Nomor 4/Tahun IV Semester II 2013
Semesta Bergerak
untuk Pendidikan 1
KABAR IM | Semester II 2013
KILAS KABAR 3 TABIK
DEWAN REDAKSI PELINDUNG Hikmat Hardono Eko Suwardiyanto Nia Kurnianingtyas Yundriati Erdani PEMIMPIN Evi Trisna EDITOR PELAKSANA Shally Pristine REPORTER Rizki Saputri Fathania Queen Genisa Nadia Rizqi Cahyani DESAIN DAN TATA LETAK Nadia Rizqi Cahyani KONTRIBUTOR Ade Chandra Dimas Sandya Pani Vaspintra Rahmat Danu Andika Safira Ganis Bunga Ramadani (Maluku Tenggara Barat) Halida Mutiah (Paser) Thontowi Ahmad Suhada (Halmahera Selatan) KONTRIBUTOR FOTO Alfian WS Edward Suhadi Imang Jasmine Stephanus Metekohy Trisa Melati
4 6 12 14
19 20
Kiriman Semangat dari Jakarta
23 GALERI
KABAR UTAMA
24
Menyiapkan Keberlanjutan, Membangun Ruang Interaksi
WAWANCARA
27
CERITA SEMESTA
28 30
Bersama-sama, Semua Bisa Maju dan Mandiri Setiap Penjuru, Semua Elemen Ikut Maju
KABAR MITRA
Agen Perubahan untuk Pendidikan Kesamaan Visi Mendorong Sinergi
KABAR TERBARU
Kerja Bakti untuk Indonesia di FGIM
10
2
BLOG PENGAJAR MUDA
Menggerakkan Semesta, Pertaruhan Keberlanjutan Daerah
17 UMPAN BALIK
Kantor: Jl. Galuh II No.4 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telepon: 021-7221570 Faks: 021-7231430 www.indonesiamengajar.org info@indonesiamengajar.org Facebook: Indonesia Mengajar Twitter: @pengajarmuda
KABAR IM | Semester II 2013
DARI RUMAH INSPIRASI
22
32 33 34
KEMAS-KEMAS
Indonesia Mengajar Sebagai Sekolah Kepemimpinan
KABAR ALUMNI Belajar Tanpa Henti
RUANG BELAJAR
Berbagi Ilmu, Berbagi Inspirasi (Bukan) Ulangan Matematika
RESONANSI
Indonesia Menyala: Lebih dari Nyalakan Lilin Kelas Inspirasi: Ribuan Relawan Tergerak Cuti Demi Masa Depan Negeri Korps Donatur Publik: Pilar Penyokong Publik
35 OBITUARI
18
KABAR UTAMA
KABAR MITRA
Serentak Bergerak untuk Perubahan Pendidikan di Maluku Tenggara Barat
Dengan Hati, Belajar dari Mengajar
TABIK
Salam hangat dari Gerakan Indonesia Mengajar, Tidak terasa sudah tiga tahun kami bekerja bersama dengan ratusan Pengajar Muda yang kemudian bertemu dengan puluhan ribu anakanak dan masyarakat Indonesia yang luar biasa. Luar biasa semangat dan potensinya untuk maju. Selama tiga tahun, kami belajar dan tumbuh bersama. Kami menyaksikan tumbuhnya semangat berjuang anak-anak dan orang tuanya, para guru dan kepala sekolah bahkan pemerintah kabupaten untuk kemajuan pendidikan di daerahnya. Gerakan ini bukan hanya terjadi di 151 desa di 17 kabupaten tempat kami bekerja, tetapi juga menular ke ribuan relawan lainnya di berbagai kota yang terdorong untuk melakukan aksi nyata untuk pendidikan anak-anak Indonesia. Pada edisi ini, kami ceritakan pengalaman tiga tahun ini dan juga rancangan kerja ke depan yang kami susun berdasarkan proses selama ini, yang tentunya tidak terlepas dari kerja banyak pihak dan tak lepas juga dari berbagai kesalahan. Kami syukuri setiap proses ini, karena ini perjalanan
yang menguatkan keyakinan bahwa, terlepas dari berbagai tantangan, bangsa ini sesungguhnya punya jutaan harapan untuk maju. Semoga melalui buletin ini, kita semakin selaras dalam bergerak dan terus terbuka untuk saling memberi dukungan dan masukan. Tantangan menggunung masih di depan mata, seperti bagaimana memastikan keberlanjutan dampak yang sudah dicapai selama ini dan memperluas gerakan ini. Tapi kami yakin dengan satu hal: tidak ada kata menyerah atau mundur dan tidak ada pilihan selain tetap bekerja untuk kemajuan republik ini. Tabik,
Evi Trisna
Kabar Indonesia Mengajar adalah buletin reguler yang diterbitkan Gerakan Indonesia Mengajar. Redaksi Kabar Indonesia Mengajar menerima kiriman tulisan, tanggapan dan masukan dari pembaca. Alamatkan kiriman Anda ke alamat email info@indonesiamengajar.org dengan mencantumkan [Kabar IM] pada subjek.
3
KABAR IM | Semester II 2013
Pengajar Muda hadir di daerah untuk menjembatani relasi antaraktor: siswa, guru, kepala sekolah, masyarakat, dan pemerintah daerah
DARI RUMAH INSPIRASI
Menggerakkan Semesta, Pertaruhan Keberlanjutan Daerah
“
Saat artikel ini ditulis, 52 Pengajar Muda Angkatan VII sudah resmi dilantik untuk bertugas di tahun keempat di tiap desa dan daerah penempatan Indonesia Mengajar. Mereka berangkat pada 21 Desember 2013 ini untuk bertugas selama satu tahun di 52 sekolah dan desa di tujuh kabupaten.
Y Hikmat Hardono, Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar (hikmat.hardono@indonesiamengajar.org)
a, mereka akan melanjutkan estafet tiga angkatan terdahulu—angkatan VII menggantikan angkatan ganjil sebelumnya—untuk membentuk apa yang kami sebut sebagai keberlanjutan daerah. Setahun ke depan, mereka tidak hanya akan mengajar—dalam tugas formal sebagai guru sekolah dasar—tetapi akan mengerjakan mandat dasarnya sebagai penggerak masyarakat dalam berbagai model peran di lapangan. Tahun keempat? Iya, pada angkatan VII ini, Indonesia Mengajar akan memulai kerja pada masa penugasan tahun keempat di semua desa dan kabupaten. Sedari awal, cita-cita Indonesia Mengajar bukan hanya ‘mengisi kekurangan guru’ semata, tetapi memang memimpikan bahwa seluruh masyarakat Indonesia bergerak dalam berbagai perannya bagi kemajuan pendidikan.
KABAR IM | Semester II 2013
4
DARI RUMAH INSPIRASI Karena itu pula, cita-cita kami di tiap desa dan kabupaten adalah adanya keberlanjutan di entitas yang dimaksud. Keberlanjutan terletak ketika semua orang bergerak dan terlibat dalam kemajuan pendidikan, dengan atau tanpa Pengajar Muda yang bertugas di sana. Suatu daerah dapat disebut berlanjut ketika dalam hari-hari biasa di tempat-tempat itu, masyarakat yang ada dapat mengelola pendidikan dengan baik dan mengatasi berbagai tantangan atau masalah yang ada dengan kapasitas mereka sendiri. Tidak perlu bantuan, tidak perlu instruksi dari pusat, tidak perlu inspirasi dari orang lain. Kepercayaan diri adalah hak milik mereka; dan kecerdikan untuk mengatasi tantangan menjadi kapasitas dasar mereka. Studi kami yang menggunakan alat berupa Capaian Dambaan (Outcome Mapping) dan Cerita Perubahan (Most Significant Changes) selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa perubahan perilaku yang menjadi ciri kemandirian telah menguat di seluruh desa dan kabupaten. Umumnya, perubahan paling signifikan tampak di perilaku siswa dan guru. Di beberapa daerah, aktor-aktor di tingkat kabupaten juga telah tumbuh menguat dan bahkan menciptakan berbagai inisiatif daerah yang kuat. Di Halmahera Selatan, misalnya, para pemimpin Pemerintah Kabupaten membangun berbagai inisiatif, salah satunya Gerakan Desa Cerdas untuk mengisi kekurangan guru di pulau-pulau lain di sana. Hebatnya, inisiatif di berbagai kabupaten ini unik dan terlepas dari pendekatan model tunggal yang selama ini ditawarkan oleh solusi nasional. Mereka merumuskan sendiri dan percaya diri untuk membangun inisiatif dengan cara-cara dan sumber daya yang mereka miliki.
kuat dan mandiri. Para Pengajar Muda ini juga bekerja tajam dan mendalam—dan bukan melebar namun tipis—di desa dan kabupaten itu, masuk dalam jantung tantangan pendidikan negeri ini, yaitu perilaku aktor-aktor masyarakat di suatu wilayah. Dan tiga kata—intensif, mendalam, dan tanpa henti—itu maknanya sederhana; kerja keraslah yang menciptakan keajaiban. Bagi Indonesia Mengajar, keberlanjutan adalah pertaruhan penting. Masa depan republik pada dasarnya tersusun oleh lapis-lapis generasi yang setiap tahun lahir dan tumbuh perlahan menjadi fundamen bagi negeri ini. Saat ini jumlah siswa kita 49 juta anak; dan merekalah—bersama adik-adik yang akan terus lahir—Indonesia masa depan itu. Kami memilih memulainya dari ujung-ujung republik dan hanya akan berhenti ketika desa-desa dan kabupaten itu siap terbang membangun kemajuannya sendiri—maupun bersama desa-desa lain di bagian lain negeri ini. Namun tentu itu tidak pernah cukup. Pertaruhan besar itu harus diisi pula dengan terlibatnya desa-desa dan kota-kota lain di Indonesia. Semua orang harus terlibat, bukan hanya desa-desa itu yang bergerak. Karena itu pula kami terus membuka diri untuk mengajak siapapun untuk bergerak dalam berbagai model inisiatif serta di berbagai wilayah sesegera mungkin. Tidak perlu berdebat panjang soal nama, soal banner, soal logo, dan aspek seremonial lain: segera berbuat dan serentak bergerak. Menggerakkan semesta memang tidak pernah mudah. Namun rumus dasar sejak dulu selalu sama: mulailah lebih dahulu, berilah lebih dari yang diminta.
Tentu saja tidak ada yang tiba-tiba dari munculnya dampak tersebut. Kuncinya ternyata sederhana; bahwa kita bekerja intensif, mendalam, dan tanpa henti. Selama tiga tahun ini para Pengajar Muda bekerja tanpa henti sepanjang tahun di daerah-daerah itu. Pagi-siang mengajar di sekolah, sore dan malam membangun berbagai inisiatif kelas tambahan atau pembelajaran masyarakat lain. Mereka juga bekerja intensif mendampingi aktoraktor pendidikan di kabupaten itu untuk terus belajar dan berkembang bersama membangun jejaring pendidikan yang
5
KABAR IM | Semester II 2013
KABAR UTAMA
Menyiapkan Keberlanjutan, Membangun Ruang Interaksi Indonesia Mengajar percaya bahwa interaksi adalah salah satu bagian penting dari ikhtiar untuk mendorong perubahan perilaku di daerah. Pengajar Muda selama bertahun-tahun telah dan sedang mengupayakan interaksi tersebut terjadi di level jangkauan mereka masing-masing.
