Menyuluh Tigapuluh

Page 1

MENYULUH

Ti g a p u l u h


Melakoni kehidupan untuk mencapai kesejahteraan dalam keharmonisan yang beririsan, karena adanya perbedaan yang rentan bergesekan meski di dalam tubuhmu yang terlalu lama terlupakan. Perlu beriringan lagi alunan langkah kiri dan kanan agar kelak sampai kau di tujuan. Perlu berbagi peran, aku dan kamu, bergantian. Agar seimbang sembang jiwa dan badan. Satu hela dalam hirup. Satu kesatuan dalam hidup.

Diawali di Ubud, pada sebuah pagi.

MENYULUH

Ti g a p u l u h

Menyuluh tigapuluh dimulai jauh semenjak kata menjadi sebaik-baiknya teman untuk merayakan denyut.


“Selamat menyuluh hari, untuk perempuan kecil yang kerap tak terlihat saat berjingkat dan menari di serat nadiku sendiri.� 2017

3


MENYULUH

Ti g a p u l u h


N A R A S I PA G I

Kelak jika kau pergi suatu hari nanti, pastikan kepergianmu bukan karena menyerah kalah. Pastikan kau tidak lari dari masalah yang memberimu gelisah. Pastikan kau melangkah dengan keyakinan bahwa kau tak akan salah arah. Lalu pulanglah juga, saat tiba waktunya. Kembali pada kedua tangan ibumu yang selalu menengadahkan doa, kepada kamar kosong di belakang rumah tempat buku-bukumu tersimpan rapih oleh rahasia, juga pada teduh mata lelaki yang tak pernah mengikat sayapmu pada lengannya. Bagimu kemenangan adalah ruang semai yang menunggu bersama secangkir kopi yang diseduh dan suara tawa dimana cinta adalah hujan yang menyuburkan bunga-bunga tidur. Dan akhirnya kau mengerti betapa benih yang kau bawa pergi hanya rela tumbuh di tempat terbaik pilihan hatimu memijakkan kaki untuk berdiri. Kelak, di tanahmu sendiri.

5


D I B AWA H T E R I K M U

Tertegun aku di bawah terikmu yang menerangi segala gelap pada suatu waktu. Kau bentangkan arah yang telah lama kucari untuk kedua kaki yang telah lunglai melangkah. Kau sembunyikan terang itu dibalik banyak pertanda yang tak mudah terbaca. Namun cahayamu terlalu menusuk mata, membuatku kembali menyerah, dan cinta mulai menjajah kelima indera. Kau banyak menyisipkan cerita ke dalam tanggaltanggal rahasia, lagu-lagu yang terlintas di kepala, atau penggalan lirik yang kau tulis ulang agar aku tahu apa maknanya. Seperti kelebat listrik di udara, kau menyambar sepi yang telah lama tak bergaung rindu di dalamnya. Dan aku masih berdiri di bawah terikmu menimbang-nimbang asa yang tak berani kukatakan kepadamu, meski sedikit saja.

MENYULUH

Ti g a p u l u h

Rumpun harapku, kau biarkan tumbuh di ladang hatimu. Rangkaian mimpiku, kau biarkan utuh satu persatu. Di bawah terikmu, dahaga tak berdaya melawan rasa yang datang tak diundang. Di bawah terikmu, hilang ragu, patah takutku.


7




MUSAFIR

Setiap perjalanan panjang sendirian adalah kencanku dengan Tuhan. Bulir hujan yang membasahi kaca jendela ketika kereta melaju kencang adalah sapa yang sebenarnya kunanti, namun terkadang tak kusadari indahnya. Samar-samar cahaya mentari yang mengintip di jendela bulat di angkasa adalah fajar penuh cinta, disaat pagi — dan apapun yang melengkapi hidup — masih menjadi milikku untuk kesekian kali. Demikian pula dengan langkah kaki yang bergantian membawa badan ini berpindah tempat dan merangkai jarak, yang terasa seperti tuntunan penuh hati-hati dari-Nya. Memandang sekeliling baik di darat dan di lautan, membuat hangat bertumpu pada diriku sendiri. Ucapan-ucapan manis, mencari-Nya, tak segan-segan terucap karena Dia berada dalam jengkal paling dekat ketika aku sedang berada jauh dari tempat yang kukenal. Menggantungkan harap karena rindu. Kencan kian berulang di tujuh belas sujud, di kosongnya mata yang menatap kaca

MENYULUH

Ti g a p u l u h

tembus pandang dimana dapat kusaksikan kebesaran-Nya apa adanya, juga di titik tersembunyi di rongga hati yang senantiasa hening dan sepi. Tak kusesali menjadi musafir, menempuh lapisan lintasan agar dekat aku dengan-Nya. Agar setia lidah bercerita tentang asa dan harapku, hanya kepada-Nya saja. Tak ada lain, selain Dia.


