Nomor 6/Tahun IV Semester II 2014
TERUS BEKERJA 1
KILAS KABAR Tabik
19
03
Umpan Balik
20
Kabar Terbaru
04
Fakta dan Angka
22
Cerita Semesta
06
Kabar Utama
26
Kemas-kemas
30
Kabar Alumni
Kabar Mitra
31
Blog Pengajar Muda
Dari Rumah Inspirasi
32
Ruang Belajar
34
Ruang Belajar
03 DEWAN REDAKSI PELINDUNG Hikmat Hardono Yundriati Erdani Susilo Safira Ganis PEMIMPIN Rahmat Danu Andika EDITOR PELAKSANA Shally Pristine EDITOR Tinitis Rinowati EDITOR BAHASA Masyhur A. Hilmy REPORTER Rizki Amelia Fitriyani DESAIN DAN TATA LETAK Yudhy Kurniawan KONTRIBUTOR Dyah Ayu Suryaningrum (Bengkalis) Farli Sukanto (Rote Ndao) Febe Amelia Haryanto (Maluku Tenggara Barat) Febri Yudha (Maluku Tenggara Barat) Hanif Azhar (Muara Enim) Rizki Amelia Fitriyani Riyanto Slamet (Bima) Say Shio (Paser) Sherwin Ufi (Rote Ndao) Syamrotun Fuadiyah (Muara Enim) Vassilisa Agata
10
13
16 18
Salam Hangat dari Gerakan Indonesia Mengajar
Tahun Kelima Indonesia Mengajar, Siap Lepas Landas
Wawancara Menjadi Kepala Sekolah Efektif, Teladan Itu Perlu Bersama Menyalakan Masa Depan Indonesia Masa Itu
Di Balik Layar
Intip Dapur Indonesia Mengajar
Galeri Teach for Malaysia Belajar dari Indonesia Mengajar Capaian Tahun Keempat Semua Iuran untuk Pendidikan Sekolah Kepempinan Laboratorium Pendidikan Jejak Alumi di Gerakan Sosial Pendidikan ‘Bibi Lopo’ dan Cerita Bahagia dari Oeulu Origosistem: Belajar Ilmu Sains dan Sosial dengan Kolase Origami Kelas Inspirasi: Cuti Sehari, Ketagihan kemudian Komite Rekrutmen: Kontradiksi Berbagi
13
KONTRIBUTOR FOTO SAMPUL Edward Suhadi Production KANTOR
Jl. Galuh II No. 4 Kebayoran baru, Jakarta Selatan Telp : 021 - 7221570 Faks : 021 - 7231430 www.indonesiamengajar.org info@indonesiamengajar.org Indonesia Mengajar @Ind_Mengajar
9 KABAR UTAMA
FGIM 2015 Melebarkan Ruang Interaksi
2
KABAR MITRA
PGN Melepas Tujuh “Pelari Terakhir” Pengajar Muda Kabupaten Tulang Bawang Barat
TABIK
SALAM HANGAT DARI GERAKAN INDONESIA MENGAJAR,
DOK. IM/NALIKOY SARWOM
K
ehadiran KABAR edisi ke-6 ini sekaligus menjadi momen bagi Gerakan Indonesia Mengajar dalam memulai tahun kelima kami bekerja. Ya, tahunkelima. Rasanya belum lama kami memulai Gerakan Indonesia Mengajar dengan merumuskan pendekatan dasarnya dan juga merumuskan pesan apa yang mampu mengajak anak-anak muda terbaik untuk mau menjadi guru di ujung-ujung republik. Lalu tiba-tiba tidak terasa, semua yang dimulai 4 tahun yang lalu itu kini terus bergulir menjadi gerakan masyarakat sipil yang semakin besar dan kita rasakan bersama dampaknya.
abstrak. Tapi Gerakan Indonesia Mengajar percaya bahwa kita harus terus berjalan menuju puncak yang bisa jadi masih tertutup awan sehingga tak tampak jelas bagaimana bentuknya. Maka atas semua perjuangan bersama ribuan relawan, guru, kepala sekolah dan masyarakat daerah yang telah dilalui gerakan ini, dan atas tantangan yang pasti masih akan hadir di depan, melalui KABAR edisi 6 ini izinkan kami menyampaikan pesan: Indonesia Mengajar akan terus bekerja! Tabik,
Rahmat Danu Andika Melalui KABAR edisi ini, kami akan berbagi cerita Manajer Divisi Public Engagement tentang perkembangan Indonesia Mengajar dan persiapan yang sedang kami lakukan menjelang UMPAN BALIK akan berakhirnya pengiriman Pengajar Muda ke lima Tanya: kabupaten yang telah masuk dalam kategori ‘siap Apa yang terjadi dengan Indonesia Mengajar (IM) tinggal landas’. Dalam rangka itu, pada Desember setelah melewati tahun kelima? 2014 yang lalu, kami menyelenggarakan kegiatan Juneman Abraham (Dosen Psikologi Sosial | yang bertajuk Forum Kemajuan Pendidikan Daerah (FKPD). Kegiatan yang selama dua hari ini juneman@***.com) melibatkan penggerak pendidikan dari 15 kabupaten sasaran Indonesia Mengajar baik dari sektor Jawab: pemerintah daerah maupun masyarakat. IM merencanakan, mengukur, dan mengevaluasi kinerja menggunakan alat yang disebut Outcome Selain itu, kami juga ingin berbagi cerita tentang Mapping (OM). Sejauh ini, IM menyaksikan gerakansebuah insiatif dari Indonesia Mengajar yang gerakan kecil yang tumbuh di berbagai titik negeri akan bergulir sepanjang tahun 2015. Inisiatif ini ini untuk mencapai kemajuan bersama. Karena itu, bernama Festival Gerakan Indonesia Mengajar IM percaya diri untuk menutup kerja lima tahun (FGIM). Dengan konsep yang mirip dengan FGIM di lima kabupaten yang paling awal dimasuki dan sebelumnya, FGIM 2015 ini juga akan berisi beragam melanjutkan kerja lebih lanjut di daerah lain yang kegiatan kerja bakti, namun bedanya, FGIM 2015 perlu didukung. Mengenai detilnya, akan kami akan dilakukan bersama penggerak di 17 kabupaten penempatan Pengajar Muda dan dilaksanakan paparkan lebih jauh dalam lembar-lembar buletin ini. sepanjang tahun. Tinitis Rinowati (Asisten Program Divisi Public Engagement) Kemajuan pendidikan memang adalah hal yang
3
KABAR UTAMA
Menggerakkan masyarakat Indonesia untuk terlibat aktif dalam upaya-upaya memajukan pendidikan
VISI
1 Mendorong perubahan perilaku pendidikan yang lebih baik dan berkelanjutan di entitas sasaran 2 Membangun jejaring pemimpin muda yang memiliki kompetensi kelas dunia (world class competence) dan pemahaman akar rumput (grassroots understanding) 3 Mendorong tumbuhnya gerakan sosial pendidikan di Indonesia
MISI
161 SD Di 17 Kabupaten
DATA JANGKAUAN
Per Desember 2014
1 Juta Kunjungan
Ruang Belajar
68 Relawan Pengelola 168 Metode Pengajar
70 Ribu Media Kreatif 5.109 Relawan Peserta 800 Relawan Panitia
546 PM
Festival Gerakan Indonesia Mengajar
Penggerak Daerah Orang Tua dan Masyarakat di 151 Desa 23.166 Siswa 1.759 Guru 161 Kepala Sekolah
Relawan Kampanye dan Program
Asesor Direct Assessment Komite Rekrutmen Asesor pedagogi Relawan Lain
Iuran Publik
Indonesia Menyala
895 Relawan 13 Kota
Kelas Inspirasi Iuran Institusi : 14 Institusi
60 Ribu Buku
85 Kali Penyelenggaraan
Iuran Perorangan : 1.747 Orang
9.037 Relawan
4
PETA PENEMPATAN KABAR UTAMA
2009
Perumusan ide besar Gerakan Indonesia Mengajar
2010
Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar berdiri Pengiriman 51 Pengajar Muda angkatan I
2011
Pengiriman 72 Pengajar Muda angkatan II Pengiriman 47 Pengajar Muda angkatan III Inisiasi Indonesia Menyala
2012
Pengiriman 71 Pengajar Muda angkatan IV Pengiriman 52 Pengajar Muda angkatan V Inisiasi Kelas Inspirasi Inisiasi pendanaan publik Indonesia Mengajar Inisiasi Korps Donatur Publik, sebuah wadah bagi donatur Publik Indonesia Mengajar Peluncuran Ruang Belajar, portal kumpulan metode belajar kreatif yang dibuat dan dilakukan oleh Pengajar Muda maupun guru di SD penempatan Pengajar Muda.
2013
2014
SEJARAH
Pengiriman 74 Pengajar Muda angkatan VI Pengiriman 52 Pengajar Muda angkatan VII Duplikasi Kelas Inspirasi di 6 kota: Jakarta II, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Pekanbaru Pelaksanaan Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) kegiatan kerja bakti 7.000 relawan membuat media belajar bagi 126 SD penempatan Pengajar Muda, diadakan selama dua hari di Ancol, Jakarta Utara, diorganisasi hampir 900 panitia Perwakilan dari 11 kabupaten penempatan Pengajar Muda bertemu di Purwakarta dalam Lokalatih Keberlanjutan Kemajuan Pendidikan di Daerah Mengajak mitra Indonesia Mengajar dalam Forum Sharing Partner Pengiriman 75 Pengajar Muda angkatan VIII Pengiriman 52 Pengajar Muda angkatan IX Mengajak mitra Indonesia Mengajar dalam Forum Sharing Partner Peluncuran kembali skema pendanaan publik Indonesia Mengajar melalui payung #IuranPublik #iuRUN, gerakan sosialisasi Iuran Publik Indonesia Mengajar yang serentak diadakan di 127 titik penempatan Pengajar Muda, 22 kota di Indonesia, serta 14 kota besar di luar negeri Terbentuknya tim Penggalang Iuran Publik sebagai perwakilan resmi Indonesia Mengajar untuk menggalang berbagai pihak untuk menjadi donatur. Penggerak daerah dari 15 kabupaten penempatan Pengajar Muda Purwakarta dalam Forum Kemajuan Pendidikan Daerah
KUSALA 2015
5
Anugerah Peduli Pendidikan –Kemendikbud RI Special Award: Inspiring Movement for Education (Nutrifood)
KABAR UTAMA
TAHUN KELIMA INDONESIA MENGAJAR
SIAP LEPAS LANDAS
Pascalis Jiwandono, Pengajar Muda Angkatan VIII di SDN Kampung Baru dikirim untuk hadir di tengah ekosistem pendidikan di Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Pascalis bergerak bersama para pemangku kepentingan setempat, Pascalis untuk membangun perilaku positif dan berkelanjutan.
D
esember lalu, Indonesia Mengajar (IM) memberangkatkan 52 Pengajar Muda (PM) Angkatan IX. Mereka
DOK. CHEVRON INDONESIA
akan melanjutkan estafet pengabdian di tujuh kabupaten. Lima dari tujuh kabupaten itu merupakan daerah yang pertama kali menerima Pengajar Muda
6
pada tahun 2010. Pemberangkatan PM IX berarti pengiriman angkatan terakhir ke lima kabupaten itu: Bengkalis, Tulang Bawang Barat, Paser, Majene, dan Halmahera Selatan. Kerja IM di daerah mencapai momentum penting di tahun 2014, yaitu keputusan untuk mencukupkan pengiriman PM sampai tahun kelima ke daerah-daerah tersebut. Selama empat tahun terakhir, IM menyaksikan gerak bersama yang nyata menuju kemajuan pendidikan menggeliat di lima kabupaten itu. Penggerak daerah tumbuh dan perilakunya menguat. IM juga menyaksikan interaksi mulai terbentuk dan terjadi kolaborasi produktif di semua daerah penempatan. Agar terbuka ruang yang lebih besar untuk saling belajar di antara mereka, IM mengadakan Forum Kemajuan Pendidikan Daerah (FKPD) di akhir tahun 2014. Forum tersebut bertujuan untuk mengumpulkan penggerak dari semua daerah dan memetakan langkah bersama yang akan diambil untuk kemajuan pendidikan. Sebanyak 48 penggerak daerah dari 15 kabupaten hadir di FKPD 2014. Mereka mengikuti serangkaian sesi Seven Basic Principles dengan difasilitasi oleh Victor Chandrawira dari BR2C. Dalam forum tersebut, para penggerak daerah diajak untuk membayangkan masa depan pendidikan di kabupaten masingmasing. Setelah itu, peserta diskusi dipandu untuk menemukan potensi yang ada di daerahnya. Terakhir, mereka diajak untuk membuat rencana aksi untuk mencapai mimpi tersebut berdasarkan potensi yang dimiliki. Para penggerak daerah terlihat antusias mengikuti sesi demi sesi.
