5. M&E framework for Master Plan 2011-2014

Page 1

Kerangka Monitoring & Evaluasi (M&E) Pengelolaan Batas Wilayah Negara & Kawasan Perbatasan November 2011


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan BWN-KP Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................................................................. Daftar Isi ............................................................................................................................................................. Daftar Gambar .................................................................................................................................................. Daftar Tabel ....................................................................................................................................................... Daftar Lampiran ............................................................................................................................................... Bab 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ A. Latar Belakang ...................................................................................................................... B. Tujuan ..................................................................................................................................... C. Hasil Yang Diharapkan .................................................................................................... D. Ruang Lingkup .................................................................................................................... Bab 2 TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KEBIJAKAN ............................................. A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi .......................................................................... B. Kedudukan Monitoring dan Evaluasi ........................................................................ C. Peran dan Prinsip Monitoring ...................................................................................... D. Indikator Kinerja Pembangunan ................................................................................. E. Pengukuran Kinerja .......................................................................................................... F. Tinjauan Kebijakan ........................................................................................................... Bab 3 KERANGKA KERJA LOGIS M/E ................................................................................. A. Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi ................................................................. B. Objek Sasaran Monitoring dan Evaluasi ................................................................... Daftar Pustaka .................................................................................................................................................. Lampiran ............................................................................................................................................................

i ii iii iii iii I­1 I‐1 I‐3 I‐3 I‐3 II­1 II‐1 II‐2 II‐4 II‐4 II‐7 II‐8 III­1 III‐1 III‐2

i | D a f t a r I s i


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan BWN-KP Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kedudukan M/E dalam Konteks Manajemen Pembangunan ..........................

II‐3

Gambar 3.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi ............................................................................ III‐1 DAFTAR TABEL Tabel 2.1

Aspek, Fokus, dan Indikator Kinerja Kunci ............................................................ II‐10

Tabel 3.1

Gambaran Sistem Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pengelola BWN – KP .......................................................................................................... III‐4

Tabel 3.2

Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Kawasan Perbatasan Darat ......................................................................... III‐5

Tabel 3.3

Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Darat ......................................................................................... III‐8

Tabel 3.4

Matriks Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Perbatasan Laut ............................................................................................... III‐16

Tabel 3.5

Matrik Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Laut ........................................................................................... III‐19

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Petunjuk Teknis Penggunaan Indikator Monitoring dan Evaluasi ...............

Lampiran 2 Panduan Survei Kepuasan dari Perspektif Masyarakat .................................... Lampiran 3 Panduan Kajian Kelembagaan ...................................................................................... Lampiran 4 Data dasar yang Digunakan dalam Indikator Monitoring dan Evaluasi ....

ii | D a f t a r I s i


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kawasan perbatasan mempunyai nilai strategis bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia di bidang ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan serta kedaulatan negara. Disisi lain pemerintah menyadari begitu banyak permasalahan baik dari sisi delimitasi-demarkasi batas, pertahanan keamanan, maupun manajemen pembangunan kawasannya. Permasalahan tersebut diantaranya adalah: (a) masih banyaknya segmen batas yang belum tuntas disepakati sehingga dapat mengancam kedaulatan dan integritas wilayah NKRI; (b) banyaknya aktivitas pelanggaran hukum seperti pembalakan liar, penyelundupan barang, perdagangan manusia, dsb.; (c) dari sudut pembangunan kawasan, sebagian besar kawasan perbatasan cenderung merupakan daerah tertinggal. Hal ini terjadi karena kawasan perbatasan kurang tersentuh oleh dinamika pembangunan sehingga masyarakat cenderung berorientasi kepada negara tetangga, terutama dalam hal pelayanan sosial dan perekonomian. Akibatnya pengelolaan batas negara dan kawasan perbatasan membutuhkan reorientasi kebijakan melalui peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat, penegakan hukum, kerjasama antar negara di kawasan perbatasan disamping pendekatan keamanan secara bersamaan. Pendekatan ini kemudian direfleksikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, dimana kawasan perbatasan menjadi beranda depan negara. Selanjutnya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005 – 2009, ditetapkan bahwa pembangunan kawasan perbatasan sebagai prioritas nasional seperti yang dilaksanakan oleh negara-negara tetangga dalam rangka menumbuhkan perdagangan lintas batas antar negara-negara ASEAN. Dalam RPJMN 2010-2014 secara khusus, pengelolaan batas negara dan kawasan perbatasan diarahkan ke dalam 5 fokus prioritas yaitu: i) Penyelesaian penetapan dan penegasan batas negara; ii) Peningkatan upaya pertahanan, keamanan serta penegakkan hukum; iii) Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan; iv) Peningkatan pelayanan sosial dasar; dan v) Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan secara terintegrasi. Sejalan dengan reorientasi kebijakan yang baru, pemerintah kemudian menerbitkan UU No.43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara yang memberi mandat kepada Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) dan Badan Pengelolaan Perbatasan Daerah (BPPD) untuk mengelola kawasan perbatasan; yang kemudian diikuti dengan terbitnya Perpres No.12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan. I-1


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Pada UU No. 43 Tahun 2008 (pasal 15) dinyatakan bahwa tugas Badan Pengelola adalah: a. menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan; b. menetapkan rencana kebutuhan anggaran; c. mengoordinasikan pelaksanaan; dan d. melaksanakan evaluasi dan pengawasan. Untuk mendukung BNPP/BDPP dalam menjalankan tugasnya, maka kelembagaan tersebut perlu diperkuat, dalam hal: - pertama, peningkatan kapasitas pengumpulan dan analisis data dalam rangka penyusunan kebijakan yang relevan; - kedua, reformulasi kebijakan untuk pengembangan kawasan perbatasan; - ketiga, sinergitas lembaga-lembaga yang menangani pembangunan kawasan perbatasan (pusat dan daerah); dan - keempat, peningkatan kapasitas dalam rangka peningkatan pelayanan instansiinstansi di kawasan perbatasan perbatasan. Kegiatan penguatan di atas direfleksikan dalam pelaksanaan kegiatan “Institution Building for the Accelerated Development of Border Areas� (IBADBA) yang diselenggarakan oleh Bappenas. Adapun Salah satu output dari kegiatan ini adalah penyusunan kerangka kerja logis Monitoring dan Evaluasi kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. Kerangka ini mengacu pada indikator pencapaian sasaran strategis (baik pada tingkat impact maupun outcome) dalam Rencana Induk Pengelolaan BWN-KP periode 2010-2014. Sasaran strategis pada level impact/dampak mengacu pada tujuan yang termaktub di dalam rencana induk. Adapun level outcome mengacu pada sasaran-sasaran strategis yang dituangkan dalam agenda program prioritas. Agenda ini meliputi aspek-aspek yang menjadi fokus prioritas RPJMN, yaitu: a. b. c. d. e.

Penetapan dan Penegasan batas wilayah negara; Peningkatan pertahanan-keamanan dan penegakan hukum; Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan; Peningkatan Pelayanan sosial dasar; Peningkatan kapasitas kelembagaan;

Dengan mengacu pada Kerangka ini, diharapkan pemerintah pusat maupun daerah melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan secara berkala dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan transparan menuju kesejahteraan masyarakat.

I-2


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

B. TUJUAN Tujuan penyusunan Kerangka Kerja ini adalah 1. Memperoleh umpan balik (feed back) dalam rangka memberikan dukungan bagi pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan; 2. Memastikan bahwa pokok-pokok kebijakan strategis telah dilaksanakan secara konsisten; 3. Untuk memudahkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam menilai dan mengoreksi dampak program dan kegiatan pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan terhadap solusi isu/masalah strategis kawasan perbatasan.

C. HASIL YANG DIHARAPKAN Hasil yang diharapkan dari penyusunan kerangka ini adalah: 1. Terumuskannya kerangka kerja logis untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan kawasan perbatasan; 2. Tersedianya baseline data pembangunan kawasan perbatasan di wilayah pilot proyek dan 12 provinsi untuk mendukung monitoring dan evaluasi kinerja berdasarkan indikator hasil (outcome); 3. Tersedianya panduan bagi pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun database/sistem informasi yang berkelanjutan untuk mendukung upaya monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan kawasan perbatasan. D. RUANG LINGKUP Adapun ruang lingkup pembahasan terdiri dari ruang lingkup materi dan ruang lingkup pengelolaan. 1. Ruang Lingkup Materi: a. tinjauan terhadap literatur yang terkait kerangka logis monitoring dan evaluasi; b. tinjauan terhadap kebijakan pembangunan, khususnya untuk kegiatan monitoring dan evaluasi; c. penentuan indikator kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan; d. perumusan kesimpulan dan saran implementasi kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. 2.

Ruang Lingkup aspek Pengelolaan: Indikator kinerja yang akan diukur adalah indikator dampak (impact) dan indikator hasil (outcome) dari implementasi Rencana Induk Pengelolaan Batas Negara dan Kawasan Perbatasan yang bersifat jangka menengah. Adapun aspek yang ditinjau adalah:

I-3


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

a.

Pengelolaan batas wilayah negara terdiri dari aspek: - Penegasan dan Penetapan batas negara, - Peningkatan pertahanan-keamanan dan Penegakan hukum, dan - Peningkatan kapasitas kelembagaan

b.

Pengelolaan kawasan perbatasan terdiri dari aspek: - Peningkatan pertahanan-keamanan dan Penegakan hukum, - Pengembangan ekonomi kawasan dan lingkungan hidup, - Peningkatan pelayanan sosial dasar, dan - Peningkatan kapasitas kelembagaan

I-4


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

BAB II TINJAUAN TEORITIS dan TINJAUAN KEBIJAKAN A. PENGERTIAN MONITORING DAN EVALUASI Kegiatan M/E merupakan bagian dari siklus manajemen pembangunan (Solihin, 2008) yang terdiri dari perencanaan, penganggaran, implementasi, dan monitoringevaluasi. Berbagai definisi mengenai monitoring dan evaluasi telah banyak dirumuskan oleh para pakar. Diantara definisi-definisi tersebut diuraikan sebagai berikut: Menurut Paul J. Gertler ... [et al.]1, monitoring adalah proses yang berkelanjutan yang menelusuri hal-hal yang terjadi dalam suatu program dengan menggunakan data yang dikumpulkan untuk menginformasikan implementasi program dan pengelolaannya. Dengan menggunakan data administratif yang biasa digunakan, kegiatan monitoring dapat menelusuri kinerja program apakah sesuai dengan hasil yang diharapkan, membuat perbandingan dengan program lain, dan menganalisis kecenderungan sepanjang waktu. Biasanya, monitoring meliputi input, proses, output. Namun, dibutuhkan pula monitoring terhadap outcome, seperti perkembangan dari tujuan pembangunan nasional. Adapun evaluasi adalah analisis tujuan yang bersifat periodik dari suatu proyek, program, ataupun kebijakan yang sudah direncanakan, sedang berjalan, maupun telah dilaksanakan/telah selesai. Evaluasi digunakan untuk menjawab pertanyaan spesifik yang berkaitan dengan rancangan, implementasi, dan hasil. Sebaliknya dengan monitoring yang berkelanjutan, evaluasi berkenaan dengan waktu tertentu (diskret) dan sering kali mengambil perspektif diluar pakar teknis. Secara substansial, rancangan, metode, dan biaya evaluasi bervariasi tergantung pada jenis pertanyaan yang akan dijawab melalui evaluasi. Lebih jauh lagi, evaluasi dapat menjawab 3 tipe pertanyaan (Imas and Rist 2009 dalam Gertler. Et.al (2011))2: a. Pertanyaan deskriptif: evaluasi akan diarahkan untuk menentukan apa yang akan disusun dan menjelaskan proses, kondisi, hubungan organisasi, dan pandangan pihak-pihak terkait. b. Pertanyaan normatif: evaluasi membandingkan apa yang telah disusun dan apa yang seharusnya disusun; hal ini dilakukan untuk menganalisis kegiatan dan

1

Impact evaluation in practice. Paul J. Gertler, Sebastian Martinez, Patrick Premand, Laura B. Rawlings,Christel M. J. Vermeersch. 2011 The IBRD/ The World Bank 2 Imas, Linda G. M., and Ray C. Rist. 2009. The Road to Results: Designing and Conducting Eff ective Development Evaluations. Washington, DC: World Bank.

II-1


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

target apakah telah tercapai atau belum. Pertanyaan normatif dapat diterapkan pada input, proses, dan output. c. Pertanyaan sebab-akibat: evaluasi memeriksa outcome/hasil dan berusaha untuk menganalisis perubahan yang terjadi karena adanya aktivitas outcome. Scriven (sebagaimana dikutip oleh Mark, et.al., 2000:9) secara awam mencoba mengidentifikasi enam bidang besar yang dapat dievaluasi -- yang disebut dengan “Big Six” P’s -- yaitu: program (programs), kebijakan (policies), produk (products), personil (personnel), kinerja (performance), dan usulan (proposals). Mengacu pada pendapat Scriven, dapat ditegaskan bahwa hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan evaluasi adalah “bagaimana seharusnya evaluasi dilakukan” bukan “apa yang akan dievaluasi”. Hal ini didukung sepenuhnya oleh Mark, et.al. (2000:9) sebagai berikut: “This leads him (Scriven, pen.) to describe evaluations as a trans-discipline ..… at a fundamental level, the logic of evaluation is the same regardless of what being evaluated”. Dari apa yang dikemukakan diatas menjadi jelas bahwa evaluasi kinerja rencana induk pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan pada dasarnya merupakan evaluasi terhadap hasil suatu kebijakan publik. Dalam kajian ini dari “Big Six” P’s yang seperti dikemukakan diatas, maka yang akan dievaluasi adalah kinerja (performance), khususnya kinerja pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan. Namun demikian berbagai kebijakan yang ditetapkan dengan sendirinya tetap akan menjadi focus bahasan sebelum pedoman evaluasi kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan disusun. B. KEDUDUKAN MONITORING DAN EVALUASI Sejalan dengan implementasi Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan di lapangan, diperlukan suatu kerangka monitoring dan evaluasi (M/E) untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Induk. Kedudukan Monitoring dan Evaluasi dalam konteks manajemen pembangunan dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah. Di dalam manajemen pembangunan, dilakukan beberapa tahapan yaitu: (a) Perumusan Strategis, (b) Perencanaan Strategis, (c) Penyusunan program dan kegiatan, (d) Penganggaran, (e) Implementasi, dan (f) Laporan. Di dalam proses perumusan strategis yang akan menghasilkan visi, misi, prinsip/nilai dasar, dan tujuan diperlukan identifikasi terhadap isu/masalah strategis yang ada. Isu ini selanjutnya diperkuat dengan data untuk memudahkan analisis sehingga akan menghasilkan Fakta.

II-2


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Dengan mengacu pada Gambar 2.1, terlihat bahwa ukuran keberhasilan atau ukuran hasil (Outcome Measure atau Lag Indicators) dalam pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan kawasan perbatasan adalah kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan rencana.

Fakta

Perumusan Strategis

Visi Dan Misi, Prinsip/Nilai Dasar, Tujuan (Goals)

Perencanaan Strategis

Arah Kebijakan Sasaran Strategis Target

M

Analisa

Data

Isu/Masalah Strategis

Penyusunan Program dan Kegiatan

Penganggaran (Budgeting)

Program Dan Kegiatan (Jangka Panjang)

Anggaran (Jangka Pendek)

Implementasi

Pelaksanaan Program dan Kegiatan

Laporan

Umpan Balik (Feed Back)

O

E

N

V

I

A

T & L O

U

R

A

I

S

N

I

G

Gambar 2.1. Kedudukan M & E Dalam Konteks Manajemen Pembangunan

C. PERAN DAN PRINSIP MONITORING Di dalam memastikan tercapainya sasaran dalam suatu program dan kegiatan, maka peran monitoring sangat penting karena: a. Monitoring membantu para pelaku program (masyarakat, aparat pemerintah, konsultan, dan stakeholders lain) mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai oleh program. Temuan-temuan dari kegiatan pemantauan tersebut sekaligus juga membantu para pelaku program untuk mengecek apakah suatu kegiatan berhasil diselesaikan sesuai dengan rencana atau tidak. b. Monitoring adalah alat manajemen yang sangat berguna. Informasi yang digali dari kegiatan monitoring dapat memberikan masukan kepada pengambil II-3


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

keputusan dan memastikan bahwa tindakan perbaikan dapat diambil jika diperlukan. c. Monitoring penting karena kegiatan ini mendokumentasikan berbagai pengalaman yang muncul di dalam pelaksanaan program dan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang terjadi. Kegiatan ini juga membuat para pelaku program dan berbagai pihak lain untuk belajar dari apa yang terjadi di lapangan. Agar tercapai efektivitas monitoring, terdapat beberapa prinsip-prinsip monitoring yang harus dipenuhi: a. Monitoring harus dilihat sebagai alat penting untuk memperbaiki program. b. Ada 2 (dua) prinsip penting dalam kegiatan M & E, yakni partisipasi dan transparansi c. Semua pelaku mempunyai kewajiban untuk melaporkan informasi seakurat mungkin

D. INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN Di dalam mengukur keberhasilan pencapaian pembangunan, diperlukan suatu indikator. Menurut Solihin (2008)3, indikator kinerja adalah uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai dasar penilaian kinerja, baik dalam tahap perencanaan (ex-ante), pelaksanaan (on-going), maupun setelahnya (ex-post). Selain itu dapat digunakan untuk petunjuk kemajuan dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran. Dalam mengembangkan indikator kinerja, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada penghitungan biaya keluaran (efisiensi). Tujuan kebijakan dan pendekatan program – juga harus dianalisa b. Indikator bisa diterapkan untuk: (i) Masukan; (ii) Efisiensi – Keluaran; (iii) Efektivitas – Hasil; (iv) Kualitas; dan (v) Kepuasan Pelanggan. c. Bisa dikaitkan dengan kesepakatan kinerja antara Menteri dan Kepala Lembaga dan para pejabat di bawahnya d. Indikator memerlukan definisi dan penafsiran yang hati-hati – seringkali diformulasikan, diimplementasikan dan ditafsirkan dengan buruk e. Harus dikembangkan untuk masing-masing program/kegiatan – ada yang sulit misalnya pertahanan – beberapa lebih mudah misalnya penyelenggara jasa. Selain itu, indikator kinerja yang disusun harus memenuhi syarat: a. SPESIFIC -jelas, tidak mengundang multi interpretasi b. MEASUREABLE -dapat diukur (“What gets measured gets managed”) 3

Drs. H. Dadang Solihin, MA Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bappenas Teknik Penyusunan Kriteria dan Indikator Kinerja Pembangunan Bintek Perencanaan Penganggaran dan Monev Pembangunan Ikatan Widyaiswara Indonesia Hotel Twin Plaza-Jakarta, 26 Juli 2008

II-4


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

c. d. e.

