COOL! Vol. 2 (Jan-Jun 2019)

Page 1

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

1


COVER STORY

BOOMING STREETSTYLE YANG MAHAL DAN NGE-HITS HALAMAN 6

Resolusi 2019: To be Young Business Leader

B

uat kamu yang masih muda dan memang berjiwa muda, makna “menjadi Young Business Leader” mungkin terdengar berat. Tetapi sebenarnya berikut ada tips-tips yang bisa membantu kamu untuk lebih yakin dengan diri sendiri untuk menjadi pemimpin, tidak hanya di dunia kerja atau dunia bisnis, tetapi juga dimanapun kamu berada. Yuk simak!

1. Menantang diri kamu sendiri.

Semangat Bekerja Sesuai Passion HALAMAN 12

Richard Branson, pendiri Virgin Group, mengatakan motivasi terbesarnya adalah tetap menantang diri sendiri. Ia memperlakukan kehidupannya seperti pendidikan universitas yang panjang, di mana dia bisa belajar lebih banyak setiap hari. So, meskipun nanti sudah lulus sekolah atau lulus kuliah, jangan pernah berhenti belajar ya, guys!

2. Percaya pada diri kamu sendiri. EDITORIAL TEAM Heru Prabowo, Tammy T. Geneberty, Yumna Sofyan FOTOGRAFER Fajri M. Ramdhani CREATIVE IDP Indonesia Ahmad Setia Editorial Address Jl. Rawajati Timur I No. 1, Pancoran. Jakarta Selatan Telp (021) 797-8888

2

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

Henry Ford, pendiri Ford Motors bilang, “kalau kamu pikir kamu bisa, atau berpikir kamu tidak bisa, ya kamu benar.” Percayalah bahwa kamu bisa berhasil, dan kamu akan menemukan jalan melalui berbagai rintangan. Jika tidak percaya dengan diri kamu sendiri, kamu hanya akan menemukan alasan.


COVER STORY

3. Memiliki Visi.

Pendiri Tumblr, David Karp, mencatat bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki visi untuk sesuatu dan keinginan untuk membuatnya. Jaga visi kamu tetap jelas setiap saat ya. Jangan sampai kamu hilang arah tujuan hidup, lho.

4. Ayoooo, bertindak.

Dunia penuh dengan ide-ide hebat, tetapi kesuksesan hanya datang melalui aksi dan tindakan. Walt Disney pernah berkata bahwa cara termudah untuk memulai adalah berhenti bicara dan mulai bertindak. Artinya, punya ide jangan hanya disimpan sendiri. Ayo, mulai berbuat.

5. Waktu yang dimulai sebagai pemula.

Tidak ada yang berhasil segera, dan semua orang yang disebut sebagai “Expert” pasti pernah memulainya sebagai pemula atau beginner. Steve Jobs, pendiri Apple berkata bijak, “jika kamu perhatikan, sebagian besar kesuksesan membutuhkan waktu yang lama.” Jangan takut untuk menginvestasikan waktu kamu untuk terus belajar dan berkembang untuk kesuksesan kamu sebagai pemimpin di masa depan.

6. Kelola energi, tidak hanya kelola waktu.

Energi kamu bisa dikelola lho. Kalau kamu kebanyakan main online games, bukannya malah sudah lelah untuk belajar? Energi kamu bisa membatasi apa yang dapat kamu lakukan dengan waktu kamu, jadi kelola dengan baik ya.

7. Memberikan lebih dari yang diharapkan.

Nah, contoh termudah adalah misalkan teman-teman kamu tahunya kamu bisa ikut tugas kelompok hanya 1 jam saja, tapi kamu rela untuk membatalkan janji nge-mall hingga akhirnya kamu bisa tugas kelompok sampai 3 jam dan akhirnya kelompok kamu semua dapat nilai yang bagus. Itu artinya kamu sudah memberikan lebih dari yang diharapkan atau di-ekspetasikan orang lain. Ini juga berlaku untuk kamu sebagai pemimpin di masa depan lho. Itu dia 7 tips singkat untuk menggenapi resolusi kamu sebagai pemimpin masa depan! –TmySumber: voffice.co.id IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

3


BUZZFEED

Trik Tidak Buang Waktu di Sosmed

S

o, guys, berapa lama kamu berlama-lama di media sosial? Di mobil, di tempat tidur, dan – maaf untuk para dosen, tapi anda juga pasti tahu – di kelas. Setiap menit dan detik yang terlewat dan tanpa sadar, eh, kamu browsing Facebook dan Instagram sudahberjam-jam! Untungnya, Facebook dan Instagram memiliki fitur baru untuk men-track seberapa lama kamu buang waktu di aplikasi-aplikasi tersebut.

