Kurikulum magang fix

Page 1


2|M a t e r i A n g g ot a M a g a n g


“Cuap-Cuap Penyusun�

Bersiap Melihat Realita Masuk dalam dunia jurnalistik tidak serta merta hanya dibutuhkan skill menulis. Mengungkap sebuah realita membutuhkan berbagai macam analisis dan kemampuan lain dalam mengidentifikasi apa yang layak diungkap dari sebuah pengamatan. Seperti halnya saat mata kita gunakan untuk melihat. Hanya ada satu titik dari sekian luas hamparan pemandangan realita yang mampu dilihat dengan jelas. Titik yang menjadi sebuah pengamatan menarik tergantung cara pandang kita terhadap titik tesebut. Kedalaman analisa dan identifikasi pun akan berpengaruh terhadap nilai pengamatan. Faktor-faktor lain seperti pemahaman terhadap permasalahan tertentu juga harus dilandasi pola pikir yang kuat. Dibutuhkan penguatan terhadap hal-hal mendasar agar tidak terjadi pergeseran tujuan. Sering kali kita yakin tentang sesuatu yang kita anggap benar, tapi apakah kemudian hal itu menjadi pembenaran tanpa adanya pemahaman masalah yang lebih mendalam? tentu semuanya harus berdasar. Dalam buku kurikulum ini kita diajak untuk lebih memperdalam dunia persma. Mengenal dunia idealisme, yaitu ruang yang masih dan akan selalu menjaga spirit mahasiswa dalam menjalankan fungsi sebagai agent of change, dan agent of control. Pertama kita akan berdiskusi tentang persma. Gabungan dua kata dengan pemaknaan filosofis. Sebagai pers dan sebagai mahasiswa. Persma mempunyai etika dalam menjalankan fungsinya. Sebagai insan intelektual. Tentunya etika ini akan menjadi dasar dari setiap prilaku jurnalistik kita. Setelah paham tentang sebuah ideologi tersebut, kita akan lebih mengenal aspek teknis kerja seperti teknik wawancara, penulisan berita, manajemen redaksi, foto jurnalistik, dan lay out. Kemudian berkenalan dengan analisis sosial, filsafat dan dunia jurnalistik yang saat ini telah berkembang pesat.

3|M a t e r i A n g g ot a M a g a n g


Magang usai, kita sudah mampu memahami aspek-aspek mendasar yang telah terangkum dalam buku sederhana ini. Selanjutnya kita siap menjalankan dan mengaplikasikannya ke dalam bentuk kerja yang lebih profesional. Akhirnya cara pandangan kita terhadap sebuah realita menjadi lebih utuh. Dinding persepsi runtuh dan membebaskan kita menjadi manusia yang lebih dewasa. Siap, setiap menghadapi realita.

Dian “Cetar� Teguh W. H.

4|M a t e r i A n g g ot a M a g a n g


5|M a t e r i A n g g ot a M a g a n g


6|M a t e r i A n g g ot a M a g a n g


PERS MAHASISWA DAN KODE ETIK PERSMA Persma berasal dari dua kata ‘pers’ dan ‘mahasiswa’. Dari kedua kata ini mempunyai maknda dan filosofi sendiri. ketika digabung menjadi sebuah keutuhan makna yang dapat menjaga dasar spirit sebuah perjuangan. Jika dikupas maka persma adalah Penerbitan media yang seluruhnya dikelola mahasiswa sebagai agen pelopor perubahan dalam pendidikan dengan tetap mampu menjalankan fungsi pers secara konsekuen dan independen. Nama Persma terkandung 5 hal rumusan besar: 1. spirit intelektualitas (kritis), 2. kemanusiaan (keberpihakan pada moral dan etika), 3. kerakyatan (keberpihakan dan kepedulian pada rakyat lapis bawah), 4. kebangsaan (demokratisasi dan ke-martabat-an negeri). 5. spirit media, pers mahasiswa; independensi, kebebasan, dan keterbukaan publik menjadi nilai lebih. Fungsi dan peran persma: • Menampung ide-ide brilian mahasiswa baik berupa kritik, argumentasi, maupun solusi terhadap persoalan internal maupun eksternal kampus mulai dari persoalan agama, politik ekonomi, hukum hingga pendidikan dan sebagainya. • Menjadi alat yang ampuh untuk memperkuat eksistensi mahasiswa. • Menjadi aset besar bagi kampus dalam mengembangkan wacanawacana kritis mahasiswa. • Mengarahkan mahasiswa pada pikiran-pikiran yang normatif, ideal dan fundamental yang terkadang mengesampingkan realitas atau keadaan yang terjadi sebenarnya. • Hadir ditengah-tengah intelektual yang selalu mengedepankan cara berpikir ilmiah harus bersifat independen dan berimbang. Peran persma telah dimulai sejak orde baru bercokol. Keterbatasan kemerdekaan pers umum dalam mengungkap apa adanya menjadi keunggulan momentum pers mahasiswa (Nugroho dalam kompas,1998).

7|M a t e r i A n g g ot a M a g a n g


Kesadaran akan pentingnya media komunikasi antara mahasiswa dan birokrat; Sebagai ruang publik antara kampus dan pemerintah maupun masyarakat; dan sebagai media komunikasi antara mahasiswa dengan masyarakat tanpa melupakan nilai-nilai sosial politik adalah kunci peran pers mahasiswa (Sulistiyawan dalam Suara Merdeka,2006). Pers mahasiswa berani mengungkapkan hal-hal yang penting yang didiamkan pers umum yang takut kelangsungan hidupnya terancam oleh penguasa. Kegigihan untuk memberikan fakta apa adanya telah menjadi ciri khas kerja para aktivis pers mahasiswa seperti di zaman ’pergolakan’ menuntut reformasi. Selain itu persma mempunyai keunikan karakter yang tidak dimiliki oleh pers umum. Pers mahasiswa mampu mengkaji permasalahan sosial yang diberitakan dengan analisis keilmuan dan kemasyarakatan secara kritis akademis serta obyektif karena latarbelakang akademis dari persma yang bertempat di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Pers mahasiswa mampu menuliskan apa saja yang tidak mungkin ditulis oleh pers-pers umum dan memiliki loyalitas serta dedikasi tinggi, meski hadir di tengah suasana tak ada dana dan tekanan dari pihak universitas. Basis persma di kampus-kampus jauh lebih konsisten dan tetap setia memperjuangkan idealisme pers pada umumnya. Sejalan dengan semangat perjuangan itu pada 15 Oktober 1992 di Malang ditetapkan dalam sebuah forum yang dihadiri 72 aktivis Persma dari 37 Perguruan Tinggi persma dari pelosok nusantara berhimpun dengan satu nama PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). PPMI beranggotakan lembaga pers mahasiswa (LPM) yang mempunyai kesamaan kebutuhan dan tujuan. Mengingat potensi persma yang sangat besar itu, himpunan ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa dan dapat menggetarkan bumi Indonesia. Setiap LPM yang menjadi anggota PPMI sejak dulu mempunyai hubungan kultur yang sangat kuat. kultur inilah yang tetap menjaga semangat perjuangan dari dulu sampai sekarang. Bisa dikatakan PPMI menjadi pemecah dinding pemisah antara satu LPM dengan LPM lainnya.

8|M a t e r i A n g g ot a M a g a n g


Himpunan inilah nantinya yang terus menerus menjaga kultur dan semangat pers mahasiswa. Kode Etik Jurnalistik Mahasiswa Kode Etik Jurnalistik bagi kalangan Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) sebagai upaya memberikan kemerdekaan berpendapat, berekspresi dan pers sebagai suatu hak asasi manusia yang dijamin oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemerdekaan pers terhadap kalangan pers mahasiswa sebagai sarana untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Untuk mewujudkan kemerdekaan pers, pers mahasiswa harus sadar akan tanggung jawab dan kewajiabnnya dalam kerja jurnalistiknya. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers mahasiswa harus menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers mahasiswa dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk memberikan jaminan pers yang merdeka dikalangan pers mahasiswa dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, pers mahasiswa memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, pers mahasiswa harus menaati kode etik jurnalistik: 1. Pers Mahasiswa Mengutamakan Idealisme. 2. Pers mahasiswa mengutamakan Independensi dan Etika Jurnalistik 3. Pers Mahasiswa menjunjung tinggi hak asasi manusia 4. Pers mahasiswa pro aktif dalam usaha mencerdaskan bangsa. 5. Pers mahasiswa dengan penuh rasa tanggung jawab menghormati, memenuhi dan menjunjung tinggi hak rakyat untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat. 6. Pers mahasiswa harus menghindari pemberitaan diskriminasi. 7. Pers mahasiswa wajib menghargai dan melindungi hak narasumber yang tidak berkenan disebut nama dan identitasnya.

9|M a t e r i A n g g ot a M a g a n g


8. Pers mahasiswa menghargai off the record terhadap korban kesusilaan dan atau pelaku kejahatan/tindak pidana di bawah umur. 9. Pers mahasiswa dengan jelas dan jujur menyebutkan sumber ketika menggunakan berita atau tulisan dari suatu penerbitan, repro gambar/ilutrasi, foto dan atau karya orang lain. 10. Pers mahasiswa senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan harus objektif serta profesional dalam pemberitaan dan menghindari penafsiran dan kesimpulan yang menyesatkan. 11. Pers mahasiswa tidak boleh menerima segala macam bentuk suap, serta tidak memanfaatkan posisinya untuk menyiarkan atau mempublikasikan informasi yang dimilikinya demi kepentingan pribadi dan golongan. 12. Pers mahasiswa wajib memperhatikan dan menindaklanjuti proses, hak jawab, hak koreksi, somasi, gugatan dan atau keberatankeberatan lain dari informasi yang dipublikasikan berupa pernyataan tertulis atau ralat. Penafsiran Kode Etik Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Pasal 1: Pers mahasiswa harus menjaga idealisme sebagai bentuk menjaga hati nuraninya dalam melakukan pencarian informasi dan pemberitaan untuk memperjuangkan kelas tertindas. Pasal 2: Independensi berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan dan intervensi dari pihak lain. Etika Jurnalistik adalah suatu bentuk norma dan aturan yang diatur dalam kode etik. Pasal 3: Hak asasi manusia adalah hak setiap orang yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sejak ia dilahirkan sampai dengan ia meninggal dunia. 10 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Pasal 4: Pers mahasiswa dituntut untuk aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang sesuai dengan konstitusi dalam menyajikan karya jurnalistiknya. Pasal 5: Pers mahasiswa harus bertanggungjawab terhadap karya jurnalistiknya dan melakukan kerja jurnalitiknya untuk menghormati, memenuhi dan menjunjung tinggi hak rakyat dari informasi yang benar dan akurat (berarti dapat dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. Pasal 6: Dikrimnasi adalah pembedaan pemberlakuan (membedakan ras, suku, warna kulit, agama, dan bahasa). Pasal 7: Adalah hak dari narasumber untuk diberikan perlindungan kepada narasumber yang tidak berkenan disebutkan nama dan identitasnya hal ini demi keamanan narasumber dan keluarganya. Pasal 8: Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan. Berita terkait korban kesusilaan sudah seharusnya diberitakan secara of the record karena menyangkut nama baik keluarga dan korban. anak di bawah umur adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum pernah menikah. Pasal 9: Kejujuran untuk menyebutkan sumber didapatnya berita atau tulisan dari karya orang lain, sebagai bentuk penghargaan karya orang lain dan dan bukan merupakan suatu bentuk plagiat dalam menyajikan karya jurnalistiknya.

