Kopkun Corner Edisi 6

Page 1

Kopkun.com

Edisi 6 November 2011

Kopkun Corner

Volume I, Issue 6

Inside this issue: Yes, We Can Change!

1

Dawam: Koperasi Jadi Sistem Ekonomi Masa Depan

2

Arjuna & Srikandi Muda Kopkun

3

Comfort Zone

4

Yes, We Can Change!

Pojok Kopkun • Koperasi harus berubah. Lalu? • Koperasi itu model ekonomi pascakapitalisme. Ah, siapa bilang? • Kopkun punya Arjuna & Srikandi muda, lho! • Musuh perubahan, apa itu? Selengkapnya, baca!

A

dalah Obama yang pernah buktikan mantra itu, “Yes, We Can Change!”. Perubahan selalu saja merupakan kata sarat makna. Menyiratkan keadaan yang berbeda, masa kini dan masa lampau. Dan hukumnya, perubahan itu adalah keniscayaan. Masalahnya, kadang sebagian dari kita tak terlalu suka dengan perubahan. Perubahan selalu mambawa goncangan. Entah kecil atau besar. Level permukaan atau bangunan dasar. Goncangan itulah yang membuat Logo Visit Indonesia sebagian kita kurang nyaman. Meskipun, dalam slogan atau jargon, kita selalu bersepakat dengan mantra itu. Begitupun dengan koperasi. Harus ada perubahan, contoh sederhana berapa banyak koperasi yang gunakan logo melulu itu-itu saja. Ya, logo pohon beringin yang dilingkari roda gerigi, padi dan kapas. Logo itu nempel sudah berpuluh tahun lalu tanpa pernah ditanya, “Adakah itu menarik yang buat orang selalu teringat?”. Tentu saja itu contoh sederhana dari sebuah perubahan. Yakni perubahan lapisan “kulit”. Namun, jangan salah, tanyalah branding-maker seberapa penting arti logo perusahaan atau lembaga. Pasti akan jawab, “Itu sangat penting. Logo adalah salah satu media komunikasi simbolik”. Selain goncangan, perubahan selalu butuh banyak energi. Di sinilah orangorang muda seringkali lebih mungkin membuat perubahan daripada generasi tua. Orang muda dengan energi dan visi kekiniannya akan buat perubahan bak larian seekor Citah. Gesit, cekatan, responsif dan (semoga) tetap awas! Jika betul koperasi adalah model ekonomi masa depan, maka mau tak maukoperasi harus siap dengan perubahan. Tak perlu risau untuk tinggalkan masa lalu. Karena sejatinya, hidup kita berada di masa kini dan masa depan. Agar tak gagap, akan menarik jika agen-agen perubahan siap dari sekarang. Koperasi butuh banyak agen. Merekalah orang-orang muda yang akan bekerja dengan bangga membangun dan membesarkan koperasi. Bukan orang muda/ tua yang berujar, “Saya cuma kerja di koperasi kok”. Tentu itu potret yang tak menarik. Sebaliknya, koperasi kian menarik seumpama logonya saja semanis logo “Visit Indonesia Year”. Dinamis, penuh warna, imajinatif dan luwes. Jika tidak, maka koperasi akan selalu hidup di masa lalu, beku dan tak luwes merespon zaman. Zaman dimana kaset berganti cakram CD, dan hari ini, Ayu Ting Ting muncul dalam persegi kecil bernama Ipod dan sejenisnya. []


Page 2

Kopkun Corner

Volume 1, Issue 6

Dawam: Koperasi Jadi Sistem Ekonomi Masa Depan “Koperasi merupakan sistem ekonomi pascakapitalis”, kata Prof. Dawam

Undian Vocer Belanja Khusus Anggota

P

akar ekonomi Prof Dawam Rahardjo menyatakan, koperasi merupakan sistem ekonomi masa depan meskipun perkembangannya harus melalui berbagai tahapan. “Koperasi adalah sistem ekonomi masa depan. Jadi berkembangnya harus melalui tahap-tahap tertentu, sehingga tidak benar jika koperasi nantinya akan menjadi museum,” katanya di sela-sela Seminar Sehari “Agenda Politik Kesejahteraan dan Penguatan Kemandirian Koperasi”, di Purwokerto, Selasa, 8 November 2011. Seminar yang diselenggarakan BAE Cooperative Consulting Purwokerto ini dalam rangka menyongsong Tahun Koperasi Internasional 2012 (International Year of Cooperative). Lebih lanjut, Dawam mengatakan, dalam teori koperasi juga harus melalui tahap kapitalisme. “Sosialisme juga seperti itu. Kalau sosialisme itu melompat atau tahu-tahu terbentuk, itu akan jatuh seperti di Rusia. Harus melalui tahap tertentu,” kata dia yang juga Rektor Universitas Proklamasi 45 (UP45) Yogyakarta. Ia mengatakan, peningkatan ekonomi pasar, ekonomi produksi, maupun meningkatnya pendidikan masyarakat merupakan landasan baru bagi pertumbuhan koperasi. Oleh karena itu, kata dia, koperasi merupakan sistem ekonomi pascakapitalis. “Jadi abad ke-21 ini adalah era koperasi. Kalau PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa, red.) mencanangkan tahun 2012 menjadi Tahun Koperasi, itu sudah benar. Artinya, menyongsong datangnya ekonomi koperasi,” katanya. Dengan demikian, kata dia, koperasi di masa mendatang akan tumbuh di seluruh dunia. Disinggung mengenai kondisi koperasi di Indonesia, dia mengatakan, saat ini berada pada suatu sistem atau lingkungan yang belum kondusif terhadap perkembangan koperasi. “Misalnya seperti ini, koperasi harus beranggotakan orang-orang yang mempunyai pendapatan tinggi sehingga ia bisa menabung. Kalau orang itu masih miskin, bagaimana dia me-