4

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

Di bawah tab yang baru yang bernama “Your Activity” dan “Your Time” di Facebook yang memberitahu seberapa lama kamu menghabiskan waktu di aplikasi-aplikasi tersebut hingga menitmenitnya! Untungnya, ada juga fitur tambahan yaitu daily reminders jadi kamu lebih perhatian dengan waktu yang kamu habiskan di media sosial. So, come on guys… be present and in the moment, gunakan fitur-fitur itu jadi kamu gak boros waktu! –Y.S, Tmy-

Byte: The New Vine

K

amu masih ingat Vine, aplikasi video enam detik yang telah “wafat” di Januari 2017? Waktu itu aplikasi ini sering digunakan oleh para komedian dan video musik singkat yang pernah meroket dan tenggelam dalam


BUZZFEED

waktu lima tahun. Vine akhirnya dibeli Twitter dan tetap menjadi “rumah” untuk banyak konten yang “memeable,” di mana masih menjadi referensi kultur pop Meskipun akhirnya aplikasi tersebut ditutup mengingat turunnya user engagement, Cofounder Vine yang bernama Dom Hoffman,

mengumumkan bahwa aplikasi “Byte” yang baru ia luncurkan adalah aplikasi video looping terbaru, yaitu suksesor Vine! Direncanakan diluncurkan di musim semi 2019. Netizen sudah sangat gembira menyambut pengumuman ini, dengan banyak orang men-tweet Hoffman, memintanya

agar bisa menjadi beta tester. Siapkan ide-ide seru kamu, guysss… Ayo keluar, buat kontenkonten fun yang seru dan mudah. Engage with the new Byte! Jangan sampai menjadi aplikasi yang Rest In Peace lagi dalam sejarah internet. –Y.S, Tmy-

Anak Kuliah Wajib Punya NPWP

W

ah, untuk kamu anak kuliah atau yang akan lulus SMA dan berkuliah… Siap-siap untuk mengurus kartu NPWP kamu ya! Karena semenjak November 2018 antara Kementerian Keuangan dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Indonesia sudah diwacanakan agar

mahasiswa memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Peraturan ini terutama akan diberlakukan bagi para mahasiswamahasiswi yang telah cukup umur dan memiliki penghasilan. Tenang sajaaa, bukan berarti kamu akan diwajibkan membayar pajak, karenakan umumnya

anak kuliahan masih berada di level di bawah Rp 36 juta per tahun pendapatannya. Tetapi hal ini diwacanakan pemerintah demi membangun kesadaran Wajib Pajak (WP) dalam hal perpajakan sedini mungkin. Ayooo… Sadar pajak sedari muda! –TmyIPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

5


MILLENIAL NEWS

BOOMING STREETSTYLE YANG MAHAL DAN NGE-HITS

S

treetstyle sedang menjadi fenomena budaya yang besar nih, terutama di lingkungan urban. Kebanyakan millennial sekarang mungkin familiar dengan kata “hype” ketika berurusan dengan clothing yang trendi dan pasti tahu dong dengan “hypebeast”. Urban Dictionary mendefinisikan hypebeast sebagai “slang untuk orang yang terobsesi dengan hype (dalam fashion), dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan obsesinya.” Jadi sebenarnya apa yang mempesona dari hypebeast ini? Coba scroll Instagram feed kamu, mungkin saja kamu follow brand-brand yang diikuti teman-teman kamu atau social media influencers: Off-White, Supreme, BAPE. Produk yang lebih spesifik mungkin Adidas Yeezy yang didesain oleh rapper dan ikon budaya pop, Kanye West. Nah kamu yang peduli fashion pasti suka mengenakan yang keren dan sedang nge-trend. 6