11 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Pasal 10: Pers mahasiswa diberikan kebebasan penuh untuk menentukan karya jurnalistiknya tanpa ada intervensi dari berbagai pihak, objektif bukan sebagai suatu tujuan namun sebagai suatu cara jurnalis pers mahasiswa dalam melakukan kinerja jurnalistiknya. Profesionalisme adalah pers mahasiswa menujukan identitasnya kepada narasumber, menyampaikan keperluannya untuk melakukan wawacara atau ijin pengutipan, menghormati hak privasi, tidak menyuap, menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya. Pasal 11: Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempenghari independensi dan karya jurnalistik. Terhadap profesi jurnalitiknya pers mahasiswa tidak diperbolehkan memanfaatkan posisi dan informasi yang ada untuk kepentingan pihak tertentu, pribadi dan golongan. Pasal 12: Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberikan oleh pers baik tentang dirinya atau orang lain. Dalam melakukan tindak lanjut terhadap keberatan-keberatan tersebut dilakukan melalui pernyataan tertulis atau ralat.

12 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


13 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


14 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


10 Elemen Jurnalisme Karangan Bill Kovach dan Tom Rosentiel. “Jurnalisme? Sebenarnya apa itu jurnalisme? Menurutmu?� Jurnalisme adalah hal yang bertujuan menyampaikan. Dewasa ini berita atau informasilah yang kerap disampaikan. Hal ini menjadikan jurnalisme diidentikkan dengan pekerjaan media. Dan yang melingkupi semua pekerjaan jurnalisme ada 9 elemen dasar yang harus diketahui. Antara lain: 1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran Kebenaran di sini identik dengan kejujuran sebagaimana fakta yang ada. Memahami kebenaran jurnlistik sebagai sebuah proses atau perjalanan berkelanjutan menuju pemahaman yang lebih realistis dan hal ini dimulai dari berita hari pertama dan perkembangannya. Walaupun pada dasarnya kebenaran sering kali bersifat subyektif, tapi jurnalis senantiasa harus mampu menyajikan fakta yang sebenarnya. 2.

Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat Semua terbitan pada akhirnya akan sampai pada pembaca. Warga lah yang menjadi obyek. Pemahaman warga adlah apa yang ditulis oleh jurnalis. Pun keberpihakan yang digunakan para jurnalis sebenarnya juga kepada warga. Bukan pada oplah atau bahkan atasan. Tetapi kepentingan rakyat yang utama. Jangan terjebak pada sensasionalitas dan eksploitasi. 3.

Intisari adalah disiplin verifikasi Pada dasarnya verifikasi perlu karena pada tiap kasus kita perlu mengadakan pengecekan dalam menentukan nara sumber, saksi, atau meminta komentar pihak yang terkait. Makna objektifitas juga tak boleh diganggu, impartial (tak berpihak), fairness (tidak berat sebelah), dan balance (keseimbangan). Teknik yang digunakan dalam verifikasi bisa dilakukan dengan menyunting berita, memeriksa akurasi berita, sumbersumbernya maupun kebenaran liputan.

15 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Lima hal prinsip intelektual:  Jangan menambahi sesuatu yang tidak ada  Jangan menipu  Transparansi  Andalkan reportase sendiri  Rendah hati 4.

Praktisi jurnalisme harus menjaga indepensi terhadap sumber berita Independensi mengisyaratkan adanya jalan untuk menjadi jurnalis yang tidak terpengaruh, baik pada pengalaman pribadi,maupun pihak lain yang mencoba mengintervensi. Tetapi tidak pula bersikap sinis, tidak terikat, dan berdedikasi untuk memberi informasi kepada masyarakat, tetapi tidak terlibat langsung. 5.

Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan dan menyambung lidah yang tertindas Ketika menghadapi tantangan yang demikian kompleks dengan permasalahan yang kompleks pula setiap pemerintahan tidak luput dari penyimpangan. Beitu banyak yang tidak diketahui olek masyarakat berkaitan dengan pemerintahan yang sedang memimpin. Di sini peran pers bisa dibilang sebagai anjing penjaga. Bukansekedar memantau pemerintahan tetapi juga semua lembaga yang kuat di masyarakat. Secara logis pers harus dapat mengenali kapan lembaga tersebut bekerja efektif kapan tidak banyak metode yang bisa digunakan dalam praktik ini, antara lain:  Reportase investigativ orisinal: biasanya dilakukan sendiri, mencari yang belum diketahui orang lain.  Reportase investigatif interpretatif: bisanya sampai pada pemahaman lain yang lebih mendalam dari masyarakat, melalui hasil pemikiran cermat, analisis, sekaligus pengejaran fakta-fakta secara intens.

16 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g




Reportase mengenai investigatif: dilakukan dengan meneliti hasil reportase resmi yang sudah ada atau dilakkukan olah agen pemerintah.

6.

Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat Pada dasarnya jurnalisme harus bisa menjadi fasilitas yang dapat menengahi debat, bukan malah jurnalisme yang memanggungakan debat artifisial untuk mengusik dan memprovokasi. Kini ada semacam �budaya argumen� yang digunakan persahaan komunikasi untuk mendapat audien dan keuntungan. Padahal seharusnya pers dalam hal ini berkewajiban membawa diskusi yang inklusif, bernuansa dan merupakan cerminan akurat dari debat yang terjadi di masyarakat. Dan pada akhirnya jurnalisme dapat membangun forum sebagai ikatan komunitas. 7.

Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik dan relevan Dalam hal ini jurnalisme bisa juga disebut sebagai mendongeng tetapi dengan sebuah tujuan tertentu, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia. Tantangan pertama adalah menemukan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Kedua adalah membuatnya bermakna relevan dan enak disimak. Hal tersebut membutuhkan reportase mendalam, ombuhan detail, dan konteks yang mengikat tulisan, tentu dengan kesesuaian. 8.

Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional Membuat berita yang komprehensif dan proporsional dapat diibaratkan kartografi (alat pembuat peta) modern sehingga menghasilkan peta bagi warga untuk mengarahkan persoalan masyarakat. Proporsi dan komprehensifitas dalam berita subjektif sifatnya, tidak hanya mementingkan satu golongan saja.

17 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


9.

Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka. Para jurnalis pada dasarnya harus diberi kesempatan untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan hati nurani mereka. Hal ini berhubungan dengan etika dan moral yang melatarbelakangi jurnalis tersebut. Termasuk dalam hal kejujuran, kesetian kepada masyarakat, independensi maupun dalam memantau kekuasaan. 10. Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan berita. Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme.

�Menguak kebenaran berita dengan hati nurani dan komprehensif� - Andreas Harsono -

18 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


19 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


20 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


MANAJEMEN REDAKSI PERENCANAAN PENERBITAN MEDIA I. Tahapan Konsepsional Bahwa dalam merencanakan sebuah penerbitan media, redaksi pers mahasiswa sebelumnya telah melewati tahapan konsepsional media. Dalam arti : Untuk apa dan bagaimana sebuah media akan diterbitkan ? a. VISI Media Mahasiswa Sebuah media pers mahasiswa dapat terwujudkan ketika mahasiswa sebagai pelaku/pengelolanya merasa bahwa kebutuhan akan sebuah media yang dapat mengakomodir suara mahasiswa, ide-ide mahasiswa ataupun penyampaian informasi terhadap masyarakat untuk diketahui adalah sebuah kepentingan yang harus diwujudkan. Proses awal kelahiran pers mahasiswa di tanah air dilandasi oleh semangat perjuangan menyuarakan suara masyarakat akan ketertindasan, tuntutan kemerdekaan ataupun semangat pembaharuan dalam kehidupan bernegara. Melalui media terbitannya, mahasiswa berusaha mengaktualisasikan ide-ide ataupun gagasan pembaharuannya, yang kemudian dari sini perlu adanya sebuah visi yang jelas bagi arah media. Visi media merupakan orientasi yang paling mendasar dari cita-cita perjuangan pers mahasiswa dalam menyampaikan infomasi dan gagasannya. Hal ini sempat ditegaskan pula dalam tesis Philip Albacth (seorang peneliti tentang Gerakan Mahasiswa dari Amerika ) yang menyatakan : " bahwa di negara-negara yang baru berkembang (negaranegara paska kolonialisme) mahasiswa selalu terlibat dalam persoalanpersoalan kenegaraan ataupun kemasyarakatan, yang hal ini disebabkan oleh bentuk tatanan sosial politik dan hukum di negara tersebut tidaklah mapan seperti halnya di negara-negara maju. Akan halnya keberadaan mahasiswa dalam persolan-persoalan di atas, dikukuhkan oleh bahwa mereka merupakan golongan kaum menengah dan secara absah diakui

21 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


sebagai elemen intelektual dalam sistem perguruan tinggi secara sosial dan meruapakan generasi penerus yang memegang peranan penting dalam percaturan dan mempangaruhi kebijakkan yang berlaku. Menilik dari fenomena sekarang ini, dimana pers nasional telah tumbuh meraksasa dengan berbagai kekuatan modal dan jaringannya, serta adanya keleluasaan memberitakan berita-berita kritis. Tentunya saat ini pers mahasiswa saat ini dihadapkan pada tantangan sekaligus kendala yang harus diselesaikan. Secara visional : manajemen yang berkaitan dengan strategis dan taktis keredaksian untuk tetap bertahanya (survive) pers mahasiswa serta menjaga eksistensinya adalah sebagai berikut : a.1 Pengambilan Angle/Sudut Pandang : Pers mahasiswa harus berusaha mengangkat persoalan (tematik) yang tidak diangkat oleh pers umum. Pengambilan angle yang berbeda dengan pers umum terhadap permasalahan yang diangkat dan dijadikan laporan utama serta berusaha mengangkat berita di balik berita. a.2 Investigation Journalism/Reporting Investigation Melakukan peliputan secara mendalam terhadap permasalahan yang diangkat, dengan menampilkan fakta yang komprehensif. a.3 Literary Journalisme & Sense Keilmuan. Menggunakan gaya bahasa yang deskriptif, persuasif, serta tidak tendensius. Hal ini akan mencerminkan kedewasaan intelektual. Menggunakan pendekatan yang tidak hanya jurnalis ansich, namun juga menggunakan etika keilmuan atau paradigma ilmiah. Pembangunan kultur kebersamaan dan intensitas pertemuan yang rutin adalah kunci penting pengelola pers mahasiswa. Hal ini penting bagi pembentukan budaya komunikasi antar pengelola serta menjembatani trans pemikiran dan Informasi khususnya juga ketika terdapat anggoat muda yang tertarik bergabung dalam aktivitas pers mahasiswa.

