SELA BENTALA: PHOTO WEBZINE

Page 1

- SELA BENTALA

2020


INTRO

Social distancing/physical distancing/lockdown/karantina mandiri/Pembatasan

Akhirnya, photo webzine ini menjadi sebuah perwujudan catatan harian visual

Sosial Berskala Besar (PSBB) - atau apapun namanya, memiliki dampak yang sangat

bagi masing-masing pengkarya. Entah sampai kapan situasi ini terjadi di dalam hidup kita

besar. Masuknya COVID-19 ke Indonesia memukul mundur semua pihak. Aktivitas

semua; yang pasti, catatan harian visual ini bisa jadi kenang-kenangan saat situasi membaik

publik berkurang, ironisnya kualitas udara membaik, pemberlakuan kerja dari rumah/

kedepannya, penguat hati, atau sekedar pengisi waktu di kala karantina diri. Terima kasih

cuti paksa/cuti tanpa gaji, fenomena panic buying, pembatasan ruang dan transportasi

atas semua pihak yang telah membantu, bersedia menunggu, meluangkan waktu dan

publik, serta kesehatan mental yang terganggu adalah sekian dari banyaknya dampak

energinya. Terima kasih pula untuk 30 orang lain yang bersedia terlibat dalam proyek yang

yang bermunculan. Fenomena-fenomena yang terjadi perlu didokumentasikan. SELA

asal bunyi (awalnya) ini. Sungguh kehormatan bahwa masih ada yang mau terlibat dalam

BENTALA: PHOTO WEBZINE bertujuan mengamati dan menggambarkan fenomena-

proyek amatir saya. Selamat menikmati Sela Bentala!

fenomena tersebut dari berbagai macam sudut pandang, sehingga keikutsertaan pengkarya yang berasal dari berbagai macam latar belakang sangat berarti untuk memperkaya perspektif. Proyek ini juga sebagai respon atas tagar #dirumahaja yang lalu ramai di internet. Webzine sendiri berasal dari dua kata, web dan zine. Zine adalah sebuah media cetak alternatif yang biasanya diterbitkan secara personal atau kelompok kecil. Ditambahkan

Puti Cinintya Arie Safitri

kata web, karena publikasinya baru sebatas di website saja.

Inisiator

Pada proyek ini, para pengkarya dirangkul untuk membuat karya fotografi (dan

narasi jika ingin) dalam berbagai pendekatan yang mereka suka/inginkan. Kebebasan di atas kebenaran adalah hal yang valid dilakukan di proyek ini. Tidak perlu estetika, tidak perlu benar secara teknis, yang penting jujur dalam mengkomunikasikan apa yang ingin diceritakan. Proyek kolaborasi ini pun dikerjakan secara bersama-sama, dengan membentuk supporting group dan pengambilan pendapat yang melibatkan hampir semua pengkarya (-beberapa pengkarya memilih tidak mengikuti grup). Sela Bentala sendiri merupakan tajuk yang tercipta dari ide Tamara Yunike, salah satu pengkarya. Jika diartikan, Sela Bentala dapat mencakup semua karya yang ada. Dunia memang sedang lelah, sehingga dunia beristirahat sejenak. Karya dalam photo webzine ini menggambarkan aktivitas/perasaan masing-masing pengkarya ketika dunia beristirahat. Proyek ini menjadi proyek sukarela untuk media katarsis atas apa yang terjadi di hidup setiap pengkarya. Hak cipta pada setiap visual dan narasi tetap melekat pada masing-masing pengkarya, sehingga mereka boleh saja mempublikasikan karya mereka secara terpisah.


THE VICKY

DHANA BIMO

A R I N DA

S E K T I

P.

CHANDRA

INSAN

RAFIF

HEDWIG

KUMALASARI

P U S PA

KAMIL

QISTHI

DWIKY

ADRIANTO

R A D I FA N

S E T YA N U R H U DA

REZA FIQIH

H A SY I M

NURZAMAN

DWI

HIKMAH

MUHAMMAD

PRAHARA

F A R H A N

K U R N I AWA N

NUGRAHA

I R WA N T O

DZULFIKAR

AG I K

MALIK

SAPUTRA

A N A S TA S I A

W I J AYA

LARAS

M A R V I A N Y

ANDREAS

SY I FA

GUSTI

N U R M AU L I DA

S E T YAWA N

LAMTIUR

R E Z A

H I L M AWA N

KENNETH

N E L LY

DELANGSA

YUNIKE

CHRISTIANTO

NUGRAHA

A E M I D

FA D I L L A

P R ATA M A PUTI

LANA C I N I N T YA

REZA

ARIE

MULIADI

SAFITRI

MARCELINA

IQBAL S E T YA

IAR

AMALIA

D W I

BRIAN

TA M A R A

ELINA

RETNO

GASMAN

MUHAMMAD

GHINA

H E R V I E DY

PUTI

KAMAL S YA U Q I

N A N DA W I D YA S A R I

ANTONIUS J O N AT H A N

- ARTIST


- LET’S

- BEGIN


- IQBAL SETYA NUGRAHA

- @iqblsngrh

- MATA DI PENJURU KOTA


- MATA DI PENJURU KOTA

Jumat, 13 Maret 2020. Kasus pertama COVID-19 muncul di Yogyakarta.

Keesokan harinya, sebuah surat edaran dikeluarkan oleh rektor kampus. Isinya, himbauan untuk mempraktekkan social distancing di level kampus, dan mengubah sistem kuliah menjadi online. Aku merasa was-was. Sudah berapa banyak yang sebenarnya terinfeksi di Yogyakarta? Tetapi, tidak ada yang berbeda dari kota ini. Semua masih berjalan tenang. Orang-orang masih pergi berlalu-lalang di berbagai penjuru kota, entah karena keharusan atau karena tidak merasa cemas. Aku memilih untuk diam di kamar, keluar hanya untuk hal-hal yang mendesak saja. Tak perlu waktu lama untukku merasa bosan menatap layar laptop dan smartphone untuk kuliah dan menghibur diri. Lalu, tanpa sengaja, aku menemukan ajakan temanku membuat karya. Aku pun mengiyakan.

Inspirasi itu datang dari suatu group chat. Seseorang mengirimkan tautan untuk

mengakses CCTV kota Yogyakarta. Kubuka tautan itu, dan bam! Seluruh CCTV yang ada di daerah wisata di Yogyakarta dapat ku akses dari jari-jemariku. Aku terpikir, mumpung tidak boleh keluar, kenapa tidak melihat-lihat Yogyakarta dari sini saja?

Hari demi hari, aku melihat kondisi kota melalui CCTV. Hari demi hari, jalanan

semakin sepi, wisatawan semakin berkurang, pengunjung pasar mulai hilang. Malioboro menjadi jalan yang biasa saja, kehilangan nuansanya yang biasanya ia miliki. Tugu Yogyakarta tidak ada lagi yang mengunjungi. Alun-alun Kota menjadi dataran sunyi, hanya dihuni oleh dua pohon beringin raksasa di tengahnya. Yang tersisa hanya segelintir pedagang asongan, sepasang remaja yang masih memilih untuk bermesraan di Malioboro, beberapa karyawan mall, dan penduduk sekitar. Yogyakarta, kota yang biasanya ramai dengan wisatawan, kini menjadi kota yang biasa saja.






- YANG BERTAHAN SAAT PANDEMI

- IAR AEMID PRATAMA

- @iaraemid


Ketika virus COVID-19 menjadi sebuah pandemi global dan menyebar ke seluruh

dunia termasuk negara kita Indonesia, keadaan berubah drastis. Pola hidup berubah, komunikasi dengan layar kaca dan semua tentang menjaga jarak keberadaan individu dengan individu lainnya. Maka dari itu pemerintah menerapkan sistem Work From Home (WFH). Sejak 16 Maret 2020, banyak kantor dan institusi pendidikan diliburkan, termasuk gue dan teman-teman mahasiswa. Alhasil kami hanya #dikontrakanaja.

Memang menyenangkan awalnya kami diliburkan, namun setelah 2 minggu virus

ini mulai mencemaskan. Kami menjadi bingung pada sebuah keadaan di mana keinginan pulang dan berfikir merasa aman jika pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarga. Jikalau memilih pulang harus siap menjadi ODP (Orang Dalam Pemantauan) disisi lain juga bisa menjadi pembawa virus COVID-19 ke rumah dan menyebarkannya pada keluarga di rumah. Akhirnya kami memilih untuk bertahan #dikontrakanaja sambil menunggu keadaan selanjutnya.