ATTAINABLE -dapat dicapai (reasonable cost using and appropriate collection method) RELEVANT (information needs of the people who will use the data) TIMELY -tepat waktu (collected and reported at the right time to influence many manage decision)

Adapun indikator keberhasilan pembangunan menurut Deddy T. Tikson (2005) adalah sebagai berikut 4: 1. Pendapatan perkapita Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikator makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negaranegara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumberdaya ekonomi. 2. Struktur ekonomi Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak , kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun.

4

Deddy T Dikson. Keterbelakangan & ketergantungan: teori pembangunan di Indonesia, Malaysia dan Thailand. 2005

II-5


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

3. Urbanisasi Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan. 4. Angka Tabungan Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah. 5. Indeks Kualitas Hidup IKH atau Physical Quality of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indikator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.

II-6


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

6. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indicator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas. Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai faktor penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengan mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity. Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude dan skills, di samping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya. Indikator-indikator tersebut, menjadi dasar pengembangan indikator yang disusun dalam Rencana Induk pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. E. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan sebagai alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja ini mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja itu sendiri (melalui monitoring) dan evaluasi kinerja. Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dan akuntabilitas, sedangkan evaluasi kineria merupakan tahap setelah pengukuran kineria dilakukan melalui perhitungan nilai capaian dari pelaksanaan kegiatan. Pengukuran kinerja mensyaratkan bahwa seluruh aktivitas organisasi harus dapat diukur. Pengukuran ini tidak hanya mencakup input dari program organisasi tetapi lebih menekankan pada keluaran, proses, manfaat dan dampak dari program organisasi bagi kesejahteraan rakyat. Pengukuran kinerja suatu instansi maupun organisasi kemudian didasarkan pada kemampuan instansi maupun organisasi dalam mengelola sumberdaya (bukan hanya keuangan) yang dikelolanya, untuk mencapai hasil sesuai II-7


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

dengan rencana yang telah dituangkan dalam rencana strategis. Dengan demikian evaluasi kinerja organisasi akan memberikan manfaat dalam: a) b) c) d) e) f) g) h) i) j)

Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk mencapai kinerja. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. Menjadi alat komunikasi antarbawahan dan pimpinan daiam rangka upaya memperbaiki kinerja organisasi. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Dalam konteks manajemen, pengukuran kinerja suatu organisasi biasanya digunakan untuk: a) Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitasnya. b) Menilai pertanggungjawaban pencapaian tujuan dan sasaran oleh manajemen atas program-program. c) Mengelola program secara efisien. d) Menyediakan data dalam rangka pelaksanaan fungsi pengendalian program. e) Membuat kebijaksanaan anggaran. f) Mengelola dan mengukur hasil program, Umpan balik bagi manajemen dalam rangka meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. g) Mempertanggungjawabkan sumber-sumber daya yang telah dipercaya kepada manajemen.

F. TINJAUAN KEBIJAKAN Pada saat ini berbagai peraturan dan perundangan mengamanatkan kepada K/L untuk melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi. Perundangan tersebut diantaranya: 1. PP No. 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; 2. PP No. 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; dan 3. PP No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah.

II-8


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Berdasarkan penjelasan PP No. 39 tahun 2006, pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan; mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional yang ditempuh berdasarkan pada hasil pelaksanaan kegiatan dan pengawasan untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan acuan dan rencana yang telah ditetapkan, seperti antara lain; melakukan koreksi atas penyimpangan kegiatan, akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan, atau pun klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan rencana. Adapun evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang sekurang-kurangnya meliputi; (i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil/manfaat. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda, yaitu; (i) Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya; (ii) Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, dan (iii) Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program. II-9


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Pada PP No. 39 tersebut juga dijelaskan bahwa evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan RPJM Nasional dan Renstra-KL untuk menilai efisiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan keberlanjutan dari suatu program. PP No. 6 tahun 2008 menjelaskan, Sistem Pengukuran Kinerja adalah sistem yang digunakan untuk mengukur, menilai, dan membandingkan secara sistematis dan berkesinambungan atas kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sedangkan Indikator Kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif yang terdiri dari unsur masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu kegiatan. Adapun Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah capaian atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang diukur dari masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak. Sedangkan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah selanjutnya disingkat EPPD adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, dan kelengkapan aspek-aspek penyelenggaraan pemerintahan pada Daerah yang baru dibentuk. Di dalam Pasal 3, dinyatakan bahwa EPPD harus berlandaskan asas: spesifik, obyektif, berkesinambungan, terukur, dapat diperbandingkan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dukungan sistem informasi juga diperlukan, sebagaimana disuratkan dalam Pasal 15, sebagai berikut: “Untuk kelancaran pelaksanaan EPPD, Pemerintah dan pemerintahan daerah mengembangkan sistem informasi�. Beberapa aspek yang diukur dalam Lampiran PP ini, ditampilkan dalam Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH PARAMETER INDIKATOR PENINGKATAN KUALITAS INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) MANUSIA A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT FOKUS INDIKATOR 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan a. Pertumbuhan PDRB ekonomi Laju Inflasi b. Laju inflasi provinsi Pendapatan per c. PDRB per kapita kapita Ketimpangan kemakmuran

FORMULA (PDRB (t+1) - PDRB (t)} / PDRB (t) X 100% (Inf (t +1) - Inf (t)} / Inf (t) X 100% PDRB Penduduk pertengahan tahun

d. Indeks Gini

k

G=l-

fpi (Fci + Fci-l )

II-10


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

FOKUS

INDIKATOR

FORMULA I

Pemerataan pendapatan

Ketimpangan regional

e. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia

Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)

Dimana: fpi = frekuensi penduduk pada kelas pendapatan ke i Fci = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada pendapatan ke i k = banyak kelas Fci - l = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada kelas pendapatan kelas ke i 40 - Pi YD4 = Qi-l X qi Pi – Pi-l YD4 = Persentase pendapatan yang diterima oleh 40 % penduduk lapisan bawah Qi -l = Persentase kumulatif pendapatan ke i-1 Pi = Persentase kuraulatif penduduk ke i qi = Persentase pendapatan ke i (Yi –Y)2 fi l n IW = Y Tingkat kabupaten/kota Yi = PDRB perkapita di kecamatan I Y = PDRB perkapita rata-rata kab/kota fi = jumlah penduduk di kecamatan i n = jumlah penduduk di kab/kota Tingkat Provinsi Yi = PDRB perkapita di kab/kota i Y = PDRB perkapita rata-rata provinsi fi = jumlah penduduk di kab/kota i n = jumlah penduduk di provinsi

2. Kesejahteraan Sosial Pendidikan

a. Angka melek huruf b. Angka rata-rata lama sekolah

Penduduk usia 15 th ke atas dapat baca tulis X 100 Penduduk usia 15 th ke atas Kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yg diduduki, dan pendidikan yang ditamatkan. Banyaknya murid usia 7-12, 13-15, 16-18 th

c. Angka partisipasi murni Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,1618 th d. Angka partisipasi kasar Banyaknya penduduk usia 7-12, 13 -15, x 100 16 - 18 th e. Angka pendidikan yang Banyaknya murid SD, SLTP, SLTA x 100 ditamatkan - Banyaknya penduduk usia 7-12, 1315,16-18 th Penduduk tamat (< SD, SD, SLTP, SLTA, x 100 Univ)/Jumlah penduduk

II-11


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Kesehatan

f.

Angka kelangsungan hidup bayi g. Angka usia harapan hidup

Kemiskinan

Kepemilikan tanah

Kesempatan kerja Kriminalitas

(1 - angka kematian bayi) Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.

Jumlah balita gizi buruk x 100 h. Persentase balua gizi Jumlah balita buruk i. Persentase (100 -angka kemiskinan ) penduduk diatas garis kemiskinan j. Persentase Penduduk memiliki Iahan penduduk yang Jumlah penduduk x 100 memiliki iahan k. Rasio penduduk yang Penduduk yang bekerja bekerja Angkatan kerja l. Angka kriminalitas yang Jumlah tindak kriminal tertangani tertangani dalam 1 tahun

x 10000

Jumlah penduduk 3. Seni Budaya dan Olah Raga Grup kesenian

a. Jumlah grup kesenian

Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk

Gedung kesenian

b. Jumlah gedung kesenian Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk

Klub olahraga

c. Jumlah klub olahraga

Gedung Olah Raga

d. Jumlah gedung olah raga Jumlah gedung olah raga per 10.000 penduduk

Jumlah klub olah raga per 10.000 penduduk

B. ASPEK PELAYANAN UMUM Pelayanan Dasar Pendidikan

Pendidikan dasar: a. Angka partisipasi sekolah b. Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia sekolah c. Rasio guru/murid d. Rasio guru/murid per kelas rata-rata Pendidikan menengah: e. Angka partisipasi sekolah

Jumlah murid usia pendidikan dasar Jumlah penduduk usia pendidikan dasar Jumlah sekolah pendidikan dasar Penduduk usia pendidikan dasar

x 1000

x 10000

Jumlah guru pendidikan dasar x 1000 Jumlah murid pendidikan dasar Jumlah guru sekolah pendidikan dasar per kelas x 1000 Jumlah murid pendidikan dasar Jumlah murid usia pendidikan menengah Jumlah penduduk usia pendidikan menengah

x 1000

II-12


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Kesehatan

f. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah g. Rasio guru terhadap murid h. Rasio guru terhadap murid per kelas ratarata i. Rasio posyandu per satuan balita j. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk. k. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk l. Rasio dokter per satuan penduduk m. Rasio tenaga medis per satuan penduduk

Lingkungan hidup

Sarana dan Prasarana Umum

n. Persentase penanganan sampah o. Persentase penduduk berakses air minum p. Persentase luas permukiman yang tertata q. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik r. Rasio jaringan irigasi s. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk t. Persentase rumah tinggal bersanitasi u. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk v. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

Jumlah sekolah pendidikan menengah Penduduk usia pendidikan menengah

x 10.000

Jumlah guru pendidikan menengah x 1000 Jumlah murid pendidikan menengah Jumlah guru sekolah pendidikan menengah per kelas Jumlah murid pendidikan menengah Jumlah posyandu Jumlah balita

x 1000

Jumlah puskesmas, poliklinik, pustu Jumlah penduduk

x 1000

Jumlah rumah sakit Jumlah penduduk

x 1000

Jumlah dokter Jumlah penduduk

x 1000

Jumlah tenaga medis Jumlah penduduk

x 1000

Volume sampah yang ditangani Volume produksi sampah

x 100

Penduduk berakses air minum Jumlah penduduk

x 100

Luas area permukiman tertata Luas area permukiman keseluruhan

x 100

Panjang jalan kondisi baik Panjang jalan seluruhnya Panjang saluran irigasi Luas lahan budidaya pertanian Jumlah tempat ibadah Jumlah penduduk Jumlah rumah tinggal berakses sanitasi Jumlah rumah tinggal

x 100

Jumlah daya tampung tempat pemakaman umum Jumlah penduduk

x 1000

Jumlah daya tampung TPS Jumlah penduduk

x 1000

Jumlah rumah layak huni Jumlah penduduk

II-13


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

w. Rasio rumah layak huni x. Rasio permukiman layak huni

Luas pemukiman layak huni Luas wilayah permukiman

II-14


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Penataan Ruang

Perhubungan

y. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB z. Rasio bangunan berIMB per satuan bangunan aa. Jumlah arus penumpang angkutan umum ab. Rasio ijin trayek ac. Jumlah uji kir angkutan umum ad. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis

2. Pelayanan Penunjang Penanaman Modal

KUKM

Kependudukan dan catatan sipil

Ketenagakerjaan

Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) c. Rasio daya serap tenaga kerja d. Persentase koperasi aktif e. Jumlah UKM non BPR/LKMUKM f. Jumlah BPR/LKM g. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk h. Rasio bayi berakte kelahiran i. Rasio pasangan berakte nikah j

Angka partisipasi angkatan kerja

k. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun l. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

Luas ruang terbuka hijau Luas wilayah ber HPL/HGB

Jumlah bangunan ber - IMB Jumlah bangunan Jumlah arus penumpang angkutan umum yang masuk/keluar daerah

Jumlah ijin trayek yang dikeluarkan Jumlah penduduk Jumlah uji kir angkutan umum Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis

Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah tenaga kerja bekerja pada perusahaan PMA/PMDN Jumlah seluruh PMA/PMDN

Jumlah koperasi aktif Jumlah seluruh koperasi

x 100

Jumlah UKM aktif non BPR/LKM UKM Jumlah BPR/LKM aktif Jumlah penduduk usia > 17 yang berKTP Jumlah penduduk usia > 17 atau telah menikah Jumlah bayi lahir yang mempunyai akte kelahiran Jumlah keseluruhan bayi lahir Jumlah pasangan nikah berakte nikah Jumlah keseluruhan pasangan nikah Angkatan kerja 15 tahun ke atas Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas

x 100

Jumlah sengketa pengusaha pekerja Jumlah Perusahaan

x 1000

Pekerja perempuan di lembaga pemerintah Jumlah pekerja perempuan

x 100

II-15


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

KB dan KS

Komunikasi dan Informatika

Pertanahan

Pemberdayaan masyarakat dan desa

Perpustakaan

Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Pemuda dan olahraga

m. Partisipasi perempuan di lembaga swasta n. Rasio KDRT o. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur

Pekerja perempuan di lembaga swasta Jumlah pekerja perempuan

x 100

Jumlah KDRT Jumlah rumah tangga

x 100

Pekerja anak usia 5-14 tahun Jumlah pekerja usia 5 tahun ke atas

x 100

p. Rata-rata jumlah anak per keluarga

Jumlah anak Jumlah keluarga Jumlah akseptor KB Jumlah pasangan usia subur

q. Rasio akseptor KB r. Jumlah jaringan komunikasi s. Rasio wartel/warnetterhadap penduduk t. Jumlah surat kabar nasional/lokal u. Jumlah penyiaran radio/TV lokal v. Persentase luas lahan bersertifikat

x 100

Jumlah jaringan telepon genggam/stasioner Jumlah wartel/warnet Jumlah penduduk

x 100

Jenis surat kabar nasional/lokal yang masuk ke daerah Jumlah penyiaran radio/TV yang masuk ke daerah Jumlah luas lahan bersertifikat Jumlah luas wilayah

x 100

w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)

Jumlah kelompok binaan LPM Jumlah LPM

x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK

Jumlah kelompok binaan PKK Jumlah PKK

y. Jumlah LSM z. Jumlah perpustakaan

Jumlah LSM yang aktif Jumlah perpustakaan

aa. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

ab. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk ac. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk ad. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan ae. Jumlah organisasi pemuda

Jumlah polisi pamong praja Jumlah penduduk

x 10.000

Jumlah Linmas Jumlah penduduk

x 10.000

Jumlah pos siskamling Jumlah desa/kelurahan Jumlah organisasi pemuda Jumlah organisasi olahraga

II-16


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

af. Jumlah organisasi olahraga ag. Jumlah kegiatan kepemudaan ah. Jumlah kegiatan olahraga

Jumlah kegiatan kepemudaan Jumlah kegiatan olahraga

C. ASPEK DAYA SAING DAERAH 1. Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran konsumsi a. Angka konsumsi RT rumah tangga per per kapita kapita Nilai tukar petani b. Perbandingan faktor produksi dengan produk Pengeluaran konsumsi c. Persentase Konsumsi non pangan perkapita RT untuk non pangan Produktivitas total d. Dihitung daerah produktivitas daerah setiap sektor pada 9 sektor: 1) Pertanian 2) Pertambangan dan penggalian 3) Industri pengolahan 4) Listrik 5) Bangunan 6) Perdagangan 7) Pengangkutan dan komunikasi 8) Keuangan 9) Jasa 2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Aksesibilitas daerah a. Rasio panjangjalan per jumlah kendaraan b. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/ terminal per tahun Penataan wilayah

d. Ketaatan terhadap RTRW e. Luas wilayah produktif f. Luas wilayah industri

Total pengeluaran RT Jumlah anggota RT indeks yangditerima petani NTP = (It) indeks yang dibayar x 100 petani (Ib) Total pengeluaran RT non - pangan x 100% Total pengeluaran nilai tambah seluruh sektor per angkatan kerja Nilai tambahan sektor ke - i Jumlah angkatan kerja

dimana i = sektor 1 s/d sektor 9

Panjang Jalan Jumlah Kendaraan Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/ terminal per tahun

Realisasi peruntukan Rencana Tata Ruang Wilayah -RTRW/Rencana Peruntukan Jumlah luas wilayah ke – I Jumlah luas keseluruhan wil.budidaya

x 100

II-17


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

g. Luas wilayah kebanjiran h. Luas wilayah kekeringan i. Luas wilayah perkotaan

Fasilitas bank dan non bank

Ketersediaan air bersih

Fasilitas listrik dan telepon

j. Jenis dan jumlah bank dan cabangcabangnya k. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang1. Persentase Rumah cabangnya Tangga (RT) yang menggunakan air bersih m. Rasio ketersediaan daya listrik n. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik o. Persentase penduduk yang menggunakan HP/relepon

i.= wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaan

Jumlah dan jenis bank dan cabang-cabangnya

Jumlah dan jenis perusahaan asuransi dan cabangcabangnya Jumlah RT menggunakan air bersih Jumlah RT

x 100

Daya listrik terpasang Jumlah kebutuhan Jumlah Rumah Tangga menggunakan listrik Jumlah Rumah Tangga

x 100

Jumlah penduduk menggunakan HP/telpon Jumlah penduduk

x 100

Ketersediaan restoran p. Jenis, kelas, dan jumlah Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas restoran Ketersediaan q. Jenis, kelas, dan Persentase jumlah penginapan/ hotel menurut jenis penginapan jumlah penginapan/ dan kelas hotel 3. Iklim Berinvestasi Keamanan dan ketertiban

a. Angka kriminalitas b. Jumlah demo

Kemudahan penjinan

c. Lama proses perijinan Pengenaan pajak d. Jumlah dan macam daerah pajak dan retribusi daerah Perda e. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha Status desa f. Persentase desa berstatus swasembada 4. Sumber Daya Manusia terhadap total desa Kualitas tenaga kerja

a. Rasio lulusan S1/S2/S3

Jumlah tindak kriminal selama 1 tahun Jumlah penduduk seluruhnya Jumlah demo dalam 1 tahun

x 10.000

Rata-rata lama proses perijinan (dalam hari) Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha

Jumlah desa/kelurahan berswasembada Jumlah desa/kelurahan

Jumlah lulusan S1/S2/S3 Jumlah penduduk

x 100

x 10.000

II-18


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Tingkat ketergantungan

b. Rasio ketergantungan

Penduduk usia < 15 th + usia > 64 x 100 Penduduk usia 15-64

Sementara itu, pada PP No. 8 tahun 2008, Bab VI mengenai Pengendalian dan Evaluasi menerangkan bahwa, yang dimaksud dengan pengendalian meliputi pengendalian terhadap: a. kebijakan perencanaan pembangunan daerah; dan b. pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Dalam pelaksanaannya, pengendalian dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk program dan/atau kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pengendalian oleh Bappeda meliputi pemantauan, supervisi dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pencapaian tujuan agar program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah. Sedangkan Pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan oleh SKPD meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana, dan kendala yang dihadapi. Hasil pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan disusun dalam bentuk laporan triwulan untuk disampaikan kepada Bappeda. Selanjutnya Kepala Bappeda melaporkan hasil pemantauan dan supervisi rencana pembangunan kepada kepala daerah, disertai dengan rekomendasi dan langkahlangkah yang diperlukan. Adapun evaluasi, sebagaimana dimaksud dalam PP No. 8 tahun 2008 adalah evaluasi yang meliputi: a. Kebijakan perencanaan pembangunan daerah; b. Pelaksanaan rencana pembangunan daerah; dan c. Hasil rencana pembangunan daerah. Sama halnya dengan kegiatan pengendalian (monitoring), kegiatan evaluasi ini dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk capaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan SKPD periode sebelumnya. Evaluasi oleh Bappeda meliputi: a. penilaian terhadap pelaksanaan proses perumusan dokumen rencana pembangunan daerah, dan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah; b. menghimpun, menganalisis dan menyusun hasil evaluasi Kepala SKPD dalam rangka pencapaian rencana pembangunan daerah. Hasil evaluasi ini akan menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan daerah untuk periode berikutnya. Agar kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dijalankan dengan baik, diperlukan suatu sistem informasi yang dapat didukung dengan fasilitas internet (berbasis web) dan smart maps (sistem informasi geografi).

