ECOTOURISM BASED ON RURAL HERRITAGE
TULCEA
Romania
A1 Kuliah Kerja Lapangan Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
AINAMOR AINAMOR AINAMOR AINAMOR AINAMOR AINAMOR
KULIAH KERJA LAPANGAN AINAMOR
i
Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro april 2021
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
MA AE ET T 1 1A A M
Abdul Aziz ATsamari
Istwindar Wahyu Adiyanto
21040118120024
21040118130141
Alifia Mentari
Muhammad Hafizh Alwan
21040118120008
21040118120052
Alvirariza Fakhira
Nurina Fauqa Rahma
21040118140082
21040117140060
Chintya Atmasantika
Paskalis Noventus Krishartadi
21040118120006
21040118130103
Ermi Nur Irmawati
Rosyifa Aura Salsabilla
21040118120012
21040118120029
Hana Humaira Syaeful
Tefi Liring Aditya
21040118130089
2104018140083
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
ii
iii
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
GAMBARAN
01
TEMA
GAMBARAN
03
UMUM
PROFIL
05
WILAYAH STUDI
16
ANALISIS SISTEM PERENCANAAN
ANALISIS ELEMEN RANCANG KOTA
42
26
KESIMPULAN
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
iv
ECOTOURISM BASED ON RURAL HERITAGE Ecotourism merupakan suatu perjalanan yang secara bertanggung jawab tidak mengganggu kelestarian alam lingkungan daerah tujuan, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Vajiram & Ravi, 2019).
3 (tiga) Fungsi penting ecotourism, yaitu memperkuat upaya konservasi, meningkatkan keuntungan ekonomi penduduk dan komunitas lokal, serta memperkaya pengalaman wisatawan. Konsep Ecotourism Based on Rural Heritage bertujuan untuk menjaga keberlangsungan usaha pelestarian sosial budaya masyarakat lokal, dimana antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan harus seimbang demi kesejahteraan masyarakat.
01
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
TULCEA, ROMANIA
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
02
T U L C E A
L O K A S I
Kota Tulcea terletak di bagian tenggara Romania. dengan luas wilayah sebesar 177,2 km2 . Jumlah penduduk Kota Tulcea pada tahun 2019 adalah 91.955 jiwa. Tulcea dikenal sebagai kota pelabuhan yang penting dan dapat diakses dari Laut Hitam melalui saluran utama Danube, yang merupakan pusat penangkapan ikan dan pariwisata di sepanjang saluran delta yang lebih kecil.
Batas wilayah Kota Tulcea: Sebelah Utara : Negara Ukraina Sebelah Selatan : Kota Babadag, Romania Sebelah Timur : Kota Sulina, Romania Sebelah Barat : Kota Isaccea, Romania
03
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1 A1
D D B R Danube Delta Biosphere Reserve Kota Tulcea berada di daerah fluvial dekat pesisir Romania yang termasuk dalam Danube Delta Biosphere Reserve (DDBR), meliputi Delta Danube, kompleks laguna Razim, dan area pantai laut. DDBR mewakili situs ekologi unik yang memiliki kepentingan internasional utama (sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO yang mencakup 5.425 spesies, 1.839 spesies di antaranya flora dan 3.586 spesies fauna) serta memiliki identitas yang kuat di Kawasan Laut Hitam dan di Eropa.
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
04
PROFIL WILAYAH KOTA
TULCEA
ROMANIA
05
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
1 A. IKLIM KOTA TULCEA Kota Tulcea beriklim subtropis lembab. Suhu rata-rata musim panas yaitu 25°C, dan suhu rata-rata musim dingin yaitu -3°C. Hujan memiliki siklus musiman dengan curah hujan terbesar pada akhir musim semi dan awal musim panas (655 mm/tahun). Bahaya alam utama yang dihadapi yaitu banjir dari curah hujan yang ekstrim.
Gambar Banjir di Kota Tulcea Sumber: Severe Weather Europe
b. penggunaan lahan KOTA TULCEA Kota
Tulcea
berada
di
7
bukit,
dikelilingi oleh rawa, dataran rendah yang datar, dengan banyak tanggul pertanian, rumpun pohon willow dan bukit pasir. Penggunaan lahan berupa Perumahan, Industri dan Komersial, Lahan
Pertanian,
Transportasi,
Kawasan hijau dan hutan, Padang Rumput, Pertambangan, dan Air.
Gambar Peta Penggunaan Lahan Kota Tulcea Sumber: www.arcgis.com/apps/Cascade
2 Pada tahun 2020 Kota Tulcea memiliki jumlah penduduk sebanyak 91.353 penduduk dengan populasi penduduk laki-laki sebanyak 44.418 jiwa dan perempuan sebanyak 46.934 jiwa. Seperti umumnya kota-kota di Eropa, Kota Tulcea juga mengalami laju pertumbuhan yang sangat rendah. Hal tersebut dapat
dilihat
dari
angka
kelahiran
yang
lebih
rendah
dibandingkan angka kematiannya. Berdasarkan data tingkat pertumbuhan Kota Tulcea semakin menurun setiap tahunnya.
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
06
Gambar Diagram Pertumbuhan Penduduk Kota Tulcea Sumber: Hasil Analisis 2021
Kota Tulcea memiliki kepadatan penduduk sebanyak 5.771 jiwa/km2. Mayoritas penduduk tinggal di perkotaan yang dipengaruhi oleh adanya industri sehingga meningkatkan migrasi dari pedesaan ke perkotaan. Sensus penduduk pada tahun 2011 mencatat Kota Tulcea memiliki lima etnis yang paling dominan yaitu etnis Romania sebanyak 93,2% dan sebagian lainnya yaitu Lipovan Rusia, Roma, Turki dan Bulgaria.
A K T I V I T A S
3
E K O N O M I
A. perikanan Pelabuhan di Sungai Danube Kota Tulcea menjadi tempat pemasukan pendapatan yang
penting.
Terdapat
banyak
perusahaan besar dan industri pembuatan kapal
yang
menjadi
kunci
aktivitas
ekonomi. Selain itu, juga sebagai pusat penangkapan ikan di Danube Delta.
Terdapat sekitar 1.500 nelayan diantara Gambar Perikanan Kota Tulcea Sumber: emerging-europe.com
15.000 penduduk Danube Delta.
Europe Maritime and Fisheries Fund (EMFF) mendukung penangkapan ikan yang
berkelanjutan,
membantu
masyarakat
pesisir
mendiversifikasi
ekonomi
mereka,
mendanai proyek yang menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas kehidupan di sepanjang pantai Eropa, dan melestarikan keanekaragaman hayati.
07
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
b. pariwisata Pariwisata di Kota Tulcea berbasis ekowisata dan budaya. Keanekaragaman flora dan fauna menambah daya tarik wisatawan. Pelabuhan utama Danube Delta di Kota Tulcea
pusat
sebagai
pariwisata
di
sepanjang sungai Danube Delta. Danube Delta Biosphere Reserve (DDBR) menjadi
Cagar Biosfer yang diakui oleh UNESCO dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Pariwisata ini memiliki kegiatan utama yang
Gambar Wisata Danube Delta Sumber: hellotravel.com
berkaitan dengan penangkapan ikan yang berkontribusi pada pendapatan nelayan.
Tulcea juga menawarkan wisata budaya Museum
seperti
of
History
and
Archeological, Ethnography and Folklore Museum, Tulcea Art Museum, Central Ecotourism
Museum
of
the
Danube
Delta, dsb. Jumlah wisatawan pada tahun
2018
meningkat
(25.290
wisatawan
77%
menjadi
asing
dan
161.290 136.000
wisatawan lokal) dan tingkat menginap Gambar Central Ecotourism Museum of the Danube Delta Sumber: flickr.com
mencapai
maksimum
(9.800
tempat
akomodasi dihuni).
c. industri Kegiatan industri di Tulcea yaitu industri logam, makanan, dan transportasi.
Sebagian
besar
terdiri
dari
industri
pengalengan ikan serta penambangan barit
dan
granit.
Terdapat
Industri
alumunium yang baru dikembangkan dan menjadi pemasok ke daerah lain.
Gambar Industri Pembuatan Kapal Sumber: manufacturing-today-europe.com
Industri makanan di Tulcea diproduksi dengan cara didinginkan, diolah, dan pengalengan ikan. Terdapat pabrik penyediaan peralatan industri perikanan dan kerajinan. Industri pembuatan kapal menjadi aktivitas utama di pelabuhan Tulcea. A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
08
I N F R A S T R U K T U R
4 a. transportasi
Kota Tulcea memiliki letak geografis yang mendukung pengembangan transportasi air, darat, dan udara. Kompleks pelabuhan Tulcea terletak di tepi laut Danube. Melalui jalan darat, koneksi dibuat dengan semua jalan lokal, kecuali di Danube Delta. Tulcea terhubung dengan jalan nasional dan jalan regional. Jalan Eropa E87 melewati wilayah dan Kota Tulcea. Pada jarak kira-kira 14 km dari pusat Kota Tulcea terdapat Bandara
Gambar Bandara Internasional Mihail Kogalniceanu Sumber: zbordirect.com
Mihail Kogalniceanu.
Angkutan umum perkotaan memiliki peran khusus dalam kehidupan kota dengan memastikan keterkaitan antar area fungsional, antara permukiman dan industri, serta area rekreasi dan budaya. Layanan transportasi umum perkotaan dikelola oleh S.C. Transport Publik S.A. Tulcea. Angkutan penumpang jalan raya disediakan bus dan
minibus milik swasta untuk memfasilitasi akses penduduk Kota Tulcea (termasuk penduduk yang berada di pinggiran untuk mendapat pelayanan umum di kota. Layanan
transportasi
air
meliputi
transportasi penumpang dan barang yang mendapat subsidi dari anggaran negara melalui anggaran Kementerian Transportasi dan Infrastruktur. Strategi Kementerian Perhubungan dan Infrastruktur periode 2011-2015, terdapat
dua
prioritas
modernisasi
yaitu
rehabilitasi
infrastruktur
dan
di
Pelabuhan
pembangunan
Pelabuhan
Tulcea
dan
Marina
Tulcea.
