Kopkun Corner Edisi 18

Page 1

Edisi Desember 2012

Kopkun.com

Kopkun Corner

Volume II, Issue 18

Inside this issue: Setahun Desa Membangun

Setahun Desa Membangun 1

UU Perkoperasian, 2 Perjuangan Ekstra Regulasi, Mungkinkah? TTS Berhadiah

4

Sekolah Menulis dan Entrepreneur Kopkun

5

Guerin & Miss Lee

6

Pojok Kopkun • Apa dan bagaimana Desa Membangun itu? • UU Perkoperasian yang baru penuh kontroversi, seperti apa se? • Ada TTS berhadiah lho! • Yang ingin berlajar menulis atau entrepreneur wajib baca! • Siapa Guerin? Siapa Miss Lee? Baca!

N

amanya Gerakan Desa Membangun (GDM). Bukan “Membangun Desa”. Oleh para pegiatnya istilah “Desa Membangun” dibedakan dengan “Membangun Desa”. Mereka maknai “Desa Membangun” sebagai bentuk aktif dari orang desa untuk membangun, mengelola desanya. Artinya meletakkan (orang) desa sebagai subyek atau pelaku utama pembangunan. Sebaliknya, istilah “Membangun Desa”, hanya meletakkan desa sebagai obyek pembangunan. Dalam istilah akademisnya, “Desa Membangun” itu bernuansa bottom-up, sedangkan “Membangun Desa” bernuansa top-down. Dan tentu saja, hal itu adalah dua gaya yang berbeda sama sekali. Yang pertama demokratis, sedang yang kedua cenderung otoriter. Gerakan yang bermula pada 2011 ini mulai santer dibicarakan karena dianggap sebagai terobosan baru dalam tata kelola desa. Sebagai contoh, saat ini tiap desa yang berafiliasi dengan GDM punya situs desa. Misalnya Desa Melung, 20 menit dari kampus Unsoed, punya www.melung.or.id. Terobosan lain misalnya, seluruh komputer desa tak lagi gunakan Windows, namun Linux. Bahkan bahasanya pun sudah diubah menjadi Banyumasan. Dalam hal administrasi desa, semuanya sudah terkomputerisasi. Jadi bagi masyarakat yang ingin buat Surat Pengantar, tak lagi menunggu lama. Hanya butuh lima menit, klik ini dan itu, dan jadilah surat itu. Yang menarik lagi, perangkat desanya akrab dengan social media seperti facebook dan twitter. Mereka gunakan social media sebagai salah satu cara mempromosikan potensi desa, misalnya sayur organik, seperti di Desa Melung. Jadi gerakan itu sangat lembut memamah teknologi informasi yang tentu saja berbasis internet. Dan itu semua, dilakukan oleh orang-orang desa! Tak sekedar social media, bahkan mereka pernah memantau sidang di Gedung DPR RI melalui video streaming. Yang langsung mereka respon melalui twitter. Dan konyolnya, anggota dewan di Senayan justru kaget dan belum siap dengan kemajuan itu. Rencananya 6-9 Desember mendatang gerakan ini akan gelar Harlah 1 Tahun GDM di Banyumas (www.desamembangun.or.id). Meski baru (akan) berusia satu tahun, gerakan ini telah terbukti banyak memberi solusi konkrit. Tentu saja kekurangan masih ada di sana-sini. Namun dengan melihat semangat zaman (zeitgeist) era 2.0 ini, bisa diproyeksikan gerakan ini akan berkembang dan makin dinamis. Akhirnya, kita perlu bilang “Selamat Harlah ke-1 GDM. Semoga makin kreatif dan progresif di darat (offline) dan udara (online)! []


Page 2

Kopkun Corner

Volume 2, Issue 18

UU Perkoperasian, Perjuangan Ekstra Regulasi, Mungkinkah? “Monopoli Dekopin sebagai wadah tunggal koperasi yang tidak sesuai dengan semangat demokrasi”

K

amis (18 Oktober 2012) lalu, DPR mengetuk palu disahkannya RUU Koperasi baru yang menggantikan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Sebelum UU ini disahkan, banyak kalangan aktivis koperasi yang gusar dan menyampaikan masukan-masukan, kalau tidak ingin disebut sebagai kritik terhadap rancangan tersebut. Draft RUU ini disinyalir justru be-ruh kapitalisme. Wacana penolakan RUU cukup gencar di media sosial dan sampai hari ini pun beberapa kalangan tetap melakukan mengadvokasi, dan memperjuangkan UU yang sudah diparipurnakan ini untuk diajukan ke Mahkamah Konstitusi.

