Kopkun.com
Edisi 4 Agustus 2011 Volume I, Issue 4
Inside this issue:
Kopkun Corner
Nasionalisme Orang Muda
1
Kopkun Akan Gelar Orientasi Maba 2011
2
Nasionalisme Orang Muda
Facebook Picu Tren Narsisme
3
M
Tujuh Belasan
4
Pojok Kopkun •
Nasionalisme orang muda boleh jadi membuat kalangan tua gregetan. Bagaimana se?
•
Orientasi MentalIntelektual Mahasiswa Baru ini kali pertama digelar Kopkun. Cobalah!
•
Narsisme itu seperti anak kecil yang selalu ingin diperhatikan. Facebook menyuburkannya. Nah lho?
•
Tujuh belasan muncul sebagai lem sosial. Maksudnya? Selengkapnya, baca!
ungkin untuk orang muda, 17 Agustus tak sesakral bagi kalangan tua apalagi para veteran. Hari Kemerdekaan itu boleh jadi dihayati secara berbeda; Peringatan hari besar nasional yang pada hari itu diliburkan dan dipenuhi berbagai perlombaan. Tidak lebih. Ini soal bagaimana orang muda memaknai keindonesiaannya. Memaknai dirinya bagian dari Indonesia, negeri yang kebanyakan orang mudanya menggunakan fesbuk, Sebuah desain artistic BB dan berbagai gadget canggih lainnya. yang memadukan 66 Memaknai keindonesiaan sama halnya dengan mendengan burung Garuda. yoal nasionalisme. Lantas apakah orang muda itu tak lagi nasionalis? Atau justru mereka mempunyai makna lain nasionalisme? Bersama Dewan Ketahanan Nasional, Tempo Institute pernah menggelar sayembara esai bertajuk “Nasionalisme a la Gue” pada 2009 & 2010. Dan benarlah, pada orang muda, nasionalisme dimaknai secara kreatif dan menemukan bentuk yang lebih cair. Nasionalisme usang seperti; mengikuti upacara, mengerek bendera di depan rumah, berbaju batik dan sebagainya, nyaris mereka kritik-tolak. Yang ada adalah nasionalisme a la anak muda. Sebuah nasionalisme yang bergumul erat dengan budaya pop. Pada reniknya, nasionalisme mereka lahir dalam ruang-ruang musik, ekonomi kreatif, film indie, kewirausahaan sosial, backpacking keliling Indonesia dan sebagainya. Sebuah nasionalisme yang langsung menyentuh pada minat mereka sebagai orang muda. Nasionalisme orang muda, boleh jadi nasionalisme yang penuh dengan optimisme dan keriangan. Optimisme tentang “bela negara” dan keriangan sebagai bagian dari hobi atau aktivitas yang mereka geluti dengan rasa senang. Namun jangan heran, sebagai generasi yang aktif berjejaring sosial, mereka tetap peka terhadap masalah bangsa. Lihatlah beberapa Gerakan Sosial Baru lahir dari internet dan berlabuh pada gerakan nyata. Ada beberapa contoh menarik; Bagaimana Koin Keadilan untuk Prita justru lahir melalui rahim fesbuk. Juga bagaimana IndonesiaUnite yang lahir dari twitter. Ada juga gerakan “Beli Indonesia” di Solo & sekitarnya. Klimaksnya, Pandji—komedian, presenter & rapper—menulis sebuah buku “Nasional is Me”. Sebuah penghayatan nasionalisme orang muda di abad 2.0 yang boleh jadi membuat gregetan kalangan tua, apalagi veteran perang. Selamat merayakan 66 tahun Indonesia Merdeka, selalu riang & terus optimis! []
Page 2
Kopkun Corner
Volume 1, Issue 4
Kopkun akan Gelar Orientasi Maba 2011 Materi orientasi Kopkun sebagai berikut: 1. Berpikir a la Mahasiswa 2. Membuat Outline 3. Menulis Esai 4 . Teknik Berbicara & Berdiskusi 5. Siklus Hidup Mahasiswa 6. Tipikal Mahasiswa 7. Mahasiswa & Lingkungan Sekitar 8. Mahasiswa & Organisasi
B
