Edisi September 2012
Kopkun.com
Kopkun Corner
Volume II, Issue 15
Mulai ed isi ini Ko pkun Corner terbit 6 laman
Inside this issue: Mahasiswa, “Alit” yang “Elit”
1
Happy Ending Program Magang
2
TTS Berhadiah
3
Pesan untuk Mahasiswa 2012
4
Menikmati Purwokerto
5
Dare to Think!
6
Mahasiswa, “Alit” yang “Elit”
Pojok Kopkun • Apa itu mahasiswa elit yang alit? • Bagaiman kegiatan Promalis Kopkun? • Ada TTS Berhadiah lho! • Wajib baca buat mahasiswa 2012! • Mari jelajahi Purwokerto, Mariii… •
Berani berpikir? Baca!
T
ahun lalu hanya 26% lulusan SMA dan sederajat yang melanjutkan kuliah. Artinya ada 74% lulusan yang tidak bisa kuliah. Jika ada 1.517.125 siswa yang lulus SMA tahun ini, maka bisa kita proyeksikan hanya ada kuranglebih 400 ribu yang jadi mahasiswa. Secara retoris kita bisa bilang karena sebagian besar tidak mampu untuk kuliah. …..Angka-angka di atas berbunyi, jika ada 10 siswa SMA, 2-3 orang bisa melanjutkan kuliah. Dan teman lainnya, sebanyak 7-8 orang harus bekerja, menikah usia muda dan lainnya. Keadaan ini membuat mahasiswa di Indonesia termasuk kelompok “elit” dengan jumlah “alit”. Bagi teman-teman yang baru menginjak kaki di kampus, bisa jadi tak bisa rasakan aura ke-elit-an status ini. Tunggulah semester enam atau tujuh, ketika masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) tiba. Saat KKN di desa tertentu, masyarakat memandang mahasiswa sebagai sosok yang “wah”. Mereka menganggap mahasiswa tahu segalanya. Suasana ini begitu kental jika kebetulan KKN di desa kecil agak terpencil. Jumlah mahasiswa di Indonesia saat ini mencapai 4,5 juta orang. Sedang jumlah penduduk sekarang mencapai 240 juta. Artinya mahasiswa di Indonesia hanya 1,9% dari total penduduk yang ada. Angka yang kecil, bukan? Di awal abad 19, saat negeri ini masih dijajah Belanda, seorang siswa E.L.S (setara SD) sudah termasuk hebat. Apalagi seperti Minke, tokoh rekaan Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya, yang bisa menyelesaikan H.B.S., sudah pasti jadi orang yang sangat disegani. Dan orang seperti dia jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Sangat, sangat sedikit. Minke berasal dari priyayi Jawa. Ayahnya seorang Bupati. Dan dia trah dari raja-raja Jawa. Namun, sebagai orang yang terdidik, Minke memilih berjuang bersama rakyat dan meninggalkan kenikmatan kekuasaan-kekayaan. Meski tokoh rekaan, bisa jadi Minke seperti Che Guevara, revolusioner asal Argentina itu. Dan sebagai orang terdidik/ terpelajar kata Pram dalam Bumi Manusia, harus sudah adil sejak dalam pikiran. Dan begitulah idealnya mahasiswa sebagai golongan “alit” yang “elit”. Selamat berpikir! [Gambar: polman-babel.ac.id]
Page 2
Kopkun Corner
Volume 2, Issue 15
Happy Ending Program Magang “Mungkin itu cara mereka menguji mental temanteman magang”, ujar Rohmat
*Pembekalan peserta magang
P
Penarikan peserta dan penyerahan kenang-kenangan kepada instansi (11/8).
