Studi Evaluasi Tingkat Keramahan Kawasan Margonda Terhadap Pejalan Kaki
Lintang Sekar Kedaton Barnad dan Ketut Dewi Martha Erli Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail: erli.martha@urplan.its.ac.id
Abstrak KawasanMargonda Depokmerupakansalahsatu kawasan padat aktivitas dan kendaraan yang ada di Kota Depok. Dalam RTRW Kota Depok 2012 – 2032, kawasan ini berfungsi sebagai kawasan strategis bidang ekonomi. Bersamaan dengan status Kawasan Margonda sebagai kawasan strategis bidang ekonomi, Kota Depok juga akan mengembangkan kawasan-kawasan di sekitar stasiun transit menjadi kawasan Transit Oriented Development (TOD). Oleh karena itu dibutuhkan penilaian keramahan kawasan terhadap pejalan kaki sehingga implementasi konsep TOD yang menunjang pengguna moda non-motorized dapat tepat sasaran sesuai dengan hasil penilaian keramahan kawasan terhadap pejalan kaki. Studi evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria walkability yaitu kelengkapan fasilitas pejalan kaki, persimpangan, dimensi jalur pejalan kaki, hambatan, konflik dengan moda lain, kepadatan komersil dan permukiman serta keberagaman penggunaan lahan. Evaluasi kriteria-kriteria walkability pada Kawasan Margonda dilakukan menggunakan analisis kriteria, analisis keberagaman penggunaan lahan, analisis kepadatan bangunan dan analisis keberpihakan moda. Untuk menghasilkan nilai pada tiap-tiap ruas jalan, digunakan metode skoring dan pembobotan tiap kriteria dengan metode Analytical Hierarchy Process. Hasil evaluasi Kawasan Margonda menunjukkan bahwa mayoritas ruas jalan di Kawasan Margonda telah memiliki tingkat keramahan pejalan kaki yang tinggi dengan perolehan 8 ruas jalan dengan tingkat keramahan rendah, 2 ruas jalan dengan tingkat keramahan sedang, 8 ruas jalan dengan tingkat keramahan tinggi dan 3 ruas jalan dengan tingkat keramahan sangat tinggi. Berdasarkan hasil evaluasi ini, kawasan margonda direkomendasikan untuk melakukan penambahan atribut fasilitas pejalan kaki, penerapan konsep ruang jalan bersama, penertiban dan penerapan aturan yang mengatur aktifitas di sepanjang ruas jalan, serta perencanaan jangkapanjangyangberbasiskeramahanpejalankaki.
Kata Kunci KawasanMargonda, walkability,pejalankakiI. PENDAHULUAN
BERJALAN KAKI merupakan alat pergerakan internal kota dan penghubung antara moda-moda tranportasi lain. Adanya aktifitas berjalan kaki ini akan menciptakan jalur-jalur dan pola pergerakan di setiap sudut kota. Oleh karena itu, pejalan kaki berlu diakomodasi dengan fasilitas dan lingkungan yang mendukung aktifitas berjalan kaki. Perencanaan jalur pedestrian perlu mempertimbangkan adanya keseimbangan interaksi antara pejalan kaki dan kendaraan, faktor keamanan, ruang yang cukup bagi pejalan kaki, fasilitas yang menawarkan kesenangan sepanjang area pedestrian, dan tersedianya fasilitas publik yang menyatu dan menjadi elemen penunjang [1] Pentingnya mengakomodasi aktivitas pedestrian pada jalur yang dikhususkan juga berkaitan dengan terciptanya lingkungan binaan yang merupakan kondisi ideal dari kehidupan
manusiadidalamsuaturuang [2] Kawasan Margonda Depok merupakan salah satu kawasan padat aktivitas dan kendaraan yang ada di Kota Depok. Dalam RTRW Kota Depok 2012 – 2032, kawasan ini berfungsi sebagai kawasan strategis bidang ekonomi Kota Depok dengan peruntukkan lahannya yang mayoritas merupakan perdagangan dan jasa. Selain sebagai Kawasan padat aktivitas, Kawasan Margonda juga memiliki kepadatan kendaraan yang tinggi [3] Dengan kondisi ini, Kawasan Margonda juga ditunjang dengan adanya pengembangan kawasan berbasis TOD pada titik-titik transit, salah satunya pada stasiun transit Stasiun Pondok Cina. Adanya arahan pengembangan TOD ini perlu didukung dengan lingkungan perkotaan yang mendukung moda transportasi non-motorized yang salah satunya adalah berjalan kaki [4]. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian terhadap keramahan Kawasan Margonda terhadap pejalan kaki yang dapat memberikan gambaran kondisi keramahan KawasanMargondaterhadap pejalankaki.