KABAR UTAMA Helena L. Beresaby dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku Tenggara Barat (MTB) merasakan manfaat kegiatan ini dalam merencanakan langkah menuju cita-cita masa depan pendidikan di daerahnya. “Yang terasa sulit jadi mudah karena kita dibantu dengan cara fasilitasi,� kata penggerak daerah dari MTB ini. Keputusan IM untuk menutup kerja lima tahun di lima kabupaten tadi diambil berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi dengan menggunakan Outcome Mapping. IM sudah menggunakan metode ini sejak tahap perencanaan di tahun 2010. Saat pakar pembangunan dari Belgia, Steff Deprez, datang ke Indonesia, dia menyampaikan tanggapannya terhadap desain program yang diterapkan IM. Pria yang telah bekerja untuk berbagai projek pembangunan ini--terutama di negara-negara
berkembang Afrika dan Asia selama 15 tahun--menyoroti keluwesan IM dalam menerapkan metode perencaanaan, pengelolaan, dan pemantauan program berdasarkan konteks yang dihadapi. Baginya, bagian paling menarik adalah karena IM cermat memilih kerangka pendekatan yang sesuai dan mengadaptasinya untuk kebutuhan di lapangan. “Saya terkesan,� kata Deprez yang juga menjadi salah satu ahli (steward) di OMLC ini sambil mengacungkan jempol. Saat proses desain program diawali pada 2009, tim perumus IM memilih Outcome Mapping (OM) sebagai pendekatan dasar. Alasannya karena kesesuaian karakter pendekatan OM dengan citacita gerakan ini yaitu mendorong perubahan entitas perilaku dan kesamaan pandangan tentang konteks program yang beragam dan terus berubah.
7
OM adalah pendekatan yang menekankan pada pengukuran perubahan perilaku (outcome) berbasis aktor yang diharapkan, alih-alih hanya mengukur kuantitas keluaran proses (output). Pendekatan ini lahir sebagai respon atas keterbatasan pendekatan lama-misalnya Logical Framework--dalam merencanakan perubahan sosial. Ketulusan Itu Menular Rentak semangat perubahan di daerah telah menginspirasi saudara sebangsa di perkotaan. Indonesia Mengajar menyaksikan tumbuhnya berbagai gerakan relawan yang terinspirasi perubahan yang terjadi di daerah. Pada tahun 2011, muncul inisiatif Indonesia Menyala, gerakan perpustakaan yang bertujuan meningkatkan minat baca di daerah penempatan Pengajar Muda. Sementara itu, aspirasi kalangan
KABAR UTAMA
Sebanyak 48 penggerak daerah dari 15 kabupaten hadir di FKPD 2014
profesional untuk ikut berkontribusi bagi pendidikan terus bergerak semakin besar. Pada tahun 2012, inisiatif Kelas Inspirasi mulai bergerak merangkul para relawan dari berbagai profesi untuk cuti sehari dan menginspirasi siswa SD di perkotaan tentang cita-cita. Ketulusan itu menular. Energi positif yang dirasakan para relawan yang pernah terlibat terus menulari lingkungan sekitarnya. Karena itu, Gerakan Indonesia Mengajar mengundang masyarakat Indonesia untuk hadir di Festival Gerakan Indonesia Mengajar yang akan diadakan pada 5-6 Oktober 2013. Di festival ini, ribuan relawan pengunjung melakukan kerja bakti bagi pendidikan Indonesia dengan membuatkan media belajar kreatif bagi SD-SD di ujung republik. Semangat berbagi pengalaman mengajar dan pembelajaran yang menyenangkan dari kelas yang diampu Pengajar Muda dituangkan
dalam portal Ruang Belajar. Lebih dari itu, portal ini juga dikelola tim relawan yang ahli di bidang pedagogi, kebahasaan, dan sosialisasi. Dengan adanya portal ini, para pengunjung bisa mempelajari metode yang digunakan dan menerapkannya saat di kelas atau di rumah. Tidak berhenti sampai di sana, Indonesia Mengajar menjaga semangat untuk melibatkan kalangan terdidik dengan mengajak mereka ikut bergiat di tahapan proses Pengelolaan Pengajar Muda. Dalam persiapan misi keberlanjutan daerah, Indonesia Mengajar mengundang publik untuk terlibat menjadi relawan Komite Rekrutmen Pengajar Muda. Kerumunan relawan ini bertugas mengundang dan menjaring pemudapemudi pemberani yang siap ambil bagian menjadi Pengajar Muda. Sebelum diberangkatkan, para calon Pengajar Muda akan mendapatkan pelatihan intensif
8
DOK. IM/M. ARKANDIPTYO
selama dua bulan. Salah satu ragam kegiatan pelatihannya adalah Praktik Pengalaman Mengajar (PPM). Selama satu minggu penuh para calon pengajar muda melaksanakan PPM dengan didampingi Asesor Pedagogi sebagai ahli dalam ilmu pendidikan anak. Indonesia Mengajar mencatat semua keterlibatan relawan yang pernah bergiat bersama lewat alat bernama Volunteer Management System (VMS) Indonesia Mengajar. Selama empat tahun terakhir, akumulasi seluruh keterlibatan relawan di berbagai aktivitas tadi mencapai 15 ribu kali partisipasi. Kumpulan partisipasi yang signifikan ini bisa jadi salah satu isyarat positif untuk melanjutkan kerja kita di tahun kelima, sehingga kita siap lepas landas menuju keberlanjutan. Oleh: Shally Pristine (Sr. Officer Public Engagement | shally@indonesiamengajar.org)
KABAR UMPANUTAMA BALIK
Selvani Antoni, salah seorang relawan Kelas Inspirasi Halmahera Selatan, sedang mengajak siswa SDN Inpres Belang-belang mengenal peta dunia dan mata uangnya. Selvani yang seharihari bekerja sebagai bankir di Jakarta ini berangkat ke Maluku Utara untuk ikut membuka ruang interaksi dengan pemangku kepentingan pendidikan di daerah penempatan Pengajar Muda.
FGIM 2015 MELEBARKAN RUANG INTERAKSI
J
ika cita-cita Indonesia Mengajar (IM) sekadar mengirimkan guru, pekerjaan akan selesai ketika Pengajar Muda tiba di lokasi penempatan. Namun IM membayangkan lebih dari itu, yaitu saat semua pemangku kepentingan di sebuah daerah dapat bergerak bersama memajukan pendidikan. Keberlanjutan dampak yang dicita-citakan IM di kabupaten akan didukung oleh terciptanya ruangruang interaksi yang lebih luas dan positif antara penggerak daerah dengan penggerak di kabupaten lain, dan juga dengan kelompok masyarakat lain di kota-kota besar. IM percaya, ruang interaksi positif
DOK. IM
itulah yang akan menjaga kepercayaan diri daerah untuk terus maju dan melampaui berbagai tantangan pendidikan yang pasti masih akan terus muncul. Demi membangun ruang interaksi positif seluas mungkin untuk ikut menjaga keberlanjutan dampak di daerah, Indonesia Mengajar kembali menggelar FGIM dengan format yang berbeda dan lebih menantang. FGIM 2015 akan mengundang relawan untuk terlibat dalam berbagai wahana aktivitas. Wahana-wahana FGIM 2015 akan digelar secara bergelombang, sepanjang tahun, dan akan berlokasi di 17 kabupaten penempatan Pengajar Muda.
Relawan akan diundang untuk mendaftar di wahana yang diinginkan. Lalu diajak untuk iuran waktu, tenaga, dan materi, lalu bersamasama mengorganisasi diri dalam mempersiapkan keberangkatan dan kebutuhan lain sesuai wahana pilihannya. Indonesia Mengajar menyadari bahwa FGIM 2015 ini akan lebih rumit, lebih sulit. Tapi lalu kami ingat bahwa bahkan sedari awal gerakan ini berdiri, tidak ada hal yang dijamin akan berhasil saat kami mulai berjalan dalam aktivitas apapun. Yang kami tahu dan yakini adalah: kita perlu terus belajar dan bekerja untuk memastikan bahwa yang selama ini sudah dilakukan pastilah tidak sia-sia. Indonesia Mengajar menjadi saksi bahwa ribuan relawan di kota besar, ribuan penggerak di daerah, dan para Pengajar Muda telah ikut memberikan dampak dalam usaha mengangkat republik ini semakin tinggi. Bersiap. Kita akan songsong FGIM 2015. Oleh: Rahmat Danu Andika (Penanggung Jawab FGIM 2015 | r.andika@indonesiamengajar.org)
Ingin tahu perkembangan terbaru FGIM 2015? Ikuti cuitan kabarnya di akun Twitter resmi @FestivalGIM!
Peningkatan kapasitas
Pendampingan inisiatif daerah
Menemukan penggerak daerah
Meningkatkan kapasitas
Kategori Wahana
FGIM 2015
Strategi keberlanjutan Indonesia Mengajar: Menjejaringkan penggerak daerah i
9
Akses informasi
Jejaring
WAWANCARA
MENJADI KEPALA SEKOLAH EFEKTIF
TELADAN ITU PERLU
K
epala sekolah memegang peran penting sebagai pemimpin di satuan pendidikan terkecil. Selain menjalankan fungsi perencanaan, dia pun memegang tampuk peran pengawasan dan evaluasi. Di daerah, Pengajar Muda bergerak bersama pemangku kepentingan bidang pendidikan— termasuk kepala
sekolah—untuk memajukan pendidikan Indonesia. Salah satu penggerak daerah yang maju bersama Pengajar Muda adalah Ibu Sri Atun, Kepala SDN 016 dan 004 Tanah Grogot (gabungan), di Kabupaten Paser. Kepala sekolah yang pernah mendapat penghargaan guru teladan dari salah satu perusahaan ini sebelumnya telah mengabdi sebagai guru di Kalimantan Timur selama 23 tahun.
DOK. IM/M. ARKANDIPTYO
Saat menghadiri Forum Kemajuan Pendidikan Daerah di Purwakarta, akhir Desember lalu, Ibu Sri berbagi pengalaman dan harapannya kepada Kabar Indonesia Mengajar, khususnya peran kepala sekolah dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.
Apa saja yang Ibu lakukan hingga diberi predikat guru teladan? Dari awal memang saya orangnya suka membaca, jadi kalau ke manapun saya menemukan buku bagus, saya beli, saya baca, saya tularkan. Kemudian, hati kita juga harus terbuka, harus peduli, kalau sebagai guru saja tidak peduli, bagaimana dengan yang lain? Kita ini guru, entertainer sejati. (Tidak peduli) apapun yang berkecamuk di otak kita, di depan anak-anak kita, kita harus ceria. Harus bisa membawa
10
diri, membuat anak-anak senang. Bagaimana cara Ibu memenuhi tuntutan amanat sebagai kepala sekolah? Saya banyak belajar, bukan hanya dari diri sendiri, apabila ada teman yang telah mengikuti pelatihan, saya datangi, saya pelajari sendiri. Kalau ada yang kurang jelas, saya klarifikasi
WAWANCARA kembali. Pada saat saya pelatihan sebenarnya, saya sudah mantap, karena memang sudah mendapatkan materi tersebut, telah belajar terlebih dahulu, saya mengejar ilmu, bukan menunggu. Saya pelajari, kemudian terapkan sedikit, melatih, kemudian temukanlah masalah di pelatihan, karena hal tersebut akan membuat kita semakin pintar. Melatih juga tidak harus setelah diundang KKG, saya melatih di guruguru di sekolah, tanpa perlu konsumsi, fasilitas, dan kerepotan lainnya, tidak terlalu formal, hanya dua jam. Saya terapkan pula di K3S, tidak perlu
terjadwal, kapanpun ada kesempatan, ketika itu penting, kita langsung go!
