Ayat-Ayat Antiteror Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
Ibn Ghifarie, dkk
Irfanika
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
1
Seri Catatan Online Ayat-Ayat Antiteror Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror Penulis: Ibn Ghifarie, dkk Penyunting: Sukron Abdilah Desain Isi: RonKreativa Desain Sampul: Badru Tamam Mifka Hak cipta dilindungi undang-undang All Rights reserved Cetakan I, November 2009 Diterbitkan oleh Penerbit Irfanika Irfani Publishing House Jln. A.H. Nasution Gg. Kujang No 61B Rt 04/Rw 05 Cipadung Bandung 40614. Kontak 081322151160 Weblog: http://irfani-publishing.blogspot.com email: publikairfani@gmail.com Didistribusikan oleh Blogger SGD Website: http://www.sunangunungdjati.com email: marketingbuku@sunangunungdjati.com No Kontak: 081322151160
2
Ayat-Ayat Antiteror
Daftar Isi Pengantar Penerbit Blog, Area Bebas Berkarya - 5 PROLOG Definisi dan Akar Terorisme - 9 Oleh ASM Romli CATATAN ANTITEROR MANG UKON Jihad bukan Qital! - 15 Main Petak Umpet dengan-Nya - 19 Pengebom; Gila dan Putus Asa? - 25 Ciptakan Harmonitas - 29 CATATAN HATI-HATI GURU BADRU Iblis Setitik, Rusak Manusia Sebelangga - 35 Menangis di Depan Zenajah Ayah - 40 Cinta Itu Ada Atau Tak Ada? - 44 Demonstrasi - 53 CATATAN CINTA DAMAI IBNU Terorisme dan Dialog Antaragama - 59 Apa Arti Kebebasan Beragama Bagi Indonesia - 66 Pelaku Bom dan Pendidikan Perdamaian - 69 CATATAN SPIRITUALITAS OM AMIN Refleksi Kebahagiaan Hakiki - 75 Yang Tenang; Menghayutkan - 81
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
3
Jumat Gate - 85 Karena Jenggot dan Topi - 90 Mencari Kejujuran yang Hilang - 94 BAGIAN INTI KORESPONDENSI ANTITEROR Amankah Indonesia dari Teror?(Sukron Abdilah)- 100 Teror dan Rasa Takut (Badru Tamam Mifka) - 104 Berjamaah dengan Bijak (Sukron Abdilah) - 109 Ayat-Ayat Antiteror (Ibn Ghifarie) - 113 Syair Antiteror (Sukron Abdilah) - 117 Kekuatan Bahasa dan Bait-bait Rumi (Ibn Ghifarie) - 121 Terorisme Anak Muda (Reza S Nugraha) - 126 Iblis Setitik, Rusak Manusia Sebelanga - 131 EPILOG Membela Cinta, Melawan Terorisme - 137 Oleh Radea Juli H. Hambali
4
Ayat-Ayat Antiteror
Pengantar Penerbit Blog, Area Bebas Berkarya
B
agi manusia bebas, area blog menjadi ajang melahirkan karya berupa kegelisahan, kritik, saran, bahkan gudang penyimpanan ide. Naskah mentah buku ini sebetulnya merupakan kumpulan artikel, curhat, dan refleksi blogger tentang peristiwa teror di Indonesia. Tulisan-tulisannya unik. Sebab, setiap blogger memiliki perspektif yang ragam dalam menafsirkan fenomena teror yang cenderung diinisiasi keyakinan bernama “jihad�. Namun, keberbedaan itu tetap bermuara pada sebuah upaya menafsirkan fenomena laku lampah manusia yang kasar dan bengis; sebagai tindakan yang mesti dijauhi. Gagasan Ayat-Ayat Antiteror ini tercetus karena kami, blogger Sunan Gunung Djati, merasa perlu meluruskan pemahaman salah kaprah dalam melegitimasi aksi teror dan diskriminatif. Wacana teror, kini dapat disaksikan di manapun. Di instansi pemerintahan, dengan kebijakan tidak populis. Di lembaga keagamaan, dengan klaim kebenaran satu pihak (truth klaim). Aksi demonstrasi yang tak beretika. Kecurigaan-kecurigaan tak berdasar. Dan segala hal yang dapat memicu
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
5
seseorang melakukan tindakan teror, mesti diberangus dan diberantas agar tak bersemayam dalam diri. Kini, saatnya, kita menggelorakan gerakan antikekerasan dalam setiap ranah kehidupan. Yang jelas, isi buku ini hadir sebagai wakil suarasuara minoritas karena secara substansi mungkin tidak akan dilirik sebuah media massa. Kendati, ada sebagian tulisan dari beberapa blogger yang dipublikasikan media, namun isi buku ini lebih didominasi tulisan asli blogger yang tanpa ada editing subtansinya. Bagi saya, hanya satu alasan kenapa perlu menerbitkannya menjadi sebuah buku cetak, karena kebebasan berpendapat harus diberi ruang di negeri ini. Tak salah kalau saya menyebut blog sebagai area bebas berkarya. Kita, tanpa ada tekanan dari siapa pun, menuliskan pemikiran dan ide secara leluasa. Tanpa tekanan pemilik modal, editor yang pro pengusaha atau pasar, dan ini dapat dilihat dari tulisan kawan-kawan saya ini. Sebagai editor, saya memberi kata pengantar hanya untuk memberi tahu pembaca. Jangan mencaci, jangan memaki, jangan meledek. Karena kami begini-begini juga telah berkarya secara bebas. Hebatnya lagi, blogger adalah penulis yang ikhlas menuangkan ide. Ketika tidak mendapatkan fee dari sebuah media yang memposting tulisannya di sebuah web, mereka tidak menuntut materi. Inilah yang
6
Ayat-Ayat Antiteror
disebut dengan menulis berdasar kepuasan eksistensial. Adapun kalau betul mendatangkan keuntungan, itu hanya sebuah efek samping yang berkah dari Tuhan. Karena Dia telah memberi balas jasa untuk mempertahankan hidup di tengah dunia yang semakin mengarah pada gaya hidup duitisme. Baik dan buruknya buku Ayat-Ayat Antiteror tergantung pada penilaian Anda. Selanjutnya, silakan Anda menikmati karya yang tak biasa ini. Yang jelas, sebagai manusia beradab; kita mesti menggelorakan hidup tanpa kekerasan. Mudah-mudahan buku ini bisa menjadi langkah awal menyatukan umat beragama pada semangat kebersamaan, tanpa ada diskriminasi dan kekerasan.Terima kasih kepada kang Romel dan Kang Radea, karena tulisannya rela dijadikan sebagai Prolog dan Epilog. Selamat membaca! 12 September 2009 Sukron Abdilah Penyunting
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
7
8
Ayat-Ayat Antiteror
PROLOG Definisi dan Akar Terorisme
T
erorisme sebenarnya merupakan istilah yang kabur dan bermakna ganda (ambiguous). Di kalangan akademisi atau ilmuan sosial-politik pun tidak ada kesepakatan tentang batasan pengertian (definisi) istilah yang kesannya mengerikan itu. Sebelum kita membahas tentang akar terorisme atau sumber, faktor, atau penyebab lahirnya aksi-aksi teror, kita harus menyepakati dulu tentang definisi terorisme. Tidak ada satu pun definisi terorisme yang diterima secara universal. Yang jelas, dan ini pastinya disepakati, terorisme merupakan sebuah aksi atau tindak kekerasan (violence) yang merusak (destructive). Secara etimologis, terorisme (terrorism) berasal dari kata terror. Menurut Oxford Paperback Dictionary, terror artinya extreme fear (rasa takut yang luar biasa), a terrifying person or thing (seseorang atau sesuatu yang mengerikan). Terrorism diartikan sebagai use of violence and intimidation, especially for political purposes (penggunaan kekerasan dan intimidasi, utamanya bagi tujuantujuan politik).
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
9
Terorisme memiliki karakter khas, yaitu penggunaan kekerasan secara sistematis untuk mencapai tujuan politik. Metodanya adalah pengeboman, pembajakan, pembunuhan, penyanderaan, atau singkatnya: “aksi kekerasan bersenjata�. Dr. Knet Lyne Oot, mendefinisikan terorisme sebagai : a). Sebuah aksi militer atau psikologis yang dirancang untuk menciptakan ketakutan, atau membuat kehancuran ekonomi atau material; b). Sebuah pemaksaan tingkah laku lain; c). Sebuah tindakan kriminal yang bertendensi mencari publisitas; d). Tindakan kriminal bertujuan politis; e). Kekerasan bermotifkan politis; dan f). Sebuah aksi kriminal guna memperoleh tujuan politis atau ekonomis. Jika definisi tersebut dipakai, perang atau usaha memproduksi senjata pemusnah umat manusia dapat dikategorikan sebagai terorisme. Para pemimpin negara industri maju (Barat) dapat dijuluki “biang teroris� karena memproduksi senjata pemusnah massal seperti peluru kendali. Sementara Encyclopedia Americana menyebutkan, terorisme adalah penggunaan atau ancaman kekerasan yang terbatas pada kerusakan fisik namun berdampak psikologis tinggi karena ia menciptakan ketakutan dan kejutan. Keefektifan terorisme lebih bersifat politik ketimbang militer. Dengan demikian, aksi teroris dimaksudkan untuk mengkomunikasikan
10
Ayat-Ayat Antiteror
sebuah pesan. Di sini, terorisme bisa dipahami sebagai salah satu bentuk komunikasi dengan kandungan “pesan politik”. Secara konvensional, “terorisme” ditujukan pada aksi-aksi kaum revolusioner atau kaum nasionalis yang menentang pemerintah, sedangkan “teror” merujuk pada aksi-aksi pemerintah untuk menumpas pemberontakan. Pada prakteknya, pembedaan antara “terorisme” dan “teror” tidak selalu jelas. Istilah terorisme, menurut Noam Chomsky, mulai digunakan pada abad ke-18 akhir, terutama untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan pemerintah yang dimaksudkan untuk menjamin ketaatan rakyat. Istilah ini diterapkan terutama untuk “terorisme pembalasan” oleh individu atau kelompok-kelompok. Sekarang, pemakaian istilah terorisme dibatasi hanya untuk pengacau-pengacau yang mengusik pihak yang kuat. Inilah yang terjadi sekarang. Dalam Kamus Amerika Serikat (AS), terorisme adalah tindakan protes yang dilakukan negara-negara atau kelompok-kelompok “pemberontak”. Pembunuhan seorang tentara Israel oleh HAMAS, misalnya, disebut aksi terorisme. Namun, ketika tentara Israel membantai puluhan, ratusan, bahkan ribuan warga Palestina bukanlah aksi teror, melainkan aksi “pembalasan”. Demikian pula ketika pesawat-pesawat tempur AU AS mengebom Irak, itu bukan terorisme, tetapi
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
11
“pembalasan” (retaliation). Atau ketika Israel berkalikali menindas dan membantai rakyat Palestina, mengebom basis pejuang Hizbullah di Libanon, atau markas HAMAS dan Jihad Islam, bukanlah terorisme tetapi pembalasan, serangan untuk mendahului sebelum diserang (preemptive strike), atau tindakan hukuman (punitive action). Namun ketika PLO –atau salah satu faksinya– melakukan aksi kekerasan dipandang AS dan Israel sebagai aksi “terorisme”, bahkan PLO pada awalnya dinilai sebagai “organisasi teroris” dan pemimpinnya, Yasser Arafat, sebagai “biang teroris”. Contoh lain, ketika pasukan India menembaki para pejuang Muslim Kashmir atau membantai penduduk Kashmir, bukanlah terorisme tetapi “mengatasi gerakan separatis”. Demikian halnya ketika pasukan pemerintah Filipina menggempur para pejuang Muslim Moro di Filipina Selatan. Namun, adalah terorisme ketika para pejuang Kashmir menyerang tentara India dan pejuang Muslim Moro menyerang tentara Filipina. Jadi, terorisme dapat dipandang sebagai alat perjuangan kemerdekaan atau alat merusak kemanusiaan dengan kezaliman. Yang jelas, sebuah aksi yang kemudian disebut “teror” dilontarkan satu pihak manakala kepentingannya dihancurkan. Banyak kelompok pejuang terpaksa mengambil jalan kekerasan sebagai alternatif terakhir –dengan
12
Ayat-Ayat Antiteror
risiko dicap “teroris”– untuk mencapai tujuan politisnya. Penculikan, pembunuhan, dan serangan “bom bunuh diri” kelompok HAMAS terhadap tentara Israel, misalnya, merupakan bagian dari intifadhah untuk mengusir penjajah Israel dari tanah Palestina. Dengan cara itu juga mereka menunjukkan eksistensinya. Para pejuang Kurdi juga terpaksa menempuh jalan kekerasan agar tuntutannya tentang sebuah negara merdeka bagi bangsa Kurdi (Kurdistan) dipenuhi. Ketika pada 1993 lalu mereka secara besarbesaran menyerang lembaga-lembaga pemerintah Turki (kedutaan besar, konsulat, bank) di 29 kota di seluruh Eropa, tidak lain untuk menekan Turki agar memenuhi tuntutan mereka diberi hak kemerdekaan di wilayah tenggara Turki. Terorisme yang menjadi isu utama dunia saat ini adalah aksi kekerasan oleh kelompok tertentu untuk melawan dominasi Amerika Serikat di pentas politikekonomi internasional. Kelompok-kelompok yang merasa dizalimi oleh AS kemudian melakukan perlawanan dalam bentuk serangan-serangan terhadap berbagai fasilitas atau kepentingan AS di mancanegara. Ketika kita sekarang berbicara tentang terorisme, sebenarnya kita sudah terjebak pada wacana yang dimunculkan AS. AS-lah yang menjadi agenda setter dalam wacana terorisme ini, ketika negara adidaya
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
13
itu merekayasa peristiwa 11 September 2001 disusul dengan Kampanye Antiterorisme Internasional. AS “menciptakan� dua aktor teroris sekaligus, yakni Al-Qaeda untuk tingkat internasional dan Jamaah Islamiyah (JI) untuk tingkat regional Asia Tenggara khususnya Indonesia. Jadi, sebenarnya kalau kita mencari akar terorisme, maka akan kita dapati dua hal, yakni adanya dominasi AS sebagai satu-satunya negara superpower dan perilaku politik (political behavior)-nya yang hipokrit serta ketidakadilan yang diakibatkannya. ASM Romli
14
Ayat-Ayat Antiteror
CATATAN ANTITEROR MANG UKON Sukron Abdilah, Lahir di Garut, 22 Maret 1982. Alumnus Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung. Sehari-harinya menjalani profesi penulis Lepas di beberapa media cetak dan koran online (Harian Online Kabar Indonesia, Kompasiana) lokal (Medikom, Galamedia, Tribun Jabar) maupun nasional (Pikiran Rakyat, Kompas, SINDO, Pelita) dengan isuisu Budaya Sunda, Sosial, Politik, Agama dan Kearifan Lokal.
Pertama Jihad Bukan Qital!
K
ematian memang benar adanya. Seateis apa pun seorang manusia, dia pasti memercayai bahwa mati adalah nyata. Dari kematian inilah, seperti dibilang M. Quraish Shihab - dalam kata pengantar buku Psikologi Kematian - menumbuhkan optimisme dan pesimisme. Tindakan teror pengebom di Kuningan, 17 Juli 2009, saya pikir masuk ke kategori orang-orang yang pesimis. Hidup yang sedemikian berharga diakhiri dengan ledakan bom bunuh diri. Pesimis karena tidak mau atau bosan atau tidak menganggap hidup sebagai lahan menuai pahala. Saya bertanya pada diri sendiri, apakah pepatah Nabi, “Hayatuna kulluha ibadatun� (Hidup di dunia adalah ladang beribadah kepada-Nya) tidak mereka
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
15
simak baik-baik? Apakah si M.Top — yang dicurigai antek intelejen asing — itu memahami jihad sebagai qital (perang)? Teman saya, Ahmad Fuad Fanani, di harian Kompas memberi pemahaman ada kesalahan memahami istilah jihad. Padahal, lanjutnya, jihad berbeda dengan perang fisik. Jihad, lebih dekat dengan pengerahan potensi pikir. Maka, di dalam khazanah keilmuan Islam kita mengenal istilah “ijtihad” dan “mujtahid”. Kedua istilah ini seakar kata dengan jihad dari wajan jahada. Ja-ha-da arti dasarnya adalah sungguh-sungguh. Jadi kalau diartikan perang fisik itu tidak tepat. Perang fisik tepatnya menggunakan istilah “qital” dan dalam Islam si qaatil (pembunuh) dengan si maqtul (yang dibunuh), mereka masuk neraka (fi al-nar). Ini bukan berarti yang menjadi korban ledakan masuk neraka. Tidak, mereka tidak akan pernah masuk neraka. Karena saya bukan Tuhan, yang berhak memasukkan ke surga dan neraka. Maksud si qaatil dan si maqtul itu masuk neraka adalah ada pesan perdamaian yang diusung agama Islam. Kita, sesama manusia jangan pernah berperang. Adapun soal peperangan zaman nabi, itu adalah usaha defensif dari serangan musuh. Dan, di zaman kini peperangan adalah cara kuno alias barbar, apalagi melihat ledakan bom di Kuningan. Itu bentuk pesimisme yang agresif dan tak manusiawi. Dan, sekali lagi itu bukan jihad.
16
Ayat-Ayat Antiteror
Saya mempunyai kisah singkat penuh anekdot tentang muslim Indonesia. Mang Udin di kampung saya dibikin bergeleng-geleng kepala. Triping karena kepusingan, ada umat Islam yang bertindak seperti itu (meledakkan diri untuk membunuh warga tak berdosa). Saking pusingnya, dia tidak mau shalat ke masjid dan malu mengaku sebagai Muslim. Dia juga menamai anak-anaknya dengan nama Asep Groban, Melly Swallow, dan yang bungsu dinamai dengan Makmur Geliat. Ketika ditanya kenapa melakukan hal itu, dia menjawab, “Berabe, dik, kalau anak saya dinamai Muhammad, Ghifarie, Musthafa, Abu Bakar, Umar, dan nama muslim lainnya. Nanti kalau dia sekolah keluar negeri, khususnya Amerika Serikat, bakal dipersulit. Boleh jadi si Asep kalau saya namai Saifullah, si Melly saya namai Maimunah, dan si Makmur saya namai Muhamad, mereka susah mendapatkan beasiswa ke luar negeri.� Lagi-lagi kejadian teror bom itu membentuk si Muslim menjadi pesimis tentang masa depan anaknya. Meski ini anekdot, namun ada hikmah yang tersebunyi: kita mesti menjaga nama baik. Citra, tentunya, ditentukan oleh gambaran baik dan buruknya perilaku. Dari 100 persen penduduk muslim Indonesia, yang memahami jihad sebagai qital; saya pikir tidak lebih dari lima persen. Namun, meskipun
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
17
kecil, suaranya seperti kendaraan bajaj di Jakarta. Kecil, tetapi brisik!!!. Itulah Ayat-Ayat Antiteror dari saya. Sebuah pemahaman akan tanda-tanda yang Tuhan berikan kepada manusia untuk mengarif i kehidupan: berdamai dengan sesama manusia, bukan berperang dan saling menghancurkan. Terorisme adalah penghancur peradaban, yang sempat jadi alasan malaikat memprotes Tuhan, kenapa menciptakan manusia. Nanti disambung surambung lagi. Saatnya blogger menyuarakan antiteror!!!!
18
Ayat-Ayat Antiteror
Kedua Main Petak Umpet dengan Tuhan
T
uhanku, Allah yang Maha Super KebaikanNya menciptakan matahari dengan iktikad yang Maha Super Kebaikan juga. Hari-hari ini saya begitu terobsesi dengan matahari. Terobsesi bukan berarti saya penyembah matahari. Hanya mengagumi begitu taatnya matahari pada sang pencipta untuk terbit dan tenggelam sesuai yang diperintahkan Tuhan. 2012 nanti, katanya, matahari bakal pensiun karena ada ramalan yang menggegarkan kalangan cerdas perkotaan. Ya, ramalan itu adalah KIAMAT! Kenapa bagi warga perkotaan? Sebab, film-film yang diproduksi orang asing, seperti DoomDay, terlihat ada semacam ilmiahisasi KIAMAT ini. Dari mulai penjelasan ilmiah tentang meteor yang jatuh ke bumi dan menghancurkan, sampai pada mencairnya kutub Utara. Itu bisa disaksikan di film-f ilm tentang Kiamat. Ya, perusahaan f ilm menangkap peluang pasar penonton yang notabene masih memercayai bahwa Kiamat benar adanya. Saya sempat bergurau dengan blogger, Dasam Syamsudin dan Ibn Ghifarie, tentang kiamat 2012.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
19
“Wah, harus cepat-cepat menikah nih! Sayang kalau belum menikah. Belum merasakan surga dunia.” Kembali pada sang matahari yang sebegitu taat menjalankan titah Tuhan. Bisa anda bayangkan kalau matahari seperti manusia. Ketika disuruh A, malah melakukan B. Pun begitu ketika dilarang melakukan B, ia masih main petak umpet dengan Tuhan, melakukan C. Seperti yang terjadi pertengahan juli 2009. Bom meledak di dua hotel, yang malas saya tulis namanya. Tuhan, memerintahkan jangan melakukan itu. Eh, malah ada juga orang yang melakukannya. Kalau betul para pelaku dari kalangan beragama, itu adalah bentuk dari petak umpet tak asyik dengan Tuhan. Kalau juga betul, muslim ada di belakang kejadian ini. Saya merasa tidak sependapat dengan peneror. Mereka menggusur pemahaman agama ke arena publik yang plural dan majemuk. Sebuah kondisi yang sangat dihargai oleh Al-Quran dengan memuat kalimat “lita’arafuu” (saling kenalmengenal) dalam teks suci nan kramat. Kenapa Tuhan menciptakan keragaman ialah untuk mempraktikkan “saling kenal-mengenal”. Memang betul kalau jaringan M.Top itu dikenal masyarakat internasional. Namun, dikenal karena merusak citra umat Islam. Saya baru tahu, kalau M.Top itu singkatan dari Muhammad Top dari Koran Kompas. Tapi, tidak percaya kalau dia asli memiliki nama Muhammad.