Sejatinya undang-undang adalah produk politik.

Kelirumonologi Undang-Undang Dalam risalah kecil ini, saya tidak akan mengambil porsi banyak dalam kajian kritik pasal-pasal yang (dianggap) keliru, baik sistematika, redaksi, dan substansi karena sudah hadir rilis kritik di berbagai portal berita dan media sosial dari aktivis koperasi, yang saya anggap cukup memadai menjadi alasan mengajukan banding terhadap regulasi tersebut. Hal fundamental yang dikritik adalah tentang definisi koperasi. Bukan sekedar ihwal keseleo lidah redaksional, tapi ada interupsi substansi dari koperasi itu sendiri. Dalam Pasal 1 mendefinisikan koperasi sebagai “…badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi…” Mendefinisikan koperasi semata badan hukum itu keliru, apalagi redaksi “didirikan oleh orang perseorangan” akan bermakna bias. Sialnya dalam sub penjelasan undang-undang, pasal 1 dijelaskan dengan kata singkat, “cukup jelas”. Penantian selama 12 tahun dikatung dalam rapat paripurna, terasa hambar ketika produk undang-undang yang dihasilkan justru menjadi “permasalahan tambahan”. Kekeliruan ini menjadi problematik, karena sejatinya regulasi, sebagai pijakan dasar, harusnya tidak bermakna ambigu. Mendebatkan kembali tafsiran undang-undang adalah membuang waktu. Ada patokan yang kiranya bisa menjadi rujukan. Definisi umum yang ditawarkan oleh gerakan

koperasi internasional yang mendefinisikan koperasi secara umum sebagai sekelompok orang-orang yang otonom. Dalam hal ini titik tekan ada subjek/ orang yang menjadi pelaku utama. Monopoli Dekopin sebagai wadah tunggal koperasi yang tidak sesuai dengan semangat demokrasi, posisi pengawas yang cukup superior dan mengalahkan kekuatan rapat anggota, untuk meningkatkan SDM koperasi diperbolehkannya pengurus berasal dari nonAnggota, banyak membahas bagian simpan pinjam namun sektor lain tidak terbahas secara apik yang saya kira tidak tepat dalam porsi lex-generalis adalah ragam kekeliruan yang tercatat dalam UU Perkoperasian terbaru. Extra-Regulasi Ini bukan sekedar tentang persoalan ajakan moral layaknya mengajak untuk perang suci. Namun jika kehadiran negara, dalam kasus ini produk undang-undang baru ini menjadi permasalahan, mengapa harus menjebakan diri


Page 3

Bagi Badiou momen politik adalah momen yang menyoroti surplus representasi kekuasaan dengan cara menghadirkan “yang lain”

Dodi Faedulloh, Sos., adalah Pengurus Kopkun Bidang Usaha. Saat ini yang bersangkutan juga menjabat sebagai Direktur Bale Adarma dan sedang studi master di MAP FISIP Unsoed.

Kopkun Corner

Volume 2, Issue 18

kubangan regulasi yang kontra-produktif? Kembali ke khitah, koperasi sejatinya kumpulan orang yang otonom. Koperasi sejati adalah koperasi yang berdiri mandiri tanpa intervensi apalagi belas kasih pihak luar. Konsep “Do It Your Self” saya kira bisa mewakili bentuk kerja koperasi yang otonom itu. Hierarki kebijakan dalam koperasi senyatanyatanya adalah rapat anggota. Saya jadi ingat hasil riset salah seorang senior saya. Di salah satu koperasi yang menjadi objek penelitiannya, ia menemukan implementasi UU tentang perkoperasian tidak berjalan di koperasi tersebut. Namun anehnya koperasi tetap berjalan dengan baik. Ternyata yang menjadi ruh dalam berjalannya koperasi tersebut tiada lain dari hasil rapat anggota. Memang sifatnya masih kasuistik dan belum bisa digeneralisasi, tapi sekurangnya ini memperlihatkan tentang adannya kemampuan dalam diri koperasi untuk hidup tanpa kerangkeng regulasi birokrasi. Bukti empiris yang lebih besar ada. Di Norwegia dan Denmark contohnya, kedua negera tersebut tidak memiliki UU koperasi. Koperasi di dua negara tersebut berkembang pesat, bahkan menjadi substantive power ekonomi di sana. Jika negara memang punya komitmen yang tinggi dalam pengembangan koperasi, sebenarnya kehadiran UU Koperasi tidak bisa berdiri sendiri yang justru hanya malah “mengatur-atur” koperasi yang harusnya berdiri otonom. Problem ini saya tinjau menggunakan kacamata Badiou, seorang filusuf kontemporer ternama asal Prancis. Bagi para punggawa koperasi, permasalahan ini bisa menjadi awal untuk menciptakan momentum untuk berjuang dalam imajinasi extra-regulasi. Imajinasi inilah tentang “something else” yang menjadi unsur generik yang membawa kita pada kesetiaan (fidelity) atas “kebenaran”. “Kebenaran” di sini, dalam bahasa Badiou, selalu mengandung kebaruan dan menjauhkan manusia dari relativitas sehari-hari. Dalam titik tertentu kebenaran melampaui dan menjebol dari “pengetahuan. “Pengetahuan” secara konsepsi dibedakan oleh Badiou dengan “kebenaran”.“Pengetahuan” bagi Badiou sebatas informasi yang tersusun rapi— bagaikan ensikopledia, bagaikan monumen. Sedangkan “kebenaran” mengandung hal baru dan militansi. “Kebenaran” berawal dari proses subjektivisasi, yaitu keinginan subjek dalam situasi partikular yang kemudian menempatkan Kebenaran di cakrawala. Partikular-partikular di sini adalah perjuangan subjeksubjek koperasi yang berjuang secara baru, karena menunggu peran negara tak kunjung menciptakan hal yang baru, yakni untuk menjaga momen perjuangan di