II-19


Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi Pemb angunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Namun demikian, monitoring dan evaluasi yang ditekankan dalam pembahasan ini adalah monitoring dan evaluasi terhadap rencana induk yang bersifat jangka menengah (2010-2014). Alhasil, pencapaian indikator yang perlu dipantau bukan indikator output, melainkan indikator yang bersifat outcome (menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang menyangkut kepentingan banyak pihak).

II-20


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

BAB III KERANGKA LOGIS MONITORING DAN EVALUASI RENCANA INDUK PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN 2011-2014

A. KERANGKA LOGIS MONITORING DAN EVALUASI Dengan dilandasi pada Gambar 1.1 (Bab I), maka Kerangka monitoring dan evaluasi dirumuskan seperti pada Gambar 3.1 berikut:

KERANGKA MONITORING DAN EVALUASI Logika Vertikal

Struktur Rencana

Indikator

RENCANA INDUK PENGELOLAAN PERBATASAN 2011-2014

Impact/Dampak

Visi dan Misi

Indikator Dampak

Benefit/Manfaat

Tujuan

Indikator Manfaat

Result/Hasil

Strategi dan Program

Indikator Hasil

RENCANA AKSI (TAHUNAN)

Output/Keluaran

Kegiatan

Indikator Output

Input/Masukan

Sumberdaya

Indikator Input

ISU DAN PERMASALAHAN STRATEGIS

BASELINE DATA

Gambar 3.1. Kerangka Monitoring dan Evaluasi

Dari Gambar 3.1 diatas, berbagai indikator sebagai ukuran hasil (Outcome Measure atau Lag Indicators) dari visi dan misi, tujuan (goals) dan strategi/program sebagai berikut: a) INPUT, berupa segala sesuatu yang dibutuhkan, baik program dan kegiatan, sumber dana, sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun berupa teknologi

III-1


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

b)

c) d)

e) f)

dan informasi, agar kegiatan pelaksanaan dapat berjalan dan menghasilkan keluaran PROSES, upaya yang dilakukan dalam mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator ini umumnya dikaitkan dengan keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders) termasuk penerima manfaat, serta dikaitkan dengan mekanisme pelaksanaannya, termasuk koordinasi dan hubungan kerja antar unit organisas KELUARAN (OUTPUT), yaitu pencapaian sasaran dari suatu kegiatan, baik dalam wujud fisik maupun non-fisik. OUTCOME, yaitu menunjukkan telah dicapainya maksud dan tujuan dari kegiatan-kegiatan yang telah selesai dilaksanakan atau indicator yang mencerminkan fungsi dan manfaat keluaran kegiatan MANFAAT adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. DAMPAK adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

B. OBJEK SASARAN MONITORING DAN EVALUASI Adapun yang menjadi “objek sasaran” untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah: 1. Kebijakan (Norma, Standar, Pedoman, Kriteria) Operasional dan Pendanaan pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan kawasan perbatasan; 2. Perencanaan pada Pengelolaan Batas wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan (Batas Wilayah Negara, Hankam dan Hukum, Ekonomi Kawasan, Sosial Dasar, dan Kelembagaan); 3. Pelaksanaan; 4. Kelembagaan Pengelola Perbatasan dan Masyarakat. Dalam penyusunan kerangka monitoring di sini, “objek sasaran” nya adalah poin 2 yaitu Rencana Induk pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan (suatu rencana jangka menengah 5-tahunan dimana indikator yang digunakan adalah indikator hasil (outcome) dan indikator dampak (impact) yang dianalisis berdasarkan tujuan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan) dengan aspek-aspek sebagai berikut: 1. Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara; 2. Peningkatan Pertahanan, Keamanan dan Penegakan Hukum; 3. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Perbatasan; 4. Pelayanan Sosial Dasar Dan Budaya Kawasan Perbatasan; 5. Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Perbatasan. Monitoring dan evaluasi terhadap rencana pembangunan ini telah dinyatakan pulan dalam UU No. 25 tahun 2004, bahwa tahapan perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yakni: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) III-2


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan pengawasan. Dimana kegiatan pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. (PP No. 39 tahun 2006). Mengacu pada PP No. 39 tahun 2006 dan PP No. 6 tahun 2008, kegiatan monitoring dan evaluasi telah diimplementasikan oleh K/L dan SKPD. Proses pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi tersebut dapat diterapkan dalam Rencana Induk dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan sebagaimana digambarkan Tabel 3.1. di bawah. Berdasarkan berbagai uraian sebelumnya, maka disusun matriks kerangka monitoring dan evaluasi dengan menampilkan indikator-indikator outcome dan impact, baseline data, dan sumber datanya (Tabel 3.2. – Tabel 3.5.)

C. PENUTUP Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini tentunya ada pihak yang berkompeten. Dalam hal ini, BNPP adalah pihak yang berkompeten untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan kawasan perbatasan. Namun demikian, dukungan dan afirmasi yang positif dari berbagai kementerian dan lembaga maupun pemerintah daerah sangat dibutuhkan. Perlu diketahui bersama bahwa instrumen ini bukanlah instrumen untuk mengukur kinerja pemerintah daerah ataupun K/L tetapi dapat digunakan untuk memantau pengelolaan kawasan perbatasan sehingga hasilnya dapat menjadi perenungan bersama, apakah pengelolaan kawasan perbatasan sudah optimal dijalankan.

III-3


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Tabel 3.1. Gambaran Sistem Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan BWN-KP Tahun Rencana

2010 Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep

Okt

Nov

Des

2011

2012

2013

2014

2015

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

x

x

x

x

x

Indikator Yang diukur input

output

outcome

impact

Rencana Induk Monitoring Evaluasi Midterm

x

x

x

Evaluasi Tematik

x

x

x

Rencana Aksi Monitoring

x

X

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

Evaluasi: (kinerja dan tematik) On Going Evaluation (3 kali setiap tahun) expose evaluation-2010

x

x

x x

x

evaluasi tematik-2010 expose evaluation-2011

X

x

evaluasi tematik-2011 expose evaluation-2012

x

x

evaluasi tematik-2012 expose evaluation-2013

x

x

evaluasi tematik-2013 expose evaluation-2014 evaluasi tematik-2014

x

x

III-4


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Tabel. 3.2 Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Kawasan Perbatasan Darat TUJUAN/GOALS 1

Meningkatnya perekonomian wilayah di kawasan perbatasan darat

INDIKATOR KINERJA 1. Rata-rata PDRB non migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat 2. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB non-migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat 3. Jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat dengan status tipologi ekonomi (klassen typhology) tidak tertinggal

BASELINE Tahun 2008 : Rp. 1.288,1 miliar

Tahun 2008 : 7,00 %

Tahun 2009 : 9 kabupaten/kota

TARGET 2014

ASUMSI

KETERANGAN

Rp. 1.736 miliar

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

7,14 %

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

16

BNPP melakukan kajian analisis tipologi ekonomi wilayah (tipologi klassen) secara periodik

Berdasarkan prinsip II pada Rencana Induk, “mengukuhkan kapasitas Indonesia dalam Persaingan Global�, maka seluruh kab (16) tidak boleh berstatus tertinggal lagi.

Sumber Data

2

Meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan perbatasan darat

1. Rata-rata IPM kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat 2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota di

a. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS b. Kajian tipologi ekonomi wilayah, BNPP Tahun 2009: 66,2 70

Tahun 2009: 6,67 tahun

7,25 tahun

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

III-5


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

TUJUAN/GOALS

INDIKATOR KINERJA

BASELINE

TARGET 2014

ASUMSI

KETERANGAN

kawasan perbatasan

3. Rata-rata Angka Melek Huruf (AMH) darat penduduk usia 15-24 tahun kabupaten/kota di kawasan perbatasan 4. Rata-rata Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat

Tahun 2009: 84%

87,88%

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

Tahun 2009: 66,64 tahun

67,93 tahun

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

5. Rata-rata pengeluaran perkapita disesuaikan kabupaten/kota di kawasan perbatasan

Tahun 2009: Rp. 612,25 ribu

Rp. 630 ribu

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

6. Rata-rata APM SD (712 tahun) kabupaten/kota di kawasan perbatasan 7. Rata-rata persentase APM SMP (13-15 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan 8. Rata-rata persentase APM SMU (15-17 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan darat

Tahun 2009: 91,87%

Tahun 2009: 53,40%

Tahun: 39,38%

Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014

III-6


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

TUJUAN/GOALS

INDIKATOR KINERJA 9. Rata-rata PDRB per kapita kabupaten/ kota di kawasan perbatasan darat 10. Rata-rata persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat

3.

Meningkatnya kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan.

Tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pada aspek sosial, ekonomi, dan keamanan di kawasan perbatasan

BASELINE

TARGET 2014

ASUMSI

KETERANGAN

Tahun 2009 : Rp. 6,8 juta

Rp. 8,83 juta

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

Tahun 2009 : 17,63 %

14 %

target RPJMN : 8%-10%

Sumber Data a. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS b. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia, BPS c. Publikasi Data dan informasi kemiskinan, BPS Belum ada baseline secara BNPP dan BPPD nasional. menyelenggarakan survei tingkat kepuasan masyarakat secara periodik. Sumber Data

Saat ini belum pernah dilakukan survei tingkat kepuasan secara nasional, direkomendasilan perlu dilakukan penelitian secara periodik.

III-7


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Tabel. 3.3 Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Darat SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

-

2

4

6

8

ASUMSI

KET.

OUTCOME 1 : ASPEK BATAS WILAYAH 1.1.

Terwujudnya kesepakatan dalam penegasan batas negara (demarkasi)

Jumlah pelaksanaan perundingan terkait demarkasi batas darat

Perundingn setiap tahun 2 kali

Sumber Data Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, Kementerian Luar Negeri 1.2.

Terwujudnya peta batas negara yang komprehensif

Jumlah NLP peta batas negara (joint mapping) koridor perbatasan darat skala 1:50.000

Jumlah NLP pemetaan kecamatan kawasan perbatasan darat skala 1:50.000 serta skala 1:25.000

1.3.

Terpeliharanya patok/pilar batas negara

Persentase patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki

12

12

24

39

44

Sumber Data Laporan tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal 72 89 -

-

Sumber Data Laporan tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal 25% 50% 75%

100%

Jumlah di kalimantan: 437/9685=5%

2.421

4.843

7.264

9.685

Jumlah di NTT: 50/145=35%

36

73

109

145

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Target per tahun bersifat akumulatif

Target berdasarkan laporan dari Bakosurtanal

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP perlakuan semua tipe pilar sama

menurut Bakosurtanal : kalimantan: 19.328 pilar;

III-8


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

Jumlah di Papua : (52+1.792 tugu 461 922 1.383 1.844 perapatan) Sumber Data Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi OUTCOME 2 : ASPEK PERTAHANAN, KEAMANAN, DAN PENEGAKAN HUKUM 2.1. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana Pos Pengamanan perbatasan pada Lokasi Prioritas beserta sarana pendukungnya

INDIKATOR Persentase pos pengamanan perbatasan pada Lokasi Prioritas dengan ketersediaan dan kualitas saranaprasarana penunjang (jalan, listrik, air bersih, transportasi, komunikasi) yang memadai

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

25%

40%

60%

80%

jalan baik: 1 pos dari total 163 pos=0,6%

41

65

98

130

listrik: 16,35%

41

65

98

130

air bersih: 6%

41

65

98

130

komunikasi: 47%

41

65

98

130

KET. Papua 14 MM dan 38 titik densifikasi

ASUMSI

KET.

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP lap. Dit. Wilhan tahun 2007 kondisi PJU di desa (Podes) Akses PAM di desa (Podes) akses hp di desa (Podes)

Sumber Data Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi altf: BPS, Podes

III-9


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS 2.2.

Meningkatnya ketersediaan fasillitas dan kualitas pelayanan PLB dalam mengawasi dan memfasilitasi arus barang dan manusia antar negara pada exit/entry point di Lokasi Prioritas serta Berkurangnya tumpang tindih penanganan pelanggaran lintas batas oleh instansi terkait di PLB OUTCOME 3 : ASPEK PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH, SDA, DAN LH 3.1. Optimalisasi pengeolaan potensi SDA di lokasi prioritas secara berkelanjutan dengan pola pengusahaaan yang didesain khusus dengan memperhatikan kearifan lokal bagi kepentingan masyarakat di wilayah perbatasan.

INDIKATOR KINERJA Jumlah Exit-Entry Point (PLB) pada Lokasi Prioritas dengan peningkatan ketersediaaan dan kualitas saranaprasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara terpadu

BASELINE 1 (entikong)

TARGET 2011 10

TARGET 2012 8

TARGET 2013 12

TARGET 2014 16

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

KET.

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Sumber Data Laporan Kemenkumham: PPLB ada 80, 130 TPI altf: Laporan BNPP

INDIKATOR

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

Rata-rata produktivitas komoditi pertanian kabupaten/kota pada kawasan perbatasan darat (Kuintal/ha) : a. Padi

31,42

52,36

53,65

54,72

55,98

b. Sawit

14,78

35,94

38,23

38,53

39,60

c. Kelapa

5,91

12,19

12,35

12,52

12,73

d. Cengkeh e. Kopi

0,15 2,36

2,82 7,62

2,82 7,86

2,99 7,94

3,03 8,13

f.

Lada

2,93

7,51

7,76

7,87

8,03

g. Karet

3,71

9,43

9,26

9,19

9,29

ASUMSI

KET. Data baseline berasal dari:

Target bdsrkn Prediksi Trend data nasional

16 dari 16 kab 9 dari 16 kab WKP 16 dari 16 kab WKP 3 dari 16 kab 13 dari 16 kab WKP 11 dari 16 kab WKP 9 dari 16 kab

III-10


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

KET. WKP

3.2.

3.3.

3.4.

Terwujudnya kemudahan birokrasi perizinan investasi

Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTS) dengan kualifikasi minimal bintang 1

Terbangunnya sarana dan prasarana perkotaan pada PKSN sebagai pusat pelayanan kawasan perbatasan

Jumlah PKSN yang dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai pusat pelayanan kegiatan kawasan meliputi jaringan jalan, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, listrik, dan air bersih.

Meningkatnya kegiatan usaha produktif yang dilaksanakan oleh masyarakat

Rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan

Sumber Data Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS dan Basis Data Kementan Tahun 2011 : 10 10 12 14 kabupaten/kota

Tahun 2011 : 0 kabupaten/kota

2

4

16

6

Target per tahun bersifat akumulatif Target per tahun bersifat akumulatif

8

Sumber Data Laporan Pelaksanaan Kegiatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2010 : 5 PKSN

6

9

10

Sumber Data 1. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum 2. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Perhubungan 3. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian ESDM 4. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Kominfo Tahun 2008 : 2 IRT 2,11 2,23 2,36 dalam 100 KK

12

2,49

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Target per tahun bersifat akumulatif

Target prediksi dari ratarata pertmbhn IRT nasional, hasilnya cenderung tidak bertambah

Rata-rata Pertumbhn IRT nasional 5,63% per tahun

III-11


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS

3.5.

Meningkatnya sarana prasarana, pelayanan transportasi (darat, sungai, udara) secara terpadu untuk membuka keterisolasian lokasi-lokasi prioritas

INDIKATOR KINERJA

Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

KET.

Sumber Data Data Potensi Desa, BPS dan Kemenperin Tahun 2008: 17,67%

Tahun 2008: 58,15%

Sumber Data Podes, BPS

3.7.

3.8.

3.9

Meningkatnya infrastruktur jaringan telekomunikasi dan informasi untuk membuka keterisolasian lokasi-lokasi prioritas

Rata-rata Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola Rata-rata persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler

Terselenggaranya perdagangan lintas batas

Persentase exit-etry point dengan fasilitas perdagangan lintas batas

Meningkatnya infrastruktur jaringan listrik di lokasi prioritas

Rata-rata Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki

Tahun 2008 : 18,49%

40 %

60 %

80 %

100 %

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Tahun 2008 : 57 %

60 %

75 %

85 %

100 %

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Sumber Data BPS, Podes Sumber Data Tahun 2008: 16,35%

20%

40%

60%

80%

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

III-12


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA penerangan jalan utama

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

TARGET 2011 60%

TARGET 2012 70%

TARGET 2013 75%

TARGET 2014 80%

ASUMSI

KET.

Sumber Data BPS, Podes

OUTCOME 4 : ASPEK PELAYANAN SOSIAL DASAR

INDIKATOR Rata-rata persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN

4.2.

