Incas fact sheet bahasa 290214

Page 1

Analisa perubahan tutupan hutan Program INCAS bekerjasama dengan LAPAN untuk membangun kapasitas dalam memantau perubahan tutupan hutan malalui citra satelit. LAPAN menggunakan citra satelit dengan resolusi tinggi dan sedang, yang disediakan oleh program INCAS, untuk mendukung analisa dan menghasilkan data perubahan tutupan hutan yang dapat digunakan untuk INCAS. Program INCAS juga membantu penyediaan instalasi peralatan di LAPAN agar dapat menyimpan dan memproses data satelit dalam kapasitas besar. Hasil terkini yang dapat dicapai adalah penyelesaian analisa perubahan tutupan hutan secara nasional mengenai pengurangan dan penambahan hutan di seluruh pulau di Indonesia. Analisa ini dihasilkan dalam serial waktu yang konsisten sehingga memungkinkan sejarah perubahan tutupan hutan dapat dipantau dan dampak karbon dapat dinilai serta dihimpun menjadi estimasi emisi. Peta-peta tersebut, apabila diintegrasikan dengan data perubahan tutupan hutan yang ada di Kementerian Kehutanan, dapat juga digunakan sebagai alat yang baik untuk upaya-upaya perencanaan tata guna lahan berkelanjutan lainnya di Indonesia.

Biomassa, pemodelan karbon dan estimasi emisi Badan Litbang Kehutanan, sebagai lembaga pelaksana INCAS, sedang mengembangkan INCAS dengan dukungan

IAFCP. Dalam kaitan ini, Badan Litbang Kehutanan bersama LAPAN, Provinsi Percontohan REDD+ dan Tim Khusus REDD+ telah menghasilkan “perhitungan” sederhana yang pertama mengenai emisi GRK di Kalimantan Tengah. Badan Litbang Kehutanan juga telah mulai mengembangkan sistem yang lebih rinci untuk Kalimantan Tengah yang memasukkan model keseimbangan massa karbon. Untuk mendukung sistem yang lebih rinci tersebut, Badan Litbang Kehutanan telah mengumpulkan data dan informasi tentang hutan dalam jumlah yang cukup signifikan dan sekaligus melakukan analisa awal atas data dan informasi tersebut. Badan Litbang Kehutanan juga telah melakukan penelitian secara ekstensif mengenai stok karbon hutan dan menyiapkan faktor-faktor emisi sementara untuk berbagai tipe hutan. Tidak kalah pentingnya, Badan Litbang Kehutanan juga telah menghasilkan panduan nasional untuk mengestimasi biomassa dan stok karbon hutan Indonesia. Dengan menggunakan standar-standar tersebut, Badan Litbang Kehutanan telah melakukan analisa awal untuk menghasilkan berbagai kelas biomassa hutan di Kalimantan, sebagai input utama untuk sistem yang lebih rinci. Tim INCAS di Badan Litbang Kehutanan telah menjalani berbagai program pelatihan secara ekstensif mengenai perhitungan karbon dan pemodelan emisi. Kapasitas Badan Litbang Kehutanan yang kuat dalam perhitungan karbon, dan isu-isu MRV hutan secara umum, telah ditunjukkan melalui peran utamanya dalam pengembangan INCAS.

FACTSHEET

Program Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) Desember 2013 Dalam era perubahan iklim sekarang ini, banyak negara mencoba untuk mengurangi jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dilepaskan ke atmosfir. Deforestasi berkontribusi sebesar 18 persen terhadap emisi GRK global, dan untuk Indonesia, negara yang memiliki areal hutan yang luas serta tingkat deforestasi yang tinggi, hutan memainkan peran penting untuk mencapai target pengurangan emisi. Sebuah negara harus mampu mengukur emisi dan serapan GRK dari hutan agar bisa lebih memahami, mengelola dan semakin mengurangi emisi sebagai respon terhadap perubahan iklim. Sistem MRV (Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi) yang terpercaya (credible) diperlukan untuk mendukung semua upaya pengurangan emisi GRK.

Pertemuan kolaborasi dengan tim percontohan provinsi dan REDD+ Area hutan yang terdegradasi 4

Program Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS)

Indonesia, sebagai negara yang terkemuka dalam REDD+ (Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan+), sedang mengembangkan sistem MRV yang memungkinkan agar pengurangan emisinya dapat dilaporkan dan dikelola dengan lebih baik. Sistem ini dapat memantau penyerapan dan emisi karbon dari seluruh hutan Indonesia setiap tahunnya. Program Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) sedang membantu Pemerintah Indonesia dalam merancang dan melaksanakan sistem MRV yang disebut ‘INCAS’. Adapun bantuan tersebut meliputi bantuan teknis dan sumber daya untuk lembaga mitra – Kementerian Kehutanan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan lainnya – untuk membangun sistem dan kapasitas mereka dalam bidang ini. INCAS tengah dikembangkan secara bertahap yang dimulai dari provinsi percontohan yaitu Kalimantan Tengah sebagai sistem percontohan MRV. Setelah itu, sistem tersebut akan dikembangkan ke seluruh Indonesia sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan oleh UNFCCC untuk sistem MRV hutan yang harus dikembangkan di tingkat nasional. Sistem ini dikembangkan sesuai dengan panduan internasional atas praktik yang baik namun mempunyai cukup fleksibilitas dalam memenuhi kebutuhan perhitungan karbon Indonesia di masa yang akan datang. Hasil sistem yang dikembangkan berupa estimasi emisi dan penyerapan GRK yang akan menjadi dasar inventarisasi GRK nasional, dan dapat digunakan untuk menganalisa opsi-opsi untuk kebijakan sektor lahan, serta dapat memenuhi berbagai kebutuhan tentang pelaporan emisi. Terdapat banyak potensi penggunaan hasil dari sistem ini, yaitu: • Mendukung partisipasi dalam pasar karbon masa depan untuk berbagai skema seperti REDD+ 1


Kerangka Sistem Percontohan INCAS B. Perubahan Tutupan Lahan Tahunan

A. Klasifikasi Biomassa

Klasifikasi hutan ke dalam beberapa kelompok (kelas biomasa) dengan karakteristik biomassa homogen (dalam kondisi tidak terganggu ) menurut faktor-faktor spesifik-lokasi seperti curah hujan, iklim, topografi, dan jenis hutan.