CAKUPAN DAMPAK GERAKAN INDONESIA MENGAJAR TAHUN 2010-2013
Pemerintah Gerakan Relawan 1.759 guru
23.166 siswa
367 Pengajar Muda Inisiator dan penggerak perubahan berkelanjutan 17 Dinas Pendidikan di 16 Propinsi
161 kepala sekolah
KABAR IM | Semester II 2013
6
Komunitas Pendidikan
Media
Komunitas pendukung di perkotaan
Orang tua/masyarakat di 151 desa dan 85 kecamatan
KABAR UTAMA
Anak-anak di Talang Air Guci, Muara Enim menjalin persahabatan dengan anak-anak di Bima lewat perantara surat
O
rang tua murid yang kemudian datang ke sekolah dan berbicara dengan guru, kepala sekolah yang mendengarkan siswa dan gurunya, guru yang saling belajar dengan guru lainnya, siswa yang saling berkirim surat dengan sahabat penanya di ujung republik yang lain. Semua interaksi itu kemudian mendorong proses saling memahami dan mendengarkan antar satu pihak dengan pihak lain. Inilah yang kemudian dimaknai sebagai ‘ruang interaksi’. Sebuah istilah yang merujuk kepada ruang imajiner yang disatukan oleh kesempatan dan tujuan yang sama, melampaui batas-batas materiil. Pada awal tahun ini, Indonesia Mengajar melakukan refleksi yang cukup dalam dan menyadari pentingnya menjawab sejumlah pertanyaan besar. Apakah mitra di daerah sudah berada pada ‘kapal’ yang sama dengan Indonesia Mengajar dan sejauh mana mereka mengetahui arah berlayar? Refleksi kemudian mengalir ke pertanyaan yang lebih jauh, yakni seberapa jauh semua mitra di daerah tersebut saling mengenal dan
sejauh mana mereka memandang cita-cita bersama? Yang juga penting adalah mengetahui seberapa dalam Indonesia Mengajar dan mitra daerah bisa saling merayakan usaha kolektif menuju perbaikan pendidikan di daerah. Banyak pertanyaan tersebut kemudian melahirkan sebuah ruang interaksi di level nasional pertama yaitu Lokalatih Keberlanjutan Kemajuan Pendidikan di Daerah. Pada tanggal 4-6 Juni 2013, Indonesia Mengajar mengundang perwakilan semua Kepala Dinas Pendidikan yang menjadi mitra langsung selama ini untuk hadir di Jatiluhur, Purwakarta. Kegiatan ini bertepatan dengan Pekan VI Pelatihan Intensif Pengajar Muda Angkatan VI yang sedang dilaksanakan di lokasi yang sama. Pada kesempatan tersebut, para perwakilan dinas pendidikan di daerah duduk bersama Indonesia Mengajar untuk menemukan benang merah cita-cita pendidikan untuk daerah mereka masing-masing. Kesemuanya sepakat bahwa yang mereka inginkan
7
KABAR IM | Semester II 2013
KABAR UTAMA
adalah pendidikan terbaik bagi generasi masa depan. Forum yang berlangsung selama tiga hari tersebut kemudian diakhiri dengan pembuatan sebuah rencana aksi bersama yang prosesnya difasilitasi oleh praktisi pendidikan Ibu Itje Chodidjah. Lokalatih sebagai ruang interaksi memberikan kesan yang mendalam baik bagi peserta maupun juga Indonesia Mengajar sendiri. Ada sebuah rasa optimistis bahwa setiap daerah, walaupun dengan garis start yang berbeda-beda, telah berupaya menuju perbaikan itu. Selepas Lokalatih, beberapa daerah yang diwakili oleh dinas pendidikan mulai bergerak lebih cepat dan terarah. Ide-ide segar yang didapat dari kesempatan saling berbicara dan mendengarkan pada Lokalatih dimanifestasikan dalam bentuk yang menarik oleh tiap-tiap daerah di daerahnya masing-masing. Kabupaten Maluku Tenggara Barat —dengan memodifikasi Pelatihan Intensif Pengajar Muda sesuai kebutuhan— telah memulai pelatihan intensif guru untuk guru-guru terpilih di kabupaten perbatasan tersebut. Sedangkan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Banggai menggalakkan Dikpora Mengajar untuk mendorong pejabat dan staf di lingkungan untuk turun ke sekolah-sekolah dan merasakan langsung bagaimana hiruk pikuknya suasana belajar mengajar di kelas-kelas. Di daerahdaerah lain, inisiasi muncul dengan bentuk dan
Kesemuanya sepakat bahwa yang mereka inginkan adalah pendidikan terbaik bagi generasi masa depan.
KABAR IM | Semester II 2013
8
intensitas yang berbeda, namun satu hal, semuanya sedang bergerak. Dengan pengalaman membangun interaksi antara dinas pendidikan di tiap daerah mitra, Indonesia Mengajar mulai melihat perlu ada peningkatan kualitas interaksi dalam hal kedalaman. Pilihannya adalah kemudian mendedah aktor-aktor utama yang berpengaruh di level kabupaten, aktor-aktor yang ternyata tidak pernah saling berbicara dan mendengarkan dalam tatanan yang mencerahkan. Maka mulailah kemudian bayangan-bayangan interaksi tersebut didiskusikan dalam tim internal Indonesia Mengajar dengan melibatkan fasilitator-fasilitator pemberdayaan masyarakat. Temuan dari diskusi-diskusi internal tersebut adalah bahwa Indonesia Mengajar perlu memastikan bahwa baik di level nasional, kabupaten hingga desa terbentuk ruang-ruang interaksi yang saling memengaruhi dan menguatkan. Indonesia Mengajar memulainya dengan satu kabupaten di Laut Banda, Halmahera Selatan. Halmahera Selatan adalah satu dari lima kabupaten penempatan awal Pengajar Muda Indonesia Mengajar dan memiliki kesediaan waktu yang cukup untuk bisa
KABAR UTAMA
semua orang dan kemudian merumuskan mimpi yang juga akan dicapai semua orang. Forum ini berusaha memastikan bahwa semua pihak menjadi percaya diri atas kemampuan mereka sendiri dan mau bekerjasama dengan pihak lainnya untuk mencapai mimpi yang lebih besar dan bahwa saling berbicara dan mendengarkan adalah proses yang menyenangkan dan tidak mengintimidasi.
Para pemangku bidang pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan saat mengikuti forum pendidikan
menjadi tuan rumah bagi pilot project ini. Bertempat di Ruang Serba Guna Labuha, Forum Kemajuan Keberlanjutan Pendidikan di Halmahera Selatan digelar pada 20 November lalu. Forum ini dihadiri oleh seluruh kepala sekolah penempatan Pengajar Muda, perwakilan guru dan masyarakat dari desa penempatan Pengajar Muda dan juga dihadiri oleh jajaran Dinas Pendidikan Halmahera Selatan, DPRD Halmahera Selatan, perwakilan pemuda dan media serta pejabat di level pemerintahan daerah Kabupaten Halmahera Selatan. Untuk pertama kalinya, semua pihak yang selama ini saling kait-mengait dalam dinamika pendidikan di Halmahera Selatan, duduk bersama dalam kapasitas yang sama besarnya. Forum inilah salah satu bentuk penafsiran Indonesia Mengajar atas ruang interaksi di level kabupaten. Dengan pendekatan Appreciative Inquiry, forum diajak untuk bergerak berdasarkan tujuan bukan masalah, mendiskusikan peran bukan solusi, dan mendahulukan kekuatan di atas keterbatasan. Ruang interaksi yang mendorong terciptanya apresiasi atas keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai
Tahun 2014 akan menjadi tahun yang penting. Para Pengajar Muda, terutama angkatan yang berada di tahun keempat, akan memulai untuk mendorong terciptanya ruang-ruang interaksi lain di
semesta yang jauh lebih kecil sekaligus lebih kompleks, di desa penempatan mereka masing-masing. Sepanjang tahun 2014, kita akan melihat munculnya banyak bentuk ruang-ruang interaksi di setiap titik di daerah. Ruang-ruang inilah yang memastikan bahwa setiap orang yang ada di dalamnya saling berbicara dan mendengarkan lalu bergerak bersama memajukan pendidikan demi generasi masa depan kita.
!
Mari bangun lebih banyak Ruang Interaksi!! Untuk tahu lebih lanjut tentang Lokalatih atau aksi lainnya, silakan hubungi Pengajar Muda atau kirim email ke alamat r.andika@ indonesiamengajar.org.
Ditulis oleh Ade Chandra, Deputi Manajer Bidang Pengelolaan Daerah Indonesia Mengajar. Mulai Januari 2014, Ade akan melanjutkan studi masternya di program Public Policy Australia National University. (Twitter: @adcndra)
9
KABAR IM | Semester II 2013
KABAR UTAMA
Untuk pertama kalinya, guru perwakilan semua SD di MTB berkumpul di pelatihan ini.
Serentak Bergerak untuk Perubahan Pendidikan
di Maluku Tenggara Barat Saumlaki, 23 November 2013 yang lalu, sebuah pemandangan yang tidak biasa terlihat pada tengah malam. Pemandangan itu adalah long march yang diikuti oleh 112 guru berseragam merah-hitam yang diadakan di ibukota kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Malam khidmat itu diwarnai teriakan penuh semangat menyebut ‘Indonesia’.
I
ring-iringan yang dimulai dari area reklamasi Pasar Omele dan berakhir di halaman kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten MTB, menjadi ritual awal pengukuhan ke-112 guru tersebut. Adalah Angkatan Pelopor, sebutan bagi guru-guru muda, kreatif, dan energik yang mewakili seluruh Sekolah Dasar (SD) di kabupaten MTB. Mereka mengikuti pelatihan intensif yang meliputi aspek intelektual, fisik, dan mental selama kurang lebih empat minggu. Pelatihan Intensif Pengembangan Kompetensi Guru SD Kabupaten MTB ini adalah buah dari kerja keras para aktor dan pemangku kepentingan di MTB, khususnya
KABAR IM | Semester II 2013
10
Dinas Pendidikan. Pelatihan ini dicetuskan untuk menjawab berbagai keresahan yang muncul mengenai kualitas pendidikan, khususnya kualitas tenaga pendidik di MTB. Maka dari itu, Dinas Pendidikan memilih satu guru yang mendapatkan sertifikasi dan memiliki keunggulan kompetensi mengajar untuk bergabung dalam sebuah komunitas belajar selama satu bulan penuh. Untuk pertama kali, guru dari semua SD di Tanimbar mendapat kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan intensif semacam ini. Acara pelatihan ini menghadirkan pelatih-pelatih profesional dari Jakarta, Surabaya, dan Ambon. Seperti
KABAR UTAMA Zulfikri Anas dari Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Irene Y. Mongkar dari Universitas Pattimura Ambon, serta Anna Budiatmi dan Farida Wulandari dari Sekolah Global Mandiri. Selama pelatihan, para peserta tinggal di salah satu bangunan di Pasar Omele Saumlaki, sedangkan untuk ruang belajar, peserta menggunakan Gedung Kesenian. Walaupun fasilitas yang tersedia di bangunan ini sederhana, tetapi peserta begitu antusias dan bersemangat mengikuti pelatihan. Farida Wulandari, yang merupakan trainer pada minggu kedua, menyatakan rasa kagum atas antusiasme para peserta, termasuk dengan cara mereka menanggapi fasilitas yang ala kadarnya, “Mereka luar biasa. Mereka bilang: jangankan tidur seadanya, tidur di hutan pun kita mau demi mendapat ilmu,” ungkap Farida. Sepuluh orang fasilitator juga mendukung pelatihan intensif ini, ialah enam orang Pengajar Muda MTB dan empat orang staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Di minggu pertama pelatihan, peserta diarahkan untuk mengerti dan memahami lebih dalam mengenai filosofi pendidikan. Meskipun baru pertama kali dikenalkan dengan kurikulum yang baru, peserta pelatihan sudah dapat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik, lalu mempraktikkannya dalam sebuah micro-teaching. Selain itu, di minggu ini peserta juga dikenalkan tentang kecerdasan majemuk dan Brain-Based Teaching sebagai sebuah prolog bagi pembelajaran kreatif.
