PETA RENCANA POLA TATA GUNA LAHAN DESA TUMBANG MUROI
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
1
PENGANTAR
A
lbum Peta Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa ini bertujuan untuk memberikan gambaran ke berbagai pihak tentang kondisi lahan terbaru (land existing) dan rencana penggunaan lahan oleh warga dalam jangka panjang.
Penyusunan peta ini difasilitasi oleh Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP) melalui kegiatan Pola Tata Guna Lahan Desa (PTGLD). Dalam kegiatan ini, warga memetakan penggunaan lahan, status lahan, dan wilayah rawan banjir dan kebakaran. Berdasarkan kondisi terbaru ini, warga menyusun rencana penggunaan lahan di masa datang. Perencanaan ini membantu masyarakat melihat potensi sumber daya alam di desa dan menentukan wilayah untuk budidaya, perlindungan hutan dan lahan gambut, dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat seperti Hutan Desa, dan memperjelas status lahan. Secara khusus, pola tata guna lahan desa memungkinkan identifikasi batas kawasan hutan dan hutan lindung, dan bagaimana agar hal tersebut dapat disesuaikan dengan pemanfaatan lahan oleh masyarakat. Peta-peta yang dimuat dalam album ini telah melalui serangkaian kegiatan partisipatif, seperti: konsultasi, diskusi kelompok, Musyawarah Desa, dan diskusi intensif dengan para pihak, terutama Dewan Adat Dayak Kapuas, LSM (Yayasan Tahanjungan Tarung dan Yayasan Petak Danum), serta Satuan Kerja Perangkat Daerah lingkup Kabupaten Kapuas, seperti: KPHL Model Kapuas, BAPPEDA, BPMD, Distan TPH, Disbunhut, Dinas PU, BPN, Bagian Administrasi Pemerintahan Umum Setda Kapuas, dan Bagian Sumber Daya Alam Setda Kapuas. Album peta ini terbagi atas 4 bagian, yaitu: (1) peta gambaran umum kawasan perdesaan, meliputi Desa Katimpun, Sei Ahas, Katunjung, Tumbang Mangkutup, Tumbang Muroi, Lapetan, dan Petak Puti di Kabupaten Kapuas, (2) peta Kondisi saat ini/land existing di wilayah Desa Tumbang Muroi (peta penggunaan dan status lahan), (3) peta gabungan (overlay) untuk mengkaji rencana penggunaan lahan oleh warga Desa Tumbang Muroi, dan (4) peta perencanaan Desa Tumbang Muroi. Album ini diharapkan dapat membantu warga desa, pemerintah, dan pihak-pihak lain untuk mengarahkan sumber dayanya sesuai potensi yang ada di desa. Album ini masih terbuka untuk perubahan dan penyempurnaan ke depan dengan tetap mempertimbangkan kebijakan pemerintah, dinamika, dan proses yang ada di masyarakat desa.
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
3
4
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
UCAPAN TERIMA KASIH
A
lbum peta ini dapat diselesaikan dengan kontribusi aktif dari:Tim Pola Tata Guna Lahan Desa KFCP (Febrasius Masal, Elba Tri Juni, M. Husaini, Obrien Tinus), GIS KFCP (Fatkhurohman), Tim Teknis Tata Guna Lahan Desa KFCP (Abdul Hamid, Heri Susanto, Ihwan, Mairaji, Mulyadi, Norhadie Karben, Sahpial, Sarianto), Tim Fasilitator Desa KFCP (Murianson, Marsiano, Yusef F. Hadiwinata, Agustinus Leppe, Aris Yohanes, Dena, M. Nasir, M. Rafi’i, Rano Andino, Seno Senjaya, Yeyet Suryatno), Tim Komunikasi IAFCP (James Maiden, Shinta Nurwulan, Stella Pongsitanan, Nanda Aprilia), dan Tim KFCP (Nick Mawdsley, Benjamin Tular, dan Yuliana, Nona Sangbidang). Kelompok Diskusi Tata Ruang di Kabupaten Kapuas (Adrianson – Disbunhut Kapuas, Ari Sasongko – BPN Kapuas, Bayu Nugroho – KPHL Model Kapuas, Indan Thomas, Syamsu – Dewan Adat Dayak Kapuas, Jaya/Vitrianson – Bagian Sumber Daya Alam Setda Kapuas, Pauzuddin Noor – BPMD Kapuas, Teguh Setio Utomo – Distan TPH). Sibae (Alm) – Kasie Pemerintahan Kecamatan Mantangai, Yanti – Adpum SETDA Kapuas). Kontribusi yang berharga juga telah diberikan oleh Tim Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi (Nanang Karyadi, Enyang, Aneng, Imbang, Indelson, Irwan Busra, Jarni, Jumran, Pendi, Simpun, Suwardi, Yepta). Peta dan rencana yang ada di dalam publikasi ini akan diperbaharui sesuai kebutuhan senantiasa kami sempurnakan. Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Kepala Desa Tumbang Muroi.