nabung. Kalau orang tidak bisa menabung, koperasi tidak bisa berkembang,” kata dia menjelaskan. Menurut dia, orang-orang akan berkoperasi jika pendapatannya meningkat sehingga hal ini merupakan landasan baik bagi pertumbuhan koperasi. Terkait hal itu, dia mengatakan,pemerintah perlu meningkatkan pendidikan koperasi pada masyarakat. “Pendidikan ini termasuk manajemen koperasi. Bagaimana koperasi itu bisa berperan di arena pasar, harus kompetitif, dan koperasi juga harus memegang prinsip-prinsip atau nilai koperasi” katanya. Ia mengatakan, bantuan atau stimulan yang diberikan pemerintah kepada koperasi dinilai kurang efektif untuk mengembangkan koperasi. “Menurut hemat saya, kurang. Yang diperlukan adalah manajemen informasi dan pendidikan karena koperasi itu tergantung pada perilaku anggota,” katan ya. [Sumber: Antara]

Mulai 1 Juni 2011 sampai Maret 2012 ada undian vocer belanja tiap bulan. Besarnya mulai @Rp. 150.000 - Rp. 400.000. Oh iya, program ini tidak berlaku untuk Pengurus, Pengawas, Karyawan/ Parttimer Kopkun atau keluarganya. Vocer juga tidak bisa diuangkan atau ditambah menjadi tabungan, khusus vocer belanja! Caranya: setiap belanja kelipatan Rp. 10.000* kamu akan dapat satu poin undian. Di akhir bulan akan diundi. Kalau beruntung, lumayan belanja gratis di Kopkun Swalayan. Ayooo tingkatin loyalitasmu, raih vocer belanjamu! *Per tiga bulan minimal transaksi berubah selaras dengan kenaikan vocer.


Page 3

Kopkun Corner

Volume 1, Issue 6

Arjuna & Srikandi Muda Kopkun

M

Agnes Harvelian, Fasilitator Kopkun, Mahasiswa Fakultas Hukum 2010

enangnya Agnes, Harvelian sebagai salah satu 20 besar dalam Kompetisi Esai “Menjadi Indonesia” 2011, patut diteladani. Agnes mengisahkan bahwa peserta kompetisi itu mencapai 900an orang dari segala penjuru Indonesia. Dan dari sana dipilih 20 naskah terbaik. Perempuan yang akhirnya memilih untuk berjilbab ini mengatakan bahwa prestasi itu merupakan akibat. Prestasi baginya bukan sebuah tujuan. Melainkan dampak dari sebuah proses. Dan kuncinya, “Saya menikmati proses ini dengan senang hati”, katanya sambil men gulu m sen yu m. “Ketika mengirim, saya tak pernah sangka akan masuk 20 besar. Jadi rasanya seneng banget!”. Mahasiswi kelahiran Jakarta itu menceritakan beberapa orang yang menginspirasinya. Ia temukan orang-orang itu di Kopkun. Dia mengaku peroleh banyak “guru” seperti Bapak Arsyad yang telaten jadi teman diskusi. Mas Firdaus Putra, yang darinya dia belajar menulis. Juga Mas Suroto, yang cerewet mengingatkan mahasiswa hendaknya terlibat dalam pemberdayaan sosial. Ditanya soal gairah hidup, perempuan berkacamata ini menjawab