rogram Magang Liburan Semester (Promalis) ini merupakan angkatan ketiga. Angkatan ini diikuti sebanyak 54 mahasiswa beragam fakultas. Mereka merupakan peserta yang terpilih dari 60an pendaftar. Promalis merupakan kegiatan yang diselenggarakan Kopkun dari tahun ke tahun. “Tujuannya untuk memfasilitasi mahasiswa magang kerja di instansi-instansi tertentu”, terang Rohmat Junaidi, Ketua Panitia. Masih menurutnya, kegiatan magang ini dilaksanakan selama satu bulan yang dimulai pada 11 Juli dan selesai pada 11 Agustus 2012. Yang menarik pada angkatan ketiga ini adalah antuasisme peserta di tengah bulan Ramadhan. Kebanyakan mahasiswa akan merasa malas atau bermalas -malasan saat liburan semester ditambah bulan puasa seperti saat ini. Namun mereka nampaknya telah berpikir serius tentang peluang untuk mengembangkan diri selama musim liburan ini. Meski demikian ada sebagian peserta yang mengikuti magang karena mengharap imbalan tertentu. “Ya biasanya mereka nanya ke kita, digaji apa tidak. Ya kita bilang soal gaji/ honor atau uang transport itu kebijakan masing-masing instansi”. Nah, sebagian peserta ada yang menyerah setelah mengetahuinya dan sebagian besar tetap jalan terus. Bahkan ada sedikit cerita lucu. Di instansi tertentu, ketika sesi pengarahan dari pimpinan, mereka diberi tahu bahwa mungkin instansi tidak dapat memberi sesuatu. Satu per satu peserta gugur dan hanya tersisa dua orang. Sungguh mengejutkan, ternyata mereka yang tersisa sampai hari terakhir itu menerima uang lelah yang cukup besar. “Mungkin itu cara mereka menguji mental teman-teman magang”, ujar Rohmat. Berbeda dengan Dinari, mahasiswi Biologi salah satu peserta memberi testimoni, “Awalnya bingung. Tapi terus seneng. Kan jarang-jarang bisa langsung liat dapurnya radio. Hehehe”. Bagi Dinari pengalaman itu sudah melebihi imbalan apapun yang mungkin diterimanya. “Program magang memang didesain untuk menempa
mental mahasiswa melalui terjun langsung di lapangan. Pengalaman itu akan memberi gambaran bagi peserta tentang dunia kerja seperti apa. Mulai dari SOP, manajemen sampai iklim di lingkungan kerja”, ujar Herliana, SE., Ketua Kopkun, saat pembekalan. Diakui oleh Ketua Panitia, bahwa peserta magang angkatan ini lebih sedikit dibanding dua angkatan sebelumnya. “Sepertinya karena liburan sekarang berbarengan dengan puasa. Jadi kebanyakan mahasiswa pulang kampung”, terang Rohmat. Di sisi lain justru jumlah instansi mitra magang sekarang bertambah, dulu 14 sekarang sampai 16. Peserta ditarik secara resmi pada 11 Agustus di instansi masing-masing. Dan Kopkun memberikan cinderamata sebagai bentuk simbolis kerjasama antar instansi ini. Seperti angkatan sebelumnya, laporan magang peserta akan dibukukan menjadi memoar anak magang. Buku dalam bentuk ebook ini nantinya bisa diunduh luas oleh temanteman lainnya. Harapannya agar penuturan mereka bisa menginspirasi mahasiswa lainnya. [] Ebook angkatan sebelumnya bisa diunduh di www.kopkun.com/ donwload
Page 3
Kopkun Corner
Volume 2 Issue 15
Teka-teki Silang Bulanan “Berhadiah Berlangganan Harian SatelitPost Selama Satu Bulan dan Merchandise Menarik”
Mendatar: 1. Singk. Universitas Jenderal 4. Lawannya “Aku” 5. Kata tanya 7. Pengasah gergaji/ pisau 8. Dialek Banyumas
Soedirman