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

Tapi apa sih sebenarnya yang membuat sebuah produk atau brand menjadi hype? Barangbarang yang paling didambakan yang biasanya: limited dan mahal karena kuantitas produk yang terbatas ini. Jumlah yang terbatas di dunia membuat si pembeli merasa spesial karena secara psikologis memberikan efek superior. Para supplier sendiri bisa memberi harga premium dan mendapatkan profit, selama masih ada konsumen yang rela membayar mahal demi barang-barang yang limited itu. Bpk. Michael Kienzy, Manajer Marketing Communication dari PT. Navya Retail Indonesia (yang dikenal sebagai

distributor Vans Indonesia) setuju dengan alasan ini. “Orang-orang ingin menjadi berbeda kan? Mereka ingin mendapatkan yang sulit didapatkan atau terlalu mahal bagi kebanyakan orang,” ujarnya. “Untuk scene sneaker di Indonesia, Yeezys memulai pengaruhnya setelah trend NMD yang menjangkau pasar lebih luas, belum lagi kalau dengar nama ‘Jordan’. Saya pikir orang-orang di manapun akan senangnya bukan main jika mereka mendapatkan barangbarang yang terbatas dan eksklusif. Wajarlah.”


MILLENIAL NEWS

Aldo,

Mengejutkannya, Bpk. Michael tidak begitu tertarik dengan budaya “hype” ini. “Untuk saya, terlalu dibesarbesarkan dan jadi keseringan. Jangan salah paham, tidak semuanya buruk, mungkin bagus untuk bisnis ya, dan kami didorong untuk menciptakan sesuatu yang ‘menghipnotis’ pasar,” lanjutnya, “menurut saya, ‘hype’ itu seharusnya kegembiraan. Gelora. You know, it’s a great feeling to have, to get the hype and feel the vibe. Saya tidak mengerti kenapa sekarang menjadi sesuatu yang cheesy seperti jual-beli yang ujung-ujungnya untuk show off saja. Hype is personal feeling I guess, lebih seperti personal

4

1 BA 20

IPMI B

grail. Seharusnya lebih seperti untuk merepresentasikan diri kamu, bukan untuk membuat orang lain terkesan.” Aldo, yang sebentar lagi akan menjadi alumni IPMI, juga adalah fans streetstyle, terutama sneakers. Dia bahkan sempat mengungkapkan wishlist sneakers dia sekarang, “pengen banget bisa lihat kolaborasi Converse dengan Tyler the Creator, Golf le Fleur, pakai warna beige,” ujarnya. Meskipun dia bersedia untuk membayar reseller premium untuk sneakers Golf le Fleur-nya, dia sendiri juga tidak begitu tenggelam dalam budaya hype ini. “Aku tidak begitu suka dengan

Supreme atau Off-White meskipun teman-teman aku kebanyakan pada suka,” ujarnya. “Terlalu mahal dan semua orang mengenakannya. Aku lebih suka pakai yang memang saya sendiri suka daripada pakai barang-barang yang populer.” Aldo bercerita juga kemana ia suka mencari barang agar style-nya selalu tetap unik. “Pasar Santa memiliki banyak pilihan untuk mencari barang-barang dengan harga yang bagus.” Ia juga bilang suka membeli dari brand-brand lokal terutama sekarang sudah banyak yang masuk pasar international. Seru juga ya melihat perkembangan streetwear yang hype ini. Tapi biar bagaimanapun, biasanya ini temporary. Kata lainnya agak mirip dengan “trendy.” Bagaimana menurut kamu? Apa kamu termasuk yang suka dengan euforia kultur streetstyle yang lagi booming ini? Seberapa willing kamu untuk mendapatkan sepasang sneakers yang eksklusif? IPMI -- COOL! COOL! 2019 2019 || EDISI EDISI 22 IPMI 7


MILLENIAL NEWS

Mematahkan Stigma Anak Millennials

Penulis: Heru Prabowo, bedasarkan 21 tahun pengalaman di marketing.

