Format s5 kfcp baseline forest characteristics indo v4final na

Page 1

LAPORAN KERJA TEKNIS

Monitoring Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP Tinjauan karakteristik hutan rawa gambut Laura L. B. Graham, Tri Wahyu Susanto, Fransiscus Xaverius, Eben Eser, Didie, Andri Thomas, Salahuddin, Abdi Mahyudi, dan Grahame Applegate. Kalimantan Forests and Climate Partnership


Monitoring Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP Tinjauan karakteristik hutan rawa gambut Penulis

: Laura L. B. Graham, Tri Wahyu Susanto, Fransiscus Xaverius, Eben Eser, Didie, Andri Thomas, Salahuddin, Abdi Mahyudi, dan Grahame Applegate.

Penyunting

: Lis Nurhayati

Penelaah

: Sulistyo A. Siran dan Rachael Diprose

Tata Letak

: James Maiden, Nanda Aprilia dan Stella Pongsitanan

Maret 2014


LEMBAR PENGAKUAN Laporan penelitian ilmiah ini disusun oleh Tim Penanggulangan Kebakaran (Fire Management Team) Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP). Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota tim atas masukan yang diberikan untuk laporan ini, khususnya kepada Tri Wahyu Susanto dan Laura Graham. Kami juga berterima kasih kepada Abdi Mahyudi dan Grahame Applegate atas panduan teknis di lapangan, Fatkhurohman atas penyediaan data dan dukungan teknis lainnya, Rachael Diprose dan Lis Nurhayati atas bantuannya menyiapkan makalah ini dan makalah-makalah yang lainnya, Sulistyo. A. Siran atas penelaahan teknisnya, dan terakhir kepada tim komunikasi (James Maiden, Nanda Aprilia dan Stella Pongsitanan) untuk tata letak dan desain.

Penelitian ini diselenggarakan atas kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Australia. Namun, analisa dan temuan yang tercantum di dalam makalah ini mencerminkan pandangan para penulis dan tidak mewakili pandangan kedua pemerintah tersebut. Segala kesalahan dan kekeliruan merupakan milik penulis. Makalah ini merupakan laporan kerja teknis yang bersifat ilmiah, sehingga kedepannya dimungkinkan adanya penyempurnaan untuk mengakomodasi masukan dan bukti baru.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page ii


RINGKASAN EKSEKUTIF Indonesia memiliki hutan dan lahan gambut tropis terbesar di dunia. Hutan dan lahan gambut menyediakan berbagai jasa lingkungan yang penting, antara lain: penyimpanan karbon, pengaturan tata air (hidrologi), keanekaragaman hayati yang tinggi dan sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Hutan dan lahan gambut tropis menjadi terdegradasi, terutama dikarenakan konversi lahan dan penebangan yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan kebakaran dan banjir. Mengingat kawasan hutan yang telah terdegradasi menyebabkan hilangnya berbagai jasa lingkungan, maka hutan dan lahan gambut tropis telah menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan REDD+. Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP) adalah salah satu inisiatif untuk mengujicoba REDD+ di areal lahan gambut tropis di Provinsi Kalimantan Tengah. KFCP berupaya untuk mengujicoba metode dan pendekatan REDD+ yang efektif yang meliputi pemantauan stok dan emisi karbon, dengan tetap memperhatikan kesejahteraan bagi masyarakat yang terkena dampak program. Meskipun fokus program adalah gambut, namun pemantauan hutan juga menjadi fokus program yang sama pentingnya. Hutan rawa gambut tropis melindungi gambut melalui sistem perakaran yang dapat menahan gambut di tempatnya, sehingga dapat mengurangi erosi dan penurunan tanah, mengontrol kanopi hutan, serta menjaga kondisi lingkungan tetap baik sehingga pengeringan dan oksidasi gambut dapat dicegah. Selain itu, hutan rawa gambut juga menyimpan sejumlah besar karbon dan keanekaragaman hayati. Wilayah kerja KFCP mencakup 120.000 ha kawasan hutan gambut tropis dengan kualitas hutan yang bervariasi, mulai dari: hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, semak, belukar sampai dengan rumput yang telah terdegradasi. Seluruh kondisi hutan tersebut berada dalam tahap regenerasi atau sukses. Berkaitan dengan hal tersebut, maka KFCP telah menyusun program untuk mengadakan pemantauan terhadap vegetasi yang dapat mewakili semua kondisi hutan yang ada. Melalui pemantauan vegatasi akan dapat diketahui mengenai rincian kondisi lingkungan di setiap jenis hutan dan pengaruhnya terhadap hutan, serta tingkat kecepatan perubahan karakteristik hutan, baik yang mengarah ke positif atau negatif. Data yang telah dikumpulkan dapat langsung ditampilkan guna mendukung Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) dan metode pengukuran di lapangan. Analisis yang dikembangkan dari data tersebut juga dapat membantu pengembangan program di masa yang akan datang. Laporan ini akan membahas hasil penelitian yang berkaitan dengan karakteristik dasar hutan di berbagai lokasi di wilayah KFCP. Temuan penelitian tersebut meliputi kepadatan, jumlah spesies, dan basal area (sebagai proksi untuk biomassa) untuk delapan lokasi, dan juga pengaruh jarak dari kanal terhadap kondisi vegetasi. Penelitian ini dilaksanakan di delapan lokasi, dimana masing-masing lokasi dapat mewakili delapan kondisi hutan. Pada setiap lokasi, didirikan 12 plot permanen (atau Petak Ukur Permanen/PUP) untuk memperoleh plot/data replikasi guna menentukan tren (kecenderungan) dan melihat dampak jarak dari kanal terhadap kondisi hutan. Penelitian ini menggunakan desain petak ‘nested’ untuk mengukur semai, pancang, tiang dan pohon. Kondisi spesies, Dbh (Diameter at breast height), serta tinggi dan lingkungan dipantau selama kurang lebih 3,5 tahun (2010-2013). Laporan ini akan menjelaskan perbedaan kondisi hutan dan lingkungan lainnya di wilayah kerja KFCP yang meliputi Lokasi 02 dan Lokasi 05 yang terdegradasi tinggi, lalu Lokasi 03, Lokasi 04 dan Lokasi 06 dimana pengaruh jarak dari kanal terlihat jelas. Nilai penting relatif dari hutan di Lokasi 01, Lokasi 07 dan Lokasi 08 menunjukkan bahwa nilai hutan untuk menyimpan karbon dan keanekaragaman hayati hutan rawa gambut tropis berada dalam kondisi baik. Beberapa temuan penting dari penelitian diantaranya adalah:

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page iii


-

Lokasi 02 dan Lokasi 05 mempunyai kepadatan individu, jumlah spesies dan basal area yang rendah. Tetapi, kedua plot tersebut memiliki nilai terbesar untuk bibit yang mengindikasikan awal regenerasi yang baik. Keduanya juga mendapat nilai tertinggi pada jarak 400 m dan 700 m dari kanal.

-

Lokasi 03 dan Lokasi 04 sangat dipengaruhi oleh jarak dari kanal dengan kepadatan, angka spesies dan basal area paling tinggi pada jarak 400 m dan 700 m. Pada kedua plot tersebut juga ditemukan nilai yang sama dengan Lokasi 07 dan Lokasi 08. Tetapi, pada jarak 50 m dan 100 m dari kanal, nilainilai tersebut tetap rendah. Lokasi 03 memiliki nilai tertinggi pada jarak 700 m, sedangkan Lokasi 04 mendapat nilai tertinggi pada jarak 400 m, yang mengindikasikan banyak nya pengaruh terhadap kondisi hutan di daerah itu atau memiliki sejarah lingkungan yang berbeda dibandingkan dengan di tempat lain.

-

Lokasi 06 juga menunjukkan pengaruh jarak dari kanal, tetapi kurang kuat jika dibandingkan dengan Lokasi 03 atau Lokasi 04. Hal tersebut mengindikasikan adanya faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan pengaruh lebih parah pada Lokasi 03 dan Lokasi 04 dikarenakan kondisi hutan di Blok E yang terdegradasi.