Berawal dari kegabutan, gue nyoba memotret kebiasaan dan keadaan teman-

teman mahasiswa perantauan di mana kami tinggal di sebuah kontrakan pada masa pandemi virus COVID-19. Berdiam diri, main bersama, intinya kita berkumpul dalam satu ruang. Dua minggu ini gue coba mendokumentasikan serba serbi mereka dalam sebuah project #dirumahaja. Hal ini cukup menarik karena saya ingin memperlihatkan cerita bertahan saat pandemi diperantauan dengan kebosanan yang menghantui saat

- YANG BERTAHAN SAAT PANDEMI

mengkarantina diri #dikontrakanaja.

Walaupun bosan, jenuh, terasa mual mengkarantina diri #dikontrakanaja namun

membuat gue lebih peka terhadap temen-temen kontrakan dan ternyata ada sisi sisi menarik yang jika diperhatikan lebih akan menghasilkan sebuah cerita yang dekat dengan diri sendiri.

Buat kalian yang lagi baca ini jangan ngeyel keluar keluar ye. Coba liat sisi rumah

kamu mumpung #dirumahaja. Coba ngobrol sama keluarga, atau belajar masak, yang intinya tetep produktif!! Lekas membaik ibu pertiwi. Salam dari kami yang bertahan, Sewon, Yogyakarta. #staysafe #keephealthy







-

LEKAS SEMBUH IBU PERTIWI


- HIKMAH PRAHARA KURNIAWAN

- @hikmahprahara

- SWAKARANTINA YANG MEMBUAT KITA BERSYUKUR


2020 memang penuh kejutan

ya. Dan yang menyebalkan adalah tentang virus COVID-19 ini. Kita dianjurkan untuk

- SWAKARANTINA YANG MEMBUAT KITA BERSYUKUR

melakukan swakarantina dan #dirumahaja. Awalnya sih baik-baik saja. Tapi setelah berjalan hampir seminggu kok berubah jadi menyebalkan. Kondisi WFH pun mulai tidak kondusif. Kerjaan tak liat waktu datangnya, serasa dipaksa bekerja 24 jam.


Dan keluar kamar pun tetap melihat pemandangan yang sama,

yaitu halaman kosan yang kadang ramai kadang sepi. Tapi banyak sepinya, sih. Sempat merasa marah sekali dengan situasi sekarang karena semuanya menjadi berbeda. Situasi yang membuat kita selalu berpikir negatif. Akhirnya itu juga membuat kita menguras tenaga yang banyak.

Pikiran pun terperas. Akhirnya merasa capek, uring-uringan, gampang bete,

dan emosi tidak stabil. Beberapa hari ini memang merasa gelisah dan bingung sendiri. Tiap hari hanya melihat pemandangan yang sama melalui jendela kamar kos.


Tapi dari semua prahara yang terjadi ini selalu ada hikmahnya. Di situasi ini,

aku merasa harus introspeksi diri dan mulai membuat daftar hal-hal yang bisa membuatku bersyukur. Ternyata dari daftar yang aku buat itu banyak sekali hal yang harus aku syukuri. Paling sederhana adalah aku masih punya cadangan biaya untuk makan dan tempat untuk berteduh, selain itu juga aku masih punya pekerjaan yang bisa memberiku biaya hidup. Dengan hal tersebut, aku merasa tidak pantas jika mengeluh di situasi yang seperti ini. Daripada aku mengeluh lebih baik aku membantu mereka yang membutuhkan. Membuang energi negatif yang ada dan menciptakan energi positif untuk diri sendiri.

Semoga dengan adanya situasi ini kita tetap menjadi manusia

yang mempunyai rasa kemanusiaan dan tetap membantu sesama. Dan semoga situasi ini segera berakhir dan kita bisa kembali ke rutinitas seperti sebelumnya.


-

- LANA KAMAL SYAUQI

LELAH

- @ask.kemal


-

GELAS KOPI

“Kalo udah selese, mau ngapain?”

-

LELAH

Kita manusia pastinya merasakan lelah, sedih, hilang, bahagia dan banyak lainnya. Kita manusia pastinya pernah lupa apa yang coba kita capai, sekali dua kali, atau bahkan tak merasa. Kita manusia pastinya pernah berdoa tanpa berusaha. Hidup cuma sementara

“Kita berdoa tapi kita lupa berusaha”

memang, akhirat abadi bagi kita yang meyakininya. Satu dua hal diuji kepada kita, seberapa tangguh kita menyikapinya. Saat-saat ini lah kita mencoba melihat, mengamati. Tak selamanya kita selalu berlari, ketika kita terjatuh, maka kita perlu berhenti. Menanyakan diri sendiri “Apa kita lupa, sejatinya hidup ini?”

-

NGAJI GAME


- LANGKAH

“Langkah Dunia adalah tempat singgah Manusia lupa jika ini sementara Sabar Ini sebentar Perhatikan langkah Untuk jalan yang benar”

“Jumat gak ada jumatan itu aneh!”

- KUBAH


- INSAN KAMIL

- @insankamil_

- (STILL) LIFE ON SOCIAL DISTANCE


- (STILL) LIFE ON SOCIAL DISTANCE

Hidup ditengah sebuah wabah? baru kali ini saya merasakan itu. Saya baru saja

hidup dua bulan di perantauan ketika penyakit ini semakin mewabah. Hidup #dirumahaja tapi sedang jauh dari rumah terasa menjadi penyakit, karna seolah tak merasa aman.

Penyakit psikis malah hinggap lebih cepat dari wabah.

Tingkat stress dan anxiety saya terasa melonjak. Dari hal itu Saya mencoba tetap sadar untuk meredakan. Saya mencoba berfotografi setidaknya untuk healing sedikit demi sedikit masalah saya tentang kecemasan. Saya mencoba memotret benda-benda disekitar saya. Di project #dirumahaja saya mencoba melakukan pendekatan still life photography yang sederhana yang bisa saya lakukan di keterbatasan ruang dan gerak ditengah social distancing. Benda-benda yang memungkinkan saya untuk survive ditengah social distance.

Dari pandangan “still life” tersebut saya harus mencoba tetap hidup ditengah

wabah ini. Meminjam pendekatan Arnold J Tynbee tentang challenge and response, “ Masyarakat yang hidup selalu dihadapkan pada tantangan alam (challenge), tantangan tersebut mendorong mereka untuk terus hidup (response)”. Pernyataan tersebut bisa relevan dengan apa yang saya potret, bagaimana sebuah tantangan (wabah/social distance) membuat saya merespon melalui fotografi. Insan Kamil, Maret - Denpasar 2020




- HEALING

- DWIKY SETYA NURHUDA

- @dwikypedia


- HEALING

Berkutik di dalam ruangan segi empat. Menggoreskan satu garis ke tembok

sebagai satu hari dan menghitung kapan dia akan bebas. Seperti orang yang dipenjara. Tapi dia tidak dipenjara, dia hanya berdiam ditempat dan menghentikan tenaga juga pikirannya.

Menatap ke jendela putih. “Di dunia luar begitu luas.” Aku melihatnya dari

sudutku yang kecil ini, “Apakah dunia yang luas memperdulikanku? Siapa yang peduli denganku?” Terlihat beberapa burung, tapi jauh, tidak dekat.“Aku lupa aku pelukis, aku bisa melukisnya di kaca jendela ini.”

Begitu juga jika aku rindu denganmu, aku bisa melukisnya disini. Hal apapun yang

lain lagi. Juga kebahagiaan, ketika dunia luar yang luas mungkin tidak memperdulikanku, aku bisa membuat lukisan tentang duniaku sendiri di balik kaca jendela ini. Iya, duniaku sendiri, tentang aku, dan bahagiaku.

Mungkin benar. Terkurung mengingatkan kita untuk sayang diri sendiri.




- AMALIA FADILLA

- @amaliafadilla

- LOCKDOWN MEALS


- LOCKDOWN MEALS

Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia pada bulan Maret 2020 sangat

berdampak besar bagi masyarakat Indonesia termasuk saya sendiri. Selama kurang lebih 20 hari dirumah untuk mengisolasi diri dan masih akan berjalan hingga tidak tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Dimulai dari pola hidup sehari-hari, pola bekerja bahkan interaksi antar sesama seakan sangat terbatas. Hanya berharap pada paket internet dan tv kabel yang menemani hari-hari saya.

Proyek ini mencoba mengamati pola makan yang sedikit banyak berubah

selama masa isolasi diri dari teman-teman saya sebanyak 38 orang. Dari beberapa kota di Indonesia, hingga beberapa negara seperti Filipina, Australia, Jepang, USA, Belanda, Jerman dan Republic of Maldives yang sebagian besar mengalami lockdown karena pandemi COVID-19. Interaksi ini dengan sengaja saya bangun untuk sekedar menanyakan kabar mereka dari hari ke hari selama 15 hari bahkan hingga sekarang. Sedikit banyak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dikarenakan banyak dari mereka yang belum bisa berbagi cerita dengan saya.