Terpenuhinya sarana, prasarana, dan pelayanan kesehatan di Lokasi Prioritas yang memadai

Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter. Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan. Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas Rata-rata Rasio puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan perbatasan

BASELINE PLN: 9,76%

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Non-PLN: 9,70% Sumber Data BPS, Podes Tahun 2008 : 14,51%

Tahun 2008 : 18,82%

Tahun 2008 : 53,78%

Tahun 2008 : 2.728 orang untuk 1 puskesmas atau pustu Sumber Data BPS, Podes

III-13


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS 4.5.

4.6.

Terpenuhinya satuan lingkungan pemukiman yang memenuhi standar kesehatan dan tata ruang di Lokasi Prioritas

Terpenuhinya sarana, prasarana, dan pelayanan pendidikan di Lokasi Prioritas

OUTCOME 5 : ASPEK KELEMBAGAAN 5.1. Tersusunnya Peraturan Pemerintah mengenai pelaksanaan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan perbatasan sebagaimana diamanatkan UU 43/2008 pasal 10 s.d. 13

INDIKATOR KINERJA Jumlah Lokasi prioritas yang ditingkatkan sarana, prasarana permukimannnya - Rata-rata prosentase KK yang tinggal di rumah kumuh - Rata-rata prosentase KK yang memiliki jamban Rata-rata rasio Gurumurid SD di kecamatan perbatasan Rata-rata rasio Gurumurid SMP di kecamatan perbatasan INDIKATOR Persentase kemajuan penyusunan PP tentang pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

KET.

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

KET.

Tahun 2008: 2,31% Tahun 2008: 48,73% Sumber Data BPS, Podes --> datanya banyak yang kosong

Tahun 2009: 16,41

Tahun 2009: 13,57 Sumber Data Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS TARGET BASELINE 2011 2011 : Belum Tersusunnya tersedianya PP rancangan PP Pelaksanaan Pelaksanaan kewenangan pusatkewenangan daerah dalam pusat-daerah pengelolaan dalam perbatasan pengelolaan perbatasan

TARGET 2012 Ditetapkan nya rancangan PP Pelaksanaan kewenangan pusatdaerah dalam pengelolaan perbatasan

-

-

Tahun 2012 masalah PP sudah terselesaikan

Sumber Data Laporan Pelaksanaan Kegiatan BNPP

III-14


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS 5.2.

5.3.

5.4.

5.5.

Tercapainya sinergi K/L dan Pemda dalam melaksanakan pembangunan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan dengan mengacu kepada dokumen grand design, rencana induk, dan rencana aksi

INDIKATOR KINERJA Persentase realisasi alokasi dana K/L dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Persentase realisasi alokasi dana APBD untuk memenuhi rencana kebutuhan anggaran pengelolaan perbatasan dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun.

Terwujdnya kemandirian daerah di kawasan perbatasan dalam pembiayaan pembangunan

Jumlah WKP dengan kapasitas Fiskal di atas kategori sedang (indeks >0,5)

Terwujudnya satuan kerja perbatasan di daerah

Jumlah Kabupaten pada WKP I dan WKP II di kawasan perbatasan darat yang memiliki satuan kerja dengan fungsi pengelolaan perbatasan Hasil Evaluasi kinerja kelembagaan dengan kategori “Baik�

Meningkatnya Kinerja lembaga Pengelola Perbatasan

TARGET 2011 -

BASELINE Tahun 2012 : 15,5 %

TARGET 2012 15,15 %

TARGET 2013 30 %

TARGET 2014 50 %

15 %

30 %

50 %

tidak ada

Sumber Data Rencana Aksi BNPP Tahun 2010: 9 kab/WKP

9

11

Sumber Data Statistik Keuangan Pemerintah Kab/Kota, BPS Kemenkeu 3 (Sanggau, Nunukan, 4 8 Keroom)

13

16

12

16

ASUMSI

KET.

NOMOR 245/PMK.07 /2010

Sumber Data BNPP

Belum dilakukan kajian Sumber Data Kajian Evaluasi Kinerja Kelembagaan, BNPP (instrumen terlampir)

III-15


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

III-16


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Tabel. 3.4 Matriks Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi : Indikator Dampak (Impact) Perbatasan Laut TUJUAN/GOALS 1

Meningkatnya perekonomian wilayah di kawasan perbatasan laut

INDIKATOR KINERJA 1. Rata-rata PDRB non migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut 2. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB non-migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut 3. Jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan darat dengan status tipologi ekonomi (klassen typhology) tidak tertinggal

BASELINE

TARGET 2014

ASUMSI

KETERANGAN

Tahun 2009 : Rp. 2.981,1 miliar

Rp. 4.269,7 miliar

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

Tahun 2009 : 6,37 %

6,39%

prediksi dari trend 5 tahun terakhir

Tahun 2009 : 10 kabupaten/kota

22

BNPP melakukan kajian analisis tipologi ekonomi wilayah (tipologi klassen) secara periodik

Sumber Data

2

Meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan perbatasan laut

1. Rata-rata IPM kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut 2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan

c. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS d. Kajian tipologi ekonomi wilayah, BNPP Tahun 2009: 71,45 73,56

Trend 5 tahun terakhir

Tahun 2009: 7,89 tahun

Trend 5 tahun terakhir

8,58 tahun

III-17


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

TUJUAN/GOALS

INDIKATOR KINERJA

BASELINE

TARGET 2014

ASUMSI

KETERANGAN

3. Rata-rata Angka Melek Huruf (AMH) darat penduduk usia 15-24 tahun kabupaten/kota di kawasan perbatasan 4. Rata-rata Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut

Tahun 2009 96,11 %

98,83 %

Trend 5 tahun terakhir

Tahun 2009: 68,70 tahun

65, 71 tahun

Trend 5 tahun terakhir menurun

5. Rata-rata pengeluaran perkapita disesuaikan kabupaten/kota di kawasan perbatasan

Tahun 2009 Rp. 616,11 ribu

634,59 ribu

Trend 5 tahun terakhir

6. Rata-rata APM SD (712 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan 7. Rata-rata persentase APM SMP (13-15 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan 8. Rata-rata persentase APM SMU (15-17 tahun) kabupaten/ kota di kawasan perbatasan laut 9. Rata-rata PDRB per kapita kabupaten/ kota di kawasan perbatasan laut

Tahun 2009: 94,80%

100%

Tahun 2009: 65,50%

Tahun 2009: 52,21%

Tahun 2009 : Rp. 8,445 juta

Target MDGS 100%

Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014 Data yang tersedia hanya tahun 2009, sehingga tidak dapat diprediksi angka untuk tahun 2014

Rp. 11,483 juta

Trend 5 tahun terakhir

III-18


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

TUJUAN/GOALS

INDIKATOR KINERJA 2. Rata-rata persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan laut

3

Meningkatnya kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan.

Tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pada aspek sosial, ekonomi, dan keamanan di kawasan perbatasan

BASELINE Tahun 2009 : 14,86 %

TARGET 2014

ASUMSI

10 %

Sumber Data a. Publikasi PDRB kabupaten/kota di Indonesia, BPS b. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia, BPS c. Publikasi Data dan informasi kemiskinan, BPS Belum ada baseline secara BNPP dan BPPD nasional. menyelenggarakan survei tingkat kepuasan masyarakat secara periodik. Sumber Data

KETERANGAN target RPJMN : 8%-10%

Saat ini belum pernah dilakukan survei tingkat kepuasan secara nasional, direkomendasilan perlu dilakukan penelitian secara periodik.

III-19


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Tabel. 3.5 Matriks Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi : Indikator Hasil (Outcome) Perbatasan Laut SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

KET.

OUTCOME 1 : ASPEK BATAS WILAYAH 1.1

1.2.

Terwujudnya kesepakatan antara negara RI dan negara tetangga pada segmen batas laut (teritorial dan yurisdiksi) yang belum disepakati

Jumlah pelaksanaan perundingan perbatasan laut

Terwujudnya kejelasan peta batas negara di laut yang komprehensif

Jumlah NLP peta batas negara di laut

OUTCOME 2 : ASPEK PERTAHANAN, KEAMANAN, DAN PENEGAKAN HUKUM 2.1. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana Pos Pengamanan perbatasan pada Lokasi Prioritas beserta sarana pendukungnya

INDIKATOR Persentase pos pengamanan perbatasan pada Lokasi Prioritas dengan ketersediaan dan kualitas saranaprasarana penunjang

19 segmen batas

12

24

36

48

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Sumber Data Laporan tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal Laporan tahunan Kemenlu Seluruh Indonesia: a. 1:250ribu 246 NLP dari target 306 b. 1:50ribu, 2.363 dari target 3.888 NLP Sumber Data Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi BASELINE

TARGET 2011 25%

jalan baik: 1 pos dari total 163 pos=0,6%

TARGET 2012 40%

TARGET 2013 60%

TARGET 2014 80%

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP lap. Dit. Wilhan tahun 2007

III-20


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA (jalan, listrik, air bersih, transportasi, komunikasi) yang memadai

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

listrik: 35,34%

ASUMSI

KET.

kondisi PJU di desa (Podes) ketersediaan PAM di desa (Podes) aksesibilitas hp di desa (Podes)

air bersih: 10,45%

komunikasi: 21,44%

Sumber Data Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi altf: BPS, Podes 2.2.

Meningkatnya cakupan pengawasan dan pengamanan pada Lokasi Prioritas

Jumlah PPKT dengan tingkat pengawasan dan pengamanan yang memadai

27

45

63

63

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

16

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

9 PPKT di 9 kec Lokpri

ada penjaga TNI dan suar atau alat lain serta merupakan PPKT prioritas

Sumber Data Laporan Direktorat Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan altf: Laporan Badan Daerah Pengelola Perbatasan Provinsi 2.3.

Meningkatnya ketersediaan fasillitas dan kualitas pelayanan PLB dalam mengawasi dan memfasilitasi arus barang dan manusia antar negara pada exit/entry point di Lokasi Prioritas serta Berkurangnya tumpang

Jumlah Exit-Entry Point (PLB) pada Lokasi Prioritas dengan peningkatan ketersediaaan dan kualitas saranaprasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara terpadu

1 (batam)

10

8

12

Sumber Data

III-21


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS tindih penanganan pelanggaran lintas batas oleh instansi terkait di PLB OUTCOME 3 : ASPEK PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH, SDA, DAN LH 3.1. Optimalisasi pengeolaan potensi SDA di lokasi prioritas secara berkelanjutan dengan pola pengusahaaan yang didesain khusus dengan memperhatikan kearifan lokal bagi kepentingan masyarakat di wilayah perbatasan.

3.2.

3.3.

Terwujudnya kemudahan birokrasi perizinan investasi

Terbangunnya sarana dan

INDIKATOR KINERJA

INDIKATOR

TARGET TARGET 2012 2011 Laporan Kemenkumham: PPLB ada 80, 130 TPI altf: Laporan BNPP BASELINE

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

TARGET 2013

TARGET 2014

Rata-rata produktivitas komoditi pertanian kabupaten/kota pada kawasan perbatasan darat (ton/ha) : a. Padi

Tahun 2009: 1,844

52,36

53,65

54,72

55,98

b. Sawit c. Kelapa

1,907 0,593

35,94 12,19

38,23 12,35

38,53 12,52

39,60 12,73

d. e. f. g.

0,079 2,82 0,263 7,62 0 7,51 0,593 9,43 Sumber Data Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS

2,82 7,86 7,76 9,26

2,99 7,94 7,87 9,19

3,03 8,13 8,03 9,29

Cengkeh Kopi Lada Karet

ASUMSI

KET.

Data baseline diperoleh dari: Target berdasarkan trend data nasional

13 dari 22 kab 6 dari 22 kab 19 dari 22 kab 7 dari 22 kab 7 dari 22 kab 5 dari 22 kab 9 dari 22 kab

Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

Tahun 2011 : 15 kabupaten/kota

16

18

20

22

Target per tahun bersifat akumulatif

Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTS) dengan kualifikasi minimal bintang 1

Tahun 2011 : 1 kabupaten/kota

3

6

9

11

Target per tahun bersifat akumulatif

Jumlah PKSN yang

Sumber Data Laporan Pelaksanaan Kegiatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2010 : 0 PKSN

3

4

7

8

Target per

III-22


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS

3.4.

3.5.

INDIKATOR KINERJA

prasarana perkotaan pada PKSN sebagai pusat pelayanan kawasan perbatasan

dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai pusat pelayanan kegiatan kawasan meliputi jaringan jalan, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, listrik, dan air bersih.

Meningkatnya kegiatan usaha produktif yang dilaksanakan oleh masyarakat

Rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan

Meningkatnya sarana prasarana, pelayanan transportasi (darat, sungai, udara) secara terpadu untuk membuka keterisolasian lokasi-lokasi prioritas

Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

KET. tahun bersifat akumulatif

Sumber Data 5. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum 6. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Perhubungan 7. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian ESDM 8. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Kominfo Tahun 2008 : 3 IRT 3,17 3,35 3,54 dalam 100 KK

3,73

Target prediksi dari rata-rata pertmbhn IRT nasional, hasilnya cenderung tidak bertambah

Rata-rata Pertumbhn IRT nasional 5,63% per tahun

Sumber Data Data Potensi Desa, BPS Tahun 2008: 35,35%

Tahun 2008: 60,64%

Sumber Data Podes, BPS

III-23


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS 3.7.

3.8.

3.9

Meningkatnya infrastruktur jaringan telekomunikasi dan informasi untuk membuka keterisolasian lokasi-lokasi prioritas

Terselenggaranya perdagangan lintas batas

Meningkatnya infrastruktur jaringan listrik

OUTCOME 4 : ASPEK PELAYANAN SOSIAL DASAR 4.1. Meningkatnya ketersediaan listrik di lokasi-lokasi prioritas

INDIKATOR KINERJA Rata-rata Persentase desa pada masingmasing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola Rata-rata persentase desa pada masingmasing Kecamatan Perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler Persentase exit-etry point yang telah merealisasikan perdagangan lintas batas sesuai dengan border trade agreement. Rata-rata Persentase desa pada masingmasing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki penerangan jalan utama

BASELINE Tahun 2008 : 30,30 %

Tahun 2008 : 79 %

TARGET 2011 40 %

60 %

TARGET 2013 80 %

TARGET 2014 100 %

90 %

95 %

100 %

TARGET 2012

80 %

ASUMSI

KET.

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Sumber Data BPS, Podes

Sumber Data

Tahun 2008: 35,54%

40%

50%

60%

80%

TARGET 2011 60%

TARGET 2012 70%

TARGET 2013 75%

TARGET 2014 80%

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Sumber Data BPS, Podes

INDIKATOR

BASELINE

Rata-rata persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN

Tahun 2008: 26,29%

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

Sumber Data BPS, Podes

III-24


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS 4.2.

4.5.

4.7.

Terpenuhinya sarana, prasarana, dan pelayanan kesehatan di Lokasi Prioritas yang memadai

Terpenuhinya satuan lingkungan pemukiman yang memenuhi standar kesehatan dan tata ruang di Lokasi Prioritas

Terpenuhinya sarana, prasarana, dan pelayanan pendidikan di Lokasi

INDIKATOR KINERJA Rata-rata persentase desa pada masingmasing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter. Rata-rata persentase desa pada masingmasing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan. Rata-rata persentase desa pada masingmasing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas Rata-rata Rasio puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan perbatasan Jumlah Lokasi prioritas yang ditingkatkan sarana, prasarana permukimannnya - Rata-rata prosentase rumah kumuh terhadap jumlah KK - Rata-rata prosentase rumah memiliki jamban terhadap jumlah KK Rata-rata rasio Gurumurid SD di kecamatan perbatasan

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

KET.

Tahun 2008 : 20,46%

Tahun 2008 : 28,50%

Tahun 2008 : 72,51%

Tahun 2008 : 3.748 orang per satu puskesmas/pustu Sumber Data BPS, Podes Tahun 2008: 1,62%

10

28

41

68

Target bdsrkn Rinduk BWN-KP

rmh dg jamban: 60,78% Sumber Data BPS, Podes --> datanya banyak yang kosong

Tahun 2009: 13,74

III-25


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS Prioritas

5.1.

5.2.

5.3.

OUTCOME 5 : ASPEK KELEMBAGAAN Tersusunnya Peraturan Pemerintah mengenai pelaksanaan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan perbatasan sebagaimana diamanatkan UU 43/2008 pasal 10 s.d. 13 Tercapainya sinergi K/L dan Pemda dalam melaksanakan pembangunan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan dengan mengacu kepada dokumen grand design, rencana induk, dan rencana aksi

Terwujdnya kemandirian

INDIKATOR KINERJA Rata-rata rasio Gurumurid SMP di kecamatan perbatasan INDIKATOR Persentase kemajuan penyusunan PP tentang pelaksanaan kewenangan pusatdaerah dalam pengelolaan perbatasan

Persentase realisasi alokasi dana K/L dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Persentase realisasi alokasi dana APBD untuk memenuhi rencana kebutuhan anggaran pengelolaan perbatasan dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Jumlah WKP dengan

BASELINE

TARGET 2011

Tahun 2009: 24 Sumber Data Kabupaten/Kota Dalam Angka, BPS TARGET BASELINE 2011 2011 : Belum Tersusunnya tersedianya PP rancangan PP Pelaksanaan Pelaksanaan kewenangan pusatkewenangan daerah dalam pusat-daerah pengelolaan dalam perbatasan pengelolaan perbatasan Sumber Data Laporan Pelaksanaan Kegiatan BNPP Tahun 2012 : 15,5 % -

TARGET 2012

TARGET 2012 Ditetapkannya rancangan PP Pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan

tidak ada

Sumber Data Rencana Aksi BNPP Tahun 2010: 19

19

20

TARGET 2013

TARGET 2014

TARGET 2013

TARGET 2014 -

-

15,15 %

30 %

50 %

15 %

30 %

50 %

21

22

ASUMSI

KET.

PP ini telah diselesaikan pada tahun 2012

NOMOR

III-26


Kerangka Logis Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

SASARAN STRATEGIS

5.4.

5.5.

INDIKATOR KINERJA

daerah di kawasan perbatasan dalam pembiayaan pembangunan

kapasitas Fiskal di atas kategori sedang (indeks >0,5)

Terwujudnya satuan kerja perbatasan di daerah

Jumlah Kabupaten pada WKP I dan WKP II di kawasan perbatasan darat yang memiliki satuan kerja dengan fungsi pengelolaan perbatasan Hasil Evaluasi kinerja kelembagaan dengan kategori “Baik�

Meningkatnya Kinerja lembaga Pengelola Perbatasan

BASELINE

TARGET 2011

TARGET 2012

TARGET 2013

TARGET 2014

ASUMSI

KET. 245/PMK.07 /2010

Sumber Data Statistik Keuangan Pemerintah Kab/Kota, BPS 2 (Bintan, Talaud) 4 12

18

22

Sumber Data BNPP

Belum dilakukan kajian Sumber Data Kajian Evaluasi Kinerja Kelembagaan, BNPP (instrumen terlampir)

Penjelasan teknis mengenai penggunaan indikator dalam kerangka Monitoring dan Evaluasi di atas, terlampir.