-

Lokasi 01, Lokasi 07 dan Lokasi 08 semua memiliki kepadatan, jumlah spesies dan basal area yang tinggi. Namun, Lokasi 08 menunjukkan nilai yang lebih rendah untuk tiang dan pohon, dan mungkin hal ini mengindikasikan tingkat regenerasi hutan yang rendah atau low pole forest, seperti pengamatan yang pernah dilakukan pada kondisi daerah yang berada di tengah kubah gambut.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page iv


DAFTAR ISI LEMBAR PENGAKUAN ..........................................................................................................................................ii RINGKASAN EKSEKUTIF........................................................................................................................................iii DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................v SINGKATAN DAN ISTILAH .....................................................................................................................................ii DAFTAR TABEL ......................................................................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................................ii 1

2

3

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1 1.1

Kegiatan dan Latar Belakang Wilayah Kerja KFCP ............................................................................... 1

1.2

Dasar Pemikiran................................................................................................................................... 2

1.3

Tujuan Kajian ....................................................................................................................................... 3

METODE ...................................................................................................................................................... 4 2.1

Lokasi Penelitian .................................................................................................................................. 4

2.2

Lokasi Plot ............................................................................................................................................ 4

2.3

Desain Plot dan Pengukuran Vegetasi ................................................................................................. 7

2.4

Pengambilan Data Lingkungan ............................................................................................................ 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 10 3.1

Kepadatan Vegetasi ........................................................................................................................... 10

3.2

Jumlah Spesies ................................................................................................................................... 12

3.3

Basal Area .......................................................................................................................................... 14

4

KESIMPULAN ............................................................................................................................................. 16

5

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 17

6

LAMPIRAN ................................................................................................................................................. 18 6.1

Keadaan Jenis Pohon ......................................................................................................................... 18

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page v


DAFTAR TABEL Tabel 1: Lokasi plot, kode plot dan deskripsi ...................................................................................................... 5

DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Peta sebaran lokasi Lokasi 01–L08 .................................................................................................... 6 Gambar 2: Desain plot berpetak ......................................................................................................................... 8 Gambar 3: Peletakkan posisi plot yang dibuat berdasarkan jarak dari kanal ..................................................... 8 Gambar 4: Grafik kepadatan semai (a), pancang (b), tiang (c), pohon (d) dan semua individu (e) .................. 11 Gambar 5: Grafik jumlah spesies tingkat semai (a), pancang (b), tiang, (c) pohon (d) dan semua individu (e) 13 Gambar 6: Grafik basal area tingkat pancang (a), tiang (b), pohon (c) dan semua individu (d) ....................... 15

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page ii


SINGKATAN DAN ISTILAH BAPPENAS

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Dbh

Diameter at breast height (Diameter setinggi dada)

FMT

Fire Management Team (Tim Penanggulangan Kebakaran KFCP)

GFIMS

Global Fire Information Management System

GRK

Gas rumah kaca

IAFCP

Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership

Kemenhut

Kementerian Kehutanan

KFCP

Kalimantan Forests Climate Partnership

PHMT

Peat and Hydrology Monitoring Team (Tim Monitoring Gambut dan Hidrologi KFCP)

PSF

Peat Swamp Forest (Hutan rawa gambut)

REDD+

Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan dan Peranan Konservasi, Pengelolaan Hutan Lestari dan Peningkatan Stok Karbon

UNFAO

United Nations Food and Agriculture Organization

VMT

Vegetation Monitoring Team (Tim Monitoring Vegetasi KFCP)

PUP

Petak Ukur Permanen

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page ii


1

PENDAHULUAN

Pada pertengahan tahun 2009, Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP) diluncurkan sebagai sebuah program uji coba kegiatan REDD+ di Indonesia, dan yang pertama untuk areal hutan dan lahan gambut. KFCP dibentuk atas dasar kerjasama antara Pemerintah Australia dan Indonesia di bidang perubahan iklim, yang dinamakan Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership (IAFCP). Mitra utama KFCP adalah Kementerian Kehutanan (Kemenhut), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas, dan departemen terkait dari Pemerintah Australia. Tujuan utama KFCP adalah mengujicoba berbagai metode untuk mengetahui cara pengurangan emisi melalui pendekatan REDD+. Secara bersamaan, KFCP mendukung penyediaan sumber mata pencaharian alternatif, khususnya bagi masyarakat yang sebagian besar sumber mata pencahariannya bergantung dari hutan. Dukungan tersebut dilakukan dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Selain itu, KFCP juga membantu mengintegrasikan REDD+ ke dalam perencanaan dan pengelolaan program di tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan di masyarakat melalui pengembangan kapasitas dan pengujian model untuk kelembagaan, serta kebijakan dan kerangka hukum REDD+. Laporan ini disusun dengan maksud untuk menjelaskan perbedaan variasi kondisi hutan dan lingkungan di wilayah KFCP dengan melihat karakteristik vegetasi hutannya di delapan plot yang mewakili wilayah kerja KFCP. Lokasi 02 dan Lokasi 05 merupakan areal yang tingkat degradasinya tinggi. Pada Lokasi 03, 04 dan 06 dapat dilihat pengaruh jarak dari kanal dengan jelas. Sedangkan, nilai penting relatif dari hutan pada Lokasi 01, 07 dan 08 menunjukkan nilai hutan yang masih baik untuk menyimpan karbon dan keanekaragaman hayati hutan rawa gambut tropis. Guna memudahkan pembaca, laporan ini dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama menjelaskan pendahuluan dan latar belakang penelitian serta program KFCP. Bagian kedua menggambarkan metode yang diterapkan dalam penelitian ini. Bagian ketiga menguraikan hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi kepadatan vegetasi, jumlah spesies dan basal area. Bagian keempat memuat ringkasan temuan dari penelitian. Sedangkan bagian lima terdiri dari lampiran-lampiran mengenai jenis-jenis pohon yang dijelaskan dalam bahasa latin dan bahasa lokal.

1.1 Kegiatan dan Latar Belakang Wilayah Kerja KFCP Program KFCP mencakup wilayah kerja seluas kurang lebih 120.000 hektar pada kawasan eks proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Kalimantan Tengah. Kegiatan KFCP diantaranya adalah sekolah lapang petani, dukungan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa, reforestasi dan rehabilitasi hutan skala kecil, peningkatan kapasitas desa agar dapat mengelola kegiatan KFCP secara mandiri, pengelolaan dan pengawasan kebakaran, serta pengembangan mata pencaharian alternatif. KFCP juga menghimpun banyak data seperti vegetasi lahan gambut, hidrologi, dan kebakaran lahan dan hutan. Data tersebut digunakan untuk analisa, dan sebagai kontribusi KFCP terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terkait hutan rawa gambut dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Sebagian dari kegiatan KFCP dilakukan di lahan gambut yang umumnya berstatus Hutan Lindung. Sebagian kegiatan lainnya, misalnya pengembangan mata pencaharian alternatif dan sekolah lapang petani diselenggarakan di lahan mineral dan di gambut rendah milik penduduk atau milik masyarakat setempat. Manfaat kegiatan KFCP bagi desa, diantaranya adalah untuk pembelajaran, pengembangan dan peningkatan pendapatan yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk kepentingan lain di luar program.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 1


Bagian selatan PLG (sekitar 50.000 ha) terletak di sudut Utara-Timur Blok A dan bagian Utara (sekitar 70.000 ha) terpusat di Blok E (lihat Gambar 1). Sebelum PLG, areal tersebut ditutupi oleh hutan rawa gambut. Namun, sekarang area tersebut telah terbagi oleh satu kanal utama dan memiliki tingkat gangguan dan kualitas hutan yang berbeda. Di Blok E terdapat kanal yang memanjang sejauh 12 km dari Utara ke Selatan telah menimbulkan pengaruh terhadap tata air. Sekitar tahun 1980an-1998, sebagian kawasan di blok tersebut pernah dialokasikan untuk areal Hak Pengelolaan Hutan (HPH). Selain itu, juga terjadi pembalakan liar dan pembangunan sejumlah kanal kecil dengan cara manual. Namun demikian, kawasan hutan di Blok E relatif tidak terganggu jika dibandingkan dengan kawasan Blok A. Di Blok A, dibangun kanal luas yang salingsilang dengan jaringan kanal selebar kira-kira 6–10 m dan dengan kanal besar selebar kurang lebih 30 m, yaitu kanal yang membagi Blok A dari Blok E. Hampir semua areal di Blok A, selain di area sekitar 5.000 ha, telah mengalami deforestasi atau sangat terdegradasi. Empat belas pemukiman yang menjadi wilayah kerja KFCP terletak di sepanjang Sungai Kapuas, tersebar di Blok A dan Blok E. Permukiman tersebut membentuk sembilan unit administrasi (desa) yang tersebar di antara dua kecamatan, Timpah dan Mantangai, di Kabupaten Kapuas. Kegiatan KFCP ditujukan sebagai upaya uji coba ‘REDD+ dalam skala kecil’ yang memungkinkan untuk dilakukannya perbaikan pendekatan dan metode pelaksanaan secara terus menerus. Pembelajaran yang diperoleh dari uji coba ini merupakan kontribusi terhadap pengembangan REDD+ baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Selain itu, pembelajaran tersebut juga dapat membantu dalam mengujicoba seberapa jauh kontribusi REDD+ terhadap kerangka mitigasi perubahan iklim di tingkat global melalui upayaupaya yang dilakukan di tingkat lokal dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan serta memasukkan di dalamnya pengetahuan dan kearifan lokal. Lebih lanjut, pembelajaran juga menunjukkan mengenai pendekatan dan metode yang diuji di Kalimantan Tengah agar dapat dikembangkan atau direplikasi di tempat lain, baik di Indonesia maupun di negara lain.