20
Ayat-Ayat Antiteror
Nabi Muhammad sudah dijual dan dirusak oleh si M.Top karena ada kesan bahwa junjungan kita melegitimasi teror. Berlakulah hukum Shakespeare, “what’s name?”, apalah arti sebuah nama. Muhammad adalah orang suci, orang yang ramah, sopan, santun, dan tidak gampang emosi. Bahkan ketika ada sahabat yang mencoba melakukan bunuh diri dengan cara terjun langsung ke gerombolan para penyerang atau musuh, dia melarangnya. Saya menemukan ayat berbunyi, “wala taqtulu anfusakum bil bathili”. Artinya, jangan (sekali-kali) kalian membunuh diri sendiri atau orang lain dengan caracara yang batil. M.Top dengan menggunakan nama Muhammad serasa tidak enak di dengar. Nama pavorit umat Islam ini juga, akan sedikit tercoreng dan bahkan ketika ada nama Muhammad di passport, so pasti, dong, bakal terganjal di bandara Amerika sana. Ini akibat ulah peneror yang mencantumkan nama Muhammad. Seperti dalam buku teranyar, Bambang Q-Anees berjudul, “Bila Rasulullah Bertamu ke Rumahmu” (MPP, 2009). Di buku itu saya menemukan sindiran-sindiran kritis bagi pelaku teror. Mereka, seperti dibilang Bambang Q-Anees, piawai mengutip Al-Quran dan Hadits, namun melupakan sunah rasul. Sunah itu adalah kesopanan, menghargai, kesantunan, dan kelemah-lembutan yang dipraktikkan sang rasul. Bahkan, ketika beliau
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
21
ditimpuki kotoran (maaf) tai unta, tidak membalasnya. Malahan, menjadi orang pertama yang mengunjungi sang pelempar tai unta itu. Ledakan bom di Kuningan, termasuk cara bathil. Definisi bathil, adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan garis norma yang berlaku di masyarakat. Yang menyimpang, salah, dan biadab. Makanya shalat akan terkategori batal kalau tidak memenuhi tata aturan yang berlaku. Misalnya, shalat dilaksanakan dengan hanya memakai (maaf) celana dalam saja. Sambil ketawa-ketawa, mencubit orang di samping kita, dan memukul imam yang sedang membelakangi. Itulah ibadah shalat yang batal secara fiqihiyah, sufistik, maupun secara muamalah. Sebab, selain mengganggu kenyamanan dan keamanan; itu pantas dilakukan orang gila yang tidak diwajibkan melaksanakan shalat. Jaringan teroris di Indonesia, salah kalau ditimpakan kepada masyarakat sebagai orang-orang yang permisif. Membolehkan tindakan teror. Saya pikir itu tidak bijak dikeluarkan oleh pemerintah dengan cara menuduh mereka membiarkan teroris berkembang dilingkungannya. Masyarakat mungkin tidak akan ada yang merasa enak dibilang mendukung - meskipun menggunakan kata permisif - gerakan aksi teror. Tak arif kalau kita menyalahkan orang lain. Pemerintah juga semestinya mulai membenahi
22
Ayat-Ayat Antiteror
sistem kependudukan yang tidak memberlakukan KTP daerah untuk melakukan transaksi administrasi kepemerintahan. Misalnya, nomor induk KTP saya, seakan tidak berlaku di suatu daerah; sehingga ketika diam di sebuah daerah saya harus rela dipersulit secara administrasi dengan cara harus membuat surat keterangan dari desa. Kalau ada KTP, kenapa penduduk masih dicurigai. Memberlakukan satu KTP untuk satu orang, adalah gagasan tepat. Apalagi, kalau sampai KTP itu bisa dipergunakan untuk mengurus kewajiban membayar PPN. Selama pemerintah belum memperbaiki sistem kependudukan, jaringan teroris di Indonesia bakal tetap ada. Namun, dengan adanya sistem One Number Identity for all juga bukan berarti teroris bakal terkikis habis. Perlu semacam kerja sama pemerintah dengan pihak organisasi keagamaan untuk merealisasikan pesan-pesan antiteror. Terutama di wilayah pedesaan yang kerap dijadikan tempat persembunyian mereka. Warga jangan disalahkan, dong, wong mereka sudah memercayakan kepemimpinan di Indonesia dengan berpartisifasi di pesta demokrasi. Kewajiban pemerintah membenahi kinerjanya. Politik akal sehat, kok, lain di bibir lain di hati; pasti juga lain di tindakan. Lagi-lagi, pemerintah yang gampang menuduh masyarakat - padahal sebagian individu masyarakat sudah melenceng dari prinsip “lita’arafuu�. Mereka
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
23
tidak mau mengenal warga yang dipimpinnya. Sayang, karena sama bejadnya dengan pelaku aksi teror yang main petak umpet dengan Tuhan. Sekian dulu, Ayat-ayat Antiteror dari saya untuk hari ini. Kapan-kapan disambung surambung lagi. Mari kita gelorakan blogger antiteror!
24
Ayat-Ayat Antiteror
Ketiga Pengebom; Gila dan Putus Asa?
G
ila banget! Masih berkeliaran juga teroris di Indonesia. Ada orang yang menenteng bom. Tidak terdeteksi. Memanfaatkan moment pemilu untuk meledakkan diri alias bunuh diri. Korbannya juga warga tak berdosa. Ini bukan berarti warga berdosa pantas menjadi korban pengeboman. Mati harus atas kehendak-Nya. Bukan atas kehendak manusia. Makanya, pembunuhan dalam agama apa pun - kalau anda beragama - sangat berdosa dilakukan. Termasuk pengeboman yang terjadi beberapa hari yang lalu. Terorisme tak habis saya pikir berulang-ulang. Secara pribadi saya membenci praktik teror semacam ini. Pun begitu teror yang lebih rendah dari ini, seperti mencaci-maki, fasis, rasis, dan mendiskriminasi “the other�. Terror adalah semacam pemikiran yang menjadi praktik error seorang manusia. Seperti halnya orang sakit jiwa atau gila di depan kampus saya, yang menyebrang jalan tanpa lihat kiri-kanan. Nyawanya dan nyawa orang lain diabaikan karena otaknya sudah rusak!
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
25
Tak peduli di TKP ada warga tak berdosa, bom diledakkan juga. Kejadian ini adalah pengkhianatan atas nama kemanusiaan. Dan, bagi si pelaku tentunya tak pantas digolongkan sebagai seorang manusia. Wong manusia itu akan menjaga manusia lain dari ancaman kekerasan. Ini berbalik. Manusia dijadikan objek pelampiasan keputusasaannya. Saya bukan intelejen yang pandai mengungkap data-data rahasia. Saya juga bukan presiden yang sekarang sedang memutar pikirannya untuk menyelesaikan soal “kutu busuk� dalam keindonesiaan kita hari ini. Saya adalah rakyat biasa, yang hanya dapat mengutuk aksi teroris ini. Saya hanya bisa mengecam. Paling banter juga menjaga agar di tubuh organisasi saya tidak disambangi orangorang semacam mereka. Hati nurani-nya mati. Tidak merasakan derita keluarga korban yang menjadi aksi kebiadabannya. Panatisme memang banyak melahirkan generasi teroris. Inilah yang sedang saya galakan dan coba informasikan kepada kawan-kawan saya di sebuah organisasi mahasiswa Islam, IMM UIN Bandung. Organisasi saya pernah disambangi orang panatis - bahkan menganggap umat Islam yang belum bersyahadat di depan imam kafir - yang mengkotak-kotakan kebenaran menjadi “hitamputih�. Sama seperti pelaku bom yang menjadikan Indonesia sebagai sarang pemahaman hitam-putih.
26
Ayat-Ayat Antiteror
Pak Hendropriyono, menuduh aksi terror ini dilakukan kaum panatis dan wahabi. Informasi ini saya peroleh dari wawancaranya dengan salah satu stasiun TV. Ia kemudian menyentil kita, yang masih memelihara iklim kondusif bagi lahirnya generasi peneror. Generasi yang gila dan putus asa. Kenapa saya mengatakan gila dan putus asa? Sebab, hanya orang gila saja yang menyia-nyiakan nyawanya dan mengorbankan warga tak berdosa untuk sebuah tindakan putus asa. Hari Sabtu kemarin, di Bandung ada seorang Istri yang nekad naik ke papan Billboard. Ia putus asa melihat suaminya yang hanya bermain kartu dan tidak mencari kerja. Setelah ditampar keras oleh sang suami, muncul niat untuk melakukan bunuh diri. Ia pada posisi itu, jiwanya menjadi labil dan terganggu. Sehingga melahirkan keputusan yang tidak mempertimbangkan orang di sekitar. Kenapa demikian? Saya yang melihatnya juga menjadi merasa khawatir. Itulah keputusan hidup yang menyalahi optimisme. Buya Syafi’I Ma’arif menyebut orang seperti mereka (pengebom) sebagai orang yang hanya memegang ajaran “teologi putus asa�. Perang terhadap aksi terror ini adalah melahirkan kesadaran dalam diri warga, bahwa ideologi yang dapat menumbuh-suburkan mereka, harus mulai diredam dengan berbagai cara. Katakan tidak pada segala
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
27
bentuk penafsiran rigid, kaku, hitam-putih, dan panatisme buta atas pesan-pesan keagamaan. Saya jadi teringat virus komputer, Hubbun, dengan deskripsi teks di notepad, virus itu menyampaikan pesan perdamaian bagi seluruh dunia. Hanya saja, caranya dengan menyebarkan virus di komputer yang melahirkan ketidakdamaian pada teman saya. Sebab, notebook-nya sampai sekarang belum bisa dibenerin. Cyber Terror juga seperti orang gila tidak ya? Kasihan tema saya!!! NB: Menghadirkan potret kekejaman aksi terror dengan pengetengahan derita jiwa keluarga korban, bisa menjadi pembuka katup kesadaran warga: Aksi terror bom adalah praktik kegilaan manusia. Ih…amit-amit kalau kita menjadi bagian dari mereka. Itulah kesadaran yang akan lahir, seandainya korban bom adalah Ibu, ayah, kakak, dan adiknya sang pelaku korban.
28
Ayat-Ayat Antiteror
Keempat Ciptakan Harmonitas
D
i salah satu rumah, dekat sebuah kolam; dua ekor anjing itu berhenti menggonggong. Dulu, saya memiliki tiga ekor anjing untuk menjaga kebun jeruk Garut dari sergapan maling. Kendati, sudah dijaga tiga ekor anjing masih ada saja yang mencoba mencurinya. Entah itu teman, warga kampung lain atau saya bersama kakak saya, Arif. Namun kedua anjing itu selalu menggongong kepada setiap orang. Termasuk dua kakak-beradik yang akan berangkat sekolah, yang kebetulan melewati rumah bercat putih indah tersebut. Dalam menghadapinya, kakak beradik itu memiliki metode yang berbeda. Kalau sng adik selalu membawa beberapa potong singkong rebus. Kakaknya, membawa kerikil tajam. Setiap berangkat sekolah kalau anjing itu menggonggong, sang adik melemparkan sepotong singkong. Sisanya, untuk nanti pas pulang dari sekolah. Alhasil, anjing itu berhenti menggonggong. Nah, anjing yang satunya lagi terus saja menggonggong sang kakak. Sebab, dia melemparkan batu kerikil ke depan anjing itu. Celakanya, sang kakak
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
29
malah lari sehingga sang anjing mengejarnya. Dia pun terjatuh. Pakaiannya kotor. Sementara sang adik, malah dijilati anjing yang menjulur-julurkan lidahnya. Dia berlari tidak cepat, karena anjing itu tidak menggonggongnya. Anjing itu sekejap mata menjadi jinak. Akhir cerita, anjing itu menjadi sahabat sang adik dan musuh bebuyutan sang kakak. Wah, kisah di atas kendati sederhana memuat pelajaran berharga bagi kita. Bagi kaum agamawan, ketika mempraktikkan religiusitas, jangan mudah merendahkan agama lain. Jangan pernah keras dalam membimbing umat. Bahkan, jangan sekali-kali meligitimasi praktik terror. Itu tidak akan mengundang simpati. Melainkan aksi kebencian. Kemudian, ini tafsir kisah yang sangat saya sukai. Kakak beradik itu kalau diumpamakan pemerintahan, hmmm, seperti praktik politik bapakbapak kita. Ketika ada partai yang diindikasikan akan menggonggong terus-terusan, jabatan pun ditawarkan kepada mereka. Jabatannya pun yang sangat “basah�. Sehingga, sedikit demi sedikit suara gonggongannya meredup. Bahkan, tidak terdengar. Itulah tindakan elegan seperti yang dilakukan sang adik. Nah, kalau sang kakak, mirip dengan pemerintahan otoriter. Setiap suara gonggongan ditekan secara keras agar tidak bersuara lagi. Banyak
30
Ayat-Ayat Antiteror
orang yang diculik, bahkan dibunuh, ada juga yang di penjara. Hal itu dilakukan supaya kaum oposan tidak bersuara lagi. Ngomongin pemilu kemarin, saya tak begitu jelas menyimak siapa yang menjadi penjaga suara kiritis rakyat. Sebab, politikus kita bukan satu spesies dengan hewan kesayangan saya ini. Kita tunggu saja, bulan Oktober. Apakah ada yang terus menggonggong atau malah berbalik haluan mendukung gonggongan pemerintah. Gonggongan yang tidak dibarengi aksi nyata, karena sudah kenyang memakan singkong dari sang adik. Ayam, kucing, dan anjing saya selalu berdekatan mesra. Sang ayam tidak mematuk-matuk punggung kucing. Pun begitu dengan kucing. Tidak pernah mencakar dan mengunyah ayam yang masih hidup. Apalagi dengan si dogy. Dia tidak mengisi hari-harinya dengan mengejar ayam dan kucing. Tahukah kenapa mereka harmonis seperti itu? Saya selalu memberi makan mereka bersamasama. Sederhana bukan? Namun manusia tidak sesederhana itu. Kendati kita hidup berdampingan dengan orang yang berbeda. Bertetangga. Berkawan. Dan berteman akrab. Ada satu hari yang tak bisa dilepaskan dari perkelahian. Karena kita memiliki hasrat, keinginan, dan kepentingan. Tak seperti hewan peliharaan saya. Hasrat ada, keinginan ada; namun kepentingan hanya
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
31
nol persen. Kepentingan itu adalah membangun peradaban. Hewan tidak pernah berkepentingan untuk membangun peradaban. Sementara manusia, memiliki kepentingan yang mengarah pada pembangunan peradaban. Inilah yang melahirkan persaingan vis a vis. Sebuah persaingan yang banyak membutakan nurani kita. Persaingan yang banyak melahirkan tindakan makar. Persaingan yang banyak memicu eksploitasi besar-besaran. Persaingan yang memunculkan segala tetek bengek problem dan ketakutan. Inilah yang diistilahkan dengan callange. Tantangan yang didalamnya ada sejuta peluang. Untuk meyakinkan bahwa manusia harus melawan dan menaklukkan tantangan tersebut. Mang Udin, si miskin dari kampung; ketika mencoba bekerja harus memutar otaknya untuk melawan eksploitasi bos perusahaan. Karena dia bekerja sebagai buruh tani, tentunya harus tunduk pada aturan yang diberikan sang pemilik sawah. Islam, agamaku sampai mati, mengajarkan relasi sama rata. Relasi yang tidak memilah-milah. Tidak ada istilah kaya-miskin. Tidak berlaku hukum sosiologis homo homoni lupus. Serigala – dalam Islam – semestinya dapat bergandengan dengan domba yang masih hidup.
32
Ayat-Ayat Antiteror
Namun, itu sulit terealisasi. Harmonis lahir ketika sebelumnya terjadi pertentangan dan konflik. Tuhan selalu membuat manusia tertawa. Menertawakan perilaku yang tidak bisa dijaganya. Perilaku seperti apakah itu? Memberi optimisme hidup kepada orangorang tak beruntung. Kepada si miskin. Kepada si pengangguran. Kepada siapa saja yang membutuhkan uluran tangan kita. Gitu aja kok repot!!!
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
33
34
Ayat-Ayat Antiteror
CATATAN HATI-HATI GURU BADRU Badru Tamam Mifka, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung. Mantan Ketua Umum Lembaga Pengkjian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung. Kini, aktif sebagai cerpenis (Sunda), blogger, juga mengisi aktivitasnya di SAPA Institute (Pusat Pendidikan Informasi dan Komunikasi Perempuan) Bandung sambil merampungkan kuliahnya. Tulisanya, beberapa kali dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat, terutama rubrik Kampus PR.
Pertama
Iblis Setitik, Rusak Manusia Sebelangga
D
osa selalu dianggap sesuatu yang di luar, semacam godaan. Tak heran jika iblis atau setan atau apapun namanya, seringkali dianggap kambing hitam atas terjadinya dosa. Iblis dianggap provokator. Ya Tuhan, lindungi aku dari godaan setan dan iblis yang terkutuk. Begitulah doa singkat yang selalu kita ucapkan setiapkali kita sedikit merasa gentar dalam iman, merasa ingin kebaikan dan keteguhan. Lantas sedekat apakah iblis dengan kita? Sedekat hela napaskah? Seperti apakah bentuknya?