III-27


DAFTAR PUSTAKA -----Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, BNPP2011. ----- Drs. H. Dadang Solihin, MA Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bappenas Teknik Penyusunan Kriteria dan Indikator Kinerja Pembangunan Bintek Perencanaan Penganggaran dan Monev Pembangunan Ikatan Widyaiswara Indonesia Hotel Twin PlazaJakarta, 26 Juli 2008 ----- Deddy T Dikson. Keterbelakangan & ketergantungan: teori pembangunan di Indonesia,

Malaysia dan Thailand. 2005 ----- Syamsiah Badruddin, Maret 2009, Pengertian Pembangunan, ----- Kuncoro Mudrajad, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan, UPPAMPYKPN, Yogyakarta. ----- Simrenas, Sistem Informasi dan Manajemen Perencanaan Pembangunan NasionalBappenas. ----- Rajesri Govindaraju, Pengembangan Sistem Informasi-Manajemen Sistem InformasiITB. Impact evaluation in practice. Paul J. Gertler, Sebastian Martinez, Patrick Premand, Laura B. Rawlings,Christel M. J. Vermeersch. 2011 The IBRD/ The World Bank

-----

----- Imas, Linda G. M., and Ray C. Rist. 2009. The Road to Results: Designing and Conducting Eff ective Development Evaluations. Washington, DC: World Bank. ----- Perpres No 12 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan. ----- PP No. 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. ----- PP No. 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. ----- PP No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah.


Lampiran 1 Penjelasan Teknis Indikator yang Digunakan I. Indikator Dampak A. Meningkatnya perekonomian wilayah di kawasan perbatasan Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan “Meningkatnya perekonomian wilayah di kawasan perbatasan� meliputi : (1) Rata-rata PDRB non migas Atas Dasar Harga Konstan kabupaten/kota di kawasan perbatasan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah produksi yang dihasilkan oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu 1 tahun yang berada di daerah/ regional tertentu, diukur dalam nilai rupiah. PDRB harga konstan adalah nilai PDRB yang dihitung dengan harga konstan pada satu tahun dasar tertentu, PDRB harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan kapasitas dan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah secara keseluruhan dari tahun ke tahun. Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional, digunakan rata-rata PDRB non migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Nilai PDRB non-migas digunakan dalam pengukuran indikator ini untuk memperoleh kapasitas ekonomi “riil� tanpa memperhitungkan peranan sektor migas. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (2) Rata-rata laju pertumbuhan PDRB non-migas ADHK kabupaten/kota di kawasan perbatasan Pertumbuhan PDRB merupakan indikator yang dapat digunakan mengetahui kondisi perekonomian secara makro yang menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah, diukur dalam persentase. Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional, digunakan indikator rata-rata pertumbuhan PDRB non migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut


Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (3) Jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan status tipologi ekonomi (klassen typhology) tidak tertinggal dibandingkan dengan ratarata provinsinya. Pendekatan analisis tipologi klassen (Klassen Typology) digunakan untuk mengetahui gambaran tentang tipologi perkembangan ekonomi tiap-tiap daerah meliputi : (1) daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), (2) daerah maju, tetapi tertekan (high income but low growth), (3) daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan (4) daerah relatif tertinggal (lowgrowth and low income). Pendekatan Tipologi Klassen pada dasarnya membagikabupaten/kota berdasarkan dua indikator utama,yaitu pertumbuhan ekonomi daerah danpendapatan per kapita daerah. Di masing-masing kabupaten, kedua variabel ini kemudian dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi, kemudian digambarkan dalam grafik scattered plot. Pendekatanini akan menghasilkan empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yang dibagi ke empat kuadran yang manggambarkan tipologi perkembangan ekonomi tiap-tiap daerah. Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional, dihitung jumlah kabupaten/kota di kawasan perbatasan setiap provinsi yang tidak termasuk tipologi daerah tertinggal (low growth and low income). Jika jumlah kabupaten/kota yang rekatif tinggal di setiap provinsi semakin menurun, maka kinerjanya dinilai semakin baik. B. Tujuan 2 : Meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan perbatasan Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan “Meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat di kawasan perbatasan� meliputi : (1) Rata-rata IPM kabupaten/kota di kawasan perbatasan IPM merupakan Indikator keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Ukuran IPM diwakili oleh 3 (tiga) parameter yang terdiri atas angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, dan paritas dayabeli. Untuk mengukur pencapaian tujuan secara nasional, dihitung rata-rata IPM kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik.


(2) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, dihitung rata-rata RLS kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (3) Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan Sedangkan Angka rata-rata Melek Huruf adalah rata-rata persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Untuk menghitung AMH dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

dimana: = angka melek huruf ( penduduk usia 15 tahun keatas) pada tahun t =

Jumlah penduduk (usia diatas 15 tahun) yang bisa membaca dan menulis pada tahun t

=

Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

Adapun untuk menghitung Rata-rata indikator ini adalah sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (4) Rata-rata Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/kota di kawasan perbatasan Angka Harapan Hidup (AHH) menggambarkan persentase perkiraan rata-rata lamanya hidup dengan penduduk (dalam tahun) sejak lahir. Untuk mengukur


pencapaian tujuan secara nasional, dihitung rata-rata AHH kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (5) Rata-rata pengeluaran perkapita kabupaten/kota di kawasan perbatasan Angka konsumsi RT per kapita adalah rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Sedangkan bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, dihitung ratarata pengeluaran per kapita kabupaten/kota di kawasan perbatasan dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (6) Rata-rata APM SD (7-12 tahun) kabupaten/kota di kawasan perbatasan Angka partisipasi murni sekolah dasar adalah perbandingan antara murid sekolah dasar (SD) dan sederajat usia 7-12 tahun dengan penduduk usia 7-12 tahun, dinyatakan dalam persentase. Kegunaan APM SD adalah menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia 7-12 tahun di tingkat SD. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan rata-rata nilai APM SD kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (7) Rata-rata persentase APM SMP (13-15 tahun) kabupaten/kota di kawasan perbatasan


Angka Partisipasi Murni (APM) SMP adalah persentase siswa SMP dan sederajat usia 13-15 tahun dari jumlah penduduk di usia 13-15 tahun, dinyatakan dalam persentase. Kegunaan APM SMP adalah menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia 13-15 tahun di tingkat SMP. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan indikator rata-rata nilai APM SMP kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (8) Rata-rata persentase APM SMU (15-17 tahun) kabupaten/kota di kawasan perbatasan Angka partisipasi murni SMU adalah perbandingan antara murid SMU dan sederajat usia 15-17 tahun dengan penduduk usia 15-17 tahun, dinyatakan dalam persentase. Kegunaan APM SMU adalah menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia 15-17 tahun di tingkat SMU. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan rata-rata nilai APM SD kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (9)

Rata-rata PDRB per kapita kabupaten/kota di kawasan perbatasan

PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional neto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional pertengahari tahun. PDRB per kapita berguna untuk menunjukkan rata-rata tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan indikator rata-rata nilai PDRB per kapita di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (10) Rata-rata persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan


Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase kemiskinan kabupaten/kota di kawasan perbatasan. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :

Semakin menurun nilai indikator ini, maka kinerjanya dinilai semakin baik. C. Tujuan 3 : Meningkatnya kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan publik di kawasan perbatasan adalah tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pada aspek sosial, ekonomi, dan keamanan di kawasan perbatasan. Tingkat kepuasan masyarakat diukur melalui survei kualitatif dengan menggunakan kuisioner untuk menilai kepuasan masyarakat terhadap pelayanan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan lintas batas di kawasan perbatasan. Gambaran Panduan Pelaksanaan Survei terlampir. II. Indikator Hasil (Outcome) Pembangunan Kawasan Perbatasan A. Aspek Batas Wilayah Indikator yang digunakan untuk mengukuran sasaran-sasaran hasil pada aspek batas wilayah negara meliputi : (1) Jumlah NLP peta batas negara di laut skala 1:50.000 Indikator ini digunakan untuk mengukur ketersediaan peta batas negara di kawasan perbatasan darat/laut setiap tahun. Kinerja indikator dinilai baik jika seluruh koridor perbatasan telah dilengkapi oleh peta batas hasil Joint Mapping skala 1: 50.000 (2) Jumlah NLP pemetaan kecamatan kawasan perbatasan skala 1:50.000 serta skala 1:25.000 Indikator ini digunakan untuk mengukur ketersediaan peta kecamatan di kawasan perbatasan darat setiap tahun. Kinerja indikator dinilai baik jika seluruh koridor kecamatan perbatasan telah dipetakan dengan skala 1 : 50.000 dan 1:25.000 (3) Persentase patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki Persentase patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki adalah proporsi patok/pilar batas yang dipelihara dan diperbaiki terhadap jumlah kebutuhan


perbaikan pilar batas setiap tahun. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemajuan perbaikan pilar/patok batas di kawasan perbatasan darat. Semakin meningkat nilaui indikator ini maka kinerjanya dinilai semakin baik.

(4) Jumlah Pelaksanaan Perundingan Perbatasan Perundingan untuk menyelesaikan kesepakatan segmen batas ini sangat penting, mengingat masih banyaknya segmen batas yang harus disepakati. Dalam penyusunan kerangka monitoring ini, indikator pelaksanaan perundingan digunakan untuk memantau perkembangan kesepakatan antara negara RI dan negara tetangga pada segmen batas laut (teritorial dan yurisdiksi) yang belum disepakati. B. Aspek Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran hasil pada aspek pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum meliputi : (1) Persentase pos pengamanan perbatasan dengan ketersediaan dan kualitas sarana- prasarana penunjang yang memadai Persentase pos pengamanan perbatasan dengan ketersediaan dan kualitas saranaprasarana penunjang (yang memadai adalah proporsi jumlah pos pamtas yang telah dilengkapi oleh fasilitas jalan akses, listrik, air bersih, transportasi, dan dan perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (2) Jumlah PPKT dengan tingkat pengawasan dan pengamanan yang memadai Pulau-pulau Kecil Terluar/Terdepan (PPKT) perlu mendapat perhatian. Jumlah PPKT yang dimiliki negara RI adalah 92 pulau, dimana 12 pulau diantaranya menjadi prioritas dalam aspek pertahanan dan keamanan. Adapun kondisi ke-12 pulau prioritas ditampilkan sebagai berikut: NO 1.

2.

NAMA P. Rondo

P. Berhala

LOKASI Prov. NAD (berbatasan dg India)

Prov. Sumut (berbatasan dg

KONDISI

ď‚ł ď‚ł

Luas 0,25 mil2 dan tdk berpenghuni. Tempat penyelundupan senjata Fungsi : pertahanan negara

ď‚ł

Tidak berpenghuni

ď‚ł


NO

NAMA

LOKASI Malaysia)

KONDISI  

3.

P. Nipa

Prov. Riau (berbatasan dg Singapura)

  

4.

P. Sekatung

Prov. Riau (berbatasan dg Vietnam)

  

Tempat penyelundupan & rawan perampokan Fungsi : pertahanan negara Luas 10 ha, tdak berpenghuni. Terjadi perubahan garis pantai akibata pengambilan pasir. Fungsi : pertahanan negara Luas 22 km2, tidak berpenghuni Rawan penyelundupan & imigran gelap Fungsi : Pertahanan negara

5.

Kep. Anambas

Prov. Riau (berbatasan dg Malaysia

Rawan penyelundupan pendatang ilegal

6.

P. Sebatik

Prov. Kaltim (berbatasan dg Malaysia)

Cukup luas, berpenghuni, ada kegiatan kebun yang tertata & aktivitas ekonomi lain. Terbentuk sistem kota-kota, ada rencana pengembangan kawasan industri dan dermaga

7.

P. Marore

Prov. Sulut (berbatasan dg Philipina)

 

8.

P. Miangas

Prov. Sulut ( berbatasan dg Philipina)

 

9.

P. Fani

Prov. Papua (berbatasan dg Palau)

 

10.

P. Fanildo

Luas 168,5 ha, jml penduduk 842 jiwa Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal Luas 62,2 ha, jml penduduk 631 jiwa Rawan penyelundupan senjata dan narkotika serta pendatang ilega Rawan subversi, intervensi, penyelundupan & perompakan Rawan okupasi oleh negara lain

Prov. Papua (berbatasan dg Palau)

 

Jml penduduk 110 jiwa Rawan subversi & negara lain

intervensi

11.

P. Asutubun (Kep. Tanambar)

Prov. Maluku Tenggara (berbatasan dg Timor Leste)

Rawan subversi dan interensi pihak asing

12.

P. Batek

Prov. NTT (berbatasan dg Timor Leste)

 

Luas 400 m2 , tidak berpenghuni Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal

12.

P. Wetar

Prov. Maluku tenggara (beratasan dg Timor Leste)

Rawan penyelundupan pendatang ilegal

Sumber : Dephankam 20031

1

dan

Dalam Diamar, Son (2010) Pembangunan Perkotaan Perbatasan Maritim

dan


(3) Persentase Exit-Entry Point dengan peningkatan ketersediaaan dan kualitas sarana- prasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara terpadu Persentase exit-entry point dengan peningkatan ketersediaaan dan kualitas saranaprasarana penunjang serta pelayanan lintas batas secara terpadu adalah proporsi jumlah exit-entry point sesuai kesepakatan Border Crossing Agreement yang telah dilengkapi oleh fasilitas CIQS. Indikator ini digunakan untuk mengukur dukungan terhadap aktivitas lintas batas tradisional dan internasional di kecamatan perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut:

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. C. Aspek Perekonomian Wilayah, Sumberdaya Alam, dan Lingkungan Hidup Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran hasil pada aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup meliputi : (1) Rata-rata produktivitas komoditi pertanian (padi, sawit, kelapa, cengkeh, kopi, lada, karet) kabupaten/kota pada kawasan perbatasan Produktivitas komoditas pertanian adalah rasio jumlah produksi komoditi pertanian (ton) terhadap luasan lahan (Ha). Indikator ini digunakan untuk mengukur optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya alam atau komoditi setempat. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan Hidup secara nasional, digunakan indikator ratarata produktivitas pertanian kabupaten/kota di kawasan perbatasan meliputi padi, sawit, kelapa, cengkeh, kopi, lada, dan karet. Rumus perhitungan indikator ini adalah sebagai berikut :

Semakin meningkat dinilai semakin baik.

nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya

(2) Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Indikator ini digunakan untuk mengukur sejauh mana ketersediaan kebijakan daerah yang mendukung iklim investasi/berusaha berupa pelayanan perizinan terpadu satu pintu, yang dihitung dengan mengindentifikasi Kabupaten/Kota di kawasan


perbatasan (WKP) yang telah memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) setiap tahun. Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (3) Jumlah WKP yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan kualifikasi minimal bintang 1 Indikator ini digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan perizinan terpadu satu pintu yang ada di tingkat kabupaten/kota yang dihitung dengan mengidentifikasi Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang telah memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan kualifikasi/grade minimal bintang 1 setiap tahun. Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. Melalui standar kualifikasi yang ditetapkan, Pemerintah menjadikan PTSP memiliki 4 kategori kualifikasi, yakni Bintang 4, Bintang 3, Bintang 2 dan Bintang 1. Adapun gambaran kinerja bintang PTSP, sebagai berikut: PTSP tingkat kabupaten/kota yang berkualifikasi Bintang 4 memiliki kinerja layanan: 1. Melayani perizinan dan non-perizinan yang sudah menjadi kewenangannya dengan berbasis SPIPISE; 2. Menerima dan melaksanakan penugasan urusan pemerintah di bidang penanaman modal yang lebih luas dari kualifikasi bintang 3 yang merupakan kewenangan Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan hak substitusi; PTSP tingkat kabupaten/kota berperingkat Bintang 3 memiliki kinerja layanan: 1. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis SPIPISE; 2. Menerima dan melaksanakan penugasan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal tertentu yang merupakan kewenangan Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala BKPM berdasarkan hak substitusi; PTSP tingkat kabupaten/kota berperingkat Bintang 2 memiliki kinerja layanan: 1. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis SPIPISE; 2. Menerima bimbingan pelaksanaan kewenangan pelayanan yang merupakan kewenangan Pemerintah dari Pemerintah dan/atau pemerintah provinsi;


PTSP tingkat kabupaten/kota berperingkat Bintang 1 memiliki kinerja layanan: 1. Melayani perizinan dan non-perizinan sesuai kewenangannya dengan berbasis SPIPISE; (4) Jumlah PKSN yang dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai pusat pelayanan kegiatan kawasan meliputi jaringan jalan, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, listrik, dan air bersih. Indikator ini digunakan untuk mengukur implementasi pembangunan infrastruktur perkotaan di kawasan perbatasan yang dihitung dengan mengindentifikasi jumlah Pusat Kegiatan Strategis Nasional di kawasan perbatasan (WKP) yang menjadi target bagi pembangunan jaringan jalan, pelabuhan laut, bandar udara, telekomunikasi, listrik, dan atau air bersih oleh Kementerian terkait setiap tahun. Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (5) Rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan. Rasio jumlah Industri Rumah Tangga (IRT) terhadap jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan perbatasan adalah perbandingan jumlah IRT di kecamatan perbatasan terhadap jumlah KK di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat kewirausahaan masyarakat di kecamatan perbatasan pada sektor sekunder/pengolahan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan secara nasional, digunakan rata-rata rasio jumlah Industri Rumah Tangga terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan, yang dihitung sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (6) Rata-rata rasio jumlah toko terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan Rasio jumlah toko terhadap jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan perbatasan adalah perbandingan jumlah toko di kecamatan perbatasan terhadap jumlah KK di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat kewirausahaan masyarakat di kecamatan perbatasan pada sektor tersier. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan Hidup secara nasional, digunakan rata-rata rasio jumlah toko


terhadap Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Perbatasan, yang dihitung sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (7) Jumlah Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan dikembangkan sebagai kawasan transmigrasi