Kita ini guru, entertainer sejati Pola tersebut sebenarnya dengan semakin menuanya saya, saya tidak bisa selamanya melakukan ini. Oleh karena itu, saya merekrut guru-guru yang ada di SDN 004 (Tanah Grogot) sekarang untuk dilatih untuk menjadi ahli di bidang itu. Dengan metode tersebut, beliau menjadi ahli, sehingga selanjutnya yang berniat untuk berkonsultasi kepada saya mengenai hal itu, bukan lagi menemui saya,
11
tetapi menuju guru tersebut. Dengan delegasi semacam itu, tanggung jawab keseluruhan dapat terbagi, tidak hanya bertumpu di saya. Bagaimana Ibu memberikan motivasi kepada para guru? Ya, saya berikan (sisipan) motivasi di KKG. Saya tekankan bahwa ini semua tidak susah, mereka melakukannya setiap hari, dengan mengajar, seharusnya dapat menemukannya di kelas sendiri. Selanjutnya, selalu saya sisipkan ajakan untuk sadar, untuk berkembang, apa yang mereka butuhkan saya berikan, semuanya tentang berbagi. Saya
DOK. IM/RUTH CHRISTYANTI
WAWANCARA menginginkan itu juga dilakukan di daerah mereka masing-masing, bukan hanya saya yang melakukan. Karena tidak semua orang bisa ikhlas memberi, maka saya ajak mereka untuk terus berbagi. Bagaimana dengan tantangan minimnya kehadiran guru di kelas, bagaimana Ibu menyiasatinya? Motivasi guru untuk rajin hadir. Awal menjadi kepala sekolah, saya tidak ingin melakukan kekerasan, saya mengumpulkan seluruh perangkat sekolah, rapat besar tenaga pendidik dan kependidikan, untuk mengetahui apa keinginan mereka, kami saling terbuka, kemudian merumuskan bersama: sekolah ini mau kita bawa ke mana? Apapun yang terjadi, kita evaluasi setiap bulan. Penerapan kesepakatan waktu kehadiran, (juga) keterangan bila izin. Setelah seminggu observasi, saya menyimpulkan bahwa harus ada cara bagaimana cara menyadari bahwa
sekolah kita ya untuk kita, kalau ada perbedaan waktu masuk kan nanti jadi iri-irian.
Karena tidak semua orang bisa ikhlas memberi, maka saya ajak mereka untuk terus berbagi. Saya tidak pernah marah, awalnya harus saling mengerti, kemudian pemahaman terlebih dahulu, bukan dengan langsung pecat. Seperti di sekolah sebelumnya, dengan memberi contoh, saya merumput (memotong rumput) saat jadwal kosong, yang di sekolah baru ini saya mengajak penjaga kebunnya untuk bersama menyiram bunga. Teladan itu perlu. Dengan teladan yang baru Ibu sampaikan, bagaimana mengelola waktu untuk dapat selalu memberi teladan di sekolah--di samping juga harus memenuhi beban administratif yang banyak menyita waktu dan
tenaga di tempat lain? Pada rapat besar, saya tunjuk (wakil kepala sekolah) bagian kurikulum, kesiswaan, humas, sarana dan prasarana. Meskipun tidak ada dana, tetap harus berjalan. Di akhir periode (yang dapat diterima oleh para pelaksana) panitia, mungkin hanya 100 ribu (rupiah) setahun. Kita ini sedang beramal soleh, balasannya bukan di sini, tapi di akhirat nanti. Dengan motivasi itu, alhamdulillah semua berjalan. Apa harapan terbesar Ibu bagi kemajuan pendidikan negeri ini? Menyadarkan guru bahwa tugasnya tidak hanya mengajar. Guru mempunyai kesadaran dari hatinya bahwa memang dia sebagai guru, bukan hanya mencari nafkah di guru. Rasa memiliki harus ada, sehingga dalam pendekatan kita tidak menggunakan kekerasan tapi dengan hati.
Biodata Nama: Sri Atun Tempat, tanggal lahir: Lamongan, 9 Maret 1969
Riwayat Pendidikan:
SPG 17 Agustus Bendo Pare S1 jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Terbuka S2 jurusan Manajemen Pendidikan di Universitas Mulawarman
Riwayat Karir
Guru: SDN 030 Krayan, Kecamatan Longiki, Kabupaten Paser (1992 – 1993) SDN 002 Lolo, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser (1993-1997) SDN 024 Tanah Grogot, Kabupaten Paser (1997 – 2012)
DOK. IM
Kepala Sekolah: SDN 023 Tanah Grogot (2012 – 2014) SDN 016 dan 004 Tanah Grogot [gabungan] (2014 saat ini).
12
KABAR MITRA
PGN MELEPAS TUJUH “PELARI TERAKHIR” PENGAJAR MUDA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Di penghujung tahun 2014, Kabupaten Tulang Bawang Barat (TBB) memasuki tahun terakhir dalam pendampingan Indonesia Mengajar (IM). Kabupaten ini menjadi salah satu daerah dukungan PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk (PGN) selain empat daerah lainnya yaitu Kabupaten Lebak, Musi Banyuasin, Muara Enim, dan Pulau Bawean, Gresik. Ketujuh Pengajar Muda (PM) Angkatan IX yang ditugaskan di TBB adalah penggengam ‘tongkat estafet terakhir’ dalam mengejar dampak positif berkelanjutan di daerah. Selama 3 tahun terakhir ini, PGN sebagai Mitra Pendampingan SD ikut mengiringi dan menyaksikan perubahan-perubahan positif yang tumbuh di daerah. Pada 19 Desember lalu, Ibu Enik Indriastuti, Kepala Divisi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PGN berkesempatan hadir pada acara Audiensi bersama Bapak Wakil Presiden RI Jusuf Kalla sebelum PM diberangkatkan. Ada hal yang berkesan bagi Ibu Enik pada acara pelepasan PM kali ini, yaitu beliau melepas tujuh “pelari terakhir” PM TBB. Tak lupa, pelepasan tersebut ditutup dengan pesan dari beliau, “alhamdulillah, dengan niat mulia, tekad membara dan bekal ilmu yang dibawa, Insya Allah para Pengajar Muda mampu membawa anak-anak di daerah terpencil untuk dapat maju bersama sejajar dengan anak-anak yang berada di kota.
DOK. SETWAPRES
Selamat berjuang! Allah SWT senantiasa memberkati kalian semua. Amiin YRA.” Oleh: Frieka Nursari (Asisten Program Divisi Partner Engagement | frieka.n@gmail.com) Tertarik untuk tahu lebih jauh tentang kemitraan Indonesia Mengajar? Klik kemitraan.indonesiamengajar.org.
Gerakan Indonesia Mengajar mengucapkan terima kasih kepada para mitra yang telah percaya dan mendukung gerakan ini: PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Chevron Pacific Indonesia PT Donggi Senoro LNG PT Orica Mining Services PT Medco Energi Internasional Tbk
PT Bank Permata Tbk PT Nutrifood Indonesia PT Wijaya Karya Tbk Citi Indonesia PT BFI Finance Indonesia EF English First
13
PT Nusantara Compnet Integrator Kompas Gramedia PwC Indonesia PT Indosat Tbk PT Blue Bird Group
KABAR MITRA
Karyawan Kompas Gramedia berfoto bersama guru dan kepala sekolah seusai kegiatan Inspirasi KG DOK. KOMPAS GRAMEDIA
BERBAGI CERITA, TUMBUHKAN CITA-CITA
T
erinspirasi dari Kelas Inspirasi Indonesia Mengajar, Kompas Gramedia (KG) berupaya secara mandiri menginisiasi gerakan baru dalam menumbuhkan semangat keterlibatan karyawan dan perusahaannya untuk beraksi nyata dalam pendidikan. Pada 21 Agustus 2014, dilaksanakan Inspirasi KG dengan tagline “Berbagi Cerita, Tumbuhkan Cita-cita”. Para Relawan Inspirasi KG meluangkan waktunya untuk menjadi pengajar sehari, berbagi cerita tentang profesi kepada siswa SD. Kegiatan yang melibatkan 130 relawan inspirasi, termasuk para direktur unit bisnis KG ini tersebar ke 10 SD di wilayah
Palmerah dan Grogol Utara, Jakarta. Para relawan juga menyampaikan pesan-pesan positif yang menjadi pedoman di KG, yakni 5C: Caring, Credible, Competent, Competitive, dan Customer Delight. KG menunjukkan konsistensinya dalam menyebarkan inspirasi kepada masyarakat dan mengharapkan inisatif yang terus tumbuh dengan semangat baru ke depannya. Seperti yang dikutip pada kompasgramedia. com, Widi Krastawan, Direktur Corporate Communications berujar “KG juga bisa terlibat dalam kegiatan sosial pengelolaan perpustakaan anak yang ada di tengah masyarakat atau berbagai bentuk kegiatan sosial
14
lainnya”. Sinergi KG dan Indonesia Mengajar (IM) yang telah terjalin sejak tahun 2013, mempunyai visi berupaya secara aktif untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada Mei 2014, KG kembali mendorong tumbuhnya gerakan ini dalam bentuk dukungan sebagai media partner. Selama menjalin kerja sama positif ini, KG menunjukkan bahwa semangat untuk menginspirasi terus menular dan tumbuh sedemikian rupa, termasuk atas keterlibatannya dalam berbagai kegiatan IM. Oleh: Frieka Nursari (Asisten Program Divisi Partner Engagement | frieka.n@gmail.com)
KABAR MITRA
RUBRIK KEMITRAAN English First Bergabung Menjadi Mitra Indonesia Mengajar Pada tanggal 17 Desember 2014, English First mengadakan konferensi pers EF English Center for Adults, di mall Kuningan City, Jakarta. Bertepatan pula dengan acara ini, EF menguatkan komitmennya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dengan mendukung Indonesia Mengajar dalam mengirimkan Pengajar Muda. Acara konferensi pers ini juga menghadirkan alumni Pengajar Muda untuk berbagi cerita dan pengalaman selama penugasan. Selain mendukung pengiriman Pengajar Muda, EF juga turut membekali Pengajar Muda dengan kemampuan bahasa Inggris sekembalinya mereka dari masa pengabdian.
Orica Mendukung 3 SD Selama 3 Tahun Terhitung mulai 20 November 2014, Orica Mining Services mendukung Gerakan Indonesia Mengajar dalam periode 3 tahun dengan menjadi Mitra Pendampingan untuk 3 SD penempatan Pengajar Muda. Orica memiliki komitmen jangka panjang untuk terlibat dalam ikhtiar mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai wujud tanggung jawab sosial di bidang pendidikan.
Compnet: Patungan Karyawan untuk Pendampingan SD PT Nusantara Compnet Integrator adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang sistem IT. Compnet mengundang karyawannya untuk ikut patungan dan membiayai pendampingan 1 SD penempatan Pengajar Muda di Kab. Bima, NTB. Kesepakatan dukungan Compnet untuk Indonesia Mengajar disahkan pada tanggal 16 Desember 2014 di Jakarta.
FOTO-FOTO : DOK. KEMITRAAN IM
CCO Citi Indonesia Hadir pada Pelatihan Pengajar Muda IX Setelah bergabung menjadi Mitra Indonesia Mengajar, Citi Indonesia juga ikut terlibat dalam Pelatihan Pengajar Muda IX pada sesi Meet The Leader. . Pada kesempatan tersebut, M. Tigor Siahaan, orang Indonesia pertama yang menjadi Chief Country Officer untuk Citi Indonesia, berbagi pengalaman inspiratifnya kepada Pengajar Muda. Beliau memotivasi Pengajar Muda yang akan diberangkatkan dan berpesan “Janganlah sombong saat kita berada di puncak, namun janganlah putus asa saat berada di titik terendah�.