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
35
Semacam hasratkah? Adakah iblis sebagai musuh nyata di luar manusia? Ataukah ia adalah bayangan kita sendiri? Bayangan? Ya, bayangan. Ia muncul karena manusia berada diantara cahaya dan kegelapan. Ia bukan cahaya, bukan pula kegelapan. Ia diciptakan dari potensi keduanya. Jangan heran jika ada manusia yang (memilih) baik, dan ada manusia yang (memilih) jahat. Semua itu tergantung kehendak-diri, hasrat diri. Kelak manusia membangun hukum, aturan, undangundang dan lain sebagainya. Itulah yang membedakannya dengan binatang. Kebebasan hasrat manusia sudah ditempatkan pada aturan dan hukum yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri. Jika hasrat dibiarkan seenaknya melanggar, maka itulah dosa. Dosa adalah pilihan. Jika kita memilih hal yang buruk, maka buruklah kita. Kejahatan lahir karena manusia begitu lemah mengatur dirinya sendiri. Dosa lahir karena kita ceroboh memahami dan mengendalikan keinginan diri. Hasrat tanpa aturan dan cara main yang baik, adalah hasrat iblis. Hawa nafsu tanpa filterisasi, sumber kejahatan, rahim lahirnya iblis. Kita sendirilah yang menginginkan dosa dan kesalahan. Kitalah yang melahirkan dan membesarkan iblis. Iblis adalah nyala api dalam diri. Siapa yang menyalakan api iblis dalam diri, dialah yang kalah. Siapa yang menuruti hawa nafsu, dialah yang akan
36
Ayat-Ayat Antiteror
melanggar banyak hal. Hubungan sebab-akibat itulah yang ingin menjelaskan tentang dosa dan iblis. Iblis adalah metafor. Ia adalah kejatuhan, nyala kegelapan. Kitalah yang memproduksi iblis, dan pada gilirannya ia akan lebih berkuasa atas diri kita. Seperti halnya manusia yang memproduksi mesin, pada gilirannya mesin bisa lebih hebat dan berkuasa atas diri kita. Atau seperti televisi yang dibuat oleh manusia sendiri, ia akan hidup lewat remote control yang berada dalam tangan kita, tapi dia bisa lebih kuat mengatur hidup kita. Disanalah kita dalam keadaan 么menentukan枚 dan 么meminta枚. Begitulah iblis diri dan hawa nafsu. Siapa yang selalu menuruti keserakahan hawa nafsu, dialah yang tengah membesarkan iblis dalam dirinya. Jika ia sudah tumbuh besar, apalah daya untuk melumpuhkannya. Meskipun hanya setitik iblis dipatuhi, tentu akan demikian merusak seluruh fitrah baik kemanusiaan kita. Tak hanya secara personal, tapi kerusakan sosial. Bayangkan saja, seperti halnya oknum pejabat setitik, rusak pejabat semuanya. Kebaikan semua ditentukan oleh kebaikan individu. Citra universal ditentukan oleh kepingan-kepingannya. Begitupun dengan iblis. Sekali saja ia menguasai diri kita, mempengaruhi kita untuk berbuat jahat, maka rusaklah keseimbangan diri. Akibat lain, kepercayaan orang lain pada kita akan susah untuk tumbuh kembali. Itu dikarenakan perbuatan yang didasari
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
37
hawa nafsu yang tak dikendalikan. Hawa nafsu yang hari demi hari dimanjakan, hari demi hari ditumpuk, maka lama-lama jadi bukit yang akan membuat kita tak berdaya. Hawa nafsu dan iblis itu seperti seseorang yang lapar dan butuh teman ngobrol. Jika kita malah memberinya makan dan mengajaknya asyik ngobrol, dia akan merangkul kita demikian erat, menikam kita dari belakang dan menolak sujud pada hati nurani kita. Disanalah, ia menggantikan segalanya, menggantikan kebaikan, moralitas, Allah dan rasa kemanusiaan. Ia menjelma kesombongan kita, keserakahan kita, kezaliman kita. Tapi, selama kita tak memilih untuk terus menyalakan api iblis dalam diri, maka dengan sendirinya ia akan padam. Iblis itu bukan attack, tapi demand, request. Keadaan dirilah yang senantiasa harus ditaklukkan, dipadamkan, diatur. Karena manusia hidup dalam proses memahami dan mengatur dirinya sendiri. Orang berkelahi karena ia tak mampu menahan marah. Atau ada orang mati karena ia memutuskan untuk tak makan selama berhari-hari. Malam ini begadang atau tidak, tentu saja tergantung kita. Kita punya pilihan bebas, tapi memerlukan tanggung jawab, mengandung resiko. Walhasil, iblis adalah potensi manusia yang cenderung merusak. Ketidakmampuan untuk memanage potensi itu akan membuat kita melakukan hal-hal buruk. Kesadaran akan akibat disertai
38
Ayat-Ayat Antiteror
pemahaman moral yang baik dapat mencegah kita melakukan hal-hal buruk. Jika mencuri itu mengakibatkan diri dan orang lain rugi, maka tak perlu. Jika korupsi itu dapat merugikan dan menyengsarakan banyak orang, maka hentikan. Iblis bukan the other, ia adalah bagian dari diri kita sendiri, dahaga hasrat kita, runcing hawa nafsu kita. Sepanjang hidup, kita terus berkelahi dengannya. Sepanjang hidup, kita harus mengaturnya, mampu menahan diri, mengalahkannya. Sumedang, Juli 2008
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
39
Kedua Menangis di Depan Jenazah Ayah
H
ari ini ayahku wafat. Dia ayah yang baik bagiku. Dia suami yang baik bagi ibuku. Dia adalah pahlawan bagi kami semua. Kasih sayang juga perlindungannya yang lembut dan sederhana pada kami, membuatku semakin percaya bahwa cinta adalah sebuah kesempurnaan. Saya ingat, ketika masih kecil, saya selalu mendapat cerita sebelum tidur. Ada banyak cerita yang menyenangkan, tentang rembulan dan hujan. Atau tentang si kancil dan kura-kura yang berjalan lambat. Betapa hangat saya dipeluknya sebelum akhirnya saya lelap dalam mimpi indah. Tapi semenjak ayah bertugas di luar kota, cerita sebelum tidur itu hanya terdengar seminggu sekali. Tentu saja, selama di luar kota, kami sangat merindukannya untuk cepat pulang. Saya senang ketika setiapkali ayah pulang. Di depan pintu, ia mencium kening ibu dihadapanku, dan mengajak kami makan malam di akhir pekan yang selalu indah. Setelah saya besar, dia masih tetap sosok yang sangat mesra dan perkasa. Cintanya pada ibu semakin romantis dan bijaksana. Ayah adalah lelaki terbaik
40
Ayat-Ayat Antiteror
bagi ibu, begitupun sebaliknya. Selama rumah tangga, mereka tak pernah bertengkar. Jika ada persoalan, mereka akan menyelesaikannya dengan baik-baik dan penuh humor. Kalaupun dulu saya pernah melihat ibu menangis, itu terjadi ketika ia sangat bahagia mendapat hadiah ulang tahun, atau ketika ayah jatuh sakit. Selebihnya, ibu memilki senyum yang panjang disamping ayah. Itulah ayah, pria yang lembut dan penuh pengertian. Tapi dia kini tinggal kenangan. Setelah satu minggu terbaring dengan tubuh sakitsakitan, kematian akhirnya merangkulnya. Ibu pasti sangat sedih kehilangan ayah, melebihi kesedihan siapapun. Air matanya tak henti mengalir semenjak pertama kalinya ayah jatuh sakit hingga kini wafat. Hanya saya kini satu-satunya milik ibu. Kerabat ibu sudah lama tak terdengar lagi kabarnya. Menjadi kebahagiaan terbesarku jika kini saya akan menghabiskan masa remajaku untuk menjaga dan menemani ibu, menghapus kesedihan ibu. Kami akan tetap tinggal di rumah sederhana ini. Rumah dari kerja keras ayah selama ini. Saya merangkul ibu yang masih menangis di hadapan jenazah ayah. Doa-doa terdengar dari mulut orang-orang yang sejak pagi tadi duduk melingkar depan jenazah. Sebelum dzuhur jenazah ayah rencananya akan dikebumikan. Kini kami tinggal menunggu beberapa teman ayah dari luar kota yang
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
41
rencananya akan datang ke sini. Setelah itu segalanya sudah dipersiapkan dengan baik. Pukul setengah sepuluh teman-teman ayah mulai berdatangan. Mereka turut berbela sungkawa. Ada yang bercerita panjang lebar tentang pengalaman masa kecilnya dengan ayah. Ada juga yang bercerita tentang kebaikan-kebaikan ayah selama hidup. Atau ada seorang perempuan dengan dua anak kecil-kecil yang tiba-tiba menangis keras di hadapan jenazah ayah… “Mas, maafkan saya…” ucapnya pelan di sela tangisnya. Perempuan itu, dan kedua anaknya, terdengar menangis demikian pedih di hadapan jenazah ayah. Saya perlahan menghampiri ibu yang mulai berhenti menangis. Ia menatapku perlahan. “Ibu tak tahu siapa mereka…” ucapnya parau. Saya mencoba tersenyum dan merangkulnya. Tak lama kemudian saya melihat perempuan asing itu bangkit, mengusap air matanya dan membawa kedua anaknya yang tak henti menangis keluar ruangan. Saya diam-diam mengikutinya dari belakang sampai akhirnya mereka masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu di halaman rumahku. Saya melihat mereka memilki kesedihan yang lebih besar dari kami, dari ibuku. Anak-anak yang lucu. Anak-anak yang tak henti menangis dan merontaronta tak mau berada di dalam taksi. Anak-anak yang
42
Ayat-Ayat Antiteror
memanggil nama ayah dalam tangis mereka yang memilukan.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
43
Ketiga Cinta Itu Ada Atau Tak Ada?
D
i suatu malam, saya terbelah menjadi tiga. Dua orang yang keluar dari tubuh saya dan berdiri di hadapan saya. Mereka mirip dengan saya. Kejadian itu menyadarkan saya satu hal: jadilah orang lain, maka kamu akan menemukan ragam penilaian yang penuh kebenaran tentang diri. Maka bersitataplah kami bertiga. Siapapun yang mengalami hal seperti itu pasti akan merasa asing pada diri sendiri. Ternyata diri kita selama ini begitu luput untuk dimengerti dan diakrabi oleh diri sendiri, seperti halnya dengan nama kita yang jarang disebut oleh mulut kita sendiri. Pernahkah bercermin? Bukankah penilaian pada diri hadir di saat kita menemukan diri kita mata kita sendiri? Kita ternyata lebih mudah menemukan penilaian baik dan buruk terhadap orang lain ketimbang pada diri sendiri. Itu karena kita sudah kadung menganggap baik dan buruk segalanya selalu diukur dari sesuatu yang berjarak dari diri kita. Maka sesering apakah kita menilai diri, mencaci diri, memberi kritik pada diri? Ada kalanya kita begitu angkuh dan tegap di hadapan orang lain, tapi di saat yang lain kita diam-
44
Ayat-Ayat Antiteror
diam begitu lemah dan mudah terhasut orang lain. Itu artinya kita ternyata tak bisa sepenuhnya mencintai diri sendiri dan tak juga sepenuhnya dapat diperbudak orang lain. Seringkali saya selalu belajar untuk menjadi orang lain bagi diri sendiri. Maksud saya, diciptakan sedemikian rupa keadaan seolaholah saya tengah berdialog dengan diri sendiri. Seperti juga tokoh-tokoh fiksi yang saya ciptakan sendiri, dan pada gilirannya mereka menjadi lawan bicara saya. Disana saya membiarkan tokoh-tokoh imajiner itu punya otonomi kesadaran. Saya biarkan mereka memilih selera, pendapat dan imajinasi yang berbeda dengan diri saya. Justru dialog seperti itulah yang membuat saya berada dalam posisi yang menyenangkan. Saya seperti menemukan banyak “orang lain� dalam novel yang saya ciptakan sendiri. Berdialog dengan orang lain dalam arti sebenarnya, misalnya, selalu berakhir buruk. Disana saya tak jarang memosisikan sebagai “orang paling benar� bahkan di saat dialog belum dilakukan sedikitpun. Saya kadung dilingkupi ribuan prasangka jauh sebelum segala hal terjadi. Itu artinya saya hampir seratus persen memutlakan diri menjadi protagonis dan jarang memberi kemungkinan bagi lawan dialog saya untuk benar. Tak hanya itu, seringkali dialog dengan orang lain menimbulkan konflik yang pada gilirannya merubuhkan akal sehat.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
45
Di suatu malam, saya terbelah menjadi tiga. Dua orang keluar dari diriku, maka kubiarkan mereka jadi apapun. Kubiarkan yang satu menjadi rembulan, dan kubolehkan yang lainnya menjadi bintang. Kubebaskan yang satu jadi Munkar, dan yang lainnya menjadi Nakir. Kuciptakan yang satu menjadi iblis, dan yang lainnya menjadi Tuhan. Kuberi kemerdekaan yang satu menjadi malam, dan yang satunya lagi jadi cahaya. Mereka kuciptakan untuk menemaniku berbagi cerita. Mereka kuminta untuk mengajukan pendapat dan membicarakan banyak persoalan eksistensial. Mereka kulahirkan menjadi teman dan lawan dialog yang menyenangkan dan penuh perhatian. Tentu saja, teman dan lawan dialog yang sulit kutemukan di alam nyata. Percakapan selalu berjalan tenang dan mengalir santai. Maka satu dari dua orang yang tengah duduk dihadapanku berkata: “Berbahagialah jika kita dicintai. Karena ingatan dan kerinduan orang yang mencintai kita adalah doa. Semakin banyak orang mencintai kita, semakin banyak doa mereka menjaga hidup kita. Maka bersikap lembutlah‌â€? Saya mengangguk pelan dan mengalihkan pandangan pada yang lainnya. Maka berkatalah ia: “Cinta itu seperti bangunan yang megah, tapi sewaktu-waktu dapat pecah dengan mudah. Bukankah kemegahan itu nyatanya hanyalah gambar
46
Ayat-Ayat Antiteror
di permukaan kaca—kaca khayalan yang tak datar. Disana kita, dunia ini, seolah-olah terlihat besar; padahal sesungguhnya hanyalah ilusi. Kalaupun kita merasa begitu sulit menghapus jejak cinta dalam hati, itu hanya karena kita begitu bodoh menerima kenyataan bahwa cinta sebenarnya telah menipu kita…” Saya kembali mengangguk pelan. Saya beri mereka waktu yang banyak seperti halnya saya punya jatah waktu yang banyak untuk membuat keputusan. “Cinta adalah kejahatan konsepsi, atau semacam pembodohan. Boleh dibilang rayuan utopis. Atau modus murahan dari proyek raksasa bernama penindasan, hasrat, hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan serakah. Jangan biarkan dirimu mabuk tak berdaya karenanya…Hari gini kamu masih percaya cinta pejabat pada rakyat? Uh, kamu juga masih percaya kata-kata cinta dari mulut manis sang kekasih, lagu, filsafat, syair, film, dongeng dan buku-buku? Banyak orang berlindung dalam konsepsi cinta hanya karena mereka ingin menyembunyikan bahwa sifat dan keinginan mereka sangat buruk. Cinta itu sesungguhnya tak ada. Hanya ilusi. Yang ada hanyalah naluri munafik dan penipuan yang halus. Kamu sudah terlalu lama dibelenggu cinta. Kamu kehilangan banyak hal, kehilangan hakmu, kebe-basanmu, hanya karena terlalu memuja cinta. Kamu rela berkorban
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
47
dan menyakiti diri hanya karena terlalu lemah mengikuti cinta. Kamu merelakan segalanya hilang karena godaan cinta. Cinta adalah musuh yang menyamar di rumah hatimu. Ia membiusmu. Apa kau menyangka mereka mencintaimu? Tidak. Mereka bohong. Hati mereka sebenarnya sangat buruk. Mereka menggunakan cinta untuk kepentingan-kepentingan gila diri mereka. Kekasih? Omong kosong. Mereka tak butuh cinta. Mereka hanya merampok apa yang berharga dari diri kamu; harta, misalnya. Jika kamu tak mampu memberi mereka dunia yang mahal, maka kamu akan menyadari betapa cinta ternyata tak pernah ada dalam sejarah manusia. Cinta hanya membodohimu bahwa hubungan dengan orang lain hanyalah semacam bentuk eksploitasi yang panjang. Tak ada cinta, yang ada hanyalah uang dan kekuasaan‌ â€? Dan yang lainnya mendapat giliran: “Cinta itu baik. Hidup yang baik lahir dari hubungan yang penuh cinta. Cinta itu baik, yang buruk adalah manusia yang tak mampu memahami dan mengerjakan pesan hakikatnya. Tak heran jika ada orang mengatakan cinta itu kata-kata kosong, toh mereka tak mengisinya dengan perbuatan. Cinta dapat menyelamatkan banyak hal. Belajarlah mencintai dengan melepas banyak kepentingan dan ambisi untuk lebih dicintai. Mencintai lebih penting dari dicintai. Tapi mencintai adalah langkah awal
48
Ayat-Ayat Antiteror
untuk dicintai. Jika kita tulus mencinta, maka dengan sendirinya kita akan mudah dicintai orang. Hubungan baik lahir karena cinta yang baik. Perbuatan baik lahir karena kita menjalani cinta dengan baik. Apa jadinya jika dunia ini kehilangan cinta? Karena cinta mengajari bahwa segala hal dapat berharga dan tak pantas untuk disakiti. Ia mengajari kita bagaimana membahagiakan orang lain. Cinta menuntun kita menjalani hidup dengan baik. Cinta pada makhluk hidup, cinta pada keseluruhan semesta, cinta pada Tuhan, akan menjadikan kita manusia terbaik, akan menjadikan hidup dan dunia ini ruang yang tenang dan menyenangkan. Kacau dunia ini jika tak ada cinta. Pembunuhan, kebencian, penindasan, dendam, kerusakan, kebodohan, ketidakadilan, kejahatan, adalah hal-hal akibat tak adanya cinta. Atau jika persoalanmu ditolak seseorang yang kamu cintai, itu tema sepele. Hal yang lebih penting adalah mencintai kehidupan. Itu akan membuatmu punya harapan yang lebih baik untuk tetap hidup dan tak bunuh diri karena kekecewaan, misalnya. Jika kamu malah kecewa karena ditolak cinta, maka itu artinya kamu masih memahami cinta sebatas kulit luar saja. Seperti juga raga sebagai pembungkus, jiwa dan cinta ternyata lebih penting. Ia inti kehidupan‌� Saya jadi penyimak yang baik. Mereka terus bicara:
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
49
“Ah, jangan terlalu berlebihan memuja cinta seperti itu. Orang seumur hidup mencari cinta, tapi tak berjumpa, karena cinta tak pernah ada. Yang ada adalah kesenangan karena hidup tak miskin, banyak uang, isteri cantik, pekerjaan yang memuaskan dan kedudukan. Berterima kasihlah pada uang, bukan cinta. Orang hidup karena uang, bukan cinta. Hidup butuh ongkos, butuh biaya, bukan cinta. Cinta adalah kekuatan? Ah, bohong. Yang ada hanyalah kekuatan yang lahir dari keinginan dan ambisi untuk menang, berhasil, sukses, dapat uang, aktivitas seks yang sempurna, dan kesenangan-kesenangan. Orang berumah tangga karena motivasi seksual, bukan cinta. Manusia itu sebenarnya binatang yang pandai berdusta tentang cinta. Banyak orang cerai karena tidak harmonis disebabkan kegagalan seks. Kalaupun rumah tangga awet, itu karena ada uang. Toh akhirnya pasangan yang tidak terpuaskan secara seksual akan berselingkuh dengan orang lain. Itu artinya seks dan uang lebih masuk akal daripada cinta.â€? “Ah, jangan terlalu berlebihan membenci cinta. Sudah dikatakan tadi bahwa cinta itu baik, yang tidak baik adalah perilaku manusia. Cinta itu indah, bijaksana, bersih‌yang kotor adalah manusia. Cinta tidak pernah punya potensi merusak. Bukankah segala hal akan membahayakan jika berada pada tangan manusia yang tak baik. Itu sebabnya tadi ada
50
Ayat-Ayat Antiteror
istilah cinta kulit luar. Kamu tahu kan maksudku? Cinta kulit luar ibarat pisau yang disalahgunakan. Hakikat cinta itu baik. Ia lahir untuk kebaikan. Tapi jika disalahgunakan, ia akan kehilangan makna. Bukankah sendok dan garpu diciptakan untuk makan, kenapa harus dipakai untuk membunuh? Sebenarnya tak ada orang yang menderita karena cinta jika orang mau memahami dan mengerjakannya dengan baik. Banyak orang punya harta dan kedudukan, tapi ia menderita. Begitupun harta dan kedudukan akan disalahgunakan jika tak disertai cinta. Kita bukan hewan. Kita adalah manusia yang punya cinta. Itulah yang dapat membedakan kita berbeda dengan hewan. Soal rumah tangga, tujuannya bukan seks, tapi harmonisasi. Jika tujuannya seks, tak usah menikah. Bekal rumah tangga adalah cinta. Jika tak ada cinta, seks sekalipun tak akan indah.” “Menurutku cinta itu tak ada…” “Menurutku ia ada…” “Bagaimana menurutmu?” “Hm…” “Jangan percaya cinta…” “Percayalah cinta…” “Bagaimana?” “Hm…” “Cinta adalah candu yang merusak…” “Cinta bukan candu yang merusak…”
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
51
“Jika cinta itu baik, ia hanya sebatas cerita bohong yang dapat menghibur dan menyenangkan, tetapi pembodohan, tak baik bagi perkembangan mental anak-anak, juga orang dewasa…” “Cinta itu pelajaran. Cinta adalah hikmah, adalah kebenaran. Mencintai orang lain adalah pelajaran berharga. Mencintai hidup adalah pelajaran terpenting. Kita akan hidup lebih baik…” Malam kian larut. Percakapan terus berlanjut. Tak ada debat kusir. Tak ada pertengkaran. Tak ada teriakan. Tak ada ungkapan-ungkapan emosional. Tak ada egois dan keras kepala. Tak ada sikap-sikap yang merasa paling benar. Begitu sunyi. Malam ini sunyi… Begitulah, setiap malam, saya terbelah menjadi tiga. Percakapan kami selalu menyenangkan, tetapi berharga. Pesan moral yang selalu saya dapat adalah: belajarlah berdialog dengan diri sendiri, sebelum berdialog dengan orang lain… Lha, lantas apakah cinta itu ada atau hanya kebohongan?