Menurun: 1. Ajakan 2. Prinsip koperasi: tanpa paksaan 3. Tempat penyimpanan 6. Inggrisnya “Ide” Ketentuan: 1. TTS Berhadiah ini terbuka untuk semua orang di wilayah Purwokerto. 2. Jawaban dikirim ke Kopkun dengan menyertakan Nama, No. HP dan struk belanja miminal Rp. 10.000 di Kopkun Swalayan. Atau via email ke: kopkun_unsoed@yahoo.co.id dengan menyertakan scanan/ foto struk belanja. 3. Jawaban paling lambat tanggal 28 September 2012 pukul 17.00 WIB. 4. Tiap bulan akan dipilih satu pemenang yang menjawab dengan benar. 5. Pemenang berhak atas langganan Harian SatelitPost selama satu bulan dan merchandise menarik. 6. Pemenang akan dihubungi via telepon. 7. Pemenang wajib datang ke Kopkun untuk mengklaim hadiah dengan membawa identitas diri. Esai Kamu Untuk edisi mendatang, Redaksi membuka kesempatan bagi mahasiswa Unsoed mengirim esai pendek dengan tema “Social Media dan Dunia Pendidikan”. Panjang esai maksimal 2800 karakter termasuk spasi. Dikirim ke kopkun_unsoed@yahoo.co.id paling lambat 28 September 2012 pukul 17.00 WIB dalam bentuk .doc/ .docx/ .rtf. Sertakan nama, foto dan fakultas/ jurusan. Bagi yang dimuat akan memperoleh langganan Harian SatelitPost selama satu bulan dan merchandise menarik.
KOMPETISI ESAI MAHASISWA “MENJADI INDONESIA”
Tema: 1. Indonesia Bebas Korupsi | 2. Indonesia yang Bhinneka | 3. Kewirausahaan, Indonesia yang Mandiri | 4. Kepemimpinan, Indonesia yang Kuat |
Hadiah: Juara I: Laptop + Rp 6.000.000 Juara II: Laptop + Rp 4.000.000 Juara III: Laptop + Rp 2.000.000
5. Indonesia yang Hijau | Dll.
Kami memilih 30 (tiga puluh) penulis esai terbaik untuk mendapatkan kesempatan berharga, yakni mengikuti “Kemah Kepemimpinan — Menjadi Indonesia” di Jakarta dan Bogor, selama dua (2) minggu pada bulan November 2012. Informasi dari situs tetangga. Semoga bermanfaat!
Deadline pengumpulan naskah hari Senin, 17 September 2012 pukul 23:59 WIB Selengkapnya klik: http://tempo-institute.org
Page 4
Kopkun Corner
Volume 2, Issue 15
Pesan untuk Mahasiswa 2012 “Jika hanya kuliah, siap-siap untuk goyah dan kehilangan arah”. Yahya Zakaria, Mahasiswa Pasca Sarjana
“Mahasiswa bukanlah manusia yang hanya nongkrong, duduk dan mencatat di kelas. Menjadi mahasiswa sudah seharusnya mencetak sejarah”. (Wildan Shah | 08568394761 | Mahasiswa Ilmu Politik, Pendiri Sekolah Rakyat Bhinneka Ceria)
“Perkuat perahumu. Berlayar, terus berlayar! Average is borring. Dare to be better, kawan”. (Mega N. Azizah | 085726130069 | Mahasiswi Ekonomi, Penerima Beasiswa Unggulan Program Fast Track)
“Selalu berdoa, berusaha, mengabdi kepada masyarakat, orang tua dan almamater tercinta” (Fajarrudin Malik | 085724946887 | Mahasiswa Kedokteran, Ketua UKM Pengmas Periodontal)
“Mahasiswa yang cerdas adalah mahasiswa yang mampu mendefinisikan realitas dan mau merubahnya. Selamat ber-mahasiswa!” (Dodi Faedulloh | 085723504025 | Direktur Bale Adarma, Alumni FISIP)
“Jika hanya kuliah, siap-siap untuk goyah dan kehilangan arah” (Yahya Zakaria | 085726186561 | Mahasiswa S2 Penerima Beasiswa Unggulan, Aktivis Sosial)
“Perubahan mutlak terjadi. Dan kamulah yang menentukan perubahan itu!” (Elisa Soegito | 083865807911 | Mahasiswi Hukum, Pegiat Sekolah Menulis Bocah Purwokerto)
“Unsoed memang kecil, akan lebih kecil lagi jika mahasiswanya tidak berbuat apa-apa di kampus”. (Sucipto | 085710237135 | Mahasiswa Sastra, Aktif di LPM Sketsa)