Proyek
tersebut
juga
termasuk dalam Strategi Pembangunan Gambar Pelabuhan Tulcea Sumber: zbordirect.com
09
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
Danube Delta.
b. air bersih & sanitasi Di tingkat Kotamadya Tulcea, penyediaan air dikelola oleh AQUASERV S.A. Sementara pengendalian kualitas air minum dipantau oleh Laboratorium Water Plant Tulcea.
79% Suplai dari Air Danube Delta melalui air permukaan dengan proses pengolahan
berupa
penyaringan,
desinfeksi
pengendapan, dengan
gas
klorin, dan penyimpanan.
Gambar Pengolahan Air Minum di Tulcea Sumber: coralconstrukctii.ro
21% Suplai dari Air Bawah Tanah
pengolahan air melalui pengeboran, penyimpanan, dan desinfeksi gas klorin Pengelolaan sistem air lebih baik di dekat Danube Delta untuk mengurangi polusi dan risiko kesehatan. Kota Tulcea merupakan pusat Regional Tulcea dan kota lain seperti Sullina, Isaccea, dan Macin. Proyek berupa peningkatan pasokan air minum dan sistem pengumpulan dan pengolahan air limbah. Pemasangan meteran air untuk
mengukur konsumsi air (Tulcea, Isaccea,dan Macin) yang dikontrol secara digital. Sistem pengumpulan dan pengelolahan air limbah diperpanjangan 10,2 km untuk jaringan pembuangan limbah di Tulcea, Isaccea, dan Macin. Tujuan utama proyek ini adalah memastikan ketersediaan air minum serta mengurangi resiko kesehatan dan lingkungan. Hasil bagi proyek ini berupa 97% populasi Tulcea, 97% populasi Isaccea, dan 90% populasi Macin terhubung ke jaringan akses air bersih yang berkelanjutan.
c. persampahan Pengelolaan sampah merupakan perihal penting dalam hal perlindungan lingkungan. Pendekatan terintegrasi
harus
memperhatikan
proses
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan limbah
sampah.
Penduduk
Kota
Tulcea
mendapat layanan berupa pengumpulan dan pengangkutan sampah rumah tangga. Otoritas administrasi penting
publik
untuk
memiliki
memastikan
peran
sangat
implementasi
pengelolaan sampah di tingkat lokal.
Gambar Persampahan di Danube Delta Sumber: southeast-europe.net
Dimana perlindungan lingkungan adalah kewajiban dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah, serta badan hukum dan perseorangan. Otoritas administrasi publik pusat dan daerah memiliki anggaran sendiri untuk program perlindungan lingkungan. A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
10
d. jaringan listrik Di Kota Tulcea, C.N. Transelectrica S.A. merupakan cabang Constanta Transport Branch yang mengelola pembangkit listrik OHL 400. Terdapat pembangkit listrik
transformasi 400/110/20 KV. Stasiun transformator Tulcea West merupakan pemasok penting Kota Tulcea dan platform industrinya, karena merupakan satu-satunya distribusi pemasok jaringan listrik. Pada stasiun transformator Tulcea Barat terdapat program investasi multi-tahunan dan lelang untuk perbaikan di semua tingkatan sehingga menjadi simpul penting untuk masa sekarang dan mendatang.
E. jaringan GAS Di Kota Tulcea, tanggung jawab distribusi gas dipegang oleh S.C. Tulcea GAZ S.A., yang memegang lisensi No. 943 distribusi gas alam di Kotamadya Tulcea, daerah Tulcea dan lisensi No. 944 untuk pasokan gas alam di wilayah milik Kota Tulcea, Regional Tulcea. Aktivitas utama adalah S.C. Tulcea GAZ S.A. adalah pendistribusian bahan bakar gas melalui pipa. Jumlah pelanggan rumah tangga dan non rumah tangga yang tersambung ke jaringan gas bumi meningkat tiap tahun dengan jumlah pelanggan pada 2007 yaitu 898 pelanggan dan meningkat menjadi 3.708 pelanggan pada 2011.
f. sarana kesehatan Perhatian
utama
Direktorat
Kesehatan
Masyarakat untuk penduduk Kota Tulcea, terkait
dengan
pengendalian
pengawasan
penyakit
menular
dan dan
pemenuhan kesehatan nasional. Rumah Sakit Darurat
Kabupaten
Tulcea
memberikan
bantuan medis ke seluruh kabupaten yang dilengkapi dengan peralatan dan tenaga kesehatan yang berkualifikasi. Gedung rumah sakit dikelompokkan menjadi gedung khusus perawatan penyakit resiko penyakit menular tinggi, rawat jalan terintegrasi, dan IGD.
Gambar Rumah Sakit Medical Delta Sumber: google.com
Untuk layanan ambulan tujuan utamanya memberikan bantuan transportasi medis darurat di seluruh wilayah Tulcea (Nasional dan Danube Delta), menyediakan transportasi medis berupa kapal medis. Upaya perawatan kesehatan penduduk Kota Tulcea berupa dokter spesialis, pembentukan pusat kesehatan permanen, dan memperluas jaringan komunitas perawat dan mediator kesehatan di kotamadya.
11
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
g. Sarana pendidikan Tersedia beberapa sarana pendidikan pada Kota Tulcea berupa Taman Kanakkanak (TK), sekolah kelas I-VIII, Sekolah Menengah
Umum
menengah
seni,
(Perguruan
Tinggi
(SMU),
sekolah
perguruan Agrikultur
tinggi dan
Perguruan Tinggi Teologi).
Gambar Perguruan Tinggi Spiru Haret di Tulcea Sumber: Google Maps 2012
Terdapat permasalahan fasilitas dan pelayanan pendidikan di Kota Tulcea, yaitu menipisnya jumlah sekolah pada jenjang sekolah menengah dan atas, kegagalan dalam mengatur jurusan dengan sedikit peminat, angka putus sekolah meningkat, dan berkurangnya jumlah siswa. Terdapat program merehabilitas sekolah berupa konsolidasi, restorasi atap, perbaikan lantai, instalasi listrik, pengaturan termal, dan sanitasi.
g. Sarana rekreasi Tempat rekreasi di Tulcea adalah pinggir laut, Taman Ciuperca dengan trek khusus bersepeda, Monumen Kemerdekaan, Civic Square, dan Taman Veolia. Lalu lintas kapal pesiar di Danube Delta merupakan sumber penting pariwisata disana. Kota Tulcea berpotensi dalam pengembangan kegiatan wisata karena letaknya dekat dengan Danube Delta Biosphere Reserve (DDBR), dengan sumber daya wisata alam dan antropogenik.
5
SOSIAL
Gambar Civic Square di Tulcea Sumber: allnumis.com
&
BUDAYA
Regional Tulcea daerah sungai dan laut memiliki ciri dengan warisan budaya yang kaya dan beragam (tradisi, adat istiadat, bangunan arsitektur, masakan tradisional dan lain sebagainya) baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Hal tersebut tercatat dalam daftar Monumen bersejarah di Romania, termasuk 40 peninggalan bangunan bersejarah yang bernilai luar biasa, baik di ranah nasional maupun internasional. A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
12
Tulcea adalah kota dengan 7 bukit yang salah satu bukit terbaiknya ada di bukit timur laut yang terdapat
Monumental
Kemerdekaan).
Eroitor
Monumen
(Monumen
Kemerdekaan
ini
didedikasikan untuk orang Romania yang berjuang demi kemerdekaan melawan Kekaisaran Ottoman pada abad ke-19. Monumen tersebut telah dipugar karena
rusak
parah
selama
Perang
Dunia
I.
Monumen terbuat dari granit dan dihiasi dengan patung perunggu prajurit dan burung bangkai.
Gambar Monumen Kemerdekaan Eroitor Sumber: pelicom.ro
Aspek ekonomi dan pariwisata yang dimiliki Kota Tulcea diakui berpotensi, namun kenyataannya belum berpengaruh banyak untuk mengubah status kawasan miskinnya. Terdapat masalah-masalah terkait kelembagaan di Kabupaten Tulcea, yaitu: - Kurangnya komunikasi & koordinasi antar lembaga - Kepentingan tiap lembaga yang bertentangan satu sama lain Danube Delta adalah delta terbesar kedua di Benua Eropa namun tidak mendapat perhatian terkait dengan sejarahnya sebagai salah satu komponen budaya yang penting, selain itu pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya relatif rendah dibandingkan dengan daerah lain di Romania. Dengan keadaan
seperti
ini,
pelestarian
dan
perlindungan warisan budaya merupakan tantangan utama. Gambar Delta Danube Sumber: sothebysrealty.com
Kurangnya dana menjadi kendala utama dalam pengelolaan warisan budaya. Pemerintah daerah kurang inisiatif dalam melestarikan warisan budaya karena anggaran yang defisit untuk pemenuhan kebutuhan dasar penduduk. Hambatan kedua adalah kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas. Pada tahun 2010, pegawai yang fokus bekerja di bidang budaya dikurangi jumlahnya sampai sebesar 32%. Hal tersebut berdampak pada penurunan pengawasan kualitas cagar budaya, pendokumentasian, penginterpretasi dan penyajian situs budaya kepada pengunjung. Terdapat tantangan dari kondisi alam yang tidak terduga seperti erosi pantai dan banjir. Hal ini akan menimbulkan kerusakan bangunan bersejarah yang terletak di pinggir laut dan pelabuhan. Maka dari itu, para pengambil keputusan wajib memiliki strategi dalam melindungi cagar budaya untuk mengelola kawasan pesisir yang terintegrasi.
