Irfan Purnama
PUISI
MABUK 2
Ketika mabuk, semua datang‌ Daripada tak terbendung nafsu aksara, maka kutuangkan semuanya di sini.
Irfan Purnama
Bersiaplah…. Karena saya tak lagi sendiri.. Ada “teman mabuk” di sini
HAI ini aku, urat yang mengejang sedari sore mengenalmu menyimpan tabu di gendang waktuku
hai, ini aku lagi yang kemarin mengirim pesan melalui baris-baris kata dalam selongsong suara tanpa perlu kau maknai isinya
KorupsiH Hai petaka yang manis, penyingkap gaun nona pertiwi untuk birahi mu yang sesat puaslah kau dengan rongga kering yang terlihat di bawah selangkangan garudamu
itu potret kita kini dalam bingkai tak pasti dan tak lagi persegi
Kesal! kata-katanya sudah mati dibawa janji pagi melarikan diri penuh luka dalam hati
Kemana pergi (pelangi)
pelangi kian kelam kini tak seindah dulu lagi Warnanya kini cuma dua saja hitam-putih-hitam-putih itu katanya kata waktu kata saat ini Dan kata-kata di sebelahnya... Jadi, masih di belakang lemari Kembali mereka bersembunyi
Hanya saja Jika dunia tercipta tanpa rasa apa rasanya? hilang kata manis, pahit, asam, dan asin itu sajakah? bagaimana dengan hati? perjalanan hidupmu? dan prosa yang telah ditulis pujangga? perlukah surga dilebarkan?
mari berandai-andai dibawah pelangi ketika hujan mulai berhenti dan Tuhan kembali tersenyum
NASI goreng MALAM "bang nasi goreng satu" "pedas?“ "ya, seperti hidup saya"
Renungan malam ketika pasang bulan pernah aku lemparkan janji untuk datang kehadapan-Mu tapi bintang merenggut waktu untuk terus bersamanya 1 waktu lagi... tak terbilang masa dibumi tapi aku mengetahuinya saat aku tertidur mentari bersekutu dengan kabut pagi janji pun merenggut kompromi hingga kini berdiri aku ditepian neraka
SANG DATUK
tuanku mati.. ditembak pengemis nasionalis kata berita tadi petang dari lembar biru di genggaman mereka juga tawarkan cerita ketika merah yang akhirnya mati untuk diam dan menikmati dosa-dosa tuanku mati dalam lembaran yang tak tertulis garudapun bersekongkol dengan malam tuanku mati tapi tetap hidup dalam bingkai kausku
Dari depan bangsalmu Sedih membelah langit pagi Mengistirahatkan badannya Hening keabadian, Memutus nafas Dari embun yang menangis penuh sedu Ini memang waktumu Untuk kembali pulang Dan kau pun pergi Demi kebaikan yang pernah terbilang Selamat jalan dik,
*Mengenang
alm.Astria Quintarina, adik perempuan saya
Menjelang tidur
Kunang-kunang... Miring sedikit ke timur.. Mataku mulai lelah Selamat pagi Ragaku..
Pak, sudahlah jangan melawan ajal Dia telah siap untukmu dengan janji surga yang kau ingkari dengan hitungannya dengan penempatannya akan ku bantu sebisanya melupakan kitabmu melapangkan ijazahmu bukan berarti kami tak kehilannganmu
Satu malam di Cililitan (3)
remang-remang malam cekikikan kelelahan raga di sini aku bersandar dahaga masih ditempat yang dulu tempat kaki memijak-mijak dan berjingkrak gembira cuma terkenang saja
Anggraini Darimu yang tak akan pernah sempurna dan tak merindu malam Aku akan menjadi terik dari sinar hati yang terpancarkan bulan meniadakan bintang yang lain, galaksi yang hanya perumpamaan
seolah jagad raya ini luas tapi tak pernah seluas kisahmu Kuharap ku pun begitu Infiniti
ay
Surat Maryam terbaca Dengan tersendat tapi pasti
harapan yang besar pada Ilahi supaya akhlakmu mulia Kami hanya yakin kau adalah mahkota sebuah kebahagiaan yang abadi dari apa yang tersisa dari kami saat itu Hingga nanti kami menyandarkan pundak Di dekapan Nya
Selamat Pagi Jakarta Untuk ibu tukang nasi uduk, yang membungkus bekal ku bekerja Selamat pagi.. Untuk tukang bangunan yang kulihat sedang membangun jembatan layang Selamat pagi.. Untuk Polisi pengurai macet di depan pasar Selamat pagi.. Untuk tukang parkir yang berjaga dibelakang kantorku Selamat pagi.. Untuk Satpam yang mempersilahkan ku melewati gerbang kantor Selamat pagi.. Untuk pesuruh kantor yang menyapaku sambil mengepel lantai dan tersenyum Selamat pagi.. Untuk tombol-tombol yang biasa ku jamah tiap pagi Selamat pagi..