15
DARI RUMAH INSPIRASI
MASA ITU
Oleh : Hikmat Hardono (Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar | hikmat. hardono@indonesiamengajar.org
M
ari membayangkan saat Soetomo dan beberapa kawan berdiskusi di ruangruang kelas di salah satu sudut sekolah kedokteran STOVIA di Jakarta masa itu, apakah mereka sungguh dapat memperkirakan bahwa suatu hari nanti, 37 tahun kemudian, Indonesia akan merdeka? Masa itu, 1908, konsep satu-nusa satu-bangsa dan satu-bahasa belum mewujud dan baru mulai terkonstruksi 20 tahun kemudian. Masa itu ketika Boedi Oetomo berdiri, ujung capaian masih jauh untuk dapat dikonstruksi lebih konkrit. Masa itu kita belum bisa mendefinisikan batas bangsa apalagi indikator teknokratis lainnya—seperti Indeks Pembangunan Manusia, Angka Partisipasi Murni atau pendapatan perkapita—toh mereka mulai langkah kecilnya. Dan ketika pada masa berikutnya gerakan mereka meluas dan tumbuh berbagai organisasi lain, itu adalah awal dari suatu masa yang lain. Rintisan kecil di suatu periode masa, menjadi pijakan bagi sepenggal masa lain dalam menjadi pergerakan kebangsaan yang lebih kokoh. Penggalan masa-masa itu
membentuk puncak-puncak yang kemudian ahli sejarah menamainya dalam momentum tertentu: Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan dan seterusnya. Iya. Bila Soetomo dan kawankawan tahu bahwa rintisan mereka pada masa itu masih cukup jauh perjalanannya untuk mencapai kemajuan –bahkan juga sampai saat ini—apakah mereka akan tetap memulainya? Ataukah keberanian mereka sedemikian besar mengalahkan ketakutan atas kegagalan serta kerumitan atas teknokrasi capaiancapaian sehingga menuntun mereka untuk memulai langkahnya pada masa itu. Dan bayangkan bila mereka terlalu penakut untuk merintis upaya sederhana itu, merintis pengajaran bahasa Belanda atau menerbitkan majalah dengan nama Guru Desa. Bayangkan bila tidak ada yang berani memulai pada masa itu, apa kabar bangsa kita masa ini?
suatu masa kemajuan pendidikan adalah sah dimiliki oleh setiap daerah, setiap anak serta setiap ujung-ujung negeri ini, di manapun titiknya. Masa itu kita tidak seberani saat ini membayangkan tentang masa depan daerah-daerah penempatan Indonesia Mengajar. Dan masa ini, ketika kami telah menyusun berbagai indikator teknokratis tentang kemajuan daerah serta melihat hasilnya, kami sungguh bersyukur atas capaiannya. Kami sungguh bangga dan berani menatap langkah-langkah menyusun keberlanjutan di berbagai daerah itu; dan bahkan sebagian di antaranya telah siap untuk terbang lebih tinggi tanpa Pengajar Muda bertugas di daerahnya. ***
Masa itu kita belum bisa mendefinisikan batas bangsa apalagi indikator teknokratis lainnya—seperti Indeks Pembangunan Manusia, Angka Partisipasi Murni atau pendapatan perkapita—toh mereka mulai langkah kecilnya.
Empat tahun lalu –masa itu— saat kita semua merintis Gerakan Indonesia Mengajar, barangkali juga tidak pernah memikirkan jauh-jauh tentang sebuah masa pada harihari ini. Tidak pernah merumuskan sedemikian teknokratis tentang ‘kriteria daerah yang sustainable’ ketika mulai melangkahkan kaki menyusun gerakan ini. Kurang lebih yang terbayangkan pada masa itu adalah bahwa pada
16
DOK. IM/SAY SHIO
DARI RUMAH INSPIRASI Terhitung mulai awal tahun ini, Indonesia Mengajar mulai masuk bekerja di tahun ke-5 khususnya di sebagian kabupaten tempat kami bertugas. Lima daerah memasuki tahun ke-5, sedangkan 12 daerah lain berbeda-beda, 4 dan 3 tahun. Dan menurut hasil evaluasi menggunakan alat Outcome Mapping serta tools lain, kami yakin bahwa 5 kabupaten awal akan siap tumbuh mandiri pada awal tahun 2016 nanti. Dalam perspektif Indonesia Mengajar, panjang antara ‘masa itu’ ketika sebuah daerah mulai dirintis dan ‘masa ini’ ketika dinilai sebuah daerah siap untuk tumbuh mandiri secara berlanjut adalah 5 tahun. Sebenarnya pada periode awal, kami sempat menduga 2 tahun cukup tetapi ternyata situasinya jauh lebih menantang dari perkiraan awal. Tentu kita belajar banyak sejauh ini. Kemajuan hanya bisa diraih ketika kita mulai melangkah. Masa ini –yaitu
masa depan dilihat dari masa itu— hanya bisa diraih kalau kita berani memulai langkah seberapa rumit pun definisi teknokratis tentang capaiancapaiannya. Terlebih selama 4 tahun terakhir
Terlebih selama 4 tahun terakhir ini, kita juga belajar banyak dalam menarik garis hubung paling efektif antara merintis di suatu daerah baru hingga tersusunnya keberlanjutan di satu daerah. ini, kita juga belajar banyak dalam menarik garis hubung paling efektif antara merintis di suatu daerah baru hingga tersusunnya keberlanjutan di satu daerah. Selama ini kita telah menyusun perlahan-lahan kumpulan resep sederhana tentang bagaimana melakukan asesmen daerah, bagaimana memilih sekolah, memilih
rumah tinggal, mengukur kemajuan serta berbagai pelajaran mengelola kemajuan pendidikan di suatu daerah. Dan pada awal tahun 2015, seiring dengan ditinggalkannya 5 kabupaten tersebut, Indonesia Mengajar memutuskan untuk memulai suatu ‘masa itu’ di beberapa daerah penempatan baru. Tepatnya kabupaten mana belum ditentukan dan sedang disusun rencana penentuannya. Bedanya kali ini kami membawa pengalaman panjang bekerja selama ini serta membawa seluruh pelajarannya sebagai modal bekerja di daerahdaerah baru ini. Di daerah-daerah baru ini, masa ini adalah masa itu pada suatu hari nanti. Dan kita –kami bersama Anda—berharap kita akan mensyukuri capaian-capaian kita bersama ini pada suatu masa nanti.
Anak-anak di SDN 015 Tanah Grogot, Desa Sungai Tuak, Kabupaten Paser, Kalimantan TImur
17
DI BALIK LAYAR
G
erakan Indonesia Mengajar adalah inisiatif sosial yang memiliki visi untuk melibatkan masyarakat dalam upaya-upaya memajukan pendidikan. Untuk mencapai visi tersebut, Indonesia Mengajar menerjemahkannya ke dalam sejumlah program dan aktivitas yang dikelola secara terpusat di Jakarta. Secara formal, gerakan ini sendiri berbadan hukum yayasan. Seluruh aktivitas tadi berjalan di bawah tim yang dipimpin seorang Direktur Eksekutif yang diangkat oleh pengurus yayasan. Saat ini, tim Indonesia Mengajar berjumlah 37 orang dan berkantor di Jalan Galuh II nomor 4, Jakarta Selatan. Mereka terbagi menjadi empat divisi yang bertanggung jawab mengelola mitra langsung masing-masing. Kelompok aktivitas pertama adalah pengiriman Pengajar Muda ke daerah sasaran. Aktivitas yang tercakup di dalamnya adalah rekrutmen, pelatihan, pendampingan, dan monitoring-evaluasi program Pengajar Muda yang tersebar ke 127 titik di 17 kabupaten di Indonesia. Rangkaian tugas ini menjadi amanat
Struktur Organisasi Indonesia Mengajar 2014
Direktur Eksekutif
Advisor
Public Sustainability Engagement Engagement
Pengelolaan Daerah
Partner Internal Engagement Engagement
Pengelolaan Pengajar Muda
Formasi tim Indonesia Mengajar di awal tahun 2014 DOK. IM
INTIP DAPUR INDONESIA MENGAJAR sumber daya seperti keuangan, Divisi Pengelolaan Pengajar Muda dan teknologi informasi, desain grafis, serta Daerah (PPMD) atau Sustainability manusianya itu sendiri. Divisi yang Engagement. mendapat amanat menjalankan tugas Kelompok aktivitas kedua adalah ini adalah Internal Engagement (IE). pengelolaan inisiatif gerakan dan Selain tim yang bekerja setiap kampanye. Turunan aktivitas yang hari, Indonesia Mengajar terus masuk ke dalamnya adalah inisiasi dan didampingi para pendampingan Advisor yang gerakan yang Penamaan semua divisi di Indo- merupakan manajer hingga saat ini nesia Mengajar menggunakan terdahulu yang menghimpun kata ‘engagement’ atau pelibatan telah purnatugas. hampir 15.000 karena semangat gerakan ini relawan. Para Mereka memberikan masukan relawan ini adalah melibatkan orang lain. berdasarkan keahlian dikelola lewat dan pengalaman Indonesia mereka mengawal keberlangsungan Menyala, Kelas Inspirasi, Ruang Belajar, dan Festival Gerakan Indonesia Indonesia Mengajar sejak tahap inisiasi. Mengajar. Sedangkan bagian Menginjak tahun kelima, kampanye mencakup pengelolaan Tim Indonesia Mengajar terus situs resmi dan media baik menyempurnakan bentuk dan konvensional maupun media sosial. mematangkan pengelolaan organisasi Bagian ini menjadi tanggung jawab agar siap menghadapi tantangan yang Divisi Public Engagement (PE). Kelompok aktivitas ketiga terus berkembang. adalah pengelolaan mitra. Indonesia Mengajar juga memandang pelaku Oleh: Shally Pristine (Sr. Officer Public sektor privat sebagai aktor yang Engagement | shally@indonesiamengajar.org) patut digerakkan untuk memajukan pendidikan. Karena itu, pelibatan sektor privat secara khusus dikelola Kenali lebih jauh Tim oleh Divisi Partner Engagement Indonesia Mengajar yang (PaE). Saat ini, Divisi PaE mengelola ada di balik layar. Klik 17 korporasi mitra dan 16 donatur indonesiamengajar.org/tim-im institusi. untuk membaca profil para Kelompok aktivitas keempat penggeraknya. adalah pengelolaan internal organisasi. Bidang ini mencakup pengelolaan
18
GALERI
Mop Tanimbar
SENG TAU
A
da seorang anak. De mencari de pung bapa sampe seng dapa-dapa. Sampe satu hari de tanya ke dong-dong toh dari jalan ke jalan, “Bapa, bapa tau beta pung bapa, sapa?” Lalu samua dong bilang, “Seng tau.” Padahal maksud dong-dong samua itu seng tau nama de pung bapa. Tapi de pikir, de pung bapa nama Seng Tau. Lalu de berjalan, berjalan, sampe de ketemu rumah bagus. De tanya deng dong-dong yang duduk di pinggir jalan, “Bapa, ini sapa pung rumah?” Dongdong kata, “Ini e? Seng tau.” Akhirnya de bilang kata, “Wih jelas**, ini rumah beta pung bapa.” Lalu de berjalan, berjalan, sampe de ketemu mobil besar. De
tanya ke dong-dong di dekat-dekat situ toh, “Bapa, tau ini sapa pung mobil?” Dong-dong itu kata, “Mobil? Seng tau.” Akhirnya de bilang kata, “Mantap he, ini mobil be pung bapa.” Lalu de berjalan, berjalan, sampai ada suara sirine mobil jenazah. De tanya deng dong-dong yang lewat, “Bapa, sapa itu meninggal?” Dongdong itu bilang kata, “Seng tau.” Anak ini bilang kata, “Deh, be pung bapa su meninggal…” Mop ini dituturkan oleh Menase Labiombir, murid kelas V SDN Lumasebu di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Tebakan dari Aisyah, Isma, dan Vina murid kelas V di SDN 015 Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Kosakata: Bapa=bapak Beta/be=saya Dapa=dapat De=dia Deng=dengan Dong=orang Pung=punya Seng=tidak Samua=semua Sapa=siapa Su=sudah Tau=tahu *Mop adalah seni melucu semacam ‘stand-up comedy’ khas daerah timur Indonesia **Di Maluku, ‘jelas‘ adalah kata seruan yang diucapkan jika ada kejadian yang luar biasa.
Tebakan dari Bapak Mustamin, orang tua murid di SDN Inpres Baku, Kabupaten Bima, NTB
Kabupaten atau Ketan
Haram vs Halal
Kabupaten apa yang rasanya manis? Pasere *’Pasere’ adalah kue tradisional dari ketan yang disiram gula merah
Di Lombok, orang Islam minum bir haram, kalo di Bima halal. Tanya kenapa? *dalam bahasa Bima, ‘kalo’ berarti pisang.
19
Foto Karya Bandam Tondonaung, siswa SDN GMIST Smirna Kawio, Kabupaten Sangihe. Foto ini terpilih jadi foto terbaik nasional untuk kategori ‘Manusia’ di International Photo Contest 2013 dari National Geographic Kids
CERITAKABAR SEMESTA TERBARU
Ada 51 juta anak yang akan membentuk lapis generasi Indonesia di masa depan. Indonesia Mengajar bertanggung jawab mengirimkan sarjana-sarjana terpilih untuk mendampingi tumbuh kembang mereka. DOK. EDWARD SUHADI
BERANI IURAN? IKUT IURAN PUBLIK
I
ndonesia Mengajar mencari 3.000 orang untuk menjadi Relawan Iuran Publik. Para relawan ini adalah mereka yang memberikan iuran rutin per bulan. Besarnya Rp 50 ribu sampai maksimal Rp 1 juta setiap bulan, tidak boleh lebih, untuk bersama-sama Indonesia Mengajar memajukan pendidikan di daerah. Manajer Divisi Public Engagement Indonesia Mengajar, Rahmat Danu Andika menjelaskan, profil Relawan Iuran Publik yang dibayangkan yaitu mereka yang berani beraksi nyata untuk pendidikan bersama Indonesia
Mengajar. Mereka tidak mengeluh tentang masalah pendidikan lalu menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Mereka inilah yang berani mengambil langkah konkrit untuk menyelesaikan masalah itu dengan bergerak bersama Indonesia Mengajar.