22 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


b. Misi Media Dalam menerjemahkan sebuah visi media, setiap generasi pengelola pers mahasiswa memiliki interpretasi yang berbeda. Hal ini terlihat dari potensi dan kemampuan yang telah teruji dalam menjalankan siklus penerbitan media mereka ketika mereka menjadi pengurus/pengelola media pers mahasiswa. Misi adalah sasaran yang urgen/penting dalam skala penerjemahan visi media. Kemampuan dalam bidang jurnalistik seperti halnya tulis-menulis berita dan pengemasan media merupakan bagioan dari misi media. Misi media dapat didefinsikan sebagai sebuah langkah operasional/ bentuk kongkret yang berupa pembangunan kultur kerja dan manajemenisasi kerja penerbitan media. Lebih sederhana dapat kita pahami, sebuah redaksi media memiliki pola perencanaan secara strategis, efektif dan terpola penerapan dari visi dan wawasan pers yang dimiliki pengelola pers mahasiswa dalam tujuan menerbitkan medianya. II. Tahapan Operasional A. Sidang Redaksi (Tahap Persiapan) Adalah proses penentuan kebijakkan redaksional, dalam hal ini seorang pemimpin redaksi adalah pemegang kewenangan tertinggi dan menetapkan tentang kesepakatan pengambilan kebijakkan agenda kerja redaksional serta mengkoordinasi semua lapisan jajaran redaksi mulai dari redaktur pelaksana hingga reporter. Dalam sidang redaksi perencanaan media guna mengeksplorasi/ menggali potensi dari tema-tema berita ataupun bentuk/ format penyajian berita (rubrikasi) dibahas serta ditentukan. B.

Kerja Redaksional Adalah proses penggalian kerja-kerja redaksional tahap awal (liputan/reportase : wawancara, investigasi, riset data) mulai dilakukan. Di sini seorang Redaktur Pelaksana adalah pemegang kewenangan untuk mengkoordinasikan semua awak redaksi untuk bekerja.

23 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


C.

Pengolahan Data Adalah usaha pengklasifikasian, identifikasi serta penyeleksian data yang telah diperoleh dari lapangan. Tahapan ini meliputi penggarapan penulisan (entry naskah), editing, dan pengecekan naskah berita. D.

Printing Procesing Adalah tahapan akhir dari kerja redaksional yang meliputi setting (tata letak), layout, pelengkapan foto-foto, illustrasi serta akhirnya pencetakkan. Peran Redaktur Foto, Redaktur Artitisik, sangatlah memegang peranan penting bagi usaha penyajian kemasan berita secara visual dan fisik media. Kerjasama yang terpadu di antara mereka amatlah dibutuhkan untuk membuat sebuah tampilan kemasan media yang menarik. E.

Pemasaran (Sirkulasi) Adalah tahapan pensosialisasian media pers mahasiswa. Pers mahasiswa disini memerlukan memiliki kiat-kiat khusus untuk dapat memperkenalkan dan menyampikan media mereka seperti halnya penyelenggaraan launching (peluncuran) media dengan dicover oleh kegiatan seminar ataupun sarasehan. Kerjasama dengan berbagai instansi terkait misalnya instnasi yang berkompeten terhadap pemasaran media, amatlah diperlukan guna melancarkan proses sosialiasasi media. Sehingga dimungkinkan banyak alternatif pemasaran bisa digagas dan dilakukan. III. EVALUAI AKHIR/SWOT Fase terakhir ini merupakan kesadaran untuk mengevalusi hasil yang telah disajikan. Proses evaluasi hendaklah merupakan “ Reason d’entre� guna dijadikan pertimbangan untuk peningkatan mutu pada edisi berikutnya. Sekaligus memberikan arahan dan legitimasi bagi kebijakkan redaksional edisi berikutnya. Jika pemahaman manajemen di atas dapat diterapkan, optimisme untuk menjadikan pers mahasiswa tetap survive dengan tidak meninggalkan visi dan misi pers mahasiswa sebagai media kontrol dan 24 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


edukasi, niscaya akan membuahkan pers mahasiswa yang produktif dan kreatif. Ketekunan, kebersamaan antar pengelola dalam menciptaan etos kerja yang kondusif akan memberikan nilai plus bagi eksistensi lembaga pers mahasiswa untuk tetap dikenang oleh pembacanya, Selamat Berproses !

25 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


26 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


TEKNIK WAWANCARA Teknik Wawancara Dalam melakukan wawancara perlu dipahami tehnik wawancara. Sebelum berwawancara, wartawan hendaknya mempersiapkan diri sebaik mungkin. Termasuk bahan pertanyaan yang akan diajukan. Wartawan harus berusaha tampil memikat dengan memegang kepribadian yang utuh, luwes, ramah, sopan, lincah, cerdas dan cekatan. Mengingat sebuah wawancara bukan pertemuan pertama dan yang terakhir kalinya. Sehingga harus diciptakan jalinan kesinambungan dengan sumber berita. Atas dasar sikap saling menghormati dan membutuhkan wartawan hendaknya : cepat dan pandai merumuskan pembicaraan menguasai materi merencanakan wawancara dengan berpedoman pada kaidah 5 W + 1 H serta jelas alur dan arah pembicaraan. Langkah-Langkah Dalam Melakukan Wawancara  kenali betul orang yang akan kita wawancarai sampai detail (nama lengkap, jabatan, tempat itnggal, kegemaran dll)  buat pokok-pokok pertanyaan dan cadangannya. (selebihnya bisa dikembangkan saat wawancara berlangsung)  pertimbangan kesempatan yang tepat (janji, penelponan, sanggong, insidentil dll)  pastikan kesediaannya dan beri gambaran seperlunya. Setelah seluruhnya siap lakukan wawancara dengan memperhatikan hal-hal berikut : 1. Memperkenalkan diri (dari media apa) dan menjelaskan maksud wawancara, apakah untuk berita lempang (straight news/hard news) atau untuk karangan-karangan khas (features). 2. Mengetahui kegemaran atau hobi orang yang akan diwawancarai, untuk membukan / memulai pembicaraan menuju wawancara.

27 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


3. 4. 5. 6. 7.

8. 9.

10.

11.

12.

13.

14. 15.

Jalin saling pengertian, saling percaya ciptakan suasana mutual trust. Ciptakan suasana familiar dan tidak terlalu formal, kecuali situasi menghendaki begitu (misal protokoler). Jangan buat aturan sendiri. Lihai membujuk dan merayu (pentingkan sumber berita). Jangan mati langkah jika harus “no comment” atau “off the record”. Cepat menyesesuaikan diri dengan situasi baru yang berkembang jika yang terjadi lain dari rencana semula. Cepat rumuskan pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya. Jangan jadi jaksa atau polisi, tapi jangan pula menjadi pendengar pasif. Jangan malu atau takut minta kejelasan jika memang tidak jelas (jangan sok tahu). Terutama menyangkut data, opini dan nama termasuk angka-angka yang rumit. Kalau perlu mintalah dia mengerjakan untuk anda. Jelaskan jika dia “off the record”, mana yang tidak perlu ditulis dan mana yang bisa, tanyakan. Hargai jika dia minta dilindungi identitasnya. Nyatakan terima kasih anda dan tanyakan pada sumber berita. Apakah ia masih berkenan untuk wawancara berikutnya, dilain kesempatan. Bacakan kembali hasil wawancara anda, meski juga direkam dalam recorder. Mohon kepadanya untuk memaraf, terutama bila menyangkut statement yang peka (baca:SARA) Kesinambungan poko pikiran antara alenia tetap dijaga. Setiap alinea mengandung unsur transisi yang mengacu pada poko pikiran yang akan tertuanag pada alenia berikutnya. Kalimat yang digunakan untuk membangun alinea lugas, ringkas, dan jelas dengan tetap bercitra-rasa bahasa yang baik. Tubuh berita diawali dengan penulisan date line dengan komposisi nama kota (peristiwa itu berlangsung) dan nama surat kabar /harian/mingguan yang menerbitkan.

28 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


29 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


30 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


FOTO JURNALISTIK Foto kiranya perlu dalam sebuah berita untuk menguatkan nilai berita, salah satunya. Fungsi dari foto jurnalistik adalah: 1. Mempercantik media 2. Menyiratkan tema atau sajian PEMUATAN FOTO YANG BERKAITAN DENGAN TEMA ATAU SAJIAN BERITA

FOTO yang menampilkan Antasari Ashar (ketua KPK) yang terjerat dengan kasus pembunuhan berencana dan terancam dengan hukuman mati.

Cover majalah dapat memuat foto yang menjadi bagian dari satu cerita dalam majalah. Sifat-sifat foto “COVER STORY� 1. Memiliki News Content 2. Disajikan dengan jelas hingga mendukung sajian ceritanya 3. Teknik dan artistik disampaikan dengan baik COVER STORY

31 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


(CERITA SAMPUL) 1. Banyak digunakan pada majalah umum atau serius sifatnya 2. Foto merupakan visualisasi suatu kejadian, peristiwa atau berita 3. Seluruh persyaratan penulisan berita harus berlaku juga pada foto jurnalistik

Gambar sampul sesuai dengan isi dalam laporan majalah terkait dengan “BAKRIE”

DAYA TARIK FOTO JURNALISTIK 1. KONFLIK 2. SEKS 3. HUMAN INTEREST (DAYA TARIK MANUSIAWI) 4. KEDEKATAN 5. KEBARUAN FOTO JURNALISTIK Daya tariknya ditekankan pada kekuatan ekspresi kejadian atau peristiwa yang digambarkan. 32 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


SIFAT-SIFAT FOTO BERITA Ada persamaan sifat TULISAN BERITA dengan FOTO BERITA, yaitu : Sama-sama mampu mencekam emosi pembacanya untuk dibawa seolaholah dibawa menghadapi peristiwa. Tetapi harus diakui foto lebih unggul dalam merekam peristiwa. Ditinjau dari keberadaannya foto mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1. Mudah dibuat 2. Akurat 3. Universal 4. Visual 5. Kompak 6. Selalu aktual Berikut penjelasan dari sifat keberadaan foto: 1. MUDAH DIBUAT Siapa pun dapat melakukannya. Apalagi dengan kecanggihan teknologi yang ditawarkan kepada kita.Tanpa dibutuhkan pengetahuan atau ketrampilan , peralatan foto yang otomatis dapat merekam atau kejadian di depan kita. 2. AKURAT Foto selalu akurat dan tidak pernah berbohong. Ia merekam apa yang kelihatan dan menyajikannya sebagaimana adanya. Dengan demikian karya jurnalistik , wartawan foto tidak perlu mengingat bagaimana kejadian itu, karena semuanya telah direkam dalam kamera dan dapat dilihat dari foto 3. UNIVERSAL Artinya, ia dapat berlaku dimana saja tanpa kita harus menerjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sebuah foto akan berbicara secara visual tentang kejadian yang direkamnya kepada berbagai orang secara sama, tidak akan menunjukkan dirinya berbeda diantara satu orang dengan orang lainnya. 4. VISUAL

33 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Foto merupakan bahasa visual yang mudah ditangkap dan dimengerti tanpa harus orang belajar membaca dan menguraikan artinya. 5. KOMPAK Foto dapat menjelaskan substansi berita secara kompak dan teratur. Ia menyajikan cerita secara runtut sesuai dengan kejadian yang direkam. 6. SELALU AKTUAL Sifat foto yang selalu aktual itu pada rekaman yang ekpresif yang selalu dapat menggugah emosi orang yang melihatnya. Nilai aktual yang seperti inilah yang membuat foto selalu menarik. JENIS FOTO JURNALISTIK Menurut R.M. Soelarko, ada 8 jenis foto jurnalistik, antara lain : 1. Spot news (foto berita) 2. Human interest 3. Foto Essay 4. Foto Cerita 5. Sekwen Foto (picture sequence) 6. Foto Humor 7. Foto Features 8. Foto Olahraga Berikut penjelasan dari sifat keberadaan foto: 1. SPOT NEWS Foto tunggal yang menyajikan satu peristiwa yang berdiri sendiri. Artinya, tanpa keterangan yang berbelit-belit dan panjang lebar, pembaca surat kabar dapat menangkapkan peristiwa yang bernilai berita. Dalam menyajikan foto sesedikit mungkin diberikan penjelasan bersifat penulisan. Foto jurnalistik yang paling tinggi nilai atau bobot beritanya selalu menyangkut suatu kejadian dan tepat waktu.

