SALAM REDAKSI MILAD DAN REBRANDING SM
SAJIAN UTAMA Apa saja yang dilakukan Suara Muhammadiyah selama 99 tahun mencerahkan pikiran?
DIALOG Buya Syafii Maarif mengatakan, Suara Muhammadiyah harus progresif. Apa maksudnya?
TANYA JAWAB AGAMA Suap saat pilkades apa hukumnya?
TAFSIR AT TANWIR Assalamu’alaikum wr. wb. Pembaca yang terhormat, Tahun 2014 ini Suara Muhammadiyah memasuki tahun ke 99. Tidak ada lagi penerbitan majalah di Indonesia yang lahir pada tahun-tahun sekitar 1915 yang sekarang masih hidup. Dengan demikian Suara Muhammadiyah merupakan media tertua di Indonesia. Tua, awet dan lestari. Selama 99 tahun memperjuangkan Muhammadiyah agar makin kokoh dan bermakna di bumi Indonesia. Tentu saja bagi generasi baru yang sekarang mengemudikan Suara Muhammadiyah, usia 99 tahun merupakan kebanggaan tersendiri. Sebagai bagian dari Muhammadiyah yang besar. Tentu, generasi baru di Suara Muhammadiyah ini tidak terlena oleh kebanggaan dan kejayaan masa lalu. Branding Suara Muhammadiyah, tertua, terawet dan lestari, bagi teman-teman ini, sudah tidak memadai lagi. Perlu ditambah dengan kesadaran, selain tertua, terawet dan lestari maka Suara Muhammadiyah layak untuk terus berkembang dan berkemajuan seiring dengan derap zaman. Tentu, tetap menjalankan misi meneguhkan dan mencerahkan, sesuai dengan apa yang disebut sebagai garis perjuangan Muhammadiyah. Upaya rebranding Suara Muhammadiyah ini ditandai dengan gegap gempitanya harihari bermilad Suara Muhammadiyah bulan Desember 2-13 -Februari 2014. Rapat panitia, technical meeting dengan wasit dan peserta turnamen futsal dan sebagai mewarnai kesibukan generasi baru Suara Muhammadiyah. Juga kesibukan meresmikan Toko Buku Suara Muhammadiyah di Jalan KHA Dahlan 43 Yogyakarta. Demikianlah, sampai jumpa edisi mendatang. Wassalamu’alaikum wr. wb.• Redaksi
Sikap plin plan Bani Israil. Apa akibatnya?
KHAZANAH Suara Muhammadiyah 99 tahun mampu mengawal tradisi kritis dalam pemikiran umat Islam. Langkah apa yang perlu dilakukan agar tradisi kritis itu makin berkembang?
KALAM Pentingnya dakwah dengan pena.
MENU 05 TAJUK RENCANA 06 SAJIAN UTAMA 12 BINGKAI 14 TANYA JAWAB AGAMA 16 TAFSIR AT-TANWIR 18 HADITS 26 KALAM 39 KRONIK DUNIA ISLAM 46 HUMANIORA 48 WAWASAN 62 IBRAH
TAJUK
D
Mendayung di Antara Karang Terjal
unia modern adalah dunia opini. Siapa yang banyak mendominasi pendapat umum maka merekalah yang akan menguasai jagad kehidupan. Didukung kekuatan uang, teknologi, dan jaringan maka siapa pun akan menjadi penguasa. Termasuk kekuasaan politik. Media massa dapat menjadi pembangun kehidupan, bahkan sebaliknya sedikit menjadi kekuatan perusak kebudayaan. Peran media massa, baik cetak lebih-lebih elektronik, sangatlah besar dalam perebutan hegemoni kuasa. Melalui media massa maka seseorang atau suatu partai politik yang ingin meraih dukungan luas dengan cara sekejap dapat memanfaatkannya secara masif. Mereka seolah menjadi dewa penyelamat bangsa dan jagad raya, tak peduli jika hal-hal yang dijualnya di media publik itu sekadar obral lisan dan pencitraan belaka. Maka ketika seseorang atau golongan mengambil jalur media massa dalam pergerakannya sesungguhnya merupakan pilihan yang tepat. Menerbitkan surat kabar dan majalah, mendirikan radio dan televisi, merambah media sosial, serta bentuk media lainnya kini merupakan keniscayaan dalam pergumulan memperebutkan kuasa informasi, pengetahuan, dan ranah kehidupan. Masyarakat dipengaruhi, diarahkan, bahkan didikte hasrat dan pilihan hidupnya melalui beragam media massa itu. Namun pergerakan memperebutkan kuasa media massa itu tentu memerlukan ketangguhan segala hal. Di situ ada niat, kesungguhan, komitmen, dan pengabdian total untuk memulai, menggarap, dan menyukseskannya. Pada saat yang sama meniscayakan manajemen yang unggul, akuntabel, good governance, dan dikelola oleh orang-orang yang profesional, terpercaya, dan bebas dari segala bentuk salah kaprah. Syarat penting lainnya ialah modal yang tidak sedikit, yang memerlukan manajemen bisnis yang benar dan kompetitif. Belum termasuk
yang lebih utama, yakni isi atau muatan pesan yang menjadi komitmen misi dan visi suatu media massa. Umat Islam sebagai kekuatan mayoritas di negeri ini terus terang lemah dalam penguasaan media massa. Sejak zaman perjuangan pergerakan nasional hingga pasca Indonesia merdeka sampai saat ini telah banyak dirintis dan dikembangkan koran, majalah, radio, dan kini televisi. Khusus untuk tiga jenis media yang disebutkan lebih awal satu persatu berguguran. Surat kabar Abadi, Mercusuar, Masa Kini, dan lainnya kini tinggal kenangan. Majalah Ummat yang sempat hadir spektakuler hanya tinggal nama, termasuk Kiblat dan Panji Masyarakat. Majalah milik umat lainnya yang sempat besar setelah reformasi, menurut informasi terkini satu persatu menurun oplahnya. Pelajaran yang dapat dipetik dari gugurnya satu persatu media massa milik umat Islam itu ialah, sungguh tidak mudah mengelola media massa untuk mampu bertahan hidup dan berkembang meraih kemajuan. Baik karena persoalan internal maupun persaingan dengan media massa lain di luar yang sangat kencang, maka betapa berat tantangan dan pergumulan yang harus dihadapi. Mengelola media massa teorinya gampang dan siapa pun bisa bicara atau menulis dengan indah, tetapi mengerjakannya secara sungguh-sungguh hingga berhasil tentu tidaklah ringan. Semuanya menuntut banyak hal yang bersifat perjuangan ekstra keras. Umat Islam sendiri sebagai konsumen sekaligus pendukung bukanlah faktor yang mudah. Mayoritas umat bukanlah konsumen aktif dan berdaya. Harapan dan daya kritisnya tinggi, tetapi daya belinya rendah. Menumbuhkan minat dan daya beli umat sungguh pekerjaan tidak ringan. Maka, perjuangan di jalur media massa bagi organisasi-organisasi Islam dan memobilisasi umat untuk mendukungannya secara proaktif dan produktif, sungguh bagaikan mendayung di antara banyak karang terjal.•
PENASIHAT AHLI: H Din Syamsuddin, HM Amien Rais. PEMIMPIN UMUM: H Ahmad Syafii Maarif. WAKIL PEMIMPIN UMUM: HA Rosyad Sholeh. PEMIMPIN REDAKSI: H Haedar Nashir. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: HM Muchlas Abror. PEMIMPIN PERUSAHAAN: Deni Asy’ari. WAKIL PEMIMPIN PERUSAHAAN: H Mulyadi. DEWAN REDAKSI: HA Munir Mulkhan, Sjafri Sairin, HM Sukriyanto AR, Yusuf A Hasan, Immawan Wahyudi, M Izzul Muslimin. REDAKSI PELAKSANA: Mustofa W Hasyim. STAF REDAKSI: Amru HM, Asep Purnama Bahtiar, Ahmad Mu'arif. TATA LETAK/ARTISTIK: Dwi Agus M., Amin Mubarok, Elly Djamila. LITBANG & KESEKRETARIATAN: Isngadi Marwah. ARSIP & DOK: H Aulia Muhammad, A Nafian, EDITOR BAHASA: Imron Nasri, Ichwan Abror . IKLAN/PEMASARAN: Deni . ALAMAT REDAKSI/TATAUSAHA: Jalan KH Ahmad Dahlan 43 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 376955 Fax. (0274)411306 SMS: 081904181912 E-mail: redaksism@gmail.com Web: www suara-muhammadiyah.com Terbit 2 kali sebulan. Harga langganan/eceran 1 nomor Rp. 15.000,Berlangganan sekurang-kurangnya 3 bulan (6 nomor) bayar di muka.
SM 01-2014 COVER: Amin Mubarok Keterangan Foto: Prof Dr H Din Syamsuddin (Penasehat Ahli) Prof Dr HM Amien Rais (Penasehat Ahli) Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif (Pemimpin Umum) Dr H. Haedar Nashir (Pemimpin Redaksi)
"SM" menerima sumbangan tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan 3-7 hal A4, diketik dua spasi penulis harus mencantumkan alamat lengkap, no. telp., dan no. rekening. Semua naskah masuk menjadi milik Suara Muhammadiyah dan tidak akan dikembalikan.
WA RT AW A N " S U AR A M U H A M M A D I Y A H "
Melaksanakan Dakwah Islamiyah Amar Makruf Nahi Munkar. Dirintis KHA. Dahlan sejak tahun 1915 PENERBIT: Yayasan Badan Penerbit Pers "Sua a Muhammadiyah" SIUPP: SK. Menpen RI No. 200/SK/Menpen/SIUPP/D.2/1986, tanggal 26 Juni 1986, Anggota SPS No. 1/1915/14/D/ 2002 // ISSN: 0215-7381
BANKERS: BNI Trikora Rek. No. 0030436020 BRI Katamso Rek. No. 0245.01.000264 30.7 BRI Cik Ditiro Rek. No. 0029.01.000537 30.6 Giro Pos Rek. No. 550 000200 1 BPD Rek. No. 001.111.000798 BNI Syariah Rek. No. 009 2196765 Bank Muamalat Rek. No. 531.0034115 Shar-E Rek. 902 69924 99 an. Drs. H Mulyadi Syariah Mandiri Rek. 7033456737 Dicetak: Grama Surya
T ID A K D IP E R KE NAN K AN M E N ER I M A/ M EM I N TA AP A P U N DAR I NA RA S U M B ER
SAJIAN UTAMA
99 TAHUN SUARA MUHAMMADIYAH
MENCERAHKAN BANGSA
S
uara Muhammadiyah, menurut penelusuran Dr Kuntowijoyo sudah terbit sejak 1915. Semula bernama Sworo Muhamma diyah, berbahasa Jawa. Kemudian Suara Muhammadiyah dengan pesebarannya ke seluruh penjuru Nusantara dengan menggunakan bahasa Melayu, berjasa ikut menyatukan Nusantara/ Indonesia sebelum Sumpah Pemuda diteriakkan oleh para pemuda di tahun 1928. Ini menjadi prestasi tersendiri, bersama dengan Organisasi Muhammadiyah yang besar yang menyebar dan yang berakar di berbagai pelosok Tanah Air. Suara Muhammadiyah, selama 99 tahun konsisten menyebarkan ajaran Islam dan berita kegiatan Muhamamdiyah, dinamika organisasi, pemikiran keislaman, dan ekspresi budaya yang digali dari nilai ajaran Islam. Semua itu dilakukan dalam konteks meneguhkan keberislaman serta mencerahkan pemikiran dalam kehidupan berbangsa. Oleh karena itu Suara Muhammadiyah selalu berusaha memilih tulisan dan informasi yang dapat dijadikan inspirasi oleh pembacanya. Isinya dapat dijadikan rujukan dan tuntunan bagi aktivis Muhammadiyah. Tentu, Suara Muhammadiyah ikut merasakan derita bangsa yang berkali-kali menerima cobaan dan musibah. Mulai dari bencana politik, dari konflik ideologi politik dan pemberontakan politik di tingkat pusat dan daerah-daerah. Muhammadiyah juga ikut merasakan bencana ekonomi berupa krisis ekonomi yang parah di tahun 1930an, di tahun 1940-an. Juga krisis ekonomi tahun 1960-an, dan di tahun 1990-an. Konflik vertikal dan horizontal yang melahirkan bencana sosial, seperti, aneka kerusuhan, tawuran, perang lokal pun membuat 6
Muhammadiyah prihatin. Suara Muhammadiyah, sebagai bagian dari Muhammadiyah, dengan kedewasaan berpikir, dengan wawasan Islam rahmatan lil’alamin dengan wawasan Nusantara yang utuh kemudian memosisikan diri sebagai bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Dengan demikian ketika majalah atau koran yang lahir sezaman dengan kelahiran Suara Muhammadiyah satu persatu hilang dari peredaran, Suara Muhammadiyah tetap bisa bertahan. Terus mengabdikan dirinya untuk kepentingan warga Muhammadiyah, untuk kepentingan umat, untuk kepentingan bangsa, negara dan umat manusia. Strategi mencerahkan harapan dan menjernihkan pikiran yang ditempuh Suara Muhammadiyah terbukti efektif untuk membuka ruang dialog keilmuan, dialog nilai, dialog kesadaran yang sangat berharga bagi semua. Ini yang menjadi semacam rahasia keberhasilan Suara Muhammadiyah mempertahankan diri, dan pelan-pelan mengembangkan diri. Suara Muhamamdiyah sampai hari ini tetap terus terbit tiap setengah bulan sekali, dengan oplag 25.000 sampai 30.000 eksemplar tiap terbit. Sebagai bagian dari Muhamadiyah yang besar, pada usia yang ke-99 tahun ini, Suara Muhamamdiyah, siap memasuki era industri media massa. Tentu yang dimaksud di sini adalah industri media massa berbasis nilai-nilai keislaman sebagaimana dipahami oleh warga Muhammadiyah. Basis nilai inilah yang kemudian selalu dikembangkan menjadi energi solutif. Ini bermanfaat ketika Suara Muhammadiyah nantinya harus berjuang untuk mengatasi masalah internal dan eksternal.• (tof)
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
SAJIAN UTAMA TERUJI MELINTASI ZAMAN:
REKAM JEJAK 99 TAHUN SUARA MUHAMMADIYAH
S
etahun pasca keluar besluit 1914, Muhammadiyah mengawali penerbitan surat kabar pertama. Inisiatornya Haji Fachrodin, murid KH Ahmad Dahlan. Surat kabar tersebut bernama Sworo Moehammadijah (ditulis dengan bahasa dan huruf Jawa). Sworo Moehammadijah lahir seangkatan dengan media massa lain, seperti Sarotomo (Centraal Sarekat Islam), Ratna Doemilah (Wahidin Soedirohusodo), Medan-Moeslimin (SATV), dan lain-lain. Sworo Moehammadijah yang terbit pada tahun 1915 (1333 H) berukuran 13 x 20 cm. Durasi penerbitannya sebulan sekali, tetapi tidak rutin. Bahasa yang digunakan bahasa dan huruf Jawa. Volume terbit tertulis di pojok kiri atas: Tahun I. Tahun terbit tertulis di tengah atas: Dzulkaidah 1915/1333. Nomor edisi tertulis di pojok kanan atas: no. 2. Dalam kolom kedua, pada cover depan, tertera nama: Sworo Moehammadijah (bahasa dan huruf Jawa). Dalam box redaksi tertulis beberapa nama: H. Ahmad Dahlan, HM Hisjam, RH Djalil, M Siradj, Soemodirdjo, Djojosoegito, dan RH Hadjid. Pengelola administrasi HM Ma’roef dibantu Achsan B Wadana. Rubrikasi pada tahun pertama sudah cukup bervariasi. Selain terdapat rubrik Redactie (Salam Redaksi), pada kolom ketiga berisi tulisan dengan judul: “Keterangan Agama Islam.” Pengarangnya menggunakan inisial H.A.D. yang menurut H. Ahmad Basuni disinyalir sebagai Haji Ahmad Dahlan. Terdapat pula rubrik artikel agama dengan judul “Bab Najis”, tetapi tanpa identitas penulis. Selanjutnya, terdapat artikel-artikel lain seperti: “Keterangan Bab Bulan”, “Bab Khitan”, dan “Ilmu Sejati.” Masingmasing artikel tersebut ditulis tanpa identitas penulis. Adapun artikel “Sadakah atau Selamatan” terdapat identitas penulis menggunakan inisial HS, yang menurut H. Ahmad Basuni, disinyalir sebagai Haji Syuja’. Selain terdapat rubrik artikel agama, Sworo Moehammadijah tahun pertama juga memuat sejumlah advertensi. Pada halaman cover depan dalam terdapat iklan Kaoemansche Kleermakerij, sebuah usaha jasa pembuatan pakaian milik Haji Syuja’. Selain advertensi juga terdapat list yang berisi nama-nama penderma dan jumlah uang. Tampaknya, Sworo Moehammadijah tahun pertama lebih banyak mengandalkan pendanaan dari para penderma Muhammadiyah. Surat kabar ini memang tidak dijual, tetapi dibagikan setjara pertjoema (gratis) kepada warga Muhammadiyah. Karena tidak dikelola dengan manajemen profesional, surat kabar ini sempat berhenti terbit. Menurut sumber H.M. Junus Anies (1930), Sworo Moehammadijah pernah berhenti terbit pada sekitar tahun 1917-1918.
Surat kabar ini terbit kembali pada tahun 1919 dengan jajaran manajemen baru. Pemimpin redaksinya, AD Hanie, tokoh Muhammadiyah asal Karangkajen. Hingga memasuki tahun 1921, majalah ini sudah menggunakan bahasa Melayu, sekalipun beberapa rubrik masih menggunakan bahasa dan huruf Jawa. Ukuran majalah 17,5 x 24 cm. Dalam dokumen nomor 1 tahun 1921 tertulis nama surat kabar ini: Soewara Moehammadijah. Di atas box redaksi tertulis: “Orgaan Poenika Ngrewat kateranganing Agami Islam. Kawedalaken Saben Sawoelan Sapisan Kaleresaken Tanggal Sapisan Woelan Walandi. Lan Angrewat Katerangan Sanes-sanes Ingkang Perloe.” Pada masa kepemimpinan AD Hanie, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi saw di Alun-alun Utara Yogyakarta, Soewara Moehammadijah dicetak melebihi batas umum oplag surat kabar pada waktu itu. Soewara Moehammadijah dicetak 5.000 eksemplar di percetakan Sri Pakoealaman yang beralamat di Djagalan, Pakoealaman, Djokjakarta. Sejak nomor edisi perdana tahun 1922, nama Haji Fachrodin kembali tercantum dalam box redaksi surat kabar ini sebagai pemimpin redaksi. Di tangan Haji Fachrodin, Soewara Moehammadijah sudah mulai menggunakan bahasa Melayu meski sebagian rubrik masih menggunakan bahasa Jawa huruf Latin. Haji Fachrodin melakukan reformasi manajemen dengan memasukkan empat unsur pembantu pimpinan Hoofdbestuur Muhammadiyah ke dalam jajaran redaksi. Keempat unsur pembantu pimpinan tersebut adalah Bagian Tabligh, Sekolahan, Taman Poestaka, dan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem). Dengan demikian, surat kabar ini telah menjadi orgaan Muhammadiyah yang memiliki fungsi informasi dan sekaligus koordinasi. Memasuki tahun 1923, Soewara Moehammadijah terbit menggunakan bahasa Melayu secara keseluruhan. Haji Fachrodin yang menjabat sebagai hoofdredacteur dibantu Soemodirdjo (pembantu redaksi) dan M. Zarkasi (pengelola administrasi) kembali melakukan reformasi dengan memasukkan beberapa Cabang Muhammadiyah di jajaran redaksi dan administrasi. Terhitung sejak tahun 1924, nama surat kabar ini berubah ejaan menjadi: Soeara Moehammadijah. Sejak Haji Fachrodin menggawangi penerbitan pada tahun 1922 sampai 1924, Soeara Moehammadijah sudah memiliki percetakan sendiri, yaitu Percetakan Persatuan (Persatoean Drukkerij). Memasuki tahun 1925, ukuran majalah Soeara Moehammadijah kembali diperkecil, yaitu 11,5x16 cm. Pemimpin redaksi sudah digantikan oleh Soemodirdjo. Sejak tahun ini, para redaktur yang mengelola surat kabar ini adalah: R.H. Hadjid, M. Amir Dasoeki, H Abdul-Aziz, dan M Junus Anies. Di tangan Soemodirdjo, SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
7
SAJIAN UTAMA Soeara Moehammadijah mengeluarkan ma’loemat bahwa terhitung tahun 1925, surat kabar ini memuat halaman khusus untuk isteri (perempuan). Pada edisi nomor 1 tahun 1925, Soeara Moehammadijah telah mengeluarkan halaman khusus bernama Isteri-Islam. Halaman khusus Isteri-Islam inilah yang di kemudian hari melahirkan media baru bernama Soeara ‘Aisjijah. Cukup menarik di sini karena Soeara Moehammadijah nomor perdana tahun 1925 telah menggunakan istilah baru untuk menyebut nama tanah air. Pada halaman cover depan tertulis: “Dikeloearkan oleh perkoempoelan Moehammadijah Bg. TAMAN POESTAKA (INDONESIA).” Bahkan, Soemodirdjo menulis sebuah artikel dengan judul, “Anak Indonesia, Awas.” Meskipun demikian, penggunaan istilah “Indonesia” untuk menyebut nama tanah air ini masih belum konsisten pada waktu itu. Pada awal tahun 1927, Soeara Moehammadijah terbit dengan ukuran 13 x 19,5 cm. Redaksi dikendalikan oleh H Abdul Aziz. Tetapi, memasuki tahun 1928, terjadi perubahan pemimpin redaksi sempai dua kali antara M Junus Anies dan H Abdul Aziz. Memasuki tahun 1929-1931, S. Tjitrosoebono menjabat sebagai pemimpin redaksi. Pada periode ini, Soeara Moehammadijah terbit dengan ukuran 17,5 x 24 cm. Di awal tahun 1929, Soeara Moehammadijah terbit dua kali sebulan. Sejak terbit sebagai dwi mingguan, Soeara Moehammadijah menetapkan harga langganan sebesar f. 1.25 per tiga bulan. Memasuki tahun 1931, Soeara Moehammadijah terbit tiga kali sebulan, tetapi dengan jumlah halaman lebih sedikit (24 halaman). Pada sekitar tahun 1932-1939, Soeara Moehammadijah memang tetap terbit, tetapi tidak banyak informasi tentang siapa pengelola redaksi dan administrasinya. Tampaknya, penerbitan surat kabar ini mengalami kesulitan dalam hal pendanaan. Ini dibuktikan dengan makin seringnya pihak administrasi menarik tagihan dan meminta sokongan derma dari warga Muhammadiyah. Barangkali antara tahun 1940-1943 menjadi masa-masa yang paling sulit bagi Soeara Moehammadijah karena hanya mampu terbit enam bulan sekali. Situasi politik dunia internasional sedang tidak menguntungkan sehingga bahan baku cetak sulit diperoleh di Tanah Air. Ditambah lagi dengan kolonialisme Jepang, hampir semua penerbitan di Tanah Air mengalami kelumpuhan total. Tetapi Soeara Moehammadijah mampu terbit sekalipun hanya enam bulan sekali dan jumlah cetakan sangat terbatas. Pada tahun 1951, Soeara Moehammadijah terbit sebagai majalah mingguan dengan motto “Ilmu dan Amal.” Istilah hoofdredacteur diganti dengan “juru mudi” yang pada waktu itu dipegang oleh M. Junus Anies. Pengelola administrasi A. Ridha Anies, yang tidak lain merupakan adik kandung M. Junus Anies. Walaupun pada tahun 1951 Soeara Moehammadijah berubah menjadi majalah mingguan, tetapi pada kenyataannya hanya sering terbit sebulan sekali. Menyadari peran dan posisi Soeara Moehammadijah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengambil langkah-langkah penting untuk memperbaiki kualitas penerbitan. Pada tahun 1965, 8
dalam sebuah rapat Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta, muncul gagasan untuk menampilkan Soeara Moehammadijah gaya baru. Amanat untuk mengubah Soeara Moehammadijah gaya baru dipercayakan kepada Prof KH Faried Ma’ruf yang langsung menjabat sebagai pemimpin umum dan sekaligus sebagai pemimpin redaksi. Duduk di jajaran redaksi: Ahmad Basuni (wakil pimred), Mohammad Diponegoro, Ahmad Syafii Maarif, Abdullah Sabda, Hermansyah Nazirun, Bakti Noor, dan Abdulhafiz Rafie. Alamat redaksi menggunakan kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jalan KH Ahmad Dahlan di ruang lantai dua. Langkah-langkah menampilkan Soeara Moehammadijah gaya baru adalah sebagai berikut: 1) Pengelola redaksi, administrasi, dan pemasaran adalah orang-orang yang kompeten di bidangnya; 2) Pengadaan fasilitas kantor redaksi dan pemasaran secara memadai; 3) Tebal majalah ditambah menjadi 36 halaman. Durasi penerbitan menjadi dua kali sebulan (dwi mingguan); 4) Tiras penerbitan ditentukan antara 3.000-5.000 eksemplar; 5) Isi majalah mencakup tema-tema keislaman yang lebih luas dan rubrik-rubrik diperbanyak; 6) Penerapan sistem honor bagi pengarang; 7) Penentuan harga langganan; 8) Kerjasama dengan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang jurnalistik. Soeara Moehammadijah gaya baru terbit mulai edisi nomor 1 tahun 1965 memuat gambar cover Bung Karno sebagai anggota istimewa Muhammadiyah. Terhitung mulai nomor ini, ejaan nama sudah berubah menjadi: Suara Muhammadijah. Format dan gaya baru mulai tampak dengan ukuran majalah diperbesar menjadi 20x27 cm. Pada periode 1973-1992, jabatan pemimpin redaksi Suara Muhammadijah diamanatkan kepada H. Ahmad Basuni. Sejak memasuki tahun 1977, Ahmad Basuni merangkap sebagai wakil pemimpin umum menggantikan peran Prof KH Faried Ma’ruf. Sambil terus mengikuti perkembangan bahasa Indonesia, ejaan nama surat kabar ini berubah menjadi Suara Muhammadiyah. Terhitung sejak tanggal 10 Agustus 1985, kantor redaksi Suara Muhammadiyah yang sebelumnya menempati kantor Pimpinan Pusat Muhammadijah Jalan KHA Dahlan nomor 99 pindah ke kantor baru di Jalan KHA Dahlan nomor 43. Kantor baru ini, sebelumnya, adalah Toko Buku Siaran. Pada tahun 1982-1994, Mohammad Djazman al-Kindi menjabat sebagai pemimpin umum Suara Muhammadiyah dan H. Ahmad Basuni sebagai pemimpin redaksi. A. Adjib Hamzah menggantikan posisi H. Ahmad Basuni sebagai pemimpin redaksi mulai nomor edisi 20 tahun 1993. Memasuki periode 1994-2001, Mohammad Amien Rais menjabat sebagai pemimpin umum Suara Muhammadiyah. Sejak tahun 1999, jabatan pemimpin redaksi Suara Muhammadiyah dipegang oleh Syukriyanto AR. Tahun 2002, jabatan pemimpin umum Suara Muhammadiyah dipegang oleh Ahmad Syafii Maarif hingga sekarang. Adapun pada tahun 2003, jabatan pemimpin redaksi dipegang oleh Haedar Nashir hingga sekarang.• (bahan: dok. SM/penulis: rif)
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
SAJIAN UTAMA
Memasuki Era Industri Media Hari ini dunia media telah masuk dalam cengkeraman industri. Mungkin sudah menjadi kehendak zaman. Era media sebagai wahana perjuangan, era media sebagai wahan untuk memperjuangkan idealisme sudah lewat. Yang penting bukan lagi ide, tetapi profit atau laba. Maka apa saja yang laku dijual lewat media pu dijual bebas. Media telah masuk dalam lingkaran cengkeraman pasar bebas, pasar yang liberal.