13
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
6
KEBIJAKAN
Dalam segi kebijakan, terdapat beberapa kebijakan dalam pengembangan ecotourism di pesisir Romania. Beberapa kata kunci dalam kebijakan untuk menopang isu-isu strategis seperti peningkatan, promosi, pengembangan, dan manajemen yang efektif dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen perencanaan baik jangka menengah maupun jangka panjang. Segala aturan dan kebijakan terkait dengan zona pesisir di Romania harus dikaji oleh National Committee of Coastal Zone (CNZC) dimana memiliki beberapa tanggung jawab sebagai berikut: Menyetujui manajemen perencanaan yang terintegrasi pada wilayah pesisir, lokal, maupun perencanaan wilayah dan kota Menyetujui studi aktivitas yang berimplikasi secara signifikan pada kawasan pesisir dan lingkungan melalui pekerjaan yang eksisting Menyetujui proyek untuk menciptakan taman dan cagar alam Beberapa kebijakan dibawah ini dikutip dari National Strategy for Culture and National Heritage 2016-2020 yang dirumuskan dalam lima kebijakan strategis, antara
lain sebagai berikut:
1. THE CULTURE - FACTOR FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT Kebijakan untuk menegaskan pentingnya mempertimbangkan identitas lokal dan regional yang berimplikasi pada kebutuhan menjaga warisan budaya dan kesadaran akan nilainya pada komunitas. Tujuan ini mencakup posisi budaya sebagai pilar keempat dalam sustainable development disamping ekonomi, sosial dan masalah lingkungan.
2. THE CREATIVE ECONOMY Kebijakan ini memiliki tujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, menarik para investor, menciptakan nilai lebihdan menstimulasi pengembangan sosial budaya. Pemanfaatan potensi sektor ekonomi kreatif dan budaya bergantung pada budaya yang berkelanjutan dan ekosistem kreatif melalui semua fungsinya (pembuatan, produksi/pengeditan, pembagian/perdagangan, pelestarian, pendidikan budaya, manajemen/pengaturan). Tindakan usulan yang diajukan pada kebijakan ini adalah pengembangan sektor wiraswasta, mengaktivasi sumberdaya potensi ekonomi kreatif dan budaya terutama pada area romania dan meningkatkan aktivitas komersial eksternal pada operator di sektor budaya dan kreatif.
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
14
3. THE ACCESS TO CULTURE AND DIVERSITY OF CULTURAL EXPRESSION Kebijakan berikut bergantung pada keadaan dari pengadaan akan kebebasan ekspresi dari lingkungan dan harus berbasis dari intervensi lingkungan untuk pengembangan dari kondisi materi untuk kreasi. kemudian pengembangan audience, mendukung bentuk budaya kontemporer, mendorong ekspresi budaya dari kelompok minoritas dan memperluas intervensi budaya untuk kelompok rentan yang merupakan empat objective yang diambil oleh menteri kebudayaan untuk menguatkan demokrasi budaya.
4. ROMANIAN CULTURE IN THE INTERNATIONAL CULTURAL CIRCUIT Kebijakan ini diawali dengan menemukenali pentingnya budaya dalam dialog internasional,
mempromosikan
toleransi,
dan
mengakui
orang
lain
dan
keragamannya. Tindakan yang dilakukan melalui pengembangan diplomasi budaya dengan mempromosikan kekayaan nilai budaya Romania dan memfasilitasi dialog dan kerjasama internasional antara pengelola budaya. Tindakan tersebut dapat menumbuhkan visibilitas budaya Romania ke seluruh wilayah melalui kontribusi pada pengembangan kemampuan budaya lokal, ekonomi kreatif, dan nilai tukar.
5. THE CAPACITY OF CULTURAL AND CREATIVE SECTORS Memperkuat kapasitas sektor budaya dan kreatif dilakukan dengan tujuan untuk dapat menggali sumberdaya yang ada pada sektor terkait dengan maksud untuk melestarikan, menjaga, dan meningkatkan nilai lingkungan dan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, usaha tersebut juga bertujuan untuk memantik perekonomian masyarakat pesisir memanfaatkan sektor budaya dan kreatif yang memang telah ada dan berkembang di masyarakat. Melalui kebijakan tersebut kemudian diwujudkan ke dalam master plan yang berjudul Master Plan for Sustainable Development of the Danube Delta yang proses dokumentasi telah berlangsung sejak tahun 2005 yang menganalisis strategi dan intervensi di empat areal pengembangan, yaitu: 1. Strategi
Pengembangan
untuk
mengintegrasikan
kawasan
konservasi
keanekaragaman hayati dengan penerapan kebijakan sistem sosio-ekologis 2. Membina pengembangan yang berkelanjutan pada cagar biosfer Danube Delta 3. Mempromosikan pertumbuhan dan pengembangan sosial 4. Merek dagang Kemudian dari beberapa kebijakan strategis tersebut diturunkan ke dalam beberapa poin-poin
detail
strategis
yang
melibatkan
stakeholder
terkait
dengan
pengembangan areal pesisir yang menjadi satu kesatuan dalam perencanaan strategis tenggara Romania.
15
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM KOTA
PERENCANAAN
TULCEA,
ROMANIA
A1
DAN
INDONESIA
Ecotourism Based on Rural Heritage
16
S I S T E M
1
P E R E N C A N A A N
a. sISTEM PERENCANAAN DI ROMANIA Romania merupakan salah satu negara di
Dengan adanya kebijakan yang telah
Eropa yang tergabung di dalam Uni Eropa
disepakati oleh negara-negara di Uni
(organisasi antar pemerintahan negara-
Eropa,
negara di Eropa). Uni Eropa memiliki
perencanaan di Romania mengacu pada
kebijakan
visi dan tujuan pembangunan di Eropa
dalam
yang
mencakup
untuk
kebijakan
yang
selama jangka waktu tertentu. Terdapat 3
hukum
dan
tingkatan perencanaan yang diterapkan
kesepakatan
dan
berdasarkan wilayah yang direncanakan
harmonisasi
koordinasi
pengambilan
keputusan
pengambilan
otonom,
kerjasama
maka
yakni Uni Eropa, Nasional, dan Regional.
kebijakan di negara anggotanya.
B. sISTEM PERENCANAAN DI INDONESIA Sistem perencanaan di Indonesia diatur dalam UU
Secara Horizontal, Proses
25
tahun
2004
Pembangunan
Sistem
Perencanaan
awal
Sistem
perencanaan
tingkat
tentang
Nasional.
pada
perencanaan
pusat
terhubung dengan UU tentang penganggaran di
pertimbangan
tingkat
yang
pusat
dan
daerah.
Keterpaduan
dengan UU
SPPN
menghasilkan
perencanaan dan penganggaran di Indonesia
dokumen perencanaan dan
diinterpretasikan secara vertikal dan horisontal.
diteruskan
Pedoman
RPJP Nasional
Pedoman
Bahan
RPJM Nasional
Renja KL
Pedoman
Diacu
RKA - KL
Rincian APBN
RAPBN
APBN
Bahan
RKP
Dijabarkan
implementasi Pedoman
Pemerintah Pusat
Renstra KL
anggaran
yang mengacu pada UU KN. Secara
Vertikal,
perencanaan
Pedoman
Pedoman
Diacu
Bahan
Renstra SKPD
RKP Daerah
Dijabarkan
Pedoman
RAPBD
APBD
RKA SKPD
Rincian APBD
Bahan
Renja SKPD
UU SPPN (No.25/2004) UU KeuNeg (No.17/2003)
Pemerintah Daerah
RPJM Daerah
Proses dan
penganggaran
Diacu
RPJP Daerah
untuk
tingkat
daerah harus selaras dengan capaian
tujuan
yang
dirumuskan
pemerintah
pusat
terciptanya
agar
kesinambungan
antara
pemerintah pusat dengan Gambar Sistem Perencanaan Pembangunan di Indonesia Sumber: kebijakankesehatanindonesia.net
17
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
pemerintah daerah.
O T O R I T A S
2
P E R E N C A N A A N a. otoritas PERENCANAAN DI Tulcea Perencanaan wilayah/kota di Tulcea memiliki
otoritas
Terdapat
3
yang
kelompok
berhirarkis.
aktor
3
sistem
Setiap otoritas kabupaten dan kota memiliki yang
Departemen
berperan
dalam
Tata
Ruang
memecahkan
perencanaan yaitu pemerintah pusat
permasalahan, mengontrol, mengawasi,
dan daerah, instansi perencanaan, dan
dan
masyarakat
pelaksanaan penataan ruang.
sipil.
Menurut
struktur
administrasi-wilayah negara, terdapat 2 tingkatan yaitu kelompok desa (tingkat
4
memberi
Instansi
arahan
perencanaan
dalam
tata
ruang
(swasta dan akademisi) berperan dalam
bawah) dan kelompok kota-kabupaten
pengembangan dokumen perencanaan
(tingkat atas).
tata ruang yang dibuat oleh otoritas
Perencanaan tata ruang Danube Delta
administrasi publik.
dilakukan oleh para ahli perencanaan dan
hidrologi
dengan
B. otoritas PERENCANAAN DI Indonesia
bantuan
partisipasi pengambil keputusan dan masyarakat
lokal.
perencanaan
diserahkan
Sistem
Kemudian pada
tingkat
aturan
2
kabupaten
dan
nasional,
terdapat
Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang
berperan
urusan
Peran otoritas dalam perencanaan: Otoritas
di
dari tingkat nasional hingga daerah. Di
perencanaan tata ruang yang strategis.
1
wilayah/kota
Indonesia memiliki otoritas berhirarki.
Kementerian Lingkungan Hidup dengan mempertimbangkan
perencanaan
pemerintahan
perencanaan
kota
menyelenggarakan bidang
pembangunan
pada
berperan dalam pembangunan dan
tingkat nasional. Pada tingkat KabKota
perencanaan
diserahkan pada Bappeda Kab/Kota.
tata
ruang
dan
pembangunan sosial dan ekonomi.