34 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


2. HUMAN INTEREST Foto jurnalistik yang diklasifikasikan dalam Human Interest adalah jenis yang berkaitan dengan masalah-masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan. Jenis foto ini menyajikan fakta yang menggugah emosi kemanusiaan, yang menyadarkan masyarakat akan harkat dan martabat manusia. Ada pesan kuat yang ingin disampaikan yaitu pesan Kemanusiaan. Yang terpenting dalam jenis foto ini adalah kedekatan masalah yang ingin disajikan kepada masyarakat

3. FOTO ESSAY Adalah serangkaian gambar atau foto yang merupakan essay. Bersifat opini. Apabila kita bisa menyajikan rangkaian foto secara menarik,

35 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


pesan yang ingin kita sampaikan melalui essay foto akan lebih mudah ditangkap pembaca daripada kita menyampaikannya dalam tulisan. misal: a. sekelompok perempuan muda pedesaan yang lugu dan memerlukan pekerjaan. b. Suasana prostitusi yang melibatkan pada perempuan muda. c. Suasana tawar menawar antara cukong- cukong.

36 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


4. FOTO CERITA Rangkaian foto yang serial untuk menceritakan atau melaporkan kejadian kepada pembaca. Pesan yang disajikan dalam foto harus bersifat faktual. Kejadian direkam dalam foto dan disajikan sebagai suatu laporan bergambar, misal : wartawan foto harus meliput peperangan, maka hanya akan melaporkan situasi perang tersebut dengan foto-foto yang dibuatnya.

37 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


38 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


5. FOTO HUMOR Adalah foto yang mengandung kelucuan. Kelucuannya harus bersifat unik dan universal. Semua orang harus dapat melihat kelucuan tersebut tanpa membuat orang lain tersinggung. Yang terpenting dalam membuat foto humor adalah jangan memanfaatkan (mengeksploitasi) kelemahan atau cacat orang lain sebagai bahan. Oleh karena itu diperlukan rasa humor yang tinggi dan kejelian dalam melihat kelucuan.

6. FOTO FEATURES

39 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Merupakan foto tunggal yang mengandung gagasan untuk disampaikan kepada orang lain. Ia bisa berupa foto tentang seni, ilmu pengetahuan atau politik, atau soal-soal sosial lainnya. Foto features hanya satu gambar dan mengandung berbagai penafsiran. Foto features harus ekspresif. Misal foto tentang sujud syukur jamaah haji yang sudah pulang dan tiba ditanah air.

7. FOTO OLAHRAGA Khusus mengenai foto olah raga perlu diperhatikan beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Tentang gerak atau aksi. 2. Tentang ekspresi 3. Tentang foto sekuen adalah yang terdiri dari satu aksi tetapi disajikan dalam beberapa gerak. Foto sekuen untuk lebih memberikan kesan dramatik.

40 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


BEBERAPA TEKNIK TENTANG FOTO JURNALISTIK Ada 2 teknik penting terkait dengan foto jurnalistik, yaitu : 1. Teknik Menempatkan Foto 2. Manipulasi Foto CATATAN  Yang perlu diperhatikan dalam foto jurnalistik adalah penggunaan foto.  Dalam karya jurnalistik penggunaan foto hitam putih menjadi sangat dominan.  Foto hitam putih lebih memberikan kesan kuat untuk penyampaian suatu pesan daripada foto berwarna  Aspek-aspek dramatis, artistik, dan aspek lainnya dapat kita peroleh dari foto hitam putih  Keuntungan penggunaan foto hitam putih dalam jurnalistik adalah sifat dokumentatifnya.

41 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


42 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


SETIAP MANUSIA ADALAH DESAINER Oleh Widi Desain grafis adalah ilmu tentang bagaimana menampilkan sesuatu secara visual. Berdasarkan definisi ini, sebenarnya tanpa sadar kita sudah sangat akrab dengan desain grafis. Sebelum berangkat kuliah, biasanya kita mematut diri di depan cermin, memilih pakaian yang kita anggap keren, menata rambut kita, dan pake bedak bagi yang cewek (emang yang cowok nggak ya? Hehe). Desain grafis tidaklah berbeda dengan kegiatan berdandan sebelum berangkat kuliah ini. Sama-sama berkutat dalam wilayah penampilan. Yup, desain grafis adalah ilmu tentang bagaimana menarik perhatian. Ilmu yang sangat genit bukan? Desain grafis adalah sesuatu yang mutlak di perlukan dalam dunia media. Ada 2 fungsi esensial yang menjadikan desain grafis itu demikian penting, yaitu fungsi estetis dan fungsi komunikasi. Fungsi estetis berperan untuk menarik pembaca. Sebagus apapun content tulisan di media kita, tapi kalau nggak dikemas dengan desain yang bagus, nggak akan ada pembaca yang menyentuhnya. Nggak percaya? Ambil saja contoh yang paling dekat dengan dunia kita, dunia mahasiswa: Skripsi. Kita semua tahu bahwa skripsi memiliki bentuk yang baku dan kaku. Dan kita semua juga tahu bahwa hampir tak ada seorangpun di dunia ini yang membaca skripsi, kecuali orang yang kebetulan juga sedang membuat skripsi. Bayangkan kalau skripsi itu kita layout sedemikian rupa, saya yakin akan lebih banyak orang yang tertarik untuk membaca skripsi. Skripsi akan lebih bermanfaat bagi kemaslahatan umat, dan nggak hanya menuh-menuhin ruang perpus. Loh, kok malah ngomongin skripsi... Harap maklum, soalnya sekarang penulis juga lagi sibuk menggarap skripsinya yang nggak jadi-jadi. Mungkin karena terlalu sibuk mikirin gimana layoutan skripsinya nanti... hehe... Kembali ke fungsi desain grafis. Fungsi yang kedua adalah fungsi komunikasi. Artinya, desain grafis juga berfungsi untuk membantu 43 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


pembaca dalam memahami isi tulisan. Hal ini terimplementasi dalam berbagai hal seperti pemasangan gambar illustrasi yang sesuai dengan isi tulisan, pemilihan font yang tepat, dsb. Ok, kiranya tak perlu berbasa-basi lagi. Segera hidupkan mesin, tancap gas dengan kecepatan 100km/jam. Langsung saja kita arungi jagad grafis yang maha indah. Lets get Rock ‘n Roll... Memahami Huruf/Font/Tipe Seringkali pemilihan huruf menjadi hal yang dikesampingkan. Kalau dilihat sepintas, ia memang kalah seksi dengan gambar ilustrasi atau foto. Tapi jangan salah, huruf memiliki arti amat penting bagi dunia media. Bahkan, yang namanya peradaban atau masa sejarah ditandai dengan peristiwa dikenalnya tulisan oleh manusia. Zaman sebelum ada tulisan sering disebut zaman prasejarah. Maka bolehlah kita katakan bahwa huruf adalah elemen utama dalam desain media. Pernahkah kita perhatikan bahwa huruf “A” atau”a” dalam sebuah tulisan bisa berbeda dari huruf “A” atau “a” dalam tulisan yang lain? Kita tahu bahwa keduanya abjad alfabet yang sama, tapi kita juga mengamati bahwa jenis hurufnya berbeda. Bisa jadi yang satu lebih tebal atau gemuk dari yang lain, bisa jadi kaki-kaki hurufnya ada yang memiliki tangkai, atau lebih pendek atau lebih panjang, dan sebagainya. Semua itu tergantung dari jenis huruf yang kita pakai. Jenis-jenis huruf ini disebut typeface (atau singkatnya tipe) atau font. Contoh-contoh font misalnya Times New Roman, Arial, Garamond, dsb. Berdasarkan bentuknya, para pakar tipografi umumnya membagi jenis huruf ke dalam dua kelompok besar: serif dan sans serif. Lalu ada kelompok ketiga dan keempat yang disebut script dan dekoratif. Jenis serif dan sans serif pun berbeda-beda, tapi mari sebelumnya mengetahui perbedaan serif dan sans serif. Serif adalah kelompok jenis huruf yang memiliki “tangkai” (stem). Lihatlah font Times New Roman, Bodoni, Garamond, atau Egyptian misalnya. Persis mendekati ujung kaki-kaki hurufnya, baik di bagian atas maupun bawah, terdapat pelebaran yang menyerupai penopang atau 44 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


tangkai. Menurut sejarah, asal-usul bentuk huruf ini adalah mengikuti bentuk pilar-pilar bangunan di Yunani Kuno. Seperti kita ketahui, bagian atas dan bawah tiang pilar memang lebih besar agar bisa membuat pilar lebih kokoh. Sementara sans serif (atau “tanpa” serif) adalah jenis huruf yang sebaliknya: tidak memiliki tangkai. Ujung-ujung kakinya polos begitu saja. Contohnya Arial atau Helvetica (Catatan: meski amat mirip dan sering saling mensubstitusi satu sama lain, kedua font ini tidaklah mirip persis. Cobalah sekali-kali Anda cetak contoh huruf dalam ukuran besar dan amatilah. Pasti ada bedanya. Percayalah pada saya... Masa nggak percaya sih... Sumpah pocong saya juga berani... hehe..). Selain serif dan sans serif, ada pula jenis huruf “sambung” dan huruf “gaya bebas.” Huruf sambung atau script bisa juga Anda sebut “huruf tulis tangan” (handwriting) karena menyerupai tulisan tangan orang. Atau bisa juga disebut “huruf undangan” karena hampir selalu hadir di kartu-kartu undangan karena dipandang indah dan anggun. Ada berbagai macam huruf script dan handwriting, mulai dari yang kuno hingga modern, dari yang agak lurus hingga miring dan amat “melingkar-lingkar”. Sementara huruf “gaya bebas” atau dekoratif mencakup segala macam jenis huruf “aneh” lain yang sulit dikategorikan dalam ketiga kategori lainnya. Kadang huruf ini bisa diinspirasi dari bentuk geometris tertentu, memadukan gambar atau pola tertentu, dan sebagainya. Di komputer juga dikenal font-font “wingdings-like” yang sebenarnya adalah clipart. Tiap hurufnya murni berupa ikon atau gambar, bukan huruf. Terus, kenapa sih font itu harus dibeda-bedakan? Bukankah hanya iman dan takwa yang membedakan kita di hadapan Tuhan? (Kok jadi kayak AA. Gym gini... hehe). Ok, kembali ke leptop... Pada ukuran teks sedang, seperti seukuran tulisan teks di surat kabar atau buku, umumnya tangkai pada kaki-kaki font serif membantu agar tulisan mudah dibaca. Mengapa? Karena tangkai font serif membantu membentuk garis tak tampak yang memandu kita mengikuti sebuah baris teks. Karena itulah kita banyak menjumpai buku-buku dilayout dengan serif. Menurut