M
aka lihatlah apa yang terjadi sekarang ini. Media mengalami proses komersialisasi dan politisasi yang akut. Pelakunya masih sama. Pemodal yang berkolaborasi dengan politisi yang ingin cari aman. Perkara secara moral, secara nilai, secara agama, secara nalar publik apa yang disajikan di media kurang bermutu, bahkan mengandung kebohongan terselubung atau kebohongan terbuka, dia akan tetap laku. Punya rating tinggi dan memanggil iklan berjibun. Dalam konteks ini, majalah Suara Muhammadiyah seperti menantang arus. Sebab majalah ini masih dirancang, digerakkan, dicetak dan diedarkan berdasar idealisme. Majalah ini terbit sebagai wahana perjuangan. Wahana untuk memperjuangkan nilai dan ajaran Islam agar dipahami, dihayati dan dipraktikkan oleh pembacanya. Masalahnya, dengan melawan arus industri media massa ini jumlah oplag Suara Muhammadiyah menjadi sangat terbatas. Apakah untuk menaikkan oplag dan menjadi ajalah terpandang dan diperhitungkan isinya, Suara Muhammadiyah harus memasuki era industri media? Drs H Muchlas MT Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah mengakui kalau Suara Muhammadiyah memiliki progres. Dengan demikian Suara Muhammadiyah bisa bertahan sampai saat ini. “Tapi sebenarnya beberapa tahun
belakangan ini perkembangan Suara Muhammadiyah linier. Artinya, secara keseluruhan Suara Muhammadiyah stagnan dan jalan di tempat,” katanya. Menurut Muchlas, baru akhir-akhir ini progress Suara Muhamadiyah terlihat kembali. Selain manajemen, content (konten atau isi) yang disajikan semakin sesuai dengan keinginan pembaca. Segmennya pun semakin inklusif, sehingga pembacanya semakin luas. “Menurut saya, era globalisasi mengharuskan masyarakat untuk memiliki budaya terbuka, yaitu budaya yang dihasilkan dari kehebatan IT. Masyarakat tidak perlu lagi bertatap muka, mereka cukup “click” saja sudah cukup. Bahkan masyarakat bisa mengakses berbagai informasi terbaru dari belahan dunia lain,” tambahnya. Apalagi sekarang ada citizen journalism, google, dan lainnya. Suara Muhammadiyah harus memiliki solusinya. Perlu dipikirkan pula program yang virtual society, bergerombol dalam milelist untuk sharing ide dan informasi. Secara keseluruhan, ini berkaitan dengan strategi penyampaian gagasannya. Di tempat lain, Nasrullah, Kepala Humas Universitas Muhammadiyah Malang yang dubungi SM menyebutkan, “Memasuki abad ke 2, Suara Muhammaddiyah memiliki dua tantangan besar. Pertama, menguatnya industri media massa yang dikuasai oleh segelintir pemilik modal dan lebih berorientasi bisnis ataupun politik. Untuk kepentingan bisnis, masyarakat sering dianggap sebagai market yang potensial sehingga apa pun dapat dikomodifikasikan, termasuk budaya dan agama. Untuk kepentingan politik, seringkali space media yang sesungguhnya milik publik didominasi oleh kelompok tertentu saja.” “Kedua, “ tambahnya, “ berkembangnya media sosial yang pelan-pelan akan menggeser peran media massa karena semakin banyak publik yang dapat terlibat dalam mengelola isu atau opini. Sifat media sosial yang sangat bebas cenderung menabrak apa saja, termasuk etika dan hukum. Orang bisa melempar isu melalui media sosial lalu menyembunyikan identitasnya dengan pengaruh yang lebih besar daripada media massa. Media sosial memungkinkan setiap orang memegang peran penting dalam mengendalikan isu, tak lagi dikuasai oleh kekuatan dominan. ” Dua tantangan di atas menurut Nasrullah, sebenarnya juga mengandung peluang. Di tengah-tengah media massa yang SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
9
SAJIAN UTAMA sedang “berperang”, SM dapat mengambil peran sebagai media alternatif umat. Banyak orang sudah apatis dengan media massa saat ini. Dahaga informasinya akan dipenuhi dari ketersediaan informasi alternatif. Salah satunya melalui SM. Di tengah banjir media sosial, SM juga harus masuk ke ranah tersebut. Sudah saatnya umat dilibatkan lebih besar lagi mengelola isu bersama-sama pemimpinnya. Melalui media sosial, isu-isu yang diangkat oleh SM dapat didialektikkan sehingga menjadi public sphere yang produktif. Melalui media sosial, SM dapat bersifat interaktif, sehingga selain lebih mudah dan luas menjangkau umat, juga semakin kaya akan khazanah informasinya karena semakin banyak yang menjadi citizen journalist. Siapa pun dapat membuat laporan kegiatan Muhammadiyah, memberi pandangan, bahkan tausyiah untuk sesama. Dengan demikian, dahaga bacaan warga Muhammadiyah tidak hanya terpenuhi dua minggu sekali tetapi setiap saat. “Usia SM yang bisa bertahan hingga saat ini merupakan prestasi yang tak terkalahkan oleh media organisasi apa pun di Indonesia. Dia bisa menjadi dokumen sejarah yang dapat dibaca oleh generasi kapan pun. Oleh karenanya, SM harus tetap dipertahankan sebagai print media meski pada perkembangannya harus juga merambah menjadi e-magazine. Hanya saja, packaging dan konten SM harus terus diperbaiki untuk menarik lebih banyak pembaca. Sebab, militansi warga Muhammadiyah dapat diukur salah satunya dari apa referensi media yang digunakan,” tambah Nasrullah. “Ciri pergerakan Muhammadiyah kan selalu dari bawah, katanya, “Ranting-ranting cenderung berdiri atas inisiatif warga Muhammadiyah di pedesaan, bukan bentukan dari PP. Demikian juga media Muhammadiyah juga lahir dari Ranting, Cabang, Daerah, Wilayah, Ortom, bahkan dari Lembaga dan Majelis. Nah, kelahiran mereka harus disambut dengan mewadahinya dalam satu pintu akses yang mudah. Sehingga siapa pun yang ingin mengetahui informasi atau belajar tentang Muhammadiyah dapat memperolehnya dengan gampang.” Seorang pembaca dan penulis Muhammadiyah dari Salatiga, Samudi Abdullah juga mengakui kalau Suara Muhammadiyah saat ini sudah jauh berbeda dengan Suara Muhammadiyah tahuntahun yang lalu. Dari segi tampilan lebih menarik, isinya juga sudah memberi pencerahan dan menambah wawasan. SM menjadi media alternatif bagi warga Muhammadiyah dan masyarakat secara umum. “Akan tetapi,” tutur Samudi,” tidak bisa dipungkiri Suara Muhammadiyah juga memiliki kelemahan. Suara Muhammadiyah belum menyentuh masyarakat “pinggiran”. Padahal masyarakatmasyarakat kalangan bawah ini juga membutuhkan sentuhan dakwah dan tambahan wawasan.” Harapan dan tantangan ke depan, mungkin lebih pada pemasaran. Suara Muhammadiyah harus lebih gencar memasarkan produknya, karena belum semua warga Muhammadiyah menjadi pembaca Suara Muhammadiyah. “Sebagai 10
gambaran, di tempat saya menjadi agen ada satu desa hanya satu orang yang berlangganan, bahkan ada satu PCM yang belum berlangganan Suara Muhammadiyah,” ungkapnya. Selain itu, jika memungkinkan Suara Muhammadiyah membuat anak media, untuk pembaca yang bukan dari warga Muhammadiyah. Ini dimaksudkan agar dakwah Muhammadiyah bisa merata ke seluruh lapisan masyarakat. Pembaca SM yang lain, Drs Ramli dari Piyungan mengatakan, ia setia membaca SM karena ingin menambah pengalaman dan pengetahuan. Ia ingin mendengar perkembangan Muhammadiyah lewat Suara Muhammadiyah. Tentang format dan isi majalah ini? “Bagus. Saya sangat suka dengan isinya.Terutama rubrik TJA, Khutbah Jum’at, SUT dan Dinamika Persyarikatan. Saya juga suka dengan artikel yang mampu menangkis stigma bahwa Muhammadiyah itu sama dengan Wahabi. Dengan adanya tulisan di SM, mereka yang menuduh Wahabi itu cep klakep, tidak terdengar lagi suaranya,” kata Ramli. Dr H Chairil Anwar Ketua Dikti PP Muhammadiyah mengatakan, “Secara pribadi saya mengucapkan selamat kepada SM yang menginjak usia 99 tahun. Tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka yang pernah berjuang di SM dan yang sekarang masih berjuang di SM.” Perkembangan zaman sekarang, menurut Chairil, mengajak masyarakat ke arah praktis dan instan. Yaitu melalui kecanggihan IT yang mampu mengubah segalanya jadi lebih mudah. Inilah tantangan yang sekarang harus direspons serius oleh SM untuk lebih meluaskan persebarannya. Jika dilihat dari isi, SM tak perlu repot-repot membuka lahan online. Sebab pembaca setianya sudah ada dan dijamin tidak akan hilang. Namun demi kemajuan, mau tidak mau SM harus mengikuti tren yang ada, walaupun hal itu tidak mudah. Menurut Chairil, “Selama ini isi SM tidak jauh dari info, pengetahuan agama dan nasihat. Tapi kurang memuat kegiatan AUM yang sebenarnya lebih menginspirasi AUM yang lain untuk berbuat lebih. Jadi Saya rasa SM perlu memperbanyak frekuensi berita AUM. Dengan penambahan tersebut, diharapkan SM dapat menjadi media perekat hubungan baik antar warga Muhammadiyah.” Untuk lebih menjadi media pencerdas kehidupan umat, khususnya bagi pendidikan tinggi Muhammadiyah, sebenarnya Dikti PP Muhammadiyah sudah menyuarakan agar seluruh PTM berlangganan SM, bagi seluruh dosen dan karyawan. Jika sebenarnya mahasiswa pun perlu berlangganan SM. Jika program ini tergarap, tentu oplah SM akan meningkat cepat. “Selain strategi penyajian tersebut, saya rasa SM juga perlu meningkatkan kualitas dan menambah porsi terkait dengan dunia pendidikan tinggi. Sehingga PTM juga merasa sambung dengan apa yang dimuat di SM. Kebutuhan ini saya lihat sudah mulai tergarap dengan baik,” tambah Dr H Cahiril Anwar.• (Bahan vin dan gsh. Tulisan: tof)
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
SAJIAN UTAMA TERUS KEMBANGKAN WACANA YANG RAMAH PEREMPUAN Dra Hj Siti Noorjannah Djohantini, MM, MSi, Ketua umum Pimpinan Pusat Aisyiyah SUARA Muhammadiyah adalah majalah yang dimiliki Persyarikatan Muhammadiyah, sudah pasti visi, misi, dan tujuan yang dijalankan sejalan dengan visi dan misi Persyarikatan. Selama ini, Suara Muhammadiyah sudah menyajikan tulisan, isu, ide, gagasan dan pandangan sesuai dengan Muhammadiyah. Selain itu Suara Muhammadiyah sudah menyajikan tulisan-tulisan yang dibutuhkan perempuan. Harapan ke depannya Suara Muhammadiyah terus mengembangkan isi tulisan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perempuan. Memberikan edukasi dan membuka wacana kaum perempuan, sehingga Suara Muhammadiyah berperan serta mencerdaskan kaum perempuan. Harapan kami juga Suara Muhammadiyah turut mengajak kaum perempuan berkiprah, berdakwah, dan berjuang, sesuai bidang garap 窶連isyiyah selama ini. Turut serta mengembangkan gerakan perempuan yang lebih maju, memosisikan kaum perempuan dan laki-laki sejajar, sama seperti Muhammadiyah memosisikan kaum perempuan. Dalam kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan, Selamat bagi Suara Muhammadiyah yang bisa bertahan dalam usia 1 abad. Semoga lebih maju, mencerahkan, mencerdaskan, selalu berkembang dengan paradigma yang berkemajuan sesuai dengan Islam berkemajuan.窶「 [vin]
CORONG DAKWAH MUHAMMADIYAH dr H Agus Sukaca, MKes Ketua Majlis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah INI adalah pencapaian yang luar biasa yang diraih oleh suatu media. SM bisa melewati pahit manis perjalanan dengan berbagai masa kepemerintahan di Indonesia. Mulai dari masa kolonialisme hingga masa reformasi sekarang ini. Artinya SM memang sudah teruji oleh zaman. Pada intinya SM adalah corong dakwah Muhammadiyah yang misinya adalah untuk kemajuan Persyarikatan. Maka kontennya pun adalah hasil pikiran dan putusan Muhammadiyah dan sejalan dengan kaidah Persyarikatan. Itu sebabnya SM
tidak perlu tolah-toleh dan menyesuaikan diri terhadap pembaca. Namun dalam hal metodologi penyampaian, SM harus melihat selera pembaca. Baik itu gaya bahasa, rubrik, penampilan, dll. Media itu harus memiliki kejelasan segmen atau target pembaca sesuai kriteria. Artinya media itu harus fokus pada satu segmen yang digelutinya. Begitu pula dengan SM. Tentu SM tidak akan bisa merangkum banyak segmen di dalam satu majalah. Kalaupun bisa sudah dapat dipastikan bahasanya tidak mendalam dan terkesan asal-asalan. Maka mau tidak mau SM harus fokus pada satu segmen tertentu. Saran saya, jika SM ingin menggarap segman lain, sebaiknya ada anak media dari SM yang nantinya membahas segmen tersebut.窶「 (gsh)
TAK TERPISAHKAN DENGAN MUHAMMADIYAH Prof DR H Yunahar Ilyas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah SAYA bersyukur karena SM sudah berusia 99 tahun. Dengan usianya sekarang SM menjadi majalah Islam tertua dan mungkin terlama di Indonesia. Ini adalah bukti SM sanggup bertahan dan istiqomah dalam meneguhkan dan mencerahkan kehidupan umat, khususnya warga Muhammadiyah. Setidaknya SM sudah melewati tiga masa pemerintahan di Indonesia, dan ini bukanlah hal yang mudah. Namun hingga saat ini SM masih dibaca oleh ribuan pembaca. Inilah keuntungan SM yang memiliki pembaca tetap yaitu warga Muhammadiyah. Berbeda dengan media lain yang mungkin jika tidak sesuai dengan keinginan pembacanya, media tersebut kehilangan pelanggan. Walaupun jumlah oplahnya juga lambat meningkatnya. Saya berharap oplah SM bisa terus bertambah sampai ratusan ribu. Sebagai media yang terikat secara batin dengan Muhammadiyah, maka tulisan yang dimuat pun mewakili paham Muhammadiyah. Jadi SM boleh memuat tulisan apa pun asalkan sejalan dengan Persyarikatan, dan tidak boleh terlalu bebas. Kalau toh SM menginginkan menambah porsi tulisan terkait pemikiran dan wacana, maka perlu disertakan juga keterangan yang jelas bahwa tulisan tersebut adalah wawasan untuk memperkaya pikiran. Karena selama ini tidak sedikit kader yang menjadikan apa yang dimuat di SM itu adalah hasil putusan Muhammadiyah. Kalau memang dibutuhkan juga, apa salahnya SM menunjuk PP sebagai pembaca ahli untuk membantu dalam menyeleksi konten mana yang boleh dimuat maupun yang tidak boleh dimuat. Setidaknya untuk menjaga SM agar tetap pada jalur Persyarikatan.窶「 (gsh)
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
11
BINGKAI
BEKERJA KERAS, MENGEJAR TIRAS DAN KUALITAS DR H Haedar Nashir, MSi
K
ata pepatah, rumput kuning milik tetangga tampak hijau. Sementara rumput hijau milik sendiri tampak kuning. Mutiara kata tersebut hanya ingin menegaskan, bahwa tidak banyak orang yang pandai memelihara dan menghargai apa yang dimilikinya, meski itu bermakna. Boleh jadi apa yang dimiliki itu tidak ideal dan memiliki kekurangan, namun apa yang ada di tangan sesungguhnya modal penting dan berharga. Sebaliknya, tidak jarang orang terlalu sering melihat ke luar. Apa yang dimiliki orang selalu tampak bagus, hebat, dan bernilai tinggi. Meskipun sebenarnya biasa. Mungkin atau memang benar yang dimiliki orang lain itu lebih bagus dan hebat, sebagai bahan muhasabah untuk perbaikan ke dalam. Namun apakah tidak ada sesuatu yang berharga dari apa yang kita usahakan sendiri. Jika kita sendiri tidak menghargai dan ikut membesarkan, lantas siapa? Bahwa sesuatu yang baik dan unggul itu tidak terbangun seketika, semua memerlukan proses dan dinamika pergumulan. Ketika Televisi Muhammadiyah lahir, semua warga menyambut gembira. Namun muncul perbandingan dengan stasiun televisi yang sudah mapan, yang tentu saja tidak sepadan. Padahal sungguh berat tantangan untuk mencapai kemapanan di dunia pertelevisian itu. Perlu modal besar, uang dari mana? Perlu manejemen handal, siapa yang mau tanpa dibayar? Perlu kerja keras yang luar biasa, yang tidak semua orang mau berjibaku. Sementara warga kadang sekadar menjadi penonton belaka, yang sering kali sangat kritis tetapi tidak mau berkorban dan ikut membesarkan. Pergumulan SM Majalah Suara Muhammadiyah (SM) sebagai warisan Kiai Haji Ahmad Dahlan usianya tua, satu tahun lagi satu abad. Jika dibandingkan dengan ketuaaannya tentu orang dengan mudah menyimpulkan betapa terlambat dan berat jejak langkah media cetak ini. Namun sebagai sebuah kesyukuran, SM sesungguhnya terus mengalami perkembangan dalam sepuluh tahun terakhir, sehingga kini oplahnya 30 ribu. Jumlah tersebut tentu masih dapat dipacu secara terencana sampai angka 50 ribu hingga 100 ribu, yang tentu saja memerlukan perjuangan ekstrakeras pihak SM plus dukungan warga yang positif. 12
Ada yang bilang seharusnya oplah SM 1 juta, sebuah angka yang sungguh fantasits. Secara teoritis asumsi tersebut rasional jika diukur dari jumlah angota Muhammadiyah yang katanya besar. Jika ada orang yang mampu mewujudkan angka sedahsyat itu tentu pengelolaan SM dapat kita serahkan kepada yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Lagi pula, apakah warga Muhammadiyah yang jumlahnya besar itu terbilang pengikut dan konsumen yang setia, fanatik, dan mau berlangganan dengan mudah? Sampai batas tertentu minat baca dan minat langganan dari warga Muhammadiyah sendiri sungguh tidaklah mudah. Diwajibkan pun oleh Peryarikatan belum tentu mudah. Alhamdulillah, SM sebagai majalah dwibulanan milik Muhammadiyah masih bisa bertahan dan setahap demi setahap merangkak jumlah oplahnya. Lebih dari itu betapa pun perlahan, tetapi majalah ini mampu menjadi pilar ideologi dan penyuara misi Muhammadiyah. Hal yang mungkin warga Muhammadiyah belum tahu betul, bahwa SM itu sehat keuangannya dan memiliki keuntungan yang cukup. Kini Majalah SM bahkan memiliki usaha pengembangan seperti penerbitan dan lain-lain yang memberi keuntungan cukup lumayan. Dua tahun lalu SM mampu membeli tambahan bangunan yang cukup besar, tahun ini juga membeli tanah dan bangunan untuk gudang. Semuanya dicapai dengan keringat dan kemampuan sendiri setahap demi setahap. Insya Allah ke depan usaha SM makin sehat dan bermanfaat besar bagi Persyarikatan. SM tentu bersyukur mampu bertahan dan berkembang, untuk kemudian semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas oplah. Tapi semuanya memerlukan proses. Sebagai perbandingan, sejumlah majalah milik umat Islam sempat hadir dengan gegap gempita. Sebutlah Adil, Panji Masyarakat, Kiblat, Sabili, Ummat, dan lain-lain. Namun kini semuanya tinggal nama. Majalah Ummat pernah secara spektakuler lahir dan memberi harapan besar, tapi beberapa tahun kemudian mati. Sabili juga mengharu-biru umat, tetapi kini tak terdengar kabarnya. Kini tinggal Suara Hidayatullah yang menurut kabar beroplah 40 ribu. SM akan mengikuti irama pertumbuhan dan perkembangan amal usaha Muhammadiyah lainnya, yang dibangun dengan kekuatan sendiri dan secara bertahap menjadi besar. Kalau ada
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
BINGKAI yang membikin media massa raksasa dan tiba-tiba menjadi yang terbesar, kami menyambutnya dengan senang hati jika hal itu dapat dilakukan oleh kalangan internal Muhammadiyah. Namun usaha apa pun dan di mana pun memerlukan pergumulan yang tidak mudah, yang berkembang secara gradual, kecuali jika dikatrol dengan investasi besar-besaran. Investasi modal besar pun tetap perlu rasional agar hasilnya sepadan serta tidak berujung kegagalan dan meninggalkan utang. Prospek ke Depan Ketika kami menerima amanat mengelola SM dari pendahulu sebelumnya tiras sekitar 13 ribu. Alhamdulillah oplah SM kini 30 ribu. Kita menargetkan tahun 2014 sampai Muktamar tahun 2015 sebesar 40 ribu. Kemudian kita targetka terus sampai menemui oplah 50 ribu, 75 ribu, dan 100 ribu. Kami akan bekerja ekstra keras, tetapi tidak ingin berutopia karena semuanya memerlukan perencanaan yang realistik. Dengan kesungguhan dan manajemen yang baik plus semangat berlangganan dari warga dan kalangan amal usaha Muhammadiyah yang tinggi, tentu capaian target-target tersebut dapat terwujud. Prinsip yang dipegang selama ini oleh kalangan internal manajemen, bahwa SM tidak terbit untuk dibagi-bagikan maupun memaksa warga dan amal usaha untuk berlangganan. Alhamdulillah kini terbit surat himbauan PP Muhammadiyah tahun 2013 agar warga, pimpinan, dan institusi di lingkungan Persyarikatan untuk berlangganan. Surat edaran tersebut diharapkan dapat dijadikan penguat dan pengikat untuk percepatan. Jika warga Muhammadiyah tidak suka diwajibkan, maka Surat Pimpinan Pusat tersebut dimaksudkan untuk mengetuk kesadaran internal agar mampu menghargai milik sendiri dan akhirnya bersedia untuk berlangganan. Surat edaran PP Muhammadiyah itu sungguh memerlukan timbal balik dari warga dan kalangan amal usaha Muhammadiyah. Sebab ada amal usaha besar yang hanya berlangganan SM 7 (tujuh) eksemplar, padahal di dalam amal usaha tersebut banyak yang paham agamanya cenderung tidak sejalan dengan Muhammadiyah. Bahkan hingga kini masih ada pimpinan amal usaha yang tidak mau berlangganan SM satu eksemplar sekalipun, meskipun sudah didatangi berkali-kali. Sementara itu sebagian warga dan pimpinan kadang tidak mau tahu dengan majalah ini, mungkin karena merasa sudah banyak membaca yang lain, meskipun di SM ada produk-produk Tarjih seperti Tafsir dan Tanya Jawab Agama yang sangat penting untuk dijadikan rujukan. Kami tetap positif menghadapi tantangan seperti itu. Dalam konteks isi kami juga akan terus berbenah menampilkan kualitas yang menarik untuk dibaca. Kami sempat berpikir jalan pintas. Berangkat dari pengalaman majalah lain yang melonjak oplahnya dengan menjual “kontroversi” dan “suara keras” yang disukai umat Islam. SM mau mencoba seperti itu, karena suara moderat biasanya tidak disukai mereka yang sikap keagamaannya garis keras. Bahkan sebuah majalah sering
disebut menyelamatkan dan membela umat Islam manakala suaranya nyaring dan keras. Sementara yang moderat atau tengahan dianggap lembek dan tidak memihak Islam. Apakah SM harus bergaris keras? Pikiran sepintas itu tidak menjadi pilihan SM karena menyangkut karakter dan prinsip ideologi Muhammadiyah yang tengahan dan menganut paham Islam yang berkemajuan. SM sebagai majalah Muhammadiyah harus sejalan dengan misi dan ideologi Muhammadiyah sebagaimana moto “Peneguhan dan Pencerahan”. SM tidak akan menjual mercon dan petasan hanya untuk mengejar oplah sebab pertaruhannya menyangkut prinsip, misi, dan kepribadian Muhammadiyah. SM juga menyadari warga Muhammadiyah itu sangat kritis. Namun kami percaya dalam sikap cerdas dan kritis sesungguhnya mayoritas anggota Muhammadiyah cukup fanatik dan ada rasa memiliki terhadap majalah ini. Rubrik Tafsir AtTanwir, Tanya Jawab Agama, Syarah Hadits, Bina Akidah, Bina Akhlak, Bina Jamaah, Bingkai, Ibrah, Khutbah Jum’at, Pedoman, dan berbagai informasi aktual tentang aktivitas Muhammadiyah sudah lebih dari cukup untuk membuktikan jika majalah SM adalah majalah tuntunan dan bimbingan Islam dan Kemuhammadiyahan. Demikian rubrik-rubrik lain yang memuat pemikiran dan wawasan yang berusaha menyajikan Islam yang berkemajuan. Kekurangan selalu ada dan SM akan terus memperbaiki, memperbarui, dan meningkatkan kualitas isi serta sajiannya. Hukum pasar tentu akan dihadapi, bahwa sesuatu yang baik dan berkualitas akan menjadi pilihan objektif siapa pun. Kami tentu tidak ingin tumbuh karena dikatrol, tetapi SM juga ingin sekali memperoleh apresiasi yang positif dari segenap warga serta kalangan amal usaha secara lebih proporsional. Wujud konkret mendukung SM itu tidak lain kecuali berlangganan. Simaklah secara jernih, bahwa di majalah ini banyak kandungan penting untuk mendalami dan menyebarluaskan paham agama atau ideologi, pemikiran, dan informasi Muhammadiyah yang penting dan bernilai. Kami sungguh berharap bahwa warga Muhammadiyah menunjukkan rasa memiliki yang tinggi, bahwa sikap positif untuk mau berlangganan merupakan bentuk dukungan dan komitmen yang sangat bernilai tinggi bagi kemajuan SM. Majalah dan penerbitan organisasi Islam lain yang tumbuh besar antara lain karena anggotanya sangat fanatik dengan miliknya sendiri. Bahwa kemajuan SM merupakan perpaduan antara kesungguhan dan kualitas yang ditampilkan oleh majalah resmi Muhammadiyah ini, sekaligus komitmen dan rasa memiliki dari segenap warga Muhammadiyah secara keseluruhan. SM akan terus bekerja keras menjadikan dirinya laksana rumput hijau dan warga Muhammadiyah diharapkan ikut merawat dan menyuburkannya sehingga majalah ini ke depan beroplah tinggi serta tampil unggul menyuarakan Islam dan misi Muhammadiyah yang meneguhkan dan mencerahkan.• SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
13
TANYA JAWAB AGAMA
SUAP SAAT PILKADES Pertanyaan: Assalamu alaikum wr. wb. Beberapa desa di pulau saya segera akan melaksanakan PILKADES. Seiring dengan itu banyak calon atau simpatisan melakukan beberapa manuver seperti, bagi-bagi uang kepada calon pemilih. Bagaimana hukumnya ditinjau dari kacamata agama? Apakah hal ini dikategorikan sebagai risywah atau suap? Bagaimana sikap terbaik kita, apakah harus mengambil uang tersebut atau menolak? (dengan catatan di desa saya kebanyakan masyarakatnya berada di garis kemiskinan). Jika menolak konsekuensinya adalah saya dicap sebagai orang yang sok suci. Mohon penjelasannya secara gamblang. Atas jawabannya saya ucapkan banyak terima kasih. Wassalamu alaikum wr. wb. Hasanudin Aldin, alamat diketahui redaksi (disidangkan pada hari Jum’at, 11 Ramadlan 1434 H / 19 Juli 2013) Jawaban: Wa alaikumus-salam wr. wb. Terima kasih atas pertanyaan saudara. Sebelum kami menjawab, kami beritahukan bahwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menerbitkan buku yang berjudul “Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah”. Buku tersebut menerangkan tentang korupsi secara umum serta korupsi dalam pandangan Islam, dampak-dampak tindak korupsi dan strategi pemberantasan korupsi. Perbuatan yang dilakukan oleh calon kepala desa dengan membagi-bagikan uang kepada masyarakat agar masyarakat memilihnya pada Pemilihan Ke-
pala Desa (Pilkades) merupakan tindakan suap, dan hal tersebut dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Kami akan terlebih dahulu menjelaskan definisi suap menurut bahasa. Nama lain suap dalam bahasa Arab adalah risywah. Kata risywah berasal dari rasya-yarsyu yang memiliki beberapa makna yang saling berdekatan sebagaimana dikompilasi dalam kamus Lisan al-Arab (IV: 322323). Satu pendapat mengatakan bahwa kata risywah berasal dari kata risyaaun yang bermakna hablun, yaitu tali, dan rasyaaun dikatakan sebagai alladzii yutawassalu bihi ilal-maai (sesuatu/ tali yang dapat mengantarkan/ ember pada air). Risywah juga dimaknai sebagai ju’lun artinya hadiah, ada juga yang memaknai sebagai al-wushlah ila haajah bil-mushaana’ah, cara sampai pada satu keperluan dengan berbagai rekayasa. Dari definisi tersebut, diperoleh pengertian bahwa ar-risywah adalah sesuatu berupa hadiah, komisi, pemberian, konsesi dan lain sebagainya yang diberikan oleh penyuap (ar-raasyii) yang mempertalikan antara dirinya dengan orang yang menerima suap (al-murtasyi) dengan bantuan perantara (ar-raaisy) untuk merekayasa sesuatu dalam rangka memperoleh sesuatu yang disepakati antar mereka yang terlibat. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa permasalahan yang saudara tanyakan mengenai banyak calon kepala desa atau simpatisan yang melakukan beberapa manuver seperti bagi-bagi uang kepada calon pemilih dengan tujuan agar dipilih dapat dikategorikan sebagai perbuatan risywah. Perbuatan risywah hukumnya haram berdasarkan beberapa dalil berikut:
Artinya: “Mereka itu adalah orangorang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.” (Qs. Al-Maidah [5]: 42) Kalimat akkaaluuna lissuhti secara umum sering diterjemahkan dengan memakan harta yang haram. Namun konteksnya adalah memakan harta dari perbuatan risywah. Penafsiran ini sesuai dengan penjelasan Nabi Muhammad saw dalam Hadits dari riwayat Ibnu Jarir sebagai berikut:
Artinya: “Diriwayatkan dari Umar ra, dari Nabi saw, sesungguhnya beliau bersabda: Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram (as-suht), nerakalah yang paling layak untuknya. Mereka bertanya: Hai Rasulullah, apa barang haram (as-suht) yang dimaksud? Beliau menjawab: Suap dalam perkara hukum.” (HR. Ibnu Jarir) Dijelaskan pula dalam Hadits lain dari riwayat Ahmad sebagai berikut:
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, ia berkata: Aku mendengar Ra-
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah 14
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
TANYA JAWAB AGAMA sulullah saw bersabda: Allah Melaknat penyuap dan yang disuap.” (HR. Ahmad) Selain dalil-dalil nash syar’i telah mengharamkan, Indonesia sebagai negara hukum juga telah menetapkan Undang-undang terkait larangan suap, baik bagi penyuap dan penerima suap. Undang-undang No. 11 tahun 1980 pasal 2 menyatakan bahwa: Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena memberi suap dengan
pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun dan denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah). Undang-undang No. 11 tahun 1980 ayat 3 menyatakan bahwa barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000.- (lima belas juta
rupiah). Risywah memiliki dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Di antaranya adalah dapat menciptakan moral masyarakat yang munafik, menyuburkan budaya menjilat, serta mendidik masyarakat menjadi penipu. Adapun sikap yang harus dilakukan adalah menolak uang tersebut dengan tidak menghiraukan ejekan atau perkataan dari orang lain yang menganggap sebagai orang yang sok suci. Jika setiap masyarakat sadar untuk menolak uang suap, maka kebenaran di antara manusia pun dapat ditegakkan. Wallahu a’lam bish-shawaab.•
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
15
TAFSIR AT-TANWIR
Kisah Penyembelihan Sapi Betina dan Gambaran Sikap Plin-plan Bani Israil (1) SURAT AL-BAQARAH AYAT 67-74
(67). Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi betina.” Mereka bertanya, “Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan?” Musa menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh.” (68). Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang sapi betina itu.” Musa menjawab, “Allah berfirman, bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda, tetapi pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” (69). Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Musa menjawab, “Allah berfirman, bahwa sapi itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, yang menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” (70). Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang sapi betina itu. Karena sesungguhnya sapi itu belum jelas bagi kami, dan jika Allah menghendaki, niscaya kami mendapat petunjuk.” (71). Musa menjawab, “Allah berfirman, sapi itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman,
sehat, dan tanpa belang.” Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan hal yang sebenarnya.” Lalu mereka menyembelihnya, dan nyaris mereka tidak melaksanakan perintah itu. (72). Dan ingatlah ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduh-menuduh tentang itu. Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. (73). Lalu Kami berfirman, “Pukullah mayat itu dengan bagian dari sapi itu!” Demikianlah Allah menghidupkan orang yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. (74) Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air darinya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Ayat 67 sampai dengan 74 surat AlBaqarah ini berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya yang membicarakan tentang dosa-dosa kaum Yahudi karena mereka melanggar janji dan menyimpang dalam pengamalan Taurat, yakni menyanggah para Nabi dan menentang mereka serta berlebih-lebihan dalam melaksanakan perintah-perintah Allah. (Wahbah az-Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr fi al-‘Aqîdah wa alSyarî’ah wa al-manhaj, Juz 1(Beirut: Dr al-Fikr al-Mu’shir, 1991), hlm 188). Ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, saat terjadi kasus pembunuhan yang tidak diketahui siapa pelakunya, “Allah
Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan naskah awal disusun oleh Prof. DR. H. Muhammad Chirzin.