Konsep Walkable City dapat diadaptasi untuk mengetahui tingkat keramahan dari kawasan Margonda terhadap pejalan kaki yang melintasi Jalan Margonda. Pengukuran keramahan Kawasan Margonda dapat diketahui melalui kriteria-kriteria yang berasal dari teori-teori walkability Dengan menggunakan konsep dan teori-teori walkability, penilaian keramahan Kawasan Margonda terhadap pejalan kaki dapat ditinjau dari segi keamanan, kenyamanan, variasi land use, dan kelengkapan infrastruktur fasilitas pejalan kaki dapat dilakukan sebagai bahan evaluasi Kawasan Margonda sebagaisalahsatu kawasanpadataktivitasdan kendaraan.
II. TINJAUANPUSTAKA
A. Pejalan Kaki
Berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang menghubungkan antara fungsi kawasan satu dengan yang lain terutama kawasan perdagangan, kawasan budaya, dan kawasan permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi lebih manusiawi [5]. Dengan kegiatan berjalan kaki ini, pejalan kaki akan berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pejalan kaki untuk melakukan pergerakan menggunakan moda berjalan kaki [6]. Pejalan kaki juga perlu didukung dengan fasilitas yang memadai agar kenyamanan, keselamatan dan keamanan pejalan kaki dapat terjamin. Dengan menciptakan lingkungan yang ramah berjalan kaki, maka penerapan konsep walkable city dapat teraplikasikan dengan baik. Dengan mengutamakan moda berjalan kaki penghubung antar moda-moda lainnya, pengurangan
kemacetan dan polusi pada lingkungan dapat dirasakan sehingga berjalan kaki sendiri juga dapat disebut sebagai modatransportasi yangramah lingkungan [7].
B. Walkability
Walkability merupakan ukuran yang memperhitungkan karakteristik lingkungan binaan dan didefinisikan sebagai suatu ukutan tingkat keramahan suatu area untuk berjalan kaki. Berdasarkanrujukan[8], terdapattigakonstituenruang kota dari analisis walkability yaitu kepadatan (rumah tangga dan pekerjaan), keragaman penggunaan lahan, dan desain jalan atau yang biasa dikenal dengan 3D (Density, Diversity dan Design). Prinsip keberagaman penggunaan lahan di suatu kawasan dapat dilihat melalui penggunaan lahan yang diperuntukkan untuk banyak fungsi. Kepadatan yang dijelaskanoleh Cervero dan Rockelmandalampenelitiannya adalah kawasan dengan bangunan kepadatan tinggi (compact neighborhood). Dari segi desain, walkability didukung dengan desain yang meningkatkan aksesibilitas danketerjangkauanbagiparapejalankaki.
C. Pengukuran Walkability
Walkability dapatdiketahuidenganberbagai metodedan alatukur.Halinidapatbergantung kepadatujuan walkability dihitung.
Walk Score
Walk Score merupakan salah satu metode pengukuran walkability suatu lokasi yang berbasis website. Walk Score dihitung dengan menentukan titik alamat yang menjadi perhitungan seperti apartemen [9]. Oleh karena itu, metode ini sering digunakan untuk menilai seberapa strategis lokasi apartemen. Elemen yang digunakan dalam pengukuran ini yaitu jarak terhadap destinasi tertentu, kepadatan populasi, danukuranjalan.
Global Wakalibility Index (GWI)
GWI mengukur tingkat keramahan kawasan terhadap pejalan kaki berdasarkan keamanan, keselamatan dan kenyamanan lingkungan bagi pedestrian [10]. Secara garis besar, konsep GWI menilai walkability suatu area dengan mengevaluasi jalan, infrastruktur dan kebijakan yang berlaku.