11


MENYULUH

Ti g a p u l u h


13


MENYULUH

Ti g a p u l u h


MENYISIR RINDU

Tidak ada yang lebih menenangkan selain perjalanan menyisir rindu di pesisir selatan. Kurindukan mereka yang tak lagi dapat bersentuhan badan, atau sekedar bertatap muka untuk saling memandang. Kurindukan jiwa-jiwa yang pernah berselisih jalan — saudara sedarah, keluarga besar, dan teman sepermainan. Teringat waktu tak akan pernah berhenti, tumbuh besar dengan kenangan, disinilah aku berdiri. Di tanah tempat semua cerita berasal, tempat dimana kesedihan hanya bisa dirayakan di dalam keheningan yang menenangkan. Di tanah ini, hanya laut yang punya kuasa mempertemukan aku dengan kasatnya rindu, kepada mereka yang telah berlalu.

15


L E S S F L AW S

How I wish I were having less flaws in me So I won’t have to worry that once you found this hidden misery —and all those pieces of wounds scrambled as memory— You won’t be gone and let go of me, so easily How I wish I were forgiven by chance and acceptance for such imperfection And my beauty shines out of your remission How I wish I were luckier than any dying bee wondering if love were free, and I could take it with me

MENYULUH

Ti g a p u l u h

to show the healing facade Where you find nothing but less flaws in me So you won’t be gone and let go of me, so easily


17


MENYULUH

Ti g a p u l u h


D I S E T I A P A N TA R A

Di hadapanku terbentang hijau yang memanjang dari satu sisi ke sisi satunya, dimana kelokan anak tangga antara satu rumah ke rumah lainnya bersembunyi di setiap antara. Suara air yang mengalir deras tercampur dengan desis dedaunan, terkadang ramai kurasa, namun lebih sering sepi menyusup di setiap antara. Di setiap antara, terkadang tak mengerti mengapa tanya dan jawab menyatukan aku dan kau yang berseberangan arah pikiran. Di setiap antara, sering tak kupahami bagaimana mimpi bermuara dalam tidur dan berulang menghantui sampai lenyap aku di dalamnya. Di setiap antara, aku ingin hilang bersamamu, bersama pendapatmu, bersama lika-likumu yang mudah kutebak arahnya. Tersesat di hatimu, menemukan diri dalam kalutku. Di setiap antara, tak perlu takut, katamu. Dan hijau yang ada di hadapanku seperti mengerti, sehingga disiapkannya ruang untukku kembali menapaki apa yang sebenernya diinginkan diri. Menyepi di sudutmu. Terjaga di lintang dimensi. Biarkan aku berdiri di setiap antara... ada dan tiada, tetap bersamamu.

19


KELANA

Berlayarlah jauh, bentangkan harapmu. Jangan kembali, sebelum puas kau berkelana, sebelum kau temui dirimu di salah satu dermaga dimana kedua layar

MENYULUH

Ti g a p u l u h

itu membawamu. Temui setiap kepingan yang melengkapimu, membuatmu utuh, menjadikanmu rusuk yang mengukuhkan teluk. Nantikanlah saat luasnya laut kau bagi karena tiba saatmu mengabdi, melepas lelah, menikmati samudera yang lebih luas di dalam diri.


21


MENYULUH

Ti g a p u l u h


23


SEMOGA DIRIKU SELALU TERMAAFKAN

Percakapannya dengan Tuhan kerap terjadi di meja makan, di malam-malam saat dirinya dijalar rasa kesepian. Di mana setiap siku ruang-ruang kosong memantulkan gema sedu sedan yang datang dari setiap ucapan, atau sesal dari kesadaran, tertatih menyulam doa untuk dihaturkan. Lalu sembari menangis kedua mata itu memandangi dinding dimana nama agung-Mu dipasang. Searah gerak jarum jam, menuju satu haluan, menitipkan asa dalam bisikan: “semoga diriku selalu termaafkan.” Dengung di telinga menemani jiwa yang tak pernah tidur tenang, kepala terisi penuh dengan segala kemungkinan. Bukan tak ingin memintal harapan, sayang. Bukan pun sudi cinta berakhir sebelah tangan. Tapi yang terbaik di depan mata dapat sangat memilukan, ketika jiwa tahu diri karena tak sepadan, dan kedua mata yang panas tak berhenti menyiasati hujan. Lalu sembari menangis kedua mata itu memandangi dinding dimana nama agung-Mu dipasang. Searah gerak jarum jam, menuju satu haluan, menitipkan asa