16
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
TAFSIR AT-TANWIR memerintahkan kalian untuk menyembelih seekor sapi, karena hal ini adalah kunci untuk mengetahui si pembunuh.” Mereka merasa heran mengenai kaitan antara pembunuhan dengan penyembelihan sapi, seraya berkata, “Apakah kamu mengejek kami, Musa?” Nabi Musa menjawab, “Aku berpegang teguh dengan tuntunan Tuhanku agar tidak termasuk golongan orang-orang yang mengejek hambaNya”. (Al-Baqarah [2]: 67) (Al-Azhar – Kementerian Wakaf Majelis Tinggi Urusan Agama Islam Republik Arab Mesir, AlMuntakhab (Selekta) dalam Tafsir AlQur’an Al-Karim, terj. Muchlis M. Hanafi dkk (Kairo: Majelis Tinggi Urusan Agama Islam, 2001), hlm 23). Ayat tersebut menggambarkan kekerasan hati Bani Israil dan kedangkalan pengetahuan mereka tentang makna keberagamaan dan bagaimana seharusnya sikap mereka terhadap Allah dan Nabi-Nya. (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, volume 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm 216). Allah mengutus para Nabi untuk ditaati oleh umatnya dengan izin-Nya. Allah berfirman,
Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya diri sendiri datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (Q.s. An-Nisa‘ [4]: 64) Sikap yang terbaik bagi orang beriman bilamana ada perselisihan atau persengketaan di antara mereka, ialah meminta Nabi menjadi penengah atas segala yang
mereka sengketakan, kemudian dalam hati mereka tak terdapat keberatan sedikit pun atas keputusan Nabi, dan mereka menerimanya dengan sepenuh hati. Menganiaya diri sendiri dalam ayat tersebut dalam konteks kaum Muslimin ialah berhakim kepada selain Nabi Muhammad saw Allah berfirman dalam ayat berikutnya,
Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan pun terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q.s. An-Nisa‘ [4]: 65) Andaikata umat Nabi Musa menyembelih sapi macam apa pun, maka sesungguhnya cukuplah buat mereka. Akan tetapi mereka memperketat pada diri sendiri (Jawa: njlimet), maka Allah memperketat ketentuan pada diri mereka, (Wahbah azZuhaili, At-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’ah wa al-manhaj, Juz 1, hlm 187189) karena mereka mempersulit diri sendiri. Allah mengutus Nabi Musa kepada Bani Israil, anak cucu Nabi Ya’kub. Tamsil sapi mengandung pelajaran tertentu. Nabi Musa menganjurkan kepada Bani Israil agar menyembelih kurban, tetapi mereka menyambutnya dengan ejekan. Semula mereka menganggap bahwa dengan memohon kepada Nabi Musa untuk berdoa kepada Tuhan, mereka akan segera mendapat kejelasan tentang identitas sang pembunuh, tetapi mereka justru disuruh menyembelih sapi. Demikian pertanyaan
mereka yang mengandung unsur keraguan terhadap kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati dengan memukulkan salah satu bagian dari sapi yang mati, serta kenabian Musa. (Abu al-Qasim Jarullah Mahmud ibn ‘Umar az-Zamakhsyari, al-Kasysyaf ‘an Haqa`it al-Tanzil wa ‘Uyunil Aqawil fi Wujuh al-Ta`wil, juz 1 (Mesir: Maktabah Mishr, t.th.), hlm 139, M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, volume 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm 216). Atau mereka memohon kepada Nabi Musa untuk berdoa agar Tuhan menjelaskan siapa pembunuh orang itu sebenarnya, supaya mereka terhindar dari kewajiban yang telah menjadi tradisi, yakni untuk menyembelih sapi apabila di kalangan mereka terjadi pembunuhan yang tidak diketahui pelakunya. Ketika Nabi Musa dengan sungguhsungguh dan terus-menerus meminta diadakan kurban, mereka mengelak dari satu dalih ke dalih yang lain. Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan yang sebenarnya dapat mereka jawab sendiri kalau mereka memerhatikan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Nabi Musa. Pertanyaan-pertanyaan mereka lebih bersifat gerutuan (keluhan) daripada ingin memperoleh keterangan. Mereka berpura-pura mau bersungguh-sungguh mencari petunjuk. Ketika akhirnya mereka sudah terpojok, mereka baru mau melaksanakan, sesuai dengan kriteria yang dikehendaki. (Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan dan Tafsirnya, terj. Ali Audah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hlm 35 catatan kaki 80, Abu al-Qasim Jarullah Mahmud ibn ‘Umar az-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf, 139). Perintah itu pun hampir kehilangan arti, karena seharusnya penyembelihan itu memberi pengaruh besar dalam membersihkan dosa. Alasan mereka dengan pembicaraan berputar-putar itu sebenarnya hanya karena mereka menyadari kesalahan (kelemahan) mereka sendiri,
Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan naskah awal disusun oleh Prof. DR. H. Muhammad Chirzin.
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
17
TAFSIR AT-TANWIR (Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan dan Tafsirnya, hlm 35 catatan kaki 80) atau mereka hendak mengelak dari perintah Allah untuk menyembelih seekor sapi tanpa persyaratan (sebagai syarat perbuatan) apa pun. Bisa jadi Allah memilih sapi untuk menjadi alat menjawab pertanyaan Bani Israil adalah dalam rangka menghilangkan bekas-bekas penghormatan mereka kepada sapi yang suatu ketika pernah mereka sembah, sebagaimana difirmankan Allah . dalam Q.s. Al-Baqarah [2]: 51,
Dan ingatlah, ketika Kami berjanji kepada Musa memberikan Taurat, sesudah empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu sembahan sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang dlalim. (Q.s. Al-Baqarah [2]:51) Allah menghimbau Bani Israil untuk menyaksikan slogan mereka sendiri, bahwa mereka akan menyembah “Tuhan bapak-bapak mereka,” Tuhan nenek moyang mereka. Pikiran mereka berubah menjadi begitu sempit sampai pada tuhan kesukuan, bahkan mereka menyembah patung sapi. Tetapi mereka diperingatkan, bahwa leluhur mereka menganut dasar Islam –menyembah Allah Yang Maha Esa Tuhan semesta alam. (Ibid, hlm 54, catatan kaki 131). Allah berfirman,
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yaqub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilihkan agama ini untuk kamu. Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. Apakah kamu hadir ketika Yaqub kedatangan tanda-tanda kematian, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang hendak kamu sembah sesudah aku tak ada?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kepada-Nya kami tunduk patuh menyerahkan diri”. Itulah umat yang sudah lalu. Baginya apa yang telah dikerjakannya, dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Q.s. Al-Baqarah [2]: 132-134) Inti ajaran Islam ialah tunduk, patuh dan berserah diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Janganlah seseorang meninggal dunia kecuali dalam memeluk agama Islam. Pembangkangan pertama manusia di muka bumi terhadap perintah Allah dilakukan oleh nenek moyang mereka, Qabil, yang melakukan pembunuhan terhadap saudaranya, Habil, lantaran congkak, iri dan dengki. Allah berfirman,
Ceritakanlah kepada mereka kisah
kedua putera Adam, Habil dan Qabil, menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban. Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua, Habil, dan tidak diterima dari yang lain, Qabil. Qabil berkata, “Aku pasti membunuhmu!” Habil berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertakwa.” (Q.s. Al-Maidah [5]: 27) Kedua anak Adam, Habil dan Qabil, mendapat perintah untuk mempersembahkan kurban. Habil yang lebih muda adalah seseorang yang shalih dan tak berdosa. Merasa lebih berhak sebagai saudara yang lebih tua, dan terbawa oleh rasa congkak dan iri hati, Qabil melakukan tindakan kejahatan dengan melakukan pembunuhan terhadap saudaranya. Di kalangan orang-orang Kristen, Qabil adalah lambang Yahudi sebagai lawan Habil lambang Kristen. Pihak Yahudi berusaha membunuh Yesus (Nabi Isa) dan mengikis Kristen. Dengan cara yang sama, sebagai lawan Nabi Muhammad, saudara yang lebih muda dalam keluarga Semit, Qabil adalah lambang masyarakat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang berusaha hendak melawan dan membunuh Nabi Muhammad serta berusaha menghancurkan umatnya. (Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan dan Tafsirnya, hlm 250, catatan kaki 731). Dalam rangka menunjukkan kekuasaan-Nya, Allah membangkitkan orang yang telah mati melalui sesuatu yang mati dan membuktikan betapa luas pengetahuan-Nya. (M. Quraish Shihab, Tafsir alMishbah, volume 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm 216). Begitu pula kelak Allah menghidupkan orang yang telah mati di hari kiamat dan memberikan balasan kepada setiap manusia apa yang telah mereka kerjakan. (Wahbah az-Zuhaili, alTafsîr al-Munîr fi al-‘Aqîdah wa al-Syarî’ah wa al-Manhâj, Juz 1, hlm 190). Dalam ayat 68 disebutkan bahwa Bani
Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan naskah awal disusun oleh Prof. DR. H. Muhammad Chirzin.
18
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
TAFSIR AT-TANWIR Israil berkata kepada Musa dengan ragu atas perintah penyembelihan sapi ini, “Mohonkan Tuhanmu agar menerangkan ciriciri sapi itu kepada kami.” Musa berkata, “Allah berfirman kepadaku bahwa sapi itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda: pertengahan antara tua dan muda. Sekarang lakukanlah apa yang diperintahkan kepada kalian.” (Al-Azhar – Kementerian Wakaf Majelis Tinggi Urusan Agama Islam Republik Arab Mesir, al-Muntakhab(Selekta) dalam Tafsir Al-Qur’an alKarim, hlm 24). Setelah Bani Israil menerima perintah Allah melalui Nabi Musa untuk menyembelih sapi, mereka tidak bersegera untuk melakukannya. Mereka pun meminta kepada Nabi Musa agar Allah menerangkan ciri-ciri sapi itu. Maka Allah menurunkan keterangan kepada Nabi Musa perihal usia sapi yang dimaksud, yakni sapi itu tidak tua tapi juga tidak muda, yakni pertengahan antara keduanya. Tetapi Bani Israil pengikut Nabi Musa tetap ragu-ragu, kemudian berkata, “Mintalah kepada Tuhanmu agar menerangkan kepada kami warna sapi itu.” Kemudian Nabi Musa menjawab dengan menyitir firman Allah, “Sapi itu bewarna kuning tua, jernih dan menyenangkan orang yang memandangnya karena kejelasan dan kejernihan warnanya itu.” (Q.s. Al-Baqarah [2]: 69). (Ibid, hlm 23). Setelah memperoleh keterangan tentang usia sapi tersebut, Bani Israil pun mengajukan pertanyaan lagi tentang sapi itu, yakni dari segi warnanya. Maka Nabi Musa pun memohon petunjuk kepada Allah tentang warna sapi itu. Nabi Musa segera menjelaskan kepada mereka, bahwa sapi itu warnanya kuning tua, jelas, jernih dan menyenangkan orang yang memandangnya. Bani Israil itu pun bersikeras untuk bertanya lagi, “Mohonkan kepada Tuhanmu untuk menerangkan kepada kami tentang hakikat sapi itu. Bagi kami, sapi itu masih
samar. Kami, insya Allah, akan mengikuti petunjuk itu dengan seizin Allah” (Q.s. AlBaqarah [2]: 70). (Ibid.). Sungguhpun telah memperoleh keterangan tentang usia dan warna sapi itu, Bani Israil mengulur waktu dengan bertanya tentang keadaan sapi tersebut, dengan alasan bahwa sapi yang dimaksud masih samar. Apabila mereka telah memperoleh penjelasan tambahan yang lebih rinci, mereka akan mengikuti dan melaksanakan petunjuk itu. Dalam Q.s. Al-Baqarah [2]: 71 Musa menyampaikan perintah Tuhan kepada kaumnya untuk meyembelih sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya
Mereka berkata, “Sekarang kamu telah memberikan keterangan yang jelas tentang sapi itu.” Mereka kemudian mencari sapi yang memiliki ciri-ciri itu untuk disembelih. Hampir saja mereka tidak dapat melaksanakannya akibat banyaknya pertanyaan mereka dan akibat kekeraskepalaan mereka yang terus-menerus dan karena mahalnya harga sapi tersebut. Konon sapi itu milik seorang pemuda yang berbakti kepada ibunya, dan mereka membelinya dengan emas selebar kulit lembu itu. (Wahbah az-Zuhaili, al-Tafsîr alMunîr fi al-‘Aqîdah wa al-Syarî’ah wa alManhâj, Juz 1, hlm 187). Jawaban Nabi Musa sesungguhnya telah cukup. Nabi Musa pun telah membantah tuduhan mereka yang menyatakan bahwa Nabi Musa telah memperolok mereka. Musa mengatakan bahwa ia berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang yang bodoh (min al-jâhilîn/ ). Tidak mungkin Nabi salah atau sengaja menyimpang dalam
menyampaikan pesan Tuhannya. Kata jahil mengandung tiga arti. Pertama, jahil artinya kosong dari pengetahuan. Itulah arti asal jahil. Kedua, meyakini sesuatu berbeda dari yang semestinya. Ketiga, melakukan sesuatu tidak sebagaimana yang seharusnya dilakukan, sebagaimana tersebut pada penutup ayat 67 di atas. (AlRaghîb al-Ashfâhânî, Mu’jamu Mufradât Alfâzh al-Qurân (Beirut: Dârul Fikr), hlm 100). Sesungguhnya semua pertanyaan yang diajukan Bani Israil itu tidak beralasan, dan semuanya tidak diperlukan kalau memang mereka tulus hendak melaksanakan perintah Allah . Pertanyaan dan permintaan mereka pun mengandung pelecehan terhadap Tuhan dan Nabi Musa, karena berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu”, bukan berkata, “berdoalah kepada Tuhan kita.” Mereka mengambil jarak, seolah-olah Tuhan Nabi Musa bukan Tuhan mereka. (M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, volume 1, hlm 216). Ingatlah ketika kalian membunuh seseorang, saling berkelahi, dan saling berbuat kejahatan, lalu kalian saling menuduh mengenai pembunuhan itu. Allah mengetahui hakikat kejadian itu, dan Dia akan menyingkap dan menunjukkannya meskipun kalian menutupinya (Q.s. Al-Baqarah [2]: 72). (Al-Azhar – Kementerian Wakaf Majelis Tinggi Urusan Agama Islam Republik Arab Mesir, Al-Muntakhab(Selekta) dalam Tafsir al-Quran alKarim, hlm 23).• Bersambung AGEN BARU SUARA MUHAMMADIYAH DI DEMAK
DIKDASMEN PCM KARANGANYAR KAB. DEMAK Jl. Raya Tegalombo, Medini, Malatiharjo, Kec. Gajah, Kab. Demak, Jateng 59581
Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan naskah awal disusun oleh Prof. DR. H. Muhammad Chirzin.
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
19
HADITS
Harta yang Baik Di Tangan Orang yang Baik Mu’ammal Hamidy, Lc baik harta yang baik adalah di tangan orang yang baik”. (HR Ahmad, Baihaqi dan Ibnu Hibban).
A
mr bin al-Ash mengatakan: Rasulullah saw mengutus orang untuk menemui aku dengan pesan: Kenakanlah pakaianmu dan senjatamu, lalu datanglah kepadaku. Aku pun lalu menghadap beliau yang waktu itu beliau sedang berwudhu’. Lalu beliau mengamati aku dari atas sampai bawah. Seraya bersabda: “Sesungguhnya aku akan mengirimmu ke suatu peperangan bersama sebuah pasukan, semoga Allah menyelamatkan kamu dan kamu menang dengan mendapatkan ghanimah, dan aku senang sekali seandainya kamu mendapatkan harta.” Maka kataku: Ya Rasulullah, aku masuk Islam bukan karena harta, tetapi aku masuk Islam demi cintaku pada Islam, dan demi keinginanku untuk bisa bersama Rasulullah saw. (baik di dunia ini maupun di akhirat nanti). Begitulah, lalu beliau bersabda: “Hai Amr, sebaik20
Penjelasan Biasanya, ketika diumumkan akan ada perang, para sahabat siap tampil, karena mereka merasa sebagai jundullah (tentara Allah). Bahkan, jika ada orang yang tidak hadir tanpa udzur, dia terindikasi munafik. Namun, kali ini Rasulullah saw justru memanggil Amr bin al-Ash untuk dikirim ke medan perang bersama sebuah pasukan yang disebut sariyah. Panggilan Rasulullah saw dalam pesannya, “agar Amr berpakaian dan membawa senjata”, memberi isyarat adanya pakaian khusus, bukan pakaian biasa. Sebab, seandainya pakaian biasa, tidak perlu diperintahkan, karena setiap hari selalu berpakaian. Apalagi kali ini diminta menghadap beliau. Dari sini, dapat kita pahami, bahwa untuk membela Islam perlu ada pasukan khusus, semisal yang sekarang disebut angkatan perang atau angkatan bersenjata. Apalagi dalam ayat Al-Qur’an dikatakan, “Perangilah orang-orang yang memerangi kamu” (Q.s. Al-Baqarah [2]: 190). Mafhum mukhalafahnya, yang tidak memerangi tidak boleh diperangi. Dari ayat ini, maka lahirlah HAM, bahwa perang hanya diarahkan kepada angkatan perang, bukan kaum sipil. Dalam Hadits itu pula dikatakan oleh Amr, bahwa Rasulullah saw memerhatikannya dari atas ke bawah. Ini memberikan isyarat, bahwa angkatan perang itu harus tampil dengan gagah. Dan ini termasuk bagian dari “persiapan menghadapi lawan dengan segala kekuatan” (Q.s. AlAnfal [8]: 60). Kalau dalam sebuah Hadits Rasulullah saw menyebut, bahwa ada lima
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
perkara yang diistimewakannya untuk beliau daripada Nabi-Nabi lain, satu di antaranya ialah “musuh takut dalam jarak perjalanan sebulan”. Maka, salah satu penyebab ketakutan musuh adalah karena kesiapan dan penampilan pasukan beliau. Setelah dipandang, bahwa Amr cukup siap, baru Rasulullah saw menjelaskan maksud panggilannya itu, yaitu akan dikirim ke medan perang. Lalu beliau mendoakan selamat, menang dan mendapat harta ghanimah. Dan harta ghanimah itu oleh beliau dipandangnya sebagai “harta yang ). Yakni, harta yang baik”( halal dan bisa dirasakan kenikmatannya. Karena sebelumnya ghanimah itu diharamkan pada para Nabi. Dari sini, dapat kita pahami bahwa: pertama, berperang di jalan Allah, atau dengan istilah jihad fisabilillah, di samping dengan niat demi I’lai kalimatillah (menegakkan dan memperjuangkan syariat Islam), diperkenankan juga untuk mendapatkan harta (ghanimah). Termasuk di dalamnya aktivitas dakwah. Dan harta yang didapat itu adalah harta shalih (harta yang baik) lagi halal. Kedua, harta yang baik itu harus dikelola dengan cara yang baik pula, yaitu yang dikenal dengan cara-cara yang halal. Namun, dalam harta itu penuh godaan, yang Al-Qur’an menyebutnya dengan “fitnah”, maka harta dan pemegang harta harus diwaspadai. Karena harta itu, kendati diperoleh dengan cara yang baik dan halal, tapi bisa saja dipergunakan untuk hal-hal yang tidak halal. Dan harta yang demikian akan membawa kehancuran. Dalam hal ini, dzikrullah dalam arti luas, dan ketekunan beribadah, bagi pemegang harta adalah suatu keniscayaan. Demikian, sebagaimana diisyaratkan Allah SwT dalam AlQur’an surat al-Kahfi ayat 46: “Harta dan
HADITS anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. Dengan harta dan anak (generasi muda) kehidupan duniawi ini bisa dibuat indah dan molek. Bahkan, keindahan hidup di akhirat pun bisa tercapai. Betapa tidak, karena dengan harta kita bisa beramal shalih dengan segala macam bentuknya: infak, sedekah, zakat, jariyah, berjihad fisabilillah, bersilaturrahim, dan sebagainya. Dan dengan adanya anak, yang terdidik menjadi anak shalih, orang tua akan mendapatkan kucuran pahala dan doanya yang tiada terputus. Itu sebabnya, dalam ayat di atas, setelah menyebutkan bahwa harta dan anak-anak itu bisa membuat dunia indah, lalu disebutkan, bahwa “al-baqiyatush shalihat”. Yakni, amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik di sisi Tuhan serta harapan yang sangat baik. Yang oleh sebagian ulama mufassir, ditafsiri dengan “ibadah mahdhah”, seperti dzikir, shalat, haji dan sebagainya. Juga oleh Rasulullah saw dalam beberapa Haditsnya, dikatakan “al-baqiyatush shalihat”, yaitu dzikir “subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar” (HR. Ahmad No.11288). Bahkan, bisa juga berbagai kegiatan shalihat lainnya, sesuai fungsi harta pada umumnya. Sesuai pula dengan sifat dari kata “al-baqiyatush shalihat” itu sendiri adalah kalimat jamak yang bersandang “al” yang menunjukkan arti umum. Dan itu adalah pengerem dari godaan harta. Sehubungan dengan masalah harta yang shalih yang berada di tangan orang yang shalih ini, fuqara muhajirin cemburu kepada orang-orang kaya, yang kemudian mereka menghadap Rasulullah saw untuk menyampaikan uneg-unegnya:
Kata Abu Shaleh (setelah berjalan beberapa hari), mereka kembali lagi menemui Rasulullah saw untuk melaporkan, bahwa: Teman-teman kami orangorang kaya itu setelah mendengarkan apa yang kami lakukan (yang kami baca), mereka pun menirukan kami (berarti tetap saja mereka lebih unggul). Jawab Rasulullah saw: Itu adalah anugrah Allah yang Ia berikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki (HR. Muslim).
Abu Hurairah ra meriwayatkan, bahwa beberapa orang fakir miskin dari para sahabat Muhajirin mendatangi rumah Rasulullah saw untuk mengadukan, bahwa orang-orang kaya itu akan tampil (di akhirat/maupun di dunia) dengan derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Beliau kemudian bertanya: “Mengapa bisa begitu?” Jawab mereka: “Karena mereka shalat seperti kami shalat, mereka juga berpuasa seperti kami berpuasa. Tetapi mereka bersedekah, sedang kami tidak bisa sedekah, dan mereka bisa memerdekakan hamba sahaya sedang kami tidak bisa.” Begitulah, lalu beliau bertanya: “Maukah kalian kuajari sesuatu amalan yang dengan amalan itu kalian dapat menyamai orang yang selama ini mengungguli kalian, bahkan kalian bisa mengungguli orang-orang sesudah kalian, dan tidak seorang pun yang keutamaannya melebihi kalian, kecuali jika mereka itu mengamalkan apa yang kalian amalkan?” Jawabnya: “Baiklah ya Rasululllah.” Selanjutnya beliau menjelaskan, yaitu: kalian bertasbih tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, setiap kali usai shalat.
Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, dalam Islam, pasukan khusus untuk menghadapi musuh-musuh Islam itu dipandang sengat perlu. Kedua, harta yang didapat dari jihad fisabilillah, yang biasa dikenal dengan ghanimah atau fai’ itu hukumya halal. Termasuk mukafa’ah (honorarium) yang diterima oleh para dai dalam kegiatan dakwah, adalah baik dan halal. Ketiga, harta yang banyak menjadi sumber fitnah dan kecemburuan sosial itu harus dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Dzikrullah dalam hal ini sangat penting. Keempat,Allah SwT dalam memberikan kenikmatan kepada manusia, beragam. Maka setiap nikmat itu harus diterima dengan qana’ah dan tidak perlu iri hati.•
AGEN SUARA MUHAMMADIYAH DI SULAWESI UTARA IR. NUZRIL BOLUTIHE d.a. KRT. BPPP Aertembaga PO BOX 18 Bitung Sulawesi Utara 95501 MUHAMMAD SUJA’I Ketua PCM Bongo Wonosari Desa Bongo 2 Kec. Wonosari Kab. Boalemo, Gorontalo Sulawesi Utara 96262
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
21
22
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
23
24
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
25
KALAM
Dakwah dengan Pena M Muchlas Abror
D
AKWAH secara harfiyah berarti mengajak, memanggil, menyeru, atau mengundang. Siapa yang diajak ? Tiada lain ialah manusia. Diajak kepada apa? Tentu kepada kebaikan. Bukan kepada sebaliknya. Karena itu, kita dapat memahami bila dakwah diartikan mengajak, memanggil, menyeru, atau mengundang manusia untuk berbuat yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah yang munkar (kejahatan). Dakwah dapat pula kita artikan mengubah manusia dari satu situasi ke situasi lain yang lebih baik, dalam segala segi kehidupan. Setiap Muslim dan Muslimah berkewajiban melaksanakan tugas dakwah. Sebaiknya, dalam melaksanakan tugas ini sesuai dengan bakat, kecakapan, kemampuan, dan bidang masingmasing. Berdakwah bila menggunakan kelebihan positif masingmasing, hasilnya lebih baik. Tentu tidak demikian halnya bila sebaliknya. Sadarilah bahwa berdakwah merupakan tugas baik dan mulia. Tidak ada tugas yang lebih baik dan mulia daripada berdakwah. Apalagi dakwah adalah tugas yang diwariskan oleh Nabi Muhammad saw kepada umatnya. Dakwah tidak mesti berpidato. Dakwah tidak harus ditampilkan dalam bentuk ceramah. Dakwah tidak selamanya bil-lisan. Di masyarakat memang yang sering terlihat atau kebanyakan dakwah disampaikan dengan pidato atau ceramah dan semacamnya. Tetapi yang jelas bahwa pidato bukanlah satu-satunya cara. Berpidato hanyalah salah satu cara untuk menyampaikan dakwah. Karena itu, dakwah tidak dapat dibatasi dengan da’wah bil-lisan. Sebab, masih ada pula cara lainnya. Misal, da’wah bilhal (dakwah dengan perilaku, perbuatan, keteladanan), da’wah bil-qalam (dakwah dengan pena) atau da’wah bil-kitaabah (dakwah dengan tulisan). Dakwah dengan pena atau tulisan, kalau kita mau melihat sejak awal perkembangan Islam, sebenarnya telah dirintis dan dimulai oleh Nabi Muhammad saw. Ketika masih hayat, beliau telah melakukan dakwah dengan pena dalam bentuk surat yang ditulis oleh sekretaris beliau dan di stempel yang berisi di dalamnya nama beliau. Surat-surat itu yang antara lain berisi ajakan untuk masuk Islam di antaranya dikirim kepada Najasyi (raja Habasyah/ Abessinia), Kaisar Romawi Timur Heraclius, dan Kisra Persia, serta masih banyak lagi lainnya. Bagaimana hasilnya ? Dalam korespondensi itu, ada yang memberi jawaban positif, ada pula yang sebaliknya, di samping ada yang tidak memberi jawaban. Dalam Al-Qur’an yang berisi 114 surat, dua di antaranya ialah surat Al-Qalam dan Surat Al-‘Alaq. Dalam Qs Al-Qalam [68]: 1, dinyatakan, “Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis”. Ayat itu mengingatkan, termasuk kepada kita, ketika memegang pena agar berhati-hati, tidak semau sendiri. Sebab, ketika pena digerakkan oleh tangan akan melahirkan tulisan, bisa baik dan bisa pula buruk. Nah, pikirkanlah dulu sebelum menulis.
26
Mengapa ? Karena pada ujungnya ada pertanggungjawaban. Jadi, ayat tersebut menjelaskan betapa pentingnya arti dan fungsi tulisan. Sedangkan pada Qs. Al-‘Alaq [96]: 1 dan 3, masingmasing pada pangkal ayatnya berisi perintah membaca. Tulisan yang dihasilkan dari pemikiran yang mendalam telah terbukti dalam sejarah besar pengaruhnya bagi kebangkitan bangsa-bangsa di dunia. Tulisan mendahului, memberi inspirasi, dan kebangkitan mengikuti. Gerakan pembaruan di dunia Islam pun, kalau kita membaca sejarah, didahului pemikiran-pemikiran dalam berbagai buku karya tulis Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Buku-buku karya mereka menjadi bacaan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Para da’i atau juru dakwah yang memiliki bakat, kecakapan, keahlian, dan kemampuan berdakwah dengan pena atau tulisan, maka hendaklah bertekun diri untuk melatih, membina, mengembangkan, dan meningkatkannya secara baik. Tulisan, sebagai media dakwah, selanjut nya bisa dikirim ke pers (suratkabar, majalah, tabloid, bulletin). Jika pada tahap awal, naskah yang dikirim belum dimuat, janganlah berputus asa. Coba dan cobalah lagi sampai berhasil. Sebab, pihak redaksi meski sudah membaca dan menilainya baik, tetapi ia belum memuatnya mungkin sekadar hendak menguji si pengirim naskah sampai seberapa jauh keseriusan dan keistiqamahannya. Setelah beberapa kali kiriman naskah dimuat, maka suatu waktu ia malah pesan kepadanya minta dikirimi naskah dengan topik tertentu. Naskah tulisan dalam berbagai topik yang telah dimuat di pers, setelah dikelompokkan, suatu waktu dapat diterbitkan menjadi buku. Andaikata tulisan tidak dikirim ke pers pun tetap bermanfaat bagi dirinya. Dakwah dengan pena memiliki kelebihan khusus bila dibandingkan dengan dakwah dengan pidato. Dakwah dengan tulisan mempunyai keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan dakwah dengan lisan. Dakwah yang disampaikan dengan lisan atau pidato oleh seorang da’i atau muballigh yang ulung sekalipun meski dapat memikat massa, tetapi suatu waktu akan lepas kembali seolah tiada membekas. Sebab, bagaimana pun ingatan para pendengar terbatas. Segar dalam ingatan ketika yang didengar masih baru, tetapi makin lama menjadi makin berkurang bahkan hilang tiada ingat lagi. Berbeda dengan dakwah dengan pena atau tulisan yang dilaksanakan secara baik oleh penulisnya. Isi tulisan itu akan tetap melekat dan membekas di hati para pembaca. Dan dapat dibaca kembali tulisan itu sekiranya lupa atau untuk suatu kepentingan. Karena ada dokumentasi. Tidak demikian halnya dengan pidato. Kecuali kalau ada rekaman, tetapi ini merupakan persoalan tersendiri. Muhammadiyah perlu menggerakkan dan menggiatkan warganya untuk berdakwah dengan pena atau tulisan. Kalau tidak sekarang, kapan lagi.•
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
PEDOMAN
Dakwah Bil Qolam A ROSYAD SHOLEH
D
i kalangan Muhammadiyah, penggunaan media tulisan atau media cetak untuk dakwah, yang sekarang lebih dikenal dengan istilah dakwah bilqolam, bukan hal baru. Sejak awal perjalanannya, dakwah Muhammadiyah sudah mengenal dan melakukan dakwah bilqolam. Di samping dakwah billisan dalam bentuk tabligh dan penyiaran serta dakwah bilhal dalam bentuk amal usaha di berbagai bidang kehidupan, seperi di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pembinaan kesejahteraan masyarakat, dan sebagainya. Dakwah bilqolam telah digelar oleh Muhammadiyah sejak awal berdirinya, dengan menerbitkan Majalah Suara Muhammadiyah (SM), selebaran dan penerbitan lainnya. SM diterbitkan oleh Hoofdbestur atau Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di bawah kepemimpinan KHA Dahlan. Untuk pertama kalinya terbit pada bulan Januari tahun 1915, tiga tahun setelah Muhammadiyah berdiri. Penerbitan SM ini didorong oleh kesadaran akan pentingnya dakwah melalui media massa, terutama media cetak. Di awal perjalanannya, SM yang ketika itu masih menggunakan bahasa Jawa dan Melayu, hanya beredar di pulau Jawa. Seirama dengan perkembangan organisasi Muhammadiyah yang menyebar ke luar Jawa, bahkan ke seluruh Nusantara, maka SM juga menyebar ke luar Jawa, dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kini SM telah tersebar di seluruh Indonesia. Boleh dikatakan tidak ada satu pun Kabupaten-Kota di negeri ini yang tidak mengenal SM. SM sekarang telah berusia 99 tahun. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh SM tidak semakin bertambah ringan dan sederhana, melainkan cenderung semakin bertambah berat dan kompleks. Di antara tantangan yang dihadapi oleh SM dan media cetak di Indonesia pada umumnya, antara lain: kemajuan teknologi informasi, dengan kemunculan internet yang sekarang ini sudah menjadi semacam kebutuhan seharihari dari sebagian masyarakat kita. Internet sekarang ini semakin mudah diakses dengan dipasarkannya berbagai macam telepon genggam pintar atau smartphone dan gadget lainnya, seperti tablet dan sebagainya. Fenomena yang terjadi sekarang ini, orang
lebih suka mencari informasi dan berita melalui internet daripada lewat media semacam koran, majalah, radio dan sebagainya. Dengan demikian persaingan di antara media di masa depan akan semakin ketat dan tajam, terutama antara internet dengan media tradisional, semacam koran, majalah dan sebagainya (ABC Radio Australia). Menghadapi tantangan kedepan seperti telah dikemukakan, SM perlu segera berbenah diri dan melakukan konsolidasi secara menyeluruh, dengan melakukan langkah-langkah strategis seperti: penyempurnaan manajemen dan struktur organisasi, pembinaan SDM secara profesional, pengembangan jaringan kerjasama dengan berbagai komponen, usaha menjadikan SM sebagai ikon media dan ikon produk Muhammadiyah secara nasional, dan sebagainya. Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah, menjadikan SM sebagai media yang kuat dan mampu membentuk opini publik. Dewasa ini, sebagaimana dikemukakan oleh Prof Dr Yunahar Ilyas, di Republika, “Umat Islam bahkan sering tidak bisa berbuat apa-apa saat citra negatif terlanjur melekat. Umat dibombardir pemberitaan yang memojokkan. Media Islam kuat yang bisa mengimbangi itu semua belum adaâ€?. Untuk bisa menjadikan SM sebagai media yang kuat dan berpengaruh, diperlukan dukungan, tidak saja dari Pimpinan Persyarikatan, tetapi juga dari Pimpinan dan Pengelola AUM dan dari aktivis Ortom, bahka dari seluruh aktivis dan warga Persyarikatan. Dewasa ini masih ada warga Persyarikatan, bahkan Pimpinan Persyarikatan dan AUM yang tidak peduli dengan SM. Ketidakpedulian itu diwujudkan dalam bentuk tidak merasa ikut bertanggung jawab terhadap kehidupan SM serta tidak merasa ikut memiliki. Kedepan, dalam menyongsong 1 Abad usia SM, semua kita, seluruh warga dan aktivis Muhammadiyah, baik yang berada di Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting, bahkan yang berada di Cabang Istimewa di seantero dunia, mari kita pertahankan SM, mari kita besarkan SM. Sehingga media yang dilahirkan oleh KHA Dahlan ini tetap eksis dan berkembang bersama Persyarikatan serta dapat mencerdaskan dan mencerahkan umat dan bangsa.• SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
27
DIALOG
Prof Dr HA Syafii Maarif:
SUARA MUHAMMADIYAH
HARUS PROGRESIF Suara Muhammadiyah genap 99 tahun, mungkin lebih karena hitungan ini berasal temuan Majalah Suara Muhammadiyah yang tertua nomer 2 tahun 1915. Majalah ini ditemukan oleh sejarawan Kuntowijoyo (Allahuyarkham) dari UGM. Ia membawa copy temuan majalah Suara Muhammadiyah yang berbahasa Jawa dan tulisan Jawa di Perpustakaan Universitas Lieden Negeri Belanda. Belum tahu, Suara Muhammadiyah nomer 1 terbit tanggal berapa, karena perkiraan terbit bulanan maka nomer 1 juga diperkirakan terbit awal tahun 1915.
S
ehingga tahun ini Suara Muhammadiyah paling tidak sudah mencapai 99 tahun. Usia yang sangat jarang dapat dicapai sebuah penerbitan majalah. Tentu perlu kiat-kiat tersendiri untuk mengelolanya agar tetap awet dan lestari dan yang penting menjadi majalah yang disegani dan membanggakan bagi pengelolanya. Buya Syafii Maarif yang merupakan tokoh Bangsa, saat ini sebagai Pimpinan Umum Suara Muhammadiyah. Bagaimana pengalaman Buya mengelola Suara Muhammadiyah dan bagaimana pula harapan Buya terhadap Suara Muhammadiyah ke depan. Berikut ini sebagaimana dituturkan Buya kepada Lutfi Effendi:
28
Suara Muhammadiyah sudah 99 tahun, menurut Buya? Alhamdulillah Suara Muhammadiyah sudah berusia 99 tahun, usia yang jarang ditemui untuk sebuah majalah. Usia ini baru didasarkan pada temuan Suara Muhammadiyah nomor 2 yang masih berbahasa Jawa dan bertulisan Jawa yang diterbitkan 15 Februari 1915, sedangkan yang nomer satu belum ditemukan. Temuan tersebut walau berupa foto copy harus disimpan dengan baik jangan sampai hilang. Coba dibaca lebih lanjut untuk menemukan edisi nomor 1, apakah penerbitan itu bulanan apa berkala? Ini akan menjawab, sebetulnya Suara Muhammadiyah itu mulai diterbitkan tahun berapa? Sumber daya Suara Muhammadiyah saat ini mampu melakukan hal ini. Suara Muhammadiyah dirintis KHA Dahlan, meski bukan dia sendiri yang menjalankannya. Suara Muhammadiyah merupakan warisan, amanat bagi kita untuk menjalankannya agar tetap awet, tetap lestari. Suara Muhammadiyah merupakan gambaran dari pasang surutnya Persyarikatan dan rekaman dari perjalanan panjang Persyarikatan. Bahkan Suara Muhammadiyah ikut mewarnai Persyarikatan.
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
DIALOG Sebagai orang yang terlama saat ini di Suara Muhammadiyah, sejak kapan Buya ikut mengelola Suara Muhammadiyah? Saya mulai ikut mengelola Suara Muhammadiyah sejak tahun 1965, saat itu Suara Muhammadiyah dinamai Suara Muhammadiyah wajah baru. Dinamakan Suara Muhammadiyah wajah baru karena isi dan perwajahan Suara Muhammadiyah sudah dirancang sedemikian rupa. Rubrikrubrik juga sudah dirancang dan dibuat tetap, tidak hanya sekedar terisi dan bisa diterbitkan. Ada perubahanlah dari penerbitan-penerbitan sebelumnya. Saya mulai masuk sebagai korektor, bersama saya seniman-seniman muda lainnya seperti Muhammad Diponegoro, Adjib Hamzah, Abdullah Sabda dan yang lainnya yang kesemuanya sekarang sudah meninggal dunia. Saat itu Suara Muhammadiyah dipimpin H Basyuni. Dari korektor kemudian beralih menjadi redaktur beberapa lama. Lalu Suara Muhammadiyah saya tinggalkan, karena harus belajar ke Amerika. Sepulang dari Amerika, selang beberapa tahun kemudian menjadi Wakil Pemimpin Umum, kala itu Pimpinan Umumnya Amien Rais. Kemudian sejak Amien Rais menerjunkan ke dunia politik, saya menjadi Pimpinan Umum Suara Muhammadiyah hingga saat ini. Sebetulnya saya ingin yang lebih muda yang memimpin Suara Muhammadiyah, tetapi ternyata tetap saja saya dipertahankan meski yang bekerja menjalankan roda Suara Muhammadiyah tetap orang-orang yang lebih muda dari saya. Apa suka duka Buya selama ini mengelola Majalah Suara Muhammadiyah ini? Dukanya hampir nggak ada. Sukanya yang terutama, majalah yang sudah sekian lama berdiri ini saat ini masih terbit rutin menjumpai pembacanya yang mayoritas warga Muhammadiyah. Yang lebih suka lagi, Suara Muhammadiyah saat ini nggak punya hutang, malah punya piutang dimanamana. Jika memang sudah mampu, saya inginkan kesejahteraan karyawan Suara Muhammadiyah ditingkatkan. Harapan Buya ke depan terhadap Suara Muhammadiyah? Suara Muhammadiyah harus progresif. Progresif dari sisi isi, progresif dari sisi usaha, dan progresif dari sisi pelanggan. Pokoknya semua sisi harus progresif. Ini tentu perlu SDM (sumber daya manusia) yang memadai. Saya punya pengharapan pembenahan manajemen yang dilakukan sekarang ini mampu melakukan hal ini. Progresif dari segi isi, Suara Muhammadiyah yang saat ini baru menjadi sebagian warga Muhammadiyah dapat menjadi bacaan semua warga Muhammadiyah. Jika dapat warga di luar Muhammadiyah pun tertarik untuk berlangganan. Ini tantangan ke depan untuk membuat isi dan perwajahan Suara
Muhammadiyah diminati semua pihak. Kalau bisa tulisan di Suara Muhammadiyah menjadi inspirasi bagi pembacanya. Progresif dari sisi usaha, Suara Muhammadiyah harus mampu mengembangkan usahanya. Sebagaimana perusahaan-perusahaan pers lainnya yang mampu mengembangkan dirinya sehingga menjadi perusahaan yang disegani. Di samping mampu menyejahterakan karyawannya juga mampu lebih banyak menampung karyawan di dalamnya. Progresif dari sisi pelanggan, Suara Muhammadiyah harus mampu meningkatkan oplagnya, meningkatkan pelanggannya. Kalau saat ini baru berkisar 25.000 eksemplar, saya harap nanti bisa 40.000 eksemplar dan bahkan bisa 50.000,- eksempar. Saya harap ini dapat terlaksana segera, saya ingin melihat hal ini terwujud. Jika ini terwujud, lambat atau cepat kesejahteraan karyawan akan terangkat. Jangan hanya raih pelanggan internal Muhammadiyah, meski itu sudah baik, tetapi raih juga pelanggan non Muhammadiyah. Apalagi kalau dapat meraih pelanggan non Islam, itu lebih bagus. Sebagai tokoh Bangsa, apa saja penghargaan yang selama ini diraih? Ada 10 atau sebelas penghargaan, tetapi saya ndak tahu kriterianya mengapa mereka memilih saya. Di tingkat nasional, antara lain ada penghargaan dari Habibi Award 2010, Kompas Award, Nabil Award. Di tingkat regional ada Ramon Magsaysya Award 2008. Dan terakhir Desember 2013 ini, penghargaan dari Universitas Pembangunan Nasional. Saya tidak bisa menerimanya sendiri, saya wakilkan redaksi Suara Muhammadiyah untuk mewakilinya.• (lut) SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
29
“BULLETIN MAKLUMAT” JUARA FUTSAL MILAD 99 SUARA MUHAMMADIYAH
Pimpinan Perusahaan SM, Deni Asy’ari menyerahkan Tropi Juara I
B
ulletin “Maklumat” RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sukses raih Tropi “Suara Muhammadiyah” sekaligus menyabet uang pembinaan Rp 2,5 juta setelah berhasil mengatasi perlawanan dari “Kabar UGM” dengan kedudukan 4-1 dalam Turnamen Futsal antarmedia memeringati Milad ke99 Majalah Suara Muhammadiyah “Jalan Panjang Mencerahkan Pikiran” Desember 2013 di Lapangan Futsal 4 R Jalan Parangtritis Yogyakarta. Keberhasilan Bulletin “Maklumat” ditambah dengan kesuksesan pemainnya yang meraih Top Skor atas nama Erwin Kurniawan yang melesakkan 7 gol meraih hadiah Rp 500.000. Juara II “Kabar UGM” menerima hadiah tropi tetap dan uang Rp 2juta. Turnamen Futsal antar media yang diikuti oleh 10 tim diantaranya TvMU, Jogja Tv, Koran Kedaulatan Rakyat, Radio Retjo Buntung, Harian Jogja, Radar Jogja, Koran Merapi, dibuka oleh Pemimpin Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah DR H Haedar Nashir, MSi yang didampingi Pimpinan Perusahaan Denny Asy’ari dan Ketua Panitia Milad H Aulia Muhammad. Sementara itu, Juara III diraih Harian Jogja (Harjo) yang menghentikan perlawanan dari Koran Merapi 2-1, berhak atas hadiah tropi dan uang Rp 1,5 juta. Tim tuan rumah Suara Muhammadiyah yang menurunkan atlet-atlet terbaiknya, seperti Rizam Yudinar, Widika, Ganjar, M Yan Arfi serta M San Arsy pada pertandingan pertama melawan TvMU yang diperkuat Tri Harianto dkk mampu menyudahi permainan ketat dengan skor 3-2, gol SM dicetak oleh San Arsi, Widika dan bunuh diri pemain belakang TvMU, sementara TvMU mampu memperkecil kekalahan dengan 2 gol yang dilesakkan Triyono.
30
“Sebuah pertandingan pembuka yang seru,” kata kapten TvMU, Tri Harianto. Perjalanan Tim Suara Muhammadiyah akhirnya terhenti oleh perlawanan dari Koran Merapi dengan kedudukan 1-2, lesakan gol Koran Merapi dihasilkan lewat kaki Erwin Hermawan (2) sedang gol SM dicetak oleh Ganjar. Menurut Ketua Panitia Milad, Aulia Muhammad, tiga pemenang terbaik otomatis terdaftar sebagai tamu undangan khusus dalam turnamen futsal antar amal usaha yang diikuti oleh 16 tim futsal, berlangsung Februari 2014 di tempat yang sama. “Tentu akan ada hadiah yang lebih menarik dan suguhan permainan yang lebih seru,” kata Aulia Muhammad. Pemimpin Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah, DR H Haedar Nashir, MSi, ketika membuka acara turnamen futsal antar media, menyatakan apresiasinya yang tinggi terhadap para peserta yang turut berkontribusi menjadi peserta futsal.
Tim SM United (dari kiri-kanan): Sani, Iyan, Ganjar, Rizam, Fadli
“Turnamen semacam ini baru pertama kali diadakan Majalah Suara Muhammadiyah, semoga menjadi acara kegiatan yang menghibur untuk kalangan media penerbitan,” katanya. Sekaligus menjadi kegiatan olah raga yang menyehatkan, karena tidak bisa sewaktu-waktu dilakukan. “Semoga nanti akan ada kegiatan serupa yang berkelanjutan,” jelasnya. Dengan antusiasnya para peserta mengikuti turnamen futsal antarmedia, pimpinan Perusahaan Denny Asy’ari, menyatakan rasa gembiranya. Apalagi mendapat dukungan dana dari para mitra, sponsor dan relasi. Seperti di antaranya, dukungan dari Ketua MPR RI, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Hydro Coco, dan Batik Pekalongan “Ananda” Collection.• (am)
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
DI ANTARA KITA
Judul Penulis Tahun terbit Penerbit Hal
B
: : : : :
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk HAMKA 2013 (Edisi revisi) Balai Pustaka 246 + xvii
agaimana jadinya bila seorang ulama juga seorang pujangga? Tentu, karya sastranya berbeda dari karya sastra umumnya. Sarat makna, nilai dan pesan-pesan keagamaan. Sastranya adalah media serta sarana dakwah. Buya Hamka menawarkan roman percintaan bercita rasa tinggi dan mengkritik budaya populer saat itu. Membaca novel ini, kita seolah dibawa terhanyut dalam babak demi babak kesedihan yang tiada akhir. Kepedihan dan keperihan tak terkira yang dialami Zainuddin. Kasihnya tak sampai dan berakhir tragis. Zainuddin, tokoh utama dalam novel ini, adalah pemuda blasteran.Ayahnya, berdarah Minang, dibuang sebab membunuh dan merantau ke negeri Anging Mamiri, Mengkasar. Ibunya berdarah Bugis. Zainuddin muda kembali ke Minangkabau. Bertemu dan kemudian jatuh cinta kepada Hayati, seorang pemudi Minang jelita yang taat agama. Hayati pun cinta Zainuddin. Sayangnya, cita-cita untuk membentuk biduk rumah tangga harus kandas oleh persoalan adat, harta dan pangkat yang kesemuanya tidak ada pada diri Zainuddin. Dari sudut pandang adat, Zainuddin dipandang sebagai orang asing yang asal usulnya tidak jelas karena bangsa di Minangkabau diambil dari ibu. Selain itu, Zainuddin juga dinilai tidak memiliki kesanggupan harta untuk menegakkan keluarga. Atas dasar pertimbangan tersebut, ninik mamak Hayati membulatkan mufakat menolak Zainuddin dan lebih menerima lamaran Aziz, pemuda yang keturunan, beradat, dan berpangkat. Mendapati, permatanya hilang, Zainuddin patah hati dan jatuh sakit. Sahabatnya, Muluk, menjadi sosok yang membantu Zainuddin melewati hari-hari kelam itu. Keduanya merantau ke Surabaya dan Zainuddin kemudian bermetamorfosisi menjadi penyair dan pujangga masyhur. Takdir rupanya mempertemukan kembali mereka. Aziz dan Hayati menumpang di rumah Zainuddin karena tidak
memiliki uang dan kerja. Tak dapat kita bayangkan bagaimana kepedihan hati Zainuddin. Aziz bunuh diri dan mengembalikan Hayati kepada Zainuddin. Namun, permohonan itu ditolak. Hayati diminta kembali pulang ke Minang naik kapal Van der Wijck yang kemudian karam di perjalanan. Hayati meninggal dunia. Pedih dan pilu kehilangan cahaya hidupnya buat selama-lamanya, Zainuddin pun turut meninggal dunia dan dimakamkan disamping kuburan Hayati. Tenggelamnya Kapal van der Wijck terbit pertama kalinya pada tahun 1938 secara berseri di Majalah Pedoman Masyarakat bersamaan dengan terbitnya Di Bawah Lindungan Ka’bah. Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck ini dicetak pertama kali tahun 1939 dan sekarang dicetak ulang berbarengan dengan rencana diangkat ke dalam layar lebar. Buya Hamka menulis roman ini ini saat berusia 30 tahun. Artinya, darah dan semangatnya masih muda. Oleh karena itu tak mengherankan bila emosi dan karakter dalam novel ini terasa sangat kuat. Judul novel ini sendiri diambil dari kisah nyata Kapal van Der Wijck yang tenggelam di wilayah laut sekitar Lamongan, Jawa Timur dua tahun sebelum terbitnya novel ini, yakni tahun 1936. Melalui novel ini, Hamka melakukan sindiran dan kritikan sosial terhadap adat budaya membelenggu yang masih berlaku pada sebagian masyarakat. Sebagai seorang pujangga yang ulama, Buya Hamka juga mengkritik adat yang bersifat materialistik yang menjadikan gelar suku, kebangsawanan dan kekayaan sebagai parameter untuk memberikan penilaian terhadap perangai seseorang. Hamka tampak ingin mereposisi bahwa dalam pandangan Islam persoalan harta, pangkat dan kedudukan sosial seseorang memang penting, setidaknya sebagai bekal nyata mengarungi samudra kehidupan. Namun, semua itu tiadalah berarti tanpa akhlak sebagai landasannya. Harta lekas hilang, jabatan cepat berganti. Selain itu, lewat novel ini, HAMKA juga menyinggung orientasi kebanyakan muda-mudi zaman sekarang yang supaya terlihat modern tidak lagi mengindahkan kaidah Islam dalam berpakaian dan bergaul.• ___________________________ Ilham Mundzir, Dosen Fakultas Psikologi UHAMKA Jakarta. SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
35
DI ANTARA KITA
Muhammadiyah
Di Amerika Serikat Ahmad Najib Burhani
Pengajian bersama Konjen
K
ritik yang sering dilontarkan oleh pengamat asing, seperti Martin van Bruinessen, terhadap Islam di Indonesia adalah kurangnya rasa percaya diri dan lemahnya daya ekspansif ke luar negeri. Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama), misalnya, meski telah lahir di awal abad ke-20, namun organisasi ini masih terbatas lingkup kegiatan dan keanggotaannya di Indonesia, hampir bisa dikatakan tak memiliki pengikut orang asing di luar negeri. Ini berbeda, misalnya, dari organisasi-organisasi Islam yang lahir di negara Islam lain seperti Ikhwanul Muslimin (Mesir), Jamaah Tabligh (Pakistan), Ghulen Movement (Turki), dan Hizbut Tahrir (Palestina). Meski organisasi-organisasi itu lebih muda dari Muhammadiyah dan NU, namun mereka telah berkembang pesat di berbagai negara. Mereka telah mampu mengekspor gagasan dan pemahaman keagamaannya hampir ke setiap sudut dunia tanpa bantuan pemerintah. Salah satu sebab mengapa Islam Indonesia kurang ekspansif adalah kurangnya rasa percaya diri. Kalau dilihat daftar tokoh Islam dari Indonesia paska kemerdekaan, hanya sedikit yang memiliki pengaruh besar di tingkat internasional. Barangkali yang cukup mencolok hanya Mohamad Natsir dengan peran pentingnya, di antaranya, dapat dilihat di Rabitah 窶連lam Islami. Selain Natsir, kalaulah ada, agak sulit mencari tokoh Islam dari Indonesia yang sekaliber dia di kancah dunia. 36
Tiadanya tokoh Islam dari Indonesia di tingkat internasional dan minimnya pengaruh Islam Indonesia dalam pergaulan global inilah di antaranya yang menyebabkan umat Islam dari Indonesia sering dianggap sebelah mata, atau paling tidak hanya dianggap saudara lebih muda, oleh umat Islam dari negara lain. Ketika kita bertemu dengan umat Islam dari negara lain di sebuah masjid di Inggris atau Amerika Serikat, misalnya, mereka sering memandang kita lebih rendah keislamannya. Bahkan kadang mereka menganggap pengetahuan keislaman kita lebih rendah dari orang awam yang berasal dari satu negara Arab atau dari Pakistan. Indonesia hanya dibanggakan sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, tak lebih dari itu. Fenomena di atas itulah yang menyebabkan ilmuwan asing sering menyebut umat Islam Indonesia itu mengalami minority complex di hadapan umat Islam negara lain. Atau, kita ini mayoritas secara angka, namun mental kita adalah mental minoritas. Padahal pada tahun 1970-an yang lalu Fazlur Rahman, tokoh neo-modernis Muslim dari Pakistan/ Amerika Serikat, sering menyebut Indonesia, bersama dengan Turki, sebagai tempat masa depan peradaban Islam. Melihat perkembangan saat ini, sepertinya harapan itu masih jauh terwujud.