Para peserta mempraktekkan pembelajaran sains kreatif
Kemudian di minggu kedua, peserta diajari berbagai metode pembelajaran kreatif dan metode pembelajaran calistung Glenn Doman. Setelah peserta sudah cukup dibekali dengan teknik pedagogis kreatif, maka di minggu ketiga, para peserta diarahkan untuk dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu yang telah didapat melalui Praktik Pengalaman Mengajar (PPM). PPM ini diadakan di delapan SD yang berada di kota Saumlaki dan melibatkan 16 pengawas di lingkungan Kabupaten MTB dan UPTD Tanimbar Selatan sebagai assessor. Pada akhir minggu para peserta diajak untuk membuat pentas seni. “Mereka semangatnya luar biasa. Kalau disuruh maju ke depan, mereka pasti berebutan. Jadi, kalau yang disuruh maju sepuluh orang, jadinya malah 15 atau 20,” tutur Farida lagi. Kemudian pada minggu terakhir, para peserta sukses menyelenggarakan Kegiatan Belajar dan Bermain (KBB) dengan mengundang dua ratus siswa SD di Saumlaki. Dengan mengusung semboyan “Sebulan belajar, seumur hidup terinspirasi”, salah satu kabupaten di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia itu kini diwarnai oleh sebuah gerakan pendidikan yang didukung penuh oleh pemerintah daerah, demi berhembusnya angin perubahan positif bagi wajah pendidikan di MTB.
Ditulis oleh Bunga Ramadani, Pengajar Muda Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2013-2014 (Twitter: r_bunga) dan Nadia Rizqi Cahyani, Internee di Divisi Public Engagement (nadiaarizqi@gmail.com).
Kegiatan Belajar dan Bermain (KBB) di minggu terakhir pelatihan
11
KABAR IM | Semester II 2013
WAWANCARA
Kabupaten Halmahera Selatan
Bersama-sama, Semua Bisa Maju dan Mandiri
Membicarakan masalah pendidikan memang tidak ada habisnya. Namun jika hanya dibicarakan, maka permasalahan itu tidak akan bisa selesai. Dari sinilah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Iswan Hasyim, bergerak untuk mengajak para stakeholder pendidikan supaya duduk mendiskusikan permasalahan dan menyelesaikannya bersama-sama. Iswan menuturkan kesan, pengalaman, dan harapannya ketika diwawancarai oleh Nadia Rizqi Cahyani dari Indonesia Mengajar. Apa tantangan utama pendidikan di Halsel? Kami ini kan wilayah laut, wilayah kepulauan. Pulaupulau terpisah-pisah, terdiri dari 249 desa yang menyebar di seluruh wilayah dengan komposisi 80% lautan dan 20% daratan. Jadi itu tantangan (pertama), soal wilayah. Yang kedua, memang ketersediaan guru masih kurang. Padahal jumlah desa kami juga cukup banyak. Sekolah dasar saja memiliki 321 satuan pembelajaran. Kemudian SMP memiliki sekitar delapan puluhan satuan pembelajaran, sementara yang SMA memiliki sekitar lima puluhan satuan pembelajaran. Jadi kita memiliki hampir lima ratus satuan pembelajaran yang tersebar di seluruh wilayah di 249 desa, dengan kondisi wilayah 20% daratan. Akses perhubungan transportasi juga menjadi tantangan yang luar biasa bagi kami, karena cukup menyulitkan dalam hal pekerjaan dan komunikasi. Melihat perjalanan selama tiga tahun ke belakang sejak pertama kali kedatangan Pengajar Muda,
KABAR IM | Semester II 2013
12
apa yang telah dicapai—terlepas dari tantangantantangan tersebut? Saat ini kami sedang mencoba melaksanakan program satu kelas satu guru. Pemerintah Daerah (Pemda) mengangkat tenaga guru bantu kurang lebih hampir 3.000 orang yang kami sebarkan di seluruh wilayah (Halsel) untuk memenuhi harapan guru dengan program Desa Cerdas, dengan prioritas satu kelas satu guru. Kami juga mencoba untuk mengirim guru-guru yang berprestasi, sebagaimana kami termotivasi dan terinspirasi dari Gerakan Indonesia Mengajar dengan tenaga-tenaga Pengajar Muda. Kami, dengan Gerakan Desa Cerdas, mengirim guru-guru berprestasi ke desadesa. Kehadiran teman-teman Pengajar Muda juga menyebabkan saat ini kami punya anak-anak yang sudah bisa bersaing sampai tingkat internasional. Ada beberapa yang menang. Ini membuktikan bahwa anak-anak kami, walaupun di mana saja, pasti mereka punya potensi kuat untuk bisa bersaing.
WAWANCARA
Kami di sini juga mencoba terbiasa melibatkan warga sekolah serta para stakeholders pendidikan. Kami juga sudah menyeleksi kepala sekolah, sehingga manajerial kepala sekolah (dapat dilakukan) bersama-sama dengan masyarakat desa dengan dikeluarkannya instruksi bupati terhadap pemerintah desa untuk turut serta dalam rangka upaya memberantas putus sekolah. Para pengajar PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) telah membuka semua satuan pelajaran yang ada di desa untuk memastikan bahwa semua anak yang masuk SD terlebih dahulu melalui PAUD. Selain itu kami juga mengadakan TOT (Training of Trainer). Paling tidak teman-teman yang ada di kabupaten kita ini, memiliki ketersediaan trainer tersendiri. Ketersediaan tersebut setidaknya lebih banyak, sehingga dapat lebih cepat dalam melakukan pelatihan bagi teman-teman di wilayah atau di desadesa. Untuk forum pendidikan, kami (menggelar) pertemuan-pertemuan untuk membahas masalah pendidikan secara rutin paling lambat sebulan sekali. Juga pertemuan dengan seluruh kepala sekolah. Kemudian pertemuan guru-guru di MGMP, KKG, semua itu sudah kami aktifkan.
Sejak 2010, Indonesia Mengajar mengirimkan Pengajar Muda ke Halmahera Selatan. Hingga saat ini, sebanyak 36 Pengajar Muda telah dan sedang bekerja bersama pemangku kepentingan demi kemajuan pendidikan di sana. Tahun 2013, PT Pertamina mendukung pengiriman Pengajar Muda ke delapan SD di Halmahera Selatan guna mendorong terciptanya dampak berkesinambungan bagi kabupaten berlambang Saruma itu. Pembelajaran apa yang dapat dipetik dari pengalaman-pengalaman ini? Di awal kami punya banyak anak-anak yang tidak memiliki rasa percaya diri, guru-guru banyak yang kehilangan jati diri. Tapi perlahan dan pasti, saya melihat perubahan di wajah anak-anak negeri, paling tidak mulai menampakkan bahwa kami dan anakanak—walaupun berada di Halsel—sebenarnya tidak kalah dengan anak-anak yang berada di luar sana.
Teman-teman guru ternyata bukan tidak bisa, tetapi selama ini mereka tidak pernah tahu bagaimana mereka seharusnya mengambil peran dalam proses pembelajaran. Perlahan tapi pasti, perubahanperubahan itu mulai ada. Karena sekali guru-guru itu mulai mencoba untuk belajar dan berubah, saya melihat ada Iswan Hasyim, Kepala Dinas Pendidikan pembelajaran Kabupaten Halmahera Selatan yang terus berkesinambungan untuk lebih mantap lagi. Apa yang ingin Bapak bagikan ke daerah lain? Saya ingin menyampaikan, bahwa pendidikan itu harus menggerakkan semua stakeholder, masyarakat, baik guru ataupun siapa saja yg merasa bertanggung jawab memajukan pendidikan ini. Memang harus kita gerakkan bersama-sama. Adapun berbagai peran dari lembaga dan lainnya, yang punya perhatian di dunia pendidikan, harus diberi respons dan ruang yang seluas-luasnya dan sebesarbesarnya karena kita butuh banyak tangan untuk membenahi pendidikan. Semua daerah pasti bisa, dan saya yakin semua daerah menginginkan pendidikan di daerahnya maju. Cuma terkadang peran-peran ini banyak yang kita tidak lakukan sama-sama. Tidak bisa hanya dalam bentuk menyelesaikan satu program, tidak dapat dalam bentuk memenuhi satu kegiatan, tetapi kita harus menggerakkan. Bahwa ini —dunia pendidikan— merupakan nafas kehidupan bangsa ini. Kalau ini tidak ada kita semua bisa mati. Harapan ke depan? Semoga dua tahun ke depan ini, kami betul-betul bisa bergerak secara mandiri. Terinspirasi lewat Gerakan Indonesia Mengajar ini, kami bisa mengubah paradigma baik dari pengajar, maupun para pegiat pendidikan lainnya, bahkan para orang tua, untuk maju bersama bergandengan tangan menggerakkan pendidikan di Halsel menjadi lebih baik lagi.
13
KABAR IM | Semester II 2013
CERITA SEMESTA
peta daerah penempatan INDONESIA
Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nangroe Aceh Darusalam
Kabupat Provinsi Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau
Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat
Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan
Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur
Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung Pulau Bawean Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur
Kabupaten Lebak Provinsi Banten
Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat
Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kabupaten Provinsi Nu
DI Setiap Penjuru, Semua Elemen Ikut Maju
“
Gerakan Indonesia Mengajar bercita-cita bahwa Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang tergerak dan ikut bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
K
hususnya dalam pendidikan dasar, semua elemen masyarakat dan pemerintah saling mendukung untuk memajukan pendidikan di wilayahnya masing-masing. Secara umum masyarakat Indonesia aktif dalam gerakan kemajuan pendidikan yang lebih luas. Selain itu, Gerakan Indonesia Mengajar juga bercita-cita agar Indonesia memiliki jejaring kepemimpinan yang memahami realitas bangsa Indonesia sampai di tingkat akar rumput sekaligus terlatih melakukan berbagai inisiatif di tingkat akar rumput, serta menjembatani masyarakat di berbagai pelosok tanah air dengan pusat-pusat kemajuan. Waktu bergulir, selama beberapa tahun belakangan ini Indonesia Mengajar menyaksikan potongan-potongan cerita perubahan positif itu terus muncul dari setiap penjuru republik ini.
KABAR IM | Semester II 2013
14
CERITA SEMESTA
MENGAJAR
Penggerak di Jantung Pedalaman Borneo Walau berada di hulu Sungai Kapuas, komunitas sekolah di sana tak merasa terpencil dan minder. Bersama Pengajar Muda, mereka memulai langkah perubahan yang, katanya, sulit, menjadi sesuatu hal yang mungkin untuk dirintis.
ten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara
Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara
Lantas semua elemen ikut bergerak serentak, ikut berbuat aksi nyata. Siswa, guru, kepala sekolah, masyarakat. Mereka bekerja sama, mendorong kemajuan pendidikan di sana, mencerdaskan kehidupan warganya. Salah satunya adalah Komariah, gadis berusia 19 tahun yang cerdas, energik, baik hati, dan sederhana. Dua tahun yang lalu dia sudah lulus SMA, tetapi belum bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.