(WKP)

yang

Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang dikembangkan sebagai kawasan transmigrasi adalah kabupaten yang menjadi target bagi pengembangan UPT tranmigrasi dan Kota Terpadu Mandiri. Indikator ini digunakan untuk mengukur implementasi kebijakan transmigrasi di kawasan perbatasan, yang dihitung dengan mengidentifikasi jumlah Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan (WKP) yang menjadi target bagi pengembangan kawasan transmigrasi setiap tahun. Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (8) Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton Persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton terhadap jumlah total desa. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas transportasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang sebagian besar permukaan jalannya berupa jalan aspal/beton, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (9) Rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun


Persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas transportasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan Hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 sepanjang tahun, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (10) Rata-rata Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang dapat menerima sinyal telepon seluler terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas informasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang mampu mengakses TV nasional tanpa parabola, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (11) Rata-rata persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang dapat menerima sinyal telepon seluler terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas komunikasi kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran


pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa di kecamatan perbatasan yang dapat dijangkau sinyal telepon seluler, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (12) Persentase exit-entry point dengan fasilitas perdagangan lintas batas Persentase exit-entry point dengan fasilitas perdagangan lintas batas adalah proporsi jumlah kecamatan exit-entry point sesuai kesepakatan Border Crossing Agreement yang telah dilengkapi oleh fasilitas pasar atau marketing point terhadap jumlah total exit-entry point. Indikator ini digunakan untuk mengukur dukungan terhadap aktivitas perdagangan lintas batas tradisional di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator ratarata jumlah exit-entry point di kecamatan perbatasan yang dilengkapi dengan fasilitas perdagangan lintas batas seperti pasar dan marketing outlet, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (13) Rata-rata Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki penerangan jalan utama Persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki penerangan jalan utama adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan dengan peneranagan jalan utama terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan listrik untuk kegiatan pelayanan public di keamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan dalam aspek perekonomian wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa pada masing-masing Kecamatan Perbatasan yang telah memiliki penerangan jalan utama, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :


Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, kinerjanya dinilai semakin baik. D. Aspek Pelayanan Sosial Dasar Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran hasil pada aspek pelayanan sosial dasar meliputi : (1) Rata-rata persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN dan non PLN Persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN dan non PLN adalah proporsi KK di kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN atau non-PLN terhadap jumlah total KK di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan listrik di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses listrik PLN dan non-PLN, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (2) Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter. Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang memiliki praktek dokter terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses praktek dokter, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :


Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (3) Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan. Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan adalah proporsi desa di kecamatan perbatasan yang memiliki praktek bidan terhadap jumlah total desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mampu mengakses praktek bidan, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (4) Rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas di kecamatan perbatasan adalah proporsi desa di kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas terhadap total jumlah desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemudahan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang mudah/sangat mudah mengakses puskesmas, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :


Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (5) Rata-rata Rasio puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan perbatasan Rasio puskesmas, poliklinik, pustu terhadap penduduk adalah jumlah puskesmas dan pustu per 1.000 penduduk. Indikator ini digunakan untuk mengukur aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata rasio puskesmas dan pustu per satuan penduduk di kecamatan perbatasansebagai berikut:

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (6) Rata-rata presentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memilki rumah kumuh Rasio persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki kawasan rumah kumuh adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang memiliki kawasan rumah kumuh terhadap total jumlah desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat sanitasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata presentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memilki kawasan rumah kumuh, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Semakin menurun nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (7) Rata-rata presentase KK pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memilki jamban Persentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memiliki jamban adalah proporsi jumlah desa di kecamatan perbatasan yang memiliki jamban terhadap total jumlah desa di kecamatan tersebut. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat sanitasi di kecamatan perbatasan. Untuk mengukur pencapaian


sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata presentase desa pada masing-masing kecamatan perbatasan yang memilki jamban, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Semakin meningkat nilai indikator ini dibandingkan dengan baseline, maka kinerjanya dinilai semakin baik. (8) Rata-rata rasio Guru-murid SD di kecamatan perbatasan Rasio guru SD terhadap murid SD adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar serta untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata rasio guru-murid SD di kecamatan perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut :

(9) Rata-rata rasio Guru-murid SMP di kecamatan perbatasan Rasio guru SMP terhadap murid SMP adalah jumlah guru tingkat menengah pertama per 1.000 jumlah murid pendidikan menengah pertama. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar serta mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek pelayanan sosial dasar secara nasional, digunakan indikator rata-rata rasio guru-murid SMP di kecamatan perbatasan. Rumus perhitungan sebagai berikut:

E. Aspek Kelembagaan (1) Persentase kemajuan penyusunan PP tentang pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan sesuai amanat UU 43 pasal 13 Berdasarkan UU 43 2008 pasal 13 tentang Wilayah Negara, perlu disusun Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan kewenangan Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan


Pemerintah Kabupaten sebagai penjelasan rinci tentang pembagian kewenangan dalampasal 10, 11, dan 12. Kejelasan pelaksanaan kewenangan sangat penting, karena dalam prakteknya di lapangan, terdapat berbagai persoalan yang terjadi akibat kaburnya pembagian kewenangan Pemerintah Pusat, provinsi, dan Kabupaten/Kota. Indikator ini mengukur kemajuan penyusunan PP tentang pelaksanaan kewenangan pusat-daerah dalam pengelolaan perbatasan sesuai amanat UU 43 pasal 13, dimana ditargetkan pada tahun 2013 PP ini sudah dapat diselesaikan. (2) Persentase rencana alokasi dana K/L di kawasan perbatasan dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rencana Aksi Tahunan memuat rencana kebutuhan pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan yang bersumber dari dana APBN, APBD (Povinsi dan Kabupaten/Kota), serta kontiribusi swasta. Indikator ini mengukur persentase rencana alokasi dana K/L di kawasan perbatasan dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran yang bersumber dari dana APBN dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Jika nilai indikator ini semakin mendekati 100% maka kinerjanya dinilai baik. (3) Persentase realisasi alokasi dana APBD untuk memenuhi rencana kebutuhan anggaran pengelolaan perbatasan dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rencana Aksi Tahunan memuat rencana kebutuhan pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan yang bersumber dari dana APBN, APBD (Povinsi dan Kabupaten/Kota), serta kontiribusi swasta. Indikator ini mengukur persentase rencana alokasi dana APBD provinsi dan Kabupaten/Kota di kawasan perbatasan dibandingkan dengan rencana kebutuhan anggaran yang bersumber dari dana APBD dalam Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan setiap tahun. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Jika nilai indikator ini semakin mendekati 100 % maka kinerjanya dinilai baik.


(4) Rata-rata rasio kemandirian daerah Rasio kemandirian adalah proporsi nilai Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Pendapatan Daerah. Semakin tinggi porsi PAD dalam pendapatan daerah maka kabupaten/kota perbatasan dinilai semakin mandiri. Untuk mengukur pencapaian sasaran pembangunan kawasan perbatasan dalam aspek kelembagaan secara nasional, digunakan indikator rata-rata rasio kemandirian daerah, yang dihitung sebagai berikut :

(5) Jumlah Kabupaten/kota kawasan perbatasan dengan satuan kerja dengan fungsi pengelolaan perbatasan. Indikator ini digunakan untuk mengukur kelembagaan dalam pengelolaan perbatasan sevara terintegrasi yang dihitung dengan mengindentifikasi jumlah Kabupaten/Kota yang telah memiliki satuan kerja dengan fungsi pengelolaan perbatasan.


Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Kecamatan .... Border Data-E

Tahun ...

Survei Kepuasan Masyarakat


Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun ...

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latarbelakang Pembangunan kawasan perbatasan negara merupakan amanat

yang telah tertulis pada Perpres No. 5 tahun 2010 tentang RPJMN 20102014 Perpres tersebut menetapkan sasaran-sasaran pokok pembangunan 5 (lima) tahun kedepan terkait pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. Adapun sasaran-sasaran pokoknya adalah sebagai berikut: a. Terwujudnya kedaulatan wilayah nasional yang ditandai dengan kejelasan dan ketegasan batas-batas wilayah negara; b. Menurunnya kegiatan ilegal dan terpeliharanya lingkungan hidup di kawasan perbatasan; c. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan menurunnya jumlah penduduk miskin di kecamatan perbatasan dan pulau kecil terluar; d. Berfungsinya Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pelayanan kawasan perbatasan; dan e. Meningkatnya kondisi perekonomian kawasan perbatasan, yang ditandai dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi di 38 kabupaten/kota perbatasan yang diprioritaskan penanganannya, khususnya pada 27 kabupaten perbatasan yang tergolong daerah tertinggal. Berdasarkan sasaran pembangunan jangka menengah di atas, maka fokus prioritas pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan difokuskan pada: (1) Penyelesaian penetapan dan penegasan batas wilayah negara; (2) Peningkatan upaya pertahanan, keamanan, serta penegakan hukum; (3) Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan

Survei Kepuasan Masyarakat

Halaman 1


Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun ...

perbatasan; (4) Peningkatan pelayanan sosial dasar; dan (5) Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan secara terintegrasi. Untuk

mengetahui

tingkat

kepuasan

masyarakat

terhadap

pembangunan di kawasan perbatasan, maka perlu dilakukan survei terhadap perspektif masyarakat.

1.2.

Tujuan Untuk mengetahui perspektif masyarakat terhadap pembangunan

kawasan

perbatasan

yang

ditinjau

dari

dimensi

Hankam/Hukum,

Perekonomian, Sosial dasar, dan Kelembagaan. Selain itu, pertanyaanpertanyaan terbuka pun diberikan untuk mendapatkan pemahaman mendalam terhadap perspektif tersebut. 1.3.

Keluaran (Output) Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap responden, output

yang dicapai adalah: a. Analisis deskriptif mengenai tingkat kepuasan masyarakat dalam skala likert 1-5. b. Analisis

berdasarkan

hasil

wawancara

mendalam

dengan

responden.

II.

METODOLOGI

2.1.

Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara

dan Kawasan Perbatasan (Perka BNPP No. 2 tahun 2011) telah dimulai pada tahun 2011. Dalam rangka melihat pencapaian salah satu tujuan dari

Survei Kepuasan Masyarakat

Halaman 2


Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun ...

pengelolaan BWN-KP secara jangka menengah, yaitu tingkat kepuasan masyarakat, maka perlu dilakukan survei.

2.2.

Populasi dan Sampel Penentuan lokasi survey adalah sampel dari lokasi prioritas

(kecamatan) yang telah ditetapkan di Rencana Induk .Alasan pemilihan sampel adalah—Menghemat biaya dan tenaga; Data yang dikumpulkan dan dianalisis relatif lebih sedikit dibanding sensus sehingga kualitas data yang dihasilkan relatif lebih baik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling (yakni setiap masyarakat memiliki peluang yang sama besarnya untuk menjadi responden). Lebih detail lagi, metode sampling yang digunakan adalah metode simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada populasi untuk dijadikan sampel. Dengan ini, masyarakat dianggap homogen, meskipun pada kenyataannya heterogenitas masyarakat tidak dapat dihindarkan dan tetap diperhatikan (tampak pada hasil survey: table frekuensi responden).Sementara untuk memperoleh data kualitatif menggunakan non-probability sampling, yang mana secara detail menggunakan purposive sampling.Merupakan metode penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah: 1) Mengetahui isu perbatasan; 2) Dapat merepresentasikan masyarakat.

2.3.

Data Penelitian Data yang digunakan adalah data primer melalui instrumen yaitu

kuesioner. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif menggunakan pertanyaan-pertanyaan dalam skala likert. Selain itu, survey ini juga

Survei Kepuasan Masyarakat

Halaman 3


Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun ...

menggunakan metode pertanyaan terbuka untuk mendapatkan data kualitatif.

2.4.

Pengumpulan Data Adapun pengumpulan data dan olah data statistik dilakukan

dengan: 1. Studi literatur mengenai profil Kecamatan 2. Survey lapangan untuk memperoleh data yang relevan dengan memberikan kuesioner. 3. Wawancara dan diskusi mendalam dengan tokoh masyarakat, serta masyarakat yang terdiri dari berbagai latarbelakang.

2.5.

Metode Analisis Hasil dari pengumpulan data dan informasi yang dilaksanakan baik

secara desk study, survey lapangan secara internal ataupun eksternal serta diskusi yang dilakukan dengan masyarakat. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

III.

HASIL SURVEY Hasil survey terdiri dari hasil olah data kuantitatif dan hasil survey

kualitatif dengan wawancara mendalam.

3.1.

Data Kuantitatif

TABEL FREKUENSI RESPONDEN Statistics Jenis Kelamin

Usia

Pekerjaan

Pendapatan

Lama domisili

Survei Kepuasan Masyarakat

Halaman 4


Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun ...

N

Valid Missing

Jenis Kelamin

Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Pria Wanita Total

Usia

Frequency Valid

Percent

17-21 21-30 30-45 45-60 34.00 Total

Pekerjaan

Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Pengangguran Nelayan Petani Serabutan Wiraswasta Tukang Bangunan Guru Pembantu rumah tangga Pegawai swasta Tour guide PNS Total

Pendapatan

Survei Kepuasan Masyarakat

Halaman 5


Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun ...

Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

<1000000 1000000-3000000 3000000-5000000 >5000000 Total

Lama domisili

Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

<5 tahun 5-10 tahun >10 tahun Total

STATISTIK DESKRIPTIF N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Kondisi Pos Pamtas Kondisi PLB Kondisi Fasilitas Keimigrasian di PLB Kondisi Fasilitas Karantina di PLB Kondisi Fasilitas Kepabeanan di PLB Penegakan hukum dari pelanggaran Sarana/ prasarana ekonomi Aksesibilitas perekonomian Pemasaran produk lokal Pemenuhan kebutuhan barang/ jasa Sarana/ prasarana pendidikan Sarana/ prasarana pendidikan Infrasturktur jalan Air bersih Air bersih Alat transportasi Telekomunikasi

Survei Kepuasan Masyarakat

Halaman 6


Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif Masyarakat Tahun ...

Pelabuhan darat dan laut Peran pemerintah dalam pembangunan kaw. perbatasan Valid N (listwise)

3.2.

Data Kualitatif Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas, perlu dikaji lebih lanjut

dengan wawancara mendalam dengan beberapa responden yang terdiri dari tokoh masyarakat, dan masyarakat yang memiliki keragaman latarbelakang. Adapun pertanyaan terbuka yang diajukan adalah sbb:

1.

Pertanyaan Terbuka: Program Pemerintah yang ada dari tahun: tahun 2005 tahun 2006 tahun 2007 tahun 2008 tahun 2009 tahun 2010

2.

Apakah memilih tinggal di NKRI atau negara tetangga?

3.

Dimana berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari? Apakah lebih sering di Indonesia atau negara tetangga? Dimana yang lebih nyaman/lebih dipilih? Alasan?

4.

Jika pernah tinggal di daerah non-perbatasan: apa perbedaan yang dirasakan antara tinggal di kawasan perbatasan dengan non-perbatasan?

5.

Apa saran Anda untuk pemerintah dalam rangka pembangunan kawasan perbatasan?

Survei Kepuasan Masyarakat

Halaman 7


KAJIAN EVALUASI KINERJA KELEMBAGAAN Pengelolaan Batas wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan

Konsep evaluasi sering dianggap sinonim dengan monitoring. Keduanya kendati berkaitan, sebenarnya dapat dibedakan. Apabila mengikuti alur pikir Suchman (1967), evaluasi merupakan proses melekatkan sesuatu nilai pada beberapa tujuan tertentu, dan dari tujuan itulah kemudian ditentukan derajat keberhasilannya dalam mencapai nilai-nilai yang sudah dilekatkan pada tujuan-tujuan tadi. Konsep evaluasi adakalanya juga dihubungkan dengan program atau proyek pembangunan tertentu. Casley dan Kumar (1987) misalnya, merumuskan evaluasi itu sebagai penilaian terhadap kinerja proyek dan dampaknya pada kelompok sasaran dan daerah tertentu. Scriven (sebagaimana dikutip oleh Mark, et.al., 2000:9) secara awam mencoba mengidentifikasi enam bidang besar yang dapat dievaluasi -- yang disebut dengan “Big Six” P’s -- yaitu: program (programs), kebijakan (policies), produk (products), personil (personnel), kinerja (performance), dan usulan (proposals). Mengacu pada pendapat Scriven, dapat ditegaskan bahwa hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan evaluasi adalah “bagaimana seharusnya evaluasi dilakukan” bukan “apa yang akan dievaluasi”. Hal ini didukung sepenuhnya oleh Mark, et.al. (2000:9) sebagai berikut: “This leads him (Scriven, pen.) to describe evaluations as a trans-discipline ..… at a fundamental level, the logic of evaluation is the same regardless of what being evaluated”. Dari apa yang dikemukakan diatas menjadi jelas bahwa evaluasi kinerja rencana induk pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan pada dasarnya merupakan evaluasi terhadap hasil suatu kebijakan publik. Dalam kajian ini dari “Big Six” P’s yang seperti dikemukakan diatas, maka yang akan dievaluasi adalah kinerja (performance), khususnya kinerja pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan. Namun demikian berbagai kebijakan yang ditetapkan dengan sendirinya tetap akan menjadi focus bahasan sebelum pedoman evaluasi kinerja pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan disusun. Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan sebagai alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja ini mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja itu sendiri (melalui monitoring) dan evaluasi kinerja. Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dan akuntabilitas, sedangkan evaluasi kineria merupakan tahap setelah pengukuran kineria dilakukan melalui perhitungan nilai capaian dari pelaksanaan kegiatan. Pengukuran kinerja mensyaratkan bahwa seluruh aktivitas organisasi harus dapat diukur. Pengukuran ini tidak hanya mencakup input dari program organisasi tetapi lebih


menekankan pada keluaran, proses, manfaat dan dampak dari program organisasi bagi kesejahteraan rakyat. Pengukuran kinerja suatu instansi maupun organisasi kemudian didasarkan pada kemampuan instansi maupun organisasi dalam mengelola sumberdaya (bukan hanya keuangan) yang dikelolanya, untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam rencana strategis. Dengan demikian evaluasi kinerja organisasi akan memberikan manfaat dalam: a) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk mencapai kinerja. b) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. c) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. d) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. e) Menjadi alat komunikasi antarbawahan dan pimpinan daiam rangka upaya memperbaiki kinerja organisasi. f) Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. g) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif. i) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. j) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Dalam konteks manajemen, pengukuran kinerja suatu organisasi biasanya digunakan untuk: a) Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitasnya. b) Menilai pertanggungjawaban pencapaian tujuan dan sasaran oleh manajemen atas program-program. c) Mengelola program secara efisien. d) Menyediakan data dalam rangka pelaksanaan fungsi pengendalian program. e) Membuat kebijaksanaan anggaran. f) Mengelola dan mengukur hasil program, Umpan balik bagi manajemen dalam rangka meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. g) Mempertanggungjawabkan sumber-sumber daya yang telah dipercaya kepada manajemen. Dalam pelaksanaannya, evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan meliputi : A. Tataran Kebijakan