45 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


penelitian, seseorang yang membaca font serif bisa lebih tahan membaca karena tidak mudah lelah—akibat adanya bantuan dari tangkai serif tadi. Namun pada kondisi-kondisi berikut ini: a) huruf amat kecil (seperti tulisan bahan-bahan di label makanan); b) huruf amat besar (seperti di plang-plang merek) yang harus dilihat dari jauh; c) di layar monitor; huruf sans serif kadang lebih mudah dibaca. Mengapa? Karena justru kaki-kaki font serif memperumit bentuk huruf sehingga sedikit lebih lama dibaca. Jika huruf kecil sekali atau pada resolusi rendah seperti di layar monitor, kaki serif bisa tampak bertindihan dan menghalangi pandangan. Karenanya kita banyak melihat plang rambu lalu lintas menggunakan huruf yang sesederhana mungkin agar bisa cepat dibaca, dan di halaman web banyak dipakai font sans serif karena lebih mudah dibaca pada ukuran kecil. Memahami Karakter Garis Apakah garis itu? Garis adalah bidang dengan ukuran panjang yang lebih panjang dari ukuran lebarnya. Jadi, pada dasarnya, garis adalah bidang. Berikut adalah beberapa contoh karakter garis berdasarkan bentuknya: Garis Horisontal Memiliki kesan/karakter keharmonisan, istirahat, tenang, pasif, diam, dll

Garis Vertikal Memiliki kesan kuat, stabil, tegas, kokoh, megah, harapan, dll

46 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Garis Diagonal Memiliki karakter dinamis, miring, tidak seimbang. Merupakan perubahan dari horisontal ke vertikal atau sebaliknya.

Garis Lengkung Majemuk Memiliki karakter yang indah dan terkesan lucu. Para seniman menyebutnya sebagai line of beauty.

Savety Layout Pada dasarnya tidak ada karya yang jelek di dunia ini. Penilaian secara obyektif terhadap sebuah karya seni adalah tidak mungkin. Subyektifitas akan selalu berperan. Akan tetapi, kita tentu mengenal apa yang disebut dengan kebenaran umum. Dalam ranah estetika, rupanya kebenaran umum ini juga ada. Nggak percaya? Coba, sekarang siapa yang berani bilang Luna Maya itu jelek? Nggak ada kan? Hehe... Itu menandakan eksisnya kebenaran umum dalam ranah estetis ini. Demikian juga halnya dengan dunia grafis. Ada sekian kebenaran umum tentang keindahan dalam ranah grafis. Dalam dunia desain media, saya menyebutnya sebagai “savety layout�. Yang saya maksud dengan savety layout adalah hal-hal minimal yang harus kita lakukan, agar desain kita bisa dikatakan baik oleh sebagian besar pembaca kita. Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan pada desain kita untuk bisa mencapai apa yang saya sebut savety layout tadi:

47 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


UNITY Adalah usaha untuk menjadikan desain kita menjadi suatu kesatuan sehingga terkesan harmonis, selaras, tidak tercerai berai, serta tidak menimbulkan kesan kontradiktif. Unity bisa diwujudkan dengan: 1. Membuat kesamaan total Kesamaan total disini adalah kesamaan secara keseluruhan 2. Membuat kesamaan salah satu unsure bahasa rupa Misalnya membuat kesamaan bentuk, arah, ukuran, atau warna 3. Membuat ikatan-ikatan 4. Menggerombolkan obyek-obyek 5. Mencari kemungkinan hubungan-hubungan BALANCE Adalah usaha untuk menjadikan desain kita tidak berat sebelah, sehingga nyaman dipandang. Efek balance bisa didapat melalui: 1. Simetrical Balance (keseimbangan simetris) Jarak, ukuran, dan arah obyek terhadap poros dibuat sama. Hal ini akan menimbulkan kesan formal, tenang, statis dan kaku. 2.

Obvious Balance (keseimbangan sederajat)

Berkesan tidak terlalu resmi, namun mempunyai kesan dinamis.

3.

Axial Balance (keseimbangan terselubung) Berkesan santai, menarik, dan sangat dinamis

48 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


PROPORSI Hal ini berkenaan dengan bagaimana kita menyusun dan menentukan ukuran obyek-obyek dalam desain kita, sehingga kita bisa menonjolkan bagian-bagian yang kita anggap paling penting untuk ditonjolkan. Nah, ngomong-ngomong soal menonjol (jangan ngeres ya‌ hehe), berikut adalah panduan yang bisa dipakai untuk menonjolkan obyek: 1.

Proporsi Ukuran Pada dasarnya, menonjokan sebuah obyek bukan bergantung pada seberapa besar/kecilnya obyek itu, akan tetapi perbedaan ukurannya dengan obyek yang lain.

Pada gambar A, lingkaran yang besar terlihat menonjol karena memang lebih besar dari lingkaran yang lain. Tetapi, pada gambar B, lingkaran yang kecil terlihat menonjol karena ukurannya paling kecil dibandingkan yang lain. Singkatnya, sesuatu akan menonjol bila ia berbeda dari yang lain. 2. Proporsi Warna Pemilihan warna juga bisa digunakan untuk penonjolan obyek. Seperti halnya dengan proporsi ukuran, penonjolan obyek bisa dilakukan dengan membedakan warna obyek tersebut dengan yang lain. Misalnya, bila obyek yang lain menggunakan warna gelap, gunakanlah warna yang terang untuk obyek yang akan kita tonjolkan, atau sebaliknya. Dalam hubungannya dengan bidang, pakailah warna yang terang untuk bidang yang luas, sedangkan untuk bidang yang sempit, gunakanlah warna yang kuat.

49 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


3.

Proporsi Bentuk Idem dengan dua point di atas. Gunakan bentuk yang yang berbeda untuk menonjolkan suatu obyek. Teknik Memilih Warna Seringkali kita mengalami kesulitan dalam memadu-padankan warna. Yah, gampang-gampang susah memang, karena masing-masing kita memiliki selera yang berbeda soal warna. Namun ada teori yang bisa kita pakai sebagai acuan supaya kombinasi warna yang kita pilih tidak terlihat norak. Teorinya sederhana, jangan memadukan warna-warna yang komplementer secara bersebelahan. Warna komplementer? Apa itu? Kok nggak pernah denger? Ok, tak jelasin‌. Perhatikan gambar disamping! Seperti kita ketahui bersama, warna primer terdiri dari merah, biru dan kuning. Merah dan biru, bila dicampur, akan menghasilkan warna violet. Biru dan kuning akan menjadi hijau. Sedangkan kuning dan merah akan menjadi orange. Nah, yang dimaksud dengan warna komplementer adalah warna-warna yang saling berhadapan seperti kuning dengan violet, biru dengan orange, atau merah dengan hijau. Sebisa mungkin, hindarilah memasangkan secara bersebelahan warna-warna yang saling berkomplementer, karena akan mengurangi keharmonisan desain. Namun perlu diingat bahwa ini hanya sekedar teori. Terserah kita mau pake ato nggak. Bukankah teori itu dibuat untuk memudahkan? Kalo kita ngerasa teori itu nggak asik dan justru membatasi kreatifitas, ya udah, libas aja‌

50 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Ok, kayaknya cukup segitu dulu. Selebihnya kita lanjutkan dengan diskusi bebas aja. Yang perlu diingat, seperti yang saya ungkapkan di awal tulisan ini, bahwa pada dasarnya kita sudah sangat akrab dengan desain grafis. Bahkan kita sudah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka setiap manusia adalah grafis desainer. Tidak usah ragu, tunggu apa lagi, ayo bikin sesuatu dengan desain grafis. Ayo berdandan.... ayo main genit-genitan...[]

Daftar Pustaka: Moh. Khobir, Responsi Nirmana 1, Diskomvis ISI Yogyakarta, Yogyakarta, 1996. Alan Swann, Design and Layout, Phaidon Press Limited, London, 1993

51 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


52 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


ANALISIS WACANA Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Dalam studi linguistic, wacana menunjuk suatu kesatuan bahasa yang lengkap, yang umumnya lebih besar dari kalimat, baik disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi yang menghubungkan proporsi satu dan yang lain, kalimat satu dengan yang lain, membentuk satu kesatuan. Kesatuan bahasa itu bisa panjang, bisa pendek. Sebagaai sebuah teks, wacana bukan urutan kalimat yang tidak memmpunyai ikatan sesamanya, bukan kaliamat yang dideretkan begitu saja. Analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian bahasa. Untuk menjelaskan lebih lanjut tentang analisis wacana, kita perlu bertanya Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana?. Dalam hal ini, A.S Hikam menyampaikan adanya tiga paradigma analisis yang digunakan untuk melihat bahasa. Ketiga paradigma analisis wacana ini yang akan mendapatkan porsi banyak untuk di jelaskan dalam tulisan ini selanjutnya. Pandangan pertama diwakili oleh kaum Positivisme - Empiris. Penganut aliran ini melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek yang ada di luar dirinya. Pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala aatau distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu cirri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara ide/pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah oranng tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan seemantik. Oleh

53 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


karena itu, kebenaran sintaksis (tata bahasa) adalah bidang utama dari aliran positivisme tentang wacana. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, titik perhatian utama aliran positivisme didasarkan pada benar tidaknya bahasa itu secara gramatikal. Istilah yang sering disebut adalah kohesi dan koherensi. Wacana yang baik selalu mengandung kohesi dan koherensi di dalamnya. Kohesi merupakan keserasian hubungan antar unsur-unsur dalam wacana, sedangkan koherensi merupakan kepaduan wacana sehingga membawa ide tertenti yang dipahami oleh khalayak. Pandangan kedua dalam analisis wacana adalah Konstruktivisme. Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan positivisme/empirisme dalam analisis wacana yang memisahkan subyek dan objek bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap bahwa subjek adalah aktor utama atau faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubunganhubungan sosialnya. Dalam hal ini, mengutip A.S Hikam yang mengatakan bahwa, subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Bahasa yang dipahami dalam paradigma ini diatur dan dihidupkan dalam pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya dalah penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jatidiri dari sang pembicara. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis yang membongkar makna dan maksud-maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang memngemukakan suatu pernyataan.pengungkapan itu dilakukan diantaranya dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara. Pandangan ketiga disebut pandangan kritis. Pandangan ingin mengoreksi pandangan pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi ssecara historis 54 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


maupun secara institusional. Seperti ditulis A.S Hikam, pandanga konstruktivisme masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inhern dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilakuperilakunya.hal inilah yang melahirkan paradigma kritis. Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada pandangan konstruktivisme. Analisis wacana dalam paradigma kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang adal dalam masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana digunakan untuk membongkar kuasa yang ada dalam setuap proses bahasa seperti, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan.Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Karena memakai perspektif kritis, (paradigma) analisis wacana yang ketiga ini sering juga disebut Critical Discourse Analysis/CDA.

