Sebagai bagian dari ASEAN, Indonesia ikut serta mengirimkan delegasinya untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini. Kompetisi ini dikenal dengan nama ASEAN Quiz Bowl. Kemudian, sejak tahun 2011, PATPI (Perhimpunan Teknolog Pangan Indonesia) bersama HMPPI mengadakan kompetisi ditingkat Nasional. Nantinya, Juara pertama dari kompetisi ini akan menjadi delegasi Indonesia di ASEAN Undergraduate Quiz Bowl 2013, yang akan dilaksanakan bersamaan dengan

24

ASEAN Food Conference di Singapura pada bulan september 2013.

2. untuk :

Kompetisi ini tidak hanya bertujuan untuk menjaring delegasi Indonesia menuju ASEAN Undergraduate Quiz Bowl 2013, tetapi juga kompetisi ini bertujuan

1. Membangun Kerjasama dan mensinergikan hubungan antar anggota HMPPI dengan akademisi, pihak swasta, serta pemerintah dibidang ilmu pangan dan Gizi. 2. Mendorong keterlibatan Mahasiswa didalam kegiatan ditingkat Nasional maupun ASEAN 3. Untuk memfasilitasi hubungan dan interaksi antar sesama mahasiswa di bidang ilmu pangan dan gizi di ASEAN 4. Untuk mendorong mahasiswa terus mengasah kompetesi ilmu pengetahuannya

Ada 4 jenis pertanyaan dalam kompetisi ini, yaitu : Pilihan Ganda, Pertanyaan Sebab-Akibat Pernyataan benar-salah, serta pertanyan singkat. Semua Contoh Pertanyaan dapat diunduh di hmppi-pangan.org.

5.

Rekening Resmi Panitia tingkat Nasional : No. Rekening 002901107564505 Bank BRI Cab. Cik Di Tiro Yogyakarta a/n Jayanti Tomo Pulungsari

dan melakukan konfirmasi kepada Pinasthika (+6285743903790) setelah pengiriman berhasil

Setelah itu, peserta dapat mengunduh formulir pendaftaran di hmppi-pangan.org/kmtphp-ugm. org paling lambat tanggal 21 maret 2013 pukul 21.00 WIB. Setelah diisi kemudian dikirimkan dalam bentuk email dengan melampirkan scanning kartu tanda mahasiswa/ijazah S1 ke :

indonesian.fbqc2013@gmail.com dengan Subyek : Universitas_Provinsi_NamaKaptenTim , cc : hmppipangan@yahoo.co.id

4.

Apa Saja yang harus dipelajari : Setiap Kontestan dan tim harus memperlajari hal-hal yang berkaitan dengan : 1. Hukum dan Peraturan Pangan Internasional 2. Sistem Keamanan Pangan : GMP, HACCP, dsb. 3. Ilmu-Ilmu dasar Pangan : Kimia, Fisika, Biologi, Mikrobiologi dan prinsip-prinsip ilmu gizi, seperti Kimia dan Analisa Pangan, Quality Control, Uji Sensoris Pangan, dsb 4. Ilmu Terapan Pangan, Seperti Teknik-teknik Pengawetan dan Pengolahan Pangan, Proses Termal, Pengemasan

25

‌foodcare! mags

1.

Apa itu Food Competition ?

Kompetisi ini akan dilaksanakan dalam bahasa Inggris. Kompetisi akan dilaksanakan dalam 2 putaran, yaitu Tes tertulis Pada Babak Eliminasi yang akan dilaksanakan masing-masing regional serta Babak Semi-Final hingga Babak Final akan dilaksanakan ditingkat Nasional.

Bagaimana Berpartisipasi dalam Kompetisi ini? Untuk berpartisipasi, pertamatama setiap tim harus mengirimkan biaya pendaftaran sebesar Rp. 150.000,- melalui rekening resmi panitia ditingkat nasional.

 

Delegasi Indonesia (Univ. Pelita Harapan) menjadi Juara Pertama ASEAN QUIZ BOWL dalam keikutsertaan Indonesia Pertama kalinya.

Setiap kontestan yang berperilaku tidak baik dan atau mengganggu jalannya kompetisi akan diperingatkan. Apabila pelanggaran diulangi, maka kontestan tersebut akan didiskualifikasi dari kompetisi dan dapat digantikan oleh cadangan tim. Dalam babak final, kontestan yang telah dikeluarkan karena melanggar peraturan tidak dapat digantikan oleh peserta lain.


6.

Jadwal Kompetisi : 1. Babak Eliminasi (Tingkat Regional)

Regional Sumatera

Bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh pada tanggal 6 April 2013

Regional Jawa Barat dan Jabodetabek Bertempat di Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor pada tanggal 30 Maret 2013

Regional Jawa Tengah

Bertempat di Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Yogyakarta pada tanggal 6 April 2013

Regional Jawa Timur

Bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 6 April 2013

Regional Kalimantan

Bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda pada tanggal 6 April 2013

Finalis akan diumumkan pada tanggal 20 April 2013, sedangkan semifinal - final akan dilaksanakan pada tanggal 17-19 Mei 2013 di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Pemenang akan menjadi delegasi Indonesia dalam : 13th ASEAN Food Conference pada tanggal 9 - 11 September di Singapura Institute of Food Technology, Singapura Sebagai Informasi, tema AFC tahun 2013 yaitu, “Meeting Future Food Demands: Security & Sustainability�.

7.

Untuk Informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi panitia masing-masing regional :

Sumatera : Rizal (0852 7787 4316) Jabodetabek & Jabar : Radinal (0856 9196 8680) Jateng : Bambang (0852 9728 3989)

next issue : profil Pembina HMPPI : 1. Prof. Dr. Ir. Fauzan Azima,MS 2. Prof. Dr. Hardinsyah, MS Program diversifikasi pangan : efektifkah?

Jatim : Ayu (0857 3100 0715)

Indonesia swasembada pangan 2014

Kalimantan : Ahmad (0857 5362 0797 / 0852 5086 9799)

Mengganti terigu dengan mocaf menuju food bowl quiz asean : singapura 2013

special 36 page ! ingin bergabung di majalah ini? jadilah penulis, kontributor, dan pengiklan

Redaksi menerima artikel pangan, materi kuliah yang menarik untuk dibahas, pertanyaan seputar pangan, dan menjadi bagian sebagai pengiklan di foodcare! magazine. Silahkan kirimkan tulisan kalian, serta saran, kritik dan pertanyaan ke :

foodcaremags@yahoo.com

26

Hubungi : 085 2500-41500 atau kunjungi twitter : @hmppi FB : H i m p u n a n M a h a s i s w a P e d u l i P a n g a n I n d o n e s i a


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.