Ali, Neneng, Tuti, Endah, Najib di KJRI LA
Kondisi umat Islam Indonesia saat ini di tingkat global tentu agak mengherankan jika mengingat pencapaian pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an. Selain ada tokoh Mohamad Natsir, dulu negara-negara Islam membanggakan peran
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
DI ANTARA KITA Soekarno. Soekarno tidak hanya dipuji di dunia Islam, tapi juga di kancah dunia secara umum, terutama pada perannya dalam gerakan non-blok. Dengan bangga orang dari negara lain memakai nama Soekarno untuk nama jalan dan masjid. Apakah kita memiliki nama lain dari Indonesia yang begitu berpengaruh di dunia seperti Soekarno dan Natsir setelah 1945? Sepertinya belum ada. Lemahnya rasa percaya diri umat Islam Indonesia dan kurangnya semangat ekspansi ke luar negeri inilah di antaranya yang melatarbelakangi pendirian beberapa PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) sejak tahun 2005. Saat ini ada beberapa PCIM yang cukup aktif, di antaranya adalah PCIM Mesir, PCIM Malaysia, PCIM Rusia, dan PCIM Jepang. Penulis secara langsung terlibat dalam pembentukan dan menjadi pengurus awal di dua PCIM, yaitu PCIM Inggris Raya dan PCIM Amerika Serikat. Namun demikian, sepanjang pengetahuan penulis, hingga saat ini belum banyak aktivitas yang dilakukan oleh dua PCIM itu. Di antaranya untuk menghidupkan kembali PCIM Amerika Serikat itulah pada awal bulan Ramadlan ini diselenggarakan semisal muktamar kecil melalui telekonferensi untuk membentuk kepengurusan baru dan membicarakan program PCIM Amerika Serikat.
Pengajian di LA
Idul Fitri Keluarga Muslim di USA
Kegiatan Muhammadiyah di Houston, Texas, USA 2009
“Muktamar online� itu di antaranya dihadiri oleh Ahmad Syamil, profesor di Arkansas State University; Muhamad Ali, profesor di University of California, Riverside; dan Halbana Tarmizi, profesor di Bemidji State University. Pertemuan online ini akhirnya memilih Muhammad Ali sebagai Ketua Tim Formatur yang pada akhir Ramadlan ini harus selesai membentuk kepengurusan PCIM Amerika Serikat yang baru. PCIM Amerika Serikat ini agak unik dibandingkan dengan PCIM dari negara lain. Jika di negara lain mayoritas anggotanya adalah pelajar, di Amerika Serikat, seperti terlihat dari peserta muktamar online di atas, banyak anggotanya yang merupakan profesor di berbagai perguruan tinggi di Amerika. Banyak juga yang merupakan tokoh senior dan penduduk Amerika serikat seperti Imam Shamsi Ali, imam masjid Jamaica di New York; Abdul Nur Adnan, 40 tahun
bekerja di VOA (Voice of America); Dutamardin Umar, tokoh masyarakat Indonesia di Virginia; Firdaus Kadir, tokoh masyarakat Indonesia di Maryland; dan lain-lain. Sementara yang pelajar diantaranya adalah Rahmawi Husen (Texas/ Yogyakarta), Dani Muhtada (Illinois), Tuti Alawiyah (Texas), Sri Rejeki Murtiningsing (Oklahoma), dan Ahmad Najib Burhani (California). Pendeknya, anggota PCIM Amerika Serikat terdiri dari tiga komponen utama: professor, pelajar, dan penduduk tetap Amerika dari Indonesia. Berangkat dari beragamnya latar belakang anggota PCIM Amerika Serikat itulah maka beberapa agenda yang dirancang juga sangat mencerminkan latar belakang itu. Di antara program yang dirancang adalah memperkenalkan Islam Indonesia, terutama Muhammadiyah, ke kalangan akademisi di Amerika Serikat seperti melalui AAR (American Academy of Religion) dan MESA (Middle East Studies Association). Kegiatan lain yang dirancang adalah membantu orang-orang Muhammadiyah yang berkunjung atau belajar ke Amerika. Dan terakhir adalah transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari Amerika ke Indonesia.• _____________________________ Ahmad Najib Burhani, Doktor dari Univ. California, Santa Barbara dan salah satu pendiri PCIM Amerika Serikat. SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
37
KRONIK DUNIA ISLAM
MASJID ATHENA
S
ehari setelah pemerintah Yunani mengonfirmasi, pembangunan masjid resmi pertama di Athena akan dilanjutkan sesuai rencana, sekali lagi aktivis sayap kanan Yunani memprotes. Sekitar 700 anggota pendukung partai Golden Dawn berkumpul di lingkungan Eleonas, di pusat kota Athena, lokasi masjid pertama Athena , untuk melakukan protes rencana ini. Nyanyian “Yunani milik Yunani ... Victory atau kematian” dan “Tidak ada masjid di Athena”, para pengunjuk rasa mengangkat spanduk dengan slogan-slogan anti masjid bersama dengan bendera Yunani . Bahkan mereka bersumpah untuk mengakhiri mimpi Muslim, demikian New Tang Dyansty TV melaporkan pada Sabtu, 14 Desember 2013. Protes ini bukan yang pertama melawan rencana pembangunan masjid pertama di Athena. November lalu , partai Golden Dawn meminta pemungutan suara nasional pada rencana untuk membangun rumah Muslim. Menyusul dimenangkannya tender pembangunan masjid oleh konsorsium perusahaan Yunani, J&P Avax, Terna, Aktor, Intrakat, “yang diperkirakan akan menelan dana sekitar 946 ribu euro atau 1,27 juta dolar Amerika Serikat,” ujar Kementerian Infrastruktur dalam pernyataannya yang dilansir onislam.net Sabtu, 16 November 2013. Meskipun protes berkelanjutan, pemerintah Yunani telah berjanji untuk membangun masjid di Athena untuk melayani pertumbuhan minoritas Muslim di kota ini. “Athena akan memiliki masjid untuk semua umat Islam yang ingin melaksanakan kewajiban agama mereka dengan bermartabat, bagi mereka tinggal di Athena atau mereka yang hanya mengunjungi Athena. Karena kami sangat senang ketika warga kami mengunjungi Turki, atau negara-negara lain, dan mereka menemukan gereja-gereja Ortodoks terbuka di pusat kota,” kata Evangelos Venizelos, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Yunani. Penjelasan Venizelos itu disampaikan setelah pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, yang berada di Athena pada kunjungan resmi Jumat. Davutoglu memuji rencana masjid itu. Ia mengatakan, “Saya pikir, seiring berjalannya waktu, sangat cocok untuk Athena menunjukkan multikulturalisme dan saya berpikir, pemerintah Yunani telah memberikan kontribusi dalam menciptakan iklim ini.” Pembangunan masjid harus diselesaikan dalam enam bulan setelah kontrak ditandatangani. Muslim Yunani di ibu kota negara telah lama menantikan masjid untuk mengakomodasi kegiatan mereka. Rencana pembangunan masjid di Athena pertama kali digulirkan pada awal 1880 melalui parlemen. Pembangunan kembali gagal karena Olimpiade 2004. Rencana tersebut ditentang keras oleh kelompok sayap kanan yang berjanji akan menggagalkan pembangunan Masjid. Partai sayap
kanan Golden Dawn, yang dicurigai melakukan penyerangan terhadap imigran, mengatakan akan berjuang hingga akhir untuk menggagalkan pembangunannya. Laporan media lokal yang menyebutkan Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan menawarkan bantuan untuk membangun Masjid justru memicu kemarahan di Yunani. Negara yang pernah berada di bawah kekuasaan Ottoman tersebut dulunya pernah dihiasi menara sejak dua abad lalu. Namun, Masjid di Athena tidak lagi difungsikan sejak kekuasaan Ottoman berakhir pada awal 1800. Sekitar 130 basement atau gudang tanpa sirkulasi udara saat ini menjadi tempat ibadah bagi 200 ribu Muslim di Athena. Puluhan ribu imigran Muslim melaksanakan ibadah di rumah. Mereka harus menempuh jarak ratusan kilometer ke utara Yunani untuk menikah, pemakaman dan upacara lainnya. Selama bertahun-tahun Gereja Orthodoks bersikeras Yunani tidak siap memiliki menara masjid di Athena. Setiap hari Jum’at ratusan warga Muslim di Athena harus berdesak-desakan di ruang bawah tanah untuk shalat Jum’at. Fasilitas darurat seperti ini sebenarnya melanggar hukum, namun umat Islam di Athena tidak memiliki pilihan lain. Athena menjadi satusatunya ibukota negara anggota Uni Eropa yang tidak memiliki masjid. Sejak Yunani merdeka dari Kekhalifahan Usmani pada 1832, tidak pernah ada pemerintah yang mengizinkan pendirian masjid, demikian ditulis bbc.co.uk tahun lalu. Masjid dianggap “tidak sesuai dengan budaya Yunani”, negara yang lebih 90% warganya menganut Kristen Ortodoks. Namun ketika Yunani juga berfungsi sebagai pintu masuk pendatang ke Uni Eopa, jumlah warga Muslim di negara ini makin besar. “Menyedihkan sebenarnya karena Yunani dikenal sebagai tempat lahirnya demokrasi dan peradaban, termasuk di antaranya nilai-nilai menghormati agama lain,” kata Syed Mohammad Jamil dari Komunitas Yunani Pakistan. “Jadi, adalah sebuah tragedi bila umat Islam tidak memiliki masjid di sini,” katanya.• (ham)
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
39
HADLARAH
Pemimpin Redaksi Suara Muhammadiyah dari Masa ke Masa Mu’arif
B
ukan KH Ahmad Dahlan, tapi Haji Fachrodin, pemimpin redaksi (hoofdredacteur) pertama Suara Muhammadiyah (SM). Dia murid KH Ahmad Dahlan. Fachrodin adalah adik kandung Kiai Syuja’ dan kakak kandung Ki Bagoes Hadikoesoemo. Ketika merintis penerbitan Sworo Moehammadijah (bahasa dan huruf Jawa), Fachrodin berstatus sebagai wartawan (anggota Inlandsche Journalisten Bond/IJB). Belajar jurnalistik dari Mas Marco Kartodikromo, Fachrodin akhirnya direkrut menjadi koresponden surat kabar Doenia Bergerak. Ketika Haji Misbach menerbitkan majalah MedanMoeslimin (Solo), Fachrodin dipercaya sebagai redaktur. Dengan bekal pengalaman jurnalistik tersebut, adik kandung Kyai Syuja’ ini merintis penerbitan majalah bulanan SM yang dibagikan secara gratis kepada warga Muhammadiyah di Yogyakarta. Ketajaman pena Fachrodin cukup dikenal di kalangan wartawan bumiputra pada waktu itu. Surat kabar Bintang Mataram nomor 43 edisi 28 Februari 1929 memberikan kesaksian ketika Fachrodin wafat, “Ia selain seorang pemimpin yang ahli berpidato, dalam kalangan jurnalistik pun ia terhitung tajam penanya.” Karena tulisan-tulisan Fachrodin sangat tajam mengritik kolonialisme Belanda, salah satu artikelnya di surat kabar Srie Diponegoro mengantarkannya masuk bui (delik pers). Lain dengan Haji Fachrodin, lain pula tipikal dan karakter A.D. Hanie, pemimpin redaksi SM kedua. Ia seorang intelektual bumiputra asal Karangkajen yang memiliki kapasitas mumpuni dalam hal manajemen keredaksian. Setelah berhenti terbit (19171918), SM dihidupkan kembali oleh A.D. Hanie dengan pembenahan keredaksian, terutama mengganti bahasa dan huruf Jawa menjadi bahaa Jawa huruf Latin. Sosok A.D. Hanie dikenal sebagai manajer redaksi yang mumpuni pada zamannya. Keberhasilan SM di tangan A.D. Hanie ketika pada tahun 1921 berhasil terbit dengan oplag 5.000 eksemplar. Ia menulis dalam SM edisi nomor 1 tahun 1921, “...Sarta poenika Soewara-Moehammadijah katjitak anjoelajani adat; inggih poenika 5000 boekoe...” Oplag SM tahun 1921 ini merupakan catatan rekor oplag tertinggi dalam konteks sejarah perjalanan SM maupun dinamika surat kabar bumiputra pada waktu itu. SM memiliki kontribusi cukup besar dalam menggagas konsep ke-Indonesiaan. Tiga tahun sebelum peristiwa Sumpah Pemuda, pada halaman cover depan SM nomor 1 tahun 1925 sudah menggunakan nama “Indonesia” untuk menyebut tanah 40
air ini. Bahkan, pemimpin redaksi SM pada waktu itu, Soemodirdjo, menulis artikel dengan judul, “Anak Indonesia, Awas.” “Pak Mantri”, begitu panggilan akrab Soemodirdjo, adalah pria kelahiran Probolinggo. Pada mulanya, ia seorang guru negeri di Ambarawa, tetapi memilih pensiun untuk menjadi anggota Muhammadiyah dan berjuang bersama KH Ahmad Dahlan. Dalam diri Pak Mantri tertanam jiwa nasionalisme yang kental sehingga mewarnai tulisan-tulisan di SM pada waktu itu. Barangkali sepeninggal Soemodirdjo menjadi masa-masa paling sulit bagi SM. H Abdulaziz N.W., M Amdjad, dan M. Junus Anies secara bergantian mengelola penerbitan majalah ini hingga akhirnya ditemukan kader yang handal untuk memimpin redaksi SM. Adalah S Tjitrosoebono, kader intelektual Muhammadiyah asal Pekalongan, yang menjadi pemimpin redaksi SM mulai tahun 1928. Di tangan Tjitrosoebono, SM menjadi majalah resmi Persyarikatan (orgaan officieel Muhammadiyah). Sosok Tjitrosoebono adalah intelektual bumiputra lulusan sekolah Barat. Kapasitas intelektualnya tidak diragukan lagi. Ia banyak menulis beragam topik, seperti politik Islam, filsafat Barat (terutama kritik atas Materialisme), pendidikan, dan lain-lain. Pada masa kepemimpinan Tjitrosoebono, bobot intelektual dalam tulisan-tulisan yang dimuat di SM sangat kentara. Sistem seleksi naskah yang masuk sudah mulai diberlakukan pada waktu itu. Memasuki masa penjajahan Jepang, SM hampir gulung tikar karena harga bahan baku kertas naik dan pengawasan ketat atas semua surat kabar bumiputra. Tetapi sosok HM Junus Anies dibantu adik kandungnya, Ridha Anies, telah menyelamatkan SM sekalipun hanya terbit beberapa edisi dalam setahun. SM memasuki peta politik nasional baru pasca kemerdekaan Indonesia. di bawah kepemimpinan H.Mh. Mawardi, SM menjadi pendukung setia rezim Orde Lama. Namun, seiring dengan perubahan sikap dan kebijakan rezim Orde Lama, SM berbalik mengritik secara tajam kebijakan NASAKOM. Tidak hanya dalam bentuk berita dan artikel, bahkan rubrik karikatur di SM pun mengritik secara tajam kebijakan politik ini. SM kembali hadir dengan wajah baru pada masa kepemimpinan KH Faried Ma’ruf. Kebutuhan mengelola penerbitan majalah secara profesional diamanatkan kepada tokoh Muhammadiyah lulusan Mesir ini. Ketika masih menjadi mahasiswa di Mesir, Faried Ma’ruf sangat aktif menulis berita dan artikel seputar dunia Islam yang dikirim langsung ke redaksi
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
HADLARAH SM di Yogyakarta. Faried Ma’ruf menjalankan amanat Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mereformasi sistem manajemen keredaksian dan perusahaan. Pasca kepemimpinan Faried Ma’ruf, secara berturut-turut redaksi SM dikendalikan oleh H Ahmad Basuni, Adjib Hamzah, dan Syukrianto AR. Tiga tokoh yang mengomandani redaksi SM ini adalah tiga tipikal yang berbeda. H Ahmad Basuni memiliki latar belakang militer, tetapi memiliki kepiawaian dalam mengelola redaksi. Begitu juga Adjib Hamzah, seorang sastrawan, tetapi ia memiliki kemampuan untuk memimpin redaksi SM. Adapun Syukriyanto AR memiliki latar belakang seorang akademisi, namun ia sangat produktif melahirkan karya tulis jurnalistik yang berbobot. Latar belakang masing-masing ketiga tokoh ini turut mewarnai penampinan wajah SM pada masanya. Memasuki tahun 2003, pemimpin redaksi SM dikendalikan oleh seorang kader intelektual Muhammadiyah kelahiran Bandung. Dialah Haedar Nashir, Doktor Sosiologi Universitas Gajah Mada (UGM) yang kini menjabat sebagai salah satu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kapasitas intelektual dan kemampuan managerialnya sudah tidak diragukan lagi. Di tangan kepemimpinan Haedar Nashir, SM melakukan reformasi keredaksian secara total. Dengan menetapkan visi “Meneguhkan dan Mencerahkan”, SM hadir sebagai media massa Islam yang mampu menyeimbangkan antara semangat
keislaman otentik yang “Meneguhkan” dengan paham kemoderenan yang “Mencerahkan.” Kebutuhan meningkatkan kualitas SM di tengah persaingan bisnis media global saat ini menjadi tantangan tersendiri. Selama ini, berbagai upaya telah dilakukan dengan meningkatkan kualitas jurnalistik dari segi konten. Peningkatan kualitas kemasan dengan memperbarui konsep layout isi dan perwajahan (sampul) hampir dilakukan tiap tahun. Ke depan, SM tidak hanya menjadi bacaan wajib bagi jutaan warga Muhammadiyah, tetapi juga diproyeksikan menjadi media massa Islam unggulan yang siap bersaing di pentas bisnis media massa global. Cita-cita tersebut bukannya mustahil mengingat sejarah panjang SM yang sudah teruji mampu bertahan sejak pertama kali terbit (1915) dan hingga kini masih tetap eksis. Ketika surat kabar Sarotomo, Ratna Doemilah, MedanMoeslimin, dan lain-lain yang terbit seangkatan dengan SM sudah tinggal nama, justru kini majalah bulanan ini terus berkembang menyongsong usia satu abad. Mas Marco Kartodikromo, pemimpin redaksi Sarotomo, tidak mampu mempertahankan majalah orgaan Centraal Sarekat Islam ini dari kebangkrutan. Wahidin Soedirohoesodo, pemimpin redaksi Ratna Doemilah, juga tidak mampu melanjutkan penerbitan majalahnya. Begitu juga Haji Misbach, pemimpin redaksi Medan-Moeslimin, hanya bisa menyaksikan kebangkrutan majalah orgaan SATV ini.• rif
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
41
BINA AKIDAH
auhid Kultur Kultu u ral Tauhid Dr Muhbib Abdul Wahab, MA
E
sensi akidah Islam adalah tauhid, yang tercermin dalam dua kalimat syahadat: asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah. Dari segi bahasa, akidah yang berasal dari ‘aqada-ya’qidu berarti mengikat (as-syadd), berjanji/berkomitmen (al-ahd), membenarkan (at-tashdiq), kemestian (al-luzum), dan kepastian (al-ta’kid).Dari segi istilah, akidah Islam merupakan keimanan/keyakinan yang pasti (tidak ada keraguan sedikitpun) kepada masalah-masalah gaib dan dasar-dasar ajaran Islam (ushuluddin) sebagai komitmen hidup yang benar untuk hanya beribadah kepada Allah SwT (Qs. Al-Fatihah [1]: 5) Akidah yang tidak sesuai dengan la ilaha illa Allah berarti menyimpang dari akidah tauhid. Karena itu, Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, antara lain, datang untuk merevisi (meluruskan) akidah umat terdahulu yang sudah mengalami penyimpangan. Seperti: anggapan kalangan Yahudi bahwa Uzair itu anak Allah; dan keyakinan mayoritas Nasrani bahwa Isa as. itu putra Allah. Akidah tauhid itu pada hakekatnya sesuai dengan fitrah umat manusia. Akidah semua para Nabi dan Rasul pada dasarnya sama, yaitu tauhid, dan tidak mengalami perubahan dan penggantian (Qs. Al-Baqarah [2]: 285) Tujuan utama dakwah para Nabi dan Rasul adalah mengajak masyarakat untuk bertauhid kepada Allah secara benar dan tidak menyekutukan-Nya sedikitpun. Dari segi bahasa, tauhid —berasal dari wahhada-yuwahhidu— mengandung arti: mengesakan, menyatukan, memadukan, dan mengintegrasikan. Tauhid dalam konteks la ila illa Allah berarti meyakini bahwa Allah itu Maha Esa. Tauhid ini mengimplikasikan lima dimensi tauhid, yaitu: (1) Tauhid al-ibadah atau unity of Godhead (Qs. Ad-Dzariyat [51]: 56), (2) Tauhid al-hadaf min al-hayah atau unity of purpose of life tauhid, kesatuan tujuan hidup (Qs Al-Baqarah [2]: 201), (3) Tauhid al-khalq (tauhid penciptaan) atau unity of creation (Qs. Al-Baqarah [2]: 29), (4) Tauhid al-Insaniyyah (tauhid kemanusiaan) atau unity of mankind (Qs. Al-Baqarah [2]: 30), dan (5) Tauhid Mashdar al-Haqq wa al-Huda (kesatuan sumber kebenaran dan petunjuk, pedoman hidup) atau unity of guidance (Qs. Al-Baqarah [2]: 147). Dalam aktualisasinya, Muslim harus meyakini kesatupaduan ayat-ayat Qur’aniyyah dan ayat-ayat kauniyyah, sebagai sumber nilai tauhid. Integrasi kehidupan dunia dan akhirat merupakan pandangan dunia Muslim yang bertauhid. Semua ciptaan Allah ini merupakan “laboratorium tauhid” bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, Muslim harus mempunyai visi tauhid kemanusiaan yang meniscayakan integrasi tauhid personal, tauhid sosial, dan tauhid kultural. Tauhid personal merupakan pengamalan tauhid pada tataran personal, belum termanifestasikan dalam praksis sosial. Tauhid sosial merupakan bentuk aktualisasi tauhid dalam 42
praksis sosial. Teologi perubahan sosial yang pernah dipraktikkan KH Ahmad Dahlan dalam membelajarkan surat Al-Ma’un kepada murid-muridnya adalah contoh paling aktual untuk memahami signifikansi tauhid sosial. Teks ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah bukan semata-mata dibaca dan dipahami, melainkan harus diamalkan dan diaktualisasikan dalam kehidupan sosial umat secara konkret dan bermaslahat untuk umat. Adapun tauhid kultural merupakan tauhid yang mewarnai dan memberi spirit kebudayaan. Tauhid kultural memandu kehidupan sosial budaya kita, sehingga kita tidak mudah menjadi, misalnya, korban mode yang seronok dan mengumbar aurat, korban gaya hidup serba glamor, materialistik dan hedonistik, dan korban mindset sekuler. Tauhid kultural memberi nilai spiritualitas pada budaya hidup yang kreatif dan produktif. Aktualisasi tauhid kultural dalam lintasan sejarah peradaban Islam, antara lain, terwujud dalam integrasi masjid, istana, pasar, dan alun-alun. Masjid menjadi pusat pembinaan mental spiritual; istana sebagai pusat kebijakan sosial politik; pasar sebagai pusat aktivitas sosial ekonomi; sedangkan alun-alun sebagai pusat interaksi dan proses kreatif sosial budaya. Semua pusat itu terintegrasi dan disinari oleh spiritualitas masjid. Tauhid kultural memberikan landasan teologis pentingnya hidup berbudaya yang disemangati oleh dedikasi tinggi dalam rangka pendekatan diri kepada Allah SwT. Tauhid kultural memandu jalan terbaik yang harus dilalui Muslim dalam hidupnya, dengan cara mengikuti syari’ah-Nya dan meneladani sifat-sifat-Nya yang tercermin dalam al-Asma’ al-Husna. Jadi, tauhid kultural bervisi ketuhanan dan berwawasan kemanusiaan. Dengan tauhid kultural, setiap Muslim harus melakukan pembebasan diri (tahrir an-nafs) dari segala bentuk syirik, seperti: syirik politik, syirik ekonomi, syirik budaya, dan syirik hawa nafsu. Tauhid kultural pada akhirnya menghendaki aktualisasi diri (tahqiq ad-dzat) dalam bentuk amal shalih yang berorientasi sosial budaya dengan dilandasi oleh iman dan ilmu yang memadai. Tauhid kultural juga menuntut lahirnya pribadi hamba-hamba Tuhan yang Mahapenyayang (‘Ibadurrahman). Mereka ini memiliki sifat rendah hati, bertutur kata yang baik ketika bertemu dengan orang jahil, melalui malam harinya dengan bersujud dan tahajjud, berdoa agar dijauhkan dari siksa neraka Jahanam, tidak kikir dan tidak boros, bersikap moderasi dalam membelanjakan harta, tidak menyembah selain Allah, tidak membunuh jiwa kecuali dengan alasan yang benar, tidak memberi kesaksian palsu, tidak mengerjakan perbuatan yang tidak berguna (sia-sia), dan sebagainya (Qs Al-Furqan [25]: 63-77).•
____________________________ Dr Muhbib Abdul Wahab, MA, Dosen Pascasarjana UMJ dan FITK UIN Jakarta
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
BINA AKHLAK
Meraih Keberuntungan dengan At-Tawashi Muhsin Hariyanto
M
enyimak kembali pesan moral tentang arti penting ’atTawâshî” dalam Qs. Al-Ashr [103]: 3: “...wa tawâshau bil haqqi wa tawâshau bish shabr.”, di dalam ayat tersebut Allah mengingatkan kepada diri kita bahwa ’ternyata’ untuk mendapatkan keberuntungan, di samping harus mengokohkan iman dan beramal shalih, ’kita’ harus memiliki kesadaran untuk ber-”tawashi bil haqq wash shabr”. Dan, ’sungguh’ tidak mudah untuk menasihati diri kita untuk selalu bersikap ‘sabar’ dalam menegakkan kebenaran, ketika ‘kita’ harus berhadapan realitas budaya ‘fasâd’ yang didukung oleh sebuah sistem yang sangat kokoh. Berdasarkan pernyataan Nabi saw, beliau telah menengarai akan adanya sebuah kenyataan di akhir zaman dalam sabda beliau”: “Akan tiba suatu masa pada manusia, siapa di antara mereka yang bersikap sabar demi agamanya, ia ibarat menggenggam bara api.” (HR at-Tirmidzi dari Anas bin Malik dalam kitab Sunan at-Tirmidzi, IX/4, Hadits no. 2428). Beliau memberitakan tentang kondisi pengikut setia beliau di akhir zaman, yang harus berkorban besar untuk ‘berdiri kokoh’ di atas kebenaran, pada masa yang dipenuhi dengan godaan syahwat dan semakin lemahnya semangat untuk menegakkan ‘kebenaran hakiki’. Dalam kondisi semacam itu, seorang hamba yang bertekad menegakkan Dîn al- Islâm secara utuh dan kâffah harus menjalani saat-saat yang sangat sulit. Sulit dan beratnya menegakkan kebenaran pada saat itu diibaratkan oleh Nabi saw sama dengan sulit dan beratnya menggenggam bara api. Al-Munawi — misalnya — dalam kitab Faidh al-Qâdir,VI/590, menjelaskan makna hadits di atas, “Rasulullah saw memberikan perumpamaan tentang sesuatu yang abstrak dengan gambaran yang nyata. Artinya, seorang hamba yang bersikap sabar untuk melaksanakan hukum-hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah, pasti akan merasakan permusuhan dan kebencian dari para penentang kebenaran. Hal ini diqiyaskan dengan “seseorang yang tengah menggenggam bara api dengan telapak tangannya”, bahkan pada saatnya akan ‘bisa’ lebih dahsyat lagi. Kesadaran untuk saling mengingatkan antarMuslim ’saat ini’ ditengarai tengah mengalami kepudaran. Padahal, dalam Qs Al’Ashr, Allah telah menunjukkan artipentingnya kesadaran untuk saling menasihati. Dan dalam hal ini Allah menyatakan bahwa rûh at-tawâshî terimplementasi dalam kesadaran untuk saling-menasihati dalam ’kebenaran dan kesabaran’ secara simultan. Kesadaran itu, menurut para mufassir, merupakan keharusan yang harus dipenuhi ketika umat Islam mendambakan keberuntungan dari Allah. Wujud konkretnya adalah: “saling menasihati untuk bersikap konsisten dalam kebenaran dalam menjalankan ketaatan kepada Allah serta meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan-Nya dan membangun sikap istiqamah dalam kesabaran”. Nasihat untuk berpihak pada kebenaran dan bersabar untuk