Metrovancouver Walkability Index
Pengukuran walkability menggunakan Metrovancouver Walkability didasarkan dari skor indeks walkability yang diperoleh dari karakteristik fisik lingkungan perkotaan yang mendukung pejalan kaki meliputi kepadatan pemukiman, keberadaan dan kelengkapan trotoar, campuran penggunaan lahan, rasio ruang lantai ritel, dan kepadatan persimpangan [11]
III. METODEPENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah rasionalistik, yakni pendekatan yang berdasarkan atas faktafakta empiris dan teori yang berkaitan. Kemudian jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dimana data-data numerik digunakan untuk memberikan informasi dan analisis yang kemudian dijelaskan dengan deskripsi.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang menjadi objek yang akan diteliti
dalam penelitian ini didapatkan dari hasil kajian pustaka mengenai substansi-substansi yang relevan dengan sasaran penelitian serta digunakan konsep 3D walkability Cervero yaitu Diversity, Design dan Density. Berdasarkan tiga konstituen ruang tersebut, didapatkan 8 variabel yang dijelaskanpadaTabel1.
Tabel 1 Variabel Penelitian
Indikator Variabel Definisi Operasional
Density Kepadatan Permukiman Luas dan jumlah bangunan permukiman Kepadatan Komersil Luas dan jumlah bangunan perdagangan dan jasa Diversity Keberagaman penggunaan lahan
Tingkat keberagaman penggunaan lahan Design Kelengkapan infrastruktur pejalan kaki
Kebutuhan infrastruktur yang lengkap sesuai dengan pedoman
Persimpangan Keberpihakan ruas jalan terhadap moda berjalan kaki
C. Populasi
Dimensi Jalur Pejalan Kaki Dimensi jalur pejalan kaki yang sesuai dengan pedoman Kendala/ hambatan Kendala yang menghalangi pejalan kaki untuk melewati jalur pejalan kaki Konflik jalur pejalan kaki dengan moda transportasi lain
Konflik pejalan kaki dengan moda transportasi seperti motor, mobil
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah ruas-ruas jalan dan bangunan di kawasan Margonda serta stakeholders Ruas-ruas jalan tersebut berjumlah 21 yang didapatkan melalui teknik buffer yang berada pada radius 800 meter dari Stasiun Pondok Cina dan Stasiun Universitas Indonesia yang berada di Kota Depok. Sedangkan para stakeholder yang menjadi populasi ialah yang memiliki pengetahuan atau expert terkait walkability dan pengaruh terkait dengan kebijakan kawasan Margonda. Melalui analisis stakeholder didapatkan empat stakeholder yaitu Dinas PUPR, Dinas Perhubungan, Koalisi Pejalan Kaki dan Ahli RancangKota.
Gambar 1. Peta Ruas Jalan PenelitianD. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengisian kuisioner dan observasi lapangan. Data sekunder didapatkan dengan survei instansi dan survei literatur
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis tiap variable yaitu indeks entropy, analisis keberpihakan moda, analisis kepadatanbangunandananalisis kriteria.
Indeks Entropy
Ukuran tingkat penggunaan lahan campuran yang memperhitungkan persentase relatif dari dua atau lebih jenis penggunaanlahandisuatu wilayah.
( )∑ ( ) ( )
pejalan kaki dan dimensi jalur pejalan kaki. Pada variabel hambatan dan konflik, digunakan parameter dari GWI sebagaipedoman mengukur kondisijalur pejalankaki.
Analytical Hierarchy Proccess (AHP)
Metode analisis AHP digunakan untuk mengetahui bobot setiap variabel dengan cara mengolah data kuisioner dari para stakeholder menggunakan software ExpertChoice.
Skoring
Keterangan:
Pj =proporsilahan
j = jumlah variasipenggunaanlahan
Nilai Indeks Entropi akan bervariasi antara 0 dan 1, yang kemudian terbagi menjadi 5 kelas yang dapat dilihat pada Tabel2.
Tabel 2 Deskripsi Nilai Indeks Entropy
Nilai Indeks Entropi Tingkat Penggunaan Lahan Campuran 0 – 0,20 Sangat Rendah
0,21 – 0,40 Rendah 0,41 – 0,60 Sedang 0,61 – 0,80 Tinggi 0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
Analisis Kepadatan Bangunan
Analisis ini digunakan untuk menganalisis variable kepadatan permukiman dan komersil. Pengukuran dilakukan dengan membagi jumlah bangunan dalam satu segmen denganluassegmen.