dengan tulus, “Bisa bermanfaat untuk orang lain. Setiap langkah, pikiran dan tindakan harus berdampak positif bagi orang lain”, katanya. Meski terbilang muda, mahasiswi angkatan 2010 ini mengatakan bahwa sikap konsisten itulah yang akan hasilkan karya. Selain Firman Hidayat, itu, menurutnya orang perlu punya Fasilitator Kopkun, Mahasiswa Teknik keyakinan bahwa Tuhan selalu akan Informatika 2009 beri jalan. Namun, hal itu tidak cukup tanpa ada kemauan kuat dan kobaran semangat. “Apalagi kita masih muda, lucu kalau tak punya semangat, juga mimpi besar!”, pungkasnya dengan mimik tegas. Arjuna Muda Kopkun kali ini adalah seorang mahasiswa Teknik Informatika. Ia pantas diteladani karena telah membangun dan mengantarkan Gerakan Muda, Nabung Yuk! berjalan setahun lamanya. Dengan kegigihannya, Firman Hidayat membudayakan kembali budaya menabung. Hingga saat ini sudah ada 1.100an mahasiswa berpartisipasi dalam gerakannya. Mereka berpartisipasi dengan cara menabung pakai celengan Muda, Nabung Yuk! Ada kisah menarik dari Arjuna kelahiran Tegal ini. Dulu, pada tahun 2009 ketika masih semester awal, Firman termasuk mahasiswa kupu-kupu. Aktivitasnya hanya kuliah pulang-kuliah pulang, “Sampai di kos ya hanya nonton televisi” kenangnya sedikit malu. Sampai titiknya, dia bergabung dengan Kopkun dan bertemu Mas Fidaus dan Pak Arsyad. Setelah setahun berproses di Kopkun, saat ini Firman jadi salah satu fasilitator Kopkun. “Dulu saya tidak bisa ngomong, sekarang bisa. Dan sekarang anehnya kalau pulang kuliah hanya dikos, badan rasanya pegal-pegal”, katanya sambil tersenyum. Ketika ditanya soal sikap yang perlu dikembangkan, Arjuna yang hobi nge-band ini mengatakan, “Jangan mudah menyerah!” Dan apa mimpinya saat ini, Firman mengatakan, “Ingin memecahkan Rekor MURI melalui gerakan celengan ini. Targetnya 12 Desember 2012, 10.000 mahasiswa Unsoed punya celengan ini di kamar kosnya masing-masing”, pungkasnya sambil memegang celengan Muda, Nabung Yuk! [Wawancara oleh: Elsa, Amy & Khusnul adalah para Asisten Fasilitator Kopkun]


Jadi Anggota & Manfaatnya

Redaksi Kopkun Corner Penanggungjawab: Ketua Kopkun Redaktur Pelaksana: Agnes Harvelian Reporter: Elsa, Amy & Khusnul Distribusi: Junita, Firman & Rohmat

B

anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mudahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pendaftaran 2. Mengikuti Pendidikan Dasar (wajib) 3. Menyelesaikan administrasi termasuk membayar Simpanan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp. 10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar. Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon 20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan manjerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke Kopkun Lt.2. Kami tunggu ya! Sekretariat: Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto (0281) 631768 | www.kopkun.com

Comfort Zone Oleh: Firdaus Putra, S.Sos. (Manager Organisasi Kopkun)

Keluar dari zona nyaman kadang serasa melangkah di ujung jurang.

E

ddington terus menanya efek gravitasi matahari pada alam semesta. Pada 1919 ia naik ke bukit di Afrika Selatan memotret gerhana matahari. Sebelumnya, ilmuwan Inggris ini intensif bersahabat pena dengan Einstein. Hasilnya, temuan Newton dulu kala terbantah oleh teori Einstein. Dan Eddington lah yang membuktikan secara empiris teori ilmuwan Jerman itu. Itu terjadi karena dia berani keluar dari zona nyaman. Zona nyaman itu sejenis keadaan tanpa rasa cemas. Keluar dari zona nyaman sama halnya siap menghadapi masalah, resiko, beban dan sebagainya yang berujung pada berlipatnya rasa cemas. Namun, kesiapan menghadapi rasa cemas itulah titik pangkal perubahan. Perubahan, kata ahli manajemen Peter Drucker, selalu munculkan turbulensi/ goncangan. Orang tak suka dengan goncangan. Ada shock di sana-sini. Mulai dari pola, aturan sampai budaya kerja, misalnya. Alergi pada goncangan ini buat orang lebih memilih nempel terus pada pola lama. Pantikan perubahan seringkali bukan soal ada tidak adanya visi. Visi bisa bejubel banyaknya. Namun soal berani tidaknya hadapi resiko. Leader akhirnya tak sekedar pandai bermimpi. Namun berani realisasikan impian itu. Untuk buktikan impiannya, Eddington ajukan proposal riset pada Dewan Ilmuwan di universitasnya. Debat

sengit dan emosional terjadi. Pasalnya, saat itu Inggris dan Jerman sedang perang. Benar-benar pilihan tak populer, bukan? Saat pidato pengukuhannya, beberapa ilmuwan senior menyambut sinis. Mereka walk out dari mimbar akademik itu. Sudah terbukti benar pun, Eddington masih terima sinisme. Dan tentu saja, proses perubahan akan penuh dengan hal seperti itu; Tahap-tahap mencemaskan yang memang harus dilalui. Dan orang muda kita, bukan disiapkan hadapi kecemasan, justru diajari, “Tinggalkan semua beban, ayo jalan. Mumpung kita masih muda, santai aja�, kata Silver Queen lewat Si Kotak Ajaib. []


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.