Semua arsip yang dikumpulkan merupakan foto-foto dari teman saya yang

dikirimkan melalui media sosial seperti WhatsApp dan Instagram, tanpa saya edit tentunya. Pengumpulan foto ini dibuat secara acak agar para penikmat fotografi dapat menebak-nebak lokasi dimana makanan ini diarsipkan. Salah satu hal yang bisa saya angkat adalah dimanapun kita berada, kita tidak akan pernah lupa tempat dimana kita berasal dan kelak akan kembali. Karena arti dari makanan itu sendiri bisa lebih dari sekedar kebutuhan primer manusia untuk menghasilkan energi semata. Bagi saya, makanan adalah alasan kenapa saya hidup untuk keesokan harinya.

“Terimakasih teman-temanku, aku harap kamu selalu sehat ya dimanapun kamu

berada. Doaku selalu menyertai kalian, dan setelah pandemi ini berakhir, aku harap kita bisa bertemu lagi�.


- MENJELMA KUCING

- GHINA SYIFA NURMAULIDA

- @ghinasfn


- MENJELMA KUCING

Setiap hari berhadapan dengan layar ajaib dua belas inci, berusaha menyelesaikan ratusan halaman tulisan yang katanya harus selesai akhir bulan ini agar sidangku dipercepat, agar gelar akademik segera ditambahkan di belakang namaku.

Lebih dari dua puluh hari aku menjalani hidup seperti kucing. Terperangkap dalam ruang dan sekat, gerakku terbatas.

Sidang kali ini terasa berat,

Meskipun sesekali menengok matahari, tapi rasanya berbeda.

karena aku harus bertatap jarak jauh

Lalu kembali aku terperangkap dalam ruang dan sekat yang sama,

melalui layar ajaib yang aku punya,

lagi-lagi langitku dibatasi oleh langit-langit.

mempertanggungjawabkan

Mendadak duniaku menjadi sempit.

apa yang telah aku tuliskan.


Hari-hariku berulang begitu saja, pola yang sangat aku hafal. Jika dirangkum dalam satu kalimat, kehidupanku adalah bertahan hidup dari satu sidang ke sidang lainnya.


Aku ingin swakarantina ini segera berakhir. Agar duniaku kembali luas, kembali menjadi tak terbatas.

Nanti akan aku ajak kamu mendengarkan ilalang bernyanyi sambil berjemur di bawah matahari atau naik gunung lalu meraih bulan, memotret bersama sambil menunggu hujan reda, menggambar bersama, menikmati udara segar karena sudah lama aku tidak pergi-pergi, lalu memberi makan kucing, juga akan aku temani kamu melakukan apapun yang kamu suka.

Dunia ini indah, bukan? Satu yang kuyakini, meskipun sekarang kita melewati hari-hari berat, bahagia akan datang setelah ini. Semoga aku, kamu, kita selalu dan tetap tenang.


Oh ya, satu lagi, setelah ini berakhir, aku tidak akan lagi menjelma kucing.

Tertanda, Ghina Syifa Nurmaulida yang sedang menjadi kucing. Rumahku, 10 April 2020 | 20.48


- HERVIEDY REZA MULIADI

- @herviedy_reza

-

DEAR KAWAN SEPERJUANGAN


-

DEAR KAWAN SEPERJUANGAN

18 Maret 2020 adalah hari pertama di mana sebuah

pengalaman baru di hidup gw terjadi. Lockdown.

Gw adalah seorang perantau dari Bogor, Jawa Barat,

yang mengadu nasib pergi ke Malaysia untuk mencari rezeki. Negara ini kini ditutup oleh pemerintah setempat, sebagai upaya pencegahan penyebaran virus COVID-19. Semakin banyaknya penyebaran virus ini di Malaysia membuat pemerintah setempat harus menutup negaranya dari negara lain. Gw adalah salah satu dari banyaknya manusia yang terperangkap dengan keadaan ini.

Hari pertama gw jalani dengan biasa saja, namun tempat kerja

mulai terlihat sepi, jalan jalan sepi, dan keramaian terjadi di beberapa titik, seperti di tempat berbelanja grosir. Stock harian mereka habis karena terjadinya “panic buying” oleh masyarakat. Gw gak bilang bahwa mereka salah, panik itu manusiawi, apalagi dengan mendengar keputusan pemerintah mengenai “lockdown”, dikarenakan penyebaran virus ini sudah di luar kendali. “Lebih baik gw di rumah deh, resiko kecil, cuman bosen doang”.

-

DAY 00

Gitu pikir gw di awalnya.


-

Dalam kurun waktu 1 minggu ada perubahan di masyarakat yang

gw rasain, Jalanan bertambah sepi, interaksi sosial hampir tidak ada. Bukan karena gw enggan untuk menyapa satu dengan yang lainnya, melainkan takut menjadi penyebar dan korban virus tersebut. Pergerakan masyarakat juga mulai di batasi oleh pemerintah. Gw lebih banyak di rumah, lebih banyak merenung, dan lebih banyak hal yang gw sadari secara tiba tiba. Contoh yang gw sadari “Kapan ya terakhir gw stay di rumah aja at least dalam 10 tahun terakhir? Kayaknya baru ini lagi deh”.Semakin hari ketakutan untuk kota ini akan menjadi kota mati itu ada, man. “Gimana kalau kota ini gak ada orang yang tersisa? Gimana kalau cuma gw yang selamat? Gimana kalau hanya beberapa tempat di dunia dan itu bukan di sini?” Gw emang “overthinking” orangnya, tapi dengan begitu gw jadi lebih deket sama Tuhan, gw jadi makin ngeh dengan apa aja yang udah Ia kasih ke gw. Gw mulai berdamai sama diri gw sendiri, dengan cara ngasih masukan ke otak gw yang overthinking ini. Self talk yang gw lakuin adalah “Coy, ini semua di luar kendali lw, Vid. Lw cukup lakuin apa yang lw bisa lakuin sebagai manusia. Sisanya serahin deh, sama Tuhan”.Pesen gw, jangan kehilangan arah, kuatin diri, mulai dengan berdamai dengan diri sendiri terus pikirin apa yang belum lw capai dan masih harus lw perjuangin. Lw bisa kasih reward untuk diri lw sendiri nanti setelah semua ini selesai. Bertahan di keadaan ini ya!! Best wishes for all of us, Vd

#dirumahaja

DAY 01


-

-

DAY 02

DAY 03


-

DAY 04

-

DAY 05


-

DAY 06

-

DAY 07


-

-

DAY 08

-

DAY 09

DAY 10

-

DAY 11


-

DAY 13

-

-

DAY 12

DAY 14


- HOME SWEET HOME

- BIMO SEKTI CHANDRA PUSPA

- @bimzo


- HOME SWEET HOME

Rumah adalah tempat untuk kembali, bukan rumahnya yang

dirindu akan tetapi suasana rumah itu yang dirindukan. Di rumah, orang tua selalu menunggu anak – anaknya untuk pulang. Mereka paham akan kesibukan anak – anaknya. Mereka selalu mengkhawatirkan anak – anaknya karena di mata orang tua anak tetaplah anak meskipun sudah dewasa sekalipun. Meskipun hanya

melakukan pekerjaan rumah yang umum aku rindu sekali melakukan

Timur yang sekarang berkuliah di Universitas Negeri Malang (UM). Seorang

Aku, Bimo Sekti, biasa dipanggil Bimzo berasal dari kota Kediri, Jawa

hal tersebut seperti memasak, mencuci, menyirami bunga, dan adu

mahasiswa yang jarang sekali pulang, lalu mendapatkan kesempatan untuk pulang

argumen dengan mama papa.

lebih awal sebelum lebaran karena wabah COVID-19 melanda Indonesia.


Sampainya di rumah aku

mengkarantina diri di kamar, akan tetapi aku diperlakukan seperti biasa oleh mama papaku tidak seperti teman – temanku yang pulang benar – benar dikarantina gak bisa bebas melakukan apapun di rumah, seperti penjara kata temanku.

Sebelum diberlakukan lockdown di kota Malang, aku

sudah pulang kampung terlebih dahulu karena aku berpikir bahwa aku nanti tidak bisa pergi kemana – mana jika tetap berada di bumi Arema. Alasan aku jarang pulang adalah banyaknya tugas kuliah dan kegiatan organisasi setiap weekend. Karena aku pulang kampung otomatis aku menjadi Orang Dalam Pantuan (ODP).