Kamu sebagai anak Millenials pasti sering mendengar anggapan bahwa kamu dan teman-teman kamu itu katanya susah fokus, gampang bosen, dan pengen cepatnya aja? Kenapa sih generasi di atas kita sering bilang kita seperti itu? Mari kita telaah lebih lanjut biar kamu sendiri juga lebih mengenal diri kamu sendiri. Nah, paparan di bawah ini lebih berfokus pada millennial di kawasan urban yang dari lahir sudah tinggal, sekolah, dan beraktifitas di kota-kota besar. Yuk, kita simak!

M

illennial sering didefinisikan sebagai orang yang lahir sesudah tahun 1980, jadi di tahun 2019 ini mereka yang berumur tidak lebih dari 39 tahun. Mereka terlahir saat secara umum kesejahteraan bangsa Indonesia sudah lebih meningkat. Jadi belum pernah merasakan jaman serba terbatas seperti jaman bapak-ibu dulu. Mereka umumnya dibesarkan dalam keluarga yang membolehkan mereka bicara jujur apa adanya, tanpa takut disalahkan.

8

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

Bebas berekspresi, mulai dari cara memakai baju, memilih musik favorit, apalagi dengan ketersediaan informasi yang jauh lebih luas dibanding generasi orangtuanya. Era informasi sekarang menyebabkan bukan lagi “mencari informasi� tapi justru bagaimana “memilah dan menyaring informasi� yang datang bagaikan banjir. Sehingga hal-hal tersebut membuat generasi ini cenderung untuk optimistis karena percaya esok matahari akan pasti terbit dan terbiasa terus

terang mengutarakan pendapat. Dibalik kebebasan itu, anak millenials cenderung dituntut untuk berprestasi di sekolah dengan jam sekolah yang panjang, ditambah berbagai les sesudahnya yang sering kali melelahkan tidak hanya fisik tapi juga mental, apalagi yang ada di pikiran sebenarnya adalah main, main, dan main. Mereka yang dianggap berhasil adalah mereka yang bisa mendapatkan nilai akademis tinggi, berprestasi di olahraga atau seni.


MILLENIAL NEWS

Dengan tekanan ini, banyak millennials menjadi lebih akrab dengan video games dan internet dibanding belajar berinteraksi dengan teman sekitar, mengamati alam, atau melakukan kegiatan fisik seperti berkemah, berenang, atau semacamnya. Akibat semua faktor di atas cenderung menghasilkan generasi yang ditandai 2 dorongan dalam diri sendiri yang sedemikian kuat, sehingga melebihi logika yaitu: • “I wanna do what I love to do, EVERYDAY!” Jika sudah suka akan sesuatu, atau biasanya diklaim sebagai my passion, maka di luar hal tersebut akan segan untuk dijalani. • “I wanna do something good, to make me feel good.” Dengan berbuat baik buat sekitarnya, maka dia merasakan hal yang baik juga buat dirinya sendiri. Jika mulai mengurangi penggunaan plastik misalnya, dia akan merasa bahwa dirinya sudah berbuat baik untuk masa depan, dan itu membuat perasaan dirinya jadi lebih baik. Nah, Hal-hal di atas berakibat pada beberapa tuduhan miring seperti di awal artikel ini. Ketersediaan atau bahkan kebanjiran informasi

menyebabkan mereka selalu ingin mendapatkan jawaban serba cepat dan tidak fokus. Itulah makanya ada istilah “kids jaman NOW”, ketika jawaban berbagai pertanyaan bisa dicari dengan mudah lewat Mbah Google. Akibatnya juga adalah sebuah keputusan yang dirasakan diambil dengan lambat, biasanya oleh para atasan yang generasi X atau bahkan Baby Boomer, akan direspon dengan sebuah kegusaran dan jika terjadi berulang kali akan menyebabkan rasa frustasi. Itu juga kenapa mereka cenderung disebut tidak loyal di dunia kerja, karena frustasi di tempat kerjanya sekarang dengan ritme kerja dianggap lamban. Ditambah dengan kebiasaan untuk bicara terus terang tanpa takut merasa salah, menyebabkan cara mengutarakan pendapat mereka sering ditanggapi sebagai tidak sopan atau tidak tau diri. Tapi apakah mereka selalu bersikap “negatif”? Tidak juga, contoh positif mereka adalah: • Kebersediaan untuk menerima berbagai keberagaman. Beda ras, agama, warna kulit, cenderung lebih bisa diterima di generasi millennials, karena informasi yang mereka cerna sudah menunjukkan