52
Ayat-Ayat Antiteror
Keempat Demonstrasi
H
utan kian panas. Ratusan rakyat di negeri hutan melakukan demonstrasi menggugat sang diktator dan penindas. Para demonstran, dari mulai hewan mamalia sampai reptilia, tak henti berteriak. Barisan kuda meneriakkan perlawanan terhadap penggusuran dan penguasaan lahan oleh negara. Kelompok kelinci dan kambing menggugat kacaunya distribusi makanan. Kumpulan monyet mengutuk tindak kekerasan dan penindasan militer pemerintah. Kaum burung menggugat illegal loging yang dilakukan sindikat konglomerat dan pejabat. Yang lainnya meneriakkan “tidak� terhadap corak pemerintahan diktatorial rezim sang gajah yang penuh kolusi dan nepotisme. mahasiswa di negeri manusia, mereka turun ke jalan. Kulit-kulit sapi kering yang di dunia manusia dipakai beduk, disana dijadikan media spanduk untuk menuliskan gugatan. Mereka meneriakkan perubahan dan bermuara pada teriakkan yang sama: Turunkan presiden gajah! Turunkan rezim gajah! Riuh demonstran menggetarkan hutan. Monyet marah. Kuda marah.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
53
Seperti di negeri manusia, di negeri hutan pun kenyataan si kaya dan si miskin tampak sekali. Masalah pun muncul: kalangan pejabat, pengusaha dan konglomerat beruang, singa dan sedikit badak, yang berlindung di bawah selangkangan rezim, mempunyai kebebasan menentukan budak-budak hewan belian dari golongan rakyat lemah. Mereka, budak-budak hewan belian itu, bukan saja tak dianggap hewan yang punya hak asasi, melainkan diperjualbelikan dan dikerja-paksakan seperti manusia. Dalam bidang politik, mereka terbagi menjadi empat golongan: golongan yang kuat dan sombong, golongan yang lemah dan tertindas, golongan penjilat dan golongan misterius. Setiap golongan itu bekerja seperti sebuah drama penindasan tak terlihat dibelakang perkasanya sebuah kekuasaan. Hal itu diam-diam membakar hati rakyat. Dari mulai bisikbisik, dendam, umpatan, hujatan beberapa kelompok kecil dan akhirnya merencanakan sebuah demonstrasi besar-besaran. Puncaknya, rakyat hewan yang sebelumnya dibungkam dalam sebuah proses militerisasi represif dan terselubung, kini menghimpun kekuatan massa untuk melakukan demonstrasi dan perlawanan terhadap rezim. Hari demi hari aksi demonstrasi semakin besar. Dari sudut-sudut di seantero hutan mulai ramai memuntahkan perlawanan. Bak
54
Ayat-Ayat Antiteror
Mereka mulai merangsak menuju wilayah sarang pemerintah yang selama ini takut mereka lakukan. Mereka pun di hadang militer pemerintah, dari mulai gajah, badak, dan kerbau yang berbaris jadi pagar betis. Dari para demonstran, kelompok kuda jadi lapis terdepan. Di paling belakang, kelinci-kelinci memasok batu, molotov dan makanan. Komentar mereka, marah bisa bikin lapar. Aktivis juga butuh makan dan minum. Keributan pun terjadi antara tentara dan para demonstran yang bersikukuh masuk wilayah istana. Tapi kaum aktivis, yang memakai kekuatan rakyat, sudah tak bisa dikalahkan. Para demonstran akhirnya bisa menjebol hadang tentara. Meski aksi demonstrasi sudah lama terjadi tetapi nun di dalam sana, di sarang pemerintah, keadaan masih tenang dan santai. Selama ini dianggap berkat militer yang berkerja dengan baik menghadang para demonstran. Seperti biasa, sang presiden gajah memasuki ruang rapat. Ia mulai berbicara dengan para menteri dan wakil presiden. Ia mulai menerima laporan. Satu persatu ditanya presiden, satu persatu memberikan laporan. “Jadi kesimpulannya, sejauh ini tidak ada gejolak dalam negeri. Semuanya aman, Pak, baik-baik saja‌â€? Menteri gajah berkaca mata tebal memberi laporan.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
55
“Adakah ketidakpuasan di masyarakat?” tanya sang presiden gajah. Ia memutar belalainya, dan batuk-batuk. Wajahnya yang tua itu tampak pucat. “Semua terkendali, Pak. Rakyat mendukung 100% kinerja pemerintahan dibawah kepemimpinan Anda, ya kita. Bahkan hampir 100% rakyat akan mendukung Anda dalam pemilu tahun depan.” Hadirin rapat, yang semuanya gajah, bertepuk tangan meriah. Sang gajah manggut-manggut senang. Sesekali batuk-batuk. Setelah beberapa lamanya berbincang tentang agenda kunjungan kenegaraan ke luar negeri, sang presiden mulai berdiri hendak meninggalkan ruang rapat. Tapi tibatiba ia tersentak ketika mendengar keributan, ledakan dan teriakan-teriakan di luar istana. Dengan langkahnya yang berat dan ringkih, ia segera melihat dari jendela apa yang terjadi di luar istana. Betapa terkejut ia melihat aksi demonstrasi. Para menteri segera menemui sang presiden dan mengatakan: Tenang, Pak, tenang. Itu hanya pesta, atau atraksi kesenian rakyat, atau semacam simulasi… “Tidak, tidak. Itu demonstrasi!” “Tenang Pak. Anda lebih baik masuk kamar dan istirahat.” “Tidak bisa! Bagaimana saya bisa istirahat jika rakyat banyak menggugat! Lihatlah, mereka marah! Mengutuk saya! Apa yang terjadi selama ini?! Kenapa
56
Ayat-Ayat Antiteror
kalian sebagai pembantu-pembantu saya tak memberikan laporan-laporan objektif?!” Sang presiden menggeram. Mukanya merah dibakar marah. Para menteri, juru bicara, dan wakil presiden mencoba menenangkan sang presiden. Tapi keadaan bertambah buruk. Sang presiden marah besar. Ia ngamuk, dan tak lama kemudian megap-megap. Terkulai lemas. Sang presiden gajah terkena serangan jantung! Ia mati! Ia mati! Gemparlah seluruh orang di dalam istana. Para menteri gajah mulai kelabakan. Mereka takut para demonstran akan menyerang istana. Satu persatu mereka pun melarikan diri. Wakil presiden stress. Ia pun bunuh diri di samping mayat presiden. Ikut mati. Berita kematian sang presiden gajah dan wakilnya sampai di telinga para demonstran. Mereka sangat terkejut. Riuh demonstrasi mendadak diam. Senyap. Mereka saling pandang. Tak lama kemudian keriuhan meledak lagi. Suasana jadi kacau. Mereka pecah menjadi beberapa kelompok. Mendadak aksi demonstrasi berubah total menjadi aksi kampanye politik kelompok. Kalimat-kalimat gugatan serta perlawanan di spanduk kulit dihapus dan mulai diganti menjadi kalimat propaganda politik. “Saya siap jadi presiden!” “Saya siap jadi pengganti!” “Saya mau dicalonkan dalam pemilu!” “Saya juga mau dong!”
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
57
“Saya juga!� Jerit pekik hewan bergemuruh saling berebut ingin jadi calon presiden, berebut ingin mengisi kekosongan kekuasaan. Kuda mencalonkan diri. Monyet mencalonkan diri. Kambing mencalonkan diri. Buaya juga.
58
Ayat-Ayat Antiteror
CATATAN CINTA DAMAI IBNU Ibn Ghifarie, Alumnus Studi Agamaagama (Perbandi-ngan Agama) Fakultas Teologi dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung. Menulis adalah panggilan jiwa sekaligus menco-ba menjadi pengikut orang-orang beradab. Buah dari kegigihnya bisa dilihat di media online; Harian Online Kabar Indonesia (HOKI), SukaInternet, dunia Blog; Blogger Garut, Batagor (Bandung Kota Blogger), Ayongeblog, Kompasiana dan Media Cetak; Rakyat Merdeka, Pikiran Rakyat, Kompas. Maka ambillah Pena! merupakan moto dalam hidupnya.
Pertama Terorisme dan Dialog Antaragama
P
ascaledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton di Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (18/7/2009) lalu genderang perang pun ditabuh oleh pemerintah Indonesia terhadap segala bentuk aksi terorisme. Dengan tegas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengutuk keras aksi terorisme “Saya bersumpah demi rakyat Indonesia, negara dan
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
59
pemerintah akan melaksanakan tindakan tegas, tepat, dan benar terhadap pelaku pengeboman berikut otak dan penggeraknya,” tegasnya. Dalam jumpa presnya, Ia menjelaskan “Hari ini adalah titik hitam dalam sejarah kita…Pemboman dilakukan oleh kaum teroris. Aksi terorisme ini dilakukan oleh jaringan teroris meskipun belum tentu kelompok yang dikenal selama ini,” katanya. Nama Noordin M Top pula dikaitkan menjadi dalang aksi teror bom itu, demikian dikatakan oleh Kepala Desk Antiteror Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Irjen Pol Ansyaad “Dari modus yang dilancarkan, ini jelas terkait dengan Noordin M Top,” paparnya kepada ANTARA. Spirit Yang Terlupakan Apapun alasanya menghancurkan tempat umum tertentu, hingga menghilangkan nyawa orang lain, tak termasuk dalam kategori perbuatan baik. Di tengah-tengah keterpurukan bangsa, masih ada segelintir orang (kelompok) yang tega melakukan perbuatan senonoh atau menempuh jalan pintas dalam menyelesaikan persoalan. Budaya aksi bom bunuh diri pun menjadi jurus pamungkas guna menumpas semua golongan yang berbeda (pendapat, pemahaman dan keyakinan). Apakah kita tidak lelah? Apakah kita tidak ada kepentingan dan kebutuhan lainya yang lebih urgen daripada aksi terror tak berarti itu? Apakah kita
60
Ayat-Ayat Antiteror
memang lebih gandrung terhadap budaya barbar daripada duduk rukun dan bicara (dialog) dari hati ke hati? Harus kita katakana dengan tegas, tak ada ajaran agama mana pun yang membenarkan perbuatan keji tersebut. Sangatlah wajar bila Sejumlah tokoh lintas agama menyatakan keprihatinan mendalam atas peristiwa teror pemboman dalam acara bertajuk Doa Bersama Lintas Agama yang digelar di Mal Bellagio, Mega Kuningan, Jakarta Senin (20/7). Mereka menolak jika dikatakan Indonesia adalah pusat terorisme. Yang terjadi adalah sebaliknya, Indonesia adalah korban terorisme. Kegiatan yang digagas oleh Presiden World Conference on Relation for Peace sekaligus wakil dari Islam Hasyim Muzadi, Mahabiksu Duta Wira dari perwakilan agama Budha, Anak Agung dari perwakilan agama Hindu, Romo Edi Purwanto dari Konferensi Waligereja Indonesia, serta Pendeta Petrus Octavianus dari Persatuan Gereja Indonesia. Hasyim Muzadi menyatakan, agama bukanlah darah dan teror. Peristiwa pengeboman pada 17 Juli lalu, katanya terjadi karena kesalahan pemahaman ajaran agama yang terjadi pada segelintir orang. “Kesalahan pemahaman itu bercampur berbagai kepentingan yang dipaksakan,� paparnya.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
61
Karena adanya penyalahgunaan agama itu, masih menerutnya, jangan membuat orang menafsirkan bahwa agama adalah penyebab terorisme. Bagi Mahabiksu Duta W ira mengatakan kepiluannya atas peristiwa pengeboman yang kembali terjadi. Ia meminta pihak-pihak yang ingin menunjukan identitas dan aspirasinya untuk jangan menggunakan bom. “Tindakan itu merugikan karmanya sendiri, masyarakat, dan bangsa,� tegasnya. Hal senada juga dilontarkan oleh Romo Edi Purwanto perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia menganggap peristiwa pengeboman adalah tindakan kejahatan yang kejam. “Tidak ada dasar apapun yang membenarkan tindakan ini,� katanya. (Tempo, 20/7/2009). Maraknya aksi terorisme dan bunuh diri ini, perlu ditegaskan, perbuatan tak terpuji itu tidak terkait agama tertentu. Malahan bagi Zuhairi Misrawi, pernah menulis buku Islam Melawan Teroris (2004) mengatakan terorisme sebenarnya terkait realitas keumatan. Agama buknalah penyebab segala bentuk petaka, tapi ketidaktepatan umat dalam memahami doktrin agama, tidak kontekstual, dan bernuansa kekerasan. Sebab itu, yang perlu mendapat perhatian saksama adalah kualitas pemahaman umat terhadap
62
Ayat-Ayat Antiteror
agama. Bom bunuh diri adalah perbuatan yang harus dihindari karena dilarang agama. Salah satu ajaran pokok Islam adalah menyebarluaskan sekaligus menegaskan pentingnya perdamaian dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Ini terlihat dalam sebuah hadis; inti Islam adalah menebar perdamaian dan menyantuni fakir-miskin kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal. (Kompas, 24/7/2009). Bila kita kuat memegang ajaran setiap keagamaan niscaya tak akan ada lagi upaya ‘mempercepat kematian’ oleh kelompok tertentu terhadap golongan yang berbeda sekalipun kuat memegang teguh tradisi leluhurnya. Seolah-oleh mereka tak masuk kategori Islam dan harus diislamkan. Inilah wajah muram Islam Indonesia. Kunci Perdamaian Sejatinya, kita harus belajar toleransi, dialog antaragama dari pertemuan singkat antara Raja Abdullah bin Abdul Aziz dari Arab Saudi dan Paus Benediktus XVI di Vatikan, November 2007. Kedua tokoh agama itu percaya bahwa dialog adalah amat penting, dan melalui dialog akan lahir sebuah perubahan. Pasalnya, dialog antar agama merupakan gerbang menuju kehidupan bermasyarakat yang adil, sejahtera dan harmonis. Sesuai dengan cita-cita luhur para pejuang yang memerdekakan kepulauan
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
63
nusantara dari pelbagai rong-rongan penjajah. Kendati dialog antar iman tak sebatas bertujuan untuk hidup bersama secara damai dengan membiarkan pemeluk agama lain ‘ada’ (koeksistensi), melainkan juga berpartisipasi secara aktif meng-’ada’-kan pemeluk lain itu (pro-eksistensi). (Hans Kung dan Karl Kuschel: 1999). Dengan demikian, dialog antaragama merupakan suatu pelayanan bagi kemanusiaan yang penting, demi tercipta perdamaian dan kemajuan semua pihak. Konteks Jawa Barat, khususnya Kota Bandung – di penghujung 2007 ketidakharmonisan antariman itu, menggugah seluruh pemimpin enam agama (Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu dan Khonghucu) dan tujuh belas pemuka aliran keagamaan untuk berembuk sekaligus mendeklarasikan Sancang. Mari kita menelaah sekaligus mengamalkan pesan suci Deklarasi Sancang yang terangkum dalam butir-butir; Pertama, Kami umat beragama Kota Bandung adalah bagian dari Bangsa Indonesia yang senantiasa menjungjung tinggi kesatuan dan persatuan. Kedua, Kami umat beragama Kota Bandung menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ketiga, Kami umat beragama Kota Bandung selalu berjuang untuk tegaknya hokum dalam mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kerukunan hidup demi
64
Ayat-Ayat Antiteror
mencapai kebahagiaan bersama. Keempat, Kami umat beragama Kota Bandung selalu mengembangkan sikap teleransi, tenggang rasa dan saling menghormati. Kemila, Kami umat beragama Kota Bandung selalu berkerjasama untuk berperan dalam mengatasi masalah-masalah social dan lingkungan. Perdamaian erat kaitannya dengan perilaku antikekerasan. Kiranya, kita perlu berguru antikekerasan pada Badshah Khan (1890-20 Januari 1988), pejuang risalah muslim antikekerasan dari Perbatasan Barat Laut. Pasalnya, perlawanan antikekerasan merupakan satu-satunya cara efektif melawan kezaliman. “Hanya dengan antikekrasan, dunia masa kini bisa bertahan hidup menghadapi produksi masal senjata-senjata nuklir. Sekarang ini dunia lebih mumbutuhkan pesan cinta kasih dan perdamaian Gandhi daripada waktu-waktu sebelumnya. Andai saja dunia sunguh-sungguh tidak ingin menyapu habis peradaban dan kemanusiaannya sendiri dari muka bumi ini,� ungkapnya. (Eknath Easwaran, 2009). Inilah peranan penting para pemuka agama dalam membumi hanguskan aksi terorisme sekaligus membangun peradaban dialog antaragama. Terwujudnya masyarakat yang adil, toleran, ramah, rukun, sejahtera, makmur menjadi cita-cita Bandung Agamis. Semoga.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
65
Kedua Apa Arti Kebebasan Beragama Bagi Indonesia
S
iapapun yang terpilih menjadi Presiden Indonesia ke-VII; Apakah pasangan MegaPrabowo (nomor 1), SBY-Boediono (nomor 2) dan JKWiranto (nomor 3) tak jadi soal! Asalkan kebebasan bersyerikat, berkumpul, beda pendapat; agama dan keyakinan mendapatkan ‘tempat yang layak’ di bumi pertiwi ini. Sejatinya, momentum pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) periode 2009-2014 yang jatuh pada tanggal 8 juli 2009 merupakan tonggak awal lahirnya peradaban Indonesia berbasis keragaman yang kukuh dan ramah. Bukan malah sebaliknya. Sekali lagi, perbedaan agama, keyakinan, suku, etnis, budaya adalah modal utama membangun negeri yang tak kunjung selesai dari pelbagai krisis. Ambil contoh, hari kelahiran pancasila (1 juni) tahun 2008 di Monas Jakarta pun menjadi tragedi yang sangat memilukan kemanusian sekaligus keimanan kita. Betapak tidak, bentrokan antara Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan beragama dan berkeyakinan (AKKBB) dengan Front Pembela Islam
66
Ayat-Ayat Antiteror
(FPI) hingga hari ini tak jelas keberadaanya. Diakui atau tidak kemerdekaan, keadilan, sikap keterbukaan menjadi barang langka di Nuasntara ini. Urusan keimanan saja pemerintah masih ikut mencampurinya. Padahal negara kita bukan pemerintahan teokratis atau sekuler. Namun, penertiban kepercayaan selalu digalakan. Atas nama meresahkan masyarakat, berbuat onar, menafikan Tuhan, hingga penodaan agama kerap menjadi dalih untuk membumi hanguskan keberadaan mereka. Mari kita becermin pada funding father Indonesia saat mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini melalui Pancasilanya. Keperkasaan jargon Bhineka Tunggal Ika pula hanya menjadi selogan di bangku sekolah saja. Mengerikan memang? Kiranya, jaminan kebebasan berkumpul, berserikan dan beragama sesuai dengan keyakiannya dan hak kemerdekaan pikiran, nurani dan kepercayaan hanya berhenti pada Pasal-pasal (28 ayat 2, 29 ayat 1 dan 2), Undang-undang (No 1/PNPS/1965) dan Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri No 477/ 74054/ BA.012/ 4683/95 tertanggal 18 November 1978 semata. Salah satu hak dan kebebasan dasar yang diatur ICCPR sekaligus sudah dirativikasi adalah hak atas kebebasan berkeyakinan dan beragama, mencakup kebebasan menganut, menetapkan agama,
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
67
kepercayaan atas pilihan sendiri, dan kebebasan, baik secara individu maupun bersama, di tempat umum maupun tertutup, untuk menjalankan agama, kepercayaan dalam kegiatan ibadah, ketaatan, dan pengajaran. Tidak seorang pun dapat dipaksa sehingga mengurangi kebebasan untuk menganut, menetapkan agama, kepercayaan sesuai dengan pilihannya. Inilah arti penting kebebasan beragama dan berkeyakinan bagi Indonesia melalui Presiden dan Wakil Presiden mendatang. Terwujudnya kedamaian, toleransi, saling menghormati antarajaran, antaragama, dan antarkelompok menjadi cita-cita tertinggi masyarakat Indonesia yang beradab. Semoga!
68
Ayat-Ayat Antiteror
Ketiga Pelaku Bom dan Pendidikan Perdamaian
M
araknya aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh anak muda membuat berang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Betapa tidak, pelaku bom bunuh diri Marriott (Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan pada 17 Juli lalu) hanyalah seorang remaja 18 tahun lulusan dari sebuah SMA swasta di Jakarta bernama Dani Dwi Permana. “Pelaku bom Marriott adalah Dani Dwi Permana berusia 18 tahun yang direkrut di Bogor, Jawa Barat,� jelas Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (8/ 8) silam. Keseriusan SBY guna memerangi aksi terorisme ini terekan dalam pidato kenegaraan, Jumat (14/8), Ia meminta aparat dan masyarakat untuk melindungi warga dan anak-anak muda dari pikiran yang sesat dan ekstrim yang bisa mengarahkan kepada tindakan terorisme. “Tentulah aparat keamanan dengan memberikan informasi tentang pelaku terorisme yang
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
69
bersembunyi di tengah-tengah masyarakat kita,” ujarnya. Kontek Bandung, pelaku teror bom Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) yang terjadi pada Senin, 19 Agustus 2009, ternyata seorang anak-anak berusia 12 tahun dengan inisial TPG dan masih duduk di kelas 1 SMPN Cineam Tasikmalaya, Jawa Barat. “Dari hasil pelacakan terhadap nomer pengirim ternyata sms itu berasal dari Kota Tasikmalaya,” ungkap Kapolwiltabes Bandung Kombes Pol Imam Budi Supeno. Kekesalan TPG yang mendapatkan kiriman pesan undian berhadiah mobil dan uang sebesar Rp 50 juta dari beberapa operator telepon seluler membuatnya marah sekaligus mengirimkan pesan ‘teror bom’ “Dari kekesalan itulah muncul niat untuk memberikan pelajaran kepada si pengirim. TPG lalu mengirim pesan yang isinya ‘Bom Meledak Jam 11.00 WIB malam’. Namun, SMS itu dikirim ke nomor SMS Online RSHS yang ada di phonebook handphone-nya,” ujarnya. Kendati tidak ditahan hanya orang tua wajib melapor ke polisi setiap 2 minggu sekali. Imam menuturkan “Bisa jadi ada orang yang menyuruh TPG melakukan terror” paparnya (Bandung Ekspres, 23 Agustus 2009).
70
Ayat-Ayat Antiteror
Pendidikan Perdamaian Adakah kehadiran bulan Ramadhan menjadi memontum bagi keluarga, masyarakat, pemangku jabatan untuk mendidik anaknya supaya berbuat arif, bijak, toleran, terbuka, damai, dan menghargai perbedaan atas pemahaman yang ada? Bukan malah sebaliknya, pemerintah hanya menjadikan shaum ini sebagai ladang empuk sensor atas khotbah untuk mengantisipasi aksi terorisme. Mengerikan memang. Gerah melihat aksi kekerasan yang terjadi di mana-mana dan selalu dijadikan alat untuk mencapai tujuan, Irfan Amalee, Direktur Peace Generation Indonesia berjibaku mengampanyekan pendidikan perdamaian. Ia memendam impian, kelak muncul generasi baru yang mampu mewujudkan perdamaian di segala lini. Kegagalan menampilkan Islam yang toleran menjadi islamphobia �Selama ini Islam identik dengan teroris. Menurut saya, orang Islam sendiri gagal mengomunikasikan wajah Islam yang lemah lembut dan penuh toleransi,� jelasnya. Tak adanya modul tentang pendidikan perdamaian memperparah tumbunkembangnya aksi kekerasan, teror sekaligus bum bunuh diri dikalangan remaja Indonesia ini. Inilah pentingnya pembuatan modul. “Masalah besar yang ada di Indonesia adalah tidak adanya modul (tentang pendidikan
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
71
perdamaian). Selama ini kami tidak punya panduan khusus. Materi yang kami ajarkan hanya berupa improvisasi dari hasil pengalaman mengikuti pelatihan dan membaca dari buku-buku impor,� ujarnya. Bersama Erick Lincoln, konselor remaja asal AS, Irfan membuat 12 Nilai Dasar Perdamaian, diantaranya; 1) Menerima Diri (Aku Bangga Jadi Diri sendiri), 2) Prasangka (No Curiga, No Prasangka), 3) Keragama Etis/Suku (Beda Kebudayaan Tetep Berteman), 4) Keragaman Agama (Beda Keyakinan Nggak Usah Musuhan), 5) Peran Laki-laki dan Perempuan (Laki-laki Perempuan Sama-sama Manusia), 6) Status Ekonomi (Kaya Nggak, Sombong Miskin Nggak Minder), 7) Kelompok/Gank (Kalau Gentleman, Nggak Usah Ngegang), 8) Memahami Keragaman (Indahnya Perbedaan), 9) Memahami Konflik (Konflik Bikin Kamu Makin Dewasa), 10) Kekerasan (Pake Otak Jangan Maen Otot), 11) Mengakui Kesalahan (Nggak Gengsi Ngaku Salah), 12) Memberi Maaf (Nggak Pelit Meminta Maaf). �Isinya sederhana, di antaranya bagaimana cara menghadapi konflik, kekerasan dalam bentuk sederhana, sampai kemudian memberi dan meminta maaf,� tuturnya (Kompas, 23 Juli 2009). Ayat-ayat Antiteror Mari kita berguru pada beberapa kitab suci tentang ayat-ayat antiteror. Bagi kaum Hindu ada
72
Ayat-Ayat Antiteror
doktrin “Maju teruslah engkau, jangan berselisih (tikai) diantara kamu; milikilah pikiran-pikiran yang luhur dan pusatkan pikiranmu pada kerja; ucapkanlah kata-kata manis diantara kamu; Aku jadikan engkau semuanya bersatu dan aku anugrahi engkau pikiran-pikiran mulia” (Weda-Athanwa III, 30: 5). Kaum Buddhis terdapat Dharma “Di dunia ini kebancian belum berakhir jika dibalas dengan kebancian, tetapi kebencian akan berakhir kalau dibahas dengan cinta kasih ini adalah hukum yang kekal abadi” (Dhammapada, Yamaka Vagga Bab I: 6). Penganut Guru Agung Khong Hu Cu ingat petuahnya “Mati hidup adalah firman, kaya mulia adalah pada Tuhan yang Maha Esa. Seorang Junzi selalu bersikap sungguh-sungguh maka tidak hilap. Kepada orang lain bersikaf hormat dan selalu susila. di empat penjuru lautan semuanya saudara. Mengapakah seorang Junzi merana karena tdak mempunyai saudara” (Shisu, dalam Lun Yi Jilid XII, ayat 15 Sub 2). Mereka yang mempercayai kesucian Mesias, mari menelaah pesan Yesus Kristus (Katolik) “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan itu tidak seorang pun akan melihat Tuhan” (Ibrani, 12:14). Juga yang mengimana perombakan dalam kerajaan Roma (Protestan), “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
73
dan saling mengampuni sebagaimana Allah dalam Kristus mengampuni kamu” (Efesusi, 4:32). Untuk umat Muhammad ingat pada khotbahnya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan membari (kasih) kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, permusuhan. Ia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu mengambil pelajaran” (QS An-Nahl [116]: 90). “Sesungguhnya orang yang paling dimurkai Allah ialah orang yang sangat banyak memusuhi orang” (HR Muslim). Bila kita kuat memegang ajaran setiap keagamaan niscaya tak akan ada lagi upaya teror sekaligus ‘mempercepat kematian’ oleh kelompok tertentu terhadap golongan yang berbeda sekalipun kuat memegang teguh tradisi leluhurnya. Seolah-oleh mereka tak pernah tersentuh oleh risalah yang dibawa para pemuk agama.
74
Ayat-Ayat Antiteror
CATATAN SPIRITUALITAS AMIN Amin R Iskandar, Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung. Tulisannya sering muncul di Harian Umum Kompas, Tribun Jabar, Medikom. Mantan Ketua IMM UIN SGD Bandung (2007-2008), kini tengah mengadu nasib di Jakarta sebagai wartawan di Majalah Mingguan Mimbar Politik.
Pertama Refleksi: Kebahagiaan Hakiki
K
ebahagiaan, senantiasa menjadi cita-cita seluruh insan manusia. Baik kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat. Dalam rangka meraih kebahagiaan, berbagai jalan dan cara ditempuh. Semisal mengumpulkan harta dan mengejar jabatan. Namun pernahkah berpikir tentang derajat kebahagiaan yang hakiki? Yang tidak dapat diukur dengan seberapa banyak nilai uang yang dimiliki, sebesar apa rumah yang didiami, setinggi mana
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
75
jabatan yang diduduki, semewah apa merk mobil yang diparkir di garasi rumah. Untuk menjawab pertanyaan di atas, kiranya dapat belajar dari secuil cerita berikut. Tidak jauh dari gerbang Mesjid Raya Mujahidin Bandung. Kira-kira lima puluh meter ke arah Selatan. Penulis menyaksikan seorang pemuda (sedikit) kurus, berkulit hitam (manis), mengenakan jaket hitam dengan tas hitam menggantung di punggungnya, celana hitam, sandal hitam, dan topi hitam menutupi kepalanya. Nampak sekali sosok hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sepertinya, pemuda tadi habis membeli sebungkus rokok dari satu kios pinggir jalan. Tiba-tiba seorang tua menghampirinya dan memohon diberi pertolongan. Sambil membungkuk-bungkukkan badan, memelas, dan menunjukkan KTP. Seorang tua seakan ingin meyakinkan diri membutuhkan pertolongan. Diterangkannya bahwa dari Sukajadi ia berjalan kaki hendak pulang ke Tanjungsari, Sumedang. Si tua berharap, sekiranya ada kemurahan hati untuk mengongkosi naik Damri hingga Tanjungsari. Senyum mengembang dari bibir si pemuda, hitam terpuput asap rokok. Disarankannya orang tua itu duduk di atas tembok yang membentang membentengi jalan. Sementara si pemuda membeli roti dan air gelas bermerk ale-ale. Keduanya duduk
76
Ayat-Ayat Antiteror
berdampingan. Disodorkannya sebungkus roti, segelas air dan sebungkus rokok. Lantas diajaknya si orang asing ini berbincang-bincang sejenak. Tujuannya untuk mengusir lelah yang diderita orang tua setelah berjalan kaki demikian jauhnya. Singkat cerita, si pemuda itu berkata. “Maaf, pak, saya hanya bisa membantu bapak mengongkosi Damri saja. Karena saya tidak punya terlalu banyak uang. Semoga bapak bisa sampai tujuan dalam keselamatan.� Tangan si pemuda menyodorkan uang sebesar Rp. 5000,-. Lantas keduanya berpisah. Jelas menandakan keduanya bukan penduduk asli sana (perantau). Di abad 21 ini, dalam kondisi zaman yang menyuguhkan tingkat individualis sangat tinggi, motif penipuan makin canggih, batasan baik-buruk kian bias, dan kondisi ekonomi begitu absurd., tentu saja pemandangan demikian sangatlah langka. Kalau tidak dikatakan tidak ada lagi. Setidaknya dianggap kurang lajim. Satu alasan yang diberikan si pemuda saat ditanya, karena dia bahagia melakukan hal demikian. Tidak perduli apakah orang asing itu bohong atau benar. Sebab tugas manusia hanya menolong. Selebihnya, itu perkara lain yang disaksikan oleh diri masing-masing dalam bingkai kejujuran. Toh setiap insan telah bersaksi, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi Tuhan yang Esa.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
77
Suci benar hati si pemuda. Ia mampu berbahagia dengan tindakan berbagi. Tentu saja ia bukan nabi –yang dalam beberapa riwayat diceritakan— lima kali dadanya dibelah, hatinya dicabut dan dicuci oleh sang ruhul kudus, Jibril penyampai wahyu Illahi. Secara logika, sudah sejatinya Rasul Allah (Muhammad ibn Abdullah) berperangai mulia. Sebab selain berderajat seorang nabi, juga karena hatinya telah dicuci, tidak ada lagi (dorongan) nafsu buruk yang tersisa. Dari penggalan pengalaman sederhana di pinggir jalan, penulis berpikir. Kiranya, kebahagiaan hakiki erat kaitannya dengan hal-hal baik. Itulah sebabnya para muslimin dianjurkan selalu berdo’a robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa adzaabannaar. Saking pentingnya do’a itu, orang tua, bahkan para ajengan Tatar Sunda menyebutnya dengan do’a sapu jagad. Kira-kira bermakna pembersih jagad raya ini dari segala macam kekotoran. Layaknya sapu yang berfungsi sebagai pembersih lantai. Redaksi dalam do’a sapu jagad tadi, yang diminta bukan kebahagiaan. Melainkan kebaikan (hasanah) dunia dan akhirat. Artinya, segala sesuatu yang didapatkan dengan jalan baik, akan membuahkan rasa kebahagiaan. Seumpama harta dan jabatan yang digapai dengan jalan kurang “suci”, tidak akan memberikan kebahagiaan hakiki. Sebagai
78
Ayat-Ayat Antiteror
bukti, dapat disaksikan bagaimana para pejabat yang menimbun harta dengan jalan korupsi. Alih-alih hidup berbahagia, yang ada mereka mendekam dalam penjara. Kebaikan, memang banyak ragamnya. Namun kebaikan yang memiliki nilai lebih, adalah kebaikan yang tercermin dalam perilaku “memberi”, bukan menerima. Dengan memberi, ada dua kebahagiaan sekaligus dilampaui; kebahagiaan bagi si pemberi dan kebahagiaan yang diraih si penerima. Cocok jika sebuah hadis Rasul menyampaikan “tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.” Jika lebih jauh memotret penampilan (luar) si pemuda. Ia mengenakan kostum serba hitam. Sekilas mengesankan orang sembarang, orang pun enggan menganggapnya penting. Pekerjaannya –yang diketahui sebagai penulis— hanya mengeja hidup dari hurup ke hurup. Lagi-lagi menorehkan garisan hitam di atas lembaran putih. Tapi ternyata menyembunyikan cahaya putih dari bungkusan hitam itu, hanya akan memancar manakala disingkab sedikit saja. Allah SWT., sudah jelas berfirman dalam kitab Suci-Nya. “Sesungguhnya Allah tidak memandang hambanya dari raut muka, tidak juga dari jabatan dan harta. Tapi Allah melihat dari apa yang (tersembunyi) dalam hanti hambanya.”
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
79
Alhasil, jelas sudah bukti Allah menganjurkan hambanya untuk belajar dari hal sekecil apa pun. Sampai untuk urusan kebahagiaan saja, (seolah-olah) Allah “mengutus� seorang pemuda serampangan yang memiliki satu pemehaman, tentang kebahagiaan hakiki. Tinggal bagaimana pandaipandai kita untuk belajar. Sebab pada akhirnya, kebenaran, kemuliaan, dan kebahagiaan hanya bersemayam dalam penguasa semesta alam, Allah SWT. Wallahu a’lam bissawaab.
80
Ayat-Ayat Antiteror
Kedua Yang Tenang; Menghayutkan
I
ndonesia, seakan tidak memiliki niatan untuk beranjak dari model politik santun, tenang dan lebih berpijak pada figur sang calon pemimpin. Kemenangan pasangan Capres nomor urut 2 dalam satu putaran dengan perbandingan suara telak, patut kita catat sebagai bukti pernyataan tersebut. Betapa tidak? Sang Presiden terpilih, selama ini menonjolkan karakter tokoh yang lemah lembut, pengasih dan (nyaris) tanpa hawa nafsu. Tutur katanya begitu mendayu-dayu nan kadang sampai melodramatik. Begitu juga dengan pasangannya. Dari wajahnya saja terpancar aura kesahajaan, ketenangan, dan kedalaman budi pekerti. Singkatnya, pasangan ini adalah pasangan yang sama-sama tenang, nampaknya. Kiranya boleh-boleh saja jika kita bercermin pada kaca sejarah. Setidaknya serpihan sejarah politik bangsa ini pra reformasi. Mudah-mudahan belum pada lupa. Bagaimana santunnya pancaran karakter dari penguasa Orde Baru. Dari tutur katanya hingga gerak langkah fisiknya, begitu gagah dan bersahaja. Karena kesantunannya pula, ia mampu menguasai suatu bangsa hingga tiga puluh dua tahun. Bukan
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
81
hanya di Indonesia, tapi juga di dunia, ia pantas dicatat sebagai orang kuat secara politik. Tidak boleh lupa juga, saking santunnya ia berpolitik, rakyat Indonesia sampai mati kutu, tidak bisa melakukan apa-apa. Jangankan berlaku bak seorang aktivis pergerakan, sekedar berdiskusi demi mengembangkan khazanah keimuan saja, sembunyinya sampai setengah mati, sebab menghindari ancaman penangkapan. Pasalnya, seluruh elemen bangsa (pengusaha-militer) bergabung dalam lingkaran kekuasaannya. Kini, kita jumpai lagi figur politisi yang santun nan bersahaja, kulit luarnya. Di balik kesantunannya, tertimbun rahasia yang dalam dari berbagai macam elemen yang menjadi kekayaan kekuatan politik. Taruh saja peran intelejen, modal asing dan pengusaha lokal yang menopang kekuasaannya. Sehingga track politiknya begitu menanjak, kuat dan sulit ditumbangkan lawan-lawannya. Ini, mungkin senada dengan pepetah yang didengar dari sungai di desa sana. “Air beriak tandanya tak dalam, air tenang menghanyutkan.� Entah intuisi entah prasangka. Hasil Pilpres kemarin memicu perasaan bawah sadar saya untuk mengatakan adanya arus deras itu. Apa lagi terbuka lebarnya kesempatan konco Pohon Beringin untuk ikut bagian dalam lingkaran kekuasaan. Alhasil koalisi pemerintah hampir mencapai 70%, tidak ada alasan
82
Ayat-Ayat Antiteror
meski kembali menghimpun kekuasaan yang semau dia. Tentu saya bukan paranormal seperti Ki Joko Bodo, atau Mama Lauren yang dapat meramal masa depan. Namun, kalau mengamati perjalanan politik. Keberhasilan nomor urut 2 ini ditopang oleh kalangan intelejen yang sangat kuat dan cerdas, di belakangnya. Belum lagi sokongan dana yang entah dari mana asalnya. Bukan saya curiga, tapi kenyataan mengatakan bahwa harta Capresnya sangat sedikit, begitu juga dengan Cawapresnya. Tapi ternyata bisa mengongkosi dana kampanye yang bukan kecil jumlahnya. Memang ada rumor yang masuk dalam telinga kanan-kiri ini. Bahwa sebenarnya rahasia dana kampanye nomor urut 2 ini terletak dalam lembaga konsultan politik dan opini publik yang berbaju Fox Indonesia. Tentang kebenarannya, semoga ada pihak lain yang sanggup mengungkapnya. Melalui jalur Fox inilah aliran dana –yang masih absurd sumbernya— kemudian tembus ke Capres, bukan Capres yang mengeluarkan dana ke Fox. Kemudian, saya coba untuk berspekulasi dari tanda-tanda. Dulu, penguasa Orde Baru yang santun tidak kepalang itu, berkendaraan yayasan politk Golkar bernomor urut 2, di tengah-tengah dua partai yang tak pernah menang dalam pemilu. Sekarang juga sama, politisi santun itu berdiri di nomor urut 2
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
83
dari tiga pasangan kandidat. Latar belakang ketokohan juga demikian, sama-sama dari kelompok militer yang, secara strategi, sasaran, dan dukungan dari belakang laying tidak akan jauh berbeda. Namun, sekali lagi, saya hanya ingin mengatakan bahwa ini sekedar spekulasi saja. Tapi bukan berarti tertutup dari unsure kebenaran. Hanya, betapa yang santun, tenang, tidak banyak tingkah dan bersahaja. Ternyata menyimpan muatan isi yang padat. Contohlah bulatan besi yang ketika dipukul tidak begitu nyaring bunyinya. Tapi kalau dipakai alat memukul, bukan main ampuhnya. Beda dengan kendang yang ketika ditabuh riuh suaranya, tapi toh kosong baigian dalamnya. Kembali lagi pada pepatah permukaan sungai. Kiranya kita tidak mesti tertipu dengan ketenangan permukaan, sebab di dalamnya mungkin tersimpan serpihan kaca pecahan, duri, buaya dan atau piranha yang siap menerkan, melumat dan hanya menyisakan tulang belulang pada akhirnya.