Kabupaten Fakfak Provinsi Papua barat
Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku
n Rote Ndao usa Tenggara Timur
Guru Yuni yang Perhatian Di SDN 01 Labuan Kananga, Tambora, Kabupaten Bima ada seorang guru muda yang energik dan openminded, Bu Yuni namanya. Walaupun Bu Yuni hanya berijazah SMA, namun semangatnya untuk belajar dan mengajar terus terpancar dari dirinya. Keberadaan Pengajar Muda benar-benar dimanfaatkan olehnya sebagai sarana belajar dan informasi, khususnya mengenai metode belajar. Bu Yuni berusaha menerapkan dan meniru apa yang Pengajar Muda praktekkan di dalam kelas—mulai dari pengelolaan kelas, hingga pencatatan perkembangan murid kelas I.
“Saya malu dengan Ibu. Ibu yang bukan orang asli dari daerah ini, jauh-jauh datang ke sini, begitu semangat mengajar anak-anak. Padahal di desa tidak ada sinyal telepon, tidak ada listrik juga. Sedangkan saya putra daerah dari desa ini, saya merasa belum melakukan apa-apa untuk desa ini.” Ini adalah ungkapan tulus yang Kokom utarakan kepada Pengajar Muda yang ditempatkan di desanya, Lebih dari sekadar peduli, akhirnya Kokom ikut berkontribusi nyata. Dia turun menjadi salah satu guru bantu di SMP Satu Atap di Landau Badai, Kabupaten Kapuas Hulu yang kekurangan tenaga pengajar. Ketika Pejabat Dinas Turun Mengajar Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Pemerintah Kabupaten Banggai menggelar Dikpora Mengajar. Kegiatan ini mengajak staf struktural dan fungsional Dinas Dikpora untuk jadi guru sehari di lima SD di Kabupaten Banggai. Hari itu mengesankan tidak hanya bagi guru, kepala sekolah dan UPTD kecamatan tuan rumah,
Hasilnya luar biasa, pada akhir semester Ibu Yuni dapat menghapal satu persatu karakter muridnya dan juga berhasil membuat hampir seluruh kelas bisa membaca dan berhitung— sebuah hal yang sulit bagi anak kelas I di sana.
Komariah, bersama muridnya di Landau Badai
15
KABAR IM | Semester II 2013
CERITA SEMESTA tetapi juga bagi siswa. Selain bertujuan memberikan inspirasi bagi murid-murid yang kedatangan ‘guru’ dari ibukota, Dikpora Mengajar juga bertujuan untuk mengajak para pembuat kebijakan pendidikan di Banggai untuk berinteraksi langsung dengan realitas di ruang-ruang kelas. Dalam perspektif ini, Dikpora Mengajar adalah salah satu tanda perubahan dukungan komunitas pendidikan menjadi lebih aktif, yang harapannya akan bermuara pada tercapainya pendidikan bermutu di semua jenjang. Kerja Bakti di Ujung Barat Negeri Masyarakat Desa Sidomulyo, Kecamatan Kutamakmur, Kabupaten Aceh Utara bahu membahu merintis terbentuknya ‘SMA persiapan’ yang merupakan bagian dari SDN 16 Kutamakmur. Mereka berusaha keras agar SMA persiapan ini diresmikan menjadi sekolah negeri dan mendapat bantuan fasilitas dari pemerintah.
dan pengambilan gambar sebelum memproduksi video dokumenter pendek berjudul “Sang Penyampai Pesan”.
Nasib pendirian sekolah sempat tak jelas kabarnya. Hingga Abah, tokoh masyarakat yang juga bapak piara Pengajar Muda, berinisiatif untuk melacak kembali proposal yang sudah pernah dikirim ke pemerintah. Pada akhirnya SMA persiapan ini terpilih menjadi satu di antara 42 sekolah di seluruh Indonesia yang akan menerima dana pembangunan. Ini adalah hasil kerja bakti masyarakat yang optimis.
Saat masa penentuan pemenang, film yang mengangkat tema tentang kearifan lokal budaya komunikasi di Bengkalis itu berhasil meraih Juara II. Di bawah bimbingan Pengajar Muda dan Pak Julianto, salah seorang guru SDN Ketam Putih 57, juga dukungan Kepala Sekolah dan guruguru lainnya, ketiga murid ini telah berhasil membawa sekolah mereka ke tempat terhormat, paling tinggi di antara peserta jenjang SD di kompetisi tersebut.
Setiap Anak adalah Juara
Lokakarya Guru Masa Depan
Semua anak di ujung-ujung republik punya potensi yang kuat untuk berprestasi jika didukung oleh lingkungan sekitarnya. Ini terbukti dengan pencapaian anak-anak di Kabupaten Bengkalis. Tahun ini Suzaini, Siti Nurbayti, dan Zahrah Salsabila mewakili SDN Ketam Putih 57, Bengkalis, Provinsi Riau lolos ke babak final ajang Kid Witness News (KWN) Panasonic di Jakarta, menyisihkan ratusan dari SD dan SMP pesaing se-Indonesia. Di babak final, mereka mengikuti lokakarya pembuatan naskah
Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang Barat (TBB) telah menyelenggarakan Lokakarya Guru Masa Depan (LGMD). LGMD merupakan pelatihan bagi 167 guru dan 33 kepala sekolah sekabupaten TBB yang diadakan pada 24-26 Oktober 2013. Yang menarik dari pelatihan tersebut, para pelatih lokakarya bukan merupakan instruktur dari luar melainkan guru dan kepala sekolah di TBB sendiri. Mereka menularkan ilmu yang mereka miliki kepada sejawatnya. Di akhir pelatihan, peserta kemudian membuat rencana tindak lanjut untuk menerapkan ilmu yang mereka dapat di sekolah.
Kerja bakti siswa di Aceh Utara
Orang Tua Sadar Pendidikan Keberhasilan sejumlah anak dari Kabupaten Paser untuk mengukir prestasi—mulai dari juara sekolah hingga menjadi peserta babak final lomba tingkat nasional— membuat orang tua mulai sadar akan pentingnya pendidikan dan percaya diri bahwa anaknya pun bisa, walau mereka memiliki ketertinggalan akses dan fasilitas. Kini, mulai tumbuh kesadaran dan insiatif dari orang tua di Paser untuk memikirkan pendidikan lanjut bagi anaknya. Bahkan ada orang tua yang secara khusus melakukan konsultasi dengan Pengajar Muda untuk mendapat saran
Salsabila menerima trofi juara
KABAR IM | Semester II 2013
16
CERITA SEMESTA tentang jenjang pendidikan yang harus ditempuh agar anaknya bisa berhasil. Dedikasi untuk Anak Negeri Dialah Bapak Haji Saeni, atau yang akrab dipanggil Pak Haji oleh masyarakat, Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 19 Limboro, Kabupaten Majene. Pak Haji percaya bahwa setiap anak berhak mendapat kesempatan untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Di bawah kepemimpinannya, SDN 19 Limboro kerap menjadi pemuncak kompetisi Porseni dan pernah pula mengirimkan wakil ke olimpiade tingkat kabupaten. Selain di jenjang SD, Pak Haji juga peduli dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan inisiatifnya, Pak Haji membabat kebun coklat di belakang rumahnya untuk dijadikan lahan PAUD. Anak-anak pra-SD di desa pun memiliki tempat untuk bermain sambil belajar. Ditulis oleh Dimas Sandya, Sustainability Engagement Officer Indonesia Mengajar (dimasandya@indonesia mengajar.org) dan Fathania Queen Genisa, Public Engagement Officer Indonesia Mengajar (f.jeanny@indonesiamengajar.org)
Pak Haji dan para muridnya
!
Kisah tentang semesta yang bergerak untuk pendidikan ini dapat disimak dalam tayangan Lentera Indonesia di stasiun televisi NET. Tayangan ini juga dapat dinikmati lewat kanal YouTube di tautan tinyurl.com/LenteraIndonesia.
UMPAN BALIK @pengajarmuda Min, program Indonesia Mengajar ini bentuk evaluasinya seperti apa ya? Dan apakah hasil evaluasi berdampak pada keberlanjutan program? Thanks. @annisadwiastuti Halo Annisa, salam hangat dari Gerakan Indonesia Mengajar. Terima kasih atas pertanyaannya. Sebagai sebuah gerakan, Indonesia Mengajar tentunya melakukan evaluasi untuk menentukan langkah yang akan ditempuh selanjutnya. Bentuk evaluasi kami berfokus pada perubahan perilaku aktor-aktor pendidikan di daerah. Karenanya, yang kami susun pertama kali adalah capaian perubahan perilaku yang diharapkan serta penandapenanda atau indikator kemajuan. Setiap tahun, Pengajar Muda menyusun jurnal tentang perubahan-perubahan yang terjadi. Jurnal tersebut disusun dua kali setahun, untuk kemudian diolah dan dianalisis oleh tim Indonesia Mengajar. Hasilnya, kami mendapatkan progres terakhir, faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta strategi yang telah dikembangkan.
Di akhir masa penugasan, Indonesia Mengajar bersama Pengajar Muda juga melakukan refleksi program untuk evaluasi dan merangkum pembelajaran. Jurnal dan hasil refleksi itu nantinya digunakan untuk perbaikan program, yang tujuannya adalah pada keberlanjutan program. Pendekatan untuk menyusun capaian berupa perubahan perilaku sedikit banyak memberikan sumbangsih pada keberlanjutan program. Karena kami meyakini, perilaku yang berubah akan lebih berdampak daripada, misalnya, fasilitas pendidikan yang berubah. Hasil evaluasi tersebut nantinya digunakan untuk perbaikan program, yang salah satunya dilakukan dengan cara menyusun strategi keberlanjutan program. Strategi tersebut dibahas bersama Pengajar Muda sejak training dan dilanjutkan selama masa penugasan. Harapannya, aktor-aktor pendidikan daerah mempertahankan dan meneruskan perubahan yang baik, dengan atau tanpa Pengajar Muda di daerah. Narasumber: @nianingtyas Manajer Divisi Pengelolaan Pengajar Muda dan Daerah Indonesia Mengajar (nia@indonesiamengajar.org)
17
KABAR IM | Semester II 2013
KABAR MITRA
K
ualitas manusia tidak tergantung pada pendidikan formal semata, tetapi juga terbentuk dari pengalaman perjalanan dalam hidup. Semakin beragam pengalaman, semakin kaya wawasan, dan pengembangan manusia semakin berkualitas. Tetapi melangkah untuk mencari pengalaman, apalagi melangkah untuk berbagi, itu hati yang menggerakkan. Gerakan Indonesia Mengajar bermuara dari hati. Kekuatan hati itulah yang mengantarkan seseorang untuk siap dikirim ke seluruh pelosok Nusantara untuk menyentuh orang yang berbeda dari kita. Open mind, open heart, dan open will, mendorong rasa ingin berbagi tanpa pamrih. Kala mengajar, sesungguhnya seorang “guru” juga belajar sekaligus. Pertanyaan yang tampak sederhana dari seorang anak yang polos, seringkali justru mengingatkan kita untuk kembali merefleksi dan kembali ke esensi, yang pada gilirannya, memberikan para guru Indonesia Mengajar, sebuah “ilmu” hidup yang tak ternilai. Itulah pesan dan testimoni Felia Salim, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) untuk Gerakan Indonesia Mengajar.