luar undang-undang yang kita ciptakan. Bagi Badiou momen politik adalah momen yang menyoroti surplus representasi kekuasaan dengan cara menghadirkan “yang lain” yang belum muncul dalam state of situtation. Membaca beberapa sejarah perjuangan koperasi, khususnya situasi kontemporer, dalam pembacaan saya masih dalam lingkaran “pengetahuan”, yakni dalam kondisi pengandaian yang sudah tersusun dalam draft ensikopledia yang terbakukan, dan masalahnya kita tak jarang jadi naïf, perjuangan itu, dalam konteks ini adalah selalu, selalu dan selalu menggedor undang-undang. Hemat saya subjek koperasi justru bisa melampauinya, seperti yang dilakukan oleh para insan koperasi di Norwegia-Denmark, atau insan koperasi tempat penelitian senior yang saya ceritakan di muka. Kiranya kesempatan momentum ini saatnya memulai dengan “yang lain”: extra regulasi. Mungkin kah? []


Page 4

Kopkun Corner

Volume 2 Issue 18

Teka-teki Silang Bulanan “Berhadiah Berlangganan Harian/ Koran Selama Satu Bulan dan Merchandise Menarik”

Mendatar: 1. Peringatan 1 Desember 5. Orang tertentu 7. Pergi (Inggris) 8. Mata uang Amerika 9. Number (singk.) 11. Standar produk Indonesia 12. Salah satu suku di Indonesia Menurun: 2. Instituti Koperasi Indonesia 3. Negara kesejahteraan 4. Menurunnya nilai uang 6. Pengikut ajaran Karl Marx 10. Kebijakan uang kuliah 11. Akibat virus Dengue Ketentuan: 1. TTS Berhadiah ini terbuka untuk semua orang di wilayah Purwokerto. 2. Jawaban dikirim ke Kopkun dengan menyertakan Nama, No. HP dan struk belanja miminal Rp. 10.000 di Kopkun Swalayan. Atau email ke: kopkun_unsoed@yahoo.co.id dengan menyertakan scanan/ foto struk belanja. 3. Jawaban paling lambat tanggal 29 Desember 2012 pukul 17.00 WIB. 4. Tiap bulan akan dipilih satu pemenang yang menjawab dengan benar. 5. Pemenang berhak atas langganan harian/ Koran tertentu selama satu bulan dan merchandise menarik. 6. Pemenang akan dihubungi via telepon.

Esai Kamu Untuk edisi mendatang, Redaksi membuka kesempatan bagi mahasiswa Unsoed mengirim esai pendek dengan tema “”. Esai maks 2800 karakter termasuk spasi. Dikirim ke kopkun_unsoed@yahoo.co.id paling lambat 29 Desember 2012 pukul 17.00 WIB dalam bentuk .doc/ .docx/ .rtf. Sertakan nama, foto dan fakultas/ jurusan. Bagi yang dimuat akan memperoleh langganan Harian/ Koran selama satu bulan dan merchandise menarik.

SAYEMBARA CERPEN & CERBER “40 Tahun Majalah Femina ”

Hadiah: Total 44 juta (Diambil 3 pemenang tiap kategori peserta)

Kategori Peserta: Semua Usia/ Kalangan Tema: Tidak dibatasi Informasi dari situs tetangga. Semoga bermanfaat!