84
Ayat-Ayat Antiteror
Ketiga Jumat Gate
D
alam sibakan angin panas, kau berdiri mematung. Seraya dengan itu kau lempar pandangan kosong dalam puing-puing pepecahan. Hari ke 17 dari bulan Juli 2009 itu, yang kalangan agamawan (islam) mengatakan hari terbaik, tempat waktu mustajab untuk berdoa, dan hari ketika Tuhan melemparkan hamba-Nya yang beriman ke dalam surganya. Meninggalkan kesan memilukan dalam sanubarimu. Ketidak percayaan, kegalauan dan kekecewaan beraduk-baur menjadi satu. Kau tampak pucat tanpa nyawa. “Padahal, semalam tadi saya memandangmu hingga larut. Dari tempat ini pula. Dan masih saya kagum akan keelokan paras dan ketinggian bangunanmu.� Gumammu lirih, tidak menentu siapa orang yang kau tuju, dalam ucapanmu. “Namun kini, jangankan menarik orang untuk mampir dan menginap, sekedar lewat di dekatmu mungkin sangat enggan.� Sementara sebagai pekuli tinta, tanganmu tak kuasa mengangkat kamera di kanan. Apalagi menekan tombol demi menggambar sisa reruntuhan dengan cahaya. Tanganmu bergetar, gigimu berbunyi. Menahan amukan di dada. Hanya mata saja
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
85
yang menyapa pecahan kaca, besi yang membengkok dan percikan darah yang masih basah nan bau anyir. Tidak lagi terpikir wilayah profesi dan kemanusiaan yang terwarnai nilai-nilai moral. Masih saja kau tidak mau beranjak dari tempatmu berdiri. Meski sekeliling komplek Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot masih riuh diserbu pandangan orang, dari jauh. Garis pembatas yang dipasang polisi membentang tegas, melarang orang sembarang mencampuri kawasan ledakan. Dalam pikirmu mengembang satu angan. Apa sengaja orang meledakkan bom di hari mulia ini, agar sang mati lantas di lemparkan Tuhan ke surga-Nya. Pun pelaku merasa benar-benar syahid karena mati di hari itu. Atau karena dilatari ketidak insyafan sebagian kalangan yang tak suka. Bagi dirimu memang sudah tak jadi persoalan ini berada di Indonesia atau bukan. Tapi kau selalu dipercaya sebagai orang manusiawan peduli sesama, kedamaian, dan keasrian hubungan kehidupan dunia. Tak mengherankanlah jika jiwamu dilimpud nafsu, amarah yang tiada batas. Tapi tetap mesti diingat, bahwa kau sesungguhnya tidak tahu apa-apa. Ke siapa pantas marah, ke mana mesti meluapkan nafsumu. Kau baru saja menjadi insyaf, ketika layangan anganmu dipecah sesosok tinggi besar yang menabrakmu. Sosok berambut pirang berkulit bule
86
Ayat-Ayat Antiteror
melangkah tergesa-gesa. Koper dan tas besar disandangnya sekaligus. Entah apa yang dibicarakan dalam bahasanya yang nat-nit-not. Hanya kau hanyut dalam prasangka, paling-paling mereka berharap segera beranjak dari negeri penuh misteri ini. Selepas menengok angka jam yang terpasang di sebelah kanan dari tanganmu. Lekaslah kau pergi memenuhi kesadaran ketuhanan. *** Matahari itu kian meninggi. Untuk ukuran udara di Jakarta, yang hampir seluruh bangunan tinggi ditutupi kaca. Jangankan hari segitu, malam pun cukup memeras keringat. Seiring gerak langkahmu, kau abaikan basah dipunggung dan dahimu. Kalau di tangan dan di kaki, itu sudah tentu kau tak hiraukan. Ingin hati memang lekas tiba di rumah Tuhan, tapi apa daya, pemandangan tadi membuatmu lunglai, gontailah langkah-langkahmu. Tibalah kau di halaman rumah Tuhan dalam cerita yang dipersingkat. Namun tidak lantas mengambil air pembasuh muka, kedua tangan, kepala, dan sepasang kaki sebagai syarat sahnya ibadahmu, kepada Tuhanmu. Hanya mengambil tempat duduk dan memutar pandang di sana. “Oh, biginilah kebiasaan orang kota menjumpai Tuhannya,� pikirmu. Sungguh berbeda dengan apa yang biasa kau alami di dusunmu jauh, di kaki bukit gunung Galunggung. Dalam perjalanan
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
87
sang imam memberikan ceramah di atas mimbar. Sekelompok anak sekolah dasar memangku Koran, menawarkannya. Barang kali kau mau beli, untuk membantu tambah-tambah nafkah dan biaya sekolah mereka. Belum lagi bagian pemuda yang lewat dari ukuran dewasa, menggoyang-goyangkan tangan, menyikat sepatu para tuan-tuan kantoran. Persetanlah segala apa yang disampaikan sang imam di depan sana, seakan ada di pikir mereka. Saya masih saja duduk, menunggu giliran mendapatkan air pembasuh muka, kedua tangan, kepala dan sepasang kaki yang bermata. Namun tak kunjung kebagian. Karena begitu banyak orang dalam antrian. Dan sayang, di tengah-tengah penantian, sang air habis nan kering. Kandaslah harapanmu untuk menyapa tuhanmu dengan ritual. Meski demikian adanya, kau tidak juga beranjak dari tempat dudukmu. Rasa penasaranmu belum habis. Akankah si anak penjual koran bekas dan penyemir sepatu akan ikut bagian dalam penyapaan Tuhan? Karena itu kau tetap saja diam di tempatmu. Hilir mudik peserta ritual berdatangan. Harapan mereka sama, ingin kebagian jatah pemenuh syarat sahnya ibadah, air. Tapi ya apa mau dikata, toh dari tadi airnya sudah habis. Ada yang bersikeras dengan membeli air Aqua botol. Dengan air itu ia bersuci. Kau jumpai di sana pemandangan yang unik. Yang mana membasuh
88
Ayat-Ayat Antiteror
tangan seadanya saja, tak sampai ke sikut sebagaimana diajarkan Tuhan pada ummatnya. Ya., beginilah mungkin kemuliaan ini hari bagi sebagian orang. Termasuk kau, yang ketika jamaah bubar, tukang semir bubar, tukang korang bekas bubar, dan kau pun bubar dengan mereka. Kau hanya jadi penonton hari itu. Dalam kepergianmu, kau berguman lirih. “Karena model ibadahnya seperti ini, maka tidaklah heran hotel itu meledak.� Sambil tertawa sini, kau lantas melanjutkan. “Apa hubungannya. He he he.� Tutup mulutmu.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
89
Keempat Karena Jenggot dan Topi
S
udah bagian dari tabiatmu menyapa jejak yang tak pernah ditanam sebelumnya. Sepanjang kisah tualang. Sejauh tempuhan musafirmu hanya menghampiri hembusan angin asing. Jika tidak menunggangi roda bermesin, maka kedua kakimu tidak pernah bosan untuk mengantar hasrat ingin tahumu. Bilalah tidak di kota, maka di desa, atau di gunung, dan hingga di pesisir pantai sana, peluhmu membasuh sekuat kau bertekad. Hingga akhirnya kembali mengering berupa riwayat hidup yang tak tercatat tetesan tinta. Hari itu, hari ke 22 dari sang Juli, tahunnya kepunyaan Bapak 2009. Ada pun kenamaan akan hari, pembacalah yang berhak mencari. Sampailah petualanganmu menyapa permukaan Gedung Kedutaan Besar Negeri Kangguru, Australia. Gedung dengan simbol hewan Kangguru itu, letaknya persis dalam apitan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Gedung Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Tentu saja, segalanya dalam naungan Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai Presiden Negara RI yang entah siapa menghormatinya. Sementara, suasana jalanan, pecah bising dengan bunyi mesin metromini, taxi, busway, hingga
90
Ayat-Ayat Antiteror
mobil si kaya yang mengkilap body dan kacanya. Seluruhnya berpacu, beradu cepat, mengejar harapan masing-masing hasratnya akan isi dunia. Syahdan kau menyibak tetesan peluh yang menorobos sela-sela topi di kepalamu. Punggung? Sudahlah tentu bukan berupa hitungan. Sebab menjadi keniscayaan menjadi basah di tanah Batavia ini. Namun bukanlah dirimu jika sampai mengatakan “sudahlah sampai di sini� dari petualangan panjang itu. Sebab segala maksud, yang entah bagi apa dan siapa, belum kunjung kau temukan. Walau hanya dalam permukaan garis finis. Baru saja kau berniat melewati Gedung Kedutaan itu, dua bodyguard menghampirimu. Dengan alat pendeteksi di tangan, entah apa nama alat itu, tidaklah kau paham betul. Kedua pria berseragam itu menghadang langkahmu. Tentu tindakan orang asing sebabkan kau kaget. Belum habis pula rasa kagetmu, sang bodyguard memintamu menanggalkan tas, dengan penuh hormat dan kesopanan. Tidaklah kau berharap ada perdebatan di sana. Apalagi di pinggir jalan raya di kota besar. Kau tahu itu bukan ruang perdebatan yang efektif. Toh siapa mereka? Belumlah tentu satu kelas dengamu, yang mampu berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, dan berbicara sama fasih. Karena kau sepenuh diri insyaf, kau tak bisa berbicara begitu fasih.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
91
Sebab enggan membuka tas. Kau berikan saja pada sang bodyguard. Biar mereka periksa sendiri, pikirmu. Dari dua bodyguard itu. Meriksa tas milikmu-lah yang satu. Sementara satu lainnya, memandang parasmu lekat-lekat dan penuh teliti. Seakan tidak hendak melewatkan sepenggal bagian saja dari tubuhmu. Dengan bermula dari ujung topi hingga ujung kaki, ia sapa dengan sungguhnya. Sementara kau acuh saja. Menengadahkan muka sambil membelai jenggot tipismu. Tentu kau jujur, kalau itu bukan tindakan kesombonganmu. Hanya gaya, sekedar gaya. Selidik punya selidik, sebab kau heran mengapa begitu ketatnya penjagaan suatu gedung. Ternyata, yang menjadi sebab adalah adanya desas-desus, bahkan datang dari lisan mantan pelaku teroris, bahwa ciri-ciri teroris adalah bertopi. Bukan berpeci? Selain itu pula, di bawah dagunya bertumbuhan bulu, katanya. Apalagi, kau melewati itu gedung kedutaan beberapa hari pasca meletusnya bom Mega Kuningan. Jaraknya tidak begitu jauh dari sana. Jelaslah kini, kau yang bertopi dan berjenggot diwaspadai. Diperiksa meski sekedar niat melewat saja. Syahdan, kau memandang legitimasi yang sama dari peristiwa itu. Dipukul rata. Kalaulah Ibumu tahu yang tinggal di desa sana. Ia mungkin akan berkata dalam istilah “disakompetdaunkeun.�
92
Ayat-Ayat Antiteror
Di sini, kau memandang ada keuntungan bagi satu pihak dan kerugian bagi pihak lain. Untung bagi si pencukur jenggot, setidaknya pemotong rambut, sebab akan banyak orang yang memotong jenggotnya. Demi menghindari “fitnah� teroris dan menghindari tindak penangkapan. Kesialan justru akan menimpa pedagang topi. Orang hendaknya enggan membeli topi. Toh tidak akan terpakai sebab menghindari kecurigaan akan teroris. Beda halnya ketika kakimu menggapai halaman Gedung Kedutaan Besar Uni Emirat Arab. Tidak ada penjagaan. Tidak ada bodyguard yang menghadang. Padahal, jarak dari JW Marriott sangatlah lebih dekat, jika dibandingkan dengan Kedutaan Besar Negeri Kangguru. Hanya potret Syekh Ahmad Yasin, memandang langkahmu bisu. Apa mungkin karena sama-sama berjenggot dan memiliki penutup di kepala? Biarlah publik lebih tahu korelasi segalanya.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
93
Kelima Mencari Kejujuran yang Hilang
D
alam perjalanan dari Jln. Sancang ke Cibiru, Bandung. Saya menggunakan angkutan kota (angkot). Di tengah-tengah perjalanan, saya dihadapkan pada peristiwa ketegangan antara sopir angkot dan penumpang perihal ongkos. Di satu sisi penumpang bersikeras memaksa ongkos turun sesuai harga BBM yang telah turun. Di sisi lain sopir enggan menurunkan ongkos sedikitpun. Untung saja ketegangan keduanya tidak berkepanjangan, karena direrai oleh mobil angkot yang melaju. Meski demikian, kedua belah pihak masih menyimpan kekesalannya masing-masing. Beda halnya dengan fenomena yang dijumpai manakala menikmati jasa Damri. Setelah membayar ongkos sebesar Dua Ribu Rupiah seperti biasa, tanpa diharap-harapkan, kondektur mengembalikan uang sebesar Dua Ratus Rupiah. Secara hitungan materiil, kita mungkin akan sepakat, bahwa uang kembalian tersebut bukanlah nilai uang yang besar. Tapi jelas menunjukkan nilai kejujuran dalam mengembalikan hak yang sepatutnya milik orang lain. Perilaku demikian juga menghadirkan rasa kedamaian di hati para penumpang.
94
Ayat-Ayat Antiteror
Fenomena yang saya jumpai dalam perjalanan itu, sekilas terlihat sederhana bahkan mungkin sepele. Tapi saya percaya pada satu pepatah orang besar yang mengatakan: if you want to be a big man, please you think the small thing. Jika ingin menjadi besar, mulailah berpikir dari hal-hal yang terkecil. Dari fenomena sederhana di atas, kita dapat mengurai fenomena besar bila berusaha menkontekstualisasikan dengan kondisi kebangsaan akhir-akhir ini. Contoh sederhana adalah fenomena mencuatnya hasrat beberapa daerah di Indonesia untuk memisahkan diri, baik dari level nasional maupun regional. Di level nasional, Aceh dan Papua bersikeras untuk berpisah dari Negara Indonesia. Sebelumnya Timor Timur sudah memproklamasikan diri merdeka dari Negara Indonesia. Di level regional, Pangandaran menginginkan pemekaran daerah dari Kabupaten Ciamis dan Tapanuli dari Provinsi Sumatera Utara. Provinsi yang lebih dahulu memisahkan diri adalah Provinsi Banten dari Provinsi Jawa Barat. Khusus pemekaran daerah, isu ini muncul mengatasnamakan demokrasi dan otonomi daerah. Namun jika diamati lebih cermat, maka kita akan menemukan fakta bahwa faktor dominan tuntutan pemekaran daerah ini lebih didasari oleh persoalan pinansial. Seperti pembagian hasil sumber daya alam yang ditarik dari daerah-daerah pedalaman ke pusat
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
95
kota tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, bahkan boleh jadi ada yang tidak dikembalikan. Hal ini terjadi sesuai fakta menjamurnya perilaku korup yang kian hari kian menjadi hingga level pemerintahan lokal. Akhirnya daerah yang merasa kurang diperhatikan (dirugikan) mulai jengah dan menunjukkan sikap berontaknya dalam bentuk tuntutan pemekaran daerah. Bukti bahwa ini merupakan bentuk pemberontakan masyarakat, tercermin dari tragedi kerusuhan di gedung DPRD Sumatera Utara 3 Februari 2009. Sangat disayangkan memang, aksi massa menuntut pembentukan povinsi Tapanuli ini sampai menelan korban. Tidak tanggungtanggung, korban yang jadi “tumbal� pemekaran daerah adalah Ketua Dewan Abdul Aziz Angkat yang merenggang nyawa. Itulah kiranya konsekuensi yang diakibatkan oleh amarah yang tidak terbendung karena haknya dikekang. Mungkin akan beda jadinya bila tuntutan pemekaran daerah Tapanuli dibicarakan dengan arif, bijak, penuh keterbukaan dan dilengkapi oleh kejujuran pemerintah dalam memberikan hak warganya. Misalnya yang terjadi di Pangandaran kabupaten Ciamis. Tuntutan pemekaran daerah sama muncul. Bedanya, yang ini disikapi pemerintah kabupaten Ciamis dengan terbuka. Hasilnya ? seperti kita ketahui, tidak ada kejadian yang meresahkan
96
Ayat-Ayat Antiteror
masyarakat di sana, apalagi harus sampai menelan korban. Pada akhirnya, kita dapat menarik benang merah dari semua tragedi kurang mengenakkan akhir-akhir ini. Setidaknya menemukan fakta bahwa bangsa ini telah kehilangan “setengah kejujuran� dalam mengembalikan hak rakyatnya. Meski demikian patut kiranya kita optimis akan ditemukannya “kejujuran� itu. Setidaknya kita dapat bercermin dari sosok kondektur Damri, walau Ia bekerja di tempat yang sederhana, tapi mampu menyamankan hati orang lain dengan tulus mengembalikan hak penumpangnya. Bukan bercermin dari sosok sopir yang memilih bersitegang dengan penumpang demi keuntungan sebelah pihak. ***
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
97
98
Ayat-Ayat Antiteror
Bagian Inti Korespondensi Antiteror
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
99
Amankah Indonesia dari Teror? Oleh SUKRON ABDILAH
B
agi pemerintah, terorisme adalah ancaman yang dapat merorongrong keajegan dinastinya. Bagi warga, ancaman aksi teror dapat melahirkan ketakutan sehingga memengaruhi kegiatan ekonomi, sosial, dan berkebudayaan. Kebetulan sekali, kakak saya di Garut, malam Sabtu, menelpon saya karena saudara istrinya ada yang berurusan dengan aparat pemerintahan. Perkaranya adalah anaknya saudara kakak saya menjadi korban pencabulan seorang guru agama di sebuah sekolah menengah di Garut. Setelah bukti mengindikasikan dapat menjerumuskan si guru agama pada tindak pidana, perangkat hukum di Garut ternyata diperjual-belikan karena faktor kedekatan dan duit. Ayah korban, yang tidak kebetulan adalah si miskin, harus rela tindakan asusila itu tidak diselesaikan secara hukum. Berita acaranya dibatalkan, sehingga hukum dalam pandangan warga miskin adalah sesuatu yang menakutkan. Karena ketika berurusan dengan hukum, ia harus memiliki modal uang yang tak sedikit. Lembaga kepolisian daerah dan kejaksaan, ini terjadi di Garut, menjadi
100
Ayat-Ayat Antiteror
momok menakutkan bagi warga yang buta hukum sama sekali. Ketika saya mendengar keluhan kakak saya bahwa hukum di Indonesia tidak memihak warga miskin; mulai berbisik “Indonesia adalah Negara tidak aman bagi rakyatnya.” Si pelaku pencabulan yang guru agama itu, dengan memanfaatkan jaringan di tingkat pemerintahan mencoba menekan keluarga korban agar membatalkan tuntutannya. Tesis pun muncul, semakin berpendidikan seseorang, kejahatannya akan semakin sistematis dan terencana. Sang guru agama itu, ketika selesai melakukan tindak pencabulan akan bebas karena ia sadar bahwa hukum di Indonesia memihak orang berduit. Ia bisa saja merekayasa jalannya hukum di Garut dengan segepok uang “kadeudeuh”. M Amien Rais menyebut pemerintahan seperti ini sebagai korporatokrasi, yakni alur hukum yang dikendalikan oleh sang pemilik duit. Saya mendapat kabar kasus ini, ketika tuntutan keluarga korban sudah dicabut. Saya sempat menyarankan untuk diangkat di media massa. Namun, jawaban ayah korban membuat saya kembali berpikir tentang Negara Indonesia yang tak aman bagi rakyatnya. Ia bilang, “Sudahlah kasus ini ditutup. Kalau ada wartawan, nanti tambah pusing. Nggak punya uang.” Ah, itu pasti kerjaan wartawan bodrek. Sehingga nama wartawan menjadi tidak baik di mata
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
101
rakyat jelata. Kepolisian dan kejaksaan juga sama bobroknya. Karena tidak melindungi dan memperjuangkan hak rakyat untuk mendapat kepastian hukum. Itulah teror aparat pemerintahan yang membuat rakyat Indonesia “miskin� merasa tidak nyaman hidup di negeri ini. Kalau tetap dibiarkan, tidak menutup kemungkinan ledakan bom akan terjadi di instansi pemerintahan. Dan, sebagai warga miskin, si korban pencabulan akan bersorak-sorai karena merasa kekesalannya terobati. Segala bentuk teror pasti dampaknya mengancam umat manusia. Efeknya itu membuat orang resah ketika akan melakukan aktivitas. Apalagi yang kebetulan bekerja di tempat kejadian perkara. Takut ada lagi ledakan bom sususalan. Itu wajar, karena manusia memiliki rasa takut. Apalagi kalau kejadian tersebut baru beberapa minggu terjadi. Untung saja manusia diberi potensi untuk melupakan sesuatu. Jadi, selang beberapa bulan mereka dapat kembali beraktivitas. Pada kesempatan ini, masih di seputar Ayat-ayat Antiteror. Saya mengajak warga Indonesia agar jangan takut dengan terorisme. Karena ketika kita takut, itu adalah cita-cita mereka. Meledakkan diri di tempat keramaian adalah cara untuk menakut-nakuti warga yang setiap hari tanpa henti beraktivitas. Ketika kita takut, maka mereka akan tertawa
102
Ayat-Ayat Antiteror
terbahak-bahak. Kita sudah terjebak dengan perangkap yang mereka pasang. Pun begitu dengan aparat pemerintahan, pendidik, dan kepolisian, seringkali membuat takut warga miskin yang miskin pula pengetahuan dan wawasan tentang hukum. Saya jadi bertanya sedikit saja, apakah Indonesia sudah aman dari gangguan teror? Wong pemerintahannya juga banyak yang meneror warganya.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
103
Teror dan Rasa Takut Oleh BADRU TAMAM MIFKA
M
embaca tulisanmu: “Amankah Indonesia dari Teror?” membuat saya berpikir tentang rasa takut yang berkembang biak dan hadir begitu dekat dengan keseharian kita. Ya, barangkali kata yang banyak disebut masyarakat hari ini selain kata “uang” adalah: “teroris”. Mereka, teroris, akan dengan tiba-tiba menjalankan aksi teror kapan saja, mempertebal rasa takut kita. Ketika masyarakat bicara teroris hari ini, mereka pasti akan bicara tentang ledakan gedung dan suara bom. Tapi ternyata teror tak hanya tumbuh buas lewat bom, ia bisa terjadi di manapun, dalam bentuk apapun. Teror bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh jejaring sistem dalam urat nadi pemerintah. Memang benar, ungkapan “Indonesia adalah negara tidak aman bagi rakyatnya” bukan hanya menggambarkan rasa takut pada ledakan bom saja, tapi juga bisa menggambarkan rasa takut yang terjadi dalam dunia pendidikan kita, politik, ekonomi, bahasa, atau pada pincangnya hukum yang ternyata bisa dikendalikan orang-orang yang punya duit saja,
104
Ayat-Ayat Antiteror
yang kuat, yang punya kekuasaan—di luar itu adalah si lemah, yang takut di hadapan hukum yang harusnya membelanya, yang takut pada pemerintah yang mestinya melindunginya. Bicara soal teror, saya pernah berbincang dengan seseorang yang takut sekolah dan seseorang yang takut mendengarkan dakwah. Orang yang pertama adalah seorang anak yang (sebenarnya) terobsesi ingin sekolah, tapi ia takut pada sang ayah yang miskin, dan sang ayah takut dengan biaya pendidikan yang baginya terasa mencekik. Orang kedua adalah seorang pemuda yang belakangan punya niat baik ingin jadi orang baik-baik; ia meninggalkan kebiasaan mabuk, berjudi dan bermain perempuan. Ia kini jadi mau ke mesjid, belajar baca Qur’an dan shalat jumat. Tapi setelah mendengar khatib bicara soal balasan neraka yang menyala-nyala dalam khutbahnya; ia jadi sangat takut, ragu dan bingung. Ternyata, tak hanya aksi Noordin M. Top cs yang bisa menjadi teror bagi masyarakat dengan bomnya, teror juga bisa berupa instansi, atau lainnya. Saya jadi mulai berpikir bahwa teror dan rasa takut telah membangun rumah dalam pikiran dan keseharian orang-orang yang lemah, baik lemah secara struktural ataupun mental. Bangsa ini akan menjadi wilayah yang penuh rasa takut jika tak memiliki sistem keamanan yang kuat untuk mencegah terorisme. Kita takut dan tak bisa melakukan apa-apa di hadapan
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
105
sistem kekuasaan yang korup. Atau, bentuk rasa takut yang mulai abstrak: kita takut pada masa depan dan cita-cita; kita takut pada bayangan kita sendiri— kita membuat teror bagi diri kita sendiri! Ah, hidup kita, bangsa ini, dunia ini, dipenuhi “teroris”! Teror dan rasa takut adalah “iblis” yang harus kita lawan: iblis dalam diri kita, maupun iblis yang bekerja dalam jiwa orang-orang yang berbuat kerusakan, zalim dan berbuat tak adil. Bicara soal iblis, saya jadi ingat pada iblis (yang saya anggap sebagai) pelopor teror yang diceritakan dalam Quran. Iblis masuk dalam daftar ancaman sejarah (iman) manusia karena terornya: “…tangguhkan aku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya.”, kalau tak salah ini tertulis dalam surat Al Israa’ ayat 62. Wah, iblis meneror manusia setiap detik, sampai hari kiamat! Ia hadir dalam bisikan, menjelma hawa nafsu, pesimisme, dan jadi musuh nyata di samping orang-orang zalim. Pepatah bijak bilang: keberanian itu bukannya tak punya rasa takut tetapi mengalahkan rasa takut. Rasa takut adalah hal yang wajar, hanya saja kita mesti punya sikap untuk segera mengalahkannya. Salah satu cara yang bagi saya sangat menarik untuk melawan rasa takut adalah: merapat dalam barisan, berjamaah. Rasa takut biasanya muncul ketika seseorang dalam keadaan sendirian. Rasa takut akan
106
Ayat-Ayat Antiteror
mudah berkembang biak dalam barisan yang terpecah-pecah. Maksud saya, seseorang tak bisa sendirian menangkap jaringan teroris di negeri ini. Seseorang tak bisa sendirian meluruskan hukum. Seseorang tak bisa sendirian merubah kebijakan pemerintah yang tak adil. Seseorang perlu banyak orang untuk saling kritik dan saling mengingatkan. Ia perlu banyak orang, strategi dan ragam media untuk menggerakkan gagasan, protes dan aspirasi. Seperti juga halnya saya perlu banyak orang untuk merangsang saya mewujudkan cita-cita dan menumbuhkan rasa percaya diri saya menghadapi masa depan dan pelbagai persoalan. Saya perlu banyak orang untuk saling berbagi pengalaman, berdiskusi dan mengembangkan kreativitas. Saya perlu banyak orang untuk melawan teror, dalam bentuk apapun. Hal yang sama sangat diperlukan dalam bermasyarakat dan beragama. Masyarakat dan umat Islam harus berjamaah untuk menghadapi persoalannya. Tentu saja, merapat dalam barisan bukan berarti memperlemah diri dengan memperbesar ketergantungan pada banyak orang, tetapi setiap diri dalam barisan bersungguh-sungguh bekerja keras mengerahkan potensi diri, kreatif, dan lebih inovatif—semakin kuat seseorang dalam barisan, maka semakin kokoh barisannya.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
107
Akhirul kalam, saya cukupkan saja surat tentang “Teror dan Rasa Takut” ini, sekadar (ingin) ikut meriuhkan tulisan-tulisan “Ayat-ayat Antiteror” yang sudah saya baca. Mudah-mudahan ini menjadi awal diskusi dan pemicu inspirasi dalam tulisan-tulisan selanjutnya. Terima kasih, kawan.