Felia Salim, Wakil Direktur Utama BNI, usai menulis Surat Semangat untuk guru di Maluku Tenggara Barat pada Festival Gerakan Indonesia Mengajar
“Dengan Hati, Belajar dari Mengajar”
Sebagai salah satu bank terkemuka di Indonesia, BNI juga berkomitmen memajukan pendidikan dengan keterlibatannya dalam mendukung Gerakan Indonesia Mengajar sejak Desember 2012. BNI berkomitmen menjadi mitra untuk mengirimkan Pengajar Muda ke 46 sekolah dasar di enam kabupaten yang berada di garis terdepan republik, yaitu Bengkalis (Riau), Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Bima (Nusa Tenggara Barat), Rote Ndao (Nusa Tenggara Timur), Maluku Tenggara Barat (Maluku), dan Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara). Ditulis oleh Yundriati Erdani, Manajer Divisi Partner Engagement Indonesia Mengajar (yundrie@indonesiamengajar.org) dan Rizki Saputri, Internee di Divisi Public Engagement Indonesia Mengajar (saputririzki@ymail.com).
Gerakan Indonesia Mengajar mengucapkan selamat bergabung dan terima kasih kepada para mitra yang telah percaya dan mendukung gerakan ini. Pada Tahun 2013, Shafira Foundation PT Pertamina (Persero) Kompas Gramedia Chevron & SKK Migas
KABAR IM | Semester II 2013
18
Keempat korporasi tersebut melengkapi jajaran mitra yang telah lebih dulu mendukung Indonesia Mengajar di tahun 2012: PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Indosat Tbk PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) PT Bank Permata Tbk PT Donggi Senoro LNG & PT Medco Energi Internasional PT Nutrifood Indonesia PwC Indonesia
KABAR MITRA
Agen Perubahan untuk Pendidikan Di tahun 2013 ini, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) berkomitmen untuk mendukung Gerakan Indonesia Mengajar. Keterlibatan CPI menjadi Partner Pendampingan Daerah diwujudkan dalam bentuk dukungannya terhadap pengiriman tujuh Pengajar Muda untuk mengabdi selama satu tahun di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Saat ditemui dalam sebuah acara diskusi bersama Pengajar Muda Angkatan VII, Yanto Sianipar, Senior Vice President Strategic Business Support dari Chevron IndoAsia Business Unit (IBU), menyatakan bahwa semangat yang diusung oleh Indonesia Mengajar (IM) sejalan dengan semangat gotong royong yang terselip dalam setiap kegiatan sosial yang diinisiasi oleh CPI selama lebih dari 80 tahun sejak mereka berdiri.
pendidikan di Indonesia,” pesannya mewakili Hamid. Indonesia Mengajar mengirimkan Pengajar Muda ke Fakfak sejak 2011. Di sana, IM menyaksikan insan pendidikan bergerak menuju perubahan positif dan peningkatan kesadaran pentingnya pendidikan. Matias Katalane contohnya, seorang guru rantau asal Ambon yang tinggal di gedung bekas sekolah di Fakfak. Di tengah kesederhanaannya sebagai guru dan penjual pala, Matias secara mandiri tetap sadar untuk mengusahakan fasilitas penunjang pendidikan anaknya. Ia menginvestasikan tabungannya untuk membeli laptop, dengan harapan walau tinggal di kampung, anaknya dapat memiliki kemampuan sama seperti anak kota.
“Tidak semua korporasi tertarik (untuk mendukung IM). Tetapi kami (CPI) tertarik dengan model pembinaan atau pendidikan yang seperti ini. Namanya capacity building, bukan hanya physical building (atau) pembangunan fasilitas.”
Para siswa di Fakfak pun kini semakin percaya diri melejitkan kemampuannya dan berani berkompetisi dengan teman-temannya yang berasal dari kota. Walau berasal dari desa yang jauh, mereka semangat berlatih dan bertanding dari mulai tingkat regional hingga nasional, bahkan sampai mengukir prestasi.
Dalam acara diskusi tersebut, Yanto juga menyampaikan ucapan selamat dari Abdul Hamid Batubara, Presiden Direktur CPI, kepada Pengajar Muda angkatan VII yang akan diberangkatkan ini. “Teman-teman mestinya menjadi agent of change, agen perubahan terhadap sistem
Ditulis oleh Safira Ganis, Partner Engagement Senior Officer Indonesia Mengajar (safira@indonesiamengajar. org) dan Rizki Saputri, Internee di Divisi Public Engagement Indonesia Mengajar
Kesamaan Visi Mendorong Sinergi Sejak 30 Mei 2013, Kompas Gramedia resmi menjadi Media Partner Indonesia Mengajar. Dilatarbelakangi oleh kesamaan visi, keduanya bersinergi demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Kompas Gramedia sebagai salah satu grup perusahaan media terbesar di Indonesia dengan visi Reinventing Indonesia secara aktif mendukung dunia pendidikan dan budaya. Mereka memandang Indonesia Mengajar memiliki semangat senada yakni menyalakan lilin harapan bagi pendidikan di Indonesia. Selain sebagai Media Partner, Kompas Gramedia juga terlibat lebih jauh dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Indonesia Mengajar, seperti keterlibatan CEO dan direksi Kompas Gramedia dalam Kelas Inspirasi, serta keterlibatannya dalam sesi capacity building di Orientasi Pasca Penugasan Pengajar Muda . Selain itu, ratusan karyawan Kompas Gramedia terlibat sebagai relawan Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) pada 5-6 Oktober lalu.
Ketika memberi sambutan dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kompas Gramedia dan Indonesia Mengajar, Agung Adiprasetyo selaku CEO Kompas Gramedia mengatakan bahwa Indonesia menghadapi tantangan besar, baik dari persoalan dalam negeri maupun persaingan di tingkat global. Sehingga, pendidikan yang mencerahkan dan menginspirasi adalah jawabannya. Oleh karena itu, Agung mengajak Kompas Gramedia untuk menyebarkan inspirasi kepada seluruh masyarakat Indonesia dengan memulai perubahan sekecil apa pun untuk membangun pendidikan. “Saya harap ini mendorong kita untuk melakukan sesuatu. Meski kecil, ini bisa menjadi lilin yang kemudian disatukan menjadi api yang kemudian makin besar,” tambahnya, seperti yang dikutip oleh kompas.com. Ditulis oleh Pani Vaspintra, Partner Engagement Officer Indonesia Mengajar (panizv@indonesiamengajar.org) dan Rizki Saputri, Internee di Divisi Public Engagement Indonesia Mengajar.
19
KABAR IM | Semester II 2013
KABAR TERBARU
Festival Gerakan Indonesia Mengajar
#Kerja Bakti untuk Indonesia Lazimnya sebuah festival, ada keramaian, keseruan, dan penuh makna yang dirasakan para relawan Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM), tanggal 5-6 Oktober lalu. Ribuan orang memilih datang ke Ecovention Hall Ancol di hari liburnya untuk menjadi relawan kerja bakti FGIM. Konsep FGIM seperti pameran tetapi ada bedanya. Bukan mempertontonkan barang, namun mengajak membuatnya. Bukan melihat-lihat namun beraksi bersama. Tetapi sama-sama ramai dan santai. Para relawan diajak untuk merasakan realita pendidikan di daerah lewat kerja bakti yang mereka lakukan yaitu membuat media belajar kreatif untuk dikirimkan ke 126 SD di 17 kabupaten penempatan Indonesia Mengajar. Aktivitas kerja bakti itu dikemas dalam sembilan wahana kerja yaitu Kotak Cakrawala, Kartupedia, Kemas-kemas Sains, Surat Semangat, Kepingpedia, Melodi Ceria, Sains Berdendang, Video Profesi dan Teater Dongeng. Konsep wahana kerja ini berangkat dari refleksi Pengajar Muda terhadap kebutuhan bahan ajar di daerah penempatan. Pesan inilah yang disebar luaskan kepada khalayak ramai. Luar biasa, panggilan kerja bakti ini disambut oleh hampir 10 ribu orang pendaftar relawan peserta FGIM! Mulai dari peserta dewasa sampai anak-anak, nenek dan cucu, mahasiswa
KABAR IM | Semester II 2013
20
Media Belajar yang Tergalang di FGIM
52.000 buku 1.386 set puzzle 5.600 kartu
4.788 peraga
KABAR TERBARU
4.950 pucuk
952 video lagu, dongeng, inspirasi profesi
sampai direktur datang dengan membawa bekal semangat untuk berbagi, ikut terjun langsung dalam wadah kerja bakti ini. Pada hari kegiatan, euforia semangat aksi nyata sudah dapat dirasakan semenjak dari meja registrasi peserta. Sebelum gerbang masuk FGIM dibuka pukul 10.00, ratusan orang peserta sudah antusias mengantri masuk. Selain hadir sejak pagi hari, para relawan juga sudah siap membawa ‘alat kerja bakti’ masing-masing seperti boneka untuk mendongeng atau angklung untuk mengiringi lagu yang akan mereka mainkan. Dalam dua hari itu, para relawan telah menggalang ribuan aneka media belajar yang mereka buat dan kemas sendiri. Selain itu, para relawan ini juga menjalin jejaring dengan para penggerak pendidikan di daerah dengan mengirimkan Surat Semangat. Kesemuanya dikirimkan ke daerah penempatan Pengajar Muda dengan dukungan JNE sebagai donatur inkind pengiriman media belajar. Uniknya, seluruh rangkaian kerja bakti FGIM ini disiapkan dan dikelola oleh lebih dari 800 orang relawan panitia, tanpa jasa event organizer. Para relawan panitia ini berasal dari berbagai latar belakang yang bekerja sama mewujudkan acara ini. Bahkan para relawan panitia pun ikut membayar iuran kegiatan dengan nominal yang sama dengan relawan peserta.
Bila setiap orang baik bisa menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan demi kepentingan bersama, tentu Indonesia bisa jadi lebih baik. Kesimpulan saya setelah mengikuti FGIM? Faith in humanity restored! Gitaditya, bekerja di perusahaan multinasional Relawan Panitia Surat Semangat
Saat ini, kabar baik mulai bermunculan dari temanteman di daerah penempatan. Beberapa dari media belajar yang dikirimkan, sudah sampai di tangan siswa dan guru di sana. Menariknya lagi, ada relawan FGIM yang sudah mendapatkan balasan seperti Surat Semangat dari Majene.
Orang baik di luar sana sebenarnya banyak. Hanya saja mereka tidak punya banyak pilihan wadahnya. FGIM membuktikan bahwa ia bisa menjadi sebuah wadah besar untuk menampung semua niat baik itu. Alfian WS, bekerja di perusahaan multinasional Relawan Fotografer
Dari FGIM para relawan belajar bahwa hal sederhana bisa membawa dampak yang berarti jika dilakukan bersama-sama. Lebih jauh dari itu, kesenangan sederhana yang telah dirasakan dapat membawa mereka ke arah keyakinan bahwa masyarakat sipil bisa mengatur diri sendiri dan bisa melakukan sesuatu yg berdampak. FGIM, segera berbuat serentak bergerak. Ditulis oleh Fathania Queen Genisa, Public Engagement Officer Indonesia Mengajar (f.jeanny@indonesiamengajar.org) dan Shally Pristine, Public Engagement Officer Indonesia Mengajar (shally@indonesiamengajar.org).
!
Cari tahu lebih jauh tentang Festival Gerakan Indonesia Mengajar di laman festival.indonesiamengajar.org dan ikuti cuitan terbarunya di tagar #KerjaBakti dan akun @FestivalGIM!
21
KABAR IM | Semester II 2013
BLOG PENGAJAR MUDA
Kiriman Semangat
dari Jakarta
matematika kelas lima. Sebagai guru kelas lima, selama ini ia membutuhkannya. Begitu pula Ibu Ayu yang menemukan Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam kardus-kardus tersebut. Akhirnya ia tidak lagi kesulitan mengajarkan anak didiknya menggunakan kamus karena kurangnya kamus yang tersedia.