Pembuatan
Secara aktif juga mengelola sumber
dikoordinasikan secara berhirarki oleh
daya lokal dan proyek pembangunan
pemerintah
ramah masyarakat.
masyarakat, Oleh karena itu, terdapat
Masyarakat
proses
sipil
terlibat
perencanaan
sistem
dalam
dokumen pusat,
perencanaan
perencanaan
daerah,
hingga
top-down
dan
bottom-up sebagai bentuk komunikasi
melalui
dua arah antara hirarki atas dan bawah.
konsultasi publik. A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
18
P E N D E K A T A N
3
D A L A M
P E R E N C A N A A N
a. Pendekatan Perencanaan TULCEA Perencanaan Kota Tulcea mengadopsi kondisi dan sistem perencanaan negara-negara Eropa. Pada periode tahun 1945 1989 Negara Rumania memiliki sistem perencanaan dengan pendekatan top-down. Sejalan dengan perubahan politik yang terjadi sistem perencanaan dengan pendekatan tersebut berubah dengan adanya perubahan dari ideologi komunis di bawah kendali negara. Pembentukan lembaga perencanaan tata ruang diawali dengan adanya Kementerian Konstruksi di tahun 1948, serta pembentukan Komite Negara untuk Konstruksi dan Arsitektur di bawah Dewan Menteri dan pembentukan departemen arsitektur dan sistematisasi di bawah Dewan Rakyat Daerah.
19
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
"
Sistem pendekatan perencanaan menggunakan pendekatan TOP-DOWN "
Berdasarkan laporan PBB pada tahun 2008, terlepas dari kegiatan politik dan ekonomi suatu negara, prinsip-prinsip seperti demokrasi, partisipasi, integrasi kebijakan, proporsionalitas berlaku untuk semua sistem perencanaan. Undang-undang yang berlaku setelah perubahan ideologi melakukan restrukturisasi dan mendirikan beberapa lembaga baru yang dapat digunakan untuk mengatur perencanaan dan pembangunan tata ruang.
B. Pendekatan Perencanaan Indonesia Pendekatan perencanaan di Indonesia diatur dalam UU. No. 25 Tahun 2004. Indonesia menerapkan beberapa pendekatan dalam proses perencanaan pembangunan, yaitu:
1.
Pendekatan Politik digunakan sebagai pendekatan perencanaan berdasarkan visi dan misi kepala negara maupun kepala daerah terpilih yang kemudian ditetapkan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
2.
Pendekatan Teknokratik digunakan dengan melibatkan para ahli pada bidang tertentu dalam membantu proses perumusan perencanaan pembangunan, contohnya perencanaan sistem transportasi.
3.
Pendekatan Partisipatif digunakan untuk dapat lebih melibatkan masyarakat sebagai target pembangunan dan berkontribusi dalam proses perencanaan. Partisipasi ini diwujudkan dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) sehingga masyarakat dari tingkat terkecil di desa atau kelurahan dapat turut serta memberikan ide atau solusi dalam pembangunan.
4.
Pendekatan Top-Down diterapkan di Indonesia sebagai perencanaan pembangunan yang langsung dirumuskan oleh pemerintah dan masyarakat atau pemerintah di tingkat yang lebih rendah langsung hanya menerima saja.
5.
Pendekatan Bottom-Up diterapkan dengan melibatkan pihak dari tingkatan di bawah untuk perumusan perencanaan. Pendekatan ini juga hampir sama dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat.
4
M A S T E R
P L A N
Perencanaan Kota Tulcea dapat digambarkan pada peta peraturan perkotaan berikut ini.
Gambar Master Plan Kota Tulcea Sumber: primariatulcea
Perencanaan Kota Tulcea dibagi ke dalam 10 sub-zona fungsional antara lain zona layanan publik, zona pusat, zona perumahan, zona mix-use, zona industri, zona pertanian, zona peralatan teknis utama, zona transportasi, zona ruang taman publik, dan zona tujuan khusus. Dalam zona-zona tersebut tentunya terdapat batas-batas wilayah administrasi Kota Tulcea, terdapat area alam yang dilindungi dan monumenmonumen bersejarah, serta terdapat lembaga dan layanan publik. Kota Tulcea didominasi oleh zona perumahan dengan luasan sekitar 32% dari keseluruhan wilayah dan disusul oleh zona industri sebesar 15%.
21
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
A L U R
5
P E N E T A P A N
R E N C A N A
Strategic Concept of Territorial Develpoment
National Strategy of Territorial Development
National Spatial Plan
National Investment Programs, Operational Programs
Regional Strategy of Territorial Development
Regional Spatial Plan
Regional Operational Programme, Regional Programs
Local Strategy of Territorial Development
County Spatial Plan, General Urban Plan
Local Multi-Annual Investment, Regional Preograms
National and European Strategic Documents, Key Issues, Central Issues, European Funding, Implementation Programs, etc
a. alur penetapan rencana di romania
Gambar Alur Pentapan Rencana Tata Ruang Romania Sumber : The Theory and Practice of Urban and Spatial Planning in Romania
Negara Romania bertanggung jawab mengorganisir masyarakat secara umum dan tata ruang secara khususnya. Negara memainkan peran sebagai pengambil keputusan yang bertugas mencapai mufakat bersama dalam berbagai kepentingan, peran tersebut diwakili oleh pemerintah lokal dan regional. Negara memiliki hak untuk melaksanakan rencana dan mengoreksi hasil kesepakatan, serta merumuskan kerangka umum penyelenggaraan kesepakatan. Berikut alur dokumen perencanaan Negara Romania.
1.
Dokumen Perencanaan Tata Ruang Nasional (National Spatial Planning Document),
Perencanaan tata ruang nasional dikembangkan di bawah
koordinasi pemerintah, dimana tujuan dan prioritas pembangunan yang dirumuskan pada skala ini harus dirinci dalam semua dokumen penataan ruang dan perencanaan kota pada tingkat daerah.
2.
Dokumen
Perencanaan
Tingkat
Wilayah/Regional,
Seluruh
dokumen
penataan ruang yang dikembangkan di tingkat ini hanya bersifat indikatif, artinya pemerintah daerah (DPRD dan DPD) atau lembaga desentralisasi pemerintah pusat tidak berkewajiban untuk melaksanakan tujuan pembangunan yang dirumuskan dalam dokumen ini.
3.
Dokumen Perencanaan Kota, terdiri dari Rencana Umum Kota, Rencana Zonasi,
dan Rencana Detail Kota
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
22
b. alur penetapan rencana di Indonesia RENCANA UMUM TATA RUANG
RENCANA RINCI TATA RUANG
RTR PULAU/KEPULAUAN RTRW NASIONAL
WILAYAH
RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
RTRW PROVINSI
RTRW KABUPATEN
RTR KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
RTR KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
RDTR WILAYAH KABUPATEN
PPERKOTAAN
RTR KAWASAN PERKOTAAN DALAM WILAYAH KABUPATEN
RTR BAGIAN WILAYAH KOTA RTRW KOTA
SISTEM ZONASI
ZONASI SISTEM NASIONAL
ZONASI SISTEM PROVINSI PERATURAN ZONASI/ZONING REGULATION
PERATURAN ZONASI/ZONING REGULATION
RTR KAWASAN STRATEGIS KOTA RDTR WILAYAH PERKOTAAN Gambar Hirarki Rencana Tata Ruang Indonesia Sumber : UU No 26 Tahun 2007
Dalam penyusunan tata ruang di Indonesia, penyusunan tata ruang bersifat hirarkis. Mulai dari yang bersifat makro (nasional) hingga dokumen detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja. Dokumen tata ruang tersebut adalah:
1.
4.
23
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan dokumen rencana ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada seluruh wilayah negara Indonesia. Dokumen ini berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang pada level provinsi dan kabupaten/kota. Rencana Detil Ruang dalam bentuk Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); merupakan pendetailan dari dokumen RTRWK dan berfungsi sebagai acuan dalam menerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
2.
3.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan penjabaran RTRWN pada masingmasing provinsi. Dokumen ini berlaku pada masingmasing provinsi yang diaturnya.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK); merupakan penjabaran dari dan RTRWP pada level kabupaten/kota. Dokumen ini berlaku pada masing-masing wilayah administratif kabupaten/kota.
S T R A T E G I
6
D A L A M
P E R E N C A N A A N
A. strategi dalam perencanaan tulcea, romania Strategi Romania dalam perencanaan pembangunan mencapai tujuan strategis dan
target nasional : 1. Pertumbuhan berkelanjutan (perubahan struktural dan keseimbangan ekonomi makro) 2. Pembangunan regional dan aksi lokal dengan mengacu pada isu-isu spesifik dari pembangunan pedesaan (pembangunan daerah; pembangunan pedesaan, pertanian,
kehutanan, dan perikanan). 3. Perencanaan tata ruang dan tata ruang melalui perencanaan tata ruang kadaster Romania.