bahwa di dunia ini memang ada banyak perbedaan, sehingga lebih terbiasa. • Lebih mau untuk bekerja sama, bahkan mereka lebih suka bekerja dalam kelompok dibanding sendiri. Berbagai startup yang didirikan lewat dasar pertemanan dan kesamaan ide, tanpa memandang agama, suku, atau ras adalah salah satu contohnya. Pada akhirnya, sebenarnya setiap generasi punya karakteristiknya sendiri. Komunikasi jujur dan keterbukaan untuk mendengar pihak lain menjadi kunci agar setiap generasi bisa saling bekerja sama. Toh, millennials yang akan segera menjadi penentu arah negara dan masyarakat, maka sebaiknya mereka dibekali, bukan dicurigai dan dimusuhi. Di saat yang sama pun, millennials pun harus belajar mengerti dan punya sensitifitas yang cukup untuk mendengar dan mengerti generasi sebelumnya. Alangkah indahnya jika semua orang bisa saling mengerti dan mau bekerja sama tanpa mengharuskan mereka menjadi orang lain. Millennials, just be yourself! Editor: Tmy IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

9


THE FACULTY

Dosen Dengan Segudang Pengalaman Risa Bhinekawati

10

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

Jika kamu berpikir kamu anak yang ambisius, wah, kamu harus bertemu Ibu Risa. Ibu Risa Bhinekawati adalah seorang dosen di IPMI International Business School. Sesuai kata-katanya, ia mengajar “apapun yang berhubungan dengan soft skills dan development�. Daftar kelas yang diajarnya tuh rasanya tak ada habisnya – ia mengajar mata kuliah International Human Resources, Organizational Behaviour, Corporate Strategy, Sustainability and Global Outlook. Ia juga me-riset Social Entrepreneurship dan yang berhubungan dengan CSR dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Ia bahkan telah menulis sebuah buku yang berhubungan dengan topik-topik tersebut, yang utamanya bersumber dari disertasi PhD-nya. Salah satu bukunya berjudul Corporate Social Responsibility and Sustainable Development: Social Capital and Corporate Development in Developing Economies, diterbitkan oleh Routledge Publishing dari United Kingdom.


THE FACULTY

Y

uk mundur sedikit. Ibu Risa ini lahir di Pontianak tapi tumbuh besar di Jakarta. Ia menerima gelar Sarjananya dari Universitas Indonesia sambil waktu itu bekerja juga. “Saya bekerja di pagi hari dan belajar di siang hingga sore hari,” cerita Ibu Risa. Selain gelar Sarjananya itu, total Ibu Risa sudah memiliki empat gelar. Termasuk dua gelar Master yaitu MBA, Master of International Public Policy in International Policy, dan PhD in Management yang semuanya diraih dari Australian National University. Sedari dulu ia memang bercita-cita menjadi akademisi, “saya selalu ingin menjadi pengajar, tapi dalam perjalanan karir saya melakukan banyak hal dulu sebelum mencapai cita-cita saya,” ujarnya. Yaitu dengan banyak berkiprah di sektor pemerintahan dan swasta. Ia memulainya dengan bekerja di Kedubes Amerika Serikat yang berada di Indonesia, pada saat itu ia bekerja sebagai Asisten Konsulat dan Spesialis Komersial. Selanjutnya ia memulai bekerja sebagai Ketua dari Perhimpunan Telekomunikasi Indonesia dimana ia memimpin reformulasi hukum telekomunikasi Indonesia di tahun 1997. “Sekarang industry Telco di Indonesia sudah sangat berkembang