55 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


56 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


ANALISIS SOSIAL Oleh Ipang Pengertian Ansos Secara sederhana analisa sosial dipahami sebagai usaha mencari dan mengidentifikasi hubungan antar berbagai variable dalam kehidupan social yang digali melalui riset lapangan dengan seperangkat pisau analisis tertentu. Analisis social merupakan usaha untuk menempatkan suatu masalah tertentu dalam konteks realitas social lebih luas yang mencakup konteks waktu (sejarah), konteks struktur (sosial, ekonomi, politik, budaya), konteks nilai, dan konteks spasial (lokal-globa). Dalam arti luas, analisa sosial dalam artian tersebut dipakai dalam hubungan dengan usaha mengubah keadaan atau memecahkan masalah yang dianalisis. Jadi, analisis sosial mencoba mengaitkan analisis ilmiah dengan kepekaan etis, artinya memperhatikan dan memikirkan tandakan yang dilaksanakan, dalam arti ini, analisis sosial mengendalikan dan mengandalkan nilai-nilai etis tertentu. Analisis dipergunakan sebagai alat saja untuk memperjuangkan tujuan tertentu. Maka, kedua pengertian ini tidak bertentangan, sebab analisis dalam arti pertama selalu harus mendasari analisis dalam arti luas. Pengertian-pengertian tersebut hanya untuk memperjelas. Yang terpenting dalam ansos adalah fungsinya itu sendiri. Berikut ini adalah sebagian fungsi dari ansos yang nantinya bisa dikembangkan peserta diskusi:  Menangkap persoalan kunci dalam suatu masyarakat.  Melihat konfigurasi masyarakat kelompok mana yang diuntungkan oleh struktur.  Melihat kaitan berbagai system yang bekerja di dalam masyarakat.  Melihat secara jeli potensi (modal sosial) yang dimiliki masyarakat untuk dikembangkan.

57 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g




Melakukan pilihan tindakan-tindakan strategis yang dapat mengubah masyarakat atau mempertahankan sesuatu yang dianggap baik dalam masyarakat.

Paradigma Ansos Dalam khazanah ilmu sosial, ada beberapa pengertian paradigm yang dibangun oleh para pemikir sosiologi. Salah satunya adalah G. Ritzer yang memberi pengertian paradigma sebagai pandangan fundamental tentang apa yang menjadi pokok persoalan dalam ilmu. Paradigm membantu pa yang harus dipelajari, pertanyaan yang harus dijawab, bagaimana semestinya pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dan aturanaturan apa yang harus diikuti dalam menafsirkan jawaaban yang diperoleh. Paradigma merupakan kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu bidang ilmu dan membedakan antara kelompok ilmuwan. Menggolongkan, mendefinisikan dan menghubungkan antara eksemplar, teori, metode serta instrument yang terdapat di dalamnya. Paradigma seperti yang dipahami secar umum merupakan suatu cara pandang dalam mendekati masalah. Pemahaman ini melihat bahwa paradigm sebagai cara how to see the world. Analogi ‘kacamata’ seringkali dipakai untuk memahaminya. Dalam kaitannya dengan model riset atau analisi, ansos lebih tepat menggunakan paradigma konstruktivis daripada naturalis. Ini mengacu pada usaha dalam ansos melihat masalah bentukan atau konstruksi sosial, bukan melihat dalam konteks kealamiahan sebagaimana para naturalis. Tidak hanya itu, paradigm konstruktiv isme juga dipakai untuk mengembangkan tindakan sosial untuk menyelesaikan masalah dan mengupayakan proses-proses penyadaran. Tentu hal tersebut berkaitan dengan resos (rekayasa sosial) sebagai tindak lanjut hasil analisis. Dalam menganalisis ketimpangan sosial tentu ansos bias meninggalkan paradigm ‘kritis’. Konsep tersebut mengacu pada pemahaman mahzab kritis yang sebagaimana pengaruhnya melekat pada para pemikir yang telah disebutkan di awal tulisan. Secara internal, pertama; teori ini menerima pandangan tentang perlunya kategori 58 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


imperative paham ilmu-ilmu sosial yang sejalan dengan argument yang mendukung imperative. Dan model kritis menyertakan bahwa untuk memiliki pokok bahasan (subject matter) seorang harus mempunyai maksud dan keinginan para pelaku yang diamatinya dan juga aturan serta konstitutif tatanan sosial mereka. Untuk melakukan ini semua maka digunakan pola pikir kritis. Kedua,menghindari sebuah kegiatan yang mempunyai asumsi kebetulan. Yaitu dengan cara membongkar system hubungan yang menentukan tindakan individu, dalam bahasanya Paulo Freire adalah kesadaran kritis (critical consciousness). Model berfikir kritis merupakan model yang menuntut bahwa para praktikusnya berusaha untuk menemukan kaidah kuasai-kausal dan fungsional tentang tingkah laku sosial dalam konstalasi kehidupan sosial sehari-hari. Ketiga, teori kritis bagian dari ilmu-ilmu sosial yang dapat digunakan untuk mengeksplor tentang teori-teori ilmiah sekaligus dalam penyingkapan terhadap realitas yang berkembang. Model berfikir paradigm kritis ini menganggap hubungan yang tersembunyi antara teori dan praktek sebagai salah satu titik tolaknya, dan ini berarti bahwa model ini mempertalikan pendirian pengetahuannya dengan pemuasan tujuan dan keinginan manusia. Langkah-Langkah Kongkret Analisis Sosial Metode analisis sosial ini dapat dipergunakan untuk menganalisa satuan-satuan sosial (misalnya desa, Ormas), masalah-masalah sosial (misalnya pengangguran, narkoba, masalah kepelajara/pendidikan) lembaga-lembaga social (misalnya sekolah, proyek pembangunana) dls. Langkah-langkah konkret berikut ini pertama-tama dimaksudkan untuk ditempuh bersama-sama dalam bentuk kelompok kerja oleh orang yang berkepentingan atau berminat. Biasanya didampingi oleh seseorang yang sudah berpengalaman adan atau yang bias membantu sebagai nara sumber.

59 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Langkah 1-5 merupakan usaha mengadakan, mengatur dan mempersiapkan bahan analisis. Dalam langkah 6-9 bahan itu dianalisis secara mendalam. Langkah 10 merupakan refleksi etis. Langkah 11 adalah awal pemanfaatan usaha analisis demi praktis dan politik yang kreatif. Kalau ada waktu secukupnya, maka semua langkah bias dijalankan satu demi satu. Kalau waktu tidak cukup luas, maka sekurang-kurangnya beberapa langkah penting sebaiknya dijalankan dengan memakai bahan bantuan dari pendamping analisis. Proses analisis social meliputi beberapa tahap antara lain: 1. Memilih dan menentukan objek analisis Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam arti realitas yang dianalisis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau misi organisasi. 2. Pengumpulan data atau informasi penunjang Untuk dapat menganalisa masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data dan informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa, kegiatan observasi maupun investigasi langsung di lapangan. Re-cek data atau informasi dilakukaan untuk menguji validitas data. 3. Identifikasi dan analisis masalah Merupakan tahap analisis objek berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pemetaan beberapa variabel, seperti berkaitan aspek politis, ekonomi, budaya dan agama dilakukan pada tahap ini. Melalui analisis secara komprehensif diharapkan dapat memahami substansi masalah dan menemukan saling keterkaitan antara aspek. 4. Mengembangkan persepsi Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam masalah, selanjutnya dikembangkan persepso atas masalah sesuai cara pandang yang objektif. Pada tahap ini akan muncul beberapa

60 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


kemungkinan implikasi konsekuensi dari objek masalah, pengembangan beberapa alternatif sebagai kerangka tindak lanjut.

serta

5. Menarik kesimpulan Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang; akar masalah, pihak mana saja yang terlibat, pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara politik, sosial dan ekonomi serta paradigm tindakan yang bias dilakukan untuk proses perubahan sosial. 6. Analisis mengapa keadaan itu demikian? Apa latar belakangnya? Terhadap bahan yang sudah disiapkan ini perlu dikemukakan pertanyaan-pertanyaan terus-menerus: Mengapa semua itu demikian? Apa sebab-musababnya yang lebih mendalam? Dengan perkataan lai, perlulah membongkar struktur-struktur dalam (vertical analysis) dari rumusan masalah dalam masing-masing kolom di atas (misalnya dengan menghubung-hubungkan mereka dengan anak-anak panah). Dalam hal ini, para peserta juga bias bertitik tolak dari beberapa analitis (yang berguna pula untuk meninjau kembali hasil analisis), misalnya: a. -

Politik Bagaimana pengambilan kuasa? Siapa yang mengambil keputusan? Siapa yang tidak diikutsertakan? Siapa yang diuntungkan oleh keputusan-keputusan itu? Siapa yang dirugikan? Bagaimana cara dan proses pengambilan keputusan? Golongan dan kelompok masyarakat manakah (baik formail maupun informal) yang mempunyai pengaruh politis? Siapa yang memiliki dan mengawasi alat-alat kuasa (lembagalembaga hokum, polisi, tentara)? Peranan konstitusi? Pola organisasi dan wibawa (kuasa) manakah yang dianut? Dalam bentuk apa rakyat berpartisipasi dalam politik? Apakah ada aliran-aliran politik yang berbeda-beda?

61 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


- Siapa memperjuangkan ideology mana dan tujuan politik mana? - Bagaimana hubungan antara Negara dan agama-agama? b. c. -

-

Ekonomi Bagaimanakah produksi (organisasi, teknologi), perdagangan, pembagian dan konsumsi barang-barang dan jasa-jasa diatur? System dan kebijakasanaan ekonomi manakah yang diandalkan? Bagaimanakah hubungan antara modal dan tenaga kerja? Siapa yang diuntungkan oleh tata dan kebijakan ekonomi itu? Siapa yang dirugikan? Apakah peranan uang, bunga uang, dsb? Siapa yang menguasai sumber-sumber daya alam? Bagaimanakah pembagian milik harta? Siapa yang mempunyai sarana-sarana produksi (tanah, modal, teknologi, pendidikan)? Adakah konsentrasi kuasa ekonomi? Apa akibat dari cara produksi dan konsumsi bagi lingkungan hidup dan alam? Sejauh mana ada pengaruh-pengaruh ekonomi internasional? Sosial-budaya Nilai-tradisi dan lambing manakah yang dianut dan diandalkan oleh masing-masing golongan masyarakat? Bagaimana semua itu tampak dalam bahasa sehari-hari? Agama dan ideologi mempunyai pengaruh apa? Nilai, ideology dan “mitos� manakahyang menentukan politik dan ekonomi? Manakah sikap-sikap dan harapan-harapan pokok yang terdapat dalam masyarakat? Hubungan-hubungan sosial manakah yang paling penting dalam masyarakat? Dalam struktur dan institusi sosial mana hubungan tersebut diwujudkan? Apakah ada masalah sosial yang khusus?