4. Dimensi budaya sesuai tujuan pembangunan berkelanjutan. 5. Kapasitas administrasi dan kualitas layanan publik dengan melakukan pembangunan berkelanjutan sebagai ukuran efisiensi tata kelola dan kualitas kebijakan publik. 6. Kebijakan luar negeri dan keamanan sebagai pedoman umum dan kontribusi khusus Romania, meliputi Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Umum dan Kebijakan
Keamanan dan Pertahanan Eropa dari UE kaitannya dengan persyaratan pembangunan berkelanjutan. Strategi Kota Tulcea untuk rencana pembangunan tahun 2020: 1. Kapitalisasi berkelanjutan dari posisi geo-strategis dan sumber daya alam 2. Meningkatkan adaptasi penduduk terhadap kekhususan dan promosi sosio-ekonomi lokal keterlibatan sosial 3. Memfasilitasi akses utilitas, kualitas layanan pada bantuan sosial, kesehatan dan pendidikan 4. Mendukung budaya dan inovasi kewirausahaan 5. Meningkatkan daya saing dan daya tarik ekonomi di tingkat kotamadya Tulcea 6. Keterlibatan lembaga yang transparan dan aktif untuk pembangunan ekonomi dan sosial seimbang dari kotamadya
b. strategi dalam perencanaan pontianak, indonesia Strategi pembangunan nasional dimasukkan
Terdapat tiga dimensi pembangunan
dalam dokumen perencanaan berupa Rencana
dalam strategi pembangunan nasional
Pembangunan
Indonesia, antara lain :
Jangka
Menengah
Nasional
(RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Berdasarkan RPJMN 2015-2019 harus
masyarakat
terdapat beberapa strategi yang diambil
Pemerintah
1. Dimensi pembangunan manusia dan 2. Dimensi
dalam
pembangunan
sektor
unggulan dengan prioritas kedaulatan
pembangunan nasional yaitu meningkatkan
pangan,
ketahanan nasional, meningkatkan kualitas
ketenagalistrikan,
SDM,
ekonomi.
kelautan, serta pariwisata dan industri.
pemerataan
3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan
mengubah
Pemerintah
juga
struktur
melakukan
kedaulatan
energi
kemaritiman
dan dan
pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
24
A N A L I S I S
S I S T E M
A S P E K
SISTEM PERENCANAAN
OTORITAS PERENCANAAN
PENDEKATAN PERENCANAAN
ALUR PERENCANAAN
STRATEGI PERENCANAAN
25
P E R B A N D I N G A N
P E R E N C A N A A N
I N D O N E S I A
T U L C E A ,
R O M A N I A
Indonesia memiliki ketetapan sistem perencanaan yang diatur di dalam UU Nomer 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang memuat antara lain asas dan tujuan, ruang lingkup perencanaan, tahapan perencanaan, penyusunan dan tahapan perencanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana, data dan informasi, serta kelembagaan. Tingkatan perencanaan di Indonesia terbagi menjadi dua yakni tingkat pusat dan daerah yang saling berkorelasi.
Aturan sistem perencanaan di Tulcea, Romania mengadopsi kebijakan yang diterapkan bagi seluruh negara-negara di Eropa yang didapat melalui kesepakatan kebijakan perencanaan di Uni Eropa dan masing-masing aspek perencanaan dikelola dan dijalankan oleh lembagalembaga pemerintahan yang spesifik dan sesuai keahlian bidang perencanaannya Terdapat tiga tingkatan perencanaan yang berlaku yakni Uni Eropa, Nasional, dan Regional
Otoritas perencanaan di Indonesia berhierarki yang terdiri dari otoritas tingkat nasional hingga daerah. Di tingkat Kabupaten/Kota terdapat Bappeda yang berperan dalam perencanaan pembangunan. Pembuatan dokumen perencanaan dilakukan dengan koordinasi secara berhirarki dari pusat, daerah dan masyarakat.
Otoritas perencanaan di Romania berbentuk hierarki. Terdapat tiga kelompok aktor yaitu pemerintah pusat dan daerah, perusahaan perencanaan, dan masyarakat sipil. Menurut struktur administrasi-wilayah negara, otoritas di Kota Tulcea terdiri dari dua tingkatan yaitu kelompok desa di tingkat bawah serta kelompok kota dan kabupaten di tingkat atas.
Pendekatan perencanaan di Indonesia menerapkan beberapa pendekatan dalam proses perencanaan pembangunan. Beberapa pendekatan tersebut adalah adalah pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, top-down, dan bottom-up
Pendekatan perencanaan di Tulcea menggunakan pendekatan top down, pendekatan yang dilakukan berasal dari historis kondisi politik sebagian besar negara di Eropa yang pernah mengadopsi ideologi komunisme
Alur perencanaan di Indonesia dibagi menjadi 4 tahap secara hierarki, yaitu RTRW pada tingkat nasional yang selanjutnya dijabarkan di masing-masing provinsi, lalu diturunkan pada level kabupaten/kota, dan terakhir dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang.
Pemerintah menyusun strategi pembangunan nasional dimasukkan ke dalam RPJMN dan RPJPN. Penyusunan strategi pembangunan nasional, berdasar asas politik ekonomi yang dianut. Dimensi pembangunan dalam strategi pembangunan nasional: pembangunan manusia dan masyarakat, pembangunan sektor unggulan dengan prioritas kedaulatan pangan, dan pembangunan sektor unggulan dengan prioritas kedaulatan pangan.
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
Alur perencanaan di Romania dibagi menjadi 3 tahap, diawali dengan mengembangkan perencanaan tata ruang pada tingkat nasional, kemudian diturunkan pada tingkat wilayah/regional, dan dirinci pada dokumen perencanaan kota (di Romania rencana detail tata ruang termasuk kedalam bagian perencanaan kota) Strategi Kota Tulcea yaitu turunan dari Strategi Eropa 2020, Strategi Nasional Romania Pembangunan Berkelanjutan 2013-2020-2030 dengan acuan Strategi Pembangunan Berkelanjutan Uni Eropa. Kemudian turun ke Strategi Kota Tulcea berupa Strategi Pembangunan Lokal yang dikembangkan berdasarkan pendekatan bottom-up dengan orientasi peningkatan kualitas hidup masyarakat.
ANALISIS PERBANDINGAN ELEMEN KOTA
RANCANG
TULCEA,
ROMANIA
DAN
KOTA
PONTIANAK,
INDONESIA
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
26
1
L A N D
U S E
Pengaturan dalam penggunaan lahan untuk menentukan pilihan terbaik dalam mengalokasikan lahan berdasarkan fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran pada keseluruhan tentang bagaimana lahan lahan yang berada di suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.
a. land use DI tulcea, ROMANIA Penggunaan lahan di Kota Tulcea didominasi oleh
lahan
untuk
Perumahan, kemudian
lahan
untuk
Industri
dan Komersial, Lahan Pertanian, Transportasi, Kawasan hijau Padang
dan
hutan, Rumput,
Pertambangan,
dan
Gambar Penggunaan Lahan Kota Tulcea Sumber : www.arcgis.com/apps/Cascade
air. Dalam guna lahan agrikultur sekitar 42% merupakan lahan subur yang tumbuh di
tanah berpasir dengan topografi yang lebih tinggi. Dari penggunaan lahan pertanian, sebesar 63 % dimiliki otoritas daerah dibawah kendali Dewan Daerah Kota Tulcea yang kemudian digunakan oleh 6 perusahaan milik negara, perusahaan kecil, dan badan badan usaha yang langsung dioperasikan oleh Dewan Daerah Tulcea, 29% lahan pertanian dibawah kendali Dewan Lokal yang dipegang oleh walikota Tulcea, dan
sisanya 8% dimiliki secara pribadi oleh penduduk Kota Tulcea untuk menanam sayuran, kebun buah buahan, dan kebun anggur. Penggunaan
lahan
perhutanan
merupakan
komponen yang paling stabil dalam
penggunaan
lahan di Kota Tulcea. Sebagian besar merupakan hutan
dengan
populasi
pohon
poplar
didalamnya. Sebagian kecil diantaranya, berupa hutan
dengan
tujuan
tertentu
atau
tidak
digunakan secara produktif misal sebagai pelindung untuk mengurangi erosi tanggul atau tanah, untuk Gambar Hutan Letea Sumber: https://www.tripadvisor.co.id/
penahan angin, serta tempat berlindung ternak milik
penduduk Kota Tulcea. Penggunaan lahan selanjutnya adalah polder yang dibuat khusus untuk tempat budidaya ikan. Polder ini milik negara dikendalikan oleh Dewan Daerah Kota Tulcea
dengan dalam proses operasional nya dilakukan oleh perusahaan milik negara dengan melibatkan penduduk setempat secara langsung.
27
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
B. land use DI pontianak, indonesia Sebagian besar penggunaan lahan di Kota Pontianak didominasi lahan permukiman yang mencapai 54,41% (5.866,27 ha) dari total luas lahan yang dimiliki Kota Pontianak
saat ini. Setelah itu diikuti lahan untuk konservasi (hutan) sekitar 12,49% (1.347,16 ha), lahan pertanian sebesar 7,42% (800 ha), dan perdagangan seluas 4,55% (491,00 ha). Dalam database guna lahan Kota Pontianak yang dihimpun pada Statistik Penggunaan Lahan Kota Pontianak Tahun 2017, pembagian jenis guna lahan di Kota Pontianak
terbagi menjadi lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Pada lahan pertanian terbagi ke dalam lahan pertanian sawah dan lahan pertanian bukan sawah dimana lahan pertanian sendiri didominasi oleh lahan pertanian bukan sawah yakni Tegalan/Kebun sebesar 2.088 hektar (19%). Dominasi lahan pertanian di Kota Pontianak berada di
Kecamatan Pontianak Utara yang mencapai 2.114 hektar atau setara 55,7% dari seluruh luas wilayahnya sedangkan pada lahan bukan pertanian didominasi oleh
Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Barat dimana 88-92% dari lahannya digunakan sebagai kawasan permukiman penduduk, kawasan perdagangan, jalan raya, dan kegiatan non pertanian lainnya.
Gambar Penggunaan Lahan Kota Pontianak Sumber : bappedda.pontianakkota.go.id
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
28
B U I L D I N G
2
A N D
M A S S I N G
Kualitas yang berhubungan dengan building form and massing diantaranya ketinggian bangunan, KLB, KDB, GSB, Langgam, Skala, Material, Tekstur, dan Warna.
a. building form & massing DI tulcea, ROMANIA Bentuk bangunan di Kota Tulcea sebagian menggunakan gaya arsitektur Eropa. Untuk bangunan hunian memiliki ciri khas utama berupa cerobong asap yang menonjol pada atap. Bangunan hunian biasanya 1-3 lantai. Beberapa fasad hunian di pinggiran kota
berupa batu bata dilapisi cat. Untuk bangunan di pusat kota, seperti fasilitas-fasilitas umum menggunakan fasad modern.