“Bisa tak cukup sekedar tahu. Pintar tak cukup sekedar mahir. Karena belajar tak terbatas waktu dan usia” (Rohmat Taufik Junaidi | 087837233480 | Mahasiswa Pertanian, Fasilitator Kopkun)
“Selamat memasuki wahana baru. Berproses menuju insan akademis, pencipta dan pengabdi. Keep smile and viel glück” (Ana Diana | 085641819951 | Mahasiswi Biologi, Aktivis & Penulis)
Tempat Terbatas
Page 5
Kopkun Corner
Volume 2 Issue 15
Menikmati Purwokerto “Mulai kuliner, tempat belanja, wisata , pusat elektronika ada di sini. Juga jejak historis masa lalu Indonesia�
*Salah satu kafe di Purwokerto, Sumber:
M
Tempe mendoan, enak dimakan saat hangat dengan lombok ijo.
alam hari di kota ini relatif ramai. Bagaimana tidak, di kota kecil ini ada sekitar 14 kafe atau diskotik. Dulu pada 2009, Kompas pernah reportase khusus soal tempat nongkrong di Purwokerto. Sebagai perbandingan saja, ada sekitar 18 kafe dan sejenisnya di Solo. Namun perlu diingat, kota Solo lebih besar daripada Purwokerto. Selain kafe yang menjamur di Purwokerto, pusat kuliner juga berkembang pesat. Sebut saja area Gelora Olah Raga (GOR) yang kanan-kirinya menyuguhkan macam-macam makanan. Jika ingin menu khusus, seperti soto ada dua pilihan yang mungkin dikunjungi. Pertama, Jl. Bank, terkenal dengan Soto Jl. Bank. Dan kedua sepanjang Jl. Raya Sokaraja. Bagi yang baru sampai di Purwokerto, perlulah icip-icip menu itu. Kota ini juga terkenal dengan tempe mendoannya. Tempe mendoan itu adalah tempe goreng setengah matang. Yang tak terbiasa sulit menikmatinya. Namun, lama kelamaan pasti akan ketagihan. Salah satu pusat mendoan yang terkenal di Purwokerto itu Sawangan. Tapi juga bisa ditemukan di warungwarung rames dekat kos-kosan. Atau di angkringan nasi kucing jika malam hari. Yang suka makanan pedas, saat ini Purwokerto lagi keranjingan serba pedas. Ayam pedas. Lumpia pedas. Mie pedas. Dan macam-macam makanan yang dibuat sepedas-pedasnya. Di sini juga ada makanan khas daerah atau negeri lain. Misal, restoran khas Sunda, Thailand dan China. Tentu saja yang pasti ada di seluruh Indonesia adalah rumah makan Padang dan Lamongan. Jadi jangan kuatir! Seperti kota lain, saat weekend kota ini jadi lebih ramai. Mobil plat nomor luar kota padat menuju kawasan wisata Baturraden. Kawasan itu menyuguhkan panorama pegunungan berikut pancuran-pancuran yang bisa disinggahi. Selain Baturraden ada juga Batur Agung, Curug Ceheng,
Curug Gede, Curug Cipendok dan lainnya. Tempat-tempat itu bisa dicapai dalam 30 menit berkendara. Yang suka belanja berdoalah agar SuperMall 16 lantai berdiri di sini. Rencananya proyek kontroversial itu berdiri di depan Alun-alun Purwokerto. Namun tak perlu menunggu untuk sekedar belanja, karena di sini ada 5-6 supermarket. Sedang yang demen teknologi, toko-toko elektronika bertebaran di sepanjang jalan arteri. Mulai dari laptop, tablet, ponsel, asesoris pendukung dan lainnya. Minimalnya ada di sini ada dua taman kota. Ada alun-alun kota dan Taman Andang Pangrenan, bekas terminal. Bisa ditempuh 10-20 menit berkendara dari kawasan kampus Unsoed. Ada beberapa jejak historis Indonesia di kota ini selain Jend. Soedirman. Misalnya, Dr. Angka adalah Bendahara Boedi Oetomo (1908), yang sekarang namanya diabadikan sebagai nama jalan; Kemudian Tan Malaka mengumpulkan Persatoean Perdjoeangan di sini; Koperasi dan BRI pertama kali di Indonesia juga di kota ini. Sedang jejak yang lain seperti Mayangsari dan Dion Indonesian Idol juga dari kota ini. []