pesat ya,” ujarnya. “Saya senang mengetahui bahwa dulu ada kontribusi saya di Industri ini.” Selagi menjalani kuliah Postgraduate-nya di luar negeri – di mana semuanya dibiayai dengan beasiswa dan Ibu Risa konsisten selalu menjadi mahasiswi terbaik di kelasnya – ia tetap terus melanjutkan karir profesionalnya. Ia juga menjalani sebagai Sekjen dari Asosiasi Produsen Sintetis Fiber Indonesia, hingga menjadi perempuan pertama di jajaran Direksi dari Ericsson Indonesia sebagai Vice President of Human Resources & Organization. Di sini, ia menjadi bagian dari Ericsson Global’s Knowledge Management team dan harus sering bepergian antara Stockholm dan Jakarta. Selanjutnya, ia menjadi COO pada Partnership for Indonesian Governance Reform di bawah United Nations Development Programme. Setelah itu, ia lalu memutuskan kembali ke sektor swasta dan menjadi Head of Corporate Affairs di Unilever Indonesia. Setelah selesai dengan gelar Postgraduate-nya yang kedua, Ibu Risa menjadi Ketua dan Executive Director di Danamon Peduli Foundation di mana ia terus melanjutkan kontribusi besarnya kepada masyarakat. “Saya memulai

program pengembangan masyarakat di tahun 2007 dan program kami tersebut yang mengubah sampah pasar menjadi kompos berkualitas tinggi berhasil memenangkan BBC World Challenge di urutan kedua pada tahun 2009!” Dan sekarang, selain berprofesi sebagai dosen di IPMI, Ibu Risa tetap mengerjakan apa yang menjadi passion-nya. Sebagai pendiri dan pemilik dari PT. Bhineka Belitung Lestari, ia mengembangkan bisnis sosial di cagar alam Belitung untuk tumbuhan langka yang disebut Ceylon hill gooseberry atau Karamunting. Ibu Risa bangga bahwa ia mampu memulai projek ini yang terus berjalan sebagaimana ia menginginkan ini bisa menjadi warisan dari dirinya. “Tiga hal yang kita tinggalkan ketika kita wafat yaitu anak kita yang berdoa untuk kita,” mulainya, “ilmuilmu pengetahuan yang kita bagikan, itulah sebabnya saya ingin menjadi akademisi, dan harta kita yang bisa digunakan oleh banyak orang.” Dengan mata berbinar, Ibu Risa menutup, “mimpi saya bahwa usaha agroforestry yang sedang berjalan ini bisa menjadi kontribusi dari saya kepada komunitas di sekitar cagar alam sehingga mereka mendapat keuntungan dan mendapatkan penghasilan.” IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

11


ALUMNI

Kamu mungkin pernah melihat Chintara Diva Tanzil, dikenal sebagai “Diva,” di layar televisi kamu sewaktu ia beraksi di Ring of Fire Adventure bersama keluarganya, tapi tahukah kamu bahwa ia juga adalah alumni dari IPMI BBA?

DIVA TANZIL

Semangat Bekerja Sesuai Passion

S

etelah sibuk syuting program ekspedisi di televisi selama empat tahun, Diva berkuliah dan menyelesaikan program empat tahun Sarjana di IPMI hanya dalam waktu tiga tahun! “Alasan aku belajar

12

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

di IPMI dikarenakan ini adalah boutique campus,” – yang artinya institusi pendidikan tinggi yang berskala kecil, satu kelas tidak banyak mahasiswa. “Waktu juga adalah salah satu faktor penting untuk aku, jadi aku ingin belajar dalam waktu singkat

tapi dengan konten belajar dan kurikulum yang sangat bagus. Nah, waktu kuliah aku juga pas sekali; aku bisa menyusun jadwal aku berdasarkan waktu aku sendiri! Mahasiswamahasiswi lain juga bisa melakukan ini, dan ini adalah salah satu hal menarik dari IPMI.”


ALUMNI

Diva menceritakan bahwa IPMI memiliki beberapa hal lain yang menarik, “aku mendapatkan banyak eksposure ke komunitas alumni karena sekolah bisnis IPMI memiliki jaringan alumni yang besar dan mereka semua bonafit – mereka bekerja untuk perusahaan – perusahaan besar dan mereka memiliki track records yang bagus,” ujarnya sambil tersenyum, “juga dikarenakan kampusnya belajar dalam bahasa Inggris!” Diva Tanzil tidak hanya lulus dan mendapatkan gelar Sarjana Manajemennya lebih awal, ia juga akhirnya bekerja korporat di Rabobank Foundation. Yang artinya ia menjalani dari kesibukan ekspedisinya, lanjut ke kehidupan kampus, dan lanjut bekerja, semua terjadi dalam waktu kurang dari empat tahun! “Aku menjalani pekerjaan yang seru sih ya di bank,” imbuhnya, “kami fokus di masyarakat yang berbasiskan agrikultur dan makanan. Supplychain kan dimulai dari para petani, yaitu anggota-anggota koperasi. Nah, Yayasan tempat aku bekerja ini mengambil beberapa dari pemasukan Bank dan memberikan ke para petani berupa pinjaman