Gambar Peta Komik Building Form and Massing, Tulcea Sumber: Google Maps
- Garis Sempadan Bangunan (GSB) untuk jalan lokal yaitu sekitar 7-8 meter - Ruang terbuka yang direkomendasikan untuk setiap area yaitu 20-30% - Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sebagai berikut: Apartemen (70%), Rumah /Villa 1 lantai (75%), Rumah /Villa Bertingkat (78%), Bangunan Komersial dan Perkantoran (70%) Kota Tulcea yang merupakan kota pelabuhan sangat ramai dengan didominasi warna putih dan biru. Pada malam hari terlihat deretan lampu kuning keemasan. Skala yang
digunakan pada bangunan di Kota Tulcea yaitu human scale dan giant scale. Skala manusia digunakan untuk hunian penduduk, sementara giant scale untuk bangunan peribadatan dan bangunan-bangunan bersejarah. Pusat kota adalah salah satu yang menjadi daya tarik wisata. Di Civic Square, terlihat Masjid Azizyie yang menjulang tinggi. Bahkan
menaranya
lebih
tinggi
dari
gedung-gedung
di
sekitarnya.
Masjid
ini
menggunakan gaya arsitektur awal abad ke-19. Di sebelah bangunan ada menara setinggi 25 m dengan diameter 3,55 m yang terbuat dari batu, bata dan kayu.
29
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
B. building form & massing DI pontianak, indonesia RTBL
Berdasarkan 2015,
tahun
Koefisien (KDB)
Bangunan Pontianak
Dasar Kota
adalah
sebagai
berikut : ruang
1. KDB
terbuka
sebesar 5% kawasan
2. KDB
perdagangan 80% kawasan
3. KDB perdagangan
dan
permukiman 80% kawasan
4. KDB
permukiman 80% Koefisien Lantai Bangunan
(KLB) yang digunakan yaitu maksimal
ketinggian lantai
pada
8
fungsi
perdagangan dan 3 lantai
Gambar Bangunan Berskala Raksasa , Pontianak Sumber: Google Image
pada fungsi perumahan.
Skala bangunan di Kota Pontianak berupa human scale dan giant scale. untuk skala manusia berupa hunian
penduduk
dan
umum.
Sedangkan
untuk
scale
berupa
tugu
fasilitas giant
Sementara untuk GSB berdasar koridor jalan ditentukan sebagai berikut : 1. Koridor
masjid
raya;
gereja katedral; dan vihara serta bangunan sejarah seperti Keraton
Kadariah. Keraton Kadriyah merupakan Istana Kesultanan Melayu Pontianak yang
sampai dengan parit tokaya. sebelah utara 14.5 m dari Jalan Setia Budi. 2. Koridor Jalan Pahlawan 21 m dari as jalan. 3. Koridor Jalan Gajah mada 10 m dari as jalan sisi utara dan 6.3 m dari saluran sisi selatan. 4. Koridor Jalan Diponegoro 25.4 m sisi barat dari as termasuk parit dan 12.5 m sisi
didirikan pada tahun 1771 oleh Sultan Syarif
Abdurrahman
Alkadrie.
Terletak di daerah muara Sungai Kapuas,
termasuk
kawasan
yang
diserahkan Sultan Banten kepada VOC Belanda pada masa kolonial. Bangunan keraton menggunakan gaya arsitektur Belanda.
sebagai
sebelah selatan 15 m dari Jalan Barito
Kulminasi; dan Alianyang, sarana seperti
Tanjungpura
berikut :
bersejarah
seperti Tugu Khatulistiwa; Digulis; peribadatan
Jalan
tengah. 5. Koridor Jalan Agus Salim 15.5 m dari parit. 6. Koridor Jalan Siam 12 m dari as jalan. 7. Koridor Jalan Setiabudi 12 m dari as jalan. 8. Koridor Jalan H. Abbas 7 m dari as jalan. 9. Koridor Jalan Ketapang 7.5 m sisi timur dan 10 m sisi barat dari as jalan. 10. Koridor Jalan Hijas 12 m dari as jalan. A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
30
S I R K U L A S I
3
&
P A R K I R
"
Sirkulasi merupakan elemen penting bagi pembentukan struktur lingkungan kota karena sirkulasi dapat membagi, mengarahkan, dan mengontrol pola aktivitas. Baik dari keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, jalur pejalan kaki, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan suatu kegiatan (Shirvani, 1985: 26).
"
a. SIRKULASI & PARKIR DI tulcea, ROMANIA Pada kawasan Tulcea terdapat sirkulasi bagi kendaraan dan juga sirkulasi bagi pengguna jalan atau sirkulasi non-motorized. Salah satu sirkulasi bagi kendaraan dan pengguna jalan kaki di Kota Tulcea yaitu pada kawasan kota dekat dengan taman yaitu Personality Park. Akses menuju taman dapat dilalui melalui jalan lokal pada bagian sebelah timur dan sebelah barat dan melalui jalan lingkungan dari bagian selatan kota.
Gambar Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki Sumber : Google Street View
B. SIRKULASI & PARKIR DI PONTIANAK, INDONESIA Sirkulasi pada Kota Pontianak juga terdapat sirkulasi bagi kendaraan dan sirkulasi bagi pejalan kaki atau sirkulasi non-motorized. Salah satu sirkulasi bagi kendaraan dan pejalan kaki yang terdapat di Kota Pontianak yaitu pada kawasan alun-alun pontianak yaitu Taman Alun-alun Kapuas. Akses menuju kawasan alun-alun dapat dilalui melalui jalan lokal atau Jalan Rahadi Usman Kota Pontianak pada bagian selatan dan melalui jalur sungai yang dapat dilewati dengan penggunaan kapal wisata di jalur air Sungai Kapuas.
Gambar Jl. Rahadi Usman Sumber : Google Street View
31
Gambar Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki Sumber : Google Street View
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
Gambar . Pelabuhan Ferry Penyeberangan Pontianak Sumber : mapio.net
4
O P E N
S P A C E
"
Elemen open space dapat mencakup lanskap berupa perkerasan yang meliputi plaza, jalur pejalan kaki, serta ruang terbuka hijau berupa taman dan ruang rekreasi di kawasan kota. Elemen open space dapat bersifat aktif maupun pasif. Open space aktif biasanya dapat digunakan sebagai wadah bagi aktivitas manusia seperti plaza maupun taman aktif. Open space yang bersifat pasif biasanya adalah ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan menjaga keseimbangan antara ruang terbangun dan nonterbangun di kota.
"
a. Open space DI tulcea, ROMANIA Open space yang terdapat di Kota Tulcea sangat beragam, mulai dari open space dengan perkerasan seperti plaza di tengah kota dan riverwalk hingga Cagar Alam Delta Danube yang menyimpan potensi kekayaan hayati. Open space di tengah kota banyak tersedia dan dapat digunakan untuk kegiatankegiatan umum yang diselenggarakan di kota, seperti festival perayaan hari tertentu maupun sekadar untuk menikmati suasana tengah kota. Aktivitas di Kota Tulcea juga didukung dengan adanya jalur pejalan kaki yang dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh yang memberikan kesan teduh dan nyaman bagi orang yang menggunakan jalur pejalan kaki dalam beraktivitas sehari-hari. Berikut beberapa potret open space yang ada di Kota Tulcea.
Gambar riverwalk Kota Tulcea Sumber: aviontourism.comr
Gambar Civic Square di Kota Tulcea Sumber: datourinfo.eu
Gambar riverwalk di Kota Tulcea Sumber: aviontourism.com
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
32
B. OPEN SPACE DI PONTIANAK, INDONESIA
Gambar Taman Khatulistiwa Sumber: pontianak.tribunnews.com
Gambar Alun-alun Kapuas Pontianak Sumber: ophiziadah.com
Gambar Taman Digulis Pontianak Sumber: pontinesia.com
Gambar Hutan Kota Pontianak Sumber: amazingborneo.id
33
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
Kota Pontianak sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki kemiripan dengan Kota Tulcea. Kota Pontianak merupakan kota yang dibelah oleh Sungai Kapuas. Kota Pontianak juga dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena terdapat Tugu Khatulistiwa di kota ini. Tentunya, Kota Pontianak memiliki banyak open space yang menjadi identitasnya, seperti Taman Alun Kapuas dan Taman Khatulistiwa. Taman Alun Kapuas yang berada di tepi sungai Kapuas memperkuat ciri Kota Pontianak sebagai kota yang dibelah oleh sungai Kapuas. Selain itu, Kota Pontianak juga memiliki hutan kota yang juga berperan dalam menjaga keseimbangan alam di sana. Berikut beberapa potret open spac e yang ada di Kota Pontianak.
P E D E S T R I A N
5
W A Y S
"
Pedestrian Ways atau jalur pejalan kaki merupakan elemen penting dalam perancangan kota, berfungsi sebagai elemen kenyamanan dan elemen pendukung bagi para pejalan kaki di kota. Sistem pedestrian ways yang baik dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan kendaraan bermotor dalam suatu kota, memperindah lingkungan, serta memperbaiki kualitas udara.
"
a. pedestrian ways DI kota tulcea, ROMANIA waterfront
Kawasan
Kota
Tulcea memiliki jalur pejalan kaki sebagai pembatas antara daratan
dan
perairan.
Pedestrian ways ini memiliki
lebar lebih dari 10 meter dan didukung macam seperti taman,
dengan fasilitas
berbagai
diantaranya
openspace,
tong
sampah,
kursi dan
terhubung langsung dengan pelabuhan.