108
Ayat-Ayat Antiteror
Berjamaah dengan Bijak Oleh SUKRON ABDILAH
T
erima kasih atas suratnya. Untuk Badru. Satu hal yang saya garisbawahi dari surat inspiratif kawan saya Badru. Ya, tentang berjamaah memberantas “teroris”. Dalam jagad mayantara, berjamaah adalah keniscayaan, apalagi kalau kita memiliki semangat memberantas aksi teror! Seperti halnya kedahsyatan bangunan Piramida di Mesir, dapat kita nikmati sampai hari ini karena dikerjakan secara berjamaah. Meskipun pembangunannya menelan ratusan ribu nyawa tak berdosa. Keindahan, ketakutan, dan kesenyapan hidup adalah respon kita terhadap dunia luar. Ketika terjadi ancaman teror — apa pun bentuknya — akan melahirkan keberanian jika kita diam di suatu jamaah atau kelompok. Apalagi kalau kelompoknya lebih besar dan banyak dibandingkan dengan kelompok si pelaku teror. Seperti si Pekerja bangunan Piramida itu. Mereka melawan rasa takut dengan tanpa kenal lelah membangun gedung segi tiga yang menyimpan berjuta misteri. Ali Ibn Abi Thalib pernah sesumbar, keburukan yang terorganisir lebih baik tinimbang kebaikan yang tak terorganisir. Solusi memberantas teroris — sebagai penebar ketakutan — adalah dengan
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
109
membentuk jamaah yang bijak. Jamaah yang tidak grasak-grusuk dalam bersikap dan bertindak. Pengepungan kemarin di Jawa Tengah, Tumenggung, harus mulai kita pertanyakan. Adakah kaitannya dengan statement bapak nomor 1 “5kosongnya�? Betulkah dia itu tokoh perancang aksi teror, yang nanti menjadikan SBY sebagai target peledakan? Ataukah itu hanya gebrakan untuk mencari sensasi dan popularitas? Kita, sebagai rakyat memiliki hak untuk mencari tahu. Saya sempat membaca status Facebook-nya Fadjroel Rahman. Dia menulis bahwa persoalan aksi teror bermuara pada tidak diperhatikannya aspek sosial-ekonomi. Di tengah karut-marut kemiskinan, kondisi ini rentan melahirkan pelaku teror baru. Pemerintahan, tanpa dapat menyelesaikan persoalan ekonomi bangsa, pada saat itu pula gerakan teror akan riuh ramai di jagad keindonesiaan. Kebiasaan saya kalau membeli Cuankie selalu ngobrol tentang segala hal dengan si tukang Cuankie. Kebetulan — entah rekayasa atau apa — dia bilang pernah direkrut orang-orang seperti jaringan M.Top cs. Tapi, dia kabur karena bertentangan dengan isi hatinya. Dan, satu lagi dia memiliki semangat untuk terus hidup; berkarya dalam kehidupan ini. Mencari nafkah dan menafkahi sanak familinya. Meskipun miskin, katanya, ke heulaan lamun kudu paeh ngabom jalma nu teu boga dosa. Kini, dia menjadi warga negara
110
Ayat-Ayat Antiteror
yang baik. Dan, itu adalah ekses positif hidup berjamaah. Dia aktif di pengajian yang ajengannya tidak memahami Islam sebagai agama keras dan bengis. Kelompok atau jamaah yang cinta perdamaian, itulah yang kita harapkan berkembang pada setiap organisasi, lingkungan masyarakat, dan bahkan di lembaga pemerintahan. Sebagai pengatur stabilitas negeri ini, semestinya pemerintah menjalin kekuatan dengan dasar tak dipenuhi kecurigaan kepada instansi Islam. Si tukang Cuankie, Badru, saya, blogger di UIN SGD Bandung, dan Ibn Ghifarie; adalah sebagian dari seluruh penganut Islam di Indonesia yang cinta perdamaian. Seandainya si Mang Cuankie bisa ngeblog; saya akan menyuruhnya menuliskan alasan-alasan kenapa ia menolak mentah-mentah organisasi yang mewajibkan anggotanya untuk bersahadat itu. Darul Islam bagi saya adalah negeri yang menebarkan keselamatan. Bukan menebarkan ketakutan-ketakutan pada masyarakat. Aksi teror ini, disebut oleh saudara Badru dengan laku iblis. Hiii jadi ngeri saya kalau menjadi bagian dari mereka. Berjamaahlah dengan bijaksana. Bukan menyikapi karut-marut kondisi bangsa dengan tindakan cela dan laku yang meneror!, fabiayyi alai rabbika tukaddibaan? Nikmat apalagi yang kalian dustakan — begitu kata Tuhan — sehingga laku teror membuat Islam kita,
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
111
Islam anda, Islam saya, dan Islam semuanya menjadi entri word ketika kita mengetiknya di kolom search engine Google. Itulah “Ayat-ayat Anti-Teror�, dengan harapan kita dapat menangkap pesan dibalik bangunan Piramida, di mana para pekerjanya meskipun nyawa melayang; dapat mewariskan monument yang amat indah dan menakjubkan. Kita juga harus belajar pada semut yang sedang merayap di pundak saya. Ketika dia bertemu dengan temannya selalu memberikan ucapan, “Salam sejahtera. bagaimana kabarmu hari ini kawan? Apa yang bisa aku bantu hari ini. Apakah tumpukan Gula di warung si Aa. Ataukah kopi hitam manis yang selalu disisakan mang ukon di depan komputernya. Peace Forever!�, sambil menawarkan sebatang rokok. Mari kirim surat. Mari menggelorakan hidup tanpa teror!!!!
112
Ayat-Ayat Antiteror
Ayat-ayat Antiteror Oleh IBN GHIFARIE
S
aat mudik ke Kampung halaman, Darussalam, Bungbulang (Kandangwesi), Garut. Tentu tak ada aktivitas ngenet; ngeblog, ngefacebook, noong Harian Umum. Jangankan berinternet ria, listrik saja harus rela menunggu giliran nyala. Memang kampung sekali. Beginilah nasib orang kampung, selalu menjadi korban teror-nya pemerintah. Tanpa disangka-sangka, beberapa kawan di Tim Sunan Gunung Djati memberikan pesan malulai pesan singkat “Apa komentarmu tentang aksi terorisme? Adakah setiap agama memerintahkan dan membenarkan praktik bom bunuh diri? Haruskan ajaran Islam dinodai dengan kekerasan? Dimanakah Slogan Rahmatan Lil Alamin itu?” Dalam benak temen-temen pasti sedang membuat sesuatu. Benar saja “Stop Kekerasan atas nama agama”. Mari menebar perdamaian dan persatuan. Mari gelorakan blogger anti-teror. Mari juga kita tengok kedua Maha Karya ini; “Teror dan Rasa Takut: Surat buat Sukron Abdilah” oleh Badru Tamam Mifka, dan “Berjamaah dengan Bijak; Surat Balasan for Badru” Oleh Sukron Abdilah.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
113
Surat korespondensi ini bermula dari tulisan-tulisan ayat-ayat antiteror Sukron Abdilah. Kedua tulisan itu mengusung tema Ayat-ayat Antiteror (A3T). Kala Kopi Darat di depan kampus UIN Bandung, ihwal A3T terus dibicarakan. Semua tertuju padaku; Mana Karyamu tentang A3T? Kami tunggu postingannya di web Sunan Gunung Djati, ujar mereka berdua. Sesampai di rumah, saya mencoba menjawab sekaligus berkarya tentang A3T. Tanpa saya duga ketika membuka catatan harian, tersingkaplah beberapa petuah para pemuka agama yang melarang sakaligus mengutuk perbuatan biadab tersebut. Inilah kutipanya; Bagi kaum Hindu ada doktrin “Maju teruslah engkau, jangan berselisih (tikai) diantara kamu; milikilah pikiran-pikiran yang luhur dan pusatkan pikiranmu pada kerja; ucapkanlah kata-kata manis diantara kamu; Aku jadikan engkau semuanya bersatu dan aku anugrahi engkau pikiran-pikiran mulia” (WedaAthanwa III, 30: 5). Kaum Buddhis terdapat Dharma “Di dunia ini kebancian belum berakhir jika dibalas dengan kebancian, tetapi kebencian akan berakhir kalau dibahas dengan cinta kasih ini adalah hukum yang kekal abadi” (Dhammapada, Yamaka Vagga Bab I: 6). Penganut Guru Agung Khong Hu Cu ingat petuahnya “Mati hidup adalah firman, kaya mulia
114
Ayat-Ayat Antiteror
adalah pada Tuhan yang Maha Esa. Seorang Junzi selalu bersikap sungguh-sungguh maka tidak hilap. Kepada orang lain bersikaf hormat dan selalu susila. di empat penjuru lautan semuanya saudara. Mengapakah seorang Junzi merana karena tdak mempunyai saudara” (Shisu, dalam Lun Yi Jilid XII, ayat 15 Sub 2). Mereka yang mempercayai kesucian Mesias, mari menelaah pesan Yesus Kristus (Katolik) “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan itu tidak seorang pun akan melihat Tuhan” (Ibrani, 12:14). Juga yang mengimana perombakan dalam kerajaan Roma (Protestan), “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni sebagaimana Allah dalam Kristus mengampuni kamu” (Efesusi, 4:32). Untuk umat Muhammad ingat pada khotbahnya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan membari (kasih) kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, permusuhan. Ia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu mengambil pelajaran” (QS An-Nahl [116]: 90). “Sesungguhnya orang yang paling dimurkai Allah ialah orang yang sangat banyak memusuhi orang” (HR Muslim). Itulah beberapa nukilan kitab suci agama-agama guna menebarkan pesan perdamaian, persaudaraan
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
115
dan kesatuan. Sekaligus membumi-hanguskan aksi teror di Indonesia tercinta dan plural ini. Terwujudnya masyarakat yang adil, toleran, ramah, rukun, sejahtera, dan makmur semoga menjadi cita-cita tertinggi bangsa yang tak kunjung membaik ini. Semoga.
116
Ayat-Ayat Antiteror
Syair Antiteror buat Ibn Ghifarie Oleh SUKRON ABDILAH
T
eruntuk saudaraku, Ibn Ghifarie, yang dikasihi Tuhan seluruh agama. Ayat-ayat Anti-Teror kamu sudah saya baca. Muaranya bermula dari kegelisahan saya menyikapi aksi terror di Indonesia yang sudah merambah ke berbagai sektor. Di tubuh birokrasi, teror dilakukan dengan cara yang terlihat beradab. Motong proposal pembangunan, menyatut data kemiskinan untuk ambisi pribadi, dan segala hal yang berbau KKN dan itu membuat rakyat hidup dalam kegelisahan. Itulah yang mungkin membuat gatal tangan saudara Badru. Ia menumplekkan ide seputar AyatAyat Anti-Teror hingga menelorkan tulisan saya, “Berjamaah secara Bijak”. Saya masih terpaku pada ranah agama saya, Islam, dalam meredam aksi teror. Sebab, agama saya sekarang sedang berada diambang batas kecurigaan Negara asing karena “biang kerok” Nurdin M (nge)Top. Di harian Kompas, Kamis 20 Agustus 2009, saya membaca berita. Isinya adalah soal diskriminasi artis Bollywood, Shah Rukh Khan. Dia diinterogasi pihak berwajib AS selama 90 menit karena ketiban nama
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
117
Khan di belakangnya. Sejak 11 September kelabu itu, umat Islam yang punya nama “islami” harus bersedia menjalani tes anti-teror. Inilah satu aksi teror yang dilakukan segelintir orang tapi berdampak pada keseluruhan orang. Saya yakin, saudara Ibn Ghifarie juga akan mengalami hal yang sama. Kalau nanti masih terjadi gerakan teror yang mengatasnamakan umat Islam, dan kebetulan Ibn Ghifarie sekolah ke luar negeri. Hehe bersiap-siaplah diinterogasi pihak berwajib. Itu juga kalau mereka tidak membaca tulisan-tulisanmu yang kerap menyoal kebebasan beragama. Kalau mereka “melek media”, tinggal berikan alamat blog dan mereka sudah mengangguk-angguk, dan berujar: “betul juga pasport kamu berlaku selama kamu suka.” Apalagi kalau membaca kutipan kitab suci di tulisan Ayat-Ayat Antiteror. Sebagai muslim, saya memiliki kesamaan pemahaman dengan kamu dan penganut agama lain. Setiap agama di dunia, pasti mempunyai orang seperti kamu. Keberagamaan kamu sedemikian terbuka, sehingga dengan senang hati menghargai agama yang kerap ditempatkan sebagai “the other”. Maka dengan senang hati juga saya tuliskan – tepatnya bukan syair – di bawah ini. Jujur saja, syair ini adalah upaya koeksistensi kitab suci agama. Judulnya, Ayat-Ayat Anti-Teror. Bom di sini, bom di sana
118
Ayat-Ayat Antiteror
Teroris atas nama agama harus diberantas tuntas Pak korup, memang berdasi Tapi bukan berarti tak boleh diberantas tuntas Teror tidak berdasar pikiran luhur Semangat persatuan adalah tanda pikiran mulia Kebencian bukan berbalas kebencian Kebencian mesti dibalas cinta kasih karena kekal abadi Teror bukan sikap yang mulia, ia adalah tanda keasusilaan Mati dan hidup adalah firman Tuhan Urusan Tuhan hingga membunuh adalah dosa besar Teror bukan laku kekudusan sebab manusia adalah muara ajaran hidup damai Ramahlah pada setiap orang Berkasih sayanglah pada si congkak Karena Tuhan Maha Pengampun Muhammad berkhutbah Berlaku adillah Berbuat bajiklah Jangan berbuat keji, mungkar dan saling memusuhi Mereka itu dibenci Allah Rabbulalamin Mari renungkan ayat-ayat anti-teror
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
119
Agar tidak menjadi pelaku teror Sekian surat saya berisi Ayat-Ayat antiteror. Mari kita bangun Indonesia bebas dari segala bentuk gejala keberagamaan sangar. Keberagamaan yang tidak bisa dan tidak mau walaupun hanya menyingkirkan duri dari jalanan. Karena dia merasa dirinya kadung menjadi kekasih-Nya. Padahal, siapa tahu jihad bukan seperti yang mereka pahami. Kita bukan berada di fase Mekkah. Tapi fase Indonesia, yang menuntut keberagamaan damai nan sentosa. Wassalam‌. Sukron Abdilah
120
Ayat-Ayat Antiteror
Kekuatan Bahasa dan Bait-bait Rumi Oleh IBN GHIFARIE
T
eruntuk saudaraku, Sukron Abdilah. Semoga berada dalam lindungan Tuhan dan tengah menjalankan ibadah shaum. Memang beralasan. Bila kehawatiran-kehawatiran itu akan terus menikam kita. Pascapengebomam WTC (11 September 2001) penemaan yang dibubuhi embel-embel “Islam” semakin diburu agen teroris. Kontek Indonesaia apalagi. Mulai dari tragedi Bom Bali (12 Oktober 2002) sampai Mega Kuningan (17 Juli 2009) segal bentuk atribut keislaman dicurigai. Kehadiran Ramadhan pun menjadi ladang “Operasi cipta Kondisi”. Mengerikan memang. Sekali lagi, membaca Maha Karya “Syair Antiteror buat Ibn Ghifarie” mengingatkanku pada tulisan Komarudin Hidayat berjudul “Kekuatan Bahasa Agama” (1998:105-109). Kekuatan Bahasa Agama Betapa tidak, bahasa dan ekspresi keagamaan merupakan manisfesto komintem moral dan dan iman dari orang-orang yang beragama secara saleh
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
121
yang dialamatkan dan diminta disaksikan oleh Tuhan. Itulah sebabnya acara konversi agama dinamai dengan ikrar kesaksian.� Ungkapan keagamaan bagaikan puncak gunung es di lautan yang di permukaanya keil, tetapi bagian bawahnya besar, sehingga kapal bisa tenggelam bila menabraknya. Ketersinggungan umat beragama bila bahasa agamanya dilecehkan. Karena, didalam dan melalui teks keagamaan itu petanda artikulasi dan cita-cita keselamatan hidup ditambatkan. Kendati tidak luput dari ketersinggungan (kemungkinan) distorsi dan deviasi penafsiran. Dengan demikian bahasa agama adalah wahan dan reservoir bagi nilai-nilai agung. Kepadanya orang beriman menimba dan mereguk inspirasi dengannya mereka mempertautkan diri dengan Tuhan serta menjalin ukhuwah dengan sesama anggota komunitas orang beriman. Tentu, bila f igur Yesus, Sidarha Gaotama, Muhammad, Lotze, Musa, dilecehkan akan memancing reaksi dari umatnya. Pasalnya, begi orang beriman mereka itu di yakini sebagai manisfestasi jalan keselamatan. Inilah pentingnya kekuatan bahasa agama sebagai artikulasi keselamatan. Bait-bait Rumi Adalah Rumi yang mencoba menepis pelbagai ketidakharmonitas keagamaan ini dengan
122
Ayat-Ayat Antiteror
membiarkan keragaman itu semua hadir. Mari kita membaca bait-bait antiterornya; Persamaan Hakikat Agama [#1] Salib dan Kristen dari sudut ke sudut telah kulintasi. Aku tidak menganut salib. Rumah-berhala kukunjungi, kuli kuno; Aku lihat. Dia tidak kedalam (jurang) atau ketingian (gunung) di sana. Dengan niat, aku daki puncak Gunung Qap; Ditempat itu aku tiak ada apa-apa kecuali “Arga” Aku arahkan pencarianku menuju Kab’bah; Dia bukan berada di tempat orang tuan dan muda yang mendapatkan ilham itu; Aku tanya Ibnu Sina Aku mengunjungi persidangan; Dia tidak berada di peradilan Agung itu Aku tilik ke dalm hatiku; Disanakah aku menamukannya; Dia tidak beradan dimana-mana (di tempat lain). [Mulyadi Kartanegara, Jalal Al Din Rumi, 2004:89] Persamaan Hakikat Agama [#2] Sekalipun cara-caranya beragam tujuanya adalah satu. Tidaklah engkau menyaksikan ada banyak jalan menuju kab’bah? Bagi sebagian orang jaln ini menuju Roma Bagi sebagian yang lain menuju Syiria Bagi yang lain dari Persia
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
123
Bagi sebagian lainya dari China Bagi beberapa yang lain melewati laut dari India dan Yaman jadi apabila engkau memandang jalan-jalan itu Keragaman begitu besar dan perbedaan bersifat mutlak Namun ketika engkau mencermati tujuannya semuanya selaras dan satu. Hati semua menyatu di Ka’bah. Hati mereka tidak memihak Cinta dan kerinduannya bagi Ka’bah dan tiada ruang bagi selainya. [Rumi Discourses Of Rumi, terjemahan Fihi Ma Fihi 1977:108-109] Perbedaan Agama Tidak penting bahwa mereka memahami semanagt batin kata-kata Akar permasalahanya adalah kata-kata itu sendiri dan mereka mamahami itu. Di atas segalanya Semua orang mengakui keesaan Tuhan Bahwa Dia sang pencipta dan pemalihara Bahwa Dia mengatur segalanya dan kepadanya segal sesuatu kembali Bahwa Dia akan memberikan pahala dan pengampun. Siapa pun mendengar kata-kata ini yang merupakan uraian dan ingat pada Tuhan,
124
Ayat-Ayat Antiteror
Emosi universal dan hasrat ekstase terjadi Karena dari kalimat-kalimat ini muncul wangi Sang Kekasih pencarian mereka [Rumi Discourses Of Rumi, terjemahan Fihi Ma Fihi 1977:108-109]. Bila kita merenungkan bait-bait Rumi, niscaya tak ada lagi pertikaian atas nama agama. Berdalih memberantas kemaksiatan apalagi. Inilah pentingnya Ayat-ayat Antiteror.Sejatinya, perbedaan merupakan suatu hal yang niscaya dan tidak dapat disangkal. Mari menebar pesan perdamaian, persaudaraan dan kesatuan sakaligus membumi hanguskan aksi terorisme di Indonesia. Semoga.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
125
Terorisme Anak Muda Oleh REZA SUKMA NUGRAHA
K
alau disebut-sebut jaringan teroris semacam Noordin M Top lebih senang merekrut anak muda, saya (agak) setuju. Kenapa? Karena sebagai anak muda, saya pernah mengalami setidaknya dua tindak terorisme atas nama agama. Hal tersebut saya alami ketika pertama kali mengenal Kota Bandung. Saya, yang datang dari kota biasa –untuk tidak bilang dari lembur—menyesuaikan diri di kota baru ini dengan bergaul dengan teman sebaya. Karena, saya tak punya keluarga yang dekat atau teman lama. Mungkin hal tersebut yang membuat seorang senior mendekati saya seolah-olah mau mengenalkan dunia baru bagi saya. Itulah kiranya tindakan meresahkan atas nama ideologi yang saya alami pertama kali. Lelaki itu cukup perhatian. Ia memberi petunjuk, seperti apa dunia kuliah, seperti apa hidup di Bandung, seperti apa bergaul dengan orang-orang di Bandung, dan banyak lagi. Akhirnya, ia pun ngekos di dekat kos saya. Lama-lama ia banyak diskusi dengan saya, termasuk diskusi mengenai Islam. Hal sama juga dilakukan seorang teman yang saya kenal pertama saat ujian masuk kampus ini. Setelah lulus, ia menawari saya mengikuti pengajian di daerah Cicaheum. Anehnya, ia wanti-wanti agar saya tidak
126
Ayat-Ayat Antiteror
mencurigai ajakannya. Katanya, pengajian itu cuma pengajian Al-Quran biasa. Tak perlu pakaian khas orang mengaji, tak perlu berpenampilan gaya ikhwan. Loh, karena ia bilang begitu malah saya jadi curiga! Berbulan-bulan kedua teman itu banyak mengajak diskusi. Apalagi senior saya yang lebih intensif berkunjung ke kos, banyak bicara ini-itu. Hingga suatu saat, ia banyak berdiskusi masalah Islam. Karena latar belakang keilmuan saya mayoritas adalah sekolah umum, yang porsi keagamaan sangat minim dan pendidikan agama sepenuhnya jadi tanggung jawab ortu, saya tak banyak tahu soal-soal yang menjadi bahan diskusinya. Singkatnya, kedua doktrin yang mereka tawarkan pada saya adalah konsep suatu masyarakat yang mereka sebut masyarakat Islam—iseng-iseng saya menerjemahkan ke dalam Bahasa Arab Jamaah Islamiyah—yaitu masyarakat yang berpegang pada hukum-hukum Allah. Denga menyitir surat Al-Maidah ayat [44], mereka menyebut bahwa saat ini, kita sedang dalam kuasa yang kaf ir yang tidak menjalankan hukum-hukum Allah. Maka, saat itu saya masih kafir, lantas kedua ortu saya masih kafir, teman sekitar yang tidak masuk golongan ini juga kafir yang halal darah dan harta bendanya. Walau sebagai remaja yang awam dalam hal tersebut, saya dapat meyakini tawaran mereka bukanlah kebenaran bagi saya. Saya menggugat
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
127
konsep mereka dengan argumen-argumen semampu otak saya berpikir. Hingga satu kawan mundur teratur. Namun, karena keingintahuan saya akan kemana akhir dari tawaran ini, saya sengaja mengikuti rangkaian cerita dakwah ini. Senior saya mengajak saya untuk memasuki dunia baru itu dengan proses baiat. Sebuah perjanjian mengikat yang jadi syarat wajib mengenal masyarakt Islam tersebut. Di malam hari, saya ikuti kemana kita akan melaksanakan ruwatan baiat itu. Situasi makin kacau saat saya harus intensif mengikuti pengajian yang dilaksanakan di Bandung wilayah utara. Pengajian itu wajib hukumnya diikuti walau mengabaikan perkuliahan, waktu yang mepet ke shalat maghrib, dan meski kita lagi bokek. Parahnya, lambat laun kantong makin mengering akibat desakan untuk berinfak. Konon, makin lama infak akan semakin diwajibkan dan besarannya ditentukan. Saya makin muak dengan apa yang mereka yakini itu benar. Setelah tahu sedikit apa yang ada di dalamnya, saya rasa harus mulai lari dan menjauh dari komunitas ini, yang belakangan saya tahu komplotan ini ingin mendirikan negara Islam di Indonesia. Lari, namun sulit menghindar dari terorteror yang mengusik saya di hari-hari pertama. Fisik, psikis, lewat handphone, email, bahkan mengejar langsung hingga ke kos!