Pada tataran ini, evaluasi kinerja yang dinilai adalah kinerja kelembagaan terkait dengan peran, fungsi, dan tugasnya. Evaluasi Kinerja Kelembagaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan secara umum menggunakan indikator 4K, yakni: -

-

-

-

Konsistensi: menilai (a) ketersediaan mekanisme dan strategi pelaksanaan, (b) ketersediaan kriteria dan sumber pembiayaan, (c) ketersediaan strategi pengelolaan pada tingkat operasional dan (d) keterkaitan antara prioritas dan pelaksanaan; Koordinasi: menilai (a) ketersediaan forum koordinasi perencanaan dan pelaksanaan dan (b) efektivitas forum koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan; Konsultasi: menilai (a) ketersediaan fasilitasi stakeholders (termasuk masyarakat) dan (b) ketersediaan informasi yang akurat bagi stakeholders (termasuk masyarakat); Kapasitas: menilai kapasitas kelembagaan pemerintah (pusat dan daerah) dalam (a) penyediaan pedoman operasional, (b) penyediaan mekanisme pemantauan, pengendalian dan pengawasan dan (c) ketersediaan sumber pembiayaan (pusat dan daerah);

Terkait dengan indikator diatas, sejumlah pertanyaan dapat terlihat pada Tabel 1 dibawah. Tabel 1 Evaluasi Kinerja Pengelolaan Batas

INDIKATOR KONSISTENSI Menilai: (a) Ketersediaan mekanisme dan strategi pelaksanaan (b) Ketersediaan kriteria dan sumber pembiayaan (c) Ketersediaan strategi pengelolaan pada tingkat operasional dan (d)Keterkaitan antara prioritas dan pelaksanaan

PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DARAT Sejauhmana Arah Kebijakan, Strategi Pengolahan, Target Dan Agenda Program Prioritas serta Lokasi Yang Termuat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Telah Dijadikan Pedoman Dalam Rangka Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Darat oleh K/L dan Daerah

A. PENGELOLAAN BATAS KEBIJAKAN OPERASIONAL PENINGKATAN HANKAM PENGUATAN DAN PENEGAKAN KAPASITAS HUKUM KELEMBAGAAN Sejauhmana Arah Sejauh mana Kebijakan, Strategi Kelembagaan Yang Pengolahan, Target Dan Permanen Dan Agenda Program Prioritas Terintegrasi dan serta Lokasi Yang Termuat Penguatan Kapasitas Dalam Rencana Induk Kelembagaan yang Pengelolaan Batas telah ditetapkan oleh Wilayah Negara Dan Pusat telah ditindakKawasan Perbatasan lanjuti di tingkat daerah Telah Dijadikan Pedoman Dalam Rangka Peningkatan Pertahanan, Keamanan Dan Penegakan Hukum Batas Darat Oleh K/L dan Daerah

PENDANAAN Sejauhmana alokasi pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/ Kota serta dari sumber lainnya Yang Sah telah dimanfaatkan sesuai dengan arahan yang ditetapkan dalam Rencana Induk dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan


INDIKATOR

KOORDINASI Menilai (a) Ketersediaan forum koordinasi perencanaan dan pelaksanaan dan (b)Efektivitas forum koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan

KONSULTASI Menilai (a) Ketersediaan fasilitasi stakeholders (termasuk masyarakat, Swasta/ Dunia Usaha) (b) Ketersediaan informasi yang akurat bagi stakeholders (termasuk masyarakat, Swasta/ Dunia Usaha)

KAPASITAS Kapasitas kelembagaan Pemerintah dalam :

PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DARAT

Sejauh mana Koordinasi telah Dilaksanakan antara Pemerintah (Antar Sektor, Pusat dan Daerah) Dalam Penyusunan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan Dan Pengendalian Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berkaitan dengan dengan Aspek Penetapan Dan Penegasan Batas Wilayah Negara Sejauhmana Mekanisme Sosialisasi Program dan Konsultasi Publik Terkait Dengan Penetapan Dan Penegasan Batas Yang Termuat dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Dilaksanakan di Daerah dan Pusat (K/L) Sejuhmana stakeholders (termasuk masyarakat) memperoleh akses thd informasi mengenai kebijakan dan program terkait dengan Penetapan dan Penegasan Batas Darat Yang Terdapat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Negara Dan Kawasan Perbatasan Sejauhmana BNPP telah memberikan arahan mengenai strategi dan prinsip dasar, struktur

A. PENGELOLAAN BATAS KEBIJAKAN OPERASIONAL PENINGKATAN HANKAM DAN PENEGAKAN HUKUM

PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN

Sejauh mana Koordinasi telah Dilaksanakan antara Pemerintah (Antar Sektor, Pusat dan Daerah) Dalam Penyusunan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan Dan Pengendalian Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berkaitan dengan dengan Aspek Peningkatan Pertahanan, Keamanan Dan Penegakan Hukum Batas Darat

Keberadaan Forum Koordinasi Perencanan dan Pelaksanan

Sejauhmana Mekanisme Sosialisasi Program dan Konsultasi Publik Terkait Dengan Peningkatan Pertahanan, Keamanan dan Penegakan Hukum Batas Darat Yang Termuat dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Dilaksanakan di Daerah dan Pusat (K/L)

Sejauhmana Kelembagaan yang Dibentuk Secara Khusus Telah Mampu Memberikan Informasi dan Fasilitasi Berkaitan Dengan Rencana Induk Dan Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Kepada Stakeholders (termasuk masyarakat, swasta/dunia usaha)

Sejauhmana peran BNPP dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan dengan pemangku kepentingan Lainnya (K/L dan Daerah ) Sejauhmana peran Badan Daerah Pengelola Perbatasan Dalam Melaksanakan Koordinasi dengan Pemangku Kepentingan Lainnya seperti SKKPD

Sejuhmana Stakeholders (termasuk Masyarakat, Swasta/Dunia Usaha) telah memperoleh akses thd informasi mengenai kebijakan dan program di bidang Peningkatan Pertahanan, Keamanan dan Penegakan Hukum Batas Darat Yang Termuat dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan

Sejauhmana BNPP telah memberikan arahan mengenai strategi dan prinsip dasar, struktur organisasi, langkah

PENDANAAN

Sejauh mana koordinasi penganggaran telah dilaksanakan oleh pusat dan daerah dan antar sector terkait dalam penyusunan RAPBN dan RAPBD yang diperuntukkan bagi pelaksanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan

Sejauhmana Musrenbang mulai dari tingkat desa hingga propinsi serta nasional menyediakan pendanaan yang memadai dalam rangka kebutuhan Pengelolaaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Sejauhmana Rencana Induk dan Rencana Aksi Sebagai Pedoman Penyelenggaraan Musrenbang Telah Dilaksanakan Sehingga Pendanaan Yang Direncanakan Sesuai dengan Kebutuhan Stakeholders

Sejauhmana Sektor (K/L) dan daerah telah memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang kebijakan dan

Sejauhmana skema rencana pendanaan dan pengalokasian dana untuk penetapan dan


INDIKATOR i) Penyediaan Pedoman Operasional ii) Penyediaan Mekanisme pemantauan, pengendalian dan pengawasan

PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DARAT organisasi, langkah pelaksanaan, komponen program, mekanisme pencairan dan penyaluran dana serta rencana penggunaan anggaran sudah disosialisasikan di Pusat dan Daerah Berkaitan Dengan Aspek Penetapan Dan Penegasan Batas Darat

A. PENGELOLAAN BATAS KEBIJAKAN OPERASIONAL PENINGKATAN HANKAM PENGUATAN DAN PENEGAKAN KAPASITAS HUKUM KELEMBAGAAN pelaksanaan, komponen strategi serta perlu program, mekanisme disusunnya Rencana pencairan dan penyaluran Induk Dan Rencana Aksi dana serta rencana Pengelolaan Batas penggunaan anggaran Wilayah Dan Kawasan sudah disosialisasikan di Perbatasan Secara Pusat dan Daerah Terintegrasi Berkaitan Dengan Aspek Peningkatan Pertahanan, Keamanan Di Batas Darat

PENDANAAN penegasan batas darat, peniongkatan pertahanan, keamanan dan penegakan hukum batas darat telah terrealisisr sebagai dasar untuk menentukan pendanaan yang masih diperlukan.

Dengan dilandasi berbagai pertanyaan pada Tabel 1 diatas, selanjutnya Kriteria Kinerja Kelembagaan dengan indikator 4K diatas dijabarkan lebih mendetail dengan SubKriteria sebagai berikut: a. Proses Pembentukan Kelembagaan Pengelola Perbatasan, dengan indikator : - Dalam Tahap Proses Pembentukan Kelembagaan - Tahapan Rancangan SK - Sudah Ada Surat Keputusan Pembentukan Kelembagaan Pengelolala Kawasan Perbatasan b. Agenda Kegiatan Kelembagaan Pengelola Perbatasan, dengan indikator : - Belum dirumuskan - Sudah ada perumusan - Sudah ada ketetapan c. Jenis Kegiatan yang dilaksanakan, dengan indikator : - Perijinan - Kasus penyelesaian masalah - Membahas tugas pokok organisasi ( koordinasi, sosialisasi, konsultasi dsb ) d. Frekwensi Sidang/Pertemuan, dengan indikator: - <3 - 3 – 6 kali - > 6 kali e. Efektifitas Kerja Badan Pengelolan Kawasan Perbatasan, dengan indikator : - Tidak selalu dihadiri oleh anggota Badan - Hadir, tapi sering diwakili - Selalu dihadiri anggota Badan f. Tantangan dan Kendala, dengan indikator: - Didominasi masalah keuangan


-

Didominasi masalah administrasi Didominasi masalah teknis

B. Tataran Operasional Lingkup Penyusunan Instrumen Evaluasi Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan mencakup ruang lingkup Perencanaan, Pemanfaatan dan Pelaksanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan, dan Pengawasan Dan Pengendalian terhadap Pelaksanaan dari perencanaan yang telah dirumuskan, beserta komponennya. Substansi yang harus ada dalam perencanaan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan adalah sebagai berikut: Tabel 2 Substansi Kriteria-Sub Kriteria dalam Aspek Perencanaan NO. 1.

2.

3.

SUB KRITERIA

INDIKATOR

Kinerja Perencanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Peran Badan Nasional/ - Merumuskan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Daerah Pengelola Perbatasan Sendiri Perbatasan - Merumuskan dan melibatkan instansi lain secara terkoordinatif - Mengikutsertakan masyarakat Kelengkapan Muatan Tingkat kelengkapan dan kedalaman/keabsahan data; Rencana Induk Metode pendekatan dan hasil analisa telah digunakan dengan tepat, tajam, mendalam dan komprehensif serta ada relevansi antara metode dengan hasil analisa; Adanya keterkaitan antara visi, misi, dan tujuan dengan arahan kebijakan, strategi pengelolaan (strategi, sasaran strategis, indikator dan target), dan program pada rencana pengelolaan BWN & KP; Kelengkapan Muatan Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan serta terstrukturnya tidaknya penyampaian rencana pengelolaan BWN & KP; Muatan Rencana (Induk dan Aksi) meliputi Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Darat dan Kawasan Perbatasan Darat, dan Rencana Induk Pengelolaan Batas Maritim dan Kawasan Perbatasan Maritim. Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Darat meliputi: (i) aspek penetapan dan penegasan batas darat ; (ii) aspek pertahanan, keamanan dan penegakan hukum batas darat, (iii) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola batas darat; Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Darat yang meliputi : (i) aspek pertahanan, keamanan dan penegakan hukum kawasan perbatasan darat, (ii) aspek peningkatan pertumbuhan kawasan perbatasan darat, (iii) aspek pelayanan sosial dasar dan budaya kawasan perbatasan darat, (iv) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola kawasan perbatasan darat; Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Batas Maritim meliputi: (i) aspek penetapan dan penegasan batas laut; (ii) aspek peningkatan pertahanan, keamanan dan penegakan hukum batas laut, (iii) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola batas laut; Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Maritim meliputi: (i) aspek peningkatan pertahanan, keamanan dan penegakan hukum kawasan perbatasan laut, (ii) aspek peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan laut, (iii) aspek peningkatan pelayanan social dasar dan budaya di kawasan perbatasan laut, (iv) aspek penguatan kapasitas kelembagaan pengelola kawasan perbatasan laut; Pengesahan Rencana Rencana Induk Belum Disahkan Induk Rencana Induk dalam Proses Pengesahan Rencana Induk Sudah Disahkan


NO. 1.

2.

-

SUB KRITERIA

INDIKATOR

Kinerja Pemanfaatan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Efektivitas Program - < 50 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana yang Termuat dalam induk Rencana Induk - 50 – 75 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk - > 75 % ijin yang dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk Penggunaan Rencana - Rencana Induk tidak dijadikan sebagai rujukan dalam Musrenbang Induk Dalam - Rencana Induk dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam Musrenbang Musrenbang - Rencana Induk telah dijadikan salah satu rujukan utama dalam Musrenbang Kinerja Pengawasan dan Pengendalian Pengeloaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Kegiatan Pengawasan kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan terhadap kinerja pengaturan, dan Penertiban pembinaan, dan pelaksanaan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan untuk menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan, terselenggaranya upaya pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, dan terjaminnya pelaksanaan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan - Belum dilaksanakan - Sudah dilaksanakan tapi tidak teratur dan tidak berkelanjutan - Dilaksanakannya secara tertib/teratur dan berkelanjutan Penetapan peraturan aturan perijinan, perangkat insentif dan disinsentif pengelolaan perizinan, pemberian batas wilayah negara dan kawasan perbatasan: insentif dan disinsentif, - Belum ada serta pengenaan sanksi - Masih dalam proses - Sudah ada dalam bentuk perundangan Pembagian tugas antar Seluruh kegiatan pengawasan dan pengendalian pengelolaan batas wilayah negara instansi dan kawasan perbatasan: - dilaksanakan oleh Badan Nasional/daerah Pengelola Perbatasan - Didominasi oleh Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan - Ada pembagian tugas antar instansi

Dengan didasari uraian pada Tabel 2 diatas, maka dibuat format evaluasi pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan dengan kriteria, sub-kriteria serta pembobotannya dalam rangka Evaluasi Kinerja Pengelolaan batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan serta pembobotannya dapat dilihat pada Tabel 3-6. Tabel 3 Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan A. Kriteria: Badan Nasional/ Daerah Pengelola Perbatasan BOBOT KRITERIA A

SUB KRITERIA B

Proses Pembentukan Kelembagaan Pengelola Perbatasan

SUB KRITERIA C

D Dalam Tahap Proses Pembentukan Kelembagaan Tahapan Rancangan SK

0,0417

0,2500 Agenda Kegiatan Kelembagaan Pengelola Perbatasan

INDIKATOR

0,0417

Sudah Ada Surat Keputusan Pembentukan Kelembagaan Pengelolala Kawasan Perbatasan Belum dirumuskan Agenda Kegiatan Sudah ada Perumusan Sudah Ada Ketetapan

BOBOT INDIKATOR E 10 20 30 10 20 30

NILAI G=DXF F


BOBOT KRITERIA A

SUB KRITERIA C

SUB KRITERIA B Jenis Kegiatan Yang Dilaksanakan

0,0417

Frekwensi Sidang/ Pertemuan

0,0417

Efektifitas Kerja Badan Pengelolan Kawasan Perbatasan

0,0417

Tantangan dan Kendala

0,0417

INDIKATOR D Perijinan Kasus penyelesaian masalah Membahas tugas pokok organisasi (koordinasi, sosialisasi, konsultasi dsb) < 3 per tahun 3 – 6 kali/Tahun > 6 kali/Tahun Tidak selalu dihadiri oleh anggota Badan Hadir, tapi sering diwakili Selalu dihadiri anggota Badan Didominasi masalah keuangan Didominasi masalah administrasi Didominasi masalah teknis

BOBOT INDIKATOR E 10

NILAI G=DXF F

20 30 10 20 30 10 20 30 10 20 30

Tabel 4 Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi B. Kriteria: Perencanaan Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan BOBOT KRITERIA A

SUB KRITERIA B Peran Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan

0,2500

Kelengkapan Muatan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan

Pengesahan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan

SUB KRITERIA C

0,0625

0,0625

0,0625

INDIKATOR D Merumuskan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Sendiri Merumuskan dan melibatkan instansi lain secara terkoordinatif Mengikutsertakan masyarakat Tidak memenuhi 4 persyaratan: 1) Tingkat kelengkapan dan kedalaman/keabsahan data 2) Metode pendekatan dan hasil analisa telah digunakan dengan tepat, tajam mendalam dan komprehensif serta ada relevansi antara metode dengan hasil analisa 3) Adanya keterkaitan antara visi, misi, dan tujuan dengan arahan kebijakan, strategi pengelolaan (strategi, sasaran strategis, indikator dan target), program rencana pengelolaan BWN & KP 4) Kelengkapan Muatan Rencana (Induk dan Aksi) Pengelolaan BWN & KP serta terstrukturnya penyampaian rencana pengelolaan BWN & KP Ada diantara 4 persyaratan tidak dipenuhi Memenuhi seluruh persyaratan Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP Belum Disahkan Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP dalam Proses Pengesahan Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP Sudah Disahkan

BOBOT INDIKATOR E 10 20 30

10

20 30 10 20 30

NILAI F=CXE F


BOBOT KRITERIA A

SUB KRITERIA B

SUB KRITERIA C

Publikasi/ Pemasyarakatan

0,0625

INDIKATOR D Rencana Induk Disebarkan Di kalangan Terbatas Rencana Telah Dikirim Ke Stakeholders Terkait Secara Meluas Rencana Telah Dipublikasikan ke Radio, Koran, talkshow dan Media Lainnya

BOBOT INDIKATOR E

NILAI F=CXE F

10 20 30

Tabel 5 Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi C. Kriteria: Pemanfaatan Rencana Induk BOBOT KRITERIA A

SUB KRITERIA B

Efektivitas Program Yang Termuat Dalam Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan dan Pembiayaannya

SUB KRITERIA C

0,1250

0,2500

Penggunaan Rencana Induk Dalam Musrenbang

0,1250

INDIKATOR D < 50 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk pengelolaan BWN & KP 50 – 75 % ijin dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk BWN & KP > 75 % ijin yang dikeluarkan sesuai dengan program yang termuat dalam rencana induk BWN & KP Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP tidak dijadikan sebagai rujukan dalam Musrenbang Rencana Induk Pengelolaan BWN & KP dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam Musrenbang Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan telah dijadikan salah satu rujukan utama dalam Musrenbang

BOBOT INDIKATOR E

NILAI F=CXE F

10

20

30

10

20

30

Tabel 6 Matrik Kriteria dan Indikator Kinerja Serta Pembobotannya dalam Rangka Evaluasi D. Kriteria: Pengawasan dan Pengendalian Rencana Induk Pengelolaan BWN dan KP BOBOT KRITERIA A

0,250

SUB KRITERIA B

Kegiatan Pengawasan dan Penertiban

SUB KRITERIA C

0,0833

INDIKATOR D kegiatan pemantauan, evaluasi,dan pelaporan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan pengelolaan BWN & KP untuk menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan, terselenggaranya upaya pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, dan terjaminnya pelaksanaan pengelolaan BWN & KP:

BOBOT INDIKATOR E

10

NILAI F=CXE F


BOBOT KRITERIA A

SUB KRITERIA C

SUB KRITERIA B

Penetapan peraturan perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi :

0,0833

Pembagian tugas antar instansi

0,0833

INDIKATOR D Belum dilaksanakan Sudah dilaksanakannya, tapi tidak teratur dan tidak berkelanjutan Dilaksanakannya secara tertib/teratur dan berkelanjutan aturan perijinan, perangkat insentif dan disinsentif pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan: Belum ada masih dalam proses Sudah ada yang disahkan dalam bentuk peraturan perundangan Seluruh kegiatan pengawasan dan pengendalian pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan dilaksanakan oleh: Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan Didominasi oleh Badan Nasional/Daerah Pengelola Perbatasan Ada pembagian tugas antar instansi

BOBOT INDIKATOR E

NILAI F=CXE F

20 30

10 20 30

10

20 30

Berdasarkan Tabel 3-6 diatas, maka pengelompokan atau kategori hasil evaluasi kinerja Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan terlihat pada Tabel 7. Tabel 7 Range Skor Penentuan Hasil Penilaian Evaluasi Kinerja Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan No

Range Skor

Hasil Penilaian (Kategori)

1

23.34 – 30.01

Amat Baik

2

16.67 – 23.34

Cukup Baik

3

10.00 – 16.67

Kurang Baik


Dibuat sebagai ilustrasi wilayah kedaulatan dan yurisdiksi untuk menjadi sarana komunikasi dan pendidikan politik bagi masyarakat tentang bentuk visual wilayah Nusantara. Peta ini menggambarkan pencapaian hasil berbagai perundingan bilateral, trilateral maupun multilateral sejak Deklarasi Djuanda sampai sekarang.