Karena papaku sudah pensiun

dari pekerjaannya dan mamaku seorang ibu rumah tangga, aktivitas di rumah seperti orang – orang pada umumnya. Papaku suka sekali memasak jadi dialah koki di rumah sedangkan mama ya yang mengatur keuangan tentunya akan tetapi tetap membantu papa seperti memasak, bersih – bersih rumah, dan berkebun. Aku melihat apa yang dilakukan papaku seperti menghormati seorang perempuan dengan cara dia yang melakukan semuanya dan pasangannya tinggal menikmatinya.


Akibat dari COVID-19 ini aku

akhirnya belajar memasak juga seperti membuat pizza ala – ala dan martabak manis mini. Bersih – bersih rumah sudah kewajiban meskipun aku selalu bangun siang karena malamnya mengerjakan tugas daring dari dosen karena bukan liburan, Cuma diganti dengan kuliah online atau tugas online dari dosen. Jika orang lain melihatnya tidak menarik itu wajar karena hal yang menarik di rumahku ketika makan di meja makan, nonton TV, dan proses memasak. Dari tiga aktivitas tersebut selalu terjadi pembicaraan yang menarik.

Aku bersyukur dengan adanya

wabah ini aku bisa pulang lebih cepat dan menghemat pengeluaranku tentunya hahahaha... Efek lainnya adalah aku tidak bisa keluar dengan teman – temanku untuk nongkrong dan bertemu doi untuk saling bercanda. Semua itu diganti dengan via online melalui beberapa app seperti Zoom dan WhatsApp. Kata temenku kita sedang menjalani hubungan Social Distancing Relationship (SDR). Semoga wabah ini cepat selesai dan aktivitas bisa berjalan dengan normal lagi serta tidak banyak memakan korban jiwa. 9 April 2020 Bimzo


- ARINDA P. KUMALASARI

- @myarindaa

- BEBAS TERBATAS


- BEBAS TERBATAS

Kita yang bebas, katanya. Diberi batas: Batas keluar rumah; Batas jam buka; Batas jam tutup; Batas bekerja; Batas bercengkrama; Batas tertawa; Muka saja dibatasi. Lalu, mana bebasnya? Interaksi dibatasi, pakai kaca, pakai masker, pakai plastik, pakai besi. Tapi toh tak semua peduli? Wong jik da butuh mangan, butuh urip. Bebas - terbatas. Tidak semua bisa menikmati.




- CORPUS CHRISTI.

- KENNETH CHRISTIANTO

- @kennethc___


-

CORPUS CHRISTI.

“Inilah tubuhku yang diserahkan bagimu, inilah darahku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepadaku� ujar Yesus pada saat perjamuan terakhir bersama ke-12 murid-Nya.


Mengapa saya memilih judul ini untuk karya saya?

Karena saya dibesarkan oleh keluarga berlatar belakang Katolik. Dengan pandemi COVID-19 ini alhasil kami tidak bisa merayakan ekaristi di gereja bersama-sama seperti biasanya yang kami lakukan setiap minggu, apalagi sekarang sudah menjelang paskah, kami pun terpaksa untuk merayakan tri hari suci di rumah melalui online streaming.


Melalui foto-foto ini, saya ingin menyampaikan kerinduan

kami sekeluarga untuk kembali pergi ke gereja bersama-sama dan beraktivitas seperti semula. Situasi yang tidak kunjung membaik hingga saat ini sungguh memprihatinkan dan kita semua berharap agar pandemi ini segera reda.


Karena kita semua rindu dengan ikatan-ikatan yang telah

kita bangun baik spiritual, interpersonal maupun profesional.


- TAMARA YUNIKE

- @temyun

- RUMAHKU SUMBER INSPIRASIKU


- RUMAHKU SUMBER INSPIRASIKU

Se-norak itu judulnya? Ya, memang sengaja. Saat kita terpaksa

berdiam diri di rumah, barulah mulai menyadari potensi aktivitas, momen, maupun titik-titik yang fotogenik di rumah kita sendiri. Setidaknya itu menjadi salah satu wujud variasi kegiatan yang bisa dilakukan selama kerja dari rumah (KDR) selain menenggelamkan diri dalam kefrustasian dan kebosanan social distancing.



Momen-momen yang saya coba abadikan merupakan

kegiatan ataupun suasana yang bisa dilakukan selama di rumah, baik kegiatan yang normal dilakukan sehari-hari maupun yang tidak sempat terwujudkan selama sibuk beraktivitas sebelum pandemi ini dimulai.



Sengaja banyak mengambil foto diri sendiri sebagai bentuk

tantangan terhadap diri sendiri untuk swafoto dengan kamera tua yang sangat sederhana, tanpa dilengkapi jaringan koneksi untuk melihat hasil tangkapan citra dari lensa ke gawai. Ya, tak dipungkiri akhirnya beberapa jepretan tetap juga butuh dua tangan dan dua mata lainnya supaya tercapai.



Menantang diri saya sendiri untuk mengambil foto-foto ini

membantu saya melewati hari-hari KDR dengan lebih bermakna. Selain bekerja yang tampak tak ada habisnya, saya punya aktivitas selingan yang membuat saya terpacu untuk berpikir melenceng dan melancong sejenak dari pekerjaan.



Murni tanpa ada pesan-pesan puitis ataupun romantis yang

ingin disampaikan dibalik imaji-imaji yang saya persembahkan, kecuali untuk sekadar memberikan inspirasi bahwa banyak hal yang masih bisa dilakukan di hunianmu. Jadikan momen ini untuk menantang dirimu sendiri untuk melampaui batas fananya, dari rumah.



-

- ANDREAS GUSTI SETYAWAN

- @gustiawn_


Hanya dalam hitungan bulan, Bumi berubah. Ribuan orang

meninggal dan ratusan ribu lainnya sakit karena virus baru. Mengutip pesan Beawiharta, salah satu jurnalis foto kawakan Indonesia, �Bumi sedang meminta manusia melambatkan aktivitasnya�. Bagaimana tidak? Guna memutus rantai penularan virus ini, kita dihimbau melakukan segala aktivitas dirumah. Dimulai bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah pun dilakukan melalui rumah. Terlepas dari semua kengerian yang dikabarkan media, kita tersadar bahwa tidak semua orang dapat melakukan segala aktivitasnya dari rumah. Masih banyak orang yang takut tidak bisa makan daripada bahaya dari virus COVID-19.




- PUTI CININTYA ARIE SAFITRI

- @kuntilawak

- MENGAIS SISA KEWARASAN


- MENGAIS SISA KEWARASAN

Betapa lucu, Bulan lalu Ketawa karena Corona masih kerja Terpenjara kemudian pengangguran Video cloudest mundur Dan setumpuk meme lainnya Hanya menjadi coping mechanism semata Sambil menyemprot desinfektan dan makan rasa hand satanizer


Makan Main Skincare Makan Main Skincare Nangis Skincare meleleh kena air garam


Tiba pada suatu tweet berantai “Googling nama + apocalypse outfit� Dan dapat kaos gombrang, dress hitam Oh, ternyata apocalypse itu sehari-hari


Untung, ada si bulu lucu Penjaga kebahagiaan Menyeret bulu-bulu kecil yang belum lahir Dan menghabiskan ratusan ribu


Namun tetap bahagiaku biasanya dipisahkan Karena diculik paksa pulang ke rumah bunda


Dan bulu lucu terpaksa kutinggal Karena buyung puruh


Aku lebih suka bertahan hidup sendiri, memandangi detail rumah kosong dan selfie-selfie.


-

- REZA FIQIH NURZAMAN

ISOLASI

- @fiqih911


-

ISOLASI

“Isolation is a way to know ourselves” – Franz Kafka



Di luar bahaya mengintai, ia senyap tak bersuara Berpindah dari satu inang ke inang lain. Apapun yang disentuh, satu persatu runtuh. Kecemasan ada dalam setiap alam pikir manusia, malam ingin cepat pagi, pagi ingin cepat berganti.



Kami semua ingin ini berakhir secepatnya. Kami ingin menjadi spesies yang bisa bertahan. Walau harga mahal perlu kami bayar. Walau nyawa orang lain taruhan-nya. Walau setiap pagi, kami hanya bisa memandang rumput hijau tanpa bisa berlari di atasnya.