Pembuatan publikasi ini didukung oleh Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership (IAFCP) melalui Program Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kapuas dan Desa Tumbang Muroi.
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
5
DAFTAR ISI Pengantar Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel, Grafik,dan Gambar GAMBARAN UMUM Peta Orientasi Wilayah dan Batas Desa Peta Sejarah KPHL Peta Elevasi (Ketinggian Lahan) Peta Kedalaman Gambut Peta Perubahan Tutupan Lahan Peta Sejarah Kebakaran Peta Titik Panas Peta Perizinan Peta Usulan Hutan Desa DATA DESA TUMBANG MUROI Citra Penginderaan Jauh Peta Penggunaan Lahan Peta Status Pemanfaatan Lahan Masyarakat Berdasarkan Adat Peta Rawan Banjir Peta Bencana Kebakaran ANALISIS Peta Penggunaan Lahan, SK Menteri Kehutanan No. 529/2012, dan Status Lahan Peta Penggunaan Lahan dan Kerawanan RENCANA MASYARAKAT DESA TUMBANG MUROI Perencanaan Pola Tata Guna Lahan Desa (PTGLD) Tumbang Muroi Peta Perencanaan PTGLD Tumbang Muroi Peta Perencanaan PTGLD Per Bidang: - Peta Bidang Kehutanan - Peta Bidang Pertanian, Perkebunan, dan Budidaya Sumber Data & Referensi Lampiran 1. Tabel Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Status Lahan
DAFTAR TABEL, GRAFIK DAN GAMBAR Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga dan Populasi Desa per Januari 2014 Tabel 2. Alokasi/Fungsi Lahan Tabel 3. Kedalaman Gambut Tabel 4. Tutupan Lahan Tahun 2010 Grafik 1. Tutupan Lahan Hutan dan Bukan Hutan Grafik 2. Titik Panas dan Siklus Pengelolaan Kebakaran Gambar 1. Transek elevasi Gambar 2. Transek Elevasi Gambut Diagram 1. Alur Kerja Pembentukan dan Pengelolaan Hutan Desa
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
7
8
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
GAMBARAN UMUM
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
9
PETA ORIENTASI WILAYAH DAN BATAS DESA
Kegiatan program Kalimantan Forests and Carbon Partnership (KFCP) yang dimulai pada tahun 2009 mencakup tujuh desa, enam desa di kecamatan Mantangai (Mantangai Hulu, Kalumpang, Katimpun, Sei Ahas, Katunjung, Tumbang Muroi) dan satu desa di kecamatan Timpah (Petak Puti) di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Tahun 2012 dilakukan pemekaran di dua desa (Tumbang Muroi dan Katunjung) berdasarkan Perda Kabupaten Kapuas No. 6 Tahun 2012 tentang Pembentukan 61 Desa di 12 Kecamatan Kabupaten Kapuas. Pemekaran tersebut menghasilkan dua desa baru, Lapetan dan Tumbang Mangkutup. Hingga saat pembuatan album peta ini, penentuan dan penyepakatan batas desa telah disepakati dalam Lokakarya Kecamatan Batas Desa di kecamatan Mantangai. Dalam periode perpanjangan program KFCP bulan Juli 2013 hingga Juni 2014, desa Mantangai Hulu dan Kalumpang tidak lagi terlibat karena tidak tercapai kesepakatan dalam Perjanjian Desa antara KFCP dan desa-desa tersebut.
Kegiatan KFCP di desa meliputi perjanjian desa, blocking tatas, reforestasi (pembebasan, pemeliharaan, dan penanaman), pengembangan mata pencaharian, kelembagaan desa, perencanaan desa, hutan desa, pengurangan risiko kebakaran, dan pemantauan (vegetasi, hidrologi, dan gambut).
Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga dan Populasi Desa per Januari 2014 No
Desa
L
P
Total
1
Katimpun
234
425
429
854
2
Sei Ahas
246
478
403
881
3
Katunjung
195
296
263
559
4
Tumbang Mangkutup
110
155
165
320
5
Tumbang Muroi
338
655
645
1300
6
Lapetan
190
348
314
662
7
Petak Puti
401
645
615
1260
TOTAL
10
Jumlah Jiwa
Jumlah KK
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
1714
3002
2834
5836
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
11
PETA SEJARAH KPHL
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Kapuas sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 247/ Menhut-II/2011 tanggal 2 Mei 2011 mengacu antara lain pada Surat Menteri Kehutanan No. S.486/ Menhut-VII/2010 tanggal 20 September 2010 tentang Peta Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan, Penunjukan Areal Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Antar Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Secara keruangan, wilayah KPHL yang tertera dalam surat tersebut sama dengan wilayah yang tertera dalam SK Menteri Kehutanan No. 292/Menhut-II/2011 tanggal 31 Mei 2011 dan SK Menhut No. 529/ Menhut-II/2012 tanggal 25 September 2012.
Surat Menhut No. S.486/2010
SK Menhut No. 247/2011
SK Menhut No. 529/2012
SK Menhut No. 292/2011
Tabel 2. Alokasi/Fungsi Lahan Alokasi/Fungsi Areal Penggunaan Lain (APL) Perairan (Badan Air) Hutan Lindung (HL) Kawasan Suaka/Pelestarian Alam (KSA/KPA) Total
12
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Blok A (ha)
Blok E (ha)
11,980
1,151
108
305
28,797
64,253
3,542
9,601
44,427
75,310
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
13
PETA ELEVASI (KETINGGIAN LAHAN)
Perbedaan ketinggian permukaan tanah/gambut mempengaruhi aliran air (dari hulu ke hilir) dan berdampak pada ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam (SDA). Permukaan tanah/gambut yang tertinggi terletak di wilayah Desa Petak Puti, sekitar 20,5 meter dari rata-rata permukaan air laut. Pusat-pusat permukiman sepanjang Sungai Kapuas relatif rendah dengan ketinggian di bawah 1 meter dari rata-rata permukaan air laut.
Gambar 1. Transek elevasi
Kondisi tutupan lahan dari Saluran Primer Induk (SPI) di Desa Katunjung ke arah hulu relatif masih lebih baik dibandingkan tutupan lahan dari SPI ke arah hilir.
14
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
15
PETA KEDALAMAN GAMBUT
Kedalaman gambut di wilayah kerja KFCP bervariasi antara kurang dari 0,5 meter hingga lebih dari 8 meter. Dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3. Kedalaman Gambut Kedalaman Gambut ( meter )
Blok A ( ha )
Blok E ( ha )
KFCP ( ha )
< 0.5
4,059
11,623
15,682
0.5 - 1.0
1,780
2,274
4,055
1.0 - 2.0
1,805
4,128
5,932
2.0 - 3.0
1,559
2,249
3,807
3.0 - 4.0
2,010
3,046
5,056
4.0 - 6.0
6,888
11,222
18,110
6.0 - 8.0
23,026
13,791
36,817
3,301
26,977
30,278
44,427
75,310
119,737
> 8.0 Grand Total
Gambar 2. Transek elevasi gambut
Kondisi permukaan gambut dari hulu di wilayah Desa Petak Putih sampai ke Saluran Primer Induk (SPI) di Desa Katunjung relatif masih utuh, sedangkan dari SPI ke arah hilir terbentuk mini kubah gambut akibat adanya kanal-kanal .
16
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
17
PETA TUTUPAN LAHAN TAHUN 2010
Peta tutupan lahan tahun 2010 menunjukkan tutupan lahan hutan di Blok E jauh lebih besar dibandingkan Blok A. Tutupan lahan hutan terbesar berada di desa Tumbang Muroi, mencapai hampir 30.000 ha.
Grafik 1. Tutupan Lahan Hutan dan Bukan Hutan
Tabel 4. Tutupan Lahan Tahun 2010 Tutupan Lahan 2010
Blok E
2,927
31,188
Hutan lahan basah sekunder
2,155
32,361
Hutan lahan kering sekunder
1,746
2,554
Lahan terbuka Padang rumput, alang-alang Permukiman Semak dan belukar
66
152
19,546
6,581
34
23
17,205
2,274
Rumput rawa
437
37
Perairan
289
161
44,406
75,331
Jumlah
18
Blok A
Hutan lahan basah primer
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
19
PETA SEJARAH KEBAKARAN
Berdasarkan citra satelit Landsat tahun 1990, 1997, 2001, 2002, 2004, 2005, 2006, dan 2009, kebakaran banyak terjadi di Blok A eks PLG, khususnya yang berada di sekitar kanal. Di Blok E, kebakaran banyak terjadi di sekitar jalan trans (rencana jalan dari Mantangai Hulu ke Tanjung Kalanis).