MENYULUH

Ti g a p u l u h

dalam bisikan: “semoga diriku selalu termaafkan.” Kusaksikan malam-malam dimana dia menahan gemuruh dalam kesendirian. Sambil mendekap erat rindu yang tersekat dalam diam, kudengar dia mengucapkan harapan. “Aku mencintainya, sungguh. Hanya jika Kau izinkan segala gundah ini luruh.”


25




MENYULUH

Ti g a p u l u h


TEGUKAN TERAKHIR

Tinggal seteguk lagi, maka sampailah kita di dasar gelas setelah dalam-dalam segarnya percakapan diteguk tanpa henti. Kata tidak pernah berhenti menari ketika kau ada di hadapanku, menatap mata ini seakan hanya kepadamu harus kuceritakan segala rahasia. Aku tidak pernah bisa berhenti bersuara, memastikan hanya ucapanku akan tersimpan seutuhnya di sebagian memori, yang akan kau bawa pulang setelah perjamuan ini berakhir agar dapat kau ingat sebelum lelap menjemputmu di dalam gelap. Ketika tawa yang ada di antara kita mengakhiri setiap debat dan tanda tanya, yakinkah kau bahwa kita bisa berjalan seirama, kelak, ketika mimpiku menemukan arah untuk dapat bertemu di titik yang kau tuju di peta perjalananmu? Ketika diam yang menyusup di antara pendapatku dan pendapatmu, yakinkah kau bahwa ada ruang dimana aku dan kau bisa menghilang sedirian untuk kemudian saling mencari alasan untuk pulang karena ada rindu yang meredam tegang? Bersamamu aku menikmati segala yang ditawarkan waktu, menikmati setiap sudut kita yang bersinggungan, mengobati nyeri yang diberikan di setiap siku. Bersamamu aku menjadi aku, menerimamu sebagai kamu, dan menjamu dua jiwa yang akhirnya bertemu sebagai tamu istimewa. Tinggal seteguk lagi, maka sampailah kita di dasar gelas setelah dalam-dalam segarnya percakapan diteguk tanpa henti. Dan di tebalnya kaca cembung itu senyum tipismu masih seperti saat pertama kali kita berjumpa di layar belasan inci yang membuatmu terlihat sedemikian nyata. Seiring bulir air yang kuteguk hati-hati, kupejamkan mata ini perlahanlahan, berharap kau ada di hadapan dan benar-benar bersamaku kali ini. Tidak ada yang lebih melegakan, bersantap malam denganmu, dengan balasan kata dan cerita yang lebih panjang. Bersamaku, katamu, tak akan kau biarkan malam mensiasati tegukan-tegukan yang masih bisa dinikmati sampai pagi menjelang. Saatnya kini kau berbagi rahasia, melengkapi aku. Bersamaku, tak ada tegukan terakhir yang kau biarkan hadir. Bersamamu, hausku bercengkrama pun tak pernah putus.

29


T E N TA N G S E P I

Sepi tak pernah melawan. Dibiarkannya pikiran berkeliaran, tanpa mengeluarkan sedikitpun gaduh setelah habis-habisan melawan perasaan. Sepi muncul jadi kawan,

MENYULUH

Ti g a p u l u h

merawat luka, menenangkan.


31


DI DALAM DEKAP

Ruang ini redup sudah, kau telah lelap tertidur diredam malam. Di dalam pelukmu aku hanya bisa mengamati dagu dan rahang tirusmu yang semakin tajam dibentuk bayangan. Atau sesekali melihat bulu matamu bergerak pada kelopak yang terlipat seharian. Kadangkala, di malam-malam seperti ini, aku kalah dengan lelah yang membuatmu menyerah lebih dulu, sehingga aku terjaga sendirian. Tak kusangka raut wajahmu yang sederhana punya banyak sekali rahasia. Tak kusangka diammu punya banyak sekali cerita. Dan hanya dalam tidurmu, kau biarkan aku mendengar, membaca, atau menerka-nerka. Kau bebaskan aku untuk banyak bertanya-tanya, sehingga kau akan selalu punya kesempatan menjawab semuanya. Kau bagi sedikit celah untuk aku membendung rasa curiga, sehingga aku akan terus mencarimu, dan katamu kau bahagia menemukanku gelisah menantimu. Kau selalu tahu cara yang paling baik membiarkanku bergerak sesuka hati. Kau lebih suka menghilang, dan muncul di tengah padatnya hariku yang tak mungkin lewat tanpa memikirkanmu. Meski terkadang tak banyak kata,