1.2 Dasar Pemikiran Perubahan iklim global terjadi dikarenakan tidak adanya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan emisi yang terus terjadi sehingga dapat menganggu iklim di bumi dan keseimbangan ekosistem. Konsentrasi emisi di atmosfer akan selalu meningkat akibat adanya pengelolaan lahan yang kurang tepat, seperti adanya pembakaran vegetasi hutan dan penebangan hutan yang terjadi secara luas. Hutan memiliki peran penting dalam perubahan iklim global, karena hutan merupakan penyerap karbon (C02) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan lainnya. Mengurangi pelepasan karbon ke udara adalah upaya untuk menurunkan konsentrasi emisi. Oleh karena itu, jumlah karbon di udara harus dikendalikan dengan cara meningkatkan jumlah serapan karbon oleh sebanyak mungkin tanaman. Cara tersebut juga dapat menekan pelepasan emisi serendah mungkin. Lahan gambut merupakan media penyimpan karbon dalam jumlah sangat besar. Namun, karbon yang terkandung di dalam gambut bersifat tidak stabil. Pada saat hutan masih dalam kondisi alami, karbon yang tersimpan di dalamnya berbentuk bahan organik biasa. Apabila hutan tersebut dibuka dan terjadi drainase, maka karbon akan mudah terdekomposisi dan menghasilkan CO2 (salah satu gas rumah kaca terpenting). Selain itu, drainase yang berlebihan dapat menyebabkan lahan gambut menjadi kering dan rentan terhadap kebakaran. Proses dekomposisi, konsolidasi (pemadatan) dan kebakaran menyebabkan gambut mengalami penyusutan (subsidence) dan kehilangan berbagai fungsinya dalam menyangga lahan di sekitarnya, misalnya dari kebanjiran dan kekeringan.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 2


Pada dasarnya, cadangan karbon sama dengan banyaknya karbon yang tersimpan dalam vegetasi, biomassa lain dan di dalam tanah. Di dalam tanah, karbon tersimpan di lapisan gambut dan sedikit di lapisan tanah mineral yang ada di bawah lapisan gambut (substratum). Dari berbagai penyimpanan karbon tersebut, tanah gambut merupakan penyimpan karbon terbesar, diikuti oleh biomassa tanaman. Biomassa karbon terbesar di gambut penting untuk menjaga dan melindungi hutan rawa gambut yang berada di atas permukaan tanah. Hal tersebut dikarenakan: a) Hutan rawa gambut juga mengandung cukup banyak karbon, b) Akar pohon-pohon menahan gambut di tempatnya dan mengurangi erosi serta subsiden, c) Hutan melindungi dan mengendalikan hidrologi serta menetapkan tinggi permukaan air yang mengurangi dekomposisi gambut, d) Dalam kondisi baik, daun-daun yang berjatuhan dapat menumpuk dan terus bertambah hingga dapat menjadi gambut baru, e) Keanekaragaman hayati tinggi yang ada di hutan penting untuk REDD+. Berdasarkan butir-butir di atas maka dapat dipahami adanya simbiosis antara gambut dan hutan. Gambut akan tetap terjaga dalam jangka panjang jika hutan tetap ada. Oleh karena itu, pemantauan hutan tidak hanya melibatkan penghitungan sejumlah karbon yang ada di hutan, tetapi juga upaya untuk meregenerasi daerah yang telah terdegradasi untuk melindungi gambut.

1.3 Tujuan Kajian Kajian ini bertujuan untuk menentukan tolok ukur dasar (baseline) struktur dan komposisi hutan di wilayah kerja KFCP. Hasil kajian ini akan meningkatkan pengetahuan dan mendukung analisa mengenai pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi hutan dan tingkat perubahan kondisi hutan.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 3


2

METODE

2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah KFCP, yaitu kawasan lahan gambut tropis seluas 120.000 ha, dimana kirakira 50.000 ha berada di ujung utara-timur Blok A dan kira-kira 70.000 ha berada di tengah-tengah Blok E. Kedua blok berada di kawasan bekas Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG). Dulu, kawasan tersebut ditutupi oleh hutan rawa gambut. Namun sekarang, kawasan terbelah dua oleh kanal besar yang menghubungkan dua sungai besar, yaitu Barito di sebelah Timur dan Kapuas di sebelah Barat. Kedua belahan tersebut memiliki perbedaan dalam hal tingkat gangguan dan kualitas hutan. Di Blok E terdapat sebuah kanal sepanjang 12 km yang merentang dari arah Utara ke Selatan yang berdampak pada kondisi hidrologi. Blok tersebut juga telah dimanfaatkan oleh konsesi HPH (1980-1998). Selain itu, terjadi penebangan liar dan pembentukan beberapa kanal-kanal kecil (tatas) yang dibuat oleh masyarakat. Pembentukan kanal-kanal lebih banyak terjadi di sekitar blok A. Dibandingkan dengan areal di Blok A yang banyak terdapat kanal yang panjang dan luas, sebagian besar kawasan hutan di Blok E relatif tidak terganggu. Blok A bersilangan dengan jaringan kanal dengan lebar sekitar 6-10 m dan sebuah kanal besar dengan lebar kira-kira 30 m yang memisahkan Blok A dan Blok E. Sebagian besar kondisi hutan di wilayah blok A telah gundul atau sangat terdegradasi dan hanya tersisa 5.000 ha yang masih dalam kondisi utuh. Sedangkan wilayah Blok E, sebagian besar masih memiliki hutan yang utuh dan hanya sedikit terdegradasi.

2.2 Lokasi Plot Untuk dapat menghitung dan mengetahui dengan baik jumlah biomassa, struktur dan komposisi hutan, serta tingkat regenerasi, maka dibangun serangkaian Petak Ukur Permanen (PUP) di berbagai lokasi terpilih di wilayah KFCP. Delapan lokasi dipilih untuk mewakili jenis-jenis vegetasi hutan dan kondisinya yang tersebar di seluruh lokasi penelitian. Lokasi PUP dan deskripsi masing-masing PUP dapat dilihat pada penjelasan di Tabel 1 dan Gambar 1 berikut.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 4


Tabel 1: Lokasi plot, kode plot dan deskripsi Lokasi PUP

Kode Lokasi PUP

Deskripsi hutan

L02

Blok A, kompartemen M1, ke arah selatan dari SP2

Terbakar 2009

L03

Blok A, kompartemen C2, ke arah selatan dari kanal utara

Terganggu, hutan, kompartemen gambut dalam.

L04

Blok A, kompartemen B2, ke arah selatan dari kanal utara

Terganggu, semi-hutan, kompartemen gambut dalam.

L05

Blok A, kompartemen C7, ke arah selatan dari kanal utara

Terdegradasi, hutan habis, gambut tipis.

L06

Blok E, ke arah barat dari kanal SPU7, di posisi KF21 ketemu dengan SPU7

Hutan yang terganggu oleh adanya kanal, gambut dalam

Blok E, sebagai KF21 barat

Hutan, gambut dalam

Blok E, sebagai KF21 tengah

Hutan, gambut dalam

Blok E, sebagai KF21 timur

Hutan terganggu, gambut tidak terlalu dalam

L07 L08 L01

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 5


Gambar 1: Peta sebaran lokasi Lokasi 01–L08

Sumber: KFCP Catatan: Pada bulan Juli 2013, terjadi pemekaran di dua desa, yaitu Desa Katunjung dan Tumbang Muroi, menjadi empat desa. Desa Katunjung terbagi dua menjadi Desa Katunjung dan Desa Tumbang Mangkutup, begitupun juga Desa Tumbang Muroi, terbagi menjadi Desa Tumbang Muroi dan Desa Lapetan. Pemekaran ini menambah jumlah desa di wilayah KFCP, dari tujuh menjadi sembilan. Kegiatan dalam laporan ini dilakukan saat wilayah KFCP terdiri dari tujuh desa (2012).

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 6


Secara umum, delapan lokasi plot permanen ditentukan berdasarkan 2 posisi yang berbeda. Lima plot (L02, L03, L04, L05, L06) berada di posisi yang terkait dengan jarak dari kanal. Tiga plot (L01, L07, L08) tidak terkait dengan jarak dari kanal atau berada di posisi sepanjang jalur transek hidrologi KF-21 dengan kondisi hutan yang relatif masih belum terganggu dan kanopi hutan yang masih cukup rapat. Pemilihan posisi plot yang didasarkan pada jarak dari kanal penting dilakukan karena dapat melihat perubahan hidrologi atau permukaan air di setiap jarak yang berbeda dari kanal dan dapat mempengaruhi struktur vegetasi. Agar data pengukuran dapat diperoleh secara berkala dan konsisten, maka tim peneliti menyusun rencana kegiatan monitoring vegetasi di delapan lokasi plot. Rencana dimaksud diantaranya adalah melakukan perjalanan ke satu lokasi plot dalam setiap bulan untuk mengambil data vegetasi. Setelah itu, data-data yang diperoleh dimasukkan ke dalam database. Pada setiap plot dilakukan pengukuran setiap tahun sesuai dengan jadwal.