20
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
21
PETA TITIK PANAS
Berdasarkan data harian titik panas tahun 2004-2013, terlihat bahwa indikasi kebakaran terjadi secara berulang di lokasi dan bulan yang relatif sama. Dengan demikian, upaya pengurangan risiko kebakaran sebaiknya dilakukan secara terpadu dalam suatu perencanaan yang menyeluruh. Perencanaan tersebut memperhatikan grafik titik panas dan siklus pengelolaan kebakaran. Grafik 1. Titik Panas dan Siklus Pengelolaan Kebakaran Analisis
Penanggulangan
Rehabilitasi
Kesiapsiagaan
Pencegahan
Bloking tatas sebagai salah satu upaya mencegah kebakaran
22
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
23
PETA PERIZINAN
Sebagai upaya penyempurnaan tata kelola hutan dan lahan gambut untuk menurunkan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 6/2013 tanggal 13 Mei 2013 yang melanjutkan Inpres No. 10/2011 tanggal 20 Mei 2011 tentang penundaan pemberian izin baru dan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut. Inpres tersebut antara lain menginstruksikan: 1. Penundaan pemberian izin baru hutan alam primer dan lahan gambut yang berada di hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi (hutan produksi terbatas, hutan produksi biasa/tetap, hutan produksi yang dapat dikonversi) dan area penggunaan lain sebagaimana tercantum dalam Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB). 2. Penundaan tersebut berlaku bagi penggunaan kawasan hutan alam primer dan lahan gambut, dengan pengecualian diberikan kepada: i. Permohonan yang telah mendapat persetujuan prinsip dari Menteri Kehutanan; ii. Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang bersifat vital (geothermal, minyak dan gas bumi, ketenagalistrikan, lahan untuk padi dan tebu); iii. Perpanjangan izin pemanfaatan hutan dan/atau penggunaan kawasan hutan yang telah ada sepanjang izin di bidang usahanya masih berlaku; iv. Restorasi ekosistem. Di Kecamatan Mantangai, terdapat perizinan antara lain untuk Perusahaan Besar Sawit (PBS): 1. 2. 3. 4.
24
PT UHP (Usaha Handalan Perkasa) PT GAL (Globalindo Agung Lestari) PT GIJ (Graha Inti Jaya) PT RAS (Rejeki Alam Semesta)
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
25
PETA USULAN HUTAN DESA
Diagram 3. Alur Kerja Pembentukan dan Pengelolaan Hutan Desa
Hutan Desa merupakan hutan negara yang dikelola oleh masyarakat secara resmi melalui izin hak kelola yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan dan SK Gubernur. Warga dapat mengelola dan memanfaatkan hasil hutan non-kayu, melakukan penanaman dan beje, serta jasa lingkungan seperti wisata. Warga harus melindungi hutan dan tidak boleh menebang pohon. Pengembangan Hutan Desa dilakukan melalui serangkaian kegiatan persiapan yang melibatkan masyarakat desa (sosialisasi, pelatihan, inventarisasi dan identifikasi areal hutan desa, dan lokakarya). Hutan Desa di Katimpun dan Petak Puti sudah ditetapkan dalam SK Menteri Kehutanan: â&#x20AC;˘ Katimpun: + 3.230 ha (SK Menhut No. 212/Menhut-II/2014) â&#x20AC;˘ Petak Puti: + 7.855 ha (SK Menhut No. 213/Menhut-II/2014) Penetapan Areal Hutan Desa Katunjung masih dalam proses di Kementerian Kehutanan.
Identifikasi lokasi calon Hutan Desa di desa Katimpun
26
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
27
28
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
DATA DESA TUMBANG MUROI
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
29
CITRA PENGINDERAAN JAUH
Peta citra penginderaan jauh (peta resolusi tinggi) yang digunakan adalah Quickbird High resolution (Multispectral 0.5-0.6m) image. Peta resolusi tinggi ini diperkenalkan ke desa agar warga bisa melihat penggunaan lahan di wilayah desa. Berdasarkan peta tersebut, warga melakukan deliniasi untuk identifikasi penggunaan dan status lahan, serta rawan bencana. Wilayah yang berwarna putih dalam peta citra ini adalah areal yang tidak tersedia informasinya. Identifikasi dari wilayah ini menggunakan peta land cover dan pengetahuan masyarakat. Proses deliniasi oleh warga menggunakan skala 1:10.000.