- ANTONIUS JONATHAN

- @antoniusjonathan

-


Tidak bisa ke mana-mana membuat semuanya terisolasi di rumah. Terkhusus bagi saya yang memang tidak biasa dan juga kurang akrab untuk “bergaul� bersama keluarga, di kamar merupakan pilihan yang nyaman. Visual-visual ini adalah “mata� saya yang kalian lihat sehari-hari. Ini merupakan visual apa adanya tanpa ada kecantikan dan editan. Juga bertepatan dengan isolasi ini, anjing saya satu-satunya juga meninggalkan saya setelah keracunan. Ada satu foto pemakamannya yang saya ambil selepas hujan.




- MENGANGGUR SAAT PANDEMI BUKAN IDE YANG BAGUS

- NANDA WIDYASARI

- @nndwdysr


- MENGANGGUR SAAT PANDEMI BUKAN IDE YANG BAGUS

12 Maret, tiba di Jogja setelah lima minggu

sebelumnya kerja freelance di luar kota. Sumpah, aku sudah rindu dengan ini itu; choco rum Kaktus, mie kuah susu Beverly Hills, geprek-geprekan, sate Cak Beiri, Sushi Story, dan lainnya yang masih bisa kusebutkan ada di daftar kangenku. Aku hanya sempat menyambangi beberapa tempat sampai tiga hari pasca kepulangan. Lalu, imbauan untuk #dirumahaja merebak. Aku tidak banyak keluar tiga minggu ini. Pun, tidak banyak yang kulakukan selama di rumah karena waktunya bertepatan dengan selesainya pekerjaan freelance kemarin. Setelah sisa satu artikel yang kukerjakan dengan malas-malasan, tadaa, aku resmi menganggur.




Menganggur di tengah pandemi seperti

ini adalah tantangan yang lain untuk diriku. Seminggu pertama, aku masih menikmati waktu senggang ini, hitung-hitung beristirahat setelah sebelumnya bekerja yang bisa dibilang tanpa hari libur. Mengakses berbagai website info lowongan pekerjaan ini itu.... dengan kegelisahan kapan aku akan dipanggil kerja kalau situasinya seperti ini?

Selagi harap-harap cemas dengan keadaan

yang sangat mudah membuat stress, aku berusaha menikmati waktu yang kupunya di rumah—meski orang rumah juga kadang bikin kesal—dan sungguh, aku ingin jalan-jalan saja keliling naik motor entah ke mana karena aku mulai jenuh.




Waktu terus berjalan dan aku mulai sadar

produktivitasku semakin menurun. Jam tidurku kacau. Insom, lalu bangun hampir tengah hari. Tidur nyenyak jadi barang mahal. Energiku seperti tidak benar-benar terisi penuh, dan tidak benar-benar habis. Beban pikiran ini menyita energiku juga. Aku masih mengusahakan untuk tetap produktif dengan membuat beberapa makanan bersama adikku, membersihkan perabotan di rumah, melanjutkan baca buku, mengerjakan DIY kalender 2020 yang tertunda—padahal ini sudah bulan keempat, sambil mengerjakan project ini yang tadinya kuniatkan untuk semua fotonya menggunakan lensa fix, tapi ternyata tidak mudah untuk mewujudkan niat yang sederhana ini.




Akhirnya aku punya kesempatan keluar

rumah akhir Maret lalu, untuk menemui beberapa teman yang membeli hand-sanitizer. Kampus sudah diliburkan. Pintu-pintu masuk ditutup. Situasi jalanan saat itu cukup lengang. Sedikit aneh rasanya, tapi setidaknya aku menikmati perjalanan siang itu sambil mendengarkan lagu.

Kafe-kafe tutup, layanan food delivery

dari ojek online, teh dan kopi home made akhirnya jadi pelipurku. Seandainya saja wabah ini semudah debu-debu di atas genteng yang luruh saat hujan turun, sungguh aku sangat mensyukuri hujan yang belakangan masih intens bergelayut di langit Jogja yang muram.




- DZULFIKAR MALIK

- @dzulfikarmlk

- TAK ADA DIAM DALAM RUMAH


Gambar-gambar ini diambil karena seringnya luput dari

penglihatan saya yang selama ini jarang berada di rumah. Karenanya buat saya barang-barang yang ada disekeliling saya ternyata memberi hal yang selama ini saya lupakan. Saat berdiam di rumah lebih banyak, barang-barang ini ternyata membuat sudut pandang lain tentang rumah

- TAK ADA DIAM DALAM RUMAH

untuk saya pribadi. Jadi saya ingin memperlihatkan bagaimana barangbarang di sekitar saya merubah sudut pandang saya pribadi.

Karena ingin menceritakan pemberian sudut pandang lain

pada benda-benda di sekitar. Saya mencoba gunakan medium lain selain mata saya untuk melihat benda-benda tersebut. Social distancing membuat saya jadi memperhatikan keadaan rumah. Membuat saya terpelatuk oleh barang-barang yang saya temukan. Membuat perasaan yang bosan saat social distancing menjadi tidak begitu buruk. Malah sebaliknya, ada satu titik waktu setiap harinya saya merasa lebih nyaman melakukan social distancing ini. Saya rasa setiap orang ingin berlari kencang, sampai terkadang lupa dengan apa yang ada di sekitar. Siapa tau hal yang terlewat bisa jadi pelengkap diri kita sebelum berlari kembali.


-

TURUS BAKAR.

-

ULIR SEDUH.


-

-

HIJAU CANDU.

INGINKU IKO.


-

SEMPIT AKAL.

-

MENGUTUK BAYANG.


-

SELAMAT DATANG.


-

- PUTI MARVIANY GASMAN

HOME IS WHEN I_M WITH YOU

- @puti.gasman


-

HOME IS WHEN I_M WITH YOU




- MUHAMMAD REZA HILMAWAN

- @rzhilmawan

-

OALAHHH


-

OALAHHH Dunia baru-baru ini digemparkan oleh penyebaran

virus SARS-CoV-2 atau yang akrab disapa sebagai virus Corona berdasarkan bentuk fisiknya. Virus ini telah menyebar ke berbagai belahan dunia. Belum dapat ditanganinya virus ini secara medis dan ketidakmampuan sistem kapitalisme yang dominan secara global dalam menyediakan kesehatan untuk semua orang akhirnya menemukan suatu kesederhanaan: Physical distancing/Pen-jarak-an fisik dan LOCKDOWN/PENUTUPAN. Kedua hal ini menjadi suatu upaya paling sederhana jika kita menimbang bagaimana sifat virus dan penyebarannya.

Kejadian global ini juga melahirkan suatu virus lain, yaitu

ketakutan tersendiri akibat kesimpangsiuran berita-berita yang memiliki beragam pemikiran tentangnya. Didukung oleh teknologi media sosial dan kebebasan berpendapat yang tidak diiringi dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sosial, ketakutan ini membuat situasi menjadi lebih tegang. Lalu bagaimana?

Buat saya, saya tetap menjalani keseharian seperti biasa,

walaupun mau tidak mau tetap beradaptasi dengan kondisi yang sudah menjadi sistematis ini. Selama kita berpikir ilmiah dengan sumber terpercaya dan tetap menjalankan praktik-praktik kewaspadaan yang tepat, saya rasa tidak masalah. Dalam masa-masa sulit ini kita juga harus saling membantu antar sesama yang benar-benar membutuhkan. Kejadian ini juga banyak mengingatkan kita tentang sistem dunia yang memang tidak baik-baik saja dan banyak hal sederhana namun bemanfaat yang terlupakan. Kalau tiba-tiba kena bagaimana? Ya berobat, susah amat xD.

-

ALBUM KE-4 TORPEDOEST SESI REKAM


-

-

TIGA BESAR DALAM PERANG

SELAMAT PAGI!

-

RAMUAN SUARA UNTUK PELANGGAN


-

PENUTUP MALAM

-

SAJIAN VITAMIN D DARI ALAM


-

TIGA SERANGKAI

-

KELAS ANTROPOLOGI ONLINE_ EDISI PENGGALANGAN DANA UNTUK TERDAMPAK COVID-19


-

DIGOSOK KINCLONG

-

KELAS AUDIO ONLINE_ EDISI PENGGALANGAN DANA UNTUK TERDAMPAK COVID-19


-

BOSAN X LAPAR

-

-

DANGDUT _MAAF_ KEDAI KAMBING LANGGANAN

JUAL-BELI KESEHATAN


-

AKHIRNYA DAPAT JUGA!

