Kulangkahkan kaku kakiku.... Stasiun lempuyangwangi .... dan rel-rel yang bergetar dan sepatu kets usang .... serta merta meraga dengan raga ... untuk sebuah tau
Para pejuang kecil, Rahmat Dwi Sanjaya Zumrotus Sholichati Iin Sawitri matur sembah nuwun .... Keluarga Besar Sekolah Alam Ramadhani Keluarga besar Basic English Course
Bab I
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
POTRET BARU SEBUAH PENDIDIKAN Pendidikan tak mahal, tak terbatas ruang dan waktu
PERJALANAN “Wang Sinawang” merupakan sebuah filosofi yang menggambarkan perjalanan kita saat ini. Seperti kita telah memandang perjalanan kami sebelumnya. Kami percaya diri takkan dikecewakan oleh sebuah lokasi yang memiliki nama besar “Kampung Inggris Pare”. Dan ternyata benar, Pare merupakan sebuat kampung yang sampai saat ini masih membuat kami penasaran. Dalam hati, sekarang kita disini, lusa kita pulang, dan kita akan siap kapanpun kesini lagi untuk mengupas habis apa itu Bahasa Inggris. Episode Pare yang penuh inspirasi telah usai. Jl. Sapit Urang, Mojoroto, Kediri sudah jauh di pelupuk mata. Tujuan observasi kami berlanjut. Kali ini filosofi “Wang Sinawang” kami seperti sudah tidak berlaku lagi. Berawal dari browsing Google, kami menemukan sebuah sekolah alam yang sepertinya dapat menjadi obyek observasi. Saat itu kami pesimis, di layar kaca terlihat sebuah kegiatan Car Free Day Sekolah Alam Ramdhani yang nampaknya seru untuk dilewatkan. Dalam benak kami, Tak masalah lokasi kedua ini tidak menarik, toh kita sudah menemukan Kampung Inggris Pare yang terkenal di mata khalayak. Ekspektasi kami terhadap Sekolah Alam Ramadhani rendah, tetapi tidak ketika kami mendapat kejutan yang berharga dari sekolah yang dibangun oleh Pasangan Pak Sunarno dan Bu Ulya ini. Sambutan ramah dari Sekolah Alam Ramdhani sudah kami rasakan sejak awal kami menghubungi mereka. Dengan berbekal SMS singkat, tidak hanya ijin observasi saja yang kami dapatkan, tetapi juga tempat menginap gratis mereka tawarkan kepada kami. Sungguh, kami mahasiswa yang beruntung memiliki pengalaman ini. Perjalanan kami diawali dengan kepayahan yang seru. Kami dihadapkan dengan kenyataan bahwa hujan turun sangat lebatnya. Pilihan kami hanya dua, berteduh dan kehabisan angkutan, atau menerjang hujan dan tetap tertinggal angkutan. Hasil akhir yang sama tetapi berbeda. Dan kami memilih keduanya. Selama tiga puluh menit kami berteduh dan dilanjutkan berjalan sejauh empat kilo menuju jalan terdekat dengan angkutan. Kami sepenuhnya sadar kalau malam ini kami takkan bisa sampai ke Sekolah Alam Ramadhani dan menumpang istirahat di sana. Tetapi langkah kami takkan terhenti, karena berhenti sama saja kami telah melewatkan seperseratus kesempatan yang mungkin akan muncul ketika kami terus berusaha. Langkah kami terhenti ketika melihat sebuah Masjid. Kami mulai mempercepat langkah, dalam hati kamu berujar : Terimakasih Tuhan, Memang Pertolonganmu selalu ada.
1
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab I
Setelah melepas penat di Masjid, subuh ini kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Masih ada beberapa kilo lagi jalan menuju angkutan. Tak masalah rasa lungkrah lesu di sekujur badan, jika semangat itu masih ada. Kami berjalan di pagi buta, jalan masih lengang. Sebelumnya kami sudah dibekali saku arah jalan oleh takmir masjid. Semakin terasa indahnya perjalanan ini ketika kita sadar kami menjadi mahasiswa. Mahasiswa seperti tameng yang mampu meningkatkan percaya diri kami. Terbukti, ketika sholat berjamaah. Tak sedikit yang memperhatikan kita. Orang baru yang sholat subuh di suatu kampung, pastilah mereka sadar bahwa kita adalah musafir yang menumpang tidur di masjid. Ketika ditanya salah seorang warga, dan kami menjawab “Iya bu, saya Mahasiswa dari Jogja”, rasanya sangat mantap dan percaya diri. Walaupun setelah saya kami menyebutkan “Saya mahasiswa PLS”, dan mereka kembali bertanya “Apa itu PLS ?”, kami sedikit galau, tapi kami selalu ingat kata dosen. “Sampaikanlah PLS dengan dengan baik ke semua orang, dan kenalkanlah”. Maka saat itu kami berargumen dan menjelaskan tentang PLS hingga mereka benar-benar tahu bahwa PLS adalah jurusan yang patut di kenal dan dipelajari. SEKOLAH RAMADHANI = RAMADHANI SEKOLAH Bus jurusan Kediri – Malang memberhentikan kami di depan jembatan biru, jembatan semampir namanya. Tak lama kami telah dijemput langsung oleh pemilik sekolah Alam Ramadhani. Mas Sunarno, menyambut kami dengan hangat dan langsung membawa kami menuju kediaman beliau. Keramahan dan kewibawaan beliau membuat kami nyaman untuk setidaknya bertanya secara rileks mengenai lembaga yang didirikannya. Kali ini kami tidak menginginkan observasi seperti biasanya. Wawancara eklusive menanyakan seluk beluk lembaga dari alphabet A-Z sudah tidak terlalu penting. Toh, semua sudah tertuang dalam berbagai media. Kami memilih untuk langsung melihat kegiatan pembelajaran. Dengan luas tanah sekitar satu hektar, anak-anak dapat dengan leluasa bermain dan belajar di sekolah ini. Tema yang digunakan adalah Alam sekitarku, sehingga sangat mudah menggunakan media yang ada. Sekolah Alam Ramadhani selalu berkomitmen untuk menggunakan barang bekas dalam kegiatan pembelajaran. Selain menghemat, juga dapat membantu masyarakat dalam mengelola sampah. Sekolah ini mampu menciptakan suasana alam yang benar-benar alam. Di sini terdapat berbagai sarana prasarana yang sangat memadai. Seperti saat ini, anak- anak kelas B sedang melakukan kegiatan bermain flaying fox setelah membuat lukisan alam dari menempel kertas. Terdapat pula lahan berkebun, kolam ikan, perosotan, ayunan,
2
Bab I
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
panjatan, pendopo, dan tiga ruang kelas yang luasnya sekitar 54 m persegi. Sekolah Alam Ramadhani merupakan salah satu lembaga yang didirikan atas prakarsa Yayasan Pendidikan Islam Sahala. Atas dasar itulah, peserta didik juga akan mendapat pembelajaran agama di sekolah ini. Tetapi pada dasarnya sekolah ini terbuka terhadap peserta didik dengan agama lain. Sekolah akan tetap memberikan pelayanan sesuai dengan agamanya. Semua sarana dan prasarana di sekolah ini sangat lengkap, tetapi semuanya sederhana. Banyak berbagai media Handmade yang digunakan. Ketelatenan Ustadz dan Ustadzah yang dapat menjadikan sekolah ini lebih hidup. Kami tidak menemukan kuliah atau dikte-dikte dari guru, kami hanya cukup tau bahwasannya anak kelas A telah lancar menulis dan membaca walau hanya nama panjangnya. Tak ada siswa yang menjadi korban Bullying di sini, semuanya bermain bersama, saling membantu, dan setiap anak dapat melakukan perannya masing-masing dengan baik. Kami juga tercengang ketika dari semua siswa yang belajar di sini, terdapat siswa yang berkebutuhan khusus yang juga bergabung dengan teman-teman yang lain dalam pembelajaran. Sungguh, mereka menerapkan bahwa education for all. Tak perlu ada pembeda antara siswa pada umumnya dengan siswa berkebutuhan khusus. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana Ustadz/Ustadzah mampu mensetting pembelajaran yang nyaman, dan mampu merangkul berbagai karakteristik peserta didik. Metode yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantara mereka pegang teguh. Permainan Anak, itulah Pendidikan. Ustad dan Ustadzah membebaskan mereka bermain, tetapi tentunya dengan batasan. aying fox sederhana mampu membuat tawa dan senyum kami mengembang
Salah satu metode yang diterapkan di Sekolah Alam Ramadhani adalah musyawarah. Sebelum memulai pelajaran, Ustad/Ustadzah selalu mengajak anak-anak berkumpul, bercerita mengenai pengalamannya, dan menyampaikan pendapat mereka.
3
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab I
Anak-anak diijinkan untuk menyampaikan permainan atau kegiatan apa yang mereka inginkan. Kemudian keinginan tersebut dikaji ulang dan ditawarkan, mana yang akan dilaksanakan untuk mendukung pembelajaran saat itu. Dan, jika semua siswa sepakat, permainan itu akan dilaksanakan. Tak jarang ada hambatan ketika melakukan musyawarah. Sifat anak-anak yang labil, individual, dan emosional merupakan suatu realita yang menjadi bidang garapan Ustad/Ustadzah. Ketika ada anak yang tidak suka dengan keputusan, disitulah terjadi pendewasaan untuk diri anak agar belajar tenggang rasa dan mau menghargai orang lain. Ketika ada anak yang menangis karena keputusannya tidak diterima, guru akan tetap menanggapinya dengan baik-baik. Menyampaikan nasehat yang friendly hingga Ia mampu menghentikan air mata dan ikut bermain dengan teman lainnya. dengan nuansa kekeluargaan, Pak Sunarno melerai anak-anak yang sedang berselisih
Begitu banyak aktivitas yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Berbagai sarana dan prasarana yang digunakan pun sangat banyak. Mulai dari kertas, lem, botol bekas, tutup botol soda, rafďŹ a, karton, kardus, dan masih banyak lagi yang digunakan pada pembelajaran saat kami melakukan observasi. Kami menganggap bahwa untuk menyediakan berbagai media diperlukan banyak dana, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan. Memang benar, setelah kami melakukan wawancara kepada Ustadzah, beliau berkata bahwa ketika pelajaran telah usai, ustadz dan ustadzah harus mempersiapkan semua media yang dipakai untuk hari berikutnya. Persiapan tersebut memakan waktu dari pukul 13.00 sampai pukul 16.00. Menurut para Ustadz dan Ustadzah, mengajar merupakan kerelaan yang membahagiakan. Mereka senang mengajar dan akan selalu totalitas dalam menyampaikan ilmu. Memang waktu dan tenaga yang diperlukan sangat banyak, tetapi tidak untuk biaya. Dengan media sebanyak itu, anggaran mereka terbatas. . Semua sarana dan parasarana diambil dari barang bekas dan barang-barang yang dapat ditemukan
4
Bab I
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
di sekitar. Tidak pula mengambil dari dana siswa. Untuk system pembayaran, Sekolah ini tergolong sangat ekonomis dan terjangkau. Mampu merangkul berbagai golongan dan kelas social masyarakat setempat yang berbeda-beda. Bisa dikatakan, bahwa masyarakat golongan menengah kebawah lebih banyak daripada golongan masyarakat menengah keatas. Dan pada dasarnya, sekolah alam ini berdiri sebagai wadah masyarakat yang kurang mampu agar dapat bersekolah. Dan ternyata, seiring dengan berjalannya waktu, sekolah ini menjadi sekolah yang berkualitas. Sekolah ini menggunakan system subsidi silang. Siswa boleh membayar berapapun sesuai dengan kemampuannya. Patokan minimal sekolah ini adalah Rp. 25.000 per bulan sebagai biaya makan dan kegiatan siswa. Tetapi, jauh dari yang diharapkan. Banyak “Malaikat-malaikat� yang selalu saja mencukupi kekurangan lembaga ini. Mulai dari bantuan wali murid, para dermawan, pengusaha, relasi, dan berbagai sebab musabab lain yang suka rela mencukupi. SEKOLAH ALAM RAMADHANI, sebuah nama yang sejak awal kami curigai. Mungkin sekolah ini dibangun ketika bulan ramadhan. Atau sekolah ini didirikan oleh orang yang bernama ramadhani. Atau malah nama yang hanya sekedar nama. Dan kami menemukan jawabannya setelah kami bertanya secara langsung pada Pak Sunarno. Beliau berkata bahwa Sekolah Ramadhani berasah dari bahasa Jawa. Dan kami masih saja bingung. Beliau menegaskan bahwasanya Sekolah Alam Ramadhani berbeda dengan sekolah konvensional. Bermain merupakan pembelajaran, dan dengan bermain potensi anak akan dapat digali dengan maksimal. Ilmu dipelajari karena ilmu tersebut akan diaplikasikan di dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, mereka memiliki pemikiran bahwa dengan belajar di alam, melakukan kegiatan pembelajaran yang aplikatif, dapat mendorong anak memiliki skill dan kemampuan dalam menghadapi hidupnya. Sekolah alam Ramadhani berharap menjadi lembaga pendidikan yang berbeda dari berbagai hal. Berbeda pada hal-hal yang baik. Berbeda cara mengelolanya, berbeda dalam pengajarannya, berbeda tujuan dan visi misinya, dan perbedaan itulah yang mendorong Sekolah Alam Ramadhani menjadi lebih baik. Atas dasar pembedaan itu pula yang membuat Owner mengagas ide memberikan nama RAMADHANI (Ora madhani sekolah konvensional).
5
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab I
MENEMUKAN PLS SEBENARNYA Hari sudah semakin petang, rasa kagum dan semangat menggebu masih menyelimuti perasaan kami setelah mengenal sekolah Alam Ramadhani. Hati kami berujar : Inilah PLS sebenarnya. Begitu banyak ilmu yang kita dapatkan di sini. Pendidikan Luar Sekolah bukan hanya mempelajari sebuah ilmu dan menyampaikannya di masyarakat. Tetapi bagaimana caranya agar seseorang mampu mengkombine berbagai bidang ilmu dan dapat diterapkan semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat, meningkatkan hidup dan penghidupan melalui ilmu, dan menciptakan masyarakat pembelajar. Jika setiap Mahasiswa PLS melakukan hal tersebut, tak khayal jika metode yang digagas Paulo Freire mengenai pendidikan yang membebaskan akan berjalan dengan baik. Semua orang akan melek ilmu, dan berkompeten. Orang tak perlu lagi korupsi, begal, dan melakukan kekerasan karena mereka telah mempunyai skill untuk mengubah peluhnya menjadi penghidupan. Kekaguman kami tidak hanya berhenti sampai di sini, kami masih terbelalak karena ternyata lembaga Yayasan Pendidikan Islam Sahala tidak hanya memiliki Sekolah Alam saja. Tetapi juga mengelola berbagai kegiatan positif yang bergerak di bidang pendidikan, keagamaan, dan kemasyarakatan. Diawali dengan Asrama Santri Yatim Dhuafa. Asrama ini dikelola oleh yayasan sebagai wujud konsistensinya dalam membantu sesama. Santri yang tinggal di asrama ini hidup bersama dengan prinsip kekeluargaan dan gotong royong. Santri di ajarkan hudup bersama, tolong menolong, dan saling menghargai satu sama lain. Hal ini terlihat ketika kami diberi kesempatan untuk tinggal bersama mereka selama dua hari di Kediri. Kami trenyuh ketika metode kekeluargaan tumbuh subur di sini. Santri yang lebih tua selalu membimbing adik-adiknya dalam berbagai macam hal. Mulai dari menyuruh mandi, sholat berjamaah, mengaji dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Begitu pula santri yang masih kecil. Di usianya yang kurang dari sepuluh tahun, mereka sudah pintar mengaji, rajin menjaga kebersihan asrama, dan selalu membantu kakak-kakaknya. Taman Pendidikan Al-Quran dan Madrasah dilakukan pada sore hari. Santri yang belajar berasal dari warga setempat dan santri asrama. Ustad dan Ustadzah merupakan santri di Pondok Lirboyo, pondok yang cukup terkenal di Kediri yang ingin membagikan ilmunya kepada masyarakat sekitar. Masyarakat dewasa juga dapat mengikuti kegiatan keagamaan di Yayasan ini melalui Majlis taklim yang dilakukan secara rutin.
6
Bab I
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Untuk meningkatkan semangat remaja dan pemuda sekitar, Yayasan ini juga dilengkapi dengan Taman Bacaan Masyarakat Mahanani. TBM Mahanani ini didirikan atas dasar kerja keras dan keterbatasan. Awal berdirinya hanya bermodalkan Bangunan Bekas Kandang Sapi dan buku-buku bacaan pribadi. Seiring dengan berkembangnya waktu dan antusiasme warga masyarakat, kini TBM Mahanani telah mampu menjadikan masyarakat setempat peduli akan pentingnya membaca buku. Banyak program yang dilaksanakan oleh TBM Mahanani. Mulai dari Becak Perpustakaan, Outbond, dan mencari donatur sampai tingkat luar negri. Dan hasilnya, kini semakin banyak warga setempat yang membaca buku dan menjadikan TBM Mahanani sebagai tempat pertemuan pemuda setempat. MAN JADA WA JADA Banyak ilmu yang kami dapatkan di sini. kesejukan suasana keluarga membuat kami nyaman dan ingin lebih lama tinggal di yayasan ini. Dua hari mengenal lebih dekat Yayasan Sahala dirasa masih belum cukup. Dalam hati, banyak sekali pertanyaanpertanyaan yang ingin kami lontarkan kepada Yayasan ini. Tapi waktu yang mempertemukan kita, waktu pula lah yang juga harus memisalkan kita. Bagaimanapun, di Jogja banyak tugas yang harus pula diselesaikan. Kali ini perpisahan kami tidak membawa haru, karena rasa kekeluargaan akan membawa kita untuk kembali lagi. Belajar lagi, dan menyampaikan ilmu yang kami dapatkan di Kediri kepada teman-teman di Jogja. Sebelum kami pulang, kami diberikan petuah dan wejangan yang berharga oleh Ibu Ulya dan Bapak Sumarno. Beliau berkata bahwasannya kemauanlah yang akan memudahkan jalan kita. Mereka dulu mendirikan sebuah lembaga hanya berbekal “bondho nekat�. Dan “Bondho nekat� lah yang membawa mereka seperti sekarang ini. Modal dan dana bukanlah menjadi kendala. Selama ada kemauan, modal dan dana akan datang sendiri dari orang orang sekitar atas buah kemauan kuat kita. Niatlah karena hal yang baik. Niatlah karena apa yang kamu lakukan akan membuat bahagia orang lain, membantu orang lain, dan akan membawa diri kita ke hal yang baik pula. Yakinlah bahwa tuhan tidak pernah tidur, akan selalu membantu orang-orang yang berdoa dan berusaha dengan sungguh-sungguh. Yah, hari ini, 8 April 2015 episode kami di Kediri telah usai. Bekal kami terbatas, tak ada banyak buah tangan yang kami bawa. Tapi, hati sanubari kami penuh dengan wawasan dan ilmu. Pengalaman ini seperti 24 sks dalam satu semester yang kami selesaikan dalam tiga hari. Sungguh, kami menyadari benar Pedagogik hanya dalam 72 jam. Kami tahu pengelolaan dan manajemen program hanya dalam 4320 menit.
7
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab I
Dan kami memahami dalam waktu 259200 detik bahwa arti memberi adalah lebih mulia daripada menerima. Dan kami hanya tau satu, bahwasannya ilmu takkan pernah habis‌ semakin banyak ilmu yang kita dapat, semakin sedikit ilmu yang kita miliki. Karena semakin kita tau, semakin menyadarkan kita, bahwasannya ilmu sangat luas. Dan kita sadar, bahwasanya Sang Penciptalah sumber dari semua ini.
8
Bab I
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Galeri Sekolah Alam Ramadhani Berawal dari sebuah yayasan yang bergerak dibidang sosial dengan berlandaskan pendidikan islam, yayasan pendidikan islam (YPI) “SAHHALA” didirikan dan berjalan dibawah manajemen sebuah keluarga kecil. Sebagai yayasan milik keluarga dengan berbagai keterbatasannya, YPI SAHHALA terus berusaha mencari para malaikat-malaikat kecil yang bersedia merelakan sedikit kelebihannya untuk dibagikan kepada orang-orang kurang beruntung disekitarnya
Sebagai bentuk awal eksistensinya, YPI SAHHALA mendirikan Asrama Santri Yatim Dhu'afa yang diperuntukkan bagi anak-anak yatim piatu. Asrama ini juga merupakan bentuk nyata bagaimana YPI SAHHALA berperan sebagai “ penyambung tangan para malaikat kecil ” untuk membantu orang-orang disekitarnya, khususnya anak-anak.
Keseriusan YPI SAHHALA sebagi “ penyambung tangan para malaikat kecil ” tidak berhenti disitu saja, berawal dari keprihatinan terhadap pendidikan formal anak usia dini yang dirasakan malah merampas kemerdekaan anak dan banyaknya dukungan dari masyarakat sekitar yayasan yang tidak dapat menyekolahkan anaknya karena keterbatasan dana, maka berdiri lah Sekolah Alam Ramdhani. Ra Madhani diambil dari bahasa jawa yang berarti tidak menyamai atau berbeda. Mengambil konsep sekolah alam, lembaga ini terbukti berbeda dari pendidikan-pendidikan anak usia dini pada umumnya dalam segi manajemen, proses pembelajaran, dan lain-lainnya.
9
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab I
Dengan modal awal sebuah bangunan yang disulap menjadi 3 ruangan kelas, sekolah ini tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang banyak diminati oleh berberbagai kalangan masyarakat. Dengan sistem pembayaran subsidi silang antara “si mampu dan si hamba�, sekolah ini berhasil meyusur semua golongan masyarakat.
Man jadda wa jada sebagai poros pembelajaran sangat ditekankan betul dalam keseharian peserta didik. Tidak hanya anak normal, anak-anak dengan kesulitan belajar pun berhasil dibuat enjoy dengan sistem pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah ini. Semua peserta didik memiliki porsi yang sama dalam menentukan tempat belajar maupun materi pembelajaran. Kebebasan yang diiringi tanggungjawab, itu lah yang coba ditanamkan oleh sekolah ini kepada para peserta didiknya.
10
Bab I
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Konsep belajar sambil bermain, ditransformasikan oleh sekolah ini menjadi bermain sambil belajar. Konsep yang sangat lah sesuai dengan teori perkembangan yang menyatakan bahwa pada anak usia dini bukan lah masa dimana materi-materi pembelajaran mulai dijejalkan bahkan harus dipahami oleh peserta didik. Menurut teori ini, anak usia dini merupakan masa bermain bagi anak. Anak harus lah dibebaskan bereksplorasi untuk emngembangkan syaraf-syaraf otaknya. Dan kini, tidak hanya Asrama Sntri Yatim Dhu'afa dan Sekolah Alam Ramadhani saja yang berdiri dibawah naungan YPI SAHHALA. Berkat manajemen yang baik dari generasi ke-2 keluarga kecil tersebut serta banyaknya “malaikat-malaikat kecil� penolong, YPI SAHHALA berhasil menelurkan beberapa lembaga sosial lainnya yaitu, Taman Pendidikan Al-Qur'an, Madrasah Diniyah, Majlis Ta'lim, dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mahanani sebagai wujud komitmennya untuk mencerdaskan kehidupan bagsa.
11
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab I
Keseruan kegiatan pembelajaran bersama anak-anak telah membuat masa kecil mereka bahagia. Permainan dan praktek di lingkungan sekolah telah menjadi perpustakaan ilmu mereka. Memang, media yang digunakan belajar adalah barang bekas, tetapi ilmu yang mereka dapatkan di sekolah ini takkan pernah tergantikan dengan apapun
Mungkin mereka tidak pakai seragam, tetapi mereka yakin tak semuanya harus berseragam. Karena perbedaan, adalah kekayaan yang tak ternilai.
12
Revolusi Hidup Tokoh di balik Kampoeng Inggris
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab II
REVOLUSI HIDUP TOKOH DIBALIK KAMPOENG INGGRIS 04.50 WIB Adzan Subuh usai berkumandang. Ransel telah bersandar di punggung-punggung kami. Riuh sesak manusia hilir mudik di stasiun tempat kami berdiri saat ini. Menanti keberangkatan, menjemput kepulangan, dan mungkin ada pula yang karena tuntutan pekerjaan. Samar-samar dari kejauhan terdengar roda logam kereta beradu dengan rel panjang. Berdesingan. Semakin dekat, semakin berderu keras. Kereta yang telah melalui perjalanan panjang dari Bandung, berhenti tepat di hadapan kami. Orang-orang di dalamnya berhambur keluar. Gerbong demi gerbong kami susuri. Mencari dimana tempat duduk kami. Tempat duduk telah kami temukan, pikiran pun merangkai angan tentang kota tujuan. Kampoeng Inggris Pare menjadi tempat tujuan pertama kami, untuk sebuah perjalanan yang membelajarkan. Tempat yang namanya sudah dikenal di seluruh penjuru negeri, tempat yang selama ini namanya hanya mampu kami dengar dari cerita orang. Namun kini, tempat itu tak cuma kami dengar, tapi akan kami temui, akan kami lihat, membenarkan dan membuktikan segala yang telah menjadi cerita orang. Tak lagi hanya mendengar cerita orang, tapi yang akan bercerita tentang tempat tersebut untuk didengar orang. Kota demi kota terlewati. Stasiun demi stasiun telah menjadi pemberhentian kereta yang kami naikki. Banyak wajah kami temui silih berganti. Wajah ramah, wajah lelah, wajah marah, wajah resah, semua telah kami jumpai. 09.45 WIB Kereta yang kami naiki berhenti di Stasiun Kediri. Kami bertiga pun menghambur keluar dari kereta yang sudah membawa kami jauh dari tempat kami berdiri saat pagi buta tadi. Di hadapan kami, puluhan tukang becak menawarkan jasa becaknya dengan tempat tujuan yang sama. “Pondok Lirboyo... Pondok Lirboyo, mbak mas.� “Pare... Pare... Pare, ayo mbak, ayo mas.� Suara-suara pengayuh becak menyadarkan kami. Bahwa kami benar-benar telah menginjakkan kaki di Kediri. Langkahan kaki kami tak berhenti di tukang-tukang becak tadi. Jalan kaki, kami pilih untuk mecari kendaraan yang nanti akan mengantarkan kami ke Kampoeng Inggris. Terik matahari yang tepat di atas kepala, tak menjadi alasan kami
14
Bab II
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
untuk mengeluh lelah. Kobaran semangat kami mampu membakar teriknya panas matahari. Mungkin matahari akan malu karena teriknya tak mampu kalahkan semangat kami yang berapi-api. Tak jauh dari pandangan kami sudah terlihat halte yang menjadi pemberhentian angkutan-angkutan menuju Kecamatan Pare. Langkahan kaki menjadi lebih cepat dari sebelumnya, seolah ditarik oleh sebuah semangat yang besar ini. Keyakinan yang kuat bahwa Kampoeng Inggris tak akan lama lagi kita jumpai. Semakin kuat keyakinan ini ketika sebuah mini bus berhenti tepat di hadapan kami dan si sopir menyebut nama Pare sebagai tempat tujuannya. Tak sampai memakan waktu satu jam untuk menjangkau Kampoeng Inggris. Sebuah gapura bertuliskan “Selamat Datang di Kempoeng Inggris” menyambut kami. Senyum lebar terkembang di bibir kami. Saling beradu pandang dan melontarkan seuntai senyuman. Jam sudah menunjukkan waktu sholat dzuhur. Kami pun lantas bergegas menuju Masjid yang berada di komplek Pendidikan Islam di Kampoeng Inggris. Brukkk!!! “I'm sorry, I run because I'm dikejar my friend,” ujar seorang anak laki-laki yang baru duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Anak itu tak sengaja menabrak salah seorang dari kami. Kami hanya membalasnya dengan senyuman lebar. Saat kami berada di usianya, Bahasa Inggris sama sekali masih asing di telinga kami. Namun sebaliknya dengan anak ini, walaupun dengan kosakata yang masih sederhana, dia sudah berani berbicara dengan Bahasa Inggris. Kami pikir, tentu ini hal yang wajar terjadi di tempat yang memiliki nama asli Desa Pelem ini. Desa yang tak cukup besar, namun tak kurang dari 160 lembaga kursus Bahasa Inggris ada di sini. Tentu, ini berpengaruh besar pada keseharian masyarakat setempat, mulai dari anak kecil, sampai orang dewasa. Dari pedagang kaki lima, sampai dokter, semua mendapat dampak baik atas keberadaan 160 tempat kursus tersebut. Menurut cerita yang sampai di telinga kami, berdirinya Kampoeng Inggris ini diprakarsai oleh seorang Guru sederhana, yang senantiasa dengan ikhlas menularkan ilmunya kepada siapapun yang ingin belajar kepadanya. Lembaga Kursus yang pertama berdiri adalah BEC (Basic English Course). 13.40 WIB “Revolusi Hidup, saya tidak mau hidup di hutan, saya ingin hidup di kota,” ujar Mr. Kalend dengan berapi-api.
15
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab II
Kutai Kartanegara merupakan wilayah yang masih memiliki hamparan hutan dan potensi alam yang melimpah ruah. Namun, ada satu hal yang membuat miris, yakni masyarakat yang tidak memiliki modal, lalu mendatangi Bos atau Tuan Tanah untuk mendapatkan lahan. Tentu saja ini tidak serta merta gratis, membayar sewa pun tak luput menjadi kewajiban pribumi. Keinginan kuat yang dimiliki oleh Mr. Kalend untuk dapat menginjakkan kaki ke tanah Jawa. Tanah subur dimana orang banyak mengadukan nasib dan membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah dimana para Kyai, Ulama, dan para tokoh-tokoh agama dilahirkan. Jawa Timur menjadi tujuan para Da'i di Kutai Kartanegara belajar dan mendalami ilmu agama. Ya, ingin sekali Mr. Kalend seperti tokoh-tokoh itu. Para pendakwah ternama, kembali pulang dengan ilmu agama yang siap disampaikan kepada saudarasaudara Muslim di tanah Nusa Kencana. Sayang, rupiah tak ada di genggaman. “Membuat balok kayu untuk sampan, saat itu seharga Rp250,00 per meter.� Hasil yang diperoleh dari membuat dan menjual balok kayu ternyata tak cukup untuk mengantarkan Mr. Kalend menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Akhirnya, mengelola ladang pun menjadi pilihan keduanya. Tekad yang besar untuk memperoleh hasil yang besar pula, modal besar pun dipilih menjadi jalan keluarnya. *** Musim panen sudah di depan mata. Namun lagi-lagi keberuntungan tak berpihak pada Mr. Kalend. Hujan deras mengguyur ladang tiada henti. Ladang dimana harapan besar digantungkan, ladang dimana harapan dan cita-cita ditanamkan. Merenung sejenak pada kegagalan. Siang malam dihabiskan untuk mengejar kepentingan dunia, sampaisampai lupa kepada Sang Pemilik Dunia. Tuhan berpesan melalui alam-Nya. Mr. Kalend tertunduk. Ternyata bukan hanya rupiah yang dibutuhkan untuk mengantar dirinya menginjakkan kaki di Pulau Jawa, tetapi kekuatan doa adalah yang terpenting. Perlu keseimbangan antara keduanya. Usaha dan doa. Juru survey, menjadi jalan berikutnya bagi Mr. Kalend untuk mengumpulkan puing-puing rezeki. Hasil yang tak cukup besar, namun tekun dan doa menjadi jalannya. *** Setahun berlalu Mr. Kalend menuntut ilmu di Pondok Pesantren Gontor, namun belum terasa baginya ilmu apa yang telah didapatkan. Sampai pada suatu hari, ia bertemu dengan tokoh-tokoh yang bertitel “Drs.�. Pada masa itu, seseorang yang menyandang titel tersebut terkenal sebagai seorang intelektual yang pendidikannya mumpuni, jauh lebih tinggi dari orang lain.
16
Bab II
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Satu hal yang membuat Mr. Kalend miris, para tokoh tersebut belum lancar berbahasa Inggris. Fenomena ini sungguh menggetarkan hatinya, menggerakkan perasaannya untuk mencari jalan demi mengatasi masalah tersebut. Kini tekadnya semakin bulat. Semenjak memasukki kelas dua di Pondok Pesantren Gontor, Mr. Kalend semangat berlatih Bahasa Inggris. Bahkan, hingga duduk di kelas lima, semangatnya masih tetap sama. Metode pendidikan yang digunakan di Gontor pun mendukung tekadnya. Rekan-rekan selalu menerapkan Bahasa Inggris dalam komunikasinya seharihari. Di Pare, terdapat seorang tokoh bernama K.H.A. Yazid. Ia adalah seorang Kyai pemuka agama yang memiliki kemampuan berbicara dalam 9 bahasa asing. Berita tersebut akhirnya sampai di telinga Mr.Kalend. Tentu saja, hal ini membuat Mr. Kalend ingin menemuinya. Bukan hanya itu, Mr. Kalend pun memutuskan untuk berguru kepada K.H.A. Yazid untuk memperdalam kemampuan Bahasa Inggrisnya. Dari sekian banyak bahasa asing yang dimiliki oleh K.H.A. Yazid, hanya satu bahasa yang menarik minat Mr. Kalend, yakni Bahasa Inggris. Dengan tujuan akhirnya adalah membuka lembaga kursus Bahasa Inggris. Setelah belajar Bahasa Inggris bersama K.H.A. Yazid, datang dua orang mahasiswa IAIN Sunan Ampel ingin belajar juga dengan K.H.A. Yazid. Namun, saat itu guru yang ingin mereka temui sedang berada di Majalengka selama satu bulan. Akhirnya, dua mahasiswa tersebut diminta belajar dengan Mr. Kalend. Mahasiswa tersebut membawa 350 butir soal sebagai syarat kelulusannya. Selain itu, mereka diharuskan bisa menguasai dua bahasa, yakni Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Mr. Kalend, mengimplementasikan apa yang sudah dipelajarinya dari K.H.A. Yazid selama dua bulan. Sebulan setelah kepulangannya, dua mahasiswa tersebut datang kembali menemui Mr. Kalend untuk mengabarkan kelulusannya. Tanpa Mr. Kalend ketahui, ternyata dua mahasiswa tersebut menceritakan kepada orang-orang tentang pengalaman belajarnya bersama Mr. Kalend. Hal ini tentu membuat Mr. Kalend memiliki siswa yang ingin belajar Bahasa Inggris bersamanya bertambah dari hari ke hari. Ketiadaan tempat tidak menjadi penghalang bagi Mr. Kalend untuk menularkan ilmunya kepada orang-orang yang ingin belajar Bahasa Inggris dengannya. Teras Masjid merupakan tempat kursus Bahasa Inggris yang dipilih Mr. Kalend. Tahun 1972 Bulan Februari hingga Mei sebelum pernikahan, Mr. Kalend melakukan survei ke lembaga-lembaga kursus di Kota Besar, seperti Surabaya, Yogyakarta, dan daerah lain di
17
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab II
sekitarnya. “Hasil survei yang saya dapat adalah warga belajar lembaga kursus mengeluh karena kursus lama, tapi tak pandai-pandai,” ujar Mr. Kalend. “Bagaimana menciptakan kursus yang waktunya cepat, biaya murah, namun langsung bisa Bahasa Inggris,” sambung Mr. Kalend. Tahun 1977 BEC (Basic English Course) mulai didirikan pada 15 Juni 1977, dengan 6 murid dan seorang guru, tidak lain adalah Mr. Kalend sendiri. BEC merupakan pioner lembaga kursus di Kampoeng Inggris. Tahun 1982 Tahun ini menjadi jawaban atas pertanyaan Mr. Kalend tentang bagaimana menciptakan kursus yang waktunya cepat, biaya murah, namun langsung bisa berbahasa Inggris. “Belajar Bahasa Inggris di Borobudur dan berbincang dengan bule atau turis asing.” Kemudian Mr. Kalend melihat kondisi geografis Pare yang berada dalam posisi strategis. Daerah kecil, namun dikelilingi oleh kota-kota besar di sekitarnya, seperti Kediri, Surabaya, Malang, Tulungagung, Nganjuk, dan daerah-daerah lain di sekitarnya. Hal ini membuat Mr. Kalend tidak ragu untuk memilih Pare sebagai tempat pendirian lembaga kursus Bahasa Inggris. Kampoeng Inggris “Nama Kampoeng Inggris yang dikenal saat ini menyesatkan, megkhawatirkan, diduga semua masyarakat disini bisa berbahasa Inggris,” kata Mr. Kalend. Tahun 1980-an sudah marak masyarakat berbahasa Inggris, bahkan pedagang pun berbahasa Inggris. Terkadang, dalam sambutan acara pernikahan pun menggunakan bahasa campuran dengan Bahasa Inggris. Sebutan Kampoeng Inggris mulai muncul pertama kali di tahun 1995. Pertama kali termuat dalam sebuah surat kabar. Dikira hanya main-main saja. Salah satu orang yang kecewa adalah mantan Rektor UII, Alm. Bapak Faqih. Di tahun 1997, Bapak Faqih mengutus dua orang dosen untuk belajar di sini. Hal ini karena keinginannya untuk dapat mendirikan SMA yang akrab dan kompeten dalam Bahasa Inggris. Tidak bisa begitu saja menyalahkan wartawan yang menulis sebutan Kampoeng Inggris di surat kabar tersebut. Sebab, hal ini selaras dengan nama asli desa tersebut yang bernama Desa Pelem. Pelem berarti buah mangga dalam bahasa Jawa. Walaupun
18
Bab II
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