128
Ayat-Ayat Antiteror
Tindakan meresahkan atas nama ideologi yang kedua datang saat saya sudah cukup mikir. Saat saya masih kuliah di semester lima. Kondisi psikologis yang cukup rumit dijelaskan menyebabkan saya mengenal seorang teman yang nampak seperti juru selamat. Kata-katanya seperti motivasi yang berupa obat hingga saya dapat berdiri, bangkit dari keterpurukan. Di tengah gundah, konflik batin selama ini atas beragam pencarian, seorang teman banyak bicara mengenai hakikat Tuhan dan kebahagian hidup. Semula saya pikir ia pandai berfilsafat hingga saya tertarik untuk belajar padanya. Suatu saat, ia menawari saya mengikuti suatu pengajian yang saya lupa namanya, di Bandung wilayah kota. Katanya, di pengajian itu kita akan mendapat pencerahan spiritual dan mengetahui hakikat kebahagiaan. Saya yang merasa sangat bodoh saat itu begitu takluk di depannya. Rasanya, saya tak ingat bahwa apa yang ia katakan bukan selalu berarti benar. Jujur, saat itu saya begitu tunduk dalam kata-katanya. Saat saya menulis ini, saya bisa menggugat. Tapi, saat itu saya begitu terbuai dengan ucapan-ucapannya yang banyak menyitir ayat Al-Quran. Bahkan ia menafikan hadits Rasul. Suatu saat, saya diminta untuk meneguhkan diri menjadi pengikut perguruannya. Perguruannya ada di wilayah Jatinangor. Doktrin yang paling melekat pada diri saya saat itu, bahwa penyebab semua
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
129
masalah yang saya hadapi adalah karena keraguan saya pada Allah. Keraguan itu berupa penghambaan saya pada makhluk, seperti orangtua, teman baik, bahkan mungkin kekasih. Dan, untuk menebus kesalahan itu, maka saya perlu banyak uang infak sesuai dengan dosa besar yang saya lakukan itu. Saat itu pula, saya berusaha mendapatkan uang agar bisa mencerahkan diri dan membebaskan jiwa dari mahadosa yang saya perbuat. Akhirnya, terjadi proses pembaiatan dan ada perjanjian hitam di atas putih. Saya akan melaksanakan seluruh persyaratan sesuai tertulis di atas surat yang bermaterai itu. Gilanya, saya rasa saya melakukan itu semua di luar kendali, di luar kesadaran saya! Hingga, saya kembali dan merasa betul bahwa hal tersebut adalah kebohongan besar. Demikian, dua kisah kebodohan seorang anak muda yang diperalat oleh teror-teror atas nama agama. Saya malah merasa, kedua “aliran� tersebut lebih layak disebut penistaan terhadap Islam dan penyimpangan pada ajaran-ajarannya. Namun, saya tak mau terjebak pada bahaya laten khawarij, mudah mengkafirkan dan menyalahkan keyakinan sesama manusia. Hanya saja, saya merasa kedua paham itu meresahkan dan merugikan setidaknya bagi saya pribadi. Bagi Anda, silakan menjadi refleksi bersama.
130
Ayat-Ayat Antiteror
Iblis Setitik, Rusak Manusia Sebelanga Oleh BADRU TAMAM MIFKA
S
alam sejahtera, saudaraku. Surat ini saya tulis buatmu ketika saya masih gelisah soal terorisme. Surat-surat kamu saya baca lagi, termasuk surat buat Ibn Ghifarie tentang syair antiteror, keberagamaan yang sangar, dan aksi teror mengatasnamakan umat Islam (Ibn Ghifarie menyebut istilah “embel-embel� Islam). Kalau boleh saya heran, iblis apa yang tumbuh di dada para teroris hingga mereka menghalalkan segala kerusakan dan pembunuhan sesama manusia, atas nama apapun. Hawa nafsu seperti apa yang menyala di dada manusia hingga sebuah dosa pun dianggap halal. Manusia selalu merasa paling benar ketika mereka terlanjur mabuk pada keyakinannya sendiri. Karena mabuk itulah mengapa manusia cenderung mengidentifikasi kesalahan dan musuh sebagai wujud yang berada di luar dirinya, the other—dan seseorang selalu bergegas membuat alibi terhadap kelemahan, kesalahan dan dosanya sendiri. Dosa selalu dianggap sesuatu yang di luar, semacam godaan. Tak heran jika iblis atau setan atau apapun namanya, seringkali dianggap kambing hitam
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
131
atas terjadinya dosa. Iblis dianggap provokator. Ya Tuhan, lindungi aku dari godaan setan dan iblis yang terkutuk; begitulah doa singkat yang selalu kita ucapkan setiapkali kita sedikit merasa gentar dalam iman, merasa ingin kebaikan dan keteguhan. Lantas sedekat apakah iblis dengan kita? Sedekat hela napaskah? Seperti apakah bentuknya? Semacam hasratkah? Adakah iblis sebagai musuh nyata di luar manusia? Ataukah ia adalah bayangan kita sendiri? Bayangan? Ya, bayangan. Ia muncul karena manusia berada diantara cahaya dan kegelapan. Ia bukan cahaya, bukan pula kegelapan. Ia diciptakan dari potensi keduanya. Jangan heran jika ada manusia yang (memilih) baik, dan ada manusia yang (memilih) jahat. Semua itu tergantung kehendak-diri, hasrat diri. Kelak manusia membangun hukum, aturan, undangundang dan lain sebagainya. Itulah yang membedakannya dengan binatang. Kebebasan hasrat manusia sudah ditempatkan pada aturan dan hukum yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri. Jika hasrat dibiarkan seenaknya melanggar, maka itulah dosa. Dosa adalah pilihan. Jika kita memilih hal yang buruk, maka buruklah kita. Kejahatan lahir karena manusia begitu lemah mengatur dirinya sendiri. Dosa lahir karena kita ceroboh memahami dan mengendalikan keinginan diri. Hasrat tanpa aturan dan cara main yang baik, adalah hasrat iblis. Hawa
132
Ayat-Ayat Antiteror
nafsu tanpa filterisasi, adalah sumber kejahatan, rahim lahirnya iblis. Kita sendirilah yang menginginkan dosa dan kesalahan. Kitalah yang melahirkan dan membesarkan iblis. Iblis adalah nyala api dalam diri. Siapa yang menyalakan api iblis dalam diri, dialah yang kalah. Siapa yang menuruti hawa nafsu, dialah yang akan melanggar banyak hal. Hubungan sebab-akibat itulah yang ingin menjelaskan tentang dosa dan iblis. Iblis adalah metafor. Ia adalah kejatuhan, “nyala kegelapan”. Kitalah yang memproduksi iblis, dan pada gilirannya ia akan lebih berkuasa atas diri kita. Seperti halnya manusia yang memproduksi mesin, pada gilirannya mesin bisa lebih hebat dan berkuasa atas diri kita. Atau seperti televisi yang dibuat oleh manusia sendiri, ia hidup lewat remote control yang berada dalam tangan kita, tapi dia bisa lebih kuat mengatur hidup kita. Disanalah kita dalam keadaan “menentukan” dan “meminta”. Begitulah iblis diri dan hawa nafsu. Ia berbisik, seolah-olah Tuhan. Ia menghasut, seolah-olah cahaya iman. Siapa yang selalu menuruti keserakahan hawa nafsu, dialah yang tengah membesarkan iblis dalam dirinya. Jika ia sudah tumbuh besar, apalah daya untuk melumpuhkannya. Meskipun hanya setitik iblis dipatuhi, tentu akan demikian merusak seluruh fitrah baik kemanusiaan kita. Tak hanya secara personal,
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
133
tapi kerusakan sosial. Bayangkan saja, seperti halnya oknum pejabat setitik, rusak pejabat semuanya. Atau teroris yang melakukan kejahatan teror bom bunuh diri, dan aksinya mengatasnamakan agama tertentu, tentu akan merusak citra agama yang sebenarnya baik, yang sebenarnya tak menganjurkan aksi teror dan kekerasan. Kebaikan semua ditentukan oleh kebaikan individu. Citra universal ditentukan oleh kepingankepingannya. Begitupun dengan iblis. Sekali saja ia menguasai diri kita, mempengaruhi kita untuk berbuat jahat, maka rusaklah keseimbangan diri. Akibat lain, kepercayaan orang lain pada kita akan susah untuk tumbuh kembali. Itu dikarenakan perbuatan yang didasari hawa nafsu yang tak dikendalikan. Hawa nafsu yang hari demi hari dimanjakan, hari demi hari ditumpuk, maka lama-lama jadi bukit yang akan membuat kita tak berdaya. Hawa nafsu dan iblis itu seperti seseorang yang lapar dan butuh teman ngobrol. Jika kita malah memberinya makan dan mengajaknya asyik ngobrol, dia akan merangkul kita demikian erat, menikam kita dari belakang dan menolak sujud pada hati nurani kita. Disanalah, ia menggantikan segalanya, menggantikan kebaikan, moralitas, Allah dan rasa kemanusiaan. Ia menjelma kesombongan kita, keserakahan kita, kezaliman kita,
134
Ayat-Ayat Antiteror
kejahatan kita. Tapi, selama kita tak memilih untuk terus menyalakan api iblis dalam diri, maka dengan sendirinya ia akan padam. Iblis itu bukan attack, tapi demand, request. Keadaan dirilah yang senantiasa harus ditaklukkan, dipadamkan, diatur. Karena manusia hidup dalam proses memahami dan mengatur dirinya sendiri. Orang berkelahi karena ia tak mampu menahan marah. Atau ada orang mati karena ia memutuskan untuk tak makan selama berhari-hari. Malam ini begadang atau tidak, tentu saja tergantung kita. Kita punya pilihan bebas, tapi memerlukan tanggung jawab, mengandung resiko. Walhasil, iblis adalah potensi manusia yang cenderung merusak. Ketidakmampuan untuk memanage potensi itu akan membuat kita melakukan hal-hal buruk. Kesadaran akan akibat disertai pemahaman moral yang baik dapat mencegah kita melakukan hal-hal buruk. Jika terror lewat mencuri itu mengakibatkan diri dan orang lain rugi, maka tak perlu. Jika teror lewat korupsi itu dapat merugikan dan menyengsarakan banyak orang, maka hentikan. Jika apa yang dianggap “perjuangan jihad� ternyata merusak dan membunuh orang-orang yang tak berdosa, maka itu salah kaprah. Iblis bukan the other, ia adalah bagian dari diri kita sendiri, dahaga hasrat kita, runcing hawa nafsu kita. Sepanjang hidup, kita
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
135
akan terus berkelahi dengannya. Sepanjang hidup, kita harus mengaturnya, mampu menahan diri, mengalahkannya‌ Demikian surat dari saya. Mudah-mudahan kita semua terhindar dari setiap bisikan iblis yang biasa bersembunyi dan tak henti membisikan kejahatan ke dalam dada manusia, tak henti menggerogoti hati nurani dan fitrah kemanusiaan kita. Jangan sampai iblis tumbuh dalam diri kita, bahkan setitik sekalipun. Wallahu‘alam
136
Ayat-Ayat Antiteror
EPILOG Membela Cinta, Melawan Terorisme
S
ejumlah tragedi, seakan tak pernah jeda menimpa bangsa ini. Belum usai kita menyeka air mata untuk sejumlah bencana alam, bangsa ini mesti kembali bergegas menyambut duka berikutnya, yaitu bencana kemanusiaan. Jumat (17/ 7/2009), para teroris kembali berulah, menyasar Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. Peristiwa kekerasan itu tidak hanya meruntuhkan rasa aman dan membuat malu bangsa ini, tetapi juga memperlihatkan bahwa Indonesia sebagai sebuah altar kehidupan berbangsa dan bernegara, belum bersih dan terbebas dari para pelaku tindak kekerasan (teroris). Kita tak menduga, peristiwa kekerasan yang terjadi empat tahun silam, yang juga mengguncang Hotel JW Marriott, mesti berulang kembali. Bagi kita yang memiliki nurani dan akal sehat, akan memandang peristiwa itu sebagai kejahatan kemanusiaan dan mengutuknya sebagai tindakan amoral. Suatu tindakan dikatakan amoral manakala tindakan tersebut tidak didasarkan pada pertimbangan nalar dan mata hati. Sebab, hanya dengan amoralitas, ketiadaan nalar dan suara hatilah yang akan membuat teroris tega melakukannya. Oleh
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
137
karena itu, tindakan ini akan bisa dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan yang luar biasa. Kejahatan kemanusiaan merupakan tragedi yang tidak hanya memilukan karena martabat manusia sudah tidak dihargai, tetapi juga secara paksa dimatikan keberadaannya. Ada persoalan serius di sekitar peristiwa itu yang menarik untuk diurai. Persoalannya bertumpu pada pertanyaan yang sangat mendasar tentang asal muasal kekerasan dan bagaimana cara kita menyikapi dan mengatasinya. Menurut Spinoza, asal muasal kekerasan dan kejahatan di dunia berakar dari doktrin finalisme. Finalisme adalah suatu paham yang meyakini dan memercayai adanya finalitas (tujuan) dari segala fenomena yang dijumpai. Bagi seseorang dengan pikiran finalis, kenyataan yang dijumpai terlebih doktrin atau ideologi yang diyakini, dapat mengantarkannya pada tujuan tertentu. Sayangnya, menurut dia, doktrin finalisme dapat mengubah manusia rasional menjadi binatang ganas dan menyebabkan orang tidak bisa menggunakan akal sehatnya untuk bebas berpikir, memilah mana yang baik dan buruk. Pelaku teror yang menebar kematian di JW Marriott dan Ritz-Carlton adalah mereka yang tidak mampu menggunakan akal sehatnya karena telah menjadi korban ideal keyakinan tertentu yang
138
Ayat-Ayat Antiteror
dipandangnya memiliki tujuan tertentu yang lebih mulia. Seorang dengan pikiran finalis, memiliki hasrat yang besar untuk serta merta mengubah realitas – jika perlu dengan revolusi, manakala realitas yang dijumpainya itu tidak memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk aktualisasi diri ( self actualitation). Apalagi jika realitas itu telah menyebabkan munculnya ketidakadilan (injustice), disharmoni, dan penyimpangan (deviation). Dengan legitimasi doktrin, ideologi atau keyakinan tertentu, realitas yang menyimpang dan disharmoni itu harus diluruskan arah dan telos-nya (tujuan) serta diberi identitas. Nubuat modernisme Hal lain yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan dan terorisme adalah keyakinan yang membabi-buta terhadap nubuat modernisme. Di mata modernisme, telos sejarah manusia tentang jaminan kebahagiaan akan ditemukan manakala ilmu pengetahuan menjadi axis mundi-nya (titik pangkal). Sayangnya, keyakinan modernisme ini sama sekali tidak sepenuhnya benar. Menyaksikan pembantaian manusia di Bosnia-Herzegovina, perang yang tak berkesudahan antara Israel-Palestina, invasi AS terhadap Irak, peristiwa Ambon ataupun kasus bom Bali I, dan II, janji-janji modernisme hanyalah suara yang tidak memiliki gema apa-apa.
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
139
Rupanya, sebagaimana dikatakan oleh Karlina Leksono, peristiwa-peristiwa tragis itu terjadi karena pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam dunia modern, telah menanggalkan bentuk-bentuk kontemplasi akan kosmos yang di zaman kuno berguna untuk memahami tatanan kehidupan. Dalam bahasa yang sama, sebagai akibat dari perkembangan ilmu yang kesasar arah tujuannya ini, Hannah Arendt menunjukkan, peradaban umat manusia hari ini telah didominasi oleh cara berpikir techne, yaitu keterampilan seorang profesional. Seorang tukang mengubah benda-benda dengan melakukan kekerasan terhadap benda-benda itu untuk menyesuaikannya dengan model yang ada dalam pikirannya. Seorang profesional harus menggunakan sarana-sarana dengan “sikap objektif� untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan darah dingin, seorang ahli bedah misalnya, menyayat pasiennya untuk mereparasi organ manusia. Dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya, dapatlah dimengerti jika dalam Konferensi Nobel ke-25 tahun 1989 muncul satu simpulan yang mengemukakan semacam persetujuan bahwa ilmu sebagai model untuk semua filsafat dan pengetahuan tidak lagi bisa dipertahankan. Membela cinta Haruskah dunia takluk oleh hasutan terorisme yang menafikan hak-hak dasar kemanusiaan?
140
Ayat-Ayat Antiteror
Menurut Buddha Gautama juga Karl Jaspers, tak pernah di dunia ini kebencian dihentikan oleh kebencian; kebencian hanya bisa dihentikan oleh cinta dan oleh perjuangan menegakkan kasih sayang (liebender Kampf). Sebab terorisme –apapun alasannya– merupakan tindakan yang paling bodoh dan rendah. Efek yang dihasilkannya tidak pernah menyisakan medan kesadaran bagi tumbuhnya rasa cinta terhadap sesama. Terorisme adalah pengkhianatan terhadap martabat dan peradaban manusia yang serius. Menolak untuk takluk terhadap ancaman terorisme adalah sikap sadar untuk menampik menjelmanya dunia post-human (Fukuyama). Dunia post-human adalah situasi baru ketika manusia tidak lagi mempunyai jaminan akan kemanusiaannya. Dalam dunia post-human, dasar kodrati dan kesamaan manusia dihancurkan. Maka hilanglah dasar-dasar yang menjamin kebersamaan manusia serta perasaan berkemanusiaan. Ini jelas-jelas mengancam demokrasi. Sebab, demokrasi menerima perbedaan bukan atas alasan genetik-individual, keyakinan, ataupun ideologi, melainkan atas alasan politik-sosial, yang mengandaikan manusia mempunyai hak yang sama, kendati mereka berbeda secara kodrati. Kebudayaan manusia secara global tidak akan pernah mengalami defisit dan kebangkrutan selama
Korespondensi Blogger tentang Aksi Teror
141
masih dimiliki suatu kesadaran dan spirit untuk mempropagandakan live and let live peacefully. Hidup adalah sebuah nilai. Nilai yang sangat tinggi. Bukan sekadar hidup saya, melainkan hidup orang lain atau sesama, siapa pun dia dan dari latar belakang keyakinan apa pun ia berasal. Hidup haruslah dibela dan dijaga sebagaimana tersurat tegas dalam sajak Rendra, “hidup yang disyukuri adalah hidup yang diolah, hidup yang dipertahankan dan hidup yang diperkembangkan�. Wallahu a`lam bi-Shawab.*** [Artikel ini dimuat, Pikiran Rakyat, 31 Juli 2009] RADEA JULI A. HAMBALI Dosen Filsafat UIN SGD Bandung.
142
Ayat-Ayat Antiteror