Analisis Keberpihakan Moda
Analisis ini digunakan untuk menganalisis variabel persimpangan yang dapat menjelaskan kondisi keberpihakan terhadap pejalan pada suatu ruas jalan [12]. Tahapan dalam analisisinidapatdilakukansebagaiberikut.
1. Petakan semua persimpangan kendaraan bermotor danpejalankaki.
2. Hitung nilai persimpangan dengan memberi poin padapersimpangan.
3. Bagi hasil poin persimpangan kendaraan bermotor denganpejalankaki.
Analisis Kriteria
Analisis kriteria dilakukan dengan menggunakan teori dalam melandasi perumusan kriteria yang menjadi pertimbangan dalam mengidentifikasi sejauh mana kondisi eksisting kawasan Margonda sesuai dengan kriteria walkability
Pada variabel kepadatan permukiman dan komersil digunakan aturan menurut Dirjen Penataan Ruang Tahun 2003 yang mengklasifikasikan kepadatan bangunan menjadi 5 kelas. Aturan SE Menteri PUPR 02/SE/M/2018 Tentang Perencanaan Teknis Fasilitas Pejalan Kaki digunakan sebagai pedoman standar kelengkapan fasilitas
Metode skoring adalah teknik analisis data kuantitatif yang digunakan untuk memberikan nilai pada masingmasing karakteristik parameter dari sub-sub variabel agar dapat dihitung nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya Dalam penelitian ini, skoring digunakan untuk mengetahui nilai kuantitatif dari hasil analisis variabel yang dilakukan dengan menggunakan parameter dari masing-masing variabel. Hasil pembobotan dari AHP kemudian akan dihitung dengan hasil analisis dari setiap variabel sehingga variabel-variabel yang memiliki tingkat kepentingan lebih tinggi menurut para stakeholders memberikan pengaruh yang lebih signifikan terhadap penilaian yang dilakukan. Perhitungan skor akhir dari tiap variabel dihitung menggunakan formulasebagai berikut.
Skor Akhir Segmen1 = (���� ×����) +⋯+ (���� ×����)
Keterangan: B =Bobot N=Skor masing-masing variabelberdasarkanparameter
IV. ANALISISDANPEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Wilayah penelitian merupakan bagian dari segmen III Kawasan Margondadan beradapadaadministrasiKelurahan Pondok Cina dan sedikit bagian administrasi Kelurahan Kukusan. Selain itu, wilayah penelitian juga berbatasan langsung dengan provinsi DKI Jakarta yang memiliki status sebagaiibukota.
Gambar 2. Peta Penggunaan LahanPenggunaan lahan pada Kawasan Margonda didominasi dengan penggunaan ruang terbuka hijau dan permukiman dengan persebaran komersil yang berada pada ruas jalan Margonda. Kawasan ini juga dilengkapi dengan dua stasiun transit yaitu Stasiun Pondok Cina dan Stasiun UI, dimana keduanya terdapat arahan pengembangan TOD dan kawasan pendukungTOD. Pada kawasan ini dilengkapi dengan moda transportasi public berupa commuter line dan angkutan Lyn dengan kode D11. Selain itu, kelas jalan pada kawasan Margonda terdiri dari kelas jalan kolektor sampai lokal. Kelas-kelas jalan secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel3.
Tabel3.
Nama Ruas dan Kelas Jalan
Nama Ruas Jalan Kelas Jalan Nama Ruas Jalan Kelas Jalan
Jl Mawar Lokal Jl. Prof. DR. Sudjono D. Pusponegoro Kolektor
Jl Karet Lokal Jl. Prof. DR. Bahder Djohan Kolektor
Jl H Yahya Nuih Lokal Jl. Prof. DR. Sujudi Lokal
Jl M Tohir Lokal Jl. Prof. DR. Mahar Mardjono Lokal
Jl Kelapa Lokal Jl. Prof. Mr Djokosoetono Kolektor
Jl Kedoya Raya Lokal Jl. Prof. DR. Sumitro Djojohadiku Kolektor
Jl Mahali Lokal Jl. Prof. DR. Nugroho Notosutanto Lokal
Jl Kober Lokal Jl Selo Soemardjan Lokal
Jl Margonda Segmen 1 Kolektor Primer Lingkar Utara Kolektor
Jl Margonda Segmen 2 Kolektor Primer Jl. Letjen DR. Sjarif Thajeb Lokal
Jl Stasiun Pondok Cina Lokal Jl. Prof. DR. Sudjono D. Pusponegoro
B. Analisis Kriteria-Kriteria Walkability
Kriteria-kriteria walkability dianalisis menggunakan metode analisis yang dapat dihitung secara kuantitatif. Pada analisis ini terdapat beberapa metode analisis yang membutuhkan luas kawasan sehingga ditentukan luas segmen dari tiap ruas jalan dengan menggunakan Teknik buffer seluas 100 meter. Hasil dari pengukuran analisisanalisisdijelaskansebagaiberikut.