Supaya semakin terasa kalau Indonesia Mengajar itu milik rame-rame dan jadi tanggung jawab rame-rame. - Basa Nova, Relawan Iuran Publik
LIMA KARAKTER RELAWAN IURAN PUBLIK
BERANI BERKOMITMEN untuk memberikan iuran dalam jangka waktu tertentu (tidak satu kali mengeluarkan uang lalu lupa).
BERANI IKUT MENANGGUNG masalah pendidikan dengan memberikan iuran.
BERANI PERCAYA
kepada Indonesia Mengajar untuk mengelola iuran yang diberikan.
BERANI GIGIH
untuk mengatasi tantangan dalam menyelesaikan prosedur Iuran Publik (pengisian data saat daftar, kendala teknis, dll).
BERANI SABAR untuk mendapatkan/ melihat dampak dari iuran karena hasil akhirnya tidak bisa seketika.
20
Sejauh ini, Indonesia Mengajar mencatat sudah ada 1.694 donatur yang telah menjadi bagian dari kerumunan positif ini. Mereka berasal dari beragam latar belakang, mulai dari para profesional, pegawai negeri, pekerja swasta, mahasiswa, bahkan ada alumni Pengajar Muda dan relawan Indonesia Mengajar lainnya yang telah banyak berkontribusi lewat keikutsertaan di berbagai aktivitas kerelawanan, kini juga menjadi Relawan Iuran Publik. Untuk setiap Relawan Iuran Publik, Indonesia Mengajar menerbitkan satu akun rekening virtual yang terintegrasi dengan sistem data dasar relawan (Volunteer Management System). Sistem yang bisa diakses sendiri oleh relawan ini mencatat semua iuran setiap orang, baik berupa kehadiran maupun finansial. Mengapa Perlu Iuran untuk Indonesia Mengajar? Para Pengajar Muda menerima penugasan ini berbasis sukarela. Artinya, menjadi Pengajar Muda bukanlah pekerjaan melainkan pengabdian. Indonesia Mengajar juga melibatkan banyak relawan ahli dalam proses rekrutmen, persiapan dan pendampingan Pengajar Muda maupun proses lainnya. Sehingga, Indonesia Mengajar dapat banyak menekan biaya yang dibutuhkan dalam seluruh siklus operasional. Bila dibandingkan dengan konversi rupiah atas outreach yang dihasilkan, biaya yang dikeluarkan Indonesia Mengajar hanya sekitar 34%-nya. Sebagai catatan, Laporan Keuangan Indonesia Mengajar selalu mendapat predikat audit tertinggi (Wajar Tanpa Pengecualian) dari PwC Indonesia sejak pertama kali berdiri. Oleh: Shally Pristine (Sr. Officer Public Engagement | shally@indonesiamengajar.org)
Ayo gabung dalam kerumunan positif ini! Informasi dan daftar di indonesiamengajar.org/iuran. Ikuti juga informasi terbaru seputar Iuran Publik lewat akun Twitter @IuranPublik dan @Ind_Mengajar.
KABAR TERBARU
Tim Pelatihan Intensif berfoto bersama Zahirah Zulkifli (berdiri, keempat dari kanan) setelah perwakilan Teach for Malaysia itu mengobservasi pelatihan selama sehari penuh DOK. IM
TEACH FOR MALAYSIA BELAJAR DARI
INDONESIA MENGAJAR
P
erwakilan Teach for Malaysia (TfM) mengunjungi Indonesia Mengajar (IM) belajar lebih jauh tentang pengelolaan gerakan ini. Talent Acquisition Assistant Manager TfM, Zahirah Zulkifly berdiskusi intensif dengan tim Indonesia Mengajar pada tanggal 25-26 November kemudian mengunjungi Kamp Pelatihan Pengajar Muda di Purwakarta pada tanggal 27 November. Dalam diskusi tersebut, Zahirah menyampaikan ketertarikannya untuk mendalami tentang rekrutmen maupun pengelolaan relawan dan mitra di Indonesia Mengajar. Dia menjelaskan, sebagai sebuah gerakan pendidikan, TfM ingin melibatkan lebih banyak pihak dalam memberikan pendidikan berkualitas bagi anakanak Malaysia. Sebelum datang ke Indonesia Mengajar, Zahirah sudah lebih dulu mengunjungi manajemen Teach First di Inggris, Teach for America di Amerika Serikat, dan
Teach for India untuk belajar sistem pengelolaan di sana. Dari kunjungannya ke berbagai tempat tadi, master lulusan Monash University, Australia ini menemukan hal menarik. Kata dia, sekilas dari luar Indonesia Mengajar terlihat serupa dengan program mengajar lain--misalnya dalam hal merekrut lulusan terbaik untuk mengajar selama jangka waktu tertentu. Namun, setelah berdiskusi dengan semua divisi yang ada, dia melihat hal berbeda. “Indonesia Mengajar benar-benar out of the box,� katanya. Zahirah melihat, Indonesia Mengajar mengelola relawannya dengan terencana. Ada seleksi untuk relawan dan program yang dirancang sedemikian rupa sehingga membuat para relawan terpapar dengan realitas pendidikan. Dengan inisiatif yang terus meluas dan tumbuh di berbagai tempat, dia mengakui bahwa Indonesia Mengajar sudah menjadi
21
sebuah gerakan pendidikan yang aktif menggerakkan orang-orang di Indonesia. “Ke depan, kami perlu mengajak lebih banyak orang dalam gerakan kami, tidak hanya shock (heboh) sendiri,� katanya dalam bahasa Inggris bercampur Melayu. Sejak berdiri pada 2010, TfM memiliki misi untuk menyediakan akses pendidikan bermutu bagi anak-anak di Malaysia. Mereka merekrut lulusan terbaik di Malaysia untuk mengajar di SMP-SMA dengan akreditasi menengah ke bawah selama dua tahun. Para pengajarnya disebut Fellow, disebar ke 43 sekolah yang berada di 7 negara bagian. Saat ini ada 270 orang Fellow yang sudah dan sedang bertugas di sekolah-sekolah tersebut. Awal tahun 2015, mereka akan memberangkatkan angkatan ketiga yang juga akan menjangkau Sarawak, negara bagian yang terletak di utara Kalimantan. Oleh: Shally Pristine (Sr. Officer Public Engagement | shally@indonesiamengajar.org)
Ingin tahu Kabar Terbaru dari Indonesia Mengajar? Klik indonesiamengajar.org/ kabar-terbaru
CERITA SEMESTA
CAPAIAN TAHUN KEEMPAT
SEMUA IURAN UNTUK PENDIDIKAN
D
i daerah penempatan, Pengajar Muda bergerak bersama pemangku kepentingan setempat untuk memajukan pendidikan. Setelah empat tahun bekerja bersama, ada sejumlah inisiatif yang tumbuh dari antusiasme aktor di tempat tersebut. Selain memberikan iuran waktu dan tenaga, tak jarang para penggerak inisiatif daerah ini juga merogoh kantong pribadinya untuk mewujudkan cita-cita kita bersama. Selain menyaksikan tumbuhnya berbagai inisiatif daerah, Indonesia Mengajar juga mencatat ada banyak praktik baik pengelolaan sekolah dari sejumlah kepala sekolah. Mereka berani berjuang mengatasi keterbatasan yang ada demi generasi penerus bangsa. Jika kepemimpinan seperti ini mampu diteladani secara luas, maka masa depan Indonesia yang lebih baik adalah perkara yang niscaya.
Festival Anak Sangihe
Kepedulian masyarakat untuk ikut memajukan pendidikan di Indonesia semakin menguat. Di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, tidak kurang dari 90 relawan dari berbagai latar belakang--di antaranya pengusaha, notaris, dan seniman--terpanggil ikut bekerja bersama Pengajar Muda dan pemerintah daerah untuk mewujudkan Festival Anak Sangihe (FAS). Selain berkorban waktu, para relawan ini bahkan urunan dana untuk membiayai kebutuhan inisiasi festival ini. Festival yang digagas sejak tahun 2012 itu merupakan wadah bagi anak-anak di Sangihe untuk mengenal dunia lebih luas. Karena kondisi geografisnya yang terdiri dari puluhan pulau dan terletak di tepian Samudera Pasifik, hanya sedikit kesempatan bagi penduduk di sana untuk berinteraksi langsung. Festival ini membuka cakrawala yang sebenarnya, yang menyatukan batas lautan dengan kaki langit yang memayungi tumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Karena itu, FAS dirancang jadi ruang interaksi yang— ternyata tak hanya mempertemukan anak-anak dengan teman sebayanya dari pulau berbeda—namun juga guru, kepala sekolah, dinas dan para relawan. Mereka bergerak dalam satu tujuan, untuk mendekatkan para calon penerus negeri ini kepada pusat-pusat kemajuan.
Pemuda Penggerak Desa
Distribusi guru adalah urusan yang disadari sebagai tantangan besar oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) di Kabupaten Halmahera Selatan. Mereka sering kali mengalami kendala menempatkan guru yang ada untuk mengisi formasi di sekolah terpencil. Sehingga kebanyakan guru menumpuk di sekolah yang dekat dengan fasilitas di perkotaan. Dari kegiatan pengiriman Pengajar Muda, Dikpora mengenali bahwa elemen yang tidak terpantau dalam model rekrutmen guru saat ini adalah motivasi. Karena itu, untuk menanggulangi kekurangan guru di SD terpencil, mereka membuat program Pemuda Penggerak Desa (PPD) yang merekrut generasi muda untuk bertugas sebagai guru
22
CERITA SEMESTA bantu di SD dan penggerak di desa pelosok. Motivasi jadi variabel penting dalam rekrutmen PPD. Setelah berjalan enam bulan, ada sejumlah perubahan positif yang terjadi dengan dorongan PPD. Pengajar PPD mendorong pelaksanaan upacara bendera secara rutin di sekolah masing-masing, menggalakkan penggunaan metode belajar kreatif, dan merintis beragam kegiatan memajukan pendidikan.
Kampung Belajar Rote
Payabakong Says Hello
Di Kabupaten Aceh Utara, penggunaan bahasa Aceh cukup kental dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang, anak-anak Aceh pun memiliki kebutuhan untuk menguasai bahasa internasional agar bisa berkomunikasi dengan dunia. Melihat kondisi itu, Nazaruddin, seorang penggerak masyarakat di Kecamatan Payabakong yang akrab disapa Pak Pon, mengajak Pengajar Muda menggerakkan komunitas mahasiswa di sana untuk secara sukarela menggalakkan kegiatan les bahasa Inggris. Kemudian mereka bergotong-royong membuat desain program, menyiapkan pembekalan bagi para tentor, dan melakukan evaluasi. Kegiatan les yang diberi nama ‘Payabakong Says Hello’ ini disambut positif oleh masyarakat. Pada saat pembukaan pendaftaran, pesertanya—bervariasi dari siswa kelas IV SD sampai kelas III SMP—membludak hingga lebih dari 100 orang. Kegiatan ini rutin diadakan 2 kali per pekan di SMA Payabakong.
Walau berada di busur paling selatan Indonesia, anak muda di Rote ingin pulaunya semaju saudara-saudaranya di titik lain nusantara. Mereka yang tergabung di Komunitas Anak Muda (KAMu) untuk Rote Ndao menggagas pendirian Kampung Belajar. Ini adalah suatu projek sosial yang melibatkan masyarakat untuk secara aktif turut serta dalam aktivitas yang bersifat edukatif untuk anak-anak. Di Kampung Belajar, setiap anak diperkenalkan kepada aktivitas mendidik sehingga waktu mereka di rumah tidak hanya dihabiskan dengan menonton televisi. Anak-anak di Rote dapat memanfaatkan sebagian besar waktunya dengan bermain sambil belajar di Kampung Belajar. Salah satu aktivitas yang dapat diperkenalkan di Kampung Belajar adalah mendongeng. Tentunya dipastikan pesan-pesan dalam dongeng mengandung pesan moral yang baik untuk akhlak si anak. Aktivitas ini melibatkan relawan yang adalah pemuda Rote dan sebagian besar berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun guru di sekolah.