H
“Ini apa, Pak?” tanya seorang murid sembari menunjukkan potongan-potongan karton warnawarni.
Anak-anak bergotong royong mengangkat kardus tersebut dari perahu dan membawanya ke sekolah. Ekspresinya takjub dan lucu. Mereka memang jarang kedatangan paketpaket kardus.
“Ooo, ini namanya PAA... ZEL,” jawab saya yang langsung ditirukan anak-anak. Mereka lalu menyusun salah satu puzzle yang ada, dan terkejut melihat banyaknya pesan-pesan semangat tersembunyi di antara gambar-gambar susun-bangun tersebut.
ari itu Hari Guru, ketika enam kardus hitam besar sampai di Desa Bajo—setelah melalui jarak ribuan mil dari Jakarta.
“Depe isi apa ni, Pak?” tanya orang tua murid yang kebetulan melintas dalam dialek khas timur. Dia bertanya perihal isi paket yang baru datang. “Bom, Bu.” Jawab saya bercanda. “Kita juga tara tau ini depe isi apa,” kata saya, sama tak tahunya. Guru dan murid yang sangat antusias membuka paket tersebut menyebabkan ruang guru riuh ramai sesiangan itu. Binar mata anak-anak terpancar seketika, saat menemukan buku cerita warna-warni di dalam sebuah kardus. Tak sabar ingin membacanya. Ibu Mis juga bahagia ketika ia menemukan buku
Beberapa anak lainnya mengerumuni Pak Harun yang sedang membuat mobil tenaga angin dari salah satu paket media ajar. Pengawas sekolah yang kebetulan datang juga tak mau ketinggalan. Pak Suddin, begitu ia biasa dipanggil, memilih untuk membaca beberapa surat untuk guru. Beliau kemudian termenung membaca salah satu surat. Entah mengapa, Pak Suddin lalu meminta izin untuk membacakannya keras-keras. “Jangan pernah lelah mencetak putra-putri bangsa yang semangat menuntut ilmu, jangan berhenti membimbing anak-anak bangsa ini...” Sebelum menjadi pengawas, beliau adalah seorang kepala sekolah dan seorang guru. Saat ini usianya sudah cukup lanjut dengan kelelahan yang bergelayut. Tetapi petikan surat itu seakan membakar semangatnya kembali dan mengingatkannya pada masa ketika ia masih menjadi guru. Sungguh, bagi orang-orang di sini, surat-surat yang datang dari Jakarta serta serangkaian paket yang dikemas oleh para relawan Festival Gerakan Indonesia Mengajar tersebut, pada akhirnya berisi lebih dari sekadar benda. Paket itu berisi semangat. Ditulis oleh Thontowi Ahmad Suhada, Pengajar Muda Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2012-2013 (Twitter: @thontowitowi).
!
Baca kisah tentang mereka yang bergerak untuk pendidikan di ujung negeri lewat Blog Pengajar Muda. Klik tautan indonesiamengajar.org/cerita-pm untuk cerita-cerita inspiratif lainnya!
KABAR IM | Semester II 2013
22
GALERI PANTUN I Banyak pohon di kebunku Tapi sayang terus ditebang Banyak negara yang aku tahu Hanya Indonesia yang aku sayang
PANTUN II Beribu–ribu hewan di khatulistiwaku Tapi sayang terus diburu Beribu–ribu pahlawan kemerdekaanku Telah gugur mendahuluiku
PANTUN III Pergi belanja ke pasar baru Untuk membeli buku pantun Kalau ingin menjadi guru Belajarlah dengan tekun
PANTUN IV Berjalanlah engkau ke hutan Jangan lupa membawa donat Kalau ingin menjadi polwan Belajarlah dengan semangat
PANTUN V Makan donat pakai meses Makan bersama bawa ke hutan Kalau ingin jadi orang sukses Jangan lupa berdoa pada Tuhan
Pantun karya Rosa (Kelas VI) SDN 08 Nanga Lauk, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat Pemenang Harapan III Kategori Pantun Konferensi Penulis Cilik Indonesia 2013
cuplikan Ini salah satuterbaru dari buku ngajar Indonesia Me rbit. yang akan te
SEGER A BER
EDAR!
23
KABAR IM | Semester II 2013
KEMAS-KEMAS
Indonesia Mengajar Sebagai Sekolah Kepemimpinan
“
Hingga akhir tahun 2013, 49.619 pemuda dari seluruh penjuru nusantara berbondongbondong mendaftar untuk menjadi Pengajar Muda. Sulit, karena hanya ratusan yang terpilih. Tetapi justru itu tantangannya. Pengajar Muda adalah putra-putri terbaik bangsa yang telah lolos dari berbagai tahapan seleksi serta serangkaian pelatihan yang diadakan oleh tim Indonesia Mengajar (IM).
S
elain misi menciptakan dampak berkelanjutan di daerah penempatan, IM juga serius dengan misi membangun jejaring pemimpin masa depan dengan menyediakan sekolah kepemimpinan bagi para Pengajar Muda. Berikut adalah peta pengembangan Sekolah Kepemimpinan Pengajar Muda:
KABAR IM | Semester II 2013
24
“
KEMAS-KEMAS Berikut adalah tahapannya: 1. Penetapan profil ideal Pengajar Muda Profil ideal tidak terlepas tentunya dari peran penting seorang Pengajar Muda di daerah penempatan, yaitu sebagai penggerak di sekolah dan penggerak di masyarakat. Terkait peran di atas, profil yang dipercaya efektif adalah mereka yang memiliki semangat mengabdi dan cita-cita tinggi untuk kemajuan pendidikan sampai ke pelosok Indonesia, jiwa kepemimpinan yang ditunjukkan dengan pengalaman berorganisasi, kemampuan untuk menggerakkan orang di sekitarnya, semangat juang serta inisiatif tinggi, kemampuan menghargai dan berempati terhadap orang lain, kemampuan beradaptasi dengan baik, dan terakhir, ia memiliki kemampuan problem solving yang baik. Bagaimana dengan kompetensi mengajar? IM percaya bahwa kompetensi dasar mengajar pada dasarnya berimpit dengan kompetensi kepemimpinan yang efektif dan akan dikembangkan secara serius di pelatihan intensif selama dua bulan. Di tahun 2012–2013, Indonesia Mengajar juga didukung oleh PT Perusahaan Gas Negara (PT PGN) sebagai Recruitment Partner yang turut membantu dalam sosialisasi rekrutmen Pengajar Muda angkatan V dan VI. 2. Perancangan alat dan proses seleksi Pengajar muda Suasana persiapan pembukaan Pelatihan Intensif Pengajar Muda angkatan IV di kantor Indonesia Mengajar.
Artikel ini secara khusus akan membahas gambaran singkat mengenai proses seleksi dan pelatihan intensif Pengajar Muda.
Seleksi Pengajar Muda didasarkan pada sebelas dimensi kepemimpinan yang dirumuskan dari profil ideal di atas. Tahapan seleksi adalah sebagai berikut:
assessor
Rekrutmen–Seleksi IM sering menerima pertanyaan seputar bagaimana menyeleksi 50–70 Pengajar Muda dari ribuan pendaftar di setiap angkatan. IM meyakini, bahwa kunci awal pencapaian dampak yang berkelanjutan di daerah adalah dari seleksi Pengajar Muda yang dilakukan secara menyeluruh tapi tajam. Karena itu, sejak rekrutmen angkatan I, IM difasilitasi oleh rekan-rekan Daya Dimensi Indonesia untuk menyusun sistem seleksi Pengajar Muda.
multitools multi-assessors (certified).
25
KABAR IM | Semester II 2013
KEMAS-KEMAS Pelatihan Intensif Pengajar Muda Pada prinsipnya pelatihan intensif Pengajar Muda adalah latihan meningkatkan kepemimpinan yang sudah dimiliki sebelumnya, sehingga Pengajar Muda siap melakukan perannya di daerah penempatan untuk mencapai dampak yang berkelanjutan di daerahnya. Karena itu, fokus pembekalannya adalah pada motivasi dan orientasi tentang gerakan dan program IM, pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pendidikan dan pengajaran, serta pelatihan kepemimpinan. Pelatihan intensif ini berlangsung selama dua bulan. Tahun ini, trainer yang terlibat yang terlibat di antaranya adalah Weilin Han, Itje Chodijah, Munif Chatib, Victor Chandrawira (BR2C), FLIP (Bobby dan Shasha Disyacitta), Life After School (Fay Irvanto), dan Tri Mumpuni. Sebagai Training Partner di tahun 2012–2013, Indosat memberikan dukungan dengan menyediakan fasilitas
pelatihan berupa akomodasi, konsumsi, serta sumber daya pendukung lainnya selama dua bulan penuh periode pelatihan. Sebagai bagian penting dari Sekolah Kepemimpinan Indonesia Mengajar, maka pencatatan dan penilaian kompetensi Pengajar Muda, serta pemberian umpan balik yang reguler, adalah kunci dari pengembangan seseorang. Pengembangan tersebut kemudian berlanjut hingga satu tahun ke depan, ketika sudah turun gunung alias mengabdi di daerah penempatan. Ditulis oleh Evi Trisna, Manajer Divisi Public Engagement Indonesia Mengajar (etrisna@indonesiamengajar.org)
Skema kegiatan harian pelatihan Calon Pengajar Muda yang dimulai dari pukul 04.30 hingga 22.00
!
Sebagai informasi, rekrutmen Pengajar Muda dibuka tiap dua kali setahun, yakni pada bulan AprilMei dan November-Desember. Ikuti terus informasi terbarunya di indonesiamengajar.org dan Twitter @jadiPM. Ayo Bergabung!
KABAR IM | Semester II 2013
26
Salah satu kegiatan pelatihan Calon Pengajar Muda
KABAR ALUMNI
Belajar Tanpa Henti Seiring dengan misi untuk menjadikan pengalaman mengajar selama satu tahun sebagai wahana sekolah kepemimpinan, Indonesia Mengajar terus mendorong alumni Pengajar Muda untuk berkarier di bidangnya masing-masing dengan tetap membawa nilainilai positif yang diperolehnya selama masa pengabdian.
S
ampai Juli 2013, empat angkatan Pengajar Muda (PM) telah menuntaskan masa tugasnya di desa-desa. Sebanyak 241 orang Pengajar Muda purna tugas ini sekarang sedang melanjutkan kiprah belajar dan berkaryanya di berbagai sektor. Harapannya kelak, dengan pengalaman empatikintensif melalui satu tahun hidup di ujung-ujung republik, dan kemampuan untuk terus belajar dan mengembangkan kapasitas diri, para pemuda ini akan menjadi pemimpin masa depan dengan kualitas global, namun tetap memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika akar rumput.
“
Erwin Puspaningtyas: Jadi PM Mengasah Kemampuan Bekerja
Pengajar Muda Kabupaten Majene, bekerja di perusahaan multinasional.
“Menjadi PM mengasah keluwesan kita dalam melakukan networking dan advokasi dengan berbagai stakeholder. Hal ini sangat berguna dalam karier saya saat ini yang sangat mengutamakan hubungan baik dengan klien dan memperluas jaringan. Pengalaman tinggal di tengah masyarakat yang memiliki kultur berbeda juga mengajarkansaya untuk menghargai budaya dan cara pikir masing-masing orang dan komunitas, serta menempa saya untuk mampu beradaptasi dengan cepat tanpa kehilangan jati diri. Pengalaman empiris ini sangat membantu saya ketika harus beradaptasi dengan pola pikir, pergaulan, dan ritme kerja di perusahaan multinasional tempat saya bekerja.”