Analisis Keberagaman Penggunaan Lahan
Analisis dilakukan dengan menghitung indeks entropi dari tiap-tiap ruas jalan dengan hasil yang disajikan pada Tabel 4 Terdapat 11 ruas jalan dengan kategori indeks entropi sedang, pada kategori rendah terdapat sebanyak 8 ruas jalan dan pada kategori sangat rendah terdapat 2 ruas jalan.
Tabel 4.
Tingkat Keberagaman Penggunaan Lahan
Segmen IE Deskripsi Segmen IE Deskripsi
1 0,56 Sedang 12 0,56 Sedang 2 0,54 Sedang 13 0,54 Sedang 3 0,34 Rendah 14 0,34 Rendah 4 0,39 Rendah 15 0,39 Rendah 5 0,39 Rendah 16 0,39 Rendah 6 0,02 Sangat Rendah 17 0,02 Sangat Rendah 7 0,42 Sedang 18 0,42 Sedang 8 0,41 Rendah 19 0,41 Rendah 9 0,48 Sedang 20 0,48 Sedang 10 0,55 Sedang 21 0,55 Sedang 11 0,58 Sedang
Analisis Kepadatan Bangunan
Analisis kepadatan bangunan menggunakan data persil bangunan pada tiap-tiap segmen jalan. Hasil dari analisis kepadatan bangunan komersil dan permukiman disajikan pada Table 5. Terdapat 2 ruas jalan dengan kepadatan permukiman sedang, 7 ruas jalan dengan kepadatan rendah dan 12 ruas jalan dengan kepadatan sangat rendah. Sedangkan pada analisis kepadatan komersil, semua ruas jalan memilikikepadatan sangatrendah
Tabel 5.
Analisis Kepadatan Bangunan
Segmen Kepadatan Komersil Kepadatan Permukiman Segmen Kepadatan Permukiman Kepadatan Permukiman
1 1,19 15,41 1 1,19 15,41
2 1,17 16,25 2 1,17 16,25
3 0,52 14,69 3 0,52 14,69
4 0,54 21,03 4 0,54 21,03
5 0 18,50 5 0 18,50
6 0 26,62 6 0 26,62
7 1,75 16,86 7 1,75 16,86
8 0,84 17,35 8 0,84 17,35
9 2,33 10,87 9 2,33 10,87
10 2,53 7,22 10 2,53 7,22
11 0,80 5,35
Analisis Keberpihakan Moda
Analisis ini dilakukan dengan memberi poin-poin pada tiap persimpangan dengan ketentuan pada simpang tiga bernilai 0,75, simpang empat bernilai 1 dan pada simpang lima bernilai 1,25. Hasil dari penghitungan poin dan rasio keberpihakandisajikanpadaTabel 6
Hasil menunjukkan keberpihakan ruas jalan pada pejalan kaki terdapat pada ruas jalan 11, 13, 14, 16, 17, 19, dan 20. Sedangkan pada ruas jalan 12, 15, dan 21, keberpihakan ruas jalan terdapat padakedua moda. Pada ruas jalan dengan nilai rasio dibawah 1, memiliki keberpihakan ruas jaan pada moda kendaraanbermotor.