Deadline pengumpulan naskah 31 Januari 2013 Pengumuman pemenang Mei 2013 Pengunduhan formulir dan informasi selengkapnya di: http://femina.co.id/sayembara.cerpen.cerber


Page 5

Kopkun Corner

Volume 2 Issue 18

Dibuka! Sekolah Menulis & Entrepreneur Angkatan ke-7 “Banyak yang bertanya mengapa Kopkun bangun Sekolah Menulis. Hal ini karena ...�

rofil Singkat P Sekolah Menulis Storia dan Sekolah Entrepreneur Creativa berdiri sejak akhir 2010. Sampai saat ini sudah ada 80an orang alumni sekolah menulis. Dan ada 70an alumni sekolah entrepreneur. Sekolah ini diasuh oleh ahli-ahli di bidangnya, baik para penulis atau entrepreneur/ manajer. Banyak yang bertanya mengapa Kopkun yang nota benenya adalah koperasi membangun tak hanya sekolah entrepreneur, melainkan juga sekolah menulis. Dan sedikit yang tahu bahwa koperasi sebenarnya bukan semata bergerak di ruang ekonomi, tapi juga sosial-budaya. Hal inilah yang membuat Kopkun concern bangun Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur Creativa.


Jadi Anggota & Manfaatnya

Redaksi Kopkun Corner Penanggungjawab: Ketua Kopkun Redaktur Pelaksana: Firdaus Putra Reporter: Ulya, Amy & Nimas Pemeriksa Aksara: Noor Hasanah Distribusi: Windi, Hasbi, Dita, DJ, Imam

B

anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mudahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pendaftaran 2. Mengikuti Pendidikan Dasar (wajib) 3. Menyelesaikan administrasi termasuk membayar Simpanan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp. 10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar. Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon 20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan manajerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke Kopkun Lt.2. Kami tunggu ya!

Sekretariat: Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto (0281) 631768 | www.kopkun.com kopkun_unsoed@yahoo.co.id

Untuk pengguna Ipad dan Android, sila pindai barcode ini!

Guerin & Miss Lee Oleh: Firdaus Putra, S.Sos. (Manajer Organisasi Kopkun)

Googling lah “Hari Ibu”. Banyak gambar lebih bernuansa Ibu sebagai sosok biologis daripada aktor sosial.

A

kar sejarah Hari Ibu di Indonesia lebih menarik dibanding di Eropa, misalnya. Di sebagian Eropa, Mother’s Day merupakan pengaruh dari tradisi Yunani pada pemujaan Dewi Rhea, ibu segala dewa. Sedang di Indonesia, sejarah hari ibu terkait erat dengan perjuangan perempuan dalam kemerdekaan republik ini. Sampai akhirnya pada 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden No. 316, bahwa 22 Desember sebagai Hari Ibu. Sedari awal tonggak peringatan Hari Ibu di Indonesia bernuansa publik, bentuk penghormatan terhadap para pahlawan seperti: Cut Nyak Dhien, Kartini, Maramis, Sartika dan sebagainya . Ini berbeda dengan Eropa yang lebih bernuansa mitis dan sarat pemujaan. “Ibu” dalam momen itu lebih ditempatkan sebagai aktor sosial daripada balutan romantisme penuh kasih sayang. Sialnya, banyak peringatan salah kaprah yang menempatkan “Ibu” sebagai sosok biologis; Manusia yang melahirkan anak, menyusuinya, mengelola rumah tangga dan seterusnya. Dalam kesejarahan itu, sebenarnya peringatan Hari Ibu tak berbeda dengan Hari Pahlawan. Sosok yang terlibat aktif dalam proses pembentukan dan pembangunan bangsa. Lucunya, Hari Ibu saat ini sama dengan lomba masak dan macak. Peran penting “Ibu” sebagai aktor sosial justru dipasung dalam peran-peran rumah tangga.

Pada 22 Desember yang akan datang itu, saya lebih tertarik menonton ulang Veronica Guerin daripada Mom Never Dies. Film yang pertama berkisah jurnalis perempuan (Guerin) yang memerangi bandar narkotika di Irish, Ireland. Sedang film kedua, drama Korea yang menggambarkan sosok ibu (Miss Lee) yang kesepian di akhir hidupnya. Kedua film itu bisa membuat penonton menitikkan air mata. Bedanya, yang pertama kita jadi haru pada kiprah Guerin yang membuatnya terbunuh saat tugas. Sedang yang kedua, kita akan haru pada keluasan hati seorang ibu. Film yang pertama true story; Yang kedua drama fiksi. Pilih mana? []


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.