erbeda dengan tahun lalu, mulai tahun ini Kopkun akan gelar orientasi mahasiswa baru 2011. Pekan orientasi ini bertujuan membekali mahasiswa baru tentang bagaimana berpikir, belajar, berinteraksi dan berorganisasi a la mahasiswa. “Modul sudah kami siapkan. Materinya sendiri ada 8 yang wajib diselesaikan selama dua bulan”, terang Firdaus Putra, Manager Organisasi Kopkun. Target peserta orientasi ini 250 orang. Setiap 10 orang akan didampingi seorang pendamping. Jadi akan ada 25 kelompok dampingan. Melalui orientasi ini mahasiswa baru akan memperoleh pembekalan soft skill dan pemahaman yang utuh tentang dunia kampus. Selain itu, orientasi ini didesain sedemikian rupa agar mahasiswa baru atraktif dan interaktif. “Salah satu yang menarik dari orientasi ini adalah penugasannya melalui wawancara langsung turun lapangan. Ada 4-5 penugasan dengan model wawancara. Jadi akan melatih mereka berbicara dan berinteraksi”, imbuh blogger muda itu. Dengan mencermati delapan materinya, mungkin terlihat lebih canggih daripada kebanyakan model orientasi mahasiswa baru lainnya. Misal saja Ospek, mungkin karena waktu terbatas, beberapa hal belum tercukupi. Sedangkan orientasi ini yang memadukan teknik diskusi dan penugasan lapangan, tak hanya mengasah pikiran, melainkan juga mental mahasiswa baru. “Semua sudah siap. Materi juga para pendampingnya. Tinggal sekarang seberapa daya tahan mahasiswa 2011 mengikuti orientasi ini. Sebenarnya kami desain sederhana, pertemuan seminggu sekali dengan durasi 1-1,5 jam. Waktunya disesuaikan antara mahasiswa 2011 dengan kakak pendampingnya. Boleh indoor atau outdoor”, kata Firdaus yang saat mahasiswa dulu beberapa kali menjadi konseptor Ospek di kampusnya.
Orientasi MentalIntelektual Mahasiswa Baru (Mimbar) ini sengaja Kopkun gelar sebagai salah satu upaya memberdayakan mahasiswa. “Kami ingin mahasiswa-mahasiswi Unsoed cerdas otaknya dan baja mentalnya”, kata M. Arsad Dalimunte, Ketua Kopkun. Pak Arsad, demikian akrab disapa, menambahkan, “Jadi jangan heran kalau koperasi menggelar kegiatan seperti ini. Karena koperasi itu bukan sekedar bisnis. Tapi juga bergerak di bidang sosial -budaya. Nah, Orientasi Mimbar ini adalah salah satu tool sosial-budaya itu”, terang beliau menjelaskan mengapa Kopkun mengadakan kegiatan seperti ini. Dan seperti apa hasilnya, kita lihat nanti di bulan Sept-November mendatang. Semoga sukses Mimbarnya! Dan semoga lahir para kader yang cerdik & energik! []
Undian Vocer Belanja Khusus Anggota Mulai 1 Juni 2011 sampai Maret 2012 ada undian vocer belanja tiap bulan. Besarnya mulai @Rp. 150.000 - Rp. 400.000. Oh iya, program ini tidak berlaku untuk Pengurus, Pengawas, Karyawan/ Parttimer Kopkun atau keluarganya. Vocer juga tidak bisa diuangkan atau ditambah menjadi tabungan, khusus vocer belanja! Caranya: setiap belanja kelipatan Rp. 10.000* kamu akan dapat satu poin undian. Di akhir bulan akan diundi. Kalau beruntung, lumayan belanja gratis di Kopkun Swalayan. Ayooo tingkatin loyalitasmu, raih vocer belanjamu! *Per tiga bulan minimal transaksi berubah selaras dengan kenaikan vocer.
Page 3
Kopkun Corner
Volume 1, Issue 4
Facebook Picu Tren Narsisme “Hal ini serupa dengan anak kecil yang secara terus menerus mencari pujian dan tanggapan.�
B
angun tidur langsung login ke Facebook, memposting setiap detail dari kehidupan seseorang, memajang foto, video, dan mengupdate status merupakan hal yang sangat lumrah bagi jutaan pengguna situs jejaring sosial tersebut. Dengan jumlah yang telah melebihi 750 juta pengguna, kini generasi muda sampai manula sudah saling berkawan dan menyampaikan pada dunia setiap detail dalam hidup mereka, dan juga berharap ada tanggapan untuk setiap posting yang mereka lakukan. ‘Privacy’ sendiri tampaknya sudah merupakan konsep yang kuno akibat adanya jejaring sosial.