Untuk kau yang kutingalkan dirumah bersama anak-anakku Selamat pagi, sayang.. doakan aku yang mencari sepiring kebahagiaan
LAKI-LAKIMU
dia pencemburu untuk waktu yang telah lewat diburu nafsu dan tipu muslihat
JAGA LAUTMU Selamatkan HIU ! ! !
Puisi Pelan Untuk Kawan hidup ini pernah indah kawan, Janganlah ternoda birahi untuk menggenggam dunia dengan congak
ada yang beda darimu pagi ini kawan pada pagi yang mengabarkan pada pagi yang menggembirakan ada keserakahan dalam gerakmu untuk menggenggam dunia dengan congak hati-hati kawan bumi ini tinggal satu kita berpijak sama berbagi udara, air, dan tanah Jadi, mau kemana dirimu, kawan?
GULA Gula gula Semua dipajang di pinggir jalan Serapahi mentari yang berjalan pelan Jelang malam yang melamar rembulan Gula, gula...gila gula.. Memacu tenaga Dipuaskan dahaga
KALE Aloha, tanah yang tak pernah kukunjungi Pesonamu luar biasa Dari perutmu lah Laki-laki ku pun ternamai Seperti seorang ksatria Yang melindungi dunia Sebuah Mauna Kea Penjagamu dalam rotasi bumi
CEMBURU Senja pada ujung bulan Telah dicuri Habis ditelan senyap Digigit rayap-rayap Dari layar yang tergenggam Ah.. Sudahlah Besok dia baik lagi..
Saat hujan tak berpetir
Dihari hujan yang tak berpetir Terpancar riak-riak kegembiraan Pada legok-legok tanah lapang yang hijau Dan bunga yang hampir padam pesonanya
Diantara alang-alang dan lumpur Atau tepian pagar bambu yang membatasinya Kami sampaikan senyum bahagia hari itu Yang terpancar tulus dari setiap gerak Ada aku, bola, kau dan 2 bilah pohon mati Penalti gembira diujung Anfield kecil Yang tak harus dituliskan sejarah Atau siapapun yang melihatnya Ada aku, bola, kau dan 2 bilah pohon mati Penalti gembira diujung Anfield kecil Yang tak seorang pun tahu bahwa kami bercanda Mencumbui waktu yang mengintip dari jauh
Kuharap masih ada Anfield yang menunggu kita kelak Walau ku tahu sudah jingga umur ini
1/8 Rembulan
Bawa aku pulang diperapian yang berbayang
Bawa aku kepada sepi untuk menyelingkuhi gelap yang tak bertuan Kali esok akan sama lagi Saat sinarmu tak lagi menyentuh rerumputan malam
AIR Air itu hidup biarkan dia mengalir Air itu nyawa biarkan dia meresap
Air itu nyali biarkan dia memuai Air itu indah biarkan dia mengombak Air menghidupi yang hidup Menyirami dahaga yang mati
LAGI! Satu lagi katanya Supaya memuja malam Hingga datang fajar Ku tuang lagi untuknya Hingga tumpah air yang kelam Dari sepucuk hati yang bubar Kuras Mulas Hingga puas
JANGAN TAMBAH LAGI KEBUN SAWIT!!! Sudah Banyak yang mati
KASIHAN
Hai alam raya... Apa kabar mu? Riangkah kau kini? Dicumbu rayu kuasa Hai alam.. Menjelang pagi... Aku tinggalkan kau dengan misteri.. Tentang sesuatu yang tabu tentang dirimu yang telah disenggamai Tahukah kau alam? Cerita ini akan terus berulang
NGAMBEK
sudah larut lorong-lorong penyesalan dimakan waktu yang dicumbu jaman
cuma itu, ya begitu
KLIMAKS KLIMAKS berdenyut-denyut menggemakan hati melewati salurannya menerobos sukma
bergumul peluh dan penyesalan nikmat yang samar-samar Lelah yang melemaskan
Tahun Tanpa Oktober
Mak, Kami lewatkan bulan itu lagi
Dia bercumbu dengan lupa Hingga terbit tanda tanya
Magrib telah lalu Tapi malam tetap bisu..
