2 minute read

Serpihan Cerita Tanah Para Leluhur Tana Toraja

Toraja merupakan salah satu bentuk suatu wilayah yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki keindahan yaitu antara manusia dan alam terjadi keseimbangan. Masyarakat suku Toraja memiliki anggapan bahwa alam merupakan ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan. Hal tersebut juga sebagai suatu bentuk penghormatan kepada arwah para leluhur mereka yang dahulu telah menjaga alamnya dengan baik. Toraja juga dikenal memiliki banyak kebudayaan di dalamnya. Kebudayaan tersebut tercipta sejak dahulu oleh para leluhur hingga saat ini dan menjadi kebudayaan turuntemurun yang masih dilakukan dan dilestarikan oleh masyarakat suku Toraja. Dalam tradisi upacara adat terdapat ritual-ritual yang merupakan simbol dan masing-masing memiliki makna tersendiri. Mulai dari pakaian, nyanyian, doa, tarian serta benda-benda yang harus ada dalam pelaksanaan ritual upacara adat tersebut, upacara adat dari suku Tana Toraja yaitu upacara adat kematian atau Rambu Solo'. Menurut Nugroho (2015:22) Rambu Solo' merupakan ritual upacara adat yang berkaitan dengan kematian seseorang. Tujuannya adalah untuk menghormati arwah atau jiwa seseorang yang meninggal tersebut dan mengantarkannya menuju alam roh atau dapat dikatakan sebagai bentuk penyempurnaan arwah manusia yang telah meninggal.

Advertisement

Upacara adat Rambu Solo' ini juga dilakukan sebagai bentuk pemujaan kepada arwah nenek moyang dan para leluhur mereka. Masyarakat Toraja mengenal adanya tiga tingkatan sosial, yaitu bangsawan, orang biasa, dan budak. Selain itu, masyarakat Toraja juga menganut sistem garis keturunan dari pihak wanita atau biasa disebut matrilineal. Jadi, kelas sosial masyarakat suku Toraja ditentukan dan diturunkan melalui garis keturunan ibu.

Tim Ekspedisi Negeri Sabah Latimojong melanjutkan perjalanan menuju Tana Toraja, menyempatkan singgah sebentar mencari hal-hal menarik di Tana Toraja. Selepas dari Dusun Karangan, keesokan harinya tim berangkat menuju Tana Toraja menggunakan mobil carteran, waktu tempuh dari Baraka sekitar 3 Jam perjalanan, jalanan disini sudah cukup bagus. Tibalah di Makale, Toraja Utara tim bergegas menggunakan kendaraan umum menuju Rante Pao, Pusat kota Toraja. Tujuan pertama tim menuju rumah adat di Desa Pallawa. Pada dulu kala, Desa Adat Pallawa mempunyai tradisi kanibal. Yang mana, jika ada perang antar desa, manusia yang menjadi korban, dagingnya akan dimakan, dan darahnya akan diminum. Namun, dengan berjalannya waktu, pihak tetua adat suku Toraja menghilangkan tradisi makan daging manusia tersebut dan menggantinya dengan makan ayam, yang mana dikenal dengan nama Pallawa manuk. Desa Adat Pallawa merupakan salah satu tujuan wisata yang ada di Kecamatan Sesean.

Desa ini memiliki jarak sekitar 12 km dari Rantepao, di Desa Pallawa terdapat 11 tongkonan, dalam setiap tongkonan memiliki lumbung padi yang terdapat dibagian atap. Atap tongkonan terbuat dari bambu yang ditumbuhi oleh beragam tumbuhan liar. Hal ini dikarenakan usia rumah tongkonan yang telah ratusan tahun. Untuk struktur bangunannya pun terbilang unik karena terbuat dari kayu besi, sehingga tetap berdiri gagah hingga saat ini. Kini, tongkonan tidak lagi ditinggali. Karena pada dasarnya rumah tongkonan merupakan milik dari keluarga besar, sehingga tidak bisa dimiliki oleh pribadi saja. Jadi, masyarakat setempat membangun rumah-rumah baru yan g berada di belakang tongkonan tersebut.

Tanduk kerbau yang berderet dibagian depan bangunan. Tanduk kerbau tersebut adalah simbol bahwa pemilik rumah sudah melakukan upacara rambu solo,

This article is from: