INDOMEDIA DECEMBER 2021

Page 32

VVIP

MUKHAMAD NAJIB

“Saat Ini Pemerintah Sedang Mengerjakan PR-nya Di Bidang Pendidikan Nasional” Pernah ragu ingin menjadi guru karena bayang-bayang tidak sejahtera, Najib muda mendapat nasihat bijaksana dari sang ibunda. Nasihat inilah yang mengantarnya menjadi seorang pendidik. Kini, pengabdiannya sebagai pendidik kemudian membawanya ke benua Kangguru sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI yang baru. Hmm, tak heranlah beliau menjadi orang yang tepat untuk ditanya kapan siswa internasional asal Indonesia bisa kembali ke Australia. Bertemu langsung dengan atase yang belum lama menjabat ini terkesan adem. Tutur bicaranya santai, teratur, dan tidak meledak-ledak. Namun demikian, beliau bisa bercanda juga, meski tertawanya juga tidak membahana. Diakrabi dengan panggilan Pak Najib, atase yang satu ini terhitung masih muda. Beliau lahir di Jakarta, 23 Juni 1976. Menikah di tahun 2002 dengan Farah Fahma, Pak Najib memiliki tiga anak. Meski pembawaannya tenang, beliau mengaku pribadi yang passionate, sederhana, dan terbuka. Nah, untuk mengenal atase pendidikan dan kebudayaan kita yang baru, Indomedia berbincang santai dengan penggemar sayur asem dan tempe penyet ini.

Pak Najib, bagaimana Anda bisa menduduki posisi Atase Pendidikan & Kebudayaan RI di Australia ini? Jadi, pada pertengahan tahun 2020 di kementerian pendidikan dan kebudayaan ada lelang jabatan sebagai atase pendidikan dan kebudayaan (Atdikbud). Waktu itu saya diminta ikut seleksi oleh Rektor saya. Tahapan seleksi cukup panjang, dari mulai seleksi berkas, tes bahasa inggris, tes psikologi, tes kepemimpinan, presentasi program sampai terakhir wawancara. Alhamdulillah, saya lolos pada setiap tahapan seleksi sampai terakhir wawancara. Saat itu ada beberapa posisi Atdikbud yang kosong, di antaranya Atdikbud di Canberra, Moscow, Seoul, Manila, dan Dilli. Kita sebelumnya sudah menulis surat pernyataan yang isinya jika terpilih maka harus bersedia ditempatkan di mana saja sesuai dengan yang ditentukan oleh kemendikbud. Berdasarkan hasil seleksi dari semua peserta sampai terakhir itu lalu Kemendikbud menempatkan saya ke Canberra. Jadilah sekarang saya sebagai Atdikbud RI di Canberra

32

| www.indomedia.com.au

Buat Anda, penunjukan sebagai Atase lebih ke profesi atau dedikasi pada Negara? Dan mengapa? Latar belakang saya dosen, Mbak. Profesi saya sebagai pendidik dan peneliti sepenuhnya merupakan bagian dari pengabdian saya pada negara. Jadi, saat saya ditunjuk menjadi Atase Pendidikan di Canberra ini pun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengabdian saya pada Negara.

Setelah hampir setahun bekerja sebagai Atase, menurut Anda, bagaimana Anda melihat keunggulan sistem Pendidikan di Tanah Air dan sebaliknya? Setiap Negara punya tujuan dan sistem pendidikannya sendiri sendiri, dan masing-masing tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya. Yang terpenting adalah apakah sistem dan proses pendidikan yang dikembangkan itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasionalnya. Sebagai negara maju, tentu Australia memiliki keunggulan dalam sistem pendidikannya. Bahkan, Australia merupakan salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Salah satu keunggulan Australia, sistem pendidikannya memiliki struktur yang dinamis, progresif, di mana lebih mengutamakan partisipasi dan interaksi aktif siswanya dalam proses belajar. Anak saya yang kedua kebetulan masuk kelas 11 di Canberra. Saya terkejut karena siswa kelas sebelas boleh bebas memilih mata pelajarannya sendiri, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan siswa SMA di Indonesia. Mungkin karena terbiasa mendiri ini, pelajar lulusan sekolah Australia berkembang menjadi individu yang kreatif dan kritis. Kualifikasi seperti inilah mungkin yang membuat lulusan sekolah Australia lebih unggul dalam dunia kerja.

Apakah keunggulan sistem Pendidikan di Australia dapat diterapkan di Indonesia? Jika ya, bagaimana mengimplementasikannya? Saat ini kita mengembangkan kebijakan yang kita sebut Merdeka BelajarKampus Merdeka. Salah satu esensi dari kebijakan ini adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk belajar apa saja

yang mereka inginkan di luar kompetensi mayor mereka. Jadi, misalnya, mahasiswa program studi Teknik Elektro boleh mengambil sebanyak 20 SKS mata kuliah lain yang sama sekali tidak terkait dengan keteknikan, seperti Humaniora atau ilmu-ilmu sosial. Dengan begitu seorang mahasiwa bisa memiliki kompetensi yang lebih beragam dan komprehensif. Karena memang sekarang jamannya multidisiplin, kita tidak hanya cukup mengetahui bidang kita saja tanpa memahami keterkaitannya dengan bidang-bidang lain. Dengan kebijakan Merdeka Belajar ini kita mendorong mahasiswa untuk lebih mandiri, kreatif, dan kritis. Saya yakin, di masa yang akan datang kualitas sumber daya manusia kita tidak kalah dengan Australia atau negara maju lainnya.

Apa sajakah tantangan nyata dari sistem Pendidikan di Indonesia saat ini? Tantangan dari pendidikan kita masih cukup banyak. Dari masalah guru hingga infrastruktur. Saat ini masih banyak guru di Indonesia yang hidup di bawah sejahtera. Dari sisi kompetensi juga banyak yang masih perlu ditingkatkan. Dari infrastuktur, kita bisa melihat masih banyak sekolah yang tidak layak baik dari sisi bangunan maupun ketersediaan fasilitas pembelajaran. Tantangan yang tidak kalah penting juga masalah akses pendidikan yang sampai saat ini belum merata, sebagian masyarakat juga masih ada yang menganggap pendidikan tidak terlalu penting sehingga enggan menyekolahkan anaknya. Tapi, bagaimana pun itu bagian dari pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, dan saat ini pemerintah sedang menyelesaikan hal itu.

Bicara tentang tantangan, bagaimana mengatasi tantangan transisi dari profesi dosen menjadi seorang “diplomat”? Salah satu tugas penting saya adalah mengembangkan kerjasama pendidikan dan penelitian dengan lembaga pendidikan dan penelitian di Australia. Sebelum menjadi atase pendidikan, saya pernah menjadi Wakil Dekan bidang kerjasama, sehingga sedikit banyak saya sudah memiliki pengalaman mengenai hal itu, meski dalam konteks yang sedikit berbeda.

Oh ya, ngomong-ngomong, apa saja tugas seorang Atase Pendidikan dan Kebudayaan? Tugas Atdikbud lumayan banyak, Mbak. Secara umum, Atdikbud bertugas membantu Duta Besar RI di Canberra dalam melaksanakan diplomasi di bidang pendidikan dan kebudayaan sesuai kebijakan umum pemerintah RI. Sementara tugas khusus dari Atdikbud antara lain mengembangkan kerjasama pendidikan dan penelitian dengan sekolah, universitas, dan lembaga penelitian di Australia, mempromosikan budaya dan bahasa Indonesia di masyarakat Australia, melakukan pembinaan kepada karya siswa yang sedang belajar di Australia, dan lain-lain.

Apakah menjadi seorang pendidik sebuah panggilan jiwa? Dan, apa yang menginspirasi Anda menjadi seorang pendidik? Sejak kecil saya sudah tertarik menjadi guru. Saya selalu merasa senang, bahkan antusias, kalau bisa berbagi pengetahuan kepada lebih banyak orang. Saat SMA saya ngajar adik-adik kelas. Tidak dibayar. Tapi, senang rasanya kalau mereka jadi lebih mengerti.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.