Tabel 6
Kebepihakan Ruas Jalan Terhadap Pejalan Kaki Ruas Jalan Persimpangan Rasio Keperpihakan Kendaraan Pejalan Kaki 1 5,25 02 3,25 03 3,25 04 8,25 05 11,75 06 11 07 3,75 08 13,75 09 7,5 3,25 0,433 10 4,5 2,25 0,5 11 0,75 2,25 3 12 1,5 1,5 1 13 1,5 5 3,33 14 1,5 3,75 2,5 15 6 6 1 16 3,75 5,75 1,53 17 1,5 3,75 2,5 18 3,25 7,75 2,38 19 1,5 3 2 20 0,75 2,25 3 21 2,5 2,5 1
Analisis Kriteria
Analisis dilakukan pada variabel kelengkapan fasilitas pejalan kaki, dimensi jalur pejalan kaki, hambatan dan konflik dengan moda lain. Pada variabel kelengkapan fasilitas pejalan kaki dan dimensi jalur pejalan kaki, hasil observasi lapangan dibandingkan kesesuaiannya dengan standar dan pedoman. Sedangkan pada variabel hambatan
Tabel 7
Analisis Kriteria Walkability
Segmen KFP
DJP H KDM Utama Pendukung
1 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 3 5
2 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 2 4
3 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 3 5
4 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 3 5
5 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 3 5
6 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 3 5
7 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 3 5
8 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 3 5
9 Sesuai Tidak Sesuai Sesuai 5 2
10 Sesuai Tidak Sesuai Sesuai 5 2
11 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 2 4
12 Sesuai Sesuai Tidak Sesuai 5 5
13 Sesuai Sesuai Sesuai 5 5
14 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai 5 5
15 Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 5 5
16 Sesuai Sesuai Sesuai 5 5
17 Sesuai Sesuai Sesuai 5 5
18 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai 5 5
19 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai 5 5
20 Sesuai Sesuai Sesuai 5 5
21 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai 5 5
Keterangan:
KFP = Kelengkapan fasilitas pejalan kaki, DJP = Dimensi jalur pejalan kaki, H = Hambatan/Kendala, KDM = Konflik dengan moda lain
dan konflik dengan moda lain, digunakan standar parameter GWI menurut Asian Development Bank yang menilai kondisi suatu ruas jalan dengan 5 skor. Hasil analisisdisajikanpadaTabel 7. Pembobotan Variabel Melaluiprosespengolahandatakuisioner menggunakan AHP didapatkanbobottiap variabel sebagaiberikut.
kaki. Namun adanya fasilitas pejalan kaki tersebut belum memenuhikebutuhandasar daripejalankaki.
Evaluasi hasil analisis dan observasi pada tiap segmen dan ruas jalan dilakukan dengan memberikan skor pada hasil analisissesuaidenganparameter yangtelahditentukan. dalam penelitian ini digunakan skala 1 – 5, dimana nilai 1 menunjukkan angka terendah dan angka 5 sebagai nilai tertinggi. Hasil skoring riap variabel dapat dilihat pada Tabel 8 Hasil skoring tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi 5 kelas dengan kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan hasil pengklasifikasian setiap ruas jalan di Kawasan Margonda yangdipetakanpadapadaGambar 4.
Dari hasil analisis dapat diketahui, ruas-ruas jalan yang berada pada Kawasan permukiman memiliki tingkat keramahan pejalan kaki yang rendah. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya fasilitas pejalan kaki yang tersedia di sepanjang ruas jalan tersebut. Pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor cenderung berada pada satu ruang jalan sehingga segi keamanan, kenyamanan dan keselamatan pejalankakibelumterakomodasi.
Kondisi ruas jalan dengan kategori sedang, dapat diketahui pejalan kaki yang melintasi ruas jalan dengan kategori sedang sudah diakomodasi dengan fasilitas pejalan
Gambar 4.
Pada kategori tinggi, kebutuhan dasar pejalan kaki berupa fasilitas pejalan kaki tidak lagi menjadi masalah Pada ruasruas jalan ini pejalan kaki dapat melalui ruas jalan dengan aman dan nyaman. Namun, perlu adanya aturan tambahan yang dapat membatasi aktifitas pada sekitar lingkungan berjalankaki.
Pejalan kaki pada ruas-ruas jalan dengan kategori sangat tinggi sudah memiliki fasilitas pejalan kaki yang sesuai standar serta ruas-ruas jalannya terhubung dengan titik-titik transit. Kondisi ini merupakan kondisi ideal untuk mendukung implementasi transit oriented development pada KawasanMargonda.