mengamalkannya dalam wilayah praksis, baik individual maupun sosial, merupakan dua hal bagian tak terpisahkan dalam dakwah para Rasul Allah di dalam mengingatkan umatnya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Nuh as ketika mengingatkan kaumnya dari kesesatan: “”Aku sampaikan kepadamu amanatamanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui [maksudnya: aku mengetahui hal-hal yang ghaib, yang tidak dapat diketahui hanyalah dengan jalan wahyu dari Allah]” (Qs. Al-A’râf [7]: 62). Kemudian nasihat Nabi Hud as yang pernha berkata kepada kaumnya: “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu”. (Qs. Al-A’râf [7]: 68) Dalam hal ini, para ulama —pada umumnya — menyatakan bahwa dengan nasihat, bisa diharapkan akan tegaklah agama ini dalam sikap dan perilaku umat manusia, sebagaimana sabda Rasulullah saw di dalam Haditsnya: “Agama ini adalah nasihat” (HR Muslim, Tamim ad-Dâri) Bila nasihat itu mulai kendor dan runtuh maka akan runtuhlah agama ini, karena kemungkaran akan semakin menyebar dan meluas. Sehingga Allah pernah melaknat kaum kafir dari kalangan Bani Israil dikarenakan budaya ’nasihat’ di kalangan mereka ’sirna’. Sebagaimana firmanNya:”Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Qs Al-Maidah [5]: 79) Demikian pula orang-orang munafik yang memiliki budaya — di antara mereka — saling menyuruh kepada perbuatan mungkar dan melarang dari perbuatan yang ma’ruf. Mereka pun mengalami kehancuran yang — esensinya — “sama” dengan orang-orang kafir. Sebagaimana firman-Nya: “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (maksudnya: berlaku kikir). Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (Qs At-Taubah [9]: 67) Jika dua kesadaran ini “saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, (wa tawâshau bil haqqi wa tawâshau bish shabr), tersedia dalam diri umat Islam, maka mereka telah menyempurnakan prasyarat untuk mendapatkan kebahagiaan kolektifnya dari Allah, setelah mereka beriman dan beramal shalih secara individual. Karena iman dan amal shalih hanya akan ’memiliki kekuatan’ untuk memberikan kontribusi sosial, ketika telah menjadi bagian dari budaya kolektif. Wallâhu A’lam bish-Shawâb.•
________________________ Muhsin Hariyanto, Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
43
BINA JAMAAH
Menjadikan Jamaah Bermental Aktif
J
amaah masjid, mushola dan surau secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi jamaah bermental pasif dan jamaah bermental aktif. Dari pengamatan berkeliling ke banyak masjid, ditemukan fakta, kebanyakan jamaah masjid kita termasuk dalam kelompok jamaah bermental pasif. Hanya sedikit jamaah yang bermental aktif. Jamaah bermental pasif tidak selalu malas ke masjid. Ada banyak di antara mereka yang rajin ke masjid. Mereka ke masjid untuk menjalankan tugas shalat wajib berjamaah. Mereka rutin shalat berjamaah. Kalau di masjid ada pengajian, mereka ikut mendengarkan pengajian. Demikian juga kalau di masjid itu ada kegiatan rutin setahun sekali, shalat jamaah tarawih misalnya. Pendeknya, mereka manut atau menuruti apa saja yang disajikan oleh takmir untuk jamaah. Mereka tidak pernah usul dan tidak pernah protes. Kalau dimintai sumbangan, mereka dengan ikhlas dan spontan memberi sumbangan. Mereka termasuk jamaah yang tidak menyulitkan takmir. Jamaah yang berwajah damai, puas dengan apa yang ada. Jamaah aktif sedikit berbeda tampilannya. Mereka juga rajin ke masjid. Rajin menyumbangkan tenaga, pikiran dan hartanya untuk kepentingan masjid dan jamaahnya. Mereka selalu punya ide dan aktif memberi komentar kalau ada kegiatan. Kadang mereka menjadi pengritik yang lugas, terus terang dan pedas. Maksud mereka sebenarnya baik. Jamaah bermental aktif ini dapat menjadi motor penggerak jamaah lain. Mereka dapat memengaruhi jamaah lain untuk bertindak aktif. Bahkan mereka dapat menjadi motor penggerak takmir. Mereka punya kenalan banyak, sering bepergian ke luar kampung atau desa, dan punya banyak jaringan. Ide-ide mereka subur. Ide mereka kadang mirip banjir, meluap-luap, selalu baru, sering mengejutkan orang. Tugas penting takmir adalah mengendalikan antara energi kemajuan yang dimiliki jamaah bermental aktif dengan energi yang agak dingin dari jamaah pasif. Jamaah bermental aktif mirip dengan pasukan penjelajah atau pasukan mobil dan jamaah bermental pasif mirip dengan pasukan teritorial. Perlu selalu diusahakan ada sambungan emosi dan semangat antara jamaah bermental aktif dan jamaah bermental pasif. Yang sering menjadi masalah adalah kalau sebuah masjid, musholla atau surau lebih diwarnai jamaah bermental pasif. Jumlah mereka banyak sekali, sementara yang bermental aktif hanya satu dua orang. Kehidupan berjamaah di masjid, mushola dan surau ini menjadi biasa-biasa, menjadi berwajah rutin, dan kurang greget. Takmir pun memiliki tugas memroses jamaah bermental 44
pasif menjadi jamaah bermental aktif. Ada banyak cara untuk ini. Salah satunya adalah dengan cara memancing atau merangsang mereka. Misalnya dengan mendirikan dan mengembangkan perpustakaan dengan buku-buku yang menarik. Kemudian mendirikan papan pengumuman atau papan penempelan koran. Takmir lalu membuat pengumuman dengan tujuan agar jamaah mau membaca buku dan mau membaca koran. Lalu diadakan banyak diskusi atau sarasehan tentang apa saja yang mereka baca. Kalau perlu, diadakan lomba membaca buku dan lomba membaca koran. Setelah itu, takmir mengadakan kursus atau pelatihan menulis efektif. Ditambah kursus memotret dan kursus membuat majalah dinding. Kalau banyak dari jamaah masjid yang mau terlibat dalam kegiatan membuat majalah dinding, ini menunjukkan kalau sudah mulai banyak mereka yang bermental aktif. Majalah dinding itu isinya dari jamaah untuk jamaah. Pasti banyak yang dapat digali di masjid dan masyarakat sekitarnya. Ini dapat djadikan bahan penulisan, atau bahan ilustrasi majalah dinding. Hal-hal yang dapat dijadikan bahan tulisan adalah sejarah masjid, sejarah umat Islam, sejarah desa atau kampung itu. Potensi yang unggul di tempat itu. Mulai dari potensi ekonomi, potensi budaya, potensi agama dan potensi olahraga, potensi sosial yang ada di situ. Juga kreasi anak-anak muda dan orang tua. Kalau perlu, ditambah dengan hal-hal berasal dari luar kampung atau desa yang erat kaitannya dengan desa atau kampung itu. Misalnya, ternyata di tempat itu banyak pendatang dari luar yang berasal dari desa atau kampung unggulan. Atau mereka pernah menempuh pendidikan di dalam negeri dan di luar negeri, atau pernah bertugas keliling Indonesia atau keliling dunia. Atau yang berpengalaman merantau dan pengalaman merantau mereka menarik untuk ditulis. Bisa juga, ada kisah menarik, misalnya di zaman perang kemerdekaan dulu kampung atau desa itu pernah didatangi oleh para pejuang. Menghasilkan tokoh nasional dan menghasilkan banyak pahlawan. Atau warga setempat ternyata memiliki banyak penemuan yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat. Tokoh-tokoh yang memiliki prestasi sosial, prestasi politik, prestasi pendidikan, prestasi ekonomi, prestasi budaya, prestasi keagamaan dan prestasi kemanusiaan, semua menjadi menarik untuk dijadikan bahan tulisan. Kalau, jamaah sudah mulai mau menulis, memotret, dan menampilkan dalam majalah dinding milik masjid, mushola atau surau, ini menandakan mereka sudah memiliki mental aktif.• (Mustofa W Hasyim)
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
45
HUMANIORA
Badai B da ddii Langit ngit Sekolah e o ah Kiswatul Lathifah
A
sap hitam merayap bersama badai besar merubuhkan pohonpohon tinggi di sepanjang jalan sekolah. Hari-hari begitu gelap, kelam, pekat. Suasana jalan mirip seperti bayangan manusia yang tak berwarna, tak cerah, tak putih, tak bercahaya. Seolah muncul suara dari bilik-bilik kelas menghancurkan telinga, mereka semua menjerit, histeris, khawatir, takut, dan bersuara penuh getir dengan tubuh gemetar. Entah sudah berapa lama badai ini menyapu halaman sekolah, menelan ketenangan yang sedari dulu tak terusik. Entah sudah berapa lama angin hitam memayungi langit cerah sekolah, meneguk semangat yang sedari dulu tak terusik. Entah, entah, dan entah. Tak tahu kapan mulainya. Seorang guru merasakan betul perubahan rumah belajarnya. Sejauh ini batinnya merasa pahit, merasa ingin selalu menangis dan berteriak minta tolong. Berderai air mata yang tak terlihat. Perasaan itu dirasakannya jauh sebelum badai dan angin datang merusak sekolah. Sebelum badai dan angin besar datang serta merta, pada satu siang yang awalnya cerah, memporak-porandakan suasana nyaman di tanah murid-muridnya. Bahkan, seorang guru yang amat mencintai warna putih itu, kini tak lagi menikmati putih hijabnya lantaran asap hitam dan badai besar menutup matahari yang biasanya meniupkan hangat, membuat warna pakaiannya kabur tertutup gelap. Kali ini langkahnya begitu berat, ia datang dengan sepatu tak mengkilap dan pakaian kusut ke sekolah. Sang guru belum sempat sarapan tadi pagi. Perutnya keroncongan, berteriak kata lapar. Ia sudah tak lagi 46
punya nafsu makan, tak pernah menghabiskan makanannya, itu juga dialaminya jauh beberapa hari sebelum badai dan angin besar menggelayut di langit sekolahnya. Ia khawatir, langitnya tak kunjung kembali memutih seperti awan. Sudah berhari-hari, hampir sepekan. Sampai hari ini. Koridor sekolah terasa semakin panjang baginya. Padahal, ia hanya ingin menemui panggilan kepala sekolah. Tadi pagi, kepala sekolah menelepon sang guru dan menyuruhnya datang lebih awal. Terburu-buru, ia sampai lupa merapikan seragam mengajarnya. Langkahnya makin berat. Koridor seperti terowongan gelap yang membuatnya harus terbatabata melangkah. Memegangi tembok agar tak tersandung batu, lebih-lebih terjatuh. Ia mengelus dadanya, lelah, sangat lelah. Tinggal beberapa meter lagi ruang kepala sekolah dari tempatnya berdiri. “Aku hampir sampai”, batinnya. Sang guru sangat lelah, padahal perjalanannya tak seberapa jauh. Ada hal yang membuatnya berat melangkah. Entah apa. Ia sendiri tak tahu. Dilihatnya kepala sekolah yang sedari tadi sudah menunggunya. Ada dua orang murid tengah duduk di depan meja Pak Nur, kepala sekolahnya. Sang guru melihat punggung mereka yang berseragam, “Siapa?,” ia bertanya dalam hati. Bersamaan dengan pertanyaannya itu, sampailah ia di depan pintu, berucap salam dan mengetuk pintu. “Silahkan duduk, Bu Aini,” suruh Pak Nur yang mempersilakannya masuk. Bu Aini duduk di sebelah dua orang murid yang mencium tangannya.
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
Seorang murid laki-laki, seorang lagi perempuan. Mereka berdua kembali menundukkan wajah, menghadap lantai, tak berani menatap gurunya selepas mencium tangan. “Ada apa, Pak?” bercampur cemas Bu Aini menemui atasannya pagi ini. Ia tahu betul kata hatinya tak salah. Ini bukan keadaan yang perlu dilempari senyum atau basa-basi. Lebih-lebih wajah Pak Nur memerah, nanar mukanya menyumbulkan emosi yang ingin meledak. Pak Nur sedang kesal, itu yang dipikirkan Bu Aini. “Dua orang murid Ibu sudah bermuat mesum di toilet sekolah. Kejadian itu terjadi saat Ibu tengah mengajar di kelas mereka.” Singkat penjelasan Pak Nur. Kepala sekolahnya memang sudah menunggu kedatangan Bu Aini, memberitahu perihal muridnya. Bu Aini kembali menatap dua orang muridnya yang masih menunduk kaku. Bu Aini adalah wali kelas mereka berdua. Hatinya terkejut, juga kecewa. Tak ditanyakannya lebih jelas perbuatan mesum seperti apa yang dilakukan kedua muridnya itu pada Pak Nur. Mereka sudah tentu salah. Bu Aini mengelus dadanya kian mantap. Dahinya mengerut, muncul linangan air di sekeliling matanya yang memerah. Seperti danau yang menggenang. Dirinya masih menoleh pada kedua muridnya. “Benar begitu, Nak?” tanyanya pada mereka. Keduanya mengangguk bersamaan. Anggukan pelan. Tiba-tiba suasana ruangan berubah gelap, bayangan tiga orang di sekelilingnya kabur dan semakin tak terlihat. Matanya terbuka, tapi sepertinya terpejam. Awalnya cerah, kemudian redup, meredup, makin
redup, abu-abu, dan menjadi hitam. Bu Aini jatuh pingsan. Tepat di hadapan tiga manusia di ruang kepala sekolah pagi itu. Beberapa guru yang datang, membantu membawanya ke ruang UKS. Entah bagaimana itu terjadi. Entah sejauh apa mereka bersalah. Bu Aini hanya bisa duduk bersedih di ranjang UKS. Sendiri. Menangis. Menikmati angin hitam dan badai besar yang menelannya dalam pedih seorang diri. Kecewa dan merasa gagal. Terlebih ia adalah wali kelas dan guru agama di sekolah itu. Pantas akhir-akhir ini hatinya getir. Tak hanya tubuhnya yang gemetar, bahkan hatinya ikut berguncang. Ia tak tahu alasan kekhawatirannya sampai bertemu Pak Nur tadi pagi. Pantas saja langkahnya begitu berat menuju ruang kepala sekolah. Padahal, setiap hari Bu Aini selalu melintasi ruangan itu sebelum sampai ke ruang guru. Meski angin hitam dan badai besar dirasakannya sudah berhari-hari menutup langit cerah
sekolahnya, tadi pagi seperti tak ada lagi penerangan. Koridor sekolah seperti terowongan gelap baginya. Angin hitam dan badai besar memayungi ubunubunnya lebih dekat, dekat, sangat dekat. Tangisannya makin keras, sesenggukan. Berkali-kali air matanya disapu dengan punggung tangannya sendiri. Kali ini dadanya sesak, tak pernah sesesak ini. Guru itu sadar, ia orang tua mereka. Bu Aini menyalahkan dirinya sendiri, merasa lalai. Kalau saja tak ada salah satu murid yang melaporkan, setidaknya Bu Aini akan merasakan angin hitam dan badai besarnya seorang diri. Sebatas firasat buruk. Kalaupun tahu, ia akan mengurusnya secara pribadi, sebagai ibu dan anak. Bukan menjadi berita besar yang menuntut kebesaran jiwanya untuk menerima. Sementara, di balik jendela UKS, seorang murid tengah memandangnya. Ia sendiri. Sama seperti Bu Aini yang juga sendiri di dalam sana. Mereka terpisah oleh tembok dan jendela
ruangan. Keduanya menangis. Murid perempuan itu paham betul akan cinta gurunya. Guru yang teramat mencintai dia dan teman-temannya. Ia ingin meminta maaf. Itu saja. Pak Nur sudah melontarkan putusan untuknya dan teman laki-laki yang bersamanya tadi pagi. Putusan atas kesalahan mereka berdua. Ribuan embun menyerupai angka nol menyumbul dari kedua kelopak matanya. Persis seperti kelopak mata Bu Aini. Mereka berdua menangis. Sesenggukan. Matanya sembab dan bengkak. Murid itu pun mengusap bulir air matanya dengan punggung tangan sambil berkata sangat lirih, “Maafkan saya, Bu.â€? Selebihnya, mereka masih menangis.• Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
47
WAWASAN
(G)LOKALISASI MUHAMMADIYAH VERSUS GLOBALISASI KEBUDAYAAN (1) Achmad Charris Zubair Latar belakang sejarah Kita sekarang hidup pada zaman “modern” yang terutama ditandai dengan penggunaan hasil teknologi yang tinggi. Yang paling menyolok justru pada teknologi transportasi dan komunikasi, sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi telah memengaruhi seluruh bidang kehidupan manusia yang bertempat tinggal di belahan mana pun di dunia ini. Selain hidup di era teknologis seperti tersebut di atas, manusia modern juga hidup dalam suasana yang individualistik, yang memiliki kecenderungan lebih mementingkan individu daripada sosial. Bersifat liberalistik yang bermakna mengembangkan kebebasan untuk mengambil keputusan tindakan dalam bidang apa pun, serta humanistik yang bermakna menghargai manusia lebih dari segala-galanya. Di bidang ekonomi, manusia modern mengembangkan sistem kapitalisme, yang prinsipnya menghargai kebebasan berusaha, tanpa campur tangan di luar mekanisme pasar itu sendiri. Di bidang gaya hidup, manusia cenderung bersikap lebih merasa sebagai anggota masyarakat dunia (kosmo-politanisme) daripada sebagai anggota masyarakat bangsa (nasionalisme). Perubahan-perubahan tersebut, sadar atau tidak sadar, telah berperan mengubah manusia dalam tanggapannya terhadap nilai maupun norma yang selama ini diyakininya. Bisa dikatakan bahwa di dunia modern, ada tiga pilar utama yang menopangnya. Yakni pertama, ilmu pengetahuan yang mendorong teknologi tinggi sehingga menyebabkan manusia bersifat sekuler; lebih mementingkan dunia. Kedua, pandangan yang berpaham liberalisme-humanisme, serta: Ketiga, sistem kapitalisme dalam ekonomi. Kesemuanya dengan membawa konsekuensi logis baik dampak positifnya maupun negatifnya. Terutama pada terjadinya pengaruh langsung terhadap sikap moral seseorang. Untuk memahami latar belakang tumbuh kembangnya dunia modern sekarang ini kita tidak dapat melepaskan diri dari sejarah abad pertengahan di Eropa, sebab momentum abad tengahlah yang sesungguhnya merupakan titik awal dari persoalan kemanusiaan yang dihadapi oleh manusia modern sekarang ini. Abad pertengahan dimulai sejak abad 9 dan diakhiri sekitar abad 16, sering disebut pula sebagai abad skolastik, untuk menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan dipusatkan di sekolahsekolah yang muncul dan dikendalikan oleh biara dan gereja Katholik. Pada waktu itu kurikulum pendidikan terbagi menjadi tiga tahapan: Trivium, yakni pendidikan umum yang meliputi 48
bahasa, retorika dan dialektika (semacam teknik berdiskusi). Quadrivium, yang meliputi ilmu hitung, ilmu perbintangan dan musik serta pun-caknya dan menjadi tolok ukur seluruh kebenaran yakni Teologia. Masa abad tengah gereja menguasai wilayah “akal budi” manusia, gereja menjadi semakin otoriter dan akan mematahkan setiap argumen baru di bidang ilmu yang bertentangan dengan pandangan gereja. Gereja tidak hanya menguasai paradigma kebenaran ilmu, tetapi juga sistem perekonomian. Dengan bekerja sama dengan raja-raja, gereja mengembangkan sistem merkantilisme sebagai suatu sistem peraturan ekonomi yang sepenuhnya dikendalikan negara atau raja. Di samping itu hirarkhi dalam gereja Katholik pada masa itu, juga sangat ketat dalam pengaturan seluruh sistem kehidupan manu-sia. Abad pertengahan ini akhirnya dikenal juga dengan sebutan abad kegelapan, karena dianggap sebagai masa yang sangat menghambat kemajuan manusia. Munculnya era globalisasi yang berasal dari barat tidak dapat dilepaskan dari perkembangan antroposentrisme dan positivisme pada abad tengah sebagai reaksi atas gereja yang secara otoriter mengembangkan hegemoninya atas wilayah akal budi manusia (ordre intellec-tuelle). Disusul dengan gerakan renaisans, humanisme, dan rasionalisme, bahkan ateismematerialisme yang mencapai puncak pada abad 18 yang dikenal dengan sebutan zaman Aufklärung atau Enlightenment. Muncul anggapan bahwa agama menjadi penghambat perkembangan otonomi manusia, muncul paham sekularisme sebagai sumber moral manusia modern.“An ethical system founded on principles of natural morality and independent of revealed religion or supernatualism” (Bakry 1984). Perkembangan di barat sejak abad pertengahan, ditandai dengan berkembangnya revolusi industri. Sehingga dapat dikatakan bahwa modernisasi barat diawali oleh industrialisasi. Modernisasi secara implisit merupakan proses yang menghilangkan nilai-nilai tradisional. Secara faktual nilai-nilai tradisional itu adalah nilai agama dan nilai ruhaniah. Pardoyo (1993) menuliskan, bahwa modernisasi di barat melalui proses rasionalisasi, komersialisasi, dan industrialisasi. Alfian (1985) juga mengatakan bahwa barat sejak revolusi industri sangat berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan materi manusia. Pemuasan materi yang berlebihan, ditandai dengan tingkat konsumsi yang tinggi, dan tampak kurang diikuti oleh pemenuhan kebutuhan ruhani. Sehingga muncul kelompok
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
WAWASAN masyarakat yang terpesona oleh keunggulan barat yang diikuti oleh anggapan betapa tidak relevannya nilai-nilai yang mereka miliki. Mereka berpendapat bahwa satu-satunya jalan adalah menjelmakan diri sepenuhnya menjadi barat, termasuk dalam sistem nilai dan normanya. Pilar-pilar globalisasi nilai-nilai “barat” Landasan dunia modern yang kemudian mengglobal dari barat dimulai dengan kemunculan reaksi-reaksi terhadap sistem masyarakat abad tengah. Di bidang keilmuan dipicu revolusi Copernican, yang dari sejarah kita dapat belajar pada awal perkembangan ilmu pengetahuan modern terjadi perpecahan antara gereja dengan ilmuwan. Ditandai dengan sikap keras kaum agamawan Eropa yang menganut paham pusat alam semesta adalah bumi (geosentris) terhadap Kepler, Galileo, Copernicus, Giordano Bruno, dan penganut faham bahwa mataharilah yang menjadi pusat (heliosentris). Salah satunya, sikap keras tersebut ditunjukkan dengan cara membakar hidup-hidup Bruno tahun 1600. Saya ingin mengutip pidato seorang kardinal ketika mengadili Galileo (Dhakidae 2003: xxv-xxvi): “Aku dengar Tuan Galilei ini telah memindahkan manusia dari pusat semesta ke salah satu tempat di ujung. Jelas, dialah musuh umat manusia. Dan harus diperlakukan sebagaimana mestinya. Manusia adalah mahkota semua ciptaan, anak ingusan pun tahu tentang itu, dialah ciptaan Allah tertinggi dan yang paling dicintai. Akankah Allah tempatkan karyaNya yang paling Agung, upayanya yang paling tinggi ke suatu bintang kecil nun jauh di sana yang bergoyang kian kemari dari waktu ke waktu? Akankah dikirimnya Putranya ke tempat semacam itu? Bagaimana mungkin ada manusia yang begitu bejatnya sampai percaya kepada budak-budak hasil tabel-tabel matematikanya? Bagaimana mungkin salah satu dari ciptaan Allah itu bisa diam menahan hal seperti ini? Oh saudaralah orang itu? Saudara mau merendahkan bumi kita, meski saudara hidup di atasnya dan menerima segalagalanya dari sana. Saudara memberaki periuk nasi sendiri? Akan tetapi aku takkan mau menerimanya. Aku bukan orang sembarangan yang berdiam di bintang kecil yang sesaat berputar sekeliling benda lain yang entah di mana letaknya. Aku berlangkah dengan kepastian di atas bumi yang lain, yang teguh bertahan di tempat, pusat semesta. Aku berdiri di pusat, dan mata Sang Pencipta berada dalam diriku dan hanya dalam diriku.” Pidato tersebut mengisyaratkan adanya pertentangan antara kelompok agamawan yang dogmatis dan tertutup dengan ilmuwan. Sehingga akibatnya secara luas metodologi empirik yang dikembangkan membuat anggapan bahwa kajian-kajian keagamaan bersifat tidak ilmiah. Disusul dengan lahirnya Positivisme yang dipelopori oleh Auguste Comte (1798-1857) yang menekankan perlunya manusia berani meninggalkan tahap religius dan metafisik untuk menuju tahap positif yang rasional. Mulai saat itulah ilmu eksakta dianggap sebagai puncak dari
kebenaran, dampaknya ada pemisahan antara ilmu di satu sisi dengan agama di sisi lain. Sekularisme mulai mendapatkan tempat, dunia lebih berharga daripada akhirat yang belum “terbukti”, moral empirik dan pragmatik serta rasional lebih dikembang-kan daripada moral agama, dan ukuran pandai atau tidaknya seseorang sedikit banyaknya ditentukan oleh penguasaannya terhadap ilmu-ilmu eksakta dan kealaman, sementara ilmu-ilmu kemanusiaan dan agama diletakkan ke tingkat yang paling rendah. Mer-kantilisme mendapatkan reaksi dari kapitalisme awal yang dipelopori oleh Adam Smith dengan bukunya yang sangat terkenal “The Wealth of Nation” (1776) yang lebih mementingkan mekanisme pasar yang berjalan dengan sendirinya tanpa campur-tangan pemerintah atau siapapun. Kapitalisme yang dilahirkan oleh Smith dan kemudian bercampur dengan pragmatisme, menguasai dan memengaruhi sistem ekonomi sampai sekarang. Di dalam birokrasi gereja yang krisisnya sudah dimulai sejak 1450, terjadi reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther (1517) dan Yohanes Calvin (1536) yang akhirnya mendorong munculnya Protestanisme. Protestanisme pada dasarnya tidak hanya bermakna pemisahan dari gereja Katholik, tetapi juga semangat debirokratisasi dan semangat liberalisasi. Sadar atau tidak sadar, tiga pilar modernisme yakni: Sekularisme ilmu, sistem ekonomi kapitalistik dan liberalisasi di segala bidang mempengaruhi pandangan manusia di mana pun, di belahan dunia mana pun. sekarang Amerika Serikatlah yang secara jelas menggambarkan tiga pilar tersebut, jadi sangat wajar kalau ia menjadi superpower dunia dan imej modern adalah apa saja yang ber”bau” Amerika. Satu warisan kultural renaisance yang mencerminkan “kekeliruan” manusia modern adalah sikap mendewakan secara berlebihan rasionalitas manusia. Kekeliruan ini mengakibatkan adanya kecenderungan untuk menyisihkan seluruh pengertian nilai dan norma moral berdasar agama dalam memandang kenyataan kehidupan. Manusia modern yang mewarisi sikap positivistik ini, cenderung menolak keterkaitan antara substansi jasmani dan substansi ruhani manusia, serta menolak pengertian ketersusunan alam dunia dan akhirat. Manusia menjadi terasing tanpa batas, ia kehilangan orientasi, sebagai konsekuensinya lahir trauma kejiwaan dan ketidakstabilan hidup. Barangkali memang terkesan mendramatisasi keadaan jaman, tetapi bagaimanapun juga apabila hubungan antara mata hati dan kecerdasan manusia telah diputuskan, maka manusia akan memperoleh kenyataan bahwa pertanyaan yang berhubungan dengan perumusan hidup ideal tidak pernah terjawab tuntas. Meletakkan otoritas ilmu pengetahuan dan teknologi di atas segalagalanya, telah menyerahkan manusia kepada alat yang diciptakannya sendiri, dan manusia menjadi pelana dari rekayasanya sendiri. Berarti pula akan menyeret manusia menjadi semata-mata teknokratis dan bakal membentuk kehidupan kecendekiawanan yang memakai versi laboratorium ilmu-ilmu kealaman yang sekularistik.• (Bersambung) SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
49
50
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
SAKINAH
M enja a Pertanyaan P rtanyaan Kritis Kr is Si S Keci Menjawab Kecill Assalamu’alaikum wr. wb. Ibu Emmy yth, saya ibu dari seorang anak perempuan (3 tahun 9 bulan). Ia sudah semakin pintar ngomong. Kadang kami terkaget-kaget dengan kosa kata barunya yang muncul dari mulut kecilnya. Pertanyaan-pertanyaannya juga sering membuat kami kewalahan dalam menjawabnya. Pertanyaan terakhir yang sulit bagi saya untuk menjelaskannya adalah ketika kami ketemu dengan tetangga kami yang sedang hamil 8 bulan. Ia bertanya, “Mengapa perut ibu itu kok besar?” Saya jawab bahwa di dalam perut ibu itu ada adik bayinya. “Terus nanti adik bayinya keluar dari mana?” Kami sudah mengenalkan pada anak kami tentang shalat dengan cara mengajaknya shalat berjamaah baik di rumah atau di masjid. Suatu hari saya sedang haid. Ia protes ketika saya menolak diajak shalat ke masjid atau berjamaah di rumah. “Kenapa ibu nggak mau shalat?” Saya masih bingung menjawabnya. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana saya harus menjawab pertanyaan semacam itu? Saya yakin nanti akan ada pertanyaan-pertanyaan sulit lainnya. Apakah saya harus menjawab setiap pertanyaan yang ada? Bagaimana kalau saya belum bisa menjawabnya? Jazakumullah atas semua jawabannya. Wassalamu’alaikum wr wb. Reni, di Jawa tengah Wa’alaikumsalam wr wb. Ibu Reni yth, memang pada anak seusia anak Ibu biasanya mulai muncul pertanyaan atau sikap kritis atas sesuatu yang dilihat atau didengarnya. Di usia ini, rasa ingin tahu seorang anak sedang hebat-hebatnya. Namun, sikap kritis seorang anak tidak selalu berhubungan dengan tingkat kecerdasan. Sikap kritis lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia dibesarkan. Anak yang kritis biasanya mendapat kebebasan untuk mengemukakan pendapat, tanpa takut dimarahi. Selain itu sikap kritis juga dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, seperti buku, televisi, majalah, informasi dari teman bermain, dari saudaranya dan sebagainya. Wawasan ini akan