Gambar Pedestrian Ways di Kawasan Waterfront Kota Tulcea Sumber: Google Street View
Open space berfungsi sebagai tempat melihat pemandangan daerah air Danube Delta.
Pemandangan di kawasan waterfront dapat berupa pemandangan tepi air, aktifitas waterfront, pemandangan sepanjang jalan tepi air, serta pemandangan latar belakang waterfront.
b. pedestrian ways DI kota pontianak, indonesia Salah satu kawasan di Kota Pontianak yang memiliki jalur pejalan kaki yaitu Seng Hie, kawasan ini sebagai salah satu kawasan waterfront di Pontianak, dan juga
merupakan
memungkinkan
daerah
yang
publik
untuk
berhubungan langsung dengan air. Jalur pejalan kaki pada kawasan ini memiliki lebar
kurang
dilengkapi Gambar Pedestrian Ways di Kawasan Waterfront Kota Pontianak Sumber: Google Street View
A1
lebih
dengan
1,5
meter
beberapa
dan
fasilitas
seperti tempat duduk, tong sampah, open space, pos polisi, serta mushola.
Ecotourism Based on Rural Heritage
34
6
S I G N A G E
Signage atau disebut juga penanda merupakan bentuk elemen rancang kota yang secara fisik dapat memberikan informasi kepada masyarakat yang berada pada sebuah lokasi. Keberadaan sebuah penanda dapat mempengaruhi visualisasi sebuah kota. Perancangan sebuah penanda perlu diatur berdasarkan ukuran dan desain yang ada. Sebuah penanda juga dapat dijadikan sebagai landmark yang berfungsi sebagai orientasi dalam sebuah kawasan. Peletakkan penanda harus memperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut : 1. Sebuah penanda harus dapat mencerminkan karakter dari suatu kawasan 2. Keberadaan penanda harus harmonis dengan bangunan yang ada di sekitar lokasi 3. Penanda tidak mendominasi pemandangan yang ada di sebuah kawasan 4. Jarak dan ukuran sebuah penanda disesuaikan dengan bangunan yang ada pada kawasan agar tidak menghalangi jarak pandang dan menghindari ketidakteraturan dengan elemen yang lain Beberapa pedoman tersebut dibutuhkan untuk membangun kompatibilitas, mengurangi dampak visual negatif, serta mengurangi kebingungan dan meminimalisir keberadaan ramburambu publik dan lalu lintas yang tidak diperlukan.
35
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
a. SIGNAGE DI kota tulcea, ROMANIA Signage di Kota Tulcea berupa rambu lalu lintas dan papan penunjuk jalan sebagai penanda untuk penduduk Kota Tulcea. Pada umumnya, penanda diletakkan agar dapat menyesuaikan jarak pandang untuk pengendara yang melintas. Seperti kota-kota di Eropa pada umumnya, Kota Tulcea yang banyak memiliki destinasi wisata menempatkan signage untuk memudahkan wisatawan mendapatkan informasi terkait keberadaan tempat wisata. Tulcea juga memiliki Monumental Independentei yang merupakan sebuah monumen sejarah atas kemerdekaan Rumania.
Gambar Signage di salah satu jalan Kota Tulcea Sumber : Google Street View, 2021
Gambar Monumental Independentei Sumber : Google Street View, 2021
B. SIGNAGE DI KOTA PONTIANAK, INDONESIA
Sama seperti halnya kotakota di Indonesia lainnya, Kota Pontianak memiliki penanda, seperti ramburambu lalu lintas, papan penunjuk arah dan papan reklame. Peletakan signage di Indonesia khususnya Kota Pontianak mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No.13 Tahun 2014. Kota Pontianak sendiri memiliki ciri khas yaitu Tugu Khatulistiwa yang berada pada Taman Khatulistiwa. Tugu Khatulistiwa didirikan pada tahun 1928 sebagai tugu yang menandakan bahwa Kota Pontianak adalah wilayah yang dilewati oleh garis khatulistiwa dan memisahkan antara belahan bumi bagian utara dan selatan.
Gambar Tugu Khatulistiwa Sumber : .skyscrapercity.com
Gambar Signage di salah satu jalan Kota Pontianak Sumber : Google Street View, 2021
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
36
A C T I V I T Y
7
S U P P O R T
"
Activity support merupakan salah satu elemen rancang kota yang mampu mendukung dan menghidupkan setiap fungsi kegiatan yang ada (Shirvani, H., 1985). Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan yang mendukung ruang publik. bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan dengan ciri khusus yang berpengaruh pada fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya.
"
a. Activity Support DI kota tulcea, ROMANIA Kota
Tulcea
memiliki
pendukung
aktivitas
yang beragam terutama pada
aktivitas
wisata
yang berada di Danube Delta seperti tur wisata dengan
kapal
mengelilingi
untuk Danube
Gambar Tur Wisata Danube Delta Sumber: expedia.co.id
Gambar Tur Wisata Danube Delta Sumber: expedia.co.id
Delta. Tur ini memiliki berbagai
jenis,
seperti
mengamati spesies flora dan fauna yang unik, melihat
sunset/sunrise,
menikmati
bentang
alam, dan lainnya.
Gambar Tur Wisata Danube Delta Sumber: viator.com
Terdapat juga plaza di dekat Danube Delta dan menjadi salah satu pusat kegiatan bagi wisatawan dan masyarakat Tulcea. Pada plaza tersebut masyarakat dapat berkumpul, berbelanja, bersantai bahkan mengadakan event, festival atau kegiatan tertentu.
Gambar Aktivitas di Plaza Civic Square Tulcea Sumber: shutterstock.com
37
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
Gambar Plaza Tulcea Sumber: shutterstock.com
b. Activity Support DI kota pontianak, indonesia Kota
pontianak
berbagai aktivitas
memiliki
pendukung salah
satunya
adalah
pelabuhan
pontianak yang merupakan Sebagai
pusat
perdagangan
arus
Kalimantan
Barat, Cabang Pelabuhan Pontianak
yang
berfokus
pada layanan peti kemas, pelabuhan ini berada di tepi
sungai
kapuas
berhadapan
dan
langsung
dengan laut jawa.
Gambar Pelabuhan Pontianak Sumber: indonesiaport.co.id
Selain itu karena sebagai salah
satu
pusat
arus
perdagangan
pada
kalimantan
barat
menjadikan
pontianak
memiliki
berbagai
perbelanjaan
pusat modern
maupun tradisional dimana hal ini menjadikan pusat pusat perbelanjaan retail ini menjadi salah satu pusat aktivitas
masyarakat
di
kalimantan barat.
Gambar Pusat Perbelanjaan Modern di Pontianak Sumber: tribunnews.com
Gambar Pasar Tradisional di Pontianak Sumber: suaraborneo.id
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
38
8
P R E S E R V A S I
"
Preservasi merupakan upaya untuk melestarikan struktur bangunan dan tempat penting dan bersejarah (Shirvani,1985). Preservasi bertujuan menjaga keutuhan bentuk asli dan struktur bangunan serta lingkungan alam. Strategi pelestarian adalah perlindungan pada unsur bersejarah sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan pariwisata.
"
a. Preservasi DI kota tulcea, ROMANIA
Tulcea memiliki kekayaan alam dan budaya melimpah yang dikembangkan mengarah pada Sustainable Tourism dan dikenal sebagai kawasan cagar alam dan budaya. Kegiatan preservasi dilakukan dalam perlindungan budaya dan lingkungan. Kota Tulcea memiliki situs ekologi unik Danube Delta yang merupakan delta terbesar kedua di Benua Eropa. Danube Delta disebut sebagai Danube Delta Biosphere Reserve (DDBR) yang
telah diakui sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
DDBR
keanekaragaman Danube
Delta
memiliki
hayati
yang
Biosphere
berbagai dikelola
Reserve
oleh
Authority
(DDBRA) . Preservasi Danube Delta dikemas dan dikembangkan menjadi pariwisata dengan konsep ecotourism
berbasis
ekologi
dan
budaya.
Penetapan kebijakan ditetapkan secara tegas untuk menjaga kelestarian situs DDBR.
Gambar Danube Delta Sumber: hellotravel.com
1
3
Kegiatan preservasi budaya di Kota Tulcea
dikemas
dalam
wisata
museum. Terdapat lembaga publik yang mendukung pengelolaan dan pelestarian
warisan
alam
dan
Central Ecotourism Museum of the Danube Delta
budaya lokal Tulcea yaitu Lembaga Penelitian Eco-Museum "Gavrilă
2
Museum of History and Archeology
4
Simion”. Kota Tulcea memiliki 4
museum yang berada di bawah naungan Lembaga Eco-Museum. Terdapat
juga
Monumentul
Independentei untuk mengenang
sejarah kemerdekaan Romania.
39
Tulcea Art Museum
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
Museum of Ethnography and Folk Art
Gambar Museum di Kota Tulcea Sumber: directbooking.ro dan icemtl.ro
Peran masing-masing museum dalam pelestarian alam dan budaya: 1
2
Central Ecotourism Museum of the Danube
Delta
berperan
3
dalam
Museum of History and Archeology
berperan dalam pelestarian sejarah
pelestarian berbagai spesies flora
perkembangan
dan fauna DDBR.
arkeologi penting di Romania) dari zaman
Tulcea Art Museum berperan dalam
kuno
Dobrogea beserta
(wilayah
benda-benda
arkeolognya.
pelestarian koleksi seni dan monumen bersejarah yang memamerkan lukisan,
4
patung, seni oriental, dan karya seni
Museum of Ethnography and Folk Art
berperan
dalam
pelestarian
etnografi dan kebudayaan masyarakat
lainnya dari zaman kuno.
lokal antar berbagai etnis di Romania.