Rekomendasi Peningkatan Keramahan Kawasan Berdasarkan hasil evaluasi, rekomendasi yang dapat diberikan pada tiap-tiap ruas jalan diantaranya sebagai berikut.
1. Pemanfaatan ruang jalan bersama pada ruas jalan 1, 2,3,4,5,6,7,dan8.
2. Penambahan fasilitas pejalan kaki pada ruas jalan 11, 15,18,dan19
3. Efektifitas pembatasan akses jalan bagi kendaraan bermotor padaruasjalan11.
4. Minimalisir hambatan di atas ruang jalur pejalan kaki denganpenerapan aturan-aturanpadaruas jalan9 dan 10.
5. Rencana jangka panjang dengan konsep ramah pejalankakipadaseluruhruas jalan
V. KESIMPULAN
Keramahan Kawasan Margonda terhadap pejalan kaki dievaluasi menggunakan 8 variabel yang diambil dari kriteria-kriteria walkability yaitu ketersediaan fasilitas pejalan kaki, kepadatan persimpangan, kepadatan permukiman, kepadatan komersil, keberagaman penggunaan lahan, dimensi jalur pejalan kaki, hambatan/kendala serta konflik pejalan kaki dengan moda transportasi lain yang dilakukan pada 21 ruas jalan menghasilkan hasil sebagai berikut.
1. Tingkat keramahan kategori rendah pada ruas Jalan Mawar, Jalan Karet, Jalan H Yahya Nuih, Jalan M Tohir, Jalan Kelapa, Jalan Kedoya Raya, Jalan Mahali, JalanKober
Gambar 2. Bobot Variabel Walkability C. Hasil Evaluasi Tingkat Keramahan Kawasan Margonda Terhadap Pejalan Kaki Persebaran Tingkat Keramahan Pejalan Kaki Kawasan MargondaTabel8. Nilai Tingkat Keramahan Kawasan Margonda Terhadap Pejalan Kaki
Jl Mawar 0,201 0,156 0,438 0,138 0,405 0,107 0,385 0,078 1,908
Jl Karet 0,201 0,156 0,438 0,138 0,405 0,107 0,308 0,078 1,831
Jl H Yahya Nuih 0,201 0,156 0,438 0,138 0,27 0,107 0,308 0,078 1,696
Jl M Tohir 0,201 0,156 0,438 0,138 0,27 0,107 0,385 0,117 1,812
Jl Kelapa 0,201 0,156 0,438 0,138 0, 27 0,107 0,385 0,078 1,773
Jl Kedoya Raya 0,201 0,156 0,438 0,138 0,135 0,107 0,385 0,117 1,677
Jl Mahali 0,201 0,156 0,438 0,138 0,405 0,107 0,385 0,078 1,908
Jl Kober 0,201 0,156 0,438 0,138 0,27 0,107 0,385 0,078 1,773
Jl Margonda Segmen 1 0,804 0,312 0,73 0,69 0,405 0,107 0,154 0,078 3,28
Jl Margonda Segmen 2 0,804 0,468 0,73 0,69 0,405 0,107 0,154 0,039 3,397
Jl Stasiun Pondok Cina 0,201 0,78 0,292 0,138 0,405 0,107 0,308 0,039 2,27
Jl. Prof. DR. Sudjono D. Pusponegoro
1,005 0,624 0,73 0,525 0,27 0,107 0,385 0,039 3,712
Jl. Prof. DR. Bahder Djohan 1,005 0,78 0,73 0,552 0,405 0,107 0,385 0,039 4,003
Jl. Prof. DR. Sujudi 0,603 0,78 0,73 0,552 0,27 0,107 0,385 0,039 3,446
Jl. Prof. DR. Mahar Mardjono 0,402 0,624 0,73 0,414 0,27 0,107 0,385 0,039 2,971
Jl. Prof. Mr Djokosoetono 1,005 0,624 0,73 0,552 0,405 0,107 0,385 0,039 3,847
Jl. Prof. DR. Sumitro Djojohadiku 1,005 0,78 0,73 0,69 0,28 0,107 0,385 0,039 4,006
Jl. Prof. DR. Nugroho Notosutanto 0,402 0,624 0,73 0,69 0,27 0,107 0,385 0,039 3,403
Jl Selo Soemardjan 0,402 0,78 0,73 0,414 0,27 0,107 0,385 0,039 3,127 Lingkar Utara 1,005 0,78 0,73 0,69 0,405 0,107 0,385 0,039 4,141
Jl. Letjen DR. Sjarif Thajeb 0,402 0,624 0,73 0,552 0,27 0,107 0,385 0,039 3,109
Keterangan:
KFP = Kelengkapan fasilitas pejalan kaki, KM = Keberpihakan moda pejalan kaki, KDM = Konflik dengan moda lain, DJP = Dimensi jalur pejalan kaki, KPL = Keberagaman Penggunaan Lahan, KK = Kepadatan komersil, H = Hambatan, dan KP = Kepadatan permukiman