2.3 Desain Plot dan Pengukuran Vegetasi Plot merupakan petak-petak yang dibuat dalam ukuran yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan, yaitu: pohon, tiang, pancang dan semai sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2. Pada prinsipnya, posisi plot yang dekat dengan kanal maupun yang tidak dekat dengan kanal dibuat sejajar dengan jalur hidrologi. Namun, plot yang dibuat berdasarkan jarak dari kanal, posisinya diusahakan tegak lurus dari arah kanal sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3. Pengukuran yang dilakukan meliputi Dbh (diameter at breast height/ diameter setinggi dada) dan tinggi dari semua tumbuhan yang ada.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 7


Gambar 2: Desain plot berpetak

Sumber: KFCP VMTeam

Gambar 3: Peletakan posisi plot yang dibuat berdasarkan jarak dari kanal (L02, L03, L04, L05, L06)

JDK—Jarak dari kanal (bukan untuk skala) Sumber: KFCP VMTeam

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 8


Semua metode yang digunakan mengikuti petunjuk sesuai dengan SNI no.7724:2011 tentang Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon – Pengukuran Lapangan Untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Metodologi monitoring vegetasi secara umum dibahas dalam publikasi: ‘Graham, L. L. B. dan Mahyudi, A. (2013) Vegetation Monitoring Methodology. Research Technical Papers, IAFCP, Jakarta Indonesia’.

2.4 Pengambilan Data Lingkungan Selain data vegetasi, diambil juga data lingkungan seperti: intensitas cahaya, tinggi permukaan air, penurunan gambut, kedalaman gambut, sejarah kebakaran dan tutupan lahan. Pengambilan data lingkungan dilakukan oleh Tim Monitoring Vegetasi bekerjasama dengan Tim Monitoring Hidrologi dan Gambut, serta Tim Penanggulangan Kebakaran. Metode yang diterapkan dalam pengambilan data lingkungan akan dijelaskan secara rinci dalam laporan lain.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 9


3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan menjelaskan hasil dan pembahasan dari penghitungan data rata-rata kepadatan, jumlah spesies, dan basal area dari vegetasi tingkat semai, pancang, tiang dan pohon yang disajikan dalam bentuk grafik. Data grafik yang disajikan pada Lokasi 02, Lokasi 03, Lokasi 04, Lokasi 05 dan Lokasi 06 adalah data yang dibedakan berdasarkan jarak setiap plot dari kanal. Sedangkan, pada Lokasi 01, Lokasi 07 dan Lokasi 08 merupakan data kombinasi atau rata-rata dari semua plot yang ada pada setiap lokasi tersebut.

3.1 Kepadatan Vegetasi Berdasarkan data yang ditampilkan pada Gambar 4, dapat diketahui bahwa Lokasi 02 didominasi oleh vegetasi tingkat semai, yaitu 15.833 individu/ha. Di lokasi tersebut juga terdapat pancang sebanyak 156 individu/ha pada jarak 700 m dari pinggir kanal. Di sebagian besar areal lain yang ada di Lokasi 02 didominasi oleh tanaman paku-pakuan. Wilayah Lokasi 02 merupakan wilayah yang paling sering terbakar. Tercatat sejak tahun 1997-2009, beberapa plot di lokasi ini sudah mengalami 6 kali kebakaran. Hal ini yang menyebabkan sedikit vegetasi yang dapat tumbuh dan bertahan di L02. Di Lokasi 03 terdapat banyak vegetasi pada jarak 400 – 700 m dari kanal ke arah utara. Sedangkan pada jarak 50-100 m dari pinggir kanal, vegetasi sedikit saja dapat ditemui. Bahkan, pada jarak tersebut tidak ditemukan pancang yang tumbuh. Hal ini dikarenakan sebagian dari Lokasi 03 berada di area yang pernah terbakar dan sebagian lagi berada di area hutan yang masih dalam kondisi baik. Tingkat pertumbuhan pohon pada setiap jarak yang berbeda-beda juga terlihat cukup menarik. Semakin jauh dari tepi kanal, kepadatan pohon semakin tinggi. Bahkan kepadatan pohon pada jarak 700 m dari kanal hampir sama dengan kepadatan pohon di lokasi plot dengan kondisi hutan alami, seperti pada Lokasi 01, Lokasi 07 dan dan Lokasi 08. Kepadatan vegetasi (semai, pancang, tiang dan pohon) pada jarak 50–100 m di Lokasi 04 lebih tinggi dibandingkan dengan Lokasi 02 dan Lokasi 03, meskipun lokasi-lokasi tersebut sama-sama pernah terbakar. Untuk kepadatan pohon, semakin jauh dari kanal semakin tinggi kepadatannya. Lokasi 02 dan Lokasi 05 memiliki tingkat kepadatan vegetasi yang cukup rendah. Kepadatan tertinggi pada kedua plot tersebut hanya pada tingkat semai di jarak 50 meter dari pinggir kanal, yaitu 25.833 individu/ha. Hal ini dikarenakan lokasi Lokasi 05 berada di area yang sering terjadi kebakaran, sehingga hanya sedikit saja vegetasi yang mampu bertahan hidup dan tidak ada pohon yang tumbuh. Lokasi 06 merupakan satu-satunya lokasi di Blok E yang sebagian plotnya bersebelahan dengan sebuah kanal. Namun, kepadatan vegetasi yang ditemukan di lokasi tersebut hampir sama dengan 3 lokasi lain di blok E, yaitu L01, L07 dan L08 yang tidak bersebelahan dengan kanal. Hal demikian terjadi khususnya untuk tingkat vegetasi tiang. Kepadatan rata-rata per individu untuk semua tingkat pertumbuhan pada masing-masing plot dapat diliihat pada grafik berikut.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 10


Gambar 4: Grafik kepadatan semai (a), pancang (b), tiang (c), pohon (d) dan semua individu (e)

a)

b)

c)

d)

e) Lokasi Sumber: KFCP VMTeam

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 11


3.2 Jumlah Spesies Lokasi 02 dan Lokasi 05 memiliki jumlah spesies yang paling sedikit. Berbeda dengan dua lokasi ini, semua lokasi lain memiliki keanekaragaman jenis vegetasi di lokasi plot yang tinggi dengan jumlah rata-rata sama atau lebih dari 70 jenis. Lokasi 03, Lokasi 04 dan Lokasi 06 memiliki jumlah kumulatif spesies yang hampir sama dengan 3 lokasi plot yang masih dalam kondisi baik (Lokasi 01, 07 dan 08), baik itu jumlah spesies pada tingkat semai, pancang, tiang, maupun pada tingkat pohon (Gambar 5). Jika dilihat secara keseluruhan, pada tingkat pohon di setiap plot (L02, L03, L04, L05 dan L06) terdapat peningkatan jumlah spesies berdasarkan jarak dari kanal. Semakin jauh dari kanal, jumlah spesies pohon semakin beranekaragam. Jika dilihat pada Gambar 5 (e), jumlah setiap spesies dari semua tingkatan vegetasi mengalami peningkatan pada saat jaraknya semakin menjauh dari kanal. Semakin jauh jarak dari kanal, tingkatan vegetasi semakin terlihat sama dengan jumlah spesies yang berada di plot hutan yang masih dalam kondisi baik. Untuk melihat dan mengkaji lebih lanjut mengenai jenis-jenis pohon yang ditemukan dalam studi ini, baik perlokasi maupun tingkat pertumbuhan maka dapat dilihat pada lampiran 5 yang memuat mengenai daftar lengkap nama jenis pohon dengan nama lokal dan ilmiah, per lokasi, per jarak dari kanal dan per strata pohon. Jumlah spesies untuk semua tingkat pertumbuhan pada masing-masing plot dapat dilihat pada grafik berikut.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 12