“
Marcella Chandra Wijayanti: Gambaran Luas dan Dalam tentang Indonesia
Pengajar Muda Kabupaten Rotendao, staf Unit Kerja Menteri bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKMP3) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
“Kalau dari segi technical skill tentu saja saya jadi punya gambaran yang lebih luas dan lebih dalam tentang Indonesia. Untuk level seusia saya, saya jadi punya pandangan yang lebih luas dan pengalaman yang jauh lebih banyak. Itu mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, menyikapi masalah, atau ketika harus mengambil keputusan yang sulit atau strategis.”
Sebanyak 241 Pengajar Muda melanjutkan kiprahnya ke berbagai sektor Studi Lanjut
Sektor Ketiga
Ditulis oleh Rahmat Danu Andika, Senior Public Engagement Officer Indonesia Mengajar (r.andika@indonesiamengajar.org)
Yuri Alfa Centauri: Meresapi Prinsip Tradisi dalam Desain dan Seni
“
Pengajar Muda Kabupaten Sangihe, penggagas Studio Desain Ainoir (www.ainoir.com)
“Bagi saya yang memiliki latar belakang pendidikan dari Desain Produk (Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung), pengalaman hidup bersama masyarakat yang berada di daerah terpencil dan masih kuat unsur tradisionalnya, telah memberikan pelajaran bahwa desain, seni, dan kreativitas, idealnya berakar pada prinsip-prinsip tradisi. Dari sana, muncul ide untuk mengembangkan produk-produk inovatif yang memiliki latar belakang dan unsur tradisi, melalui pendekatan antropologis—yang membuat produk memiliki esensi dan identitas, tetapi proses pembuatannya secara bertahap menjadi pembelajaran nilai, lebih dari persoalan ekonomi.”
27
KABAR IM | Semester II 2013
RUANG BELAJAR
“
Berbagi Ilmu, Berbagi Inspirasi
Bagaimana cara mendorong siswa untuk bekerja jujur dan mandiri dalam ulangan matematika? Bagaimana pula cara memberikan apresiasi sekaligus motivasi kepada siswa yang cemerlang dalam olahraga tetapi tak brilian di pelajaran eksakta? Apa yang terjadi di ruang kelas V setelah selama setahun para siswa “menanam” satu karakter baik setiap hari?
P
enasaran dengan kisah-kisah proses pembelajaran seru itu? Semuanya ada di Ruang Belajar, portal kumpulan metode belajar kreatif yang dibuat dan dilakukan oleh Pengajar Muda maupun guru di Sekolah Dasar (SD) penempatan Pengajar Muda. Dengan semangat membagi ilmu dan inspirasi, portal ini ditujukan untuk memberi manfaat bagi masyarakat luas. Khususnya, bagi para tenaga pendidik yang ingin mendapatkan referensi pedagogis seputar proses pembelajaran di dalam kelas. Ide pembuatan Ruang Belajar mulanya sederhana. Agung Firmansyah, Program Development Officer Indonesia Mengajar yang menggawangi kelahiran portal ini, menuturkan bahwa Ruang Belajar lahir dari kebutuhan Pengajar Muda di lapangan.
KABAR IM | Semester II 2013
28
“
Kerap kali Pengajar Muda yang sedang bertugas memerlukan terobosan cara mengajar yang bisa jadi sudah pernah ditemukan oleh Pengajar Muda lainnya. Seiring dengan makin bertambahnya jumlah Pengajar Muda dan daerah jangkauan, kanal komunikasi yang ada seperti media sosial atau blog tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tersebut. Lulusan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia ini melanjutkan, tercetuslah ide pembuatan portal internet untuk menyimpan kumpulan metode kreatif tadi. “Dengan mempertimbangkan berbagai faktor kebutuhan tadi, portal ini dirancang dengan keunggulan mudah dicari, mudah ditulis, dan mudah dibaca,” kata alumnus Pengajar Muda di Kabupaten Majene. Per September 2012, portal yang dinamai
RUANG BELAJAR
anak-anak jadi sangat antusias saat belajar pecahan,” kata mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ini. Dikelola Komunitas
‘Ruang Belajar’ itu resmi dapat diakses di alamat http:// belajar.indonesiamengajar.org/. Hingga saat ini, Ruang Belajar telah menghimpun lebih dari 150 artikel metode belajar kreatif dengan ratarata jumlah kunjungan per bulan mencapai 40 ribu kali. Sejak peluncurannya, Ruang Belajar mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk dari komunitas pendidikan. Titin Komalasari dari Universitas Pendidikan Indonesia mengatakan bahwa dirinya telah mempraktikkan metode kreatif Mengenal dan Menjumlahkan Pecahan Sederhana saat Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN Ciporeat, Ujungberung, Bandung. “Alhamdulillah
!
Setelah setahun dikelola secara internal, Indonesia Mengajar ingin melibatkan lebih banyak masyarakat untuk ikut mengelola Ruang Belajar. Terhitung sejak November 2013, sebanyak 18 relawan tergabung menjadi penggerak Komunitas Ruang Belajar. Mereka bertanggung jawab untuk pengelolaan konten hingga sosialisasi dan fitur Ruang Belajar. Para relawan yang berasal dari berbagai latar belakang ini—guru, mahasiswa, editor bahasa, pegawai swasta, hingga PNS di salah satu kementerian—telah berkomitmen untuk menggawangi komunitas ini hingga April 2014. Ditulis oleh Shally Pristine, Public Engagement Officer Indonesia Mengajar. (Twitter: @shallypristine)
Relawan Pengelola Ruang Belajar Anda pun bisa berkontribusi! Kunjungi laman Ruang Belajar di alamat belajar.indonesiamengajar.org dan sebarkan metode belajar kreatif yang ada di sana. Cuitan artikel terkini dan perkembangan menarik tentang Ruang Belajar dan komunitasnya dapat diikuti lewat akun @RuangBelajarID dan akun Facebook Ruang Belajar.
29
KABAR IM | Semester II 2013
RUANG BELAJAR
(BUKAN) Ulangan Matematika
“
Murid-murid saya sering merasa takut dan terbebani dengan katakata “ulangan”. Ulangan seakan-akan identik dengan soal-soal yang sulit, nilai jelek, harus belajar, dan banyak hal buruk lainnya. Dampaknya, siswa menjadi tidak termotivasi untuk terus belajar. Namun jika kita mau membalik pola pikir kita tentang “ulangan”, boleh jadi kegiatan ini akan menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan di kelas!
PERSIAPAN
1
Guru mengatur bangku dan kursi di dalam kelas menjadi tiga deret saja.
Persiapan (Bukan) Ulangan Matematika
deret bangku diberi identitas. Deret 2 Masing-masing paling belakang diberi tanda “LEVEL 1”, deret tengah
adalah “LEVEL 2”, dan deret paling depan adalah “LEVEL 3”. Guru membagi papan tulis menjadi 3 bagian. Guru menulis 10 soal di papan tulis sesuai dengan level kesulitannya. “LEVEL 1” adalah untuk kategori soal mudah, “LEVEL 2” untuk kategori soal sedang, dan “LEVEL 3” untuk kategori soal sulit.
3 4
KABAR IM | Semester II 2013
30
Mulailah “permainan” —saya menyebutnya permainan supaya anak tidak merasa sedang ulangan— dengan menempatkan seluruh anak di posisi start yang sama yaitu LEVEL 1.
RUANG BELAJAR PELAKSANAAN DAN ATURAN MAIN Pertama Siswa yang duduk di deretan bangku LEVEL 1 harus mengerjakan 5 soal di antara 10 soal LEVEL 1 yang ada di papan tulis. Boleh pindah ke deretan bangku LEVEL 2 HANYA JIKA anak mampu mengerjakan 3 dari 5 soal yang dipilihnya dengan benar.
Kedua Siswa yang naik ke LEVEL 2 harus mengerjakan 7 soal di antara 10 soal LEVEL 2 yang ada di papan tulis. Boleh pindah ke deretan bangku LEVEL 3 HANYA JIKA anak mampu mengerjakan 5 dari 7 soal yang dipilihnya dengan benar.
Ketiga Siswa yang naik ke LEVEL 3 harus mengerjakan 9 di antara 10 soal LEVEL 3 yang ada di papan tulis. Siswa yang sudah duduk di bangku LEVEL 3 diijinkan untuk istirahat lebih awal HANYA JIKA siswa tersebut mampu mengerjakan 7 dari 9 soal yang dipilihnya dengan benar.
Siswa yang saling berlomba dalam (Bukan) Ulangan Matematika
Pengawasan (Bukan) Ulangan Matematika Dalam tahap ini, saya bisa lebih rileks dalam mengawasi proses “(Bukan) Ulangan Matematika”. Saya tidak perlu terlalu menguras tenaga mengawasi jalannya ulangan karena khawatir mereka saling mencontek. Dengan cara ini siswa saya tidak sempat berpikir untuk melirik jawaban teman di sebelahnya karena mereka sudah cukup sibuk dengan soal yang dipilihnya masing-masing. “Besok ulangan matematika ya, anak-anak!”. Lalu terdengar helaan nafas berat dan panjang. Ulangan matematika tampaknya begitu menyeramkan. Bagaimana jika kita ganti dengan “Anak-anak, besok kita akan bermain Matematika!”? Bahkan tak seorang anak pun menyadari bahwa mereka sedang ulangan Matematika!” Ditulis oleh Halida Mutiah, Pengajar Muda Kabupaten Paser tahun 2012-2013. (Twitter: @halidaperidol)
31
KABAR IM | Semester II 2013
RESONANSI
Indonesia Menyala
“
Lebih dari Nyalakan Lilin
Sebagian orang mencukupkan diri dengan kemampuan membaca. Tetapi sebagian lain yang tetap menyala, menjadikan kemampuan membaca sebagai salah satu batu pijakan untuk berada dalam kehidupan yang lebih baik.
T
aman Baca Indonesia Menyala (TBIM) merupakan bentuk konkret gerakan menumbuhkan budaya membaca yang digadang Indonesia Menyala. Gerakan yang memiliki fokus peningkatan minat baca di daerah penempatan Pengajar Muda ini menyadari bahwa keberadaan buku semata tidak serta-merta mengikat budaya baca anak. Maka dari itu, diperlukan orang-orang dewasa yang menjadi penggeraknya. Beberapa orang relawan—yang kemudian disebut Penyala—ditempatkan dan bertugas di TBIM untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak dalam rangka menumbuhkan minat baca. Sebagai pilot project, 36 Penyala—yang terbagi dua belas tim beranggotakan tiga orang—ditugaskan untuk menjadi penggerak dua belas taman baca di Jakarta dan sekitarnya untuk masa tugas enam bulan, sejak Oktober 2013. Salah satunya adalah Indah Kusumastuti yang bergabung dalam Tim Penyala Pisangan Baru 13 Pagi. Ia dan timnya menyadari bahwa langkah pertama yang harus diambil untuk mencapai tujuan besar tersebut adalah dengan menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) dalam diri para siswa, guru, masyarakat sekitar, serta para Penyala itu sendiri. “Hal pertama yang terpikirkan oleh Tim Penyala SDN Pisangan Baru 13 Pagi (Pisbar) adalah menghadirkan perpustakaan yang rapi dan nyaman.” Papar Indah yang kemudian, bersama timnya, mencoba menumbuhkan sense of belonging itu dengan mengikutsertakan seluruh elemen sekolah untuk membuat perpustakaan yang nyaman.