Mak.. ada seuntai �pembuka� dikirim oleh lelaki-lelaki mu.. penebus dosa kami melupakannya
Jika sudah tahu Waktumu berpulang Bersiaplah.. Jika belum Nikmatilah
SIMETRIS
kotak - kotak persegi dan bundar kotak - kotak segitiga dan bundar sudut - sudut dan diameter yang terbelah
sebaris sejalur sejajar serius tanpa irama
FASIS !
Oh..itu sastra apa yang dilakukan sastra ketika dia sedih? dia menangis, meluapkan ombak emosi apa yang dilakukan sastra ketika dia tertindas? dia mengaum, menyuarakan ombak emosi apa yang dilakukan sastra ketika dia senang? dia terbahak, membuyarkan ombak emosi apa yang dilakukan sastra ketika dia ketahuan berbohong? dia hanya diam...
:
... ,
Akad di bawah sajadah pernah kutelan nafsu yang terucap tentang bagaimana sintalnya keniscayaan keyakinan yang menunduk pada waktu hingga terbakarnya sumbu-sumbu dosa kugadaikan dengan tunai sejuta gagasan agar silapku dapat terselesaikan seburuk-buruknya mimpi seindah-indahnya janji tapi sayang, Tuhan bukan pedagang tidak lagi tawar menawar atau amplop yang bisa diselipkan semua wajib terbayar dihitung hingga niat yang sempat terbilang
teman teman teman teman
teman
teman teman
teman teman
teman
teman
teman
teman teman
temanteman teman teman
teman... teman baik, teman setia, teman jujur teman bahagia, teman senang, teman berbagi teman... teman jahat, teman berkhianat, teman berbohong teman duka, teman sedih, teman yang tamak teman, ada jutaan yang bisa mudah dikenal teman, tidak sebanyak sepuluh jarimu yang sejati
HANCURKAN PATRIARKI !
Perempuan jangan lagi hanya berpangku tangan Berjuanglah untuk tetap merdeka
Bicara lantang jangan canggung Kita bukan dalam kerangkeng Kalau takut,kau terkekang Jangan malu cerita soal kampung Toko-toko di Jakarta berpengharum, tak sewangi aroma daun kita di gunung Dulu, aku malu cerita Kampung Terpencil, gelap gulita, miskin, kering-kerontang
Disini, miskin dan kaya berteman untuk kepentingan Munafik bisa jadi kunci orang berdasi Tak sulit mencari uang Kau hanya cukup menjilat Aku hanya takut terseret, Mesin yang kemarin mereka bawa adalah monster Jaga Kampung kita, Obet Kita akan tetap berjuang Akan ku temukan orang pintar untuk membantu
Tapi aku bangga besar makan jagung Karakter keras, membawaku menyeberang
Aku tetap anak panahmu pendiam penuh mimpi
Kini, aku Metropolis
Kalau punya uang kirimkan sebotol "Sopi Kepala“ atau sirih pinang
Menyisir setiap kolong Kau tau? Ibu Kota kita, bermuka dua
Mungkin akan membantuku Lebih gila
Disini kebenaran ambigu hitam dan putih samar oleh silau cahaya Benar, terang kadang memantulkan sisi gelap peradaban
Lantang bicara Apa kampung kita. Juga tentang selembar kain tenun, Yang tertulis nama dan margaku
tiga semuanya tiga baru saja tadi ada tiga kini hilang baru saja tadi
tiga semuanya senyap tiga mereka bertiga rindu dikali tiga
Sebuah lagu dari : Efek Rumah Kaca …
… … …
Manusia, apa yang kamu lakukan terhadap rumahku itu Jahat!
Ada apa dengan
@irfan_hijau Kurang dari 400 ekor tersisa di alam bebas 2 spesies harimau di Indonesia sudah lebih dulu punah Tersisa hanya harimau sumatra Semakin banyak konflik yang terjadi dengan manusia Perburuan liar dan hancurnya ekosistem hutan hujan alami Membuat spesies terakhir harimau semakin terancam
SORBAN
KUTU bersender kau pada keniscayaan yang memujamu balik sepeti Tuhan
Suci anggap saja pernah Suci bertopeng sorban Suci yang akhirnya hilang hilang akal dan nalarmu
kegalauanku berada di ujung-ujung laut ketika sinar bulan menelan cerminnya angin timur yang menyaksikan berpikir mungkin ini hanya bulan yang keduluan ujung jari kita sempat berpisah pada luasnya selat Jawa menyimpan sendu-sendu kemarau yang hampir usai dan pertanyaan tentang siapa kita tapi kami kembali ya, kami, raga dan hatiku
23.41
Plastik membungkus, menyelimuti setengah abadi waktu yang jenuh untuk menunggui melihatnya mati