Gambar 5: Grafik jumlah spesies tingkat semai (a), pancang (b), tiang, (c) pohon (d) dan semua individu (e)

a)

b)

c)

d)

e) Lokasi Sumber: KFCP VMTeam

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 13


3.3 Basal Area Basal area merupakan suatu luasan area di atas permukaan tanah yang ditumbuhi oleh vegetasi atau tumbuhan. Pengukuran basal area dimulai dari vegetasi tingkat pancang, tiang dan pohon. Biomassa di plotplot yang dibangun ini belum dapat dihitung dengan akurat, karena ketidakpastian yang berkaitan dengan konstanta kepadatan kayu. Oleh karena itu, data basal area dapat digunakan sebagai bentuk pendekatan atau proksi. Demikian pula dengan pengukuran kepadatan dan jumlah jenis, lokasi Lokasi 02 dan Lokasi 05 adalah lokasi yang paling rendah untuk basal areanya, berturut-turut yaitu : 0.2 m2 ha-1 di jarak 700 m dari kanal dan 5.2 m2 ha-1 di jarak 400 m dari kanal – khususnya juga karena basal area tidak termasuk semai, yaitu regenerasi paling baru. Efek terhadap basal area juga dapat dilihat berdasarkan jarak dari kanal. Lokasi 03 mempunyai basal area yang cukup tinggi, yaitu 25.1 m2 ha-1 pada jarak 700 m dari kanal, dimana pada Lokasi 03 dengan jarak yang lebih dekat dari kanal dijumpai basal areanya cukup rendah. Demikian pula untuk Lokasi 04, basal areanya kira-kira 6 m2 ha-1 pada jarak 50 m dan 100 m dari kanal dan baru meningkat menjadi 25 m2 ha-1 pada jarak 400 m dan 700 m dari kanal. Lokasi 06 juga dipengaruhi oleh jarak dari kanal, dimana basal areanya hanya mencapai kira-kira 25 m2 ha-1 pada jarak 50 m dan 100 m dari kanal dan baru mencapai kirakira 35 m2 ha-1 pada jarak 400 m dan 700 m dari kanal. Lokasi 06 mempunyai tingkat ketinggian basal area yang tidak jauh berbeda dengan basal area yang ada di hutan yang kondisinya baik, yaitu 39.1 m2 ha-1 di Lokasi 07 dan 36.8 m2 ha-1 di L08. Basal area rata-rata per individu untuk semua tingkat pertumbuhan pada masing-masing plot dapat diliihat pada grafik berikut.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 14


Gambar 6: Grafik basal area tingkat pancang (a), tiang (b), pohon (c) dan semua individu (d)

a)

b)

c)

d) Lokasi Sumber: KFCP VMTeam

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 15


4

KESIMPULAN

Laporan ini memuat hasil kajian mengenai pemantauan vegetasi yang dengan jelas menggambarkan perbedaan besar kondisi hutan di wilayah KFCP. Di dalam laporan ini, data-data yang disajikan tidak untuk digunakan dalam analisa kompleks, namun untuk menyediakan gambaran umum yang detail mengenai hutan yang dapat bermanfaat dalam kegiatan monitoring MRV (Monitoring, Reporting and Verification) dari program REDD+. Mulai dari Lokasi 02 dan Lokasi 05 yang mewakili areal yang kondisinya sangat terdegradasi, kemudian Lokasi 03, Lokasi 04 dan Lokasi 06 dimana pengaruh dari jarak kanal terhadap kondisi lingkungan sangat nyata. Nilai penting relatif dari hutan di Lokasi 01, Lokasi 07 dan Lokasi 08 menunjukkan kemampuan hutan untuk menyimpan karbon dan keanekaragaman hayati hutan rawa gambut tropis berada dalam kondisi baik. Kesimpulan penting dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: -

Lokasi 02 dan Lokasi 05 mempunyai kepadatan individu, jumlah spesies dan basal area yang rendah. Tetapi, kedua plot tersebut memiliki jumlah anakan terbesar yang mengindikasikan awal regenerasi yang baik. Selain itu, keduanya mendapat nilai tertinggi pada jarak 400 m dan 700 m dari kanal.

-

Lokasi 03 dan Lokasi 04 sangat dipengaruhi oleh jarak dari kanal dengan kepadatan, jumlah spesies dan basal area paling tinggi di 400 m dan 700 m jarak dari kanal. Kondisi yang demikian (kesamaan nilai) ditemukan pula pada Lokasi 07 dan Lokasi 08. Tetapi pada jarak 50 m dan 100 m dari kanal, plot-plot tersebut mempunyai nilai yang rendah. Lokasi 03 mempunyai nilai tertinggi pada jarak 700 m dari kanal, sedangkan Lokasi 04 mendapat nilai tertinggi pada jarak 400 m dari kanal. Perbedaan, ini mengindikasikan bahwa kedua plot tersebut dipengaruhi oleh lingkungan yang berbeda atau kemungkinan mempunyai sejarah lingkungan yang berbeda.

-

Kondisi Lokasi 06 tidak banyak dipengaruhi oleh jarak dari kanal jika dibandingkan dengan Lokasi 03 atau Lokasi 04. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan dapat menimbulkan dampak yang lebih parah pada Lokasi 03 dan Lokasi 04, dikarenakan lokasi kedua lokasi tersebut berada di Blok A yang kondisi hutannya lebih terdegradasi.

-

Lokasi 01, Lokasi 07 dan Lokasi 08 memiliki kepadatan, jumlah spesies dan basal area yang tinggi. Namun, Lokasi 08 menunjukkan nilai yang lebih rendah untuk tiang dan pohon, yang mungkin mengindikaskan awal tegakan pohon rendah atau low pole forest, seperti yang pernah diamati di lokasi yang berada di tengah kubah gambut lainnya.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 16


5

DAFTAR PUSTAKA

Graham, L. L. B., dan A. Mahyudi. 2013. Vegetation Monitoring Methodology. Research Technical Papers, IAFCP, Jakarta, Indonesia.

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 17


6

LAMPIRAN

6.1 Keadaan Jenis Pohon S = semai, P/T/P – pancang, tiang atau pohon Lokasi L02 L02 L02 L02 L02 L02 L02 L02

Nama Ilmiah Antidesma phanerophleum (Euphorbiaceae) Combretocarpus rotundatus (Anisophyllaceae) Cratoxylon arborescens (Hypericaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Elaeocarpus Mastersii (Elaeocarpaceae) Ilex cymosa (Aquifoliaceae) Syzygium sp. (Myrtaceae) Syzygium sp.3 (Myrtaceae)

Nama Latin Matan undang Tumih Garunggang Kayu arang Mangkinang balawau Kambasira Jambu burung kecil Tampohot batang

P1

Lokasi L03

Nama llmiah Aglaia rubignosa (Meliaceae)

Nama Latin

P1

Kajalaki

L03 L03

Alseodaphne coriacea (Lauraceae) Antidesma coriaceum (Euphorbiaceae)

Gemor Bua dawat

L03

Antidesma phanerophleum (Euphorbiaceae)

Matan undang

L03

Archidendron borneensis (Fabaceae (Leguminosae))

Kacang nyaring

L03

Ardisia pyrsocoma B.C.Stone (Myrsinaceae)

Kayu berang

P/T/P

S, P/T/P

L03

Baccaurea bracteata (Euphorbiaceae)

Rambai hutan

P/T/P

S, P/T/P

L03

Calophyllum hosei (Clusiaceae (Guttiferae))

Bintangor

L03

campnosperma coriaceum (Anacardiaceae)

Tarantang

L03

campnosperma squamatum (Anacardiaceae)

Teras nyating

L03

Clerodendron sp. (Verbenaceae)

Supang

L03

Combretocarpus rotundatus (Anisophyllaceae)

Tumih

P/T/P

L03

Cratoxylon arborescens (Hypericaceae)

Garunggang

S, P/T/P

L03

Daytyloclados stenostachys (Crypteroniaceae)

Martibu

L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03

Dialium indum (Fabaceae (Leguminosae)) Diospyros cf.evena (Ebenaceae) Diospyros siamang (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Elaeocarpus acmocarpus (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Fragraea racemosa (Loganiaceae) Garcinia sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.4 (Clusiaceae (Guttiferae)) Gymnacranthera parquhariania (Myristicaceae) Horsfieldia crassifolia (Myristicaceae) Ilex cymosa (Aquifoliaceae) Ilex hypoglauca (Aquifoliaceae) Ixora havilandii (Rubiaceae) Knema intermedia (Myristicaceae) Koompassia malaccensis (Fabaceae (Leguminosae)) Licania Splendens (Chrysobalanaceae) Lithocarpus sp. (Fagaceae) Litsea cf.fusca (Lauraceae) Litsea sp. (Lauraceae) Macaranga caladiifolia (Euphorbiaceae) Mesua sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) Mezzetia parviflora (Annonaceae) Mezzetia umbellata (Annonaceae) Neoscortechinia kingii (Euphorbiaceae)

Teras bamban Gulung haduk Ehang Kayu arang Malam-malam Patanak daun besar Kasuhui Mangkinang daun besar Tabat barito/Tasang saluang Manggis hutan Mahalilis Mandarahan daun kecil Mandarahan daun besar Kambasira Kambasira sumpung Karanji Karandau merah Bangaris/Kempas Bintan Pampaning bitik Tampang Madang litsea Mahang bitik Tabaras akar tinggi Pisang-pisang besar Kambalitan /Pisang-pisang kecil Pupuh palanduk