62 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


7. Mencari kesamaan dan perbedaanantara hubungan-hubungan dalam itu (cross analysis) dengan membandingkan hasil analisis vertical dalam masing-masing kolom Sehubungan dengan itu bisa dinyatakan antara lain: - Manakah ciri-ciri khas yang sama di semua bidang hidup masyarakat? - Apakah yang akhirnya memapankan masyarakat sekuruhnya itu? - Apakah salah satu bidang atau segi yang sangat dominan? - Apakah ada ketergantungan atau pertentangan antara satu bidang dengan bidang lainnya? - Apakah terdapat gejala kea rah konflik dan masalah yang harus dihadapi di mas depan? - Segi historis: bagaimana semua itu terjadi? Masa depannya? 8. Meninjau dimensi historis dari semua hasil analisis di atas Misalnya dengan bertanya: - Bagaimana keadaan sekarang bias diterangkan secara historis? Apakah ada periode, peristiwa-peristiwa dan saat-saat peralihan yang sangat penting? - Apakah ada perubahan-perubahan besar dalam tahun-tahun terakhir ini? Apakah ada dinamika perkembangan tertentu dalam masingmasing bidang atau masyarakat keseluruhan? - Ke arah masa depan tendensi apa saja yang terasa dan sudah tampak/ - Apa kiranya akan terjadi sepuluh tahun lagi kalau keadaan dewasa ini diteruskan saja dan tidak berubah? - Apakah ada sumber-sumber daya cipta dan harapan? 9. Menyusun sekedar rangkuman hasil analisis Misalnya dengan merumuskan sejumlah tesis pokok (masing-masing 1-3 kalimat), yang merupakan semacam “hukum-hukum umum� (prinsipprinsip yang dalam kenyataannya menentukan) di belakang keadaan atau masalah yang diselidiki. Tepat tidaknya tesis-tesis itu ditinjau kembali terus-menerus apakah sungguh berdasarkan dan sesuai dengan fakta dan data yang sudah dikumpulkan. 63 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


10. Meninjau dan menyoroti secara kritis premis-premis nilai yang diutarakan oleh para peserta kelompok dalam tahap kedua Dalam hubungan ini perlu diperiksa dan dibahas bersama-sama, dengan memperhatikan hasil analisis, apakah nilai-nilai itu memang “berguna, berarti, masuk akal dan dapat diwujudkan�. Sebagai titik tolak dapat dianjurkan pertanyaa seperti, misalnya: - Bagaimana saya mengalami kenyataan yang dianalisis itu? - Bagaimana saya mengartikan dan menilainya? - Di mana tempat saya dalam kenyataan itu? Dari pertanyaan semacam itu akan timbul sejumlah keprihatinan manusiawi ( yang seharusnya menantang iman orang-orang beriman untuk merumuskan keprihatinan iman mereka). Berdasarkan refleksi itu, kelompok mencari kesepakatan tentang nilai dan tujuan konkret yang hendak dipegang dan diperjuangkan bersama-sama (usaha ini merupakan refleksi teologis kalau dijalankan berdasarkan iman). Keputusan: apa yang bisa dibuat? Apa yang akan kita buat? 11. Menarik kesimpulan tentang apa yang ingin dan bias diusahakan secra perorangan atau bersama-sama Seberapa konkret kesimpulan itu, memang sangat tergantung dari bentuk analisis yang diadakan, yaitu: apakah pertama-tama sebagai latihan ataukah sebagai usaha nyata dari suatu kelompok yang hidup atau bekerja bersama. Dalam menyusun suatu kebijakan atau program kerja perlu diperhatikan “apa yang dapat dijangkau?�, mengingat bermacammacam halangan yang selalu ada. Perlu juga perencanaan dengan strategi yang hendak ditempuh, prioritas-prioritas serta operasionalisasi dari semua itu. Evaluasi: - Sejauh mana tindakan yang diambil berhasil? - Apa yang dicapai? Apa yang tidak berhasil? - Manakah efek-efek sampingan yang tidak diinginkan? - Mengapa ada kegagalan? Apakah ada kesalahan dalam analisis? Ataukah dalam perencanaan? Ataukah dalam pelaksanaan?

64 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


65 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


66 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


FILM REKOMENDASI Pembelajaran tidak harus melulu melalui teori dan membaca. Meskipun, pers memang identik dengan membaca dan menulis. Selingan berupa film yang masih berkaitan dengan jurnalistik bisa sedikit merefresh dari kepenatan materi sebelum-sebelumnya. Sementara ada beberapa film yang menurutku perlu dan aku sempat membuat sinopsisnya. VERONICA GUERIN Film ini dirilis tanggal 17 Oktober 2003 dengan durasi 98 menit. Disutradarai oleh Joel Schumacher, skenario oleh Carol Doyle dan Maria Agnes Donoghue. Dari judulnya nampak tokoh utama dan menceritakan tentang siapa. Film dokumenter biografi seorang wartawan Sunday Independent, salah satu surat kabar mingguan di Irlandia. Adalah Veronica Guerin. Wartawan wanita yang dibunuh pada tahun 1996 karena mengungkap peredaran narkoba yang sangat marak saat itu di Irlandia. Awalnya di Sunday Independent Veronica sering menulis tentang skandal gereja dan korupsi. Pada saat yang sama di Irlandia, Dublin khususnya, perdangangan dan pemakai narkoba sedang tinggi- tingginya. Veronica tertarik untuk menulis tentang perdagangan narkoba tersebut. Kondisi saat itu memang sudah terlanjur parah, bahkan anak kecil pun sudah memakai obat terlarang tersebut. Sayangnya, dari pihak penegak hukum sangat lemah dan seolah menutup mata. Para Bandar adalah pemilik modal besar dan mereka kebal hukum sehingga sulit untuk dihentikan.

67 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Film ini mengambil cerita saat Veronica berusaha mengusut para Bandar narkoba hingga dia dibunuh dengan tragis. Bagaimana dia dengan berani dan pantang menyerah mengusut berita ini sendirian. Meskipun terror, ancaman dan serangan terus menerus datang, dia tak pernah gentar. Bahkan saat kakinya tertembakan dan lukanya belum pulih dia masih bersikeras melanjutkan investigasi seorang diri. Hingga pada akhirnya dia ditembak di dalam mobilnya sendiri oleh orang suruhan seorang bandar narkoba. [] CAPOTE Film ini dirilis tanggal 30 September 2005 dengan durasi 114 menit. Disutradarai oleh Bennett Miller. Scenario oleh Dan Futterman. Philip Seymour Hoffman mendapatkan penghargaan Academy Award 2006 sebagai Aktor Terbaik untuk peranannya sebagai Truman Capote dalam film Capote (dilafalkan KA-PO-TI). Sama seperti film Veronica Guerin yang mengambiil judul tokoh utamanya. Bergenre thriller yang mengadaptasi novel non-fiksi berjudul In Cold Blood yang juga karya dari Capote tahun 1966. Menceritakan tentang ketertarikan Capote mengungkap kasus pembuhuhan sebuah keluarga di Kansas, Amerika Serikat. Tepatnya tahun 1959, terjadi pembunuhan massal keluarga Cluster secara sadis. Capote yang mendengar kasus itu tertarik untuk menulis artike pembunuhan tersebut. Bersama Harper Lee, mereka berangkat dari New York menuju Kansas. Capote yang merupakan seorang gay direndahkan oleh masyarakat disana saat tiba di kota kecil itu. Setelah dua tersangka tertangkap dan dijatuhi hukuman mati, Capote mengikuti mereka untuk mendapatkan cerita. Dia juga mengusahakan pengacara 68 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


yang bagus untuk melakukan banding. Di samping simpatinya terhadap tersangka, dia juga memerlukan mereka untuk menyelesaikan bukunya. Perry, salah satunya mengijinkan Capote membaca diary-nya. Diary itu sangat membantu Capote lebih mengerti Perry. Capote memang bersimpati pada Perry dan dia memberi harapan padanya, dan membantunya sehingga hukuman mati bisa ditunda sekian lama. Disamping itu, tekanan dari berbagai pihak yang menantikan penerbitan bukunya juga membuatnya tertekan. Dia tahu, jika kedua terdakwa itu bebas dari hukuman mati, maka bukunya tidak lagi relavan. Namun,pada akhirnya kedua tersangka itu menghadapi kematiannya di tiang gantungan. Dalam film ini menggambarkan kejatuhan seseorang dalam menapaki puncak sukses dan kepopulerannya karena jiwanya habis terkonsumsi untuk menyelesaikan karya agungnya sesempurna mungkin. Selain itu, tidak ada pula pengobaran eksplisit mengenai orientasi seksual Capote walaupun dia adalah seorang gay, sehingga tidak mengalihkan perhatian dari cerita utama filmnya. [] SHATTERED GLASS Film ini dirilis pada 31 Oktober 2003 dengan durasi 94 menit. Sutradara sekaligus penulis skenario adalah Billy Ray. Masih sama dengan dua film sebelumnya, mengulas tentang kisah nyata seorang tokoh. Seorang jurnalis muda berbakat bernama Stephen Glass yang bekerja di Majalah the New Republic. Kisahnya berpusat pada perjalanan karir Stephen pada tahun 1990-an tepatnya 1995-1998 di majalah yang sudah berusia 90 tahun. Karier Glass berkembang pesat di bawah bimbingan editor Michael Kelly. Kelly adalah “tipe editor yang baik� 69 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


menurut definisi Glass. Ia hangat, disukai wartawan, dan berani menentang keputusan pemilik, Martin Peretz. Keberanian ini membuat Peretz marah dan mengganti Kelly dengan Chuck Lane. Lane tidak komunikatif, dingin, namun lebih disiplin, termasuk dalam menegur Glass, sang reporter populer. Artikel-artikel Glass diakui sangat bagus dan turut mengangkat popularitas majalah tempatnya bekerja. Sampai suatu saat, artikelnya berjudul "Hack Heaven" ternyata diketahu merupakan artikel fiksi. Adam Penenberg (Steve Zahn), editor di media online, Forbes Digital yang mencoba mencari kebenaran berita tersebut. Artikel yang ditulis oleh Glass hampir mengandaskan karir Adam karena kecolongan berita tersebut. Setelah menelusuri sumber berita tersebut ternyata semuanya palsu. Semua data dan narasumber adalah karangan Glass sendiri. Penemuan itu berbuntut pada penemuan artikel-artikel lainnya yang ternyata totalnya ada 27 artikel dari Glass yang fiksi. Kebohongan ini membuat dirinya dipecat dan the New Republic memuat pernyataan maaf kepada publik atas kebohongan 27 artikel tersebut. Tidak diungkapkan dengan jelas, apa yang menyebabkan Stephen sampai berani berbohong kepada pembaca, mengingat kalau disimak dalam film ini. Dia punya kemampuan kerja jurnalistik yang bagus.[]