B. Preservasi DI kota Pontianak, indonesia Kota
Pontianak
sebagai
Ibukota
Provinsi
Kalimantan Barat yang menjadi asal muasal sejarah Kalimantan Barat. Kota ini dilalui oleh garis khatulistiwa dan Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Preservasi
habitat
sungai
dikemas
dalam
kegiatan pariwisata berkonsep Waterfront City Gambar Sungai Kapuas
dilengkapi budaya lokal.
Sumber: kapuaskab.go.id
Namun upaya konservasi Sungai Kapuas kurang diperhatikan karena SDM kurang mendukung,
pembangunan
kurang
memperhatikan
kelestarian
lingkungan,
dan
pembuangan limbah ke sungai sehingga berdampak negatif bagi kualitas sungai.
Berdasarkan RTRW Kota Pontianak tahun 2013-2033 dan RPJM tahun 2015-2019, Kota Pontianak memiliki 14 bangunan cagar budaya yaitu, Istana Kadriah Gambar Istana Kadriah Pontianak Gambar Museum Kalimantan Barat Sumber: tribunnews.com
Pontianak,
Makam
Kesultanan Pontianak, Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrachman, Tugu Khatulistiwa, Masjid Baitannur, Vihara Bodhisatva, Sekolah Dasar Negeri 14 Pontianak,
Kantor
Pos,
Lapangan
Keboen Sajoek, Rumah Adat Betang, Sumur Bor, Pelabuhan Seng Hie, Gambar SDN 14 Kota Pontianak Gambar Tugu Khatulistiwa Sumber: kumparan.com
Kantor Bappeda Kota Pontianak, dan Gedung Kwarda Gerakan Pramuka.
Bangunan-bangunan tersebut memiliki arsitektur kolonial Belanda, Melayu, Cina, dan tradisional Dayak. Terdapat Museum Kalimantan Barat yang menyimpan benda-benda sejarah peninggalan berbagai suku peradaban di Kalimantan Barat (Dayak, Melayu, dan Tionghoa). A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
40
A N A L I S I S E L E M E N A S P E K
LAND USE
BUILDING FORM AND MASSING
DAN PARKIR
OPEN SPACE PEDESTRIAN WAYS
Didominasi penggunaan lahan permukiman kemudian disusul dengan lahan perdagangan lalu pertanian yang berada di daerah pinggiran muara sungai.
Gaya, skala, material, tekstur, dan warna bangunan: Bangunan arsitektur tradisional (warna agak gelap), modern (warna terang) , dan arsitektur Belanda. Skala manusia dan raksasa. KDB: Ruang terbuka 5% serta kawasan hunian dan perdagangan 80%. Ketinggian bangunan: Hunian memiliki ketinggian 4-8 m dan bangunan selain hunian memiliki tinggi sesuai fungsinya. KLB : Perdagangan (maks 8 lantai) dan hunian (maks 3 lantai) GSB: 6-25 meter tergantung jenis jalannya
ACTIVITY SUPPORT
PRESERVASI
41
motorized
sirkulasi
motorized.
non-
dan
K O T A
T U L C E A ,
R O M A N I A
Didominasi penggunaan lahan permukiman, lahan untuk industri dan komersial, dan lahan Pertanian. Terdapat juga peruntukan lahan untuk kawasan hijau dan hutan, padang rumput, transportasi,pertambangan, dan air. Penggunaan lahan perhutanan kawasan hijau menjadi komponen penggunaan lahan paling stabil di Kota Tulcea. Gaya, skala, material, tekstur, dan warna bangunan: Bangunan ber-arsitektur Eropa dan modern dengan dominasi warna terang dan tekstur halus, skala berupa human scale dan giant scale. KDB : Apartemen, komersial, dan perkantoran 70% sedangkan untuk hunian 75-78% sesuai jumlah lantai. Ketinggian bangunan: Sesuai fungsi dan peruntukkan lahannya sehingga membentuk skyline. GSB: 7-8 m untuk jalan lokal Terdapat
sirkulasi
motorized
dan
non-
Kapuas,
motorized. Pada kawasan kota dekat dengan
aksesnya melalui jalan lokal pada bagian selatan dan melalui jalur sungai dengan penggunaan kapal wisata Sungai Kapuas.
taman aksesnya melalui jalan lokal pada bagian sebelah timur dan barat serta melalui jalan lingkungan dari bagian selatan kota.
Terdapat open space: hutan kota, alun-alun di
Terdapat open space: plaza, riverwalk, cagar
tepi sungai, taman kota, dan jalur pejalan kaki.
alam, dan jalur pejalan kaki.
Pedestrian ways di Kota Pontianak memiliki lebar
Pedestrian ways di Kota Tulcea memiliki
kurang lebih 1,5 meter dilengkapi dengan fasilitas pendukung bagi pejalan kaki seperti kursi, tempat sampah, open space, pos polisi, serta mushola
lebar lebih dari 10 meter dan terdapat fasilitas pendukung bagi pejalan kaki seperti kursi, tempat sampah, openspace.
Keberadaan
SIGNAGE
R A N C A N G
P O N T I A N A K , I N D O N E S I A
Terdapat
SIRKULASI
P E R B A N D I N G A N
Pada
Taman
signage
Alun-alun
(rambu
lalu
lintas,
papan
penunjuk arah dan reklame) diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014. Signage berupa landmark yaitu Tugu Khatulistiwa yang mencirikan Kota Pontianak sebagai wilayah yang dilintasi garis khatulistiwa yang membagi bagian utara dan selatan Pada kawasan perairannya menjadi salah satu jalur pusat perdagangan di Kalimantan Barat dengan adanya pelabuhan Pontianak Terdapat berbagai pusat perbelanjaan karena menjadi salah satu jalur pusat perdagangan yang juga menjadi pusat aktivitas masyarakat Preservasi lingkungan Sungai Kapuas dikemas dengan wisata berkonsep Waterfront City. Preservasi Budaya dan Sejarah dilestarikan dalam bentuk pelestarian bangunan asli bersejarah yang terdapat 14 Cagar Budaya.
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
Keberadaan signage berupa rambu lalu lintas dan papan penunjuk jalan yang diletakkan sesuai dengan jarak pandang pengguna jalan
Pada kawasan perairannya yang berupa danube delta menjadi pusat aktivitas wisata Terdapat plaza yang menjadi pusat kegiatan masyarakat dimana terdapat pertokoan dan menjadi pusat kegiatan masyarakat Preservasi lingkungan situs Danube Delta dikemas dalam kegiatan wisata berkonsep Ecotourism. Preservasi Budaya pada benda-benda bersejarah di dalam Museum. Terdapat 4 Museum dibawah naungan Lembaga Penelitian Eco-Museum.
K E S I M P U L A N
Kota Tulcea merupakan salah satu kota yang di muara sungai yang terkenal dengan ekowisatanya. Tak heran sistem perencanaan di Kota Tulcea mengedepankan aspek lingkungan berkelanjutan. Untuk alur perencanaan yang diterapkan hampir mirip dengan yang ada di Indonesia, dimulai dari tingkat pusat hingga turun ke perencanaan kota. Salah satu kota di Indonesia yang mempunyai karakteristik yang hampir serupa dengan potensi wisata daerah muara sungai yaitu Kota Pontianak. Namun pada Kota Pontianak pengelolaan wisatanya masih belum maksimal. Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari Kota Tulcea
adalah
terkait
sistem
perencanaan
kota
serta
elemen
perancangan kota seperti land use, building form and massing, sirkulasi dan parkir, pedestrian ways, open space, activity support, dan preservasi yang dapat memajukan pariwisata di kota tersebut.
A1
Ecotourism Based on Rural Heritage
42
D A F T A R
P U S T A K A
C. Cavaco. (1995). Rural tourism: The creation of new tourist space. Chichester: John Wiley and Sons. Interreg Europe. Territorial analysis and identification of Tulcea County Council R. Sharpley. (2001). Wallingford: CABI.
Sustainable
rural
tourism
development:
Ideal
or
idyll?.
Strategia de Dezvoltare a Municipiuli Tulcea 2014-2020 Vajiram, & Ravi. (2019). Rural Tourism- Showcasing India’s Rural Heritage. Kurukshetra Summary, pp. 6-8. https://www.interregeurope.eu/fileadmin/user_upload/tx_tevprojects/library/ diakses pada 28 februari 2021 (https://www.romania-insider.com/tulcea-county-rise-tourists-2018) diakses pada https://www.arcgis.com/apps/Cascade/index.html? appid=a45fb557ea324a448e28d177965a8f61 diakses pada 28 Februari 2021 https://id.zhujiworld.com/ro/360903-tulcea/ diakses pada 29 Februari 2021 Benedek, Jozsef. (2016). The Spatial Planning System in Romania . University of Miskolc Alexandru, Ionut Petrisor. (2010). The Theory and Practice of Urban and Spatial Planning in Romania. Ion Minchu University of Architecture and Urbanism Ghidul privind valorile orientative ale proprietatilor imobiliare din jud. TULCEA 2015 http://old.primariatulcea.ro/urbanism-pug-rlu diakses pada 30 Februari 2021 ICEM Tulcea. (2019). Diakses pada 21 Mei 2021 di https://www.icemtl.ro Mylajingga, N., & Mauliani, L. (2019). KAJIAN ELEMEN PERANCANGAN KOTA HAMID SHIRVANI. PURWARUPA Jurnal Arsitektur, 3(2), 123-130. Undang-Undang Nomor Pembangunan Nasional
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
dan
Yulianingrum, E.V., dkk. (2018). Persepsi Masyarakat Terhadap Objek Pelestarian Cagar Budaya Di Kota Pontianak. Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang, Universitas Tanjungpura. DOI: http://dx.doi.org/10.26418/jelast.v5i3.29497 diakses pada 21 Mei 2021
43
E c o t o u r i s m B a s e d o n R u r a l H e r i t a g e A1
Tulcea, Romania
ECOTOURISM BASED ON RURAL HERRITAGE Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
A1