-

KERJASAMA

-

DUNIA (MEMANG) SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA


- DIFFERENT EYES SEE DIFFERENT THINGS

-

AGIK SAPUTRA WIJAYA

- @rusa_jantan71


Virus Corona (COVID-19) yang melanda Indonesia

berdampak besar bagi seluruh kalangan, tak terkecuali bagi rakyat menengah kebawah. Di kota besar di Indonesia, pemerintah setempat saling berkoordinasi untuk mencegah meluasnya virus ini. Begitu juga kota tempat saya tinggal yaitu Madiun. Semenjak minggu pertama pemerintah pusat memberlakukan social distancing, masyarakat Madiun masih terlihat santai, tapi tidak dengan pemerintah yang sedang mengatur strategi meskipun belum langsung dilaksanakan. Perlu diketahui data dari pemerintah Kota Madiun bahwa:

- DIFFERENT EYES SEE DIFFERENT THINGS

Orang dalam resiko sebanyak 303 jiwa Orang dalam pemantauan sebanyak 34 jiwa Pasien dalam pengawasan sebanyak 8 jiwa Positif sebanyak 0 jiwa

Dari data ini, tidak ada warga asli yang positif kecuali pasien

rujukan dari kota lain untuk dirawat di RSUD Soedono Madiun. Di minggu kedua, semua aktivitas mulai dibatasi, jam malam mulai diberlakukan. Minggu ke tiga, rekayasa lalu lintas dalam kota maupun jalur provinsi mulai diterapkan. Untuk mengantisipasi semua akses masuk atau keluar kota Madiun, baik jalan raya maupun alternatif mulai ditutup dan diperketat di jam tertentu. Tidak diperbolehkan warga yang tidak ber-KTP memasuki kota begitu pun sebaliknya. Banyak pekerja terpaksa libur. Strategi ini dilakukan karena mengingat kabupatenkabupaten di sekitar kota Madiun sudah menjadi Red Zone yang berarti sangat bahaya bagi warga Madiun. Kondisi ini sama seperti Wuhan tapi tidak 100%, kami masih bisa saling beraktifitas dalam kota, warga pun masih sering terlihat saling ngobrol saat olahraga dan berjemur, yang bekerja ya tetap bisa bekerja sesuai peraturan. Begitu juga dengan proyek perbaikan gorong-gorong di pusat kota dan kampung saya. Mereka terlihat santai seperti tak terjadi apa-apa, entah karena Madiun belum ada yang positif, entah karena terpaksa bekerja demi kehidupan, entah karena kurangnya edukasi. Seakan-akan mimpi dan realita sudah lagi tak bisa dibedakan.


Berpikir negatif bukan opsi untuk kita terapkan. Namun

COVID-19 memanglah berbahaya untuk Indonesia bahkan dunia, tapi

setiap orang memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Ego dalam diri ini

ada yang lebih berbahaya dari COVID-19 ini. Ketika rasa kemanusiaan

terus berkata dan tak henti untuk terus berunding ketika hati sedang

hilang itu jauh lebih dari berbahaya. Beberapa hari terakhir, saya

tidak stabil. Selama masa karantina ini, hati dan pikiran terus berdikusi

melihat banyak gang dan komplek didekat rumah saya yang diblok

seakan tak bisa diam untuk acuh akan situasi. Sehari-hari sebelum

dengan alasan karantina wilayah, dengan spanduk bertuliskan “tidak

adanya wabah ini, tubuh sudah sangat sering untuk sekadar mengurung

menerima tamu”. Tapi fakta nya mereka yang tinggal di komplek atau

diri, setelah keluarnya edaran untuk tetap di rumah seakan-akan rasa

gang pun masih sering keluar sana-sini, sholat jumat berjamaah bahkan

keterpaksaan ini muncul, berbagai pertanyaan dan juga imajinasi-

berkumpul di gang untuk giliran jaga saat malam. Saya sama sekali tidak

imajinasi liar, data-data valid, kejadian-kejadian terus bermunculan

tahu mana yang egois ketika satu pihak memilih untuk keluar rumah

seperti petunjuk konspirasi yang sebenarnya diinginkan ego. Perang

demi kebutuhan/bekerja pihak lainnya lebih memilih untuk stay at home

dagang China vs US, Yahudi bersekutu dengan US, Indo dijajah China,

dan memaksa orang lain mengikutinya.

Perang Dunia 3 dan lainnya. Ya, semua benar dan terbukti tergantung dari mana kita melihat dan tergantung apa kepentingan kita mengurusi

ini semua. Seperti halnya pemerintah pusat yang beberapa waktu lalu

pemerintah lah, ngomentari masyarakatnya, sampai ngomentari

menolak bantuan alat medis dari negara-negara lain. Namun saat China

temen-temen yang pamer kegoblokan di sosmed. Ah, tapi ini gak

menawarkan bantuan, pemerintah pusat dengan senang hati menerima

menyelesaikan masalah dan saya ngga merasa punya kredibiltas untuk

bahkan alat medis yang dibutuhkan rumah sakit ternyata tidak gratis.

berkomentar.

Semua rumah sakit harus membayar untuk mendapatnya.

Kalau negara cuman jadi “calo” aku pun bisa. Kalau semua

rumah sakit harus beli, ini sih namanya bukan pengadaan, tapi proyek atau tender. Mungkin inilah bukti bobroknya kapitalis di dunia medis. Tim medis sudah mau mampus ngerahin tenaga buat kita semua, yang rakyat coro nimbun masker dan persediaan medis. Ehh elit pemerintah buka proyek alat kesehatan, “Ada yang ditutupi namun bukan aurat”. Informasi bisa didistorsi, kebenaran bisa ditutupi, kebohongan bisa dimanipulasi. Ini semua hanya sebatas opini, semoga apa yang saya pikirkan tidak pernah terjadi. Perlu diingat bahwa tak ada orang kejam, yang kejam itu momen dan tak ada orang yang benar-benar baik, dan tak ada orang yang benar-benar buruk. Semua hal penilaian tentang kebaikan dan keburukan tergantung dari tindakan yag mereka ambil dari suatu masalah secara khusus. Tergantung dari situasi dan keputusan terbaik yang dia pikir harus diambil. Tidak ada yang namanya 100% orang baik dan 100% orang jahat. Kita tidak pernah tau niat seseorang seperti apa.

Terkadang tangan gatel ingin komentar ini itu, ngomentari


-

So? When we all fall asleep, where do we go?

BERFIKIR NEGATIVE BUKANLAH PILIHAN


-

-

BUKTI BOBROKNYA KAPITALIS DI DUNIA MEDIS

EGO

-

HANYA FATAMORGANA


-

HARAPAN DGN SEBELAH MATA -

JARAK


-

JAWABANNYA ADA DI UJUANG LANGIT

-

LOCKDOWN OR KNOCKDOWN


-

POSITIVE DADI PENGANGGURAN

-

-

MENUNGGU GILIRAN

MISKOMUNISKASI WARGA DGN PENINGKATAN IMUNITAS TUBUH


-

-

NO IDEA

PALANG MERAH KITA SUDAH TAK LAGI MERAH KETIKA PENYAKIT DI POLITISASI


-

MENGIMBANGI

-

B84CA2CD67A9-48C7-989858C5121A424E

PRODUKTIPS


-

RAFIF VICKY ADRIANTO

- @rffvck

- SEADANYA - SANTAI AJA


- SEADANYA

Kondisi saat ini sangat butuh perlindungan diri seperti masker, hand sanitizer, dan disinfectant. Tapi tidak semua memilikinya, Ya, segala macam cara dicoba, agar tetap terjaga, terjaga dari serangan makhluk kecil tak kasat mata. Menggunakan trash bag? Tidak apa, Yang penting ada, seadanya.



- SANTAI AJA

Sulitnya bekerja hanya di rumah saja membuat banyak orang menjadi jenuh, tetapi coba kita lihat, terhindar dari kemacetan di jalan, tidak perlu berdesakkan di kereta, tidak terkena asap polusi, terhindar dari long shift, Santai saja, semua pasti selesai.


-

-

LAMTIUR ELINA NELLY

- @grumpyel


-

AS YOU CAN SEE WHEN THE SOCIAL DISTANCING ENTERED THE SECOND WEEK


-

-

CAN YOU SEE MANY GOJEK-GRAB DRIVER ARE RESTING UNDER THE OVERPASS ? EVENTHOUGH THE SOCIAL DISTANCING JUST BEEN ANNOUNCED A WEEK AGO FROM THE GOVERNMENT

CAN YOU SPOT THE GOJEK DRIVER?


-

FLOWER SHOP THAT LOOKS VERY QUIET, EVEN IF THERE’S AN ORDER, ONLY TO SERVE CONDOLENCES, BECAUSE WHEN SOCIAL DISTANCING IS APPLIED THERE IS NO ONE THAT CELEBRATING A WEDDING, BIRTHDAY PARTY OR OTHER FUN EVENT


-

FROM ALL ROADSIDE NEAR MY HOUSE, THIS IS USUALLY THE MOST CROWDED PLACE OF THEM ALL. BUT NOW, ONLY THE ROADSITE STALLS THAT STILL OPEN.