KABAR IM | Semester II 2013
32
Awal bulan November 2013, renovasi TBIM Pisbar itu dimulai. Semuanya berawal dari hal-hal sederhana, seperti layout ruangan dan penataan buku, tetapi melibatkan banyak pihak. Murid-murid terlibat dalam renovasi perpustakaan itu; mengecat, membersihkan buku, menatanya di rak. Guru-guru pun mendukung penuh. Buku memang tidak bisa menjadi ajaib dengan sendirinya. Tanpa pendampingan, ia hanyalah kumpulan teks yang tak dapat diperas intisarinya oleh anak-anak. Di sanalah para Penyala TBIM berfungsi, yakni untuk membantu anak-anak mendapatkan sari-sari terbaik dari sebuah buku. Lebih dari sekadar menyalakan lilin, para relawan ini sekaligus menjaganya tetap menyala. Berharap budaya membaca kelak jadi api abadi dalam jiwa generasi masa depan Indonesia. Ditulis oleh Rizki Saputri, Internee di Divisi Public Engagement Indonesia Mengajar (saputririzki@ymail.com)
!
Ikuti kabar terbaru tentang kisah para Penyala Taman Baca dan gerak Indonesia Menyala di akun @Penyala. Klik tautan indonesia-menyala.org untuk tahu lebih jauh tentang Indonesia Menyala!
RESONANSI
Kelas Inspirasi
Ribuan Relawan Tergerak Cuti demi Masa Depan Negeri Ketika Pengajar Muda bekerja selama satu tahun di ujungujung republik, ada banyak kalangan yang terpanggil untuk ikut memberi arti. Kelas Inspirasi adalah salah satu contoh bentuk refleksi dari bakti yang tengah dikerjakan oleh Pengajar Muda di daerah. Semua kalangan masyarakat, perlahan tapi pasti, tergerak untuk ikut ambil bagian dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Inilah yang menjadi cita-cita besar Indonesia Mengajar, yaitu mendorong publik untuk mengambil porsinya masing-masing dengan kapasitas diri dan keinginan yang dimiliki. Sungguh memang, semangat itu bisa menular. Kelas Inspirasi pertama kali dihelat di Jakarta pada tanggal 25 April 2012. Ratusan profesional dari latar belakang pekerjaan yang variatif memberikan iuran satu hari cutinya untuk berbagi bersama anak-anak di Sekolah Dasar (SD) tujuan. Pada tahun berikutnya, gema gerakan ini tidak tanggungtanggung. Kelas Inspirasi di enam kota—Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Solo, dan Pekanbaru—diadakan secara serempak dan melibatkan lebih dari 500 orang relawan pengajar. Sampai saat ini, tercatat Kelas Inspirasi sudah ada di 31 kota dari Padang hingga Bali, yang telah melibatkan lebih kurang 3.000 orang relawan. Terakhir, yakni pada November 2013 lalu, Kelas Inspirasi hadir di 13 kota di Jawa Timur. Diusung dan diinisiasi oleh para relawan, menjadi hal istimewa tersendiri yang mewarnai Kelas Inspirasi di
berbagai kota. Gerakan ini terus tumbuh secara organik di kalangan masyarakat sipil. Kelas Inspirasi bukanlah kegiatan yang sederhana. Tetapi rangkaian kegiatan kompleks tersebut—mulai dari perekrutan relawan pengajar hingga kegiatan refleksi pasca Hari Inspirasi—tidak menyurutkan langkah para relawan. Para relawan sepenuhnya mengelola Kelas Inspirasi di sela-sela kesibukan rutin mereka. Hal ini sesungguhnya memberikan lebih dari bukti yang diperlukan, bahwa masyarakat sipil kita pada dasarnya bisa mengorganisasi diri mereka sendiri, dan memang masih banyak orang yang menaruh kepedulian terhadap pendidikan. Alih-alih sekadar peduli, mereka mau dan mampu melakukan aksi nyata untuk pendidikan Indonesia lewat Kelas Inspirasi.
!
Ditulis oleh Fathania Queen Genisa, Public Engagement Officer Indonesia Mengajar. (Twitter: @FathaniaQG)
Ikuti kabar terbaru tentang Kelas Inspirasi yang geraknya semakin luas lewat akun @KelasInspirasi dan Facebook Fanpage Kelas Inspirasi. Klik tautan kelasinspirasi.org untuk tahu lebih jauh dan ikut terlibat!
33
KABARIMIM| Semester | Semester IIII 2013 KABAR 2013
RESONANSI
P
rinsip utama dalam Donasi Publik Indonesia Mengajar adalah kontribusi. Ilustrasi sederhana yang mengawali gerakan ini ialah, jika seseorang memiliki niatan begitu baik untuk berkontribusi tetapi tidak memiliki waktu dan tenaga, ia pasti menghajatkan alternatif gerakan lain yang juga berperan penting dalam mendukung gerakan pendidikan yang lebih besar.
Donasi Publik
Pilar Penyokong BARU Pilar-pilar yang mendukung Gerakan Indonesia Mengajar terus muncul dan tumbuh, menyokong gerakan ini jadi semakin kuat dan berkelanjutan. Salah satunya adalah Donasi Publik, gerakan yang mengajak mendukung Gerakan Indonesia Mengajar, dalam bidang finansial.
Sama seperti sifat gerakan yang berakar dari Indonesia Mengajar lainnya, Donasi Publik juga dijalankan oleh para relawan yang menamai dirinya Korps Donatur Publik (KDP). KDP lahir dari kesadaran untuk mendukung keberlanjutan upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar. Seperti yang gerakan ini yakini, bahwa mendidik adalah tugas setiap orang terdidik, maka peran apa pun untuk mendukung proses mendidik adalah bagian dari gerakan pendidikan itu sendiri. Sejak terbentuk sekitar Oktober 2012, relawan KDP sudah mencapai empat ratus orang. Menurut Onny Sihono selaku Koordinator KDP, fokus mereka saat ini adalah untuk mengembangkan jaringan relawan dan membantu kegiatan Indonesia Mengajar khususnya yang berkaitan dengan bidang pendanaan, transparansi serta akuntabilitas keuangan. Beberapa saat yang lalu, KDP sempat melakukan kampanye donasi publik Indonesia Mengajar pada saat penyelenggaraan Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM), 5–6 Oktober di Econvention Hall, Ancol. Dalam acara tersebut, KDP berhasil menjaring sekitar 200 donatur baru bagi Indonesia Mengajar yang selanjutnya akan dilibatkan lebih jauh dalam kegiatan aktif bersama, baik yang dilaksanakan oleh KDP sendiri maupun bersama dengan Indonesia Mengajar. Dari segi nominal, KDP berhasil mengumpulkan donasi sekitar Rp21 juta selama FGIM berlangsung.
!
Ikuti kabar terbaru tentang Donasi Publik melalui media resmi Indonesia Mengajar. Informasi lebih lanjut tentang Donasi Publik dan KDP, hubungi info-donasi@ indonesiamengajar.org!
KABAR IM | Semester II 2013
34
Ke depan, KDP akan terus berkoordinasi dengan Indonesia Mengajar, terutama untuk memberikan fasilitas yang semakin mudah dan semakin cepat dalam masalah donasi. Internal KDP juga akan terus bebenah untuk mengorganisasikan anggotanya sehingga komunikasi dan interaksi berjalan dengan baik, sebelum nantinya mengembangkan KDP ke semesta yang lebih luas.
Ditulis oleh Rizki Saputri, Internee di Divisi Public Engagement Indonesia Mengajar. (saputririzki@ymail.com)
OBITUARI
Keluarga Besar Indonesia Mengajar turut berduka cita atas berpulangnya Bupati Bima, H Ferry Zulkarnaen, ST pada hari Kamis, 26 Desember 2013 sekitar pukul 6.30 WITA di Kota Bima. Sejak Indonesia Mengajar mengirimkan Pengajar Muda ke Kabupaten Bima tahun 2011, almarhum memberikan dukungan dan bekerja sama untuk kemajuan pendidikan di sana. Semoga amal ibadahnya dicatat Tuhan Yang Maha Kuasa, diampuni kesalahan-kesalahannya, dan dilapangkan jalan menuju tempat peristirahatan yang abadi. Aamiin.
Mengenang Aditya Prasetya, Dia yang Berpulang Saat Berjuang
S
esahut suara di ujung telepon dari Saumlaki, ibu kota Maluku Tenggara Barat (MTB), memberitakan kepulangan rekan kami, Pengajar Muda Aditya Prasetya ke sisi Sang Khalik, di subuh yang tenang itu.
Sejak berangkat bertugas hingga sebelum berpulang, Aditya terlihat selalu bersemangat dalam bertugas dan dalam keadaan sehat walafiat. Ia meninggal dalam keadaan damai dalam tidur saat sedang menginap di rumah dinas Bupati MTB. Ia bersama teman-teman sekabupatennya sedang menyiapkan pelatihan guru di ibu kota MTB, Saumlaki dan karenanya kami bersaksi bahwa ia meninggal dalam keadaan husnul khatimah dan syahid. Hari Senin (4/11/2013), pukul 21.00 WIT ia pamit tidur lebih dulu kepada teman-temannya. Keesokan harinya,
Aditya ditemukan oleh teman sekamarnya dalam kondisi tak sadar. Hal ini segera diberitahukan kepada Bupati MTB, Bitzael S Temar. Bupati pun memanggil asistennya, dr Edwin Tomasoa untuk memberikan tindakan medis. Setelah memeriksa kondisi tubuh, dokter kemudian menyatakan Aditya sudah meninggal dunia. Ada banyak jejak kebaikan yang ditorehkan lulusan Pendidikan Fisika Universitas Lampung ini. Ia menghibahkan lima bulan terakhir hidupnya untuk menjadi Pengajar Muda di SDK Wunlah, MTB. Di pengujung usianya pun, Sang Orator, demikian dia biasa disapa temantemannya, masih terus bekerja untuk pendidikan yang lebih baik di sana. Walau sangat kehilangan, pihak keluarga telah menerima dengan ikhlas dengan kepergian Aditya dan berharap silaturahim dapat terus tersambung walaupun almarhum telah tiada. Selamat jalan, pejuang! Sungguh sebuah kehormatan pernah berjalan bersisian denganmu.
Ditulis oleh Shally Pristine, Public Engagement Officer Indonesia Mengajar. (Twitter: @shallypristine)
35
KABAR IM | Semester II 2013
“Guru adalah petani peradaban yang merawat dan menyirami bibit bangsa setiap hari. Buku ini bercerita tentang siklus perjuangan para petani peradaban, Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar, di daerah penempatannya masing-masing.” — Ahmad Fuadi, untuk buku Catatan Kecil Pengajar Muda Empat buku Indonesia Mengajar di 2013 • Catatan Kecil Pengajar Muda, kumpulan tulisan Pengajar Muda, diterbitkan Gagas Media • Mengabdi di Negeri Pelangi, kumpulan tulisan Pengajar Muda, diterbitkan Penerbit Buku Kompas • Anak-Anak Angin, ditulis oleh Bayu Adi Persada, Pengajar Muda Kabupaten Halmahera Selatan, diterbitkan Plotpoint Kreatif • Pelangi di Sekolah, kumpulan tulisan siswa-siswi SDN 4 Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, diterbitkan Noura Books Program inti Gerakan Indonesia Mengajar didanai secara gotong royong oleh publik dan para mitra utama sebagai berikut:
KABAR IM | Semester II 2013
36