Warga Desa Tumbang Muroi sedang melakukan deliniasi
30
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
31
PETA PENGGUNAAN LAHAN
Berdasarkan hasil identifikasi dan delinisiasi di desa, terdapat 22 penggunaan lahan di Desa Tumbang Muroi (lihat legenda peta). Sisi Barat Sungai Kapuas dimanfaatkan warga untuk lokasi budidaya, karena tanahnya lebih subur dan terhindar dari rawan banjir. Beragam aktivitas dilakukan di sini, seperti berladang, kebun karet, sengon, dan kebun buah. Lahan di bagian barat ini juga banyak dijual kepada investor untuk tambang batu bara dan pasir. Masyarakat juga mencari ikan di sungai besar dan kecil, dan danau di bagian barat dan timur Sungai Kapuas.
Kebun Campuran di Desa Tumbang Muroi
32
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
33
PETA STATUS PEMANFAATAN LAHAN MASYARAKAT BERDASARKAN ADAT Berdasarkan hasil identifikasi dan delinisiasi di desa, terdapat 8 status lahan berdasarkan adat di Desa Tumbang Muro(lihat legenda peta). Di bagian timur Sungai Kapuas terdapat tanggiran, lutu, dan karamat. Di bagian barat terdapat pukung pahewan, kaleka, beje, dan sepan. Lahan berdasarkan status adat dimanfaatkan oleh warga secara perorangan maupun berkelompok. Lahan tersebut biasanya didapat dari warisan secara turun menurun. Lahan warisan ini tidak diperjualbelikan.
34
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
35
PETA RAWAN BANJIR
Sepanjang Sungai Kapuas dan Sungai Muroi sampai ke jalan Lintas merupakan wilayah rawan banjir di desa Tumbang Muroi. Biasanya banjir terjadi 3-4 kali di bulan Desember hingga Maret. Ketinggian air banjir bisa mencapai lebih dari 1,5 meter. Dampak banjir bagi masyarakat umumnya adalah penurunan produksi perikanan dan karet. Saat banjir, biasanya sekolah diliburkan karena bangunan terendam banjir.
36
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
37
PETA BENCANA KEBAKARAN
Umumnya bencana kebakaran terjadi di bagian timur dan sisi kiri Sungai Kapuas dan Sungai Muroi, dan sepanjang Jalan Lintas. Berdasarkan sejarah kebakaran dalam periode 2007 - 2013, kebakaran terjadi di bulan September - November. Sebaran lokasi kebakaran paling banyak terjadi tahun 2009. Kebakaran terjadi di hutan campuran, bahu rambung, semak, dan ladang.
38
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
39
40
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
ANALISIS
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
41
PETA PENGGUNAAN LAHAN, SK MENTERI KEHUTANAN NO 529/2012, DAN STATUS LAHAN Masyarakat umumnya tidak mengenal definisi lindung menurut pemerintah dan tidak mengetahui lokasi dan batas antara kawasan lindung dan budidaya. Kawasan lindung menurut masyarakat adalah tempat perkebunan yang dipelihara, dilestarikan, dan dilindungi dari kerusakan. Berupa kawasan hutan,kebun karet, sungai, danau, pukung pahewan, tempat mencari madu, dan tempat kaleka. Di kawasan tersebut masyarakat mengambil hasil hutan non-kayu seperti kulit gemor, rotan, ikan, getah pantung, nyating, getah nyatu, jamur, obat-obatan, dan hewan buruan.
42
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
43
PETA PENGGUNAAN LAHAN DAN KERAWANAN
Untuk mengatasi rawan kebakaran, dibuat aturan, optimalisasi lahan, pertanian menetap (intensifikasi), pembukaan lahan untuk berkebun, penguatan kapasitas regu pengendali kebakaran dan peralatannya. Untuk menyesuaikan dengan kerawanan banjir, umumnya dilakukan pemilihan komoditas, kondisi lahan, dan penyesuaian dengan musim tanam. Terkait kondisi ini, komoditas utama desa adalah ikan dan karet.
44
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
45
46
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
RENCANA MASYARAKAT DESA TUMBANG MUROI
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
47
PERENCANAAN POLA TATA GUNA LAHAN DESA (PTGLD) TUMBANG MANGKUTUP
Perencanaan penggunaan lahan Desa Katimpun diperoleh dari hasil penggabungan (overlay) peta penggunaan lahan dengan: 1. Peta kerawanan 2. Peta penunjukan kawasan lindung (SK 529) Perencanaan tersebut juga mempertimbangkan skenario perubahan ke depan terkait dengan RPJMD dan infrastruktur, penunjukan KPH, pertumbuhan penduduk, degradasi lingkungan, kebijakan global, dan wilayah konsesi pertambangan dan perkebunan. Terkait penunjukan KPHL yang tumpang tindih dengan pengembangan kawasan budidaya masyarakat, masih perlu dilakukan pembicaraan lebih lanjut dengan dinas terkait. Perencanaan penggunaan lahan berdasarkan pertimbangan di atas mendapat masukan dan saran teknis dari SKPD dan berbagai pihak dalam lokakarya desa. Hasil tersebut kemudian disepakati dalam musyawarah desa (Musdes) yang berlangsung tanggal 28 Maret 2014.