MENYULUH

Ti g a p u l u h

malam-malam seperti malam ini tak jarang membuatku sengaja terjaga tanpa suara ketika kau biarkan aku beristirahat di antara kedua lengan kurusmu yang terkunci erat. Dalam hening, dalam harap. Dalam dekap. Sungguh kadang aku tak ingin pagi tiba sedemikan cepat.


33


J I K A N A N T I T I B A WA K T U N YA

Aku ingin jika nanti tiba waktunya, aku akan lebih banyak berbicara. Aku ingin lebih banyak mengadu dalam suara, bukan lagi bisu yang tak habis-habis aku jabarkan dengan pena. Aku ingin menjelaskan apapun yang aku rasa tanpa perantara, dimana wajah dan teduh matamu akan menjadi kaca bagiku yang kelak ingin lebih banyak bercerita. Aku ingin jika nanti tiba waktunya, aku akan lebih banyak mengerti tentang kita. Dimana setiap kata yang terucap dari bibirku adalah sebuah balasan yang melengkapkan fikiran-fikiranmu, bukan lawan dan bantahan dari pandanganmu. Aku ingin melengkapi tanda tanya yang kau berikan, mengimbuhkan koma dan titik pada tempatnya tanpa membuatmu

MENYULUH

Ti g a p u l u h

merasa kelelahan berpacu bersamaku di dalam waktu.


Aku ingin jika nanti tiba waktunya, aku akan lebih banyak mendengarkan kebijakanmu yang kau landaskan pada perasaanku dan begitu pula sebaliknya. Aku ingin kau menjadi raja di dalam ruang yang kita bangun bersama, dimana sabdamu adalah restu yang hanya kau berikan untukku saja. Aku ingin kau merebahkan kepalamu didadaku, menitipkan kekuatanmu pada malam di dalam pelukku. Aku ingin punya keberanian membisikkan syair yang aku hafal seumur hidupku, sebagai gaung semangat yang akan bersemayam selamanya di telingamu. Aku ingin jika nanti tiba waktunya, aku akan lebih banyak bersyukur atas pertemuan kita yang sederhana dalam bejana bernama cinta. Aku ingin kau membiarkan aku menyimpan satu dari pedangmu, dan tak henti-henti menyebut namamu di dalam doa, ketika hari memanggilmu dalam perang-perang dimana aku hanya bisa menunggu bayanganmu berjalan pulang. Lebih banyak berbicara, mengerti, mendengar, dan bersyukur menjalani sisa hidup bersamamu, wahai seseorang yang kelak melengkapi sebagian jiwa dan ragaku‌ jika nanti tiba waktunya.

35


Tenang hati, bersama-Mu.

Diselesaikan di Dieng, pada suatu senja. Menyuluh tigapuluh diresapi saat kata tetap menjadi sebaik-baiknya teman untuk merayakan denyut.


JIKA KELAK

Jika kelak kita meski berjarak, jangan kira jauh tak dapat kau rengkuh, atau bilangan waktu tak akan setuju, mempertemukan pagi dan malam, juga rangkaian pesan, yang bercerita dalam diam. Jika kelak rasa mesti ditunda, jangan kira raga tak kuat berjaga, atau kepala boleh liar mengira-mengira, kemana hati dibiarkan pergi, membawa tenang yang biasa dititipkan, melalui jemari yang menyatu dalam genggam. Jika kelak kita tak bersinggungan, setelah berbagi separuh perjalanan, akan kutanamkan biji-biji rindu, pada ladang sepimu, untuk percaya bahwa yang terbaik, tak (selalu) pergi jauh. Dan aku punya alasan, untuk kembali mencarimu lagi, jika kelak datang padaku, kesempatan itu.


MENYULUH (verb) menerangi; memberi petunjuk

www.srikasihfebriyanti.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.