-

IF IT’S LOOKS GLOOMY, WELL BECAUSE


-

LET’S WORK FROM HOME BUT FIRST

-

ON THE LEFT SIDEWALK THERE’S ONE BUBUR KACANG IJO STALLS. HAVE BEEN CLOSE FOR A FEW DAYS. SINCE THEY REALIZE ITS ONLY WASTING THEIR ENERGY TO KEEP OPEN THE STALLS WITHOUT THE CUSTOMERS.


-

PUSKESMAS IS STILL OPEN AND OF COURSE WOULD BE FILLED WITH MANY PEOPLE, CAN BE SEEN FROM THE NUMBER OF MOTORCYCLE PARKED.

-

THE THIRD WEEK SOCIAL DISTANCING PROGRAM RUNS, THE STREET ARE INCREASINGLY QUIET, ONLY ONE MOTORCYLE PASSES FEW MINUTES.


-

THIS PHOTO IS TAKEN AS LOTTE SHOPPING AVENUE MALL ON THE LEFT SIDE. THIS ROAD IS KNOW AS ONE OF TRAFFIC JAM CENTER.

-

THIS IS A MOTORCYLE SPAREPART SHOP WITH A YELLOWISH GREEN ROLLING DOOR USUALLY FULL WITH MOTORCYCLE IN FRONT OF THEIR SHOP. ALSO CLOSED, DUE TO THE SOCIAL DISTANCING PROGRAM.


-

VOUCHER SHOP SELLER, COCONUT ICE STALL, SOTO MIE KHAS BOGOR TAVERN, THREE OF THEM ALREADY CLOSE THEIR SHOP SINCE 3 WEEKS AGO. THESE PLACE USUALLY CROWDED WITH CUSTOMERS AND VISITORS.


- MUHAMMAD FARHAN NUGRAHA

- @gerahjkt

- OMONGAN DI JALAN SEMUA MENGERIKAN


Pada suatu indah di sudut kamar Broto su sedang menyantap sarapan rubru alias bubur specialisnya dengan sedikit seledri dan berbagai jenis tulang muda ayam lengkap dengan sambal kacang yang su sudah di nantikan sejak malam berserta teh hangat yang masih terlihat asap yang berkeliaran di atas sebuah gelas ala vokalis setengah lima kurang sepuluh menit, berdering dering handphone made in china yang sedari tadi ia taruh di atas mejanya, Broto tak menggubris sama sekali notif itu, melanjutkan memakan rubru yang sekira-kira tinggal tiga sendok, mukanya tampak tak gembira nan nampaknya ada yang kurang, entah topping rubrunya, entah apa yang ia pikirkan?, Ia mengambil speaker canggihnya itu yang di taruh tepat disebelah sebuah walkman yang so sudah berdebu, langsung membuka sebuah aplikasi yang membuat walkmannya tak terpakai hingga berdebu, jempol kanannya merespon dengan cepat menuju ke playlist kesukaan di putarlah sebuah lagu kesukaan dari sebuah band tentunya kesukaan jua “Happiness Is AWarm Gun-The Beatles” Broto terlihat sangat ekspresif “mood” (tersenyum). Diambilah kembali mangkok yang bergambar seekor ayam itu,lalu disuaplah sesendok rubru itu kemulut yang su sudah siap, handphone cina yang su sedang menyetel musik kesukaannya itu kembali berdering ada notif, bertuliskan “Social diss******” Broto tarolah kembali bubur aka rubrunya kembali ke meja, lalu sedikit merenung melihat kesekitar kamarnya memandangi sekelilingnya yang banyak sekali lukisan, “Apaan nih?” Kembali munculah notif dari handphonenya itu yang bertuliskan “Covid-19” ia tambah bingung, sebelum ia taro lagi handphonenya notif kembali ada yang kali ini bertuliskan “Virus corona berasal dari wuhan china”, “Update virus corona 23 maret:579 kasus, 49 meninggal, 30 sembuh”, dan banyak TE TE EM alias temannya juga banyak mengunggah di sosial medianya tentang virus ini, Broto tambah gemetar, lalu melempar handphonenya ke kasurnya, lalu menghisap rokok dalam dalam sampai batuk, melihat keluar jendela, merenung kembali nampak ingin berbuat sesuatu, sudah hampir setengah hari Broto merenung dan belom menentukan ia harus berbuat apa? “Badtimes Bad Timetimes - Led Zeppelin” berkumandang dari speaker canggihnya itu Broto tersenyum dan membakar rokoknya lagi “Good time or bad time” berdiri bergegas merapihkan kamarnya yang sudah lama tak ia rapihkan, mencari cari karya yang belum sempat ia selesaikan, mengambil buku buku yang juga belom sempat ditamatkan “Goodtime”.

-

OMONGAN


Su sudah hampir seminggu Broto tak keluar kamar, hanya mandi dan makan dia meninggalkan kamarnya, biasanya setiap hampir 24 jam berada di coffeeshop langganannya itu tapi sudah 7 hari tak ia kunjungi, Broto memutuskan untuk melanjutkan membaca sebuah buku yang ia tinggali setaun lalu sehingga membuatnya lupa kan isinya dan mengulangnya dari awal, hari berikutnya kembali ia pakai di kamar yang sedikit rapih Broto mengambil gambar yang belum ia sempat selesaikan jua, sama jua dengan hari berikutnya ia masih berkutat dengan pekerjaannya yang belom selesai ia kerjakan tak memerdulikan handphonenya ia sama sekali tak memegang handphonenya. Sudah hampir tengah malam broto menggambar dan nampaknya ia tampak bosan dan berhenti lalu mengambil rokok yang ia taruh sembari mencari handphone cinanya, dibukalah sebuah aplikasi, banyak sekali notif dan unggahan dari TE TE EM alias temannya, “Update virus corona 30 maret:1.414 Kasus,122 kematian,75 sembuh” Broto langsung merinding campur gemetar, mengambil rokok dari sakunya dan mulai berfikir “ Apa ini benar benar bad times?” Ia terlihat pucat “Gimme peace on earth” sembari mengusap kepalanya itu.

-

DI


Hari ini nampaknya tak bersemangat menjalani hari, karna di benaknya masih ada sebuah pertanyaan “Apa ini benar benar bad times?� Ia terlihat gelisah dan banyak sekali keringat keluar dari tubuhnya, Broto memutuskan keluar kamar dan melihat matahari yang sedang panas panasnya lalu ia tersenyum, “aku harus terus membuat keaadaan ini menjadi bad times, matahari saja masih bersinar sangat terang dari pertama ku lahir hingga sekarang�.

-

JALAN


Pada suatu yang indah Broto duduk di samping jendela dah wajahnya nampak berbahagia,menurutnya “Covid 19 adalah sebuah musibah dunia yang amat amat menyeramkan, dengan adannya himbawan pemerintah untuk social distancing ini akhirnya mengatasinya dengan santai” karna menurutnya “Sebenarnya banyak hal hal yang sederhana yang sering kali, kita perumit sama diri kita sendiri ya kalo anjuran pemerintah dirumah aja, ya udah dirumah aja bosen? Ya rasain aja dulu kebosenan itu, ntar juga ilang kok lakuin sesuatu yang belom lo kelarin deh, pasti gak kerasa deh waktu itu” Broto memutuskan dalam hari harinya membatasi penggunaan handphonenya, ketika membuka handphone, Broto pasti selalu melihat berita terkini, “Kayaknya lebih efektif ketika menggunakan handphone pada satu waktu karna kita akan fokus apa yang akan kita cari seperti layaknya kakekku dulu membaca koran” begitu menurutnya “Bukan berarti tak perduli sekitar, melainkan aku mau buat diriku sendiri ini tidak panik dulu, karna kalo aku sering melihat berita nampaknya aku akan sering merinding campur gemetar”

-

MENGERIKAN


Menurutnya pandemi corona ini tak hanya bisa di lihat dari posisi negatifnya tapi kita juga bisa membuat kearah yang positif.

-

SEMUANYA


-

- ANASTASIA LARAS

THIS IS MY STORY WHEN THIS PANDEMIC HAPPENED

- @shuttercrepes


Dirumah bukan berati tidak melakukan aktivitas apapun.

Jauh dari keramaian. Ya, menurut kalian apa sudah tepat

dengan yang saat ini kita rasakan?