â&#x20AC;&#x153;Perencanan PTGD bermanfaat untuk mengetahui mata pencaharian masyarakat, letak kawasan budidaya, sempadan rawa, wilayah banjir dan kebakaran. Harapannya PTGLD bisa dijadikan masyarakat sebagai acuan program kegiatan yang masuk ke desa, baik oleh pemerintah daerah, pihak swasta dan pihak lainnya.â&#x20AC;? (Nanang Karyadi, Petani)
48
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Kegiatan/proses/hasil terkait lokakarya desa
Kegiatan/proses/hasil terkait lokakarya desa
Kegiatan/proses/hasil terkait lokakarya desa
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
49
PETA PERENCANAAN PTGLD PETAK PUTI
Peta perencanaan masyarakat ini disusun berdasarkan visi dan misi desa, serta menyepakati hal-hal berikut: 1. Dokumen Perencanaan PTGLD menjadi acuan pembuatan RPJMDes. 2. Identifikasi kepemilikan lahan yang masuk dalam kawasan lindung 3. Rencana lokasi pemukiman baru dan fasilitas umum. 4. Rencana pengembangan infrastruktur (handel) dan pembuatan jalan menuju kawasan budidaya. 5. Kesepakatan dengan Bappeda untuk usulan pemutihan di sisi kiri-kanan jalan dan sungai sepanjang 5 km.
50
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
51
PETA PERENCANAAN PTGLD PER BIDANG PETA KEHUTANAN Kawasan pengembangan bidang kehutanan di Desa Tumbang Muroi berupa pengembangan hutan desa, hutan adat, hutan kemasyarakatan (HKm). Lokasi hutan-hutan tersebut berada di kawasan hutan yang masih utuh. Di kawasan hutan-hutan tersebut rencananya akan dikembangkan kegiatan reboisasi, pariwisata, dan percontohan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Perlu adanya legalitas status lahan berdasarkan pengelolaan secara adat. Pergub Kalteng No. 13/2009 jo No. 4/2012 mengatur tentang tanah adat dan hak-hak adat di atas tanah. Implementasi peraturan tersebut adalah Surat Keterangan Tanah Adat yang dikeluarkan oleh damang/kepala adat di kecamatan. Komoditas yang dilindungi adalah komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti: karet, rotan, buah-buahan, purun, blangiran, kulit gemor, kulit kalanis, meranti, getah nyatu, getah jelutung, kayu hutan, obat-obatan tradisional, berbagai jenis tanaman pohon dan hewan buruan di hutan.
52
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
53
PETA BIDANG PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN BUDIDAYA
54
•
Kawasan perencanaan pertanian, perkebunan, dan budidaya di Desa Tumbang Muroi adalah untuk ladang, perluasan kebun karet, kebun campuran (karet, rotan, dan buah-buahan), perikanan tangkap (beje dan karamba), tanaman pangan dan holtikultura.
•
Terdapat rencana pembuatan irigasi pertanian.
•
Perikanan tangkap dilakukan di daerah beje, baruh, danau, sungai kecil dan tatas. Alat tangkap yang digunakan seperti banjur,
•
Rawai, kalang, mancing, marengge, dan malonta.