namanya Desa Pelem, namun hal ini tidak berarti semua masyarakat desa ini memiliki Pohon Pelem. Dengan alasan tersebut, sehingga nama Kampoeng Inggris dapat diterima oleh masyarakat. Tidak hanya kaum muda yang belajar Bahasa Inggris, namun karyawan, Pekerja Kaki Lima, Dokter, pegawai Bank, dan warga sekitar pun belajar Bahasa Inggris. Bahkan, setiap malam Kamis, Bapak-bapak belajar Bahasa Inggris bersama Mr. Kalend. Mak Vocab Mak Vocab adalah sebutan untuk seorang pemilik warung yang memiliki nama asli Sri. Ia adalah penjual warung yang menguasai cukup banyak vocabularies. Bahkan apabila ada siswa-siswa dari Kampoeng Inggris yang mendatangi warungnya untuk sekedar bertanya kosakata, Mak Vocab pasti bisa menjawabnya dengan baik. Namun, sosok sepertinya sudah tidak ditemukan lagi di Kampoeng Inggris, ia sudah meninggal beberapa tahun lalu. Mr Kalend Osen, seorang tokoh penggerak perubahan. Dengan tangan tulusnya, ia menggenggam dan memperbaikki peradaban
18.30 WIB Suasana malam hari di Kampoeng Inggris sangat menarik perhatian kami. Terasteras depan rumah warga yang disulap menjadi tempat pembelajaran Bahasa Inggris. Sepanjang jalan kampung yang kami susuri diwarnai dengan belajar dan belajar. Bahkan, dinginnya malam karena hujan pun tak menyurutkan semangat mereka untuk belajar. Puluhan remaja putra berjalan beriringan berbalutkan setelan celana hitam, kemeja putih, dan dasi merah. Kami jumpai pula iring-iringan remaja putri berpakaian kemeja putih, rok bawahan hitam, dan jilbab merah. Sungguh menarik perhatian kami. Mata kami pun mengikuti langkahan kaki mereka. Tak salah lagi, mereka adalah warga belajar dari BEC yang akan menghadapi ulangan. Itulah salah satu keunikan BEC yang membuat lembaga ini berbeda dengan lembaga-lembaga lain di Kampoeng Inggris. Berbagai rasa penasaran dalam hati yang telah kami bawa dari Kota Pelajar terjawab sudah. Angan kami untuk mengunjungi sebuah tempat yang melahirkan banyak tokoh dengan kemampuan Bahasa Inggris yang mumpuni tercapai sudah. Terlalu larut
19
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab II
kami berkelana, angkutan menuju penginapan pun lebih dulu habis sebelum kami sampai di sana. Tidur di Masjid pun menjadi bagian dari cerita kami yang tak akan menjadikan kami jera untuk datang kembali ke tempat yang menakjubkan ini. 06.00 WIB Saatnya kami langkahkan kaki kami ke tempat tujuan berikutnya. Tak lelah kaki kami melangkah, demi sebuah pengalaman, sebuah pengalaman yang membelajarkan. dalam hati kami berkata, “Pare, we'll be back!� ***
20
Bab II
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Galeri Sekolah Alam Ramadhani uhammad Kalend Osen, atau yang lebih akrab dipanggil Mr. Kalend merupakan sosok besar dibalik melejitnya nama Basic English Course (BEC) sebagai salahsatu lembaga pendidikan bahasa inggris terbaik di Kampung inggris, Pare, Kediri. Bermula dari keinginan yang menggebu untuk memperdalam ilmu agamanya, Mr. Kalend bertekad kuat menginjakkan kakinya di Pulau Jawa. Banting tulang selama bertahuntahun Beliau lakukan demi mendapatkan bekal yang cukup untuk mengarungi lautan yang merupakan pemisah kampung halamannya yaitu Kutai Kartanegara dengan pulau jawa yang selama ini Beliau dambakan. *** Berhasil menginjakkan kaki di Pulau Jawa, guru agama islam ini langsung bergegas menuju tempat tujuan utamanya yaitu Pondok Pesantren (Ponpes) Gontor. Terispirasi dari banyaknya tokoh-tokoh agama besar yang dilahirkan dari Ponpes ini, menjadikan Mr. Kalend muda sangat berambisi untuk dapat menimba ilmu di lembaga tersebut.
BEC sendiri merupakan lembaga bimbingan bahasa inggris tertua di kampung inggris Pare. Penamaan kampung inggris sendiri bermula dari keisengan wartawan yang menulis artikel dikoran dan meyebut daerah tersebut dengan nama kampung inggris. Walaupun merupakan lembaga tertua di Kampung inggris Pare, eksistensi BEC tidak dapat terelakan. Banyak lembaga yang menawarkan waktu singkat untuk menguasai bahasa inggris dan programprogram unggulan lainnya. Namun, dengan nama besar yang berhail dibangun dan konsistensinya selama ini, BEC selalu menjadi incaran utama untuk mengupgrade kemampuan bahasa inggris para calon peserta didik. Setiap pendaftaran dibuka, mulai dari mahasiswa fresh graduate, pegawai, hingga masayrakat biasa selalu berlomba-lomba untuk dapat merasakan atmosďŹ r pembelajaran di lembaga ini.
21
Sekolah Alam Ramadhani, Kediri
Bab II
Banyak sudah prestasi yang diraih oleh dua nama besar tersebut, yaitu Mr. Kalend dan BEC. Sebagai contoh yaitu Mr. Kalend yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai Inovator Pendidikan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dengan manajemen yang baik dan peran tangan dingin dari seorang Mr. Kalend, BEC kini menjadi salahsatu lembaga unggulan yang banyak diminati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pengalaman ini bukanlah kenangan, tetapi langkah awal kami untuk tetap belajar Bahasa Inggris dimanapun, kapanpun
22
Universitas Negeri Yogyakarta Jl. Colombo No 1, Karangmalang, Depok, Sleman