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

P2

P3

P/T/P

P2

P/T/P

P4 S P/T/P P/T/P S S S S S, P/T/P

P3 P/T/P

P4 P/T/P

P/T/P S, P/T/P

S, P/T/P

S, P/T/P

S, P/T/P

P/T/P

S, P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P

S S, P/T/P

P/T/P

P/T/P

P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P

P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P

P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S

S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P S, P/T/P

Page 18


L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03 L03

Nephellium sp.1 (Sapindaceae) Palaquium cochlearifolium (Sapotaceae) Palaquium sp. (Sapotaceae) Sandoricum beccanarium (Meliaceae) Shorea balangeran (Dipterocarpaceae) Shorea teysmanniana (Dipterocarpaceae) Stemonorus scorpiodes (Icacinaceae) Sterculia sp. (Sterculiaceae) Syzygium sp. (Myrtaceae) Syzygium sp.1 (Mytaceae) Syzygium sp.3 (Myrtaceae) Syzygium sp.4 (Myrtaceae) Tetractomia tetrandra (Rutaceae) Tetramerista glabra (Tetrameristaceae) Timonius sp. (Rubiaceae) Tristaniopsis sp.1 (Myrtaceae) Tristaniopsis sp.2 (Myrtaceae) Unknown Unknown (Dipterocarpaceae) Unknown Unknown (Lauraceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Xanthophyllum discolour Chod. (Polygalaceae) Xylopia cf.malayana (Annonaceae) Xylopia fusca (Annonaceae)

Rambutan hutan Nyatu gagas Nyatu burung Papong Kahui Maranti bitik Tabaras tidak akar tinggi Pendu Jambu burung kecil Kayu lalas daun kecil Tampohot batang Tatumbu Rambangun Ponak Bua bintang Balawan punei Balawan merah Rasak Madang Jambu burung Jambu-jambu Bangkuang napu Kopi-kopi merah Latak manuk Lombok-lombok/sampel lombok Sampel C sampel during sampel jambu biji Udi-udi Kamuning Tagula /Jangkang hijau Jangkang kuning

Lokasi L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04

Nama llmiah Aglaia rubignosa (Meliaceae) Alseodaphne coriacea (Lauraceae) Antidesma coriaceum (Euphorbiaceae) Antidesma phanerophleum (Euphorbiaceae) Archidendron borneensis (Fabaceae (Leguminosae)) Ardisia pyrsocoma B.C.Stone (Myrsinaceae) Baccaurea bracteata (Euphorbiaceae) Calophyllum hosei (Clusiaceae (Guttiferae)) Calophyllum soulasttri (Clusiaceae (Guttiferae)) campnosperma coriaceum (Anacardiaceae) campnosperma squamatum (Anacardiaceae) Clerodendron sp. (Verbenaceae) Combretocarpus rotundatus (Anisophyllaceae) Cratoxylon arborescens (Hypericaceae) Cyathocalyx biovulatus (Annonaceae) Daytyloclados stenostachys (Crypteroniaceae) Diospyros cf.evena (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Elaeocarpus acmocarpus (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Eugenia spicata (Mytaceae) Garcinia sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.1 (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.4 (Clusiaceae (Guttiferae)) Gonystylus bancanus (Thymeleaeaceae)

Nama Latin Kajalaki Gemor Bua dawat Matan undang Kacang nyaring Kayu berang Rambai hutan Bintangor Takal Tarantang Teras nyating Supang Tumih Garunggang Karandau biasa Martibu Gulung haduk Kayu arang Malam-malam Patanak daun besar Kasuhui Mangkinang daun besar Kayu lalas daun besar Manggis hutan Aci Mahalilis Ramin

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

S

P/T/P

P/T/P S P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P

P/T/P

P1

P2 P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P

S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P

S P/T/P P/T/P S

P3 P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P

S P/T/P

S, P/T/P P/T/P

P/T/P S, P/T/P S

P/T/P S, P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P4 P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

Page 19


L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04 L04

Gymnacranthera parquhariania (Myristicaceae) Horsfieldia crassifolia (Myristicaceae) Ilex cymosa (Aquifoliaceae) Ixora havilandii (Rubiaceae) Knema intermedia (Myristicaceae) Koompassia malaccensis (Fabaceae (Leguminosae)) Licania Splendens (Chrysobalanaceae) Lithocarpus sp. (Fagaceae) Litsea sp. (Lauraceae) Macaranga caladiifolia (Euphorbiaceae) Mesua sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) Mezzetia parviflora (Annonaceae) Neoscortechinia kingii (Euphorbiaceae) Nephellium sp.1 (Sapindaceae) Palaquium cochlearifolium (Sapotaceae) Palaquium sp. (Sapotaceae) Palaquium sp. (Sapotaceae) Platea sp. (Icacinaceae) Rapanea borneensis (Myrsinaceae) Sandoricum beccanarium (Meliaceae) Shorea balangeran (Dipterocarpaceae) Shorea teysmanniana (Dipterocarpaceae) Stemonorus scorpiodes (Icacinaceae) Sterculia sp. (Sterculiaceae) Syzygium sp. (Myrtaceae) Syzygium sp.1 (Mytaceae) Syzygium sp.3 (Myrtaceae) Syzygium sp.4 (Myrtaceae) Ternstromia magnifica (Theaceae) Tetractomia tetrandra (Rutaceae) Tetramerista glabra (Tetrameristaceae) Timonius sp. (Rubiaceae) Tristaniopsis sp.1 (Myrtaceae) Tristaniopsis sp.2 (Myrtaceae) Unknown Unknown (Dipterocarpaceae) Unknown Unknown (Lauraceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Xanthophyllum discolour Chod. (Polygalaceae) Xylopia cf.malayana (Annonaceae) Xylopia fusca (Annonaceae)

Mandarahan daun kecil Mandarahan daun besar Kambasira Karanji Karandau merah Bangaris/Kempas Bintan Pampaning bitik Madang litsea Mahang bitik Tabaras akar tinggi Pisang-pisang besar Pupuh palanduk Rambutan hutan Nyatu gagas Nyatu burung Nyatu undus Sampel mahung/Tambalik angin Marabungkan Papong Kahui Maranti bitik Tabaras tidak akar tinggi Pendu Jambu burung kecil Kayu lalas daun kecil Tampohot batang Tatumbu Tabunter daun besar Rambangun Ponak Bua bintang Balawan punei Balawan merah Rasak Madang Jambu burung Jambu-jambu Bangkuang napu Jambu Kajalaki puti Kayu Tulang/Kopi-kopi Kopi-kopi merah Prupuk keras sampel during Tatumbu merah Kamuning Tagula /Jangkang hijau Jangkang kuning

Lokasi L05 L05 L05 L05 L05 L05 L05

Nama llmiah Alseodaphne coriacea (Lauraceae) Antidesma coriaceum (Euphorbiaceae) Antidesma phanerophleum (Euphorbiaceae) Combretocarpus rotundatus (Anisophyllaceae) Cratoxylon arborescens (Hypericaceae) Litsea sp. (Lauraceae) Tetractomia tetrandra (Rutaceae)

Nama Latin Gemor Bua dawat Matan undang Tumih Garunggang Madang litsea Rambangun

S

Lokasi L06 L06

Nama llmiah Adenanthera pavonina (Fabaceae (Leguminosae)) Alseodaphne sp. (Lauraceae)