Jadi Anggota & Manfaatnya
Redaksi Kopkun Corner Penanggungjawab: Ketua Kopkun Redaktur Pelaksana: Agnes Harvelian Reporter: Elsa, Amy & Nimas Distribusi: Nanang, Firman & Rohmat
B
anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mudahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pendaftaran 2. Mengikuti Pendidikan Dasar (wajib) 3. Menyelesaikan administrasi termasuk membayar Simpanan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp. 10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar. Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon 20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan manajerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke Kopkun Lt.2. Kami tunggu ya!
Sekretariat: Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto (0281) 631768 | www.kopkun.com kopkun_unsoed@yahoo.co.id
Untuk pengguna Ipad dan Android, sila pindai barcode ini!
Dare to Think! Oleh: Firdaus Putra, S.Sos. (Manajer Organisasi Kopkun)
Seringkali kita menahan dagu saat berpikir keras. It’s right?
S
ampai saat ini, saya merasa hanya baru beberapa kali berpikir secara serius. Serius dalam arti bahwa hasil pikir tersebut punya konsekuensi logis jangka panjang. Misalnya, dulu saya memilih pindah sekolah saat kelas tiga SMA atas kemauan sendiri; Kemudian pilihan jurusan saat kuliah; Organisasi atau idealisme; Pilihan pekerjaan dan beberapa lainnya. Sisanya lebih sering let it flow. Dulu saat hanyut dalam aktivitas kampus, orang tua sering bertanya kapan saya lulus. Dan saya masih ingat betul untuk jawab itu saya tulis surat yang kurang-lebih isinya pinta mereka tak perlu risau. Kemudian jelang lulus, orang tua kembali bertanya, akan kerja apa. Dan saat itu saya jawab, “Ibu, tak perlu risau dengan masa depan saya. Saya yakin semua ada jalannya”. Maklum, Ibu saya seperti ibu-ibu yang lain, berharap anaknya jadi PNS. Saya meyakini bahwa tiap individu punya momen seperti itu. Momen dimana ia dituntut untuk merumuskan sikap atau tindakannya dengan serius. Pada momen seperti inilah ia dituntut untuk berani berpikir sendiri. Dare to think by self. Dalam film Law Abiding Citizen, saya temukan pernyataan menarik. “Bertindak atau membuat keputusan itu mudah. Yang sulit adalah menjalaninya”. Karenanya dare to think menuntut juga adanya dare to be responsible. Misal, saya harus terima konsekuensi bahwa saya jadi tak bisa baca
Kitab Kuning lantaran pindah sekolah dulu kala. Pada momen tertentu kita dituntut bertanggungjawab sendiri. Tak berlindung di balik kekuasaan, kekayaan, nama besar orang tua, misalnya. Namun menerimanya dengan suka hati sebagai imbas tindakan diri sendiri. Pengalaman merantau nampaknya berperan membangun kedirian saya waktu itu. Tak seperti di rumah bergantung pada orang tua, di tanah rantau mau tak mau saya belajar mandiri. Meski merantau tak selalu enak, saya bersyukur pernah mengalaminya. Paling tidak pilihan jodoh jadi lebih variatif, tak melulu cewek sekampung halaman. Betul, bukan? Hehe. []