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
55
56
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
SUMBER DAYA DAN REFERENSI
Citra Inderaja RapidEye (No. #3) dan Landsat (#4) (Peta Citra Penginderaan Jauh) Hasil Pemetaan Partisipatif/Musyawarah Desa Tumbang Muroi (Peta Data, Analisis, Rencana Masyarakat, dan Usulan Hutan Desa) Instruksi Presiden No. 10 tahun 2011 tanggal 20 Mei 2011 dan Instruksi Presiden No. 6 tahun 2013 tanggal 13 Mei 2013 tentang penundaan pemberian izin baru dan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut Landsat â&#x20AC;&#x201C; RSS untuk KFCP, tahun 1990, 1997, 2001, 2002, 2004, 2005, 2006, dan 2009 (Peta Sejarah Kebakaran) LIDAR (Light Detection And Ranging) Surtech untuk KFCP, 15.8.2011 to 15.10.2011 (Peta Elevasi/Ketinggian Lahan) Masterplan Eks-PLG, Inpres No. 6 tahun 2013, PIPIB Ver. 5.0 (Peta Perizinan) Satelit RapidEye RSS untuk KFCP, 22 Mei 2009 dan 21 Juni 2010 (Peta Tutupan Lahan Tahun 2010) Satelit Terra/Aqua (MODIS), unduh dari http://earthdata.nasa.gov/data/near-real-time-data/data/firms/active-firedata (Peta Titik Panas) SK Menteri Kehutanan No. 247/Menhut-II/2011 tanggal 2 Mei 2011 (Peta Sejarah KPHL) SK Menteri Kehutanan No. 292/Menhut-II/2011 tanggal 31 Mei 2011 (Peta Sejarah KPHL, Peta Penggunaan Lahan, dan Peta Status Lahan) SK Menteri Kehutanan No. 529/Menhut-II/2012 tanggal 25 September 2012 (Peta Sejarah KPHL) Surat Menteri Kehutanan No. S.486/Menhut-VII/2010 tanggal 20 September 2010 (Peta Sejarah KPHL) SK Menteri Kehutanan No.212/Menhut-II/2014 tentang Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Katimpun Seluas + 3.230 ha pada Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah SK Menteri Kehutanan No. 213/Menhut-II/2014 tentang Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Petak Puti Seluas + 7.855 ha pada Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah Survei KFCP mengenai Kedalaman Gambut, tahun 2010 (Peta Orientasi Wilayah dan Batas Desa, Peta Kedalaman Gambut) Survei KFCP mengenai Pelacakan dan Penegasan Batas Desa, Mei 2012 dan April 2014 (Peta Orientasi Wilayah dan Batas Desa)
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
57
58
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
LADANG
PERKEBUNAN
KEBUN CAMPURAN
HUTAN LAHAN BASAH
BELUKAR/BAHU
SEMAK
PADANG ALANG-ALANG
RUMPUT RAWA
DAERAH PERTANIAN
HUTAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
JENJANG II
JENJANG I
NO
Apu-Apu
Gerising
Rasau
Kumpai
Purun
Padang Alang-Alang
Semak
Bahu Rambung
Bahu
Hutan Mipa
Hutan Prupuk
Hutan Rangas
Hutan Pantung
Hutan Belangiran
Hutan Mahang
Hutan Campuran
Hutan Galam
Kebun Campuran
Kebun Sengon
Kelapa Sawit
Kebun Karet
Ladang
JENJANG III
AA
Gr
Ru
Kp
Pr
PA
Sm
BR
BH
HMp
HPk
HR
HP
HB
HM
HC
HG
KC
Sg
KS
Kr
Ln
Singkatan
Pengertian
Adalah tanaman air yang biasanya tumbuh secara alami di daerah rawa atau lahan berair.
Rawa gambut yang dominan ditumbuhi tanaman purun.
Lahan berupa tanah mineral yang dominan ditumbuhi alang-alang (imperata cylindrica).
Lahan yang ditumbuhi oleh tanaman perdu (sangkuwuk, kalakai) dan rumput-rumputan.
Hutan atau lahan bekas berladang kemudian yang ditinggalkan/diistirahatkan sementara 3-7 tahun (masa bera) untuk dibuka dan dikelola kembali.
Lahan bekas lokasi berladang.
Lahan gambut dan pasir yang dominan ditumbuhi tanaman Mipa.
Lahan di tepi sungai dan rawa gambut yang dominan ditumbuhi tanaman prupuk (Lophopetalum multinervium).
Lahan di tepi sungai besar yang dominan ditumbuhi oleh tanaman Rangas.
Lahan gambut yang dominan ditumbuhi tanaman jenis pantung/jelutung.
Lahan yang dominan ditumbuhi tanaman belangiran (Shorea Blangeran sp.)
Hutan sekunder yang dominan ditumbuhi tanaman mahang (Macaranga pruinisa).
Lahan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman kelas pohon dan tanaman keras lainnya.
Lahan yang dominan ditumbuhi tanaman galam dan biasanya berada di lahan basah dengan sifat tanah asam.
Lahan yang ditanami dan ditumbuhi oleh berbagai macam jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomi (seperti: rumbia, pisang, nanas, singkong, rotan, karet,sengon, buah-buahan).
Lahan pematang (tanah tinggi) yang ditanami tanaman sengon dan biasanya ditanam di tanah mineral dan gambut tipis.
Lahan yang ditanami tanaman sawit.
Lahan yang dominan ditanami dan ditumbuhi oleh tanaman karet.
Lahan pematang (tanah tinggi) berupa tanah mineral atau gambut tipis yang ditanami padi ladang dan palawija.
LAMPIRAN 1. TABEL KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DAN STATUS LAHAN
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
59
SAKA
RAWA
Danau
38
39
TATAS
36
ANDEL/HANDEL
35
37
IRIGASI PERTANIAN
34
30
KANAL
INDUSTRI
29
JARINGAN JALAN
28
33
27
SUNGAI
26
PEMUKIMAN DAN LAHAN BUKAN PERTANIAN
25
TUBUH PERAIRAN
GUMUK PASIR
PERMUKIMAN
32
GOSONG SUNGAI
24
31
LAHAN TERBUKA
DAERAH TAK BERVEGETASI
23
Dn
Rw
Sk
Ts
Ad
IP
Kn
Si
Id
JJ
PTP
PP
PTT
PT
GP
GS
LT
Permukiman tidak padat
Permukiman padat
Permukiman tidak teratur
Permukiman teratur
Cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air dan dikelilingi oleh tanah pematang/tanah tinggi.
Tanah gambut yang selalu tergenang air (dalam bahasa setempat dikenal dengan “napu dan tayap”).
Sungai kecil/anak sungai yang tidak terlalu panjang dan berada di tepi sungai besar.
Galian saluran air yang berukuran relatif kecil dan rata-rata memliki panjang kurang lebih 5 km. Dipergunakan untuk akses mendapatkan dan mengangkut hasil hutan kayu dan non kayu.
Saluran air yang dibuat secara manual/tenaga manusia untuk pertanian dan transportasi.
Saluran air untuk pertanian yang dibuat secara mekanis.
Saluran air buatan yang berukuran cukup besar dan dibuat secara mekanis. Berfungsi sebagai pengairan dan transportasi.
Tubuh perairan yang terbentuk secara alami dan tidak beraturan.
Lokasi Industri beroperasi seperti sawmill dan bandsaw.
Jalan adalah jaringan transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya.
Permukiman yang jarak antar satu rumah dengan lainnya tidak rapat.
Permukiman yang jarak antar satu rumah dengan lainnya sangat rapat.
Permukiman yang tidak memiliki perencanaan terkait dengan pola tata ruang permukiman.
Permukiman yang sudah memiliki perencanaan terkait dengan pola tata ruang permukiman.
Gundukan atau hamparan pasir sisa limbah penambangan pasir dan emas.
Daerah berpasir di pinggiran sungai yang terlihat pada musim kemarau.
Lahan terbuka yang sangat sedikit ditumbuhi tanaman karena terbakar, kegiatan lain atau sulit untuk ditumbuhi tanaman.
60
| Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi
53
52
51
50
49
48
47
46
45
43
42
41
40
Pahewan
Tempat Keramat
Sandung
Petak Kubur/Umbuh
Sepan
Kaleka
Lutu
Beje
Jalan Manjarat
Baruh
Tajahan
Jakatan
Tanggiran
KLASIFIKASI STATUS TANAH ADAT
Pahewan
Tempat Keramat
Sandung
Petak Kubur/Umbuh
Sepan
Kaleka
Luto
Beje
Jalan Manjarat
Baruh
Tajahan
Jakatan
Tanggiran
PHn
Krm
Sdg
PKr
Spn
Klk
Ltu
Bje
JMt
Brh
Tjh
Jkt
Tgr
Hutan yang dikeramatkan dan dipercaya oleh masyarakat adat sebagai tempat tinggal mahluk gaib serta dilindungi secara adat.
Tempat yang dikeramatkan dan dipercaya sebagai tempat tinggal roh halus.
Bangunan tempat menyimpan tulang belulang setelah upacara Tiwah (upacara mengantar roh orang meninggal menuju Lewu Tatau/Surga).
Lokasi pekuburan
Sumber mata air yang mengandung garam dan mineral tempat berkumpulnya binatang liar.
Bekas permukiman atau kebun yang ditinggalkan dan masih terdapat tanaman budidaya dan situs lainnya.
Lokasi untuk mencari ikan yang berbentuk lubang besar bekas kayu tumbang di dalam hutan yang masih baik.
Kolam buatan untuk jebakan ikan di daerah yang sering tergenang/banjir.
Jalur perlintasan binatang buruan ( babi hutan, rusa, dan binatang lainnya) tempat memasang jerat/perangkap.
Tempat mencari ikan yang merupakan bekas lahan terbakar atau kayu tumbang.
Tempat yang digunakan untuk ritual mendapatkan petunjuk dengan kepentingan tertentu (seperti membuka ladang, pemukiman, perang, dll)
Tempat di pinggir sungai yang berfungsi sebagai pelabuhan dan tempat bertambat sementara.
Pohon besar yang dipelihara untuk bersarangnya lebah madu (bajanyi).
Rencana Pola Tata Guna Lahan Desa Tumbang Muroi |
61