dia gali dengan jalan bertanya kepada orang tuanya misalnya. Biasanya anak yang banyak bertanya sering dianggap cerdas. Padahal, kenyataannya tidak selalu demikian. Jenis atau bentuk pertanyaan juga berbeda. Anak yang biasa-biasa saja lebih banyak mengajukan pertanyaan “Apa” dan “Di mana”. Misalnya “Apa nama benda itu?” atau “Di mana mainanku?” Sedangkan anak cerdas lebih sering menggunakan kata tanya “Mengapa”. Misalnya “Mengapa bulan ada di langit?” atau “Mengapa matahari hilang?” dan sebagainya. Intinya pertanyaan yang jawabannya merupakan hubungan sebab-akibat. Adakalanya, pertanyaan kritis anak membuat orang tua bingung dan tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Yang harus dilakukan orang tua adalah menjawab dengan sederhana yang bisa dicerna akal anak. Tak perlu jawaban yang rumit-rumit karena malah akan semakin membuat anak bingung. Serumit apa pun pertanyaan anak belum tentu butuh jawaban yang rumit pula. Jika pertanyaannya terlalu sulit dan orang tua tidak bisa menjawabnya, sebaiknya terus terang atau ibu cari di komputer.” Dengan demikian anak akan memahami bahwa ketidaktahuan merupakan hal yang wajar. Yang jelas jangan sampai pertanyaan anak tidak terjawab, atau ibu menjawab sekenanya. Ini justru akan membuat anak menelan informasi yang salah. Intinya, orang tua harus jujur apa adanya. Untuk menjawab pertanyaan si kecil tentang kenapa adik bayi ada di perut dan keluarnya dari mana, ibu bisa menjawabnya bahwa adik bayi tumbuh di rahim ibu yang ada dalam perut. Dan nanti adik bayi akan keluar melalui jalan yang disebut vagina. Untuk pertanyaan mengapa ibu tidak shalat karena haid, ibu bisa menjawab bahwa untuk orang perempuan, nanti kalau sudah gede akan mengalami haid karena terjadi perubahan dalam rahim. Perempuan yang sedang haid oleh Allah dilarang shalat. Jawaban-jawaban atas pertanyaan pertanyaan anak ibu di atas hanya sekedar contoh saja. Ibu bisa mengembangkannya dengan penjelasan yang tergantung dengan pertanyaan anak yang muncul selanjutnya. Semoga Allah selalu memberi petunjuk dan kekuatan kepada kita dalam menemani anak-anak kita. Amiin.•
Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, SPsi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya. SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
51
KHAZANAH
Suara Muhammadiyah dan
Tradisi Kritis Persyarikatan Prof Dr Abdul Munir Mulkhan
S
uara Muhammadiyah adalah penerbitan pers nasional tertua yang hingga saat ini masih beroperasi. Majalah ini sudah terbit tidak lama sesudah gerakan Muhammadiyah resmi berdiri dan memperoleh status hukum pada masa kolonialisme oleh pemerintah Hindia Belanda. Inilah majalah yang juga berfungsi sebagai media publikasi pemikiran dan kegiatan gerakan yang di saat kelahirannya banyak mengundang perdebatan publik. Karena itu majalah ini bisa disebut terlibat dalam menumbuhkan sikap kritis masyarakat pembacanya. Reaksi dan partisipasi publik terhadap pemikiran dan gerakan Muhammadiyah tersebut direkam dengan baik majalah ini. Dalam rekaman itu bisa dilihat bagaimana perdebatan muncul di dalamnya. Majalah ini juga menyebarluaskan reaksi sekaligus partisipasi publik terhadap kegiatan dan pemikiran Muhammadiyah mengenai Islam sebagai ajaran dan Islam sebagai nilai kehidupan publik yang terus memberi panduan kepada publik penganutnya bahkan juga kepada mereka yang tidak percaya. Dari sini berlangsunglah semacam dialog imajiner antara aktivis dan elite pimpinan Persyarikatan di satu pihak dengan warga masyarakat di pihak yang lain. Sekedar contoh, dalam Majalah Suara Muhammadiyah tahun 1924 dalam rubrik tanya jawab ada pertanyaan dari pembaca bernama Siti Anrianah kepada redaksi sebagaimana berikut: “Tuju atau tenung itu bisa bikin mati orang, khabarnya, kami lalu bertanya: tentang agama Islam, percaya apa tidak kepada tuju atau tenung itu?” Pertanyaan tersebut mencerminkan tingkat pengetahuan publik saat itu, suatu pertanyaan yang tentu tidak akan kita temukan saat ini. Redaksi kemudian menjawab: Tidak boleh percaya yang demikian itu. Sebab dalam agama Islam menuntun kepada kita, supaya percaya, semua kemelaratan dan kesenangan itu datangnya dari pada Tuhan belaka. Kalau kita ada kepercayaan pada sesuatu selain daripada Allah mempunyai kekuasaan sebagai kekuasaan Tuhan “kufurlah kita”. Pada saat lain di nomor majalah pada penerbitan yang sama dalam rubrik tanya jawab muncul pertanyaan berikut: “Di dalam surga ada bengawan, mengalir ke manakah bengawan di dalam surga itu?” Redaksi menjawab secara diplomatis berikut: “Arah ke mana-mana. Kalau mau tahu terangnya cobalah mati dulu: Pertanyaan seperti tersebut itu datang dari seorang pembaca yang menyebut dirinya dengan nama Sonhaji berasal dari daerah Gombong, Jawa Tengah.
52
Kita lihat contoh lain berikut ini, ketika seorang penganjur Islam dari daerah Kebumen berkirim surat bertanya ke Redaksi bertanggal 8 Januari 1924 tentang kebenaran informasi yang ia peroleh. Isi surat itu menjelaskan apa yang dihadapi saat si pengirim surat berdakwah dari rumah ke rumah menemui seorang kenalannya untuk diajak memenuhi ajaran Islam seperti dilakukan Muhammadiyah. Jawaban orang yang ditemui itu cukup mengejutkan seperti kutipan berikut ini “Engkau mengira yang kaum Muhammadiyah semua shalat? O, Muhammadiyah hanya mendidik supaya kaumnya kemasukan agama Islam, dan supaya jangan kemasukan agama lain. Tetapi kalau sudah mengerti, ya tinggal semuanya sendiri, mau shalat ya baik, tidak shalat ya masa bodo, asal sudah mengerti akan agamanya sendiri.” Redaksi menjawab: “Akan keterangan tentang kebenaran atau kesalahan perkataan sahabat saudara, bahwa kaum Muhammadiyah tidak menetapi barang apa kewajibannya menurut perintah-perintah agama Islam, disini tidak perlu kita terangkan panjang lebar, karena sekalian keterangan itu boleh atau tidak dipercaya, bergantung atas orang yang menerima keterangan itu. Lagi pula si pembenci, tidak berat menggerakkan bibirnya yang tidak bertulang itu mulutnya mengacau dengan tidak malu-malu memburukkan barang yang dibenci, meskipun sesungguhnya barang itu baik.” Dari beberapa rubrik Tanya Jawab dan Surat Pembaca tersebut di atas tergambar bagaimana majalah Suara Muhammadiyah ini menjalankan fungsi edukasi sekaligus berdialog dengan publik pembacanya. Beberapa jawaban dikemas sehingga pembaca menemukan sendiri jawaban yang dicari melalui proses berfikir. Banyak lagi contoh yang bisa kita baca dari dokumen majalah Suara Muhammadiyah seperti di atas, yang tentu sesuai dengan perkembangan sosial-budaya dan pendidikan serta pengetahuan warga masyarakat. Andai saja, dokumen dan arsip penerbitan majalah Suara Muhammadiyah sejak nomor pertama tersimpan rapi, kita bisa belajar banyak dari majalah resmi gerakan Islam modern tersebut. Sayangnya tidak banyak arsip penerbitan majalah Suara Muhammadiyah yang tersimpan sehingga bisa dijadikan bahan dalam memahami dinamika dan perkembangan kehidupan masyarakat di mana gerakan ini lahir, tumbuh dan berkembang. Ide-ide segar yang lahir dari gerakan modern ini terus mengundang simpati dan empati tapi tidak sedikit yang
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
KHAZANAH menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat banyak. Tidak sedikit polemik sebagai akibat dari kegiatan dan gagasan Muhammadiyah pada saat awal kelahirannya yang direkam majalah ini. Dari sini, Muhammadiyah membumikan gagasan genialnya sembari membuka diri berkomunikasi dengan publik yang menjadi sasaran gerakannya. Di masa lalu, ide-ide segar gerakan yang kadang kritikal terus-menerus muncul sebagai bagian dari hasil pemahaman elite aktivis gerakan ini. Ide-ide segar dan kritis tersebut tidak serta-merta bisa diterima dan diserap oleh publik, yang acapkali bahkan menimbulkan sikap pro-kontra. Namun, karena itulah gerakan ini cepat dikenal publik, bahkan mengundang empati dari mereka yang menyadari sejarah dan kemanusiaan. Gagasan segar demikian itu telah berhasil menggerakkan masyarakat pengikut dan juga masyarakat yang lebih luas. Dari sanalah justru rekrutmen aktivis berlangsung, sehiangga gerakan ini hampir tidak mengalami kesulitan merekrut mujahid-mujahid gerakan yang saat itu lebih sebagai voluntir atau kesukarelaan. Tidak terbatas pribumi, melainkan juga warga asing yang bahkan menjadi bagian dari wangsa kolonial. Mereka tidak segan menjadi pendukung gerakan baik secara finansial ataupun gagasan dan infra struktur gerakan Muhammadiyah. Melalui proses demikian itulah banyak orang-orang Belanda, Cina, juga bangsa lain yang terlibat aktif dalam gerakan Muhammadiyah secara suka-rela. Tentu tidak sedikit warga pribumi yang terlibat aktif dalam gerakan ini dengan alasan kemanusiaan, bukan hanya sebagai bagian dari pengabdian kepada Tuhan. Suara Muhammadiyah merupakan corong Muhammadiyah yang di masa lalu sekaligus merupakan dapur pengolah beragam informasi yang masuk atau keluar. Berita dan laporan majalah ini menjadi semacam virus gerakan ke dalam tubuh masyarakat pada masanya. Karena itu setiap nomor penerbitan majalah ini bisa dijadikan sebagai penanda apa yang sedang berlangsung dalam masyarakat, bukan hanya apa yang terjadi dan dilakukan aktivis gerakan ini. Tahun 2006 misalnya, majalah ini memuat tulisan tentang aneksasi yang dilakukan seseorang aktivis lain gerakan atas amal-usaha Muhammadiyah yang berhasil digagalkan oleh penulis. Berita yang ada dalam tulisan itu menimbulkan reaksi keras di beberapa amal-usaha yang kemudian melakukan semacam “pembersihan� ideologi di berbagai amal-usaha gerakan ini. Bahkan, reaksi itu sempat membuat pimpinan pusat gerakan ini mengeluarkan surat keputusan mengenai perlunya gerakan ini melakukan pembersihan ideologi asing tersebut di lingkungan amal-usaha Muhammadiyah. Dinamika Majalah Suara Muhammadiyah, desain cover dan isi, serta gaya penulisan artikel atau berita, menjadi indikasi perkembangan intelektual, bukan hanya bagi pengelola majalah ini melainkan juga bagi dan diantara aktivis gerakan ini. Pada satu sisi, soalnya ialah seberapa aktivis gerakan ini membaca berita dan artikel yang muncul dan dimuat majalah Suara
Muhammadiyah. Sebaliknya, pada sisi lain, pertanyaan yang selalu muncul ialah seberapa majalah ini bisa menyerap informasi dan merekam kegiatan aktivis dan elite gerakan itu sendiri. Fungsi kritis majalah Suara Muhammadiyah akan sangat tergantung seberapa besar aktivis gerakan ini memperlakukan majalah tertua tersebut di atas. Dari majalah Suara Muhammadiyah kita bisa saksikan pergulatan pemikiran dan pergulatan gerakan ini dengan dirinya sendiri. Jejak gerakan dapat kita baca dari penerbitan majalah Suara Muhammadiyah dan bagaimana respons masyarakat publik dalam setiap fase penerbitannya. Kita bisa membaca bagaimana dokter Soetomo mulai terlibat aktif sebagai Penasehat Medis Hoofd Bestuur (PP) Muhammadiyah. Dari majalah yang sama kita bisa baca bagaimana pertumbuhan ide-ide genial gerakan tersebut tumbuh dan ditumbuhkan dalam realitas kehidupan konkret. Kita bisa membaca bagaimana kelahiran dan kegiatan Rumah Miskin sebagai bagian dari kegiatan Penolong Kesengsaraan Umum (PKO/U). Suara Muhammadiyah juga mengabadikan bagaimana orang-orang Belanda itu melibatkan diri pada sejumlah aksi kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan. Soalnya ialah seberapa aktivis gerakan ini memahami gagasan-gagasan genial dan baru dari Muhammadiyah, memfungsikan majalah Suara Muhammadiyah bagi sosialisasi pemikiran dan eksekusi tindakan? Lebih dari itu, seberapa aktivis gerakan ini terus mengembangkan pemahaman firman Allah dan Sunnah Rasul guna memandu perubahan dan perkembangan kehidupan manusia di dunia dan warga bangsa ini, sehingga umat manusia dan warga bangsa ini bisa menjalani hidup sesuai kehendak Allah. Jawaban atas pertanyaan tersebut akan menjadi penanda besaran gagasan gerakan ini yang memberi andil besar bagi pemajuan kehidupan berbangsa, bernegara, dan beramal shalih. Di sini majalah Suara Muhammadiyah bukan sekedar majalah berita atau sejenisnya. Majalah Suara Muhammadiyah adalah sebuah media pengembangan infra struktur gerakan pembaruan Islam itu sendiri. Selain majalah ini juga sekaligus sebagai media pengembangan infra struktur kehidupan kebangsaan yang tercerahi dan maju searah kehendak Allah tersebut. Sayang, oplah majalah ini tampak kurang memadai dibanding pertambahan amal-usaha dan penduduk serta partisipan gerakan ini. Sudah waktunya majalah ini dikemas secara lebih profesional sehingga memenuhi kebutuhan pengikutnya akan informasi yang layak dikonsumsi dan dicerna sebagai bagian dari kehidupan yang terus berubah dan berkembang. Dari sini kita bisa berharap majalah ini bukan hanya sekedar memenuhi kehausan informasi yang mencerahkan, melainkan juga memenuhi kebutuhan untuk maju dan hidup lebih sejahtera secara spiritual.• Prof Dr Abdul Munir Mulkhan, Guru Besar Ketua Senat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Anggota Majelis Dikti PP Muhammadiyah SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2013
53
S I L A T U R A H I M LAHIR • Nadiva Khansa Karina Althafunnisa, anak pertama pasangan Edi Prayitno dan Oktova Rusmawati, 17 Oktober 2013, di Yogyakarta. • Muhammad Ali Hadhirin, anak kedua pasangan Mathori A Elwa dan Sudarsini, SPd, di Bandung.
MENIKAH • Mulya Andayani, Amd binti Drs Kamaludin Lana dengan Rinky Prasetia, AMd bin Aris Dusty Akmal, 7 September 2013, di Sidomulyo, Lampung Selatan. • Karina Mutiara Kasih Suwarno binti Suwarno dengan Muhammad Yusuf bin Zulkifni, 7 Desember 2013 di Wisma Joglo, Yogyakarta. • Sri Wulandari, SPd binti Sudarsono dengan Hermawan Dwi Santoso, ST bin Gunarji, 12 Desember 2013, di Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta.
MENINGGAL • H Ulyas Makarowo (85 tahun), 21 Oktober 2013, di Jakarta. • Ny Suryati binti HM Sidik (46 tahun), isteri Jaenudin, agen SM no. 3184, 21 Oktober 2013, di Kembangan, Jakarta Barat. • H Mansur, SAg (Wakil Ketua PWM Sulawesi Barat), 17 November 2013, di Polewali, Mandar, Sulawesi Barat. • Prof DR H Achmadi (mantan Rektor UM Magelang, anggota BPH UM Semarang), 25 November 2013, di Salatiga, Jawa Tengah. • Prof DR Ir H Mochammad Adnan, MSc, 1 Desember 2013, di Yogyakarta. • Radityo Djadjoeri, 1 Desember 2013, di Kalibata, Jakarta. • Barkussalam (anggota Majelis Tabligh PDM Lamongan), 3 Desember 2013, di RSM Lamongan, Jawa Timur. • Drs Niswansyah (52 tahun), Bendahara PDM Kota Binjai, 6 Desember 2013, di Binjai, Sumatera Utara. • Ir Tadjuddin BMA, MT (64 tahun), 7 Desember 2013, di Gamping, Sleman, Yogyakarta. • Kasmir Tri Putra (alumni PP IPM 1978-1983), 13 Desember 2013, di RS Bumi Waras, Bandar Lampung.
Jalan Pinggir Politisi: Pencegahan terorisme belum efektif. Terorisnya juga di politisir, kok. Tokoh: Masih banyak intelektual Muslim yang bertekuk lutut pada asing. Lha, beasiswanya kan dari mereka. *** Wapres Boediono: Ancaman bagi kedaulatan NKRI bukan hanya berasal dari luar, melainkan juga dari dalam. Dari dalam, ibarat api dalam sekam. *** MK diyakini akan mendahulukan kepentingan bangsa dan demokrasi saat memutus perkara. Tapi, ada yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bangsa. *** Dibutuhkan waktu dalam hitungan generasi, tidak hanya hitungan tahun. Apalagi hitungan hari, untuk kembali menegakkan hukum di Indonesia. Tidak perlu hitungan generasi, hitungan detik saja sudah cukup untuk melanggar hukum. *** Perguruan tinggi pencetak calon guru saat ini jumlahnya berlebih karena izin pendirian yang tidak terkendali. Sementara, banyak sekolah di daerah yang kekurangan guru.
MEMPERTEMUKAN HARAPAN Gadis 27 tahun, Islam. Tinggal di Jakarta. S1, swasta, suku Jawa. Berasal dari keluarga simpatisan Muhammadiyah. Anak kedua dari empat bersaudara. Mendambakan calon suami dengan status lajang, shalih, taat melaksanakan perintah Allah. Rajin shalat, bertanggung jawab dan jujur. Punya pekerjaan tetap PNS/Swasta. Umur 29-35 tahun. TB minimal 160, BB seimbang. Suku Jawa, Sunda, Betawi. Yang penting Islam. Syukur dari keluarga Muhammadiyah. Tinggal di Jakarta. Pendidikan minimal SLTA. Serius, siap menikah. 54
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
*** Penyelenggaraan ujian akhir sekolah dasar oleh daerah dinilai baik. Tetapi, kebijakan itu terlalu mendadak. Kurikulum yang baru juga, dinilai mendadak, kok. *** Kabareskrim Polri janji bantu KPK tangani korupsi. Dari dulu, sebenarnya harus begitu. *** BUNG SANTRI
DINAMIKA PERSYARIKATAN
MPM PP MUHAMMADIYAH:
Tidak Henti Berdayakan Umat
M
uhammadiyah tidak henti-hentinya melakukan pemberdayaan terhadap umat sejak kelahiran organisasi dakwah ini di Indonesia. “Pimpinan Pusat Muhammadiyah memandang sangat penting konsolidasi dan mobilisasi dalam pemberdayaan,” demikian ditegaskan oleh Ketua PP Muhammadiyah DR H Haedar Nashir MSi ketika membuka Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan Masyarakat 2013 yang berlangsung pertengahan Desember lalu di Ruang HAR Fachruddin Kampus Terpadu UMY di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di saat era globalisasi seperti saat ini, upaya ikhtiar pemberdayaan para nelayan, petani dan pekebun sangat berat dan penuh tantangan. Arus produksi barang yang masuk sangat deras dan tidak terhindarkan lagi. “Ibaratnya bagai mendaki bukit karang yang terjal,” ujarnya. Dengan adanya program pemberdayaan dari Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah sedikit problem sosial sudah teratasi. “Muhammadiyah tidak pernah fakum pada persoalan ini, yang sudah dipandang menjadi bagian integral dari Majelis Tarjih dan Dakwah. Dalam menjadikan persoalan tersebut sebagai upaya progam pencerahan, memberdayakan dari keterbelakangan, dan turut menyejahterakan masyarakat. “Ini jelas menunjukkan spirit Islam yang harus ditegakkan dan dikembangkan,” kata Haedar. Dimulai dari mengangkat derajat kaum dhu’afa hingga dapat terentas dari keterbelakangan hingga dapat mempunyai peradaban,” tandasnya. Desain Dahlan Di zaman Rasulullah untuk menaklukkan kota Yastrib memerlukan waktu cukup panjang yaitu sekitar 23 tahun untuk menjadikan masyarakatnya tercerahkan hingga memiliki kebudayaan cemerlang. “Karena di situ agama hadir sebagai kekuatan pembebas dari
jahiliyah sehingga dapat terbentuk masyarakat yang memiliki peradaban tinggi.” Ini jelas dari konsep dien dalam menggarap kaum Quraisy. Agama ini menegakkan keadilan, dan membebaskan dari ketertindasan dari persoalan sosiologis dan historis. Dalam sejarah perjalanan Islam, Islam jadi sebuah nilai penegak keadilan, dan kekuatan pembebas, serta pencerah umat. Jika menengok pada persoalan bangsa ini, menurut pandangan Haedar, dari dimensi inilah yang luput dalam pergerakan Islam di negeri ini. Umat Islam lepas dari upaya pembebasan dan pergerakannya. Sehingga kemudian datang Dahlan, yang ketika itu masih muda (21 th) merealisasikan ide cemerlang dalam teori pembebasan. Dahlan bahkan memerlukan waktu 3 bulan untuk merealisasikan teorinya tersebut kepada para pengikutnya. Dahlan meyakinkan, Islam adalah masih terbesar kedudukannya dalam peradaban manusia. Pahamnya telah memengaruhi dan meyakinkan kebanyakan orang. Hasil pemikiran Dahlan dalam pembebasan pemikiran, menghasilkan keyakinan pada pandangan Islam dan akan mampu mencerahkan. Dalam konteks dengan perkembangan sekarang ini, kata Haedar, pasca reformasi sebagian dari kalangan Islam kembali lagi pada pemikiran pendekatan fiqih. Bergumul dengan semakin derasnya pemikiran yang berkembang di Asia Timur dengan budaya kebebasannya (liberal) dalam tantangan persaingan yang ketat dengan standar nilai mereka. Di bagian masyarakat kita, terutama kaum dhuafa tidak akan mampu bersaing dalam cengkeraman hegemoni tersebut. Di celah inilah Muhammadiyah hadir dengan langkah Majelis Pemberdayaan Masyarakat dalam memberdayakan umat di negeri ini. Tetapi kehadirannya berhadapan dengan tantangan Undang-Undang yang masih berpihak kepada kepentingan besar di negeri ini. “Rakyat tercerabut kebudayaannya dan kesejahteraannya,” tudingnya. Sehingga rakyat tak mampu melakukan pendekatan dengan potensi yang kita miliki atau ada pada bangsa ini. Menurut Haedar, kerja pemberdayaan adalah ikhtiar agar rakyat memiliki negeri sendiri. “Rakyat harus memiliki kedaulatannya sendiri,” katanya. Rakornas MPM PP Muhammadiyah 2013 menampilkan keynote speech DR Ir I Wayan Budiastra, Staf Ahli Bidang Teknik Kemenristek RI. Sementara itu, Ketua MPM PP Muhammadiyah, Drs Said Tuhuleley, melaporkan, Rakornas dihadiri oleh semua jajaran MPM Daerah dan Wilayah disertai PCM dan PRM percontohan yang sudah berhasil memberdayakan masyarakat di lingkungannya.• (am) SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
55
DINAMIKA PERSYARIKATAN TAPAK SUCI JUARA
BALIKPAPAN. Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah sukses menjadikan dirinya sebagai Juara Umum Cabang Pencak Silat dalam Pekan Olahraga Kota (PORKOT) Balikpapan 2013 yang berlangsung di GOR Hevindo, belum lama lalu. Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah mengumpulkan 11 emas, 5 perak dan 3 perunggu. Tapak Suci Putera Muhammadiyah hanya terpaut dengan Persaudaraan Setia Hati dengan 10 emas, 10 perak dan 2 perunggu. Sedangkan juara ketiga Persinas ASAD mengumpulkan 6 emas, 6 perak dan 5 perunggu.Hasil ini membuktikan bahwa Tapak Suci Putera Muhammadiyah Balikpapan memiliki pesilat-pesilat terbaik yang sebagian besar merupakan pelajar-pelajar Muhammadiyah Balikpapan. Dengan keberhasilan ini diharapkan menumbuhkan semangat memiliki pesilat-pesilat terbaik Muhammadiyah dapat kembali berjaya di kejuaraan dan kompetisi dapat terpenuhi.• (khairil anwar)
PELATIHAN KADER AMUNTAI AMUNTAI. Untuk menyiapkan bibit-bibit pimpinan masa depan, selama tiga hari dilakukan Pelatihan Kader dalam forum Baitul Arqam yang berlangsung di Masjid Al Jihad, Amuntai. Para peserta terdiri dari unsur Pemuda, PCA, PCM, PDA dan Ortom Muhammadiyah sebanyak 100 orang. Pelatihan kader Baitul Arqam dibuka oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Selatan, Prof Dr H Ahmad Khairuddin MAg, yang menyambut gembira atas dilaksanakannya acara tersebut. Diharapkan dengan dilaksanakannya pelatihan kader di Kabupaten Hulu Sungai Utara tersebut, hasil pelatihan bisa ditindaklanjuti dan bisa disebar luaskan ke seluruh anggota Persyarikatan Muhammadiyah. Program pelatihan kader Baitul Arqam yang mengambil latar belakang sejarah Nabi Muhammad kala membangun masyarakat madani dengan melatih para kader di rumah seorang sahabat yang bernama Arqam. Dari sinilah muncul istilah Baitul Arqam alias rumah Arqam yang menjadi populer sampai sekarang.• (saroso) 56
SMK MUHAMMADIYAH 3 SAMARINDA BERKEMBANG SAMARINDA. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 3 Kota Samarinda, Kalimantan Timur kini semakin berkembang dengan baik. SMK Muhammadiyah 3 Samarinda yang dikenal sebagai sekolah menengah kejuruan teknologi ini, menjadi tujuan masyarakat yang memerlukan ingin sekolah dengan kebutuhan kerja yang lebih cepat. Pihak sekolah sendiri, telah semaksimal mungkin meningkatkan kualitas lulusan menjadi tenaga terampil di bidang teknologi tepat guna yang kini sangat dibutuhkan. Sekolah yang berlokasi di Jalan Delima Sidodadi Samarinda Ulu ini, kini dikembangkan dengan berbagai sarana praktik dan laboratorium sekolah yang cukup memadai. PDM Majelis Dikdasmen Kota Samarinda menaruh perhatian lebih terhadap sekolah ini, agar menjadi sekolah unggulan untuk sekolah-sekolah SMK yang ada di Samarinda.• (am) PDM MURUNG RAYA GELAR MILAD
PURUK CAHU. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Murung Raya menggelar acara Milad Muhammadiyah ke-104 H/101 M yang berlangsung di Kompleks Muhammadiyah Jalan Temanggung Silam Puruk Cahu. Bupati Murung Raya yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan, Drs Suharto, menyambut gembira acara Milad tersebut. Pemerintah selalu membantu Muhammadiyah karena gerakan ini sudah ada sejak sebelum kemerdekaan dapat nyatanyata membantu pembangunan masyarakat. Terutama dengan lomba pendidikan untuk mencerdaskan bangsa dengan mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah sejak dari TK hingga Perguruan Tinggi. Sebelumnya acara Milad dimeriahkan dengan berbagai pertandingan dan lomba pendidikan, meliputi cerdas cermat, kaligrafi, puisi dan busana Muslim. Acara ini berlangsung di sekolah SMP Muhammadiyah Puruk Cahu.• (suryadi)
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
DINAMIKA PERSYARIKATAN MILAD MUHAMMADIYAH GORONTALO GORONTALO. Peringatan Milad Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Gorontalo berlangsung sangat meriah, digelar di SMP Muhammadiyah 3 Kota Utara, Gorontalo, belum lama lalu. Rangkaian acara Milad Muhammadiyah didukung oleh kegiatan lomba tilawah, hizfil Qur’an, cerdas cermat, al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Serta kegiatan hizbul wathan, seni dan olahraga.
