RESTAURATEUR
NATHANAEL FERRY FERDIAN SUHENDRO Selamat Makan Dalam Damai
Rasa-rasanya sulit menghilangkan imej Sydney dengan restaurant Shalom dalam benak diaspora Indonesia dan turis Indonesia di kota terpadat di Australia ini. Dengan klaim rasa otentik Indonesia, Shalom adalah salah tempat “terdamai” jika rindu makanan rumahan ala Tanah Air
yang sudah dibangun untuk membawa Shalom lebih maju ke depannya.
Oke, harus diakui kalau orang Indonesia doyan sambal. Yang menyebalkan, sambal di luar Indonesia pedasnya umumnya nggak “nampol”! Tapi, secara khusus, argumen itu, mohon maaf, nih, terbantahkan di Shalom Indonesia Restaurant. Coba saja makan ayam goreng dengan sambel Shalom. Dijamin, tubuh ini bakal jejingkrakan untuk meredam rasa pedasnya. Saking favoritnya sambal ini, Shalom menyajikannya dalam botolan agar mudah dijual.
Apa konsep Shalom sebagai restoran? Oh ya, mengapa diberi nama Shalom? Soalnya, namanya Kristen sekali, apakah nggak kuatir terlalu “segmented”?
Nah, apa saja yang ingin kita ketahui dari Shalom? INDOMEDIA berbincang langsung dengan sang owner Shalom yang juga menjabat sebagai Presiden Indonesian Restaurant Association (IRA)
Bagaimana awal mulanya mendirikan restoran? Apa motivasinya? Sebenarnya, Shalom Restaurant ini adalah bisnis keluarga dan sudah berdiri sejak tahun 1998. Shalom pertama ada di Kingsford didirikan oleh orang tua. Saya bersama istri dan adik hanya meneruskan apa
58
| www.indomedia.com.au
Sebenarnya, motivasi pertama kali untuk mendirikan Shalom Restaurant karena dahulu masih belum banyak restoran Indonesia di Sydney. Kami ingin memerkenalkan dan membawa masakan Indonesia untuk lebih lagi dikenal dan dapat dinikmati oleh banyak orang Indonesia dan lokal Australia di Sydney.
Konsep Shalom Restaurant adalah membawa rasa sumptuous authentic indonesian cuisine di tengah masyarakat Sydney supaya membawa cita rasa yang sama seperti di Indonesia. Jadi, ketika customer menikmati makanan Indonesia di Shalom Restaurant, mereka seperti menikmati masakan Indonesia di Indonesia. Nama Shalom sendiri sebenarnya pemberian dari orang tua rohani kami Ps. Samuel Yusuf. Shalom memiliki arti “peace with you”. Jadi, ketika pelanggan makan di Shalom harapannya dapat mendapatkan “damai di hati dan jiwa”. Kalau kuatir (terlalu christian segmented), sih, nggak pernah ya. Justru, kadang banyak orang berpikir kalau Shalom adalah jewish restaurant (karena “shalom” adalah bahasa Yahudi).
Tapi, seiring berjalannya waktu, banyak orang yang sudah mengenal Shalom sebagai Indonesian restaurant dan selama ini nggak ada masalah.
Mengapa memilih makanan tradisional Indonesia? Masakan tradisional Indonesia adalah masakan khas asli Indonesia, dan masakan yang paling dicari orang Indonesia yang jauh dari kampung halaman. Jadi, banyak orang Indonesia ingin makan masakan Indonesia yang khas walaupun mereka tinggal di Australia dan merasakan rasa yang asli Indonesia.
Bagaimana Shalom membangun reputasi sehingga dapat terus eksis sampai hari ini? Kepercayaan dan komitmen adalah kunci utama untuk kami untuk dapat bisa bertahan sampai hari ini. Karena tanpa kepercayaan dan komitmen untuk memberikan yang terbaik buat pelanggan mungkin Shalom tidak bisa ada hari ini. Kami selalu berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik buat semua customer Shalom, juga memberikan cita rasa yang tidak pernah berubah-ubah, serta pelayanan yang memuaskan yang selalu kami tingkatkan.
Bagaimana awalnya memilih menu? Dan siapa yang bertanggung jawab untuk menata menu? Menu Shalom kebanyakan di-create oleh istri saya, karena ia seorang chef dan suka sekali masak masakan Indonesia. Dulu, sebenarnya, menu makanan Shalom tidak banyak seperti sekarang ini. Tapi, dengan berjalannnya waktu, kami selalu berusaha memberikan pilihan baru buat customer dengan membawa menumenu baru Indonesia, baik klasik dan (yang lagi) trendi di Indonesia supaya customer punya alternatif variasi baru. Tujuannya supaya mereka nggak bosan. Masak iya, tiap kali makan makanan yang sama... Percaya atau tidak, Shalom tidak pernah menghilangkan menu. Buku menu kami semakin tebal tiap tahun.
Tantangan terberat apa saja yang pernah Anda alami sebagai pebisnis restoran? Dan, bagaimana Shalom bisa survived? Tantangan terbesar bagi kami adalah pandemi Covid-19. Mungkin sebagian orang juga merasakan hal yang sama, karena hampir semua omzet turun sejak lockdown dan border ditutup. Tetapi, thanks God, kami masih bisa survived karena kepercayaan pelanggan setia Shalom yang selalu mendukung sampai