23
CERITA SEMESTA Maju dalam Semangat Baru
Akhir tahun 2014, tepat satu semester Ibu Azimah, memimpin SDN 3 Kepuh Teluk, Pulau Bawean. Dalam jangka waktu yang belum lama itu, Ibu Kepala Sekolah yang baru menjabat itu giat mendorong motivasi guru untuk lebih giat hadir di sekolah dan meningkatkan keterampilan mengajar. Kondisi geografis desa yang menantang menyebabkan sebagian guru sukarelawan memiliki kendala untuk menjangkau sekolah setiap hari. Bisa dibilang, para guru sukarelawan menombok karena ongkos transportasi yang perlu mereka keluarkan jauh lebih besar daripada honor bulanan. Melihat kondisi ini, Ibu Azimah mengupayakan penyesuaian honor guru sukarelawan hingga setara biaya membeli 2 liter bensin per hari. Menyikapi zaman yang menuntut para pendidik untuk menguasai teknologi, Ibu Azimah selalu membuka pintu rumahnya lebar-lebar bagi para guru yang ingin belajar komputer. Jika dulu menyalakan laptop menjadi kegiatan paling canggih bagi guru-guru Kepuh, kini menggunakan program Microsoft Excel menjadi santapan sehari-hari.
Jujur itu Hebat
Di tengah karut-marut urusan menjaga integritas dalam penyelenggaraan Ujian Nasional (UN), kabar dari ujung timur Sulawesi ini bisa jadi angin segar. Pak Tasmin, Kepala SDN Trans Batui 5 bersikap tegas kepada para guru agar menjadi ujung tombak penyelenggaraan UN yang jujur. “Budaya jujur sudah diterapkan (di sini) sejak dulu dan akan terus berlanjut. Seluruh guru dilarang kasih tunjuk setengah nomor pun kepada siswa, atau saya persilahkan keluar dari ruang ujian!� begitu tegasnya saat membuka rapat persiapan UN 2014 di Trans Batui. Baginya, kejujuran dalam ujian penting bagi sekolah karena menjadi parameter perbaikan ke depan, sekaligus amat berharga bagi siswa yang akan membawa nilai itu seumur hidupnya. Sebulan setelah UN dilaksanakan, hasilnya tiba di tangan. Sebagian nilainya tinggi, ada pula yang rendah sekali. Meskipun begitu, Pak Tasmin menanggapi bahwa berapapun nilai anak didik, sekolah tetap bangga dengan kejujuran. Namun, dia menambahkan, di balik nilai tersebut ada tugas bersama bagi seluruh dewan guru untuk lebih menaruh perhatian pada kualitas pemahaman siswa.
24
CERITA SEMESTA Menghidupkan Sekolah dengan Cinta
Namanya lengkapnya cukup panjang, Jubelina Fransina Batmomolin, namun Plt Kepala SDK Lamdesar Barat ini akrab disapa singkat saja, Ibu Bat. Mengabdi selama 16 tahun untuk pendidikan di tepian utara kepulauan Tanimbar itu membuat Ibu Bat tak hanya menjalani setiap rutinitas, namun menjalaninya dengan cinta. Cinta itu pula yang membuatnya menyongsong tanggung jawab menjadi Plt kepala sekolah dengan sepenuh hati, sekitar setahun lalu. Selama masa kepemimpinannya itu, banya hal baik dari sekolah yang terus ditingkatkan. Mulai dari mengaktifkan kembali upacara bendera, mendisiplinkan waktu masuk sekolah di pukul 6.45 WIT baik untuk guru maupun murid, sampai membuat les calistung tambahan untuk murid dan les komputer untuk guru. Tak berhenti di sana, Ibu Bat juga menularkan cinta itu untuk melibatkan segenap pemangku kepentingan pendidikan di Desa Lamdesar Barat. Dia berhasil mengajak orang tua murid untuk ikut membangun pagar sekolah dan menyelesaikan pekerjaan menyemen halaman sekolah. Jam belajar malam pun diaktifkan dengan melibatkan aparat keamanan lingkungan (Linmas) sebagai penegak peraturan.
Percaya Diri walau Terpencil
Jarak rumah yang jauh dari sekolah yang ada di pelosok bukan halangan bagi Ibu Sudarmi, Kepala SDN 57 Ketam Putih, Kabupaten Bengkalis. Setiap hari, Mak Dar—panggilan akrabnya—menebas jarak 27 km dengan motor untuk berangkat ke SD yang seringkali dicibir karena letaknya terpencil dan kerap kebanjiran. Lokasi SD ini memang di pinggir, namun Mak Dar berprinsip mereka harus mampu bersaing dengan sekolah kota. Dengan pendampingan penuh dari guru-guru di bawah komando Mak Dar, beragam penghargaan telah mampu diraih SDN 57 Ketam Putih sepanjang 4 tahun terakhir. Sebagian di antaranya kusala berskala nasional, seperti lomba panjat tebing di Bali, Konferensi Anak Bobo, dan video dokumenter Kid Witness News-Panasonic. Mak Dar tak mengejar prestasi sebagai hasil akhir semata. Dia percaya, proses pun sama pentingnya. Karena itu, dia merintis sejumlah inisiatif yang dapat menggalang lebih banyak pihak dalam upaya-upaya memajukan pendidikan. Misalnya menghidupkan kembali kebun sekolah, juga membuat bank sampah dan kompos yang berkolaborasi dengan komite, wali murid, PKK, serta dinas terkait. Terakhir, Mak Dar sedang menginisiasi studi banding ke sekolah-sekolah berkualitas di Jakarta. Dia berharap, jejaring ini jadi medium bagi guru-guru di SDN 57 Ketam Putih untuk meningkatkan kualitas diri.
25
KEMAS-KEMAS
SEKOLAH KEPEMIMPINAN LABORATORIUM PENGABDIAN
P
aparan penugasan Pengajar Muda (PM) punya dua sisi dampak. Pertama, dampak baik yang diterima oleh warga Sekolah Dasar (SD) yang diajar maupun masyarakat di daerah penempatan. Kedua, dampak untuk PM itu sendiri. Manajer Divisi Pengelolaan PM dan Daerah, Susilo, menjelaskan, Indonesia Mengajar (IM) sejak awal mendesain programnya untuk menyasar kedua dampak tersebut.
Tantangan dan keterbatasan yang dihadapi Pengajar Muda dilihat menjadi medium yang cocok bagi mereka untuk melatih kompetensi kepribadian. IM menamai kesempatan menempa diri selama setahun ini sebagai Sekolah Kepemimpinan. IM sadar bahwa perubahan perilaku positif yang berkelanjutan adalah pekerjaan jangka panjang. Karena itu, IM menempatkan secara bergulir selama lima kali penugasan
sehingga dapat menjahit tenunan perubahan yang diharapkan. Hingga di ujung tahun kelima, terjalin sebuah pola yang dinamakan perubahan perilaku tiap aktor yang membangun kemajuan pendidikan berkelanjutan. Di sisi lain, Sekolah Kepemimpinan IM terus menempa para PM dalam ‘laboratorium’ besar bernama penugasan selama satu tahun. Kesempatan ini memberikan pelajarannya—melalui tempaan
Sesi pembelajaran kreatif Kamp Pelatihan Pengajar Muda VIII bersama Weilin Han
26 26
DOK. IM
KEMAS-KEMAS
pengalaman dan pemahaman— sehingga PM menjadi pribadi yang lebih baik sepulang dari daerah tugas. Laboratorium ini diharapkan mampu mengondisikan pemuda-pemudi terpilih ini agar dapat mengemban amanah dengan baik, di segala tantangan dan keterbatasan yang akan hadir di masa depan. Karena itu, Sekolah Kepemimpinan IM merancang kurikulum pengembangan diri setiap PM sejak masuk tahap rekrutmen sampai dengan pasca-penugasan. Mereka disiapkan untuk menghadapi berbagai tantangan yang mungkin memuat variabel yang tidak
SOSIALISASI 1 REKRUTMEN
2 SELEKSI
terkalkulasi sebelumnya.
Kurang lebihnya kita mencari orang yang (saat bertugas) tidak minta pulang, berinisiatif melakukan sesuatu dengan merespon keadaan, juga mampu berhubungan baik dengan mengajak pihak lain untuk berkolaborasi mencapai tujuan yang diinginkan IM mengharapkan kondisi menantang inilah yang menambah dan memperkuat bekal-bekal yang
telah disiapkan, bukan menghabiskan bekal praperjalanan tadi. Karena itu, IM merekrut PM dengan kompetensi minimal tertentu. Sehingga dapat berkembang optimal sepanjang menjalani kurikulum masa pendidikan di Sekolah Kepemimpinan IM yang telah disiapkan. Susilo menjelaskan, yang dimaksud dengan kompetensi minimal tertentu adalah karakter yang diprediksi dibutuhkan di daerah penempatan yang sarat tantangan. “Kurang lebihnya kita mencari orang yang (saat bertugas) tidak minta pulang, berinisiatif melakukan sesuatu dengan merespon keadaan, juga
Sosialisasi luas dan masif Total 68.009 aplikan dalam 10 angkatan Aplikan dari 129 universitas dalam negeri dan 33 universitas luar negeri Rasio penerimaan < 1% Lima tahap seleksi Multi-assessor tersertifikasi Multitools Sistem seleksi digital terintegrasi
3 PELATIHAN INTENSIF
Metode pembelajaran eksperimental Fokus ke ilmu pedagogi (pendidikan anak) dan kepemimpinan Model intensif selama 7 pekan di kamp, 714 jam pelatihan per pekan Melibatkan 68 narasumber dan pelatih, 19 asesor pedagogi serta tim fasilitator penuh waktu
4 PENUGASAN SATU TAHUN
Mengajar penuh waktu di sebuah SD Menggerakkan multi-aktor Tinggal di rumah penduduk Site Visit di bulan ke-6 Desain program menggunakan Outcome Mapping
ORIENTASI 5 PASCA PENUGASAN
Refleksi individu dan program Pengembangan kapasitas Kesempatan berjejaring Portofolio pribadi
2 Tahapan Proses Sekolah Kepemimpinan Pengajar Muda
27
KEMAS-KEMAS mampu berhubungan baik dengan mengajak orang lain dan berkolaborasi dengan pihak lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.â&#x20AC;? Ketiga karakter tersebut diturunkan menjadi kriteria yang digunakan untuk merekrut para kandidat PM. Dalam menyusun sistem rekrutmen PM, Indonesia Mengajar didukung oleh Daya Dimensi Indonesia melalui Yayasan Indonesia Lebih Baik. Bagaimana batas minimal tersebut dapat terlihat dari para kandidat? Inilah peran penting tahap rekrutmen. Melalui seleksi administrasi dan motivasi, kandidat dinilai dari berbagai aspek â&#x20AC;&#x201C;akademis, organisasi, sampai dengan gerakan kerelawanan. Di tahap selanjutnya, melalui berbagai alat seleksi yang disesuaikan dengan gambaran kebutuhan PM di lapangan, proses rekrutmen menyaring aplikasi yang masuk. Hingga angkatan ke-10, proses seleksi semakin kompetitif dengan rasio penerimaan (acceptance rate) PM kurang dari 1%. Setelah mendapatkan kandidat PM yang memenuhi kriteria minimal, IM mengelola mereka memasuki
tahap selanjutnya yaitu Pelatihan Intensif. Dalam wadah berupa tujuh minggu kamp intensif, Calon PM mendapat pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Bukan
Hingga angkatan ke-10, proses seleksi semakin kompetitif dengan rasio penerimaan (acceptance rate) PM kurang dari 1%. hanya karena pembekalan tersebut disajikan dalam bentuk simulasi dan pendampingan penuh oleh fasilitator terlatih, namun juga faktor penyempurnaan yang berkelanjutan dari tiap angkatan PM lah yang mendukung tercapainya tujuan menyiapkan bekal PM dalam bertugas. Kemudian selama satu tahun penugasan, PM memiliki tantangan untuk mengimplementasikan bekal yang didapat sebelumnya. Bertugas sendirian di sebuah SD di satu desa selama setahun membuat PM harus menghadapi momen pengambilan keputusan yang tak terhitung banyaknya sembari beradaptasi dengan konteks baru yang mereka