Nama Latin Tapanggang Madang marakuwung

P1 S, P/T/P P/T/P

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

S, P/T/P

P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P

S P/T/P P/T/P

S, P/T/P

P/T/P P/T/P

S P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P

S, P/T/P

P/T/P

P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P

P/T/P S

S P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P S, P/T/P S, P/T/P

S, P/T/P S P/T/P

P/T/P

P/T/P

P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P

P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P

S, P/T/P

P/T/P P/T/P

P/T/P

S P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P S P/T/P P/T/P

P2

P3

P/T/P P1

P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P P4 P/T/P S

S S, P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P

P2 S

P3 S, P/T/P P/T/P

P4 S

Page 20


L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06

Antidesma coriaceum (Euphorbiaceae) Antidesma phanerophleum (Euphorbiaceae) Archidendron borneensis (Fabaceae (Leguminosae)) Baccaurea bracteata (Euphorbiaceae) Blomedendron tokbrai (Euphorbiaceae) Calophyllum hosei (Clusiaceae (Guttiferae)) campnosperma coriaceum (Anacardiaceae) campnosperma squamatum (Anacardiaceae) Clerodendron sp. (Verbenaceae) Combretocarpus rotundatus (Anisophyllaceae) Cratoxylon arborescens (Hypericaceae) Cyathocalyx biovulatus (Annonaceae) Dacrydium pectinateum (Podacarpaceae) Daytyloclados stenostachys (Crypteroniaceae) Dialium indum (Fabaceae (Leguminosae)) Diospyros cf.evena (Ebenaceae) Diospyros siamang (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Elaeocarpus acmocarpus (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Eugenia spicata (Mytaceae) Garcinia sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.1 (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.4 (Clusiaceae (Guttiferae)) Gonystylus bancanus (Thymeleaeaceae) Gymnacranthera parquhariania (Myristicaceae) Horsfieldia crassifolia (Myristicaceae) Ilex cymosa (Aquifoliaceae) Ilex hypoglauca (Aquifoliaceae) Ixora havilandii (Rubiaceae) Knema intermedia (Myristicaceae) Licania Splendens (Chrysobalanaceae) Lithocarpus sp. (Fagaceae) Litsea sp. (Lauraceae) Mezzetia parviflora (Annonaceae) Mezzetia umbellata (Annonaceae) Neoscortechinia kingii (Euphorbiaceae) Nephellium sp.1 (Sapindaceae) Palaquium cochlearifolium (Sapotaceae) Palaquium pseodorostratum (Sapotaceae) Palaquium sp. (Sapotaceae) Parartocarpus venenosus (Moraceae) Platea sp. (Icacinaceae) Rapanea borneensis (Myrsinaceae) Shorea balangeran (Dipterocarpaceae) Shorea sp. (Dipterocarpaceae) Shorea teysmanniana (Dipterocarpaceae) Stemonorus scorpiodes (Icacinaceae) Sterculia sp. (Sterculiaceae) Syzygium sp. (Myrtaceae) Syzygium sp.1 (Mytaceae) Syzygium sp.3 (Myrtaceae) Syzygium sp.4 (Myrtaceae) Ternstromia hosei (Theaceae) Ternstromia magnifica (Theaceae) Tetractomia tetrandra (Rutaceae) Tetramerista glabra (Tetrameristaceae) Timonius sp. (Rubiaceae) Tristaniopsis sp. (Myrtaceae)

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Bua dawat Matan undang Kacang nyaring Rambai hutan Kenari Bintangor Tarantang Teras nyating Supang Tumih Garunggang Karandau biasa Alau Martibu Teras bamban Gulung haduk Ehang Kayu arang Malam-malam Patanak daun besar Kasuhui Mangkinang daun besar Kayu lalas daun besar Manggis hutan Aci Mahalilis Ramin Mandarahan daun kecil Mandarahan daun besar Kambasira Kambasira sumpung Karanji Karandau merah Bintan Pampaning bitik Madang litsea Pisang-pisang besar Kambalitan /Pisang-pisang kecil Pupuh palanduk Rambutan hutan Nyatu gagas Nyato bawui Nyatu burung Tapakan Sampel mahung/Tambalik angin Marabungkan Kahui Maranti lampung Maranti bitik Tabaras tidak akar tinggi Pendu Jambu burung kecil Kayu lalas daun kecil Tampohot batang Tatumbu Tabunter daun kecil Tabunter daun besar Rambangun Ponak Bua bintang Balawan

S, P/T/P S, P/T/P S S, P/T/P

S P/T/P

S, P/T/P P/T/P S S, P/T/P

S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P

P/T/P

S, P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S

P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P

P/T/P

P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P S P/T/P

P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P

S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P

P/T/P

P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P

S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

Page 21


L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06 L06

Tristaniopsis sp.1 (Myrtaceae) Tristaniopsis sp.2 (Myrtaceae) Unknown Cek di lapangan (Unknown) Unknown Unknown (Dipterocarpaceae) Unknown Unknown (Lauraceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Xanthophyllum discolour Chod. (Polygalaceae) Xylopia cf.malayana (Annonaceae) Xylopia fusca (Annonaceae)

Balawan punei Balawan merah Unknown cek di lapangan Rasak Madang Jambu burung Jambu-jambu Bangkuang napu Kayu Tulang/Kopi-kopi Sampel Manggis Kamuning Tagula /Jangkang hijau Jangkang kuning

Lokasi L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01

Nama llmiah Aglaia rubignosa (Meliaceae) Alseodaphne coriacea (Lauraceae) Antidesma coriaceum (Euphorbiaceae) Antidesma phanerophleum (Euphorbiaceae) Archidendron borneensis (Fabaceae (Leguminosae)) Ardisia pyrsocoma B.C.Stone (Myrsinaceae) Baccaurea bracteata (Euphorbiaceae) Calophyllum hosei (Clusiaceae (Guttiferae)) Calophyllum sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) campnosperma coriaceum (Anacardiaceae) campnosperma squamatum (Anacardiaceae)

Nama Latin Kajalaki Gemor Bua dawat Matan undang Kacang nyaring Kayu berang Rambai hutan Bintangor Kapurnaga kalakai Tarantang Teras nyating

Strata S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P

L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01

Cnenolophon parvifolius (Linaceae) Combretocarpus rotundatus (Anisophyllaceae) Cratoxylon arborescens (Hypericaceae) Dacrydium pectinateum (Podacarpaceae) Daytyloclados stenostachys (Crypteroniaceae) Dialium indum (Fabaceae (Leguminosae)) Diospyros cf.evena (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Garcinia sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.1 (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.2 (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.4 (Clusiaceae (Guttiferae)) Gonystylus bancanus (Thymeleaeaceae) Horsfieldia crassifolia (Myristicaceae) Ilex cymosa (Aquifoliaceae) Ilex hypoglauca (Aquifoliaceae) Ixora havilandii (Rubiaceae) Knema intermedia (Myristicaceae) Licania Splendens (Chrysobalanaceae) Lithocarpus sp. (Fagaceae) Litsea cf.fusca (Lauraceae) Litsea sp. (Lauraceae) Mezzetia parviflora (Annonaceae) Mezzetia umbellata (Annonaceae) Neoscortechinia kingii (Euphorbiaceae) Nephellium sp.1 (Sapindaceae) Palaquium cochlearifolium (Sapotaceae) Palaquium sp. (Sapotaceae) Parartocarpus venenosus (Moraceae) Platea sp. (Icacinaceae) Rapanea borneensis (Myrsinaceae) Shorea balangeran (Dipterocarpaceae) Shorea teysmanniana (Dipterocarpaceae)

Kayu cahang/Bintan rambut merah Tumih Garunggang Alau Martibu Teras bamban Gulung haduk Kayu arang Malam-malam Kasuhui Manggis hutan Aci Gandis Mahalilis Ramin Mandarahan daun besar Kambasira Kambasira sumpung Karanji Karandau merah Bintan Pampaning bitik Tampang Madang litsea Pisang-pisang besar Kambalitan /Pisang-pisang kecil Pupuh palanduk Rambutan hutan Nyatu gagas Nyatu burung Tapakan Sampel mahung/Tambalik angin Marabungkan Kahui Maranti bitik

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S S, P/T/P

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P

S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P

P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P

S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P

Page 22


L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01 L01

Stemonorus scorpiodes (Icacinaceae) Sterculia sp. (Sterculiaceae) Syzygium sp. (Myrtaceae) Syzygium sp. (Myrtaceae) Syzygium sp.1 (Mytaceae) Syzygium sp.3 (Myrtaceae) Syzygium sp.4 (Myrtaceae) Ternstromia hosei (Theaceae) Ternstromia magnifica (Theaceae) Tetractomia tetrandra (Rutaceae) Timonius sp. (Rubiaceae) Tristaniopsis sp. (Myrtaceae) Tristaniopsis sp.1 (Myrtaceae) Tristaniopsis sp.2 (Myrtaceae) Unknown Unknown (Dipterocarpaceae) Unknown Unknown (Dipterocarpaceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Xylopia cf.malayana (Annonaceae) Xylopia fusca (Annonaceae)

Tabaras tidak akar tinggi Pendu Jambu burung kecil Tabati Himba Kayu lalas daun kecil Tampohot batang Tatumbu Tabunter daun kecil Tabunter daun besar Rambangun Bua bintang Balawan Balawan punei Balawan merah Rasak Rasak napu Jambu burung Kajalaki puti Kayu Tulang/Kopi-kopi Kopi-kopi merah Lombok-lombok/sampel lombok Prupuk keras Sampel Manggis Tatumbu merah Tagula /Jangkang hijau Jangkang kuning