Dikutip dari Med India, 1 Agustus 2011, peneliti menyebutkan, mereka yang secara konstan memposting gambar dan update terhadap aktivitas mereka sebenarnya mencari tanggaPribadi narsistik yang suka pan ataupun komentar ter- melihat dirinya. hadap apapun yang mereka posting. Hal ini serupa dengan anak kecil yang secara terus menerus mencari pujian dan tanggapan. Pengguna Twitter, situs jejaring sosial lain yang memungkinkan orang memposting pikiran, komentar, dan tanggapan mereka terhadap berbagai hal, sebenarnya juga mendorong orang untuk tetap berada di dunia virtual. Praktek ini berpotensi memutuskan mereka dari kehidupan di dunia nyata. Peneliti menyebutkan, tren seperti ini sangat berbahaya karena ia bisa menghambat kemampuan orang untuk berkomunikasi dengan baik di dunia nyata, dan juga bisa memicu krisis identitas. Lebih lanjut, pengguna bisa mengalami penurunan konsentrasi, rentang perhatian pendek dan menjadikan mereka orang-orang yang terobsesi dengan dirinya sendiri, yang terus-menerus mencari sanjungan dari teman-teman virtual mereka. [http:// teknologi.vivanews.com]
Cuplikan Content www.kopkun.com, click and like ya!
Jadi Anggota & Manfaatnya
Redaksi Kopkun Corner Penanggungjawab: Ketua Kopkun Redaksi: Firdaus Putra Layouter: Renadi Yogantara Distribusi: Junita, Fandi dan Firman
B
anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mudahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pendaftaran 2. Mengikuti Pendidikan Dasar (wajib) 3. Menyelesaikan administrasi termasuk membayar Simpanan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp. 10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar. Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon 20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan manjerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke Kopkun Lt.2. Kami tunggu ya! Sekretariat: Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto (0281) 631768 | www.kopkun.com
Tujuh Belasan Oleh: Firdaus Putra, S.Sos. (Manager Organisasi Kopkun)
P
inang itu dipanjat beramai. Ada beberapa hadiah menggantung di ujungnya. Tapi, sekali-kali ini bukan soal hadiah. Tujuh belasan, dengan berbagai renik kegiatan adalah soal waktu publik. Waktu publik itu mempertemukan segenap warga. 17 Agustus memberikan ruang-waktu bagi warga berkumpul dan bersosialisasi. Dan kumpulan itu mengambil tema “Indonesia Merdeka”. Namun bukan tema itu intinya. Melainkan bagaimana tujuh belasan jadi bagian dari masyarakat dan mampu sejenak mengerem laju aktivitas regular. Pada tanggal itu, setiap orang serasa keluar dari kebiasaan. Secara “resmi” orang boleh bermain. Boleh tertawa dan bersuka cita tanpa malu-segan. Bahkan, di beberapa desa/ kota, kegiatan didesain sedemikian rupa sehingga menggoyang pakem; sepakbola bapak-bapak memakai daster, lomba masak bapak-bapak dan sebagainya.
Panjat pinang adalah satu dari sekian banyak pernik Tujuh Belasan. Pernah mencobanya?
Tujuh belasan muncul sebagai lem sosial. Berkumpul antara tua, muda bahkan anak-anak dalam spirit yang sama: merayakan dengan penuh suka cita Indonesia Merdeka. Di sini orang benar-benar merasa bebas. Bebas untuk mengekspresikan kekonyolan dan ketololan dalam sebuah game seru.
Dan kita kembali diingatkan oleh Prof. Huizinga, bahwa bermain itu keluar dari hidup yang biasa. Bermain itu adalah menikmati diri sebagai kanak-kanak yang innocent. Bermain, masih menurutnya, lebih tua daripada budaya itu sendiri. Janganjangan pada awalnya sekedar permainan. Permainan untuk merayakan kemenangan/ kesenangan. Kemudian terpola per tanggal 17 bulan delapan. Dan akhirnya lahir budaya “tujuh belasan”. Sebuah ruang-waktu publik yang mensahkan semua orang untuk bermain, tertawa, senang, riang; Sembari melupakan sebuah pertanyaan penting, “Setelah 66 tahun merdeka, bagaimana nasib kita?” []