Syahrir Nur, I H Darwis Lantik, MSi, Drs Syamsuriadi P Salenda, MA, Prof Dr H Gagaring Pagalung, SE, Mak, Dr HM Abd Rahman Rahiem SE, MM, Dr H Mahmud Nuhung, SE, ME dan Drs HM Yunus, MPd. Menurut Husni Yunus pada “SM”, tim sepuluh Muktamar ini telah bekerja secara profesional dalam mendesain pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah 2015 dan Aisyiyah di Makassar dengan bekerja sangat keras.• (am)
PDM MAMUJU GELAR SEMINAR KESEHATAN MAMUJU. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat menyambut Milad Muhammadiyah ke 104 H/101 M dengan melaksanakan seminar Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dan SekolahTinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Mamuju (STIEM). Seminar mengangkat tema “Menuju Generasi Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan mena mpilkan tiga orang nara sumber yakni, dr Ririn Handayani, Ust Wahyun Mawardi (PDM Mamuju) dan H Ansar Musmang (STIEM Mamuju). Sekretaris PDM, Dr Darwis Salim MSi, melaporkan, selama ini gerakan dakwah Muhammadiyah Kota Gorontalo telah memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan kota, khususnya dalam hal pendidikan. “Sekolah Muhammadiyah menjadi unggulan pendidikan di Kota Gorontalo,” katanya. Sementara itu, Ketua PDM Gorontalo, Drs H Arfan A. Tilome, MHi, menegaskan, organisasi Islam ini mengembangkan dakwah untuk mencerahkan umat. “Sejarah telah membuktikan kiprah Muhammadiyah dalam perjalanan bangsa dalam membentuk baldatun toyyibatun warobbun goffur,” ujarnya. Dalam kesempatan itu diserahkan penghargaan kepada juara lomba yang diraih oleh sekolah unggulan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) dengan meraih 9 medali emas, 1 medali perak.• (mahmud gobel)
2014 PENGINAPAN MUKTAMAR MAKASSAR SELESAI MAKASSAR. Tim sepuluh Muktamar Muhammadiyah Makassar tahun 2015 menargetkan dalam tahun 2014 semua fasilitas acara persiapan, pembukaan dan penginapan selesai seratus persen. Progres tersebut terungkap dalam acara syukuran yang berlangsung di rumah HM Yunus Kadir, Ketua Umum Panitia Muktamar Muhammadiyah Makassar 2015 di kompleks Perum Asoka, belum lama lalu. Tim sepuluh Muktamar di antaranya adalah Prof Dr H Ambo Asse, MAg (Dekan Fak Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar), Dr H Mahmud Nuhung, SE, ME (Dekan Fak Ekonomi dan Bisnis Unismuh), KH Iskandar Tompo, H
Dr Ririn mengungkapkan, dampak buruk merokok saat ini menempati posisi ketiga jumlah perokok aktif terbanyak dan peringkat teratas untuk kelompok pasif di dunia. Sementara itu Ketua PDM Wahyun Mawardi, mengemukakan perspektif agama Islam merokok bertentangan dengan unsur-unsur tujuan syari’ah, yakni perlindungan agama, jiwa, akal, keluarga dan harta. Merokok termasuk kategori perbuatan khabais (perbuatan buruk) yang dilarang agama. Sedang menurut Ansar Musmang menekankan kembali tentang program kampus STIEM yang telah menerapkan kampus menjadi kawasan tanpa rokok.• (why) SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
57
DINAMIKA PERSYARIKATAN OUTBOND SMP UNISMUH
MAROS. Sebanyak delapan puluh orang siswa Laboratorium School Sekolah Menengah Pertama (SMP) Unismuh Makassar mengikuti kegiatan outbond Program Pengembangan Bakat Alam bertempat di Wisata Alam Komando Strategi Angkatan Darat (KOSTRAD) Maros, beberapa waktu lalu. Menurut Wakil Kepala Sekolah Drs Marianto Jamhuri, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan bakat siswa dengan pendekatan alam serta memacu kecerdasan siswa. Siswa langsung berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, dan memfungsikan otak kanan siswa sehingga dalam menghadapi tantangan kehidupan dapat lebih mapan dengan landasan agama dan moralitas. Anak diarahkan menguasai skill dan tidak terjebak dalam kenakalan remaja. Metode ini menerapkan untuk membentuk dinamika kelompok yang bertujuan memacu kerja sama dengan sesama siswa serta memacu keberanian siswa pada yang positif.• (hus)
PENDIDIKAN ULAMA TARJIH TAMBAH KEMAMPUAN MAKASSAR. Para peserta program Pendidikan Ulama Tarjih Universitas Muhammadiyah Makassar menambah kemampuan tajwid dan tilawah dalam sebuah pelatihan yang berlangsung di Kampus Rusunawa C Jl Tala’salapang 40 D, Makassar. Pelatihan kemampuan tajwid dan tilawah yang diikuti oleh 32 orang mahasiswa tersebut dilatih oleh qori internasional, Haji Bahri Waru, SAg. Kemampuan tajwid dant tilawah bagi seorang ulama tarjih, menurutnya, adalah sangat penting karena mendasar. Jika tidak memiliki kepiawaian tersebut tidak dapat diukur kedalaman kemampuannya. “Ini sebuah keharusan bagi seorang ulama yang nantinya menjadi khatib dan berkhutbah di beberapa tempat,” katanya. Kegiatan pelatihan tilawah dan tajwid ini dipandang penting 58
oleh Prof Dr KH Muhammad Ghalib, MA, seorang dosen pengajar Ilmu Tafsir, yang menyatakan, program ini merupakan unggulan Unismuh Makassar. Jika dilakukan terus-menerus ke depan, nantinya akan menjadi kekuatan bangsa yang dapat menyelamatkan umat Islam dari kelangkaan ulama. Apalagi saat ini tantangan sangat berat dengan adanya paham sekulerisasi, westernisasi dari sejumlah gerakan yang ingin merusak akidah dan akhlak umat Islam. Yang menggembirakan, program yang sudah berlangsung selama dua tahun berjalan ini memperlihatkan kemampuan para mahasiswa dalam penguasaan bahasa Arab dan ilmu mendasar lainnya.• (hus)
PERKEMAHAN PELAJAR BALIKPAPAN BALIKPAPAN. Dalam rangkaian kegiatan Milad Muhammadiyah ke-104 H/101 M, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Balikpapan berhasil melaksanakan Perkemahan Pelajar Muhammadiyah.
Perkemahan Muhammadiyah dibuka oleh Ketua PDM Balikpapan, M Hendro. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan pendukung Milad Muhammadiyah serta mempererat silaturahim antarpelajar Muhammadiyah yang ada di Balikpapan. Sebanyak 150 peserta yang terdiri dari SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah ikut ambil bagian dalam kegiatan ini yang berlangsung di Inhutani KM 11, Balikpapan. Solihin, Ketua Panitia Milad, mengatakan, para peserta mengikuti semua kegiatan dengan antusias dalam perkemahan yang baru pertama kali ini diselenggarakan oleh Muhammadiyah. Kegiatan pendukung lainnya adalah kegiatan lomba futsal pelajar Muhammadiyah, cerdas cermat topik kemuhammadiyahan dan pidato pelajar. “Harapan ke depan, kegiatan ini dapat kerkesinambungan dalam membina para kader pelajar Muhammadiyah, “ kata M Hendro.• (khairil anwar)
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
DINAMIKA PERSYARIKATAN MILAD MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau, belum lama ini melangsungkan peringatan Milad Muhammadiyah ke-104 H/101 M, bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah Riau. Hadir sekaligus memberikan pidato milad, Ketua PP Muhammadiyah, DR Haedar Nashir. Dalam pidatonya, beliau mengatakan dengan usia ke-104 H atau 101 M, Muhammadiyah ingin menjadikan Islam sebagai dinul amal. Islam sebagai amalan dan Muhammadiyah ke depan memberikan warna dalam corak ke-Islaman untuk menjadi rahmatan lil’alamin. Untuk itu, beliau mengajak kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk meningkatkan kualitas kader dan sumberdaya manusia. Langkah itu dilakukan untuk mendekatkan kader Muhammadiyah dengan jiwa Islam. Selain itu, dalam penerapannya diperlukan komitmen membangun kebersamaan untuk memajukan Muhammadiyah. “Ke depannya sumber daya manusia yang lahir dari rahim Muhammadiyah haruslah sumberdaya yang punya karakter mulia, cerdas bertanggungjawab dan jujur. Republik ini, memerlukan orang jujur, untuk menjawab maraknya korupsi di negeri ini,” ujarnya. Untuk mewujudkan harapan itu, beliau berharap Muhammadiyah harus dapat mengembangkan potensi amal usaha. Sehingga dapat lebih kompetitif dan bisa bertahan hingga satu abad ke depan. “Kita mengharapkan pemerintah, masyarakat dan umat Islam di Riau untuk terus menjalin kerja sama untuk memajukan bangsa,” tegas Haedar Nashir.• (Dede Firmansyah)
MUHAMMADIYAH KOTA MEDAN LAKSANAKAN MILAD MEDAN. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Medan, belum lama ini melaksanakan resepsi Milad Muhammadiyah ke-104 H, di Gedung Serbaguna Medan. Resepsi yang dihadiri ribuan warga Muhammadiyah mulai dari Ortom, pelajar dan simpatisan Muhammadiyah se-Kota Medan ini juga dihadiri Plt Walikota Medan, Drs H T Dzulmi Eldin, MSi, Ketua MUI Kota Medan, Prof DR H Mohammad Hatta, anggota DPR RI, Drs H Ibrahim Sakty Batubara, MAP dan mantan Ketua Umum PP
Muhammadiyah, Prof DR HM Amien Rais, MA sekaligus memberikan tausiyah. Ketua PWM Sumatera Utara, Prof DR Asmuni, MPd dalam sambutannya mengingatkan kepada warga Muhammadiyah untuk tidak mendlalimi diri sendiri. Jangan ada warga Muhammadiyah yang tidak patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Persyarikatan, dengan hanya mempuyai kartu saja. Tetapi, jadilah warga Muhammadiyah yang konsekuen menjalankan cita-cita KHA Dahlan, menjunjung tinggi ajaran Islam. Sehingga, terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sementara itu, pelaksana tugas Walikota Medan, Drs H T Dzulmi Eldin, MSi dalam sambutannya menyatakan bahwa, kedudukan dan peran Muhammadiyah dikenal cukup kuat dan besar. Terutama dalam mendukung proses pembangunan, sekaligus berperan penting dalam menjaga keharmonisan, kerukunan umat beragama di tengah-tengah masyarakat. Kontribusi besar dan peran aktif Muhammadiyah dalam dunia pendidikan melalui sejumlah lembaga pendidikan sangat besar. Hal tersebut, dilakukan untuk terlibat dalam program sosial kemanusiaan serta pengembangan sumberdaya manusia. Ia berharap, hal tersebut dapat terus berjalan, memberikan pendidikan bagi anak-anak kita, para generasi penerus. Sehingga, kualitas pendidikan kita lebih baik, dan mampu bersaing di dunia internasional. Sedangkan Prof DR HM Amien Rais, dalam tausiyahnya menyampaikan, mengapa Muhammadiyah dalam usianya yang lebih dari satu abad masih kuat, masih segar, dan akan terus berkembang di muka bumi ini. Karena, Muhammadiyah masih terus membuat rumah sakit, rumah yatim-piatu, sekolah dan madrasah hingga perguruan tinggi. Maka, sepanjang Muhammadiyah masih bermanfaat untuk manusia, maka Muhammadiyah tidak akan hilang dari muka bumi. Acara yang diawali pembacaan pidato Milad oleh Ketua PDM Kota Medan, Drs Adrika, SPd diakhiri dengan gerakan amal shalih menghimpun dana sebesar Rp 270 juta untuk melanjutkan pembangunan Gedung Dakwah Muhammadiyah Kota Medan.• (Rifian K) SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
59
DINAMIKA PERSYARIKATAN PD AISYIYAH SUKABUMI ADAKAN TUTORIAL HIJAB SYAR’I
SUKABUMI. Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat bekerja sama dengan tim Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) belum lama ini, menyelenggarakan kegiatan tutorial hijab syar’i, bertempat di aula Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Kegiatan yang terbuka untuk umum ini, diikuti oleh lebih dari 300 Muslimah dari berbagai unsur, mulai dari remaja, mahasiwa, dosen dan staf UMMI, anggota Aisyiyah, ibu-ibu dharma wanita dan masyarakat umum. Acara yang dibuka oleh Bupati Sukabumi, Ny Fatimah Sukmawijaya ini menghadirkan narasumber, Ine Rumiati, MPd, Ketua PD Aisyiyah Kabupaten Sukabumi dan Prahasti Suyaman, MAg dosen Al-Islam dan ke-Muhammadiyahan UMMI. Sedangkan tutorial hijab dipandu dan dipraktikkan oleh Siti dari Zoya, salah satu sponsor kegiatan ini. Di samping Wardah kosmetik dan Radar Sukabumi sebagai media partner.• (Reny Swani)
PDM BANYUMAS ADAKAN KAJIAN RUTIN BANYUMAS. Majelis Tarjih Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyumas bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, mengadakan kajian rutin setiap Jum’at malam. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka melangsungkan dan meningkatkan dakwah bagi warga Muhammadiyah. Mengawali kajian ini, ditampilkan Drs H Fuad Zein, MA dari Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Dalam kajiannya, beliau memberikan pemaparan tentang refleksi Muhammadiyah. Menurut beliau, ketika berbicara tentang refleksi, maka akan menarik membahas tantangan yang dihadapi Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan tajdid dan gerakan ilmu, sangat banyak tantangan yang harus dihadapi. Terutama dalam usianya yang sudah 104 tahun Hijriyah. 60
Menurut beliau, fenomena yang mulai menggejala dalam Muhammadiyah adalah, paham keagamaan yang masih kaku ditingkat Daerah dan Ranting. Penyebab utamanya adalah Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu, mulai apatis terhadap tajdid dan masih lemahnya budaya intelektual. Ulama dalam Muhammadiyah pun sangat kurang. Kajian rutin yang bertempat di Masjid Tujuh Belas ini, akan mengundang secara rutin PP Muhammadiyah sebagai pembicara. “Kepada seluruh warga Muhammadiyah Banyumas untuk hadir demi menambah pemahaman ke-Islaman kita,” ujar Arifin Mukti, Ketua Majelis Tarjih PDM Banyumas.• (Nur Oktafiani)
IMM GAGAS KBM UNSOED PURWOKERTO. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Soedirman Purwokerto, belum lama ini mengadakan acara silaturahmi dan tabligh akbar keluarga besar Muhammadiyah dilingkungan Universitas Soedirman. Acara ini bertema, “Muhammadiyah sebagai Teladan Kepemimpinan Indonesia”. Acara ini dimeriahkan dengan penampilan seni tari dan nasyid dari TK Aisyiyah Grendeng, yang kemudian dilanjutkan dengan tabligh akbar. Dan ditutup dengan penampilan grup hadrah dari PRA Grendeng.
Acara yang dihadiri sekitar dua ratus lima puluh orang ini, bertujuan menciptakan sebuah komunikasi antara dosen dan karyawan Unsoed, mahasiswa yang tergabung dalam IMM dan warga Muhammadiyah di lingkungan Unsoed yang tergabung dalam sebuah wadah bernama “Keluarga Besar Muhammadiyah Unsoed (KBM Unsoed). Tabligh akbar diisi tausiyah oleh DR Abdul Mu’ti, Med, Sekretaris PP Muhammadiyah. Dalam tausiyahnya menyatakan, para pemimpin Indonesia memang harus belajar ikhlas dengan para pimpinan Muhammadiyah. Karena yang membuat Muhammadiyah besar dan mampu hingga melewati seabad adalah keikhlasan pimpinan dan warganya. Di akhir tausiyahnya, beliau mengingatkan pada para kader IMM untuk menjadi kader yang militan, cerdas dan berani tampil membawa bendera Muhammadiyah.• (Akhman Kamali).
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H
DINAMIKA PERSYARIKATAN MILAD MUHAMMADIYAH PCM SAMBI BOYOLALI. Pimpinan Cabang Muhammadiyah, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dalam ranga Milad Muhammadiyah, mengadakan serangkaian acara yakni jalan sehat, yang diawali dengan kajian ahad pagi. Acara ini dibuka oleh Ketua PCM Sambi, Sabar, SAg dan tausiyah disampaikan oleh Muslih, MAg dari PDM Boyolali. Jalan sehat ini diikuti seluruh warga dan amal usaha Muhammadiyah mulai dari TK, SD, SMP/MTs, SMK dan BMT Muhammadiyah Nurul Barokah. Dalam tausiyahnya, Muslih, MAg menekankan perlunya dakwah yang termenejemen rapi. Agar disenangi masyarakat. “Jangan asal jalan. Karena kebaikan akan kalah dengan kejelekan yang tersusun rapi,” ujarnya.• (Pujiono) PCM ROWOSARI KENDAL ADAKAN JALAN SEHAT KENDAL. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Rowosari, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu mengadakan jalan sehat dalam rangka menutup rangkaian kegiatan peringatan Milad Muhammadiyah ke104 H. Kegiatan yang dipusatkan di lapangan Persega, Desa Gebanganom, Rowosari ini, diawali dengan pengibaran bendera start oleh Ketua PDM Kendal, KH Muslim. Jalan sehat ini diikuti sekitar 3.500 orang berasal dari 12 PRM seCabang Rowosari dan 6 AUM bidang pendidikan se-Cabang Rowosari. Peserta dengan semangat dan antusias menempuh jarak 3,5 km. Apalagi panitia 124 macam hadiah, terdiri dari, kulkas, sepeda, tv, kipas angin, peralatan sekolah, peralatan rumah tangga, peralatan dapur, peralatan elektronik, dll. Sambil menunggu undian kupon berhadiah, peserta dan masyarakat setempat dihibur oleh grup kesenian dari SMP Muhammadiyah 11 Rowosari. Melihat antusiasme dan semangat para peserta, kegiatan ini direncanakan menjadi agenda tahunan PCM Rowosari.• (Lamab) PWA JAWA TENGAH ADAKAN PELATIHAN KUDUS. Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah, baru-baru ini menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan paralegal bagi Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Daerah Aisyiyah dan Korps Mubalighat se-Jawa Tengah, bertempat di Hotel Abbas, Kabupaten Kudus.
Tujuan penyelenggaraan diklat paralegal ini, adalah untuk meningkatkan kinerja Majelis Hukum dan HAM serta Korps Mubalighat Pimpinan Daerah Aisyiyah dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sebagai sarana dakwah Islam melalui pendampingan di tingkat komunitas dan kepada korban tersangka/terdakwa. Khususnya untuk memenuhi ketersediaan paralegal dalam melakukan advokasi dan bantuan hukum secara non litigasi kepada masyarakat. Sedangkan tujuan khusus antara lain, membangun perspektif bersama tentang persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak meliputi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), eksploitasi, traficking dan perlakuan salah. Identifikasi kekerasan terhadap perempuan dan anak di tingkat komunitas. Dengan harapan, peserta mendapatkan pembekalan paralegal dengan kemampuan teknis pendampingan bagi perempuan dan anak korban kekerasan.
Kegiatan ini diikuti 150 peserta dari unsur Majelis Hukum dan HAM serta Korps Mubalighat PWA Jawa Tengah. Pemateri adalah: Siti Kasiyati, SAg, MAg dari Majelis Hukum dan HAM PWA Jawa Tengah, Surisman, SH, MH., Abdullah Tri Wahyudi, SAg, SH, Pinggir Tri Santoso, SH, Muhammad Julijanto, SH, MH dan DR Bambang Palasara, SH, MH dari BPHN Kementerian Hukum dan HAM RI. Hadir dalam acara ini Wakil Ketua PDM Kudus dan unsur Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah, Dra Hj Sri Gunarsih, SH, MH.• (M Julijanto) SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 1 - 15 JANUARI 2014
61
BR IBRAH
Bagai Bumi dan Langit
N
amanya Soinem dan Tukiyah. Keduanya tunanetra sejak kecil. Tinggal bersama tiga saudara lainnya yang juga sama-sama menderita kebutaan, yakni Tukiyem, Tukinah, dan Sajimin. Kelima kakak beradik itu hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka satu keluarga, tinggal di Dusun Bendo, Ngadirojo di Pacitan, Jawa Timur. Di kampung halaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebuah stasiun televisi swasta (12/12/2013) memberitakan kehidupan lima anggota keluarga itu sungguh tragis. Makanan sehari-hari mereka hanya buah ketela. Soinem dan Tukiyah mencari kayu ke hutan dengan berjalan saling tuntun. Sajiman ikut membuat batu bata, membantu tetangganya. Tukiyem memasak, sedangkan Tukinah membantu apa yang bisa dilakukan. Kondisi hidup mereka sungguh memprihatinkan. Tetangganya sesekali membantu dan memberi makan. Di negeri ini masih banyak saudara-saudara kita yang hidup menderita fisik, miskin, dan tak beruntung. Kehidupan yang sangat tidak layak. Hanya untuk makan saja sulitnya bukan main. Mereka sekadar ingin bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan. Bagi mereka hidup sungguh mahal, hanya untuk sekadar bisa bertahan. Di tengah zaman saat ini, jika masih banyak yang makan saja tidak pasti, sungguh sebuah tragedi. Adakah yang masih peduli? Sementara di Jakarta dan kota-kota besar lainnya para koruptor dan elite negeri hidup berkemewahan melampaui batas. Seorang koruptor yang sudah divonis pengadilan diketahui banyak menyimpan mobil dan rumah mewah, tanah dan aset-aset kekayaan yang hitungannya sungguh tak masuk akal. Bahkan yang kini jadi tersangka diketahui memiliki 30 mobil, uang 109 miliar rupiah, dan berbagai aset rumah maupun tanah di sejumlah tempat yang semuanya disita Komisi Pemberantasan Korupsi. Dua kehidupan kontras antara rakyat jelata dan elit bangsa 62
itu merupakan panorama tragis dalam kehidupan. Sungguh senjang bagaikan bumi dan langit. Ketika kaum miskin yang dhu’afa-mustad’afin berjuang keras betapa sulit mengais kehidupan hanya untuk sesuap nasi, di luar sana para elit negeri hidup bergelimang mewah, bahkan dengan uang haram yang dijarah dari rakyat. Uang yang mereka korupsi itu sesungguhnya uang rakyat yang dipermainkan, disiasati, dan diakali untuk dicuri secara sistematik. Jumlahnya sungguh fantastis dari miliaran hingga triliunan. Tragisnya, ada segolongan umat yang tidak percaya tokohnya korupsi, karena ditanamkan secara fanatik bahwa kejadian itu hasil rekayasa politik. Padahal betapa tidak bermoralnya perbuatan korupsi. Ketika jutaan orang miskin, lemah, dan terpinggir sesak napas hanya untuk bertahan hidup dalam segala keterbatasan dan ketertinggalan. Para petinggi negeri dari pusat hingga daerah mencuri uang negara yang itu sepenuhnya uang rakyat. Mereka yang seharusnya melindungi, menyejahterakan, dan memajukan kehidupan rakyat malah berlomba memakmurkan diri dan kroninya dengan cara-cara yang haram. Mereka yang menduduki tahta atas mandat rakyat, malah menyalahgunakan amanat mulia itu dan tidak hirau dengan nasib rakyat yang diwakili dan memberinya kursi. Maka, jangan heran jika negeri ini dilanda banyak kemelut dan tragedi karena para petingginya selain hidup gelimang mewah, mereka dengan nista melakukan korupsi dan kemunkaran yang menyengsarakan rakyat. Perilaku mereka telah melampaui batas. Padahal Allah telah memberi peringatan dengan keras dalam Al-Qur’an: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (Qs Al-Isra’: 16).• A. Nuha
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 99 | 28 SAFAR - 13 RABIULAWWAL 1435 H