hadapi. PM juga menghadapi tantangan untuk membangun relasi yang positif dan efektif dengan mitra di daerah. Di ujung masa penugasan, IM mengumpulkan setiap angkatan PM dalam Orientasi Pasca-Penugasan (OPP) di Jakarta selama satu pekan. Sepulangnya mereka dari penugasan, bukan berarti Sekolah Kepemimpinan IM telah usai. Sejatinya para PM menapaki fase selanjutnya, yaitu membangun jejaring sebagai alumni. Di fase ini, IM mendukung pengembangan kapasitas pascatugas alumni selama tiga bulan pertama. IM bercita-cita Indonesia di masa depan dipenuhi oleh para alumni PM yang sudah menjadi pemimpinpemimpin negeri ini. Mereka yang tak hanya memiliki kompetensi tingkat dunia, namun juga kepekaan terhadap realita masyarakat di akar rumput. Melalui tempaan selama setahun menjadi PM, mereka memberi manfaat sekaligus mendidik diri dalam pengabdian untuk negeri. Oleh: Tinitis Rinowati (Asisten Program Divisi Public Engagement | rinowati@ indonesiamengajar.org
DOK. WANADRI
28
KEMAS-KEMAS
PEKAN REFLEKSI DI UJUNG PENUGASAN Untuk mengikat ujung dari rangkaian proses pengelolaan Pengajar Muda (PM), IM menutupnya dengan mengadakan Orientasi PascaPenugasan (OPP). Pada tahap ini, setiap PM mendapat kesempatan untuk merefleksikan semua yang dialami selama penugasan untuk dirangkum dalam konteks program maupun pribadinya. Saat OPP pula, IM memberikan kesempatan pengembangan diri yang dapat berharga bagi PM setelah kembali ke dunia pascatugas. Fase ini dikemas dalam rangkaian kegiatan yang dilaksanakan segera
setelah PM kembali dari masa penugasan. Untuk dapat memetakan jalur mana yang mungkin dapat ditempuh PM di masa depan, fase ini diawali dengan refleksi dan dokumentasi selama masa penugasan. Baik dokumentasi atas refleksi pribadi, maupun atas pengalaman dan pemahaman kolektif beberapa PM yang ditugaskan di satu daerah. Melanjutkan pemetaan ini, OPP memberikan ruang-ruang kelas untuk berbagai sektor yang dapat menjadi pilihan PM untuk melanjutkan karya mereka. Kelas ini disampaikan oleh para tokoh yang mumpuni di tiap sektornya. Sektor tersebut mencakup
DOK. IM
Refleksi Diri bersama Fay Irvanto dari Life After School
29
sektor swasta, pemerintahan, dan sektor ketiga yang memuat bidang di luar dua sektor tadi, juga peluang studi lanjut. Beriringan dengan perkenalan awal di ruang-ruang kelas, OPP juga menyertakan Korps Alumni PM, yang memungkinkan mereka untuk mulai dapat saling berjejaring dan berinteraksi langsung dengan pendahulu mereka yang telah berkarya di berbagai sektor. Ini tentu menjadi kesempatan baik bagi PM untuk semakin lebar membuka jendela baru dan mengakrabkan diri dengan pilihan dunia profesional. Lagi, kedalaman materi-materi ini menemui dasar berupa ikhtiar pencapaian visi besar IM, yang didelegasikan dalam misi menciptakan jejaring pemimpin masa depan. Dalam pelaksanaannya, IM terus melibatkan berbagai pihak terkait untuk ikut serta dalam OPP. Misalnya perusahaan mitra yang ingin mendengar secara langsung refleksi PM yang baru selesai bertugas. Salah satu mitra yaitu BNI juga terlibat lebih dalam dalam OPP ini yaitu menyediakan dukungan logistik dan kearifan dari jajaran pimpinannya yang dibagikan kepada PM. Tampak apa yang dicitakan IM dalam visi besar melibatkan semakin banyak pihak untuk berpartisipasi memajukan pendidikan, konkrit diterapkan di tiap langkah pencapaiannya. Oleh: Tinitis Rinowati (Asisten Program Divisi Public Engagement | rinowati@ indonesiamengajar.org
KABAR ALUMNI
Dedi (ketiga dari kiri) beserta sejumlah alumni PM menjadi motor penggerak FGIM 2013 DOK. FGIM/AAN
SETAHUN MENGAJAR, SEUMUR HIDUP CINTA PENDIDIKAN Saat ini ada 414 alumni Pengajar Muda yang tersebar di berbagai bidang.
S
emasa penugasan, seorang Pengajar Muda (PM) didorong untuk mampu memahami realitas pendidikan ujung-ujung Republik lewat mengalami langsung selama setahun penuh. Sepulang dari penugasan, mereka diharapkan akan terus membawa pengalaman tersebut dan merefleksikannya di karir masingmasing. Hal ini merupakan bagian dari misi kedua Indonesia Mengajar (IM); membangun jejaring pemimpin masa depan Indonesia yang memiliki kompetensi tingkat global dan pemahaman akar rumput. Sejak PM angkatan I kembali pada tanggal 10 November 2011, sebanyak 414 alumni
telah menunaikan tugasnya hingga saat ini. Lantas, dari catatan selama tiga tahun terakhir, apakah alumni PM masih terlibat dalam kegiatan sosial pendidikan? Sebagian besar alumni ternyata masih aktif di berbagai gerakan pendidikan baik yang masih terafiliasi dengan IM maupun di lingkaran lainnya. Bahkan dalam berbagai rintisan gerakan pendidikan yang diinsiasi IM—seperti Indonesia Menyala, Kelas Inspirasi, Festival Gerakan Indonesia Mengajar, Ruang Belajar, Komite Rekrutmen—jejak sejumlah alumni terlihat jelas dan
12,65%
Perusahaan Multinasional
18,24% Perusahaan Nasional
8,53%
Wiraswasta
5,29% Pemerintahan
Sebaran Aktivitas Alumni Pengajar Muda (per Desember 2014)
16,47% Organisasi Non-Profit
20,00% Instansi Akademik (termasuk melanjutkan Studi)
18,82% Lainnya
30
memainkan peranan penting. Misalnya Ginar Santika Niwanputri, alumnus PM angkatan I di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sarjana teknik informatika yang bekerja di salah satu perusahaan tambang nasional ini aktif di Kelas Inspirasi Jakarta dan Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) 2013. Sementara itu, Dedi Kusuma Wijaya, alumnus PM angkatan II, aktif di sejumlah gerakan pendidikan. PM yang pernah ditempatkan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat ini memegang peran kunci di FGIM 2013 dan Sabang Merauke. Lebih dari itu, di tengah-tengah kesibukannya sebagai pegawai di sebuah perusahaan multinasional, Mitsubishi UFJ Financial Group, Dedi juga merintis social enterprise bernama Lanjut Sekolah. Inisiatif ini mengajak orang-orang berpartisipasi menyekolahkan anak-anak cemerlang dari desa, ke sekolah yang dekat dengan pusat kemajuan. Kelak, sosok anak cemerlang akan menginspirasi adik-adiknya di desa. “Pendidikan itu, aksinya harus segera tetapi hasilnya harus menunggu,” kata dia menjelaskan . Selain Dedi, ada Zaki Laili Khusna, alumnus Pengajar Muda angkatan I di Kabupaten Paser. Saat ini, Zaki bekerja di sebuah lembaga non-profit yang fokus pada bidang pendidikan, yaitu HoshiZora Foundation. Misi besarnya adalah mendukung anak-anak untuk bermimpi setinggi mungkin dan memiliki kemauan untuk terus memperjuangkannya. Peran yang diambil Zaki pada sektor publik saat ini tak lepas dari refleksi atas perjalanan dirinya menempuh tangga pendidikan. “Pendidikan adalah investasi besar dan jangka panjang. Terjun langsung di dalamnya merupakan cara membayar hal yang telah saya peroleh untuk menjalani pendidikan. Saya telah ditolong lebih dulu,” ucapnya. Oleh: Rizki Amelia Fitriyani (Officer Development Program | rizki.amelia@ indonesiamengajar.org)
BLOG PENGAJAR MUDA
â&#x20AC;&#x2DC;BIBI LOPOâ&#x20AC;&#x2122; DAN CERITA BAHAGIA DARI OEULU Musim hujan datang tepat waktu di Oeulu, dusun penempatan saya yang terletak di timur Pulau Rote. Dalam sekejap, sabana-sabana tandus menghijau, aliran-aliran sungai yang sebelumnya kering mulai teraliri air dan gelombang di laut pun jadi tinggi karena angin Barat. Perubahan juga datang dari sekolah tempat saya bertugas, SD GMIT Oeulu. Namun, bukan cuaca atau iklim yang jadi penyebabnya, tapi sekawanan ternak yang dalam bahasa setempat kami sebut â&#x20AC;&#x2DC;Bibi Lopoâ&#x20AC;&#x2122;. ***
Kerja bakti warga sekolah untuk mendirikan pagar yang mengelilingi , SD GMIT Oeulu
pertukangannya untuk sambung menyambung mendirikan pagar. Sekarang, pagar tembok sedada di bagian depan sekolah memberikan kesan kokoh, pagar kayu tinggi yang mengelilingnya pun tidak kurang memberikan kesan aman dan nyaman. Nyaman yang mungkin berarti kenyataan bahwa pagar yang berdiri ini adalah buah kepedulian dan kerja sama setiap warga sekolah. Ada orang tua yang peduli bahwa setiap jam yang terbuang di pagi hari untuk membersihkan kotoran domba adalah percuma. Ada kepala sekolah dan guru-guru yang menyadari bahwa tenaga anak-anak yang terbuang setiap pagi untuk menyapu dan mengepel adalah tidak berharga dibandingkan tenaga yang dibutuhkannya untuk berkonsentrasi belajar.
Bibi Lopo adalah bahasa setempat untuk domba, yang adalah ternak peliharaan paling favorit diikuti babi, ayam, dan sapi pada peringkat di bawahnya.Selama dua tahun sekolah kami hanya dilindungi oleh Tapi ternyata, domba-domba ini pagar sementara Dengan bangga kami datang ke sekolah tidak hanya yang terbuat dari untuk meninggalkan kotoran tapi membagikan cerita rakitan bebak atau ini, yaitu saat setiap juga sebuah pesan penting untuk pelepah pohon lontar, kami memulai sebuah sekolah kami. yanghingga akhir perubahan dengan musim panas lalu, peduli. Kami memulai pertahanan sekolah kami berlubang di banyak penjuru. dengan pagar sambil terus menyongsong perubahan. Semua Alhasil, saat hujan, celah-celah ini dimanfaatkan oleh para untuk pendidikan. domba untuk masuk dan mencari perlindungan di bawah naungan atap sekolah. Tetapi ternyata, domba-domba ini Salam hangat dari Oeulu. datang ke sekolah tidak hanya untuk meninggalkan kotoran tapi juga sebuah pesan penting untuk sekolah kami. Pertanyaan sampai kapan kami harus melakukan kerja bakti membersihkan kotoran domba kemudian dijawab oleh Kepala Sekolah dan guru-guru dengan membuat sebuah rapat bersama Komite Sekolah dan para orang tua murid. Selanjutnya, hari membahagiakan itu datang, orang tua silih berganti datang ke sekolah membawa perkakas
Farli Sukanto ( Pengajar Muda angkatan VIII di Kabupaten Rote Ndao | @farlisukanto)
31
RUANG BELAJAR
ORIGOSISTEM BELAJAR ILMU SAINS DAN SOSIAL DENGAN KOLASE ORIGAMI
Selain menjadi media penyampai materi IPA, IPS, dan seni, Origosistem juga mampu mengasah keterampilan komunikasi dalam Bahasa Indonesia dan memupuk rasa percaya diri siswa untuk melakukan presentasi karya di depan kelas. Abstraksi rigosistem merupakan akronim dari origami dan ekosistem, sebuah bentuk pembelajaran kreatif untuk materi tematik kelas III. Materi ini meliputi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang mengenal makhluk hidup, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang lingkungan alam dan buatan, serta Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) tentang aplikasi seni rupa tiga dimensi. Origosistem juga mampu mengasah keterampilan komunikasi dalam Bahasa Indonesia dan memupuk rasa percaya diri siswa untuk melakukan presentasi karya di depan kelas. Tulisan ini akan membagikan pengalaman penulis dalam menerapkan metode Origosistem di SDN 10 Rambang (kelas jauh) Talang Airguci, Rambang, Muara Enim.