Perbatasan Darat RI-Malaysia Panjang Garis batas Indonesia Malaysia 2.004 Km Garis Perbatasan Darat di Provinsi Kal-Bar. Batas yang memisahkan wilayah NKRI dengan wilayah Serawak Malaysia: 966 Km Garis Perbatasan Darat di Provinsi Kalimantan Timur. Batas yang memisahkan wilayah NKRI dengan Negara bagian Sabah dan Serawak Malaysia: 1.038 Km Jumlah Pilar terpasang 19.328 Pilar batas - Adanya kendala teknologi penentuan posisi (astronomi, Doppler dan GPS) diperlukan CBDRF - Masih dilaksanakan Joint Mapping ( skala 1: 50.000 , 45 nlp)

Perbatasan Darat RI-PNG • Perjanjian Tahun 1973 – hasil demarkasi terdapat 14 MM dan densifikasi 38 titik • Peta Batas Skala 1:50.000 sebanyak 27 lembar • Masih dilaksanakan pengukuran CBDRF di 14 pilar ( kendala teknologi penentuan posisi) • Perbatasan darat antara Indonesia dan PNG berjarak: 820 Km


Perbatasan Darat RI-Timor Leste - Demarkasi & pemeliharaan pilar batas - Pembuatan peta wilayah kecamatan perbatasan RI-RDTL 45nlp skala 1: 25.000 - pembangunan sistem datum geodesi bersama - Perbatasan darat RI - Timor Leste berjarak: 268,8 Km - Perbatasan Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Distrik Covalima dan Distrik Bobonaro (Timor Leste): 149,1 Km - Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTU yang berbatasan langsung dengan Distrik Oecussi yang merupakan wilayah enclave Timor Leste: 119,7 Km

Produk Peta Dasar Rupabumi Indonesia (RBI) Bakosurtanal tersedia pada :  Skala 1:250.000 ; 1:50.000 ; 1:25.000 diproduksi secara sistematis mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  Cakupan Peta Dasar RBI skala 1:250.000 telah diperluas, status cakupan produksi terakhir s/d tahun 2002.  Untuk skala 1:50.000, akumulasi setiap tahunnya selalu bertambah, mencakup wilayah Kalimantan, Maluku, Papua, dan sebagian Sumatera, status cakupan produksi s/d tahun 2010.  Untuk skala 1:25.000, hanya mencakup wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, serta sebagian Maluku, termasuk wilayah Pulau Nias - Sumatera Utara dan Memberamo Papua, status cakupan produksi s/d tahun 2000 Status Tahun 2010 : Penyediaan Peta Dasar Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Skala 1:250.000 Skala 1:250.000 tersedia 246 nlp dari 306 nlp

Status Tahun 2010 : Penyediaan Peta Dasar Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Skala 1:50.000 Skala 1:50.000 tersedia 2363 nlp dari 3888 nlp

Status Tahun 2010 : Penyediaan Peta Dasar Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Skala 1:25.000 Skala 1:25.000 tersedia 1775 nlp dari 13005 nlp


PETA KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI 12 PROVINSI BERDASARKAN DESAIN BESAR PENGELOLAAN BWN-KP (BNPP) DAN RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (BKPRN)











ID

Nama Pulau Terluar

Desa

Kecamatan

Rondo, Berhala, Salaut Besar, Salaut Kecil, Rusa, Raya, Simeulucut

Kabupaten

Propinsi

Keberadaan Penduduk

Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, Nongsa

Luas (km2)

Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Manterawu, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas, Marampit, Intata, Kakarutan

Berhala Liki, Bepondi, Bras, Fanildo, Miossu, Fani, Budd, Jiew

Simuk, Wunga

Sibarubaru, Sinyaunyau, Mega

Enggano Batu Kecil

Deli Manuk, Nusakambangan

Sophialouisa Panehan, Sekel, Barung

Dana (ada 2), Batek, Alor, Mangudu, Liran Wetar, Kisar, Leti, Meatimiarang

Peta Ilustrasi Letak 92 Pulau Kecil Terluar (PPKT)

Masela, Selaru, Batarkusu, Asutubun, Larat, Batu Goyang, Enu, Karang, Kultubai Selatan, Kultubai Utara, Panambulai, Karaweira, Ararkula, Laag, Kolepon

Sarana


DAFTAR PULAU-PULAU KECIL TERLUAR ID 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nama Pulau Terluar Sentut Tokongmalangbiru Damar Mangkai Tokongnanas Tokongbelayar Tokongboro Semiun Sebetul Sekatung

Desa

Kecamatan

Kabupaten

Propinsi

Keberadaan Penduduk

Mapur Kiabu Mampok Keramut Telaga Mubur Air Payang Air Payang Air Payang Air Payang

Bintan Pesisir Siantan Jemaja Jemaja Siantan Palmatak Pulau Laut Pulau Laut Pulau Laut Pulau Laut

Bintan Natuna Natuna Natuna Natuna Natuna Natuna Natuna Natuna Natuna

Kep. Riau Kep.Riau Kep.Riau Kep.Riau Kep.Riau Kep.Riau Kep.Riau Kep.Riau Kep.Riau Kep.Riau

0 0 0 penjaga mercusuar 0 0 0 0 0 0

11 Senua 12 Subi Kecil

Sepempang Subi Kecil

Bunguran Timur Subi

Natuna Natuna

Kep.Riau Kep.Riau

0 ada

13 Kepala 14 Sebatik 15 Gosong makasar

Air Nusa Tanjung Karang, Sebelah tenggara sebatik

Serasan Sebatik Sebatik

Natuna Nunukan Nunukan

Kep.Riau Kal-Tim Kal-Tim

0 ada 0

16 17 18 19 20 21

Bohe silian, Ogotua Kapas Sentigi Kwangdang

Maratua Talisayang Dampal Utara Tolitoli Utara Tolitoli Utara Pinogaluman

Kal-Tim Kal-Tim Sul-Teng Sul-Teng Sul-Teng Sulut

2.818 Jiwa (th 2004) 6 ada 7 0 0

22 Manterawu

Tangkasi, Buhias, Tinongko, Bango

Wori

Berau Berau Toli-toli Toli-toli Toli-toli Boolang Mongondaw Utara Minahasa Utara

23 Makalehi

Makalehi

Siau Barat

Siau Tagulandang Biaro Sulut

24 25 26 27 28 29 30 31

Kawalusu Kawio Marore

Kendahe Kendahe Tabukan Utara Tabukan Utara Nanusa Nanusa Nanusa Nanusa

Sangihe Sangihe Sangihe Sangihe Kepulauan Talaud Kepulauan Talaud Kepulauan Talaud Kepulauan Talaud

Maratua Sambit Lingian Salando Dolangan Bangkit

Kawalusu Kawio Marore Batubawaikang Miangas Marampit Intanta Kakarutan

Miangas Marampit Kakarutan Kakarutan

Sulut

Sulut Sulut Sulut Sulut Sulut Sulut Sulut Sulut

4 kampung: tangkasai, buhias, tinongko, bangu 4 desa ada 3 dusun 562 n/a 680 1273 ada 784

Luas (km2)0.1 0.2 0.25 2.27 0.1 0.1 0.02 1 0.2 0.3

Sarana Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar, Radio satelit, SSB dan jaringan listrik

0.32 7 Suar, bangunan ibadah, bangunan sekolah, jalan aspal 0.2 Suar 247.47 0.02 Menara lampu navigasi. 384.36 Suar 0.18 Suar 200 Suar 0.3 Suar 1.2 0.5 Suar 7 6.5 100 0.9 3.12 Suar 0.9 Suar 39.95 Suar 12 0.15 3.15


ID

Nama Pulau Terluar

Desa

Kecamatan

Kabupaten

Propinsi

Keberadaan Penduduk

32 33 34 35 36 37 38 39 40

Jiew Budd Fani Miossu Fanildo Bras Bepondi Liki Kolepon

Gemia Dorekar Rutum Werur Mapia Mapia Masyai Liki (Sobey) Kumbis, Batu Merah, Turiram, Komolom, Tabonji, Iramoro, Yeraha

Patani Utara Ayau Ayau Sausapor Supiori Utara Supiori Utara Supiori Utara Sarmi Kimaam

Halmahera Tengah Raja Ampat Raja Ampat Sorong Supiori Supiori Supiori Sarmi Marauke

Malut Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Papua Papua Papua Papua

41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Laag Ararkula Karaweira Penambulai Kultubai Utara Kultubai Selatan Karang Enu Batugoyang Larat

Omor Selmona Mariri Warabal (Rabal) Mesiang/Gomo-Gomo Longgar/ Apara Longgar/ Apara Gomo-gomo Petuanan Desa Batu Goyang Lamdessar Timur

Agats Aru Tengah Aru Tengah Aru Tengah Aru Tengah Aru Tengah Aru Selatan Aru Selatan Aru Selatan Tanimbar Utara

Asmat Kepulauan Aru Kepulauan Aru Kepulauan Aru Kepulauan Aru Kepulauan Aru Kepulauan Aru Kepulauan Aru Kepulauan Aru Maluku Tenggara Barat

Papua Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku

51 Asutubun

Amdasa dan Olilit (desa terdekat)

Tanimbar Selatan

Maluku Tenggara Barat Maluku

0

52 Selaru

Namtabung, Lengat, Werain, Raima, Kandar, Adaut

Selaru

Maluku Tenggara Barat Maluku

11,488

Selaru

Maluku Tenggara Barat Maluku

0

53 Batarkusu

ada 920 prajurit TNI AD 0 0 ada ada ada 13332

0 0 0 240 0 0 0 0 0 19.765 Jiwa

Luas (km2)0.7 0.6 9 Suar 0.84 Suar 0.1 3.375 2.5 6 Suar 11.62 1 1 2 60 2 0.6271 3.827 16.74 29.6 176 3.6 Suar 120 0.03 Suar

54 Masela

8 desa

Babar Timur

Maluku Tenggara Barat Maluku

2.879 Jiwa

55 Meatimiarang

8 desa

Mdona Hiera

Maluku Tenggara Barat Maluku

0

1.33 Suar

Lemola

Maluku Tenggara Barat Maluku

10.548 Jiwa

93.5 Suar

PP Terselatan PP Wetar PP Wetar Kalabahi Amfoang Timur Rote Barat Daya Raijua Karera

Maluku Barat Daya Maluku Barat Daya Maluku Barat Daya Alor Kupang Rote Ndau Kupang Sumba Timur

56 Leti 57 58 59 60 61 62 63 64

Kisar Wetar Liran Alor Batek NDana Dana Mangudu

4 desa 14 desa Ustutun, Manoha, Usbisheira Netemnanu Utara Oeseli Ledeunu Praimadeta

Maluku Maluku Maluku NTT NTT NTT NTT NTT

7.286 jiwa ada 660 3769-nelayan 0 0 0 0

55

90 3,624 34.3 1950 0.1 13 2 1

Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar

Sarana


ID

Nama Pulau Terluar

65 66 67 68 69 70 71 72 73

SophiaLouisa Barung Sekel Panehan Nusakambangan Manuk Deli Batu Kecil Enggano

74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

Mega Sibarubaru Sinyaunyau Simuk Wunga Simeulucut Salaut Besar Raya Rusa Benggala Rondo Berhala Batumandi Iyu Kecil Karimun Kecil Nipah Pelampong Batuberhanti Nongsa

Desa Buwun Mas Puger Prigi Munjungan dan Singgihan Tambakreja Cimanuk Cikiruh Wetan Bandardalam Malakoni, Apoho, Meok, Banjarsari, Kaana, Kahyapu Banjarsari Limau Sua Muara Siberut Gobe, Mauva, Gondia, Silina Kampung Air Lewak Pulo Raya Saney, Utamong, Kareun Ujung Ba'u

Kei Pongkar Kei Pongkar Pomping Pemping Tanjungsari Nongsa Pantai

Kecamatan

Kabupaten

Propinsi

Sekotong Puger Watulimo Watulimo Cilacap Selatan Cikalong Cikeusik Krui Enggano

Lombok Barat Jember Trenggalek Trenggalek Cilacap Tasikmalaya Pandeglang Lampung Barat Bengkulu Utara

NTB Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Banten Lampung Bengkulu

Enggano Pagai Selatan Siberut Selatan Pulau-pulau Batu Afulu Simeuleu Tengah Alafan Sampoiniet Lok Nga Sukakarya Sukakarya Tanjungberingin Pasirlimau Kapuas Tebing Tebing Belakang Padang Belakang Padang Sekupang Nongsa

Bengkulu Utara Mentawai Kepulauan Mentawai Nias Selatan Nias Simeuleu Simeuleu Aceh Jaya Aceh Besar Sabang Sabang Serdang Bedagai Rokan Hilir Karimun Karimun Batam Batam Batam Batam

Bengkulu Sum-Bar Sum-Bar Sum-Ut Sum-Ut NAD NAD NAD NAD NAD NAD Sum-Ut Riau Kep-Ri Kep-Ri Kep-Ri Kep-Ri Kep-Ri Kep-Ri

Keberadaan Penduduk 0 0 0 0 12699 0 petugas 2 bagian 0 ada 0 0 ada 3000 23 KK 55 0 312 0 0 prajurit TNI AL prajurit TNI AL 0 pos TNI AL ada pos TNI AL 0

0 rmh penjaga

Luas (km2) 0.01 100 0.03 0.02 210 Ada 0.1 14.5 0.67 402 Ada 5.7 2.05 0.65 6 9 7.5 2.5 2 1 0.006 0.4 2.5 20 50 8 3600 2 0.002 0.004

Ada Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar Suar

Sarana



1.

NO

NAMA P. Rondo

LOKASI Prov. NAD (berbatasan dengan India)

2.

P. Berhala

Prov. Sumut (berbatasan dengan Malaysia)

3.

P. Nipa

Prov. Riau (berbatasan dengan Singapura)

4.

P. Sekatung

Prov. Riau (berbatasan dengan Vietnam)

5.

P. Sebatik

Prov. Kaltim (berbatasan dengan Malaysia)

6.

P. Marore

Prov. Sulut (berbatasan dengan Philipina)

7.

P. Marampit

Prov. Sulut (berbatasan dengan Philipina)

8.

P. Miangas

Prov. Sulut (berbatasan dengan Philipina)

9.

P. Fani

Prov. Papua (berbatasan dengan Palau)

10.

P. Fanildo

Prov. Papua (berbatasan dengan Palau)

P. Bras

Prov. Maluku (berbatasan dengan Timor Leste)

11.

P. Batek

Prov. NTT (berbatasan dengan Timor Leste)

12.

P. Dana

Prov. NTT (berbatasan dengan Timor Leste)

KONDISI  Luas 0,25 mil dan tdk berpenghuni.  Tempat penyelundupan senjata  Fungsi : pertahanan negara  Tidak berpenghuni  Tempat penyelundupan & rawan perampokan  Fungsi : pertahanan negara  Luas 10 ha, tdak berpenghuni.  Terjadi perubahan garis pantai akibat pengambilan pasir.  Fungsi : pertahanan negara  Luas 22 km2, tidak berpenghuni  Rawan penyelundupan & imigran gelap  Fungsi : Pertahanan negara  Cukup luas, berpenghuni, ada kegiatan kebun yang tertata & aktivitas ekonomi lain.  Terbentuk sistem kota-kota, ada rencana pengembangan kawasan industri dan dermaga  Luas 168,5 ha, jml penduduk 842 jiwa  Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal  Luas 12 km2, jml penduduk 1.273 jiwa  Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal  Luas 62,2 ha, jml penduduk 631 jiwa  Rawan penyelundupan senjata dan narkotika serta pendatang ilegal 2

 Rawan subversi, intervensi, penyelundupan & perompakan  Rawan okupasi oleh negara lain  Jml penduduk 110 jiwa  Rawan subversi & intervensi negara lain  Luas 3,375 km2, ada penduduk, tidak ada suar  Pencurian dan penangkapan sumberdaya perikanan dan biota laut oleh kapal asing  Luas 400 m2 , tidak berpenghuni  Rawan penyelundupan dan pendatang ilegal  Luas 2 km2 , tidak berpenghuni, tidak ada suar  Letaknya yang berada di laut lepas dengan gelombang besar menyebabkan rawan abrasi





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.