S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P

Lokasi L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07

Nama llmiah Adenanthera pavonina (Fabaceae (Leguminosae)) Antidesma coriaceum (Euphorbiaceae) Antidesma phanerophleum (Euphorbiaceae) Archidendron borneensis (Fabaceae (Leguminosae)) Ardisia pyrsocoma B.C.Stone (Myrsinaceae) Baccaurea bracteata (Euphorbiaceae) Calophyllum hosei (Clusiaceae (Guttiferae)) campnosperma coriaceum (Anacardiaceae) campnosperma squamatum (Anacardiaceae) Clerodendron sp. (Verbenaceae) Combretocarpus rotundatus (Anisophyllaceae) Cratoxylon arborescens (Hypericaceae) Daytyloclados stenostachys (Crypteroniaceae) Dialium indum (Fabaceae (Leguminosae)) Diospyros cf.evena (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Elaeocarpus acmocarpus (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus Mastersii (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Eugenia spicata (Mytaceae) Garcinia sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.1 (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.2 (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.4 (Clusiaceae (Guttiferae)) Gonystylus bancanus (Thymeleaeaceae) Gymnacranthera parquhariania (Myristicaceae) Horsfieldia crassifolia (Myristicaceae) Ilex cymosa (Aquifoliaceae) Ilex hypoglauca (Aquifoliaceae) Ixora havilandii (Rubiaceae) Knema intermedia (Myristicaceae)

Nama Latin Tapanggang Bua dawat Matan undang Kacang nyaring Kayu berang Rambai hutan Bintangor Tarantang Teras nyating Supang Tumih Garunggang Martibu Teras bamban Gulung haduk Malam-malam Kayu arang Patanak daun besar Mangkinang balawau Mangkinang daun besar Kasuhui Kayu lalas daun besar Manggis hutan Aci Gandis Mahalilis Ramin Mandarahan daun kecil Mandarahan daun besar Kambasira Kambasira sumpung Karanji Karandau merah

Strata P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 23


L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07 L07

Licania Splendens (Chrysobalanaceae) Lithocarpus sp. (Fagaceae) Litsea sp. (Lauraceae) Macaranga caladiifolia (Euphorbiaceae) Mesua sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) Mezzetia parviflora (Annonaceae) Mezzetia umbellata (Annonaceae) Neoscortechinia kingii (Euphorbiaceae) Nephellium sp.1 (Sapindaceae) Palaquium cochlearifolium (Sapotaceae) Palaquium sp. (Sapotaceae) Parartocarpus venenosus (Moraceae) Platea sp. (Icacinaceae) Rapanea borneensis (Myrsinaceae) Shorea balangeran (Dipterocarpaceae) Shorea sp. (Dipterocarpaceae) Shorea teysmanniana (Dipterocarpaceae) Stemonorus scorpiodes (Icacinaceae) Sterculia sp. (Sterculiaceae) Syzygium sp. (Myrtaceae) Syzygium sp. (Myrtaceae) Syzygium sp.1 (Mytaceae) Syzygium sp.3 (Myrtaceae) Syzygium sp.4 (Myrtaceae) Ternstromia hosei (Theaceae) Ternstromia magnifica (Theaceae) Tetractomia tetrandra (Rutaceae) Tetramerista glabra (Tetrameristaceae) Timonius sp. (Rubiaceae) Tristaniopsis sp. (Myrtaceae) Tristaniopsis sp.1 (Myrtaceae) Tristaniopsis sp.2 (Myrtaceae) Unknown Cek di lapangan (Unknown) Unknown Unknown (Dipterocarpaceae) Unknown Unknown (Lauraceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Xanthophyllum discolour Chod. (Polygalaceae) Xylopia cf.malayana (Annonaceae) Xylopia fusca (Annonaceae)

Bintan Pampaning bitik Madang litsea Mahang bitik Tabaras akar tinggi Pisang-pisang besar Kambalitan /Pisang-pisang kecil Pupuh palanduk Rambutan hutan Nyatu gagas Nyatu burung Tapakan Sampel mahung/Tambalik angin Marabungkan Kahui Maranti lampung Maranti bitik Tabaras tidak akar tinggi Pendu Jambu burung kecil Tabati Himba Kayu lalas daun kecil Tampohot batang Tatumbu Tabunter daun kecil Tabunter daun besar Rambangun Ponak Bua bintang Balawan Balawan punei Balawan merah Unknown cek di lapangan Rasak Madang Jambu burung Tatumbu merah Kopi-kopi merah Lombok-lombok/sampel lombok Sampel Manggis Prupuk keras Kayu Tulang/Kopi-kopi Kamuning Tagula /Jangkang hijau Jangkang kuning

P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P

Lokasi L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08

Nama llmiah Aglaia rubignosa (Meliaceae) Antidesma coriaceum (Euphorbiaceae) Antidesma phanerophleum (Euphorbiaceae) Ardisia pyrsocoma B.C.Stone (Myrsinaceae) Baccaurea bracteata (Euphorbiaceae) Calophyllum hosei (Clusiaceae (Guttiferae)) Calophyllum sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) campnosperma coriaceum (Anacardiaceae) campnosperma squamatum (Anacardiaceae) Clerodendron sp. (Verbenaceae) Combretocarpus rotundatus (Anisophyllaceae) Cratoxylon arborescens (Hypericaceae) Daytyloclados stenostachys (Crypteroniaceae) Dialium indum (Fabaceae (Leguminosae))

Nama Latin Kajalaki Bua dawat Matan undang Kayu berang Rambai hutan Bintangor Kapurnaga kalakai Tarantang Teras nyating Supang Tumih Garunggang Martibu Teras bamban

Strata P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Page 24


L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08 L08

Diospyros cf.evena (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Diospyros sp. (Ebenaceae) Elaeocarpus acmocarpus (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Elaeocarpus sp. (Elaeocarpaceae) Eugenia spicata (Mytaceae) Garcinia sp. (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.1 (Clusiaceae (Guttiferae)) Garcinia sp.4 (Clusiaceae (Guttiferae)) Gonystylus bancanus (Thymeleaeaceae) Gymnacranthera parquhariania (Myristicaceae) Horsfieldia crassifolia (Myristicaceae) Ilex cymosa (Aquifoliaceae) Ixora havilandii (Rubiaceae) Knema intermedia (Myristicaceae) Koompassia malaccensis (Fabaceae (Leguminosae)) Licania Splendens (Chrysobalanaceae) Lithocarpus sp. (Fagaceae) Litsea sp. (Lauraceae) Macaranga caladiifolia (Euphorbiaceae) Mezzetia parviflora (Annonaceae) Mezzetia umbellata (Annonaceae) Neoscortechinia kingii (Euphorbiaceae) Nephellium sp.1 (Sapindaceae) Palaquium cochlearifolium (Sapotaceae) Palaquium sp. (Sapotaceae) Palaquium sp. (Sapotaceae) Parartocarpus venenosus (Moraceae) Platea sp. (Icacinaceae) Rapanea borneensis (Myrsinaceae) Shorea balangeran (Dipterocarpaceae) Shorea teysmanniana (Dipterocarpaceae) Stemonorus scorpiodes (Icacinaceae) Sterculia sp. (Sterculiaceae) Syzygium sp. (Myrtaceae) Syzygium sp.1 (Mytaceae) Syzygium sp.3 (Myrtaceae) Syzygium sp.4 (Myrtaceae) Ternstromia hosei (Theaceae) Ternstromia magnifica (Theaceae) Tetractomia tetrandra (Rutaceae) Timonius sp. (Rubiaceae) Tristaniopsis sp. (Myrtaceae) Tristaniopsis sp.1 (Myrtaceae) Tristaniopsis sp.2 (Myrtaceae) Unknown tunggu info Herbarium (Unknown) Unknown Unknown (Dipterocarpaceae) Unknown Unknown (Lauraceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Myrtaceae) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Unknown Unknown (Unknown) Xylopia cf.malayana (Annonaceae) Xylopia fusca (Annonaceae)

Pemantauan Vegetasi di Wilayah Kerja KFCP

Gulung haduk Malam-malam Kayu arang Patanak daun besar Mangkinang daun besar Kasuhui Kayu lalas daun besar Manggis hutan Aci Mahalilis Ramin Mandarahan daun kecil Mandarahan daun besar Kambasira Karanji Karandau merah Bangaris/Kempas Bintan Pampaning bitik Madang litsea Mahang bitik Pisang-pisang besar Kambalitan /Pisang-pisang kecil Pupuh palanduk Rambutan hutan Nyatu gagas Nyatu undus Nyatu burung Tapakan Sampel mahung/Tambalik angin Marabungkan Kahui Maranti bitik Tabaras tidak akar tinggi Pendu Jambu burung kecil Kayu lalas daun kecil Tampohot batang Tatumbu Tabunter daun kecil Tabunter daun besar Rambangun Bua bintang Balawan Balawan punei Balawan merah Tunggu info Herbarium Rasak Madang Jambu burung Jambu-jambu Kajalaki puti Prupuk keras Sampel Manggis sampel jambu biji Kopi-kopi merah Lombok-lombok/sampel lombok Tatumbu merah Tagula /Jangkang hijau Jangkang kuning

S, P/T/P P/T/P S P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P S P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P P/T/P P/T/P P/T/P S, P/T/P S, P/T/P S, P/T/P

Page 25



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.