C. Kelas-kelas kerusakan hutan

Pemetaan kelas kerusakan hutan berdasarkan tingkat kerusakannya: • Gangguan ringan • Gangguan sedang • Gangguan berat • Jenis gangguan/kegiatan pengelolaan

E. Indonesian Carbon Accounting and Reporting Model (ICARM)

• Menginformasikan rancangan arsitektur REDD+ Indonesia termasuk, namun tidak terbatas pada, menghasilkan skenario tingkat referensi emisi (REL) dan pemilihan tahun dasar. • Memantau perkembangan target pengurangan emisi dan kemungkinan perjanjian internasional. • Mendukung informasi pengambilan keputusan dan manajemen yang tepat mengenai emisi GRK dan hutan Indonesia. • Menjadikan dasar untuk negosiasi-negosiasi tentang perubahan iklim di tingkat internasional dan REDD+. • Menginformasikan perkembangan kebijakan dalam negeri, penerapan dan pemantauan kemajuan, dan • Rencana tata guna lahan berkelanjutan dan aplikasi lainnya.

Perubahan tutupan lahan tahunan yang menjelaskan kondisi area: • Deforestasi • Pertumbuhan kembali hutan • Degradasi (pembukaan hutan dan regenerasi atau pembukaan sebagian)

D. Estimasi Masa Karbon

Estimasi masa karbon untuk tiaptiap kelas biomassa (stok, tingkat pertumbuhan/kehilangan): • Biomassa di atas permukaan tanah • Biomassa di bawah permukaan tanah • Serasah • Kayu mati • Tanah

INCAS ini dirancang untuk menggunakan citra penginderaan jauh untuk dapat mendeteksi terjadinya perubahan tutupan hutan. Dalam hal ini, estimasi emisi GRK didasarkan pada data yang tersedia dan pengetahuan tentang biomassa hutan yang ada dan stok karbon, ditambah dengan kerusakan hutan dan pola pengelolaan hutan yang menyebabkan hutan menjadi berubah. Sistem tersebut juga memungkinkan untuk dapat memantau aliran karbon antara penyimpan karbon hutan yang berbeda-beda dan atmosfir, dengan menggunakan pendekatan keseimbangan massa yang disebabkan oleh terjadinya peristiwa kerusakan hutan. Emisi GRK sebagian besar terjadi dimana hilangnya tutupan hutan telah dapat terdeteksi dan pertumbuhan baru sudah bisa dihitung.

Analisa perubahan tutupan hutan dilakukan oleh LAPAN, dan estimasi biomassa dan emisi dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan (Badan Litbang Kehutanan). Badan Litbang Kehutanan menyusun hasil-hasil tersebut berkolaborasi dengan Provinsi Percontohan REDD+ (Kalimantan Tengah) dan Tim Khusus REDD+, Badan REDD+ (yang baru dibentuk), LAPAN, Ditjen Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPENAS dan lembaga lainnya untuk menghasilkan estimasi emisi GRK tingkat nasional yang memenuhi persyaratan pelaporan emisi.

2

Program Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS)

LEGENDA: Hutan dari thn 2000 - 09 Penanaman kembali Pembukaan Perubahan Berkala Danau Non Hutan

Batas Negara Batas Provinsi

Perkembangan terkini Program INCAS Atas dasar input dari LAPAN dan Ditjen Planologi Kehutanan serta analisa yang dilakukan oleh Badan Litbang Kehutanan sendiri, maka dengan bekerja sama dengan Tim MRV Kalimantan Tengah dan Tim Khusus REDD+, Badan Litbang Kehutanan telah mengembangkan sebuah “sistem” yang sederhana untuk mengestimasi emisi GRK dari hutan di Kalimantan Tengah. Pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan sistem tersebut dirancang untuk memenuhi persyaratan pelaporan emisi sementara untuk REDD+ saat ini, dan dapat membantu dalam perhitungan estimasi sementara atas emisi GRK tahunan untuk periode 2000-09. Sistem ini akan terus mengalami perbaikan seiring dengan adanya pengembangan sistem yang lebih terperinci untuk Kalimantan Tengah. Sistem tersebut diharapkan akan menjadi “event driven mass-balance” atau model keseimbangan massa yang dapat menelusuri aliran karbon dari beberapa tempat penyimpan karbon.

Tim INCAS saat bekerja

PENGURANGAN DAN PENAMBAHAN TUTUPAN HUTAN KALIMANTAN, 2000-09

Pemerintah Indonesia akan mengembangkan sistem yang lebih rinci untuk seluruh Indonesia sehingga dapat mencakup skala nasional dan estimasi secara menyeluruh emisi GRK dari hutan-hutan Indonesia.

PENGURANGAN DAN PENAMBAHAN TUTUPAN HUTAN SUMATRA, 2000-09

LEGENDA: Hutan dari thn 2000 - 09 Penanaman Kembali Pembukaan Perubahan Berkala Danau Non Hutan Batas Provinsi

Program Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS)

3


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.