ringan dengan bunga di bawah rate pasar jadi mereka mampu untuk membangun modal keuangan mereka sendiri dan menjadi lebih bankable dalam untuk jangka panjang.” Dari pengalaman Diva di Ring of Fire Adventure, Diva memberikan rekomendasi kemana untuk pergi berwisata di Indonesia, “Turis seharusnya mengunjungi area-area di timur Indonesia; dimulai dari Bali lanjut ke lebih timur lagi, seperti NTT atau NTB karena dengan begitu mereka jadi diuntungkan dari stimulasi ekonomi lokal.” Meskipun arus kedatangan turis akan menolong perekonomian di area-area tersebut, Diva juga menambahkan bahwa ada juga dampak buruk yang bisa terjadi dengan datangnya turisturis tersebut, “terkadang turis-turis Barat tanpa sadar menghancurkan harga pasar di area

tersebut dengan memberikan tips yang sangat besar.” “Aku sangat suka dengan apa yang aku kerjakan karena saya passionate dengan itu semua,” lanjutnya, “aku gak berasa seperti banker karena aku bisa tidur di malam hari mengetahui bahwa saya menolong orang yang membutuhkan! Aku bisa menikmati fasilitas korporat, tapi aku juga bisa menikmati pergi ke desa-desa dan membuat sepatu boots aku kotor; rasanya senang bisa hidup seimbang antara korporat dan travelling seperti waktu membuat dokumenter Ring of Fire dulu.” Dari pengalamannya, Diva mengajak mahasiswa-mahasiswi dan alumni IPMI untuk bekerja sambil mencari apa yang kamu passionate – lalu mencari pekerjaan yang bisa menambahkan semangat tersebut seperti yang Diva lakukan!

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

13


SNAPSHOT

Photo: Le Lemper Paris

Photo: LSIS 2018 “Lomba Simulasi Investasi Saham 2018� yang sering dikenal dengan sebutan LSIS di lingkungan kampus IPMI telah berhasil digelar pada 2018 lalu. Kick-off rangkaian acara yang dimulai pada bulan Juli 2018 lalu dan berakhir pada November 2018 diikuti oleh 45 tim dari 26 SMA dari berbagai kota dengan total 141 pelajar. Tujuan ini adalah agar semakin banyak generasi muda bisa mengerti dan memahami keuangan terutama investasi saham sedari muda. Jika sekolah kamu belum mengikuti LSIS di IPMI International Business School, ayo bentuk tim kamu dan ikuti kompetisinya!

Tim student BBA IPMI International Business School, yaitu Aulya Afrilianto, Citra Fathia Anggia, dan Daniya telah berkompetisi pada ajang Agorize di Paris, Perancis pada 17 Januari 2019 lalu dan berhasil memenangkan kategori Growth Hacking! Dengan kemenangan tersebut, mereka berhasil membawa pulang hadiah senilai â‚Ź2500 dan kesempatan mendapatkan support untuk magang di Perancis! Well done and congratulations!

Photo: Youth Global Forum

14

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

Alumni BBA IPMI yaitu kak Nazneen Judge (yang sekarang juga berkuliah MBA di IPMI) bersama dengan rekannya, kak Faruqi Ismail, berkompetisi di Youth Global Forum 2018 di Paris, Perancis dan berhasil memenangkan award di kategori Social Media! Di acara ini, IPMI International Business School juga berpartisipasi sebagai partner Akademik dan memberikan beasiswa bagi pemenang utama. Selain juga berkontribusi dengan menghadirkan pembicara ahli dari Faculty member yaitu Bapak dosen Ardo Dwitanto untuk sesi Finance.


IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2

15


16

IPMI - COOL! 2019 | EDISI 2


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.