O
Latar Belakang Kondisi Kelas Peserta didik di SDN 10 Rambang (kelas jauh) umumnya punya kecerdasan kinestetik yang cukup bagus, baik motorik halus maupun kasar. Rasa ingin tahu terhadap hal baru juga sangat besar. Belajar di dalam kelas saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu mereka. Jumlah peserta didik kelas III ada 8 anak. Namun dalam praktiknya, kelas IV dan V juga ikut serta dalam proses pembelajaran karena faktor keterbatasan ruang kelas yang memadai. Jadi total peserta didik dapat melebihi 30 anak. Selain itu, ketiadaan buku paket juga menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik supaya mampu melakukan transfer materi dengan konkret. Karena itu, diperlukan aktivitas pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh siswa yang ada di kelas namun tetap menyasar tujuan pembelajaran. Tujuan Kegiatan Pengenalan makhluk hidup (ilmu sains) dan lingkungan alam serta buatan (ilmu sosial) kurang menarik apabila hanya melalui buku teks. Materi seperti ini seharusnya divisualisasikan, baik melalui foto maupun video. Peserta didik pun akan lebih mudah memahami apabila visualisasi dikombinasikan dengan pengalaman langsung melalui praktikum. Kali ini, pendidik mencoba dengan mengombinasikan berbagai macam bentuk origami dengan sistem kolase. Peserta didik akan mengenal berbagai macam klasifikasi makhluk hidup, mulai manusia, hewan, dan tumbuhan, dari aneka ragam bentuk origami. Mereka juga dapat belajar ilmu sosial tentang lingkungan alam dan buatan dengan mengombinasikan berbagai macam origami untuk membentuk sebuah ekosistem. Pendidik menggunakan Origosistem agar pembelajaran sains, sosial, dan seni rupa dalam tiga dimensi jadi asyik dan menyenangkan. Metode 1. Alat dan bahan 2. Kertas lipat 3. Karton â&#x20AC;&#x2DC;alfaboardâ&#x20AC;&#x2122; sesuai kebutuhan (dapat diganti dengan kardus bekas) 4. Plastik mika 5. Gunting/pisau pemotong (cutter) 6. Tip selofan dua sisi (doubletape) 7. Spidol
32
RUANG BELAJAR
LANGKAH KERJA
1
3
2
Alat dan bahan
Contoh origami yang dapat digunakan
4 Kolase
Penyelesaian
Pendidik menyiapkan alat dan bahan.
Ketiga Pendidik mengundang peserta didik untuk mengolaborasikan origami-origami itu dengan cara menempelkannya di atas papan alfaboard.
Kedua
Keempat
Pertama
Pendidik mengajak peserta didik untuk membuat berbagai macam bentuk origami yang dibutuhkan, mulai dari makhluk hidup yang meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan, sampai benda mati seperti rumah, mobil, pesawat, awan, dll. Pendidik mengajak peserta didik untuk menghias origami tersebut dengan spidol sesuai selera.
Siswa dan guru di kelas jauh SDN 10 Rambang berfoto bersama origosistem mereka.
FOTO-FOTO : DOK. IM/HANIF AZHAR
Pendidik meminta peserta didik untuk melapisi alfaboard yang sudah ditempeli origami dengan plastik mika. Kelima Origosistem sudah selesai. Pendidik bisa memberikan keterangan dengan kertas â&#x20AC;&#x2DC;post itâ&#x20AC;&#x2DC;, apabila diperlukan.
Pelajaran yang dapat diambil
1. Peserta didik mampu belajar ilmu sains dan sosial dengan cara yang asyik dan menyenangkan. 2. Meningkatkan kreativitas peserta didik dalam mengapresiasi dan mengaplikasikan seni rupa tiga dimensi, khususnya kolase dan origami. 3. Meningkatkan kemampuan komunikasi Bahasa Indonesia dan kepercayaan diri ketika presentasi hasil karyanya. 4. Pendidik juga dapat menyisipkan materi pembentukan karakter tentang sikap saling menghargai sesama makhluk ciptaan Tuhan, serta tentang lingkungan sehat dan tidak sehat.
33
Kesimpulan
Penulis merasa metode Origosistem sangat efektif untuk materi pembelajaran tematik karena mampu menghimpun materi ilmu sains, sosial, bahasa Indonesia, dan Seni Budaya Kesenian (SBK). Oleh: Hanif Azhar (Pengajar Muda Kabupaten Muara Enim tahun 2014-2015 | Sarjana lulusan Program Studi Desain Produk, ITS Surabaya)
Temukan lebih banyak artikel metode mengajar kreatif di portal Ruang Belajar! Klik belajar. indonesiamengajar.org dan gabung di grup Facebook Klub Ruang Belajar â&#x20AC;&#x201C; Indonesia Mengajar.
RESONANSI
KELAS INSPIRASI CUTI SEHARI, KETAGIHAN KEMUDIAN
Relawan Peduli Pendidikan mengisi kegiatan Ramadhan bersama Pengajar Muda, guru dan murid SDN 10 Rambang kelas jauh. DOK. IM/RPP
A
walnya, mereka bertemu dalam kegiatan Kelas Inspirasi Palembang 1 (KIP1) pada awal 2014 lalu. Sebagian tergabung dalam susunan panitia lokal (panlok), sebagian lainnya merupakan para relawan pengajar, yaitu mereka para profesional yang mau meluangkan satu hari untuk kembali ke kelas SD dan berbagi inspirasi tentang profesinya. Setelah kegiatan KIP1 selesai, masing-masing pribadi yang memiliki rasa kepedulian sama pada pendidikan ini pun berkumpul. Bersama-sama bertanya dan menjawab tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Lahirlah Relawan Peduli Pendidikan, yang lalu disingkat sebagai RPP, sebagai wadah bagi mereka untuk bergerak bersama untuk menuangkan gagasan ataupun tindakan bagi pendidikan di Palembang, dan Sumatera Selatan pada umumnya. RPP disepakati untuk tidak berdiri sebagai organisasi yang kaku dengan susunan kepengurusan yang sedemikian rupa. RPP hadir sebagai sebuah ruang yang lebih terbuka bagi anggota-anggotanya,
mereka yang terdiri dari mahasiswa, kalangan profesional dari berbagai bidang dengan rentang usia yang juga berbeda. Satu yang sama dari mereka semua, mereka peduli pada pendidikan di Sumatera Selatan. Jerni F. Sinaga, misalnya, merupakan seorang Senior Legal Officer di PT Bukit Asam Muara Enim. Sementara anggota lainnya, Dika Setiagraha, adalah mahasiswa tingkat akhir Jurusan Akuntansi, Universitas Sriwijaya. Beragamnya latar belakang anggota RPP, tidak menjadi halangan bagi mereka untuk bergerak bersama. Sampai sekarang, setidaknya tercatat ada sekitar 60-an anggota yang tergabung dalam RPP. Di sisi lain, keberagaman latar belakang itu justru menjadi kekuatan bagi RPP untuk lebih luas berjejaring dan mengajak lebih banyak lagi orang-orang untuk peduli pada pendidikan. Beberapa kegiatan yang pernah RPP lakukan, di antaranya datang ke sekolah-sekolah di Palembang untuk menyampaikan materi tentang pendidikan seks bagi anak-anak. Mereka juga tak segan berjalan jauh dan datang ke sekolah-sekolah
34
penempatan Pengajar Muda (PM) di Kabupaten Muara Enim dan Musi Banyuasin. Di antaranya, mereka pernah bergabung dan menjadi pemateri dalam Pesantren Kilat Ramadan di Talang Airguci, Desa Sugihan, Rambang, Muara Enim. November lalu, mereka kembali bersama-sama menjadi panitia lokal dan mengajak lebih banyak lagi orangorang di Palembang dan sekitarnya, untuk terlibat dalam gerakan Kelas Inspirasi Palembang 2 (KIP2). Kini, di antara kesibukan masing-masing anggotanya, RPP dan beberapa komunitas lain di Palembang sedang menginisiasi pendirian rumah singgah bagi anak-anak jalanan di Palembang. Rumah singgah ini, nantinya akan menjadi semacam ruang belajar bersama bagi anak-anak jalanan dan anak-anak dari daerah marginal di Palembang. Oleh: Syamrotun Fuadiyah (Pengajar Muda angkatan VIII di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan | @fuadiyah)
Ingin terlibat di Kelas Inspirasi? Silakan buka laman resminya kelasinspirasi.org dan ikuti informasi terbarunya di Twitter lewat akun @KelasInspirasi!
RESONANSI
KOMITE REKRUTMEN Untuk pertama kalinya saya kehilangan kata-kata. Saya kehilangan gagasan untuk menggambarkan apa yang saya hadapi dalam rapat Komite Rekrutmen (Komrek) Pengajar Muda X. Kepala saya dihujani mimpi yang dikejar Indonesia Mengajar. Saya tenggelam dalam antusiasme. Debar antusiasme yang sama, saya rasakan saat berada di Festival Gerakan Indonesia Mengajar 2013. Tepat tengah hari, para relawan berkumpul di tengah aula, menyaksikan pengibaran Sang Merah Putih di daerah penempatan melalui video. Upacara bendera paling khidmat yang pernah saya ikuti. Para relawan tak sekadar menghormati bendera di layar kaca, kami menatap satu tujuan yang sama. Upacara itu secara simbolik menyatukan kami. Apapun yang kami lakukan hari itu—menulis surat semangat, mengemas media belajar, merekam sharing profesi—demi satu tujuan yang sama: mendukung pendidikan di daerah-daerah dengan segala yang bisa dan kami pilih untuk dilakukan. ...dan pendidikan hanyalah awal perjalanan mimpi Indonesia Mengajar. Tinitis Rinowati, staf Indonesia Mengajar, menggambar lingkaran dampak gerakan Indonesia Mengajar di awal rapat Komrek X. Lingkaran pertama bermula dari Pengajar Muda (PM), berlanjut ke elemen sekolah, dan elemen masyarakat pada satu desa penempatan PM. Lingkaran terakhir ada pada pemerintah kabupaten. “Berikutnya, bukan hanya pengajar muda yang dikirimkan ke daerah, tetapi pegawai pemerintahan sendiri yang turun dan melihat realitas.” Perubahan perilaku, Tinitis menyimpulkan, perubahan perilaku
DOK. IM
KONTRADIKSI BERBAGI
Oleh: Vassilisa Agata | Relawan Komite Rekrutmen PM X | vassilisa.agata@ gmail.com
Rasa (kontradiksi) inilah yang terus mendorong para relawan untuk maju dan tetap rendah hati untuk berbagi dari akar rumput yang menggerakkan setiap individu hingga ke level paling berpengaruh. Adakah perubahan yang lebih besar daripada mengubah manusia? Setiap dari kita ada dalam lingkaran tersebut. Mendadak, ruangan yang berisikan segelintir relawan itu terasa begitu besar. Saya merasa begitu kecil dan menjadi bagian dari sebuah mimpi besar. Ada dorongan yang sama, yang menggerakkan setiap relawan ke tujuan yang sama. Antusiasme yang tercurah dalam ide-ide dan kegiatan. Setiap yang kita lakukan menyumbang untuk gerakan yang universal. “Indonesia Mengajar tidak berniat menyelesaikan semua permasalahan pendidikan, tetapi mengajak sebanyak mungkin pihak untuk ikut terlibat mendorong kemajuannya,” kata
35
Rahmat Danu Andika, PM I, saat Open House. Dalam keterlibatan itulah, Pengajar Muda dikirim mengajar di daerah, mendorong masyarakat lokal untuk mandiri mewujudkan perubahan. Kesempatan demi kesempatan dibuka untuk para relawan bergabung secara periodik— FGIM, Komite Rekrutmen, Kelas Inspirasi, Iuran Publik. Selama berpartisipasi di kegiatan Indonesia Mengajar, saya bertemu dengan banyak relawan, yang bahkan telah jauh berkecimpung dalam kegiatan sosial. Berada di antara mereka, saya menyadari sebuah paradoks: merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar, sekaligus merasa kecil. Apa yang saya lakukan mungkin tidak lebih berdampak dari mereka. Merasa penting dan tidak penting sekaligus, itulah kontradiksi berbagi. Kamu merasa bisa menyumbang sebuah perubahan, tetapi selalu ada perubahan yang lebih besar untuk dilakukan. Rasa inilah yang terus mendorong para relawan untuk maju dan tetap rendah hati untuk berbagi. Masih banyak, sangat banyak, yang bisa dilakukan setiap dari kita. Sesederhana berbuat segala yang kita bisa. Meskipun hanya menulis surat semangat, mengemas media belajar, atau datang dan berbagi ide saat rapat. Mari menjadi relawan, bukan karena kamu mampu, tetapi karena kamu mau berbagi dan mengambil kesempatan.
Informasi keterlibatan sebagai relawan Gerakan Indonesia Mengajar dapat diakses di indonesiamengajar.org/ dukung-indonesia-mengajar.
36