70 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


BALIBO Film yang rilis pada 13 Agustus 2009 ini berdurasi 111 menit. Film ini dibuat berdasarkan buku Cover-Up karya Jill Jolliffe dan disutradarai oleh Robert Connolly. Rumah produksi yang memproduksi Balibo adalah Arenafilm Australia. Balibo memenangkan penghargaan Best Australian Film pada Australian Film Critics Association tahun 2009. Berkisah tentang tragedi Balibo Five. Sayangnya film ini tidak lolos sensor Lembaga Sensor Film Indonesia sehingga tidak beredar di Indonesia. Pada tahun 1975 Timor Leste menyatakan diri sebagai negara yang merdeka setelah selama 400 tahun berada dalam jajahan Portugis. Sembilan hari kemudian Indonesia melakukan penyerbuan ke negara kecil tersebut. Lima orang jurnalis asal Australia yang berusaha meliput apa yang terjadi dinyatakan hilang dalam peristiwa penyerbuan di sebuah tempat bernama Balibo. Empat minggu kemudian, seorang veteran perang sekaligus jurnalis senior, Roger East mendapatkan sebuah tawaran dari seorang pemuda karismatik asal Timor Leste bernama JosĂŠ Ramos-Horta yang ingin East menyebarkan cerita tentang keadaan negaranya dan sekaligus menyelidiki nasib ke lima jurnalis yang hilang tersebut. Di Timor Leste ini, khususnya di Balibo, penyelidikan East dan Horta berujung pada sebuah kenyataan pahit dan mengerikan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada ke lima jurnalis malang tersebut dimana sebuah peristiwa pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh TNI, sebuah peristiwa yang menjadi rahasia besar nan kelam dari negara ini, Indonesia. JosĂŠ Ramos-Horta mendapatkan Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1996 bersama rekannya Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo. Komite Nobel memilih kedua penerima ini untuk 'usaha giat untuk 71 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


mencegah penindasan terhadap sekelompok kecil rakyat', dengan harapan bahwa 'penghargaan ini akan mendorong usaha-usaha penyelesaian konflik di Timor Leste secara diplomatik berdasarkan hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri. Komite ini menganggap JosĂŠ Ramos Horta sebagai "juru bicara internasional terkemuka bagi perjuangan Timor Leste sejak 1975."[]

GIE Sekarang beralih pada film dari negeri sendiri. Film yang disutradarai oleh Riri Riza dan diproduseri Mira Lesmana dirilis pada 14 Juli 2005 dengan durasi 147 menit. Dari judulnya tentu kita semua tahu siapa dia. Bahkan mungkin sebagian dari kita pernah menonton film ini atau mengetahui kisahnya.Diangkat dari kisah kehidupan Soe Hok Gie, aktivis dan penulis di tahun 60an. Kisah seorang yang selalu berada di luar (atau melawan) arus zaman. Gie dikenal sebagai orang lurus, jujur dan tidak kenal kompromi. Kejujurannya ini seringkali tidak bisa diterima oleh orang sekitarnya. Cintanya pada Indonesia dan dunia mahasiswa membuatnya selalu angkat bicara ketika ada yang dianggapnya akan merusak dua hal itu. Ia sangat kecewa ketika melihat perjuangannya melawan tirani dan rezim yang berkuasa saat itu, ternyata justru melahirkan rezim baru dan menyebabkan pembantaian jutaan orang yang dituduh komunis, termasuk sahabat masa kecilnya, Tjin Han. Soe Hok Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang tidak begitu kaya dan berdomisili di Jakarta. Sejak remaja, ie sudah mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh intelek-intelek kelas dunia. Semangat pejuangnya, setia kawannya,

72 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


dan hatinya yang dipenuhi kepedulian sejati akan orang lain dan tanah airnya membaur di dalam diri Gie kecil dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Semangat ini sering salah dimengerti orang lain. Bahkan sahabat-sahabat Gie, Tan Tjin Han dan Herman Lantang bertanya "Untuk apa semua perlawanan ini?". Pertanyaan ini dengan kalem dijawab Gie dengan penjelasan akan kesadarannya bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontaklah caranya. Semboyan Gie yang mengesankan berbunyi, "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan." Waktu berlalu. Orang-orang di sekitarnya mulai menyesuaikan diri dengan rezim baru, bahkan melakukan korupsi. Dia menolak untuk diam, meski dia bisa "masuk" ke lingkaran kekuasaan dan militer. Idealismenya ini membuat teman-temannya meninggalkannya, perempuan yang dicintainya, menolaknya. Hanya alam yang jadi tempat dimana ia bisa merasa diterima dan dicintai apa adanya. Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain itu, mereka juga gemar menonton, menganalisa film, menikmati kesenian tradisional, dan menghadiri pesta.[]

73 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


74 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


FILSAFAT Mengapa Filsafat ?* Mungkin sulit sekali rasanya mengantarkan kita kepada filsafat jika kita sebagai orang yang mempelajarninya tidak mau membaca dan selalu mencari.. Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan),tahu dengan mendalam, hikmah. Sedangkan Filsafat dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “pengetahuan dan penyelidikan dng akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebab, asal, dan hukumnya”. Secara historis kelahiran dan perkembangan pemikiran Yunani Kuno(sistem berpikir) tidak dapat dilepaskan dari keberadaan kelahiran dan perkembangan filsafat, dalam hal ini adalah sejarah filsafat. Dalam tradisi sejarah filsafat mengenal 3 (tiga) tradisi besar sejarah, yakni tradisi: (1) Sejarah Filsafat India (sekitar2000 SM – dewasa ini), (2) Sejarah Filsafat Cina (sekitar 600 SM – dewasa ini), dan (3) Sejarah Filsafat Barat (sekitar 600 SM – dewasa ini). Dari ketiga tradisi sejarah tersebut di atas, tradisi Sejarah Filsafat Barat adalah basis kelahiran dan perkembangan ilmu (scientiae/science/sain) sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Titiktolak dan orientasi sejarah filsafat baik yang diperlihatkan dalam tradisi Sejarah Filsafat India maupun Cina disatu pihak dan Sejarah Filsafat Barat dilain pihak, yakni semenjak periodesasi awal sudah memperlihatkan titiktolak dan orientasi sejarah yang berbeda. Bisa disebut kita harus berfikir secara radikal atau berpikir mendasar untuk meruntut dan mengetahui apa yang ada Pada tradisi Sejarah Fisafat India dan Cina tanpa memihak. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Fuad Hassan guru besar psikologi universitas Indonesia bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal dalam arti mulai dari radix suatu gejala dari akar suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjajagan yang radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan kesimpulan yang universal Sedangkan pada tradisi Sejarah Filsafat Barat semenjak periodesasi awalnya (Yunani Kuno/Klasik: 600 SM – 400 SM), para pemikir pada masa 75 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


itu sudah mulai mempermasalahkan dan mencari unsur induk (arché) yang dianggap sebagai asal mula segala sesuatu/semesta alam Sebagaimana yang dikemukakan oleh Thales (sekitar 600 SM) bahwa “air” merupakan arché, sedangkan Anaximander (sekitar 610 -540 SM) berpendapat arché adalah sesuatu “yang tak terbatas”, Anaximenes (sekitar 585 – 525 SM berpendapat “udara” yang merupakan unsur induk dari segala sesuatu. Akh mungkin saya terlalu jauh menjelaskan ini, saya tidak mau terlalu jauh memulai. Berfikir universal itulah salah satu hal penting yang menjadi pegangan kita, seperti Thales dan Anaximenes yang mempunyai pemikiran yang berbeda mengenai unsur induk atau yang membentuk alam semesta. Berpikir universal di sini adalah berpikir secara luas dan umum, dan sifat skeptis sangat berpengaruh dalam berfikir universal, karena kita tidak boleh langsung percaya terhadap sesuatu, kita harus selalu mencari dan mencari karena kebenaran bukanlah sesuatu yang kekal. Mencari dan mencari akan membuat kita semakin luas untuk berpikir dan pemikiran kita yang luas akan menghasilkan suatu hasil yang luas atau universal. Pythagoras (sekitar 500 SM) berpendapat berbeda dengan Thales dan Anaximenes. Pythagoras mengatakan bahwa segala sesuatu itu terdiri dari “bilangan-bilangan”: struktur dasar kenyataan itu tidak lain adalah “ritme”, dan Pythagoraslah orang pertama yang menyebut atau memperkenalkan dirinya sebagai sorang “filsuf”, yakni seseorang yang selalu bersedia atau mencinta untuk menggapai kebenaran melalui berpikir atau bermenung secara kritis dan radikal (radix) secara terusmenerus. Yang hendak dikatakan disini adalah hal upaya mencari unsur induk segala sesuatu (arche), itulah momentum awal sejarah yang telah membongkar periode myte (mythos/mitologi) yang mengungkung pemikiran manusia pada masa itu kearah rasionalitas (logos) dengan suatu metode berpikir untuk mencari sebab awal dari segala sesuatu dengan merunut dari hubungan kausalitasnya (sebab-akibat). Hubungan sebab akibat yang digunakan oleh Pythagoras menjadi sebuah pemikiran yang sistematis, karena pemikiran Pythagoras selalu beraturan dan urut dan bertanggung jawab, dimulai dari sebab dan berakhir di akibat. Dalam 76 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


mempelajari filsafat tentunya kita juga harus berpikir sistematis agar apa yang kita pelajari tidak amburadul melainkan teratur dan urut. Dalam merogoh kenyataan dibalik sebuah hakikat, maka dibiutuhkan keteletian berdasarkan urutan yang teliti dan beraturan. Pada akhirnya tak ada satupun ranting yang terputus dan sengaja dihilangkan. *TOR diskusi LPMS IDEAS

77 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Catatan Ekor Akhirnya terwujud juga menjadi penulis buku (hahahaha…XD). Ini buku kedua kita setelah Antologi Puisi “Ngaji Sastra” (berasa seperti penulis sekelas J.K Rowling). Padahal nulis cerpen aja masih kalah sama anak TK. Editing dan layout hanya beberapa jam saja. Terlebih lagi proses penyelesaiannya saat kita sedang jaga Macapat Café (emang anj*ng “jaga”). Buku ini hasil dari pencurahan semua kesaktian yang kita miliki selama berada di LPM MANIFEST (kaya Gatotkaca aja sakti mandraguna). Buku ini belum lengkap dan sempurna, karena sangat jauh dari konsep awal penyusunan. Ada beberapa materi yang masih belum sempat dimasukkan di dalamnya. Tentang acuan buku, analisis framing, media watch dan mungkin beberapa hal yang belum kita ketahui. Aku cuma pengen kalian yang liat dan pegang buku ini segera membakar dan menghancurkannya. Karena isi di dalamnya adiktif dan bisa merusak otak. Yang pada akhirnya aku mau kalian bisa menyusun dengan materi yang lebih dalam, penulisan yang lebih renyah untuk dibaca, editing yang ketat dan layout yang memanjakan mata pembaca. Beberapa detik sebelum menuliskan kalimat ini amnesiaku sembuh sebentar. “Ilmu adalah salah satu amalan yang tak pernah putus meskipun sudah mati”(amnesia lagi). Eh udah ya pembacaku yang baik hati. Amnesiaku kambuh lagi ni. Bingung baru ngapain aku barusan. Udah dulu ya. Di sambung di warung kopi aja, mau nutup kafe dulu. [Yudha Lutfi “FHSK”]

78 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


79 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


80 | M a t e r i A n g g o t a M a g a n g


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.