2. Tingkat keramahan kategori sedang pada ruas Jalan Stasiun Pondok Cina dan Jalan Prof. Dr. Mahar Marjono
3. Tingkat keramahan kategori tinggi pada ruas Jalan Prof. DR. Nugroho Notosutanto, Jalan Selo Soemardjan, Jalan Letjen DR. Sjarif Thajeb, Jalan Prof. Mr Djokosoetono, Jalan Prof. DR. Sujudi, Jalan Prof. DR. Sudjono D. Pusponegoro dan Jalan MargondaRaya
4. Tingkat keramahan kategori sangat tinggi pada ruas Jalan Prof. DR. Bahder Djohan, Jalan Prof. DR. Sumitro Djojohadikudan Lingkar Utara Hasil evaluasi ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan pengembangan Kawasan Margonda ramah pejalan kaki guna menunjang fungsi Kawasan Margonda sebagai pusat ekonomi dan Kawasan Transit Oriented Development
UCAPANTERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pengisian kuisioner penelitian ini yaitu Dinas PUPR Kota Depok, Dinas PerhubunganKotaDepok,danKoalisiPejalanKaki.
DAFTARPUSTAKA
[1] Christiana, N.E., “Pengembangan Jalur Pejalan Kaki Dengan Konsep Walkable City Koridor Dukuh Atas Jakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna” Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2017).
[2] Ewing, R. and Cervero, R., “Travel and the built environment: A meta-analysis.” Journal of the American planning association (2010), 76(3), pp.265-294.
[3] Cerin, Ester, et al. "The neighbourhood physical environment and active travel in older adults: a systematic review and meta-analysis." International journal of behavioral nutrition and physical activity 14.1 (2017): 1-23
[4] Listiawati, Listiawati, and Eko Wiyono. "PEMILIHAN JENIS FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN BERDASARKAN GAP ACCEPTANCE." Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil. Vol. 1. No. 1. 2019.
[5] Iswanto, Danoe. "Pengaruh Elemen Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki Studi Kasus Penggal Jalan Pandanaran Dimulai dari Jalan Randusari Hingga Kawasan Tugu Muda." Enclosure 5.1 (2006): 21-29.
[6] Ruiz-Padillo, Alejandro, et al. "Application of multi-criteria decision analysis methods for assessing walkability: A case study in Porto Alegre, Brazil." Transportation research Part D: transport and environment 63 (2018): 855-871.
[7] Southworth, Michael. "Designing the walkable city." Journal of urban planning and development 131.4 (2005).
[8] Cervero, Robert, and Kara Kockelman. "Travel demand and the 3Ds: Density, diversity, and design." Transportation research part D: Transport and environment 2.3 (1997): 199-219.
[9] Hall, C. Michael, and Yael Ram. "Walk score® and its potential contribution to the study of active transport and walkability: A critical and systematic review." Transportation Research Part D: Transport and Environment 61 (2018): 310-324.
Ruas Jalan Skor Setelah Pembobotan Total Skor KFP KM KDM DJP KPL KK H KP[10] Yoppy, Y. "Analisis walkability index pada kawasan pendidikan jalan Margonda Depok." Fakultas Teknik Univerisitas Indonesia (2013).
[11] Frank, L.D., Devlin, A., Johnstone, S., and Van Loon, J., Neighbourhood Design, Travel, and Health in Metro Vancouver: Using a Walkability Index. University of British Columbia (2010)
[12] Institute For Transportation And Development Policy. 2017. TOD Standard 3.0. Indonesia. Web Archive