-

THIS IS MY STORY WHEN THIS PANDEMIC HAPPENED

Beberapa foto ini mengambarkan aktivitas yang gua lakuin

saat #dirumahaja atau social distancing, yang dimana memaksa gua, orang terdekat gua bahkan kalian untuk tetap berada dirumah. Foto ini diambil oleh gua sendiri, orang atau objek tangan yang ada di foto tersebut adalah adik gua. Selain itu gua menggunakan jam weker yang selalu ada di setiap foto untuk menunjukan waktu saat gua melakukan hal tersebut. Mungkin gua atau kalian belum terbiasa untuk jauh dari aktivitas dan tidak bertemu dengan banyak orang tidak seperti yang biasa dilakukan. Sejumlah aktivitas yang rutin dilakukan untuk saat ini yang di gambarkan di dalam foto tersebut, apakah hal ini menghilangkan rasa bosan? Penat? Ya sedikit, setidaknya ada kegiatan yang mengisi saat seperti ini. Apa sama sekali kita tidak boleh keluar rumah? Pergilah disaat yang benar-benar mendesak, gua keluar kok tapi hanya untuk membeli makanan dan juga kuota internet. Coba deh, mulai cari aktivitas dan tidak hanya berbaring diatas ranjang biar #dirumahaja ini setidaknya dapat menghilangkan kebingungan kalian yang bingung untuk melakukan aktivitas apa dan menghilangkan rasa penat kalian.


-

-

BACA DIARY WAKTU SMA

BACA BUKU CERITA

-

BACA WATTPAD


Alasan gua memotret dikarenakan gua ingin tetap berkarya

walaupun gua dirumah saja. Melakukan sesuatu hal yang mungkin orang anggap remeh atau tidak jelas namun buat gua dengan memotret dan ikut bergabung dalam team atau kolaborasi ini gua bisa mengasah kreatifitas gua dalam hal mengkonsep sesuatu yang gua foto. Walaupun dengan keadaan seperti ini gua tetap bisa menghasilkan sebuah karya. Pada visual ini gua ingin memperlihatkan aktivitas yang gua lakukan selama social distancing ini, berbagi cerita dengan apa yang gua lakukan pada saat gua dirumah saja. Mungkin hanya dengan karya visual ini gua bisa berbagi aktivitas yang gua lakukan. Bagaimana setiap harinya gua melakukan aktivitas dengan cerita aktivitas yang gua lakukan. Jujur dalam kolaborasi kali ini, gua ingin memberikan karya terbaik gua, dengan memikirkan segala sesuatunya hingga matang dan mencoba memberikan hal yang berbeda dari pameris yang lain. Pada karya gua kali ini gua menggunakan pendekatan still life photography. Selain alasan yang pas untuk memfoto adalah teknik still life, gua juga sudah

-

BERSIH BERSIH

lama ingin memiliki karya still life photography dan akhirnya gua bisa menggunakan teknik foto yang gua inginkan digabungkan dengan karya gua saat ini.


-

BUAT DIY

-

BUAT JAMU

CEK + BERSIHIN KAMERA

CEK FOTO JURNAL, STREET


Hubungan karya gua dengan social distancing adalah dimana

pada karya gua menunjukan sebuah foto yang menunjukan berbagai jenis aktivitas yang dilakukan didalam rumah. Social distancing itu sendiri dengan kata lain sebenarnya memaksa kita untuk melakukan segala aktivitas apapun yang biasanya kita lakukan di luar rumah tetapi untuk kali ini dilakukan di dalam rumah. Jadi menurut gua, hubungan seni visual gua dengan social distancing adalah berusaha mengambarkan sebuah aktivitas yang terjadi atau yang gua lakukan selama social distancing.

-

PASANG AROMA TERAPI


-

NONTON TV

-

-

NONTON YOUTUBE

DENGERIN LAGU


-

NGEDIT FOTO

Selama social distancing, banyak perasaan yang gua alami

mulai dari bosan sampai merasa beruntung. Dengan aktivitas yang berulang yang gua lakukan membuat gua merasa bosan berada dirumah, namun gua merasa beruntung bisa berkumpul dengan keluarga, yang biasanya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing diluar rumah, dan sibuk dengan tugas masing-masing saat dirumah. Sekarang gua dengan keluarga lebih banyak melakukan aktivitas bersama di rumah. Gua juga merasa waktu gua untuk belajar atau mengulik foto jadi lebih banyak walaupun jujur gua sudah bingung karna sudah tidak ada stock foto lagi untuk di-upload di akun instagram.

-

TUGAS KULIAH


Pentingnya karya ini adalah dimana gua ingin menunjukan

kepada banyak orang bahwa dengan adanya social distancing ini sebenarnya banyak aktivitas yang bisa kita lakukan dirumah yang dimana gua menunjukan hal itu semua bisa dilakukan melalui karya visual ini. Bukan hanya bermalas-malasan, berbaring di tempat tidur, bahkan bukan hanya mengeluh dan menuntut ini itu tentang keadaan sekarang ini. Gua ingin membuat orang lebih bisa menerima semua ini, karna semua hal yang terjadi ini pun bukan karna keinginan kita. Jadi lebih baik menerima dan banyak melakukan aktivitas positif yang bisa dilakukan dirumah dibandingkan hanya menuntut, dan hanya berbaring ditempat tidur.



-

HASYIM DWI IRWANTO

- @hasdirto

- LALU LALANG MALANG


- LALU LALANG MALANG












-

-

QISTHI RADIFAN

- @rad.radifan


wvvt jikv pvyvsv iui yvuhv qikafvyni olay sapveivu orvue svjv.

svhv yvuhv iueiu parcarifv. sifnvsi sabarfi iui snueeny wauhiksv svhv. parbisvy qauevu fawvu hvue aufvy svwbvi kvbvu salasvi. sawnv kaeivfvu qilvknkvu qirnwvy cnknb wawpnvf svhv yilvue vkvl vkvu kouqisi sabarfi iui. parpvevi kaeivfvu snqvy svhv lvlnkvu. qiwnlvi qvri rasab wvsvkvu qvri fyravq fmiffar yiueev iusfvervw.

svhv jnev parshnknr kvrauv vkyiruhv svhv pisv labvs qvri

jaujvue swv qvu walvujnfkvu sfnqi qi kvwbns IBP. svhv pvueev. qov svhv nufnk kouqisi iui vqvlvy. sawoev lakvs sawpny nufnk safivb snpjak qvu opjak hvue svhv wvksnq. kawpvlilvy ka kouqisi hvue uorwvl qvu yilvuekvu sitvf uaevfituhv kafikv iui sawnv nsvi. qvu svhv wauvwbilkvu tofo parnbv vhvf hvue wauarvuekvu nufnk parqivw qiri qirnwvy, jvqi foloue lvknkvulvy. terimakasih -rvqitvu



-

HEDWIG DHANA

- @hedwigdhana

- HOLDING ON TO HAPPY


Don’t ask. I’ve got a weird feeling. Something’s not right, i can feel it. All the bits and pieces of information that never seemed to fit together, now they make sense.

- HOLDING ON TO HAPPY

You’re do not belong here. So much concern from the Goverment. Just follow the order to this quarentine life. I’m being paranoid. Maybe about a lot of things. what happening to me? and how do i make it stop? I want to grab you and give you a real kiss. I just need to relax. Music is relaxing. “Music is a trivial distraction” oh that weird voice, i heard again. Oh SHUT UP! It was just a nightmare, Ignore it. Forget the dreams and the voice and just be happy.






-

-

RETNO DWI MARCELINA

- @rdmarcelina


-

-

KAMAR KARANTINAKU

DAPUR ANAK RANTAU


-

MIE GORENG PAGI-PAGI

-

-

LIBUR LAMA, KHATAMIN AL-QURAN AH!

MIE REMES SIANG BOLONG


-

NUGAS, BOSEN, LIVE INSTAGRAM

-

PEMANDANGAN DARI KAMAR TIDUR

-

KOL GORENG ADALAH KUNCI KEBAHAGIAAN


-

TAPI, PULANG KAMPUNG LEBIH BAHAGIA

-

SEPI

-

-

JANGAN KHAWATIR! DISEMPROT

TERNYATA RAMAI


-

MISS YOU JAKARTA

-

SEPI LAGI


-

-

RUTE KERETA

SEPI JUGA

-

POJOKAN


-

-

JANGAN LUPA CUCI TANGAN

SAMPAI!

-

DON’T FORGET TO TREAT YOURSELF


-

W_KEPONAKAN

IKUT DISKUSI

-

PATUNG PUN MASKERAN. CR_INFOTEGAL


- SELA BENTALA

2020


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.